METODE DAKWAH IKATAN REMAJA MASJID FATHULLAH (IRMAFA) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM PENINGKATAN IBADAH ANGGOTA
SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
S
Oleh : LARAS UTAMI NIM. 103051028534
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
METODE DAKWAH IKATAN REMAJA MASJID FATHULLAH (IRMAFA) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM PENIGKATAN IBADAH ANGGOTA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh : LARAS UTAMI NIM. 103051028534
Dibawah Bimbingan :
Drs. Study Rizal LK, MA NIP. 150 262 876
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya yang menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta,
Laras Utami
Pengesahan panitia ujian Skripsi berjudul Metode Dakwah Ikatan Remaja Masjid Fathullah ( IRMAFA ) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Peningkatan Ibadah Anggota telah diujikan dalam sidang munaqasyah fakultas dakwah dan komunikasi uin syarif hidayatullah jakarta pada.............................................. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial islam (s.sos.i) pada program studi komunikasi dan penyiaran islam.
Jakarta, ……………………. Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Merangkap Anggota,
Sekretaris
Dr. H. Murodi, MA Umi Musyarofah, MA NIP: 150 268 782 NIP: 150 281 980
Anggota, Penguji I Penguji II
Drs. M. Lutfi, MA
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP: 150 268 782 NIP: 150 276 299 Pembimbing
Dr H. A. Wahib Mu’thi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………….……….........….……......i DAFTAR ISI……………………………………..……………….....……...........iv DAFTAR TABEL.................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii BABI . PENDAHULUAN………………………….……………………….........1 A. Latar Belakang Masalah………………...…......…………… …........…1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………….......…...…..……….....5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………...……….……………........6 D. Metodologi Penelitian…………… …………….....……………….......7 E. Sistematika penulisan…………………… ….....………..………........11 BAB II.
TINJAUAN TEORI………………………......…………..…............12 A.
M Metode Dakwah 1. Pengertian Metode Dakwah............................................... 2. Bentuk-bentuk Metode Dakwah............................................. akwah………………………..……........14
C. Ibadah ………………………… ………….………………....…….18 1. Pengertian Peningkatan Ibadah …………........……… ......… 19 2. Ruang Lingkup Ibadah……………………… .…..……...........20 3. Bentuk-Bentuk Ibadah ……………… …………… ..………..21
D. Pengertian Remaja Masjid................................. BAB III . GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN…… …….......…29 A. Sejarah singkat berdirinya IRMAFA………………. …… .…….......29 B. Visi dan Misi serta tujuan IRMAFA…………………… ……............31 C. Struktur Organisasi IRMAFA……………………… …………..........33 D. Program Kerja IRMAFA…………………………… ……….............35 BAB IV. METODE DAKWAH IRMAFA ......................................................40 A.Metode yang digunakan IRMAFA.........................................................40 a.Metode Ceramah.....................................................................41 b.Metode Tanya Jawab...............................................................43 c.Metode Halaqoh......................................................................45 B.Pandangan anggota IRMAFA terhadap metode yang digunakan untuk peningkatan ibadah................ .....................................................46 C.Faktor Pendukung dan Penghambat IRMAFA dalam
Peningkatan
Ibadah pada Anggotanya…………………….… ……..................... ..52
BAB V. PENUTUP……………………………… ………………………......57 A. Kesimpulan……………… ………………………………….........57 B. Saran-saran….……………………… ……………………….........59
DAFTARPUSTAKA……………………………......... LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan informasi, perubahan masyarakat lebih cepat jika dibandingkan dengan kegiatan dakwah. Manusia sekarang ini pada umumnya disibukkan oleh kebutuhan yang semakin beranekaragam, sehingga banyak manusia mengalami krisis moral,dan meninggalkan ibadah serta amal shaleh lainnya dan juga karena dakwah masih dipahami secara sempit oleh orang awam yang identik dengan berdakwah yang umum dilakukan di atas podium sebenarnya juga bisa dilakukan baik secara lisan, tulisan atau di contohkan dalam perbuatan sehari-hari. Sejalan dengan arus informasi semakin luas sehingga menimbulkan berbagai dampak, baik dampak positif, maupun dampak negatif. Pada realitas yang ada, dampak negatif lebih mendominasi dan yang menjadi korban kebanyakan adalah kalangan remaja : Menurut Zakiah Drajat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama mengatakan ”Remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa”.
1
Sedangkan ciri-ciri remaja menurut Yaumil Agoes Achir di antaranya adalah:
• Remaja ingin cepat mandiri • Remaja ingin kelihatan tegar dan stabil • Remaja senang berkumpul dengan teman-teman sebaya 1
Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT.Bulan Bintang,1996),Cet-5, h.69.
• Remaja membangun kelompok baru. 1 Dalam masa transisi atau peralihan ini remaja sangat rawan terpengaruhi oleh hal-hal yang negatif. Apalagi pada zaman sekarang ini kehidupan masyarakat cenderung mengikuti nilai-nilai hidup yang berat, yang belum tentu dengan nilainilai agama Islam. Hal ini di perkuat oleh Ismail Yusanto dalam bukunya yang berjudul Islam Idiologi, Refleksi Cendikiawan Muda sebagai berikut. Pemuda Islam sekarang ini hidup dalam suatu lingkungan disekitarnya berlangsung tatanan kehidupan sosial yang tidak Islami, disertai proses diIslamisasi yang demikian deras melalui media, di satu sisi mereka tetap menjadi muslim tetapi disisi lain pikiran, perasaan dan tingkah laku dalam cara berpakaian, bergaul, dan bermuamalah telah banyak dicemari oleh pikiran, perasaan dan tingkah laku yang tidak Islami yang kebanyakan bersumber dari khasanah pikiran orang nonmuslim. Dibidang budaya misalnya, berkembang weternisasi yang berati amoralisme. Bagi mereka tidak ada tabu termasuk sek bebas, pakaian tidak senonoh, sepanjang tidak menganggu orang lain. Bila tidak waspada pemuda Islam saat ini ajarannya. 2 Untuk menghadapi problematika umat yang ditimbulkan oleh arus informasi global hendaknya dakwah, baik lisan maupun tulisan dapat mengimbanginya dengan informasi ajaran Islam. Maka untuk menyampaikan atau menginformasikan ajaran agama dalam rangka mencerdaskan umat agama dalam memahami ajaran agama. Para dai perlu mempelajari keadaan masyarakat dan menumbuhkan minat masyarakat untuk mempelajari dan mengikuti ajaran agama dengan tanpa adanya kesalah pahaman dan paksaan.
1
Yaumil Agoes Achir, Meningkatkan hubungan Remaja dan Orang Tua, (jakarta Pustaka Antara, 1992),h.83. 2
Ismail Yusanto, Islami Ideologi : Refleksi Cendikiawan Muslim, (Surabaya : AlIzzah,1990), h.35.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat at-Taubah ayat 71:
☺ ☺ $ "# ! ,-.☺ / %&' ()*+ 2- 3 ☺ 01 .+ 6$6789 %& ☺ 45+ 6$⌧<=> %&: + @ %& ?+ .EGH *I! $ AB! CD =/5 3 N K⌧LM-.C 0STU Q ,3.R O>+P @ Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dari penjelasan di atas, dakwah pada hakekatnya adalah menyeru kepada umat manusia untuk setuju kepada jalan kebaikan memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dalam rangka memperoleh kebaikan di dunia dan sejahtera diakhirat. Dengan inisiatif untuk membentuk suatu wadah dimana wadah tersebut bisa menampung aspirasi sekaligus membina para remaja yang berkualitas yang dapat di andalkan demi membangun serta menigkatkan kegiatan-kegiatan yang positif dalam lingkungan masyarakat. Berangkat dari keprihatinan, melihat kondisi remaja serta didasari rasa tanggung jawab terhadap generasi muda dan umat. Kemudian para remaja dan tokoh masyarakat sepakat membentuk IRMAFA.
Para tokoh masyarakat sangat prihatin dengan kondisi kehidupan remaja setempat. Keprihatinan mereka, karena para remaja mulai enggan mendatangi tempat-tempat pengajian yang sebelumnya ketika usia anak-anak sangat bersemangat. Dalam pelaksanaan kegiatan dakwah Ikatan Remaja Masjid Fathullah menggunakan beberapa metode dakwah agar pesan dakwah yang disampaikan da’i dapat diterima dengan baik Untuk menjalankan aktivitas dakwahnya dalam peningkatan ibadahnya, Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) menggunakan beberapa metode yakni Al-Hikmah (Bijaksana), Al-Mau’idzatil Hasanah (Nasehat, Pelajaran yang baik), Al-Mujadalah billati hiya ahsan
(Diskusi,
bertukar fikiran dengan yang baik ) diaplikasikan lewat metode ceramah, metode tanya jawab, metode halaqoh atau membaca bersama. Dengan demikian, maka dapat dirumuskan bahwa pengertian dakwah Islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka
bersikap dan
bertingkah laku Islami.3 Sejalan dengan pengertian dakwah diatas maka strategi atau metode yang dilakukan dalam mengajak tersebut. Haruslah pula dengan materi dan tujuan kemana ajakan tersebut diajukan. Pemakaian strategi atau metode yang benar merupakan sebagian dari keberhasilan dari dakwah itu sendiri. Sebaliknya bila strategi dan metode yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu tidak sesuai dan tidak pas, akan mengakibatkan hal yang tidak di inginkan.
3
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Pustaka Firdaus,1999),h.3.
Melihat fenomena kompleknya permasalahan kehidupan remaja, maka Organisasi IRMAFA dan seorang da’i
sudah mempunyai metode dalam
menangani semua permasalahan tersebut. Menurut Slamet Muhairin Abda dalam bukunya: Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah mengatakan ”Bahwa ada dua metode dalam berdakwah yaitu metode tradisonal seperti ceramah dan metode moderen seperti diskusi, seminar.” Dari sekian banyak ormas dan pengajian remaja yang penulis rasa beda dengan pengajian remaja pada umumnya dan diangkat dijadikan penelitian dalam bentuk skipsi dengan judul : ”Metode Dakwah Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Peningkatan Ibadah Anggota Periode 2007-2008. B.Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengingat luasnya pembahasan masalah diatas, maka
untuk lebih
memberi arahan yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, peneliti membatasi permasalahan pada metode dakwah IRMAFA dan adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Metode dakwah apa saja yang diberikan pada anggota IRMAFA dalam peningkatan ibadahnya ?
2.
Bagaimana Pandangan para anggota IRMAFA terhadap metode yang disampaikan ?
3.
