NASKAH PUBLIKASI
PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH
Oleh : RIRIN KARINA RINA MULYATI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN KELEKATAN REMAJA PADA AYAH
Ririn Karina Rina Mulyati
INTISARI Tujuan penelitian ini ada dua yaitu ingin mengetahui apakah ada hubungan antara peran ayah dalam pengasuhan dengan kelekatan remaja pada ayah dan yang kedua adalah berapa besar pengaruh peran ayah secara keseluruhan terhadap tingkat kelekatan remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara peran ayah dalam pengasuhan dengan kelekatan remaja pada ayah. Responden dalam penelitian ini adalah 65 orang siswa-siswi SMU N I Pakem yang berusia 15 -17 tahun dengan komposisi 32,31% laki-laki dan 67,69% perempuan dimana 3,08% sudah tidak memiliki ayah dan 96,92% masih memiliki ayah. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat kelekatan remaja terhadap ayah adalah Skala Kelekatan Remaja pada Ayah yang terdiri dari 47 item yang disusun sendiri oleh peneliti yang mengacu pada teori kelekatan yang dikemukakan oleh Bowlby (Santrock, 2002) , Ainsworth (Helmi, 2004), Field (Lee, 2006), Papalia (Barualogo, 2004) dan Pendry (2006) yang terdiri dari aspek hubungan yang penuh afeksi, hubungan aktif, hubungan yang reciprocal, sumber rasa aman, sumber untuk meredakan kecemasan. Sementara data mengenai peran ayah diungkap dengan Skala Peran Ayah dalam Pengasuhan yang mengacu pada delapan bentuk peran ayah yang dikemukakan oleh Halle (2006) yaitu economic provider, friend and playmate, caregiver, teacher and role model, monitor and diciplinarian, protector, advocate dan resource yang terdiri dari 53 aitem. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dan analisis tambahan menggunakan Analisis Regresi. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows 12.0. Hasilnya menunjukkan bahwa Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara peran ayah dalam pengasuhan dan kelekatan remaja pada ayah (r = 0,72; p = 0,00). Peran ayah secara keseluruhan memberikan pengaruh sebesar 61,4% terhadap tingkat kelekatan remaja terhadap ayah, sementara peran ayah yang paling signifikan terhadap kelekatan hanya peran ayah sebagai caregiver dengan memberikan sumbangan sebesar 48,9%. Kata kunci : Kelekatan Remaja pada Ayah, Peran ayah dalam Pengasuhan
PENGANTAR Latar Belakang Permasalahan Masa remaja adalah masa transisi yang penuh dengan gejolak. Gejolak ini bisa memberikan dampak yang negatif dan juga dampak yang positif. Namun begitu gejolak yang muncul pada masa transisi ini dapat dilalui oleh remaja dengan mulus. Salah satu faktor yang bisa membantu memuluskan masa transisi remaja adalah adanya figur yang bisa dipercaya dan bisa diandalkan oleh remaja saat mereka berada pada situasi yang menekan. Figur ini bisa siapa saja, tetapi umumnya orang yang memiliki hubungan secara langsung dengan remaja. Jika remaja memiliki seseorang yang mampu memberikan rasa aman yang dibutuhkan saat mereka mengalami masalah, maka mereka akan lebih mudah dalam menghadapi masa transisi ini karena ikatan yang terjalin dengan mereka memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan di sepanjang masa kehidupan dengan adanya dukungan emosional dan kedekatan yang bersifat terus menerus (Buist et al, 2004). Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh hubungan kelekatan antara remaja dengan orangtua. Greenberger & Mc Laughlin (1998), Lapsley et al (1995), Armsden & Greenberg (1987), Greenberg (1983), Kobak & Scerery (1998) dan Lapsley (1980) dalam Samuolis et al (2001), memaparkan bahwa hubungan kelekatan remaja pada orangtua merupakan faktor penentu bagi remaja untuk membentuk strategi coping dalam mengatasi masalah dan penentu tingkat tinggi rendahnya self esteem, penentu bagi tingkat penyesuaian akademi dan emosional di kampus, kesejahteraan psikologis, tingkat kepuasan hidup, tingkat resiliansi ego dan penentu bagi perkembangan identitas. Dari hasil penelitian Wilkinson (2004) ditemukan bahwa hubungan kelekatan juga berpengaruh
