RESPON REMAJA ISLAM MASJID FATHULLAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP FILM CINTA TAPI BEDA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun oleh : ESTI NURHAYATI NIM : 109051000003
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
RESPON REMAJA ISLAM MASJID FATHULLAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP FILM CINTA TAPI BEDA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : ESTI NURHAYATI NIM: 109051000003
Di Bawah Bimbingan
Dra. Hj. Umi Musyarrafah, M.A NIP: 197108161997 03 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 3 Januari 2013
Esti Nurhayati 109051000003
ABSTRAK Esti Nurhayati Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (Irmafa) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Film Cinta Tapi Beda Penelitian ini penulis beri judul Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film Cinta Tapi Beda yang merupakan media komunikasi massa. Film ini merupakan salah satu film drama Indonesia karya sutradara Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra yang menceritakan tentang sepasang remaja yang berbeda agama bertemu dan menjalin kasih serta ingin melanjutkan hubungannya kejenjang pernikahan namun mendapatkan bermacam-macam tentangan dari kedua belah pihak orangtua mereka. Objek dalam film ini tertuju kepada para remaja saat ini. Oleh karenanya penulis mengambil salah satu kalangan remaja yaitu remaja islam khususnya Remaja Islam Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karna Remaja Islam ini merupakan salah satu remaja Islam yang berada disekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta memiliki organisasi yang aktif dalam bermasyarakat. Komunikator dalam penelitian ini adalah film Cinta Tapi Beda sebagai media penyiaran, dan yang menjadi komunikan adalah remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah menonton film tersebut. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respons dari proses komunikasi terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana respon Kognitif (pengetahuan) Remaja Islam Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film Cinta Tapi Beda? dan bagaimana respon afektif (perasaan) Remaja Islam Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film Cinta Tapi Beda? Teori yang digunakan adalah S-O-R (Stimulus-Organism-Response). Pada dasarnya, S-O-R merupakan sebuah prinsip belajar sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam hal ini film memberikan stimulus kepada khalayak untuk mendapatkan sebuah efek (respon). Unsur penting dalam model S-O-R menurut Dennis Mc Quail adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), dan efek (respon) Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah perhitungan untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang tepat, dan desain penelitian yang digunakan adalah survey, metode survey merupakan metode data yang ada pada saat penelitian dilakukan, data dapat dikumpulkan melalui beberapa teknik seperti penyebaran angket dan pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian pada Respon Remaja Islam Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Film Cinta Tapi Beda, didapatkan hasil respon konatif (perilaku) memiliki nilai rata-rata terbesar dengan jumlah skor 4,7. Dan respon kognitif (pengetahuan) menempati peringkat kedua dengan jumlah nilai rata-rata 4,4 serta respon afektif (perasaan) menempati peringkat terakhir dengan jumlah nilai rata-rata 4,34 Kata kunci : Respon, Remaja, Film, S-O-R, Masjid, Beda
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Respon Remaja Islam Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Film Cinta Tapi Beda” sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam, pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan dan dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terselesaikannya skripsi ini tentu tak lepas dari berbagai dukungan yang diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dan dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA 2. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Wakil Dekan Dr. Suparto, M. Ed, MA., Drs. Jumroni, M.Si., dan Drs. Wahidin Saputra, M.A. 3. Bapak Rachmat Baihaki, MA., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam
ii
4. Dra. Hj. Umi Musyarrofah, M.A., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan 5. Drs. Armawati Arbi, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI A 2009 6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah mentranformasikan ilmu, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini 7. Pimpinan dan para petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 8. Sutradara Hestu Saputra beserta segenap redaksi Dapur Film yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini 9. Semua jajaran pengurus serta rekan-rekan IRMAFA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 khususnya kak Aries Firdaus yang telah membantu proses berjalannya penelitian 10. Mama Supini Sari, yang tidak pernah berhenti memberikan do’a dan dukungan secara moril dan materil untuk penulisan selama ini. Begitu pula ayahanda Endah Wahidin Effendi (Alm) yang memotivasi spiritual saya. 11. Kakak-kakak kandung saya, saudara Erik Permana Effendi, Erwin Saputra Effendi serta saudari Emmy Suprimawati Effendi dan Emma Nuribadatika Effendi dengan motivasi kalian akhirnya saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 12. Teruntuk saudara Eka Septiadi yang selalu membimbing saya dalam hal apapun dan selalu memotivasi saya di dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
13. Saudari Kholis, Ihda, dan Muti. Setelah 4 tahun bersama terima kasih untuk hari-hari yang menyenangkan bersama kalian. 14. Teman-teman KPI A angkatan 2009, sahabat yang selalu berbagi suka dan duka selama beberapa tahun ini saudari Dina Damayanti, Nurul Adhani, Anna Sapitri dan Fajriah Rifai. Serta teman-teman KKN SOS (Spirit Of Social) 2012 yang telah membantu penulis dalam segala hal, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik dikembalikan, semoga Allah SWT membalas jasa segala dukungan yang diberikan kepada penulis dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin yaa Rabbala’lamin....
Jakarta, 3 Januari 2014
Esti Nurhayati NIM : 109051000003
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
8
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................
9
E. Teknik Penulisan................................................................... 10 F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10 BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Respons ....................................................... 13 B. Remaja .................................................................................. 18 C. Film ....................................................................................... 24 D. Pernikahan Beda Agama Menurut Islam .............................. 33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ........................................................... 42 B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................. 42 C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 42 D. Populasi dan Sampling.......................................................... 43 E. Teknik Pengambilan Sample ................................................ 44
v
F. Variable Penelitian ................................................................ 45 G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ...................... 46 1. Variable Independent ..................................................... 47 2. Variable Dependent ........................................................ 49 H. Hipotesis Penelitian .............................................................. 51 I.
Tahapan Penelitian ................................................................ 51 1. Sumber Data ................................................................... 51 2. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 52 3. Pengolahan Data............................................................. 53
J. BAB IV
Analisis Data ......................................................................... 54
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ............................................................ 55 B. Ruang Lingkup Film Cinta Tapi Beda .................................. 63 1. Sinopsis Film Cinta Tapi Beda........................................ 63 2. Para KRU dan Pemeran (Artis) Film Cinta Tapi Beda ... 71
BAB V
HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN A. Data-data Hasil Penelitian .................................................... 73 1. Deskripsi Data Responden ............................................. 73 B. Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap Film Cinta Tapi Beda ............................................. 74 1. Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap Film Cinta Tapi Beda dalam skala Kognitif .... 75 2. Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap Film Cinta Tapi Beda dalam skala Afektif ...... 81
vi
3. Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadao Film Cinta Tapi Beda dalam skala Konatif….
87
C. Perbandingan Rata-rata Respon Skala Kognitif dan Afektif Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Film Cinta Tapi Beda ......... 106 BAB VI
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 107 B. Saran-saran............................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 110 DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Jenis Kelamin Responden ................................................................ 73
Tabel 2
Jenis Usia Responden ...................................................................... 74
Tabel 3
Tanggapan Responden Dari Segi Efek Media Massa (Efek Kognitif/Pengetahuan) Setelah Menyaksikan Film Cinta Tapi Beda ................................................................................................. 75
Tabel 4
Tanggapan Responden Dari Segi Efek Media Massa (Efek Afektif/Perasaan) Setelah Menyaksikan Film Cinta Tapi Beda ...... 81
Tabel 5
Tanggapan Responden Dari Segi Efek Media Massa (Efek Konatif/perilaku) Setelah Menyaksikan Film Cinta Tapi Beda........ 87
Tabel 6
Tanggapan Responden Terhadap Judul Film Cinta Tapi Beda ....... 89
Tabel 7
Tanggapan Responden Terhadap Tema Film Cinta Tapi Beda ....... 91
Tabel 8
Tanggapan Responden Terhadap Alur Cerita Film Cinta Tapi Beda ................................................................................................. 94
Tabel 9
Tanggapan Responden Terhadap Karakter Pemain Film Cinta Tapi Beda ......................................................................................... 96
Tabel 10
Tanggapan Responden Terhadap Efek Film Cinta Tapi Beda ........ 99
Tabel 11
Tanggapan Responden Terhadap Pernikahan Beda Agama ............ 102
Tabel 12
Perbandingan Skor Rata-Rata Skala Kognitif Dan Afektif Terhadap Film Cinta Tapi Beda....................................................... 106
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Saat ini adalah era komunikasi massa. Komunikasi telah sampai pada suatu tingkat di mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak. Dalam bahasa Dovifat (1967), teknologi komunikasi mutakhir ini menciptakan apa yang disebut “Publik dunia”.1 Gerbner (1967) pun berusaha memberi pengertian komunikasi massa yang tidak lain adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berlanjut serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.2 Media massa merupakan pusat dari kajian komunikasi massa. Lahirnya media massa merupakan salah satu kemajuan dari dunia informasi dan komunikasi.
Media
massa
menyebarkan
pesan-pesan
yang
mampu
memengaruhi khalayak yang mengonsumsikannya dan mencerminkan kebudayaan masyarakat, dan mampu menyediakan informasi secara simultan ke khalayak yang luas, anonim dan heterogen, membuat media menjadi bagian dari kekuatan institusional dalam masyarakat.3 Media massa, atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik, merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri, secara sederhana berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media). Menurut Bittner, 1
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.ke-21, h.186 2 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.188 3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004) Cet. Ke-18, h. 22-26
1
2
sebagaimana yang dikutip oleh Asep Saeful Muhtadi, menyatakan bahwa komunikasi massa dipahami sebagai “messages communicated through a mass medium to a large number of people,” suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar di tempat-tempat yang tidak ditentukan. Jadi, media massa menurutnya adalah suatu alat transmisi informasi, seperti Koran, majalah, buku, radio, dan televise atau suatu kombinasi bentuk-bentuk media itu.4 Film adalah suatu media komunikasi massa, yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya bergerak secara bebas dan tetap. Penerjemahnya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata. Juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya. Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk alternatif yang banyak diminati oleh masyarakat. Karena dapat mengamati secara seksama apa yang mungkin ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya. Film merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan gambaran diiringi kata-kata dan musik, jadi film adalah produksi yang multidimensional dan sangat kompleks.5 Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Bahkan film sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat pembantu dan juga tidak perlu
4
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h.73 5 Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat ; Sebuah Pengantar (Jakarta : Yayasan Pusat Perfilman, H. Usmar Ismail, 1992), hal. 19
3
dibantu dengan penjelasan, melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit.6 Mengikuti dunia perfilman, nampaknya kini film telah mampu merebut perhatian masyarakat, lebih-lebih setelah berkembang teknologi komunikasi massa dapat memberikan informasi dan solusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek eksklusif bagi para penontonnya. Puluhan bahkan ratusan penelitian berkaitan dengan efek media massa film bagi kehidupan manusia betapa kuatnya media itu mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan bagi para penonton. Film
dipercaya
menjadi
sebuah media
yang
paling
besar
dapat memberikan pengaruh bagaimana kita menjalani hidup. Bukan hanya karena film dapat mengingatkan kita akan sebuah memori kehidupan. Kita juga dapat mengingat sebuah masa perubahan hidup seperti yang ditayangkan oleh pemeran di film yang kita tonton. Dengan begitu film tidak hanya mempengaruhi bagaimana kita hidup tetapi juga mempengaruhi cara berfikir kita. Film dapat membuat kita kembali berfikir sejenak akan sesuatu yang telah kita lewati, memasuki dan mengerti budaya yang berbeda, dan menambah pengalaman estetis melalui keindahan yang disajikan oleh sebuah film. Di Indonesia, film sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, berfungsi sebagai media informasi, hiburan, pendidikan dan penerangan, bahkan film juga berperan sebagai pengalaman dan nilai-nilai yang dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat spiritual, yaitu keindahan dan transedental. 6
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti 2003), Cet. 11, h.209
4
Saat ini, film-film layar lebar yang diputar di bioskop-bioskop semakin banyak diminati oleh masyarakat. Jika diperhatikan secara seksama, perkembangan film yang diputar di bioskop menyuguhkan tema pertikaian, perselisihan keluarga, percintaan, horor, kemegahan dan kemewahan serta kekerasan. Perfilman Indonesia saat ini tidak selalu mengalami kesuksesan. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya film berunsur pornografi atau kekerasan bahkan kontroversi yang beredar di masyarakat. Sedikit sekali adanya film yang memiliki kualitas yang baik dan memiliki nilai-nilai yang bisa didapatkan secara positif, karena film adalah media komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk cerminan bagi para penonton yang menyaksikan dan sebagai media pembelajaran yang komplit. Film “CINTA TAPI BEDA” merupakan film drama Indonesia tahun 2012 yang diangkat dari kisah mengenai sepasang remaja berbeda keyakinan yang saling jatuh cinta. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra. Peluncuran film ini pada tanggal 27 Desember 2012, sayangnya peluncuran film ini tak sempat lama beredar. Hal ini disebabkan lahirnya kontroversi masyarakat sehingga adanya penarikan film ini beberapa minggu setelah peluncuran film di bioskop. Film “Cinta Tapi Beda” sendiri menceritakan tentang seorang chef dari keluarga muslim yang taat, bertemu dengan seorang mahasiswi penganut Katolik taat di sebuah pertunjukan kontemporer. Mereka saling jatuh cinta hingga memutuskan berpacaran walaupun berbeda keyakinan. Bahkan mereka serius melanjutkan hubungan hingga jenjang pernikahan. Dengan perbedaan
5
keyakinan diantara keluarga mereka, tantangan datang dari keluarga masingmasing, hingga akhirnya salah satu dari mereka di jodohkan dengan orang sebayanya.7 Setelah beberapa hari tayang di bioskop secara nasional, film ini sempat menuai protes, khususnya dari masyarakat Minangkabau. Bahkan, sebuah forum persatuan masyarakat Minangkabau melaporkan Hanung Bramantyo selaku sutradara film ini ke Polda Metro Jaya. Pasalnya pengangkatan tokoh perempuan asal Padang yang non-muslim dianggap menyinggung masyarakat Minangkabau yang identik dengan agama Islam. Untuk mengklarifikasi kontroversi ini, melalui akun twitter-nya, Hanung Bramantyo menjelaskan bahwa tokoh Diana tidak disebutkan sebagai gadis Minangkabau. Sesungguhnya tokoh ini merupakan warga pendatang yang tinggal dan besar di Padang. Hanung Bramantyo juga menyayangkan banyaknya protes yang datang dari masyarakat yang bahkan belum menonton sendiri film ini. Bahkan ada beberapa daerah yang tidak menginginkan jika film ini diputar di daerah tempat bermukim mereka, salah satunya adalah Tasikmalaya Jawa Barat. Menurut Acep Sofyan selaku ketua Front Pembela Islam (FPI) Tasikmalaya film Cinta Tapi Beda menceritakan pelegalan pernikahan beda agama. FPI menganggap pernikahan beda agama dalam Islam tidak boleh dan haram hukumnya.8
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta_Tapi_Beda diakses 20 Februari 2013 http://www.tempo.co/read/news/2013/01/07/111452667/FPI-Protes-Film-Hanung-BatalPutar-di-Tasikmalaya diakses pada tanggal 20 Februari 2013 8
6
Sudah menjadi sebuah larangan di dalam kepercayaan khususnya agama Islam, jika seorang muslim/muslimah menikah dengan orang yang berbeda keyakinan sebagaimana dalam surat Al-Baqarah ayat 221:
Artinya : Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. Unsur edukatif di dalam film Cinta Tapi Beda ini terletak pada keyakinan di dalam diri kita dimana Islam jelas melarang untuk menikah dengan non muslim/muslimah lainnya, sebagaimana yang telah kita ketahui di dalam surat al-Baqarah ayat 221. Dan kita sebagai umat yang beriman dalam agama Islam seharusnya kita melaksanakan segala kewajibannya dan menjauhi segala larangannya. Film Cinta Tapi Beda berobjek kepada remaja saat ini. Sedangkan masa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua ke arah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai estetika dan isu moral. Masa remaja adalah masa penentu terhadap perkembangan sekitar di era modernisasi sekarang ini. Oleh
7
karnanya, penulis mengambil salah satu kalangan remaja Islam yakni Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) dikarenakan kalangan remaja Islam ini berada di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta memiliki banyak aktivitas untuk memperoleh lingkungan yang islami serta dapat mengembangkan kreatitivitas dan membaur ke dalam masyarakat Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti menyusun skripsi dengan judul “Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film Cinta Tapi Beda” .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Upaya penelitian ini lebih terarah, dalam penelitian ini masalah yang dibahas adalah mengenai respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap sebuah film yang pernah beredar menjadi kontroversi masyarakat yakni film Cinta Tapi Beda. Peneliti hanya membatasi pada permasalahan respon atau tanggapan Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film yang membawa pesan moral, apakah film tersebut menarik perhatian, membawa kesan tersendiri dan meningkatkan minat untuk menerapkan nilai-nilai atau pesan-pesan dari film tersebut dalam benak remaja. Yang menjadi komunikator dalam penelitian ini adalah film Cinta Tapi Beda sebagai media penyiaran, dan yang menjadi komunikan adalah Remaja Islam Masjid Fathulllah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah
8
Jakarta yang menonton film tersebut. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon dari proses komunikasi terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan respon baik kognitif maupun afektif yang dialami komunikan yakni Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menonton film tersebut. 2. Perumusan masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilihat dari segi efek kognitif terhadap film Cinta Tapi Beda? b. Bagaimana respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilihat dari segi afektif terhadap film Cinta Tapi Beda? c. Bagaimana respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilihat dari segi konatif terhadap film Cinta Tapi Beda?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian, adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana respon kognitif Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap film Cinta Tapi Beda b. Untuk mengetahui bagaimana respon afektif Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap film Cinta Tapi Beda
9
c. Untuk mengetahui bagaimana respon konatif Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap film Cinta Tapi Beda
2. Manfaat penelitian a. Manfaat akademis Semoga hasil penelitian ini dapat memperkaya penelitian model respon dan efek film dalam bidang ilmu dakwah dan ilmu komunikasi b. Manfaat praktis Peneliti ini diharapkan menambah wawasan baru, khususnya bagi peneliti dan remaja islam umumnya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi yang nyata berupa aspirasi dan informasi khususnya terhadap Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bagi pembuat film Cinta Tapi Beda.
D. Tinjauan Pustaka Setelah penulis melihat judul yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, terdapat banyak keseragaman dalam teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian respon yaitu menggunakan statistic prosentase. Hal tersebut terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan, salah satunya adalah penelitian oleh Ayu Lembayun Murti yang berjudul “Respon Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Tahun Akademik 2010—2011 terhadap Film Le Grand Voyage”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terhadap Film Le
10
Grand Voyage. Pada penelitian ini respon yang diamati meliputi respon kognitif, afektif dan behavioral. Hasil yang didapatkan bahwa respon mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terhadap Film Le Grand Voyage mendapatkan respon yang positif. Dan penulis tidak memiliki keseragaman yang berkaitan dengan judul skripsi yang penulis ajukan, yaitu “Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap Film Cinta Tapi Beda”
E. Teknik Penulisan Untuk mempermudah dalam pembahasan ini, penulis menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku pedoman penulisan skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dicetak oleh UIN Jakarta Press anggota IKAPI, 2007.9 Dari berbagai data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang disertai dengan analisis penulis. Dalam hal ini, analisis dilakukan melalui elaborasi data untuk menunjukan keadaan gambaran sebenarnya.
