EK06 Penggunaan Data Lapangan Untuk Identifikasi Pada Lasianthus Jack: Studi Kasus Di Jawa Barat R.S. Purwantoro l dan A. Satyanti I I
Pusat Konservasi Tumbuhan - Kebun Raya Bogor, LIPI, Indonesia
[email protected] [email protected]
Abstrak Pemanfaatan material segar untuk identifikasi jenis tumbuhan telah dilakukan pada jenis-jenis Lasianthus Jack (Rubiaceae) di 3 lokasi: Hutan sekitar Kebun Raya Cibodas Cianjur, Taman Nasional G. Ceremai Kuningan, Cagar Alam G. Papandayan Garut. Seluruh karakter morfologi penting setiap spesimen yang ditemukan terdiri atas karakter vegetatif dan karakter generatif dicatat dan diambil gambarnya dengan menggunakan kamera digital. Hasil analisis data dengan menggunakan program NTSYS menunjukkan bahwa penggunaan data lapangan dapat dipergunakan secara efektif untuk identifikasi Lasianthus. Keuntungan penggunaan material segar ini dapat diterapkan secara praktis untuk identifikasi lapangan pada pengambilan sampel untuk uji kandungan fitokimia pada penelitian tumbuhan obat, pangan atau penelitian pada bidang-bidang di~iplin lainnya yang terkait.
Kata kunci: material segar, karakter morfologi, Lasianthus, identifikasi lapangan. (Tuliskan kala kunci anda dis in i)
PENDAHULUAN Menurut Robbrecht (1988) dalam Zhu Hua (1998) Lasianthus Jack Inerupakan salah satu marga dari suku Rubiaceae yang terdiri atas 140 jenis di dunia. Jumlah jenis terse but direvisi oleh Mabberly (1997) menjadi 170 jenis dengan persebarannya meliputi Australia 1 jenis, Afrika tropik 15 jenis, Semenanjung Malaysia 54 jenis, Amerika tropik 2 jenis dan 120 di antaranya terdapat di hutan Asia tropik. Sementara itu di Kepulauan Filipina terdapat 12 jenis (Jonathan dan Alejandro 2006), sedangkan di Ghina mencapai 40 jenis (Ng Sai-chit, Zhang Rong-jing, Zing Fu-wu 2007). Asia sebagai pusat keanekaragaman Lasianthus dengan habitat utama di hutan primer. Habitus jenis-jenis anggota marga ini selalu berupa perdu di hutan hujan tropika Asia. Selanjutnya dikatakan bahwa di Asia Tenggara Lasianthus merupakan marga yang menarik untuk penelitian di wilayah tropik dan subtropik, tidak hanya karen a nilai fitososiologi yang relatif tinggi di bawah kanopi yang menaungi jenis-jenis tertia yang tumbuh di hutan, tetapi juga disebabkan oleh beberapa jenis dari marga terse but memiliki identitas sebagai ciri khas jenis pada suatu tipe hutan. Di Jawa terdapat 27 jenis Lasianthus ditemukan di hutan primer dan sekunder pada ketinggian 90-1.250 m dpl. (Backer and Bakhuizen van den Brink Jr. 1965). Jenis-jenis anggota suku Rubiaceae di wilayah tropik m~r:npunyai nilai ekonomi tinggi a.I. anggota marga Coffea sebagai bah an minuman yang telah dikenal diseluruh dunia, Cinchona sebagai produk penting di Indonesia berkhasiat anti malaria yang telah sejak Junguhn memindahkan dari Tjibodas Cianjur dan kemudian dikembangkan di Malabar dan sekitar kota Bandung, Gardenia dikenal sebagai tanaman hias. 8eberapa jenis Lasianthus telah diketahui manfaatnya untuk obat tradisional. Masyarakat Cibodas telah memanfaatkan L. laevigatus untuk obat masuk angin, sementara itu Eisai (1995) dan Burkill (1966) melaporkan bahwa anggota Lasianthus yang jenisnya berbeda di daerah yang berbeda (di Jambi dan di Kalimantan Barat), akamya dimanfaatkan untuk pengcrbatall afrodisia secara tradisional, selanjutnya dilaporkan bahwa di Malaysia ada 3 jenis yang digunakan untuk obat tradisional bagi perempuan sehabis melahirkan, yaitu: L. constrictus, L. filiformis, dan L. oblongus. Pad a tahun-tahun terakhir penelitian fitokimia pada jenis-jenis Lasianthus telah dilakukan salah satu di antaranya L. acuminatissimus bagian akarnya mengandung lasianthuslakton, kodonolakton, uncargenin A (Li Bin et af.
