ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN KE PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR
SKRIPSI
LILLAH WEDELIA H34086050
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN LILLAH WEDELIA. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan HARMINI). Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia dan memiliki peluang yang cukup besar untuk mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sumber dan potensi wisata alam Indonesia. Pertanian sebagai suatu kegiatan yang dekat dengan alam mempunyai potensi daya tarik wisata, dimana rasa nyaman, nilai estetika lingkungan alami, pemandangan alam dan udara segar dapat memberikan nilai kepuasan tertentu bagi konsumen. Salah satu pemanfaatan sektor pertanian di Indonesia adalah kegiatan pariwisata. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi termasuk sektor-sektor lain yang terkait sehingga pendapatan masyarakat, daerah dan devisa negara akan meningkat. Berbagai perkembangan yang terjadi pada industri pariwisata berdampak pada salah satu bagian kepariwisataan, yaitu ekowisata. Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik yang alami maupun buatan dengan tujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial budaya. Ekowisata dapat berperan sebagai media promosi produk wisata alam, menjadi media pendidikan bagi masyarakat (mulai dari pendidikan tentang kegiatan usaha di bidang pertanian sampai kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam). Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB) adalah salah satu objek ekowisata di Kota Bogor dengan panorama alam indah serta koleksi tumbuhan mencapai 14.000 jenis. Adanya kegiatan ekowisata di PKT-KRB, menjadi salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. PKT-KRB merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai orientasi non profit salah satunya yaitu mengkonservasi tumbuhan Indonesia. Bagi PKT-KRB orientasi profit bukanlah hal yang utama, namun profit yang diperoleh dari tiket masuk pengunjung, sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan PKT-KRB yaitu sebagai sumber dana yang digunakan untuk pemeliharaan kebun raya. Dengan demikian, pihak PKT-KRB berusaha untuk menarik pengunjung sebanyak-banyaknya agar PKT-KRB yang dikelola dapat berlangsung sesuai dengan tugas dan fungsi kebun raya. Selain menarik pengunjung baru, PKT-KRB juga perlu mempertahankan pengunjung yang telah ada, agar pegunjung mau berkunjung kembali, sehingga jumlah kunjungan tidak menurun. Hal ini terkait dengan permasalahan penurunan pengunjung di PKT-KRB. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan karakteristik pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB, (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB. Penelitian dilaksanakan di PKT-KRB yang berlokasi di Jalan Ir.H.Juanda No 13 Bogor, pada Bulan September sampai November 2010. Responden penelitian adalah pengunjung PKT-KRB yang
16
sedang berkunjung dan menikmati PKT-KRB sebanyak 100 orang yang diambil secara convinience. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Secara umum karakteristik pengunjung PKT-KRB adalah perempuan, memiliki rentang usia 15 hingga 23 tahun, pendidikan terakhir sekolah, berprofesi sebagai pelajar, memiliki pendapatan rata-rata kurang dari Rp.1.000.000 per bulan, belum menikah, berasal dari Jakarta, membutuhkan waktu tempuh selama 1 sampai 3 jam, telah mengunjungi PKT-KRB sebanyak tiga kali, memperoleh informasi mengenai PKT-KRB dari teman dan memiliki keinginan untuk mengunjungi PKT-KRB kembali. Besarnya jumlah pengunjung yang sebagian besar pelajar menjadikan PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dan ekowisata yang cocok untuk pelajar pada khususnya dan masyarakat seluruh kalangan pada umummnya, hal ini sesuai dengan segmentasi dan target pasar PKT-KRB yaitu pelajar, dalam rangka peningkatan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan. Berdasarkan analisis regresi logistik, terdapat dua faktor yang signifikan (pada taraf nyata lima persen) dalam mempengaruhi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Faktor-faktot tersebut yaitu persepsi terhadap ketersediaan fasilitas dan persepsi terhadap kenyamanan kawasan di PKT-KRB. Untuk sebelas faktor lainnya tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pengunjung berkunjung kembali ke PKT-KRB, yaitu jenis kelamin, usia, waktu tempuh, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan rata-rata per bulan, persepsi terhadap harga tiket, persepsi terhadap pelayanan karyawan, persepsi terhadap koleksi tumbuhan, persepsi terhadap kealamiahan kawasan dan persepsi terhadap nilai edukatif. Hasil penelitian memberikan beberapa rekomendasi alternatif kebijakan yang dapat dipertimbangkan oleh pihak PKT-KRB, diantaranya (1) PKT-KRB sebaiknya menambah fasilitas yang dirasa kurang (rumah makan dengan segmentasi kalangan menengah ke bawah khususnya pelajar, toilet, musholah, tempat berteduh, papan petunjuk arah, peta lokasi dan kereta wisata), melakukan perbaikan serta perawatan terhadap fasilitas yang telah ada. Selain itu, sebaiknya pengunjung pada saat membeli tiket diberikan brosur peta lokasi sekaligus diberitahu mengenai lokasi daya tarik wisata unggulan di PKT-KRB. (2) Menyusun paket-paket wisata baru yang menarik, tetapi tetap dengan tujuan konservasi seperti paket wisata fotoflora, jejak petualang dan save our plant serta melakukan pemasaran, promosi secara inovatif, efektif dan efisien.
17
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN KE PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR
LILLAH WEDELIA H34086050
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
18
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Nama
: Lillah Wedelia
NIM
: H34086050
Disetujui, Pembimbing
Ir. Harmini, MSi NIP. 1960 0921 198703 2002
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
19
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, Januari 2011
Lillah Wedelia H34086050
20
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 31 Maret 1987. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Drs. Sahrun, MS dan Waode Siti Muawiah, SH. Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 2 Kendari pada tahun 1993 dan lulus tahun 1999, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kendari pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kendari pada tahun 2002, kemudian lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma Tiga, Program Keahlian Ekowisata, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Reguler dan lulus pada tahun 2008. Selepas itu, penulis melanjutkan pendidikannya di Program Sarjana Agribisnis Penyelanggaraan Khusus IPB pada tahun 2008.
21
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor”. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai panutan dalam menjalani kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik pengunjung dan faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali dengan menggunakan model regresi logistik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2011 Lillah Wedelia
22
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Harmini, MSi selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama penulisan skripsi. Ditengah kesibukan yang luar biasa, beliau selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada penulis. 2. Tintin Sarianti, SP, MM yang telah bersedia menjadi dosen evaluator dalam kolokium, dengan segala saran dan kritik yang sangat bermanfaat pada penyusunan skripsi ini. 3. Febriantina Dewi, SE, MSc sebagai dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Dra. Yusalina, MSi, selaku perwakilan dari komisi akademik yang telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis dalam upaya memaksimalkan penulisan skripsi ini. 5. Ayahanda tercinta atas segala didikan dan nasehatnya kepada penulis serta ibunda atas perhatian, kepercayaan, kasih sayang dan doa tulus yang selalu membuat penulis menjadi lebih baik. Terima kasih kepada kakak dan adikadikku tersayang Runtih Gemala Sari, Vatin Tri Gentini, Nadwa Rifada, Muhammad Sayid Faathir dan keluarga besar penulis atas doa dan dukungan yang diberikan.
Semoga karya sederhana ini bisa menjadi salah satu
persembahan yang terbaik. 6. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, atas kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan dalam menggali lebih dalam mengenai kawasan konservasi dan wisata alam, dalam hal ini perilaku konsumen/pengunjung. 7. Bapak Amas, selaku Kepala Bidang Tata Usaha, Ibu Mita Selaku Kepala Bidang Jasa dan Informasi, Bapak Yuri, Ibu Nur, Bapak Duding, Teh Iing serta karyawan lainnya, atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
23
8. Ari Alkautsar, atas kebersamaan selama di IPB, doa, bantuan, dorongan, dukungan dan semangat yang diberikan. Semoga kebersamaan ini akan tetap ada. 9. Keluarga besar Taman Malabar 3, Tiara Restiani, Dwi Puji Rastina, Dewi Anisa, Hesti Nur Qoriah, Anna Maria Lubis, Riri Arifin, Aci, Rizky Irawati, Rizky Aulia, Iftah, Ayu, Icha, Fatma, Sarah, April, Isni, Nita, Gita, Evrina, Nayla, Cintya, Anis, Kania, Ocha, yang telah memberi semangat dan dukungan. 10. Teman dan sahabat terbaikku, Anggi Meiri, Widodo Hardian, Heru, Cyntia Natalia, Dini Silfianti, Mayang Dewi Apriyatni, Rissa Astria, Ranti Syarief, Ria Puspita Sari, Sani Dewi, Fitri Siregar, Alvera, Pipin dan seluruh temanteman Ekstensi Agribisnis angkatan satu sampai tujuh, atas doa, semangat, dorongan, dan sharing selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Merci beaucoup! Bogor, Januari 2011 Lillah Wedelia
24
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
vi
I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 1.3 Tujuan .............................................................................................. 1.4 Manfaat ............................................................................................ 1.5 Ruang Lingkup ................................................................................
1 1 3 6 7 7
II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1 Pariwisata ........................................................................................ 2.2 Konsep Ekowisata ........................................................................... 2.3 Konservasi ....................................................................................... 2.4 Kebun Raya ..................................................................................... 2.5 Sifat atau Karakteristik Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ......... 2.6 Kajian Penelitian Terdahulu Mengenai Persepsi Pengunjung Terhadap Kebun Raya Bogor .......................................................... 2.7 Kajian Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Kawasan Wisata ............................. 2.3 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu ................
8 8 8 9 10 10
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis........................................................... 3.1.1 Pemasaran dan Riset Pemasaran ............................................ 3.1.2 Konsumen dan Perilaku Konsumen....................................... 3.1.3 Persepsi Konsumen ................................................................ 3.1.4 Karakteristik Konsumen ........................................................ 3.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen .............. 3.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Berwisata ............... 3.1.7 Analisis Regresi Logistik ....................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................
11 11 11 12 12 13 14 14 27 28
IV
METODE PENELITIAN..................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu ........................................................................... 4.2 Metode Penentuan Sampel .............................................................. 4.3 Data dan Instrumentasi .................................................................... 4.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 4.5 Metode Pengolahan Data .................................................................. 4.5.1 Analisis Dekriptif.................................................................... 4.5.2 Analisis Regresi Logistik ......................................................... 4.6 Definisi Operasional ........................................................................
32 32 32 33 33 34 34 34 41
11 12 13
i
V
VI
GAMBARAN UMUM PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR ...................................................................... 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ........................................ 5.2 Visi dan Misi Perusahaan .............................................................. 5.3 Tugas dan Fungsi .......................................................................... 5.4 Sumberdaya Manusia .................................................................... 5.5 Sumber Dana ................................................................................. 5.6 Struktur Organisasi........................................................................ 5.7 Jasa dan Pelayanan ........................................................................ 5.8 Manajemen Pengelolaan Koleksi Tanaman .................................. 5.9 Objek dan Daya Tarik Wisata ....................................................... 5.10 Manajemen Pengelolaan Koleksi Tanaman ..................................
44 44 45 46 46 47 47 48 49 49 52
KARAKTERISTIK RESPONDEN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR ............................................. 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ............ 6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .................................. 6.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ....................... 6.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................ 6.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ....................... 6.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Tempuh ................ 6.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal ..................... 6.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi ............ 6.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan....... 6.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Tujuan Kunjungan ........... 6.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Minat Kunjungan Ulang ..
54 54 55 56 57 58 58 59 60 61 62 62 63
VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN KE KEBUN RAYA BOGOR ............................................................... 7.1 Uji Signifikansi Model dan Variabel Bebas .................................... 7.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keinginan Berkunjung Ulang ke Kebun Raya Bogor .......................................
66 67 68
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 8.1 Kesimpulan ..................................................................................... 8.2 Saran ................................................................................................
94 94 94
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ....................................................................................................
96 98
ii
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik yang Berkunjung ke Indonesia Tahun 2005–2009 ......................................
1
Jumlah Wisatawan Mancanegara maupun Domestik yang Berkunjung ke Kota Bogor Tahun 2005–2009 ..........................
2
Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Tahun 2004 –2008 ............................
4
Data Kawasan Konservasi dan Jumlah Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kota Bogor Tahun 2005–2009 .........................
5
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................................................................
54
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan ...............................................................................
55
7.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia...........
56
8.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............................................................................
57
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .....................................................................................
58
10. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan ..........................................................................................
59
11. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Waktu Tempuh ....................................................................................
59
12. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Daerah Asal .........................................................................................
60
13. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi ................................................................................
61
14. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ..........................................................................
62
15. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tujuan Kunjungan...............................................................................
63
2. 3. 4. 5. 6.
9.
Halaman
iii
16. Sebaran Jumlah dan Persentase Reponden Berdasarkan Berdasarkan Minat Kunjungan Ulang.................................................
64
17. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Ulang ..............................................
66
18. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Usia dan Minat Kunjungan Ulang ......................................................
69
19. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Waktu Tempuh dan Minat Kunjungan Ulang .....................................
71
20. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas dan Minat Kunjungan Ulang...........
73
21. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Minat Kunjungan Ulang .......................................
75
22. Sebaran Jumlah dan Persentasi Responden Menurut Pendapatan dan Minat Kunjungan Ulang ...........................................
76
23. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Minat Kunjungan Ulang ..............................................
79
24. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan Terakhir dan Minat Kunjungan Ulang ............................
80
25. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Harga Tiket Masuk dan Minat Kunjungan Ulang ...............
83
26. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Pelayanan Karyawan dan Minat Kunjungan Ulang ............
85
27. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Kenyamanan Kawasan dan Minat Kunjungan Ulang ..........
87
28. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Koleksi Tumbuhan dan Minat Kunjungan Ulang ...............
89
29. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Kealamiahan dan Minat Kunjungan Ulang.........................
90
30. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Nilai Edukatif dan Minat Kunjungan Ulang .......................
92
iv
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman Model Perilaku Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ......................................................................
21
2. Bagan Alur Pemikiran Operasional Penelitian .....................................
31
3. Struktur Organisasi PKT-KRB .............................................................
48
v
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Output Hasil Regresi Logistik .........................................................
99
2.
Daftar Harga Tiket Masuk Kebun Raya Bogor dan Fasilitas yang Tersedia Tahun 2010 .......................................................................