F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sab dengan penulisan sebagai berikut : 9
Hamid Nasuhi ddk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), (Jakarta: UIN Jakarta Press, Ceqda,2007), Cet.Ke-1
11
Bab I
: Pendahuluan Bab ini mengurai permasalahan masalah (latar belakang masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah), tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran umum penulisan penelitian
Bab II
: Tinjauan Teoritis Bab ini membahas pengertian respon, teori S-O-R, macammacam respons, faktor terbentuknya respon, pengertian remaja, batasan usia remaja, tahap perkembangan remaja, karakteristik remaja dan pengertian film yang di dalamnya terdapat jenisjenis film, dan karakteristik film, fungsi film, ciri khas film, pengaruh film, film sebagai media massa, dan efek media massa
Bab III
: Metodologi Penelitian Bab ini membahas tentang metodologi penelitian, variable penelitian, definisi dan indicator penelitian, hipotesis penelitian, populasi dan sampling, teknik penarikan sample, waktu dan tempat
penelitian,
subjek
dan
objek
penelitian,
teknik
pengolahan data dan analisa penelitian. Bab VI
: Gambaran Umum Objek Penelitian Bab ini memuat gambaran umum Remaja Islam Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang di dalamnya terdapat sejarah singkat, visi misi dan tujuan organisasi, struktur organisasi, program kerja, gambaran umum “Cinta Tapi Beda”
12
yang di dalamnya terdapat sinopsis dan karakter pemain Cinta Tapi Beda Bab V
: Hasil dan Temuan Penelitian Analisis respon penonton terhadap Film Cinta Tapi Beda, grafik dan tabel dari analisa yang didapat serta perhitungan statistika prosentase
guna mengetahui
perbandingan
rata-rata
kategoris respon.
pemirsa
terhadap
Terdapat
faktor
yang
mempengaruhi kesuksesan Film. Bab VI
: Penutup Kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan yang dibahas.
Selain
itu,
dalam
penutup
ini
penulis
mencantumkan saran-saran dari permasalahan yang dibahas
juga
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang lingkup respon 1. Pengertian respon Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction).1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia di sebutkan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi dan jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.2 Sedangkan menurut kamus lengkap Psikologi disebutkan bahwa respon adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berarti satu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.3 Sedangkan Ahmad Subandi mengartikan respon sebagai istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar, baik atau tidaknya suatu komunikasi.4 Jadi respon adalah reaksi, jawaban atau tanggapan yang bersifat terbuka dan cenderung datang lebih cepat dan langsung terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. Respon merupakan timbal balik dari apa yang akan dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat dalam 1
John, M Echols & Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000), Cet.XXIV, h. 481 2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) h. 1170 3 J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9, h. 432 4 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang 1982), Cet.2 h.50
13
14
proses komunikasi dan akan muncul pada penerimaan pesan setelah sebelumnya
terjadi
serangkaian
komunikasi.
Dan
dapat
diambil
kesimpulan, bahwa respon itu terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berjuang pada hasil reaksi dan akibat dari proses rangsangan tersebut. 2. Teori Stimulus Organism Responden (S-O-R) Dalam pembahasan teori, respon tidak lepas dari proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan
terhadap
orang-orang
yang
terlibat
dalam
proses
komunikasi. Dimana komunikasi itu sendiri menampakan jalinan sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efesien, apabila unsur-unsur di dalamnya terdapat keteraturan5 Dalam ilmu komunikasi tentunya kita sudah mengenal adanya teori SO-R, dimana teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus-OrganismRespon ini bermula berasal dari psikologi, kemudian menjadi teori komunikasi. Tidak mengherankan karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Teori S-O-R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience (penonton atau pendengar). Prinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di mana efek merupakan reaksi terhadap 5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu komunikasi, Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h.18
15
stimulus tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience, dimana elemen-elemen utama dari teori ini adalah pesan (Stimulus), seseorang atau receiver (Organisme), dan efek (Respon).6 Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif, misalnya jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum, ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian memengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodemic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dapat cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media ibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula. Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila
komunikan
disampaikan
memberikan
kepadanya.
Sampai
perhatian pada
terhadap
proses
stimulus
komunikan
yang
tersebut
memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Kelemahan teori stimulus respon adalah penyamarataan individu. Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970, Melvin 6
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, cet ke-9, h.514
16
De Fleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus respon dengan teorinya yang dikenal sebagai individual different theory. DeFleur mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi berbedabeda sesuai dengan karakteristik pribadi individu.7 Dengan demikian, dalam teori S-O-R disini yaitu sebuah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan kemudian mampu menimbulkan efek tertentu.8 3. Macam-macam Respon Menurut Steven M. Chaffe, dalam buku Psikologi Komunikasi dijelaskan bahwa macam-macam respon di bagi menjadi 3 bagian, yaitu : a. Respon kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau di persepsi oleh khalayak. Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya, dalam efek kognitif ini bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif.9 b. Respon afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi khalayak terhadap sesuatu. Tujuan respon afektif bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi
7
Mufid, Komunikasi dan Regulasi Pembelajaran, (Jakarta, Kencana 2005)Cet. Ke-1,h.
22-23 8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2003), h. 256 9 Bimo Walgito, Psikologi Sosial : Suatu penghantar, (Yogyakarta :Andi, 2002),h.80
17
tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya.10 c. Respon konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi tindakan atau kebiasaan.11 4. Faktor-faktor terbentuknya respon : a. Faktor internal Yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau fisiologis meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur rohani dan fisiologis yang meliputi keberadaan, perasaan (feeling), akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi dan sebagainya. b. Faktor eksternal Yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito dalam bukunya pengantar psikologi umum, menyatakan
bahwa
“faktor
psikis
berhubungan
dengan
objek
menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera”.12
10
Sumarno dkk., Filsafat dan Etika Komunikasi (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007) Jalaludin rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2004)cet ke-21, h.218 12 Bimo Walgito, Psikologi Sosial : Suatu Penghantar, (Yogyakarta :Andi, 2002),h.55 11
18
Seseorang yang melakukan tanggapan satu waktu menerima bersama-sama stimulus. Supaya stimulus dapat disadari oleh individu, stimulus harus cukup kuat, apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan ditanggapi atau disadari oleh individu yang bersangkutan, dengan demikian ada batas kekuatan yang minimal dari stimulus, agar stimulus dapat memindahkan kesadaran pada individu.13
B. Remaja 1. Pengertian remaja Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidak selarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan yang dialami remaja karena perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan termasuk masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Masa remaja adalah masa yang dianggap sebagai masa topan dan stress, karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan yang baik. 13
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1991), h. 185
19
Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukan masa remaja antara lain puberty dan adolescentia. Istilah puberty (bahasa Inggris) berasal dalri istilah Latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Sedangkan adolescentia berasal dari istilah Latin, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun. Jadi, remaja (adolescence) adalah masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek psikis, fisik dan psikososial.14 Piaget mengemukakan pandangannya tentang remaja secara psikologis, bahwa masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan msyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orangorang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurangkurangnya dalam masalah hak.15 Sedangkan di dalam ilmu kedokteran dan ilmu lain yang terkait (seperti Biologi dan Ilmu Faal), remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna.16 Dari pendapat beberapa ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dimana seseorang sedang mencari jati diri sesungguhnya. 2. Batasan Usia Remaja Penggolongan remaja menurut Thornburg (1982) terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (usia 13-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun), dan 14
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004),
15
Elizabet Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 206 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
hal.13 16
hal. 7
20
remaja akhir (usia 18-21 tahun). Masa remaja awal, 6umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di sekolah menengah atas (SMU). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU dan mungkin sudah bekerja.17 Menurut WHO (World Health Organization), ada tiga kriteria yang ada dalam remaja, yaitu biologis, psikologis, dan social ekonomi. Jadi menurut WHO remaja adalah suatu massa ketika : a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa c. Terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri Batasan usia remaja yang ditetapkan WHO adalah saat seseorang memasuki usia 10-20 tahun, walaupun batasan usia yang ditetapkan WHO didasarkan pada usia kesuburan wanita, batasan usia tersebut berlaku juga untuk remaja pria. WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.18 Sedangkan di Indonesia, batasan usia remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun, hal ini dikarenakan penduduk
17
Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004),
18
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
hal.13 h.4
21
Indonesia yang beraneka ragam baik suku, adat, agama, ataupun status sosialnya, walaupun demikian sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : a. Usia sebelas tahun adala usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak b. Di banyak masyarakat Indonesia, usia sebelas tahun sudah dianggap akil balik, balik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak memperlakukan mereka lagi sebagai anak-anak c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri, fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.19 3. Tahap Perkembangan Remaja Petro Blos berpendapat bahwa perkembangan pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja : a. Remaja awal (Early Adolescence), dimana remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan 19
h.14
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
22
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego, menyebabkan para remaja awal sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa. b. Remaja Madya (Midlle Adolescence), dimana tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Karena ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih yang mana. Remaja pria membebaskan diri dengan mempererat hubungan dengan lawan jenis c. Remaja akhir (Late Adolescence), dimana tahap ini adalah masa konsolodasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal : (a) minat yang mantap terhadap fungsi intelek, (b) egonya mencarai kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman baru, (c) terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, (d) Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain, (e) tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan masyarakat umum.20 4. Karakteristik Remaja Kurt Lewin menggambarkan tingkah laku yang menurut pendapatnya akan selalu terdapat pada remaja. Diantaranya : a. Pemalu dan perasa, tetapi sekaligus juga cepat marah dan agresif sehubungan belum jelasnya batas-batas antara berbagai sektor di lapangan psikologis remaja
20
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, hal.24-25
23
b. Ketidakjelasan batas-batas ini menyebabkan pula remaja terus menerus merasakan pertentangan antara sikap, nilai, ideologi dan gaya hidup. Konflik ini dipertajam dengan keadaan diri remaja berada di ambang peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang tidak mempunyai tempat berpijak yang bisa memberinya rasa aman, kecuali dalam hubungannya dengan teman-teman sebaya. c. Konflik sikap, nilai dan ideologi tersebut muncul dalam bentuk ketegangan emosi yang meningkat d. Ada kecenderungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat ekstrim dan mengubah kelakuannya secara drastis, sehingga muncul tingkah laku radikal dan memberontak di kalangan remaja. e. Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja pada berbagai individu yang berbeda akan sangat ditentukan oleh sifat dan kekuatan dorongan yang berkonflik. Lain halnya menurut Zulkifli. L, karakteristik remaja ditunjukan dengan adanya :21 a. Pertumbuhan fisik b. Perkembangan seksual c. Cara berfikir kausalitas d. Emosi yang meluap e. Mulai tertarik dengan lawan jenis f. Menarik perhatian lingkungan g. Terikat dengan kelompok
21
Zulkifli, L. Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja karya,1986), hal. 65-67
24
C. Film 1. Pengertian film Dilihat dari segi usia, film adalah cabang seni yang paling muda. Bila seni rupa atau sastra sudah berusia ribuan tahun, film baru lahir pada akhir abad 19 yang lalu. Namun, dalam waktu yang begitu singkat ia telah berhasil merebut tempat yang begitu penting di segala lapisan masyarakat modern.22 Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2012), film diartikan sebagai : 1) Selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop) 2) Lakon (cerita) gambar hidup.23 Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film merupakan teknologi hiburan massa dan untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan serta skal luas di samping pers, radio, dan televisi. Sebagai media rekam film menyajikan gambar figuratif dalam bentuk objek-objek fotografis yang dekat dengan kehidupan manusia (Andre Garcies).24 Definisi film menurut Effendy dalam buku komunikasi massa karya Elvinaro Ardianto yaitu film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa yang dipandang dan didengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita 22
Gayus Siagian, Menilai Film (Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006), h.141 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal 392 24 Muslikh Madiyant, Sinema Sastra: Mencari Bahasa Di Dalam Teks Visual. Jurnal Humaniora, Volume XV, No.2/2007 23
25
seluloid, pita video, pirigan video, atau bahan hasil penemuan tekhnologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya yang dapat dipertunjukan dan ditayangkan dengan sistem secara mekanik dan elektronik.25 Film merupakan media komunikasi massa, media komunikasi massa adalah proses komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu film. Film dibuat dengan tujuan tertentu kemudian hasilnya ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis. Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya di sebut dakwah. Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Bahkan film sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit26 Dengan film kita dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas tertentu, realitas yang sudah diseleksi. Seorang sutradara akan memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan, dan akan mengesampingkan tokoh lain yang tidak pas untuk ditampilkan.
25
143
26
Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, h.
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti 2003), Cet. 11, h.209
26
Dari beberapa pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa film adalah gabungan antara fotografi dan sinematografi dengan serangkaian gambar dan objek bergerak yang berbetuk adegan. 2. Jenis-jenis Film Sebagai seorang komunikator adalah penting untuk mengetahui jenis-jenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Film dapat dikelompokan pada jenis berikut ini 27: a. Film cerita Film cerita adalah jenis film yang menggunakan suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dan dengan bintang film yang tenar dan cerita yang diangkat dalam film berjenis film cerita yakni berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi atau biasanya fiktif sehingga ada unsur menarik baik dari segi jalan ceritanya maupun gambarnya. b. Film berita Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung unsur berita, kriteria film berita haruslah menarik dan penting serta terekam secara utuh dan mempunyai nilai berita untuk dihadirkan ke penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. c. Film dokumenter Film dokumenter berbeda dengan film berita, film berita merupakan rekaman kenyataan sedangkan film dokumenter haruslah dilakukan 27
148
Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, h.
27
dengan pemikiran dan perencanaa yang matang dan seringkali film dokumenter bercerita mengenai alam dan manusia, dan tidak memiliki alur cerita seperti film cerita. d. Film kartun Film kartun dalam sinematografi dikategorikan sebagai bagian yang integral film yang memiliki ciri dan bentuk khusus. Dalam sinematografi film kartun adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan berupa ilustrasi di mana semua gambarnya saling berkesinambungan.
Gambar-gambar
tersebut
digerakan
secara
kesinambungan untuk menghasilkan gerakan yang hidup. Dan dari serangkaian gambar ini berubah menjadi aksi yang secara terus menerus, sehingga tampak seperti gerakan sesungguhnya yang hidup dan menarik. Film kartun dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan tokohnya. Namun adapula film kartun yang membuat iba penontonnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, film kartun juga mengandung unsur pendidikan. 3. Karakteristik film Faktor-faktor yang dapat menunjukan karakteristik film adalah : a. Layar yang luas/lebar Film
dan
televisi
sama-sama
media
audio
visual
yang
menggunakan layar, namun kelebihan dari media film adalah layarnya yang berukuran luas dan suara audio yang seolah-olah penonton melihat kejadian nyata dan tidak berjarak.
28
b. Pengambilan gambar Dalam hal ini, pengambilan gambar pada film haruslah dari jarak jauh dan panaromic shot, yakni pengambilan gambar secara menyeluruh digunakan untuk mendapatkan hasil yang artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik pada saat disaksikan. Sebagai contoh pada saat menyaksikan film dengan suasana bencana alam maka film tersebut diambil secara panoramic shot, sehingga penonton larut dalam suasana bencana alam yang ada difilm tersebut akibat dari efek film tersebut. c. Konsentrasi penuh Dari pengalaman kita masing-masing, di saat kita menonton film bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan nampak di depan layar luas dengan gambar cerita film tersebut. Saat menonton film terbebas dari gangguan hiruk pikuk suara di luar karena dilengkapi dengan ruangan kedap suara. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita dapat lebih mudah terbawa suasana yang terjadi dalam film. d. Identifikasi psikologi Jika kita berada dalam gedung, dengan suasana gedung bioskop yang telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan, karena disini penghayatan kita sangat mendalam dan sering
29
4. Ciri khas film Sebuah film yang baik yaitu memenuhi delapan ciri khas sebagai berikut : a. Film itu menarik minat b. Film itu harus benar atau autentik c. Up to date (mengikuti perkembangan zaman) dalam setting, pakaian, dan lingkungan d. Sesuai dengan tingkat kematangan e. Tata bahasa yang benar f. Merupakan kesatuan atau alurnya teratur g. Mendorong aktivitas h. Memenuhi dan memuaskan dari segi tekhnis 28 5. Pengaruh Film Pengaruh film terhadap khalayak cukup besar pada pola pikir dan sikap manusia, hal itu disebabkan, yang pertama oleh suasana di dalam gedung bisokop, dan yang kedua karena sifat dari film itu sendiri.29 Pengaruh film itu besar sekali terhadap jiwa manusia. Penonton tidak hanya terpengaruh sewaktu dan selama mereka menonton, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama. Yang mudah terpengaruh oleh film adalah anak-anak dan remaja. Kita sering menyaksikan mereka yang tingkah laku dan cara berpakaiannya meniru bintang film, seperti cara mereka tertawa, bersiul, merokok, duduk, berjalan, menegur, dan lain sebagainya. Pengaruh film tidak
28
Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: PT Citra Ditya Bakti, 1994), cet ke-7,
h.86 29
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003),Cet. Ke-3,H.206
30
hanya menimbulkan efek positif, celakanya film juga sering menimbulkan akibat yang lebih jauh, atau menimbulkan efek yang negatif, khususnya terhadap remaja yang sedang mencari jati dirinya. Pengaruh film berakibat jauh pada masyarakat Indonesia terbukti dengan seringnya terjadi pembunuhan, perampokan, pemerkosaan yang dilakukan seperti layaknya aktor dalam sebuah film. Banyak diantara mereka yang mengaku sendiri bahwa cara yang mereka lakukan adalah hasil duplikat dari film yang mereka tonton. Jadi, pengaruh film itu tergantung dari filmnya sendiri. Jika film yang ceritanya bagus dan mendidik sudah tentu berpengaruh baik kepada masyarakat, begitu pula sebaliknya.
D. Film Sebagai Media Komunikasi Massa Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis, yang berarti sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai satu hal. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.30 Dalam Kamus Besar Indonesia disebutkan bahwa komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan kontak31 Komunikasi massa merupakan salah satu jenis domain komunikasi manusia yang telah banyak mengalami kemajuan yang pesat sejak bentukbentuk awalnya. Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris, mass 30
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi,(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000),Cet Ke-4, h.3 31 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 585
31
communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mess mediated”.32 Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, mengartikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.33 Komunikasi massa media film ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu film. Film dibuat dengan tujuan tertentu kemudian hasilnya ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan tekhnis.34 Pesan-pesan dalam film bukan hanya bisa didengar tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audiovisual)
E. Efek Komunikasi Massa Efek dari pesan yang disebabkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi ini diklarifikasikan sebagai efek kognitif, efek afektif dan efek konatif
32
Wiryanto, Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000), h.2 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), cet. Ke-21, h.189 34 Adi Prananjaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, (Jakarta: BP SDM CITRA, 1999), cet, Ke-2, h.11 33
32
1. Efek kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengambangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informais tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. 2. Efek afektif Efek ini berkaitan dengan perasaan. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapar merasakannya. Perasaan akibat menonton Film Cinta Tapi Beda bisa bermacam-macam, senang sehingga tertawa terbahakbahak, sedih sehingga bercucuran air mata dan perasaan lain yang hanya bergejolak dalam hati. Misalnya perasaan marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, gemas dan lain sebagainya 3. Efek konatif Efek konatif bersangkutan dengan niat. Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering juga disebut efek behavioral.35 Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan efek afektif.
