RANCANG BANGUN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN STRATEGI PEMASARAN MINYAK ATSIRI DI PASAR EKSPOR
OLEH INDAH KUSUMO WARDANI F34103132
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
RANCANG BANGUN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN STRATEGI PEMASARAN MINYAK ATSIRI DI PASAR EKSPOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
OLEH INDAH KUSUMO WARDANI F34103132
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RANCANG BANGUN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN STRATEGI PEMASARAN MINYAK ATSIRI DI PASAR EKSPOR
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh INDAH KUSUMO WARDANI F34103132
Lahir di Ujung Pandang, 29 September 1985 Tanggal Lulus : Agustus 2008 Menyetujui:
Bogor, Agustus 2008
Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc Pembimbing
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RANCANG BANGUN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN STRATEGI PEMASARAN MINYAK ATSIRI DI PASAR EKSPOR
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh INDAH KUSUMO WARDANI F34103132
Lahir di Ujung Pandang, 29 September 1985 Tanggal Lulus : Agustus 2008 Menyetujui: Bogor, Agustus 2008
Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc Pembimbing
Mengetahui,
Dr.Ir. Muhammad Romli, MSc St. Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian
Biodata Penulis
Nama
:
Indah Kusumo Wardani
NRP
:
F 34103132
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 29 September 1985, dari ayah yang bernama (alm) Samadyo dan ibunda Sri Sunarmi. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Kuncup Jaya Sakti Manado, TK Mekar Indah Pondok Gede, SD Wonocatur Yogyakarta, SDn Makasar 06 Jakarta, SLTPn 150 Jakarta, SMUn 1 Depok Yogyakarta. Setelah lulus dari SMU penulis melanjutkan kuliah di Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Dari masa SMU sampai perkuliahan penulis aktif dan senang mengikuti organisasi dan perlombaan. Pada masa perkuliahan tahun 2004-2005 penulis menjadi bagian dari BEM Fateta IPB, Agrifarma dan Badan Khusus Himalogin. Pada tahun 2005-2006, penulis menjadi Ketua Departemen Public Relation Himalogin IPB dan Ketua IKAMADITA (Ikatan Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta) di IPB. Perlombaan yang diikuti penulis dari masa SMU dan perkuliahan yaitu perlombaan pidato dan debat (bersama tim debat penulis). Pada awal tahun 2007 penulis mencari pengalaman sebagai asisten laboratorium minyak atsiri di TIN kemudian dari pertengahan tahun 2007 sampai saat ini (Agustus 2008) Penulis berkerja di PT. Nestle Indonesia yang sebagai universitas kedua bagi penulis.
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama
:
Indah Kusumo Wardani
NRP
:
F 34103132
Departemen
:
Teknologi Industri Pertanian
Fakultas
:
Teknologi Pertanian
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul
Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri di Pasar Ekspor
Merupakan karya tulis sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau pada lembaga manapun. Sumber informasi yang dikutip dari sumber penulis lain tercantum pada daftar pustaka skripsi ini.
Jakarta, Agustus 2008,
Indah Kusumo Wardani
Indah Kusumo Wardani. F34103132. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri di Pasar Ekspor. Di bawah bimbingan Marimin. 2008.
RINGKASAN Salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi yang besar adalah minyak atsiri yang termasuk kedalam sub sektor perkebunan. Kendati kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil terhadap devisa total Indonesia, namun perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi ini meningkat cukup tajam setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini adalah perancangan sistem yang menunjang perencanaan strategi pemasaran minyak atsiri di pasar ekspor, mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran minyak atsiri dari segi produk, pasar, prakiraan permintaan, market share dan kelayakan industri serta memberikan informasi kelayakan industri minyak atsiri terhadap para investor maupun pengusaha minyak atsiri dari segi finansial. Pada system yang dirancang terdapat lima model. Model Produk Prospektif digunakan untuk menentukan komoditi minyak atsiri prospektif di pasar ekspor dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE). Bobot tertinggi untuk kedelapan alternatif minyak atsiri yaitu minyak nilam yang memiliki nilai paling tinggi sebesar 3,981 yang diikuti oleh minyak cengkeh dengan nilai 3,520 dan minyak akar wangi 1,432. Model Pasar Potensial digunakan untuk menentukan area pasar potensial dari minyak atsiri. Model ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari AHP menunjukkan Amerika memiliki prioritas utama dalam pasar prospektif dengan bobot 0,389 diikuti oleh Eropa dengan bobot 0,326 yang memiliki porsi kedua terbesar diikuti Asia pasifik dan Timur Tengah. Model Prakiraan Permintaan digunakan untuk memperkirakan kebutuhan masa depan komoditi atsiri yang prospektif yang polanya diambil dari data masa lalu. Menggunakan metode pemulusan eksponensial. Input data yang dimasukkan tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 (angka dalam
ton), output data minyak nilam yang diekspor antara tahun 2008-2012 diperkirakan akan fluktuatif dengan nilai sekitar 2000an ton/ tahunnya. Model (Strength,
Strategi
Pemasaran
Weaknessess,
menggunakan
Opportunities,
Threat)
metode
SWOT
digunakan
untuk
menentukan kuadran market industri sehingga nantinya mudah untuk mengambil
keputusan
sesuai
dengan
letak
kuadran
yang
telah
diklasifikasikan oleh sistem. Minyak nilam masuk ke dalam klasifikasi stability class yang berarti tidak mengubah garis besar strategi global yang sudah diterapkan dengan tetap menjaga supply-demand untuk mencegah harga fluktuatif serta tetap menjaga kualitas. Perlu adanya pencanangan gerakan ekspor nasional serta aktif menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga internasional. Model
Kelayakan
Finansial
bertujuan
untuk
menganalisa
kelayakan industri berdasarkan aspek finansialnya yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C ratio, IRR (Internal rate of Return) dan PBP (Payback Period).
Hasil
keluaran
model
memperlihatkan
dengan
modal
Rp.913.125.000 mendapatkan keuntungan sebesar sebesar 1,71 kali lipat dibandingkan biaya produksinya. Dibandingkan dengan bunga bank yang hanya 12%, industri ini memiliki IRR sebesar 59% per tahun sehingga PBP atau jangka waktu pengembalian selama 2,71 tahun dan hasil NPV sebesar 1.199.811.209 maka layak untuk dikembangkan. Analisa sensitivitas apabila harga turun 20% dan biaya operasional variabel naik 10%, masih layak menurut kriteria investasi yang ada sehingga dapat disimpulkan bahwa industri minyak nilam layak dan menguntungkan untuk dikembangkan.
Kata Kunci : Agroindustri, Minyak Atsiri, Metode perbandingan eksponensial, Analytical hierarchy process, Kelayakan finansial, Patchouli oil.
Indah Kusumo Wardani. F34103132. Design of Decision Support System for Essential Oil Marketing Strategy. Supervized by Marimin. 2008. SUMMARY Essential oil is one of potential agriculture commodity. This commodity is well known to as volatile oils. Although essential oil value contribution toward the total value of Indonesian export is relatively small, the volume and the value of this commodity have been increasing in each year. The purposes of this research are to design a system which support the planning of essential oil marketing strategy in the exporting market, to determine the factors that influencing the marketing of essential oil based on product, market, demand estimation, market share and industry feasibility and also to give information about industry feasibility of essential oils for investors or essential oil business owners. In order to achieve the goals stated earlier a Decision Support System (DSS) EssDSS 01 is developed to help the stakeholder to take the marketing decisions. There is five model in the system. Prospective Product Model is used to determine the prospective essential oil commodity in the exporting market by using the exponential comparison method. The heavier the weight the more prospective or significant the commodity is Patchouly has the highest number of 3.981 followed by clove oil on 3.520 and vetiver oil on 1.432. Potential Market Model is used to determine the potential market area of the essential oil. This model is using the Analytical Hierarchy Process (AHP). The result of AHP has shown that the United States of America has the highest priority in the prospective market with the level of 0.389 followed by Europe with 0.326 and the next ones are Asia Pacific and Middle East. Demand Estimation Model is used to estimate the prospective need of essential oil which patterns are taken from the past data. The input of the data
which entered since 2003 up to year 2006 (in tons), the output for patchouli oil exported is fluctuating between 2000 and 3000. Marketing Strategic Model by using the SWOT (Strength, Weaknessess, Opportunities and Threat) to determine the industrial class market so that it is easier to take the decisions according to the quadrant positions which has been classified by the system. Patchouli oil is classified as the stability class oil which means it doesn’t change the main global strategy implied. The strategy used is to keep the availability of supply demand to prevent the fluctuation of the prices while keep controlling the quality it self. The need of national export movement nationally is necessary so that all off the resources we need can be targeted aggressively to increase the export. Financial Relevance Model has the purpose to analyze the industrial availability based on financial aspects such as NPV (Net Present Value), Net B/C ratio, IRR (Internal rate of Return) and PBP (Payback Period). The result of the model showed that by the equity of Rp.913,125,000 you can get the profit 1.71 times than the production cost. Compared to the bank interest of 12%, this industry has IRR level up to 59% per year so that the payback period or the time payment return is 2.71 year. Sensitivity method in different condition such as Patchouli oil price decrease 20% and the operational variable cost increase till 10%, the result shown that the industry is appropriately profitable based on the investment criteria so that we can conclude that the Patchouli oil industry is profitable and hence potential to be developed.
Key Words: Agroindustry, Essential Oil, Exponential comparison method, Analytical hierarchy process, Financial Feasibility Criteria, Patchouli oil.
DAFTAR ISTILAH
AHP Analytical Hierarchy Process, metode yang menentukan prioritas keputusan. Komparasi berpasangan dapat digunakan untuk membandingkan
masukan-
masukan secara berpasangan untuk menyusun prioritas keputusan, di samping itu komparasi berpasangan juga dapat digunakan untuk mengetahui atau melihat faktor-faktor yang dominan
B/C Ratio Benefit Cost Ratio, merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya tediri atas Present Value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit besih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present Value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah et al., 1999)
CIF Cost Insurance Freight, berarti harga barang yang sudah termasuk transportasi dan asuransi laut. Incoterms ini digunakan ketika menggunakan transportasi laut.
DSS Decision Support System, sistem yang berfungsi
mentransformasi data dan
informasi menjadi alternatif keputusan dan prioritasnya.
DDP DDP (Delivery Duty Paid) berarti penjual bertanggung jawab atas segala biaya transportasi, asuransi beserta pajak sampai ke tempat yang dituju.
Ex-works Ex-works berarti pembeli bertanggung jawab atas semua biaya biaya transportasi dan resiko dari pabrik/workshop menuju ke tujuan akhir.
FOB Free On Boards, marupakan salah satu incoterms yang berarti pembeli bertanggung jawab untuk transportasi beserta loading/unloading setelah sampai di tempat FOB yang disebutkan (FOB destination).
IRR Internal Rate of Return, salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi dalam hal ini adalah tingkat mana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount faktor atau telah dihitung dalam nilai seka rang, nilainya sama dengan initial investment (biaya investasi)
MPE Metode Perbandingan Eksponensial, metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Metode Perbandingan Eksponensial akan menghasilkan nilai alternatif yang perbedaannya lebih kontras.
NPV Net Present Value, cara perhitungan selisih antara nilai sekarang penerimaanpenerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi, dengan menggunakan tingkat bunga yang relevant
PBP Payback Period, metode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas.
SWOT Strength Weaknesses Opportunities Threats, metode dalam identifikasi posisi perusahaan/ instansi dengan membuat keputusan untuk memilih alternatif strategi sebaiknya dilakukan setelah perusahaan mengetahui terlebih dahulu posisi perusahaan untuk kondisi sekarang berada pada kuadran sebelah mana sehingga strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan yang dimiliki saat ini.
Pertanyaan dan Risalah Perbaikan Selama Sidang Prof.Dr.Ir.marimin MSc. No 1.
Pertanyaan Sebutkan macam-macam incoterms beserta artinya
Jawaban FOB (Free On Boards) berarti pembeli bertanggung jawab untuk transportasi beserta loading/unloading setelah sampai di tempat FOB yang disebutkan (FOB destination). CIF (Cost Insurance Freight) price berarti harga barang yang sudah termasuk transportasi dan asuransi laut. Incoterms ini digunakan ketika menggunakan transportasi laut. Ex-works berarti pembeli bertanggung jawab atas semua biaya biaya transportasi dan resiko dari pabrik/workshop menuju ke tujuan akhir. DDP (Delivery Duty Paid) berarti penjual bertanggung jawab atas segala biaya transportasi, asuransi beserta pajak sampai ke tempat yang dituju.
2.
Penggunaan metode Bayes
Bayes digunakan pada kondisi yang sifatnya mutlak antara iya dan tidak (sistem Penilaian 0 dan 1) biasanya bersifat matematis yang hasilnya sudah pasti sama.
3.
Hal yang perlu diperhatikan ketika bernegosiasi dengan supplier
Sebelum bernegosiasi perlu untuk mengetahui market price, untuk pekerjaan sipil Perlu adanya breakdown price kemudian benchmarking dari breakdown tersebut. Bekal inilah yang digunakan dalam bernegosiasi.
4.
Prosentase PPh yang digunakan sesuai dengan industri
4,5%
5.
Kegunaan minyak nilam
Sebagai flavour dan fragrance (zat fiksatif/ pengikat yang kuat)
Perbaikan: 1. Perbaiki konversi dari Metode Perbandingan Eksponensial ke bilangan bulat. 2. Gunakan saran yang lebih spesifik 3. Cek komponen biaya 4. Cek untuk asumsi 5. Bahasa latin juga di-indonesiakan 6. Cek untuk PPh
7. Pada analisis sensitivitas, terdapat kondisi perubahan harga bahan baku. Harap di-cek. *pada kondisi dirubah menjadi perubahan biaya operasional bagian variabel apabila meningkat 10%.
Dr.Ir. Yandra Arkeman No 1.
Pertanyaan Mengapa menggunakan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial) pada salah satu model.
Jawaban Metode MPE dapat memperlihatkan output yang nilai alternatifnya berbeda drastis sehingga dapat dibedakan dengan mudah antara satu alternatif dengan yang lain karena menggunakan pemangkatan.
2.
Mengapa pasar potensial menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process)
Pada pasar potensial banyak faktor yang mempengaruhi, dengan menggunakan AHP memudahkan hal yang komplek menjadi lebih sederhana karena dipecah menjadi suatu hirarki, sehingga semua faktor yang mempengaruhi goal, faktor, aktor, tujuan dapat diperhitungkan.
3.
Sebutkan arti dari basis data, basis model dan basis dialog
Basis data merupakan basis pusat penyimpanan, pengolahan dan memperbaharui data. Basis model berguna untuk menganalisis basis data yang terdapat pada manajemen basis data dinamis dengan menggunakan perhitungan matematis. Basis dialog merupakan bagian dari paket program yang berinteraksi secara langsung dengan pengguna yang berfungsi sebagai fasilitas penghubung antara sistem pengolahan terpusat dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan yang secara tidak langsung menerima masukan dan keluaran dari sistem
4.
Perbedaan basis data dan basis pengetahuan
Basis data merupakan basis pusat penyimpanan, pengolahan dan memperbaharui data dengan cara diperbaharui oleh admin/user sedangkan basis pengetahuan (knowledge base) adalah suatu jenis basis data yang dipergunakan untuk manajemen pengetahuan. Basis data ini menyediakan fasilitas untuk koleksi, organisasi, dan pengambilan pengetahuan terkomputerisasi. Hal terpenting dari suatu basis pengetahuan adalah kualitas informasi yang dikandungnya. Basis
pengetahuan yang terbaik memiliki artikel-artikel yang ditulis dengan baik dan dijaga untuk selalu mutakhir, memiliki sistem pengambilan (mesin pencari) yang baik, serta format isi dan struktur klasifikasi yang dirancang dengan seksama. 5.
eugenol, iso-eugenol
Sebutkan kandungan dari minyak cengkeh
Perbaikan 1. Perbaiki kekurangan kata dan kesalahan kata pada skripsi. 2. Perlu strategi lebih detail pada bagian strategi pemasaran. 3. Kemukakan kontribusi penelitian ini dibanding penelitian terdahulu.
Dr.Ir. Suryani, DEA. No. 1.
Pertanyaan Sebutkan kandungan pada minyak nilam
Jawaban Patchouli alkohol 55-60% seskwiterpene 40-45%
2.
Sebutkan persentase kandungan PA (Patchouli alcohol) pada nilam
55-60%
3.
Sebutkan kandungan minyak mawar
I-citronellol, geraniol, nerol, I-Linalool, phenil etil alkohol, ester
4.
Sebutkan unsur dari minyak atsiri
Terpene
5.
Kandungan apa yang menyebabkan minyak atsiri berbau wangi
Oxygenated Hydrokarbon
6.
Perlu validasi kah pada system.
Perlu, pada metodologi disebutkan perlunya evaluasi yang di dalamnya terdapat langkah validasi.
7.
Cara pengeringan pada perkebunan yang diteliti
Pengeringan dengan menggunakan matahari
8.
Sebutkan hal yang menurunkan kualitas maupun kuantitas rendemen pada saat setelah panen
Pada saat perajangan (penguapan selama perajangan, komposisi minyak berubah apabila kontak dengan pisau,dll) Pada saat penyimpanan bahan olah (apabila kelembapan udara ekstrim dapat terjadi resinifikasi, penguapan dan proses oksidasi) Pengeringan (pada proses pengeringan tanaman akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri yang akhirnya menguap)
Perbaikan 1. Pada penelitian terdahulu tambahkan disertasi, dan perbedaannya apa 2. Pada saran, tambahkan hal yang merupakan kekurangan dari skripsi. 3. Diperlukan contoh implementasi pada strategi pemasaran.
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991 ................. 8 Tabel 2. Ekspor Minyak Cengkeh .................................................................. 9 Tabel 3. Persyaratan Agroklimat Nilam ......................................................... 11 Tabel 4. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia 1 .......................................... 13 Tabel 5. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia 2 ........................................... 13 Tabel 6. Jumlah minyak akar wangi Jawa yang diekspor sebelum dan sesudah pendudukan Jepang ............................................................ 15 Tabel 7. Komponen Strategi Pemasaran ......................................................... 22 Tabel 8. Pembobotan Kriteria Pada Produk Prospektif .................................. 76 Tabel 9. Hasil Akhir Produk Prospektif ........................................................ 77 Tabel 10. Rata-rata pasar ekspor minyak atsiri ............................................... 78 Tabel 11. Output level pertama dari AHP Pasar Potensial ............................. 82 Tabel 12. Output level kedua dari AHP Pasar Potensial ................................. 83 Tabel 13. Output level ketiga dari AHP Pasar Potensial ................................ 84 Tabel 14. Output level keempat dari AHP Pasar Potensial ............................. 85 Tabel 15. Tabel Negara Pengimpor Minyak Nilam ........................................ 87 Tabel 16. Input data dan prakiraan hasil permintaan minyak nilam ............... 93 Tabel 17. Matriks Internal Eksternal Minyak Nilam ...................................... 104 Tabel 18. Kriteria pada matriks internal dan eksternal pada minyak nilam ................................................................................................ 106 Tabel 19. Eksportir minyak nilam dengan kebutuhan rata-ratanya/ tahun ...... 108 Tabel 20. Analisa SWOT terhadap industri minyak atsiri Indonesia .............. 109 Tabel 21. Asumsi untuk menentukan kriteria investasi ................................... 115 Tabel 22. Hasil kriteria investasi ..................................................................... 116
Tabel 23. Hasil kriteria investasi pada kenaikan biaya operasional variabel 10% ...................................................................................... 117 Tabel 24. Hasil kriteria investasi pada penurunan harga minyak nilam 20%.. 118 Tabel 25. Hasil kriteria dari analisis sensitivitas terhadap penurunan harga 20 % minyak nilam dan kenaikan hbiaya operasional variabel 10% .....................................................................................118
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik (Saaty, 1993) ................ 31 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 41 Gambar 3. Diagram Input-Output .................................................................. 44 Gambar 4. Struktur DSS program EssDSS 01 ............................................... 50 Gambar 5. Manajemen Basis Dialog ............................................................. 57 Gambar 6. Log in Pada Program EssDss 01 .................................................. 61 Gambar 7. Menu Pemilihan Model ................................................................ 62 Gambar 8. Manajemen Basis Data Statis Pada Pemilihan Produk Prospektif ......................................................................... 64 Gambar 9. Data pembobotan kriteria untuk pemilihan produk prospektif .... 65 Gambar 10. Bobot kriteria untuk produk prospektif ...................................... 65 Gambar 11. Pemberian nilai oleh pakar ......................................................... 66 Gambar 12. Tabel Pendapat Agregat ............................................................. 67 Gambar 13. Hasil Prioritas Alternatif. ........................................................... 67 Gambar 14. Model pasar potensial .................................................................. 68 Gambar 15. Basis data statis pada model prakiraan permintaan ................... 69 Gambar 16. Grafik data dan prakiraan pada model prakiraan permintaan minyak atsiri ............................................................ 69 Gambar 17. Kotak input kriteria untuk analisa SWOT ................................. 70 Gambar 18. Input pakar untuk pembobotan untuk analisis SWOT ............... 71 Gambar 19. Kelas SWOT pada minyak nilam ............................................... 71 Gambar 20. Analisis finansial minyak atsiri .................................................. 72 Gambar 21. Pembobotan kriteria pada Expert Choice 2000 .......................... 75 Gambar 22. Hasil Alternatif Produk prospektif ............................................. 77
Gambar 23. Hirarki Analisa Proses Pemilihan Pasar Potensial Minyak Atsiri ............................................................................. 81 Gambar 24. Hirarki Analytical Hierarchy Process beserta pembobotannya .......................................................................... 86 Gambar 25. Input Data Ekspor Minyak Nilam .............................................. 92 Gambar 26. Output Pada Model Prakiraan Permintaan Minyak Nilam .......... 93 Gambar 27. Grafik Ekspor Prakiraan Permintaan Minyak Nilam ................ 94 Gambar 28. Kelas Pada Matriks Internal dan Eksternal ................................. 101 Gambar 29. Input matriks internal pada program EssDSS 01 ........................ 102 Gambar 30. Input matriks eksternal pada program EssDSS 01 ...................... 102 Gambar 31. Hasil perhitungan gabungan matriks para pakar ......................... 103 Gambar 32. Posisi kelas industri minyak nilam .............................................. 104 Gambar 33. Asumsi input pada program EssDSS 01 ...................................... 116
DAFTAR ISI HalamanIII
KATA PENGANTAR ............................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................ iii DAFTAR TABEL.....................................................................................v DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... B. Tujuan Penelitian .................................................................................. C. Ruang Lingkup ..................................................................................... D. Manfaaat Penelitian ..............................................................................
1 3 4 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Atsiri ........................................................................................ B. Pemasaran ............................................................................................ C. Manajemen Pemasaran Strategis .......................................................... D. Ekspor Komoditi ................................................................................... E. Sistem Penunjang Keputusan ............................................................... F. Alat Analisa Pengambilan Keputusan .................................................. 1. Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) ...................................... 2. Analytical Hierarchy Process (AHP) ................................................. 3. Metode Time Series ............................................................................ 4. Analisa matriks IFE dan EFE ............................................................. 5. Matriks SWOT ................................................................................... 6. Analisa Kelayakan Finansial .............................................................. G. Penelitian Terdahulu ..............................................................................
5 17 20 23 25 27 27 28 31 32 33 34 37
III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran ............................................................................. B. Pendekatan Sistem ................................................................................ 1. Identifikasi Kebutuhan ...................................................................... 2. Formulasi Permasalahan ................................................................... 3. Identifikasi Sistem ............................................................................. C. Tata Laksana .......................................................................................... 1. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 2. Metode Pengolahan Data .................................................................. 3. Perancangan Sistem .......................................................................... 4. Implementasi ..................................................................................... 5. Verifikasi ........................................................................................... 6. Evaluasi .............................................................................................
39 42 42 43 43 45 45 46 47 48 48 48
IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem............................................................................... B. Rancang Bangun Model EssDSS 01 .................................................. 1. Sistem Pengolahan Terpusat .............................................................. 2. Sistem Manajemen Basis Data ........................................................... 3. Sistem Manajemen Basis Model ....................................................... 4. Sistem Manajemen Basis Dialog ...................................................... C. SDLC (System Development Life Cycle) ............................................