Faktor pendukung dan penghambat IRMAFA dalam peningkatan ibadah anggotanya ?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitain a. Untuk mengetahuai metode dakwah apa saja yang digunakan IRMAFA dalam peningkatan ibadah anggota. b. Untuk sumbangsih pemikiran dalam rangka mengajak dan memperluas cakrawala Islam. c. Untuk mengetahui aktivitas para anggota IRMAFA selama berada didalam wadah organisasi IRMAFA d. Untuk mengetahui manfaat yang dirasakan para anggota IRMAFA terhadap metode yang di gunakan. 2. Manfaat peneliti a. Secara akademis Dengan penelitian ini akan memberikan gambaran dan pengetahuan tentang metode serta pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan
dakwah
dan
juga
dapat
menambahkan
wawasan
pengetahuan bagi penulis dan peniliti mengharapkan dapat membantu bagi para pembaca, tokoh masyrakat, lembaga-lembaga pendidikan, sosial dan dakwah untuk bisa memberikan sumbangan pemikirannya untuk memperluas cakrawala Islam. b. Secara praktis Secara praktis penelitian ini dapat berguna untuk memberikan masukan serta sumbangan saran guna menambah wawasan kepada praktisi dibidang kelembagaan agama, khususnya kepada Organisasi IRMAFA dalam membina serta mencetak kader-kader dakwah dan dapat berinteraksi dalam masyarakat guna meneruskan misi dalam dakwah
Islam dan dapat juga dijadikan bahan acuan pedoman bagi pengelola masjid.
D. Metodologi penelitian Metode yang digunakan dalam peneliti ini metode kuantitaf. Dengan menggunakan
pendekatan
deskriptif–analisis,
yaitu
membahas
suatu
permasalahan dengan menggunakan satu perspektif tertentu dan terlebih dahulu memaparkan objek bahasan secara objektif. 1. Subjek dan objek penelitian Subjek penelitian ini adalah IRMAFA sedangkan objeknya adalah metode dakwah yang disampaian IRMAFA kepada anggotanya. 2.Teknik pengumpulan data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitaian ini penulis menggunakan teknik-teknik sebagai mana berikut : a. Observasi, Karl Weick mendefinisikan observasi sebagai ” pemilihan, pengumpulan, pencatatan dan pengadaan serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan empiris”.4 Teknik ini digunakan untuk dapat mengamati secara langsung tentang metode dakwah yang di tetapkan oleh IRMAFA b. Wawancara dipergunakan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dapat dijadikan bahan untuk merumuskan peneliti ini. Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada orang
4
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Kominikasi (Jakarta: Remaja Rosdakarya,2004), Cet.Ke-11,h.83.
yang berhubungan langsung dengan peneliti tersebut untuk mendapatkan informasi.5 c. Dokumentasi, analisis dokumen ini merupakan pengumpulan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen.6 Dengan metode ini, penulis mengumpulkan data yang diperoleh dari arsip dan dokumen yang dimliki oleh IRMAFA . Metode ini dilakukan apabila penulis tidak mendapatkan data dari observasi dan wawancara. d. Angket/Quesioner, adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan angket yang berisikan pertanyaan kepada responden.7 Metode ini dipakai untuk memperoleh informasi atau gambaran dari responden yang tentu saja lebih kepada pendapat pribadinya mengenai pandangan mereka tentang metode dakwah yang digunakan IRMAFA untuk peningkatan ibadah para anggota IRMAFA. Adapun data yang penulis ambil dari penyebaran angket hanyalah sebagai pemuat data serta untuk mengetahui respon atau pandangan para aggota IRMAFA terhadap metode dakwah yang diberikan oleh IRMAFA. Selain itu penggunaan angket yang dipakai oleh penulis adalah sebagai sempel yang bertujuan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Hal ini didasarkan pada pendapat Moleong yang mengatakan bahwa pada penelitian kualitaif tidak ada sempel acak, tetapi sampel bertujuan.8
5
Sutrisno Hadi,Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1999), h. 49.
6
Consuleo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitan ( Jakarta : UI Press, 1993), h.8
7
Sudjana, Metode Statiska ( Bandung : Tarsito,1996), Edisi Ke-6, h.8.
8
Laxy,J,Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.224.
Dengan populasi sebanyak 100 orang , untuk keperluan penelitian ini, maka penulis mengambil sampel sebanyak 15% dari 100 0rang atau sebanyak 50 orang. Persentase tersebut diambil dengan berpedoman kepada pendapat suharsimi Arikunto : ” Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau lebih, tergantug setidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari seri waktu, tenaga dan dana.9 Data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada responden dijadikan sebagai teknik analisa data yaitu suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.10 Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunkan analisa non statistik, yaitu mengambil keputusan-keputusan yang benar , melalui proses pengumpulan, penyusunan penyajian dan penganalisaan data hasil penelitian atas hasil yang berupa kata-kata. Untuk mempermudah penelitian dalam menghitung jumlah jawaban dari responden yang berupa angket, maka penulis menggunakan rumus frekuensi dengan menghitung prosentase berpedoman standar sebagi berikut : F x 100% N
P=
P = Besar Persentase F = Frekuensi ( jumlah jawaban responden ) N = Jumlah Responden
9
Suhasimi Arikunto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : Bumi aksara, 1)
hal.57 10
Masri Surya Rimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey ( jakarta : LP3ES, 1995),h. 263.
Adapun mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis berpijak pada buku pedoman penulisan karya ilmiah ( Skripsi, Tesis dan Disertasi ) yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007. e. Studi literatur digunakan untuk melengkapi buku-buku bacaan lainnya yang mendukung terhadap masalah yang diteliti.
E.Sistematika Penulisan Laporan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk karya tulisan skripsi dengan sistematika penulisan seperti di bawah ini : BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB
II
:
Tinjauan
Teoritis,
bab
ini
berisikan
tentang
Metode
Dakwah,Pengertian Metode Dakwah, Bentuk-bentuk Metode Dakwah, Ibadah, Pengertian
peningkatan
ibadah,
Ruang
lingkup
ibadah,
Bentuk-bentuk
ibadah,Pengertian Remaja Masjid. BAB III : Gambaran Umum Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bab ini berisikan tentang latar belakang berdirinya IRMAFA, visi
dan
misi serta tujuan dari IRMAFA, struktur
organisasi IRMAFA, program kerja IRMAFA. BAB IV : Metode Dakwah IRMAFA Dalam Peningkatan Ibadah Para Anggotanya, bab ini menjelaskan tentang metode dakwah dalam peningkatan ibadah anggota, bagaimana pandangan para anggota IRMAFA terhadap metode
dakwah yang di sampaikan, faktor pendukung dan penghambat IRMAFA dalam peningkatan ibadah para anggotanya. BAB V : penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Metode Dakwah 1. Pengertian Metode Dakwah Kata metode berasal dari bahasa Latin methodus
yang berarti cara.11
Dalam bahasa Yunani methodus berarti cara atau jalan. sedangkan dalam bahasa Inggris method dijelaskan dengan metode atau cara.12 Adapun kata metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud ( dalam ilmu pengetahuan ) cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.13 Dengan demikian metode adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan kata dakwah secara lughawi berasal dari bahasa arab, yaitu da’wat yang membentuk katanya disebut isim mashdar. Kata ini berasal dari fi’il ( kata kerja ) da’a atau yad’uw yang artinya memanggil, menyeru atau mengajak.14 Dakwah menurut istilah para ulama memberikan definisi yang bermacammacam antara lain : 11
Prent, Kamus Latin-Indonesia,( Jogjakarta: Kanisius, 1969), h.232
12
Rayner Hardjono, Kamus Popular Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2002), h. 244 13
Tim Penyusun Kamus Besar dan Pengembangan Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,1998),Cet. Ke-1, h.581 14
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia ( Jakarta: Yayasan Penyelenggara atau Panafsiran al-Qur’an,1973),h.127
1) Pendapat Bakhial Khauli yang dikutip oleh Ghazali Darussalam, ” Dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan – peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan yang lain”.15 2) Pendapat Toha Yahya Oemar, ” Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagian mereka di dunia dan akhirat”.16 3) Pendapat Syekh Ali Mahfud, ” Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan
dan mengikuti petunjuk, menyuruh
mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagian di dunia dan akhirat”.17 4) Pendapat Dr. H. Hamzah Ya’qub, ”Dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya ”.18 5) Masdar Helmy mengatakan bahwa, ”Dakwah adalah mengajak dan menggerakan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah ( Islam)
15 Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, ( Malaysia: Nur Niaga, 1996), Cet. Ke-1, h. 10 16
Toha Yahya Oemar , Ilmu Dakwah,( Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. Ke-5, h.1
17
Syekh Ali Makhfud, Hidayat al-Mursyidin, Terjemahan Chodijah Nasution, ( Yoyakarta: Tiga A, 1970), h.17 18
Hamzah Ya’Qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadersip, ( Bandung: Diponegoro,1992), h. 13
termasuk amar’ma’ruf nahi mungkar untuk bisa memperoleh kebahagian didunia dan akhiran”.19 Dengan demikian dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yaitu dengan menjalankan ajaranajaran agama Islam demi mandapat kebahagaiaan dunia dan akhirat. Dari pengertian tentang metode dan dakwah, maka dapat memberikan kesimpulan bahwa metode dan dakwah, adalah cara-cara atau jalan tertentu yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran dakwah Islam demi mencapai suatu tujuan.
2. Bentuk-bentuk Metode Dakwah Begitu banyak ayat al-Qur’an yang mengungkapkan masalah dakwah. namun, dari sekian banyak ayat itu, yang di jadikan pedoman utama dalam prinsip matode dakwah pada umunya merujuk pada surat an-Nahl ayat 125:
Dari ayat tersebut menunjukan bahwah metode dakwah itu meliputi tiga cakupan yaitu ” dakwah bi al-Hikmah, dakwah al Mau’idzatil Hasanah, dan dakwah bi al- Mujadalah”.
Menurut Ahmad Mustafa al- Maraghi pembagian metode dakwah yang terdapat dalam surat an-Nahl ayat 125 sebagai berikut : 1. Al-Hikmah ( Bijaksana) 2. Al-Mau’idzatil hasanah ( Nasehat, Pelajaran yang baik ) 3. Al-Mujadalah billati hiya ahsan
(Diskusi, bertukar fikiran dengan
yang baik a) Metode Al-Hikmah ”kebijaksanaan yang adil” Yaitu suatu cara atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’unya dengan kebijaksanaan, sikap kasih sayang dan proporsinya.20 menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an- nasaf :
19
Masdar Helmy,Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra), h.31 Ghazali Darussalam,Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga SDN BHD,1999),Cet ke-1,h.28. 20
اي ا و ه ا ا ا ی artinya : Dakwah dengan bil-Hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.
