PENGARUH PENGASUHAN ORANGTUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI NAPZA PADA REMAJA
ANDINI ALPIANI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pengasuhan Orangtua dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Napza pada Remaja adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Andini Alpiani NIM. I24100068
ABSTRAK ANDINI ALPIANI. Pengaruh Pengasuhan Orangtua dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Napza pada Remaja. Dibimbing oleh DWI HASTUTI. Perilaku konsumsi narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif atau biasa di sebut dengan napza sudah sangat mengkhawatirkan di Indonesia, khususnya pada kalangan remaja. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan orang tua dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas sepuluh dan sebelas SMK X di Kota Bogor, dan melibatkan 61 contoh menggunakan purposive sampling dengan karakteristik yang pernah mengkonsumsi napza. Hasil penelitian frekuensi pengkonsumsian napza remaja berada pada kategori kurang dari satu kali dalam satu minggu, dengan proporsi terbesar jenis napza yang sering dikonsumsi adalah alkohol dan ganja. Hasil penelitian menunjukan lebih dari separuh (52.46%) ayah menerapkan gaya pengasuhan permisif, sedangkan lebih dari separuh ibu (63.93%) menerapkan gaya pengasuhan otoritatif. Hasil uji regresi menunjukan gaya pengasuhan otoritatif ayah berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi napza pada contoh. Pengaruh positif lain pada pengkonsumsian napza juga datang dari kedekatan teman sebaya. Sementara itu, gaya pengasuhan otoriter ibu berpengaruh negatif pada perilaku itu. Kata kunci : Gaya Pengasuhan, Napza, Teman Sebaya
ABSTRACT ANDINI ALPIANI. The Influence of Parenting Style and Peer Groups on Drugs Consumption Behavior of Adolescent. Supervised by DWI HASTUTI. Consumption behavior of narcotics, alcohol, psychotropic and addictive substance or commonly called drugs is very worrying in Indonesia, especially on adolescent. This study aimed to analyze the influence of parenting styles and peer groups on drugs consumption of adolescent behavior. The population of this study were students of class ten and eleven of SMK X in Bogor City, and involved 61 sample’s taken purposively with characteris tic have ever consumed drugs. Result showed drugs consumption frequency was on less than once in a week category, with highest proportion of most frequent drugs were alcohol and marijuana. Result showed that more than half of sample’s fathers applied permissive parenting, whereas more than half of sample’s mothers applied authoritative parenting style. Regression analysis discovered father’s authoritative parenting style positively effected on sample’s drugs consumption. Another positive influence on drugs consumption also came from peers. Meanwhile, mother’s authoritarian parenting style negatively influenced on that behavior. Keyword : Parenting Style, Drugs, Peer Group
RINGKASAN ANDINI ALPIANI. Pengaruh Pengasuhan Orangtua dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Napza pada Remaja. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan, (2) Menganalisis gaya pengasuhan orangtua pada remaja yang mengkonsumsi napza, (3) Menganalisis hibungan antara gaya pengasuhan orangtua, perilaku konsumsi napza, dengan teman sebaya, (4) Menganalisis pengaruh antara karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orangtua, dan kedekatan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Strategi Nasional 2013 (Stranas) dengan Judul Besar “Model Harmonisasi Peran Keluarga Dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja Bagi Tercapainya Visi Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014” yang di ketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc. Disain penelitian adalah cross sectional study, Cross-sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orang tua, hubungan teman sebaya, serta perilaku konsumsi napza pada remaja yang diteliti pada sekali waktu pengukuran. Penelitian ini berlokasi di Kota Bogor tepatnya di SMK X Kota Bogor yang dipilih secara sengaja (purposive). Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada Bulan Oktober hingga Desember 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK dengan studi kasus di salah satu sekolah di Kota Bogor. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah remaja kelas sepuluh dan kelas sebelas SMK terpilih di Kota Bogor. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu pengambilan sampel secara sengaja sebanyak 61 contoh. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer meliputi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orangtua, dan hubungan dengan teman sebaya, serta perilaku konsumsi napza pada contoh (meliputi akses). Sementara itu, data sekunder berasal dari rekomendasi Depdiknas Kota Bogor mengenai sekolah yang diteliti. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia (uji korelasi dan uju regresi). Analisis deskriptif digunakan untuk melihat sebaran karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orang tua, teman sebaya, dan perilaku konsumsi napza remaja. Instrumen gaya pengasuhan pendisiplinan diacu dan dimodifikasi dari Stranas 2013 yang di ketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti M.Sc, mengenai gaya pengasuhan yang terbagi menjadi tiga tipe, yaitu : otoriter, otoritatif, dan permisif. Ketiga gaya pengasuhan orangtua ini terdiri dari dimensi demandingness (kontrol) dan responsiveness (kehangatan). Variabel ini terdiri dari 30 pertanyaan dengan skala Likert, dari 30 pertanyaan ini yang menunjukan gaya pengasuhan otoritatif ada 12 item pertanyaan, otoriter 10 item pertanyaan, dan permisif 8 item pertanyaan. Reliabilitas kuesioner persepsi gaya pengasuhan memiliki nilai cronbach alpha 0.952. Instrumen teman sebaya diacu dan dimodifikasi dari Stranas 2013, dengan 15 item pertanyaan dan nilai cronbach alpha 0.874, Instrumen perilaku konsumsi napza diacu dan dimodifikasi dari Stranas 2013, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 46 item dan nilai cronbach alpha 0.960. Hasil penelitian menyatakan bahwa usia remaja berada pada usia pertengahan yaitu sia 16-17 tahun. Uang saku contoh berada pada kategori sedang (≤Rp6.600,00) dan tinggi (≥Rp13.400,00) yaitu masing-masing sebesar 44 persen. Sebagian besar ayah remaja berada
pada kategori usia dewasa madya (41-60 tahun), sedangkan ibu usia dewasa awal (18-40 tahun). Sementara itu, pendidikan ayah sebanyak 57.4 persen dan pendidikan ibu sebanyak 39.3 persen berada pada tingkat pendidikan SMA/sederajat. Sebagian besar ayah remaja bekerja sebagai buruh (36.1%) dan ibu sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja (73.8%), dan pendapatan keluarga rata-rata per bulan adalah Rp1.632.786,89. Remaja dalam penelitian ini pernah mengkonsumsi atau menggunakan napza, setidaknya satu kali dalam satu minggu (51%), dan yang mengaku mengkonsumsi napza lebih dari satu kali dalam satu minggu sebanyak 49 persen. Jenis napza yang paling sering dikonsumsi oleh remaja adalah alkohol dan ganja, dan tempat yang biasa digunakan untuk mengkonsumsi napza ini adalah ditempat nongkrong. Remaja membeli napza dengan menggunakan uang patungan bersama temannya, alasan remaja mengkonsumsi napza adalah untuk coba-coba dan untuk menghilangkan stress. Kedekatan remaja dengan teman sebaya sebagian besar berada pada kategori dekat, sehingga remaja lebih memilih bersama dengan teman daripada dengan keluarganya. Gaya pengasuhan ayah yang diberikan kepada remaja memiliki proporsi terbesar pada gaya pengasuhan permisif (52.46%), dan gaya pengasuhan ibu lebih dari setengahnya menerapkan gaya pengasuhan otoritatif (63.93%). Hasil menunjukan usia ibu (r=0.306, p<0.05) dan lama pendidikan ibu (r=0.267, p<0.05) memiliki hubungan positif signifikan dengan gaya pengasuhan otoriter ayah, serta pendapatan keluarga memiliki hubungan negatif signifikan (r=-0.283, p<0.05) dengan gaya pengasuhan otoritatif ibu. Hal ini menunjukan semakin tinggi usia ibu dan lama pendidikan ibu maka gaya pengasuhan yang diberikan oleh ayah akan semakin otoriter, hal ini berbeda dengan teori yang sudah ada, seharusnya jika usia ibu semakin matang dan pendidikan semakin tinggi maka gaya pengasuhan yang diberikan pada anaknya akan semakin baik, begitupun dengan gaya pengasuhan yang diberikan oleh ayahnya. Sebaliknya, semakin tinggi pendapatan dalam keluarga, maka akan semakin rendah gaya pengasuhan otoritatif yang diberikan oleh ibu, biasanya orangtua yang memiliki pendapatan tinggi tetapi pendidikan rendah dan informasi yang didapatkan mengenai pengasuhan yang baik sedikit, cenderung berpikir bahwa dengan memberikan uang saku yang banyak pada anaknya tanpa memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup itu akan membuat anak baik-baik saja, padahal materi yang banyak saja tidak cukup untuk membesarkan anak karena harus diimbangi dengan perhatian, komunikasi dan kasih sayang yang cukup pula untuk membesarkan anak. Hasil penelitian juga menunjukan terdapat pengaruh positif antara gaya pengasuhan otoritatif ayah dan kedekatan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza, dan terdapat pengaruh negatif antara gaya pengasuhan otoriter ibu terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja.
Kata kunci : Gaya Pengasuhan, Teman Sebaya, Napza.
