“Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012- 2015”
Muhammad Saiful 130462201134 H. Achmad Uzaimi, SE.Ak., Msi NIDN : 1001067101 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang. Email :
[email protected]
ABSTRACT
Muhammad Saiful, 2017: Detection Financial Statement Fraud With Analysis Fraud Triangle On Various Industry Company Listed in Indonesia Stock Exchange 2012- 2015. The aim of this research is to analyze the factors that influence its implications to financial statement fraud. The stage is a multiple linear regression to test the influence of the analyze the factors that affect financial statement fraud. The population of this research was the financial reporting of various industry company's listed on the Indonesia Stock Exchange in 2012-2015. The sampling technique is purposive sampling method which results for 13 samples in 20122015. The results of this research indicated that in the first regression model showed variable of pressure is financial leverage, financial target, and capital has affect to financial statement fraud. Meanwhile, variable of pressure is financial stability, variable of opportunity is nature of industry, and effective monitoring, variable of rationalizatition is opinion audit do not affect financial statement fraud on company’s. Keywords : Financial Stability, Financial Leverage, Financial Target, Capital Turn Over, Nature of Industry, Efective Monitoring, Audit Opini, Pressure, Opportunity, Rationalization, Financial Statement Fraud.
Pendahuluan Selama hampir satu dekade belakangan ini terdapat dua jenis kejahatan yang menggemparkan dunia. Dua jenis kejahatan tersebut adalah terorisme dan kejahatan keuangan berupa fraud (kecendrungan kecurangan akuntansi). Salah satu kejahatan fraud (kecendrungan kecurangan akuntansi) yang sangat dikenal yaitu kasus Enron Inc (symbol saham New York Stock Exchange) pada tahun 2001. Kebangkitan dan kemajuan Enron dapat dikatakan sangat cepat, secepat pula dengan kejatuhannya karena melakukan tindak fraud yang membawa kerugian kepada pemegang saham Enron, kreditur, pegawai dan rekan Enron serta pula menjatuhkan Arthur Andersen yang menjadi Auditor Independen atas laporan keuangan Enron yang sebenarnya Andersen saat itu merupakan kantor akuntan publik terbesar didunia. Selain kasus Enron Inc pada tahun 2011 terjadi pula Fraud yang dilakukan Sino-forest Corp di Cina perusahaan ini berdiri tahun 1994. Tahun 2011 dituduh melakukan fraud dan diselidiki oleh Royal Canadian Mounted Police dan Ontarino Securities Commision. 30 Maret 2012 Sino-forest mengajukan bangkrut di Kanada karena Sino go public di Kanada dan mengumumkan akan dijual atau direstrukturisasi dengan hasilnya untuk membayar kreditur. Pemicunya adalah kejatuhan harga saham Sino Juni 2011 akibat terbitnya laporan yang negatif oleh Carson Block of Muddy Research, yang menuduh Sino-forest fraud dengan meninggikan aset dan laba, serta penggelapan yang substansial. Laporan keuangan diterbitkan untuk memberikan informasi keuangan mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perusahaan yang akan membantu bagi pihak pemegang kepentingan untuk membuat suatu keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang tidak memberikan informasi dengan benar dan akurat akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan. Akan tetapi, beberapa pihak pelaku bisnis melakukan
fraud atau kecurangan dalam laporan keuangan untuk menampilkan gambaran kondisi keuangan yang terbaik sehingga dapat menarik keuntungan bagi perusahaan tersebut. Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan. Pelaporan keuangan bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan- keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber- sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntan Indonesia 2007). Oleh karena itu pelaku bisnis harus dapat memberikan informasi yang akurat dan relevan serta terbebas dari adanya kecurangan (fraud) yang akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Kecurangan (fraud) merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara disengaja dan itu dilakukan untuk tujuan pribadi atau orang lain, dimana tindakan tersebut adalah telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau institusi tertentu. Kecurangan ini merupakan suatu tindakan yang sudah berada diluar koridor prinsip akuntansi yang berterima umum. Kecurangan mencakup tindakan ilegal yang sengaja dilakukan, lalu disembunyikan, dan memperoleh manfaat dengan melakukan pengubahan bentuk menjadi uang, kas, atau barang berharga lainnya. Tindakan ini dilakukan baik secara internal maupun eksternal, secara sengaja, dan disembunyikan. Berkaitan dengan pelaporan keuangan, kecurangan diartikan sebagai tindakan yang sengaja dilakukan yang mengakibatkan salah saji materil dalam pelaporan keuangan (Generally Accepted Auditing Standard- GAAS, 2006 dikutip dalam Priantara 2013). Salah saji yang terdapat dalam laporan keuangan yang curang merupakan salah saji yang disengaja untuk
menipu para pengguna laporan keuangan. Sumber dari salah saji ini meliputi manipulasi atau pemalsuan catatan akuntansi, salah saji atau penghilang yang disengaja dari laporan keuangan, dan/atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi. Kecurangan pada laporan keuangan di satu sisi dapat memberikan keuntungan bagi para pelaku bisnis karena mereka dapat melebih- lebihkan hasil usaha (overstated) dan kondisi keuangan mereka sehingga laporan keuangan mereka terlihat baik dalam pandangan publik. Akan tetapi, meningkatnya kecurangan laporan keuangan laporan juga sangat merugikan publik yang sangat menggantungkan pengambilan keputusan mereka berdasarkan laporan keuangan tersebut. Bagaimana permainan angka laporan keuangan dapat dicurangkan, dalam aktivitasnya perusahaan sudah dipastikan ingin mencapai tujuannya dengan sebaik- baiknya. Segala cara mungkin dilakukan manjemen perusahaan agar tujuannya dapat tercapai. Tujuan perusahaan yang utama tentunya adalah mencapai keuntungan yang maksimal dengan sumber daya yang terbatas. Pada perjalanannya tujuan perusahaan mungkin tidak tercapai dengan baik, bahkan perusahaan mungkin jadi bangkrut. Manajemen perusahaan dengan segala cara menginginkan kinerjanya dinilai baik. Kondisi perusahaan yang tidak sehat sering kali oleh manajemen ditutupi dengan menampilkan atau melaporkan kinerja keuangannya tetap baik. Akibat dari kondisi ini lah manajemen berkolusi dengan akuntan agar kinerjanya tetap bisa dinilai baik oleh para calon investor, pemilik atau pihak lain yang berkepentingan dengan kinerja perusahaan yang baik. Akuntan yang diminta oleh manajemen seringkali melakukan permainan angka yang akan membawa pembaca laporan keuangan menilai laporan keuangannya baik. Terjadinya kecurangan yang tidak dapat terdeteksi, dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa banyak kerugian. Konsekuensinya adalah deteksi terhadap kecurangan menjadi isu
penting. Kemampuan untuk melakukan indentifikasi kecurangan secara cepat menjadi suatu kebutuhan. Namun pendeteksian terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi (fraud) tidak selalu mendapat titik terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode untuk menilai adanya kecurangan tersebut. Secara umum, kecurangan akan selalu terjadi jika tidak ada pencegahan dan pendeteksian. Menurut teori Cressey (dikutip oleh Priantara et al., 2013), terdapat tiga kondisi yang selalu hadir dalam tindakan fraud yaitu pressure, opportunity, dan rationalization yang disebut sebagai fraud triangle. Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012- 2015”. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan penelitian- penelitian terdahulu yang mendukung variabel- variabel yang telah dirumuskan, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Apakah Financial Stability berpengaruh terhadap financial statement fraud?
2.
Apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap financial statement fraud?
3.
Apakah Financial target berpengaruh terhadap financial statement fraud?
4.
Apakah Capital berpengaruh terhadap financial statement fraud?
5.
Apakah Nature of industry berpengaruh terhadap financial statement fraud?
6.
Apakah Effective monitoring berpengaruh terhadap financial statement fraud?
7.
Apakah Opini audit berpengaruh terhadap financial statement fraud?
8.