Menurut Prof. Toha jahya Omar, al-Hikmah adalah kebijaksanaan, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berfikir, berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang Alllah SWT.21 Sedangkan menurut Dr. Ali abdul Halim Mahmud menyimpulka bahwah yang dimaksud dengan hikmah di dalam adalah berbuat yang tepat denan cara pada waktu tang tepat.22 Aplikasi dakwah dengan hikmah sebagaimana di contohkan oleh Rasulullah denan cara berlaku dan santunan walaupun terhadap musuh ( non muslim )tapi ada kalanya Rasululla memeberikan komando untuk mengangkat senjata memerangi musuh. Jadi ada kalanya berdakwah scara siriah (tertutup ), tapi ada pula masszanya untuk berdakwah scara jahriyah ( terbuka ). Dari beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah merupakan kemampuan pada dai dalam memilih, dan menjelaskan teknik dakwah dengan kondisi mad’u. disamping itu juga al-hikmah merupakan kemampuan cara 21
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum Dan Berdakwah Di Indonrsia (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996 )Cet, Ke-1, hal. 36. 22
38.
Cahyadi Takariawan, Yang Tegar Di Jalan Dakwah (yogyakarta : Talenta 1990) hal.
dai dalam menjelaskan ajaran Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. oleh karena itu al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatakan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.
b) Metode Al-Mau’izhatil hasanah ”nasehat yang baik” Menurut Ahmad Mustafa Al-marghi, al-Mau’izatil hasanah adalah melalui dalildalil yang zhani ( meyakinkan ) yang melegakan bagi orang awam. Ini sasarannya adalah orang – orang awam. Materi yang disampaikan kepada mereka harus sesuai dengan daya tangkap mereka.23 Yaitu suatu cara penyampaian pesan oleh seorang da’i kepada mad’unya dengan memberikan nasehat-nasehat yang baik atau memberi peringatan, katakata ucapan atau teguran yang baik dan tidak menyinggung persaan mad’u sehingga mad’u tidak merasa dipaksa dalam menerima pesan-pesan dakwah.24 Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an- nasaf : ! ا"! وه ا ا و ان# $%ا
artinya: al-Mau’izhatil Hasanah yaitu perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau mengatakan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-quran. Jadi kalau kita
telusuri kesimpulan dari Al-Mau’izhatil hasanah, akan
mengandung arti kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan
23
Al- wisnal Imam Zaidallah, Strategi Dakwah Dalam Pembentukan Dai dan Khalifah Profesional, ( jakarta : kalam Mufa,2002) Cet.Ke-2,hal.74. 24
Ibid., h.29.
kedalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membuka kesalahan orang lain sebab kelemahan kelembutan dalam menasehati seringkali dapat melukakan hati yang kasar dan menggunakan kalbu yang lain, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.
c) Metode Al-Mujadalah billati hiya ahsan ” berdebat, berdiskusi” Menurut ahmad Musatafa Al-Maraghi, Mujadalah hiya ahsan adalah percakapan dan bertukar pikiran untuk memuaskan bagi orang-orang yang menentang.25 Mujadalah Yaitu penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran secara baik. Bertukar pikiran disini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dialog, diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengerti serta ajaran-ajaran yang satu dengan yang lainnya secara luas untuk menghapuskan sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.26 Dalam tafsir Jalalain disebutkan :
25
A. Mustafa Al-Maraghi, Tafsir jalalain, ( Beyrut : Darul Ihya Turus al-rabiy )hal : 158.
26
Ibid., h. 30.
واء+ ,د! ا ه ﺡ"& آإ ا%و)د ه اﺡ"& ا +/ا ﺡ artinya: Berdebat yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan menggunakan ayat – ayat Nya dan hujjah Nya.27 Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sirnegis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan,menerima pendapat yang digunakan dengan memberikan ergumentasi dan bukti yang kuat. Dari ketiga metode diatas dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat kepahaman masing-masing jamaahnya, karena metode dakwah yang tidak tepat akan berakibat semakin jatuhnya seorang da’i dari jamaahnya dan bahkan implikasinya yang lebih parah akan semakin menjauhkan mereka dari ajaran agama. Metode dakwah juga bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan akan tetapi keberhasilan dakwah ditunjang dari seperangkat baik pribadi da’i, subjek dakwah atau pun lainnya.
B. Ibadah 1. Pengertian Peningkatan ibadah Peningkatan ibadah terdiri atas dua kata yaitu peningkatan dan ibadah. Peningkatan kata dasarnya adalah ” tingkat ” yang berarti kemajuan. kata tingkat mendapatkan awalan ”
peng ” dan akhiran ” an ” menjadi peningkatan yang
berarti proses atau cara atau perbuatan meningkatkan suatu usaha atau suatu kegiatan. 27
Jalaluddin Al-Mahally Dan As-Suyuthy, Tafsir Jalalain, (Semarang: Toha Putra) Cet Ke_1, hal 226.
Ibadah secara bahasa (terminologi) dalam Eksiklopedi Islam yang berati mematuhi, tunduk, dan berdo’a. Sedangkan menurut istilah ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan pada Dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan ( perbuatan dan perkataan) yang dilakukan pada setiap mukmim muslim dengan tujuan untuk mencari keridoan Allah SWT.28 Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan ibadah sebagai : ” Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi larangan-Nya.”Atau dengan kata lain ”Segala usaha lahir dan batin, sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta”.29 Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa peningkatan ibadah adalah proses cara kerja atau suatu usaha atau kegiatan untuk menuju suatu peningkatan kerja atau usaha yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketataan kepada Allah SWT,yang didasari dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2. Ruang lingkup ibadah Ibadah di bagi menjadi 2 bagian, yaitu Ibadah mahdoh dan Ibadah Ghorioh nmahdoh. Ibadah Mahdoh adalah segala jenis Ibadah yang tata caranya 28
H. Baihaqi A,K., “Fiqh Ibadah”, (Bandung : Mas Bandung,1996), cet ke-1, h.31
29
Depdiknas, “kamus besar bahasa indonesia”,.h.364.
telah di tetapkan oleh Allah SWT ( Khusus ) atau tersebut. Contohnya Sholat, Puasa, Zakat dan sebagainya. Sedangkan ghoiroh mahdoh adalah segala jenis ibadah kepada Allah dalam pengertian yang luas semua perbuatan yang diperintahkan Allah SWT baik perbuatan yang berhubungan dengan Allah SWT, semua manusia, dan alam lingkungan , misalnya berzikir kepada Allah, menolong orang yang kesusahan seseuai dengan kemampuan kita, memelihara lingkungan dan sebagainya.Seperti yang tertera dalam surat An-nisa ayat 36:
[\ @ W XYZ W `a b⌧@ _R/ W4b/ fgZR/5 $h.☺j $h6i-5 Dl m Uck,3fg.☺ Dl m $h6i-5 >n 47R89 47o Uc 47.o / Z 367 U^b/Ygg q7r [\ @ =/5 3 3.☺+! 02U Dx ) \u + s[t 1 Artinya: ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”
Ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu Ibadah Khashashah dan Ibadah Ammah. 1. Ibadah Khashashah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash, seperti sholat, zakat, puasa dan haji.
2. Ibadah Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah SWT, seperti makan dan minum, bekerja, amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya.30 Dengan ibadah seorang hamba akan selalu merasa dekat dengan Tuhannya, bahkan ibadah dapat menolong batinnya dari kesusahan. Banyak hal yang dapat dipetik dari ibadah. Dari segi sosial, ibadah merupakan pengakuan akidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat Islam.
3. Bentuk-Bentuk Ibadah Dilihat dari segi bentuk dan manfaatnya, ibadah terbagi kepada beberapa bagian : a. Ibadah yang trerdiri atas perbuatan dan ucapan lidah seperti berdzikir, bertasbih, bertauhid, bertahlil, bersholawat dan sebagainya. b. Ibadah yang terinci perkataan dan perbuatan seperti sholat, zakat, puasa dan haji. c. Ibadah yang tidak di tentukan teknik pelaksaaannya seperti menolong orang lain, berjihat,membela diri, mendirikan madrasah, masjid, rumah sakit dan sebagainya. d. Ibadah yang pelaksanaannya dalam bentuk menahan diri seperti puasa ihram dan i’tikaf. e. Ibadah yang sifatnya mengugurkan hak seperti membebaskan seseorang dari kewajiban membayar hutangnya kepada kita memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita dan sebagainya.31 Ibadah Islam adalah bentuk ibadah tertentu yang telah digariskan oleh Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bentuk peribadatan yang telah menentukan waktunya, ketentuan-ketentuannya maupun 30
A.Rahman Ritonga,M.A., “ Fiqh Ibadah”,(Jakarta: Gaya Media Pratama : 2002),cet
ke-2 h. 62 31
Al-Habsy dan Muhammad Baqir,” Fiqh Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan Pendapat para Ulama”,(Bandung : Mizan,1999), cet ke-4, h.27.
cara-cara pengalamannya sudah pasti atau kekal. Adapun ibadah-ibadah yang dimaksudkan itu adalah sholat,zakat,puasa dan haji. Sebagaimana umat muslim lainnya, anggota IRMAFA juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan Rosul-Nya. Tidak ada perbedaan yang mendasar dalam melaksanakan ibadah, tata cara dan pelaksanaannya sama seperti umat muslim lainnya. Dalam penelitain ini peneliti hanya memfokuskannya pada pelaksanaan ibadah sholat, zakat dan puasa para anggotanya sebagai landasan untuk memperoleh jawaban penelitian. Pilihan ini dikarenakan, ibadah-ibadah tersebut merupakan ibadah sehari-hari yang dapat dengan mudah peneliti lihat dan amati saat observasi.
1. Sholat Menurut bahasa sholat adalah do’a, sedangkan menurut istilah sholat adalah ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.32 Sholat adalah kewajiban umat Islam yang paling utama sesudah megucapkan dua kalimat syahadat. Sholat merupakan pembeda antara orang muslim dengan non muslim. Dari unsur religius sholat merupakan hubungan antra hamba dengan khaliknya, yang didalamnya terkandung kenikmatan munajat, pernyataan ’ubudiyah, penyerahan segala urusan kepada Allah SWT, keamanan dan ketentraman serta peroleh keuntungan. Disamping itu sholat merupakan suatu cara untuk memperoleh kemenangan serta peroleh keuntungan. disamping itu sholat 32
ke-2 h.62.
