KAJIAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU IKAN DAN UDANG SEGAR DI TEMPAT PELELANGAN IKAN, PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP STUDY OF QUALITY CONTROL SYSTEM OF FRESH FISH AND SHRIMP AT THE PLACE OF FISH AUCTION, OF THE OCEAN FISHING PORT IN CILACAP Lady Cindy Soewarlan 1), Lachmuddin Sya’rani
2)
, Azis Nur Bambang
2)
Abstract The research has a purpose to recognize and to learn the application of Quality Control System in the Place of Fish Auction, the Ocean of Fishing Port in Cilacap. The research had characteristic of descriptive by the survey method on a case. The study was conducted through 5 (five) approaches; Basic Feasibility, Control System, Institutional Role, Laboratory Test and production area aspects (catching). 1) The application of Basic Feasibility, questioner, mean and modus analysis of center tendency measurement. 2) The application of Control System, questioner, and mean analysis of center tendency measurement, and then assessment on deficiency. 3) The Role of interrelated institution, interview, and observation, descriptive qualitative analysis. 4) The changes of organoleptic quality, t-test analysis (pair). The Correlation of quality and Basic Feasibility, the correlation analysis of moment pearson product. 5) Product Quality: the results of laboratory organoleptic test, the analysis of descriptive quantitative on factors that effect them. The research results showed that: 1) The application of Basic Feasibility: Western Fish Auction/Kaliyasa was 36-38% (handling of fresh thunnus), Eastern Fish Auction was 40-46% (handling of fresh skipjack) and 46-48% (handling of fresh shrimp). The deiciency level was serious. 2) The applicaton of Control System was 11,76%, the deviciency was ≥ 10%, the condition was in critical conditon. 3) The interrelated institutional : the Ocean of Fishing Port just responsible on sanitation operation and equipment mqintenance. LPPMHP cannot conduct controol function technically. 4) The analysis results of t-test indicated the value of t count > t table, it means there was a changing in quality during the products was in the Place of Fish Auction. The correlation of organoleptic with Basic Feasibility was positively strong (handling of fresh thunnus) and negatively weak ( handling of fresh shrimp). 5) Organoleptic of the products; fresh thunnus 5 to 7, fresh skipjack 6 to 7 and fresh shrimp was 7. The factors of fishing area that influence quality: fishing area, the way of fishing, fishing equipments, handling on boat and the fisherman’s social economic. Key words : Basic Feasibility, Control, Institution, Quality, Production Area.
Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari penerapan Sistem Pengendalian Mutu di Tempat Pelalangan Ikan, Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC). Penelitian bersifat deskriptif dengan metode survey pada suatu kasus. Kajian dilakukan melalui 5 (lima) pendekatan yaitu; Kelayakan Dasar, Sistem Pengawasan, Peranan Kelembagaan, Pengujian laboratorium dan aspek daerah produksi (penangkapan). 1)Peneraapan Kelayakan Dasar, koesioner, analisis pengukuran tendensi pusat mean dan modus. 2)Penerapan Sistem Pengawasan, koesioner, analisis pengukuran tendensi pusat mean. Selanjutnya penilaian terhadap penyimpangan. 3) Peranan lembaga terkait, wawancara dan observasi, analisis deskriptif kualitatif. 4) Perubahan mutu organoleptik, analisis t-test (pair). Korelasi mutu dengan kelayakan dasar, analisis korelasi produk moment pearson. 5) Mutu produk: hasil uji organoleptik laboratorium, analisis deskriptif kualitatif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) Penerapan Kelayakan Dasar : TPI Barat/Kaliyasa 36-38% (penanganan tongkol segar), TPI Timur : 40-46% (penanganan cakalang segar) dan 46-48% (penanganan udang segar). Tingkat penyimpangan serius. 2) Penerapan Sistem Pengawasan 11,76%, penyimpangan ≥ 10%, kondisi kritis. 3) Lembaga terkait : PPSC hanya bertanggung jawab terhadap operasi sanitasi, pemeliharan dan perawatan fasilitas. LPPMHP secara teknis tidak dapat menjalankan fungsi pengawasan. 4) Hasil analisa t-test menunjukan nilai t hitung > t table artinya terjadi perubhaan mutu selama produk berada di TPI. Korelasi mutu organoleptik dengan Kelayakan Dasar: kuat positif (penanganan tongkol segar) dan lemah negatif (penanganan udang segar). 5) Mutu organoleptik dari produk: tongkol segar 5-7, cakalang segar 6-7 dan udaang segar 7. Faktor –faktor daerah penangkapan yang mempengaruhi mutu :daerah penangkapan, cara penangkapan, alat tangkap, penanganan di kapal, dan faktor sosial ekonomi nelayan. Kata kunci: kelayakan dasar, pengawasan, kelembagaan, mutu, daerah produksi. 1) 2)
Staf Pengajar FPIK Universitas Nusa Cendana Kupang Staf Pengajar FPIK UNDIP
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Pendahuluan
demikian
untuk
dapat
melakukan
perbaikan- perbaikan terhadap kondisi yang Umumnya kegiatan perikanan yang
ada maka penting sekali untuk mengetahui
kita jumpai di Cilacap, seperti pada kapal-
dan mempelajari Sistem Pengendalian Mutu
kapal penangkap, lahan-lahan budidaya,
yang diterapkan di TPI.
pangkalan
Materi
pendaratan,
tempat
pelelanngan, pusat-pusat pemasaran, unitunit
pengolahan
peranannya
kurang
pengawasan
penelitian
dibatasi
pada
penerapan Sistem Pengendalian Mutu di
mutu
Tempat Pelelangan Ikan /TPI. Pendekatan
produk. Beberapa kasus yang terjadi di TPI
yang digunakan untuk mempelajari sistem
PPS Cilacap pada periode 2001 dan 2002
terdiri atas 5 aspek yaitu:
menunjukan rendah
dalam
menunjukan
Materi
bahwa
karena
daya
mutu
serap
pasar
1) Preventive measure yaitu upaya-upaya
produk
yang
pencegahan yang dilakukan meliputi
dihasilkan rendah. Selain itu pada lima
prosedur
tahun terakhir banyak fasilitas fungsional
penanganan.
standar
sanitasi
dan
yang berhubungan dengan pemeliharaan
2) Penerapan Sistem Pengawasan meliputi
mutu seperti timbangan, bak pencuci dan
7 prinsip pokok Hazard Analysis Critical
keran air rusak dan tidak dapat digunakan
Control Point (HACCP).
lagi. Hal lainnya adalah terbatasnya air bersih
dan
langsung
kapasitas
dapat
es
yang
berpengaruh
secara
terhadap
3) Peranan
lembaga
4) Pegujian
laboratorium
mengetahui
tentang
didaratkan di TPl
mutu
produk
juga
datang dari pihak industri pengolahan dan
dalam
menunjang fungsi pembinaan mutu.