103
vi
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia dan memiliki peluang yang cukup besar untuk mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sumber dan potensi wisata alam Indonesia. Pertanian sebagai suatu kegiatan yang dekat dengan alam mempunyai potensi daya tarik wisata, dimana rasa nyaman, nilai estetika lingkungan alami, pemandangan alam dan udara segar dapat memberikan nilai kepuasan tertentu bagi konsumen. Salah satu pemanfaatan sektor pertanian di Indonesia adalah kegiatan pariwisata. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tentang kepariwisataan tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah satu tujuan penyelenggaraan pariwisata adalah untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat. Adanya kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh pada pengeluaran wisatawan.
Hal ini akan
berpengaruh terhadap kesempatan bekerja, pendapatan dan penerimaan devisa bagi daerah tujuan wisatawan.
Jumlah kunjungan wisatawan baik domestik
maupun mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mengalami peningkatan dari Tahun 2005 hingga Tahun 2009 (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah Wisatawan Mancanegara maupun Domestik yang berkunjung ke Indonesia Tahun 2005-2009 Tahun
Wisatawan Mancanegara (orang)
Wisatawan Domestik (orang)
Total Wisatawan (orang)
Pertumbuhan Total Wisatawan (%)
2005
5.002.101
112.701.000
117.703.101
0,88
2006
4.871.351
114.270.000
119.141.351
1,22
2007
5.505.759
115.335.000
120.840.759
1,43
2008
6.429.027
117.213.000
123.642.027
2,32
2009 6.452.259 119.150.000 125.602.259 Sumber: Departemen Budaya dan Pariwisata Nasional (2009)1
1,59
1
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Nasional. Statistik Kunjungan Mancanegara dan Perkembangan Wisatawan Nusantara Tahun 2004-2009 http://www.budpar.go.id[28 Juli 2010]
World Tourism Organization (WTO) memprediksikan bahwa pariwisata akan terus mengalami perkembangan, dengan rata-rata pertumbuhan jumlah wisatawan internasional sekitar empat persen per tahun (Pitana dan Gayatri, 2005). Berbagai perkembangan yang terjadi pada industri pariwisata berdampak pada salah satu bagian kepariwisataan, yaitu ekowisata (wisata alam). Saat ini preferensi konsumen dalam menikmati objek wisata telah mengalami perubahan yang mengacu pada bentuk wisata minat khusus yaitu ekowisata (Fandeli, 2002). Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik yang alami maupun buatan dengan tujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial budaya.
Ekowisata bukan semata merupakan usaha yang menjual jasa bagi
pemenuhan kebutuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk wisata alam, menjadi media pendidikan bagi masyarakat (mulai dari pendidikan tentang kegiatan usaha di bidang pertanian sampai kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam). Saat ini ekowisata sudah mulai berkembang, ditandai dengan hadirnya sejumlah tempat yang diusahakan sebagai objek ekowisata. Propinsi Jawa Barat memiliki tempat-tempat wisata dengan bentuk dan ciri khas masing-masing yang sama-sama mengandalkan nuansa alam sebagai jasa yang ditawarkannya. Bogor sebagai salah satu kota di Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi cukup besar dalam mengembangkan ekowisata. Perkembangan ini ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kota Bogor (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik yang Berkunjung ke Kota Bogor Tahun 2005-2009 Jumlah Wisatawan Jumlah Wisatawan Total Wisatawan Tahun Mancanegara (orang) Domestik (orang) (orang) 2005 11.211 1.360.374 1.371.585 2006 13.732 1.267.839 1.281.571 2007 18.714 1.370.119 1.388.833 2008 41.377 1.163.110 1.204.487 2009 42.812 1.524.044 1.566.856 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor (2009)
Pertumbuhan Wisatawan (%) ‐ -6,56 8,36 -13,27 30
2
Bogor memiliki beberapa objek wisata yang menawarkan wisata alam di kawasan konservasi, salah satunya adalah di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB). PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dan wisata alam, berada di tengah kota dan dekat dengan Jakarta, sehingga dijadikan sebagai salah satu tempat tujuan wisatawan. PKT-KRB memiliki daya tarik wisata berupa pemandangan arsitektur lanskap yang alami serta koleksi tanaman tropika yang lengkap dibandingkan dengan kebun raya lainnya, yaitu sebanyak 15.000 jenis koleksi tumbuhan dan pohon2. Adanya kegiatan ekowisata di PKT-KRB, menjadi salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. PKT-KRB merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai orientasi mengkonservasi tumbuhan Indonesia, meningkatkan pendidikan lingkungan, melakukan reintroduksi (pemulihan) tanaman langka dan orientasi non profit lainnya. Bagi PKT-KRB orientasi profit bukanlah hal yang utama, namun profit yang diperoleh dari tiket masuk pengunjung, sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan PKT-KRB yaitu sebagai sumber dana yang digunakan untuk pemeliharaan kebun raya. Dengan demikian, pihak PKT-KRB berusaha untuk menarik pengunjung sebanyak-banyaknya agar PKT-KRB yang dikelola dapat berlangsung sesuai dengan tugas dan fungsi kebun raya.
Selain menarik
pengunjung baru, PKT-KRB juga perlu mempertahankan pengunjung yang telah ada, agar pegunjung mau berkunjung kembali. Menurut Engel Blackwall dan Miniard (1994), upaya mempertahankan pelanggan harus mendapatkan prioritas yang lebih besar dibandingkan upaya mendapatkan pelanggan baru.
Upaya
mempertahankan pelanggan dilakukan dalam rangka memastikan produk atau jasa memenuhi harapan konsumen sehingga jumlah kunjungan tidak menurun, oleh sebab itu diperlukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB.
1.2 Perumusan Masalah PKT-KRB merupakan salah satu objek wisata di Kota Bogor yang sudah dikenal luas. Peran utama PKT-KRB adalah melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, 2
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2010. Biodiversity For Better Life. Berita Kebun Raya (Mei): 9:5.
3
pendidikan, rekreasi serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kebun raya. PKT-KRB menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati oleh wisatawan, karena menyajikan panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami. Pengunjung dapat menikmati keindahan PKT-KRB sekaligus menambah wawasan dan pengetahuannya tentang tumbuh-tumbuhan dalam satu tempat. Semua peran PKT-KRB tersebut memposisikannya sebagai lembaga multifungsi dan memerlukan penanganan manajemen yang kompleks. PKT-KRB sebagai taman koleksi tumbuh-tumbuhan dan pendidikan dengan daya tarik wisata alam yang sudah dikenal luas, banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Jumlah kunjungan wisatawan lebih banyak dari dalam negeri yaitu sekitar 860.872 orang per tahunnya. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan nusantara PKT-KRB pada Tahun 2004-2008, (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Tahun 2004-2008 Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun (orang) 2004 870.667 2005 892.974 2006 855.180 2007 903.914 2008 781.623 Rata-rata 860.872 Sumber: Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor (2008)
Pertumbuhan Wisatawan (%) 2,5 -4,5 5,6 -13,5 -2
Berdasarkan Tabel 3, diperoleh informasi bahwa pengunjung yang berkunjung di PKT-KRB mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Pada tahun 2008 terjadi penurunan pengunjung yang sangat besar yaitu mencapai 13,5 persen. Penurunan jumlah pengunjung menyebabkan rata-rata perkembangan jumlah kunjungan wisatawan nusantara menjadi negatif yaitu mencapai dua persen. Penurunan ini dapat disebabkan oleh persaingan di sektor pariwisata yang semakin meningkat di daerah kabupaten dan Kota Bogor. Persaingan ini tidak hanya disebabkan oleh bermunculannya tempat wisata baru, tetapi dapat disebabkan oleh pelayanan yang kurang optimal dan keragaman keinginan konsumen dalam berwisata.
Adanya perkembangan objek wisata lain dapat
menyebabkan persaingan dalam menarik konsumen yang semakin tinggi.
4
Adapun beberapa kawasan wisata di kabupaten dan Kota Bogor yang menjadi pesaing PKT-KRB serta jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke objek wisata tersebut Tahun 2007-2008 ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 4. Data Kawasan Wisata dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara yang Berkunjung di Daerah Bogor Tahun 2007-2008 Kunjungan Wisatawan Nusantara Objek Wisata
2007 2008 Kebun Raya Bogor 903.914 781.623 Taman Safari 690.945 613.791 Curug Cilember 109.711 124.362 Taman Wisata Mekarsari 166.693 294.000 Taman Wisata Matahari 12.900 110.504 Warso Farm 67.895 75.152 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor (2009)
Pertumbuhan Wisatawan (%) -13,5 -11,1 13,3 76 756 10,6
Tabel 4, menunjukkan bahwa pengunjung lebih banyak mengunjungi PKT-KRB, akan tetapi PKT-KRB mengalami penurunan pengunjung yang signifikan sebesar 122.291 orang pada tahun berikutnya. Peningkatan jumlah kunjungan dapat diupayakan dengan berfokus pada pengunjung yang telah ada, agar pengunjung mau berkunjung kembali, yaitu dengan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi kunjungan dalam hal ini keinginan untuk melakukan kunjungan ulang.
Beragamnya karakteristik pengunjung juga mempengaruhi
keputusan untuk melakukan kunjungan ulang.
Menurut Sumarwan (2003)
konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian, dalam hal ini pembelian ulang. Hal ini menuntut pihak PKT-KRB mengenali pengunjungnya sebelum menganalisis faktor yang mempengaruhi
kunjungan
yaitu
dengan
mengidentifikasi
karakteristik
pengunjung. Analisis terhadap karakteristik pengunjung juga memberikan informasi mengenai target pasar yang diinginkan dengan keadaan pengunjung sebenarnya. Kajian untuk melihat kesesuaian ini bermanfaat bagi PKT-KRB agar PKT-KRB mengetahui apakah kebijakan yang diterapkan selama ini telah sesuai dengan target pengunjungnya.
Selanjutnya, sebagian hasil identifikasi terhadap
karakteristik pengunjung digunakan sebagai faktor yang diduga mempengaruhi keinginan pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
5
Analisis terhadap faktor-faktor tersebut memberikan informasi bagi pengelola mengenai hal yang mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung kembali. Dengan demikian, pengelola dapat memperbaiki berbagai kekurangan yang menjadi pemicu pengunjung tidak ingin berkunjung ulang.
Perbaikan
tersebut diharapkan dapat mempengaruhi pengunjung agar kembali mengunjungi PKT-KRB sebagai kawasan konservasi yang tidak hanya untuk berwisata, tetapi juga untuk belajar beragam jenis tumbuhan tropika.
Dampak lebih lanjut
diharapkan pengunjung dapat mempromosikan baik langsung maupun tidak langsung PKT-KRB terhadap masyarakat lainnya. Selain itu, faktor-faktor yang diperoleh dapat menjadi indikator untuk memprediksi hal-hal apa saja yang menjadi pemicu dan mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung ke PKT-KRB. Hasil dari analisis tersebut dapat menjadi masukan yang berguna bagi pihak pengelola dalam merumuskan kebijakan. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik pengunjung PKT-KRB? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB?
1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB
1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan juga informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu: 1. Bagi pihak Kebun Raya Bogor, hasil analisis diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan manajerial perusahaan.
6
2. Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau referensi untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam atau penelitian lanjutan mengenai faktor yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB. 3. Bagi penulis, sebagai sarana penambah pengetahuan dan pengalaman di lapangan serta untuk pengaplikasian berbagai teori yang telah dipelajari dalam perkulian pada kondisi aktual.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian dibatasi hanya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kunjungan ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (keinginan pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang). Penelitian berusaha menjawab permasalahan perusahaan dalam hal ini pihak pengelola PKT-KRB dengan berlandaskan pada pengunjung yang telah ada.
7
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Wisata menurut Undang-Undang tentang kepariwisataan No. 9 Tahun 1990, didefinisikan sebagai suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan objek wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang wisata. Menurut Marpaung (2002), pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin dan keluar dari tempat kediamannya.
Secara filosofis, kegiatan pariwisata berawal dari
faktor dan perilaku manusia. Secara periodik, manusia senantiasa membutuhkan aktifitas-aktifitas baru di luar aktivitas rutin yang dapat menumbuhkan kembali kesegaran dan semangat baru. Mengacu pada definisi yang dipaparkan, dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan objek dan daya tarik wisata. PKT-KRB merupakan salah satu kawasan yang menjadi bagian dari pariwisata sebagai objek peneliti.
2.2 Konsep Ekowisata Konsep wisata yang berbasis ekologi atau yang lebih dikenal dengan ekowisata dilatarbelakangi dengan perubahan pasar global yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara-negara asal wisatawan. Selain itu, ekowisata memiliki ekspektasi yang lebih mendalam dan lebih berkualitas dalam melakukan perjalanan wisata (Fandeli, 2002). Konsep wisata ini disebut wisata minat khusus. Wisatawan minat khusus umumnya memiliki intelektual yang lebih tinggi dan pemahaman serta kepekaan terhadap etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu, sehingga bentuk wisata ini adalah bentuk pencarian pengalaman baru. Wisatawan cenderung beralih kepada alam dibandingkan pola-pola wisata buatan yang dirasakann telah jenuh dan kurang menantang.
8
Menurut Damanik dan Weber (2006) ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik yang alami maupun buatan dimana budaya yang ada bersifat informatif dan partisipatif dengan tujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial budaya.
Ekowisata memiliki tiga pilar penting berupa
keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat, sehingga secara langsung kegiatan ekowisata memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal. Menurut The International Ecotourism Society dalam Damanik dan Weber (2006) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan wisata yang berbasiskan alam yang mana dalam kegiatannya sangat tergantung kepada alam, sehingga lingkungan, ekosistem dan kearifan-kearifan lokal yang ada di dalamnya harus dilestarikan keberadaannya. Konsep ekowisata telah dikembangkan sejak tahun 1980, sebagai pencarian jawaban dari upaya meminimalkan dampak negatif bagi kelestarian keanekaragaman hayati, yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata. Mengacu pada definisi yang dipaparkan, dapat dikatakan bahwa ekowisata merupakan perjalanan wisata berbasis alam yang mampu memberikan manfaat ekonomi dan pendidikan lingkungan. PKT-KRB merupakan salah satu kawasan konservasi yang juga dijadikan sebagai tempat tujuan wisata yang berada di Kota Bogor dan menjadi objek peneliti.