49 51 51 52 52 57 57
V. IMPLEMENTASI ESSDSS 1.0 A. Program Utama EssDSS 01 ................................................................ 59 B. Sistem Pengolahan Terpusat ............................................................... 60 C. Sistem Manajemen Basis Data ........................................................... 62
VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL A. Model Pemilihan Produk Prospektif .................................................. 73 B. Model Pemilihan Pasar Potensial ...................................................... 80
VII. MODEL PRAKIRAAN PERMINTAAN A. Peramalan (Forecasting) ...................................................................... 89 B. Metode Peramalan ................................................................................ 89 C. Hasil Peramalan Permintaan Minyak Atsiri ........................................ 91
VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN A. Strategi Pemasaran Minyak Nilam ....................................................... 101 B. Strategi Pemasaran Minyak Atsiri ........................................................ 109
IX. MODEL KELAYAKAN INDUSTRI MINYAK ATSIRI A. Asumsi pada Input Model ................................................................... 114 B. Output pada Model ............................................................................... 116 C. Analisis Sensitivitas ............................................................................ 117
X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 119 B. Saran ..................................................................................................... 120
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Petunjuk penggunaan paket program EssDss 01 .......................... 121 Lampiran 2. Bobot kriteria produk prospektif ...................................................123 Lampiran 3. Bobot alternatif produk prospektif dari para pakar ....................... 125 Lampiran 4. Analisis finansial industri minyak nilam ....................................... 128 Lampiran 5. Analisis finansial industri minyak nilam biaya operasional variabel naik 10%.......................................................................... 132 Lampiran 6. Analisis finansial industri minyak nilam harga minyak turun 20% ...................................................................................... 136 Lampiran 7. Analisis finansial industri minyak nilam harga minyak turun 20% dan biaya operasional variabel naik 10%............................. 140 Lampiran 8. Neraca massa penyulingan minyak nilam .................................... 144 Lampiran 9. Realisasi ekspor minyak atsiri Indonesia ..................................... 146
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kehadirat Allah YME atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai ujian akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri di Pasar ekspor yang dapat membantu para stakeholder minyak atsiri dalam membantu dalam menentukan strategi pasar yang tepat. Pada lembar kata pengantar ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu, mengarahkan, membimbing sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih diucapkan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc, selaku dosen pembimbing akademik atas arahan, bimbingan, masukan, semangat serta kerjasamanya. 2. Dr.Ir. Ani Suryani, DEA dan Dr.Ir. Yandra Arkeman atas saran dan masukannya sebagai dosen penguji. 3. Bapak Meika S. Rusli, Bapak Eddie K. Piyoto, Bapak Yayan Suryana/ Bapak Dwi Hanas, Bapak Arianto Darmawan atas informasi serta ketersediaannya untuk menjadi pakar dalam sistem ini. 4. Ibunda untuk doa, bimbingan dan bantuannya yang tak terkira dan (alm) ayah untuk nasehatnya tidak pernah saya lupakan. 6. Kaka-kaka saya yang memberikan bantuan dan motivasi besar selama skripsi. 7. Atasan dan rekan kerja di PT. Nestle Indonesia Ibu Maria Salim, Bapak Joy Sitompul, serta Bapak Lunar, Anindita, Mia, Rika, Shenny, Laila serta temanteman (atas dukungan yang sangat besar). 8. Reza Hendrawan dan Wuri Kurniasari, teman seperjuangan dan seperbimbingan. 9. Sahabat-sahabatku devi, farah, ratih, arvi, riri, nunug, ichsan, affan, bayu, fardian, sangdewi, pratiwi, derry, ichsan, taufanni (untuk motivasi yang besar dan kesediaan berdiskusi selama penulis menyelesaikan skripsi) 10. Adam, Adrin dan Lutfi atas informasi tambahan yang diberikan.
11. Rekan-rekan TIN 40 atas persahabatannya selama ini. 12. Tante sabar dan keluarga atas semua bantuannya. 13. Tante sri dan keluarga atas semua bantuannya.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.
Bogor,
Agustus 2008
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Saat ini pengembangan agroindustri memerlukan langkah yang nyata dalam merangsang investasi di dalam negeri, meningkatkan nilai tambah dan mencari target pasar-pasar baru di dalam maupun di luar negeri. Keseriusan upaya merangsang pertumbuhan yang tinggi dari sektor pertanian adalah keharusan apabila ingin mengembangkan sistem agroindustri yang terintegrasi dan berdaya saing tinggi. Salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi yang besar adalah minyak atsiri yang termasuk kedalam sub sektor perkebunan. Kendati kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil terhadap devisa total Indonesia, namun perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi ini meningkat cukup tajam setiap tahunnya. Bahkan akhir-akhir ini harga jual ekspor nilam di pasaran dunia mencapai US $ 1.000 per kg. Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang subsitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/ kosmetika (www.bi.go.id). Minyak atsiri yang diekspor Indonesia antara lain: Minyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil), Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kemukus (Cubeb Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Cendana (Sandal wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Lada (Pepper Oil) dan Minyak Kayu Manis (Cinnamon Oil). Volume ekspor minyak atsiri per bulan selama 2002, misalnya, rata-rata mencapai 1.500 ton dengan jumlah devisa yang berhasil diraih sekitar US$ 4 juta (http://agribisnis.deptan.go.id). Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hanya sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diekspor oleh Indonesia dari berbagai macam minyak atsiri yang tersedia di Indonesia. Permintaan
minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat seiring dengan meningkatnya industri yang berkembang terutama di kawasan asia. Kegunaan minyak nilam antara lain digunakan sebagai bahan baku, bahan pencampur dan fiksatif (pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, farmasi dan kosmetik serta makanan dan minuman (Mustika dan Nuryani, 2006). Minyak atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri kosmestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, shampoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida. Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda, Hongkong, Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh Essential Oil Association of India dalam publikasinya yang berjudul Vasion 2005 India Essential Oil Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri dunia adalah Brasil disusul oleh Amerika Serikat dan India. Dengan terbukanya pasar global masih terbuka kesempatan didalam mengembangkan pasar minyak atsiri di pasar dalam negeri dan internasional. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan permintaan pasar dunia yang cenderung meningkat. Disinilah terdapat peluang-peluang besar bagi UKM maupun perusahaan yang bergerak di bidang minyak atsiri di Indonesia. Perusahaan lokal yang bergerak di bidang ini didukung dengan daerahdaerah potensial penghasil minyak atsiri di Indonesia. Beberapa wilayah di Indonesia memang memiliki potensial didalam budidaya pengolahan minyak atsiri, daerah potensi atsiri di Indonesia mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa
2
Tengah,
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
hingga
Jawa
Timur.
(http://www.lipi.go.id). Dengan dukungan sumber daya alam dan trend peluang pasar minyak atsiri (Essential Oil) untuk perdagangan internasional yang permintaannya cenderung meningkat merupakan peluang bagi Indonesia untuk turut bersaing di pasar global. Selain itu Indonesia dapat menjadi negara yang berpotensial kuat dalam memproduksi dan memasarkan produk minyak atsiri pada skala internasional. Untuk mendukung hal ini, diperlukan suatu sistem penunjang keputusan yang dapat membantu penggunanya untuk memperkirakan strategi pemasaran yang perlu dilakukan untuk memperkirakan langkah yang diambil dengan tujuan untuk memenangkan pasar. Dalam sistem ini terdapat lima macam model yaitu model produk prospektif, model pasar potensial, model prakiraaan permintaan, model SWOT dan model analisa kelayakan finansial.
B. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menunjang keputusan dalam pengambilan strategi pemasaran minyak atsiri di pasar ekspor, sedangkan tujuan khususnya yaitu : 1. Mengidentifikasi produk agroindustri minyak atsiri prospektif, pasar potensial yang dituju serta prakiraan permintaan untuk produk agroindustri ini. 2. Mempelajari
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
sistem
penunjang
keputusan strategi pemasaran di pasar ekspor. 3. Merancang model sistem penunjang keputusan untuk strategi pemasaran atsiri di pasar ekspor. 4. Merumuskan
dan
merekomendasikan
strategi
pemasaran
produk
agroindustri minyak atsiri prospektif di pasar ekspor. 5. Memberikan informasi kelayakan industri minyak atsiri terhadap para investor maupun pengusaha minyak atsiri dari segi finansial.
3
C. Ruang Lingkup 1. Analisa faktor yang berpengaruh dalam menentukan produk agroindustri minyak atsiri prospektif dan pasar potensial. 2. Analisa faktor yang berpengaruh
dalam menentukan kelayakan suatu
industri berdasarkan aspek finansial. 3. Prakiraan (Forecasting) permintaan minyak atsiri di pasar ekspor. 4. Analisa kelayakan finansial industri minyak atsiri. 5. Perumusan strategi pemasaran minyak atsiri yang tepat di pasar ekspor.
D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan menghasilkan output berupa kelayakan industri dari segi finansial serta rekomendasi strategi pemasaran minyak atsiri di pasar ekspor. Formulasi strategi ini diharapkan memberi manfaat seperti berikut : 1. Memberikan dan mempermudah akses informasi dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terlibat seperti eksportir, investor, pemerintah, lembaga perbankan dan industri intermediate minyak atsiri dalam rangka menentukan kebijakan strategi pemasaran dari minyak atsiri. 2. Sebagai sumber acuan untuk mengkaji dalam pengambilan keputusan strategi pemasaran atsiri khususnya dalam menentukan produk prospektif, pasar potensial, prakiraan permintaan, analisa finansial industri dan strateginya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Atsiri Minyak atsiri (essential oil) adalah minyak eteris atau minyak terbang yang memiliki sifat mudah menguap, berbau khas sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, getir, memabukkan, larut dalam larutan organik namun tidak larut dalam air. Minyak atsiri bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar atau umbi (rizhoma). Minyak atsiri merupakan bahan baku untuk produk farmasi dan kosmetik alamiah disamping digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Ada sekitar 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar internasional. Saat ini Indonesia baru mengekspor sekitar 12 (dua belas) jenis minyak atsiri antara lain : Minyak Nilam, Minyak Akar Wangi, Minyak Sereh Wangi, Minyak kenanga, Minyak Kayu Putih, Minyak Sereh Dapur, Minyak Cengkeh, Minyak Cendana, Minyak Pala, Minyak
Kayu
Manis,
Minyak
Kemukus,
dan
Minyak
Lada
(http://agribisnis.deptan.go.id). Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan oleh tanaman, terdiri dari campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Guenther, 1948). Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman, yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar. Pengambilan atau ekstraksi minyak atsiri dari bagian tanaman tersebut dapat dilakukan dengan cara penyulingan, pengempaan, ekstraksi menggunakan pelarut, atau adsorbsi dengan lemak tergantung dari jenis tanaman dan sifat fisiko-kimia minyak atsiri di dalamnya (Harris, 1987). Indonesia memiliki prospek yang bagus dalam agribisnis minyak atsiri dilihat dari segi permintaan dunia, namun ekspor yang dihasilkan Indonesia masih belum optimal khusus minyak nilam, sekitar 70% pangsa pasar dunia dikuasai oleh minyak nilam Indonesia. Tanaman nilam (Pogestemon Cablin)
dengan hasil minyak nilam (patchouli oil) merupakan penghasil devisa terbesar dari ekspor minyak atsiri. Produksi minyak nilam Indonesia pertahunnya mencapai rata-rata di atas USD 20 juta (Mangun,2005) Untuk menilai mutu suatu minyak atsiri didasarkan pada suatu kriteria atau batasan yang dituangkan dalam standar mutu. Dalam standar mutu dicantumkan sifat fisiko-kimia suatu minyak atsiri, dan sifat tersebut bukan merupakan hal yang dipaksakan akan tetapi sifat yang memang seharusnya dimiliki oleh tiap jenis minyak tersebut. Berdasarkan sifat fisik, dapat diketahui keaslian dari komoditi tersebut, dan dari nilai sifat kimianya dapat diketahui secara umum komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri, dan sifat tersebut menentukan kaya dan nilai minyak tersebut (Ketaren, 1985). Pada umumnya minyak atsiri mempunyai indeks bias (20°C) berkisar antara 1,460-1,510, sedangkan putaran optiknya berada dalam kisaran yang cukup luas dan memutar bidang polarisasi ke kiri atau ke kanan (Rusli et al.,1976). Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada suhu 15°C dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1,000. Pada umumnya minyak atsiri larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya, kurang larut dalam alkohol encer dengan konsentrasi kurang dari 70%. Daya larut tersebut lebih kecil jika minyak mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar (Guenther, 1948). Proses Pemisahan Minyak Atsiri berdasarkan Ketaren (1985) I. Penyulingan II. Ekstraksi dengan Pelarut III. Enfleurasi IV. Isolasi Eugenol Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang bahan bakunya berasal dari berbagai jenis tanaman perkebunan. Minyak atsiri dari kelompok tanaman tahunan perkebunan antara lain berasal dari cengkeh, pala, lada, kayu manis, sementara yang berasal dari kelompok tanaman semusim perkebunan berasal dari tanaman nilam, sereh wangi, akar wangi dan jahe. Hingga kini minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam memiliki
6
pangsa pasar ekspor paling besar andilnya dalam perdagangan Indonesia yaitu mencapai 60 persen (www.litbang.deptan.go.id). Volume ekspor minyak atsiri per bulan selama 2002, misalnya, ratarata mencapai 1.500 ton dengan jumlah devisa yang berhasil diraih sekitar US$ 4 juta. Pada Februari 2002, ekspor minyak nilam Sumut mencapai 3.650 ton dengan nilai US$ 8,20 juta yang ditujukan ke negara Spanyol, Perancis, Singapura, AS dan Kanada. (Bisnis Indonesia, 2002). Negara-negara pengimpor terbesar pada tahun 2002 adalah sebagai berikut (dalam ribuan US$) : USA (120,220), Perancis (87,573), Inggris (48,149), Swiss (36,237), Jerman (32,906), Spanyol (29,411). Sedangkan negara-negara pengekspor terbesar pada tahun 2002 sebagai berikut: Dalam US$, Perancis (93,842), China (50,517), Indonesia (47,940), USA (34,011), Inggris (24,346)
dan
Singapura (21,090). Berdasarkan data ITC/Comtrade Statistics, nilai ekspor Indonesia untuk komoditi Essential Oil (HS.330129) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan bagian Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai
8%,
dibawah
Perancis
(22%)
dan
China
(10%)
(www.litbang.deptan.go.id). Dalam perdagangan internasional terdapat 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan. Minyak atsiri yang diekspor Indonesia antara lain: Minyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil), Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kemukus (Cubeb Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Cendana (Sandal wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Lada (Pepper Oil), Minyak Kayu Manis (Cinnamon Oil). Dengan terbukanya pasar global masih terbuka kesempatan didalam mengembangkan produksi minyak atsiri di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan dan permintaan pasar dunia untuk minyak atsiri dan penetapan harga serta kualitasnya.
7
1. Minyak Cengkeh Tanaman cengkeh (Eugenia caryophillata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), dan minyak daun cengkeh (clove leaf oil). Minyak cengkeh merupakan hasil penyulingan serbuk bunga cengkeh kering. Minyak atsiri jenis ini memiliki pasaran yang luas di industri farmasi, penyedap masakan dan wewangian. Kandungan minyak cengkeh adalah eugenol (90%), eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol, benzyl alcohol, methyl salicylate, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryophyllene. Minyak tangkai cengkeh adalah minyak atsiri hasil penyulingan tangkai kuntum cengkeh. Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun cengkeh juga digunakan di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang lebih ketat (Ketaren, 1985). Tabel 1. Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991 Minyak Daun Cengkeh Karakteristik o Berat Jenis pada 15 C 1,03 - 1,06 Putaran Optik (ad) - 1o 35 o Indeks Refraksi pd 20oC (nd20) 1,52 - 1,54 Kadar eugenol (%) 78 - 93 % Minyak pelikan Negatif Minyak lemak Negatif Kelarutan dalam Alkohol 70% Larut dalam dua volume Sumber : http://agribisnis.deptan.go.id Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna kuning pucat sesaat setelah disuling dan mudah berubah warna menjadi coklat atau ungu bila terkena logam besi sehingga minyak ini lebih baik dikemas dalam botol kaca, drum aluminium atau drum timah putih. Eugenol merupakan senyawa paling penting dalam minyak daun cengkeh dan jumlahnya dapat mencapai 70-93% dari berat minyak daun cengkeh. Mutu minyak daun cengkeh terutama ditentukan oleh kandungan eugenol dan warna minyak (Arctander, 1969). Eugenol
dari
minyak
daun
cengkeh
dapat diisolasi
dengan
penambahan larutan basa kuat encer seperti NaOH, KOH atau Ca(OH)2.
8
Eugenol dengan NaOH akan membentuk Na-eugenolat yang larut dalam pereaksinya dan juga larut dalam air. Bagian non eugenol lalu diekstrak dengan menggunakan eter, dengan penambahan asam organik akan dihasilkan garam-Na dan eugenol bebas. Eugenol ini kemudian dimurnikan dengan penguapan dan penyulingan (Guenther, 1949). Guguran daun cengkeh pun juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah minyak atsiri, yang juga laku di pasar internasional. Tak kurang 103,46 ton biji cengkeh dari perkebunan besar serta 634 ton dari perkebunan rakyat dihasilkan pada tahun 2002 (www.kompas.com). Sebagai negara penghasil dan konsumen terbesar cengkeh, selama ini pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar dunia cukup besar yaitu sekitar 60 persen dari kebutuhan dunia. Misalnya pada 2000, dari 2.080 ton minyak cengkeh yang dipasarkan, negara kita ternyata memasok sebanyak 1.317 ton. Minyak cengkeh ternyata punya khasiat yang cukup besar dan merupakan baku industri farmasi dan pestisida nabati. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (Balittro) menunjukan bahwa, minyak cengkeh juga dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan balsam yang dapat menghilangkan rasa sakit, terutama reumatik, obat kumur dan permen. Permintaan akan daun minyak cengkeh sangatlah besar dan sering terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi kapasitas produksi industri kecil minyak daun cengkeh yang terbatas. Tabel 2. Ekspor Minyak Cengkeh Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
Volume (Ton) 1093 1047 646 651 707 758 n.a n.a 622 370
Nilai (ribu US$) 3348 2675 1455 1398 1660 2098 n.a. n.a. 1905 1571
Sumber : BPS (2007)
9
Pemanfaatan minyak cengkeh, untuk dunia industri memang cukup luas terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat-obatan. Begitu juga untuk industri parfum, yang merupakan campuran utama untuk Geranium, Bergamot, Caraway, Cassie dan bahan untuk pembuatan vanilin sintesis sebagai bahan baku makanan dan minuman. Sebagian besar hasil produksi minyak daun cengkeh diekspor ke luar negeri. Harga minyak daun cengkeh relatif stabil pada tahun 2002 dan 2003 pada awal tahun 2002 harga minyak daun cengkeh mencapai Rp. 29.500 dan pada tahun 2003 berfluktuasi antara Rp. 23.000 – Rp. 25.000/kg. Harga tersebut juga cenderung stabil hingga memasuki tahun 2004. Fluktuasi harga minyak daun cengkeh sedikit banyak juga dipengaruhi oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Pada saat krisis tahun 1997, harga minyak daun cengkeh bisa mencapai Rp. 57.000/kg (data primer). Berdasarkan data primer lapangan yang diperoleh, para pengusaha daun minyak cengkeh memperkirakan harga untuk kondisi Break Even Point (BEP) atau impas adalah sekitar Rp. 20.000/ kg. Sedangkan data terakhir 2005 harga CIF minyak daun cengkeh dapat berkisar mencapai harga terendah USD 4.000/kg dan harga tertinggi USD 4,27/kg. Dengan melihat selisih harga pada kondisi BEP dengan harga jual di pasar, maka usaha ini cukup menjanjikan (Setiawan, 2005).
2. Minyak Serai wangi Serai wangi (Cymbopogon nardus Rendle) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Tanaman ini mengandung 80-97 % total geraniol dan 30-45 % sitronella. Budidaya serai wangi tidak banyak memerlukan persyaratan dan dapat ditanam pada tanah yang kurang subur. Selain itu tanaman ini memiliki akar serabut yang banyak, sehingga tanaman ini juga potensial untuk menjaga erosi dan merehabilitasi lahan-lahan kritis. Tanaman serai wangi pada umur kira-kira enam bulan setelah tanam sudah dapat dipanen, dan selanjutnya dapat dipanen setiap 3 bulan. (www.litbang.deptan.go.id)
10
3. Minyak Nilam Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara berkelanjutan dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain. Penggunaan minyak nilam dalam industriindustri ini karena sifatnya yang fiksative terhadap bahan pewangi lain agar aroma bertahan lama, sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi. Nilam adalah tanaman yang berumur produktif selama 1-2 tahun. Panen pertama dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam, dan panen selanjutnya dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Setelah 1,5 tahun tanaman nilam memerlukan peremajaan. Di Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth, don Pogostemon hortensis Benth. Pogostemon cablin Benth dikenal sebagai nilam Aceh karena banyak diusahakan di daerah itu. Nilam jenis ini tidak berbunga, daun berbulu halus dengan kadar minyak 2,5-5,0 %. Pogostemon heyneanus Benth dikenal dengan nama nilam Jawa, tanaman berbunga, daun tipis dan kadar minyak rendah, berkisar antara 0,5-1,5 %. Pogostemon hortensis Benth mirip nilam Jawa tetapi juga tidak berbunga, dapat ditemukan di daerah Banten dan sering disebut sebagai nilam sabun. Tabel 3. Persyaratan Agroklimat Nilam. No. Uraian Syarat 1 Tanah Gembur, banyak mengandung bahan organis, tidak tergenang air, dan pH 6 – 7. 2 Suhu 18o – 27o Celcius 3 Ketinggian 100 – 400 m dpl tempat 4 Curah hujan 2300 – 3000 mm/tahun 5 Kelembaban 60 – 70% Sumber : Santoso (1990)
11
Menurut Mustofa (1990) dalam Syaefuddin (1993), komposisi minyak nilam yang baik atau yang kurang bagus secara sifat fisika kimia di antara ketiga jenis minyak Nilam tersebut tidak ditentukan dari kadar Patchouli alkohol dan bau yang dihasilkan. Minyak nilam Aceh berkadar Patchouli alkohol 30 – 38 % dan mempunyai aroma yang agak berbau kamfor, sedangkan minyak nilam Jawa dan nilam Hutan/Sabun berkadar Patchouli alkohol lebih kurang 2,5 % dan tidak berbau kamfor. Di pasar intemasional minyak nilam dikenal dengan nama "Patchouli oil". Hasil tanaman nilam adalah minyak yang didapat dengan cara menyuling batang dan daunnya, belum ada senyawa sintetis yang mampu menggantikan peran minyak nilam dalam industri parfum dan kosmetika. Dalam dunia perdagangan dikenal dua macam nilam yaitu "Folia patchouly naturalis" (sebagai insectisida) dan "depurata" (sebagai minyak atsiri). Minyak nilam merupakan produk yang terbesar untuk minyak atsiri dan pemakaiannya di dunia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fixative. Data ekspor BPS menunjukkan bahwa kontribusi minyak nilam (Patchouli oil) terhadap pendapatan ekspor minyak atsiri sekitar 60 %, minyak akar wangi (Vetiver oil) sekitar 12,47 %, minyak serai wangi (Citronella oil) sekitar 6,89 %, dan minyak jahe (Ginger oil) sekitar 2,74 %. Rata-rata nilai devisa yang diperoleh dari ekspor minyak atsiri selama sepuluh tahun terakhir cenderung meningkat dari US$ 10 juta pada tahun 1991 menjadi sekitar US$ 50-70 dalam tahun 2001, 2002 dan 2003, dengan nilai rata-rata per kg sebesar US$ 13,13. Walaupun secara makro nilai ekspor ini kelihatannya kecil namun secara mikro mampu meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan yang pada gilirannya diharapkan dapat mengurangi gejolak sosial. Minyak atsiri sebagai bahan baku penambah aroma, parfum dan farmasi memang banyak diminta. Menurut Data Badan Pengembangan Ekspor Nasional pada tahun 2002 rata-rata ekspor minyak atsiri untuk 5
12
(lima) tahun terakhir mencapai US$ 51,9 juta dengan 77 negara tujuan ekspor. Singapura dan Amerika Serikat adalah penyerap tersebar ekspor minyak atsiri Indonesia masing-masing adalah penyumbang devisa negara US$ 20 per tahun dan US$ 10 juta per tahun. Dari ekspor tersebut minyak nilam mempunyai permintaan sebesar 60 %. (www.litbang.deptan.go.id) Permintaan akan minyak nilam setiap tahunnya semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4 dan 5 yang memuat data ekspor minyak nilam di Indonesia, data berikut diambil dari Biro Pusat Statistik Tabel 4. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia1. Tahun Jumlah Ekspor (Ton) Peningkatan (%) 1999 3.210 2000 3.324 3.55 2001 3.425 3.04 Sumber : BPS (2003) Sedangkan dari tahun 2002 sampai 2006 terjadi peningkatan ekspor minyak nilam pula, data berikut diambil dari Departemen Perdagangan. Tabel 5. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia 2 Tahun Jumlah Ekspor (Ton) 2002 1.295 2003 1.127 2004 2.074 2005 2.679 2006 2.832 (Departemen Perdagangan, 2007) Dari tabel empat dan lima dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan ekspor minyak nilam ke luar negeri. Hal ini dapat terjadi karena permintaan minyak nilam dari luar itu sendiri masih sangat tinggi dan mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke tahunnya. Di samping itu adanya kepercayaan dari para importir akan kualitas minyak nilam yang berasal dari Indonesia membuat para importir tersebut menyukai minyak nilam yang berasal dari Indonesia.
