PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA DI SMK SEPULUH NOPEMBER SEMARANG
Manuscript
Oleh Ahmad Suprayitno G2A009006
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul
Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perilaku Merokok Remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, Oktober 2013
Pembimbing I
Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes.
Pembimbing II
Ns. Ernawati, S.Kp., M.Kes.
Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perilaku Merokok Remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang Ahmad Suprayitno1, Edy Soesanto 2, Ernawati3 1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS Dosen Keperawatan Komunitas Fikkes UNIMUS 3 Dosen Keperawatan Komunitas Fikkes UNIMUS 2
Abstrak Latar Belakang: Rokok merupakan masalah yang sangat dekat menjerat anak dan remaja di Indonesia. Gencarnya iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat mempengaruhi motivasi generasi muda untuk menjadi perokok pemula. Kehadiran teman sebaya menjadi salah satu penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja. Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang. Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah diskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah semua siswa SMK Sepuluh Nopember Semarang berjumlah 325 siswa. Teknik sampling yang digunakan proporsional random sampling berjumlah 179 orang. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak merokok yaitu sebanyak 58,7%, sebagian besar faktor teman sebaya dalam kategori baik yaitu 51,4%. Hasil analisis menemukan ada hubungan yang bermakna antara faktor teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMK Sepuluh Nopember Semarang. Saran: Berdasarkan hasil penelitian maka diharapkan Remaja hendaknya dapat menjaga diri dengan memilih pergaulan yang baik dan tidak mudah terjerumus kedalam tindakan yang salah seperti perilaku merokok
Kata Kunci : Teman Sebaya, Perilaku Merokok
Abstract Background: Smoking was an issue that was very close to ensnare children and adolescents in Indonesia. Incessant advertising, promotion and sponsorship that greatly affect the motivation of young people to become smoker’s beginners. The presence of peers was to be one of the causes of smoking behavior in adolescents. Objective: Research purposes to determine the influence of peers to adolescent smoking behavior in SMK Sepuluh November Semarang. Research design: The study design was a descriptive correlation with cross sectional approach. The population in this study was all students of SMK Sepuluh Nopember Semarang amount 325 students. The sampling technique used proportional random sampling amount to 179 people. Result: The results showed that most students do not smoke as many as 58.7 %, the majority of peer factors in good categories was 51.4 %. The analysis founded there was significant correlation between peer factors and smoking behavior in students of SMK Sepuluh November Semarang p.value 0,000 (p < 0,05),r 0,371. Suggestion: Based on the research results were expected to teens should be able to keep yourself by choosing good relationships and do not easily fall into the wrong actions such as smoking behavior Keywords : Peers, Smoking Behavior
PENDAHULUAN Remaja dalam perkembangannya sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Salah satu perilaku tidak sehat oleh remaja yang dipengaruhi oleh lingkungan adalah merokok. Kebiasaan merokok ini selain dipengaruhi oleh lingkungan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti masa perkembagan anak yang mencari identitas diri yang ingin mencoba hal baru, keluarga dan teman sebaya (Tarwoto, dkk, 2010). Rokok merupakan masalah yang sangat dekat menjerat anak dan remaja di Indonesia. Gencarnya iklan, promosi dan sponsor rokok yang sangat mempengaruhi motivasi generasi muda untuk perokok pemula. Lebih dari sepertiga pelajar dilaporkan biasa merokok, dan ada 3 diantara 10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur dibawah 10 tahun (The Global Youth Tobacco Survey, 2011). Berdasarkan data WHO wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya, selain itu merokok juga bertanggung jawab terhadap kematian satu dari lima orang. Rokok masih menjadi polemik di masyarakat hingga saat ini. Berbeda dengan negara maju dan negara tetangga lainnya, pengendalian tembakau di Indonesia terbilang kurang berhasil. Kenyataan ini diperjelas dengan temuan dari Global Adult Tobacco Survey (2011) yang menyatakan bahwa sebanyak 61,4 juta orang dewasa di Indonesia yang masih merokok. Kebiasaan merokok ini tidak hanya ditemukan pada orangtua atau orang dewasa saja, namun kebiasaan merokok ini juga dapat ditemukan pada remaja. Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan bahwa 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok (Nusantaranews, 2009). Data dari WHO menyebutkan, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India dan diatas Rusia dan Amerika Serikat. Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yakni setelah China, India dan Amerika Serikat. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock dalam Sarwono, 2003). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Pengaruh lingkungan dari teman sebaya juga memberi peran yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian remaja termasuk salah satunya adalah perilaku merokok. Menurut Ahmadi (2004)
kelompok teman sebaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku remaja, mengingat semakin dominannya peran kelompok sebaya daripada orangtua pada usia-usia remaja atau menjelang dewasa, dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Kelompok teman sebaya menyediakan suatu lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya, dan tempat dalam rangka remaja menemukan jati dirinya. Berkaitan dengan bahaya merokok maka salah satu akibatnya adalah penyempitan pembuluh darah akan terjadi di otak, jantung, paru, ginjal, kaki, saluran peranakan, dan ari-ari pada wanita hamil. Dapat dipahami penyempitan itu dapat berakibat sumbatan di otak, penyempitan pembuluh darah jantung, penyakit paru menahun, betis menjadi sakit hingga pembusukan kering (gangrene), kemandulan, keguguran atau kematian bayi dalam kandungan, atau bayi lahir premature atau cacat (Kusmana, 2007). Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap perilaku merokok pada remaja.