PENGARUH PENGASUHAN ORANGTUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI NAPZA PADA REMAJA
ANDINI ALPIANI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama Mahasiswa
: Pengaruh Pengasuhan Orangtua dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Napza pada Remaja : Andini Alpiani
NRP
: I24100068
Disetujui,
Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam juga terjunjung kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Sehingga atas Ridho Allah, penulis dapat menyelesaian skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Napza pada Remaja di Kota Bogor”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak sehingga penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran, arahan dan bimbingannya untuk penyelesaian skripsi ini. 2. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA dan Dr. Ir. Istiqlaliyah muflikhati, M.Si selaku dosen penguji pada sidang saya. 3. Dr. Tin Herawati, S.P., M.Si. selaku dosen pemandu seminar hasil penelitian, yang telah memberikan saran dan membantu memperlancar jalannya seminar. 4. Dwifeny Ramadhany dan Anggi Pangestika selaku pembahas pada seminar saya. 5. Pihak sekolah SMK atas kerjasamanya yang telah mengizinkam melakukan penelitian di sekolahnya. 6. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 7. Herni Dwi NW, Yosita FM, Aprilia P, Ulfah MAP selaku teman-teman satu bimbingan untuk semangat dan bantuan yang telah diberikan. 8. Keluarga besar IKK 47 yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas doa, bantuan, dan motivasi yang mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini. 10. Dita, Intan, Yeni, Via, Redi, Rian, Hilman, Aras selaku sahabat yang selalu memberikan dukungan disaat penulisan skripsi ini. Demikian ucapan terima kasih dipersembahkan dengan penuh ketulusan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Andini Alpiani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL Karakteristik Remaja dan Keluarga Gaya Pengasuhan Orangtua Teman Sebaya Perilaku Konsumsi Napza Hubungan antara Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, dengan Gaya Pengasuhan Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orangtua, Teman Sebaya dengan Perilaku Konsumsi Napza Frekuensi Pengkonsumsian Napza dengan Gaya Pengasuhan Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Gaya Pengasuhan Orangtua, Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Napza PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 3 5 5 5 7 7 7 7 8 9 10 10 11 12 13 15 15 16
17 18 20 21 24 33
DAFTAR TABEL 1 Jenis data, variabel, skala data, dan cara pengukuran 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik remaja dan Karakteristik keluarga 3 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua 4 Sebaran contoh berdasarkan gaya pengasuhan 5 Sebaran jawaban Kedekatan teman sebaya 6 Koefisien korelasi antara karakteristtik remaja dan karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan 7 Koefisien korelasi antara gaya pengasuhan orangtua, hubungan teman sebaya dengan perilaku konsumsi napza 8 Frekuensi pengkonsumsian napza dengan Gaya Pengasuhan 9 Perbandingan Frekuensi Pengkonsumsian Napza dengan Pendapatan Keluarga dan Kedekatan Teman Sebaya 10 Hasil analisis regresi antara gaya pengasuhan orangtua, karakteristik anak dan karakteristik keluarga terhadap perilaku konsumsi napza
7 11 11 12 12 15 15 16 17 17
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran pengaruh gaya pengasuhan orangtua dan teman sebaya terhadap perilaku pengkonsumsian napza 2 Alasan Remaja Mengkonsumsi Alkohol 3 Tempat Mengkonsumsi Alkohol 4 Jenis Narkoba yang Sering Dikonsumsi 5 Alasan Mengkonsumsi Narkoba 6 Tempat Mengkonsumsi Narkoba
6 13 13 14 14 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran contoh berdasarkan usia, usia orangtua, uang saku, Besar keluarga, pendapatan orangtua 2 Sebaran jawaban perilaku konsumsi napza 3 Sebaran jawaban hubungan teman sebaya 4 Meta analisis jurnal 5 Riwayat hidup
24 24 26 27 33
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja pada saat ini sering kali menghadapi tuntutan beserta harapan, demikian juga dengan bahaya dan godaan yang lebih kompleks dibandingkan dengan remaja pada generasi yang lalu (Fieldman & Elliot 1990; Hamburg 1993; Hechinger 1992; dalam Santrock 2003), tetapi ada hal yang bertentangan dengan stereotip remaja sebagai orang yang sangat tertekan dan tidak berkompeten, yaitu sebagian besar remaja dapat melewati transisi dari masa anak ke masa dewasa ( Offer & Church 1991a 1991b; dalam Santrock 2003). Menurut Lerner et al. dalam Santrock (2003) mengatakan bahwa meskipun remaja saat ini mengalami transisi yang lebih positif, banyak juga remaja yang tidak mempunyai kesempatan dan dukungan yang baik untuk menjadi orang dewasa yang memiliki kompetensi yang bagus. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang tidak stabil, juga karena banyaknya media yang berperan dalam perubahan gaya hidup bagi para remaja. Hal ini yang menjadi penyebab utama dari terjadinya penyimpangan perilaku yang mengarah pada kenakalan remaja antara lain adanya ketidaknyamanan remaja dalam hal emosi, perasaan rendah diri atau selalu merasa memiliki kekurangan, rendah tingkat penerimaan remaja terhadap kasih sayang dari lingkungannya, adanya sifat tunduk yang berlebihan, serta perilaku agresif yang berlebihan dalam rangka mengeliminasi sifat kenakalan diri remaja (Ibaniati 2005). Banyak studi tentang faktor-faktor yang menyebabkan remaja untuk mengonsumsi obat-obatan menempatkan peningkatan penekanan pada kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan pribadi dan sosial di mana konsumsi tersebut berasal (Duarte, Escario, & Molina 2011). Semakin banyak tulisan menyebut pentingnya keluarga dan terutama, teman sebaya dari remaja, sebagai faktor penjelas untuk perilaku konsumsi obat-obatan (Dekovic, Wissink, & Meijer 2004; Eitle 2005; McArdle et al. 2000; Gecková et al. 2005). Bagaimana remaja ini bersikap, itu akan tergantung dari bagaimana kondisi internal dan kondisi eksternal yang berada dekat dengan remaja tersebut. Faktor internal dapat berupa bagaimana kondisi pribadi dari remaja tersebut, sedangkan faktor eksternal seperti keluarga, lingkungan tetangga, serta teman sebaya (Anganthi et al. 2009). Gaya pengasuhan yang diberikan oleh orangtua tentunya akan memengaruhi bagaimana nantinya remaja itu akan bersikap dan berperilaku di lingkungannya. Baumrind (1991) mengemukakan 3 macam gaya pengasuhan yang menjadi kategori spesifik orangtua yakni: otoriter, otoritatif, dan permisif. Ketiga gaya pengasuhan tersebut memiliki ciri khas yang berbeda dan dampak yang berbeda untuk perkembangan anak. Gaya pengasuhan otoriter dicirikan
2
dengan suatu bentuk pengasuhan orangtua yang pada umumnya sangat ketat dan kaku ketika berinteraksi dengan anaknya. Bentuk perlakuan orangtua saat berinteraksi dengan anaknya dengan cara melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keluarga dan diri anaknya merupakan gaya pengasuhan otoritatif. Pada gaya pengasuhan permisif, pola-pola perlakuan orangtua saat berinteraksi dengan anaknya dengan memberikan kelonggaran atau kebebasan kepada anaknya tanpa kontrol atau pengawasan yang ketat. Ketika mengasuh anak orangtua tidak hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto 2002). Menurut Pramintari (2013), gaya pengasuhan otoritatif memiliki peran dalam pembentukan karakter remaja, banyak penelitian tentang hubungan gaya pengasuhan dengan konsumsi minuman beralkohol menunjukan hasil yang sama, yaitu resiko konsumsi minuman beralkohol akan menurun jika orangtua memiliki gaya pengasuhan otoritatif. Sementara para remaja yang memiliki orangtua dengan gaya pengasuhan otoriter dan permisif cenderung memiliki resiko yang tinggi untuk terlibat dengan pengkonsumsian alkohol dan perilaku merokok (Newman et al. 2008) Selain peran orangtua, teman sebaya juga memiliki peran dalam perilaku pengkonsumsian alkohol, teman sebaya memberikan pengaruh nyata pada perkembangan remaja (Pramintari 2013). Menurut Gaviria dan Raphael (2001); Kawaguchi (2004); Powell, Taurus, dan Ross (2005); Lundborg (2006) menyatakan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumsi zat-zat seperti tembakau, alkohol, dan obat-obatan lainnya. Teman sebaya merupakan faktor eksternal yang juga dapat memengaruhi pergaulan pada remaja, baik itu pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif (Anganthi et al. 2009). Pergaulan positif seperti kelompok belajar, dan keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat, Sedangkan pergaulan negatif adalah yang berhubungan dengan kenakalan remaja, seperti pengkonsumsian narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (napza) yang pada saat ini sudah banyak. Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (napza) adalah obatobatan terlarang atau bahan yang termasuk dalam narkoba yang sangat berbahaya bagi tubuh orang yang menyalahgunakannnya (Kadarmanta 2010). Di Indonesia sendiri, kasus penyalahgunaan narkoba ini berkembang dengan sangat cepat meskipun pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai macam upaya untuk menguranginya. Menurut Badan Narkotik Nasional (BNN) 2011 jumlah pengguna napza pada tahun 2011 di Daerah Jawa Barat adalah sebanyak 804.635 jiwa atau 2.5% dari penduduk Jawa Barat. Penyalahgunaan narkoba ini memang sulit untuk diberantas, dan semakin hari jumlah tersebut semakin bertambah, yang hanya bisa dilakukan adalah mencegah dan mengendalikan agar masalahnya tidak semakin meluas dan merugikan bangsa karena turunnya kualitas sumber daya manusia (Martono & Joewana 2008). Menurut Sigelman dan Shaffer (1995) dalam Yusuf (2005) mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya terhadap remaja berkaitan dengan keadaan keluarga, jika remaja memiliki hubungan baik dengan keluarganya, maka ia cenderung tidak akan terpengaruh dengan perilaku negatif teman sebayanya, begitupun sebaliknya, jika remaja memiliki hubungan yang tidak baik dengan
3