A. Rohman Ritonga, M.A.,”Fiqh Ibadah”., ( Jakarta: Gaya Media Pratama: 2002), cet
merupakan suatu cara untuk memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari perbuatan jahat dan kesalahan. Secara individu sholat merupakan pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Selain itu sholat juga merupakan peristirahatan diri dan ketenangan jiwa sesudah melakukan kehidupan dunia. kali ini terlihat dari penetapan waktu sholat yang harus di pelihara
oleh setiap muslim dan tata tertib yang terdapat di
dalamnya. Segala macam ibadah di dalam Islam, segala macam larangan, baik yang dapat di pahami dengan mudah dan tujuannya maupun yang tidak, namun harus diakui dan di yakini bahwa ibadah sholat itu mengandung rahasia-rahasia yang dalam serta hikmah-hikmah yang besar dalam menghasilkan manfaat dan faedah bagi yang mengerjakannya, diantara rahasia – rahasia
dan hikmah yang
terkandung dalam sholat adalah : 1) Mengingatkan kepada Allah SWT, menghidupkan rasa takut kepadaNya, tunduk kepada-Nya dan menumbuhkan di dalam jika rasa kebenaran rasa ketinggian Allah Swt, serta mengesakan kebesaran dan keagungan-Nya. 2) Mendidik dan melatih kita menjadi orang yang tenang, orang yang dapat menghadapi segala kesusahan dengan hati yang tentram dan tenang. 3) Menjadi penghalang untuk mengerjakan kemungkaran dan keburukan.33 Diantara ibadah Islam, Sholat yang membawa manusia dekat kepada Allah SWT karena di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog itu berlaku antara dua pihak yang saling berkaitan. Terdapat banyak 33
Zakiyah Drajat dfu7Zakiyah Drajat ,”Dasar-dasar agama Islam”.( Jkarta: PT. Bulan Bintang, 1996), cet ke-10, h. 199
petunjuk dari al-Qur’an maupun hadits, tentang rahasia sholat bagi perilaku manusia diantaranya surat Al-Ankabut ayat 45.
.E b /5 My0I! ^ : 4Qs! 47j,3 %z 6$6789 {&/5 W 6$6789 } ⌧A 0z $D | : a - <s 3 2- 3 ☺ Q67+ N 3 L ~t! 0/U 9 :
Artinya: ”Bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (AlQur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (Perbuatan-perbuatan ) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar ( Keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain ) dan Allah mengetahui apa engkau kerjakan.”(QS.Al-Ankabut: 45)
2. Zakat Zakat ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah ta’ala yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat, karena didalamnya terkandung harapan untuk memperoleh keberkahan, memberikan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebijaksanaan. Zakat menurut bahasa ialah tumbuh suci, dan berkah. Sedangkan menurut istilah zakat adalah kadar harta tertantu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat .34 Zakat merupakan ladang amal bagi yang mengerjakannya Allah berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 261:
5A+ cds@ ^ = a U^b/Y.C h/c Q ! Zu
! lY.R U^ .☺⌧< U^< h/c [^/.C .E.C 3 ElY.R l W E* E C 34
H. Silaiman,”Fiqih Islam”,(Bandung: PT. Simar BAru,1994) cet ke-27, h 192.
} 1.☺ [+ N Q /7 ,C N 3 U 0TU ! ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”
Manusia disamping sebagai mahluk individu, ia pun sebagai mahluk sosial, kehidupannya selalu berkait dengan orang lain. Ia tidak dapat hidup tanpa bantuan masyarakatnya. Walaupun seseorang mempunyai kepandaian, namun hasil materi yang diperolehnya tidak terlepas dari bantuan pihak-pihak lain, baik secara langsung disadari atau tidak. Zakat mamiliki hikmah-hikmah yang tersembunyi diataranya: a. Mengikis sifat-sifat kekikiran dari dalam jiwa seseorang serta melatihnya untuk berjiwa dermawan. b. Menciptakan kemenangan dan ketentraman bukan hanya terhadap penerima tetepi juga kepada yang membarikan. c. Zakat bila diberikan kepada mustahiknya secara ikhlas, disamping memberikan keuntungan terkahap kebaikan diakhirat, juga dapat menambah harta yang tersisa dengan pemanfaatan yang lebih baik.35 Zakat sebagai amal kebaikan, disamping memiliki dimensi ibadah juga memiliki dimensi sosial. Hal ini menunjukan bahwa zakat disamping sebagai salah satu bentuk kegiatan taqarrub kepada Allah, zakat juga salah satu bentuk
35
Teungku Muhammad Hasbi as Shiddiqi,” Kuliah si tinjau dari Segi Hukum dan Hikmah”,(SEmarang: Pustaka Rizki Putrea,2000),cet ke-1,h.213.
kegiatan sosial. Zakat digunakan untuk kepentingan umum dalam menanggulangi problem-problem sosial bencana, serta kelompok masyarakat yang memerlukan.
3.Puasa Puasa menurut bahasa artinya menahan diri dari sesuatu seperti makan,minum hawa nafsu, berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa satu hari lamanya, mulai dari tebit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.36 Menurut Al-Qura’an puasa itu merupakan kewajiban universal, artinya puasa juga diwajibkan kepada umat sebelum nabi Muhammad SAW sesuai dengan firman Allah SWT Surat al-Baqoroh ayat 183:
cds@ .P+*H+ Y b67 f7j< W h6: f7j< .☺⌧< b,9 Y/7E s 1 %ds@ 0T2U+ 5j : 3N7. Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Pelaksanaan puasa merupakan rukun Islam yang ke-empat yang diperintahkan Allah SWT kepada semua orang yang beriman kepada-Nya, oleh kerena itu puasa adalah ibadah langsung yang dipertanggung jawabkan kepada Allah atau Ibadah yang menyangkut aspek hablu’minallah. Dalam Islam tidak ada ibadah yang diperintahkan Allah SWT yang tidak mengundang hikmah. Puasa sebagai ibadah menahan makan dan minum serta
36
H.Sulaiman, “ Fiqh Islam ”, op.cit.,h.220
hubungan seksual dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, mengandung hikmah bagi yang melaksanakannya. Puasa menurut Zakiah Drajat, mengundang hikmah terhadap rohani dan jasmani manusia. Hikmah terhadap rohani antara lain melatih rohani agar disiplin mengendalikan
dan
mengintrol
hawa
nafsu
agar
tidak
semena-mena
memunculkan keinginannya. Dalam puasa disamping dilatih menahan hawa nafsu juga ditanamkan nilai moral yang luhur kepada sesamanya yaitu manusia disiapkan menjadi manusia yang berjiwa sosial dan gemar beramal sholeh, tidak suka berbuat hal-hal yang merugikan rohani dan akhlak. Adapun hikmah terhadap jasmani ialah bahwa puasa dengan menahan makan dan minum, disamping membangun kekuatan dan ketahan rohani juga mempertinggi tubuh manusia tubuh manusia bersumber dari perut yang menampung semua apa yang dimakan dan diminum.37 4.Haji Haji menurut bahasa adalah mengunjungi Baitullah untuk menjalankan ibadah. Sedangkan menurut istilah sengaja mengunjugi mekkah ( Ka’bah) untuk mengerjakan ibadah yang terdiri atas tawaf, sa’i,wukuf dan ibadah-ibadah lainnya, guna memenuhi perintah Allah SWT dan mengharapkan keridhaan-Nya.38 Ibadah haji dilakukan pada waktu tempat dan cara yang telah ditetapkan Allah SWT , hai ini menunjukan bahwa adanya penentuan dalam konsep ibadah haji untuk keseragaman muslim dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT. Adapun ibadah haji ditekankan dan wajibkan muslim yang mampu yang tidak
37
A.Rohman Ritonga, M.A., “ Fiqh Ibadah ” ,op.cit., h.155 Slamet Abidin dan Moh. Suyono, HS., “fiqh Ibadah”,( Bandung : PT.Putaka Setia,1998),hal 261 38
merupakan paksaan bagi seseorang yang kurang mampu untuk menunaikan ibadah haji tersebut. Berkumpulnya
kaum muslim dari berbagai bangsa
dan bahasa
menimbulkan ikatan persatuan diantara meraka dan rasa solidaritas terhadap meraka yang tertindas. hal ini merupakan salah satu hikmah haji yang ada, manusia semakin banyak menampakan penghambaan diri kepada Allah SWT. Haji adalah forum pertemuan agung yang banyak orang saling mendapat manfaat untuk kehidupan dan perdagangan, sehingga memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Islam.
C.Remaja Masjid Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. ia tidak termasuk golongan anak, tapi tidak pula termasuk gologan orang dewasa atau golongan orang tua. remaja adalah mereka yang berada pada masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. menurut Monks remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut : a. Masa remaja awal (12-15 tahun) b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) c. Masa remaja akhir (18-21 tahun)39
39
F.J.Knoers, Monks, A.M.P. Haditono, Sri Rahayu, Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berabagai Bagiannya, ( Yogyakarta: Gajah Mada Uninersity Perss,1998),h.12
Asal kata Remaja Masjid terdiri dari ”Remaja dan Masjid” remaja masjid dapat diartikan sebagai perkumpulan remaja dan pemuda yang mempelajari dan menjalani dan menggambarkan agama Islam dengan menggunakan masjid sebagai pusat kegiatannya.40 Remaja masjid merupakan suatu umat yang terdiri dari orang-orang atau kelompok yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang berbasis di masjid sebagai pusat kegiatan. Berkenaan dengan itu harus pula diketahui adanya 5 unsur yang dominan pada remaja masjid kelima unsur ini juga menjadikan spesifikasi remaja masjid terhadap bentuk asosiasi atau kelompok lain ke-5 unsur tersebut adalah :
a.Keanggotaan Remaja masjid beranggotakan sekumpulan remaja Islam dengan usia antara 12-30 tahun. anggota yang sudah tidak remaja lagi tidak berarti mengubah status, keanggotaan dapat berubah apabila anggota tersebut meninggal dunia atas permintaan sendiri, dikeluarkan, murtad, dan melanggar peraturan dasar dan peraturan rumah tangga organisasi. b.Keorganisasian Remaja masjid adalah sebuah organisasi otonom dan independen, maksudnya dalam keotonomianya ia benar-benar mandiri, tidak tergantung pada siapapun remaja masjid tersebut atas swadaya remaja itu sendiri, walaupun mereka belum bisa. berswasembada. namun tidak mengurangi keindependennya terhadap yang lain, termasuk kepada pengurus masjid yang menjadi tempatnya bernaung. c.Kegiatan Remaja masjid mempunyai kegiatan yang sifatnya hanya keagamaan, melainkan jika mencakup kegiatan non keagamaan. d.Tujuan Remaja masjid bertujuan untuk memakmurkan masjid. tujuan ini memang tidak secara ekspilit dikemukakan. tujuan inilah yang sesungguhnya menjadi identitas remaja masjid. tanpa adanya tujuan untuk memakmurkan masjid, maka remaja masjid tidak mempunyai arti yang luas, tidak hanya kepentingan masjid
40
15
Ita R.Jelita, Perkembangan Ramja Masjid DKI Jakarta, ( jakarta: IKIP, 1970-1990) h.