35
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003),Cet. Ke-3, h.206
33
F. Pernikahan Beda Agama menurut Islam Peristiwa pernikahan beda agama menjadi salah satu masalah perbedaan yang cukup kompleks dalam isu pernikahan. Isu pernikahan beda agama juga merupakan isu yang sensitive jika kita tempatkan kepada pemeluk agama selain Islam. Dalam konteks agama Katolik, pernikahan beda agama merupakan sebuah hal yang sama sensitifnya dengan agama Islam. Setidaknya dua agama besar ini melihat bahwa pernikahan beda agama justru merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan jika pasangan yang melakukan pernikahan tetap
berpegang
kepada
prinsip
agamanya
masing-masing
dalam
melangsungkan pernikahan. Namun demikian dalam agama Katolik pernikahan yang dilakukan tetaplah sah jika pasangan yang berbeda agama tersebut menerima prinsipprinsip, sifat dan tujuan pernikahan menurut agama Katolik.36 Persoalan ini tak jarang menimbulkan konflik antara pemeluk agama bahkan meluas menjadi persoalan antar agama, meski tak jarang dari sini kemudian lahir sebuah hubungan yang toleran, saling menghormati dan harmonis antar agama. Pandangan Agama Islam terhadap perkawinan antar agama, pada prinsipnya tidak memperkenankannya. Dalam Al-Quran dengan tegas dilarang perkawinan antara orang Islam dengan orang musrik seperti yang tertulis dalam Al-Quran yang berbunyi :
36
Ahmad Ali Mas’ud, “Pengertian Pernikahan Beda agama dalam Pandangan Islam,” Artikel diakses pada 8 Agustus 2013 dari http://daruttahfidz.blogspot.com/2013/05/pernikahanbeda-agama-dalam-pandangan.html
34
“Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musrik sebelum mereka beriman. Sesungguh nya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walupun dia menarik hati. Dan janganlah kamu menikahkah orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu”. (Al-Baqarah [2]:221) Larangan perkawinan dalam surat al-Baqarah ayat 221 itu berlaku bagi laki-laki maupun wanita yang beragama Islam untuk kawin dengan orangorang yang tidak beragama Islam Akan tetapi, menurut Ahmad Nurcholish dalam buku 101 menjawab masalah nikah beda agama, di dalam perspektif Islam tentang pernikahan beda agama, para ulama Islam masih memperselisihkannya. Pertama, ulama yang mengharamkan secara mutlak. Seperti Atha’, Ibn Umar, Muhammad ibn al- Hanafiyah, al-Hadi. Pada dasarmya mereka berpatokan kepada sejumlah ayat al-Qur’an yaitu surat al-Baqarah ayat 221 yang mengharamkan orang Islam menikah dengan musyrik. Dan surat alMumtahanah ayat 10 :
35
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka, maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orangorang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir, dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar, dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya diantara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.37 Di dalam surat ini, menjelaskan tentang larangan pernikahan umat Islam dengan orang kafir. Dua ayat ini demikian para ulama beragumen, telah menghapus kebolehan menikahi orang ahlul kitab, sebagaimana dalam surat al-Ma’idah ayat 5 yang menjelasan bahwa laki-laki muslim boleh menikah dengan perempuan ahli kitab. Sebagaimana bunyi ayat tersebut :
Artinya : Pada masa ini dihalalkan bagi kamu (memakan makanan) yang lazat-lazat serta baik-baik. Dan makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan Kitab itu adalah halal bagi kamu, dan makanan (sembelihan) kamu adalah halal bagi mereka (tidak salah kamu memberi makan kepada mereka). Dan (dihalalkan kamu berkahwin) dengan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatannya – di antara perempuan-perempuan yang beriman, dan juga perempuan-perempuan yang menjaga kehormatannya dari kalangan orang-orang yang diberikan Kitab dahulu daripada kamu apabila kamu beri mereka maskahwinnya, sedang kamu (dengan cara yang demikian), bernikah bukan berzina, dan bukan pula kamu mengambil mereka menjadi perempuan37
Ahmad Nurcholish, Menjawab 101 Masalah Nikah Beda Agama, (Banten: Harmoni Mitra Media, 2012),cet-1, h.4
36
perempuan simpanan. Dan sesiapa yang ingkar (akan syariat Islam) sesudah ia beriman, maka sesungguhnya gugurlah amalnya (yang baik) dan adalah ia pada hari akhirat kelak dari orang-orang yang rugi. Mengacu pada al-Mumtahanah, dikisahkan Umar ibn Khattab langsung menceraikan dua isterinya yang masih kafir, yaitu Binti Abi Umayyah ibn Mughirah dari Bani Makhzum dan Ummu Kultsum binti Amr bin Jarwal dari Khuza’ah. Umar pernah hendak mencambuk orang yang menikah dengan Ahli Kitab. Umar marah karena ia khawatir tindakan beberapa orang yang menikahi perempuan-perempuan Ahli Kitab itu akan diikuti umat Islam lain, sehingga perempuan-perempuan Islam tak menjadi pilihan laki-laki Islam. Namun, kemarahan Umar tak mengubah pendirian sebagian Sahabat Nabi yang tetap menikahi perempuan Ahli Kitab. Alkisah, Umar pernah berkirim surat pada Khudzaifah agar yang bersangkutan menceraikan istrinya yang Ahli Kitab itu. Khudzaifah bertanya kepada Umar, ”Apakah anda menyangka bahwa pernikahan dengan perempuan Ahli Kitab haram?”. Umar menjawab, ”tidak. Saya hanya khawatir”. Jawaban Umar ini menunjukkan bahwa ketidak setujuan Umar itu tak didasarkan secara sungguh-sungguh pada teks al-Qur’an, melainkan pada kehati-hatian dan kewaspadaan.38 Kedua, ulama yang berpendapat bahwa keharaman menikahi orang Musyrik dan Kafir sudah dibatalkan QS, al-Maidah [5]: 5 yang membolehkan laki-laki Muslim menikahi perempuan Ahli Kitab. Para ulama berpendapat bahwa tiga ayat tersebut memang sama-sama turun di Madinah. Akan tetapi,
38
Abdul Moqsith Ghazali, “Hukum Nikah Beda Agama”, artikel ini diakses pada 20 November 2013 dari http://islamlib.com/?site=1&aid=1743&cat=content&cid=11&title=hukumnikah-beda-agama
37
ayat pertama lebih awal turun, sehingga dimungkinkan untuk dianulir ayat ketiga (al-Ma'idah ayat 5). Ibn Katsir mengutip pernyataan Ibnu Abbas melalui Ali bin Abi Thalhah berkata bahwa perempuan-perempuan Ahli Kitab dikecualikan dari al-Baqarah ayat 221. Dengan perkataan lain, keharaman menikahi orang musyrik dan orang kafir seperti tertera dalam al-Baqarah: 221 dan alMumtahanah: 10 telah ditakhshish (dispesifikasi) oleh al-Maidah: 5. Pendapat ini juga didukung oleh Mujahid, Ikrimah, Said bin Jubair, Makhul, al-Hasan, al-Dhahhak, Zaid bin Aslam, dan Rabi’ ibn Abas. Thabathabai berpendirian bahwa pengharaman itu hanya terbatas pada orang-orang Watsani (para penyembah berhala), dan tidak termasuk di dalamnya orang-orang Ahli Kitab.39 Ketiga, ulama yang membolehkan pernikahan umat Islam dengan non Islam secara mutlak. Ulama terakhir ini melanjutkan argumen ulama kedua yang tak tuntas. Jika ulama kedua hanya membolehkan laki-laki Muslim menikah dengan perempuan Ahli Kitab, maka ulama terakhir ini membolehkan hukum sebaliknya, perempuan muslimah menikah dengan lakilaki Ahli Kitab. Mereka berpendirian, al-Ma’idah ayat 5 telah menghapus larangan pernikahan dengan orang musyrik dan kafir. Dalam ushul fikih ada teori:
ketika beberapa
ayat
saling bertentangan dan tak mungkin
dikompromikan, maka solusinya adalah naskh, yaitu ayat pertama turun dibatalkan oleh ayat yang belakangan.
39
Ahmad Nurcholish, Menjawab 101 Masalah Nikah Beda Agama, h.5
38
Dalam konteks tiga ayat di atas, ayat yang terakhir turun adalah alMa’idah ayat 5, sehingga dimungkinkan untuk menganulir dua ayat yang turun lebih awal, yaitu al-Baqarahh ayat 221 dan al-Mumtahanah ayat 10. Bagi mereka, tak ada beda antara pernikahan laki-laki muslim-perempuan Ahli Kitab dan pernikahan perempuan muslimah-laki-laki Ahli Kitab. Menurut kelompok terakhir ini, tak ada teks dalam al-Qur’an yang secara eksplisit melarang pernikahan perempuan muslimah dengan laki-laki Ahli Kitab. Oleh karenanya tidak adanya larangan itu adalah dalil bagi bolehnya pernikahan perempuaan muslimah dengan laki-laki Ahli Kitab.40 Perbedaan pandangan itu menegaskan satu hal yaitu dalil yang sama ketika dipahami oleh orang yang berbeda, ada kemungkinan melahirkan produk hukum yang berbeda pula. Maka dari itu, hukum nikah beda agama masih diperselisihkan oleh para ulama. Namun, banyak ulama kontemporer yang tidak merekomendasikan nikah beda agama. Bukan karna status hukumnya diperselisihkan oleh para ulama, melainkan karna nikah beda agama mengandung potensi konflik dan ketegangan yang tak perlu dalam keluarga. Oleh karenanya, orang bijak akan mencari pandangan hukum yang paling sedikit mengandung resiko dan mafsadatnya.41 Sedangkan menurut mamah Dedeh menegaskan dalam ceramahnya mengatakan bahwa pernikahan beda agama haram hukumnya. Sebagaimana umat muslim mengikuti ajaran Al-quran dan hadist Rasullullah SAW. Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW bersabda : “Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena hartanya, atau karena keturunannya, atau karena kecantikannya atau karena agamannya. Tetapi hendaklah kamu pilih wanita 40 41
Ahmad Nurcholish, Menjawab 101 Masalah Nikah Beda Agama, h.6 Ahmad Nurcholish, Menjawab 101 Masalah Nikah Beda Agama, h.10
39 yang beragama (akhlak mulia) niscaya akan selamat kedua tanganmu”. (HR Bukhari dan Muslim) Ini berarti jika ada orang yang mencari jodoh hanya karna kaya semata-mata tanpa agama maka ia akan sengsara, jika ada orang yang mencari jodoh hanya turunan semata-mata tanpa mengetahui agama maka ia akan sengsara, begitu pula dengan orang yang mencari jodoh hanya kecantikan dan ketampanan semata-mata tanpa mengerti agama maka kehidupannya akan sengsara. Hadist ini menyampaikan kriteria yang pertama akan mengerti agama dan pengamalan agama yang baik di dalam mencari pasangan hidup. Karna ada yang mengerti agama tapi tidak mengamalkannya dengan baik. Oleh karenanya, menurut mamah Dedeh Islam mengajarkan untuk mencari yang mengerti agama dan mengamalkannya dengan baik. Menurut mamah Dedeh sudah jelas di dalam surat Al-baqarah ayat 221 bahwa Islam melarang menikah dengan yang berbeda akidah. Begitu pula dengan surat Al-Mumtahanah ayat 10 menjelaskan bahwa orang yang tidak satu akidah tidak halal untuk menikah, jika tetap menikah maka hukumnya sama dengan berzina. Meskipun di dalam surat Al-Maidah ayat 5 dikatakan boleh menikah dengan perempuan ahli kitab. Tetapi benar-benar yang menekuni dan mengerjakan ketiga kitab yakni taurat, jabur dan injil. Namun, saat ini sudah tidak ada karna mereka sudah berubah tidak mengEsakan Allah bahkan menserikatkan. Oleh karena itulah yang di haramkan untuk menikah dengan ahli kitab sekarang ini.42
42
01-2013
Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh, Pernikahan Beda Agama, ANTV, Episode 14-
40
Tak jauh berbeda dengan mamah Dedeh, menurut Ust. H. Nandi Aziz M.H pernikahan adalah sunnah berdasarkan perbuatan Rasulullah SAW. Namun hukum pernikahan dapat berubah menjadi wajib atau terkadang juga bisa menjadi sekedar mubah saja. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa menjadi makruh. Dan ada juga hukum pernikahan yang haram untuk dilakukan. Semua akan sangat tergantung dari kondisi dan situasi seseorang dan permasalahannya. Di dalam kehidupan kita saat ini, pernikahan antara dua orang yang seagama merupakan hal yang biasa dan memang itu yang dianjurkan dalam agama Islam, tetapi dengan atas menamakan cinta, saat ini lazim. Namun belum tentu diperbolehkan oleh agama dilakukan nikah beda agama atau pernikahan campur. Hal ini sebenarnya sudah diatur secara baik di dalam agama Islam. Salah satu syarat sahnya suatu pernikahan dalam Islam adalah kedua mempelai pengantin merupakan pemeluk agama Islam.43 Pernikahan muslim dengan ahli kitab sebenarnya di perbolehkan oleh Islam, namun saat ini sangat sulit ditemukan perempuan ahli kitab yang benarbenar ahli. Maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan beda agama saat ini dapat dikatakan tidak sah atau haram karena hampir tidak ada perempuan ahli kitab yang benar-benar berpegang teguh terhadap kitab Taurat atau injil. Karena kedua kitab suci tersebut, yang ada saat ini bukan kitab taurat dan injil yang asli. Masalah pernikahan pria muslim dengan wanita ahli kitab hanyalah suatu perbuatan yang dihukumi boleh dilakukan namun bukan anjuran apalagi 43
Prof. H. Hilman Hadikusuma, SH., Hukum Perkawinan Indonesia Menurut : Perundangan, Hukum Adat Dan Hukum Agama, (Bandung; CV. Mandar Maju, 2007) Cet.ke-3, h.27
41
perintah. Sedangkan perempuan muslimah menikah dengan lelaki ahli kitab atau musyrik dan sebagainya tetap berhukum haram. Alasan pernikahan beda agama dengan alasan cinta, kesamaan hak, kebersamaan, toleransi atau apapun alasannya tidak dapat dibenarkan. Pernikahan yang paling ideal dan yang bisa membawa keluarga selamat dunia akhirat, sakinah mawadah warahmah adalah pernikahan dengan orang yang seiman.44
44
Pintu Cahaya, Pernikahan Beda Agama, H. Nandi Aziz M.H, TVRI episode 2 juli 2013
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis data, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganisis data yang berwujud angka. Sedangkan desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif merupakan suatu prosedur penelitian untuk menggambarkan tentang karakteristik cirri-ciri individu, situasi dan kelompok tertentu.1
B. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah respon remaja terhadap Film Cinta Tapi Beda. Hal ini dikarenakan Film ini menceritakan tentang kehidupan sepasang remaja yang berbeda keyakinan saling jatuh cinta, sehingga terciptanya sebuah toleransi terhadap perbedaan agama di dalam hubungan mereka.
C. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian, setidaknya peneliti membutuhkan waktu lima bulan agar mendapatkan data yang akurat dan jelas. Dalam penelitian ini, 1
Nanang Martono, Metodologi Penelitian Kuantitatif : Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),h. 137
42
43
peneliti melakukannya mulai Agustus sampai bulan Desember 2013. Dan lokasi atau tempat penelitian ini berlokasi di Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian sangat mudah dijangkau oleh peneliti 2. Peneliti adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga data dapat diakses dengan mudah ke Remaja Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang dimiliki
D. Populasi dan Sampling Populasi adalah sekumpulan elemen dan unsure yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep. Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber penelitian.2 Sample adalah sebagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Dalam penelitian ini populasinya adalah Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 72 orang.3
2
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. Ke-3, hal.99 3 Berdasarkan Wawancara Pribadi oleh Ketua IRMAFA, Aries Firdaus, 21 September 2013
44
E. Teknik Pengambilan Sample Adapun metode pengambilan sample dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sample penelitian. Karena dalam penelitian ini akan meneliti respon remaja Islam mengenai Film Cinta Tapi Beda, maka peneliti akan menjadikan Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai sample penelitian. Untuk mengetahui jumlah sample yang digunakan, maka peneliti menggunakan rumus slovin dengan sampling error 20%. Sample yang terlalu kecil dapat menyebabkan penelitian tidak dapat menggambarkan kondisi populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, sample yang terlalu besar dapat mengakibatkan pemborosan biaya penelitian. Jadi dari jumlah 72 remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA), peneliti mengambil sample remaja dengan sampling error 20%, sehingga di dapat 30 sample. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
Keterangan : n
= Ukuran Sample
N
= Ukuran Populasi
e
= Presentase ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sample
yang dapat ditolerir, misalnya 20 % kemudian e ini dikuadratkan.4
4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), cet. Ke-1, hal.160
45
Dari perhitungan rumus solvin maka diperoleh jumlah sample penelitian yang digunakan yaitu berjumlah 30 remaja.
F. Variabel Penelitian Sebagaimana halnya dengan penelitian-penelitian lainnya, penelitian ini berusaha untuk mempelajari dengan seksama berbagai hal yang berhubungan dengan masalah penelitian, yang pada dasarnya terbagi kepada dua bentuk variabel, masing-masing adalah variable bebas (independent variabel) dan variabel tergantung (dependent variable). Kedua bentuk variabel ini didefinisikan oleh Burhan Bungin sebagai berikut : “Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari “pengaruh” variabel langsung. Dengan demikian variabel tergantung adalah variabel yang “dipengaruhi” oleh variabel bebas”. 5 5
Burhan Bungin, Metodologi penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-5, h.62
46
Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Variabel Independen (Respon remaja) a. Respon Kognitif b. Respon Afektif c. Respon Konatif 2. Variabel Dependen (Film Cinta Tapi Beda) a. Judul film b. Tema Film c. Alur Cerita film d. Karakter pemain dalam film e. Efek film f. Pernikahan beda agama
G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian Definisi operasional mengatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indicator yang menunjukan konsep yang dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan gejala empirik.6 Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variabel penelitian, yaitu : variabel independent dan dependent. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent
6
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rema Rosdakarya, 2004),h.29
47
variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat atau dependent variabel (Y).7 Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Variabel Independent Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima oleh komunikan dari komunikator, dalam hal ini tanggapan yang diberikan oleh Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Film Cinta Tapi Beda. Dalam bahasa respon ada dua macam respon, yaitu respon positif dan respon negative. Berbicara tentang respon, berbicara pula tentang efek film yang meliputi : a. Respon Kognitif 1) Definisi Operasional Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. 2) Indikator a) Remaja mengetahui Film Cinta Tapi Beda b) Remaja mengetahui Film Cinta Tapi Beda menceritakan tentang sepasang remaja yang menjalin hubungan dengan berbeda keyakinan 7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h.97
48
c) Remaja mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan menurut pandangan Islam khususnya di dalam perbedaan agama d) Remaja mengetahui walaupun Cahyo dan Diana berbeda keyakinan tetapi mereka tetap menghormati kepercayaan diantara mereka e) Remaja mengetahui bahwa Film Cinta Tapi Beda mempunyai pesan sosial yang dapat diterapkan dalam kehidupan khususnya bertoleransi terhadap perbedaan agama b. Respon Afektif 1) Definisi Operasional Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. 2) Indikator a) Remaja menyetuji jika sebuah film harus memiliki cerita yang berbobot b) Remaja merasa senang pada saat dirinya menyaksikan film ini c) Remaja menyukai cerita dalam film ini d) Remaja merasa harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidup setelah menonton film Cinta Tapi Beda e) Remaja merasa tidak ada kelanjutan ending cerita hubungan antara Cahyo dengan Diana c. Respon Konatif 1) Definisi Operasional Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan
49
2) Indikator a) Responden lebih memilih peran orang tua dibanding dengan kekasih yang belum sah b) Responden mencintai pasangan hidup dilihat dari agamanya c) Responden menghargai adanya toleransi dalam beragama 2. Variabel Dependent Film Cinta Tapi Beda a. Judul film 1) Definisi operasional Merupakan nama yang dipakai sebagai perincian atau penjabaran dari sebuah topic di dalam film 2) Indikator a) Film Cinta Tapi Beda memiliki judul yang bagus b) Judul film Cinta Tapi Beda sudah sesuai dengan isi film c) Judul film Cinta Tapi Beda membuat penasaran b. Tema film 1) Definisi operasional Merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sebuah film. Biasanya diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri dari pada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya. 2) Indikator a) Tema film Cinta Tapi Beda menceritakan tentang kejadian factual b) Tema film mengulas tentang percintaan beda agama c) Tema film merupakan cerminan kehidupan pasangan remaja yang berbeda keyakinan
50
d) Tema film memberikan banyak pesan moral c. Alur cerita film 1) Definisi operasional Merupakan arah dari rangkaian peristiwa dalam karya sebuah film untuk mencapai efek tertentu. 2) Indikator a) Alur cerita film Cinta Tapi Beda menarik untuk ditonton b) Alur cerita dapat membuat hanyut dalam suasana c) Mengerti alur cerita film Cinta Tapi Beda d. Karakter pemain dalam film 1) Definisi operasional Merupakan penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai benar atau salah, baik atau buruk baik secara eksplisit maupun implisit di dalam sebuah film Cinta Tapi Beda 2) Indikator a) Produser dan sutradara berhasil membuat film Cinta Tapi Beda b) Agni Pratistha berhasil berperan sebagai Diana c) Reza Nangin berhasil menghidupkan karakter sebagai Cahyo d) Acting para pemain pendukung film Cinta Tapi Beda sangat bagus e. Efek film 1) Definisi operasional Merupakan hal-hal yang terjadi pada sikap responden atau komunikan setelah menyaksikan film Cinta Tapi Beda 2) Indikator a) Rasa toleransi responden tumbuh setelah menonton film Cinta Tapi Beda
51
b) Merasa harus semakin dikuatkan keimanannya c) Selektif di dalam memilih pasangan hidup f. Pernikahan Beda Agama 1) Definisi operasional Merupakan perkawinan campuran karena perbedaan adat/suku bangsa yang bhinneka, atau karena perbedaan agama antara kedua insan yang akan melakukan perkawinan. 2) Indikator a) Responden mengetahui bahwa pernikahan beda agama adalah pernikahan campuran dengan perbedaan agama b) Pernikahan beda agama dalam pandangan Islam haram dilakukan
H. Hipotesis Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah sehingga dapat jawaban pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian, maka dirumuskan hipotesis penelitian: “Adanya Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Film Cinta Tapi Beda”
I. Tahapan penelitian 1. Sumber data Adapun data-data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut ; a. Data primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui penelitian lapangan dengan cara menyebarkan angket. Angket sendiri adalah
52
daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden penelitian b. Data sekunder Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, untuk mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data pendukung skripsi ini seperti buku-buku, surat kabar dan internet. 2. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Angket Angket atau kuesioner. Ciri khas angket terletak pada pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data berupa orang. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah
orang
Remaja Islam Masjid yang telah menonton film Cinta Tapi Beda. Data diperoleh dengan membagikan angket yang terdiri dari
33 butir
pertanyaan b. Observasi Observasi yang dalam metode ilmiah, bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.8 Jadi penelitian dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang dituju. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan mendatangi langsung lokasi penelitian,
8
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989), hal. 136
53
kemudian mengamati proses kegiatan Remaja Islam Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. c. Studi dokumentasi Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dat-data mengenai hal-hal yang akan diteliti, dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Hal ini dengan cara mengumpulkan data melalui buku, artikel, dan internet. 3. Pengolahan Data Data-data yang diperoleh melalui angket kemudian diproses dengan beberapa tahapan sebagai berikut : a. Editing, yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti kemudian dijumlahkan sesuai dengan pengelompokannya. b. Koding, yaitu memberikan kode untuk mengklasifikasikan jawaban para responden. Untuk pertanyaan positif, peneliti menggunakan skala Likert untuk penghitungan skala variabel pada penelitian. Dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1-5 kategori jawaban, yang masing-masing jawaban diberi skor atau bobot nilai sebagai berikut : a) Untuk jawaban SS (Sangat Setuju)
=5
b) Untuk jawaban S (Setuju)
=4
c) Untuk jawaban TS (Tidak Setuju)
=2
d) Untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) = 19 c. Tabulating, yaitu dengan menjumlahkan jawaban-jawaban selanjutnya yang dinyatakan dalam bentuk tabel, sehingga dapat diketahui kecenderungan tiap-tiap alternatif jawaban 9
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3EPS,1994),h.249
54
J. Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan jenis atau tipe deskriptif,
karena
menggambarkan
populasi
yang
diteliti.
