TIJAUA PUSTAKA Kuda (Equus caballus) Kuda merupakan salah satu jenis ternak besar yang termasuk hewan herbivora non-ruminansia. Ternak ini bersifat nomadic, kuat, dan mampu berjalan sejauh 16 km dalam sehari untuk mencari makan dan air (Kilgour dan Dalton, 1984). Blakely dan Bade (1991) menyatakan bahwa klasifikasi zoologis kuda adalah: Kingdom
: Animalia (hewan)
Phylum
: Chordata (bertulang belakang)
Class
: Mammalia (menyusui)
Ordo
: Perissodactyla (berteracak tidak memamahbiak)
Family
: Equidae
Genus
: Equus
Spesies
: Equus caballus Kuda hidup berkelompok dan sering kali membentuk sebuah keluarga yang
terdiri atas satu pejantan, satu atau beberapa betina dan keturunannya. Kelompok jantan muda biasanya membentuk kelompok yang terdiri atas satu hingga delapan jantan muda. Kuda jantan yang memimpin dan menguasai sekelompok betina, akan melindungi kuda betina dewasa yang merupakan bagian kelompoknya dari gangguan kuda jantan lain khususnya selama masa estrus. Kuda berkomunikasi dengan cara mengeluarkan suara, menggerakan tubuhnya seperti ekor, telinga, mulut, kepala, dan leher atau mengeluarkan bau yang berasal dari kotorannya untuk menandakan teritori. Kuda memiliki indera penciuman dan pendengaran yang kuat (Kilgour dan Dalton, 1984). Pakan Pakan yang biasanya dikonsumsi oleh kuda adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan pakan dengan kandungan serat tinggi. Hijauan dapat berupa rumput dan legum. Konsentrat adalah campuran pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% dan tinggi protein. Komposisi hijauan dan konsentrat yang diberikan pada kuda dapat bervariasi. Kuda dapat mengkonsumsi hijauan untuk hidup pokoknya sebanyak 1,5-2% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,5% bobot badan (NRC, 1989). 3
Hijauan Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda. Performa yang dihasilkan kuda akan seiring dengan kualitas hijauan. Hijauan berkualitas baik akan menghasilkan performa kuda yang baik pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya (Mansyur, 2006). Salah satu hijauan yang dapat digunakan dalam ransum kuda adalah African star grass (Cynodon plectostachyus). African star grass adalah jenis rumput yang tumbuh dan dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis. African star grass dapat berkembang
dengan
stolon.
Rumput
ini
baik
digunakan
untuk
padang
penggembalaan atau pastura, namun perlu dilakukan pengelolaan yang intensif dengan cara membuat paddocks dan rotasi. Paddocks digunakan sebagai pastura kurang lebih selama 3-4 hari dan diistirahatkan selama 21-28 hari (González et al., 2010). African star grass dapat berproduksi sebanyak 47,0-55,6 ton/ha/tahun, dengan pemberian 150 atau 300 kg nitrogen/ha/tahun dan interval pemanenan selama 21 hari (Miller et al., 2010). Rumput ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 500-1200 mm. Rumput ini tidak dapat tumbuh pada tanah yang tergenang dan kekurangan nitrogen (Partridge, 2010). Kandungan nutrien African star grass adalah 32% bahan kering; 3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar; 15,4% BETN; dan 2,8% protein kasar (Hartadi et al., 1986). Menurut Miller et al. (2010), DE atau Digestible Energy dari rumput African star adalah 10,66 MJ per kg bahan kering, satu joule sama dengan 0,24 kal, maka 10,66 MJ sama dengan 2,56 Mkal. Konsentrat Pakan utama kuda adalah rumput. Pakan rumput hanya cukup untuk kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan sumber energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat serealia yang terdiri atas gandum, jagung, sorgum, berbagai produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti kedelai dan kacang (McBane, 1994).