Apakah Financial Stability, Financial Leverage, Financial Target, Capital, Nature Of Industry, Effective monitoring, Opini Audit berpengaruh terhadap financial statement fraud? KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kajian Pustaka
Pengertian Fraud (kecurangan)
Dalam literature akuntansi dan auditing, fraud diterjemahkan sebagai praktik kecurangan dan fraud sering diartikan sebagai irregularity atau ketidak teraturan dan penyimpangan. Terdapat banyak definisi dan pengertian fraud. Salah satunya adalah definisi menurut Black Law dalam Priantara et al, (2013) yaitu : The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to deprive another of his money, property or legal right, eithers as a cause of action or as a fatal element in the action itself. Definisi fraud tersebut dapat diterjemahkan dan diartikan sebagai berikut: Suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau caracara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain baik- baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri. Sedangkan fraud menurut standar the institute of internal auditors tahun 2013, yaitu : Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust. These acts are not dependent upon the threat of violence or physical force. Frauds are perpetrated by parties and organizations to obtain : money, property, or services; to advoid payment or loss of services; or to secure personal or business advantage. Yang dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang dicirikan dengan pengelabuan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, jasa atau mencegah pembayaran atau
kerugian atau untuk menjamin keuntungan/ manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain. Fraud itu sendiri sebenarnya merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang- orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Ada pula yang mendefinisikan fraud sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fraud adalah penipuan yang disengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu, menggelapkan dan, mencuri. Yang dimaksud dengan penggelapan disini adalah merubah aset/ kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya. Dengan demikian perbuatan yang dilakukannya adalah untuk menyembunyikan, menutupi, atau dengan cara tidak jujur lainnya melibatkan atau meniadakan suatu perbuatan atau membuat pernyataan yang salah dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dibidang keuangan atau keuntungan lainnya atau meniadakan suatu kewajiban bagi dirinyadan mengabaikan hak orang lain.
Fraud Triangle (Segita Fraud)
Konsep segitiga fraud (fraud triangle) saat ini digunakan secara luas dalam praktik Akuntan publik pada Statement of Auditing Standard (SAS) No. 99. Konsep ini bertumpu pada riset Donald Cressey (1953) dalam Diaz Priantara (2013) yang menyimpulkan bahwa fraud mempunya tiga sifat umum.
Cressey tertarik pada pelanggar kepercayaan yakni mereka yang melanggar kepercayaan atau amanah yang ditipkan kepada mereka. Cresseey secara khusus tertarik kepada godaan , karena alasan itu dalam penelitiannya, ia tidak menyertakan mereka yang memang mencari pekerjaan dengan tujuan mencuri. Dalam perkembangan selanjutnya hipotesa ini lebih dikenal sebagai fraud triangle. a.
Incentive/ pressure (Tekanan) Sisi pertama dari segitiga diberi judul pressure yang merupakan dorongan orang untuk
melakukan fraud. Pada umumnya tekanan muncul karena kebutuhan atau masalah finansial, tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan. Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan kebutuhan keuangan yang mendesaknya yang menghimpit hidupnya. Adapun Cressey menemukan enam kelompok yang menyebabkan tekanan : 1. Violation of ascribed obligation, suatu kedudukan atau jabatan dengan tanggung jawab keuangan, membawa konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan dan juga menjadi harapan atasan atau majikannya 2. Problems resulting from personal failure, kegagalan pribadi juga menerapkan situasi yang dipersepsikan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang dipercaya dalam bidang keuangan, sebagai kesalahannya menggunakan akal sehatnya, dank arena itu menjadi tanggung jawab pribadinya. 3. Business reversals, Cressey menyimpulkan bahwa kegagalan bisnis merupakan kelompok situasi yang juga mengarah kepada timbulnya tekanan. 4.
Physical isolation, secara bebas situasi ini dapat diterjemahkan sebagai keterpurukan dalam kesendirian.
5. Status gaining, kebiasaan buruk yang tidak ingin mengalah. 6. Employer- employee relation, kekesalan seorang pegawai yang menduduki jabatan yang dipegangnya namun di sisi lain ia merasa tidak memiliki pilihan. b. Opportunity (Peluang/ Kesempatan)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku fraud percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Pada dasarnya ada dua faktor yang dapat meningkatkan adanya peluang atau kesempatan seseorang berbuat fraud yaitu : 1. Sistem pengendalian intern yang lemah, misal kurang atau tidak ada audit trail (jejak audit) sehingga tidak dapat dilakukan penelusuran, ketidak cukupan dan ketidak efektifan aktivas pengendalian pada area dan proses bisnis yang berisiko, sistem dan kompetensi sumber daya manusia tidak mengimbangi kompleksitas organisasi, kebijakan daan prosedur SDM yang kurang kondusif. Termasuk ketidaak efektifan pengendalian adalah adanya kepercayaan berlebih yang diterima pelaku fraud dari atasan atau pemilik perusahaan atau atasan tidak disiplin menjalankan pengawasan. 2. Tata kelola organisasi buruk seperti tidak ada komitmen yang tinggi dari suri tauladan yang baik dari lapisan manajemen, sikap manajemen yang lalai, apatis, atau acuh tak acuh dan gagal mendisiplinkan atau memberikan sanksi pada pelaku fraud atau pembiaran terhadap pelaku tidak etis atau fraud, tidak mampu menilai kualitas kinerja karena tidak punya alat atau kriteria pengukurannya, pengawasan dewan komisaris dan komite audit tidak berjalan semestinya atau tidak berjalan semestinya atau tidak independensi dan objektif, kode etik, regulasi, standar prosedur internal ada namun hanya hiasan.
Dari ketiga elemen fraud triangle, kesempatan mengendalikan fraud terbesar adalah opportunity.
Organisasi seharusnya peduli serta mampu untuk membangun sebuah proses,
prosedur, dan kontrol serta tata kelola yang membuat semua personil dalam organisasi tidak memiliki kesempatan melakukan fraud dan yang efektif dapat mendeteksi fraud jika hal itu terjadi. Namun opportunity sangat berkaitan dengan integritas seseorang. Jika karyawan daalam perusahaan memiliki integritas yang rendah dan perusahaan tidak menerapkan pengendalian intern yang kuat sehinggga memunculkan kesempatan melakukan fraud maka risiko terjadinya fraud dalam perusahaan tersebut akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. c.
Rationalization (Rasionalisasi) Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang
mengandung farud. Para pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan merupakan suatu fraud tetapi adalah sesuatu yang memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi. Teori lain tentang penyebab fraud dikenal dengan teori GONE oleh G. Jack Bologna dalam Priantara (2013). Teori ini menggambarkan empat factor pendorong seseorang melakukan fraud, yaitu greed (keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuhan), exposure (pengungkapan). Teori MCP merupakan singkatan dari tiga faktor yang dianggap dapat mendukung atau memicu terjadinya fraud dalam organisasi . Teori MCP terdiri dari motives (motivasi dan motif yang mendorong seseorang melakukan fraud), capabilities (kemampuan yang dimiliki seseorang yang memungkinkan melakukan fraud), dan possibility of exposure (kemungkinan tindakan
fraud akan terungkap atau diketahui oleh pihak berwenang dan mendapatkan sanksi) dalam Priantara (2013). Faktor- Faktor Risiko Fraud Priantara (2013), segitiga fraud dari Cressey menjadi rujukan bagi profesi Akuntan Publik untuk merevisi pendekatan mengidentifikasi risiko dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan. Konsep segitiga fraud dipakai untuk menjelaskan faktor risiko fraud. Faktorfaktor risiko yang berkaitan dengan penyajian secara salah laporan keuangan dalam nilai material atau signifikan. a.
Insentif atau Tekanan, stabilitas keuangan atau keuntungan terancam oleh situasi dan kondisi ekonomi, industri, politik, dan lain- lain termasuk terancam oleh situasi dan kondisi bisnis entitas yang bersangkutan seperti atau yang diindikasikan oleh tingkat kompetisi usaha yang sengit atau pasar berada pada titik jenuh yang diikuti oleh penurunan marjin keuntungan, penurunan yang signifikan pada permintaan pasar, arus kas negatif yang berulang- ulang dari operasi dan ketidak mampuan menghasilkan arus kas dari operasi sementara entitas melaporkan keuntungan atau pertumbuhan laba. Tekanan yang berlebihan terhadap manajemen untuk memenuhi persyaratan dan harapan pihak ketiga. Informasi yang tersedia menunujukan bahwa situasi finansial pribadi dewan pengarah atau manajemen terancam oleh kinerja kinerja keuangan entitas. Adanya tekanan yang berlebihan kepada manajemen atau pegawai.
b.
Peluang atau Kesempatan, sifat industri atau sifat operasionalnya entitas memberikan peluang untuk terlibat dalam fraudulent financial reporting, pemantauan manajemen yang tidak efektif, terdapat struktur organisasi yang tidak stabil atau kompleks, komponen pengendalian intern kurang memadai.
c.