13
Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa prospek pasar/usaha nilam pada saat ini sangat baik karena negara-negara importir utama masih akan terus mengimpor minyak nilam sejalan dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi. Hal ini didukung juga bahwa nilam hanya dapat tumbuh di daerah tropis dan hingga saat ini belum ada substitusi yang mampu menggantikan sifat-sifat minyak nilam yaitu fiksatif dan aromatik (Dharma, 2001).
4. Minyak Akar Wangi Minyak akar wangi (vetiver oil) bersumber dari tanaman akar wangi (Vetiver zizainoides Stapt). Bagian akar dari tanaman ini mengandung minyak atsiri wangi dan kental dan berbau wangi. Minyak akar wangi merupakan salah satu bahan pewangi dan digunakan secara luas pada pembuatan parfum, kosmetik dan sebagai bahan pewangi sabun. Minyak akar wangi mempunyai bau yang menyenangkan, keras dan tahan lama dan di samping itu juga berfungsi sebagai zat pengikat bau (fixative). Karena bau yang keras, maka dosis penggunaannya harus tepat, penggunaan dosis berlebihan dapat memberi kesan yang tidak enak (woody). Minyak akar wangi bermutu rendah biasanya digunakan sebagai campuran pewangi sabun sedangkan yang bermutu tinggi sebagai campuran parfum. Minyak akar wangi juga dipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan terpen alkohol (vetiverol). Terpen alkohol tersebut mempunyai bau yang lebih lembut dan halus dibandingkan dengan bahan asalnya, dan merupakan zat fiksatif alam yang disebut ”par excellence”. Demikian juga halnya dengan persenyawaan ester dari asam asetat dan seskwiterpen alkohol. Persenyawaan ester tersebut dapat dihasilkan dengan proses asetilasi seskwiterpen alkohol. Minyak akar wangi yang diimport dari Pulau Reunion biasanya masih murni, kaena baik produsen maupun eksportir di pulau tersebut tidak mencampurnya dengan bahan lain. Pemalsuan biasanya dilakukan oleh pedagang perantara dengan mencampur minyak tersebut dengan alkohol kerosene dan lemak.
14
Daerah di Pulau Jawa yang menghasilkan akar vetiver adalah daerah Garut (Jawa Barat) dan daerah Wonosobo (Jawa Tengah). Tanaman tersebut diusahakan oleh rakyat dengan luas tanah sekitar 1 - 20 hektar per petani. Di samping itu terkadang digunakan sebagai tanaman sela di perkebunan. Di Haiti sebagai penghasil akar wangi terbesar menggunakan akar wangi sebagai atap rumah (Ketaren, 1985). Tabel 6. Jumlah minyak akar wangi Jawa yang diekspor sebelum dan sesudah pendudukan Jepang. Tahun Jumlah (ton) 1939 3400 1940 2900 1941 2300 1947 200 1948 100 (Ketaren, 1985) 5. Minyak Jahe Tanaman jahe (Zingiber Officinale) termasuk famili Zingiberaceae yang merupakan tanaman rumput-rumputan. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Kadar minyak dalam jahe dipengaruhi oleh varietas dan asal jahe misalnya seperti iklim, tanah dan lain-lain. Umbi jahe mengandung zat yang disebut gingerol yang menyebabkan bau manis dan rasa pedas. Di samping gingerol jahe mengandung zingiberol dan zingiberene. Zingiberene adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe, sedangkan zingiberol yang mengandung seskwiterpen alkohol yang menyebabkan bau khas minyak jahe (Ketaren, 1985).
6. Minyak Pala Pala yang mempunyai mutu terbaik dalam dunia perdagangan adalah pala yang berasal dari Myristica fragans H. Species lainnya adalah Myristia Argentea W, M. Malabarica dan Myristica Saecedanea B, ketiga-tiganya mempunyai mutu yang rendah dari segi warna, rasa dan aromanya. Baik biji pala maupun fuli (mace) berasal dari buah pala (Myristica Fragans Houtt).
15
Biji pala yang dimanfaatkan adalah biji pala yang telah masak dan kering, sedangkan bagian fuli adalah arillde kering yang menutupi kulit biji pala. Minyak yang berasal dari biji pala mempunyai mempunyai odor dan flavor yang sama dengan minyak yang berasal dari fuli tetapi karena biaya produksi minyak fuli jauh lebih mahal maka yang berasal dari biji pala yang umumnya diperdagangkan. Biji pala dan fuli mengandung lemak (trigliserida) yang terdiri dari trimiristin, palmitin, olein, dan linelein serta fraksi tidak tersabunkan misalnya miristin (C11H12O3) di samping itu pala juga mengandung minyak atsiri, pati dan serat kasar. Biji pala muda menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar dibandingkan dengan biji pala tua. Biji pala menghasilkan minyak atsiri sekitar 7-16 %, sedangkan bagian fuli menghasilkan minyak sekitar 4-15 %. Minyak pala merupakan cairan yang tidak berwarna/ warna bening pucat dan jika kontak dengan udara dalam jangka waktu yang lama akan bersifat resin, sehingga minyak akan lebih kental. Sifat minyak ini tergantung dari asal daerah, jenis tanaman penghasil, umur buah, mutu biji pala dan ”mace” serta metode penyulingan. Oleh karena itu sifat fisik dan kimia minyak pala yang berasal dari Bada dan Padang berbeda, begitu pula dengan minyak pala dan fuli yang besal dari ”East Indian” berbeda dengan minyak pala dan fuli yang berasal dari ”West Indian”. Minyak biji pala dan minyak yang berasal dari ”fuli” banyak dipergunakan sebagai flavoring agent pada minuman beberapa jenis bahan pangan seperti biskuit, cake, puding, makanan yang dipanggang serta makanan dari daging dan sosis. Minyak pala juga digunakan dalam industri parfum dan pasta gigi. Dalam bidang farmasi minyak pala digunakan sebagai analgesic dan dalam jumlah kecil digunakan dalam industri kosmetik dan sabun (Ketaren, 1985).
16
7. Minyak Kayu Manis Minyak kayu manis yang berasal dari Cinnamomum zeylanicum Nees dan disebut juga minyak Cinnamon, sedangkan yang berasal dari Cinnamomum Casia B1 disebut minyak Cassia. Kedua jenis minyak berbeda dalam kandungan sinamat aldehid. Minyak cassia mengandung komponen sinamat aldehida yang lebih besar dibandingkan dengan minyak Cinnamon. Minyak kayu manis digunakan sebagai flavouring agent dalam pembuatan makanan dan minuman, minyak ini juga digunakan dalam pembuatan parfum, kosmetik dan sabun namun dalam penggunaannya dapat menghasilkan warna sabun. Standar mutu minyak kayu manis sampai saat ini belum ada, hal ini disebabkan karena adanya variasi sifat-sifat minyak yang menyulitkan untuk menetapkan batas yang pasti. Sifat minyak kayu manis sangat tergantung dari kondisi bahan baku, umur dan cara penyulingannya. Misalkan perbedaan bentuk bahan baku seperti bentuk serpih, featherings atau gulungan mengakibatkan perbedaan sifat fisiko kimia minyak. Pada umumnya kriteria terbaik yang digunakan untuk menilai minyak kayu manis adalah dengan cara pengujian flavour minyak, tanpa terlalu banyak memperhatikan sifat fisiko kimianya (Ketaren, 1985).
8. Minyak Cendana Minyak atsiri yang dihasilkan penyulingan akar dan kayu cendana bersifat agak kental (viscous), berwarna agak kuning, berbau wangi dan bau tersebut sukar dihilangkan. Baik tidaknya minyak cendana secara umum didasarkan atas kadar santalol dalam minyak. Minyak cendana yang bermutu baik akan mempunyai kandungan santanol 94 % atau lebih (Ketaren, 1985).
B. Pemasaran Komoditi adalah sebutan bagi produk homogen yang dipungut dari alam, tanpa merk, berharga murah dan berfluktuasi, tergantung permintaaan dan penawaran jadi perlu diferensiasi, brand, image, value dan reputasi (Kasali, 2007). Minyak atsiri masuk dalam kategori komoditi terolah.
17
Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Stanton (1993), pemasaran adalah sistem secara keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan, kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Selanjutnya menurut Koeswono (1995), pemasaran adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan manusia melalui proses pertukaran. Definisi ini juga memberikan petunjuk, bahwa pemasaran bertanggung jawab sebelum terjual dan setelah produk terjual sampai ke tangan konsumen. Marketing dapat dipandang menurut tiga dimensi strategis: Outlook, Architecture dan Scorecard. Ini melibatkan tiga aktivitas strategis: melaksanakan suatu kajian tentang lanskap bisnis di masa mendatang; merancang serta melaksanakan arsitektur bisnis – segmentasi, targeting, positioning, diferensiasi, marketing mix, selling, brand, service, proses dan akhirnya menyeimbangkan proposisi nilai bagi para stake holder kunci (Kartajaya, 2005). Dalam pemasaran dibutuhkan bauran pemasaran. Bauran pemasaran merupakan strategi pemasaran yang terdiri dari campuran unsur-unsur yang dikenal dengan 4 P yaitu: product, price, place, promotion. Untuk menetapkan strategi pemasaran perlu memperhatikan hal berikut: a. Produk adalah apa yang dibeli oleh pelanggan untuk memuaskan keinginannya atau kebutuhannya. Faktor produk mencakup merek, garansi, pembungkus dan servis setelah penjualan dimana pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa kebutuhan dan keinginan pasar. Produk dapat berupa fisik, berbagai jenis jasa atau gagasan. b. Harga terdiri dari semua elemen yang berhubungan dengan apa yang dibayar oleh pelanggan untuk produk itu. Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan pendapatan penjualan dan
18
keuntungan perusahaan di samping unsur biaya. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya produksi dan mampu menghasilkan jasa. Prinsip yang paling penting bagi perusahaan dalam penetapan harga adalah jumlah yang dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau laba. c.
Tempat berhubungan dengan cara mendistribusikan produk secara fisik kepada pelanggan melalui saluran distribusi. Menurut Kotler (1997), saluran distribusi adalah himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil hak atau membantu dalam pengambilan hak atas barang atas jasa selama berpindah dari produsen ke konsumen.
d. Promosi berhubungan dengan semua cara yang mendorong penjualan produk, termasuk periklanan dan penjualan langsung. Menurut Kotler (1997), bauran promosi terdiri dari lima kiat utama yaitu pengiklanan, pemasaran langsung, promosi, penjualan, publisitas dan personal selling. Selain 4P, content juga cukup berpengaruh dalam pemasaran. Content umumnya terkait dengan sisi rasional kita. Misalkan jika kita membeli sepatu maka kita menghendaki sepatu yang tahan lama, berkualitas, bagus, tahan air dan lain sebagainya. Sementara context berkaitan dengan emosi, emosi seringkali memang tidak rasional. Seperti dalam kasus Body Shop, untuk meningkatkan emosi para consumernya body shop menggunakan kampanye ”against animal testing” (Kartajaya, 2003). Seperti halnya pada minyak atsiri pembeli harus terikat dari segi context maupun content dengan contoh senantiasa menjaga kualitas sehingga antara eksportir dan pembeli memiliki hubungan jangka panjang yang bagus. Sedangkan pemasaran ini sendiri menyangkut menyampaikan nilai suatu produk setelah dikembangkan dan diproduksi. Itu jelas bukan merupakan stretegi yang sah di dalam dunia dimana sifat-sifat produk kini berada di jantung yang disebut pemasar. Pemasaran merupakan tindakan menemukan produk, upaya mendesainnya, keterampilan memproduksinya, seni menentukan harganya dan teknik menjualnya (Godin, 2006).
19
C. Manajemen Pemasaran Strategis Pada strategi pemasaran minyak atsiri pada pasar ekspor diperlukan manajemen strategis untuk strategi jangka panjang, alat yang bisa digunakan dalam merumuskan strategi pemasaran yaitu matriks IFE, EFE dan SWOT. Aaker (1997) menyatakan bahwa manajemen strategis dapat didefinisikan
sebagai
seni
dan
pengetahuan
untuk
merumuskan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat
organisasi
mampu
mencapai
obyektifnya.
Purnomo
dan
Zulkifliemansyah (1996) menyebutkan bahwa manajemen strategi merupakan suatu proses sehingga senantiasa berkesinambungan dan karena lingkungan organisasi senantiasa berubah maka organisasi pun harus terus menerus dimodifikasi ntuk memastikan bahwa yang diinginkan tercapai. Proses manajemen strategis dapat diuraikan sebagai suatu pendekatan yang obyektif, logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses ini berusaha untuk mengkoordinasikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi yang tidak menentu (Aaker, 1997). Sama halnya seperti SPK diperlukan pengambilan keputusan yang efektif dengan menggunakan pendekatan-pendekatan sistem dengan goal yang sama dan memiliki elemen yang memiliki keterkaitan di dalamnya. Arti lain dari manajemen strategis yaitu sebagai suatu proses yang mengandung beberapa implikasi penting yaitu: (1) suatu perubahan pada sembarang komponen akan mempengaruhi beberapa atau semua komponen yang lainnya. (2) perlunya umpan balik dari pelembagaaan, tinjau ulang (review) dan evaluasi terhdap tahap-tahap awal proses (4) perlunya memandang proses ini sebagai suatu sistem yang dinamik (Pearce dan Robinson, 1997). Setelah mengetahui misi perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum, operasi dan industri. Sedangkan faktor internal terdiri dari kuantitas dan kualitas keuangan, tenaga kerja dan sumber daya
20
yang dimiliki serta kekuatan dan kelemahan dari manajemen, struktur organisasi, pemasaran dan produksi serta kelayakan finansialnya. David (1998) mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi perusahaan yaitu: tahap input, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan. Tahap input merangkum informasiinformasi yang diperlukan dalam formulasi strategi dengan melakukan evaluasi faktor internal (IFE) dan evaluasi faktor eksternal (EFE) perusahaan. Tahap selanjutnya adalah analisis matriks I-E untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks I-E untuk memilih kondisi dan posisi perusahaan saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks SWOT untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan. Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah berikut (Rangkuti, 1998) : 1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Langkah awal yang digunakan adalah mengidentifikasi faktor internal yaitu dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan organisasi. Didaftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kelemahan organisasi. Daftar dibuat
spesifik
dengan
menggunakan
persentase,
rasio
atau
angka
perbandingan. Kemudian dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang sleanjutnya akan diberikan bobot dan rating. 2. Penentuan bobot setiap variabel Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktorfaktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode paired comparison (Kinear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap
21
bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala variabel 1, 2 dan 3. Dalam implementasi 4P ini diperlukan strategi-strategi aplikasi yang tepat. Menurut Aaker (1997) strategi adalah rencana tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Di samping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional yang dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor eksternal maupun internal dalam perusahaan. Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran pemasaran yaitu dapat dijabarkan dalam bauran pemasaran marketing mix (Kotler, 1997). Perencanaan strategi hendaknya menggunakan formulasi strategis atau yang biasa disebut dengan perencanaan strategis merupakan proses penyusunan perencanaan secara jangka panjang. Dalam
menetapkan
strategi
pemasaran,
perusahaan
harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang menentukan batasan-batasan yang dapat dicapai oleh perusahaan dengan berhasil yaitu faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan seperti sumberdaya keuangan, teknologi yang dimiliki perusahaan serta identifikasi merek. Strategi Pemasaran dibentuk oleh dua komponen, yaitu Komponen Sasaran (Pasar Sasaran) dan Komponen Bauran Pemasaran dengan tabel berikut: Tabel 7. Komponen Strategi Pemasaran Pasar Sasaran Strategi Pemasaran Produk Bauran Pemasaran Harga Distribusi Promosi Dalam pembahasan organisasi, istilah strategi hampir selalu dikaitkan dengan arah, tujuan dan kegiatan jangka panjang. Strategi juga dikaitkan dalam penentuan posisi suatu organisasi dengan mempertimbangkan
22
lingkungan sekitarnya dengan analisa SWOT dapat dirumuskan dengan strategi jangka panjang (Yusanto dan Widjadjakusuma, 2003). Manajemen strategis diartikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaransasaran perusahaan. Dalam konteks manajemen menurut Wright, Kroll dan Parnell (1996), istilah strategis menunjukkan bahwa manajemen strategis memiliki cakupan proses manajemen yang lebih luas hingga pada tingkat yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadaannya dalam lingkungan internal dan eksternalnya. Menurut Stricklan dan Thompson (1989), manajemen strategis memiliki lima langkah dalam pelaksanaannya, yaitu: (1) Mendefinisikan bisnis dan bangun misi perusahaan; (2) Menerjemahkan misi perusahaan tersebut dalam tujuan jangka panjang dan pendek; (3) Menyusun strategi yang sesuai dengan situasi dan dapat mencapai target pelaksanaan; (4) Mengimplementasikan strategi; dan (5) Mengevaluasi pelaksanaan, mereview kembali situasi dan memulai perbaikan yang cocok.
D. EKSPOR KOMODITI Eksportir adalah perusahaan atau peorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Sedangkan ekspor adalah suatu kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia keluar wilayah pabean Indonesia dengan ketentuan berlaku yang ada di Indonesia. Daerah pabean wilayah Republik Indonesia meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat tertentu di zona eksklusif. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir agar dapat melakukan kegiatan ekspor, baik perusahaan atau perorangan harus memenuhi syarat sebagai berikut : Memiliki SIUP yaitu surat ijin usaha perdagangan. Memiliki izin usaha dari departemen teknis/ lembaga pemerintahan non departemen berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Bagi perusahaan harus memiliki TDP yaitu tanda daftar perusahaan.
23
Seperti diketahui bahwa dalam praktek sehari-hari kegiatan ekspor bisa dilakukan dengan cara non L/C atau dengan L/C, oleh karena itu untuk membedakan dalam teknik operasionalnya, maka dibagi menjadi 2 bagian : 1. Ekspor non L/C Apabila ekspor dilakukan dengan non L/C maka eksportir dapat melakukan kegiatannya sendiri tanpa melibatkan bank yaitu mulai dari pengiriman barang sampai pengiriman dokumen dan menagih pembayaran kepada importir, sehingga kegiatannya sama sekali tidak melibatkan bank. Dan hanya proses pembayarannya saja yang melalui bank yaitu bisa dengan T/T, bank draft atau lainnya, karena proses transfer secara internasional harus dilakukan melalui bank. Akan tetapi apabila eksportir minta tolong kepada bank (yang disebut remitting bank) untuk mengirimkan dokumen dan menagihkan kepada importir, maka kegiatan ini di bank disebut dengan documentary collection dan teknik operasionalnya memerlukan dokumen yang harus dipenuhi. 2. Ekspor dengan L/C Beda dengan kegiatan ekspor non L/C yang bisa dilakukan sendiri oleh eksportir tanpa melibatkan bank, untuk kegiatan ekspor dengan L/C harus dilakukan melalui bank. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir untuk dapat melakukan kegiatan ekspor dengan L/ C melalui bank devisa menurut Warsidi (2003) adalah sebagai berikut : Fotocopy SIUP Fotocopy NPWP Fotocopy TDP (Tanda Daftar Perusahaaan) Memiliki rekening giro Menyerahkan contoh tanda tangan pejabat eksportir yang berhak menandatangani dokumen ekspor Menyerahkan surat kuasa untuk mengambil dokumen, nota-nota, dll Menandatangani persyaratan negosiasi wesel ekspor Memiliki lines/ fasilitas/ plafond negosiasi wesel ekspor
24
Persyaratan ekspor minyak nilam menurut Ketaren (1985) adalah sebagai berikut: 1. Minyak nilam wajib dikemas dalam drum alumunium, drum dari pelat timah putih, drum berisi galvanis atau drum dilapisi timah putih atau drum besi dilapisi cat enamel. 2. Isi tiap drum 50 kg/ netto/ 170 kg netto, wadah tidak boleh diisi penuh, harus diberi rongga 5-10% dari volume drum, bagian luar drum wajib diberi merk dengan cat (dalam bahasa inggris) 3. Sebelum dikapalkan, tiap drum wajib diambil contoh untuk diperiksa oleh petugas pengujian mutu.
E. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah sistem komputerisasi yang memaparkan secara mendetail elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang proses pengambilan keputusan (Eriyatno, 1999). Sedangkan menurut Marimin (2004), Sistem Penunjang
Keputusan (SPK) adalah
sistem yang berfungsi mentransformasi data dan informasi menjadi alternatif keputusan dan prioritasnya. Suryadi dan Ramdhani (1998) mengemukakan pada umumnya setiap organisasi yang bergerak di bidang produksi maupun jasa, tidak terlepas dari segala problematika manajemen yang terdapat dalam lingkungan pembuatan keputusan. Perubahan struktur pasar, produk, teknologi produksi, organisasi dan yang lainnya terus terjadi sehingga berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada setiap kebijakan manajemen yang dihasilkan. Pembuatan keputusan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari totalitas sistem organisasi secara keseluruhan. Pada dasarnya sebuah sistem organisasi mencakup sistem fisik (sistem operasional), sistem manajemen (sistem keputusan) dan sistem informasi. Marimin (2004), DSS bermanfaat membantu pengambilan keputusan secara interaktif. Suryadi dan Ramdhani (1998) menyebutkan DSS sebagai model dari sekumpulan prosedur untuk melakukan pengolahan data dengan tujuan membantu manajer dalam pembuatan keputusan spesifik. Penerapan DSS akan
25
berhasil jika sistem tersebut sederhana dan mudah digunakan, mudah melakukan pengawasan, mudah melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan berbagai entiti. Lucas (1993) menyebutkan DSS sebagai model dari sekumpulan prosedur untuk melakukan pengolahan data dengan tujuan membantu manajer dalam pembuatan keputusan spesifik. Penerapan DSS akan berhasil jika sistem tersebut sederhana dan mudah digunakan, mudah melakukan pengawasan, mudah melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan berbagai entiti. Karakteristik pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan menurut Minch dan Burn (1983) : 1. Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan. 2. Dukungan menyeluruh dari keputusan bertahap ganda. 3. Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, psikologi, intelegensia buatan (Artificial Intelegence), ilmu sistem, dan ilmu manajemen. 4. Mempunyai kemampuan adaptif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat. Penerapan Sistem Penunjang Keputusan akan bermanfaat menurut Keen dan Morton (1978), apabila : 1. Jumlah data sangat banyak sehingga sulit untuk memanfaatkannya. 2. Waktu untuk menentukan hasil akhir/ mencapai keputusan terbatas. 3. Diperlukan manipukasi dan komputasi dalam proses pencapaian tujuan. 4. Perlunya penentuan masalah, pengembangan alternatif dan pemilihan solusi berdasarkan akal sehat. Menurut Marimin (2004), Sistem Penunjang Keputusan terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1. Manajemen Data, termasuk di dalamnya adalah database yang berisi data yang berhubungan dengan sistem yang diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen basis data.
26
2. Manajemen Model, yaitu paket perangkat lunak yang terdiri dari model finansial, statistika, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang menyediakan kemampuan sistem analisis. 3. Subsistem Dialog, yaitu subsistem yang menghubungkan pengguna dengan perintah-perintah dalam SPK.
F. ALAT ANALISA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pada sistem penunjang keputusan ini menggunakan lima metode yaitu: 1. Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) Metode Perbandingan Eksponensial ini merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Metode Perbandingan Eksponensial akan menghasilkan nilai alternatif yang perbedaannya lebih kontras. Menurut Marimin (2004), Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan suatu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses. Keuntungan
dari
metode
MPE
adalah
nilai
skor
yang
menggambarkan urutan prioritas menjadi besar karena merupakan fungsi eksponensial, sehingga urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata.
