KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
HALAMAN JUDUL
RENCANA PENGELOLAAN BISNIS KPHP MODEL POGOGUL KABUPATEN BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
i
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK KPHP MODEL POGOGUL TAHUN 2015 KABUPATEN BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH
Disahkan di
:
Pada tanggal : Oleh
Buol Desember 2015
:
Kepala KPHP Model Pogogul Ttd Abram, SP., MSi. NIP. 19720404 199803 1 014 (…………………………………………………) NIP……………………………………..
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
ii
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan Penyusunan Rencana Bisnis KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015 dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Dokument ini merupakan acuan utama bagi KPHP Model Pogogul dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan bisnis di wilayah kerjanya. Penyusunan Dokumen rencana bisnis ini dibiayai melalui sumber dana APBN Kementerian Kehutanan Tahun 2015 pada Produksi Wilayah XIV Palu Departemen
Kehutanan.
Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan
Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan,
Dokumen
ini
menyajikan
gambaran
perencanaan
pengelolaan bisnsi KPHP Model Pogogul meliputi rencana pembangunan bisnis, dan strategi bisnis yang akan dilakukan KPHP Model Pogogul. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam proses penyusunan dokumen rencana bisnis KPHP Model Pogogul. Diharapkan dokumen ini dapat memberikan konstribusi yang baik bagi pengelolaan hutan lestari dan mewujudkan kemandirian KPHP Model Pogogul di Kabupaten Buol.
Demikian
dokumen ini disusun, semoga bermanfaat adanya. Palu,
Desember 2015
Kepala KPHP Model Pogogul,
Ttd Abram, SP., MSi. (…………………………………………………) NIP. 19720404 199803 1 014 NIP……………………………………..
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
3
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
RINGKASAN EKSEKUTIF
Visi KPHP Model Pogogul. Visi pengelolaan hutan KPHP Model Pogogul adalah “Terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan hutan Untuk mengoptimalkan fungsinya secara ekonomi, sosial dan ekologi yang lestari dan berkelanjutan”. Mewujudkan visi tersebut KPHP Model Pogogul perlu mengembangkan usaha pada sektor kehutanan dalam pemanfaatan sumber daya alam telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi pembangunan nasional. Kontirbusi berupa peningkatan pendapatan negara dari pembayaran pajak, iuran dan kewajiban lainnya terhadap pemerintah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui terbukanya lapangan kerja, peluang berusaha, merangsang pertumbuhan industri yang membuka lapangan kerja baru.
Perencanaan bisnis di KPHP model Pogogul mencakup tentang gambaran umum rencana meliputi beberapa asepk-aspek yakni jenis produk yang akan dikembangkan, segmentasi pasar dan pemasaran produk, teknik dan tenologi yang digunakan setiap produk, pengembangan manajemen dan organisasi, kondisi keuangan, kondisi operasional dan strategi bisnis dimasa mendatang. Produk yang akan dihasilkan adalah hasil hutan kayu dari hutan alam meliputi kayu meranti, kayu indah dan kayu rimba campuran, hasi hutan bukan kayu meliputi tanaman rotan dan hasil madu pada hutan alam. Perkembangan permintaan produk ke pasar terhadap produksi hasil hutan di provinsi Sulawesi Tengah memiliki peningkatan dari tahun ke tahun. Permintaan produksi kayu bulat dan kayu rimba campuran meningkat dari tahun ke tahun, Keadaan ini menjadi peluang besar bagi KPHP Model Pogogul dalam pembangunan bisnis kehutanan. Pemanfaatan hasil hutan kayu di wilayah kerja KPHP Model Pogogul diketahui luasan efektif areal berhutan dengan potensi diameter diatas 50 cm adalah seluas 671 Ha dengan daur selama 30 tahun. luas tebangan pertahun seluas 22 Ha/Tahun dan jatah produksi tahunan = 169,45 m3/tahun. Hasil perhitungan kelayakan menunjukkan keuntungan mutlak (NPV) positif yakni sebesar Rp. 1.326.653.734,39/tahun sehingga dapat dinilai layak, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 1,74 sehingga dapat dinilai layak, demikian juga halnya pada sisi IRR-nya (suku bunga rill 6% atau nominal 15%) yakni sebesar 30,95% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial untuk kredit investasi besarnya 30%.
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
4
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Perkembangan potensi dan peluang bisnis hasil pemanfaatan rotan merupakan lahan investasi yang mempunyai prospek yang sangat baik dan potensial untuk dikembangkan. Realisasi perdagangan rotan antar pulau di Sulawesi Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah mengalami peningkatan drastis dari tahun ke tahun. Rencana pemungutan hasil hutan berupa rotan diarahkan pada lahan-lahan hutan lindung blok pemanfaatan dengan luas 9.653,87 Ha, rotasi pemungutan rotan ditentukan selama 12 tahun dan jatah luas pemungutan rotan pertahun seluas 805 Ha. Rencana bisnis selama 5 tahun kedepan akan ditujukan pemanfaatan rotan fase pertama seluas 4.405,64 Ha. Jenis produk yang akan dihasilkan untuk pemungutan rotan adalah rotan asalan yang akan di pasarkan ke industry fernitur, industri meubel dan pengrajin produk rotan. Hasil perhitungan kelayakan bisnis menunjukkan keuntungan mutlak (NPV) positif yakni sebesar Rp. 4.366.918,69/ton/tahun, sehingga dapat dinilai layak, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 2,06 dan dinilai layak, serta memiliki nilai IRR (suku bunga rill 6% atau nominal 15%) yakni sebesar 20,10% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial untuk kredit investasi besarnya 20%. Menghasilkan madu alam asli merupakan suatu peluang yang potensial dalam bisnis, karena banyaknya produk madu campuran dipasaran membuat para konsumen sangat sulit mendapatkan madu alam asli. Segmentasi pasar produk madu cukup banyak peluang untuk memenuhi permintaan konsumen baik tingkat kabupaten, provinsi maupun antar provinsi. Saat ini teridentifikasi 974 (Sembilan ratus tuju puluh empat) target pasar dalam pengembangan bisnis hasil madu di tingkat wilayah Kabupaten Buol dan Provinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan budidaya madu alam akan dilakukan secara kemitraan dengan masyarakat sekitar kawasan hutan yang telah masuk dalam program pemberdayaan masyarakat di wilayah KPHP Model Pogogul. Pada tahun 2015, telah dibentuk 10 kelompok tani hutan yang akan menjadi target kemitraan yang akan dilakukan dalam pengusahaan madu. Setiap kelempok akan memiliki minimal 10 (sepuluh) kotak untuk 100 (seratus) koloni lebah madu. Hasil perhitungan menunjukkan keuntungan mutlak (NPV) sebesar Rp. 4.366.918,69, sehingga dapat dinilai layak, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 2,06 sehingga dapat dinilai layak (lebih besar dari 1) dan angka IRR sebesar 20,10% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial untuk kredit investasi besarnya 20%.
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
5
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Melihat potensi dan peluang perkembangan bisnis di sektor kehutanan merupakan lahan investasi yang mempunyai prospek yang sangat baik dan potensial untuk dikembangkan. Kondisi tersebut, memberikan peluang bisnis kepada KPHP Model Pogogul mengembangankan investasi di wilayah kelolahnya. Keberhasilan bisnis kehutanan bagi KPH adalah Kemampuan KPH dalam mengelola bisnis diwilayahnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik tingkat domestik maupun ekspor. Pencapaian keberhasilan tersebut, diperlukan penentuan pasar dan strategi pemasaran terhadap produk hasil hutan. Adanya dokumen rencana bisnis tidak sekedar untuk menghasilkan dokumen rencana yang tersusun rapi. Tanpa ikhtiar dan ketetapan KPH untuk merealisasikan rencana tersebut maka suatu perencanaan tidak akan berarti apa-apa. Oleh karenanya komitmen seluruh aparatur KPH dan pemerintah menjadi bagian penting untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan, baik sasaran kuantitatif maupun kualitatif. Dukungan semua pihak demi terlaksananya program-program dalam rencana bisnis KPHP Model Pogogul menjadi jaminan atas pencapaian target dan sasaran yang ditetapkan. Untuk itu kepedulian, kebersamaan dan partisipasi seluruh institusi dan elemen masyarakat diharapkan dapat terpartisipatif secara maksimal dalam seluruh tahapan pembangunan KPHP Model Pogogul.
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
6
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN
i ii iii iv vii ix x
1.1 Latar Belakang ...........................................................
1
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................
2
1.3 Sasaran .....................................................................
3
1.4 Ruang Lingkup ...........................................................
3
1.5 Defenisi Opresaional ..................................................
4
BAB II DESKRIPSI KAWASAN KPHP MODEL POGOGUL 2.1 Visi dan Misi KPHP Model Pogogul ................................
7
2.2 status Organisasi KPHP Model Pogogul .........................
8
2.3 Risalah Wilyah KPHP Model Pogogul ............................
10
2.4 Potensi Wilayah KPHP Model Pogogul .........................
12
2.5 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya .............................
18
2.6 Potensi Bisnis KPHP Model Poggul ................................
23
2.7 Kerangka Perencanaan Bisnis KPHP Model Pogogul .......
28
BAB III RENCANA KEGIATAN..................................................
32
3.1 Pendahuluan .............................................................
32
3.2 Tujaun .......................................................................
32
3.3 Segmentasi Pasar .......................................................
33
3.4 Produksi................................................................ .....
35
3.5 Rencana Kegiatan Bisnis.............................................
36
3.6 Analisis Kelayakan Investasi........................................
44
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
vii
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
BAB IV RENCANA BISNIS PEMANFAATAN HASIL ROTAN
BAB V
4.1 Pendahuluan ............................................................
47
4.2 Tujuan ......................................................................
48
4.3 Segmentasi ................................................................
48
4.4 Produksi ....................................................................
50
4.5 Rencana Kegiatan Bisnis Pemanfaatan Hasil Rotan ........
52
4.6 Rencana Investasi .......................................................
58
RENCANA BISNIS PENGUSAHAAN MADU ALAM 5.1 Pendahuluan ............................................................
61
5.2 Tujuan ......................................................................
62
5.3 Segmentasi ................................................................
62
5.4 Rencana Kegiatan Bisnis Penguasahaan Madu Alam .....
64
5.5 Rencana Investasi .......................................................
73
BAB VI RENCANA STRATEGI BISNIS 6.1 Strategi Pemasaran ...................................................
76
6.2 sumber dan Strategi Pendanaan .................................
80
6.3 Strategi Kemitraan Bisnis ............................................
83
6.4 Strategi Manajemen Resiko ........................................
86
PENUTUP ......................................................................
88
LAMPIRAN ..................................................................................
90
BAB V
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
88
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
DAFTAR TABEL Tabel
Judul
Halaman
2.1
Luas wilayah hutan di KPHP Model Pogogul .....................
10
2.2
Keadaan penduduk wilayah kecamatan di KPHP unit I ......
18
2.3
Jumlah penduduk beradasarkan matapencaharian penduduk di wialyah KPHP unit I ....................................................
20
2.4
Jenis dan jumlah sarana dan prasara ...............................
20
2.5
Data kelompok tani RHL dlam wilayah BPDAS Palu Poso di Kabupaten Buol .............................................................
22
2.6
Rerata volume hasil hutan kayu di KPHP Model Pogogul....
25
2.7
Potensi hasil hutan berupa rotan di KPHP Model Pogogul Berdasarkan hasil invetarisasi hutan tahun 205 ...............
26
2.8
Kualitas hasil hutan kayu di wilayah KPHP Model Pogogul..
27
2.9
Kualitas hasil hutan rotan di wilayah KPHP Model Pogogul..
28
2.10
Kerangka perencanaan bisnis di KPHP Model Pogogul.. .....
29
3.1
Segmentasi pasar produk hasil hutan di wilayah Sulawesi Tengah ...........................................................
34
3.2
Jenis biaya pengusahaan hasil hutan kayu hutan alam ......
38
3.3
Hasil analsis kelayakan finalisasi pengusahaan hasil hutan Kayu hutan alam ...........................................................
46
4.1
Segmentasi pasar produk hasil rotan ..............................
49
4.2
Potensi hasil hutan berupa rotan di KHPP Model Pogogul Berdasarkan hasil inventarisasi hutan tahun 2015 .............
51
4.3
Hasil analsis kelayakan finalisasi pengusahaan hasil hutan Kayu hutan alam ...........................................................
53
4.4
Kriteria dan indikator pemantauan dan evaluasi kerja KPHP Model Pogogul Tahun 2015 ...................................
59
5.1
Segmentasi pasar produk madu pada berbagai jenis koperasi ........................................................................
63
5.2
Segmentasi pasar produk madu pada berbagai jenis koperasi ........................................................................
74
6.1
Penyediaan pendanaan melalui lembaga mitra untuk Pembangunan KPHP Model Pogogul ................................
82
6.2
Strategi kemitraan bisnis KPHP Model Pogogul ................
84
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
9
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
DAFTAR GAMBAR Gambar
Judul
Halaman
2.1
Organisasi KPHP Model Pogogul ......................................
9
2.2
Peta zonasi curah hujan di wilayah KPHP unit I ................
12
2.3
Peta DAS prioritas di wilayah KPH Unit I...........................
16
2.4
Peta penutupan lahan di wilayah KPHP Unit I ...................
17
2.5
Peta administrasi kecamatan di wilayah KPHP Unit I ........
19
2.6
Sediaan jumlah kelas tiang (N) berdasarkan kelompok jenis ..............................................................................
24
2.7
Sebaran kelas diameter berdasarkan kelompok jenis ........
25
2.8
Sediaan rata-rata volume kayu per Hektar.. .....................
25
3.1
Perkembangan permintaan hasil hutan kayu pada tahun 2010-2014 ...........................................................
33
Perkembangan realisasi perdagangan rotan antar pulau di Sulawesi tengah padaa tahun 2010-2014 .....................
49
Rotasi pemanfaatan hasil rotan kelompok hutan Buol KPHP Model Pogogul dengan Daur 12 tahun .............
52
4.3
Struktur organisasi bisnis pemanfaatan hasil rotan ...........
54
4.4
Hasil Rotan Asalan ..........................................................
56
5.1
Segmentasi pasar produk madu pada badan usaha koperasi ..............................................................
63
5.2
contoh kotak untuk 100 koloni lebah madu .....................
64
5.3
Struktur organisasi bisnis pengusahaan madu ..................
65
5.4
Kotak stup......................................................................
68
5.5
Kotak stup berisi frame/sisiran ........................................
68
5.6
Perlengkapan kerja pemanenan madu .............................
72
5.7
Perlengkapan produksi madu...........................................
72
6.1
Skema strategi pengembangan segmentasi pasar produk
4.1 4.2
6.2
Hasil hutan dan rotan .....................................................
77
Skema strategi segmentasi pasar pengusahaan madu.......
78
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
1 0
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di Tahun 2020 mendatang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mentargetkan, bahwa seluruh wilayah kawasan hutan di Indoensisa telah terbentuk kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Pengelolaan hutan dilakukan melalui pembentukan KPH akan menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan, baik di level nasional, provinsi maupun kabupaten-kota. Pembentukannya ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan
secara
efisien
dan
berkelanjutan
pada
tingkat
tapak.
Pembangunan KPH diarahkan menuju pengelolaan hutan lestari sekaligus
berkontribusi
pada
perekonomian
dan
meningkatkan
kesejahteraan pada masyarakat. KPHP Model ini dibentuk pada tahun 2013 berdasarkan Peraturan Bupati Buol Nomor: 04/Dishut Tahun 2013 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Unit I Pogogul pada Dinas Kehutanan Kabupaten Buol. Sejak berdirinya KPHP Model Pogogul telah disusun Rencana Pengelolaan HUtan Jangka Panjang (RPHJP) periode tahun 2014-2023.
Adanya
dokumen RPHJP tersebut, dimaksudkan untuk menjadi acuan rencana pengelolaan hutan yang diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi produksi dan jasa sumberdaya hutan dan lingkungannya, baik produksi kayu, produksi bukan kayu, maupun jasa-jasa lingkungan, melalui kegiatan pokok berupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelestarian lingkungan yang merupakan satu kesatuan kegiatan.
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
i
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Fungsi utama dokumen RPHJP adalah sebagai pedoman dalam melakukan pengelolaan hutan secara optimal dengan menyiapkan sebuah
peluang
usaha
dibidang
kehutanan
dengan
tetap
mengedepankan asas kelestarian. Usaha-usaha yang dilakukan akan memberikan kontribusi bagi kemadirian KPH melalui membangun sebuah pola wirausaha di sektor kehutanan yang nantinya secara bertahap akan menjadi sumber pendapatan bagi unit KPH tersebut dan berimplikasi pada pendapatan negara secara keseluruhan. Mewujudkan Pencapaian kemandirian KPHP Model Pogogul dipandang perlu untuk menyusun sebuah rencana usaha KPH yang kemudian dikenal dengan istilah “Business Plan KPH”. Business Plan KPH merupakan sebuah penjabaran dari visi suatu unit KPH terhadap potensi sumberdaya yang ada dalam wilayah kerja yang nantinya akan menjadi inti dari model kewirausahaan sektor kehutanan yang akan dibangun oleh unit KPH yang bersangkutan. Visi kewirausahaan KPH akan dibangun melalui rencana-rencana bisnis yang berbasis pada profit oriented, dengan tidak melupakan asas kelestarian pengelolaan hutan. Pengembangan bisnis-bisnis KPH dapat berupa pengelolaan hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu serta pemanfaatan jasa lingkungan. 1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan rencana bisnis KPHP Model Pogogul dimaksudkan untuk memberikan arahan dan acuan bagi KPH dalam melakukan pembangunan
dan
pengembangan
bisnis
di
wilayahnya
melalui
penciptaan peluang investasi kepada mitra KPH. Tujuan rencana bisnis KPH adalah untuk mencapai rencana pengelolan KPH secara optimal serta meningkatkan efektiitas pembangunan KPH.
Adanya rencana
bisnis KPH diharapkan dapat memberikan sumbangan pendapatan daerah demi kemakmuran masyarakat, khususnya yang bermukim di wilayah
KPHP
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
Model
Pogogul.
ii
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
1.3 Sasaran Sasaran rencana bisnis KPHP Model Pogogul adalah peluang bisnis yang ada di wilayah Kerja KPHP Model Pogogul baik hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu maupun jasa lingkungan. 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup rencana bisnis KPHP Model Pogogul disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.6/MenhutII/2010, Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.47/Menhut-II/2013. Adapun ruang lingkup rencana bisnis KPHP Model Pogogul adalah sebagai berikut; 1. Ringkasan eksekutif; memuat ringkasan pembangunan dan pengembangan bisnis di wilayah KPHP Model Pogogul, yang mengandung informasi singkat tentang; gambaran bisnis, dan tingkat keuntungan. 2. Pendahuluan; memuat informasi rencana bisnis berupa latar belakang, maksud dan tujuan, sararan, ruang lingkup, dan defenisi operasional. 3. Deskripsi Kawasan; mengandung informasi tentang : a) risalah wilayah KPHL Model Pogogul yang meliputi letak, luas, aksesibiltas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah KPHP Model Pogogul; b) potensi umum wilayah KPH e) Keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di dalam dan sekitar hutan; f) potensi bisnis KPHP Model Pogogul; g) deskripsi calon wilayah tertentu yang akan dikelola KPH; h) kerangka perencanan bisnis KPHP Model Pogogul. 4. Rencana Bisnis Pemanfaatan Tegakan Pengelolaan Hasil Hutan Kayu; mengandung insformasi tentang; pendahuluan dan tujuan bisnis, pasar dan segmentasi pasar, produksi dan analisis peluang
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
usaha.