mutu produk yang dihasilkan. Keluhan rendahnya
terkait
mutu
untuk
produk
yang
5) Mutu produk yang didaratkan di TPI
eksportir. Berkaitan dengan hal tersebut
dan
sebagai bagian dari unit usaha, Pelabuhan
produksi (penangkapan) terhadap mutu
Perikanan
produk.
sebagai
Pendaratan/Tempat
Pangkalan
Pelelangan
pengaruh
dari
aspek
daerah
Ikan,
dimana ikan- ikan basil tangkapan nelayan
Metode
dibongkar dari kapal, didaratkan untuk
Penelitian
secara
keseluruhan
yaitu
memberikan
selanjutnya didistribusikan, tentunya harus
bersifat
memberikan
mutu
gambaran umum tentang kondisi nyata
produk. Hal ini dapat terlaksana apabila
subyek penelitan dengan metode survey
Pelabuhan Perikanan /Tempat Pelelangan
tentang
Ikan mengacu pada kesepakatan untuk
parameter
menerapkan
Mutu
Penerapan Kelayakan Dasar, pengumpulan
sesuai dengan konsep HACCP. Dengan
data menggunakan koesioner dan dianalisis
jaminan
Sistem
terhadap
Pengawasan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
deskriptif
satu
kasus.
yang
Variabel
diamati
adalah
dan 1)
dengan pengukuran tendensi pusat mean
minimum persyaratan yang harus dipenuhi
dan
Sistem
dari persyaratan yang dituangkan adalah
data
80% (Dirjen Perikanan, 1993). Secara
dianalisis
keseluruhan persyaratan yang diterapkan
dengan pengukuran tendesi pusat mean,
pada ke dua TPI umumnya sama. Ada
selanjutnya dilakukan penilaian terhadap
beberapa
aspek
tingkat
penerapan
Kelayakan
modus.
2)
Pengawasan, menggunakan
Penerapan
pengumpulan koesioner
dan
penyimpangannya.
3)
Peranan
yang
membedakan
Dasar
dari
TPI
lembaga terkait, pengumpulan data dengan
Barat/Kaliyasa dan
melakukan wawancara dan observasi ke
Kondisi lokasi sekitar TPI Barat/Kaliyasa
lapangan.
kebersihannya kurang terjaga dibandingkan
Selanjutnya
data
secara deskriptif kualitatif.
dianalisis
4) Perubahan
TPI bagian Timur.
TPI bagian Timur.
Dalam operasionalnya
mutu organoleptik dianalisa statistik: Pair
TPI
Sample
mutu
melayani produk yang akan diekspor dan
deskriptif.
produk bagi industri pengolahan. Selain itu
Analisis korelasi antara Kelayakan Dasar
ada beberapa hal yang menguntungkan
dengan mutu organoleptik menggunakan
yaitu: lebih luas, mobilitas pengguna jasa
regresi linier sederhana; korelasi produk
tidak begitu padat, teratur dan hanya
moment. 5) Mutu produk saat didaratkan,
digunakan
data
Sedangkan
test
mikrobiologi
(t-Test) (ALT)
diperoleh
sedangkan secara
dari
hasil
pengujian
bagian
Timur
untuk
dikhususkan
kegiatan TPI
untuk
pelelangan.
Barat/Kaliyasa
laboratorium. Sedangkan pengaruh faktor-
diperuntukkan bagi produk by catch (bukan
faktor di daerah penangkapan dianalisis
tangkapan utama) yang dipasarkan secara
secara deskriptif kualilalif.
lokal. Biasanya TPI ini digunakan untuk mendaratkan
Hasil dan Pembahasan
kualitas
hasil
rendah
tangkapan
dan
tidak
dengan berfungsi
selayaknya tempat pelelangan tapi seperti 1. Penerapan Kelayakan Dasar Berdasarkan tendensi
pusat
hasil
mean
pasar yang berada dalam lokasi pelabuhan.
pengukuran
secara
umum
Aspek lainnya, di TPI Barat/Kaliyasa pada penanganan
saat
pembongkaran
dan
penerapan Keayakan Dasar untuk ke dua
pelelangan tidak
TPI < 50%.
tidak dilakukan penambahan es dan ikan
TPI
Rinciannya sebagai berikut:
Barat/Kaliyasa
untuk
diletakan di lantai. Penyortiran selain atas
penanganan tongkol segar, TPI bagian
size dan jenis juga terhadap mutu. Sortir
Timur
mutu bertujuan untuk memisahkan ikan
cakalang
40%-46% segar
penanganan
36%-38%
dilakukan penyortiran,
untuk dan
udang
penanganan
46%-48% segar.
untuk
yang bermutu dan tidak bermutu. Selain itu
Seharusnya
untuk menghindari kontaminasi silang dari
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
ikan yang berkualitas ke yang mutunya
pasca panen), petugas laboratorium
rendah. Penambahan es bertujuan untuk
dan pengawas sanitasi dan mesin.
menghambat
pertumbuhan
bakteri.
-
Perbaikan terhadap permukaan lantai
Lingkungan yang kurang bersih dari lantai,
yang
daerah sekitar TPI dan air yang digunakan
menghindari genangan air yang dapat
untuk
dijadikan media pertumbuhan bakteri.
kegiatan
pelabuhan),
pencucian
dapat
(air
kolam
menjadi
sumber
-
kontaminasi mikroba bagi produk. Perbedaan pada
penanganan
aspek
Menghindari
pencucian
untuk
dengan
air
kolam pelabuhan dan menggunakan air udang
yang memenuhi standar (Tabel 2)
segar dan cakalang segar pada TPI Timur terletak
bergelombang,
(Dirjen perikanan dan JICA, 199).
penanganan
saat
pelelangan.
Pada
persediaan mencukupi 2-3 kali dari
dilakukan
jumlah ikan yang didaratkan. Keran air
penyortiran atas jenis, size dan mutu.
yang tersedia ada di satu tempat setiap
Dengan demikian udang akan terhindar dari
6-12 m. Jika menggunakan air laut
kontaminasi silang mikroba. Penambahan
untuk kegiatan pencucuian maka air
es saat pembongkaran dan pelelangan juga
yang digunakan tidak
dilakukan untuk menekan aktifitas bakteri
bakteri
pembongkaran penanganan
dan udang
segar,
-
Tersdia
supply
air
Eschericia
tawar
coli
dengan
mengandung <
3,
ALT
5
pembusuk. Sedangkan pada penanganan
maksimum 5 x 10 dan kekeruhan 25
cakalang segar hal tersebut tidak dilakukan.
unit skala silica. .
Hasil
perhitungan
modus
=
2
-
Perbandingan es yang digunakan harus
artinya tingkat penyimpangan yang terjadi
1 ton untuk 1 ton ikan. Es harus dibuat
pada
memenuhi
kategori
serius.
