RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELABUHAN PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP)
ALIFSYAH BAMBANG SUTEJO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap) adalah karya saya sendiri, dengan arahan komisi pembimbing akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka bagian akhir tesis ini.
Bogor, Mei 2007
Alifsyah Bambang Sutejo
i
ABSTRAK Alifsyah Bambang Sutejo. 2007. Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap). Dibimbing oleh M. Fedi A. Sondita dan John Haluan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem informasi pelabuhan perikanan berbasis nelayan yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perikanan tangkap secara umum atau pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) khususnya. Kegiatan yang dilakukan dalam merancang sistem ini adalah survey lapangan, analisis data, desain sistem, pengkodean program komputer, uji coba, dan penyempurnaan ketika diperlukan. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan sistem (system approach). Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara dengan para pelaku sistem. Data sekunder diambil dari Dinas Perikanan Cilacap, laporan statistik PPSC, dan statistik perikanan Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2004-Desember 2006. Analisis data dilakukan dengan pendekatan sistem. Penelitian ini telah menghasilkan suatu sistem informasi pelabuhan perikanan yang diberi nama SIMPELKAN. Sistem informasi yang dihasilkan dirancang lebih user-friendly untuk para nelayan sehingga bermanfaat dalam mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha mereka. Informasi penting yang dimuat dalam sistem tersebut mencakup: (1) layanan yang tersedia di pelabuhan perikanan, (2) informasi seputar produksi, nilai ikan, dan kegiatan perikanan, (3) kondisi umum wilayah di sekitar pelabuhan (dalam hal ini Kabupaten Cilacap), dan (4) menu lain-lain yang menampilkan informasi mengenai status stok ikan dan pola musim. Struktur data base yang dibangun dalam SIMPELKAN dibagi dalam empat kategori yaitu data hasil tangkapan, fasilitas pelabuhan, lingkungan dan oseanografi serta armada dan nelayan. Keempat kategori ini dijabarkan dalam beberapa file pendukung. Dalam rancang bangun sistem basis data pemrograman ASP, terdapat dua tampilan utama yaitu halaman masukan (input) dan halaman keluaran (output). Halaman masukan digunakan administrator dalam input data sedangkan informasi yang disajikan dapat dilihat user pada halaman keluaran. Submenu output yang diberikan dalam rancang bangun basis data sistem informasi pelabuhan perikanan samudera Cilacap yang berbasis nelayan adalah sub menu PPSC, informasi perikanan yang menginformasikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPSC baik dalam kurun waktu harian, bulanan maupun tahunan dan lingkungan fisik perairan, sub menu Kabupaten Cilacap yang memberikan informasi seputar Kabupaten Cilacap. Selain itu terdapat juga sub menu lain-lain yang berisikan perkiraan potensi sumberdaya ikan. Kata kunci: Rancang bangun sistem informasi, pelabuhan perikanan samudera, Cilacap, perikanan tangkap.
ii
ABSTRACT Alifsyah Bambang Sutejo. 2007. Design of Fishing Port System Information (Case Study of Cilacap Fishing Port). Under supervision: M. Fedi A. Sondita and John Haluan. The objective of the research is to design fishing port information system which is friendly to fishermen. Such system is expected to promote efficiency of capture fishery and management of Cilacap fishing port. The activities of research were field surveys, system analysis, system design development, computer programming, system testing, and necessary improvement of the system. Primary data were obtained from field observations and interviews with stakeholders. Secondary data were collected from Cilacap Fisheries Agency, statistical report from Cilacap fishing port authority and Central Province Fisheries Agency. The research was conducted from December 2004 to December 2006. Data analysis was carried out with system approach; the information system was designed to be more user friendly, especially for fishermen. Types of information available in the system are: (1) service available in the fishing port, (2) fishery activities at the fishing port, (3) general condition of Cilacap Regency, and (4) general condition of fish resources and seasonal pattern. In general, this information system applicable to other fishing port. The data base is structured into four categories, i.e. catch, port facilities, environment and oceanography data, fishing vessels and fisherman. These four categories are explained in several supporting files. The system uses the ASP program, there are two displays: input and output. The input is provided for system administrator and the output while provide information for the users. The submenus available to the users are Cilacap fishing port, fishing information, Cilacap Regency and other submenu on fish resources. Key words: Information system design, fishing port, capture fishery, Cilacap.
iii
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak Cipta dilindungi dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELABUHAN PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP)
ALIFSYAH BAMBANG SUTEJO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si
RIWAYAT HIDUP Alifsyah Bambang Sutejo dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1957 di Solo, dari pasangan Ali Amran dan Sri Aminiatun. Karier pendidikannya bermula di SD Jetisharjo I Yogyakarta, yang kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP N XII Jakarta dan SMA Pangudi Luhur Jakarta. Pada tahun 1976 penulis tercatat masuk sebagai angkatan ke-13 di Institut Pertanian Bogor dengan mengambil spesialis bidang Perikanan. Hasil studi tersebut berbuah pada karier pekerjaan penulis yang berawal sebagai staf honorer Ditjen Bina Pelabuhan, Ditjen Perikanan Departemen Pertanian pada tahun 1980. Jabatan kepala pelabuhan disandang penulis ketika memimpin PPP di Ternate pada tahun 1982. Disaat itulah penulis menemukan salah satu tulang rusuknya yang hilang yaitu seorang wanita bernama Riniyanti Ambar sebagai pendamping yang memberi hadiah 3 (tiga) orang putra dan putri yang manis. Hingga saat ini telah tercatat 4 (empat) pelabuhan perikanan pernah dipimpin oleh penulis, yaitu Pelabuhan Perikanan Ternate (1982-1997), Brondong (1997-1999), Cilacap (1999-2004) dan Nizam Zachman Jakarta (2004-sekarang).
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah–Nyalah sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis dengan judul“Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap” bertujuan untuk untuk merancang suatu sistem informasi pelabuhan perikanan berbasis nelayan yang dapat digunakan dalam peningkatan efisiensi perikanan tangkap serta pengelolaan perairan secara umum atau pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap khususnya. Materi tesis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang pelabuhan perikanan dan kegiatan perikanan tangkap yang dapat, digunakan sebagai bahan pertimbangan kepada para pembuat kebijakan dalam rangka pengelolaan dan pengembangan pelabuhan perikanan dan perikanan tangkap di selatan Jawa khususnya di Cilacap. Sistem informasi ini juga dapat digunakan untuk pelabuhan perikanan yang lain dengan mengubah basis data. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulustulusnya kepada Bapak Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, MSc, dan Bapak Prof. Dr. Ir.John Haluan, MSc selaku pembimbing atas saran dan arahan beliau berdua kepada penulis mulai dari persiapan penelitian sampai selesainya tesis ini. Begitu juga kepada Bapak Dr.Ir.Sugeng Hari Wisudo, MSi atas masukan dan sarannya dalam ujian akhir tesis. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan tesis ini. Akhirnya, Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Mei 2007
Alifsyah Bambang Sutejo
vii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 8 1.6. Kerangka Pemikiran......................................................................... 8 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 10 2.1 Pengertian Sistem Informasi .......................................................... 10 2.2 Pendekatan Sistem ......................................................................... 17 2.3 Sistem Informasi Pelabuhan ........................................................... 20 2.4 Peranan Sistem Informasi dalam Pelabuhan Perikanan.................. 26 2.5 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 27 3 METODE PENELITIAN .............................................................................. 32 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 32 3.2 Tahap Penelitian ............................................................................. 32 3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 33 3.4 Metode Analisis Data ..................................................................... 34 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................... 39 4.1 Profil Lokasi Penelitian..................................................................... 39 4.2 Sistem Informasi PPSC ................................................................... 44 4.3 Perancangan Sistem Informasi ........................................................ 51 5 PEMBAHASAN ........................................................................................... 72 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 79 6.1. Kesimpulan .................................................................................... 79
xi
6.2. Saran .............................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 81 LAMPIRAN ....................................................................................................... 85
xii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Potensi dan tingkat pemanfaatan ikan di Kabupaten Cilacap tahun 2005 ................................................................................... 40
2.
Jumlah armada penangkapan di Kabupaten Cilacap tahun 2005 ........... 41
3.
File di basis data produksi ....................................................................... 52
4.
File di basis data fasilitas pelabuhan ....................................................... 52
5.
File di basis data lingkungan dan oseanografi ......................................... 52
6.
File di basis data armada dan nelayan .................................................... 53
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Siklus pengolahan data............................................................................. 11
2.
Model dasar sistem informasi
3.
Lingkup dari sistem informasi pelabuhan perikanan (LAPI-ITB dan
................................................................ 12
FPIK-IPB 2001 diacu dalam Haluan 2002) ............................................. 21 4.
Proses pada sistem informasi pelabuhan ............................................... 22
5.
Model sistem perikanan tangkap yang berbasis pengelolaan sumberdaya ikan dan permintaan pasar (Anonimous, 2000) ................ 23
6.
Diagram alir tahap penelitian .................................................................. 33
7.
Konfigurasi sistem informasi PPSC ......................................................... 36
8.
Alur pelayaran di PPSC .......................................................................... 43
9.
Docking kapal sebagai sarana perbaikan kapal........................................ 43
10. Diagram alir sebab akibat antara elemen pembangunan sistem informasi perikanan tangkap di PPSC .................................................................... 47 11. Diagram input-output sistem informasi pelabuhan perikanan ................... 50 12. Tampilan menu PPSC ............................................................................. 54 13. Tampilan sub menu struktur organisasi PPSC ....................................... 55 14. Tampilan informasi sarana dan prasarana .............................................. 57 15. Tampilan informasi denah lokasi ............................................................. 58 16. Tampilan informasi daerah penangkapan ikan ....................................... 59 17. Tampilan sub menu lingkungan fisik ......................................................... 60 18. Tampilan informasi nelayan .................................................................... 61 19. Tampilan informasi alat tangkap ............................................................. 63 20. Tampilan sub menu harga ikan................................................................. 65 21. Tampilan sub menu informasi info species ............................................ 66 22. Tampilan informasi musim penangkapan ............................................... 67 23. Tampilan informasi pasang surut ............................................................ 69 24. Tampilan input data form data SDI ........................................................... 70 25. Tampilan hasil model ................................................................................ 71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Lokasi penelitian ...................................................................................... 85
2.
Struktur basis data penangkapan ikan yang didaratkan di PPSC ........... 86
3.
Diagram alir logika program ..................................................................... 87
4.
Prosedur pengoperasian proram ............................................................. 92
xv
DAFTAR ISTILAH
Basis data
Kumpulan beberapa file yang saling berkaitan membentuk suatu bangunan data untuk menginformasikan suatu hal secara lengkap
Break water
Penahan gelombang, atau suatu bangunan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.
Decision Support System (DSS)
Sistem Penunjang Keputusan, yaitu sistem yang berfungsi mentransformasi data dan informasi menjadi alternatif keputusan dan prioritasnya. DSS bermanfaat membantu pengambilan keputusan secara interaktif.
File
Kumpulan record sejenis yang mempunyai panjang entitydan attribute yang sama. Contoh: file jenis alat tangkap untuk perikanan cucut
Fishing effort
Ukuran kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu.
Fishing ground
Daerah penangkapan ikan (DPI), suatu daerah perairan tempat ikan berkumpul di mana penangkapan ikan dapat dilakukan.
Informasi
Isyarat, pernyataan ataupun data yang diolah menjadi suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat untuk mengambil keputusan
Nelayan
Orang yang mata penangkapan ikan
Maximum Sustainable Yield (MSY)
Produksi maksimum berkelanjutan secara biologi, jumlah suatu hasil tangkapan maksimum yang dapat dipanen dari suatu sumber daya ikan tanpa mengganggu kelestariannya.
Pendekatan sistem
Suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Dengan demikian manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem.
Pelabuhan Perikanan
Suatu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan /atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
ix
pencahariannya
melakukan
pelayaran dan kegiatan penunjang kegiatan perikanan Perikanan Tangkap
Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Record
Kumpulan beberapa data value dari setiap attribute yang berkaitan untuk mengimformasikan suatu entity secara lengkap
Sistem (system)
Sekelompok metode, prosedur, teknik atau objek yang berhubungan dan terorganisir saling berkaitan satu sama lain bersifat kompleks yang membentuk kesatuan secara menyeluruh dalam suatu wadah dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Sistem Informasi Manajemen
Merupakan sistem yang berfungsi menyediakan informasi yang efektif dan efisien bagi pihak manajemen dalam rangka memperlancar pelaksanaan fungsinya.
Sistem Manajemen Basis Data
Merupakan komponen sistem penunjang keputusan (SPK) yang mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai penyimpanan data dalam basis data, menerima dan memperbarui data dari basis data, dan sebagai pengendali atau pengelola basis data.
Sistem Manajemen Basis Model
Merupakan komponen sistem penunjang keputusan (SPK) yang mempunyai empat fungsi pokok, yaitu sebagai perancang model, sebagai perancang format keluaran model (laporan-laporan), untuk memperbarui dan merubah model dan untuk memanipulasi data. Pada intinya, sistem manajemen basis model memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam permodelan SPK.
Sistem Manajemen Dialog
Merupakan komponen sistem penunjang SPK yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan pengguna. Tugas utama sistem manajemen dialog adalah menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna.
Software
Serangkaian program, prosedur dan kemungkinan dokumen tertentu yang berhubungan dengan operasi sistem pengolahan data, Software atau piranti lunak mencakup compiler, library routines, dan lain-lain.
Sumber Daya Ikan
Potensi semua jenis ikan
x
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya, selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian nasional. Guna mewujudkan
tujuan dimaksud, pemerintah
berupaya menerapkan pola manajemen perikanan secara terpadu dan terarah agar pemanfaatan sumberdaya ikan dilakukan secara berkelanjutan, karena sumberdaya ikan dapat mengalami degradasi bahkan kepunahan apabila dieksploitasi secara tidak terkendali, meskipun dikatakan bahwa sumberdaya ikan dapat diperbaharui (renewable resoursces). Kecenderungan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah pemanfaataan sumberdaya kelautan dan perikanan semakin besar, sementara di sisi lain, tuntutan untuk melestarikan sumberdaya kelautan dan perikanan juga semakin besar sejalan dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pelestarian sumberdaya alam, akan tetapi hal ini tidak didukung oleh informasi yang tepat dan akurat. Keberadaan
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
sebagai suatu
lingkungan kerja diharapkan akan mampu menjadi pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan berbasis perikanan tangkap yang pada gilirannya diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Di samping itu, PPS juga mengemban tugas sebagai pusat pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan (PPSC 2004). Dengan diberlakukannya
UU
No. 31 Tahun 2004,
tentang Perikanan, kedudukan dan peran Pelabuhan Perikanan semakin strategis. Sebagaimana penjelasan pasal 41 ayat 1 ditegaskan bahwa dalam rangka pengembangan perikanan, pemerintah membangun dan membina pelabuhan perikanan. Pembangunan Pelabuhan Perikanan diperlukan dalam rangka menunjang usaha serta pengembangan ekonomi perikanan secara menyeluruh terutama dalam menunjang perkembangan industri perikanan baik hulu maupun hilir, sehingga diharapkan akan tercapai pemanfaatan sumberdaya perikanan yang seimbang, merata dan proporsional. Jadi pada dasarnya pembangunan
2
Pelabuhan Perikanan bertujuan memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengguna jasa dan atau nelayan pada khususnya untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui keefektifan dan efisiensi usaha, yang pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan. Informasi memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen termasuk kegiatan usaha perikanan, pengelolaan sumberdaya ikan dan pemanfaatannya di abad ini. Tanpa memiliki informasi yang baik, suatu bidang usaha akan mengalami kemunduran,
kebangkrutan dan akhirnya mati.
Informasi saat ini sangat diperlukan, baik untuk membuat keputusan suatu kebijakan, ataupun memberi manfaat bagi masyarakat luas dan untuk keperluan penelitian. Kebutuhan informasi sudah menjadi kebutuhan pokok yang tidak dapat di tolak oleh pihak manapun. Dalam rangka untuk memulai suatu usaha maupun mengembangkannya kebutuhan Informasi yang relevan, lengkap, akurat dan tepat waktu adalah mutlak dan mendesak. Sebagaimana disebutkan oleh Suroso dan Seminar (2003) bahwa sistem informasi telah menjadi salah satu komponen penting dalam menunjang kesuksesan jalannya roda usaha dan perusahaan. Sesuai dengan pasal 46 UU 31 Tahun 2004 tentang Perikanan bahwa: (1) pemerintah menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan data statistik perikanan
serta
menyelenggarakan
pengumpulan,
pengolahan,
analisis,
penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data potensi, sarana dan prasarana, produksi, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan, serta data sosial ekonomi yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya ikan dan pengembangan sistem bisnis perikanan. (2) pemerintah mengadakan pusat data dan informasi perikanan untuk menyelenggarakan sistem informasi dan data statistik perikanan. Selanjutnya pada Pasal 47 disebutkan bahwa: (1) pemerintah membangun jaringan informasi perikanan dengan lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri, (2) sistem informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi perikanan (Dirjen PSDKP 2005). Pada penjelasan dari pasal 46 UU 31 Tahun 2004 disebutkan bahwa dalam rangka penyusunan rencana pengembangan sistem informasi dan data statistik perikanan serta penilaian kemajuannya, diperlukan data teknik, produksi, pengolahan, pemasaran ikan, serta sosial ekonomi yang dapat memberikan
3
gambaran yang benar tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan yang tersedia. Data dan informasi tersebut, antara lain: (1) jenis, jumlah, dan ukuran kapal perikanan; (2) jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan; (3) daerah dan musim penangkapan; (4) jumlah tangkapan atau jumlah hasil pembudidayaan ikan; (5) luas lahan dan daerah pembudidayaan ikan; (6) jumlah nelayan dan pembudidaya ikan; (7) ukuran ikan tangkapan dan musim pemijahan ikan; (8) data ekspor dan impor komoditas perikanan; dan (9) informasi tentang persyaratan tertentu yang
berkaitan dengan
standar
ekspor. Pelabuhan perikanan adalah salah satu sarana yang strategis untuk menunjang pembangunan di bidang perikanan. Peran tersebut antara lain meningkatkan keterkaitan fungsional antar sub sistem dalam agribisnis perikanan dan meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan khususnya desa pantai. Selain itu, pelabuhan perikanan juga menunjang tumbuhnya usaha perikanan baik skala besar maupun skala kecil dan menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam suatu skala ekonomi yang efisien. Pelabuhan Perikanan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi perikanan mempunyai potensi informasi tentang sumberdaya ikan, dan segala aspek kegiatan industri perikanan. Oleh karenanya diharapkan dapat menjadi pusat informasi pengembangan perikanan dan manajemen data base berbasis pengelolaan sumberdaya ikan. Dalam rangka mewujudkan keinginan tersebut, Ditjen
Perikanan
Tangkap
Departemen
Kelautan
dan
Perikanan
telah
membangun sebuah sistem informasi yang berbasis internet yang diharapkan dapat menjadi sistem informasi tentang ketersediaan sumberdaya ikan, prasarana pelabuhan perikanan, kegiatan operasional dan peluang usaha dari masing-masing pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia secara lengkap berkelanjutan, akurat dan tepat waktu, agar pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang ada dapat dilakukan secara optimal.
Sistem Informasi ini
dinamakan Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP). Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) merupakan salah satu basis perikanan tangkapdi pantai selatan di Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia menjadikan PPSC
4
berpeluang untuk dikembangkan lebih jauh. Sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di PPSC banyak terkonsentrasi di perairan Cilacap sehingga tekanan terhadap penangkapan suatu jenis ikan semakin tinggi. Prakiraan potensi perikanan tangkap terdiri atas: perairan pantai Cilacap dan lepas pantai Kabupaten Cilacap sebesar 60.560 ton dengan rincian potensi ikan pelagis sebesar 22.000 ton, demersal 22.360 ton, udang 12.500 ton dan cumi-cumi sebesar 3.700 ton (DPK Cilacap 2002). Berbagai kegiatan berlangsung di pelabuhan perikanan, dengan demikian perlu koordinasi dan pengawasan (controlling) melalui sistem manajemen dan teknologi informasi yang efektif. Berbagai instansi yang terkait di pelabuhan, seperti kantor pelabuhan, kantor syahbandar, tempat pelelangan ikan, unit usaha dan nelayan memerlukan informasi dalam menunjang kelancaran kerja, pengambilan keputusan serta kebijakan yang akan dilakukan. Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC) merupakan salah satu sentra produksi perikanan sehingga merupakan wilayah yang potensial bagi pengembangan industri perikanan. Dalam pengelolaan segala aspek di pelabuhan ini sangat diperlukan adanya sistem informasi.
