MANAJEMEN PEMELIHARAAN KUDA (Equus caballus) UNTUK OLAHRAGA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI WULIANDARI TRI PUTRI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PETERNAKAN BOGOR 2011
RINGKASAN Wuliandari Tri Putri. D14070177. 2011. Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus) untuk Olahraga Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor.Skripsi.Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si. Saat ini penggunaan kuda sudah banyak digunakan untuk olahraga seperti pacuan kuda dan polo. Peternakan kuda di Indonesia yang memelihara kuda untuk olahraga polo adalah Nusantara Polo Club (NPC). Kuda yang mengikuti pertandingan polo adalah kuda yang terlatih dengan sistem manajemen pelatihan dan pemeliharaan yang diterapkan di NPC. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen pemeliharaan kuda meliputi manajemen pemberian pakan, perkandangan, pemeliharaan kesehatan, dan pelatihan ternak kuda di NPC. Kuda yang diamati berjumlah 35 ekor dengan umur dan bangsa yang beragam. Responden yang juga merupakan bagian penting dari penelitian ini berjumlah 27 orang. Metode yang digunakan berupa pengamatan, dokumentasi, dan wawancara responden. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah keadaan umum lokasi penelitian, pengadaan dan identitas kuda, manajemen pemeliharaan dan pelatihan, identitas atlet dan petugas, kegiatan NPC, dan pertandingan polo. Nusantara Polo Club (NPC) memiliki sekelompok kuda atlet (kuda polo) dan juga non-atlet yang ditempatkan di kandang yang berbeda. Kuda yang diamati dalam penelitian adalah kelompok kuda polo. Kuda terdiri atas delapan ekor jantan dan 27 ekor betina, dengan kisaran umur tujuh sampai 30 tahun. Terdapat lima ekor kuda pada kandang penelitian yang tidak digunakan untuk olahraga polo. Kuda tersebut merupakan kuda pasca equestrian dan kuda breeding.Estimasi bobot badan kuda diperoleh dengan mengukur panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD) kuda. Berdasarkan ukuran PB dan LD kuda, maka didapatkan estimasi bobot badan kuda di NPC berkisar antara 313,54-477,87 kg dengan rataan bobot badan kuda polo adalah 393,94 kg dan kuda non-polo adalah 349,79 kg. Rataan bobot badan ini berada dibawah standar yang diinginkan yaitu 400-500 kg. Manajemen pemeliharaan kuda di NPC meliputi perawatan kuda, penanganan kesehatan, perkandangan, dan pemberian pakan. Pola pemeliharaan dilakukan berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan aktivitas harian kuda. Perawatan kuda meliputi pembersihan kandang dan kuda, perawatan bulu, surai, ekor, dan kuku kuda adalah sama untuk semua jenis kuda. Jenis pakan yang diberikan pada kuda polo agak berbeda dengan kuda non-polo. Perbedaannya adalah adanya penambahan oat pada kuda polo dan pejantan breeding yang digunakan sebagai tambahan sumber energi. Hasil analisis zat makanan menunjukkan bahwa terdapat defisiensi lisin dan magnesium dalam pakan yang berakibat memburuknya efisiensi protein dan rendahnya bobot badan kuda. Pemeliharaan kuda di NPC dapat dikatakan baik. Bangunan kandang terbuat dari bahan yang kuat, memiliki ventilasi yang baik, adanya pemasangan kipas angin dan pipa penyejuk udara membuat perkandangan di NPC sudah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Salah satu unsur terpenting dalam manajemen
pemeliharaan kuda yaitu faktor manusia. Pemeliharaan kuda oleh petugas dilakukan dengan cukup baik, karena penampakan tubuh kuda terlihat baik dan pertumbuhan bulunya yang bagus. Penanganan kesehatan juga telah dilakukan dengan baik, terlihat saat pengamatan tidak terdapat kuda yang mengalami sakit yang serius ataupun kuda yang mati. Pelatihan kuda polo dilakukan oleh pelatih dan atlet. Kemampuan atlet dalam mengendalikan kuda sangat dibutuhkan dalam olahraga polo. Pola latihan meliputi lungeing, pengenalan alat tunggang, schooling, dan stick and ball. Peran pelatih dan atlet sangat besar pada keberhasilan pelatihan dan membutuhkan kesabaran. Pelatihan dilakukan secara bertahap, dari materi yang mudah hingga materi yang sulit. Kuda yang telah dilatih menjadi jinak dan dapat digunakan untuk bermain polo. Kata kunci : kuda, kuda polo, olahraga polo, manajemen pemeliharaan
ii
ABSTRACT Breeding Management of Horses (Equus caballus) for Polo Sport at Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Regency of Bogor Putri, W.T., P.H. Siagian, H. Nuraini Nowadays, horses are not only used as a means of carrying or towing but also used in sports such as polo. Nusantara Polo Club (NPC) is a polo club in Indonesia. Nusantara Polo Club has two groups of athlete and non-athlete horses which are placed in different stable. The research observed 35 Alfa stable horses which are used polo sport. Breeding management and training affect the quality of polo horse. Breeding management includes the nursing, feeding, stabling, and health handling of horse. Breeding management is different according to the function and daily activity of horse. The difference lays on feeding and training pattern, while horse nursing and health handling are equal for all type of horses. Patterns of the training include lungeing polo horse training, the introduction of control, schooling, and stick and ball. Generally, the breeding management of horse in NPC is good enough, but it still needs correction in feeding because therearedeficiency of lysine and magnesium in feed. Keywords: horse, polo sport, horse management
MANAJEMEN PEMELIHARAAN KUDA (Equus caballus) UNTUK OLAHRAGA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR
WULIANDARI TRI PUTRI D14070177
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PETERNAKAN BOGOR 2011
Judul
: Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus Caballus) untuk Olahraga Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor
Nama
: Wuliandari Tri Putri
NIM
: D14070177
Menyetujui, Pembimbing Utama,
(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS) NIP: 19460825 197711 1 001
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si) NIP:19640202 198903 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP: 19591212 198603 1001
Tanggal Ujian: 31 Maret 2011
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1989 di Cirebon. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Woerono dan Ibu Lia Jumalia. Penulis menempuh pendidikan yang dimulai pada tahun 1995 di TK Islam Al-Azhar Cirebon, dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan menengah pertama (SMP) Penulis selesaikan di SMPN 1 Cirebon pada tahun 2004 dan pendidikan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2007 di SMAN 10 Bandung. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Peternakan dan pada tahun berikutnya Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya adalah organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Paguyuban Mahasiswa Bandung (Pamaung) sebagai anggota, dan organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2008-2009 sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi. Tahun berikutnya Penulis juga mengikuti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2009-2010 sebagai staf Biro Public Relation. Penulis berkesempatan menjadi peserta dalam diskusi mengenai Flu H1N1 atau yang dikenal sebagai Flu Babi yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Tanggap Flu Burung di Bogor. Selain itu Penulis pernah mengikuti magang mengenai manajemen pemeliharaan ayam broiler yang dilaksanakan di Pati, Jawa Tengah dan magang tentang manajemen pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club, Cibinong.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji sematamata hanya milik Allah SWT, Rabb yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya hanya untuk manusia, Rabb yang menciptakan binatang ternak untuk kebutuhan manusia, Rabb yang Maha Pengasih lagi Penyayang atas segala Rahmat-Nya, hidayah-Nya, karunia-Nya, dan kasih sayang-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus) untuk Olahraga Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada teladan manusia, baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan para pengikutNya yang Insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman. Amin. Memelihara kuda tidaklah mudah, dibutuhkan ketekunan dan kedisiplinan, agar kuda yang dirawat selalu sehat dan berkualitas baik. Pemeliharaan kuda secara umum terdiri atas pembersihan kuda dan kandang, pemberian pakan, perawatan kuda, dan penanganan kesehatan. Pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club dimanfaatan untuk berbagai hal, salah satunya olahraga polo. Polo merupakan olahraga berkuda yang dimainkan secara beregu dengan tujuan mencetak gol ke gawang lawang. Penulis menyadari banyak terjadi kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Terakhir, tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Bogor, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN
i
ABSTRACT
iii
LEMBAR PERNYATAAN
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
RIWAYAT HIDUP
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Kuda Riwayat Kuda Gaya Berjalan Morfometrik Kuda Seleksi Kuda Warna Dasar Kuda Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi Exercise (Latihan) Kuda Bangsa Kuda Kuda Arab Kuda Poni Kuda Thoroughbred Kuda Argentina (Criollo) Kuda Appaloosa Kuda Poni Argentina Manajemen Pemeliharaan Kuda Perkandangan Pakan Kesehatan Kebersihan Perlakuan Panas dan Dingin Manajemen Peternakan Kuda Sumber Daya Manusia
1 2 2 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 10 11 11 12 14 14 15 15 16
Polo Sejarah Polo di Indonesia Nusantara Polo Club Peralatan yang Digunakan untuk Bermain Polo MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Prosedur Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pengadaan Kuda Identitas Kuda Estimasi Bobot Badan Identitas Petugas Groomer Petugas Tack Room Farrier Dokter Hewan Pemeliharaan Kuda Perkandangan Penanganan Kesehatan Pakan dan Pemberiannya Hijauan Konsentrat Pemberian Pakan Perawatan Kuda(Grooming) Olahraga Polo Peraturan Pertandingan Polo Pola Latihan Lungeing (Longser) Pengenalan Alat Tunggang Schooling Stick and Ball Pelatih Kuda Polo Atlet Polo Kesejahteraan Kuda Kegiatan Nusantara Polo Club KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
16 17 17 18 20 20 20 20 21 23 23 25 26 29 30 30 31 32 32 33 33 36 40 40 40 43 46 49 51 52 53 54 54 54 56 56 59 60 62 62 62
UCAPAN TERIMA KASIH
63
DAFTAR PUSTAKA
64
LAMPIRAN
67
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Identitas Groomer
31
2. Merek Obat yang Digunakan dan Fungsinya
39
3. Komposisi Zat Makanan Konsentrat Fringan
41
4. Hasil Perhitungan Analisa Proksimat Rumput dan Konsentrat Kuda di Nusantara Polo ClubBerdasarkan Bahan Kering
42
5. Kebutuhan Nutrien Kuda
43
6. Kandungan Nutrien Ransum Kuda
44
7. Jadwal Kegiatan Merawat Kuda
46
8. Identitas Atlet
59
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Lokasi Nusantara Polo Club Dilihat dari Atas
24
2. Berbagai Fasilitas di Nusantara Polo Club
25
3. Bangsa Kuda di Nusantara Polo Club
27
4. Berbagai Warna Bulu Kuda di Nusantara Polo Club
28
5. Cara Mengukur Lingkar Dada dan Panjang Badan
29
6. Keadaan Kandang Kudadi Nusantara Polo Club
34
7. Kegiatan Membersihkan Kandang dan Lingkungannya
35
8. Kuda yang Mengalami Luka pada Bagian Kaki
38
9. Obat-obatan yang Diberikan pada Kuda di Nusantara Polo Club
40
10. Jenis Pakan
42
11. Berbagai Kegiatan Merawat Kuda di Nusantara Polo Club
47
12. Peralatan untuk Merawat Kuda
48
13. Pertandingan Polo
50
14. Peralatan Pemain Saat Bermain Polo
52
15. Exercise Kuda
53
16. Kegiatan Lungeing Kuda
54
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Lembar Kuisioner
68
2. Foto Kuda Penelitian
72
3. Daftar Umur Kuda
75
4. Sertifikat Kuda
76
5. Identitas Kuda
77
6. Identitas Petugas
79
7. Perhitungan Kandungan Nutrien Ransum Pakan Kuda di Nusantara Polo Club
80
PENDAHULUAN Latar Belakang Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini telah lama menjadi salah satu ternak yang penting secara ekonomis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda dan juga digunakan sebagai sumber makanan di beberapa daerah. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan sejak 2000 SM. Dewasa ini, penggunaan kuda tidak terbatas sebagai pengangkut ataupun penarik. Kuda mulai diminati dalam bidang olahraga. Sejak dahulu pun kuda telah digunakan dalam olahraga, terutama dalam lingkup kerajaan, baik untuk berburu, atau pacuan. Penggunaan kuda dalam bidang olahraga seperti permainan polo sudah mulai dikembangkan di Indonesia. Polo adalah olahraga tim tertua yang tercatat dalam sejarah, dengan pertandingan pertama dimainkan di Persia sejak 2500 tahun yang lalu. Awalnya diduga telah diciptakan oleh suku-suku yang bersaing di Asia Tengah, dengan cepat diambil sebagai metode pelatihan untuk kavaleri elit raja. Saat ini polo merupakan olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan. Polo berkuda kerap dianggap sebagai olahraga kaum bangsawan dan eksklusif. Salah satu klub di Indonesia yang membina olahraga polo berkuda berada di Nusantara Polo Club (NPC), Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Pemeliharaan masing-masing kuda di NPC berbeda sesuai dengan pemanfaatannya. Pemeliharaan kuda olahraga berbeda dengan pemeliharaan kuda non-atlet yang juga dipelihara di NPC. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan kuda seperti pakan, kandang dan peralatan, perawatan kuda, penanganan kesehatan dan pencegahan penyakit, dan pola latihan. Selain itu juga dibutukan ketekunan dan kedisiplinan dalam memelihara kuda.
Kuda yang digunakan dalam olahraga polo adalah kuda yang terlatih dengan sistem manajemen pelatihan yang telah diterapkan di NPC. Tatalaksana pemeliharaan menjadi penentu dari performa ternak kuda selain dari manajemen pelatihan dan kualitas genetik yang dimilikinya. Sistem manajemen pemeliharaan yang tepat akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda serta meningkatkan kualitas kuda yang dihasilkan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen pemeliharaan kuda meliputi manajemen pemberian pakan, perkandangan, pemeliharaan kesehatan, dan pelatihan ternak kuda di Nusantara Polo Club, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
2
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya (Blakely dan Bade, 1991). Hewan ini telah lama menjadi salah satu ternak penting secara ekonomis dan telah lama memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda. Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger, 1962): Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Perissodactyla
Family
: Eqiuidae
Genus
: Equus
Spesies
: Equus caballus
Fungsi kuda yang banyak berkembang saat ini di masyarakat adalah sebagai sarana olahraga berkuda. Perkembangan olahraga ini didukung oleh Persatuan Olahraga
Berkuda
Seluruh
Indonesia
(PORDASI).
Organisasi
PORDASI
membawahi empat komisi, yaitu pacuan, polo, peternakan dan olahraga berkuda atau equestrian. Beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan jenis kelamin, umur atau keadaan seekor kuda adalah sebagai berikut (Blakely dan Bade, 1991) : 1. Stallion
: Kuda jantan yang belum kawin berumur lebih daripada tiga tahun.
2. Stud
: Kuda jantan yang digunakan untuk dikawinkan.
3. Mare
: Kuda betina dewasa.
4. Filly
: Kuda betina muda sampai umur tiga tahun.
5. Gelding
: Kuda jantan yang dikastrasi.
6. Colt
: Kuda jantan sampai umur tiga tahun.
7. Foal
: Anak kuda.
8. Weanling : Kuda muda jantan atau betina yang baru saja disapih.
Saat ini pengetahuan terkini tentang domestikasi kuda didasarkan pada material purbakala dari bagian selatan Ukraina yang telah berusia 4200-3800 SM (Anthony et al.,1991). Kuda pertama kali digunakan sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda tersebut digunakan sebagai alat transportasi cepat untuk mengangkut orang dan memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi ternak penting dalam bidang pertanian, pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan Taylor, 1983). Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging dan air susu kuda), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan alat pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi bagi pemiliknya (Parakkasi, 1986). Riwayat Kuda Kuda berkembang sangat baik sejak dilahirkan ke dunia. Selama 24 jam sejak lahir, anak kuda dialam harus mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan hidup. Karena itu, ia telah memiliki kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda dewasa) dan naluri untuk bangkit dan mulai bergerak segera setelah ia lahir. Selama bulan pertama hidupnya, tinggi anak kuda meningkat sekitar sepertiga dari tinggi saat lahir. Anak kuda pada akhir tahun pertamanya, tingginya mencapai tigaperempat dari tinggi kuda dewasa (Kidd, 1995). Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan didomestikasi dan sedikit demi sedikit dibawa kealam liar, kuda muda tersebut disebut weanling. Kuda pada tahun pertamanya disebut yearling. Setelah itu, kuda berumur dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun.
Dimasa
tua,
sistem
tubuhnya
bekerja
kurang
efisien
daripada
sebelumnya. Kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja dengan keras seperti ketika kuda tersebut masih muda, tetapi kuda masih akan sehat selama beberapa tahun, asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan juga perlindungan pada musim dingin (Kidd, 1995).
4
Gaya Berjalan Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur. Dalam gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur, tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek atau panjangnya tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop, langkahnya sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1991). Bogart dan Taylor (1983) mengemukakan definisi dari beberapa istilah gaya berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda yaitu: 1.
Walk adalah sebuah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain.
2.
Trot adalah sebuah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan serta kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak.
3.
Canter adalah sebuah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.
4.
Gallop adalah canter yang dilakukan dengan cepat.
Morfometrik Kuda Sasimowski (1987) menyatakan bahwa kepala kuda merupakan bagian tubuh yang menunjukkan karakteristik tertentu sesuai dengan spesies, bangsa, jenis, kelamin, habitat hidup, dan kondisi kesehatan yang terlihat. Kuda yang hidup di daerah pegunungan dan dataran tinggi memiliki kepala yang relatif pendek dengan dahi lebih lebar dan panjang serta mempunyai moncong pendek. Ukuran kepala amat berkorelasi dengan ukuran tubuh. Jika bobot kepala terlalu berat untuk leher maka akan membebani kaki dan menganggu keseimbangan. Namun, jika ukuran kepala terlalu kecil juga akan mengganggu keseimbangan (Edwards, 1991). Suherman (2007) menyatakan bahwa penciri kuda (size) tubuh seekor kuda adalah panjang badan, tinggi pundak, dan tinggi panggul sedangkan untuk bentuk (shape) tubuh seekor kuda hanya panjang badan.