Sikap atau Rasionalitas, factor sikap factor sikap atau rasionalitas manajemen senior, anggota dewan pengarah (board of directors), atau pegawai yang menyebabkan mereka terlibat atau menjustifikasi fraudulent financial reporting, mungkin merupakan hal yang sulit atau yang tidak dapat dicurigai dengan mudah atau tidak mudah diobservasi oleh auditor.
The M- Score
Beneish (1999) M-Score adalah model matematika yang merumuskan beberapa rasio analisis dan terdiri dari delapan variabel untuk mengidentifikasi terjadinya penipuan keuangan atau kecenderungan untuk terlibat dalam mendapatkan manipulasi. Dan telah diperoleh hasil perhitungan Beneish M Score yang telah kekal (robust), dengan indikasi jika lebih dari -2,22 diklasifikasikan sebagai perusahaan manipulator, bila kurang dari -2,22 diklasifikasikan sebagai perusahaan non-manipulator. Beneish (Financial Analysist Journal, 1999) telah mengembangkan sebuah model untuk mengklasifikasikan perusahaan menjadi manipulator dan non manipulator. Model ini mencakup delapan variabel. Output dari model adalah M-score
(M singkatan dari "manipulation of
earnings"), yang dapat dikonversi menjadi probabilitas bahwa laporan keuangan mengandung penipuan. Menurut Beneish (1999) delapan variabel yang digunakan dalam Beneish M-Score diantaranya: 1. Days’ Sales in Receivables Index (DSRI) Jumlah yang besar dalam days sales in receivables dapat berarti akibat dari perubahan kebijakan kredit untuk memacu penjualan dalam menghadapi persaingan yang meningkat, tetapi peningkatan yang tidak proporsional dalam piutang juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Jadi,
peningkatan besar dalam DSRI berkaitan dengan kemungkinan bahwa pendapatan dan penghasilan yang dibesar-besarkan. 2. Gross Margin Index (GMI) Ketika GMI lebih besar dari 1, margin kotor telah memburuk. Lev dan Thiagarajan dalam Beneish (1999) menyatakan bahwa margin kotor yang buruk adalah sinyal negatif tentang prospek perusahaan. Jadi jika perusahaan dengan prospek yang buruk lebih memungkinkan untuk terlibat dalam manipulasi laba. 3. Asset Quality Index (AQI) Jika nilai AQI lebih besar dari 1 mengindikasikan perusahaan memiliki kompetensi untuk meningkatkan biaya tangguhan atau meningkatkan aset tidak berwujud dan memanipulasi pendapatan. Jadi semakin besar AQI, mengindikasikan penurunan kualitas aset, semakin besar kemungkinan manipulasi pendapatan. 4. Sales Growth Index (SGI) Hasil yang lebih besar dari 1 mengindikasikan bahwa penjualan meningkat dari tahun sebelumnya. SGI bukan merupakan indikasi manipulasi pendapatan, tetapi perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan lebih cenderung untuk melakukan manipulasi pendapatan. 5. Depreciation Index (DEPI), Apabila DEPI lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa tingkat di mana aset yang disusutkan berkurang-meningkatkan kemungkinan bahwa perusahaan telah merevisi perkiraan umur manfaat aset atau mengadopsi metode baru yang meningkatkan pendapatan. 6. Sales, General and Administration Expenses Index (SGAI)
Menurut Lev dan Thiagarajan dalam Beneish (1999) jika terjadi peningkatan yang tidak proporsional dalam penjualan akan memberikan indikasi negatif mengenai prospek perusahaan masa mendatang. 7.
Total Acrual to Total Assets (TATA) Akrual memberikan kesempatan secara konsisten untuk melakukan kecurangan. Jadi,
hasil positif yang lebih besar berkaitan dengan potensi manipulasi laba. 8.
Leverage Index (LEVI) LVGI adalah rasio total hutang terhadap total aset pada tahun t
terhadap rasio
sehubungan di tahun t - 1. LVGI lebih besar dari 1 menunjukkan peningkatan leverage. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kenaikan pada leverage lebih rentan terhadap manipulasi pendapatan. Kerangka Pemikiran FINANCIAL STABILITY (ACHANGE) FINANCIAL LEVERAGE (LEV) FINANCIAL TARGET (ROA) CAPITAL (CATO) NATURE OF INDUSTRY (RECEIVABLE)
H1 H2 H3
FINANCIAL STATEMENT FRAUD (FRAUD)
H4 H5 H6
EFFECTIVE MONITORING (IND) H7
AUDIT CHANGE (AUDCHANGE) H8
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian maka pengembangan hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Financial Stability (Stabilitas Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)
Stabilitas keuangan merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dari kondisi stabil. Menurut SAS No. 99, ketika stabilitas keuangan (financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement fraud. Stabilitas keuangan diproksi dengan tingkat perubahan total aset perusahaan (ACHANGE). Aset merupakan cerminan kekayaan perusahaan yang dapat menunjukkan outlook dari suatu perusahaan. Sebuah perusahaan dikatakan besar atau kecil dapat dilihat dari total asetnya. Semakin banyak aset yang dimiliki, maka perusahaan itu termasuk perusahaan yang besar dan memiliki citra yang baik. Hal tersebut tentunya menjadi daya tarik bagi para investor, kreditur, maupun pengambil keputusan lainnya. Sebaliknya, apabila tingkat perubahan total aset perusahaan semakin kecil atau bahkan negatif, maka hal tersebut menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak stabil dan dianggap tidak mampu beroperasi dengan baik. Manajemen seringkali mendapat tekanan untuk menunjukkan bahwa perusahaan itu telah mampu mengelola aktiva dengan baik sehingga laba yang dihasilkannya pun juga banyak dan nanti pada akhirnya akan meningkatkan bonus yang diterimanya dan akan menghasilkan return yang tinggi pula untuk para investor. Karena alasan
itulah, manajemen memanfaatkan laporan keuangan sebagai alat untuk menutupi kondisi stabilitas keuangan yang buruk dengan melakukan fraud. Penelitian yang dilakukan Tiffani et.al (2014) menunujukan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh terhadap financial statement fraud. Financial Leverage (Leverage Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Leverage merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk mendapatkan pinjaman atau hutang dari pihak ketiga. Saat tekanan berlebihan dari pihak eksternal terjadi, maka terdapat resiko kecurangan terhadap laporan keuangan. Menurut Arthur et al (2010) financial leverage adalah praktek pendanaan sebagian aktiva perusahaan dengan sekuritas yang menanggung beban pengembalian akhir bagi pemegang saham. Perusahaan yang menggunakan leverage keuangan terjadi ketika mendanai sebagian aktivanya dengan sekuritas yang mengandung pengembalian tetap. Hadirnya hutang dan atau saham preferen dalam struktur keuangan perusahaan berarti ada leverage keuangan. Financial leverage dapat mempengaruhi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Dimana kondisi financial leverage suatu perusahaan menjadi tekanan bagi pihak manajemen, karena ketika perusahaan memiliki rasio leverage yang besar maka direksi dan manajemen perusahaan akan memilih untuk menggunakan metode akuntansi yang akan mengecilkan rasio leverage perusahaan dengan cara menggeser laba periode mendatang ke periode saat ini. Hal ini dilakukan karena kreditur selalu mensyaratkan untuk mempertahankan atau mematuhi tingkat rasio leverage. Oleh karena itu, untuk menghindari kreditur tidak memberikan pinjaman lagi atau perusahaan (debitur) dibatasi dalam memberikan deviden terhadap pemegang saham, maka direksi memilih metode akuntansi yang akan memperkecil rasio leverage perusahaan. Selain itu
tindakan untuk memperkecil rasio leverage dipengaruhi karena manajer merasakan adanya tekanan sebagai akibat dari kebutuhan dalam mendapatkan tambahan hutang atau pembiayaan ekuitas dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Sebagai contoh, pendanaan yang akan digunakan untuk meningkatkan biaya riset dan pengembanganan atau untuk perluasan pabrik dan fasilitas produksi. Christie (1990) mengatakan bahwa leverage memiliki korelasi dengan kecenderungan perusahaan untuk melakukan manipulasi laba. Pernyataan dari Christie (1990) tersebut didukung oleh Jones (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi tidak lagi menggunakan pinjaman sebagai sumber dananya dan akan beralih ke equity financing. Oleh karena itu, ketika suatu perusahaan memiliki rasio leverage yang besar maka akan menciptakan kemungkinan untuk terjadinya kecurangan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh direksi dan manajemen perusahaan. Financial leverage yang besar menunjukan besarnya aktivitas perusahaan yang dibebankan kepada pihak external ataupun entitas untuk kelangsungan berjalannya aktivitas perusahaan yang mana akan meningkatkan risiko terjadinya financial statement fraud. Manurung et.al (2013) menyatakan bahwa Financial Leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, pernyataan tersebut didukung pula oleh penelitian yang dilakukan Yudhanti et.al. Financial Target (Target Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) SAS No.99, financial target adalah risiko adanya tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuantujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun keuntungan.