Kategori
tersbut
menunjukan bahwa penyimpangan yang terjadi pada penerapan Kelayakan Dasar berada
pada
tingkat
serius.
Organisasi pengawas
harus mutu
memiliki dengan
-
Tinakan
Peralatan
dan
perawatan
sumber
keahlian
kontaminasi.
yang dibutuhkan (Dirjen Perikanan,
didaratkan setiap harinya.
pengawas
Kapasitas
peralatan tidak boleh kurang dari 1,5 kali
dari
harus
1 kali sehari, dan harus terhindar dari
berbeda sesuai dengan bidang ilmu
terdiri
air
dibersihkan dengan disinfektan minimal
team
1993). Sebaiknya team pengawas mutu
standar
minum (Tabel 2) yang digunakan.
pencegahan yang harus dilakukan adalah : -
persyaratan
-
jumlah
rata-rata
ikan
yang
Kebersihan dan sanitasi harus meliputi
produksi
dinding, lantai dan peralatan. Detergen
penangkapan),
dapat digunakan untuk santasi lantai
pengawas mutu (keahlian: teknologi
peralatan dan bagi pekerja. Klorin
(keahlian:teknologi
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
sangat
efektif
digunakan
sebagai
kepada gedung pelelangan saja, tetapi
bakterisidal pada konsentrasi rendah (Tabel 3 ). Kebersihan dan kesehatan pekerja
-
juga
perlu
diperhatikan,
juga lingkungan di sekitarnya. -
Pengolahan limbah yang dianjurkan Dirjen
(1999)
atau infeksi lainnya untuk menghindari
dilakukan pengujian terhadap kualitas
kontaminasi ke produk.
air limbah yang telah diolah. Standar
Toilet
harus
sebanmding
dengan
kualitas
10 - 24 orang
: 2 toilet
25 - 49 orang
: 3 toilet
50 - 100 orang : 5 toilet Penanganan dan pembongkaran harus dilakukan dengan cepat dan baik dalam rantai dingin. Suhu selama pendaratan harus tetap dijaga sesuai dengan CCP ( <10 0C untuk ikan segar dan < 5 0C untuk udang Hindari
segar)(Djazuli, 2002).
perlakuan
kasar
terhadap
produk karena dapat menyebabkan kerusakan fisik. Penanganan diawali
saat
dengan
dengan
pelelangan kegiatan
menggunakan
harus
pencucian
air
bersih.
Selanjutnya dilakukan penyortiran atas mutu, ukuran dan jenis. Khusus untuk TPI
Barat/Kaiyasa
melakukan
tidak
pencucian
boleh dengan
menggunakan air kolam pelabuhan. TPI harus memiliki program sanitsi harian, bulanan dan tahunan. Kegiatan tersebut
tidak
hanya
air
olahan
menggunakan
standar kualitas air Jepang (Tabel 1).
1 - 7 orang : 1 toilet
-
JICA
adalah metode endapan. Sebaiknya
1997., Dirjen Perikanan 1993).
-
dan
terutama bagi pekerja yang batuk, pilek
jumlah pengguna jasa (Wiryanti et al,
-
Perikanan
dikhususkan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Tabel 1. Standar Kualitas Air Jepang untuk Kegiatan Perikanan Katagori A
B
Kegunaan Perikanan I Konservasi air mandi, lingkungan alami, dan digunakan daftar B-C
SS (mg/l)
COD (mg/l)
DO (mg/l)
Konservesi lingkungan
Minyak dan Gas (mg/l) Tidak terdeteksi
7,8 - 8,3
-
≤2
≥ 7,5
Perikanan II Air industri, dan digunakan daftar C
C
PH
Tidak terdeteksi 7,8 - 8,3
-
≤3
≥5
7,0 - 8,0
-
≤8
≥2
Tidak terdeteksi
Sumber : Dirjen Perikanan dan JICA (1999)
Keterangan COD : Chemical Oxygen Demand (Kebutuhan oksigen). DO : Dissolved Oxigen (Oksigen terlarut). SS : Suspended Solid (Padatan terlarut).
Tabel 2. Persyaratan Air Minum Sifat dan Kandungan
Batas Maksimum (ppm)
Rasa Tidak berasa Bau Tidak berbau Warna Jernih Kekeruhan (SiO2) 1,0 PH 6,5 – 1,2 Zat organic (KmnO4) 10,00 Nitrai (NO2) 0,00 Nitrai (NO3) 20,0 Sulfat (SO4) 200,0 – 400,0 Mg 30,0 – 150,0 Fe 0,1 – 1,0 Zn 1,0 – 15,0 Kesedahan Total (D) 5,0 – 10,0 Pb 0,1 As 0,05 F 1,0 – 2,0 Cu 0,05 – 1,5 Mn 0,05 – 0,5 Total padatan 500,0 –1500,0 Mkrobiologi Kuman parasit 0.00 Kuman patogenik 0,00 Sumber : DEPKES (1975) dalam Zahiruddin (2000).
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Tabel 3. Konsentrasi Klor yang Dianjurkan Konsentrasi Klor (ppm)
Jenis Penggunaan Mencuci
2-10
Pencuci tangan
Tidak direkomendasikan
Mencuci permukaan keras (mis: 50 -100 porselen )
50 - 100
Peralatan dan alat-alat dapur
300
Mencuci permukaan yang kasar (mis: lantai, dindin , meja)
1000 – 5000
Sumber : Zahiruddin (2000). 2. Penerapan Sistem Pengawasan Upaya-upaya (preventive
sekitar 88,24% dari sistem tidak diawasi
pencegahan
mearure)
telah
dan
didokumentas.
Kondisi
sebenarnya
dilakukan
bahwa identifikasi terhadap potensi bahaya
melalui pemenuhan Kelayakan Dasar, sesuai
sudah dibuat dan dipahami. Selain itu
pendekatan HACCP upaya-upaya tersebut
program sanitasi harian yang dipahami
harus
dikembangkan
melalui
Sistem
sebagai kegiatan yang dapat mengeliminir
Artinya
upaya
bahaya. Prosedur penanganan yang baik
pencegahan dilakukan melalui pemantauan
juga sudah diupayakan melalui poster-
dan pengawasan secara sistematik selama
poster
proses penanganan berlangsung. Sistem
pelelangan. Langkah-langkah penanganan
Pengawasan
untuk
Pengawasan
Mutu.
sendiri
memingkatkan
bertujuan mutu
ditempatkan
menghasilkan
produk
di
gedung
berkualitas
dan
telah dengan jelas diuraikan. Hanya saja
mempertahankan standar mutu yang telah
dalam sistem tersebut, tindakan-tindakan
ditetapkan.
pengawasan lainnya tidak dilakukan.
dilakukan
jaminan
untuk
yang
Tujuan lainnya agar tindakan
perbaikan
dapat apabila
Berdasarkan persentase penerapan
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai (Dirjen
pengawasan, kategori penyimpangan yang
Perikanan, 1993). Kenyataan dilapangan
terjadi
menggambarkan
menggambarkan
bahwa
tindakan
≥
10%.
