ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ROTI DENGAN METODE PROCESS COSTING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA JUAL (Studi Kasus UKM Edie’s Bakery, Bogor)
Oleh IRNA TANIA H24061635
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN Irna Tania. H24061635. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode Process Costing dan Pengaruhnya terhadap Harga Jual (Studi Kasus UKM Edie’s Bakery, Bogor). Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Wita Juwita Ermawati.
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Peran aktif UKM terbukti berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Koperasi dan UKM tahun 2008 menunjukkan bahwa kontribusi UKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar Rp. 40,75 triliun atau 28,49% yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp 183,76 triliun atau 20,17% dari total nilai ekspor non migas nasional. UKM telah menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.270 orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, jumlah ini meningkat sebesar 2,43% atau 2.156.526 orang dibandingkan tahun 2007. Sedangkan, PDB Nasional menurut harga berlaku tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.105,14 triliun atau 56,23% dan pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp 2.609,36 triliun atau 55,56% (www.depkop.go.id). Masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil. Kendala tersebut dapat menjadi suatu kelemahan bagi UKM dalam mengembangkan usahanya. Kelemahan UKM dalam mengelola usahanya juga terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi. Para pelaku usaha biasanya tidak detail dan kurang rinci dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi dan mengidentifikasi biaya-biaya produksi yang ada. Hal tersebut menyebabkan kesalahan dalam penetapan harga jual produk yang dapat mengurangi keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan (www.mudrajad.com). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh UKM Edie’s Bakery, (2) menghitung harga pokok produksi pada UKM Edie’s Bakery dengan metode process costing, (3) menghitung harga jual produk UKM Edie’s Bakery yang ditentukan berdasarkan harga pokok produksi dengan metode process costing. Informasi dan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung. Data sekunder diperoleh dari data yang diperoleh dari informasi-informasi yang bersifat umum seperti buku, internet,
laporan penelitian, dan informasi-informasi dari instansi terkait. Alat analisis dalam penelitian ini adalah metode perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing dan metode penetapan harga jual dengan metode cost plus. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2007. Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode perusahaan mempunyai hasil harga pokok produksi yang sama untuk setiap jenis topping yaitu sebesar Rp 641,183. Sedangkan, berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing menunjukkan bahwa harga pokok produksi setiap jenis topping berbeda-beda. Harga pokok produksi roti dengan topping coklat adalah sebesar Rp 805,316, roti dengan topping keju adalah sebesar 1.1151,470, roti dengan topping sosis adalah sebesar Rp 534,162, roti dengan topping abon sebesar Rp 555,316, dan roti dengan toping cocktail sebesar Rp 583,361. Harga jual yang ditetapkan berdasarkan metode perusahaan juga sama untuk semua jenis roti kecil yang diproduksi yaitu sebesar Rp 1.200. Sedangkan berdasarkan metode cost plus menunjukkan harga jual untuk setiap jenis topping berbeda-beda. Hal ini dikarenakan konsumsi yang berbeda dari segi penggunaan bahan baku roti tersebut. Harga jual untuk roti dengan topping coklat adalah sebesar Rp 1.300, roti dengan topping keju adalah sebesar Rp 1.800, roti dengan topping sosis adalah sebesar Rp 900, roti dengan topping abon sebesar Rp 900, dan roti dengan toping cocktail sebesar Rp 950.
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ROTI DENGAN METODE PROCESS COSTING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA JUAL (Studi Kasus UKM Edie’s Bakery, Bogor)
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : IRNA TANIA H24061635
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi : Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode Process Costing dan Pengaruhnya Terhadap Harga Jual (Studi Kasus UKM Edie’s Bakery, Bogor) Nama
: Irna Tania
NIM
: H24061635
Menyetujui Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
(Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc)
(Wita Juwita Ermawati, STP, MM)
NIP : 19500227 1974121 001
NIP : 19750907 2005012 001
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc.) NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta, 26 Februari 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Iming Bustami dan Ibu Euis Yushaeni dengan nama lengkap Irna Tania. Penulis memulai pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK. Indah Dahlia Duren Sawit pada tahun 1993, lulus tahun 1994. Kemudian penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 06 Pagi Duren Sawit dan lulus tahun 2000, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 195 Jakarta sampai dengan lulus tahun 2003. Pada tahun yang sama dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 54 Jakarta sampai dengan lulus tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Tahap Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) melalui jalur Ujian Saringan Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada tahun 2006. Setelah selesai melalui program TPB, Penulis melanjutkan pendidikan pada Mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) dan Minor Komunikasi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Penulis aktif dalam kegiatan organisasi internal dan eksternal kampus, antara lain FEMous Teater, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM IPB) sebagai Sekretaris dari Human Resource Development 2008-2009. Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan, diantaranya adalah BGTC 2007 sebagai divisi publikasi dan dokumentasi, buka shaum bersama, Malam Keakraban (Makrab) Departemen Manajemen. Penulis juga mengikuti magang di PT. Isuzu Astra Motor Indonesia selama satu bulan. Selain itu penulis juga aktif mengikuti seminar-seminar bertaraf nasional maupun internasional serta mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Manajemen maupun oleh instansi lainnya.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga mampu menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode Process Costing dan Pengaruhnya Terhadap Harga Jual (Studi Kasus UKM Edie’s Bakery, Bogor)” dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas mengenai proses perhitungan harga pokok produksi roti Edie’s Bakery dan penetapan harga jual roti Edie’s Bakery. Harga pokok produksi roti diperhitungkan dengan menggunakan metode process costing, sedangkan penetapan harga jual diperhitungkan dengan metode cost plus. Penulis sadar skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Bogor, Juni 2010
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayahNya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi tidak terlepas dari bantuan, motivasi, do’a, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ayah dan Ibu tercinta Euis Yushaeni serta Ibi dan Mang Wawan yang telah membantu penulis untuk dapat terus belajar dan selalu mendoakan penulis, serta memberi semangat dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 3. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu pemilik Edie’s Bakery dan seluruh pegawai
yang telah
memberikan izin melakukan penelitian dan memberikan informasi dalam skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. 6. Yayasan Goodwill International yang telah banyak memberikan support baik secara moril dan materil serta training-training yang sangat bermanfaat bagi penulis. 7. Keluarga tercinta : Ompe, Tante Nunung, Mang Ujang, Mang Otong, Aa, Fanni, Gita, Ade Upi, Ais yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat dan kebahagiaan dalam hidup penulis. 8. Mr. Yasuo Hara dan Mrs. Mitzue Hara yang banyak memberikan pelajaran hidup yang sangat mulia kepada penulis.
v
9. Laskar Sahabat yaitu Erni, Erika, Jojo, Ephal, Ojan, Rauf, Nia, Dince, Harboi, Ponahers tercinta, Genk Mate yang selalu memberikan keceriaan, kebahagian, dan semangat persahabatan kita. 10. Seluruh teman-teman Manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah. 11. Teman-teman FEMous Teater 2007-2009, Wisma Sakinah, Kosan Bu Darjo, dan semua teman-teman yang pernah satu kepanitiaan dengan penulis, khususnya yang dengan rasa kekeluargaan, pertemanan, saling mendukung berbagi ilmu dan membantu dalam setiap kegiatan yang dilalui bersama. 12. Teman-teman satu bimbingan : Kiki, Sofi, Eja, Apip, Vitri, dan Santi yang selalu memberi semangat untuk berjuang bersama. 13. Wirawan Prasetyo beserta keluarga, untuk setiap semangat, setiap waktu, setiap inspirasi, dan setiap keikhlasan yang diberikan untuk menemani, menghiasi dan mengisi hari-hari penulis, dengan sebuah keyakinan bahwa semua yang dilakukan haruslah yang terbaik. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah di dapat penulis. Tidak hanya terkait dalam bidang penelitian, namun juga berbagai masukkan bagi pengembangan diri penulis, terutama pembentukan attitude dan softskills yang baik. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Juni 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. KATA PENGANTAR........................................................................... UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................. DAFTAR ISI.......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
iii iv v vii ix x xi
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang.......................................................................... Perumusan Masalah .................................................................. Tujuan Penelitian ...................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
1 4 5 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
7
2.1 Usaha Kecil dan Menengah ...................................................... 2.2 Konsep Biaya............................................................................ 2.2.1 Pengertian Biaya ............................................................. 2.2.2 Klasifikasi Biaya.............................................................. 2.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi .......................... 2.4 Metode Penentuan Biaya Proses .............................................. 2.4.1 Aliran Biaya Rata-Rata Tertimbang ................................ 2.4.2 Aliran Biaya FIFO ........................................................... 2.4.3 Aliran Biaya LIFO ........................................................... 2.5 Keputusan Penentuan Harga..................................................... 2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penentuan Harga............................................................................... 2.5.2 Batas Waktu Penentuan Harga........................................ 2.6 Pendekatan Harga Jual ............................................................. 2.6.1 Harga Berbasis Pasar (Market Base................................ 2.6.2 Harga Berbasis Biaya (Cost Base).................................. 2.7 Penelitian Terdahulu ................................................................. III. METODOLOGI PENELITIAN................................................... 3.1 3.2 3.3 3.4
Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................ Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... Jenis dan Sumber Data.............................................................. Teknik Pengumpulan Data........................................................
vii
7 9 9 10 14 16 17 18 18 20 20 21 22 22 23 24 26 26 29 29 30
3.5 Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 3.5.1 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Digunakan Perusahaan.................................................... 3.5.2 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode First In First Out (FIFO)Analisis Deskriptif..... 3.6 Penetapan Harga Jual ................................................................
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................
34
4.1 4.2 4.3 4.4
31 31 32
Sejarah Singkat Perusahaan ...................................................... Tujuan dan Struktur Organisasi Perusahaan ............................. Kegiatan Perusahaan................................................................. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti UKM Edie’s Bakery 4.4.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode yang digunakanPerusahaan ........................... 4.4.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode First In First Out (FIFO) ............................................... 4.5 Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Metode Perusahaan dengan Metode Process Costing .......................... 4.6 Penetapan Harga Jual Roti Edie’s Bakery ................................. 4.6.1 Penetapan Harga Jual Roti Edie’s Bakery ........................ 4.6.2 Implikasi Manajerial ......................................................... 4.6.3 Penetapan Harga Jual Roti Edie’s Bakery ........................ 4.7 Implikasi Manajerial ..................................................................
34 35 35 36
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
60
Kesimpulan ...................................................................................... Saran ................................................................................................
60 62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ LAMPIRAN...........................................................................................
64 65
viii
36 39 49 52 52 54 57 59
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Perbedaan Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan dan Metode Harga Pokok Proses ......................................................................... 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode Perusahaan ....................................................................................... 3. Penggunaan Biaya Bahan Baku pada UKM Edie’s Bakery pada Bulan April ...................................................................................... 4. Penggunaan Biaya Topping Roti pada UKM Edie’s Bakery pada Bulan April 2010 ............................................................................. 5. Biaya Tenaga Kerja pada UKM Edie’s Bakery pada Bulan April 2010 ................................................................................................. 6. Biaya Penggunaan Listrik dan Gas selama Bulan April 2010......... 7. Biaya Pemeliharaan Mesin selama Bulan April 2010 ..................... 8. Biaya Penyusutan Mesin selama Bulan April 2010......................... 9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti Setiap Jenis Topping per Unit (Rp/unit) dengan Metode FIFO ............................................... 10. Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Metode Perusahaan dan Metode Process costing ........................................................... 11. Perhitungan Harga Jual Roti Edie’s Bakery Berdasarkan Metode Perusahaan ...................................................................................... 12. Penggunaan Biaya Operasional Roti Edie’s Bakery selama Bulan April 2010 ........................................................................................ 13. Penentuan Harga Jual Roti Edie’s Bakery Berdasarkan Mark up sebesar 50% ..................................................................................... 14. Laba bersih yang diperoleh Edie’s Bakery Berdasarkan Harga Jual dengan Metode Cost Plus......................................................... 15. Perbandingan Harga Jual Roti Edie’s Bakery antara Metode Perusahaan dengan Metode Cost Plus .............................................
ix
16 38 41 42 43 45 46 47 49 50 53 55 55 56 57
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................
x
28
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Daftar Pertanyaan Wawancara............................................................ 2. Daftar Biaya Bahan Baku Harga Roti Edie’s Bakery ......................... 3. Daftar Harga Roti Edie’s Bakery ........................................................ 4. Foto Roti Edie’s Bakery......................................................................