2.3 Konservasi Konservasi adalah salah satu pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin pemanfatannya secara bijaksana, sehingga mutu dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk menjamin pembangunan yang berkesinambungan (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004). Kegiatan konservasi meliputi tiga hal yaitu 1) melindungi keanekaragaman hayati (biological diversity), 2) mempelajari fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati, 3) memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia. Bentuk konservasi dapat dibagi menjadi dua yaitu konservasi ex-situ dan konservasi in-situ.
9
Konservasi ex-situ adalah perlindungan spesies di luar distribusi alami dari populasi tetuanya.
Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies
tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman.
Sedangkan konservasi in-situ adalah perlindungan spesies dan habitat
alami serta pemeliharaan keanekaragaman hayati dalam lingkungan alaminya, seperti kebun binatang. PKT-KRB merupakan kawasan konservasi ex-situ terbesar di Indonesia dengan koleksi tanaman sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia dan sebagian lagi berasal dari mancanegara. Selain itu, PKT- KRB menjadi salah satu kawasan konservasi tujuan wisata alam di Kota Bogor.
2.4 Kebun Raya Kebun raya atau Botanic Garden adalah suatu kawasan konservasi ex situ yang mengoleksi berbagai jenis tumbuhan yang ditata dalam tatanan arsitektur lanskap.
Jenis-jenis tumbuhan koleksinya diutamakan berasal dari Indonesia.
Kebun raya dimanfaatkan sebagai tempat penelitian, pendidikan lingkungan dan rekreasi. Koleksi kebun raya dicatat di bagian registrasi agar menjadi jelas asalusul tumbuhan tersebut (Manual Pembangunan Kebun Raya, 2006).
2.5 Sifat atau Karakteristik Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Menurut Fandeli dalam Razak (2008), sifat dan karakter kepariwisataan alam terkait dengan objek dan daya tarik wisata (ODTW) alam, antara lain: 1) In Situ; ODTW alam hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna di ekowistemnya.
Pemindahan objek ex situ, akan menyebabkan terjadinya
perubahan objek dan atraksinya.
Pada umumnya wisatawan kurang puas
apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya. 2) Perishable; suatu proses ekosistem hanya terjadi pada waktu tertentu. Proses alam ini berulang dalam kurun waktu tertentu, kadang siklusnya beberapa tahun bahkan ada puluhan tahun atau ratusan tahun. Objek daya tarik wisata alam yang demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam untuk dipasarkan.
10
3) Non Recoverable; suatu ekosistem alam mempunyai sifat dan perilaku pemulihan yang tidak sama. Pemulihan secara alami sangat tergantung dari faktor dalam dan faktor luar. Pemulihan secara alami terjadi dalam waktu panjang, bahkan ada sesuatu objek yang hampir tidak terpulihkan bila ada perubahan. Untuk mempercepat pemulihan biasanya dibutuhkan tenaga dan dana yang sangat besar, apabila upaya ini berhasil tetapi tidak akan sama dengan kondisi semula. 4) Non Substitutable; di dalam suatu daerah atau mungkin kawasan terdapat banyak objek alam, jarang sekali yang memiliki kemiripan yang sama.
2.6
Kajian Penelitian Terdahulu Mengenai Persepsi Pengunjung Terhadap Kebun Raya Bogor Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai beberapa persepsi pengunjung
terhadap kawasan PKT-KRB dengan mengacu pada beberapa penelitian terdahulu.
Persepsi tersebut antara lain persepsi terhadap harga tiket masuk,
persepsi terhadap keamanan lokasi, persepsi terhadap koleksi tumbuhan, persepsi terhadap nilai edukatif dan persepsi terhadap kealamiahan kawasan kebun raya. Albertus (2010) menganalisis proses keputusan berwisata dan kepuasan pengunjung
di
PKT-KRB
menggunakan
analisis
deskriptif
Importance
Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).
Hasil
analisis menunjukkan bahwa PKT-KRB memiliki kinerja yang baik dan mampu memberikan kepuasan pengunjung, ini terlihat dari enam atribut yang dinilai baik, secara berturut-turut yaitu keamanan lokasi, kesopanan pemandu, Rumah Anggrek, Bunga Bangkai, koleksi tumbuhan dan Museum Zoology, sedangkan atribut kemudahan menghubungi PKT-KRB, kecepatan melayani konsumen dan ketanggapan karyawan dinilai pelaksanaannya masih rendah oleh konsumen. Nugraha (2006) menganalisis tentang segmentasi dan preferensi konsumen terhadap PKT-KRB dan implikasi pemasaran.
Alat analisis yang digunakan
adalah analisis Cohran, Gap, Cluster dan Biplot.
Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah adanya indikasi permasalahan dalam manajemen untuk wisata PKT-KRB yang terlihat dari penurunan pengunjung. Hal ini disebabkan
11
karena sebagian besar konsumen menganggap harga tiket masuk PKT-KRB terlalu mahal. Ardiyanti (2005) meneliti mengenai nilai ekonomi ekotourisme PKT-KRB menggunakan metode analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa PKT-KRB memiliki nilai ekonomi ekotourisme yang tinggi, terlihat dari persepsi pengunjung terhadap fungsi kealamiahan dan ekologis PKT-KRB sebagai pengatur komposisi kimia, pencegahan erosi dan pengontrol sedimen. Dalam memenuhi kriteria ekoturisme, pengelolaan PKT-KRB sebagai objek ekowisata harus berkesinambungan, oleh sebab itu diperlukan pengelolaan yang pada akhirnya dapat bermanfaat bagi semua pihak.
2.7
Kajian Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Mempengaruhi Kunjungan ke Kawasan Wisata
yang
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kunjungan ke suatu kawasan wisata. Faktor-faktor tersebut seperti jenis kelamin, usia, pendapatan rata-rata per bulan, pendidikan, status perkawinan, biaya, informasi dan persepsi terhadap ketersediaan produk wisata. Penelitian yang di acu adalah penelitian Sunitomo (2004), Ferdiansyah (2005) dan Lestari (2009). Lestari
(2009)
melakukan
penelitian
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keinginan konsumen untuk berkunjung kembali ke wisata mancing Fishing Valley Bogor, menggunakan alat analisis regresi logistik. Hasil penelitian memperlihatkan lima faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi keinginan konsumen untuk berkunjung kembali ke wisata mancing Fishing valley, yaitu jenis kelamin, pendapatan, persepsi terhadap harga ikan dan tiket memancing, persepsi terhadap kondisi kolam, serta persepsi terhadap ketersediaan ikan di setiap kolam pemancingan. Ferdiansyah (2005) melakukan penelitian mengenai peramalan dan faktorfaktor yang mempengaruhi kunjungan ke agrowisata Little Farmes unit usahatani koperasi karyawan PT Bio Farma Cisarua, Lembang menggunakan analisis faktor. Hasil penelitian memperlihatkan tujuh faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kunjungan ke Little Farmers, secara berturut-turut adalah status
12
perkawinan, umur, pendapatan, pendidikan, biaya rekreasi, pekerjaan dan informasi. Sunitomo (2004) melakukan penelitian tentang peramalan dan faktorfaktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke PKT-KRB. Dari hasil penelitiannya dengan menggunakan analisis logit, diketahui bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi keinginan wisatawan nusantara untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB adalah pendidikan, biaya rekreasi, status pernikahan, daya tarik objek wisata dan pengalaman berkunjung sebelumnya.
Selain itu,
berdasarkan model peramalan terbaik, diperoleh bahwa jumlah pengunjung PKTKRB akan terus mengalami peningkatan.
2.8
Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu Berdasarkan beberapa studi pada PKT-KRB dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kunjungan ke kawasan wisata, terdapat perbedaan dan persamaan dengan kajian dan metode analisis yang digunakan oleh peneliti. Metode analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode analisis regresi logistik. Hasil penelitian Sunitomo (2004), Ferdiansyah (2005) dan Lestari (2009) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke kawasan wisata antara lain jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, biaya rekreasi dan daya tarik objek wisata. Sementara itu, Albertus (2010) dan Nugraha (2006) dalam penelitiannya di PKT-KRB, mengungkapkan bahwa pengunjung yang melakukan kunjungan mempertimbangkan harga tiket masuk, keamanan lokasi, serta kualitas pelayanan dan fasilitas yang tersedia seperti ketanggapan karyawan dan kecepatan melayani. Sedangkan Ardiyanti (2005) meneliti mengenai nilai ekonomi ekotourisme PKT-KRB, hasilnya yaitu dalam memenuhi kriteria ekoturisme,
pengelolaan
PKT-KRB
sebagai
objek
ekowisata
harus
berkesinambungan, oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan yang pada akhirnya dapat bermanfaat bagi semua pihak. Untuk melihat pengaruh antara variabel dependent dan variabel indipendent, faktor apa saja yang mempengaruhi, digunakan metode analisis Regresi Logistik.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke
13
kawasan wisata pada penelitian Lestari (2009) dan Sunitomo (2004) menggunakan pendekatan analisis regresi logistik sama dengan metode analisis yang digunakan pada penelitian yang dilakukan. Ferdiansyah (2005) menggunakan analisis faktor. digunakan oleh
Sementara itu penelitian Metode analisis yang
Albertus (2010) dan Nugraha (2006) masing-masing adalah
analisis deskriptif IPA dan CSI serta analisis Cohran, Gap, Cluster dan Biplot Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah objek wisata penting untuk melakukan riset pemasaran, dalam hal ini terkait dengan perilaku konsumen meliputi proses pencarian informasi, pengambilan keputusan, pembelian, penggunaan, pembuangan produk, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Pada penelitian yang dilakukan, lebih difokuskan terhadap pengunjung yang telah ada, agar mau berkunjung kembali, oleh sebab itu perlunya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan pengunjung untuk melakukan kunjungan dengan mengidentifikasi karaktersistik serta persepsi pengunjung. Penelitian mengenai perilaku konsumen di PKT-KRB sudah banyak dilakukan, namun lebih banyak berfokus kepada kepuasan pengunjung.
Pada penelitian yang dilakukan,
menekankan pada pengaruh kepuasan pengunjung terhadap loyalitas di PKT-KRB yaitu keinginan untuk melakukan kunjungan ulang.
14
III KERANGKA PEMIKIRAN Peneliti menggunakan pengetahuan, teori, dalil dan preposisi untuk dapat membangun suatu kerangka pemikiran yang utuh dalam menjawab tujuan penelitian.
Kerangka pemikiran terdiri dari kerangka teoritis dan kerangka
operasional.
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini membahas tentang model perilaku pengambilan keputusan konsumen, dalam hal ini pengunjung dan faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan pengunjung. Menurut Engel et al. (1994), faktor-faktor yang menjadi determinan dalam proses keputusan pembelian adalah proses psikologis, perbedaan individu dan pengaruh lingkungan. Alat analisis yang dipakai dalam kerangka teoritis adalah analisis regresi logistik.
3.1.1 Pemasaran dan Riset Pemasaran Menurut Kotler (2007) pemasaran adalah suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai secara bebas dengan pihak lain. Riset pemasaran adalah rancangan yang sistematis dan obyektif terhadap pengembangan penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan dalam manajemen pemasaran. Sistematis harus menunjukkan bahwa proyek riset harus benar-benar direncanakan dan diorganisasi dengan rapih. Riset pemasaran menurut Rangkuti (2003) adalah kegiatan penelitian yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan dan interpretasi hasil penelitian.
Hasil riset
pemasaran ini digunakan oleh pihak manajemen dalam rangka mengidentifikasi masalah dan pengambilan keputusan serta perumusan strategi untuk merebut peluang pasar. Mengacu pada definisi yang dipaparkan, dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan suatu riset pemasaran bagi PKT-KRB dengan ruang lingkup tertentu, yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah hingga interpretasi hasil penelitian.
Penelitian juga dilakukan sedemikian rupa agar
15
memiliki objektivitas, dimana informasi yang disajikan berdasarkan deskripsi sebagai terperinci dari data dan fakta. Hasil penelitian memberikan beberapa rekomendasi sebagai implikasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen PKT- KRB dalam merumuskan manajerial.
3.1.2 Konsumen dan Perilaku Konsumen Menurut Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, yang disebut konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan untuk diperdagangkan. Menurut Engel, Blackwall dan Miniard (1994), perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat. Dapat dijelaskan bahwa penelitian mengenai perilaku konsumen merupakan sebuah proses yang tidak pernah berhenti dan meliputi aspek yang sangat luas, dari proses pencarian informasi, pengambilan keputusan, pembelian, penggunaan, pembuangan produk, jasa, idea atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Studi tentang perilaku konsumen merupakan proses yang harus dilakukan secara kontinu seiring perubahan yang terjadi pada konsumen dari waktu ke waktu.
3.1.3 Persepsi Konsumen Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) Persepsi adalah suatu gambaran, pengertian serta interpretasi seseorang mengenai suatu objek terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan informasi dengan dirinya dan lingkungan dimana ia berada. Persepsi individu sebagai proses dimana individu memilih, mengorganisasikan dan mengartikan stimulus (faktor yang berada di luar individu) yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna (Rangkuti,
16
2003).
Meskipun demikian, makna dari proses suatu persepsi tersebut juga
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan.
Proses
persepsi terhadap suatu jasa tidak mengharuskan pengunjung menggunakan jasa tersebut terlebih dahulu. Persepsi merupakan cara seseorang melihat realitas di luar dirinya atau di dunia sekelilingnya. Dalam hal ini pengunjung seringkali memutuskan pembelian berdasarkan persepsinya terhadap produk atau jasa tersebut (Sumarwan,2003). Rakhmat (2002) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Dengan demikian, persepsi merupakan
pemberian makna pada stimuli inderawi. Persepsi sebagai proses dimana tiap individu menyeleksi, mengorganisasi dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk yang berharga dan divisualisasikan sebagai gambaran dunia. Persepsi menurut Kotler (2007) termasuk ke dalam kelompok faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen.
Seseorang yang
termotivasi untuk bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi tertentu. Dua orang dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama, mungkin bertindak berbeda karena perbedaan persepsi terhadap situasi tersebut. Menurut Setiadi (2003), persepsi merupakan proses yang terdiri dari seleksi organisasi dan interpretasi terhadap stimulus: 1) Seleksi perseptual; terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada psychology set yang dimiliki, yaitu berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, maka terlebih dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen. 2) Organisasi persepsi; konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman.
Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah
penyatuan yang berarti bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh.