keluarganya, maka ia cenderung dapat dengan mudah terpengaruh dengan pergaulan negatif teman sebayanya. Uraian tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran orangtua dan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza remaja. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pengasuhan orangtua dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja. Perumusan Masalah Remaja pada saat ini keadaannya sungguh sangat memprihatinkan. Semakin banyak kasus kenakalan remaja yang terjadi pada saat ini, khususnya pengkonsumsian napza. Pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) oleh para remaja di Kota Bogor dinilai cenderung meningkat. Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Kota Bogor (Depkes 2007) sampai Maret 2007 tercatat 911 orang pengguna narkoba yang terkontaminasi HIV/AIDS dan tidak sedikit korban yang meninggal karenanya. Menurut Pambudi dan Setyawan (2007) menyebutkan beberapa bahaya yang berhubungan dengan minum di usia remaja, ketika pada usia remaja mulai minum, mereka akan memiliki peluang ketergantungan alkohol yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mulai minum setelah usia 21 tahun. Pengawasan orang tua pada remaja sangat penting untuk menentukan apakah anak akan menjadi nakal atau tidak (Patterson, DeBaryshe, & Ramsey 1989 dalam Santrock 2007). Sebuah penelitian menemukan bahwa semakin orang tua tidak tahu siapa teman dari anaknya, kegiatan apa saja yang dilakukan anaknya, dan sedang berada dimana anaknya, maka akan semakin besar kemungkinannya anak tersebut terlibat dalam kenakalan remaja (Laird et al. 2003 dalam Santrock 2007). Menurut DeCicca, Kenkel, dan Mathios (2000) menunjukkan bahwa konsumsi tembakau, alkohol dan obat-obatan lain dapat dipahami jika kita menganggap bahwa remaja, membutuhkan pengakuan untuk tindakan mereka dari temanteman, keluarga dan lingkungan sosialnya. Menurut Colondam dalam Kadarmanta (2010), penyebab kecenderungan pribadi yang menjadi pecandu adalah mereka cenderung ikut-ikutan, dorongan dari teman sebaya, sulit menolak ajakan teman dan ingin tampil keren. Pondasi utama yang digunakan sebagai penyokong tegaknya suatu bangsa adalah keluarga, jika keluarga rapuh, maka bangsa ini pun akan ikut rapuh (Kadarmanta 2010). Menurut Tim Bandung Valley (2011), ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk menyalahgunakan obat-obatan terlarang, diantaranya adalah faktor individu, faktor obat, dan faktor lingkungan. penjelasan dari faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: Pertama adalah faktor individu. Faktor individu merupakan penyalahgunaan obat yang dipengaruhi oleh keadaan mental, fisik, dan psikologis seseorang. Kondisi mental disini seperti gangguan kepribadian dan depresi yang pada umumnya dapat memperbesar kecenderungan penyalahgunaan narkoba. Faktor individu ini ditentukan oleh dua aspek, yaitu aspek biologis dan aspek psikologis. Aspek biologis adalah faktor genetik, dan aspek psikologis adalah penggunaan narkoba ini adalah untuk menambah kepercayaan diri, sebagian besar penyalahguna obat-obatan ini dimulai pada masa remaja. Pada sebagian remaja penggunaan obat-obatan ini dimaksudkan sebagai alat interaksi sosial, yaitu agar
4
mereka dapat diterima oleh teman sebayanya atau alasan lainnya yaitu sebagai wujud dari penentangan diri terhadap orangtua, agar dianggap sudah dewasa. Kedua adalah faktor obat. Faktor obat ini selalu disalah artikan, misalnya obat tidur. Obat tidur selalu digunakan oleh orang tanpa adanya resep dari dokter. Dalam kehidupan remaja, jenis obat selau dijadikan tolak ukur status sosial dimana jika mereka tidak menggunakan obat tersebut akan mengalami tekanan sosial yang kuat, yang didapat dari teman sebayanya untuk mencoba dan memakainya. Sifat dari obat golongan narkotika dan psiotropika adalah adiksi dan toleransi. Faktor yang terakhir adalah faktor lingkungan, yang didalamnya terdapat hubungan keluarga dan pengaruh dari teman sebaya. Biasanya keluarga yang tidak memiliki hubungan yang harmonis akan mempunyai masalah dengan penyalahgunaan narkoba, ataupun orangtua yang terlalu memaksakan kehendaknya pada anak, kualitas hubungan keluarga yang buruk akan memperbesar tingkat penyalahgunaan obat atau zat terlarang ini. Begitupun teman sebaya, hukuman yang diberikan oleh teman sebaya terutama pengucilan bagi yang berhenti atau tidak mau menggunakan narkoba dirasakan lebih berat dibandingkan untuk meninggalkan obat itu sendiri. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti kepribadian, kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas. Sedangkan faktor ekternalnya adalah faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh lingkungan (teman sebaya).. Hasil penelitian Bednar dan Fisher (2003) menunjukkan bahwa remaja yang dibesarkan oleh orangtua otoritatif cenderung untuk merujuk kepada orang tua mereka untuk pengambilan keputusan moral dan informasi, sedangkan remaja yang dibesarkan oleh pengasuhan orangtua yang otoriter, permisif, atau mengabaikan merujuk rekan-rekan mereka untuk pengambilan keputusan moral dan informasi. Seorang remaja yang mendapatkan pengasuhan dari orangtua dengan baik dan memiliki teman sebaya yang baik akan sedikit kemungkinannya dalam pengkonsumsian napza. Remaja yang mendapatkan pengasuhan yang buruk dari orangtua ditambah dengan teman sebaya yang buruk maka tingkat pengkonsumsian napza akan semakin besar. Jadi, faktor eksternal seperti pola pengasuhan orangtua serta lingkungan teman sebaya akan sangat memengaruhi bagaimana sikap dan perilaku dari remaja. Untuk itu, permasalahan-permasalahan yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan? 2. Bagaimana gaya pengasuhan orang tua pada remaja yang mengkonsumsi napza? 3. Bagaimana hubungan gaya pengasuhan orang tua, perilaku konsumsi napza dengan teman sebaya? 4. Bagaimana pengaruh antara karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orang tua, dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja?
5
Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengasuhan orangtua dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja. Tujuan Khusus 1.Menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan 2.Menganalisis gaya pengasuhan orang tua pada remaja yang mengkonsumsi napza 3.Menganalisis hubungan antara gaya pengasuhan orang tua, perilaku konsumsi napza dengan teman sebaya 4.Menganalisis pengaruh antara karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orang tua, dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dibidang keluarga dan perkembangan anak baik untuk peneliti ataupun masyarakat luas. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada orangtua, mengenai bagaimana pengaruh pengasuhan orangtua dan teman sebaya dapat memengaruhi perkembangan, sikap, dan perilaku remaja di kehidupannya. Dengan demikian diharapkan ada perbaikan dari gaya pengasuhan yang diberikan oleh orangtua kepada remaja, serta merasa bahwa teman sebaya itu adalah lingkungan yang dapat memengaruhi bagaimana remaja bertindak. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru yang dapat digunakan untuk bahan rekomendasi kebijakan yang akan dibuat.
KERANGKA PEMIKIRAN Masa remaja merupakan masa dimana pencarian identitas mulai berkembang. Pengalaman di dalam rumah dan di sekolah sebelum mereka menjadi remaja, memiliki peran yang penting dalam menentukan remaja tersebut menjadi seorang individu. Menurut Tim Bandung Valley (2011), dalam bukunya mengatakan bahwa faktor lingkungan atau hubungan keluarga memiliki pengaruh yang besar pada pergaulan remaja, begitupun dengan teman sebaya atau teman sebaya. Keluarga sebagai suatu sistem unit sosial menggambarkan keterlibatan individu untuk saling berhubungan dan saling memengaruhi satu sama lain
6
(Megawangi 1999). Biasanya keluarga yang tidak harmonis, ibu terlalu dominan dan overprotektif, ayah yang otoriter dan terlalu memaksakan kehendaknya akan memengaruhi kualitas hubungan antara anak dengan orangtua (Tim Bandung Valley 2011). Teman sebaya merupakan anak-anak atau remaja yang memiliki tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock 2003). Pada kebanyakan remaja saat ini, bagaimana dipandang oleh teman sebaya merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Beberapa remaja akan melakukan apapun agar ia dapat diterima sebagai anggota dari teman sebaya nya tersebut (Santrock 2003). Menurut Hartup (1983) dalam Santrock (2003) mengatakan bahwa interaksi dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan usia memainkan peranan yang unik pada masyarakat Amerika Serikat, dan salah satu fungsi dari teman sebaya itu sendiri adalah untuk berbagi informasi mengenai dunia di luar keluarga. Karakteristik yang dimiliki seorang anak seperti usia, uang saku, karakteristik keluarga seperti pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, dan usia orangtua, serta lingkungan anak akan menentukan bagaimana remaja itu akan bersikap dan berperilaku di dalam kehidupannya. Gaya pengasuhan orangtua dan teman sebaya diduga akan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa pengasuhan yang diberikan orangtua kepada anak remajanya akan memengaruhi perilaku mengkonsumsi napza, begitupun dengan teman sebaya. Terbentuknya perilaku pengkonsumsian napza tidak hanya dipengaruhi oleh faktor orangtua dan teman sebaya, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh pribadi remaja tersebut (Tim Bandung Valley 2011). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 1.
Karakteristik Keluarga : - Usia orangtua - Pendidikan Orangtua - Pekerjaan Orangtua - Pendapatan Keluarga - Besar Keluarga
Gaya Pengasuhan (Baumrind 1991) : - Otoriter - Otoritatif - Permisif Perilaku Konsumsi Napza Remaja Teman sebaya: -
Karakteristik Remaja : - Usia - Uang Saku - Urutan Kelahiran
Kedekatan remaja dengan teman sebayanya
Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh gaya pengasuhan orangtua dan teman sebaya terhadap perilaku penggunaan napza pada remaja
7
METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Strategi Nasional 2013 (Stranas) dengan Judul Besar “Model Harmonisasi Peran Keluarga Dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja Bagi Tercapainya Visi Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014” yang di ketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc. Disain penelitian adalah cross sectional study, Cross-sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orang tua, hubungan teman sebaya, serta perilaku konsumsi napza pada remaja yang diteliti pada sekali waktu pengukuran. Penelitian ini berlokasi di Kota Bogor tepatnya di SMK X Kota Bogor yang dipilih secara sengaja (purposive). Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada Bulan Oktober hingga Desember 2013. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK dengan studi kasus di salah satu sekolah di Kota Bogor. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah remaja kelas sepuluh dan kelas sebelas SMK terpilih di Kota Bogor. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu pengambilan sampel secara sengaja sebanyak 61 contoh. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data primer meliputi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orangtua, dan hubungan dengan teman sebaya, serta perilaku konsumsi napza pada contoh (meliputi akses). Sementara itu, data sekunder berasal dari rekomendasi Depdiknas Kota Bogor mengenai sekolah yang diteliti. Jenis data dan cara pengumpulan data primer disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Variabel, indikator dan skala Variabel Karakteristik keluarga
