MEMPELAJARI KEBUTUHAN ZAT MAKANAN DAN TATA LAKSANA PEMBERIAN PAKAN KUDA (Equus caballus ) PADA SETIAP KONDISI FISIOLOGIS DI PAMULANG EQUESTRIAN CENTRE
SKRIPSI CHANDRA DESTIAWAN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN
CHANDRA DESTIAWAN. D24063097. 2010. Mempelajari Kebutuhan Zat Makanan dan Tata Laksana Pemberian Pakan Kuda (Equus caballus ) Pada Setiap Kondisi Fisiologis di Pamulang Equestrian Centre. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknoligi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S. Kebutuhan zat makanan dan tata laksana pemberian pakan pada ternak kuda adalah faktor yang mempengaruhi peforma kuda. Tingkat efisiensi pakan ternak kuda dipengaruhi oleh formula dan pemilihan bahan pakan dalam ransum kuda. Penelitian ini mengamati tentang kecukupan protein kasar dan energi tercerna dari pakan terhadap kebutuhan ternak akan protein kasar dan energi tercerna pada setiap kondisi fisiologis. Dengan asumsi kebutuhan zat makanan ternak kuda adalah hasil rujukan dari tabel NRC (1989) lalu dibandingkan dengan penerapan di kalangan peternak maka akan didapat suatu inovasi baru dalam hal formulasi ransum kuda agar menjadi lebih baik. Zat makanan yang sudah memenuhi kebutuhan ternak harus didukung dengan cara pemberian pakan yang tepat kepada ternak sehingga respon positif yang diharapkan dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata laksana pemberian pakan ternak kuda pada setiap kondisi fisiologis yang berbeda dan kualitas zat makanan pakan yang diberikan di Pamulang Equestrian Centre. Pelaksanaan pengamatan di Pamulang Equestrian Centre yang ada di daerah Pamulang Barat milik Ny. Oetari Suhardjono mulai tanggal 1 hingga 28 Februari 2010. Jumlah populasi total kuda ada 60 ekor akan tetapi pengamatan hanya dilakukan pada 54 ekor kuda jenis Thoroughbred dan silangannya. Data lingkar dada kuda dan panjang badan kuda digunakan untuk menduga bobot badan kuda (LD2 x PB / 8717). Kesesuaian jumlah pakan yang diberikan akan dievaluasi berdasarkan standar dari NRC (1989). Zat makanan yang dianalisa di laboratorium yaitu kadar air dan protein kasar. Data energi tercerna menggunakan rujukan data dari label kemasan konsentrat dan data bahan pakan NRC (1989). Tata laksana pemberian pakan di Pamulang Equestrian Centre sudah cukup baik. Pemberian pakan dilakukan secara teratur dua kali untuk konsentrat (jam 04.00 dan 16.00) dan satu kali untuk rumput (jam 21.00). Bahan pakan utama dalam ransum kuda adalah rumput dan konsentrat komersial. Rumput yang digunakan adalah Digitaria decumbens dan ada dua macam konsentrat yang digunakan yaitu konsentrat Haras dan konsentrat Vital. Hasil perhitungan energi tercerna dari rumput, konsentrat Haras, dan konsentrat Vital secara berurutan adalah 1,93; 2,04; 1,97 Mkal/kg. Ada penurunan kebutuhan energi tercerna sebanyak 2,5% dari total energi hasil perhitungan NRC (1989) karena ada peningkatan suhu rataan sebesar 5oC. Dengan penurunaan jumlah kebutuhan energi maka kebutuhan protein juga turun karena adanya imbangan antara protein dan energi. Pamulang Equestrian Centre sudah memiliki ransum untuk kuda pada setiap kondisi fisiologis. Konsumsi bahan kering ransum (kg BK) untuk kuda anak lima bulan, pejantan, pejantan muda, tunggang, dan jantan tua secara berurutan adalah 5,1; 8,7; 7,8; 6,9; dan 7,8 kg BK. Konsumsi kuda induk dan anak sapihan belum dapat dihitung karena digembalakan sehingga konsumsi hijauan belum dapat diamati. Terjadi kelebihan pemberian protein (g PK) pada beberapa kondisi fisiologis yaitu kuda anak lima bulan, dibawah
iii
setahun, dua tahun, pejantan, pejantan muda, tunggang, pejantan tua yang besarnya secara berurutan 130,87; 86,86; 245,39; 284,08; 16,55; 291,08 g PK. Pada ransum anak kuda kecenderungan kekurangan protein dalam ransum sehingga pertumbuhannya lambat. Pada ransum kuda dewasa kecenderungan kekurangan energi dan mengandung protein yang melebihi kebutuhan. Pada ransum kuda dewasa Pamulang Equestrian Centre kurang mengoptimalkan bahan pakan hijauan (rumput) dalam menyusun ransum padahal harga ekonomis rumput relatif lebih murah dari pada harga konsentrat. Penggunaan yang ideal untuk hijauan (kg BK) sekitar 1% dari bobot badan (kg) kekurangan zat makanan dipenuhi dengan pemberian konsentrat sesuai dengan kebutuhan. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan pakan menentukan efektifitas dari ransum. Ransum dengan rasio konsentrat yang tinggi dengan harga mahal belum tentu lebih baik hasilnya dengan harga ransum yang lebih murah yang memiliki formulasi ransum tepat untuk ternak. Kata-kata kunci: kebutuhan zat makanan, kondisi fisiologis, kuda, dan tata laksana pemberian pakan
ABSTRACT
iv
STUDY OF HORSE (Equus caballus ) NUTRIENT REQUIREMENTS AND FEEDING MANAGEMENT EACH PHISIOLOGYCAL CONDITION IN PAMULANG EQUESTRIAN CENTRE Destiawan, C., Kartiarso, and I. K. Amrullah Pamulang Equestrian Centre is a raising and breeding farm of horses in West Java Indonesia, used modern management practice include feeding management. This research methodology used is observation. The feeding management practice in Pamulang Equestrian Centre and measured nutrient requirements with the international standard. Collected data was for physiological status of horse such as ages (yearling, 2 years old, 3 years old, mare, stallions ), physiology conditions (pregnant mares, lactating mares), and working physiology (working horse and racing horse). A descriptive analysis method was used in this study. The data on feeding management practice was based on primary and secondary form. The ration given was analysed using Proximat analysis method in Departement of Nutrition and Feed Technology laboratory, Bogor Agriculture University. The results of this study were feeds formulation from Pamulang Equestrian Centre need some innovation. Because of hot weather in Pamulang, respiration and sweating mechanisms of horse to be less effective. Feed intake will decrease and water intake must be assured to combat dehydration. Forage ratio in feeds should be higher than old ratio in Pamulang Equestrian Centre. Forage ratio must be suittable with each physiology condition. Dry matter comsumption of 5 months foal, stallion, young stallion, equestrian, old horse were 5,1; 8,7; 7,8; 6,9; and 7,8 kg. Feeds that given to horse must fulfil the nutrient requirement of horse. Foal feeding management must adopt creep feed on feed formulation. Creep feed should give begin the foal olds 2 weeks until 8 weeks. Farmer must prepare net for places the forage. It important to build in water fasility for keep the water availabilty. The feeding schedule of concentrat was given minimum 2 times every day. Pamulang Equestrian Centre had better supply water and forage so feeds and water be available everytime. Keywords : feeding management, horse, nutrient requirements, physiology.
MEMPELAJARI KEBUTUHAN ZAT MAKANAN DAN TATA LAKSANA PEMBERIAN PAKAN KUDA (Equus caballus )
v
PADA SETIAP KONDISI FISIOLOGIS DI PAMULANG EQUESTRIAN CENTRE
CHANDRA DESTIAWAN D24063097
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 Judul
: Mempelajari Kebutuhan Zat Makanan dan Tata Laksana Pemberian Pakan Kuda (Equus caballus ) Pada Setiap Kondisi Fisiologis di
vi
Pamulang Equestrian Centre Nama
: Chandra Destiawan
NIM
: D24063097
Menyetujui, Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc. NIP. 194604161974031001
Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S. NIP. 195211101980031004
Mengetahui Ketua Departemen, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. NIP. 196705061991031001
Tanggal Ujian : 2 Juni 2010
Tanggal Lulus :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Desember 1987 di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Penulis adalah anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan bapak Kaswito dan ibu Ngatmi. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SD Pangudi Luhur Ambarawa, pendidikan lanjutan menegah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Pangudi Luhur Ambarawa dan pendidikan lanjutan menegah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMAN 1 Ambarawa. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, Penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa antara lain Koordinator Biro Kewirausahaan PSDM Koperasi Mahasiswa IPB (Kopma IPB) periode 2006-2007, Koordinator Pelayanan Diaspora Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (Diaspora PMK IPB) periode tahun 2007-2008, dan Kepala Biro Khusus Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak (Himasiter) periode 2008-2009.
KATA PENGANTAR
viii
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena oleh kasih karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Judul skripsi ini adalah "Mempelajari Kebutuhan Zat Makanan dan Tata Laksana Pemberian Pakan Kuda (Equus caballus ) Pada Setiap Kondisi Fisiologis di Pamulang Equestrian Centre". Skripsi ini bertujuan untuk mempelajari tata laksana pemberian pakan ternak kuda pada setiap kondisi fisiologis yang berbeda dan kualitas zat makanan pakan yang diberikan di Pamulang Equestrian Centre. Diharapkan skripsi ini dapat memberi gambaran terhadap tata laksana pemberian pakan yang baik untuk kuda pada setiap kondisi fisiologis di daerah tropis. Skripsi ini akan membahas kecukupan pakan dalam memenuhi kebutuhan zat makanan kuda pada setiap kondisi fisiologi. Tahapan penulisan skripsi diawali dengan pembuatan proposal. Tahap berikutnya adalah pengamatan langsung di Pamulang Equestrian Centre mulai tanggal 1 hingga 28 Febuari 2010. Setelah pengamatan selesai Penulis menguji zat makanan yang terkandung pada sampel bahan pakan di Laboraturium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB. Tahap yang terakhir adalah mengolah data dan penyusun tulisan untuk skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan informasi tambahan kepada yang membacanya.
Bogor, Juni 2010
Penulis
.
DAFTAR ISI
ix
Halaman RINGKASAN ………………………………………………………...…
ii
ABSTRACT ………………………………………………………...…..
iv
LEMBAR PERNYATAAN ………………. …………… …………….
v
LEMBAR PENGESAHAN ……………….. ……………….. …………
vi
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………… ….
vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………… ….
viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………...….
ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………........
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… ...
xiv
PENDAHULUAN ………………………………………………………
1
Latar Belakang …………………………………………………… Tujuan ……………………………………………… ………...... TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….. Kuda …………………………………………….…… ……...…. Perkembangan Kuda di Indonesia …………………… …………. Pengaruh Iklim Indonesia Terhadap Kondisi Kuda …….……….. Kuda Pacu ……………………………………………….………. Thoroughbred …..………………………………..……… Kuda Pacu Indonesia ………………………….…………. Sistem Pencernaan Kuda ………………………………………… Kondisi Fisiologis ………………………………………………. Kebutuhan Zat-zat Makanan ………………………….……….. Pemberian Pakan Pada Anak Kuda …………….……….. Pemberian Pakan Pada Kuda Masa Pertumbuhan …........ Pemberian Pakan Pada Kuda Jantan Dewasa …………… Pemberian Pakan Pada Kuda Betina Tidak Bunting …….. Pemberian Pakan Pada Kuda Betina Bunting …………….. Pemberian Pakan Pada Kuda Betina laktasi ……………... Bahan Makanan …………………………………………………. Hijauan ………………………………………………….. Konsentrat ………………………………………………. Tata Laksana Pemberian Pakan Kuda ………………..…………. MATERI DAN METODE …………………………………………….. Waktu dan Tempat …..…………………………………….....… Materi ……………………………………………………...… Metode Penelitian …………………………………………...…. Analisis Data …………………………………………………….
1 2 3 3 3 5 6 6 7 7 8 9 9 11 11 12 12 12 15 15 16 17 18 18 18 18 19
x
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………… Keadaan Umum Pamulang Equestrian Centre ………………… Lokasi ………………………………………………… Fasilitas ……………………………..………………...... Populasi Kuda …………………………….…………… Sumber Daya Manusia ……………………………. ….. Kondisi Iklim …………………………………………………... Bahan Pakan Kuda ……………………………………………… Rumput …………………………………………………. Konsentrat ……………………………………………… Tata Laksana Pemberian Pakan ……………………………...... Kebutuhan Energi dan Protein ………………. …………………. Kecukupan Zat makanan Pada Setiap Kondisi Fisiologis Kuda … Anak Kuda Usia di Bawah 4 Bulan ………………...…... Anak Kuda umur 4 - 6 bulan … …….………………....... Anak Kuda Lepas Sapih di Bawah 1 Tahun ..………….... Kuda Umur 2 Tahun ………………………………….... Kuda Bunting ……………………………..….……….... Kuda Menyusui …………………………….…………... Kuda Bunting dan Menyusui ………………….……….. Kuda Tidak Bunting Dan Tidak Menyusui ………….…. Kuda Pejantan ……………………………….………… Kuda Pejantan Muda ………………………….……….. Kuda Tunggang ……………………………………….... Kuda Jantan Tua ………………………………..……….
21 21 21 22 24 25 26 28 28 32 34 37 38 38 40 42 45 47 49 47 51 54 57 59 60
DISKUSI UMUM . ……………………… …………………………….
63
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………..………...
66
Kesimpulan ………..…………………………………..………… Saran ………………………………………………………...……
66 66
DAFTAR PUSTAKA ……………………...………………………...…...
67
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………..…...…..
70
LAMPIRAN ………………………………………………..………...…...
71
DAFTAR GAMBAR
xi
Nomor
Halaman
1. Bagan Persilangan Kuda Pacu Indonesia ……………………..
7
2. Saluran Pencernaan Pada Kuda Dewasa ……………………..
8
3. Pangolagrass ………………………………..………………..
16
4. Cara Menentukan Lingkar Dada dan Panjang Badan ……. .. ..
19
5. Denah Kandang Pamulang Equestrian Centre ……………….
21
6. Design Kandang Pamulang Equestrian Centre ……………….
22
7. Bedding Kandang dari Serbuk Kayu …………………………
23
8. Padang Rumput dan Kebun Rumput Pamulang Equestrian Centre ……………………………………………………......
23
9. Tempat Pakan Konsentrat ………………………………….....
24
10. Suhu Udara Daerah Pamulang Februari 2009 Hingga Februari 2010 ……………. …………………… …………………. …..
27
11. Kelembaban Udara Daerah Pamulang Februari 2009 Hingga Februari 2010 … ………………………. …. ….……………..
27
12. Curah Hujan Daerah Pamulang Februari 2009 Hingga Februari 2010 … ……………………………..... …………. ……. ……
28
13. Padang Rumput Tempat Untuk Menggembalakan …………...
29
14. Rumput Pangola dari Kebun Rumput dan Padang Penggembalaan ……………………………………………….
29
15. Kemasan Konsentrat dan Isinya yang Berbentuk Pelet ……..
32
16. Kuda Induk dan Anak Dalam Satu Kandang …………………
38
17. Anak Kuda Sapihan Digembalakan Terpisah Dari Induknya ..
43
18. Kuda Induk yang Menyusui Anaknya …………………….….
50
19. Pejantan Saat Mengawini Betina Birahi ………………………
54
20. Pejantan Sedang Digembalakan ………………………………
57
21. Kuda Tunggang Jantan ………………………………………..
59
DAFTAR TABEL
xii
Nomor
Halaman
1. Komposisi Populasi Kuda di Pamulang Equestrian Centre ….....
25
2. Komposisi Zat Makanan Rumput Pangola (Digitaria decumbens) ……………………………………………….......
30
3. Komposisi Zat Makanan Konsentrat Haras …………………….
33
4. Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda di Pamulang Equestrian Centre …………………………………………………………..
37
5. Ransum Rekomendasi Anak Kuda Dibawah Empat Bulan … …
40
6. Ransum Seekor Anak Kuda Umur 4-6 Bulan …………………..
41
7. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Anak Kuda Umur 4-6 Bulan ………………………………… … …………….…..… ..
42
8. Ransum Konsentrat Seekor Anak Kuda Umur Dibawah satu Tahun …………. ………………. ……………………. ………..
43
9. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Anak Kuda Umur Dibawah satu Tahun ….. …………….. …………….. ……….
44
10. Ransum Konsentrat Seekor Anak Kuda Umur Dua Tahun .. ..
46
11. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Anak Kuda Umur Dua Tahun ……………………… ……………………… …………..
47
12. Ransum konsentrat Seekor Kuda Betina Pada 9 Bulan Awal …..
48
13. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Bunting Pada 9 Bulan Awal …... ……………………………….. ………….…
49
14. Ransum Konsentrat Seekor Kuda Menyusui ……………… ….
50
15. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Menyusui …
51
16. Ransum Konsentrat Seekor Kuda Menyusui dan Bunting … …..
52
17. Ransum Rekomendasi Seekor Kuda Menyusui dan Bunting … .
52
18. Ransum Seekor Kuda Tidak Menyusui dan Tidak Bunting …….
53
19. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Tidak Menyusui dan Tidak Bunting ……………. …………… ……………. ……..
54
20. Ransum Seekor Kuda Pejantan ……………………………..
55
21. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Pejantan ……….
57
22. Ransum Seekor Kuda Pejantan Muda ………………………
58
23. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Pejantan Muda ……
59
24. Ransum Seekor Kuda Tunggang ………………………… …….
60
25. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Tunggang …………
61
xiii
26. Ransum Konsentrat Untuk Seekor Kuda Jantan Tua …………..
62
27. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Jantan Tua ………..
62
28. Ransum Kuda di Pamulang Equestrian Centre ……… ………
64
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Nomor
Halaman
1. Kandungan Zat Makanan dari Beberapa Bahan Pakan ………..
72
2. Data Suhu Udara, Kelembaban, dan Curah Hujan Pamulang ...
72
3. Data Kuda Jantan di Pamulang Equestrian Centre …………..
74
4. Data Kuda Induk di Pamulang Equestrian Centre ……………
74
5. Data Kuda Anak di Pamulang Equestrian Centre ……………..
76
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang Kuda adalah ternak yang potensial untuk dikembangkan sebagai unit usaha. Nilai jual seekor kuda tidak hanya ditentukan dari bobot badan melainkan juga dari pedigree ternak dan prestasinya dalam beberapa kompetisi berkuda sehingga harga kuda relatif lebih mahal dari harga ternak yang dibudidayakan untuk konsumsi. Beberapa kuda dipelihara intensif untuk berbagai tujuan yaitu sebagai kuda pacu, kuda tunggang, dan sebagai alat transportasi. Selain itu beberapa kuda dipelihara untuk dimanfaatkan daging dan susunya. Departemen Pertanian mencatat populasi ternak kuda di Indonesia pada tahun 2009 berjumlah 411.464 ekor (Deptan, 2009). Saat ini,
kuda untuk olahraga adalah sektor yang terus berkembang di
Indonesia. Olahraga berkuda yang popular di kalangan masyarakat adalah pacuan kuda dan polo. Berbagai kompetisi diadakan setiap tahunnya untuk pacuan kuda dari tingkat piala Gubernur hingga Derby Nasional. Hanya kuda yang terbaiklah yang menjadi juara yaitu dengan kualitas genetik dan manajemen pemeliharaan yang baik. Untuk mendapat kuda juara maka mulai berkembang unit pembibitan kuda dan beberapa produsen pakan kuda untuk memenuhi kebutuhan dari peternak kuda. Unit pembibitan kuda pacu yang berkembang di Indonesia salah satunya adalah Pamulang Equestrian Centre. Pamulang Equestrian Centre telah berdiri pada tahun 1965, populasi kuda pada tahun 2010 mencapai 62 ekor. Pamulang Equestrian Centre menyediakan kuda bakalan dari hasil silangan antara kuda Thoroughbred dengan kuda lokal Indonesia. Hasil dari silangan ketiga dan keempat yang memiliki kualitas bagus disebut Kuda Pacu Indonesia (KPI). Kuda pacu hasil pembibitan dari Pamulang Equestrian Centre akan dilatih dan akan dilombakan dalam hal kecepatan larinya untuk menempuh jarak yang telah ditentukan. Kuda pacu yang menjadi juara biasanya adalah kuda yang telah mendapatkan proses pemeliharaan yang baik dari lahir hingga dewasa. Tata laksana pemberian pakan dan kandungan zat makanannya menjadi faktor penentu dari peforma ternak selain dari kualitas genetik yang dimilikinya. Anak kuda dengan tata laksana pemberian pakan yang baik secara
kualitas maupun kuantitasnya akan
memiliki rangka yang kokoh dan mengalami pertumbuhan yang normal. Kuda yang mendapat pakan yang tepat pada setiap fase pertumbuhannya akan memiliki peforma
1
yang baik saat ditandingkan. Biaya pakan juga merupakan biaya terbesar dalam sebuah peternakan kuda. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang tata laksana pemberian pakan kuda pada Pamulang Equestrian Centre untuk mengetahui gambaran umum perkembangan tata laksana pemberian pakan kuda di Indonesia hingga saat ini. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tata laksana pemberian pakan dan jumlah zat makanan yang diperlukkan dalam pakan kuda pada setiap kondisi fisiologis di Pamulang Equestrian Centre.