27
Struktur model MPE m Total Nilai i = ∑
RK ij TKKj
j=1 Keterangan : Total Nilai i = Total Nilai alternatif ke-i RK ij
= Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj
= Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0
N
= Jumlah pilihan keputusan
M
= Jumlah kriteria keputusan Dalam menggunakan metode MPE ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan diantaranya menyusun alternatif-alternatif yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif. 2. Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Proses (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L.Saaty selama periode 1971-1975 di Wharton School (University of Pensylvania), memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan yang diskret maupun kontinyu (Mulyono,1991).
28
Metode AHP adalah adalah metode yang menentukan prioritas keputusan. Komparasi berpasangan dapat digunakan untuk membandingkan masukan-masukan secara berpasangan untuk menyusun prioritas keputusan, di samping itu komparasi berpasangan juga dapat digunakan untuk mengetahui atau melihat faktor-faktor yang dominan. Metode komparasi membutuhkan skala komparasi yang terbaik adalah antara 1 - 9 (Saaty, 1993). Banyak permasalahan yang menggunakan AHP seperti pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan (prediksi), alokasi sumber daya, penyusunan matrik input koefisien, penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik dan sebagainya. Metode AHP memiliki kelemahan antara lain ketergantung pada masukan dari seorang pakar yang membuat hasil akhir model ini tidak ada artinya, jika pakar tersebut memberikan nilai yang keliru. Selain itu, model AHP yang terlihat sangat sederhana dapat menjadi salah satu faktor kelemahan, hal tersebut dikarenakan adanya kebiasaan para pengambil keputusan sehingga menganggap model AHP bukanlah model yang cocok untuk mengambil keputusan (Brojonegoro, 1992). Dalam menyelesaikan permasalahan dengan metode AHP, Mulyono (1991) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami yaitu
decomposition
(dekomposisi),
comparative
judgement
(penilaian
perbandingan), synthesis of priority (sintesa prioritas), dan logical consistency (konsistensi logika). • Dekomposisi Dekomposisi yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan. Proses analisa ini dinamakan hirarki. • Penilaian perbandingan. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitan dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena penilaian ini akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian ini biasanya disajikan dalam bentuk matrik perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
29
• Sintesa prioritas Dari setiap matrik perbandingan berpasangan kemudian dicari eigenvector-nya untuk mendapatkan prioritas lokal. Karena matrik perbandingan berpasangan terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan prioritas global harus dilakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen. Menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. • Konsistensi logika Konsistensi memiliki dua makna, yaitu bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi dan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Penyusunan hirarki dalam AHP dilakukan untuk menyelesaikan persoalan, dengan menguraikan menjadi unsur-unsurnya yaitu kriteria dan alternatif. Hirarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, semuanya tersusun ke bawah dari suatu puncak (tujuan akhir), turun ke suatu sub-tujuan (sub-objective), kemudian faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub tujuan tersebut, kemudian pelaku yang memberikan dorongan, turun ke tujuantujuan pelaku aktor dan kemudian kebijakan-kebijakannya, lebih lanjut turun ke strategi-strateginya dan akhirnya hasil dari strategi ini. Penyajian sistem secara hierarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas pada elemen-elemen di bawahnya. Secara umum langkah-langkah yang digunakan dalam teknik AHP, yang pertama adalah melakukan analisis
kebutuhan terhadap permasalahan yang
sedang dikaji. Dari hasil analisa kebutuhan ini selanjutnya dilakukan penyusunan sejumlah hirarki sesuai dengan kebutuhan. Setelah digunakan penilaian secara berpasangan setiap elemen dalam hirarki tersebut, dilakukan pengolahan matematis setiap elemen pada hirarki yang sama (pengolahan horisontal) sehingga diperoleh tingkat konsistensi pendapat pada setiap elemen. Jika rasio konsistensi belum memenuhi syarat, maka dilakukan penggabungan pendapat dari setiap pengambil keputusan untuk dibuat matriks pendapat
30
gabungan dan dilakukan perhitungan bobot prioritas masing-masing sub elemen. Selanjutnya dilakukan pengolahan vertikal untuk memperoleh vektor prioritas. Hierarki keputusan disusun dengan menyesuaikan hierarki awal dengan pendapat para pakar. Secara umum struktur hiereki tersebut terdiri dari lima komponen yaitu fokus (tujuan akhir yang ingin dicapai), faktor (hal yang mempengaruhi fokus), aktor (pelaku yang berperan mempengaruhi faktor), objektif (tujuan dari setiap aktor) dan alternatif strategi yang dilakukan (Saaty, 1993). Hirarki dalam metode AHP Hirarki terdiri atas fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif, seperti terlihat pada gambar berikut.
Fokus
Faktor
Aktor
Tujuan
Alternatif
Gambar 1. Hirarki Metode Proses Hirarki Analitik (Saaty, 1993) 3. Metode Prakiraan (Forecasting) Kegiatan prakiraan (forecasting) kini menjadi sesuatu yang penting karena telah menjadi bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen. Prakiraan merupakan kegiatan manajemen paling awal yang digunakan untuk mendapatkan sasaran akhir dari seluruh kegiatan manajemen yang dilaksanakan. Prakiraan dibutuhkan untuk mengurangi ketergantungan
pada
sesuatu
yang
bersifat
probabilistik.
Menurut
31
Gitosudarmo (1982), prakiraan merupakan perkiraan terhadap masa depan mengenai apa yang akan terjadi. Pemilihan teknik prakiraan sangat mempengaruhi keakuratan hasil. Persoalan prakiraan bukan terletak pada penggunaan model matematis yang canggih, tetapi lebih pada pemilihan metode yang menghasilkan suatu prakiraan yang akurat, tepat waktu dan dapat dimengerti oleh manajemen. Banyak sekali metode prakiraan yang telah dikembangkan oleh para ahli. Metode-metode tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar, yaitu : (1) metode kualitatif dan (2) Metode kuantitatif. Metode kualitatif digolongkan menjadi metode eksploratif dan metode normatif. Sedangkan metode kuantitatif digolongkan menjadi metode kausal dan metode deret berkala (Goenawan, 1998). Model deret berkala dianalisa untuk menemukan pola variasi masa lalu yang dapat dipergunakan untuk memprakirakan nilai masa depan dan membantu manajemen operasi bisnis (Kuncoro,2000). Model runtut waktu yang dipilih untuk peramalan tergantung dari data apakah mengandung unsur trend atau tidak. Apabila tidak mengandung unsur trend maka teknik peramalan yang digunakan adalah dengan penghalusan eksponensial dan rata-rata bergerak. Apabila megandung unsur trend maka teknik yang digunakan yaitu teknik trend linear, trend kuadratik, trend eksponensial atau model autoregresif. 4. Analisa matriks IFE dan EFE Analisa strategi pengembangan agroindustri meliputi analisis internal dan analisis eksternal dari produk prospektif untuk dikembangkan. Analisis internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan usaha agroindustri dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Analisa eksternal digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi produk agroindustri dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk memahami peluang dan ancaman agroindustri sehingga mendapatkan formulasi strategi yang efektif dalam memasarkan produk (Subekti, 2005).
32
5. Matriks SWOT Identifikasi posisi perusahaan/ instansi dengan membuat keputusan untuk memilih alternatif strategi sebaiknya dilakukan setelah perusahaan mengetahui terlebih dahulu posisi perusahaan untuk kondisi sekarang berada pada kuadran sebelah mana sehingga strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan yang dimiliki saat ini. Posisi perusahaan/institusi dapat dikelompokkan dalam 4 kuadran, yaitu: kuadran I, II, III, IV. Pada kuadran I strategi yang paling sesuai yaitu strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III strategi turnaround dan kuadran IV strategi defensif. Tahapan analisa pada SWOT yaitu proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diambil lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut: a. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. b. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks SWOT. c. Tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahaan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan ataupun analisa secara kuantitatif misalkan neraca, laba rugi dan lain-lain. Setelah mengetahui beberapa faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks internal dan eksternal. Delapan Tahapan membentuk matriks SWOT yaitu : 1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan. 2. Menentukan faktor ancaman. 3. Menentukan faktor kekuatan internal. 4. Menentukan fakor kelemahan internal. 5. Sesuaikan
kekuatan
internal
dengan
peluang
eksternal
untuk
mendapatkan strategi S-O.
33
6. Sesuaikan
kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O. 7. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T. 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi. 6. Analisa Kelayakan Finansial Penentuan kelayakan menggunakan parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), B/C ratio dan Payback Period (PBP). NPV dan IRR dinilai sebagai metode yang representatif dalam menilai kelayakan suatu usaha investasi. Hal ini disebabkan kedua metode tersebut mempertimbangkan nilai waktu dari uang (Time Value of Money) (Santoso, 2001). Metode yang digunakan dalam menilai kelayakan suatu industri, yaitu : a. Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan metode penilaian investasi
yang
sampai saat ini populer digunakan. NPV merupakan cara perhitungan selisih antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi, dengan menggunakan tingkat bunga yang relevan, digunakan rumus :
34
n
At
NPV = ∑ t=0
(1 + k)t
Keterangan : k = Discount rate At = Cash flow pada periode t n = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan. Kriteria NPV adalah investasi dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan jika dari perhitungan yang dilakukan akan menghasikan NPV positif atau nol. Jika hasil NPV negatif maka investasi harus dibatalkan karena akan memberikan kerugian pada investor (Rangkuti, 2001). b. Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya tediri atas Present Value total dari benefit bersih dalam tahuntahun dimana benefit besih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present Value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah et al., 1999). Formulasinya adalah sebagai berikut : Net B/C = ∑ (Bt – Ct)/(1+i)t [Bt-Ct>0] ∑ (Ct-Bt)/ (1+i)t [Bt-Ct<0] Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) juga dapat dibuat dalam bentuk persamaan
perbandingan antara total penerimaan kotor dan total biaya
produksi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung B/C Ratio adalah : Gross Benefit Total B/C Ratio = Production Cost Total Kriteria keputusan yang diambil dalam menentukan kelayakan berdasarkan B/C Ratio adalah :
35
1) Jika B/C Ratio ≥ 1, maka proyek dikatakan layak diterima; 2) Jika B/C Ratio <1, maka proyek dikatakan tidak layak diterima. c. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi dalam hal ini adalah tingkat mana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount faktor atau telah dihitung dalam nilai seka rang, nilainya sama dengan initial investment (biaya investasi), rumus yang digunakan :
P2 - P1 r = P1 - C1 C2 - C1 Keterangan : P1 = Tingkat discount rate yang pertama P2 = Tingkat discount rate yang kedua C1 = NPV yang pertama C2 = NPV yang kedua Metode ini memberikan pedoman bahwa usulan proyek akan diterima apabila IRR > i. Begitu pula sebaliknya, jika diperoleh IRR < i, maka usulan proyek sebaiknya tidak dijalankan (Rangkuti, 2001). d. Payback Period (PBP) Payback Period (PBP), adalah suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain Payback Period merupakan rasio antara initial cash investmen dan cash flow yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima, rumus yang digunakan menurut Rangkuti (2001): Payback Period =
Nilai investasi Kas masuk bersih
x 1 tahun
36
Metode ini memberikan pedoman bahwa usulan investasi dapat diterima jika payback period lebih pendek waktunya daripada maximum paybac periodnya, sebaliknya investasi akan ditolak apabila payback period lebih panjang waktunya dari maximum payback periodnya. Kelemahan
metode
ini
adalah
bahwa
metode
ini
tidak
memperhatikan konsep nilai waktu dari uang, di samping juga tidak memperhatikan aliran dari kas masuk setelah payback. Jadi pada umumnya metode ini digunakan sebagai pendukung dari metode lain (NPV dan IRR) yang lebih baik. Menurut Gittinger (1986) secara umum proyek cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya yang terjadi. Oleh karena itu dalam perhitungan analisis kelayakan, perubahan biaya juga diperhitungkan dalam suatu perubahan proporsional yang ditetapkan dalam biaya yang dikeluarkan perusahaan.
G. PENELITIAN TERDAHULU Subekti (2005) dalam tesisnya yang berjudul Formulasi Strategi Pemasaran Produk Agroindustri Berbasis Kelapa Sawit. Dalam tesis ini mengidentifikasi produk berbasis kelapa sawit yang prospektif dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial, mengidentifikasi pasar potensial untuk produk kelapa sawit yang prospektif dengan menggunakan metode
peramalan
linier.
Dalam
merumuskan
strategi
pemasaran
menggunakan Matrik Internal Eksternal dan SWOT. Sitompul (2005) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pasar dan Peramalan Permintaan Pasar Dalam Merancang Strategi Pemasaran Produk Coca-Cola. Pada skripsi ini terdapat dua tahap penelitian. Pada tahap pendahuluan dilakukan analisis faktor yang mempengaruhi permintaan pasar sehingga dapat menghasilkan output peramalan permintaan pasar dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal sebelum merekomendasikan strategi pemasaran. Pada tahap kedua dengan memperkirakan semua hasil analisis dalam penelitian pendahuluan juga
37
dilakukan analisis SWOT yang kemudian terdapat hasil rekomendasi strategi pemasaran produk coca-cola. Sirait (2005) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Strategi Pemasaran Daging Sapi Pada CV. Duta Mandiri Abadi. Pada tesis ini dalam merumuskan strategi pemasaran menggunakan Analisis Faktor Internal Eksternal dan Matriks SWOT kemudian diperoleh strategi yang paling efektif dalam meningkatkan
pemasaran
daging
sapi.
Hasil
yang
diperoleh
yaitu
mempertahankan komitmen manajemen terhadap kualitas produk daging sapi dan mensosialisasikannya kepada karyawan, meningkatkan kinerja bagian pemasaran dalam menganalisis permintaan pasar serta mengoptimalkan kapasitas produksi yang sudah ada. Halim Machfud dalam disertasinya yang berjudul Pemodelan Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri Dengan Pendekatan Klaster. Disertasi ini mengupas rinci apa dan bagaimana mengembangkan industri minyak atsiri dengan menawarkan sistem klaster, sedangkan pada disertasi dan skripsi ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengembangkan industri minyak atsiri, perbedaannya hasil dari skripsi ini dari sisi pemasaran. Pada skripsi, tesis dan disertasi di atas belum dilengkapi program yang dapat mempermudah user yang bisa langsung diaplikasikan pada paket program. Pada model-model yang terdapat pada paket program, user dapat meng-input masukan dari beberapa pakar secara langsung dan mendapatkan hasilnya saat itu juga.
38
III. METODOLOGI
A. Kerangka Pemikiran Minyak atsiri atau disebut juga Essential Oil memiliki banyak kegunaan dalam industri obat-obatan, flavour, fragrance dan parfum. Di Indonesia tercatat 14 jenis minyak atsiri yang sudah diekspor. Volume ekspor minyak atsiri per bulan selama 2002, misalnya, rata-rata mencapai 1.500 ton dengan jumlah devisa yang berhasil diraih
sekitar US$ 4 juta. Dilihat dari permintaan pasar dan
kegunaannya minyak atsiri merupakan salah satu komoditi agroindustri yang potensial. Layak untuk dikembangkan terutama untuk pemasaran ke luar, strategi pemasaran yang tepat pun merupakan salah satu ujung tombak dalam bersamasama mengembangkan pasar industri minyak atsiri tanah air. Faktor pemilihan produk prospektif dipengaruhi oleh peluang pasar, ketersediaan SDA, teknologi yang digunakan, penyerapan tenaga kerja, kualifikasi SDM, peningkatan devisa, kebijakan pemerintah, distribusi produk. Faktor pemilihan pasar potensial dipengaruhi oleh pertumbuhan permintaan, volume ekspor, tingkat persaingan dan kebijakan pemerintah. Dengan mengetahui pasar potensial fokus dalam memasarkan lebih terarah. Faktor analisa kelayakan finansial berhubungan dengan modal usaha/ modal kerja. Analisa ini juga nantinya dapat membantu dan memberikan informasi pada perusahaan dalam pengambilan keputusan hal investasi maupun perkiraan keuntungan pada saat produksi. Dalam
mengambil
keputusan
strategi
pemasaran
diperlukan
pertimbangan-pertimbangan banyak hal yang berlaku sebagai faktor penunjang yang apabila dilakukan secara manual pasti akan memakan waktu lebih lama dan belum tentu efisien. Maka dari itu diperlukan suatu alat yang dapat membantu mengambil keputusan secara efektif dan efisien sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan terpercaya.
Perencanaan strategi pemasaran minyak atsiri di pasar ekspor akan memberi manfaat yang besar dalam mempersiapkan persaingan antar perusahaan yang bergerak di bidang minyak atsiri. Dalam perencanaan strategi akan selalu dihadapkan pada lingkungan yang memiliki karakteristik kompleks, dinamis, dan ketidakpastian. Untuk itu diperlukan suatu formulasi strategi pemasaran komoditas minyak atsiri ini. Aspek-aspek yang terkait antara dengan memperkirakan produk yang prospektif, pasar minyak atsiri yang potensial dan strategi pemasarannya itu sendiri. Garis besar kerangka logis penelitian ditunjukkan pada Gambar 2.
40
Persiapan Penelitian
Studi Pendahuluan
Latar Belakang dan Perumusan masalah
Studi Dokumentasi
Tujuan Penelitian
Studi Literatur
Pembatasan Masalah
Pemiihan Pakar
Analisis Penentuan Produk Prospektif dengan Teknik MPE Pengumpulan Data Produk Prospektif
Pengumpulan Data Pasar Potensial
Pengumpulan Data finansial pendirian Industri
Analisis Penentuan Pasar Potensial dengan Teknik AHP
NPV, IRR, PBP, B/C ratio
Analisis data pemasaran
Pengumpulan Data Permintaan Produk Minyak Analisis Penentuan Permintaan Produk dengan metode peramalan Time Series
Analisa SWOT, IFE, EFE
Pembangunan Model Pendukung Perumusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri Di Pasar Ekspor
Pemodelan Sistem Perancangan Basis Data
Pembuatan Program Komputer dan Pemilihan Software Pendukung
Perancangan Basis Model
Integrasi Pemodelan Sistem dan Program Komputer untuk Perancangan Sistem Pendukung Perumusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri Di pasar Ekspor
Verifikasi, Validasi, dan Evaluasi Prototipe Sistem
Rumusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri Di Pasar Ekspor sesuai dengan output sistem yang diperoleh
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
41
B. Pendekatan sistem 1. Identifikasi Kebutuhan Identifikasi kebutuhan merupakan tahapan pendekatan sistem yang melakukan analisa dan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang ada. Identifikasi ini menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapang, dan lain-lain. Identifikasi kebutuhan dari Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Strategi Pemasaran Minyak Atsiri di Pasar Ekspor meliputi aktor dan kebutuhannya sebagai berikut : Pemerintah • Meningkatkan pendapatan daerah serta devisa negara. • Meningkatkan pertumbuhan ekonomi. • Menentukan kebijakan yang mendukung ekspor dari minyak atsiri. Lembaga Perbankan •
Perbankan dapat memperoleh informasi secara langsung tentang industri minyak atsiri.
•
Dalam memproses kredit dapat diperoleh informasi jangka waktu pengembalian.
Buyer/ Pembeli/ Importir •
Memperoleh informasi ketika berinvestasi di bidang ini, informasi yang diperoleh dari segi komoditi, pasar dan kelayakan industri.
Eksportir Minyak Atsiri •
Memperoleh informasi akan langkah pemasaran yang akan diambil.
Lembaga intermediate minyak atsiri •
Memperoleh informasi mengenai perkembangan pasar minyak atsiri. Setiap aktor memiliki kepentingan yang berbeda jadi perlu adanya
hubungan kerjasama satu sama lain yang harmonis dan saling mendukung.
42
2. Formulasi Permasalahan Indonesia memiliki prospek yang bagus dalam agroindustri minyak atsiri dilihat dari segi permintaan dunia, namun ekspor yang dihasilkan Indonesia masih belum optimal. Perkembangan ekspor
dunia minyak
atsiri pada tahun 2002 mencapai US$ 500,071 ribu (33,183 ton) dan nilai impor dunia mencapai US$ 564,620. Negara-negara pengekspor terbesar pada tahun 2002 sebagai berikut: Dalam US$, Perancis (93,842), China (50,517), Indonesia (47,940), USA (34,011), Inggris (24,346) dan Singapura (21,090). Sedangkan berdasarkan data ITC/ Comtrade Statistics, nilai ekspor Indonesia untuk komoditi minyak atsiri (HS.330129) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan share Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai 8%, dibawah Perancis (22%) dan China (10%). Berdasarkan data di atas Indonesia menempati posisi ketiga negara pengekspor minyak atsiri terbesar, padahal jika dilihat lebih lanjut Indonesia memiliki daerah–daerah yang berpotensial yang menghasilkan minyak atsiri. Melihat potensi pasar minyak atsiri yang besar di pasar dunia, maka diprediksikan negara lain juga akan mulai serius untuk terjun di bisnis ini. Agar dapat beberapa langkah lebih maju, maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat di bidang pemasaran.
3. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan dengan pernyataan khusus masalah yang perlu dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji berupa rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan antar komponen-komponen. Tujuan akhir dari identifikasi sistem yaitu menghasilkan spesifikasi yang terperinci tentang peubah yang menyangkut rancangan dan proses kontrol yang ditentukan dan ditandai dengan adanya kriteria jalannya sistem akan membantu dalam evaluasi alternatif sistem (Eriyatno,1999). Hal ini
43
dapat dilakukan dengan cara menggambarkan sistem yang dikaji ke konsep kotak gelap (black box) dan dalam bentuk diagram input-ouput berikut.
Input lingkungan 1. Kebijakan pemerintah 2. Kondisi sosial dan ekonomi 3. Globalisasi perdagangan 4. Kondisi iklim yang berpengaruh di komoditi
Input tak terkendali
Output dikehendaki 1. Prakiraan permintaan produk 2. Negara yang menjadi pasar potensial 3. Produk minyak atsiri yang prospektif untuk diekspor 4. Perumusan strategi pemasaran mnyak atsiri di pasar ekspor 5. Kelayakan finansial industri
1. Ekonomi 2. Ukuran dan kecenderungan pasar 3. Kebijakan Pemerintah 4. Aspek sosial 5. Tingkat Persaingan
Sistem Penunjang Keputusan Strategi Pemasaran minyak Atsiri di Pasar Ekspor
Input terkendali
Output tidak dikehendaki
1. Volume ekspor 2. Jenis komoditi 3. Teknologi pengolahan 4. Kuantitas permintaan komoditi 5. Volume produksi yang sesuai
1. Harga yang fluktuatif 2. Ketidaklayakan suatu industri
Manajemen Pemasaran
Gambar 3. Diagram Input-Output
44
C. Tata Laksana Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa tahapan dalam pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survey dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Secara berurutan dimulai dari tahapan pertama yaitu kajian pustaka dan observasi lapang digunakan untuk mempelajari sistem perencanaan pemasaran serta permasalahannya secara umum beserta penerapannya ke dalam sistem. Tahapan yang kedua dilakukan penelitian pendahuluan dalam melihat produk prospektif di antara sekian komoditi minyak atsiri, melihat pasar potensial ketika produk ini diekspor beserta prakiraan permintaannya. Tahapan ketiga berdasarkan keseluruhan informasi pada tahap pertama dan kedua dilakukan formulasi strategi pemasaran bagi produk prospektif. 1. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pakar ahli di bidang pemasaran minyak atsiri. Data sekunder didapatkan dari Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Biro Pusat Statistik dan Departemen Pertanian. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan survey lapangan, mempelajari
sistem
pemasaran
minyak
atsiri
yang
diekspor
serta
permasalahannya secara umum. Kajian pustaka juga digunakan untuk penerapan berbagai aplikasi dalam sistem. Tahapan kedua adalah observasi lapang dilakukan dengan cara pengumpulan data dan informasi pendukung. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari secara langsung permasalahan pemasaran minyak atsiri Indonesia dalam mengekspor ke negara luar. Tahapan ketiga adalah wawancara dilakukan untuk mendapatkan faktorfaktor kritis operasionalisasi perumusan keputusan dalam pemasaran minyak atsiri.