yang diutamakan, melainkan jika aspirasi remaja dan kehidupan berguna bagi sosial masyarakat sekitar. e.pemikiran dan landasan remaja masjid berdasarkan atas motifasi ketawaan kepada allah swt landasan mutlak dimilki para anggota remaja masjid. ketaqwaan ini dikonsekwensikan pada sikap bersama kepada allah swt dan hari akhir, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat.41
41
Ibid.,hal. 15
BAB III
GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya IRMAFA IRMAFA merupakan nama organisasi remaja yang terletak di lingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah jakarta khususnya ditengah-tengah perumahan dosen UIN Syarif Hidayahullah IRMAFA juga bergerak dalam kegiatan keorganisasian dan keagamaan yang tertujukan kepada remaja khususnya dan umumnya untuk masyarakat sekitar, dan pun kegiatan ini berbasiskan di masjid fathullah jalan Ir. Juanda komplek UIN Syarif Hidayatullah No.95 Lantai 2.42 Misbahuddin selaku ketua IRMAFA mengatakan bahwa Awal berdirinya IRMAFA sekitar tanggal 1 juni 1997 bertepatan dengan 25 Muharam 1418 H pada saat itu para pengurus masjid dan tokoh masyarakat yaitu Bapak M.Nuzul Wibawa, Bapak Ahmad Munjib, Bapak Athiyah Fitri, Ibu Ida Farida dan Ibu Lisfah Sentosa Aisyah memutuskan untuk membentuk suatu wadah yang bisa menampung aspirasi sekaligus membina remaja yang berkualitas yang dapat di andalkan demi membangun serta meningkatkan kegiatan-kegiatan yang positif dalam lingkungan masyarakat.
42
.Misbahuddin, Ketua IRMAFA, wawancara pribadi, 18 juni 2007.
Berdasarkan musyawarah tersebut maka terbentuklah suatu organisasi remaja yang bernamakan Ikatan Remaja Masjid Fathullah yang disingkat dengan 揑RMAFA揑. Hingga sekarang organisasi remaja Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) sudah memasuki tahun yang ke 10 atau periode yang ke-8 yang pernah menjabat sebagai ketua dengan rincian diantaranya : 1. Periode pertama, Sdr, M.Nuzul Wibawa (1997-1999) 2. Periode ke dua, Sdr, Ali Fahruddin (1999-2001) 3. Periode ke tiga, Sdr, Dedy sa’dallah (2001-2003) 4. Periode ke empat,Sdr, Faisal Anwar (2003-2004) 5. Periode ke lima, Sdr, Ahmad Asturi (2004-2005) 6. Periode ke enam, Sdr, M.Abdul.Rahman (2005-2006) 7. Periode ke tujuh, Sdr, M.Wahyuddin (2006-2007) 8. Periode ke delapan, Sdr,Khairun.E.K (2007-2008)43 Sejak berdirinya kegiatan yang dilakukan IRMAFA selama 10 tahun ini banyak sekali peningkatan – peningkatan dari tiap periode walaupun sifatnya bertahab. Walaupun IRMAFA sudah berjalan selama 10 tahun IRMAFA masih perlu banyak belajar dari organisasi remaja masjid yang telah mapan dan eksis sebelumnya, agar terwujud sesuai dengan harapan kita semua sebagai organisasi yang bisa menjadi suritauladan yang baik bagi oraganisasi yang lain.44 B. Visi, Misi dan Tujuan IRMAFA 43
Dokumentasi Statuta Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
44
Wawancara Pribadi dengan Misbahuddin, Ketua IRMAFA, Jakarta 18 januari 2008
Dalam sebuah organisai, Visi dan Misi mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Visi dan misi juga memberikan pandangan yang jelas arah dan tujuan yang akan dicapai dan memberikan identitas atau ciri khas dari sebuah organisasi. Adapun Visi dari organisasi IRMAFA ini adalah: 揑 Terwujudnya generasi muda dan berilmu dan bertaqwa yang memperjuangkan nilai-nilai islam serta peduli terhadap persoalan umat
.45
Adapun Misi dari organisasi IRMAFA ini adalah : 1. Melaksanakan pembangunan yang terpadu antara spiritual, moralitas, intelektualitas dan solidaritas sosialmenuju terciptang insan islami. 2. Membentuk remeja yang mandiri, berkepribadian, sehat jasman dan rohani, memiliki keluasan wawasan pengetahuan, keagamaan, kenegaraan dan berakhlak mulia. 3. Menciptakan remaja yang berkualitas yang mengisikehidupannya sesuai dengan ajaran agamadan keilmuan yang kuat. 4. Megoptimalkan kualitas remaayang kritis serta dapat aktifdalam mengembnagkan masyarakat khusunya remajaitu sendiri. 5. Membantu
masyarakat
khusunya
remajamelalui
program-program
pendayagunaan yang dapat dipertanggung jawabkan.46 Oleh sebab itu perlu disusun garis besar perjuangan dalam rangka memberikan arah bagi kemajuan organisasi dengan mempertimbangkan berbagai
45 Wawancara Pribadi dengan Abdul Wahid ,SH,I Dewan Pertimbangan Organisasi IRMAFA Jakarta, 4 Februari 2008. 46
Draft MUA IRMAFA tahun 2008 h.15
hal, seperti kondisi objektif yang di hadapi sehingga misi organisasi dapat terwujudkan secara bertahap, berencana terpadu dan terus-menerus. 47 Selain Visi dan Misi terdapat Tujuan dari dibentuknya Ikatan Remaja Masjid Fathullah, adalah sebagai berikut : 1. Ingin menyatukan para remaja yang berada diwilayah tersebut,menjalin tali silahturahmi dan ukhuwah islamiah terhadap para remaja dankepada masyarakat sekitar. 2. Berusaha membrantas kebodohan terutama dalam hal pemahaman dan pengetahuan agama para remaja yang masih minim sekali dengan kematangan pengetahuan agama seseorang akan dapat memfilter dirirnya dari hal-hal yang tidak baik. 3. Meningkatan kesadaran remaja dalam mempertebal rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 4. Menigkatkan kualitas dan profesionalitas sumberdaya remaja. 5. Meningkatan kretifitas remaja dalam segala bidang 6. Meningkatkan sinergi dan profesional dalam rasa kebersamaan 7. Meningkatkan kinerja struktur organisasi remaja IRMAFA 8. Mengembangkan dan meningkatkan berbagai asset yang ada di lingkungan organisasi IRMAFA 9. Mengembangkan pelatihan yang dapat meningkatkan berbagai keterampailan yang memiliki remaja. 10. Meningkatkan keilmuan dan bersikap untuk mempersiapkan serta menumbuhkan kedewasaan berfikir dan bersikap untuk mempersiapkan mental kemandirian dalam menghadapi tuntunan dimasa yang akan datang.48
C. Struktur Organisasi Ikatan Remaja Masjid Fathullah ( IRMAFA ) Organisasai remaja ikatan remaja masjid fathullah yang memprioritaskan program kerja dan kegiatan-kegiatan itu untuk meningkatkan kualitas dari sumber daya insani remaja itu sendiri, sehingga dapat membantu remaja dalam menghadapi dan mengatasi kekurangan dan kegoncangan jiwa yang terjadi akibat perkembangan dan tantangan yang mereka hadapi. 47
Wawancara Pribadi dengan Abdul Wahid, SH,I Dewan Pertimbangan Organisasi IRMAFA Jakarta 4 Februari 2008. 48 Darft MUA IRMAFA tahun 2008 h.16.
Struktur Organisasi merupakan gambaran atau bentuk global dalam suatu pegurusan sangatlah di pelukan untuk menghindari kesimpang siuran tugas dan tanggumg jawab yang dibebankan kepada seluruh pengurus suatu organisasi. Adapun Struktur Organisasi IRMAFA Terdiri Atas :
D. Program Kegiatan Dakwah IRMAFA Sebagai upaya untuk menggerakan dan meningkatkan peran dan keberadaan IRMAFA, maka harus didukung oleh gerak dan kreativitas sebagai upaya untuk mencapai tujuan dan cita-cita. Program kerja harus disusun secara sistematis, realitas terarah dan terencana sehingga menunjukan adanya penigkatan kualitas menuju cita-cita organisasi dengan terciptanya suasana ilmiah, dinamis, dan inovatif sesuai dengan kondisi remaja. Serta tersalurnya aktivitas anggota menuju insan Islami yang produktif dan terbentuknya SDM yang mapan dan mandiri sesuai dengan bidang dan profesinya. Fungsi pembagian kerja adalah sebagai landasan operasional IRMAFA dan memberikan arahan bagi pelaksanaan aktifitas dan kreatifitas anggota.49 Pembagian kerja pengurus diantaranya : 1. Ketua Umum : 1. Menjalankan dan memelihara roda kegiatan Irmafa 2. Mengadakan evaluasi pengurus setiap satu bulan sekali 3. Mengadakan kerjasama dengan berbagai institusi 4. Membuat forum keluarga besar alumni irmafa 5. Mengadakan evaluasi setiap kegiatan 2. Sekretaris Umum :
49
Ibid.,hal 17
1. Membuat struktur organisasi dan membuat time schedulue kegiatan secara keseluruhan. 2. Menyusun keadministrasian serta melangkapi menjaga fasilitas atau inventaris organisasi. 3. Membuat dan mengatur nomor surat, baik keluar dn kedalam irmafa dan tiap departemen. 4. Membuat jadwal piket kesektretariatan. 5. Membuat kartu tanda anggota (kta) irmafa. 6. Mengadakan lemari untuk small librar 3. Bendahara Umum : 1. Membuat laporan keuangan secara berkala 2. Mengusahakan sumber dana dan pendapatan organisasi 3. Membuat laporan keuangan keseluruhan pada musyawarah umum anggota ( mua ) 4. Menarik iuran anggota 5. Membuat anggaran dana kegiatan selama satu tahun 6. Mencari dan menghubungi donatur tetap Irmafa 4. Ketua Departemen : 1. Bertanggung jawab kepada ketua umum 2. Pemegang kebijakan dalam departemen yang bersangkutan 3. Mewakili ketua umum bila berhalanagan dalam kegiatan yang sesuai dengan departemen yang bersangkutan 4. Membuat kebijakan yang menyangkut kegiatan-kegiatan 5. Menjabarkan secara operasional dan mengkoordinir program kerja
6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksaan kegiatan.50 5.Seketaris Departemen : 1. Mewakili sekertaris umum jika berhalangan sesuai dengan bidang kegiatan pada departemen bersangkutan dan mewakili ketua departemen bila berhalangan hadir. 2. Pemegang kebijaksanaan umum dalam bidang kesekretariatan departemen 3. Menertibkan dan mengatur system keskretariatan departemen yang bersangkutan 4. Membuat time schedule kegiatan departemen yang secara keseluruhan 5. Menyusun keadministrasian serta melengkapi fasilitas departemen 6. Bendahara Depertemen : 1. Bertanggung jawab kepada bendahara umum 2. Mewakili bendahara umum bila berhalangan hadir 3. Bertanggung jawab terhadap administrasi keuangan departemen 7. Departemen Ilkad ( Keilmuan dan Kaderisasi ) : Departemen ini diarahkan pada pembinaan dan pembekalan bagi generasi muda dan peningkatan kualitas keorganisasian, keagamaan dan transpormasi ilmu pengetahuan anggota. Pengoptimalan informasi dan komunikasi baik intern maupun ekstren : 1. MC Qiraatul kutub 2. MC jum'at 3. Kuliah hubuh dan dhuhur
50
ibid.,hal.19-20
4. Penerbitan mading ic 5. Training remaja masjid 6.
Pelatihan menulis bersama flp
7.