Beberapa sistem
informasi telah berjalan di wilayah pelabuhan ini selama bertahun-tahun, akan tetapi dalam perkembangannya,
sistem informasi ini belum mempunyai nilai
tepat guna. Belum mempunyai nilai tepat guna disini berarti bahwa sistem informasi yang berjalan tidak dapat menjangkau semua sasaran sistem informasi tersebut. Sebagai contoh terdapat dua hal kontradiktif yang berlaku saat ini yang belum dapat atau kurang menjadi perhatian para stakeholder saat ini yaitu nelayan Kabupaten Cilacap yang tidak atau kurang merasakan kehadiran sistem informasi yang ada dan berlaku saat ini dan di lain pihak dikatakan bahwa sistem informasi dibuat agar dapat digunakan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Artinya semua sistem informasi yang ada dan berlaku saat ini di PPSC belum dapat digunakan langsung oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan merupakan ujung tombak dari peningkatan produksi di PPSC. Beberapa permasalahan utama yang sangat mengkhawatirkan di PPSC saat ini adalah; (1) pendidikan
formal
yang dimiliki nelayan yang rendah sehingga
kurang cepat menerima transfer teknologi dan (2) permasalahan yang ada menyangkut aspek produksi dan nilai produksi tidak lepas dari karakter nelayan itu sendiri serta (3) lemah dan terbatasnya informasi yang dimiliki nelayan tentang daerah penangkapan ikan, operasionalisasi di PPSC seperti kegiatan
5
pelelangan meliputi harga ikan, fasilitas di PP. Nelayan Kabupaten Cilacap 80% berasal dari nelayan lokal sedangkan sisanya berasal dari luar daerah. Sebagai nelayan musiman atau andon dan buruh, pada umumnya nelayan masih mempercayai budaya turun temurun (misalnya pada Jum’at kliwon tidak melaut, sedekah laut). Karena beberapa kondisi tersebut (sistem informasi yang tidak mengenai sasaran dan sifat atau karakteristik nelayan Cilacap) maka diperlukan sistem informasi khusus bagi nelayan Kabupaten Cilacap atau sistem informasi berorientasi nelayan. Sistem informasi khusus nelayan atau sistem informasi bebasis nelayan merupakan suatu sistem informasi yang didesain berdasarkan kebutuhan nelayan dalam operasi penangkapan ikan dan dapat digunakan oleh pihak pelabuhan dalam peningkatan produksi atau nilai produksi serta pengelolaan pelabuhan. Sistem informasi yang didesain ini
diharapkan menjadi jembatan
penghubung antara PPSC dan nelayan. Sistem informasi bebasis komputer sasarannya adalah memanfaatkan teknologi komputer untuk menghasilkan informasi yang lebih singkat dan kemampuan proses yang cepat untuk menghasilkan informasi yang akurat. Namun dalam kenyataan saat ini sistem tersebut tidak kompetitif karena hanya mampu
mengolah,
menyimpan
dan
mencetak
saja,
sedangkan
dalam
pendistribusiannya relatif memerlukan waktu sehingga unsur tepat waktu sebagai faktor kualitas informasi belum dapat dipenuhi. Dewasa ini kemampuan kinerja komputer tersebut dapat ditingkatkan dengan terciptanya
teknologi jaringan,
sehingga pihak eksekutif ketika membutuhkan informasi dapat melakukan secara online (tidak menunggu operator mencetak laporan atau kurir mendistribusikan informasi). Dengan sistem yang terkomputerisasi diharapkan terjadi peningkatan dari segi keakuratan, kecepatan, relevansi, dan ketepatan penyampaian informasi, maupun dari segi manajemen pengelolaan data historis dari pelabuhan perikanan. Selain itu, dengan dibangunnya aplikasi komputer yang bersifat user friendly, menjadikan aplikasi tersebut dapat dengan mudah dioperasikan tanpa memerlukan operator khusus dalam proses pemasukan data operasi dan historis.
6
1.2 Perumusan Masalah Status kelembagaan PPSC adalah UPT Pusat namun terletak di wilayah administratif
Jawa
Tengah,
maka
arah
pengembangannya
senantiasa
memperhatikan aspirasi dan kebutuhan riil masyarakat, serta berupaya untuk menjembatani kepentingan pemerintah pusat dan daerah sehingga terjadi sinergi program yang bermuara pada kemajuan dan kemandirian masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan. Untuk mewujudkannya maka salah satu kebijakan operasional yang ditempuh adalah pengembangan sistem informasi perikanan yang dapat diakses secara luas dan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan meliputi kegiatan peningkatan sarana dan jaringan informasi perikanan,
penyempurnaan
sistem
informasi
perikanan
tangkap
dan
pengembangan statistik perikanan (PPSC 2004). Secara kuantitatif data dan informasi tentang pelabuhan perikanan (PP) yang ada saat ini sudah cukup banyak, namun secara kualitatif masih belum dapat diandalkan untuk dijadikan dasar dalam perencanaan pelabuhan perikanan secara optimal. Hal ini disebabkan karena pengumpulan dan pengelolaan data serta informasi tersebut masih dilakukan secara sektoral oleh berbagai instansi yang merasa berkepentingan dalam bidang PP. Pengumpulan dan pencatatan data-data masih dilakukan secara tradisional dalam arsip-arsip yang belum tertata dan tersimpan dengan rapi dan belum terkomputerisasi dengan baik. Sehingga proses pengambilan dan penyebaran data masih diperoleh secara manual dan sering kali sulit dilakukan bila data dibutuhkan dalam waktu dekat, membutuhkan ruang tersendiri sebagai tempat penyimpanan dan kemungkinan data-data tersebut hilang bisa saja terjadi. Dari data-data tentang pelabuhan perikanan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai usaha perikanan yang ada di Cilacap, baik dari segi armada penangkapan, hasil tangkapan, upaya tangkapan, dan daerah penangkapan. Kepentingan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyimpanan data dan informasi tentang PP sebagai acuan pertimbangan dalam pengembangan usaha perikanan tangkap di suatu daerah, membutuhkan sistem informasi (Moekijat 1991). Sistem informasi yang baik dibutuhkan untuk menghasilkan kebijakan dan keputusan yang tepat dalam pengembangan dan pengelolaan pelabuhan perikanan di Cilacap, yang berada di selatan Jawa dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
7
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian tentang perancangan
sistem
informasi
pelabuhan
perikanan
untuk
mendukung
pengembangan usaha perikanan tangkap. Sistem tersebut dapat menyimpan dan mengolah data serta menghasilkan informasi yang dibutuhkan secara teratur, lebih cepat, akurat, efektif dan efisien. Selain itu, sistem informasi tersebut juga tidak memerlukan pengelola data yang cukup banyak. Rancangan sistem informasi ini perlu dipersiapkan agar dapat menjadi sistem informasi yang terpadu dengan memanfaatkan komputer sebagai sistem pendukung.
Penggunaan
komputer
dapat
meningkatkan
kemampuan
pengolahan, ketelitian, ketepatan, kecepatan, serta kapasitas penyimpanan dan pengumpulan data. Dengan sistem ini hasil yang diperoleh dapat diandalkan untuk mendukung pengembangan usaha perikanan tangkap. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sistem informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh para pelaku usaha perikanan dan pengelola PP, sehingga kebutuhan data dan informasi yang mendukung bagi para pelaku usaha perikanan dapat diperoleh dengan cepat dan tepat. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu sistem informasi pelabuhan perikanan berbasis nelayan yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perikanan tangkap serta pengelolaan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap khususnya. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1) Kontribusi pada pengembangan ilmu sistem bagi peningkatan mutu dan keefektifan
manajemen
pelabuhan
sehingga
terwujud
pemanfaatan
pelabuhan yang optimal oleh para pelaku perikanan. 2) Sumber informasi tentang perikanan tangkap yang dapat digunakan oleh nelayan, perusahaan perikanan, investor, lembaga pendidikan, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal perencanaan, pengendalian operasi dan pengambilan keputusan.
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup pembuatan rancang bangun sistem informasi yang dimulai dengan analisis kebutuhan dan diakhiri dengan pembuatan sistem informasi tersebut. Penelitian ini juga melakukan pengkajian karakteristik perikanan tangkap di Cilacap. Karakteristik ini diungkapkan dalam bentuk deskripsi spesifikasi unit penangkapan ikan, produksi ikan per trip dan kompilasinya, nilai jual ikan, ukuran ikan, operasionalisasi serta fasilitas yang tersedia di PPSC. 1.6 Kerangka Pemikiran Era globalisasi yang ditandai dengan makin majunya telekomunikasi, transportasi, dan komputerisasi telah menjadikan informasi sebagai bagian penting dan berharga bagi dunia usaha dan dunia kerja dengan dukunga yang besar pada kegiatan operasional, pengendalian manajerial, dan perencanaan strategis organisasi. Informasi merupakan salah satu sumberdaya penting dalam manajemen modern sehingga banyak keputusan strategis yang tergantung pada informasi. Peranan informasi dewasa ini sangat berperan penting, dukungannya dapat membuat suatu lembaga, perusahaan, usaha perorangan termasuk dunia perikanan dan kelautan. Informasi merupakan suatu sumberdaya yang berharga, tidak ubahnya dengan sumberdaya yang lainnya seperti teknologi, sarana prasarana, keuangan, manusia, alam. Informasi dapat menambah efektivitas serta nilai mutu suatu manajemen, dimana akusisi dan pengolahan data menjadi pondasi penting. Dalam
rangka
menunjang
pengembangan
perikanan
tangkap,
ketersediaan data yang akurat dan tidak kadarluasa menjadi salah satu faktor penting. Statistik perikanan yang ada saat ini dirasakan masih belum menyajikan data perikanan yang cukup akurat, lengkap, dan detail. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan data perikanan perlu dibangun suatu sistem informasi perikanan yang berbasis di pelabuhan perikanan. PPSC yang merupakan sentral perikanan khususnya di wilayah selatan Jawa Tengah. Sebagai sentral perikanan, PPSC memerlukan pengelolaan yang komprehensif.
Baik dan buruknya pengelolaan akan sangat menentukan
pengguna khususnya nelayan.
Salah satu sarana yang sangat mendukung
dalam terwujudnya kinerja baik di lingkungan PPSC ini adalah sistem informasi
9
(SI). Informasi yang cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan para pengguna pelabuhan dalam menunjang kelancaran operasi penangkapan ikan. Saat ini terdapat beberapa sistem informasi yang telah ditawarkan dan telah diterapkan di PPSC, namun sejumlah sistem tersebut dirasakan belum dapat memberi manfaat yang dirasakan oleh nelayan sebagai ujung tombak dalam proses produksi ikan di lingkungan PPSC ini. Oleh karena, SI seyogianya sesuai dengan harapan pengguna, maka dalam tahap ini perlu dilakukan evaluasi terhadap SI tersebut dengan melibatkan nelayan sebagai pengguna utama. Sebagai bagian dari sistem informasi, perancangan suatu sistem memerlukan pendekatan sistem. Perancangan sistem memerlukan sistem itu sendiri, dengan demikian pembuatan SI akan lebih mudah diterapkan, sehingga dapat dihasilkan sistem yang efisien. Dalam perancangan sistem informasi ini membutuhkan beberapa masukan langsung baik dari pengelola pelabuhan sebagai penentu kebijakan dan masyarakat, umumnya nelayan, yang beroperasi di lingkungan PPSC. Sistem informasi pelabuhan perikanan yang akan dirancang merupakan bagian
dari
sistem
pemanfaatan
sumberdaya
perikanan.
Sebagaimana
disebutkan Haluan et.al (1989) menyatakan bahwa permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan memiliki permasalahan yang kompleks, dinamis, probalistik. Sehingga mempelajarinya dan mengatasinya melalui pendekatan sistem.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Informasi Istilah sistem berasal dari kata systema dalam bahasa Yunani yang berarti keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian. Secara umum sistem didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Sistem dapat berarti seperangkat aturan-aturan yang membatasi, suatu set persamaan matematik atau suatu cara atau metode untuk mencapai suatu tujuan (Nurani 2002). Suatu sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem juga merupakan kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan bekerja sama untuk memroses masukan (input) yang ditujukan kepada sistem tersebut dan mengolah masukan tersebut sampai menghasilkan keluaran (output) yang diinginkan (Kristanto 2003; Jogiyanto 1990; Kadir 2003). Murdick and Ross (1984) secara sederhana menjelaskan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama. Suatu sistem dapat dibagi-bagi lagi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil yang disebut dengan sub sistem. Sistem menurut Poel (1974) vide Winardi (1989) adalah sekumpulan elemen diantara mana terdapat hubungan-hubungan (dalam literatur lain kerapkali diketemukan kata-kata tambahan “elemen-elemen mana ditujukan kearah pencapaian sasaran-sasaran umum tertentu”. Sebuah sistem diuraikan dengan jalan menspesifikasi: (1) Elemen elemen yang merupakan bagian tubuhnya (Elemen-elemen sistem); (2) Elemen-elemen yang bukan merupakan bagian dari padanya (Lingkungan); (3) Hubungan-hubungan intern antara elemen-elemen (Struktur Intern); (4) Hubungan antara sistem dengan lingkungan (Struktur Ekstern). Data adalah fakta dan angka yang tidak digunakan pada proses pengambilan keputusan, biasanya berbentuk catatan-catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa maksud untuk segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan (Claggett 1986). Sedangkan menurut Zulkifli (2001), data adalah keterangan tertulis mengenai suatu fakta (kenyataan) yang masih berdiri sendiri-sendiri, belum mempunyai pengertian sebagai kelompok, belum
11
terkoordinasi satu sama lain, dan belum diolah sesuai keperluan tertentu. Data akan berguna dan menghasilkan suatu informasi apabila diolah melalui suatu model. Data akan berguna dan menghasilkan suatu informasi apabila diolah melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut dengan model pengolahan data atau lebih dikenal dengan nama siklus pengolahan data, yang terdiri dari 5 tahap yaitu pengumpulan, penghalusan, pengolahan, pemeliharaan dan pengeluaran (Gambar 1) (Kristanto 2003; Cushing 1992).
Gambar 1 Siklus pengolahan data. Dalam pemilihan metode pengolahan data, ada beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangan, yaitu volume unsur-unsur data yang dimuat, kompleksitas operasi pengolahan data, pembatasan waktu pengolahan serta tuntutan melakukan penghitungan yang benar. Berdasarkan persyaratan tersebut, untuk melakukan pengolahan data yang cukup besar memerlukan kecepatan serta ketepatan pengolahan, maka media komputer merupakan media yang tepat digunakan dalam penyusunan sistem informasi. Dengan adanya komputer akan menambah dimensi yang lebih handal dari sistem informasi, seperti
kecepatan,
ketelitian,
volume
data
yang
meningkat,
sehingga
memungkinkan pertimbangan alternatif-alternatif lain yang lebih banyak dalam suatu keputusan (Claggett 1986; Moekijat 1996). Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya (Jogiyanto 1990; Davis 1991; Kristanto, 2003). Informasi yang baik adalah informasi yang mempunyai nilai kemudahan, lengkap, ketepatan (bebas dari error), sesuai dengan kebutuhan pengguna, jelas dan bebas dari ambiguity, dalam pengujian akan didapatkan suatu kesimpulan yang relatif sama dan terukur (Zulkifli 2001). Tanpa suatu informasi, suatu sistem tidak akan berjalan dengan lancar dan akhirnya bisa mati.
12
Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan
dan
diolah
pada
periode
waktu
sebelumnya,
karena
itu
ditambahkan sebuah penyimpanan file data (data file storage) ke dalam sistem informasi. Dengan demikian kegiatan pengolahan disediakan baik untuk data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya. Setelah ditambah penyimpanan data, fungsi pengolahan informasi juga digunakan untuk menyimpan data yang akan digunakan kelak. Adapun bentuk dan model dasar sistem informasi dapat dilihat pada Gambar 2 (Davis dan Olson 1984).
Gambar 2 Model dasar sistem informasi. Secara umum sistem informasi merupakan kombinasi dari orang (people), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan komunikasi (communications networks) dan sumber data yang dihimpun, ditransformasi, dan mengalami proses pengaliran dalam suatu organisasi (Kristanto, 2003; O’Brien, 1991). Sutanta (1996) mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai sekumpulan hal atau elemen atau subsistem atau bagian, yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk suatu kesatuan, saling interaksi dan kerja sama antara bagian satu dengan bagian yang lainnya dengan menerima
masukan
(input)
berupa
data-data,
kemudian
mengolahnya
(processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya sebagai proses pengambilan keputusan, mendukung kegiatan manajemen dan operasional dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi proses tersebut guna mencapai tujuan. Sistem informasi manajemen adalah suatu sistem berbasis komputer yang menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna (user). Dengan informasi tersebut, pengguna dapat mengetahui tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, sekarang dan dugaan kebijakan di masa yang akan datang. Informasi
13
yang disajikan dapat berbentuk laporan periodik, laporan khusus atau hasil simulasi matematik (Mc Leod 1993). Penggunaan komputer dalam sistem informasi menjadi penting untuk informasi modern dan efektif. Hal ini didasarkan pada keunggulan komputer dan syarat yang harus dipenuhi dari sebuah sistem informasi manajemen modern dan efektif. Keuntungan penggunaan komputer dibandingkan dengan metode manual adalah ketepatan (accuracy), kapasitas penyimpanan (memory), kecepatan (speed), serta kemampuan pengumpulan dan komunikasi yang cepat (Murdick and Ross 1984). Komponen fisik suatu sistem informasi terdiri atas perangkat keras (mesin dan media), file (database), perangkat lunak (prosedur dan program) dan manusia (tenaga ahli dan pengguna). Komponen tersebut digunakan untuk menjalankan masukan, proses, keluaran, penyimpanan serta pengontrolan, yang mengubah sumber data menjadi informasi (O’brien 1991; Siagian 1999). Tujuan dari sistem informasi adalah untuk memberikan informasi yang akurat bagi orang yang benar pada saat yang tepat. Oleh karena itu empat dimensi informasi harus dipenuhi. Ke empat dimensi menurut Mc Leod (1993) tersebut adalah ; (1) Relevansi, bahwa informasi harus relevan dengan permasalahan yang ada; (2) Ketelitian, bahwa informasi harus akurat; (3) Ketepatan waktu, yang berarti informasi harus tersedia pada saat dibutuhkan; (4) Kelengkapan, yang berarti bahwa informasi harus menggambarkan keseluruhan masalah yang ada atau keseluruhan solusi yang dihasilkan. Penanganan suatu sistem informasi dilakukan melalui tujuh tahap, yaitu : (a) Pengumpulan data (b) Klasifikasi data (c)
Pengolahan data supaya berubah bentuk, sifat dan kegunaannya menjadi informasi
(d) Interprestasi informasi (e) Penyimpanan informasi (f)
Penyampaian informasi atau transmisi kepada pengguna
(g) Penggunaan informasi untuk kepentingan manajemen organisasi. Menurut O’Brien (1991), pada prinsipnya sistem informasi mempunyai tiga peran utama, yaitu ;
14
(1) Menunjang kegiatan operasional; (2) Menunjang manajemen dalam mengambil keputusan; (3) Menyediakan informasi sebagai output. 2.1.1 Perancangan Sistem Informasi Hal pertama yang dilakukan dalam perancangan sistem informasi adalah membuat daftar kejadian yang ada (Kristanto 2003). Dari tahap perancangan sistem informasi dapat dihasilkan suatu sistem informasi. Sistem informasi tersebut menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang terkait dalam usaha yang dikelola. Informasi dihasilkan dan disajikan melalui proses pengolahan data dari basis data yang akan disusun. Adapun tahap perancangan sistem ini adalah sebagai berikut ; 1. Desain sistem informasi Untuk melakukan perbaikan terhadap sistem informasi, terlebih dahulu harus dipahami dengan jelas kondisi sistem yang ada sekarang dan yang dihadapi, setelah itu sasaran dan kebutuhan sistem di masa yang akan datang. Kemudian baru dapat dimasukkan ide-ide secara bersama-sama kedalam suatu desain yang akan memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Desain sistem adalah suatu fase dimana diperlukan suatu keahlian
perencanaan
untuk
elemen-elemen
komputer
yang
akan
menggunakan sistem baru (Kristanto 2003). Proses ini menjelaskan lingkup informasi yang akan dirancang. Desain sistem merancang suatu proses dihasilkannya informasi, yaitu terdiri atas proses input data, pengolahan data dan proses penyajian data (output data). Informasi akan dihasilkan dengan memanfaatkan data yang tersimpan pada basis data yang ada. Output atau informasi yang dihasilkan pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan (Kristanto 2003). 2. Perancangan basis data Untuk menyiapkan suatu sistem informasi, maka keberadaan dari sistem basis data juga merupakan hal terpenting. Sistem basis data mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam suatu sistem informasi manajemen, yaitu sebagai sumber atau penyedia utama kebutuhan data bagi para pemakai atau informasi bagi para pengambil keputusan.