45
2. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul pada tahap pengumpulan data. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan berbagai model atau metode, antara lain Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Analytical Hierarchy Process (AHP), Metode prakiraan Time series, untuk kelayakan finansial IRR,B/C Ratio, NPV, PBP. Sedangkan untuk memformulasi strategi pemasaran menggunakan Matriks SWOT. a. Pemilihan Produk Prospektif Pemilihan produk prospektif dilakukan dengan menggunakan dua tahapan. Tahapan pertama diskusi dengan pakar, dengan menggunakan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Hasil dari pengolahan data tersebut akan diperoleh urutan prioritas produk yang dinilai prospektif berdasarkan kriteria kritis. b. Pemilihan Pasar Potensial Pada tahap ini perlu adanya penentuan kriteria
dan alternatif yang
didiskusikan dengan para pakar dalam pemilihan negara tujuan pasar produk agroindustri minyak atsiri. Berdasarkan kriteria dipilih beberapa negara yang merupakan pasar potensial dengan menggunakan metode AHP, sehingga dihasilkan urutan pasar potensial. c. Prakiraan Permintaan Pasar Tahap ini dilakukan untuk memperkirakan tingkat permintaan minyak atsiri di pasar ekspor. Peramalan permintaan diolah berdasarkan data permintaan impor dari Indonesia. Metode yang digunakan yaitu metode peramalan Time Series pemulusan eksponensial. d. Formulasi Strategi Pemasaran Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap faktor dominan yang mempengaruhi perencanaan strategi dengan menggunakan: Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), yaitu untuk mengevaluasi faktor internal industri yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang ada pada agroindustri.
46
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE), yaitu untuk mengevaluasi faktor eksternal industri yang meliputi peluang dan ancaman yang ada pada agroindustri. Matriks Internal-Eksternal (IE) yang menggunakan parameter kekuatan internal agroindustri dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi pemasaran di tingkat korporat yang lebih detail. Matriks SWOT memperkirakan Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats dalam suatu industri. e. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial agroindustri biodiesel tersebut dilakukan dengan menggunakan metode NPV, IRR, B/C Ratio, PBP dan BEP. Hasil analisis pada tahap ini akan memberikan predikat kelayakan usaha ditinjau dari aspek finansial.
3. Perancangan Sistem Sistem yang dirancang terdiri dari sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model dihubungkan dengan sistem pengolahan terpusat serta sistem manajemen basis dialog yang mempermudah komunikasi antara pengguna dan komputer. a. Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data berfungsi untuk memasukkan data dan mengorganisasikan sehingga akan mempermudah dalam pengambilan data. Pengembangan basis data dalam sistem membutuhkan beberapa data yang hatus tersedia yaitu data ekspor impor minyak atsiri dan data responden pakar serta data hasil pengolahan. b. Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai penunjang keputusan. Pengembangan sistem manajemen basis model berdasarkan data-data yang diperoleh dari manajemen basis data
47
yang akan dikembangkan dengan formula matematis. Sistem manajemen basis model akan mengasilkan beberapa model Produk prospekif,
model
wilayah negara potensial, model permintaan dan model strategi pemasaran.
4. Implementasi Pada tahap ini dilakukan koordinasi antar basis model dan basis data yang
akan
diimplementasikan
ke
dalam
suatu
program
komputer.
Pengembangan sistem ini menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual Basic untuk pengembangan sistem dan manajemen basis data dinamis.
5. Verifikasi Model yang dikembangkan dalam program komputer diuji dengan menggunakan data aktual untuk mengetahui apakah model tersebut cukup layak untuk digunakan dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Verifikasi model yang dikembangkan adalah pada pengembangan formulasi strategi pemasaran minyak atsiri.
6. Evaluasi Setelah diverifikasi dengan menggunakan data sebenarnya maka dilakukan evaluasi, evaluasi yang dimaksudkan apakah hasil verifikasi dan validasi benar atau tidak maka perlu adanya perhitungan manual untuk meyakinkan kebenarannya dan juga sebagai pembanding.
48
IV. PEMODELAN SISTEM
A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri), paket perangkat lunak ini dirancang sebagai alat bantu yang berguna bagi pengambil keputusan untuk mengambil langkah strategi pemasaran yang ditempuh. EssDSS 01 terdiri dari 5 (lima) bagian utama, yaitu sistem pengolahan terpusat, sistem manajemen basis data statis, sistem manajemen basis data dinamis, sistem manajemen basis model dan sistem manajemen dialog. Konfigurasi model EssDss 01 antara sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model dihubungkan dengan sistem pengolahan terpusat dengan bantuan sistem manajemen basis dialog yang akan memudahkan komunikasi antara pengguna dengan komputer yang bersifat interaktif. Model ini terdiri dari beberapa model yaitu: 1. Sub model produk prospektif 2. Sub model pasar potensial 3. Sub model prakiraan permintaan 4. Sub model SWOT 5. Sub model analisa kelayakan industri minyak atsiri. Model EssDss 01 mengintegrasikan sistem dengan memasukkan pendapat pakar yang keluarannya akan menjadi komponen sistem penunjang keputusan.
Keluaran
dari
pengolahan
data
merupakan
hasil
dari
mengkombinasikan dari nilai yang didapat dari para pakar. Sistem terpusat merupakan bagian sistem yang bertujuan untuk mengorganisasikan
dan
mengendalikan
seluruh
komponen
sistem
serta
memungkinkan sistem berinteraksi secara dua arah dengan sistem lainnya. Sistem ini divisualisasikan melalui bentuk menu utama yang terdiri dari basis data
informasi, basis data dinamis dan basis model serta sistem manajemen dialog sebagai bagian dari sistem yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan sistem. PENGGUNA (USER)
SISTEM MANAJEMEN DIALOG
SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA STATIS DATA UMUM MINYAK ATSIRI DESKRIPSI SISTEM
SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA DINAMIS
SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL
DATA PRODUK
MODEL PEMILIHAN PRODUK PROSPEKTIF
DATA NEGARA PASAR POTENSIAL
MODEL PEMILIHAN NEGARA POTENSIAL
DATA EKSPOR MINYAK ATSIRI
MODEL PRAKIRAAN PERMINTAAN MINYAK ATSIRI
DATA PEMASARAN MINYAK ATSIRI DATA FINANSIAL INDUSTRI MINYAK
MODEL ANALISIS STRATEGI PEMASARAN MODEL ANALISA FINANSIAL
Gambar 4. Struktur DSS program EssDSS 01. EssDss 01 secara umum dapat digambarkan dengan sebuah diagram alir deskriptif yang terdiri dari bentuk masukan dan keluaran program serta alur program secara keseluruhan. Secara garis besar program EssDss 01 mengolah dengan menggunakan beberapa metode, untuk pemilihan produk prospektif
50
menggunakan metode MPE, untuk pemilihan pasar potensial menggunakan AHP, prakiraan permintaan menggunakan Time series, metode pengarah kebijakan strategi pemasaran menggunakan SWOT dan analisis kelayakan industri minyak atsiri menggunakan NPV, IRR, BEP, Ratio B/C. B. Rancang Bangun Model EssDSS 01 Perancangan
dan
pengembangan
Sistem
Penunjang
Keputusan
Perumusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri Di Pasar Ekspor akan dirancang dalam perangkat lunak (software) dan diberi nama EssDSS 01. Perangkat yang diperlukan untuk menjalankan program aplikasi EssDSS 01 ini adalah satu set Personal Computer (PC) minimum Processor Intel Pentium III dengan kapasitas memory (RAM) 128 MB, VGA 1 MB, CD-room, Monitor 800x600 pixels dan sistem operasi Windows XP. Program aplikasi ini disimpan dalam bentuk Compact Disk (CD) sehingga dapat dengan mudah diinstal melalui CD-Room. Untuk instalasi, program aplikasi ini memerlukan free space pada hard disk sebesar 20 MB untuk selanjutnya pengguna bisa langsung menggunakan file setup dan mengikuti petunjuk yang diberikan. Petunjuk penggunaan dapat dilihat pada Lampiran I. Perangkat lunak ini terdiri dari 4 bagian utama yaitu : 1. Sistem Pengolahan Terpusat Program EssDSS 01 menyediakan sistem pengolahan terpusat yang berfungsi mengelola keseluruhan dari elemen sistem sehingga menjadi bagian yang terintegrasi satu sama lain. Sistem manajemen basis data statis, sistem manajemen basis data dinamis dan sistem manajemen basis model diatur oleh sistem pengolahan terpusat sehingga memungkinkan pengguna mengakses seluruh fasilitas yang tersedia. Akses tersebut dilakukan melalui perintah-perintah yang terdapat dalam menu EssDSS 01.
51
2. Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data merupakan basis pusat penyimpanan, pengolahan dan memperbaharui data. Sistem ini harus memiliki perubahan terhadap isi maupun struktur dari elemen-elemen data itu sendiri. Basis data untuk paket program ini menggunakan Microsoft Visual Basic. Sistem manajemen basis data ini terdiri dari sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem Manajemen Data Statis akan mengorganisasikan data dalam program yang terdiri dari kelompok data primer yaitu data-data umum minyak atsiri. Penambahan kelompok data ini akan disesuaikan dengan kebutuhan. Basis Data Statis ini manampilkan informasi yang meliputi data umum minyak atsiri dan deskripsi sistem EssDSS 01. Paket program EssDSS 01 memiliki sistem manajemen basis data dinamis yang dibedakan menjadi lima kelompok yaitu kelompok data komoditi prospektif, pasar potensial, permintaan minyak atsiri, kelayakan minyak atsiri dan data strategi pemasaran. Setiap kelompok disediakan fasilitas untuk input, edit, simpan dan hapus data serta menampilkan data yang sudah ada. 3. Sistem Manajemen Basis Model Sistem Manajemen Basis Model akan menganalisis basis data yang terdapat pada manajemen basis data dinamis dengan menggunakan perhitungan matematis. Berbagai model digunakan untuk menganalisis produk prospektif dan negara sebagai pasar potensial, prakiraan permintaan dari minyak atsiri, aspek finansial dan strategi pemasaran. Sistem manajemen basis model merupakan keterkaitan antara model yang berfungsi untuk menganalisa data yang terdapat pada basis data dengan tujuan sebagai penunjang keputusan. Sistem manajemen basis model pada paket program EssDss 01 menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual Basic 6.0 dan Expert choice. Paket ini menggunakan lima model :
52
a. Model Pemilihan Produk Prospektif Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk memilih alternatif-alternatif produk prospektif bila dilempar ke pasar ekspor. Model ini menggunakan teknik MPE. Prosedurnya yaitu memberikan bobot pada alternatif berdasarkan faktor yang diberikan. Output yang diharapkan yaitu alternatif yang mendapatkan bobot tertinggi adalah alternatif yang akan digunakan untuk pengembangan strategi pemasaran. m Total Nilai i = ∑
RK ij TKKj
j=1
Keterangan : Total Nilai i = Total Nilai alternatif ke-i RK ij
= Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj
= Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0
N
= Jumlah pilihan keputusan
M
= Jumlah kriteria keputusan
b. Model Pemilihan Lokasi Potensial Model ini digunakan untuk memilih alternatif-alternatif wilayah dari bagian dunia yang potensial untuk sasaran ekspor Indonesia untuk minyak atsiri. Model ini menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP). Metode
ini digunakan untuk menganalisis alternatif-alternatif lokasi
berdasarkan kriteria-kriteria seperti tingkat produksi minyak atsiri, tingkat permintaan minyak atsiri.
53
c. Model Penentuan Prakiraan (Forecasting) Permintaan Model Penentuan Prakiraan Permintaan digunakan untuk memberikan prakiraan permintaan minyak atsiri di pasar ekspor selama beberapa tahun ke depan. Data yang digunakan adalah data ekspor atsiri pada tahun-tahun sebelumnya. Alat analisa yang digunakan yaitu
Metode Time Series
pemulusan eksponensial. d. Model Analisa Kelayakan Industri Model analisa kelayakan industri digunakan untuk menentukan layak tidaknya industri minyak atsiri dibagun dengan kondisi saat ini. Model kelayakan industri ditentukan dengan menggunakan data analisis finansial (NPV, IRR, BEP, Ratio B/C) •
Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan metode penilaian investasi yang sampai saat ini populer digunakan. NPV merupakan cara perhitungan selisih antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang investasi, dengan menggunakan tingkat bunga yang relevan, digunakan rumus : n
At
NPV = ∑ t=0
(1 + k)t
Keterangan : k
= Discount rate
At = Cash flow pada periode t n
= Periode terakhir dimana cash flow diharapkan. Kriteria NPV adalah investasi dikatakan menguntungkan dan
layak diusahakan jika dari perhitungan yang dilakukan akan menghasikan NPV positif atau nol. Jika hasil NPV negatif maka investasi harus dibatalkan karena akan memberikan kerugian pada investor (Rangkuti, 2001). 54
•
Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya tediri atas Present Value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit besih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present Value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah et al., 1999). Formulasinya adalah sebagai berikut : Net B/C = ∑ (Bt – Ct)/(1+i)t [Bt-Ct>0] ∑ (Ct-Bt)/ (1+i)t [Bt-Ct<0] Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) juga dapat dibuat dalam bentuk persamaan perbandingan antara total penerimaan kotor dan total biaya produksi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung B/C Ratio adalah : Gross Benefit Total B/C Ratio = Production Cost Total Kriteria keputusan yang diambil dalam menentukan kelayakan berdasarkan B/C Ratio adalah : 1) Jika B/C Ratio ≥ 1, maka proyek dikatakan layak diterima; 2) Jika B/C Ratio <1, maka proyek dikatakan tidak layak diterima.
•
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi dalam hal ini adalah tingkat mana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount faktor
55
atau telah dihitung dalam nilai sekarang, nilainya sama dengan initial investment (biaya investasi), rumus yang digunakan : P2 - P1 r = P1 - C1 C2 - C1 Keterangan : P1 = Tingkat discount rate yang pertama P2 = Tingkat discount rate yang kedua C1 = NPV yang pertama C2 = NPV yang kedua Metode ini memberikan pedoman bahwa usulan proyek akan diterima apabila IRR > i. Begitu pula sebaliknya, jika diperoleh IRR < i, maka usulan proyek sebaiknya tidak dijalankan (Rangkuti, 2001). •
Payback Period (PBP) Payback Period (PBP), adalah suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain Payback Period merupakan rasio antara initial cash investment dan cash flow yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima, rumus yang digunakan :
Payback Period =
Nilai investasi Kas masuk bersih
x 1 tahun
56
e. Model Strategi Pemasaran Minyak Atsiri Di Pasar Ekspor Model ini digunakan untuk menentukan strategi pemasaran yang sebaiknya digunakan dalam menembus pasar atsiri di pasar ekspor. Menggunakan alat analisa Matriks IE, Matriks IFE dan Matriks EFE.
4. Sistem Manajemen Basis Dialog Sistem manajemen dialog merupakan bagian dari paket program yang berinteraksi secara langsung dengan pengguna yang berfungsi sebagai fasilitas penghubung antara sistem pengolahan terpusat dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan yang secara tidak langsung menerima masukan dan keluaran dari sistem. Sistem ini menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki oleh pengguna.
Gambar 5. Manajemen Basis Dialog C. SDLC (System Development Life Cycle) Tahapan ini digunakan untuk menganalisa sistem, desain sistem dan tahapan pengembangan implementasi. Tahapan analisa sistem bertujuan untuk menetapkan berbagai dasar sistem dan keperluan serta menjadi landasan untuk
57
merancang dan mengimplementasikan sistem. Analisa sistem dilakukan dengan pendekatan bottom up yang dimulai dengan analisa kebutuhan pengguna hingga dihasilkannya diagram input-output. Selain itu, pada tahap analisa sistem juga dilakukan penentuan ruang lingkup yang bertujuan untuk menentukan batasan, asumsi serta ruang lingkup permasalahan dalam implementasi Sistem Penunjang Keputusan Strategi Pemasaran Minyak Atsiri di Pasar Ekspor. Tahap desain sistem bertujuan untuk merancang dan mendesain sistem sesuai dengan hasil analisa sistem. Tahap desain sistem didasarkan atas sistem yang dikaji meliputi tahap perancangan sistem basis model, sistem pengolahan data, sistem pengolah pusat dan sistem dialognya. Tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan implementasi yang meliputi kegiatan transformasi desain ke sistem dan pembuatan perangkat lunak yang meliputi analisa program, perancangan program dan pengkodean program. Perancangan sistem penunjang keputusan ini menggunakan perangkat lunak dan apabila program telah selesai, maka selanjutnya dilakukan proses pelacakan kesalahan (debugging) dan pengujian program. Pada akhirnya pada tahap ini diperoleh pemodelan sistem penunjang keputusan minyak atsiri di pasar ekspor. Tahapan verifikasi dilakukan dengan tujuan apakah sistem ini layak digunakan dan sistem validasi dilakukan dengan tujuan melihat tingkat keakuratan dibandingkan dengan dunia nyata.
58
V. IMPLEMENTASI EssDSS 01
A. Program Utama EssDSS 01 Paket program EssDss 01 merupakan paket dari sistem program yang mengintegrasikan beberapa model yang berkaitan di dalamnya. Model-model ini membantu dalam pemilihan produk prospektif, pasar ekspor potensial yang dituju, prakiraan permintaan dunia pada minyak atsiri, kelayakan industri minyak atsiri dan juga mengklasifikasikan produk-produk prospektif minyak atsiri ke dalam suatu kelas bisnis suatu industri. Output model inilah nantinya yang akan menunjang strategi pemasaran yang nantinya akan diambil. Paket program EssDss 01 merupakan paket program aplikasi
yang dirancang
sebagai alat pengambil keputusan penunjang untuk menentukan strategi pemasaran. Verifikasi dari paket program ini terdiri dari pengolahan data primer dan sekunder. Pengolahan data primer diperoleh dari pengisian kuisioner dan wawancara dengan para pakar pemasaran minyak atsiri. Para pakar yang berpartisipasi dalam input pada program EssDSS 01 ini adalah : 1. Yayan Sudaryana : Kasubdit aneka hasil pertanian dan olahan, direktorat ekspor produk pertanian dan kehutanan, Departemen Perdagangan. 2. Arianto Mulyadi : Manager Business Development PT. Indesso Aroma 3. Eddie K. Piyoto : President Director PT. Kryogenia Utama 4. Meika S. Rusli.
: Pakar pemasaran atsiri di Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan data dari Biro Pusat Statistik, Departemen Perindustrian, Departemen Pertanian. Pada data primer partisipasi pakar sangat diperlukan. Dari kriteria-kriteria yang telah ditentukan dari hasil wawancara dengan pakar ditentukan alternatif-alternatif yang telah diolah berdasarkan expert survey yang dilakukan melalui kuisioner kemudian diolah dan ditentukan tingkat kepentingannya.
Program ini diharapkan dapat membantu pihak eksportir, investor, buyer, lembaga pemerintahan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam pengembangan pemasaran minyak atsiri nasional di pasar ekspor. Pilihan alternatif hasil wawancara pakar sangat membantu dalam pemilihan produk prospektif dan pasar potensial. Program ini juga berguna bagi para investor dalam memberikan informasi peluang pasar minyak atsiri dan peluang dalam pengembangannya, sehingga dapat menarik minat investor untuk menanamkan investasi di dalamnya.
B. SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT Paket program EssDss memiliki sistem pengolahan terpusat yang mengatur keseluruhan interaksi antara sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model. Pengguna dapat mengakses secara menyeluruh dengan adanya sistem pengolahan terpusat. Paket perangkat program ini dilengkapi dengan pengaman sebagai admin agar terhindar dari pemakai yang ilegal. Pengguna yang login sebagai admin akan diminta kata sandi (password) pada saat program pertama kali dijalankan (login). Pengguna admin yang login sebagai non admin tidak dimintai kata sandi (password). Pengguna admin tidak akan dapat masuk ke dalam program utama jika kata sandi yang dimasukan salah. Pengguna dapat masuk ke dalam program utama jika kata sandi yang dimasukkan benar. User tanpa password dapat mengakses program dan menggunakan fasilitas berupa model–model yang terdapat pada menu tetapi tidak bisa memperbaharui data yang ada, berbeda dengan administrator yang dapat menggunakan seluruh fasilitas di program dan memperbaharui program sehingga diperlukan kata sandi untuk mengakses program.
60
Tampilan login EssDss dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Log in Pada Program EssDss 01
Sistem pengolahan terpusat divisualisasikan dalam bentuk menu utama. Pada menu utama EssDss didesain dengan desain grafis yang menarik sehingga user tidak mudah bosan saat berinteraksi dengan program. Pengguna dapat melakukan akses ke seluruh bagian EssDss melalui menu utama dengan berdasar pada kategori pengguna saat login. Dengan menggunakan user sebagai tamu, tamu dapat melihat update terakhir dari admin dan juga dapat menggunakan fasilitas yang terdapat pada Sistem Penunjang Keputusan (SPK) pengarah kebijakan strategi pemasaran ini. Misalkan dapat menggunakan model forecasting sesuai data yang mereka miliki sendiri. Perbedaanya sebagai tamu mereka tidak dapat menyimpan data yang telah dirubah berbeda dengan admin, yang memiliki kewenangan untuk meng-update SPK ini. Dalam menu utama yang sebagai pengolahan utama terpusat. Pengguna dapat dapat mengakses semua fasilitas yang ada tanpa dibatasi.
61
Pada menu utama kita dapat memilih untuk mengakses model yang kita inginkan, seperti : •
Model Produk prospektif, dengan metode MPE
•
Model Pasar potensial, dengan metode AHP
•
Model Prakiraan permintaan, dengan metode time series pemulusan eksponensial
•
Model analisis finansial dengan kriteria investasi (NPV, B/C Ratio, PBP, IRR)
•
Model strategi pemasaran dengan metode SWOT
Menu pemilihan model terdapat pada sebelah kiri atas yang terdapat lima model pilihan.
Gambar 7. Menu Pemilihan Model
C. SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Program EssDSS 1.0 menggunakan dua jenis sistem manajemen basis data, yaitu sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis digunakan pada tampilan
62
tiap intro atau perkenalan di masing-masing model. Pada masing-masing intro ini, semua jenis data dan informasi disajikan dalam format data HTML. Dengan format data HTML tersebut, user/ guest hanya dapat mengaksesnya namun tidak dapat melakukan input data. Perubahan (update) dan editing data hanya dapat dilakukan oleh administrator. Sistem manajemen basis data dinamis digunakan pada tampilan menu model sehingga pengguna dapat melakukan perubahan (update) data terhadap masing-masing model. Sistem manajemen basis data dinamis tersebut merupakan masukan (input) untuk sistem manajemen basis model. Penanganan basis data menggunakan Microsoft Visual Basic yang terangkum menjadi satu dengan sistem dialog dan sistem model. Pada sistem manajemen basis data dinamis, terdapat bagian-bagian dimana para user selain admin dapat menggunakan fasilitas yang ada di paket program EssDSS 01 ini. User dapat merubah angka dan melihat hasil akhirnya dengan menggunakan program ini bedanya data yang sudah diubah, tidak bisa disimpan berbeda dengan admin yang memiliki wewenang untuk merubah atau mengupdate data. Dalam merubah data berikut gambar dimana input dari para pakar dimasukkan ke dalam tabel score nilai untuk menentukan alternatif yang paling potensial dengan skala penilaian sebagai berikut: 5 : Sangat baik atau sangat penting 4 : Baik atau penting 3 : Sedang 2 : Kurang baik atau kurang penting 1 : Sangat kurang baik atau sangat kurang penting Gambar di bawah juga merupakan sistem data dinamis dimana input dari pakar bisa di-update. Pada setiap model memiliki basis datanya masing-masing yang terintegrasi di dalam suatu program yang telah dirancang.
63
1. Model Produk Prospektif Data primer pada model ini disini bersifat statis, data primer pada program ini terdapat pada setiap model program yang berisi keterangan mengenai model yang bersangkutan. Berikut contoh tampilan manajemen basis data statis pada model produk prospektif:
Gambar 8. Manajemen Basis Data Statis Pada Pemilihan Produk Prospektif
Sedangkan pada basis data dinamisnya terdiri dari data kriteria pemilihan untuk produk minyak atsiri, data pembobotan kriteria untuk penilaian produk prospektif, data bobot dari produk yang prospektif itu sendiri. Data dari para pakar untuk model ini diinput ke dalam expert choice yang terdapat dalam tab pembobotan alternatif dan output berupa hasil combine dari beberapa pakar berupa bobot dari kriteria - kriteria untuk pemilihan produk prospektif.
64
Gambar 9. Data pembobotan kriteria untuk pemilihan produk prospektif.
Hasil pembobotan dari kriteria untuk pemilihan alternatif diinput ke dalam kotak pembobotan yang terdapat pada tab pemilihan alternatif.
Gambar 10. Bobot kriteria untuk produk prospektif
65
Untuk mendapatkan hasil akhir berupa produk prospektif langkah berikutnya giliran para pakar menilai alternatif dari produk prospektif itu sendiri.
Gambar 11. Pemberian nilai oleh pakar.
Setelah input dari para pakar dimasukkan, hasil perlu di-combine dengan menggunakan button pendapat agregat. Hasil yang didapatkan berupa gabungan dari pendapat para pakar yang masih dalam berbentuk tabel yang berisi skala.
66
Gambar 12. Tabel Pendapat Agregat
Tabel hasil prioritas alternatif dapat dilihat dengan menekan button centang di kanan atas pada layar masing-masing sub-menu. Gambar yang didapat sudah berupa hasil prioritas alternatif.
Gambar 13. Hasil Prioritas Alternatif.
67
Kolom ini khusus untuk menampilkan hasil yang sudah didapatkan dari pendapat para pakar yang sudah berupa tabel hasil prioritas alternatif yang dapat memudahkan pengguna dalam melihat hasil akhir dari suatu model.
2. Model Pasar Potensial Data pada pasar potensial berupa data kriteria pemilihan untuk pasar potensial, pembobotan kriteria pemilihan untuk pasar potensial dan pembobotan pasar potensial itu sendiri. Para pakar bisa langsung memasukkan pendapatnya pada model ini yang langsung memiliki link pada program expert choice 2000.
Gambar 14. Model Pasar Potensial
3. Model Prakiraan Permintaan minyak atsiri Model prakiraan permintaan minyak atsiri sama seperti model lainnya, pada model ini juga terdapat basis data statis yang terdapat pada box intro yang berupa wacana pembuka sebelum menggunakan model ini.
68
Gambar 15. Basis data statis pada model prakiraan permintaan.
Sedangkan basis data dinamis model ini terdapat pada box data dan prakiraan. Data dimasukkan ke dalam tabel terlebih dahulu minimal sebanyak lima tahun, kemudian melaui model ini hasilnya berupa prakiraan permintaan di tahun-rahun berikutnya yang bisa dilihat dalam bentuk tabel ataupun grafik. Berikut contoh grafik yang merupakan output dari model ini.
Gambar 16. Grafik data dan prakiraan pada model prakiraan permintaan minyak atsiri
69
4. Model SWOT Model data SWOT sama seperti model lainnya yang memerlukan input dari pakar kemudian input dari para pakar inilah yang menentukan hasil output model yang berupa posisi kelas dari suatu produk Dari posisi inilah nantinya kita bisa menerjemahkan strategi pemasaran apa yang tepat untuk dilakukan ke depannya. Data dinamis untuk model ini terdapat pada peng-input-an data ke model. Terdapat box kekuatan kelemahan peluang dan ancaman bagi pengembangan produk. Hal-hal yang mempengaruhi hal tersebut dimasukkan ke dalam box. Sesuai dengan kriteria masing-masing.
Gambar 17. Kotak input kriteria untuk analisa SWOT
Kemudian para pakar memasukkan nilai bagi pembandingpembanding hal-hal tersebut di atas.
70
Gambar 18. Input pakar untuk pembobotan untuk analisis SWOT
Input
dari
beberapa
pakar
ini
nantinya
di-combined
dan
menghasilkan letak kelas dari posisi perkembangan produk yang dianalisa.
Gambar 19. Kelas SWOT pada minyak nilam
71
Untuk memudahkan pengguna pada tampilan langsung diperlihatkan letak kelas dari produk yang dianalisa.
5. Model Kelayakan Finansial Pada model ini terdapat beberapa data yang bisa langsung diinput ke dalam program. Dari data yang telah dimasukkan program dapat langsung menghitung NPV, IRR, B/C ratio, PBP. Contoh tampilan sesuai gambar berikut:
Gambar 20. Analisis finansial minyak atsiri.
72
VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL
A. Model Pemilihan Produk Prospektif 1. Input Model Pemilihan Produk Prospektif. Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk menentukan komoditi minyak atsiri prospektif di pasar ekspor dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) yang digunakan untuk menyaring alternatif dan untuk pembobotan kriteria bagi alternatif menggunakan software Expert Choice 2000. Alternatif merupakan pilihan-pilihan dari hasil akhir sedangkan kriteria merupakan hal yang menentukan seberapa utama alternatif yang ada. Hasil kriteria dan alternatif didapatkan dari wawancara dan studi literatur. Kriteria dan alternatif inilah yang nantinya menentukan pemilihan produk prospektif. Wawancara yang dilakukan berasal dari survei empat orang pakar yang ahli di bidang minyak atsiri yaitu Aryanto (PT. Indesso Aroma) sebagai praktisi, Eddie K. Piyoto (PT. Kryogenia Utama) juga sebagai praktisi, Meika S. Rusli (Akademisi sekaligus praktisi), Yayan Sudaryana (Pihak Pemerintah). Hasil wawancara dengan keempat pakar dan studi literatur berupa delapan kriteria/ faktor yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan produk prospektif yaitu : a. Peluang Pasar Peluang pasar menunjukkan prospek permintaan komoditi minyak atsiri di pasar luar negeri untuk prakiraan masa sekarang maupun jangka panjang dengan pegangan dari data masa lalu. b. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Industrialisasi minyak atsiri membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualifikasi kompetitif di era global. SDM berpengaruh pada produk yang dihasilkan, dibutuhkan orang yang memiliki pengetahuan lebih dalam minyak atsiri. Hal ini nantinya
dapat mempengaruhi dari segi kualitas maupun kuantitas. Di indonesia kendala
SDM
merupakan
faktor
serius
yang
mempengaruhi
perkembangan usaha. SDM yang dibutuhkan yaitu yang berkemauan keras, jujur dan memiliki ketrampilan khusus serta menguasai teknologi. c. Ketersediaan sumber daya alam Menggambarkan ketersediaan bahan baku yang tersedia berpengaruh pada jumlah minyak atsiri yang dihasilkan. Ketersediaan sumber daya alam dipengaruhi oleh kondisi geografis maupun perlakuan ketika budidaya. d. Peningkatan devisa Kriteria ini menunjukkan besarnya pemasukan ke kas negara. Semakin besar volume ekspor negara kita maka semakin besar pula devisa negara kita. Diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para stakeholder dan pemerintah. e. Penyerapan tenaga kerja Kriteria ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh agroindustri minyak atsiri ini. Semakin besar suatu industri maka semakin besar pula pelibatan tenaga kerja bisa di bagian produksi, manajemen maupun distribusinya. Dengan majunya suatu industri dan peningkatan tenaga kerja berkorelasi positif terhadap perekonomian negara. Hal ini berlaku pada industri minyak atsiri dengan masih menggunakan teknologi saat ini. f. Teknologi yang digunakan Menggambarkan
tingkat
teknologi
yang
digunakan
dalam
mengembangkan industri minyak atsiri. Hal ini perlu dipertimbangkan, mengingat harus sesuai dengan standar yang berlaku. Teknologi juga mempengaruhi kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dan juga nantinya bepengaruh pada harga komoditi. Sebagai contoh bila produsen dan petani itu masih memakai teknologi sederhana, maka minyak atsiri terkadang berbau gosong dan rendemennya kecil. Di negara seperti Borbone, harga mesin pengolahan bisa mencapai Rp. 30
74
miliar per unit pabrik, sementara dengan teknologi sederhana investasinya tidak lebih dari Rp100 juta. g. Distribusi Produk Menggambarkan akses distribusi produk dari produsen hingga ke konsumen merupakan salah satu kriteria yang perlu dipertimbangkan. Semakin lancar akses distribusi produk dan para customer merasa puas sehingga kerjasama jangka panjang
diharapkan meningkat seiring
dengan tingkat permintaan. h. Kebijakan Pemerintah Menggambarkan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung pengembangan dan pemasaran komoditas minyak atsiri.
Dari kriteria-kriteria di atas ini akan diberikan penilaian oleh para pakar dari skala 1 sampai 5. penilaian yang dilakukan dengan membobot kriteria/ faktor yang diajukan, kemudian membobot alternatif berdasarkan kriterianya menggunakan expert choice 2000.
Gambar 21. Pembobotan kriteria pada Expert Choice 2000
75
Selain kriteria, wawancara dengan para pakar juga menghasilkan alternatif komoditi minyak atsiri yang prospektif di pasar ekspor yaitu minyak nilam, minyak akar wangi, minyak serai wangi, minyak pala, minyak jahe, minyak cengkeh, minyak kayu manis, minyak cendana. Hasil analisa penyaringan ditampilkan kepada user (pengguna) berupa komoditi minyak atsiri prospektif pada pasar ekspor.
2. Output Penyaringan Alternatif Proses Pemilihan Produk Prospektif. Hasil keluaran atau output dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) menghasilkan pembobotan alternatif yang nantinya
mempengaruhi
output
keluaran
produk
prospektif
yang
menggunakan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Hasil perhitungan dengan menggunakan MPE diperoleh hasil sebagai berikut. Menurut hasil pembobotan kriteria dari pakar :
Tabel 8. Pembobotan Kriteria Pada Produk Prospektif.
1 5 6 4 2 3 8 7
Bobot prioritas Goal Goal: pemilihan produk Peluang Pasar Ketersediaan SDA Teknologi yang Digunakan Penyerapan tenaga kerja kualifikasi SDM Peningkatan devisa Kebijakan Pemerintah Distribusi Produk Rasio inkonsistensi= 0.02
0,377 0,185 0,116 0,088 0,086 0,059 0,047 0,042
Faktor penting yang berperan dalam pemilihan produk prospektif yang pertama adalah peluang pasar dengan nilai 0,377, disusul oleh ketersediaan SDA 0,185 dan di urutan ketiga adalah teknologi yang digunakan dengan point 0,116. Bisa dikatakan semakin tinggi peluang pasar suatu produk semakin prospektif pula produk tersebut. Peluang pasar bisa bisa jugadiidentikkan dengan seberapa banyak permintaaan ekspor minyak atsiri tersebut dari negara lain.
76
Pada program dapat dilihat hasil alternatif:
Gambar 22. Hasil Alternatif Produk prospektif
Peringkat pertama yaitu minyak nilam, yang kedua adalah minyak cengkeh yang ketiga adalah minyak akar wangi. Setelah diverifikasi dengan menggunakan metode MPE secara manual diperoleh hasil:
Tabel 9. Hasil Akhir Produk Prospektif Alternatif
Bobot
Konversi bobot
Minyak Nilam
Minyak Akar Wangi
Minyak Serai Wangi
Minyak Pala
Minyak Jahe
Minyak Cengkeh
Minyak Kayu Manis
Minyak Cendana
Peluang Pasar Ketersediaan SDA Teknologi yang Digunakan
0,377
5
5
4
4
3
3
5
3
3
0,185
4
4
3
3
3
3
3
3
3
0,116
4
4
3
3
3
3
3
3
3
Penyerapan tenaga kerja
0,088
3
4
3
3
3
3
3
2
3
Kualifikasi SDM
0,086
3
5
4
3
3
3
5
3
2
Peningkatan devisa
0,059
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Kebijakan Pemerintah
0,047
3
4
4
3
3
3
3
3
3
Distribusi Produk
0,042
3
4
4
3
4
4
3
3
3
3981
1432
1321
577
577
3520
521
521
Hasil MPE
77
Hasil verifikasi pengolahan memiliki hasil yang sama yaitu tiga produk prospektif teratas yaitu Minyak Nilam dengan nilai 3981. Minyak nilam terbukti yang paling potensial, dari segi peluang pasar minyak nilam dari Indonesia menguasai pasar dunia sebesar 90% dan kualitas yang paling bagus juga ada di Indonesia dengan jenis nilam aceh atau disebut juga Pogostemon cablin Benth. Sampai saat ini belum ada senyawa sintetis yang bisa menggantikan nilam sebagai zat fiksatif kuat pada parfum. Tabel 10. Rata-rata pasar ekspor minyak atsiri Jenis Minyak Atsiri Minyak bergamot Minyak jeruk Minyak Lemon Minyak lainnya Minyak geranium Minyak melati Minyak lavender Minyak peppermint Minyak akar wangi Minyak sereh wangi Minyak nilam Minyak pala Minyak kayu manis Minyak Jahe Minyak cardamoms Minyak Palmarosa Minyak atsiri lainnya
Volume (Kg) 29.678,00 398,86 829,00 6.153,29 63,33 2,00 335,00 6.436,50 167.859,00 202.516,38 1.157.117,63 225.504,00 233,00 2.905,00 107,60 94,17 912.237,86
Persentase 1.094,00 0,02 0,03 0,23 0,02 0,01 0,24 6.188,00 7.466,00 42.659,00 8.314,00 0,01 0,11 0,00 0,00 33.631,00
2.712.470,62
100,000
Total
Biro Pusat Statistik, 2000 Besarnya prosentase ekspor minyak nilam pada tahun 2000 bisa mencapai empat kali lipatnya dibanding yang lain dan terbukti bahwa angka permintaan pasar nilam cukup tinggi. Kendati kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil terhadap devisa total Indonesia, namun perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi ini meningkat cukup tajam setiap tahunnya. Bahkan akhir-akhir ini harga jual ekspor nilam di pasaran dunia mencapai US $ 600 per kg yang awalnya US 1.000 per kg. Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap
78
parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang subsitusi essential
oil
yang
bersifat
pengikat
(fiksasi)
dalam
industri
parfum/kosmetika. Prospek ekspor yang cukup besar ini seharusnya mampu diiringi oleh pengembangan budidaya dan industri minyak nilam di dalam negeri. Usaha pengembangan ini akan lebih berdaya guna bila usaha kecil yang selama ini di kelola secara tradisional bermitra dengan usaha besar yang pada umumnya lebih mengusai pasar ekspor dan telah memiliki kemampuan teknologi budidaya dan industri minyak nilam. Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia sudah sangat di percaya oleh para konsumen di luar negeri. Hal itu terlihat bahwa porsi minyak nilam Indonesia dipasaran dunia mencapai 89-90% dari pasaran minyak nilam dunia. Disamping itu keunggulan minyak nilam Indonesia di pasaran di tandai dengan tingginya apresiasi harga minyak nilam dari negara lain seperti RRC. Harga minyak nilam Indonesia di pasaran luar negeri berkisar antara US$ 18,75 - 20,00 per Kg CF (Agustus 1988) dibandingkan dengan yang berkisar antara US$ 17,00/Kg CF dan pada bulan Februari 1989 selisih harga itu semakin tinggi yaitu minyak nilam Indonesia terjual US$ 18,50 - 18, 75 Kg/CF sedangkan harga jual nilam ex RRC jauh dibawah yaitu US$ 15 - 16,00 per kg CF. Berdasarkan informasi tahun tahun terakhir ini RRC tidak melakukan ekspor lagi karena kebutuhan minyak nilam dalam negeri mangalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri parfum dan kosmetik dalam negerinya sehingga porsi ekspor minyak nilam Indonesia dapat mencapai lebih 90% dari perdagangan luar negeri minyak nilam dunia. Hal ini berarti space market minyak nilam Indonesia makin membesar karena makin kecilnya peranan dari kompetitor (www.bi.go.id). Untuk ketersediaan sumber daya alam (SDA) tanaman nilam termasuk mudah tumbuh di Indonesia, jadi para petani di daerah jawa dan sekitarnya pun bisa membudidayakan nilam aceh ini. Dari segi teknologi masih perlu dikembangkan sama seperti teknologi minyak atsiri yang lain tetapi karena varietas yang Indonesia punya tergolong unggul maka kualitas yang dihasilkan bagus. Karena Indonesia sudah terkenal akan unggulnya
79
atsiri nilam ini hendaknya terus menjaga nama baik di perdagangan ekspor dengan tidak melakukan penipuan yang dapat mencemarkan nama baik Indonesia di mata dunia. Kemudian untuk produk prospektif lainnya diikuti oleh minyak Cengkeh dengan nilai 3.520, Minyak Akar Wangi dengan nilai 1.432. Hasil antara program dengan kalkulasi manual menunjukkan hasil yang sama. Data dari Himpunan Industri Kecil Agro dan Manufaktur mengungkapkan permintaan minyak akar wangi ke Indonesia melalui beberapa trader atau eksportir bisa mencapai 300 ton per tahun atau senilai Rp.120 miliar. Sampai saat ini, pasar luar negeri menyerap produk minyak akar wangi dan cengkeh adalah para pengusaha dari kawasan Asia, Eropa dan Amerika khususnya Negara-negara seperti India, Jepang, Inggris, Belanda dan Amerika Serikat. Peluang ekspor untuk minyak atsiri masih cukup terbuka khususnya untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan.
B. Model Pemilihan Pasar Potensial Model pemilihan pasar potensial digunakan untuk menentukan area pasar potensial dari minyak atsiri. Model ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penyusunan hierarki penentuan strategi dan penentuan alternatif area pasar potensial melalui beberapa tahapan yaitu studi literatur dan wawancara atau konsultasi dengan pakar terkait. Tujuan dari penyusunan hirarki ini adalah memberikan informasi kepada pengguna mengenai alur proses yang akan ditempuh dalam menentukan tujuan dari suatu masalah. Hirarki yang disusun terdiri dari lima level yaitu level pertama yaitu menentukan goal yaitu menentukan pasar ekspor potensial, level kedua adalah faktor atau kriteria yang berperan yaitu pertumbuhan permintaan, kebijakan pemerintah, volume ekspor dan tingkat persaingan. Level ketiga adalah aktoraktor yang berperan yaitu pemerintah, eksportir, buyer, industri intermediate minyak atsiri. Level keempat adalah tujuan seperti pemasukan devisa, peluang pasar yang besar dan kerjasama di bidang minyak atsiri. Level kelima adalah
80
alternatif pasar potensial yaitu Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Asia Pasifik.Gambar hirarki terdapat di bawah ini:
Penentuan Pasar Potensial Komoditi Minyak Atsiri
Pertumbuhan Permintaan
Volume Ekspor
Tingkat Persaingan
Eksportir Buyer
Pemerintah
Peluang Pasar Pemasukan Devisa
Eropa
Amerika
Timur Tengah
Kebijakan pemerintah
Industri Intermediate Minyak Atsiri
Tingkat Kerjasama di bidang Minyak Atsiri
Asia Pasifik
Gambar 23. Hirarki Analisa Proses Pemilihan Pasar Potensial Minyak Atsiri
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisa hirarki proses ini berupa urutan prioritas dari tiap elemen di tiap level. Data tiap level diinput terlebih dahulu sehingga didapat nilai total masing-masing elemen yang terdapat dalam masing-masing hirarki.
81
Hasil keluaran yang sudah merupakan output gabungan dari para pakar dari level pertama dengan rasio inkonsistensi 0,05 dengan nilai di bawah ini.
Tabel 11. Output level pertama dari AHP Pasar Potensial
Bobot Faktor
Terhadap Sasaran Pertumbuhan Permintaan
0,17
Kebijakan Pemerintah
0,044
Volume Ekspor
0,571
Tingkat Persaingan
0,215
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh yaitu volume ekspor sebagai prioritas utama. Semakin besar volume ekspor maka semakin besar peluang bisnis yang terciptakan. Faktor kedua yang menempati prioritas kedua yaitu tingkat persaingan. Tingkat persaingan tidak hanya terjadi antara eksportir dalam negeri tapi juga antara eksportir negara kita dengan negara lain. Biasanya semakin banyak peluang yang ada eksportir yang bermunculan semakin banyak. Untuk memenangkan persaingan diperlukan nilai tambah. Setiap eksportir/ pengusaha harus memiliki nilai tambah tersendiri. Dalam menjalin hubungan ke customer luar pun kita harus mengutamakan etika dalam berbisnis. Berdasarkan kepercayaan dari pihak customer, bisnis yang tercipta diprediksikan akan bersifat jangka panjang. Faktor berikutnya yang berpengaruh yaitu pertumbuhan permintaan. Kenaikan pertumbuhan permintaan di suatu negara mengindikasikan market yang membesar yang berkorelasi positif dengan besarnya kesempatan. Selain itu juga diperlukan dukungan dari
pemerintah melalui kebijakan-
kebijakannya. Elemen berikutnya yaitu elemen aktor yang dipengaruhi oleh empat faktor. Aktor-aktor yang berpengaruh adalah pemerintah, eksportir, buyer dan industri intermediate minyak atsiri.
82
Tabel 12. Output level kedua dari AHP Pasar Potensial
Terhadap faktor pertumbuhan
Bobot Aktor
Hasil Pembobotan level satu
Terhadap faktor kebijakan pemerintah
0,17
Terhadap faktor volume ekspor
Terhadap faktor tingkat persaingan
0,571
0,215
Hasil pembobotan level dua
0,044
Pemerintah
0,0120
0,025
0,039
0,017
0,093
Eksportir
0,03366
0,0099
0,157025
0,07805
0,279
Buyer
0,09214
0,002904
0,195282
0,051385
0,342
Investor
0,03281
0,006116
0,179294
0,067725
0,286
Pada elemen aktor, yang paling mempengaruhi suatu area sebagai pasar potensial yaitu buyer/ importir yang berarti pertumbuhan permintaan tergantung dari permintaan buyer setiap tahunnya. Dan hal ini tergantung dari trend permintaan minyak atsiri di setiap negara dan umumnya setiap negara memiliki trend yang berbeda. Kemudian di posisi selanjutnya diikuti oleh industri intermediate minyak atsiri, eksportir dan pemerintah. Industri intermediate minyak atsiri dan eksportir memiliki peranan yang besar dalam volume ekspor dalam negeri, dalam hal kualitas dan distribusi. Yang dimaksud dengan industri intermediate minyak atsiri yaitu industri kecil yang mengolah langsung dari para petani penanam tanaman atsiri. Dan para industri ini dalam mengolah produknya juga perlu melihat peluang pasar. Untuk hal ini maka dari pihak pemerintah dalam memberikan informasi maupun kesadaran para pengusaha di masing-masing industri perlu untuk melihat trend pasar. Dari produk minyak atsiri yang terjaga kualitasnya dari tahun ke tahun dan bisa menjaga reputasi sehingga dipercaya pasar dari sinilah permintaan akan ekspor ke pelanggan di negara lain kemungkinan besar juga akan bertambah. Para penyuling pada industri intermediate minyak atsiri perlu tahu akan pengetahuan akan kualitas dan keterampilan dalam mengolah atsiri karena industri intermediate adalah awal rantai dimana bisnis ini dimulai.
83
Maka dari itu hasil combine AHP para pakar menunjukkan industri intermediate memiliki posisi kedua yang penting. Posisi terakhir ditempati oleh pemerintah dimana peranan pemerintah tidak kalah penting dibanding yang lain. Pemerintah memang mendukung para eksportir dalam negeri dalam memperluas bisnisnya di negara-negara lain. Hal ini dilakukan dengan langkah nyata dengan melakukan pameran-pameran di luar negeri. Hal ini tentu saja berkorelasi positif dengan pemasukan devisa. Semakin besar nilai jual yang kita ekspor maka semakin besar pula devisa bagi negara kita. Dalam membuat kebijakan pemerintah peran aktor lain juga diperlukan dalam memberikan saran. Tiap aktor memiliki peranan dan tujuannya masing-masing, para eksportir minyak atsiri mencari tujuan pasar dengan peluang pasar yang besar. Untuk mencapai semua tujuan diperlukan kerjasama dari semua aktor.
Tabel 13. Output level ketiga dari AHP Pasar Potensial
Terhadap aktor pemerintah
Terhadap aktor eksportir
Terhadap aktor Buyer
Terhadap aktor industri minyak atsiri
0,093
0,279
0,342
0,286
Pemasukan Devisa
0,0505
0,0293
0,04514
0,02974
0,155
Peluang Pasar
0,025668
0,177723
0,255474
0,128986
0,588
Kerjasama di bidang minyak atsiri
0,016833
0,071982
0,041382
0,12727
0,257
Bobot Tujuan
Hasil pembobotan level dua
Hasil pembobotan level tiga
Tujuan peran buyer kurang lebih sama dengan eksportir mencari dan memprediksikan produk minyak atsiri yang memiliki peluang pasar yang besar karena para buyer ini juga nantinya akan menjual ke end of customer maupun industri lainnya. Dalam menciptakan peluang pasar yang besar, salah satu cara dengan menjalin kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain, antara
84
perusahaan satu dengan yang lain. Dengan hasil win-win-win solution sebagai contoh Perusahaan Swiss Firmenich yang ingin mengajak kerjasama dengan salah satu pengusaha yang dapat menyediakan vanili secara berkala di suatu negara timbal baliknya pengembangan dan kesejahteraan ke pihak para penyuling akan dibantu oleh Firmenich. Dapat diambil kesimpulan tujuan utama dalam mengekspor minyak atsiri yaitu untuk mencari peluang pasar yang besar sehingga keuntungan yang didapatkan juga besar.