Yang
menggambarkan adalah respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terhadap Film Cinta Tapi Beda. Yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan perhitungan data statistic. Adapun teknik analisisnya menggunakan rumus : 1. Frekuensi Relatif
Keterangan: Fr
= Jumlah Frekuensi
F
= Frekuensi Jawaban Responden
∑f
= Jumlah Pengamatan
2. Mean adalah nilai rata-rata dari sebuah total bilangan. Jumlah nilai seluruh pengamatan dibagi dengan banyaknya data
Keterangan: x
= Besarnya rata-rata = Jumlah hasil perkalian dari
fi
10
= Jumlah frekuensi responden10
Prof.Drs. Sutrisno Hadi M.A, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, 1980) hal,246
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) 1. Sejarah Singkat IRMAFA IRMAFA merupakan nama organisasi remaja masjid yang terletak di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya ditengah-tengah perumahan dosen UIN Syarif Hidayatullah. IRMAFA juga bergerak dalam kegiatan keorganisasian dan keagamaan yang tertuju kepada remaja khususnya dan umumnya untuk masyarakat sekitar. Adapun kegiatan IRMAFA berbasiskan di masjid Fathullah jalan Ir. Juanda komplek UIN Syarif Hidayatullah No. 95 lantai 2.1 Aris Firdaus selaku ketua IRMAFA mengatakan bahwa berawal pada tahun 1995, ketika itu masjid Fathullah masih berada dalam tahap pembangunan. Kegiatan masjid yang diadakan hanya terdiri dari ibadah spiritual saja, sehingga belum ada kegiatan lainnya yang dapat mendukung dalam memakmurkan masjid. Adapun kegiatan untuk remaja hanya sebatas dari anak-anak komplek yang notabenya adalah anak-anak dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang mana mereka tergabung ke dalam Remaja Islam Fatahillah (RIF). Kegiatan mereka hanya yang berkenaan dengan kegiatan umum remaja, seperti jalan-jalan, berkemah, bermain musik, tahlilan, serta pelaksanaan Idul Fitri dan Idul Adha. Dengan melihat pembangunan masjid yang terus berjalan maka kegiatan masjid 1
Aris Firdaus, Ketua IRMAFA, wawancara pribadi, 21 September 2013
55
56
perlu lebih ditingkatkan, oleh karenanya muncullah sebuah ide dari para tokoh masjid Fathullah yang dimotori oleh Prof. DR. H. Moh. Ardani, Prof. DR. Muardi Chatib, Drs. H. Muallimi, DR. H. Faturrahman Rauf, Drs. H. Asep Syarifuddin, SH, dan Drs. M. Zuhdi Anwar. Mereka berkeinginan mendirikan sebuah organisasi yang tidak bersifat lokal dan mampu mewadahi kegiatan keremajaan Islam di wilayah Ciputat dan sekitarnya dalam bingkai ke Islaman. Tepat pada tanggal 1 Juni 1997 M atau 25 Muharram 1418 H resmi berdiri sebuah organisasi remaja masjid Fathullah dengan bertujuan untuk mewadahi kegiatan keremajaan Islam di wilayah Ciputat dan sekitarnya dalam bingkai ke-Islaman serta menampung aspirasi sekaligus membina remaja yang berkualitas yang dapat diandalkan demi membangun serta meningkatkan
kegiatan-kegiatan
yang
positif
dalam
lingkungan
masyarakat.2 Berdasarkan
musyawarah para pengurus masjid dan tokoh
masyarakat yaitu Bapak M. Nuzul Wibawa, Bapak Ahmad Munjib, Bapak Athhiyah Fitri, Ibu Ida Farida dan Ibu Lisfah Sentosa Aisyah terbentuklah suatu organisasi remaja yang bernamakan Ikatan Remaja Masjid Fathullah yang disingkat dengan IRMAFA. Berawal dari kepengurusan pertama, program kerja IRMAFA masih bersifat sederhana seperti kegiatan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, Peringatan Hari Besar Islam, dan kegiatan Festival Fathullah. Namun kegiatan yang paling menonjol ketika kepengurusan ini adalah Festival Fathullah yang mana sasaran pesertanya dari TPA dan SD se-DKI 2
Dokumentasi Statuta Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Jakarta. Kegiatan ini diadakan 3 minggu sekali yaitu setiap hari minggu. Untuk kegiatan yang dilombakan diantaranya seperti peragaan busana muslim, hafalan al-Qur’an, menggambar dan mewarnai, dan lain sebagainya. Pada akhirnya tahun demi tahun IRMAFA telah banyak diketahui oleh masyarakat sekitar bahkan mayoritas mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta banyak yang berkenan untuk bergabung dalam organisasi ini. Sehingga organisasi ini banyak diminati oleh masyarakat dan mahasiswa ataupun remaja lainnya. Hingga sekarang organisasi remaja IRMAFA sudah memasuki tahun yang ke 15 atau periode yang ke-13. Sejak berdirinya kegiatan yang dilakukan IRMAFA selama 15 tahun ini banyak sekali peningkatanpeningkatan dari tiap periode walaupun sifatnya bertahap. Walaupun IRMAFA sudah berjalan lebih dari 10 tahun, namun organisasi kami masih perlu banyak belajar dari organisasi remaja masjid yang telah mapan dan eksis lainnya, agar terwujud sesuai dengan harapan kami sebagai organisasi yang bisa menjadi suritauladan yang baik bagi organisasi lainnya.3 2. Visi dan Misi Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam sebuah
organisasi, Visi dan Misi mempunyai peran yang
sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Visi dan misi juga memberikan pandangan yang jelas dan tujuan yang
3
akan dicapai dan
Wawancara pribadi dengan Aris Firdaus, Ketua IRMAFA, 21 September 2013
58
memberikan identitas atau cirri khas dari sebuah organisasi. Adapun Visi dari organisasi IRMAFA adalah : Terwujudnya generasi muda yang berilmu, beriman dan bertaqwa yang memperjuangkan nilai-nilai Islam serta peduli terhadap persoalan umat. Sedangkan Misi dari organisasi IRMAFA yaitu : Melaksanakan pembangunan yang terpadu antara Spiritualitas, Intelektualitas dan Solidaritas Sosial menuju terciptanya insan islami. “Berilmu, Beramal, dan Berdayaguna” adalah motto dari organisasi ini.4 3. Struktur Organisasi Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2012-2013 Organisasi Ikatan Remaja Masjid Fathullah yang memprioritaskan program kerja dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kualitas dari sumber daya insane remaja itu sendiri, sehingga dapat membantu remaja dalam menghadapi dan mengatasi kekurangan dan goncangan jiwa yang terjadi akibat perkembangan dan tantangan yang mereka hadapi. Struktur organisasi merupakan gambaran atau bentuk global dalam suatu pengurus sangatlah diperlukan, agar terhindar dari kesimpang siuran tugas dan tanggung jawab yang diamanati kepada selurug pengurus suatu organisasi. Adapun struktur organisasi IRMAFA 2013 terdiri dari :
4
Ketua Umum
: Aries Firdaus
Sekretaris Umum
: Heri Fajrin
Wawancara Pribadi dengan Aries Firdaus, Ketua IRMAFA, 21 September 2013
59
Bendahara Umum
: Eka Dewi Fithrotun Nisa
Ka. Dep. Kaderisasi : A. Bustomi Inal Qirom Ka. Dep. Keilmuan
: Mufassirul Alam
Ka. Dep. Senior
: Khairil Anam
Ka. Dep. Sosjarm
: Wawan Solihin
Ka. Dep. Keputrian
: Diana
Ka. Dep. Danus
: Nina Nurmilah
Ka. Dep. Mesintik
: Agus Haflatur Rahman5
4. Program Kerja Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai upaya untuk menggerakan dan meningkatkan peran dan keberadaan IRMAFA, maka harus didukung oleh gerak dan kreativitas sebagai upaya mencapai suatu tujuan dan cita-cita. Program kerja harus disusun secara sistematis, realitas, terarah dan terencana sehingga dapat menunjukan adanya peningkatan kualitas organisasi dengan terciptanya suasana ilmiah, dinamis dan inovatif sesuai dengan kondisi remaja. Fungsi pembagian kerja adalah sebagai landasan operasional IRMAFA dan memberikan arahan bagi pelaksanaan aktifitas dan kreatifitas anggota. Adapun pembagian kerja pengurus IRMAFA diantaranya : a. Program kerja Ketua IRMAFA Periode 2012-2013 1) Penambahan Inventaris a) Penambahan box file
5
Wawancara Pribadi dengan Aries Firdaus, Ketua IRMAFA, 21 September 2013
60
b) Pengadaan palu sidang c) Pengadaan permadani dan karpet d) Pengadaan box file department e) Hibah gelas dari keputrian f) Tukar tambah printer g) Pengadaan salon baru h) Pengadaan ATK i) Pengadaan gorden j) Pengadaan keyboard 2) Evaluasi pengurus secara insidental 3) Evaluasi pengurus kepanitiaan 4) Melaksanakan syukuran milad IRMAFA yang ke-16 5) Melaksanakan syukuran milad pengurus IRMAFA setiap 3 bulan sekali 6) Penganugerahan pengurus IRMAFA terbaik di IRMAFA 7) Pengadaan muhasabah pada malam tahun baru hijriah dan masehi di masjid fathullah 8) Mengadakan Musyawarah Umum Anggota ke-13 9) Mengadakan DAMPING (mendaki dan camping) b. Pogram kerja Sekretaris Umum IRMAFA 1) Memperbaiki administrasi IRMAFA 2) Pemeliharaan: Memperbaiki AC dan kipas Memperbaiki pintu
61 Memperbaiki jendela Pemeliharaan alat marawis 3) Membuat jadwal kebersihan dan kerapian IC 4) Membuat struktur organisasi 5) Membuat tim pendataan surat dan proposal 6) Penambahan dan pendataan buku-buku small library 7) Mendata ulang barang-barang inventaris IRMAFA c. Program kerja Bendahara Umum IRMAFA 1) Memperbaiki laporan keuangan 2) Mengajukan pembuatan KTA sekaligus ATM yang bekerjasama dengan Bank Muamalat 3) Penarikan infaq pengurus sebulan sekali 4) Membuat list donatur 5) Melakukan koordinasi dengan setiap bendahara department d. Program kerja Departmen Kaderisasi 1) REMATA 2012 2) Inaugurasi 2012 3) IRMAFA Jungle Obsetion 4) Rujak party and fun course 5) SMS kaka. 6) Pengabdian diri kuda terampil e. Program kerja Departmen Keilmuan 1) Kajian lintas perspektif 2) Arabian Club
62
3) English Club 4) Qira’ati 5) Mading 6) Training Motivasi 7) Management pustaka 8) Seminar Tahunan 9) TPA f. Program kerja Departmen Seni dan Olahraga (SENIOR) 1) Pelatihan marawis 2) Pelatihan futsal 3) Pelatihan badminton 4) Fathullah Cup 5) IRMAFA Futsal Cup 6) Rihlah Departmen SENIOR g. Program kerja Departmen Keputrian 1) Departmen Keputrian 2) Perayaan Hari Ibu 3) Perayaan Hari Kartini 4) Rihlah Akhwat 5) Sharing Akhwat 6) Arisan 7) Kreasi Akhwat h. Program kerja Departmen Sosjarm 1) Bakti Sosial (Anak Yatim dan Dhu’afa)
63
2) Kerja bakti membersihkan masjid 3) Pengajian Bulanan 4) Studi Banding 5) PHBI 6) IRMAFA Camp i. Program kerja Departmen Danus 1) Seminar Of Enterprainer 2) School Of Enterprainer 3) Jaket atau Almet (lanjutan periode sebelumnya) 4) Jualan Vs Departmen lain 5) Buka usaha/koperasi 6) Infaq/kas j. Program kerja Departmen Mesintik 1) Jurnalistik Online 2) IRMAFA TV 3) Radio Streaming6
B. Ruang lingkup Film Cinta Tapi Beda 1. Sinopsis Film Cinta Tapi Beda “Emosi, kejujuran, ego, kesabaran juga sedikit kelembutan dengan sendirinya keluar dari hati dan pikiran, tidak kurang tidak lebih, sesuai dengan porsi. Aku menghargainya sebagai sebuah proses mencapai hasil yang sempurna. Disitu aku mendapatkan kebahagiaan dan kesadaran,
6
Dokumentasi IRMAFA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011
64
bahwa hidup ini penuh warna. Karna alasan itu aku menjadi cheff yang mengolah banyak makanan menjadi satu kesatuan yang harmoni” Ujar Cahyo seorang koki asal Yogyakarta yang bekerja di salah satu restoran Italia ternama di Jakarta. Setelah ditinggal selingkuh oleh kekasihnya, Cahyo mulai mencoba memperbaiki hatinya meskipun kejadian itu terasa sangat sakit baginya. Cahyo mendambakan hubungan yang serius dan bisa membuat hidupnya semakin harmonis. Harapan Cahyo tersebut tidak lama kemudian datang melalui seorang gadis asal Padang bernama Diana (Agni Pratistha). Sebagai seorang penari anak murid bu Lik. Berawal dari pagelaran seni tari, Diana yang memiliki keterbiasaan demam panggung bersembunyi dibalik layar lebar ketika pagelaran ingin dimulai. Cahyo yang sedang berjalan dibelakang panggung tiba-tiba ditarik oleh Diana untuk ikut bersembunyi. Tak lama kemudian ketersembunyian mereka diketahui oleh bu Lik. Disanalah bu Lik segera menyuruh Diana untuk bergegas naik ke atas panggung. Dengan menarik nafas serta doa Diana pun mulai naik ke atas panggung. Selesai pertunjukan, murid tari bu Lik yang bagus dan berbakat pulang bersama dengan Cahyo. Cahyo yang berniat memberikan spaghetti untuk bu Lik ternyata tertinggal, akhirnya sekotak spaghetti tersebut diberikan kepada Diana ketika pulang bersama. Dengan kalung salib besar yang bergantung di leher, Diana menerima dan memakan sangat lahap spaghetti buatan Cahyo. Cahyo mendapat telepon dari ibunya di Yogyakarta, dan tak lama kemudian, Dianapun mendapat telepon dari
65
mama nya di Minang. Dari sanalah mereka saling mengetahui asal mereka masing-masing. Pada akhirnya Diana ternyata berhasil memikat hati Cahyo yang kebetulan ibunya dahulu sempat menggeluti profesi serupa. Keduanya pun saling jatuh cinta dan sepakat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Mereka saling menghormati kepercayaan masing-masing tanpa ada intimidasi satu sama lain. Ketika cahyo shalat, Diana menunggu Cahyo di depan
masjid. Dan ketika Cahyo makan di rumah Om Diana, dia
dimasakan makanan yang halal dengan alat masak yang berbeda pula. Di Jakarta Diana tinggal bersama Om dan Tantenya. Om Diana yang bernama Ronald menganut agama Kristen seperti Diana, sedangkan Tantenya adalah seorang muslim. Permasalahan pun mulai melanda mereka mengenai perbedaan keyakinan. Cahyo yang lahir dari keluarga Muslim tidak mendapat restu dari ibunda Diana yang memeluk agama Katolik begitupun sebaliknya. Sejak itulah keduanya terus mencari cara untuk bisa bersatu di tengah perbedaan tersebut. Berawal dari keberanian Cahyo yang ingin membawa Diana ke Jogya untuk menghadiri pesta sunnatan adiknya. Cahyo berniat untuk memperkenalkan Diana kepada keluarganya, karna itulah waktu yang sangat tepat bagi Cahyo. Awalnya Diana menolak untuk menyetujui permintaan Cahyo karna hal itu adalah langkah yang sangat besar untuk hubungan mereka. Namun, Cahyo yakin dengan keputusannya guna untuk melanjutkan langkah hubungan mereka. Sesampainya di Jogya, Diana
66
disambut hangat oleh ibunda dan adik Cahyo namun tidak begitu dengan bapak Fadholi ayahanda Cahyo. Pak Fadholi tidak senang akan keberadaan Diana selama di Jogya, bahkan dirinya menyindir Diana melalui seorang gadis yang menggunakan kerudung untuk tidak melepas hijabnya karna sudah menjadi aturan di dalam ajaran Islam. Dianapun risih dengan tutur kata pak Fadholi, bahkan dia meminta kepada Cahyo untuk tinggal dipenginapan saja, tetapi Cahyo tidak setuju dengan keinginan Diana. Dengan perasaan tersindir, Cahyo memberanikan diri untuk berbicara kepada ayahandanya, namun tak disangka Pak Fadholi mengeluarkan amarahnya, bahkan dirinya berkata bahwa “Di dalam sejarah keluarganya tidak akan pernah ada pernikahan berbeda agama, jika dilakukan maka akan memutus ikatan tali persaudaraan”. Dengan perasaan kecewa, Cahyo mengemas barang-barangnya. Ibunda Cahyo histeris melihat kejadian itu. Akhirnya Cahyo dan Diana pamit kepada ibunda, dan pergi tanpa pamit dengan pak Fadholi. Tanpa diketahui selama Diana dan Cahyo di Jogyakarta ternyata ibunda Diana datang ke Jakarta. Om dan tante Diana bingung harus berkata apa kepada Uni (ibu Diana) bahwa Diana sedang bersama kekasihnya di Jogya. Bahkan mereka takut jika ibunda Diana tau bahwa Cahyo adalah kekasih Diana yang tidak seiman. Sesampainya di Jakarta, Diana diperintahkan oleh Uni untuk segera menyelesaikan ujiannya dan segera pulang ke Padang. Namun Diana menolak. Ibunda Diana tidak menginginkan jika Diana mengikuti jejak kakak-kakaknya yang menikah dengan beda keyakinan. Oleh karnanya,
67
Uni datang tanpa sepengetahuan mereka. Om dan tante Diana disalahkan oleh Uni karna telah memberikan jalan kepada mereka berdua. Bagi Uni ini adalah masalah yang berat bagi keluarganya. Kakak-kakak Diana keluar dari ajaran agamanya karna menikah dengan orang yang berbeda keyakinan. Diana adalah anak bungsu Uni, oleh karenanya Diana adalah satu-satunya harapan Uni yang seiman. Dan Uni tidak ingin kehilangan Diana. Diana memohon kepada ibundanya untuk merestui hubungannya dengan Cahyo. Ketika itu, Diana menjelaskan bahwa Cahyo tidak seperti yang ibundanya katakan. Akan tetapi Uni tetap tidak menerimanya. Kegelisahan mereka semakin berat, dengan ketidak setujuan kedua orang tua mereka, baik pihak Cahyo begitupun Diana. Berbagai macam cara telah diusahakan oleh mereka berdua. Cahyo menemui Uni dan Diana ketika pulang latihan tari Diana, Cahyo mencoba untuk menjelaskan kepada Uni, namun Uni tidak mau mendengar penjelasan Cahyo, bagi Uni ini bukan masalah antara Cahyo dan Diana, akan tetapi ini adalah masalah dua hal yang tidak akan pernah direstui untuk bersatu. Akhirnya Uni berniat untuk menjodohkan Diana dengan pilihannya yaitu Oka, laki-laki Minang yang sebaya dengannya. Oka datang ketika pertunjukan tari Diana. Disana Oka bertemu dengan Uni ibunda Diana, mereka menyaksikan pertunjukan tari Diana, tak tertinggal Cahyo juga ikut menyaksikan pertunjukan tari tersebut. Selesai pertunjukan, mereka memberi selamat kepada Diana, selain memberikan ucapan selamat Uni juga memperkenalkan Oka kepada
