RESPON MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP PROGRAM DAKWAH HIKAYAT DI INDOSIAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ULFA NURUL FADHILLAH NIM: 109051000011
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
RESPON MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP PROGRAM DAKWAH HIKAYAT DI INDOSIAR
Skripsi Diaj ukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Ulfa Nurul Fadhillah
NIM:
109051000011
Pembimbing
NIP : 1971081
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA t434IJ.t20l3N4
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul "RESpoN MAHAsrswA KOMUNIKASI DAN PEI{YIARAN ISLAM TERHADAP PROGRAM ACARA HIKAYAT DI
INDOSIAR." telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri run$ Syarif Hidayatullah laCnfa pada hari Selasa, tanggal 01 Oktober 2013. Skripsi ini telah diierima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom,I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Ciputat, 01 Oktober 20i3 Siclang Munaqasah Ketua Merangkap Anggota
Sekertaris Merangkap Anggota
al. LK. M.A 428 199403 1 001
Pengufi
t97t0816
Penguji 2
1
LP.197208A7 2993D 1 AA3
NIP. 19730725 2AA70 Pembimbing
NIP. 19710816
9997A3 2 AA2
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan hasil dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 September 2013
Ulfa Nurul Fadhillah
ABSTRAK Ulfa Nurul Fadhillah Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Program Acara Hikayat di Indosiar Program acara Hikayat merupakan program acara dakwah yang hadir setiap hari Rabu, Kamis dan Jumat pada pukul 05.00-06.00 WIB di Indosiar. Perbedaan program dakwah Hikayat dengan program religi yang lainnya adalah program acara ini dikemas secara serius tetapi santai dengan mengedepankan kisah-kisah dari hadits yang dapat menginspirasi para penonton serta memberikan pelajaran yang berharga. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema berdasarkan kisah-kisah yang sangat baik jika kita dapat memetik hikmah dari setiap episodenya. Dengan narasumber yang berkualitas dan pembawa acara yang humoris, sehingga membuat program acara Hikayat tidak membosankan dan ini menjadi daya tarik agar penonton tetap jatuh cinta pada program ini. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta terhadap program acara Hikayat di Indosiar, karena pada dasarnya mahasiswa KPI sangat dekat dengan ilmu komunikasi, media, keagamaan, dan nanti kedepannya juga akan berkecimpung di media komunikasi. Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaanya adalah bagaimana respon kognitif mahasiswa terhadap program acara Hikayat di Indosiar? Dan bagaimana respon afektif mahasiswa terhadap program Hikayat di Indosiar? Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk melihat respon mahasiswa KPI terhadap program Hikayat di Indosiar, peneliti menetapkan 63 responden berdasarkan hasil rumus slovin, lalu responden dituntut untuk menonton tayangan program Hikayat sebelum mengisi angket pernyataan. Kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan rumus frekuensi relatif dan nilai rata-rata. Penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang merupakan sebuah prinsip belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam hal ini program acara Hikayat memberikan stimulus kepada khalayak untuk mendapatkan sebuah efek (respon). Unsur penting dari model S-O-R menurut McQuail adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), dan efek (respon). Menurut Donald K. Robert, “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”, jadi bagi orang yang tidak menonton/melihat media massa tidak akan ada efek perubahan perilaku. Ada 3 teori efek menurut Steven M. Chaffe, yaitu Kognitif, Afektif, dan Behavioral. Berdasarkan data yang diperoleh, respon kognitif mendapatkan skor tertinggi dengan rata-rata 4,47. Dan respon tertinggi kedua terdapat pada respon afektif dengan rata-rata skor 4,12. Ini artinya responden mahasiswa KPI mendapat dan mengetahui pengetahuan dari program acara Hikayat karena menyukai sosok Komeng sebagai pembawa acara yang memiliki basic komedian dan memandu acara Hikayat ini dengan baik, sehingga memberi sentuhan humor dan tidak terkesan program acara dakwah yang monoton dan menjenuhkan. Kata kunci: Respon, Kognitif, Afektif, KPI, dan Hikayat
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Pada penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dikemudian hari. Adapun dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak semata-mata hasil kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
ii
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Jumroni, M. Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Umi Musyarrofah, MA, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang selalu setia menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu dan berguna untuk penulisan skripsi ini. 5. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Junaini, S.pd, dan Ibunda Siti Halimah Yusuf, yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya. Semoga doa dan kasih sayangnya mendapatkan balasan yang tiada tara dari Allah SWT. 6. Kakanda, Imam Fathurohman S.E, serta Adinda, Adam Wildan Al-Kihfi dan Muhammad Farhan Ash-Shubhi, yang selalu mendoakan dan memberikan support kepada penulis. Semoga kelak kita menjadi anakanak yang sukses dan selalu membanggakan kedua orang tua dan keluarga besar. Amin. 7. Ustadz Subki Al-Bughury, selaku Narasumber Hikayat, Bapak Danindra Nur. P, Selaku Produser dan kak Erna, selaku tim kreatif Hikayat Indosiar yang telah memberikan bantuan dan pengarahan dalam proses awal pelaksanaan penelitian.
iii
8. Teman-teman KPI A angkatan 2009, khususnya Risti, Vanda, Dina, dan ka Widi yang sangat berkontribusi dalam perjalanan penulis dalam mengisi hari-hari penulis selama kuliah. 9. Sahabat penulis, Nurlatifah, Erlita Liliyan, M. Nur Fadhilah, ka Nadiya, ka Rini dan ka Khoiriyah yang sudah meluangkan waktunya untuk tetap memberikan motivasi serta mendoakan penulis. Penulis yakin, do’a seorang sahabat Muslim ke sahabat yang lain adalah salah satu hal yang membuat Allah memudahkan jalan sahabatnya itu. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rekan pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Jakarta, September 2013
Ulfa Nurul Fadhillah NIM: 109051000011
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
8
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................
9
E. Sistematika Penulisan ..........................................................
10
TINJAUAN TEORITIS A. Respon .................................................................................
12
1. Pengertian Respon ..........................................................
12
2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respon ........................
15
3. Faktor Terbentuknya Respon ..........................................
19
4. Macam – Macam Respon................................................
20
B. Program Televisi ................................................................... 21 1. Pengertian Program Televisi ............................................. 21 2. Karakteristik Program Televisi ......................................... 23 3. Macam-Macam Program Televisi ..................................... 23 C. Televisi Sebagai Media Dakwah ........................................
v
26
BAB III
1. Pengertian Dakwah ........................................................
26
2. Pengertian Televisi .........................................................
30
3. Televisi Sebagai Media Dakwah ....................................
31
METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ..........................................................
35
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................
35
C. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
36
D. Populasi dan Sampling..........................................................
36
E. Teknik Pengambilan Sample ................................................
37
F. Variabel Penelitian ................................................................ 39 G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ......................
40
H. Hipotesis Penelitian .............................................................. 45 I. Tahapan Penelitian ................................................................ 45 J. Analisis Data ........................................................................ BAB IV
BAB V
48
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) ..............
50
B. Profil Televisi ......................................................................
55
C. Visi dan Misi ........................................................................
55
D. Sekilas Tentang Acara Hikayat ............................................
60
E. Profil dan Riwayat Hidup Ustadz Subki Al-Bughury ........
65
HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN A. Data-data Hasil Penelitian Lapangan ...................................
70
1. Deskripsi data responden ...............................................
70
vi
B. Respon Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar ................... 72 2. Respon Kognitif .............................................................. 72 3. Respon Afektif ................................................................ 75 4.
Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif, Dan Konatif Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar ......................................................................................... 86
BAB VI
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
87
B. Saran ....................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
89
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ............................
65
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir ............ 66
Tabel 3
Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek Kognitif/Pengetahuan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat. ............................................................................................ 67
Tabel 4
Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek Afektif/Perasaan)
setelah
menyaksikan
program
dakwah
Hikayat... .......................................................................................... 69 Tabel 6
Tanggapan penonton tentang waktu program dakwah Hikayat. ...... 73
Tabel 7
Tanggapan penonton tentang materi program dakwah Hikayat. ..... 74
Tabel 8
Tanggapan penonton tentang metode ceramah yang digunakan narasumber/Da’i dalam program dakwah Hikayat. ......................... 76
Tabel 9
Tanggapan penonton terhadap personality narasumber/Da’i dan pembawa acara dalam program dakwah Hikayat. ........................... 77
Tabel 10
Tanggapan penonton terhadap program dakwah Hikayat dari segi dakwah. ............................................................................................ 80
Tabel 11
Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, dan Afektif Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar ............................................................. 89
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman turut memacu tingkat kemajuan ilmu dan teknologi, tanpa terkecuali teknologi komunikasi yang merupakan suatu sarana yang menghubungkan masyarakat yang satu kepada masyarakat yang lain. Kecanggihan teknologi komunikasi turut serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya kegiatan dakwah sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan.1 Perkembangan media informasi, khususnya televisi juga membuat dunia semakin hari semakin dekat meskipun arus infomasi yang mengalir tersebut mempunyai dampak positif maupun negatif. Televisi merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Jika dibandingkan dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah dan sebagainya. Televisi merupakan gabungan dari suara dan media gambar (audio visual). Penyampaian isi atau pesan juga selah-olah langsung antara komunikator (pembawa acara dan pembaca) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.2 Tak dapat dibantah, jika televisi punya banyak keunggulan daripada jenis media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio 1
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33 2 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-1, h. V
1
2
visual. Berbeda dengan radio misalnya, yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat visual saja. Televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas. Kedua, dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada para pemirsa daripada surat kabar, radio, dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau jutaan ribu penonton dalam setiap waktunya. Keempat, efek kultural televisi lebih besar daripada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya, khususnya bagi pembentukan perilaku prososional dan antisosial anak-anak.3 Menonton televisi di kalangan masyarakat umum sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Menurut Prof.Dr.R. Mar‟at dari UNPAD, acara televisi pada umumnya dapat mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan penonton. Jadi, jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah bukanlah hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton.4 Dengan demikian, adanya kesadaran dari masyarakat akan kehadiran televisi sebagai media masyarakat yang post modern. Ternyata, televisi tampil dalam wajah yang beragam, terutama program-program siarannya. Di satu sisi televisi memang menampilkan tayangan yang bernuansa tidak mendidik, tetapi di sisi lain televisi juga banyak menampilkan tayangan yang mendidik dan bernuansa agamis. Dengan
kelebihan-kelebihan
yang
dimiliki
televisi,
dapat
memanfaatkan media ini untuk sarana dakwah, karena dakwah adalah kewajiban setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesama manusia dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang lain kepada amar ma‟ruf nahi munkar, sehingga kita mendapat ridho dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 104:
3
Dedy Djamaludin Malik, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 87 4 Syekh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), Cet. Ke-1, h. 9
3
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali „Imran: 104) Dilihat dari sisi dakwah, tentu media televisi jauh lebih efektif daripada jenis media-media massa lainnya. Melalui media televisi inilah, proses komunikasi keagamaan juga mulai berkembang, diantaranya dari teknik atau metode dakwah serta media dakwah yang sangat variatif dan menarik perhatian masyarakat. Berdakwah saat ini tidak hanya dapat dilakukan dengan cara khutbah atau ceramah secara langsung di mimbar, namun dengan terciptanya media komunikasi modern, dakwah dapat dilakukan melalui radio, televisi, handphone, maupun internet. Dengan hadirnya televisi sebagai media dakwah, maka dapat diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan dakwah Islam dan media tersebut dapat dimanfaatkan kearah yang positif. Pemanfaatan televisi untuk kegiatan dakwah merupakan sarana yang tepat, karena televisi merupakan media elektronik yang menjangkau pemirsa (mad‟u)nya secara merata dalam satu kegiatan yang dikemas secara rapi dan mad‟u tersebut akan mudah menerimanya. Beraneka ragam program acara yang ditayangkan ditelevisi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan informasi, selain itu pula untuk memberikan kontribusi terhadap kegiatan dakwah Islam di Indonesia.
4
Menayangkan program keagamaan agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat tidaklah mudah. Ini adalah bagian terpenting dalam menyusun program keagamaan yang akan disiarkan untuk pemirsa, bagaimana agar program tersebut tidak monoton sehingga penonton tidak cepat bosan. Maka hal ini membutuhkan perencanaan yang matang agar program menjadi menarik, tampil beda, serta sangat ditunggu-tunggu oleh penontonnya. Program religi Hikayat adalah program yang dapat disaksikan di stasiun televisi Indosiar. Hikayat mengulas tentang kisah-kisah dengan tag line „Hikayat: Membawa Manfaat... Alhamdulillah!‟, yang diharapkan sebagai media pembelajaran kaum muslimin dan muslimat untuk memetik kisah-kisah inspiratif yang disajikan setiap hari Rabu, Kamis, dan Jum‟at, pukul 05.00 sampai 06.00 WIB. Sekilas acara Hikayat ini hampir sama dengan program TV lainnya, tetapi kalau kita simak lebih dekat, ternyata ada perbedaan yang signifikan dengan program religi yang lain. Karena program acara ini dikemas secara serius tetapi tetap santai dengan mengedepankan kisah-kisah yang berasal dari hadits yang dapat menginspirasi para penonton serta memberikan pelajaran yang berharga. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema berdasarkan kisah-kisah dari umat terdahulu yang sangat baik jika kita dapat memetik hikmah dari setiap episodenya. Ustadz Subki Al-Bughury akan menemani pemirsa Indosiar sebagai narasumber dengan ditemani Komeng sebagai pembawa acara yang selalu setia dan kompak menemani Ustadz Subki disetiap tausiahnya, serta audience
5
yang live menyaksikan tausiah Ustadz Subki di studio. Bagi pemirsa yang berada dalam acara tersebut secara live dapat bertanya di tempat itu juga, sedangkan bagi pemirsa yang ada di rumah dapat bertanya melalui akun twitter resmi Hikayat di @HikayatID. Pembawa acara dalam hal ini diambil dari kalangan selebriti yang sudah tidak asing lagi di layar televisi, ini adalah bagian dari strategi televisi untuk menarik perhatian pemirsa dalam sebuah acara atau tayangan. Dengan sosok Komeng yang seorang komedian memandu acara ini dengan baik, sehingga memberi kesan humor dan tidak terkesan talkshow yang monoton dan menjenuhkan. Salah satu program religi di stasiun Indosiar ini menarik untuk diteliti karena dalam era yang penuh persaingan ini, berbagai program industri, termasuk televisi sebagai media elektronik mempunyai keharusan untuk mengemas sebuah acara dengan menarik. Dengan pengemasan yang menarik, maka pemirsa akan terus mengikuti perkembangan acara tersebut, khususnya untuk acara religi yang akan mempengaruhi kualitas prosentase pemirsa. Sekarang ini, banyak program acara atau tayangan televisi yang memang dikemas
sedemikian
rupa
agar
menarik
perhatian
pemirsa
tanpa
mengindahkan hal-hal tertentu. Sebagai insan komunikasi yang bernafaskan Islam, sudah seharusnya memasukan program-program religi dalam media massa baik cetak maupun elektronik. Untuk mengetahui sebuah prosentase acara atau menarik tidaknya acara tersebut, seringkali dapat kita ketahui dari respon yang ditunjukan oleh pemirsa.
6
Program Hikayat mempunyai sesuatu yang menarik untuk diteliti. Salah satunya adalah dari segi penyampaian narasumber. Misalnya dari segi penyampaian materi oleh Ustadz Subki Al-Bughury yang selalu menghadirkan bahasan yang menarik seputar kisah-kisah dari zaman Rasulullah, sahabat, para tabi‟in, dan kisah-kisah inspiratif lain yang isinya memiliki pesan yang dapat kita petik dan aplikasikan pada kehidupan sehari-hari, seperti kisah sang pendebat yang menceritakan „bagaimana upaya kita menjawab seuatu pertanyaan seperti yang diajarkan oleh Imam Syafi‟i sang pendebat‟, dan lainlain. Dengan adanya program acara dakwah Hikayat di Indosiar ini, peneliti sangat tertarik dalam mengambil judul ini karena media televisi tidak hanya menyampaikan pesan-pesan yang bersifat infotaiment (hiburannya) saja, tetapi televisi pun menanyangkan program acara yang mendidik. Bukan hanya sekedar menyajikan tontonan, namun juga tuntunan. Dalam penelitian ini, Mahasiswa KPI dijadikan sebagai subjek penelitian karena mahasiswa KPI adalah akademisi yang menguasai ilmu komunikasi dan media dibandingkan program studi atau jurusan lainnya. Mahasiswa KPI juga nanti akan diarahkan agar menjadi bagian kehidupan dunia komunikasi yang akan terjun di dunia hiburan, perfilman, pertelevisian, dan sebagainya, yang ruang lingkupnya tidak jauh lepas dari media cetak dan elektronik. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui bagaimana respon mahasiswa KPI yang memiliki basic keagamaan terhadap program religi yang sedang tayang di televisi, di mana program religi tersebut dikemas dengan
7
menarik agar mendapatkan perhatian yang lebih dari pemirsanya, serta mendapatkan ratting yang tinggi pula agar acara religi tersbut dikenal dan digemari oleh pemirsa setianya. Mahasiswa
jurusan KPI adalah calon-calon sarjana Islam yang
menyiarkan dakwah dan mengajak umat Islam lainnya ke jalan yang benar. Sebagai mahasiswa, pastinya mereka masih dalam tahap pencarian jati diri, dan dengan adanya program ini diharapkan agar mahasiswa dapat melihat halhal yang sebaiknya tidak dilakukan agar terjerumus ke jalan yang salah. Selain itu diharapkan mahasiswa jurusan KPI dapat menyelesaikan masalah apapun yang sedang dihadapinya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana respon mahasiswa terhadap program dakwah Hikayat, maka peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka peneliti membatasi masalahnya pada respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012-2013 terhadap program Hikayat di Indosiar, dengan judul Kisah Orang Ragu-Ragu yang ditayangkan pada hari Jum‟at 3 Mei 2013.
