Pasar Minyak Atsiri di Konfederasi Swiss
Pictures were taken from various sources, available at google.com
Market Brief ATASE PERDAGANGAN JENEWA TAHUN ANGGARAN 2014
Pasar Minyak Atsiri di Konfederasi Swiss I.
Gambaran Umum Perdagangan Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan bentuk produk bernilai tambah yang dapat memberikan dukungan kepada industri pertanian unggulan di suatu negara. Definisi dari minyak atsiri adalah segala bentuk konsentrat dan/atau cairan hidrfobik yang mengandung senyawa beraroma yang didapatkan dari sejumlah tanaman. Minyak seperti ini biasanya didapatkan dari proses destilasi. Proses lainnya dapat dilakukan melalui proses ekstraksi melalui pelarutan. Minyak atsiri banyak digunakan untuk memproduksi wewangian dan bahan-bahan kosmetika, juga digunakan untuk memberikan aroma bagi produk makanan dan minuman, serta untuk bahan tambahan untuk dupa dan produk pembersih rumah.
Berdasarkan fakta sejarah, minyak atsiri juga telah digunakan untuk tujuan pengobatan. Beberapa jenis minyak atsiri dipercaya mampu untuk mengobati infeksi kulit, kanker dan berbagai jenis penyakit lainnya. Namun demikian, seiring dengan berbagai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, kelompok masyarakat medis menuntut adanya bukti ilmiah dari klaim sejarah tersebut. Kemudian, dengan perkembangan tren produk aroma terapi, minat atas produk minyak atsiri mulai mengalami perkembangan. Perkembangan konsep aroma terapi mendorong penggunaan dari beberapa jenis minyak atsiri tertentu untuk penggunaannya.
Berdasarkan data dari Global Trade Atlas1, impor dunia untuk produk minyak atsiri pada tahun 2013 adalah sekitar 2 miliar USD, dengan pertumbuhan sekitar 8 persen selama lima tahun antara tahun 2008 sampai dengan 2013. Diantara importir minyak atsiri dunia, 10 pasar utamanya antara lain : United States of America (US$391 million), France ($199 million), the United Kingdom ($175 million), Japan ($152 million), Germany ($117 million), Switzerland ($103 million), Ireland ($75 million), China ($65 million), Singapore ($61 million) and Spain ($61 million).
II.
Analisa Ekspor Minyak Atsiri ke Konfederasi Swiss Indonesia mengekspor minyak atsiri sekitar 1,2 juta USD pada tahun 2013 dengan pangsa pasar sebesar 1,71% dari keseluruhan ekspor Indonesia ke pasar Swiss. Untuk produk tersebut, Swiss masih bukan menjadi negara tujuan utama ekspor untuk produk minyak
1
Kalkulasi dilakukan melalaui Global Trade Information Services database
atsiri. Sepuluh negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Singapore (122 million), Thailand (54 million), Philippines (47 million), Malaysia (44 million), United Arab Emirates (31 million), United States (24 million), India (21 million), Vietnam (15 million), Spain (6 million), and Hong Kong (13 million). Jenis Minyak Atsiri Yang Diekspor Indonesia ke Dunia
Sumber: GTIS, diolah Impor Minyak Atsiri Swiss dari 10 Negara Asal Impor Utama
Sumber: GTIS, diolah
Diantara negara asal impor utama Swiss, Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi asal impor produk minyak atsiri. Diantara negara ASEAN, Indonesia bersaing dengan Thailand untuk mengekspor minyak atsiri ke pasar Swiss. Jika dilihat dari struktur ekspor Indonesia dan besar pasar domestik Swiss, Indonesia baru mampu menguasai sekitar 0,52 persen dari pasar Swiss dan hanya sepertiga dari pangsa pasar Thailand yang menguasai 1,52 persen dari pasar domestik Swiss.
III.