15
Basis data adalah kumpulan data, yang dapat digambarkan sebagai aktifitas dari satu atau lebih organisasi yang berelasi. Basis data hanya mengandung data, bukan informasi. Dengan adanya tambahan beberapa peraturan untuk mengolahnya, kita dapat menghasilkan informasi dari basis data tersebut. Untuk setiap basis data telah dikembangkan sebuah sistem untuk penggunaan basis data. Sistem ini merupakan suatu rangkaian peraturan dan metode, yang memungkinkan pemberian definisi, penciptaan, perubahan, pembacaan, pemeliharaan dan perlindungan basis data tersebut. Sistem ini adalah sistem manajemen database (Data Base Management System / DBMS) (Claggett 1986). Sutanta (1996) mendefinisikan basis data sebagai suatu kumpulan data terhubung (interrelated data) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media tanpa mengatap satu sama lain atau tidak perlu suatu kerangkapan data (controlled redundancy) dengan cara tertentu sehingga mudah untuk digunakan atau ditampilkan kembali, dapat digunakan oleh satu atau lebih program aplikasi secara optimal. Untuk perancangan basis data dan rancangan program aplikasi yaitu dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Microsoft Access adalah salah satu isi dari paket Microsoft Office Professional yang berguna untuk mengolah data dalam skala besar menjadi suatu informasi singkat, cepat, tepat, dan akurat. Microsoft Access dapat digunakan dalam berbagai level, seperti dalam pembuatan basis data untuk usaha kecil, menengah sampai skala besar (Santoso dan Susanto 2000). Selain itu, Access merupakan program yang sangat mudah digunakan (easy to use), sehingga sangat membantu para pengguna yang tidak mempunyai latar belakang pemograman. Para pengguna dapat langsung mengaplikasikan kemampuan dan fasilitas Access untuk membuat sistem yang diinginkan. Menurut Permana dan Ukar (2004), Microsoft Access merupakan program aplikasi yang akan membantu dalam merancang, membuat dan mengelola database. Program aplikasi ini mudah dipakai dan fleksible, serta mudah diintegrasikan dengan program aplikasi lainnya. Untuk perancangan basis data dan rancangan program aplikasi yaitu dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Microsoft Access adalah salah satu isi dari paket Microsoft Office Professional yang berguna untuk mengolah data dalam skala besar menjadi suatu informasi singkat, cepat, tepat,
16
dan akurat. Microsoft Access dapat digunakan dalam berbagai level, seperti dalam pembuatan basis data untuk usaha kecil, menengah sampai skala besar (Santoso dan Susanto 2000). Selain itu, Access merupakan program yang sangat mudah digunakan (easy to use), sehingga sangat membantu para pengguna yang tidak mempunyai latar belakang pemograman. Para pengguna dapat langsung mengaplikasikan kemampuan dan fasilitas Access untuk membuat sistem yang diinginkan. Menurut Permana dan Ukar (2004), Microsoft Access merupakan program aplikasi yang akan membantu dalam merancang, membuat dan mengelola database. Program aplikasi ini mudah dipakai dan fleksible, serta mudah diintegrasikan dengan program aplikasi lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa Database atau biasa disebut basis data adalah kumpulan data yang berhubungan dengan suatu objek, topik atau tujuan khusus tertentu. Database pada Microsoft Access dapat terdiri atas satu atau beberapa table, query, form, report, page, macro dan modul yang semuanya berhubungan atau saling terkait (antara komponen database yang satu dengan yang lain berelasi atau berhubungan). • Tables, berupa sebuah tabel kumpulan data yang merupakan komponen utama sebuah database. • Queries, digunakan untuk mencari dan menampilkan data yang memenuhi syarat tertentu dari satu tabel atau lebih. Query dapat juga digunakan untuk meng-update atau menghapus beberapa record data pada satu saat yang sama. Selain itu query dapat digunakan untuk menjalankan perhitungan terhadap sekelompok data. • Forms, digunakan untuk menampilkan data, mengisi data, dan mengubah data yang ada dalam tabel. Ketika membuka form, Microsoft Access mengambil data dari satu tabel atau lebih dan menampilkannya ke layar monitor menggunakan layout yang kita buat melalui form Wizard atau dari layout yang kita rancang sendiri. • Reports, digunakan untuk menampilkan laporan hasil analisa data. Kita dapat mencetak sebuah report (laporan) yang telah dikelompokkan, dihitung subtotal dan total datanya berdasarkan kriteria tertentu. Kita juga dapat membuat report yang berisi grafik atau label data. • Pages, digunakan untuk membuat halaman Web (page) berupa data access page yang dapat kita tempatkan di server sistem jaringan intranet atau internet.
17
• Macros, untuk mengotomatisasi perintah-perintah yang sering kita gunakan dalam mengolah data. • Modules, digunakan untuk perancangan berbagai modul aplikasi pengolahan database tingkat lanjut sesuai dengan kebutuhan kita. Module ini berisi kode Visual Basic for Applications yang kita tulis untuk menangani even (peristiwa) dalam Microsoft Access. 2.2 Pendekatan Sistem Menurut Marimin (2004), pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Dengan demikian, manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan pada sistem. Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Dengan cara ini hendak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu organisasi atau suatu sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manajemen mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sederhana dan simplisitis (simpel/sederhana) searah oleh suatu masalah disebabkan oleh penyebab tunggal. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberi dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem. Pendekatan sistem sangat cocok digunakan untuk menyelesaikan suatu persoalan yang kompleks, dinamis dan berkarakter probabilistik.
Sifat
kekomplekannya ditandai dengan adanya interaksi antara elemen atau komponen pembentu sistem yang cukup rumit. Menurut Hambali dan Eriyatno (1996) ciri khas suatu permasalahan yang dinamis adalah adanya faktor-faktor yang berubah menurut waktu disertai dengan suatu pendugaan masa depan. Sedangkan berkarakter probabilistik ditunjukkan oleh keberadaan fungsi peluang dalam informasi kesimpulan maupun rekomendasi. Menurut Eriyatno (1998), karena pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antarbagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir baru yang terkenal sebagai pendekatan sistem (system approach). Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan
dilakukannya
identifikasi
terhadap
adanya
sejumlah
kebutuhan-
18
kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Keterkaitan antar pelaku dan komponen pembentuk sistem akan mudah dianalisis dengan metode pendekatan sistem.
Dengan demikian, penerapan
pendekatan sistem akan membantu mencapai suatu efek yang sinergik (synergistic effect), karena tindakan dari pelaku (aktor) sistem dapat dipersatukan untuk menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan tindakan yang dilakukan secara terpisah ataupun sendiri-sendiri (Winardi 1989) Dalam melakukan pendekatan sistem dapat menggunakan komputer atau tanpa komputer. Akan tetapi adanya komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama sangat diperlukan jika menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi (Marimin 2004). Pendekatan
sistem
dimulai
dari
analisis
kebutuhan,
formulasi
permasalahan sampai dengan identifikasi sistem. Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian
dari suatu sistem. Analisis ini akan dinyatakan dalam
kebutuhan-kebutuhan
yang
ada,
baru
kemudian
dilakukan
tahapan
pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Marimin 2004). Bila suatu keputusan dibuktikan dapat berjalan secara kontinyu, maka kebutuhan yang sesuai akan dibawa pada tahap identifikasi sistem. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhankebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini sering digambarkan dalam bentuk diagram lingkar/sebab-akibat (causal loop) (Marimin 2004). Hal
yang
terpenting
dalam
mengidentifikasikan
sistem
adalah
melanjutkan interprestasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (black box/penggambaran input yang masuk kedalam sistem dan output yang dihasilkan dari sistem serta kontrol yang menjadi pembatas sistem). Para analis harus mampu mengkonstruksi diagram kotak gelap. Dalam penyusunan kotak gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga
19
golongan yaitu peubah input, peubah output dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem (Marimin 2004). Identifikasi sistem meliputi diagram lingkar sebab akibat dan diagram input output. Diagram lingkar sebab-akibat merupakan dasar pengembangan sistem permodelan, sedangkan diagram input-output menggambarkan masukan dan keluaran serta kendali dari model yang dikeluarkan. Model pengembangan berdasarkan diagram lingkar sebab akibat harus mempertimbangkan komponenkomponen yang digambarkan pada diagram input-output. Tujuan yang hendak dicapai dijabarkan lebih rinci dalam kotak output yang dikehendaki. Disamping itu, permasalahan yang telah diformulasikan juga dijadikan sebagai titik sentral perhatian dalam penyusunan model (Yulianti dan Eriyatno 1996). Input terdiri dari dua golongan yaitu eksogen atau yang berasal dari luar sistem (input dari lingkungan) dan overt input yang berasal dari dalam sistem dan ditentukan oleh fungsi dari sistem itu sendiri. Sedangkan output terdiri dari dua golongan yaitu output yang dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki, output yang dikehendaki biasanya dihasilkan dari adanya pemenuhan kebutuhan yang ditentukan secara spesifik pada waktu analisis kebutuhan. Output yang tidak dikehendaki berasal dari dampak yang akan ditimbulkan bersama-sama dengan output yang dikehendaki (Marimin 2004). Suatu pendekatan sistem yang digunakan untuk memanajemen didesain untuk digunakan dalam analisis Ilmiah pada suatu organisasi yang komplek untuk: (a) pengembangan dan manajemen sistem operasi; dan (b) mendesain sistem
operasi
yang
digunakan
untuk
proses
pengambilan
keputusan.
Hubungan diantara kedua proses tersebut dijelaskan bahwa suatu sistem informasi didesain untuk mendukung dalam pengambilan keputusan yang sangat diperlukan pada sistem operasi manajemen (Murdick and Ross 1983). Selanjutnya Murdick and Ross (1983) menyatakan bahwa pendekatan sistem adalah terorganisasi,
kreatif,
teoritis,
empiris, dan pragmatis yang
masing-masing mempunyai sudut pandang dan prosedur yang berbeda. Kelima karakteristik dari pendekatan sistem dijelaskan sebagai berikut : (1) Terorganisasi (organized). Pendekatan sistem dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang besar sebagai contoh pendekatan sistem yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Dalam menyelesaikan suatu masalah pelik di suatu
perusahaan digunakan suatu tim yang mempunyai skill profesional (systems
20
designers) dan beberapa spesialis (tenaga ahli) untuk menguji suatu formula pada waktu-waktu tertentu. (2) Kreatif (Creative). Dalam mengeneralisasikan prosedur pengembangan untuk desain sistem, pendekatan sistem harus sangat kreatif dan terfokus pada tujuan dan metode. Pendekatan sistem harus bersifat kreatif karena: (a) Suatu masalah terkadang bersifat sangat komplek dan tidak terstruktur dimana tidak terdapat suatu formulasi khusus atau solusi. (b) Kebanyakan data yang tersedia tidak lengkap dan tidak pasti. (c)
Solusi alternatif diperlukan untuk menyelesaikan masalah subsistem.
(d) Adanya
fungsi-fungsi
tradisional
dan
hambatan
disiplin
harus
membutuhkan suatu sintetis tertentu. (3) Bersifat teoritis (Theoritical). Pendekatan sistem merupakan suatu metode dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan (science) umumnya terdiri dari teori-teori yang terstruktur yang menjadikan kita dapat membangun solusi praktis untuk sebuah masalah. (4) Bersifat empiris. Pencarian data empiris merupakan bagian yang sangat esensial dalam sebuah pendekatan. Data yang relevan harus dapat mensubstraksi data yang tidak relevan atau data yang benar dari data yang salah. (5) Bersifat Pramagtik (Pragmatic). Suatu sistem harus layak, produkif, dan dapat dioperasikan. Sistem didesain untuk dapat dipahami oleh suatu organisasi yang menjalankannya. Selanjutnya personel dari organisasi harus dapat meningkatkan proses dari diagnosis pengembangan dan desain. 2.3 Sistem Informasi Pelabuhan Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan merupakan suatu sistem yang ditujukan untuk mendapatkan, mengelola, mengolah, dan menyajikan data informasi yang ada di Pelabuhan Perikanan. Sistem Informasi ini diharapkan dapat digunakan untuk : (1)
Prasarana fisik : Untuk perencanaan dan pengembangan pelabuhan perikanan; Untuk pengelolaan fungsional; Untuk manajemen pemeliharaan fisik.
21
(2)
Sosial ekonomi perikanan : Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan; Untuk
perencanaan
dan
pengembangan
pemasaran
dan
distribusi ikan. (3)
Layanan informasi perikanan :
Untuk memberikan informasi harian dan periodik tentang jenis, harga, produksi ikan, dan jumlah kapal.
Lingkup dari Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Anonimous, 2000) dapat digambarkan sebagaimana Gambar 3.
Gambar 3 Lingkup dari sistem informasi pelabuhan perikanan (LAPI-ITB dan FPIK-IPB 2001 diacu dalam Haluan 2002) Diagram tersebut menunjukkan bahwa lingkungan yang terkait dengan pemasukan
data
adalah
pendaratan
ikan,
pelaksana
pelabuhan,
dan
perusahaan. Sedangkan sistem akan memberikan informasi pada lingkungan yang meliputi Direktorat Jenderal Perikanan, perusahaan, investor, peneliti, dan sebagainya. Adapun rincian dari pada sistem tersebut terdiri dari beberapa proses seperti terlihat pada Gambar 4. Sering dikatakan dalam berbagai kesempatan bahwa pengembangan komoditas
perikanan
belum
optimal
dilakukan.
Optimal
dalam
arti
menyeimbangkan tingkat eksploitasi dan upaya-upaya konservasi. Selain itu perlu
diketahui
bahwa
keberhasilan
pembangunan
dan
pengembangan
perikanan tidak saja bergantung pada potensi sumberdaya yang ada, tetapi juga bergantung pada pelaku dan cara pengelolaan yang diterapkan dalam usaha
22
tersebut dalam memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan data dan informasi perikanan yang akurat dan dapat dipercaya. (Anonimous 2000).
Gambar 4 Proses pada sistem informasi pelabuhan. Masalah yang sering diungkapkan dalam berbagai kesempatan perihal data perikanan Indonesia adalah soal akurasi. Jika dicermati lebih dalam lagi maka situasi dan persoalan yang dihadapi yang berkaitan dengan data perikanan Indonesia dapat dikelompokkan dalam empat permasalahan. Pertama, format dan sistem pengumpulan data perikanan saat ini tampak sangat kompleks dan tidak fokus. Situasi ini memerlukan biaya tinggi untuk mengoperasikan sistem tersebut. Akibatnya, dengan adanya keterbatasan dan realitas lainnya, timbul masalah dalam mempertahankan dukungan terhadap kelangsungan (sustainablity) pengumpulan data tersebut. Kedua, variasi keragaman kedalaman data. Dari satu lokasi ke lokasi lainnya terlihat adanya variasi keragaman kedalaman data. Hal ini akan menyulitkan proses akumulasi data yang akurat. Ketiga, periode pembauran (up date) data. Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, format dan sistem pengumpulan data yang berjalan saat ini memerlukan biaya tinggi untuk mempertahankan ketersediaan dan akurasi data tersebut. Dengan demikian, pembauran (up date) data secara obyektif sulit dilakukan. Keempat, basis atau platform teknologi yang digunakan tidak efisien dan tertinggal jauh. Selain itu sulit dilakukan validasi terhadap data yang ada karena
23
data yang diterima tidak transparan atau sulit diakses (close access). (Anonimous 2000). Berdasarkan berbagai situasi dan pesoalan
di atas, maka diperlukan
sistem yang lebih sederhana, mudah diakses, relatif terbuka, ada mekanisme pertukaran data yang bisa memfasilitasi keragaman yang ada menjadi suatu sinergi, dan didukung oleh platform yang sesuai dengan tuntutan permasalahan saat ini dan akan datang (Anonimous 2000). Penyempurnaan terhadap data dan informasi
perikanan diperlukan
dalam rangka mendorong kearah pengelolaan yang optimal, yakni dengan menyeimbangkan tingkat eksploitasi dan upaya-upaya konservasi. Masalah utamanya adalah bagaimana mengetahui atau memutuskan dengan tepat bahwa tingkat eksploitasi telah seimbang dengan upaya-upaya konservasi (Anonimous, 2000). Sistem
informasi
perikanan
tangkap,
pada
dasarnya
adalah
menghubungkan kegiatan perikanan tangkap dan kebutuhan pengumpulan dan penyajian data dari kegiatan tersebut (Anonimous 2000). Secara sederhana sistem perikanan tangkap dapat digambarkan pada diagram alur seperti tampak pada Gambar 5.
Gambar 5. Model sistem perikanan tangkap yang berbasis pengelolaan sumberdaya ikan dan permintaan pasar (Anonimous 2000) Keterangan : : Aliran material : Komponen penyusun OPI
: Op. Penangkapan Ikan
PSR
: Pemasaran
FAS
: Fasilitas Pelabuhan
AP
: Alat Penangkap Ikan
24
DIS
: Distributor
JSA
: Jasa Pelabuhan
SDI
: Sumber Daya Ikan
DPI
: Daerah Penangkapan Ikan
KPI
: Kapal Penangkap Ikan
PRO
: Produsen
PLB
: Pelabuhan
IKN
: Ikan
KON
: Konsumen
LBG
: Kelembagaan Perikanan Pada diagram tersebut pelabuhan menempati posisi sentral dan
merupakan basis industri perikanan tangkap. Selanjutnya, dalam konteks pengembangan sistem informasi perikanan, identifikasi kebutuhan data, baik jenis maupun frekuensi pengadaannya (sampling frequency) dapat dilakukan dengan melihat keseluruhan mata rantai kegiatan produksi perikanan laut yang bermula pada sarana produksi hingga pemasaran hasil perikanan. Dengan demikian minimal ada 5 (lima) komponen yang menjadi informasi yang perlu diperhatikan, yakni : (1) Daerah penangkapan ikan dan sumberdaya ikan. Informasi ini berisi informasi mengenai lokasi dan waktu/musim penangkapan ikan, jenis dan jumlah dugaan ikan, jarak dari pelabuhan (fishing base) ke lokasi ini, dan sebagainya. Diharapkan dari komponen ini akan diketahui informasi tentang kecenderungan (trend) sumberdaya ikan (SDI) yang dinamis dari waktu ke waktu. (2) Unit penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan meliputi jenis kapal penangkap ikan, jenis alat tangkap, dan keperluan operasi seperti BBM, es, air tawar dan kebutuhan awak kapal. (3) Pelabuhan perikanan, Pelabuhan perikanan memberikan informasi tentang kapasitas dalam melayani keperluan operasi (produksi) dan menangani hasil produksi. Data yang dibutuhkan antara lain bagaimana letak pelabuhan ini terhadap sentra produksi dan konsumsi serta dengan jalur alternatif perdagangan seperti jalan dan bandara untuk distribusi ke lokasi-lokasi lain. Selain itu perlu diketahui jasa-jasa yang ditawarkan atau tersedia di pelabuhan tersebut.
25
(4) Pemasaran ikan, yang penting diketahui dalam aspek pemasaran antara lain adalah siapa pembeli, berapa harganya, bagaimana cara pembayarannya, serta dimana dipasarkan. Diharapkan dari komponen ini akan diketahui, minimal, kecenderungan (trend) harga dari waktu ke waktu. (5) Kelembagaan, menyangkut administrasi, aturan-aturan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh instansi, baik itu pemerintah, swasta, perguruan tinggi atau pihak yang berwenang dalam menjamin kelancaran sistem yang ada. (Anonimous 2000). Sasaran dibentuknya sistem informasi perikanan tangkap antara lain adalah
tersedianya
informasi
bagi
pengambilan
kebijakan
dan
strategi
pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. (Anonimous 2000). Adanya kompleksitas serta banyaknya variabel-variabel atau parameter yang perlu diamati pada penelitian analisis kebijakan, maka data-data yang terkumpul akan sangat bervariasi dengan berbagai bentuk. Bidang ilmu yang terkaitpun juga mencakup berbagai aspek secara terintegrasi, seperti fisik, kimia, biologi, ekosistem/sumberdaya kelautan dan perikanan, iklim, sosial-ekonomi, sosialbudaya (Suratmo 2001). Bidang sosio-politik dan sosio-kultural lokal, merupakan ciri utama penelitian kebijakan. Dalam penelitian kebijakan akan terlintas dalam pemikiran bahwa penelitian ini merupakan aplikasi kerja penelitian untuk keperluan pembuatan kebijakan (Danim 2000). Hasil penelitian diharapkan nanti dapat diterapkan modelnya atau konsepnya atau rekomendasinya pada permasalahan lain yang sejenis (Suratmo 2001). Bidang hukum, politik, juga menjadi kajian dari penelitian kebijakan ini. Demikian
juga
dalam
evaluasi
program
untuk
sinkronisasi,
penelitian
program/kegiatan yang sudah dijalankan adalah sangat penting. Sehingga sangat diperlukan peninjauan lapangan, untuk melihat kualitas pelaksanaan program. Oleh sebab itu aspek-aspek pengamatan untuk ilmu eksakta, seperti fisika, kimia, biologi juga sangat berperan. Bobot ilmiah proses dan hasil sebuah penelitian kebijakan akan sangat bergantung kepada kredibilitas ilmiah penelitiannya. Nilai penelitian kebijakan diukur bukan semata-mata dari bobot ilmiahnya, melainkan dinilai dari kemanfaatannya bagi khalayak yang makin dibelenggu masalah (Danim 2000).
26
2.4 Peranan Sistem Informasi dalam Pelabuhan Perikanan Sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
No.
PER/16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan Bab IV Pasal 2 tentang fungsi pelabuhan perikanan, yaitu fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya dapat berupa: 1. pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan, 2. pelayanan bongkar muat, 3. pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, 4. pemasaran dan distribusi ikan, 5. pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, 6. pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, 7. pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, 8. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, 9. pelaksanaan kesyahbandaran, 10. pelaksanaan fungsi karantina ikan, 11. publikasi hasil riset kelautan dan perikanan, 12. pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari, 13. pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran, dan pencemaran). Dalam menghadapi tantangan masa depan, tentunya usaha perikanan haruslah memiliki daya saing. Daya saing yang kuat ini salah satunya dapat diperoleh dengan peningkatan produktifitas. Salah satu faktor yang mutlak diperlukan
untuk
mendukung
peningkatan
produktifitas
adalah
dengan
memanfaatkan teknologi informasi. Sistem informasi merupakan elemen pokok dari teknologi informasi, dan telah banyak mengalami perkembangan berkat kemajuan yang telah dicapai dalam teknologi perangkat keras dan perangkat lunak (Wazdi 1995). Teknologi informasi merupakan suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data atau informasi dalam batasbatas ruang dan waktu. Teknologi ini juga merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi (Indrajit 2000). Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka lingkup dari sistem informasi pun akan menjadi luas pemakaiannya pada hampir semua kegiatan manusia.
27
Dengan digunakannya teknologi informasi yang semakin maju pada usaha perikanan tangkap, maka hal ini akan membantu dalam kemajuan usaha tersebut untuk dapat dijadikan sebagai salah satu sektor ekonomi yang mendatangkan keuntungan. Hal ini berkaitan dengan semakin cepatnya arus informasi yang mengalir dan semakin mudahnya untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Pada hakekatnya pelabuhan perikanan merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan khususnya perikanan tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha yang kompak dan berdaya guna tinggi. Aktivitas unit penangkapan ikan di laut harus dipersiapkan keberangkatannya dari pelabuhan dengan bahan bakar, makanan dan es. Informasi tentang data harga dan kebutuhan ikan di pelabuhan perlu dikomunikasikan dengan cepat dari pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai pekerjaan di laut kapal akan masuk ke pelabuhan dan membongkar serta menjual ikan tangkapan. Selain memberikan pelayanan terhadap kapal dan segala kebutuhan pemberangkatan, kedatangan,
berlabuh,
perbaikan
dan
docking,
pelabuhan
juga
harus
diandalkan
untuk
memberikan pelayanan kepada pedagang atau pihak lainnya. Sebagai
instansi
pemerintah,
pelabuhan
dapat
mengumpulkan data yang berkaitan dengan pelabuhan. Data yang dikumpulkan secara baik dan sistematis merupakan informasi yang sangat berharga untuk berbagai keperluan. Sistem informasi akan sangat sangat berguna bagi pelabuhan karena sebagai sistem berbasis komputer yang dapat menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa ataupun kebutuhan yang berbeda. Informasi-informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak pelabuhan untuk mengelola serta mengembangkan pelabuhan ke arah yang lebih baik (Murdiyanto 2004). 2.5 Penelitian Terdahulu Studi dan penelitian tentang sistem informasi manajemen (SIM) oleh mahasiswa S1, S2 dan S3 program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) dan program studi Teknologi Kelautan di Jurusan PSP FPIK-IPB sebagaimana disebutkan oleh Haluan (2002) sudah banyak dilakukan. Kasus serta objek penelitiannya menyebar dari hanya meneliti dan mengembangkan
28
SIM pada satu perusahaan perikanan, sampai pada Dinas Perikanan Dati I di tingkat
propinsi.