3
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
5. Rencana
Bisnis
Pengelolaan
Hasil
Rotan;
mengandung
insformasi tentang; pendahuluan dan tujuan bisnis, pasar dan segmentasi pasar, produksi dan analisis peluang usaha. 6. Rencana Bisnis Pengelolaan Hasil Madu Alam; mengandung insformasi tentang; pendahuluan dan tujuan bisnis, pasar dan segmentasi pasar, produksi dan analisis peluang usaha. 7. Strategi
Pengembangan
Bisnis;
mengandung
insformasi
tentang; manajemen bisnis, sumber pendanaan, kemitraan bisnis. rencana strategi bisnis, dan strategi manajemen Resiko meliputi manajemen resiko sosial, dan resiko lingkungan; 8. Penutup; mengandung insformasi tentang rekomendasi rencana bisnis KPHP Model Pogogul; 9. Lampiran; berisikan peta tematik wilayah KPHP Model Pogogul meliputi peta tematik sebaran potensi bisnis dan peta pendukung lainnya. 1.5 Defenisi Operasional 1.
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2.
Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3.
Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan
hutan
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
dan
konservasi
alam.
4
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
4.
Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
5.
Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
6.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi.
7.
Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada Kesatuan Pengelolaan Hutan yang disusun oleh Kepala KPH, berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan, memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan jangka pendek.
8.
Rencana
Pengelolaan
Hutan
Jangka
Panjang
KPH
yang
selanjutnya disebut RPHJP KPH adalah rencana pengelolaan hutan untuk seluruh wilayah kerja KPHP dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun. 9.
Rencana Bisnis adalah deskripsi tertulis yang komprehensif tentang produk berupa barang dan jasa yang diproduksi, proses dan teknologi produksi yang digunakan, pangsa pasar dan pengguna produk yang menjadi target, strategi pemasaran, kriteria dan jumlah sumberdaya manusia yang dibutuhkan, bentuk organisasi, persyaratan yang diperlukan dalam hal: infrastruktur dan peralatan, sumber-sumber pembiayaan yang diharapkan, serta berisi perincian inflow dan outflow keuangan selama periode tertentu.
10. Pemanfaatan
Hutan
adalah
kegiatan
untuk
memanfaatkan
kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
5
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariaannya. 11. Penggunaan Kawasan Hutan adalah penggunaan atas sebagian kawasan
hutan
untuk
kepentingan
pembangunan
di
luar
kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan. 12. Inventarisasi Hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannnya secara lengkap. 13. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan. 14. Wilayah tertentu dalam KPH antara lain, adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya. 15. Kemitraan
kehutanan
setempat dengan
adalah
pemegang
kerjasama izin
antar
pemanfaatan
masyarakat hutan
atau
pengelola hutan atau pemegang izin usaha industri primer hasil hutan dan atau KPH dalam pengembangan kapasitas dan pemberian
akses,
dengan
prinsip
kesetaraan
dan
saling
menguntungkan. 16. Etat adalah jatah tebangan tahunan (JPT) yang diperkenankan dan disesuaikan dengan rotasi atau daur tebang yang telah ditetapkan. Etat dibagi menjadi dua, yaitu etat luas dan etat volume.
Pendahuluan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
6
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
II. DESKRIPSI KAWASAN KPHP MODEL POGOGUL 2.1 Visi dan Misi KPHP Model Pogogul Visi KPHP Model Pogogul. Visi pengelolaan hutan KPHP Model Pogogul adalah “Terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan
hutan Untuk mengoptimalkan fungsinya secara ekonomi, sosial dan ekologi yang lestari dan berkelanjutan”.
Pencapaian visi
tersebut telah dirumuskan 8 (delapan) misi sebagai berikut: 1.
Peningkatan Pengelolaan dan Pemanfaatan hutan produksi dan hutan
lindung
sesuai
zona
-zona
yang
telah
ditetapkan
berdasarkan ketentuan yang berlaku; 2.
Mendorong percepatan dan terbentuknya kelembagaan KPHP sesuai ketentuan yang berlaku;
3.
Mendorong dan membuka peluang invenstasi disektor kehutanan melalui pemanfaatan kawasan hutan, hasil hutan dan jasa lingkungan;
4.
Menjabarkan, mengimplementasikan dan melakukan pemantauan serta penialaian kegiatan pengelolaan hutan diwilayahnya;
5.
Mengoptimalkan dan menjamin akses masyarakat terhadap hutan serta mendukung penyelesaian konflik lahan;
6.
Melakukan
rehabilitasi
hutan,
reklamasi
pemulihan
dan
perlindungan dengan monitoring dan evaluasi; 7.
Melaksakana tata kelolah pemerintah dan pelayanan publik yang akuntabel, adil transparan, efektif dan efesien;
8.
Meningkatkan SDM aparatur dan masyarakat melalui Diklat magang
dan
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
lain-lain.
7
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Berdasarkan misi tersebut, KPHP Model Pogogul berupaya secara maksimal menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dan lestari secara efisien dan efektif. Pengelolaan hutan dilakukan dengan memperhatikan fungsi ekologis, produksi, sosial dan ekonomi. Kedepan diharapkan KPHP dapat mengelola hutan secara lestari dan mandiri dengan membangun dan mengembangkan investasi kehutanan. Salah satu misi KPHP Model Pogogul adalah mendorong dan membuka peluang invenstasi disektor kehutanan melalui pemanfaatan kawasan hutan, hasil hutan dan jasa lingkungan. Mendukung peran dan fungsi KPHP terhadap misi tersebut, KPHP dipandang perlu untuk menyusun
sebuah
rencana
usaha
(Business Plan)
KPHP
guna
membangun sektor kehutanan yang mandiri. 2.2 Status Organisasi KPHP Model Pogogul Sampai dengan saat penyusunan dokumen ini, kelembagaan KPHP Model Pogogul masih berbentuk model Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kehutanan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Permendagri No. 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Organisasi UPTD KPHP Model Pogogul memiliki tipe A, yaitu Organsasi KPH yang memiliki karakteristik terhadap pemahaman konsep KPH baik, SDM cukup dan kapabel, dukungan stakeholder tinggi, dan potensi usaha baik.. Kelembagaan UPTD KPHP Model Pogogul menuju KPH yang mandiri dibutuhkan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang mengelolanya, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Kualitas SDM terutama yang terkait dengan kualifikasi dan kompetensi staf yang memiliki relevansi dengan komponen-komponen kegiatan yang akan
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
8
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
ditanganinya. Penunjukan Personil pengelola KPH Model berdasarkan Keputusan Bupati Buol Nomor: 800/10-71/Dishut Tanggal 07 Maret 2013 disajikan pada gambar berikut: Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah Kepala KPHP Model Pogogul
Kelompok Jabatan Fungsional
Sub Bagian Tata Usaha
Staf Tata Usaha
Seksi Pengelolaan
Seksi Perencanaan
Gambar 2.1. Organisasi KPHP Model Pogogul Pembangunan bisnis yang akan diusahakan KPHP Model Pogogul perlu
melakukan
pembenahan
organisasi
KPHP,
karena
dalam
pembagunan bisnis yang akan dilakukan memerlukan penambahan dan penempatan beberapa staf diantaranya pada bagian pemanenan hasil hutan dan pemasaran hasil hutan. Penambahan staf tersebut dianggap penting untuk mengoptimalkan pelaksanaan bisnis yang diusahakan KPHP Model Pogogul. 2.3 Risalah Wilayah KPHP Model Pogogul 1. Letak dan Luas Wilayah KPHP Model Pogogul secara administrasi termasuk ke dalam Kabupaten Buol yang tersebar di 11 (sebelas) Kecamatan yaitu Kecamatan Lakea, Kecamatan Bokat, Kecamatan Bukal, Kecamatan
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
9
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Bunobogu,
Kecamatan
Gadung,
Kecamatan
Karamat,
Kecamatan
Lipunoto, Kecamatan Momunu, Kecamatan Paleleh, Kecamatan Paleleh Barat, dan Kecamatan Tiloan. Luas wilayah pengelolaan KPHP Model Pogogul berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.635/Menhut-II/2013 tanggal 24 September 2013 adalah sebesar ± 187.544,27 Ha.
Adapun rincian masing-masing luas kawasan hutan
berdasarkan fungsi hutan diuraikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2.1. Luas wilayah hutan di KPHP Model Pogogul. No.
Fungsi Hutan
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
Hutan Lindung (HL)
42.310,38
22,56
2
Hutan Produksi Terbatas (HPT)
49.789,32
26,55
3
Hutan Produksi (HP)
95.444,57
50,89
187.544,27
100
Jumlah
Sumber: Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Model Pogogul, 2013.
2. Aksesibilitas Kawasan Lokasi PHP Model Pogogul di Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah pada
ebelas wilayah kecamatan yaitu: Kecamatan Lakea,
Kecamatan Biau, Kecamatan Karamat, Kecamatan Momunu, Kecamatan Tiloan, Kecamatan Bokat, Kecamatan Bukal, Kecamatan Bunobogu, Kecamatan Gadung, Kecamatan Paleleh, dan Kecamatan Paleleh Barat. Aksesibilitas Kawasan Wilayah KPHP Model Pogogul belum cukup memadai
sehingga
arus
transportasi
antar
desa dalam
wilayah
kecamatan maupun dari dan menuju desa di kecamatan yang lainnya masih sulit. Disamping itu sarana penunjang berupa jembatan juga belum
memadai
untuk
melintasi
wilayah
ini.
Dengan
demikian
keterjangkauan wilayah KPHP belum cukup memadai dijangkau hingga pada
batas-batas
luar
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
kawasan
hutan.
10
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
3. Batas-batas KPH KPHP Model Pogogul, memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a) Sebelah utara: berbatasan dengan kawasan APL di wilayah Kecamatan Paleleh s.d. Kecamatan Biu Kabupaten Buol. b) Sebelah timur: berbatasan dengan kawasan APL Desa Umu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol. c) Sebelah selatan: berbatasan dengan KPHL Unit III Kabupaten Parigi Moutong dan Provinsi Gorontalo. d) Sebelah barat: berbatasan dengan KPHP Unit II Kabupaten Tolitoli. 4. Sejarah Wilayah KPH KPHP Unit I yang terletak di wilayah Kabupaten Buol dan Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah terbentuk sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.79/MENHUT-II/2010 Tanggal 10 Februari 2010 Tentang Penetapan Wilayah Pengelolaan KPHL dan KPHP Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan sejarah pengelolaan hutan, wilayah KPHP Unit I pernah dikelola oleh HPH PT. PT. Regasia Jaya Nusantara hingga awal tahun 1990-an seluas 71.700 Ha. Selanjutnya mulai tahun 2000 PT. Inhutani I diserahi tugas oleh Departemen Kehutanan untuk melakukan rehabilitasi dan pengamanan Eks HPH tersebut. Pada tahun 2000, PT. Inhutani memperoleh surat rekomendasi dari Bupati Kepala Dati II Buol Tolitoli No. 522/1296/Tapem tgl 1 Maret 2000 untuk ditetapkan sebagai areal HPH PT Inhutani I. 2.4 Potensi Wilayah KPHP Model Pogogul 1. Iklim Wilayah KPHP Unit I dipengaruhi oleh dua musim yang tetap yakni musim Barat dan musim Timur dengan iklim tropis. Dari hasil analisis Peta Curah Hujan RTkRHL BPDAS Palu Poso Tahun 2009, curah hujan
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
11
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
rata-rata tahunan di wilayah KPHP Unit XVI berkisar 1.800 – 2.800 mm/tahun. Curah dominan berkisar 2.000 - 2.600 mm/tahun.
Gambar 2.2. Peta Zonasi Curah Hujan di Wilayah KPHP Unit I Dari hasil analisis data curah hujan dan hari hujan Kabupaten Buol periode tahun 2002-2007 diketahui bahwa curah hujan rata-rata tahunan mencapai 1.920,43 mm/thn. Jumlah bulan basah sebanyak 11 bulan dan bulan kering 0 bulan. Dengan demikian tipe iklim berdasarkan klasifikasi Smith dan Ferguson adalah termasuk dalam tipe iklim A. Selanjutnya berdasarkan data curah hujan Tahun 2007 diketahui jumlah hari hujan sebanyak 126 hh atau rata-rata 10 hh. Rata-rata curah hujan selama tahun 2007 adalah 187 mm/bulan, yang mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April (430 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (45 mm). Suhu udara maksimum rata-rata tertinggi di wilayah Buol dan sekitarnya adalah
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
12
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
32,45 0C pada bulan Mei dan suhu udara minimum rata-rata terendah adalah 23,53 0C dibulan Februari. Kelembaban udara rata-rata bulanan juga bervariasi, tertinggi adalah 88,00% yang terjadi pada bulan September dengan kelembaban udara rata-rata terendah sebesar 82,00% yang terjadi pada bulan Oktober. 2. Geologi, Tanah dan Geomorfologi Geologi: Berdasarkan peta Geologi Bersistem Indonesia skala 1:250.000, wilayah Kabupaten Buol termasuk dalam Mendala Geologi Sulawesi Barat. Dari sisi kompleksitas struktur geologi, bagian timur wilayah ini relatif lebih erpengaruhi secara tektonik dibanding bagian baratnya. Di bagian timur, sesar-sesar vertikal dengan dua arah utama yaitu tenggara-barat laut dan timur laut-barat daya. Disamping itu, terdapat sesar-sesar dekstral di Pegunungan Paleleh dan G. Tentalomatinan. Adapun bagian timur Buol, gejala struktur relatif tidak dominan, hanya terdapat dua struktur utama, yaitu sesar sungkup di barat Momunu dan sesar vertikal di sebelah barat Leok. Struktur geologi lainnya yang dijumpai adalah lipatan antiklin dan kekar-kekar yang banyak terdapat pada seluruh formasi batuan yang ada di wilayah ini. Tanah: Berdasarkan
data
FAO/UNESCO/Soil
Survey
Staff
(1968),
penyebaran jenis di wilayah Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah jenis tanah yang ada berdasarkan sistem soil taksonomi (Soil Survei Staff USDA, 1999), ditemukan tiga order utama tanah diantaranya adalah Entisols, Inceptisols, dan Mollisols. Entisols menempati wilayah pesisir dengan variasi sifat-sifat kimia tanah yang cukup beragam, sedangkan Inceptisols dan Mollisols penyebarannya sempit dengan variasi sifat-sifat tanah yang relatif kecil. Selanjutnya berdasarkan klasifikasi tanah LPT Bogor, jenis tanah yang terdapat di wilayah DAS Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah didominasi jenis Podsolik
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
13
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Merah Kuning, Litosol, Rendzina, Mediteran Merah Kuning, dan Aluvial. Jenis tanah lainnya adalah Latosol, Hidromorf, dan Organosol (Sumber: Peta Lahan Kritis Kabupaten Buol, BPDAS Palu Poso, Tahun 2009). Geomorfologi: Secara fisiograti, wilayah Kabupaten Buol berada di antara jajaran vulkanik lengan utara (northern volcanic ranges) dengan wilayah pegunungan bagian tengah (central mountains) dari Pulau Sulawesi. Morfologi wilayah ini sebagian merupakan perbukitan dengan relief sedang, sebagian besar yang berelief tinggi terutama pada bagian selatan. Sebagian lagi berelief rendah yang umumnya berupa dataran alluvial dan menempati wilayah-wilayah pesisir pantai, atau bagian utara Kabupaten Buol. Berdasarkan
pada
proses
geologi,
pengelompokan
umum
morfologi laut dan daratan wilayah Kabupaten Buol, dapat dlbagi dalam: 1. Lereng/tebing depresi, menghubungkan daerah depresi yang dalam dengan daerah paparan yang relatif dangkal. Pada beberapa bagian laut, lereng yang terbentuk berupa tebing curam Karena proses subduksi. Lereng depresi kedalamannya berkisar antara 10 - 200 meter. 2. Daerah paparan; dengan kedalaman kurang dari 200 m dengan lebar dari pantai yang relatif bervariasi ditemui pada sepanjang dasar laut kabupaten ini. 3. Dataran; terdiri dari: a. Dataran kipas alluvial yang melereng landai, umumnya merupakan lahan datar pesisir yang tersebar pada sebagian besar wilayah terutama di wilayah Kecamatan Tiloan yang berakhir di wilayah Kecamatan Lipunoto. b. Dataran Lumpur antara pasang surut, tersebar pada luasan yang sempit pada semua kecamatan yang ada. Secara umum, sebagian dari satuan morfologi ini merupakan permukiman yang sudah lama
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
dibuka.
14
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
4. Perbukitan, terdiri dari: a. Punggung bukit sedimen asimetrik tak terorientasi. Bentukan seperti ini dijumpai dalam luasan yang sempit pada daerah perbukitan
pesisir
bagian
selatan
sepanjang
wilayah
Kabupaten Buol b. Perbukitan karst (kapur) di atas batu gamping coral Bentukan bukit karst seperti ini dapat ditemui di wilayah Kecamatan Biau. c. Deretan bukit sangat curam di atas batuan beku, dijumpai di bagian barat dan timur Kabupaten Buol seperti pada Kecamatan Biau, Kecamatan Tiloan dan Kecamatan Paleleh. 5. Pegunungan, terdiri dari: a. Punggung
bukit
sedimen
asimetrik
tertoreh
melebar,
sebarannya dijumpai di sebagian wilayah kecamatan yang ada. b. Punggung gunung metamorfik terorientasi terjal, dijumpai pada hampir semua wilayah kecamatan di bagian selatan Kabupaten Buol. 3. Hidrologi dan DAS Di wilayah KPHP Unit I terdapat dua DAS prioritas I yaitu DAS Kuala besar, Lintidu, Bodi, Lantikadigo-mulat, Lonu, Bunobogu, Buol, Lakea, Lakuan, dan Maraja. Sedangkan DAS lainnya termasuk dalam prioritas II dan III. Umumnya sungai-sungai utama di wilayah KPHP Unit I memiliki pola aliran dendritik dan paralel yang seluruh sungai utama dan anak sungainya mengalirkan air ke arah utara (Laut Sulawesi)
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
15
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Gambar 2.3. Peta DAS Prioritas di Wilayah KPHP Unit I Air
sungai
diimanfaatkan
di
wilayah
masyarakat
KPHP untuk
ini
hanya
sebahagian
besar
pemenuhan
kebutuhan
irigasi
pertanian. Hamparan lahan sawah cukup luas terdapat di wilayah Kecamatan
Biau,
Kecamatan
Tiloan,
Kecamatan
Momunu,
dan
Kecamatan Paleleh. Pada desa-desa lainnya umumnya air sungai dimanfaatkan penduduk untuk air, mandi, dan mencuci. Sungai-sungai penyumbang banjir dan sedimentasi terbesar di wilayah KPHP ini adalah Sungai Buol. 4. Penutupan Vegetasi/Lahan Kondisi penutupan lahan/vegetasi di wilayah KPHP Unit I terdiri atas: 123,79 ha hutan mangrove primer, 0,06 Ha hutan mangrove sekunder, 145,399,99 Ha hutan primer, 41.852,59 ha hutan sekunder, 248,18
perkebunan,
3.709,96
pertanian
lahan
kering,
3.999,94
pertanian lahan kering campur, 75,41 sawah, 4.149, 40 ha semak belukar,
dan
16,79
ha
tambak.
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
(Dishut
Sulteng,
2011)
16
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Gambar 2.4. Peta Penutupan Lahan di Wilayah KPHP Unit I 5. Potensi Kayu/Non-Kayu KPHP Unit I adalah salah satu wilayah KPH di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki keanekaragaman hayati (flora dan fauna)
yang
cukup
tinggi.
Di
wilayah
ini
terdapat
hutan
pegunungan/hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah, yang kaya jenis-jenis vegetasi berkayu dan vegetasi tak berkayu baik komersial dan non-komersial. Jenis-jenis flora yang cukup dikenal masyarakat bernilai komersial tinggi di pasar Internasional maupun domestik, khususnya dari jenis kayu adalah Kayu Meranti (Shorea spp.), Palapi (Herriteria sp.), Nyatoh (Palaqium
spp.),
Rau
(Dracontamelon mangiferum),
Bintangur
(Calophyllum soulatri), Maraula (Diospyros macrophylla), Agatis/Damar (Agathis spp.), Matoa (Pometia pinnata), Dao (Dracontamelon dao), Mangga hutan (Mangifera foetida), Binuang (Octomeles sumatrana), dll.
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
17
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Selanjutnya dari jenis flora berupa jenis non-kayu adalah Rotan (Calamus spp.), Bambu (Bambusa spp.), Aren (Arenga pinnata) dan jenis palma lainnya. Dari jenis flora tersebut beberapa jenis yang dikategorikan sebagai jenis tanaman multiguna seperti Agatis (penghasil kayu dan getah damar), Durian (penghasil kayu dan buah), Aren (penghasil nira, ijuk, pati, lidi, buah), dsb. 2.5. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya 1. Kependudukan Secara administratif KPHP Unit I berada dalam wilayah Kecamatan Biau, Karamat, Lipunoto, Bukal, Bokat, Bunobogu, Gadung, Paleleh Barat dan Paleleh di Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Selanjutnya sebaran jumlah penduduk dan kepadatan penduduk pada tiga belas wilayah kecamatan di Kabupaten Buol disajikan pada tabel berikut. Adapun gambaran secara spasial administrasi kecamatan tersebut disajikan pada Gambar berikut. Tabel 2.2. Keadaan Penduduk Wilayah Kecamatan di KPHP Unit I NO
Kecamatan
1
2
A
Kabupaten buol
1
Biau
2
Kramat*)
3
Luas Wiayah (km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah KK
Kepadatan Pendududk (jiwa/km2)
3
4
5
6
361,65
16.630
3.689
12
Liponoto
217,8
20.283
4.623
7
4
Momonu
400,4
12.954
2.988
14
5
Tiloan
1.437,70
7.450
1.961
8
6
Bokat
196,1
11.831
2.852
14
7
Bukal
355,52
11.875
2.956
13
8
Bonubogu
327,15
8.287
1.826
8
160,38
10.650
2.371
8
586,87
15.161
3.621
17
26.887
101
9
Gadung
10
Paleleh
11
Paleleh Barat *) Jumlah
4043,57
115.121
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
18
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Gambar 2.5. Peta Administrasi Kecamatan di Wilayah KPHP Unit I 2. Mata Pencaharian dan Pendapatan Matapencaharian
penduduk
yang
dimaksud
adalah
mata
pencaharian utama (penduduk usia produktif) yang merupakan sumber penghidupan pokok penduduk, dimana dalam hal ini merupakan sumber penghasilan penduduk minimal 50% dari keseluruhan penghasilan mereka. Jadi dengan mengetahui mata pencaharian penduduk yang bermukim pada satu wilayah akan memudahkan kita dalam mengetahui tingkat pendapatannya. Berdasarkan hasil analisis data dan informasi mata-pencaharian
yang
diperoleh
dari
data
BPS
Kecamatan
di
Kabupaten Buol (KPHP Unit I), diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
berikut.
19
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Tabel
2.3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Penduduk di Wilayah KPHP Unit I
Matapencaharian
no
Kecamatan
Petani dan Nelayan
Pedagang
PNS/ Karyawan
Jasa dan Industri, dll
jumlah (Org)
1
2
3
4
5
6
7
1
Biau/Kramat
3.032
91
126
449
3.698
2
Lipunoto
2.774
55
462
832
4.632
3
Momonu
2.532
95
139
231
2.988
4
Tiloan
1.608
43
67
243
2.961
5
Bokat
2.424
73
97
258
2.852
6
Bukal
2.542
79
101
234
2.956
7
Bunobogu
1.570
47
62
146
1.826
8
Gadung
2.039
61
81
190
2.371
9
Paleleh/Palele Barat
3.114
93
123
290
3.621
21.635
637
1.258
2.873
27.905
Jumlah
Dari tabel di atas, nampak bahwa jenis matapencaharian penduduk di wilayah DAS dalam wilayah Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah masih didominasi petani dan nelayan, disusul pegawai, pedagang, industri dan jasa layanan lainnya. 3. Sarana dan Prasarana Perekonomian Keberadaan sarana dan prasarana perekonomian di wilayah KPHP Unit I bertujuan untuk menunjang kelancaran kegiatan ekonomi. Adapun kondisi sarana dan prasarana perekonomian disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.4. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana No
Nama Kecamatan
Jenis Sarana dan Prasarana Perekonomian (buah) Bank Bank Koperasi BPD BPR Swasta Pemerintah Primer
1
Biau
-
-
-
1
5
2
Kramat *)
-
-
-
-
-
3
Lipunoto
-
1
-
2
61
4
Momonu
-
-
-
-
12
5
Tiloan
-
-
-
-
9
6
Bokat
-
-
-
-
9
7
Bukal
-
-
-
-
11
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
20
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
No
Nama Kecamatan
Jenis Sarana dan Prasarana Perekonomian (buah) Bank Bank Koperasi BPD BPR Swasta Pemerintah Primer
8
Bunobogu
-
-
-
-
6
9
Gadung
-
-
-
-
12
10
Paleheh
-
-
-
1
14
11
Paleleh Barat *)
-
-
-
-
Data pada tabel terlihat jenis sarana dan prasarana perekonomian untuk menunjang kelancaran aktivitas perekonomian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di wilayah kecamatan yang meliputi; jenis dan jumlah perbankan, jenis dan jumlah koperasi. Selain itu terdapat pasar tradisional, toko, warung dan kios. 4. Sarana dan Prasarana Kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan di wilayah KPHP Unit I, di setiap kecamatan telah tersedia, seperti pukesmas dan puskemas pembantu. Untuk di Kecamatan Lipunoto sebagai ibu kota kabupaten disamping tersedia puskemas juga tersedia rumah sakit. 5. Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan di wilayah KPHP Unit I, di setiap kecamatan telah tersedia sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas. Untuk di ibu Kota Kabupaten terdapat Perguruan Tinggi Swasta. 6. Lembaga Formal dan Informal Desa-desa dan kelurahan di dalam dan sekitar wilayah KPHP Unit I semuanya telah mempunyai lembaga masyarakat, baik yang bersifat formal maupun yang non-formal sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan, antara lain Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dan BPD. Selain itu, juga terdapat lembaga informal yang merupakan Lembaga/Badan/Organisasi yang dibentuk berdasarkan inisiatif kelompok/ warga masyarakat tertentu dengan dana warga
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
21
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
masyarakat bersangkutan, seperti kelompok tani, lembaga adat dan lainnya. Dari data BPDAS Palu Poso Tahun 2009, di wilayah Kabupaten Buol sampai dengan Tahun 2008 terdapat sebanyak 57 kelompok tani hutan dengan jumlah peserta sebanyak 2.210 orang yang tersebar pada 45 desa/kelurahan dalam sebelas wilayah kecamatan. Kelompok tani hutan dimaksud adalah kelompok tani pada kegiatan RHL (Gerhan, DAK dan MDM) dengan luas areal sasaran 2.063 Ha. Untuk jelasnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.5. Data Kelompok Tani RHL dalam Wilayah BPDAS Palu Poso di Kabupaten Buol
No
Kecamatan
Desa/ Kelurahan
Jumlah Kelompok (Bh)
Jumlah Anggota
Jumlah Luas (Ha)
Jenis Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
Domag
1
49
50
Gerhan
Nonu
2
124
124
Gerhan
Ponipingan
2
50
35
DAK
Labuton
1
123
100
Gerhan
Taat
2
70
60
Gerhan
Rupu Bogu
1
17
10
Gerhan
Diapatih
1
25
25
Gerhan
Lokodidih
1
25
25
Gerhan
Petangoan
1
65
50
DAK
Mooyong
2
78
78
Gerhan
Mopu
3
171
175
DAK, Gerhan
Bungkudu
1
25
25
Gerhan
Momunu
1
25
25
Gerhan
Lamadong
1
50
50
Gerhan
Puji Mulyo
1
52
50
Gerhan
Pinamula
2
50
50
MDM
Potogu
1
25
25
Gerhan
Busak II
1
45
50
DAK
Lakea I
3
74
60
Gerhan
Lamakan
1
58
50
Gerhan
Tualan
1
50
50
Gerhan
Mondalan
2
40
35
Gerhan
1
2
3
4
5
Bunobogu
Gadung
Bukal
Momunu
Biau/Kramat
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
22
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
No
Kecamatan
Desa/ Kelurahan
Jumlah Kelompok (Bh)
Jumlah Anggota
Jumlah Luas (Ha)
Jenis Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
Lakuan Buol
1
25
25
Gerhan
Bodi
2
59
50
DAK, Gerhan
Harmoni
1
16
10
Gerhan
Tolau
1
50
50
Gerhan
Molangato
1
35
50
MDM
Pikopo
1
50
50
DAK
Kodolagon
1
50
50
Gerhan
Doulan
1
50
50
Gerhan
Negeri Lama
1
25
5
Gerhan
Kantanan
1
25
5
Gerhan
Bongo
1
50
50
Gerhan
Bukamog
1
53
50
Gerhan
Tang
1
50
50
Gerhan
Bokat
1
50
50
Gerhan
Air Terang
1
50
50
Gerhan
Maniala
1
50
50
Gerhan
Jatimulya
1
25
25
Gerhan
Boilan
1
50
50
Gerhan
Kel. Leok I
2
85
80
Gerhan
Kumaligen Kampung Bugis
1
15
10
Gerhan
1
15
10
Gerhan
Kel. Kali
1
15
16
Gerhan
6
7
8
9
Paleleh/Paleleh Barat
Bokat
Tiloan
Liponotu
2.6. Potensi Bisnis KPHP Model Pogogul Dalam rangka mempercepat pembangunan KPHP Model Pogogul menjadi KPHP yang mandiri, maka di wilayah KPHP ini dialokasikan lahan hutan produksi terbatas dan hutan produksi guna dimanfaatkan menjadi usaha hasil hutan kayu alam dan atau restorasi ekosistem. Selain itu, untuk pengembangan usaha hasi hutan bukan kayu (rotan, madu dan getah) dan jasa lingkugan (Jasling) berupa usaha jasa wisata alam (Jasling-WA), usaha jasa penyerap dan atau penyimpanan karbon dan jasa sumber air. KPHP menyediakan pula lahan-lahan hutan di
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
23
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
kawasan hutan lindung. Pengembangan wilayah untuk tujuan kelola sosial di KPHP Model Pogogul terdapat blok pemberdayaan masyarakat, yang akan dikembangkan sebagai pemanfaaatan hasil hutan kayu dengan model pengembangan Hutan Kemasyarakat (HKM) seluas ±7.622,36 Ha, dan pemafaatan hasil hutan kayu melalui model pengembangan hutan desa seluas ±2.900 Ha. Pengembangan investasi di wilayah KPHP Model Pogogul memiliki potensi untuk penyelengaraan setiap jenis kegiatan usaha yang akan dilakukan dalam bentuk kemitraan dengan berbagai pihak yang akan melakukan investasi di wilayah KPHP. Rencana pengembangan investasi di wilayah KPHP dilakukan melalui pemanfaatan hasil hutan kayu (pemanfataan kayu pada hutan alam dan hutan tanaman), dan hasil bukan hutan kayu (rotan, madu dan getah). 1. Potensi Hasil Hutan Kayu pada Hutan ALam Hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) di wilayah KPHP Model Pogogul yang dilakukan tahun 2015 pada tahap I seluas 7.336,19 Ha, bahwa terdapat potensi kayu meliputi kayu indah, kayu meranti, dan kayu rimba campuran sebagai mana disajikan pada Gambar 2.6 dan hasil rata-rata volume kayu per hektar disajikan pada
Jumlah Pohon
Gambar 2.7, Gambar 2.8 dan Tabel 2.6 berikut. 400 350 300 250 200 150 100 50 0 N
Kayu Indah
Meranti
Rimba Campuran
59
172
355
Gambar 2.6. Sediaan jumlah kelas tiang (N) berdasarkan kelompok jenis.
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
24
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
350 300 250 200 150 100 50
Kayu Indah
Meranti
80-UP
70-79
60-69
50-59
40-49
30-39
20-29
80-UP
70-79
60-69
50-59
40-49
30-39
20-29
80-UP
70-79
60-69
50-59
40-49
30-39
20-29
0
Rimba Campuran
Gambar 2.7. Sebaran Kelas Diameter Berdasarkan Kelompok Jenis 35,000
Volume (M³/Ha)
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 ,000 ,000
10 - 19
N
20 - 29
30 - 39
40 - 49
50 - 59
60 - 69
70 - 79
80 - Up
19,923
22,683
18,585
28,365
24,260
32,656
7,677
Gambar 2.8. Sediaan Rata-rata Volume Kayu Per Hektar Tabel 2.6. Rerata volume hasil hutan kayu di KPHP Model Pogogul No.
Kategori Pohon
Kelas Diameter
Jumlah Batang
Volume (M³ / Ha)
1
Pohon Kecil
20 - 29
369
19,92
2
Pohon Besar
30 - 39
270
22,68
3
Pohon Besar
40 - 49
116
18,59
4
Pohon Besar
50 - 59
62
28,37
5
Pohon Besar
60 - 69
56
24,26
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
25
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
No.
Kategori Pohon
Kelas Diameter
Jumlah Batang
Volume (M³ / Ha)
6
Pohon Besar
70 - 79
49
32,66
7
Pohon Besar
80 - Up
95
7,68
Jumlah Rerata Volume (M3/Ha)
22,02
2. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu Jenis rotan yang dijumpai dilokasi sampel plot adalah 8 (delapan jenis) dengan jumlah 1759 individu.
Lokasi sampel plot tersebut
didominasi oleh jenis rotan lambang (Calamus ornatus Blume), rotan batang (Calamus zollingeri Becc), rotan susu (Daemonorops robusta Warb), dan rotan tohiti (Calamus inops Becc).
Potensi rotan di KPHP
Model Pogogul berdasarkan hasil inventarisasi hasil hutan bukan kayu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.7.
No
Potensi Hasil Hutan Berupa Rotan di KPHP Model Pogogul Berdasarkan Hasil Inventarisasi Hutan Tahun 2015 Nama Lokal
Jumlah Individu
INP
1
Lambang (Calamus ornatus Blume)
504
45,22
2
Batang (Calamus zollingeri Becc)
347
36,30
3
Susu (Daemonorops robusta Warb)
258
28,87
4
Tohiti (Calamus inops Becc)
118
20,91
5
Rotan Tikus (Calamus didymocarpus Warb)
195
11,65
6
Umbul (Calamus symphysipus)
48
9,83
Keberadaan potensi sumber daya hutan yang dimiliki KPHP Model Pogogul dapat memberikan peluang investasi terhadap usaha di sektor kehutanan. KPHP sebagai pengelola hutan menawarkan investasi berbagai produk terhadap pemanfaatan kawasan hutan dan sumber daya hutan. Rencana Pengembangan Investasi di wilayah KPHP Model Pogogul dilakukan berdasarkan analisis kelayakan usaha pemanfaatan
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
26
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
hutan melalui pemanfaatan hasil kayu pada hutan alam dan hutan tanaman serta pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Keberadaan KPHP Model Pogogul telah memiliki fasilitas yang memadai dalam mendukung dan melakukan usaha di sektor kehutanan. Failitas KPHP yang telah dimilki adalah Kantor KPHP Model Pogogul, saran dan prasarana (sapras) operasional lapangan meliputi sapras perkantoran, kendaraan operasional, dan sapras survey potensi hutan. Selain itu, telah terdapat persemaian permanen untuk pengelolaan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Pembanguan usaha di wilayah KPHP akan dilakukan penyediaan fasilitas dalam pengelolaan produksi hasil hutan, guna mengoptimalkan penyelenggaraan investasi di KPHP Model Pogogul. 3. Keunggulan Produk Keungulan produk hasil hutan KPHP Model Pogogul meurpakan hasil hutan yang dikelolah oleh KPH dengan memiliki izin legalitas hasil hutan. Adapun kualitan hasil hutan kayu dan rotan yang berada di wilayah KPHP Model Pogogul disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.8. Kualitas Hasil Hutan Kayu di Wilayah KPHP Model Pogogul No. Jenis Hasil Hutan 1
Kayu Indah; Ebony
2.
Meranti
3.
Rimba Campuran; Nyatoh Palapi Bintangur Bayur Jabon Benuang
Kelas Kuat
Awet
I
I
I-II
I-II
I I II-III II-III III-IV IV-V
II I-II III IV V V
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
Keterangan Mebel Mewah Venir, Kayu Olahan, Kayu Gergajian, Mebel
Kayu Olahan, Kayu Gergajian, Mebel, dan Pulp
27
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Tabel 2.9. Kualitas Hasil Hutan Rotan di Wilayah KPHP Model Pogogul
1
Batang
Kelas Kuat I
2.
Tohiti
I
71
146
3
Lambang
II
48
99
No.
Jenis
Kelas Mekanik 74
Kelas Sifat 140
Keterangan Industri bahan baku, bahan setengah jadi dan barang jadi
Kekuatan utama potensi hasil hutan cukup besar, kualitas produk yang baik dan berpotensi untuk diproduksi memenuhi permintaan pasar dari tahun ke tahun. Produksi hasil hutan dilakukan dengan menyortir hasil hutan dan mengutamakan kualitas hasil hutan. 2.7. Kerangka Perencanaan Bisnis KPHP Model Pogogul Rencana strategis bisnis pemanfaatan hutan KPHP Model Pogogul disusun berdasarkan kondisi serta data dan fakta aktual di lapangan, sesuai dengan konsep Pengelolaan Hutan Produksi Alam Lestari (PHAPL) dalam rangka menghadapi tuntutan pasar domestik dan internasional terhadap produk hasil hutan. Produk hasil hutan merupakan segala sumber daya hutan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan
kebutuhan
dan
keinginan
konsumen
atau
pelanggan. Produk yang akan dihasilkan adalah hasil hutan kayu dari hutan alam meliputi kayu meranti, kayu indah dan kayu rimba campuran, hasi hutan bukan kayu meliputi tanaman rotan dan hasil madu pada hutan alam. Perencanaan bisnis di KPHP model Pogogul mencakup tentang gambaran umum rencana meliputi beberapa asepk-aspek yakni jenis produk yang akan dikembangkan, segmentasi pasar dan pemasaran produk,
teknik
dan
tenologi
yang
digunakan
setiap
produk,
pengembangan manajemen dan organisasi, kondisi keuangan, kondisi operasional dan strategi bisnis dimasa mendatang. Adapun kerangka perencanaan bisnis KPHP Model Pogogul disajikan pada tabel berikut.