4
Dedak Gandum Dedak gandum merupakan hasil sampingan dari pengolahan tepung terigu. Dedak gandum merupakan pakan yang cocok untuk ternak besar, namun tidak cocok untuk unggas karena mengandung serat kasar yang tinggi. Kandungan nutrien dari dedak gandum berdasarkan NRC (1989), yaitu 89% bahan kering; 2,94 Mkal digestible energy; 15,4% protein kasar; 0,56% lisin; 0,13% kalsium; 1,13% fosfor; dan 0,56% magnesium. Pakan Suplemen Pakan suplemen adalah pakan atau campuran pakan yang sangat tinggi kandungan salah satu zat makanannya, seperti suplemen protein, mineral, dan lainlain. Telur merupakan salah satu pakan suplemen yang tinggi kandungan proteinnya. Komponen kimia telur menurut Panda (1996) tersusun atas air (72,8 -75,6%), protein (12,8-13,4%), dan lemak (10,5-11,8%). Menurut American Egg Board (2010) kandungan protein telur tersusun atas 18 asam amino yaitu alanin, arginin, asam aspartat, sistin, asam glutamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin. Sistem Perkandangan Kandang harus lebih tinggi minimal satu kaki di atas daerah sekitarnya untuk memperlancar saluran pembuangan air. Kandang sering menjadi banjir jika saluran pembuangan air tidak baik, selain itu saluran pembuangan air yang tidak lancar juga menyebabkan kondisi kandang menjadi lembab. Kelembaban kandang yang tinggi dapat menyebabkan kuda mudah terserang penyakit (Brady et al., 2010). Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi dari lantai, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Tinggi atap kandang minimal adalah 12 kaki atau sama dengan 3,66 m. Ketersediaan udara yang baik dalam kandang sangat dibutuhkan karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Tipe atap kandang dengan ventilasi yang baik adalah tipe gable, dimana atap berbentuk puncak. Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda. Bagian kandang harus tersedia air bersih. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan 5
adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas angin, dan lain sebagainya (McBane, 1991). Jenis alas kandang (bedding) yang digunakan tergantung pada ketersediaan, harga, dan kesesuaian material. Serutan kayu dan jerami merupakan bahan alas kandang yang sangat baik, namun dapat menjadi mahal atau sulit didapat. Bahanbahan lain yang dapat digunakan sebagai alas kandang adalah gambut, sekam padi, sekam kacang, serbuk gergaji, dan bubur kertas (Brady et al., 2010). Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas kandang berfungsi untuk melindungi kuda ketika sedang menggulingkan badannya, memberikan kehangatan dan kenyamanan, serta melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu. Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda (McBane, 1991). Kandang kuda dewasa dengan tinggi 150 cm sebaiknya berukuran minimal 5x5 m2, sedangkan untuk kuda poni berukuran minimal 3,7 x 3,0 m2. Selain itu bangunan kandang juga sebaiknya memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik. Pintu untuk kandang harus kuat dan akan lebih baik jika pintu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah yang tertutup dan bagian atas yang berkisi, sehingga kandang tetap aman dan ventilasi baik. Kuda muda atau anak kuda lebih baik jika berada dalam kandang kelompok, karena kuda muda yang berada dalam kandang individu dan jarang beraktivitas akan mengalami kegemukan. Pembersihan kandang, tempat pakan, dan tempat minum harus rutin dilakukan (Morel, 2008). Manajemen Pemeliharaan Kuda Jantan Reproduksi Kuda jantan mulai dewasa kelamin pada usia 15 bulan (Kilgour dan Dalton, 1984). Pejantan yang akan digunakan sebagai pemacek sebaiknya sudah berumur empat tahun (Jacoebs, 1994). Keberhasilan dalam pengawinan membutuhkan betina yang sedang birahi serta pejantan yang memiliki kualitas semen dan spermatozoa yang baik (McBane, 1991). Berdasarkan hasil penelitian Arifiantini (2007) kualitas semen yang berasal dari satu ekor kuda generasi empat (G4) Thoroughbred yang berbadan sehat dan berumur antara 5-8 tahun dapat dilihat pada Tabel 1. 6
Tabel 1. Karakteristik Semen Segar (Kuda G4 Thoroughbred) Parameter
Hasil
Volume (ml)
27,7 ± 10,1
Konsistensi
Encer
Warna
Putih keruh
pH
7,0 ± 0,1
Motilitas (%)
67,5 ± 7,2
Viabilitas (%)
78,4 ± 7,7
Konsentrasi (106/ml) Morfologi spermatozoa normal (%)
222,7 ± 18,1 74,2 ± 3,3
Sumber: Arifiantini (2007)
Performa pejantan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nutrisi, lingkungan, penyakit, dan hormon. Hormon yang mempengaruhi kualitas pejantan diantaranya adalah FSH atau Folicle Stimulating Hormone (mengatur produksi sperma) dan LH atau Luteinizing Hormone (mengatur pengeluaran hormon testosteron). Hormon testosteron berpengaruh terhadap karakteristik fisik pejantan, libido, dan produksi semen (McBane, 1991). Ukuran testis adalah salah satu indikator kemampuan kuda menghasilkan sperma, kuda jantan yang memiliki ukuran testis lebih besar dapat menghasilkan sperma lebih banyak. Kuda jantan yang berumur dua hingga tiga tahun menghasilkan sperma lebih sedikit dibandingkan dengan kuda yang lebih tua. Kuda jantan biasanya akan tetap subur hingga berumur 20 tahun (Freeman, 2010). Pejantan yang akan dikawinkan mulai diberikan makanan yang bergizi dan vitamin dua hingga tiga bulan sebelum pengawinan, dengan tujuan meningkatkan kesuburan pejantan. Pejantan sebaiknya diistirahatkan dan dijauhkan dari kuda jantan lainnya agar tidak mengalami stress sebelum pengawinan (Jacoebs, 1994). Morel (2008) menyatakan hal-hal yang harus diperhatikan saat mempersiapkan jantan untuk kawin adalah kecukupan nutrisi dan latihan, karena kondisi fisik kuda saat kawin harus sehat dan tidak gemuk. Latihan dapat memperbaiki kondisi kuda jantan, mencegah kegemukan, menjaga kesehatan otot, dan meningkatkan stamina. Pemberian Pakan Pengetahuan mengenai kebutuhan zat-zat makanan untuk kuda di Indonesia belum diketahui secara luas dibanding ternak lain (sapi, domba, dan lain sebagainya). 7
Seperti halnya ternak lain, kuda memerlukan karbohidrat, protein, mineral, vitamin untuk hidup pokok (beristirahat), bekerja (misalnya berlari dan mengangkat beban), reproduksi (bunting dan laktasi), dan pertumbuhan. Beberapa faktor yang menentukan kebutuhan zat makanan, antara lain: 1) temperatur; 2) kondisi; 3) umur; 4) berat badan; 5) lama bekerja/hari; dan 6) bunting/laktasi. Tingkat aktivitas kuda dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu kerja ringan, sedang, dan berat (Parakkasi, 1986). Kebutuhan nutrisi kuda dengan bobot badan 200, 400, dan 500 kg berdasarkan tingkat aktivitas yang sedang dijalaninya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Tingkat Aktivitasnya
Ringan
Bobot Badan (kg) 200
DE (Mcal) 9,3
Protein Kasar (g) 370
Lisin (g) 13
Ca (g) 11
P (g) 8
Mg (g) 4,3
K (g) 14,1
Vit. A (103 IU) 9
Sedang
200
11,1
444
16
14
10
5,1
16,9
9
Berat
200
14,8
592
21
18
13
6,8
22,5
9
Ringan
400
16,8
670
23
20
15
7,7
25,5
18
Sedang
400
20,1
804
28
25
17
9,2
30,6
18
Berat
400
26,8
1079
38
33
23
12,3
40,7
18
Ringan
500
20,5
820
29
25
18
9,4
31,2
22
Sedang
500
24,6
984
34
30
21
11,3
37,4
22
Berat
500
32,8
1312
46
40
29
15,1
49,9
22
Aktivitas
Sumber : NRC, 1989
Blakely dan Bade (1991) mengemukakan pedoman umum pemberian pakan kuda sesuai dengan kebutuhannya adalah sebagai berikut: (1) Kuda yang bekerja ringan (kurang dari tiga jam) diberi pakan 0,5% konsentrat dan hijauan 1% sampai 1,25% bobot badan, (2) Kuda yang bekerja sedang (tiga sampai lima jam) diberi 1% konsentrat dan hijauan 1% sampai 1,25% bobot badan, dan (3) Kuda yang bekerja berat (lebih dari lima jam) diberi 1,25% konsentrat dan hijauan 1% bobot badan. Jumlah dan frekuensi pemberian pakan kuda harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda tersebut. Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan dua sampai tiga kali sehari yaitu pada waktu pagi, siang, dan sore hari tergantung dari umur dan fungsi kuda tersebut (Jacoebs, 1994).