dalam menuntun remaja untuk mengevaluasi atribusi-atribusinya dan bernilai lebih tinggi. Hubungan kelekatan remaja bisa terbentuk pada siapa saja yang memenuhi kebutuhan mereka secara fisik dan emosional yang telah dimulai sejak bayi. Figur ini bisa salah satu dari kedua orangtua, kedua orangtua, kakek dan nenek ataupun pengasuh bayi. Mengacu pada teori-teori yang telah banyak ditemukan, figur lekat khususnya bagi masa-masa perkembangan anak adalah ibu. Freud (Santrock, 2002) memaparkan bahwa anak akan semakin dekat dengan orang atau benda yang dapat memberi kepuasan oral. Kepuasan oral ini tentu saja dipenuhi oleh ibu, karena ketika seorang individu berada pada usia bayi dan balita, ibu memenuhi kebutuhan akan rasa lapar melalui ASI. Di sepanjang tahap perkembangan dalam kehidupan, ibu diyakini sebagai figur yang hadir pada saat rasa lapar atau pada saat kebutuhan akan rasa nyaman muncul (Lefrancois, 1977). Sutton (1973) dan Helmi (2004), menambahkan bahwa kehadiran ibu pada saat rasa lapar dan saat kebutuhan akan rasa aman muncul, membuat ibu nantinya diasosiasikan dengan perasaan yang baik, sebagai stimulus yang menyenangkan dan sebagai dasar terbentuknya rasa aman. Keadaan ini kemudian menjadi dasar terbentuknya kelekatan antara individu dan ibu. Merujuk pada teori dan fakta di atas, adalah hal yang sewajarnya terjadi apabila remaja lekat dengan ibunya. Namun dari hasil observasi singkat yang peneliti lakukan di Yogyakarta, Jambi dan Jember, yang kemudian diperkuat dengan wawancara sederhana yang telah dilakukan peneliti baik secara langsung maupun melalui alat telekomunikasi (telephone) terlihat bahwa mereka lebih lekat dengan ayahnya dari pada dengan ibunya. Melalui wawancara yang dilakukan pada tiga subjek yang berusia 17, 19 dan 20 tahun, dapat disimpulkan bahwa remaja-remaja
tersebut lekat dengan ayah yang memiliki karakter mudah untuk diajak bertukar pikiran, mudah untuk diajak berkomunikasi, lebih penyabar, suportif dalam memenuhi kebutuhan, paham akan kelebihan dan kekurangan, membantu mengatasi masalah serta memiliki waktu yang lebih banyak untuk dihabiskan dengan mereka. Hasil wawancara yang kemudian dijadikan sebagai asumsi awal ini, menjembatani beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kelekatan pada ayah bagi perkembangan remaja. Dari penelitian yang dilakukan oleh Gelb (2002), Samuolis et al (2001) dan Nur (2005), diperoleh fakta bahwa ayah memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan remaja. Remaja yang lekat dengan ayah memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk berempati, mampu untuk melakukan penyesuaian diri, dan kelekatan tersebut dapat dijadikan prediktor bagi remaja dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya ataupun hubungan yang akan terjalin nantinya. Di sisi lain kurang dan hilangnya kelekatan pada ayah akan memunculkan banyak dampak negatif bagi perkembangan. Dagun (2002), Nur (2005) dan Page & Bretherton (2006), melaporkan bahwa remaja yang tidak memiliki kelekatan dengan ayahnya, pada anak laki-laki akam mengakibatkan kaburnya ciri maskulinitas sedangan pada anak permpuan mengakibatkan longgarnya dalam aktivitas seksual dan remaja cenderung memiliki kemampuan sosial yang rendah. Lee (2005) menambahkan bahwa tidak adanya kelekatan dengan ayah menjadi faktor pendorong bagi anak untuk melakukan tindakan kriminalitas. Hal ini tentu saja bisa dihindari jika anak mendapatkan peranan dari ayah dalam pengasuhan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, beberapa karakter ayah yang telah diungkapkan merupakan ciri-ciri dari peran-peran yang dimainkan oleh ayah. Menurut Halle (2006), ayah menjalankan delapan bentuk peran
dalam pengasuhan yaitu peran sebagai economic provider, friend & playmate, caregiver, teacher & role model, monitor & disiplinarian, protector, advocate dan yan terakhir peran sebagai resource. Karakter ayah yang penyabar, merupakan ciri dari peran ayah sebagai caregiver, karakter ayah yang suportif dalam memenuhi kebutuhan merupakan ciri dari peran ayah sebagai economic provider dan karakter ayah yang memiliki waktu yang lebih banyak untuk dihabiskan bersama anaknya adalah ciri dari peran ayah sebagai friend and playmate. Kelekatan menurut Bee (1975) terbentuk dari empat faktor, yaitu (a). Temperamen, (b). Responsivitas figur lekat, (c). Kasih sayang dan (d). Peran figur lekat. Peran figur lekat adalah peran yang dijalankan oleh seorang individu selama proses tumbuh dan berkembanganya anak