2006). Zhu Hua (1998) menyatakan bahwa Lasianthus sebagai salah satu marga dari Rubiaceae secara taksonomi tingkat kesulitannya tinggi untuk dapat melakukan pembatasan beberapa jenis berdasarkan karakter morfologi. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Heywood (1993) bahwa klasifikasi dibawah takson suku Rubiaceae masih banyak masalah yang belum terpecahkan akibat dari kompleksitas sifat yang dimilikinya. Pemanfaatan material herbarium untuk penelitian bidang taksonomi hingga sekarang masih menjadi prioritas, meskipun penggunaan spesimen herbarium kadang-kadang masih menemukan beberapa kendala di antaranya disebabkan oleh kurangnya spesimen yang menjadi bahan penelitian yang menimbulkan keragu-raguan sehingga memerlukan catatan khusus untuk dapat dilakukan penelitian lebih lanjut setelah mendapatkan spesimen yang memadai, kadang-kadang harus melakukan peminjaman material herbarium di negara lain, atau juga spesimennya tidak Jengkap/rusak. Idealnya apabila Indonesia merupakan Negara yang keanekaragaman flora tropisnya cukup tinggi tentunya tidak akan kekurangan untuk mendapatkan 1-21 7th BASIC SCIENCE NATIONAL SEMINAR PROCEEDING MALANG 20 FEBRUARI 2010
. :-:: .. ~
spesim n segar dalam mendata karakter-karakter morfologi alami dan ini potensial untuk bisa menjad lebih diprioritaskan sehingga karakter-karakter permanen yang dapat dipelajari dari spesimen herbariuT1 berpotensi sebagai pelengkap saja, atau setidak-tidaknya salingmelengkapi antara karakter yang didap~ dari lapangan dan karakter yang didapatkan dari spesimen herbarium. Dalam melakukan identifikasi tumbuhan bentuk bunga, posisi bagian-bagian bunga mempunyai nil: taksonomis penting. Penggunaan spesimen herbarium untuk mendapatkan karakter-karakter alami seper itu tidak dapat ditemukan pada jenis-jenis tumbuhan yang bagian-bagiannya lunak seperti daun ata bunganya yang tipis, dengan kata lain tampilan spesimen herbarium pada bagian-bagian yang luna tersebut tidak mencerminkan karakater-karakter alami itu. Mengapa hal ini menjadi menarik ? Karen tidak menutup kemungkinan karakter-karakter tersebut dapat menjadi kunci utama dalal pengidentifikasian tumbuhan untuk menentukan suatu takson termasuk taksonjenis/di bawahjenis. Masi banyak karakter-karakter alami lainnya yang dapat dipergunakan dalam identifikasi tumbuhan a.I. SUdl petiollinfloresensia terhadap cabang/dahan/ranting/batang, sudut tulang sekunder (tulang latera terhadap ibu tulang daun sebagai sumbu utama, posisi daun muda yang dapat menjuntai/lurus ata posisinya sarna seperti daun-daun yang sudah lebih tua, daun cembung/cekung, warna buah, warna bunge dan lainnya masih banyak lagi. Penelitian yang hanya fokus pada jenis-jenis anggota marga Lasianthus di 3 lokasi Provinsi Jaw Barat yaitu Gunung Ceremai (Taman Nasional Gunung Ceremai, Kuningan), G. Gede (Hutan di sekita Kebun Raya Cibodas, LIPI, Cianjur), dan G. Papandayan (Cagar Alam G. Papandayan, Garut) in bertujuan untuk mengidentifikasi tumbuhan yang didapatkan berdasarkan karakter morfologi alami untul dapat menentukan kategori takson tertentu di bawah marga Lasianthus. Pengamatan lapangan, pengambilan gam bar foto dan pengambilan bahan herbarium dilakukan pad: bulan Juni, Agustus, dan Oktober 2009 di G. Gede, G. Ceremai, dan G. Papandayan.
BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 14 spesimen berdasarkan hasil gam bar pemotretan bagian-bagian penting dari setiap spesimen didukung oleh spesirilen herbarium. Dan spesimen yang tersedia dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan kesamaan karakter morfologi yang digunakan kemudian masing-masing kelompok yang berbeda diambil 1 untuk analisis data lebih lanjut. Pengamatan taksonomis dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 1. Melakukan pencatatan secara .lu.u,Ft~'''lF.1 karakter morfologis alami di habitat aslinya. 2. Melakukan pencatatan karakter morfologi beI'da:sarlKanl gambar foto dibantu dengan fasilitas komputer. Dua cara tersebut saling melengkapi satu dengan yan lainnya, di samping itu dalam penelitian taksonomi ini juga masih melakukan pengumpulan sampel bahan pembuatan herbarium berupa spesimen segar diambil dari lapangan kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran bekas ditandai dengan label untuk pencatatan nama jenis, tanggal pengambilan, nama lokasi, dan ketinggian dati permukaan laut, kemudian difiksasi dengan alkohol 70% setelah spesimen dimasukkan ke dalam kantong plastik herbarium, selanjutnya dilakukan pengeringan, pelabelan kembali, dan pengidentifikasian yang dilakukan di Ruang Kerja Taksonomi di Kebun Raya Bogor. Hasil dari identifikasi tersebut kemudian dicocokkan dengan spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense Cibinong, Hebarium di Kebun Raya Cibodas, 4,!n -Herbarium di Kebun Raya Bogor. Dengan menggunakan metode deskriptif (Vogel 1987) pengelompokan data taksonomis dan lapangan dan data yang didapatkan dari pengamatan karakter morfologi melalui gambar foto dilakukan. Gambar dari masing-masing spesimen dipilah-pilah dalam kelompok berdasarkan kesamaan kara~ter morfologi yang ." dimiliki. Selanjutnya dilakukan pembuatan daftar karakter morfologi yang masing-masing karakter tersebut status karaktemya dikategorikan dalam bentuk angka 0-3 seperti yang diuraikan pada Tabel 1. Data yang sudah dalam bentuk angka tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan Program NTSYSpc versi 2.02 (Rohlf 1993). Hasil analisis tersebut dijadikan dasar penentuan batasan takson yang mendukung pembatasan kelompok yang disajikan dalam bentuk kunci identifikasi.
1-22
7th BASIC SCIENCE NATIONAL SEMINAR PROCEEDING MALANG 20 FEBRUARI 2010
J
Tabel I. K lKter morto_lo--,-,-i_a_la_m_i-"-------""'----""-u_n_a_k_an_un_t_u_k_id_e_n_tit_lk_a_s_iL_Q_s_iQ_n_th_u_s _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _- . , No. I 2 3 4 5 6 7 8 9 \0 \I 12 13 14 IS 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Karakter morfolo i
Status karakter
Ibu tangkai bunga-=----------:-B-er-ke-m-b-a-ng-b-a-ik-(-O)--M-er-ed-u-ks-i-(1-)-----T-id-a-k-ad-a-(-2)--------f Gagang bunga : Ada (0) Tidak ada (I) Daun pelindung : Ada (0) Tidak ada (1) Wama kelopak : Hijau (0) Krem (1) Ungu (2) lorong (2) Bentuk cuping kelopak : Segi tiga pendek (0) Segi tiga memanjang (1) lumlah cuping korola : 4 (0) 5 (1) 6 (2) 7 (3) Warna korola : Ungu (0) Putih (1) Krem (2) Permukaan dalam korola : Berbulu tersebar (0) Hanya di tengah (1) Tidak berbulu (2) Permukaan luarkorola : Berbulu (0) Gundul (1) Arah cuping korola : Tergulung (0) Lurus (1) Pangkal korola terhadap dasar bunga : Sarna (0) Lebih kecil (1) Lebih besar (2) Bentuk buah : Bulat (0) Gepeng (1) Warna buah : Kuning (0) Biru (I) Hitam (3) Biru putih (2) Ujung ruas pada pangkal stipula : Tidak menonjol (0) Agak menonjol (I) Sangat menonjol (2) Stipula terhadap petiol : Antar petiol (0) Oi antara petiol (I) Bentuk stipula : Pangkal melebar (0) Segi tiga (I) Ujung batang : Berbulu (0) Tidak berbulu (I) Daun muda : Hijau muda (0) Keputihan (I) Kemerahan (2) Tekstur daun : Mengkilat (0) Tidak mengkilat (I) Bentuk daun : Jorong (0) Lanset (I) Perbandingan panjang dan lebar daun : Lebar (0) Langsing (I) Permukaan bawah daun : Berbulu (0) Gundul (1) Tepi daun : Berombak (0) Tidak berombak (l) Ujung daun : Meruncing (0) Melancip (1) Kaudatus (2) Pangkal daun : Menjantung (0) Meruncing (I) Petiol terhadap sek:.;:,:i~ta:.:_r~u·~un:..:£..:...:...:..:.:-=..:.;,,~S<...--..:...:.:....M:..::.e:..::.m~be:..::.n::.;..:tu::..:..:k:....::.a:.:...:lu.:....r~(0:..L.)__T:..::.i.:....da::..:..:k:....::.a~da:.:_a:.;,;.lu:....::.r~(~1)~_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _- - - l
HASIL DAN PEMBAHASAN Lasianthus yang ditemukan di G. Gede, G. Ceremai, dan G. Papandayan terdiri atas 5 jenis berdasarkan karakter generatif dan karakter vegetatif. Perbedaan jenis Lasianthus dapat dilihat pada kunci identifikasi sebagai berikut: Kunci identifikasi Lasianthus di G. Gede, G. Ceremai, dan G. Papandayan. 1. a. Ibu tangkai bunga berkembang sempuma 2 b. Ibu tangkai bunga tidak adalmereduksi berupa benjolan dipermukaan 3 2. a. Wama bunga putih, cuping korola terlengkung balik, daun melebar .................. . .............................................................................................. L. furcatus (Mq.) Bremek b. Warna bunga krem, cuping korola lurus, daun langsing L. laevigatus Blume 3. a. Warna buah hitam, warna stipula keputihan L. stercorarius Blume b. Wama tidak 4 buah hitam 4. a. Braktea ada, bulu permukaan dalam cuping korola tidak beraturan dan tersebar merata, tidak ada ganti Ian ................................................................ L. rigidus Miq. b. Braktea tidak ada, permukaan dalam cuping korola tidak berbulu, setiap kuntum bunga mempunyai gantilan .......................................................... L. purpureus Blume
Hasil identifikasi yang tertuang dalam kunci identifikasi dan hasil analisis kluster berdasarkan 26 karakter morfologi alami yang ditampilkan dalam bentuk angka pada Tabel 2 tergambar pada kunci identifikasi dan diagram kluster Gambar 1. Pada kunci identifikasi dan diagram kluster tersebut dapat dilihat bahwa dari spesimen yang dianalisis dapat ditemukan 5 kelompok yang menggambarkan jenis yang berbeda, yaitu L. purpureus Blume, L. furcatus (Miq.) Bremek, L. laevigatus Blume, L. stercorarius
label 2. Data matriks karakter morfologi untuk anal isis kluster 7th BASIC SCIENCE NATIONAL SEMINAR PROCEEDING MALANG 20 FEBRUARI 2010 L._ _ _ _ _~_
1-23
Karakter I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
L. purpureus
1 0 1 2 0 0 0 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 I 1 I 1 0 1 1
L. laevigatus 0 1 1 1 2 2 2 0 0 0 2 0 2 0 0 1 1 0 0 1 1 I I 0 0 I
L.furcatus L. stercorarius 2 0 1 1 1 1 1 0 0 0 3 0 I 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 3 0 2 1 0 1 0 0 1 1 2 1 0 1 0 1 0 1 0 I 0 .- . .... 2 1 I 1 I 0 .-:-'
-,
.~
L.
ri~idus
1 1 0 1 0 I 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 I 0 0 1 1 0 0 I
r
L purpureus
I
L....----,L.laelligatus
L...-_ _ _ _ _
IL
'urcatus
~
I
L• rigid us
L...--------------L.StlercorarlUS
0.35
0.38
0.42
0.46
0.50
Koefisien kesamaan
Gambar 1. Diagram kluster berdasarkan nilai kesamaan dari seluruh karakter yang digunakan
Blume, dan L. rigidus Miq. Perbedaan yang sangat nyata ditunjukkan oleh nilai kesamaar (koefisien kesamaan) dari karakter alami yang digunakan.sangat kecil (0,35) antara L. stercorarius dengan ke 4 jenis lainnya (L. furcatus, L. rigidus, L. laevigatus, dan L. purpureus), beberapa karakter pembeda adalah warna stipula, perbandingan korola dengan dasar bunga, warna buah. Pada penelitian ini berdasaI diagram kluster tersebut ditunjukkan oleh nilai kesamaan yang paling besar pada L. furcatus dan L. rigidus yaitu sebesar 0,50 dengan karakter yang mirip a.I. warna buah masak, bunga tidak mempunyai ~i'trllrdi'i , -pc1TI','dK'a'ai'l m-gi'ai', Wd'rdTI'i
'C'uTlITrg 'Ktlitl1l'a tirpetfChil tl'«1rl ua'm-uu'i'U~'waiiYd TRlt:111, 'dan cuping