Nilai
Sistem
tersebut Pengawasan
pencegahan tidak diwadahi dalam suatu
berada dalam kondisi ‘kritis’ artinya kondisi
sistem pengawasan yang sistematik. Hasil
kritis dan tindakan perbaikan harus segera
pengamatan penerapan 7 prinsip HACCP
dilakukan. Dalam rancangan manual PMMT
untuk ke dua TPI menunjukan persentase
rekomendasi validasi diberikan apabila telah
pengawasan hanya sekitar 11,76%, artinya
memenuhi minimal 80% dari persyaratan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
(Dirjen Perikanan 2000). Jadi kasus seperti
Eschericia
di TPI PPS Cilacap justru persyaratan yang
diperjualbelikan pada TPI Barat/Kaliyasa
belum terpenuhi sekitar 88,24%. Kondisi ini
sering sekali diakukan kegiatan pencucian
nantinya
untuk
menggunakan air kolam pelabuhan. Selain
Kelayakan
itu data dari Balai Pengembangan dan
akan
mendapatkan
menyulitkan Sertifikasi
coli,
karena
produk
yang
Pengolahan (SKP).
Pengujian Mutu Hasil Perikanan (1997) yang
2.1. Diskripsi produk
menerangkan bahwa perairan Jawa Tengah,
Langkah
awal
yang
harus
dilakukan
Jawa Timur dan Riau mengandung bakteri
sebelum mengidentifikasi potensi bahaya
pathogen Vibrio parahaemolyticus. Sehingga
adalah membuat diskripsi terhadap produk
ada kemungkinan untuk produk tercemar
yang akan ditangani. Sehingga selanjutnya
bakteri tersebut, bila kegiatan pencucian
akan memudahkan untuk mengidentifikasi
menggunakan air kolam pelabuhan.
potensi
2.3. Identifikasi Titik Kritis (CCP)
bahaya
rnengkontaminasi
yang
produk
dapat
pada
tahapan
Mengetahui alur proses kegiatan
penanganan (Tabel 4)
penanganan merupakan langkah awal untuk
2.2.Analisa Bahaya (hazard) di TPI
mengidentifikasi titik kritis. Umumnya alur
Bahaya
(hazard)
diidentifikasi
proses penaganan ikan tujuan ekspor dan
sebagai suatu penyimpangan secara biologi,
industri
fisika, kimia dan ekonomi pada produk yang
pendaratan
didaratkan dari ketentuan yang diterapkan.
udang
Bahaya
pembongkaran,
tersebut
dapat
setiap
waktu
pengolahan dan
tujuan
:
pembongkaran,
pengangkutan. ekspor
dan
pendaratan,
Untuk lokal
:
penyortiran,
mengkontaminasi produk yang ditangani
penimbangan, peragaan, pelelangan dan
maupun diolah melalui suatu agent berupa
pengangkutan. Sedangkan untuk ikan-ikan
air, es, peralatan, karyawan dan sebagainya
tujuan
(Tabel 5).
pendaratan, penimbangan, penjualan dan
Besar sekali kemungkinan produk terkontaminasi
Salmonella,
Sebenarnya
gedung
vibrio
pasar
lokal
:
pembongkartan,
pengangkutan.
dan
pelelangan
menunjukan
persentase
tertinggi
yaitu
harus menjalankan operasi dasar dengan
100% sebab itu hanya produk udang segar
tahapan-tahapan sebagai berikut; sortasi,
saja yang menjalankan proses pelelangan
pencucian,
peragaan,
secara real. Mekanisme pelelangan dapat
pelelangan dan pengepakan. Berdasarkan
berjalan dengan baik untuk penanganan
analisa potensi bahaya maka produk yang
udang segar (TPI bagian Timur) tetapi tidak
didaratkan di TPI harus melalui 8 tahap
demikian untuk cakalang segar. TPI Timur
pada
untuk
alur
penimbangan,
proses.
Penanganan
udang
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
penanganan
cakalang
segar
menunjukan 37,5% dari alur proses yang
beku terdiri atas 6 tahapan yaitu sortasi
seharusnya. Biasanya nelayan atau pemilk
mutu
kapal membeli sendiri ikannya atau nelayan
penyusunan,
sudah berlangganan tetap dengan eksportir
penimbangan produk dan cek akhir serta
dan industri tertentu. Sedangkan produk
pengepakan. Untuk produk-produk yang
tujuan pasar lokal 71,4% dari kondisi
didaratkan di TPI pada prinsipnya tahapan
seharusnya. Meskipun persentase dari alur
CCP seperti sortasi dan pencucian adalah
proses yang harus dipenuhi lebih besar dari
sama. Pengawasan CCP penanganan produk
penanganan produk tujuan pasar lokal,
di TPI dapat dilihat pada Tabel 6. Perlu
tetapi kenyataanya mekanisme pelelangan
dipertimbangkan
tidak berjalan semestinya. Penyebabnya
bagi tahapan pencucian, mengingat Tempat
tidak
Pelelangan Ikan tidak ditengkapi dengan
dilakukan
dilaksanakan
pelelangan,
dengan
penjualan
mekanisme
dan
ukuran,
pencucian
pelepasan
ke
2,
produk,
penentuan
batas
kritis
pasar
laboratorium pengujian. Sehingga selain
biasa. Melalui kesepakatan bersama (dari
filth penentuan batas kritis yang dapat
bakul/pedagang
diterapkan
pengecer)
dilakukan
di
TPI
adalah
pengujian
penetapan harga, selanjutnya dilakukan
organoleptik
kegiatan penjualan. kondisi di atas (selain
Umum minimal 8, Toleransi Penolakan
penanganan udang segar) pada ke dua TPI
minimal 7 dan Batasan Penolakan < 7.
menggambarkan
mekanisme
Pengujian organoleptik adalah pengujian
pelelangan. Identifikasi titik kritis dapat
yang paling aplikatif untuk diterapkan di
dilihat pada Tabel 6. Hasil identifikasi titik
TPI.
kritis menunjukan bahwa ada 3 tahapan
berdasarkan pertimbangan bahwa; setelah
penaganan yang merupakan titik kritis
didaratkan produk tersebut akan dipasarkan
(critical control point /CCP) yaitu tahapan
melalui beberapa rantai niaga. Dengan
sortasi, pencucian dan pengepakan. Sesuai
demikian bila produk diterima dengan nilai
dengan
minimal 8, diperkirakan produk sampai ke
alur
lemahnya
proses
yang
umumnya
dengan
Penentuan
nilai
Persyaratan
persyaratan
tersebut
dilakukan di ke dua TPI biasanya tidak
tangan
dilakukan pengepakan sehingga tahapan
minimal
yang dianggab kritis adalah sortasi dan
diterapkan di TPI adalah pengukura suhu
pencucian.
pusat . Dengan
konsumen 7.