8
2. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dilihat dari segi efek kognitif terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar? b. Bagaimana respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dilihat dari segi efek afektif terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian, adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana respon efek kognitif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar. b. Untuk mengetahui bagaimana respon efek afektif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar. 2. Manfaat Penelitian Adapun Manfaat Penelitian, adalah: a. Kegunaan Akademisi 1) Untuk memberikan kontribusi yang baik dalam bidang studi dakwah dan komunikasi.
9
2) Untuk memberikan informasi kepada Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi akan respon dari sebuah program religi di Televisi. 3) Untuk memberikan kontribusi kepada pemimpin Televisi Indosiar dalam peningkatan kualitas program dakwah Hikayat. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan bagi kalangan teoritis dan praktis, pada umumnya terutama bagi pemiliki stasiun televisi swasta khususnya dalam mengemas acara dengan tidak lagi membosankan dan mampu menarik perhatian khalayak dengan menyampaikan informasi.
D. Tinjauan Pustaka Setelah penulis melihat judul yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, terdapat banyak keseragaman dalam teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian respon yaitu menggunakan statistik prosentase. Hal tersebut terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan, salah satunya adalah penelitian oleh Heru Saputra yang berjudul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap Program Acara Kick Andy di Metro TV”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa KPI terhadap Program Acara Kick Andy di Metro TV. Pada penelitian ini respon yang diamati meliputi respon kognitif, afektif dan behavioral. Hasil yang
10
didapatkan bawa respon mahasiswa KPI terhadap Program Acara Kick Andy mendapatkan respon yang positif. Dan penulis tidak memiliki keseragaman yang berkaitan dengan judul skripsi yang penulis ajukan, yaitu “Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar”.
E. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-bab dengan penulisan sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan Bab ini menguraikan permasalahan masalah (latar belakang masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah), tujuan dan manfaat
penelitian,
dan
sistematika
penulisan
yang
merupakan gambaran umum penulisan penelitian. Bab II
: Tinjauan Teoritis Bab ini membahas pengertian televisi, televisi sebagai media dakwah, ruang lingkup respon, macam-macam respon, faktor terbentuknya respon.
Bab III
: Metodologi Penelitian Bab ini membahas tentang metodologi penelitian, variabel penelitian, definisi dan indikator penelitian, hipotesis
11
penelitian, populasi dan sampling, teknik penarikan sampel, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengolahan data, dan analisa penelitian. Bab IV
:
Gambaran Umum Objek Peneliian Bab ini memuat gambaran umum Stasiun Indosiar (meliputi: sejarah berdiri, visi & misi, sekilas tentang program dakwah di Indosiar, sekilas tentang program Hikayat di Indosiar), Profil Jurusan Komunikasi dan Penyiaran (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi), dan gambaran umum mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013, serta sekilas biografi Ustadz Subki Al-Bughury.
Bab V
: Hasil dan Temuan Penelitian Analisis respon pemirsa terhadap program dakwah Hikayat, grafik dan tabel dari analisa yang didapat serta penghitungan statistika prosentase guna mengetahui katagoris respon. Terdapat perbandingan rata-rata pemirsa terhadap faktor yang mempengaruhi kesuksesan program.
Bab IV
: Penutup Kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan yang dibahas. Selain itu, dalam penutup ini penulis juga mencantumkan saran-saran dari permasalahan yang dibahas.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Respon 1. Pengertian Respon Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction).1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, respon berarti tanggapan, reaksi dan jawaban.2 Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa, “Respon adalah reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat otonomis seperti refleksi dan reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat terkendali”.3 Dalam Kamus Lengkap Psikologi disebutkan bahwa, “Response (respon) adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berarti satu jawaban, khususnya jawaban dari pertanyaan tes atau kuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau yang samar”.4
1
Jhon. M. Echoles dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2003), cet. Ke-27, h. 481 2 Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan, Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 952 3 Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964 4 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-9, h. 432
12
13
Sedangkan menurut Ahmad Subandi, respon dengan istilah umpan balik yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi. 5 Dengan adanya respon, yang disampaikan oleh objek dakwah dan subjek dakwah atau dari komunikan kepada komunikator akan meminimalisir kesalahan dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi. Respon secara pemahaman luas dapat diartikan pula ketika seseorang memberikan reaksinya melalui pemikiran, sikap, dan perilaku. Sikap yang ada pada diri seseorang akan memberikan warna pada perilaku atau perbuatan seseorang. Secara umum, respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari sebuah pengamatan. Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggapan ialah pengamatan tentang subjek, peristiwa-peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Segala sesuatu yang pernah kita alami akan selalu meninggalkan jejak atau kesan dalam pikiran kita. Kesan atau jejak itulah yang dapat timbul kembali dan berperan sebagai sebuah tanggapan atau bisa disebut respon. Secara umum, tanggapan atau respon merupakan bayangan atau kesan dari apa yang telah kita amati dan kenali. Selama tanggapantanggapan itu berada dalam bawah sadar, maka disebut dengan tanggapan
5
Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. Ke-2, h. 50
14
laten, sedangkan tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran disebut dengan tanggapan aktual.6 Dalam pembahasan teori tentang respon, maka berbicara pula tentang efek media massa seperti yang dinyatakan oleh Donald K Robert (Schram dan Roberts, 1997: 359) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.7 Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe respon dapat dibagi menjadi 3, yaitu: a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami oleh khalayak. b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. c. Behavioral, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau kebiasaan.8 Jadi antara respon, tanggapan, jawaban dapat muncul disebabkan oleh adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya.
6
Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 2006),
7
Jalaludin Rakhmat, Psikologi komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004), h. 128 Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, 1992. Cet ke-III, h.64
h. 60 8
15
2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respon Teori Stimulus – Respon atau biasa dikenal dengan S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari bidang keilmuan psikologi yang muncul pada tahun 1930-an, yang kemudian diangkat menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek material psikologi dan komunikasi yang sama, yakni manusia yang meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.9 Teori ini pada dasarnya merupakan sebuah prinsip belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam teori ini dapat menggambarkan seseorang yang mampu menjelaskan suatu hubungan antara pesan dalam media dengan reaksi audience.10 Dalam stimulus-respon, efek yang ditimbulkan merupakan reaksi khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat memperkirakan kesesuaian anatara pesan dan reaksi komunikan yang timbul sesuai dengan apa yang diharapkan komunikator. McQuail mengutarakan elemen-elemen utama dalam teori ini adalah:11 a. Pesan (Stimulus) b. Seorang penerima (Receiver) c. Efek (Respons)
9
Onong Uchyana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakri, 2005), h. 254 10 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 277 11 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, h. 278
16
Dalam masyarakat massa, prinsip S-O-R mengasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media, yang kemudian didistribusikan secara sistematis dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditunjukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespon informasi tersebut. Prinsip teori stimulus respon ini merupakan prinsip dasar dari teori jarum suntik hipodermik, teori yang menjelaskan proses terjadinya efek media massa yang memiliki pengaruh kuat terhadap khalayak. Penggunaan teknologi telematika dimaksudkan untuk mereproduksi dan mendistribusi pesan informasi dengan memaksimalkan jumlah penerima dan respon oleh audience, sekaligus meningkatkan respon audience. Dalam bukunya yang berjudul “Sikap Manusia, Perubahan, serta Pengukurannya”, Prof. Dr. Mar‟at mengutip pendapat Hovland dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.12
ORGANISME STIMULUS
Perhatian
RESPON
Pengertian
(Perubahan sikap)
Penerimaan
Gambar 1.1 12
Onong Uchjana Effendi, Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2003), h. 254-255
17
Dapat dilihat, bahwa perubahan individu tergantung pada proses pesan informasi tersebut yang disampaikan. Gambar di atas menggambarkan bahwa Stimulus yang diberikan kepada komunikan memiliki 2 (dua) kemungkinan, yaitu pesan diterima atau ditolak. Sebuah pesan informasi berlangsung ketika adanya perhatian dari komunikan, yang kemudian komunikan akan mengerti dari isi pesan informasi tersebut. Kemampuan komunikan dalam memberikan makna terhadap isi pesan inilah terjadi proses menerima atau menolak yang kemudian terjadilah kesediaan komunikan untuk merubah sikap. Dalam teori stimulus-respon dalam prosesnya tidak ditujukan kepada komunikan yang bersifat individu, akan tetapi ditujukan dalam jumlah yang lebih besar seperti masyarakat atau komunitas. Oleh karena itu, penggunaan teknologi merupakan keharusan dalam mendistribusikan pesan informasi, sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan. Kelemahan teori ini adalah menyamaratakan individu. Bagimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, Melvin DeFleur pada tahun 1970, melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respon dengan teorinya yang dikenal sebagai individual difference theory, yiatu pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadi individu.13
13
22-23
Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta, Kencana, 2005), Cet. Ke-1, h.
18
Respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap khalayak yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila terdapat unsur-unsur komunikasi di dalamnya. Model komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Marketing Management, mengangkat paradigma Harold D. Lasawel yaitu „Who, Say What, In Which Channel, To Whom, With What Effect‟, dimana unsur-unsur komunikasinya adalah:14 a. Sender, yakni komunikator yang menyampaikan pesan kepada khalayak. b. Encoding, yakni proses pengalihan pikiran dalam bentuk lambang atau simbol. c. Message, yakni pesan yang berupa serangkaian lambang bermakna yang disampaikan komunikator. d. Media, merupakan tempat atau wadah berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. e. Decoding, merupakan proses dimana komunikan menetapkan makna dalam lambang yang disampaikan komunikator kepadanya. f. Reponse, adalah tanggapan atau seperangkat reaksi kepada komunikator setelah diterpa pesan. g. Feedback, Adalah umpan balik atau tanggapan komunikan apabila tersampaikan pesan kepada komunikator.
14
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Rosda Karya, 1999), Cet. Ke-21, h. 18
19
h. Noise, merupakan gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi. Hal ini terjadi ketika komunikan menerima pesan lain yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator. 3. Faktor Terbentuknya Respon Semenjak manusia dilahirkan, sejak itulah manusia langsung menerima stimulus, sekaligus dituntut untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh. Manusia dalam pertumbuhan selanjutnya terus merasakan akibat pengaruh dari dirinya. Untuk mengembangkan fungsi alat indera sesuai fungsinya, terus memperhatikan, menggali segala sesuatu disekitarnya. Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat inderanya dengan menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal (yang mempengaruhi dari diri luar manusia), seperti dikatakan Bimo Walgito “Alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia luarnya”.15 Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka stimulus akan ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada individu itu sendiri.
15
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996), h.53
20
Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua faktor, yaitu : a.
Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu sendiri dari dua unsur, yakni rohani dan jasmani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau atau akan berbeda tanggapan antara satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau psikologis meliputi keberadaan, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental pikiran motivasi dan sebagainya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito, dalam bukunya, pengantar psikologi umum menyatakan bahwa “faktor fisik berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengabaikan alat indera”.16 4. Macam – macam respon Menurut Agus Sujanto, ada bermacam-macam tanggapan yaitu : a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu : 1) Tanggapan auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain. 2) Tanggapan visual, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat. 3) Tanggapan perasa, yakni tanggapan sesuatu yang dialami dirinya.
16
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996), h.55.
21
b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu : 1) Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu diingatnya. 2) Tanggapan fantasi, yakni tanggapan terhadap sesuatu dibayangkan. 3) Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu dipikirkan. c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu : 1) Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda menghampirinya atau berada di dekatnya. 2) Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata di dengar atau dilihatnya.17
yang yang yang
yang yang
Jadi, respon menurut penulis adalah tanggapan yang muncul dari indera dan faktor lingkungan sehingga menimbulkan reaksi yang muncul karena adanya suatu pertanyaan yang menimbulkan jawaban yang bersifat positif atau negatif sehingga menimbulkan stimulus yang menarik dirinya.
B. Program Televisi 1. Pengertian Program Televisi Program berasal dari bahasa inggris “Programme”, yang berarti acara
atau
rencana.
Undang-undang
penyiaran
Indonesia
tidak
menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam bentuk. Dengan demikian, pengertian program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audincenya. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang
17
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 31
22
membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran radio ataupun televisi.18 Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programing) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programing) setiap harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemrograman (Soenarto, 2007:1). Sedangkan menurut Rukmananda, “Programming adalah teknik penyusunan
program
acara
televisi
yang
ditayangkan
secara
berurutan”.19 Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat penonton tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini penonton dan pemasang iklan. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapat pendengar atau penonton.20
18
Edwi Arief Sosiawan, Handout Dasar-Dasar Broadcasting Naratama Rukmananda, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 213 20 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 200 19
23
2. Karakteristik Program Televisi Suatu program televisi selalu mempertimbangkan agar program acar tersebut itu digemari atau dapat diterima oleh audience. Berikut ini empat hal yang terkait dalam karakteristik suatu program televisi: a. Product, yaitu materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan diharapkan akan disukai audiene yang dituju. b. Price, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli program sekaligus menentukan tarif bagi pemasang iklan yang berminat memasang iklan pada program bersangkutan. c. Place, yaitu kapan waktu siaran yang tepat program itu. Pemilihan waktu siar yang tepat bagi suatu program akan sangat membantu keberhasilan program bersangkutan. d. Promotion, yaitu bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor. 3. Macam-Macam Program Televisi Berdasarkan Straubhaar dan LaRose (2000:226) dalam Handout milik Edwi Arief Sosiawan , macam-macam program televisi antara lain : a. Commercials dan other interruptions Merupakan program yang diletakkan di antara regular programs Dan regular interruption yang memiliki beberapa bentuk, yaitu : 1) Commercials : Iklan komersil dalam bentuk promosi barang dan jasa yang ditayangkan di televisi.
24
2) Public Service Announcement : Iklan tentang layanan masyarakat, tentang acara budaya, hingga penyuluhan kesehatan dan keadaan darurat. 3) Program Promotion : merupakan bentuk in-house advertising yang dimana stasiun televisi mengiklankan program yang ditayangkan dalam jaringan televisinya. b. Entertainment Programs Program hiburan yang sebagian besar muncul secara harian, mingguan, ataupun sesering mungkin. Dalam kategori ini termasuk beberapa program lain, yaitu : 1) Drama : acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam bentuk cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki karakter dan plot cerita yang serupa dengan cerita aslinya. 2) Action Adventure Programs : acara yang memiliki elemen aksi kuat yang mengisahkan jalan cerita antara orang baik melawan orang jahat. 3) Situation Comedies (sitcom) : acara yang bersifat humor yang dimana memiliki jejak kelemahandan kegiatan dari karakter peran yang dimainkan 4) Variety Show : format acara dengan berbagaimacam pertunjukkan musik, komedi, dan hiburan lainnya. Biasanya terdapat pembawa acara yang memperkenalkan serta berinteraksi dengan bintangtamu selama acara berlangsung.
25
5) Talk Show : acara yang menyerupai variety show, namun terfokus pada sebuah pembicaraan antara bintang tamu yang berinteraksi dengan pembawa acara. 6) Personality and Game Shows : acara yang memiliki karakteristik yang dimana pembawa acaranya bersaing dengan peserta yang telah dipilih sebelumnya. 7) Soap Operas : jenis dari acara drama yangbermulai dari bertahuntahun yang lalu dari program radio yang ceritanya diadaptasi menjadi acara televisi. 8) Children‟s Programs: bentuk acara mulai dari program pendidikan hingga kartun animasi yang terdapat kekerasan di dalamnya. 9) Movies : acara dimana televisi menayangkan film layar lebar. 10) Special Program : acara singkat yang merupakan bukan bagian dari acara program tetap. 11) Sport and special events : merupakan bentuk siaran untuk sebuah potongan besar acara dari durasi televisi. 12) Docudrama : merupakan bentuk tahunan acara yang menceritakan kisah fiksi sejarah yang tak memihak. Biasanya merupakan hayalan nyata dari potongan cerita masa kini di masyarakat. 13) Mini series : bagian dari banyak acara yang dimana dipecah menjadi beberapa tayangan program sore dan menjadi acara penting yang memiliki daya saing rating.