Halaqoh pembelajaran
8.
Training organisasi
9.
Galaran seni dan sastra
8. Departemen Sosial dan Jaringan Antar Remaja Masjid ( Sosjarm ) : Departemen ini diarhkan pada pembinaan dan pembekalan bagi generasi muda dan peningkatan kualitas keorganisasian, keagamaan dan transpormasi ilmu pengetahuan anggota. Pengoptimalan informasi dan komunikasi baik intern maupun ekstern: 1. Talk Show / Lomba Kuis ditv 2. Kerjasama Dengan Kampoeng Ternak 3. Diskusi Dan Pengajian Mingguan 4. Mabit IRMAFA (januari 2007) 5. Mabit Muharam 1428 H Bersama LDK Syahid 6. OBRAS Ramadhan 1427 H 7. Sahur Bersama Dhu'afa 8. Ifthor Jama'i 9. Mengadakan Donor Darah Bekerjasama Deangan PMI DKI 10. Aneka Lomba Anak-Anak 9. Dapartemen Seni Sdan Olah Raga ( Senior ) :
Departemen ini diarahkan pada pembinaan bakat dan penyaluran kreatifitas generasi muda ( khususnya anggota) dalam bidang seni dan olahraga : 1. Pelatihan Marawis 2. Pelatihan Keterampilan Merangkai Mute 3. Festifal 4. Festival Fathullaha (FESFA) 10. Departemen Pengembangan Ekonomi ( Paeko ) : Departemen ini diarahkan untuk memberdayakan anggota irmafa dalam bidang perekonomian agar dapat menghasilkan income. 1. Pembuatn Seragam (jaket) IRMAFA 2. Kajian Ekonomi Islam 3. Bazaar 4. Mabit Ekonomi Syari'ah (MABES) 11.Departemen Keputrian Irmafa ( Kepri ) : 1. Diskusi Keputrian Irmafa (DKI) Baik Reguler Maupun DKI Spesial Ramadhan 2. Kreasi Unggulanku (KrU) 3. Pesatren Kilat ( SANLAT ) Tingkat SMA 4. Talk Show 5. Dialok Interaktif 6. Talk Show Remaja Islam51
51
.Draft MUA IRMAFA tahun 2008 h. 25.
BAB IV METODE DAKWAH IRMAFA A. Metode yang digunakan IRMAFA Dalam pelaksanaan kegiatan dakwah Ikatan Remaja Masjid Fathullah menggunakan beberapa metode dakwah agar pesan dakwah yang disampaikan da’i dapat diterima dengan baik oleh jama’ahnya. Bila juru dakwah terjun kemedan dakwah, maka mereka akan berhadapan dengan suatu komunitas sosial yang bersifat heterogen baik fikiran, adat istiadat maupun prinsip-prinsip berbagai individu masingmasing harus dihadapi dengan cara yang berbeda-beda pula, golongan yang dimaksud adalah : pertama ada golongan cendikiawan yang dapat berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap persoalan. kedua golongan awam atau orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang tinggi-tinggi ketiga golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut, mereka suka membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas-batas tertentu, tidak sanggup mendalam benar. 52
52
.Muhammad Natsir, Fqhud Da’wah. ( jakarta: Media DA’wah, 2000) cet.1 h.162.
Dengan demikian pelaksanaan dakwah memerlukan metode atau cara penyampaian, agar para da’i dapat menyampaikan materi dakwahnya dengan baik dan benar serta dapat dimengerti oleh mad’unya. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan cara bertindak seseorang. Oleh karena itu matode dakwah digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Metode dakwah yang dapat dilakukan oleh seorang da’i dapat merujuk kepada metode dakwah Islam yang telah digariskan oleh Allah SWT. Untuk menjalankan aktivitas dakwahnya dalam peningkatan ibadahnya, Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) mengaplikasikan beberapa metode yakni metode ceramah, metode tanya jawab, metode halaqoh atau membaca bersama, yang akan diuraikan dibawah ini :
A.Metode Ceramah Metode ceramah ini sangat sesuai dengan model penyampaian informasi atau pesan agama yang bersifat pengetahuan yang sifatnya memberikan ilmu agama secara mendalam. Metode ceramah adalah sesuatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye berpidato(Retorika), khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.
2
104.
2
Asmuni, Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Isalam, (Surabaya: Alklas, 1983), h.
Cara penyampaian materi metode ceramah ini dalam bentuk uraian dan penjelasan secara lisan oleh da’i yang sedang dibahas, sedangkan jama’ah duduk melihat, mendengarkan dan menyimak apa yang disampaikan da’i. Metode ini yang paling sering digunakan pada kegiatan-kegiatan IRMAFA dalam menyampaikan materi kepada para anggota IRMAFA. Metode ceramah yang diaplikasikan bersifat edukatif yang menitik beratkan kepada arahan-arahan dan nasehat yang baik sehingga mudah dipahami oleh jama’ahnya. sedangkan materi yang disampaikan biasanya diambil dari suatu kejadian atau peristiwa yang sedang marak dibicarakan orang, seperti wacana politik, ekonomi, sosial dan pengembangan diri remaja dari kejadian tersebut bisa diambil suatu hikmah atau pelajaran yang baik dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan ceramah ini diadakan dimasjid fathullah setiap sebulan dua kali dan setiap kegiatan ceramah diawali dengan pembacaan surat Yasin bersama-sama. Selain itu metode ceramah ini dimaksudkan untuk membuka kesempatan bagi anggota IRMAFA untuk ikut bergabung mengikuti kegiatan yang diadakan oleh IRMAFA. Seperti kegiatan Qiro’atul Kutub, MC Jum’ah, kuliah subuh dan dzuhur. Semua kegiatan ini untuk melatih keberanian anggota IRMAFA dalam bidang tabliq, ceramah dan berani menghadapi masyarakat atau mad’u ketika sedang ceramah.Dan dengan metode ini juga diharapkan akan ditemukan bibit unggul dalam bertabliq atau ceramah. Menurut Misbahuddin, metode ceramah ini diharapkan dapat membangkitkan semangat serta mengembangkan bakat bertabliq atau ceramah pada anggota IRMAFA dengan memberikan kesempatan bagi setiap anggota yang ingin berkreasi dalam bidang ceramah yang tentunya sesuai dengan
kaidah agama Islam berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunah, dengan kegiatan yang sudah diadakan oleh IRMAFA.53 Metode ceramah yang digunakan mengambil pemikiran dari Q.S.an-Nahl : 125 yaitu bilhikmah dan mauizhah hasanah,untuk menyampaikan materimateri da’i harus bijaksana sehingga dapat menarik simpatik dari remaja dan materi yang disampaikan berupa nasehat-nasehat yang diberikan dengan sebanyak-banyaknya akan tetapi metode ini tetap saja mempunyai kelebihan dan kelemahan: Kelebihan metode ceramah yang digunakan IRMAFA : 1. Dalam waktu relatif singkat dapat menyampaikan materi dakwah sebanyak-banyaknya. 2. Da’i lebih mudah menguasai seluruh audien 3. Bila diberikan dengan baik, dapat menstimulir audien untuk mempelajari materi kandungan yang telah diceramahkan Kekurangan metode ceramah yang digunakan IRMAFA : 1. Dai sukar untuk mengetahui pemahaman audien terhadap materi
yang
disampaikan. 2. Metode ceramahnya bersifat berkomunikasi satu arah (one way communiction channel) 3. Sukar menjajaki pola pikir audien dan pusat perhatian. 4. Dai cenderung bersifat otoriter.
53
Misbahuddin Ketua Ikatan Remaja Masjid Fathullah,Wawancara Pribadi,Ciputat,19 juni 2007
B. Metode Tanya Jawab Menurut Abdul Wahid, Metode Tanya Jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’inya sebagai penjawabnya. 54 Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. sebab dengan bertanya berarti orang ini
mengerti dan dapat
mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban pertanyaan sangat diperlukan kejelasan dan pembahasan sedalam-dalamnya metode ini sering juga dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril AS, dan demikian juga para sahabat disaat tidak mengerti tentang sesuatu agama. Biasanya Da’i dalam menyampaikan materi dengan metode tanya jawab ini diselingi dengan metode ceramah, agar mudah dipahami dan di mengerti oleh para anggota IRMAFA. Materi dakwah yang dapat disajikan dengan metode tanya jawab ini adalah persoalan tentang kehidupan yang lagi hangat di perbincangkan dan tentang fiqh dan ahlak.materi ini di berikan bertujuan untuk menambah wawasan keilmuan, terutama ilmu-ilmu keIslaman dalam berbagai aspek. Dalam metode ini mad’u bertanya tentang sesuatu masalah yang dirasakan belum dimengerti ketika da’i menjelaskan materi, dan yang menjawab atas pertanyaan mad’u adalah da’i yang menyampaikan materi tersebut. metode tanya jawab ini diapliksikan untuk melayani kebutuhan jama’ah atau mad’u dan menjelaskan tentang hal-hal yang berkenaan dengan materi yang dibahas, juga untuk mengurangi kesalah pahaman jama’ah.5
54
Abdul Wahid, Dewan Pertimbangan Organisasi,Wawancara Pribadi,Ciputat 19 februari 2008. 5 Asmuni, Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Isalam, (Surabaya: Alklas, 1983), h. 124.