Indikator -
Karakteristik remaja
-
usia orangtua lama pendidikan orangtua besar keluarga Pendapatan Orangtua Urutan kelahiran Usia remaja Uang saku remaja
Skala Rasio Rasio Rasio Rasio
Rasio Rasio Rasio
8
Tabel 1 Variabel, indikator dan skala (Lanjutan) Gaya pengasuhan (30 item pertanyaan) Teman sebaya (15 item pertanyaan) Perilaku konsumsi napza (46 item pertanyaan)
-
Otoritatif Otoriter Permisif Kedekatan teman sebaya
Ordinal
-
Jenis napza yang dikonsumsi Asal uang yang digunakan untuk membeli napza Tempat untuk mengkonsumsi napza Alasan mengkonsumsi napza
Ordinal
-
Ordinal
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan program microsoft excel dan SPSS. Pengolahan meliputi proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analyzing. Kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data untuk setiap variabel. Tahap editing adalah tahap pengecekan data-data yang didapatkan melalui kuesioner. Tahap coding adalah pemberian kode tertentu pada jawaban responden, setelah itu data di entry setelah sebelumnya dilakukan cleaning. Semua data di olah dengan menggunakan Microsoft Excel kemudian dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia (uji korelasi dan uju regresi). Analisis deskriptif digunakan untuk melihat sebaran karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan orang tua, teman sebaya, dan perilaku konsumsi napza remaja. Jumlah pertanyaan yang berbeda pada dimensi variabel dikompositkan dengan mentransformasi nilai/skor yang telah didapatkan menjadi skor indeks. Indeks pada variabel gaya pengasuhan pendisiplinan, hubungan teman sebaya, dan perilaku konsumsi napza dihitung dengan menggunanakan rumus: Y=
nilai yang diperoleh – nilai minimum nilai maksimum – nilai minimum
X 100
Skor indeks yang dicapai tersebut dimasukan dalam kategori kelas menjadi tiga kategori, kategori rendah (<33.3), kategori sedang (33.3-66.6), dan tinggi (>66.6). Instrumen gaya pengasuhan pendisiplinan diacu dan dimodifikasi dari Stranas 2013 yang di ketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti M.Sc, mengenai gaya pengasuhan yang terbagi menjadi tiga tipe, yaitu : otoriter, otoritatif, dan permisif. Ketiga gaya pengasuhan orangtua ini terdiri dari dimensi demandingness (kontrol) dan responsiveness (kehangatan). Variabel ini terdiri dari 30 pertanyaan dengan skala Likert, dari 30 pertanyaan ini yang menunjukan gaya pengasuhan otoritatif ada 12 item pertanyaan, otoriter 10 item pertanyaan, dan permisif 8 item
9
pertanyaan. Reliabilitas kuesioner persepsi gaya pengasuhan memiliki nilai cronbach alpha 0.952. Instrumen teman sebaya diacu dan dimodifikasi dari Stranas 2013, pertanyaan dalam instrument ini menggunakan skala Likert 1-4 dengan keterangan 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju. Reliabilitas kuesioner teman sebaya ini memiliki nilai cronbach alpha 0.874. Instrumen perilaku konsumsi napza diacu dan dimodifikasi dari Stranas 2014, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 46 item menggunakan skala likert 1-4 dengan keterangan 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju. Reliabilitas kuesioner konsumsi napza ini memiliki nilai cronbach alpha 0.960. Metode pengolahan data dan analisis data diperoleh dengan menggunakan uji regresi, untuk melihat pengaruh antar variabel. Ujia korelasi pearson digunakan untuk melihat hubungan antar variabel. Uji regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh antar variabel (gaya pengasuhan, hubungan teman sebaya dan perilaku konsumsi napza remaja). Uji regresi diformulasikan sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 + β11X11 + β12X12 + e Keterangan : Y = Perilaku konsumsi napza (skor) X1 = Usia remaja (tahun) X2 = Uang saku (rupiah/hari) X3 = Usia ibu (tahun) X4 = Usia ayah (tahun) X5 = Lama pendidikan ayah (tahun) X6 = Lama pendidikan ibu (tahun) X7 = Pendapatan keluarga (per bulan) X8 = Besar keluarga X9 = Gaya pengasuhan otoritatif ayah (skor) X10 = Gaya pengasuhan otoriter ibu (skor) X11 = Gaya pengasuhan permisif ayah (skor) X12 = Hubungan teman sebaya (skor) β = Koefisien regresi α = Konstanta e = Galat Definisi Operasional Karakteristik keluarga adalah ciri yang dimiliki suatu keluarga yang diamati dari usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan pendapatan keluarga. Usia orang tua adalah jumlah angka lama hidup orangtua dalam satuan tahun yang dihitung dari tanggal dan tahun lahir orangtua. Pendidikan orang tua adalah pendidikan terakhir yang telah diselesaikan oleh orang tua remaja. Pendapatan keluarga adalah pendapatan total dari pendapatan ayah dan ibu per bulan dalam satuan rupiah. Karakteristik remaja adalah ciri yang dimiliki remaja yang diamati dari usia, jenis kelamin, dan uang saku.
10
Usia remaja adalah jumlah angka lama hidup remaja dalam satuan tahun yang dihitung dari tanggal dan tahun lahir remaja. Gaya pengasuhan adalah interaksi antara anak dan orangtua, selama mengadakan kegiatan pengasuhan.kegiatan pengasuhan ini meliputi, mendidik, membimbing, mendisiplinkan melindungi untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat Gaya pengasuhan otoriter adalah gaya pengasuhan yang mengontrol perilaku anak dengan tegas, berorientasi kekuasaan, menuntut ketaatan dan tanpa memperhatikan karakteristik individual anak. Gaya pengasuhan permisif adalah gaya pengasuhan dimana orangtua menunjukkan penerimaan dan menyetujui segala tingkah laku anak dan memberikan kebebasan sepenuhnya tanpa melihat akar atau sumber permasalahan perilaku. Gaya pengasuhan otoritatif adalah gaya pengasuhan yang mempunyai karakteristik mengatur namun fleksibel , menuntut namun rasional , hangat menerima komunikasi dari anak dan menghargai disiplin, kemandirian, dan keunikan. Teman sebaya adalah kelompok bermain yang memiliki tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Perilaku konsumsi napza adalah kegiatan mengkonsumsi napza meliputi akses, awal mula mengkonsumsi napza, dan jenis napza yang dikonsumsi. Hubungan remaja dan Teman adalah praktek yang dilakukan remaja dalam bersosialisasi dengan teman yang menyangkut keterikatan, kepercayaan, kebersamaan, dan kepeduliaan dengan teman. HASIL Karakteristik Remaja dan Keluarga Hurlock (1959) dalam Puspitawati (2006) menyatakan bahwa perkembangan remaja terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu remaja awal (10 atau 12 tahun-13 atau 14 tahun), remaja tengah (13 atau 14 tahun-17 tahun), dan remaja akhir (17-21 tahun). Hasil penelitian menyatakan bahwa usia rata-rata remaja adalah berada pada kategori usia remaja tengah yaitu 16.39±0.936, dengan usia minimal 16 tahun dan maksimal 18 tahun. Uang saku contoh berada pada kategori sedang (≤Rp6.600,00) dan tinggi (≥Rp13.400,00) yaitu masing-masing sebesar 44 persen. Menurut Hurlock (1990), usia orang tua di kategorikan pada tiga kategori, pertama adalah dewasa awal (18-40 tahun), kedua adalah dewasa madya (41-60 tahun), dan yang ketiga adalah dewasa akhir (>60 tahun). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 37.6 persen ayah berada pada usia dewasa awal (1840 tahun), 37.7 persen berada pada usia dewasa madya (41-60 tahun), dan 6.5 persen berada pada usia dewasa akhir (>60 tahun). Usia ayah contoh minimal adalah 30 tahun dan maksimal 69 tahun dengan rata-rata usia sebesar 45.51 tahun, sedangkan usia ibu yang berada pada usia dewasa awal adalah sebesar 59 persen, usia dewasa madya 39 persen dan usia dewasa akhir 1.6 persen dengan usia minimal ibu adalah 30 tahun dan maksimal 65 tahun dengan nilai rata-rata 41.07 tahun. Lama pendidikan ayah contoh sebagian besar berada pada tingkat
11
pendidikan SMA/sederajat sebesar 57.4 persen. Begitupun untuk pendidikan ibu, presentasi terbesar adalah berada pada pendidikan SMA/sederajat sebesar 39.3 persen. Pendapatan keluarga contoh per bulan minimal adalah sebesar Rp 200.000,00 dan maksimal sebesar Rp 4.500.000,00 dengan rata-rata Rp1.632.786,89. Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh No
Variabel
Karakteristik Contoh 1 Usia (tahun) 2 Uang saku (Rp) Karakteristik Keluarga 4 Usia ayah (tahun) 5 Usia ibu (tahun) 6 Lama pendidikan ayah (tahun) 7 Lama pendidikan ibu (tahun) 8 Pendapatan keluarga (Rp/bulan)
Min
Max
Rata-rata
SD
14 5.000,00
18 25.000,00
16.39 12.688,52
.936 4.678,10
30 30 4
69 65 15
45.51 41.07 10.26
8.541 7.092 2.503
4
15
9.21
2.995
200.000
4.500.000
1.632.786,89
973.947,51
Tabel 3 menunjukan hasil dari pekerjaan ayah dan ibu contoh. Proporsi terbesar pekerjaan ayah contoh adalah sebagai buruh, sedangkan ibu tidak bekerja. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua Kategori pekerjaan orangtua Petani Pedagang Buruh Peternak PNS TNI/Polri Wiraswasta Dosen/Guru Karyawan BUMN Karyawan swasta Tidak bekerja Total
Ayah n 1 7 22 2 0 0 20 0 0 8 1 61
Ibu % 1,6 11,5 36,1 3,3 0 0 32,8 0 0 13,1 1,6 100
n 0 7 5 0 1 0 1 0 0 2 45 61
% 0 11,5 8,2 0 1,6 0 1,6 0 0 3,3 73,8 100
Gaya Pengasuhan Orang Tua Pendekatan gaya pengasuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya pengasuhan yang terdiri dari otoritatif, otoriter, dan permisif (Baumrind 1991). Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukan bahwa sebanyak 52.46 persen contoh menyatakan telah diasuh oleh ayahnya dengan gaya pengasuhan permisif yaitu dibesarkan dengan penuh kasih sayang tetapi tidak ada aturan di dalam keluarganya, dan 63.93 persen contoh menyatakan telah diasuh oleh ibunya menggunakan gaya pengasuhan otoritatif yaitu anak diasuh dengan sikap yang
12
penuh aturan tetapi di dalamnya terdapat kehangatan dan kasih sayang yang baik yang diberikan orang tua kepada anaknya. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan gaya pengasuhan Gaya pengasuhan
Ayah
Ibu
n
%
n
%
Otoritatif Otoriter Permisif
3 26 32
4.92 42.62 52.46
39 2 20
63.93 3.28 32.79
Total
61
100
61
100
Teman Sebaya Tabel 5 menunjukan mengenai kedekatan remaja dengan teman sebaya. Kedekatan yang dimaksud adalah seberapa pentingkah teman sebaya untuk seorang remaja, dan seberapa dekatkah remaja dengan teman sebayanya dibandingkan dengan keluarganya. Tabel 5 Sebaran jawaban kedekatan teman sebaya Jawaban No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan Setuju dengan perbuatan teman, meskipun negatif Merasa nyaman jika berkumpul dengan teman Jika teman berkelahi, saya akan ikut berkelahi Lebih peduli kepentingan teman dibanding yang lain Mau bergabung dalam organisasi asal bersama teman Melakukan apa saja asal tidak dimusuhi teman Menceritakan masalah pada teman dibanding keluarga Apapun yang terjadi tidak akan meninggalkan teman Merasa kehilangan jika tidak bertemu dengan teman Bersama dengan teman lebih percaya diri