METODE Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dalam bentuk korelasi dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan belah lintang (Cross Sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMK Sepuluh Nopember Semarang yang terdiri dari kelas X sebanyak 106 siswa, XI sebanyak 90 siswa dan XII sebanyak 129 siswa sehingga jumlah total 325 siswa. Sampelnya sebagian dari populasi yang diambil dengan tehnik proporsional random sampling, dengan kriteria mau menjadi responden. Sampel dari penelitian ini adalah 179. Variabel independent dalam penelitian ini adalah kelompok teman sebaya dan variabel dependennya adalah perilaku merokok. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar kuesioner. Cara pengumpulan data : melakukan studi pendahuluan pada untuk mengetahui permasalahan, kemudian setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi remaja di SMK Sepuluh Nopember Semarang peneliti meminta ijin untuk pengambilan data. Peneliti menjelaskan tata cara pengisian kuesioner kemudian membagikan kuesioner tersebut kepada responden dan peneliti menunggui selama proses pengisian kuesioner. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata skor faktor teman sebaya adalah sebesar 40,19. Diperoleh hasil diketahui bahwa sebagian besar faktor teman sebaya dalam kategori baik yaitu 92 orang (51,4%) terdapat pada tabel 1 dan 2. Pada perilaku merokok (tabel 3) didapatkan bahwa sebagian besar siswa tidak merokok yaitu sebanyak 105 anak (58,7%) Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal seperti pada gambar 1 (sketer plot). Tabel 1. Distribusi teman sebaya pada siswa SMK Sepuluh Nopember Semarang tahun 2013 (n=179) Teman sebaya Teman sebaya Teman sebaya
Mean 40,19 Mean
Median 40 Median
Tabel 2. Distribusi frekuensi faktor teman sebaya pada siswa SMK Sepuluh Nopember Semarang tahun 2013 (n=179). Teman sebaya
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak baik Baik
87 92
48,6 51,4
Jumlah
179
100
Distribusi frekuensi perilaku merokok pada siswa SMK Sepuluh Nopember Semarang tahun 2013 (n=179) Perilaku merokok
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak merokok Perokok ringan Perokok sedang Perokok berat
105 39 35 0
58,7 21,8 19,6 0,0
Jumlah
179
100
Gambar 1. Hubungan faktor teman sebaya dengan perilaku merokok
Hasil penelitian, didapatkan bahwa rata-rata skor faktor teman sebaya adalah sebesar 40,19, dengan nilai median sebesar 40. Berdasarkan kategorinya sebagian besar faktor teman sebaya dalam kategori baik yaitu 51,4%. Hal ini berarti bahwa responden penelitian menganggap faktor teman sebaya adalah baik. Artinya kelompok sebaya melakukan sesuatu yang positif terutama kaitannya dengan perilaku merokok. Kelompok sebaya sering menjadi model bagi diri seorang remaja. Model terkini yang dikenakan kelompok sebaya akan diikuti oleh anggota-anggotanya agar dapat diterima oleh kelompok tersebut. Kelompok teman sebaya ini memberi pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku seorang remaja termasuk didalamnya adalah mengenai penggunaan rokok.
Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar komunikasi interpersonal responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 66,1%. Kemampuan komunikasi interpersonal ini ditunjukkan dari hasil jawaban kuesioner pada pernyataan percaya dengan orang tua dalam memberikan arahan, tidak suka memendam perasaan diri saya sendiri dan sebagainya. Kemampuan komunikasi sangat penting bagi setiap orang termasuk seorang remaja putri. Kemampuan untuk mengungkapkan isi hati diperlukan agar dapat tersampaikan maksud dan tujuan. Perasaan malu atau takut akan mengganggu bagi remaja putri untuk dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lancar (tabel 1). Pandangan remaja terhadap kelompok teman sebaya adalah cara pandang atau penilaian terhadap kelompok teman sebayanya. Persepsi yang positif berarti remaja menilai bahwa kelompok teman sebaya adalah tempat yang sesuai untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki. Bersama dengan teman sebaya remaja mendapatkan nilai-nilai positif yang tidak didapatkannya dari orangtuanya (Santrock, 2000). Persepsi negative berarti remaja menganggap bahwa kelompok teman sebaya adalah tempat kompensasi terhadap kekurangan yang dimiliki atau sebagai ajang balas dendam terhadap lingkungan yang menolak atau memusuhinya (Kartono, 2006) (tabel 2).
Hasil penelitian diketahui bahwa siswa SMK Sepuluh Nopember Semarang sebagian besar tidak merokok yaitu sebanyak 58,7%. Perilaku merokok siswa ini tentunya sangat memprihatinkan karena di usianya yang masih belia sudah mengkonsumsi rokok yang memberikan banyak kerugian bagi kesehatannya. Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh para remaja yang menjadi responden penelitian ini disebabkan oleh faktor pergaulan. Para remaja merasa akan lebih dekat dengan teman sebaya apabila sama-sama merokok dan rokok dijadikan sebagai simbol pergaulan (tabel 3).
Lingkungan teman sebaya dan kelompok masyarakat memberi andil besar dalam pembentukan karakter remaja yang menjadi responden penelitian, khususnya dalam hal kebiasaan merokok. Banyaknya teman sebaya dan masyarakat yang mempunyai kebiasaan merokok dan dijadikan sebagai simbol pergaulan akhirnya mempengaruhi kebiasaan, sikap dan perilaku para remaja di tempat penelitian. Kelompok teman sebaya juga menjadi model bagi remaja dalam berperilaku. Mereka mempunyai anggapan bahwa dirinya akan diterima didalam kelompoknya jika mengikuti tren yang sedang berlangsung di dalam kelompok itu. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Wresniwiro (1999) yang menyebutkan bahwa remaja tumbuh dan berkembang pada 3 dimensi sosial yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Keterpaduan, kesinambungan sistem pembinaan diantara ketiga dimensi tersebut terhadap remaja akan mewarnai penampilan, sikap dan perilaku mereka terhadap lingkungan, terhadap masa depannya dan terhadap dirinya sendiri.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman didapatkan koefisien korelasi sebesar sebesar 0,371 dengan nilai p sebesar 0,000 (P< 0,05), sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara faktor teman sebaya dengan perilaku merokok di SMK Sepuluh Nopember Semarang, dengan tingkat hubungan yang lemah (gambar 1). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komalasari dan Helmi (2000) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Berdasarkan hasil korelasi didapatkan nilai r sebesar 0,366 dengan nilai p sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara lingkungan kelompok sebaya dengan perilaku merokok.
Lingkungan kelompok teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari penolakan kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting. Remaja tidak ingin dirinya ditolak dan menghindari sebutan ’banci’ atau ’pengecut’. Merokok bagi remaja juga merupakan simbolisasi atas kekuasaan, kejantanan dan kedewasaan (Mu’tadin, 2002).
PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar faktor teman sebaya dalam kategori baik yaitu 51,4% dan yang tidak baik sebanyak 48,6%. Perilaku merokok siswa sebagian besar adalah
tidak merokok yaitu sebanyak 58,7%, yang perokok ringan sebanyak 21,8%, yang perokok sedang sebanyak 19,6% dan yang perkok berat tidak ada. Hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMK Sepuluh Nopember Semarang. dengan nilai p = 0,000.
Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap perilaku remaja saat ini, sehingga peneliti mengharapkan remaja mampu dapat menjaga diri dengan memilih pergaulan yang baik dan tidak mudah terjerumus kedalam tindakan yang salah seperti perilaku merokok. Sebagaimana juga orang tua diharapkan dapat lebih mengontrol dan mengawasi pergaulan anaknya serta memberikan bimbingan dan contoh yang baik untuk anaknya. Demikian juga sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat membuat peraturan yang jelas tentang larangan merokok dan mensosialisasikan kepada seluruh siswa, guru dan pegawai sekolah tentang adanya peraturan yang tegas apabila melanggar peraturan tersebut.
KEPUSTAKAAN Kartono, K. (2006). Psikologi perkembangan suatu pendekatan. sepanjang rentang kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Kusmana, D. (2007). Rokok Dan Kesehatan Jantung, Pusat Jantung Nasional Harapan kita. Diambil Pada Tanggal 17 Februari 2013. Mu’tadin, Z. (2002). Remaja Dan Rokok, Diambil dari www.e-psikolgi.com. Tanggal 10 Juni 2013. Nusantaranews, (2009). 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar di Dunia. Diambil dari http://nusantaranews.wordpress.com/2009/05/31/10-negara-jumlah-perokokterbesar-di-dunia/.Nusantaranews. Tanggal 3 Januari 2013. Santrock, John, W. (2003). Adolecence: Perkembangan remaja. Alih bahasa Shinto B. Jakarta: Erlangga. Tarwoto, Aryani R, Nuraeni A. Miradwiyana B, Tauchid S.N., Aminah, S., Dinarti, Nurhaeni, H., Saprudin, A.E., dan Chairani, R.. (2010). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika