Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
RESPON PRODUKSI AYAM PETELUR DEWASA PELUNG DAN KEDU TERHADAP PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH SoFIAN IsKANDAR ' , L.H. PRAsETyor, H. RESNAWATI 1 , H. I-IAMO, dan ARGoNo R. SETIOKO 1
Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221. Bogor 16002 2 Balai Penelitian Veteriner Jalan RE Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114 ABSTRAK
Sebanyak masing-masing 80 ekor betina dewasa muda Pelung dipelihara dalam kandang. Setiap perlakuan
terbagi atas 4 ulangan masing-masing 10 ekor. Ayam-ayam tersebut diberikan pedakuan ransum bebas memilih, dipisahkan antara konsentrat dari jagungnya, yang ditempatkan pada dua ternpat terpisah untuk setiap ekor ayam (ransum sumber protein mengandung 24,39% protein kasar, 2400 kkalME/kg dengan jagung kuning sebagai sumber energi). Perlakuan tandingan juga diberikan berupa ransum komplit (susunan yang sama), dicampurkan konsentrat dan jagungnya. Pengamatan dilakukan selama 12 minggu produksi . Ayam Kedu mengkonsumsi ransum nyata lebih rendah (P<0,05) dari ayam Pelung (7336 vs 10147 g/ekor/84 nari). Produksi masa telur tidak nyata (P>0,05) berbeda untuk kedua jenis ayam (rata-rata 1124 vs 1231 g/ekor/84 hari, masing
masing utnuk ayam Kedu dan Pelung), sementara produksi butir telur ayam Kedua nyata (P<0,05) lebih tinggi (35,2% produksi henday) dari produksi butir ayam Pelung (31,9% produksi henday). Ayam Kedu mengkonversi ransum nyata lebih efisien dari ayam Pelung (6,15 vs 8,65 kg ransum/kg telur, masing-masing untuk ayam Kedu dan Pelung). Konsumsi ransum komplit (9173 g/ekor/84 hari) oleh kedua jenis ayam lokal nyata lebih tinggi dari pada konsumsi ransum bebas pilih (8310 g/ekor/84 hari). Produksi telur (masa maupun
butir) ayam yang diberi ransum komplit nyata lebih tinggi dari ayam yang diberi ransum bebas pilih. Ayam yang diberi ransum komplit dapat mengkonversi ransum menjadi telur lebih efisien dibandingkan dengan ayam yang diberi ransum bebas pilih (6,76 vs 8,04). Rendahnya produksi telur pada ransum bebas pilih dibandingkan dengan ransum komplit kemungkinan besar disebabkan oleh ketidak mampuan ayam untuk mengkonsumsi
sejumlah protein yang dibutuhkan pada saat konsumsi energi sudah terpenuhi. Bobot telur ayam Pelung lebih tinggi dari bobot telur ayam Kedu . Warna kuning telur untuk kedua galur, masih menunjukkan skala yang
relatif baik (9 dari 12 skala tertinggi) . Nilai HU untuk telur dari kedua jenis ayam tidak banyak berbeda dan keduanya masih menunjukkan kualitas yang relatif baik. Bobot kerabang telur ayam Pelung (4,43 g (butir) relatif lebih tinggi dari telur ayam Kedu (4,10 g/butir) . Namun tebal kerabang telur ayam Kedu (36,4 mm) nyata lebih tinggi dari tebal kerabang telur ayam Pelung (34,2 mm).
Kata kunci : Ayam Pelung dan Kedu, ransum bebas pilih, produksi telur PENDAHULUAN Upaya mendapatkan ayam unggul calon ayam lokal potong selama ini sedang dilaksanakan di
Balai Penelitian Temak Ciawi
(GUNAWAN et al ., 1999)
dengan mengawinkan ayam Pelung jantan
dengan ayam kampung betina menghasilkan persilangan yang mempunyai pertumbuhan relatif cepat dibandingkan ayam kampung biasa pada pemeliharaan intensif yang sama
ISKANDAR et al., 1999). Namun,
sampai tahun
1999
(GUNAWAN et al., 1999 ;
ini upaya pembentukan galur yang mempunyai
tingkat produksi telur yang relatif tinggi belum siap . Dalam hal ini
TIKE et al. (1999)
masih
mengupayakan menseleksi ayam-ayam kampung yang mempunyai masa mengeram pendek untuk dijadikan ayam-ayam kampung yang mempunyai produksi telur tinggi . Namun, HARD)OUTOMU
(1977)
telah melaporkan bahwa galur hasil perkawinan ayam Kedu jantan dengan ayam betina
kampung memberikan produksi telur yang relatif lebih tinggi dari ayam kampung biasa.
275
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 Dalam rangka mempersiapkan ayam jago murni Pelung dan Kedu, maka perlu mengetahui tingkat produktivitas kedua jenis ayam lokal tersebut. Di samping itu pula kebutuhan energi dan protein kedua jenis ayam lokal belum diketahui dengan baik, oleh karena itu suatu pendekatan teknik pemberian pakan bebas pilih, yaitu memisahkan sumber energi dan protein pada tempat terpisah, diharapkan dapat memberikan informasi jalan pintas (LEESON dan SUMMERS, 1978 ; BLAKE el al., 1984). MATERI DAN METODE Terhadap ayam-ayam betina dari kedua galur dikenakan perlakuan ransum bebas memilih, dipisahkan antara konsentrat dari jagungnya, yang ditempatkan pada dua . tempat terpisah untuk setiap ekor ayam (Gambar 1). Perlskuan tandingan juga diberikan bcrupa ransum komplit (susunan yang sama), dicampurkan konsentrat danjagungnya (Tabel 1).
Gambar 1. Susunsn tempat ransum pada ayam dengan perlakuan ransum bebas memilih (A) dsn dan ransum komplit (B) Masing-masing perlakuan ransum diberikan pada 80 ekor betina per galur, yang tebagi atas 4 ulangan masing-masing 10 ekor . Pengamatan dilakukan selama 3 bulsn produksi . Pengamatan terhadap produksi telur dilakukan harian dengan mencatat dari setiap ekor . Telur ditimbang setiap 2 hsri berturut-turut setiap dua . minggu, yang kemudian diukur intensitas warna telur dan ketinggian albumen, berikut ketebalan dan bobot kerabang kering oven 60%. Bobot individu ayam ditimbang dus kali, pada awal dan akhirpengamatan. Konsumsi ransum diukur mingguan untuk setiap kelompok . Data dianalisa dengan analisis keragaman dengan program komputer MSUSTAT, kemudian nilai rata-rata perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji beda nyata ganda Duncan (STEEL dan TORRIE, 1981) pada tarafnyata P<0,05 .
Seminar Nasionat Peternakan clan Veteriner 2000
Tabel 1.
Susunan ransurn bebas milih dan komplit pada petelur Pelung dan Kedu
Bahan pakan
Ransum komplit (%) 51 12,8 3 3 15,5 4 8 2 0,5
lagung Dedak padi Gaplek giling Minyak sayur Bungkil kedele Tepung ikan Bungkil kelapa CaC03 NaCI Top mix') Total Kandungan Gizi Protein kasar, (%) Energi metabolis (kkaVkg) Ca, 0%) P, (%) Lysin, ( 0/6) Metionin, (%) Keterangan :
100 15,08 2911 1,04 0,5 0,87 0,32
Ransum bebas memilih Konsentrat protein (%) Konsentrat energi (%) 0 100 26,2 0 6,1 0 0 6,1 31,6 0 0 8,2 16,3 0 4,1 0 1 0 0,2 0,4 100 100 23,49 2400 0,69 0,75 1,50 0,44
7 3200 0,01 0,26 0,26 0,19
1) Campuran vitamin clan mineral komersial HASIL DAN PEMBAHASAN
Kinerja pada ransum bebas pilih Setelah melewati masa aklimatisasi dan pengamatan produksi awal, kemudian ayam diberi perlakuan ransum bebas pilih terhadap sumber protein clan sumber energi terpisah, dimana diharapkan mereka dapat mengatur sendiri kebutuhan energi dan protein, sebagaimana teori ini dikemukakan oleh HOLCOMBE et al. (1975) dan LEESON dan SUMMERS (1977, 1978) . Khusus untuk kedua jenis ayam lokal ini yang mempunyai ukuran tubuh yang sangat mencolok; maka diharapkan pemberian ransum pilih ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum . Kinerja produksi selama 12 minggu pengamatan pada ransum bebas pilih disajikan pada Tabel 2. Ayam Pelung vs ayam Kedu Oleh karena nilai interaksi antara jenis ayam dan perlakuan ransum menunjukkan nilai yang tidak nyata, maka perbandingan nilai dilakukan terpisah antara kedua jenis faktor perlakuan di atas (jenis ayam clan pola pemberian ransum) . Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa ayam Pelung mengkonsumsi ransum nyata (P<0,05) dari ayam Kedu (sekitar 73% dari konsumsi ayam Pelung selama pengamatan) . Hal ini jelas disebabkan oleh ukuran tubuh yang sangat berbeda; ayam Pelung
27 7
Seminar Nasional Peternakan dan Vetertner 2000
betina mencapai rata-rata bobot tubuh rata-rata 2332 (1200-3600) g/ekor clan ayam Kedu mencal W rata-mta bobot dewasa mencapai 1598 (1025-2540) g/ekor . Tabel 2.