xi
66 68 69 70
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Terdapat tiga faktor yang mendasari pentingnya keberadaan UKM. Faktor pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua adalah UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi dalam langkah mengembangkan usahanya. Ketiga adalah UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas usaha dibandingkan dengan usaha besar jika terjadi krisis ekonomi khususnya (www.ekonomirakyat.org). Ketiga faktor tersebut yang menyebabkan UKM memiliki peran penting bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi. UKM merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. Tenaga kerja yang diserap oleh masing-masing unit usaha dapat mengatasi permasalahan penganguran yang terjadi. Usaha kecil dan menengah (UKM) juga menjadi salah satu motor lokomotif yang krusial bagi pembangunan. Hal tersebut dikarenakan partisipasi peranan UKM yang besar di dalam proses perekonomian nasional, khususnya bidang ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat yang memiliki kontribusi dalam peningkatan devisa negara serta struktur industri nasional. Peran aktif UKM terbukti berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Koperasi dan UKM tahun 2008 menunjukkan bahwa kontribusi UKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar Rp 40,75 triliun atau 28,49% yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp 183,76 triliun atau 20,17% dari total nilai ekspor non migas nasional. UKM telah menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.270
2
orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, jumlah ini meningkat sebesar 2,43% atau 2.156.526 orang dibandingkan tahun 2007. Sedangkan, PDB Nasional menurut harga berlaku tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.105,14 triliun atau 56,23% dan pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp 2.609,36 triliun atau 55,56%. Pelaku usaha UKM pun meningkat sebesar 2,88% dari 49.824.123 pada tahun 2007 meningkat menjadi 51.257.537 pada tahun 2008. Semakin banyaknya jumlah UKM yang ada, maka secara otomatis akan menyebabkan persaingan usaha yang semakin ketat. Hal ini tidak terlepas dari era globalisasi yang membuka peluang bagi setiap orang untuk memasuki pasar baik produk dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan harus mampu menetapkan harga jual yang kompetitif sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. UKM harus memiliki strategi yang tepat dalam memproduksi serta memasarkan produknya agar produk yang dihasilkan dapat laku di pasaran. Namun, selain harus memiliki strategi usaha yang tepat disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumbersumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya
3
kepercayaan
serta
kepedulian
masyarakat
terhadap
usaha
kecil
(www.mudrajad.com). Kendala tersebut dapat menjadi suatu kelemahan bagi UKM dalam mengembangkan usahanya. Kelemahan UKM dalam mengelola usahanya juga terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi. Para pelaku usaha biasanya tidak detail dan kurang rinci dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi dan mengidentifikasi biaya-biaya produksi yang ada. Hal tersebut menyebabkan kesalahan dalam penetapan harga jual produk yang dapat mengurangi keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan serta kebijakan-kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja perusahaan. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan perusahaan untuk menghemat biaya, terutama untuk usaha kecil dan menengah di mana terdapat keterbatasan modal. Dengan efisiensi biaya, perusahaan dapat menentukan harga pokok produksi yang tepat sehingga menghasilkan harga jual yang tepat dengan keuntungan yang maksimal. Efisiensi biaya dapat diwujudkan jika perusahaan mengetahui dengan pasti sumber-sumber biaya dalam aktivitas bisnisnya. Perusahaan juga harus melakukan pengendalian atas biaya sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Untuk dapat mengetahui sumber-sumber biaya dalam suatu perusahaan dan melakukan pengendalian yang baik, maka diperlukan analisis biaya yang menyeluruh terhadap setiap aktivitas perusahaan. Untuk mengendalikannya, diperlukan keakuratan dan metode yang tepat dalam sistem perhitungan harga pokok produksi yang mampu merefleksikan konsumsi sumber daya dalam aktivitas produksinya sehingga perhitungan biaya produksi menjadi lebih akurat dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi di UKM tersebut. Hal tersebut di atas yang mendorong penulis untuk menjadikan perhitungan harga pokok produksi serta penetapan harga pada UKM sebagai topik pembahasan dalam karya ilmiah ini.
4
1.2. Perumusan Masalah Perhitungan biaya produksi yang tepat akan memudahkan pihak perusahaan dalam memperkirakan harga pokok produksinya. Informasi harga pokok produksi ini akan sangat penting bagi perusahaan dalam merumuskan kebijakan serta strategi harga yang akan ditempuh perusahaan. Untuk menghasilkan perhitungan harga pokok yang tepat, maka perlu didukung oleh informasi akuntansi yang baik. Perhitungan harga pokok harus berdasarkan metode yang tepat sehingga dapat memperhitungkan dengan akurat seluruh biaya yang dikorbankan untuk memproduksi suatu produk. Edie’s Bakery merupakan usaha kecil dan menengah yang memproduksi aneka roti. Dalam melakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi roti, perusahaan masih menggunakan metode yang sederhana. Oleh karena itu, penetapan harga jual yang dilakukan oleh Edie’s Bakery belum mencerminkan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan produk secara keseluruhan. Terdapat tiga komponen biaya utama yang menentukan harga sebuah produk jadi, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja lansung dan overhead. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen penting dalam menentukan harga pokok produksi sehingga harus diperhitungkan dengan teliti dan rinci. Penulis pun mencoba untuk menerapkan sistem perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Process Costing sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual secara tepat. Adapun rumusan dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh UKM Edie’s Bakery selama ini ? 2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada UKM Edie’s Bakery dengan metode process costing? 3. Bagaimana penetapan harga jual yang ditentukan berdasarkan harga pokok produksi dengan metode process costing tersebut?
5
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh UKM Edie’s Bakery. 2. Menghitung harga pokok poduksi pada UKM Edie’s Bakery dengan metode process costing. 3. Menghitung harga jual produk UKM Edie’s Bakery yang ditentukan berdasarkan harga pokok produksi dengan metode process costing pada saat produksi stabil. 1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, antara lain : 1. Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan yang berharga kepada perusahaan dalam perhitungan harga pokok produksi
yang
sesuai
sehingga
perusahaan
dapat
meningkatkan
pendapatannya. 2. Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk tujuan dan kepentingan penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam penerapan perhitungan harga pokok produksi secara lebih akurat. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada perhitungan biaya roti jenis little bread dengan 5 jenis topping yaiu roti dengan topping cokelat, keju, abon, sosis, dan cocktail. Kemudian akan dilakukan pembahasan perhitungan harga pokok produksi roti dengan menggunakan metode yang dipakai oleh perusahaan dan
6
metode process costing. Penelitian ini hanya membahas harga pokok proses, tidak membahas harga pokok pesanan sehingga untuk produk yang diproduksi berdasarkan pesanan tidak diteliti. Bulan April merupakan periode yang dihitung harga pokok produksinya karena merupakan periode paling terkini saat penelitian sehingga dapat mewakili perhitungan di bulan sebelumnya.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah Usaha kecil dan menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat dipertahankan di tengah badai krisis moneter yang berkepanjangan. Untuk itu, pemerintah berupaya dengan keras untuk membina usaha kecil dan menengah, guna menjadikan usaha ini penyumbang devisa bagi negara. Untuk dapat memberikan gambaran tentang usaha kecil dan menengah, akan dijelaskan terlebih dahulu definisi usaha kecil dan menengah. Menurut Rachmat (2005), definisi usaha kecil dapat ditinjau dari beberapa peraturan, yaitu antara lain sebagai berikut: 1.
Berdasarkan
Undang-Undang 9 Nomor Tahun 1995, usaha kecil
didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan yang memenuhi kriteria-kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 c) Milik warga negara Indonesia. d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. e) Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 2.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perseorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai penjualan per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau asset setingginya Rp 600.000.000 ( di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari:
8
a) Badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi); b) Perorangan (perajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang pedagang barang dan jasa, dan sebagainya). 3.
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
Nomor
30/4/Kep/Dir. Tanggal 4 April 1997 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil, usaha kecil didefinisikan sebagai usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 c) Milik warga Negara Indonesia. d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. e) Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang badan hukum termasuk koperasi. Usaha kecil dan menengah dapat pula dibedakan berdasarkan batasan jumlah tenaga kerja yang direkrut. Usaha kecil didefinisikan oleh Badan Pusat Statistik jika jumlah tenaga kerja yang dimiliki antara 5 hingga 19 orang, sedangkan usaha menengah berkisar antara 20-99 orang, lebih dari 100 orang dikategorikan sebagai usaha besar. Menurut Partomo dan Soejoedono (2004) usaha kecil dan menengah menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan pengetahuan yang kurang maju dalam berbisnis. UKM menghadapi kendala-kendala dalam mempertahankan atau mengembangkan usaha (bisnis) antara lain kurang pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal, dan lemah di bidang pemasaran. Banyak definisi usaha mikro kecil dan menengah yang dipahami baik dari lembaga lokal maupun asing. Namun demikian, perbankan Indonesia
9
menggunakan definisi UMKM sesuai kesepakatan Menko Kesra dengan Bank Indonesia. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum. Hasil penjualan tahunan bisnis tersebut paling banyak Rp 100.000.000 dan milik warga negara Indonesia (Kwartono Adi, 2007). Menurut Iqbal dan Simanjutak (2004), UKM harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan analisis persaingan/ kompetisi. Oleh karena itu, UKM harus mengetahui siapa pesaingnya, pelanggan, dan juga tentang usahanya sendiri sehingga UKM dapat merencanakan strategi binis yang tepat untuk usahanya tersebut. 2.2. Konsep Biaya Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggan, dan objek lain yang merupakan kepentingan manajemen adalah salah satu faktor dasar dalam membuat suatu keputusan manajemen. Peningkatan keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi, yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Dalam usaha menghasilkan keuntungan saat ini dan di masa depan, perusahaan harus melakukan
berbagai
usaha
untuk dapat
memaksimalkan
keuntungan.
Pemahaman yang tepat mengenai konsep serta penggolongan biaya menjadi awal pembahasan dalam keputusan manajemen, yang salah satunya adalah keputusan akan harga jual. 2.2.1. Pengertian Biaya Biaya dalam arti luas menurut Mulyadi (1999) adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan pengorbanan tersebut untuk tujuan
10
tertentu. Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Pengertian biaya menurut Hansen dan Mowen (2006) adalah kas atau nilai ekuivalen yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi perusahaan. Dikatakan ekuivalen kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. 2.2.2. Klasifikasi Biaya Klasifikasi atau penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongangolongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih mempunyai arti atau lebih penting. Klasifikasi atau penggolongan ini akan memudahkan manajemen perusahaan dalam melakukan kalkulasi terhadap biaya-biaya perusahaan. Berikut ini beberapa cara
klasifikasi atau penggolongan biaya
yang pokok menurut Supriyono (2007) : 1. Penggolongan Biaya sesuai dengan Fungsi Pokok dari Kegiatan Perusahaan a. Biaya Produksi Biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya produksi terdiri dari : 1) Biaya Bahan Baku Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk.
11
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan yang memberikan jasa kepada perusahaan. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. 3) Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan menjadi 6 bagian, yaitu: a) Biaya bahan penolong b) Biaya tenaga kerja tidak langsung c) Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik d) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik e) Biaya listrik dan air f) Biaya asuransi pabrik g) Biaya overhead lain-lain b. Biaya Non Produksi Biaya non produksi digolongkan menjadi 3 macam biaya, yaitu: 1) Biaya pemasaran Biaya pemasaran adalah biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan fungsi penjualan, fungsi penggudangan produk selesai, fungsi pengepakan dan pengiriman, fungsi adpertensi, fungsi pemberian
kredit
dan
pengumpulan
piutang,
fungsi
pembuatan faktur atau admistrasi penjualan. 2) Biaya administrasi dan umum Biaya admistrasi dan umum adalah semua biaya yang berhubungan dengan administrasi dan umum. Biaya ini
12
terjadi dalam rangka penentuan kebijakan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahan secara keseluruhan. 3) Biaya Keuangan Biaya keuangan adalah semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan seperti biaya bunga. 2. Penggolongan Biaya sesuai dengan Periode Akuntansi dimana Biaya akan Dibebankan a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures) Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. b. Pengeluaran Penghasilan (Revenues Expenditures) Pengeluaran
penghasilan
adalah
pengeluaran
yang
akan
memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran terjadi. 3. Penggolongan Biaya sesuai dengan Tendensi Perubahannya terhadap Aktivitas atau Volume a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Pada biaya tetap, biaya satuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan dan semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel dan semakin rendah volume kegiatan maka semakin rendah
13
jumlah total biaya variabel. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan. c. Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding. 4. Penggolongan Biaya sesuai dengan Objek atau Pusat Biaya yang Dibiayai a. Biaya Langsung Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasi kepada objek atau pusat biaya tertentu. b. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasi pada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek. 5. Penggolongan Biaya untuk Tujuan Pengendalian Biaya a. Biaya Terkendali Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu. b. Biaya Tidak Terkendali Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan berdasar wewenang yang dimiliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu.
14
6. Penggolongan Biaya sesuai dengan Tujuan Pengambilan Keputusan a. Biaya Relevan Biaya
relevan
adalah
biaya
yang
akan
mempengaruhi
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, biaya tersebut harus diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dapat berupa pemilihan dua alternatif atau lebih. b. Biaya Tidak Relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, biaya ini tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan. 2.3. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran, serta kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produk. Menurut Mulyadi (1999), pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai. Perusahaan yang memproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh perusahaan yang berproduksi
berdasarkan pesanan adalah perusahaan
percetakan
15
perusahaan mebel, perusahaan dok kapal. Perusahaan yang berproduksi massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang. Umumnya produknya berupa produk standar. Contoh perusahaan yang berproduksi massa antara lain adalah perusahaan semen, pupuk, makanan, dan tekstil Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Sedangkan, perusahaan yang berproduksi massa, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses. Perbedaan karakteristik antara metode harga pokok pesanan dan harga pokok proses terlihat pada Tabel 1 berikut ini.