5
Seleksi Kuda Konformasi secara garis besar dapat menjelaskan penampilan umum seekor kuda. Konformasi tubuh dan kaki diketahui memiliki heritabilitas yang tinggi. Hal ini diketahui bahwa penilaian subjektif dari konformasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor bukan genetik (Arnason, 1984 ; Preisinger et al., 1991). Faktor bukan genetik ini meliputi tim penilai, jenis kelamin, kondisi tubuh dan manajemen pemeliharaan kuda, bulan dan tahun judging, serta perawatan anak kuda. Semua faktor ini dihitung bersama dengan data konformasi tubuh jika digunakan untuk melakukan seleksi kuda dan analisis genetik (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Biasanya kuda pejantan yang unggul akan memberikan keturunan yang unggul pula, meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang kurang baik. Hal ini bisa terjadi karena mungkin kondisi pejantan atau induknya yang kurang sehat, atau berbagai sebab lain, namun pada umumnya kuda pejantan menentukan baik tidaknya keturunan yang dihasilkan. Kehadiran kuda pejantan yang unggul, didampingi kuda betina berkualitas sebagai pasangannya, diharapkan akan meningkatkan mutu kuda. Kuda betina berfungsi sebagai kuda induk. Oleh karenanya, sebaiknya kita memilih kuda betina yang sehat, tegap, berbadan lebar dan panjang, agar jika mengandung akan dapat dengan leluasa menempatkan anak dalam kandungannya (Soehardjono, 1990). Kriteria seleksi untuk kompetensi reproduksi pada kuda jantan tidak jauh berbeda dengan kuda betina, yaitu sebagai berikut: sejarah, temperamen dan libido, usia, konformasi umum, pemeriksaan saluran reproduksi, evaluasi air mani, kelainan kromosom, pengambilan sampel darah, infeksi, dan manajemen umum pembiakan. Umur tidak mempengaruhi pemilihan kuda jantan breeding, namun yang harus diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi kuda (Oftedalet al., 1983). Warna Dasar Kuda Warna dasar kuda adalah bay atau hitam, chesnut, dan grey. Warna dasar bay terdiri atas tiga macam warna yaitu bay terang (light bay) yaitu coklat kemerahan, bay cerah (bright bay) yaitu kuda dengan warna chesnut dan bay gelap (dark bay) cenderung berwarna coklat gelap. Kuda dengan warna bay adalah kuda yang memiliki surai, ekor, dan kaki berwarna hitam (Brown dan Sarah, 1994). Segera
6
setelah dilahirkan, anak kuda yang memiliki gen abu-abu mulai menunjukkan pencampuran warna bulu putih, terutama warna putih. Proporsi warna abu-abu terhadap putih, meningkat seiring dengan pertambahan umur. Saat dewasa kelamin, warna bulu kuda berubah menjadi abu-abu atau abu-abu dengan bintik-bintik berwarna hitam (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Chesnut merupakan warna coklat kemerahan pada bulu dan warna ini juga menjadi warna pada ekor dan surai (Vogel, 1995). Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi Gigi kuda memang dapat digunakan untuk memperkirakan umurnya secara cermat, sehingga para pengusaha pacuan mempunyai ahli atau spesialis untuk menentukan umur kuda. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya praktek-praktek tidak jujur misalnya memperlombakan kuda yang sudah cukup dewasa melawan kuda yang masih terlalu muda (Blakely dan Bade, 1991). Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan berganti dengan gigi tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap mulai muncul dalam pasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah atas maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh lebih besar dan panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun, pasangan berikutnya menjadi lengkap dan tinggallah satu pasang gigi susu. Kuda berumur lima tahun telah memiliki satu set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu pasang gigi seri sementara. Hal yang menarik adalah perkembangan gigi taring pada umur tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur 3,5 tahun). Gigi taring selalu ada pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi jarang ada pada kuda betina (Blakely dan Bade, 1991). Kuda berumur enam sampai delapan tahun, gigi permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga bagian pertengahan mengarah kesamping (Bogart dan Taylor, 1983). Exercise (Latihan) Kuda Kuda membutuhkan exercise atau latihan untuk menjaga kesehatannya, sama halnya dengan atlet lainnya. Kuda atlet yang secara rutin dilatih memerlukan frekuensi istirahat yang cukup, terlebih lagi pada saat kuda baru saja mengikuti suatu pertandingan, istirahat yang diberikan pada kuda dapat dengan melakukan
7
pengumbaran di paddock. Tindakan tersebut memberikan kesempatan bagi kuda untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-hari kerja yang dijalani sebelumnya dan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis kuda tersebut berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kedaan cuaca juga perlu dipertimbangkan pada saat akan menjalani latihan, agar kondisi fisik kuda tetap prima. Hal ini dipertimbangkan agar terjadi keseimbangan antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan lapangan tempat kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai kemungkinan adanya faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda juga diperlukan agar kuda menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap tenang pada saat disaksikan orang banyak dan harus mempunyai insting untuk suka berlari-lari, melompat, dan bermain. Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) kuda harus dapat bergerak dengan luwes, alami, dan dinamis (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Selain itu, terdapat perbedaan tertentu dalam kemampuan belajar dan mempelajari tugas tertentu dalam setiap latihan pada setiap bangsa kuda (Hart dan Hart, 1985). Bangsa Kuda Berbagai jenis kuda ada di dunia. Kuda tersebut berasal dari berbagai tempat di dunia atau yang dikembangkan disuatu daerah untuk suatu tujuan tertentu. Beberapa jenis diantara kuda itu masih tetap sama dengan keadaan di daerah asal tetapi beberapa jenis lagi telah banyak berubah untuk mengikuti perkembangan serta tuntutan zaman (Blakely dan Bade, 1991). Kuda Arab Kuda Arab mungkin berasal dari Mesir, tetapi telah dikembangkan di Arab sampai mencapai bentuk yang sekarang. Karakteristik yang menonjol dari kuda Arab adalah kecepatan, daya tahan tubuhnya (stamina) dan kecantikannya. Kuda ini juga terkenal karena memiliki sifat yang jinak dan bersahabat dengan manusia. Sifat inilah yang membuat kuda disukai oleh pemiliknya. Terkenal mudah dipelihara dalam kondisi yang baik, kondisi pada padang rumput atau ketersediaan biji-bijian
8
yang minim, dengan demikian kuda merupakan ternak kuda yang ekonomis bagi pemiliknya (Blakely dan Bade, 1991). Kuda Arab memiliki ciri-ciri kepala kecil dengan bagian hidung agak melengkung ke dalam (concave), mata bersinar jeli, rambut kepala (surai) dan ekor terurai panjang, kaki dan kuku kuat, cepat dan kuat untuk berlari jauh, berani dan bertemperamen (Edwards, 1991). Bobot kuda Arab mencapai 400-500 kg. Warna dasarnya kebanyakan putih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kuda Poni Kuda poni berukuran kecil sampai sedang, tinggi bahunya kurang dari 0,5-1,2 m. Tipenya termasuk kuda penarik atau kuda tunggang. Tingginya dari tanah sampai ke punggung kurang dari 142 cm (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kuda ini kecil dan sifatnya keras, disukai di seluruh Amerika Serikat sebagai kuda tunggang untuk anak-anak. Selain beberapa dari sifat positifnya, kuda ini cenderung cepat marah dan keras kepala, seperti yang telah disadari oleh para pemilik kuda tersebut, tetapi meskipun demikian, bangsa kuda poni ini disayangi dan menjadi kuda kesayangan (Blakely dan Bade, 1991). Ensminger (1962) menambahkan kuda poni termasuk ke dalam kuda dengan ukuran terkecil. Kuda poni merupakan kuda khas dari Shetland. Kuda poni digunakan sebagai kuda tunggang dan kuda tarik. Kuda ini juga biasa dijadikan sebagai hewan kesayangan anak kecil karena ukurannya yang kecil. Kuda ini memiliki tinggi 0,9-1,45 m dengan bobot badan 250-450 kg (Ensminger, 1962). Kuda Thoroughbred Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum diimpor ke Amerika. Kalangan bangsawan Inggris mengembangbiakkannya sebagai kuda olahraga dan melombakan kuda ini karena memiliki penampilan yang bagus. Kuda ini diseleksi berdasarkan kecerdasannya, selain itu karakteristik kuda ini yang menonjol adalah kecepatan lari dan daya tahannya seperti telah dibuktikan selama beberapa tahun (Blakely dan Bade, 1991). Edwards (1994) menyatakan sejak 200 tahun yang lalu kuda Thoroughbred sudah dikembangkan sebagai industri pacuan karena mampu memberikan pengaruh besar dalam meningkatkan gerakan misalnya
9
kecepatan, keberanian, dan daya tahan serta secara bersamaan dapat meningkatkan ukuran tubuh. Kuda Thoroughbred memiliki warna tubuh cokelat, chesnut, hitam, bay, dan abu-abu. Kuda ini pada bagian muka dan kaki berwarna putih. Kuda Thoroughbred memiliki berat 450-575 kg dan tinggi 1,55-1,65 m (Ensminger, 1962). Kidd (1995) menambahkan kuda Thoroughbred memiliki kondisi yang memenuhi syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan terlihat pintar, leher dan badan panjang, kaki langsing dan panjang, tulang ramping dengan panjang yang seimbang, serta warna bulu yang halus dan terang. Kuda Argentina (Criollo) Kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilangkan dengan Thoroughbred, kombinasi yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik di dunia. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 135-153 cm. Criollo merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan gesitnya membuat mereka populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika Selatan untuk menggembalakan ternak. Mereka juga digunakan untuk transportasi dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995). Kuda Appaloosa Ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted. Appaloosa pertama kali dipelihara oleh suku Nez Perce dari Washington. Meskipun sekarang ditemukan diseluruh dunia, namun paling umum di Amerika.Kuda ini memiliki kisaran tinggi 144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat mudah mengerti, sangat mudah untuk ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini pandai melompat, memiliki daya tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh (Kidd, 1995). Kuda Poni Argentina Kuda poni Argentina merupakan persilangan antara kuda Thoroughbred dan Criollo. Kuda ini merupakan kuda yang digunakan untuk bermain polo sehingga disebut juga dengan kuda poni polo. Karakterisitik kuda poni polo ini tampilannya 10
seperti Thoroughbred. Kuda harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki yang rendah tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk mengambil bola dari seekor kuda poni yang lebih pendek kakinya (Edwards, 2002). Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo adalah berdasarkan ketahanan dan kecepatan tubuh yang sedang membawa penunggang. Kuda harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996). Manajemen Pemeliharaan Kuda Perkandangan Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Tempat untuk latihan (exercise) sebaiknya disediakan di areal perkandangan. Kandang untuk ternak kuda dapat dibuat dari bahan bangunan yang sederhana dan murah, namun harus memiliki konstruksi yang cukup kuat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Membangun kandang di daerah tropis, sebaiknya disediakan ventilasi sehingga pertukaran udara dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalam kandang (Jacoebs, 1994). Atap kandang adalah naungan bagi ternak dan melindungi ternak terhadap air hujan, panas sinar surya, maupun terhadap udara dingin. Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Tim Karya Tani Mandiri (2010) menambahkan atap kandang hendaknya dibuat dengan kemiringan sedang dan biasanya sekitar 30-45°. Bahan atap sebaiknya dipilih yang memiliki permukaan yang memungkinkan pemantulan sebanyak mungkin atau yang memiliki koefisien refleksi radiasi surya atau bumi. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyaman kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda. Jendela pada kandang kuda juga harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (McBane, 1991).
11
Nozawa et al. (1981) menyatakan di tiap bagian kandang harus tersedia air bersih. Air minum harus diperhatikan bagi induk kuda yang sedang menyusui, karena jika induk kuda tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya. Alas lantai kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas lantai yang lunak bertujuan agar melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyaman kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu (McBane,1994). Permukaan alas lantai kandang juga tidak boleh licin atau kasar yang dapat mengakibatkan goresan luka pada kuda. Selain itu, alas lantai kandang kuda tidak akan menjadi sarang parasit-parasit atau bakteri dan tidak akan mengakibatkan stres pada kuda yang dapat mengganggu tingkah laku atau produktivitas kuda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, dan ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan untuk pengawasan kuda (McBane,1994). Pakan Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses regurgitasi. Kuda memiliki cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme yang mampu mencerna pakan berserat, sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan dan jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan yang bersifat spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang bersangkutan. Kuda yang istirahat kebutuhan energinya lebih sedikit dibandingkan kuda yang sedang bekerja, kuda yang sedang laktasi perlu lebih banyak protein, dan kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih banyak dibanding kuda dewasa (Blakely dan Bade, 1991). Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis, seperti Panicum maximum dan Brachiaria mutica dengan ketinggian 1,2 m dan bermacam-macam jenis rumput yang tumbuh dimana-mana dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit untuk makanan ternak (Soehardjono, 1990). Pakan rumput hanya cukup untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu 12
tambahan konsentrat dan vitamin. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling penting dalam bentuk segar di pastura dan bentuk hay (Templeton, 1979). Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang, sedangkan menurut NRC (1989), konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi sumber energi dan seluruh jenis biji-bijian yang bermanfaat bagi kuda. Selain rumput dan konsentrat juga diberi vitamin dan mineral (Soehardjono, 1990). Air juga sangat penting, tubuh kuda terdiri dari 70% air (McBane, 1994). Kualitas pakan kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan tanah, dampak iklim (seperti suhu dan kelembaban), dan juga tidak kalah pentingnya yaitu umur panen tumbuhan. Hijauan untuk kuda harus bebas toksin dan bebas dari bahan lain yang berbahaya bagi kuda (NRC, 1989). Pakan dapat dianalisis untuk mengetahui nutrisi yang terkandung didalamnya, dan pengetahuan dasar tentang komposisi beberapa pakan penting ketika menyiapkan ransum untuk kuda. Jenis-jenis pakan untuk kuda terbagi dalam empat kategori menurut Pilliner (1993), yaitu : (1) Biji-bijian. Sebagai sumber energi dari ransum konsentrat, misalnya oat, barley, dan jagung. (2) Pakan protein. Berasal dari hewan (misalnya meat bone meal dan tepung susu) atau dari tumbuhan (misalnya biji rami, kedelai dan kacang-kacangan atau polong-polongan). (3) Pakan intermediate. Pakan ini termasuk jerami, umbi-umbian dan tepung rumput. (4) Hijauan. Rumput, hay, haylage, dan silase. Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu pemberian secukupnya untuk menjaga kondisi sehari-hari. Hal ini berarti menyediakan energi untuk otototot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Parakkasi (1986) menambahkan bahwa
13
pemberian pakan hendaknya dibedakan berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda. Setiap kuda yang menerima ransum atau pakan konsentrat penuh, sebaiknya pemberian makan diberikan tiga kali sehari. Jika kuda tidak menghabiskannya dalam tiga kali pemberian, berikan pakan pada larut malam, sehingga kuda mendapatkan jumlah makanan yang sama tetapi dengan empat kali pemberian pakan yang lebih sedikit (Pilliner, 1992). Kuda untuk olahraga dianggap dewasa pada umur tiga tahun. Saat umur tiga tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini dilatih karena punggungnya belum terlalu kuat dan mudah cedera. Pemberian makan disesuaikan dengan latihannya. Jika latihannya meningkat maka konsentrat ditambah. Lain halnya dengan kuda pacu, maka kuda olahraga lebih banyak memerlukan konsentrat dan serta kasar. Kebutuhan energi kuda olahraga biasanya terpenuhi dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan berserat dengan pakan yang mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et al., 2002). Kesehatan Menurut Blakely dan Bade (1991), program kesehatan pada ternak kuda mencakup pencegahan penyakit, pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Merupakan suatu hal yang penting untuk senantiasa membuat diagnosayang tepat dan memiliki pengetahuan yang benar tentang pengobatan yang memadai. Pemilik dan peternak kuda sebaiknya memanfaatkan jasa dokter hewan agar berhasil dalam mengendalikan gangguan-gangguan tersebut. Salah satu gejala pertama dari masalah apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu lapar dan ingin makan (Blakely dan Bade, 1991). Hodges dan Pilliner (1991) menambahkan kondisi kuda yang baik terlihat dari bulu yang mengkilap, halus, dan lembut serta pada saat kulit dicubit kemudian dilepaskan haruslah kembali dengan cepat, dan mudah kembali pada posisi semula. Kulit yang lambat kembali setelah dicubit menunjukkan adanya tingkat dehidrasi atau kekurangan lemak subkutan. Kebersihan Grooming lebih daripada sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan merangsang sirkulasi darah dan getah bening serta memberikan kilau pada bulu kuda
14
dengan membawa minyak alami ke permukaan. Grooming yaitu menyikat dengan cepat bagian atas tubuh, menghilangkan noda yang sulit, mencuci mata, hidung lalu kaki. Kuda dapat dimandikan pada waktu tertentu. Kuda yang telah dicuci dan dibilas, selanjutnya dikeringkan dengan penyerap air atau keringat, lalu kepala, badan dan kaki dihanduki sampai kering (Pilliner, 1994). Sanitasi
sangat
penting
untuk
mengendalikan
kuda
dari
serangan
parasit. Seekor kuda yang akan diperkenalkan kedalam kawanan harus diisolasi selama sebulan sebelum menjalani aktivitas dengan kuda lain. Setiap penyakit hewan mungkin telah diketahui sebelum periode isolasi sehingga diberi waktu untuk menunjukkan diri. Menjaga kebersihan kandang dan perawatan kuda secara teratur sangat mempengaruhi kesejahteraan kuda (Bogart dan Taylor, 1983). Perlakuan Panas dan Dingin Perlakuan dingin akan membantu untuk mengendalikan reaksi inflamasi dan mengurangi rasa sakit. Setelah fase akut awal cedera telah berlalu, terapi panas dan dingin bergantian dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang terkena dan membawa elemen-elemen penting untuk penyembuhan. Perawatan ini akan membuat kuda tenang, sehingga kuda dapat beristirahat lebih efektif (Pilliner,1994). Manajemen Peternakan Kuda Manajemen peternakan kuda berkaitan dengan masalah perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaannya. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip manajemen diperlukan kelengkapan yang saling terkait, seperti manusia, modal, serta material atau sarana. Faktor manusia sangat menentukan kelangsungan peternakan, karena tanpa kehadirannya tentu tidak akan ada peternakan kuda. Usaha modal sebagai tenaga penggerak, disamping manusia yang terampil dan memiliki keahlian khusus
serta
kelengkapan
sarana,
sangat
menentukan
usaha
peternakan
(Soehardjono, 1990). Setelah perencanaan yang matang dengan tersedianya modal, maka langkah berikutnya menentukan areal peternakan yang diperlukan, kemudian berupaya untuk pengadaan kuda pejantan dan betina. Langkah berikutnya mencari tenaga kerja yang ahli, seperti seorang manajer dan tenaga-tenaga ahli lainnya yang
15
akan mengelola segala sesuatu kegiatan teknis didalam peternakan itu (Soehardjono, 1990). Sumber Daya Manusia Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli dan pembantu-pembantunya dapat dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti dia harus berkepribadian dan beritikad baik, memiliki rasa cinta kepada kuda serta memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal ini, yaitu adanya rasa tanggungjawab untuk merawat dan menjaga keselamatan hewan ternak peliharaannya (Soehardjono, 1990). Tenaga ahli dan pembantupembantunya pada suatu peternakan kuda menurut Soehardjono (1990) biasanya terdiri atas: 1. Bagian kandang, bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran kuda dan memberi makanan kepada kuda. 2. Bagian kesehatan, bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong kuda yang beranak dan memberi perawatan sesudahnya, serta menjaga kesehatan kuda secara keseluruhnya. 3. Bagian pertanian, bertugas menanam rumput dan melaksanakan pemeliharaan seperti menyiram rumput pada musim kemarau dan memberi pupuk. 4. Bagian listrik, air, dan mesin, bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan pada penggunaan listrik, air, dan merawat semua mesin yang ada. 5. Bagian administrasi, bertugas mengerjakan administrasi kuda seperti laporan, perkawinan, kelahiran, masuk-keluarnya kuda serta menyelesaikan masalah yang menyangkut karyawan dan lain-lain. 6. Bagian logistik, bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan sebagainya. Polo Polo adalah olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan. Pemain mengendalikan bola kayu atau plastik (diameter 3-3,5 inci) dengan menggunakan pemukul yang panjang disebut mallet. Gol dianggap sah apabila bola lewat diantara gawang yang ditandai dengan dikibarkannya bendera oleh penjaga gawang. Setiap regu polo terdiri dari empat
16
orang pemain dengan menggunakan jumlah kuda yang tidak terbatas. Permainan berlangsung dalam periode tujuh menit yang disebut chukka. Keseluruhan permainan dapat berlangsung antara empat sampai enam chukka tergantung pada peraturan turnamen dan asosiasi masing-masing (Jakarta Press, 2010). Sejarah Polo di Indonesia Tahun 1937 menandai dimulainya sejarah polo di Indonesia, saat Batavia Polo Klub didirikan di Lapangan Banteng, Jakarta. Pendiri perkumpulan tersebut adalah seorang Belanda dan pertandingan pertama yang dilakukannya adalah melawan regu polo Malaysia. Saat terjadi perang dunia kedua dan Indonesia dijajah Jepang, perkumpulan tersebut bubar (Jakarta Press, 2010). Tahun 1992, Hashim S. Djojohadikusumo dan James T. Riady kembali memperkenalkan polo di Indonesia dengan mendirikan Jakarta Polo and Equestrian Club (JPEC) di Bukit Sentul Selatan. Pada tahun itu pula, Indonesia menjadi anggota Federation of International Polo (FIP) dengan Hashim Djojohadikusumo sebagai Ketua Asosiasi Polo Indonesia. Dibawah bimbingan Subiyakto Cakra Wardaya sebagai presiden Persatuan Olahraga Berkuda Indonesia (PORDASI), Asosiasi Polo Indonesia menjadi Komisi Polo
Indonesia
dibawah
PORDASI
dengan
ketuanya
tetap
Hashim
Djojohadikusumo. Karena kesibukan ketuanya tersebut berbisnis di luar negeri, perkembangan polo di Indonesia benar-benar berhenti pada tahun 2002 (Jakarta Press, 2010). Tahun 2005, dibawah bimbingan Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto, didirikan Nusantara Polo Club. Klub ini mewakili Indonesia untuk pertama kalinya dalam turnamen Kings Cup 2006 di Thailand dan meraih peringkat ketiga dibawah Malaysia dan Jordan. Pada akhir dari turnamen ini, negara-negara ASEAN: Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Indonesia sepakat untuk membuat polo sebagai cabang olahraga resmi yang dimainkan dalam SEA Games2007 di Thailand (Jakarta Press, 2010). Nusantara Polo Club Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country Club.