Konsumsi ransum, produksi telur dan efisiensi penggunaan ransum pada ayam Pelung dan Kedu petelur pada ransum bebas pilih dan komplit selama 12 minggu pengamatan
Perlakuan Jenis ayam (J) Pelung Kedu SE Ransum (R) Komplit Bebas pilih SE Interaksi JxP Keterangan :
Konsumsi pakan (g/ekor/84h)
Produksi telur (butir/ekor/84h) (g/ekor/84h)
Efisiensi ransum (g /g telur) (g /butir telur)
10147bl) 7 336' 144
26,8'(31,90/o) 29,6b (35,2%) 1,6
1224' 1231' 77
8,65b 6,15' 0,63
397 b 253' 27
9173b 8 310' 146
31,6b (37,6%) 24,8'(29,50/o) 1,6
1374b 1082' 79
6,76' 8,04' 0,63
296' 254' 27
tn3) tn tn tn tn 1)Nilai dengan tanda angka yang sama pada kolom dan parameter yang sama, menunjukkan perbedaw yang tidak nyata (P>0,05), _) Produksi hend day ; 3)tn = tidak berbeda nyata (P>0,05)
Produksi masa telur tidak nyata (P>0,05) berbeda untuk kedua jenis ayam (rata-rata 1250 g/ekor/84 hari), sementara produksi butir telur ayam Kedu nyata (P<0,05) lebih tinggi (29,6 butir/ekor/84 hari atau 35,2% produksi henday) dari produksi butir ayam Pelung (26,8 butir/ekor/84 hari atau sekitar 31,9% produksi henday) . Dari perbedaan ini jelas disebabkan oleh adanya perbedaan bobot telur yang lebih berat pada ayam Pelung (45,9 g/butir) dari pada bobot ayam Kedu (43,5 g/butir). Namun apabila dinilai dengan harga jual dimana telur ayam lokal dijual secara butiran, maka ayam Kedu akan mendapatkan keuntungan lebih tinggi dari pada ayam Pelung. Efisiensi penggunaan ransum menjadi telur pada ayam Kedu nyata lebih efisien dari pada ayam Pelung (6,15 vs 8,65 kg ransum/kg telur, masing-masing untuk ayam Kedu dan Pelung . Sementara perhitungan kebutuhan ransum per butir telur, ayam Kedu hanya memerlukan ransum sebanyak 253 g/butir telur clan ayam Pelung memerlukan sebanyak 397 g/butir telur. Informasi ini sangat diperlukan dalam rangka menghitung usahatani kedua jenis ayam lokal sebagai produsen telur, tetapi untuk suatu usahatani secara keseluruhan tentu saja hargajual anak ayam akan berbeda, sehingga perhitungan keuntungan akan berbeda pula. Perbedaan harga jual anak akan sangat ditentukan dengan tingkat preferensi konsumen. Ransum komplit vs ransum bebas pilih Rendahnya konsumsi ransum pada kelompok bebas pilih dibandingkan dengan kelompok pada ransum lengkap dapat juga disebabkan oleh ukuran partikel konsentrat protein relatif lebih halus dibandingkan dengan partikel ransum lengkap, karena terdapatnya butiran jagung pecah giling, yang mungkin menarik. Sementara pada pakan bebas pilih, ayam kurang tertarik dengan konsentrat protein karena ukuran partikelnya relatif halus . Tingkah laku ayam pada pemilihan partikel yang lebih besar ini dilaporkan pula oleh CALET tiga puluh lima tahun yang lalu (1965). Oleh karena itu 278
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
penyediaan konsentrat protein dalam bentuk berpartikel (atau dalam bentuk pelet) akan memberikan suatu preferensi yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya . Oleh karena itu kedua ayam lokal ini meskipun mempunyai perbedaan ukuran tubuh yang cukup mencolok, tingkah lakunya boleh jadi masih mirip dengan tingkah laku ayam secara kebanyakan .
180 140 120 100
so 80 40 20 0
1
2
3
4
5
8 7 MINGGUPENGAMATAN
8
9
10
11
12
Pelun t' Kom P lit -40- Pelunt'Konrenlnt -"rPelunt'Je8un8 -*4- Kedu-KomPlit -III-Kedu-Kontentnt tKe du .Jntun t
Gambar 2. Konsumsi ransum mingguan ayam Pelting dan Kedu petelur Produksi telur (masa maupun butir) ayam yang diberi ransum komplit nyata lebih tinggi dari ayam yang diberi ransum bebas pilih . Jika dilihat dari perkembangan produksi telur mingguan, produksi terus menurun dengan bertambahnya umur (Gambar 3). Penurunan produksi telur ini tidak disebabkan oleh menurunnya konsumsi nutrisi ransum bebas pilih yang nyata lebih rendah dari konsumsi ransum komplit . Faktor nutrisi seperti komposisi asam amino pada ransum komplit relatif lebih lengkap dibandingkan dengan komposisi asam amino ransum bebas pilih, yang dalam hal ini ayam tidak mampu mengejar komposisi asam amino ransum bebas pilih karena sudah terlebih dahulu dibatasi oleh sudah terpenuhinya energi dari jagung. Ada kemungkinan produksi dapat diperbaiki apabila komposisi asam amino pada sumber energi dapat diperbaiki dengan menambahkan asam amino tertentu, yang mungkin tidak seimbang. Indikasi ini tidak diikuti dengan suatu analisis asam amino . Ayam yang diberi ransum komplit dapat mengkonversi ransum menjadi telur lebih efisien dibandingkan dengan ayam yang diberi ransum bebas pilih (6,76 vs 8,04) . Ini juga terjadi disebabkan oleh poduksi telur yang nyata lebih tinggi pada ayam-ayam yang diberi ransum komplit dibandingkan dengan ayam-ayam yang diberi ransum bebas pilih.
SeminarNasiona! Pelernakan dan Peleriner 2000
1
2
3
4
5
6
7
8
~ g tPdung-lengkap -_ "-&r-Kedu-Lengkap -"-Kedu-PM
9
10
11
12
Waktu pengatretan (rmnW)
Gambar 3. Produksi telur ayam Pelung (P 1) dan ayam Kedu (Kd) pada ransum lengkap dan pilih Rendahnya produksi telur pada ransum bebas pilih dibandingkan dengan ransum komplit kemungkinan besar disebabkan oleh ketidak mampuan ayam untuk mengkonsumsi sejumlah protein yang dibutuhkan (Gambar 4) pada saat konsumsi energi sudah terpenuhi (Gambar 5). Pola konsumsi energi terlihat serupa dengan pola konsumsi ransumnya (Gambar 3), sehingga dalam hal ini indikasi menunjukkan bahwa kedua galur ayam ini mengupayakan untuk pertama-tama mengkonsumsi energi . Rendahnya konsumsi protein jelas disebabkan oleh masih terlalu rendah kandungan protein konsentrat, sehingga sejumlah ransum yang sudah dimakan terlebih dahulu menghambat nafsu makan dengan memberikan tekanan pada dinding perutnya. Kurang konsumsi protein yang juga berakibat pada rendahnya produksi telur dan efisiensi penggunaan ransum oleh ayam pada ransum bebas pilih tidak tegas diindikasikan juga oleh penurunan bobot selama periode pengamatan. Pada Tabel 4 ditunjukkan perubahan bobot badan selama pengamatan. Penurunan pada ayam Kedu memperlihatkan kemampuan ayam ini untuk mempertahankan produksi dengan mengambil cadangan protein dan energi tubuh, akan tetapi bagi ayam pelung, kekurangan protein belum memperlihatkan penwunan bobot badan, meskipun produksi telur sudah menurun .