Metode tanya jawab lebih akurat apabila digunakan sebagai pendalaman materi dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan yang sedemikian rupa terjalin hubungan yang mantap antar da’i dengan mad’unya, utama sekali masalah pamahaman ajaran agama secara lengkap. Metode ini yang bersumber dari Q.S. an- Nahal :125 mujadalah bil lahi hiya ahsan. jadi yang menerapkan metode ini haruslah dengan cara baik dan tidak saling menjatuhkan. Metode ini merupakan pelengkap dari metode ceramah. Metode ini sangat bagus untuk merangsang daya pikir remaja dan mendorong agar anggota giat dan membaca buku, akan tetapi metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya:
Kelebihan Metode Tanya Jawab yang digunakan diantaranya : 1. Tanya Jawab dapat dipentaskan di radio, televisi dan sebagainya 2. Dapat dipergunakan sebagai komunikasi dua arah 3. Bila Tanya Jawab sebagai kegiatan ceramah, maka audien dapat hidup (aktif). 4. Perbedaan pendapat dapat terjawab atau didiskusikan diforum tersebut. 5. Da’i memikirkan dengan mudah megetahui ketingkatan pengetahuan dan pengalaman audien Kekurangan metode tanya jawab yang digunakan IRMAFA : 1. Bila terjadi perbedaan pendapat antara da’i dengan mad’u maka akan memakan waktu yang lama untuk menyelesaikan. 2. Bila jawaban da’i kurang menjurus pada sasaran pertanyaan mad’u dapat menduga yang bukan-bukan kepada da’i.
3. Agak sulit mengerti atau menyimpulkan seluruh isi pembicaran.
C. Metode Halaqoh atau Membaca Bersama Metode Halaqoh yaitu ustadz membacakan kitap tertentu, sementara jama’ah mendengarkan, lalu membaca bersama dan menirukan. Jadi dalam metode ini da’i membaca kitab terlebih dahulu kemudian jama’ah menirukan apa yang akan dibaca da’i. Dengan diaplikasikannya metode ini diharapkan agar jama’ahnya yang kurang dalam membaca dapat menirukan apa yang dibaca da’i, terutama dalam membaca huruf hijaiyah, makhroj huruf, dan panjang pendek bacaan. Metode ini juga diselingi dengan metode ceramah, jadi setelah da’i setelah memabca dan jama’ah menirukan apa yang akan dibaca da’i, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan uraian yang sedang dibahas disampaikan da’i dengan ceramah. materi yang biasa disajikan dalam metode halaqoh ini adalah tafsir dan hadis. B. Pandangan Anggota IRMAFA terhadap Metode yang digunakan untuk peningkatan ibadah. Kegiatan dakwah yang disampaikan IRMAFA yang tentu saja menjadi acuan baru bagi IRMAFA untuk memberikan dampak positif bagi murid khususnya dalam berdakwah. Setidaknya dengan adanya kegiatan ini para anggota IRMAFA menjadi lebih mendalami ilmu agama dengan berbagai cara metode para anggota untuk mensyiarkan agama Islam. Untuk mengetahui sejauh mana para anggota IRMAFA lebih menyukai metode dakwah yang di gunakan IRMAFA, maka penulis memberikan angket yang berisikan pandanagan mereka tentang metode yang di berikan oleh IRMAFA, pandangan para anggota dapat kita lihat dalam bentuk tabel di bawah
ini . Adapun hasil angket yang berkenaan dengan pandangan para anggota IRMAFA terhadap metode ceramah ini adalah sebagai berikut : TABEL 1
Pandangan anggota IRMAFA terhadap Metode Ceramah No
Metode Ceramah
Frekuensi
Prosentase
a.
Suka
37
74
b.
Biasa Saja
4
8
c.
Tidak Suka
9
18
Jumlah
50
100
Dari tabel diatas dapat diketahui suatu kesimpulan bahwah 37 orang atau 74% menjawab suka, 4 orang atau 8% biasa saja, dan 9 orang atau 18% menjawab tidak suka dengan metode ceramah yang disampaikan da’i. dapat dilihat bahwah 74% dari jama’ah menjawab suka dengan metode ceramah, yang berarti metode ini cocok untuk diaplikasikan di kegiatan IRMAFA. Hal ini disebabkan karena meraka hanya mendengar dan memahami apa yang disampaikan da’i jadi tidak terlalu membosankan, apalagi materi ceramah yang disampaikan merupakan informasi-informasi ringan seputar keagamaan yang mudah dicerna dan diserap oleh jama’ah TABEL 2 Pandangan anggota IRMAFA terhadap Metode Tanya Jawab
No.
Metode Tanya Jawab
Frekuensi
Prosentasi
a.
Suka
25
50
b.
Biasa Saja
14
28
c.
Tidak Suka
11
22
Jumlah
50
100
Dari tebel diatas sapat disimpulakan bahwah 25 jama’ah atau 50% menjawab suka, 14 jama’ah atau 28% menjawab biasa saja, dan 11 jama’ah atau 22% menjawab tidak suka dengan metode tanya jawab. Dapat diliht bahwa 50% suka deangan metode tanya jawab, karena para anggota merasa bahwa metode ini sangat membantu jama’ah untuk bertnay tentang sesuatu hal atau mati ytang jama’ah anggpa belum di mengerti. Sehingga dari jawaban da’i dapat mereka terima dan dimnegerti mad’u juga karena da’i dalam memeberikan jawaban mengunkan bahsa yang mudah di mnegrti oleh mad’u. Sedangkan 28% menjawab tidak suka, karanea dalam metode ini ada sebagaian tdaka berani bertanya langsun kepdfa da’i dan measa malu atau malas karena akanmemakan waktu lama jika bertanya tentang masalah yang belum dimengerti, sehingga mereaka hanya mendengar dan menyimak apa yang disampaiakn da’i. TABEL 3 Pandangan anggota IRMAFA terhadap Metode Halaqoh atau Membaca bersama No.
Metode Halaqoh
Frekuensi
Prosentasi
a.
Suka
31
62
b.
Biasa saja
13
26
c.
Tidak suka
6
12
Jumlah
50
100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwah 31 orang atau 62% mejawab suka, 13 orang atau 26% menjwab biasa saja, dan 6 orang atau 12% menjawab tidak suka dengan metode halaqoh, dapat dilihat bahwah 62% menjawab suka dengan metode halaqoh san membaca bersama, karena dengan metode ini jama’ah, melihat langsug ayat al-qur’an dan Hadist kemudian mengikuti apa yang dibaca da’i, sehingga jama’ah yang kurang lancar dalam memeca dapat melancarkan bacaanya terutama pada makrojnya huruf dan panjang pendek bacaan al-Qur’an dan juga dapat mengetahui makna dari bacaan yang ibacanya. Sedangkan 26% mejawab biasa saja berarti tidak ada masalah dengan metode tersebut dan 12% menjawab tidak suka, karena denan metode ini menibulkan rasa kantuk dan tidak bergairah, juga karena cara membacanya sangat lambat dan metode ini biasanya dilakukan setelah sholat subuh. Dari ketiga metode dakwah yang diaplikasikan IRMAFA ternyata para anggota mempunyai penilaian yang berbeda. Kebanyakan dari jama’ah lebih menyukai metode ceramah dari pada metode tanya jawab dan metode halaqoh atau membaca bersama.
Adapun dari hasil angket mengenai metode yang paling disukai para anggota IRMAFA dari ketiga metode tersebut dalah : TABEL 4 Pandangan para anggota IRMAFA terhadap metode yan paling disukai No
Metode yang disukai
Frekuensi
Prosentasi
a.
Metode Ceramah
29
58
b.
Metode Tanya Jawab
14
28
c.
Metode Halaqoh atau membaca
7
14
50
100
bersama Jumlah
Dari tabel diatas menunjukan lebih dari setengah jama’ah lebih menyukai metode ceramah yakni 58%, dikarenakan hanya mendengar dan memahami apa yang disampaikan da’i apalagi materi yang disampaikan tentang informasi-informasi ringan seputar keagamaan jadi lebih mudah di mengerti. Begitu juga dengan kedua metode yang kurang disukai metode tanya jawab 28% dan halaqoh atau membaca bersama 14%. Dikarenakan kegiatan diluar kampus yang begitu banyak para anggota yang pada umumnya mahasiswa UIN Syarihidayatullah jadi waktu tidur malam yang kurang cukup banyak.
TABEL
5
Efektivitas Metode Dakwah dalam Peningkatan Ibadah
no
Jawaban
Frekuensi
Presentase
1.
Efektif
36
72
2.
Kurang Efektif
14
28
3.
Tidak Efektif
0
0
Jumlah
50
100
Tabel diatas menunujukan bahwah 72% anggota jama’ah menyatakan afektif, karena semua metode dakwah itu ada kekurangan dan ada kelebihannya jadi tergantung kitanya lebih suka kemana, disamping itu sebagian kecil jama’ah menyatakan kurang efektif 28%. Jika sebagian anggota menanyakan metode dakwah itu efektif lalu bagaimana dengan perkembangan peningkatan ibadah anggota IRMAFA, kita dapat melihat tabel di bawah ini. TABEL 6 Perkembangan Peningkatan Ibadah Anggota IRMAFA No
Jawaban
Frekuensi
Persentasi
1.
Sangat Baik
50
100
2.
Baik
0
0
3.
Kurang Baik
0
0
Jumlah
50
100
Tabel diatas menyatakan bahwasanya 100% anggota IRMAFA menyatakan metode dakwah yang disampaikan sangat baik dan bermanfaat bagi kelangsungan hidup untuk peningkatan ibadah yang lebih baik.
Untuk kita lebih mengerahui bagaimana kegiatan ibadah anggota untuk menjalankazn sholt lima waktu kita dapat melihat tabel dibawah ini. TABEL 7 Kegiatan Anggota IRMAFA dalam Menjalankan Sholat 5 Waktu No.
jawaban
Frekuensi
Presentasi
1.
Selalu
42
84
2.
Kadang-kadang
8
16
3.
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
50
100
Tabel di atas menunjukan bahwah 84% menjawab selalu dan 8 orang atau 16% menjawab kadang-kadang serta tidak ada yang menjawab tidak pernah disini dapat kita lihat bahwa 84% menjawab selalu, karena mereka menyadari bahwa sholat adalah perintah Allah dan sangat besar manfaatnya untuk kita sendiri dan kesadaran remaja sudah mulai menambah bahkan agama sudah menjadi kebutuhan sehingga kewajiban sholat selalu meraka kerjakan. kemudian 16% yang menjawab kadang-kadang karena meraka belum menyadari betapa pentingnya untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Sedangkan mengenai frekuensi remaja dalam melaksanakan sholat 5 waktu dapat dilihat pada tabel di bawah ini: TABEL 8 Frekuensi Rensponden Dalam Melaksanakan Sholat 5 Waktu No
Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
1.
Lima kali
39
78
2.
Empat kali
7
14
3.
