KETERKAITAN ANTARA STIGMA, KEYAKINAN, DAN NIAT KELUARGA DALAM MENeARI PERTOLONGAN UNTUK ANGGOTA KELUARGA YANG RENTAN MENGALAMI GANGGUAN MENTAL DI YOGYAKARTA
RINGKASAN DISERTASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memenuhi Gelar Doktor dalam IImu Psikologi
Oleh: Azlizamani bin Zubir Salim 08/279265/SPS/00236
PROGRAM DOKTOR PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada yang terhormat:
Tim Promotor: Subandi, M.A., Ph.D. Dr. Neila Ramdhani, M.Si., M.Ed.
Tim Penguji: Supra Wimbarti,
M.Sc., Ph.D
Dr. T. priyo Widiyanto Dr. Nuryati atamimi, S.U. Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si.
Serta semua pihak yang telah membantu
selesainya disertasi ini.
1
ABSTRACT The study aimed to analyze the influence of belief causes of mental disorders on seeking help intention with attitude as intervening variable, influence of belief norm on seeking help intention with subjective norm as intervening variable, and the influence of control belief on seeking help intention with control behavior as intervening variable for family with mental disorder in Yogyakarta. The analysis used path analysis data processing by SmartPLS 3.0. The finding of the research showed that there are significant causes of mental illness beliefs through the intervening variable-seeking attitudes, normative beliefs influence through an intervening variable subjective norm, and control beliefs influence through an intervening variable control on the intention-seeking behavior. The belief causes of mental disorders, the influence of normative beliefs, and beliefs influence the control has no direct influence on the intention-seeking scholars. There are differences in the intention to search for help when using the help of a psychiatrist, scholars, and shaman. Intention to search for help did not differ between rural and urban communities.
Keywords:
mental disorder, stigma, belief causes of mental disorders, control beliefs, subjective norm, attitudes toward seeking help, behavioral control, seeking help intention
2
Azlizamani bin Zubir Salim Gadjah Mada University
Background Saat ini sekitar 400 juta orang di dunia diperkirakan mental sehingga WHO sebagai organisasi
kesehatan
mengalami gangguan
dunia memandang
perlu
mengangkat masalah gangguan mental sebagai tema peringatan Hari Kesehatan Sedunia. global
Terdapat oleh
WHO,
Keterbelakangan Perhimpunan diperkirakan
enam jenis gangguan yaitu
mental yang diangkat
epilepsi,
Depresi,
Sa kit Seluruh
6 juta penduduknya
Skizofrenia,
Indonesia/PERSl,
mengalami
isu
Alzheimer,
Alkohol (Pusat Data & Informasi-
Mental, dan Ketergantungan
Rumah
sebagai
2001).
Di Indonesia
anxietas dan 5,5 juta di antaranya
tidak berobat atau tidak mendapat pengobatan yang memadai. Lebih lanjut, hasil penelitian yang dilakukan Direktorat Kesehatan Mental tahun 1996 menemukan setiap 20 orang per 1000 anggota keluarga menderita kecemasan (Pusat Data & Informasi-
PERSI,
penderita gangguan 20%
penduduk
dengan
empat
2001).
Data-data
tersebut
menunjukkan
mental mengalami kecenderungan
dewasa jenis
penggunaan
alkohol,
Departemen
Psikiatri
di Indonesia
penyakit
saat ini menderita
langsung
gangguan FKUI/RSCM
bipolar,
yang dan
Irmansyah,
bahwa
peningkatan.
jumlah
Sedikitnya
gangguan
ditimbulkannya
yaitu
skizofrenia.
Menurut
satu dari lima orang
mental, depresi, Ketua dewasa
pernah mengalami gangguan mental dari jenis biasa sampai yang serius (Forum, 2009). Tingginya dengan provinsidi
prevalensi
ketersediaan
gangguan
fasilitas
mental pad a kenyataannya
pengobatan
medisnya.
tidak diikuti
Saat ini belum semua
Indonesia memiliki rumah sakit jiwa. Selain itu, fasilitas dan tenaga
kesehatan jiwa di Indonesia masih sangat terbatas. Saat ini hanya terdapat 32
3
rumah sakit jiwa milik pemerintah rumah
dan 16 rumah sakit jiwa swasta. Dari 1.678
sakit umum yang terdata,
kesehatan jiwa. Sementara
hanya
sekitar
2% yang
memiliki
layanan
hanya 15 rumah sa kit dari 441 rumah sa kit umum
daerah milik pemerintah kabupaten/kota
yang memiliki layanan psikiatri. Kondisi
yang sama terjadi pada puskesmas di Indonesia sebab hanya 1.235 puskesmas yang memberikan
layanan kesehatan jiwa dari sekitar 9.000 puskesmas
(Anna,
2012). Penelitian ini memilih Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai lokasi
penelitian. Jumlah penderita gangguan mental di Yogyakarta
menunjukkan
tren
peningkatan
itu
dari
selama
tahun
2007-2009.
Kecenderungan
tampak
banyaknya pasien yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta
dan RS Sardjito Yogyakarta
Berdasarkan Kementerian salah
Kesehatan,
satu
provinsi
menunjukkan
Provinsi DIY, 2010).
Dasar yang dilakukan oleh
dapat diketahui bahwa secara nasional DIY termasuk
yang
memiliki
tertinggi di Indonesia (Balitbangkes bahkan
(Dinas Kesehatan
profil kesehatan hasil Riset Kesehatan
prevalensi
gangguan
mental
bahwa wilayah
DIY memiliki
prevalensi
berat 2,7 perrnil. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia,
dan rata-rata
prevalensi
adalah 1,7 permit. Hal tersebut
emosional
KemenkesRI, 2013). Hasil peneltiian tersebut
gangguan
menunjukan
gangguan
jiwa
provinsi lainnya di
jiwa berat di tingkat
bahwa prevalensi
nasional
gangguan jiwa
berat di DIY bahkan lebih tinggi daripada rata-rata angka prevalensinya di tingkat nasional. Temuan
tersebut
sejalan
dengan
data
Kesehatan
Provinsi DIY dalam profil kesehatan
data yang
dipublikasikan
gangguan
mental
didiagnosis
pada pasien rawat jalan Puskesmas
Berdasarkan
termasuk
tinggi.
Indonesia
dokumen
dalam
dipublikasikan
Dinas
tersebut,
sepuluh
besar
dapat kasus
diketahui penyakit
(Dinas Kesehatan
bahwa yang
DIY, 2013).
uraian tersebut, dapat dilihat bahwa provinsi DIY merupakan salah
satu daerah di Indonesia cukup
dalam
yang
DIY tahun 2012. Berdasarkan
Sebenarnya
yang tingkat kerentanan kondisi
lebih menguntungkan
di banyak
dibandingkan
atas gangguan
negara
berkembang
mentalnya termasuk
negara maju karena dukungan
keluarga (primary support groups) yang diperlukan dalam pengobatan gangguan mental berat lebih baik dibanding negara maju (Priyanto, 2009). Stigma terhadap gangguan mental berat tidak hanya menimbulkan
konsekuensi
negatif terhadap
4
penderitanya
tetapi juga bagi anggota keluarga, meliputi sikap-sikap
penyangkalan,
penolakan,
disisihkan, dan diisolasi. Penderita gangguan mental mempunyai
risiko tinggi terhadap pelanggaran hak asasi manusia (Priyanto, 2009). Pendekatan
tradisional
pad a sumber-sumber masyarakat
terhadap
penyakit
Yogyakarta
penyakit
yang
perlu
umumnya
diatasi.
lebih menekankan
Salah
yang masih ada pad a sebagian
satu
keyakinan
masyarakat
adalah
keyakinan akan adanya makhluk halus. Salah satu di antaranya adalah lelembut yang
dianggap
Yogyakarta
sebagai
umumnya
mentalnya,
penyebab percaya
atau orang-orang
penyakit bahwa
gangguan
hanya
mental.
