Idul Fitri: Revitalisasi Fitrah Seorang Muslim H. Muhammad Nuruddin, Lc., MSI.
اﻟﺴـــﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﺣﻤﺔ اﷲ وﺑﺮآﺎﺗﻪ وﺟﻌﻠﻪ دﺱﺘﻮرا ﻟﺴﻌﺎدة اﻷﻡﺔ اﻟﺒﺸﺮیﺔ ﺟﻤﻌﺎ ﻓﻰ,اﻟﺤﻤﺪ ﷲ اﻟﺬي أﻧﺰل اﻟﻘﺮﺁن ﺗﺒﻴﺎﻧﺎ ﻟﻜﻞ ﺷﻲء وﺟﻌﻞ هﺬا اﻟﻴﻮم ﻋﻴﺪا ورﺣﻤﺔ ﻟﺠﻤﻴﻊ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻟﺘﻨﻈﺮ ﻧﻔﺲ ﻡﺎ ﻗﺪﻡﺖ,اﻟﺪاریﻦ اﻟﺪﻧﻴﺎ واﻷﺧﺮة أﺷﻬﺪ أن ﻻ إﻟﻪ إﻻ اﷲ وﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮیﻚ ﻟﻪ وأﺷﻬﺪ أن ﻡﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪﻩ ورﺱﻮﻟﻪ ﺻﺎدق اﻟﻮﻋﺪ.ﻟﻐﺪ ﺻﻼة وﺱﻼﻡﺎ داﺋﻤﻴﻦ ﻡﺘﻼزﻡﻴﻦ ﻋﻠﻰ رﺱﻮل اﷲ اﻟﺬي ﺑﻠﻎ اﻟﺮﺱﺎﻟﺔ وأدى اﻷﻡﺎﻧﺔ.اﻷﻡﻴﻦ أﻡﺎ ﺑﻌﺪ.وﻧﺼﺢ اﻷﻡﺔ وﺟﺎهﺪ ﻓﻰ ﺱﺒﻴﻠﻪ ﺣﺘﻰ أﺗﺎﻩ اﻟﻴﻘﻴﻦ ﻦ ءَا َﻡﻨُﻮا َ یَﺎَأ ﱡیﻬَﺎ اﱠﻟﺬِی: ﻗﺎل اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ.ﻓﻴﺎ ﻋﺒﺎد اﷲ أوﺻﻴﻜﻢ وﻧﻔﺴﻰ ﺑﺘﻘﻮى اﷲ ﻓﻘﺪ ﻓﺎز اﻟﻤﺘﻘﻮن .ن َ ﺴِﻠﻤُﻮ ْ ﻖ ُﺗﻘَﺎ ِﺗ ِﻪ وَﻻ َﺗﻤُﻮ ُﺗﻦﱠ إِﻻ َوَأ ْﻧ ُﺘ ْﻢ ُﻡ ﺣﱠ َ ا ﱠﺗﻘُﻮا اﻟﱠﻠ َﻪ ﻻ اﻟـﻪ اﻻ اﷲ، أﷲ أآﺒﺮ آﺒﻴﺮا واﻟﺤﻤﺪ ﷲ آﺜﻴﺮا وﺱﺒﺤﺎن اﷲ ﺑﻜﺮة وأﺻﻴﻼ، x9 أﷲ أآﺒﺮ وﺣﺪﻩ ﺻﺪق وﻋﺪﻩ وﻧﺼﺮ ﻋﺒﺪﻩ وأﻋﺰ ﺟﻨﺪﻩ وهﺰم اﻷﺣﺰاب وﺣﺪﻩ ﻻ اﻟـﻪ اﻻ اﷲ اﷲ أآﺒﺮ اﷲ .أآﺒﺮ وﷲ اﻟﺤﻤﺪ Ma'ashiral-Muslimin wal-Muslimat Rahimakumullah Pada pagi yang mulia ini, dengan ketulusan hati kita bersyukur kepada Allah SWT. Bersyukur karena kita mendapat kesempatan bertemu bulan suci Ramadhan dan telah mengisinya dengan segala rupa amal kebajikan. Bersyukur sebagai tanda cinta kita kepada Allah SWT. Bersyukur dengan harapan dan doa kepada Allah SWT, agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang memperoleh ketakwaan di hari raya ini, hari kembali kepada kesucian (iedul fitri). Hari raya Idul Fitri sering dimaknai sebagai kembalinya seorang muslim kepada pribadi yang fitrah, sebagaimana bayi saat sang ibu pertama kali melahirkannya ke dunia. Seorang yang telah kembali kepada fitrahnya, hakikatnya ia kembali dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang dialamatkan untuk nurani dan akalnya, pertanyaan tersebut adalah Siapakah sesungguhnya dia? Darimana dia datang, ke mana dia akan pergi? Mengapa dia hidup, dan apa arti hidup itu untuknya? Mengapa kemudian ada mati? Apakah artinya mati? Ke mana setelah kematian itu? Hadirin yang berbahagia Seiring dengan perkembangan Islam dan pergulatan umat Islam terhadap berbagai budaya dan peradaban di setiap jaman dan tempat yang dilaluinya, kini sering kita dapati umat Islam memaknai Idul Fitri sebagai hari kemenangan. Kemenangan yang diperoleh setelah berjuang selama satu bulan 1
mengekang nafsu untuk beribadah Ramadhan. Kita sering mendengar, menerima, dan ikut mengucapkan kalimat واﻟﻔﺎﺋﺰیﻦ
ﻡﻦ اﻟﻌﺎﺋﺪیﻦsebagai simbol kemenangan tersebut.