Dua kali
4
8
Jumlah
50
100
Dari tabel ini dapat di lihat bahwa frekuensi remaja dalam melaksanakan sholat 5 waktu dapat dikaregorikan tinggi. Hak ini terbatas 78% diantara mereka aktif mengikuti ceramah yang disampaikan da’i betapa pentingnya melakasanakan sholat 5 waktu, sehingga menjawab 4 kali atau 2 kali belum menyadari pentingnya sholat. Mengenai sikap remaja jika sedang melakukan suatu kegiatan kemudian tiba waktu sholat. C. Faktor Pendukung dan Penghambat IRMAFA dalam Peningkatan Ibadah pada Anggotanya Dalam perkembangannya IRMAFA telah banyak mengalami kemajuan dan perkembangan, hal tersebut sangat wajar terjadi di dalam sebuah organisasi. Karena hal tersebut mempunyai hambatan–hambatan yang dialami dalam melaksanakan sebuah kegiatan atau keberhasilan suatu usaha tergantung dari faktor– faktor yang mendukung dari suatu organisasi yang dijadikan sebuah alat untuk mendukung kearah yang lebih maju. Adapun faktor-faktor pendukung IRMAFA dalam meningkatkan ibadah adalah : 1. Lokasi masjid Fathullah sebagai pusat kegiatn IRMAFA yang berada ditengah-tengah pemukiman masyarakat yang mudh di lalui oleh kendaraan.
2. Memiliki SDM yang saip pakai sebagai genaerasi penerus, bila mana terjun ke masyarakat mum seudah siap menghadapi persoalan-persoalan hidup. 3. Kreativitas ketua serta seluruh stafnya atau pengurus dalam menuangkan pikiranya dan semangatnya dalam melaksanakan kegiatan yang ada.. 4. Adanya
kerja sama antara para anggota IRMAFA dalam
meningkatkan semua kegiatan yang telah direncanakan. 5. Fasilitas dan sarana pribadatan tersedia, sehingga mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan. 6. Perhatian masyrakat yang sangta tinggi dan antusias sekali dlam setiap kegiatan yang selalu diadakan oleh IRMAFA. 7. Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, dan Dewan pembina IRMAFA dalam program kegiatan pelaksanaan peningktan ibadah dalam
bentuk
pertimbanagnnya
terhadap kegiatan –kegiatan
tersebut. Demikian beberapa faktor pendukung kegiatan IRMAFA yang merupakan pemicu semangat dan menunjukan seluruh aktifitas yang ada di IRMAFA tersebut. Hambatan – hambatan dalam suatu kegiatan merupakan suatu ujian dalam mencapai kemajuan atau perbaikan, dan hambatan-hambatan tersebut bisa datang dari dalam maupun dari luar organisasi. Organsasi tersebut terdiri dari kumpulan manusia maka hambatan atau kendala itu
akan timbul dari manusia itu sendiri. Kendala dan hambatan yang dialami IRMAFA adalah: 1. Kurangnya komunikasi yang intens antar pengurus satu dengan pengurus yang lainnya ketika akan mengadakan suatu acara atau menjalankan suatu program kerja. 2. Ikatan komunikasi intern pengurus yang kurang terjalin dengan baik, sehingga menyebabkan kurang memahami satu sama lain dan kurang melewati kebersamaan 3. Banyaknya aktivitas di luar selain di Irmafa yang menyebabkan kami kurang
optimal
diberikan.
dalam
menjalankan
program-program
yang
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan Setelah melihat kegiatan dakwah yang berlangsung di IRMAFA dapat ditarik kesimpulan bahwah metode dakwah yang di gunakan IRMAFA untuk peningkatan ibadah sebagai berikut : 1. IRMAFA sebagai salah satu lembaga dakwah yang menggunakan tiga metode dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah, yaitu : metode ceramah, metode tanya jawab, metode halaqoh dan membaca bersama yang di gunakan ternyata berdasarkan penelitian ini. IRMAFA bisa dikatakan dapat diterima dengan baik oleh anggota. Dari ketiga metode tersebut mayoritas dari jam’ah lebih menyukai metode ceramah karena yang
disampaikan
merupakan
informasi-informasi
ringan
seputar
keagamaan yang mudah di cerna oleh jamaah. Keberhasilan metode dakwah dapat diketahui dari pandangan jama’ah terhadap metode yang diberikan pada mereka. Berdasarkan analisa dan interpretasi data mengenai pandangan jama’ah tentang metode dakwah yang diberikan oleh IRMAFA menunjukan bahwa metode dapat di terima dengan baik. 2. Keberhasilan
metode
dakwah
yang
digunakan
IRMAFA
karena
mempengaruhi aplikasi metode dakwah dari segi mad’u atau sasaran dakwah, situasi dan kondisi tempat kegiatan berlangsung, materi dakwah, fasilitas apa saja yang tersedia dan da’i sebagai pelaku dakwah yang menyampaikan ajaran agama Islam. Begitu pula faktor pendukung yang
menunjang jalannya suatu kegiatan dakwah, namun juga tidak luput dari suatu kendala atau hambatan yang dihadapi oleh IRMAFA. Dari adanya suatu kendala atau hambatan IRMAFA dapat selalu termotivasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan dakwahnya. B. Saran-saran. Adapun saran yang dapat penulis kemukakan dalam turut membantu dan mengembangkan yang mungkin dengan mempertinggi mutu serta kualitas kegiatan dakwah IRMAFA maka penulis dapat memberikan saran antara lain : 1) Bagi pengurus dan anggota IRMAFA sebagai organisasi remaja Islam dan kegiatan-kegiantan
keagamaan
lainnya
seharusnya
mementingkan
kominukasi antar pengurus dan para anggotanya, karena komunikasi merupakan sautu hal yang sangat urgen dalam sebuah organisasi dan dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu program. 2) Untuk para anggota IRMAFA diharapkan dapat lebih mengemas metode dakwah dengan lebih baik dan sajian yang berbeda agar metode dakwah dapat dirasa menyenangkan dan menyesuaikan dengan tujuan Islam. Dalam bentuk kegiatan-kegiatan keIslaman. 3) Untuk semua pengurus dan anggota IRMAFA untuk selalu
berkarya
berahlak Islam agar remaja muslim tidak berkalah saing dengan manusiamanusia lain untuk menghadapi era galobalisasi ini. 4) Dan yang terakhir untuk selalu menjaga terjalinnya tali silah turahmi kepada umat manusia (habluminanas) tanpa melihat latar belakangnya kebudayaan, suku, dan ras untuk mengajak kejalan Allah( hablumunallah).
DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar Muhammad Drs., Terjemahan Subulus- Salam (Surabaya: al- Iklas). Achir,Yaumil Agoes Menigkatkan Hubungan Remaja Dan Orang Tua, (Jakarta : Pustaka Antara,1992). Al-Qahthani Said Bin Ali, Dakwah Iskam Dan Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), Cet.Ke-1. Al-Mahally Jalaluddin Dan As-Suyuthy Tafsir Jalalain, (Semarang: Toha Putra) Cet Ke-1. Arbi, Armawati Dakwah dan Komunikasi, ( UIN Jakarta Press 2003 ). Arifin, H.M, Psikologi dan beberapa aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, (Jakarta :Bulan Bintang, 1976 ). Asy-Syarifain Al-Haramain Kadim,Al-Quran dan Terjemahannya. Ashari E. S., Pokok – Pokok Pikiran Tentang Islam, ( Jakarta : Usaha Enterpises, 1979) Consuleo Sevilla G., Pengantar Metode Penelitan ( Jakarta : UI Press, 1993). Darussalam Ghazali,Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga SDN BHD,1999),Cet ke-1 . Drajat Zakiyah, Pembinaan Remaja,, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1976 ), Cet. Ke–2. Fakhrudin,H. Ensiklopedia qur'an,(jakarta : Rineka cipta, 1996),cet-1, jilid II . Gazalba Sidi, Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta : Pustaka AlHusna,1989) Cet-5. Ghazali Bahri M., Dakwah Komunikatif Memebangun Krangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarat: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1. Gunarsa Singgih D. dan Ny Singgih D. Gunarsa “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”.(Jakarta: BPK Gunung Agung Mulya,1986), cet. Ke-4. Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum Dan Berdakwah Di Indonrsia (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996 Cet, Ke-1, hal.35.) Habib . Syafa'at M, Buku Pedoman Dakwah, ( Jakarta : Widjaya, 1982 ) Jelita R Ita, Perkembangan Remaja Masjid DKI Jakarta,(Jakarta : Ikip, 19701990).
Knoers, F.j. Monks, A.M.P. Haditono, Siti Rahayu, Psikologi Perkerkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,( Yogjakarta: Gajah Mada University Perss, 1998). Latif , Nasarudin H. M. S, Teori dan prajtek Dakwah Islami, ( Jakarta : Firma ). Mahmud,Yunus Kamus Arab Indonesia, ( Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penefsiran Al – Qur'an ). Meolong Lexy, J, , Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-7. Mubarok Ahmad, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Pustaka Firdaus,1999). Muhammad. Abu Bakar Drs, Terjemahan Subulus- Salam (Surabaya: al- Iklas). Partanto Pius A. dan M. Dahlan al- Barry, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya : Arkola). Poerwadarminta WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : PN. Balai Pustaka. 1976 ), Cet. Ke- 5, h. 813. Rakhmat.Jalaludin M. Drs Sc., Metode Penelitian Kominikasi (Jakarta: Remaja Rosdakarya,2004), Cet.Ke-11. Saepuddin Ahmad M, Masjid Pemuda Dan Masyarakat Mimbar Ulama,(1997). Sarwono Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, ( Jakarta : Rajawali Press, 1991 ), Cet. Ke – 2. Sutrisno Hadi,Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1999). Sudjana, Metode Statiska ( Bandung : Tarsito,1996), Edisi Ke-6 . Suhasimi,Arikunto Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta : Bumi aksara, 1) Suryarimbun Masri dan Efendi Sofyan, Metodologi Penelitian Survey ( jakarta : LP3ES, 1995). Soerjono Soekarno, Mengenalkan Dan Memehami Masalah Remaja, (Jakarta Pustaka Antara, 1996) Cet. Ke-4. Syukur,Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Isalam, (Surabaya: Alklas, 1983). Willis,Sofyan S. Problem Remaja dan Pemecahannya, ( Bandung : Aksara,1981), Cet, Ke – 3. Yakan. Fathi Pemuda Dan Revolusi, (Jakarta : Media Dakwah, 1990), Cet. Ke-3.
Yusanto Ismail, Islami Ideologi : Refleksi Cendikiawan Muslim, (Surabaya : AlIzzah,1990). Zubaidi Natsir, Fungsi Masjid Di Zaman Modern Di Pertanyakan, (Suara Masjid,1989).