atau selama proses pengasuhan yang dimulai ketika individu tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sampai individu tersebut mampu berdiri sendiri. Seorang ayah dapat dikatakan terlibat dalam pengasuhan anak ketika ayah berinteraksi untuk menjalin hubungan dengan anak dan memanfaatkan semua sumber dayanya, baik fisik, kognisi dan afeksinya (Andayani & Koentjoro, 2004). Selama masa pengasuhan, ayah menjalankan salah satu, atau beberapa dari bentuk peran ayah dan melalui peran yang akan dimainkan oleh ayah inilah kemudian akan menjadi dasar terbentuknya kelekatan remaja dengan ayah. Mengacu pada teori dan fakta-fakta yang telah diungkapkan diatas, maka timbul pertanyaan “apakah ada hubungan antara peran ayah dalam pengasuhan terhadap kelekatan remaja pada ayah”
METODE PENELITIAN Subjek pada penelitian ini adalah murid SMU N I Pakem yang duduk di bangku kelas dua yang berjumlah 65 murid dengan rentang usia 15 – 17 tahun. Metode
pengumpulan
menggunakan
metode
data
yang
skala.
digunakan
Skala
dalam
merupakan
penelitian
konsep
ini
psikologis
adalah yang
menggambarkan aspek kepribadian inidividu. Jawaban pada skala psikologi merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang bersangkutan. Terdapat dua macam alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: A. Skala Kelekatan Remaja pada Ayah Skala ini bertujuan untuk mengungkap kelekatan remaja pada ayah. Skala ini disusun dengan berdasarkan aspek-aspek dari kelekatan yang disusun oleh peneliti berdasarkan dari beberapa teori kelekatan yang ada, meliputi: (1). Hubungan yang penuh afeksi, (2). Hubungan aktif, (3). Hubungan yang reciprocal, (4). Sumber rasa aman dan (5). Sumber untuk meredakan kecemasan. Penilaian pada skala ini dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh subjek pada setiap aitem yang dijawab. Pilihan jawaban diskor dengan menggunakan range nilai dari 1 sampai dengan 6, dengan pilihan jawaban, sering sampai tidak pernah. Pilihan jawaban yang semakin mengarah pada pilihan sering, maka skor akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya, pilihan jawaban yang semakin mengarah pada pilihan tidak pernah, maka skor akan semakin rendah. Semakin tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala kelekatan remaja pada ayah, maka kelekatan remaja pada ayah semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah total skor yang diperoleh subjek pada skala kelekatan remaja pada ayah, maka kelekatan remaja pada ayah semakin rendah.
B. Skala Peran Ayah dalam Pengasuhan Skala yang akan digunakan untuk mengungkap peran ayah dalam pengasuhan, disusun berdasarkan bentuk-bentuk peran yang dimainkan ayah dalam pengasuhan, yang terdiri dari delapan bentuk peran, yaitu: (1). Economic provider, (2). Friend and playmate, (3). Caregiver, (4). Teacher and role model, (5). Monitor and disciplinarian, (6). Protector, (7). Advocate, (8). Resource. Penilaian pada skala ini dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh subjek pada setiap aitem yang dijawab. Pilihan jawaban diskor dengan menggunakan range nilai dari 1 sampai dengan 6, dengan pilihan jawaban, sering sampai tidak pernah. Pilihan jawaban yang semakin mengarah pada pilihan sering, maka skor akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya, pilihan jawaban yang semakin mengarah pada pilihan tidak pernah, maka skor akan semakin rendah. Semakin tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala peran ayah dalam pengasuhan, maka peran ayah dalam pengasuhan makin tinggi (ayah sangat berperan). Sebaliknya, semakin rendah total skor yang diperoleh subjek pada skala peran ayah dalam pengasuhan, maka peran ayah dalam pengasuhan semakin rendah (ayah kurang atau tidak berperan). Total skor yang diperoleh akan dianalisis untuk memudahkan dalam pembacaan data hasil penelitian yang mana sebelum dianalisis masih berupa data kasar. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan teknik statistik. Teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah teknik statistik korelasi Product Moment. Teknik ini digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara variabel tergantung dengan variabel bebas. Proses analisis akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS for Windows 12.0.