16
Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Metode Harga Pokok Pesan dan Metode Harga Pokok Proses Segi Perbedaan
Metode Harga Pokok
Metode Harga Pokok
Pesanan
Proses
Dasar kegiatan produksi
Pesanan langganan
Tujuan Produksi
Untuk
melayani Untuk persediaan yang
pesanan Bentuk Produk
Budget produksi
akan dijual
Tergantung spesifikasi Homogen dan standar pemesan
dan
dapat
dipisahkan identitasnya Biaya
produksi
Setiap pemesanan
Setiap satuan waktu
dikumpulkan Kapan
biaya
produksi Pada
saat
suatu Pada akhir periode/satuan
dihitung
pesanan selesai
Menghitung harga pokok
Harga pokok pesanan Harga tertentu
:
waktu
Jumlah tertentu
produk pesanan yang produk bersangkutan
pokok : periode
periode Jumlah yang
bersangkutan
Sumber: Supriyono, 2007 2.4. Metode Penentuan Biaya Proses Menurut Bustami dan Nurlela (2006), penentuan biaya proses adalah suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang dihasilkan ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya atau departemen tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang bersangkutan. Karakteristik penentuan biaya proses antara lain adalah: 1. Proses produksi bersifat kontinu. 2. Produk bersifat massal, tujuannya mengisi persediaan yang siap dijual.
17
3. Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya bersifat homogen. 4. Biaya dibebankan ke setiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. 5. Akumulasi biaya yang dilakukan berdasarkan periode tertentu. Pada penentuan biaya proses, umumnya tidak semua produk yang dimasukkan dalam proses selesai pada akhir periode bersangkutan, seringkali adanya persediaan awal dan akhir dari produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian yang beragam. Pembebanan biaya apabila terdapat produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan produk dalam proses tersebut menjadi produk jadi yang disebut dengan unit ekuivalen produksi. Jadi, unit ekuivalen produksi menunjukkan unit produk jadi dan unit produk dalam proses yang disetarakan dengan produk jadi. Menurut Supriyono (2007) ada tiga metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses yaitu dengan aliran biaya rata-rata tertimbang, aliran biaya first in first out (FIFO), dan aliran biaya last in first out (LIFO). 2.4.1. Aliran Biaya Rata-Rata Tertimbang Aliran biaya rata-rata tertimbang digunakan dengan merata-ratakan biaya penyelesaian persediaan awal produk dalam proses periode sebelumnya dengan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya per unit. Unit persediaan awal menerima biaya per unit yang besarnya sama dengan unit yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan, sehingga semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya per-unit yang sama. 1. Setiap elemen biaya produksi yang terdapat pada persediaan awal digabung dengan setiap elemen biaya yang dikeluarkan pada periode bersangkutan. 2. Ekuivalen produksi tidak memisahkan unit produk pada persediaan awal dengan unit produk yang masuk proses pada periode bersangkutan.
18
Rumus unit ekuivalen: Produk Selesai + (PDP Akhir X Tingkat Penyelesaian)…………..1) 3. Tidak ada pembedaan produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang. 2.4.2. Aliran Biaya FIFO Aliran biaya FIFO digunakan dengan memisahkan biaya per unit yang terdapat pada persediaan awal dari biaya per unit produk yang dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk yang ditransfer terdiri dari biaya produk dalam proses awal dari periode sebelumnya, dan biaya produk dari produk yang dimulai dan diselesaikan selama periode berjalan. 1. Setiap elemen biaya produksi yang terdapat pada persediaan awal tidak digabung dengan setiap elemen biaya yang dikeluarkan pada periode bersangkutan. 2. Tahapan proses produksi menyelesaikan terlebih dahulu produk dalam proses awal, kemudian baru menyelesaikan produk masuk proses periode bersangkutan. 3. Ekuivalen produksi memisahkan unit produk pada persediaan awal dengan unit produk yang masuk proses pada periode bersangkutan. Rumus unit ekuivalen : Produk Selesai + (PDP Akhir X Tingkat Penyelesaian) – (PDP Awal X Tingkat penyelesaian)………………………...……………….....2) 4. Adanya pembedaan produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang yaitu produk selesai dari produk dalam proses awal dan produk selesai dari produk yang masuk proses periode bersangkutan. 2.4.3. Aliran Biaya LIFO Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode terakhir masuk pertama ke luar memiliki karakteristik sebagai berikut:
19
1. Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk yang baru masuk proses pada periode yang bersangkutan, apabila semua produk yang baru masuk proses sudah dapat diselesaikan kemudian untuk mengolah produk dalam proses awal. 2. Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu digabungkan dengan setiap elemen biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan. 3. Besarnya produksi ekuivalen dapat dihitung sebagai berikut: a) Apabila produk yang baru masuk proses belum dapat diselesaikan semuanya, berarti ada kenaikan persediaan produk dalam proses. Rumus unit ekuivalen: Produk Selesai + (Produk dalam proses akhir X Tingkat penyelesaian yang sudah dinikmati) – (Produk dalam proses awal X Tingkat penyelesaian yang masih diperlukan untuk menyelesaikan) ..……………..……………………………….3) b) Apabila produksi selesai jumlahnya lebih besar dibanding produk yang baru masuk proses berarti sebagian produk selesai berasal dari produk dalam proses awal. Rumus unit ekuivalen: Produk selesai dari produk yang baru masuk proses + (Produk selesai dari produk dalam proses awal X Tingkat penyelesaian yang masih diperlukan untuk menyelesaikan)…………………4) 4. Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung dengan cara membagi elemen biaya tertentu yang terjadi pada periode yang bersangkutan dengan produksi ekuivalen biaya yang bersangkutan. 5. Membedakan asal dari produk selesai atau produk dalam proses akhir dari produk yang baru masuk proses dengan yang berasal dari produk dalam proses awal.
20
2.5. Keputusan Penentuan Harga Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya ketika mengembangkan produk baru, ketika memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah geografis yang baru, dan ketika mengikuti lelang untuk kerja kontrak yang baru. Perusahaaan tersebut harus mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan kebijakan penetapan harga. Menurut Kotler dan Keller (2007) ada enam prosedur untuk menentukan harga yaitu memilih tujuan penetapan harga, menentukan permintaan, memperkirakan biaya, menganalisis biaya, harga, dan tawaran pesaing, memilih metode penetapan harga dan memilih harga akhir. Keputusan penentuan harga adalah keputusan manajemen tentang apa yang harus dibebankan kepada produk dan jasa. Ini merupakan keputusan strategis yang mempengaruhi kuntitas yang diproduksi dan dijual karena adanya pendapatan dan biaya. Untuk memaksimalkan pendapatan operasi, perusahaan harus memproduksi dan menjual unit sebesar pendapatan dari setiap unit tambahan melebihi biaya produksinya (Horngren, 2005). 2.5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penentuan Harga Menurut Samryn (2001), Harga merupakan salah satu informasi penting yang diterima pelanggan tentang suatu produk. Penetapan harga juga berhubungan dengan seluruh tujuan jangka pendek dan sasaran jangka panjang sebuah perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga dapat berasal dari luar dan dari perusahaan. Faktor utama dari luar mencakup pelanggan dan pesaing. Faktor pelanggan menjadi sangat penting karena pelanggan merupakan sumber perolehan pendapatan utama bagi sebuah perusahaan. Manajer harus selalu berusaha mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan sisi pandang para pelanggan mengenai suatu produk. Bahan pertimbangan pelanggan untuk membeli suatu produk adalah faktor harga. Kenaikan harga dapat menyebabkan seorang pelanggan menolak produk perusahaan dan memilih salah satu yang lain dari pesaing.
21
Kenaikan harga dapat menyebabkan seorang pelanggan memilih suatu produk substitusi yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara paling efektif pembiayaannya. Faktor utama dalam perusahaan yang berkaitan dengan penetapan harga jual mencakup tujuan pemasaran, bauran pemasaran, dan yang paling mendasar dari semuanya adalah faktor biaya. Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penetapan harga jual adalah: 1) Laba yang diinginkan Dalam kaitannya dengan jumlah laba, penetapan harga jual harus mempertimbangkan antara lain kecukupan pengembalian modal, kebutuhan akan laba untuk membayar deviden, dan kebutuhan laba untuk ekspansi dari hasil penjualan tersebut serta trend penjualan yang diinginkan. 2) Faktor Produk Faktor ini mencakup realistisnya volume penjualan yang direncanakan,
diskriminasi
harga,
ketersediaan
kapasitas
menganggur, kelayakan untuk mengenakan tingkat harga yang diinginkan, dan kaitan harga dengan daur hidup produk. 3) Faktor Biaya Tingkat biaya tetap dan biaya variabel, efektivitas penggunaan modal, dan pembebanan biaya bersama pada tiap jenis produk. 4) Faktor dari Luar Perusahaan Faktor luar perusahaan yang harus dipertimbangkan adalah elastisitas permintaan, target pasar, tingkat persaingan dan heterogenitas produk. 2.5.2. Batas Waktu Penentuan Harga Menurut Horngren (2005), keputusan penentuan harga jangka pendek biasanya memiliki batas waktu yang kurang dari satu tahun dan meliputi keputusan seperti menentukan harga pesanan khusus hanya satu
22
kali yang tidak memiliki implikasi jangka panjang, dan menyesuaikan bauran produk dan volume output dalam sebuah pasar yang kompetitif. Keputusan penentuan harga jangka panjang memerlukan batas waktu satu atau lebih dan meliputi penentuan harga sebuah produk dalam pasar utama di mana terdapat kebebasan dalam penentuan harga. Dua kunci yang mempengaruhi penentuan harga jangka panjang versus harga jangka pendek adalah biaya yang sering kali tidak relevan untuk keputusan penentuan harga jangka pendek seperti biaya tetap yang tidak dapat diubah yang umumnya relevan dalam jangka panjang karena biaya yang tidak dapat diubah. Marjin keuntungan dalam keputusan penentuan harga jangka panjang sering kali ditetapkan untuk mendapatkan tingkat pengembalian atas investasi yang masuk akal. Penentuan harga jangka pendek adalah lebih oportunis yaitu harga menurun saat permintaan melemah dan meningkat saat permintaan menguat. 2.6. Pendekatan Harga Jual 2.6.1. Harga Berbasis Pasar (Market Base) Menurut Horngren (2005), perusahaan yang beroperasi dalam pasar yang kompetitif (seperti minyak bumi dan gas alam) menggunakan pendekatan berbasis pasar. Unsur yang dihasilkan atas jasa yang diberikan oleh satu perusahaan adalah sangat serupa dengan unsur yang dihasilkan atau diberikan oleh yang lain. Perusahaan yang berada dalam pasar ini harus menerima harga yang diterapkan oleh pasar. Bentuk penentuan harga berbasis pasar adalah penentuan harga target. Harga target adalah perkiraan harga untuk sebuah produk atau jasa yang bersedia dibayar oleh calon pelanggan. Perkiraan ini didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang dipersepsi pelanggan atas sebuah produk dan berapa pesaing akan memberi harga produk yang bersaing itu.
23
Menurut Samryn (2001), penggunaan harga target ini dapat dilakukan dengan alasan-alasan sebagai berikut: a. Banyak perusahaan yang melakukan kurang kontrol atas harga sebagaimana yang mereka pikirkan. b. Observasi merupakan komponen biaya yang terbesar dari suatu produk yang ditetapkan pada tahap desain. c. Daripada mendesain produk dan kemudian menghitung jumlah biayanya, lebih baik membuat harga target terlebih dahulu kemudian produk didesain sehingga target biaya menjadi standar yang harus dicapai. 2.6.2. Harga Berbasis Biaya (Cost Base) Menurut Horngren (2005), para manajer menggunakan harga berdasarkan biaya ini hanya sebagai titik awal untuk menentukan harga jual. Dalam menetapkan harga berbasis biaya ditambahkan dengan komponen mark up ke basis biaya (harga pokok). Basis biaya meliputi biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan biaya operasional perusahaan. Komponen mark up jarang yang merupakan angka kaku, tetapi bergantung pada perilaku pelanggan dan kompetitor. Menurut Samryn (2001), mark up tersebut didasarkan pada semua biaya yang diserap dalam proses produksi. Selain harga pokok produk, dalam metode penetapan harga jual ini juga perlu diperhitungkan biayabiaya tetap pemasaran, distribusi, dan biaya-biaya lain dalam rantai nilai pelayanan pelanggan. Keuntungan yang dapat diambil dari pendekatan ini antara lain adalah: a. Fixed cost recovery. Dalam jangka panjang, biaya-biaya tetap harus direcover untuk mempertahankan kelangsungan hidup bisnis. b. Kesederhanaan (simplicity).