Teknik
akhir lain
ketentuan
dengan yang
nilai dapat
pengukuran
temperatur pusat harus < 10 oC untuk ikan 2.4. Pengawasan Titik Kritis Menurut Darmanto, (2001) bahwa
berdaging putih, < 5 oC untuk udang dan ikan berdaging merah (Djazuli, 2002).
CCP untuk penanganan bulk fillet merah
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Tabel 4. Diskripsi Penanganan Produk di TPI
6
Diskripsi Kapal penangkap : - nama kapal - jenis - ukuran - alat tangkap - daerah penangkap - lama pelayaran Jenis produk yang didaratkan Porses pembongkaran - waktu pembongkaran - lama pembongkaran - peralatan yang digunakan - suhu produk selama pembongkaran Penggunaan bahan tambahan - es - garam - garam + es - tawas Pendaratan ikan - peralatan yang digunakan - air pencucian - penimbangan Pelelangan ikan
7 8
Distribusi / trasnportasi Target pasar
No 1
2 3
4
5
Keterangan .................................. .................................. .................................. GT gill net/trammel net / long line / lainnya .................................. .................................. hari Ikan/udang/cumi-cumi/lainnya Pagi/siang/sore/malam ..................................jam blong/box/tray/troli/sekop/lainnya < 10 o C .................................. oC .................................. .................................. .................................. ..................................
kg kg kg %
blong/box/tray/troli/sekop/lainnya air PAM/sumber air lainnya .................................. kg/ton Sortir,penimbangan, pengemasan dalam rantai dingin. Suhu < 100C untuk ikan berdaging putih dan < 5oC ikan berdaging merah dan udang Truk/colt harus tertutup Konsumen, unit pengolahan,eksport
Tabel 5. Identifikasi Titik Kritis (CCP) pada Penanganan Produk di TPI No
Tahapan Proses
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP
1
Pembongkran
Ya
Tidak
Ya
Ya
Bukan
2
Pendaratan
Ya
Tidak
Ya
Ya
Bukan
3
Sortir mutu dan ukuran
Ya
Ya
-
-
CCP
4
Pencucian
Ya
Ya
-
-
CCP
5
Penimbangan
Tidak
-
-
-
Bukan
6
Peragaan
Tidak
-
-
-
Bukan
7
Pelelangan
Tidak
-
-
-
Bukan
8
Penepakan
Ya
Ya
-
-
CCP
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Tabel 6. Pengawasan CCP pada Penanganan Produk di TPI No 1
CCP
Bahaya
Batas Kritis
Prosedur Pemantauan
Tindakan Perbaikan
Sortir mutu dan ukuran
Kesalahan mutu, ukuran dan spesifikasi
PU: Mutu, ukuran dan spesidikasi harus seragam TP : Penyimpangan keseragaman maksimal 3% BP: Lebih dari 3%
Pemeriksaan secara cisual terhadap hasil sortasi oleh petugas QC.
Sortasi ulang apabila penyimpangan lebih dari 3 %
Catatan pemeriksaan produk akhir
Organoleptik PU :min 8 TP: min 7 BP: < 7
Secara visual dengan menggunakan panelis pada saat pendaratan
Hindari perlakuan kasar kepada produk
Catatan hasil pengujian organooleptik selama pendaratan
PU: ALT, maksimal 5x105 per gram TP : Tidak ada toleransi BP: Tidak sesuai persyaratan umum.
Pengujian mikrobiologi oleh staf LPPMHP Secara visual terhadap produk selama proses oleh pengawas produksi
Pencucian dengan klor 10 ppm untuk mereduksi jumlah bakteri Pencucian ulang terhadap produk yang mengandung filth.
Catatan mikorbiologi Catatan klor Catatan penyimpangan penanganan.
Perubahan fisik
2
Pencucian
Pertumbuhan mikrobiologi Filth
Keterangan : PU : Persyaratan umum, TP: Toleransi penolakan, BP: Batasan Penolakan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sistem Pencatatan
analisa konsentrasi
selama
3. Peranan Lembaga Terkait Lembaga-lembaga
tongkol
yang
yang
dan
udang
segar
menunjukan
terjadi penurunan nilai mutu 1 (satu)
terlibat dalam kegiatan pembinaan dan
tingkat
pengawasan mutu adalah sebagai berikut:
pcmbongkaran. Tabcl 20 menyajikan hasil
Pelabuhan
Cilacap
uji statistik tentang perubahan mutu produk
Pengujian
selama berada di TPI, saat pembongkaran
Perikanan
sampai dengan setelah pelelangan.
Perikanan
(PPSC),
Samudera
Laboratorium
Pengawasan
Mutu
Hasil
(LPPMHP), Koperasi dan lembaga swasta (industri dan pabrik es). hanya
mutu
produk
pada
saat
Hasil menunjukan bahwa seluruh nilai thitung > ttabel, hal ini berarti hypotesis : Ha
PPSC dalam menjalankan tugas dan fungsinya
dari
bertanggung
jawab
diterima.
Dengan
kata
lain
terdapat
perbedaan antara nilai uji mutu organoleptik
terhadap kegiatan sanitasi, pemeliharaan
saat
dan perawatan fasilitas. Sedangkan LPPMHP
pelelangan. Meskipun produk berada dalam
secara teknis tidak dapat melakukan fungsi
jangka waktu yang cukup singkat (TPI
pengawasan. Koordinasi antara PPSC dan
bagian Timur 1-2 jam, TPI Barat/Kaliyasa 1-
LPPMHP
4
dilakukan hanya 1 tahun sekali,
menyangkut
pembongkaran
jam)
telah
terjadi
dengan
perubahan
setelah
yang
pelatihan pembinaan mutu
signifikan terhadap mutu. Perubahan mutu
bagi TPI se Kabupaten Cilacap, nelayan dan
sama artinya dengan terjadinya penurunan
wanita
mutu.
nelayan.
Hanya
saja
kegiatan
tersebut tidak begitu efektif karena tidak
Umumnya
untuk ke penanganan
diikuti dengan evalusi, pembinaan dan
udang dan tongkol segar, perubahan yang
pengawasan pada tahap selanjutnya.
terjadi sebabkan oleh kontaminasi mikroba
Lembaga swasta seperti industri
pada saat pendaratan dan pelelangan.
pengolahan secara mandiri telah melakukan
Untuk penanganan tongkol segar, penyebab
pengawasan
dan
perubahan mutu adalah:
pengawasan
tersebut
terdokumentasi. dapat
Hasil
digunakan
1.