26
c. Other Program Merupakan bentuk acara yang memiliki nilai informasi dan berpengaruh, seperti : 1) News and Public Affairs : termasuk acara berita jaringan dan berita lokal, acara public yang penting dalam jangkauan khusus, acara dokumenter
dan
berita
khusus,acara
dialog
tetap
yang
mewawancarai tokoh masyarakat dalam bentuk pertanyaan jurnalistik 2) Religious Programs : mulai dari pelayanan agama secara elektronik hingga dialog agama dan pelayanan tempat ibadah lokal. 3) Cultural and Educational Programs : termasuk acara budaya dan pendidikan bagi anak secara praktis yang ditayangkan di televisi.21
C. Televisi Sebagai Media Dakwah 1. Pengertian Dakwah Kata „Dakwah‟ berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan, dan undangan. 22 Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar, sedangkan bentuk kata kerjanya atau fi‟ilnya adalah da‟a – yad‟u yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.23 Menurut Zaini Muchtarom, dakwah adalah mengajak atau menyeru umat manusia baik perorangan atau kelompok kepada agama Islam 21
Edwi Arief Sosiawan, Handout Dasar-Dasar Broadcasting Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67 23 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 7 22
27
sebagai pedoman hidup yang diridhoi oleh Allah SWT dalam bentuk amar ma‟ruf nahi munkar dan amal soleh secara lisan maupun perbuatan guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.24 Sedangkan H.M Mansur Amin mendefinisikan dakwah sebagai berikut: „Dakwah adalah suatu aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu yang unsur-unsurnya adalah materi dakwah, tujuannya, tata caranya, pelaksanaannya dan sasaran atau objeknya. Dari kelima unsur tersebut maka dakwah dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang mendorong manusia untuk memeluk agama Islam agar mereka mendapatkan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.25 Definisi ilmu dakwah secra umum ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan bagimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menyetujui, mengikuti, dan melaksanakan suatu ideologi pendapat-pendapat pekerjaan yang tertentu. Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk merubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.26 Menurut Abdul Rosyad Saleh, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha/aktivitas yang dilakukan dengan sabar dan 24
Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), h. 14 25 Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), h. 45 26 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah Press, 1997), h. 5-6
28
sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu berupa mengajak orang yang beriman dan menaati Allah SWT atau memeluk agama Islam, amar ma‟ruf nahi munkar, dan perbaikan serta pembangunan masyarakat (ishlah). Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi Allah SWT.27 Demikian banyak interpretasi dari pengertian dakwah yang dikemukakan oleh para ahli atau pakar agama. Meskipun berbeda rumusannya tapi makna dan tujuannya sama. Ada yang menyimpulkan bahwa berdakwah adalah suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau yang lain, yang dilakukan secara sadar dalam usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai suatu pesan yang disampaikan tanpa ada unsur paksaan.28 Dengan demikian dakwah bisa dikatakn sebagai suatu strategi penyampaian nilai-nilai Islam kepada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami. Dapat juga dikatakan sebagai agen mengubah manusia kearah kehidupan yang lebih baik.
27
Abdul Rosyad Saleh, Manajamen Dakwah Islam, (Jakarta Bulan Bintang, 1997), h. 19-
20 28
Muyazzin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), Cet. Ke-2, h. 6
29
Beberapa pendapat ulama mengenai istilah dakwah yang dikutip oleh Farid Ma‟ruf Noor dalam bukunya “Dinamika dan Akhlaq Dakwah”, yaitu antara lain: a. Dakwah ialah menyeru apa yang diserukan Allah, bagi siapa yang mengikuti Rasulullah SAW. (Muhammad Abu zaed, Hadyu Rasul, hal. 9) b. Dakwah itu menegakkan yang benar, menyiarkan kalimah Allah dalam kehidupan manusia di persada bumi Tuhan. (Mas‟ud Annadawi, Tarikhud Da‟wah Islamiyah, hal. 14) c. Dakwah itu adalah memindahkan situasi umat dari situasi ke situasi yang lain yang lebih baik. (Bakhiyatul Khullie, Tadzkiratun Du‟at, hal. 27) d. Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif kepada yang positif,
memperjuangkan
yang
ma‟ruf
atau
yang
munkar,
memenangkan yang hak atas yang bathil. (Drs. Salahuddin Sanusi, Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, hal. 8-11). Sedangkan kitab suci Al-Qur‟an membicarakan dakwah dalam surat An-Nahl ayat 125 :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
30
Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan yang Allah dengan cara hikmah (ada yang menyebutnya bijaksana), nasihat yang baik dan berdebat dengan cara yang baik pula. Tidak boleh ada paksaan. Apalagi yang sifatnya menggunakan kekerasan. Jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ditegaskan kembali urgensi dakwah bagi umat Islam dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi :
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. 2. Pengertian Televisi Televisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah sistem penyajian gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa, menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bungi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat di dengar.29 Kata televisi berasal dari dua suku kata, yakni Tele dalam bahasa Yunani yang berarti „Jarak‟ dan kata Visi dalam bahasa Latin yang berarti „citra atau gambar‟. Jadi, televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.30
29
DEPDIKBUD, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1028 P. C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), h. 1 30
31
Televisi juga bisa disebut sebagai sebuah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara gambar sekaligus, dari siaran televisi itu maka penonton dapat mendengarkan dan melihat gambargambar yang disajikan. Media televisi pada hakikatnya adalah media komunikasi yang berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi khalayak. 3. Televisi Sebagai Media Dakwah Dalam menghadapi era globalisasi informasi dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan kepada cepatnya perkembangan arus informasi. Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampaian informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan pesanpesan dakwah Islam. Aktivitas dakwah Islam saat ini tidak cukup dengan menggunakan media-media tradisional, seperti ceramah dan pengajian yang masih menggunakan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah Islam lebih mengena sasaran dan tidak out of date. Kata media, berasal dari bahasa Latin „Median‟ yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.31
31
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah Press, 2009), h. 113
32
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaiakan materi dakwah kepada penerima dakwah. 32 Contoh media dakwah pada zaman sekarang ini, seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar. Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerpaan dan manfaat hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih optimal.33 Kemajuan pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara terus menerus dan berkualitas, mulai dari Kultum (Kuliah Tujuh Menit), Talkshow, FTV, hingga Sinetron. Kini, Program acara keagamaan atau religi di televisi di Indonesia tidak hanya hadir di bulan Ramadhan saja, tetapi dibulan-bulan biasa pun acara keagamaan seakan berlomba-lomba untuk meyajikan tayangan spiritual yang bermakna konstruktif bagi kehidupan manusia, khususnya bagi umat Islam agar menambah keilmuan dan mempertebal keimanan. Menurut penulis, jadi jelaslah media televisi merupakan media dakwah dan ladang yang subur bagi pengembangan Islam, mencerdaskan umat dan memenuhi kebutuhan umat. Kehadiran dakwah di televisi sudah berhasil membentuk komunitas dakwahnya sendiri. Secara hipotesis, dengan merujuk pada klasifikasi Dennis (1987), ada tiga kategorisasi komunikasi dakwah dalam televisi. Pertama, 32 33
163
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 114 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
33
Ritualized viewers yaitu para pemirsa yang sepenuhnya tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber rujukan mereka dalam memahami Islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber rujukan mereka dalam memahami Islam. Selain diperoleh dari pengajian-pengajian atau buku-buku keagamaan. Para pemirsa jenis ini biasa disebut the true believer (pemeluk teguh) atau termasuk dalam kategori „santri‟, hal ini meminjam istilah Clifford Geeterz. Bagi mereka, dakwah di televisi dapat memperteguh sekaligus mencerahkan visi keislaman. Dakwah di telivisi juga bisa menjadi sumber agenda dalam wacana interpersonal dengan keluarga atau kawan sejawat.34 Kedua, instrument viewers yaitu komunitas dakwah “cair” yang sedikit tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi bagi mereka bukanlah kebutuhan utama. Mereka tidak punya kepentingan pada upaya penguatan nilai dan identitas kultural Islam. Menonton dakwah di televisi hanya sekedar mengisi waktu atau paling tidak sekedar memperoleh informasi dari “dunia lain” karena mereka sendiri merasa bukan bagian dari komunitas itu. Merujuk kategori Geertz, kelompok pemirsa ini termasuk yang dikategorikan “Islam abangan”. Ukuran mereka adalah melaksanakan rukun Islam, betapapun kadang-kadang, sudah cukup dikatakan sebagai Islam. Urusan di luar itu seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya, menurut mereka tidak harus bercorak Islam, setidaknya secara simbolis.35
34
Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 87 35 Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui Televisi, h. 91
34
Ketiga, reactionary viewers yaitu komunitas dakwah yang didalamnya bukan saja Islam, tapi juga termasuk agama lain. Mereka menonton televisi, bukan lantaran panggilan „ibadah‟, tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan personal mereka akan pentingnya moralitas, informasi dan sajian hiburan yang sehat. Kaum free thinkers misalnya, tidak memandang perlu „beragama‟, karena kebenaran dan moralitas bisa dicapai tidak lewat agama. Kalaupun mereka Islam, hanya nominal saja.36 Dengan
kelebihan-kelebihan
yang
dimiliki
televisi,
dapat
dimanfaatkan media ini untuk saran dakwah, karena dakwah adalah kewajiban setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesama manusia dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang kepada amar ma‟ruf nahi munkar, sehingga kita mendaoat keridhaan Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
36
Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui Televisi, h. 92
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis data, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data yang berwujud angka. Sedangkan desain penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif merupakan suatu prosedur penelitian untuk menggambarkan tentang karakteristik ciri-ciri individu, situasi, atau kelompok tertentu.1
B. Subjek dan Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan 2012/2013. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah respon mahasiswa terhadap program acara religi Hikayat di Indosiar, episode Kisah Orang Ragu-Ragu. Hal ini dikarenakan pada episode Kisah Orang ragu-ragu memiliki tingkat share yang paling tinggi, dan biasanya sifat keragu-raguan itu sering kita hampiri pada jiwa muda seperti mahasiswa dalam mengambil keputusan.
1
Nanang Martono, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Aanalisis Data Sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 137
35
36
C. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian, setidaknya peneliti membutuhkan waktu lima bulan agar mendapatkan data yang akurat dan jelas. Dalam penelitian ini, peneliti melakukannya mulai bulan Mei sampai bulan September 2013. Dan lokasi atau tempat yang penelitian ini berlokasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian sangat mudah dijangkau oleh peneliti. 2. Peneliti adalah mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sehingga data dapat diakses dengan mudah. 3. Adanya keterbatasan biaya, waktu, tenaga yang dimiliki oleh peneliti.
D. Populasi dan Sampling Populasi adalah sekumpulan elemen dan unsur yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep. Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber penelitian.2 Sedangkan sample adalah sebagian dari populasi. Dalam
penelitian
ini
populasinya
adalah
mahasiswa
jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013 yang berjumlah 165 orang.3
2
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitaif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. Ke-3, hal.99 3 Berdasarkan Academic Information System (AIS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
37
No 1 2 3 4 5
Kelas Komunikasi kelas 2 A Komunikasi kelas 2 B Komunikasi kelas 2 C Komunikasi kelas 2 D Komunikasi kelas 2 E
dan Penyiaran Islam
Banyaknya Populasi (Mahasiswa) 32
dan Penyiaran Islam
32
dan Penyiaran Islam
31
dan Penyiaran Islam
33
dan Penyiaran Islam
37
TOTAL
165
E. Teknik Pengambilan Sample Adapun metode pengambilan sample dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik sampling ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari pada sifat populasi dalam menentukan sample penelitian. Karena dalam penelitian ini akan meneliti respon mahasiswa mengenai program acara Hikayat, maka peneliti akan menjadikan mahasiswa KPI angkatan 2012/2013 sebagai sample penelitian. Untuk mengetahui jumlah sample yang digunakan, maka peneliti mengunakan rumus slovin dengan sampling error 10%. Karena dalam rumus slovin menjelaskan bahwa untuk mencapai keakuratan data, maka pengambilan sample dari populasi dalam sebuah penelitian batas sampling errornya antara 1%-10%. Jadi dari jumlah 165 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013, peneliti mengambil sample mahasiswa dengan sampling error 10%, sehingga di dapat 63 sample. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
38
Keterangan: n = Ukuran Sample N = Ukuran Populasi e = presentase ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sample yang dapat ditolerir, misalnya 2% kemudian e ini dikuadratkan.4
= 63 orang Dari perhitungan rumus solvin maka diperoleh jumlah sample penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 63 mahasiswa. Berikut adalah banyaknya sample dari tiap kelompok secara proporsional adalah:
4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), cet. Ke-1, hal. 160
39
No
Kelas
Banyaknya sample (Mahasiswa)
1
Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 A
2
Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 B
3
Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 C
4
Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 D
5
Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 E TOTAL
63
F. Variabel Penelitian Sebagaimana halnya dengan penelitian-penelitian lainnya, penelitian ini berusaha untuk mempelajari dengan seksama berbagai hal yang berhubungan dengan masalah penelitian, yang pada dasarnya terbagi kepada dua bentuk variabel, masing-masing adalah variabel bebas (independent variable) dan variabel tergantung (dependent variable). Kedua bentuk variabel ini didefinisikan oleh Burhan Bungin sebagai berikut: “Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari “pengaruh” variabel tergantung. Dengan demikian variabel tergantung adalah variabel yang “dipengaruhi” oleh variabel bebas”.5
5
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-5, h. 62
40
Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Variabel Independen (Respon Mahasiswa) a. Respon Kognitif b. Respon Afektif 2. Variabel Dependen (Program Televisi) a. Waktu Acara b. Materi Program c. Metode yang disampaikan d. Personality Da’i e. Efek Program Bagi Mad’u Dari Segi Dakwah
G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian Definisi operasional mengatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukan konsep yang dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan gejala empirik.6 Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variabel penelitian, yaitu: variabel independent dan dependent. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat
6
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rema Rosdakarya, 2004), h. 29.
41
atau dependent variable (Y).7 Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Variabel Independen Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima oleh komunikan dari komunikator, dalam hal ini tanggapan yang diberikan oleh Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap program acara dakwah Hikayat. Dalam bahasa respon, ada dua macam respon, yaitu respon positif dan respon negatif. Berbicara tentang respon, berbicara pula tentang efek media massa yang meliputi: a. Respon Kognitif 1) Definisi Operasional Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. 2) Indikator a) Mahasiswa mengetahui program acara Hikayat adalah program religi. b) Mahasiswa mengerti akan hikmah dari program Hikayat. c) Mahasiswa mengetahui ilmu-ilmu agama melalui program ini.
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 97
42
b. Respon Afektif 1) Definisi Operasional Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. 2) Indikator a) Mahasiswa merasa senang pada saat dirinya menyaksikan program ini. b) Mahasiswa menyukai materi yang ditawarkan dalam program Hikayat di Indosiar. c) Mahasiswa menyukai metode yang diberikan oleh pihak penyelenggara. d) Mahasiswa senang melihat pembawa acara Hikayat. e) Mahasiswa tertawa pada saat menyaksikan Hikayat. f) Setelah menyaksikan acara Hikayat mahasiswa merasa harus meninggalkan sifat keragu-raguan. g) Setelah menyaksikan acara hikayat mahasiswa cenderung akan menjalani kehidupan yang optimis dan yakin. 2. Variabel Dependen Program Televisi Rangkaian acara dari sebuah televisi, yang meliputi: a. Waktu program 1) Definisi Operasional Suatu hal menunjukan ketepatan atau tidaknya sebuah program. 2) Indikator
43
a) Penempatan waktu program sudah tepat. b) Adanya perubahan dalam waktu tayangan program. c) Batas waktu tayangan program hingga terbitnya fajar. b. Materi program 1) Definisi Operasional Hal-hal atau informasi yang diberikan oleh narasumber terhadap mad’u, baik berupa pengetahuan agama dan lainnya. 2) Indikator a) Materi yang diberikan sesuai dengan keinginan mad’u. b) Materi yang diberikan berkenaan dengan kehidupan seharihari. c) Materi yang diberikan sudah jelas sumber bukunya. d) Materi yang diberikan mudah dimengerti, juga singkat, padat dan jelas. c. Metode ceramah yang digunakan da’i 1) Definisi Operasional Cara penyampaian materi yang dipakai oleh pihak pengelola dan mengisi acara dalam menyampaikan materi acaranya. 2) Indikator a) Penyampaian materi dengan gaya dan vocal yang lantang, luwes, tegas, tidak kaku dan tenang. b) Penyampaian
materi
bersifat
interaktif
berkomunikasi. c) Terdapat unsur humor dalam penyampaiannya.
atau
saling
44
d. Personality Narasumber dan Pembawa acara 1) Merupakan pihak penyelenggara siaran televisi, yang juga mencakup pembuat acara, pembawa acara, dan anarsumber atau da’i. Dalam istilah komunikasi, mereka juga disebut komunikator atau penyampai pesan. 2) Indikator a) Menyukai penceramah/da’i karena nama besarnya. b) Menyukai penceramah karena gaya bahasanya yang menarik, rangkaian kata-katanya yang tersusun rapih dan mudah dimengerti. c) Menyukai penceramah karena gaya penyampaiannya yang lemah lembut, tidak kaku, luwes dan lantang. d) Penceramah terlihat konsisten atau berpegang teguh pada materi yang diberikan oleh pihak penyelenggara. e) Penceramah/da’i terlihat membosankan dan menjenuhkan. f) Pembawa acaranya menarik, unik, dan lucu g) Terdapat unsur humor dalam membawakan acaranya. h) Pembawa acaranya membosankan dan membuat ngantuk. e. Efek program bagi mad’u dari segi dakwah 1) Definisi Operasional Hal-hal yang terjadi pada sikap mad’u atau komunikan setelah menyaksikan program Hikayat. 2) Indikator a) Tertarik untuk melakukan perubahan yang positif.
45
b) Menjalankan sesuatu sesuai dengan materi yang pernah dilihat. c) Berusaha untuk selalu menonton program acara Hikayat. d) Semakin rajin melakukan hal-hal yang positif.
H. Hipotesis Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah sehingga dapat jawaban pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian, maka dirumuskan hipotesis penelitian: “Adanya Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta Terhadap Program Acara Hikayat di Indosiar”.
I. Tahapan Penelitian 1. Sumber data Adapun data-data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : a. Data primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui penelitian lapangan dengan cara menyebarkan angket. Angket sendiri adalah daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada
responden
penelitian. b. Data sekunder Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, untuk mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data pendukung skripsi ini seperti buku-buku, surat kabar, internet.