68
Diana. Ketika itulah, Diana dan Cahyo memohon untuk ingin membicarakan hubungan selanjutnya kepada Uni. Dan akhirnya Uni pun mengizinkan mereka bicara. Sesampainya di rumah om Ronald, Cahyo angkat bicara sambil menyodorkan sebuah cincin dengan kotaknya bahwa dirinya ingin melamar Diana. Diana merasa kagum dengan keberanian Cahyo. Namun, uni tidak menerima lamaran Cahyo. Meskipun Cahyo berjanji bahwa tidak akan memaksa Diana untuk ikut ajaran Cahyo. Diana mencoba memohon kepada ibundanya, sampai Diana jatuh pingsan dan Cahyo dibujuk keluar oleh om Ronald, mereka tetap tidak diizinkan. Diana dibawa pulang ke Padang oleh Uni. Cahyo frustasi dengan masalah yang ia hadapi. Sampai Cahyo mendapat surat resain dari bos nya dan tidak bisa bekerja di restaurant. Dengan berdiam diri, Diana balik ke Jakarta tanpa sepengetahuan Uni. Dia hanya memberikan selembaran kertas di atas mejanya dengan tulisan “bukan maksud Diana tidak berbakti, Diana hanya ingin mngejar masa depan Diana dengan Cahyo”. Cahyo dan Diana pergi ke Kantor Urusan Agama (KUA) untuk mendaftar pernikahan mereka, namun pegawai tidak menyetujui pendaftaran mereka, pegawai KUA berkata bahwa tidak akan bisa dua pasang kekasih menikah berbeda agama, terkecuali diantara keduanya ada yang mengalah untuk pindah keyakinan. Sulit bagi Cahyo dan Diana untuk keluar dari ajaran masing-masing. Tak lama kemudian, Cahyo mendapat telepon dari om Ronald, ia mengabarkan bahwa ibunda Diana jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit kota Padang. Diana bergegas ke Padang untuk
69
menemui ibunya yang berbaring di rumah sakit. Untungnya saat itu masa kritis Uni sudah terlewati, “Uni hanya butuh waktu untuk banyak istirahat saja” ucap Oka yang juga berprofesi sebagai dokter. Diana mencoba untuk menutup lembaran kisahnya dengan Cahyo selama di Padang, dia hanya bisa berpasrah diri akan kejadian yang ia alami, meskipun banyak hari-hari indah yang sudah ia lewati bersama, namun apalah daya keluarga mereka sama sekali tidak merestui akan perbedaan itu. Cahyo pun memutuskan pulang ke Jogyakarta, sesampainya disana Cahyo langsung berlutut kepada pak Fadholi sambil meminta maaf atas kesalahannya. Ibunda Diana meminta Oka untuk segera menikahkan Diana, meskipun Oka tau bahwa itu akan menyiksa perasaan Diana. Begitu pula dengan pak Fadholi, beliau bermaksud mengenalkan Cahyo kepada putri pak lurah tentunya cantik, shalehah bahkan hafal Al-Qur’an. Di Padang Diana mempersiapkan semua acara pernikahannya dengan Oka, dengan perasaan terpukul Diana memohon kepada Oka untuk membantu melupakan Cahyo pria idaman yang pernah singgah di hatinya. Pada saat itu, Cahyo mencoba menghubungi Diana namun tidak tersambung. Kegelisahan Cahyo di ketahui oleh ibundanya, ibunda Cahyo tidak tega melihat keadaan anaknya seperti itu, pada akhirnya beliau memberanikan diri membujuk ayahnya agar merestui jalan Cahyo dan Diana. Akhirnya Cahyopun diizinkan untuk mengejar Diana ke Padang. Tibalah hari dimana pernikahan Diana dan Oka berlangsung di sebuah gereja besar dan dihadiri oleh banyak para undangan. Ketika
70
perjanjian pernikahan mulai diucap, pertanyaan-pertanyaan pendeta terlontar berawal dari pengantin pria, namun menuju giliran pertanyaan Diana, Diana hanya berdiam diri tidak angkat bicara bahkan ia hanya terus menerus mengeluarkan air mata. Hingga akhirnya Oka mengambil alih bertanya kepada Diana, namun Diana tetap dalam keadaan yang sama. Tak lama kemudian, dengan tegas Oka membatalkan pernikahan tersebut. Uni, om dan tante Diana heran dengan pembatalan yang di ucapkan Oka kepada pendeta di depan para undangan. Oka berkata ia tidak ingin mengorbankan perasaan seseorang demi pernikahan yang ia jalani, baginya pernikahan adalah awal dari kebahagiaan, bukan awal dari kesedihan yang entah kapan akan berlarut. Ibunda Diana duduk bersandar lemas, Oka meminta maaf kepada Uni bahwa tidak bisa melanjutkan semua ini, karna dia takut akan ada banyak orang yang tersakiti. Tak lama, Diana berlutut kepada ibundanya sambil mengeluarkan air mata dan memohon maaf bahwa dirinya gagal menjadi anak seperti yang ibunya inginkan. Saat itu, terbukalah hati Uni, dia menyadari bahwa perjodohan oleh orang tua tidak pantas lagi untuk anak yang sudah dewasa. Ketika itu pulalah Diana diizinkan pergi karna dirinya tidak ingin melihat air mata Diana yang mengalir terus menerus. Dengan kebetulan Cahyo tiba di gereja dimana tempat pernikahan Diana berlangsung, dan tanpa disadari Diana sudah berada di depan matanya. Sambil memandang satu sama lain Diana menuju Cahyo sambil turun menginjak anak tangga dengan perasaan haru. Pada akhirnya mereka kembali bersama. Namun tidak diketahui, apakah mereka menikah dengan
71
perbedaan keyakinan, ataukah hanya menjalin hubungan sebatas tanpa menikah, dan ataukah mereka menikah dengan salah satu dari mereka pindah keyakinan. 2. Para KRU dan Pemeran (Artis) Film Cinta Tapi Beda Sutradara
: Hanung Bramantyo Hestu Saputra
Produser
: Raam Punjabi
Pimpinan Kreatif
: Raakhee Punjabi
Produser Supervisi
: Albert Limboro
Penulis Skenario
: Taty Apriliyana Perdana Kartawiyudha Novia Faizal
Ide Cerita
: Hanung Bramantyo Hestu Saputra
Penyuting Gambar
: Wawan Wibowo
Penata Musik
: Erros Chandra Ferry Efka
Penata Suara
: Satrio Budiono Sutrisno
Penata Rias Dan Busana
: Retno Ratih Damayanti
PEMAIN Cahyo fadholi
: Reza Nangin
Diana fransisca
: Agni Pratistha
72
Oka
: Choky Sitohang
Mitha
: Ratu Felisha
Cowok baru Mitha
: Agus Kuncoro
Bunda diana
: Jajang C. Noer
Om ronald
: Leroy Osmany
Tante stella
: Ayu Dyah Pasha
David
: Hudson Prananjaya
Made
: Haris Gepeng
Pak Fadholi
: Sumaryoso
Lestari
: Sitoresmi
Retno fadholi
: Rara Nawangsih
Lintang fadholi
: Nokky
SOUNDTRACK Melebur Beda
: The Finest Tree
Syahadat Cinta
: Chandra Malik feat Hendri Lamiri, John Paul Ivan, Dik Doang7
7
Dokumentasi film Cinta Tapi Beda
BAB V HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data-data Hasil Penelitian Lapangan 1. Deskripsi Data Responden Dalam bab ini membahas mengenai hasil analisa data dengan menggunakan prosedur yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Datadata yang diperoleh seputar identitas responden berupa jenis kelamin, usia dan hasil pernyataan responden terhadap film Cinta Tapi Beda. Data tersebut kemudian diolah untuk menganalisa respon Remaja Islam Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan jenis kelamin dan usia terhadap film Cinta Tapi Beda dalam dua skala respn, yakni: kognitif dan afektif. Dari data yang didapat sebanyak 30 responden, dibagi berdasarkan jenis kelamin. Adapun frekuensi jumlah responden sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin NO
Jenis Kelamin
F
Fr
1
Laki-laki
12
40%
2
Perempuan
18
60%
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat kita lihat distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang atau 40% dan perempuan sebanyak 18 orang atau 60%. Melihat data tersebut, didapati jumlah respon perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
73
74
jumlah responden laki-laki. Jumlah tersebut sudah terwakili dari jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Tidak hanya data berdasarkan jenis kelamin, data berdasarkan usia pun disajikan dalam bab ini. Adapaun karakteristik responden berdasarkan usia dalam data tersebut adalah, 19 tahun, 20 tahun, 21 tahun, 22 tahun 23 tahun, dan 24 tahun. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia NO
Jenis Usia
F
Fr
1
19 tahun
3
10%
2
20 tahun
6
20%
3
21 tahun
8
26,67%
4
22 tahun
7
23,33%
5
23 tahun
4
13,33%
6
24 tahun
2
6,67%
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat usia 19 tahun sebanyak 3 orang (10%), responden tingkat usia 20 tahun sebanyak 6 orang (20%), responden 21 tahun sebanyak 8 orang (26,67%), responden 22 tahun sebanyak 7 orang (23,33%), responden 23 tahun sebanyak 4 orang (13,33%) dan responden 24 tahun sebanyak 2 orang (6,67%) dengan total responden keseluruhan 30 orang.
B. Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) Terhadap Film Cinta Tapi Beda Dalam mengkategorikan respon, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe respon dibagi menjadi 3 kategori kognitif, afektif dan
75
konatif/behavioral. Berikut ini adalah respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) berdasarkan kognitif, afektif dan konatif: 1. Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) Terhadap Film Cinta Tapi Beda Dalam Skala Kognitif Respon kognitif merupakan respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai suatu hal. Respon ini muncul dikarenakan adanya perubahan terhadap persepsi atau pemahaman khalayak. Dari data yang terkumpul, respon remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Film Cinta Tapi Beda dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3: Tanggapan responden dari segi efek media massa (efek kognitif/pengetahuan) setelah menyaksikan film Cinta Tapi Beda No 1
Pertanyaan Saya mengetahui film Cinta
SS
S
TS
STS
SKOR RANGKING MEAN
10
20
130
4
4.3
13
17
133
3
4.4
19
11
139
1
4.6
Tapi Beda 2
Film Cinta Tapi Beda menceritakan tentang sepasang remaja menjalin hubungan dengan berbeda keyakinan
3
Setelah saya menonton film Cinta Tapi Beda, saya mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan menurut pandangan Islam khususnya di dalam perbedaan agama
76
4
Meskipun Cahyo dan Diana
8
21
15
15
1
126
5
4.2
135
2
4.5
668
5
22
berbeda keyakinan, tetapi mereka tetap menghormati kepercayaan diantara mereka 5
Film Cinta Tapi Beda mempunyai pesan sosial yang dapat diterapkan dalam kehidupan khususnya bertoleransi terhadap perbedaan agama JUMLAH
Rata-rata Skor Kognitif Responden adalah 22 : 5 = 4.4
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa respon IRMAFA terhadap variabel ketiga menempati peringkat pertama dengan skor tertinggi 139, yakni setelah responden menonton film Cinta Tapi Beda, responden mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan menurut pandangan Islam khususnya di dalam perbedaan agama. Ini mengartikan bahwa terdapat batasan dimana seorang muslim atau muslimah saling menghormati dan bekerja sama diantara masyarakat yang berkomponen beda khususnya antar perbedaan agama. Inilah yang diartikan sebagai toleransi. Allah SWT menciptakan umat manusia di muka bumi ini, dengan berbagai umat manusia yang berkelompok dalam berbagai suku, bangsa dan agama. Itu semua adalah kodrat Allah, sunnatullah, dan memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Juga merupakan suatu ciptaan Allah yang bagi umat beriman mengandung suatu ujian, bagaimana menyikapi perbedaan dan menyikapi adanya berbagai perbedaan khususnya dalam perbedaan agama.
77
Dalam konteks toleransi antarumat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas, Inilah prinsip yang mesti dipegang oleh setiap muslim. Prinsip ini mengajarkan sikap tidak loyal terhadap non-muslim. Namun bukan berarti kita tidak berbuat baik pada mereka. Bentuk ihsan (berbuat baik) disini yaitu tetap berbuat baik, namun dalam hal berkaitan dengan keyakinan dan agama, tidak boleh sebagai seorang muslim ada simpatik dan kasih. Ini prinsip yang mesti terus dijaga.1 Sebagaimana Firman Allah SWT:
Artinya; “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6)
Menurut ayat ini, Islam membenarkan kaum muslimin untuk berinteraksi dengan ummat-ummat non muslim itu dalam bidang-bidang kehidupan umum. Namun di saat yang sama Islam memberikan ketegasan sikap ideologis berupa baraa’ atau penolakan total terhadap setiap bentuk kesyirikan aqidah, ritual ibadah ataupun hukum, yang terdapat di dalam agama-agama lain. Maka tidak boleh ada pencampuran antara Islam dan agama-agama lain dalam bidang-bidang aqidah, ritual ibadah dan hukum.2 Islam mengajarkan agar kita menjamin keselarasan kehidupan dengan lingkungan, apalagi dengan sesama manusia. Toleransi yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW terhadap agama-agama lain sangat jelas sebagaimana terungkap dalam sejarah.
1
Muhammad Abduh Tuasikal, Bagimu Agamamu Bagiku Agamaku, artikel diakses pada tanggal 30 Desember 2013 dari http://remajaislam.com/islam-dasar/aqidah/219-bagimu-agamamubagiku-agamaku.html 2 Ahmad Mudzoffar Jufri, MA. Tafsir Ringkas Surat Al-Kafirun, artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://konsultasisyariah.net/content/view/101/
78
Pernah suatu saat para pendeta dari agama Nasrani datang kepada Rasulullah SAW untuk mengetahui tentang agama Islam. Dalam beberapa hari mereka hidup bersama umat Islam. Pada suatu saat sampailah mereka pada hari Ahad, hari dimana bagi orang Nasrani adalah hari beribadah untuk mengagungkan Tuhannya. Rasulullah SAW memberi kesempatan seluasluasnya untuk melakukan itu. Namun di lingkungan umat Islam itu tidak ada gereja untuk mereka gunakan melakukan ritual ibadah, maka problem seperti ini disampaikan kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW merelakan dan mempersilakan para pendeta itu untuk melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya di masjid.3 Dari film Cinta Tapi Beda inilah, responden mengetahui batasan yang boleh dan tidak boleh dalam sebuah perbedaan keyakinan Peringkat kedua terdapat dalam variabel kelima dimana responden setuju Film Cinta Tapi Beda mempunyai pesan sosial yang dapat diterapkan dalam kehidupan khususnya bertoleransi terhadap perbedaan agama. Sebagaimana cuplikan film Cinta Tapi Beda ketika Cahyo melaksanakan shalat jumat di sebuah masjid, Diana gadis nasrani ikut menemani dengan menunggu Cahyo di depan masjid tanpa masuk ke dalam masjid. Tolensi adalah sikap tenggang rasa, menghormati dan menghargai orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Dr. Harun Nasution berpendapat toleransi dalam Islam di antaranya, mencoba melihat kebenaran yang ada di luar agama lain. Artinya, kebenaran juga ada dalam agama selain Islam. Selain itu, toleransi berarti cara membina rasa persaudaraan satu Tuhan. Sikap toleransi harus mendasari sikap perilaku dalam kehidupan sehari-hari dan 3
Drs. H Kasno Sudaryanto, M.Ag, Batas-batas Toleransi Antar Umat Beragama, artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://www.masjidalakbar.com/khutbah1.php?no=87
79
toleransi sangat dibutuhkan untuk menjaga hubungan antar sesame demi terciptanya persahabatan, persaudaraan dan persatuan serta kesatuan suatu masyarakat.4 Allah SWT menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Perbedaan tersebut sebenarnya menjadi alasan terciptanya sikap saling mengenal dan saling menghormati serta menghargai. Sebagaimana firman Allah SWT;
Artinya : Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari lakilaki dan perempuan, dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah. (QS. AlHujurat : 13)
Perbedaan yang ada merupakan suatu hal yang wajar. Dari perbedaan yang ada inilah kita ditantang untuk mengeyampingkan perbedaan dan menjadikan perbedaan tersebut sebagai sarana untuk menjalin persaudaraan yang erat.
5
Dengan perbedaan inilah kita dituntut untuk memiliki sikap
toleransi terhadap ummat beragama. Pesan moral yang disampaikan dalam film Cinta Tapi Beda merupakan sebuah toleransi terhadap perbedaan keyakinan, sehingga responden Ikatan Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setuju bahwa film Cinta Tapi Beda memberikan pesan moral.