TS
S
n 42 13 36 40 23 41 32
% 68,8 21.3 59,1 65,6 37,7 67,2 52,4
n 19 48 25 21 38 20 29
% 31,2 78,7 40,9 34,4 62,3 32,8 47,6
25 24 33
40,1 39,3 54,1
36 37 28
59 60,7 45,9
Keterangan : S=Setuju; SS=Sangat setuju
Hasil Tabel 5 menunjukan sebanyak 31.2 persen contoh akan selalu setuju apapun perbuatan yang temannya lakukan meskipun itu negatif (misal:menonton film porno, tawuran mabuk-mabukan, merokok), remaja belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya, dan masih mengikuti apa yang temannya lakukan. Sebesar 78.7 persen contoh merasa sangat nyaman jika sedang bersama dengan teman-temannya. Sebesar 40.9 persen contoh akan ikut berkelahi dengan teman-temannya meskipun mereka tidak tahu alasan apa yang membuat mereka berkelahi, dan sebesar 34.4 persen contoh merasa lebih peduli terhadap kepentingan teman-temannya dibandingkan dengan kepentingan yang lain, bahkan kepentingan dirinya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa kedekatannya dengan teman sebaya merupakan hal yang penting untuk dijaga. Sebanyak 62.3 persen contoh akan mengikuti suatu organisasi atau kepanitiaan jika temantemannya juga mengikuti organisasi atau kepanitiaan tersebut. 32.8 persen contoh
13
akan melakukan apa saja asalkan ia tidak dimusuhi oleh temannya, meskipun hal itu negatif berarti ia akan mengikuti apa saja yang temannya perintahkan asalkan ia tidak dimusuhi oleh temannya. Sebanyak 47.6 persen contoh lebih memilih bercerita kepada teman-temannya daripada kepada orangtua atau keluarganya jika mereka memiliki masalah. 59 persen contoh mengaku tidak akan pernah meninggalkan teman-temannya apapun yang terjadi, dan sebanyak 60.7 persen contoh akan merasa sangat kehilangan jika tidak bertemu dengan temannya, serta sebanyak 45.9 persen contoh merasa jika mereka bersama teman-temannya, mereka merasa lebih percaya diri dan bisa melakukan apapun, tetapi jika mereka tidak sedang bersama dengan temannya, mereka akan diam saja dan akan menghindari masalah. Perilaku Konsumsi Napza Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukan hasil yang didapatkan dari jawaban contoh mengenai perilaku konsumsi napza (alkohol). Proporsi terbesar alasan contoh mengkonsumsi alkohol yaitu karena coba-coba, memang pada usia remaja kebanyakan anak selalu ingin tahu akan sesuatu sehingga mereka selalu mencoba hal baru meskipun tahu hal itu adalah tidak baik untuk dilakukan. Alasan mengkonsumsi Alkohol
37%
41% 22%
Kemauan sendiri
Dipaksa teman
Coba-coba
Gambar 2
Gambar 3 mengenai tempat yang biasa di gunakan untuk mengkonsumsi alkohol, dan proporsi terbesar yaitu contoh meminum alkohol di tempat nongkrong. Tempat mengkonsumsi alkohol
Tempat nongkrong
Gambar 3
Sekolah
Rumah
14
Gambar 4 menjelaskan mengenai konsumsi napza, tepatnya jenis narkoba. proporsi terbesar pada jenis narkoba yang sering dikonsumsi oleh contoh adalah narkoba jenis ganja.
Gambar 4
Gambar 5 menunjukan alasan contoh mengkonsumsi narkoba, dan proporsi terbesar adalah untuk menghilangkan stress.
Gambar 5
Gambar 6 menunjukan tempat yang biasa digunakan untuk mengkonsumsi narkoba, proporsi paling banyak adalah di tempat nongkrong. Tempat mengkonsumsi narkoba
Tempat nongkrong
Sekolah
Rumah sendiri
Gambar 6
15
Hubungan antara Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga dengan Gaya Pengasuhan Orangtua Tabel 6 menunjukan bahwa urutan kelahiran contoh memiliki hubungan positif signifikan dengan gaya pengasuhan otoritatif ibu (r=0.273, p<0.05), usia ibu (r=0.306, p<0.05) dan lama pendidikan ibu (r=0.267, p<0.05) juga memiliki hubungan positif signifikan dengan gaya pengasuhan otoriter ayah, serta pendapatan keluarga memiliki hubungan negatif signifikan (r=-0.283, p<0.05) dengan gaya pengasuhan otoritatif ibu. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi urutan kelahiran contoh dalam keluarga, maka akan semakin otoritatif gaya pengasuhan yang diberikan oleh ibu. Semakin tinggi usia ibu dan lama pendidikan ibu maka gaya pengasuhan yang diberikan oleh ayah akan semakin otoriter, hal ini berbeda dengan teori yang sudah ada, seharusnya jika usia ibu semakin matang dan pendidikan semakin tinggi maka gaya pengasuhan yang diberikan pada anaknya akan semakin baik, begitupun dengan gaya pengasuhan yang diberikan oleh ayahnya. Sebaliknya, semakin tinggi pendapatan dalam keluarga, maka akan semakin rendah gaya pengasuhan otoritatif yang diberikan oleh ibu, biasanya orangtua yang memiliki pendapatan tinggi tetapi pendidikan rendah dan informasi yang didapatkan mengenai pengasuhan yang baik sedikit, cenderung berpikir bahwa dengan memberikan uang saku yang banyak pada anaknya tanpa memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup itu akan membuat anak baikbaik saja, padahal materi yang banyak saja tidak cukup untuk membesarkan anak karena harus diimbangi dengan perhatian, komunikasi dan kasih sayang yang cukup pula untuk membesarkan anak. Tabel 6 Koefisien korelasi antara karakteristik anak dan karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan orangtua Gaya pengasuhan ayah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gaya pengasuhan ibu
Variabel Usia contoh (tahun) Urutan kelahiran Uang saku (Rp) Usia ayah (tahun) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Pendapatan keluarga (Rp) Besar keluarga (orang)
Otoritatif
Otoriter
Permisif
-.032 -.014 .036 .020 .061 -.197
.042 -.199 .002 .228 .306* .029
.105 -.198 .016 -.226 -.130 .097
Otoritatif -.067 .*273 -.116 .014 -.102 .029
Otoriter
Permisif
.024 -.030 .076 -.210 -.161 -.148
.118 .091 .050 .121 .112 .209
-.094
.267*
.071
.054
-.077
.045
-.200
.107
.108
-.*283
-.107
.059
.174
-.029
-.105
.177
.042
-.007
Keterangan : *signifikan pada p<0.05, **signifikan pada p<0.01
Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orangtua, Hubungan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Napza Tabel 7 menunjukan hubungan antara gaya pengasuhan orangtua, perilaku konsumsi napza dengan teman sebaya. Hasil menunjukan bahwa terdapat
16
hubungan positif signifikan antara gaya pengasuhan otoritatif ayah dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza contoh. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi gaya pengasuhan otoritatif yang diberikan ayah maka akan semakin tinggi pula perilaku konsumsi napza pada contoh (r=0.296, p<0.05), begitupun dengan semakin dekat contoh dengan teman sebayanya, maka akan semakin tinggi pula perilaku konsumsi napza pada contoh (r=0.348, p=<0.01). Tabel 7 Koefisien korelasi antara gaya pengasuhan orang tua, kedekatan teman sebaya dengan perilaku konsumsi napza No
Variabel
Perilaku konsumsi napza
1 2 3 4 5 6 7
Otoritatif ayah Otoriter ayah Permisif ayah Otoritatif ibu Otoriter ibu Permisif ibu Kedekatan teman sebaya
.296* .075 .179 .063 -.115 .190 .348**
Keterangan: *signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01
Tabel 8 menunjukan gaya pengasuhan orang tua berdasarkan pengkonsumsian napza dalam satu minggu. Frekuensi yang dimaksud adalah sering atau tidaknya mengkonsumsi napza dalam satu minggu, dan frekuensi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu kurang dari satu kali dalam seminggu dan lebih dari satu kali dalam seminggu. Hasil menunjukan bahwa pengkonsumsian napza pada frekuensi yang kurang dari satu kali dalam seminggu lebih banyak mendapatkan gaya pengasuhan otoritatif ibu, hal ini menunjukan bahwa remaja yang mengkonsumsi napza kurang dari satu kali dalam satu minggu mendapatkan pengasuhan yang baik dari ibunya, sedangkan untuk frekuensi yang lebih dari satu kali dalam seminggu mendapatkan gaya pengasuhan tertinggi yaitu pengasuhan permisif ayah, hal ini menunjukan remaja mendapatkan pengasuhan yang tidak tepat dari ayahnya sehingga membuat tingkat pengkonsumsian napza besar atau sama dengan lebih dari satu kali dalam satu minggu. Hal ini sejalan dengan penelitian Kim, Hetherington, dan Reiss (1999) yang menyatakan bahwa orangtua yang terlalu negatif dalam pengasuhannya cenderung memiliki anak yang terlibat dalam kenakalan remaja, berbeda dengan orangtua yang positif pengasuhannya.
Tabel 8 Frekuensi pengkonsumsian napza dengan gaya pengasuhan Frekuensi napza (dalam 1 minggu)
Gaya pengasuhan ayah
Gaya pengasuhan ibu
Otoritatif
Otoriter
Permisif
Otoritatif
Otoriter
Permisif
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
≤1 kali >1 kali
1 2
1.6 3.27
14 12
22.95 19.67
16 16
26.23 26.23
24 15
39.34 24.59
0 2
0 3.28
10 10
16.39 16.39
17
Tabel 9 menjelaskan tentang perbandingan frekuensi pengkonsumsian napza lebih dari satu kali dalam satu minggu dan frekuensi pengkonsumsian napza kurang dari satu kali dalam satu minggu, dengan pendapatan keluarga dan kedekatan teman sebaya. Remaja yang mengkonsumsi napza kurang dari satu kali dalam satu minggu pendapatan keluarganya per bulan antara Rp 1.000.000-Rp 4.000.000, dan tingkat kedekatannya dengan teman sebaya sebanyak 77.4 persen berada pada kategori dekat. Remaja yang mengkonsumsi napza lebih dari satu kali dalam satu minggu pendapatan keluarganya per bulan yaitu Rp 1.000.000 sebanyak 15 orang dan tingkat kedekatannya dengan teman sebaya berada pada kategori dekat sebesar 93.3 persen. Tabel 9 Perbandingan frekuensi pengkonsumsian napza dengan pendapatan keluarga dan kedekatan teman sebaya Frekuensi penggunaan napza (dalam satu minggu)
Pendapatan keluarga
Kedekatan teman sebaya
( n= Jumlah remaja)
≤1 kali
77.4% (dekat)
Rp 1.000.000 (13) Rp 1.500.000-Rp 4.000.000 (14)
22.6 (tidak dekat)
93.3% (dekat)
Rp 1.000.000 (15)
6.7% (tidak dekat)
>1 kali
Rp 1.500.000-Rp 4.500.000 (13)
Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Gaya Pengasuhan Orangtua, KedekatanTeman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Napza Tabel 10 menunjukan hasil dari uji regresi linier. Model yang dibangun mempunyai nilai adjusted R square sebesar 0.222. Artinya, sebanyak 22.2 persen variabel dalam model dapat menjelaskan pengaruh terhadap perilaku konsumsi napza pada contoh. Variabel-variabel yang berpengaruh adalah gaya pengasuhan otoritatif ayah (B=1.160, p=0.44) berpengaruh positif pada perilaku konsumsi napza, gaya pengasuhan otoriter ibu (B= -.824, p=0.21) berpengaruh negatif pada perilaku konsumsi napza, dan teman sebaya (B= .419, p=0.11) berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi napza. Tabel 10 Hasil analisis regresi berganda antara gaya pengasuhan, karakteristik anak dan karakteristik keluarga terhadap perilaku konsumsi napza Variabel bebas
Konstanta Usia contoh (tahun) Uang saku (Rp/hari)
Perilaku konsumsi napza B
Sig.
