RESPON BIOSINTESIS PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU KUDA (Equus caballus) TERHADAP PEMBERIAN PAKAN DI PETERNAKAN PRIMA FIT BOGOR
INDAH PERMATA SARI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Biosintesis Produksi dan Komposisi Susu Kuda (Equus caballus) terhadap Pemberian Pakan di Peternakan Prima Fit Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Indah Permata Sari NIM D24080140
ABSTRAK INDAH PERMATA SARI. Respon Biosintesis Produksi dan Komposisi Susu Kuda (Equus caballus) terhadap Pemberian Pakan di Peternakan Prima Fit Bogor Dibimbing oleh ANITA SARDIANA TJAKRADIDJAJA dan CECE SUMANTRI Kuda dikenal dengan sebutan “kuda liar” penghasil susu yang dipelihara secara ekstensif sehingga mengakibatkan produksi dan komposisi susu yang dihasilkan kurang terkontrol. Produksi dan komposisi susu dipengaruhi oleh faktor genetik dan nutrisi. Peternakan komersial banyak memelihara kuda dengan potensi genetik yang bagus, namun performa kuda juga bergantung kepada jenis dan jumlah pakan yang diberikan. Penelitian ini mengkaji hubungan antara pemberian pakan dengan produksi dan komposisi susu. Penelitian dilakukan selama 3 bulan. Pakan yang diberikan adalah rumput lapang, dedak gandum dan Vital (pellet komersial). Variable yang diukur adalah konsumsi pakan dan nutrien, bobot badan, produksi dan komposisi susu. Data dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan jumlah konsumsi nutrien pakan mempengaruhi produksi dan komposisi susu. Kuda bangsa impor memiliki bobot badan yang lebih besar, sehingga kebutuhan nutriennya lebih besar dan produksi serta komposisi susunya lebih baik dibandingkan dengan kuda lokal. Kata kunci: genetik, konsumsi pakan, produksi susu, susu kuda
ABSTRACT INDAH PERMATA SARI. Response to Feed Given on Biosynthesis of Product and Composition of Horse Milk (Equus caballus) in Prima Fit Farm Bogor. Supervised by ANITA SARDIANA TJAKRADIDJAJA and CECE SUMANTRI. Dairy horses known as “wild horse milk” producer are generally kept extensively, so this resulted in less control of milk production and composition. Production and composition of milk are influenced by genetic and nutritional factors. A commercial farm has kept many horses with good genetic potential. However, the horse performances also depend on type and amount of feeds that are given. This study assessed the effect of feed given on milk product and composition. The experiment was conducted for three months. Feeds given were field grasses, wheat and Vital commercial pellet. Variables measured were feed and nutrient intakes, body weight, milk production and composition. Data were analyzed descriptively. The results showed that genetic factor and feed intake affected milk production and composition. Imported race horses have a greater body weight than local race, so that their nutrient needs and the production and composition of milk are greater than the local horses. Keywords: dairy horse, feed intake, genetic, milk production
RESPON BIOSINTESIS PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU KUDA (Equus caballus) TERHADAP PEMBERIAN PAKAN DI PETERNAKAN PRIMA FIT BOGOR
INDAH PERMATA SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Respon Biosintesis Produksi dan Komposisi Susu Kuda (Equus caballus) terhadap Pemberian Pakan di Peternakan Prima Fit Bogor Nama : Indah Permata Sari NIM : D24080140
Disetujui oleh
Ir Anita S Tjakradidjaja, MRurSc Pembimbing I
Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2012, dengan judul Respon Biosintesis Produksi dan Komposisi Susu Kuda (Equus caballus) terhadap Pemberian Pakan di Peternakan Prima Fit Bogor. Potensi ternak kuda sebagai penghasil susu menjadikan penulis tertarik untuk mengkaji secara mendalam akan kebutuhan nutrien yang harus dipenuhi dalam pakan. Produksi dan komposisi susu yang diamati setiap bulan laktasi menjadi fokus bagi penulis karena berhubungan dengan nutrien pakan yang dikonsumsi. Besar harapan bagi penulis terhadap hasil dari penelitian ini agar dapat diaplikasikan secara nyata di masyarakat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013 Indah Permata Sari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan Penelitian Peralatan Penelitian Prosedur Percobaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kecukupan Nutrien Kuda Laktasi Kebutuhan Nutrien Setiap Bulan Laktasi Produksi Susu Kuda Laktasi Komposisi Susu Kuda Berdasarkan Waktu Pemerahan Pagi dan Sore Hari Komposisi Susu Pada Setiap Bulan Laktasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP UCAPAN TERIMA KASIH
vii vii 1 2 2 2 3 3 4 5 5 6 8 10 14 14 18 18 18 19 21 21
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kandungan nutrien pakan kuda Jadwal kegiatan merawat kuda Konsumsi pakan segar dan bobot badan kuda laktasi Konsumsi bahan kering dan nutrien kuda laktasi Konsumsi nutrien berdasarkan bobot badan metabolik kuda laktasi Kebutuhan nutrien kuda laktasi Konsumsi pakan segar setiap bulan laktasi Konsumsi nutrien setiap bulan laktasi Kebutuhan nutrien setiap bulan laktasi Produksi susu kuda bulan laktasi ke-3 dan ke-7 berdasarkan waktu pemerahan 11 Produksi susu kuda bulan laktasi ke-4, ke-5 dan ke-6 berdasarkan waktu pemerahan 12 Komposisi susu kuda berdasarkan waktu pemerahan
3 5 6 7 8 8 9 9 10 11 12 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kuda keturunan lokal Kuda persilangan Thoroughbred dengan kuda lokal Kurva tingkat produksi harian susu kuda Komposisi lemak susu kuda Komposisi protein susu kuda Komposisi laktosa susu kuda
2 2 13 15 16 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 Komposisi susu kuda berdasarkan waktu pemerahan dengan analisa milkotester 2 Komposisi susu kuda lokal bulan laktasi ke-2 berdasarkan analisa kimiawi
22 22
PENDAHULUAN Susu kuda didefenisikan sebagai susu yang berasal dari ambing kuda yang sehat tanpa ditambah atau dikurangi zat apapun kecuali pendinginan serta diperoleh dengan cara yang baik dan benar (SNI 1999). Umumnya, susu kuda dikenal dengan sebutan “susu kuda liar” dari pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang dipelihara dengan cara digembalakan (ekstensif) di padang rumput. Menurut Hermawati (2005), susu kuda Sumbawa mempunyai aktivitas antimikroba yang lebih kuat daripada susu kuda pacu turunan kuda Sumbawa murni, yang tidak ditemukan pada susu sapi. Hal ini ditandai dengan adanya fermentasi alami oleh bakteri asam laktat seperti Lactobacillus casei dan Lactobacillus sp sehingga rasa susu menjadi asam dengan pH 2.73 – 4.25. Sifat ini memberi petunjuk bahwa dalam susu kuda terkandung zat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti penyakit saluran pencernaan, anemia, radang paru-paru, TBC, ginjal, hati, avitaminosis dan kanker (Hermawati 2005). Menurut Morel (2003), susu kuda mengandung kasein yang lebih rendah dibandingkan susu sapi, sehingga lebih mudah dicerna oleh bayi karena tidak menggumpal di dalam perut. Pemeliharaan kuda secara ekstensif membuat kuda terus merumput sepanjang hari, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi tidak dapat diukur secara tepat sesuai dengan kebutuhan dalam proses biosintesis untuk pembentukan produk metabolisme, sehingga hal ini berdampak terhadap produksi dan komposisi susu yang dihasilkan pada setiap tingkatan bulan laktasi. Tata laksana menejemen pemeliharaan dengan dikandangkan (intensif) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkontrol produktivitas kuda, sehingga proses pencernaan dan kebutuhan pakan menjadi lebih efisien serta produksi susu kuda yang dihasilkan dapat terkontrol. Produksi dan komposisi susu kuda sangat tergantung kepada bangsa kuda yang menghasilkannya (Sudarwanto et al. 1998). Setiap bangsa kuda mempunyai sifat karakteristik sendiri terhadap kualitas dan kuantitas produksi dan komposisi susu, sedangkan produksi dan komposisi susu dipengaruhi oleh konsumsi pakan (Legowo 2002). Pemanfaatan kuda sebagai ternak penghasil susu sedang diminati karena kuda yang dipelihara secara intensif adalah kuda lokal dan kuda pacu Indonesia seperti Thoroughbred yang beridentitas Indonesia dan bernilai komersial. Namun, menejemen pemeliharaan kuda di Indonesia dengan pemeliharaan secara intensif belum banyak diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap menejemen pemeliharaan kuda secara intensif, terutama yang berkaitan dengan pengaruh jumlah konsumsi pakan terhadap produksi dan komposisi susu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara konsumsi pakan dengan biosintesis produksi dan komposisi susu yang diindikasikan pada setiap tingkatan bulan laktasi dan diikuti dengan pengamatan bangsa kuda yang diteliti.