Peraturan Domestik Swiss Terkait Penjualan Minyak Atsiri Pasa prinsipnya, Swiss bukan merupakan anggota Uni Eropa dan merupakan anggota dari European Free Trade Association (EFTA). Namun demikian, berbagai aturan yang berlaku di Swiss merupakan adaptasi dari berbagai aturan yang dimiliki oleh Uni Eropa. Di dalam beberapa hal, Swiss memiliki beberapa persyaratan teknis yang berbeda dengan Uni Eropa, diantaranya adalah tidak berlakunya CE marking (Conformité Européenne) di wilayah Konfederasi Swiss. Sebagaimana diketahui, CE marking merupakan indikator yang digunakan sejak tahun 1993 sebagai tolak ukur kepatuhan atas aturan Uni Eropa (keamanan, kesehatan dan perlindungan lingkungan). Di dalam aturan mengenai CE marking, sebuah produk harus terlebih dahulu diuji sebelum dipasarkan dan dijamin dengan kesesuain produk tersebut kepada CE marking maka produk dimaksud dapat dipasarkan diseluruh wilayah Uni Eropa.
Namun demikian, untuk produk yang akan dipasarkan di wilayah Konfederasi Swiss, terlebih dahulu harus mematuhi persyaratan Swiss mengenai keamanan produk. Pihak distributor (baik produsen maupun importir) memiliki tanggung jawab atas keamanan penggunaan dari produk yang akan digunakan. Di dalam menjamin keamanan penggunaan produk oleh konsumen, semua bentuk produk yang akan diimpor ke wilayah Swiss harus tunduk kepada aturan sebagai berikut: −
Federal Act on Product Safety (SR 930.11) tertanggal 12 Juni 2009. Di dalam bahasa aslinya adalah Loi fédérale sur la sécurité des produits.
−
Ordinance on the Marketing of Products Manufactured According to Foreign Requirements (SR 946.513.8) tertanggal 19 Mei 2010. Di dalam bahasa aslinya adalah Ordonnance réglant la mise sur le marché de produits fabriqués selon des prescriptions techniques étrangères et la surveillance du marché de ceux-ci.
Secara prinsip, produk yang diizinkan untuk diedarkan di wilayah Swiss kemudian juga tunduk kepada beberapa aturan produk tertentu. Dikarenakan produk minyak atsiri
adalah produk yang cukup sensitif dan penggunaannya dapat mempengaruhi kesehatan dan keamanan dari pengguna, maka beberapa persyaratan teknis harus dipenuhi di dalam proses importasinya.
Kemudian, Uni Eropa dan Konfederasi Swiss telah pula menandatangani Mutual Recognition Agreement (MRA) yang memberikan pengakuan dari pengujuan kesesuaian atas standar keamanan produk yang akan digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu, produk Uni Eropa yang telah masuk di dalam kategori sebagaimana diatur di dalam MRA, dapat pula diperdagangkan di pasar Swiss.
IV.
Penetrasi Perusahaan Indonesia di Pasar Swiss dan Eropa Saat ini, beberapa perusahaan Indonesia telah melakukan pemasaran produk essential oils di pasar eropa pada umumnya dan juga di pasar Swiss. Perusahaan yang saat ini telah melakukan ekspansi bisnis ke Swiss diantaranya adalah Borobudur Natural Herbal Industry serta PT. Phytochemindo Reksa. Kedua perusahaan ini bekerjasama dengan Swiss Import Promotion Programme, memasarkan produk-produk herbal dan essential oil di pasar eropa. Namun demikian, Indonesia harus berhadapan dengan produk-produk lain yang diproduksi di pasar Eropa, khususnya Eropa Timur.