Pengorganisasian seperti ini
memudahkan untuk memproses informasi dan memberikan pengertian yangterintegrasi terhadap stimulus.
17
3) Interpretasi Perseptual; memberikan interpretasi atas stimuli yang diterima konsumen. Setiap stimuli yang menarik perhatian konsumen, baik disadari atau tidak akan diinterpretasikan oleh konsumen. Dalam proses interpretasi konsumen membuka kembali berbagai informasi yang telah tersimpan dalam memori. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi dan selain itu, memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi antar individu terhadap objek yang sama. Faktor-faktor tersebut yaitu: 1) Keadaan pribadi orang yang mempersepsi Hal ini merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempersepsikan. Misalnya, kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lalu, dan karakteristik lain yang terdapat dalam individu. Adanya faktor fungsional yang dapat menyebabkan perbedaan persepsi pada setiap orang terhadap suatu objek yang sama. 2) Karakteristik target yang dipersepsi Dalam hal ini target tidak dilihat sebagai suatu yang terisolasi, maka hubungan antara target dan latar belakang, serta kedekatan/kemiripan serta hal-hal yang dipersepsi dapat mempengaruhi persepsi orang. 3) Konteks situasi terjadinya persepsi Waktu dipersepsinya suatu kejadian juga dapat mempengaruhi persepsi. Demikian pula dengan lokasi, cahaya panas atau faktor situasional lainnya. Mengacu pada uraian mengenai persepsi di atas, dapat dijelaskan bahwa persepsi merupakan proses dimana individu mengartikan pesan yang diterima dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tersebut. Pada penelitian yang dilakukan, persepsi menjadi penting mengingat seseorang tidak hanya mengenal objek, tetapi juga terdorong untuk mengetahui prospek suatu objek bagi orang tersebut dikemudian hari, sehingga hal ini dapat menjadi dasar seseorang melakukan kunjungan ulang atau tidak ke kawasan wisata.
Persepsi dari
konsumen akan sangat berguna bagi suatu perusahaan dalam merumuskan strategi pemasaran.
18
3.1.4 Karakteristik Konsumen Menurut Sumarwan (2004) konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian.
Karakteristik
konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen.
Konsumen yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena konsumen sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan.
Konsumen yang
mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang mencari informasi (information seeker) akan meluangkan waktu untuk mencari informasi lebih banyak.
Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting.
Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang lebih banyak mengenai suatu produk sebelum memutuskan untuk membelinya. Semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen (Sumarwan 2004). Oleh sebab itu, pemasar harus memahami distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk.
Usia merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi preferensi dan presepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang dilakukan. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen, oleh sebab itu pemasar perlu mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasarannya. Besar kecilnya pendapatan yang diterima konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan formal penting dalam membentuk pribadi dengan wawasan berpikir yang lebih baik. Yoeti (2005) menggolongkan umur dan kelompok ke dalam dua faktor yang sering digunakan untuk melakukan segmentasi pasar dalam industry pariwisata. Umur, status dan struktur dapat mempengaruhi pilihan melakukan perjalanan wisata ataupun tidak.
Usaha penganekaragaman untuk memilihi
didasarkan pada beberapa faktor, yaitu faktor tujuan pariwisata, jenis kelamin, umur dan mode.
Pengaruh karakteristik demografi dan kaitannya dengan
keinginan konsumen khususnya dalam aktivitas wisata adalah sebagai berikut:
19
1) Umur; Para remaja banyak yang menginginkan objek wisata yang agak sulit untuk dicapai dan petualangan, sebaliknya untuk orang yang lebih tua tidak lagi kuat untuk melakukan aktivitas yang memerlukan kekuatan tubuh seperti mendaki gunung. 2) Jenis kelamin; Minat dan kebutuhan wisatawan pria hampir sama dengan wisatawan wanita, hanya ada beberapa yang berbeda.
Wanita lebih
memperhatikan masalah keberadaan fasiitas dan pelayanan terutama makanan, wanita lebih membelanjakan uangnya, dalam perjalanan wanita cenderung mudah lelah dan cepat kehilangan rasa antusias terhadap atraksi atraksi wisata. Wanita umumnya lebih senang pada yang indah dan halus serta tidak menyukai hal kasar. 3) Status pernikahan; Status seseorang turut mempengaruhi pilihannya untuk melakukan perjalanan pariwisata. Oleh karena itu suatu package tour lebih banyak dibeli oleh orang yang tidak mempunyai tanggung jawab, seperti bujangan. 4) Pendapatan; Pendapatan seseorang banyak sekali menentukan apakah ia dapat mengikuti suatu perjalanan atau tidak. Biasanya orang baru akan melakukan perjalanan wisata kalau kebutuhan pokoknya terpenuhi.
Umumnya jika
pendapatan bertambah maka orang cenderung membelanjakan uangnya untuk bersenang-senang, membeli TV, radio, lemari es dan perjalanan wisata (tours). 5) Pendidikan; Hubungan yang positif biasanya terjadi antara pendidikan dan pencarian. Konsumen yang lebih tinggi pendidikannya memiliki kepercayaan yang lebih besar akan menggunakan pencarian secara lebih efektif.
3.1.5 Faktor-Faktor Mempengaruhi Keputusan Konsumen Engel, Blackwell dan Miniard (1994), menjelaskan mengenai pengambilan keputusan konsumen dilakukan melalui suatu proses yang disebut proses keputusan pembelian, yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Beragamnya proses keputusan ditentukan oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu, serta proses psikologis.
Hubungan antara ketiga faktor tersebut dalam proses
20
keputusan konsumen yang menunjukkan model perilaku konsumen dan faktorfaktor yang mempengaruhinya (Gambar 1).
Pengaruh Lingkungan • Budaya • Kelas sosial • Pengaruh pribadi • Keluarga • Situasi
• • • •
Proses Keputusan Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Pembelian dan hasil
Perbedaan Individu
Proses Psikologis
• Sikap • Kepribadian, gaya hidup
• Pengolahan informasi • Pembelajaran • Perubahan sikap • Pengolahan informasi • Pembelajaran
• Demografi
• Perubahan sikap
• Sumberdaya konsumen • Motivasi & keterlibatan • Pengetahun
Strategi Pemasaran • Harga • Produk • Promosi • Distribusi
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard (1994)
Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk proses keputusan pembelian berupa pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, diperlukan pemahaman terhadap pembentuk proses keputusan tersebut. Setelah
21
diperoleh faktor yang membentuk proses keputusan, kemudian diperoleh implikasi untuk pengembangan strategi pemasaran.
1) Pengaruh Lingkungan Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks sehingga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku konsumen. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses keputusan pembelian oleh konsumen yaitu budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. Budaya mengarah pada seperangkat nilai, gagasan, sikap dan simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya memberikan pengaruh penting dalam penciptaan dan komunikasi produk.
Pada penelitian yang
dilakukan, budaya mempengaruhi seseorang dalam melakukan kunjungan, sehingga akan memberi dampak pada implikasi strategi pemasaran. Kelas sosial mengarah pada pengelompokan orang yang sama dalam perilaku konsumsi berdasarkan kelas ekonomi di pasar. Kelompok kelas ekonomi dan sosial akan mencerminkan perilaku yang berbeda terhadap pembelian produk sesuai dengan gaya hidup masing-masing kelas. Pada penelitian yang dilakukan, kelas sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan kunjungan ke kawasan wisata. Kelas sosial yang dimaksud adalah pendapatan. Dengan melihat kelas sosial, pengelola dapat memberikan implikasi strategi pemasaran terhadap kawasan wisata. Pengaruh pribadi kerap memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya bila ada tingkat keterlibatan yang tinggi dan risiko yang dirasakan dan produk atau jasa memiliki visibilitas publik. Diekspresikan baik melalui kelompok acuan maupun komunikasi lisan. Pengaruh pribadi juga diekspresikan secara tradisional diacu sebagai “kepemimpinan opini”, yang berarti orang yang dapat dipercaya yang diacu sebagai “pemberi pengaruh” (influential), diterima sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian. Biasanya pemberi pengaruh serupa dalam karakteristik dan keduanya dipengaruhi oleh media massa. Semakin besar kredibilitas pemberi pengaruh,
22
maka semakin besar dampaknya pada orang lain. Pada penelitian yang dilakukan, pengaruh pribadi mempengaruhi seseorang melakukan kunjungan ke kawasan wisata sehingga memberikan implikasi strategi pemasaran. Keluarga (family) adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Keluarga inti (nuclear family) adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal bersama. Keluarga besar (extended family) mencakup keluarga inti ditambah kerabat lain, seperti kakek-nenek, paman-bibi, sepupu dan kerabat karena perkawinan. Keluarga orientasi (family of orientation) merupakan keluarga dimana seseorang dilahirkan sedangkan prokreasi (family of procreation) adalah keluarga yang ditegakkan melalui perkawinan. Keluarga mempengaruhi seseorang dalam melakukan kunjungan ke kawasan wisata, pada penelitian yang dilakukan, sehingga akan memberikan implikasi pemasaran terhadap pihak pengelola. Situasi memberikan pengaruh yang kuat pada perilaku konsumen. Situasi mengacu pada latar dimana konsumen memperoleh produk dan jasa yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan objek.
Pada penelitian yang dilakukan, situasi
mempengaruhi seseorang dalam melakukan kunjungan wisata, sehingga situasi mempengaruhi kunjungan. Situasi yang dimaksud adalah kenyamanan kawasan. Hal ini memberikan implikasi pemasaran.
2) Perbedaan Individu Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam melakukan pembelian, hal ini disebabkan adanya perbedaan individu. Engel, Blackwell dan Miniard (1994), menyatakan ada lima komponen yang mendasari individu berbeda dalam melakukan pembelian yaitu sumberdaya konsumen, motivasi, keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi. Sumberdaya konsumen terdiri atas waktu, uang dan perhatian (penerimaan informasi dan kemampuan pengolahan). Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki konsumen menjadi pertimbangan utama dalam membuat keputusan pembelian. Pada penelitian yang dilakukan, sumberdaya konsumen berupa waktu luang yang
23
dapat dilihat dari jenis pekerjaan, mempengaruhi seseorang melakukan kunjungan dan mempengaruhi kunjungan. Hal ini memberikan implikasi strategi pemasaran bagi pengelola. Motivasi dan keterlibatan motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dan memperoleh kepuasan dari pemenuhan kebutuhan tersebut.
Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh
pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan, kebutuhan diaktifkan ketika ada ketidakcocokan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual. Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan.
Keterlibatan
merupakan refleksi dari motivasi yang kuat dalam bentuk relevansi pribadi yang dirasakan dari produk atau jasa dalam konteks tertentu. Pada penelitian yang dilakukan, motivasi mempengaruhi seseorang dalam melakukan kunjungan wisata. Hal ini memberikan implikasi pemasaran bagi pengelola. Pengetahuan mengacu pada informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan konsumen mencakup informasi seperti ketersediaan produk, lokasi dan waktu pembelian serta cara penggunaan produk bergantung pada pengetahuan yang relevan tentang keputusan pembelian.
Pada penelitian yang dilakukan,
pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam melakukan kunjungan wisata. Hal ini memberikan implikasi pemasaran terhadap pengelola. Sikap didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap akan muncul pada saat seseorang suka atau tidak suka terhadap suatu obyek. Pada penelitian yang dilakukan, sikap mempengaruhi seseorang dalam melakukan kunjungan wisata, sehingga mempengaruhi kunjungan. Hal ini memberikan implikasi pemasaran terhadap pengelola. Kepribadian, gaya hidup dan demografi.
Kepribadian pada perilaku
konsumen didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulasi lingkungan.
Gaya hidup merupakan pola yang digerakkan orang untuk
menghabiskan sumberdaya yang dimilikinya. Demografi mendeskripsikan pasar konsumen dalam usia, pendapatan dan pendidikan.
Pada penelitian yang
dilakukan, kepribadian, gaya hidup dan demografi mempengaruhi seseorang
24
dalam melakukan kunjungan wisata, sehingga termasuk dalam variabel yang menjadi faktor yang mempengaruhi kunjungan. Variabel tersebut meliputi usia, pendapatan dan pendidikan. Hal ini memberikan implikasi strategi pemasaran bagi pengelola.
3) Proses Psikologis Engel, Blackwell dan Miniard (1994) mengemukakan tiga proses psikologis sentral yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen. Proses tersebut yaitu pemrosesan informasi, pembelajaran serta perubahan sikap dan perilaku. Pengolahan informasi merupakan reaksi konsumen terhadap stimulus yang akan bergantung pada cara stimulus diproses, ini dapat sangat membentuk sikap dan perilaku.
Pemrosesan informasi juga mengacu pada proses yang suatu
stimulus dapat diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan akan diambil kembali. Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. Perspektif yang digunakan dalam perilaku konsumen terdiri dari perspektif pembelajaran kognitif dan pembelajaran behavoirisme. Perubahan sikap dan perilaku mempengaruhi sikap dan mengetahui perilaku konsumen adalah salah satu tugas yang paling mendasar tetapi menantang yang dihadapi oleh perusahaan. Mengetahui cara mempengaruhi sikap dan atau perilaku konsumen merupakan salah satu dari keterampilan paling berharga yang mungkin dimiliki oleh seorang pemasar. Pada penelitian yang dilakukan, proses psikologis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan kunjungan ke kawasan wisata, hal ini terwakili dengan persepsi pengunjung mengenai beberpa atribut wisata yang ada di PKT-KRB.
3.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Berwisata Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factors) dan faktor-faktor penarik (pull
25
factors).
Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor
internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan. Pitana dan Gayatri (2005) mengemukakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata antara lain: 1) Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2) Relaxation. Keinginan untuk penyegaran, yang berhubungan dengan motivasi untuk escape. 3) Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. 4) Strengthening family bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations). Keakraban hubungan kekerabatan ini juga terjadi diantara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama. 5) Prestige. Untuk menunjukan gengsi dengan mengunjungi destinasi yang menunjukan kelas dan gaya hidup yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status sosial. 6) Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat atau masyarakat lokal yang dikunjungi. 7) Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang biasa memberikan suasana romantis. 8) Educational opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain. 9) Self-fullfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri karena biasanya bias ditemukan pada saat kita menemukan daerah baru. 10) Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat agar bisa melakukan perjalanan. Pitana dan Gayatri (2005) menyatakan, ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam melakukan perjalanan wisata, yaitu:
26
1) Karakteristik
wisatawan,
baik
karakteristik
sosial,
ekonomi
(umur,
pendidikan, pendapatan dan pengalaman sebelumnya), maupun karakteristik perilaku (seperti motivasi, sikap dan nilai edukatif). 2) Kesadaran akan manfaat perjalanan, pengetahuan terhadap destinasi yang akan dikunjungi dan citra destinasi. 3) Gambaran perjalanan, meliputi jarak, lama tinggal di daerah tujuan wisata, kendala waktu dan biaya, bayangan akan risiko, katidakpastian dan tingkat kepercayaan terhadap biro perjalanan wisata. 4) Keunggulan daerah tujuan wisata, yang meliputi jenis dan sifat atraksi yang ditawarkan, kualitas layanan, lingkungan fisik dan sosial, situasi politik, aksesibilitas dan perilaku masyarakat lokal terhadap wisatawan yang juga sangat penting sebagai salah satu atribut daerah tujuan wisata adalah citra (image) yang dimiliki.
3.1.7 Analisis Regresi Logistik Regresi Logistik atau yang dikenal dengan logit merupakan bagian dari analisis regresi.
Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh peubah (-peubah)
penjelas (X) terhadap peubah respon (Y) melalui model matematis tertentu. Apabila peubah Y berupa peubah dengan skala numerik, maka analisis regresi yang diterapkan dapat menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Firdaus 2008).
Sedangkan jika peubah respon dalam analisis regresi berupa peubah
kategorik, maka analisis regresi yang dapat digunakan antara lain analisis regresi logistik. Menurut Firdaus (2008) berdasarkan tipe peubah kategorik peubah responnya, analisis regresi logistik dapat dibagi menjadi tiga yaitu regresi logistik biner, regresi logistik nominal dan regresi logistik ordinal. Pada penelitian ini digunakan regresi logistik biner, dimana variabel responnya (Y) bersifat biner. Istilah biner merujuk pada penggunaan dua buah bilangan 0 dan 1 untuk menggantikan dua kategori pada variabel respon. Secara umum, analisis regresi logistik menggunakan peubah penjelasnya, yang dapat berupa peubah kategorik ataupun peubah numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Dengan kata lain,
27
analisis regresi logistik merupakan suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Dalam analisis regresi logistik, pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi dari regresi linier ke logit.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional PKT-KRB merupakan lembaga pusat konservasi tumbuhan yang sudah sangat dikenal menjadi salah satu pilar utama bagi penyelamatan jenis-jenis tumbuhan yang hampir punah. Program yang dilakukan PKT-KRB mencakup pelestarian dan pengembangan pemanfaatannya. Pelestarian tumbuhan dilakukan dengan cara mengoleksi tumbuhan yang terancam punah untuk dikonservasi di kebun raya. Tidak hanya sebagai kawasan konservasi, PKT-KRB juga sebagai salah satu fasilitas publik dengan daya tarik wisata yang sudah dikenal luas, kebun raya banyak dikunjungi oleh wisatawan. Menginjak usianya yang ke 192 tahun, PKT-KRB mengalami penurunan pengunjung yang sangat signifikan sebesar 13,5 persen.
Hal ini menjadi
permasalahan yang cukup serius bagi PKT KRB, mengingat pengunjung yang walaupun bukan sebagai faktor utama dalam keberlangsungan kawasan, pemasukan yang berasal dari tiket masuk pengunjung, dijadikan sebagai dana pemeliharaan kebun raya, seperti pemeliharaan tanaman, perbaikan fasilitas dan lain-lain. Penurunan pengunjung tersebut dapat disebabkan oleh persaingan di sektor pariwisata yang semakin meningkat di daerah kabupaten dan Kota Bogor. Persaingan ini tidak hanya disebabkan oleh bermunculannya tempat wisata baru, tetapi dapat disebabkan oleh pelayanan kurang optimal dan keragaman keinginan konsumen dalam berwisata. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan jumlah kunjungan adalah dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB, agar pengunjung mau berkunjung kembali.
Pada
penelitian ini, peneliti mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian yang dikemukakan oleh Engel, Blackwell dan Miniard (1994) dan Pitana & Gayatri (2005) untuk mendapatkan faktor yang diduga mempengaruhi pengunjung berkunjung, namun dilakukan penyesuaian.
28
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan, dimulai dengan mengidentifikasi karakteristik pengunjung, yang terdiri dari karakteristik demografi (usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan), pengetahuan pengunjung, dan pengalaman.
Dengan dilakukannya identifikasi terhadap karakteristik
pengunjung akan diperoleh kesesuaian mengenai target atau pasar sasaran yang ditetapkan oleh pihak PKT-KRB dengan keadaan sebenarnya. Kajian tersebut bermanfaat bagi PKT-KRB agar mengetahui apakah kebijakan yang diterapkan selama ini telah sesuai dengan target pengunjung. Karakteristik pengunjung yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan tabulasi. Beberapa variabel dari karakteristik pengunjung selanjutnya diduga menjadi faktor yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB. Selain informasi dari karakteristik pengunjung, faktor yang diduga berpengaruh terhadap keinginan pengunjung untuk melakukan kunjungan, dalam hal ini kunjungan ulang, juga terdapat pada pihak PKT-KRB yaitu berupa daya tarik objek yang diukur melalui persepsi pengunjung mengenai beberapa atribut utama PKT-KRB.
Atribut wisata PKT-KRB yang dianggap penting dalam
mempengaruhi kunjungan antara lain harga tiket masuk, ketersediaan fasilitas, pelayanan karyawan, keamanan lokasi, koleksi tumbuhan, kenyamanan kawasan serta nilai edukatif. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, PKT-KRB mengalami penurunan pengunjung. Penurunan ini diindikasikan oleh adanya objek wisata sejenis yang terdapat di kabupaten dan Kota Bogor serta optimalisasi objek wisata PKT-KRB dalam hal sarana dan prasarana penunjang kurang baik.
Hal ini
menjadikan pengunjung semakin selektif dalam memilih suatu objek wisata, termasuk ke PKT-KRB.
Selain itu, pengunjung juga melakukan penilaian
terhadap alternatif objek kemudian melakukan pilihan yang terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia.
Dalam hal ini, persepsi menjadi penting mengingat
persepsi akan mempengaruhi perilaku aktual pengunjung tersebut.
Menurut
Sumarwan (2003) Persepsi merupakan cara seseorang melihat realitas di luar dirinya atau di dunia sekelilingnya.
Dalam hal ini pengunjung seringkali
memutuskan pembelian berdasarkan persepsinya terhadap produk atau jasa
29
tersebut. Hal demikian menuntut PKT-KRB untuk menyediakan berbagai fasilitas sesuai dengan kebutuhan pengunjung. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dipaparkan, hasil penelitian pendahuluan dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap berkepentingan, yakni pengelola dan beberapa orang pengunjung diperoleh faktorfaktor yang diduga mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB antara lain jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan ratarata per bulan, aksesibilitas, persepsi terhadap harga tiket masuk PKT-KRB, persepsi terhadap ketersediaan fasilitas, persepsi terhadap kenyamanan lokasi, persepsi terhadap jenis koleksi tumbuhan, persepsi terhadap kealamiahan lingkungan dan persepsi terhadap nilai edukatif. Faktor-faktor tersebut kemudian di diolah menggunakan analisis regresi logistik. Dari hasil analisis regresi logistik dengan variabel dependent (Y) bersifat biner, yaitu bernilai 1 jika pengunjung menyatakan ingin berkunjung kembali dan bernilai 0 jika pengunjung tidak akan berkunjung ke PKT-KRB kembali, yang dipengaruhi oleh variabel independent (X) diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Informasi mengenai faktor-faktor tersebut selanjutnya dijadikan bahan masukan bagi pengambil keputusan PKT-KRB dalam merumuskan kebijakan manajerial. Rekomendasi yang dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat demi peningkatan kualitas jasa yang dihasilkan PKT-KRB.
Bagan alur pemikiran penelitian
diperlihatkan oleh Gambar 2.
30
PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dan wisata alam mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan nusantara
Karakteristik 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan rata-rata perbulan Waktu tempuh dari rumah
Persepsi
7. Harga tiket masuk 8. Ketersediaan fasilitas 9. Pelayanan karyawan 10. Kenyamanan kawasan 11. Koleksi tumbuhan 12. Kealamiahan 13. Nilai edukatif
Kunjungan ulang ke PKT-KRB
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke PKT-KRB Dengan Pendekatan Model Regresi Logistik
Alternatif Kebijakan Manajerial PKT- KRB
Keterangan:
: Urutan konsep pemikiran operasional : Umpan balik
: Analisis Regresi Logistik Gambar 2. Bagan Alur Pemikiran Operasional Penelitian
31
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No.13 Bogor.
Pemilihan lokasi
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa PKT-KRB merupakan satu-satunya objek wisata alam dan kawasan konservasi yang berada di pusat Kota Bogor, kebun raya dengan koleksi tumbuhan tropis terlengkap di dunia dan salah satu tempat tujuan wisata yang paling bersejarah. Penelitian di lapang dilakukan selama September hingga November 2010.
4.2 Metode Penentuan Sampel Metode penarikan sampel dalam penelitian yang digunakan adalah nonprobability sampling. Metode ini digunakan karena tidak tersedianya sampling frame secara pasti dan tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Teknik non-probability sampling yang digunakan berdasarkan atas kemudahan dan kesediaan responden untuk diwawancarai (Simamora 2004). Responden adalah pengunjung atau wisatawan nusantara yang sedang menikmati PKT-KRB,
Adapun ketentuan yang dijadikan responden
adalah
sebagai berikut: 1) Usia minimal pengunjung adalah 15 tahun, karena diasumsikan mampu menjawab dan menganalisis pertanyaan dan informasi yang diberikan. 2) Jika pengunjung bersama keluarga, maka yang menjadi responden adalah kepala keluarga. 3) Jika pengunjung merupakan rombongan, maka yang dijadikan responden adalah siapa saja yang bersedia diwawancarai. 4) Jika berkunjung dalam rangka mengikuti acara sekolah atau perusahaan, maka yang menjadi responden adalah ketua kelompok sebagai individu yang memutuskan objek yang dikunjungi sebagai perwakilan, dipilih juga satu orang anggota kelompok tersebut untuk dijadikan responden.
32
Pennentuan jumlah samppel dari po opulasi yanng akan ditteliti digun nakan, dengan alaat bantu rum mus: n=
mlah sampell yang akan n diambil daari sejumlahh N populassi dan Dimana n adalah jum e adalah tiingkat kesallahan yang diharapkan sebesar 10 persen. Beerdasarkan data jumlaah pengunju ung yang berkunjung b g ke PKT-K KRB, diperoleh informasi bahwa b rata--rata jumlah h pengunjuung setiap bbulannya seebesar 71.739 oraang, sehinggga dengan menggunak m kan data terssebut dan niilai kritis seebesar 10 persen maka diperroleh jumlahh sampel seebanyak: n= =
= 99,9 100
Beerdasarkan perhitungan p n di atas, maaka jumlah sampel s penelitian ini adalah a 100 orangg.
Agar sampel s yanng diambil representattif atau meewakili pop pulasi
sebenarnyya, maka pengambilann responden n dilakukann pada hari dan jam yang dapat mew wakili perilaaku populassi pengunju ung yang beeragam yaituu pada hari kerja dan hari liibur yang diisesuaikan dengan d wak ktu buka dann tutup PKT T-KRB. Deengan usaha ini sampel ataau responden yang teerambil dihaarapkan meewakili pop pulasi T-KRB. sebenarnyya dari penggunjung PKT
4.3 Data dan Instru umentasi nelitian ini adalah dataa primer dan n data Jennis data yanng digunakaan dalam pen sekunder. Data prim mer diperolehh melalui wawancara w d dengan mannajer operassional dan beberrapa karyaw wan PKT-K KRB untuk memperoleh m h informasii tambahan yang bersifat mendukung m .
Selain itu, dilak kukan waw wancara keppada respo onden
mengenai faktor-fakt ktor yang memberi m peengaruh unntuk melakuukan kunju ungan ulang.
S Sedangkan data sekunnder dipero oleh dari sttudi literatuur yang reelevan
dengan peenelitian serta data-datta bersumber dari insttansi-instansi terkait seeperti Badan Pussat Statistikk, Dinas Kebudayaan dan d Pariwisaata dan pennelitian terdahulu yang terkaait dengan penelitian p inni.
33
4.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara dengan pihak PKT-KRB (bagian jasa dan informasi) dan pembagian kuesioner.
Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan setiap hari mulai
pukul 09.00 hingga 16.00. Waktu pengambilan sampel disesuaikan berdasarkan jam kunjungan dalam PKT-KRB. Wawancara langsung dan pembagian kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data primer dan sekunder meliputi studi literatur baik berupa artikel, jurnal maupun internet.