2
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2012. Lokasi penelitian bertempat di Peternakan Prima Fit Bogor. Analisa komposisi susu dilakukan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa kandungan nutrien pakan dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor. Bahan Penelitian Pada saat penelitian hanya ada 5 ekor kuda laktasi yang terdiri dari 3 ekor kuda lokal (Gambar 1) dan 2 ekor kuda persilangan (Thoroughbred dengan lokal) (Gambar 2) yang sudah berada pada pertengahan dan akhir bulan laktasi sehingga awal bulan laktasinya tidak dapat diteliti.
Sandel
Tokol(a)
Tokol(b)
Gambar 1 Kuda lokal
Generasi ke-3 (G3)
Kuda Pacu Indonesia (KPI)
Gambar 2 Kuda persilangan Thoroughbred dengan kuda lokal
3 Pakan yang diberikan berupa rumput lapang, dedak gandum dan Vital (pellet komersial). Kosentrat Vital adalah nama dagang pakan kuda yang berbentuk pellet dengan panjang 1.5 cm dan diameter 0.5 cm. Bahan baku konsentrat Vital terdiri dari jagung, barley, pollard, tepung alfalfa, oats, dedak, bungkil kedelai, corn gluten meal (CGM), molasses, lemak nabati, garam, mineral unsur jarang, vitamin dan oligosakarida mannan.
Tabel 1 Kandungan nutrien pakan kuda Rumput lapang Dedak gandum Komposisi (% BK) (%BK) nutrient 1) 2) 3) 4) BK (% segar) Abu Bahan organik Protein kasar Lemak kasar Serat kasar BETN
23.18 11.94 88.06 8.53 1.67 24.29 53.56
24.40 14.50 85.54 8.20 1.44 31.70 44.20
87.52 5.36 94.64 13.07 3.75 7.93 69.89
88.50 5.90 94.04 18.46 3.88 9.70 62.00
Vital (%BK) 5)
6)
88.81 11.43 88.57 10.42 5.66 11.27 61.22
9.00 79.5 11.5 2.00 14.50 51.50
Kode 1), 3), 5) Hasil analisa, 2) Sutardi (1981), 4)Hernawati (2011), 6) Label (Vital)
Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan adalah timbangan pakan, gelas ukur, tongkat ukur, pita ukur, alat tulis, kamera dan peralatan untuk analisa komposisi.
Prosedur Percobaan 1 Bobot badan (kg) dan bobot badan metabolik (kg) Bobot badan diduga berdasarkan lingkar dada dan panjang badan. Lingkar badan diukur dengan pita ukur dan panjang badan diukur dengan tongkat ukur. Bobot badan dihitung dengan persamaan Pilliner (1992) yaitu: Bobot badan (kg) = Bobot badan metabolik merupakan dasar perhitungan dari kebutuhan untuk hidup pokok. Bobot badan metabolik = Bobot badan (kg)0.75 2 Konsumsi pakan (kg/ekor/hari) dan kebutuhan pakan Konsumsi pakan diukur dengan menggunakan timbangan pakan dan dihitung berdasarkan selisih antara jumlah pakan hijauan dan konsentrat yang diberikan dengan sisanya dalam kg/ekor/hari. Kandungan nutrien rumput lapang, dedak gandum dan Vital dianalisa proksimat untuk mendapatkan kandungan
4 bahan kering (BK), bahan organik (BO), abu, protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Kebutuhan nutrien (g/ekor/hari) dihitung dengan cara membagi konsumsi zat-zat makanan dengan konsumsi bahan kering berdasarkan jumlah pakan yang tidak dalam kondisi ad libitum. 3 Produksi susu Pemerahan dilakukan 3 kali sehari untuk mendapatkan produksi susu per hari yang diukur dengan timbangan (gram). Sebelum dilakukan pemerahan pagi, terlebih dahulu anak dibiarkan menyusu pada induk sebelum anak dikeluarkan dari kandang yang sama dengan induk pukul 05.00 WIB dan setelah pukul 10.00 WIB barulah dilakukan pemerahan pagi. Pemerahan siang hari pukul 14.30 WIB dan pemerahan sore hari pukul 16.30 WIB. 4 Komposisi susu berdasarkan waktu pemerahan dan tingkat laktasi
Komposisi susu dianalisa dengan 2 cara yaitu secara kimiawi dan alat Milko Tester per bulan laktasi. Analisa kimiawi dilakukan untuk mendapatkan kandungan berat jenis, lemak, laktosa, protein, bahan kering, solid non fat (SNF), derajat keasaman dan pH susu. Berat jenis diukur dengan laktodensimeter. Kadar lemak diukur dengan metode Gerber. Kadar laktosa diukur dengan metode Teles. Kadar protein diukur dengan metode titrasi formol. Derajat keasaman diukur dengan titrasi memakai larutan phenolphthalein. Kertas Lakmus untuk mengukur pH. Analisa susu dengan Milkotester dilakukan untuk mendapatkan kadar lemak, SNF, berat jenis, titik beku, protein, laktosa, mineral, bahan kering susu. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan rumus rataan dan simpangan baku yang dihitung menurut rumus Steel dan Torrie (1993) :
=
∑
Keterangan:
n
: rataan : data ke-i : banyak data contoh : simpangan baku
∑
=
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pemeliharaan kuda di peternakan Prima Fit dimulai pada tahun 2010 pada lahan seluas 1.5 Ha. Prima Fit merupakan peternakan yang bergerak dibidang produksi susu kuda dan olahraga jumping. Selain memelihara kuda laktasi, peternakan Prima Fit juga memelihara berbagai kuda persilangan dan kuda lokal lainnya dengan status fisiologis yang berbeda seperti 5 ekor anak kuda (0-24 bulan), 4 ekor kuda dara, 13 ekor kuda pejantan, 12 ekor induk siap kawin, 9 ekor kuda induk bunting (< 9 bulan), 4 ekor kuda induk bunting (> 9 bulan) dan 9 ekor kuda tunggang. Kuda lokal yang dipelihara adalah jenis kuda Sandel, Tokol, Sumbawa dan Suryokonto. Kuda persilangan yang dipelihara adalah kuda G2, G3, G4 dan KPI. Pemeliharaan kuda secara intensif di peternakan Prima Fit meliputi perkandangan, perawatan kuda, penanganan kesehatan, pemerahan kuda laktasi dan pemberian pakan. Kandang yang digunakan adalah kandang individu dengan bentuk setengah tertutup. Namun, pada kandang kuda laktasi, anak dan induk disatukan dalam kandang yang sama sampai anak kuda berumur setahun dan lepas sapih. Kandang memiliki tempat pembuangan kotoran dan lapangan area khusus. Pakan konsentrat diberikan pagi dan sore hari dengan cara mencampurkan dedak gandum dan Vellet dengan air sampai pakan sedikit encer. Air minum diberikan secara adlibitum. Rumput diberikan waktu pagi dan malam hari. Pengobatan terhadap kuda yang sakit dilakukan secara tradisional, seperti pada kuda yang sakit kaki diobati dengan menggunakan bahan-bahan seperti kunyit, jahe, daun sereh, daun dadap dan gedebog pisang yang digiling dan dibalutkan ke kaki. Pemberian obat cacing (protecs) dilakukan 2 bulan sekali. Penanganan kesehatan lainnya dilakukan dengan memberikan vitamin berbentuk bubuk yang dicampurkan ke dalam pakan kuda. Kegiatan perawatan kuda disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jadwal kegiatan merawat kuda Jam Kegiatan 05.00 Menyiapkan dan memberi pakan konsentrat Membersihkan kandang, menyikat badan (setiap pagi), memandikan 06.00 (seminggu sekali) dan memotong kuku dan mengganti tapal (sebulan sekali) dan mengumbar kuda 08.30 Menyiapkan dan memberi rumput 10.00 Memerah susu di waktu pagi 11.00 Istirahat 14.30 Memerahan susu di waktu siang 15.30 Menyiapkan dan memberi pakan konsentrat 16.30 Memerah susu di waktu sore 17.00 Membersihkan kandang 19.00 Menyiapkan dan memberi rumput 20.00 Istirahat