Dalam menjalankan kinerjanya, manajer perusahaan dituntut untuk melakukan performa terbaik dalam pencapaian target yang telah direncakan. ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Skousen et al., 2008). ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh karena itu, ROA digunakan sebagai proksi variabel financial targets. ROA digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba secara keseluruhan. Perusahaan yang dapat menghasilkan ROA yang tinggi disertai dengan peningkatan ROA dari periode ke periode selanjutnya menunjukkan kinerja perusahaan tersebut semakin baik dari segi penggunaan asetnya. Hal ini meningkatkan daya tarik investor terhadap saham perusahaan, sehingga harga saham meningkat. Analisis ROA diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan dalam menghasilan laba pada masa lalu. Laba masa lalu kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang (Skousen et al., 2009). Berdasarkan dalam hasil penelitian yang dilakukan Manurung et.al (2013) menyatakan bahwa financial target berpengaruh terhadap terjadinya financial statement fraud. Capital (Modal) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Capital
menggambarkan tingkat kemampuan penjualan dibandingkan dengan aset
perusahaan. Persons (1999) menyatakan bahwa capital mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi persaingan usaha. Persons juga menyatakan bahwa manajer dari perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan dengan manajer perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan. Hal ini memberikan insentif bagi manajer tersebut untuk melakukan kecurangan akuntansi. Berdasarkan hasil penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008) ditemukan bukti empiris bahwa variabel capital turnover secara signifikan berpengaruh terhadap kcenderungan kecurangan akuntansi. Dalam penelitian Kara et al. (2013) menyatakan bahwa Capital Turn Over memiliki hubungan yang berpengaruh terhadap fraudlent fianancial statement. Nature Of Industry (Keadaan Ideal Industri) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Nature of industry merupakaan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri. Pada laporan keuangan terdapat akun- akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih. Arthur et.al (2010) mencatat ukuran investasi dalam piutang dagang tergantung pada tiga faktor : persentase penjualan kredit terhadap penjualan total, tingkat penjualan dan kebijakan kredit serta penagihan. Namun demikian, hanya variabel kebijakan kredit dan penagihan yang terbuka bagi manajer keuangan. Penilaian estimasi seperti persediaan yang sudah usang dan piutang tak tertagih memungkinkan manajemen untuk melakukan manipulasi, seperti memanipulasi umur ekonomis aset. Hal ini sesuai dengan pendapat Summers dan Sweeney (1998, dalam Skousen et al., 2008) akun persediaan dan piutang dapat digunakan untuk mengidentifikasi manipulasi laporan ke uangan. Loebbecke et al., (1989 dalam Skousen et al., 2008) mengamati sejumlah penipuan melibatkan piutang dan inventaris. Penelitian yang dilakukan oleh Yudhanti et.al (2016) menunjukan nature of industry memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Piutang tak tertagih pada
perusahaan memberikan kesempatan kepada pelaku untuk melakukan kecurangan pada laporan keuangan perusahaan.
Effective
Monitoring
(Keefektifan
Pengawasan)
dan
Financial
Statement
Fraud
(Kecurangan Laporan Keuangan) Priantara (2013) fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme pengawasan yang baik. Dewan komisaris dipercaya dapat meningkatkan efektivitas pengawasan perusahaan. Sehubungan dengan keharusan bagi perusahaan untuk memiliki dewan komisaris didalam perusahaan, maka pengukuran dewan komisaris tidak lagi diukur dengan ada tidaknya dewan komisaris tetapi dengan proporsi perbandingan anggota dewan komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris secara keseluruhan. Oleh sebab itu, effective monitoring diproksikan dengan proporsi anggota dewan komisaris independen (IND). Berdasarkan surat edaran Bapepam nomor SE03/PM/2002 dinyatakan bahwa dewan komisaris terdiri dari dua orang satu diantaranya adalah komisaris independen. Dewan komisaris meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui: (1) pengawasan dan bertanggung jawab atas pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan
pada umumnya,
dan
memberi nasihat
kepada
direksi
;
(2)
menyelenggarakan RUPS ; (3) melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan itikad baik, penuh tanggung jawab, dan kehati- hatian; (4) membentuk komite audit dan komite lainnya untuk membantu tugas dewan komisaris; (5) melakukan evaluasi terhadap kinerja komite yang membantu pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Hasilnya mengidikasikan bahwa adanya dewan komisaris memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu: (a) berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat; (b) berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris dapat mengurangi aktivitas earning management salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan Tiffani (2014) menunjukan bahwa effective monitoring (IND) berpengaruh
terhadap financial statement fraud. Fraud dapat diminimalkan salah satunya
dengan mekanisme pengawasan yang baik. Dewan komisaris dipercaya dapat meningkatkan efektivitas pengawasan perusahaan. Artinya semakin besar proporsi dewan komisaris independen, maka proses pengawasan yang dilakukannya akan semakin efektif sehingga akan menurunkan potensi manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.
Opini Audit dan Financial Statement Fraud(Kecurangan Laporan Keuangan) Rasionalisasi adalah bagaimana membenarkan pikirannya dalam melakukan tindakan kejahatan. Menurut Skousen et al. (2008) rasionalisasi adalah faktor yang sulit untuk diukur untuk mendeteksi kecurangan seperti manajemen laba. Manajemen laba adalah proses pembuatan keputusan manajemen yang membuka jalan terhadap dorongan atau pemahaman manajemen atas istilah yang mungkin menuntun pada kecurangan laporan keuangan (Skousen et al., 2009). Hanya saja auditor lebih mentolerir usaha klien untuk mengelola laba dari waktu ke waktu. Hal ini didukung oleh pernyataan Sukirman dan Sari (2013) yaitu pihak auditor eksternal perlu mengidentifikasi dan mempertimbangkan faktor – faktor risiko yang menyebabkan klien audit mereka melakukan tindakan kecurangan.
Auditor dapat memberikan beberapa opini atas perusahaan yang diauditnya sesuai dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut. Salah satu opini auditor yang diberikan adalah wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas. Opini tersebut merupakan bentuk tolerir dari auditor atas manajemen laba. Hal ini memungkinkan manajemen untuk bersikap rasionalisasi atau menganggap kesalahan yang dibuatnya
tidaklah salah, dikarenakan telah
ditolerir oleh auditor melalui bahasa penjelas tersebut dalam opininya. Penelitian yang dilakukan Anisya et.al, (2016) menunujukan Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas berpengaruh positif terhadap Fraudulent
Financial
Statement. Financial Stability (ACHANGE), Financial Leverage (LEV), Financial Target (ROA), Capital (CATO), Nature Of Industry (RECEIVABLE), Effective Monitoring (IND), Opini Audit (OPINI) berpengaruh terhadap financial statement fraud.
METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Operasional Dan Pengukuran Data Variabel Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement fraud (kecurangan laporan keuangan) yang diukur dengan menggunakan model Beneish M-Score. Beneish M-Score diukur dengan menggunakan 8 (delapan) rasio keuangan untuk mengidentifikasikan apakah perusahaan memiliki indikasi untuk (Beneish, 1999).
memanipulasi pendapatan dalam laporan keuangan
Setelah dilakukan perhitungan kedelapan rasio tersebut, kemudian diformulasikan kedalam rumus Beneish M Score Model : M Score = –4.84 + 0.920*DSRI + 0.528*GMI + 0.404*AQI + 0.892*SGI+ 0.115*DEPI – 0.172*SGAI + 4.679*TATA – 0.327*LEVI
1. Days’ Sales in Receivables Index (DSRI) 2. Gross Margin Index (GMI) 3. Asset Quality Index (AQI) 4. Sales Growth Index (SGI) 5. Depreciation Index (DEPI),
6.Sales, General and Administration Expenses Index (SGAI) 7. Total Acrual to Total Assets (TATA) 8. Leverage Index (LEVI)=
)
Jika Benesih M-Score lebih besar dari -2.22, dikategorikan sebagai perusahaan yang melakukan fraud. Sedangkan jika skor lebih kecil dari -2.22, dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak melakukan fraud (non fraud). Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang dikembangkan dari ketiga komponen fraud triangle, yaitu (1) Pressure, (2) Opportunity dan (3) Rationalization. Variabel independen dan pengukurannya disajikan sebagai berikut :
Pressure (Tekanan) Komponen Pressure (Tekanan) diukur melalui variabel- variabel berikut: 1.
Financial Stability (Stabilitas Keuangan) Financial Stability adalah keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
dari kondisi stabil. Menurut SAS No. 99, ketika stabilitas keuangan (financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement fraud. Dalam penelitian ini, stabilitas keuangan diproksikan dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE), Aset merupakan cerminan kekayaan perusahaan yang dapat menunjukkan outlook dari suatu perusahaan. Sebuah perusahaan dikatakan besar atau kecil dapat dilihat dari total asetnya. Semakin banyak aset yang dimiliki, maka perusahaan itu termasuk perusahaan yang besar dan memiliki citra yang baik. Hal tersebut tentunya menjadi daya tarik bagi para investor, kreditur, maupun pengambil keputusan lainnya. Dalam riset ini sebagaimana Skousen et.al (2008) melakukan perhitungan atas perubahan total aset degan rumus berikut:
2.
Financial Leverage (Leverage Keuangan) Salah satu tekanan yang sering kali dialami manajemen perusahaan adalah kebutuhan
untuk mendapatkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif. Besarnya nilai financial leverage menunjukan pihak eksternal mendanai aktivitas perusahaan, semakin besar nilai leverage menunjukan perusahaan mampu mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal untuk tetap berkompetitif sehingga menjauhi manajemen dalam melakukan financial statement fraud. Dalam riset ini sebagaimana Skousen et al (2008) untuk menghitung leverage menggunakan formula sebagai berikut :
3.
Financial Target (Target Keuangan) Return on Asset menurut Kamus Besar Akuntansi untuk mengukur produktivitas aktiva-
aktiva dan sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain- lain. Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan akan menargetkan besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang dinamakan financial targets. Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah dengan menggunakan ROA
karena ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. dalam riset ini sebagaimana Skousen et.al (2008) melakukan perhitungan ROA dengan rumus sebagai berikut:
4.
Capital (Modal) Persons (1999) menyatakan bahwa Capital Turn Over (perputaran modal) mengukur
kemampuan manajemen dalam mengahadapi persaingan usaha selain itu Capital Turnover juga menggambarkan tingkat kemampuan penjualan dibandingkan dengan aset perusahaan. Manajer dari perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan dengan manajer perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Dalam riset ini sebagaimana Soselisa et al. (2008) mengukur besarnya Capital Turn Over suatu perusahaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Opportunity (Peluang/ Kesempatan)
Komponen Opportunity diukur melalui variabel- variabel berikut : 1.
Nature of Industry (Keadaan Ideal Industri)
Nature of Industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri. Summers dan Sweeney (1998 dalam Skousen et al., 2008) mencatat bahwa akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian subjektif dalam memper kirakan tidak tertagihnya piutang. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Rasio Total Receivable untuk proksi Nature Receivable. Akun piutang memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya piutang. Dalam riset ini sebagaimana Skousen et.al (2008) menggunakan formulasi sebagai berikut untuk mengitung akun receivable untuk proxy Nature of Industry :
2.
Effective Monitoring (Keefektifan Pengawasan) Ineffective monitoring merupakaan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit
pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan. Kasus kecurangan atau fraud dapat diminalkan dengan adanya mekanisme pengawasan yang baik. Dewan komisaris independen dipercaya dapat meningkatkan efektifitas pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sejenisnya. Proporsi anggota dewan komisaris independen lebih besar memiliki tingkatan yang rendah dalam terjadinya fraud Beasly et al. (2002) dalam Skousen et al. (2009). Hal ini membuktikan bahwa proporsi anggota dewan komisaris independen mempengaruhi tingkatan fraud pada perusahaan. Effective monitoring diproksikan dengan IND. Financial Statement Fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme pengawasan yang baik. Dalam riset ini sebagaimana Skousen et al (2008) menggunakan formula berikut untuk menghitung independensi komite audit yang di proxy kan untuk Effective Monitoring adalah:
3.3.2.3 Rationalization (Rasionalisasi)
1.
Opini Audit Auditor dapat memberikan beberapa opini atas perusahaan yang diauditnya sesuai
dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut. Salah satu opini auditor yang diberikan adalah wajar tanpa pengecualian dengan bahasa pen jelas. Opini tersebut merupakan bentuk tolerir dari auditor atas manajemen laba. Hal ini memungkinkan manajemen untuk bersikap rasionalisasi atau menganggap kesalahan yang dibuatnya
tidaklah salah, dikarenakan telah
ditolerir oleh auditor melalui bahasa penjelas tersebut dalam opini nya. Apabila perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas selama periode 2013-2015 maka diberi kode 1, dan apabila per usahaan yang mendapat selain opini tersebut maka diberi kode 0.
Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan aneka industri yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012- 2015. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu sampling dimana elemen- elemen untuk menjadi anggota
sampel berdasarkan pada pertimbangan yang tak acak, biasanya sangat subjektif” Siregar (2013). Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria. Adapun kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: Kriteria Purposive Sampling KRITERIA SAMPEL JUMLAH PERUSAHAAN Perusahaan aneka industry yang terdaftar di BEI berturut- turut selama tahun 2012- 2015 Laporan keuangan dinyatakan tidak dalam rupiah Perusahaan tidak mengeluarkan annual report secara berturut- turut selama tahun pegamatan Prusahaan yang melakukan fraud selama masa penelitian TOTAL SAMPEL
41
(13) (7)
(8) 13
TOTAL DATA (n) = 13 x 4 PERIODE = 52
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas Pada Model Regresi
Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov One- Sample Kolmogrov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber Output SPSS
52 0E-7 1.49423288 .214 .105 -.214 1.543 .017
Tabel diatas menunjukan bahwa nilai residual terdistribusi secara tidak normal dengan nilai signifikansi yakni 0.017 < 0.05. Sehingga membuktikan bahwa analisis data tidak dapat dilanjutkan karena residual tidak terdistribusi normal. Ini berarti menolak Hₒ dan menerima Hₐ karena data residual tidak berdistribusi normal. Untuk mengatasi permasalahan diatas maka digunakan data outlier, (Ghozali, 2013) deteksi terhadap unvariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data kedalam score standardized atau yang biasa disebut z-score, yang memiliki nilai means (rata- rata) sama dengan nol dan standar deviasi sama dengan satu. Menurut Hair (1998) dalam Ghozali (2013) untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80), maka standar skor dengan nilai ≥ 2.5 dinyatakan outlier.
Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov One Sample Kolmogrov- Smirnov Test dengan Data Outlier
Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber output SPSS
45 0E-7 .95252482 .110 .110 -.086 .739 .646
Tabel diatas menunjukan bahwa nilai residual terdistribusi secara normal setelah dilakukan outlier
pada 7 data dengan nilai signifikansi yakni 0.646 > 0.05. Sehingga
membuktikan bahwa analisis data dapat dilanjutkan karena nilai residual terdistribusi normal setelah dilakukan data outlier. Ini berarti menolak Hₐ dan menerima Hₒ karena data residual berdistribusi normal. Hasil Uji Multikolonieritas pada model Regresi Tabel dibawah menunjukan bahwa variabel financial stability (ACHANGE) dengan nilai tolerance 0.891 dan nilai VIF 1.123, variabel financial leverage (LEV) dengan nilai tolerance 0.516 dan nilai VIF 1.938, variabel financial target (ROA) dengan nilai tolerance 0.432 dan nilai VIF 2.314, variabel capital dengan nilai tolerance (CATO) 0.410 dan nilai VIF 2.436, variabel nature of industry (RECEIVABLE) dengan nilai tolerance 0.896 dan nilai VIF 1.116, variabel effective monitoring (IND) dengan nilai tolerance 0.806 dan nilai VIF 1.240, variabel opini auditor (OPINI) dengan nilai tolerance 0.842 dan nilai VIF 1.187. Hal ini menunjukan bahwa
nilai tolerance masing- masing variabel lebih dari atau sama dengan 0.10 dan nilai VIF kurang dari atau sama dengan 10, sehingga analisis data dapat dilanjutkan karena tidak terjadi multikolonieritas.
Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant)
1
X1 X2 X3 X4
X5 X6 X7 a. Dependent Variable: Y Sumber output SPSS
.891 .516 .432 .410
1.123 1.938 2.314 2.436
.896 .806 .842
1.116 1.240 1.187
Hasil Uji Autokorelasi pada Model Regresi
Hasil output SPSS menunjukan bahwa Nilai test adalah -0.16859 dengan probabilitas 0.544 tidak signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual dan penelitian dapat dilanjutkan.
Hasil Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median Sumber output SPSS
-.16859 22 23 45 26 .607 .544
Hasil Uji Heteroskedastisitas pada Model Regresi
Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constan t) X1 X2
-2.094
2.165
1.212 3.313
2.506 1.947 9.184 .964 .943 4.068 .799
X3 3.170 X4 -.633 X5 -1.284 X6 -.142 X7 .698 a. Dependent Variable: Lnu2i Sumber Output SPSS 1
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-.968
.340
.077 .354
.483 1.701
.632 .097
.079 -.153 -.215 -.006 .142
.345 -.657 -1.362 -.035 .873
.732 .516 .181 .972 .388
Hasil tampilan output SPSS tabel diatas dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen nilai Ln U2i (Ln
). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat signifikan
0.05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas sehingga analisis dapat dilanjutkan. Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji Parsial (Uji t) Berdasarkan Tabel dibawah Menunjukan secara parsial financial stability memiliki tingkat signifikansi yakni 0.112 > 0.05 dan nilai
1.627 <
2.02619 sehingga Hₐ
ditolak dan menerima Hₒ. Maka dapat disimpulkan financial stability tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial financial leverage memiliki tingkat signifikansi yakni 0.000 < 0.05 dan nilai
-5.426 >
2.02619 sehingga Hₒ ditolak dan
menerima Hₐ. maka dapat disimpulkan financial leverage berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial financial target memiliki tingkat signifikansi yakni 0.006 < 0.05 dan nilai
-2.890 >
2.02619 sehingga Hₒ ditolak dan
menerima Hₐ. Maka dapat disimpulkan financial target berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial capital memiliki tingkat signifikansi yakni 0.000 < 0.05 dan nilai
12.489 >
2.02619 sehingga Hₐ. diterima dan menolak Hₒ
maka dapat disimpulkan capital berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud.
Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial nature of industry memiliki tingkat signifikansi yakni 0.709 > 0.05 dan nilai
2.02619 sehingga Hₒ diterima
-0.377 <
dan menolak Hₐ. maka dapat disimpulkan nature of industry tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial effective monitoring memiliki tingkat signifikansi yakni 0.557 > 0.05 dan nilai
2.02619 sehingga Hₒ diterima
-0.593 <
dan menolak Hₐ. maka dapat disimpulkan financial target tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Berdasarkan Tabel Menunjukan secara parsial opini auditor memiliki tingkat signifikansi yakni 0.250 > 0.05 dan nilai
1.168 <
2.02619 sehingga Hₒ diterima dan menolak
Hₐ. maka dapat disimpulkan financial target tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Hasil Uji t Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
(Constant)
Std. Error
.038
.916
1.725
1.060
X2 -4.471 X3 -11.229 1 X4 5.096 X5 -.150 X6 -1.020 X7 .395 a. Dependent Variable: Y Sumber Output SPSS
.824 3.885 .408 .399 1.721 .338
X1
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .041
.967
.100
1.627
.112
-.438 -.255 1.132 -.023 -.038 .074
-5.426 -2.890 12.489 -.377 -.593 1.168
.000 .006 .000 .709 .557 .250
Hasil Uji Simultan (Uji F) Berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat bahwa secara simultan variabel independen memilki signifikansi 0.000 < 0.05 dan nilai
37.102 >
2.35. Maka Hₐ diterima, jadi
secara simultan variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Hasil Uji F ANOVAa df Mean Square
Model Regression
Sum of Squares 280.223
7
40.032
F 37.102
Sig. .000b
1
Residual 39.921 37 1.079 Total 320.144 44 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X7, X5, X1, X2, X6, X3, X4 Sumber Output SPSS
Hasil Uji Koefisien Determinansi (Adjusted R Square)
Berdasarkan Tabel dibawah, dapat dilihat angka koefisien determinasi yakni 0.852 atau 85.2%. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen berupa financial stability, financial leverage, financial target, capital, nature of industry, effective monitoring, dan opini auditor dapat menjelaskan variabel dependen financial statement fraud sebesar 85.2% dan sisanya 14.8% dijelaskan oleh variabel- variabel lain diluar penelitian ini. Koefisien Determinasi (Adjusted ) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate a 1 .936 .875 .852 1.038727852024 a. Predictors: (Constant), X7, X5, X1, X2, X6, X3, X4 c. Dependent Variable: Y Sumber Output SPSS
Analisis Regresi Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Perbedaan dengan regresi linier sederhana yaitu terletak pada jumlah variabel independennya, dimana regresi linier sederhana hanya satu variabel independen, sedangkan regresi linier berganda menggunakan dua atau lebih variabel independen yang dimasukan kedalam model regresi. Hasil Uji Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
T
Beta
.038
.916
1.725
1.060
.100
1.627
X2 -4.471 X3 -11.229 1 X4 5.096 X5 -.150 X6 -1.020 X7 .395 a. Dependent Variable: Y Sumber Output SPSS
.824 3.885 .408 .399 1.721 .338
-.438 -.255 1.132 -.023 -.038 .074
-5.426 -2.890 12.489 -.377 -.593 1.168
X1
.041
Berdasarkan analisis hasil penelitian didapatkan semua variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen financial statement fraud. Maka persamaan regresi sebagai berikut : FRAUD (
= α + β1ACHANGE + β2LEV + β3ROA β5RECEIVABLE + β6IND+ β7OPINI + ε
+ β4CATO +
FRAUD
= 0.038 + 1.725 ACHANGE – 4.471 LEV – 11.229 ROA + 5.096 CATO - 0.150 RECEIVABLE - 1.020 IND + 0.395 OPINI+ ε
a
: Berdasarkan persamaan regresi diatas, nilai konstanta jika variabel independen bernilai nol maka variabel dependen Y (financial statement fraud) adalah sebesar 0.038 atau apabila tidak terdapat pengaruh dari variabel independen atau jika X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 = 0, maka nilai variabel dependen Y (financial statement fraud) adalah 0.038.