17
Selain menjadi klub yang terbuka untuk membina olahraga polo berkuda yang saat ini masih belum lazim dimainkan di Indonesia, Nusantara Polo Club juga membina tim nasional polo Indonesia yang pada bulan Desember 2007 berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA GAMES 2007 di Thailand. Tahun 2011, Nusantara Polo Club direncanakan akan dijadikan tempat penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian Games (SEA Games) 2011 Indonesia (Jakarta Press, 2010). Peralatan yang Digunakan untuk Bermain Polo Manajemen perawatan dan pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club akan berinteraksi dengan penggunaan kuda baik pada polo maupun kegiatan berkuda (equestrian). Kegiatan-kegiatan penggunaan kuda tersebut tidak lepas dari adanya peralatan dan perlengkapan-perlengkapan khusus yang tentunya juga memerlukan perawatan dan pemeliharaan secara khusus pula. Peralatan-peralatan tersebut diantaranya adalah (Nusantara Polo Club, 2010): a.
Saddle atau pelana adalah tempat dudukan yang diletakkan pada punggung kuda.
b.
Double girth for mouth adalah tali yang terbuat dari kulit, dipasangkan pada badan kuda, berfungsi untuk menahan kuda saat berontak.
c.
Bandage adalah kain yang diberikan pada kaki kuda dengan membalutkannya pada keempat kaki kuda, hal ini dimaksudkan agar kuda tidak mengalami luka saat bergesekan antara kaki yang satu dengan yang lainnya.
d.
Martingale adalah tali yang terbuat dari kulit, dipasangkan pada badan kuda berfungsi untuk menahan kepala kuda supaya tidak naik turun saat ditunggangi.
e.
Safety adalah sabuk yang melilitkan pelana ke badan kuda, berfungsi untuk mengendalikan kuda.
f.
Stirrup adalah pijakan kaki untuk penunggang kuda yang berfungsi mengatur posisi kaki yang sesuai dengan tinggi badan penunggang
g.
Polo ball adalah bola yang digunakan dalam permainan polo, terdiri atas berbagai jenis dengan ukuran yang berbeda dan penggunaan pada jenis lapangan yang berbeda.
18
h.
Polo stick / mallet adalah tongkat pemukul dalam permainan polo. Panjang stick sendiri bervariasi ditentukan dengan ukuran tinggi badan seseorang, yaitu sekitar 50-53 inchi atau 127-134,62 cm.
19
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2010 di Nusantara Polo Club, Kompleks Polo-Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Materi Materi penelitian menggunakan 35 ekor kuda yang terdiri atas seekor jantan dewasa, tujuh ekor jantan kastrasi, dan 27 ekor betina dewasa, bersama dengan 26 orang responden yang merupakan tim pengurus, pelatih senior, dan atlet kuda polo di Nusantara Polo Club. Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, kamera, dan lembar wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Prosedur Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan yaitu dengan melakukan survei ke Nusantara Polo Club. Hasil penelitian pendahuluan memberi informasi awal dan persiapan materi penelitian, juga sebagai gambaran umum untuk mendukung pelaksanaan penelitian utama. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung, dokumentasi, dan wawancara dengan responden di Nusantara Polo Club. Pengamatan secara keseluruhan dilakukan untuk menggambarkan secara deskriptif lokasi peternakan kuda, terutama kondisi lingkungan di Nusantara Polo Club. Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi: 1.
Pengadaan kuda, hal-hal yang dicatat mencakup sistem pengadaan, asal-usul, umur saat dibeli, dan jenis kelamin. Data ini adalah untuk mengetahui asal-usul kuda yang sering digunakan dan cara mendatangkan kuda tersebut.
2.
Identitas kuda, hal-hal yang dicatat meliputi nama dan jenis kuda, nomor kuda, umur, jenis kelamin, warna bulu, morfologi, silsilah kuda dan mengukur lingkar dada serta panjang badan. Estimasi bobot badan dicari dengan menggunakan persamaan (Pilliner, 1992) : Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm))2 x panjang badan (cm) 8717
3.
Penanganan kesehatan, hal-hal yang dicatat meliputi kesehatan kuda, penyakit yang sering menyerang, cara pengobatannya, dan pemanfaatan jasa dokter hewan. Hasil pencatatan ini digunakan untuk mengetahui tingkat perhatian pengelola di Nusantara Polo Club terhadap kuda yang digunakan.
4.
Pakan, hal-hal yang dicatat meliputi jenis dan jumlah pakan yang diberikan, baik rumput maupun konsentrat, tambahan makanan, dan frekuensi pemberiannya pada kuda.
5.
Analisa zat makanan dari hijauan dan konsentrat, dengan menganalisa sampel pakan di laboratorium untuk mengetahui kebutuhan nutrisi kuda.
6.
Pemeliharaan kuda, informasi ini digunakan untuk menjelaskan teknik pemeliharaan yang dilakukan dengan mengamati manajemen pemeliharaan.
7.
Kesejahteraan kuda, menjelaskan tentang perlakuan yang diterima oleh kuda. Data yang diamati meliputi lama penggunaan hewan, periode pengunaan, jenis tingkah laku dan kondisi fisik serta lama istirahat kuda dalam sehari.
8.
Pelatihan kuda, menjelaskan tentang pola latihan kuda. Data yang diamati meliputi lama latihan kuda dan jenis latihan yang diikuti.
9.
Identitas atlet dan petugas, hal-hal yang dicatat meliputi pengalaman, tugas, dan tingkat pendidikan atlet dan petugas.
10. Kegiatan Nusantara Polo Club yang menggambarkan persiapan Nusantara Polo Club dalam menghadapi SEA Games 2011. 11. Pertandingan polo, akan menjelaskan tata cara dan peraturan pertandingan polo, jumlah babak (chukka) yang dimainkan, jumlah kuda yang digunakan, dan lama waktu serta peralatan yang digunakan dalam pertandingan polo. Analisis Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, termasuk data hasil wawancara ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pemeliharaan kuda secara keseluruhan. Data juga dianalisis secara kuantitatif dengan rumus (Walpole, 1993): ∑
21
Keterangan: : Rataan sampel : Data sejumlah i n : Ukuran sampel Setelah nilai rataan diperoleh, selanjutnya dicari nilai persentasenya dengan menggunakan rumus: Y=
x 100%
Keterangan : Y: Persentase rataan dari peubah yang diamati (peubah kuantitatif) : Rataan sampel
22
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Keadaan iklim di wilayah ini berada pada kisaran suhu antara 23–34oC dengan rataan 26,7oC dan kelembaban antara 34–82% dengan rataan 68,6%. Data tersebut diperoleh dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan termo-higrometer, yang ditempatkan di tengah-tengah kandang pengamatan. Kisaran suhu di NPC masih diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. Menurut Ensminger (2010), suhu yang nyaman untuk kuda yaitu berkisar antara 7,22-23,88oC, namun yang paling baik pada suhu 12,77oC. Kelembaban yang dapat diterima berkisar 50-75%, namun yang paling baik yaitu pada kelembaban 60%. Tingginya suhu di NPC memberi efek negatif bagi kuda, karena sebagian besar kuda di NPC merupakan kuda impor, sehingga kuda cukup sulit beradaptasi pada suhu kandang tersebut di NPC. Berbagai cara yang dilakukan oleh petugas di NPC untuk mengatasi suhu lingkungan yang tinggi yaitu dengan pemasangan kipas dan pipa penyejuk udara, pemandian kuda, pemberian air minum ad libitum, dan pengaturan bangunan kandang yang terbuka untuk menjaga kuda tetap nyaman. Terdapat dua kandang kuda di NPC yaitu kandang Alfa dan Bravo. Kandang yang dijadikan tempat penelitian adalah kandang Alfa yang khusus ditempati kuda polo, sedangkan kandang Bravo ditempati kuda non-atlet. Menurut Widowati (2011), kuda non-atlet di kandang Bravo merupakan kuda tua pasca atlet yang masih digunakan untuk kuda olahraga dan sebagian untuk kuda kawin serta beberapa kuda muda yang sedang dilatih untuk menjadi kuda polo. Populasi kuda di NPC berjumlah 77 ekor kuda. Sebanyak 42 ekor kuda non-atlet ditempatkan di kandang Bravo, sedangkan 35 ekor lainnya ditempatkan di kandang Alfa. Lokasi NPC selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1. Nusantara Polo Club (NPC) diambil alih oleh Prabowo Subianto pada tahun 2005 setelah sebelumnya bernama Batavia Polo Club yang didirikan oleh Hasyim Djojohadikusumo. Dahulunya lahan yang dimiliki oleh Batavia Polo Club sebatas pada luas kandang Bravo, setelah beralih kepemilikan dan berganti nama menjadi Nusantara Polo Club, lahan yang dimiliki untuk pengembangan kuda polo semakin
diperluas
hingga
akhirnya
sekarang
terdapat
kandang
Alfa
dan
padang
penggembalaan yang juga semakin luas. Fasilitas serta kuda yang dimiliki pun semakin lengkap dan banyak.
Lapangan Polo Kandang Bravo
Kandang Alfa Gambar 1. Lokasi Nusantara Polo Club Dilihat dari Atas (Google Earth, 2010) Fasilitas yang terdapat di NPC selain kandang kuda tersedia tack room yang merupakan tempat untuk menyimpan peralatan-peralatan yang digunakan untuk bermain polo, gudang pakan tempat menyimpan konsentrat, gudang tempat menyimpan obat-obatan, kantor pegawai, mess pegawai dan atlet, lapangan polo berukuran 300 x 140 yard atau setara dengan 274,32 x 128 m2, lapangan exercise, padang penggembalaan (pastura), kebun rumput, dan club house. Gudang pakan, obat-obatan dan peralatan, letaknya berdekatan dengan kandang agar memudahkan distribusinya. Hal ini sesuai dengan pendapat McBane(1994), bahwa peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda. Gambar 2 memperlihatkan berbagai fasilitas yang terdapat di NPC.
24
(a) Gudang Pakan
(b) Ruang Peralatan
(c) Mess Karyawan Gambar 2. Berbagai Fasilitas di Nusantara Polo Club Pengadaan Kuda Nusantara Polo Club memelihara kurang lebih 77 ekor kuda yang terdiri atas kuda pejantan breeding, kuda induk, kuda jantan kastrasi, kuda betina dewasa, dan anak kuda. Jumlah kuda yang digunakan sebagai materi penelitian adalah kuda yang berada di kandang Alfa yang dikhususkan untuk bermain polo. Terdapat 35 ekor kuda penelitian yang terdiri atas satu ekor jantan dewasa, tujuh ekor jantan kastrasi, dan 27 ekor betina dewasa. Menurut bangsa, kuda tersebut terdiri dari kuda poni Argentina dan kuda Arab. Kuda poni Argentina dibeli pada tahun 2007 yang berasal dari Argentina. Pada tahun tersebut kuda dikirim ke Thailand untuk mengikuti SEA Games 2007. Setelah selesai mengikuti kejuaraan ini, barulah kuda tersebut dikirim ke Indonesia dan dipelihara hingga sekarang di NPC. Umur kuda saat dibeli berkisar antara 4-10 tahun. Kuda tersebut sebelumnya harus melewati karantina untuk diperiksa kesehatannya dan diadaptasikan terlebih dahulu dengan lingkungan sekitarnya. Setiap kuda tersebut memiliki sertifikat yang berisi informasi mengenai identifikasi dan ciri-ciri serta umur kuda. Kuda Arab yang terdapat di NPC merupakan kuda
25
peninggalan dari Batavia Polo Club, namun tidak ada catatan mengenai silsilah kuda tersebut. Saat ini di NPC sudah mulai dilakukan pengembangbiakan kuda untuk menghasilkan kuda polo, yang dimulai sejak Mei 2009. Terdapat satu ekor kuda betina dan satu ekor kuda pejantan di kandang Alfa digunakan sebagai kuda breeding. Kuda betina tersebut telah dikawinkan dan kini dalam keadaan bunting. Penelitian Widowati (2011) menyatakan, di kandang Bravo NPC juga terdapat 11 ekor kuda betina dan empat ekor kuda jantan yang digunakan sebagai kuda breeding. Pengawinan kuda dilakukan secara alami, namun juga masih terdapat campur tangan manusia dalam membantu pelaksanaan pengawinan. Identitas Kuda Sejumlah 35 ekor kuda penelitian berumur diatas tujuh sampai 30 tahun dengan rataan umur 12,3 tahun. Data umur kuda ini sebagian besar berasal dari sertifikat kuda yang dimiliki oleh NPC dan sebagian lagi didapat dari perkiraan umur dengan melihat gigi kuda oleh petugas NPC. Terdapat lima ekor kuda di kandang Alfa yang tidak digunakan untuk olahraga polo. Satu ekor kuda pejantan Arab digunakan sebagai kuda breeding, satu ekor kuda betina poni Argentina sedang dalam keadaan bunting, satu ekor kuda betina Arab merupakan kuda indukan, dan dua ekor kuda Arab jantan kastrasi merupakan kuda equestrian. Kuda yang sedang bunting dulunya merupakan kuda yang digunakan untuk bermain polo, namun karena umurnya yang sudah tua, kuda tersebut akhirnya digunakan sebagai kuda betina breeding untuk pengembangbiakan kuda polo di NPC. Kuda tersebut dikawinkan pada bulan Februari 2010 dengan salah satu kuda pejantan poni Argentina bernama Thiponwest yang dipelihara di kandang Bravo. Bangsa kuda yang paling banyak dipelihara adalah poni Argentina (85,71%) sedangkan lainnya adalah bangsa kuda Arab. Dua bangsa kuda yang terdapat di NPC diperlihatkan pada Gambar 3. Kuda yang digunakan untuk bermain polo adalah kuda poni Argentina atau yang juga disebut sebagai kuda poni polo, merupakan hasil persilangan antara kuda Thoroughbred dan Criollo. Kidd (1995) menyatakan, Criollo kebanyakan dikawinsilangkan dengan Thoroughbred untuk menghasilkan kombinasi yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda polo terbaik 26
di dunia. Criollo merupakan kuda yang tangguh dan cerdas, memiliki daya tahan tubuh dan kecepatan yang baik, serta gerakan yang gesit.
(a) Kuda Poni Argentina
(b) Kuda Arab
Gambar 3. Bangsa Kuda di Nusantara Polo Club Karakterisitik kuda poni polo ini tampilannya seperti Thoroughbred. Kuda ini memiliki karakteristik kecepatan lari yang baik, bentuk badan yang kokoh dan atletik, bentuk kaki yang lurus dan proposional untuk memudahkan berlari, mempunyai ukuran lingkar dada yang lebar dan dalam sehingga memiliki kapasitas paru-paru yang besar dan dapat menampung banyak udara, mempunyai tulang yang kokoh dan perdagingan yang bagus, kuat, namun tidak terlalu gemuk. Kuda harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat lincah. Langkah kaki rendah tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk mengambil bola dari seekor poni yang lebih pendek kakinya. Kacker dan Panwar (1996) menambahkan bahwa kuda harus memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian kembali berlari kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo. Dilihat dari postur tubuhnya, secara umum kuda polo di NPC memiliki bentuk badan yang kokoh, pertumbuhan otot dan tulang yang baik, serta bentuk kaki yang proposional.Gerakannya juga cukup gesit dan berani, stamina yang terjaga, serta memiliki kecepatan lari yang cukup baik. Bulu kuda di NPC juga terlihat mengkilat dan tidak mudah rontok. Kuda Arab (Gambar 3b) di NPC yang merupakan kuda peninggalan dari Batavia Polo Club yang mana tiga ekor diantaranya berwarna abu-abu dan satu ekor lainnya berwarna chesnut. Kuda ini dahulunya digunakan sebagai kuda equestrian yaitu jumping dan dressage, namun saat ini kuda tersebut tidak lagi digunakan baik untuk olahraga maupun sebagai kuda polo. Kuda pejantan Arab digunakan
27
sebagai pejantan breeding untuk disilangkan dengan kuda lokal Indonesia maupun kuda poni Argentina yang tidak lagi digunakan sebagai polo untuk menghasilkan anak kuda yang akan dipersiapkan menjadi kuda polo. Kuda Arab memiliki kecepatan lari yang baik dan daya tahan tubuh yang kuat sehingga diharapkan keturunannya juga memiliki sifat tersebut yang bermanfaat dalam bermain polo. Sebanyak 35 ekor kuda memiliki warna bulu yang berbeda-beda. Berbagai warna bulu kuda yang ada di NPC dapat dilihat pada Gambar 4.