6 Kecukupan Nutrien Kuda Laktasi Kebutuhan nutrien kuda laktasi digunakan untuk hidup pokok, aktivitas harian, siklus reproduksi dan produksi susu (Destiawan 2010). Oleh karena itu, pemberian pakan perlu disesusaikan dengan kebutuhan tersebut. Bobot badan memegang peranan penting dalam menentukan jumlah pemberian pakan, sehingga dengan mengetahui bobot badan maka kebutuhan nutrien berdasarkan bobot badan metabolik dapat disesuaikan dengan kondisi fisiologis kuda (Sugeng 1992). Tabel 3 menunjukkan bahwa KPI memiliki bobot badan lebih tinggi yang berdampak terhadap bobot badan metabolik dan konsumsi pakan segar yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan G3 dan kuda lokal lainnya. Hal ini disebabkan KPI memiliki persentase darah Thoroughbred lebih besar dibandingkan G3. KPI merupakan kuda pacu G4 hasil persilangan antara kuda betina Thoroughbred lokal (T4L) dengan kuda jantan Thoroughbred lokal (T4L), sehingga KPI memiliki persentase darah 93.75% Thoroughbred dan 6.25% lokal. Kuda G3 merupakan persilangan antara kuda betina G2 dengan kuda jantan Thoroughbred, sehingga G3 memiliki persentase darah 87.5% Thoroughbred dan 12.5% lokal (Soehardjono 1990). Tabel 3 Konsumsi pakan segar dan bobot badan kuda laktasi Konsumsi pakan segar Bulan Bobot (kg/ekor/hari) Jenis Umur BBM laktasi badan kuda (tahun) (kg) Dedak ke(kg) Hijauan Vital gandum G3 5,6,7 5 393.52 88.35 8.62 2.50 3.00 KPI 4,5,6 6 410.36 91.17 8.65 2.50 3.00 Tokol(a) 4,5,6 3 254.08 63.64 7.00 2.00 3.00 Tokol(b) 3 10 227.17 58.51 7.00 2.00 3.00 Sandel 4,5,6 3 305.67 73.10 7.13 2.00 3.00 318.16 ± 74.95 ± 7.68 ± 2.20 ± 3.00 ± ( ± sd) 81.73 14.53 0.87 0.27 0.00 Laktasi pertama pada kuda G3, KPI, Tokol(a) dan Sandel. Laktasi ke-4 pada kuda Tokol(b)
Semua kuda laktasi mengkonsumsi Vital dalam jumlah yang sama. Hal ini disebabkan Vital merupakan campuran konsentrat yang mengandung nutrien untuk memproduksi susu. Konsumsi dedak gandum yang rendah pada kuda lokal disebabkan kebutuhan nutrien dilihat dari tingkat bobot badannya lebih rendah dibandingkan G3 dan KPI. Menurut Lawrence (1998), kuda laktasi bangsa impor seperti Thoroughbred dan Quarter Horse dapat mengkonsumsi hijauan sebanyak 9.5-13 kg/hari dan konsentrat 3-4 kg/hari. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi hijauan untuk kuda laktasi yang diamati masih lebih kecil, namun konsumsi konsentratnya hampir sama dengan Lawrence (1998). Penyebab perbedaan ini adalah jenis keturunan dan bobot badan kuda yang diamati berbeda. Menurut NRC (1989), hijauan untuk kuda dapat diberikan 1.5% sampai 2% dan konsentrat 0.5% bobot badan, berdasarkan hal tersebut maka konsumsi pakan segar untuk kebutuhan nutrien semua kuda laktasi sudah melewati batas minimal. Kuda Tokol(b) berumur paling tua, namun bobot badannya paling kecil
7 dibandingkan dengan kuda lainnya. Menurut Syuhada et al. (2009), pada keadaan normal bobot badan meningkat sejalan dengan meningkatnya umur. Peningkatan umur yang tidak sebanding dengan bobot badan di Peternakan Prima Fit diduga karena menejemen pemeliharaan dan pemberian pakan di tempat asal pembelian kuda yang kurang tepat pada awal masa pertumbuhan. Tabel 4 menunjukkan bahwa KPI memiliki bobot badan paling besar dan mengkonsumsi pakan segar lebih tinggi, sehingga mengakibatkan konsumsi BK dan nutriennya juga lebih tinggi dibandingkan dengan kuda laktasi lainnya. Hal ini disebabkan, semakin tinggi bobot badan maka kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan juga bertambah besar yang mengakibatkan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi BK juga semakin meningkat (Mcdonald et al. 1988). Menurut NRC (2007), pada BL ke-4 kuda yang berbobot badan 200 kg mengkonsumsi PK 559 gram dan kuda yang berbobot badan 400 kg mengkonsumsi PK 1118 gram. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi PK hasil penelitian untuk kuda lokal sedikit lebih tinggi, namun KPI dan G3 masih kurang dibandingkan dengan NRC (2007). Menurut Astuti et al. (2009), konsumsi BK dipengaruhi oleh faktor bobot badan, keturunan, tingkat produksi susu dan kualitas bahan pakan. Tabel 4 Konsumsi bahan kering dan nutrien kuda laktasi Jenis kuda G3 KPI Tokol(a) Tokol(b) Sandel ( ±sd)
BK 6850.42 6857.37 6037.30 6037.30 6067.43 6369.96 ± 441.94
Konsumsi nutrien total (g/ekor/hari) Abu BO PK LK SK 660.38 6190.03 734.03 266.42 959.22 661.21 6196.16 734.62 266.53 960.91 592.09 5445.21 644.81 243.70 833.28 592.09 5445.21 644.81 243.70 833.28 595.69 5471.75 647.38 244.21 840.61 620.29 5749.67 681.13 252.91 885.46 ± ± ± ± ± 37.00 404.94 48.57 12.38 68.17
BETN 4230.47 4234.19 3723.50 3723.50 3739.64 3930.26 ± 275.83
BK: bahan kering, BO: bahan organik, PK: protein kasar, LK: lemak kasar, SK: serat kasar, BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen
Pada kuda laktasi, semakin tinggi produksi susu maka semakin banyak energi dan nutrien yang dibutuhkan, sehingga perlu mengetahui jumlah kebutuhan nutrien berdasarkan bobot badan metabolik. Tabel 5 menunjukkan bahwa berdasarkan bobot badan metabolik, kuda Tokol(b) yang memiliki bobot badan paling kecil, mengkonsumsi nutrien lebih besar dibandingkan dengan KPI yang berbobot badan paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nutrien berdasarkan bobot badan metabolik berbanding terbalik dengan bobot badan, karena pengunaan energi untuk ternak bobot badan besar lebih sedikit. Menurut Cannas (2004), ternak yang berbobot badan besar lebih sedikit menggunakan energi yang diperoleh dari konsumsi pakan dalam memenuhi kebutuhan nutrien sehingga sisa energi tersebut dapat dimanfaatkan untuk reproduksi, aktivitas
8 harian dan produksi susu yang lebih tinggi dibandingkan dengan ternak yang berbobot badan kecil. Tabel 5 Konsumsi nutrien berdasarkan bobot badan metabolik kuda laktasi Kode kuda G3 KPI Tokol(a) Tokol(b) Sandel ( ± sd)
BK 77.53 75.21 94.87 103.18 83.00 86.76 ± 11.91
Bobot badan metabolik (gram/BBM/hari) Abu BO PK LK SK 7.47 70.06 8.31 3.02 10.86 7.25 67.96 8.06 2.92 10.54 9.30 85.56 10.13 3.83 13.09 10.12 93.06 11.02 4.16 14.24 8.15 74.85 8.86 3.34 11.50 8.46 ± 78.30 ± 9.27 ± 3.45 ± 12.05 ± 1.22 10.69 1.26 0.53 1.57
BETN 47.88 46.44 58.51 63.63 51.16 53.52 ± 7.33
Tabel 6 menunjukkan bahwa kebutuhan nutrien antara kuda laktasi tidak jauh berbeda walaupun memiliki bobot badan yang berbeda. Hal ini disebabkan pakan yang diberikan memiliki kandungan nutrien yang sama. KPI dan G3 yang mengkonsumsi hijauan lebih banyak menyebabkan kebutuhan SK nya lebih besar dibandingkan kuda lokal. Menurut NRC (1989), kebutuhan PK kuda laktasi berdasarkan %BK adalah 13.2% pada awal laktasi dan 11% pada akhir laktasi. Kebutuhan PK kuda laktasi hasil penelitian sangat jauh berbeda dengan NRC (1989). Hal ini dipengaruhi oleh jenis dan perbandingan jumlah pemberian pakan.
Tabel 6 Kebutuhan nutrien kuda laktasi Jenis kuda G3 KPI Tokol(a) Tokol(b) Sandel ( ± sd)
Abu 9.64 9.64 9.81 9.81 9.82 9.74 ± 0.09
BO 90.36 90.36 90.19 90.19 90.18 90.26 ± 0.09
Kebutuhan nutrien (%BK) PK LK SK 10.72 3.89 14.00 10.71 3.89 14.01 10.68 4.04 13.80 10.68 4.04 13.80 10.67 4.02 13.85 10.69 ± 3.97 ± 13.89 ± 0.02 0.08 0.11
BETN 61.75 61.75 61.67 61.67 61.63 61.70 ± 0.05
Kebutuhan Nutrien Setiap Bulan Laktasi Pengaruh bangsa terhadap produksi dan komposisi susu berhubungan dengan faktor genetik. Kuda laktasi yang diamati berasal dari keturunan dan bulan laktasi (BL) yang berbeda. Namun, untuk melihat gambaran kecukupan nutrien pada setiap bulan laktasi maka kuda laktasi yang berada pada BL sama disatukan dan dibandingkan dengan BL berikutnya. Tabel 7 menunjukkan bahwa konsumsi
9 pakan meningkat per BL, namun terjadinya sedikit penurunan hijauan pada BL ke5 dan Vital pada BL ke-6 yang disebabkan faktor penurunan ketersediaan pakan. Tabel 7 Konsumsi pakan segar setiap bulan laktasi Tingkat konsumsi pakan segar (kg/ekor/hari) Tingkat bulan laktasi ke-(ekor) Dedak Hijauan Vital gandum BL ke-3 n= Tokol(b) 6.48 2.00 3.00 BL ke-4 n=KPI, Tokol(a), Sandel 7.70 2.00 3.00 BL ke-5 n= KPI, Tokol(a), Sandel, G3 7.50 2.00 3.00 BL ke-6 n= KPI, Tokol(a), Sandel, G3 8.00 2.00 2.50 BL ke-7 n= G3 8.96 2.50 3.00 7.73 ± 2.10 ± 2.90 ± ( ± sd) 0.89 0.22 0.22 n: jumlah kuda (ekor)
Menurut NRC (2007), semakin lama BL maka konsumsi PK semakin menurun. Tabel 8 yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan konsumsi BK dan nutrien pada akhir BL disebabkan terjadinya peningkatan jumlah konsumsi hijauan dan konsentrat segar yang berarti bahwa semakin banyak ternak mengkonsumsi pakan segar maka semakin tinggi jumlah konsumsi nutriennya. Tabel 8 Konsumsi nutrien setiap bulan laktasi BL ke3 4 5 6 7 ( ± sd)
BK 5916.76 6199.56 6153.20 6269.10 6929.23
Tingkat konsumsi nutrien (gram/ekor/hari) Abu BO PK LK SK 577.70 5339.07 634.52 241.67 804.00 611.46 5588.10 658.65 246.43 872.71 605.93 5547.27 654.69 245.65 861.44 619.77 5649.33 664.58 247.59 889.60 669.79 5845.29 740.75 251.33 978.36
BETN 3658.94 3810.41 3785.58 3847.66 3966.84
6293.57 ±379.20
616.9 ±33.51
3813.89 ±111.08
5593.81 ±182.63
670.64 ±40.79
246.53 ±3.48
881.22 ±63.11
BL= bulan laktasi, BL3: Tokol(b), BL4: (KPI, Tokol(a), Sandel), BL5: (KPI, Tokol(a), Sandel, G3), BL6: (KPI, Tokol(a), Sandel, G3), BL7: G3
Jumlah pemberian pakan dapat diperkirakan dari kebutuhan BK. Tabel 9 menunjukkan bahwa kebutuhan nutrien berupa BO, PK dan BETN yang diperoleh untuk kuda laktasi lebih kecil, namun kebutuhan abu, LK dan SK lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian Tulung (2012). Perbedaan tersebut disebabkan jenis pakan, bobot badan dan jenis kuda yang digunakan tidak sama. Rendahnya kebutuhan BO, PK, LK dan BETN menyababkan kuda laktasi kurang mampu memproduksi susu dalam tingkat tinggi pada masa puncak laktasi.
10 Menurut NRC (1989), pada awal bulan laktasi kebutuhan PK 13.2% dan pada akhir laktasi 11.0% berdasarkan %BK. Konsumsi PK hasil penelitian tidak terlalu berbeda per BL dan nilainya lebih kecil dibandingkan dengan NRC (1989). Tabel 9 Kebutuhan nutrien setiap bulan laktasi BL ke3 4 5 6 7 ( ± sd) Tulung (2012)
Abu 9.76 9.86 9.85 9.89 9.67 9.81 ± 0.09
BO 90.24 90.14 90.15 90.11 84.36 89.00 ± 2.60
1.70
98.30
Kebutuhan nutrien (%BK) PK LK SK 10.72 4.08 13.59 10.62 3.97 14.08 10.64 3.99 14.00 10.60 3.95 14.19 10.69 3.63 14.12 10.66 ± 3.93 ± 13.99 ± 0.05 0.17 0.24 21.12
3.80
9.31
BETN 61.84 61.46 61.52 61.37 57.25 60.69 ± 1.93 64.06
BL= bulan laktasi, n = jumlah kuda (ekor)
Produksi Susu Kuda Laktasi Masa laktasi merupakan masa ternak sedang memproduksi susu setelah melahirkan sampai memasuki masa kering. Masa laktasi kuda adalah 150 hari, produksi susu kuda akan mencapai puncak pada hari ke-30 dan menurun setelah beberapa minggu bulan laktasi (Anderson 1914). Soetarno (2000) mengatakan bahwa ternak perah memiliki 3 periode laktasi dalam satu masa laktasi yaitu a) priode awal laktasi, dimana produksi susu meningkat cepat sampai puncak produksi, b) periode laktasi tengah, dimana produksi susu mulai mengalami penurunan dan c) periode laktasi akhir, dimana produksi susu semakin menurun. Laktasi pertama dihitung mulai dari ternak melahirkan anak pertama, sehingga umur ternak perah berpengaruh terhadap produksi susu. Pada saat penelitian, kuda laktasi yang diamati berada pada BL yang berbeda-beda, yang keadaannya sudah sama-sama berada pada periode laktasi akhir.