Sesungguhnya tidak ada yang keliru dalam pemaknaan Idul Fitri sedemikian. Hanya saja patut kita renungkan, bahwa atas dasar kata hari kemenangan tersebut, di antara kita umat Islam, tanpa disadari terkadang melakukan perbuatan yang menggambarkan sebuah bentuk pengumbaran hawa nafsu. Untuk mempersiapkan sebuah hari kemenangan, di antara kita tidak sedikit yang melalaikan harihari terakhir Ramadhan dengan memenuhi pusat-pusat perbelanjaan, berbelanja dengan volume yang sangat besar bahkan mungkin ada yang terkesan memaksakan diri. Padahal hari-hari terakhir Ramadhan yang dilalaikan, adalah hari-hari Rasulullah mentauladankan umatnya agar semakin memperbanyak ibadah. Ajaran utama Ramadhan untuk mengendalikan nafsu juga seakan terlupakan, sekaligus di saat yang sama melupakan peringatan Allah tentang memperturutkan nafsu:
×ΛÏm§‘ Ö‘θàxî ’În1u‘ ¨βÎ) 4 þ’În1u‘ zΟÏmu‘ $tΒ ωÎ) Ïþθ¡9$$Î/ 8οu‘$¨ΒV{ }§ø¨Ζ9$# ¨βÎ) 4 ûŤøtΡ ä—Ìht/é& !$tΒuρ * Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayang.(QS.Yusuf 53) Sementara ada pula umat Islam yang kemudian semangat beribadahnya kembali sebagaimana keadaan semula. Hari raya menjadi simbol berhentinya segala jerih payah, letih penat, serta hilangnya gairah untuk beramal, baik amal tersebut berhubungan langsung kepada Allah ( )ﺣﺒﻞ ﻡﻦ اﷲdan yang berhubungan dengan sesama makhluk Allah () ﺣﺒﻞ ﻡﻦ اﻟﻠﻨﺎس. Tidak sedikit di antara umat Islam yang kemudian menjalani hari, bagaikan Ramadhan tak pernah datang menyapanya. Padahal Islam mengajarkan kepada umat manusia agar senantiasa bersikap istiqamah dan progresif. Rasulullah dengan lembut menegur dan mengingatkan umat Islam dalam sabdanya:
ﻡﻦ آﺎن یﻮﻡﻪ ﺧﻴﺮا ﻡﻦ أﻡﺴﻪ ﻓﻬﻮ راﺑﺢ و ﻡﻦ آﺎن یﻮﻡﻪ ﻡﺜﻞ أﻡﺴﻪ ﻓﻬﻮ ﻡﻐﺒﻮن و ﻡﻦ آﺎن یﻮﻡﻪ ﺷﺮاﻡﻦ أﻡﺴﻪ ﻓﻬﻮ ﻡﻠﻌﻮن "Orang yang hari ini lebih baik dari kemarin, dialah orang yang beruntung, Orang yang hari ini sama dengan kemarin, hakikatnya dia adalah orang yang rugi, Orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin, dialah orang yang tercela" Pertanyaan yang kita patut renungkan sekarang, jika demikian apa sesungguhnya makna fitrah yang dimaksud? Dan bagaimana kita memahami hari kemenangan bagi umat Islam ini? Ma’syiral Muslimin Rahimakumullah Dalam khazanah literatur keIslaman, kata fitrah sesungguhnya mengandung dua makna yang sangat dalam secara filosofis.