2
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda merupakan salah satu hewan ternak yang penting secara ekonomis dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan. Kuda (Equus caballus atau Equus ferus
caballus)
adalah
salah
satu
dari
sepuluh spesies modern
mamalia dari genus Equus. Kuda termasuk dalam ternak nonruminan herbivora dengan ukuran yang besar pada bagian sekum dan kolon (McNamara, 2006). Taksonomi dari kuda adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animal
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Perissodactyla
Familia
: Equidane
Genus
: Equus
Spesies
: Equus caballus (Susilorini et al., 2007). Perkembangan Kuda di Indonesia Dalam sejarah kuda memiliki hubungan yang erat dengan manusia. Pada
masa raja Firaun, kuda sudah dikenal sebagai tunggangan saat perang. Daging kuda dapat dimanfaatkan manusia sebagai makanan. Semenjak tahun 1450 SM orang Yunani telah mengenal lomba kuda dalam Olimpiade di Olympus empat tahun sekali untuk Yupiter yang masih dikenal hingga sekarang. Di Indonesia perlombaan ini dikenal dengan olahraga pacuan kuda. Dalam bidang pertanian, kuda dapat dimanfaatkan tenaganya untuk membantu dalam proses pengolahan tanah. Kuda di Indonesia lebih populer digunakan sebagai alat angkut atau transportasi. Jenis kuda lokal yang ada di Indonesia adalah kuda poni keturunan kuda Mongol dan kuda Arab (Parakkasi, 1988). Sedikitnya ada 13 jenis kuda lokal Indonesia yaitu kuda Makasar, kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumba dan Sumbawa, kuda Bima dan Flores, kuda Savue, kuda Rote, kuda Timor, kuda Padang, kuda Batak, kuda Agam, kuda Gayo, kuda Bali dan lombok, serta kuda Kuningan (Soehardjono, 1990). Total
3
populasi kuda lokal Indonesia menurut Sudarjat (2003) dalam pidato sambutan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan acara pesta kuda rakyat nasional pada tanggal 6 September 2003 di Pamulang, Bogor terdapat 450 ribu ekor, populasi kuda terus menurun sehingga pada tahun 2009 tercatat populasinya di Indonesia hanya 411.464 ekor (Deptan, 2009). Kuda Sumba atau Sumbawa adalah salah satu jenis kuda lokal yang berkembang di Indonesia karena adanya upacara adat di daerah Sumbawa Barat yaitu Ritual Pasola yang diadakan setiap tahun. Pasola merupakan atraksi adat dalam bentuk perang-perangan oleh dua kelompok berkuda masing-masing beranggotakan sekitar 100 orang. Kuda yang ditunggang adalah kuda lokal Sumba (Ahmad, 2010). Kuda di Sumba biasanya hidup bebas di padang rumput sabana. Tidak ada pagar yang membatasi ruang gerak mereka. Akan tetapi untuk kuda pacu sudah ada sistem pemeliharaan intensif. Pusat kuda pacu di Sumba ada di daerah Sumba Timur yang kemudian dikenal sebagai daerah penangkaran kuda pacu. Pada abad ke-19 Belanda mulai memperbaiki kualitas kuda Sumba dengan cara mengawinkan kuda Sumba dengan kuda Arab. Kawin silang inilah yang menghasilkan kuda Sumba yang dikembangkan masyarakat Sumba sampai saat ini. Kuda Sumba sampai sekarang masih merupakan jenis kuda dengan populasi terbesar di Pulau Sumba dan dikirim ke luar Pulau Sumba antara lain ke Sulawesi, Jawa, Madura, Bali, Jakarta bahkan ke Kalimantan untuk dipergunakan sebagai kuda tarik, kuda tunggang, serta kuda pacu. Kuda Sumba terkenal karena kekuatan dan daya tahan yang tinggi. Kondisi alam yang tidak ramah itu telah membentuk kuda Sumba sebagai salah satu jenis kuda dengan stamina yang kuat (Ahmad, 2010). Selanjutnya perkembangan peternakan kuda Indonesia untuk kuda polo dimulai pada tahun 2005. Letnan Jenderal (Pur.) Prabowo Subianto mendirikan Nusantara Polo Club. Klub ini mewakili Indonesia untuk pertama kalinya dalam turnamen Kings Cup 2006 di Thailand dan meraih peringkat ketiga di bawah Malaysia dan Jordan. Dalam akhir dari turnamen ini, negara-negara ASEAN sepakat untuk membuat polo sebagai cabang olahraga resmi yang dimainkan dalam SEA Games mulai tahun 2007 di Thailand. Selain itu, kejuaraan olahraga berkuda khusus kuda pacu yang bergengsi di Indonesia adalah Derby Nasional. Derby Nasional adalah pacuan kuda yang diadakan setiap tahun di Pulo Mas Jakarta. Kejuaraan ini
4
mempertandingkan kuda jenis Thoroughbred dan hasil silangannya dengan kategori umur minimal 3 tahun. Derby Nasional terdiri dari beberapa babak penyisihan dan berbagai kategori tinggi pundak (Faris, 2009). Pengaruh Iklim Indonesia Terhadap Kondisi Kuda Indonesia terletak pada iklim khatulistiwa atau super-humid. Iklim di Indonesia sangat dipengaruhi banyak faktor. Kondisi iklim dipengaruhi oleh garis lintang, ketinggian tempat, perbandingan luas air dan daratan, serta topografinya (Williamson and Payne, 1959). Jawa Barat termasuk tipe iklim A yaitu iklim yang sangat basah karena bulan basahnya lebih lama daripada bulan kering (Kartasapoetra, 2006). Musim hujan di daerah Jawa Barat lebih lama, karena pada waktu musim timur (arus angin dari benua Australia) tiba, angin barat belum hilang dan masih menurunkan hujan (Disparbud Jabar, 2009). Daerah khatulistiwa memiliki ciri suhu konstan, curah hujan tinggi, dan kelembaban tinggi. Di daerah ini angka rata-rata curah hujan di atas 2.000.mm, di beberapa daerah pantai curah hujannya antara 3.000-5.000 mm. Sedangkan suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada umumnya suhu udara di Jawa Barat beragam berkisar antara 18oC – 22oC (Disparbud Jabar, 2009). Suhu tubuh kuda pada saat kondisi sehat dan tidak habis melakukan kerja berat normalnya 37,2oC - 38,2oC (Williamson and Payne, 1959). Comfort zone untuk kuda asal subtropis berada pada suhu -1oC hingga 24oC (Freeman, 2001). Data lain menjelaskan bahwa suhu netral lingkungan untuk kuda berkisar antara 5-25oC (Ott,.2004).
Nusantara Polo Club menjelaskan bahwa untuk kuda yang sudah
beradaptasi di daerah tropis mampu beradaptasi dengan suhu lingkungan hingga 30oC. Pada suhu comfort zone seekor kuda akan tumbuh lebih baik karena kuda dapat melakukan homeothermy dalam tubuhnya dengan mudah, ketika suhu lingkungan mencapai 24oC hingga 32oC ternak kuda biasanya akan meningkatkan intensitas bernafas dan berkeringat untuk menurunkan suhu tubuhnya (Stull, 1997). Dampak iklim dengan suhu yang konstan pengaruhnya terhadap perilaku ternak adalah perilaku merumput ternak yang lebih lama karena ternak dapat merumput pada waktu malam dan mengurangi waktu merumput di siang hari yang panas. Suhu yang panas dan kelembaban yang tinggi pada iklim khatulistiwa akan
5
menurunkan nafsu makan ternak sehingga konsumsi bahan kering pakan akan menurun. Iklim yang panas akan meningkatkan konsumsi air. Kondisi lingkungan yang panas akan menurunkan efesiensi makanan karena beberapa zat makanan juga akan terbuang lewat keringat yang dihasilkan untuk menurunkan panas tubuh (Williamson and Payne, 1959). Semakin banyak berkeringat maka tubuh ternak semakin banyak kehilangan nitrogen (Ott, 1993). Dalam keringat terdapat 1-2 g nitrogen setiap liternya (Ott, 2004). Pertumbuhan dan produksi ternak di daerah panas akan menurun dibanding dengan ternak yang dipelihara di daerah dingin. Kebutuhan energi dan protein ternak di daerah panas biasanya lebih rendah dari kebutuhan ternak pada tempat dingin (Williamson and Payne, 1959).
Setiap
kenaikkan suhu 10oC maka akan menurunkan kebutuhan kalori sebanyak 5% berlaku juga sebaliknya setiap suhu turun 10oC maka kebutuhan kalori akan meningkat 5% (FAO, 1950). Ternak yang dipelihara pada dua daerah dengan yaitu di Hokaido (cold weather) dan Miyazaki (warm weather) Jepang tidak menunjukkan adanya perbedaan digestible energy intake baik pada musim summer maupun winter, akan tetapi pertambahan bobot harian daerah Miyazaki lebih besar daripada Hokaido (Matsui et al., 2005). Kuda Pacu Organisasi PORDASI telah mengatur standar kuda pacu untuk kompetisi resmi yaitu sesuai dengan standar internasional bahwa kuda pacu berasal dari jenis Thoroughbred atau hasil silanganya yang telah terdaftar di Biro Regristrasi Kuda. Oleh karena itu beberapa sektor pembibitan di Indonesia mulai mengembangkan jenis kuda hasil silangan dengan Thoroughbred yaitu Kuda Pacu Indonesia (KPI) untuk kepentingan kompetisi kuda pacu nasional walaupun beberapa daerah di Indonesia masih banyak kompetisi kuda pacu menggunakan kuda lokal. Thoroughbred Thoroughbred adalah jenis kuda yang memiliki kecepatan lari paling cepat dibanding jenis kuda lainnya. Thoroughbred mulai berkembang sekitar awal abad ke18 di Inggris. Thoroughbred adalah jenis kuda hasil silangan dari tiga jenis kuda yaitu Arabian, Godolphin Barb, dan Byerley Turk (Kidd, 1995). Tinggi gumba Thoroughbred mencapai 155,4-163,6 cm. Bobot badan kuda normal jenis Thoroughbred berkisar 453,5-589,67 kg (Taylor dan Field, 2004).
6
Kuda Pacu Indonesia Kuda Pacu Indonesia (KPI) adalah hasil persilangan antara kuda lokal dengan pejantan Thoroughbred, yang diharapkan memiliki ciri Indonesia dan berprestasi internasional. Hasil persilangan dilakukan sampai generasi ke-3 (G3) dan generasi ke-4 (G4). Kuda Pacu Indonesia merupakan hasil perkawinan sesama kuda hasil silangan (inter-semating) mulai dari G3 (Gambar 1). Kuda Pacu Indonesia akan diakui oleh PORDASI apabila memiliki sertifikat Kuda Pacu Indonesia (KPI) dan telah terdaftar pada Biro Registrasi Kuda yang ditetapkan pemerintah. Tinggi gumba standar ketika umur 6 tahun minimal 150 cm dan maksimal 170 cm. Bobot badan minimal ketika umur 6 tahun untuk KPI adalah 350 kg (SNI , 1996).
Gambar 1. Bagan Persilangan Kuda Pacu Indonesia Sumber : Soehardjono, 1990
Sistem Pencernaan Kuda Sistem pencernaan kuda dimulai secara mekanik pada gigi. Gigi digunakan untuk memotong pakan dan menghancurkan partikel pakan (Hamer, 1993). Lidah merupakan alat pelengkap pencernaan secara mekanis (Parakkasi, 1988). Saliva atau air liur kuda mengandung bikarbonat dimana alkalin dapat membantu sebagai buffer dari asam yang dihasilkan oleh lambung kuda (Pilliner, 1992). Aktivitas bakteri pada lambung sangat terbatas karena makanan hanya sekitar 30 menit berada dalam lambung (Parakkasi, 1988). Fundic region adalah bagian lambung yang memiliki kelenjar pencernaan yaitu produksi enzym bagian badan sel, sekresi mukus bagian leher sel, dan bagian terluar sel memicu hydrochloric acid (Pilliner, 1992). Pada bagian duodenum ada pemecahan partikel pakan dengan
7
alkalin sebagai penetral suasana asam dari makanan. Pada bagian ini makanan bercampur dengan getah empedu, pada bagian ini lemak terelmulsi. Getah pankreas akan mendegradasi gula dan pati menjadi glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak (Hamer, 1993) Pada bagian jejunum dan ileum terjadi penyerapan nutrisi pakan glukosa, vitamin, mineral, asam amino melalui dinding usus yang berbentuk villi (Hamer 1993). Kuda memiliki ciri khas sistem pencernaan yaitu bagian sekum yang volumenya mencapai 35 liter atau 8 gallons (Pilliner, 1992). Volume total hindgut mencapai 63% dari volume seluruh alat pencernaan (Freeman, 2009). Sekum kuda memiliki fungsi seperti rumen pada sapi yaitu tempat fermentasi, sintetis vitamin B dan K oleh mikroorganisme, dan sintetis asam amino. Bagian sekum berfungsi sebagai tempat untuk mencerna NDF (Neutral Detergen Fiber) dari pakan sehingga dapat dicerna oleh ternak. Saluran pencernaan berikutnya adalah kolon yang berfungsi sebagai tempat penyerapan air dan bagian yang terakhir adalah rektum sebelum feses dikeluarkan (Parakkasi, 1988). Saluran pencernaan kuda dewasa selengkapnya terlihat pada Gambar 2.
Lambung Usus Halus 9% 29%
Sekum 17%
Large Colon 35% Small Colon 11%
Gambar 2. Saluran Pencernaan Pada Kuda Dewasa Sumber : Freeman (2009)
Kondisi Fisiologis Fisiologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tubuh secara lengkap dari fungsi bagian-bagian tubuh seperti organ, sistem organ, jaringan, sel dan komponen sel. Dalam fisiologis juga mempelajari proses-proses biofisika dan biokimia yang sedang terjadi dalam tubuh (Frandson, 1992). Kondisi fisiologis sendiri adalah kondisi tubuh normal yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan (internal dan eksternal) sehingga ada perbedaaan fungsi di dalam tubuh (Scheer, 1966). Cakupan
8
fisiologi meliputi fisiologi sel, neurofisiologi, fisiologi gastrointestinal, fisiologi kardiovaskularis, fisiologi metabolisme, fisiologi respiratoris, fisiologi endoktrin, dan fisiologi reproduksi (Frandson, 1992). Kebutuhan Zat Makanan Jumlah konsumsi bahan kering yang normal adalah 1,5–3% berat badan. Persentase tersebut berdasar dari hijauan dalam makanan dan variasai individu yang ditentukan oleh kondisi fisiologi kuda yang bersangkutan (Parakkasi, 1988). Jumlah pemberian pakan untuk kuda ditentukan pula menurut tujuan pemeliharaannya. Untuk kuda tunggang biasanya 1,48–2,45% dari bobot badan. Untuk dressage horses kebutuhan bahan keringnya 1,04–1,79% dari bobot badan (Owens, 1993). Besarnya ukuran bobot badan kuda akan mempengaruhi jumlah zat makanan yang dibutuhkan didalam pakan (Pilliner, 1992). Ada beberapa faktor yang menentukan jumlah zat makanan yang harus dikonsumsi oleh kuda yaitu tempramen, kondisi fisiologis, umur, berat badan, dan lama kerja/hari (Parakkasi, 1988). Energi adalah unsur esensial dalam hidup pokok. Kuda dapat menggunakan kabohidrat, lemak, dan protein sebagai sumber energi (Parakkasi, 1988).
Besar
kebutuhan energi dipengaruhi oleh komposisi dari tubuh ternak, intensitas bekerja, berat badan dan berat tumpangan, tingkat kelelahan, dan kondisi lingkungan. Besar energi untuk kebutuhan hidup pokok ternak dapat dihitung dengan persamaan DE.(Mkal/hari) = 0,975 + 0,021 W (kg), W adalah bobot badan ternak (NRC, 1989). Zat makanan lain yang perlu diperhatikan adalah protein. Kuda adalah ternak nonruminan hebivora sehingga lebih diperhatikan kuantitas daripada kualitas dari protein (Parakkasi, 1988). Protein dibutuhkan untuk hidup pokok, proses reproduksi, pertumbuhan, dan kerja. Kebutuhan protein kasar (PK) untuk hidup pokok sebesar 40.g PK/Mkal DE (NRC, 1989). Pemberian Pakan Pada Anak Kuda Ketika lahir kebutuhan pertama anak kuda adalah kolostrum karena mengandung immunoglobulins (McNamara, 2006). Ketika anak kuda baru lahir harus menerima kolostrum yang cukup dan diusahakan anak kuda dapat menyusu sendiri dengan normal. Anak kuda sering menyusu lebih dari 100 kali dalam 24 jam pada minggu pertama. Ketika telah berumur 10-21 hari maka anak kuda sudah harus mulai dikenalkan dengan hijauan dan konsentrat (Pilliner, 1992). Akan tetapi jumlah
9
dan kualitas hijauan harus diperhatikan karena anak kuda umur 1-30 hari masih memiliki dinding usus yang tipis sehingga potensi terjadi pengelupasan atau luka karena bahan pakan. Deado.et.al. (1998) menyatakan bahwa 60% luka pada saluran pencernaan terjadi pada umur 1-30 hari dan 40% terjadi pada umur anak kuda umur 31-60 hari. Anak kuda akan mengalami perkembangan yang baik pada induk yang memproduksi susu normal dan dibiarkan menyusu langsung pada induknya selama 3-4 bulan (Perry et al., 2003). Pertumbuhan anak kuda akan lebih baik apabila menggunakan creep feed, Thompson et al. (1988) menyatakan bahwa anak kuda yang diberi pakan creep feed dengan kandungan zat makanan sesuai dengan NRC (1989) dan jumlah pemberian 1,5% bobot badan maka anak kuda akan memiliki bobot badan lebih besar, tinggi pundak yang lebih tinggi, dan panjang tulang metatarsal yang ketiga lebih panjang. Kerapatan struktur tulang anak kuda dengan creep feed akan lebih rendah daripada yang tidak diberi creep feed. Creep feed diberikan pada anak kuda ketika ingin mempercepat proses penyapihan. Creep feed dapat dilakukan dengan memberikan ransum konsentrat berbahan dasar skim milk dengan kandungan 18% protein kasar. Creep feed mulai diberikan setelah umur dua minggu dan berakhir pada minggu ke-8. Creep feed sebaiknya diberikan sebanyak 0,5 kg tiap 100 kg bobot badan. Anak kuda disapih pada bobot 150-200 kg dan telah mampu memakan 1-1,5 kg konsentrat. Setelah anak kuda berumur 10-14 minggu maka pakan diberikan dengan kandungan protein kasar antara 14-16% (Pilliner, 1992). Fornula untuk creep feed menurut Blakely dan Bade (1991) adalah 25% oats; 20,5% jagung giling; 10% tepung kedelai; 10% tepung biji rami; 5% susu skim kering; 10% tepung alfalfa; 7% molasses; 0,5% DCP; 1% kapur; 1% mineral; dan sedikit vitamin premix. Anak kuda mengalami setengah dari pertumbuhannya pada tahun pertama. Kegagalam pemeliharaan pada tahun pertama biasanya akan menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik pada tahun kedua (Parakkasi, 1988). Blakely dan Bade (1991) menyatakan pertumbuhan anak kuda jenis Thoroughbred dapat mencapai 0,99 kg/ekor/hari. Kebutuhan energi tercerna untuk anak kuda berdasar NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan : DE (Mkal/hari) = DE hidup pokok (Mkal/ hari) + (4,81 + 1,17X – 0,023X2) (PBB),
10
dimana DE adalah Digestible energy, X adalah umur (bulan ke-), dan PBB adalah pertambahan bobot badan per hari (kg). Kebutuhan protein untuk anak kuda dalam masa penyapihan sebesar 50 g/Mkal DE/hari. Pemberian Pakan Pada Kuda Masa Pertumbuhan Pada dasarnya tata laksana pemberian pakan kuda lepas sapih, yearling, dan pada umur dua tahun adalah sama. Kuda pada masa pertumbuhan membutuhkan bahan baku yang berkualitas (Perry et al., 2003). Kuda pada masa pertumbuhan membutuhkan sejumlah protein dengan asam amino yang seimbang untuk pertumbuhan otot, menyumbang energi, dan membantu proses metabolisme pada tubuh. Sebaiknya pada awal pemberian ransum terdiri dari 60-70% konsentrat (McNamara, 2006). Kuda lepas sapih mampu mengkonsumsi hingga 3,5 kg konsentrat dengan protein kasar 14-16%. Rasio hijauan dan konsentrat untuk lepas sapih adalah 30:70 berdasarkan bahan keringnya. Ketika berumur setahun kuda membutuhkan protein kasar 13,5% dengan rasio hijauan dan konsentrat 40:60 dari bahan kering ransum total. Kebutuhan protein kasar menurun menjadi 11,5% ketika berumur 18 bulan dengan rasio hijauan dan konsentrat 55:45 dari bahan kering ransum. Sedangkan ketika berumur 24 bulan kebutuhan protein kasar mencapai 10% dengan rasio hijauan dan konsentrat 65:35 berdasar bahan kering ransum (Pilliner, 1992). Menurut Parakkasi (1988) kuda dengan bobot dewasa 500 kg pada saat umur satu tahun sebaiknya memilki bobot badan 325 kg. Kebutuhan energi tercerna untuk anak kuda dalam masa pertumbuhan berdasar NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan : DE (Mkal/hari) = DE hidup pokok (Mkal /hari) + (4,81 + 1,17X – 0,023X2) (PBB),
dimana DE adalah Digestible energy, X adalah umur (Bulan ke-), dan PBB adalah pertambahan bobot badan per hari (kg). Kebutuhan protein kasar (PK) untuk anak kuda dalam masa pertumbuhan (yearling) sebesar 45 g/ Mkal DE/ hari dan untuk kuda umur dua tahun kebutuhan PK sebesar 42,5 g/Mkal DE/hari. Pemberian Pakan Pada Kuda Jantan Dewasa Kuda jantan mengkonsumsi konsentrat sekitar 0,75-1,5 kg dengan kualitas yang baik setiap 100 kg bobot badannya. Ketika kuda jantan bekerja berat maka
11
membutuhkan makanan dengan palatabilitas yang tinggi dan perlu adanya suplemen vitamin dan mineral. Vitamin yang sering kurang adalah vitamin E yang berhubungan langsung dengan fertility (Pilliner, 1992). Kuda jantan mengkonsumsi ransum dengan rasio konsentrat dan hijauan adalah 50:50 berdasar bahan kering ransum yaitu 1 lb konsentrat dan1 lb hijauan setiap 100 lb bobot badannya. Pada saat musim kawin kuda jantan dengan bobot badan 500 kg membutuhkan 820 g protein kasar dan 20,5 Mkal DE per ekor per hari (NRC, 1989). Ketika bukan musim kawin kuda hanya membutuhkan zat makanan untuk hidup pokoknya. Seekor kuda jantan dengan bobot 500 kg membutuhkan 597 g PK dan 16,39 Mkal DE per ekor per hari untuk hidup pokoknya (Parakkasi, 1988). Kebutuhan energi tercerna untuk pejantan menurut NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan : DE (Mkal/hari) = 1,25 x DE hidup pokok (Mkal/hari), dimana DE
adalah Digestible energy. Kebutuhan protein untuk kuda pejantan
sebesar 40 g/Mkal DE/hari. Pemberian Pakan Pada Kuda Betina Kuda betina yang tidak bunting tidak boleh terlalu gemuk dan tidak boleh terlalu kurus (Pilliner, 1992). Pemberian pakan pada kuda betina tidak bunting berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Perlu adanya suplemen garam dan mineral. Mineral yang sering defisien adalah Kalsium (Perry et al., 2003). Protein kasar yang dibutuhkan sesuai dengan aktivitasnya. Semakin berat tingkat aktivitasnya semakin tinggi pula kebutuhan proteinnya. Ketika aktivitas rendah pada ransum kuda betina dibutuhkan 7,5-8% PK. Kuda betina yang bekerja berat dan cepat membutuhkan 9,510% PK dalam ransum (Pilliner, 1992). Kebutuhan energi tercerna untuk kuda betina menurut NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan : DE (Mkal/hari) = 1,4 + 0,03 bobot badan (kg), dimana DE adalah Digestible energy untuk hidup pokok. Kebutuhan protein untuk betina yang tidak bunting dan tidak sedang menyusui sebesar 40 g/Mkal DE/hari. Pemberian Pakan Pada Kuda Bunting Pada saat awal kebuntingan hingga umur bunting delapan bulan makanan yang diterima induk kuda masih sama dengan yang sebelumnya diterima. Hal ini
12
karena belum terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kebutuhan zat makanan untuk kebutuhan hidup pokok dan janin. Untuk tiga bulan terakhir menjelang beranak maka protein protein kasar harus meningkat menjadi 20-25% . Jumlah energi ransum juga ditingkatkan menjadi sebanyak 5-10% dari energi awal. Ada dua kali peningkatan dosis vitamin A pada ransum induk bunting masa akhir. Pada ransum kuda betina yang akan beranak yaitu pada 90 hari terakhir kebuntingan harus mulai diberikan penambahan yang bertahap yaitu 17% dari pemberian awal kandungan Ca dan P menjadi 33% jumlah penambahannya dari pemberian Ca dan P awal (Perry et al, 2003). Pada awal kebuntingan kebutuhan zat makanan kuda tidak terlalu bereda dengan kondisi sebelum bunting sehingga tidak ada perubahan ransum. Kebutuhan energi tercerna untuk kuda bunting menurut NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan : DE (Mkal/hari) = a x DE hidup pokok (Mkal/hari), dimana DE
adalah Digestible energy dan a adalah koefisien untuk umur
kebuntingan. Nilai a untuk bunting 9 bulan, 10 bulan, dan 11 bulan secara berurutan adalah 1,11; 1,13; 1,20. Kebutuhan protein untuk kuda bunting sebesar 44 g/Mkal DE/hari. Pemberian Pakan Pada Kuda laktasi Kuda setelah beranak membutuhkan 16–17% PK dari ransum (Pilliner, 1992). Kebutuhan energi tercerna untuk kuda menyusui menurut NRC (1989) dapat dihitung dengan persamaan : DE (3 bulan awal) = DE hidup pokok (Mkal/hari) + (0,03 W x 0,792), DE (3 bulan sebelum penyapihan) = DE hidup pokok (Mkal/hari) + (0,02 W x 0,792), dimana DE adalah Digestible energy dan W adalah bobot badan (kg). Kebutuhan protein untuk kuda menyusui dapat dihitung dengan persamaan : PK (3 bulan awal) = maintenance PK + [(0,03 W x 0,021 x 1000) / 0,65] / 0,55; PK (3 bulan sebelum penyapihan) = maintenance PK + [(0,02 W x 0,018 x 1000) / 0,65] / 0,55;
PK adalah protein kasar (g) dan W adalah bobot badan (kg). Maintanance PK adalah kebutuhan PK untuk hidup pokok yaitu 40 g /Mkal DE/hari.