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
28
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Tabel 2.10. Kerangka Perencanaan Bisnis KPHP Model Pogogul Produk yang akan dikembangkan Komponen Hasil Kayu Hutan Alam
Rotan
Madu Hutan
Segmen Pasar - Siapa Pelanggan
Industri kayu gergajian, Industri K Industri furniture, pengrajin rotan Bulat, Industri furniture, Sawmil,
Toko herbal supermarket
- Tingkat daya Beli
Menengah ke atas
Menengah ke atas
Semua Lapisan
- Apa yang paling menarik bagi pelanggan
Kebutuhan kayu bangunan semakin meningkat
Murah, multi fungsi, permintaan hasil rotan meningkat
Kebutuhan madu asli hutan alam semakin meningkat
- Bagaimana pelanggan memperoleh produk
Melalui staf pemasaran KPH
Melalui staf pemasaran KPH
Melalui staf pemasaran KPH
- Apa yang KPH tawarkan kepada Pelanggan
Log kayu
Rotan Asalan
Madu dalam kemasan 600 ml
- Keunggulan produk
Kelas awet kayu 1-2 dan
Jenis komoditi rotan unggulan
Madu asli dari hutan alam
Nilai produk yang ditawarkan
kelas kuat kayu 1,2,3
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
29
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Produk yang akan dikembangkan Komponen Hasil Kayu Hutan Alam
Rotan
Madu Hutan
Jaringan - Bagaimana pelanggan menginginkan saluran terhadap pasokan
Langsung ke KPH
Langsung ke KPH
Langsung ke KPH
- Bagaimana distribusi tersebut dapat efisien
Membuat unit pemasaran di KPH
Membuat unit pemasaran di KPH
Membuat unit pemasaran di KPH
- Tipe distribusi pemasaran yang dilakukan
Komunikasi langsung
Komunikasi langsung
Komunikasi langsung, melalui web?
Melalui fasilitas pelayanan jaminan pasokan, harga yang kompetitif, melakukan kerjasama dan mengikuti pameran
Melalui fasilitas pelayanan jaminan pasokan, harga yang kompetitif, melakukan kerjasama dan mengikuti pameran
Melalui fasilitas pelayanan jaminan pasokan, harga yang kompetitif, melakukan kerjasama dan mengikuti pameran
Hasil hutan kayu alam dengan diameter kayu diatas 50 Cm dan memiliki produktivitas yang tinggi
Tanaman rotan siap panen dengan kondisi rotan unggul sesui ketentuan produksi rotan alam
Hasil inventarisasi sarang madu alam pada Kelompok Tani Hutan yang berada di blok pemberdayaan
Hubungan kepada pelanggan - Bagaimana mengikat pelanggan yang potensial
Sumberdaya - Sumberdaya yang dibutuhkan dalam sistem produksi
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
30
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Produk yang akan dikembangkan Komponen Hasil Kayu Hutan Alam
Rotan
Madu Hutan
- Sumber daya manusia yang diperlukan untuk memelihara pelanggan
Sumberdaya manusia di bidang pemasaran
Sumberdaya manusia di bidang pemasaran
Sumberdaya manusia di bidang pemasaran
- Sumberdaya yang dibutuhkan untuk melancarkan pendapatan
Modal awal, modal operasional, dan modal kerja sama dalam invetasi bisnis
Modal awal, modal operasional, dan modal kerja sama dalam invetasi bisnis
Modal awal, modal operasional, dan modal kerja sama dalam invetasi bisnis
- Aktivitas penyiapan sistem produksi
Baru berupa data potensi, belum sampai pada sistem produksi
Baru berupa data potensi, belum sampai pada sistem produksi
Baru berupa data potensi, belum sampai pada sistem produksi
- Penyiapan SDM Profesional
Masih minim
Kerja sama dengan petani rotan
10 Kelompok Tani Hutan
- Penyiapan lembaga Bisnis
belum
belum
Belum
Aktivitas yang sudah dilakukan
Deskripsi Kawasan - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
31
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
III. RENCANA BISNIS PENGELOLAAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN ALAM 3.1 Pendahuluan Hasil
Hutan
kayu
dimanfaatkan untuk
adalah
salah
satu
potensi
yang
akan
pengembangan bisnis KPHPP Model Pogogul,
bisnis pemanfaatan hasil hutan kayu diharapkan
mampu memberikan
kontribusi pendapatan daerah serta diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kayu
bagi masyarakat, kayu pertukangan, kayu meoubler
mapun kayu bakar. Permintaan hasil hutan kayu pada tingkat kabupaten dan provinsi di Sulawesi Tengah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kondisi ini menjadi peluang bagi KPH dalam membangun bisnis pengelolaan hasil hutan kayu dalam memenuhi permintaan kayu baik untuk kebutuhan bahan baku industri kayu olahan, kayu lapis, meubel dan lain-lain. Pemanfaatan hasil
hutan kayu yang ada di wilayah kerja KPHP
Model Pogogul didasarkan atas masih banyaknya potensi Kayu sesuai dengan hasil inventarisasi
tegakan
yang
dilakukan pada wilayah
tertentu terdapat potensi jenis kayu meranti, jenis kayu indah diantaranya eboni, cempaka dan cendana, kayu rimba campuran diantaranya nyatoh, palapi, bintangur, jabon, dan benuang. Keberadaan potensi hasil hutan kayu tersebut, memberikan peluang besar kepada KPH untuk membangun bisnis hasil hutan kayu 3.2 Tujuan Tujuan
yang
akan
dicapai
dalam
pembangunan
dan
pengembangan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu diantaranya; 1. Memberikan gambaran prospek bisnis pengelolaan hasil hutan kayu
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
32
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
2. Memberikan arahan startegi dalam pengembangan bisnis 3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kabupaten dan provinsi sekaligus memberikan pendapatan pada negara 4. Menjaring mitra dari berbagai pihak dalam pengembangan investasi usaha hasil hutan kayu 3.3 Segmentasi Pasar Pasar (Market) adalah salah satu bagian dalam sumber daya bisnis kehutanan. Tanpa adanya pasar untuk hasil produksi, jelas tujuan bisnis produk kehutanan tidak mungkin tercapai. Menganalisis aspek pasar dan pemasaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan perkembangan permintaan produk hasil hutan. Perkembangan permintaan produk ke pasar terhadap produksi hasil hutan di provinsi Sulawesi Tengah memiliki peningkatan dari tahun ke tahun. Permintaan produksi kayu bulat dan kayu rimba campuran meningkat dari tahun ke tahun, Keadaan ini menjadi peluang besar bagi KPHP Model Pogogul dalam pembangunan bisnis kehutanan. Adapun perkembangan realisasi permintaan hasil hutan disajikan pada gambar berikut. 90.000,00 80.000,00 70.000,00 Kayu Bulat/logs
60.000,00 50.000,00
Kayu Gergajian/sawn wood
40.000,00 30.000,00
Kayu Rimba Campuran/Forest Wood
20.000,00 10.000,00 0,00 2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3.1. Perkembangan permintaan hasil hutan kayu pada tahun 2010-2014
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
33
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Melihat potensi dan peluang perkembangan bisnis di sektor kehutanan merupakan lahan investasi yang mempunyai prospek yang sangat baik dan potensial untuk dikembangkan. Kondisi tersebut, memberikan
peluang
bisnis
kepada
KPHP
Model
Pogogul
mengembangankan investasi di wilayah kelolahnya. Keberhasilan bisnis kehutanan bagi KPH adalah Kemampuan KPH dalam mengelola bisnis diwilayahnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik tingkat domestik maupun ekspor. Pencapaian keberhasilan tersebut, diperlukan penentuan pasar dan strategi pemasaran terhadap produk hasil hutan. Segementasi pasar dilakukan dengan mempertahankan pasar yang sudah ada dan mencari pasar baru. Perencanaan dalam penentuan segmentasi pasar bisnis kehutanan melalui usaha pemisahaan pasar pada kelompok-kelompok segmentasi pasar menurut jenis-jenis produk yang dihasilkan. Segmentasi pasar untuk tingkat Provinsi Sulawesi Tengah terdapat peningkatan industri manufaktur kehutanan. Saat ini terdapat
13
(tiga
belas)
industri
sebagai
target
pasar
dalam
pengembangan bisnis hasil hutan di tingkat wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
Adapun beberapa industri kehutanan yang akan menjadi
target segmentasi pasar sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.1.
No.
Segmentasi Pasar Produk Hasil Hutan di Wilayah Sulawesi Tengah.
Nama Perusahaan
Produk
Alamat Desa Bokat, Buol Sulawesi Tengah Jl. Lanang Desa Lampassio, Toli Toli 95516
1
UPK. Mitra Patnership
Kayu Olahan
2
CV. Sumber Harapan
Kayu Olahan
3
CV. Budi Abadi
Kayu Olahan
Jl. Towua No. 96 A Palu Selatan
4
CV. Sinar Palu
Kayu Olahan
Jl. Roviga No. 27 Palu Timur
5
CV. Pantai Timur Jaya
Kayu Olahan
Jl. Trans Sulawesi Palu Utara, 94352
6
CV. Kayu Abadi
Kayu Gergajian
Jl. Surevele . Palu Utara
7
PT. Tetehe Nusa Jaya
Kayu Gergajian
Jl. Saro Fele, Palu Utara
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
34
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
No.
Nama Perusahaan
Produk
Alamat Jl. Moh. Yamin No.3 Taipa, Palu Utara, 94352 Jl. Trans Palu-Pantoloan Km 15 Palu Utara
8
CV. Saudara Inda Jaya
Kayu Gergajian
9
PT. Fairco Mitra Aneka Wood Industry
Plywood
10
PT. Leang Yang Group
Meubel
Jl. Pantoloan, Palu Utara
11
CV. Lywan
Meubel
Jl. Datu Adam, Palu Barat
12
CV. Unggul Utama
Furniture
Jl. Palu Pantoloan, Palu Utara
13
CV. Multi Pusmit mulia
Kayu ekspor
Jl. Trans Sulawesi, Palu Utara
Data statistik Kementerian Kehutanan permintaan hasil hutan berupa kayu olahan (kayu bulat, kayu gerajian dan kayu lapis) mengalami peningkatan baik untuk kebutuhan ekspor. Produk kayu dari wilayah Indonesia diekspor ke berbagai Negara terutama Asia seperti Jepang, Hongkong, Cina dan Korea Selatan, sebagian lagi ke negaranegara Eropa, Australia dan Amerika. 3.4 Produksi Kegiatan
penebangan
atau
pemanenan
kayu
adalah
suatu
kegiatan untuk memanen pohon/tegakan yang telah memenuhi syarat untuk dipanen sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, khususnya yang menyangkut limit diameter pohon. Namun demikian agar kegiatan pemanenan yang dilakukan dapat menjamin kelestarian fungsi produksi, perlu terlebih dahulu dilakukan perhitungan etatnya. Analisis zonasi lokasi pemanfaatan hasil
hutan kayu di wilayah
kerja KPHP Model Pogogul diketahui luasan efektif areal berhutan dengan potensi diameter diatas 50 cm adalah seluas 671 Ha. Rencana penebangan mencerminkan rencana pengaturan kelestarian hasil hutan dengan menentukan daur selama 30 tahun.
Dengan luasan efektif
tersebut, maka etat (jatah tebang) luas tebangan tahunan adalah; Etat Luas = Luas efektif areal berhutan ÷ Daur = 671 Ha ÷ 30 Tahun = 22 Ha / Tahun
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
35
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Penentuan luas, lokasi dan urutan blok tebangan tahunan dilakukan dengan mempertimbangkan data sediaan tegakan (standing
stock) hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang telah dilakukan, dengan prinsip dasar yakni areal dengan sediaan tegakan yang lebih tinggi sedapat mungkin direncanakan untuk dilakukan penebangan terlebih dahulu, dengan tetap memperhatikan aspek kelayakan teknis dan ekonomis dalam pelaksanaan operasionalnya. Sediaan stok yang terlebih dahulu akan diproduksi adalah jenis tegakan komersial berdiameter 50 cm ke atas. Berdasarkan hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) pada luasan wilayah tersebut, volume sediaan tegakan komersial berdiameter 50 cm ke atas pada areal efektif untuk produksi seluas 7.336,19 Ha adalah sebesar 9.007,74 m3. Selanjutnya perhitungan etat (jatah tebang) volume dan Jatah Produksi Tahunan (JPT) adalah; Etat Volume = (Volume sediaan tegakan x fp) ÷ Daur = (9.077,74 m3 x 0,8) ÷ 30 tahun = 242,07 m3/tahun JPT
= etat volume x factor eksploitasi (fe) = 242,07 m3/tahun x 0,7 = 169,45 m3/tahun
Dengan demikian produksi hasil hutan kayu pada hutan alam di wilayah KPHP Model Pogogul berdasarkan luasan efektif seluas 671 Ha, dengan hasil
produksi pohon
berdiameter diatas
50 cm selama rotasi
penebangan 30 tahun adalah luas tebangan pertahun = 22 Ha/Tahun dan jatah produksi tahunan = 169,45 m3/tahun. 3.5 Rencana Kegiatan Bisnis Rencana kegiatan bisnis pengelolaan hasil hutan kayu pada hutan alam dilakukan pada wilayah tertentu yang telah ditetapkan pada kegiatan tata hutan KPHP Model Pogogul. Wilayah tertentu adalah
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
36
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
wilayah hutan yang situasi dan kondisinya dapat menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya. Pembangunan KPHP di wilayah tertentu setidaknya memiliki spesifikasi atau kekhasan tersendiri sebagai keunggulan komparatif untuk pengembangan usaha sektor kehutanan guna meraih pangsa pasar hasil hutan yang diproduksi. Pemanfaatan hutan dalam wilayah tertentu dialokasikan areal hutan seluas 26.197, 46 ha, terdistribusi pada 3 kelompok hutan (KH) yakni KH. Bonubogu-Dondo, KH. Buol dan KH. Paleleh. Keberadaan wilayah tertentu berdasarkan RPHJP 2014-2023 diperuntukkan untuk rencana
kegiatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam atau Restorasi
Ekosistem (HHK-HA/RE) seluas 19.835,64 Ha dan hasil hutan kayu hutan tanaman 6.361,82 Ha. Pada tahun 2015 KPHP Model Pogogul telah melakukan kegiatan IHMB untuk identifikasi potensi kayu seluas 7.336,19 Ha atau sebesar 37% dari jumlah luas rencana kegiatan HHK-HA/RE seluas 19.835,64 Ha. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi pengelola KPH agar dapat melakukan kegiatan IHMB untuk mengidentifikasi potensi kayu rencana kegiatan HHK-HA/RE seluas 12.499,45 Ha, agar pembangunan bisnis dapat dilakukan untuk seluruh kawasan hutan pada rencana kegiatan HHK-HA/RE. Perencanaan kegiatan bisnis pengelolaan hasil hutan kayu pada hutan alam hanya ditujukan untuk kawasan yang memiliki potensi kayu yang berdiameter
diatas
50
cm
seluas 671 Ha dengan daur
pengusahaan 30 tahun. Adapun rencana pemanfaatan hasil hutan kayu pada
hutan
di
wilayah
tertentu
disajikan
pada
tabel
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
berikut.
37
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Tabel 3.2. Rencana Waktu Kegiatan dan Tata Waktu Pelaksanaan Bisnis Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam KPHP Model Pogogul Nama Blok
Lokasi Blok/Petak
Rencana Kegiatan
Sistem Jumlah Silvikultur Petak
Jumlah Luas (Ha)
Tahun Pelaksanaan Kegiatan 2016 No. Petak
2017 Luas (Ha)
No. Petak
2018 Luas (Ha)
No. Petak
2019 Luas (Ha)
No. Petak
2020 Luas (Ha)
No. Petak
Luas (Ha)
KH BunoboguDondo
Kec. Paleleh, Desa Baturata dan Desa Kuala Besar
HHK-HA/RE
TPTI/TR
5
228,62
HP - 780
23,20
HP - 745
46,61
HP - 779
64,18
HP - 869
38,70
HP - 868
55,93
KH Buol
Kec. Tiloan, Desa Air Terang dan Desa Lamuli
HHK-HA/RE
TPTI/TR
4
442,06
HP - 2495
37,07
HP 1285
45,63
HP - 2626
115,37
HP - 2626
115,37
HP 1329
128,62
9
670,68
Jumlah
60,27
92,25
179,54
154,06
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
184,55
38
Penyelenggaraan skema kegiatan HHK-HA di wilayah tertentu KPHP Model Pogogul dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan alam produksi secara lestari (jangka panjang) dengan memperhatikan kelestarian usaha dan keseimbangan lingkungan, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat, sehingga operasionalisasi pemanfaatan hutan tahunan di lapangan dapat dilakukan secara rasional terukur, sesuai dengan kemampuan regeneratif alami maupun buatan. Penerapan pendekatan pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam dapat dilakukan melalui prakondisi situasi sosial sekitarnya agar penyelenggaraan pengelolaan hutan dapat lebih kondusif di sekitar wilayah KPH. Pendekatan tersebut dimaksudkan pengelola KPH segera melakukan penataan areal pada lokasi tersebut khususnya melakukan penataan batas kawasan hutan guna mencegah terjadinya konflik baru antara pengelola KPHP dengan masyarakat. Selanjutnya pengelolan KHP dapat melakukan rencana kegiatan pengelolaan hasil hutan kayu hutan alam dengan melakukan rencana pemanfaatan sebagai berikut. 1). Tata Batas IUPHHK Tata batas areal dilaksanakan sesuai waktu yang tercantum didalam SK. IUPHHK atau kalau belum dilaksanakan maka jadwalkan dengan waktu 1 tahun.Untuk areal yang telah ditata batas agar dijadwalkan untuk direkonstruksi. 2). Zonasi Areal Zonasi hutan merupakan kegiatan membagi-bagi areal ke dalam kawasan lindung, kawasan tidak untuk produksi dan kawasan produksi dengan melakukan deliniasi makro areal IUPHHK dengan penjelasan sebagai berikut: Kawasan lindung: kawasan yang dilindungi sesuai PP No. 32/1992
(sumber
mata
air,
kiri-kanan
sungai,
kawasan
pelestarian plasma nutfah, sempadan danau/sungai, buffer
zone hutan lindung/kawasan konservasi, dll). Kawasan yang
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
39
dilindungi ini juga termasuk areal untuk keperluan religi dan budaya masyarakat hukum adat setempat. Kawasan tidak untuk produksi: merupakan areal yang tidak dimanfaatkan untuk budidaya pohon, yaitu: sungai, danau, sarana-prasarana, PUP, dsb. Kawasan produksi: merupakan areal yang dimanfaatkan untuk budidaya pohon/hutan. 3). Penataan Areal Kerja (PAK) Penataan hutan pada dasarnya adalah pengaturan areal kerja untuk kelestarian produksi. Untuk melaksanakan penataan hutan agar mempunyai kepastian dalam pengelolaan, maka hal utama yang perlu dilakukan adalah penataan batas areal kerja dan pengukuhannya. Penataan areal kerja paling lambat dilakukan 2 tahun sebelum pelaksanaan kegiatan penebangan. Penataan Areal Kerja (PAK) adalah pembagian kawasan hutan ke dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan; kemudian blok-blok tersebut dibagi ke dalam petakpetak kerja. Pembagian petak kerja dilakukan sesuai dengan daur tebangan
seluas
22
Ha/Tahun.