4
Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat - Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian, (Jakarta : KOMPAS, 2010),h.23 5 Artikel ini diakses pada 30 Dsember 2013 dari http://www.bimbie.com/toleransi-dalamal-quran.htm
80
Peringkat ketiga terdapat pada variabel ketiga dengan skor sebesar 133, dimana responden setuju bahwa Film Cinta Tapi Beda menceritakan tentang sepasang remaja menjalin hubungan dengan berbeda keyakinan. Cahyo sebagai seorang chef yang beragama Islam jatuh cinta kepada seorang penari asal Minang yang beranut Katolik bernama Diana. Kisah kasih mereka memiliki banyak halangan dan rintangan baik dari pihak keluarga Cahyo maupun Diana, hingga akhirnya mereka diizinkan untuk bersama. Peringkat keempat terdapat pada variabel pertama dengan skor 132, responden setuju bahwa mereka mengetahui adanya film Cinta Tapi Beda, hal ini disebabkan karna film ini sempat membuming akibat adanya kontroversi. Film Cinta Tapi Beda diluncurkan di bioskop Indonesia pada tanggal 27 Desember 2012, dengan disutradarai Hanung Bramantyo dan dibintangi oleh aktor dan aktris Indonesia papan atas seperti Agni Prathista, Choki Sitohang, Reza Nangin, Agus Kuncoro dan lain-lain. Namun, film ini tak sempat beredar lama. Karna adanya penarikan film Cinta Tapi Beda terhadap kontroversi. Variabel keempat menempati peringkat kelima, responden setuju di dalam film Cinta Tapi Beda meskipun Cahyo dan Diana berbeda keyakinan di dalam hubungan mereka, namun mereka tetap menghormati kepercayaan diantara mereka. Ini terbukti adanya adegan ketika Cahyo dan Diana makan bersama, mereka berdoa dengan keyakinan masing-masing, adegan lainnya ketika Cahyo diundang makan di rumah Om Diana, disana tante Diana memasakan khusus untuk Cahyo dengan alat masak yang berbeda pula, ini agar terhindar dari makanan yang tak halal dalam Islam. Selain itu, adegan ketika Cahyo
81
beribadah di sebuah masjid, Diana mendampingi dengan menunggu Cahyo di luar masjid. Dan adegan Cahyo dengan kukuhnya mempertahankan toleransi ketika dia melarang Diana melepaskan bandul salibnya saat bertemu ayah dan ibunya. Dia beranggapan bahwa seharusnya Sang Ayah yang mengajarkan toleransi pada warganya terlebih dahulu memberi contoh di keluarganya. Sikap saling menghormati kepercayaan diantara pasangan inilah yang membuat responden Ikatan Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) setuju bila meskipun Cahyo dan Diana berbeda keyakinan namun mereka tetap saling menghormati kepercayaan mereka masing-masing. 2. Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) Terhadap Film Cinta Tapi Beda Dalam Skala Afektif Respon afektif merupakan respon yang berkaitan dengan perasaan atau berhubungan dengan emosi, sikap dan penilaian seseorang terhadap sesuatu. Respon ini dikarenakan adanya perubahan terhadap yang disenangi khalayak terhadap sesuatu hal. Berdasarkan data yang di dapat, respon afektif remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap film Cinta Tapi Beda dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4 : Tanggapan responden dari segi efek media massa (efek afektif/Perasaan) setelah menyaksikan film Cinta Tapi Beda No 1
Pertanyaan Sebuah film harus memiliki
SS
S
13
17
6
21
7
21
TS
STS
SKOR RANGKING MEAN 133
2
4.4
3
121
5
4
2
123
4
4.1
cerita yang berbobot 2
Saya senang menyaksikan film Cinta Tapi Beda
3
Saya menyukai cerita dalam
82
film Cinta Tapi Beda 4
Setelah menonton film Cinta
24
6
16
11
144
1
4.8
130
3
4.3
651
5
21.7
Tapi Beda, saya harus berhatihati dalam memilih pasangan hidup 5
Dalam ending cerita ini tidak
3
ada kelanjutan hubungan antara Cahyo dengan Diana JUMLAH
Rata-rata Skor Afektif Responden adalah 21.7 : 5 = 4.34
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa yang mendapat rangking pertama dalam respon skala afektif adalah variabel keempat yakni responden merasa harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidup setelah menyaksikan film Cinta Tapi Beda dengan skor sebesar 144. Hal ini disebabkan karena Islam mengajarkan untuk lebih selektif di dalam memilih pasangan hidup. Dalam membentuk sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, pemilihan pasangan hidup merupakan pintu gerbang pertama yang harus dilewati secara benar sebelum masuk kepada lembaga keluarga Islami yang sesungguhnya, sehingga perjalanan selanjutnya menjadi lebih mudah dan indah untuk dilalui. Karena itu ajaran Islam sangat menekankan system pemilihan pasangan hidup yang berpedoman kepada nilai-nilai Islam. Tujuannya agar lelaki yang shalih akan mendapatkan wanita yang shalihah, demikian pula sebaliknya. Sebagaimana firman Allah SWT:
83
Artinya : “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan lakilaki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An-Nuur: 26).6 Kecermatan memilih pasangan hidup sangat menentukan keberhasilan perjalanan seseorang di dunia dan akhirat. Apalagi mengingat pernikahan merupakan bentuk penyatuan dari dua lawan jenis yang berbeda dalam banyak hal, keduanya tentu memiliki kebaikan dan keburukan yang tingkatannya juga berbeda satu sama lain. Ini menjadi suatu hak dan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah untuk mencari pendamping yang benar-benar akan membuka pintu kebaikan buat dirinya dan mengundang keridhaan dari Rabbnya dan hal ini hanya dapat dicapai bila diawali proses pemilihan calon pasangan hidup yang selektif, yang dilandasi oleh semangat Islami sebagai dasar terjadinya suatu pernikahan. Meskipun iklim pergaulan di masyarakat yang memang cenderung permisif dan belum Islami, merupakan penyebab utama yang melahirkan pernikahan sebatas dorongan nafsu semata. Tolak ukur pencarian pasangan hidup jarang yang berorientasi pada nilai-nilai agama. Melainkan seringkali hanya sebatas keindahan fisik, melimpahnya materi dan mulianya status di masyarakat, atau bahkan hanya karena sudah terlanjur cinta yang telah menyebabkan mata hati menjadi buta terhadap kebaikan dan keburukan orang yang dicinta. Rasulullah SAW bersabda : 6
Anugerah & Hendra, Memilih Pasangan Hidup, artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://anugerah.hendra.or.id/pra-nikah/memilih-pasangan-taaruf/memilih-pasanganhidup/
84 “Wanita dinikahi atas dasar empat perkara: karena hartanya, karena kecantikannya, karena keturunannya, dan k arena agamanya. Barang siapa yang memilih agamanya, maka beruntunglah ia”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Maka jelaslah bahwa ada empat dasar dalam menentukan siapa yang layak untuk kita pilih menjadi pasangan hidup kita, yakni kekayaan, keelokan, keturunan serta akhlak dan agama.7 Berdasarkan inilah responden merasa harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidup setelah menonton film Cinta Tapi Beda Peringkat kedua yaitu pada variabel pertama, responden setuju sebuah film harus memiliki cerita yang berbobot. Film merupakan media komunikasi massa, sedangkan media komunikasi massa adalah proses komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu film. Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia. Film merupakan medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Bahkan film sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasan, melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit.8 Sebuah film dapat dikatakan film yang bagus dan memiliki cerita yang berbobot apabila memiliki 3 kriteria berikut ini ;
7
Sandy Legia, Karena Agamamu Kutertarik, artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://www.dakwatuna.com/2012/04/02/19672/karena-agamamu-ku-tertarik-memaknaihadits-nabi-saw/#axzz2p3yccpyU 8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti 2003), Cet. 11, h.209
85
Pertama, sebuah film harus memiliki alur cerita yang kuat. Walaupun sebuah film hanya menceritakan sebuah cerita yang sederhana dengaan cara yang tepat, film tersebut bisa jadi lebih baik daripada sebuah film yang berisikan cerita yang penuh intrik dengan terlalu banyak plotting cerita yang tidak berkesinambungan. Kedua, sebuah film yang baik harus mampu membangkitkan emosi para penontonnya. Misalnya, jika kita menonton film komedi, seharusnya kita bisa tertawa karena kelucuan-kelucuan dalam adegan film pada saaat kita menontonnya. Ketiga, teknik sinematografii juga memainkan peran yang sangat penting dalam proses pembuatan film secara visual. Sinematografi yang baik, mempersiapkan dan menyuguhkan suasana hati dan emosional pada keseluruhan film, mengisi transisi antara adegan-adegan yang efektif dan kreatif, seperti sudut kamera yang kreatif, pencahayaan yang baik dan menjaga detil-detil visual yang tidak penting yang hanya menjadikan kekonyolan, ketidaksesuaian dengan adegan dan keseluruhan film.9 Jadi, saat penonton film sudah mulai memiliki pemahaman bahwa sebuah film itu sangat baik mempengaruhi cara pandang dan pemikiran penontonnya, maka sudah saatnya penonton film mampu memilih film-film yang dianggap layak tonton dan memang memiliki pesan dan cerita yang baik. Dari pemahaman ini, maka responden Remaja Islam Majid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setuju jika sebuah film harus memiliki cerita yang berbobot.
9
Brian Gardner, “3 Kriteria Film yang dapat dikatakan Bagus” Majalah Kinescope, September 2013
86
Peringkat ketiga yaitu terdapat pada variabel kelima dengan skor sebesar 130, responden merasa dalam ending cerita film Cinta Tapi Beda tidak ada kelanjutan hubungan antara Cahyo dengan Diana. Diceritakan akhir cerita dari Cahyo dan Diana, ketika itu Diana batal menikah dengan Oka lelaki seiman yang dijodohkan oleh ibundanya. Oka melepaskan Diana begitu saja karna Diana tetap menangis ketika mengucap janji perkawinan. Sedangkan ibunda Diana juga ikut merelakannya untuk tidak mengekang keinginannya sang buah hatinya lagi. Dengan bersamaan, ibu Cahyo juga mengizinkan Cahyo untuk menemui Diana gadis pujaan hatinya, walaupun tak seperti bapak Cahyo yang bersikeras tidak merelakan bahwa berdosa jika menikah dengan gadis musyrik. Namun saat itu mereka bertemu di sebuah tangga sambil berpegangan tangan dan tersenyum. Inilah akhir dari sebuah film Cinta Tapi Beda, ini menjadi sebuah pertanyaan di dalam kelanjutan kisahnya. Ada beberapa kemungkinan yang dapat di simpulkan, diantaranya; mereka menikah dengan keyakinan mereka masing-masing, mereka menikah dengan salah satu dari mereka pindah keyakinan, atau mereka tetap dengan hubungan mereka tanpa menikah. Oleh karenanya responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setuju bahwa tidak ada kejelasan ending dalam film Cinta Tapi Beda ini. Peringkat keempat terdapat dalam variabel ketiga dengan skor sebesar 123, responden menyukai cerita dalam film Cinta Tapi Beda. Ini dikarenakan film Cinta Tapi Beda dikemas untuk usia remaja dan menceritakan tentang kehidupan remaja saat ini dengan konflik perbedaan agama. Dimana hukum sebuah pernikahan beda agama masih diperselisihkan oleh para ulama.
87
Peringkat kelima terdapat dalam variabel kedua dengan skor sebesar 121, responden merasa senang menyaksikan film Cinta Tapi Beda. Tak hanya sepintas film drama, namun film ini juga memiliki pesan moral yang baik untuk dipercontohkan, dan dari film inilah kisah kasih Diana dan Cahyo dapat menginspirasikan banyak orang untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan. Oleh karenanya tak salah jika responden Remaja Islam Majid Fathullah (IRMAFA) merasa senang ketika menyaksikan film ini. 3. Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) Terhadap Film Cinta Tapi Beda Dalam Skala Konatif Tabel 5: Tanggapan Responden Terhadap film Cinta Tapi Beda dalam Skala Konatif No 1
Pertanyaan Lebih memilih orang tua
SS
S
TS
STS
SKOR RANGKING MEAN
23
7
143
3
4.6
25
5
145
1
4.8
24
6
144
2
4.7
432
3
14.1
dibanding kekasih yang belum sah 2
Memilih pasangan hidup karna agamanya
3
Lebih menghargai adanya toleransi dalam beragama JUMLAH
Rata-rata Skor Skala Konatif adalah 14.1 : 3 = 4.7
Berdasarkan tabel 5 diatas tentang respon konatif remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) terhadap film Cinta Tapi Beda di dapatkan variabel kedua menduduki peringkat pertama dengan jumlah skor sebesar 145. Responden setuju bahwa untuk memilih pasangan hidup harus dilihat dari segi agamanya.
88
Sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh Mamah Dedeh dalam ceramahnya di salah satu program TV Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh, beliau menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW bersabda : “Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena hartanya, atau karena keturunannya, atau karena kecantikannya atau karena agamannya. Tetapi hendaklah kamu pilih wanita yang beragama (akhlak mulia) niscaya akan selamat kedua tanganmu”. (HR Bukhari dan Muslim) Ini berarti jika ada orang yang mencari jodoh hanya karna kaya sematamata tanpa agama maka ia akan sengsara, jika ada orang yang mencari jodoh hanya turunan semata-mata tanpa mengetahui agama maka ia akan sengsara, begitu pula dengan orang yang mencari jodoh hanya kecantikan dan ketampanan semata-mata tanpa mengerti agama maka kehidupannya akan sengsara. Hadist ini menyampaikan kriteria yang pertama akan mengerti agama dan pengamalan agama yang baik di dalam mencari pasangan hidup. Karna ada yang mengerti agama tapi tidak mengamalkannya dengan baik. Oleh karenanya, menurut mamah Dedeh Islam mengajarkan untuk mencari yang mengerti agama dan mengamalkannya dengan baik.10 Peringkat kedua terdapat pada variabel ketiga, dengan skor sebesar 144. Responden setuju jika lebih menghargai adanya toleransi dalam beragama. Toleransi
berarti
bersifat
atau
bersikap
menghargai,
membiarkan,
membolehkan pendirian (pendapat, pandangan kepercayaan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Hakikat toleransi pada intinya adalah usaha kebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki
10
2013
Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh, Pernikahan Beda Agama, ANTV, Episode 14-01-
89
tujuan luhur yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antar agama.11 Manfaat toleransi dalam beragama sangatlah banyak dan sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat menghindari perpecahan masalah, mempererat hubungan, dan mengkokohkan iman. Adapun contoh dari toleransi sendiri yakni saling menghormati, tidak menggangu, dan partisipasi. Dengan sikap dan sifat yang saling menghormati terhadap adanya perbedaan akan menciptakan suasana yang damai oleh karnanya toleransi sangat penting di dalam kehidupan beragama. Peringkat ketiga terdapat pada variabel pertama dengan skor sebesar 143. Responden menyetujui lebih memilih orang tua dibanding dengan kekasih yang belum sah. Berbakti kepada orang tua merupakan ajaran Islam yang tinggi dan paling mulia, oleh karna itu memilih orang tua adalah hal yang terpenting Tabel 6: Tanggapan Responden Terhadap Judul film Cinta Tapi Beda No 1
Pertanyaan Film Cinta Tapi Beda
SS
S
TS
STS
SKOR RANGKING MEAN
7
23
127
2
4.2
12
18
132
1
4.4
4
15
102
3
3.4
361
3
12
judulnya bagus 2
Judul film sesuai dengan isi film
3
Judul film Cinta Tapi Beda
11
membuat penasaran JUMLAH
Rata-rata Skor Tanggapan Responden Terhadap Judul film adalah 12 : 3 = 4 11
Zakiyuddin Baidhaww, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, (Jakarta: Erlangga, 2005),h.42
90
Berdasarkan tabel 6 diatas tentang tanggapan responden mengenai judul film Cinta Tapi Beda, dapat dilihat yang mendapat rangking pertama dalam skala ini terdapat pada variabel kedua dengan skor sebesar 132, responden setuju bahwa judul film Cinta Tapi Beda sesuai dengan isi film. Cinta Tapi Beda adalah sebuah film percintaan yang menceritakan tentang kisah kasih dengan perbedaan, Beda yang dimaksud adalah perbedaan agama. Jadi film Cinta Tapi Beda menceritakan tentang cinta beda agama. Namun, banyak yang berpendapat dari masyarakat bahwa film ini melahirkan kesebuah pernikahan.12 Karena di dalam ending film kedua tokoh „hanya‟ berpegangan tangan setelah keduanya mendapat restu terpaksa dari masingmasing orang tua, sehingga akhir film Cinta Tapi Beda masyarakat 90nsane kesimpulan tersirat 90nsane90 pelegalan hubungan beda agama. Peringkat kedua dalam tabel 6 terdapat dalam variabel pertama dengan skor sebesar 127. Responden menyetujui bahwa film Cinta Tapi Beda memiliki judul yang bagus. Judul merupakan bagian terpenting baik untuk sebuah artikel, karya tulisan, buku ataupun sebuah film. Judul yang baik yaitu judul yang mudah diingat, dan membuat penasaran. Cinta Tapi Beda adalah sebuah judul film yang mudah untuk diingat dan membuat penasaran ini berarti film Cinta Tapi Beda memiliki judul yang bagus. Peringkat ketiga terdapat dalam variabel ketiga dengan skor sebesar 102, responden menyetujui bahwa judul film Cinta Tapi Beda membuat penasaran. Kriteria judul film yang bagus adalah yang mudah diingat dan membuat penasaran. penasaran adalah perasaan yang sangat menghendaki, 12
Sofistika Carevy Ediwira, Sekilas Tentang Film Cinta Tapi Beda, Opini ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://www.dakwatuna.com/2013/01/12/26575/sekilas-tentang-filmcinta-tapi-beda/#axzz2p3yccpyU
91 sangat ingin hendak mengetahui sesuatu.13 Judul Cinta Tapi Beda menjadi sebuah film yang membuat penasaran menurut respon Ikatan Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tabel 7: Tanggapan Responden Terhadap Tema film Cinta Tapi Beda No 1
Pertanyaan Tema film Cinta Tapi Beda
SS
S
TS
8
20
2
16
STS
SKOR RANGKING MEAN 124
4
4.1
14
136
1
4.5
11
19
131
2
4.4
8
21
126
3
4.2
517
4
17
menceritakan kejadian factual 2
Tema film Cinta Tapi Beda mengulas tentang percintaan beda agama
3
Tema film Cinta Tapi Beda merupakan cerminan kehidupan pasangan remaja yang berbeda keyakinan
4
Tema film memberikan
1
banyak pesan moral JUMLAH
Rata-rata Skor Tanggapan Responden Terhadap Tema film adalah 17 : 4 = 4.25
Berdasarkan tabel 7 tentang tanggapan responden mengenai tema film, dapat dilihat bahwa yang menduduki peringkat pertama dalam tabel ini adalah variabel kedua dengan skor sebesar 136, responden menyetujui bahwa tema film Cinta Tapi Beda mengulas tentang percintaan beda agama. Sebuah tema ialah yang menentukan jalan sebuah alur cerita dari sebuah film. Tema sendiri adalah sebuah media penyampaian kepada masyarakat luas untuk menggambarkan gagasan, informasi, ungkapan atau 13
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) h. 986
92
ekspresi yang dapat diperbincangkan. Pada dasarnya seseorang tertarik pada suatu film berdasarkan tema yang bagus dan unik.14 Adapun tema dalam film Cinta Tapi Beda yakni mengenai percintaan dengan berbeda keyakinan. Dengan inilah, responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) setuju bahwa film Cinta Tapi Beda mengulas tema tentang percintaan beda agama. Peringkat kedua terdapat pada variabel ketiga dengan skor sebesar 131, responden setuju tema film Cinta Tapi Beda merupakan cerminan bagi pasangan remaja yang berbeda keyakinan. Pada dasarnya, masing-masing keyakinan tentunya menginginkan untuk tetap pada prinsipnya masingmasing. Namun, tak dapat dipungkiri jika takdir telah mempertemukan. Cinta Tapi Beda memberikan cerminan bagi pasangan remaja yang menjalin hubungan perbedaan keyakinan dengan ketidak restuan kedua orang tua pihak laki-laki maupun pihak perempuan. Menjalin hubungan tanpa restu orang tua bukanlah hal yang diinginkan setiap pasangan. Saat memutuskan untuk menikah pastilah mereka membutuhkan orang tua sebagai pembimbing untuk menjalani lika-liku kehidupan berumah tangga. Artinya, restu orang tua terhadap hubungan dengan pasangan sangat diharapkan. Namun kenyataannya, banyak orang tua menolak untuk memberikan restu itu kepada anak dan pasangannya dengan dilandasi berbagai alasan. Ada banyak perbedaan yang sering kali menjadi alasan mengapa orang tua menyatakan
ketidaksetujuan
mereka.
Karena
menikah
bukan
hanya
menyatukan dua pribadi saja, tetapi juga dua keluarga. Masing-masing pihak
14
film.htm
Artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://www.anneahira.com/tema-
93
mungkin memiliki perbedaan-perbedaan yang dianggap amat prinsip bagi orang tua dan dianggap tidak dapat membawa anaknya kepada rumah tangga yang bahagia kelak.15 Restu orang tua adalah hal yang sangat penting. Tanpa orang tua mungkin bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Restu orang tua merupakan restu Sang Pencipta. Doa orang tua adalah doa yang paling mujarab untuk keberhasilan anaknya. Inilah pentingnya seorang anak untuk meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya. Karena restu Allah menyertai restu orang tua. Orang yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah karena telah mengantongi restu orang tua. Apalagi kegiatan atau keinginan yang begitu pentingnya dalam perjalanan kehidupan seorang anak seperti mencari ilmu, mendapatkan pekerjaan, ataupun memilih jodoh pasangannya.16 Dalam sebuah hadist disebutkan:
ِرضَا الّلَهِ فِي: “ َ قَا َل َرسُى ُل الّلَهِ صَّلَى الّلَ ُه عَّلَيْ ِه َوسََّلم: َقَال, ن عَمْرٍو ِ عنْ عَ ْب ِد الَّلهِ ْب َ “ . خطِ ِهمَا ْس ُ خطُهُ فِي ْس ُ َو, ن ِ ِرضَا الْىَاِلدَ ْي Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar, rasulullah SAW berkata:“Ridha Allah ada di Ridha orang tua, dan Kemurkaan-Nya ada di kemurkaan orang tua”. (H.R. Tirmidzi) Hadis di atas menunjukkan begitu pentingnya taat kepada kedua orangtua, serta menunjukkan bahwa kedudukan orangtua sangat tingi di hadapan Allah SWT. Atas dasar inilah responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) setuju bahwa inilah cerminan bagi sebuah pasangan yang berbeda keyakinan. 15
Dek Isma, Mimpiku Bukan Mimpimu, artikel ini diakses pada 31 Desembeer 2013 dari http://impiankecil-gadiskecil.blogspot.com/2013/10/hubungan-tanpa-restu-orang-tua.html 16 Juliano Simanjuntak, Banyak Cocok Sedikit Cekcok; Seni Memilih Teman Hidup dan Berpacaran Dewasa, (Jakarta: Yayasan Peduli Konseling Nusantara (PELIKAN), 2012), h. 39
94
Peringkat ketiga terdapat dalam variabel keempat dengan skor sebesar 126, responden setuju tema dalam film memberikan pesan moral. Moral adalah sebuah batasan yang digunakan untuk memberikan batasan aktivitas manusia dengan nilai baik dan buruk.17 Jadi pesan moral adalah sebuah pemberitahuan nilai baik. Selanjutnya peringkat terakhir dalam tabel 7 terdapat pada variabel pertama dengan skor sebesar 124, responden setuju tema dalam film Cinta Tapi Beda menceritakan kejadian factual. Garis besar tema dalam film Cinta Tapi Beda adalah tentang percintaan beda keyakinan. Di dalam film ini diceritakan bagaimana kisah kasih pasangan remaja yang berbeda keyakinan dengan ketidakrestuan kedua orang tua mereka. Faktanya banyak orangtua yang tidak merestui sebuah hubungan karna alasan perbedaan keyakinan di kehidupan sekarang ini. Dengan ini Responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) setuju bahwa film Cinta Tapi Beda menceritakan kejadian factual. Tabel 8 : Tanggapan Responden Terhadap Alur Cerita Film Cinta Tapi Beda No 1
Pertanyaan Alur cerita film Cinta Tapi
SS
S
TS
STS
SKOR RANGKING MEAN
7
17
6
115
2
3.8
4
20
6
112
3
3.7
8
22
128
1
4.3
355
3
11.8
Beda sangat menarik 2
Alur cerita membuat saya terhanyut dalam suasana
3
Saya mengerti alur cerita film Cinta Tapi Beda JUMLAH
Rata-rata Skor Tanggapan Responden Terhadap Alur Cerita Film adalah 11.8 : 3 = 3.94 17
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996), H. 92
95
Berdasarkan tabel 8 tentang tanggapan responden terhadap alur cerita film Cinta Tapi Beda, dapat dilihat peringkat pertama terdapat pada variabel ketiga dengan skor sebesar 128. Responden setuju mengerti alur cerita film Cinta Tapi Beda. Alur cerita adalah jabaran dan penjelasan dari apa yang difilmkan. Alur cerita merupakan deskripsi dari film yang dibuat. Dari mana mengawali, menyodorkan persoalan, hingga mengakhiri sebuah film.18 Alur cerita dalam film Cinta Tapi Beda sangat mudah dipahami, sehingga para responden Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mudah dapat mengerti alur cerita dalam film ini. Peringkat kedua dalam tabel 8 terdapat pada variabel pertama dengan skor sebesar 115. Responden setuju bahwa alur cerita film Cinta Tapi Beda menarik. Ketertarikan responden dalam alur cerita film ini karna memiliki kedekatan dengan responden yang memberikan nilai tambah. Responden dapat menghubungan apa yang mereka tonton dengan kenyataan sehari-hari serta film ini menghadirkan sesuatu yang mungkin tidak mereka ketahui sehingga film ini dapat dikatakan memberikan alur cerita yang menarik. Peringkat ketiga terdapat dalam variabel kedua dengan skor sebesar 112. Responden menyetujui bahwa alur cerita film Cinta Tapi Beda dapat membuat responden terhanyut dalam suasana. Kekuatan alur cerita film ini dapat membuat responden terhanyut dalam suasana diantaranya, alur cerita mudah untuk dipahami serta alur cerita menarik, sehingga responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) dengan mudah terhanyut dalam suasana ketika menonton film ini. 18
Jide, Alur Cerita, artikel ini diakses http://roemahilmu.wordpress.com/artikel-3/alur-cerita/
pada
31
Desember
2013
dari
96
Tabel 9 : Tanggapan Responden Terhadap Karakter Pemain film Cinta Tapi Beda No 1
Pertanyaan Produser dan sutradara telah
SS
S
TS
10
18
2
17
STS
SKOR RANGKING MEAN 126
4
4.2
13
137
1
4.6
16
14
136
2
4.5
13
17
133
3
4.4
532
4
17.7
berhasil membuat film ini 2
Saya rasa Agni Pratistha sudah berhasil berperan sebagai Diana
3
Reza Nangin telah berhasil menghidupkan karakter Cahyo
4
Acting para pemain pendukung film ini sangat bagus JUMLAH
Rata-rata Skor Responden Terhadap Karakter Pemain film adalah 17.7 : 4 = 4.42 Berdasarkan tabel 9 tentang tanggapan responden terhadap karakter pemain film Cinta Tapi Beda peringkat pertama terdapat pada variabel ketiga dengan skor sebesar 137. Responden setuju bahwa Agni Pratistha telah berhasil berperan sebagai Diana. Diceritakan dalam film Cinta Tapi Beda Diana adalah gadis asal Padang. Sebagai seorang penari dan beragama Katolik. Menurut Agni film ini telah menguras banyak hal, termasuk tenaga dan air mata. Salah satu adegan paling berat menurut Agni ketika dia dimintai membentak Reza yang berperan sebagai Cahyo. Karna selama dikehidupannya, Agni jarang membentak orang. Selain itu, bagian tersulit lainnya adalah ketika Diana menari. Bagi Agni hasil yang ia berikan sudah sangat maksimal terhadap film Cinta Tapi Beda. 19 Dan terbukti peran Agni sebagai Diana berhasil dalam film tersebut.
19
Artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://nyata.co.id/2012/12/agnipratistha-inspirasi-cinta-beda-keyakinan/
97
Peringkat kedua terdapat pada variabel keempat dengan skor sebesar 136. Responden juga setuju bahwa Reza Nangin telah berhasil menghidupkan karakter Cahyo. Cahyo adalah lelaki yang jatuh hati kepada Diana. Ia berprofesi sebagai seorang chef di salah satu restoran terkenal di Jakarta. Bagi Reza berkarakter sebagai Cahyo dalam film ini mendapatkan banyak pengalaman menarik. Film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini menceritakan, Reza menjadi seorang muslim. Ini menjadi sebuah tantangan untuk Reza yang sebenarnya berkeyakinan non Islam. Bahkan ia sempat kerepotan harus menutupi banyaknya tato di tangannya untuk berperan sebagai seorang muslim.20 Namun bagi responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) peran Reza telah berhasi menghidupkan karakter Cahyo. Peringkat ketiga terdapat pada variabel kelima dengan skor sebesar 133. Responden setuju bahwa acting para pemain pendukung film ini sangat bagus. Para pemain pendukung di dalam film ini diantaranya adalah Choky Sitohang sebagai Oka, Ratu Felisha sebagai Mita, Agus Kuncoro sebagai cowok baru Mita, Jajang C Noer sebagai Bunda Diana, Hudson Prananjaya sebagai David, Leroy Osmani sebagai Om Thalib dan Ayu Diah Pasha sebagai Istri Thalib. Para pemeran dalam film Cinta Tapi Beda menjiwai peran mereka masing-masing. Bahkan salah satu dari pemain pendukung film Cinta Tapi Beda ini mendapatkan penghargaan sebagai pemeran pendukung wanita terbaik dalam Piala Citra (Festival Film Indonesia) FFI 2013 di Semarang 20
Artikel ini diakses pada 31 Dessember 2013 dari http://entertainment.seruu.com/read/2012/12/14/134696/reza-nangin-menjalani-cinta-beda-agamaseperti-kembali-ke-masa-lalu
98
yakni Jajang C Noor sebagai Bunda Diana. Lewat film Cinta Tapi Beda Jajang dinilai cukup gesit dalam penjiwaan perannya tersebut. 21 Dengan ini, responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) menilai bahwa acting para pemain pendukung film Cinta Tapi Beda juga tak terkalahkan oleh pemeran utama. Peringkat keempat terdapat pada variabel pertama dengan skor sebesar 126. Responden setuju bahwa produser dan sutradara berhasil membuat film ini. Seorang produser film mengawasi dan menyalurkan sebuah proyek film kepada seluruh pihak terlibat sambil mempertahankan integritas, suara dan visi film. Produser terlibat aktif dalam semua tahapan proses pembuatan film, mulai dari pemunculan ide dan pengembangan hingga penyaluran proyek film. Sedangkan sutradara bertanggung jawab atas aspek-aspek kreatif pembuatan film.22 Kedua peran ini adalah tombak di dalam sebuah film. Para pemain serta kru berada dalam naungan kedua peran ini. Bahkan acting pemain dapat dikatakan berhasil jika sutradara yang memimpin berhasil. Faktanya film Cinta Tapi Beda telah diketahui oleh masyarakat Indonesia. Ini berarti produser dan sutradara film Cinta Tapi Beda berhasil membuat film ini.
21
Artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/12/07/991/199737/Jajang-C-Noor-RaihPemeran-Pendukung-Wanita-Terbaik-Piala-Citra-FFI 22 Fitryan G. Dennis, Bekerja Sebagai Sutradara, (Bandung: Erlangga, 2008), h.18
dari
99
Tabel 10 : Tanggapan Responden Terhadap Efek film Cinta Tapi Beda No 1
Pertanyaan Rasa toleransi saya tumbuh
SS
S
TS
STS
SKOR RANGKING MEAN
15
15
135
3
4.5
19
11
139
2
4.6
21
9
141
1
4.7
415
3
14
setelah menonton film Cinta Tapi Beda 2
Keimanan saya harus semakin kuat
3
Selektif di dalam memilih pasangan hidup JUMLAH
Rata-rata Skor Responden Terhadap Efek film adalah 14 : 3 = 4.6
Berdasarkan tabel 10 tentang tanggapan responden terhadap efek film Cinta Tapi Beda dapat dilihat yang menduduki peringkat pertama terdapat pada variabel ketiga dengan skor sebesar 141. Responden merasa harus selektif dalam memilih pasangan hidup setelah menonton film Cinta Tapi Beda. Terikatnya jalinan cinta dua orang 99nsane dalam sebuah pernikahan adalah perkara yang sangat diperhatikan dalam syariat Islam. Bahkan Islam menganjurkan untuk serius dalam permasalahan ini dan dilarang menjadikan hal ini sebagai bahan candaan atau main-main. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Ada tiga perkara yang kesungguhannya adalah kesungguhan (serius) dan guraunya (main-main) adalah kesungguhan (serius), yaitu perceraian, nikah dan rujuk”. (HR. Abu Hanifah)23 Salah satunya dikarenakan menikah berarti mengikat seseorang untuk menjadi teman hidup tidak hanya untuk satu-dua hari saja bahkan seumur 23
Henry Fikri, Hadist dan ayat Al-Quran tentang pernikahan, artikel ini diakses pada tanggal 31 Desember 2013 dari http://hendryfikri.wordpress.com/2009/07/06/hadits-dan-ayatalquran-tentang-pernikahan/
100
hidup, insya Allah. Jika demikian, merupakan salah satu kemuliaan syariat Islam bahwa orang yang hendak menikah diperintahkan untuk berhati-hati, teliti dan penuh pertimbangan dalam memilih pasangan hidup. Dengan ketentuan hadist di ataslah responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) harus selektif dalam memilih pasangan hidup, karna memilih pasangan hidup dibutuhkan keseriusan dan pertimbangan tanpa main-main. Peringkat kedua terdapat pada variabel kedua dengan skor sebesar 139, keimanan responden harus semakin kuat setelah menonton film Cinta Tapi Beda. Allah SWT berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenarnya takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. (Ali Imran: 102) Begitulah perintah Allah agar umatnya bertakwa. Namun, iman di dalam hati bukanlah sesuatu yang statis. Iman begitu dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang pasang naik dan kadang pasang surut. Ketika kondisi iman lemah dan kondisi lemah itu masih ada dalam kebaikan, beruntung. Namun, bila ketika kondisi iman lemah dan kondisi lemah itu membuat ada di luar ajaran Rasulullah SAW maka celakalah. Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa kepada umatnya agar Allah menetapkan hati dalam ketaatan.
ك َ علَى طَاعَ ِت َ ب صَ ِّرفْ قُلُو َبنَا ِ ف الْقُلُو َ الَّلهُ َّم مُصَ ِّر Artinya : Ya Allah yang memalingkan (membolak-balikkan) hati manusia, palingkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu. (HR. Muslim no. 2654)24 24
Mochamad Bugi, Cara Menguatkan Iman, artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://www.dakwatuna.com/2008/04/18/523/20-cara-menguatkan-imananda/#axzz2pEkucGno
101
Memperkuat keimanan merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal shaleh sehingga menghasilkan prestasi rohani (iman) yang disebut Taqwa. Bagi responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) menguatkan keimanan itu penting agar tidak keluar dari ajaran Rasulullah SAW setelah menyaksikan film Cinta Tapi Beda. Ini bertujuan agar mereka tidak mencontoh sikap Diana maupun Cahyo yang lebih memilih pasangan hidup tanpa memikirkan prinsip yang berbeda. Peringkat ketiga dari tabel 9 terdapat pada variabel pertama dengan skor sebesar 135. Responden merasa bahwa rasa toleransi tumbuh setelah menyaksikan film Cinta Tapi Beda. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, film Cinta Tapi Beda menceritakan tentang sepasang kekasih yang menjalin cinta dengan berbeda keyakinan, melalui kisah ini film Cinta Tapi Beda memberikan pesan moral salah satu rasa bertoleransi terhadap umat beragama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya driskiminasi dalam hal apapun khususnya masalah agama. Pentingnya toleransi agama agar terciptanya kerukunan umat beragama dalam bentuk sosialisasi yang damai dan kesejahteraan hidup. Sebab sebagaimana yang diketahui bahwa Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak, baik segi adat istiadat, budaya maupun agama. Oleh karnanya toleransi, saling menghormati, tenggang rasa, menghargai bersahabat dengan antar umat yang berbeda agama harus dimiliki bagi setiap orang dan harus dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
102
Salah satu bentuk toleransi melalui film Cinta Tapi Beda adalah ketika Cahyo melaksanakan ibadah shalat Jumat, Diana menemani dan menunggu Cahyo di depan masjid. Inilah bentuk toleransi Diana yang berkeyakinan non Islam kepada Cahyo yang berkeyakinan Islam. Dengan melihat adegan-adegan toleransi yang terdapat film Cinta Tapi Beda responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) merasa perlunya ada rasa toleransi beragama di dalam diri mereka. Tabel 11 : Tanggapan Responden Terhadap Pernikahan Beda Agama No 1
Pertanyaan Pernikahan beda agama
SS
S
TS
STS
SKOR RANGKING MEAN
6
24
126
2
4.2
29
1
149
1
5
275
2
9.2
adalah pernikahan campuran dengan perbedaan agama 2
Dalam prinsip Islam pernikahan beda agama haram dilakukan JUMLAH
Rata-rata Skor Responden Terhadap Pernikahan Beda Agama adalah 9.2 : 2 = 4.6
Berdasarkan
tabel
11
tentang tanggapan
responden
terhadap
pernikahan beda agama dapat dilihat bahwa yang menduduki peringkat pertama dalam tabel ini terdapat pada variabel kedua dengan skor sebesar 149. Responden sangat setuju bahwa dalam prinsip Islam pernikahan beda agama haram dilakukan. Dalam Islam pernikahan merupakan salah satu pelaksanaan dari syariat Islam, menjalankan sunnah nabi dan sebagai tahap awal pembentukan keluarga Islami untuk selanjutnya membentuk masyarakat yang Islami.