korola berlekuk balik. Karakter-karakter alami mempunyai ' peranan penting dalam melakukan identifikasi tumbuhan, karakter-karakter tersebut dapat dicatat langsung pada waktu kegiatan penelitian di lapangan, dan didukung oleh pemottretan bagian-bagian tumbuhan yang menjadi kunci dalam melakukan identifikasi. Pengamatan karakter morfologi berdasarkan gambar sangat dibutuhkan perangkat komputer untuk dapat meyakinkan bahwa karkater alami yang diamati menjadi karakter yang penting atau tidak penting. Tentu saja seperti warna bunga, warna buah yang digunakan untuk identifikasi diyakini secara genetik telah bersifat stabil. Pada Lasianthus karakter-karakter alami yang digunakan seperti wama bunga, wama buah tidak akan berubah hal ini disebabkan habitatnya yang selalu ditemukan di hutan primer/paling tidak hutan sekunder. Jika dibandingkan dengan suku lain sefJerti jenis-jenis Sida (Malvaceae) wama bunga sudah bersifat genetik sehingga tidak akan terjadi perubahan wama di habitat aslinya, habitat asli Sida pada umunya di tempat terbuka dengan intensitas cahaya yang maksimal/agak temaungi. Dengan demikian wama bunga pada ke-2 jenis pada suku, marga, dan habitat yang berbeda tersebut dapat seeara 1-24
7th BASIC SCIENCE NATIONAL SEMINAR PROCEEDING MALANG 20 FEBRUARI 2010
pasti m akan karakter yang mantap untuk menjadi untuk identifikasi tumbuhan. Pada Gambar 2, 3, 4, 5, dan 6 di bawah menggambarkan salah satu karakter bunga yang penting dalam penelitian inL
Gambar 5. L.stercorahus, cuping korola
Gambar 6. L.rigidus, cuping korol a
KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan karakter morfologi alami dapat menjadi kunci utama untuk identifikasi tumbuhan untuk penentuan suatu takson, sementara penggunaan spesimen herbarium dapat melengkapi pada karakter-karakter permanen yang tidak berubah/rusak. Nilai koefisien kesamaan yang paling besar adalah 0,50 yang ditemukan pada Lasianthus jurcatus (Miq.) Bremek.dan L. rigidus Miq., sedangkan nilai koefisien kesamaan yang terkecil adalah L. stercorarius Blume, terhadap L. furcatus Blume, L. laevigatus Blume, L. purpureus Blume, L. rigidus Blume.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada Bapak Ir. Mustaid Siregar, M.Si. Kepal~-PKT - Kebun Raya Bogor, LIPI beserta seluruh Struktural yang terkait, yang telah menjadikan lancamya pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUST AKA [1]
[2] [3] [4] [5]
[6]
Burkill, I.H. (1966), A Dictionary of the Economic Product of the Malay Peninsula, Vol.II, The Ministry of Agriculture and Cooporations, Kuala Lumpur. Eisai (1995), Medical Herb Index in Indonesia, PT Eisai Indonesia, Bogor. Heywood, V.H. (ed.) 1993, Flowering plants of the world. Prentice Hall Inc. Engelwood Cliffs, New York. Mabberly, DJ. (1997), The Plant - Book, Cambridge University Press. Purwantoro, R.S., H. Wiriadinata, S. Purbaningsih (2004), Gatra Taksonomi Argostemma Wall. (Rubiaceae-Rubioidae) dari G. Gede-Pangrango, G. Halimun, dan G. Salak berdasarkan karakter morfologi dan anatomi, Program Pascasarjana FMIPA UI, Depok. Rohlf, FJ. (1993), NTSYS-pc numerical version 2.02, Exceter Software, New York. 7th BASIC SCIENCE NATIONAL SEMINAR PROCEEDING MALANG 20 FEBRUARI 2010
1-25
[7]
Vog 1, E.F. de (ed.) (1987), Manual of herbarium taxonomy: Theory and practice. UNESCO, Jakarta [8] Dean, R.G. (1990), Freak waves: A possible explanation, in Water wave kinetics, Editor: Torum, A dan O.T. Gudmestad, Kluwer, Amsterdam, 609 - 612. [9] Jonathan, G., and D. Alejandro (2006), The Current Status of the Philippine Rubiaceae, Phillippine Journal of Systematic Biology., 1(1). [10] Ng Sai-chit, Zhang Rong-jing, Zing Fu-wu (2007), New Record of Plant of Lasianthus Jack (Rubiaceae) from Hainan Province, South China, Journal of Tropical and Subtropical Botany 15(2): 168-170. [11] Li Bin, Zhang Dong-ming, Luo Yong-ming (2006), A New Sescuiterpene Lactone from the Roots of Las ian thus acuminatissimus, Acta Pharmaceutica Sinica 41(5): 426-430. [12] Zhu Hua (1998), Notes on the Genus Lasianthus Jack (Rubiaceae) from Asia. Acta Botanica Yunannica 22(2): 149-159.
1-26
7th BASIC SCIENCE NATIONAL SEMINAR PROCEEDING MALANG 20 FEBRUARI 2010