Tabel 14. Output level keempat dari AHP Pasar Potensial Wilayah Amerika Eropa Timur Tengah Asia Pasifik
Bobot 0,389 0,326 0,078 0,208
Peringkat 1 2 4 3
Kriteria-kriteria di atas ditentukan untuk menentukan alternatif area pasar potensial. Alternatif-alternatif tersebut adalah Eropa, Amerika, Asia Pasifik dan Timur Tengah. Hasil dari AHP menunjukkan Amerika memiliki prioritas utama dalam pasar prospektif. Eropa yang memiliki porsi kedua terbesar. Hal ini menunjukkan baik amerika maupun eropa memang pasar yang bagus dalam sasaran ekspor minyak atsiri. Asia Pasifik pun perkembangan permintaannya terus meningkat hal ini bisa dikarenakan asia pasifik terdiri dari negaranegara berkembang yang industrinya semakin lama
juga semakin
berkembang. Sedangkan dalam mengekspor ke timur tengah pada prakteknya, para eksportir mengalami kesulitan dalam penyediaan dukumen ekspor ke negara-negara tersebut.
85
Secara keseluruhan hasil model di atas dapat dilihat sebagai berikut: Penentuan Pasar Potensial Komoditi Minyak Atsiri
Pertumbuhan Permintaan 0,17
Buyer 0,342
Peluang Pasar 0,588
Eropa 0,326
Volume Ekspor 0,044
Tingkat Persaingan 0,571
Eksportir 0,279
Pemerintah 0,093
Pemasukan Devisa 0,155
Amerika 0,389
Timur Tengah 0,078
Kebijakan pemerintah 0,215
Industri Intermediate Minyak Atsiri 0,286
Tingkat Kerjasama di bidang Minyak Atsiri 0,257
Asia Pasifik 0,208
Gambar 24. Hirarki Analytical Hierarchy Process beserta pembobotannya.
86
Hal tersebut didukung dengan data Tabel 15. Tabel Negara Pengimpor Minyak Nilam Negara pengimpor minyak nilam Indonesia Negara Pengimpor Volume (Kg) Nilai (US$ FOB) Amerika Serikat
171.000
2.928.311
Perancis
166.393
2.965.612
Belanda
72.000
1.232.462
Swiss
53.000
870.709
Jerman
49.250
845.161
Singapura
46.600
720.120
Inggris
42.200
764.792
Jepang
29.673
572.286
India
23.915
375.606
Spanyol
18.110
201.413
Hongkong
7.100
124.901
Malaysia
3.800
37.325
Italia Argentina
1.000 300
16.550 6.124
Dari tabel di atas memang negara Amerika yang memiliki permintaan nilam terbesar diikuti oleh negara-negara lain. Selain
Negara Indonesia,
sebenarnya RRC merupakan saingan berat Indonesia dalam penyediaan nilam awalnya tetapi karena peningkatan industri yang signifikan di negara tersebut maka atsiri yang dihasilkan lebih banyak untuk industri dalam negeri. Walaupun begitu Indonesia harus tetap gencar mempromosikan komoditi yang satu ini dengan cara menyelenggarakan pameran salah satunya. Pada pameran yang diselenggarakan harus sekaligus juga aktif menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga internasional CBI (Belanda), SIPPO (Swiss), dengan pembelinya diperlukan sarana langsung di airport tanah air. Untuk produk-produk di Indonesia yang nantinya dengan fasilitas
87
ini pembeli akan mudah dipertemukan dengan para perusahaan lokal yang dibutuhkan. Mengumpulkan informasi pasar yang spesifik sesuai produknya di Amerika maupun Eropa. Untuk meningkatkan market share di daerah tersebut diperlukan aksi yang lebih agresif lagi baik bagi eksportir maupun pemerintah.
88
VII. MODEL PRAKIRAAN PERMINTAAN
A. Peramalan (Forecasting) Peramalan merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu peristiwa atau kejadian pada waktu yang akan datang, yang dapat bersifat kualitatif (prediktive) maupun kuantitatif (forecast). Peramalan dapat digunakan untuk melihat serta mengkaji situasi dan kondisi yang akan terjadi pada masa yang akan datang, karena dengan peramalan tersebut dapat ditentukan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau suatu kebutuhan akan timbul sehingga dapat dipersiapkan suatu kebijaksanaan atau tindakan yang perlu dilakukan.
B. Metode Peramalan Metode yang digunakan merupakan suatu cara atau teknik untuk memperkirakan sesuatu yang akan terjadi pada masa depan secara kuantitatif dan dengan didasarkan pada data historis yang relevan tersebut, maka metode peramalan yang digunakan bersifat obyektif serta kuantitatif. Teknik yang biasa dipergunakan dalam peramalan dapat diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif memberikan bingkai kerja dalam teknik kuantitatif (termasuk analisis kuantitatif yang berupa decision trees and linear programming) yang membawa kepada masalah yang penting. Teknik kualitatif membawa kita kepada logika tidak memihak dan pada semua jalan informasi dan keputusan yang sistematik yang berhubungan pada faktor-faktor yang menarik. Teknik ini menggunakan keputusan manusia dan rating schemes untuk mengganti informasi kualitatif menjadi perkiraan kuantitatif. Teknik kualitatif umumnya digunakan untuk meramal sesuatu tentang banyaknya tipe-tipe dan kualitas data historis yang terbatas. Umumnya teknik kualitatif mencakup metode delphi, market research, panel of consensus, visionary forecast dan historycal analogy.
Untuk teknik kuantitatif dipergunakan jika data yang tersedia mencukupi. Teknik kuantitatif dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu statistika dan deterministik. Statistika atau stokastik teknik meliputi teknik moving avarage dan exponential smoothing, time series decompotition, dan regretion models serta trend projection. Teknik deterministik atau kausal menghubungkan identifikasi dan determinasi secara eksplisit antara faktor yang akan diramal dan faktor lain yang mempengaruhinya. Teknik determenistik atau kausal mencakup antisipation surveys, input-output models, econometric models dan leading indicators. Metode peramalan kausal (causal method) didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antara peubah yang diramalkan dengan peubah lain yang mempengaruhinya serta dapat diterapkan pada peramalanperamalan jangka pendek dan menengah. Suatu data Time series dapat dilihat sebagai suatu representasi dari realisasi suatu variabel random yang biasanya mempunyai interval waktu yang sama dan diamati pada suatu periode tertentu. Data time series ini merupakan suatu deskripsi masa lampau untuk meramal masa depan, artinya kita berharap masa depan dapat dijelaskan dengan informasi yang ada di masa lampau. Kenyataannya pada keterbatasan informasi masa lalu sehingga kita tidak dapat membuat model masa lalu secara tepat. Oleh sebab itu biasanya yang dapat dilakukan hanyalah membuat model yang dekat dengan model sebenarnya. Seringkali pendekatan ini berdasarkan pada pengamatan terhadap Time series. Pola data time series dikelompokkan menjadi : ¾ Level konstan Menunjukkan data bergerak sekita rata-rata dengan variasi yang terkadang jauh maupun dekat. Akan tetapi secara umum data tidak menunjukkan adanya perubahan tren, baik meningkat atau menurun. Metode smoothing yang mencakup metode rata-rata bergerak (moving average), metode rata-rata kumulatif serta metode (exponential smoothing). Metode penghalusan (smoothing) digunakan untuk mengulangi ketidakteraturan musiman dari data yang lalu dengan membuat rata-rata seimbang dari sederetan
90
data masa lalu. Ketepatan peramalan dengan metode ini akan terdapat pada peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang kurang akurat. ¾ Trend Linier Pola data yang menunjukkan adanya perubahan rata-rata, tetapi pada varians tetap, merupakan karakteristik pada pola tren.
C. Hasil Peramalan Permintaan Minyak Atsiri Sebelum mendapatkan hasil prakiraan permintaan di masa mendatang terlebih dahulu kita perlu memasukkan input berupa data permintaan di tahuntahun sebelumnya. Metode yang digunakan yaitu metode exponential smoothing yang cocok untuk perkiraan jangka pendek. Metode ini juga dipilih karena MSE nya paling kecil dibandingkan metode rata bergerak tunggal dan ganda yang sama-sama bagus untuk perkiraan jangka pendek. Semakin banyak data yang bisa di-input maka hasil yang diperoleh akan semakin mendekati kebenaran.
1. Minyak Nilam Input Pada Model Prakiraan Permintaan dengan memasukkan data permintaan di tahun sebelumnya. Kemudian memilih tipe forecasting yang akan digunakan di kolom sebelah kiri. Data ekspor minyak nilam yang dimasukkan dari tahun 2002 sampai tahun 2006, data yang sudah ada dimasukkan ke dalam progam. Setelah itu pilih menggunakan metode yang tepat, disini kita menggunakan metode pemulusan eksponensial. Tekan tanda centang maka hasil prakiraan permintaan ekspor akan muncul di layar.
91
Gambar 25. Input Data Ekspor Minyak Nilam. Input data yang dimasukkan tanggal 2002 sampai dengan tahun 2006, data minyak nilam yang diekspor berkisar antara 1.295 minimal sampai dengan 2.832 nilai maksimal.
92
Gambar 26. Output Pada Model Prakiraan Permintaan Minyak Nilam Untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel berikut Tabel 16. Input data dan prakiraan hasil permintaan minyak nilam
Data Lalu Perkiraan Permintaan Tahun jumlah (ton) 2002 1.295 2003 1.127 2004 2.074 2005 2.679 2006 2.832
Output yang
Data Masa Depan Perkiraan Permintaan Tahun jumlah (ton) 2008 2.529 2009 2.633 2010 2.737 2011 2.841 2012 2.944
dihasilkan pada tahun 2008, perkiraan ekspor yang
dihasilkan 2.529 ton. Pada tahun 2009 sebanyak 2.633 ton. Bila dibandingkan dengan data masa lalu diperkirakan permintaan minyak nilam berkisar pada jumlah 2.000an, dimana jumlahnya tidak jauh dari tahun-tahun sebelumnya yang jumlahnya tiap tahun meningkat. Metode ini lebih tepat dipergunakan untuk periode jangka pendek.
93
Gambar grafik dibutuhkan untuk melihat secara jelas pergerakan perubahan prediksi ekspor nilam di tahun-tahun berikutnya.
Gambar 27. Grafik Ekspor Prakiraan Permintaan Minyak Nilam
94
VII. MODEL PRAKIRAAN PERMINTAAN
A. Peramalan (Forecasting) Peramalan merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu peristiwa atau kejadian pada waktu yang akan datang, yang dapat bersifat kualitatif (prediktive) maupun kuantitatif (forecast). Peramalan dapat digunakan untuk melihat serta mengkaji situasi dan kondisi yang akan terjadi pada masa yang akan datang, karena dengan peramalan tersebut dapat ditentukan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau suatu kebutuhan akan timbul sehingga dapat dipersiapkan suatu kebijaksanaan atau tindakan yang perlu dilakukan.
B. Metode Peramalan Metode yang digunakan merupakan suatu cara atau teknik untuk memperkirakan sesuatu yang akan terjadi pada masa depan secara kuantitatif dan dengan didasarkan pada data historis yang relevan tersebut, maka metode peramalan yang digunakan bersifat obyektif serta kuantitatif. Teknik yang biasa dipergunakan dalam peramalan dapat diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif memberikan bingkai kerja dalam teknik kuantitatif (termasuk analisis kuantitatif yang berupa decision trees and linear programming) yang membawa kepada masalah yang penting. Teknik kualitatif membawa kita kepada logika tidak memihak dan pada semua jalan informasi dan keputusan yang sistematik yang berhubungan pada faktor-faktor yang menarik. Teknik ini menggunakan keputusan manusia dan rating schemes untuk mengganti informasi kualitatif menjadi perkiraan kuantitatif. Teknik kualitatif umumnya digunakan untuk meramal sesuatu tentang banyaknya tipe-tipe dan kualitas data historis yang terbatas. Umumnya teknik kualitatif mencakup metode delphi, market research, panel of consensus, visionary forecast dan historycal analogy.
data masa lalu. Ketepatan peramalan dengan metode ini akan terdapat pada peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang kurang akurat. ¾ Trend Linier Pola data yang menunjukkan adanya perubahan rata-rata, tetapi pada varians tetap, merupakan karakteristik pada pola tren.
C. Hasil Peramalan Permintaan Minyak Atsiri Sebelum mendapatkan hasil prakiraan permintaan di masa mendatang terlebih dahulu kita perlu memasukkan input berupa data permintaan di tahuntahun sebelumnya. Metode yang digunakan yaitu metode exponential smoothing yang cocok untuk perkiraan jangka pendek. Metode ini juga dipilih karena MSE nya paling kecil dibandingkan metode rata bergerak tunggal dan ganda yang sama-sama bagus untuk perkiraan jangka pendek. Semakin banyak data yang bisa di-input maka hasil yang diperoleh akan semakin mendekati kebenaran.
1. Minyak Nilam Input Pada Model Prakiraan Permintaan dengan memasukkan data permintaan di tahun sebelumnya. Kemudian memilih tipe forecasting yang akan digunakan di kolom sebelah kiri. Data ekspor minyak nilam yang dimasukkan dari tahun 2002 sampai tahun 2006, data yang sudah ada dimasukkan ke dalam progam. Setelah itu pilih menggunakan metode yang tepat, disini kita menggunakan metode pemulusan eksponensial. Tekan tanda centang maka hasil prakiraan permintaan ekspor akan muncul di layar.
91
Gambar 25. Input Data Ekspor Minyak Nilam. Input data yang dimasukkan tanggal 2002 sampai dengan tahun 2006, data minyak nilam yang diekspor berkisar antara 1.295 minimal sampai dengan 2.832 nilai maksimal.
92
Gambar 26. Output Pada Model Prakiraan Permintaan Minyak Nilam Untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel berikut Tabel 16. Input data dan prakiraan hasil permintaan minyak nilam
Data Lalu Perkiraan Permintaan Tahun jumlah (ton) 2002 1.295 2003 1.127 2004 2.074 2005 2.679 2006 2.832
Output yang
Data Masa Depan Perkiraan Permintaan Tahun jumlah (ton) 2008 2.529 2009 2.633 2010 2.737 2011 2.841 2012 2.944
dihasilkan pada tahun 2008, perkiraan ekspor yang
dihasilkan 2.529 ton. Pada tahun 2009 sebanyak 2.633 ton. Bila dibandingkan dengan data masa lalu diperkirakan permintaan minyak nilam berkisar pada jumlah 2.000an, dimana jumlahnya tidak jauh dari tahun-tahun sebelumnya yang jumlahnya tiap tahun meningkat. Metode ini lebih tepat dipergunakan untuk periode jangka pendek.
93
Gambar grafik dibutuhkan untuk melihat secara jelas pergerakan perubahan prediksi ekspor nilam di tahun-tahun berikutnya.
Gambar 27. Grafik Ekspor Prakiraan Permintaan Minyak Nilam
94
VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN
A. Strategi Pemasaran Minyak Nilam Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap faktor dominan yang mempengaruhi perencanaan strategi dengan menggunakan: Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), yaitu untuk mengevaluasi faktor internal industri yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang ada pada agroindustri. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE), yaitu untuk mengevaluasi faktor eksternal industri yang meliputi peluang dan ancaman yang ada pada agroindustri. Matriks Internal-Eksternal (IE) yang menggunakan parameter kekuatan internal agroindustri dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi pemasaran di tingkat korporat yang lebih detail.
Gambar 28. Kelas Pada Matriks Internal dan Eksternal Faktor Internal Faktor Eksternal
4
3
2
3
I.Growth
II. Growth
III. Retrenchment
2
IV. Stability
V. Growth, Stability
VI. Retrenchment
1
VII. Growth
VIII. Growth
IX. Retrenchment
1
Dalam penghitungan dengan menggunakan IFE/EFE dilakukan oleh tiga pakar. Analisa strategi pengembangan mencakup analisis internal maupun eksternal dari pilihan produk prospektif, disini melalui model produk prospektif terpilih komoditi yang paling prospektif yaitu nilam. Analisis internal digunakan untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan usaha agroindustri dalam yang berkaitan dalam memasarkan produk tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat mengoptimalkan kekuatan yang ada serta menekan kelemahan dalam rangka memasarkan produk yang dihasilkan. Analisis eksternal
dilakukan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang dihadapi dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk memahami peluang dan ancaman sehingga dapat merumuskan strategi perencanaan yang cukup efektif. Input internal bisa dilihat pada tampilan berikut:
Gambar 29. Input matriks internal pada program EssDSS 01
Gambar 30. Input matriks eksternal pada program EssDSS 01
102
Hasil masukan dari para pakar yang berjumlah tiga orang, di-combine sehingga didapatkan hasil seperti tampilan berikut :
Gambar 31. Hasil perhitungan gabungan matriks para pakar
Dari hasil yang ada maka bisa didapatkan hasil output posisi dari suatu industri yang dianalisa. Pada program didapatkan hasil kelas jatuh pada posisi keempat.
103
Gambar 32. Posisi kelas industri minyak nilam
Verifikasi dan validasi program seperti dapat dilihat pada tabel berikut posisi untuk industri minyak nilam juga jatuh pada posisi keempat.
Tabel 17. Matriks Internal Eksternal Minyak Nilam Nilam Oils Strength/ Kekuatan Ketersediaan bahan baku kebijakan pemerintah kualitas paling bagus di dunia Kapasitas produksi yang besar Weakness/ Kelemahan nilai tambah teknologi yang belum memadai sdm belum memadai Opportunities/ Peluang Kebutuhan dunia yang besar Globalisasi pertumbuhan penduduk Threat/ Ancaman harga yang fluktuatif
Stabilitas, IV
Bobot
Skala Penilaian
Skor
0,16 0,09 0,14 0,15
3,67 3 4 2,33
0,59 0,27 0,56 0,35
0,15 0,14 0,15
3,67 3 3
0,55 0,42 0,45
0,29 0,26 0,24
3,67 2,33 1
1,06 0,61 0,24
0,21
1,67
0,35
3,19
2,26
104
Kekuatan dari industri minyak nilam ini adalah pada ketersediaan bahan baku, dimana nilam dapat mudah tumbuh dan dikembangkan di wilayah Indonesia dan kualitas nilam aceh Indonesia memiliki kualitas yang paling bagus di dunia. Minyak nilam berada posisi sel keempat yaitu stabilitas, yang menandakan dalam kondisi stabil dimana dilihat dari volume ekspor setiap tahunnya memang terjadi peningkatan tetapi volumenya tidak terlalu signifikan. Pada posisi ini dengan posisi yang stabil dan kotribusi 60% minyak atsiri yang diekspor yaitu dengan tidak mengubah garis besar strategi yang sudah diterapkan. Kebijakan pemerintah yang ada hanya mendukung secara garis besar. Dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah yang dicantumkan dalam keputusan menteri misal. Saat ini kepmenperindag yang mendukung yaitu no. 558 th.1998 jo.07 tahun 2005 bahwa barang ekspor dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok barang: 1) yang diatur tata niaga 2) diawasi 3) dilarang dan 4) bebas. Untuk minyak atsiri termasuk komoditi yang bebas ekspornya kecuali yang mengandung safrol masuk dalam kelompok 1. Kepmenperindag yang telah disebutkan sayangnya masih bersifat global perlu adanya kepmen yang secara khusus mengatur subsidi langsung bagi para pelaku hulu yang bisa digunakan sebagai modal maupun pelatihan berkala mengenai sistem kultivasi, penjagaan kualitas, peningkatan rendemen serta perlakuan produk yang akan diekspor. Peningkatan produksi saat ini sedang dilakukan terutama di daerah Sulawesi dan Kalimantan, hal ini patut diperhatikan. Peningkatan yang dilakukan memang untuk memenuhi kebutuhan dunia yang belum tecukupi, tetapi hati-hati terhadap kelebihan produksi perlu untuk menyeimbangkan antara supply-demand. Metode analisis internal dan eksternal pada minyak nilam dilanjutkan ke metode SWOT.
105
Tabel 18. Kriteria pada matriks internal dan eksternal pada minyak nilam Strength/ Kekuatan Ketersediaan bahan baku Kebijakan pemerintah Kualitas paling bagus di dunia Kapasitas produksi yang besar Opportunities/ Peluang Kebutuhan dunia yang besar Globalisasi Pertumbuhan penduduk
Weakness/ Kelemahan Nilai tambah Teknologi yang belum memadai SDM belum memadai
Threat/ Ancaman Harga yang fluktuatif
Strategi SO Kebijakan pemerintah yang mendukung dalam mengekspor minyak nilam dan tetap menjaga ketersediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan dunia yang besar dengan tetap menjaga kualitas. Peningkatan produksi pun perlu diperhatikan agar tidak berlebih sehingga terjadi over supply, yang disusul dengan penurunan harga drastis. Perlu adanya standar kualitas yang perlu diketahui para pelaku hulu agar hasilnya nanti dapat bersaing di pasar global, walaupun kualitas nilam aceh yang paling bagus tetapi dengan kandungan PA (Patchouli Alkohol) yang lebih tinggi harga yang didapatkan akan lebih tinggi pula.
Strategi WO Meningkatkan keterampilan di bidang minyak atsiri untuk menghadapi era globalisasi, perlu adanya pelatihan yang dapat meningkatkan daya saing personal. Subsidi khusus dari pemerintah akan lebih mendukung. Meningkatkan nilai tambah/ teknologi dalam memenuhi kebutuhan dunia yang besar, kerjasama antara para stakeholder diperlukan untuk membentuk rantai kuat dalam menghadapi era global secara bersamaan. Misal dari pihak swasta yang mendukung dari segi teknologi bekerjasama dengan pihak pemerintah dan petani. Teknologi dapat meningkatkan nilai tambah yang secara langsung berpengaruh pada harga minyak nilam itu sendiri.
106
Strategi ST Dalam memaksimalkan kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman harga yang fluktuatif yaitu dengan tetap menjaga keseimbangan antara supply dengan demand dari pasar ekspor. Sampai saat ini demand ekspor masih belum tercukupi sehingga strategi saat ini yaitu menggenjot produksi dengan tetap menjaga ketersediaannya. Hal ini diharapkan dapat tercapai karena Indonesia memiliki daerah potensial penghasil nilam di daerah sumatra, jawa dan kalimantan. Varietas tanaman yang dimiliki Indonesia juga terkenal akan kadar PA (Patchouli Alkohol) yang tinggi. Strategi WT Strategi SWOT yang terakhir yaitu menekan kelemahan yang ada sekaligus mengurangi ancaman, perlu adanya kerjasama erat dan bersifat berkelanjutan terutama dalam bidang pelatihan dan teknologi. Dengan hal ini diharapkan dapat meningkat daya saing Indonesia di mata dunia. Secara garis besar industri minyak nilam perlu meningkatkan integrasi rantai nilai dari proses budi daya-panen-pasca panen-penyulingan/pemurniansales/promotion
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari tahap di atas yaitu: •
Dari segi budi daya perlu diperhatikan dari segi varietas nilam yang ditanam, kondisi tanah dan lingkungan serta perlu adanya pencegahan akan munculnya hama.
•
Ketika panen, perlu diperhatikan waktu yang tepat untuk memanen
•
Pasca panen juga merupakan tahap yang penting dimana harus diperhatikan perlakuan pasca panen agar rendemen yang berkurang tidak banyak.
•
Pada proses penyulingan dan pemurnian, perlu diperhatikan teknologi yang digunakan.
•
Tahap terakhir diperlukan strategi marketing dalam penjualan.
107
Tujuan dengan diterapkannya integrasi rantai nilai •
Peningkatan daya saing
•
Meningkatkan kualitas dan kuantitas
Dari segi pasar tujuan, dengan rata-rata dari tahun ke tahun seperti pada tabel berikut: Tabel 19. Eksportir minyak nilam dengan kebutuhan rata-ratanya/ tahun. konsumsi nilam NO 1 2 3 4 5 6
NEGARA Amerika Serikat Inggris Perancis Swiss Jerman Belanda
KONSUMSI (TON/TAHUN) 210-230 45-60 40-50 40-50 35-40 30
Wilayah Amerika Serikat, Inggris dan Perancis menduduki peringkat teratas dibanding wilayah negara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedua wilayah negara tersebut terbukti prospektif sebagai sasaran ekspor Essential oils. Amerika termasuk negara industri terbesar di dunia dan karena ini juga permintaan bahan baku juga memiliki porsi yang besar. Pada program pemilihan pasar potensial yag merupakan input dari pakar juga menunjukkan bahwa pasar Eropa dan Amerika memang merupakan pasar yang menjanjikan. Singapura pun sebagai negara asia yang berkedudukan di nomor tujuh yang memiliki kebutuhan besar akan minyak atsiri. Sebagaimana kita tahu bahwa Singapura adalah negara yang bertumpu pada perdagangan. Berdasarkan status ini, industri minyak nilam menyediakan kesempatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri lainnya, karena pertumbuhannya positif atau mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya.