8
Manajemen Pemeliharaan Kuda Betina Reproduksi Seekor kuda betina dara akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada umur 12 sampai 15 bulan. Namun hendaknya kuda itu tidak dikawinkan sebelum mencapai umur dua tahun dan lebih baik setelah berumur tiga tahun. Kuda betina bila dikawinkan pada umur yang lebih muda, biasanya memiliki tingkat kebuntingan yang rendah. Kuda betina yang dikawinkan pada umur tiga tahun dan dirawat dengan cermat maka selama hidupnya dapat menghasilkan 10 sampai 12 ekor anak karena kuda betina masih dapat beranak meski telah mencapai umur 20 tahun atau lebih (Blakely dan Bade, 1991). Siklus estrus (birahi) kuda betina rata-rata adalah 21 hari dengan kisaran waktu antara 10 sampai 37 hari. Periode birahinya rata-rata adalah empat sampai enam hari. Tanda-tanda birahi kuda adalah gelisah, keinginan untuk ditemani oleh kuda lain, urinasi (kencing) yang berulangkali, serta vulva membengkak dan berwarna merah. Ovulasi terjadi pada saat-saat akhir periode birahi. Ovum yang dihasilkan dapat bertahan hidup sekitar enam jam. Oleh karena itu dianjurkan agar seekor kuda betina yang birahi dikawinkan tiap hari atau dua hari sekali mulai pada hari ketiga awal timbulnya birahi (Blakely dan Bade, 1991). Estrus kuda betina yang baru beranak dapat dihitung dengan kisaran 9 hingga 30 hari sesudah beranak (McBane, 1991). Pengawinan Kuda betina yang akan dikawinkan harus diberi pakan yang baik dan juga latihan yang cukup. Namun kuda betina tidak dianjurkan menjalani latihan yang terlalu berat karena akan menyebabkan siklus estrus (birahi) yang tidak normal, keterlambatan estrus, silent heat, dan menunjukkan tanda-tanda estrus namun tidak terjadi ovulasi. Kuda betina akan memiliki tingkat conception rate yang baik jika diberi pakan yang memiliki nutrien yang baik dan kandungan energi tinggi empat hingga enam minggu sebelum pengawinan (Morel, 2008). Alat kelamin jantan dan betina dicuci terlebih dahulu dengan air hangat dan sabun sebelum dilakukan proses pengawinan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi kuman yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin. Ekornya lalu dibungkus dengan kain flanel agar ekor betina tidak ikut masuk ke dalam vagina saat proses pengawinan dan 9
mengotori vagina. Kaki betina perlu diikat, tindakan ini perlu untuk mengamankan pejantan yang akan menaiki betina agar tidak ditendang sewaktu mendekati (Blakely dan Bade, 1991). Kebuntingan Pengujian kebuntingan dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah palpasi rektal, tes darah, tes urin, dan ultrasound (McBane, 1991). Rataan masa kebuntingan seekor kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran 315 sampai 350 hari (Blakely dan Bade, 1991). Kegemukan pada betina bunting harus dihindari karena dapat menyebabkan kesulitan dalam pemeriksaan kebuntingan khususnya diakhir kebuntingan. Kuda juga harus sering latihan untuk menjaga kondisi tubuh kuda betina (Morel, 2008). Betina yang sedang bunting dan mendekati masa beranak akan terlihat lesu, namun beberapa betina akan bersikap agresif (Kilgour dan Dalton, 1984). Induk kuda yang sedang bunting dan menyusui membutuhkan pakan yang cukup banyak baik untuk induk maupun anaknya (Jacoebs, 1994). Kuda bunting, perlu diberi konsentrat 0,75-1,5% bobot badan dengan hijauan sebanyak 0,75-1,5% bobot badan (Blakely dan Bade, 1991). Kebutuhan nutrisi kuda bunting dengan bobot badan dewasa 200, 400 dan 500 kg dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Kuda Bunting Bunting (bulan) 9
Bobot Badan (kg) 200
DE (Mcal) 8,2
Protein Kasar (g) 361
Lisin (g) 13
Ca (g) 16
P (g) 12
Mg (g) 3,9
K (g) 13,1
Vit. A (103 IU) 12
10
200
8,4
368
13
16
12
4,0
13,4
12
11
200
8,9
391
14
17
13
4,3
14,2
12
9