(a) Warna Chesnut
(c) Warna Cream
(b) Warna Grey
(d) Warna Tobiano
(e) Warna Bay
(f) Warna Black
(g) Warna White
(h) Warna Brown
Gambar 4. Berbagai Warna Bulu Kuda di Nusantara Polo Club 28
Warna bulu didominasi oleh warna chesnut (37,14%) (Gambar 4a), selanjutnya warna bay (28,57%) (Gambar 4b), grey (17,14%) (Gambar 4c), black (5,71%) (Gambar 4d), cream (2,86%) (Gambar 4e), white (2,86%) (Gambar 4f), tobiano (2,86%) (Gambar 4g), dan brown (2,86%) (Gambar 4h). Chesnut merupakan warna coklat kemerahan pada bulu dan warna ini juga menjadi warna pada ekor dan surai (Vogel, 1995). Kuda dengan warna bay atau black adalah kuda yang memiliki surai, ekor, dan kaki berwarna hitam (Brown dan Sarah, 1994). Tinggi kuda di NPC berkisar antara 146-162 cm dengan rataan 153,8 cm pada kuda poni Argentina dan 152,9 cm pada kuda Arab. Menurut Federation of International Polo (2010), tinggi kuda poni Argentina yang baik digunakan untuk bermain polo adalah sekitar 156 cm. Estimasi Bobot Badan Bobot badan (BB) kuda tidak diperoleh melalui penimbangan secara langsung melainkan dengan pengukuran panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD). Menurut Pilliner (1992), pengukuran panjang badan pada tubuh kuda dilakukan dari point of shoulder hingga point of buttock sedangkan lingkar dada diukur melingkar dibelakang sendi siku, seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Meskipun nilai bobot badan yang didapat tidak begitu akurat, namun metode ini cukup cepat dan mudah dilakukan untuk membantu pengamatan terhadap kondisi kuda.
LD PB
Gambar 5. Cara Pengukuran Lingkar Dada dan Panjang Badan Hasil pengukuran memperlihatkan, lingkar dada kuda berkisar antara 167192 cm dengan rataan 178,43 cm, sedangkan panjang badan kuda berada pada kisaran 98-118 cm dengan rataan 107,6 cm. Berdasarkan ukuran lingkar dada dan panjang badan kuda, maka didapatkan estimasi bobot badan kuda di NPC berkisar
29
antara 313,54-477,87 kg dengan rataan bobot badan untuk kuda polo adalah 393,94 kg dan kuda non-polo (kuda Arab) 349,79 kg. Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Tim Karya Tani Mandiri (2010) yang menyatakan bahwa bobot badan kuda Arab mencapai 400-500 kg dan juga menurut Federation of International Polo (2010) bahwa bobot badan kuda polo yang baik berkisar antara 400-500 kg. Ketidakdisiplinan petugas yang memberi pakan juga dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya bobot badan kuda di NPC. Namun, nilai pendugaan bobot badan yang didapat juga sangat dipengaruhi oleh keakuratan pengukuran panjang badan dan lingkar dada, karena posisi tubuh kuda yang tidak tegak dapat menurunkan atau menaikkan ukuran panjang badan kuda yang mengakibatkan ketidakakuratan pendugaan bobot badan kuda. Identitas Petugas Nusantara Polo Club (NPC) memiliki 72 orang karyawan yang terdiri atas manajer, bagian administrasi dan keuangan, petugas maintenance, pelatih, atlet, groomer, dan petugas tack room. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 orang, yang terdiri atas manajer, groomer, petugas tack room, pelatih, atlet, penanggungjawab kandang, farrier, asisten farrier, dan asisten dokter hewan. Manajer bertugas untuk merencanakan dan mengelola segala kegiatan baik yang bersifat
teknis
maupun
non
teknis
didalam
peternakan
kuda.
Manajer
bertanggungjawab penuh terhadap semua kejadian yang berada dalam lingkungan peternakan. Dalam hal ini, diperlukan suatu keterampilan untuk merencanakan segala kegiatan dan membangun komunikasi yang baik dengan karyawannya untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis. Groomer. Petugas yang merawat kuda biasa disebut groomer. Kandang Alfa terdapat delapan orang groomer, masing-masing groomer memelihara 3-4 ekor kuda. Tugas-tugas yang dikerjakan adalah merawat kuda, membersihkan kandang, memberi pakan, mengawasi tingkah laku kuda, dan membawa kuda exercise pada jalur yang telah ditetapkan. Masing-masing kuda memiliki tingkah laku yang berbeda, beberapa diantaranya ada yang bersifat agresif dan sensitif, namun ada juga kuda yang bersifat penurut. Yang dimaksud dengan agresif adalah kuda yang suka menendang, agak sulit saat memasang peralatan alat tunggang dan saat ditunggangi. Oleh karena itu, groomer harus mampu mengenali karakteristik kuda yang 30
dipeliharanya untuk memudahkan dalam merawat kuda. Tugas groomer sangatlah penting karena performance kuda juga tergantung dari kebersihan kuda yang berpengaruh terhadap kesehatannya. Groomer juga harus memiliki rasa cinta terhadap kuda yang dipeliharanya agar dapat membuat hubungan yang nyaman antara groomer dan kuda. Identitas groomer di NPC saat penelitian dilakukan diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Identitas Groomer Keterangan 1. Umur (tahun) - > 25 - < 25 2. Pendidikan Terakhir - SD - SMP - SMA 3. Lama Bekerja (tahun) - 2 - 3 - 4
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
2 6
25 75
3 4 1
37,5 50 12,5
2 2 4
25 25 50
Tabel 1 menunjukkan bahwa lebih banyak groomer yang berusia kurang daripada 25 tahun dibanding diatas usia 25 tahun, sedangkan untuk pendidikan terakhir, terlihat bahwa empat orang (50%) dari jumlah
groomer mengenyam
pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), tiga orang groomer dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), dan hanya
satu orang yang
mengenyam tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini memperlihatkan, nampaknya tingkat pendidikan terakhir tidaklah terlalu berpengaruh untuk menjadi seorang groomer. Sebanyak 50% (empat orang) groomer telah bekerja selama empat tahun di NPC, dua orang groomer selama tiga tahun, dan dua orang lainnya baru bekerja selama dua tahun. PetugasTack Room. Petugas tack room adalah orang yang bertugas untuk mempersiapkan pakan yang akan diberikan pada kuda, dan merawat serta mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk bermain polo. Gudang pakan dan peralatan menjadi tanggungjawabnya. Petugas tack room pada kandang Alfa di NPC berjumlah dua orang, masing-masing berumur 23 dan 42 tahun. Tingkat pendidikan terakhir kedua petugas tack room adalah SMA. Mereka pun telah sama-
31
sama bekerja di NPC selama empat tahun. Petugas tack room yang mencatat setiap jumlah pakan yang akan diberikan kepada kuda, menimbangnya, lalu meletakkannya pada tempat pakan untuk kemudian diberikan pada kuda. Selain bertanggungjawab terhadap pakan kuda, setiap pertandingan polo akan berlangsung petugas tack room harus menyiapkan seluruh peralatan yang diperlukan, mulai dari peralatan untuk kuda hingga peralatan untuk atlet. Kebersihan peralatan menjadi salah satu faktor yang mendukung untuk memberikan kenyamanan saat bermain polo. Farrier. Farrier adalah orang yang bertugas untuk mengganti tapal kuda dan melakukan perawatan terhadap kuku kuda. Nusantara Polo Club memiliki satu orang farrier dan satu orang asistennya. Farrier sudah berpengalaman memasang tapal kuda lebih daripada 20 tahun, sedangkan asistennya baru berpengalaman selama dua tahun. Keahlian dari orang yang memasang tapal kuda dibutuhkan untuk pemasangan tapal, menguasai pemahaman terhadap kuda dan dapat memperlakukan kuda secara baik (Nilareswati, 2009). Oleh karenanya, dibutuhkan keterampilan khusus saat memasang tapal kuda, bahkan terdapat sekolah dan pelatihan-pelatihan khusus yang diikuti oleh farrier untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya untuk memasang tapal kuda tersebut. Penggantian tapal kuda dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali, bertujuan untuk menjaga kebersihan kuku kuda. Apabila terdapat tapal kuda yang lepas sebelum waktunya, maka segera tapal tersebut dipasang kembali. Dokter Hewan. Performa kuda sangat dipengaruhi oleh kesehatannya. Kuda yang sakit tentu saja tidak dapat digunakan untuk bermain polo. Oleh karenanya, diperlukan dokter hewan yang bertugas untuk menjaga kesehatan kuda, mengobati, dan merawat kuda yang sakit. Nusantara Polo Club memiliki dua orang dokter hewan dan satu orang asisten dokter hewan. Dokter hewan tidak selalu berada di NPC dan hanya berkunjung setiap sebulan sekali untuk memeriksa kuda atau datang ketika terdapat kuda yang berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan atau sakit parah. Pemeriksaan kuda setiap harinya dilakukan oleh asisten dokter hewan, begitu pula untuk merawat kuda yang sakit. Pemeriksaan kuda dilakukan setiap pagi dan sore hari bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit. Pemeriksaan ini juga disertai dengan melihat tingkah laku kuda. Menurut Blakely dan Bade (1991), salah satu gejala awal dari masalah apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau
32
bahkan tidak mau makan sama sekali. Selain itu juga dapat dilihat dari tingkah laku kuda yang cenderung menjadi lebih pendiam dan tubuh terlihat lemas. Perawatan kuda yang sakit akan langsung ditangani dan diobati oleh asisten dokter hewan. Namun, untuk kuda yang mengalami sakit parah, asisten dokter hewan akan melaporkannya kepada dokter hewan untuk pengobatan yang lebih lanjut. Asisten dokter hewan di NPC bukanlah seseorang lulusan dari kedokteran hewan, namun telah lama memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam merawat kuda yang sakit. Pemeliharaan Kuda Pemeliharaan kuda di NPC meliputi perkandangan, penanganan kesehatan, pakan dan pemberiannya, serta perawatan kuda akan dijelaskan secara rinci. Perkandangan Kandang kuda Alfa yang berada di NPC berbentuk single stall (Gambar 6a). Terdapat 36 petak kandang yang terbagi menjadi tiga blok kandang kuda. Setiap blok kandang dipisahkan oleh sebuah lorong di tengahnya (Gambar 6b). Lorong pemisah ini bertujuan untuk memudahkan pengawasan kandang dan kuda serta pemberian pakan. Lorong berukuran cukup lebar yaitu sekitar 3 m, sehingga memadai untuk jalan kuda dan tidak mengganggu kuda lain yang berada di kandang. Luas kandang berukuran 4 x 4 m2 dan tinggi 2,5 m. Ukuran ini berbeda dengan pernyataan Morel (2008), bahwa kandang kuda sebaiknya memiliki luasan minimal 5 x 5 m2 untuk kuda dewasa dengan tinggi 150 cm. Perbedaan ukuran ini tidak menjadi sebuah masalah karena pada bagian atap kandang di NPC diberi kipas angin dan pipa yang mengalirkan udara penyejuk, dimaksudkan agar kuda tidak mengalami kepanasan. Suhu yang diperbolehkan untuk kuda yaitu 30ºC, sehingga apabila terjadi suhu diatasnya akan keluar udara penyejuk dari pipa tersebut. Kipas angin dinyalakan selama 24 jam. Keadaan kandang kuda di NPC selengkapnya diperlihatkan pada Gambar 6. Kandang kuda di NPC adalah bangunan permanen yang terbuat dari batu bata dan semen, beratapkan seng (Gambar 6c), berlantai semen dan diberi serut gergaji sebagai alas lantainya. Alas lantai yang lunak bertujuan untuk melindungi kuda ketika sedang berbaring dan berguling-guling, memberikan kehangatan dan
33
kenyaman kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu (McBane,1994).
(a) Kandang Individu Kuda
(c) Atap Kandang
(b) Lorong Kandang
(d) Tempat Minum
Gambar 6. Keadaan Kandang Kuda di Nusantara Polo Club Kandang sudah memiliki sirkulasi udara yang baik dengan penerangan cahaya yang cukup. Pertukaran udara yang baik didalam kandang sangat diperlukan untuk menjaga kondisi udara agar tetap segar dan bersih. Kandang tidak dalam keadaan tertutup seluruhnya, sehingga pertukaran udara dapat berjalan teratur, mengeluarkan hawa panas dan bau tercemar dari dalam kandang, dan ditukar dengan udara yang bersih dari luar kandang. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyaman kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut (McBane, 1991). Cahaya matahari pun dapat mudah masuk ke dalam kandang sehingga kondisi di dalam kandang menjadi terang, kering, dan tidak lembab. Adanya penerangan cahaya yang cukup dapat memudahkan petugas untuk mengawasi kandang dan juga memudahkan kuda untuk beraktivitas.
34
McBane (1991) menyatakan bagian kandang harus tersedia air bersih. Di NPC, setiap kandang dilengkapi dengan tempat minum berbentuk seperti wastafel yang diletakkan disudut
ruangan kandang (Gambar 6d). Air minum bagi kuda
tersedia ad libitum. Tempat minum dibersihkan setiap pagi dan sore hari untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat mengganggu kesehatan kuda. Hal ini sesuai dengan pendapat Soehardjono (1990) yang menyatakan bahwa tiap bangunan kandang kuda harus dilengkapi dengan air bersih, sehingga tidak sukar bagi karyawan menyediakan air untuk kuda secara terus-menerus, karena kuda banyak minumnya, apalagi pada musim panas. Sanitasi kandang merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan kuda. Kandang kuda dibersihkan (Gambar 7a) setiap pagi dan sore hari dari kotoran kuda dan rumput kering. Setelah kotoran dan rumput kering dikeluarkan, maka serbuk gergaji yang digunakan sebagai alas lantai kandang dibolak-balik supaya kering. Selain itu serut gergaji juga diganti setiap seminggu sekali untuk mencegah bau yang tidak sedap dan kotor yang dapat menyebabkan penyakit pada kuda. Menurut Soehardjono (1990), rumput kering dan serbuk gergaji di kandang yang basah selain menyebabkan bau yang tidak sedap dan kotor, juga mengakibatkan kuku kuda menjadi lembab dan menjamur. Saat pembersihan kandang juga dilakukan pergantian air minum yang ada didalam bak disudut kandang, bertujuan agar kebersihan air minum tetap terjaga. Kegiatan membersihkan kandang kuda dan lingkungannya dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) Membersihkan Kandang
(b) Membersihkan Lingkungan Kandang
Gambar 7. Kegiatan Membersihkan Kandang dan Lingkungannya
35
Bangunan kandang di NPC dapat dikatakan baik, karena menurut Soeharjono (1990) material untuk membangun kandang kuda sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, misalnya dari batu dengan campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu gelondongan (bulat). Kondisi kandang yang terbuka juga membuat kandang memiliki ventilasi yang sempurna. Adanya kipas angin dan pipa penyejuk udara yang pada umumnya tidak ada di peternakan kuda lainnya dapat menurunkan suhu lingkungan didalam kandang sehingga kuda tidak mengalami kepanasan. Penanganan Kesehatan Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan peternakan kuda. Menjaga kesehatan kuda menjadi prioritas penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas kuda yang dihasilkan selain pemberian pakan yang berkualitas, pengelolaan, dan pemeliharaan yang tepat. Penanganan kesehatan kuda dilakukan dengan cara menjaga kebersihan ternak kuda tersebut dan lingkungan disekitarnya. Pemeriksaan kondisi kuda dilakukan setiap pagi dan sore hari. Di NPC terdapat dua orang dokter hewan dan satu orang asistennya. Apabila kuda terlihat tidak sehat dan terdapat luka, maka kuda tersebut segera diperiksa oleh asisten dokter hewan namun bila kuda berada dalam kondisi mengkhawatirkan maka akan ditangani langsung oleh dokter hewan. Penyakit yang paling sering dialami oleh kuda adalah kolik. Menurut petugas, kolik disebabkan kuda memakan serut gergaji dan makan serta minum secara berlebihan, sedangkan menurut Blakely dan Bade (1991) kolik disebabkan oleh makan dan minum berlebihan pada waktu panas, makanan berjamur, dan bahkan oleh investasi cacing gelang. Pemasangan masker pada moncong kuda merupakan salah satu pencegahan agar kuda tidak memakan serut gergaji yang dapat menyebabkan kolik. Pemasangan ini dilakukan setelah kuda habis mengkonsumsi pakan rumput dan konsentrat. Gejala kuda yang terkena kolik adalah gelisah, tidak mau makan, suhu tubuh meningkat, dan saat kondisi sudah sangat parah kuda akan mengguling-gulingkan tubuhnya karena kesakitan. Usus terhalang atau terjepit, dan menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda sangat sensitif. Pinsent (1990) menyatakan rasa nyeri pada perut kuda biasa disebut kolik. Hal ini dapat terjadi sebagai sindrom jangka pendek atau sebagai manifestasi kronis tingkat rendah. Pada kenyataannya, kolik berarti nyeri pada perut atau usus. Kolik bukanlah penyakit, bukan juga 36
diagnosa, hanya sindrom yang menunjukkan bahwa kuda merasakan sakit pada perut atau usus. Ini adalah sindrom umum dari beragam kondisi yang spesifik dan berbeda, yang mempengaruhi perut kuda. Pengobatan pertama yang dilakukan pada kuda terkena kolik di NPC adalah memberi obat anti nyeri yaitu flunixil, tetapi bila kondisi kuda semakin parah maka akan dilakukan cubing yaitu memasukkan selang ke dalam hidung dan juga dilakukan palpasi melalui anus untuk mengeluarkan sisa makanan. Bila kuda sampai mengalami dehidrasi maka kuda akan diinfus. Selain kolik, penyakit yang sering dialami kuda adalah tendinitis dan bowed founder (laminitis). Gejala penyakit tendinitis yaitu pembengkakan pada tendon. Kelelahan pada otot merupakan salah satu penyebabnya (Blakely dan Bade, 1991). Kuda untuk bermain polo menurut NRC (1989) termasuk kuda tipe kerja berat. Pola latihan yang cukup berat dan ritme permainan polo yang cepat dapat menyebabkan kelelahan pada kuda termasuk bagian otot. Penyakit tendinitis ini dapat menyebabkan kuda pincang dan sulit untuk berjalan. Bagian kaki akan terasa panas, bengkak, dan sakit. Pengobatan untuk penyakit ini dilakukan dengan memberikan suntikan kortikoid dan kuda harus diistirahatkan selama beberapa bulan hingga kuda dapat berjalan lagi dengan normal, sedangkan menurut Blakely dan Bade (1991) pengobatan tendinitis pada tahap akut selain diberikan suntikan kortikoid, juga dibalut dengan gibs ringan. Pencegahan penyakit ini agar tidak mencapai tahap akut adalah dengan melumuri krim yang disebut dengan poultis pada kaki yang bengkak, kemudian ditutup dengan handuk atau kain, dilakukan setiap hari hingga kaki tidak bengkak lagi. Kuda olahraga seusai melakukan aktivitasnya juga dilumuri poultis pada kakinya. Laminitis adalah suatu gangguan yang bersifat kompleks yang mempengaruhi kaki, yang dapat menyebabkan kecacatan. Laminae dari kuku kuda dipenuhi oleh aliran darah sehingga menyebabkan kuda berjalan tidak normal (Blakely dan Bade, 1991). Kuda akan mengalami kepincangan yang sangat sakit pada bagian kaki. Selain itu, nafsu makan kuda menurun sehingga tubuh kuda menjadi lebih kurus. Menurut petugas, penyakit ini disebabkan oleh adanya akumulasi racun didalam tubuh yang mungkin berasal dari pakan yang dimakan secara berlebihan. Menurut Blakely dan Bade (1991), laminitis berkaitan dengan kebiasaan makan yang
37
berlebihan, perubahan pakan secara drastis, kekurangan latihan fisik, dan minum air yang dingin pada saat kuda sedang kepanasan. Penanganan yang dilakukan adalah dengan cara mengompres kaki kuda menggunakan handuk yang direndam pada air panas atau air dingin untuk mengurangi pembengkakan pembuluh darah. Kuda juga harus diistirahatkan minimal selama enam bulan hingga kuda dapat berjalan secara normal kembali. Saat penelitian, terdapat satu ekor kuda yang mengalami luka pada bagian kakinya. Luka merupakan salah satu cedera yang sering terjadi pada kuda olahraga. Luka dapat disebabkan oleh benturan dengan kuda lainbaik saat bermain polo maupun saat berlatih dan juga akibat terjatuh saat kuda sedang exercise. Penanganan kuda yang mengalami luka antara lain; menjahit luka apabila diperlukan, memberi obat luka seperti betadine dan juga memberi perban pada kaki kuda. Kuda yang mengalami luka pada bagian kakinya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kuda yang Mengalami Luka pada Bagian Kaki Obat-obatan yang biasa diberikan pada kuda di NPC adalah Flunixil, Biosalamine, dan Penicillin. Obat-obatan ini berfungsi untuk mengobati penyakit dalam, hal ini menandakan bahwa memang penyakit yang sering menyerang kuda adalah kolik. Tabel 2 memperlihatkan berbagai merek obat yang digunakan di NPC dan fungsinya sedangkan foto obat-obatan yang biasa diberikan pada kuda di NPC diperlihatkan pada Gambar 9. Pemberian obat cacing pada kuda dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Jenis obat cacing selalu berbeda setiap pemberiannya, hal ini untuk mencegah resistensi terhadap satu jenis obat cacing. Obat cacing yang diberikan berbentuk pasta yang dimasukkan ke dalam mulut.