HASIL PENELITIAN Dari data subjek penelitian di SMU N I Pakem ini diperoleh gambaran sebagai berikut: Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia No. 1 2 3
Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun Total
Jumlah Murid 2 39 24 65
Prosentase 3,08% 60% 36,92% 100%
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No. 1 2
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Jumlah Murid 44 21 65
Prosentase 67,69% 32,31% 100%
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Urutan Kelahiran No. 1 2 3 4
Urutan Kelahiran Lahir pertama Lahir kedua Lahir setelah kedua sebelum bungsu Bungsu Total
Jumlah Murid 27 15 5 18 65
Prosentase 41,54% 23,08% 7,69% 27,69% 100%
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Saudara Kandung No. 1 2 3 4
Jumlah Saudara Tunggal Saudara 1orang Saudara 2orang Saudara lebih dari 2 Total
Jumlah Murid 3 23 25 14 65
Prosentase 4,61% 35,38% 38,46% 21,54% 100%
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Ayah No. 1 2 3
Status Ayah Kandung Tiri Almarhum Total
Jumlah Murid 62 1 2 65
Prosentase 95,38% 3,08% 1,54% 100%
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ayah No. 1 2 3 4 5 6 7
Pekerjaan Ayah PNS Swasta Petani Buruh Wiraswasta Militer Tidak Bekerja (Alm.) Total
Jumlah Murid 19 15 13 2 11 3 2 65
Prosentase 29,23% 23,08% 20% 3,08 16,92% 4,61% 3,08% 100%
Deskripsi Data Penelitian Kelekatan Remaja pada Ayah dan Peran Ayah dalam Pengasuhan Skor yang dimungkinkan (Hipotetik)
Variabel
Kelekatan Peran Ayah
Min 47 53
Max 282 318
Mean 164,5 185,5
SD 39,167 44,167
Skor yang diperoleh (Empirik) Min 95 144
Max 265 285
Mean 190,98 231,72
SD 37,956 34,003
Distribusi Skor Kelekatan Remaja pada Ayah dari Subjek Penelitian No. 1 2 3 4 5
Kategorisasi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Norma x < 94 94 = x = 141 141 < x = 188 188 < x = 235 X > 235
Jumlah 3 orang 36 orang 16 orang 10 orang -
Presentase 4,61% 55,38% 24,61% 15,38% 0%
Jumlah 11 orang 38 orang 13 orang 3 orang -
Presentase 16,92% 58,46% 20% 4,61% 0%
Distribusi Skor Tingkat Peran Ayah dalam Pengasuhan No. 1 2 3 4 5
Kategorisasi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Norma x < 106 106 = x = 159 159 < x = 212 212 < x = 265 X > 265
A. Uji Hipotesis 1. Hipotesis Mayor Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat siginifikant antara kelekatan dengan peran ayah dalam pengasuhan dengan nilai r = 0,725 dengan harga p = 0,000 (p<0,05).
2. Hipotesis Minor Dari kedelapan hipotesis minor, hasil analisis menunjukkan hanya peran ayah sebagai economic provider yang tidak memiliki hubungan terhadap kelekatan dengan nilai r = 0,127 dengan harga p = 0,157 (p>0,05). B. Analisis Tambahan 1. Sumbangan peran ayah dalam pengasuhan dalam membentuk kelekatan remaja dengan ayah Dari kedelapan bentuk peran ayah, yaitu: Economic Provider, Friend and Playmate, Caregiver, Teacher and Role Model, Monitor and Diciplinarian, Protector, Advocate dan Resource hanya peran ayah sebagai Caregiver yang dapat dijadikan prediktor dengan nilai p = 0,000 dan sumbangan kepada kelekatan sebesar 48,9%. 2. Perbedaan kelekatan berdasarkan jenis kelamin Tidak ada perbedaan kelekatan berdasarkan jenis kelamin dengan nilai t = 0,568 dengan harga p = 0,286 (p>0,05). 3. Perbedaan kelekatan berdasarkan jumlah saudara Tidak ada perbedaan kelekatan berdasarkan jumlah saudara dengan nilai F hitung = 0,224 dengan harga p = 0,880 (p>0,05). 4. Perbedaan kelekatan berdasarkan urutan kelahiran Tidak ada perbedaan kelekatan berdasarkan urutan kelahiran dengan nilai F hitung = 1,143 dengan harga p = 0,339 (p>0,05). 5. Perbedaan kelekatan berdasarkan pekerjaan ayah Tidak ada perbedaan kelekatan berdasarkan jenis pekerjaan ayah dengan nilai F hitung = 0,915 dengan harga p = 0,491 (p>0,05).