400
14,9
654
23
28
21
7,1
23,8
24
10
400
15,1
666
23
29
21
7,3
24,2
24
11
400
16,1
708
25
31
23
7,7
25,7
24
9
500
18,2
801
28
35
26
8,7
29,1
30
10
500
18,5
815
29
35
26
8,9
29,7
30
11
500
19,7
866
30
37
28
9,4
31,5
30
Sumber : NRC, 1989
Kelahiran Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum kelahiran adalah suatu petak kandang beralas (bedding) yang bersih, sumber penerangan (lampu), air hangat dan sabun, 10
pembungkus ekor, desinfektan, obat untuk pusar (yodium, merthiolate), suatu zat laksatif seperti susu magnesia (Blakely dan Bade, 1991). Susu magnesia adalah campuran air dengan magnesia yang dapat digunakan untuk obat anti asam dan laksatif. Magnesia yaitu magnesium oksida dapat digunakan sebagai obat anti asam dalam lambung (Petra, 2011). Enam minggu sebelum kelahiran sebaiknya kuda bunting sudah ditempatkan di kandang beranak. Hal ini diperlukan agar induk dapat beradaptasi dengan tempat tersebut dan merasa nyaman. Kandang beranak harus berukuran minimal 5 x 5 m2 dengan ventilasi yang baik. Alas kandang harus tebal, tidak kasar, hangat, dan bebas debu. Bahan alas kandang yang biasa digunakan adalah jerami. Kandang kuda harus bersih dan tidak ada serangga (Morel, 2008). Tanda-tanda menjelang kelahiran diantaranya adalah membesarnya ambing, dan munculnya zat seperti wax (malam) yang terdapat pada ujung puting. Biasanya dalam waktu 12 sampai 24 jam saat kelahiran, wax tersebut melunak dan jatuh lalu puting mulai meneteskan air susu, kadang-kadang tetesan itu agak deras. Jika tandatanda tersebut sudah muncul namun cukup lama moncong ataupun kaki depan tidak juga muncul, maka proses kelahiran memerlukan bantuan peternak atau dokter hewan (Blakely dan Bade, 1991). Plasenta idealnya harus bisa keluar dalam waktu tiga jam setelah beranak dan harus diperiksa bahwa tidak ada potongan-potongan atau sisa-sisa yang tertinggal karena hal itu dapat menyebabkan timbulnya infeksi. Bila dalam waktu enam jam tidak keluar seluruhnya, perlu dimintakan bantuan dokter hewan. Latihan-latihan fisik yang ringan diperlukan guna merangsang uterus induk agar kembali normal. Perlu disediakan petak kandang sebagai tempat latihan, pasangan induk dan anak itu dapat dilepas juga ke lapangan rumput (Blakely dan Bade, 1991). Laktasi Berdasarkan NRC (1989) induk kuda yang sedang menyusui memerlukan pakan dengan kandungan energi, protein kasar, dan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan untuk induk yang sedang bunting khususnya selama tiga bulan setelah beranak. Hal ini disebabkan induk kuda memerlukan nutrisi yang lebih baik untuk memproduksi air susu. Kebutuhan nutrisi kuda yang sedang menyusui dengan bobot dewasa 200, 400, dan 500 kg dapat dilihat secara jelas pada Tabel 4.
11
Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Kuda Menyusui Laktasi (bulan) lahir-3
Bobot Badan (kg) 200
DE (Mcal) 13,7
Protein Kasar (g) 688
Lisin (g) 24
Ca (g) 27
P (g) 18
Mg (g) 4,8
K (g) 21,2
Vit. A (103 IU) 12
3-sapih
200
12,2
528
18
18
11
3,7
14,8
12
lahir-3
400
22,9
1141
40
45
29
8,7
36,8
24
3-sapih
400
19,7
839
29
29
18
6,9
26,4
24
lahir-3
500
28,3
1427
50
56
36
10,9
46,0
30
3-sapih 500 Sumber : NRC (1989)
24,3
1048
37
56
22
8,6
33,0
30
Manajemen Pemeliharaan Anak Kuda Perawatan Pasca Kelahiran Anak kuda yang baru saja lahir, baik yang prosesnya dibantu maupun tidak, harus langsung diperiksa kemungkinan adanya kesulitan dalam pernafasan. Membran atau pun cairan yang menutupi mulut atau lubang hidung harus segera disingkirkan. Berilah waktu selama dua atau tiga jam agar anak kuda memperoleh kekuatan untuk menyusu pada induknya. Anak kuda harus cukup memperoleh kolostrum sehingga mendapatkan antibodi, vitamin, dan energi yang diperlukan untuk memulai dan mempertahankan
hidupnya.