ACHANGE
: Koefisien Regresi untuk Financial Stability (Stabilitas Keuangan). Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel financial stability yaitu 1.725. Nilai financial stability yang positif menunjukan adanya hubungan searah dengan financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan ketidakstabilan
keuangan
perusahaan
sebesar
1
satuan
maka
akan
meningkatkan nilai financial statement fraud sebesar 1.725, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. LEV
: Koefisien Regresi untuk Financial Leverage (Leverage Keuangan) Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel financial leverge yaitu -4.471. Nilai financial leverage yang negatif
menunjukan adanya
hubungan tidak searah dengan financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan leverage kepada perusahaan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan nilai financial statement fraud sebesar -4.471, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. ROA
: Koefisien Regresi untuk Financial Target (Target Keuangan). Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel financial target yaitu -11.229. Nilai financial target yang negatif menunjukan adanya hubungan tidak searah dengan financial statement fraud yang artinya jika
setiap kenaikan target keuangan yang diproksikan ROA perusahaan sebesar 1 satuan maka akan menurunkan
nilai financial statement fraud sebesar
-
11.229, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. CATO
: Koefisien Regresi untuk Capital (Modal) Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel capital yaitu 5.063. Nilai capital yang positif menunjukan adanya hubungan searah dengan financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan capital sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan nilai financial statement fraud sebesar 5.063, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
RECEIVABLE: Koefisien Regresi untuk Nature of Industry (Keadaan Ideal Industry). Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel nature of industry yaitu -0.150. Nilai nature of industry yang negatif menunjukan adanya hubungan tidak searah dengan financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan rasio perubahan dalam piutang usaha sebesar 1 satuan maka akan menurunkan nilai financial statement fraud sebesar -0.150, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. IND
: Koefisien Regresi untuk Effective Monitoring (Keefektifan Pengawasan). Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel effective monitoring yaitu -1.020. Nilai effective monitoring yang negatif menunjukan adanya hubungan yang tidak searah dengan financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan effective monitoring atau penambahan dewan komisaris independen sebesar 1 satuan maka akan menurunkan nilai financial
statement fraud sebesar -1.020, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. OPINI
: Koefisien Regresi untuk Opini Auditor Berdasarkan tabel 4.11 nilai koefisien regresi untuk variabel opini auditor yaitu 0.395. Nilai opini auditor yang positif menunjukan adanya hubungan searah dengan financial statement fraud yang artinya jika setiap kenaikan opini auditor berupa wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan nilai financial statement fraud sebesar -0.395, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
Pembahasan dan Interpretasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistic dengan regresi berganda, maka terdapat hal- hal yang perlu diperhatikan mengenai faktor- faktor yang berpengaruh terhadap financial statement fraud suatu perusahaan. Berikut ini pembahasan mengenai temuan hasil penelitian: Financial Stability (Stabilitas Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Hasil pengujian regresi financial stability (ACHANGE) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.112 > 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa financial stability tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Yesiriani et.al (2016). Financial stability dapat tidak mempengaruhi financial statement fraud ketika mempunyai tingkat pengawasan sangat baik yang dilakukan oleh Dewan Komisaris untuk
memonitor dan mengendalikan tindakan manajemen yang bertanggung jawab langsung terhadap fungsi bisnis seperti keuangan, sehingga walaupun menajemen menghadapi tekanan ketika stabilitas keuangan terancam oleh keadaaan ekonomi, industri dan situasi entitas yang beroperasi tidak akan mempengaruhi terjadi kecurangan laporan keuangan. Manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement fraud ketika stabilitas keuangan (financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi. Artinya dengan adanya ketidakstabilan keuangan, akan memicu terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan manajemen. Dari total aset dapat dilihat ukuran suatu perusahaan, dengan begitu manajer selalu berusaha untuk menampilkan laporan aset yang baik sepanjang tahunnya. Kondisi perusahaan yang tidak stabil dapat diakibatkan oleh kinerja manajemen yang tidak mampu memaksimalkan aset yang dimiliknya sehingga dapat menimbulkan perubahan aset yang terlalu terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah pada tahun tertentu. Jumlah aset perusahaan dimasa lalu yang kecil, dapat memotivasi perusahaan untuk meningkatkan total asetnya, hanya saja perusahaan yang memiliki aset kecil atau memiliki aset yang besar namun arus kas keluar juga besar, memiliki peluang untuk melakukan manipulasi agar stabilitas perusahaannya terlihat baik. Kondisi keuangan yang stabil dapat memperkecil risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari perubahan aset yang tidak terlalu signifikan berbeda dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat menjadi tekanan bagi manajer untuk menampilkan kondisi perubahan aset yang stabil dan menunjukkan stabilitas perusahaan yang terlihat baik kepada para pengguna laporan keuangan, sebagai upaya menarik minat investor untuk menanamkan modal diperusahaannya.
Dalam penelitian yang dilakukan Tifani (2014) dan Kusumawardhani (2012) hasilnya menyatakan bahwa financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud. Hal ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan sampel penelitian. Financial Leverage (Leverage Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Hasil pengujian regresi financial leverage (LEV) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.000 < 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa financial leverage berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Manurung et.al (2014) dan Tifany (2014). Tekanan yang sering dialami manajer adalah untuk mendapatkan hutang atau tambahan modal dari pihak luar sebagai modal aktivitas perusahaan agar terlihat kompetitif dengan perusahaan lainnya. Financial leverage (LEV) yang lebih besar dapat dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan pelanggaran dikarenakan menunjukan bahwa manajer dapat memenuhi kebutuhan perusahaan akan tambahan modal atau hutang dari pihak eksternal sebagai modal untuk keberlangsungan aktivitas perusahaan. Ketika memiliki total financial leverage yang besar perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar utang – utangnya maka nilai leverage menjadi lebih rendah, sehingga tidak menjadi tekanan bagi manajer melakukan fraud, namun pihak manajer perusahaan mendapatkan tekanan untuk mencari tambahan modal lain, selain dengan perjanjian utang, memilih menerbitkan saham kembali untuk memperoleh tambahan modal usaha dari investor tanpa harus melakukan perjanjian utang baru yang menyebabkan beban utang perusahaan besar dan nilai leverage perusahaan semakin rendah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud, hal tersebut terjadi dikarenakan manajemen merasa tertekan untuk mendapatkan pinjaman hutang kepada pihak luar agar perusahaan tetap dapat berkompetitif dengan perusahaan lainnya dan meningkatkan tingkat terjadinya financial statement fraud. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudhanti et.al (2016) dengan hasil penelitian bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Financial Target (Target Keuangan) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Hasil pengujian regresi financial target (ROA) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.006 < 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa financial target berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Yesiriani (2016). ROA aktual yang tinggi yang telah dicapai menunjukkan bahwa profitabilitas juga tinggi yang artinya target perusahaan tercapai. Sehingga mengurangi manajemen untuk melakukan tindakan fraud menjadi tinggi. Apabila ekspektasi untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat profitabilitas masa lalu tidak dapat dipenuhi oleh kinerja aktualnya, sehingga hal ini memberikan motivasi bagi adanya financial statement fraud. Target keuangan (financial target) adalah resiko adanya tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuan-tujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun keuntungan. Semakin tinggi target ROA yang didapatkan perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Sebaliknya dengan adanya target keuangan ROA yang tidak tercapai atau kecil manajer menganggap bahwa besarnya target ROA perusahaan dinilai tidak wajar dan tidak bisa dicapai. Manajer menganggap bahwa target ROA tersebut sebagai target
keuangan yang sulit untuk dicapai sehingga besarnya target ROA memicu terjadinya kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen. Hasil yang berbeda dinyatakan oleh penelitian Tifany (2014) bahwa financial target tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Capital (Modal) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Hasil pengujian regresi capital (CATO) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.000 < 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa capital berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Kara et.al (2013). Capital Turn Over mengukur kemampuan manajemen dalam mengahadapi persaingan usaha selain itu Capital Turnover
juga menggambarkan tingkat kemampuan penjualan
dibandingkan dengan aset perusahaan. Manajer dari perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan dengan manajer perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Semakin besar nilai penjualan memberikan tekanan kepada pihak manajemen untuk lebih meningkatkan lagi penjualan di tahun berikutnya, sehingga menyebabkan semakin tingginya terjadi financial statement fraud yang dilakukan manajemen. Ketika suatu perusahaan tidak dapat mempertahankan aktivitas penjualannya maka perusahaan dapat melakukan fraud dengan cara memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Pernyataan berbeda dinyatakan Soselisa (2009) dengan hasil penelitian bahwa capital tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Nature of Industry (Keadaan Ideal Industri) dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Hasil pengujian regresi nature of industry (RECEIVABLE) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.709 > 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa nature of industry tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukung penelitian Tifany (2014) dan Yesirianti (2016). Hal ini berarti menunjukkan hipotesis ditolak, karena nilai rata-rata perubahan piutang perusahaan dari tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap perputaran kas perusahaan. Banyaknya piutang usaha yang dimiliki perusahaan tidak mengurangi jumlah kas yang dapat digunakan perusahaan untuk kegiatan operasionalnya sehingga rasio perubahan dalam piutang usaha tidak memicu manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudhanti (2016), piutang tak tertagih pada perusahaan memberikan kesempatan kepada pelaku untuk melakukan kecurangan pada laporan keuangan perusahaan. Effective
Monitoring
(Keefektifan
Pengawasan)
dan
Financial
Statement
Fraud
(Kecurangan Laporan Keuangan) Hasil pengujian regresi effective monitoring (IND) memilki tingkat signifikansi yaitu 0.557 > 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa effective monitoring tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud, hal ini mendukung penelitianYesiriani et.al (2016). Fraud dapat diminimalkan dengan pengawasan yang baik, namun dalam hal ini hipotesis ditolak, karena kemungkinan keberadaan dewan komisaris independen akan memberikan sedikit jaminan bahwa pengawasan perusahaan akan semakin independen dan objektif serta jauh dari intervensi pihak- pihak tertentu. Fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme
pengawasan yang baik. Keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan merupakan suatu faktor yang signifikan dalam peningkatan pengawasan operasional perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kusumawardhani (2012) dan Tifani (2014) dengan hasil penelitian bahwa effective monitoring berpengaruh terhadap financial statement fraud. Opini Auditor dan Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan) Hasil pengujian regresi opini auditor (OPINI) berupa opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
memilki tingkat signifikansi yaitu 0.250 > 0.05. Maka dapat
disimpulkan bahwa opini auditor berupa opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Hal ini mendukug penelitian Anisya et.al (2014). Hasil dari pengujian ini adalah opini audit tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement, dikarenakan tambahan bahasa penjelas dalam laporan auditor independen adalah penjelas dari hal – hal tertentu seperti pendapat wajar yang diberikan sebagian didasarkan atas laporan independen lain, informasi tambahan yang diharuskan Ikatan Akuntan Indonesia, dan keadaan tertentu lainnya. Pendapat ini diberikan jika keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Selain itu, adanya penambahan bahasa penjelas tidak mempengaruhi materialitas dari laporan keuangan, sehingga tidak mempengaruhi kemungkinan dilakukannya rasionalisasai atas kecurangan pada laporan keuangan oleh pihak manajemen perusahaan. Opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas memberikan pengaruh positif bila manajemen merasa bahwa apa yang dilakukannya masih ditolerir oleh auditor.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Sukirman (2013) dengan hasil penelitian bahwa opini auditor berpengaruh terhadap financial statement fraud.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara financial stability, external pressure, financial target, capital, nature of industry, effective monitoring, dan opini auditor terhadap financial statement fraud. Berdasarkan hasil penngujian regresi linier berganda yang digunakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Financial Stability berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 2. Financial Leverage
berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement
fraud. 3. Financial Target tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 4. Capital berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 5. Nature of Industry tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 6. Effective Monitoring tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 7. Opini Auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 8. Secara simultan financial stability, financial leverage, financial target, capital, nature of industry, effective monitoring dan, opini auditor memilki pengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud.