38
Pencegahan penyakit di NPC dilakukan dengan cara merawat kuda dengan baik, mengatur pola makan dan latihan, serta menjaga kebersihan kuda, kandang, dan lingkungannya. Selain itu diperlukan pendeteksian penyakit lebih awal untuk mencegah keterlambatan pengobatan. Penanganan kesehatan lainnya dilakukan dengan memberikan vitamin dan suplemen pada kuda yang berbentuk serbuk atau bubuk dan mineral block. Suplemen berfungsi untuk meningkatkan stamina kuda yang diberikan setiap hari serta saat akan dilakukan pertandingan polo. Tabel 2. Merek Obat yang Digunakan dan Fungsinya Merek Obat Etadryl Flunixil Metacam Fynadine paste Biosalamine Dexadresone Xylacin Dermcusal D.M.S.O Furosix (Lasik)
Phenylject Acridinepulver Chinosol substant Penicillin-G Meiji Steptomycin Vitamin B-Neuron Vitamin C Paraffin Gastrucid Norit Novamidon (antalgin) Aureomycin Fluoroszein SE Thilo Degraseptin Sumber : NPC (2010)
Fungsi Untuk gatal dan alergi Sebagai pertolongan pertama untuk penyakit dalam (kolik). Semacam doping Untuk menghilangkan rasa sakit dan gelisah Untuk penguat otot Sebagai anti radang Sebagai obat bius Merupakan obat oles anti nyeri Merupakan obat oles anti nyeri Untuk mengobati bengkak pada otot agar cairan keluar bersama urin dan juga untuk kuda yang susah kencing Untuk menambah stamina, anti radang, dan anti nyeri. Untuk mengompres kuku luka atau bernanah Untuk mengompres kuku luka atau bernanah Merupakan antibiotik Merupakan antibiotik Memenuhi kebutuhan vitamin B-Neuron Memenuhi kebutuhan vitamin C Untuk melancarkan buang air besar Untuk mengobati maag Untuk mengobati kuda yang diare Untuk menghilangkan nyeri Untuk penyakit mata Untuk penyakit mata Semacam antiseptik
Penanganan kesehatan kuda yang dilakukan di NPC, secara umum sudah sesuai, sebagaimana McBane (1991) menyatakan bahwa pencegahan medis dan
39
perawatan rutin sangat vital terhadap kesehatan kuda dan mencegah masalah yang tidak diinginkan.
Gambar 9. Obat-obatan yang Diberikan pada Kuda di Nusantara Polo Club Pakan dan Pemberiannya Hijauan. Pakan yang diberikan pada kuda adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan adalah rumput Brachiaria mutica (Forssk.) Stapf., yang merupakan jenis rumput merambat dengan stolon panjang dan besar, sangat berbulu, memiliki rhizoma, tangkai bunga panjang, dan memiliki kelompok bunga yang padat (Quattrocchi, 2006). Kuda memiliki cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme yang mampu mencerna pakan berserat sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan dan jerami serta mengubahnya menjadi zat-zat gizi yang dapat diserap (Blakely dan Bade, 1991). Rumput diperoleh dari kebun rumput milik NPC itu sendiri dan biasanya dipanen pada pukul 15.00 WIB kemudian diangkut menggunakan mobil bak terbuka. Rumput yang telah dipanen tidak dilangsung diberikan pada kuda, namun disimpan terlebih dahulu di gudang rumput dan baru akan diberikan pada keesokan harinya. Penyimpanan rumput ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat didalam rumput (pelayuan). Adanya pelayuan rumput, maka kuda mampu mengkonsumsi lebih banyak bahan kering yang berasal dari hijauan sehingga lebih banyak juga serat kasar yang dikonsumsi untuk mekanisme fisiologis pencernaan kuda. Konsentrat. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat dengan merek dagang Fringan yang diproduksi oleh Royal Horse. Konsentrat tersebut berbentuk pellet dan dibeli dari Jakarta. Konsentrat ini digunakan untuk kuda olahraga atau kuda yang mengikuti kompetisi. Bahan baku konsentrat terdiri dari dedak gandum, tepung alfalfa, dedak padi, bungkil kedelai, molases, minyak nabati, garam, trace
40
elements, vitamin, dan mannan-oligosaccharides. Konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang menjadi sumber energi, dan seluruh biji-bijian kemungkinan bermanfaat bagi kuda (NRC, 1989). Kandungan zat makanan dari konsentrat Fringan yang tercantum dalam labelnya dapat dilihat pada Tabel 3. Kuda yang akan digunakan bermain polo diberi pakan tambahan berupa oat. Oat diberikan sebagai tambahan energi bagi kuda yang akan bermain polo. Oat merupakan biji-bijian tradisional untuk kuda, tinggi akan kandungan serat, namun energi yang tercerna (digestible energy) rendah, dan bobotnya ringan dibanding bijibijian yang lain (NRC, 1989). Disamping itu juga membutuhkan pakan yang bersifat bulky untuk mencegah timbulnya pemadatan di dalam lambung yang relatif kecil, sebab hal ini dapat menimbulkan gangguan berupa founder dan atau kolik.Oleh sebab itu diketahui bahwa oat dianggap merupakan bahan yang baik dan aman karena cukup bergizi serta bersifat bulky (Blakely dan Bade, 1991). Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Konsentrat Fringan Zat Makanan
Jumlah
Energi Tercerna
2.400 kkal
Protein
12%
Lemak
2%
Abu
9%
Serat Kasar
13,5%
Lisin
4g
Kalsium
10 g
Fosfor
5g
Magnesium
3g
Pakan tambahan lainnya adalah wheat bran yang diberikan seminggu tiga kali yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Menurut Parakkasi (1986), sifat bulk pada wheat bran dua kali lipat dibanding oat dan mempunyai sifat merangsang nafsu makan untuk kuda. Selain itu juga diberi vitamin, mineral, bonefood dan minyak sayur setiap pagi dan sore hari. Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan analisa proksimat dari berbagai macam konsentrat dan rumput, sedangkan pada Gambar 10 memperlihatkan jenis pakan yang diberikan pada kuda di NPC.
41
Tabel 4. Hasil Perhitungan Analisa Proksimat Rumput dan Konsentrat Kuda di Nusantara Polo ClubBerdasarkan Bahan Kering
1.
Bahan kering (%)
100
Konsentrat Fringan 100
2.
Abu (%)
9,99
9,86
4,82
2,81
3.
Protein kasar (%)
7,36
14,69
19,94
15,45
4.
Serat kasar (%)
44,04
18,67
15,20
10,68
5.
Lemak kasar (%)
1,16
4,39
3,60
2,78
6.
Beta-N (%)
37,45
52,39
56,44
68,28
7.
Energi bruto (kkal)
2950
3624
3620
3564
No
Zat Makanan
Rumput
Wheat Bran
Oat
100
100
Keterangan: Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2010)
Hasil analisa proksimat menunjukkan kandungan protein kasar berdasarkan bahan kering dari masing-masing pakan. Hasil tersebut selanjutnya dihitung untuk mengetahui konsumsi protein kasar dan kandungan nutrien ransum seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6.
(a) Konsentrat Fringan
(b) Wheat Bran
(c) Oat
(d) Rumput Gambar 10. Jenis Pakan
42
Pemberian Pakan. Pemberian pakan pada kuda dilakukan setiap pagi dan sore hari, berupa rumput, konsentrat, dan tambahan makanan lain seperti vitamin, bonefood, dan minyak sayur. Pada pukul 04.30 kuda diberi konsentrat, pukul 09.00 diberi rumput, dan pukul 17.30 kuda diberi rumput dan konsentrat yang dicampur vitamin, bonefood, dan minyak sayur. Jumlah rumput yang diberikan untuk seekor kuda dalam sehari sebanyak 20 kg atau sekitar 13 kg BK rumput. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Pagan (2008), bahwa pemberian rumput minimal 1% dari bobot badan atau sekitar 5 kg BK. Pemberian konsentrat Fringan pada kuda biasanya 4-5 kg/ekor/hari, tergantung pada fungsi dan aktivitas harian kuda tersebut. Kuda polo dan kuda Arab (kuda non-polo) diberi 5 kg konsentrat,sedangkan kuda induk bunting diberi 4 kg konsentrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1986) bahwa pemberian pakan hendaknya dibedakan berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda. Kuda yang pada sore harinya akan digunakan untuk bermain polo, maka pagi harinya diberi pakan tambahan sebanyak 0,5 kg oat. Oat diberikan sebagai tambahan energi bagi kuda untuk bermain polo. Setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat diberikan konsentrat dan ditambah dengan satu kg wheat bran, yang berfungsi untuk penggemukan. Jenis pakan yang diberikan pada kuda non-atlet seperti yang diungkapkan dalam penelitian Widowati (2011) secara keseluruhan sama, perbedaannya hanya pada takarannya. Tabel 5 menunjukkan kebutuhan nutrien kuda berdasarkan NRC (1989), sedangkan kandungan nutrien dari berbagai ransum yang diberikan untuk masing-masing jenis kuda diperlihatkan pada Tabel 6. Tabel 5. Kebutuhan Nutrien Kuda Ternak Kuda
Kebutuhan Nutrisi Kuda*
Rataan Bobot Badan (kg)
DE (kkal)
PK (g)
Lisin (g)
Ca (g)
P (g)
Mg (g)
1058,44
37,52
32,58
22,72
12,14
Polo
394,35
26461
Non-polo
351,21
11936,3
477,45
16,80
14,05
9,78
5,27
345,51
14756,63
588,27
20,28
17,55
13,09
6,77
477,87
17469,71
768,47
26,89
33,45
24,89
8,35
Pejantan breeding Induk bunting
Keterangan :*) Hasil perhitungan berdasarkan rataan bobot badan kuda DE = Digestible Energy, PK = Protein Kasar, Ca = Kalsium, P = Fosfor, Mg = Magnesium. Sumber: NRC (1989)
43
Tabel 6. Kandungan Nutrien Ransum Kuda Ransum A
Komponen 5 kg pellet 20 kg rumput 0,5 kg oat 1 kg wheat bran Total
B
5 kg pellet 20 kg rumput 1 kg wheat bran Total
C
4 kg pellet 20 kg rumput 0,5 kg oat 1 kg wheatbran Total
DE (kkal)
PK (g)
Lisin (g)
Ca (g)
P (g)
Mg (g)
2818,331
140,921
4,701
11,741
5,871
3,521
30724,573
1023,232
0,003
58,393
47,273
0,003
34,003
1,842
0,053
0,013
0,043
0,023
135,703
9,202
0,263
0,063
0,523
0,263
33712,59
1175,19
5,00
70,20
53,70
3,80
1
1
2887,21
144,36
4,81
1
12,03
1
6,02
1
3,611
31475,453
1048,232
0,003
59,823
48,423
0,003
139,023
9,432
0,263
0,063
0,533
0.263
34501,68
1202,02
5,08
71,91
54,97
1
1
1892,63
94,63
315,00
1
7,89
1
3,94
3,87
1
2,371
32238,903
1073,662
0,003
61,273
49,603
0,003
35,673
1,932
0,053
0,013
0,043
0,023
142,393
9,662
0,273
0,063
0,553
0,273
34309,59
1179,882
3,473
69,23
54,13
2,65
Keterangan: Ransum A (ransum untuk kuda pejantan dan betina polo); Ransum B (ransum untuk kuda non-polo dan induk bunting); Ransum C (ransum untuk pejantan breeding). 1) Hasil perhitungan berdasarkan jumlah zat makanan yang terdapat dalam label kemasan konsentrat Fringan 2) Hasil perhitungan berdasarkan jumlah zat makanan yang terdapat dalam analisa proksimat 3) Hasil perhitungan berdasarkan jumlah zat makanan yang terdapat dalam Tabel NRC (1989) 4) DE = Digestible Energy, PK = Protein Kasar, Ca = Kalsium, P = Fosfor, Mg = Magnesium.
Berdasarkan Tabel 5 dan 6 beberapa nutrisi yang diperlukan oleh kuda di NPC belum terpenuhi dari pakan yang diberikan. Salah satu asam amino yang defisien adalah lisin. Semua jenis kuda mengalami kekurangan lisin. Lisin merupakan salah satu jenis asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga asam amino lisin ini biasanya ditambahkan dari luar dalam bentuk feed supplement. Asam amino berfungsi sebagai signal nutrisi yang mempengaruhi pusat saraf mengontrol pelepasan GnRH. Graham-Thiers dan Kronfeld (2005) menyatakan bahwa dibutuhkan tambahan makanan berupa asam amino untuk mempertahankan ukuran otot seekor kuda meskipun hanya melakukan sedikit exercise. Jika ternak kekurangan lisin maka efisiensi protein akan memburuk dan pertumbuhan akan menurun. Pada dasarnya lisin merupakan penyusun jaringan tubuh yang terbesar jumlahnya (Maryuni, 2003). Selain itu kasus kekurangan nutrien
44
yang cukup besar adalah magnesium pada semua jenis kuda. Magnesium termasuk ke dalam mineral makro, yaitu mineral yang dibutuhkan dalam jumlah relatif besar. Gejala defisiensi magnesium antara lain adalah mata yang berkaca-kaca, adanya gangguan syaraf, hipersensitif, ataksia, konvulsi, berkeringat, dan akhirnya tidak sadarkan diri (Parakkasi, 1986). Tabel 6 juga menunjukkan bahwa kebutuhan energi, protein kasar, kalsium, dan fosfor sudah terpenuhi, bahkan melebihi daripada kebutuhannya berdasarkan NRC (1989). Pemberian zat makanan yang berlebihan dapat menyebabkan kuda kegemukan. Hal ini berbeda dengan perhitungan estimasi bobot badan yang dilakukan yang mana bobot badan kuda di NPC berada dibawah standar yang diinginkan. Rendahnya bobot badan ini bisa disebabkan akibat defisiensi lisin dalam ransum sehingga efisiensi protein akan memburuk dan pertumbuhan akan menurun. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi pemberian rumput, karena lebih daripada setengah jumlah zat makanan berasal dari rumput. Selain itu juga diperlukan tambahan jumlah lisin dan magnesium dalam konsentrat atau dalam bentuk feed supplement. Air juga sangat penting, tubuh kuda kemungkinan terdiri dari 70% air (McBane, 1994). Menurut Drummond (1988), seekor kuda rata-rata mengkonsumsi air sebanyak 45-54,6 liter setiap hari. Pemberian air untuk kuda di NPC adalah ad libitum, sehingga pemberian air minum ini sudah mencukupi kebutuhan kuda dalam sehari. Penggantian air minum dilakukan setiap pagi dan sore hari. Kuda yang dilatih membutuhkan sekitar 75 liter air untuk sekresi susu per hari. Tingkat kebutuhan air bergantung dari bentuk dan jenis pakan, suhu dan kelembaban lingkungan, dan status fisiologis ternak (Pagan, 2008). Setiap kandang sudah dilengkapi dengan tempat minum dan tempat konsentrat, namun belum tersedia tempat untuk rumput atau hijauan, sehingga pemberian rumput langsung diletakkan pada lantai kandang yang diberi alas. Hal ini kurang baik bagi kesehatan kuda karena rumput dapat tercampur dengan bedding dan feses. Pakan yang tidak terjaga kebersihannya akan menyebabkan kandungan zat makanan yang tercerna menurun karena gangguan mikroorganime patogen yang ada.