24
c. Stabilitas harga (price stability). Para manajer lebih menyukai stabilitas harga karena hal itu akan menjadikan perencanaan menjadi lebih terprogram. d. Jastifikasi harga (price justification) 2.7. Penelitian Terdahulu Penelitian Ivana (2004) meneliti penetapan harga pokok produksi karkas dengan menggunakan metode full costing, variable costing, dan activity based costing pada rumah potong ayam (RPA) Asia Afrika, Bogor. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kerugian yang dialami RPA Asia Afrika dengan menganalisis biaya produksi untuk menghitung harga pokok produksi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa perhitungan harga pokok produksi karkas dengan metode full costing menghasilkan harga pokok rata-rata tertinggi dan laba kotor terendah dari ketiga metode yang digunakan. Sedangkan hasil perhitungan dengan metode variable costing diperoleh harga pokok rata-rata terendah dan laba kotor tertinggi dari ketiga metode yang digunakan dan perhitungan dengan metode ABC berada diantara metode full costing dan variable costing. Maksudnya adalah metode ABC akan overcost bila produksi dilakukan dalam jumlah sedikit dan bila memproduksi dalam jumlah banyak akan undercost. Penelitian Andri (2009) meneliti penetapan harga pokok poduksi sofa pada UKM Adi Jaya Furniture dengan metode activity based costing (ABC). Penelitian tersebut bertujuan untuk menetapkan metode perhitungan harga pokok yang tepat bagi perusahaan dengan cara membandingkan antara metode yang biasa digunakan oleh perusahaan selama ini dengan metode activity based costing (ABC). Penetapan
harga
pokok
produksi
dengan
metode
perusahaan
menghasilkan perbedaan dengan metode ABC. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa harga pokok produksi dengan metode ABC lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan. Perbedaan atau selisih tersebut
25
sebesar Rp 40.248,05 untuk sofa minimalis, Rp 58.573,67 untuk sofa hongkong, dan Rp 218.180,14 untuk produk sofa romawi. Nilai perhitungan yang berbeda antara kedua metode yang digunakan karena klasifikasi biaya yang tidak tepat dilakukan oleh perusahaan. Metode ABC menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang lebih besar dibandingkan metode yang digunakan perusahaan. Hal ini terjadi karena biaya overhead pabrik dibebankan secara lebih rinci ke dalam produk. Hal tersebut membuat harga pokok produksi yang dihasilkan mencerminkan penggunaan biaya yang sesungguhnya terjadi.
26
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan pengorbanan yang seminimal mungkin. Hal itu ditujukan untuk kelancaran kontinuitas usahanya dan mampu bersaing di lingkungan bisnis global. Salah satu caranya adalah dengan memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan perusahaan lain dalam menghasilkan produknya. Perusahaan pun harus mampu menentukan harga jual yang tepat dalam memasarkan produknya. Penetapan harga jual tersebut sangat berkaitan dengan penetapan harga pokok produksi dari produk. Perhitungan biaya produksi yang tepat akan dapat menciptakan harga jual yang tepat sehingga keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan dapat tercapai. Perusahaan harus melakukan penyerapan biaya produksi dengan tujuan efisiensi biaya. Hal itu dilakukan agar perusahaan dapat menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menganalisis
biaya-biaya
yang
dikeluarkan untuk menghitung harga pokok produksi roti pada UKM Edie’s Bakery. Dalam menentukan harga pokok produksinya, perusahaan belum menerapkan metode yang dapat merefleksikan berapa besar biaya yang telah dikeluarkan dalam aktivitas produksinya sehingga metode yang digunakan masih sederhana. Oleh karena itu, semua unsur-unsur biaya yang terjadi akan diperhitungkan secara rinci dengan metode process costing. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing dilakukan dengan mengetahui tahapan dan aktivitas produksi roti. Tahapan dalam metode process costing yang digunakan adalah aliran produksi FIFO. Metode FIFO dipilih karena pada Edie’s Bakery ini bahan baku yang lebih dulu ada dalam persediaan akan lebih dahulu digunakan dalam proses produksi secara urut. Apabila sebuah unit bahan
27
dengan harga beli tertentu sudah habis digunakan, maka penggunaan bahan berikutnya harganya akan didasarkan pada harga beli berikutnya. Hasil perhitungan antara metode yang digunakan perusahaan dengan metode FIFO akan dianalisis untuk melihat perbedaannya terhadap perhitungan harga pokok produksi dan mengetahui pengaruhnya terhadap harga jual produk. Perusahaan pun dapat menetapkan harga jual yang tepat untuk produk yang dihasilkan sehingga harga jual yang ditetapkan dapat menguntungkan bagi Edie’s Bakery. Hasil perhitungan harga jual yang tepat ini diharapkan dapat menghasilkan produk yang kompetitif nantinya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dalam pengambilan keputusan manajerial agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Kerangka pemikiran secara sistematis dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
28
UKM Edie’s Bakery
Tidak adanya Perhitungan Harga Pokok Produksi yang tepat
Identifikasi Biaya Produksi
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Perusahaan
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Process Costing yaitu FIFO
Analisis Perbandingan Kedua Metode tersebut terhadap Perhitungan Harga pokok Produksi
Penetapan Harga Pokok Produksi yang tepat
Penetapan Harga Jual yang tepat dibandingkan dengan Harga Jual saat ini
Keuntungan yang maksimal bagi perusahaan
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di UKM Edie’s Bakery yang beralamat di Jalan Kedung Halang No. 26, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut tergolong dalam usaha kecil dan menengah (UKM) yang memproduksi berbagai macam roti serta kesediaan dari pihak perusahaan untuk memberikan data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan penelitian. Selain itu, UKM tersebut belum memiliki pencatatan biaya yang akurat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai Mei 2010. 3.3. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian yang dilakukan ini, terdapat dua jenis data yang digunakan, yaitu : 1.
Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perseorangan. Data primer pada penelitian ini berupa pengamatan secara langsung dari objek penelitian. Data primer juga merupakan hasil dari wawancara penulis dengan nara sumber dari perusahaan tempat penelitian ini dilakukan.
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder pada penelitian ini berupa informasi mengenai pengetahuan teori yang di dapat dari literatur, buku-buku, catatan-catatan dan contoh kasus yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.
30
3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi secara langsung ke perusahaan yang menjadi objek pembahasan. Adapun penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara : a. Observasi Kegiatan observasi dilakukan melalui pengamatan dan analisis secara langsung terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh UKM Edie’s Bakery untuk mendapatkan data dan informasi yang tepat dan akurat. b. Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan dengan mendatangi dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan proses pembuatan roti UKM Edie’s Bakery tersebut . 3.5. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dalam menetapkan harga pokok produksi mengunakan metode process costing dengan aliran biaya First In First Out (FIFO). Metode ini dipilih karena perusahaan ini hanya memproduksi produk yang homogen yaitu roti yang diproduksi secara kontinu setiap hari. Perbedaan dari roti yang dihasilkan hanya dari sisi penggunaan topping roti tersebut. Data yang telah diperoleh kemudian dirinci setiap minggunya dan diolah untuk mendapatkan interpretasi hasil. Analisis yang digunakan pada penelitian ini ada dua yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan pada perhitungan harga pokok produksi yang selama ini telah dilakukan oleh perusahaan dan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan metode process costing. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yang membandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi yang selama ini digunakan perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan metode process
31
costing. Kemudian, dapat ditentukan harga jual yang tepat bagi perusahaan tersebut sesuai dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. 3.5.1. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Digunakan Perusahaan Perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi masih menggunakan
metode
yang
sangat
sederhana
yaitu
dengan
menjumlahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang terkait dengan proses produksi. Biaya overhead pabrik tidak diperhitungkan secara rinci dan tidak disesuaikan dengan pemakaian biaya secara nyata melainkan hanya merupakan suatu estimasi biaya yang dianggarkan dan dikelompokkan dalam biaya lain-lain. 3.5.2. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode First In First Out (FIFO) Metode process costing ini menghitung biaya bahan dan tenaga kerja yang dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya dan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif aktualnya. Perhitungan biaya overhead pabrik bertujuan untuk membebankan biaya secara adil dan teliti kepada setiap jenis produk yang diproduksi. Produk yang dihasilkan dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode tertentu Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Process Costing terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Horngren, 2005): Tahap 1:
Meringkas aliran unit fisik dengan menelusuri seluruh komponen fisik yang terjadi.
Tahap 2:
Menghitung output dalam unit ekuivalen. Perhitungan unit ekuivalen untuk setiap kelompok biaya terfokus kepada unit ekuivalen dari pekerjaan yang terselesaikan hanya pada periode sekarang. Unit ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah produksi dimana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran produk selesai.
32
Tahap 3:
Menghitung
biaya
unit
ekuivalen.
Menunjukkan
hitungan pada tahap 3 dari biaya unit ekuivalen untuk pekerjaan yang diselesaikan pada periode sekarang hanya untuk bahan langsung dan biaya konversi. Tahap 4:
Meringkas total biaya yang akan dihitung.
Tahap 5:
Menetapkan biaya untuk unit jadi dan unit pada persediaan
akhir
pekerjaan
dalam
proses.
Biaya
pekerjaan yang diselesaikan pada periode sekarang ditentukan untuk penambahan kerja yang dilakukan untuk menyelesaikan awal pekerjaan dalam proses, pekerjaan yang diselesaikan pada unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode sekarang, dan untuk persediaan akhir pekerjaan dalam proses. 3.6. Penetapan Harga Jual Pendekatan yang digunakan dalam menentukan harga jual roti UKM Edie’s Bakery ini adalah pendekatan cost plus. Menurut pendekatan ini, harga jual adalah seluruh basis biaya yang terjadi ditambah dengan komponen mark up sebesar presentase tertentu dari basis biaya yang terjadi. Basis biaya terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan biaya operasional perusahaan. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan distribusi, pemasaran serta kegiatan administrasi umum. Komponen mark up ditetapkan berdasarkan keputusan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diinginkan. Berikut ini adalah perhitungan biaya produksi untuk menetapkan harga jual suatu produk berdasarkan metode cost plus.
33
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja
xxx
Biaya overhead pabrik
xxx +
Total biaya pabrikasi
xxx
Biaya Operasi: Biaya pemasaran
xxx
Biaya distribusi
xxx
Biaya administrasi umum
xxx +
Total biaya operasi
xxx +
Biaya penuh produk
xxx
Komponen mark up
xxx +
Target Harga Jual
xxx
34
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Singkat Perusahaan Edie’s Bakery merupakan perusahaan yang didirikan oleh Bapak Edi Sunarto dan istrinya yang bernama Imah Fatmawati pada bulan Februari 2000 yang berlokasi di Jalan Kedung Halang No. 26, Bogor. Pada awal berdirinya, Edie’s Bakery merupakan usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak dalam usaha makanan kecil seperti donat, kue basah, dan beberapa kue pesta ulang tahun. Namun, Sejak tahun 2006, Edie’s Bakery mulai memproduksi roti ukuran kecil yang sekarang telah menjadi oleh-oleh khas kota bogor. Usaha pembuatan roti yang baru berjalan kurang lebih 3 tahun ini mengalami kemajuan yang sangat berarti bagi Edie’s Bakery sendiri. Oleh karena itu, Edie’s Bakery pun senantiasa melakukan berbagai inovasi baik dalam rasa maupun bentuk dari roti yang dihasilkan sesuai dengan perkembangan pasar. Edie’s Bakery pun mendapat banyak kepercayaan untuk dapat memasok roti ke berbagai institusi baik pemerintahan maupun swasta secara rutin seperti DPRD Kota Bogor, DLLAJR, Satpol PP Kota Bogor, dan Rumah Sakit Azra Bogor sebagai konsumsi kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Kemajuan yang dialami oleh Edie’s Bakery bukan berarti tidak mengalami berbagai kendala. Dalam menjalankan usahanya Bapak Edi banyak menemukan berbagai permasalahan dan kesulitan. Hal ini dibuktikan dari Edie’s Bakery pernah membuka 2 gerai toko roti yang berada di Sukasari dan Kedung Halang, tetapi keuntungan dan penjualan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak dapat menutup biaya sewa dari gerai tersebut. Akibatnya 2 gerai tersebut terpaksa ditutup dan lebih memilih usaha di rumah. Permasalahan lain dari usaha ini adalah sulitnya menentukan harga yang kompetitif agar dapat bersaing dengan produk lain di pasaran.
35
4.2. Tujuan dan Struktur Organisasi Perusahaan Tujuan awal dari UKM Edie’s Bakery ini adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga serta membuka lapangan pekerjaan yang berasal dari keluarga mereka sendiri. Namun, seiring dengan berkembangnya usaha yang mereka jalankan, tujuan Edie’s Bakery juga untuk mengembangkan kreatifitas usaha mereka agar lebih maju dan berkembang serta dapat bersaing di pasaran. Oleh karena itu, Edie’s Bakery selalu rutin dalam mengikuti berbagai pembinaan usaha yang diadakan oleh pihak pemerintah kota. Edie’s Bakery memiliki 5 orang karyawan tetap termasuk Bapak Edi beserta istrinya. Edie’s Bakery tidak memiliki struktur organisasi formal sehingga struktur organisasinya masih tergolong sederhana yaitu produksi diawasi langsung oleh Bapak Edi sedangkan pelaksanaan produksi dilakukan oleh istrinya beserta 3 karyawan lainnya. Semua keputusan dan kebijakan usaha berada di tangan Bapak Edi. Semua kegiatan yang dilakukan ditangani langsung oleh Bapak Edi beserta istrinya. 4.3. Kegiatan Perusahaan a. Kegiatan Produksi Roti yang dihasilkan oleh perusahaan adalah hasil olahan yang diproduksi sendiri oleh perusahaan. Edie’s Bakery mempunyai 26 jenis topping roti. Namun, tidak semua topping diproduksi setiap harinya. Edie’s Bakery rutin memproduksi roti kecil (little bread) sebanyak 600 buah setiap harinya. Selain itu, Edie’s Bakery juga menerima pesanan roti dari para konsumen. Ukuran besar kecilnya roti yang dipesan pun tergantung pada keinginan masing-masing konsumennya. Jumlah pesanan roti tersebut fluktuatif sehingga tidak setiap hari ada pesanan. Roti tersebut terdiri dari berbagai macam rasa dengan bahan baku yang dibeli langsung dari pemasok langganan. Untuk menunjang produksi, dibutuhkan beberapa peralatan penting seperti mesin pengadukan dan mesin pembakaran.