13
Pada induk yang sedang menyusui perlu diberikan hijauan berdasar bahan kering sekitar 1% dari bobot badan. Pemberian konsentrat dari oats, jagung, dan barley akan membantu menyuplai energi. Pemberian bahan kering konsentrat sebanyak 1% dari bobot badan. Sehingga rasio bahan kering hijauan dan konsentrat adalah 50:50. Pemberian tambahan mineral khususnya Ca masih tetap dilakukan. Selain itu pemberian vitamin A mencapai 10000 hingga 30000 IU (Perry et al., 2003). Quarter Horse mampu memproduksi susu sebanyak 11,8 kg/hari pada awal laktasi dan rataan 9,8 kg/hari pada akhir laktasi dengan masa laktasi 150 hari. Apabila pakan konsentrat yang diberikan pada Quarter Horse adalah soyabeans meal dengan 12,5% PK. Dengan protein konsentrat yang sama yaitu 12,5% produksi susu akan menurun ketika soyabeans dicampur dengan urea (Gibbs et al., 1982). Produksi susu kuda akan mencapai puncak pada hari ke-30 dan menurun setelah beberapa minggu menyusui. Kuda laktasi akan memproduksi susu rataannya 3% dari bobot badannya pada 12 minggu awal laktasi. Setelah memasuki minggu ke13 produksi rataannya hanya sekitar 2% dan akan terus menurun hingga tidak berproduksi lagi (NRC, 1989). Produksi susu akan menurun 44% ketika ternak hidup di daerah tropis (Williamson and Payne, 1959). Komposisi zat makanan yang dihasilkan juga berbeda-beda setiap minggunya. Pada minggu pertama hingga ke-4 jumlah padatan susu 10,7% dengan 58 Kcal/100g; lemak susunya 1,8%; dan kandungan proteinnya 2,7% . Pada minggu ke-5 hingga ke-8 total padatan susu 10,5%; energinya 53 kcal/100g; lemak susunya 1,7%; dan proteinya 2,2%. Komposisi susu paling rendah terjadi pada minggu ke-9 hingga ke-21 dengan 10% total padatan; energinya 50 kcal/100g;
kadar lemak
susunya 1,4%; dan 1,8% jumlah proteinnya (NRC, 1989). Induk kuda laktasi sebaiknya berada pada kondisi tubuh normal dengan body scoring pada level moderately fleshy. Pada score 6, perlemakan bagian punggung sudah terbentuk dan mulai terlihat lipatan kulit. Lemak mulai didepositkan pada bagian ekor, tulang rusuk, punggung, dan leher. Adanya perlemakan maka bagian tulang rusuk sudah tidak dapat terlihat oleh mata tetapi dengan mudah masih dapat diraba (NRC, 1989). Body scoring pada induk kuda akan menentukan produksi susu. Kuda dengan body scoring rata-rata 6,1 akan menghasilkan sapihan yang lebih berat,
14
lebih tinggi, dan lingkar dada lebih lebar dari pada anak sapihan dengan induk yang obese. Induk obese memiliki body scoring rataan 8,8 memiliki produksi susu yang lebih rendah yaitu sekitar 13,0 kg/hari sedangkan induk normal produksi susunya dapat mencapai 14,4 kg/hari. Akan tetapi kandungan lemak kasar dan protein kasar dari susu yang dihasilkan oleh kedua induk tidak berbeda (Kubiak et al., 1990). Bahan Makanan Bahan makanan untuk ransum harian kuda biasanya terdiri dari dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan dapat berupa rumput dan legum dalam bentuk segar atau kering. Selain hijauan bahan penyusun ransum kuda adalah konsentrat. Konsentrat ada berbagai variasi berdasarkan bahan penyusun dan kandungan zat makanannya. Hijauan Makanan utama ternak herbivora secara alami adalah hijauan yang ada di padang rumput. Selain rumput sebagai hijauan ada Famili leguminosae yang juga termasuk dalam hijauan pakan ternak. Terdapat sekitar 1800 spesies leguminosae yang dapat memberikan keuntungan karena akan terjadi nitrogen-fixing bacteria (McDonald et al., 1995). Difinisi
hijauan adalah bahan makanan ternak yang
memiliki memiliki kandungan serat yang tinggi. Rataan nilai serat kasarnya lebih dari 18% dari bahan keringnya. Fungsi hijauan pada ternak herbivora adalah untuk membantu mekanisme fisiologi tubuh ternak dan memberikan suplai zat makanan pada ternak (Crampton dan Harris, 1969). Hijauan dalam bentuk hay sebaiknya diberikan minimal 1% dari bobot badan (Pagan, 2006). Penggunaan hijauan dengan berkualitas tinggi dalam penyusunan ransum adalah cara untuk menurunkan biaya pakan (McCall,1997). Salah satu jenis rumput yang sering digunakan dalam ransum kuda adalah rumput Pangola dengan nama latin Digitaria decumbens (Gambar 3). Rumput Pangola adalah rumput yang lambat tumbuh dan biasanya tumbuh di daerah yang basah yaitu memiliki curah hujan lebih dari 1000 mm/tahun. Rumput Pangola adalah rumput yang tahan genangan dan tahan terhadap salinitas tanah yang tinggi. Pangola tidak memproduksi biji sehingga metode penanamannya harus dengan stolon (Partridge, 2003). Rumput Pangola dapat tetap tumbuh dengan baik apabila pola
15
penanaman dicampur bersama leguminosa jenis Centrosema pubescens atau Desmodium leiocarpum.
Gambar 3. Pangolagras
.
Sumber: Partridge, 2003
Dengan pemupukan yang baik Pangola dapat berproduksi 16.645 kg/ha/tahun dengan pemotongan sebanyak lima kali tiap tahun atau 3.329 kg/ha tiap kali panen. Apabila ada kombinasi dengan centrocema maka produksi meningkat menjadi 27.853 kg/ha/tahun atau 5.571 kg/ha setiap kali panen. Pemanenan dapat dilakukan ketika umur rumput enam minggu (Duke, 1996). Data NRC (1989) memberikan data kandungan zat makanan dari rumput Pangola atau Digitaria decumbens yaitu 1,95 Mcal DE/kg; 9% protein kasar; 32,6% serat kasar, 0,32% Calsium; dan 0,22% Posfor. Selain rumput Pangola masih ada beberapa rumput lain yang dapat digunakan untuk sumber hijauan ternak kuda yaitu Bermudagrass, Bluegrass, Canarygrass, serta Orchardgrass. Leguminosae yang sering digunakan sebagai sumber hijauan adalah Alfalfa, Alyceclover, Clover red, Clover ladino, dan Clover alsike (NRC, 1989). Konsentrat Konsentrat adalah bahan makanan yang digunakan untuk meningkatkan kandungan zat makanan total. Zat makanan yang terkandung dalam konsentrat adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Konsentrat mengandung serat kasar kurang dari 18% dari bahan keringnya. Pada beberapa konsentrat komersial sudah
16
mengandung supplement yang menyumbang mineral dan vitamin (Crampton dan Harris, 1969). Bahan dari bijian biasanya dapat dijadikan sebagai sumber energi dan protein. Biji-bijan yang sering digunakan sebagai sumber energi dalam pakan kuda adalah oat, barley, dan jagung. Bahan sumber protein yang sering digunakan pada pakan kuda adalah bungkil kedelai, biji kapuk, tepung ikan, tepung susu. Bahan lain ada yang berfungsi untuk fillers yaitu pollard dan dedak. Sedangkan molasses dan gula dapat digunakan sebagai peningkat nafsu makan kuda (Pilliner, 1992). Tata Laksana Pemberian Pakan Kuda Dalam manajemen pakan kuda perlu diperhatikan aturan pemberian pakan yaitu kebersihan seluruh tempat pakan dan air minum, pemberian pakan sedikit tetapi sering, usahakan fluktuasi kualitas pakan sekecil mungkin, jaga kebersihan dan kualitas pakan, usahakan ada bahan pakan yang masih segar seperti rumput segar, sesuaikan pakan dengan kondisi fisiologis ternak, jangan biarkan ternak dalam kekenyangan apabila akan bekerja berat, air harus tersedia sebelum dan sesudah makan, pemberian pakan yang teratur, jangan berikan vitamin dan mineral suplemen yang melebihi batas (McBane, 1995). Dalam pemberian pakan kuda usahakan sedikit serat dan pemberian pakan sesuai dengan umur ternak (Hamer, 1993). Sumber utama yang digunakan adalah glukosa, pati, dan serat. Lemak juga dibutuhkan karena menghasilkan energi lebih besar dari pada kabohidrat (Drummond, 1988). Untuk menghemat biaya pakan menurut McCall (1997) adalah pemanfaatan secara optimal hijauan berkualitas, usahakan dalam membeli bahan pakan berdasar harga kualitas dan kuantitas zat makanan, perhatikan panduan penggunaan bahan pakan apabila ada, perhatikan kandungan zat makanan dalam bahan pakan, jangan menambahkan feed additive apabila tidak diperlukan, berikan pakan sesuai kebutuhan ternak, berikan obat cacing secara rutin, pemeriksaan gigi kuda secara rutin, berikan pakan kuda secara individu, pemberian pakan berdasarkan berat bukan volume, dan pemberian pakan secara teratur.
17
MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Kuda Pamulang (Pamulang Equestrian centre) daerah Pamulang Barat Kab. Tanggerang Selatan Jawa Barat. Seluruh kegiatan penelitian dilakukan dari bulan Februari - Maret 2010. MATERI Ternak yang diamati dalam penelitian ini adalah kuda. Kuda yang digunakan dalam penelitian ini hanya dari jenis kuda Thoroughbred, G3, G4, dan KPI pada Peternakan Kuda Pamulang Depok yang berjumlah 54 ekor dengan berbagai kondisi fisiologis. Alat yang dibutuhkan timbangan pakan, pita ukur, kantong plastik, peternak sebagai koresponden, dan kuesioner. Metode Penelitian Penelitian ini diawali dengan mencari data identitas individu tiap kuda. Setelah data diperoleh maka kuda dikelompokkan berdasarkan kondisi fisiologisnya. Pembagian fisiologis berdasarkan umur (anak dibawah 4 bulan, umur 4-6 bulan, dibawah 1 tahun, 2 tahun, dewasa, pejantan, induk), jenis kelamin (jantan dan betina), fisiologis tubuh (bunting, laktasi, bunting dan laktasi, tidak bunting dan tidak laktasi), tingkat aktivitasnya (kuda pacu, kuda tunggang, kuda istirahat). Selama 30 hari kuda diperhatikan pola pemberian pakan serta estimasi jumlah konsumsi pakan setiap hari. Bahan pakan yang diberikan pada kuda dianalisis bahan kering dan protein kasarnya untuk mendapatkan data kandungan bahan kering dan protein kasar. Setelah seluruh data didapat maka akan dilakukan analisis tata laksana pakan dan kecukupan zat makanan dari pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup kuda sesuai kondisi
fisiologisnya.
Pengamatan
secara
keselurahan
dilakukan
untuk
menggambarkan secara deskriptif lokasi peternakan kuda di Pamulang. Penelitian ini merupakan pengamatan langsung dan wawancara untuk mengetahui management pakan kuda. Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Estimasi bobot badan, dengan persamaan dari Pilliner (1992) : Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm))2 x panjang badan (cm) 8717
18
- Lingkar dada diukur dengan menggunakan pita ukur (heart girth). - Panjang badan, yang diukur dari point of shoulder hingga point of buttocks (length). Cara pengukuran diperlihatkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Cara Menentukan Lingkar Dada dan Panjang Badan 2. Pertambahan bobot badan untuk kuda yang dalam masa pertumbuhan (kg/hari). 3. Konsumsi konsentrat harian kuda per ekor (kg) pada setiap kondisi fisiologis. 4. Konsumsi rumput harian per ekor (kg) pada setiap kondisi fisiologis. 5. Hasil analisa zat makanan dari hijauan dan konsentrat (Bahan kering dan protein kasar). 6. Kandungan energi tercerna (Mkal) yang diambil dari data yang ada di label konsentrat. 7. Kandungan energi tercerna (Mkal) rumput dari data rujukan NRC (1989). 8. Total konsumsi energi tercerna (Mkal/ekor/ hari) : - DE (Mcal/ekor/hari) = ∑ [Bahan yang dikonsumsi (kg/ekor/hari) x kandungan DE (Mkal/ kg bahan kering) tiap bahan] 9. Total konsumsi protein kasar (g/ekor/ hari) : - PK (g/ekor/hari) = ∑ [Bahan yang dikonsumsi (kg/ekor/hari) x kandungan PK (g/kg bahan kering) tiap bahan] Analisis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan pihak terkait di Peternakan Kuda Pamulang Depok, sedangkan
19
data sekunder adalah beberapa data yang didapat dari beberapa informasi hasil dari tinjauan pustaka. Data yang diperoleh akan ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisa deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari Peternakan Kuda Pamulang Depok yang meliputi profil wilayah, populasi kuda, kondisi umum ternak, fasilitas yang disediakan, tata laksana pemberian pakan kuda pada setiap kondisi fisisologis, ransum kuda, tingkat konsumsi ternak, dan kecukupan kebutuhan energi dan protein dari pakan.
20
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pamulang Equestrian Centre Lokasi Pamulang Equestrian Centre adalah peternakan kuda yang ada di daerah Pamulang Barat Kabupaten Tanggerang Jawa Barat. Pamulang Equestrian Centre berdiri pada tahun 1965 dengan total luas areal sekitar 15 Ha. Terdapat tiga blok kandang kuda yaitu Blok I ada sejumlah 20 kandang individu. Blok I adalah kandang induk kuda dan anaknya. Blok I adalah bangunan paling besar dengan ukuran lebar 10 x 40 meter dengan kandang individu dua baris berhadapan masing-masing 11 kandang di sebelah kiri dan 9 kandang di sebelah kanan. Blok lainnya hanya satu baris dan berbentuk pola huruf L. Blok II adalah kandang betina, jantan, dan domba sebanyak 14 kandang. Blok III terdapat 17 kandang yaitu kandang pejantan, kuda pacu, dan kuda tunggang. Denah kandang selengkapnya diperhatikan pada Gambar.5.
Gambar 5. Denah Kandang Pamulang Equestrian Centre
21
Kandang seluruhnya individu, dengan ukuran setiap kotak adalah 3,5 x 4 meter. Atap kandang terbuat dari bahan seng. Pada blok III ukuran kandang individu untuk pejantannya lebih luas yaitu 4 x 5 meter. Tembok pada sekeliling kandang tingginya 1,5 meter hingga 2 meter sehingga bagian atas tembok terbuka. Pada blok 3 bagian yang terbuka dipasang pagar besi untuk mencegah kuda menyerang kuda lain, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.
Tipe Kandang Blok I dan Blok II
Tipe Kandang Blok III
Gambar 6. Design Kandang Pamulang Equestrian Centre Fasilitas Fasilitas yang ada tiap kandang sudah lengkap tersedia pada setiap blok. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat minum dan tempat konsentrat. Belum terdapat tempat untuk rumput atau hijauan. Tempat pakan rumput menurut pemilik kuda kurang perlu karena tingkah laku kuda ketika makan rumput yang kurang tenang sehingga rumput akan tetap dihamburkan ke lantai untuk dipilih ketika makan. Lantai kandang (bedding) mengunakan serbuk gergaji atau rumput kering (Gambar 7). Setiap hari ada kegiatan menjemur bedding yang basah dan membersihkan kotoran yang ada di bedding. Area Pamulang Equestrian Centre dilalui oleh sungai yang cukup lebar dan dalam. Dengan adanya sungai ini maka tersedia sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan ternak dan kebutuhan lahan pastura. Pada Blok 3 sistem pemberian air minum sudah terlaksana dengan baik dengan adanya instalasi selang air yang masuk hingga dalam kandang. Pada blok 1 dan blok 2 belum ada instalasi aliran air ke kandang sehingga masih perlu tenaga manual untuk mengisi air kedalam kandang. Mekanisme penyediaan air pada blok 1 dan 2 ini memungkinkan ketersediaan air
22
menjadi kurang karena pemberian air dibatasi 18 liter (1 ember) tiap pemberian. Dalam sehari kuda akan diberikan empat ember per ekor yang diberikan pada saat pemberian pakan konsentrat, sebelum digembalakan, dan sesudah digembalakan.
Gambar 7. Bedding Kandang dari Serbuk Gergaji Sekeliling kandang terdapat lahan pastura yang cukup luas untuk menggembalakan kuda (Gambar 8). Pastura yang ada didominasi oleh rumput Pangola (Digitaria decumbens) untuk menggembalakan kuda pada siang hari. Kondisi tanah di kebun rumput cukup subur karena didukung dengan adanya pemupukan dengan pupuk kandang dan pupuk NPK. Pemupukan dengan pupuk kandang biasanya dilakukan setelah rumput dipanen. Selanjutnya antara minggu ke-3 dan ke-4 dilakukan pemupukan NPK dengan dosis 400 kg urea/ha, 150 kg KCl/ha, dan 150 kg SP36/ha. Dosis pemupukan NPK sudah tepat akan tetapi penerapan di lapangan belum tentu akurat karena luas lahan dan jumlah pupuk yang digunakan ditentukan dengan cara estimasi saja.