Hasil
penelitiannya
diharapkan
dapat
digunakan
dan
dimanfaatkan untuk memacu pengembangan usaha perikanan dari tingkat perusahaan sampai tingkat propinsi atau bahkan nasional. Namun sampai saat ini belum ada usaha monitoring dan evaluasi yang terarah dan terencana untuk hal tersebut. Sari (2000) mengembangkan sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis Propinsi Riau, dengan tujuan (1) mengembangkan suatu sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis, (2) menghimpun data dasar perikanan di
perairan
Bengkalis
sebagai
masukan
awal
sistem
informasi
yang
dikembangkan. Sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis (SIPRi 2000) berdasarkan “object oriented”. Pelaku dan pengguna pada sistem ini adalah Pemerintah Daerah tingkat I, Dinas Perikanan Tingkat I dan II, pengusaha perikanan, lembaga penelitian, dan institusi lainnya yang terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya di perairan Bengkalis. Perangkat lunak sistem informasi ini dibagi menjadi empat, yaitu bagian masukan (input), bagian pengolahan, bagian pengeluaran (output), dan bagian penampungan data (database). Bagian masukan terdiri dari masukan data propinsi yang meliputi data produksi (ton) tahunan per kabupaten, data dan jumlah alat tangkap (unit) per kabupaten, data upaya penangkapan (trip) per kabupaten, dan armada penangkapan (buah) per kabupaten. Bagian keluaran atau informasi terdiri dari produksi tahunan tiap kabupaten, perkembangan sumberdaya, perkembangan upaya penangkapan, perkembangan alat tangkap, perkembangan armada penangkapan, tingkat potensi lestari, hasil tangkap persatuan upaya (CPUE), informasi mengenai species, informasi mengenai alat tangkap, daerah operasi penangkapan dan musim penangkapan. Pada bagian ini juga disajikan monografi desa, kalender musim penangkapan dari tiap kecamatan yang menjadi daerah penelitian. Bagian proses terdiri dari proses standarisasi alat tangkap, perhitungan hasil tangkap per satuan upaya tangkap (CPUE) dan proses pengolahan data dengan metode surplus production menggunakan model Schaefer dan Eksponensial. Bagian penampungan data terdiri dari masukan data mentah yaitu data hasil tangkapan dari tingkat propinsi berupa data statistic dari tiap kabupaten. Untuk tingkat kecamatan berupa data hasil tangkapan berdasarkan spesies, alat
29
tangkap yang digunakan, upaya penangkapan dan musim penangkapan dari desa pada tiap kecamatan. Pengembangan SIM sehubungan dengan kebutuhan dan rencana pembangunan perikanan di Indonesia sudah beberapa kali dilakukan, antara lain salah satu contoh adalah perencanaan dan pembentukan pusat informasi pengembangan perikanan dan manajemen database berbasis pengelolaan sumber daya ikan dan permintaan pasar pada tahun 2001. Usman (2002) meneliti tentang sistem informasi manajemen Dinas Perikanan DKI Jakarta, yang bertujuan untuk (1) mengorganisasikan informasi perikanan sehingga lebih teratur, akurat, cepat, efektif dan efisien, (2) mengembangkan program aplikasi sistem informasi manajemen dengan model Dinas Perikanan DKI Jakarta, (3) membantu pengguna (user) dalam pengelolaan informasi sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan kebijakan. Program aplikasi yang dihasilkan diberi nama Sistem Informasi Manajemen Dinas Perikanan DKI Jakarta Version 1.0 atau disingkat SIM-DPJ Version 1.0. Program aplikasi SIM-DPJ Version 1.0 diuji coba (verifikasi) untuk menguji kemampuan sistem dalam memproses data masukan (input data). Berdasarkan keluaran informasi pada menu Hasil Data didapatkan beberapa informasi mengenai pendugaan stok sumberdaya ikan, dalam hal ini digunakan contoh data dari spesies ikan tuna dan cakalang di wilayah pengelolaan perikanan 9 (WPP 9-Samudera Hindia). Pada option Standarisasi ditampilkan informasi mengenai penentuan alat tangkap standar dari enam alat tangkap yang digunakan untuk menangkap tuna dan cakalang. Alat tangkap standar ini memiliki nilai FPI (Fishing Power Index) sama dengan 1, dalam kasus ini yang menjadi alat tangkap standar adalah rawai tuna, pada option ini juga didapat informasi mengenai nilai CPUE standar. Program aplikasi SIM-DPJ Version 1.0 hanya menggunakan metode surplus produksi untuk mengestimasi sumberdaya ikan. Pendugaan (estimasi) mengenai stok sumberdaya ikan diperlihatkan oleh hubungan antara upaya tangkap (effort) dengan hasil tangkap (catch) dengan menggunakan model surplus produksi yaitu model Schaefer dan model Fox. Kegunaan program aplikasi SIM-DPJ 1.0 bila dibandingkan dengan cara konvensional (buku-buku laporan) diantaranya: (1) dapat mengorganisasikan ketersediaan informasi yang ada pada Dinas Perikanan DKI Jakarta sehingga lebih teratur, akurat, cepat, efektif dan efisien serta membantu pengguna (user) sistem informasi ini dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, (2) tampilan
30
program aplikasi SIM-DPJ yang menarik dan jauh lebih akrab dengan pemakai (userfriendly) dari pada program konvensional yang total dikerjakan melalui program prosedur, (3) data tersimpan dalam suatu file database dan data tersebut dapat ditambah, dihapus, diperbaharui (update data) sehingga informasi yang ada tetap aktual. Program aplikasi SIM-DPJ untuk menentukan alternatif pengembangan usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan di DKI Jakarta, belum secara sempurna menggambarkan kondisi perikanan yang sebenarnya, karena tergantung akurasi data yang digunakan. Agar memperoleh rekomendasi yang benar dari program aplikasi ini, disarankan dalam pengisian data yang digunakan untuk menghasilkan informasi harus akurat (garbage in garbage out). Fitria (2002) mengembangkan sistem informasi pada usaha perikanan tangkap di perairan pengandaran Jawa Barat. penelitian ini bertujuan untuk merancang Sistem informasi usaha perikanan tangkap di pengandaran dengan manfaatkan komputer sebagai pendukung dalam pengelolaan data. dengan bantuan komputer, dapat membantu pihak pengelola informasi di dalam proses pemasukan data, penyimpanan data dan pengolahan data sehingga informasi dapat dihasilkan secara cepat, akurat, efektif dan efisien. Perancangan sistem informasi perikanan tangkap di pengandaran di beri nama SI PIT. Informasi yang dihasilkan dari SI PIT pada akhirnya dapat digunakan oleh berbagai pihak pelaku sistem perikanan tangkap di pengandaran. diantaranya digunakan oleh pihak pemerintah daerah dalam menetapkan suatu aturan atau kebijakan dibidang perikanan, oleh pihak pengelola pelabuhan dalam pengelolaan produksi perikanan, dan peningkatan fasilitas pelabuhan, juga dapat digunakan oleh pelaku atau pihak yang berusaha atau yang akan berminat untuk berusaha di bidang perikanan tangkap di pangandaran. Handayani (2003) telah menghasilkan Sistem Informasi Manajemen Dinas Perikanan Dati I Jawa Timur diberi nama SIM_DP Jatim. Program Aplikasi dibangun sebagai alat untuk mengelola data dinas dan penyedia informasi bagi masyarakat. SIM DP Jatim memiliki kelemahan yaitu belum terbentuknya sistem jaringan pada program aplikasi yang dapat mengatur arus data masuk dan keluar, perhitungan pendugaan stok sumberdaya tidak dilakukan pada Microsoft Access tapi masih menggunakan program lain (Microsoft Excel) untuk mengimpor hasil perhitungan. Nelly (2005) meneliti mengenai rancang bangun sistem informasi perikanan udang penaeid di perairan Arafura yang berbasis di Sorong dan
31
Bintuni, yang bertujuan untuk menghimpun data dasar yang berkaitan dengan usaha penangkapan udang di perairan Arafura dan mengembangkan suatu rancang bangun sistem informasi perikanan udang di perairan Arafura berdasarkan data dasar yang didapat untuk mendukung keberlangsungan usaha penangkapan udang di perairan Arafura. Perangkat lunak yang dirancang diberi nama SIPURA, yang digunakan sebagai sistem informasi perikanan udang di perairan Arafura. Dibutuhkan data-data berupa hasil tangkapan udang, alat tangkap, upaya penangkapan, hasil tangkapan sampingan dan data logbook penangkapan udang sebagai masukan awal dalam sistem informasi ini, dengan demikian pengguna sistem informasi ini dapat menduga ketersedian stok udang didaerah tersebut Mahfud (2005) menyusun suatu Rancang Bangun Sistem Informasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan secara Terpadu : Prototipe Kabupaten Sumenep Madura. Penelitian tersebut telah menghasilkan program aplikasi komputer SISTEMIK®SIMPEL dengan platform Microsoft Windows XP Home Edition dengan dua panel utama, yaitu: (1) marine and coastal support system sebagai sistem pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan; dan (2) marine and coastal guideline system sebagai sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan lautan. Saptoriantoro (2006) meneliti mengenai sistem informasi perikanan PPP Karangantu Kabupaten Serang Propinsi Banten, dengan tujuan untuk merancang sistem
informasi
berbasis
komputer,
dan
membantu
manajemen
PPP
Karangantu dalam meningkatkan mutu pelayanan data dan informasi perikanan. Sistem informasi yang dirancang diberi nama SIMKAR Ver. 1 PS, yang meruoakan sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh pihak manajemen PPP Karangantu, seperti mempercepat waktu pelayanan, dapat memperkecil kekeliruan data dan menghasilkan laporan-laporan yang diinginkan dalam waktu relatif singkat dan akurat. Sebagaimana disebutkan oleh Haluan (2002) pengembangan sistem informasi untuk pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan masih sangat dibutuhkan, untuk itu penelitian-penelitian lanjutan akan sangat berharga nilainya. Penelitian – penelitian tersebut antara lain dari segi wilayah, permasalahan kelautan dan perikanan, kelembagaan, dan lain sebagainya.
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 24 bulan pada bulan Desember 2004 hingga Desember 2006. Pengolahan, tabulasi, dan analisis data serta pembuatan perangkat lunak komputer dilaksanakan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB (FPIK IPB). Penelitian lapang dilaksanakan di PPSC (Peta lokasi penelitian lapang tampak pada Lampiran 1). Kegiatan penelitian tentang ”Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan: Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap” meliputi : (1) Survei terhadap lokasi penelitian untuk analisis dan identifikasi masalah dilakukan pada bulan Desember 2004- Januari 2005. (2) Studi pustaka untuk mendapatkan data-data pendukung dilakukan bulan Januari 2005-Februari 2005. (3) Pengumpulan data utama dilakukan di PPSC, Dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Cilacap, pada bulan Maret 2005 – Agustus 2005. (4) Pengolahan data dan pembuatan perangkat lunak komputer Microsoft Access, dilakukan di FPIK IPB bulan September 2005-Desember 2005. (5) Penulisan laporan dan konsultasi serta diskusi kelayakan sistem informasi dengan stakeholders pendekatan FGD (Focus Group Discussion) bulan Januari 2006–Desember 2006. 3.2 Tahap Penelitian Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) Analisis kebutuhan pelaku sistem pelabuhan perikanan, (2) Identifikasi elemen sistem pelabuhan perikanan, (3) Permodelan sistem pelabuhan perikanan, dan (4) perancangan sistem informasi pelabuhan perikanan. Identifikasi elemen sistem pelabuhan perikanan dimaksudkan untuk mendapatkan elemen-elemen penting dari sistem yang digunakan untuk perancangan model sistem pelabuhan perikanan. Permodelan sistem digunakan untuk merumuskan hubungan antara masukan dan keluaran dan memprediksi hasil yang dimungkinkan. Pengumpulan data digunakan untuk melakukan verifikasi sistem informasi yang dibangun, yaitu di Cilacap.
33
3.3 Metode Penelitian 3.4.1 Metode pengumpulan data Dalam pelaksanaan penelitian, data dikumpulkan melalui metode survei lapangan dan studi pustaka untuk mendapatkan data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari beberapa literatur dan instansi terkait, baik di daerah maupun di tingkat pusat. Data primer diperoleh melalui survei lapang dan wawancara mendalam (in-depth interview) atau dengan bantuan kuesioner terhadap pihak terkait, seperti nelayan, pemerintah daerah, pengelola pelabuhan perikanan (PPSC), pengusaha perikanan, dan peneliti. Teknik pengambilan contoh (expert survey) dilakukan dengan teknik pengambilan contoh purposif (purposive sampling) dengan kriteria mewakili setiap bidang keahlian sesuai bidang kajian.
Gambar 6 Diagram alir tahap penelitian.
34
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data kebutuhan sistem informasi yang diperoleh dari para stakeholder dan data yang akan dijadikan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut.
Jenis data pertama diperoleh dari rangkaian survei melalui
pengamatan langsung dan wawancara dengan panduan sebuah kuesioner. Responden survei ini adalah 40 orang nelayan, 6 pengelola PPSC, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap, 25 pedagang pengumpul, 10 pengolah ikan, 15 pemilik kapal, 2 pengurus kapal dan 1 pengurus KUD. Jenis data kedua digunakan untuk penyusunan basis data, terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data sekunder diperoleh dari kantor Dinas
Perikanan setempat, UPT PPSC dan pihak-pihak yang berhubungan dengan PPSC.
Data tersebut antara lain statistik PPSC tahun 1995-2005 yang
diterbitkan oleh DKP, data-data penunjang lainnya yang diperoleh dari studi pustaka. Data yang diambil meliputi data produksi ikan dan nilai produksinya, jumlah nelayan dan kepemilikan perahu atau motor, produktivitas ikan per alat tangkap, data operasional PPSC (pelelangan ikan, jumlah dan nilai kebutuhan logistik kapal, retribusi PPSC dan jumlah penerimaan), pendapatan asli daerah Kabupaten Cilacap, jumlah penduduk dan nelayan serta informasi potensi ikan. Secara umum, kedua jenis data secara simultan dapat dipakai untuk mengidentifikasi kebutuhan dan sekaligus basis data. 3.4 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk merancang sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap diawali dengan melakukan pendekatan sistem. Pendekatan ini dimulai dari analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, dan identifikasi sistem yang akhirnya dapat digunakan pada tahap perancangan sistem. Sebelum dilakukan rancangan sistem informasi terlebih dahulu dilakukan perancangan basis data. Pada tahap ini, dilakukan proses identifikasi, normalisasi dan kodifikasi data. Data yang telah dkumpulkan disusun ke dalam tabel yang nantinya digunakan untuk menyimpan data dan kemudian berulah dilakukan pengolahan data menjadi informasi. Hasil dari perancangan basis data adalah struktur basis data yang berupa file data, kemudian dilakukan pengujian dengan memasukkan sedikit data,
35
apabila basis data dapat menghasilkan keluaran (output) sesuai dengan yang diinginkan, maka semua data dapat dimasukkan ke dalam file-file tersebut. Penyusunan program-program aplikasi untuk kebutuhan sistem informasi dapat menggunakan perangkat lunak berupa Microsoft Access 2003. Perangkat kerasnya disesuaikan dengan kebutuhan basis data dan pengembangan program-program aplikasi yang dirancang. 3.4.1 Metode pendekatan sistem 3.4.1.1 Analisis kebutuhan Pada tahap analisis kebutuhan dicari secara selektif kebutuhan masingmasing
pelaku
sistem.
Hal
ini
dilakukan
dengan
menganalisis
dan
mendeskripsikan jabatan dari pelaku-pelaku yang terlibat dalam sistem. Tahap ini dilakukan untuk memperoleh suatu gambaran informasi yang diperlukan oleh pemakai sistem (user). Informasi yang keluar (output) tergantung permintaan user terhadap sistem infmasi. Para pelaku yang terlibat dalam sistem informasi pelabuhan perikanan diantaranya nelayan, pemerintah daerah, pengelola pelabuhan perikanan (PPSC), pengusaha perikanan, dan peneliti. 3.4.1.2. Formulasi permasalahan Permasalahan yang berkaitan dengan sistem pelabuhan perikanan di Cilacap diketahui dari observasi lapangan serta wawancara dengan nelayan, pemerintah daerah, pengelola pelabuhan perikanan (PPSC), pengusaha perikanan, dan peneliti. 3.4.1.3 Identifikasi sistem Identifikasi sistem merupakan gambaran sistem yang diuji. Identifikasi sistem dilakukan dengan pembuatan diagram lingkar atau sebab akibat dan input output. Diagram sebab-akibat merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antar komponen di dalam sistem. Diagram input-output merupakan diagram yang menggambarkan masukan dan keluaran serta kontrol dari sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap. 3.4.2 Perancangan sistem informasi Pembuatan
sistem
informasi
ini
menerapkan
suatu
metodologi
pengembangan sistem, yaitu suatu proses standar untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisis, merancang, mengimplementasikan,
36
dan memelihara sistem informasi. Pengembangan rancang bangun sistem informasi pada prinsipnya menerapkan sebuah metode klasik, yaitu siklus pengembangan sistem informasi (system development life cycle) atau yang biasa dikenal sebagai SDLC (Effendy 2005). Metode ini banyak diterapkan untuk mengembangkan sistem, terutama sistem yang besar dan rumit yang dalam penerapannya dimulai dengan membangun prototipe (contoh sistem sederhana) kemudian diperbaiki sesuai dengan kebutuhan. Sistem informasi PPSC yang dibangun dapat digambarkan sebagai sistem yang terdiri dari sejumlah komponen sistem dan subsistem seperti disajikan pada Gambar 7. Sub-sistem tersebut adalah basis dialog, basis data, dan basis model, sedangkan sebagai komponen adalah manajemen basis dialog, manajemen basis data dan manajemen basis model, manajemen basis antar muka.
Gambar 7 Konfigurasi sistem informasi PPSC.
Hasil dari pendekatan sistem tersebut pada akhirnya dapat digunakan pada tahapan selanjutnya yaitu tahap perancangan sistem. Dari tahap perancangan sistem informasi dapat dihasilkan suatu sistem informasi pelabuhan di Cilacap. Adapun tahap perancangan sistem ini adalah sebagai berikut: 1. Desain sistem informasi Desain sistem merupakan tahapan merancang sistem informasi yang terdiri atas proses input data, pengolahan data dan proses penyajian data keluaran (output). Informasi yang dihasilkan dengan memanfaatkan data yang tersimpan pada basis data dan akhirnya dapat dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan.
37
Dalam membuat desain sistem informasi diperlukan fasilitas berupa bahan dan peralatan sebagai berikut: a) Perangkat Lunak Perangkat lunak yang diperlukan untuk mendesain sistem informasi perikanan tuna di Cilacap adalah : • Microsoft Access 2003, sebagai program basis data, basis model dan merancang tampilan pada layar. • Microsoft Excel 2003, sebagai program penunjang analisis data. • Microsoft Word 2003, sebagai program penunjang pembuatan laporan. • Windows XP, sebagai sistem pengoperasian. b) Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan berupa komputer Pentium IV, monitor true color, keyboard dan mouse serta Hard disk memori 60 GB. 2. Perancangan basis data Untuk perancangan basis data dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Pemilihan media penyimpanan ini didasarkan pada tingkat kesederhanaan dan kompitibilitas Microsoft Access dibanding dengan media penyimpanan lainnya (proses penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 2). Rancang bangun sistem pelabuhan perikanan ini dapat dijalankan melalui LAN (local area network) sehingga dapat dilakukan program-program perhitungan (khususnya hasil tangkapan, upaya penangkapan, harga ikan, CPUE dan MSY), analisis, pembuatan grafik dan tampilan pada monitor. Struktur basis data yang dibangun dalam Microsoft Access untuk pembuatan sistem informasi pelabuhan perikanan ini dikelompokkan dalam empat kategori yaitu : a) Data hasil tangkapan ikan. Data hasil tangkapan ikan meliputi data jenis dan ukuran ikan, upaya penangkapan, harga ikan dan hasil tangkapan ikan. Data harian ini bersifat aktif, artinya proses pemasukan dilakukan secara manual dan akan berubah setiap hari. Data hasil tangkapan ikan ini didasarkan pada transaksi harian ikan yang berlangsung di TPI-PPSC. Dari data harian akan dikembangkan menjadi data bulanan dan tahunan ikan.
38
b) Data fasilitas pelabuhan Data fasilitas pelabuhan meliputi beberapa komponen pelabuhan yang mendukung nelayan dalam proses penangkapan ikan baik di lingkungan PPSC ataupun di wilayah Kabupaten Cilacap. Data ini terdiri dari data kondis pelabuhan beserta fasilitas pokok, fungsional dan penunjangnya.