2
Pertama; fitrah berarti penciptaan. Dari arti inilah fitrah acapkali kita konotasikan dengan kesucian, karena setiap yang tercipta dan terlahir adalah sesuatu yang suci. Fitrah dalam makna ini sesuai dengan firman Allah:
’Îû ߉ƒÌ“tƒ 4 yì≈t/â‘uρ y]≈n=èOuρ 4‘oΨ÷V¨Β 7πysÏΖô_r& þ’Í<'ρé& ¸ξߙ①Ïπs3Íׯ≈n=yϑø9$# È≅Ïã%y` ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÌÏÛ$sù ¬! ߉ôϑptø:$# ∩⊇∪ փωs% &óx« Èe≅ä. 4’n?tã ©!$# ¨βÎ) 4 â!$t±o„ $tΒ È,ù=sƒø:$# Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. Fathir:1).. Rasulullah bersabda:
ﻡﺎ ﻡﻦ ﻡﻮﻟﻮد إﻻ یﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻄﺮة Setiap yang lahir ke dunia, ia terlahir dalam keadaan fitrah Seseorang yang kembali kepada fitrah berarti ia memahami arti penciptaan dirinya. Ia menyadari bahwa hakikat hidupnya ini adalah untuk mengabdi kepada Allah. Pengabdian tersebut diwujudkan dengan terikatnya hati dan perilakunya pada konsep dan tuntunan Allah yang mengarahkan bagaimana ia hidup di dunia. Allah berfirman:
Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 ωÎ) }§ΡM}$#uρ £Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS.AdzDzariyat:56). Hanya kepada Allah semata hati yang fitri mengabdi. Keikhlasan merupakan jati dirinya dalam pengabdian tersebut. Sebagai sebuah ilustrasi, orangtua beribadah kepada Allah dengan cara mendidik dan mengasuh anaknya dengan tulus dan penuh cinta. Bagi seorang ibu, sangat besar dan berat perjuangan mengandung dan melahirkan. Semua sirna kala ibu mendengar tangis pertama anaknya. Ia rawat anak itu sepenuh perasaan. Suatu ketika sang anak demam, ibunya-lah
yang merasakan
penderitaan lebih dalam. Merintih anak itu kesakitan tengah malam, ibunya terbangun, nyamuk seekor dihalaukan. Dalam doanya: sekiranya Allah mengijinkan, sang ibu ingin ia tanggungkan demam itu, agar anaknya dapat terlelap bahagia. Keikhlasan seorang ayahpun tidak kurang dari pada cinta ibu. Ketika anaknya lahir, sudah terpikir dalam batinnya bagaimana kubahagiakan anakku, jadi siapakah anakku esok, bagaimanakah anakku jika aku mati sekarang, bagaimanakah nasibnya jika hidupnya susah karenaku. Pikiran-pikiran itu membuatnya pergi pagi pulang malam, bekerja untuk kebahagiaan anaknya, tak sempat ia berpikir untuk kebahagiaannya sendiri. Bahkan, tak pernah ia berpikir sekalipun akan balasan anaknya atas perjuangannya itu. Ayah dan ibu berikan bekal agar anaknya mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Mereka mengerti, Allah mencintai orangtua yang dapat menunaikan amanat dan mengembalikannya kepada Allah. 3
Jika dalam mengasuh dan mendidik anak tidak didasari keyakinan bahwa hal tersebut adalah ibadah kepada Allah, orangtua terkadang tanpa sadar memaksa anak untuk menjadi mereka. Pilihan anak haruslah pilihan mereka, cara hidup anak adalah cara mereka, berpikir anak adalah dengan cara berpikir mereka, bahagia anak adalah bahagia dalam benak mereka, tanpa mereka mau menyadari bahwa anak memiliki dunianya sendiri. Orangtua hendak meminta sang anak supaya serupa dengan pemuda di jaman mereka masih muda, 40 tahun yang lalu. Kalau di waktu masih muda diminta supaya anak serupa orangtua pula, maka di waktu tuanya esok akan serupa siapakah dia? Itulah sebuah fragmen gambaran kecil keikhlasan dalam beribadah/mengabdi kepada Allah, sebagai perwujudan kembalinya seorang muslim kepada fitrahnya secara hakiki. Kedua; makna fitrah yang kedua adalah kembali dalam keteraturan. Allah berfirman:
