0
PENERAPAN TEKNIK MULTISENSORI BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA ASPEK PEMAHAMAN DAN ASPEK SUPRASEGMENTAL SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DISLEKSIA DI SEKOLAH DASAR INKLUSI KOTA BANDUNG
DISERTASI diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
oleh
AGUS SUPRIATNA 1010272
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1
BANDUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah dan para pakar pendidikan tidak hentinya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan termasuk keprofesionalan guru dalam mengajar. Upaya peningkatan mutu tersebut ditandai dengan diberlakukannya UU Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang ditindaklanjuti dengan Permen
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Tindak lanjut dari Permen Menpan di atas, maka tahun 2012 diberlakukan UKA (Uji Kompetensi Awal) bagi guru yang akan mengikuti PLPG). Di samping itu, UKG (Uji Kompetensi Guru) akan diberlakukan pula secara online bagi guru yang sudah bersertifikat profesi guru. Dengan diberlakukannya berbagai kebijakan di atas, maka paradigma baru dalam dunia pendidikan pun tumbuh subur seperti; Manajemen Berbasis Sekolah (MBS); pendekatan Teaching Based berubah ke paradigma CTL, Learning Based, dan pendekatan School Based Quality Management. Perubahan paradigma pendidikan dan pengajaran di atas berangkat dari empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) yaitu: Learning to think (belajar berpikir); Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Learning to do (belajar berbuat/hidup), Learning to live together (belajar hidup bersama), Learning to be (belajar menjadi diri sendiri). Pergeseran paradigma pendidikan akan menuntut penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang dipandang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan anak. Pemerintah dan para pakar pendidikan dalam tataran implementasi paradigma yang diuraikan di atas masih focus kepada sekolah/kelas reguler bagi siswa yang normal. Akan tetapi, pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kurang mendapat perhatian serius. Hal ini tidak sejalan dengan Pembukaan UUD 1945 alinea 4 yang menyatakan bahwa; Negara bertujuan mencerdaskan kehidupan Bangsa. Dalam upaya mewujudkan tujuan dimaksud, setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran (pasal 31 ayat 1 UUD 1945). Secara operasional, dukungan tersebut dinyatakan dalam UU No. 2 tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional Bab III ayat 5, bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Berangkat dari pernyataan di atas, berarti semua warga negara berhak memperoleh pendidikan, termasuk siswa yang memiliki kesulitan belajar seperti kesulitan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), dan menghitung (diskalkulia) maupun penyandang ketunaan (tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras). Dengan demikian, warga negara Indonesia yang memiliki kelainan dan atau kesulitan belajar dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler sesuai dengan tingkat ketunaan dan kesulitannya (pendidikan terpadu).
Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Dari aspek pengelolaan proses belajar mengajar, pemerintah pun masih setengah-setengah menyelenggarakan pendidikan bagi ABK di sekolah/kelas reguler. Proses belajar mengajar tersebut dikenal dengan istilah integrasi (integration), inklusi (inclusion), mainstreaming, dan normalisasi (normalization). Sejalan dengan di atas, Phil (Depdiknas, 1994:104) mengemukakan bahwa „masing-masing istilah di atas memiliki makna yang berbeda, namun semua secara tidak langsung menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki ketunaan akan menggunakan sarana-sarana pendidikan yang sama dengan yang digunakan oleh anak normal lainnya‟. Pernyataan tersebut diperkuat dengan data tahun 2009 dari Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, yaitu populasi anak yang berkelainan di Indonesia dan memerlukan pelayanan pendidikan khusus sekitar 600.000 anak di tingkat SD. Pemerintah
saat ini baru sekitar 2% dari jumlah tersebut yang
mendapat pelayanan pendidikan. Pelayanan pendidikan tersebut bagi anak-anak penyandang ketunaan diselenggarakan di 954 Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan di 94 sekolah terpadu (terbatas pada anak-anak tunanetra). Begitupun data dari Puslit Depdiknas tahun
2000, menggambarkan
jumlah siswa yang mendapatkan pelayanan pendidikan luar biasa baru mencapai 43.163 orang anak, 831 orang anak di antaranya belajar di sekolah terpadu. Di antara 831 orang anak tersebut, 758 orang anak belajar di SD, 31 orang anak di SMP, dan 42 orang anak di SMA.
Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Di samping data di atas, hasil analisa Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Sosial tahun 2003 (dalam adindachaniagotnnr07.blogspot.com) menjelaskan bahwa “ ABK di Indonesia sekitar 1,48 juta atau 0,7 % dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah ABK pada usia 5-18 tahun diprediksi 21,42% dari seluruh ABK atau 317.016 anak.” Budiyanto (dalam adindachaniagotnnr07. blogspot.com) menguraikan data dari Direktorat PSLB (Pendidikan Sekolah Luar Biasa) yaitu sebagai berikut.
ABK yang sudah mendapat layanan pendidikan sebanyak 66.610 anak. Rinciannya, TKLB 8.011 anak, SDLB 44.849 anak, SMPLB 9.395 anak, dan SMALB sebanyak 4.395 anak. Dengan fenomena itu, dapat disimpulkan baru 21 persen ABK di Indonesia yang baru memperoleh layanan pendidikan. Di samping itu, pelayanan SD inklusi baru 548, SMP berjumlah 52, dan SMA hanya 40 sekolah, sedangkan jumlah siswa untuk SD sebanyak 9.294, siswa SMP berjumlah 879, dan siswa SMA ada 195. Kenyataan itu diperparah dengan minimnya tenaga pendidik yang hanya berjumlah 10.338 orang. Jumlah tersebut disinyalir jauh dari kebutuhan.
Berdasarkan data-data yang diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar anak-anak penyandang ketunaan tersebut pada umumnya belajar di sekolah luar biasa (SLB). Mengingat keterbatasan pelayanan khusus bagi mereka di sekolah, maka anak tersebut mempunyai potensi besar untuk mengulang kelas dan akhirnya tidak menutup kemungkinan putus sekolah. Berdasarkan hasil studi Puslit (2000) menunjukkan bahwa 27 % anak yang mengulang kelas dan 13% putus sekolah. Hal tersebut dikarenakan mereka mengalami kesulitan belajar secara umum atau lebih dikenal dengan beban belajar Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
dan atau karena kesulitan belajar khusus pada bidang-bidang tertentu, seperti kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgrafia), dan kesulitan menghitung (diskalkulia). Kesulitan belajar khususnya kesulitan membaca disleksia ditemukan juga di Sekolah Dasar Inklusi Mutiara Bunda. Berangkat dari studi pendahuluan di SD Mutiara Bunda, peneliti melakukan assesmen terhadap siswa kelas II, III, IV, dan V. Hasil dari assesmen tersebut ditemukan enam siswa yang mengalami hambatan belajar khususnya dalam bidang membaca (disleksia). Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan di atas, maka perlu suatu upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa disleksia tersebut untuk meningkatkan kemampuan membaca aspek suprasegmental dan memahami isi bacaan melalui penerapan teknik multisensori dalam Program Pembelajaran Individual (PPI). Dengan demikian, peneliti perlu membuktikan apakah teknik multisensori efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa disleksia di Sekolah Dasar Inklusi Mutiara Bunda? Hal inilah yang perlu dibuktikan dalam penelitian ini.
B. Perumusan Masalah Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Apakah teknik multisensori efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca aspek suprasegmental dan membaca pemahaman siswa disleksia? Secara khusus rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
1) Bagaimanakah penerapan teknik multisensori pada program pembelajaran individual dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan aspek suprasegmental siswa disleksia di SD Mutiara Bunda Kota Bandung? 2) Bagaimanakah pembelajaran
hasil
penerapan
individual
dalam
teknik
multisensori
meningkatkan
pada
kemampuan
program membaca
pemahaman dan aspek suprasegmental siswa disleksia di SD Mutiara Bunda Kota Bandung? 3) Apakah teknik multisensori efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan aspek suprasegmental siswa disleksia di SD Mutiara Bunda Kota Bandung? Mengkaji permasalahan di atas, terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu (a) teknik multisensori sebagai variabel bebas; (b) keterampilan membaca aspek pemahaman isi bacaan; (c) dan membaca aspek suprasegmental sebagai variabel terikat.
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan penerapan teknik multisensori pada program pembelajaran individual dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan aspek suprasegmental;
Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
2) menggambarkan pembelajaran
hasil
penerapan
individual
dalam
teknik
multisensori
meningkatkan
pada
kemampuan
program membaca
pemahaman dan aspek suprasegmental; dan 3) menggambarkan efektifitas teknik multisensori pada program pembelajaran individual dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan aspek suprasegmental siswa disleksia di SD Mutiara Bunda Kota Bandung.
D. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, sedangkan untuk menggali data subjek penelitian menggunakan penelitian subjek tunggal (Single Subject
Research). Sunanto (2005:56)
menjelaskan bahwa: Penelitian subjek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai sampel penelitian. Perbandingan tidak dilakukan antarindividu maupun kelompok, tetapi dibandingkan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda dan yang dimaksud kondisi di sini adalah kondisi baseline dan kondisi eksperimen (intervensi).
Adapun alasan penelitian ini menggunakan eksperimen subjek tunggal adalah subjek yang diteliti adalah individu yang memiliki karakteristik kesulitan membaca yang berbeda, sehingga memerlukan pendekatan individual. Di samping itu, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kompetensi membaca anak berkebutuhan khusus disleksia dengan pendekatan individual melalui teknik multi sensori. Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan berupa temuan empiris mengenai keadaan keterampilan membaca serta pengaruh teknik multisensori yang mampu meningkatkan keterampilan membaca anak disleksia. Temuan ini akan berkontribusi positif baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai teori-teori atau prinsip-prinsip dasar teknik multisensori di dalam Program Pendidikan Individual membaca bagi ABK disleksia yang mengikuti pendidikan di SD Inklusi. Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah menemukan teknik yang tepat dan efektif yang dapat digunakan oleh guru kelas dan atau guru pembimbing khusus (GPK) dalam rangka menggali potensi yang dimiliki siswa yang disleksia untuk meningkatkan keterampilan membaca. Dengan kata lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan metodologis guna meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar bagi siswa disleksia, baik di sekolah inklusi maupun di sekolah umum. Di samping di atas, juga bagi institusi PPPPTK TK dan PLB dapat djadikan bahan masukkan untuk mendapatkan informasi berkualitas mengenai Anak
Berkebutuhan
penanggulanagannya.
Khusus Dengan
disleksia
demikian,
beserta
penelitian
langkah-langkah diharapakan
dapat
Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
meningkatkan kualitas penyelenggaraan diklat yang berimbas kepada kompetensi guru, baik guru di SLB maupun di sekolah inklusi.
E. Definisi Operasional Supaya ada kejelasan maksud dari variabel yang tertuang dalam judul, maka ketiga variabel tersebut perlu dijelaskan satu per satu. Adapun defenisi opersaional tersebut sebagai berikut. a. Teknik multisensori dalam penelitian ini adalah teknik pengajaran yang menekankan pada rangsangan indera penglihatan (visual), pendengaran (auditori), perabaan (taktil), dan gerak (kinestetik) terhadap siswa disleksia dengan berbagai cara dan media yang tepat. Pada prinsipnya
teknik
multisensori melibatkan proses anak dalam hal; (a) melihat lambang bahasa; (b) mengulang lambang bahasa yang diperdengarkan; (c) merasakan bentuk lambang bahasa melalui indra perabaan sambil dibentuk di organ mulut; (d) melafalkan lambang bahasa dengan suara nyaring; dan (e) menuliskan lambang bahasa. Adapun media yang digunakan huruf-huruf terbuat dari kayu atau plastik yang tiga dimensi, sehingga anak dapat melihat, mengambil, dan merasakan huruf dengan mata terbuka atau tertutup dan mengucapkan bunyinya. b. Peningkatan keterampilan membaca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan membaca aspek membaca pemahaman dan aspek suprasegmental siswa berkebutuhan khusus disleksia yang mengikuti Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
proses belajar mengajar di SD Mutiara Bunda Kota Bandung tahun pelajaran 2010-2011. Adapun yang termasuk aspek pemahaman isi bacaan meliputi menentukan tema, tokoh dan karakternya, serta waktu dan tempat kejadian dalam cerita, sedangkan aspek suprasegmental meliputi kelancaran membaca, ketepatan intonasi, dan ketepatan pelafalan ketika membacakan cerita secara nyaring. c. Siswa berkebutuhan khusus disleksia dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar spesifik yang secara nyata mengalami kesulitan membaca seperti; (1) lamban ketika membaca, tidak memperhatikan turunnaik intonasi, dan membaca kata demi kata (terbata-bata); (2) sering tertukar ketika melafalkan fonem, seperti bunyi [b] dengan [d], [p] dengan [q], [u] dengan [n], sedangkan ketika membaca kata sering terkukar antara [kuda] dengan [daku], antara [palu] dengan [lupa], antara [tali] dengan [ilat], antara [papa] dengan [dada]; (3) mengubah fonem dalam kata ketika membaca [baju] menjadi [baja], [batu] menjadi [bata]; (4) kacau terhadap kata-kata yang hanya sedikit berbeda susunannya, misalnya /bau, buah, batu, buta/; (5) sering menebak atau mengulangi kata-kata atau frasa; (6) menghilangkan sebagian huruf (omission); (7) menambah huruf (addition); (8) terbalik huruf (reversal); (9) tidak menguasai penggunaan tanda baca: titik (.); koma (,); tanya (?); dan seru (!); serta (10) kesulitan dalam memahami isi bacaan. d. Pendidikan Inklusi adalah pendidikan sebagai bentuk pelayanan dan bantuan yang diberikan kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus di sekolah Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
umum, yang pada akhirnya mereka menjadi bagian dari masyarakat sekolah itu,
sehingga
tercipta
suasana
pembelajaran
yang
kondusif.
Dalam penelitian ini yang dimaksud pendidikan inklusi adalah pendidikan terpadu yang mengikutsertakan peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak normal lainnya di SD Mutiara Bunda Kota Bandung. e. Program Pendidikan Individual (PPI) merupakan serangkaian uraian kegiatan dalam bidang pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan khusus individu peserta didik. Jadi, PPI menguraikan bentuk pelayanan pendidikan yang dirancang rinci untuk menemukan kebutuhan khusus dalam bidang pendidikan bagi anak ABK yang sengaja dirancang untuk menutupi kelemahan yang dihadapi anak dalam proses pendidikan di sekolah. Dalam penelitian ini yang jadikan subjek program pendidikan individual adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca (disleksia).
G. Hipotesis Penelitian Di bawah ini tertulis sejumlah jawaban sementara yang berkaitan dengan penelitian ini. 1. Teknik multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca aspek pemahaman dan aspek suprasegmental pada subjek 1 (A) di SD Mutiara Bunda Kota Bandung. Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
2. Teknik multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca aspek pemahaman dan aspek suprasegmental pada subjek 2 (V) di SD Mutiara Bunda Kota Bandung. 3. Teknik multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca aspek pemahaman dan aspek suprasegmental pada subjek 3 (R) di SD Mutiara Bunda Kota Bandung. 4. Teknik multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca aspek pemahaman dan aspek suprasegmental pada subjek 4 (MA) di SD Mutiara Bunda Kota Bandung.
Agus Supriatna, 2012 Penerapan Teknik Multisensori Bagi Peningkatan Keterampilan Membaca Aspek Pemahaman Dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia Di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu