CPI Food Processing Plant—Cikande
Qualitas
Media Komunikasi dan Informasi TQM
Volume #2
Dari Redaksi ...
Januari 2008 Daftar Isi • Dari Redaksi
1
• Management Corner
1
• Kata Pakar
2
• Insight
3
• Profil QIT
4
• Bahas TQM
5
• Sisi Ruang & Tips
6
• Whatzup!!
7
• TTS Berhadiah
8
Pelindung/ Penasehat: ♦ Rusmin Ryadi, Sudirto Lim; Herman Pattioso; Hartono Wijaya; Syafri Afriansyah; Binarti D. Astuti Redaktur Pelaksana: ♦ Yustina Kurnia; Nadya Tatiana; Teguh Yoga; Naomi Lumbanbatu Distribusi/ Sirkulasi: ♦ Abdul Ajid; Damiati
E-mail:
[email protected]
QIT (Quality Improvement Team) Cikande, yang masih baru memulai kiprahnya, tentulah membutuhkan bimbingan dan pengarahan agar dapat berkembang sehat sesuai dengan harapan.
Duh… iklan banget ya ? Memang tema Qualitas edisi kali ini diambil dari tag line iklan. Tapi bukan sembarang iklan, lho. Ada filosofi di balik tag line iklan yang ditulis di sini.
Selain itu, mereka juga memerlukan dorongan berbagai t d o i t dari pihak agar mereka tidak takut dan ragu-ragu dalam menjalankan misi mereka untuk melakukan perbaikan dan menyelesaikan berbagai permasalahan kualitas di CPI Cikande yang kita cintai. Menemani perjalanan edisi ini, pemikiran Armand V.
TQM
Seperti kita ketahui, TQM (Total Quality Management) di CPI Cikande, bagaikan ju new baby bourne (tema Qualitas vol #1 lalu). Setelah melalui masa persalinan (baca: launching) November 2007 lalu, sang bayi sedang memulai langkah pertamanya. Selayaknya bayi, peranan orang tua dan keluarga menjadi hal yang penting.
ALAMAT REDAKSI
Join our mailing list:
[email protected]
s
Management Corner Pembaca yang budiman,
beberapa waktu lalu Qualitas mewawancarai Pimpinan Chicken Processing Plant Cikande, Bapak Hartono Wijaya, berkenaan dengan implementasi TQM. Berikut petikan wawancaranya: Qualitas (Q): Apa harapan Bapak terhadap implementasi TQM di Cikande? Hartono Wijaya (HAW): Pertama, saya berharap para Departement Head dan Supervisor, dan pada gilirannya nanti seluruh karyawan CPI Cikande memiliki perspektif baru mengenai pentingnya kualitas dalam meningkatkan daya saing perusahaan.
Kedua, TQM diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas karyawan, khususnya dalam proses produksi dan pemecahan masalah secara sistematis dan efektif. Terakhir, khususnya kepada para operator agar dapat berperan terhadap 3 hal sekaligus (3 in 1), yakni: sebagai operator mesin, selaku QC, dan juga sebagai maintenance untuk mesinmesin yang dijalankan. Ke depan, TQM tidak saja diimplementasikan di Cikande, tetapi juga di berbagai plant lain di lingkungan Food Division atau CPI Group secara keseluruhan.
Feigenbaum sebagai Guru Kualitas akan mengisi kolom ”Kata Pakar”. Ada pula artikel yang mengupas tentang Learning Organization. Beberapa cuplikan berita yang aktual, tajam, dan terpercaya dari CPI Cikande maupun Primafood International disajikan dalam ’whatzup’ agar pembaca tidak ketinggalan berita. Artikel Bahas TQM akan memperkaya kita dengan pendalaman mengenai PDCA. Tak lupa, redaksi kali ini juga menampilkan 2 profil QIT, yaitu Tim Cermate dan Tim Dinamis. Ayo semuanya, jangan raguragu untuk melanjutkan perjalananmu.
Rasakan Enaknya Setiap Hari …! Q: Harapan Bapak untuk para anggota QIT (Quality Improvement Team) apa? HAW: QIT merupakan cikal bakal bertumbuhnya QIT-QIT berikutnya. Oleh karena itu, saya berharap agar anggota QIT dapat senantiasa bersemangat dalam melakukan berbagai upaya perbaikan yang berkelanjutan, meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi di setiap unit plant masing-masing. (bersambung ke halaman 5)
Maspion Plaza lt. 10 | Jl. Gunung Sahari Kav. 18 | Jakarta 14420 | (021) 6470 1272
Halaman 2
Kata Pakar
Armand V. Feigenbaum
Melalui bukunya “Total Quality Control” (terbit 1951), Armand V. Feigenbaum berhasil membuktikan dirinya sebagai Guru Kualitas. Kontribusinya mengenai perbaikan kualitas dalam konteks organisasi telah mengubah cara pandang banyak perusahaan dan sekaligus menjadikannya sosok penting dalam “revolusi kualitas” yang membanjiri beberapa perusahaan Barat pada tahun 1980-an. Beberapa waktu lalu McKinsey (konsultan manajemen) mewawancarai Feigenbaum, Presiden/ CEO General Systems Company, bagaimana perubahan dalam kancah persaingan menantang perusahaan untuk kembali pada prinsip-prinsip utama manajemen kualitas.
Ideas for Life
Prinsip Dasar Perbaikan Kualitas McKinsey (McK): Dapatkah Anda menjelaskan bagaimana pendekatan Anda terhadap implementasi manajemen kualitas? Feigenbaum (AVF): Quality Assurance adalah tanggung jawab setiap orang. Perbaikan kualitas diawali terlebih dahulu dengan perbaikan organisasi secara keseluruhan. Kualitas harus dipahami sebagai suatu management style dan harus tersedia infrastrukur yang mendukung kualitas kerja, baik kualitas kerja individu, maupun tim antar departemen. Namun
kenyataannya pada saat ini kondisi tersebut tidak tercapai karena seringkali terlalu banyak inisiatif kualitas yang dijalankan lebih bersifat eksklusif dan terbatas pada departemen tertentu saja. McK: Menurut Anda, mengapa hal demikian dapat terjadi? AVF: Pelaku bisnis sering terjebak pada pemikiran bahwa perbaikan kualitas hanya merupakan upaya mengurangi defects semata, khususnya yang banyak terjadi di lini produksi. Kecilnya defects memang prasyarat
untuk unggul dalam persaingan, namun bila dilihat dari kacamata pelanggan, hal ini tidaklah cukup. Pelanggan akan selalu mencari produk yang sempurna. Pandangan mengenai kualitas mencakup keseluruhan nilai (entire value) yang ditawarkan. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa saat statistik menunjukkan peningkatan kualitas produk (penurunan defects) , data penjualan justru mengalami penurunan seiring dengan rendahnya kepuasan pelanggan.
Kuncinya ada pada pelanggan “Perusahaan juga harus melakukan analisis proses bisnis dari sudut pandang pelanggan dalam menentukan biaya perusahaannya ...”
McK: Mengapa gejala ini kurang bisa ditangkap perusahaan? AVF: Kondisi pasar sangat dinamis membutuhkan perubahan manajemen dalam arti luas. Kalau biasanya dengan sedikit investasi bidang R&D kita sudah mampu menjadi market leader dan dapat bertahan selama satu tahun, kini sudah tidak mungkin selama itu lagi. Product launching akan menjadi semakin singkat dan tergantung dari kemampuan perusahaan membangun sistem kualitas, proses produksi, dan teknologi yang mampu mempersingkat waktu pengembangan, produksi, dan penjualannya. Perusahaan harus cepat menangkap keinginan pelanggan, menerjemahkannya ke dalam pengembangan produk baru dan meluncurkan ke pasar dengan dukungan pelayanan yang optimal. McK: Apa yang harus dilakukan perusahaan? AVF: Sebenarnya tidak sulit: bertanyalah kepada pelanggan
Anda. Jangan berasumsi Anda mengetahui keinginan mereka. Bicaralah dengan mereka secara pribadi. Berapa banyak CEO yang masih bertemu dengan pelanggan mereka secara langsung? Sudahkan pimpinan melakukan kunjungan pelanggan dalam 3 bulan terakhir ini? Perusahaan juga harus melakukan analisis proses bisnis dari sudut pandang pelanggan dalam menentukan biaya perusahaannya. Orang sudah paham tentang biaya dari proses pembelian (purchasing) dan penjualan (sales). Namun, tidak banyak yang mengerti biaya dari kualitas, misalnya menurunnya jumlah pelanggan akibat rendahnya kualitas produk kita. Biasanya biaya ini dapat mencapai 20% dari revenue. Perusahaan yang sudah mapan saja biaya kualitasnya dapat mencapai 5%-10%. Maka sesungguhnya banyak sekali keunggulan kompetitif yang didapat dari perbaikan kualitas. Ketika dilaksanakan
dengan baik, keuntungankeuntungan tersebut benarbenar dapat berlangsung secara berkelanjutan. McK: Bukankan tugas-tugas yang Anda jabarkan itu akan menjadi jauh lebih sulit, terutama bagi perusahaanperusahaan yang tengah berkembang? AVF: Ukuran perusahaan dan kecepatan berkembang, biasanya bukanlah suatu hambatan. Sejauh struktur dan proses bisnis sudah berada pada jalurnya, tentunya tidaklah menjadi masalah. Di General Electric, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mereka secara berkelanjutan melakukan pengembangan proses bisnis, mengawasi alur konsumsi dan supply, dan mengidentifikasi keinginan pelanggan akibat ekspansi pasar. Prinsip dasar ini menurut saya tidak pernah berubah, walaupun kita harus menyesuaikan metodenya sesuai budaya perusahaan. (YK)
halaman 3
INSIGHT
Menuju terciptanya Learning Organization
Perubahan merupakan suatu keniscayaan – yang akan senantiasa terjadi dalam setiap aspek kehidupan. Pante Rei, seorang filsuf Yunani, menyatakan bahwa segalanya bergerak, segalanya mengalir, dan segalanya berubah karena perubahan merupakan tanda kehidupan. LEARNING ORGANIZATION “...suatu tempat di mana individu secara berkelanjutan memperluas kapasitasnya untuk menciptakan apa yang benar-benar diinginkan; memelihara pola berpikir yang baru dan luas; terdapat ruang aspirasi kolektif secara bebas, dan belajar bagaimana belajar secara bersama”. Lalu, apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi perubahan tersebut? Haruskah kita berdiam
BIKIN HIDUP LEBIH HIDUP
mentalitasnya telah mengalami 4L – Lesu, Lelah, Letih, dan Lemah, atau bahkan telah mati – RIP, Rest In Peace. Hal semacam ini tentu tidak kita kehendaki. Dalam tatanan organisasi/ lingkungan kerja, setiap proses perubahan harus senantiasa dihadapi melalui proses pembelajaran. Individu yang berada di dalamnya mengemban misi sebagai agen perubahan – agent of change. Para agen perubahan ini secara bersamasama membentuk suatu masyarakat pembelajar, dan menjadikan lingkungan di mana mereka beraktivitas sebagai lingkungan pembelajar. Pada gilirannya, masyarakat pembelajar akan mungkin terwujud dengan terbentuknya suatu organisasi pembelajar (Learning organization).
Mengembangkan suatu Learning Organization (LO) Proses belajar dalam suatu LO adalah faktor penentu majumundurnya suatu organisasi/ perusahaan. Karyawan dalam LO berkesempatan mengembangkan diri dan memperkaya kapasitas dirinya, sehingga secara sistematis terlatih dalam setiap proses pembelajaran learning how: to do, to learn, dan to work together. Dinamika pembelajaran selanjutnya berkembang tidak hanya pada tataran individu, namun juga mengarah kepada kelompok, dan bahkan sudah menjadi budaya organisasi. Bagaimana konsep ini
Create Flow (Act)
Evaluate Result (Check)
diri, menunggu, dan akhirnya dilibas oleh perubahan global tersebut? Atau sebaliknya, kita secara sporadis beraksi dan menantang perubahan tersebut? Keduanya bukanlah hal yang ingin kita lakukan, karena proses perubahan memang harus dihadapi dan diantisipasi dengan seksama. Salah satu upaya untuk menghadapi perubahan adalah dengan belajar …!!. Ya…, karena hakekat belajar adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Manusia yang tidak mau belajar pada dasarnya tidak mau berubah, dan tidak ada perubahan juga berarti status quo – merasa nyaman di posisi saat ini, berpuas diri (complacent), dan berada dalam suatu comfort zone. Namun, sayangnya individu semacam ini boleh dikatakan
Eliminate Waste
CounterMeasures (Do)
Surface Problems (Plan)
berkembang dalam perikehidupan kita sehari-hari? Dalam proses implementasi dan eksekusi kegiatan/ proyek/ atau program kerja, tolok ukur keberhasilan tidak semata ditujukan pada pencapaian hasil dan target kinerja saja, akan tetapi tidak kalah penting adalah bagaimana kita mengembangkan diri dari setiap proses implementasi program tersebut dan mendapatkan hikmah pembelajaran darinya. Dalam suatu LO, aspek birokratis hubungan atasan bawahan menjadi hal yang kurang penting. Yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana proses pembelajaran, komunikasi, dan transfer of knowledge antar komponen organisasi dapat terjalin secara optimal dan efektif. Knowledge management, sebagai wahana sirkulasi intellectual capital dalam perusahaan, dapat berkembang secara baik.
Bila dikelola dengan baik, kapabilitas LO dalam suatu perusahaan merupakan keunggulan komparatif yang menjadi katup pengaman dalam setiap kancah persaingan yang selalu penuh dengan berbagai dinamika perubahan. Beberapa perusahaan multinasional sebagai contoh dari keberhasilan implementasi LO, antara lain adalah Toyota Motor Corp (TMC). Bagaimana dengan kita? Sudah tentu kita belum sekaliber TMC. Namun, inisiatif TQM yang saat ini kita lakukan merupakan embrio dari terbentuknya suatu LO yang lebih terstruktur dan sistematis. Kerangka PDCA yang sedang kita bangun, serta berbagai pertemuan QIT yang kita laksanakan adalah awal dari perjalanan menuju proses pembelajaran untuk menggapai masa depan kita bersama yang lebih baik. Semoga ... (MSA/NLB/MH).
bersambung di edisi berikutnya ...
halaman 4
A NY YIK RAME S A E— M RA
•
Dwike M. Danastuti* Ayat Hidayat*
•
•
Suhadril
Tipan Situmorang
•
•
Halimi
Suhariyah
• •
Pramono
Tiada Tanding; Tiada Banding!
Profil
Quality Improvement Team
Cermate : Cerdas, Hemat & Efektif Cermate yang beranggotakan karyawan dari QC, Engineering, Logistic & Warehouse ini sepakat mengambil tema: Menurunkan return produk karena kesorean menjadi 5%. Menurut mereka, yang dimaksud ’kesorean’ di sini sifatnya memang relatif, namun yang pasti artinya terlambat datang ke customer. Ngomong-ngomong, kenapa ya mereka mengambil tema ini? Menurut mereka, selain bisa terukur nilai nominalnya, permasalahan ini juga memang seringkali terjadi di pabrik dan bahkan turut melibatkan banyak bagian/departemen dalam alur proses produksi. Wah, ternyata tim ini benarbenar cermat dalam mengamati permasalahan.
Walaupun salah satu anggotanya berbeda shift, namun bukan merupakan masalah bagi tim untuk berkumpul. Mereka sadar, betapa pentingnya penyelesaian masalah ini, serta bagaimana manfaatnya nanti dalam membantu meringankan beban pekerjaan mereka. Wow, lalu bagaimana menjaga keharmonisan tim? Perbedaan pendapat memang tidak dapat dihindarkan.
Namun karena semuanya mempunyai visi yang sama, karakter anggota tim yang berbeda-beda tersebut justru malah saling melengkapi & menyeimbangkan. Dengan menjadi anggota QIT, banyak manfaat yang dirasakan. Mereka dapat mempelajari hal-hal baru dari departemen lain. Mereka juga belajar menyelesaikan masalah berdasarkan data, sehingga lebih objektif dan bisa dipertanggungjawabkan. Di samping itu, mereka juga belajar mengatur waktu dengan bertambahnya aktivitas dan lebih peduli terhadap permasalah di lingkungan kerja masing-masing, serta muncul inisiatif untuk memperbaikinya. Ok deh, untuk Tim Cermate, selamat berkarya & semoga sukses yaaa.....!!! (NT-YK)
So far, tim ini selalu kompak.
Dinamis : Dinamika & Harmonis
Timbul Priyadi*
•
Dindin Umarudin*
•
•
•
Matyanti Sari
•
Yuyun Gunawan
•
Desi Harisandhi
Maman Suparman • •
Asep Entang
Sentosa Hutapea •
Iwan A. Sofyan
* Fasilitator
Dari namanya kita sudah tahu apa ciri khas dari tim ini. Ya, tim yang difasilitasi Pak Timbul dan Dindin ini berharap senantiasa aktif dan dinamis— menuju ke arah yang lebih baik, sejalan dengan tema prinsip dasar TQM, yaitu on going improvement. Apa benar begitu? Janganjangan nama tim-nya diambil dari singkatan Dindin yang Manis?...Hehehe... bisa aja ☺ Seru juga mendengar curhat anggota tim Dinamis mengenai awal mula bergabung dengan tim ini. Ada yang memang sejak mengikuti training TQM sudah tertarik dan berminat untuk bergabung dalam QIT, namun ada pula yang semula tidak tertarik sama sekali (belum mengenal TQM), tapi menjadi bersemangat melibatkan diri setelah mendengarkan paparan & penjelasan lengkap mengenai QIT dan project nya dari fasilitator.
Yang pasti, menurut tim Dinamis, banyak manfaat yang didapat dari keterlibatan dalam QIT. Tim berkesempatan mempelajari proses pemecahan masalah secara sistematis, apalagi masalah tersebut benar-benar dihadapi dalam pekerjaan sehari-hari.
Dengan keanggotaan tim dari berbagai departemen/ bagian, masing-masing individu juga mendapatkan wawasan baru mengenai penanganan suatu masalah dari berbagai kacamata fungsional dan disiplin.
Sama halnya tim lain, kendala yang dihadapi adalah kesulitan waktu berkumpul, karena adanya perbedaan shift dari beberapa anggota. Walaupun demikian, dengan semangat yang maksimal, tim tetap berupaya untuk berkumpul secara full team dan berdiskusi bersama, di sela-sela kesibukan yang ada. Bahkan mereka pun sudah siap dengan tema perbaikan: ”Proses pencapaian PO dan Pengiriman”, dengan verifikator Bpk. Hendri Hendarko (Dept. Head Logistic). Kita tunggu saja aksi mereka dalam setiap Stage Gate dan Final Battle nanti, yuk... Maju terus tim Dinamis!! (YK)
Sepanjang Hari SIAP ACTION!!!
halaman 5
Bahas TQM
Let’s Make Things Better
Plan, Do, Check, Act (Memahami TQM ) Sesuai dengan konsepnya, TQM sendiri merupakan suatu sistem yang teratur yang dibuat sedemikian hingga bisa diduplikasi dan dipelajari. Sistem yang dipakai dalam TQM adalah PDCA yang diluncurkan oleh Deming. PDCA sendiri merupakan suatu lingkaran yang tak putus dan dapat terus menerus dilakukan. P = Plan D = Do C = Check A = Action
Berdasarkan visi dan misi suatu organisasi, golongan, maupun perusahaan, PDCA dapat dilakukan dalam menyelesaikan berbagai masalah yang muncul. Berikut contoh PDCA yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan suatu pertandingan (lihat gambar)
Sambungan dari Vol. 1, Nov. 2007 melakukan (who), kapan dilakukan (when) dan di mana dilakukan (where). Hal ini dilakukan agar proses penyelesaian masalah/perbaikan dapat lebih terstruktur dan mudah dimengerti. (NT)
Setiap langkah PDCA diperlukan penjabaran mengenai beberapa hal : apa yang dilakukan (what), siapa yang
PDCA Management Corner Q: Menurut Bapak, bagaimana TQM bisa menjadi jiwa karyawan pabrik? “ ... pada gilirannya nanti seluruh karyawan CPI Cikande memiliki perspektif baru mengenai pentingnya kualitas dalam meningkatkan daya saing perusahaan”.
HAW: Sebagai langkah awal, telah kita lewati semua, yaitu dengan memberikan training bagi para dept head dan supervisor, langkah berikutnya adalah untuk para foreman/ lady sampai ke level operator, mereka semua perlu mendapatkan training tersebut (sesuai porsi levelnya), sehingga semua orang mulai dari yang paling bawah mengerti, sadar, dan peduli terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Q: Lalu program apa saja yang
bisa membantu TQM berjalan dengan baik? HAW: Pengalaman adalah guru yang paling baik. Dari pengalaman kita melaksanakan TQM, aspek kontiniutas menjadi hal yang paling penting – dan peran ini berada di pundak para anggota QIT. QIT harus selalu proaktif dan menciptakan rasa ingin tahu yang lebih dalam terhadap berbagai permasalahan pabrik. QIT harus senantiasa menjadi inspirasi dan kontributor utama proses perbaikan yang berkelanjutan. Di sisi lain, implementasi TQM juga perlu didukung oleh
(sambungan dari hal 1) program pelatihan yang sesuai untuk meningkatkan kapabilitas pelaksananya, seperti problem solving dan Quality Education System. Rangsangan rewards yang sesuai dengan benefit dari program juga diperlukan untuk mendorong efektivitas program. Untuk optimal meningkatkan awareness di kalangan karyawan, perlu pula didukung dengan pemasangan sign board atau banner tentang kualitas di lingkungan pabrik. Q: Wah menarik. Terima kasih, Pak, atas masukannya. (NLB)
halaman 6
BUKAN BASA BASI
Sisi Ruang Bentukku kotak, badanku putih
berlabelkan ‘TQM’. Aku memakai topi merah bercelah sehingga penampilanku keren. Ayo tebak, siapakah aku? Hehehe... benar sekali. Namaku Kotak TQM. Aku memang diperuntukkan menampung saran seputar pelaksanaan TQM di CPI Cikande, dan sekaligus menampung jawaban quiz/ pooling Bulletin Qualitas. Untuk sementara, aku dibuat secara darurat dari kertas kardus. Aku diletakkan di meja receptionist.
Pada suatu ketika, Redaksi Qualitas berkunjung ke CPI Cikande. Tidak lupa singgah ke receptionist untuk melihat isi tubuhku. ”Halooo..aku di sini!! Halo! Haloo!!” seruku. Aku dapat melihat mereka tertegun di depan meja receptionist. Feelingku mereka pasti mencariku karena meja itu bersih. Mbak Receptionist pun tertegun melihat wajah mereka yang kebingungan. Dengan sigap diambilnya aku dari bawah meja kerjanya. Wah, mereka tambah terbengong-bengong.
TIPS
Hihihii ... aku paham benar kebingungan mereka. Memang semula aku ditempatkan di atas meja receptionist, tapi aku jadi kasihan dengan Si Mbak. Kehadiranku justru menambah beban baginya. Ia harus menjelaskan kegunaanku pada orang-orang yang singgah dan bertanya. Karena belum tahu kegunaanku, Si Mbak pun bingung menjelaskannya. Banyak pengunjung menerkanerka arti dan kepanjangan TQM yang tertera di badanku. Bahkan, seorang bapak baik hati tergugah memberikanku dua lembar uang ribuan. Dikiranya aku ini kotak amal jariyah untuk pembangunan sebuah masjid. Waduhh!! Segera Mbak Receptionist mengembalikan uang si Bapak dan menerangkan bahwa yang pasti aku ini bukan kotak amal. Sejak saat itulah aku dipindahkan ke bawah kursi si Mbak, hehehe.... Mendengar cerita Mbak Receptionist, Redaksi Qualitas memberikan briefing singkat siapa aku dan kegunaannya, serta sekilas inisiatif TQM.
Oooo.... Si Mbak pun mengerti. Dan aku kembali duduk manis di atas mejanya. Sejak awal meja receptionist memang dipilih sebagai tempat keberadaanku karena letaknya yang strategis, sehingga memudahkan siapapun yang ingin memasukkan jawaban quiz bulletin Qualitas, maupun saran bagi implementasi TQM. Namun suatu ketika ada tangan jahil yang diam-diam mengambil semua kertas jawaban yang telah kusimpan. Hikss, sedih juga atas keisengan ini. Redaksi pun bingung, tubuhku kosong sama sekali. Penentuan pemenang Bulletin Qualitas edisi perdana pun terpaksa diundur. Hal ini cukup menggemparkan, terutama bagi rekan-rekan yang sudah memasukkan jawaban melalui aku. Syukurlah Ibu Damiati segera memdandaniku kembali dengan kardus baru. Tak kusangka di jaman seperti ini masih ada sabotase, dan ternyata aku pula yang menjadi korbannya.... Semoga hal ini tidak terjadi lagi, Amin!
Quality of Leadership: The Welch-Way
Dalam sejarah perusahaan se-
“Yang kita cari … adalah pada pemimpin di semua lini yang dapat memompa semangat, membangkitkan gairah, dan memberikan inspirasi , bukan yang membuat lesu, menimbulkan rasa tertekan, dan menebar control.” - Jack Welch-
Kisah Sebuah Kotak
besar GE (General Electric), Jack Welch adalah CEO kedelapan dan termuda. Sejak awal kepemimpinannya Welch memiliki visi untuk menjadikan GE sebagai perusahaan yang paling kompetitif. Welch sadar untuk mengubah mimpi itu menjadi kenyataan diperlukan sebuah “revolusi“. Berikut ini adalah 5 tips dari 24 tips Mr. Welch dalam memimpin organisasinya : Memimpin • Ungkapkan suatu visi dan sulut orang untuk melaksanakannya. • Jangan menangani semua urusan serinci–rincinya.
• Libatkan semua orang dan
sambut gagasan hebat dari mana saja. Kurangi Formalitas • Adakan sesi sumbang saran dengan rekan kerja dan bos. • Adakan lebih banyak rapat informal. • Pertimbangkan acara kumpul –kumpul informal. Hancurkan Birokrasi • Singkirkan pekerjaan yang tidak diperlukan. • Bekerjsamalah dengan rekan kerja untuk merampingkan pengambilan keputusan. • Buat tempat kerja Anda lebih informal. Hadapi Realitas • Lihatlah situasi dengan mata
segar.
• Jangan jatuh ke dalam
jebakan ”skenario palsu”.
• Berikan pilihan kepada diri
Anda. Sederhanakan Keadaan • Sederhanakan tempat kerja. • Buat rapat lebih sederhana. • Hilangkan memo dan surat rumit. Dari ke-5 tips ini semoga dapat diterapkan di tempat kerja kita yang tentunya disesuaikan dengan nilai–nilai yang dimiliki perusahaan. (TY)
OTHERS CAN ONLY FOLLOW
halaman 7
whatZUP!! Salesmanship Training PFI Actual, Tajam, Terpercaya
Pada November 2007 lalu, Primafood International melaksanakan Salesmanship Training, Batch #1 di Taman Piknik, Ciloto, Puncak. Sebanyak 23 peserta yang terdiri dari Salesman dan Sales Supervisor dari Medan, Palembang, Bandung, dan Jabotabek mengikuti kegiatan ini. Dimulai dengan sesi plant visit di Cikande, peserta mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai product knowledge—dari berbagai produk yang selama ini mereka jual. Bagi yang berada di luar Jabodetabek, kunjungan ini merupakan kesempatan yang
sangat berharga. Di samping mengetahui proses pembuatan produk secara umum, peserta juga semakin memahami betapa ketatnya proses kontrol terhadap kualitas produk. Di akhir kunjungan, peserta berkesempatan berdiskusi dengan management Cikande, sehingga terjalin komunikasi antara penjual dan pembuat produk. Alhasil, pengalaman ini diharapkan menjadi penggerak semangat dalam proses penjualan produk-produk kita. Sesi di Puncak diawali dengan
assessment profil individu menggunakan metode MBTI. Pada hari kedua, peserta mendapatkan pembekalan mengenai proses komunikasi dan conceptual selling dari external vendor. Hari terakhir diisi dengan aktivitas team building yang berupa fun games. Acara yang difasilitasi BUHC Food ini diikuti peserta dengan antusias (NLB)
Training ISO 9001 versi 2000 Bulan Januari lalu, CPI Cikande melaksanakan Training ISO 9001 versi 2000, diikuti oleh seluruh departemen, khususnya karyawan baru. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari bertempat di CPI Cikande dan di CPI Balaraja. Training diikuti oleh 30 peserta, terdiri dari 2 orang dari CPI Rungkut, 2 orang dari PFI Salatiga, dan selebihnya 26 orang dari CPI Cikande. Dari pandangan beberapa peserta, pada umumnya mereka merasakan manfaat dari program pelatihan ini. Karyawan baru dapat seca-
ra langsung mengetahui proses audit secara lebih sistematis berdasarkan standardisasi ISO. Training yang diberikan oleh BV Indonesia, selaku badan sertifikasi ISO, bertujuan untuk me-
Audit Halal LP POM dan MUI Banten Kehalalan produk merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam setiap proses produksi di CPI Cikande—khususnya di Departemen Slaughter House. Berkenaan dengan hal di atas, maka secara berkala, CPI senantiasa melakukan audit kehalalan produk yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang. Untuk senantiasa menjamin kehalalan pada 15 Januari lalu, di CPI Cikande dilakukan audit oleh auditor dari LP POM
dan MUI Banten. Dari proses audit tersebut, dikeluarkanlah sertifikasi kehalalan (dinyatakan lulus) untuk produk-produk keluaran CPI Cikande. Selamat kepada Tim Audit Halal Cikande !!! (NT)
HALAL EUY !!
ningkatkan kompetensi karyawan dalam hal audit ISO, agar sertifikasi yang sudah dipegang selama ini dapat dipertahankan.
Stage Gate #1
Get Ready TQMers …!!
12 Februari 2008
halaman 8
TTS Berhadiah
Mau? Jawaban dimasukan ke dalam kotak TQM atau dikirim ke redaksi sebelum 10 Maret 2008. Jawaban yang benar akan diundi dan disediakan 3 hadiah menarik bagi 3 orang pemenang. ————————————————————
1
Penyerahan Hadiah dari Management
2 3 4 5
Jawaban TTS vol #1, November 2007 : 1. Kepemimpinan; 2. Customer; 3. Act; 4. Slaughter; 5. Feigenbaum; 6. MBTI; 7. Fasilitator; 8. First.
6 7
———————————————————— Pemenang TTS vol #1, November 2007 : 1. Dwike M Danastuti (PDQC – Cikande) ; 2. Nur Prabandari (PGA — PFI); 3. Dian Mardiansyah (PDQC).
8 9 10 11
Jawab Pertanyaan Berikut:
1. _______ halal, dilakukan oleh LP POM MUI - Banten di Cikande baru-baru ini. 2. Pencetus Konsep PDCA 3. Departemen yang merencanakan produksi dan mengontrol inventori 4. Cheesy Chicken with ____ produk barunya FIESTA 5. Salah satu aspek dalam penentuan PDCA (Inggris) 6. ____ Result: Tahap siklus PDCA di Toyota Production
Selamat kepada para pemenang!! System (TPS) 7. Cerdas, Hemat, Efektif— nama salah satu QIT 8. Konsultan Manajemen yang mewawancarai V. Feigenbaum 9. Nama belakang perusahaan tempat Jack Welch bekerja 10. Difasilitatori oleh Pak Timbul Priyadi dan Pak Dindin Umarudin 11. Quality Improvement Team
Jawaban dimasukkan ke dalam kotak TQM
Kotak TQM