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara peran ayah dalam pengasuhan terhadap kelekatan remaja pada ayah. Berdasarkan analisis product moment yang dilakukan, penelitian ini membuktikan bahwa remaja yang menjadi subjek penelitian ini memiliki kelekatan yang erat dengan ayah mereka di mana remaja menilai ayah mereka memiliki peran yang cukup kuat dalam kehidupan mereka. Peran ayah memiliki pengaruh yang besar dalam proses terbentuknya kelekatan remaja pada ayah dimana semakin berperannya ayah dalam pengasuhan, maka semakin lekat remaja dengan ayah, demikian pula sebaliknya jika ayah kurang ataupun tidak berperan dalam pengasuhan, maka tentu saja remaja menjadi kurang ataupun tidak lekat sama sekali dengan ayah. Menurut Bowlby (Santrock, 2002) kelekatan adalah relasi antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik, dimana figur sosial yang dimaksud adalah individu dan figur lekat dan fenomenanya adalah ikatan diantara mereka. Dari definisi ini terlihat dengan jelas bahwa proses kelekatan akan terjadi apabila adanya figur lekat atau pengasuh dan individu yang melakukan perilaku lekat, yang mana kedua individu ini nantinya akan membentuk suatu ikatan. Ikatan kelekatan dapat terjalin apabila antara ayah dan remaja benar-benar merasakan kehadiran satu sama lain, saling berinteraksi untuk mempertahankan hubungan tersebut agar dapat berlangsung terus-menerus dengan penuh afeksi, sehingga memunculkan kedekatan yang terpelihara, yang kemudian ayah akan menjadi sumber rasa aman dan sumber untuk meredakan kecemasan.
Saat seorang remaja masih berada pada masa anak-anak, remaja belum mempunyai
kemampuan
untuk
mengatasi
bahaya,
memenuhi
kebutuhan-
kebutuhannya baik itu kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis dan tidak mempunyai kemampuan untuk meregulasi emosi mereka, keadaan inilah yang kemudian menuntut adanya seorang figur lekat dalam membantu remaja mengatasi hal-hal tersebut (Egeland & Erickson, 1999). Saat kebutuhan akan hadirnya figur lekat ini ditanggapi oleh pengasuh secara responsif dan sensitif, individu mulai mempercayakan tanggung jawab kepada pengasuh (Sroufe, 1996). Tuntutan akan adanya seorang figur lekat ini kemudian dipenuhi ayah dengan menjalankan kedelapan perannya, yaitu: economic provider, friend and playmate, caregiver, teacher and role model, monitor and diciplinarian, protector, advocate dan resource (Halle, 2006). Melalui peran-peran yang dimainkan oleh ayah inilah yang kemudian membentuk kelekatan antara remaja dengan ayah. Dari hasil analisis statisik untuk menguji ketujuh hipotesis minor, didapat bahwa peran ayah friend and playmate, caregiver, teacher and role model, monitor and diciplinarian, protector, advocate dan resource memiliki pengaruh terhadap kelekatan. Terbentuknya kelekatan ketika ayah menjalankan ketujuh bentuk peran ini, dikarenakan peran-peran ini menurut, Halle (2006) memasukkan unsur afeksi dan terpenuhinya syarat utama dari kelekatan yaitu interaksi antara anak dan ayah. Peran ayah sebagai economic provider terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap kelekatan. Andayani (Andayani & Koentjoro, 2004) melaporkan bahwa ayah cenderung mengambil jarak dengan anaknya. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya ayah menjadi tulang punggung keluarga dari segi materi. Ketika ayah bekerja, maka ayah tidak ada di samping anak untuk melihat apa yang terjadi pada anak. Ayah juga tidak memasukkan aspek emosi dalam menjalankan perannya