32.722 .161 .000
.033 .284 .454
18
Variabel bebas Usia ayah (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Pendapatan keluarga (Rp/bulan) Besar keluarga Otoriter ayah Otoritatif ayah Permisif ayah Otoriter ibu Otoritatif ibu Permisif ibu Hubungan teman sebaya R2 Adj R2 F Sig.
Perilaku konsumsi napza B -.201 -.1.316 -.171 .109 -2.869E-006 -1.093 -.524 1.160 .428 -.824 .391 .190 .419
Sig. .417 .470 .576 .913 .375 .398 .518 .044* .337 .021* .593 .677 .011* .694 .222 1.858 .047b
Hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa dari sekian banyak variabel yang ada, hanya tiga variabel yang memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumsi napza. Gaya pengasuhan otoritatif ayah dan teman sebaya memiliki pengaruh positif terhadap perilaku konsumsi napza, sementara gaya pengasuhan otoriter ibu berpengaruh negatif terhadap perilaku konsumsi napza. Hal ini sejalan dengan penelitian Pramintari (2013), dimana selain peran orangtua, teman sebaya juga memiliki pengaruh nyata terhadap perilaku kenakalan remaja. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Gaviria dan Raphael (2001), Kawaguchi (2004), Powell, Taurus dan Ross (2005), Lundborg (2006) yang menyatakan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumsi zat-zat seperti tembakau, alkohol, dan obat-obatan lainnya. PEMBAHASAN Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia remaja berada pada kategori remaja pertengahan (Hurlock 1959, dalam Puspitawati 2006) dengan rata-rata usia ayah dan ibu adalah pada usia dewasa madya. Rata-rata lama pendidikan ayah adalah pada tingkat SMA, dan pendidikan ibu pada tingkat SMP. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengahnya remaja menganggap telah diasuh oleh ayahnya dengan gaya pengasuhan permisif, yaitu ayah memberikan kebebasan pada anak tanpa adanya aturan di dalam keluarga, sedangkan gaya pengasuhan ibu sebagian besar berada pada gaya pengasuhan otoritatif, yaitu ibu memiliki aturan yang tegas tetapi diikuti dengan kehangatan dan kasih sayang yang cukup pada anaknya.
19
Hasil uji korelasi antara karakteristik remaja, karakteristik keluarga, dengan gaya pengasuhan orangtua menyatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara urutan kelahiran contoh dengan otoritatif ibu. Hal ini mengindikasikan bahwa anak yang dilahirkan paling terakhir akan mendapatkan pengasuhan otoritatif dari ibunya, hal ini bisa terjadi karena ibu telah belajar bagaimana caranya mengasuh dengan baik dari anaknya yang pertama dan ibu lebih memiliki pengalaman yang cukup untuk mengasuh anaknya. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara usia ibu dengan gaya pengasuhan otoriter ayah. Begitupun dengan lama pendidikan ibu, terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan otoriter ayah, hal ini menunjukan semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi pula otoriter ayah terhadap anaknya, hal ini berbeda dengan teori yang ada seharusnya semakin tinggi pendidikan ibu maka pengasuhan yang diberikan semakin baik karena ibu dapat mengakses informasi dari berbagai pihak dan media mengenai pengasuhan yang baik begitupun dengan ayah. Hasil uji korelasi menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara pendapatan keluarga dengan otoritatif ibu, hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi pendapatan dalam keluarga, maka pengasuhan otoritatif ibu semakin rendah. Hasil uji korelasi antara gaya pengasuhan orangtua, teman sebaya dengan perilaku konsumsi napza menunjukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pengasuhan otoriter ayah dengan teman sebaya, dimana semakin tinggi pengasuhan otoriter yang diberikan ayah, maka semakin tinggi pula tingkat kedekatan antara remaja dengan teman sebayanya. Hasil juga menunjukan terdapat hubungan positif signifikan antara permisif ibu dengan teman sebaya. Hal ini sejalan dengan penelitian Kim, Hetherington, dan Reiss (1999), remaja yang orang tuanya terlalu negatif atau yang rendah dalam pemantauan cenderung menjadi berorientasi pada teman-teman yang menyimpang dan terlibat dalam perilaku yang lebih eksternalisasi. Terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku konsumsi napza dengan teman sebaya, semakin tinggi perilaku konsumsi napza, maka semakin tinggi pula kedekatannya dengan teman sebaya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pusponegoro (2001) bahwa perilaku konsumsi napza pada remaja berhubungan erat dengan kedekatan teman sebayanya, apalagi teman sebayanya tersebut memang sama-sama mengkonsumsi napza. Hasil uji regresi linear antara gaya pengasuhan orang tua, karakteristik remaja, karakteritik keluarga dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi napza menunjukan bahwa diantara sekian banyak variabel yang ada, hanya gaya pengasuhan otoritatif ayah, otoriter ibu, dan teman sebaya yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja. Pengasuhan otoritatif ayah dan teman sebaya berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku konsumsi napza, sementara itu pengasuhan otoriter ibu berpengaruh negatif terhadap perilaku konsumsi napza. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Mounts, Lamborn, dan Dornbusch (1991) yang menemukan bahwa tanpa memandang etnis, status sosial ekonomi, atau status perkawinan orang tua, remaja yang memiliki orang tua yang menerima, tegas, dan demokratis memperoleh nilai yang lebih tinggi di sekolah, lebih mandiri, dilaporkan kurang kecemasan dan depresi, dan kurang mungkin untuk terlibat dalam perilaku nakal. Seharusnya, semakin tinggi otoritatif ayah maka perilaku konsumsi napza semakin rendah. Begitupun dengan otoriter ibu,
20
semakin tinggi otoriter ibu maka semakin rendah perilaku konsumsi napza. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian Fuligni dan Eccles (1993) yang menyatakan bahwa remaja dengan orangtua otoriter akan memiliki hubungan kuat dengan teman sebayanya, dimana hal ini akan memengaruhi remaja dalam pengambilan keputusan sosialnya. Seperti yang telah dikatakan Santrock (2003), bahwa beberapa ahli mengatakan teman sebaya dapat memengaruhi atau mengenalkan remaja dengan alkohol, obat-obatan terlarang dan kenakalan lainnya, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa semakin dekat seorang remaja dengan teman sebayanya, maka akan memengaruhi perilaku konsumsi napza pada remaja tersebut akibat dari pergaulannya dengan teman sebaya. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anindjayati & Karima (2004), yang menyatakan bahwa pengaruh teman sebaya terutama teman dekat, memiliki pengaruh yang paling besar dalam kaitannya dengan konsumsi narkoba pada remaja. Hal ini menjelaskan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku konsumsi napza pada remaja, meskipun remaja tersebut memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya, karena sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh remaja adalah di sekolah yang mana merupakan waktu yang panjang untuk bersama dengan teman-temannya. Keterbatasan penelitian ini yaitu jumlah contoh hanya melibatkan 61 orang di satu sekolah saja, sehingga hasil yang didapat tidak bisa merepresentasikan remaja secara keseluruhan khususnya di Kota Bogor. Selain itu, penelitian ini hanya melibatkan remaja sebagai responden tidak dengan orangtua, sehingga persepsi mengenai gaya pengasuhan terasa bias karena hanya anak yang ditanya mengenai gaya pengasuhan orangtua. Keterbatasan lain dalam penelitian ini yaitu, untuk mengukur perilaku konsumsi perlu ditambahkan frekuensi banyaknya napza yang dikonsumsi oleh remaja misalnya dalam bentuk gram atau ml. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Frekuensi pengkonsumsian napza pada remaja berada pada kategori kurang dari satu kali dalam satu minggu, dengan proporsi terbesar jenis napza yang sering dikonsumsi adalah alkohol dan ganja. Remaja dengan teman sebaya memiliki hubungan yang cukup erat, sehingga mereka merasa lebih nyaman bersama temannya dibandingkan dengan keluarganya. Presentasi terbesar gaya pengasuhan ayah adalah permisif, sedangkan ibu otoriter. Gaya pengasuhan otoritatif yang diberikan ayah kepada anaknya dan hubungan teman sebaya dengan remaja memiliki pengaruh positif terhadap perilaku konsumsi napza. Sementara itu, gaya pengasuhan otoriter ibu memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku konsumsi napza.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, untuk menghadapi remaja yang kurang baik atau nakal dalam berperilaku orangtua harus memberikan gaya pengasuhan
21
otoriter kepada anaknya, dimana gaya pengasuhan otoriter adalah gaya pengasuhan yang ketat akan aturan dan tegas terhadap anak. Selain memberikan gaya pengasuhan yang tepat, orangtua diharapkan mampu mengontrol pergaulan anak dengan lingkungan diluar keluarga, seperti lingkungan pertetanggaan dan lingkungan teman sebaya, karena kedua faktor ini dapat memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA Alfiasari, Latifah M, Wulandari A. 2011. Pengasuhan otoriter berpotensi menurunkan kecerdasan sosial, self-esteem, dan prestasi akademik remaja. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4(1) 46-56. ISSN : 1907 – 6037. Anganthi NRN. et al. 2009. Persepsi anak terhadap delinquency penyalahgunaan napza. Jurnal Penelitian Humaniora. 10(2): 121-129. Baumrind D. 1991. The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. Journal of Early Adolescence. 11: 56-95. Bednar DE, Fisher TD. 2003. Peer referencing in adolescent decision making as a function of perceived parenting style. 38(152). Brown BB, Bakken JP. 2011. Parenting and peer relationship: Reinvigorating research on family-peer linkages in adolescence .21(1) 153-165. Chilcoat HD, Anthony JC. 1996. Impact of parental monitoring on initiation of drug use through late childhood. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. 35: 91-100. DeCiccu P, Kenkel D, Mathios A. 2000. Racial difference in the determinants of smoking onset. Journal of Risk and Uncertainty. 21: 311-40 Dekovic M, Wissink IB, Meijer AM. 2004. The role of family and peer relations in adolescent antisocial behaviour: comparison of four ethnic groups. Journal of Adolescence. 27: 497–514. [DEPKES] Laporan Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Duarte R, Escario JJ, Molina JA. 2011. Me, my classmates and my buddies: analysing peer group effect on student marijuana consumption. Journal of Education Economics. 19(1) 89-105. Eitle D. 2005. The moderating effects of peer substance use on the family structure adolescent substance use association: quantity versus quality of parenting. Addictive Behaviors. 30: 963–980. Fulligni AJ, Eccles JS. 1993. Perceived parent-child relationship and early adolescents orientation toward peers. Development Psychology. 29: 622632 Gaviria A, Raphael S. 2001. School-based peer effects and juvenile behaviour. The Review of Economics and Statistics. 83: 257–268. Gecková AM, Stewart R, Van Dijk JP, Orosová O, Groothoff JW, Post D. 2005. Influence of socio-economic status, parents and peers on smoking behaviour of adolescents. European Addiction Research.1: 204–209.