orang-orang
Masyarakat yang
lemah
yang kosong pikirannya saja yang dapat dimasuki
roh jahat. Menurut Dananjaya
(1986) keyakinan seperti ini di Indonesia
bukan
hanya sekedar keyakinan tetapi sudah menjadi perilaku dan pengalaman hidup. Maksudnya
adalah bagaimanapun
tingginya
pendidikan
seseorang
tidak ada
yang dapat melepaskan diri dari keyakinan rakyat ini. Penelitian keluarga
ini fokus pada keterkaitan
dalam
mencari
pertolongan
antara stigma, keyakinan,
untuk
anggota
keluarga
dan niat
yang
rentan
mengalami gangguan mental. Pencarian pertolongan telah mendapatkan perhatian
dari
Spendelow pencarian
penelitian-penelitian
terdahulu
dan Jose (2010) beberapa pertolongan
variabel-variabel
telah dikenali.
yang
berperan
2011).
faktor yang berpotensi Faktor-faktor
dalam
pencarian pertolongan sebelumnya,
(Kakhnovets,
tersebut
penelitian,
faktor-faktor
seperti
banyak Menurut
mempengaruhi
biasanya sifat
menjadi
pengalaman
demografik seperti gender, dan
karakteristik masalah yang ditangani seperti jenis masalah. Berbagai
faktor telah diteliti untuk mengetahui
pemanfaatan
pelayanan
psikologis, yang dikaitkan dengan sikap terhadap perilaku pencarian pertolongan. Cramer
dan Yoo dalam AI-Krenawi,
(2009) menyatakan mental
dipengaruhi
pengalaman oleh faktor
Graham,
AI-Bedah,
Kadri dan Schewail
pribadi dan sikap terhadap sosio-demografik
seperti
sistem kesehatan usia,
gender,
ras,
pendidikan, dan kelas ekonomi sosial, Variabel psikologis juga berperan penting dalam mempengaruhi
keinginan mencari pertolongan
untuk masalah kesehatan
mental. Hinson dan Swanson Schewail mencari
(2009)
dalam AI-Krenawi,
mengungkapkan
pertolongan
profesional
bahwa
Graham,
masyarakat
jika menderita
AI-Bedah,
Kadri dan
lebih cenderung
karena masalah
untuk
mental yang
5
mereka
pahami
menanganinya.
menjadi
sang at
berat
bagi
teman
Stigma pribadi secara independen
dan
keluarga
berhubungan
yang
dengan sikap
pencarian pertolongan. Aspek stigma yang berbeda juga mempunyai peran yang berbeda
dalam
gangguan
mempengaruhi
sikap
untuk
mental. Stigma menjadi halangan
pencarian
masalah gangguan mental. Rasa takut atau pengalaman dapat
membuat
individu
menunda,
pertolongan
yang signifikan
menghindari,
pada
untuk mengatasi
aktual dari stigmatisasi
atau
lari dari
pengobatan
gangguan mental (Bambauer dan Prigerson; Barney; Dinos; Wrigley; Lee; Sirey; Tsang dalam Alvidrez, Snowden, Rao dan Bocceliari, 2009). Dalam laporannya kepada Presiden Bush, Komisi Kebebasan mendaftar psikiatrik
stigma
sebagai
yang sebenarnya
penghalang
Baru (New Freedom
utama
bagi yang berlabel
dalam
Commisions)
partisipasi
"sakit secara
pelayanan
mental"
(Hogan
dalam Corrigan dan Watson, 2007) Pad a penelitian
ini, landasan
teori utama yang digunakan
adalah teori
perilaku terencana (theory of planned behavior). Ajzen (1991) memodifikasi TRA dengan menambahkan Behavioral
Control
anteseden
intensi yang ke tiga yang disebut Perceived
(PBC). Dengan tambahan
menamai
ulang teorinya
menjadi
Theory
menunjuk
suatu derajat di mana seorang
anteseden
of Planned
ke tiga tersebut,
Behavior
(TPB).
ia
PBC
individu merasa bahwa tampil atau
tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah pengendaliannya.
Orang
cenderung tidak akan membentuk suatu niat yang kuat untuk menampilkan
suatu
perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya bahwa orang-orang mempengaruhi
meskipun
ia memiliki
sikap yang positif dan ia percaya
lain yang penting baginya akan menyetujuinya.
PBC dapat
perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui niat. Jalur
langsung dari PBC ke perilaku diharapkan
muncul ketika terdapat keselarasan
antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang
atas
suatu perilaku. Berdasarkan
uraian
tersebut,
maka
hipotesis
yang
dapat
dirumuskan
dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat intervening
pengaruh
keyakinan
penyebab
gangguan
sikap pad a pencarian pertolongan,
melalui variabel intervening
mental melalui variabel
pengaruh keyakinan
normatif
norma subjektif, dan pengaruh keyakinan kontrol
6
melalui
variabel
intervening
kontrol
perilaku
terhadap
niat
pencarian
mental,
pengaruh
pertolongan. 2. Terdapat
pengaruh
keyakinan
keyakinan
normatif,
dan
penyebab
pengaruh
gangguan
keyakinan
kontrol
secara
langsung
terhadap niat pencarian pertolongan. 3. Terdapat
perbedaan
niat untuk
pencarian
pertolongan
jika
menggunakan
pertolongan psikiater, kiai, dan dukun. 4. Terdapat perbedaan niat untuk pencarian pertolongan pada masyarakat desa dan kota.
Method Variabel yang diungkap dalam penelitian ini meliputi variabel antesenden sikap terhadap pencarian pertolongan, normatif/stigma,
keyakinan
variabel independen geografi, keyakinan
penyebab
gangguan
mental,
keyakinan
kontrol,
norma subyetif dan kontrol perilaku sebagai variabel yang mempengaruhi pencarian
pertolongan
pad a penderita gangguan mental. Populasi penelitian ini
adalah keluarga pasien dari masyarakat Yogyakarta.
Teknik
pengambilan
menggunakan
cluster purposive
yang ada di Propinsi Daerah Istimewa sampel
sebagai
2006). Subjek penelitian permasalahan
subjek
sampling, dengan pertimbangan
yang diteliti cukup luas meliputi 5 kabupaten/kota
menjawab
adalah orang yang dianggap penelitian,
dan bertanggungjawab
ini adalah
pasien
menderita
gangguan
Kecemasan, OCD, Phobia, Trauma dan Somatoform); akan melakukan
pengobatan
dan dapat
penuh
tersebut, maka responden
pasien
karena obyek
mengetahui
pertimbangan yang
penelitian
di Propinsi DIY (Sugiyono,
pasien. Berdasarkan keluarga
niat
atas diri
dalam penelitian
neurosis
(misalnya
yang menentukan apakah
atau tidak; jika melakukan
pengobatan
maka teknik pengobatan apa yang akan digunakan. Jumlah gangguan
sam pel sebanyak
neurosis didasarkan
Analysis. Hal ini sebagaimana
101 keluarga
pasien yang rentan mengalami
atas metode statistik yang digunakan yaitu Path yang dinyatakan Hair, Black, Babin, Anderson dan
Tatham (2006) bahwa ukuran sam pel yang sesuai untuk Path Analysis adalah kurang dari 200 sarnpel. Data angket survei dan skala pengukuran
psikologis
adalah berupa data kuantitatif. Untuk menguji hipotesis pertama sampai keempat
7
digunakan
teknik analisis model analisis jalur (path analysis)
data menggunakan
dan pengolahan
SmartPLS 3.0.