Antibodi
akan
membangun
dan
memberikan
perlindungan pada tubuh anak. Antibodi akan hilang dari kolostrum setelah 24 hingga 36 jam. Anak kuda hampir sepenuhnya tergantung pada kolostrum untuk mendapatkan kekebalan. Tali pusar hendaknya dibiarkan lepas dengan sendirinya, jangan diikat karena ada kemungkinan timbul penyakit pada pusar yang bersifat fatal. Yodium dan merthiolate (nama dagang dari thimerosal antiseptic) diberikan setiap hari setelah tali pusar terputus. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya organisme berbahaya kedalam aliran darah (Blakely dan Bade, 1991). Induk kuda setelah beranak harus dibiarkan menjilati anaknya agar terbentuk ikatan antara induk dan anak kuda. Induk kuda akan mengenali anaknya saat proses ini sehingga dia mau merawat dan menyusui anaknya (Morel, 2008). Penyapihan Penyapihan perlu dilakukan untuk mempersiapkan kelenjar susu kuda betina untuk anak kuda pada kelahiran berikutnya. Penyapihan dilakukan saat anak kuda berumur sembilan hingga sepuluh bulan. Anak kuda yang berusia diatas sembilan bulan telah mampu mengkonsumsi pakan padat yang lebih banyak dan sudah tidak 12
bergantung lagi pada air susu induk kuda. Waktu penyapihan yang terlalu awal dapat menyebabkan berbagai masalah, misalnya kuda tidak dapat berlari dengan anak kuda lain dan tidak mampu mengkonsumsi pakan padat seperti konsentrat. Penyapihan merupakan proses yang sangat berat bagi anak kuda. Penyapihan dapat menyebabkan stress secara fisik dan psikologis bagi anak kuda. Stress secara fisik dapat diatasi dengan pemberian pakan padat secara bertahap sebelum anak kuda disapih hingga anak kuda tersebut disapih dan tidak bergantung lagi pada air susu. Stress secara psikologis dapat diatasi dengan cara mempertemukan anak kuda dan induknya secara rutin dalam suatu area yang dihalangi oleh pagar atau pembatas lainnya dan secara perlahan-lahan waktu pertemuan dikurangi (Morel, 2008). Pemberian Pakan Air susu induk dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan yang cukup memadai bagi anak kuda sampai umur enam bulan. Setelah itu, perlu dimulai pemberian pakan khusus atau creep feeding. Anak kuda diberi pakan legum yang berkualitas bagus sekitar 0,75% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,75% bobot badan. Campuran konsentrat harus mengandung 12% protein kasar dan 5% serat kasar. Pakan ini diberikan hingga anak kuda berumur satu tahun dan disapih. Pakan yang sama diberikan setelah disapih dengan kenaikan jumlah sebesar 1% bobot badan untuk konsentrat dan 1,5% bobot badan untuk hijauan (Blakely dan Bade, 1991). Creep feeding diberikan kepada anak kuda sebelum anak kuda tersebut disapih. Pakan ini diberikan karena produksi susu induk kuda semakin lama akan semakin berkurang sehingga kebutuhan nutrien dari anak kuda tersebut tidak akan terpenuhi jika hanya mengkonsumsi air susu induk saja. Puncak produksi susu induk kuda adalah ketika anak kuda berumur tiga sampai enam bulan. Creep feeding ini juga bermanfaat untuk mengurangi stress pada anak kuda yang disapih karena anak kuda tersebut sudah memiliki pakan sendiri dan tidak memerlukan lagi air susu. Tempat pakan untuk anak kuda harus berada dekat dengan induk dan mudah dijangkau oleh anak kuda. Creep feeding harus diberikan dalam jumlah yang tidak dibatasi atau ad libitum sehingga anak kuda dapat makan kapan saja saat ia ingin makan. Bentuk pakan yang baik untuk anak kuda adalah bentuk pelet (NRC, 1989).
13
Anak kuda memerlukan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pembentukan performa yang baik namun tetap harus dihindari kegemukan pada anak kuda (Morel, 2008). Kebutuhan nutrisi anak kuda sejak disapih hingga berumur 24 bulan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kebutuhan Nutrisi Anak Kuda Anak Kuda 6 bulan