108
B. Strategi Pemasaran Minyak Atsiri.
Dalam mencari strategi pasar yang akan dikembangkan dalam pemasaran minyak atsiri secara global menggunakan metode SWOT.
Tabel 20. Analisa SWOT terhadap industri minyak atsiri Indonesia Strength/ Kekuatan
Indonesia menghasilkan banyak jenis minyak atsiri Kaya Sumber Daya Alam
Weakness/ Kelemahan Produktivitas dan kualitas rendah yang belum maksimal Rantai perdagangan yang tidak efisien. Rendahnya Jaringan
Opportunity/ Kesempatan Pertumbuhan pasar minyak atsiri dan turunannya. Relokasi tempat manufacturing ke negara asal minyak atsiri. Pertumbuhan market domestik sebagai pengganti impor Membantu dalam peningkatan perekonomian di daerah pedesaan
Threat/ Ancaman
Produk substitusi minyak atsiri berupa sintetik Negara Pesaing Isu tidak adanya tarif barang impor
Dari analisa SWOT di atas dapat diambil tindakan sebagai berikut : • Memberikan nilai tambah dengan mengolah menjadi bentuk yang berbeda seperti pewangi ruangan, obat-obatan maupun pewangi kain. • Memanfaatkan produk minyak atsiri yang lain. • Peningkatan kualitas produk minyak atsiri dengan memperhatikan kadar PA (Patchouli Alkohol) • Memberikan kontribusi nyata/ nilai tambah pada produk turunan pada nilai total ekspor minyak atsiri. Kinerja ekspor nasional Indonesia akhir-akhir ini memang menjadi oase tersendiri daripada ekonomi makro Indonesia yang lebih banyak disorot dari sisi negatifnya. Beberapa industri di Indonesia masih dalam keadaan tidak menguntungkan misalkan industri tekstil dan perkayuan. Dengan meningkatnya pencapaian ekspor nasional secara keseluruhan, bisa dikatakan masih ada harapan
109
yang dapat dikembangkan. Kenyataannya cukup banyak produk dari Indonesia yang memiliki posisi pasar yang sangat kompetitif di pasar global. Nilai ekspor non-migas Indonesia sebenarnya bisa dibilang lumayan. Dalam lima tahun terakhir ekspor tumbuh rata-rata 15,9% pertahun dengan nilai US$ 79,59 miliar pada 2006, angka ini hampir dua kali lipat sebelumnya. Selama ini upaya peningkatan ekspor memang telah dilakukan pemerintah dan jajarannya, melalui pembinaan di tingkat produksi hingga usaha mempertemukan dengan buyer melalui pelbagai ajang pameran baik di dalam maupun luar negeri. (SWA magazine) Sudah saatnya pemerintah mencanangkan gerakan ekspor nasional, sehingga segala sumber daya diarahkan untuk meningkatkan ekspor. Gerakan ini akan mencakup program intensifikasi dan ekstensifikasi. Dalam intensifikasi, kita akan melakukan analisis terhadap produk potensial kemudian merumuskan langkah konkret untuk mendongkrak ekspor. Adapun dalam program ekstensifikasi dilakukan pencarian dan pembinaan terhadap produk-produk yang berpotensial untuk dijadikan andalan baru. Untuk menjaga kualitas produk diperlukan SDM yang ahli akan hal ini. Kita memiliki kekayaan penduduk yang besar yang bisa kita didik dan diarahkan ke sana. Dalam hal ini, yang terpenting adalah bagaimana pemerintah menfasilitasi dan mendorong terciptanya pelatihan-pelatihan untuk menyiapkan tenaga ahli serta menciptakan iklim yang kondusif untuk industri ini. Dengan mencanangkan gerakan ekspor nasional diharapkan pelbagai kemudahan dan deregulasi juga semakin banyak digulirkan. Selain akan merangsang investor baru, deregulasi pun akan memperlancar program intensifikasi terhadap produk-produk ekspor yang masih prospektif. Dalam bidang pertanian terutama minyak atsiri, saat ini masih banyak tanah adat yang tidak memiliki perbatasan masa kepemilikan seharusnya tanah yang dibiarkan menganggur selama lebih dari lima tahun, pemerintah bisa mengambil alih pengelolaan dengan sistem bagi hasil. Pemberian insentif pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan atas lahan tergarap yang belum berproduksi. Untuk aktivitas pemasaran, bisa dengan mengoptimalkan kantor kedubes RI di luar negeri. Di setiap kedubes disiapkan satu ruangan sebagai ruang pajang (show
110
room) produk ekspor Indonesia disertai konsultan yang mampu
memberi
penjelasan kepada calon pembeli. Untuk menerobos pasar ekspor juga diperlukan tim negosiasi kuat yang bisa membela kepentingan pengusaha. Seperti Cina sebelum memasukkan produk ke suatu negara, cina mengirim lebih dahulu tim negosiasi ke perusahaan-perusahaan domestik yang akan menjadi pesaing. Para negosiator akan menawarkan win-win solution sehingga tuan rumah tidak merasa tersaingi. Pemberian penghargaan kepada eksportir berprestasi melalui ajang primaniyarta atau yang lainnya. Cara ini diharapkan dapat memberi rangsangan bagi lahirnya ribuan jagoan ekspor baru.
Berikut pengusaha di bidang minyak atsiri yang mendapat penghargaan : •
Kategori Export Champion 2007 CV. Indaroma produsen minyak atsiri (minyak daun cengkeh), dengan berbekal misi untuk menjadi nomor satu di bidang minyak atsiri, mulai menembus pasar ekspor. Negara tujuan ekspornya antara lain Cina India Nepal Jepang Singapura, dan spanyol. Nilai ekspor 2006 mencapai US$ 2.037.274
• Kategori Export to watch PT. Karimun Kecana Aromatic produsen minyak atsiri asal Medan mulai membangun ekspor tahun 1965 pasarnya kini ke Eropa, USA, asia dan Jepang. Nilai ekspor pada tahun 2006 lalu diperkirakan lebih dari US$ 15 juta
Peran Pemerintah diperlukan dalam memperjelas kebijakan hulu sampai hilir
sehingga
investor berminat masuk karena ketika kebijakan jelas dapat
mengurangi risiko tinggi. Ekspor harus tetap digenjot, sebab ekspor yang kuat akan sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian domestik. Makin besar ekspor makin kuat negaranya, karena cadangan devisa semakin besar dan makin kuat menghadapi krisis dan juga penciptaan tenaga kerja.
111
Negara ini perlu tim negosiator yang handal. Bagaimanapun kendala dan masalah yang masih membelit, kalangan pengusaha sendiri pada umumnya cukup optimis mengembangkan pasar ekspor melihat peluangnya yang besar. Hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk mendongkrak ekspor. Memperbaiki iklim investasi Menyiapkan kebijakan yang jelas dari hulu sampai hilir Merangsang ekspor produk olahan yang bernilai tambah Membantu persoalan bahan baku Menfasilitasi biaya ekspor Menyelenggarakan workshop pengembangan produk Menyusun standarisasi industri Membantu pemasaran dan promosi di mancanegara
Pemerintah membuka akses seperti lewat pameran atau peraturan yang proekspor. Hanya salah satu tugas pemerintah. Tugas penting lainnya adalah meningkatkan daya saing para eksportir. Dan seiring kompetisi global yang kian ketat, tugasnya bertambah dengan menyediakan informasi yang bernilai tambah (market intelligence). Dalam urusan meningkatkan daya saing, masih ada kelemahan. Mengikuti pameran memang salah satu cara membuka akses akan tetapi untuk sukses menjual di suatu negara eksportir harus mengenal bukan cuma pesaing dan regulasi tapi juga masyarakat setempat. Untuk akses global, Bachrul Chairi (Kepala BPEN) memaparkan pihaknya aktif meningkatkan akses pasar melalui misi dagang dan penyelenggaraan Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) di 9 negara. Tahun ini rencananya ITPC akan bertambah menjadi 11 negara. Dan tahun ini pula ada 20 pameran dagang yang difasilitasi ITPC untuk para eksportir. Selain lewat misi dagang dan pameran BPEN juga aktif menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga internasional CBI (Belanda), SIPPO (Swiss), USAID (AS) dan JICA (Jepang). Kemudian agar eksportir makin mudah bertemu dengan pembelinya, Bachrul menyiapkan terobosan. Mulai November mendatang BPEN
112
menyediakan Buyer Reception Desk (BRD) di bandara. BRD ini melayani para pembeli sebelum masuk imigrasi. BPEN bahkan akan menyediakan lounge sendiri berupa fasilitas dan dibantu bertemu perusahaan apa saja. Perusahaan yang kami bina kami bertahu bahwa akan datang buyer, lalu atur jadwal dan dipertemukan. Mendatangkan ahli yang berhubungan dengan produk ekspor, ada pusat pelatihan ekspor di grogol (Jakarta). BPEN juga mengumpulkan informasi dalam hal ini market intelligence. Mengumpulkan informasi pasar yang spesifik sesuai produknya di Amerika maupun Eropa. Informasi ini dikumpulkan dari penelitian sendiri maupun lembaga yang berkerjasama dengan BPEN. Informasi itu dimasukkan dalam www.nafed.go.id. Di samping itu ada pula perpustakaan yang bisa dikunjungi untuk perpustakaan yang bisa didatangi untuk mendapatkan informasi tentang berbagai pasar di luar negeri. (SWA magazines) Pengusaha terutama produsen yang ingin bisnisnya terus berkembang dan maju pastilah ingin mencoba pasar ekspor. Banyak keuntungan yang diperoleh bila produk mereka bisa masuk ke pasar ekspor diantaranya bisnis akan membesar karena pasarnya semakin luas, menyebar risiko bisnis, mengurangi ketergantungan pada pasar domestik.
113
IX. MODEL KELAYAKAN INDUSTRI MINYAK ATSIRI
Model ini bertujuan untuk menganalisa kelayakan industri berdasarkan aspek finansialnya. Penilaian penentuan kelayakan dilihat dari kriteria investasi seperti NPV (Net Present Value), Net B/C ratio, IRR (Internal rate of Return) dan PBP (Payback Period). A. Asumsi pada input model. 1. Tanah seluas 10 hektar menghasilkan 250.000 kg berat basah 2. Kapasitas alat suling 100 kg 3. Dalam waktu satu tahun ada 625 penyulingan. 4. Rendemen pengolahan dari berat kering sebesar 3% 5. Harga minyak nilam Rp.500.000/kg 6. Kapasitas produksi pada tahun pertama sebesar 45% dan tahun berikutnya 100%. 7. Pembagian modal sebesar 30% modal sendiri dan 70% pinjaman dengan jangka pengembalian modal selama lima tahun dan bunga 12%. 8. Pajak penghasilan 4,5%. 9. Harga sewa tanah Rp. 5.000.000/ hektar/tahun. 10. Harga minyak tanah untuk bahan bakar boiler Rp 3.000/kg 11. Harga boiler sebesar Rp.25.000.000 12. Harga ketel sebesar Rp. 25.000.000 13. Keperluan perijinan mengeluarkan biaya Rp. 10.000.000 14. Keperluan analisa kelayakan sebesar Rp. 50.000.000
Sesuai dengan tabel di bawah ini: Tabel 21. Asumsi untuk menentukan kriteria investasi No. 1
2
3
4
Uraian Produktivitas Jumlah Penyulingan Jumlah Mesin Kapasitas Produksi Rendemen Pengolahan Harga Jual Minyak Luas Lahan Kebutuhan Minyak Tanah Kapasitas Produksi Tahun Pertama Tahun Kedua Tahun Berikutnya Pendanaan Modal Sendiri Jangka Pengembalian Modal Bunga Pinjaman Lain-Lain Pajak Penghasilan Diskon Faktor
Nilai
% Perubahan
Nilai Akhir
625 2 100 3 500000 10 50
0 0 0 0 0 0 0
625 2 100 3 500000 10 50
45 100 100
0 0 0
45 100 100
% th %/th
30,00 5 12,00
0 0 0
30,00 5 12,00
% %/th
4,5 18,00
0 0
10,00 18,00
Satuan siklus/tahun unit kg/unit/siklus % Rp./kg ha liter/siklus % % %
Asumsi yang sudah ada dimasukkan langsung ke program, dari input yang telah dimasukkan kita dapat melihat layak atau tidaknya suatu industri dengan menggunakan alat analisa NPV, IRR, PBP dan B/C ratio.
115
Input asumsi pada program dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 33. Asumsi input pada program EssDSS 01
B. Output pada model Dari asumsi – asumsi di atas didapatkan hasil untuk NPV sebesar Rp. 1.199.811.209 jika NPV>1 dikatakan layak, tingkat B/C ratio sebesar 1,71 B/C ratio>1 dikatakan layak, IRR sebesar 59% yang jauh melebihi bunga bank dan PBP selama 2,71 tahun yang jauh lebih cepat daripada umur proyek. Berdasarkan hasil tersebut maka agroindustri nilam dapat dikatakan layak dikembangkan dengan kapasitas produksi 250.000 kg/ tahun dan harga jual Rp.500.000/kg .
Tabel 22. Hasil kriteria investasi No 1 2 3 4
Kriteria kelayakan NPV Net B/C IRR PBP
Hasil analisa 1.199.811.209 1,71 59 2,71
Tingkat kelayakan Layak Layak Layak Layak
116
C. Analisa sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya atau keuntungan. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan, karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah et al., 1999). Pada dasarnya biaya operasional merupakan kondisi yang tidak stabil (mudah berubah). Dalam analisis sensitivitas investasi kelayakan industri minyak atsiri tersebut, terdapat tiga kondisi yang berbeda. Kondisi I adalah kondisi harga bahan baku dan bahan tambahan yang naik sebesar 10% dengan harga jual tetap. Kondisi II adalah kondisi biaya operasional variabel yang naik sebesar 20% dan harga jual tetap. Kondisi III adalah biaya operasional variabel yang naik sebesar 10% dan harga minyak nilam yang turun sebesar 20%. Pada kondisi kedua dimana bila biaya operasional variabel naik sebesar 10%. Hasil yang didapatkan yaitu NPV 1.109.048.772 pada kriteria IRR 55% walaupun harga bahan baku naik sebesar 10% IRR tetap jauh melebihi bunga bank. PBP 2,20 tahun. B/C ratio 1,62 melebihi 1. Kriteriakriteria di atas memenuhi segi kelayakan.
Tabel 23. Hasil kriteria investasi pada kenaikan biaya operasional variabel 10% No 1 2 3 4
Kriteria kelayakan NPV Net B/C IRR PBP
Kenaikan biaya operasional variabel 10% 1.109.048.772 1,62 55% 2,9
Tingkat kelayakan Layak Layak Layak Layak
Kondisi ketiga harga dari minyak atsiri nilam turun sebesar 20% dari 500.000/kg menjadi 400.000/kg, asumsi penurunan sampai 20% karena harga dari minyak nilam yang fluktuatif. Hasil menunjukkan NPV Rp.
117
475.332.526 dan IRR 35% yang juga masih jauh melebihi tingkat bunga bank sedangkan PBP 4,65 tahun dan B/C ratio sebesar 1,28.
Tabel 24. Hasil kriteria investasi pada penurunan harga minyak nilam 20% No 1 2 3 4
Kriteria kelayakan NPV Net B/C IRR PBP
Penurunan harga minyak nilam 20% 475.332.526 1,28 35 % 4,65
Tingkat kelayakan Layak Layak Layak Layak
Pada kondisi keempat di mana biaya operasional variabel naik sebesar 10% dan harga minyak nilam yang turun 20%, setelah dianalisa untuk NPV sebesar Rp. 384.570.089 dan IRR 32% di atas bunga bank serta PBP selama 5,22 tahun dan B/C ratio 1,22. Pada kondisi keempat industri minyak atsiri juga masih layak untuk dijadikan investasi masa depan.
Tabel 25. Hasil kriteria dari analisis sensitivitas terhadap penurunan harga 20 % minyak nilam dan kenaikan biaya operasional variabel 10% No
1 2 3 4
Kriteria kelayakan NPV Net B/C IRR PBP
Penurunan harga minyak nilam 20% dan kenaikan biaya operasional variabel 10% 384.570.089 1,22 32% 5,22
Tingkat kelayakan Layak Layak Layak Layak
118
X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang cukup penting di dunia, bahkan untuk beberapa komoditas menguasai pangsa pasar dunia seperti minyak nilam dengan kontribusinya sebesar 90% dan minyak cengkeh sebesar 60%. Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap flavour/ fragrance dunia. Ada lima model yang terdapat pada Sistem Penunjang Keputusan (SPK) EssDSS 01. Model pemilihan produk prospektif digunakan untuk menentukan komoditi minyak atsiri prospektif di pasar ekspor, menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) untuk menyaring alternatif dan untuk pembobotan kriteria menggunakan Software Expert Choice 2000. Hasil tiga produk prospektif teratas yaitu minyak nilam dengan nilai 3.981, minyak cengkeh dengan nilai 3520 dan minyak akar wangi dengan nilai 1.432. Model kedua pemilihan pasar potensial digunakan untuk menentukan area pasar potensial dari minyak atsiri dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari AHP menunjukkan Amerika memiliki prioritas utama dalam pasar prospektif dengan bobot 0,389. sedangkan Eropa yang memiliki porsi kedua terbesar dengan bobot 0,311, menunjukkan keduanya merupakan pasar yang bagus dalam sasaran ekspor minyak atsiri. Asia Pasifik pun perkembangan permintaannya terus meningkat hal ini bisa dikarenakan asia pasifik terdiri dari negara-negara berkembang yang industrinya semakin lama juga semakin berkembang. Pada model prakiraan Permintaan digunakan untuk memperkirakan pemintaan minyak atsiri tertentu di masa yang akan datang dengan memasukkan data permintaan di tahun sebelumnya. Metode yang digunakan yaitu Time series, pemulusan eksponensial. Ekspor minyak nilam diperkirakan tingkat permintaannya akan fluktuatif dengan angka perkiraan berkisar 2000an ton/ tahunnya.
Model kelayakan finansial industri minyak nilam dengan kapasitas 250 ton/tahun didapatkan NPV (Net Present Value) sebesar 1.199.811.209, tingkat B/C ratio sebesar 1,71 yang berarti pendapatan lebih besar dari biaya produksi, IRR sebesar 59% yang jauh melebihi bunga bank 12% dan PBP (Pay Back Period) selama 2,71 tahun yang jauh lebih cepat daripada umur proyek. Setelah dilihat dari semua kriteria investasi maka industri minyak nilam ini layak untuk diimplementasikan. Pada analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dengan diberikan kondisi yang berbeda, seperti kenaikan biaya operasional variabel sebesar 10%, penurunan harga minyak nilam sebesar 20% dan kondisi yang terdapat dua-duanya. Setelah dianalisis walaupun kondisi dirubah industri ini tetap layak untuk diimplementasikan. Pada model SWOT dapat diambil tindakan seperti peningkatan kualitas produk minyak atsiri, memberikan nilai tambah dengan mengolah menjadi bentuk yang berbeda, menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan, memberikan kontribusi nyata/ nilai tambah pada produk turunan pada nilai total ekspor minyak atsiri, memperhatikan integrasi rantai nilai dari penanaman sampai pemasaran. Strategi pemasaran secara global yaitu : 1. Pemerintah diharapkan mencanangkan gerakan ekspor nasional. 2. Pemerintah lebih fokus dalam mendukung ekspor minyak atsiri dengan kebijakan-kebijakannya. 3. Meningkatkan promosi untuk aktivitas pemasaran. 4. Pemberian penghargaan kepada eksportir berprestasi. B. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut pada strategi pemasaran dengan implementasi langsung antara kasus dengan strategi yang diterapkan yang bisa diwujudkan dengan pembuatan expert system strategi pemasaran minyak atsiri. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran atsiri perlu di-evaluasi lagi kriteria–kriteria yang mempengaruhi alternatif karena dari waktu ke waktu terjadi perubahan situasi pasar yang berbeda.
120
DAFTAR PUSTAKA
Arctander, S. 1969. Perfume & Flavors chemicals (Aroma Chemicals). Montclair NJ, USA. Aaker, D. 1997. Strategic Market Management. John Willey & Sons, INC, Singapore. Biro Pusat Statistik, 2003 Brojonegoro, Bambang P.S., 1992, AHP; Analytical Hierarchy Process, PAU-EKUI,. Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Pusat Antar Universitas. Departemen Perdagangan, 2007 Douglass, J. dan J. S. Gardiner. 1990. Forecasting and Time Series Analysis. McGraw Hill, Inc. Eriyatno. 1999. Ilmu sistem meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor. Gitosudarmo, I. 1982. Prinsip Dasar Manajemen. edisi 2. cet. 2. Yogyakarta : BPFEYogyakarta, 1993 Gittinger. J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta. Godin, S. 2006. Purple Cow. PT. Buana Ilmu Populer, Jakarta. Goenawan, D. A. 1998. Forecasting: Kasus Peramalan Ekspor Komoditi Karet Indonesia Dengan Menggunakan Software Quantitative System for business Plus (QSB). Program Pasca Sarjana TIN-IPB, Bogor. Guenther, E. 1948. The Essential oil, Volume I. Van Nostrand Company Inc, New York. ___________. 1949. The Essential oil, Volume I. Van Nostrand Company Inc, New York. Harris, R. 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta Kadariah, L.K. dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kartajaya, H., dkk. 2003. Marketing In Venus. Markplus&Co, Jakarta. Kasali, R. 2007. Recode DNA. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Keen, P. G. W dan M. Morton.1978. Decision Support System and Organizational Perspective. Addison Wesley Company, USA. Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta. Kotler, P. 2007. According To Kotler. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Kinear, C. T. dan J. R. Taylor. 1991. Marketing Research; an applied Approach, 3rd edition, Mc Graw Hill. Kuncoro, M. 2000. Analisa Dekomposisi dan Model Runtut Waktu. Fakultas Ekonomi dan Pasca sarjana UGM, Yogyakarta. Kotler, P., H. Kartajaya dan D. H. Huan, 2006. Think ASEAN! Rethinking Marketing toward ASEAN Community 2015. McGraw-Hill Education (Asia), Jakarta. Lucas, H. C. 1993. Analisa Desain dan Implementasi Sistem Informasi. Edisi ketiga. Erlangga, Jakarta Mangun, H.M.S. 2005. Nilam. Penebar Swadaya, Jakarta. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Meika. 2007. Seminar International Essential Oil Minch, R. P dan J. R Burn. 1983. Conceptual Design of Decision Support System Utilizing management Science Model, IEEE Transaction System. Mac and Cybermetic, USA. Mulyono, S. 1991. Operation Research, Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia, Jakarta. Mustika I. dan Y. Nuryani. 2006. Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Pada Tanaman Nilam. Jurnal Litbang Pertanian XXV (1) : 7 - 15. Mustofa, A. 1990. Pengolahan Minyak Atsiri Pelatihan Peningkatan Mutu Olahan Hasil Hutan Bahan kayu Berorientasi Ekspor. Deperindag. Seminar. Pearce, J. A. dan R. B. Robinson. 2007. Strategic Management, Formulation, Implementation, and Control. McGraw Hill Companies, Inc, Boston. Rangkuti, F. 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rangkuti, F. 2001. Creating Effective Marketing Plan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Saaty. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dan Situasi yang Komplek. Terjemahan. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Setiawan, R. 2005. Direktori Pasar Agrobisnis dalam & Luar Negeri. Escaeva Group. Bandung
Stanton, J. W. 1993. Prinsip Pemasaran. Jilid Kedua. Edisi Ketujuh. Erlangga, Jakarta. Stricklan, A. J. and A. A. Thompson. 1989. Strategy Formulation and Implementation, Tasks of The General Manager. 4th edition. Irwin, Boston. Suryadi dan Ramdhani. 1998. Sistem Pendukung keputusan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Warsidi, 2003. Export Impor Terapan. Karya Abditama Surabaya, Surabaya. Wright, P., M. J. Kroll, dan Parnell. 1996. Strategic Management: Concepts. Prentice Hall International, New Jersey. www.bi.go.id www.agribisnis.deptan.go.id www.lipi.go.id www.kompas.com Yusanto, Ismail dan W. M. Karebet. 2002. Pengantar Manajemen Syariat. Khairul Bayan, Jakarta.