Produk diletakan di lantai gedung
untuk pembinaan bagi nelayan. Lembaga
pelelangan dan dicuci dengan air kolam
lain yang menunjang adalah pabrik-pabrik
pelabuhan. Kondisi ini memungkinkan
es, karena peranannya dalam pemenuhan
adanya tambahan mikroba dari air
kebutuhan es.
maupun lantai yang mencemari produk. 2.
4. Perubahan Mutu Organolepotik
Kemungkinan terjadi kontaminasi silang dari produk yang tidak laku dijual
Perubahan mutu menggambarkan
pada hari sebelumnya (umumnya nilai
sistem pengendalian yang diterapkan pada
organoleptik 3-5), ke produk yang baru
TPI. Hasil pengujian mutu organoleptik dari
didaratkan.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3.
Kisaran temperatur pusat ikan (3-22 0
C), kisaran tersebut berada pada deret
mikroba,
juga
disebabkan
oleh
perbedaan species.
suhu tinggi dimana secara alamiah
Mengingat hasil uji organoleptik
aktifitas bakteri cukup pesat. Pada
yang mengandalkan panca indera panelis
kondisi tersebut bila penanganan tidak
maka sebagai pembanding dilakukan uji
dilakukan dengan baik dan benar, maka
mikrobiologi, hasilnya dapat dilihat pada
mutu ikan cepat menurun dan daya
Lampiran
awet sangat pendek 3-10 jam. Jika
Lempeng Total (ALT) dari tongkol segar
penanganan
pada
dilakukan
dengan
baik
sehingga dapat mempertahankan suhu 0
14.
saat
Selish
hasil
uji
pembongkaran
dan
Angka setelah
pelelangan, menunjukan nilai positif. Nilai
pusat pada deret 10-2 C, mutu akan
tersebut
menurun kurang cepat dengan daya
perubahan
awet 2-5 hari (Ilyas, 1993).
produk berada di TPI. Nilai uji mikrobiologi
menjelaskan atau
bahwa
penurunan
terjadi
mutu
saat
Sedangkan untuk penanganan udang segar,
ini memberikan penegasan terhadap uji
perubahan mutu disebabkan oleh:
organoleptik,
1.
Pada kegiatan sortir dan peragaan
mutu yang signifikan terhadap produk yang
udang digelar dilantai sehingga ada
didaratkan
kemngkinan 2.
3.
tercemar
mikroba
dari
Persyaratan
terjadi
perubahan
kelayakan
dasar
lantai.
merupakan
langkah
Perlakuan kasar yang dilakukan setelah
pencegahan
kemunduran
pelelangan seperti menggunakan sekop
setelah ikan ditangani di kapal penangkap.
untuk memasukan udang ke keranjang.
Produk yang tidak ditangani secara hati-
Perlakuan
hati, cermat dan dalam lingkungan yang
ini
akan
menyebabkan
awal
tindakan
mutu
produk
kerusakan fisik pada produk.
saniter akan cepat mengalami kemunduran
Hasil pengukuran temperatur pusat (2-
mutu.
13
o
C
pada
mempercepat
Lampiran
6)
aktifitas
Meskipun
kegiatan
sanitasi
dan
dapat
penanganan dilakukan dengan benar pun
bakteri
tidak dapat menaikkan tingkat mutu produk,
pembusuk yang berdampak terhadap
sehingga
mutu.
Kelayakan Dasar hanya bertujuan untuk
Seharusnya suhu pusat udang
segar harus dipertahankan < 5
0
C
(Djazuli, 2002). 4.
bahwa
memperlambat menurunnya
Nilai perubahan mutu
atau mutu
persyaratan menghambat
produk.
Berkaitan
udang
dengan hal tersebut penting sekali untuk
tongkol segar selain
mengetahui dan mempelajari hubungan
disebabkan oleh faktor suhu, kondisi
antara komponen kelayakan dasar terhadap
saat
tingkat kemunduran mutu, yang berdampak
segar > t
hitung
ditangkap
dan
t
pemenuhan
hitung
kontaminasi
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
juga terhadap mutu produk pada tahapan
berubah
selanjutnya
Kelayakan
(distribusi
dan
pemasaran).
secara
positif
Dasar
bila
variabel
berubah.
Tingkat
Hubungan antara pemenuhan persyaratan
hubungan antara penanganan tongkol segar
kelayakan dasar TPI dengan mutu produk
dengan Kelayakan Dasar TPI Barat/Kaliyasa
yang didaratkan dapat dilihat pada hasil
kuat positif, dengan pengaruh yang relatif
analisis korelasi linier sederhana.
sangat sensitif. Artinya bila nilai Kelayakan
Hubungan tersebut
dapat dilihat
Dasar (X) berubah maka akan diikuti pula
pada Grafik 1. Hasil analisis korelasi diatas
dengan
menunjukan bahwa tingkat hubungan pada
sebaliknya. Dengan demikian mutu dari ikan
penanganan tongkol segar umumnya pada
segar yang didaratkan pada TPI ini sangat
kisaran hubungan lemah positif sampai kuat
dipengaruhi
positif. Artinya pengaruh variabel mutu akan
dasar.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
perubahan
oleh
mutu
penerapan
(Y)
dan
Kelayakan
Grafik 1 : Korelasi antara Kelayakan Dasar TPI dengan Score Organoleptik Tongkol Segar dan Udang Segar
7.5
7.5
6.5
7.0 6.0
6.5
6.0
5.5
5.0
4.5 35.5
36.0
36.5
37.0
37.5
38.0
38.5
6.5 6.0 5.5 5.0 4.5
4.0 3.5 35.5
Kelayakan Dasar TPI
36.0
36.5
37.0
37.5
38.0
38.5
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5 35.5
Kelayakan Dasar TPI
7.2
7.0
7.0
7.0
6.8
6.8
6.8
6.4
6.2
6.0 5.8 45.5
46.0
46.5
Kelayakan Dasar TPI
47.0
47.5
48.0
48.5
Score Organoleptik Udang Kecil
7.2
6.6
6.6
6.4
6.2
6.0 5.8 45.5
46.0
46.5
Kelayakan Dasar TPI
36.0
36.5
37.0
37.5
38.0
38.5
47.0
47.5
48.0
48.5
Kelayakan Dasar TPI
7.2
Score Organoleptik Udang Sedang
Score Organoleptik Udang Besar
Score Organoleptik Tongkol Kecil
Score Organoleptik Tongkol Sedang
Score Organoleptik Tongkol Besar
7.0
47.0
47.5
48.0
48.5
6.6
6.4
6.2
6.0 5.8 45.5
46.0
46.5
Kelayakan Dasar TPI
13
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sedangkan
penanganan
teknis penerapannya dalam ruang lingkup
udang segar hubungannya lemah negatif
kegiatan perikanan harus dimulai sejak pra
artinya hubungan antara kedua variabel
panen
tidak terlalu sensitif terhadap perubahan
pengawasan dan pembinaan mutu pada;
yang
bebasnya.