Pengukuran
koordinat
dan
penandaan Blok Tebangan dan Petak Kerja di lapangan dilakukan dengan menggunakan GPS. 4). Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) Penyusunan
rencana-rencana
kerja
HHK-HA/RE
tersebut
mengacu pada hasil kegiatan inventarisasi/IHMB maupun ITSP. Berdasarkan
hasil
hasil
inventarisasi/IHMB
selanjutnya
dapat
dihitung Jatah Pohon Tebang (Annual Allowable Cut/AAC). Jatah produksi tahunan pengelolaan hail hutan kayu hutan alam sebesar 169,45 m3/tahun. Namun dalam hal ini perlu dilakukan ITSP unutk mengetahui besaran tegakan yang akan siap di tebang pada luasan etat 22 Ha/Tahun. Jatah Produksi Tahunan (JPT) yang ditetapkan
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
40
oleh Kementerian Kehutanan (m3/tahun). Besarnya jatah pohon tebang tertuang dalam SK. RKT (self-approval) sebesar (m3). Khusus untuk jenis kayu indah, kuota tebang ditetapkan oleh Tim Terpadu yang terdiri atas LIPI (scientific authority), Balai BKSDA (management authority), Perguruan
Tinggi,
dan
Litbang
Kehutanan. 5). Pemetaan Pemetaan dilakukan secara digital dengan menggunakan aplikasi program GIS. Peta-peta yang dibuat untuk keperluan pengusahaan hutan antara lain: Peta Vegetasi; Peta Dasar Areal Kerja; Peta RKUPHHK; Peta Rencana Kerja Tahunan; Peta Rencana PAK; Peta Rencana ITSP; Peta Jaringan Jalan; Peta Persebaran Pohon; Peta Kawasan Lindung. 6). Sistem Silvikultur Sistem silvikultur disusun sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.11/Menhut-II/2009 tanggal 9 Februari 2009 tentang Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi, dan pedoman pelaksanaannya. Selain itu, penetapan sistem silvikultur yang akan diterapkan pada rencana wilayah pemanfaatan HHK-HA memperhatikan kondisi biofisik lokasi rencana HHK-HA yang didominasi kelas agak curam dan curam dengan didominasi jenis-jenis tanah pekah erosi, dan aspek
tujuan
pemanfaatan
hutan,
maka
direkomendasikan
menggunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Rumpang (TR) dan penanaman areal tidak produktif.
Sistem silvikultur pada pendekatan restorasi ekosistem
pada tahap sebelum mencapai keseimbangan dilakukan dengan sistem TPTI atau Tebang Rumpang (TR) yang disinkronisasikan dengan
teknik
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
penjarangan.
41
7). Teknik Pemanenan dan Peralatan yang Digunakan: Teknik pemanenan pada sistem silvikutur TPTI berdasarkan limit diameter dengan fokus terhadap pembinaan tegakan tinggal khususnya pohon inti. Penerapan teknik pemanenan dilakukan dengan berdampak rendah (RIL) meliputi aspek perencanaan (pembuatan peta pohon, topografi, pengaturan jalan sarad, dan tempat penimbunan kayu) dan aspek produksi (pengaturan arah rebah pohon, pengaturan arah penyaradan dan deaktivasi pasca tebangan). Teknik penebangan berdampak rendah ditujukan untuk meminimalkan kerusakan tanah, dan tegakan tinggal (potensi tegakan yaitu semai dan pancang) serta optimalisasi pemanenan hutan. Pemanenan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan peralata utama seperti chain saw dan jika memungkinkan pada areal tertentu dapat menggunakan tractor loader dan logging truck. 8). Penggunaan dan Penjualan: Rencana pemanfaatan hasil, penggunaan dan atau penjualan hasil hutan
berupa
produksi
karbon,
pemanfaatan
kawasan/jasa
lingkungan, hasil hutan kayu dan bukan kayu. Pemanfaatan HHKHA dialokasikan untuk pemanfaatan produk unggulan berupa hasil hutan kayu seperti gaharu dan pemanfaatan hasil hutan kayu komersial setempat seperti Nantu, palapi, meranti, nyatoh dll 9). Tenaga Kerja: Perencanaan
tenaga
kerja
dilakukan
berdasarkan
lokasi
penempatan dan bidang kerja meliputi manajer camp, bidang perencanaan (pengukuran dan pemetaan, penataan batas, cruising, dan pembukaan wilayah hutan), bidang pembinaan hutan dan bidang produksi. Kebutuhan tenaga kerja meliputi tenaga kerja teknis
dan
non
teknis,
lokal
dan
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
pendatang.
42
10). Perlindungan dan Pengamanan Hutan: Rencana perlindungan dan pengamanan hutan berisi kegiatan secara garis besar selama jangka 10 (sepuluh) tahun yang meliputi penanggulangan pencurian kayu, perladangan berpindah, dan penanggulangan kebakaran hutan. 11). Kelola Sosial: Rencana kelola sosial memuat kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa hutan. Pola kegiatan disajikan
secara
ringkas
pengembangan
ekonomi
(koperasi,
peternakan, agroforestry, perkebunan dll), penguatan lembaga ekonomi masyarakat secara jelas mampu menjadi mitra bisnis, penataan batas partisipatif dan penanganan konflik social (sesuai perkembangan di lapangan). 12). Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan diuraikan secara ringkas berdasarkan AMDAL/SEMDAL yang telah dilaksanakan. Dalam penjelasan pada Sub Bab ini diuraikan tentang kondisi lingkungan (keutuhan dan kerusakan) dan dampak (positif dan negatif) akibat aktivitas pembalakan hutan, tindakan yang akan dikerjakan untuk memperkecil kerusakan hutan. Data hidrologis, DAS atau Sub DAS (luas DAS, erosi, sedimentasi, dll) dan implikasi kebijakan pemanfaatan IUPHHK dalam Hutan Alam terhadap pengendalian
hidrologi.Rencana
pengelolaan
dan
pemantauan
lingkungan ini (rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) disusun untuk selama jangka 10 (sepuluh) tahun. 13). Penelitian dan Pengembangan: Rencana penelitian dan pengembangan berisi kegiatan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan hutan lestari. Bidang-bidang yang diteliti antara lain: silvikultur (teknis penebangan kayu, teknis
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
43
permudaan, perlindungan,
teknis
pembibitan,
dan
lain-lain)
teknis
pemeliharaan,
manajemen
dan
teknis
kelembagaan/
organisasi, aspek sosial, produktivitas alat dan tenaga kerja, dan sebagainya. 14). Kontribusi Terhadap Pembangunan: Pada
sub
bab
ini
memuat
kontribusi
IUPHHK
terhadap
pembangunan, baik bagi pembangunan daerah dan nasional, bukan bagi
perusahaan
semata.
Kontribusi
perusahaan
terhadap
pendapatan daerah dan nasional yang meliputi: Iuran IUPHHK, Pajak-pajak
dan
sebagainya.
Perlu
dijelaskan
pula
tentang
kontribusi perusahaan dalam penyerapan tenaga kerja, kontribusi peningkatan ekonomi
sumber
daya
masyarakat
manusia
setempat.
dan
ikut
Hubungan
menggerakkan kemitraan
dan
keterkaitan bisnis terutama dengan masyarakat setempat harus jelas. 3.6 Analisis Kelayakan investasi Analisis kelayakan investasi bisnis hasil hutan kayu dilakukan dengan pendekatan perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersidiaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan berkembang terus. Analisis kelayakan akan dijadikan tolok ukur besaran keuntungan yang diberikan bisnis pengelolaan hasil hutan kayu. Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan yang diterima dari bisnis hasil hutan kayu adalah berasal dari penjualan tegakan siap panen berupa log kayu per meter kubik. Pendekatan perhitungan penerimaan akan dilakukan dengan pendekatan harga pasar loga kayu pada hutan alam. Harga pasaran jual
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
44
kayu pada kabupaten buol per 1 m3 jenis kayu rimba campuran adalah sebesar Rp. 1.500.000 /m3. Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada selama bisnis investasi berlangsung. Biaya tersebut merupakan sumber daya ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Komponen outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Pendekatan biaya aan dilakukan dengan metode perhitungan biaya yang akan dikeluarkan perhektar. Adapun jenis biaya dalam arus pengeluaran adalah sebagai berikut; 1. Biaya investasi; terdiri dari biaya tata batas, zonasi areal, penataan areal kerja dan inventarisasi tegakan sebelum penebangan; 2. Biaya tetap, terdiri dari biaya sarana penebangan, perlengkapan penebangan, bengkel dan instalasi penebangan,
dan pembuatan
jalan sarad; 3. Biaya opersional; terdiri dari biaya umum meliputi gaji staf KPH, biaya administrasi, pajak, operasional penebangan, opersional penjualan, kelola sosial, pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan penelitian serta pengembangan pengelolaan hasil hutan kayu hutan alam. Evaluasi Kelyakan Investasi Kriteria evaluasi yang dipilih dalam analisis finansial ini adalah angka nilai sekarang netto (NPV), rasio pendapatan biaya terdiskon (BC Ratio), serta prosentase keuntungan internal (internal/financial rate of return atau IRR/FRR). Seperti telah diuraikan di muka perhitungan besarnya NPV dan BCR didasarkan biaya suku bunga riil sebesar 6 % (atau suku bunga nominal sebesar 15%). Demikian juga halnya dengan tingkat keuntungan yang digunakan sebagai angka pembanding IRR yang
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
45
ditemukan.
Berdasarkan
uraian di atas, hasil analisis menunjukkan
angka sebagai berikut: Tabel 3.3. Hasil analisis kelayakan finansial pengusahaan hasil hutan Kayu hutan alam Indikator
Nilai
NPV (Rp/Tahun)
Kesimpulan
1.326.653.734,39
Layak
1,74
Layak
30,95 %
Layak
3 tahun 6 bulan
Layak
BCR (PV) IRR (%)
Payback Periods (Tahun) Sumber ; Data setelah diolah, 2015.
Dari hasil perhitungan kelayakan bisnis dapat diketahui bahwa proyek dan
ini
bisa
menunjukkan
diperkirakan
dapat
keuntungan
menghasilkan
mutlak
(NPV)
keuntungan
positif sebesar
Rp. 1.326.653.734,39 sehingga dapat dinilai layak. Selanjutnya, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 1,74 sehingga dapat dinilai layak (lebih besar dari 1). Sejalan dengan NPV dan BCR, demikian juga halnya pada sisi IRR-nya. Angka IRR untuk proyek ini ternyata diperoleh lebih dari nilai oportunitas kapital yang berlaku (rill 6% atau nominal 15%) yakni sebesar 30,95% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial untuk kredit investasi besarnya 30%. Sedangkan hasil perhitungan payback periods dapat diketahui bahwa modal investasi diperkirakan dapat kembali pada waktu 3 tahun 6 bulan. Artinya, dari sisi payback periods usaha hasil hutan kayu di KPH dapat dinilai layak. Berdasarkan analisis tersebut di atas, bisa disimpulkan bahwa investasi ini menurut kriteria finansial, adalah layak untuk
dilanjutkan
sebagai
bisnis
KPHP
Model
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
Pogogul.
46
IV. RENCANA BISNIS PEMANFAATAN HASIL ROTAN 4.1 Pendahuluan Rotan merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang sangat besar peranannya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat serta penerimaan devisa negara. Indonesia merupakan pengahasil rotan terbesar di dunia, berdasarkan data dan informasi Kementerian Perindustrian, bahwa diperkirakan 80%
bahan baku rotan di seluruh
dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti : Philippina, Vietnam dan negara-negara Asia lainnya. Daerah penghasil rotan yaitu
Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, Pulau
Sulawesi dan Pulau Papua, dengan potensi rotan
Indonesia sekitar
622.000 ton/Tahun. Hasil statistik produksi kehutanan, jumlah produksi rotan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Perkembangan realisasi perdagangan rotan antar pulau di Sulawesi tengah pada tahun 2014 sebesar 433.667,21 ton dan meningkat 40,58% dari tahun-tahun sebelumnya. Data buletin perdagangan luar negeri ekspor menurut kelompok jenis komoditi rotan pada tahun 2015 meningkat 164,53% dari tahun sebelumnya dan memberikan kontribusi nilai ekspor rotan sebesar
US
$
583.000,- atau
meningkat 292,66%
dari
tahun
sebelumnya. Keadaan ini menjadi peluang besar bagi KPHP model Pogogul dalam membangun dan mengembangkan bisnis pemanfaatan hasil rotan di wilayahnya. Hasil inventarisasi rotan di wilayah KPH, bahwa wilayah KPHP Modle Pogogul didominasi oleh jenis rotan lambang (Calamus ornatus Blume), kemudian rotan Batang (Calamus zollingeri Becc) dan rotan Susu (Daemonorops robusta Warb). Keberadaan potensi rotan di KPHP
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
47
Model Pogogul akan menjadi potensi dalam peluang usaha hasil hutan rotan di Kabupaten Buol dan Provinsi Sulawesi Tengah. Mewujudkan bisnis hasil rotan, KPHP menyusun rencana bisnis pemanfaatan hasil rotan sebagai upaya salah satu entitas wirausaha di KPHP Model Pogogul. 4.2 Tujuan Tujuan
yang
akan
dicapai
dalam
pembangunan
dan
pengembangan usaha pemanfaatan hasil hutan rotan diantaranya; 1. Memberikan gambaran prospek bisnis pengelolaan hasil hutan rotan 2. Menjadikan usaha pemanfaatan rotan sebagai salah satu sumber kemandirian KPHP Model Pogogul. 3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kabupaten dan provinsi sekaligus memberikan pendapatan pada negara. 4. Menjaring mitra dari berbagai pihak dalam pengembangan investasi usaha hasil hutan kayu 4.3 Segmentasi Pasar Industri
mebel
rotan
yang
berkembang
pesat di
Cirebon,
Jogyakarta, Solo, dan Surabaya hampir sebagian besarnya, terutama untuk rotan berukuran besar, dipasok dari Provinsi Sulawesi Tengah. Data dari Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) dari situs Mongabay menyatakan bahwa 80 persen dari total produksi rotan alam Indonesia berasal dari provinsi Sulawesi Tengah. Besarnya potensi rotan di Sulawesi Tengah ini, mendorong berkembangnya industri pengolahan rotan. Perkembangan
realisasi perdagangan
rotan
antar
pulau
di
Sulawesi Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah mengalami peningkatan drastis dari tahun ke tahun. Keadaan ini
menjadi
pembangunan
peluang bisnis
besar
bagi
kehutanan.
KPHP Adapun
Model
Pogogul
perkembangan
dalam realisasi
perdagangan hasil rotan antar pulau di Sulawesi Tengah disajikan pada gambar
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
berikut.
48
451.000,00
433.667,21
Volume (ton)
401.000,00 351.000,00 301.000,00 251.000,00 201.000,00
176.009,72
151.000,00 101.000,00 51.000,00
4.581,43
11.160,00
16.498,88
2010
2011
2012
1.000,00 2013
2014
Tahun
Gambar 4.1. Perkembangan realisasi perdagangan rotan antar pulau di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2010-2014 Perkembangan potensi dan peluang bisnis hasil pemanfaatan rotan merupakan lahan investasi yang mempunyai prospek yang sangat baik dan potensial untuk dikembangkan. Perencanaan dalam penentuan segmentasi pasar bisnis pemanfaatan rotan untuk tingkat Provinsi Sulawesi Tengah terdapat peningkatan industri manufaktur kehutanan. Saat ini teridentifikasi 10 (sepuluh) industri sebagai target pasar dalam pengembangan bisnis hasil hutan di tingkat wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
Adapun beberapa industri kehutanan yang akan menjadi
target segmentasi pasar bisnis rotan sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.1.
Segmentasi Pasar Produk Hasil Rotan.
No.
Nama Perusahaan
Produk
Alamat
1
CV. Kencana Sakti Rattan
Rotan
Desa Baiya, Palu Utara, Palu
2
UD. Margalewa Rotan
Rotan
Jl. RE Martadinata Palu Timur
3
PT. Abadi Sejahtera
Rotan
Dusun Liku Palu Utara
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
49
No.
Nama Perusahaan
Produk
4
UD. Sinar Teluk Tomini
Rotan
5
CV. Budi Mulia
Rotan
6
CV. Bumi Indah Rotan
Rotan
7
CV. Bonelayana Jaya
Meubel Rotan
8
CV. Tora Tora
Meubel Rotan
9
CV. Irma Jaya
Furniture Rotan
10
CV. Kaili Jaya
Meubel Rotan
Alamat Jl. Trans Taipa Palu Utara Jl. Latantu Pantoloan Palu Timur Jl. Trans Sulawesi Palu Utara, 94352 Jl. Trans LIK Layana Blok K No. 15 Palu Kelurahan Ujuna Kota Palu Jl. S. Lewara No. 31 Kelurahan Ujuna, Kota Palu Jl. S. Lewara No. 35 Kelurahan Ujuna, Kota Palu
4.4 Produksi Kegiatan penebangan atau pemanenan rotan
adalah suatu
kegiatan untuk memanen rotan yang telah memenuhi syarat untuk dipanen sesuai dengan ketentuan umur rotan alam. Menurut Kasmudjo (2011), bahwa jenis-jenis rotan pada hutan alam umumnya dipungut pada umur 7-12 tahun. Kegiatan pemanenan yang dilakukan dapat menjamin
kelestarian
fungsi
produksi,
perlu
terlebih
melakukan
pembagian rotasi pemanenan dari luasan efektif berdasarkan umur rotan alam. Rencana pemungutan hasil hutan berupa rotan pada hutan lindung diarahkan pada lahan-lahan hutan lindung yang kondisi vegetasi hutan berupa hutan primer dan hutan sekunder dalam wilayah KPHP Model Pogogul dalam blok pemanfaatan di hutan lindung, dengan luas kawasan sebesar 10.083,77 Ha. Rotasi pemungutan rotan ditentukan selama 12 tahun berdasarkan rata-rata umur produksi rotan pada hutan alam. Dengan demikian jatah pemungutan rotan pertahun adalah; Jatah luas pemungutan = luas efektif ÷ umur produksi rotan = 9.653,87 Ha ÷ 12 tahun = 805 Ha/Tahun
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
50
Jatah luasan pemungutan rotan pertahun 840,31 Ha, dengan pembagian rotasi pemungutan selama 12 tahun. Menurut Dahrul (2011), menjamin kelestarian produksi rotan, sebaiknya
penebangan
atau pemungutan rotan dilakukan berselang dalam waktu 2 – 4 tahun. Berdasarkan hasil pembagian rotasi rotan selama 12 tahun berarti pada petak kerja pemungutan rotan di lokasi pertama akan dipungut kembali pada tahun ke 13 (tiga belas). Dengan demikian, proses pemungutan rotan yang dilakukan akan menjamin tingkat kelestarian hasil rotan yang di wilayah KPHP Model Pogogul. Jenis rotan yang akan menjadi bisnis pemanfaatan rotan adalah daftar komoditi hasil hutan yang menjadi urusan depetemen kehutanan berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kehutanan
Nomor;
P.35/Menhut-
II/2007. Adapun jenis rotan yang berada di wilayah KPHP Model Pogogul berdasarkan peraturan tersebut adalah; Tabel 4.2.