36
Proses produksi roti tersebut terdiri dari beberapa tahapan. Tahap pertama adalah pencampuran semua bahan dasar, setelah itu baru dilakukan pengadukan adonan. Setelah adonan selesai, maka adonan tersebut dibentuk sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Pembentukan adonan tersebut pun dilanjutkan dengan pembakaran roti yang telah dibentuk. Setelah dibakar, maka tahap terakhir adalah proses penambahan topping dari roti yang telah dibakar. Setelah selesai semua, roti tersebut dikemas dan didistribusikan kepada berbagai konsumen tetap Edie’s Bakery. b. Kegiatan Pemasaran Pemasaran dari roti Edie’s Bakery ini pun dilakukan dengan cara promosi dari mulut ke mulut dan dengan mengikuti berbagai kegiatan bazaar. Penjualan pun sempat dilakukan di gerai toko yang berada di dareah Sukasari dan Kedung Halang. Namun, gerai tersebut sudah tidak lagi beroperasi dikarenakan penjualan roti yang terjadi tidak dapat menutupi biaya sewa dari gerai tersebut. Edie’s Bakery menutup gerainya dengan alasan keuntungan yang diperoleh tidak sebesar jika mereka tidak membuka gerai tersebut. Edie’s Bakery pun saat ini hanya beroperasi dan melakukan kegiatan penjualan di rumah pribadinya saja. Kegiatan pemasaran ini masih dilakukan sendiri oleh Pak Edi. 4.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti UKM Edie’s Bakery 4.4.1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode yang digunakan Perusahaan Roti yang diproduksi oleh Edie’s Bakery terdiri dari berbagai macam isi dan topping yang beraneka ragam. Namun, tidak semua topping tersebut diproduksi setiap hari oleh Edie’s Bakery. Roti yang diproduksi oleh Edie’s Bakery merupakan roti yang berukuran mini atau little bread. Jumlah produksi roti yang secara rutin setiap bulannya dihasilkan oleh Edie’s Bakery adalah sebanyak 15.600 roti. Dalam sehari Edie’s Bakery memproduksi 600 roti yang didistribusikan langsung kepada para konsumennya. Roti yang rutin diproduksi setiap
37
harinya adalah roti dengan topping coklat, abon, keju, sosis, dan cocktail. Jumlah rata-rata produksi roti untuk masing-masing topping tersebut adalah sebanyak 120 buah per harinya. Roti yang diproduksi tidak ada yang merupakan produk rusak karena semua roti di produksi secara baik dan benar. Perhitungan harga pokok produksi roti per unit yang selama ini digunakan oleh Edie’s Bakery masih sangat sederhana. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam penetapan harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Akan tetapi biaya-biaya tersebut tidak diperhitungkan secara rinci. Biaya overhead yang terjadi pun hanya diperhitungkan berdasarkan estimasi biaya yang dianggarkan. Biaya-biaya yang menjadi biaya overhead pun menyatu dengan biaya konsumsi rumah tangga. Biaya overhead tersebut hanya dikelompokkan ke dalam biaya lain-lain. Hal tersebut menyebabkan semua biaya yang dikeluarkan oleh Edie’s Bakery tidak sesuai dengan penggunaan biaya yang terjadi secara aktual. Biaya tenaga kerja langsung yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi ini merupakan upah pekerja selama satu bulan. Upah setiap tenaga kerja merupakan upah bersih yang diberikan perusahaan selama satu bulan. Sedangkan, biaya bahan baku dalam pembuatan roti diperhitungkan dengan terlebih dahulu merinci semua bahan dasar yang diperlukan dalam pembuatan roti tersebut. Edie’s Bakery menetapkan biaya bahan baku sesuai dengan kebutuhan pembuatan roti tersebut dengan jumlah komposisi yang telah ditetapkan oleh Edie’s Bakery. Perhitungan biaya bahan baku tersebut merupakan hasil perkalian dari proporsi bahan baku yang dibutuhkan dengan harga bahan baku yang ditetapkan oleh pasar atau pemasok bahan baku tersebut. Penetapan harga pokok produksi pun hanya dilakukan pada awal proses produksi roti pertama kalinya, dan harga tersebut berlaku untuk proses pembuatan roti selanjutnya. Edie’s Bakery
38
tidak menghitung kembali harga pokok produksi roti selama biaya yang terjadi tidak mengalami kenaikan harga di atas 50 persen. Rincian perhitungan harga pokok produksi roti Edie’s Bakery per satu bulan dengan metode yang selama ini digunakan oleh perusahaan tersedia pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode Perusahaan Komponen Biaya
Jumlah (Rp)
Bahan Baku : Tepung terigu Gula pasir Pengembang Pelembut Mentega Telur Garam Isi (Topping Roti) : Coklat Keju Coklat putih Sosis Abon Buah-buahan Dus dan Plastik Pengemasan
720.000 2.160.000 360.000 234.000 300.000 387.500 1.602.000
Upah Tenaga Kerja tidak langsung (5 orang)
1.500.000
975.000 204.750 85.800 50.700 273.000 422.500 5.200
Listrik
200.000
Gas
322.000
Biaya lain-lain (pemeliharaan mesin dan
200.000
penyusutan mesin) Total Biaya HPP per satu roti Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
10.002.450 641,183
39
4.4.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode First In First Out (FIFO) First In First Out (FIFO) merupakan salah satu metode dalam process costing dimana proses produksi dimulai dari produk dalam proses awal. Setelah itu, pengolahan produk baru masuk proses yang sebagian akan menjadi bagian produk selesai disebut sebagai current production dan sisanya merupakan produk dalam proses pada akhir periode. Bulan April merupakan periode yang dihitung harga pokok produksinya karena merupakan periode paling terkini sehingga dapat mewakili perhitungan di bulan sebelumnya. Jenis roti yang akan dihitung adalah roti dengan topping coklat, keju, abon, sosis, dan cocktail. Hal tersebut dikarenakan roti tersebut merupakan topping roti yang setiap hari diproduksi oleh Edie’s Bakery. Sedangkan, roti dengan topping lain tidak diperhitungkan dikarenakan hanya diproduksi berdasarkan dengan pesanan saja dan disesuaikan dengan selera masing-masing konsumennya sehingga jumlahnya pun fluktuatif. Semua elemen biaya dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya. Pada metode ini, produk yang diolah dibebani biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dikonsumsi oleh produk yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut akan dihitung dalam penetapan harga pokok produksi roti Edie’s Bakery yang meliputi: 1. Biaya Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi roti tidak memisahkan antara bahan baku dan bahan penolong. Hal ini disebabkan roti yang dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya standar
sehingga
setiap
satuan
produk
yang
sama
akan
mengkonsumsi bahan yang relatif sama pula. Semua harga pokok bahan yang diproses atau diolah menjadi produk selesai merupakan biaya bahan.
40
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi roti diperoleh dari para pemasok yang terdapat di pasar. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku merupakan biaya yang digunakan untuk pengadaan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi roti. Biaya pembelian atau biaya transport mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pembelian bahan baku pembuatan roti tersebut. Selama Bulan April 2010 Edie’s Bakery telah melakukan pembelian bahan sebanyak 6 kali. Total biaya pembelian bahan selama satu bulan adalah sebesar Rp 300.000. Perhitungan biaya bahan baku merupakan hasil perkalian dari seluruh bahan baku yang digunakan dengan harga bahan baku dalam waktu satu bulan. Pemakaian bahan baku selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
41
Tabel 3. Penggunaan Biaya Bahan Baku pada UKM Edie’s Bakery pada Bulan April 2010 Bahan Baku
Biaya (Rp)
Bahan Dasar: Tepung terigu
975.000
Gula pasir
204.750
Pengembang
85.800
Pelembut
50.700
Mentega
273.000
Telur
422.500
Garam
5.200
Kertas roti
110.000
Kacang Wijen
140.000
Dus dan Plastik Pengemasan Biaya Pembelian Bahan Total Biaya Biaya Bahan Baku per Roti
1.602.000 300.000 4.168.950 267,240
Sumber: Edie’s Bakery (diolah) Tabel 3 di atas menunjukkan harga bahan baku hanya untuk roti yang belum memakai topping. Perhitungan harga roti yang telah menggunakan topping disesuaikan berdasarkan isi topping dari roti tersebut. Harga pokok masing-masing roti dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu, roti dengan topping coklat, roti dengan topping keju, roti dengan topping sosis, roti dengan topping abon, dan roti dengan topping cocktail. Jumlah produksi masing-masing roti dengan topping tersebut dalam sebulan adalah 3.120 buah. Harga pokok roti untuk masing-masing topping tersebut terlihat pada Tabel 4 berikut ini.