46
2. Teknik Pengumpulan data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Angket, yaitu pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, diharapkan dengan menyebar daftar pertanyaan kepada setiap responden, sehingga penelitian ini dapat menghimpun data yang relevan. Dan angket ini menggunakan jenis angket atau kuesioner tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali jawaban yang sudah disediakan.8 b. Studi dokumentasi, Yaitu tekhnik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan kepada subyek penelitian, yang didapatkan melalui buku, artikel, dan internet seperti video tayangan Hikayat dari Youtube. c. Observasi, sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena.9 Jadi penelitian dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang dituju. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan 2012/2013. 8
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S, 1995), h. 220 9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989), cet. Ke-19, hal. 136
47
3. Pengolahan data Data yang diperoleh melalui angket kemudian di proses melalui tahap-tahap : a. Editing, yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti kemudian dijumlahkan sesuai dengan pengelompokannya. b. Koding, yaitu memberikan kode untuk mengklasifikasikan jawaban para responden. Untuk pertanyaan positif, peneliti menggunakan Skala Likert untuk penghitungan skala variabel pada penelitian. Dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1-5 kategori jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot nilai sebagai berikut : 1) Untuk pernyataan positif diberikan score sebagai berikut: a) Untuk jawaban SS (Sangat Setuju) diberi score 5. b) Untuk jawaban S (Setuju) diberi score 4. c) Untuk jawaban N (Netral) diberi score 3. d) Untuk jawaban TS (Tidak Setuju) diberi score 2. e) Untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi score 1. 2) Untuk pernyataan negatif diberikan score sebagai berikut: a) Untuk jawaban STS (Sangat tidak Setuju) diberi score 5. b) Untuk jawaban TS (Tidak Setuju) diberi score 4. c) Untuk jawaban N (Netral) diberi score 3. d) Untuk jawaban S (Setuju) diberi score 2. e) Untuk jawaban SS (Sangat Setuju) diberi score 1. 10
10
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1994) h. 249
48
c. Tabulating, yaitu dengan menjumlahkan jawaban-jawaban selanjutnya yang dinyatakan dalam bentuk tabel, sehingga dapat diketahui kecenderungan tiap-tiap alternatif jawaban. Adapun teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi, dkk, yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
J. Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan jenis atau tipe deskriptif,
karena
menggambarkan
populasi
yang
diteliti.
Yang
menggambarkan adalah respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan 2012/2013 terhadap tayangan Hikayat. Yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan perhitungan data statistik. Adapun teknik analisisnya menggunakan rumus: 1. Frekuensi Relatif
Keterangan :
Fr
: Jumlah Frekuensi
F
: Frekuensi Jawaban Responden : Jumlah Pengamatan
49
2. Mean adalah nilai rata-rata dari sebuah total bilangan. Jumlah nilai seluruh pengamatan dibagi dengan banyaknya data. ̅
Keterangan : ̅
∑
: Besarnya rata-rata
∑
: jumlah hasil perkalian dari fi.xi fi
: Jumlah frekuensi responden
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) bertujuan menghasilkan output sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam, cakap dalam bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mampu mengkomunikasikan nilai-nilai/ ajaran Islam dalam konteks pengembangan dunia modern. Tidak kalah pentingnya, mereka juga mampu memanfaatkan media-media komunikasi modern sebagai media dakwah Islam.1 Alumnus jurusan KPI sampai dengan tahun 2010 sebanyak 1.625 orang sarjana. Menurut data yang tersedia, mereka tersebar luas dan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan keislaman diberbagai tempat, di dalam maupun luar negeri. Mereka terserap diberbagai instansi dan profesi, seperti PNS, Penyiar/ presenter radio dan TV, wartawan media cetak dan elektronik, muballigh/muballighat, dosen dan guru, pimpinan lembaga pendidikan Islam pesantren dan madrasah, LSM, partai politik. Lulusan KPI memiliki gelar sarjana akademik Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I). Jurusan program studi KPI terakreditasi oleh badan Akreditas Nasional (BAN) dan Perguruan Tinggi (PT), dengan nilai A.2
1
Tim Penyusun, Pedoman Akademik UIN Program Strata 2011/2012, (Jakarta: UIN Press, 2009), h. 176 2 Tim Penyusun, Pedoman Akademik UIN Program Strata 2011/2012, (Jakarta: UIN Press, 2009), h. 177
50
51
1. Visi, Misi, Tujuan dan Kompetensi Jurusan KPI Visi dari Jurusan KPI adalah Menjadikan Jurusan/Program Studi KPI unggul, berdaya saing tinggi dan terdepan dalam keilmuan, keislaman, dan keterampilan dibidang komunikasi dan penyiaran Islam melalui lisan, tulisan maupun media massa pada tahun 2015. Sedangkan Misi dari Jurusan KPI adalah: a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran Islam. b. Melaksanakan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran Islam. c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mengamalkan ilmu komunikasi dan penyiaran Islam. d. Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga yang terkait dengan aktivitas komunikasi dan penyiaran Islam, baik lembaga negeri ataupun suasta. e. Mengintegrasikan keilmuan agama dan keilmuan komunikasi.3 Tujuan dari Jurusan KPI adalah: a. Menyiapkan peserta didik memiliki ilmu komunikasi dan penyiaran Islam serta terampil berkomunikasi dan berdakwah secara profesional, baik melalui lisan, tulisan ataupun dengan menggunakan media massa. b. Menyiapkan peserta didik memahami dasar-dasar metodologi penelitian dan mampu melakukan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi dan
3
http://kpi-fidikom.uinjkt.ac.id/index.php/visi-dan-misi diakses pada tanggal 5 Juni 2013
52
penyiaran Islam guna mengembangan bidang keilmuan dan bertindak sebagai sarjana komunikasi dan penyiaran Islam. c. Menyiapkan peserta didik memahami masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan dan mampu melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk aplikasi keilmuan yang diperoleh dalam perkuliahan. d. Menyiapakan peserta didik memahami asas-asas pengelolaan komunikasi dan penyiaran melalui media tradisional, konvensional ataupun modern dan memiliki keahlian teoritis dan praktis untuk dapat dipergunakan dalam kompetensi dan kompetisi di dunia kerja serta mampu memangku jabatanjabatan sesuai dengan bidang keahliannya. e. Menyiapkan peserta didik yang berkepribadian islami yang dapat menjadi tauladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sedangkan Sasaran dari Jurusan KPI adalah: a. Peserta didik memiliki pengetahuan, kepahaman, dan kemampuan teoritis dan praktis dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran Islam secara lisan, tulisan, ataupun dalam menggunakan media massa. b. Peserta didik memahami metodologi penelitian dan dapat melakukan penelitian dalam bidang komunikasi dan penyiaran Islam sebagai kontribusi terhadap pengembangan keilmuan, kemasyarakatan ataupun kenegaraan. c. Peserta didik dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan sebagai sumbangsih untuk membangun peradaban masyarakat, bangsa dan negara.
53
d. Peserta didik menjadi sarjana yang kompeten secara teoritis dan praktis dalam bidang komunikasi dan penyiaran serta mampu berkompetisi dalam mengisi lapangan kerja dan ataupun menciptakan lapangan kerja baru serta mampu memangku jabatan-jabatan sesuai dengan keahliannya. e. Peserta didik memiliki kepribadian yang islami dan menjadi tauladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2. Sekilas Tentang Mahasiswa Jurusan KPI Angkatan 2012 Mahasiswa adalah salah satu bagian dari kalangan akademis yang memiliki daya intelektual dan daya kreatifitas tinggi. Dalam hal ini, mahasiswa jurusan KPI angkatan 2012 termasuk salah satunya, ini terbukti dengan keikutsertaan mereka dalam berbagai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KPI maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurusan atau bisa disebut juga LSO (Lembaga Sistem Otonom). LSO yang ada di jurusan KPI antara lain, yaitu Mahasiswa Kreatif Audio Visual (KOMKA), Paduan Suara Voice Of Communication (VOC), Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA), Komunitas Lingkar Seni Fotografi (KLISE Fotografi), dan Komunitas Mahasiswa Lintas Alam Garuda (KMLA Garuda). Sebenarnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh BEMJ KPI maupun LSO yang ada di jurusan KPI sama saja. Seperti, seminar mahasiswa, pelatihan jurnalistik, workshop film, public speaking, pelatihan penyiar radio atau pembaca berita TV, dan lain sebagainya. Hanya saja LSO di Jurusan KPI seperti KOMKA dan VOC hanya fokus kepada satu kegiatan saja. KOMKA adalah komunitas yang lebih fokus
54
kepada kegiatan seni audio-visual seperti yang berhubungan dengan film dan televisi. VOC adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dalam bidang seni tarik suara, tentunya paduan sura VOC juga memiliki band, jadi kegiatankegiatan yang dilaksanakan VOC hanya berfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan paduan suara dan musik. SKETSA adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dalam seni tari saman, sedangkan KLISE adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dibidang fotografi, dan KMLA Garuda adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dibidang Pecinta Alam Garuda. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jurusan KPI angkatan 2012 adalah mahasiswa yang benar-benar memilih krisis, daya kreatifitas tinggi yang diimbangi dengan moral serta akhlak yang baik, dalam mengembangkan ilmu yang di dapat dari perkuliahan. Tentu hal ini dapat menambah pengalaman dan bekal mereka di masa depan nanti. Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi angkatan 2012 (Semester 3). Terdiri dari 5 (lima) kelas, yaitu: a. KPI A dengan jumlah mahasiswa sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang. b. KPI B dengan jumlah mahasiswa sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang. c. KPI C dengan jumlah mahasiswa sebanyak 31 (tiga puluh satu) orang. d. KPI D dengan jumlah mahasiswa sebanyak 33 (tiga puluh tiga) orang. e. KPI E dengan jumlah mahasiswa sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) orang. Dengan jumlah mahasiswa KPI angkatan 2012 sebanyak 165 mahasiswa.
55
B. Profil Televisi 1. Sejarah berdirinya Indosiar PT. Indosiar Visual Mandiri bergerak di bidang pertelevisian sebagai stasiun sekaligus rumah produksi. Perseroan ini mengudara (on air) secara penuh sebagai televisi mulai tanggal 7 September 1994 dan mendapatkan izin operasional dari pemerintah sebagai televisi swasta kelima di Indonesia setelah menjalani proses panjang. Mengudaranya Indosiar dimungkinkan setelah yayasan TVRI sebagai pemilik hak siar di Indosiar bekerjasama dengan stasiun televisi ini. Penandatanganan tersebut berlangsung di Jakarta pada tanggal 7 Desember 1994, dari TVRI diwakili oleh Bapak Aziz Husein dan dari Indosiar diwakili oleh Bapak Anky Handoko selaku
Direktur Utama PT.
Indosiar Visual
Mandiri.
Penandatangan ini diresmikan oleh Bapak Harmoko yang pada saat itu menjabat sebagai menteri penerangan RI dan peresmiannya diadakan di stasiun pusat Indosiar, Jalan Damai No. 11, Daan Mogot, Jakarta Barat.4 Usai melakukan uji siaran selama kurang lebih satu setengah bulan, Indosiar langsung mengadakan siaran pra-perdana selama 24 hari, mulai tanggal 18 Desember 1994 sampai dengan 10 Januari 1995. Indosiar akhirnya mengudara secara nasional pada tanggal 11 Januari 1995. Tayangan Indosiar dapat ditangkap di 8 kota, yaitu Bandung pada channel 54 UHF, Yogyakarta pada tanggal 28 UHF, Semarang pada channel 27 UHF, Surabaya pada channel 28 UHF, Denpasar pada channel 27 UHF,
4
Company Profile PT. Indosiar Visual Mandiri, Tbk, h. 1
56
Ujung Pandang pada channel 27 UHF, Medan pada channel 23 UHF, dan Jakarta sebagai stasiun pusat di channel 41 UHF.5 Perseroan ini telah menyajikan berbagai jenis program televisi dengan mengutamakan program produksi sendiri yang berkualitas baik dalam bentuk drama, musik, olah raga, serta program-program pemberitaan. Sekitar 75% program lokal diproduksi sendiri oleh Indosiar dan untuk seluruh program non-drama adalah produksi in-house perseroan dan lebih dari 35% program tersebut disiarkan secara live (langsung).6 Indosiar juga dikenal stasiun televisi yang memiliki serangkaian terobosan baru dibidang pertelevisian, seperti strategi penayangan program pada hari berurutan (strip-in), penulisan lirik lagu untuk pemirsa di rumah (subtitle), pembuatan program sekaligus media promosi (promotainment), jejak pendapat jarak jauh (telepolling), sponsor produk yang disisipkan dalam suatu program (built-in sponsorship), penggalangan dana yang terintegrasi melalui telepon, ATM, dan program televisi (telethon), siaran langsung program musik atau variety secara regular, penerjemahan pidato berbahasa asing dalam siaran langsung ke dalam teks bahasa Indonesia, siaran langsung ke 2 atau 3 kota secara stimultan, serta siaran langsung program yang disiarkan ke beberapa Negara. Keberhasilan industri televisi sangat ditentukan oleh teknologi canggih (digital) serta transmitter yang tersebar di 23 wilayah Indonesia, sehingga memungkinkan lebih dari 131 kota di Indonesia untu menerima 5
Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisi Isi Media Televisi), (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1996), h. 3 6 Annual Report, PT. Indosiar Visual Mnadiri, 2006, h. 1
57
siaran yang dipancarkan Indosiar. Indosiar juga telah menggunakan peralatan audio dan video digital srta komputer canggih (advance computer digital equipment) yang menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik dan suara yang lebih jernih dibandingkan dengan sistem analog. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki Indosiar dalam menunjang kegiatan usahanya, antara lain:7 a. Studio Indosiar memiliki 4 studio yaitu: studio 1, dengan luas area 625 m² dan kapasitas 200 tempat duduk penonton; studio 2, dengan luas area 625 m²; studio 3 dengan luas 450 m²; dan studio 4 dengan luas area 450 m². Studio-studio tersebut dirancang dengan baik dan merupakan
jenis
studio
dengan
kualitas
tinggi
yang
dapat
dipergunakan untuk berbagai keperluan. Masing-masing studio dilengkapi dengan peralatan standart studio, yaitu: fasilitas Vision Mixer Digital dengan Digital Video Effect, seperat Still Store dan Character Generator satu kanal (Single Chanel Character Generator), sistem tata lampu (lighting) yang Computerized, audio control serta alat perekam secara digital, dan tata suara fold back system yang terdiri dari speaker maupun microphone radio untuk memperkecil kemungkinan feed back.
7
Company Profile, PT. Indosiar Visual Mnadiri, Tbk, 2007, h. 1
58
b. Post Production Meliputi fasilitas editing, audio dubbing, tape transfer, sub titling, computer graphic dan tape library. c. Outdor Broadcasting Van Peralatan ini digunakan untuk meliput program siaran langsung di luat studio maupun rekaman di lapangan terbuka yang letaknya jauh dari studio Indosiar. Fasilitas yang ada dalam OB Van ini umumnya sama dengan kemampuan studio. d. Electronic Field Production Kebutuhan sebuah program untuk melakukan liputan atau pembuatan drama di luar area studio sangat ditunjang oleh adanya fasilitas Electronic Field Production. Kualitas program yang baik dan penempatan jam tayang yang tepat sangat menentukan rating pemirsa. Semakin baik kualitas program, maka akan semakin tinggi rating yang diperoleh. Memahami hal tersebut, Indosiar terus berupaya untuk menyiarkan program yang berkualitas serta memahami minat dan selera masyarakat. Selain itu Indosiar juga harus mempertimbangkan siklus kegitaan yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Misalnya, pada pagi hari program siaran lebih banyak ditunjukkan untuk wanita, sedangkan pada hari minggu pagi program siaran lebih ditunjukkan untuk anak-anak.
59
C. Visi dan Misi Visi Indosiar adalah menjadi stasiun televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house production, kreativitas dan sumber daya manusia yang handal. Stasiun televisi Indosiar mempunyai beberapa misi, yaitu Futuristic, Innovative, Statisfactory, dan Humanity, yang dilambangkan dengan gambar ikan (Fish), yang diartikan sebagai berikut:8 1. Futuristic, dilambangkan dengna ikan terbang berenang sangat cepat yang berarti Indosiar berorientasi maju dengan terobosan baru. 2. Innovative, dilambangkan dengan ikan terbang mampu terbang setinggitingginya yang berarti Indosiar menjadi trandsetter dengan ide orisinal. 3. Statisfactory, dilambnagkan dengan sisik ikan unuk mempermudah berenang di dalam air. Artinya, Indosiar mengutamakan kepuasan masyarakat. 4. Humanity, dilambangkan dengan ikan tak akan tenggelam karena memiliki kantung udara di tubuhnya. Artinya, Indosiar peduli terhadap lingkungan sekitar. Untuk mengetahui sebuah stasiun televisi, logo bisa dilihat dari ciri khas yang biasa disebut ID (identity) station. ID station PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk adalah seekor ikan terbang yang mengembangkan sayapnya. Dengan ID station yang khas inilah, Indosiar ingin penontonnya mengetahui di stasiun mana saluran mereka saat itu.
8
Annual Report PT. Indosiar Visual Mandiri, 2006, h. 3
60
Indosiar juga mempunyai motto dengan slogan „Indosiar Memang Untuk Anda‟. Motto ini mempunyai arti bahwa Indosiar diperuntukkan bagi segala usia, juga segala lapisan masyarakat. Selain itu, motto ini dibuat agar Indosiar senantiasa dengat dengan masyarakat melalui tayangan programprogram
menarik
yang
semata-mata
untuk
memuaskan
keinginan
pemirsanya.9
D. Sekilas Tentang Acara Hikayat Kemajuan pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara terus menerus dan berkualitas, mulai dari Kultum (Kuliah Tujuh Menit), Talkshow, FTV, hingga Sinetron. Kini, Program acara keagamaan atau religi di televisi di Indonesia tidak hanya hadir di bulan Ramadhan saja, tetapi dibulan-bulan biasa pun acara keagamaan seakan berlomba-lomba untuk meyajikan tayangan spiritual yang bermakna konstruktif bagi kehidupan manusia, khususnya bagi umat Islam agar menambah keilmuan dan mempertebal keimanan. Stasiun televisi Indosiar memiliki program dakwah Islam yang sangat menarik dan beragam. Program-program tersebut dapat disaksikan setiap hari Minggu sampai dengan Senin yang biasanya hadir pada pukul 04.30-06.00 WIB.