ﻓﻄﺮة اﷲ اﻟﺘﻰ ﻓﻄﺮ اﻟﻨﺎس ﻋﻠﻴﻬﺎ Aturan (fitrah) Allah yang telah menciptakan manusia menurut aturan (fitrah) itu Selain kewajiban mengabdi kepada Allah, Allah jadikan manusia sebagai khalifah pengemban amanat di dunia. Allah berikan tuntunan dan aturan agar manusia dapat menjalankan amanat tersebut dengan baik. Selain ayat-ayat yang diturunkan kepada para nabi dan rasul, Allah bentangkan pula ayatayatNya dalam seluruh isi alam semesta, baik yang lebih kecil dari atom maupun yang lebih besar dari jagad raya. Allah berikan manusia kemampuan nalar yang memuliakannya dari makhluk yang lain. Nalar tersebut manusia pergunakan untuk menguak dan mengenali aturan-aturan Allah yang dibina di alam semesta. Sehingga, setiap manusia yang mampu mempergunakan nalarnya akan dapat menemukan kembali fitrahnya. Ia dapat membangun peradaban, mengembangkan penemuan-penemuan baru yang berguna bagi segenap makhuk dan kehidupan. Dunia akan menjadi tempat yang tentram, menjadi ladang beramal kebajikan dan jembatan untuk menghadap Allah, Tuhan alam semesta. Akan tetapi sebaliknya, ketika manusia tidak dapat mempergunakan nikmat nalar yang sangat mulia tersebut, terjatuhlah dan keluarlah ia dari fitrahnya menuju tempat yang hina. Allah berfirman:
t,Î#Ï≈y™ Ÿ≅xó™r& çµ≈tΡ÷ŠyŠu‘ ¢ΟèO ∩⊆∪ 5ΟƒÈθø)s? Ç|¡ômr& þ’Îû z≈|¡ΣM}$# $uΖø)n=y{ ô‰s)s9 Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam ciptaan yang sebaik-baiknya . Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (QS.at-Tin:4-5), Kaum Muslimin yang berbahagia Kembali kepada fitrah dan merayakannya sebagai kemenangan dalam pemahaman yang utuh, berarti setiap orang Islam harus menjadi muslim yang kaffah, yaitu muslim yang beriman, mengabdi kepada Allah, dan dibarengi dengan kemampuan ilmu yang dapat menuntunnya mengatur alam semesta
4
dengan penuh kearifan. Albert Einstein dalam satu catatannya menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sejati akan menyampaikan manusia kepada iman yang sejati. Al-Qur’an memberi petuah:
×Î7yz tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùötƒ Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. AlMujadalah:11). Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia Akhirnya marilah kita berdoa agar Allah berkenan menaungi kita dengan rahmat dan kasih sayangNya, sehingga kita dapat merasakan kelapangan dalam beribadah dan menjalankan tugas selaku khalifah Allah
أﻟﻠﻬﻢ أﺻﻠﺢ ﻟﻨﺎ دیﻨﻨﺎ اﻟﺬى هﻮ ﻋﺼﻤﺔ أﻡﺮﻧﺎ وأﺻﻠﺢ ﻟﻨﺎ دﻧﻴﺎﻧﺎ اﻟﺘﻰ ﻓﻴﻬﺎ ﻡﻌﺎﺷﻨﺎ وأﺻﻠﺢ ﻟﻨﺎ أﺧﺮﺗﻨﺎ اﻟﺘﻰ إﻟﻴﻬﺎ ﻡﻌﺎدﻧﺎ واﺟﻌﻞ اﻟﺤﻴﺎة زیﺎدة ﻟﻨﺎ ﻓﻰ آﻞ ﺧﻴﺮ واﺟﻌﻞ اﻟﻤﻮت راﺣﺔ ﻟﻨﺎ ﻡﻦ آﻞ ﺷﺮ Ya Allah. Perbaikilah agama kami yang merupakan kehormatan kami. Perbaikilah dunia kami karena dunialah tempat kami mencari penghidupan. Perbaikilah akhirat kami karena akhiratlah tempat akhir tujuan. Jadikanlah hidup kami sebagai ladang tempat menanam segala rupa kebajikan.Dan jadikanlah maut yang menjemput kami, sebagai peristirahatan dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.