42
Tabel 4. Penggunaan Biaya Topping Roti pada UKM Edie’s Bakery pada Bulan April 2010
3,120
Biaya Bahan Topping per Roti (Rp) 346.154
Biaya Bahan Baku Roti per Topping (Rp) 613.394
2,160,000
3,120
692.308
959.548
Sosis
234,000
3,120
75.000
342.240
Abon
300,000
3,120
96.154
363.394
Cocktail
387,500
3,120
124.199
391.439
Jenis Topping
Biaya (Rp)
Jumlah Unit
Coklat
1,080,000
Keju
Sumber: Edie’s Bakery (diolah) 2. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung) pada metode harga pokok proses meliputi semua biaya produksi di departemen produksi (selain biaya bahan baku) ditambah semua biaya pada departemen pembantu yang ada di perusahaan. Semua sumber daya tidak langsung yang digunakan akan menghasilkan suatu biaya overhead pabrik. Setiap biaya overhead yang terjadi harus didasarkan oleh perhitungan pemicu biaya yang tepat. Pemicu biaya diperlukan untuk menentukan biaya overhead pabrik secara akurat. Pemicu biaya disesuaikan dengan masing-masing komponen biaya yang terjadi selama proses produksi roti. Biaya tidak langsung yang terjadi meliputi biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik dan gas, biaya pemeliharaan mesin, dan biaya penyusutan mesin. a) Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja pada proses produksi roti tidak dibedakan untuk setiap jenis roti sehingga biaya tenaga kerja pada Edie’s Bakery sifatnya tidak langsung. Roti diolah melalui satu tahapan pengolahan, maka semua biaya tenaga kerja di Edie’s Bakery digolongkan sebagai elemen biaya tenaga kerja tidak langsung. Berdasarkan identifikasi biaya yang dilakukan menunjukkan
43
bahwa Edie’s Bakery ternyata juga menanggung uang makan dari para pekerjanya sebesar Rp 195.000 untuk satu bulan. Namun, hal ini tidak perusahaan perhitungkan pada penentuan harga pokok produksi berdasarkan metode perusahaan. Tetapi, seharusnya upah makan ini termasuk ke dalam biaya tenaga kerja karena biaya tersebut memang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga harus diperhitungkan juga. Perhitungan biaya tenaga kerja diperoleh dengan menetapkan gaji atau upah yang telah disepakati bersama yaitu sebesar Rp 300.000 per bulan. Gaji tersebut bersifat tetap sehingga berapa pun jumlah roti yang diproduksi tidak mempengaruhi besar kecilnya gaji yang didapat para pekerja. Untuk mendapatkan biaya tenaga kerja per roti maka gaji setiap tenaga kerja dibagi dengan jumlah produksi roti. Perhitungan biaya tenaga kerja tersedia pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Biaya Tenaga Kerja pada UKM Edie’s Bakery pada Bulan April 2010 Komponen Biaya
Biaya Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
Biaya Tenaga Kerja (5
300.000
1.500.000
195.000
975.000
orang) Upah Makan Karyawan (5 orang) Total Biaya Jumlah Produksi Roti Biaya Tenaga Kerja per
2.475.000 15.600 158,654
Roti Sumber: Edie’s Bakery (diolah) Tabel 5 di atas menjelaskan bahwa biaya tenaga kerja sama dan tersebar secara rata pada setiap roti yang diproduksi. Hal ini
44
disebabkan oleh jumlah produksi yang telah secara rutin diproduksi oleh Edie’s Bakery setiap bulannya. b) Biaya Penggunaan Listrik dan Gas LPG Listrik
yang
digunakan
oleh
Edie’s
Bakery
dalam
memproduksi roti adalah listrik yang berasal dari PLN. Listrik tersebut digunakan untuk pemakaian mesin pengadukan. Sedangkan untuk mesin pemanggang menggunakan gas LPG selama proses pemanggangan roti berlangsung. Biaya listrik ini terjadi sesuai dengan pemicu biaya yaitu jumlah Kilowatt Hour (Kwh). Biaya listrik yang terjadi pada Edie’s Bakery terdiri dari dua golongan, yaitu biaya listrik untuk rumah tangga dan konsumsi listrik yang digunakan untuk usaha. Total seluruh biaya untuk penggunaan listrik adalah sebesar Rp 202.652 untuk Bulan April. Adapun biaya listrik ini berubahubah setiap bulannya, namun fluktuasi biaya listrik tersebut tidak signifikan besarnya. Jumlah biaya listrik rumah tangga diasumsikan mempunyai persentase sebesar 65% dari total biaya listrik. Hal tersebut dikarenakan jumlah peralatan listrik rumah tangga yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan peralatan usaha. Peralatan rumah tangga yang digunakan antara lain televisi, lemari es, pemanas makanan, mesin cuci dan peralatan rumah tangga lainnya. Sedangkan konsumsi listrik yang digunakan untuk usaha roti mempunyai persentase sebesar 35% dari total seluruh biaya pada bulan April. Biaya listrik yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha adalah sebesar Rp 71.978,2. Listrik yang dikonsumsi setiap jenis roti adalah sama sehingga tarif per Kwh ditentukan dengan cara membagi total biaya listrik dengan unit yang dihasilkan. Tarif listrik per Kwh = Total Biaya Listrik …………………5) Unit yang dihasilkan
45
Total seluruh biaya penggunaan LPG adalah sebesar Rp 322.000. Biaya gas LPG per roti juga dihitung dengan cara membagi total biaya gas LPG dengan jumlah unit yang dihasilkan. Tarif
gas
LPG
per
roti
=
Total
Biaya
gas
LPG
………………6) Unit yang dihasilkan Cara ini digunakan karena konsumsi gas LPG tidak membedakan antara jenis topping satu dengan topping roti lainnya dengan lama waktu pemanggangan yang sama untuk setiap jenis rotinya. Hal ini menyebabkan konsumsi gas LPG setiap jenis roti adalah sama. Rincian biaya listrik dan gas LPG selama Bulan April tersedia pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Biaya Penggunaan Listrik dan Gas selama Bulan April 2010 Jenis Listrik (Kwh)
Perhitungan
Biaya (Rp)
Rp 71.978,2
4,614
15600 Gas LPG (Jumlah Roti)
322.000
20,641
15600 Total Biaya Listrik dan
25,255
Gas LPG per Roti Sumber: Edie’s Bakery (diolah) c) Biaya Pemeliharaan Mesin Biaya pemeliharaan mesin ini digunakan untuk melakukan perawatan dan perbaikan pada komponen mesin. Proses penggunaan mesin untuk semua jenis topping adalah sama. Biaya pemeliharaan mesin yang dikeluarkan seperti biaya penggantian alas pemanggang roti dan pengaduk adonan. Total
46
biaya pemeliharaan mesin adalah sebesar Rp. 125.000 per bulan dengan rincian pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Biaya Pemeliharaan Mesin selama Bulan April 2010 Jenis
Biaya (Rp)
Mesin: Mesin Pengaduk
75.000
Mesin Pemanggang
50.000
Total Biaya
125.000
Jumlah Roti
15600
Biaya per Roti
8,013
Sumber: Edie’s Bakery (diolah) d) Biaya Penyusutan Mesin Penggunaan mesin dan peralatan produksi dikenakan biaya penyusutan. Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses produksi meliputi mesin pemanggang dan pengaduk untuk membuat adonan dan memanggang roti tersebut. Proses pengadukan dilakukan selama 2 jam sedangkan proses pemanggangan dilakukan selama 45 menit. Perkiraan jam mesin dan peralatan yang digunakan merupakan ketetapan yang selama ini dilakukan oleh perusahaan. Untuk menghitung tarif penyusutan menggunakan metode unit produksi adalah sebagai berikut: Tarif Penyusutan =
Harga Perolehan – Nilai Sisa
……...7)
Taksiran Jam Mesin yang digunakan Biaya penyusutan yang dibebankan kepada mesin dan peralatan yang digunakan dihasilkan dari hasil perkalian antara tarif penyusutan dengan jumlah jam pemakaian aktual. Pemicu biaya yang digunakan pada pemakaian mesin ini adalah jumlah jam mesin yang digunakan untuk memproduksi roti tersebut.
47
Pemakaian jam kerja mesin disesuaikan dengan kebutuhan dalam penggunaannya selama proses produksi. Total jam kerja yang digunakan untuk mesin pengaduk adalah selama 7800 jam dan mesin pemanggang mempunyai jam kerja selama 2925 jam. Perolehan total biaya penyusutan mesin diperoleh dari tarif penyusutan per jamnya dikalikan dengan jam kerja yang dipakai selama sebulan kemudian dikalikan dengan jumlah mesin yang ada. Total biaya penyusutan mesin pada Edie’s Bakery adalah sebesar Rp 375.000 dengan rincian pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Biaya Penyusutan Mesin selama Bulan April 2010
Jenis Mesin
Penyusutan per jam
Penyusutan per mesin
Mesin
8.000.000 – 2.000.000
1 kali pengadukan = 240 roti
7800 jam
Σ pengadukan = 15.600 : 240
Pengadukan (3 unit)
= Rp 769,231
Biaya Penyusutan per Bulan (Rp) 300.000
= 65 pengadukan Rp 769,231 x 2 jam x 65 pengadukan = Rp 100.000
Mesin Pemanggang (2 unit)
3.000.000 – 750.000
Rp 769,231 x 0,75 jam x 65
2925
pengadukan
= Rp 769,231
= Rp 37.500
Total Biaya Penyusutan Biaya Penyusutan pe Roti Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
75.000
375.000 24,038
Pengalokasian biaya overhead pabrik tersebut kemudian di tambahkan dengan komponen dari masing-masing biaya overhead pabrik yang ada. Total biaya keseluruhan dari biaya overhead pabrik
48
ini adalah sebesar Rp 3.368.978,2. Sedangkan, biaya overhead pabrik per unit roti adalah Rp 215,960. 3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Semua
biaya
yang
sudah
diidentifikasi
berdasarkan
penggunaan aktual tersebut memperlihatkan konsumsi biaya yang terjadi di UKM Edie’s Bakery. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode FIFO, semua biaya tersebut akan dikelompokkan menjadi 2 biaya yaitu biaya bahan baku (direct material) dan biaya konversi (conversion cost). Biaya bahan baku terdiri dari biaya roti dasar dengan biaya masing-masing topping roti. Biaya konversi ini merupakan biaya overhead pabrik yang terdiri dari biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik dan gas, biaya pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan mesin. Perhitungan dengan menggunakan metode process costing pada Edie’s Bakery ini tidak mempunyai WIP awal dan WIP akhir. Hal tersebut disebabkan oleh sifat produk roti yang tidak tahan lama sehingga proses produksinya dilakukan setiap hari. Selain itu, ciri khas yang membedakan roti produksi Edie’s Bakery dengan roti produksi perusahaan lain adalah Edie’s Bakery tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali sehingga selalu fresh diproduksi setiap harinya. Perhitungan harga pokok produksi roti setiap topping tentunya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan komponen biaya dari masingmasing topping roti pun berbeda satu sama lain. Perhitungan harga pokok produksi roti topping coklat, roti topping keju, roti topping abon, roti topping sosis, dan roti topping cocktail dengan metode FIFO dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
49
Tabel 9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti Setiap Jenis Topping per unit (Rp/unit) dengan Metode FIFO Komponen Biaya Bahan Baku: Roti Dasar Topping Roti Overhead Pabrik: Tenaga Kerja Tidak Langsung Listrik dan Gas LPG Pemeliharaan Mesin Penyusutan Mesin Total Biaya
Coklat
Keju
267.240 346.154
267.240 692.308
158.654 25.255 8.013 24.038 805.316
158.654 25.255 8.013 24.038 1,151.470
Jenis Roti Sosis
Abon
Cocktail
267.240 75.000
267.240 96.154
267.240 124.199
158.654 25.255 8.013 24.038 534.162
158.654 25.255 8.013 24.038 555.316
158.654 25.255 8.013 24.038 583.361
4.5. Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Metode Perusahaan dengan Metode Process Costing Perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi antara metode yang digunakan oleh perusahaan dengan perhitungan yang menggunakan metode process costing dengan aliran biaya first in first out (FIFO) memperlihatkan adanya selisih dari kedua metode tersebut. Selisih tersebut terjadi akibat dari perbedaan dalam penetapan biaya yang akan dihitung. Selisih dari perhitungan harga pokok produksi roti pun terjadi pada masing-masing jenis topping. Perbandingan hasil perhitungan kedua metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
50
Tabel 10. Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Metode Perusahaan dan Metode Process Costing
Jenis Topping Roti Cocktail Abon Sosis Coklat Keju
Harga Pokok Produksi per Unit Metode Perusahaan (Rp) 641.183 641.183 641.183 641.183 641.183
Metode Process costing (Rp) 583.361 555.316 534.162 805.316 1,151.47
Selisih Nilai Persentase (Rp) (%) -57.822 -9.912% -85.867 -15.463% -107.021 -20.035% 164.133 20.381% 510.287 44.316%
Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi roti Edie’s Bakery memiliki selisih harga yang bervariasi sesuai dengan jenis topping roti tersebut. Roti dengan topping cocktail memiliki selisih harga sebesar Rp 57,822 antara metode perusahaan dengan metode process costing dengan persentase sebesar 9,912%. Selisih harga tersebut merupakan selisih terkecil jika dibandingkan dengan jenis topping yang lain yang mempunyai selisih harga antara lain sebesar Rp 85,867 untuk roti topping abon, Rp 107,021 untuk roti topping sosis, Rp 164,133 untuk roti topping coklat, dan Rp 510,287 untuk roti topping keju. Selisih harga pokok produksi antara metode perusahaan dengan metode process costing tersebut memiliki persentase sebesar 15,463% untuk roti topping abon, 20,035% untuk roti topping sosis, untuk roti topping coklat sebesar 20,381%. Roti dengan topping keju memiliki selisih harga terbesar dibandingkan dengan jenis topping lainnya yang persetasenya adalah sebesar 44,316%. Selisih harga dari setiap jenis topping roti tersebut membuktikan bahwa perhitungan yang selama ini digunakan oleh perusahaan tidak dapat mencerminkan konsumsi biaya yang secara aktual digunakan oleh Edie’s Bakery tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi roti dengan topping yang berbeda tentunya mengakibatkan bahan serta biaya yang dikonsumsi tidak sama antara masing-masing jenis topping. Perhitungan harga
51
pokok produksi dengan metode process costing secara aktual ada yang menghasilkan harga pokok produksi roti per unit yang lebih besar. Perhitungan harga pokok produksi yang lebih besar ini mencerminkan bahwa sumber daya yang dikonsumsi dalam proses produksi secara aktual dicatat dan dihitung serta dibebankan pada setiap proses produksi roti. Metode process costing merupakan metode yang tepat untuk menghitung harga pokok produksi untuk produk yang dihasilkan secara massal sehingga seluruh sumber daya, aktivitas dan biaya dikonsumsi secara rata oleh masing-masing roti yang dihasilkan tersebut. Identifikasi biaya yang dilakukan juga berdasarkan semua biaya yang secara aktual merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pihak Edie’s Bakery pun dapat menggunakan informasi ini untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi roti tersebut. Metode perhitungan harga pokok produksi yang selama ini digunakan oleh perusahaan ada yang menghasilkan harga yang lebih rendah dan ada yang menghasilkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode process costing. Harga pokok produksi roti yang lebih rendah antara metode perusahaan dengan metode process costing adalah roti dengan topping coklat dan keju. Sedangkan, harga pokok produksi roti yang lebih tinggi antara metode perusahaan dengan metode process costing adalah roti dengan topping abon, sosis, dan cocktail. Harga pokok produksi dengan metode process costing secara rata-rata menghasilkan harga pokok produksi yang lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan, yaitu sebesar Rp 423,71. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan tidak tepat karena harga pokok produksi dari setiap jenis topping berbeda, maka harga jual yang diberlakukan pun harus berbeda. Hal tersebut disebabkan Edie’s Bakery menetapkan harga pokok produksinya secara tidak rinci dan tidak dapat melakukan identifikasi biaya berdasarkan biaya yang benar-benar dikonsumsi selama proses produksi roti tersebut. Selain itu, perhitungan biaya overhead yang terjadi tidak disesuaikan dengan aktivitas yang benar-benar terjadi tetapi ditetapkan hanya berdasarkan estimasi dari pihak Edie’s Bakery. Kesalahan
52
identifikasi biaya tersebut yang menyebabkan kekeliruan informasi bagi Edie’s Bakery sehingga biaya untuk produk per unit pun menjadi tidak akurat. 4.6. Penetapan Harga Jual Roti Edie’s Bakery 4.6.1. Penetapan Harga Jual Roti Berdasarkan Metode Perusahaan Edie’s Bakery merupakan perusahaan yang memproduksi roti dari bahan mentah menjadi produk jadi. Roti yang diproduksi oleh Edie’s Bakery terdiri dari berbagai macam isi dan topping yang beraneka ragam. Edie’s Bakery pun menetapkan harga jual yang sama dari masing-masing jenis topping roti tersebut meskipun harga pokok produksi dari masing-masing jenis topping berbeda-beda. Penetapan harga jual yang sama untuk seluruh produksi roti tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan pihak Edie’s Bakery untuk dapat menentukan harga jual yang tepat dari masing-masing jenis topping tersebut. Oleh karena itu, semua jenis topping roti yang diproduksi mempunyai harga jual yang sama dengan asumsi kelebihan keuntungan harga jual dari topping yang mempunyai harga pokok produksi yang rendah akan menutupi kekurangan harga jual dari harga pokok produksi roti yang tinggi. Harga jual yang ditetapkan oleh Edie’s Bakery adalah sebesar Rp 1.200 untuk semua jenis topping roti. Pihak Edie’s Bakery tidak akan menaikkan harga jualnya jika bahan baku serta biaya listrik tidak mengalami kenaikan lebih dari 50%. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran pihak Edie’s Bakery jika mereka menaikkan harga jual roti tersebut, maka konsumen akan berpaling pada produk roti lainnya. Selain itu, pihak Edie’s Bakery khawatir terjadinya penurunan minat beli dari konsumen terhadap roti produk Edie’s Bakery yang dapat mengakibatkan penurunan omzet penjualan sehingga pihak Edie’s Bakery sangat sensitif jika ingin menaikkan harga jual rotinya. Edie’s Bakery menentukan harga jual rotinya hanya dengan memperhitungkan persentase mark up yang diinginkan perusahaan dari
53
harga pokok produksi roti berdasarkan metode perusahaan saja tanpa memperhitungkan biaya operasional yang terjadi. Oleh karena itu, harga jual yang ditetapkan hanya didasarkan pada harga pokok produksi dengan memperhitungkan biaya bahan baku, tenaga kerja, listrik, gas, serta biaya overhead yang hanya diperhitungkan dalam biaya lain-lain saja. Persentase mark up yang ditetapkan oleh perusahaan adalah sebesar 85% dari harga pokok produksi roti berdasarkan metode perusahaan. Kesalahan dalam penetapan mark up akan berdampak pada kesalahan dalam penetapan harga jual sehingga keuntungan aktual mereka tidak sebesar yang mereka perkirakan. Hal ini disebabkan oleh pihak Edie’s Bakery tidak memperhitungkan biaya-biaya yang terjadi secara teliti dan akurat, baik dalam perhitungan harga pokok produksi maupun dalam penetapan komponen mark up. Perhitungan harga jual roti Edie’s Bakery berdasarkan metode yang selama ini digunakan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Perhitungan Harga Jual Roti Edie’s Bakery Berdasarkan Metode Perusahaan
Produk
HPP/unit (Rp)
Persentase mark up
Cocktail
641.183
85%
Abon
641.183
85%
Sosis
641.183
85%
Coklat
641.183
85%
Keju
641.183
85% Total
Harga Jual/unit (Rp) 1,186.19 ≈ 1,200.00 1,186.19 ≈ 1,200.00 1,186.19 ≈ 1,200.00 1,186.19 ≈ 1,200.00 1,186.19 ≈ 1,200.00
Jumlah Unit
Gross Marjin/unit
Gross Margin/ Bulan
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
15,600
Rp2,794.085
Rp8,717,545.20
54
4.6.2. Penetapan Harga Jual Roti Berdasarkan Metode Cost Plus Penentuan harga jual merupakan salah satu kebijakan yang penting dalam perusahaan karena dengan penetapan harga jual yang tepat akan berpengaruh pada volume penjualan dan laba yang didapat oleh perusahaan
tersebut.