4.5 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung PKT-KRB adalah analisis deskriptif. Sedangkan data mengenai faktor yang mempengaruhi kunjungan ke PKT-KRB, diolah menggunakan alat bantu komputer software SPSS (statistical package for the social science) 16 for windows. 4.5.1 Analisis Dekriptif Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan data mengenai karakeristik pengunjung, yang ditabulasikan ke dalam kerangka tabel. Karakteristik pengunjung yang dianalisis antara lain jenis kelamin, usia, waktu tempuh dari rumah, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan rata-rata per bulan, status pernikahan, sumber informasi dan frekuensi kunjungan. Beberapa variabel dari karakteristik dan persepsi pengunjung diduga menjadi faktor yang mempengaruhi kunjungan. 4.5.2 Analisis Regresi Logistik Regresi logistik dapat dimanfaatkan untuk memprediksikan suatu variabel tidak bebas berdasarkan variabel bebas yang bersifat kontinyu atau kategorik. Menurut Hosmer dan Lameshow (1989), vektor x’ = (x1,x2,…,xp) menotasikan sebanyak p variabel bebas yang dilibatkan. P (Y=1│x) = π (x) adalah peluang bersyarat bahwa variabel tidak bebas menyatakan kejadian (y=1). β0 adalah konstanta dan β1,β2,...βp adalah koefisien dari masing-masing varabel bebas. Bentuk spesifik dari model regresi logistik adalah
34
(x) dapat ditransform d masikan dalaam logit, Y (x) ( menjadi: Y(x) = ln n[
]
Beerkaitan denngan model regresi logistik yang digunakan d ddalam penellitian, variabel dependent d m model adalah kunjung gan ulang ke k PKT-KR RB. Sedan ngkan variabel inndependentt adalah jennis kelamin, usia, pekeerjaan, penddapatan rataa-rata per bulan,, waktu yanng dibutuhkaan pengunju ung untuk menuju m PKT T-KRB, perrsepsi terhadap harga tikett masuk, persepsi p terh hadap keteersediaan faasilitas, perrsepsi terhadap pelayanan p k karyawan, p persepsi terrhadap kenyyamanan kaawasan, perrsepsi terhadap kealamiahan k n kawasan, persepsi teerhadap koleeksi tumbuhhan dan perrsepsi terhadap nilai n edukatiif. Dengan demikian, model m regreesi logistik dalam peneelitian ini adalah: Y(x) =
+
+ +
Dimana: Y Y= 1 Y= 0
= : : =
x1,…, x13 x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13
= = = = = = = = = = = = = =
+ +
+ +
+
+
+
+
Vaariabel depeendent, yaittu kunjungaan ulang ke P PKT-KRB Jikka ingin berrkunjung keembali Jikka tidak inggin berkunju ung kembalii Koonstanta Vaariabel indeependent Jeenis Kelaminn (Perempu uan=1, Laki--laki=0) Ussia (Tahun) Peendidikan Terakhir T (Peerguruan Tinnggi=1, Sekkolah=0) Peekerjaan (W Wirausaha=1, Bukan Wiirausaha=0)) Peendapatan raata-rata perb bulan (Rupiiah) W Waktu tempuuh dari rumaah ke PKT-K KRB (Jam)) Haarga tiket masuk m (Mahal=1, Murahh=0) Keetersediaan fasilitas (L Lengkap=1, Tidak lengkkap=0) Peelayanan kaaryawan (Baaik=1, Tidakk Baik=0) Keenyamanann lokasi (Nyaman=1, Tiidak Nyamaan=0) Kooleksi tumbbuhan (Leng gkap=1, Tiddak Lengkapp=0) Keealamiahann kawasan (B Baik=1, Tiddak Baik=0)) Niilai edukatiff (Baik=1, Tidak T baik= =0)
35
Hipotesa dari tiga belas variabel yang akan dianalisis adalah: 1) Jenis kelamin; Albertus (2010) melalui penelitiannya mengenai analisis proses keputusan berwisata dan kepuasan pengunjung di Kebun Raya Bogor, mengungkapkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak ditemui di PKT-KRB, sehingga jenis kelamin diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung ulang.
Jenis kelamin sangat berhubungan
dengan selera dan kebiasaan, sehingga diduga jenis kelamin perempuan cenderung konsumtif dibanding laki-laki. 2) Usia;
Pengunjung
yang
berbeda
usia
mengkonsumsi suatu produk atau jasa.
diduga
akan
berbeda
dalam
Perbedaan usia juga akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu produk atau jasa. Pengunjung yang lebih muda cenderung lebih konsumtif dibanding usia tua. Hal ini didukung oleh penelitian Albertus (2010) di Kebun Raya Bogor, mengungkapkan bahwa pengunjung usia muda lebih banyak ditemui daripada usia tua. Diduga usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali. 3) Pendidikan; Umumnya semakin tinggi pendidikan, maka semakin besar pula daya beli seseorang terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.
Diduga
pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali. 4) Pekerjaan; Diduga profesi wirausaha berhubungan positif dan signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali, pengunjung dengan pekerjaan wirausaha mempunyai peluang yang lebih besar untuk berkunjung kembali dibandingkan bukan wirausaha. Pengunjung yang memiliki pekerjaan wirausaha tidak memiliki waktu luang yang ditetapkan, sehingga wirausaha diduga mempunyai waktu luang yang lebih banyak dibandingkan pengunjung bukan wirausaha. 5) Pendapatan; Pendapatan berkaitan erat dengan sumberdaya yang dimiliki pengunjung. Jika sumberdaya yang dimiliki pengunjung meningkat, maka pengunjung tersebut juga akan meningkatkan konsumsinya terhadap suatu jasa atau produk. Dengan demikian pendapatan diduga berhubungan positif dan signifikan dengan keinginan berkunjung kembali.
36
6) Waktu tempuh dari rumah; Semakin sedikit/rendah waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk menuju ke lokasi, semakin baik aksesibilitas perjalanan tersebut, sehingga keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali semakin besar. Diduga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali. 7) Harga tiket masuk; Semakin mahal harga tiket, maka keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali semakin kecil. Diduga harga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keinginan pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang. 8) Ketersediaan fasilitas; Pengunjung yang datang akan merasa puas apabila kebutuhan secara umum dapat terpenuhi dengan baik.
Semakin lengkap
fasilitas, maka akan semakin besar keinginan untuk berkunjung kembali. Diduga ketersediaan fasilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali. 9) Pelayanan karyawan; Kecepatan pelayanan terhadap pengunjung mempunyai dampak pada keberhasilan jangka panjang dari suatu usaha. Semakin baik pelayanan karyawan maka akan semakin tinggi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali. Diduga pelayanan berpengaruh positif dan signifikan dengan keinginan berkunjung kembali. 10) Kenyamanan lokasi; Kenyamanan akan membawa pengunjung merasa tenang dan aman. Diduga kenyamanan lokasi berpengaruh positif dan signifikan dengan keinginan untuk berkunjung kembali. Semakin nyaman pengunjung, maka keinginan untuk kembali berkunjung semakin tinggi. 11) Koleksi tumbuhan; Diduga koleksi tumbuhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali ke PKT-KRB. Semakin lengkap koleksi tumbuhan, semakin besar keinginan untuk berkunjung kembali. 12) Kealamiahan; Diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali ke PKT-KRB. Semakin alami kawasan, semakin besar keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali. 13) Nilai edukatif; Diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali ke kawasan wisata.
Pengunjung yang datang akan
37
mempperoleh penngetahuan dengan d adan nya nilai edukatif di kawasan wisata, w sehinggga semakkin tinggi nilai eduk katif maka semakin bbesar keinginan penguunjung untuuk berkunjunng kembali..
4.5.2.1 Metode M Etim masi Regressi Logistik Terdapat
beberapa metode m estim masi logit,, yaitu meetode maximum
likelihoodd, noninteraactive weigghted least square dan d discrim minant fun nction analysis. Namun dem mikian, mettode yang um mum digunnakan dalam m software paketp paket statiistik adalah metode maaximum likelihood. Diamsusikan bahwa sampel yan ng didapattkan adalaah sebanyaak n pengamataan bebas beerupa pasanggan ( , ) , i = 1,2,… …,n. Untuk m membuat model, m perlu diteentukan estiimasi dari koefisien variabel v pennjelas yangg berupa veektor. ’(
) Benntuk fungi liikelihood ad dalah:
Prinsip likkelihood maaximum men nekankan bahwa nilai
yang akaan
n yang memaksimum m mkan fungsii l( ) digunakann sebagai esstimasi moddel adalah nilai di atas. Untuk U memuudahkan perhitungan, bentuk b yangg digunakann adalah log g dari fungsi terssebut, disebbut dengan log l likelihoo od. Bentukk dari persam maannya ad dalah:
4.5.2.2 Metode M Penggujian Paraameter Mo odel Penngujian parrameter moodel dilakuk kan dengann menguji ssemua param meter secara keeseluruhan (simultan) dan meng guji masingg-masing pparameter secara s terpisah (individual) ( . Uji rasio likelihood (likelihood ratio test) dapat digun nakan untuk mellihat pengarruh variabeel-variabel penjelas p yanng dimasukkan dalam model m untuk meenguji apakkah variabell memberik kan pengarruh terhadapp kebaikan n dari model denngan uji ratiio likelihoodd, mula-mu ula dicari nillai statistik G.
38
Deengan kata lain, l statistikk uji-G digu unakan untuuk menguji peranan varriabel penjelas di d dalam moodel secara bersama-sam b ma (Hosmerr & Lameshhow 1989) Dengan hiipotesis: Minim mal ada satuu
denngan i=1,2,… …,p
Pada hipotesiis nol bahhwa koefisiien dari vaariabel tertentu yang diuji bernilai nol, n statistikk G terditrribusikan mengikuti m s sebaran chii-square deengan derajat bebbas p.
d diterima ketika nilai sttatistik p-vaalue > α . U Untuk melak kukan
pengujian pengaruh variabel v pennjelas secarra individuaal terhadap variabel reespon, d Uji Waldd (Wald Teest) dapat diterapkan.
Statistik WJ perlu dihitung untuk u
melakukann Wald Testt.
j
adalah h penduga dari d
adalah penduga p daari standar eeror untuk
dan
.
Hipotesis yang dibangun pada ujji ini adalah h
=0 , j=1,2,…,pp Krriteria yang dipakai unttuk menolak k
p-value < α.
adalahh ketika nilaai dari two-ttailed
Addapun two-tailed p-va alue adalahh
, dengaan Z
menyatakaan suatu vaariabel acakk yang men ngikuti disttribusi norm mal standar,, atau jika
leebih besar dari nilai kritis k maka
1989). Deengan menggkuadratkann statistik
diterim ma. (Hosm mer dan Lem mesho , akan diddapatkan suaatu statistik yang
terdistribuusi mengikuuti sebaran chi-square c dengan d deraajat bebas saatu.
4.5.2.3 In nterpretasi Koefisien Paada model regresi r logistik dengaan satu variabel bebass, koefisien n dari variabel bebas b dirum muskan
j
= g(x+1))-g(x).
Kooefisien sloope menyaatakan
perubahann pada logit akibat suatu s perub bahan satu unit pada variabel bebas. b Interpretassi yang tepaat terhadap koefisien k seebuah modeel regresi loggistik tergan ntung
39
dari adanyya kemamppuan untuk memberikaan makna pada p perbeedaan antaraa dua logit (Hossmer dan Leemeshow, 2000). Caara yang palling umum untuk men nginterpretasikan modeel logistik adalah a dengan melibatkan m i istilah rasioo odds. Olleh karena itu logits ((koefisien model m regresi loggistik) haruus diubah kedalam k rassio odds (oodds ratio). Estimasi odds ratio dapaat dinyatakaan dalam duua bentuk yaitu y estimasi titik meenghasilkan n nilai estimasi ratio r odds berupa b satu angka terteentu. Sedanngkan dalam m estimasi silang s nilai estim masi ratio odds o beradda dalam su uatu selangg kepercayaaan tertentu u atau bukan mennyatakan saatu titik terteentu. Raasio odds merupakan m perbanding gan antara odds untukk x=1 dan odds untuk x = 0, adapun rumus r dari odds o rasio (OR) ( adalahh:
Secara umum apabila duaa nilai variaabel bebas yaitu y x =a daan x = b, maka perbedaann antara estim masi logit yang y dihitun ng pada duaa nilai tersebbut adalah
(
1+
2*
=
a) – (
0+
1 * (a
- b)
1 * b)
Estimasi dari rasio odds diperoleh d daari mengekssponensialkkan perbedaaan estimasi loogit di atas . = exp [
1 * (a-b)]
Ruumus diatass menunjukkan hubungaan antara estimasi e rassio odds, deengan estimasi koefisien k varriabel bebass. Adapun rumus umuum estimasi rasio oddss pada asalnya addalah
Estimasi oddds ratio sellang keperccayaan 1000*(1-α)% diiperoleh deengan d suatu selang keppercayaan untuk u menghitunng titik-titikk ujung (eendpoints) dari koefisien (
1),
kemuudian mengeksponenssialkan nilaai tersebut.
Pada varriabel
bebas kateegorik baik dikotomos atau poliko otomos, rum mus endpoints:
40
exp [
(
1
1)]
Sedangkan ruumus umum endpoints pada p variabbel bebas koontinyu, adaalah exxp [c
1
(
1)]
Deengan menyyatakan besaarnya unit perubahan p p pada variabeel bebas kontinyu (Hosmer ( daan Lemeshow w). Adda beberapaa kemungkinnan jenis vaariabel bebaas (penjelass) yang adaa pada model. Variabel penjjelas bisa beerupa variab bel yang beersifat dikotomos, kateg gorik, u kontinu attau kombinaasi dari dua atau tiga jeenis tersebutt. Ada caraa tersendiri untuk menginterrpretasikan koefisien k paada masing--masing jennis variabel bebas terseb but.
4.6 Defin nisi Operasiional Beeberapa bataasan istilah yang y digunakan dalam m penelitian adalah sebaagai berikut: 1) Penguunjung adaalah orang yang sedaang melakuukan perjalanan kunju ungan wisataa alam di PKT-KRB.
Variabeel tidak bebbas bernilaai 1 adalah h jika
penguunjung mennyatakan akaan mengunjjungi PKT-K KRB kembali, dan 0 adalah a jika pengunjung p menyatakann tidak akan n mengunjuungi PKT-K KRB kemballi. 2) Respoonden adalaah pengunjuung PKT-KRB yang beersedia untuuk diwawan ncarai dengaan usia miniimal responnden adalah h 15 tahun, karena k diasumsikan mampu menjaawab pertannyaan dan innformasi yaang diberikaan. 3) Pekerj rjaan adalahh aktivitas utama u pengu unjung. Daalam analisis logit pekeerjaan mewaakili waktuu luang yaang dimilik ki pengunjuung.
Sehiingga pekeerjaan
diklassifikasikan kedalam dua d kategorri, yaitu wiirausaha (pengunjung yang memppunyai usaha sendiri)) dan bukaan wirausaaha yang m meliputi peelajar, pegaw wai, karyaw wan swasta dan d ibu rum mah tangga. 4) Pendiidikan adalaah tingkat pendidikan p formal teraakhir penguunjung padaa saat peneliitian dilakukan. 5) Waktuu tempuh dari rumaah adalah waktu yanng dibutuhkkan pengun njung mencaapai lokasi yang menunnjukkan kem mudahan akksesibilitas m menuju lok kasi.