Gambar 8. Padang Rumput dan Kebun Rumput di Pamulang Equestrian Centre Tempat pakan konsentrat terbuat dari plastik yaitu tong plastik yang dipotong menjadi dua bagian (Gambar 9). Waktu pemberian pakan konsentrat dilakukan rutin
23
dua kali dalam sehari. Pemberian awal dilakukan pada pukul 04.00 pagi dan pemberian kedua pada sore hari pukul 16.00. Pada kandang induk dan anak yang menyatu maka akan diberikan konsentrat secara terpisah sehingga anak tetap dapat makan konsentrat tanpa bersaing dengan induknya. Pakan konsentrat anak dan induk masih dari bahan yang sama dengan yang diberikan kepada induk kuda sehingga belum mengadopsi pemberian creep feed untuk anak kuda. Pemberian pakan konsentrat dilakukan dengan cara menenttukan jumlah konsentrat sesuai takaran lalu ditambahkan air secukupnya agar konsentrat mudah hancur.
Gambar 9. Tempat Pakan Konsentrat Populasi Kuda Total populasi kuda di Pamulang Equestrian Centre ada 62 ekor. Hampir seluruh populasi jenis Thorouhbred dan hasil persilangannya. Pengamatan difokuskan pada 54 ekor kuda jenis KPI, G4, G3, dan Thoroughbred karena bobot badan ternak hampir seragam dengan bobot dewasa sekitar 500 kg. Populasi terbesar terdiri dari kuda betina sebanyak 29 ekor dari jenis yang beragam yaitu Thoroughbred dan silangannya. Ada tiga ekor kuda betina lokal berasal dari Sumbawa. Total populasi anak kuda ada 17 ekor yang terdiri dari tiga ekor jenis kuda Sumbawa dan 14 ekor jenis kuda hasil perkawinan dan silangan Thoroughbred. Ada 11 ekor kuda jantan yang juga kuda hasil perkawinan dan silangan Thoroughbred. Selain itu ada dua ekor kuda jantan lokal berasal dari Sumbawa. Setiap kuda memiliki tingkat aktivitas dan tingkat fisiologis yang berbeda. Pada kuda induk sedikitnya ada empat kelas fisiologis yaitu kuda menyusui , kuda bunting, kuda menyususi dan bunting, serta kuda betina tidak menyusui dan tidak bunting. Kuda betina tidak bunting terbagi menjadi kuda induk dan kuda tunggang.
24
Untuk kuda jantan terbagi menjadi kuda pejantan, kuda pacu, dan kuda tunggang. Kuda anakan ada dua kondisi fisiologis ketika pengamatan berlangsung yaitu anak kuda sapihan dan anak kuda masih menyusu. Seluruh kuda mendapat perawatan khusus oleh anak kandang sehingga kuda terawat dengan baik. Seluruh hasil pengamatan dan pembagian kuda jenis Thoroughbred dan silangannya berdasar fisiologisnya terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi Populasi Kuda di Pamulang Equestrian Centre Kondisi Fisiologis Kuda
Jumlah (ekor)
Anak kuda umur di bawah empat bulan
5
Anak kuda umur empat bulan hingga enam bulan
6
Anak kuda umur dibawah satu tahun
3
Kuda umur dua tahun
2
Kuda bunting
2
Kuda menyusui
5
Kuda bunting dan menyusui
8
Kuda betina tidak bunting dan tidak menyusui Kuda pejantan Kuda pejantan muda Kuda tunggang Kuda jantan tua
12 4 3 3 1
Sumber Daya Manusia Setiap blok kandang memperkerjakan dua orang pegawai. Sehingga secara keseluruhan Pamulang Equestrian Centre memiliki enam orang pegawai kandang (anak kandang) dan dua orang koordinator. Tingkat pendidikan anak kandang adalah lulusan SD namun ada seorang Sarjana Peternakan sebagai manager kandang. Terdapat tenaga kerja tambahan sebagai tukang rumput dan tukang kebun. Para anak kandang bekerja mulai pukul 06.30 pagi dan selesai pukul 16.30. Pada pukul 12.0014.00 para pegawai istirahat. Kegiatan lain di luar jam kerja adalah memberi pakan konsentrat pada pukul 04.00 pagi dan pemberian rumput jam 21.00 yang dilakukan oleh penjaga ronda saat malam hari. Penjaga malam juga akan mengganti air minum setelah pemberian konsentrat pukul 04.00. Kegiatan rutin harian secara umum adalah melepas kuda ke padang rumput, merawat kuda, dan membersihkan kandang kuda.
25
Kebersihan dan kesehatan kuda akan terkontrol setiap harinya karena setiap kuda dirawat dan kandangnya dibersihkan dari feses yang dihasilkan sehari sebelumnya. Kondisi Iklim Kondisi iklim di Pamulang tidak berbeda jauh dengan Bogor. Data dari Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor dapat mendeskripsikan kondisi iklim udara daerah dengan radius 30 km dan ketinggian daerah yang hampir sama. Dengan data dari Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor maka daerah Pamulang termasuk dalam daerah yang panas dan lembab. Dengan kondisi iklim seperti ini maka kecenderungan ternak akan mengalami cekaman panas (heat stress) karena dalam mempertahankan suhu tubuhnya ternak sulit mentransfer panas tubuh ke lingkungan sekitarnya. Suhu udara daerah Bogor, Depok, dan Pamulang pada bulan Februari 2009 hingga Februari 2010 menurut Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor berkisar antara 26 ± 0,43oC. Suhu rataan dalam kurun waktu setahun belum dapat mencerminkan bahwa kondisi Pamulang sesuai dengan kriteria iklim Khathulistiwa atau super humid. Kondisi ini dipertegas dengan suhu harian yang hampir sama dari pagi hingga malam tidak ada perbedaan suhu yang sangat ekstrim. Rataan suhu ketika pagi hari pukul 7.00 berkisar antara 23,1 ± 0,57oC. Kondisi akan berbeda ketika siang hari, suhu rataan ketika siang hari selama setahun adalah 30,8 ± 1,15oC dan akan menurun pada sore hari menjadi 26,7 ± 1,06oC (Gambar 10). Kelembaban udara yang terjadi di Pamulang termasuk tinggi. Nilai kelembaban mencapai 98% ketika pagi hari dan 51% ketika siang hari. Dalam kurun waktu Februari 2009 hingga 2010 data dari Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor menunjukkan bahwa kelembaban udara rata-rata ketika pagi hari adalah 94 ± 2,5%. Ketika siang hari kelembaban udara menurun dengan rata-rata 63 ± 7,9%. Lalu kelembaban udara akan terus meningkat pada sore hari dibanding saat siang hari dengan rataan 81 ± 6,7% (Gambar 11). Curah hujan di Pamulang hampir sama tingginya dengan curah hujan di Darmaga Bogor. Curah hujan selama setahun dari Februari 2009 hingga Februari 2010 sebesar 3545 mm dan rata-rata tiap bulan adalah 296,15 mm. Tingkat curah hujan yang tinggi ini akan menyebabkan kelembaban udara tetap tinggi akan tetapi
26
curah hujan ini juga akan membantu dalam mencukupi kebutuhan rumput akan air (Gambar 12). 35
Rata-rata Suhu Udara (oC)
30
25
) (
20
-
15
10
5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
13
12
Bulan
Keterangan :
Pagi
Siang
Sore
Gambar 10. Suhu Udara Pamulang Februari 2009 hingga Februari 2010 Sumber : Stasiun BMG Darmaga, 2010
- Rata rata Kelembaban (%)
120
100
80
60
40
20
0 1
2
3
Keterangan :
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Bulan
Pagi
Siang
Sore
Gambar 11. Kelembaban Udara Pamulang Februari 2009 hingga Februari 2010 Sumber : Stasiun BMG Darmaga, 2010
27
600
500
400
300
200
100
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Bulan
Gambar 12. Curah Hujan Pamulang Februari 2009 hingga Februari 2010 Sumber : Stasiun BMG Darmaga, 2010
Dari ketiga faktor suhu, kelembaban, dan curah hujan menggambarkan bahwa Pamulang sebenarnya tidak cocok untuk ternak kuda jenis thoroughbred. Suhu udara rata-rata diatas comfort zone. Ketika suhu mulai diatas 24oC maka kuda sudah mulai merasakan panas. Puncak dari Extremely warm temperatures terjadi ketika siang hari, data rata-rata suhu siang hari mencapai 30,8oC. Kuda masih dapat beradaptasi pada suhu rataan 30oC dengan meningkatkan intensitas bernafas dan berkeringat. Kuda akan mulai merasakan nyaman terhadap suhu udara ketika malam hari hingga pagi hari. Kondisi udara dengan kelembaban tinggi saat siang hari membuat ternak semakin sulit mentransfer panas ke lingkungannya sehingga jumlah keringat yang dihasilkan lebih banyak. Menurut Ott (2004) tingkat stress karena panas tergantung pada suhu, kelembaban udara, komposisi tubuh ternak, ketebalan bulu ternak, dan kemampuan adaptasi ternak. Bahan Pakan Kuda Rumput Rumput yang ditanami di kebun rumput adalah jenis rumput Pangola (Digitaria decumbens). Kondisi rumput tumbuh baik karena ada manajemen pemeliharaan rumput yaitu pemupukan tanah yang rutin setelah pemanenan. Pada padang penggembalaan kondisi pastura kurang dirawat sehingga banyak gulma yang tumbuh dan vegetasi lain banyak tumbuh sehingga menurunkan produksi hijuan
28
(Gambar 13). Hal ini terjadi karena ada persaingan antara rumput dengan gulma sehingga hampir 1/3 bagian padang penggembalaan ditumbuhi tanaman bukan hijauan pakan ternak yang berkualitas baik. Pembersihan gulma dan tanaman pengganggu harus dilakukan agar kapasitas tampung tidak menurun dan menghindarkan ternak agar tidak mengkonsumsi tanaman yang mengandung toksik.
Gambar 13. Padang Rumput Tempat Untuk Menggembalakan Rumput yang berasal dari kebun rumput memiliki kualitas yang cukup baik (Gambar 14). Setelah dianalisa di Laboraturium Ilmu dan Teknologi Pakan ternyata rumput Pangola (Digitaria decumbens) dari Pamulang Equestrian centre memiliki kadar air total 75,54%. Kadar air ini normal untuk jenis hijauan setelah pananen. Data dari NRC (1989) menyatakan kadar air rumput Pangola segar sekitar 79,8%. Karena volume perut kuda kecil maka perlu adanya pelayuan rumput terlebih dahulu agar kadar air berkurang.
Gambar 14. Rumput Pangola dari Kebun Rumput dan Padang Penggembalaan Pelayuan yang dilakukan selama sehari mampu menurunkan sekitar 30% bobot rumput segar. Apabila ada 3 kg rumput segar (ukuran untuk 1 ikat rumput) setelah dilayukan sehari maka bobot total menurun menjadi 2 kg. Penurunan bobot
29
rumput ini dipengaruhi berbagai hal yaitu kadar air rumput, suhu udara, dan kelembaban. Dengan adanya pelayuan rumput maka kuda mampu mengkonsumsi lebih banyak bahan kering yang berasal dari hijauan sehingga mencukupi kebutuhan hijauan untuk mekanisme fisiologis pencernaan kuda yang membutuhkan serat dan nitrogen yang tidak tercerna oleh usus halus sebagai bahan dasar proses fermentasi di bagian sekum. Berdasarkan bahan keringnya setelah dianalisa laboraturium mengandung protein kasar sebanyak 8,69%. Menurut data dari NRC (1989) menyatakan rumput Pangola (Digitaria decumbens) memiliki protein kasar sebesar 9%. Perbedaan nilai kandungan protein kasar yang terjadi tidak terlalu besar. Perbedaan kandungan protein ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu umur pemanenan yang berbeda, jenis tanah, iklim, dan kadar pemupukan yang berbeda pula (Tabel 2). Nilai DE rumput Pangola apabila dihitung dengan persamaan McDowell et al. (1974) maka hanya sekitar 1,93 Mkal/kg nilai yang sedikit lebih rendah dibanding dengan nilai dari NRC (1989) yaitu 1,95 Mkal/kg. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Rumput Pangola (Digitaria decumbens) Sumber
Bahan Kering (%)
Lab. Ilmu dan Teknologi Pakan
100
NRC, 1989
100
Digestible Energi (Mcal/kg)
Protein Kasar (%) 8,69
1,95
9,10
Rumput Pangola (Digitaria decumbens) memiliki tingkat palatabilitas yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tingkah laku ternak kuda ketika memilih rumput saat digembalakan. Ternak kuda ketika di padang penggembalaan akan memakan terlebih dahulu rumput yang memiliki palatabilitas tinggi. Urutan palatabilitas rumput berdasarkan kesukaan ternak kuda adalah Brachiaria humidicola lalu Digitaria decumbens. Rumput lapang menjadi pilihan terakhir setelah rumput yang memiliki palatabilitas tinggi sudah habis dimakan. Kuda akan menghindari padang penggembalaan dengan kondisi rumput yang sudah tua karena kandungan ligninnya yang tinggi. Produksi rumput Pangola (Digitaria decumbens) di kebun rumput Pamulang Equestrian Centre cukup tinggi. Setiap pengambilan sampel dari satu kali panen
30
pada saat pengamatan rataan produksi tiap m2 sekitar 0,54 ± 0,1 kg sehingga perhitungannya setiap kali pemanenan 5375 kg/ha. Dalam setahun kebun rumput di Pamulang Equestrian Centre mampu memproduksi 26.875 kg/ha/tahun. Produksi rumput Pangola di Pamulang Equestrian Centre tinggi karena curah hujan yang tinggi di daerah Pamulang. Selain itu sudah dilakukan managemen pemupukan dengan pupuk kandang yang berasal dari kandang kuda. Pemupukan dilakukan setelah pemanenan. Pupuk NPK biasanya ditambahkan pada minggu ke-3 setelah pemanenan. Jadi pupuk utama untuk kebun rumput adalah pupuk kandang. Produksi hijauan masih dapat ditingkatkan dengan cara perluasan lahan kebun rumput atau dengan mengkombinasikan rumput Pangola dengan leguminosa. Kebun rumput Pangola di
Pamulang Equestrian Centre
mampu
memproduksi 6573,63 kg bahan kering/ha/tahun. Menurut Sarah Pilliner (1992) kebutuhan BK rumput untuk satu ekor kuda minimal 1 % dari bobot badan kuda. Sehingga dalam 1 tahun kebutuhan bahan kering untuk 60 ekor kuda dengan bobot 500 kg adalah 109,5 ton BK rumput/tahun. Untuk mencukupi kebutuhan ini maka Pamulang Equestrian Centre minimal harus mempunyai 16,6 ha kebun rumput Pangola. Apabila perluasan lahan kebun rumput tidak dapat dilakukan maka perlu adanya penanaman legum centrocema untuk meningkatkan produksi dari lahan hijauan. Penyediaan hijauan sangat diperlukan karena hijauan adalah bahan pakan yang paling murah sehingga perlu dioptimalkan jumlah penggunaannya dalam formula ransum. Produksi total hijauan dari Pamulang Equestrian Centre belum dapat diestimasi karena ada beberapa macam lahan rumput. Ada lahan yang digunakan sebagai tempat budidaya rumput untuk pakan rumput kuda di kandang (sistem pemanenan cut and carry). Selain itu ada lahan rumput yang sengaja dibiarkan hingga tua untuk bahan bedding, lahan rumput untuk penggembalaan, dan lahan rumput liar. Dari hasil wawancara, dalam setahun kebutuhan rumput untuk kuda dapat terpenuhi dengan baik karena belum optimalnya penggunaan hijauan didalam ransum kuda dewasa. Kendala penyediaan rumput biasanya terjadi biasanya ketika terjadi kemarau yang panjang sehingga produksi rumput rendah. Tanaman rumput yang ada di lahan sekitar 15 ha tidak hanya digunakan sebagai memenuhi kebutuhan pakan hijauan kuda di Pamulang Equestrian Centre
31
akan tetapi juga untuk Pamulang Stable. Pamulang Stable adalah club berkuda yang menyediakan penyewaan tempat untuk memelihara kuda dan melatih kuda tunggang. Produksi kebun rumput yang ada di Pamulang Equestrian Centre digunakan untuk memenuhi kebutuhan hijauan di dua tempat. Selama ini dalam setahun rumput banyak tersedia akan tetapi kualitas menjadi rendah dan jumlah terbatas ketika musim kemarau yang panjang. Dalam kurun waktu setahun terakhir memang tidak terjadi musim kemarau yang panjang sehingga ketersediaan hijauan cukup untuk ternak. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan mengolah lahan yang belum digarap untuk menjadi kebun rumput. Konsentrat Konsentrat Haras dan Vital adalah nama dagang pakan kuda produksi dari Royal Horse (Gambar 15). Konsentrat ini berbentuk pelet dengan diameter 0,5 cm dan panjang pelet 1,5 cm. Konsentrat Haras diproduksi untuk feed supplement kuda bunting, kuda laktasi, anak kuda, dan pejantan yang digunakan untuk meningkatkan jumlah zat makanan yang belum cukup dari rumput. Kelebihan dari konsentrat Haras adalah konsentrat tinggi protein dan energi. Konsentrat ini cocok untuk kebutuhan kuda induk saat bunting dan melahirkan. Untuk anak kuda konsentrat ini baik untuk pertumbuhan otot dan kerangkanya. Konsentrat ini juga cocok untuk kuda jantan di saat musim kawin. Sedangkan konsentrat Vital diproduksi untuk feed supplement kuda istirahat dan kuda yang dilatih untuk kompetisi. Kelebihan dari konsentrat Vital adalah konsentrat yang tepat untuk kuda yang tingkat kerja tidak terlalu berat. Konsentrat Vital juga telah memenuhi standar dari International Equestrian Federation.