Dalam
menetapkan
harga
jual
harus
mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga jual tersebut. Salah satu faktor yang memiliki pengaruh paling kuat dalam penentuan harga jual adalah faktor biaya karena biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga harus ditentukan. Harga jual yang ditetapkan berdasarkan metode cost plus pricing harus menentukan mark up yang dijadikan dasar dalam penentuan harga jual. Ada tiga komponen yang diperhitungkan dalam menentukan harga jual berdasarkan metode cost plus pricing, yaitu harga pokok produksi, biaya operasional, dan komponen mark up bersih. Harga pokok produksi yang harus dihitung mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan
oleh
perusahaan
dalam
melakukan
kegiatan
yang
berhubungan dengan distribusi, pemasaran, dan biaya administrasi umum. Mark up diperhitungkan dari tingkat pengembalian atas investasi target dan biaya non produksi yang terjadi atau dapat juga ditentukan berdasarkan tingkat keuntungan yang diinginkan perusahaan. Mark up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya sehingga keuntungan dapat diperoleh dari sebagian mark up tersebut. Dalam penetapan harga berdasarkan mark up, Edie’s Bakery harus menentukan harga yang akan menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Edie’s Bakery menginginkan jumlah keuntungannya sebesar 50% dari harga pokok produksi dan biaya operasionalnya. Oleh karena itu, biaya operasional dari Edie’s Bakey harus diperhitungkan
55
juga dalam penentuan harga jual. Penggunaan biaya operasional roti Edie’s Bakery selama Bulan April tersedia pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Penggunaan Biaya Operasional Roti Edie’s Bakery selama Bulan April 2010 Biaya Operasional Produk
Biaya Distribusi
Biaya Pemasaran
Cocktail Abon Sosis Coklat Keju
390,000 390,000 390,000 390,000 390,000
200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
Biaya Administrasi Umum 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000
Total Biaya Operasional
Biaya Operasional/ Unit
625,000 625,000 625,000 625,000 625,000
40.064 40.064 40.064 40.064 40.064
Tabel 12 menunjukkan bahwa biaya operasional per unit roti adalah sebesar Rp 40,064. Seluruh komponen biaya tersebut, baik pada harga pokok produksi maupun biaya operasional yang ada dapat dijadikan sebagai dasar penentuan harga jual. Penentuan harga jual roti Edie’s Bakery berdasarkan mark up sebesar 50%. Mark up tersebut ditetapkan memalui proses wawancara langsung yang berdasarkan pada perhitungan harga jual yang sudah melibatkan biaya operasional. Penentuan harga jual roti Edie’s Bakery berdasarkan mark up sebesar 50% tersedia pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Penentuan Harga Jual Roti Edie’s Bakery Berdasarkan Mark up sebesar 50%
Produk
HPP/Unit (Rp)
Cocktail Abon Sosis Coklat Keju
583.361 555.316 534.162 805.316 1,151.47
Biaya Operasional/unit (Rp) 40.064 40.064 40.064 40.064 40.064
Biaya Total/Unit (Rp) 623.425 595.380 574.226 845.380 1,191.534
Persentase Mark up
Harga Jual/Unit (Rp)
50% 50% 50% 50% 50%
935.138 ≈ 950.00 893.070 ≈ 900.00 861.339 ≈ 900.00 1268.070 ≈ 1,300.00 1787.301≈ 1,800.00
56
Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa adanya perbedaan harga jual dari setiap jenis topping yang ada. Roti dengan topping cocktail seharusnya mempunyai harga jual sebesar Rp 950. Sedangkan roti dengan topping abon, sosis, dan coklat seharusnya mempunyai harga jual masing-masing sebesar Rp 900, Rp 900, dan Rp 1300. Roti dengan topping keju seharusnya pun mempunyai harga jual sebesar Rp 1.800. Harga
jual
masing-masing
topping
tersebut
tentunya
memperlihatkan adanya selisih antara harga jual yang telah dilakukan perusahaan dengan harga jual yang seharusnya diberlakukan oleh perusahaan. Berdasarkan harga jual yang seharusnya diberlakukan tersebut dapat diketahui jumlah keuntungan yang diperoleh oleh Edie’s Bakery. Laba yang diperoleh Edie’s Bakery tersedia pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Laba yang diperoleh Edie’s Bakery Berdasarkan Harga Jual dengan Metode Cost Plus
Produk Cocktail Abon Sosis Coklat Keju Total
HPP/Unit (Rp) 583,361 555,316 534,162 805,316 1.151,47
Persentase Mark up
Harga Jual/Unit (Rp)
50% 50% 50% 50% 50%
875,042 832,974 801,243 1.207,974 1.727,205
Gross Jumlah Margin/ Unit Roti (Rp) 291,681 277,658 267,081 402,658 575,735
3.120 3.120 3.120 3.120 3.120 156.00
Gross Margin/ Bulan (Rp) 910.043,16 866.292,96 833.292,72 1.256.292,96 1.796.293,2 5.662.215
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa laba kotor yang sebenarnya diperoleh Edie’s Bakery lebih kecil dibandingkan dengan laba kotor yang selama ini diperkirakaan oleh Edie’s Bakery. Laba kotor yang diperhitungkan berdasarkan metode cost plus ini sudah memisahkan perhitungan biaya operasional untuk membandingkannya dengan laba kotor yang diperhitungkan dengan metode perusahaan.
Hal ini
menyebabkan Edie’s Bakery seolah-olah memperoleh laba kotor yang
57
tinggi padahal sebenarnya laba kotor yang mereka dapatkan jauh lebih kecil dari yang dibayangkan oleh Edie’s Bakery. 4.6.3. Analisis Perbandingan Harga Pokok Jual Roti Edie’s Bakery antara Metode Perusahaan dengan Metode Cost Plus Perbedaan hasil perhitungan harga jual roti antara metode yang digunakan oleh perusahaan dengan perhitungan yang menggunakan metode cost plus memperlihatkan adanya selisih dari kedua metode tersebut. Selisih tersebut terjadi akibat dari perbedaan dalam penetapan biaya yang dihitung. Harga jual yang digunakan dengan metode perusahaan hanya memperhitungkan komponen mark up dari biaya pokok produksi saja tanpa memperhitungkan biaya operasional yang terpakai Edie’s Bakery harus memperhitungkan komponen biaya operasional dari seluruh kegiatan usahanya. Perbandingan hasil perhitungan kedua metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini. Tabel 15. Perbandingan Harga Jual Roti Edie’s Bakery antara Metode Perusahaan dengan Metode Cost Plus Produk Cocktail Abon Sosis Coklat Keju
Harga Jual/Unit (Rp) Metode perusahaan Metode Cost Plus 1200 950.00 1200 900.00 1200 900.00 1200 1,300.00 1200 1,800.00
Selisih Nilai (Rp) Persentase -250.00 -26.316% -300.00 -33.333% -300.00 -33.333% 100.00 7.692% 600.00 33.333%
Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa perhitungan harga jual roti Edie’s Bakery memiliki selisih harga yang bervariasi sesuai dengan jenis topping roti tersebut. Roti dengan topping coklat memiliki selisih harga sebesar Rp 100 antara metode perusahaan dengan metode cost plus yang persentasenya 7,692%. Selisih harga tersebut merupakan selisih terkecil jika dibandingkan dengan jenis topping yang lain yang mempunyai selisih harga antara lain sebesar Rp 250 untuk roti dengan topping
58
cocktail, Rp 300 untuk roti dengan topping abon, Rp 300 untuk roti dengan topping sosis, dan Rp 600 untuk roti dengan topping keju. Selisih harga jual antara metode perusahaan dengan metode cost plus tersebut memiliki persentase sebesar 26,316% untuk roti dengan topping cocktail, 33,333% untuk roti dengan topping abon, 33,333% untuk roti dengan topping sosis, dan 33,333% untuk roti dengan topping keju. Penggunaan harga jual yang sama untuk setiap jenis roti dilakukan Edie’s Bakery untuk menarik banyak konsumen. Edie’s Bakery berharap dengan harga yang sama konsumen dapat leluasa memilih jenis roti yang mereka sukai tanpa terhalang oleh harga. Oleh karena itu, pemberian harga yang sama juga diharapkan dapat meningkatkan jumlah penjualan roti yang diproduksi oleh Edie’s Bakery. Penentuan harga jual berdasarkan metode cost plus menunjukkan bahwa harga jual yang diberlakukan oleh Edie’s Bakery seharusnya tidak sama antara semua jenis topping roti yang ada. Hal ini dikarenakan masing-masing roti mempunyai konsumsi biaya yang berbeda-beda sehingga keuntungan yang diperoleh dapat diketahui berdasarkan jenis topping roti. Harga jual yang tinggi diberlakukan bagi roti yang mempunyai harga topping yang lebih mahal dibandingkan dengan jenis topping lainnya. Pemberian harga yang sama untuk setiap jenis roti akan mengakibatkan kerugian bagi harga pokok produksi roti dengan topping yang mempunyai biaya lebih mahal dibandingkan dengan jenis topping lainnya. Hal ini akan mengakibatkan harga jual roti tersebut akan lebih rendah dibandingkan dengan biaya pokok produksinya. Sebaliknya, jika harga topping yang mempunyai biaya lebih rendah dibandingkan dengan jenis topping lainnya, maka harga jual dari roti tersebut akan terlalu tinggi dibandingkan dengan biaya pokok produksinya.