Produksi susu bulan laktasi ke tiga dan bulan laktasi ke tujuh Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah produksi susu tidak sama antara waktu pemerahan. Hal ini disebabkan pengaturan jarak waktu pemerahan yang tidak sama. Menurut Sudono et al. (2003), jarak waktu pemerahan mempengaruhi jumlah produksi susu. Pemerahan susu yang dilakukan dengan jarak waktu yang sama, misalnya 12:12 antara pagi dan sore hari, akan cenderung menghasilkan jumlah produksi susu yang sama. Total produksi susu per bulan untuk G3 lebih tinggi dibandingkan Tokol(b), walaupun G3 berada pada masa akhir produksi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Centoducati et al. (2012) bahwa kuda hasil
11 persilangan antara kuda impor dan lokal mampu memproduksi susu dengan rataan 16.11 kg, dengan rataan minimum 10.53 kg dan maksimal 20.84 kg. Selain itu, perbedaan jumlah produksi susu kuda juga disebabkan adanya pengaruh faktor bobot badan. Tabel 10 Produksi susu kuda bulan laktasi ke-3 dan ke-7 berdasarkan waktu pemerahan Waktu pemerahan Pagi Siang Sore ( ± sd) Total per bulan
Tingkat produksi susu kuda (gram) Bulan laktasi ke-3 Bulan laktasi ke-7 Kuda Tokol(b) Kuda G3 272.50 ± 92.67 58.93 ± 116.31 299.00 ± 100.10 355.36 ± 304.09 277.50 ± 106.90 373.21 ± 273.01 849.00 ± 196.90 787.5 ± 341.73 16980.00 ± 99.03 22050 ± 282.40
Rendahnya jumlah produksi susu Tokol(b) disebabkan sakit kolik. Selain itu, Tokol(b) berumur lebih tua dibandingkan kuda laktasi lainnya yang menunjukkan laktasi yang lebih lama juga. Semakin lama laktasi maka produksi susu juga semakin menurun. Kondisi Tokol(b) yang kurang sehat mengakibatkan kematian saat laktasi berikutnya, sehingga produksi susu Tokol(b) yang dapat diukur hanya pada sampai BL ke-3 saja. Produksi susu bulan laktasi ke empat ke lima dan ke enam Tabel 11 menjelaskan bahwa pemerahan susu dengan jarak waktu yang tidak sama antara pagi, siang dan sore hari menyebabkan jumlah produksi susu kuda per BL pada pemerahan sore hari lebih tinggi dibandingkan siang dan pagi hari. Menurut Sudono et al. (2003), apabila jarak pemerahan berbeda, maka jumlah produksi susu pagi hari akan lebih banyak daripada sore hari. Produksi susu sore hari yang lebih tinggi disebabkan faktor menejemen pemberian pakan. Kosentrat diberikan setelah pemerahan siang dan pakan konsentrat merupakan karbohidrat mudah larut yang lebih cepat dicerna usus daripada hijauan, sehingga hal ini menyebabkan asam propionat yang digunakan untuk sintesis laktosa susu lebih tinggi pada saat pemerahan sore hari (Sartono et al. 2007). Laktosa bersifat menyerap air, sehingga apabila terjadi peningkatan kadar laktosa maka produksi susu juga meningkat (Utomo dan Miranti 2010). Rendahnya jumlah produksi susu pada pemerahan pagi hari disebabkan menejemen pemeliharaan antara induk dan anak disatukan dalam kandang yang sama karena faktor ketersediaan pakan, sehingga sebelum dikeluarkan dari kandang, anak akan menyusu pada induknya yang mengakibatkan terjadinya kontraksi otot-otat halus oleh hormon oksitosin memaksa air susu mengalir dari lumen turun ke saluran air susu, sehingga simpanan susu dalam ambing induk akan berkurang (Hidayat et al. 2002).
12 Tabel 11 Produksi susu kuda bulan laktasi ke-4, ke-5 dan ke-6 berdasarkan waktu pemerahan Waktu pemerahan
BL ke-
Pagi Siang
4
Sore ( ± sd) Total per bulan Pagi Siang
5
Sore ( ± sd) Total per bulan Pagi Siang Sore ( ± sd) Total per bulan
6
Produksi susu kuda (gram/ekor/hari) KPI Tokol(a) Sandel G3 312.86 ± 172.50 ± 243.04 ± 153.35 114.39 141.21 441.79 ± 218.93 ± 234.82 ± 166.56 95.04 163.21 497.86 ± 315.71 ± 284.11 ± 209.17 175.63 177.58 1252.50 ± 707.14 ± 761.96 ± 285.44 205.86 345.88 35070.00 ± 19800.00 ± 21335.00 ± 192.30 144.33 160.87 285.00 ± 112.14 ± 189.82 ± 142.68 ± 167.72 103.44 133.92 120.82 354.64 ± 171.43 ± 233.04 ± 191.79 ± 175.97 100.40 187.05 140.40 552.86 ± 315.71 ± 304.82 ± 298.93 ± 179.13 182.28 175.06 209.45 1192.50 ± 599.29 ± 727.68 ± 633.39 ± 293.01 234.80 351.62 364.68 33390 ± 16780 ± 20375 ± 17735 ± 206.62 158.00 171.64 172.45 50.00 ± 38.1 ± 53.57 ± 206.79 ± 116.27 82.68 109.65 170.60 525.54 ± 218.81 ± 216.61 ± 268.21 ± 212.95 158.96 160.89 127.34 496.79 ± 285.71 ± 246.96 ± 424.64 ± 173.08 193.10 139.12 173.22 1072.32 ± 542.62 ± 517.14 ± 899.64 ± 231.54 223.85 291.39 294.41 30025 ± 11395 ± 14480 ± 25190 ± 277.24 183.03 172.38 181.70
Kuda G3 berada dalam kondisi BL ke-5
Kuda KPI memproduksi jumlah susu yang lebih tinggi dibandingkan Sandel, Tokol(a) dan G3 walaupun berada pada masa laktasi yang sama (laktasi pertama). Hal ini disebabkan KPI berumur lebih tua, memiliki kualitas genetik yang lebih bagus, berbobot badan dan ukuran ambing lebih besar serta mengkonsumsi pakan lebih banyak dibandingakan kuda laktasi lainnya. Menurut Phalepi (2004), produksi susu ternak muda lebih rendah dibandingkan ternak tua karena pendistribusian nutrien pada ternak muda hanya sebagian untuk produksi susu dan sebagian lagi untuk pertumbuhan, termasuk untuk perkembangan kelenjar ambing. Ternak yang memiliki bobot badan besar memanfaatkan energi lebih sedikit untuk hidup pokok, sehingga kelebihan energi tersebut digunakan untuk produksi susu.
13 Pada BL ke-5 produksi susu G3 lebih rendah dibandingkan dengan Sandel walaupun G3 memiliki kualitas genetik yang lebih bagus. Hal ini disebabkan G3 dalam kondisi sakit sehingga mengalami penghambatan laju oksitosin yang membuat proses pengeluaran susu dari ambing terganggu. Akan tetapi, produksi susu G3 pada BL ke-6 mengalami peningkatan karena kondisi G3 yang sudah sembuh sehingga proses sekresi susu tidak mengalami gangguan. Namun, pada BL ke-7 (Tabel 10) produksi susu G3 menurun dari BL ke-6 karena pengaruh akhir masa laktasi yang terjadi secara alami. Peningkatan konsumsi nutrien (Tabel 7) per BL tidak dapat meningkatkan jumlah produksi susu karena semakin lama BL maka produksi susu semakin menurun dan hal ini sesuai dengan (Gambar 3).