No
Potensi Hasil Hutan Berupa Rotan di KPHP Model Pogogul Berdasarkan Hasil Inventarisasi Hutan Tahun 2015 Nama Lokal
Hasil Produk
1
Lambang (Calamus ornatus Blume)
Rotan Polish dan belah
2
Batang (Calamus zollingeri Becc)
Rotan Polish dan belah
3
Susu (Daemonorops robusta Warb)
Rotan Polish dan belah
4
Tohiti (Calamus inops Becc)
Rotan Polish dan belah
5
Rotan Tikus (Calamus didymocarpus Warb)
Rotan Polish dan belah
6
Umbul (Calamus symphysipus)
Rotan Polish dan belah
Rencana bisnis pemanfaatan rotan akan melakukan pemungutan rotan jenis rotan lambang, batang, susu dan tohiti, dikarenakan jenis tersebut memiliki nilai Indek Nilai Penting (INP) tinggi dan jumlah batang yang cukup untuk diproduksi, sementara jenis rotan tikus dan umbul
tidak
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
diproduksi.
51
4.5 Rencana Kegiatan Bisnis Pemanfaatan Hasil Rotan Perencanaan bisnis berdasarkan dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) yang dijabarkan dalam Rencana Bisnis dan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek (RPHJPd) yang direncanakan
setiap
tahun.
Pelaksanaan
perencanaan
bisnis
pemanfaatan hasil rotan melalui penyusunan rencana dari seksi perencanaan
bersama
seksi
pengelolaan
berkaitan
kegiatan
pembentukan oraganisasi bisnis, pemanenan rotan, pengolahan, dan pemasaran rotan. Pemanfaatan hasil rotan berdasarkan rencana pengelolaan hutan jangka panjang tahun 2014-2023 ditujukan pada kawasan hutan lindung blok pemanfaatan yang berada di kelompoh hutan buol seluas 9.653,87 Ha terbagi dalam daur pengusahaan 12 tahun, sebagaimana pada Gambar 4.2, dan rencana bisnis pemanfaatan hasil rotan untuk 5 tahun akan dikelolah seluas 4.405,64 Ha disajikan pada Tabel 4.3.
Gambar 4.2. Rotasi pemanfaatan Hasil Rotan Kelompok Hutan Buol KPHP Model Pogogul dengan Daur 12 Tahun
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
52
KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Sulawesi Tengah
Tabel 4.3. Rencana Waktu Kegiatan dan Tata Waktu Pelaksanaan Bisnis Pemanfaatan Hasil Rotan Alam di KPHP Model Pogogul
Nama Blok
KH. Buol
Lokasi Blok/Petak
Kec. Bukal, Desa Binuang, Desa Winangun, Desa Rantemeranu
Rencana Kegiatan
Pemanfaaatan Hasil Rotan Alam
Jumlah Petak
69
Jumlah Luas (Ha)
4.405,64
Tahun Pelaksanaan Kegiatan 2016 No. Luas Petak (Ha)
HL-31, HL-32, HL-50, HL-51, HL-59
800,11
2017 No. Luas Petak (Ha) HL- 66, HL-68, HL-74, HL-81, HL-83, HL-91, HL-95, HL-96
984,49
2018 No. Luas Petak (Ha) HL-266, HL-342, HL-60, HL-80, HL-86, HL-88, HL-89
874,59
2019 No. Luas Petak (Ha)
HL-28, HL-33, HL-34, HL-35, HL-43
842,40
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
2020 No. Luas Petak (Ha) HL-280, HL-44, HL-48, HL-49, HL-54, HL-58, HL-62.
904,05
53
A. Organisasi Pemanfaatan Hasil Rotan Alam Organisasi pengelolaan bisnis pemanfaatan hasil rotan di KPHP Model Pogogul disusun agar setiap orang mengetahui dengan jelas kegiatan dan tugasnya disetiap masing-masing bagian dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis pemanfaatan hasil rotan di KPHP Model Pogogul. Adapun organisasi yang terdapat dalam bisnis pemanfaatan hasil rotan adalah sebagai berikut. Kepala KPHP Model Pogogul
Seksi Perencanaan
Kelompok Tani Hutan
Sub Bagian Tata Usaha
Seksi Pengelolaan
Produksi Rotan
Pengolahan Rotan
Pemasaran Rotan
Gambar 4.3. Struktur Organisasi Bisnis Pemanfaatan Hasil Rotan Deskripsi tugasn dan tanggung jawab masing masing dalam struktur organisasi bisnis pemanfaatan hasil rotan di KPHP Model Pogogul adalah 1. Kepala KPHP Model Pogogul bertugas menjalankan fungsi kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam pengelolaan bisnis KPHP Model Pogogul. 2. Sub bagian tata usaha bertugas melaksanakan, mengelola dan mengawasi
kegiatan
administrasi
dan
keuangan
serta
operasional kegiatan bisnis KPH. 3. Seksi Perencanaan bertugas melakukan perencanaan bisnis melalui koordinasi kepada seksi pengelolaan dalam setiap program bisnis pemanfaatan hasi rotan di Wilayah KPHP Model Pogogul
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
54
4. Seksi pengelolaan bertugas melakukan serangkaian program dan kegiatan dalam pengelolaan bisnis kehutanan di Wilayah KPHP Model Pogogul 5. Kelompok Tani Hutan
(KTH) sebagai
mitra KPH
dalam
melakukan kegiatan pemanenan rotan yang telah direncanakan KPH berdasarkan rencana pengelolaan hutan jangka pendek pada setiap tahun. 6. Staf produksi rotan bertugas melakukan kegiatan produksi rotan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan KPH dan memastikan jaminan sediaan bahan baku, peralatan dan pelaksanaan pemanenan berjalan sesuai dengan fungsinya 7. Staf pengolahan bertugas melakukan serangkaian kegiatan memastikan pelaksanaan pengolahan rotan mentah menjadi rotan asalah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 8. Staf Pemasaran bertugas mengelola dan memasarkan produk rotan asalan dan melaksanakan strategi pemasaran yang telah ditetapkan. B. Deskripsi Kegiatan Pemanenan Rotan Pemanenan rotan dilakukan dengan tebang pilih (selectif
cutting) yaitu hanya menebang batang rotan yang umurnya sudah masak tebang. Rotan masak tebang memiliki ciri-ciri bagian bawah batang sudah tidak tertutup lagi oleh daun kelopak/pelepah atau selundang, sebagian daun sudah mengering dan mengelupas dari batangnya, duri dan daun kelopak sudah rontok. Bagi rotan yang tidak selundang, batang yang telah tua ditandai dengan warnanya yang menguning. Rotan yang telah dipanen kemudian dibersihkan dari daun dan duri, selanjutnya melakukan penggosokan rotan yang telah dipanen
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
55
dengan mengunakan serbuk gergaji atau sabut kelapa dan dipotong-potong sesuai standarnya. Setelah itu rotan diangkut ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS), selanjutnya rotan dipikul dan dialiri ke sungai terdekat sampai ke Tempat Penimbunan Rotan (TPR). Pengolahan Rotan Rencana bisnis pemanfaatan hasil rotan di wilayah KPHP Model Pogogul adalah produk hasil rotan asalan. Rotan asalan adalah rotan batangan yang telah mengalami proses pengeringan melalui penggorengan atau penjemuran, sudah kering, warna permukaan rotan berubah dari hijau menjadi coklat atau kuning, belum dicuci, masih kotor. Pengolahan rotan asalan merupakan pengelolaan hasil pemanenan rotan selanjutnya diolah menjadi barang setengah jadi, seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.4. Hasil Rotan Asalan Pengolahan rotan asalan dilakukan melalui proses pemisahan rotan bulat yang telah dipanen menjadi bagian-bagian rotan seperti kulit dan hati, masing-masing bagian tersebut diolah lagi sesuai tujuan dan pemanfaatannya. Pengolahan rotan terdiri pengolahan rotan berdiameter kecil (<18 mm) dan rotan berdiamerter besar (>18
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
mm).
56
Pengolahan rotan dilakukan ditempat pengumpulan rotan. Kegiatan
pengolahan
rotan
yakni
penggorengan
rotan,
penggosokkan dan pengeringan rotan asalan. Adapun secara rinci kegiatan pengolahan rotan adalah 1. Penggorengan rotan merupakan kegiatan memasak kering rotan, dengan tujuan untuk menurunkan kadar air dan untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Wadah penggorengan menggunakan
drum
penggorengan
yang
didesain
sesuai
dengan panjang rotan. Cara penggorengan adalah potonganpotongan rotan diikat menjadi satu bundelan, kemudian dimasukan kedalam drum penggorengan yang sudah disiapkan campuran
solar
dan
minyak
kelapa.
Setelah
kegatan
penggorengan, rotan tiriskan beberapa menit, kemudia lanjut ke kegiatan penggosokan dan pencucian. 2. Penggosokan rotan adalah kegiatan pembersihan rotan yang telah digoreng, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan. Penggosokan dilakukan
dengan
kain
perca
atau
karung
goni
yang
dicampurkan dengan serbuk gergaji, sehingga rotan menjadi bersih
dan
akan
menghasilkan
warna
yang
cerah
dan
mengkilap. 3. Pengeringan rotan merupakan kegatan pengeringan rotan di udara terbuka yang terkena sina atau panas matahari dan selanjutnya dianginkan pada gudang penumpukan rotan. 4. Pengawetan rotan adalah proses perlakuan kimia atau fisis terhadap rotan yang bertujuan meningkatkan masa pakai rotan dan berfugsi untuk mencegah atau memperkecil kerusakan rotan
akibat
oganisme
perusak.
Bahan
kimia
untuk
mengawetkan rotan tersebut adalah bahan pengawet campuran garam yang mengandung bahan aktif boron (boraks), asam
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
57
borat, timbor dan genapol X-80 (Isotridekanol polyglylether) sebagai bahan anti jamur biru (blue stain). 5. Pemasaran rotan merupakan kegiatan yag dilakukan oleh bagian pemasaran hasil rotan asalan sesuai dengan strategi pemasaran yang telah ditetapkan dalam rencana bisnis. 4.6 Rencana investasi Rencana
investasi
bisnis
pemanfaatan
hasil
rotan
adalah
penentuan rencana dalam penanaman modal pada proyek bisnis pamnfaatan
hasil
rotan
untuk
mendapatkan
keuntungan
yang
berkelanjutan. Kegatan investasi meliputi ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayarkan dan mengembalikan dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan serta menilai kepekaan
(sensivitas)
bisnis
terhadap
perkembangan
usaha.
Pendekatan yang dilakukan melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan
dan
membandingkan
antara
pengeluaran
dan
pendapatan. Analisis kelayakan akan dijadikan tolok ukur besaran keuntungan yang diberikan bisnis pengelolaan hasil hutan kayu. Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan yang diterima dari bisnis hasil hutan berupa rotan adalah berasal dari harga jual masing-masing produk rotan dipasaran per kilogram.
Harga pasaran jual rotan masing-masing adalah harga
pasar rotan asalan sebesar Rp.11.000/Kg. Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada selama bisnis investasi berlangsung. Biaya tersebut merupakan sumber daya ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Komponen outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Pendekatan biaya aan dilakukan dengan metode perhitungan biaya yang akan dikeluarkan
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
58
perhektar. Adapun jenis biaya dalam arus pengeluaran adalah sebagai berikut; 1. Biaya investasi langsung; terdiri dari biaya tata batas, zonasi areal dan penataan areal kerja; 2. Biaya tetap, terdiri dari biaya bangunan pengolahan rotan, sarana prasarana pemanenan dan pengolahan rotan, bengkel dan instalasi pengolahan; 3. Biaya opersional; terdiri dari biaya umum meliputi biaya umum dan administrasi, pajak,
operasional penebangan, dan opersional
penjualan. Evaluasi Kelyakan Investasi Kriteria evaluasi yang dipilih dalam analisis finansial ini adalah angka nilai sekarang netto (NPV), rasio pendapatan biaya terdiskon (BC Ratio), serta prosentase keuntungan internal (internal/financial rate of return atau IRR/FRR). Seperti telah diuraikan di muka perhitungan besarnya NPV dan BCR didasarkan biaya suku bunga riil sebesar 6 % (atau suku bunga nominal sebesar 15%). Demikian juga halnya dengan tingkat keuntungan yang digunakan sebagai angka pembanding IRR yang ditemukan.
Berdasarkan
uraian di atas, hasil analisis menunjukkan
angka sebagai berikut: Tabel 4.4. Hasil analisis kelayakan investasi pemanfaatan hasil rotan Indikator NPV (Rp/Ton/Tahun) BCR (PV) IRR (%)
Payback Periods (Tahun)
Nilai
Kesimpulan
4.366.918,69
Layak
2,06
Layak
20,10 %
Layak
1 tahun 2 bulan
Layak
Sumber ; Data setelah diolah, 2015.
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
59
Dari hasil perhitungan kelayakan bisnis dapat diketahui bahwa proyek dan
ini
bisa
menunjukkan
diperkirakan
dapat
keuntungan
menghasilkan
mutlak
(NPV)
keuntungan
positif sebesar
Rp. 4.366.918,69, sehingga dapat dinilai layak. Selanjutnya, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 2,06 sehingga dapat dinilai layak (lebih besar dari 1). Sejalan dengan NPV dan BCR, demikian juga halnya pada sisi IRR-nya. Angka IRR untuk proyek ini ternyata diperoleh lebih dari nilai oportunitas kapital yang berlaku (rill 6% atau nominal 15%) yakni sebesar 20,10% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial untuk kredit investasi besarnya 20%. Sedangkan hasil perhitungan payback periods dapat diketahui bahwa modal investasi diperkirakan dapat kembali pada waktu 1 tahun 2 bulan. Artinya, dari sisi payback periods usaha hasil rotan di KPH dapat dinilai layak.
Berdasarkan analisis tersebut di atas, bisa
disimpulkan bahwa investasi ini menurut kriteria finansial, adalah layak untuk
Pemanfaatan Hasil Rotan Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
dilanjutkan.
60
V. RENCANA BISNIS PENGUSAHAAN MADU ALAM
5.1 Pendahuluan Pengelolaan hasil sumber daya hutan yang dapat dikelolah KPHP Model Pogogul tidak hanya berupa kayu saja, melainkan juga non-kayu seperti: getah, biji tengkawang, rotan, madu dan lain sebagainya. Salah satu kegiatan pengusahaan hasil hutan non-kayu yang memiliki potensi bisnis yang dapat dikembangkan adalah pengusahaan lebah madu. Pengusahaan lebah madu ditujukan sebagai salah satu sector wirausaha yang
dapat
mendatangkan
laba,
penciptaan
lapangan
kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan, peningkatan nilai tambah dan pendapatan negara, serta menjamin kelestarian produksi sumber daya hutan. Kegiatan pengusahaan lebah madu dapat menjadi potensi bisnis dalam menghasilkan produk yang berupa madu, bee propolis, bee
pollen ataupun royal jelly. Produk-produk tersebut bergizi tinggi karena mengandung fruktosa, glukosa, sukrosa dan mineral-mineral penting seperti: natrium, kalsium, magnesium, tembaga, mangan, besi, kalium dan fosfor yang tersusun dengan kadar mendekati komposisi mineral darah manusia. Selain itu, produk-produk tersebut juga mengandung protein dan vitamin B1, B2, K dan C serta beberapa enzim yang membantu proses pencemaan manusia. Statistik produksi kehutanan, jumlah produksi madu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pulau Sulawesi berada peringkat ketiga produksi hasil madu di Indonesia, tahun 2013 sebesar 3,48 ribu liter dan tahun 2014 sebesar 5,85 ribu liter. Kabupaten Buol melalui adanya KPHP Model Pogogul memiliki potensi besar bagi pengembangan usaha
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
61
perlebahan, dengan hutan yang relatif luas dapat dimanfaatkan sebagai pakan lebah. 5.2 Tujuan Tujuan
yang
akan
dicapai
dalam
pembangunan
dan
pengembangan usaha pemanfaatan hasil hutan rotan diantaranya; 1. Memberikan gambaran prospek bisnis pengusahaan madu alam 2. Menjadikan usaha pengusahaan madu alam sebagai salah satu sumber kemandirian KPHP Model Pogogul. 3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tingkat kabupaten dan provinsi sekaligus memberikan pendapatan pada negara. 4. Menjaring mitra dari berbagai pihak dalam pengembangan investasi pengusahaan madu alam 5.3 Segmentasi Pasar Menghasilkan madu alam asli merupakan suatu peluang yang potensial dalam bisnis, karena banyaknya produk madu campuran dipasaran membuat para konsumen sangat sulit mendapatkan madu alam asli. Segmentasi pasar produk madu cukup banyak peluang untuk memenuhi permintaan konsumen baik tingkat kabupaten, provinsi maupun antar provinsi. Pendekatan segmentasi pasar dapat dilakukan melalui segmentasi geografis yakni pasa disesuaikan dengan kondisi wilayah dan pembagian pasar dapat dilakukan dengan beberapa badan usaha seperti koperasi, apotek, swalayan dan pada pasar-pasar tradisional.
Adapun
jumlah
potensi
segemntasi
pasar
dalam
memasarkan produk madu disajikan pada tabel dan gambar berikut.
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
62
Total
Kab. Sigi
Kab.Parigi Moutong
Kota Palu
Jenis Usaha
Kab. Buol
No.