45
Perawatan Kuda (Grooming) Perawatan kuda mencakup kegiatan pembersihan kuda seperti menyikat bulu (brushing) kuda (Gambar 11b), memandikan kuda (Gambar 11c), penggantian tapal kuda (Gambar 11e), dan pencukuran surai serta bulu ekor kuda. Penyikatan bulu kuda dengan menggunakan roskam dan sikat, dilakukan setiap pagi dan sore hari, hal ini bertujuan untuk membersihkan debu dan kotoran yang menempel pada bulu serta mencegah bulu tidak mudah rontok. Kuda impor (kuda poni Argentina dan kuda Arab) lebih rentan mengalami kerontokan bulu dibanding kuda lokal sehingga penyikatan bulu harus dilakukan secara rutin. Penyikatan bulu dilakukan mulai dari bagian kepala (Gambar 11a), leher, badan, kaki, hingga ekor kuda. Perawatan bulu kuda dilakukan untuk menjaga kulit dan bulunya tetap sehat dan mencegah penyakit kulit. Kuda yang telah beraktivitas biasanya akan berkeringat, oleh sebab itu kuda perlu dimandikan. Petugas memakai sampo yang biasa digunakan manusia untuk memandikan kuda. Penggunaan sampo ini bertujuan untuk melembutkan bulu kuda. Gambar 11 memperlihatkan berbagai kegiatan merawat kuda, sedangkan jadwal merawat kuda dalam sehari dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jadwal Kegiatan Merawat Kuda Jam 04.30-05.00 06.00-07.00 07.00-07.30 07.30-08.00 08.00-08.30 08.30-09.00 09.00-14.30 14.30-15.30 15.30-16.00 16.00-16.30 16.30-17.00 17.00-17.30 Sumber : NPC (2010)
Kegiatan Menyiapkan dan memberi konsentrat Membersihkan kandang Menyikat kuda Melakukan exercise kuda Memandikan kuda Menyiapkan dan memberi rumput Istirahat Membersihkan kandang Menyikat kuda Melakukan exercise kuda Memandikan kuda Menyiapkan dan memberi pakan hijauan dan konsentrat
Kuda yang digunakan untuk bermain polo harus dicukur pada bagian surainya, dan ekornya dikepang. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu kuda saat bermain polo, mencederai pemain maupun kuda lain, dan tidak mengganggu atlet saat akan melakukan pukulan akibat mallet yang tersangkut terkena kibasan ekor dari
46
kuda tersebut. Pencukuran surai dan bulu ekor kuda dilakukan dua minggu sekali atau ketika bulu ekor dan surai sudah mulai memanjang. Pencukuran ini tidak dilakukan pada kuda breeding. Surai yang dicukur merupakan ciri khas kuda poni polo.
(a) Menyikat kepala kuda
(b) Menyikat bulu bagian bawah kuda
(c) Memandikan kuda
(d) Memberi pakan
(e) Mengganti tapal kuda
(f) Memberi hoof oil
Gambar 11. Berbagai Kegiatan Merawat Kuda di Nusantara Polo Club
47
Kebersihan kuku sangatlah penting bagi kesehatan kuda. Kuda yang telah digunakan untuk exercise, schooling, stick and ball, dan bermain polo kukunya dibersihkan dari kotoran yang menempel. Cara membersihkannya adalah mengangkat salah satu kaki kuda secara perlahan-lahan, lalu membersihkan kukunya. Hal yang sama juga dilakukan pada kuku kaki yang lain. Selain itu dalam perawatan kuku juga dilakukan penggantian tapal kuda (Gambar 11e) setiap sebulan sekali, bertujuan untuk menjaga kebersihan kuku kuda. Pemasangan tapal dapat melindungi kaki kuda terhadap batu, kerikil, dan benda tajam yang terinjak yang dapat menyebabkan luka, kerusakan, dan penyakit pada kuku kuda. Hal pertama yang dilakukan untuk mengganti tapal kuda adalah membuka tapal yang lama, setelah itu kuku kuda mulai dibersihkan dan dipotong. Pemotongan kuku ini dilakukan agar tidak mengganggu kuda saat beraktivitas dan mencegah kuda terkena penyakit kuku. Selanjutnya adalah menentukan ukuran tapal. Setiap kuda memiliki ukuran kaki yang berbeda, sehingga ukuran tapalnya pun berbeda. Tapal kuda berukuran antara 0-7 yang berarti berukuran 10-17 inci. Ukuran tapal yang digunakan untuk kuda poni polo biasanya antara 1-3 atau 11-13 inci. Setelah ukuran tapal ditentukan, kemudian tapal dipasang dengan cara memakukannya. Kuku kemudian dikikir agar sesuai dengan bentuk tapal. Setelah tapal terpasang dengan rapi, kuku bagian luar selanjutnya diberi hoof oil atau minyak kuku (Gambar 11f), tujuannya untuk mencegah kerapuhan pada kuku. Bentuk dan kondisi kuku kuda mempengaruhi keseimbangan kuda baik saat berdiri, berjalan, maupun berlari (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Peralatan yang digunakan untuk merawat kuda yaitu roskam, sikat, sisir ekor, pencungkil kuku, hoof oil, sabun antiseptik, dan sampo seperti terlihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Peralatan untuk Merawat Kuda 48
Olahraga Polo Polo merupakan olahraga berkuda yang dimainkan secara beregu dengan tujuan memasukkan bola ke gawang lawan. Setiap regu polo terdiri atas empat orang pemain. Pemain mengendalikan bola fiber plastik dengan menggunakan stick panjang yang disebut mallet. Gol dianggap sah apabila bola melewati batas gawang dan wasit garis yang berjaga di sekitar gawang mengibarkan bendera. Setiap terjadi gol maka dilakukan pergiliran gawang. Permainan polo berlangsung selama tujuh menit 30 detik per periode yang disebut chukka. Keseluruhan permainan polo dapat berlangsung antara empat sampai dengan 12 chukka tergantung peraturan turnamen dan ranking yang diperoleh berdasarkan penilaian asosiasi polo. Setiap chukka berakhir, dilakukan pergantian kuda (Gambar 13f) untuk chukka berikutnya, karena lama maksimum penggunaan kuda untuk olahraga polo hanya satu chukka. Jadi, jika seorang pemain polo akan memainkan empat chukka, dia harus menyediakan empat ekor kuda. Kekuatan fisik kuda menjadi faktor pertimbangan utama. Ritme permainan polo yang begitu cepat dapat menyebabkan kuda mengalami sesak napas dan mati apabila kuda dipaksakan untuk digunakan lebih daripada satu babak. Pertandingan polo diawasi oleh dua orang wasit didalam lapangan dan satu orang pegawas pertandingan yang berada diluar lapangan. Wasit memberi jeda pada setiap chukka bagi pemain untuk mengganti kuda, beristirahat sejenak, dan minum. Olahraga polo membutuhkan keseimbangan, fokus, dan ketepatan mengendalikan kuda. Pemain juga dapat terluka akibat terkena bola, terpukul mallet pemain lain, atau terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan saat mengendalikan kuda. Pemain polo memegang mallet dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memengang tali kekang dan menggenggam whip (cambuk). Tingkat kesulitan bermain polo semakin tinggi karena pemain juga harus mengendalikan kudanya. Pemain harus mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan kuda secara baik. Ini artinya pemain harus memperhatikan tidak hanya kesehatan fisik kuda, tetapi juga jiwanya. Ilustrasi pertandingan polo selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 13. Pertandingan polo dilakukan setelah wasit meniupkan peluit, tanda dimulainya pertandingan polo. Selanjutnya para pemain mulai bersaing untuk mendapatkan bola (Gambar 13a). Bola yang telah diambil selanjutnya dipukul oleh pemain (Gambar 13b) untuk mengumpannya kepada pemain lain yang berada
49
di dekat gawang dan kemudian diarahkan ke gawang agar dapat mencetak gol (Gambar 13c). Setelah tercipta gol, pemain kembali menuju ke tengah lapangan (Gambar 13d) untuk memulai lagi kick off seperti dalam pertandingan sepak bola. Pemain yang melakukan pelanggaran akan diberikan hukuman yaitu dengan memberikan pukulan penalti ataupun pukulan bebas bagi pemain lawan (Gambar 13e).
(a) Pemain Bersaing Mendapatkan Bola
(b) Pemain Memukul Bola
(c) Pemain Mengumpan Bola
(d) Pemain Menuju ke Tengah Lapangan
(e)Kick Off Pertandingan Polo
(f) Pergantian Kuda Saat Jeda Chukka
Gambar 13. Pertandingan Polo
50
Peraturan Pertandingan Polo Terdapat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap atlet dalam pertandingan polo. Peraturan-peraturan tersebut antara lain; tidak boleh memotong garis bola, saling menyikut antar atlet, memukul kuda lawan, mengait stick lawan dari arah yang berlawanan, dan mencelakai lawan dengan sengaja. Atlet yang melanggar peraturan akan diberi hukuman oleh wasit tergantung pada jenis pelanggaran yang dilakukan. Hukuman ini dapat berupa tim yang dilanggar mendapatkan pukulan penalti atau pukulan bebas. Setiap pemain maupun kuda wajib menggunakan peralatan khusus saat bermain polo untuk menjaga keselamatan pemain dan kuda selama bermain polo. Peralatan yang digunakan pemain saat bermain polo dapat dilihat pada Gambar 14. Peralatan tersebut antara lain: 1.
Knee Gat (Gambar 14b), yaitu pelindung lutut yang terbuat dari kulit.
2.
Helmet (Gambar 14a), adalah pelindung kepala yang bagian luarnya terbuat dari kulit, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari fiber.
3.
Sepatu boot (Gambar 14c), adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan berfungsi untuk melindungi kaki pemain dari benturan bola polo, pemain dan kuda lainnya.
4.
Sarung tangan, yaitu sarung pelindung tangan saat bermain polo yang terbuat dari kulit.
5.
Ellbowl adalah pelindung sikut yang terbuat dari kulit.
6.
Mallet atau stick polo (Gambar 14f), adalah tongkat pemukul bola dalam permainan polo. Panjang mallet sendiri bervariasi ditentukan menurut ukuran tinggi badan seseorang, yaitu sekitar 50-53 inci.
7.
Polo ball (Gambar 14d), adalah bola yang terbuat dari plastik fiber berdiameter 3-3,5 inci dengan berat 3,5-4,5 ons.
8.
Whip, merupakan cambuk yang digunakan untuk mengendalikan kuda saat bermain polo.
9.
White jeans, merupakan celana khusus untuk bermain polo.
10. Kaos tim (Gambar 14e), merupakan kaos yang digunakan oleh seluruh atlet dalam sebuah tim dan telah diberi nomor punggung untuk masing-masing atlet.
51
(a) Helmet
(c) Sepatu Boot
(e) Kaos Tim NPC
(b) Knee Gat
(d) Polo Ball
(f) Mallet
Gambar 14. Peralatan Pemain Saat Bermain Polo Pola Latihan Setiap pagi dan sore hari kuda polo selalu melakukan exercise masing-masing selama 30 menit. Exercise meliputi walking dan latihan gaya berjalan trot dan canter pada track yang telah ditentukan, bertujuan untuk menjaga kesehatan kuda. Menurut Bogart dan Taylor (1983), walk adalah sebuah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain, trot adalah sebuah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan serta kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan canter adalah sebuah gaya berjalan tiga irama dimana kaki belakang menginjak permukaan dengan
52
serentak sedangkan kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang. Ilustrasi kuda yang sedang exercise dapat dilihat pada Gambar 15. Sedangkan pelatihan untuk menjadikan kuda sebagai kuda polo harus melewati beberapa tahap, antara lain longeing, pengenalan alat tunggang, schooling, dan stick and ball.
Gambar 15. Exercise Kuda Lungeing(Longser). Kuda yang akan dijadikan sebagai kuda polo, pertama kali mengikuti latihan longser (lungeing) setiap pagi dan sore hari selama satu minggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Coldrey dan Coldrey (1990) bahwa pelajaran pertama untuk kuda yang belum bisa ditunggangi atau masih sulit dikendalikan yaitu lungeing. Latihan ini dilakukan dengan cara pelatih mengekang kuda dengan tali longser yang agak panjang dan memutar kuda ke arah kiri dan kanan masing-masing selama 10 menit. Pelatih mengendalikan tali longser agar kuda jalannya tetap sempurna dan tali longser tidak boleh kendor. Pelatih juga mengatur langkah kuda sesuai dengan yang dikehendaki oleh pelatih. Ilustrasi pelatihan kegiatan lungeing kuda diperlihatkan pada Gambar 16. Lungeing sebelum menunggangi kuda dapat menurunkan resiko terjatuh karena dengan latihan ini dapat membantu kuda untuk menjaga keseimbangannya. Menurut Coldrey dan Coldrey (1990) lungeing yaitu kuda bergerak membentuk lingkaran atau mengelilingi pelatih yang memegang tali kendali kuda sepanjang 1015 m. Pola latihan ini berguna untuk pembentukan otot dan melatih gerak langkah kaki kuda.
53
Gambar 16.Kegiatan Lungeing Kuda Pengenalan Alat Tunggang. Pola latihan selanjutnya adalah pengenalan alat tunggang. Latihan ini dilakukan pertama kali dengan memegang satu persatu peralatan yang akan dipasang pada badan kuda, didekatkan pada kuda, disentuhkan dan digosokkan secara perlahan pada badan kuda sehingga kuda mulai mengerti dengan peralatan yang akan dipasangkan dan tidak merasa takut. Pemasangan peralatan dapat dilakukan sesudah kuda mulai jinak dan setelah tahap perkenalan untuk membiasakan kuda terhadap peralatan yang digunakannya. Pemasangan peralatan dimulai dari sandang kepala, sabrak, pelana, hingga bandage. Diperlukan latihan yang berulang untuk mengurangi ketakutan kuda terhadap peralatan yang digunakan. Nilareswati (2009) menyatakan bahwa komunikasi antara pelatih dan kuda harus dilakukan dengan baik agar kuda tidak takut dan percaya. Schooling.
Pola latihan berikutnya adalah schooling meliputi latihan
walking, canter, trot, stop, manuver (putar), dan cyrcle (membentuk lingkaran), yang bertujuan untuk mengenalkan dan melatih kuda pada gerakan-gerakan yang diajarkan tersebut. Pelatih menunggangi dan mengatur langkah kaki kuda sesuai yang dikehendaki oleh pelatih. Selain itu, kuda juga sesekali dilatih bersama dengan kuda lainnya untuk melatih mental kuda. Stick and Ball. Kuda selanjutnya mulai dilatih stick and ball yang dilakukan seminggu dua kali selama 15–30 menit. Pelatih menunggangi kuda dengan membawa mallet, cambuk, dan bola pada latihan ini. Hal ini dilakukan agar kuda terbiasa dengan mallet dan bola. Stick and ball dilakukan untuk mengenalkan dan melatih berbagai jenis pukulan dasar yang digunakan dalam olahraga polo serta melatih kemampuan pemain polo dalam memukul bola. Adapun jenis pukulan yang dilatih adalah:
54
1. Offside forehand, yaitu memukul bola kearah depan dengan posisi mallet berada di samping kanan kuda. 2. Nearside forehand, yaitu memukul bola kearah depan dengan posisi mallet berada di samping kiri kuda. 3. Offside backhand, yaitu memukul bola kearah belakang dengan posisi mallet berada disamping kanan kuda. 4. Nearside backhand, yaitu memukul bola kearah belakang dengan posisi mallet berada disamping kiri kuda. 5. Neckshot, yaitu memukul bola kearah depan secara menyilang melalui bagian bawah leher kuda dengan posisi mallet berada disamping kiri maupun kanan kuda. 6. Offside tail shot, yaitu memukul bola kearah belakang secara menyilang melalui bagian bawah ekor kuda dengan posisi mallet berada disamping kanan kuda. 7. Offside belly shot, yaitu memukul bola kearah bagian bawah perut kuda dengan posisi mallet berada disamping kanan kuda. Selain melatih gerakan pukulan, dalam stick and ball juga dilatih marking atau defend, yaitu menjaga dan menghalangi lawan, attack (menyerang), dan hook yaitu mengganjal stick lawan. Pelatihan bagi kuda yang telah menjadi kuda polo hanyalah schooling dan stick and ball, yang bertujuan untuk melatih dan mengingatkan kuda pada materi latihan yang telah diajarkan. Kuda non-atlet baik yang terdapat pada kandang Alfa maupun Bravo tidak mengikuti pola latihan seperti yang telah dilakukan. Latihan yang dilakukan hanyalah exercise yang diadakan setiap pagi dan sore hari. Exercise yang dilakukan hanya berjalan saja (walk), namun terkadang diselingi trot, yang bertujuan untuk menjaga stamina kuda. Selain faktor genetik, pola latihan sangat berpengaruh terhadap kualitas kuda polo yang dihasilkan. Keterampilan pelatih dan atlet sangat dibutuhkan dalam latihan. Kualitas kuda polo dilihat dari ketahanan dan kecepatannya saat berlari. Pelatih dan atlet harus mampu melatih dengan baik agar kuda memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti secara-cara tiba, berputar, dan berlari kearah yang berlawanan. Kuda harus memiliki keberanian dan kecerdasan yang tinggi saat bermain polo. Oleh karenanya, keterampilan dan kemampuan pelatih dan atlet harus terus ditingkatkan agar semakin baik dalam melatih dan mengendalikan kuda.
55
Pelatih Kuda Polo Pelatih yang telibat dalam penelitian ini berjumlah dua orang, masing-masing berumur 35 dan 38 tahun. Keduanya menempuh pendidikan terakhir di Sekolah Teknik Menengah (STM). Dari hal ini terlihat bahwa tidak ada hubungan antara latar belakang pendidikan dengan profesi pelatih kuda yang dijalaninya sekarang. Pelatih adalah atlet senior yang pernah mengikuti kejuaraan SEA Games 2007 di Thailand. Pelatih bertugas untuk melatih kuda muda yang akan dijadikan kuda polo. Hamer (1993) menyatakan, sebaiknya kuda yang masih muda hanya dilatih oleh penunggang dan pelatih yang berpengalaman. Seorang pelatih harus memiliki kesabaran, keterampilan, dan membangun komunikasi yang baik dengan kuda yang dilatihnya. Hal ini untuk menumbuhkan kepercayaan kuda dan menghilangkan rasa takut kuda terhadap pola latihan yang dijalaninya. Latihan dilakukan secara berulang hingga kuda memahami materi latihan yang diajarkan oleh pelatih. Menurut McCall (1990), pelatih yang baik juga dapat mengetahui bahwa untuk memperoleh respon yang cepat dari kuda, diperlukan isyarat yang spesifik, konsisten, dan diberikan pada waktu yang tepat sehingga kuda akan mampu memberikan respon. Nusantara Polo Club (NPC) menyediakan jasa penyewaan kuda. Pelatih juga bertugas untuk melatih berkuda dan bermain polo bagi para penyewa kuda (guest). Selain itu, pelatih juga dapat bertugas menjadi wasit dalam setiap pertandingan polo yang dilaksanakan di NPC. Atlet Polo Nusantara Polo Club (NPC) memiliki sepuluh orang atlet polo, yang terdiri dari enam orang atlet senior dan empat orang atlet junior. Atlet senior merupakan atlet yang biasa mewakili NPC maupun Indonesia dalam mengikuti berbagai kejuaraan polo. Untuk menciptakan regenerasi atlet polo, maka dipersiapkanlah atletatlet junior yang kelak akan menggantikan atlet senior ketika mereka berhenti atau tidak lagi menjadi atlet. Setiap atlet senior masing-masing melatih empat ekor kuda yang selanjutnya digunakan dalam setiap pertandingan polo. Atlet harus mampu mengenali
karakterisitik
kuda
yang
ditungganginya
untuk
memudahkan
mengendalikan kuda. Saat bermain polo diperlukan keseimbangan, fokus, dan ketepatan dalam mengendalikan kuda. Setiap latihan yang dijalani merupakan saat yang penting bagi 56
atlet untuk mengenali karakteristik kudanya. Menurut atlet, kendala yang sering dihadapi saat melatih kuda adalah mood kuda yang terkadang kurang baik, sehingga kuda menjadi malas untuk berlari dan tidak mau menuruti perintah yang diberikan menyebabkan sulit untuk dilatih. Bila hal ini terjadi, penanganan yang dilakukan adalah menghentikan latihan dan membawa kuda kembali ke kandang untuk mencegah stress pada kuda. Hal-hal seperti inilah yang harus perlu dipahami oleh atlet dan dibutuhkan komunikasi yang baik antara atlet dan kuda yang dilatihnya. Atlet harus mampu berkoordinasi dengan kudanya secara baik, artinya atlet harus memperhatikan tidak hanya kesehatan fisik kuda, tetapi juga jiwanya. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa atlet memiliki peranan yang sangat penting terhadap kualitas kuda polo yang dihasilkan. Keterampilan atlet sangat berpengaruh dalam kesuksesan pelatihan yang dilakukan. Oleh karenanya, atlet perlu meningkatkan kemampuan dan keterampilannya sehingga mampu mengendalikan kuda dengan baik dan kuda yang ditungganginya juga memiliki kualitas dan kemampuan yang baik. Satu tim polo terdiri atas empat orang atlet dan setiap atlet memiliki peringkat (handicap) yang dinilai setiap tahunnya oleh asosiasi polo berdasarkan kemampuan dalam mengendalikan kuda, memukul bola, dan keaktifannya saat bermain polo. Handicap berskala -2–10. Setiap tim juga memiliki handicap yang dihitung dari jumlah handicap semua atlet dalam tim tersebut. Menurut Federation of International Polo (2010), pertandingan polo yang dilaksanakan berdasarkan kategori handicap ada tiga jenis, yaitu: 1. High goal polo, yaitu pertandingan yang dilaksanakan bagi tim-tim yang memiliki peringkat (handicap) sebanyak 20 atau lebih. 2. Medium goal polo, yaitu pertandingan yang dilaksanakan bagi tim-tim yang memiliki peringkat (handicap) antara 6-14. 3. Low goal polo, yaitu pertandingan yang dilaksanakan bagi tim-tim yang memiliki peringkat (handicap) antara 0-4. Pertandingan polo yang dilaksanakan di benua Asia biasanya adalah low goal polo dan medium goal polo, sedangkan pertandingan high goal polo dipertandingkan di Argentina yang merupakan negara asal olahraga polo. Pertandingan olahraga polo yang biasa dilaksanakan di NPC adalah low goal polo karena olahraga polo baru mulai dikembangkan di Indonesia.