Gambar 15. Kemasan Konsentrat dan Isinya yang Berbentuk Pelet
32
Bahan baku konsentrat Haras dan Vital terdiri dari jagung, barley, polard, tepung alfalfa, oats, dedak, bungkil kedelai, CGM, molases, lemak nabati, garam, trace mineral, vitamin, dan mannan-oligosaccharides. Kandungan zat makanan dari konsentrat Haras dan Vital juga cukup lengkap sebagaimana tercantum pada label (Tabel 3). Perbedaan kedua konsentrat ini dari formulasi ransum sehingga kandungan zat makanannya berbeda. Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Konsentrat Haras Zat Makanan
Konsentart Haras
Digestible Energi (Kcal/kg)
2720
Konsentrat Vital 2240
Protein (%)
16
(15,87)*
11,5
Lemak (%)
3
2
Abu (%)
8
9
Serat Kasar (%)
12,5
14,5
BETN (%)
49
51,5
Kadar Air (%)
11,5 (14,16)*
11,5
Calsium (g/kg)
14
(12,16)*
(12,55)*
9
Keterangan : * Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB Nilai TDN (%) menurut McDowell et al. (1974) untuk kuda dapat dihitung dengan persamaan : TDN (%) = digestible PK + digestible SK + digestible BETN + 2,25 (digestible LK) atau TDN (%) = 52,476 + 0,189 (SK) + 3,010 (LK) - 0,723 (BETN) + 1,590 (PK) 0,013 (SK)2 + 0,564 (LK)2 + 0,006 (SK) (BETN) + 0,114 (LK) (BETN) - 0,302 (LK) (PK) - 0,106 (LK)2 (PK) dimana TDN adalah Total Digestible Nutrients (%), PK adalah Protein Kasar (%), SK adalah Serat Kasar (%), LK adalah Lemak Kasar (%), dan BETN adalah Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (%). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai TDN untuk konsentrat Haras dan Vital adalah 52,00% dan 49,30%. Menurut McDowell et al. (1974) nilai TDN dapat dikonversikan menjadi nilai DE (Mkal) pada kuda dengan menggunakan persamaan : DE (Mkal/kg) = 0,0365 x TDN (%) + 0,172
33
dimana DE adalah Digestible Energy dari bahan pakan (Mkal/kg). Setelah dihitung maka nilai DE konsentrat Haras dan Vital hanya 2,070 Mkal/kg dan 1,971 Mkal/kg. Nilai DE dari label harus dikoreksi karena terlalu tinggi, apabila tidak ada koreksi maka ternak akan kekurangan energi. Hasil analisa Laboratorium menunjukkan konsentrat Haras memiliki protein kasar sebesar 15,87% (Tabel.3), jumlah yang lebih rendah dari data yang tercantum pada label. Walaupun hasil analisa lebih rendah akan tetapi menunjukkan nilai yang mendekati dengan data yang tercantum pada label. Peningkatan kadar air memang akan menurunkan kadar protein dalam pakan. Hal ini disebabkan karena kondisi gudang yang lembab dan curah hujan yang tinggi sehingga terjadi peningkatan kadar air dari konsentrat Haras. Berbeda halnya dengan yang terjadi pada hasil analisa konsentrat Vital. Protein kasar hasil analisa dari konsentrat Vital adalah 14,16% sedangkan pada label adalah 11,5%. Kondisi sampel dari konsentrat Vital lebih baik daripada data dari label. Kadar air konsentrat Vital yang lebih tinggi dan jumlah protein kasar yang lebih tinggi dari data yang tercantum pada label dapat disebabkan karena kondisi bahan penyusun konsentrat yang masih bagus dan biasanya konsentrat ini belum lama disimpan dalam gudang. Tata Laksana Pemberian Pakan Tata laksana pemberian pakan kuda memang lebih rumit dari pada ternak ruminansia. Ternak kuda hanya memiliki lambung tunggal sehingga kapasitas tampung juga terbatas. Oleh karena itu pemberian pakan pada kuda memiliki frekuensi yang lebih tinggi daripada ternak lainnya. Owens (1993) menjelaskan tentang frekuensi pemberian pakan di Brisbane, Australia untuk kuda bervariasi dari dua kali sehari hingga 5 kali setiap harinya. Semakin tinggi frekuensi pemberian pakan dengan jumlah total pemberian yang sama dalam satu hari akan menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih baik. Kebersihan seluruh tempat pakan belum tercapai di Pamulang Equestrian Centre. Tempat pakan yang tersedia hanya untuk pakan konsentrat dan belum ada tempat untuk rumput. Ternak kuda adalah ternak yang sensitif akan kebersihan pakan karena menurut Parakkasi (1988) dengan kerongkongan yang panjangnya hampir 1,5 cm dan adanya cincin yang kuat di daerah perbatasan kerongkongan dan lambung
34
membuat kuda susah muntah ketika ada kesalahan pada saat menelan. Hal ini berpeluang menyebabkan terjadinya colic. Perlunya kebersihan tempat pakan karena ternak kuda membutuhkan pakan berkualitas baik. Pakan yang tidak terjaga kebersihannya akan menyebabkan kandungan zat makanan yang tercerna menurun karena gangguan mikroorganisme patogen yang ada. Kebersihan pakan rumput dan konsentrat akan menurunkan potensi ternak terjangkit cacingan yang disebabkan karena ternak memakan pakan yang tercampur dengan fesesnya sendiri. Tidak hanya konsentrat yang perlu diberikan tempat tetapi bahan pakan lainnya seperti rumput harus diberi tempat. Tempat untuk rumput berbentuk jaring dengan ukuran anyaman longgar yang memungkinkan kuda tetap dapat memakan rumput tanpa harus tercampur dengan bedding dan feses. Jaring tempat pakan rumput ini juga memudahkan dalam pemberian pakan rumput dalam jumlah banyak sehingga rumput dapat tersedia setiap saat. Frekuensi pemberian pakan ternak kuda di Pamulang Equestrian Centre sudah baik. Jadwal rutin dari pemberian pakan telah diatur dengan baik. Yang terpenting tentang pola pemberian pakan pada kuda adalah waktu pemberian makan yang sering dan tepat waktu. Dengan tepat waktu membuat kondisi saluran pencernaan menjadi normal sesuai dengan adaptasi yang tercipta dengan tata laksana pemberian pakannya. Kondisi ini membuat passing rate yang stabil dan kecernaan pakan lebih efisien. Apabila ada perbedaan waktu pemberian pakan maka akan mempengaruhi passing rate pakan yang akan menurunkan kecernaaan pakan. Pamulang Equestrian Centre memberikan konsentrat sebannyak dua kali sehari sesuai takaran ransumnya. Pemberian konsentrat yang pertama pada pukul 04.00 pagi dan yang kedua pukul 16.00. Dari waktu pemberian pakan terlihat bahwa selang waktu pemberian konsentrat adalah 12 jam. Pembagian pemberian konsentrat adalah 50% pagi dan 50% sore dari total konsentrat dalam sehari. Menurut McCall (1997) pemberian pakan yang teratur dengan interval yang tepat akan meningkatkan kecernaan pakan sehingga secara tidak langsung akan menurunkan biaya untuk pakan. Pemberian pakan rumput hanya dilakukan ketika malam hari. Rumput diberikan pada pukul 21.00 sesuai dengan ukuran ransum yaitu 2 ikat untuk kuda dewasa dan 1 ikat untuk kuda anak. Pemberian rumput hanya satu kali dilakukan
35
karena pada waktu pagi hingga siang hari seluruh kuda dilepas di padang penggembalaan yang banyak rumput sehingga kebutuhan akan hijauan dapat dipenuhi saat di padang penggembalaan. Apabila kuda dilepas dalam waktu singkat dan berada pada paddock dengan kondisi tidak banyak rumput maka diberikan tambahan sebanyak satu ikat rumput (1 ikat rumput = 3 kg rumput segar) pada saat digembalakan. Tata laksana pemberian pakan di Pamulang Equestrian Centre sudah ditentukan berdasarkan fisiologis ternak. Kuda dengan kebutuhan zat makanan lebih tinggi akan diberikan jumlah pakan yang lebih banyak dari ransum kuda lainnya. Pamulang Equestrian Centre juga menggunakan feed additive pada ransum dalam kondisi tertentu seperti vitamin A dan multivitamin sintetis. Ketersediaan air masih bermasalah di Pamulang Equestrian Centre. Hal ini terjadi khususnya kandang blok I dan II. Perlu adanya pembuatan tempat air minum seperti pada blok III. Dengan adanya instalasi fasilitas khususnya air maka akan meringankan beban pekerja. Air sebaiknya selalu bersih dan selalu tersedia. Managemen pemberian air di blok I dan II masih menggunakan ember air dengan sistem ini maka konsumsi air terbatas karena dengan tempat air minum yang hanya mampu menampung 18 liter air. Penyediaan air di Pamulang Equestrian Centre dilakukan ketika kuda sebelum dilepas ke padang penggembalaan, setelah kuda digembalakan, lalu setelah kuda makan konsentrat. Ketersediaan air tidak selalu ada dalam kandang sehingga air menjadi faktor pembatas produksi di Pamulang Equestrian Centre. Air adalah zat makanan yang murah dan berpengaruh besar terhadap produksi maka lebih baik tersedia setiap saat dalam kondisi bersih. Selama masa laktasi kebutuhan induk kuda akan air meningkat. Apabila kebutuhan air tidak tercukupi maka produksi susu akan menurun. Menurut Pagan (2008), kuda yang dilatih membutuhkan air sekitar 90 liter, sedangkan kuda laktasi membutuhkan sekitar 75 liter untuk sekresi susu per hari. Tingkat kebutuhan air bergantung dari bentuk dan jenis pakan, suhu dan kelembaban lingkungan, dan status fisiologis ternak. Pemberian air di Pamulang Equestrian Centre belum mencukupi kebutuhan ternak karena empat ember dalam sehari hanya sekitar 72 liter, padahal kebutuhan untuk kuda laktasi sekitar 75 liter. Menurut Godbee (1990) dan McCall (1997) kebutuhan
36
air untuk hidup pokok dapat mencapai 90,8-94,6 liter (24 – 25 gallons) ketika suhu udara mencapai 37,7oC dan kelembaban udara yang tinggi. Tingkat kebutuhan ternak akan air dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban lingkungan, bentuk pakan saat diberikan, kondisi dan kesehatan kuda, tingkat aktivitas, dan tingkat produksi dari kuda tersebut (Goodbee, 1990). Air belum tersedia setiap waktu di Pamulang Equestrian Centre sehingga air tidak dapat membantu penurunan panas tubuh kuda ketika sedang mengalami cekaman panas. Dampak yang terjadi apabila kekurangan air terjadi terus menerus adalah penurunan produksi susu untuk induk dan memungkinkan terjadinya penurunan bobot badan. Kebutuhan Energi dan Protein Tingkat kebutuhan energi dan protein ternak kuda dengan rataan suhu lingkungan 26oC akan lebih rendah dari nilai perhitungan NRC (1989). Menurut FAO (1950) maka akan terjadi penurunan kebutuhan kalori sebanyak 2,5% karena ada kenaikkan 5oC dari suhu standar NRC (1989) sekitar 21oC. Tabel 4. Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda di Pamulang Equestrian Centre Kondisi Fisiologis Kuda
Rataan bobot badan (kg)
Pertambahan bobot badan (kg)
Kebutuhan Zat Makanan DE PK (Mkal/ekor/hari) (g/ekor/hari) 13.2 660.4
Anak kuda umur tiga bulan
175,0
0,85
Anak kuda umur lima bulan
182,4
0,65
13.1
589.1
Anak kuda umur tujuh bulan
189,9
0,65
14,4
650,0
Kuda umur dua tahun
506,0
16,2
687,0
Kuda bunting
512,9
18,2
799,4
Kuda menyusui*
494,6
20,9
1163,7
Kuda bunting dan menyusui*
502,9
21,2
1394,3
Kuda betina tidak bunting dan tidak menyusui
503,4
16,1
643,6
Kuda pejantan
518,4
20,7
826,4
Kuda pejantan muda
515,9
16,5
658,2
Kuda tunggang
513,6
20,5
819,4
Kuda jantan tua
509,9
16,3
651,2
Keterangan : * Produksi susu induk (2% bobot badan) menurun 44% karena lingkungan yang panas (Williamson and Payne, 1959) Seluruh kebutuhan DE (Mkal/ekor/hari) akan mengalami penurunan 2,5%. Data kebutuhan ternak kuda pada setiap kondisi fisiologis dihitung dengan
37
persamaan dengan NRC (1989) dan dikoreksi dengan menurunkan 2,5% dari kebutuhan DE awal. Kebutuhan zat makanan untuk kuda di Pamulang Equestrian Centre selengkapnya pada Tabel 4. Kecukupan Zat Makanan Untuk Setiap Kondisi Fisiologis Kuda Anak Kuda Umur Dibawah Empat Bulan Terdapat lima ekor anak kuda umur yang belum disapih karena umurnya masih di bawah enam bulan. Umur penyapihan di Pamulang Equestrian Centre sekitar enam bulan setelah lahir tanpa mempertimbangkan bobot badannya. Anak umur empat bulan masih terlihat kurus dengan garis tulang rusuk yang terlihat jelas. Pada umur empat bulan anak kuda belum memakai headcollar sehingga masih liar mengikuti aktivitas induknya. Hasil wawancara dengan peternak kuda di Pamulang Equestrian Centre rataan bobot lahir anak kuda sekitar 50 kg.
Gambar 16. Kuda Induk dan Anak Dalam Satu Kandang Pada umur dibawah empat bulan anak kuda masuk dalam masa pertumbuhan. Peternak di Pamulang Equestrian centre menerapkan pemeliharaan induk dan anak yang disatukan dalam kandang individu (Gambar 16). Dengan sistem ini maka anak kuda umur empat bulan hingga umur enam bulan masih dapat menyusu pada induknya setiap saat. Dalam tubuh anak kuda sedang terjadi pembelahan sel sehingga anak kuda masuk dalam masa pertumbuhan. Dalam masa ini dibutuhkan protein yang tinggi dalam pakan untuk proses pembentukkan jaringan tubuhnya. Untuk pertumbuhan kerangka dibutuhkan imbangan mineral dalam pakan khususnya kalsium dan posfor
38
sehingga pertumbuhan kerangka tidak terganggu. Pada masa ini bagian sekum belum berkembang optimal sehingga pemanfaatan serat kasar dari pakan masih rendah. Penyerapan zat makanan masih terpusat pada bagian usus halus sehingga perlu diperhatikan pemilihan rumput pada kandang induk dan anak karena rumput yang keras berpotensi melukai saluran pencernaan anak kuda (Deado.et.al., 1998). Aktivitas anak kuda umur di bawah empat bulan tidak terlalu berat. Kegiatan harian dimulai dengan keluar ke padang penggembalaan untuk merumput, menyusu, dan exercise otot mulai dari jam 8.00 pagi hingga jam 12.00 siang. Anak kuda di bawah empat bulan belum mendapat pakan lain selain susu dari induknya. Sistem pemeliharaan induk bersama anak membuat anak kuda dibawah empat bulan bisa sewaktu-waktu menyusu pada induknya. Produksi susu induk per hari rata-rata 10 kg (NRC, 1989) akan tetapi karena hidup di daerah tropis produksi susu menurun sekitar 44%. Anak kuda yang digembalakan akan mulai mengkonsumsi rumput yang ada di padang penggembalaan walau jumlah yang dikonsumsi belum banyak. Kenyataan yang terjadi di Pamulang Equestrian centre adalah kuda mengalami pertumbuhan yang lambat apabila dilihat dari fase anak kuda umur 4 bulan. Rataan bobot badan berada di bawah standar yang seharusnya dapat dicapai oleh anak kuda yaitu 175 kg (Parakkasi, 1988). Hal ini terjadi karena anak kuda hanya mengandalkan susu dari induknya sebagai makanan. Produksi susu induk yang rendah karena pola pemberian pakan dan kondisi lingkungan membuat pertumbuhan anak kuda menjadi lambat tumbuh. Menurut Pilliner (1992) anak kuda seharusnya dikenalkan dengan creep feed. Creep feed dapat membantu mempercepat masa sapih sehingga masa pemulihan ambing induk lebih cepat dan induk yang bunting dapat fokus pada pertumbuhan janinnya. Creep feed adalah konsentrat dengan protein yang tinggi yaitu sekitar 18%. Creep feed memiliki kualitas lebih baik dari pada konsentrat Haras. Pemberian creep feed sebaiknya 0,5 kg/100 kg bobot badan mulai dari minggu ke-2 hingga minggu ke-8. Setelah memasuki minggu ke-10 konsentrat yang diberikan mengandung protein kasar 14% - 16% hingga anak kuda disapih. Apabila belum tersedia konsentrat jenis creep feed maka peternak dapat menggunakan bahan pakan sederhana untuk memenuhi kebutuhan zat makanan anak kuda. Bahan penyusun ransum terdiri dari jagung, skim milk, bungkil kedelai, minyak, konsentrat Haras, konsentrat Vital, dan rumput. Selain dari ransum, induk kuda diharapkan
39
masih dapat memproduksi 6,6 kg susu setiap harinya. Pemberian minyak tidak boleh terlalu banyak dalam ransum karena pada umur 4 bulan sehingga hanya digunakan 2%. Rumput yang dikonsumsi hanya 1 kg per hari untuk membantu perkembangan sekum kuda. Komposisi pakan untuk kuda dibawah empat bulan selengkapnya pada Tabel 5. Tabel 5. Ransum Rekomendasi Anak Kuda Dibawah Empat Bulan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 0,75 Vital 2,00 Rumput 1,00 Minyak 0,10 Jagung giling 1,50 Susu induk 6,60 B. kedelai 0,25 Skim milk 0,25 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 643,80 1749,00 244,60 99,80 1320,00 660,00 222,75 235,25 5175,20 5200,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 102,17 212,68 21,26 0,00 137,28 11,88 99,12 83,51 667,90 660,40
Energi dapat dicerna (Mkal) 1,32 3,45 0,47 0,90 5,07 0,33 0,78 0,90 13,21 13,20
Anak Kuda umur empat hingga enam bulan Ada enam ekor kuda yang hampir disapih. Rataan bobot badan kuda umur lima bulan adalah 182,4 ± 20,5 kg. Ketika pengamatan berlangsung terjadi masa transisi fisiologis kuda belum disapih menjadi kuda sapihan. Hal ini terjadi karena saat pengamatan dimulai rataan umur kuda sudah mencapai umur lebih dari lima bulan. Pada kondisi ini secara fisiologis anak kuda sudah mulai mampu mencerna hijauan karena kondisi sekum sudah berkembang walaupun belum optimal. Kuda 4-6 bulan sudah mengkonsumsi pakan padatan selain susu minimal 1,5 kg bahan kering tiap harinya sebelum dilakukan penyapihan. Kuda pada umur 4-6 bulan masih dalam masa pertumbuhan, sehingga ukuran tubuh terus meningkat baik tinggi dan bobot badannya. Pertumbuhan kerangka masih terjadi sehingga kecukupan mineral khususnya kalsium, magnesium, dan posfor akan mempengaruhi kualitas tulang anak kuda. Ransum harian anak kuda umur 4-6 bulan di Pamulang Equestrian Centre adalah konsentrat yang konsentrat Haras (1,5 kg) dan konsentrat Vital (2,5 kg). Rumput diberikan satu ikat (setara dengan 3 kg rumput segar) ketika masih bersama
40
induk. Anak kuda masih dapat mengkonsumsi rumput yang ada di padang penggembalaan. Kandungan zat makanan ransum dari Pamulang Equestrian centre untuk anak kuda umur 4-6 bulan masih belum mampu memenuhi kebutuhan hidup ternak data kandungan zat makanan selengkapnya pada Tabel 6. Tabel 6. Ransum Seekor Anak Kuda Umur 4-6 Bulan No. 1. 2. 3. 4.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 1,5 Vital 2,5 Rumput 4,0 Susu induk 6,6 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1287,60 2186,25 978,40 660,00 5112,25 5460,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 204,34 265,85 85,02 11,88 567,09 589,10
Energi dapat dicerna (Mkal) 2,63 4,31 1,89 0,33 9,16 13,10
Dari data hasil perhitungan kandungan zat makanan dalam ransum harian anak kuda terdapat kekurangan energi (3,94 Mkal) dan protein (22,01 g). Dengan kondisi yang akan berlangsung lama maka anak kuda akan terganggu pertumbuhannya. Kegagalan pemeliharaan pada tahun pertama akan berdampak buruk pada tahun berikutnya. Pada umur 4–6 bulan kemampuan konsumsi bahan kering masih rendah sehingga perlu penyesuaian pakan yang berkualitas dan mengandung zat makanan yang sesuai dengan pencernaan anak kuda. Anak kuda yang kekurangan energi dan protein akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan akan mudah terkena penyakit oleh karena itu perlu adanya perbaikan dari ransum anak kuda di Pamulang Equestrian Centre. Perbaikkan ransum kuda umur 4–6 bulan dapat dilakukan dengan mengubah ransum kuda dan penambahan bahan-bahan pakan yang memiliki kandungan protein dan energi yang tinggi. Tepung susu skim dan bungkil kedelai perlu ditambahkan karena memiliki protein yang tinggi masing-masing 35,5% PK dan 44,5% (NRC,1989). Jagung giling digunakan sebagai sumber energi, dalam 1 kg jagung giling mengandung 3,84 Mkal DE. Ransum anak kuda belum banyak mengandung hijauan karena sekum yang sedang berkembang, dalam ransum rekomendasi penggunaan hijauan hanya 7% dari ransum. Ada peningkatan penggunaan konsentrat Haras (2 kg) dan penurunan pemberian konsentrat Vital (1 Kg) karena konsentrat
41
Haras mengandung protein lebih tinggi dan memiliki komposisi mineral yang lebih cocok untuk kuda dalam masa pertumbuhan. Produksi susu induk diestimasikan masih sekitar 5 kg, apabila produksi kurang dari 5 kg maka dapat diganti dengan susu skim sebagai sumber protein (casein). Rumput yang diberikan sebanyak 4,5 kg, rumput yang dikonsumsi anak kuda adalah rumput yang umur pemanenan muda karena mengandung energi yang lebih banyak dan lebih mudah dicerna (Percy, 2000). Komposisi dan kandungan zat makanan ransum rekomendasi untuk kuda umur empat hingga enam bulan selengkapnya pada Tabel 7. Tabel 7. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Anak Kuda Umur 4-6 Bulan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Bahan Haras Vital Rumput Minyak Jagung giling Susu induk
Jumlah dalam segar (kg) 2,00 1,00 4,50 0,20 1,20 5,00
Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1716,80 874,50 1100,70 199,60 1056,00 500,00 5447,60 5460,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 272,46 106,34 95,65 0,00 109,82 9,00 593,27 589,10
Energi dapat dicerna (Mkal) 3,51 1,72 2,12 1,80 4,06 0,25 13,46 13,10
Anak Kuda Lepas Sapih Dibawah Umur Satu Tahun Terdapat dua ekor anak kuda yang telah disapih di Pamulang Equestrian centre saat pengamatan mulai berlangsung. Akan tetapi populasi sapihan bertambah dengan anak kuda yang baru memasuki umur enam bulan (Gambar 16). Anak kuda yang disapih di Pamulang Equestrian centre hanya berdasarkan umur, belum memperhatikan faktor-faktor lain sebagai penentu waktu penyapihan. Padahal menurut NRC (1989) anak kuda sudah dapat disapih ketika mencapai bobot 150 kg dan telah mampu mengkonsumsi 1,5 kg bahan kering selain susu induknya, sehingga penyapihan seharusnya dapat dicapai sebelum 6 bulan apabila kondisi manajemen secara keseluruhan baik. Bobot rataan anak kuda yang telah disapih di Pamulang Equestrian centre yaitu 189,9 ± 4,6 kg. Rataan pertambahan bobot badan pada 3 minggu awal setelah disapih adalah 0,4 kg/ekor/hari. Kondisi ini jelas menunjukkan kurang optimalnya
42
pakan yang diberikan karena standar pertambahan bobot badan (moderate growth) menurut NRC (1989) adalah 0,65 kg/ekor/hari tidak dapat dicapai.