41
6) Harga tiket masuk adalah sejumlah nominal uang yang harus dibayarkan pengunjung untuk menikmati jasa PKT-KRB. 7) Persepsi adalah penilaian atau pengalaman tentang objek atau peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 8) Persepsi terhadap harga tiket masuk adalah penilaian pengunjung terhadap harga tiket masuk PKT-KRB. Istilah ‘mahal’ digunakan jika pengunjung merasakan harga tiket masuk lebih tinggi dibandingkan di tempat lain yang sejenis, atau jika pengunjung menganggap harga yang ditawarkan PKT-KRB tidak sesuai dengan jasa yang ditawarkan. Jika harga tiket dinilai sama atau lebih rendah dibandingkan tempat lain, maka digunakan kata ‘murah’. 9) Pelayanan karyawan adalah jasa yang diberikan karyawan PKT-KRB dalam rangka memenuhi kebutuhan pengunjung, meliputi kesopanan, keramahan, kecepatan, dan ketanggapan dalam menangani keluhan pengunjung. 10) Persepsi terhadap pelayanan karyawan adalah penilaian pengunjung terhadap pelayanan yang diberikan oleh PKT-KRB, pilihan “baik” jika pengunjung merasakan pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan pengunjung dan sebaliknya. 11) Ketersediaan fasilitas adalah ketersediaan berbagai fasilitas sebagai pendukung kegiatan wisata yang ada di PKT-KRB, seperti mushola, toilet dan lainnya. 12) Persepsi terhadap ketersediaan fasilitas adalah penilaian pengunjung terhadap kepuasan atas terpenuhinya kebutuhan yang diharapkan. Pengunjung akan menilai “lengkap” jika fasilitas yang diinginkan telah tersedia. Sebaliknya jika fasilitas yang diinginkan tidak terdapat di PKT-KRB, maka pengunjung akan berpendapat bahwa fasilitas di PKT-KRB “tidak lengkap”. 13) Kenyamanan lokasi adalah suasana yang dirasakan pengunjung saat melakukan kunjungan ke PKT-KRB, meliputi udara, kebersihan, bau serta ketenangan. Kenyamanan akan diperoleh konsumen jika kondisi lokasi sesuai dengan
yang
diharapkan,
misalnya
lingkungan
PKT-KRB
bersih,
ketersediaan fasilitas penunjang yang akan membuat nyaman seperti peneduh dan sarana lainnya.
42
14) Persepsi terhadap kenyamanan kawasan adalah penilaian pengunjung terhadap kenyamanan berada di PKT-KRB. Pengunjung akan menilai “nyaman” jika kawasan bersih, tenang dan aman, dan sebaliknya jika kawasan kotor, bising dan bau maka pengunjung akan berpendapat bahwa kawasan PKT-KRB “tidak nyaman”. 15) Koleksi tumbuhan adalah kelengkapan dan banyaknya jenis tumbuhan yang ada di PKT-KRB, termasuk tumbuh-tumbuhan langka yang berasal dari berbagai negara. 16) Persepsi terhadap koleksi tumbuhan adalah penilaian pengunjung terhadap jenis koleksi tumbuhan. Jika koleksi tumbuhan beragam maka pengunjung menilai “lengkap”, dan sebaliknya. 17) Kealamiahan kawasan adalah pemandangan dan suasana alam kawasan PKTKRB yang dapat memberikan nilai rekreatif atau nilai khusus terhadap pengunjung. 18) Persepsi terhadap kealamiahan adalah penilaian pengunjung terhadap kealamiahan kawasan PKT-KRB. Jika pengunjung merasakan kealamiahan, maka nilai “alami” diberikan dan sebaliknya. 19) Nilai Edukatif adalah unsur pendidikan yang ada di PKT-KRB. 20) Persepsi nilai edukatif adalah penilaian pengunjung terhadap fungsi pendidikan yang ada di PKT-KRB, hal ini terlihat dari papan interpretasi yang ada di setiap tumbuhan.
43
V GAMBARAN UMUM PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PKT-KRB merupakan lembaga botani bersejarah di Indonesia. Gagasan pendirian PKT-KRB berasal dari seorang botanis asal Jerman, yang berada di Indonesia yaitu Prof. Dr. Caspar George Carl Reinwardt. Beliau tertarik meneliti berbagai macam tanaman yang digunakan untuk pengobatan, sehingga memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti “tidak perlu khawatir”). Reindwart juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium yang kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense. Pada tanggal 15 April 1817, Reindwardt mencetuskan gagasannya untuk mendirikan Kebun Botani yang disampaikan kepada G.A.G.P. Baron Van Der Capellen, Komisaris Jenderal Hindia Belanda dan beliau akhirnya menyetujui gagasan Reinwardt.
Kebun Botani ini didirikan di samping Istana Gubernur
Jenderal di Bogor pada tanggal 18 Mei 1817, kemudian dilakukan pemancangan patok pertama yang menandai berdirinya kebun raya yang diberi nama “Slands Plantenium te Buitenzorg”.
Berdirinya kebun raya ini menandai tegaknya
kekuasaan Belanda dengan dimulainya kegiatan ilmu pengetahuan biologi, terutama bidang botani di Indonesia secara terorganisasi. Setelah kemerdekaan, lebih tepatnya tahun 1949 “Slands Plantentiun te Buitenzorg” berganti nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam (JPA), kemudian menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) dipimpin dan dikelola oleh bangsa Indonesia, dengan Direktur LPPA yang pertama adalah Prof. Ir. Kusnoto Setyodirwiryo.
Pada waktu LPPA mempunyai enam anak lembaga, yaitu
Bibliotheca Bogoriensis, Hortus Botanicus, Herbarium Bogoriensis, Treub Laboratorium, Museum Zoologicum dan Laboratorium Penyelidikan Laut. Untuk pertama kalinya tahun 1956, pimpinan kebun raya dipegang oleh bangsa Indonesia yaitu Sudjana Kasan menggantikan J. Douglas. Dalam perkembangan koleksi tanaman sesuai dengan iklim yang ada di Indonesia, Kebun Raya Bogor membentuk cabang di beberapa tempat, yaitu:
44
1) Kebun Raya Cibodas (Bergtuin te Cibodas, Hortus dan Laboratorium Cibodas) di Jawa Barat, luasnya 120 ha dengan ketinggian 1400 m, didirikan oleh Teysman Tahun 1866, untuk koleksi tanaman dataran tinggi beriklim basah daerah dan tanaman sub-tropis. Tahun 1891 kebun ini dilengkapi dengan laboratorium untuk penelitian flora dan fauna. 2) Kebun Raya Purwodadi (Hortus Purwodadi) di Jawa Timur, didirikan oleh Van Sloten tahun 1941. Luasnya 85 ha dengan ketinggian 250 ha m, untuk koleksi tanaman dataran rendah, iklim kering daerah tropis. 3) Kebun Raya “Eka Karya” Bedugul-Bali didirikan Tahun 1959 oleh Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo. Luasnya 159,4 ha dengan ketinggian 1400 m, untuk koleksi tanaman dataran tinggi beriklim kering.
5.2 Visi dan Misi Perusahaan PKT-KRB memiliki visi dan misi, sehingga PKT-KRB mempunyai arahan yang jelas dalam menjalankan kegiatannya. Visi KRB adalah menjadi kebun raya terbaik kelas dunia, terutama dalam bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan dan
pariwisata.
Misi KRB adalah 1)
Melestarikan tumbuhan tropika; 2) Mengembangkan penelitian bidang konservasi dan
pendayagunaan
tumbuhan
tropika;
3)
Mengembangkan
pendidikan
lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan; 4) Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat (Lampiran 2). PKT-KRB juga memiliki tujuan yaitu: 1) Mengkonservasi tumbuhan Indonesia khususnya dan tumbuhan tropika umumnya 2) Melakukan reintroduksi atau pemulihan tumbuhan langka 3) Memfasilitasi pembangunan kawasan konservasi ex-situ tumbuhan 4) Meningkatkan jumlah dan mutu penelitian terhadap konservasi dan pendayagunaan tumbuhan 5) Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan bidang konservasi ex-situ tumbuhan 6) Meningkatkan pendidikan lingkungan dan pelayanan jasa
45
5.3 Tugas dan Fungsi PKT-KRB sebagai lembaga ilmiah sangat produktif dalam menghasilkan karya-karya dan temuan-temuan barunya. Reputasi sebagai salah satu lembaga nasional telah mencapai taraf internasional.
Sejalan dengan perkembangan
kegiatan penelitian, PKT-KRB menjadi induk dari sejumlah lembaga penelitian di Indonesia dalam bidang biologi dan pertanian seperti Herbarium Bogoriens, Treub Laboratorium, Bibliotecha Bogoriense, Museum Zoologicum Bogoriense, dan Laboratorium Penyelidikan Laut. Terbitan ilmiah lembaga-lembaga ini menjadi salah satu sumber informasi penting untuk lembaga-lembaga lain di dunia. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.103 Tahun 2001 tentang susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dan Keputusan Kepala LIPI Nomor: 1151/M/2001 tentang organisasi dan tata kerja LIPI, maka KRB mengalami perubahan struktur baik tingkat eselon mapun nama lembaga. Perubahan tersebut dari UPT Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI (eselon III) menjadi PUsat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya BogorLIPI (eselon II). PKT-KRB mempunyai tugas dan fungsi melakukan konservasi tumbuhan secara ex-situ antara lain mencakup usaha melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan secara berkesinambungan melalui kegiatan pelestarian, penelitian, pendidikan dan rekreasi untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap dunia tumbuhan serta lingkungan hidup. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan yang didapatkan dari hasil eksplorasi dan pertukaran antar kebun raya dijadikan objek wisata baru serta tumbuhan langka yang telah diperbanyak dijual di masyarakat.
5.4
Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai di PKT-KRB pada tahun anggaran 2008 (keadaan
pegawai per 31 Desember 2008) sebanyak 376 orang.
Pegawai KRB yang
berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 243 orang, CPNS 63 orang dan tenaga honorer 64 orang.
46
5.5
Sumber Dana Sebagai salah satu instansi pemerintah, dana pengelolaan PKT-KRB
sebagian besar diperoleh dari pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sumber pendapatan lain yaitu dari hasil penjualan
karcis masuk kebun raya, dana-dana yang dihasilkan dari kerjasama dan bantuan dari pihak luar. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin antara lain, biaya pemeliharaan, pembangunan prasarana fisik, penelitian, publikasi, dokumentasi, pelayanan umum dan perjalanan dinas.
5.6 Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI dipimpin oleh seorang kepala pusat yang secara struktural membawahi bidang konservasi Exsitu, bagian tata usaha, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi dan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Baali serta kelompok fungsional peneliti yang bersifat non struktural. Struktur organisasi Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada Gambar 3. Bidang manajemen konservasi Ex-situ dipimpin oleh seorang kepala bidang yang membawahi empat kepala sub bidang, yaitu: 1) Sub bidang Pemeliharaan Koleksi 2) Sub bidang Registrasi Koleksi 3) Sub bidang Seleksi dan Pembibitan 4) Sub bidang Reintroduksi Tumbuhan langka Kelompok fungsional peneliti dipimpin oleh seorang kordinator peneliti. Bagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala bagian yang membawahi empat kepala sub bagian, yaitu: 1) Sub bagian Kepegawaian 2) Sub bagian Umum 3) Sub bagian Keuangan 4) Sub bagian Jasa dan Informasi
47
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Bidang Konservasi Ex situ Subbidang pemeliharaan koleksi
Bagian Tata Usaha Kelompok Jabatan Fungsional
Subbagian Kepegawaian Subbagian Keuangan
Subbidang Registrasi Koleksi
Subbagian Umum
Subbidang Reintroduksi
Subbagian Jasa dan Informasi
Subbidang Seleksi dan Pembibitan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali
Gambar 3. Struktur Organisasi PKT-KRB,LIPI Sumber: Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor Tahun Anggaran (2008) 5.7 Jasa dan Pelayanan PKT-KRB memberikan pelayanan jasa dan fasilitas ilmiah untuk menunjang ilmu dan pengetahuan dan teknologi, yaitu sebagai berikut: 1) Pelayanan jasa dan fasilitas ilmiah: Perpustakaan, fasilitas pendidikan dan penelitian, pameran 2) Pelayanan humas dan pemanduan: Kunjungan tamu negara, pemanduan wisatawan mancanegara, pemanduan tamu dinas dan tamu penelitian, pemanduan pelajar dan mahasiswa serta penyuluhan dan ceramah 3) Pelayanan jasa shooting film dan pelayanan dekorasi dan penjualan tanaman 4) Bimbingan kepada mahasiswa praktek dan siswa yang melakukan pendidikan sistem ganda.
48
5.8
Manajemen Pengelolaan Koleksi Tanaman Sebagai kebun botani yang mengoleksi ribuan tanaman, koleksi tumbuhan
di PKT-KRB perlu dipelihara dengan baik terutama koleksi tanaman langka, maka PKT-KRB melalui bidang konservasi ex-situ, melakukan kegiatan dimulai dari pengadaan bahan seleksi dan pembibitan, penanaman koleksi baru, pemeliharaan koleksi yang sudah ada, reintroduksi tanaman langka, pencatatan penambahan maupun pengurangan koleksi tanaman di kebun dan pencatatan pembungaan. Pemeliharaan koleksi tanaman di kebun dengan cara pemupukan, pemangkasan, penyemprotan anti hama, membersihkan gulma yang mengganggu dan penggemburan tanah. Pemeliharaan yang lebih intensif biasanya dilakukan kepada tanaman kritis, langka, sudah tua, kropos dan tanaman yang sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Untuk mendata keadaan tanaman koleksi
tanaman di kebun, baik pengurangan maupun penambahan koleksi termuat dalam katalog daftar tanaman koleksi.
5.9
Objek dan Daya tarik Wisata Kebun Raya Bogor sebagai pusat konservasi tumbuhan memiliki nilai
ilmiah yang tinggi dan telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai salah satu tempat wisata. Hal ini disebabkan karena PKT-KRB memiliki objek dan daya tarik wisata yang sangat menarik, bersejarah dan mengandung pengetahuan. Adapun objek dan daya tarik wisata tersebut adalah: 1) Teratai Raksasa (Victoria amazonia (Poepp.) Sowerby.) Teratai Raksasa merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah Amazon di Brazilia.
Teratai ini didatangkan pertama kali melalui Kebun Raya Leiden
Belanda pada Tahun 1860 dan menjadi salah satu objek daya tarik wisata yang disukai oleh banyak pengunjung. Hal ini karena bentuk daunnya uyang lebar dengan bunga warna putih yang berubah menjadi merah jambu setelah 2-3 hari. Berbunga setiap minggu satu kali. 2) Anggrek Raksasa (Grammatophyllum speciosum Bl.) Tumbuhan ini sering disebut anggrek raksasa, banyak disukai pengunjung karena tandan bunganya yang panjang dapat mencapai 1-1,5 meter dan
49
menghasilkan bunga mencapai 100 kuntum lebih pertandannya.