57
Keempat atlet polo memiliki posisi yang berbeda dalam tim saat bermain, seperti halnya dalam sepakbola, ada atlet yang bertugas sebagai pemain bertahan dan ada yang sebagai pemain menyerang. Posisi atlet dalam tim terlihat dari nomor punggung yang berada pada kaos tim tersebut. Nomor punggung tersebut terdiri atas nomor 1-4. Adapun tugas dari masing-masing posisi atlet tersebut menurut Federation of International Polo (2010) adalah sebagai berikut: 1. Posisi nomor 1 adalah pemain menyerang yang bertugas untuk menciptakan pukulan yang akurat dan berkonsentrasi untuk mencetak skor atau gol, namun pemain ini juga mempunyai tanggungjawab untuk bertahan ketika timnya sedang diserang. 2. Posisi nomor 2 adalah pemain menyerang yang bertugas untuk mengarahkan pukulan dengan cepat kepada pemain posisi nomor 1 agar dapat mencetak gol, sama seperti halnya pemain posisi nomor 1, pemain posisi nomor 2 juga mempunyai tanggungjawab untuk bertahan ketika timnya sedang diserang, selain itu, terkadang pemain ini juga dapat saling bertukar posisi dengan pemain posisi nomor 3. 3. Posisi nomor 3 adalah pemain yang bertugas untuk mengatur serangan dan memberikan umpan pukulan kepada pemain posisi nomor 1 atau 2. Pemain haruslah memiliki kemampuan memukul bola yang akurat dan bagus dalam mengontrol bola serta mallet. 4. Posisi nomor 4 adalah pemain bertahan yang bertugas untuk menjaga pertahanan timnya dari serangan lawan. Identitas atlet di Nusantara Polo Club saat penelitian dilakukan diperlihatkan pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sebanyak 40% atlet berumur kurang dari atau sama dengan 20 tahun, yang kesemuanya merupakan atlet junior. Sedangkan umur atlet senior berada pada kisaran diatas 20 tahun. Secara umum, atlet menempuh pendidikan terakhir hingga sekolah menengah atas (SMA), hanya satu orang atlet yang merupakan lulusan unversitas atau sarjana. Atlet junior baru memiliki pengalaman menjadi atlet kurang daripada atau sama dengan satu tahun, sedangkan untuk atlet senior sudah memiliki pengalaman lebih daripada dua tahun. Hampir semua atlet tinggal di mess atlet yang berada dalam kawasan Nusantara Polo Club, yang bertujuan untuk memudahkan saat latihan dan persiapan dalam
58
menghadapi pertandingan polo. Terdapat satu orang atlet yang juga merangkap menjadi penanggungjawab kandang, yang bertugas untuk mengawasi dan mengkoordinasi semua kegiatan yang tejadi di kandang bersama groomer. Tabel 8.Identitas Atlet Keterangan . Umur (tahun) - ≤ 20 - > 20 . Pendidikan Terakhir - SMA - Sarjana . Pengalaman (tahun) - ≤1 - 2 - 3 - ≥4
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
4 6
40 60
9 1
90 10
4 1 2 3
40 10 20 30
Kesejahteraan Kuda Selama setahun, kuda polo tidak selalu digunakan untuk bermain polo. Setidaknya selama enam bulan kuda dibiarkan untuk beristirahat dan enam bulan sisanya digunakan untuk bermain polo atau yang biasa disebut dengan musim polo, yang dilakukan mulai dari bulan April hingga September. Kuda mulai diistirahatkan pada bulan Oktober hingga Maret. Kuda membutuhkan waktu istirahat untuk mengembalikan kondisi tubuh kuda setelah digunakan bermain polo. Istirahat ini dilakukan dengan melepas kuda ke lapangan umbar atau paddock, sehingga kuda dapat berkeliaran bebas seperti kuda berada di alam. Pada masa istirahat, exercise tetap dilaksanakan dengan membawa kuda jalan (walking) pada pagi dan sore hari. Saat musim polo, kuda menjalani pola latihan selama satu jam sehari yang meliputi latihan schooling dan stick and ball. Selain schooling dan stick and ball, juga dilakukan exercise selama 30 menit, sehingga lama penggunaan kuda dalam sehari adalah 1,5 jam. Hal ini sudah sesuai dengan pendapat McBane (1991) yang menyatakan dari segi kesehatan, latihan yang baik agar kuda tetap sehat adalah dua jam/hari. Exercise hanya dilakukan pada sore hari bila pada pagi harinya dilakukan schooling dan stick and ball,dan sebaliknya bila schooling dan stick and ball dilaksanakan pada sore hari, maka pagi harinya dilakukan exercise. Masa istirahat pada waktu musim polo dilakukan dengan membiarkan kuda beristirahat di dalam
59
kandang. Secara umum, pola dan lama latihan yang dilakukan sudah sesuai dan cukup teratur. Kuda juga memiliki waktu istirahat yang cukup. Setiap seminggu sekali dilakukan chukka atau pertandingan polo yang dimainkan antar atlet NPC. Setelah pertandingan selesai, kuda akan terlihat kelelahan, terengah-engah, dan mengeluarkan banyak keringat. Oleh karena itu, kuda dimandikan untuk mengilangkan kotoran dan keringat serta membuat kuda menjadi segar kembali. Selanjutnya kaki kuda dilumuri poultis untuk mengurangi kelelahan pada otot kuda. Setelah itu kuda dimasukkan ke dalam kandang dan diberi pakan ketika pernafasannya sudah normal kembali atau tidak terengah-engah lagi. Kondisi kesejahteraan kuda haruslah terus dijaga untuk menghindari kuda dari stress dan sakit. Pola dan lama latihan harus dilakukan secara teratur, pemberian pakan yang berkualitas, sanitasi lingkungan kandang, dan perawatan kuda yang baik dan benar. Kesejahteraan kuda dapat dilihat dari tingkah laku, kesehatan, dan kinerja kuda tersebut. Kondisi kesejahteraan kuda yang kurang atau buruk, dapat dinilai dari sinyal tubuh yang menunjukkan keadaan yang tidak baik (fisik, tingkah laku, dan fisiologis), sinyal yang menunjukkan masalah yang terus-menerus, dan sinyal yang menunjukkan bahwa telah terjadi masalah kesejahteraan kuda sebelumnya (Mills dan Nankervis, 2003). Kegiatan Nusantara Polo Club Nusantara Polo Club (NPC) merupakan klub polo di Indonesia yang dimiliki oleh Prabowo Subianto sejak tahun 2005. Berbagai pertandingan polo telah dilaksanakan di NPC, antara lain pertandingan persahabatan dengan negara-negara lain dan kejuaraan rutin yang memang dilaksanakan setiap tahun seperti Beginner Cup. Kejuaraan ini merupakan kejuaraan untuk pemain polo pemula. Saat ini NPC sedang berusaha untuk mengembangkan olahraga polo di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dengan pembelian kuda poni polo dari luar negeri untuk dipelihara dan digunakan dalam setiap pertandingan polo, mengadakan kejuaraan dalam berbagai pertandingan dan pengiriman atlet keluar negeri untuk menjalani pelatihan olahraga polo. Publikasi mengenai olahraga polo juga dilakukan melalui media massa seperti koran dan internet, hal ini bertujuan untuk semakin mengenalkan olahraga polo kepada masyarakat luas.
60
Pemeliharaan kuda polo di NPC dimulai sejak kuda didatangkan dari Argentina setelah mengikuti kejuaraan SEA Games 2007 di Thailand. Kuda terus dipelihara sampai kuda tersebut mati dan tidak akan dijual meskipun kuda tidak dapat digunakan lagi untuk bermain polo. Penanganan kuda yang mati dilakukan dengan mengotopsi tubuh kuda untuk mengetahui penyebab kematiannya, kemudian kuda dikubur didekat lokasi kandang. Setiap kuda di NPC memiliki karakteristik yang berbeda-beda, terlihat dari tingkah laku kuda yang bervariasi. Beberapa diantaranya ada yang bersifat agresif dan sensitif, namun ada juga kuda yang bersifat penurut. Yang dimaksud dengan agresif dan sensitif adalah kuda yang suka menendang, agak sulit saat dipasang peralatan alat tunggang dan saat ditunggangi, sedangkan kuda dengan sifat penurut adalah kuda yang lebih mudah dikendalikan dan diatur serta tidak suka memberontak. Nusantara Polo Club sedang berusaha untuk dapat mempertandingkan cabang olahraga polo pada SEA Games 2011 di Indonesia. Bila hal tersebut dapat direalisasikan, maka NPC akan bertindak sebagai tuan rumah untuk cabang olahraga polo tersebut. Berbagai persiapan sedang dilakukan untuk menghadapi kejuaraan terbesar di Asia Tenggara tersebut, antara lain perbaikan dan penambahan jumlah kandang, perbaikan lapangan dan tracknya, perbaikan akses jalan menuju NPC, perbaikan saluran air, sistem pengairan, dan kelistrikan, serta penambahan fasilitas lainnya. Saat ini NPC juga telah memesan 44 ekor kuda poni polo dari Argentina yang akan digunakan dalam kejuaraan ini. Dalam rangka persiapan menghadap SEA Games 2011, NPC juga telah mengirim lima orang atlet seniornya ke Argentina dan Thailand untuk menjalani training camp yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atlet dalam bermain polo.
61
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Nusantara Polo Club di kandang Alfa terdapat 35 ekor kuda dengan kisaran umur tujuh sampai 30 tahun, rataan bobot badan untuk kuda polo adalah 393,94 kg dan kuda non-polo adalah 349,79 kg, berasal dari kuda bangsa Arab dan poni Argentina. Rataan bobot badan ini berada dibawah standar yang diinginkan. Manajemen pemeliharaan meliputi perawatan kuda, pemberian pakan, penanganan kesehatan, dan perkandangan telah dilakukan dengan baik. Pemberian pakan masih memerlukan perbaikan karena kuda diduga mengalami defisiensi lisin dan magnesium. Pola pemeliharaan kuda dilakukan berbeda-beda sesuai dengan fungsi kuda tersebut, yang dibedakan dengan takaran pemberian pakan dan pola latihan. Bangunan kandang cukup baik karena terbuat dari bahan yang kuat dan dilengkapi dengan kipas angin, pipa penyejuk udara, ventilasi udara yang baik, dan diberi bedding yang lunak. Penanganan kesehatan dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan kuda yang dilakukan pada setiap pagi dan sore hari, perawatan dan pengobatan kuda yang sakit, namun diperlukan deteksi penyakit yang lebih cepat untuk memudahkan pengobatan bagi kuda yang sakit. Pola latihan yang teratur dan benar berpengaruh terhadap kesejahteraan kuda dan kualitas kuda polo yang dihasilkan. Petugas yang meliputi manajer, atlet, groomer, pelatih, dokter hewan, farrier, petugas tack room, merupakan sumber daya manusia yang sangat berperan penting dalam keberhasilan peternakan kuda di Nusantara Polo Club. Saran Peningkatan kualitas kuda polo dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen pemberian pakan, hal ini disebabkan adanya beberapa defisiensi nutrien yang diperlukan dan belum terpenuhi dari pakan yang diberikan sehingga bobot badan kuda di NPC belum memenuhi standar yang diinginkan. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan penambahan lisin dan magnesium dalam konsentrat atau dalam bentuk feed supplement dan juga dapat dilakukan dengan pemberian sumber pakan yang lebih variatif dan mengandung lisin serta magnesium yang tinggi. Selain itu, perlu disediakan timbangan kuda untuk mengetahui pertumbuhan kuda.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS, dan Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si sebagai pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, perhatian, motivasi, dan curahan waktu yang telah diberikan kepada Penulis, serta terima kasih kepada dosen penguji Tuti Suryati, S.Pt, M.Si dan Ir. Lilis Khotijah, M.Si yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penulisan serta Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si selaku panitia sidang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Yuni Cahya E., S.Pt yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan perhatian selama Penulis menjalankan penelitian. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang banyak memberikan masukan dan bimbingan selama Penulis menjadi mahasiswa. Terima kasih pula kepada seluruh staf pengajar Fakultas Peternakan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman selama Penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas Peternakan. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada seluruh tim Nusantara Polo Club (NPC) yang telah membantu dalam penelitian ini. Terima kasih pula kepada teman sepenelitian yaitu Debora A.W. serta teman-teman sebimbingan, yaitu Dewi A., Dian D., Sari C.N., E.Depi K., dan Rahmadani S. Terima kasih untuk bantuan dan dukungan khususnya Lenna Adriyana, S.Pt, Mulyanto, S.Pt, Ary Priyambodo, S.Pt, Larasati Prawita A., Mayagita Y., Aan M., Dewi Agustina,S.KPM, M.Izzati A., Sendy R.F., dan Elmilia A. selama Penulis menyelesaikan penelitian dan skripsi ini serta sahabat-sahabat IPTP 44 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas kekompakan, dukungan, dan semangat juang dalam kebersamaan selama ini. Terakhir Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada orang tua tercinta Ayahanda Woerono dan Ibunda Lia Jumalia yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang, perhatian, bimbingan, motivasi, dan doa yang senantiasa dipanjatkan untuk keberhasilan Penulis serta terima kasih kepada kakak dan adik tercinta yaitu Willyatmo Eko Putro, S.Farm., Apt. dan Dewi Wuliantari C.P. Penulis
DAFTAR PUSTAKA Anthony, D., D. Y. Telegin, & D. Brown. 1991. Origin of the horseback riding. Scientific American. 225: 44-48. Arnason, T.H. 1984. Studies on traits in the Icelandic toelter horse. Journal of Agricultural Research in Iceland. 11: 81-93. Blakely, J. &D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Terjemahan : Bambang Srigandono. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Bogart, R. & R.E. Taylor. 1983. Scientific Farm Animal Production. 2nd Edition. Macmillan Publishing Company, New York. Bowling, A.T & A. Ruvinsky. 2000. The Genetics of The Horse. CAB International Publishing, London. Brown, J.H. & Sarah P. 1994. Horse Care : The Practical Manual of Horsemanship. Blackwell Scientific Publication, Oxford. Coldrey, C. & V. Coldrey. 1990. Breaking and Training Young Horses. The Crowood Press Ltd, Wiltshire. Drummond, M. 1988. Horse Care and Stable Management. The Croowod Press Ltd, Malborough. Edwards, E.H. 1991. The Ultimate Horse Book. Dorling Kindersley, London. Edwards, E.H. 1994. The Encyclopedia of The Horse. Dorling Kindersley, London. Edwards, E.H. 2002. Smithsonian Handbooks. Horses. Dorling Kindersley, London. Ensminger, M.E. 1962. Animal Science.Animal Agriculture Series.5th Edit.Printers and Publisher, Inc. Danville, Illinois. Ensminger, M.E. 2010. Breeding and Raising Horses: Buildings and Equipment. http://www.healthguidance.org/entry/9009/1/Breeding-And-Raising-HorsesAnd-Equipment.html. (26 Januari 2011.) Federation of International Polo. 2010. Polo. http://www.fippolo.com. [29 November 2010]. Graham-Thiers, P. M. & D. S. Kronfeld. 2005. Amino acid supplementation improves muscle mass in aged and young horses. J. Anim. Sci. 83: 27832788. Hamer, D. 1993. Understanding Fitness and Training. Ward Lock Book, London. Hart, B.L. & Hart, L.A. 1985.Selecting horse on the basic of cluster analysis of breed behavior profile and gender. Journal of The American Veterinery Medical Association. 186: 1181-1185. Hodges, J. & S. Pilliner. 1991. The Equine Athlete. Blackwell Science Ltd, London. Jacoebs, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius.Yogyakarta. Jakarta Press. 2010. Polo Berkuda. http://www.jakartapress.com. [25 Juni 2010].
Kacker, R. N. & B. S. Panwar. 1996. Textbook of Equine Husbandry. Vikas Publishing House Pvt Ltd, New Delhi. Kidd, J. 1995. Horses and Ponies of The World. Ward Lock, London. McBane, S. 1991. Horse and Ridding a Thinking Approach. Paperback. United Kingdom. McBane, S. 1994. Modern Stables Management. Ward Lock. United Kingdom. McCall, C.A. 1990. A review of learning behavior in horse and its application in horse training. J. Anim. Sci. 68:75-81. Maryuni, S.S. 2003. Pengaruh kandungan lisin dan energi metabolis berbeda dalam ransum yang mengandung ubi kayu fermentasi terhadap lemak ayam broiler. Tesis. Program Magister Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. Medina, B., I. D. Girard, E. Jacotot, & V. Julliand. 2002. Effect of a preparation of saccharomyces cerevisiae on microbial profiles and fermentation patterns in the large intestine of horses fed a high fiber or a high starch diet. J. Anim. Sci. 80:2600-2609. Mills, D. & Nankervis, K. 2003. Equine Behaviour: Principle Practice. Blackwell Publishing, UK. Morel, D. 2008. Equine Reproductive Physiology, Breeding, and Stud Management. CABI Publishing, United Kingdom. Nilareswati, N. 2009. Teknik pelatihan kuda (Equus caballus) untuk upacara kenegaraan dan sarana kesenjataan di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD, Parongpong, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nozawa, K., T. Amano, M. Katsumata, S. Suzuki, T. Nishida, T. Namikawa, H. Martojo, B. Pangestu & H. Nadjib. 1981. Morfology and gene constitution of the Indonesian horses. In: The Origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. Investigation on the cattle, fowl, and their wild forms. II: 9-30. NRC. 1989. Nutrient Requirement of Horses. National Academy of Sciences, United States of America. Nusantara Polo Club (NPC). 2010. http://www.npclub.wordpress.com. (12 Juli 2010).
