Prosiding Seminar dan Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2012
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO2 untuk Jangka Panjang Suryani*1 1
Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail:
[email protected]
Abstract The Government of Indonesia (GoI) has put serious attention in an effort to reduce GHG emissions. The GoI has adopted a policy to reduce green house gas through implementing the National Action Plan for Greenhouse Gas Emission Reduction (often called RAN-GRK). One type of GHG emission is CO2 whose amount depends on energy consumption. During the 2010-2030 period for the base scenario, energy supply by 2030 is projected to increase almost up to three times to that of 2010. It is projected that energy supply will increase from 1321 million BOE in 2010 to 4104 million BOE by 2030. According to the MP3EI scenario, energy supply in 2030 will increase more rapidly up to more than 4.3-folds. Whereas, according to the baseline scenario, CO2 emissions will increase from 436 million tons of CO2 in 2010 to 1739 million tons of CO2 by 2030, or it increases at an average rate of 7.2% per year. The largest contributor of CO2 emission in 2030 will be from coal to fuel electricity generation. According to the MP3EI scenario, CO2 emissions in 2030 will increase up to 2749 million tons of CO2 or it will increase at an average rate of 9.6% per year. Keywords: RAN-GRK, CO2 emissions, fuel consumption
1. Pendahuluan Menurut laporan resmi Second National Communication, total emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia pada tahun 2000 sebesar 1.415,9 juta ton CO2 ekuivalen dan meningkat pada tahun 2004 menjadi sebesar 1.711,4 juta ton CO2 ekuivalen[3]. Emisi GRK terbesar pada tahun 2000-2004 dihasilkan oleh sektor perubahan tata guna lahan dan kehutanan (Land Use Change and Forestry - LUCF). Sektor energi menyumbang lebih dari 20% dari total emisi GRK. Emisi GRK di sektor energi meningkat dari 333,5 juta ton CO2 ekuivalen pada tahun 2000 menjadi 395,9 juta ton CO2 ekuivalen pada tahun 2005 atau meningkat rata-rata sebesar 3,5% per tahun. Pada sektor energi, emisi GRK terjadi sebagian besar karena pembakaran
88
bahan bakar fosil untuk mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah Indonesia telah mentargetkan penurunan emisi GRK sebesar 26% dari kondisi business as usual yang akan dicapai pada tahun 2020 dengan kemampuan sendiri atau sebesar 41% bila ada bantuan keuangan dari negaranegara maju. Target ini tentu perlu didukung oleh seluruh sektor, salah satunya adalah sektor energi. Emisi GRK akan menyebabkan pemanasan global yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim global. Hal ini membutuhkan penanganan secara terpadu dan konsisten baik dari produsen maupun konsumen energi. Untuk dapat melakukan penanganan secara tepat dan efektif maka diperlukan ketersediaan data emisi gas rumah kaca dari sektor energi yang lebih
Prosiding Seminar dan Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2012
rinci berdasarkan berbagai tipe energi yang digunakan. Peningkatan emisi GRK dapat ditekan apabila penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dapat dimaksimalkan. Emisi GRK sangat erat kaitannya dengan penggunaan berbagai jenis energi. Dalam makalah ini akan dibahas proyeksi emisi CO2 berdasarkan proyeksi pasokan energi untuk kurun waktu 2010-2030. Sebelum membahas proyeksi akan dijelaskan juga kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengurangan emisi GRK.
Gambar 1. Pangsa Emisi CO2, CH4 dan N2O[3]
Tier-1 adalah metode penghitungan yang dapat diterapkan untuk negara atau wilayah yang tidak memiliki data/parameter dan hampir semua parameter adalah default dari IPCC guideline dalam Tier-1. Tier-1 ini merupakan penghitungan dengan menggunakan kedalaman data yang paling rendah. Pada Tier-2, data/parameter yang digunakan lebih dalam lagi dari pada Tier-1. Dengan metode ini data-data yang digunakan harus lebih spesifik dan terinci sesuai dengan bidang dan kebutuhan. Tidak semua negara/daerah memiliki data yang lengkap untuk mengisi penghitungan dalam Tier-2 ini. Tier-3 menggunakan data yang semakin lengkap dan teliti. Keakuratan data untuk Tier-3 harus lebih dari besar dari 90%. Tidak banyak negara di dunia ini yang mampu melakukan pengolahan data menggunakan metode Tier-3 ini. Dalam makalah ini selanjutnya emisi GRK yang dipertimbangkan adalah CO2 dan menggunakan metode Tier-1. Dalam menghitung emisi CO2, formula yang digunakan adalah konsumsi bahan bakar fosil yang dikalikan dengan faktor emisi. Untuk penghitungan konsumsi bahan bakar fosil dinyatakan dalam NCV (Net Calorie Value). Faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi Tier-1 default dari IPCC guideline tahun 2006. Proses penghitungan emisi CO2 secara umum ditunjukkan dalam persamaan berikut ini. E = K x FE dengan: E = Emisi CO2 (Ton CO2) K = Konsumsi Bahan Bakar (PJ) FE = Faktor Emisi (Ton CO2/PJ)
2.2. Metodologi Perhitungan Dalam penghitungan emisi GRK, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) telah menyusun metodologi standar untuk menghitung emisi di berbagai sektor. Metode tersebut terus diperbaharui dan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: Tier-1, Tier-2 dan Tier-3.
2.3. Rencana Aksi Nasional (RAN)-GRK Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, dalam rangka mengatasi perubahan iklim, pemerintah Indonesia berkomitmen secara sukarela untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020 dengan biaya sendiri atau 41% dengan bantuan negara donor. Komitmen Indonesia tersebut disampaikan oleh presiden
2. Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca 2.1. Jenis Emisi GRK Ada tiga macam emisi GRK yang utama, yaitu CO2, CH4 dan N2O. Berdasarkan Second National Communication, dari total emisi GRK sebesar 1.415,9 juta ton CO2 ekuivalen pada tahun 2000, emisi CO2, mempunyai pangsa terbesar yaitu 82%, diikuti oleh emisi CH4 (16%) dan N2O (2%) seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Total 1416 Juta Ton CO2 ekivalen (Tahun 2000) N2O 2%
CH4 16%
CO2 82%
89
Prosiding Seminar dan Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2012
dalam pertemuan COP (Conference of the Party) di Copenhagen. Untuk merealisasikan komitmen tersebut, presiden telah menerbitkan Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut RAN-GRK. Kegiatan RAN-GRK meliputi 6 bidang, yaitu: pertanian; kehutanan dan lahan gambut; energi dan transportasi; industri; pengelolaan limbah; serta kegiatan pendukung lain. Untuk bidang energi dan transportasi, target penurunan emisi (dengan kemampuan sendiri) adalah sebesar 38 juta ton CO2 ekuivalen dan target penurunan emisi (bila ada bantuan keuangan dari negara-negara maju) adalah sebesar 56 juta ton CO2 ekuivalen. Penurunan emisi GRK di bidang energi dan transportasi dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan berikut. Peningkatan penghematan energi Penggunaan bahan bakar yang lebih bersih (fuel switching). Peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT). Pemanfaatan teknologi bersih baik untuk pembangkit listrik, dan sarana transportasi. Pengembangan transportasi masal nasional yang rendah emisi, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Strategi aksi yang mungkin diterapkan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: avoid, shift, dan improve. Avoid atau reduce berarti menghindari atau mengurangi kebutuhan energi. Shift berarti beralih ke penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan. Improve berarti meningkatkan efisiensi pengunaan energi dengan menggunaan teknologi yang lebih efisien. Pada dokumen RUN-GRK telah dipilih beberapa aksi mitigasi bidang energi dan transportasi secara nasional, yaitu: Menghemat penggunaan energi final baik melalui penggunaan teknologi yang lebih bersih dan efisien maupun pengurangan konsumsi energi tak terbarukan (fosil). Mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan skala kecil dan menengah.
90
Avoid atau mengurangi kebutuhan akan
perjalanan terutama daerah perkotaan (trip demand management) melalui penatagunaan lahan mengurangi perjalanan dan jarak perjalanan yang tidak perlu. Shift atau menggeser pola penggunaan kendaraan pribadi (sarana transportasi dengan konsumsi energi yang tinggi) ke pola transportasi rendah karbon seperti sarana transportasi tidak bermotor, transportasi publik, dan transportasi air. Improve atau meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan pengeluaran karbon pada kendaraan bermotor pada sarana transportasi. Sejalan dengan kegiatan RAN-GRK tersebut, salah satu kegiatan yang perlu dilakukan adalah melakukan inventarisasi emisi GRK. Peraturan yang mengatur hal ini adalah Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca. 3. Proyeksi Emisi CO2 Proyeksi emisi CO2 dapat ditentukan berdasarkan pasokan energi primer maupun berdasarkan kebutuhan energi final. Dalam makalah ini yang akan dihitung adalah emisi CO2 berdasarkan pasokan energi primer. Pasokan energi primer sendiri merupakan hasil optimasi pilihan berbagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan energi. Dalam makalah ini proyeksi pasokan energi primer dilakukan untuk periode 2010-2030 yang pertumbuhannya mengikuti kebutuhan energinya. Pertumbuhan kebutuhan energi dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk diasumsikan mengikuti proyeksi dari Bappenas dan BPS, yaitu untuk periode 2010-2030 ratarata pertumbuhannya 1,2% per tahun. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dibuat dua skenario, yakni: skenario dasar dan skenario MP3EI. Pada skenario dasar, laju pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) diasumsikan rata-rata sebesar 7,6% per tahun. Pada skenario MP3EI,
Prosiding Seminar dan Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2012
laju pertumbuhan PDB diasumsikan rata-rata sebesar 10,4% per tahun. Skenario MP3EI merupakan skenario yang mengoptimalkan pertumbuhan sesuai dengan Pengembangan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pengembangan dilakukan dengan pendekatan terobosan dan bukan business as usual. MP3EI dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan.