Bobot (kg) 86
DE (Mcal) 6,2
Protein Kasar (g) 270
Lisin (g) 11,6
Ca (g) 15,5
P (g) 8,6
Mg (g) 1,7
K (g) 5,2
Vit. A (103 IU) 4,3
216
15,5
676
29,1
38,6
21,5
4,1
13
10,8
128
7,5
338
14,5
15,1
8,4
2,2
7,0
6,4
321
18,8
846
36,4
37,7
20,9
5,4
17,4
16,1
155
7,7
320
13,7
14,8
8,2
2,5
8,1
7,7
387
19,2
799
34,4
37
20,6
6,2
20,2
19,4
172
7,5
308
13,2
14,7
8,1
2,7
8,8
8,6
429 Sumber: Morel (2008).
18,7
770
33,1
36,7
20,4
6,7
22,0
21,5
12 bulan
18 bulan
24 bulan
Kastrasi Kastrasi merupakan suatu istilah yang biasanya dipakai untuk menghilangkan testis hewan jantan, walaupun secara teknis dapat dipakai juga menghilangkan ovari hewan betina yang lazim disebut spaying. Kastrasi dimaksudkan untuk mencegah hewan dengan kualitas yang rendah untuk bereproduksi. Kastrasi pada mulanya secara efektif meningkatkan kualitas hewan yang digunakan untuk ternak potong dengan menghambat tanda-tanda kelainan sekunder yang tidak diinginkan dan membuat hewan menjadi jinak (Frandson, 1992). Kastrasi adalah pembuangan kelenjar kelamin pada hewan jantan. Kastrasi dilakukan untuk mengatasi perilaku hewan agar menjadi jinak dan untuk mengurangi populasi. Kastrasi dapat juga berfungsi sebagai pengobatan pada testis, misalnya pengangkatan tumor (venereal sarcoma) atau orchitis. Hewan yang dikastrasi memiliki pertambahan berat badan lebih besar dan memerlukan makanan yang lebih sedikit. Metode kastrasi ada dua macam, yaitu metode berdarah dan tidak berdarah. Metode tidak berdarah dilakukan menggunakan alat yang disebut emasculator yang dijepitkan pada pangkal testis. Adapun metode berdarah terdiri dari dua macam yaitu metode berdarah terbuka dan tertutup. Metode kastrasi terbuka artinya melakukan tindak bedah (kastrasi) dengan menyayat seluruh lapisan, mulai dari kulit scrotum, 14
sampai tunika dartos dan tunika vaginalis, dan hewan berada dibawah pengaruh anestesi (Aliambar, 2011). Kesehatan Kuda Program kesehatan pada ternak kuda meliputi pencegahan penyakit, pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan pertama. Unsur pertama dalam tata laksana pemeliharaan kesehatan kuda adalah kebersihan, baik kebersihan kandang maupun kuda itu sendiri. Kotak-kotak makanan, alas tidur, dan area kandang harus dikelola sebagaimana mestinya untuk mencegah timbulnya masalah. Temperatur kandang seharusnya mendekati temperatur luar untuk mengurangi kemungkinan munculnya penyakit-penyakit pernafasan. Salah satu gejala pertama dari masalah apa pun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak mau makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu lapar dan ingin makan (Blakely dan Bade, 1991). Tanda atau ciri ternak yang sehat dapat diamati dengan dua cara yaitu secara visual dan ciri-ciri internal. Ciri ternak yang sehat secara fisik diantaranya adalah ekspresinya tidak lesu, pernafasan normal atau tidak mengeluarkan suara, hidung yang bersih, serta mata bersih dan bercahaya. Ciri internal kuda yang sehat adalah suhu tubuh kurang lebih 38oC, denyut nadi saat istirahat berkisar antara 36 sampai 40 denyutan per menit, dan pernafasan berkisar antara enam hingga delapan hembusan per menit (Hamer, 1993). Salah satu penyakit yang sering menyerang kuda adalah kolik. Gangguan pencernaan ini disebabkan oleh makan yang berlebih, minum berlebih pada waktu panas, makanan berjamur, dan investasi cacing gelang. Usus terhalang atau terjepit, dan menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda sangat sensitif. Tanda-tandanya adalah bergerak terus menerus, kesakitan, berkeringat, berguling-guling, dan tentu saja adanya rasa tidak nyaman. Tanda-tanda lainnya adalah kuda menolak untuk makan. Pengobatannya adalah dengan mengajak kuda berjalan-jalan sampai dokter hewan datang. Minyak mineral seringkali diberikan melalui pipa yang dimasukkan kedalam lambung (stomach tube) untuk menghilangkan pemadatan (Blakely dan Bade, 1991). Banyak hal yang dapat menyababkan kolik sehingga sangat penting untuk mengetahui secara tepat tipe serta penyebab dari kolik tersebut untuk dapat menetukan prognosis dan melakukan terapi. Ada beberapa macam kolik diantaranya 15