Result Penelitian
ini dilakukan
kabupaten/kota
di Provinsi
di provinsi tersebut
DIY, tepatnya
pad a masing-masing
yaitu kota Yogyakarta,
kabupaten
Bantul,
kabupaten Gunung Kidul, kabupaten Sleman, dan kabupaten Kulon Progo. Untuk kota Yogyakarta,
jumlah
subjek
penelitian
dari kota adalah
sembilan
orang
sedangkan dari desa adalah 12 orang dengan total 15 orang subjek perempuan dan enam orang subjek laki-Iaki. Sementara
untuk kabupaten
Kidul, Sleman, dan Kulon Progo masing-masing
Bantul, Gunung
subjek baik dari desa maupun
kota adalah 10 orang. Pengujian hipotesis pertama dan kedua dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur dengan program SmartPLS hipotesis
pertama
yang
penyebab gangguan pertolongan, subjektif,
menyatakan
3. Hasil analisis menunjukan bahwa
terdapat
mental melalui variabel intervening
pengaruh
keyakinan
dan pengaruh
pengaruh
bahwa
keyakinan
sikap pad a pencarian
normatif melalui variabel
intervening
norma
kontrol melalui variabel
intervening
kontrol
keyakinan
perilaku terhadap niat pencarian pertolongan,
baik untuk psikiater, kiai, amupun
dukun seluruhnya diterima. Hipotesis kedua yang menyatakan terdapat pengaruh keyakinan
penyebab
gangguan
pengaruh
keyakinan
kontrol
mental,
pengaruh
secara
langsung
keyakinan terhadap
normatif, niat
dan
pencarian
pertolongan, baik untuk psikiater, kiai, dan dukun seluruhnya ditolak. Hipotesis
ketiga dan keempat
dianalisis
dengan
uji beda menggunalan
analisis varian (Anova). Hipotesis tiga yang menyatakan terdapat perbedaan niat untuk pencarian pertolongan jika menggunakan dukun
diterima.
perbedaan
Sementara
hipotesis
niat untuk pencarian
pertolongan
keempat
pertolongan
yang
pad a masyarakat
ditolak. Untuk hipotesis keempat tersebut,
uji beda dilakukan
antara
secara
psikiater,
bersamaan pencarian
kiai
dan
di antaranya pertolongan
dukun, ketiganya
psikiater,
sa at diuji secara terpisah,
serta
psikiater, kiai, dan
menyatakan
menunjukan
terpisah. tidak
ada
terdapat
desa dan kota secara bersama
Uji bed a secara perbedaan
niat
kiai dan dukun di desa dan kota. Sementara
untuk niat pencarian
pertolongan
kiai menunjukan
8
perbedaan
di
mana
masyarakat
desa
memiliki
pertolongan kiai yang lebih tinggi dibandingkan A. Keyakinan
Penyebab
Gangguan
Sikap pada Pencarian
Pertolongan
rata-rata
niat
pencarian
masyarakat kota.
Mental
Melalui
terhadap
Variabel
Niat Pencarian
Intervening Pertolongan
Hasil penelitian menunjukan bahwa keyakinan penyebab gangguan mental terbukti secara signifikan berpengaruh
pada niat pencarian pertolongan
varia bel intervening
sikap pad a pencarian
terhadap
gangguan
penyebab
masyarakat
terhadap
pihak
Berdasarkan
hal tersebut,
mental yang
maka
pertolongan.
sang at berkaitan memberikan
dapat dikatakan
Keyakinan dengan
masyarakat kepercayaan
pengobatan bahwa
melalui
itu
ketika
sendiri.
masyarakat
memiliki keyakinan pada pihak yang memberikan pengobatan gangguan mental, maka dalam hal ini masyarakat pengobatan
bagi penderita
kemudian
menuntun
keluarganya
kemudian akan merasa yakin atas keberhasilan
gangguan
masyarakat
mental tersebul.
dalam
yang rentan mengalami
memilih
gangguan
Utami
yang
anggota
pula pilihan
maupun pilihan metode
Kondisi tersebut sejalan dengan hasil penelitian Subandi dan
(1996) tentang
gangguan
bagi
mental, termasuk
mengenai pihak yang dianggap mampu menyembuhkan penyembuhannya.
Hal demikianlah
pengobatan
pola perilaku
mencari
bantuan
pad a keluarga
pasien
mental di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi DIY yang menemukan
bahwa pola perilaku pencarian profesional
bantuan,
di antaranya dipengaruhi
Oleh sebab itu, keyakinan mempengaruhi
dalam penelitian
masyarakat
pad a penyebab gangguan
keberhasilan
mental akan
terhadap keberhasilan
oleh kiai, dan yang ketiga
akan melakukan
adalah
pembahasan
oleh masing-masing
pemberi
adalah keyakinan
pengobatan gangguan mental oleh psikiater.
keyakinan
pengobatan
gangguan
atas keberhasilan
gangguan mental oleh dukun. Guna lebih mempermudah
pengobatan
analisis, maka penulis
terkait keyakinan pada keberhasilan pengobatan
mental
pada masyarakat
pengobatan
desa dan
kota
hasil uji beda yang telah dilakukan.
Keyakinan bagi upaya
mental.
pengobatan ganguan mental
ini dapat dilihat dari tiga aspek. Pertama
terhadap keberhasilan
Kedua adalah keyakinan
sebagaimana
maupun non
pilihan penyembuhannya.
Keyakinan masyarakatterhadap
masyarakat
baik secara profesional
oleh analisis penyebab gangguan
mempengaruhi
penyembuhan
sikap terhadap pencarian pertolongan
penyakit
gangguan
mental.
Hal demikian
psikiater sesuai
9
dengan hasil penelitian
& Lessmann serta Good & Subandi (dalam
Zaumseil
Subandi, 2006) yang menunjukan bahwa adanya proses penjelasan psikologis di kalangan masyarakat
Jawa mengenai
penyebab terjadinya
penyakit gangguan
mental. Penyebab terse but diistilahkan sebagai rasa kago/ atau frustrasi. Frustasi tersebut
diikuti dengan
membuat
seseorang
menunjukkan
adanya menjadi
rasa kekecewaan menderita
bahwa masyarakat
yang mendalam
gangguan
Yogyakarta
mental.
sehingga
Hal
demikian
dalam hal ini telah memiliki rasa
keyakinan pada aspek psikologis terkait penyakit gangguan mental. Sementara berpengaruh
itu, keyakinan
terhadap
penyebab
pad a niat pencarian pertolongan
pertolongan
gangguan
juga
melalui sikap terhadap pencarian
dengan pola yang sama. Hasil penelitian
teori yang dikemukakan
mental
tersebut
sesuai dengan
oleh Ajzen (2005) bahwa keyakinan dan sikap memiliki
pengaruh pada pembentukan
niat untuk mencari pertolongan.
masyarakat
pad a kiai dalam
merupakan
orang
dengan
hal ini terkait
kemampuan
dengan
tertentu
yang
Keyakinan positif
keyakinan dapat
bahwa
kiai
menyembuhkan
gangguan mental. Keyakinan demikian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan keyakinan
mengenai
masyarakat.
penyebab
Keyakinan
penyakit
masyarakat
mental merupakan
suatu dampak
penyakit gangguan
mental tersebut.
dan Utami (1996)
bahwa tidak
pertolongan
ke tenaga
kepada tenaga-tenaga
gangguan
mental yang dialami oleh
pad a kiai sebagai dari keyakinan
profesional
masyarakat
Sebagaimana
semua
gangguan
adapula
gangguan
atas penyebab
diungkapkan
penderita
tetapi
non-profesional
penyembuh
oleh Subandi mental
yang mencari
mencari
pertolongan
seperti tokoh masyarakat atau ahli agama
seperti kiai. Ketika gangguan
mental diyakini sebagai suatu hal yang bersumber
adanya gangguan makhluk halus, maka masyarakat mencari
kiai
untuk
menyembuhkan
penderita
dari
kemudian akan cenderung
gangguan
mental
tersebut.
Tujuannya yaitu untuk menangani penderita ganguan mental melalui pembacaan ayat-ayat
al-Our'an
penderita
gangguan
menunjukkan
guna menghilangkan
adanya
mental
sehingga
keinginan
gangguan
mental melalui cara-cara
Budiman
(2010)
stigmatisasi
makhluk dapat
masyarakat
tindakan
tersebut
bagi penderita
gangguan
halus yang
disembuhkan. untuk
yang sifatnya dikategorikan
mengganggu Hal
demikian
menangani
religius
penyakit
meskipun
sebagai
suatu
mental melalui kemampuan
menurut bentuk
kiai dalam
10
membacakan
ayat-ayat al-Qur'an kepada penderita gangguan mental. Dalam hal
ini diyakini makhluk halus yang mengganggu menyebabkan
Pasa sisi lain, hasil penelitian masyarakat
dapat diatasi sehingga tidak lagi
gangguan pad a mental orang yang diganggu tersebut.
secara
signifikan
ini juga menunjukkan
memberikan
pengaruh
bahwa keyakinan
pad a sikap
terhadap
pencarian pertolongan pada dukun untuk bagi anggota keluarganya yang rentan mengalami
gangguan
mental.
memberikan
pengaruh
Berdasarkan
hasil
rnerniliki
bagi
penelitian
keyakinan
itu,
untuk
tersebut,
sikap
mencari
dapat
positif
tersebut
pertolongan
ke
dikatakan
positif pada dukun sehingga
terhadap pencarian pertolongan masyarakat
Sementara niat
bahwa
manumbuhkan
masyarakat sikap positif
ke dukun, sehingga kemudian membentuk
niat
untuk mencari pertolongan ke dukun bagi anggota keluarganya yang
rentan mengalami
gangguan
mental. Menurut Zaumseil
dan Lessman (1995),
orang-orang yang memiliki sikap tradisional akan cenderung dukun atau pengobatan sebab
juga dukun.
untuk mengunjungi
alternatif sebagai cara pengobatan
itu, sikap terse but pad a akhirnya
membentuk
yang dipilih. Oleh
keyakinan
positif pad a
dukun. Keyakinan bahwa
posit if pada dukun
penyebab
gangguan
mental
rnakhluk halus ataupun gangguan
terbentuk adalah
karena karena
rnasyarakat
adanya
meyakini
gangguan
hal-hal gaib pad a diri seseorang.
dari
Gangguan-
gangguan tersebut kemudian dipercaya akan membuat seseorang menunjukkan gejala
sebagaimana
Woodward; mencari
bantuan
kejiwaan,
penderita
gangguan
Keeler; dan Ferzacca
dari sumber-sumber
dalam hal ini termasuk
mental.
(dalam Subandi, tradisional
berbagai
Menurut
Clifford
Geertz;
2006), masyarakat untuk
penyembuh
mengatasi
tradisional
sering
masalah
yang salah
satunya dikenal istilah dukun sebagai istilah umum untuk penyembuh tradisional. Hasil penelitian
tersebut
sejalan dengan hasil penelitian
ini yang menunjukan
bahwa masalah kejiwaan dapat diobati melalui langkah pengobatan
tradisional
seperti yang dilakukan oleh dukun. Dalam hal ini, adanya keyakinan terhadap kemampuan
penyembuhan
membuat tumbuhnya melalui
dukun
tradisional.
yang
dukun
bagi penyakit
sikap positif masyarakat diyakini
lebih
gangguan
terhadap
menguasai
metode
mental
pencarian
kemudian
pertolongan
pengobatan
secara
11
B. Keyakinan
Normatif
(Stigma)
melalui
Variabel
Intervening
Norma
Subjektif terhadap Niat Pencarian Pertolongan Hasil penelitian
menunjukan
secara signifikan berpengaruh intervening penelitian
norma
subjektif.
ini terbukti
bahwa keyakinan
normatif
(stigma) terbukti
pada niat pencarian pertolongan Niat
dipengaruhi
mencari
pertolongan
oleh norma
subjektif
melalui variabel
berdasarkan yang terkait
stigma. Dalam hal ini, norma subjektif untuk mencari pertolongan, mencari
pertolongan
seperti
yang
dilakukan
hasil dengan
keluarga akan
oleh masyarakat
di sekitarnya
(Argyle; Asch; Deutsch & Gerard; Mouton, Blake & Olmstead dalam Eagly dan Chaiken,
1993). Artinya, stigma masyarakat
yang diambil
dalam
menangani
akhirnya memilih mencari pertolongan. sebab akibat yang positif dengan memiliki
hubungan
psikiater.
Oleh
akan sang at menentukan
penderita
gangguan
mental
itu, dapat
pada
Stigma dalam hal ini memiliki hubungan
norma subjektif,
dan norma subjektif juga
sebab akibat yang positif pad a niat mencari
sebab
langkah
sehingga
dikatakan
bahwa
variabel
pertolongan
stigma
sangat
berkaitan dengan niat mencari pertolongan. Pad a konteks
niat
pencarian
pertolongan
psikiater,
berdasarkan
hal
demikian maka dapat dikatakan bahwa terdapat stigma positif pad a masyarakat yang berniat untuk mencari pertolongan psikiater bagi anggota keluarganya yang rentan mengalami gangguan mental. Maksudnya yaitu stigma ketika masyarakat memiliki
stigma positif pada penyakit gangguan
mental maupun
penderitanya
sebagai suatu bentuk penyakit medis, maka akan tumbuh norma subjektif yang positif
pula
sehingga
pada
akhirnya
memunculkan
niat
untuk
mencari
pertolongan psikiater. Pad a masyarakat yang memiliki niat untuk mencari pertolongan dibuktikan dan
bahwa niat tersebut dipengaruhi
norma
subjektif
tersebut
kiai, dapat
secara positif oleh norma subjektif,
dipengaruhi
oleh
keyakinan
normatif.
Pad a
keyakinan normatif itulah stigma berada. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa stigma
masyarakat
yang baik terhadap
kiai kemudian
membuat
masyarakat
memiliki norma subjektif yang baik pula terhadap kiai sehingga akhirnya memiliki niat untuk mencari pertolongan rentan mengalami
gangguan
adalah fungsi dari keyakinan
kiai guna menangani anggota keluarganya yang
mental. Hal demikian dikarenakan tertentu
(Ajzen dan Fishbein,
stigma masyarakat secara umum dapat mempengaruhi
niat seseorang
2010), sementara
stigma pribadi seseorang
12
(Bathje dan Pryor, 2011). Pad a akhirnya kondisi tersebut akan mempengaruhi niat untuk mencari pertolongan
sesuai dengan keyakinan
dan stigma masing-
masing individu terkait penyakit gangguan mental. Pad a sisi lain, dalam konteks niat untuk mencari pertolongan masyarakat
dalam
hal ini signifikan
dipengaruhi
berkaitan dengan stigma yang berkembang.
oleh norma
Hubungan
dukun oleh
subyektif
yang
antara norma subyektif
dengan niat mencari pertolongan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Mo dan Mak (2009)
yang
memprediksi
niat
penelitian
menunjukkan
pertolongan
yang pernah dilakukan
menunjukkan berbeda
di antaranya pencarian
bahwa
secara
norma
nyata.
subjektif
dapat
Sebagaimana
hasil
oleh Bathje dan Pryor (2011) yang hasilnya
bahwa aspek stigma yang berbeda juga mempunyai
dalam
mempengaruhi
sikap
untuk
pencarian
peran yang
pertolongan
pada
gangguan mental. Artinya, dalam hal ini masyarakat yang memiliki niat mencari pertolongan
dukun akan didasari oleh tumbuhnya
sebab itu, dapat dikatakan
stigma dengan variabel intervening pertolongan
dukun
stigma terlebih dahulu. Oleh
bahwa hasil penelitian
bagi
yang menunjukk
norma subjektif mempengaruhi
penyembuhan
gangguan
mental
an bahwa
niat mencari
adalah
sejalan
kerangka konsep tersebut. C. Keyakinan
Kontrol (Ketersediaan
Variabel
Intevening
Layananl Fasilitas dan Biaya) Melalui
Kontrol
Perilaku
terhadap
Niat
Pencarian
Pertolongan Hasil layananl
penelitian
fasilitas
pertolongan adalah
menunjukan
dan
melalui
biaya)
didukung
sumber
Purwono,
2010).
layanan/fasilitas
terbukti
variabel
suatu keyakinan daya
yang
keyakinan
berpengaruh
kontrol
terhadap
intevening
kontrol
perilaku.
bahwa individu
mampu
melakukan
(resources)
Keyakinan
internal
kontrol
dan
niat pencarian
Keyakinan
kontrol
tindakan
karena
eksternal
berkaitan
(ketersediaan
(Machrus
dengan
dan
ketersediaan
dan biaya yang pada akhirnya dapat membentuk suatu perilaku.
Kontrol perilaku merupakan faktor
bahwa
memfasilitasi
dan
keyakinan
tentang ada atau tidaknya faktor-
menghalangi
performansi
(Fishbein dan Ajzen, 1975). Kontrol perilaku ditentukan lalu dan perkiraan
individu
mengenai
melakukan perilaku yang bersangkutan.
seberapa
perilaku
individu
oleh pengalaman
masa
sulit atau mudahnya
untuk
Keyakinan ini didasari oleh pengalaman
terdahulu tentang perilaku tersebut, yang dipengaruhi
oleh informasi dari orang
13
lain, misalnya dari pengalaman itu juga dipengaruhi
orang-orang
oleh faktor-faktor
yang dikenal/teman-teman.
lain yang meningkatkan
Selain
atau mengurangi
kesulitan yang dirasakan jika melakukan tindakan atau perilaku terse but. Kontrol perilaku dirasakan penting dalam menjelaskan
niat perilaku dan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Menurut TPB, individu lebih cenderung terlibat dalam perilaku jika memiliki sikap yang menguntungkan
ke arah tersebut. Selain itu, keterlibatan
pada suatu perilaku juga terjadi apabila percaya pandangan
harus melakukan
perilaku tersebut
bahwa orang-orang
memiliki
maupun jika merasa
memiliki
sumber daya yang diperlukan dan peluang untuk terlibat dalam perilaku tersebut (Mo dan Mak, 2009). Berdasarkan
hal demikian,
dapat
memiliki niat untuk mencari pertolongan mental
telah
pengobatan
memiliki
suatu
keyakinan
serta ketersediaan
akhirnya, aspek-aspek
dikatakan
layanan
bahwa
guna menangani mengenai
pengobatan
masyarakat
yang
penderita gangguan
keterjangkauan gangguan
biaya
mental.
Pad a
tersebut menjadi aspek yang saling berkaitan satu sama
lain dalam pol a hubungan sebab akibat yang posit if. D. Pengaruh
Keyakinan
Penyebab
Gangguan
Mental
Secara
Langsung
langsung
keyakinan
terhadap Niat Pencarian Pertolongan Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
pengaruh
penyebab gangguan
mental terhadap niat pencarian
Pengaruh
terjadi
tersebut
pertolongan
apabila
sebagai variabel
terdapat
pertolongan
variabel
interveningnya.
Artinya
masyarakat tidak serta merta mempengaruhi
sikap
tidak terbukti.
pad a pencarian
bahwa keyakinan
niat pencarian pertolongan
dalam apabila
tidak tumbuh sikap terhadap pencarian pertolongan dalam prosesnya. Keyakinan
dalam hal ini tidak terlepas
macam terhadap pasien gangguan
dari keyakinan
yang bermacam-
mental. Ada keluarga pasien yang meyakini
bahwa gangguan mental karena terkena guna-guna (Nurwidodo, 2006). Adapula yang
menganggap
bahwa
gangguan
karena
larangan, dan ada pula yang mengaitkannya Indonesia
dikenal
keunikannya,
dengan
keyakinan
baik dari segi budaya,
terdapat orang yang menganggap buat,
bukannya
akibat
dari
keyakinan yang berbeda-beda
yang agama,
gangguan
gangguan
mengabaikan
pantangan
dan
dengan kemasukan jin. Masyarakat tetap
eksis
dengan
berbagai
maupun tata karma. Selain itu, mental sebagai sikap yang dibuat-
mental
(Matsumoto,
1994).
Sistem
akan membawa implikasi pada cara mendapatkan
14
pertolongan untuk merawat penderitanya. pad a cara mendapatkan Fishbein berpengaruh
'dim
Sistem keyakinan membawa implikasi
pertolongan untuk merawat pasien gangguan mental. Ajzen
terhadap
(1975)
juga
niat seseorang
menyatakan
untuk berperilaku.
untuk melakukan
perilaku tertentu,
harus melakukan
perilaku tersebut, dan seseorang
untuk memenuhi
setiap
rujukan
seseorang
bahwa
keyakinan
Apabila ada rujukan
akan berpikir harus atau tidak
yang diberikan.
mental mung kin berbeda pula dalam kekuatan
akan termotivasi Setiap
penderita
keyakinannya,
atau tidak gangguan
sehingga
sikap
mencari pertolongan yang diambil tiap penderita juga berbeda, tergantung
pada
pendapat
pada
sendiri.
Jadi
niat dan
sikap
seseorang
dapat
bergantung
keyakinan orang tersebut, termasuk niat dan sikap dalam pencarian pengobatan gangguan
mental.
langsung,
namun memerlukan
untuk
mencari
Pada penelitian
pertolongan
ini, pengaruh
tersebut
tidak terjadi secara
adanya sikap yang mendukung tersebut.
Berdasarkan
dikatakan bahwa peneltiian ini membuktikan
tumbuhnya
uraian
tersebut,
niat dapat
bahwa keyakinan tidak berpengaruh
secara langsung terhadap niat pencarian pertolongan. E. Pengaruh
Keyakinan
Normatif (Stigma) Secara Langsung terhadap
Niat
Pencarian Pertolongan Hasil
penelitian
menunjukan
secara langsung berpengaruh hal ini dapat mempengaruhi
bahwa
pertolongan
keberhasilan pengalaman seorang
psikiater,
pengobatan
gangguan
Pengaruh
milsanya,
tidak
mental
dalam
orang lain yang berhasil mengobati
psikiater.
Kondisi
normatif
niat pencarian pertolongan
subjektif sebagai variabel interveningnya. pencarian
keyakinan
pad a niat pencarian pertolongan.
demikian
akan
(stigma)
tidak
Stigma dalam
apabila terdapat norma
norma subjektif pad a niat dapat
dilepaskan
berbagai
buku
dari
ataupun
pasien gangguan mental oleh
berkontribusi
pad a pembentukan
lingkungan yang mendukung tumbuhnya niat untuk mencari pertolongan psikiater bagi pengobatan gangguan mental secara medis. Lingkungan yang mendukung tumbuhnya subjektif.
niat pencarian Oleh
interveningnya,
sebab
pertolongan
itu, tanpa
inilah yang
adanya
norma
disebut
subjektif
sebagai sebagai
norma variabel
maka stigma tidak dapat berpengaruh secara langsung terhadap
niat pencarian pertolongan. Norma subjektif dari pihak keluarga
menjadi penting karena berkaitan yang didukung
oleh pihak-pihak
dengan pengetahuan di iingkungan
keluarga
15
pasien untuk mencari pengobatan gangguan mental secara medis dalam hal ini akan
sangat
bermanfaat
untuk
menumbuhkan
niat
pencarian
pikiater. Kondisi demikian sesuai dengan teori yang dikemukakan dan
Utami
(1996)
mengenai
proses
perilaku
mencari
pertolongan oleh Subandi
pertolongan
pad a
masyarakat bagi anggota keluarganya yang mengalami gangguan mental. Pad a teori tersebut
dikatakan
bahwa pengaruh
langsung
pada
lingkungan
perilaku
akan dapat memberikan
pengaruh
secara
mencari
pertolongan.
Pengaruh
lingkungan
tersebut dapat dilihat sebagai satu hal yang sang at mempengaruhi
niat mencari pertolongan psikiater oleh masyarakat. Artinya yaitu keluarga yang berada
di lingkungan
niempengaruhi
masyarakat
dengan
pemikiran
logis maka tentu akan
niatnya untuk lebih memilih mencari pertolongan
pada psikiater
dari pad a ke kiai atau dukun. Pad a sisi lain, variabel norma subjektif dalam penelitian pada
konteks
niat
untuk
mencari
pertolongan
kiai.
ini juga berlaku
Norma
subjektif
yang
dimaksud berkaitan erat dengan keberhasilan pengobatan gangguan mental oleh kiai yang banyak diberitakan sekitar
keluarga
penderita
akan
berpengaruh
tersebut kemudian
mendukung
maupun pengalaman gangguan pada
tumbuhnya
mental
merupakan
pertolongan
niat keluarga
berobat
kondisi penderita
paling
ke kiai. Aspek
ling kung an gangguan
pada kiai. Pengalaman
satu faktor
berpengaruh
di
yang mental
dari pihak lain pada
pencarian
(Spendelow dan Jose, 2010). Oleh sebab itu, norma subjektif yang
berupa pengalaman tumbuhnya
salah
setelah
pembentukan
untuk turut serta memilih pengobatan tersebut
langsung dari orang-orang
pihak lain tersebut kemudian
niat untuk mencari pertolongan
memberikan
pengaruh pada
kiai bagi penyembuhan
gangguan
mental yang dialami anggota keluarga. Keyakinan normatif masyarakat
dalam hal ini tidak dapat dilepaskan
pula
pada kepatuhan masyarakat terhadap saran atau nasihat yang diberikan dalam menangani seseorang yang mengalami gangguan mental. Kondisi tersebut sama halnya dengan proses terbentuknya
niat masyarakat
psikiater bagi anggota keluarganya
yang rentan mengalami
Sebagaimana
telah disebutkan
sebelumnya,
yang mencari pertolongan gangguan
Sofora dalam Nurwidodo
mental. (2006)
menyatakan bahwa kesehatan yang baik menurut masyarakat tradisional adalah suatu keharmonisan
hubungan
antara segala hal yang ada di sekitar orang,
16
termasuk
pula dalam
hal ini dengan
makhluk
yang tidak terlihat.
Keyakinan
tersebutlah yang kemudian menjadi satu keyakinan masyarakat secara luas. Hal tersebut akan berpengaruh kemudian
sangat
mendukung
dukun bagi penyembuhan
pada terciptanya
tumbuhnya
gangguan
teori yang dikemukakan
niat untuk
dan Utami
pad a masyarakat
mengalami
gangguan
mental.
lingkungan
akan dapat memberikan
pencarian
(1996)
pertolongan
sesuai dengan
mengenai
Pada teori tersebut
dikatakan
bahwa pengaruh
pengaruh secara langsung
pad a perilaku
lingkungan yang mendukung
dukun kemudian berengaruh pada pembentukan
pertolongan
dukun.
Berdasarkan
proses
bagi anggota keluarganya yang
mencari pertolongan. Oleh sebab itu, terbangunnya pencarian pertolongan
pencarian
mental. Kondisi demikian
oleh Subandi
perilaku mencari pertolongan
kondisi lingkungan yang
uraian tersebut,
perilaku
dapat dikatakan
bahwa norma subjektif memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan niat pencarian pertolongan bagi penyembuhan F. Pengaruh
Keyakinan
Kontrol
gangguan mental.
(Ketersediaan
Layananl
Fasilitas
dan
Biaya) Secara Langsung terhadap Niat Pencarian Pertolongan Hasil
penelitian
layanan/fasilitas pencarian
menunjukan
pertolongan.
pertolongan
bahwa
keyakinan
dan biaya) tidak berpengaruh Pengaruh
keyakinan
kontrol
(ketersediaan
secara langsung terhadap kontrol
terhadap
niat
niat pencarian
dalam hal ini akan terjadi apabila teradpat varia bel kontrol perilaku
sebagai interveningnya. Keyakinan melakukan eksternal
(Machrus
ketersediaan suatu
kontrol
tindakan
adalah
karena
keyakinan sumber
daya
dan Purwono, 2010). Keyakinan
layanan/fasilitas
perilaku.
suatu
didukung
Kontrol
individu
(resources)
mampu
internal
dan
kontrol berkaitan dengan
dan biaya yang pada akhirnya dapat membentuk
perilaku
perilaku dan konsekuensi
bahwa
dirasakan
penting
dari perilaku tersebut.
dalam
menjelaskan
niat
Menurut TPB, individu lebih
cenderung terlibat dalam perilaku yang menguntungkan
ke arah tersebut. Selain
itu, keterlibatan
pad a suatu perilaku juga terjadi apabila percaya bahwa orang-
orang
pandangan
memiliki
harus
melakukan
perilaku
tersebut
maupun
jika
merasa memiliki sumber daya yang diperlukan dan peluang untuk terlibat dalam perilaku tersebut (Mo dan Mak, 2009). Kontrol perilaku merupakan faktor yang memfasilitasi
keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-
dan menghalangi
performansi
perilaku individu (Ajzen,
17
1991). Kontrol perilaku ditentukan
oleh pengalaman
masa lalu dan perkiraan
individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.
Keyakinan
ini didasari
perilaku tersebut, yang dipengaruhi
oleh
pengalaman
pengalaman orang-orang yang dikenal/teman-teman. oleh faktor-faktor
lain yang
terdahulu
tentang
oleh informasi dari orang lain, misalnya dari
meningkatkan
Selain itu juga dipengaruhi
atau
mengurangi
kesulitan
yang
dirasakan jika melakukan tindakan atau perilaku tersebut. Uraian tersebut menunjukan
bahwa unsur kontrol perilaku memiliki posisi
yang penting dalam menumbuhkan
niat pencarian
sebaik apapun fasilitas dan biaya pengobatan mental,
namun
sendiri
maupun
tidak
terdapat
orang
pengalaman
lain yang
pertolongan.
Artinya bahwa
tersedia bagi pasien gangguan terdahulu
diinformasikan),
(baik pengalaman
maka
niat untuk
diri
mencari
pertolongan tidak akan terbentuk. Begitu pula apabila terdapat fasilitas dan biaya yang mendukung,
namun telah terdapat
pengalaman
negatif mengenai
cara
pengobatan gangguan mental, maka niat untuk melakukan pengobatan tersebut juga tidak terbentuk.
G. Perbedaan Niat Pencarian Menggunakan Pertolongan Psikiater, Kiai, dan Dukun Hasil penelitian
menunjukan psikiater,
bahwa terdapat
perbedaan
niat pencarian
pertolongan
menggunakan
pertolongan
pada pskiater paling tinggi di antara kiai dan dukun yaitu sebesar
5,77. Sementara
rata-rata
urutan terendah
yaitu sebesar
kiai, dan dukun. Rata-rata
niat pencarian
pertolongan
4,45. Hal demikian
penelitian ini, rata-rata niat pencarian pertolongan
niat pencarian
pad a dukun menempati menunjukan
bahwa pad a
psikiater adalah yang paling
tinggi, sedangkan niat pencaraian pertolongan dukun adalah yang paling rendah. Subandi dan Utami (1996) mengemukakan gangguan dukun
mental
yang
mencari
dipercaya
gangguan-gangguan
pertolongan
untuk
bahwa tidak semua penderita
ke tenaga
mengusir
gangguan
gaib lainnya kemudian
profesional. makhluk
Kemampuan halus
maupun
menjadi alternatif bagi masyarakat
untuk mengobati penyakit gangguan mental. Artinya, ketika dukun menggunakan kemampuannya
tersebut untuk mengusir makhluk halus dan hal-hal gaib yang
mengganggu
pada diri seseorang,
maka
disembuhkan.
Hanya saja, berdasarkan
penderita
gangguan
fakta yang terungkap
mental
dapat
bahwa rata-rata
18
pad a dukun adalah yang paling rendah. Tidak lebih
niat pencarian pertolongtan
tinggi dari niat pencarian pertolongan kiai dan psikiater. Pada niat pencarian pertolongan dari
pandangan
Sebagaimana menilai
mengenai
keyakinan
bahwa
selain
masyarakat penyebab
tampak
diungkapkan gangguan tidak
atau
ghaib
gangguan
Indonesia
yang
kesehatan juga dapat disebabkan tidak
kiai dalam hal ini tidak dapat dilepaskan
penyebab
mental
sendiri
bersifat
yang
terjadi.
pada umumnya
lahiriah
(fisikal),
yang
gangguan
oleh hal-hal yang bersifat non lahiriah yang
(Sofora
dalam
Nurwidodo,
2006).
Sebagaimana
oleh Mulder (1998) bahwa gangguan mental terjadi karena adanya
makhluk
seimbang.
halus yang merasuki seseorang
Hal demikian
mencari pertolongan
ditunjukkan
karena jiwa dan raganya
dari keyakinan
masyarakat
yang
pada kiai bahwa kiai akan mengusir makhluk halus yang
menganggu.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa penyakit gangguan mental
lebih dinilai
sebagai
penyakit
akibat
gangguan
makhluk
halus,
bukan jenis
penyakit yang harus ditangani dengan medis. Hasil penelitian sebagaimana
telah diuraikan menunjukan
bahwa rata-rata
niat mencari pertolongan pada kiai berada di urutan kedua setelah rata-rata niat pencarian pertolongan masyarakat cukup
psikiater. Kondisi demikian menunjukan
atas penyebab
tinggi.
pemahaman
Oleh
sebab
masyarakat
gangguan
itu, diperlukan mengenai
upaya
gangguan
penyakit medis. Terkait dengan hal tersebut, dilakukan adalah melalui psikoedukasi, Psikoedukasi kesehatan
keluarga
jiwa
merupakan
keluarga
komunikasi
terapeutik'
merupakan
pendekatan
dengan
untuk
mental
lebih sebagai
terapi
kesehatan penyebab
salah
dan
keluarga
(Stuart
dari penyakit
satu
elemen
Laraia,
program
informasi,
2005).
dan
yaitu
Laraia,
gangguan
saling
perawatan
edukasi
Program
melalui
psikoeduksi
2005).
pemahaman
tersebut. Tujuan
bertukar
informasi
tentang
Terutama
berkaitan
dengan
mental yang tidak jarang
sebagai bentuk gangguan makhluk halus. Pelaksanaan dapat meningkatkan
dari
yang bersifat edukasi. Artinya bahwa keluarga pasien
psikoedukasi mental
bagian
salah satu tindakan yang dapat
gangguan mental merupakan sasaran utama dari psikoedukasi dari
medis masih meningkatkan
khususnya adalah psikoedukasi keluarga.
cara pemberian
(Stuart
bahwa penilaian
mental di luar penyebab
masih dianggap
psikoedukasi diharapkan
keluarga pasien mengenai penyakit gangguan
jiwa sebagai bagian dari penyakit medis.
19
H. Perbedaan
Niat Pencarian
Masyarakat
Pertolongan
Hasil penelitian
menunjukan
perbedaan
antara
masyarakat
kota. Niat pencarian
pad a
pskiater
masyarakat terdapat
pada Masyarakt
Desa dengan
Kota
niat
dan
bahwa secara
keseluruhan
tidak terdapat
pertolongan
masyarakat
desa
pencarian
dukun,
pertolongan
sedangkan
niat
pada masyarakat pencarian
dengan
kota tertinggi
pertolongan
pad a
desa tertinggi pad a kiai. Apabila dilihat secara keseluruhan,
perbedaan
niat pencarian
pertolongan
antara masyarakat
tidak
desa dan
kota, tetapi apabila dilihat dari pembedaan niat pencarian pertolongan
psikiater,
kiai, dan dukun, maka hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan. 1. Psikiater Pad a psikiater,
uji beda dilakukan
berdasarkan
yaitu desa-kota. Hasil uji beda berdasarkan niat pencarian perbedaan
pertolongan
niat pencarian
lokasi tempat tinggal desa-kota untuk
pad a psikiater pertolongan
kategori tempat tinggal,
menunjukan
bahwa tidak terdapat
pad a psikiater antara masyarakat
dan kota. Nilai rata-rata niat pencarian
pertolongan
desa
pada psikiater masyarakat
desa lebih tinggi dibanding dengan masyarakat kota. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pad a masyarakat
desa dan kota yang
bahwa niat pencarian
mencari
pertolongan
pertolongan
psikiater
tidak
berbeda secara signifikan. Kondisi demikian dapat dilihat sebagai suatu kondisi dinamika masyarakat
di dalam
masyarakat.
Masyarakat
yang
tinggal
di kota
dengan
yang tinggal di desa keduanya memiliki niat pencarian pertolongan
psikiater yang sam a terkait gangguan
mental. Gangguan
mental dalam hal ini
dianggap sebagai bentuk gangguan medis yang memerlukan penanganan medis melalui psikiater sebagai pihak yang memiliki keahlian tersebut. Kondisi terse but sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan Utami (1996) yang menunjukkan salah satunya dipengaruhi
oleh Subandi
bahwa pola perilaku pencarian
oleh analisis penyebab
yaitu ketika penyebab penyakit gangguan
gangguan
bantuan
mental. Artinya
mental dinilai sebagai penyakit medis
maka pilihan pengobatan yang dipilih juga dari sisi medis. 2. Kiai Hasil uji bed a berdasarkan pencarian
pertolongan
lokasi tempat tinggal desa-kota
pad a kiai menunjukkan
bahwa terdapat
variabel niat
perbedaan
niat
pencarian pertolongan pada kiai untuk masyarakat desa dan kota. Niat pencarian
20
pertolongan
pada kiai untuk masyarakat
masyarakat
kota.
Hal
ini dibuktikan
pertolongan
kiai
pad a
masyarakat
desa lebih tinggi dibanding
dengan desa
nilai
lebih
rata-rata tinggi
dengan
niat pencarian
dibanding
dengan
masyarakat kota. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan yang diungkapkan
(2010) bahwa pada masyarakat penyakit gangguan generasi
ke
diwariskan dalam
mental merupakan
generasi.
Aturan
main
salah satu aspek yang diwariskan yang
mengandung
dari generasi ke generasi berikutnya,
lingkungan
keluarga
dan masyarakat
terhadap
keteladanan.
keberhasilan
norma
secara
terus-menerus,
etika
dengan
pemahaman, praktik langsung,
Oleh sebab itu, keyakinan
pengobatan
dan
dari
melalui proses pembudayaan
berbagai cara mulai dari pemberian pengetahuan, sampai dengan
oleh Saliman
yang tinggal di pedesaan keyakinan mengenai
kiai cenderung
masyarakat
lebih mengakar
di desa
kuat pada
masyarakat di desa.
3. Dukun Pad a penelitian pertolongan
psikiater
pertolongan
dukun.
tinggal,
yaitu
menunjukan
desa
perhitungan
uji beda
dan kiai, uji beda juga dilakukan Uji beda tersbeut kota.