ن َﻟ ْﻢ َﺗ ْﻐ ِﻔ ْﺮ َﻟﻨَﺎ ْ ﺴﻨَﺎ َوِإ َ ﻇَﻠ ْﻤﻨَﺎ َأ ْﻧ ُﻔ َ َر ﱠﺑﻨَﺎ.ﻷ ْﺑﺮَا ِر َ ﺱ ﱢﻴﺌَﺎ ِﺗﻨَﺎ َو َﺗ َﻮ ﱠﻓﻨَﺎ َﻡ َﻊ ا َ ﻋﻨﱠﺎ َ ﻏ ِﻔ ْﺮ َﻟﻨَﺎ ُذﻧُﻮ َﺑﻨَﺎ َو َآ ﱢﻔ ْﺮ ْ َر ﱠﺑﻨَﺎ َا ﺣ َﻤ ًﺔ ْ ﻚ َر َ ﻦ َﻟ ُﺪ ْﻧ ْ ﺐ َﻟﻨَﺎ ِﻡ ْ غ ُﻗﻠُﻮ َﺑﻨَﺎ َﺑ ْﻌ َﺪ ِإ ْذ َه َﺪ ْی َﺘﻨَﺎ َو َه ْ َر ﱠﺑﻨَﺎ ﻻ ُﺗ ِﺰ.ﻦ َ ﺱﺮِی ِ ﻦ ا ْﻟﺨَﺎ َ ﻦ ِﻡ ﺣ ْﻤﻨَﺎ َﻟ َﻨﻜُﻮ َﻧ ﱠ َ َو َﺗ ْﺮ ب اﻟﻨﱠﺎر َ ﻋﺬَا َ ﺴ َﻨ ًﺔ َو ِﻗﻨَﺎ َﺣ َ ﺧ َﺮ ِة ِ ﺴ َﻨ ًﺔ َوﻓِﻲ اﻵ َﺣ َ َر ﱠﺑﻨَﺎ ءَا ِﺗﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﻴَﺎ.ب ُ ﺖ ا ْﻟ َﻮهﱠﺎ َ ﻚ َأ ْﻧ َ ِإ ﱠﻧ رﺑﻨﺎ ﺗﻘﺒﻞ ﻡﻨﺎ اﻧﻚ أﻧﺖ اﻟﺴﻤﻴﻊ اﻟﻌﻠﻴﻢ وﺗﺐ ﻋﻠﻴﻨﺎ اﻧﻚ أﻧﺖ اﻟﺘﻮاب اﻟﺮﺣﻴﻢ وﺱﺒﺤﺎن رﺑﻚ رب اﻟﻌﺰة ﻋﻤﺎ یﺼﻔﻮن وﺱﻼم ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺮﺱﻠﻴﻦ ﻡﻦ اﻟﻌﺎﺋﺪیﻦ واﻟﻔﺎﺋﺰیﻦ واﻟﻤﻘﺒﻮﻟﻴﻦ واﻟﺤﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎ ﻟﻤﻴﻦ و اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﺣﻤﺔ اﷲ وﺑﺮآﺎﺗﻪ
5
Curriculum Vitae Nama
: H. Muhammad Nuruddin, Lc., MSI.
Lahir
: Tabalong, 30 Desember 1977.
Alamat
: Jl. Dewi Sartika Perum Seratton No. 5 Bontang.
Istri
: Astriningasih, S. Kom.
Anak
: Zahra Meutia Rachmany.
Riwayat Pendidikan : •
SD Negeri Tanjung III
•
Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta
•
S.1 Universitas Al-Azhar Kairo Fakultas Syari’ah
•
S.2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Hukum Islam
Riwayat Pekerjaan
:
•
Staf Pengajar PP. Daud Khalifatullah (2004-2006)
•
Staf Pengajar Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta (2001-2007)
•
Wakil Direktur Bidang Kurikulum Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta (2005)
•
PNS Calon Hakim Pengadilan Agama Sleman (2006-2009)
•
Hakim Pengadilan Agama Bontang (2009-sekarang)
6