59
4.7. Implikasi Manajerial Edie’s Bakery sebaiknya melakukan peninjauan ulang terhadap metode yang selama ini diterapkan perusahaan dalam menetapkan harga pokok produksi roti. Biaya overhead pabrik sebaiknya dicatat dengan rinci sehingga dapat dialokasikan secara akurat ke produk roti yang diproduksi Edie’s Bakery. Seluruh biaya yang terkait pada proses produksi dihitung sacara rinci agar dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang akurat. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing dapat menjadi alternatif penetapan harga pokok produksi roti bagi Edie’s Bakery untuk memperoleh perhitungan biaya yang lebih akurat. Pihak Edie’s Bakery pun dapat menggunakan informasi ini untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi roti. Edie’s Bakery sebaiknya mempunyai catatan khusus mengenai seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Edie’s Bakery sehingga mempermudah dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi dan keuntungan yang telah diperoleh oleh Edie’s Bakery. Edie’s Bakery sebaiknya melakukan peninjauan ulang terhadap penetapan harga jual dari roti yang diproduksinya. Harga jual sebaiknya disesuaikan dengan konsumsi biaya yang terjadi pada roti tersebut. Hal ini dikarenakan masing-masing roti mempunyai konsumsi biaya yang berbeda-beda sehingga keuntungan yang diperoleh dapat diketahui berdasarkan jenis topping roti. Penetapan harga jual yang tepat dapat memberikan laba aktual yang tepat juga sesuai dengan yang diperkirakan oleh Edie’s Bakery. Solusi untuk menghindari kerugian akibat harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok produksinya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan baku topping roti tersebut. Edie’s Bakery pun dapat mencari bahan baku topping yang serupa untuk mensubstitusi bahan baku topping yang lebih mahal dengan bahan lain yang lebih murah sehingga mengurangi biaya produksi roti tersebut. Pengurangan biaya produksi roti dapat menghasilkan harga pokok produksi roti menjadi lebih murah sehingga harga jual roti dapat disesuaikan dengan harga roti pesaing di pasar.
60
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dapat dikemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a.
Klasifikasi biaya yang terkait dalam proses produksi roti UKM Edie’s Bakery terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung yang terkait dalam produksi roti ini meliputi biaya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi roti tersebut baik bahan baku untuk bahan dasar roti maupun bahan topping yang digunakan pada roti tersebut. Sedangkan biaya tidak langsung yang terkait dalam produksi roti meliputi biaya listrik dan gas LPG, biaya tenaga kerja, biaya pemeliharaan dan penyusutan mesin. Biaya tidak langsung tersebut tidak dihitung secara rinci oleh perusahaan dan hanya dikelompokkan ke dalam biaya lain-lain.
b.
Perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh perusahaan masih menggunakan metode yang sangat sederhana. Biaya-biaya yang termasuk overhead pabrik tidak diperhitungkan secara rinci. Biaya overhead yang terjadi pun hanya diperhitungkan berdasarkan estimasi biaya yang dianggarkan. Biaya-biaya yang menjadi biaya overhead pun menyatu dengan biaya konsumsi rumah tangga. Hal tersebut menyebabkan semua biaya yang dikeluarkan oleh Edie’s Bakery tidak sesuai dengan penggunaan
biaya
yang
terjadi
secara
aktual
sehingga
terjadi
ketidaktepatan dalam menetapkan harga pokok produksi roti. Harga pokok produksi roti berdasarkan metode perusahaan adalah sebesar Rp 641,183 untuk semua jenis topping roti yaitu roti topping coklat, keju, abon, sosis, dan cocktail. c.
Perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing dilakukan
dengan
menghitung
semua
elemen
biaya
dibebankan
berdasarkan biaya sesungguhnya. Pada metode ini, produk yang diolah
61
dibebani biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dikonsumsi oleh produk yang bersangkutan. Harga pokok produksi roti pun dibedakan berdasarkan jenis topping dari roti yang diproduksi. Hal ini dikarenakan konsumsi biaya setiap jenis topping tentunya berbeda-beda sehingga harga pokok produksinya pun berbeda satu sama lain. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode process costing diperoleh harga pokok produksi untuk roti dengan topping coklat adalah sebesar Rp 805,316, roti dengan topping keju adalah sebesar 1.1151,470, roti dengan topping sosis adalah sebesar Rp 534,162, roti dengan topping abon sebesar Rp 555,316, dan roti dengan toping cocktail sebesar Rp 583,361. d.
Metode perhitungan harga pokok produksi yang selama ini digunakan oleh perusahaan ada yang menghasilkan harga yang lebih rendah dan ada yang menghasilkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode process costing. Harga pokok produksi roti yang lebih rendah antara metode perusahaan dengan metode process costing adalah roti dengan topping coklat dan keju. Sedangkan, harga pokok produksi roti yang lebih tinggi antara metode perusahaan dengan metode process costing adalah roti dengan topping abon, sosis, dan cocktail. Harga pokok produksi dengan metode process costing secara rata-rata menghasilkan harga pokok produksi yang lebih besar dibandingankan dengan metode perusahaan, yaitu sebesar Rp 25,925.
e.
Harga jual yang ditetapkan oleh Edie’s Bakery adalah sama dari masingmasing jenis topping roti tersebut meskipun harga pokok produksi dari masing-masing jenis topping berbeda-beda. Harga jual yang ditetapkan oleh Edie’s Bakery adalah sebesar Rp 1.200 untuk semua jenis topping roti.
f.
Harga jual yang ditetapkan berdasarkan metode cost plus pricing harus menentukan mark up yang dijadikan dasar dalam penentuan harga jual. Ada tiga komponen yang diperhitungkan dalam menentukan harga jual
62
berdasarkan metode cost plus pricing, yaitu harga pokok produksi, biaya operasional, dan komponen mark up bersih. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing Edie’s Bakery menginginkan jumlah keuntungannya sebesar 50% dari harga pokok produksi dan biaya operasionalnya. Harga jual untuk roti dengan topping coklat adalah sebesar Rp 1.300, roti dengan topping keju adalah sebesar Rp 1.800, roti dengan topping sosis adalah sebesar Rp 900, roti dengan topping abon sebesar Rp 900, dan roti dengan toping cocktail sebesar Rp 950. g. Penentuan harga jual berdasarkan metode cost plus menunjukkan bahwa harga jual yang diberlakukan oleh Edie’s Bakery seharusnya tidak sama antara semua jenis topping roti yang ada. Hal ini dikarenakan masingmasing roti mempunyai konsumsi biaya yang berbeda-beda sehingga keuntungan yang diperoleh dapat diketahui berdasarkan jenis topping roti. Harga jual yang tinggi diberlakukan bagi roti yang mempunyai harga topping yang lebih mahal dibandingkan dengan jenis topping lainnya. 2.
Saran a. Edie’s Bakery sebaiknya melakukan peninjauan ulang terhadap metode yang selama ini diterapkan perusahaan dalam menetapkan harga pokok produksi roti. Biaya overhead pabrik sebaiknya dicatat dengan rinci sehingga dapat dialokasikan secara akurat ke produk roti yang diproduksi Edie’s Bakery. Seluruh biaya yang terkait pada proses produksi dihitung sacara rinci agar dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang akurat. b. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing dapat menjadi alternatif penetapan harga pokok produksi roti bagi Edie’s Bakery untuk memperoleh perhitungan biaya yang lebih akurat. Identifikasi biaya yang dilakukan juga berdasarkan semua biaya yang secara aktual merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pihak Edie’s Bakery
63
pun dapat menggunakan informasi ini untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi roti. c. Edie’s Bakery sebaiknya melakukan peninjauan ulang terhadap penetapan harga jual dari roti yang diproduksinya. Harga jual sebaiknya disesuaikan dengan konsumsi biaya yang terjadi pada roti tersebut. Hal ini dikarenakan masing-masing roti mempunyai konsumsi biaya yang berbeda-beda sehingga keuntungan yang diperoleh dapat diketahui berdasarkan jenis topping roti. Penetapan harga jual yang tepat dapat memberikan laba aktual yang tepat juga sesuai dengan yang diperkirakan oleh Edie’s Bakery. d. Untuk produk roti lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berapa besar harga pokok produksi yang ditetapkan oleh perusahaan dan bagaimana pengaruhnya terhadap harga jual roti tersebut. Selain itu, sebelum menetapkan kebijakan kenaikan atau penurunan harga jual roti perlu adanya penelitian tentang preferensi konsumen terkait dengan peningkatan dan penurunan harga jual roti Edie’s Bakery.
64
DAFTAR PUSTAKA
Adi, MK. 2007. Analisis Usaha Kecil dan Menengah. Andi Offset, Yogyakarta. Andri, YC. 2009. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Sofa pada UKM Adi Jaya Furniture dengan Metode Activity Based Costing (ABC). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bustami, B dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu, Yogyakarta. Horngren, Datar and Foster. 2005. Akuntansi Biaya Jilid 1. Indeks, Jakarta. Hansen and Mowen. 2006. Management accounting Edisi 7. Salemba Empat, Jakarta. Iqbal dan Simanjutak. 2004. Solusi Jitu bagi Pengusaha Kecil dan Menengah. Gramedia, Jakarta. Ivana, E. 2004. Analisis penentuan Harga pokok Produksi Karkas dengan menggunakan Metode Full Costing, Variable Costing, dan Activty Based Costing (Studi Kasus Rumah Potong Ayam Asia Afrika, Bogor). Skripsi pada Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Indeks, Jakarta. Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya Edisi 5. Aditya Media, Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta. Parmono dan Soejoedono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan koperasi. Ghalia Indonesia, Bogor. Rachmat, B. 2005. Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah. Ghalia Indonesia, Bogor. Samryn, L.M. 2001. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Supriyono, R.A. 2007. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN Jl. Lingkar Kampus Darmaga, Gd Wing Rektorat Lt.2 Telp/Fax (0251) 8626435 Bogor 16680
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya Irna Tania (H24061635), mahasiswa departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, memohon kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara. Wawancara ini digunakan sebagai salah satu data primer untuk penelitian tugas akhir yang berjudul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode Process Costing dan Pengaruhnya Terhadap Harga Jual, Studi Kasus: UKM Edie’s Bakery, Bogor”.
Konsep Internal Edie’s Bakery : 1. Bagaimana sejarah berdirinya Edie’s Bakery? 2. Apa tujuan Edie’s Bakery dalam mengembangkan usahanya? 3. Apa sajakah yang menjadi permasalahan Edie’s Bakery dalam menjalankan usahanya? 4. Siapakah yang memegang tanggung jawab dalam kaitannya dengan proses produksi? Komponen Harga Pokok Produksi : 1.
Berapa jenis roti yang diproduksi oleh Edie’s Bakery?
2.
Roti jenis apakah yang paling diminati oleh konsumen?
3.
Berapa jumlah roti yang rutin diproduksi oleh Edie’s Bakery?
4.
Apa sajakah bahan baku yang digunakan untuk memproduksi roti?
5.
Berapa jumlah tenaga kerja yang bekerja di Edie’s Bakery?
6.
Berapa gaji setiap pekerja di Edie’s Bakery?
67
Lanjutan Lampiran 1 7. 8.
Apa saja mesin yang digunakan oleh Edie’s Bakery? Berapakah biaya yang dikeluarkan oleh Edie’s Bakery untuk pemeliharaan mesin?
9.
Bagaimana cara perhitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan oleh Edie’s Bakery?
10. Komponen biaya apa saja yang diperhitungkan oleh Edie’s Bakery dalam menetapkan harga pokok produksi? Konsep Penetapan Harga Jual : 1.
Bagaimana prosedur penetapan harga jual yang dilakukan oleh Edie’s Bakery?
2.
Tujuan apa yang ingin dicapai melalui penetapan harga jual yang dilakukan oleh Edie’s Bakery?
3. Komponen biaya apa saja yang diperhitungkan oleh Edie’s Bakery dalam menetapkan harga jual roti? 4. Berapa persen jumlah mark up yang ditetapkan Edie’s Bakery dalam menentukan harga jual roti?
68
Lampiran 2. Daftar Biaya Bahan Baku Roti
Bahan Baku Tepung Terigu Gula Pasir Pengembang Pelembut Garam Mentega Telur Ayam
Bahan Baku Topping Coklat Keju Sosis Abon Cocktail
Harga (Rp) 7,500/kg 10,500/kg 33,000/kg 39,000/kg 2,000/kg 14,000/kg 13,000/kg
Perhitungan/Hari 2 kg x 2.5 kali x 7,500 0.3 kg x 2.5 kali x 10,500 0.04 kg x 2.5 kali x 33,000 0.02 kg x 2.5 kali x 39,000 0.04 kg x 2.5 kali x 2,000 0.3 kg x 2.5 kali x 14,000 0.5 kg x 2.5 kali x 13,000
Biaya/Hari (Rp) 37,500 7,875 3,300 1,950 200 10,500 16,250
Harga (Rp)
Perhitungan
18,000/kg 54,000/kg 19,500/1 bungkus (isi 30) 75,000/kg 19,375/1 kaleng
15kg x 18,000 10kg x 54,000 3 bungkus x 19,500 1 x 75,000 5 x 19,375
Biaya/Bulan (Rp) 975,000 204,750 85,800 50,700 5,200 273,000 422,500
Konsumsi/ Minggu (Rp) 270,000 540,000 58,500 75,000 96,875
Konsumsi/ Bulan (Rp) 1,080,000 2,160,000 234,000 300,000 387,500
69
Lampiran 3. Foto Roti Edie’s Bakery Roti Topping Abon
Roti Topping Keju
Roti Topping Cocktail
Roti Topping Sosis
Roti Topping Coklat