Sebagaimana diketahui, rentang produk yang termasuk dalam kategori essential oils cukuplah luas dan penggunaannya sebagai bahan baku untuk industry lain juga sangatlah bervariasi. Oleh karena itu, selain pengembangan atas kualitas produk yang dihasilkan, Indonesia juga perlu untuk mempelajari perkembangan kebutuhan konsumen dan industri di Eropa pada umumnya dan Swiss khususnya. Terdapat dua segmentasi besar di dalam pasar produk minyak atsiri, yakni untuk penggunaan konsumen akhir dan kebutuhan bahan baku industri. Saat ini, sebagian produk Indonesia yang dikonsumsi di Swiss merupakan produk konsumsi akhir, sehingga jumlah yang diimpor juga tidak terlalu besar. Sementara itu, negara ASEAN lainnya seperti Singapore dan Thailand. Selain mengekspor produk untuk konsumen akhir, juga mengekspor produk untuk kebutuhan industri. Untuk kategori kebutuhan industri, pasar Swiss cenderung terbuka, dikarenakan industri manufakturnya melibatkan berbagai produk mentah dan antara, diantaranya adalah minyak atsiri untuk berbagai hasil produksi akhir.
Namun demikian, penetrasi produsen asal Indonesia masih sangat terbatas. Berdasarkan pengamatan kami di lapangan, para pesaing produk Indoneis harus dapat memenuhi
beberapa kriteria baik teknis maupun finansial. Di dalam aturan teknis yang harus diikuti, perusahaan pemasok harus mampu memenuhi kontrak jangka panjang dengan konsumen Swiss. Kontrak jangka panjang itu sendiri tunduk kepada aturan lokal dan kualifikasi produksi yang tidak jarang cukup menyulitkan bagi para calon pemasok untuk memenuhi. Kemudian, merujuk pada data statistik, jarak merupakan salah satu faktor yang cukup diperhitungkan, sehingga banyak pemasok industri dan pasar domestik Swiss adalah produsen dari Uni Eropa. Kemudian dari sisi perbankan, observasi kami adalah, dengan dukungan dari sektor perbankan lokal, seringkali calon pembeli Swiss mengharapkan bahwa pembicaraan finansial dilakukan antara bank penjamin calon pembeli dan bank penjamin calon penjual.
Di beberapa kasus untuk ekspor perusahaan minyak atsiri asal Indonesia, kami menemukan bahwa masalah kelangsungan produksi dengan kualitas sebagaimana dipersyaratkan masih belum dapat secara konstan dipenuhi. Kemudian, sistem pembayaran yang masih cukup tradisional (menggunakan TT misalnya) cukup merepotkan calon pembeli Swiss dan Eropa yang cenderung mempercayakan seluruh kegiatan pendanaan pada institusi keuangan setempat. Dua hal utama inilah yang perlu menjadi perhatian bagi para calon pemasok Indonesia, agar dapat lebih agresif di dalam memasarkan produknya di pasar Swiss dan Eropa.
V.
Kesimpulan Peluang ekspor produk minyak atsiri pada dasarnya terbuka cukup luas di pasar Uni Eropa dan Swiss, namun demikian calon pemasok harus secara hati-hati memperhatikan berbagai persyaratan dan perubahan kebutuhan dari calon konsumen di Uni Eropa dan Swiss.
Merujuk pada kinerja yang dilakukan oleh negara pesaing, hal yang cukup penting dilakukan oleh para calon pemasok di Indonesia adalah perhatian atas penguasaan teknologi, yang dapat meningkatkan rentang penggunaan dari produk minyak atsiri bagi konsumen akhir dan produsen lanjutan. Kemudian, calon pemasok diharapkan juga mampu membuat berbagai variasi produk dan tidak hanya terbatas pada ekspor produk minyak atsiri yang mentah.
Berdasarkan data statistik, beberapa konsumen utama Indonesia adalah negara yang juga menjadi pesaing bagi produk Indonesia di pasar Eropa dan Swiss. Patut diduga
bahwa produk Indonesia yang dijual di beberapa negara tujuan merupakan barang berkualitas lebih rendah atau bahan mentah yang kemudian diolah kembali oleh perusahaan di negara tersebut dan diekspor ke Eropa dan Swiss. Dengan peningkatan kemampuan teknis bagi produsen Indonesia, bukan tidak mungkin pangsa pasar produk asal Indonesia dapat meningkat secara signifikan. Kemudian, dukungan keuangan dari institusi perbankan akan memberikan ruang yang lebih leluasa bagi kegiatan produksi yang lebih ekspansif.