sebagai economic provider ini, yang mana hal ini sangat bertolak belakang dengan salah satu aspek terbentuknya kelekatan, yaitu adanya hubungan yang penuh afeksi. Membuktikan lebih jauh bentuk peran ayah yang mana yang memiliki sumbangan terhadap kelekatan, maka peneliti melakukan analisis tambahan dan diperoleh hasil bahwa apabila kedelapan bentuk peran ayah dilakukan oleh seorang ayah secara bersama-sama maka remaja akan menjalin kelekatan yang lekat pada ayahnya. Apabila dlihat lebih rinci peran ayah yang mana yang bisa dijadikan prediktor bagi kelekatan, maka didapat hasil yang mengejutkan bahwa hanya peran ayah sebagai caregiver saja yang memiliki sumbangan bagi kelekatan, dimana hanya berperan sebagai caregiver saja ayah mampu untuk menciptakan kelekatan dengan anaknya. Peran ayah sebagai caregiver (Halle, 2006) adalah peran dimana ayah bisa dan sering menyediakan banyak bentuk afeksi dan kenyaman untuk anaknya, hangat dan nurture dan perhatian. Apabila ayah menjalankan peranya ini tentu saja remaja akan lekat dengan ayah. Hal ini diperjelas melalui penelitian Schaffer & Emerson (Sutton, 1973), dimana ditemukan bahwa semakin sering individu diperhatikan, semakin tinggi kelekatannya pada orang yang pada dasarnya tidak memuaskan kebutuhan dasar mereka untuk makan dan kenyamanan, tetapi mengganti kebutuhan tersebut dengan stimulus untuk berbicara, tersenyum, mengajari dan bermain bersama mereka. Analisis tambahan untuk fakor jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan tingkat kelekatan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Hal ini diakibatkan jumlah responden yang hanya berjumlah 65 orang dan tidak seimbang antara jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dimana lebih
banyak
jumlah
responden
perempuan,
keterbatasan ini dalam perolehan hasil analisis data.
sehingga
peneliti
menyadari
Pada faktor jumlah saudara dan faktor urutan kelahiran juga tidak ada perbedaan tingkat kelekatan. Kelekatan terbentuk dari dari empat hal, yaitu: temperamen individu, responsivitas figur lekat, caregiver love dan peran figur lekat (Bee, 1975). Hal ini menunjukkan bahwa urutan kelahiran dan jumlah saudara dari individu yang mengalami kelekatan bukanlah hal yang sangat penting dan mendasar yang dapat mempengaruhi kelekatan, karena pada dasarnya empat hal di ataslah faktor penentu dari terbentuknya kelekatan. Pada faktor pekerjaan ayah juga tidak menunjukkan ada perbedaan tingkat kelekatan. Seorang anak akan lekat dengan ayahnya tanpa melihat jenis pekerjaan apa yang dijalankan ayahnya tetapi melihat peran ayah yang mana yang dimainkan selama masa tumbuh dan kembangnya seorang anak menuju remaja. Saat seorang ayah menjalankan peran sebagai economic provider hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa remaja tidak lekat dengan ayah yang menjalankan peran tersebut, hal ini disebabkan karena peran tersebut tidak memasukkan aspek emosi didalamnya, sehingga jenis pekerjaan tidak bisa dijadikan salah satu faktor penentu kelekatan remaja pada ayah.
KESIMPULAN Remaja yang menjadi subjek pada penelitian ini memiliki kelekatan yang tingi terhadap ayah mereka, karena tingginya peran ayah mereka dalam pengasuhan. Semakin tinggi peran yang dimainkan ayah dalam pengasuhan maka semakin tinggi pula kelekatan remaja pada ayah. Remaja lekat dengan ayah ketika ayah menjalankan perannya sebagai caregiver dan remaja tidak lekat dengan ayah yang menjalankan perannya sebagai economic provider.
A. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Ayah dari Subjek Penelitian Mengingat
kelekatan
memiliki
pengaruh
yang
sangat
positif
bagi
perkembangan remaja baik secara kognitif, sosial, emosi, fisik dan intelektual,
maka
ada
baiknya
ayah
menjalankan
perannya
dalam
pengasuhan selama masa tumbuh dan kembang remaja agar dampak negatif dari tidak hadirnya figur lekat dapat dicegah. Mengingat ayah adalah tulang punggung keluarga, yang tidak dapat meninggalkan tugasnya sebagai pencari nafkah keluarga atau peran sebagai economic provider, maka ada baiknya ayah tidak menjalankan hanya satu peran tersebut, tetapi juga menyeimbangkannya dengan peran sebagai caregiver yang mana peran ini nantinya
mampu
menciptakan
kelekatan
karena
peran
ini
sangat
mengutamakan terjalinnya interaksi yang penuh dengan afeksi 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat dan ingin meneliti lebih jauh tentang kelekatan remaja pada ayah, dapat memperhatikan faktor lain yang dapat dihubungkan dengan kelekatan antara lain temperamen, kasih sayang, dan responsivitas dari figur lekat