9
Company Profile PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk, 2007
61
Alasan program acara dakwah tersebut ditayangkan pada pagi hari karena pagi hari merupakan inspirasi untuk memulai hidup. Banyak kegiatan yang dimulai pada pagi hari, sebab pada pagi hari Allah SWT menebarkan rahmat di seluruh alam. Mulai dari menebarkan rezeki, ilmu pengetahuan, dan segala kebutuhan makhluk di bumi. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk bangun pagi, ketika fajar menyingsing untuk menyongsong berbagai kemudahan pula yang dijanjikan Allah SWT.10 Bagi para ulama, suasana pagi yang tenang adalah waktu yang paling baik untuk mendalami suatu ilmu. Pada saat yang seperti ini kemampuan seseorang untuk memahami sebuah ilmu bisa lebih meningkat. Hal ini bisa terjadi karena konsentrasi terhadap ilmu pun lebih mudah untuk dilakukan. Ada seorang ulama yang yang mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari selama empat puluh tahun terakhir masa usianya, yakni Ibnu Jarir ath-Thabari, ternyata beliau melakukan murajaah (menghafal) akan ilmu dan ide-ide yang akan dituangkan dalam tulisannya di awal-awal subuh. Ini merupakan bukti bahwa waktu pagi memang penuh dengan keberkahan. Rasulullah Saw. bersabda: “Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rezeki.” (HR. Thabrani) Di pagi hari kita bisa mendapat hikmah dari banyak hal, salah satunya melalui TV yang menyiarkan kuliah subuh dengan berbagai macam versi. Salah satunya adalah acara Hikayat yang ditayangkan di Indosiar setiap hari Rabu, Kamis, dan Juma‟at. Sekilas acara ini hampir sama dengan dengan
10
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
62
program TV lain, tetapi kalau kita simak lebih dekat, ternyata ada perbedaan dengan program tv yang lain. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema berdasarkan kisah-kisah dari umat terdahulu yang sangat baik jika kita dapat memetik hikmah dari setiap episodenya. Pengertian Hikayat sendiri menurut ilmu Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta.11 Sedangkan menurut produser program acara dakwah Hikayat, Hikayat artinya adalah cerita atau kisah. Hikayat ini membahas kisah-kisah terdahulu yang berasal dari jaman Rasulullah, para sahabat Rasul, dan para nabi lainnya atau bahkan dari kisah-kisah yang sangat inspirasi, kemudian kita angkat menjadi sebuah tema untuk kita ceritakan.12 Program Hikayat merupakan program dakwah yang tidak asing lagi bagi penonton setia Hikayat, program ini akan membahas tentang sebuah kisah-kisah yang berasal dari umat terdahulu seperti Rasulullah, para sahabatnya dan kisah-kisah inspiratif lainnya yang sangat bagus jika kita mengambil hikmahnya. Awalnya muncul program ini adalah pada bulan Februari 2013 ketika Usatdaz Subki Al-Bughury dan H. Komeng datang ke Indosiar membawa 11
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Pusat Departemen Pendidikan Nasional, 2007), h. 401 12 Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
63
proposal untuk mengajukan program dakwah terbaru. Setelah mendapatkan persetujuan dari semua lapisan Indosiar, maka Hikayat dapat tayang setiap hari Rabu, Kamis, dan Jum‟at pukul 05.00-06.00 WIB, dengan tagline atau slogan yang khas, yaitu “Hikayat membawa manfaat: Alhamdulillah!!”.13 Program dakwah Hikayat ditayangkan hanya setiap hari Rabu sampai Jum‟at dimaksudkan karena untuk mengikis atau mengurangi waktu siar program dakwah Keluarga Sakinan Mamah dan Aa yang dahulu pernah tayang di Indosiar. Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa acara Mamah dan Aa ini sudah pindah tayang di stasiun televisi lain, maka setelah kedatangan ustadz Subki ke Indosiar dengan antusias kami menyetujuinya dan segera bekerjasama dengan beliau. Selain untuk mengikis waktu siar program Mamah dan Aa, tujuan kami menayangkan program acara Hikayat di Indosiar dimaksudkan untuk menyapa pemirsa dengan siraman rohani, karena jama‟ah penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, dengan tujuan untuk menyampaikan dan memberikan informasi, pengetahuan maupun wawasan seputar agama Islam yang berasal dari sejarah atau kisah-kisah terdahulu.14 Pemilihan pembawa acara dalam program Hikayat ini juga memiliki kriteria tersendiri, yaitu talenta dan image yang baik dimata pemirsa. Disamping itu, seorang host juga harus kreatif, dan humoris, agar acara ini terkesan di hati masyarakat. Maka dari itu, terpilihlah H. Komeng sebagai host yang akan selalu menemani Ustadz Subki Al-Bughury di acara Hikayat.
13
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013 14 Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
64
Adapun dalam pemilihan tema dalam setiap tayang didapatkan dari Ustadz Subki Al-Bughury dan tim produksi sendiri. Masyarakat pun terkadang mengirimkan ide dalam pembahasan acara ini, seperti mengirimkan ide lewat Email, Facebook, dan Twitter. Akan tetapi pihak penyelenggara akan memfokuskan pada ide sendiri. Tema yang diangkat pun dilihat dari peristiwa sehari-hari yang sering kita jumpai di masyarakat, seperti peristiwa sifat keragu-raguan kita dalam menentukan pilihan dalam hidup, dan lain sebagainya. Masalah ini akan dibahas
dengan
mentadabburkan
kisah-kisah
dari
zaman
terdahulu.
Contohnya, ada hadits yang berbunyi:
Artinya: “Ada seseorang yang mendatangi majelis Ibnu „Aqiil (seorang ulama ahli Fiqh di zaman Rasulullah SAW). Lalu ia duduk dan berkata kepada Ibnu „Aqiil, “yaa Ibnu „Aqiil, saya ini sudah mandi sampai menyeburkan diri berkali-kali di kali. Tapi saya masih ragu, apakah saya ini sudah suci dari hadats? Bagaimana menurut mu ya Ibnu „Aqiil??”. Kemudian, Ibnu „Aqiil menjawab, “pulanglah engkau, karena sudah tidak wajib lagi bagimu shalat!”, maka terkejutlah seseorang itu dengan keraguan yang masih menghampirinya. Kenapa orang yang bertanya tadi disuruh
65
pulang? Karena menurut hadits nabi SAW, seseorang tidak wajib shalat jika ia gila hingga sadar, orang yang tidur sampai ia terbangun, dan anak kecil sampai ia mukallaf (dewasa). “lalu apa hubungannya dengan saya?” tanya orang itu lagi kepada Ibnu „Aqiil. “jika orang yang sudah nyebur atau mandi berkali-kali tapi masih ragu sudah suci atau belum, itu sudah tidak waras namanya..!” jelas Ibnu „Aqiil”.15 Dengan demikian, Hikayat ingin masyarakat memetik pelajaran dari kisah orang yang ragu-ragu tersebut. Bagaimana pun sifat keraguan ada pada diri setiap manusia, namun itu bisa kita sikapi dari bagaimana kita mengukur penyakit was-was kita agar tidak berlebihan. Maka dari itu, Ustadz Subki ingin mengingatkan masyarakat melalui tayangan Hikayat dengan episode „Kisah Orang Yang Ragu-Ragu‟ agar kita menghilangkan sifat keragu-raguan tersebut, dan tetap optimis dalam menjalani hidup. Dengan hal ini, program acara Hikayat berharap semoga masyarakat semakin tertarik untuk mempelajari sejarah-sejarah Islam dan kisah-kisah serta mentadabburkannya dikehidupan.
E. Profil dan Riwayat Hidup Ustadz Subki Al-Bughury M. Subki Al-Bughury, S. Sos. I selaku ustadz muda yang lahir di Bogor, 7 September 1972, kini tinggal di Kemanggisan, Jakarta Barat dengan seorang istri yang bernama Etty Supriyati, tiga putra yang bernama Abdul Jabbar, Abdul Hakim, dan Abdul Hakim serta dua putrinya yang bernama Hilya „Afifah dan Hulwa „Afifah.16
15 16
Shahih Bukhari www.subkialbughury.com/profile/ diakses pada tanggal 12 Juni 2013
66
Ustadz Subki mengaku bahwa ketertarikannya untuk terjun sebagai da‟i karena dilatar belakangi kemauan sendiri dan alasan keluarga. “kakek dan paman saya adalah ulama di Bogor, sayang jika saya tidak meneruskan perjuangan beliau” paparnya.17 Langkahnya ia mantapkan saat duduk di SMA. Bersama dengan beberapa orang sahabatnya di SMA 3 Cengkareng, Jakarta Barat, mereka membuat perjanjian tentang kelanjutan sekolah mereka. ''Kami bagi-bagi jurusan, ada yang ke Teknik, Ekonomi, dan beberapa bidang lain. Saya sendiri oleh teman-teman disuruh kuliah di jurusan Syariah,'' katanya mengenang.18 Kawan-kawan sekolah Ustadz Subki bukan tanpa alasan menyuruhnya masuk ke jurusan Syariah. Sejak duduk di SMP, Ustadz Subki remaja sudah tertarik pada ilmu agama. Kegemaran ini berlanjut ketika beliau duduk di SMA. Ketika, remaja lainnya menghabiskan waktu bersenang-senang dan sibuk dalam pergaulan, Ustadz Subki justru sebaliknya. Ketika duduk di kelas dua SMA, beliau mengikuti pengajian. Beliau juga menambah ilmunya dengan terus menerus belajar agama, baik dari buku, maupun mengaji. Koleksi buku agama milik kakeknya, beliau jadikan salah satu referensi. Tak heran jika di usia muda, Ustadz Subki cukup menguasai ilmu agama. Meski begitu, aktivitas remajanya tidak hanya disibukkan dengan belajar agama. Saat bersekolah di SMP, pria yang memasang nama Al-
17
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Subki Al-Bughury (Narasumber Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013 18 Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Subki Al-Bughury (Narasumber Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
67
Bughury yang menandakan ia berasal dari Bogor ini, pernah menjadi sutradara teater yang karyanya dipentaskan di TVRI. Puas dengan klub teater, Ustadz Subki pun bergabung dengan Kelompok Studi Islam.19 Karena ketertarikan dan pemahamannya terhadap ilmu agama inilah yang membuatnya dipercaya untuk menggantikan guru agamanya mengajar. Ketika di kelas dua SMA, kenangnya, guru agamanya seringkali kerepotan untuk mengajar. Sibuk berdakwah di usia muda, membuat pria kelahiran Bogor ini dinobatkan sebagai "Dai Sekolah" oleh teman-teman SMA-nya. Lulus SMA, minatnya terhadap ilmu agama semakin menguat. Ia pun kembali menekuni kitab-kitab milik sang kakek yang merupakan muallim (ulama) asal Bogor. ''Setiap kali saya pulang ke Bogor, saya sedih melihat kitab-kitab itu terbengkalai,'' ujarnya.20 Menurut Ustadz Subki, meskipun banyak di antara sepupu-sepupunya yang bersekolah di madrasah ataupun aliyah, mereka tidak menunjukkan minat terhadap warisan berharga sang kakek. ''Jadilah saya yang memanfaatkannya,'' ujar bapak empat putera ini.21 Sejak itulah, minatnya menjadi penyebar ajaran agama semakin besar. Suami dari Etty Supriyati ini kemudian semakin aktif mengikuti pengajian dan juga kursus-kursus. Salah satu kursus yang diikutinya adalah kader Mubaligh Al - Azhar pada tahun 1991-1992.
19
Hasbu, “Banyak Jalan Menebar Kebaikan”, diakses pada tanggal 21 Agustus 2013 dari http://mediaummat.co.id/banyak-jalan-menebar-kebaikan/ 20 Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Subki Al-Bughury (Narasumber Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013 21 Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Subki Al-Bughury (Narasumber Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
68
Pria yang menikah di usia 21 tahun inipun sempat mengeyam pendidikan jurusan Dirasat Islamiyyah di Universitas Al-Hikmah – Jakarta, I‟dad Lughawi – Takmili di Universitas Muhammad Ibn Su‟ud Riyadh Kingdom Of Saudi Arabia, LIPIA - Jakarta selama 3 tahun, sebelum akhirnya kuliah jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Institut Agama Islam AlAqidah (IAIA) – Jakarta, dan kemudian melanjutkan Pasca Sarjana program Politik Islam di IAIA – Jakarta. Namun sambil sekolah, ayah dari Abdul Jabbar, Abdul Hakim, Abdul Aziz, dan Hilyah 'Afifah ini terus mengasah kemampuan dakwahnya. Ia pun semakin aktif berkeliling untuk menggelar pengajian. Sejak saat itulah ia pun mantap di jalan dakwah.22 Beliau juga pernah menjadi pengajar di Pelatihan Guru Bahasa Arab di Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur‟an (LBIQ-DKI) Th. 1997, Dosen Bhasa Arab di Akper Abdi Nusantara Jakarta (2001-2002), dan Dosen Agama Islam dan Etika Profesi di STMIK Indonesia – Jakarta.23 1. Kegiatan Pengajian a. Ketua Majelis Dzikir Al-Ma‟tsurat, Jakarta. b. Pembimbing Ibadah Haji dan Umroh di Yayasan Al-Ma‟tsurat . 2. Kegiatan di Media Elektronik Pengisi acara Hikayat di Stasiun Televisi Indosiar setiap hari Rabu, Kamis dan Jum‟at pukul 05.00 – 06.00 WIB. a. Titian Qolbu di TVOne b. Kuliah Subuh di RCTI dan SCTV 22 23
www.subkialbughury.com diakses pada tanggal 12 Juni 2013 www.subkialbughury.com diakses pada tanggal 12 Juni 2013
69
c. Mengetuk Pintu Hati di SCTV bersama H. Dedy Mizwar (2008) d. Pautkan Hati di RCTI (2008) e. Kangen FM di TPI bersama Salim & Samin (2008) f. Pengisi suara Azan di SCTV (2008) g. Harmoni ramadhan di DAAI TV (2008) h. Silaturrahim di JakTV (2009) i. Embun Pagi: Belajar Dari Kisah di Indosiar (2002) j. Kafe Pasaur di Indosiar (2002) k. Sinetron Dakwah, PT. Demi Gisela Citra Sinema (2002) l. Narasumber Ramadhan di Radio MS-Tri dan MTV 1999-2002) dan Radio MusTang 88 FM (2004) m. Narasumber Jendela Iman di TVRI (2003) n. Narasumber Grebeg Sahur di LATIVI (2003-2005) o. Cerita Anak Langitan di RCTI (2012) p. Pengen Jadi Orang Bener „Ramadhan‟ 1&2 di SCTV (2012-2013) q. Kolak candil „Ramadhan‟ di GlobalTV (2013) r. Kisah Hati „Ramadhan‟ di GlobalTV (2013) s. Juri di AKSI (Akademi Sahur Indonesia) (2013)
BAB V HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data-data Hasil Penelitian Lapangan 1. Deskripsi data responden Dalam bab ini membahas mengenai hasil analisa data dengan menggunakan prosedur yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Datadata yang diperoleh seputar identitas responden, berupa data jenis kelamin, asal sekolah, dan hasil pernyataan responden terhadap program acara Hikayat. Data tersebut kemudian diolah untuk menganalisa respon mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan asal sekolah terhadap program acara Hikayat dalam (2) dua skala respon, yakni: kognitif, dan afektif. Dari data yang didapat
sebanyak 63 responden, dibagi berdasarkan jenis
kelamin. Adapun frekuensi jumlah responden sebagai berikut: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin No. 1
Kelas KPI 3 A
2
KPI 3 B
3
KPI 3 C
4
KPI 3 D
5
KPI 3 E
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
JUMLAH
70
F 6 6 6 6 7 5 5 8 7 7 63
Fr 9,5% 9,5% 9,5% 9,5% 11% 8% 8% 13% 11% 11% 100%
71
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat kita lihat distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang atau 49% dan perempuan sebanyak 32 orang atau 51%. Melihat data tersebut, didapati jumlah respon perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Jumlah tersebut sudah terwakili dari jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Tidak hanya data berdasarkan jenis kelamin, data berdasarkan pendidikan akhir pun disajikan dalam bab ini. Adapun karakteristik responden berdasaran pendidikan terakhir dalam data tersebut adalah tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau Madrasah Aliyah (MA)/Pesantren. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir No. 1 2 3
Pendidikan Terakhir SMU SMK MA/PESANTREN JUMLAH
F 36 12 15 63
Fr 57,14% 19,05% 23,81% 100%
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir yang berasal dari SMA berjumlah 36 orang (57,14%), dan responden yang berasal dari SMK sebanyak 12 orang atau 19,05%, sedangkan responden yang lulusan MA/Pesantren berjumlah 15 orang atau 23,81%.
