RINGKASAN Judul
:PERENCANAAN PENGANGKUTAN KAW DI HUTAN TANAMAN
INDUSTRI (Studi Kasus di HTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan) Nama Mahasiswa
: Aklunad Hartono
Nolnor Pokok
: E.30.0740
Icegiatan pengangkutan merupaltan ha1 yang sangat penting derni lanca~nyakayu keluar dari hutan. Dala~ilpengangkutan, kayu dipindahkan dari tempat pengumpulan kayu di dalaln hutan ke telnpat penilnbu~aukayu atau langsung ke industri pengolahan kayu. PT MUSI HOTAN PERSADA, dilnana pada tahun kedelapan setelah penanaman yaitu tahun 1999 aka11mulai memanen kayu untuk tnensuplay kebutuliau bahan baku pabrik pulp dan kertas PT Tanjung Enin1 Lestari yang nlen~punyaikapasitas produksi 500.000 ton per tahun. Icegiatan perencanaan pengangkutan dimaksudkan untuk mengatur kelancaran pengadaan dan pengangltutan bahan baku kayu ke pabrik, serta u ~ t u kmenjamin kesinarnbungan suplay kayu. Pengangkutan menurut Elias (1988) adalah pengangkutan kayu dari tempat penebangan sampai tempat tujuan akhir, baik pabrik pengolahan kayu, tempat peninibunan kayu atau konsumen. Suparto (1979) menyatakan pengangkutan adalah pemindahan kayu dari telnpat pengulnpulan (TPn) ke telnpat penimbunan kayu atau ke telnpat tujuan, yang dimulai pada saat kayu di nluat ke atas alat pengangkut t ~ u k kereta , api, lori, cikar, atau dikumpulkan dengan rakit dalaln sungai, sampai muatan tersebut di bongkar di tempat tujuan. Lokasi Magang di PT. Musi Hutan Persada (MHP) merupakan sebuah pel-usahaan yang terbentuk dengan modal patungan antara PT. INHUTANI V dengan aset sebesar 40 % dengan PT. ENIM MUSI LESTARI (EML) dengan aast sebesar 60 % dan lvaktu magang sela~na6 bnlan yaitu dari bulan Mei sld bulan Oktober 1998. Areal HTI PT. Musi Hutan Persada yang dicadangkan sesuai dengan arahan lokasi berdasarkan SK Menhut No. 626Kpts-11/92 tanggal 18 Juni 1992 meliputi luas kurang lebih 300.000 hektar dan rekolnendasi gubemur Propinsi Sumaha Selatan No. 593.831279811 tanggal 17 Mei 1991 lneliputi Iuas 300.000 Ha, terletak pada Kelompok Hutan Benakat, Subanjeriji, Martapura. PT. Musi Hutan Persada telah lnendapat pencadangan tambahan areal HTI seluas 64.043 Ha berdasarkan relco~nendasi dari Kanwil Departernen Kehutanan Propinsi Sumatra Selatan No. 16681KWL-6.117194 tanggal 30 Juli 1994 dan rekomendasi gubernur propinsi Sumatra Selatan No. 52210023711995 tanggal 16 Juni 1995. Berdasarkan peta Tata Guna Hutan Icesepakatan tahun 1984 areal HTI ini terditi d a ~ Hutan i Produksi tetap (HP) 359.878 hektar (88,37%), ~ u t a Produksi n Terbatas (HPT) 40.936 hektal. (10,05%) dan Hutan Produksi Konse~vasiseluas 6.408 hektar (1,55%). Sedangkan tujuan umum dari magang ini adalah : untuk memahanii dlinia k e j a Itehutanan dengan latar belakang ilmu dan teknik kehutanan yang dimiliki, dapat mengetahui, melaksanakan, serta mengidentifikasi pern~asalahal dala~nkegiatan inventarisasi tanaman HTI, verifikasi petak tebangan dan pengukuan ulang (rekonstruksi) di hutan tanaman industri serta lnalnpu lne~necahkan pelnlasalahan tersebut, dapat mengoperasikan SIG (Sistem Infolmasi Geografis) untuk pelnbuatan peta, inampu membuat rencana kegiatan pemanenan di hutan tanaman indushi nlelalui hasil pengolahan data-data lapangan dan data-data sekuuder yang telah didapat, khususnya mengenai perencanaan pengangkutan dan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk lneningkatkan profesionalisme mahasiswa dalarn memahami, melaksanakan dan menganalisa kegiatan kerja pada pengangkutan. Data yang digunakan adalah data-data primer yaitu lneliputi inventarisasi hutan, rekonst~uksi, verifikasi dan pelnetaan dengan GIS dan data-data sekunder meliputi kapasitas alat angkut, aiat muat,
alat bongkar, panjang jalan, jumlah hari kering, data pennintaan kayu dari pabrik PT. Tanjung Eni~n Lestari seas target tebangan tiap bulan selama 1 tahun. Pengolahall data yang dilakukan meliputi perhilungan volume pohon hasil kegiata~i inventarisasi dan perlutungan penentuan kebutuhan tmk untuk pengangkutan kayu Acuciu iiiungiztti!. Dalam pengangkutan perlu diperliatikan juga jalan yang akan digunakan sehingga pengangkutan berjalan dengan baik. Jalan hutan yang baik adalah jalan yang sanggup lnenanggung beban yang direncanakan, cukup keras pada pennukaan sehingga kendaraan dapat berjalan lancar dan dapat diper-makan sepanjang taliun (Mansyur dan Hasan, 1974 dalam Fauzan, 1999). Surjokusumo dalam Rasali (1998), membedakan jalan hutan menjadi dua yaitu : jalan yang