Terminology
Polo.
Oftedal, O. T., Hints, H.F. & Schryver, H.F. 1983. Lactation in the horse: milk composition and intake by foals. Journal of Nutrition. 113: 2096-2106. Pagan, J. D. 2008. Water most overlooked nutrient for horses. Feedstuffs. Vol. 80, No. 53, December 29. Parakkasi, A. 1986.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Vol. 1 B. UI Press, Jakarta. Pilliner, S. 1992. Horses Nutrition and Feeding. Blackwell Science Ltd, London. Pilliner, S. 1993. Getting Horses Fit. Second Edition. Blackwell Science Ltd, London. 65
Pilliner, S. 1994. Prepare to Win: Care of the Competition Horse. B.T. Batsford Ltd, London. Pinsent, P. J. N. 1990. Outline of Clinical Diagnosis in The Horse. Butterworth & Co., London. Preisinger, R., Wilkens, J., & Kalm, E. 1991. Estimation of genetic parameters and breeding values of conformation on traits for foals and mares in the frakhener population and their practical implication. Livestock Production Science. 29: 77-86. Quattrocchi, U. 2006.CRC World Dictionary of Grasses. Vol. 1 A-D. Taylor and Francis Group, New York. Sasimowski, E. 1987.Animal Breeding and Production. Elsevier Science Publishing Co., Inc. New York. Soehardjono, O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equestrian Center, Jakarta. Suherman, E. 2007.Studi morfometrik ukuran (size) dan bentuk tubuh kuda Sumba, Priangan, kuda Pacu G2, G3, G4 dan Kuda Pacu Indonesia (KPI). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Templeton, W. C. 1979. Forages for horses. Proc. Annu. Ky. Horsemen’s Shortcourse.3:81. Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Beternak Kuda. CV. Nuansa Aulia, Bandung Vogel, C. 1995. Complete Horse Manual. Dorling Kindersley Limited, London. Walpole, R. E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Widowati, D. A. 2011. Manajemen pemeliharaan dan pemanfaatan kuda non-atlet di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor.Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
66
LAMPIRAN
Lampiran 1.Lembar Kuisioner 1.
Identitas petugas :groomer / tack room/ dokter hewan / asisten dokter hewan/ atlet / penanggungjawab stable / manajer (langsung ke nomor (10))/ lainnya .............................................. (lingkari salah satu) -
Nama petugas : .............................................................................................
-
Umur : ............... tahun
-
Tingkat pendidikan terakhir petugas : SD/ SMP/ SMA/ PT (D3/ S1/ S2)/ lainnya....................................................(lingkari salah satu)
-
Sudah berapa lama menjadi atlet / merawat kuda di Nusantara Polo Club (NPC) : ................................................................
-
Pekerjaan/ tanggung jawab yang dilakukan di NPC : ....................................... ............................................................................................................................
-
Pengalaman
yang
pernah
didapat
selama
di
NPC
:
........................................................................................................................... ........................................................................................................................... .................................... -
Kendala yang sering dihadapi selama di NPC : ………………………………
Setelah menjawab pertanyaan nomor (1), jika groomer lanjut ke nomor (2), (3), dan (4), tack room ke nomor (5), dokter hewan dan asisten dokter hewan (6), atlet ke nomor (7) dan (8), penanggungjawab stable ke nomor (9), dan manajer ke nomor (10) 2.
Identitas kuda -
Nama kuda : ......................................................................................................
-
Nomor kuda :.....................................................................................................
-
Umur kuda :..................................thn/ bln; melihat gigi :.............. thn/ bln
-
Jenis kelamin kuda: (a) betina
-
Jenis atau bangsa kuda :.....................................................................................
-
Warna bulu kuda :..............................................................................................
-
Morfologi kuda :................................................................................................
(b) jantan
68
-
Silsilah kuda : ..............................................................(gunakan lembaran tambahan jika perlu)
Lanjutkan ke nomor (3). 3.
Estimasi Bobot Badan: -
Panjang badan kuda : ................... cm
-
Lingkar dada kuda
: ................... cm
-
Bobot badan kuda
: ................... kg
Lanjutkan ke nomor (4) 4.
Pemeliharaan Kuda -
Kondisi kandang (luas, material, alas, arah, dll) kuda : .................................... .............................................................................................................................
-
Frekuensi pembersihan kandang dalam sehari atau seminggu : .......................
-
Perawatan yang diberikan pada kuda : .............................................................
-
Perawatan yang diberikan setelah latihan : .......................................................
-
Frekuensi pembersihan kuda dalam waktu tertentu: ........ /hari; ........ /minggu
-
Pembersihan seperti apa yang diberikan pada kuda : .......................................
-
Frekuensi kuda beristirahat dalam sehari : .......................................................
-
Frekuensi pembersihan/penggantian tapal kuda dalam waktu tertentu : .................... /minggu; .................... /bulan
Groomer sampai sini, tack room lanjutkan ke nomor (5) 5.
Pakan -
Jenis rumput yang diberikan : ...........................................................................
-
Banyaknya rumput yang diberikan dalam sehari : ........... kg, atau ........... ikat
-
Jenis konsentrat yang diberikan : ......................................................................
-
Banyaknya konsentrat yang diberikan dalam sehari : ......................................
-
Frekuensi kuda diberi pakan (rumput, konsentrat) dalam sehari : ...........................................................................................................................
-
Tambahan makanan lain untuk kuda :
(a) ada
(b) tidak ada,
jika ada apa dan kapan diberikan : .................................................................... Tack room sampai di sini, dokter hewan dan asisten dokter hewan lanjutkan ke nomor (6)
69
6.
Penanganan Kesehatan -
Kesehatan dan kondisi kuda : ...........................................................................
-
Penyakit yang sering/pernah dialami kuda dan cara penanganannya : ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
-
Cara pencegahan kuda terkena penyakit : .........................................................
-
Penanganan lain yang diberikan pada kuda : ....................................................
Dokter hewan dan asisten dokter hewan sampai di sini, atlet lanjutkan ke nomor (7) 7.
Pola latihan dan penggunaan -
Pola dan materi latihan yang diterapkan: …………………………………….. …………………………………………………………………………………
-
Lama latihan dalam sehari: ...............................................................................
-
Lama penggunaan kuda maksimal dalam sehari?..............................................
-
Perawatan yang diberikan seusai penggunaan : ................................................
-
Seberapa sering kuda digunakan: .....................................................................
-
Masalah yang sering dihadapi saat melatih kuda : ………………………....... ………………………………………………………………………………..
-
Cara mengatasi masalah tersebut : ……………………………………………
-
Hal yang dilakukan jika kuda melawan/ diam saja menanggapi instruksi: ...........................................................................................................................
-
Banyaknya kuda yang sering dipakai untuk latihan berkuda/ latihan polo? .............. ekor, kuda yang mana saja: ................................................................
-
Frekuensi pelatihan kuda dalam sebulan :…………………………………….
Lanjut ke nomor (8) 8.
Pertandingan Polo -
Tata cara dan pertandingan polo : .....................................................................
-
Jumlah kuda dan kuda apa saja yang digunakan dalam pertandingan polo : ...........................................................................................................................
-
Jumlah babak (chukka) yang biasa dimainkan dalam pertandingan polo : ...........................................................................................................................
-
Lama waktu pertandingan polo:........................................................................
70
-
Peralatan yang digunakan dalam pertandingan polo:……………...... .............……………………………………………………………………......
-
Fungsi peralatan-peralatan tersebut : ………………………………………… ………………………………………………………………………………...
-
Peralatan tersebut terbuat dari bahan apa : …………………………………...
-
Daya tahan peralatan tersebut :………………………………………………..
Atlet sampai di sini, penanggung jawab stable lanjut nomor (9) 9.
Pemanfaatan Lain dan Kesejahteraan Kuda -
Jika ada yang mau membeli kuda di NPC : (a) dijual, alasan ......................... ...................................................................... (b) tidak dijual, alasan ................ ...........................................................................................................................
-
Penanganan kuda yang mati :............................................................................
-
Kuda yang ada diperoleh berasal dari : ……………………………………….
-
Usia ekonomin penggunaan kuda untuk olahraga polo : ……………………..
Penanggung jawab stable sampai di sini, manajer lanjut nomor (10) 10. Catatan umum mengenai NPC -
Event dan pertandingan yang telah dilaksanakan : …………………………...
-
Event dan pertandingan yang akan dilaksanakan : …………………………...
-
Latar belakang mengadakan event dan pertandingan : ……………………….
-
Pertimbangan dalam menentukan jadwal event dan pertandingan : …………. ………………………………………………………………………………...
-
Strategi publikasi yang digunakan untuk menginformasikan event dan pertandingan yang aka dilaksanakan : ………………………………………..
-
Pengeluaran biaya pemeliharaan kuda setiap bulan : …………....................... ...........................................................................................................................
-
Tamu-tamu khusus yang diundang setiap mengadakan event dan pertandingan: …………………………………………………………………
-
Jumlah karyawan di NPC :……………………………………………………
-
Prestasi yang didapat oleh NPC di tingkat internasional : ……………………
71
Lampiran 2. Foto Kuda Penelitian
Alejandra
Areca
Baya
Chiquita
Companera
Cruzada
Daniela
Franceza
Futuro
Manteca
Marquita
Picota
Vanessa
Varella
Terca
72
Venado
Zuly
China
Chueka
Galana
Gateada
Martin
Momentum
Palomo
Pampa
Pampita
Pintada
Palomo
Quartetera
Rafaga
Ramses
Angela
Overa
73
Segunda
Sulaeman
74
Lampiran 3. Daftar Umur Kuda
75
Lampiran 4. Sertifikat Kuda
76
Lampiran 5. Identitas Kuda Nama Kuda Pampita Palomo Portena Angela Ramses Sulaeman Momentum Chueca Segunda Gateada Franceza Zuly Baya Chiquita Picota Rafaga Terca Galana Martin Varela Alejandra Overa China
Bangsa Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Arab Arab Arab Arab Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina
Jenis Kelamin
Warna
Umur (tahun)
Lingkar Dada (cm)
Panjang Badan (cm)
Bobot Badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
Jantan Jantan Betina Betina Jantan Jantan Jantan Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Jantan Betina Betina Betina Betina
Chesnut White Bay Grey Grey Grey Chesnut Chesnut Chesnut Chesnut Bay Bay Cream Black Bay Bay Chesnut Chesnut Brown Tobiano Grey Chesnut Bay
10 10 25 30 13 15 17 13 13 13 10 12 13 9 10 9 8 9 13 9 8 9 9
180 183 192 167 170 171 177 176 177 178 177 178 184 167 184 182 177 177 180,5 171 180 178 177
115 110 113 103 110 103 100 103 111 107 108 104 104 98 102 118 106 110 105 108 114 106 106
427,441 422,598 477,874 329,536 364,690 345,511 359,401 366,012 398,935 388,917 388,153 378,013 403,926 313,539 396,158 448,392 380,965 395,341 392,443 362,284 423,724 385,282 380,965
150 156,5 156 148 151,5 157 155 150 154 154,5 154,5 149,5 155,5 148 154 151 150 156,5 158 148 159 151 154,5
77
Futuro Pintada Vanessa Venado Manteca Pampa Marquita Cruzada Cuartetera Daniela Campanera Areca
Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina Poni Argentina
Jantan Betina Betina Jantan Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina Betina
Chesnut Bay Bay Chesnut Bay Chesnut Black Bay Chesnut Grey Grey Chesnut
13 12 15 9 12 12 25 7 10 9 11 9
189 175 183 179 178 178 187 180,5 187 179 178 168
113 112 111,5 110,5 101 107 108 110 110 112 109 98
463,058 393,484 428,361 406,164 367,108 388,917 433,251 411,131 441,275 411,677 396,186 317,305
162 153 157 154 155 158 156 155 153,5 154,5 153,5 146
78
Lampiran 6. Identitas Petugas No
Nama
Umur (tahun)
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Lama Bekerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Zainul Slamet Hendrik Indra Rudy Obay Bachrudinsyah Hasan Hendy Miftah Fachmi Farli Farel Muchtarudin Dani Glen Novel Billy Acep Harry Dudung Jajang Supriyatna Pepen Wartono Rudy
29 22 21 23 20 28 20 20 42 23 19 19 18 20 27 22 26 26 30 26 41 47 20 35 38 26
Groomer Groomer Groomer Groomer Groomer Groomer Groomer Groomer Petugas Tack room Petugas Tack room Atlet Junior Atlet Junior Atlet Junior Atlet Junior Atlet dan PJ Stable Atlet Atlet Atlet Atlet Atlet Asisten Dokter Hewan Farrier Asisten Farrier Pelatih Pelatih Manajer
SMA SD SMP SD SD SMP SMP SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA Sarjana SMP SMP SMP STM STM Sarjana
4 tahun 4 tahun 2 tahun 3 tahun 3 tahun 4 tahun 4 tahun 2 tahun 4 tahun 4 tahun 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 tahun 2 tahun 5 tahun 5 tahun 3 tahun 4 tahun 4 tahun 4 tahun 2 tahun 3 tahun 3 tahun 2 tahun
79
Lampiran 7. Perhitungan Kandungan Nutrien Ransum Pakan Kuda di Nusantara Polo Club Ransum A No
Bahan Pakan
DE (Mkal)
PK (%)
Lisin (%)
Ca (%)
P (%)
Mg (%)
1
Pellet
2,4
12
0,4
1
0,5
0,3
2
Rumput
2,21
7,36
0
0,42
0,34
0
3
Oat
2,85
15,45
0,39
0,08
0,34
0,14
4
Wheat bran
2,94
19,94
0,56
0,13
1,13
0,56
Bahan
Komposisi
Komposisi
%
DE
Pakan
(kg)
Berdasarkan BK
Penggunaan
(Mkal)
1
Pellet
5
4.41
23.49
2
Rumput
20
13.05
3
Oat
0,5
4
Wheat bran Total
No
Mg
PK (%)
Lisin (%)
Ca (%)
P (%)
0.564
2.818
0.094
0.235
0.117
0.070
69.51
1.536
5.116
0.000
0.292
0.236
0.000
0.45
2.39
0.068
0.369
0.009
0.002
0.008
0.003
1
0.87
4.62
0.136
0.920
0.026
0.006
0.052
0.026
26,5
18.77
100.00
2.304
9.223
0.129
0.535
0.414
0.100
(%)
No
Bahan Pakan
DE (kkal)
PK (g)
Lisin (g)
Ca (g)
P (g)
Mg (g)
1
Pellet
2818.33
140.92
4.70
11.74
5.87
3.52
2
Rumput
30724.57
1023.23
0.00
58.39
47.27
0.00
3
Oat
34.00
1.84
0.05
0.01
0.04
0.02
4
Wheat bran
135.70
9.20
0.26
0.06
0.52
0.26
Total
33712.59
1175.19
5.00
70.20
53.70
3.80
Target
26461.00
1058.44
37.52
32.58
22.72
12.14 80
Ransum B No 1 2 3
Bahan Pakan Pellet Rumput Wheat bran
DE (Mkal) 2,4 1,9 2,94
PK (%) 12 7,36 19,94
Lisin (%) 0,4 0 0,56
Bahan
Komposisi
Komposisi
%
DE
Pakan
(kg)
Berdasarkan BK
Penggunaan
(Mkal)
1
Pellet
5
4.41
24.06
2
Rumput
20
13.05
3
Wheat bran
1
Total
26
No
Ca (%) 1 0,35 0,13
P (%) 0,5 0,32 1,13
Mg (%) 0,3 0 0,56 Mg
PK (%)
Lisin (%)
Ca (%)
P (%)
0.577
2.887
0.096
0.241
0.120
0.072
71.21
1.574
5.241
0.000
0.299
0.242
0.000
0.87
4.73
0.139
0.943
0.026
0.006
0.053
0.026
18.32
100.00
2.290
9.071
0.123
0.546
0.416
0.099
(%)
No
Bahan Pakan
DE (kkal)
PK (g)
Lisin (g)
Ca (g)
P (g)
Mg (g)
1
Pellet
2887.21
144.36
4.81
12.03
6.02
3.61
2
Rumput
31475.45
1048.23
0.00
59.82
48.42
0.00
3
Wheat bran
139.02
9.43
0.26
0.06
0.53
0.26
Total
34501.68
1202.02
5.08
71.91
54.97
3.87
11936.3
477.45
16.8
14.05
9.78
5.27
17469.71
768.47
26.89
33.45
24.89
8.35
Target
81
Ransum C No
Bahan Pakan
DE (Mkal)
PK (%)
Lisin (%)
Ca (%)
P (%)
Mg (%)
1
Pellet
2,4
12
0,4
1
0,5
0,3
2
Rumput
1,9
7,36
0
0,35
0,32
0
3
Oat
2,85
15,45
0,39
0,08
0,34
0,14
4
Wheat bran
2,94
19,94
0,56
0,13
1,13
0,56
Komposisi
Komposisi
%
(kg)
Berdasarkan BK
Penggunaan
No
Bahan Pakan
DE (Mkal)
PK (%)
Lisin (%)
Ca (%)
P (%)
Mg (%)
1
Pellet
4
3.53
19.71
0.473
2.366
0.079
0.197
0.099
0.059
2
Rumput
20
13.05
72.94
1.612
5.368
0.000
0.306
0.248
0.000
3
Oat
0,5
0.45
2.50
0.071
0.387
0.010
0.002
0.009
0.004
4
Wheat bran
1
0.87
4.84
0.142
0.966
0.027
0.006
0.055
0.027
Total
25,5
17.89
100.00
2.299
9.087
0.116
0.512
0.410
0.090
No
Bahan Pakan
DE (kkal)
PK (g)
Lisin (g)
Ca (g)
P (g)
Mg (g)
1
Pellet
1892.63
94.63
3.15
7.89
3.94
2.37
2
Rumput
32238.90
1073.66
0.00
61.27
49.60
0.00
3
Oat
35.67
1.93
0.05
0.01
0.04
0.02
4
Wheat bran
142.39
9.66
0.27
0.06
0.55
0.27
Total
34309.59
1179.88
3.47
69.23
54.13
2.65
Target
14756.63
588.27
20.28
17.55
13.09
6.77 82