22
Ibaniati R. 2005. Pengaruh tingkat depresi dari jenis kepribadian remaja terhadap tingkat kenakalannya [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Kadarmanta A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta (ID): PT Forum Media Utama. Kawaguchi D. 2004. Peer effects on substance use among American teenagers. Journal of Population Economics. 17: 351–367. Kim JE, Hetherington EM, Reiss D. 1999. Associations among family relationship, antisocial peers, and adolescents externalizing behaviors: gender and family type differences. Child Development. 70: 1209-1230. Lamborn SD, Mounts NS, Steinberg L, Dornbusch SM. 1991. Patterns of competence and adjusment among adolescents from authoritative, authoritarian, indulgent, and neglectful families. Child Development. 62: 1049-1065. Lundborg P. 2006. Having the wrong friends? Peer effects in adolescent substance use. Journal of Health Economics. 25: 214–233. Martono LH, Joewana S. 2008. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba Dan Keluarganya. Jakarta : Balai Pustaka. McArdle P, Wiegersma A, Gilvarry E, McCarthy D, Fitzgerald M, Kolte B, Brinkley A. 2000. International variations in youth drug use: The effect of individual behaviours, peer and family influences, and geographical location. European Addiction Research. 6: 163–169. Megawangi R. 1999. Membiarkan berbeda? Sudut pandang baru tentang relasi gender. Bandung (ID): Mizan Media Utama. Mount NS, Steimberg L. 1995. An ecological analysis of peer influence on adolescent grade point average and drug use. Developmental Psychology. 31: 915–922. Newman K, Harrison L. Dashiff C, Davies S. 2008. Relationship between parenting styles and risk behavior in adolescent health: an integrative literature review. Rev latino-am enfermage. Janero-fevereiro. 16(1): 142150. Pambudi, Setyawan. 2007. Gallup Youth Survey: Isu Dan Tren Utama Remaja Dan Alkohol. Bandung (ID): Pakar Raya. Powell LM, Tauras JA, Ross HH. 2005. The importance of peer effects, cigarette prices and tobacco control policies for youth smoking behaviour. Journal of Health Economics. 24: 950–968. Power R.2002. Participatory research amongst marginal groups: drugs users, homeless people, and gay men. Journal of Health Sciences. 9(2). Pramintari RD. 2013. Pengaruh gaya pengasuhan dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol siswa SMA Di Kota Bogor. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Puspitawati H. 2006. Pengaruh faktor keluarga, lingkungan teman dan sekolah terhadap kenakalan pelajar di sekolah lanjutan tingkat atas (slta) di Kota Bogor [disertasi]. Bogor:Program Pascasarjana Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pusponegoro HD. 2001. Pencegahan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang. 3(3). Santrock JW. 2003. Adolescene; Perkembangan Remaja. Edisi keenam. Jakarta (ID) : Erlangga.
23
Santrock JW. 2003. Adolescent Perkembangan Remaja. Shinto BA, Sherly S, penerjemah: Wisnu CK, Yati S, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence. Ed ke-6. Sofiyah. 2007. Narkoba No, Prestasi Yes. Jakarta (ID) : Be Champion. Tim Bandung Valley. 2011. Talking With Your Kids About Drugs And Alcohol. Jakarta (ID): PT Gramedia. Yusuf, S. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung (ID): PT. remaja rosdakarya.
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan usia, usia orangtua, uang saku, besar keluarga, pendapatan keluarga. Kategori Remaja dini (13-14 tahun) Remaja madya (15-16 tahun) Remaja akhir (17-18 tahun) Kategori Dewasa awal (18-40 tahun) Dewasa madya (41-60 tahun) Dewasa akhir (>60 tahun)
Presentase (%) 3.3 45.9 50.8 Ibu (%)
Kategori
Ayah (%) 59 39 1.6
37.7 55.7 6.5
Presentase (%)
Rendah (≤Rp6.666,6)
11.5
Sedang (Rp6.666,7-Rp13.333,3)
44.1
Tinggi (≥Rp13.333,4)
44.2
Kategori
Presentase (%)
Keluarga kecil (≤4 orang)
28
Keluarga sedang (5-7 orang)
59
Keluarga besar (≥8 orang)
13
Kategori
Presentase (%)
Rendah (≤Rp1.400.000,00)
54
Sedang (Rp1.500.000,00-Rp2.900.000,00)
30
Tinggi (≥Rp3.000.000,00)
16
25
Lampiran 2 Sebaran jawaban perilaku konsumsi napza No
Pernyataan
Laki-laki STS
TS
S
SS
n
%
n
%
n
%
10
16,4
8
13,1
39
63,9
4
6,6
16
26,2
24
39,3
17
27,9
4
6,6
59,0
7
11,5
17
Pernah berada pada situasi mabuk Minum soda dicampur dengan obat Pernah mengkonsumsi alkohol Minum alkohol karena dipaksa Kemauan sendiri Terlihat keren Coba-coba Membeli dengan uang sendiri Membeli dengan uang SPP Membeli dengan uang patungan Mengkonsumsi alkohol lebih dari satu kali dalam satu minggu Minum di rumah teman Minum alkohol di sekolah Minum alkohol d tempat nongkrong Saya meminum minuman di atas di rumah sendiri Pernah mabuk tidak tahu jenis mengkonsumsi morfin
18 19
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16
20 21 22 23 24 25
36
n
%
10
16,4
8
13,1
10
16,4
31
50,8
16
26,2
4
6,6
9 21 13 14
14,8 34,4 21,3 23,0
18 28 11 21
29,5 45,9 18,0 34,4
29 7 33 23
47,5 11,5 54,1 37,7
5 5 4 3
8,2 8,2 6,6 4,9
36 9
59,0 14,8
22 10
36,1 16,4
2 34
3,3 55,7
1 8
1,6 13,1
23
37,7
18
29,5
15
24,6
5
8,2
12 28 6
19,7 45,9 9,8
22 30 12
36,1 49,2 19,7
23 2 33
37,7 3,3 54,1
6,6 1,6 16,4
25
41,0
26
42,6
7
11,5
4 1 1 0 3
21
34,4
22
36,1
16
26,2
2
3,3
26
42,6
33
54,1
1
1,6
1
1,6
Mengkonsumsi heroin
29
47,5
27
44,3
3
4,9
2
3,3
Mendapat narkoba dari teman Mengkonsumsi narkoba di rumah teman Mengkonsumsi narkoba di sekolah Mengkonsumsi narkoba di tempat nongkrong Mengkonsumsi narkoba dirumah Pernah mengkonsumsi mariyuana pernah mengkonsumsi kokain
23
37,7
26
42,6
10
16,4
2
3,3
24
39,3
26
42,6
11
18,0
0
0
31
50,8
27
44,3
2
3,3
1
1,6
23
37,7
25
41,0
10
16,4
3
4,9
30
49,2
24
39,3
6
9,8
1
1,6
22
36,1
22
36,1
14
23,0
3
4,9
24
39,3
33
54,1
4
6,6
0
0
4,9
26
No
Pernyataan
Laki-laki STS
TS
S
SS
n 28
% 45,9
n 21
% 34,4
n 11
% 18,0
n 1
% 1,6
22
36,1
19
31,1
16
26,2
4
6,6
31 26 27 25
50,8 42,6 44,3 41,0
28 18 26 29
45,9 29,5 42,6 47,5
2 16 7 6
3,3 26,2 11,5 9,8
0 1 1 1
0 1,6 1,6 1,6
32 33 34 35 36 37
Agar diterima oleh teman Coba-coba Menggunakan pil bk Saya pernah mengkonsumsi Ekstasi Mengkonsumsi amfetamin Mengkonsumsi codein Mengkonsumsi saat SD Mengkonsumsi saat SMP Mengkonsumsi saat SMA Diajak teman
28 26 33 27 27 22
45,9 42,6 54,1 44,3 44,3 36,1
29 31 25 24 22 29
47,5 50,8 41,0 39,3 36,1 47,5
2 2 2 7 9 9
3,3 3,3 3,3 11,5 14,8 14,8
2 2 1 3 3 1
3,3 3,3 1,6 4,9 4,9 1,6
38 39 40 41 42 43 44 45 46
Keinginan sendiri Coba-coba Ingin terlihat keren Dipaksa teman Merasa hebat Menggunakan ganja Menggunakan shabu Mengkonsumsi pil koplo Merasa puas
23 22 27 20 23 24 30 33 31
37,7 36,1 44,3 32,6 37,7 39,3 49,2 54,1 50,8
28 22 29 34 27 22 25 22 17
45,9 36,1 47,5 55,7 44,3 36,1 41,0 36,1 27,9
9 15 5 5 10 13 4 6 10
14,8 24,6 8,2 8,2 16,4 21,3 6,6 9,8 16,4
1 2 0 2 1 2 2 0 3
1,6 3,3 0 3,3 1,6 3,3 3,3 0 4,9
26 27 28 29 30 31
Mengkonsumsi narkoba lebih dari sekali Menghilangkan stress
Keterangan: modifikasi dari Stranas (Hastuti 2013) Lampiran 3 Sebaran jawaban hubungan teman sebaya No. Pernyataan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Selalu siap diajak teman Siap diajak bolos
STS n %
Laki-laki TS S n % n %
SS n %
5
8,2
15 24,6 38 62,3
3
4,9
11 13
18,0 33 54,1 16 26,2 1 21,3 29 47,5 15 24,6 4
1,6 6,6
Setuju perbuatan negatif teman Mengikuti perbuatan teman 16 Merasa nyaman bersama teman 3 Ikut berkelahi bersama teman 8 Peduli terhadap teman 9 Bergabung dalam organisasi dengan teman
4
26,2 27
44,3 17
4,9
16,4
10
35
27,9 1
1,6
57,4 13
21,3
13,1 28 45,9 19 31,1 14,8 31 50,8 6,6
19 31,1
6
18 29,5 3 31 50,8 7
9,8 4,9 11,5
27
9.
