Keynote Speech Gubernur Bank Indonesia
“Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan” Diskusi dan Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2013 Jakarta, 2 April 2014
Yang saya hormati Bapak-bapak para mantan Gubernur Bank Indonesia, Bapak-bapak Anggota DPR RI, Bapak-bapak Pembicara dan Moderator, Bapak-bapak Anggota BSBI, Bapak-bapak Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, dan Bapak-Ibu undangan lainnya,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua, 1. Pertama-tama, perkenankan saya mengajak hadirin untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan perkenan-Nya, kita diberi kesempatan untuk dapat hadir dalam Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2013, dan dilanjutkan dengan diskusi bertemakan “Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan”. 2. Buku LPI merupakan publikasi rutin tahunan Bank Indonesia sejak lama. Selain memaparkan berbagai dinamika ekonomi Indonesia pada tahun bersangkutan, termasuk respon kebijakan yang ditempuh, LPI juga 1
berupaya menyampaikan pelajaran yang bisa dipetik. Upaya menggali pelajaran dari perjalanan ekonomi tersebut cukup penting karena dapat menjadi
fondasi
bagi penguatan
kebijakan
dalam
meningkatkan
ketahanan ekonomi Indonesia ke depan.
Bapak dan Ibu hadirin yang saya hormati, 3. Pada LPI 2013, sebagaimana telah sering kami sampaikan dalam berbagai kesempatan, perekonomian Indonesia 2013 menghadapi tantangan yang tidak ringan. Pasar keuangan global mengalami tekanan (risk-off) ketika the Fed memberikan sinyal akan melakukan
tapering. Pada bulan Juni 2013 saja terjadi arus modal portfolio keluar mencapai $4,1 miliar. Di tengah topangan struktur ekonomi domestik yang belum kuat, tekanan dari global tersebut memberikan tekanan yang tidak ringan kepada ekonomi kita, setidaknya sampai dengan triwulan III-2013. 4. Dibalik berbagai dinamika dan tantangan ekonomi 2013 tersebut, kami melihat ada beberapa pelajaran penting yang mengemuka. Pelajaran terkait dengan kebijakan yang
perlu ditempuh
guna
menjaga
kesinambungan pertumbuhan ekonomi ke depan. 5. Pelajaran pertama berhubungan dengan pentingnya menjaga disiplin dan komitmen kebijakan makroekonomi, baik fiskal maupun moneter, dalam mengarahkan ekonomi ke arah pertumbuhan yang lebih berkelanjutan. 6. Dalam aspek ini, kebijakan moneter yang pre-emptive dan kuat (bold) yang ditempuh Bank Indonesia pada tahun 2013 telah memberikan jangkar pada terkendalinya ekspektasi inflasi dan juga mengarahkan 2
neraca transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Demikian pula halnya dengan kebijakan fiskal yang tetap konsisten menjaga kesinambungannya, telah dapat mengelola perekonomian menjadi tetap terkendali dan mendukung upaya penguatan ketahanan neraca pembayaran Indonesia. 7. Pelajaran kedua ialah strategisnya integrasi dan interaksi kebijakan dalam merespon tantangan yang semakin kompleks. Respon kebijakan tidak dapat lagi hanya mengandalkan satu instrumen, tetapi perlu ditopang dan diperkuat juga oleh instrumen lain. 8. Integrasi dalam konteks interaksi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal juga perlu terus diperkuat sehingga efektivitas kebijakan menjadi semakin optimal. Selain itu, integrasi kebijakan juga ditujukan untuk tidak hanya merespons isu jangka pendek dan siklikal, tetapi juga perlu diarahkan untuk mengatasi permasalahan jangka menengah dan struktural. 9. Pelajaran ketiga ialah pentingnya ketahanan sistem keuangan dalam menopang
tetap
terkendalinya
penyesuaian
ekonomi
(economic
adjustment). Kita patut bersyukur di tengah kuatnya tekanan terhadap ekonomi domestik, stabilitas sistem keuangan di Indonesia pada tahun 2013 tetap terjaga.
Bapak dan Ibu hadirin yang saya hormati, 10. Respon kebijakan pre-emptive dan kuat yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah, secara umum telah mengarahkan perekonomian kita kembali stabil dan mulai menuju ke arah yang lebih seimbang. Sebagaimana kita amati bersama, pada triwulan IV-2013 defisit 3
transaksi berjalan mulai menurun ke level yang lebih sehat dan ditopang stabilitas ekonomi yang kembali terkendali.
11. Meskipun respon kebijakan moneter yang ditempuh cukup kuat ( bold), namun dengan langkah yang terukur (measured pace) sehingga perekonomian
nasional
terhindar
dari
terjadinya
hard
landing.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 dapat dipertahankan pada tingkat 5,8%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi peer
countries. 12. Dalam pandangan kami, selain kondisi makro yang mulai stabil dan berimbang, struktur mikro pasar keuangan juga mulai memperlihatkan arah yang terus membaik, terutama di pasar valuta asing. Likuiditas valas lebih lancar mengalir di pasar antar bank dan harga (kurs) yang terbentuk lebih sehat.
13. Perbaikan kondisi makro-ekonomi dan mikro-pasar
ini, memperkuat
kembali kepercayaan investor global. Ini tercermin dari besarnya aliran modal portofolio yang masuk dalam tiga bulan pertama 2014, mencapai Rp 54 triliun dan rupiah yang menguat 7,0%. Dalam terbitan pada 22 Februari lalu, majalah the economist pun memandang Indonesia sudah pantas keluar dari the fragile five ; “the combination of higher rates
and a cheaper currency nurtured a rebalancing. Indonesia no longer looks so fragile” 14. Dengan pencapaian itu, kami optimis pertumbuhan ekonomi 2014 akan dapat terjaga pada kisaran 5,5%-5,9% disertai sumber pertumbuhan yang lebih seimbang. Di sisi lain, inflasi diprakirakan akan dapat terkendali pada kisaran targetnya 4,5%±1% dan defisit transaksi berjalan diprakirakan dapat turun dibawah 3,0% terhadap PDB. 4
Hadirin yang kami muliakan, 15. Pencapaian dan proyeksi perekonomian yang membaik tentu tidak lantas membuat kita berpuas diri. Dibalik capaian positif tersebut, kita perlu segera melakukan berbagai langkah perbaikan untuk menghadapi tantangan ke depan. 16. Langkah perbaikan tersebut terkait dengan pelajaran terakhir yang mengemuka pada tahun 2013. Pelajaran keempat berhubungan dengan pentingnya reformasi struktural yang dapat meningkatkan kapabilitas industri kita, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih kuat, namun tanpa dibarengi kenaikan defisit transaksi berjalan dan peningkatan tekanan inflasi. Kami memperkirakan prospek perekonomian dalam jangka menengah dapat lebih tinggi bila berbagai kendala struktural yang mengganggu peningkatan kapabilitas industri dapat segera diatasi. 17. Sebagaimana akan dielaborasi oleh Pak Mirza Adityaswara dalam diskusi nanti, kami melihat tiga tantangan struktural yang perlu segera mendapat prioritas. Pertama, kondisi sektor riil yang masih memerlukan peningkatan daya saing dan kehandalan dari sisi produksi. Kedua, berbagai modal dasar pembangunan seperti infrastruktur konektivitas fisik dan digital, sumber daya manusia dan kapasitas penyerapan teknologi, serta iklim usaha dan kelembagaan yang masih perlu terus diperkuat. Terakhir, terkait pembiayaan pembangunan, yang belum optimal sebagai dampak dari pasar keuangan domestik yang belum dalam. 18. Dalam kaitan dengan tantangan ini, kami berpandangan implementasi kebijakan reformasi struktural perlu difokuskan pada tiga pilar utama 5
yakni (a) penguatan daya saing sektor industri, (b) kemandirian ekonomi domestik dan (c) sumber pembiayaan pembangunan yang berkesinambungan, baik yang bersumber dari eksternal maupun domestik. 19. . Tentunya, penguatan ketiga pilar tersebut perlu didukung oleh kebijakan mewujudkan ketahanan energi dan pangan serta penguatan modal-modal dasar pembangunan. 20. Dengan tetap memperkuat disiplin kebijakan fiskal dan moneter, langkah percepatan reformasi struktural dapat dibagi menjadi tiga bidang. Pertama, peningkatan daya saing dan kemandirian ekonomi melalui penguatan struktur produksi dan integrasi ke dalam rantai nilai global (global value chain). Kedua, peningkatan ruang fiskal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui optimalisasi pengelolaan subsidi energi. Dan ketiga, penguatan pembiayaan pembangunan melalui
pendalaman pasar
keuangan
(financial deepening) dan
penciptaan iklim yang kondusif untuk mendorong arus modal dalam bentuk FDI. Namun, dalam pandangan kami, aliran masuk FDI tersebut perlu diarahkan pada sektor-sektor yang berbasis ekspor sehingga tidak menumbulkan tekanan pada neraca transaksi berjalan. 21. Kami
berpandangan
mendesak
untuk
ketiga kita
bidang
lakukan.
kebijakan Indonesia
tersebut
sangat
sebagai
negara
berpenghasilan menengah, tidak lagi dapat mengandalkan pada upah buruh murah dan kegiatan ekonomi ekstraktif semata. Sebaliknya, perekonomian kita harus bergerak menuju kepada perekonomian mandiri yang ditopang oleh ekosistem inovasi berbasis industri.
6
22. Dalam kaitan ini, perhatian yang lebih kuat dari berbagai pihak sangat diharapkan, sehingga kebijakan yang dihasilkan tidak terjebak pada kepentingan jangka pendek, tetapi melihat pada kepentingan bangsa secara jangka panjang. 23. Kami, di Bank Indonesia, bertekad untuk secara konsisten mendukung reformasi struktural ini. Kami melihat tidak ada pilihan lain bagi Indonesia untuk menjalankan hal itu agar dapat terhindar dari risiko jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Bapak dan Ibu Sekalian, 24. Sebelum mengakhiri sambutan saya, atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia,
perkenankan
kami
mempersembahkan
Laporan
Perekonomian Indonesia 2013. Kami berharap laporan ini dapat menjadi referensi yang berkualitas dalam menyusun langkah ke depan untuk memperkuat struktur ekonomi di tengah musim pancaroba yang penuh ketidakpastian. 25. Upaya untuk memperkuat struktur ekonomi tersebut sesuai gambar sampul buku LPI 2013 tentang tradisi Fahombo, Hombo Batu, atau lompat batu, di masyarakat Nias. Tradisi ini kami pandang dapat menjadi refleksi simbolis yang tepat bagi perekonomian kita yakni perlunya ketajaman visi dan resiliensi yang kuat serta stabilitas yang terjaga agar mampu melewati tantangan, seperti batu yang menjulang tersebut, dan dapat kembali menjejakkan kaki ke tanah tanpa goyah
(soft landing). 26. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada narasumber dan moderator yang berkenan memenuhi undangan kami dalam diskusi 7
mengenai
“Reformasi
Struktural
untuk
Pertumbuhan
Ekonomi
Berkelanjutan”. Kami berharap diskusi akan semakin menguatkan tekad kita
untuk
mempercepat
reformasi
struktural
guna
menjaga
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 27. Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang meridhoi kegiatan ini dan senantiasa melimpahkan bimbingan, petunjuk, dan rahmat-Nya kepada kita sekalian dalam berkarya. Terima kasih.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia
8