Gambar 3 Kurva Tingkat Produksi Harian Susu Kuda (Anderson 1914)
Menurut Sudono et al. (2003), penambahan pakan untuk ternak perah yang sedang mengalami penurunan produksi tidak dapat meningkatkan produksinya sehingga tidak ekonomis, namun nutrien tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi tubuh akibat penyusutan bobot badan yang terjadi pada awal BL sehingga tidak terlalu kurus dan tidak mengganggu periode estrus berikutnya. Menurut Anderson (1914) pada BL pertama kuda persilangan impor dan lokal mampu memproduksi susu sebanyak 12 kg dengan puncak produksi 14.5 kg dan 10.9 kg pada akhir laktasi. Kuda Kirghisz yang dikembangkan di Rusia mampu memproduksi susu sebanyak 16 liter sehari atau sekitar 2500 liter dalam setiap masa laktasi, sedangkan kuda di Indonesia hanya mampu menghasilkan susu maksimal 4 liter per hari (Dharmojono 1998). Menurut NRC (1989), kuda laktasi akan memproduksi susu dengan rataan 3% dari bobot badan pada 12 minggu awal laktasi. Setelah memasuki minggu ke-13 produksi rataannya sekitar 2% dan terus menurun hingga tidak berproduksi lagi. Produksi susu yang dihitung berdasarkan 0.5% bobot badan yaitu KPI = 2.05 kg, Tokol(a) = 1.27 kg, Sandel = 1.53 kg dan G3 = 1.97 kg menunjukkan jumlah produksi jauh berbeda dengan rataan produksi susu pada BL ke-6.
14 Komposisi Susu Kuda Berdasarkan Waktu Pemerahan Pagi dan Sore Hari Analisa komposisi susu secara kimiawi (Tabel 12) menunjukkan waktu pemerahan tidak terlalu berpengaruh terhadap kadar SNF dan protein susu. Namun, kadar lemak, laktosa dan BK susu lebih tinggi pada sore hari. Hal ini disebabkan pengaruh jarak pemerahan antara pagi ke siang lebih jauh, sedangkan jarak pemerahan siang ke sore hari lebih singkat. Menurut Ace dan Wahyuningsih (2009), semakin pendek jarak pemerahan maka kadar lemak susu semakin tinggi. Selain itu, kuda laktasi lebih banyak mengkonsumsi pakan hijauan pada malam hari, sehingga pada saat pemerahan pagi hari lemak susu yang terbentuk tidak sebanyak pemerahan sore hari karena kuda membutuhkan waktu mencerna SK yang lebih lama dibandingkan dengan mencerna konsentrat dalam pembentukan asam asetat untuk sintesisi lemak susu. Kadar mineral susu per BL tidak terlalu jauh berbeda. Peningkatan dan penurunan komposisi susu berdasarkan bulan laktasi tidak teratur, sehingga kuantitas dan kualitas susu sangat bervariasi dari satu pemerahan ke pemerahan yang lain. Komposisi susu berdasarkan analisa kimiawi sedikit berbeda dibandingkan dengan analisa milkotester (Lampiran 1). Analisa berdasarkan milkotester dilakukan untuk pengukuran komposisi susu yang lebih cepat dan praktis. Tabel 12 Komposisi susu kuda berdasarkan waktu pemerahan Jenis kuda
BL ke-
Tokol(b) Tokol(a) Sandel KPI Tokol(a) Sandel KPI G3 Sandel KPI G3
3 4
5
6
Komposisi susu kuda berdasarkan analisa kimiawi (%) Lemak SNF Protein BK Laktosa P S P S P P P S P S 0.28 0.60 5.56 8.08 3.23 3.23 5.84 8.68 5.74 4.57 0.30 0.60 8.52 9.05 3.66 3.61 8.82 9.65 6.73 6.08 0.20 1.10 8.81 7.40 3.44 3.36 9.01 8.50 5.97 6.21 0.30 0.65 8.40 8.98 3.53 3.66 8.70 9.64 6.85 4.48 0.20 0.30 8.33 8.73 4.17 3.99 8.53 9.03 5.50 6.15 0.60 0.80 8.67 8.58 3.44 3.40 9.27 9.38 5.18 5.82 1.00 0.90 8.63 8.87 4.08 4.34 9.63 9.77 4.98 5.86 0.30 0.60 8.90 8.24 3.95 3.49 9.20 8.84 6.10 6.40 0.60 1.10 8.80 8.40 3.32 3.40 9.40 9.50 5.04 5.68 0.15 0.30 4.30 8.98 2.21 3.06 4.45 9.28 3.13 4.91 0.35 0.70 8.92 9.00 3.91 3.40 9.27 9.70 5.64 5.53
Komposisi Susu Pada Setiap Bulan Laktasi Komposisi susu menentukan kualitas nutrisi di dalam susu. Kualitas terendah susu di dapat pada saat produksi susu tertinggi, kemudian kualitasnya akan bertambah baik secara teratur seiring dengan menurunnya produksi susu.
15 Susu kuda memiliki komposisi yang berbeda dengan hewan mamalia lainnya, susu kuda memiki komposisi yang lebih mirip dengan susu manusia karena mengandung lemak dan protein yang rendah, namun tinggi laktosa dan protein whey (Morel 2003). Pengaruh komposisi susu dapat bervariasi sesuai dengan kondisi kuda. Kuda laktasi G3, KPI, Tokol(a) dan Sandel berada pada laktasi pertama, namun bulan laktasinya berbeda-beda yaitu saat pengamatan dalam keadaan BL ke-4, 5, 6 dan 7.
Komposisi lemak susu kuda setiap bulan laktasi
Nilai komposisi susu (%)
Proses biosintesis susu lebih bervariasi terhadap komposisi susu daripada produksi susu. Sintesis lemak susu terjadi di dalam sitoplasma kelenjar susu. Gambar 4 menunjukkan bahwa kadar lemak susu yang paling tinggi adalah BL ke-5 yaitu 0.95% pada kuda KPI. Kadar lemak susu kuda yang didapat masih lebih rendah dibandingkan dengan SNI (1999) yaitu 1.30%. Kandungan lemak susu kuda relatif rendah dibandingkan susu sapi (3.70%), perbedaan ini dapat disebabkan sistem pencernaan antara sapi dan kuda yang tidak sama. Kuda mencerna SK di sekum setelah melewati usus halus sehingga nutrien yang digunakan untuk sintesis lemak susu tidak semaksimal sapi yang mencerna SK sebelum usus halus.