Data
fasilitas pelabuhan bersifat pasif, artinya data ini diuraikan secara diskriptif dan akan di up date apabila fasilitas pelabuhan mengalami perubahan. c) Data lingkungan dan oseanografi Data lingkungan fisik merupakan kondisi perairan di lingkungan PPSC yang mendukung proses usaha penangkapan. Seperti halnya data fasilitas pelabuhan, data lingkungan bersifat pasif. Berbeda halnya dengan kondisi oseanografi. Kondisi ini didasarkan pada faktor-faktor
oseanografi
yang
berdasarkan
mempengaruhi usaha penangkapan ikan.
wawancara
sangat
Data oseanografi bersifat semi
aktif, artinya data akan di up-date dalam kurun waktu tertentu yang didasarkan pada kondisi oseanografi wilayah serta data yang tersedia. d) Data armada Data armada penangkapan merupakan data yang diambil melaui literatur penunjang. Data ini merupakan data pasif. Data armada diperlukan guna melihat sejauh mana armada penangkapan dapat menjangkau produksi yang ada. Struktur basis data dan diagram alir logika program dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Setelah tahap perancangan basis data selesai, yaitu dengan menghasilkan struktur basis data berupa file-file data, kemudian dilakukan pengujian terlebih dahulu, yaitu dengan memasukkan data contoh. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui proses input dan output, apakah telah sesuai dengan yang diinginkan. Tahap selanjutnya membuat tampilan menu utama dengan fasilitas switchboard manager yang ada pada Microsoft Access sehingga memudahkan pengguna dalam penggunaan sistem informasi ini karena tampilannya menjadi lebih menarik dan lebih informatif.
4 HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Lokasi Penelitian 4.1.1 Profil Kabupaten Cilacap Kabupaten Cilacap terletak diantara 108o4’30’’-109o30’30’’ BT dan 7o30’7o45’20’’ LS, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Brebes, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis (Propinsi Jawa Barat) serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kebumen. Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten terbesar di propinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah penduduk sampai dengan tahun 2004 sebanyak 1.726.271 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 0,31% per tahun. Berdasarkan mata pencaharian utamanya, penduduk Kabupaten Cilacap terdiri dari petani, buruh tani, nelayan, pengusaha, pengrajin, buruh industri, buruh bangunan, perkebunan, perdagangan, angkutan, PNS atau TNI POLRI dan pensiunan (Cilacap dalam Angka 2005). Pada tahun 2000, Wilayah Kabupaten Cilacap tercatat seluas 225.360,84 Ha (termasuk Pulau Nusakambangan dengan luas 11.510,55 Ha) atau sebesar 6,94 % dari luas Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 15 kelurahan dan 267 desa. Berdasarkan topografinya, Kabupaten Cilacap terletak pada ketinggian antara 6–198 m di atas permukaan laut, terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi. Keadaan letak wilayah Kabupaten Cilacap juga didukung dengan dekatnya jarak Pulau Nusakambangan yang dapat meredam besarnya gelombang Samudera Hindia. Wilayah pantai Cilacap merupakan dataran rendah dengan perairan laut yang berbentuk teluk dengan dasar perairan lumpur, lumpur berpasir dan sebagian berbatu karang. Perairan Kabupaten Cilacap merupakan perairan yang mengalami pasang surut harian ganda (Dinas Perikanan dan Kelautan Cilacap 2002). Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap serta Kantor Meteorologi dan Geofisika Cilacap, curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober (469 mm) dan terendah pada bulan Juli (24 mm). Rata-rata hari hujan terbanyak terjadi pada bulan November yaitu sebanyak 16 hari, sedangkan hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Agustus yaitu
40
sebanyak 2 hari. Suhu maksimum (32 oC) terjadi pada bulan Februari dan suhu terendah (23.40oC) yang terjadi pada bulan Agustus. 4.1.3 Kondisi perikanan Cilacap Hasil produksi perikanan laut Kabupaten Cilacap sebagian besar didapat dari laut yang berupa ikan pelagis, demersal dan berbagai jenis udang. Ikan pelagis yang didaratkan antara lain berbagai macam jenis tuna, cucut, setuhuk, tengiri, alu-alu, bawal putih dan lain-lain. Selain itu berbagai macam jenis udang seperti Udang Jerbung/Udang Putih, Udang Barong, Udang Windu dan lainnya. Tabel 1 Potensi dan tingkat pemanfaatan ikan di Kabupaten Cilacap tahun 2005 Jenis ikan
Potensi
Pemanfaatan Jumlah (Ton)
%
Ikan Pelagis
20.000
1.218,12
6,09
Ikan Demersal
20.360
2.842,30
13,96
Udang
12.500
1.849,39
14,79
3.500
8,49
0,20
56.360
5918,3
35,04
Cumi-cumi Jumlah Sumber: DPK (2005).
Dari Tabel 1 diperoleh hasil bahwa Potensi perikanan laut Kabupaten Cilacap sebesar 56.360 ton pada tahun 2005. Dari potensi tersebut yang telah dimanfaatkan baru 5918,3 ton atau sebesar 35,04% dari potensi perikanan laut Cilacap yang berupa ikan dan udang. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Cilacap masih mempunyai potensi perikanan laut yang masih besar yaitu 64,96% dari potensi yang ada. Perikanan laut Kabupaten Cilacap belum dimanfaatkan secara optimal. Alat tangkap yang dominan di Kabupaten Cilacap adalah gill net atau jaring insang tetap/sirang. Selain gill net alat tangkap lainnya antara lain; lampara dasar, payang, rawai tuna, pancing, bubu, jaring apong dan alat tangkap sejenisnya. Nelayan adalah sumberdaya manusia yang memegang peranan yang sangat penting dan sangat menentukan dalam operasi penangkapan ikan. Pada umumnya keahlian dalam operasi penangkapan yang dimiliki oleh nelayan berdasarkan pengalaman yang didapatkan. Jumlah nelayan di Cilacap hingga tahun 2005 adalah sebanyak 26.570 orang untuk nelayan laut, sedang nelayan
41
perairan umum seperti di tambak, sungai dan gengangan air berjumlah 2.652 orang. Tabel 2 Jumlah armada penangkapan di Kabupaten Cilacap tahun 2005. Jenis Kapal Perahu Tanpa Motor Jukung Fibre (< 10 GT / 30 PK)
Jumlah 151 1.546
Compreng (<10 GT / 30 PK)
751
11-30 GT/ 30 PK (In Board)
234
>30 GT / 90 PK
106
Jumlah
2.788
Sumber: DPK (2005). 4.1.3 Profil PPSC PPSC berlokasi di Kelurahan Kamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tepatnya pada posisi 1090 01’ 18,4’’ BT dan 070 43’ 31,2’’ LS. Operasional pelabuhan dimulai pada bulan Mei tahun 1994. Pada saat itu, status pelabuhan ini adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara. Pelabuhan ini memiliki status sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap sejak tahun 1994 hingga tahun 2001. Kemudian berdasar Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.26/I/MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang organisasi dan tata kerja, Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap mengalami perubahan menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, dengan tugas mengoperasionalkan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya. Salah satu faktor pendukung terpenting supaya suatu kegiatan perikanan di pelabuhan dapat berjalan baik dan lancar adalah adanya fasilitas yang baik dan mencukupi. Beberapa fasilitas tersebut antara lain (PPSC, 2001) : a) Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan di PPSC memiliki luas 7,74 Ha dengan kedalaman –3 m (lwl). Kondisi kolam pelabuhan di PPSC yang kotor berasal dari Kaliyasa serta aktifitas masyarakat di TPI. Limbah yang berasal dari kapal yang berlabuh di kolam pelabuhan juga turut berperan serta atas limbah di PPSC. Keberadaan limbah di kolam pelabuhan ini mengakibatkan olah gerak kapal
42
menjadi terganggu. Gangguan terhadap olah gerak kapal di kolam pelabuhan ini, selain karena kotoran/limbah, juga disebabkan karena intensitas sedimentasi di kolam pelabuhan yang juga bertambah dalam setiap tahunnya. Berdasar laporan tahunan PPSC tahun 2001 untuk menanggulangi hal tersebut
PPSC
merasakan
perlu
adanya
koordinasi
dengan
pihak
Pemerintah Daerah melalui PROKASIH (Program Kali Bersih) dan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran dan disiplin untuk tidak membuang sampah di kolam yang direalisasikan dengan adanya tata tertib, penyediaan tempat sampah kapal dan oli bekas serta mengupayakan mengangkatnya dari kolam secara manual, dan pihak Pemda membantu dengan menyediakan kontainer sampah.
Saat ini pihak PPSC telah
menyediakan tempat-tempat penampungan oli bekas dan tempat sampah di sekeliling kolam pelabuhan namun belum efektif digunakan. b) Alur Pelayaran Alur pelayaran yang dimiliki PPSC sepanjang 220 m lebar 90 m dan kedalaman –3 m (lwl). Sedimentasi di alur pelayaran PPSC sangat cepat terjadi, disamping itu ada kendala lain yaitu saat kapal kandas pada alur gerbang, hal tersebut dapat menyebabkan kapal terhempas ke batu atau tetrapod breakwater yang ada disepanjang alur. Apabila hal tersebut terjadi maka akan mempengaruhi kelancaran kegiatan keluar masuk kapal, sehingga alur pelayaran yang ada belum menjamin safety entrance bagi kapal-kapal yang keluar masuk pelabuhan. Alur pelayaran di PPSC dapat dilihat pada Gambar 8. c) Slipway/dock Dock/slipway yang dimiliki PPSC berada pada luas lahan 3120 m2 dan elevasi
+ 18
0
dengan panjang rel untuk dapat menampung dua kapal
sekaligus. Namun pada elevasi yang terlalu tinggi tersebut mengakibatkan pemanfaatan panjang rel tidak efisien, karena pada kenyataannya kondisi yang aman untuk tiap jalurnya adalah satu kapal saja. Pemanfaatan fasilitas docking di PPSC dilakukan melalui kerjasama operasional dengan Tegal Shipyard Utama.
PT
Gambar fasilitas docking kapal dan kapal yang
sedang melakukan docking di PPSC dapat dilihat pada Gambar 9. Jumlah kapal yang docking di PPSC, terbanyak pada tahun 1999. Namun bila dilihat
43
dari garis regresi, menunjukkan bahwa jumlah kapal yang docking di PPSC mengalami penurunan tiap tahunnya. Fasilitas lain yang ada di PPSC adalah : •
Penahan Gelombang
: 2 buah (248,66 m dan 146,8 m)
•
Dermaga pendaratan
: 2 buah (masing-masing 42,8 m)
•
Dermaga tambatan
: 8 buah (masing-masing 39,4 m)
•
Gedung TPI
: 2 buah (1264 m2 dan 420 m2)
•
Pompa air besih dan hydran
: 5 unit
•
Rambu Suar
: 2 buah
•
Lampu tanda pelabuhan
: 1 buah
•
dan lain-lain.
Gambar 8 Alur pelayaran di PPSC.
Gambar 9 Docking kapal sebagai sarana perbaikan kapal.
44
4.2 Sistem Infomasi PPSC 4.2.1 Pendekatan sistem Pendekatan sistem adalah suatu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan pengidentifikasian terhadap sejumlah kebutuhan pelaku sistem dalam analisis kebutuhan, formulasi permasalahan dan identifikasi sistem. 4.2.1.1 Analisis kebutuhan Tahapan kerja dalam pendekatan sistem diawali dengan melakukan analisis kebutuhan terhadap semua pelaku sistem atau komponen yang terlibat, hal ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan kebutuhan antar komponen atau antar pelaku sistem. Analisis kebutuhan merupakan awal pengkajian dari suatu sistem. Pada tahap ini dicari secara selektif kebutuhan dalam analisis sistem. Dalam analisis sistem kebutuhan, dinyatakan dengan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi
dari
kebutuhan-kebutuhan
yang
ada,
kemudian
dilakukan
pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang sudah dideskripsikan (Nurani 2002). Pada tahap analisis kebutuhan, dapat ditentukan komponen-komponen (pelaku) yang berpengaruh dan berperan dalam sistem atau subsistem. Komponen tersebut mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuannya masing-masing dan saling berintegrasi satu sama lain, serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang ada. Dari analisis kebutuhan, komponen-komponen yang berpengaruh adalah nelayan, Pemerintah Daerah (PEMDA), pengelola PPSC, pengusaha perikanan, dan peneliti. Kebutuhan yang diharapkan dari kelima user tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a). Nelayan Kontinyuitas data mengenai perikanan, hal ini mencakup data hasil tangkapan, upaya penangkapan, daerah penangkapan serta data pasangsurut yang digunakan dalam proses penangkapan ikan. Informasi mengenai pola musim penangkapan. Informasi mengenai pasar, kebutuhan nelayan akan harga pasar tiap jenis ikan. Peningkatan ilmu pengetahuan.
45
Peningkatan kesejahteraan yang didasarkan pada kondisi penangkapan yang kontinyu. b). Pemerintah Daerah Ekspose wilayah kabupaten. Data perikanan sebagai bagian dari input PAD. Peningkatan PAD yang dapat dirasakan akibatnya oleh masyarakat. c). Pengelola Pelabuhan Perikanan (PPSC) Kontinuitas data perikanan, yang meliputi data harian perjenis ikan, data bulanan dan tahunan serta potensi lestari. Pengelolaan pelabuhan secara integral. Peningkatan pendapatan PPS Cilacap. Ekspose pelabuhan untuk meningkatkan investasi. d). Pengusaha Perikanan Pemantauan daerah penangkapan. Produksi harian dari berbagai jenis ikan, sebagai sarana memperluas peluang pasar. Harga komoditi perikanan. e). Peneliti Kontinyuitas data produksi, upaya tangkap dan harga komoditas perikanan. Potensi lestari yang benar-benar berdasarkan data yang akurat. Biologi ikan, antara lain panjang maksimum, minimum dan modus ikan yang tertangkap. Kondisi oseanografi, guna memprediksi pola pengembangan perikanan (prediksi) pada masa yang akan datang. Kondisi ini mencakup, pola arus, gelombang, curah hujan dan pasang-surut. 4.2.1.2 Formulasi permasalahan Permasalahan merupakan kesenjangan antara tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan analisis kebutuhan dengan kemampuan pemenuhan akibat adanya keterbatasan sumberdaya. Untuk melakukan pemecahan masalah maka berbagai kesenjangan yang ada perlu diformulasikan sehingga mencapai taraf defenitif. Formulasi permasalahan yang muncul dalam sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap adalah : 1. Pengguna informasi kesulitan dalam mendapatkan data atau informasi pelabuhan perikanan yang lengkap dan utuh.
46
2. Proses penggandaan data atau informasi oleh pihak pengguna untuk mendapatkan informasi terbaru sulit dilakukan. 3. Data-data yang ada masih tersebar dalam arsip-arsip seperti buku-buku statistik dan buku laporan tahunan. 4. Pemanfaatan teknologi komputer belum dilakukan secara optimal. Permasalahan yang ada telah diformulasikan kemudian dikaji lebih lanjut untuk
menentukan
model
sistem
informasi
pelabuhan
perikanan
yang
mengakomodasikan berbagai kebutuhan dan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Adanya sistem informasi pelabuhan perikanan dapat menyediakan informasi pelabuhan perikanan yang dibutuhkan dengan benar, cepat, tepat waktu dan akurat. Dengan tersedianya informasi tersebut, diharapkan dapat digunakan untuk menangani permasalahan yang terjadi. 4.2.1.3 Identifikasi sistem Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram. Diagram yang digunakan adalah diagram lingkar atau sebab akibat (causal loop) yang kemudian diterjemahkan dalam diagram input output (black box diagram). 1. Diagram lingkar atau sebab akibat Diagram lingkar atau diagram sebab akibat (causal loop) merupakan penggambaran atau deskripsi elemen sistem dan interaksinya sehingga membentuk sistem.
Diagram lingkar sistem pelabuhan perikanan di Cilacap
menggambarkan hubungan antara komponen dalam sistem tersebut. Diagram lingkar sistem pelabuhan perikanan dapat dilihat pada Gambar 10. Dari diagram sebab akibat tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam sistem pelabuhan perikanan di Cilacap didukung oleh beberapa faktor. Adanya hubungan antara beberapa elemen sistem yang diekstrak dari analisis kebutuhan akan membentuk suatu sistem.
Apabila Kelima user dari
sistem informasi serta komponen sumberdaya disebut dengan elemen-elemen siistem informasi pelabuhan perikanan di PPSC maka terdapat keterkaitan yang komplek antara elemen-elemen tersebut. Keterkaitan tersebut membentuk suatu aliran diagram sebab akibat yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya seperti pada Gambar 10.
47
Gambar 10 Diagram alir sebab akibat sistem informasi pelabuhan perikanan (SIMPELKAN) di PPSC. Aktor utama dalam proses penangkapan ikan adalah nelayan. Dalam operasinya nelayan cenderung untuk mencari daerah penangkapan dimana terdapat sumberdaya perikanan. Keberhasilan penangkapan sangat ditunjang oleh hubungan yang saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung antara alat tangkap dan kapal penangkapan. Jika kapal yang digunakan baik maka secara otomatis nelayan akan memperbaharui alat tangkap yang dibawanya. Apabila proses penangkapan ini tidak di atur sedemikian rupa akan berpengaruh pada pengurangan sumberdaya ikan. Sebagai akibatnya nelayan akan semakin sulit dalam usaha penangkapan dari tahun ketahun. Nelayan akan cenderung mendaratkan hasil tangkapan ikan ke tempat pendaratan ikan yang menurut mereka baik dalam harga maupun pelayanan. Tempat pendaratan yang dimaksud disini adalah PPS Cilacap. Hasil tangkapan ini akan rekap oleh pihak pelabuhan. Sehingga data dapat digunakan dalam usaha penangkapan yang berkelanjutan. Tidak hanya itu, pihak pelabuhan juga mendata masalah lain yang terkait dengan operasi penangkapan ikan seperti
48
armada yang digunakan, jumlah nelayan dalam satu kali operasi, alat tangkap dan daerah penangkapan. Data yang dikumpulkan oleh pihak pelabuhan akan dikumpulkan dalam satu berkas data yang utuh dan akurat.
Keberhasilan analisis dalam suatu
sistem informasi memerlukan data yang kontinyu. Data tersebut akan diolah menjadi informasi. Selain data dari hasil operasi penangkapan pihak pelabuhan juga mengumpulkan data yang digunakan dalam pengelolaan usaha perikanan. Informasi yang telah dikumpulkan dan diubah menjadi sistem informasi akan sangat berguna baik bagi nelayan, pengusaha perikanan, peneliti ataupun lembaga pelabuhan.
Sistem informasi yang ada juga diharapkan dapat
memperbaiki kinerja pelabuhan dengan penyediaan fasilitas dan penyedia jasa pelabuhan, Hasil tangkapan yang direkap di pelabuhan dengan baik akan meningkatkan peluang pasar dan investasi, selain itu pasar akan berkembang dengan baik apabila ditunjang oleh fasilitas yang memadai.
Fasilitas yang
memadai tidak akan terbentuk jika proses inventarisasi ataupun pengelolaan pelabuhan tidak berjalan sinergis. Sinergis yang dimaksudkan adalah adanya hubungan timbal balik positif antara pihak nelayan sebagai penyedia data, pelabuhan sebagai tempat pendaratan,
rekapitulasi data dan pengelola
pelabuhan secara menyeluruh serta pengusaha perikanan sebagai penyedia pasar. Sistem informasi juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan secara tidak langsung. Hal ini dapat terjadi karena sistem informasi yang dibangun adalah sistem informasi yang berorientasi pada nelayan. Dalam sistem informasi ini tersedia informasi mengenai daerah penangkapan yng optimal, harga jual berbagai jenis ikan serta kondisi oseanografi.
Kondisi
oseanografi yang dibutuhkan oleh nelayan Kabupaten Cilacap adalah pasang surut. Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan nelayan untuk dapat masuk ke area pelabuhan untuk melakukan tambat labuh dan transaksi jual beli dikarenakan adanya sedimentasi di mulut alur pelayaran PPS Cilacap. Akan tetapi dalam suatu kondisi tertentu kesejahteraan nelayan akan memburuk.
Hal ini terjadi jika nelayan sebagai komponen utama produksi
menjual hasil tangkapannya tidak langsung ke TPI (tengkulak). Akibatnya selain harga ikan dijual dibawah harga normal, nelayan juga akan terlilit banyak hutang
49
yang disebabkan karena ketidakmampuan mereka dalam membiayai operasi penangkapan ikan. 2. Diagram Input-Output Diagram input output menginformasikan input-input yang diperlukan oleh sistem, untuk menghasilkan output-output yang telah ditetapkan untuk dihasilkan dari sistem, serta parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Input dapat berasal dari dalam sistem atau dari luar sistem. Input dari dalam sistem adalah variabel yang ditentukan oleh fungsi dari sistem. Input dapat terkontrol maupun tidak terkontrol, input terkontrol dapat divariasikan selama operasi untuk menghasilkan kelakuan sistem sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan output dapat berupa output yang tidak diharapkan atau output yang diharapkan. Output yang diharapkan merupakan pemenuhan kebutuhan spesifik dari hasil analisis kebutuhan. Diagram
input-output
merupakan
diagram
yang
menggambarkan
masukan dan keluaran serta kontrol dari sistem pelabuhan perikanan di Cilacap. Diagram input-output sistem pelabuhan perikanan di Cilacap dapat dilihat pada Gambar 11. Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa suatu sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap didukung oleh input lingkungan, input terkontrol, dan input tak terkontrol. Input lingkungan merupakan input yang berada di luar sistem informasi pelabuhan perikanan yang berupa peraturan atau kebijakan pemerintah antara lain UU 31 tahun 2004 tentang perikanan dan UU 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Input terkontrol terdiri atas teknologi penangkapan ikan, nelayan dan investasi. Teknologi penangkapan ikan termasuk ke dalam input terkontrol karena keberadaannya mudah didapatkan. Begitu juga dengan tenaga kerja termasuk ke dalam input terkontrol karena kebutuhan tenaga kerja dapat selalu terpenuhi. Hal ini disebabkan karena usaha perikanan dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar, sehingga banyak penduduk Cilacap yang bekerja di bidang perikanan. Investasi untuk mendukung usaha di pelabuhan perikanan juga mudah didapatkan. Nilai investasi ini dapat dikeluarkan dari modal pribadi nelayan Cilacap, juga bisa didapatkan dari bantuan pinjaman modal dari KUD Mino Saroyo atau Bank dengan jumlah tertentu. Input tak terkontrol terdiri atas musim penangkapan ikan, stok sumberdaya ikan serta harga ikan. Faktor-faktor tersebut termasuk input tak terkontrol karena keberadaannya selalu berubah-ubah atau tidak tetap dan tidak
50
dapat diperkirakan dengan pasti. Input lingkungan, input terkontrol dan input tak terkontrol bertujuan untuk menghasilkan dan memaksimalkan output yang dikehendaki serta meminimalkan output yang tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki merupakan tujuan atau hasil akhir yang dapat memenuhi kebutuhan para pelaku sistem yang terdiri atas info harga ikan benar, info yang mendukung optimasi pelayanan, manfaat efisiensi dan efektifitas pelayanan, peningkatan produksi. Output yang tidak dikehendaki terdiri atas biaya operasi tinggi, sistem tidak andal, kelestarian SDI menurun, harga ikan rendah, serta pelayanan tidak prima. Output ini dapat diminimalkan melalui pengendalian sistem informasi meningkatkan input terkontrol.