Semirwr Nasional Peternakan dan Veleriner 2000
Tabel 4. Perubahan bobot badan ayam Pelung dan Kedu selama periode pengamatan 3 bulan pada ransum lengkap dan bebas pilih Perubahan bobot (g/ekor) Bobot awal (g/ekor) Bobot akhir (g/ckor) Perlakuan ransum lenis ayam + 138 Lengkap 2486 2624 Pelung 2593 2785 +192 Bebas milih 1653 1686 +33 Lengkap Kedu 1440 -144 Bebas milih 1584
1
2
3
ey~PsNy-Ke~PG1
4=
5
~-K
a
" du" KOmplil
7
a
9
--P " IY-j-Pifih
MInppu Panpamatan
10
11
--§F~ " du-Pilih_ ~K
12
Gambar 4. Konsumsi protein mingguen syam Pelung dan Kedu petelur pada ransum komplit dan bebas pilih Kualitas telur yang diukur dengan mengambil contoh telur 2 hari berturut-turut setiap 4 minggu disajikan dalam Tabel 5. Bobot telur ayam Pelung lebih tinggi dari bobot telur ayam Kedu. Tingginya bobot ini akan mempengaruhi bobot anak ayam yang baru netas, yang akan relatif lebih tinggi dengan besarnya telur tetas . Warna kuning telur masih menunjukkan skala yang relatif baik (9 dari 12 skala tertinggi) . Indikasi ini biasanya langsung akan dipengaruhi tingkat karoten ransum yang dikonsumsi . Dalam hal ransum memang tidak diharapkan akan terjadi pucatnya kuning telur, dengan menambahkan jagung kuning yang relatif banyak . Nilai HU untuk telur dari kedua jenis ayam tidak banyak berbeda dan keduanya masih menunjukkan kualitas yang relatif baik. Bobot kerabang telur ayam Pelung relatif lebih tinggi dari telur ayam Kedu. Hal ini cukup rasional karena bobot per butir relatif lebih tinggi . Namun tebal kerabang telur ayam Kedu ternyata lebih tinggi dari tebal kerabang telur ayam Pelung . Ketebalan kerabang ini sedikit banyak akan mempengaruhi masa inkubasi, tetapi dengan tebalnya kerabang telur ini juga dapat menghindari kerusakan akibat pengangkutan .
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Gambar 5. Konsumsi energi ayam Pelung dan Kedu pada ransum komplit dan bebas pilih KESIMPULAN DAN SARAN Upaya pemberian ransum bebas pilih ternyata tidak menunjukkan adanya suatu perbaikan produksi maupun efisiensi, sehingga pemberian ransum komplit masih cukup baik untuk dipraktekan. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami ucapkan kepada Pimpinan dan staf Proyek Rekayasa ARM-II Puslitbang Peternakan atas pengelolaan pendanaan penelitian ini . Kepada Bapak Endang Wahyu, Bapak Adang beserta staf teknisi kompleks Chicken dan Bapak Dr. Yono C. Raharjo, Bapak Hartono, Bapak Aos beserta staffeed mill kami juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuan teknis dan penyediaan ransum . Kepada Didin, mahasiswa tingkat akhir Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Juanda, kami mengucapkan terima kasih atas pengamatan sehari-hari . Juga kepada Bapak M.E . Yusnandar, kami mengucapkan terima kasih atas bantuan analisa statistik data peneftian ini. DAFTAR PUSTAKA and E.W . GLEAVES . 1984 . Dietary self-selection of laying hens inadequate to overcome the effects of high environmental temperature . Poultry Sci. 63 :1346-1349 .
BLAKE, A .G., F .B. MATTER, CALET, C. 1965. J. 21 :23-52.
282
The relative value ofpellets versus mash and grain in poultry nutrition. World's Poultry ScLe
Seminar Nasional Peternakan dan Vetertner 2000 and R.H . HARMS. 1976 . Th e ability of hens to ajust calcium intake when offered a choice of diets containing different levels of protein. Poultry Sci. 55 :1731-1737 .
HOLcomBE, D.J ., D.A . ROLAND,
and J.D . SUMMERS. 1978 . Voluntar y food restriction by laying hens mediated through dietary selfselection. British Poultry Sci. 19:417-424 .
LEESON, S.
S. and J.D. SUMMERS. 1981 . Dietar y self-selection and use of reverse-protein diets for developing broiler breeder pullets. Poultry Sci. 60 :168-171 .
LEESON,
dan S.P . ATMODJO. 1977 . Ayam kampung dan ayam kedu . Seminar Pertama tentang Ilmu dan Industri Perunggasan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, C14:1-24.
HARDJOSUBROTO, W.
D. ZAINUDDIN, Y.C. RAHAItDJO, dan B. GuNAwAN. 1998 . Performance Pelung x Kampung crossbred (=Pelung cross) meat type of chickens as influenced by dietary protein. Bull. Anim. Sci. Universit y Gajah Mada Yogyakarta.
ISKANDAR, S., H. REsNAwATI,