72
B. Respon Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar Dalam mengkategorikan respon, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe respon dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Respon Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar Dalam Skala Kognitif Respon Kognitif merupakan respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan, dan informasi seseorang mengenai suatu hal. Respon ini muncul dikarenakan adanya perubahan terhadap persepsi atau pemahaman khalayak. Dari data yang terkumpul, respon mahasiswa KPI terhadap program acara Hikayat di Indosiar dapat terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3: Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek Kognitif/Pengetahuan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat. No. Pertanyaan 1. Program acara Hikayat adalah Program Religi. Program acara Hikayat 2. pada episode Kisah Orang Ragu-Ragu ini membuat saya mengerti tentang hakekat keraguan, karena segala sesuatu yang meragukan itu datangnya dari syaitan. 3. Program acara Hikayat pada Episode Kisah Orang Ragu-Ragu ini adalah tayangan yang layak ditonton oleh semua umur. 4. Wawasan keagamaan saya bertambah setelah
SS 24
S 39
46
17
10
36
N
TS
STS
SKOR 276
RANGKING 3
MEAN 4,39
298
1
4,73
53
262
4
4,15
27
288
2
4,58
73
menonton program acara Hikayat. JUMLAH 1124 Rata-Rata Skor Kognitif Responden Adalah 17,85:4 = 4,47
17,85
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa respon mahasiswa KPI terhadap variabel kedua menempati peringkat pertama, yakni acara Hikayat pada episode kisah orang ragu-ragu ini membuat mereka mengerti tentang hakikat keraguan, karena segala sesuatu yang meragukan itu datangnya dari syaitan dengan skor 298. Pernyataan di atas sesuai dengan hadits ke 11 di kitab hadits arba‟in yang berbunyi:
ْ حَ ِفظْت ِم: ل ه َ هلل ََرَْٔحَاوَتِ ًِ قَا ِ سِ ْبطِ َرسُ ُْلِ ا،ٍه أَبِْٓ طَاِنب ِ ْه بْهِ عَهِِّٓ ب ِس َح َ ْح َّمذٍ ان َ ُعَهْ أَبِـْٓ م : ُْ ّ ِ ََقَالَ ان ّتِزْمِذ،ُِّْٓ ََان ّىَسَائ ُّ ِ رَََا ُي انّتِ ْزمِذ.))َ(( دَعْ مَا َٔزِْٔ ُبكَ ِإنَّ مَا الَ َٔ ِزْٔ ُبك: ِس ُْلِ اهلل ُ َر .ح ٌ ِْٕه صَح ٌس َح َ ث ٌ ْٔح ِذ َ “Dari Abu Muhammad al-Hasan bin „Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan kesayangannya Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: “Aku telah hafal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : „Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu‟.” [Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan an-Nasâ`i. At-Tirmidzi berkata,“Hadits hasan shahîh]” Dalam riwayat Ibnu Hibban selainnya terdapat tambahan dalam hadits tersebut, yaitu ialah:
.ش ّزَ رِْٔبَ ٌت َّ نَ ان ّ ط َمأْ ِوْٕىَ ٌت ََِإ ُ نَ انْخَ ْٕ َز ّ ِفَإ Artinya: “Karena sesungguhnya kebaikan adalah ketentraman dan keburukan adalah keraguan”. Dari hadits di atas, dapat kita ambil hikmah bahwa Agama Islam tidak menginginkan ummatnya berada dalam keraguan dan kebimbangan, kita dianjurkan untuk meninggalkan keragu-raguan karena keraguan itu adalah suatu keburukan dan sesungguhnya ketidak ragu-raguan itu adalah
74
ketentraman.
Dengan skor 298 diatas, mahasiswa diduga memahami isi
materi acara tersebut. Pada variabel keempat, yakni mahasiswa mengakui bahwa wawasan keagamaan mereka bertambah setelah menyaksikan program acara Hikayat menempati peringkat kedua dengan skor 288, ini dapat diartikan bahwa tayangan Hikayat dapat memberikan wawasan keagamaan dan menyampaikan maksud dari acara tersebut kepada khalayak, yang artinya program acara Hikayat memang adalah program religi yang menemati pada rangking ketiga dengan skor 276. Maka dari itu, dengan jumlah skor 264 program acara Hikayat adalah tayangan yang layak ditonton oleh semua umur. Dari ketiga variabel di atas dapat ditarik pengertian bahwa mahasiswa dapat memahami dan mengetahui acara Hikayat dan pesan apa saja yang diberikan oleh acara tersebut pada episode kisah orang ragu-ragu ini. Menurut George Comstuck dalam bukunya Television Amerika, menulis “televisi telah menjadi faktor yang tak terelakan dan tak terpisahkan dalam membentuk diri kita dan akan seperti diri kita nanti”1, oleh karena itu televisi memberikan dampak terhadap cara pandang seseorang terhadap sebuah fenomena. Dalam hal ini, respon mahasiswa terbentuk karena sebuah program acara yang dikemas sedemikian rupa untuk membuat mahasiswa paham mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Dan salah satu dampak yang ditimbulkan dari media adalah dampak pertambahan informasi yang baru.2
1
Jhon vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 224 Wawan Kuswandi, Komunikasi Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 99 2
75
2. Respon Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar Dalam Skala Afektif Respon Afektif merupakan respon yang berkaitan dengan perasaan atau berhubungan dengan emosi, sikap, dan penilaian seseorang terhadap sesuatu. Respon ini terjadi dikarenakan adanya perubahan terhadap yang disenangi khalayak terhadap sesuatu hal. Berdasarkan data yang didapat, respon afektif mahasiswa KPI terhadap program acara Hikayat di Indosiar dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4 : Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek Afektif/Perasaan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat. No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING 1. Saya merasa senang pada 6 55 2 256 6 saat menonton program acara Hikayat Episode Kisah Orang Ragu-Ragu ini. 2. Saya menyukai materi 10 53 262 5 yang diberikan dalam program acara Hikayat. 3. Saya menyukai cara 24 39 276 1 penyampaian narasumber dalam program acara Hikayat. 4. Saya senang melihat 21 42 273 2 pembawa acara Hikayat. 5. Pada saat menonton 11 52 263 4 Hikayat saya tertawa. 6. Setelah menonton acara 12 51 264 3 Hikayat saya merasa harus meninggalkan sifat keragu-raguan. 7. Setelah menonton acara 12 41 224 7 Hikayat saya merasa akan lebih menjalani kehidupan yang optimis dan yakin. 1818 JUMLAH Rata-Rata Skor Afektif Responden Adalah 28,87÷7 = 4,12
MEAN 4,07
4,15
4,39
4,33 4,18 4,20
3,55
28,87
76
Dari tabel 4 dengan skor 276 dapat diketahui bahwa mahasiswa begitu menyukai program acara Hikayat pada episode kisah orang ragu-ragu ini karena faktor cara penyampaian materi oleh narasumer/ da‟i dengan ringan dan dapat mudah dimengerti, hal ini juga didukung oleh sosok Komeng yang seorang komedian memandu acara ini dengan baik, sehingga memberi sentuhan humor dan tidak terkesan talkshow yang monoton dan menjenuhkan dengan skor 273. Di zaman sekarang ini, berdakwah terasa hambar dan datar tanpa humor dan canda bagaikan masakan tanpa garam. Dengan bumbu humor, materi dakwah lebih terasa ringan dan mudah dimengerti oleh mad’unya. Rasulullah SAW pun sesekali juga bercanda, tetapi Rasulullah SAW tidak pernah berkata kecuali yang benar. Sahabat Jabir bin Samurah radhiyallahu „anhu bertutur dalam menggambarkan pribadi dan akhlak Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam :
ك ٌ ِكَانَ طُُِ ْٔمُ انّصُ ْمتُ قَهِ ْٕمُ انّضَح Artinya: “Beliau banyak diam dan sedikit tertawa”
َ َوعَ ْم غَ ْٕز: َ قَال. هلل إوك تذاعبىا؟ ُ َٔا رَسُ ُْلَ ا: َقاُن ُْا:َهلل تَعَانَّ عَ ْىًُ قَال ُ ه أَبِٓ ٌُزَ ْٔزَةَ رَضَِٓ ا ْ َع أوٓ نَا أَقُ ُْلَ إنَا حَّقَا Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu beliau berkata: mereka (para shahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam: “Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami? Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam menjawab: “Benar, hanya saja aku tidak pernah berucap kecuali kebenaran”. „Aisyah radhiyallahu „anha mengisahkan:
ن َٔتَبَسَم َ هلل عَهَ ًِْٕ ََسَهَمَ ضَاحِكًا حَتَّ أَرَِ مِ ْىًُ نَ ٍَُْاتًَُ إوَمَا كَا ُ هلل صَهَّ ا ُ مَا رَأْٔتُ رَسُ ُْلَ ا Artinya: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat lidahnya, akan tetapi beliau hanya tersenyum”.
77
Salah satu contoh humor yang pernah dilontarlan oleh Rasulullah SAW, Ada riwayat yang mengatakan bahwa, Seorang perempuan tua bertanya pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di surga tidak ada perempuan tua”. Perempuan itu menangis mengingat nasibnya Kemudian Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi‟ah ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya” (Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan). Sementara itu, seluruh mahasiswa juga mengatakan bahwa setelah mereka menyaksikan program Hikayat episode kisah orang ragu-ragu, mereka merasa harus meninggalkan sifat keragu-raguan yang ada dalam diri mereka dengan skor 264, dan mereka juga merasa akan menjalani kehidupan dengan lebih optimis dan yakin yang mendapatkan skor 224. Tabel 5: Tanggapan penonton tentang waktu program dakwah Hikayat. No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING 1. Penempatan waktu 6 45 7 5 241 1 program sudah tepat. 2. Sebaiknya ada 6 16 15 25 1 190 3 perubahan waktu untuk penayangan program. 3. Batas waktu siar 8 40 10 5 240 2 program hingga terbitnya fajar sudah baik. (pukul 05.00 – 06.00 WIB). 671 JUMLAH Rata-Rata Skor Waktu Program Responden Adalah 10,63÷3 = 3,54
MEAN 3,82 3,01
3,80
10,63
78
Pada tabel 5, terlihat bahwa banyak orang yang setuju dengan penempatan waktu program Hikayat yang sudah tepat menpati rangking 1 dengan skor 241. Responden yang mengatakan sangat setuju sebanyak 6 orang, sedangkan yang mengatakan setuju ada 45 orang, ada juga 5 orang yang sudah netral, artinya biasa saja. Untu kersponden yang tidak setuju bahwa penempatan waktu ini sudah tepat sebanyak 5 orang. Pernyataan tersebut diperkuat pada variabel ketiga dengan skor 240, bahwa batas waktu siar program Hikayat hingga terbitnya fajar sudah baik, yaitu pukul 05.00-06.00 WIB. Dengan terkumpul suara untuk sangat setuju sebanyak 8 orang, dan 40 orang yang mengatakan setuju, untuk yang tidak menyutujui hal tersebut hanya ada 5 dan untuk nertal sebanyak 10. Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
produser
Hikayat,
waktu
penempatan tersebut karena pagi hari merupakan inspirasi untuk memulai hidup. Banyak kegiatan yang dimulai pada pagi hari, sebab pada pagi hari Allah SWT menebarkan rahmat di seluruh alam. Mulai dari menebarkan rezeki, ilmu pengetahuan, dan segala kebutuhan makhluk di bumi. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk bangun pagi, ketika fajar menyingsing untuk menyongsong berbagai kemudahan pula yang dijanjikan Allah SWT. Dan biasanya di pagi hari kita bisa mendapat hikmah dari banyak hal, salah satunya melalui TV yang menyiarkan kuliah subuh dengan berbagai macam versi.3 Bagi para ulama, suasana pagi yang tenang adalah waktu yang paling baik untuk mendalami suatu ilmu. Pada saat yang seperti ini kemampuan seseorang 3
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013.
79
untuk memahami sebuah ilmu bisa lebih meningkat. Hal ini bisa terjadi karena konsentrasi terhadap ilmu pun lebih mudah untuk dilakukan. Ada seorang ulama yang yang mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari selama empat puluh tahun terakhir masa usianya, yakni Ibnu Jarir ath-Thabari, ternyata beliau melakukan murajaah (menghafal) akan ilmu dan ide-ide yang akan dituangkan dalam tulisannya di awal-awal subuh. Ini merupakan bukti bahwa waktu pagi memang penuh dengan keberkahan. Rasulullah Saw. bersabda: “Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rezeki.” (HR. Thabrani). Dari penjelasan di atas dapat kita ambil hikmah bahwa jangan tidur lagi seusai shalat subuh, marilah kita isi waktu pagi itu dengan beribadah dan memulai aktitivitas harian di pagi hari. Karena sesuai dengan sabda nabi SAW yang berbunyi: “Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barakah dan keberuntungan.” (HR. Thabrani dan Al-Bazzar)
Tabel 6: Tanggapan penonton tentang materi program dakwah Hikayat. No. 1.
2.
3.
4.
Pertanyaan Materi yang diberikan sesuai dengan keinginan penonton. Materi yang diberikan berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Materi yang diberikan sudah jelas sumber bukunya atau kitabnya. Materi yang diberikan mudah
SS 10
S 48
22
40
23
35
21
37
N 4
TS 1
STS
SKOR 256
RANGKING MEAN 4 4,06
270
1
4,29
5
270
2
4,29
5
268
3
4,25
80
dimengerti, singkat, padat dan jelas. 1064 JUMLAH Rata-Rata Skor Materi Program Responden Adalah 16,89÷4 = 4,22
16,89
Dari tabel 6, dengan skor 270 dapat diketahui bahwa respon mahasiswa terhadap variabel kedua dan ketiga menempati peringkat pertama, yakni materi yang diberikan berkenaan dengan kehidupan sehari-hari dan materi yang diberikan juga sudah jelas sumber buku dan kitabnya, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits. Dan pada variabel keempat, menyatakan bahwa materi yang disampaikan dalam acara Hikayat ini mudah dimengerti, singkat, padat dan jelas menempati peringkat ketiga dengan skor 268.
Tabel 7: Tanggapan penonton tentang metode ceramah yang digunakan narasumber/Da’i dalam program dakwah Hikayat. No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING 1. Penyampaian materi 22 41 274 2 dengan gaya dan vocal yang lantang, luwes, tegas, tidak kaku dan tenang. 2. Penyampaian materi 24 38 272 3 bersifat interaktif atau saling berkomunikasi. 3. Terdapat unsur humor 31 32 283 1 dalam penyampaiannya. 829 JUMLAH Rata-Rata Skor Program Dakwah Responden Adalah 13,15÷3 = 4,39
MEAN 4,34
4,31
4,50 13,15
Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa tanggapan mahasiswa terhadap metode ceramah yang menempati rangking pertama adalah variabel ketiga dengan skor 283, yaitu metode ceramah yang digunakan oleh narasumber terdapat unsur humor dalam penyampaiannya. Dari skor yang didapatkan, pernyataan sangat
81
setuju sebanyak 31 orang, dan disusul dengan jawaban setuju oleh 32 orang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kesuksesan sebuah acara, artinya, dengan sedikit humor dapat memberi kesan interaktif antara narasumber/ da‟i dengan pembawa acara dan penonton. Sehingga materi dengan mudah diterima dan memberikan kesan tersendiri di hati pemirsanya. Seperti yang sudah peneliti kemukakan, bahwa Rasulullah pun menggunakan metode dakwah dengan sedikit humor. Namun, Rasulullah SAW tidak pernah berkata kecuali yang benar.
َ َوعَ ْم غَ ْٕز: َ قَال. هلل إوك تذاعبىا؟ ُ َٔا رَسُ ُْلَ ا: َقاُن ُْا:َهلل تَعَانَّ عَ ْىًُ قَال ُ ه أَبِٓ ٌُزَ ْٔزَةَ رَضَِٓ ا ْ َع أوٓ نَا أَقُ ُْلَ إنَا حَّقَا Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu beliau berkata: mereka (para shahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam: “Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami? Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam menjawab: “Benar, hanya saja aku tidak pernah berucap kecuali kebenaran”. Di variabel pertama, kita dapat lihat faktor penunjang dari kesuksesan da‟i ialah memiliki cara penyampaian materi dengan gaya bahasa yang sopan, luwes, tegas, tenang, dan vocal yang lantang. Artinya, bahasa si narasumber dapat dipahami oleh semua kalangan, baik anak kecil, maupun dewasa. Dalam penyampaian pesan dakwah, narasumber/ da‟i harus berbicara dengan gaya bahasa yang berkesan, menyentuh, dan komunikatif. Bahasa lisan yang digunakan da‟i dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan
82
yang dihadapi mad‟u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan hati, tidak agitatif dan provokatif serta tidak mengandung fitnah.4 Tabel 8: Tanggapan penonton terhadap personality narasumber/Da’i dan pembawa acara dalam program dakwah Hikayat. No. 1.