adalah kolik konstipasi, spasmodic, timpani, sumbatan, lambung, dan trombo-emboli. Kolik konstipasi (impaksio kolon) terjadi karena kurang bermutunya kualitas pakan, kurangnya jumlah air yang diminum, kelelahan setelah pengangkutan, keadaan gigi yang kurang baik sehingga pakan tidak dapat dikunyah dengan sempurna, setelah operasi, setelah pengobatan cacing, dan pada anak kuda yang baru dilahirkan karena retensi mukoneum. Pada kolik ini kebanyakan dijumpai timbunan pakan atau bendabenda lain dalam flexura pelvina (Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Kolik spasmodic disertai dengan rasa mulas yang biasanya berlangsung tidak lama, akan tetapi terjadi secara berulang kali. Rasa mulas ditimbulkan oleh kenaikan gerak peristaltik usus sehingga menyebabkan tergencetnya syaraf. Kenaikan peristaltik ini dapat menyebabkan diare. Kolik timpani (Flatulent Colic) ditandai dengan tertimbunnya gas yang berlebihan pada kolon dan sekum. Pembebasan gas yang tertimbun terhalang oleh perubahan lain dari saluran pencernaan (Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Kolik sumbatan ditandai dengan adanya ingesta yang terhalang di usus oleh adanya batu usus atau bola serat kasar. Kolik ini juga ditandai dengan adanya rasa sakit
yang berlangsung secara progresif, penurunan kondisi, dan gejala
autointoksikasi. Pada kasus ini jika dilakukan eksplorasi di dalam rektum maka akan dijumpai rektum yang kosong sedang timbunan masa feses terdapat di fleksura (Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Autointoksikasi merupakan penyakit yang disebabkan keracunan dari dalam tubuh sendiri. Usus besar merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berperan sebagai tempat mengumpulkan sisa makanan, mengabsorbsi beberapa zat makanan yang masih dibutuhkan di dalam tubuh seperti mineral dan air, serta tempat pertumbuhan bakteri. Bila fungsi ini terganggu maka racun (toksin) yang berasal dari sisa-sisa makanan akan terbentuk dan oleh sistem peredaran darah akan dilepas ke seluruh tubuh mengakibatkan setiap sel di dalam tubuh kita keracunan sehingga kemampuan sel untuk meregenerasi hilang dan akibatnya menimbulkan penyakit (Nabawy, 2011). Kolik lambung terjadi akibat meningkatnya volume lambung yang berlebihan. Kolik ditandai dengan ketidaktenangan, anoreksia total (berkurangnya nafsu makan), rasa sakit yang terjadi mendadak atau sedikit demi sedikit, dan 16
muntah. Kolik trombo-emboli terjadi akibat gangguan aliran darah kedalam suatu segmen usus, sebagai akibat terbentuknya simpul-simpul arteri oleh migrasi larva cacing Strongylus vulgaris. Terbendungnya saluran darah oleh thrombus dan embolus mengakibatkan terjadinya kolik spasmodic yang rekuren, sedangkan atony (berkurangnya tonus otot yang normal) segmen usus mengakibatkan terjadinya kolik konstipasi (Media Komunikasi Dokter Hewan Indonesia, 2007). Penanganan kuda yang mengalami kolik menurut Sikar (2002) yaitu membiarkan kuda di dalam kandang dengan bebas dan terhindar dari benda-benda yang dapat melukai. Sikap dan tingkah laku kuda diobservasi, kemudian dilakukan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, dan eksplorasi rektal yang bertujuan untuk memperoleh diagnosa yang tepat atau diagnosa dugaan. Pengobatan dilakukan setelah yakin dengan diagnosa dan dipilih obat yang sesuai dengan gejalanya. Stomach tube digunakan untuk memasukkan obat langsung kedalam lambung dan mengeluarkan gas pada kasus timpani sehingga dapat mengurangi kepenuhan lambung. Sedangkan rectal tube digunakan untuk memasukkan enema kedalam usus yang bertujuan untuk melunakkan feses, merangsang peristaltik, serta menormalkan kondisi kolon yang mengalami torsio. Hal ini dilakukan setelah feses dikeluarkan melalui palpasi rektal. Pengobatan secara parenteral dilakukan menggunakan obat injeksi yang cocok dan paling mudah dilakukan dan hal yang paling utama dalam penanganan kolik adalah pemberian penenang dan analgesik. Jika terpaksa pengeluaran gas yang terjebak di sekum dapat dilakukan dengan trokarisasi. Gejala kolik dapat dicegah dengan pemberian pakan yang baik, jadwal pemberian pakan yang tepat, pemberian air ad libitum, perawatan gigi, pemberian obat cacing secara reguler, pemberian pakan yang sedikit mengandung karbohidrat, dan tidak mengubah bahan pakan secara tiba-tiba. Tetanus dan kejang-kejang merupakan salah satu penyakit yang paling membahayakan ternak kuda. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara melakukan vaksinasi. Vaksinasi harus dilakukan secara rutin dan teratur. Vaksinasi dilakukan berulang kali dan dengan jenis yang berbeda karena vaksinasi berlaku spesifik untuk setiap penyakit. Salah satu vaksin yang biasa diberikan pada kuda yang akan mengikuti suatu perlombaan adalah vaksinasi untuk menghindari influenza pada kuda (Drummond, 1988). Obat cacing harus diberikan kepada anak kuda sebelum 17
berumur 60 hari. Obat cacing akan lebih baik jika diberikan sejak umur 30-40 hari. Obat cacing dapat secara rutin diberikan pada anak kuda sejak anak kuda mulai mengkonsumsi konsentrat (Lane, 2010).
18