Kb. Toli toli
Tabel 5.1. Segmentasi pasar produk madu pada berbagai jenis koperasi
1
Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
4
23
78
20
18
143
2
Koperasi Unit Desa (KUD)
7
16
-
30
13
66
3
Koperasi Karyawan
1
7
39
5
1
53
4
Koperasi ABRI
-
3
11
-
-
14
5
Koperasi Serba Usaha
56
26
119
60
11
272
6
Koperasi Pasar
2
1
4
4
-
11
7
Koperasi Pertanian
8
11
-
47
12
78
8
Koperasi Wanita
12
7
12
9
1
41
9
Koperasi Lainnya
136
8
68
6
78
296
226
102
331
181
134
974
Total 350
331
300 250 200
226 181
150
134
100 102 50 0 Kab. Buol
Kab. Toli toli
Kota Palu
Kab.Parigi Moutong
Kab. Sigi
Gambar 5.1. Segmentasi Pasar Produk Madu pada badan usaha koperasi
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
63
Saat ini teridentifikasi 974 (Sembilan ratus tuju puluh empat) target pasar dalam pengembangan bisnis hasil madu di tingkat wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Perkembangan potensi dan peluang bisnis hasil pemanfaatan rotan merupakan lahan investasi yang memiliki prospek sangat baik dan potensial untuk dikembangkan. 5.4 Rencana Kegiatan Bisnis Pengusahaan Madu Alam A. Perencanaan Perncanaan bisnis pengusahaan produk madu di wilayah KPHP Model Pogogul adalah madu hutan. Jenis madu dipertimbangkan karena madu jenis ini paling disukai oleh kansumen. Firmansyah (2006), menunjukan bahwa madu hutan diminati 25% dari seratus orang responden sedangkan janis madu lainnya kurang dari 17%. Pelaksanaan budidaya madu alam akan dilakukan secara kemitraan dengan masyarakat sekitar kawasan hutan yang telah masuk dalam program pemberdayaan masyarakat di wilayah KPHP Model Pogogul. Pada tahun 2015, telah dibentuk 10 kelompok tani hutan yang akan menjadi target kemitraan yang akan dilakukan dalam pengusahaan madu. Setiap kelempok akan memiliki minimal 10 (sepuluh) kotak untuk 100 (seratus) koloni lebah madu, seperti yang disajikan pada ambar berikut.
Gambar 5.2. Contoh kotak untuk 100 koloni lebah madu Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
64
Pengusahaan madu akan mengembangkan budidaya jenis lebah
Apis melifera. Situmorang
dan
Hasanudin
menyatakan bahwa jenis lebah Apis melifera
(2014),
merupakan jenis
lebah unggul, dan memiliki potensi hasil madu yang baik untuk memenuhi kebutuhan ekspor. B. Organisasi Pengelolaan Organisasi pengelolaan bisnis pengusahaan madu di KPHP Model Pogogul disusun agar setiap orang mengetahui dengan jelas kegiatan dan tugasnya disetiap masing-masing bagian dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis pengusahaan madu. Adapun organisasi yang terdapat dalam bisnis pengusahaan madu adalah sebagai berikut.
Kepala KPHP Model Pogogul Seksi Perencanaan
Kelompok Tani Hutan
Sub Bagian Tata Usaha
Seksi Pengelolaan
Budidaya Lebah Madu
Pemanenan Madu
Pemasaran Madu
Gambar 5.3. Struktur Organisasi Bisnis pengusahaan madu Deskripsi tugas dan tanggung jawab masing masing dalam struktur organisasi bisnis pemanfaatan hasil rotan di KPHP Model Pogogul adalah 1. Kepala KPHP Model Pogogul bertugas menjalankan fungsi kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam pengelolaan bisnis
KPHP
Model
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
Pogogul;
65
2. Sub bagian tata usaha bertugas melaksanakan, mengelola dan mengawasi
kegiatan
administrasi
dan
keuangan
serta
operasional kegiatan bisnis KPH; 3. Seksi Perencanaan bertugas melakukan perencanaan bisnis melalui koordinasi kepada seksi pengelolaan dalam setiap program bisnis kehutanan di Wilayah KPHP Model Pogogul; 4. Seksi pengelolaan bertugas melakukan serangkaian program dan kegiatan dalam pengelolaan bisnis kehutanan di Wilayah KPHP Model Pogogul; 5. Kelompok Tani Hutan (KTH) sebagai mitra KPH dalam melakukan
kegiatan
budidaya
lebah
madu
yang
telah
direncanakan KPH berdasarkan rencana pengelolaan hutan jangka pendek pada setiap tahun; 6. Staf budidaya lebah madu pengusahaan madu bertugas melakukan kegiatan produksi budidaya lebah madu sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan KPH dan memastikan jaminan sediaan bahan baku, peralatan dan pelaksanaan pemanenan berjalan sesuai dengan fungsinya; 7. Staf
pemanenan
madu
bertugas
melakukan
serangkaian
kegiatan memastikan pelaksanaan pemanenan dan pengolahan madu serta pengemasan produk madu sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan; 8. Staf Pemasaran bertugas mengelola dan memasarkan produk pengusahaan madu dan melaksanakan strategi pemasaran yang telah ditetapkan. C. Deskripsi Kegiatan Lokasi Penentuan
lokasi
perlebahan
perlu
mempertimbangkan
ketersediaan pakan, pendataan jenis -jenis tanaman penghasil
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
66
nektar dan pollen. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai daya dukung optimal perlebahan terhadap jumlah stup/koloni yang ada. Kompetisi
lebah
dalam
mencari
pakan
dapat
menyebabkan
turunnya produksi atau terganggunya keseimbangan populasi lebah dan bahkan memungkinkan hijrahnya lebah. Lebah madu biasanya mencari makan dalam radius 3 km dari sarang, tetapi kadangkadang mereka melakukan perjalanan jauh jika memang harus (Situmorang dan Hasanudin, 2014). Pemilihan lokasi pengusahaan madu akan dilakukan pada kawasan yang akan berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Keberadaan lokasi sangat mempengaruhi kualitas madu hutan alam yang akan diproduksi. Lokasi pengusahaan madu ditempatkan pada blok pemberdayaan yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan.
Keberadaan lokasi yang dipilih akan mempertimbangkan
pelaksanaan kegiatan budidaya madu secara efektif dan efisiensi pengusahaan madu serta berdekatan dengan sumber pakan madu alam. Pembuatan Kotak Sarang (Stup) Berternak lebah sebaiknya menggunakan kotak sarang (stup) lebah,
guna
memungkinkan
manajemen
koloni
lebah
dan
memudahkan proses pemanenan madu tanpa mengorbankan anaknya. Pembuatan kotak stup menggunakan bahan kayu yang sudah kering dan tidak berbau menyengat. Hal
ini menghindari
pindahnya koloni lebah karena tidak betah dan pengaruh dari bau kayu tersebut. Untuk menjaga keawetan stup, bagian luar kayu dapat dicat dengan cat eksterior berwarna terang. Hal ini bertujuan untuk melindungi kayu dari pelapukan. Adapun desain stup disajikan
pada
gambar
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
berikut.
67
Gambar 5.4. Kotak stup (tampak samping)
Gambar 5.5. Kotak stup berisi frame/sisiran Persiapan sarang dilakukan dengan menggosok bagian dalam sarang dengan propolis atau dengan lilin lebah yang sudah diencerkan atau dilunakkan. Kotak sarang juga dapat ditempatkan pada tanah, menggantungkannya pada batang pohon, atau ditempatkan diatas dudukan (standar). Dasar pijakan harus kuat jika ingin ditempatkan dalam posisi bertingkat. Yang diperhatikan adalah ketinggian penempatan sarang. Mempersiapkan Bibit Lebah Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu, pemilihan jenis bibit lebah unggul ditujukan optimalisasi produksi setiap satu koloni lebah. Usaha dalam Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
68
mempersiapkan lebah yang akan dipelihara dapat ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut: a. Berburu, yaitu dengan cara menangkap lebah dari hutan, atap rumah atau dari pohon, dan lain-lain. b. Memasang perangkap berupa stup kosong/glodog yang sudah biasa ditempati lebah di tempat-tempat tertentu. c. Membeli ratu atau koloni lengkap dengan stup/glodog dari para penangkap lebah. Pembelian ratu atau koloni dilakukan dengan membeli bibit unggul yakni A. cerana dan A. mellifera. Pemeriksaan Koloni Pemeriksaaan koloni bertujuan untuk memeriksa kondisi dan perkembangan koloni lebah itu sendiri. Waktu terbaik untuk memeriksa koloni adalah ketika hari terang atau cerah, ketika lebah bekerja secara normal yaitu pada pagi hari (jam 06.00 s/d 10.00) atau sore hari (jam 16.00 s/d 18.00) yakni saat lebah dewasa banyak keluar sarang. Lebah tidak boleh terganggu karena cuaca dingin, hujan, angin kencang atau di malam hari. Penggabungan Koloni Cara
penggabungan
koloni
dapat
dilakukan
dengan
meletakkan kotak eram yang tidak mempunyai ratu diatas kotak eram yang lain. Diantara kedua kotak eram tersebut letakkan kertas yang
diberi
lubang-lubang
kecil
dan
dioles
dengan
cairan
gula/madu. Pertemuan antar kedua koloni dimulai dari saling menghisap cairan tersebut. Dalam satu atau dua hari biasanya lebah telah menembus kertas penyekat tersebut, dan secara bertahap
kedua
koloni
akan
bercampur
karena
adanya
pencampuran aroma. Penggabungan sebaiknya dilakukan pada petang
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
hari.
69
Pengendalian Hama dan Penyakit Faktor pendukung bagi habitat lebah madu adalah ada tidaknya gangguan lingkungan, terutama hama pengganggu dan penyakit. penanganan hama predator dan penyakit digunakan istilah pengendalian, karena pada prinsipnya adalah mengatur populasi
jasad
pengganggu
tersebut
tetap
dalam
kendali.
Pengendalian terhadap hama dan penyakit tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, tetapi harus terlebih dahulu mengenali perilaku jasad pengganggunya. Cara pengendalian hama dan penyakit adalah; a. Cara
mekanis
dilakukan
dengan
menangkap
hama
dan
mebinasakannya. Cara ini dilakukan apabila populasi hama atau predator dalam jumlah sedikit dapat dikenali dengan segera; b. Cara perbaikan varietas dilakukan dengan perbaikan varietas generasi baru yang lebih tahan terhadap serangan jasad pengganggu; c. Cara
biologi
dilakukan
dengan
memanfaatkan
kelemahan
perilaku jasad pengganggu, seperti memutuskan siklus hidup dan menggunakan musuh alami hama atau predator tersebut; d. Cara sanitasi dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan habitat
inang
lebang
agar
tetap
bersih,
sehingga
tidak
mengundang kehadiran jasad pengganggu; e. Cara kimiawi dilakukan sebagai alternatif terakhir apabila populasi hama dan predator dalam jumlah besar dan melebihi batas kewajaran. f. Pengendalian penyakit dilakukan dengan mengenal penyebab dan
jenis
Selanjutnya
penyakit
yang
pemberantasan
menyerang penyakit
usaha
perlebahan.
dilakukan
melalui
pemberian antibiotika pada lebah. Antibiotika yang diberikan dicampurkan
dengan
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
larutan
gula. 70
Pemanenan Madu Kegiatan pemanenan produksi madu ditujukan untuk dapat memperoleh kualitas madu yang dihasilkan budidaya madu. Pelaksanaan pemanenan dilakukan dalam beberapa tahap yakni kegiatan pemanenan dengan dari kotak eram/stup dan pemanenan dari kotak frame/sisiran. a.
Madu dari kotak eram bisa dipanen bila kotak frame/sisiran yang berisi madu telah tertutup oleh lilin;
b.
Apabila kotak frame/sisiran belum menggunakan fondasi sarang, maka dilakukan pemotongan sebatas sisiran yang berisi madu. Sisa potongan yang berisi anakan dikembalikan ke dalam kotak;
c.
Lakukan pemerasan madu dengan menggunakan kain kasa dan penjepit kayu. Jangan membuang lilin sisa perasan ke sembarang tempat, dikumpulkan untuk diproses (malam, fondasi sarang);
d.
Dianjurkan tidak memanen madu semuanya. Sisakan sebuah sisiran yang ada madu, agar membuat koloni tetap berada dalam kotak stup. Menunjang kegiatan pemanenan madu para petugas perlu
dilengkapi dengan berbagai perlengkapan. Perlengkapan kerja teridi dari; pakaian kerja, sarung tangan, sepatu bahan karet, masker, pengungkit, sikat lebah, pisau pengupas, pengesap (smoker), dan kurungan ratu serta alat panen ekstraktor. Adapun perlengkapan kerja
pemanenan
dapat
dilihat
pada
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
gambar
berikut.
71
Catatan; (a) pakaian kerja dilenkapi pelindung wajah; (b) sarung tangan karet; (c) smoker; (d) pengungkit sarang; (e) pisau pengupas madu; dan (f) sikat lebah, (Situmorang dan Hasanudin, 2014).
Gambar 5.6. Perlengkapan kerja pemanenan madu Perlengkapan produksi madu adalah sarana yang digunakan untuk mempermudah dan mempercepat pemanenan madu (alat peras madu). Prinsip kerjanya yaitu memutar sarang madu/sisir madu (dengan gaya centrifugal) sehingga madu keluar dengan sendirinva. Bahan yang digunakan adalah material yang tak bereaksi
dengan
madu
seperti
bahan
stainless.
Adapun
perlengkapan produksi madu dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 5.7. Perlengkapan produksi madu Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
72
5.5 Rencana Investasi Rencana investasi bisnis pengusahaan madu adalah penentuan rencana dalam penanaman modal pada proyek untuk mendapatkan keuntungan
yang
ketersediaan
dana,
berkelanjutan. biaya
modal,
Kegatan
investasi
kemampuan
meliputi
proyek
untuk
membayarkan dan mengembalikan dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan serta menilai kepekaan (sensivitas) bisnis terhadap perkembangan usaha. Pendekatan yang dilakukan melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Analisis kelayakan akan dijadikan tolok ukur besaran keuntungan yang diberikan bisnis pengusahaan madu. Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan yang diterima dari bisnis pengusahaan madu adalah berasal dari harga jual produk madu dipasaran per botol dengan ukuran 650 ml/botol. Harga pasaran madu sebesar Rp. 85.000/botol. Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada selama bisnis investasi berlangsung. Biaya tersebut merupakan sumber daya ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Komponen outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Pendekatan biaya aan dilakukan dengan metode perhitungan biaya yang akan dikeluarkan perhektar. Adapun jenis biaya dalam arus pengeluaran adalah sebagai berikut; 1. Biaya investasi langsung; terdiri dari biaya penataan areal kerja; 2. Biaya tetap, terdiri dari biaya bangunan pengolahan madu, sarana prasarana budidaya lebah dan pemanenan madu; 3. Biaya opersional; terdiri dari biaya umum meliputi biaya umum dan administrasi,
pajak,
operasional
penebangan,
dan
opersional
penjualan.
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
73
Evaluasi Kelyakan Investasi Kriteria evaluasi yang dipilih dalam analisis finansial ini adalah angka nilai sekarang netto (NPV), rasio pendapatan biaya terdiskon (BC Ratio), serta prosentase keuntungan internal (internal/financial rate of return atau IRR/FRR). Seperti telah diuraikan di muka perhitungan besarnya NPV dan BCR didasarkan biaya suku bunga riil sebesar 6 % (atau suku bunga nominal sebesar 15%). Demikian juga halnya dengan tingkat keuntungan yang digunakan sebagai angka pembanding IRR yang ditemukan.
Berdasarkan
uraian di atas, hasil analisis menunjukkan
angka sebagai berikut: Tabel 5.2. Hasil analisis kelayakan investasi pemanfaatan hasil rotan Indikator
Nilai
NPV (Rp/Ton/Tahun) BCR (PV) IRR (%)
Payback Periods (Tahun)
Kesimpulan
16.646.517
Layak
1,61
Layak
24,10 %
Layak
1 tahun 4 bulan
Layak
Sumber ; Data setelah diolah, 2015.
Dari hasil perhitungan kelayakan bisnis dapat diketahui bahwa proyek dan
ini
bisa
diperkirakan
menunjukkan dapat
keuntungan
menghasilkan
mutlak
(NPV)
keuntungan
positif sebesar
Rp. 4.366.918,69, sehingga dapat dinilai layak. Selanjutnya, hasil perhitungan rasio pendapatan biaya (BCR) nilainya sebesar 2,06 sehingga dapat dinilai layak (lebih besar dari 1). Sejalan dengan NPV dan BCR, demikian juga halnya pada sisi IRR-nya. Angka IRR untuk proyek ini ternyata diperoleh lebih dari nilai oportunitas kapital yang berlaku (rill 6% atau nominal 15%) yakni sebesar 20,10% dan dapat diartikan bahwa usaha tersebut akan menghasilkan NPV = 0 pada saat suku bunga bank komersial untuk kredit investasi besarnya 20%.
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
74
Sedangkan hasil perhitungan payback periods dapat diketahui bahwa modal investasi diperkirakan dapat kembali pada waktu 1 tahun 4 bulan. Artinya, dari sisi payback periods bisnis pengusahaan madu di KPH dapat dinilai layak. Berdasarkan analisis tersebut di atas, bisa disimpulkan bahwa investasi ini menurut kriteria finansial, adalah layak untuk
Pengusahaan Madu Alam- Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
dilanjutkan.
75
VI. RENCANA STRATEGI BISNIS
6.1 Strategi Pemasaran Aspek pemasaran disusun atau dibentuk strategi serta taktik pemasaran perusahaan dalam menghadapi pasar global agar dapat mengikuti perkembangan bisnis serta mengetahui selera konsumen terhadap produk yang akan dipasarkan atau dijual. Konsep pemasaran lebih menekankan kepada pemasaran dari produk kepada pelanggan. Tujuan sistem ini yaitu mencari laba atau keuntungan dimana pencapaiannya
dengan
menggunakan
sistem
bauran
pemasaran
(marketing mix) atau 4P, yaitu product, price, promotion, dan place. Strategi pemasaran yang akan diterapkan adalah mengutamakan keunggulan produk, pengembangan wilayah pemasaran, kegiatan promosi dan strategi penetapan harga, sehingga produk yang dihasilkan diharapkan mampu bersaing dipasaran. Strategi Wilayah Pemasaran Wilayah pemasaran dengan mempertahankan pasar lama dan melakukan pengembangan wilayah pemasaran baik untuk kebutuhan dalam negeri (domestik) antar pulau provinsi Se-Sulawesi, Kalimantan, dan Pulau Jawa. Selain untuk kebutuhan luar negeri (ekspor). Strategi pemasaran wilayah dalam negeri dilakukan dengan penjaringan mitra bisnis
hasil
hutan
yang
akan
diusahakan.
Penjaringan
mitra
dikelompokan berdasarkan jenis hasil hutan yang akan diproduksi. Pemasaran hasil hutan kayu akan menjaring industri kayu olahan, kayu gergajian dan kayu mebel. Industri penggergajian kayu tergolong dalam industri pengolahan kayu hulu dimana industri ini akan memanfaatkan bahan baku kayu bulat untuk kemudian diolah menjadi kayu gergajian yang merupakan barang setengah jadi yang kemudian
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
76
dimanfaatkan lebih lanjut di industri lainnya.