Gambar 17. Anak Kuda Sapihan Digembalakan Terpisah Dari Induknya Ransum seekor kuda sapihan terdiri dari konsentrat dan rumput. Kuda lepas sapih di Pamulang Equestrian Centre mengkonsumsi konsentrat sebanyak 6,5 kg yang terdiri dari konsentrat Haras (3 kg) dan konsentrat Vital (3,5 kg). Konsumsi rumput untuk kuda sapihan sebanyak satu ikat (berat segar 3 kg) ketika berada di kandang
sisa
kebutuhan
rumput
dipenuhi
ketika
merumput
di
padang
penggembalaan. Ransum konsentrat (tanpa memperhitungkan konsumsi rumput) yang diberikan di Equestrian Centre dan kandungan zat makanannya selengkapnya ada pada Tabel 8. Tabel 8. Ransum Konsentrat Seekor Anak Kuda Umur Dibawah Satu Tahun No. 1. 2.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 3,00 Vital 3,50 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 2575,20 3060,75 5635,95 5670,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 408,68 372,19 780,87 650,00
Energi dapat dicerna (Mkal) 5,27 6,03 11,30 14,40
Pada ransum anak kuda sapihan masih belum berimbang antara penggunaan hijauan dan konsentrat dalam ramsum. Kemampuan anak sapihan mengkonsumsi bahan kering masih terbatas sekitar 5,67 kg BK, sehingga ransum anak kuda sapihan
43
masih membutuhkan bahan penyusun ransum yang tinggi energi dan protein. Kebutuhan energi umumnya belum dapat dipenuhi dari ransum yang diberikan di Pamulang Equestrian Centre, tetapi sudah terjadi kelebihan 130,8 7g PK. Bahan kering dari konsentrat telah melebihi kemampuan konsumsi BK dari anak sapihan, sehingga BK rumput belum diperhitungkan. Rumput atau hijauan sangat dibutuhkan anak kuda untuk perkembangan sekumnya dan mengandung mineral yang dibutuhkan oleh ternak. Ransum anak kuda terlalu banyak protein tetapi kurang energi sehingga kelebihan nitrogen akan dibuang melalui urine, hal ini menyebabkan bedding menjadi cepat bau karena kadar ammonia yang tinggi (McCall, 1997). Anak kuda sapihan yang belum mendapat energi yang cukup dan pakan hijauan dalam jumlah cukup akan mengalami lambat pertumbuhan dan perkembangan sekumnya terganggu, oleh karena itu perlu perbaikkan formula ransum agar pertumbuhan kuda lebih baik. Tabel 9. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Anak Kuda Umur Dibawah Satu Tahun No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 0,50 Vital 3,00 Rumput 6,00 Minyak 0,25 Jagung giling 0,75 B. kedelai 0,25 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 429,20 2623,50 1467,60 249,50 660,00 222,75 5652,55 5670,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 68,11 319,02 127,53 0,00 68,64 99,12 682,43 650,00
Energi dapat dicerna (Mkal) 0,88 5,17 2,83 2,25 2,53 0,78 14,45 14,40
Perbaikkan ransum dapat dilakukan dengan penambahan bahan penyusun ransum dengan kualitas zat makanan yang lebih baik. Penambahan jagung (0,75 kg) dilakukan agar kebutuhan energi dapat terpenuhi. Apabila tidak terdapat jagung bisa diganti dengan 250 gram minyak CPO atau minyak nabati. Lemak atau minyak adalah zat makanan sebagai sumber energi (McDonald et al., 1995). Dalam setiap 1 kg minyak mengandung 8,98 Mkal energi tercerna pada ternak kuda (NRC, 1989). Lemak dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan memudahkan ternak dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini terjadi karena ternak kuda dapat mencerna lemak setelah melalui reaksi enzimatis dan menyerap asam lemak pada bagian usus
44
halus sebelum dipengaruhi oleh mikroorganisme di usus besar (Parakkasi, 1988). Pada ransum ternak kuda kandungan lemak tidak lebih dari 4%, apabila kelebihan minyak dalam pakan dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada kuda atau terkena colic (Geor, 2002). Tingkat presentase konsumsi minyak kurang dari 4% karena setiap 0,3 liter minyak setara dengan energi pada satu kg oats (Pilliner, 1992). Kekurangan protein dipenuhi dengan menambahkan bungkil kedelai 250 gram dan konsentrat Vital 3 kg. Dengan pemberian rumput (6 kg) maka penggunaan hijauan didalam ransum mencapai 26%. Dalam ransum rekomendasi untuk anak sapihan hanya menggunakan 0,5 kg konsentrat Haras lebih sedikit dari pada jumlah yang sebelumnya telah diberikan. Dengan ransum baru maka keseimbangan protein dan energi dapat tercapai, dengan pemberian rumput yang cukup akan membantu perkembangan sekum kuda. Formula ransum rekomendasi dan kandungan zat makanannya telah dirangkum pada Tabel 9. Kuda Umur Dua Tahun Di Pamulang Equestrian Centre ada dua ekor kuda betina umur dua tahun ketika dilakukan pengamatan. Pada usia dua tahun laju pertumbuhan sudah menurun dan sudah masak kelamin. Bobot rataan kuda muda berumur dua tahun adalah 506 kg. Umumnya kuda Thoroughbred memiliki rataan bobot dewasa yaitu sekitar 500 kg. Aktivitas harian kuda umur dua tahun di Pamulang Equestrian Centre pada tingkat ringan. Kegiatan pemeliharaan kuda umur dua tahun dimulai pada pagi hari sekitar pukul 08.00 pagi sudah mulai dirawat oleh anak kandang. Kuda muda akan dilatih berlari selama 30 menit dengan membawa beban sadel dipundaknya. Program latihan ringan dilakukan pada kuda dua hari sekali. Setelah dilatih kuda akan dilepas di padang penggembalaan dan apabila tidak dilatih kuda langsung dilepas ke padang penggembalaan. Kuda umur dua tahun akan masuk ke kandang pada pukul 14.00. Ransum kuda umur dua tahun di Pamulang Equestrian Centre terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat Haras (2 kg) dan konsentrat Vital (4,5 kg). Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan dua ikat setiap hari (6 kg rumput segar) dan kekurangan kebutuhan hijauan dipenuhi kuda saat digembalakan. Penambahan jagung sebanyak 250 g untuk menambah jumlah energi pakan. Formula ransum konsentrat dan kandungan zat makanan kuda
45
umur dua tahun yang belum mendapat program latihan berat selengkapnya pada Tabel 10. Tabel 10. Ransum Konsentrat Seekor Kuda Umur Dua Tahun No. 1. 2. 3.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 2,00 Vital 4,50 Jagung 0,25 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1716,80 3935,25 220,00 5872,05 10120,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 272,46 478,53 22,88 773,86 687,00
Energi dapat dicerna (Mkal) 3,51 7,76 0,84 12,11 16,20
Pemberian pakan untuk kuda umur dua tahun di Pamulang Equestrian Centre tinggi konsentrat. Hampir seluruh kebutuhan bahan kering dipenuhi dari bahan konsentrat Haras dan konsentrat Vital, padahal menurut Davies (2009) seekor kuda harus mengkonsumsi hijauan (kg) minimal 1% dari bobot badannya (kg). Terlalu rendahnya hijauan dalam pakan akan menyebabkan gangguan saluran pencernaan pada kuda dan biaya pakan menjadi lebih tinggi. Tentu kebutuhan konsumsi hijauan di Pamulang Equestrian Centre belum terpenuhi untuk kuda umur dua tahun. Dalam ransum kuda umur dua tahun mengandung protein yang lebih dari pada kebutuhan protein kasar tiap hari sebesar 86,86 g PK, akan tetapi kebutuhan energi tercerna tiap harinya belum terpenuhi. Masih perlu penyeimbangan komposisi ransum agar kuda tidak terlalu gemuk karena terdapat kelebihan protein dalam ransum. Perbaikkan ransum kuda umur dua tahun dapat dilakukan dengan meningkatkan penggunaan hijauan dalam ransum. Pemberian hijauan sebanyak 24 kg akan menjadikan rasio hijauan : konsentrat menjadi 69:31 sehingga kebutuhan hijauan kuda umur dua tahun dapat terpenuhi. Perlu keseimbangan energi dan protein dalam ransum, karena di daerah tropis tingkat konsumsi dipengaruhi oleh energi dalam pakan. Terlalu tinggi energi dalam ransum akan menjadi pembatas untuk jumlah konsumsi bahan kering pakan. Konsumsi bahan kering dapat ditingkatkan hingga 2% ketika kuda tidak dalam latihan yang berat. Tanpa penggunaan konsentrat Haras, penggunan konsentrat Vital menjadi 4 kg. Pemilihan bahan pakan dan formulanya akan membuat zat makanan dalam ransum rekomendasi dapat memenuhi
46
kebutuhan protein dan energi kuda umur 2 tahun. Komposisi dan kandungan zat makanan ransum rekomendasi selengkapnya ada pada Tabel 11. Tabel 11. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Umur Dua Tahun No.
Nama Bahan
1. 2.
Vital Rumput
Jumlah dalam segar (kg) 3,00 24,00
Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 2623.50 5870.40 8493.90 10120,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 319.02 510.14 829.16 687,00
Energi dapat dicerna (Mkal) 5.17 11.33 16.50 16,20
Kuda Bunting Pada saat pengamatan ada dua ekor kuda pada kondisi fisologis bunting. Umur kuda pada saat bunting adalah enam dan tujuh tahun. Pada umur ini Kuda termasuk masih muda untuk ukuran umur induk. Dilihat dari agenda tahunan mengenai reproduksi kuda betina maka saat pengamatan, induk kuda dalam kondisi bunting muda karena terakhir melahirkan pada bulan Agustus 2009. Selain itu data dari tanggal birahi juga menunjukkan perkiraan umur kebuntingan 3 hingga 4 bulan. Kuda bunting membutuhkan zat makanan untuk hidup pokok, aktivitas harian, dan pertumbuhan janin. Pada awal kebuntingan pertumbuhan janin belum terlalu besar sehingga kebutuhan zat makanan total ternak belum banyak berubah. Akan tetapi dengan bertambahnya umur kebuntingan, maka dilakukan perubahan porsi makan agar konsumsi bahan kering konsentrat meningkat. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan kondisi tubuh kuda dan cadangan kalsium dalam tulang saat melahirkan. Aktivitas kuda betina bunting sama dengan betina yang tidak bunting. Kegiatan pemeliharaan di mulai pada pagi hari dengan perawatan kuda. Sekitar pukul 08.00 pagi kuda dilepas di padang rumput. Hampir selama enam jam kuda berada di padang rumput. Setelah itu kuda kembali dibersihkan bulu dan kukunya. Kuda kembali masuk ke kandang dari jam 14.00 hingga pukul 08.00 pagi. Pada saat kondisi bunting bobot badan kuda betina cenderung meningkat. Bobot badan rataan kuda betina bunting adalah 512,9 ± 9,5 kg. Induk yang bunting berasal dari jenis kuda G3, G4, dan Thoroughbred. Kebutuhan zat makanan yang tepat untuk kuda bunting muda yaitu umur kebuntingan dibawah 9 bulan sehingga
47
kebutuhan zat makanan untuk janin belum berpengaruh banyak terhadap kebutuhan hidup pokok dan aktivitas harian. Body scoring untuk kuda bunting dan yang akan memasuki masa laktasi berkisar pada nilai enam yaitu dengan ciri-ciri tulang rusuk sudah tidak terlihat dan mulai ada perlemakan pada punggung dan leher. Ransum kuda betina bunting terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat Haras dan konsentrat Vital masing-masing 2 kg dan 4,5 kg. Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan 2 ikat setiap hari (6 kg rumput segar) dan kekurangan jumlah hijauan dalam ransum dapat dipenuhi saat kuda digembalakan. Analisa kandungan zat makanan dari ransum konsenntrat kuda bunting selengkapnya pada Tabel 12. Tabel 12. Ransum Konsentrat Seekor Kuda Bunting Pada 9 Bulan Awal No. 1. 2.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 2,00 Vital 4,50 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1716,80 3935,25 5652,05 10258,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 272,46 478,53 750,98 799,40
Energi dapat dicerna (Mkal) 3,51 7,76 11,27 18,20
Pada Ransum yang diberikan di Pamulang Equestrian Centre untuk kuda bunting terlalu tinggi konsentrat hampir 93% kebutuhan protein dipenuhi dari bahan konsentrat. Zat makanan dalam ransum tidak berimbang terlalu tinggi protein tetapi kurang energi, walaupun keduanya belum memenuhi kebutuhan untuk kuda bunting. Perlu adanya immbangan protein dan energi, pada induk bunting kebutuhan protein sebesar 44 g PK/1 Mkal DE (NRC, 1989). Untuk ternak tropis perlu diperhatikan keseimbangan protein dan energi sehingga ternak mengkonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Terlalu banyak memberikan protein akan membuat ternak terlalu gemuk dan akan mengalami kesusahan dalam melahirkan karena bobot lahir anak kuda yang besa, selain itu kelebihan protein akan dibuang melalui urine. Terlalu banyak protein dapat mempengaruhi kerja saluran pencernaan jika berlangsung dalam waktu lama (Williamson and Payne, 1959). Kondisi seperti ini kurang efisien karena penggunaan pakan dengan harga yang relatif mahal terlalu banyak dan penggunaan rumput belum dioptimalkan. Perlu pemilihan formula ransum yang baik agar pertumbuhan janin normal dan kondisi induk sehat. Dalam ransum kuda dewasa dapat menggunakan
48
rumput segar hingga 25 kg. Pemberiaan rumput minimal 1% bobot badan yaitu sekitar 5 kg BK (Pagan, 2006). Dengan pemakaian rumput yang optimal dalam ransum maka penggunaan konsentrat Vital dapat diturunkan menjadi 1 kg, konsentrat Haras menjadi 1 kg. Rasio penggunaan hijauan sebaiknya akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur kebuntingan kuda, karena volume perut untuk makanan akan menurun karena bertambahnya ukuran janin kuda. Ransum kuda mulai berubah drastis ketika umur kebuntingan 9 bulan, karena pada umur 9 bulan hingga 12 bulan tingkat pertumbuhan janin mulai meningkat pesat yaitu 60% dari total pertumbuhan. Formula ransum dan kandungan zat makanan selengkapnya pada Tabel 13. Tabel 13. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Bunting Pada 9 Bulan Awal No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 1,00 Vital 1,00 Rumput 25,00 Minyak 0,15 Jagung giling 0,50 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 858,40 874,50 6115,00 149,70 440,00 8437.60 10258,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 136,23 106,34 531,39 0,00 45,76 819.72 799,40
Energi dapat dicerna (Mkal) 1,76 1,72 11,80 1,35 1,69 18.32 18,20
Kuda Betina Menyusui Pada saat pengamatan ada lima ekor kuda dalam masa laktasi. Kuda telah memasuki laktasi bulan ke-4 dan ke-6 setelah melahirkan. Produksi susu tentu sudah menurun dibanding pada saat awal laktasi. Pada saat ini kondisi tubuh sudah normal artinya sudah tidak terjadi imbangan energi negatif dari pakan dengan kebutuhan dalam tubuh ternak. Kuda induk dalam masa laktasi memiliki rataan bobot badan 494,6 ± 5,9 kg. Bobot badan kuda laktasi lebih rendah dari pada induk bunting karena pada awal masa laktasi terjadi imbangan energi yang negatif dalam tubuh. Kuda induk laktasi menggunakan zat makanan dari pakan yang dikonsumsi untuk hidup pokok, aktivitas harian, siklus reproduksi, dan produksi susu. Kegiatan harian kuda menyusui lebih banyak di kandang. Pada pagi hari sekitar jam 7.30 kuda mulai dirawat dan dibersihkan. Setelah itu kuda akan dilepas di padang penggembalaan hingga pukul 12.00. Setelah itu dari pukul 12,00 hingga esok harinya kuda menyusui akan menyusui anaknya di kandang (Gambar 18).
49
Gambar 18. Kuda Induk yang Menyusui Anaknya Ransum kuda induk laktasi terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat Haras (3 kg) dan konsentrat Vital (4 kg). Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan 2 ikat setiap hari (6 kg rumput segar) dan kekurangan kebutuhan hijauan dipenuhi saat kuda digembalakan. Ransum konsentrat dan kandungan zat makanan untuk
kuda induk yang menyusui di Pamulang
Equestrian Centre selengkapnya terdapat pada Tabel 14. Tabel 14. Ransum Konsentrat Seekor Kuda Menyusui No. 1. 2.
Nama Bahan Haras Vital
Jumlah dalam segar (kg)
Jumlah dalam Bahan kering (g)
3,00 4,00
2575,20 3498,00 6073,20 9983,65
Total Kebutuhan zat makanan
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 408,68 425,36 834,04 1163,70
Energi dapat dicerna (Mkal) 5,27 6,89 12,16 20,90
Evaluasi ransum kuda laktasi kembali pada efisiensi dalam pemberian pakan yaitu terlalu banyak diberi pakan konsentrat padahal kuda masih mampu memanfaatkan pakan hijauan yang harga pakan relatif lebih murah. Konsentrat mensuplai protein sebanyak 71,67% dari total kebutuhan protein dalam sehari. Ransum kuda induk yang menyusui harus memperhatikan rasio hijauan dalam ransum karena menurut Pilliner (1992) hijauan dalam ransum akan meningkatkan lemak susu. Untuk menyeimbangkan kandungan energi dan protein dalam ransum maka perlu perubahan komposisi bahan dalam menyusun ransum. Penggunaan hijauan segar ditingkatkan sebanyak 15 kg. Kebutuhan protein yang tinggi dipenuhi dari konsentrat yang terdiri dari 3,5 kg konsentrat Haras dan 3,5 kg konsentrat Vital.
50
Kekurangan energi tercerna dapat dipenuhi dengan penambahan sedikit minyak yaitu 250 g minyak setiap harinya. Hasil dari perbaikkan ransum untuk kuda laktasi selengkapnya pada Tabel 15. Tabel 15. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Menyusui No. 1. 2. 3. 4.
Nama Bahan Haras Vital Rumput Minyak
Jumlah dalam segar (kg)
Jumlah dalam Bahan kering (g)
3,50 3,50 15,00 0,25
3004,40 3060,75 3669,00 249,50 9983,65 9983,65
Total Kebutuhan zat makanan
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 476,80 372,19 318,83 0,00 1167,82 1163,70
Energi dapat dicerna (Mkal) 6,15 6,03 7,08 2,25 21,51 20,90
Kuda Bunting dan Menyusui Di Pamulang Equestrian Centre terdapat delapan ekor kuda yang sedang menyusui sekaligus bunting. Zat makanan dari pakan dibutuhkan ternak untuk hidup pokok, aktivitas harian, produksi susu, dan pertumbuhan janin. Dengan demikian pada kondisi seperti ini kuda membutuhkan bahan makanan yang mudah dicerna karena kebutuhan zat makanan yang tinggi. Aktivitas kuda yang sedang bunting dan menyusui sama dengan kuda menyusui. Bobot badan induk yang bunting dan menyusui di Pamulang Equestrian centre adalah 502,9 ±13,1kg. Menurut NRC (1989) kebutuhan zat makanan kuda dewasa dengan bobot badan 500 kg pada masa laktasi dan bunting awal tidak berbeda dengan kebutuhan zat makanan untuk kuda induk menyusui. Ransum kuda menyusui dan berada dalam kondisi bunting terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan sama dengan kuda lainnya hanya jumlah pemberiannya saja yang berbeda yaitu konsentrat Haras (3 kg) dan konsentrat Vital (6 kg). Jumlah hijauan yang diberikan sama halnya dengan kuda laktasi yaitu 2 ikat dan kekurangan dipenuhi ketika sedang di padang penggembalaan. Dengan umur kebuntingan yang masih muda sebenarnya belum membutuhkan ransum baru yang berbeda dengan kuda laktasi. Peningkatan jumlah zat makanan yang diberikan lebih tepat dan efisien ketika umur kebuntingan memasuki 9 bulan (NRC, 1989). Ransum
51
konsentrat untuk kuda menyusui sekaligus dalam kondisi bunting
di Pamulang
Equestian Centre selengkapnya pada Tabel 16. Tabel 16. Ransum Konsentrat Seekor Kuda Menyusui dan Bunting No. 1. 2.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 3,00 Vital 6,00 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 3433,60 5247,00 8680,60 10919,50
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 544,91 638,04 1182,95 1394,30
Energi dapat dicerna (Mkal) 7,03 10,34 17,37 21,20
Ransum yang diberikan masih perlu penambahan jumlah protein untuk hidup pokok dan produsi susu. Dengan perkiraan produksi susu sekitar 6,6 kg maka perlu adanya bahan yang tinggi proteinnya, karena kemampuan konsumsi bahan kering hanya sebatas 2% dari bobot badannya. Pemberian rumput bisa mencapai 12 kg segar atau 29% dari BK total ransum. Ada penghematan penggunaan konsentrat Vital hingga 1 kg tetapi perlu penambahan bungkil kedelai 200 g. Komposisi selengkapnya ransum rekomendasi pada Tabel 17. Tabel 17. Ransum Rekomendasi Seekor Kuda Menyusui dan Bunting No. 1. 2. 3. 4.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 3,00 Vital 5,00 Rumput 12,00 B. kedelai 0,20 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 3433,60 4372,50 2935,20 178,20 10919,50 10919,50
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 544,91 531,70 255,07 79,30 1410,98 1394,30
Energi dapat dicerna (Mkal) 7,03 8,62 5,66 0,63 21,94 21,20
Kuda Betina Tidak Bunting Dan Tidak Menyusui Terdapat 12 ekor betina dewasa yang tidak bunting dan tidak menyusui. Induk kuda masih dalam kondisi produktif artinya siap untuk dikawinkan ketika mengalami birahi. Kuda dalam kondisi kosong memerlukan zat makanan untuk hidup pokoknya, aktivitas harian, dan siklus reproduksi. Bobot rataan kuda induk tidak bunting dan tidak menyusui adalah 503,4 ± 12,6 kg. Kebutuhan zat makanan untuk kuda pada masa kosong hanya digunakan untuk hidup pokok dan aktivitas
52
hariannya. Kuda pada masa kosong perlu diperhatikan keseimbangan zat makanannya agar dapat bunting pada siklus reproduksi berikutnya. Ransum kuda induk yang sedang tidak bunting dan tidak menyusui (kosong) terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan hanya konsentrat Vital (4 kg). Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan 2 ikat setiap hari (6 kg rumput segar) dan sisa kebutuhan hijauan dipenuhi
kuda saat digembalakan. Jumlah
pemberian konsentrat dan rumput di Pamulang Equestrian Centre selengkapnya ada pada Tabel.18. Ransum yang diberikan mengadung energi yang terlalu tinggi, untuk standar ternak tropis dapat menyebabkan panas yang berlebih saat metabolisme zat makanan terjadi. Perlu adanya perubahan formula ransum agar kondisi kuda tetap sehat dan siap untuk bunting pada musim kawin berikutnya. Body scoring dari induk tidak bunting dan tidak menyusui dianjurkan pada range 5-6 dari skala 10 untuk score penilaiannya. Menurut Parakkasi (1988) kuda betina yang tidak sedang menyusui dan tidak sedang bunting kebutuhannya hampir sama dengan kuda istirahat. Tabel 18. Ransum Seekor Kuda Tidak Menyusui dan Tidak Bunting No. 1. 2.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Vital 4,0 Rumput 18,0 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 3498,00 5247,00 7900,80 5960,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 425,36 638,04 807,96 643,60
Energi dapat dicerna (Mkal) 6,89 11,75 15,39 16,10
Ransum yang diberikan kepada induk istirahat terlalu tinggi protein. Terjadi pemberian protein yang berlebih sebesar 164,36 g PK dalam ransum. Ransum ini dapat menyebabkan ternak kegemukan. Dalam kondisi gemuk biasanya ada gangguan dalam siklus birahi. Kelebihan protein dan kekurang energi membuat kandang bau amoniak, hal ini terjadi karena sebagian kelebihan protein dibuang melalui urine. Pemberian pakan pada induk istirahat tidak effisien. Perlu perbaikkan formula agar kebutuhan ternak terpenuhi. Kuda induk tidak bunting dan tidak menyusui (kosong) hanya membutuhkan protein yang rendah sehingga perlu penyesuaian dengan hanya memberikan 1,5 kg konsentrat Haras. Pemberian rumput mencapai 24 kg hampir 78% dari BK ransum.