Melakukan apa saja agar 7 11,5 34 tidak dimusuhi 10. Bercerita pada teman daripada keluarga 7 11,5 25 11. Senang bersama teman 13 21,3 37 12. Mendengarkan teman 27 44,3 31 13. Tidak akan meninggalkan teman 6 9,8 19 14. Jika tidak bertemu merasa 2 3,3 22 kehilangan 15. Bersama teman lebih 7 11,5 26 percaya diri Keterangan: modifikasi dari Stranas (Hastuti 2013)
55,7 18
41,0 60,7 50,8
29,5
2
3,3
22 36,1 7 8 13,1 3 2 3,3 1
11,5 4,9 1,6
31,1 33
54,1
3
4,9
28 45,9 42,6 24 39,3
9 4
14,8 6,6
36,1
Lampiran 4 meta analisis jurnal No 1
Judul Pengasuhan Otoriter Berpotensi Menurunkan Kecerdasan Sosial, Selfesteem, dan Prestasi Akademik Remaja
Penulis Alfiasari, Melly Latifah, dan Astuti Wulandari
Tahun
Sampel/Tempat
Hasil
2011
Sampel: 107 responden terdiri dari 55 mahasiswa lakilaki, dan 52 mahasiswa perempuan tingkat pertama
Persepsi gaya pengasuhan mengembangkan konsep gaya otoritatif, otoriter, dan permisif. Jenis kelamin perempuan berhubungan nyata dengan tingginya skor persepsi permisif. Hasil juga menunjukan bahwa semakin tinggi skor persepsi gaya pengasuhan otoritatif yang dirasakan remaja, semakin tinggi tingkat kecerdasan sosial dan self-esteem. Sebaliknya, semakin tinggi skor persepsi gaya pengasuhan otoriter yang dirasakan remaja maka semakin rendah skor kecerdasan sosial, selfesteem, dan prestasi akademik. Skor persepsi gaya pengasuhan permisif berhubungan positif dan signifikan dengan prestasi akademik.
Tempat: asrama tingkat persiapan bersama IPB Dramaga Bogor
28
Kecerdasan sosial berhubungan positif dengan self-esteem. Kecerdasan sosial dan self-esteem tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi akademik. 2
Persepsi Anak Nisa Rahma Nur Terhadap Anganthi, Delinquency Penyalahgunaan Eny Purwandari, Napza dan Yadi Purwanto
2009
Sampel: 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, dengan jenjang pendidikan yang bertingkat mulai dari SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi Tempat: Sragen
3
Layanan Kadek Bimbingan Suranata Kelompok Untuk Meningkatkan Sikap Antisipatif Siswa Terhadap Bahaya Penyalahgunaan Napza
2009
Sampel: seluruh siswa kelas X SMU Laboratorium Undiksha pada tahun ajaran 2009/2010 Tempat:-
4
Dukungan Psikososial
Elisa Putri 2012 D. Siahaan,
Sampel: sampel penelitian
Keluarga mempunyai peranan penting dalam masalah terjerumusnya remaja pada Napza, orang tua sangat berperan dalam mengawasi anakanaknya dalam bergaul dan menuntun mereka dalam menjalani hidup supaya tidak salah bergaul dengan temanteman yang dapat menjerumuskan mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan sikap antisipatif siswa terhadap bahaya penyalahgunaan napza, (2) terdapat perbedaan sikap antisipatif siswa yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok, (3) terdapat perbedaan sikap antisipatif yang signifikan antara kelompok siswa yang telah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan kelompok siswa yang tidak diberikan layanan bimbingan kelompok Keluarga mempunyai peranan penting dalam
29
Keluarga Dalam Wardiyah Penyembuhan Daulay Pasien Napza Di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
5
Beberapa Rustyawati Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan Narkoba pada Penderita yang Dirawat di Panti Rehabilitasi (Studi Kasus Di Semarang dan Sekitarnya)
2007
sebanyak 30 orang yang anggota keluarganya merupakan pasien NAPZA dan bersedia menjadi responden Tempat: Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara – Medan, Sampel: 38 orang remaja (pelajar dan mahasiswa) yang dirawat di panti rehabilitasi narkoba Tempat: Semarang dan Sekitarnya
penyembuhan pasien yang menggunakan Napza, dukungan dan motivasi dari keluarga adalah modal utama dalam proses penyembuhan
Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang secara mandiri berhubungan dengan kasus penyalahgunaan narkoba adalah memiliki riwayat keluarga sebagai penyalahguna Narkoba, mengalami kecemasan/depresi, pendidikan ayah yang rendah, komitmen dalam beragama yang kurang, keluarga kurang harmonis, komunikasi keluarga rendah dan mudahnya mendapatkan narkoba. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang terbukti secara bersama-sama berhubungan dengan kasus penyalahgunaan narkoba adalah orang tua yang sibuk ( bekerja >14 jam/hari), bergaul dengan teman sebaya, dan penggunaan waktu
30
6
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pecandu Penyalahgunaan Napza pada Masa Pemulihan DI Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda
Pantjalina 2012 LE, Syafar M, dan Natsir S.
Sampel: 9 orang pecandu napza yang masih aktif mengikuti masa pemulihan di rumah sakit Tempat: Rumah Sakit Atma Husada
7
Me, My Duarte R, 2011 Classmates and Escario JJ, My Buddies: Molina JA Analysing Peer Group Effect on Student Marijuana Consumption
Sampel: siswa Tempat: Spanyol
8
Parenting and Brown BB 2011 Peer dan Bakken Relationship: JP Reinvogorating Research on Family-Peer Linkages in Adolescence
Sampel: 1.680 siswa Tempat: Spanyol
luang yang salah. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden telah mengkonsumsi NAPZA pada umur 15 tahun dan pada saat mengenyam pendidikan SMP. Responden mengatakan bahwa mereka perlu untuk direhabilitasi dan memiliki harapan untuk menjadi lebih baik, tidak mengkonsumsi NAPZA serta menjadi relawan narkoba. Alasan untuk mengikuti program rehabilitasi karena keinginan sendiri dan mendapatkan dukungan keluarga, teman sebaya, dan masyarakat sekitar termasuk petugas rumah sakit Hasil menunjukan bahwa, meskipun benar bahwa konsumsi obat-obatan dalam kelompok mempengaruhi perilaku individu, tetapi benar juga bahwa individu, seperti anggota kelompok, mempengaruhi perilaku kelompok itu sendiri. Hasil menemukan bahwa ibu memiliki kesadaran yang lebih besar daripada ayah, mungkin karena mereka mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber.
31
Siswa SMA lebih cenderung berbohong daripada kelompok yang lebih tua, dan kemungkinan besar untuk menyembunyikan sesuatu tentang teman-teman atau penggunaan alkohol, sedangkan untuk mahasiswa, uang dan aktivitas seksual adalah sumber yang paling umum dari kebohongan. 9
9
Peer Bednar DE 2003 Referencing in dan Fisher Adolescent TD Decision Making as a Function of Perceived Parenting Style
Sampel: 264 sampel (108 laki-laki, 154 perempuan) Tempat: Universitas Negeri Midwestern
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang dibesarkan oleh orangtua otoritatif cenderung untuk merujuk kepada orang tua mereka untuk pengambilan keputusan moral dan informasi, sedangkan remaja yang dibesarkan oleh pengasuhan otoriter, permisif, atau mengabaikan-menolak, maka remaja lebih sering merujuk kepada rekan-rekan mereka untuk keputusan moral dan informasi.
The Between Relationship Parenting Styles, Parental Reading Involvement Child Behavior Outcomes, Child Classroom Competence, and Early
Sampel: 173 anak-anak usia 3-4 tahun
Ketika menangani praktik pengasuhan dan karakteristik perilaku gaya pengasuhan dalam kaitannya dengan anak-anak, perilaku, karakteristik orangtua benar-benar penting. Hasil menyimpulkan bahwa
Kristal Lea Sommer
2007
Tempat: Oklahoma
32
Childhood Literacy
pengasuhan responsif mengarah ke hasil yang lebih positif dan pola asuh permisif mengarah ke hasil yang lebih negatif bagi anakanak prasekolah, terutama ketika orang tua anak-anak memiliki pendidikan yang lebih rendah atau pendapatan dari orang tua ini rendah. Dengan demikian, karakteristik orangtua responsif adalah penting dalam meningkatkan kemampuan anak-anak untuk unggul dalam tugas perilaku dan akademis. Dari informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, permulaan program di Oklahoma bisa lebih mengetahui praktik pengasuhan terbaik untuk disajikan kepada orang tua. Selanjutnya, penelitian ini mencontohkan bagaimana penelitian, teori, dan praktek dapat bekerja sama untuk saling memberikan informasi.
33
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 15 Desember 1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak H. Ali Muslich dan Ibu Eti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Gunung Sodong 2 Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor pada tahun 1998. Kemudian pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2007 di SMP Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor. Selanjutnya pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Ciampea Kabupaten Bogor pada tahun 2010. Penulis melanjutkan ke pendidikan tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Supporting Course. Selama mengikuti pendidikan, penulis menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar Komunikasi, penulis juga aktif dalam kegiataan dan organisasi di kampus. Pada periode 2010-2011 penulis aktif dalam organisasi di Asrama TPB IPB (Gugus disiplin asrama), UKM Lingkung Seni Sunda (Lises) Gentra Kaheman IPB, pada periode 2011-2012 penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa FEMA Kabinet Sinekologi, dan periode 2012-2013 penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) IPB. Penulis juga aktif dalam kepanitian-kepanitian yang diadakan oleh organisasi yang diikutinya dan mengikuti seminar-seminar di dalam kampus.