103
Dengan demikian, pernikahan tidak semata-mata mempertemukan seorang laki-laki dengan seorang wanita, tapi memiliki tujuan jangka panjang, tidak hanya di dunia ini saja, tapi sampai ke akhirat nanti. Menurut Ketua Lembaga Dakwah Khairu Ummah, Drs. H. Ahmad Yani, “Karena visi besar pernikahan begitu agung, maka diperlukan lelaki dan wanita yang kelak menjadi suami dan isteri yang satu visi dengannya. Karena itu, ketika seseorang masih memiliki komitmen keislaman, rasanya tidak mungkin ia menikah dengan non muslim, sebab dalam Islam, jangankan memilih non muslim, memilih yang muslim saja harus yang shaleh atau shalehah.” Rasulullah saw bersabda: Wanita dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, kemuliaannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah karena agamanya maka engkau akan beruntung.“ (HR Bukhari dan Muslim). Berdasarkan hadits tersebut, faktor yang amat mendasar dalam Islam adalah aqidah atau tauhid (yakni mengakui Allah swt sebagai Tuhan, beriman dan taat kepada-Nya). Bila seseorang menikah dengan orang kafir, musyrik atau non muslim, bagaimana hal ini bisa berjalan menurut syariat Islam. Sebab, tidak mungkin ada titik temu antara akidah tauhid murni dan akidah musyrik, penyembah berhala, atau yang tidak mempercayai adanya Tuhan sama sekali. Karena itu, Allah swt tidak membenarkan adanya pernikahan antara muslim dan non muslim sehingga bila itu tetap dilakukan menjadi tidak sah. Allah SWT berfirman:
104
Artinya :“Dan, janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu. Dan, janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedangkan Allah mengajak ke 104nsan dan ampunan dengan izin-Nya. Dan, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.“ ( QS al-Baqarah [2]: 221)25 Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernikahan beda agama tidak sah dilakukan. MUI mempertimbangkan karna mafsadatnya lebih besar dari mashlahatnya, sehingga MUI memfatwakan perkawinan beda agama hukumnya haram. Dasar yang digunakan oleh MUI juga berunjuk kepada surat Al-baqarah ayat 221, selain itu juga menggunakan surat al-Maidah ayat 5 serta at-Tahrim ayat 6 sebagai dalil. Sedangkan, hadis yang dijadikan dalil adalah Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Tabrani: “Barang siapa telah kawin, ia telah memelihara setengah bagian dari imannya, karena itu, hendaklah ia takwa (takut) kepada Allah dalam bagian yang lain Tidak hanya MUI, Ulama Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait nikah beda agama. Fatwa itu ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir November 1989. Ulama NU dalam fatwanya menegaskan bahwa nikah antara dua orang yang berlainan agama di Indonesia hukumnya tidak sah. 25
26
ini terbukti bahwa responden Remaja Islam
Ustad Ahmad Yani, Tidak Sah Menikah Beda Agama, Artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://www.voa-islam.com/read/undercover/2013/03/12/23564/ustadz-ahmadyani-tidak-sah-menikah-beda-agama/#sthash.mKqaeIWp.dpbs 26 Artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/12/pernikahan-beda-agama-dilarang-menurut-islammaupun-agama-lain-non-islam-492406.html
105
Masjid Fathullah (IRMAFA) mengerti dan mengikuti ajaran dalam aturan syariat Islam, jika pernikahan beda agama adalah haram jika dilakukan. Peringkat kedua terdapat pada variabel pertama dengan skor sebesar 126. Responden mengartikan bahwa pernikahan beda agama adalah pernikahan campuran dengan perbedaan agama. Pernikahan beda agama atau perkawinan antar agama, dapat diartikan sebagai perkawianan dua insan yang berbeda agama, kepercayaan atau faham. Pernikahan beda agama pada dasarnya berarti pernikahan yang dilang-sungkan antar pasangan yang berbeda agama satu sama lain.27 Pernikahan bernuansa keragaman ini banyak terjadi dan dijumpai di dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh yang banyak terekspos ke masyarakat luas hanyalah pernikahan atau perkawinan dari pasangan para selebriti Indonesia seperti pasangan Lidya Kandou dengan Jamal Mirdad, Katon Bagaskara dengan Ira Wibowo, Ari Sihasale dengan Nia Zulkarnaen dan lain sebagainya. Namun, tetap berdasarkan hukum syari‟at yang diajarkan Islam kepada para penganutnya ialah perkawinan (pernikahan) yang dibenarkan oleh Allah SWT adalah suatu perkawinan yang didasarkan pada satu akidah, di samping cinta dan ketulusan hati dari keduanya. Dengan demikian responden Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) setuju dengan mengartikan pernikahan beda agama merupakan pernikahan campuran yang dilaksanakan oleh dua 105nsane dengan berbeda keyakinan dan tidak boleh terjadi karna berhukum haram.
27
Prof. H. Hilman Hadikusuma, SH, Hukum Perkawinan Indonesia menurut : perundangan, hukum adat dan hukum agama, (Bandung, CV. Mandar Maju,2007)Cet.Ke-3,h.30
106
C. Perbandingan Rata-rata Respon Skala Kognitif dan Afektif Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Film Cinta Tapi Beda Dari perhitungan skor rata-rata respon pada 3 skala diatas, akan dilihat perbandingannya secara keseluruhan pada tabel berikut ini: Tabel 12 Perbandingan Skor Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif dan Konatif Terhadap Film Cinta Tapi Beda No 1 2 3
Respon Kognitif Afektif Konatif
Rata-rata skor 4,4 4,34 4,7
Rangking II III I
Pada tabel 11 diatas, terlihat bahwa skor rata-rata dari 3 skala respon yang mendapatkan nilai tertinggi pada respon konatif dengan perolehan skor 4,7. Sedangkan respon kognitif mendudukin peringkat kedua dengan perolehan skor 4.4 sedangkan yang mendapat skor terendah pada skala afektif dengan perolehan skor 4,34. Jelas bahwa responden banyak mengetahui tentang film Cinta Tapi Beda yang menceritakan tentang percintaan dengan perbedaan keyakinan. Selain film yang digarap oleh sutradara ternama Hanung Bramantyo, film Cinta Tapi Beda juga sempat membuming akibat terjadinya kontroversi terhadap film tersebut. Namun meskipun film ini telah menjadi film kontroversi, masih banyak remaja lainnya yang tertarik untuk menyaksikan film Cinta Tapi Beda. Akan tetapi film ini merupakan film yang tidak pantas untuk dipercontohkan oleh kalangan remaja saat ini. Karna pada dasarnya sebuah prinsip agama merupakan sebuah prinsip tetap yang tak dapat dipermainkan.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan mengenai Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Film Cinta Tapi Beda, sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Respon kognitif IRMAFA terhadap film Cinta Tapi Beda Hasil temuan data mengenai respon kognitif telah diperoleh bahwa remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merespon positif terhadap pertanyaan yang disampaikan. Hal ini menunjukan bahwa respon secara keseluruhan mayoritas Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki respon kognitif dengan jumlah skor nilai rata-rata sebesar 4,4. Dari hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab bertambah pengetahuannya setelah menonton film Cinta Tapi Beda dengan berbagai hal baik fenomena alam, sosial maupun agama. Ini terbukti tidak ada responden yang menjawab tidak bertambah setelah menonton. 2. Respon Afektif IRMAFA terhadap film Cinta Tapi Beda Tidak jauh berbeda hasil skala kognitif, dari hasil pengolahan data afektif dapat disimpulkan, bahwa secara keseluruhan mayoritas Remaja
107
108
Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki respon positif dengan jumlah skor nilai rata-rata sebesar 4,34. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menilai film Cinta Tapi Beda bagus namun tidak pantas dipercontohkan dalam kehidupan. Hal ini dimungkinkan film Cinta Tapi Beda mengulas cerita tentang kehidupan remaja saat ini, selain itu film ini mengajarkan untuk bertoleransi terhadap agama, meskipun film ini menjadi salah satu film kontroversi akibat salah satu suku bangsa Indonesia dan partai islam di suatu daerah yang mengecam, namun tidak semua masyarakat menilai sama terhadap film Cinta Tapi Beda ini. 3. Respon Konatif IRMAFA terhadap film Cinta Tapi Beda Respon konatif ini merupakan respon dengan peringkat terbesar dari ketiga respon diatas, respon ini menduduki skor nilai rata-rata sebesar 4,7 Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak ingin mengikuti perilaku sebagaimana yang ada di dalam film Cinta Tapi Beda. mereka lebih memihak kepada sebuah prinsip hidup yakni agama Dengan demikian bahwa Film Cinta Tapi Beda merupakan film yang cukup menarik, meskipun anjuran di dalam film tersebut sangat tidak pantas dipercontohkan. Karna pada dasarnya pernikahan perbedaan agama haram terjadi sebagaimana yang telah dipaparkan di dalam surat alBaqarah ayat 221
109
B. Saran Melihat dari berbagai macam respon Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik respon positif maupun negative penulis mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Bagi masyarakat : penulis berharap masyarakat dapat menjadi pribadi yang peka dan kritis terhadap film-film yang dibangun oleh para sutradara. Selain itu, para konsumen film jangan hanya menjadi penonton pasif, tetapi harus dapat menjadi pelaku yang aktif dalam pengetahuan tentang pembuatan film sehingga dapat menghasilkan film berkualitas dan layak untuk ditonton. 2. Bagi remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) : semoga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT guna membentengi diri agar terhindar dari pengaruh negative film-film yang beredar saat ini. Selain itu hendaknya memilih jenis film yang mengandung nilai-nilai edukasi dan agama, sehingga tercipta pola pikir yang proposional dan pribadi yang berakhlak mulia. Dan juga perlunya mengadakan pelajaran tentang hukum fikih didalam organisasi remaja Islam Masjid Fathullah, agar lebih memahami hukum-hukum Islam dalam beragama dan bertauhid. 3. Bagi pembuat film : hendaknya menghasilkan karya film yang layak untuk
ditonton dengan memasukkan cerita dan adegan yang bernilai agama, pendidikan dan pengetahuan. Sehingga dapat menghasilkan generasi muda yang berbakat dalam menciptakan film-film yang berkualitas guna menghindari merosotnya moral para masyarakat khususnya umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004 Ardianto, Elvinaro, dkk. Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010 Aziz M.H, H. Nandi, Pintu Cahaya, Pernikahan Beda Agama,TVRI episode 2 juli 2013 B. Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1991 Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. Ke-3 _____________, Metodologi penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-5 Chaplin, J.P., Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, cet ke-9 Dedeh, Mamah, Hati ke Hati Bersama Mamah Dedeh, Pernikahan Beda Agama, ANTV, Episode 14-01-2013 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012 Dokumentasi IRMAFA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dokumentasi Statuta Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Effendi, Masri Singarimbun dan Sofian, Metodologi Penelitian Survei, Jakarta: LP3EPS,1994 Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. Ke-18 ______________________, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti 2003 ______________________, Dinamika Komunikasi,(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000),Cet Ke-4
110
111
______________________, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2003 G. Dennis, Fitryan, Bekerja Sebagai Sutradara, Bandung: Erlangga, 2008 Gardner, Brian, “3 Kriteria Film yang dapat dikatakan Bagus” Majalah Kinescope, September 2013 Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset, 1989 Hadikusuma, SH, Prof. H. Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia menurut : perundangan, hukum adat dan hukum agama, (Bandung, CV. Mandar Maju,2007)Cet.Ke-3 Hamalik, Oemar, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Ditya Bakti, 1994), cet ke-7 Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), cet. Ke-1 L., Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja karya, 1986 Madiyant, Muslikh, Sinema Sastra: Mencari Bahasa Di Dalam Teks Visual. Jurnal Humaniora, Volume XV, No.2/2007 Martono, Nanang, Metodologi Penelitian Kuantitatif : Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010 Misrawi, Zuhairi, Pandangan Muslim Moderat - Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian, Jakarta : KOMPAS, 2010 Mufid, Komunikasi dan Regulasi Pembelajaran, (Jakarta, Kencana 2005),Cet. Ke-1 Muhtadi, Asep Saeful, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999 Nasuhi ddk, Hamid, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), Jakarta: UIN Jakarta Press, Ceqda, 2007 Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1996 Nurcholish, Ahmad, Menjawab 101 Masalah Nikah Beda Agama, (Banten: Harmoni Mitra Media, 2012),cet-1 Pranajaya, Adi, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman, H. Usmar Ismail, 1992 ____________, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar, (Jakarta: BP SDM CITRA, 1999), cet, Ke-2
112
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) Sendjaja, Djuarsa Sasa, Teori Komunikasi, cet ke-9 Shadily, John, M Echols & Hasan, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2000, Cet.XXIV Siagian, Gayus, Menilai Film, Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006 Simanjuntak, Juliano, Banyak Cocok Sedikit Cekcok; Seni Memilih Teman Hidup dan Berpacaran Dewasa, Jakarta: Yayasan Peduli Konseling Nusantara (PELIKAN), 2012 Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Rema Rosdakarya, 2004 Subandi, Ahmad, Psikologi Sosial, Jakarta: Bulan Bintang 1982, Cet.2 Sumarno dkk., Filsafat dan Etika Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007 Walgito, Bimo, Psikologi Sosial : Suatu penghantar, Yogyakarta: Andi, 2002 Wawancara Pribadi oleh Ketua IRMAFA, Aries Firdaus, 21 September 2013 Wirawan Sarwono, Sarlito, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007 Wiryanto, Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Grasindo, 2000
INTERNET http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta_Tapi_Beda diakses 20 Februari 2013 http://www.tempo.co/read/news/2013/01/07/111452667/FPI-Protes-Film-HanungBatal-Putar-di-Tasikmalaya diakses pada tanggal 20 Februari 2013 Mas’ud, Ahmad Ali, “Pengertian Pernikahan Beda agama dalam Pandangan Islam”, Artikel diakses pada 8 Agustus 2013 dari http://daruttahfidz.blogspot.com/2013/05/pernikahan-beda-agama-dalampandangan.html Ghazali, Abdul Moqsith, “Hukum Nikah Beda Agama”, artikel ini diakses pada 20 November 2013 dari http://islamlib.com/?site=1&aid=1743&cat=content&cid=11&title=hukum -nikah-beda-agama Desember 2013 dari http://remajaislam.com/islam-dasar/aqidah/219-bagimuagamamu-bagiku-agamaku.html
113
Jufri, MA Ahmad Mudzoffar, Tafsir Ringkas Surat Al-Kafirun, artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://konsultasisyariah.net/content/view/101/ Sudaryanto, Drs. H Kasno, Batas-batas Toleransi Antar Umat Beragama, artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://www.masjidalakbar.com/khutbah1.php?no=87 Artikel ini diakses pada 30 Dsember 2013 dari http://www.bimbie.com/toleransidalam-al-quran.htm Anugerah & Hendra, Memilih Pasangan Hidup, artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://anugerah.hendra.or.id/pra-nikah/memilihpasangan-taaruf/memilih-pasangan-hidup/ Legia, Sandy, Karena Agamamu Kutertarik, artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://www.dakwatuna.com/2012/04/02/19672/karenaagamamu-ku-tertarik-memaknai-hadits-nabi-saw/#axzz2p3yccpyU http://www.dakwatuna.com/2013/01/12/26575/sekilas-tentang-film-cinta-tapibeda/#axzz2p3yccpyU Artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://www.anneahira.com/temafilm.htm Isma, Dek, Mimpiku Bukan Mimpimu, artikel ini diakses pada 31 Desembeer 2013 dari http://impiankecil-gadiskecil.blogspot.com/2013/10/hubungantanpa-restu-orang-tua.html Jide, Alur Cerita, artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://roemahilmu.wordpress.com/artikel-3/alur-cerita/ Artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://nyata.co.id/2012/12/agnipratistha-inspirasi-cinta-beda-keyakinan/ Artikel
ini diakses pada 31 Dessember 2013 dari http://entertainment.seruu.com/read/2012/12/14/134696/reza-nanginmenjalani-cinta-beda-agama-seperti-kembali-ke-masa-lalu
Artikel
ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/12/07/991/199737/Jajan g-C-Noor-Raih-Pemeran-Pendukung-Wanita-Terbaik-Piala-Citra-FFI
Fikri, Henry, Hadist dan ayat Al-Quran tentang pernikahan, artikel ini diakses pada tanggal 31 Desember 2013 dari http://hendryfikri.wordpress.com/2009/07/06/hadits-dan-ayat-alqurantentang-pernikahan/ Bugi, Mochamad, Cara Menguatkan Iman, artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://www.dakwatuna.com/2008/04/18/523/20-caramenguatkan-iman-anda/#axzz2pEkucGno
114
Ustad Ahmad Yani, Tidak Sah Menikah Beda Agama, Artikel ini diakses pada 31 Desember 2013 dari http://www.voaislam.com/read/undercover/2013/03/12/23564/ustadzahmad-yani-tidak-sah-menikah-beda-agama/#sthash.mKqaeIWp.dpbs Artikel
ini diakses pada 31 Desember 2013 http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/12/pernikahan-beda-agamadilarang-menurut-islam-maupun-agama-lain-non-islam-492406.html
dari
ANGKET PENELITIAN UNTUK IKATAN REMAJA ISLAM MASJID FATHULLAH (IRMAFA) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Assalamu’alaikum Wr.Wb Dengan ini saya mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di bawah ini : Nama : Esti Nurhayati Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam Tujuan : Untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Respon Remaja Islam Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Film Cinta Tapi Beda” Sehubung dengan itu, saya mohon kepada kakak-kakak Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kiranya berkenan mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang saya ajukan dengan sebenar-benarnya. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan beribu terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Hormat saya, Esti Nurhayati A. Petunjuk pengisian angket 1. Sebelum menjawab dan mengisi, mohon dibaca dan dipahami terlebih dahulu setiap pertanyaan dengan teliti 2. Berikan tanda ceklist ( ) pada setiap pertanyaan yang sesuai dengan pendapat anda dengan jujur dan benar 3. Setiap item pertanyaan boleh diisi dengan satu tanda ceklist ( ) dan pengisian ceklist ( ) merupakan pertanyaan yang paling sesuai dengan pendapat anda. Keterangan : STS TS S SS
= Sangat Tidak Setuju = Tidak Setuju = Setuju = Sangat Setuju
B. Identitas Responden Nama
: _______________________________
Usia
: _______________________________
Jenis Kelamin : _______________________________ NO PERTANYAAN 1 Saya mengetahui film Cinta Tapi Beda Film Cinta Tapi Beda menceritakan tentang sepasang 2 remaja menjalin hubungan dengan berbeda keyakinan Setelah saya menonton film Cinta Tapi Beda, saya mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan 3 menurut pandangan Islam khususnya di dalam perbedaan agama Meskipun Cahyo dan Diana berbeda keyakinan, tetapi 4 mereka tetap menghormati kepercayaan diantara mereka Film Cinta Tapi Beda mempunyai pesan social yang 5 dapat diterapkan dalam kehidupan khususnya bertoleransi terhadap perbedaan agama NO PERTANYAAN 6 Sebuah film harus memiliki cerita yang berbobot 7 Saya senang menyaksikan film Cinta Tapi Beda 8 Saya menyukai cerita dalam film Cinta Tapi Beda Setelah menonton film Cinta Tapi Beda, saya harus 9 berhati-hati dalam memilih pasangan hidup Dalam ending cerita ini tidak ada kelanjutan hubungan 10 antara Cahyo dengan Diana NO PERTANYAAN Lebih memilih orang tua dibanding kekasih yang belum 11 sah 12 Memilih pasangan hidup karna agamanya 13 Lebih menghargai adanya toleransi dalam beragama NO PERTANYAAN 14 Film Cinta Tapi Beda judulnya bagus 15 Judul film sesuai dengan isi film 16 Judul film Cinta Tapi Beda membuat penasaran NO PERTANYAAN 17 Tema film Cinta Tapi Beda menceritakan kejadian factual 18 Tema film Cinta Tapi Beda mengulas tentang pernikahan
S
SS
TS
STS
S
SS
TS
STS
S
SS
TS
STS
S
SS
TS
STS
S
SS
TS
STS
19 20 NO 21 22 23 NO 24 25 26 27 28 NO 29 30 31 NO 32 33
beda agama Tema film Cinta Tapi Beda merupakan cerminan kehidupan pasangan remaja yang berbeda keyakinan Tema film memberikan banyak pesan moral PERTANYAAN Alur cerita Cinta Tapi Beda sangat menarik Alur cerita membuat saya hanyut dalam suasana Saya mengerti alur cerita film ini PERTANYAAN Dalam film ini, saya rasa kerja yang dilakukan para crew sudah maksimal Produser dan sutradara telah berhasil membuat film ini Saya rasa Agni Prasistha sudah berhasil berperan sebagai Diana Reza Nangin telah berhasil menghidupkan karakter Cahyo Acting para pemain pendukung film ini sangat bagus PERTANYAAN Rasa toleransi saya tumbuh setelah menonton film Cinta Tapi Beda Keimanan saya harus semakin kuat Selektif di dalam memilih pasangan hidup PERTANYAAN Pernikahan beda agama adalah pernikahan campuran dengan perbedaan agama Dalam prinsip Islam pernikahan beda agama haram dilakukan
S
SS
TS
STS
S
SS
TS
STS
S
SS
TS
STS
S
SS
TS
STS
Lampiran Cover Film Cinta Tapi Beda
Sutradara 1 (Hanung Bramantyo)
Sutadara 2 (Hestu Saputra)
Cahyo sebagai seorang Chef
Diana sebagai seorang penari
Diana ketika meminta restu kepada Ibundanya
Ibunda Diana mengenalkan Oka kepada Diana
Diana dan Cahyo di Kantor Urusan Agama
Pernikahan Diana dengan Oka
Lampiran Logo IRMAFA
Kegiatan-kegiatan IRMAFA Festival IRMAFA
Lomba Marawis
Donor Darah Pelatihan Jurnalistik
STUDIO
Ras FM
MUA (Musyawarah Umum Anggota)
TPA Kampung Pemulung
REMATA (Rekrutmen Masa Ta’aruf Anggota)
MILAD IRMAFA
DAMPING
Malam jumat yasinan