53
Kebutuhan energi dari kuda betina yang tidak bunting dan tidak menyusui dapat dipenuhi dengan memberikan tambahan minyak 4% dari ransum dan 200 gram jagung. Formula ransum dan kandungan zat makanan ransum rekomendasi selengkapnya ada pada Tabel 19. Tabel 19. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Tidak Menyusui dan Tidak Bunting No.
Nama Bahan
1. 2. 3. 4.
Haras Rumput Minyak Jagung
Jumlah dalam segar (kg) 1,50 24,00 0,20 0,20
Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1287,60 5870,40 199,60 176,00 7533.60 10058,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 204,34 510,14 0,00 18,30 732.78 643,60
Energi dapat dicerna (Mkal) 2,63 11,33 1,80 0,68 16.44 16,10
Kuda Pejantan Terdapat empat ekor kuda jantan dewasa yang digunakan sebagai pejantan di Pamulang Equestrian Centre (Gambar 19). Kuda pejantan memiliki bobot badan rataan 518,4 ± 1,7 kg. Produk utama yang dibutuhkan dari kuda pejantan adalah kualitas sperma yang bagus sehingga tingkat fertilitasnya tinggi dan mempunyai hereditas yang tinggi pula sehingga anak kuda mampu mewarisi kualitas genetik yang bagus. Zat makanan dari pakan yang diberikan akan digunakan untuk hidup pokok, aktivitas harian, dan menghasilkan sperma.
Gambar 19. Pejantan Saat Mengawini Betina Birahi
54
Tingkat aktivitas kuda pejantan termasuk dalam tingkat ringan. Kuda pejantan akan dikeluarkan di padang penggembalaan dengan kondisi rumput yang buruk. Tujuan utama pelepasan kuda hanya untuk melatih otot dan kerangka agar tetap kuat ketika musim kawin. Hampir sepanjang hari kuda dilewatkan didalam kandang individu. Kuda dilepas ke padang penggembalaan hanya selama 2 hingga 3 jam selagi bedding dan kandang sedang dibersihkan. Ransum kuda pejantan dapat dikatakan spesial dari jumlah dan jenis bahan pakannya. Hijauan untuk pejantan adalah rumput Pangola yang diberikan sebanyak 3 ikat per ekor (9 kg rumput segar). Pada saat digembalakan kondisi padang penggembalaan untuk pejantan kurang baik sehingga hanya sedikit rumput yang dapat dikonsumsi. Selain hijauan ada konsentrat yang terdiri dari 2 kg konsentrat Haras; 5 kg konsentrat Vital; 0,25 kg Jagung giling; dan 0,25 kg kacang hijau. Bahan pakan ransum kuda akan ditambah dengan 5 butir telur dan 2 sendok madu untuk menambah zat makanan bagi kuda setelah kuda digunakan untuk mengawini kuda betina. Ransum kuda pejantan selengkapnya pada Tabel 20. Tabel 20. Ransum Seekor Kuda Pejantan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras Vital Rumput Jagung Kacang Hijau Total
2,00 5,00 9,00 0,25 0,25
Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1716,80 4372,50 2201,40 220,00 222,75 8733,45 10.368,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 272,46 531,70 191,30 22,88 53,46 1071,79 826,40
Energi dapat dicerna (Mkal) 3,51 8,62 4,25 0,84 0,00 17,22 20,70
Dari ransum yang diberikan di Pamulang Equestrian Centre menunjukkan bahwa ada ketidakseimbangan antara protein dan energi dalam ransum. Terjadi kelebihan protein (245,39 g) akan tetapi kebutuhan energi belum terpenuhi. Terjadi kekurangan energi 3,48 Mcal, hal ini menunjukkan belum adanya imbangan protein dan energi yang seharusnya nilainya sebesar 42,5 g PK/1 Mkal DE (NRC, 1989). Perlu adanya penambahan bahan penyusun ransum yang memiliki energi tinggi tetapi rendah protein seperti jagung, dedak, atau oats. Penambahan kacang hijau dan jagung pada ransum pejantan akan merubah komposisi ransum. kacang hijau dapat
55
meningkatkan protein ransum. Jagung (Zea mays) memiliki crytoxanthin yang dapat digunakan sebagai precursor vitamin A (McDonald et al., 1995). Selain itu vitamin E yang ada di kacang hijau dibutuhkan pejantan untuk memperbaiki kualitas spermanya (Conectique, 2000). Penambahan madu dan jagung dilakukan untuk meningkatkan kandungan energi ransum. Sedangkan madu hanya mengandug sedikit protein kasar yaitu sekitar 0,26%. Sumber energi dari madu berupa monosaccarida. Dalam madu mengandung 38,19% levulose (d-fructose); 31,28% dextrose; 7,31% maltose; 1,31% sucrose; dan 1,5% higher sugar. Jadi di dalam madu ada sekitar 79,59% bahan sumber energi mudah tercerna. Kuning telur diberikan kerena mengandung zat makanan berupa protein murni yang lengkap dan kolesterol yang dapat membantu produksi hormon reproduksi akan tetapi perlu diperhatikan antinutrisi pada telur yang akan memberikan dampak negatif pada ternak. Pada albumin atau putih telur mengandung banyak ovomucoids, avidin, ovoinhibitor, ovotranferrin, ovoflavoprotein, dan lysozyme (Liener, 1974). Antinutrisi ini akan mengganggu bahkan menghambat mekanisme pencernaan yang akan menyebabkan kuda kekurangan zat makanan dan diare. Walaupun kondisi ini masih dapat dinetralisir dengan keberadaan sekum kuda sebagai saluran tempat fermentatif sehingga protein yang tidak dapat diserap di usus halus mampu dirombak oleh mikroba sekum. Akan tetapi hal ini menyebabkan kerugian karena apapun jenis asam amino yang ada dalam pakan akan dirombak menjadi amonia dan dibentuk menjadi protein mikroba di sekum. Untuk menghindari dampak negatif dari telur maka lebih baik ketika pemberian telur direbus lebih dahulu hingga setengah matang. Perebusan ini akan membuat zat antinutrisi dalam telur tidak aktif. Perbaikkan dari ransum untuk pejantan dapat dilakukan dengan penambahan minyak CPO atau nabati hingga 3% dalam ransum untuk memenuhi kebutuhan energi dari ransum. Penggunaan jagung dan kacang hijau masih digunakan dalam ransum baru untuk meningkatkan palatabilitas ransum selain memngandung energi dan protein. Penggunaan hijauan mencapai 63% dari BK ransum. Menurut Pagan (2006) pemberian hijauan minimal sebesar 1% dari bobot badan, sehingga dalam ransum mengandung sekitar 5,8 kg BK rumput. Penggunaan konsentrat Haras dan
56
Vital menurun masing-masing menjadi 1,5 kg. Formula ransum rekomendasi dan kandungan zat makanannya secara lengkap ada pada Tabel.21 Tabel 21. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Pejantan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras 1,50 Vital 1,50 Rumput 24,00 Minyak 0,30 Jagung 0,50 Kacang Hijau 0,10 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1287,60 1311,75 5870,40 299,40 440,00 89,10 9298,25 10368,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 204,34 159,51 510,14 0,00 45,76 21,38 941.13 826,40
Energi dapat dicerna (Mkal) 2,63 2,59 11,33 2,69 1,69 0,00 20.93 20,70
Kuda Pejantan Muda Terdapat tiga ekor kuda pejantan muda yang akan digunakan sebagai replacement pejantan yang ada. Kuda pejantan muda yang ada di Pamulang Equestrian centre memiliki rataan bobot badan 515,9 ± 9,4 kg. Kuda telah mencapai dewasa tubuh dan kelamin sehingga sudah dapat dipersiapkan untuk jadi pejantan. Kuda pejantan muda berumur sekitar 3 hingga 5 tahun (Gambar 20).
Gambar 20. Pejantan Sedang Digembalakan Biasanya kuda jantan dipakai sebagai pejantan ketika umurnya lebih dari lima tahun. Sebelum mencapai umur lebih dari lima tahun kuda jantan ini biasanya ikut kompetisi atau perlombaan sehingga ada latihan fisik untuk kuda. Program latihan ringan untuk keperluan equestrian. Zat makanan dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan aktivitas harian. Aktivitas harian kuda pejantan muda sama dengan kuda pejantan tetapi belum digunakan untuk mengawini kuda betina.
57
Ransum kuda pejantan muda terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan konsentrat Haras sebanyak 2 kg dan konsentrat Vital sebanyak 5 kg. Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan tiga ikat setiap hari (9 kg rumput segar). Pembatasan konsumsi rumput ini membuat manajemen pakan menjadi kurang efisien karena hampir seluruh kebutuhan zat makanan kuda dipenuhi dari konsentrat padahal rumput yang harganya lebih murah belum digunakan secara optimal. ransum kuda pejantan muda dan kandungan zat makananya terdapat pada Tabel 22. Tabel 22. Ransum Seekor Kuda Pejantan Muda No. 1. 2. 3.
Nama Bahan Haras Vital Rumput
Jumlah dalam segar (kg) 2,00 4,50 9,00
Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1716.80 3935.25 2201,40 7853.45 10318,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 272.46 478.53 191,30 942.28 658,20
Energi dapat dicerna (Mkal) 3.51 7.76 4,29 15.52 16,50
Ransum kuda pejantan muda yang diberikan di Pamulang Equestrian Centre mengandung protein yang melebihi kebutuhan harian dari kuda sebesar 284,08 g PK. Terjadi kekurangan energi yaitu sebesar 0,98 Mkal DE. Kondisi seperti ini akan menyebabkan tidak effisiennya biaya pakan karena harga konsentrat yang relatif mahal, sedangkan protein yang dikandung dalam pakan hanya akan dibuang melalui urine. Oleh karena itu perlu perbaikkan ransum agar kandungan zat makanan dalamnya lebih seimbang, selengkapnya ada pada Tabel 23. Perbaikkan dapat dilakukan dengan menurunkan jumlah penggunaan konsentrat dan meningkatkan jumlah rumput dalam ransum. Dengan kombinasi konsentrat Haras (1 kg) dan konsentrat Vital (1 kg) maka terjadi penurunan jumlah protein dalam ransum. Kekurangan energi dapat dipenuhi dengan penambahan minyak (100 g) dan jagung (250 g). Keseimbangan kandungan zat makanan dalam ransum akan lebih baik dengan pemberian rumput sebanyak 24 kg. Dalam ransum yang baru jumlah energi terpenuhi walaupun terdapat kelebihan protein. Kelebihan protein tidak sebanyak yang sebelumnya telah terjadi. Ransum rekomendasi akan lebih effisien karena penggunaan bahan pakan dengan harga yang relatif murah. Penggunaan rumput ditingkatkan hingga 1% bobot badan, sehingga menurunkan penggunaan bahan yang relatif lebih mahal yaitu konsentrat.
58
Tabel 23. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Pejantan Muda No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Jumlah dalam Bahan kering (g)
Haras 1,00 Vital 1,00 Rumput 24,00 Minyak 0,10 Jagung giling 0,25 Total Kebutuhan zat makanan
858,40 874,50 5870,40 99,80 220,00 7293,43 10318,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 136,23 106,34 510,14 0,00 22,88 856,16 658,20
Energi dapat dicerna (Mkal) 1,76 1,72 11,33 0,90 0,84 16,45 16,50
Kuda Tunggang Terdapat tiga ekor kuda tunggang di Pamulang equestrian centre. Kuda tunggang jantan adalah kuda yang sudah siap untuk ditunggang. Kuda tunggang ini biasanya berumur lebih dari enam tahun (Gambar 21). Kuda tunggang yang ada memiliki bobot badan rataan 513,6 ± 9,5 kg. Kuda ini tidak digunakan sebagai pejantan karena memilki hereditas yang rendah sehingga anak kuda hasil perkawinannya tidak memiliki kualitas bagus. Selain itu biasanya tetua dari kuda ini tidak berprestasi sehingga harga jual anak hasil perkawinannya akan murah. Aktivitas kuda tunggang jantan ini sama dengan kuda pejantan. Kuda ini dilepas ke padang penggembalaan hanya 2 hingga 3 jam selagi kandang dibersihkan. Setelah itu sisa waktu kuda berada di kandang. Akan tetapi ketika pemilik ingin berkuda maka kuda tunggang siap ditunggang sehingga kebutuhan zat makanan lebih banyak dari pada pejantan muda.
Gambar 21. Kuda Tunggang Jantan
59
Ransum kuda tunggang jantan terdiri dari konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang diberikan yaitu konsentrat Haras (2 kg) dan konsentrat Vital (3,5 kg). Jumlah pemberian terkadang hanya konsentrat Vital sebanyak 6 kg setiap harinya. Hijauan berupa rumput Pangola yang diberikan 3 ikat setiap hari (9 kg rumput segar). Sama halnya dengan kuda pejantan muda komposisi bahan kering rumput masih belum dimanfaatkan secara optimal sehingga biaya pakan kuda per harinya masih cukup tinggi dibanding dengan aktivitas hariannya yang tergolong pada kerja ringan. Ransum kuda tunggang dan kandungan zat makanannya selengkapnya ada pada Tabel 24. Tabel 24. Ransum Seekor Kuda Tunggang No.
Nama Bahan
1. 2. 3.
Haras Vital Rumput
Jumlah dalam segar (kg) 2,00 3,50 9,00
Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1716,80 3060,75 2201,40 6978,95 10272,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 272,46 372,19 191,30 835,95 819,40
Energi dapat dicerna (Mkal) 3,51 6,03 4,25 13,79 20,50
Kebutuhan energi untuk kuda tunggang lebih tinggi dari pada kuda yang sedang istirahat (Parakkasi, 1988). Dalam ransum kuda tunggang di Pamulang Equestrian Centre kebutuhan proteinnya sudah terpenuhi akan tetapi masih kurang mengandung energi. Ada kelebihan suplai protein dari ransum sebesar 16,55 g PK tetapi kekurangan energi sebesar 6,71 Mkal DE. Untuk perbaikkan dari ransum perlu menggunakan bahan penyusun ransum yang tinggi energi dan rendah protein agar keseimbangan kandungan makanan dalam ransum dapat tercapai. Agar penggunaan hijauan mencapai 49% maka penggunaan rumput menjadi 18 kg. Pemberian rumput untuk kuda tunggang sebaiknya berbentuk hay agar tidak voluminous dan berat, karena pakan dalam saluran pencernaan akan menambah bobot badan kuda dan mengisi rongga perut kuda. Perlu penambahan minyak dan jagung untuk memenuhi kebutuhan energi kuda. Peningkatan peforma kuda dengan cara meningkatkan cadangan energi saat ditunggang dapat dilakukan penambahan pakan sumber energi pada saat 8 jam sebelum kuda ditunggang (Duren and Hutington, 2000). Komposisi ransum dan kandungan zat makanan ransum rekomendasi selengkapnya terdapat pada Tabel 25.
60
Tabel 25. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Tunggang No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras Vital Rumput Minyak Jagung
2,00 2,50 18,00 0,30 0,50
Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1716,80 2186,25 4402,80 299,40 440,00 9045,25 10272,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 272,46 265,85 382,60 0,00 45,76 966,67 819,40
Energi dapat dicerna (Mkal) 3,51 4,31 8,50 2,69 1,69 20,70 20,50
Kuda Jantan Tua Kuda jantan yang sudah tua ada satu ekor (Gambar 21). Kuda ini telah berumur 22 tahun. Kuda pejantan tua yang ada di Pamulang Equestrian Centre memiliki bobot badan 509,9 kg. Kuda sering berada dalam kondisi sakit terutama bagian saluran ekskresinya. Kuda jantan tua sering mengalami colic, selain itu juga gangguan susah buang urine. Kuda jantan tua membutuhkan zat makanan untuk hidup pokok dan aktivitas hariannya. Apabila sakit, zat makanan akan digunakan untuk penyembuhan sehingga memerlukan bahan pakan yang mudah dicerna. Zat makanan dalam ransum digunakan untuk hidup pokok, aktivitas harian, dan perbaikan sel-sel yang rusak karena sakit. Aktivitas kuda jantan tua yaitu perawatan di pagi hari. Setelah itu sekitar dua jam berada di padang penggembalaan. Kuda masuk kembali ke kandang pukul 10.00 pagi. Sehingga dalam satu hari kuda tua hanya 2 jam berada di padang penggembalaan. Kondisi kuda yang sudah lemah sehingga aktifitas harian kuda termasuk ringan. Ransum kuda jantan tua hampir sama dengan kuda jantan lainnya yaitu kombinasi rumput, konsentrat Haras, dan Konsentrat Vital. Pemberian rumput 9 kg rumput segar atau tiga ikat rumput setiap harinya. Pemberian konsentrat Haras sebanyak (2 kg) dan konsentrat Vital (4,5 kg). Perlu adanya perlakuan khusus karena kondisi gigi kuda sudah tidak terlalu bagus untuk mengunyah rumput yang keras sehingga usahakan pemberian rumput dalam kondisi muda sehingga kandungan lignin tidak terlalu tinggi dan mudah dicerna secara mekanik di dalam mulut. Kuda yang mendapat rumput dengan serat kasar tinggi akan memyebabkan mudah terkena
61
colic. Kuda tua membutuhkan protein lebih banyak dari pada kuda istirahat karena sering menderita sakit. Ketika sakit maka kebutuhan zat makanan akan meningkat untuk perbaikkan sel tubuh yang rusak. Informasi tentang ransum kuda jantan tua selengkapnya ada pada Tabel 26. Tabel 26. Ransum Untuk Seekor Kuda Jantan Tua
No. 1. 2. 3.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras Vital Rumput
2,00 4,50 9,00
Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1716,80 3935,25 2201,40 7853,45 10198,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 272,46 478,53 191,30 942,28 651,20
Energi dapat dicerna (Mkal) 3,51 7,76 4,25 15,52 16,30
Ransum kuda jantan tua mengandung protein yang tinggi tetapi rendah energi. Terjadi kelebihan protein sebesar 291,08 g PK dan kekurangan energi 0,78 Mkal DE. Kuda jantan tua masih dapat memanfaatkan hijauan sebagai sumber energi. Rumput yang diberikan pada kuda tua sebaiknya umur panen muda agar mudah dikunyah dan dicerna. Perbaikkan ransum kuda dengan meningkatkan penggunaan rumput hingga 12 kg. Dengan optimalnya hijauan maka akan menghemat konsentrat, sehingga konsentrat yang digunakan hanya 1,5 kg konsentrat Haras dan 2,5 kg konsentrat Vital. Kekurangan energi akan dipenuhi dengan penambahan jagung (500 g) dan minyak (250 g). Perbaikkan komposisi ransum selengkapnya pada Tabel 27. Tabel 27. Ransum Rekomendasi Untuk Seekor Kuda Jantan Tua No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Bahan
Jumlah dalam segar (kg)
Haras Vital Rumput Minyak Jagung giling
1,50 2,50 12,00 0,25 0,50 Total Kebutuhan zat makanan
Jumlah dalam Bahan kering (g) 1287,60 2186,25 2935,20 249,50 440,00 7098,55 10198,00
Zat Makanan dalam ransum Protein Kasar (g) 204,34 265,85 255,07 0,00 45,76 771,02 651,20
Energi dapat dicerna (Mkal) 2.63 4.31 5.66 2.25 1.69 16.54 16,30
62
DISKUSI UMUM Ternak kuda belum terlalu berkembang di Indonesia. Jumlah penelitian untuk ternak kuda juga tidak terlalu banyak, selama ini penelitian kuda fokus pada bidang kedokteran hewan. Ketersediaan data standar untuk pemeliharaan ternak kuda di daearah tropis juga sangat terbatas. Berbagai data yang ada di beberapa buku mengacu pada kebutuhan ternak kuda di daerah subtropis seperti NRC (1989). Perlu penyesuaian lagi untuk jumlah energi yang direkomendasikan, karena kebutuhan energi ternak di daerah panas lebih rendah dari pada ternak yang hidup di daerah dingin. Kuda KPI yang dipelihara di Pamulang telah mengalami aklimatisasi sehingga sudah beradaptasi dengan lingkungan panas. Oleh karena itu aplikasi pergantian ransum di peternakan harus bertahap dan disesuaikan lagi dengan kondisi lingkungan. Peningkatan jumlah hijauan dalam ransum untuk meminimalkan biaya pakan. Proses peningkatan hijauan dalam ransum harus bertahap. Perlu ketersediaan lahan dan jenis rumput yang berkualitas baik. Perlu diperhatikan kandungan zat makanan dari rumput rujukan dari NRC (1989) sehingga perlu penyesuaian lagi untuk energi tercena (DE) dari rumput. Begitu juga dengan pakan konsentrat, perhitungan DE bukan dari penelitian langsung sehingga perlu diperhatikan lagi nilai DE sesungguhnya ketika diberikan pada kuda di daerah tropis. Perbaikkan ransum dilakukan agar tata laksana pemberian pakan di Pamulang Equestrian Centre lebih baik. Perbaikkan hanya memperhatikan teori dari IPTEK. Perbaikkan dilakukan untuk menghemat biaya pakan tanpa mengganggu kesehatan ternak bahkan akan memberikan dampak yang lebih baik terhadap peforma ternak. Beberapa hal mungkin bertentangan dengan pecinta kuda karena pecinta kuda memandang kuda sebagai ternak kesayangan sehingga terkadang dalam pemilihan bahan pakan tidak sesuai dengan petujuk dan mementingkan kepuaasan dari pemelihara. Berikut ini perubahan ransum dari seluruh kondisi fisioologis di Pamulang selengkapnya pada Tabel 28.