Hasil
uji
dilakukan beda
pad a niat pencarian dalam niat pencarian
berdasarkan
berdasarkan
kategori
desa-kota
tempat tersebut
bahwa tidak terdapat perbedaan niat pencarian pertolongan
pad a masyarakat dukun
ini, selain
dukun
desa maupun kota. Nilai rata-rata niat pencarian pertolongan
pad a masyarakat
kota lebih tinggi
dibanding
dengan
niat pencarian
pertolongan dukun pada masyarakat desa. Tidak adanya perbedaan yang signifikan tersebut berarti menunjukkan
niat
pencarian pertolongan dukun antara masyarakat desa dan kota cenderung relatif sama. Hal demikian
tidak dapat dilepaskan
umumnya yang menganggap dari jiwa dan raga, termasuk
dari keyakinan
pula pandangan
dianggap memiliki nilai kebenaran berdasarkan 2006). Gangguan
masyarakat
bahwa manusia yang hidup merupakan
pad a bidang kesehatan pengalaman
pada
kesatuan yang
spa sial (Nurwidodo,
mental dalam hal ini dinilai sebagai suatu bentuk gangguan
dari makhluk halus atau gangguan gaib lainnya, bukan sebagai bentuk penyakit medis yang memerlukan maka
masyarakat
penanganan
kemudian
medis pula. Atas dasar stigma tersebut,
cenderung
mencari
penderita gangguan mental melalui metode-metode
solusi
penanganan
di luar cara medis pula.
bagi
21
Reference Ajzen, I. (1991). Organizational of Behavior and Human Decision University of Massachusetts at Amherst.
Processes.
Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality and Behavior Second Edition. McGraw-Hili Education: Open University Press. Ajzen, I. dan Fishbein, M. (2010). Predicting and Changing Behavior. New York: Psychology Press. AI-Krenawi, A, Graham JR., AI-Bedah EA, Kadri HM., dan Schewail MA (2009). Cross-National Comparison of Middle Eastern University Students: HelpSeeking Behaviors, Attitude Toward Helping Professionals, and Cultural Beliefs about Mental Health Problems. Community Mental Health Journal (2009) 45:26-36. Alvidrez, J., Snowden, L.R., Rao, S.M., dan Boccellari A (2009). Psychoeducation to Address Stigma in Balck Adults Referred for Mental Health Treatment: A Randomized Pilot Study. Community Mental Health Journal (2009) 45:127-136. Anna,
L. K. (2012). Gangguan Jiwa http://regional.kompas.com/read/20 Masih Diabaikan.
Masih Diabaikan. 11 Februari 2012. 12/02/11/07363466/Gangguan .Jiwa.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013. Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Kesehatan.
Kementerian Kesehatan R.1. 2013. Jakarta: Kementerian
Bathje, G.J., dan Pryor, J.B. (2011). The relationships of public and self-stigma to seeking mental health services. Journal of Mental Health Counseling, 33, 161-176. Budiman, MA Opini.
(2010).
Stigmatisasi
Gangguan
Jiwa. larantuguerro's
Weblog:
Corrigan, p.w., dan Watson, AC. (2007). The Stigma of Psychiatric Disorders and The Gender, Etnicity, and Education of The Perceiver. Community Mental Health Journal, vol. 43, No.5, October 2007. Dananjaya, J. (1986). Folklor Indonesia: Jakarta: Grafiti Press. Dinas
Kesehatan Provinsi Istimewa Yogyakarta.
DIY.
(2010).
/Imu Gossip, Dongeng,
Profil
Kesehatan
dan lainnya.
Provinsi
Daerah
Eagly, A. H dan Chaiken, S. (1993). The Psychology of Attitudes. USA: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.
22
Fishbein, M., dan Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Philippines: Addison-Wesley Publishing Company. Forum. (2009). Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Terus Bertambah. Hair, J.F., Black, WC., Babin, B.J., Anderson, R.E., dan Tatham, R.L. Multivariate Data Analysis. Prentice Hall: New York.
(2006).
Kakhnovets, R. (2011). Relationships Among Personality, Expectations About Counseling, and Help-Seeking Attitude. Journal of Counseling and Development. Winter 2011 Vol 89, 1,11-19. Machrus, H. dan Purwono, U. (2010). Pengukuran Perilaku Berdasarkan Theory of Planned Behavior. JurnallNSAN Vol. 12, No. 01 April 2010, him. 64-72. Matsumoto, D. (1994). Psychology from A Cultural Perspective. press, Inc.
USA: Waveland
Mo. K.H., dan Mak, WW.S. (2009). Help-Seeking for Mental Health Problems among Chinese. The Application and Extension of The Theory of Planned Behavior. In Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology (2009) 44:675-684. Mulder, N. (1998). Mysticism In Jawa-Ideology Press.
In Indonesia.
Amsterdam:
Pepin
Nurwidodo. (2006). Pencegahan dan Promosi Kesehatan secara Tradisional untuk Peningkatan Status Masyarakat di Sumenep Madura. FKIP Jurusan Pendidikan Biologi UMY: Humanity Vol 1 No 2 Maret 2006. Priyanto, A. (2009). Komunikasi dan Konseling. Jakarta: Salemba Medika. Pusat Data & Informasi-PERSI. (2001). Jangan Kucilkan Penderita Jiwa. Jakarta: pdpersi.co.id.
Gangguan
Saliman. (2010). Membangun Karakter Bangsa Melalui Bahasa Simbolik Jawa. Yogyakarta: Makalah KBJ III. Spendelow, J.S., dan Jose, P.E. (2010). Does the Optimism Bias Affect HelpSeeing Intensions for Depressive Symptoms in Young People? The Journal of General Psychology, 2010, 137 (2), 190-209. Stuart, GW., dan Laraia, M.T. (2005). Principles Nursing. Missouri: Mosby.
and Practice
of Psychiatric
Subandi dan Utami, M.S. (1996). Pola Perilaku Mencari Bantuan pada Keluarga Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal Psikologi 1996 No.2, 1-10.
23
Subandi, M. (2006). Psychocultural Dimensions of Recovery from First Episode Psychosis in Java. Unpublished Ph.D Dissertation. Australia: University of Adelaide. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Zaumseil dan Lessman. (1995). Dealing With Schizophrenia Berlin: unpublished manuscript.
in Central Java.
24 FORM-DRH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A.IDENTITAS Nama Lengkap Tempatjtanggal
Azlizamani Lahir
Zubir
Perlis Malaysia,
23 februari
Agama
Islam
Alamat rumah (tetap)
Batu 9.5 Kampung
1976
Pauh Sanglang
Alamat tempat bekerja
Kolej Sastera dan Sains Universiti
Pekerjaan
Dosen
No. Teipi HP
6049807402/60195035071
Email
Azlee
[email protected]
Nama Isteri/Suami
-I Status Duda
Anak
1. Nasrul Hadi
02700 Perlis Utara Malaysia,
060 10
2. Nasrul Hakim 3. Nasrul Wafi
B. PENDIDIKAN 1.
51
52
2.
a. Program Studi
: Konseling
b. Universitas
: Universiti Putra Malaysia
c. Tahun Lulus
: 1999
a. Program Studi
: Konseling
b. Universitas
: Universiti Putra Malaysia
c. Tahun Lulus
: 2003
C. RIWAYAT JABATAN DAN POSISI 1.
Dosen Senior
Tahun 2004
sid
Sekarang
D. PELATIHAN/PENATARAN/KURSUS 1.
Pelatihan Internship
Konseling
Diselenggarakan oleh PERKAMA
Tahun 2005
F. PUBLIKASI 1.
Profil Remaja Beresiko Tinggi
2008
Monograph
25
Yogyakarta,
Desember 2014
Azlizamani Zubir