Gambar 11 Diagram input-output sistem informasi pelabuhan perikanan.
51
4.3 Perancangan Sistem Informasi Perancangan sistem informasi adalah tahapan yang dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi yang lengkap dan dapat digunakan bagi yang memerlukan informasi tersebut. Tahapan ini dilakukan sebelum implementasi ke komputer,
pada
tahap
perancangan
informasi
ini
perlu
ketelitian
dan
kelengkapan agar sistem yang dibangun sesuai dengan pengguna informasi. Perancangan sistem informasi harus dilakukan dengan teliti agar mengurangi kesalahan setelah proses implementasi ke komputer. 4.3.1. Desain sistem Penyusunan desain sistem bertujuan untuk memberikan gambaran lingkup dari sistem informasi yang akan di susun, yang dimulai dari input data, proses pengolahan data untuk menghasilkan informasi pelabuhan perikanan, hingga penyajian informasi yang akan dihasilkan (output data). 4.3.2. Perancangan database Database yang dirancang dalam sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap yaitu dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Basis data disusun
untuk
menyajikan
informasi
mengenai
pelabuhan
perikanan.
Tersedianya informasi yang cepat dan akurat tentulah sangat mendukung dan dibutuhkan oleh pelaku sistem pelabuhan perikanan. 1. Pembuatan Basis Data Sistem
informasi
yang
dibangun
merupakan
bagian
dari
model
fungsional. Model fungsional memperlihatkan bagaimana data diperlakukan dengan mengabaikan urutan, pemilahan atau struktur objek. Model fungsional memperlihatkan bagaimana suatu nilai bergantung pada nilai yang lain dan fungsi-fungsi yang berhubungan dengannya. Struktur basis data yang dikembangkan, dikelompokkan dalam 4 (empat) katagori yaitu data hasil tangkapan, fasilitas pelabuhan, lingkungan dan oseanografi, serta data armada dan nelayan. Keempat katagori ini kemudian dikembangakan dalam satu media penyimpanan data. Basis data hasil tangkapan terdiri dari file-file usaha penangkapan ikan yang dibentuk dari tiga sumber input yaitu data eksternal usaha penangkapan ikan, data internal riset dan data internal pelabuhan. File-file dikembangkan
52
menjadi informasi dengan jangkauan waktu yang lebih luas (bulanan dan tahunan). Tabel 3 File di basis data produksi Nama File Basis Data Usaha Penangkapan Ikan Jenis Ikan Hasil Tangkapan Upaya Penangkapan Harga ikan Ukuran ikan Nama Kapal Potensi Lestari
Sumber data Eksternal (intelegent) Eksternal (intelegent) Riset Nama Kapal Eksternal (intelegent) Eksternal (intelegent) Sistem informasi pelabuhan - nama pemilik kapal Riset Hasil tangkap dan upaya penangkapan
Basis data fasilitas pelabuhan terdiri dari file-file yang berhubungan dengan fasilitas dan kondisi umum lingkungan pelabuhan. File ini dibentuk dari satu sumber input yaitu data internal pelabuhan. Tabel 4 File di basis data fasilitas pelabuhan Nama File Basis Data Fasilitas Pelabuhan Keadaan Umum Cilacap Keadaan umum PPSC
Sumber data Sistem informasi Kabupaten - Kondisi Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan
Kedua kondisi tersebut (Cilacap dan Pelabuhan) kemudian dijabarkan dalam bentuk file pendukung, seperti topografi wilayah, kependudukan, perumahan dan lain sebagainya untuk Cilacap serta struktur organisasi, fasilitas pokok, fungsional dan penunjang dan lain sebagainya untuk pelabuhan. Tabel 5 File dalam basis data lingkungan dan oseanografi Nama File Basis Data Lingkungan dan Oseanografi Pasang surut Hidro-oseanografi Sedimentasi Klimatologi Sungai Topografi dan batimetri Geoteknik
Sumber data Eksternal (intelegent) Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan
53
Basis data lingkungan dan oseanografi terdiri dari file-file yang berhubungan dengan kondisi fisik perairan serta kondisi oseanografi yang dibentuk dari dua sumber input yaitu data internal sistem pelabuhan dan data eksternal oseanografi. Sedangkan basis data armada dan nelayan terdiri dari filefile yang berhubungan dengan armada penangkapan dan jumlah serta jenis nelayan yang dibentuk dari dua sumber input yaitu eksternal pelabuhan dan internal sistem pelabuhan. Tabel 6 File di basis data armada dan nelayan Nama File Basis Data Armada dan Nelayan Armada penangkapan ikan Jumlah Nelayan Daerah Penangkapan ikan
Sumber data Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Sistem informas pelabuhan – fasilitas pelabuhan Eksternal (intelegent)
2. Pembuatan Menu Utama Pembuatan menu utama bertujuan untuk memberikan gambaran tentang rancang bangun global sistem pelabuhan perikanan di Cilacap. Menu utama dibuat agar para pengguna tidak mengalami kesulitan pada saat menjalankan program ini. Menu utama dari sistem informasi pelabuhan perikanan di Cilacap ini terdiri atas 4 menu, yaitu PPSC, informasi perikanan, Kabupaten Cilacap, dan lain-lain. a. Menu PPSC Pada menu PPSC (Gambar 12) terdapat sub menu organisasi pelabuhan dan sub menu unit penangkapan. Pada sub menu organisasi pelabuhan diberikan informasi mengenai struktur organisasi (Gambar 13), sarana dan prasarana (Gambar 14), dan denah lokasi (Gambar 15). Pada sub menu unit penangkapan terdapat informasi mengenai daerah penangkapan ikan (Gambar 16), nelayan (Gambar 17), dan alat tangkap (Gambar 18). Informasi berupa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PPSC seperti adanya fasilitas dasar (penahan gelombang (breakwater), alur pelayaran, ramburambu navigasi, kolam pelabuhan), fasilitas fungsional (pabrik es, cold storage, tangki BBM, instalasi listrik, instalasi air bersih dan gedung pelelangan ikan) dan fasilitas pendukung (kantor administrasi pelabuhan, kantor syah bandar, bea cukai, aparat keamanan, kantor manajemen unit, perumahan karyawan, gudang dan warung). Denah lokasi PPSC juga disediakan dalam bentuk sub menu yang
54
memberikan gambaran mengenai posisi dari PPSC, luas areal, bentuk pelabuhan, jalur masuk dan keluar kapal, dll. Pada unit penangkapan diberikan informasi mengenai daerah penangkapan dimana menyediakan nama-nama daerah penangkapan ikan di Indonesia. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar
dalam
penentuan
daerah
penangkapan
yang
diperlukan
dalam
menentukan wilayah guna pendugaan potensi sumberdaya perikanan.
Gambar 12 Tampilan menu PPSC. Pada Gambar 12 tampak menu PPSC yang menampilkan informasi bahwa PPSC berlokasi di kelurahan Tegal Kamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap propinsi Jawa Tengah, tepatnya pada posisi 1090 01’ 18,4” BT dan 070 43’ 31,2” LS merupakan pelabuhan perikanan yang berkembang cukup pesat, mengingat Kabupaten Cilacap sebagai penghasil udang terbesar di Selatan pulau Jawa. Letak Kabupaten Cilacap yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia memiliki sumberdaya ikan, baik pelagis kecil maupun pelagis besar serta jenis lainnya, menyebabkan adanya usaha pemerintah dan nelayan setempat untuk mengadakan tempat untuk mendaratkan hasil tangkapan. Tercatat ada 13 tempat untuk mendaratkan hasil
55
tangkapan yaitu TPI Sentolokawat, TPI Pandanarang, TPI Lengkong, TPI Tegal Katilayu, TPI Sidakaya, TPI Begawan Donan, TPI Kawunganten, TPI Tambakreja, TPI Nusawungu, TPI Adipala, TPI Karangtalun, TPI Tritih Kulon, dan TPI PPSC. Perkiraan potensi perikanan tangkap terdiri dari perairan pantai Cilacap 52.600 ton dan lepas pantai Kabupaten Cilacap (Samudera Indonesia) 852.600 ton. Rata-rata produksi perikanan tangkap di Kabupaten Cilacap sebesar 13.508.894 ton atau 25,64% dari potensi perikanan pantai Cilacap (DPK 2003).
Gambar 13 Tampilan sub menu struktur organisasi PPSC. Gambar 13 menyajikan tampilan sub menu struktur organisasi PPSC yang merupakan menu PPSC. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep.26.I/MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, menetapkan
Pelabuhan Perikanan
Samudera Cilacap merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap mempunyai
56
tugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya.
PPSC termasuk ke dalam pelabuhan perikanan yang belum
diusahakan yang mana seluruh sarananya dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan dengan susunan organisasi terdiri dari: a. Bagian Tata Usaha Terdiri dari sub-bagian keuangan dan sub-bagian umum yang mempunyai tugas melaksanakan urusan keuangan, kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, serta pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan. b. Bidang Pengusahaan Terdiri dari seksi sarana, seksi pelayanan dan pengembangan usaha, dimana setiap seksi mempunyai tugas melaksanakan pembangunan, pemeliharaan, pengembangan, dan pendayagunaan sarana dan prasarana, pelayanan jasa fasilitas usaha dan bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendali lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan kawasan. c. Bidang Tata Operasional Terdiri dari seksi kesyahbandaran, seksi pemasaran dan informasi yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran
perikanan,
fasilitas
pemasaran
dan
distribusi
hasil
perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta pengelolaan jaringan sistem informasi perikanan. PPSC sebagai prasarana untuk memajukan industri perikanan Kabupaten Cilacap harus mampu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perikanan dan kelautan. Untuk itu Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap perlu menyediakan fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan para pengguna pelabuhan, sehingga mereka dapat merasa aman, nyaman, dan tentram. Fungsi pelabuhan yang baik harus mempunyai fungsi utama sebagai tempat berlabuh dan berlindung kapal, tempat pendaratan hasil tangkapan dan pemberangkatan kapal, memberikan pelayanan lainnya yang dibutuhkan oleh pengguna pelabuhan, membantu kelancaran jasa perdagangan dan lain sebagainya. Dalam rangka untuk mewujudkan fungsi pelabuhan yang baik, PPSC telah menyediakan beberapa fasilitas, baik itu fasilitas dasar, fasilitas fungsional, maupun beberapa fasilitas pendukung
57
lainnya. Informasi tersebut disajikan pada sub menú informasi sarana prasarana PPSC (Gambar 14).
Gambar 14 Tampilan informasi sarana dan prasarana. Dalam mempermudah para pengguna jasa di PPSC, sistem informasi ini juga dielengkapi dengan sub-sub menu denah lokasi PPSC. Informasi ini berisikan posisi ataupun letak masing-masing fasilitas di PPSC (Gambar 15) Informasi daerah penangkapan ikan, merupakan informasi penting. informasi ini disajikan dalam bentuk peta (Gambar 16). Informasi daerah penangkapan ikan yang ada dalam SI yang dibangun sangat fleksibel dan dapat diupdate setiap waktu sesuai kebutuhan. Sebagai sumber utama peta daerah penangkapan ikan adalah peta yang dikeluarkan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) yaitu Balai Riset dan Observasi Kelautan , sebagaimana disebutkan oleh Sukresno dan Martanti (2006) bahwa penyusunan peta prakiraan daerah penangkapan ikan merupakan keluaran Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) yang berkantor di Bali.
58
Gambar 15 Tampilan informasi denah lokasi. Peta prakiraan daerah penangkapan ikan yang didistribusikan 2 kali dalam satu minggu menggunakan judul Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan, tanggal dan wilayah WPP ditambahkan untuk memberikan batasan mengenai daerah dan masa berlakunya peta. Peta tersebut menyajikan informasi daerah penangkapan ikan yang disajikan dengan simbol ikan berwarna hitam, sedangkan daerah potensi penangkapan ikan disajikan dengan simbol ikan berwarna putih.
59
Gambar 16 Tampilan informasi daerah penangkapan ikan. Lebih lanjut disebutkan oleh Sukresno dan Martanti (2006) bahwa peta prakiraan daerah penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh BROK juga menginformasikan arah dan kecepatan angin serta tinggi gelombang. Arah dan kecepatan angin dilambangkan dengan tanda panah yang menunjukkan arah tertentu dengan ukuran panjang panah sebagai refresentasi dari kecepatan angin. Tinggi gelombang di tampilkan sebagai garis kontur dengan indek kontur 0.2 yang ditampilkan sebagai angka pada setiap garis kontur. Pada sub menut informasi
prakiraan daerah penangkaoan disajikan
batas WPP yang berhimpit dengan garis ZEE. Dalam operasionalnya daerah operasi unit penangkapan di PPSC terbagi dalam tiga jalur, yaitu : 1. Jalur I Operasi penangkapannya hanya berjarak 3 mil dari garis pantai atau hanya berada di sekitar Teluk Penyu. Kapal-kapal yang melakukan aktivitas penangkapan di jalur ini berukuran sekitar < 10 GT menggunakan motor tempel, bersayap atau disebut perahu katir dan alat tangkap yang digunakan adalah payang, trammelnet, gillnet, rawai hanyut dan serok. Armada yang
60
berada pada jalur I dilokasikan di sekitar Kolam Kali Yasa sebagai fishing base yang berdekatan dengan area pemukiman penduduk. 2. Jalur II Operasi penangkapannya berjarak 3 - 7 mil dari garis pantai dengan kapal yang berukuran sekitar 10 – 50 GT dan alat tangkap yang digunakan adalah trammelnet, gillnet, dan longline. Waktu operasi penangkapannya sekitar enam hari dengan daerah penangkapannya meliputi sekitar teluk Penyu, Gombong, Yogyakarta bagian selatan, Pacitan dan Pangandaran. 3. Jalur III Daerah operasi berjarak minimal 12 mil dari garis pantai dengan kapal yang berukuran minimal 50 GT dan alat tangkap yang digunakan adalah gillnet, dan longline. Waktu operasi penangkapannya sekitar tujuh hari atau dapat mencapai 30 hari, dan daerah penangkapannya meliputi sekitar Teluk Penyu, Gombong, Yogyakarta bagian selatan, Pacitan dan Pangandaran serta daerah yang lain. Kapal longline di PPSC telah memiliki beberapa alat bantu navigasi yang modern yaitu magnetik kompas, SSB dan RDF.
Gambar 17 Tampilan sub lingkungan fisik.
61
Selain informasi mengenai daerah penangkapan ikan dalam SIMPELKAN juga disajikan info lingkungan fisik mencakup informasi mengenai kondisi pasang surut (Gambar 17). Informasi lingkungan fisik di seputar Cilacap digunakan dalam usaha tambat labuh kapal dan masuk keluarnya kapal di alur pelayaran. Telah diketahui bahwa alur pelayaran mengalami sedimentasi sehingga nelayan tidak dapat masuk ke pelabuhan untuk melakukan lelang. Akibat kondisi diatas maka rancang bangun sistem informasi berbasis nelayan ini, mencoba memberikan informasi akurat mengenai kapan terjadinya pasang tertinggi dan surut terendah didasarkan pada data dari DISHIDROS. Dengan mengetahui pasang dan surut perairan, nelayan diharapkan dapat mengambil waktu yang tepat dalam upaya masuk ke areal kolam pelabuhan. Berbeda halnya dengan kondisi lingkungan fisik lainnya yang bersifat stagnan, informasi pasang surut ini sifatnya dinamis. Artinya informasi yang diberikan disesuaikan dengan tanggal dan bulan bilamana kapal bersandar.
Gambar 18 Tampilan informasi nelayan. Masyarakat disekitar pelabuhan merupakan masyarakat pesisir yang menyandarkan hidupnya dari usaha perikanan laut baik aktivitas penangkapan,
62
pengawetan, maupun pengolahan. Nelayan sebagai pelaku utama dalam usaha perikanan tangkap mempunyai peran dalam pengembangan pelabuhan. Nelayan yang berada di PPSC telah mengenal perkembangan teknologi penangkapan dan alat bantu navigasi, terutama bagi nelayan yang menggunakan alat tangkap longline. Dari 13 tempat pelelangan ikan di Cilacap, sebagian besar nelayan berpusat di PPSC, disebabkan potensi penangkapan ikan dan perkembangan aktivitas baik penangkapan dan hasil tangkapannya, produksi, pemasaran, logistik hingga penyediaan fasilitas cukup memadai dan menjanjikan. Alasan yang paling utama adalah tingkat pendapatan nelayan di sekitar PPSC lebih tinggi. Jumlah nelayan di PPSC yaitu berjumlah 6.078 orang. Sedangkan untuk tempat pendaratan kapal yang lain hanya memiliki beberapa jumlah nelayan. Jumlah nelayan Cilacap berdasarkan tempat pendaratan kapal adalah 15.200 orang yang terdiri atas Sentolo Kawat 452 orang, Pandanarang
841 orang,
Lengkong 563 orang, Tegalkatilayu 576 orang, Sidakaya 715 orang, Begawan Donan 385 orang, Kawunganten 4.577 orang, Tambakreja 347 orang, Nusawungu 156 orang, Adipala 187 orang, Karang Talun 183 orang, Tritih Kulon 140 orang, PPS Cilacap 6.078 orang (Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap, 2003). Banyaknya nelayan berpengaruh terhadap jumlah alat tangkap yang digunakan. Informasi tentang nelayan disajikan dalam sub menu informasi nelayan (Gambar 18). Informasi alat tangkap yang disediakan menyajikan informasi alat-alat tangkap yang digunakan nelayan di PPSC seperti alat tangkap gillnet, trammel net, long line dan lain-lain. Selanjutnya juga disediakan sub menu nelayan dengan informasi yang disajikan mengenai jumlah nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan dari skala kecil sampai skala besar (Gambar 19). Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Cilacap bervariasi. Jumlah alat tangkap keseluruhan adalah 3.650 unit yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok tuna dan kelompok non tuna. Kelompok tuna yaitu kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan
alat tangkap longline dengan tujuan
utama penangkapan adalah ikan tuna seperti yellow fin
tuna (Thunnus
albacore), big eye tuna (Thunnus obesus), albacore (Thunnus alalunga), dan cakalang (Katsuwonus pelamis), selain itu juga jenis black marlin (Macaira indica), layaran (Istiophorus orientalis) dan cucut (Carcharias sp). Kelompok alat tangkap non tuna terdiri dari gillnet, trammel net, payang, dogol, bubu, jermal, jaring apung, dan sero. Alat tangkap kelompok tuna dimiliki oleh kapal-kapal
63
yang biasa beroperasi di daerah ≥ 12 mil karena jenis ikan Tuna biasa hidup di perairan yang dalam dan biasanya ukuran dari kapal ini relatif besar yaitu sekitar ≥ 30 GT dan dilengkapi dengan palka yang besar berisi es yang akan digunakan sebagai media pembekuan ikan selama kegiatan operasi penangkapan. Lama trip penangkapan untuk kapal ini bervariasi, ada yang mingguan ada pula yang sampai berbulan-bulan. Sedangkan alat tangkap kelompok non Tuna biasa beroperasi di perairan yang relatif dangkal (<12 mil) namun tidak menutup kemungkinan alat tangkap jenis ini beroperasi di perairan yang cukup dalam. Alat tangkap kelompok non Tuna dimiliki oleh kapal-kapal yang berukuran relatif kecil (<30 GT) dan kebanyakan lama trip penangkapannya hanya harian sampai mingguan.