DAFTAR PUSTAKA Annisya, Mafiana. 2016. Pendeteksian Kecurangan Laporang Keuangan Menggunakan Fraud Diamond. Universitas Lampung. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2016, Hal. 72 – 89 Vol. 23, No. 1 ISSN: 1412-3126. Ansar, Muhammad. 2012. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Universitas Diponogoro- Semarang. Ardiyos. 2007. “Kamus Standar Akuntansi”. Jakarta: Citra Harta Prima. Arthur, J. Keown dan John, D Martin. 2010. “Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan Jilid 2”. Jakarta : Indeks Asward, Ismalia dan Lina. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model. Universitas Pelita Harapan. Chasandra, Nuraini.2016. Pengaruh Debt To Asset Ratio, Pertumbuhan Asset, Return On Asset, Rasio Dewan Komisaris Independen, Dan Reputasi KAP Terhadap Financial Statement Fraud Pada Sektor Perusahaan Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 20112014. Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Christy, Issabella Marsasella, Sugito dan Abdul, Hoyyi. 2015. Penerapan Formula Beniesh M-Score Dan Analisis Diskriminan Linier Untuk Klasifikasi Perusahaan Manipulator Dan Nonmanipulator (Studi Kasus Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013). Universitas Diponegoro. ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 287 – 293. Firdaus, Eka F dan Suryandari, Erni.2008. Pengaruh Faktor Kultur Organisasi, Manajemen, Strategi, Keuangan, Auditor Dan PemerintahanTerhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 9 No. 2, halaman: 173-188. Ghozali, Imam.2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hery. 2013. “Teori Akuntansi Suatu Pengantar”. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Irham, Fahmi. 2012. “Analisis Laporan Keuangan”. Bandung: Alfabeta. Kara, Suat dan Yereli, Ayse N.2013. Effectiveness of the Financial Ratios in the Determination of the Fraudulent Financial Statements: Turkey Practice. Journal of Modern Accounting and Auditing. ISSN 1548-6583 October 2013, Vol. 9, No. 10, 1342-1353. Kusumawardhani, Prisca.2012. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI. Universitas Negeri Surabaya. Lou, Yung-i and Ming-Long, Wang. 2009. Fraud Risk Factor of the Fraud Triangle Assessing the Likelihood of Fradulent Financial Reporting. Journal of Business & Economics Research Vol. 7 No. 2. Maghfiroh, Nur ,Ardiyani, Komala dan Syafnita. 2015. Analisis Pengaruh Financial Staability, Personal Financial Need, External Pressure, Dan Ineffective Monitoring Pada
Financial Statement Fr. Dalam Perspektif Fraud. Universitas Pekalongan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 16. Nomor 01. Maret 2015. Manurung, Daniel T.H dan Hadian, Niki.2013. Detection Fraud Of Financial Statement with Fraud Triangle. Proceedings of 23rd International Business Research Conference 18- 20 November , 2013, Marriot Hotel, Melbourne, Australia, ISBN: 978-1-922069-36-8. Martantya, Daljono. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode 2002-2006). DIPONEGORO JOURNAL OFACCOUNTING Volume2, Nomor2, Tahun 2013,Halaman1-12 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN(Online): 23373806 Messod D, Beneish 1999. “The Detection of Earnings Manipulation”. Article in Financial Analysts Journal, September 1999. Mulyadi. Auditing. Buku 1 edisi 6 Jakarta: PT Salemba empat, 2004. Nabila, Atia rahma. 2013. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011). Universitas Dipenogoro.Skripsi. Nooraslinda, Abdul Aris, Rohana Othman, Siti Maznah Mohd Arif, Mohamad Affendi Abdul Malek dan Normah.2013. Fraud Detection: Benford’s Law vs Beneish Model. IEE Symposium on Humanities, Science ang Engineering Research. Parasmita, Ananda A.2014. Pengaruh Kefektifan Pengendalian Iternal Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi Pada Dinas Pendapatan Dan PengelolaanAset Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Nominal/ Volume III Nomor 1. Person, Obeua. 1999. Using Financial Information to Differentiate Failed vs Surviving Finance Companies in Thailand: An Implication For Emerging Economies. Multinational Finance Journal. Vol. 3. No.2. pp.127145. Priantara, Diaz. 2013. “Fraud Auditing & Investigation”. Jakarta: Mitra Wacana Media. Riahi, Ahmed dan Belkaoul. 2006. “Buku Satu Accounting Theory Edisi Lima”. Jakarta: Salemba Empat. Siregar, Sofyan.2013. “Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS”. Jakarta: Prenamedia Group. Skousen, J.C., Wright, J.C., Smith Kevin, R. 2008, “Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.” Advances in Financial Economics Vol. 12 No.1. Soselisa, Rangga dan Mukhlasin.2009. Pengaruh Faktor Kultur Organisasi, Manajemen, Strategik, Keuangan dan Auditor Terhadap Kecendrungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik di Indonesia. UNIKA Atmajaya- Jakarta. Sugiyono. 2015. “Metode Penelitian Manajemen”. Bandung: Alfabeta. Sukirman dan Maylia, Pramono Sari. 2013. Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud Triangle (Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia). Universitas Negeri Semarang. Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 199 - 225
Sunyoto, Danang. 2011. “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis” . Yogyakarta: CAPS. Thoyibatun, Siti.2009. “Faktor- Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perlaku Tidak Etis Dan Kecendrungan Kecuranga Akuntansi Serta Akibatnya Terhadap Kinerja Organisasi”. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Akreditasi No. 110/DIKTI/Kep/2009 ISSN 1411-0393. Tiffani, Laila dan Marfuah.2014”Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Islam Indonesia. Tunggal, Amin Widjaja. 2011. “Teori Dan Kasus Kecurangan Akuntansi Dan Keuangan”. Jakarta: Harvarindo. Yesiariani, Merissa dan Rahayu, Isti.2016. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2014) .Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung. Yudhanti, Nindya Carla dan Suryandari, Erni.2016. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Indikasi Kcurangan Dalam Pelaporan Keuangan Dengan Model Fraud Diamond (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20132015).Universitas Muhamaddiyah Yogyakarta. Zakaria, Heikal Muhammad dan Nurbaiti, Anisa.2016. Pengaruh Fraud Risk Factor Terhadap Pendeteksian Kemungkinan Fraudlent Financial Statement. Vol. 1 No.01 2016.