Sistem pemasaran hasil
industri kayu gergajian dan hasil hutan rotan dikelompokkan untuk skala besar dan skala kecil dilakukan melalui saluran pemasaran ke pasar industri baik untuk industry pengrajin kayu/rotan maupun mebel. Adapun skema strategi pengembangan segmentasi pasar disajikan pada gambar berikut. Produksi Wilayah Tertentu KPHP
Produksi dari Blok Pemberdayaan
Produk Hasil Hutan
Kayu Bulat Kayu Gergajian Rotan
Konsumsi Luar Negeri
Konsumsi Dalam Negeri
Konsumsi Kayu dan Rotan Skala Kecil
Konsumsi Kayu, Bahan Industri
Kayu Bentukan (Moulding) Kayu Mebel Slinder/Bundar (Dowel) Papan Vinil (Flooring) Kayu Perkakas Kayu Mebel Skala Besar
Bahan Bangunan Kayu Gergajian Mebel/Furniture Bahan Kerajinan
Gambar 6.1. Skema strategi pengembangan segmentasi pasar produk hasil kayu dan rotan
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
77
Strategi pemasaran pengusahaan madu dilakukan oleh bagian pemasaran KPH. Petugas pemasaran KPHP dengan saluran pemasaran dengan menjual madu KPH ke Koperasi Pegawai Negeri (KPN), Koperasi Unit Desa (KUD), koperasi karyawan, koperasi ABRI, koperasi seba usaha, koperasi pasar, koperasi pertanian, koperasi wanita, took-toko serba guna, dan pasar swalayan. Adapun skema wilayah pemasaran produk madu adalah sebagai berikut.
Budidaya Lebah
Produksi Madu
Toko dan Pasar Swalayan
Koperasi
Konsumen
Gambar 6.2. Skema strategi segmentasi pasar pengusahaan madu Kegiatan Promosi Saluran pemasaran bergantung KPH dalam melakukan promosi terhadap setiap jenis produk yang akan diusahakan. Usaha promosi akan dijadikan sebagai alat pengenalan produk sekaligus meraih pangsa pasar. Kegiatan promosi dilakukan atas emapat perangkat kegiatan yaitu, melalui iklan, promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation) dan penjualan kemitraan (partnership
selling). Pendekatan kegiatan promosi dilakukan dengan promosi
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
78
penjualan
melalui
pameran-pameran,
brosur-brosur
hasil
hutan,
kerjasama dengan berbagai pihak swasta dan promosi via online. Strategi Harga Menentukan harga suatu produk merupakan keputusan penting dari bisnis yang akan dijalani, karena harga adalah satu-satunya variabel strategi pemasaran yang secara langsung menghasilkan pendapatan. Umumnya harga hasil hutan akan dilakukan dengan penyesuaian harga pasar untuk setiap jenis produk hasil hutan. Penyesuaian harga akan ditetapkan berada pada suatu titik antara harga yang terlalu rendah dan harga yang terlalu tinggi. Biaya produk menentukan harga terendah dan persepsi konsumen terhadap nilai produk menentukan harga tertinggi. KPHP Model Pogogul akan menentukan harga diantara kedua titik tersebut untuk menentukan harga yang paling baik. Penentuan harga setiap jenis produk hasil hutan menggunakan metode cost-plus, dimana perhitungan penentuan harga dilakukan dengan menghitung biaya ditambah dengan margin keuntungan yang dikehendaki oleh KPH. Margin kontribusi merupakan analisis biaya volume laba bagian dari manajemen akuntansi terhadap margin keuntungan dalam penjualan per unit dan berguna dalam melaksanakan berbagai perhitungan atau digunakan sebagai ukuran operasional. Adapun perhitungan harga jual dilakukan sebagai berikut.
tingkat pendapatan penduduk dan mengukur tingkat konsumsi masyarakat dibutuhkan data-data di sektor ekonomi antara lain adalah
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
79
data tenaga kerja dan perkembangan tingkat harga. Fluktuasi harga di pasar merupakan salah satu indikator utama dalam menggambarkan stabilitas perekonomian suatu Negara atau daerah. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat keseimbangan antara penawaran (supply) dengan permintaan (demand) akan barang dan jasa pada saat tertentu 6.2 Sumber dan Strategi Pendanaan Pengelolaan KPHP Model Pogogul membutuhkan dana dalam penyelenggaraan setiap jenis kegiatan usaha yang akan dikembangkan. Peluang penyediaan pendanaan pembangunan KPHP Model Pogogul dapat melalui pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kabupaten, serta penyediaan pendanaan melalui kemitraan dengan berbagai pihak yang berminat berinvestasi di wilayah KPH. Adapun sumber pendanaan KPHP Model Pogogul adalah sebagai berikut: Pendanaan APBN Perwujudan komitmen Pemerintah dalam pembangunan KPH adalah mengeluarkan kebijakan Permenhut Nomor P.41/Menhut-II/2011 Tentang
Standarisasi
Fasilitasi
Sarana
dan
Prasara
Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Hutan Produksi Model, dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MenLHK-II/2015 Tentang Fasilitas Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan. Kebijakan dikeluarkan sebagai pedoman bagi KPH dalam
melaksanakan
kegiatan
untuk
mendorong
percepatan
operasional KPH di tingkat tapak. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari dengan menerapkan tata kelola yang baik di tingkat tapak. Adapun penyediaan pendanaan bersumber operasional
dari
APBN
sebagai
strategi
adalah
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
pendanaan sebagai
untuk
biaya
berikut;
80
1. APBN DIPA dari Balai sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan hutan di daerah
sesuai
kewenangannya
seperti
Balai
Pemantapan
Kawasan Hutan (BPKH), Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BPPHP), dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS). 2. Dana alokasi khusus kehutanan dari APBN yang masuk dalam batang tubuh APBD. 3. Dana Perbantuan dari dana APBN yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah baik di tingkat provinsi dan kabupaten. 4. Dana bergulir dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Pendanaan APBD Provinsi dan Kabupaten Penyediaan pendanaan melalui APBD Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Buol dapat dilakukan melalu beberapa skema berikut: 1. APBD Provinsi; dilaksanakan melalui Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah 2. APBD Provinsi Luncuran; dilaksanakan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Buol dan dilaksanakan oleh KPHP Model Pogogul. 3. Dana dekonsentrasi kehutanan; dilaksanakaan
melalui
Dinas
Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah 4. Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi (DBH-DR); dilaksanakan oleh KPHP dalam batang tubuh APBD. 5. Dana kerja sama antar sektor pada instansi pemerintah daerah baik provinsi dan kabupaten dalam pembangunan daerah Sulawesi Tengah.
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
81
Pendanaan Kemitraan Rencana usaha pemanfaatan kawasan hutan dan hasil hutan diharapkan penyediaan pendanaan dapat dilaksanakan melalui sistem kemitraan melalui cost-sharing dengan berbagai pihak pemerintah dan pemegang izin usaha terutama lembaga-lembaga Non Pemerintah, serta dunia perbankan baik lokal maupun Internasional. Beberapa skema dapat dikembangkan terhadap sistem kemitraan pada berbagai pihak antara lain disajikan pada tabel berikut. Tabel 6.1. Penyediaan pendanaaan melalui lembaga mitra untuk Pembangunan KPHP Model Pogogul No
Skema
Ruang Lingkup Penyediaan Pendanaan
1
Forclime TC-GIZ
a). Peningkatan Kelembagaan KPH (organisasi, SDM, Rencana Pengelolaan) b). Pengembangan model-model pengelolaan berbasis KPH dan mansyarakat. c). Rencana pengelolaan kawasan lindung dan konservasi alam
2
Forclime FC-KFW, BP-REDD+/FREDDI
Pengembangan Program REDD+
Pemegang izin IUPHHK-HA/HT
a). Membangun kemitraaan dalam pemanfaatan hasil hutan antara lain HHK_HA/HT, HHBK, pemanfaatan limbah dan jasa lingkungan b). PMDH, CSR dan Kemitraan dengan masyarakat
Perusahaan Jasa peggunaan air seperti PDAM
Membangun kemitraaan dalam pemanfaatan hasil jasa air dan lingkungan
3
4
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
82
No
Skema
Ruang Lingkup Penyediaan Pendanaan
5
Universitas
a). Fasilitasi dan pendampingan PHPL untuk IUPHHK-HA/HT, IUPHTR, IUPHKm, IUPHD dan, b). Kerjasama penelitian dan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan KPHP.
6
Industri atau perusahaan pengelohan kayu dan hasil hutan bukan kayu serta jasa wisata
Membangun kemitraaan dalam kewirausahaan pada sektor pengelolaan hasil hutan antara lain HHK-HA/HT, HHBK, dan jasa lingkungan
Lembaga-lembaga Non Pemerintahan/LSM
a). Peningkatan Kapasitas KPH, Masyarakat dan IUPHHK-HA b). Pendampingan Sertifikasi PHPL bagi IUPHHK-HA/HT c). Memabangun desa model dalam pengelolaan sumber daya alam secara lestari berbasis masyarakat. d). Fasilitasi LSM untuk pengembangan desa model e). Fasilitasi kegiatan kemitraan dengan KPH
Mitra Perbankan
a). Mendukung pengelolaan sumberdaya alam lestari berbasis masyarakat b). Pengembangan kelembagaan c). Pengembangan investasi kehutanan
7
8
6.3 Strategi Kemitraan Bisnis Secara umum UPTD. KPHP Model Pogogul memiliki kewenangan dalam pengelolaan hutan dan pengembangan bisnis di wilayahnya. Pelaksanaan pengembangan bisnis, KPH perlu membangun pola hubungan dengan menjalin komunikasi dan kerja sama yang intensif dengan melibatkan stakeholders dalam mewujudkan pengembangan bisnis di wilayahnya, sehingga KPHP model Pogogul akan memperoleh
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
83
banyak manfaat dengan adanya bisnis yang telah direncanakan untuk dikelola
secara
baik
dan
profesional
untuk
meningkatkan
kemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi yang mandiri bagi KPH dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pengembangan bisnis di KPHP Model Pogogul dilakukan bersama dengan para stakeholders yang lain, termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten; masyarakat setempat; lembaga swadaya masyarakat; perguruan tinggi; pihak swasta dan pihak-pihak lain yang memiliki kepedulian dan komitmen dalam mengembangkan bisnis di wilayah KPH, sebagaimana telah tergambarkan dalam penyediaan pendanaan bagi KPH. Proses kemitraan tidak hanya terbatas pada bidang tertentu namun dapat juga diterapkan pada cakupan yang lebih luas dalam mencapai kemandirian KPHP Model Pogogul. Strategi kemitraan dalam membangun dan mengembangkan bisnis dirumuskan berdasarkan beberapa kriteria dalam menjalankan fungsi manajamen menurut masing-masing tingkat dengan memperhatikan aspirasi dari masingmasing pihak. Penentuan masing-masing pihak untuk mendukung sinerginya pembangunan dan pengembangan bisnis dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.2. Strategi kemitraan bisnis KPHP Model Pogogul Tahapan Perencanaan
Stakeholders yang terlibat KPHP Model Pogogul BPKH Wil. XVI Palu BPPHP Wil. XIV Palu Dishut Provinsi dan Kabupaten BAPPEDA Kab. Buol Lembaga mitra
Dimensi Kemitraan 1. Adanya kejelasan koordinasi wewenang setiap stakeholders
Output 1. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang
2. Membangun pastisipasi 2. Rencana stakeholders yang Pengelolaan optimal jangka pendek 3. Membangun hubungan 3. Kerja sama kerjasama dalam pengembangan pengembangan bisnis Bisnis KPH 4. Menyusun program 4. Kesepakatan kerja dan pendanaan stakeholders program bersama
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
84
Tahapan
Stakeholders yang terlibat
Dimensi Kemitraan
Output
Pengorganisasian KPHP Model 1. Adanya mekanisme dan prosedur dalam Pogogul membangun partisipasi BPPHP Wil. XIV stakeholders Palu Dishut Provinsi 2. Adanya bentuk organisasi yang jelas dan Kabupaten Pemeritah Kab. bagi setiap level Buol, pengelolaan bisnis Kecamatan, dan 3. Adanya tata hubungan Desa kerjasama yang jelas Universitas antara antar Lembaga mitra stakeholders
Kesepakatan tata hubungan, hak dan kewajiban masing-masing
Pelaksanaan
1. Membangun kesepakatan dalm bentuk MoU
1. Adanya pola kerja KPHP Model sama program pada Pogogul bersama masing-masing skema semua kerja yang telah stakeholders ditetapkan yang terlibat dalam kerjasama 2. Adanya komunikasi yang efektif bisnis 3. Adanya frekuensi hubungan dan koordinasi kerja antar stakeholders. 4. Adanya pembagian peran melalui pendekatan skema bisnis pada setiap level pengelolaan bisnis yang dikembangkan
Monitoring dan 1. Monev antar KPHP Model evaluasi (Monev) stakeholders bersifat Pogogul pada sektor hubungan Dishut Provinsi kerjasama yang dan Kabupaten dibangun dalam setiap Pemerintah Kab. Buol bisnis 2. Adanya pengawasan Universitas yang bersifat Lembaga mitra partisipatif antar stakenholders yang terlibat dalam kerjasama
stakeholders
2. Membentuk pola kerjasama setiap level bisnis 3. Pembagian peran dan tanggung jawab berdasarkan tupoksi masingmasing
stakeholders
1. Adanya kebijakan dan aturan 2. Adanya efektifitas tata hubungan antar
stakeholders
3. Adanya monev setiap jenis bisnis KPH 4. Penguatan kapasitas pasrtisipasi
stakeholders
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
85
Kemitraan bisnis stakeholders dilakukan berdasarkan hak dan tanggung jawab masing-masing stakeholders melalui model kerja sama yang diterapkan oleh KPHP Model Pogogul. Model kerja sama di bangun untuk pengembangan beberapa produk yang telah direncanakan untuk pada tahapan produksi sampai pemasaran hasil produ bisnis di KPH. Proses kerjasama yang dilakukan perlu memperhatikan wewenang dan tanggung jawab mitra atau stakeholders secara lebih jelas selama pelaksanaan kerjasama. Strategi kemitraan adalah dibutuhkan jaminan kerjasama melalui penjaringan mitra atau stakeholders yang dapat memberikan keberlanjutan terhadap pengelolaan hutan lestari dan keberlanjutan bisnis di KPH. 6.4. Strategi Manjemen Resiko Resiko Sosial Salah satu aspek penting dalam konsep pengelolaan hutan lestari adalah
aspek
sosial.
Pengembangan
masyarakat
sekitar
hutan
merupakan bagian dari dimensi sosial. Perusahaan berupaya untuk konsisten
memberikan
pemberdayaan
kontribusi
masyarakat
terutama
bagi di
pengembangan sekitar
pusat
dan
kegiatan
operasional. Meminimalisir resiko sosial agar tidak terjadi konflik terhadap kegiatan investasi, maka dilakukan kegiatan
kelola sosial yang
dilaksanakan KPHP Model Pogogul antara lain: 1. Rekruitmen tenaga kerja lokal dari kampung sekitar areal kerja KPH, kegiatan ini ditujukan untuk memberikan dan menambah kesempatan kerja bagi warga sekitar; 2. Bantuan sarana dan prasarana desa diantaranya kayu dan bahan bangunan umum diantaranya kantor desa, mesjid dan bantuan program air bersih dan lain-lain; 3. Pengadaan
bibit
melalui
kerjasama
masyarakat
yang
telah
difasilitasi dengan pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR);
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
86
4. Penataan batas hutan dan desa yang dilakukan secara partisipatif; 5. Pelaksanaan kegiatan penebangan di lapangan mengindari lokasi yang
berpotensi
menimbulkan
konflik dengan
masyarakat
setempat. Resiko Lingkungan Penyusunannya dilakukan dengan memperhatikan sediaan tegakan pada setiap petak dan perkembangan terkini mengenai kondisi hutan di areal dimaksud serta kemudahan pelaksanaan kegiatan penebangan di lapangan,
termasuk
dengan
mengindari
lokasi
yang
berpotensi
menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat, khususnya pada areal-areal yang bebatasan dengan ladang masyarakat di sepanjang kanan kiri sungai. Manajemen minimalisir resiko lingkungan perlu memperhatikan pengelolaan dan pemantauan Lingkungan. Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan diuraikan secara ringkas berdasarkan AMDAL/ SEMDAL yang telah dilaksanakan. Kondisi lingkungan (keutuhan dan kerusakan)
dan
dampak
(positif
dan
negatif)
akibat
aktivitas
pembalakan hutan akan diupayakan dengan tindakan-tindakan guna memperkecil kerusakan hutan. Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan akan disusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) disusun untuk selama jangka waktu tertentu. Mencapai pengelolaan lingkungan yang optimal, setiap kegiata pengusaahan bisnis di KPHP akan diimplementasikan kegiatan penelitian dan
pengembangan
berisi
kegiatan
untuk
meningkatkan
kinerja
pengelolaan hutan lestari. Bidang-bidang yang diteliti antara lain: silvikultur
(teknis
penebangan
kayu,
teknis
permudaan,
teknis
pembibitan, teknis pemeliharaan, teknis perlindungan, dan lain-lain), pengembangan pemanenan dan produksi olahan rotan, pengembangan produk budidaya perlebahan, manajemen dan kelembagaan/ organisasi, aspek sosial, produktivitas alat dan tenaga kerja, dan sebagainya.
Strategi Bisnis - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
87
VII. PENUTUP
Pembangunan bisnis di KPHP Model Pogogul dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan pengembangan ragam usaha bagi KPH, sekaligus memberikan kontribusi terhadap pembangunan sektor kehutanan.
Terkait dengan upaya mewujudkan percepatan bisnis yang
mandiri di KPH, pengelola perlu melakukan pembenahan areal kerja setiap bisnis yang akan diusahakan. Pembenahan areal kerja ditujukan untuk meminimalisir permasalahan pengelolaan kawasan hutan dan lokasi usaha. Penyelesaian
permasalahan
dilakukan
dengan
segenap
upaya-upaya
strategis, yang dapat ditempuh sebagai upaya manajemen kelola bisnis pada tingkat tapak, sesuai tugas dan fungsi pokok dan peruntukan setiap bisnis secara efisien dan lestari. Penyusunan
program
dan
kegiatan
pada
rencana
bisnis
KPHP
merupakan bagian tak terpisahkan dari pencapain visi dan misi KPHP Model Pogogul.
Tersusunnya rencana bisnis KPHP Model Pogogul dimaksudkan
sebagai acuan dan arah bagi kegiatan tahunan, dan akan diturunkan terhadap rencana-rencana kegiatan teknis. Penyususnan rencana bisnis adalah sebagai pedoman untuk peningkatan kinerja bisnis pengelolaan hutan lestari khususnya KPHP Model Pogogul. Pada akhirnya, pelaksanaan rencana bisnis diharapkan dapat memberi arah terhadap pengelolaan hutan yang melibatkan semua pihak terkait dalam implementasi bisnis di KPHP Model Pogogul Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan demikian, dokumen rencana bisnis ini perlu
segera disosialisasikan kepada publik dan memperoleh pengesahan dari Kementerian Kehutanan agar dapat difungsikan sebagai alat ukur bagi kinerja bisnis KPH. Program strategi yang dilakukan KPH akan sangat dipandang perlu dilakukan untuk percepatan implementasi rencana bisnis yang
akan
diusahakan
Penutup - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
KPHP
Model
Pogogul.
88
Dukungan semua pihak demi terlaksananya program-program dalam rencana bisnis KPHP Model Pogogul menjadi jaminan atas pencapaian target dan sasaran yang ditetapkan. Untuk itu kepedulian, kebersamaan dan partisipasi seluruh institusi dan elemen masyarakat diharapkan dapat terpartisipatif secara maksimal dalam seluruh tahapan pembangunan KPHP Model Pogogul.
Penutup - Dokumen Rencana Bisnis Tahun 2015
89