4.104 juta SBM pada tahun 2030. Pada skenario MP3EI, pasokan energi di tahun 2030 meningkat lebih tajam lagi yakni 4,3 kali lipat dibandingkan pasokan energi di tahun 2010. Emisi CO2 tergantung dari besarnya pasokan energi serta komposisi energi fosil yang digunakan. Pada Gambar 3 ditunjukkan pangsa setiap jenis energi yang digunakan, baik untuk skenario dasar maupun skenario MP3EI.
3.1. Pasokan Energi Primer Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi dan penduduk maka dapat diperoleh proyeksi pertumbuhan pasokan energi primer untuk kedua skenario tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 2. 7000 6155
MP3EI
6000
Dasar
Juta SBM
5000 3943
4000
4104
3000 2000
1321
Gambar 3. Pangsa Pasokan Energi Primer per Jenis
3092
2593 1847
2330
1789
1000 0 2010
2015
2020
2025
2030
Gambar 2. Proyeksi Pasokan Energi Primer (Skenario Dasar dan MP3EI) Dalam jangka pendek yaitu di tahun 2015, pasokan energi primer akan meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 4,5% per tahun untuk skenario dasar. Pada skenario MP3EI pasokan energi di tahun tersebut belum ada perubahan yang signifikan dibandingkan dengan skenario dasar. Pada skenario dasar, pertumbuhan ekonomi dan penduduk akan mendorong kebutuhan dan pasokan energi, sehingga pasokan energi primer di tahun 2030 diprakirakan akan meningkat menjadi hampir 3 kali dari tingkat pasokan pada tahun 2010 yakni dari 1.321 juta SBM pada tahun 2010 menjadi
3.2. Emisi CO2 Berdasarkan proyeksi pasokan energi primer dan koefisiensi emisi masing-masing jenis bahan bakar, dapat dihitung proyeksi emisi CO2 untuk periode 2010-2030, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Pada tahun 2010 untuk skenario dasar, emisi CO2 sebesar 436 juta ton CO2 dan menjadi 1.739 juta ton CO2 pada tahun 2030 atau meningkat rata-rata sebesar 7,2% per tahun. Emisi CO2 yang terbesar pada tahun 2030 adalah dari batubara untuk pembangkit listrik dengan pangsa sebesar 53% dari total emisi. Untuk skenario MP3EI pada tahun 2030 emisi CO2 meningkat menjadi 2.749 juta ton CO2 atau meningkat rata-rata 9,6% per tahun. Pada skenario MP3EI ini emisi CO2 lebih tinggi sekitar 37% dari pada skenario dasar pada tahun 2030. Dengan meningkatnya kebutuhan energi secara
91
Prosiding Seminar dan Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2012
langsung akan meningkatkan pasokan energi dan juga emisi CO2. 3000
2749
MP3EI 2500
Dasar
Juta Ton CO2
2000
1739
1682 1500
1257 1041
1000
921
704 679 500
436
0 2010
2015
2020
2025
2030
Gambar 4. Proyeksi Emisi CO2 Berdasarkan Energi Primer 4. Kesimpulan dan Saran Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang serius dalam usaha untuk mengurangi emisi GRK. Salah satu bentuk kebijakan yang sudah dikeluarkan adalah Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang sering disebut RAN-GRK. GRK yang dominan adalah emisi CO2 yang besarnya tergantung dari pasokan energi yang digunakan. Pada tahun 2030 untuk skenario dasar pasokan energi diprakirakan akan meningkat menjadi hampir 3 kali dari tingkat pasokan pada tahun 2010 yakni dari 1.321 juta SBM pada tahun 2010 menjadi 4.104 juta SBM pada tahun 2030. Pada skenario MP3EI, pasokan energi di tahun 2030 meningkat lebih tajam lagi yakni 4,3 kali lipat. Pada skenario dasar, emisi CO2 meningkat dari 436 juta ton CO2 dan menjadi 1.739 juta ton CO2 pada tahun 2030 atau meningkat rata-rata sebesar 7,2% per tahun. Emisi CO2 yang terbesar adalah dari batubara untuk pembangkit listrik. Sementara untuk skenario MP3EI pada tahun 2030 emisi CO2 meningkat menjadi 2.749 juta ton CO2 atau meningkat rata-rata 9,6% per tahun.
92
Meningkatnya pasokan energi secara langsung akan meningkatkan emisi CO2. Perlu strategi dalam mengurangi emisi untuk jangka panjang melalui penghematan penggunaan energi. Penghematan dapat dilakukan baik melalui penggunaan teknologi yang lebih bersih dan efisien maupun mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan. Opsi-opsi penghematan energi tersebut perlu disimulasikan untuk jangka panjang untuk mengetahui dampaknya dalam mengurangi emisi CO2. Daftar Pustaka [1] Bappenas, 2011, Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. [2] BPPT, 2011, Outlook Energi Indonesia 2011, Badan Pengkajian Penerapan dan Teknologi, Jakarta. [3] KNLH, 2009, Indonesia Second National Communication Under The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. [4] KNLH, 2011, Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.