Gambar 19 Tampilan informasi alat tangkap. Berdasarkan wawancara yang dilakukan selama penelitian, alat tangkap yang digunakan nelayan Cilacap mengalami perubahan dan perkembangan, dimana nelayan akan menggunakan alat tangkap yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Mereka memilih alat tangkap dengan hasil tangkapan yang memiliki
64
nilai jual yang tinggi. Informasi perkembangan alat tangkap dari beberapa tahun terakhir bisa langsung di akomodir dalam SIMPELKAN. b. Menu Informasi Perikanan Menu informasi perikanan dibagi dalam 2 sub menu utama yaitu biologi dan info lingkungan fisik. Sub menu biologi mencakup informasi mengenai info spesies dan harga ikan (Gambar 20 dan 21) dan info musim penangkapan (Gambar 21). Data produksi ikan berdasarkan waktu dikeluarkan berdasarkan kriteria-kriteria yang diminta oleh pengguna atau pengunjung website yaitu berdasarkan waktu yang dipilih, nama ikan, alat tangkap dan armada penangkapan. Sedangkan data produksi ikan berdasarkan kapal dapat dilihat berdasarkan kapal, wilayah tangkap dan tempat pendaratan. Dari sistem ini dapat dilihat produksi ikan dari kapal-kapal tertentu yang terdaftar dalam sistem. Selain itu disediakan juga tempat untuk mencatat kapal-kapal yang tidak masuk ke dalam sistem tapi mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan yang terdaftar dalam sistem. Kapal-kapal tidak melakukan bongkar disebabkan faktor harga ikan yang rendah dan adanya retribusi yang terlalu tinggi. Informasi akan sangat dibutuhkan oleh nelayan, sehingga mereka dapat segera mengambil keputusan apakah akan mendaratkan hasil tangkapannya di PPSC atau tidak. Info sub menu harga ikan disajikan pada Gambar 20. Produksi perikanan di PPSC terutama untuk tiga kelompok spesies, yaitu ikan pelagis, demersal dan moluska rata-rata kecenderungannya turun. Ratarata produksi ikan pelagis adalah dari tahun 1996-2003 adalah sebesar 5.335.280 ton per tahun, demersal 927.210 ton per tahun dan moluska sebesar 130.720 ton per tahun. Infomasi tentang info spesies yang didaratkan di PPSC di tampilkan pada sub menu informasi info spesies (Gambar 21). diperhatikan dari nilai produksinya, penurunan yang
Tetapi jika
terjadi pada volume
produksi tidak membuat nilai produksi yang ada menurun. Penurunan yang terjadi pada tahun tersebut karena adanya penurunan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar. Pada akhir 2004 produksi di PPSC mengalami penurunan disebabkan oleh kurangnya optimalisasi dari fasilitas yang ada. Permasalahan tersebut adalah adanya sedimentasi yang terjadi di jalur masuknya kolam ke dermaga sehingga alur masuk kapal besar khususnya, akan terganggu. Secara otomatis pelelangan ikan hasil tangkapan ikan di TPI
65
menurun jumlahnya. Penurunan jenis hasil tangkapan adalah ikan yang sejak tahun 1997 menjadi tangkapan utama yaitu tongkol. Tongkol yang merupakan jenis ikan pelagis kecil tergantikan oleh ikan tuna yang merupakan ikan pelagis besar. Perubahan ini juga mengindikasikan adanya tren baru yaitu menangkap ikan tuna selain ekonomis tinggi juga perubahan atau peluasan daerah penangkapan ikan yaitu semakin luas ke Samudera Hindia. Karena tren tersebut maka untuk alat tangkap yang digunakan juga menjadi berubah menjadi alat tangkap ikan tuna seperti longline. Sehingga wajar jikalau penurunan tongkol sebagai jenis hasil tangkapan dari nelayan di Cilacap.
Gambar 20 Tampilan sub menu harga ikan. Ikan yang menjadi sasaran di Cilacap tidak hanya jenis pelagis tetapi ikan demersal juga menjadi sasaran, untuk hasil tangkapannya pada akhir tahun ini juga menurun. Tidak semua mengalami penurunan, ikan cucut mengalami kenaikkan karena merupakan hasil tangkapan yang banyak tertangkap bersama
66
ikan tuna. Selain itu, udang menjadi pilihan utama nelayan untuk menjadi sasaran, dilihat dari nilai ekonomis dan ada penyaluran atau perusahaan yang siap membeli udang untuk keperluan ekspor. Hasil tangkapan udang adalah jenis jerbung dan dogol.
Gambar 21 Tampilan sub menu informasi info species. Gambar 22 menampilkan informasi musim penangkapan Kabupaten Cilacap pada umumnya memiliki musim dua musim penangkapan ikan yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat biasanya berlangsung antara bulan Nopember sampai bulan Maret, dengan kondisi gelombang laut yang besar dan curah hujan yang tinggi. Sedang musim timur biasa terjadi pada bulan April sampai September dengan kondisi kebalikan dari musim Barat yaitu gelombang laut yang relatif tenang dan curah hujan yang rendah. Berbeda dengan nelayan kabupaten Cilacap, nelayan di PPSC biasa menggolongkan musim penangkapan menjadi tiga yaitu: musim puncak terjadi pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober dimana ikan tangkapan sangat melimpah, yang kedua yaitu pada bulan Februari sampai bulan Juni dengan hasil
67
tangkapan sedang, dan yang ketiga adalah musim paceklik yaitu berkisar pada bulan November sampai dengan Januari. Untuk melihat musim penangkapan di PPSC dengan melihat data hasil penangkapan ikan pelagis per spesies yang masih mempunyai potensi cukup tinggi.
Hasil
tangkapan
ikan
pelagis
per
spesies
pada
tahun
2003
menggambarkan bahwa pada bulan Februari sampai Juni mengalami kenaikan jumlah produksi dibanding dengan bulan Juli sampai Oktober sebagai ikan tangkapan yang melimpah.
Gambar 22 Tampilan informasi musim penangkapan. Dari penggolongan musim tersebut memperlihatkan bahwa tidak semua ikan mengalami peningkatan produksi. Untuk bulan Juli sampai Oktober sebagai bulan yang berlimpah untuk ikan tangkapannya, hanya ikan cakalang yang mengalami kenaikkan cukup tinggi sampai mencapai
493.209 Kg per bulan
sedang pada bulan Februari sampai Juni ikan tuna yang mengalami kenaikkan cukup signifikan mencapai 80.060 Kg per bulan, sedangkan untuk bulan paceklik ikan yaitu bulan November sampai Januari ikan yang mendominasi adalah tetap
68
ikan tuna. Ini memperlihatkan bahwa produksi ikan di PPSC didominasi oleh ikan tuna dan cakalang sebagai ikan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan berkualitas ekspor. Dari semua ikan yang termasuk dalam ikan pelagis tersebut, ada jenis ikan yang dari bulan ke bulan tidak mengalami kecenderungan baik turun atau naik tetapi mengalami kestabilan yaitu ikan layaran. Sedangkan ikan yang mengalami penurunan atau kelangkaan hasil tangkapan untuk tahun 2003 adalah ikan tuna jenis albakor. c. Menu Kabupaten Cilacap Menu Kabupaten Cilacap memberikan gambaran informasi sederhana mengenai wilayah Kabupaten Cilacap yang dapat dilihat dari beberapa aspek seperti aspek geografis dan topografi (Gambar 23), disamping itu disajikan juga informasi tentang kependudukan, keadaan kesehatan, perumahan, agama, pendidikan, dan gambaran umum perikanan dan kelautan di Cilacap. Informasi mengenai Kabupaten cilacap meliputi posisi, batas-batas wilayah. Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten yang terluas di Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung barat bagian selatan propinsi Jawat Tengah dengan luas wilayah daratan 2.146,57 km² (DPK 2003) batas-batas kota ini adalah : Utara
: Kabupaten Banyumas dan Brebes
Selatan
: Samudera Indonesia
Barat
: Propinsi Jawa Barat
Timur
: Kabupaten Banyumas
Kabupaten Cilacap letaknya berbatasan dengan pantai selatan pulau Jawa yang terletak pada posisi 108º 04’ 30” - 109º 30’ 30” BT dan 07º 30’ 04” 07º 45’ 20” LS atau berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia sehingga potensial akan sumberdaya perikanan. Cilacap juga terlindungi dari bahaya Samudera Hindia karena adanya pulau Nusa Kambangan yang letaknya berhadapan
langsung
dengan
Samudera
Hindia
sehingga
mempunyai
sumberdaya yang baik meliputi ikan pelagis kecil, pelagis besar dan lain-lain (Gambar 23).
69
Gambar 23 Tampilan informasi geografis dan topografi. Gambaran tentang kependudukan disajikan pada Gambar 24 Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten yang terbesar di Jawa Tengah yang memiliki jumlah penduduk sampai dengan tahun 2004 sebanyak 1.726.271 jiwa, yang terdiri dari perempuan 861.959 jiwa dan laki-laki 864.312 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 0,31% per tahun. Berdasarkan mata pencaharian utamanya, penduduk Kabupaten Cilacap terdiri dari petani, buruh tani, nelayan, pengusaha,
pengrajin,
buruh
industri,
buruh
bangunan,
perkebunan,
perdagangan, angkutan, PNS/TNI POLRI dan pensiunan (BPS JATENG 2006). d. Menu Lain-lain Pada menu lain-lain menyediakan suatu model analisis sumberdaya ikan dengan menggunakan metode surplus produksi model Schaefer dan Fox. Sub model menu Schaefer dan Fox terdiri dari informasi input data (Gambar 24) dan hasil model (Gambar 25). Setiap orang yang mengunjungi website ini bisa menggunakan program yang disediakan tersebut. Secara garis besar program ini dibagi menjadi dua bagian yaitu input data form SDI dan hasil model. Menu lain
70
menyajikan hasil pengolahan data dan analisis untuk mengestimasi status sumberdaya perikanan (Gambar 25). Pengolahan data dilakukan terhadap data harian per kapal untuk menghasilkan data bulanan dan data tahunan. Analisis potensi SDI dilakukan untuk memperoleh informasi nilai dugaan potensi SDI di PPSC. Pedugaan potensi SDI dilakukan dengan cara analisis data produksi (catch) dan upaya penangkapan (effort) menggunakan model surplus produksi yang dikembangkan oleh Schaefer dan Fox (Sparre and Venema 1999). Menurut Gulland (1983), hubungan antara hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) dan upaya (effort) dapat berupa hubungan linier maupun eksponensial. Pada Gambar 25 tampak hubungan kurva MSY untuk ikan cucut yang menggunakan model Schaefer .
Gambar 24 Tampilan input data form SDI.
71
Gambar 25 Tampilan hasil model.
5 PEMBAHASAN Pelabuhan adalah pusat aktivitas perekonomian kelautan, sehingga keberadaannya sangat diperlukan dalam pembangunan kelautan. Pada saat ini dirasakan pengembangan pelabuhan umum dan perikanan belum berfungsi secara optimal. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai faktor seperti terbatasnya fasilitas, rendahnya teknologi, kualitas pelayanan yang rendah serta biaya yang mahal maupun kesalahan dalam perencanaan. Dalam rangka peningkatan arus barang dan jasa pada era pasar bebas maka pengelolaan pelabuhan harus mampu meningkatkan kinerjanya dan menekan biaya tinggi agar efesiensi nasional maupun bisnis dapat tercapai. Dalam pengelolaan perizinan perlu dicari sistem prosedur yang paling efisien dan efektif agar pergerakan kapal dan arus barang dapat diperbaiki, perizinan kapal umum dan kapal ikan harus dipisah karena karakteristiknya berbeda sehingga tidak terjadi inefisiensi karena birokrasi yang panjang. Sudah saatnya pemerintah lebih sebagai fasilitator dan membuat kebijakan sehingga bisnis bisa bergerak sesuai dengan kekuatan yang berperilaku wajar (Kusumastanto 2003). Sistem fungsional.
informasi
yang
dibangun
merupakan
bagian
dari
model
Model fungsional memperlihatkan bagaimana data diperlakukan
dengan mengabaikan urutan, pemilahan atau struktur objek. Model fungsional memperlihatkan bagaimana suatu nilai bergantung pada nilai yang lain dan fungsi-fungsi
yang
berhubungan
dengannya
(Jogiyanto
2003).
Dalam
pengaplikasiannya program berbasis LAN sistem informasi pelabuhan perikanan tidak hanya dapat diterapkan di PPSC saja, akan tetapi dapat juga diaplikasikan di seluruh pelabuhan perikanan di Indonesia yang mempunyai karakteristik yang sama. Beberapa modifikasi kondisi umum dan up-dating data harus dilakukan guna penyesuaian sistem informasi ini. Kusumastanto (2003) menyebutkan bahwa salah satu persoalan mendasar dalam pembangunan perikanan adalah lemahnya akurasi data statistik perikanan. Data perikanan di berbagai wilayah di Indonesia biasanya berdasarkan perkiraan kasar dari laporan dinas perikanan setempat. Belum ada metode baku yang handal untuk dijadikan panduan dinas-dinas di daerah setempat dalam pengumpulan data perikanan ini. Bagi daerah-daerah yang memiliki tempat atau pelabuhan pendaratan ikan biasanya mempunyai data produksi perikanan tangkap yang lebih akurat karena berdasarkan pada catatan jumlah ikan yang didaratkan. Namun demikian akurasi data produksi ikan
73
tersebut pun masih dipertanyakan berkaitan dengan adanya fenomena transaksi penjualan ikan tanpa melalui pendaratan atau transaksi ditengah laut. Pola transaksi penjualan semacam ini menyulitkan aparat dalam menaksir jumlah/nilai ikan yang ditangkap di peraiaran laut di daerahnya. Apalagi dengan daerahdaerah yang tidak memiliki tempat pendaratan ikan seperti di kawasan pulaupulau kecil di Indonesia maupun berkembangnya tempat-tempat pendaratan ikan swasta atau ‘TPI Swasta’ yang sering disebut tangkahan-tangkahan seperti yang berkembang di Sumatera Utara. Bagaimana pemerintah akan menerapkan kebijakan pengembangan perikanan bila tidak didukung dengan data-data yang akurat.
Apakah
ada
jaminan
pemerintah
mampu
membongkar
sistem
penangkapan ikan yang carut-marut dan tiap-tiap daerah yang mempunyai bentuk dan pola yang berbeda-beda. Keadaan sistem yang mampu memonitor setiap aktivitas penangkapan di daerah-daerah menjadi satu kelemahan yang terpelihara sejak dulu. Celah kelemahan inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang terkait untuk memperkaya diri dari hasil perikanan tangkap. Sehingga isu kebocoran devisa dengan adanya pencurian ikan menggambarkan kelemahan
sistem
manajemen
pengelolaan
perikanan
nasional.
Tanpa
mengetahui karakter atau pola/jaringan bisnis penangkapan ikan yang dilakukan masyarakat atau para nelayan yang bermodal diberbagai daerah atau sentrasentra penangkapan ikan, maka kebijakan perijinan ulang terhadap usaha penangkapan ikan ini akan terdapat peluang korupsi dan kolusi. Ditengarai dengan pola/jaringan bisnis perikanan tangkap sudah terbiasa dengan budaya KKN, maka mekanisme kolusi dan korupsi di dalam bisnis penangkapan ikan ini harus diatasi secara sistematis. Lebih lanjut Haluan (2002) menyebutkan bahwa sistem informasi manajemen dalam pengembangan perikanan tangkap di Indonesia sudah mulai berkembang, walaupun masih harus dikembangkan agar dapat berimbang dengan SIM pada tingkat internasional seperti FAO Fisheries Department. Diharapkan agar semua perusahaan perikanan tingkat menengah ke atas memiliki jaringan internet yang dapat mengakses dan diakses oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). SIMPELKAN
yang
dibangun
mempunyai
beberapa
keunggulan
dibandingkan dengan program lainnya. Keunggulan ini disebabkan: (1) pembuatan program dengan menggunakan bahasa ASP dapat langsung digunakan sebagai LAN dan internet tanpa melalui konversi program terlebih
74
dahulu; (2) program dengan menggunakan bahasa ASP lebih mudah dan sederhana; (3) dalam program ASP, halaman ditentukan dalam sebuah page yang tidak dapat tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya, sehingga secara otomatis yang ditampilkan adalah hanya satu halaman. Selain keunggulan tersebut, program ASP juga memiliki beberapa kelemahan yaitu: (1) tidak
mempunyai
media
penyimpanan
berkas
data,
sehingga
dalam
penyimpanan berkas data dibantu oleh program lainnya, seperti Microsoft Access, Microsoft Excel dan lain sebagainya; (2) program ASP belum dapat menampilkan
grafik
secara
baik;
(c)
membutuhkan
webmaster
selaku
administrator untuk proses pemutakhiran data (data updating). Sistem informasi pelabuhan perikanan samudera Cilacap ini merupakan pengembangan dari pusat informasi pelabuhan perikanan (PIPP) yang sudah ada. Pengembangan ini ditujukan untuk lebih memudahkan pengguna dan menyempurnakan informasi yang tersedia. Kebijakan desentralistik setidaknya membawa berbagai implikasi penting, diantaranya adalah terhadap kelembagaan, pengelolaan sumberdaya ikan serta partisipasi masyarakat termasuk terhadap sistem infromasi. Dengan otonomi daerah diharapkan lembaga pemerintah daerah mampu merumuskan tugas, fungsi dan kewenangannya dengan baik sehingga mampu melayani masyarakat lokal dengan baik, salah satu bentuk pelayanannya adalah penyediaan informasi. Selain
itu,
melalui
desentralisasi
diharapkan
juga
terjadi
pengelolaan
sumberdaya ikan secara berkelanjutan. Kebijakan desentralisasi
dapat
memberikan manfaat dalam bentuk peningkatan partisipasi masyarakat lokal dan kualitas
pelayanan
publik.
Partisipasi
masyarakat
akan
terjadi
apabila
masyarakat nelayan dapat memainkan peranannya (rule) secara jelas, memperoleh keadilan (equity), akses dan kontrol terhadap sumberdaya alam. Desentralisasi merupakan pintu menuju terwujudnya regulated and sustainable fisheries. Desentralisasi akan memberikan ruang bagi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya tersebut akan merupakan bentuk tanggungjawab mereka terhadap masa depan sumberdaya ikan tersebut (FAO 1995). Artinya, mereka
tidak
hanya
akan
berhenti
pada
upaya
merencanakan
dan
melaksanakan prinsip pengelolaan sumberdaya secara lestari seiring dengan nilai-nilai tradisional yang mereka miliki, tetapi tanggung jawab itu akan muncul juga dalam bentuk pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan.
75
Model pengawasan dari masyarakat ini akan lebih efektif dan efisien. Adanya model pengelolaan sumberdaya ikan yang berbasis masyarakat tersebut akan berjalan efektif sekaligus penting untuk mengantisipasi berbagai tuntutan, bahkan
ancaman
dari
masyarakat
internasional.
Saat
ini,
masyarakat
internasional menuntut diwujudkannya perikanan yang berkelanjutan (sustainable fisheries) melalui ketetapan FAO dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries pada tahun 1995. Dengan ketentuan baru tersebut, seluruh praktik pemanfaatan sumberdaya perikanan harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability). Jika terjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tersebut, sangat dimungkinkan munculnya tuduhan melakukan unregulated fishing yang pada gilirannya akan membuat rawan perdagangan nasional sebagaimana yang saat ini tengah dirumuskan International Plan of Action (IPOA) tentang IUU (Illegal, Unregulated and Unreported Fishing (FAO 1995b dan Charles 2001). Penerapan informasi hasil pengolahan dan analisis data untuk pengkajian status sumberdaya ikan memerlukan perhatian khusus. Para pengguna umum hendaknya lebih memusatkan perhatian kepada trend atau kecenderungan produksi dan produktivitas. Informasi ini penting untuk perencanaan kegiatan penangkapan ikan dibandingkan dengan informasi tentang status stok ikan. Sebagaimana disebutkan oleh Imron (2000) pengelolaan sumberdaya perikanan membutuhkan landasan kebijakan yang tepat agar dapat menjaga keberlanjutan sumberdaya tersebut. Artinya, dalam menentukan kondisi status sumberdaya ikan Idealnya memperhatikan seluruh kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Pelaporan data yang benar dan lengkap dari nelayan setiap setelah melakukan penangkapan ikan akan berguna untuk memberikan gambaran kasar kuantitas stok ikan yang dapat ditangkap atau diakses nelayan pada titik-titik waktu tertentu.
Informasi tentang status stok ikan seyogianya diolah dan
dianalisis oleh para peneliti karena stok ikan mencakup dimensi area yang luas, bukan hanya di perairan yang berdekatan dengan Cilacap, dan melibatkan armada perikanan dari lokasi lain, bahkan di luar negeri (PPSC 2004).
Oleh
karena itu, informasi tentang status stok ikan harus melewati prosedur ilmiah dan merupakan pernyataan para peneliti beserta stakeholder lain, seperti yang dilakukan oleh Komisi Nasional Pengkajian Perikanan Laut.
76
Kegiatan utama
yang perlu dilakukan setalah sistem informasi ini di
verifikasi dan validasi adalah memperkenalkannya kepada para pengguna, terutama nelayan.
Perkenalan ini perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga
nelayan memahami manfaat sistem informasi dimana mereka juga akan berbagi informasi tentang ikan hasil tangkapannya, nelayan mampu menggunakan dan memanfaatkan informasi yang tersedia di dalamnya. Harga ikan yang berlaku umum dan wajar dapat diketahui nelayan dan para pembeli ikan sehingga terjadi fair trade. Nelayan diharapkan dapat memprediksi musim puncak dan musim paceklik secara lebih tepat sehingga usaha perikanan dapat dilakukan secara lebih efisien. Hal ini merupakan upaya untuk menekan ketidak-pastian usaha karena nelayan akan berangkat melaut jika prospek keberhasilan penangkapan ikan tinggi. Pada periode yang tidak prospektif, nelayan dapat merencanakan kegiatan lain di luar penangkapan ikan, sehingga mereka tidak akan terjerat hutang untuk menutupi biaya operasi. Kegiatan lain diluar penangkapan ikan lebih populer dengan sebutan mata pencaharian alternatif. Sebagaimana disebutkan oleh Purbayanto et al. (2007) bahwa mata pencaharian alternatif dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan nelayan melalui penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan penghasilan. Kegiatan lain ataupun mata pencaharian alternatif tersebut biasa
juga disebut sebagai
alternative income generation, seperti dikembangkan dalam proyek PEMP, MCRMP, CoFish, Coremap, dan sebagainya (Sistem informasi manajemen dalam pengembangan perikanan tangkap di Indonesia sudah mulai berkembang, walaupun masih harus dikembangkan agar dapat berimbang dengan SIM pada tingkat internasional seperti FAO Fisheries Department. Arahan pengembangan antara lain agar sistem informasi manajemen menyeluruh di tingkat propinsi dan kabupaten di Indonesia dan mencakup semua kegiatan perikanan, tidak hanya perikanan tangkap saja. SIM yang sudah ada harus dirawat dan diperbaiki sehingga tetap handal dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan dalam menunjang perikanan tangkap (Haluan 2002). Dari hasil wawancara dengan berbagai pihak yang terkait setelah dilakukan ujicoba penggunaan SIMPELKAN, maka SIMPELKAN sangat berperan penting
dalam menunjang usaha dan pengembangan perikanan tangkap,
karena dengan mudah kita bisa mendapatkan data atau informasi yang berkaitan dengan kegiatan perikanan tangkap di daerahnya. Penelusuran data atau informasi kegiatan perikanan tangkap dapat dilakukan secara otomatis dan
77
memakan waktu sedikit. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh dari stakeholders perikanan tangkap dengan adanya SIMPELKAN : 1. Nelayan •
Time series harga dan produksi harian, begitu juga informasi persaingan antar pemilik kapal akan menjadi bahan informasi untuk melaut, dengan informasi ini nelayan bisa memprediksi peluang hasil tangkapan yang akan diraih.
•
Infomasi daerah penangkapan musim penangkapan dengan cepat. yang tersedia di SIMPELKAN akan mempermudah dan mempercepat nelayan memperoleh daerah penangkapan yang ideal.
•
Nelayan sebagai pelaku utama dari pemanfaatan sumberdaya ikan di laut, dapat memperoleh informasi mengenai jenis dan kelengkapan fasilitas di pelabuhan perikanan.
•
Nelayan
dapat
mendapatkan
informasi
sejauhmana
dukungan
pemerintah daerah dalam pengembangan perikanan tangkap. 2. Investor (pengusaha) dan pedagang ikan •
Time series harga dan produksi harian akan menjadi informasi yang sangat penting terkait dengan peluang membuka kegiatan usaha. Sementara bagi pedagang informasi tersebut dapat dijadikan bahan dalam menentukan lokasi pasar ikan yang akan didaratkan di pelabuhan perikanan.
•
Informasi tentang kondisi wilayah, daya dukung lingkungan sekitar serta kondisi fasilitas di pelabuhan perikanan bisa dijadikan bahan dalam menetapkan rencana investasi. Sehingga pengusaha tidak mengalami resiko kegagalan usaha.
•
Akan memerlukan informasi tentang armada penangkapan, melalui sistem informasi ini dapat diketahui kapal – kapal dengan alat tangkap yang sering digunakan untuk operasi penangkapan, dan kebanyakan mendaratkan hasil tangkapannya di PPSC.
3. Peneliti dan institusi pendidikan •
Informasi tentang data dalam 5 tahun terakhir yang tercatat dalam SIMPELKAN akan menjadi data penting untuk bahan penelitian ataupun kajian tentang perikanan tangkap
•
SIMPELKAN yang secara umum mampu merangkum informasi kegiatan ataupun aktivitas perikanan tangkap, dapat memberikan kontribusi dalam proses analisis kebijakan pengembangan dan pengelolaan perikanan tangkap.
78
4. Pemerintah Kabupaten Cilacap dan pemerintah pusat •
Informasi potensi SDI yang menggunakan pendekatan Schaefer dan Fox akan membantu pemerintah dalam menentukan berapa banyak armada penangkapan serta kegiatan penutupan musim-musim penangkapan.
•
Sangat memerlukan informasi tentang kegiatan perikanan, sehingga bisa dengan mudah merumuskan kebijakan yang terkait.
5. UPT Pelabuhan •
Informasi yang tredapat dalam SIMPELKAN seperti produksi ikan harian, harga ikan serta aktivitas kapal dan lain sebagainya akan mempermudah pihak pengelola pelabuhan dalam menentukan tingkat pelayanan di pelabuhan, sehingga akan tercipta pelayanan prima di pelabuhan perikanan
Melalui uji coba rancangan SIMPELKAN ini penelusuran data dan informasi dapat dilakukan hanya dalam waktu kurang dari 10 detik. Data atau informasi tersebut dapat disimpan dalam disket, flasdisk atau harddisk komputer, dengan demikian penerapan komputerisasi, dalam hal ini database di PPSC dapat mengakibatkan perubahan media penyimpanan, dari bentuk dokumen (buku jurnal harian) menjadi bentuk file komputer. Perubahan positif dapat terjadi dalam implementasi SIMPELKAN yaitu : 1. Efisien dalam penggunaan waktu dan tenaga. 2. Memperoleh informasi dengan cepat tentang aktivitas perkanan tangkap 3. Dapat memberikan reverensi bagi pengguna yang ingin menyusun suatu kebijakan ataupun langkah-langkah usaha dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan Selain hal – hal diatas SIMPELKAN ini mempunyai kelebihan lain, dalam mengakses sistem informasi ini tidak diperlukan suatu sofware khusus, karena sudah berbentuk aplikasi, jadi pemakai/pengguna hanya tinggal mengklik icon yang tersedia tanpa menginstalnya. Sistem informasi digital ini mempunyai beberapa kelemahan jika dibandingankan dengan sistem informasi yang lama (manual) : 1. Penerapan komputerisasi dapat menjadi tidak efisien bila penerapan tersebut tidak diimbangi dengan adanya pelatihan sumberdaya manusia di bidang komputer. 2. Pada tahap awal implementasinya akan memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk membeli peralatan dan pelatihan sumberdaya manusia.
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan model sistem informasi di PPSC adalah : (1) Penelitian ini telah menghasilkan suatu suatu sistem informasi pelabuhan perikanan yang diberi nama SIMPELKAN. SIMPELKAN berbasis komputer membantu peningkatan efisiensi mekanisme pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan cepat mengantisipasi dinamika perubahan dan Informasi. SIMPELKAN mampu mengakomodasi kebutuhan pengambil keputusan untuk membantu mengidentifikasi potensi sumberdaya ikan; mengidentifikasi
kemungkinan-kemungkinan
perkembangan
aktivitas
penangkapan ikan dan aktivitas di pelabuhan perikanan termasuk kebutuhan fasilitas, logistik dan pelayanan; mengidentifikasi sarana dan prasarana serta daya dukung wilayah. (2) SIMPELKAN yang dirancang lebih user-friendly untuk para nelayan sehingga bermanfaat dalam mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha mereka.
Informasi penting yang dimuat dalam sistem informasi tersebut
mencakup: (1) layanan yang tersedia di pelabuhan perikanan, (2) informasi seputar produksi, nilai ikan, dan kegiatan perikanan,
(3) kondisi umum
wilayah di sekitar pelabuhan (dalam hal ini Kabupaten Cilacap),
dan (4)
menu lain-lain yang menampilkan informasi mengenai status stok ikan dan pola musim. (3) Struktur database yang dibangun dalam SIMPELKAN dibagi dalam 4 kategori, yaitu data hasil tangkapan, fasilitas pelabuhan, lingkungan dan oseanografi serta armada dan nelayan.
Keempat kategori ini dijabarkan
dalam beberapa file pendukung. (4) Dalam rancang bangun sistem basis data pemrograman ASP, terdapat dua tampilan utama yaitu halaman masukan (input) dan halaman keluaran (output).
Halaman masukan digunakan administrator dalam input data
sedangkan informasi yang disajikan dapat dilihat user pada halaman keluaran. (5) Submenu output yang diberikan dalam rancang bangun basis data sistem informasi pelabuhan perikanan samudera Cilacap yang berbasis nelayan adalah sub menu PPSC, informasi perikanan yang menginformasikan hasil
80
tangkapan yang didaratkan di PPSC baik dalam kurun waktu harian, bulanan maupun tahunan dan lingkungan fisik perairan, sub menu Kabupaten Cilacap yang memberikan informasi seputar Kabupaten Cilacap. Selain itu terdapat juga sub menu lain-lain yang berisikan model Schaefer dan Fox. 6.2 Saran Beberapa saran yang perlu diperhatikan guna kontinuitas sistem informasi berbasis nelayan antara lain : 1)
Dalam pengembangan sistem informasi berbasis nelayan dituntut peran aktif baik dari nelayan maupun para stakeholder, sehingga diharapkan sistem informasi yang dibangun mempunyai nilai guna yang optimal.
2)
Perhatian yang lebih mendalam dari PPSC sebagai sentral informasi sehingga kontinuitas dari sistem informasi yang dibangun dapat terjamin.
3)
Dibutuhkan web master sebagai pengelola sistem informasi yang dibangun, yang bertugas sebagai peng-update informasi.
4)
Perlu adanya percepatan dalam pengaplikasian program di PPSC, sehingga dapat segera dirasakan manfaatnya oleh nelayan setempat.
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2000. Perencanaan dan Pembentukan Pusat Informasi Pengembangan Perikanan dan Manajemen Data Base Berbasis Pengelolaan Sumberdaya Ikan dan Permintaan Pasar, LAPI-ITB dan FPIK-IPB. [BPS JATENG] Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. 2006. Jawa Tengah Dalam Angka 2006. Semarang. Bappeda Propinsi Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. 575 hlm. [Dirjen PSDKP] Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. 2005. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. 56 hlm Charles A. 2001. Sustainable fishery systems. Blackwell Science Ltd. Oxford. UK. 370 pp. Claggett J.R, Murdick, R.G. and Ross J.E. 1986. Sistem Informasi untuk Manajemen Modern. Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta [DPK] Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. 2003. Profil Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. Cilacap: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. 32 hlm. [DPK] Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. 2005. Statistik Perikanan Cilacap. Cilacap: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. 40 hlm. Dahuri R. 2001. Menggali Potensi Kelautan dan Perikanan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Menuju Bangsa yang Maju, Makmur dan Berkeadilan. Pidato dalam rangka Temu Akrab CIVA-FPIK-IPB tanggal 25 Agustus 2001. Davis G. 1991. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, Bagian I Pengantar. PT Pustaka Binama Pressindo, Jakarta. 146 hlm. Djamin Z. 1984. Potensi Peluang dan Kendala Produksi dan Ekspor Beberapa Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 54 hlm. Efendy M. 2005. Rancang bangun sistem informasi pemanfaatan sumber daya perikanan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan secara terpadu: prototipe Kabupaten Sumenep Madura [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 345 hlm. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid I. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor. 175 hlm. Fewirdarto PD. 1996. Proses Hirarki Analitik. Materi Kursus Singkat. Teknologi Industri Pertanian, Program Pascasarjana IPB, Bogor. 14 hlm.
82
FA0. 1995a. Integrasi perikanan ke dalam pengelolaan kawasan pesisir (Integration of Fisheries into Coastal Area Management). Diterjemahkan Departemen Pertanian RI kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Jakarta FAO. 1995. Tata laksana untuk perikanan yang bertanggungjawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries). Diterjemahkan Departemen Pertanian RI kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Jakarta Fitria
S. (2002) Mengembangkan sistem informasi pada usaha perikanan tangkap di perairan pengandaran Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 79 hlm.
Gulland J.A. 1983. Fish Stock Assessment: a manual of basic methods. John Wiley and son. A wiley Interscience publication. 223 pp. Haluan J. 2002. Sistem Informasi Manajemen dalam Pengembangan Perikanan Tangkap di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Pengembangan Sistem Operasi Penangkapan Ikan. Bogor: IPB. 47 hlm. Haluan J, Monintja DR, Baskoro MS, Panjaitan JP, Nurani TW. 1989. Studi Tentang Sistem Motorisasi pada Usaha Penangkapan Ikan Tradisional. Makalah Seminar Hasil-hasil Penelitian IPB. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hambali E dan Eriyatno. 1996. Identifikasi Sistem Pengembangan Agroindustri Perikanan Laut Skala kecil. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Vol 6 (2). IPB, Bogor. Hal 25-132. Handayani E. 2003. Sistem Informasi Manajemen Dinas Perikanan Dati I Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 71 hlm. Imron M. 2000. Stok Bersama dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Wilayah Perairan Indonesia. Buletin PSP, Vol IX (2) Oktober 2000. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan-IPB-Bogot. Hal 41-52. Jogianto. H.M., 2003. Sistem Teknologi Informasi, Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan. Andi Offset. Yogyakarta. 639 hlm. Kadir A. 2003. Pemrograman WEB mencakup HTML, CSS, Java Script dan PHP. Penerbit Andi Yogyakarta. 619 hlm Karubaba CTH, Bengen DG, Nikijuluw PH. 2001. Kajian Pemenuhan Kebutuhan Pangan Nelayan Pada Musim Timur dan Musim Barat Kaitannya dengan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir. Jurnal Pesisir dan Lautan Vol 3 No 3. Hal 1-11. Kusumastanto T. 2003. Pengembangan Sumberdaya Kelautan Dalam Memperkokoh Perekonomian Nasional Abad 21. Makalah Seminar
83
Pemberdayaan Sumber Daya Kelautan, Perikanan dan Perhubungan Laut Abad XX1. 20 hlm. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, Jakarta, 197 hlm. Mc Leod R. 1993. Management Information System: A Study of Computer-base Information System. 6th edition. Prentice-Hall. New York. 324 pp. Moekijat.
1996. Pengantar Sistem Rosdakarya. Bandung
Informasi
Manajemen.
PT.
Remaja
Murdick G.R and Ross J.E. 1983. Information Systems for Modern Management. Prentice Hall of India. New Delhi. 671 pp Nelly E. 2005. Rancang Bangun Sistem Informasi Perikanan Udang Penaeid di Perairan Arafura yang berbasis di Sorong dan Bintuni. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 92 hlm. O’Brien,
J.A. 1991. Instruduction to Information Management, 6th Edition. IRWIN Inc. Boston
Systems
in
Business
Permana B dan Ukar K. 2004. Seri Pelajaran Komputer : Microsoft Access. PT Elex Media Komputindo. Gramedia, Jakarta, 173 hlm. PPSC. 2004. Laporan Tahunan PPSC. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. 51 hlm. Purbayanto A, Riyanto M, Santoso J. 2007. Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif Melalui Usaha Pengolahan Ikan Berbasis Masyarakat. Jurnal Mitra Bahari, Vol 1 (1) Desember 2006 – Maret 2007. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan-Jakarta. Hal 1-10. Sari TEY. 2000. Pengembangan Sistem Informasi Perikanan di Perairan Bengkalis Propinsi Riau. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 62 hlm. Saptoriantoro. 2006. Sistem Informasi Manajemen Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu Kabupaten Serang Banten. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 73 hlm Siagian PS. 1999. Sistem Informasi Manajemen. Bumi Aksara. 132 hlm. Sparre P. and Venema SC. 1999. Introduction of Tropical Fish Stock Assessment. Part 1 – Manual. Food and Agriculture Organization. Fisheries Technical Paper. FAO of The United Nation. Rome Sudarwan D. 2002. Pengantar Aksara.Jakarta.
Studi
Penelitian
Kebijakan.
PT.
Bumi
Sukresno B dan Martanti SH. 2006. Teknologi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Pengembangan Peta Prakiraan Daerah
84
Penangkapan Ikan (PPDPI). Jurnal Penelitian Perikanan, Vol 9 (1) Juni 2006. Fakultas Perikanan-Universitas Brawijaya-Malang. Hal 85-88. Suratmo FG. 2001. Metodologi Penelitian dan Penyusunan Usulan Penelitian, Hasil Penelitian, Ringkasan dan Abstrak. IPB Press. Bogor. Suroso AI dan Seminar KB. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. IPB. Bogor. 320 hlm. Sutanta E. 1996. Sistem Basis Data Konsep dan Perannya dalam Sistem Informasi Manajemen. Andi Offset. Yogyakarta. Sutojo S. 1991. Studi Kelayakan Proyek. PT. Pustaka Binawan Pressindo dan Institut PPM. Jakarta. 88 hlm Usman A. 2002. Sistem Informasi Manajemen Dinas Perikanan DKI Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 72 hlm. Widjaya S. Karyana dan Sulistiadji. 1993. Studi Kasus Indek Biaya Operasi dan Pendapatan Usaha Perikanan Kapal Pukat Cincin Mini di Pekalongan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No 82. Jakarta. Winardi.
1989. Pengantar tentang Teori Sistem dan Analisis Sistem. Mandar Maju. Bandung. 187 hlm
CV
Yulianti K dan Eriyatno. 1996. Identifiksi Sistem Pengembangan Agroindustri Komoditi Sayuran Skala Kecil. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Vol 6 (2). IPB, Bogor. Hal 118-124 Zulkifli A. 2001. Manajemen Sistem Informasi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 502 hlm.
Lampiran 1. Lokasi Penelitian
85
86
Lampiran 2 Struktur basis data penangkapan ikan yang didaratkan di PPSC.
87
Lampiran 3 Diagram alir logika program
88
Lampiran 3 (Lanjutan) 2. Diagram alir sub program input kabupaten
3. Diagram alir sub program input spesies
4. Diagram alir sub program input alat tangkap
89
Lampiran 3 (Lanjutan) 5. Diagram alir sub program input Upaya Tangkap (UT)
6. Diagram alir sub program input harga ikan (H.I)
7. Diagram alir sub program input info alat tangkap (I.A.T)
90
Lampiran 3 (Lanjutan) 8. Diagram alir sub program input info spesies (I.S)
9. Diagram alir sub program output hasil tangkap (HT)
10. Diagram alir sub program output upaya tangkap (UT)
91
Lampiran 3 (Lanjutan) 11. Diagram alir sub program output hasil tangkap (HT) per upaya penangkapan (CPUE)
12. Diagram alir sub program output info spesies (IS)
13. Diagram alir sub program output info alat tangkap
92
Lampiran 4 Prosedur pengoperasian program
Entry data Terdapat dua macam cara untuk memasukkan data yaitu dengan menggunakan tabel dan form. Input data dengan tabel pun dibagi dua, yaitu secara manual dengan mengetikkan data pada keyboard, dan dengan menggunakan disket. 1. Langkah entry data dengan menggunakan tabel secara manual, yaitu: a. Aktifkan program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Berbasis Nelayan hingga tampil Gambar berikut ini:
Ada 4 halaman penting dalam tampilan utama Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Berbasis Nelayan ◊ ◊ ◊ ◊ ◊
Halaman Utama Publikasi Peta Kritik dan Saran Visi dan Misi
93
b. Klik menu entry pada menu utama Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Berbasis Nelayan. -
Masukkan Nama Pengguna pada User Name
-
Masukkan Password
-
Klik Login Now
Tampilan untuk menu input data seperti tampak pada gambar berikut ini
Menu Input Data
c. Pilih sub menu Tabel isian yang diinginkan d. Pilih satu dari empat menu yang ada. ◊
PPS Cilacap
◊
Informasi Perikanan
◊
Kabupaten Cilacap
◊
Lain-lain
94
Menu-menu Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Berbasis Nelayan. Masing-masing memiliki Sub Menu: ◊
◊
PPS Cilacap -
Organisasi Pelabuhan
-
Struktur Organisasi
-
Sarana dan Prasarana
-
Denah Lokasi
Informasi Perikanan -
Biologi ¾ Info Species ¾ Info Harian Ikan ¾ Info Bulanan Ikan ¾ Info Tahunan Ikan ¾ Info Produksi Per Kapal ¾ Info Musim Penangkapan
95
-
Info Lingkungan Fisik ¾ Pasang Surut Hidro Oseanografi ¾ Sedimentasi ¾ Klimatologi ¾ Sungai ¾ Topografi dan Bathimetri ¾ Geoteknik
◊
◊
Kabupaten Cilacap -
Geografis dan Topografi
-
Kependudukan
-
Kesehatan
-
Perumahan
-
Agama
-
Pendidikan
-
Perikanan
Lain-lain -
Model FOX dan Schaefer
96
e. Masukkan data ke dalam tabel sesuai dengan jenis fieldnya.
Contoh input data untuk menu lain-lain pada sub menu model fox dan Schaefer ◊
Pilih nama Ikan
◊
Jumlah hasil tangkapan
◊
Jumlah trip/tahun
◊
Jenis alat tangkap
Klik Simpan Data atau Reset
97
Menampilkan hasil atau tampilan suatu menu: Klik atau pilih satu dari empat menu yang ada. ◊
PPS Cilacap
◊
Informasi Perikanan
◊
Kabupaten Cilacap
◊
Lain-lain
Contoh tampilan hasil model Schafer dan Fox dalam bentuk tabel
98
2. Langkah entry pada tabel dengan menggunakan disket terdiri atas 2 tahap. Tahap pertama adalah menyalin data dari komputer ke dalam disket. Tahap kedua adalah menyalin data dari disket ke dalam komputer.
Langkah penyalinan data dari Komputer ke dalam disket adalah sebagai berikut: 1. Aktifkan program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap 2. Klik menu entry dan pilih sub menu tabel isian. 3. Klik salah satu sub sistem. 4. Setelah tabel entry data muncul, klik menu sistem penunjang. 5. Pilih sub menu pengolah data. 6. Buka file pada program excel yang tersimpan otomatis dalam my document dengan nama yang sama dengan sub sistem yang dibuka pada program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap 7. Copy file tersebut ke dalam disket.
Langkah penyalinan data dari disket ke dalam computer adalah sebagai berikut: 1. Buka file yang akan di copy ke dalam computer. 2. Setelah tabel yang tercopy ke dalam file excel muncul, sorot record (satu atau lebih) yang akan disalin ke dalam program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. 3. Aktifkan program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. 4. Klik menu entry dan pilih sub sistem yang sesuai. 5. Klik pointer pada previous record. 6. Klik paste.
3. Langkah entry pada form sebagai berikut: a. Aktifkan program Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap b. Pilih menu entry. c. Pilih sub menu Form Isian. d. Klik sub sistem yang diinginkan.
99
Catatan: Data entry yang dimasukkan harus seragam baik dari segi penomoran, ejaan, dan penggunaan spasi.
Edit dan hapus data Edit data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel isian dengan cara membuka tabel isian dan memperbaiki data pada tabel. Edit dapat dilakukan juga pada Form Isian.
Keluar program Untuk keluar dari program dapat menggunakan (klik) pada tanda silang atau menggunakan tombol tutup (close).
Menu Keluar Program (klik salah satu menu tersebut)