bersifat tetap, yaitu jalan yang dipakai sepanjang tahun, jalan ini selain di pakai unhlk ~nengangkut hasil hutan juga dipakai untuk lalu lintas umum. Jalan yang bersifat sementara, yaitu jala~iyang dipakai ulituk ~nengaiigkutliasil tebangan ke tempat peniiiibunan kayu setelali kegiatan selesai ~naka jalan tidak dipakai lagi. Selaili inengangkut liasil liutan, jalan hutan juga berfungsi untuk : mempermudah rnencapai tiap bagiali hutan, niernperlancar peligawasan dari tata usaha kehutanan, pencegallan dan pengendalian baliaya kebakaran, me~ilbantukelancaran ekono~nipenduduk di daerali sekitar liutan. Hasil niagang selaliia 6 bulan di PT. MHP yang didasarkan perhitungan dan pengolahan dari data-data primer dan sekunder, ~nenunjukkan bahwa kebutuhan huk utuk pengangkutan kayu dilakukan melalui perhitungan yang berdasarkan volume hasil inventarisasi, target penganglmtan per bulan, juiiilah liari kerja, kapasitas truk, jarak tempuh, kecepatan rata-rata per jam, \vaktu kerja per hari, waktu muat, waktu bongkar dan waktu pulang pergi tlvk n~elakukanpengangkutan. Sedangkan berdasarkan kondisi di lapangan, diperoleh data kecepatan adalah 30-35 Kmljani. Hal ini dikarenaka~i jalan yang dilewati tmk ~iielalui pelnukilna~i pendudnk dan lalu li~itasliya yang relatif ramai. Sedangkan waktu perjalanan dan waktu muat bongkar adalah 3 jam, dan jarak tempuli rata-rata 60 Km. Hasil perhihlngan yang dilakukan, diperoleh : Kecepatali rata-rata tluk = 32.3 W j a m Waktu tempuh pergi = 1,9 jam = 2 jam Waktu bongkar = 15 menit Waktu Inuat = 45 menit Sehingga Waktu Total Pengangkutan per Trip = 3 jam
..
Dari target taliunan PT. MHP, ~iiakakayu yang harus dianghut adalah 2.150.000 m', sehingga target per hari sebesar 8.634,54 m'. Untuk ~nengangkutkayu sejumlah itu diperlukan trip rata-rata per hari selama setahun 216 trip. Jam kerja pengangkutan per hari 20 % jam, sehingga kelebihan waktu sebesar 3 K untuk istirahat. Kapasitas telpasang dari PT. TEL untuk tahap awal adaiah 500.000 tonltahun, sehingga diperlukin bahan baku kayu sebesar 2.150.000 ni3. Semenfara untuk tahun 1999 jumlah kayu yang diangkut berdasarkan perlnintaan dari PT. TEL sampai dengan bulan Desember 1999 sebesar 1.355.000 m3. Sehingga pabrik beluni belproduksi secara maksimal, karelia b a n 63.02 % yang terpenuhi dari 500.000 ton pulp yang seharusnya dihasilkan. Hal ini disebabkan pabrik ban1 pada tahap pemanasan mesin. Kayu yang diangkut adalah kayu yalig sudah ditumpuk selama 2 bulan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi berat kayu karena kadar air kayu yang masih tinggi. Sehingga apabila tidak dilakukan pentuiipukan ~ilakaakan me~nperbesarbiaya pengangkutan. Gcngan ditu~iipuknyakayu sela~na2 bulan maka kayu akan menjadi berkurang kadar ainiya, karelia ha1 inilah yang akan be~yengarulibesar terhadap perhilungan berat kayu yang akan ~iiasukke industri. Kesi~iipulan dari magang di PT MHP adalah kebutuhan trip pada pengangkutan ltayu di PT. MHP seju~nlah216 hip, de~iganjellis huk yang dipakai se~iiitrailer 6 axle (5 loud UXIC + lrlrivc mlc) yang berkapasitas 40 ton, Seda~igkanwaktu total pengangkutan sebesar 3 jam densan perincia11waktu muat % ja~ii,waktu pergi 2 jam dan waktu bongkar %jam. Dengan melihat kapasitas alat liiuat sebesar i bongkar di pabrik sebesar 180 ton per jam, ~iiakakegiatan 60 111' , kapasitas truk 40 ton, d a ~ alat
pengangkutan akan tidak efisien karena lanlanya waktu yang diperlukan untuk proses pelnuatan kayu ke atas hxk sehingga perlu penanlbahan jumlah unit alat lnuat sebanyak 2 unit excni,ator loader. Untuk dapat memenuhi permintaan PT. TEL, PT. MHP belun manlpu karena : kondisi jalan belum ada ikatan aspal, jalan hanya satu jalu, kecepatan yang rendah karena banyak n~elewatipeniukinlan penduduk. Sedangkan saran yaitu perlu dilakukan altematif pengangkutan lain seperti dengan kereta.. Dala~nha1 besanya taget produksi dari PT TEL maka sebaiknya pengangkutan dilakukan langsung dari TPn ke pabrik tanpa hatus ada TPK, karena senlakin besar lahan yang diperlukan untuk areal TPK dan kegiatan pengangl~utanmenjadi tidak efisieu.
PERENCANAAN PENGANGKUTAN IOiYU DI I-IUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus di HTI PT. MUSI WTAh' PERSADA, Sumatera selatan)
Icarya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meinperole11 Gelar Sarjana Keli~~tatanan Pada Fakultas Kehutanan hstitut Pertania~lBogor
Oleh : Akhmad Hartono
E.30.0740
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000