Pertanyaan SS S Menyukai 2 8 narasumber/Da‟i karena nama besarnya. 2. Menyukai penceramah 17 44 karena gaya bahasanya yang menarik, rangkaian tutur kata yang tersusun rapih dan mudah dimengerti. 3. Menyukai penceramah 7 39 karena gaya penyampaiannya yang lemah lembut, tidak kaku, luwes dan lantang. 4. Penceramah terlihat 17 41 konsisiten atau berpegang teguh pada materi yang diberikan dalam kesehariannya di masyarakat. 5. Penceramah terlihat 2 membosankan dan menjenuhkan. 6. Pembawa acaranya 26 37 menarik, unik dan lucu. 7. Terdapat unsur humor 28 35 dalam membawakan acara. 8. Pembawa acaranya 2 membosankan dan membuat ngantuk. JUMLAH Rata-Rata Skor Personality Narasumber = 3,87
N 15
TS 16
STS 1
2
10
5
3
8
3
32
31
SKOR 120
RANGKING 8
MEAN 1,90
267
4
4,23
2
213
7
3,39
2
260
6
4,12
21
261
5
4,14
278
2
4,41
280
1
4,44
270
3
4,29
27
1949 30,92 dan Pembawa acara Responden Adalah 30,92÷8
Pada tabel 8 pembawaan pembawa acara yang memberikan unsur humor dalam memandu acara Hikayat ternyata menjadi peringkat pertama alasan dari
4
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 42
83
mahasiswa menyaksikan program Hikayat ini. Dengan skor 280 Komeng telah berhasil membuat mahasiswa KPI betah untuk menyaksikan program acara Hikayat episode kisah orang ragu-ragu. Selain membawakan unsur humor yang memang sudah terpatri pada diri Komeng, beliau juga membumbui dengan pembawaan yang menarik, unik dan lucu dengan skor sebesar 278. Hal ini dapat kita lihat pada setiap episode Hikayat, di mana dia bertingkah laku aneh namun tetap sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh ustadz Subki Al-Bughury, sehingga khalayak dibuat terpingkal-pingkal olehnya. Dengan tingkahnya yang humoris, pembawaannya menarik, unik dan lucu, mahasiswa memberikan skor 270 untuk mengatakan tidak menyetujui bahwa pembawaan Komeng membosankan dan membuat mengantuk. Salah satu contoh tingkah lucu Komeng sebagai pembawa acara, yaitu pernah Komeng datang terlambat dengan tergesa-gesa. Sambil menenteng kopiah ditangan dan baju yang dikancing dengan salah, padahal saat itu Ustadz Subki sudah membuka acara dan memperkenalkan ibu-ibu majelis taklim yang nonton secara live. Lalu, Ustadz Subki bertanya, “Ini dari mana sih? Kok ngos-ngosan gitu? Itu baju dikancinginnya salah.. orang mah kalo ngaca di lemari yang ada kacanya yang gede! Jangan di sumur!”. “iya pak ustadz, saya keburu-buru banget ini.. tadi juga shalat subuh, saya padahal udah wudhu dari sebelum adzan sampai orang-orang udah selesai shalat berjamaah, saya masih wudhu aja! Saya ragu ustadz, ini saya udah suci atau belom?” kata Komeng. Lalu pak ustadz mulai menjawab pertanyaan Komeng dengan memberikan sedikit materi untuk
84
memancing rasa keingin tahuan ke penonton agar tetap menyaksikan Hikayat setelah ada combreak. Selain menyukai Komeng sebagai pembawa acara Hikayat yang humoris, mahasiswa juga menyukai ustadz Subki Al-Bughury sebagai narasumber yang mempunyai gaya bahasa yang menarik, rangkaian kata dan tutur kata yang tersusun rapih dan mudah dimengerti dengan skor 267. Mahasiswa juga menyatakan ketidak setujuannya terhadap variabel kelima yang menyatakan penceramah terlihat membosankan sebanyak 261 skor. Hal ini mereka tegaskan kembali bahwa selain menyukai gaya bahasa yang menarik dan mudah dimengerti, mahasiswa juga menyukai cara penyampaian ustadz Subki yang tidak kaku, luwes dan lantang. Ini dapat kita temukan ketika ustadz Subki melakukan chit-chat dengan Komeng dalam menyampaikan materi yang disampaikan tingkah laku jenakanya. Tabel 9: Tanggapan penonton terhadap program dakwah Hikayat dari segi dakwah. No. 1.
Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING MEAN Tertarik untuk melakukan 7 55 1 258 1 4,10 perubahan yang positif. 2. Akan menjalankan 4 45 14 242 3 3,84 sesuatu sesuai dengan materi yang pernah ditonton. 3. Berusaha untuk selalu 1 33 26 2 219 4 3,48 menonton program acara Hikayat. 4. Semakin rajin melakukan 5 49 8 1 247 2 3,92 hal-hal yang positif setelah menyaksikan program acara Hikayat. 966 15,34 JUMLAH Rata-Rata Skor Program Dakwah Hikayat Responden Adalah 15,34÷4 = 3,83
85
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa mahasiswa diduga tertarik untuk melakukan perubahan yang positif setelah menyaksikan program Hikayat episode kisah orang ragu-ragu dengan menempati peringkat pertama dan memiliki skor 258. Setelah mahasiswa diduga tertarik untuk melakukan perubahan yang positif, mereka juga diduga semakin rajin dalam melakukan hal-hal yang positif setelah menyaksikan program Hikayat episode kisah orang ragu-ragu dengan skor 247. Sesuai dengan dalil yang berkaitan dengan motivasi untuk melakukan perubahan yang positif dalam surat Ar-Rad ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.5 Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan6 yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Dari ayat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, perubahan tetap saja berawal dari diri kita, sebab Allah tak mau mengubah suatu kaum, namun mereka sendirilah yang bergerak sendiri melakukan perubahan. Allah menginginkan hamba-Nya memecahkan masalahnya sendiri. Allah akan membantu bila hambaNya berharap dan berjuang dengan sungguh-sungguh.
5
Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah. 6 Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
86
C. Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif, Dan Konatif Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar Dari perhitungan skor rata-rata respon pada 2 skala diatas, akan terlihat perbandingannya secara keseluruhan pada tabel berikut ini: Tabel 11 Perbandingan Skor Rata-Rata Respon Skala Kognitif, dan Afektif Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar No. 1. 2.
Respon Kognitif Afektif
Rata-Rata Skor 4,47 4,12
Rangking I III
Pada tabel 11 di atas, terlihat bahwa skor rata-rata dari 2 skala respon yang mendapatkan nilai tertinggi pada respon skala kognitif dengan perolehan skor 4,47. Sedangkan sedangkan skala tertinggi kedua terletak pada skala afrktif. Ini artinya setelah responden mahasiswa KPI mendapat dan mengetahui pengetahuan dari program acara Hikayat karena menyukai sosok Komeng sebagai pembawa acara yang memiliki basic komedian dan memandu acara Hikayat ini dengan baik, sehingga memberi sentuhan humor dan tidak terkesan program acara dakwah yang monoton dan menjenuhkan.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan di Indosiar mengenai respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap program acara Hikayat di Indosiar, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Respon kognitif mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap program Hikayat di Indosiar yaitu mendapatkan hasil yang positif. Dengan rata-rata skor kognitif 4,47 mahasiswa mengakui bahwa dengan menyaksikan acara Hikayat episode kisah orang ragu-ragu ini mereka mendapatkan wawasan keagamaan yang lebih, dan setelah mereka menyaksikan acara ini, mereka menjadi mengetahui hakekat keraguraguan, karena segala yang meragukan itu datangnya dari syaithan. 2. Respon afektif mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap program Hikayat di Indosiar yaitu mendapatkan hasil yang positif. Dengan rata-rata skor afektif 4,12 mahasiswa menyukai program acara Hikayat karena faktor materinya yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari, materinya ringan dan praktis serta cara penyampaian materi oleh narasumer/ da’i dengan ringan dan dapat mudah dimengerti, hal ini juga didukung dengan sosok Komeng yang seorang komedian memandu acara ini dengan baik, sehingga memberi kesan humor dan tidak terkesan talkshow yang monoton dan menjenuhkan.
87
88
B. Saran 1. Untuk program acara Hikayat yang ditayangkan setiap hari rabu, kamis dan jum’at pukul 05.00-06.00, agar tidak menghentikan program acara dakwah ini, dengan adanya program dakwah ini banyak hal yang positif atau banyak hal yang bermanfaat bagi penggemar atau penonton dalam memberikan pengetahuan dalam keagamaan. 2. Dari segi waktu siar program memang sudah baik, yaitu pukul 05.00-06.00 menjelang terbitnya fajar. Namun ketika penulis menyebarkan angket, banyak responden yang meminta penambahan waktu dalam program ini, agar tidak ada ketergesa-gesaan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. 3. Untuk pihak Indosiar, khususnya produser dan tim kreatif program Hikayat agar jangan pernah berhenti untuk meningkatkan kualitas dari program dakwah seoerti Hikayat ini. Dan jangan lupa untuk terus di update Twitter dan Facebooknya untuk tetap mempromosikan acara Hikayat agar Hikayat tetap eksis di layar kaca. 4. Untuk para pekerja media khususnya program keagamaan, diharapkan pembuatan program agama lebih menyeluruh dalam penayangan, meningkatkan siaran program maupun meluaskan isi materi pengetahuan agama. Selain itu juga diharapkan pada penayangan program agama dapat dilihat oleh semua kalangan baik kalangan pelajar, kalangan intelektual, dan khususnya kalangan awam yang masih membutuhkan pengetahuan agama yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan, Edisiketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Amin, Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press,1996) Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah Press, 1997) Arifin, Muyazzin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: BumiAksara, 1993) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: (Jakarta:Rineka Cipta, 2010)
Suatu
Pendekatan
Kuantitaif,
(Jakarta:
Praktik,
Bungin,
Burhan, Metodologi Penelitian PrenadaMedia Group, 2008)
Kencana
Bungin,
Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan DiskursusTeknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008)
Chaplin, J. P., Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,2004) Dagun, Save D., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajiandan Kebudayaan Nusantara, 1997) DEPDIKBUD, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Effendi, Onong Uchyana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakri, 2005) Ghazali, M. Bahri, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar IlmuKomunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997) Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989) Jamaluddin Mahfuzh, Syekh M., Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis KencanaPrenada Media Group, 2006)
Riset
Kuswandi, Wawan, Komunikasi Massa (Sebuah Televisi),(Jakarta: Rineka Cipta, 1996)
89
Komunikasi, Analisis
(Jakarta: Isi
Media
90
Malik, Dedy Djamaludin, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah MelaluiTelevisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000) Martono, Nanang, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Aanalisis Data Sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010) M. Echoles, Jhon dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta:PT. Gramedia, 2003) Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: AlAminPress, 1996) Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta, Kencana, 2005) Muhammad bin Ismail As-shon’ani, Imam, Subulus Salam. Nawawi, Imam, Hadits Arba’in, Hadits ke-11 Omar, Toha Yahya, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004) Rakhmat, Jalaludin, Psikologi komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004) Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Rukmananda, Naratama, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: Grasindo, 2004) Sabri, Alisuf, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 2006) Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta:LP3S, 1995) Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rema Rosda karya, 2004) Sosiawan, Edwi Arief, Hand out Dasar-Dasar Broadcasting Subandi, Ahmad, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982) Sujanto, Agus, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) Sutisno, P. C.S., Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993)
91
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Vivian, Jhon, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008) Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996)
Nomor Lampiran
: Istimewa
Perihal
: Pengajuan Judul Skripsi
Jakarta, I I Februari 2013
: I Berkas
Kepada Yang Terhormat:
Ketua Dewan Pertimbangan Skripsi UiN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Tempat
alaikum Warrahmatull ahi Wab aryakatuh Salam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak/Ibu dalam lindungan Allah SWT, selta selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selanjutnya saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Ulfa Nurul Fadhillah NIM 10905100001 I
As s al amu'
Semester
VII (tujuh)
Fakultas/ Jurusan
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/KPl
judul skripsi dengan judul, Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA Terhadap Program Acara Hikayat Di Stasiun Televisi Indosiar. Proposal skripsi ini selanjutnya diharapkan dapat dilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S.Kom.I dalam jenjang Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan ini saya lampirkan : Bermaksud mengajukan
l.
2. 3.
Outline Proposal Skripsi Daftar Pustaka Sementara
Demikian permohonan
ini
saya sampaikan, atas segala perhatian BapaVlbu saya
ucapkan terimakasih. [4/as s al amu' alaikum Waryahmatullahi Wab arrakatuh
Mengetahui,
Penasehat Akademik
Dr. Armawati Arbi. M.Si NIP. lgGFo2O? l%loa: ooz
Pemohon
Ulfa Nurul Fadhillah NIM.1 09051 00001 1
R.ESPON MAHASISWA KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TERIIADAP TAYANGAN KHAZANAH DI TRANS
7
Diajukan Untuk Pengajuan Proposal Skripsi
W Kffi
w$ffi
@
Un;ver$ila$ l*lam l*efari
$YAX
ULFA NURUL FADHILLAH 1
'
Hil&YATIJLLAI{ .IA,I{AfiTA
0905 1 0000
1
\'.
Nh
*,r^/d
I
{"d
KPI VII A
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
,tt'
\.-
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKTA/AH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telepon/Fax : (071) 7 432728 / 7 4703580 Website: m.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail:
[email protected]
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputatl54l2lndonesia
Nomor
:
Un.01/F5/KM.01
.31
Jakarta,
)?(04 12013
q
Maret 2013
Lamp :1(satu)bundel
Hal : Bimbingan
SkriPsi
Kepada Yth.
Umi Musyarofah' M.Ag Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
A
ss
al amu' al aikum
Wr. Wb.
mahasiswa Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh sebagai Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla berikut,
UlfaNurul Fadhillah
Nama
I 0905 1 00001
NIM Jurusan/Semester
Judul Skripsi
1
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPD / VIII Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullaah Jakarta Terhadap Tayangan Khazanah di Trans 7.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut
dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlalu lama'
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih' ll'as s alamu'
alaikum Wr. lItb.
ekan Bidang Akadernik
idin Saputra, MAt 3 199603 Tembusan: l. Dekan 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran islam (KPD Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
1 001
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA
FAI(ULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax : (021) 7432728 Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputatl54-l,2lndonesia
: Un.01/F5/KM.01 3l t0 ?fi Lamp : Hal : Penelitian/Wawancara
Nomor
/
74703580
Website : ww.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail :
[email protected]
Iakartaj Mei 2013
nOtZ
Kepada Yth. Produser Program Acara Flikayat Indosiar di Tempat
Assalamu' alaikum Wr.
W.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini : Ulfa Nurul Fadhillah
Nama Nomor Pokok
: 10905100001
JurusanL/Semester
: Kornunikasi dan Penyiaran Islam
:
1
(KPI) / VIII
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap Program Acara Hikayat di Indosiar. Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/Ibu/Sdr. kiranya berkenan menerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian iwawancara dimaksud.
Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih. Wassalamu' alaikum Wr. lVb.
Tembusan: 1. Pembantu Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
IND@SIAR
PT. INDOSIAR VISUAL MANDIRI NATIONAL TELEVISION BROADCASTING STATION
SURAT KETERANGAN No. 0 73 /IVM-PR/IXI 20 13 Saya yang bertanda tangan dibawah
ini
:
: Gufroni Sakaril
Nama Iabatan
Head of Public Relations : Public Relations :
Deparlemen
menyatakan bahwa mahasiswayang bernama
:
Ulfa Nurul Fadhillah
Nama
:
NIM
:109051000011 : Komunikasi dan Penyiaran Islam : IJIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Perguruan
Tinggi
Telah melakukan penelitian di kantor PT Indosiar Visual Mandiri periode tanggal 24Mei2013 dengan judul : "Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap Program Acara Hikayat di Indosiar. "
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan dengan sebenarbenarnya.
Jakarta, 20 September 2013 Hormat Kami,
P.
$l
n{ral}tnl
Gufroni Sakaril
aa00aoaoo Jl. Damai No. 11 Daan Mogot, Jakarta 11510 - INDONESIA Telp. : (62-21) 567-2222,568-8888, 565.5670 Fax: (62-21 ) 565-5675, 565.5659
Ehttp://www. indosiar.com
ANGKET PENELITIAN SKRIPSI Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar 1. Data Peneliti Nama
: Ulfa Nurul Fadhillah
NIM
: 109051000011
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan/Semester
: Komunikasi Penyiaran Islam/VIII
Universitas
: UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA
Program
: S1
A. PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN 1. Angket ini dibuat tanpa tujuan apapun kecuali untuk kegiatan penelitian skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan dalam rangka menperoleh gelar sarjana (S1). 2. Angket ini berisi tentang pertanyaan yang memiliki beberapa pilihan jawaban, sebelum anda mengisi, pahami terlebih dahulu pertanyaan dengan baik dan benar. 3. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia. 4. Isilah kolom identitas dengan lengkap. 5. Keseriusan dan kejujuran anda dalam menjawab pertanyaan, akan membantu peneliti mendapatkan data yang valid dan merupakan bnatuan yang tak ternilai harganya bagi peneliti. 6. Kategori responden adalah Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam yang menyaksikan program dakwah Hikayat yang ditayangkan di Indosiar. Keterangan: a. Untuk Pernyataan Positif: STS : Sangat Tidak Setuju (1 Point) TS : Tidak Setuju (2 Point) N : Netral (3 Point) S : Setuju (4 Point) SS : Sangat Setuju (5 Point) b. Untuk Pernyataan Negatif: STS : Sangat Tidak Setuju (5 Point) TS : Tidak Setuju (4 Point) N :Netral (3 Point) S :Setuju (2 Point) SS :Sangat Setuju (1 Point) 2. DATA RESPONDEN Nama Lengkap : Jenis Kelamin : Kelas : Umur : Alamat Rumah :
Pendidikan Terakhir : B. PERTANYAAN 1. Seberapa sering anda menyaksikan program acara Hikayat di Indosiar? a. Sangat Sering (3x dalam seminggu) b. Sering (2x dalam seminggu) c. Kadang-kadang (tidak lebih dari 2x dalam seminggu) d. Tidak Pernah 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi anda menonton program Hikayat? a. Narasumber yang berkualitas b. Materinya praktis dan menarik c. Pembawa acaranya lucu d. Kebutuhan rohani Tabel 1: Tanggapan penonton dari segi efek media massa Kognitif/Pengetahuan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat. No. 1. 2.
3.
4.
Pertanyaan Programacara Hikayat adalah Program Religi. Programacara Hikayat pada episode Kisah Orang Ragu-Ragu ini membuat saya mengerti tentang hakekat keraguan, karena segala sesuatu yang meragukan itu datangnya dari syaitan. Program acara Hikayat pada Episode Kisah Orang Ragu-Ragu ini adalah tayangan yang layak ditonton oleh semua umur. Wawasan keagamaan saya bertambah setelah menonton programacara Hikayat.
S
SS
N
TS
(efek STS
Tabel 2: Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek Afektif/Perasaan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat. No. 5.