63
Tabel 28. Ransum Kuda di Pamulang Equestrian Centre Kondisi Fisiologis Kuda
Ransum lama Bahan Susu induk
Jumlah (kg)
Anak kuda umur dibawah 1 tahun
Kuda umur 2 tahun
Kuda bunting
Kuda menyusui
Haras Vital Rumput Susu
Haras Vital Rumput
Haras Vital Rumput Jagung
Haras Vital Rumput
Haras Vital Rumput
Bahan Haras Vital Rumput Minyak Jagung giling Susu induk B. kedelai Skim milk
6,6
Anak kuda usia di bawah 4 bulan
Anak kuda umur 4 - 6 bulan
Ransum Rekomendasi
1,5 2,5 4,0* 6,6
3,0 3,5 3,0*
2,0 4,5 6,0** 0,5
2,0 4,5 6,0**
3,0 5,5 6,0**
Jumlah (kg) 0,75 2,00 1,00 0,10 1,50 6,60 0,25 0,25
Haras Vital Rumput Minyak Jagung giling Susu induk
2,00 1,00 4,50 0,20
Haras
0,50
Vital
3,00
Rumput
6,00
Minyak
0,25
Jagung giling
0,75
B. kedelai
0,25
1,20 5,00
Vital
3,00
Rumput
24,00
Haras
1,00
Vital
1,00
Rumput
25,00
Minyak
0,15
Jagung giling
0,50
Haras
3,50
Vital
3,50
Rumput
15,00
Minyak
0,25
64
Lanjutan… Kondisi Fisiologis Kuda
Ransum lama Bahan
Kuda bunting dan menyusui
Kuda tidak bunting dan tidak menyusui
Kuda pejantan
Jumlah (kg)
Haras Vital Rumput
Vital Rumput
Kuda jantan tua
Jumlah (kg)
Haras
3,00
Vital Rumput B. kedelai
5,00 12,00 0,20
4,0
Haras
1,50
18,0
Rumput
24,00
Minyak
0,20
Jagung
0,20
2,00
Haras
1,50
Vital
5,00
Vital
1,50
Rumput
9,00
Rumput
24,00
0,25
Minyak
0,30
0,25
Jagung
0,50
Kacang Hijau
0,10 1,00
Kacang Hijau
Kuda tunggang
3,0 6,0 6,0**
Bahan
Haras
Jagung
Kuda pejantan muda
Ransum Rekomendasi
Haras
2,00
Haras
Vital
4,50
Vital
Rumput
9,00
Rumput
24,00
Minyak
0,10
Jagung giling
0,25
1,00
Haras
2,00
Haras
2,00
Vital
3,50
Vital
2,50
Rumput
9,00
Rumput
18,00
Minyak
0,30
Jagung giling
0,50
Haras
2,00
Haras
1,50
Vital
4,50
Vital
2,50
Rumput
9,00
Rumput
12,00
Minyak
0,25
Jagung giling
0,50
Keterangan : * adalah konsumsi hijauan masih ditambah saat kuda digembalakan.
65
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tata laksana pemberian pakan di Pamulang Equestrian Centre sudah cukup baik. Pemberian pakan dilakukan secara teratur dua kali untuk konsentrat (jam 04.00 dan 16.00) dan satu kali untuk rumput.(jam 21.00). Bahan pakan utama dalam ransum kuda adalah rumput dan konsentrat komersial. Rumput yang digunakan adalah Digitaria decumbens dan ada dua macam konsentrat yang digunakan yaitu konsentrat Haras dan konsentrat Vital. Hasil perhitungan energi tercerna dari rumput, konsentrat Haras, dan konsentrat Vital secara berurutan adalah 1,93; 2,04; 1,97 Mkal/kg. Ada penurunan kebutuhan energi tercerna sebanyak 2,5% dari total energi hasil perhitungan NRC (1989) untuk ternak tropis karena ada peningkatan suhu rataan sebesar 5oC. Dengan penurunaan jumlah kebutuhan energi maka kebutuhan protein juga turun karena ada imbangan protein dan energi. Pamulang Equestrian Centre sudah memiliki ransum untuk kuda pada setiap kondisi fisiologis. Setelah dianalisa dengan perhitungan data sekunder maka terdapat beberapa kekurangan dari tata laksana pemberian pakannya. Pada
ransum anak kuda kecenderungan
kekurangan protein dalam ransum sehingga pertumbuhannya lambat. Pada ransum kuda dewasa kecenderungan kekurangan energi dan mengandung protein yang melebihi kebutuhan. Pada ransum kuda dewasa Pamulang Equestrian Centre kurang mengoptimalkan bahan pakan hijauan (rumput) dalam menyusun ransum padahal harga rumput relatif lebih murah dari pada harga konsentrat. Saran Data sekunder untuk ternak kuda tropis masih terbatas. Beberapa data mengacu pada peternakan di negara sub tropis. Oleh karena itu diperlukan design penelitian dengan adanya perlakuan yang jelas agar mendapat data konsumsi pakan harian yang lebih akurat. Selain itu belum ada data tentang energi tercerna dari bahan pakan untuk ternak kuda yang dipelihara di Indonesia sehingga penelitian selanjutnya dapat mengamati daya cerna bahan pakan pada ternak kuda di Indonesia.
66
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A. 2010. Kuda sumba berasal dari mana?. http:/regional.kompas.com/ read/2010/03/20/13055494/Kuda.Sumba.Datang.dari.Mana.2.[19.April.2010]. Blakely, J. & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Terjemahan : B. Srigandono & Soedarsono. Gadjah Mada University Press. Conectique. 2000. Seribu manfaaat kacang hijau. http://www.conectique.com/tips_ solution/diet_nutrition/nutrition/article.php?article_id=3158.[20.Maret.2010]. Crampton, E. W. & L. E. Harris. 1969. Applied Animal Nutrition. 2nd edition. W..H. Freeman and Company, San Fransisco. Davies, Z. 2009. Introduction to Horse Nutrition. Wiley Black Well, London. Deado, A. C., A. F. L. Marco, & G. Waldir. 1998. Prevalence of gastric lesions (ulcers and/or erosions) and their relationship to possible stressfull factors in asymptomatic Quarter Horse foals: endoscopic survey. J. Vet. Res. Anim. Sci. 35. Deptan. 2009. Basis data pertanian. www.deptan.go.id. [31.Maret.2009]. Disparbud_Jabar. 2000. Profile Jawa _pandang.htm. [19 April 2010].
Barat.
http://www.anjjabar.go.id/sel
Drummond, M. 1988. Horse Care and Stable Management. The Crowood Press ltd, Malborough. Duke, J. A. 1996. Digitaria decumbens Stent. http://www.hort.purdue.edu/newcrop/ duke_energy/Digitaria_decumbens.html.[20 Maret 2010]. Duren, S. & Huntington P. 2000. Feeding the endurance horse. http://considerthis. endurance.net/2010/06/is-dietary-fat-really-healthy.html. [16 Juni 2010]. FAO. 1950. Calorie Requirements. Martinus Nijhoff-The Hague, Wangshington. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. 4th edition. Terjemahan : B. Srigandono dan Koen P. Gadjah Mada University Press, Jogyakarta. Freeman, D. W. 2001. Cold weather and feed requirements for horses. http://www.horsetackreview.com/article-display/987.html. [20 April 2010]. Freeman, D. W. 2009. Nutrient Requirements of Horses. http://www.extension.org /pages/Nutrient_Requirements_for_Horses. [15 Juni 2010]. Geor,
R. 2002. Is dietary fat really /horse_health.html. [16 Juni 2010].
healty?.
http://www.ecochem.com
Gibbs, P. G., G. D. Potter, R. W. Blake & W. C. McMullan. 1982. Milk production of Quarter Horse mares during 150 days of lactation. J. Anim. Sci. 54:496499. Godbee, R. G. 1990. Equine nutrition 101. http://en.engormix.com/MA-equines/ nutrition/ articles/relevance-nrc-todays- horse_312.htm. [15.Juni.2010].
67
Hamer, D. 1993. Care of The Stabled Horse. B.T. Batstord, London. Kartasapoetra, A. G. 2006. KLIMATOLOGI: Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta. Kidd, J. 1995. Horses and Ponies of the World. Ward lock, London. Kubiak, J. R., J. W. Evans, G. D. Potterr, P.G. Harms, & W. L. Jenkins. 1990. Milk yield and composition in the multiparous mare fed to obesity. J. of Equine Veterinary Science. Liener, I. E. 1974. Toxic Constituents Of Animal Foodstuffs. Academic Press, New York and London. Matsui, A., Y. Inoue, Y. Asai, & A. Yamanobe. 2005. Effect of the geographic breeding region on digestible energy intake and growth rate of Thoroughbred yearling horses a comparison of the Hidaka and Miyazaki regions of Japan. J. of Equine Science. 19-26. McCall, C. A. 1997. Decreasing the cost of feeding horses. Animal and Dairy Sciences, Auburn University. http://www.aces.edu/pubs/docs/A/ANR-0849/. [16 Juni 2010]. McDonald, P., et al. 1995. Animal Nutrition. 5th ed. Logman Scientific and Technical, New York. McBane, S. 1995. Know Your Pony. Ward Lock, London. McDowell, L. R., J. H. Conrad, J. E. Thomas, & L. E. Harris. 1974. Latin America Tables Of Feed Composition. University Of Florida. Gainsville, Florida. McNamara, J. P. 2006. Principle of Companion Animal Nutrition. Upper Saddle, New Jersey. NRC. 1989. Nutrient Requirements of Horse. 5th Revised Edition. National Academy Press, Washington. Owens, E. 1993. Sport Horse Nutrition Australian Perspective Ridley Agriproducts. Brisbane, Australia. Ott, E. A. 1993. Influence of temperature stress on the energy and protein metabolism and requirements of the working Horse. http://www.Science Direct.com /horse.html. [10 Mei 2010]. Ott. E. A. 2004. Influence of temperature stress on the energy and protein metabolism and requirements of the working horse. http://www.ScienceDirect.com/horse.html. [16 Juni 2010]. Pagan, J. D. 2006. Energy and The Performance Horse. Kentucky Equine Research, Inc., Versailles, Kentucky. Pagan, J. D. 2008. Water most overlooked nutrient for horses. Vol. 80, No. 53, December 29. Feedstuffs. Parakkasi, A. 1988. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Universitas Indonesia Press.
68
Partridge, I. . 2003. Pangola grass. http://www.tropicalgrasslands.asn.au/pastures /pangola.htm. [20 Maret 2010]. Percy, S. 2000. Nutrients requirements for horses. http://www.ranvet.com.au /feeding_by_dr_percy_sykes.htm. [15 Juni 2010]. Perry, T. W., E. C. Arthur, & S. L. Robert. 2003. Feed and Feeding. 6th ed. Upper Saddle River, New Jersey. Pilliner, S. 1992. Horse Nutrition and Feeding. Blackwell Science. Scheer, B. T. 1966. Animal Physiology. John Wiley & Sons, Inc., United States of America. SNI. 1996. Kuda Pacu Indonesia. SNI 01-4226-1996. Dewan Standarisasi Nasional Soehardjono, O. 1990. Yayasan Pamulang Equestrian Centre. Jakarta. Indonesia. Stull,
C. L. 1997. Physiology, balance, and during transportation. J. Anim Sci. (Abstr).
management
of
horses
Susilorini, T.E., Manik E. S., & Murharlien. 2007. Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta. Taylor E. R. & T. G. Field. 2004. Scientific Farm Animal Production. 8th ed. Pearson Prentice Hall, New Jersey. Thompson, K. N., J. P. Baker, & S. G. Jackson. 1988. The influence of supplemental feed on growth and bone development of nursing foals. J.Anim Sci. University of Kentucky, Lexington. Williamson, G. & W. J. A. Payne.. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Terjemahan : Darmadja, D.S. dan I. B. Djagra. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
69
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang dengan kasih-Nya telah memberikan berkat anugerah yang luar biasa sehingga dengan penyertaan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendukung dengan kasih sayang dalam segala hal yang penulis butuhkan selama menempuh pendidikan. Terima kasih kepada Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc. dan Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S. yang telah membimbing, mengarahkan, serta membantu dalam penyusunan proposal penelitian hingga tahap akhir penulisan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih atas saran-saran dari Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, M.S. dan Dr. Ir. Didid Diapari, M.S. sebagai dosen penguji ketika sidang Sarjana. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ny. Oetari Suhardjono yang telah memberikan izin tempat pelaksanaan penelitian di Pamulang Equestrian centre. Ucapan terima kasih kepada IPB, yayasan Supersemar, dan Pokja GKI Pengadilan Bogor yang telah memberikan kesempatan dan bantuan beasiswa pendidikan. Kepada kakakku tercinta yang telah menbantu biaya pendidikan selama menempuh pendidikan. Secara khusus ucapan terima kasih kepada mbak Susi dan mas Edi yang telah membantu dana dan sarana pada saat penyusunan skripsi. Terima kasih atas bantuannya kepada seluruh karyawan Pamulang Equestrian Centre yang tidak dapat disebut satu per satu. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada Meirista, Nurhalimah, Sukma, Desra, Yati, Yeti, dan rekan BKK yang telah menjadi teman dekat dan memberi dukungan semangat selama menjalani pendidikan di Fakultas Peternakan IPB. Besar harapan penulis agar skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Mei 2010 Penulis
70
LAMPIRAN
71
Lampiran 1. Kandungan Zat Makanan dari Beberapa Bahan Pakan Nama Bahan Haras Vita Rumput Minyak (CPO) Jagung kacang hijau Bungkil Kedelai Skim Milk Susu
Kandungan BK (g/1 g pakan) 0,8584 0,8745 0,2446 0,9980 0,8800 0,8910 0,8910 0.9410 0,1000
Kandungan PK (g/1 g pakan) 0,1587 0,1216 0,0869 0 0,1040 0,2400 0,4450 0.3550 0,0180
DE (Mcal/kg) 2,07 1,97 1,93 9,00 3,84 3,52 3.81 0,50
Sumber : NRC (1989) dan Conectique (2000)
72
Lampiran 2. Data Suhu Udara, Kelembaban, dan Curah Hujan Pamulang Bulan Pagi (7.00) Februari 2009 Maret April Mei Juni Juli Ags September Oktober November Desember Januari 2010 Februari Jumlah Rata-rata Sd
Suhu Udara (oC) Siang (13.00) Sore (18.00) Rata-rata Harian
Kelembaban Udara (%) Curah Hujan Pagi (7.00) Siang (13.00) Sore (18.00) (mm)
23,1 22,7 23,4 23,3 23,0 22,0 22,2 22,9 23,2 24,0 23,5
28,4 31,4 31,5 30,5 31,1 31,2 31,9 32,5 31,7 30,8 30,7
25,8 26,4 26,6 27,1 27,2 28,0 28,7 28,3 26,0 26,3 26,5
25,1 25,8 26,2 26,1 26,1 25,8 26,3 26,7 26,0 26,3 26,1
98 94 95 95 95 91 90 90 93 93 95
76 61 64 67 62 55 51 50 58 65 66
83 82 86 83 82 71 69 70 85 85 85
305 261 260 571 338 131 33 157 416 407 258
23,3 23,8 300,44 23,11 0,57
28,8 30,6 401,1 30,85 1,15
25,1 25,9 347,9 26,76 1,06
25,1 26,0 337,47 25,96 0,43
96 97 1222 94,00 2,52
74 69 818 62,92 7,97
87 89 1057 81,31 6,75
252 461 3805 296,15 145,21
Sumber : Stasiun BMG Darmaga, 2010
73
Lampiran 3. Data Kuda Jantan di Pamulang Equestrian Centre No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Kuda Swift John Bangun Sembara Arangora Sawerigading II Bagas Trengginas Panji Asmoro Bangun Sabeil Azzuri True Eagle Sultan Agam
Blok B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B3 B2
Jenis Tb G4 Kpi Kpi Kpi G4 G4 Tb Tb Tb G4
Tanggal Lahir LD PB BW 18/09/1990 172 153 519,3 29/12/1998 172 152 515,9 13/12/2002 173 153 525,3 12/09/2007 172 152 515,9 23/06/1996 171 150 503,2 09/12/2003 172 153 5193 10/10/2004 173 152 521,9 01/10/1988 171 152 509,9 19/11/2007 171 151 506,5 22/11/2001 172 153 519,3 01/09/1999 172 152 515,9
Fisiologis Pejantan Tunggang Pejantan muda Pejantan muda Tunggang Pejantan Tunggang Pejantan Tua Pejantan muda Pejantan Pejantan
Lampiran 4. Data Kuda Induk di Pamulang Equestrian Centre No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Kuda Nefertiti Balada Cinta Spice Girl Fantastica Arumdalu Dewi Amor Power of Love Elegant Lady Bang Hemas
Blok B3 B3 B3 B3 B3 B2 B2 B2
Jenis G4 Kpi Kpi G4 G3 Tb Tb G4
Tanggal Lahir 09/09/1995 04/01/2008 19/08/2007 27/09/2002 04/10/1998 05/09/2004 30/11/1997 04/09/1992
LD 170 171 171 171 172 173 172 172
PB 150 151 151 151,5 150 148 150 152
BW 497,3 506,5 506,5 508,2 509,1 508,1 509,1 515,9
Fisiologis Kosong Pacu Pacu Kosong Kosong Kosong Kosong Kosong
74
No.
Nama Kuda
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Ayu Kemda Extravaganza Tango Aru Palaka Pesona Nagari Ratu Tirana Kasih Murni Kamarasih Dewi Kurnia Surya Permata Ratu Indonesia Queen Ruby Rubine Zamrud Katulistiwa Ayu Kendini Debonaire Manik Trisula Putri Solo II Giok Lan Salsa Okavango Star
Blok
B2 B2 B2 B2 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1
Jenis
Kpi G4 Ln Kpi G4 G4 G4 Kpi G3 G4 G4 Tb G3 G3 G3 G4 G3 G2 G4 Ln Tb
Tanggal Lahir
09/11/2005 25/01/2001 11/12/2003 11/01/2008 30/08/2004 21/08/1998 20/12/1999 30/10/2001 11/09/1994 14/09/1998 19/03/1996 02/01/1999 11/04/1996 18/12/2002 12/09/1990 12/12/1997 25/09/1998 28/09/1989 01/09/2002 11/12/2000 08/09/2001
LD
173 172 170 173 173 169 168 168 170 167 168 171 168 169 165 168 168 166 169 170 172
PB
149 152 152 151 152 153 152 151 153 152 151 153 153 152 153 152 151 150 150 152 153
BW
511,6 515,9 503,9 518,4 521,9 501,3 492,1 488,9 507,3 486,3 488,9 513,2 495,4 498,0 477,9 492,1 488,9 474,2 491,5 503,9 519,3
Fisiologis
Kosong menyusui + bunting Bunting Kosong Bunting Menyusui Kosong Menyusui Menyusui+bunting Menyusui+bunting Menyusui Menyusui+bunting Menyusui Menyusui Kosong menyusui + bunting Menyusui Kosong Menyusui Menyusui Kosong
Keterangan : - LD = Lingkar Dada (cm) - PB = Panjang Badan (cm) - BW = Body Weigh (kg)
75
Lampiran 5. Data Kuda Anak di Pamulang Equestrian Centre Nama
Jenis
Tanggal Lahir
BW1
BW2
BW3
Pejantan
Induk
Fisiologis
Difa Ungu
Kpi
14/09/2010
162,1
163,6
168,3
Trengginas
Extravaganza
Menyusu
Watu Geni
Kpi
15/09/2009
212,4
209,1
214,5
Bayu Tresno
Kamaratih
Menyusu
Cha-cha
Ln
25/10/2009
-
-
-
Royal Eagle
Salsa
Menyusu
Il Galigo
Kpi
02/12/2009
-
-
-
Sultan Agam
Giok Lan
Menyusu
Royal
G4
18/11/2009
-
-
-
Royal Eagle
Manik Trisula
Menyusu
Ratu Alir
Kpi
19/09/2009
175,4
181,7
188,1
Bayu Tresno
Debonaire
Menyusu
Bulan Tresna
G4
10/12/2009
Cesra
G4
Rameses Agung
-
-
-
10/10/2010
-
-
-
Tb
19/09/2009
203
196,7
Surya Mentari
kpi
21/08/2009
186,7
Merah Putih
Kpi
22/08/2009
Caecarine
Kpi
Titus Pesona Juang
Sabeil
Zamrud katulistiwa
Menyusu
Ps John
Rubine
Menyusu
203,5
Royal Eagle
Queen Ruby
Menyusu
196,1
204,7
New Gen
Surya Permana
Menyusu
193,2
202,9
213,4
Trengginas
Ratu tirana
Menyusu
30/10/2009
-
-
-
Bayu Tresno
Ratu Indonesia
Menyusu
Kpi
05/09/2009
166,5
163,6
169,6
Sultan Agam
Kemuning intan
sapih dini
G4
01/09/2009
175,1
181,6
181,7
John
Dewi Karunia
Menyusu
Keterangan : BW1= Bobot Badan Minggu ke-1 (Kg), BW2= Bobot Badan Minggu ke-2 (Kg), BW3= Bobot Badan Minggu ke-3 (Kg)
76