lahan-lahan budidaya, daerah penangkapan,
bila
nilai
kapal penangkap, pusat pendaratan, unit
Kelayakan Dasar (X) berubah tidak diikuti
pengolahan dan unit pemasaran. Untuk
oleh
dan
mendapatkan produk akhir dengan mutu
sebaliknya. Ataupun bila ada hubungan,
baik, hanya dapat dihasilkan dari bahan
perubahannya relatif kecil. Hubungan ini
baku bermutu baik pula. Mutu organoleptik
menjelaskan bahwa mutu dari udang segar
tongkol segar yang didaratkan di TPI
yang didaratkan di TPI Barat/Kaliyasa tidak
berkisar 5-7, cakalang segar 6-7 dan udang
selalu
segar umumnya 7 (SNI untuk ikan segar
terjadi
Artinya
ada
untuk
pada
variabel
kemungkinan
perubahan
nilai
dipengaruhi
mutu
oleh
(Y)
penerapan
Kelayakan Dasar.
sampai
pasca
panen
meliputi
dan udang segar = 7).
Seperti telah dijelaskan pada point-
Hasil
pengujian
di
atas
point sebelumnya tingkat hubungan yang
menggambarkan bahwa mutu udang segar
kuat positif untuk penanganan tongkol
yang
segar di TPI Barat/Kaliyasa disebabkan oleh
dibandingkan
aspek-aspek kelayakan pada TPI. Aspek-
cakalang segar. Kondisi ini menjelaskan
aspek tersebut seperti: kontaminasi dari air
bahwa penanganan udang pada daerah
pencuci, lantai dan produk yang sudah
penangkapan kemungkinan lebih baik bila
busuk/rusak. Sedangkan Tingkat hubungan
dibandingkan
lemah negatif untuk penanganan udang
Untuk penanganan tongkol segar dan dan
segar
lebih
cakalang segar(dengan alat tangkap gill
disebabkan oleh perlakuan kasar terhadap
net), perbedaan mutu disebabkan faktor
produk dan perbedaan species.
intrinsic yaitu perbedaan commen size
pada
TPI
bagian
Timur
didaratkan
cenderung
mutu
tongkol
penanganan
lebih
baik
segar
dan
ikan
segar.
(ukuran yang tertangkap). Commen size 5. Mutu Produk yang Didaratkan
cakalang lebih besar dari pada tongkol,
Berdasarkan konsepsi HACCP yang
sehingga dalam penanganannya ukuran
dikembangkan dengan pendekatan bahwa
yang lebih kecil akan cepat mengalami
akan lebih baik, lebih mudah dan murah
kemunduran mutu dibandingkan ukuran
untuk mencegah dan mendeteksi masalah
yang besar.
sejak awal dari pada mencari masalah
Hasil
pengukuran
kadungan
setelah produk jadi ( end product) dan siap
histamin tongkol segar yang diperoleh dari
dipasarkan. Melalui pendekatan tersebut
PT Juifa International Cilacap
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
umumnya
berada pada kisaran 0,2181 – 4,6327 mg%.
pendinginan dan faktor sosial ekonomi
Kisaran tersebut masih memenuhi Standar
nelayan.
Nasional
Indonesia
/SNI
yaitu
untuk
tingkatan mutu I, II dan III adalah 20
Kesimpulan
mg%. Kandungan histamin yang masih
Berdasarkan hasil dan pembahasan
sesuai SNI kemungkinan disebabkan oleh
dapat disimpulkan:
produk yang dijadikan sampel adalah yang
1. Pemenuhan
persyaratan
Kelayakan
telah lolos sortir pada tahapan penerimaan
Dasar pada TPI PPS Cilacap umumnya
bahan baku. Namun perlu diperhatikan
<
hubungannya dengan
Barat/Kaliyasa
kisaran suhu pusat
50%
dengan 36%
rincian; -
38%
TPI untuk
ikan. Pada penanganan pada suhu rendah
penanganan tongkol segar, TPI bagian
biasanya
Timur
bakteri
Ateromonas,
Pseudomonas,
Miraxella
dan
Acetobacter
untuk
penanganan
cakalang
segar 40% - 46% dan 46% - 48%
meningkat lebih cepat. Senyawa-senyawa
untuk
yang dihasilkan dari dekomposisi bakteri
Umumnya penerapan Kelayakan Dasar
tersebut
meningkatnya
hampir sama untuk ke dua TPI. Aspek
Hipoksantin,
yang membedakan adalah: lokasi yang
dapat
kandungan
indol,
Histamin, (VRS),
memicu
Volatile
Total
H2S, Reducing
Volatile
Base
Substance (TVB)
dan
Trimetilamin (TMA).
tidak
penanganan
saniter
penanganan
dan
pada
udang
segar.
higienis
serta
pendaratan
(TPI
Barat/Kaliyasa). Sedangkan untuk TPI
Perubahan mutu secara alamiah
bagian Timur perbedaannya terletak
tetap akan terjadi, hasil uji mutu hanya
pada
merupakan akumulasi dari perubahan yang
(sortasi
terjadi pada tahap sebeurnnya ( di kapal)
produk).
dan selama produk berada di TPI. Berkaitan
pusat modus = 2, nilai tersebut berada
dengan hal tersebut mutu bahan baku yang
pada interval 2-3 pada tabel distribusi
didaratkan
pada
frekuensi
(Pelabuhan
Perikanan
pusat
pendaratan
/TPI)
sangat
penanganan dan
perbaikan
pada tahapan sebelumnya. Faktor-faktor
dilakukan.
dapat
mempengaruhi
penambahan
Hasil
es
pada
pengukuran tendensi
dengan
kategori
serius.
barus
sesegera
mungkin
ikan
2. Penerapan Sistem Pengawasan sekitar
selama berada di daerah penangkapan
11,76% artinya sekitar 88,24% dari
adalah sebagai berikut: pengkapan dan alat
sistem tidak diawasi dan didokumentasi.
tangkap,
Pengawasan
penanganan
di
mutu
pendaratan
Artinya kondisi serius dan tindakan
ditentukan oleh aspek-aspek penanganan yang
saat
kapal,
proses
yang
dilakukan
hanya
meliputi identifikasi terhadap potensi
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
bahaya. Selain itu prosedur sanitasi
menunjang terpenuhinya kebutuhan es
dan penanganan telah dituangkan dan
yang
didokumentasikan
memelihara mutu ikan. Hanya saja
kerja.
Dengan
dalam
rancangan
persentase
maka pengawasan
tersebut
yang diterapkan
berada pada tingkat ‘kritis' dengan ≥
penyimpangan
10%.
Selanjutnya
langka-langkah pengawasan yang perlu
perlu
dibutuhkan ada
dengan
nelayan
peningkatan
nelayan,
untuk
koordinasi
koperasi
dan
pemerintah supaya lebih efektif dalam mendistribusikan es. 4. Hasil
analisis
pair
test
mutu
dilakukan adalah TPI harus memiliki
organoleptik dari tonkol dan udang
team
dapat
segar menunjukan bahwa nilai thitung >
melakukan diskripsi terhadap produk,
ttabel. Artinya terjadi perubahan yang
menganalisa
melakukan
signifikan terhadap mutu organoleptik
identifikasi terhadap titik kritis dan
atau terjadi perubahan/penurunan mutu
melakukan pengawasan terhadap titik
selama produk berada di TPI. Pada
kritis.
pendaratan tongkol segar perubahan
pengawas
mutu
yang
babaya,
hanya
tersebut disebabkan oleh; kontaminasi
sebagai penyedia fasilitas dan juga
mikroba dari air cucian, lantai gedung
bertanggung jawab dalam pemeliharaan
pelelangan,
dan
produk yang sudah rusak dan faktor
3. Peranan
pihak
PPS
Cilacap
perawatannya.
Sedangkan
tanggung jawab yang berkaitan dengan
alamiah
mutu
penurunan
produk
hanya
melaksanakan
kontaminasi
(temperatur mutu
silang
dari
pusat).
Untuk
udang
segar
kegiatan sanitasi. Selanjutnya LPPMHP
disebabkan oleh; kontaminasi mikroba
secara teknis tidak dapat melakukan
dari lantai, perlakuan kasar setelah
tugas pengawasan. Pengawasan hanya
peragaan, faktor alamiah (temperatur
dilakukan kepada industri-industri besar
pusat
berkaitan
dengan
Selanjutnya
Lembaga
lain
sertifikat
mutu.
dan
perbedaan hasil
korelasi
species). pearson
tidak
menunjukan tingkat hubungan yang
Sistem
lemah positif sampai kuat positif untuk
industri-
hubungan antara Kelayakan Dasar TPI
telah
Barat/Kaliyasa dan mutu organoleptik
melakukan pengujian dan pengawasan
tongkol segar. Artinya pengaruh antara
secara mandiri. Hasil pengujian dari
ke dua variabel umumnya relatif sangat
industri dapat dijadikan acuan oleh
sensitif. Sebaliknya untuk Kelayakan
instansi
melakukan
Dasar TPI bagian Timur dengan mutu
es sangat
organoleptik udang segar
langsung
secara
sangat menunjang
Pengendalian industri
yang Mutu
adalah
pengolahan
terkait
pembinaan.
yang
untuk
Pabrik-pabrik
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
tingkat
hubungannya adalah lemah negatif.
dukugannya. Khususnya bagi Ir. Asriyanto,
Artinya
DFG.,MS. dan Ir. Ratna Ibrahim, MPhill.
hubungan
antara
ke
dua
variabel tidak terlalu sensitif..
selaku tim perevisi, Kepala PPS Cilacap dan
5. Mutu organoleptik dari produk yang didaratkan
berada
pada
kisaran
:
tongkol segar 5-6, Cakalang segar 6-7 dan udang segar umumya 7. Faktorfaktor
daerah
produksi
yang
berpengaruh terhadap mutu produk yang
didaratkan
penangkapan,
adalah
alat
daerah
tangkap,
cara
penangkapan, penanganan di kapal, proses pendinginan di kapal dan sosial ekonomi nelayan. Kesimpulan
umumnya
bahwa
sistem pengendalan mutu pada TPI PPS Cilacap
belum
Sistem
tersebut
memenuhi
persyaratan.
dibangun
berdasarkan
pemenuhan persyaratan Kelayakan Dasar < 50%,
penerapan
Sistem
Pengawasan
dengan tingkat penyimpangan ≥ 10% dan kurangnya koordinasi lembaga terkait. Dan mutu
dari
produk
yang
didaratkan
dipengaruhi oleh faktor-faktor pada daerah produksi atau daerah penangkapan. Ucapan Terima Kasih Melalui proses yang panjang dari awal proposal, studi pendahuluan, pelaksanaan penelitian artikel
sampai
ini,
kepada
penulis
penyusunan
banyak
mendapat
bantuan dan dukungan moral maupun materi dari keluarga, teman-teman, Penulis mengucapkan sedalamnya
terima atas
segala
kasih bantuan
yang dan
Staff, Kepala LPPMHP Cilacap dan Staff, terima
kasih
atas
dukungan
dan
kerjasamanya. Tuhan memberkati. Daftar Pustaka Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. 1995. Petunjuk Teknis: Penggunaan Air Laut untuk Kegiatan Sanitasi di Kapal dan TPI. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta. Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. 1997. Monitoring Salmonella pada lkan-ikan Budidaya. Direktorat Jendera1 Perikanan. Jakarta. Darmanto, Y.S. 2001. Penerapan ISO 9000 Produk Perikanan. Pelatihan Pengetahuan Manajernen Mutu dan Teknis Penagnanan Hasil Perikanan. Makalah. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNDIP. Sernarang. Djazuli, N dan Budiyanto. 2002. Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu (PMMT) diTPI/PPI. Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Jakarta. ______1993. Petunjuk Sistem Pembinaan dan Pengawasan Mutu Terpadu di Indonesia. Direktorat Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil. Dirjen Perikanan. Jakarta. ______1994. Petunjuk Teknis Pengelolaan Pelabuhan Perikanan. Dirjen Perikanan. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan dan Japan International Cooperation Agency (JICA). 1999. Petunjuk Teknis. Perencanaan Perbaikan Sanitasi
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Pelabuhan Perikanan. Kerjasama Dirjen Perikanan dengan JICA. Jakarta.
______01-2729-1992. Persyaratan Mutu Ikan Segar. Badan Standarisasi Nasional-BSN. Jakarta.
Hadiwiyoto, S. J993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
______01-4852-1998. Sistem Analilisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Pointl-HACCP) serta Pedoman Penerapannya. Badan Standarisasi Nasional-BSN. Jakarta.
Hanafian, A.M dan A.M. Saefuddin. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Ilyas, S. 1993. Teknik Pembekuan Ikan. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan. Jilid II. Paripurna. Jakarta. Junianto, 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penerbit Swadaya. Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 01-2728-1992. Persyaratan Mutu Udang Segar. Badan Standarisasi Nasional-BSN. Jakarta.
Wiryanti, J., G.F.Glynn and L.G.Limpus. 1997. lmproved Quality Control The Handling and Processing of Fresh and Frozen Tuna at Sea and on Shore. Asean-Canada Fisheries Post-Harvest. Technology ProjectPhase II. Singapore. Zahiruddin, W, 2000. Sanitasi dan Kehersihan di Pelahuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan. Materi Pelatihan Manajemen Pengelolaan dan Operasional Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan. PKSPL-IPB. Bogor.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com