Pertanyaan Saya merasa senang pada saat menonton program acara Hikayat Episode Kisah Orang Ragu-Ragu ini. 6. Saya menyukai materi yang diberikan dalam program acara Hikayat. 7. Saya menyukai cara penyampaian narasumber dalam program acara Hikayat. 8. Saya senang melihat pembawa acara Hikayat. 9. Pada saat menonton Hikayat saya tertawa. 10. Setelah menonton acara Hikayat saya merasa harus meninggalkan sifat
S
SS
N
TS
STS
keragu-raguan. 11. Setelah menonton acara Hikayat saya merasa cenderung akan menjalani kehidupan yang optimis dan yakin. Tabel 3: Tanggapan penonton tentang waktu program dakwah Hikayat. No. Pertanyaan 12. Penempatan waktu program sudah tepat. 13. Sebaiknya ada perubahan waktu untuk penayangan program. 14. Batas waktu siar program hingga terbitnya fajar sudah baik. (pukul 05.00 – 06.00 WIB).
S
SS
N
TS
STS
TS
STS
Tabel 4: Tanggapan penonton tentang materi program dakwah Hikayat. No. Pertanyaan 15. Materi yang diberikan sesuai dengan keinginan penonton. 16. Materi yang diberikan berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. 17. Materi yang diberikan sudah jelas sumber bukunya atau kitabnya. 18. Materi yang diberikan mudah dimengerti, singkat, padat dan jelas.
S
SS
N
Tabel 5: Tanggapan penonton tentang metode ceramah yang digunakan narasumber/Da’i dalam program dakwah Hikayat. No. Pertanyaan 19. Penyampaian materi dengan gaya dan vocal yang lantang, luwes, tegas, tidak kaku dan tenang. 20. Penyampaian materi bersifat interaktif atau saling berkomunikasi. 21. Terdapat unsur humor dalam penyampaiannya.
S
SS
N
TS
Tabel 6: Tanggapan penonton terhadap personality narasumber/Da’i pembawa acara dalam program dakwah Hikayat. No. Pertanyaan 22. Menyukai narasumber/Da’i karena nama besarnya. 23. Menyukai penceramah karena gaya bahasanya yang menarik, rangkaian
S
SS
N
TS
STS
dan STS
24.
25.
26. 27. 28. 29.
tutur kata yang tersusun rapih dan mudah dimengerti. Menyukai penceramah karena gaya penyampaiannya yang lemah lembut, tidak kaku, luwes dan lantang. Penceramah terlihat konsisiten atau berpegang teguh pada materi yang diberikan dalam kesehariannya di masyarakat. Penceramah terlihat membosankan dan menjenuhkan. Pembawa acaranya menarik, unik dan lucu. Terdapat unsur humor dalam membawakan acara. Pembawa acaranya membosankan dan membuat ngantuk.
Tabel 7: Tanggapan penonton terhadap program dakwah Hikayat dari segi dakwah. No. Pertanyaan 30. Tertarik untuk melakukan perubahan yang positif. 31. Akan menjalankan sesuatu sesuai dengan materi yang pernah ditonton. 32. Berusaha untuk selalu menonton program acara Hikayat. 33. Semakin rajin melakukan hal-hal yang positif setelah menyaksikan program acara Hikayat.
S
SS
N
TS
STS
HASIL WAWANCARA HIKAYAT Pewawancara
: Ulfa Nurul Fadhillah
Narasumber
: Danindra Nur P.
Profesi
: Produser acara Hikayat
Hari/ Tanggal
: Sabtu, 24 Mei 2013
Tempat
: Studio 1 Indosiar
Waktu
: 14.00 WIB
1. Sejak kapan program acara Hikayat ditayangkan di Indosiar? Acara Hikayat mulai ditayangkan di Indosiar pada bulan Februari 2013, namun untuk tahap persiapan (mulai dari kreatifnya, seperti: konsep acara, setting panggung, dan segala macamnya) diadakan pada bulan Januari 2013 awal.
2. Apa yang ingin dicapai oleh program Hikayat ini? Kalau ditanya apa yang ingin dicapai, mungkin saya akan mundur ke belakang yah.. kalau dahulu, kita punya acara yang namanya „Pintu Surga‟ dan „Obat Hati‟ yang tayang duluan disamping acara „Mamah dan AA‟. Seperti yang semua kita tahu, saat ini acara „Mamah dan AA‟ sudah tidak lagi tayang di Indosiar tetapi disiarkan di Televisi lain. Sebenarnya kita saat ini hanya menayangkan ulangan-ulangan acara „Mamah dan Aa‟ tersebut, kita mencoba untuk mengurangi porsi ini dan dari pikiran masyarakat. Maka dari itu, kita mencoba untuk membuat sebuah program baru religi yang agak sedikit berbeda dari program lain. Artinya berbeda, program ini tidak hanya sekedar tausiah saja, tetapi juga menceritakan kisah-kisah yang terjadi pada jaman Rasulullah atau bahkan kisah inspirasi-inspirasi yang bagus untuk kita tadaburkan. Dan kebetulan kita mendapatkan masukan dari Bapak Ustadz Subki AlBughury, yang saat itu datang ke Indosiar bersama H. Komeng dengan
mengajukan proposal, „ini ada program acara religi yang saya susun seperti ini, format seperti ini. menurut Indosiar bagaimana?‟ kata ustadz Subki. Akhirnya, setelah kita meeting.. oh, pihak Ustadz maunya seperti ini dan pihak Indosiar maunya seperti itu. Ya semua kita kolaborasikan, dan akhirnya jadilah program acara Hikayat seperti sekarang ini. program ini kita namakan hikayat. Ya, jadi Hikayat adalah sebuah program religi yang dikemas tidak secara serius secara materi, namun tetap tidak mengurangi inti dari setiap tausiah yang disampaikan. Dengan adanya acara hikyat ini, kita harapkan masyarakat dapat mengetahui sejarah atau kisah-kisah dari jaman terdahulu yang diharapkan juga untuk mengambil hikmah dari hikayathikayat tersebut. 3. Mengapa acara ini diberi nama “Hikayat”? Hikayat artinya adalah cerita atau kisah. Hikayat ini membahas kisahkisah terdahulu yang berasal dari jaman Rasulullah, para sahabat Rasul, dan para nabi lainnya atau bahkan dari kisah-kisah yang sangat inspirasi, kemudian kita angkat menjadi sebuah tema untuk kita ceritakan. Kalau menurut Ustadz Subki sendiri, program kita ini adalah program yang berbeda dengan program religi lainnya yang hanya membahas Fiqh, Aqidah, dan lainnya. Dengan penyampaian H. Komeng yang humor dan lucu, namun dari apa yang diceritakan itu ada hikmah atau ada pesan yang disampaikan. Pesannya itu sudah bisa meliputi Aqidah, Fiqh, dan sebagainya.
4. Apakah ada slogan untuk program ini? Slogan atau tagline hikayat adalah “Hikayat membawa manfaat......” (dari host), dan jama‟ah menjawab “Alhamdulillah!”
5. Bagaimana format program ini? Formatnya adalah talkshow interaktif di studio, tetapi tidak disiarkan secara langsung. Pada segmen pertama adalah gimik, dimana seorang H.Komeng sebagai pembawa acara memberikan sensasi humor yang berkaitan dengan tema materi yang akan disampaikan oleh ustadz Subki. Contohnya, Komeng melakukan chit-chat dengan ustadz, „kenapa kamu melakukan ini? kenapa kamu melakukan itu?‟ dan ternyata kejadian tersebut juga pernah dilakukan pada saat jaman Nabi. Maka dari itu, kita semua diharapkan dapat mengambil inti dari cerita tersebut untuk pelajaran hidup. Kemudian di segmen dua, ustadz Subki menyambung kembali sebuah hikayat atau cerita yang dipadu padankan dengan teori serta dalil AlQur‟an dan Sunnah. Tidak sampai disitu, Komeng kembali menimpali perkataan-perkataan ustadz dengan humor-humornya. Dengan kata lain, pada segmen ini ustadz Subki memberikan tausiah yang disampaikan dengan lebih jenaka. Pada segemen tiga adalah hikmah yang disampaikan dari cerita-cerita yang telah disampaikan oleh ustadz Subki dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh jamaah ibu-ibu yang hadir di studio. Segmen terakhir adalah lanjutan dari pertanyaan ibu-ibu dan pertanyaan juga dari twitter. Lalu ustadz subki melakukan kesimpulan dengan penekanan agar penonton bisa lebih jelas mengambil hikmahnya. Setelah kesimpulan, lalu penutup/closing dengan pembacaan shalawat.
6. Mengapa harus taping dalam produksi acara Hikayat ini? Ya, kalau kita bicara budget memang mencolok sekali yah harganya antara taping dengan live. Sebenarnya kita juga ada keinginan untuk tampil secara live, tapi itu adalah baru kemungkinan, masih jangka panjang. Dan masalah yang kedua adalah waktu. Antara ustadz Subki dan Komeng, mereka adalah orang-orang yang sibuk. Saya agak kesulitan untuk
menjadwalkan acara shooting mereka, tetapi hasil kesepakatan adalah shooting diadakan setiap hari Sabtu.
7. Mengapa acara ini diatayangkan pada pukul 05.00-06.00 WIB? Untuk masalah waktu penayangan sebenarnya bukan dari kita (pihak produksi), melainkan dari yang punya perusahaan ini (Programming Indosiar). Jadi, kita hanya menjalankan perintah untuk produksi acara. Tetapi, kalau boleh saya jawab.. alasan kami menyiarkan acara Hikayat pukul 05:00 – 06:00 WIB karena pagi hari merupakan inspirasi untuk memulai hidup. Banyak kegiatan yang dimulai pada pagi hari, sebab pada pagi hari Allah SWT menebarkan rahmat di seluruh alam. Mulai dari menebarkan rezeki, ilmu pengetahuan, dan segala kebutuhan makhluk di bumi. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk bangun pagi, ketika fajar menyingsing untuk menyongsong berbagai kemudahan pula yang dijanjikan Allah SWT. Dan biasanya di pagi hari kita bisa mendapat hikmah dari banyak hal, salah satunya melalui TV yang menyiarkan kuliah subuh dengan berbagai macam versi. Salah satunya adalah acara Hikayat yang ditayangkan di Indosiar setiap hari Rabu, Kamis, dan Juma‟at.
8. Apakah perlu waktu tambahan dan perubahan jam tayang? Kalau untuk perubahan jam tayang menjadi setiap hari, itu belum ada pembicaraan ke kami. Tapi kalau untuk perubahan jam siar itu ada, seperti yang tadinya Hikayat tayang pukul 05.00 – 06.00 WIB, kami rubah menjadi 04.30 – 05.30 WIB.
9. Mengapa ustadz Subki Al-Bughury yang dipilih menjadi narasumber utamanya dan H. Komeng dipilih sebagai pembawa acaranya? Yang pertama, berawal dari sejarah lahirnya program acara Hikayat sendiri. Bahwasanya, acara Hikayat ini berasal dari ide ustadz Subki dan
H. Komeng untuk mengisi waktu luang selepas peninggalan acara Mamah dan Aa. Yang kedua, mungkin jika kita teliti lagi.. ustdaz yang memiliki basic atau konsentrasi dengan sejarah Islam dan kisah-kisah itu ustadz Subki. Seperti halnya usatdz YM dengan sedekahnya, dll. Hal itu dapat dibuktikan dari sederet acara yang pernah beliau isi di stasiun-stasiun tv lainnya. Yang ketiga, dahulu kita juga pernah kerja sama dengan ustadz Subki. Yaitu kita bekerjasama dengan menyukseskan acara „Belajar dari Kisah‟ dengan ustadz Subki. Jadi, Hikayat ini adalah lanjutan atau sambungan dari program acara terdahulu. Lalu, kenapa H. Komeng? Karena pada dasarnya ustadz Subki dan H. Komeng memang sudah sahabat. Jadi, dahulu itu ustadz Subki telah memenangkan ajang komedi di stasiun TV bersama H. Komeng. Dan akhirnya Ustadz Subki lebih memilih jalan dakwah dengan humornya, maka dari itu mereka berkolaborasi di acara dakwah Hikayat ini.
10. Apakah materi-materi yang diberikan dipersiapkan oleh tim produksi (Indosiar) atau oleh narasumber? Untuk materi yang menyiapkan seluruhnya adalah dari pihak Ustadz Subki, tapi tidak kami lepas begitu saja.. kami dari pihak produksi juga memberikan masukan tema ke pak ustadz. Seperti misalnya, „pak ustdaz, jangan lupa menyiapkan materi tentang isra‟ mi‟raj yaa..‟. dan kami tetap diskusi melalui email, twitter dan lain-lain. Jadi, bisa dibilang 80% materi itu disiapkan oleh Ustadz Subki, dan kami hanya memberi masukan hanya 20%.
11. Siapa target audensi program ini? (ditunjukkan untuk siapa?) Untuk sasaran target audiensi semua golongan ya.. semua umur dan semua lapisan masyarakat. Untuk audience di studio, memang kebanyakan perempuan atau ibu-ibu. Tapi penggemarnya laki-laki juga ada, ini bisa kita lihat dari jumlah followers di Twiter @HikayatID.
12. Menurut anda, apakah acara Hikayat ini sudah mencapai target yang diinginkan atau belum? Ada target yang memang sudah tercapai, tetapi ada juga yang belum tercapai. Kalau yang sudah tercapai itu banyaknya ibu-ibu majelis taklim yang mengirim email ke Hikayat untuk menjadi audiens di studio langsung, serta banyaknya follower dan interaksi di akun twitter kami. Target kami selanjutnya adalah bagaimana kita mencoba untuk tetap mensosialisasikan acara kami ini ke masyarakat, jangan sampai ratting kami anjlok lagi. Dan acara Hikayat ini tetap diminati masyarakat serta masyarakat mau mengaplikasikan intisari dari acara Hikayat ini di kehidupan sehari-hari.
13. Setiap program acara televisi memiliki rating, bagaimana dengan rating acara Hikayat ini? Alhamdulillah, untuk ukuran acara religi yang terbilang cukup baru ini memiliki ratting yang cukup bagus. Hal ini terbukti dari perjalanan Hikayat yang baru berumur 4 bulan, namun sudah mencapai share-nya 11,3% dan ratting ke 3. Ratting 3 itu untuk kategori acara religi pada waktu subuh itu sudah sangat baik dengan share sekitar 11,3 ini.
14. Bagaimana usaha yang dilakukan agar acara Hikayat ini tetap eksis dilayar kaca Indosiar dan disenangi oleh penontonnya? Ya, kami selalu berusaha untuk bekerjasama antara tim produksi, IT web Indosiar, hingga ke ustadz subkinya langsung untuk mempromosikan acara kami di jejaring media sosial masing-masing. Kedua, kami akan selalu tetap memperbaiki segala kekurangan kami agar Hikayat benarbenar masuk di hati masyarakat.
15. Menurut anda, apa kelebihan atau keistimewaan program Hikayat dibandingkan dengan program dakwah lainnya? Kelebihan atau keistimewaan Hikayat dengan program dakwah yang lain, pertama acara Hikayat ini sifatnya Talkshow yaa.. dan kita ingin acara ini eklusif. Artinya, ada usaha dari tim produksi yang diperjuangkan dalam membuat karya. Kalau acara religi yang hanya kita ambil dari potongan video-video dari youtube, kesannya itu mudah sekali. Jadi yang membedakan pertama kali adalah look/penampilan, tema dan format. Kedua, kalau program dakwah lain hanya membahas yang meliputi aqidah, akhlak dan keimanan saja. Namun, Hikayat membahas kisah-kisah inspiratif agar masyarakat dapat memetik hikmah dari setiap yang dikisahkan, hikmahnya sudah meliputi aqidah, akhlak dan keimanan.
16. Dalam prosesnya, baik pra produksi, produksi maupun pasca produksi. Apakah anda menemukan kendala atau hambatan yang berarti dalam program ini? Ya, kadang-kadang ada, seperti pembatalan jadwal shooting Hikayat yang biasa dilakukan pada hari Sabtu. Dikarenakan kita memiliki narasumber dan presenter yang memiliki jadwal yang sangat padat, maka sering kali kita merubah jadwal shooting pada hari Senin atau kapanpun ustadz dan komeng bisa. Namun, hal itu tidak begitu berarti. Karena baik pada proses pra produksi maupun saat produksi kami selalu berusaha untuk bekerja sama dengan baik. Hal ini saya syukuri, karena semua tim kami memiliki basic yang bagus juga di bidang agama. Sehingga, kami dapat berpartisipasi memberikan masukan untuk proses produksi agar lebih baik.
17. Apa faktor pendukung yang mendorong kesuksesan dalam program ini? Kalo dari internal, ya seperti yang sudah saya kemukakan tadi. Bahwa kami memiliki tim yang sangat solid dan memiliki basic yang bagus di
bidang agama. Terutama dari pihak pak ustadz Subki dan Komeng yang selalu komunikatif.
18. Apa saran atau pesan anda untuk kemajuan/ perkembangan program ini? Ingin sekali memiliki jadwal tayang setiap hari. Memiliki acara religi pada pagi hari itu sangat senang sekali, karena kita dapat memberikan ilmu pengetahuan agama kepada masyarakat Muslim. Namun, itu semua tergantung kebijakan dari atasan.
Produser Hikayat
Bpk. Danindra Nur. P
LAMPIRAN FOTO
Ustadz Subki Al-Bughury dan H. Komeng saat menyampaikan materi Hikayat
Pembawa Acara Hikayat Indosiar
Narasumber Hikayat Indosiar
Ibu-ibu jama’ah Majelis Taklim yang nonton secara live di studio 1 Indosiar
Ustadz Subki dan H. Komeng sedang menyampaikan materi Hikayat kepada pemirsa Indosiar
Ustadz Subki dan H. Komeng sedang menyampaikan materi Hikayat kepada pemirsa Indosiar
Ustadz Subki Al-Bughury saat sedang menjawab pertanyaan dari penonton Hikayat
Responden KPI E 2012/2013
Peneliti bersama Produser Hikayat Indosiar
Peneliti bersama Ustadz Subki Al-Bughury
Peneliti bersama tim kreatif Hikayat Indosiar