0.95
1 0.8
0.85 0.65
0.6 0.45
0.48
0.4
0.80
0.53 0.23
0.70
Tokol(a) Sandel KPI G3
0.45
0.25
0.2 0 BL 4
BL 5
BL 6
BL 7
Komposisi lemak susu per bulan laktasi (BL)
Gambar 4 Komposisi lemak susu kuda Setiap BL menunjukkan kadar lemak susu yang berbeda-beda. Menurut Legowo (2002), kadar lemak susu pada hari pertama kelahiran cukup tinggi, kemudian berangsur-angsur menurun dan meningkat perlahan-lahan khususnya menjelang akhir laktasi. Kondisi ini terjadi pada kuda Sandel dan G3, namun Tokol(a) mengalami penurunan per BL, sedangkan KPI mengalami peningkatan kadar lemak susu pada BL ke-5, namun menurun pada BL ke-6. Hal ini menunjukkan bahwa masa laktasi berpengaruh terhadap komposisi susu. Selain itu, produksi susu yang semakin menurun selaras dengan BL juga mempengaruhi kadar lemak susu kuda. Menurut Soetarno (2000), pada saat produksi susu meningkat kadar lemak susu menurun, sedangkan pada saat produksi susu
16 menurun maka kadar lemak meningkat. Penurunan kadar lemak susu kuda Tokol(a) ketika BL ke-5 dan BL ke-6 untuk KPI dapat disebabkan pengaruh pakan. Menurut Sartono et al. (2007), peningkatan konsentrasi VFA (volatile fatty acid) berkaitan erat dengan pakan. VFA utama yang dihasilkan adalah asam asetat (C2), asam propionat (C3) dan asam butirat. Pakan hijauan yang banyak mengandung SK dapat meningkatkan asam asetat yang digunakan oleh kelenjar susu untuk sintesis lemak susu. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka kadar lemak susu semakin meningkat dan sebaliknya semakin rendah konsentrasi asam asetat maka kadar lemak susu semakin menurun. Konsentrat yang terlalu banyak dan hijauan yang terbatas dapat berakibat pada penurunan produksi saliva, sehingga pH rumen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan perbedaan komposisi VFA, sehingga produksi asam asetat dalam rumen menjadi berkurang yang mengakibatkan kadar lemak susu rendah (Juwa 2012). Selain faktor pakan, faktor genetik juga mempengaruhi komposisi susu (Phalepi 2004). Hal ini terlihat pada kadar lemak susu kuda Sandel yang meningkat sedangkan Tokol(a) menurun setiap BL sedangkan Tokol(a). Menurut Arifin (2011), ternak dengan potensi genetik yang lebih tinggi akan memobilisasi lemak tubuh lebih lama daripada ternak dengan potensi genetik yang lebih rendah. Komposisi protein susu kuda setiap bulan laktasi Sintesis protein susu berasal dari asam amino yang beredar dalam darah sebagai hasil penyerapan zat makanan dari saluran pencernaan maupun hasil perombakan protein tubuh dan asam amino yang disintesis oleh sel epitel kelenjar susu (Etgen et al. 1987). 4.21
Nilai komposisi susu (%)
5.0 4.0
3.40 3.64 3.60
3.42 4.08
3.66
3.72 3.36
2.64
3.40 Tokol(a) Sandel KPI G3
3.0 2.0 1.0 0.0 BL 4
BL 5 BL 6 BL 7 Komposisi protein susu per bulan laktasi (BL)
Gambar 5 Komposisi protein susu kuda Perbedaan antara kadar protein susu pada BL ke-4 sampai ke-7 dengan jenis kuda yang berbeda (Gambar 5) menunjukkan kadar protein susu yang paling tinggi adalah pada BL ke-5 yaitu 4.21% pada kuda KPI. Kadar proein susu kuda yang didapat lebih tinggi dibandingkan dengan SNI (1999), yaitu minimal 2.0%. Protein susu yang utama adalah kasein dan whey. Kasein adalah protein susu yang
17 mengandung asam-asam amino esensial dan whey adalah larutan yang timbul pada susu setelah kasein mengendap (Rahman et al. 1992). Susu sapi mengandung kasein yang lebih tinggi (2.80%) dibandingkan susu kuda (1.30%) yang menunjukkan bahwa susu kuda lebih mudah dicerna oleh bayi karena tidak menggumpal di dalam perut (Morel 2003). Komposisi laktosa susu kuda setiap bulan laktasi Laktosa adalah karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu, sebagian karbohidrat dipecah menjadi asam propionat yang diubah menjadi glukosa dan kemudian digunakan untuk sintesis laktosa susu. Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin lama bulan laktasi maka kadar laktosa susu semakin menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Legowo (2002), bahwa pada minggu pertama, kadar laktosa cenderung meningkat, selanjutnya relatif konstan dan kemudian berangsur-angsur menurun mengikuti masa laktasi. Kadar laktosa susu yang paling tinggi adalah pada BL ke-4 yaitu 6.41% pada kuda Tokol(a). Kadar laktosa susu kuda yang didapat sedikit lebih tinggi dibandingkan Morel (2003), yaitu (6.20%). Menurut Hermawati (2004) kuda pacu mengandung laktosa susu sebesar 5.80% dan kuda Sumbawa (lokal) 4.31% (Sudarwanto et al. 1998). Kondisi ini sesuai dengan kadar laktosa pada BL ke-5, dimana kuda G3 mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi dibandingkan kuda lokal.
Nilai komposisi susu (%)
7 6 5
6.41 6.09 5.67
5.42 5.59 6.25 5.50 4.02 5.36 5.83
5.17
4
Tokol(a) Sandel KPI G3
3 2 1 0 BL 4 BL 5 BL 6 BL 7 Komposisi laktosa susu per bulan laktasi (BL)
Gambar 6 Komposisi laktosa susu kuda
Menurut Morel (2003), kadar laktosa susu kuda lebih tinggi dibandingkan susu sapi (4.30%). Kadar laktosa susu yang tinggi berhubungan dengan kadar asam laktat. Semakin tinggi kadar laktosa susu maka potensi kadar asam laktat yang dihasilkan dalam fermentasi laktosa oleh bakteri asam laktat semakin tinggi. Menurut Yukuchi et al. (1992), asam laktat membantu menekan pertumbuhan bakteri patogen. Senyawa antimikroba susu kuda Sumbawa adalah senyawa protein yaitu galaktoequin, yang tidak terdapat pada susu sapi dan susu kuda bukan Sumbawa. Selain itu, adanya Lactobacillus casei dan Lactobacillus sp L. dapat menaikkan aktivitas antimikroba dan memperpanjang masa simpan susu kuda Sumbawa dengan rasa susu menjadi asam (Hermawati 2005).
18
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kebutuhan nutrien dipengaruhi oleh faktor konsumsi pakan, konsumsi nutrien, bobot badan dan jenis kuda. Pemberian hijauan 1.5% bobot badan dan konsentrat 0.5% bobot badan, sudah mencukupi kebutuhan nutrien minimal kuda laktasi untuk hidup pokok, aktivitas harian, reproduksi dan produksi susu. Hubungan pemberian pakan dengan biosintesis produksi dan komposisi susu menurun setiap bulan laktasi. Peningkatan jumlah konsumsi hijauan dan konsentrat setiap bulan laktasi tidak dapat meningkatkan jumlah produksi susu karena kuda berada pada periode laktasi akhir. Kuda jenis persilangan (Thoroughbred dengan lokal) yang berbobot badan besar mampu mensekresi susu lebih banyak dan mengandung kadar lemak susu serta protein susu lebih tinggi dibandingkan kuda lokal yang berbobot badan kecil.
Saran Untuk meningkatkan produksi susu yang sesuai dengan potensi genetik kuda, dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah pemberian pakan yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis, aktivitas, bobot badan dan ras kuda. Penambahan konsentrat untuk memenuhi kebutuhan protein dan menejemen pemerahan susu dengan jarak yang teratur dapat dilakukan, sehingga produksi susu dapat meningkat pada saat puncak produksi.
19
DAFTAR PUSTAKA Ace IS, Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu segar di desa pasirbuncir kecamatan caringin kabupaten Bogor. Jurnal Penyuluhan Pertanian. 5: 70-76. Anderson K. 1914. Nutrition management of pregnant and lactating mares. Department of Agriculture. Nebraska (USA): Institute of Agriculture and Natural Resources. Arifin Z. 2011. Laktasi awal. [diunduh 15 April 2013]. Tersedia dari: http://ternak peternakan.blogspot.com/2011/01/laktasi-awal.html. Astuti A, Agus A, Budhi SPS. 2009. Pengaruh penggunaan high quality feed supplement terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien sapi perah awal laktasi. Bul Pet. 33(2):81-87. Cannas A. 2004. Feeding of lactating ewes. In: Pulina G. editor. Dairy Sheep Nutritional. CABI Publishing. Oxfordshire. Centoducati P, Maggiolino A, De Palo P, Tateo. 2012. Application of wood’s model to lactation curve of italian heavy draft horse mares. J Anim. Sci. 95:5770-5775 Destiawan C. 2010. Mempelajari kebutuhan zat makanan dan tata laksana pemberian pakan kuda (Equus caballus) pada setiap kondisi fisiologis di pamulang Equestrian Centre [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dharmojono. 1998. Trend susu kuda liar. Infovet. 58: 29-30. Etgen WM, James RE, Reaves PM. 1987. Dairy cattle: feeding and management. John Wiley and Sons, New York-Brisbane-Toronto Singapore_Chicester. Hermawati D, Sudarwanto M, Soekarto ST, Zakaria FR, Sudardjat S, Rasa FST. 2004. Aktivitas antimikroba pada susu kuda Sumbawa. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 15(1):47-53. Hermawati D. 2005. Kajian aktivitas dan karakteristik senyawa antimikroba dari susu kuda Sumbawa [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hernawati. 2011. Teknik analisis nutrisi pakan, kecernaan pakan dan evaluasi energi pada ternak. [diunduh 3 Maret 2011] http://file.upi.edu/Direktori/d2020fpmipa/jur.pend.biologi/197/hernawati/f le/ 205.pdf. Hidayat A, Effendi P, Sugiwaka T. 2002. Informasi teknologi penunjang pada kesehatan reproduksi. Ed ke-1. Bandung : PT Sonysugema Pressindo. Juwa MH. 2012. Pengaruh pemberian rumput gajah (Pennisetum sp.) tanpa tambahan konsentrat terhadap kuantitas dan kualitas susu sapi perah. Surabaya (ID): Airlangga Universitas Pr. Lawrence. 1998. Horse nutrition and feeding. Animal Nutrition Handbook. Ed. 13:332-359. Legowo AM. 2002. Sifat kimiawi, fisik dan mikrobiologis susu. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD. 1988. Animal Nutrition. New York (USA): John Willey and Sons Inc. p. 96−105.
20 Morel M. 2003. Equine reproductive physicology, breeding and study management. 2th ed. UK: CAB Internasional. [NRC] National Research Council. 1989. Nutrient Requirements of Horse. 5th Revised Edition. Washington DC (USA):. National Academy Sciences. [NRC] National Research Council. 2007. Nutrient Requirements of Horses. 6th Edition. Washington DC (USA): National Academy Sciences. Phalepi MA. 2004. Performa kambing peranakan etawah (studi kasus di peternakan pusat pelatihan dan pedesaan Swadaya Citarasa) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pilliner S. 1992. Horse Nutrition and Feeding. London (GB): Blackwell Science Ltd. Rahman A, Fardiaz S, Rahaju WP, Suliantari, Nurwitri CC. 1992. Teknologi fermentasi susu. Bogor (ID). Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Sartono TA, Nurwantoro, Achmadi J. 2007. Fermentabilitas mikrobia rumen secara in vitro terhadap onggok yang difermentasikan dengan campuran ragi. Proseding Seminar Nasional AINI VI. pp:350-355. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 1999. Susu kuda. No. 01-6054-1999. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. Soehardjono O. 1990. Kuda. Jakarta (ID): Yayasan Pamulang Equestrian Centre. Soetarno. 2000. Budidaya ternak perah. Jakarta (ID): Universitas Terbuka. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Statistik suatu pendekatan biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Sudarwanto M, Soejoeno RR, Sanjaya W, Lukman DW. 1998. Studi kasus komposisi kuda sumbawa. Bandar Lampung (ID): Prosiding Kongres XIII PDHI dan Konfrensi Ilmiah Veteriner Nasional VII. Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Sugeng. 1992. Sapi potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Sutardi T. 1981. Sapi perah dan pemberian makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syuhada TR, Rianto E, Purbowati E, Purnomoadi A, Soeparno. 2009. Produktivitas sapi peranakan ongole jantan pada berbagai tingkatan bobot badan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Tulung YLR. 2012. Kebutuhan energi dan nutrien kuda pacu Indonesia dan aplikasi pada formulasi ransum berbasis pakan lokal [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Utomo B, Miranti DP. 2010. Tampilan produksi susu sapi perah yang mendapat perbaikan menejemen pemeliharaan. Caraka Tani XXV. pp:1 Yukuchi H, Goto T, Okonologi S. 1992. The nutritional and physiological value of fermented milks and milk drinks. di dalam: Nakazawa Y, Hosono A, editor. Function of fermented milks: challenges for the health science. London (GB): Elsevier Applied Sciences.
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Juli 1990 di Panyabungan II Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ke-tiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Hasanuddin Nasution dan Julia Harahap. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 142571 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005 di Sekolah Lanjutan Menengah Pertama Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Panyabungan, Sumatera Utara pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikmamadina periode 2009-2010. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Karya Salemba Empat pada tahun 2012.
UCAPAN TERIMA KASIH Rasa syukur yang tiada terputus kepada Allah SWT yang merupakan salah satu dari sekian banyak rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Anita Sardiana Tjakradidjaja, MRurSc selaku pembimbing utama skripsi dan akademik, Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc selaku pembimbing anggota skripsi. Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Jajat Jacha, FAMAgr dan Bapak M Sriduresta Sunarno, SptMSc yang telah memberi masukan saat ujian siding berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Didit Diapari, MSi sebagai penguji seminar dan Ibu Ir Rini Herlina Mulyono, MSi atas bimbingannya, serta Ibu Dilla Mareistia Fassah, SptMSc dan Ibu Dr Ir Sri Suharti, MSi atas masukan dan koreksi dalam proses penyusunan skripsi ini. Di samping itu, penulis sampaikan terima kasih juga kepada Bapak Haji Dwi Susanto dari Peternakan Prima Fit yang telah memberikan tempat untuk melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2013 Indah Permata Sari
22 Lampiran 1 Komposisi susu kuda berdasarkan waktu pemerahan dengan analisa milkotester Jenis kuda Tokol (b) Tokol(a) Sandel KPI
BL ke3
4
Tokol(a) Sandel KPI G3 Sandel KPI G3
5
6
Komposisi susu kuda berdasarkan analisa Milkotester (%) Lemak SNF Protein Laktosa Mineral P S P S P S P S P S 0.80 1.12 8.93
7.33
3.86 3.18 4.21 3.46 0.85 0.68
0.94 1.22 9.17
8.36
3.97 3.63 4.32 3.95 0.87 0.78
0.54 1.21 7.92 10.72 3.42 4.64 3.73 5.06 0.76 1.01 0.93 1.25 9.61 8.20 4.16 3.56 4.53 3.87 0.91 0.76 0.84 0.99 8.28
8.03
3.58 3.48 3.90 3.79 0.78 0.76
1.24 1.10 0.79 1.32 0.36 0.96
7.88 8.10 8.28 8.35 7.91 8.34
3.45 3.48 3.54 3.56 1.75 3.59
1.43 1.30 1.16 1.79 0.84 1.30
7.95 8.00 8.20 8.20 4.05 8.30
3.42 3.52 3.59 3.64 3.42 3.62
3.75 3.78 3.86 3.87 1.91 3.91
3.72 3.82 3.91 3.95 3.73 3.94
0.74 0.73 0.78 0.76 0.38 0.78
0.73 0.75 0.77 0.76 0.75 0.78
BL= bulan laktasi, SNF: solid non fat, P: pagi, S: sore, pada BL6 kuda Tokol(a) dijual sehingga tidak dianalisa
Lampiran 2 Komposisi susu kuda lokal (BL ke-2) berdasarkan analisa kimiawi Komposisi susu kuda Lemak (%) SNF (%) Berat Jenis Protein (%) Laktosa (%) Derajat Keasaman pH Mineral (%) * Bahan Kering (%) Titik Beku*
BL ke-2 kuda lokal 1.20 8.30 1.03 3.57 5.94 4.00 6.81 0.74 9.50 -0.45
BL = bulan laktasi, G3 = generasi ke-3, * = analisa Milko Tester