Bunganya
berwarna kuning berbintik-bintik coklat mirip macan sehingga disebut anggrek macan. Anggrek raksasa ini berasal dari Kalimantan. 3) Bunga Bangkai (Amorphopallus titanium Becc.) Bunga Bangkai merupakan salah satu objek daya tarik wisata unggulan di kebun raya. Bunga Bangkai atau dikenal dengan nama Amorphopallus titanium Becc, tergolong suku Araceae (talas-talasan) dan berasal dari Sumatera. Amorphopallus titanium Becc pertama kali ditemukan oleh Beccari seorang botanis asal Itali tahun 1878. Amorphopallus titanium Becc berbunga tiga tahun sekali, bunganya sangat indah, berwarna aneka ragam (violet, kuning, merah darah dan hijau kekuning-kuningan) berpadu menjadi satu dengan yang lainnya sehingga menarik setiap orang yang melihat.
Dibalik keindahannya,
Amorphopallus titanium Becc ini menghasilkan bau yang tidak sedap seperti bangkai tikus, oleh karena itu kebanyakan orang menyebutnya dengan bunga bangkai. 4) Kayu Raja (Kompassia excelsa (Becc.) Taub.) Kompassia excelsa ditanam di Kebun Raya Bogor pada Tahun 1914. Kompassia excelsa berasal dari Kalimantan. Pohon ini memiliki bentuk yang menarik karena berbatang lurus berwarna putih dan berakar banir yang besar. Kompassia excelsa di daerah asalnya disebut pohon kayu raja. Pohon kayu raja juga disenangi Lebah untuk membuat sarang madu pada dahannya, pohon ini tingginya dapat mencapai 50 meter dan pohon ini sudah mulai langka. 5) Jalan Kenari Jalan Kenari merupakan jalan yang di sebelah kiri dan kanannya ditanami pohon kenari (Canarium indicum L.), pohon kenari berasal dari Maluku. Saat ini pohon-pohon kenari tersebut usianya sudah lebih dari seratus tahun. Di Kebun Raya Bogor terdapat dua Jalan Kenari. Jalan Kenari I mulai dari pintu masuk utama sampai ke ujung jalan dekat belakang Istana Bogor, sedangkan Jalan Kenari II terletak di sebelah timur Sungai Ciliwung. Adanya pohon-pohon kenari ini, dapat menjadi ikon cendramata yang di buat dari pohon tempurung buah pohon kenari. 6) Pohon Tarzan (Entada phaseoloides (L.) Merr.)
50
Entada Phasoloides berasal dari Kalimantan dan Maluku. Di Kebun Raya Bogor, tanaman ini merambat pada pohon kenari yang satu ke pohon kenari yang lainnya. Di Jalan Kenari II, batangnya tampak bergelantungan menyebrangi jalan sehingga menarik perhatian wisatawan. Oleh karena itu, banyak wisatawan baik nusantara maupun mancanegara menyebutnya pohon tarzan. 7) Monumen Peringatan Isteri Raffless Monumen Peringatan Isteri Raffless dibangun oleh Stamford Raffles. Monumen ini dibangun untuk mengenang isterinya yang bernama Lady Olivia Marianne yang meninggal tahun 1814. 8) Pohon Lici (Litchi chinensis Sonn.) Litchi chinensis dikenal dengan nama pohon lici yang berasal dari China di Kebun Raya Bogor, pohon ini menarik karena merupakan pohon tertua yang ditanam pada tahun 1823. Pohon ini memiliki pertumbuhan yang subur dan sehat. Akanm tetapi pohon ini sudah tua dan sekarang sudah tidak berbuah lagi. 9) Taman Meksiko Taman ini disebut Taman Meksiko karena koleksi tanaman yang berada di taman ini sebagian besar dikumpulkan dari Meksiko. Taman meksiko banyak dikunjungi karena memiliki koleksi tanaman yang menarik seperti koleksi Kaktus, Agave, Yucca dan Pohon Lilin. 10) Taman Teysman Taman Teysman dibangun pada tahun 1884 oleh M. Treub. Di taman ini, dibangun sebuah Tugu Peringatan J.E Teysman untuk mengenang jasa-jasanya. Teysman menjabat direktur Kebun Raya Bogor tahun 1831-1867. Taman ini berbentuk formal garden (yang lazimnya dibuat di Eropa) dan ditanami pohonpohonyang dibentuk secara khusus, misalnya berbentuk piramida atau bundar. 11) Jalan Astrid Jalan Astrid merupakan jalan kembar yang dibangun untuk memperingati kunjungan Ratu Astrid dari belgia pada tahun 1929. Di tengah-tengah jalan kembar ini ditanami bunga tasbih (canna hybrida) yang berbunga merah dan kuning serta berdaun coklat.
Dari kejauhan warna-warna ini melambangkan
warna Bendera Belgia. Di kiri kanan jalan ditanami pohon-pohon damar (Agathis dammara (Lamb.) L.C. Rich) sehingga daerah ini kelihatan indah dan nyaman.
51
12) Pohon Jodoh Di Kebun Raya Bogor terdapat dua jenis pohon besar yang berdampingan. Pohon di sebelah kanan adalah sejenis beringin atau Ficus albipila yang termasuk family Moraceae, mempunyai kulit licin dan berwarna coklat hijau. Diperkirakan pohon ini merupakan specimen satu-satunya di Indonesia. Pohon di sebelah kiri adalah Meranti bunga atau Shorea leprosula termasuk family Dipterocarpaceae yang mempunyai kulit kasar berwarna gelap.
Perbedaan bentuk dan warna
kulitnya yang menggambarkan sepasang pengantin, banyak yang menyebutnya pohon jodoh. 13) Lain-lain Selain bangunan dan tanaman, terdapat beberapa tempat dan tanaman menarik untuk diketahui. Tempat dan tanaman tersebut adalah Laboratorium Treub, Jembatan Gantung, Taman Bhineka, Rumah Anggrek, Perpustakaan Konservasi dan Museum Zoology.
5.10 Segmentasi, Targeting dan Positioning Kebun Raya Bogor Pada dasarnya suatu perusahaan melibatkan strategi pemasaran yang diharapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Strategi
merupakan cara pencapaian idealisme pemasaran dengan cara penetapan konsumen yang diinginkan melalui persepsi tertentu yang ingin dicapai. Strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran dan positioning. Kebun Raya Bogor sebagai kawasan konservasi dan wisata alam belum melakukan pemasaran secara efektif, dalam hal ini segmentasi, targeting dan positioning PKT-KRB belum ditetapkan secara tertulis.
Hal ini disebabkan
karena fungsi utama PKT-KRB adalah kawasan konservasi, sehingga keuntungan bukan menjadi tujuan utama dari PKT-KRB. Salah satu visi PKT-KRB adalah di bidang pariwisata, oleh sebab itu dibutuhkan pemasaran untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen. PKT-KRB tidak menetapkan strategi pemasaran secara tertulis, namun dari hasil wawancara
52
kepada pihak PKT-KRB (Bagian Jasa dan Informasi) diperoleh beberapa informasi mengenai segmentasi, targeting dan positioning PKT-KRB, yaitu: 1) Segmentasi Segmentasi merupakan proses membagi atau mengelompokkan pasar ke dalam beberapa segmen.
PKT-KRB melakukan segmentasi pasarnya dengan
menggunakan variabel geografi, demografi dan psikografi.
Segmentasi pasar
yang diambil oleh PKT-KRB adalah dengan membagi pasarnya ke dalam segmen daerah asal pengunjung, usia, jenis kelamin, pendapatan rata-rata per bulan, dan juga segmen pasar yang menyukai wisata alam. 2) Targeting Targeting merupakan proses menyeleksi segmen pasar atau pemilihan target pasar potensial yang akan diambil perusahaan sebagai kelanjutan dari proses segmentasi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam pemilihan target pasar, PKT-KRB menyatakan bahwa semua orang sebagai sasaran pasar, baik laki-laki maupun perempuan, dan seluruh kalangan 3) Positioning Positioning merupakan usaha perusahaan untuk mendapatkan citra dari konsumennya.
Selain itu, positioning juga dilakukan oleh perusahaan untuk
memposisikan dirinya dalam industri wisata. Positioning Kebun Raya Bogor yaitu sebagai pusat konservasi tumbuhan dan kawasan wisata alam dimana terdapat beragam jenis tumbuhan tropis dari dalam negeri maupun luar negeri.
53
VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap karakteristik pengunjung PKT-KRB dengan tujuan mengidentifikasi kesesuaian segmen yang dibidik oleh PKT-KRB.
Gambaran umum mengenai karakteristik pengunjung PKT-KRB
diwakili oleh beberapa orang pengunjung yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel yang diambil untuk dijadikan responden diharapkan dapat menggambarkan kondisi sebenarnya dari seluruh populasi pengunjung PKT-KRB. Adapun karakteristik pengunjung yang dikaji meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan rata-rata perbulan, waktu tempuh, status pernikahan, kota asal pengunjung, frekuensi kunjungan, sumber informasi dan minat untuk melakukan kunjungan. Dengan diketahui karakteristik pengunjung, perusahaan dapat melakukan evaluasi mengenai kesesuaian antara pengunjung yang ada dengan segmen yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, PKT-KRB dapat lebih memfokuskan kegiatannya dalam memproduksi suatu jasa dengan menyediakan berbagai fasilitas yang disesuaikan dengan keadaan pengunjung, sehingga aktivitas usaha menjadi lebih efektif, dalam hal ini PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dan menjadi salah satu tempat tujuan wisata alam.
6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 100 orang pengunjung PKTKRB yang dijadikan responden, sebanyak 62 orang berjenis kelamin perempuan. Hal ini menggambarkan sebagian besar pengunjung PKT-KRB adalah perempuan. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 62 38 100
62 38 100
Berdasarkan Tabel 5, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar pengunjung yang mengunjungi PKT-KRB didominasi oleh pengunjung berjenis kelamin
54
perempuan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Albertus (2010) di PKT-KRB yang menyatakan bahwa pengunjung perempuan lebih banyak dari pengunjung lakilaki yang berkunjung ke PKT-KRB. Dari hasil wawancara, beberapa pengunjung laki-laki menyatakan bahwa kunjungan ke PKT-KRB dilakukan karena dipengaruhi oleh pengunjung perempuan yang merupakan teman, istri, keluarga serta adanya kewajiban untuk mengunjungi PKT-KRB, seperti study tour. Hasil ini dapat dimanfaatkan oleh PKT-KRB untuk meningkatkan minat pengunjung laki-laki untuk berkunjung ke PKT-KRB, yaitu dengan menyediakan paket wisata menarik yang mendukung aktivitas-aktivitas yang disukai oleh lakilaki seperti jejak petualang atau pengamatan satwa di PKT-KRB, sehingga selain menikmati panorama dan objek wisata alam yang ada di PKT-KRB, pengunjung laki-laki juga memiliki pilihan lainnya.
Manajemen paket wisata tersebut dapat
dialihkan kepada pihak lain dengan perjanjian kerja sama, sehingga citra kebun raya sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan tetap terjaga dengan baik.
6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status pernikahan berkaitan dengan keputusan seseorang terhadap kegiatan wisata. Hal ini dapat dijelaskan bahwa keluarga dapat memberikan pengaruh yang cukup besar dalam menentukan objek wisata yang akan dikunjungi. Pengunjung yang telah menikah dan berkeluarga biasanya melakukan kunjungan bersama dengan seluruh anggota keluarga. Dengan adanya informasi tentang status pernikahan tersebut, diharapkan pihak pengelola memahami apa yang sebaiknya dilakukan kepada pengunjung, baik yang sudah berkeluarga maupun pengunjung yang belum berkeluarga.
Tabel 6, memuat informasi mengenai
sebaran status pernikahan responden. Tabel 6. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Menikah Belum Menikah Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 23 77 100
23 77 100
Berdasarkan Tabel 6, dapat dijelaskan bahwa persentase kategori responden yang belum menikah lebih besar dibandingkan dengan kategori sudah
55
menikah. Jumlah persentase responden yang belum menikah adalah sebesar 77 persen dan sudah menikah 23 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa PKT-KRB setiap harinya lebih banyak dikunjungi oleh pengunjung yang belum berkeluarga yaitu pelajar. PKT-KRB selain sebagai kawasan wisata alam, juga merupakan kawasan konservasi yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan tentang ilmu tumbuhan dan sejarahnya, sehingga banyak dikunjungi oleh rombongan pelajar. Hal ini dapat dijadikan masukan dan potensi bagi PKT-KRB dalam meningkatkan pelayanannya bagi kaum muda seperti penambahan paket wisata pendidikan lingkungan yang dikemas dengan menarik.
6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kasali (2000) menyatakan bahwa usia dibagi menjadi lima kategori, yaitu masa transisi (usia 17-23 tahun), masa pembentukan keluarga (usia 24-30 tahun), masa peningkatan karir (usia 31-40 tahun), masa kemapanan (usia 41-50 tahun) dan masa pensiun (usia 51-65 tahun). Berdasarkan observasi lapang, PKT-KRB memiliki pengunjung dengan beragam usia mulai dari remaja hingga manula. Pada penelitian ini, pengunjung yang diambil untuk dijadikan responden dibatasi pada usia 15 tahun keatas dengan pertimbangan bahwa pengunjung pada usia tersebut dianggap telah dapat memahami pertanyaan yang akan diberikan sehingga mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
Setelah dilakukan
wawancara terhadap 100 orang responden, diperoleh informasi bahwa sebagian besar pengunjung PKT-KRB berada pada masa transisi yaitu berusia antara 17 hingga 23 tahun. Kelompok usia terendah yaitu berada pada masa pensiun yaitu usia lebih dari 50 tahun. Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia diperlihatkan oleh Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Usia Usia 15-23 24-30 31-50 > 50 Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 55 27 14 4 100
55 27 14 4 100
56
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa usia pengunjung PKT-KRB sangat bervariasi. Hal ini mengindikasikan PKT-KRB merupakan objek wisata yang diminati oleh pengunjung dengan berbagai usia. Namun usia lebih banyak dari usia 15 hingga 23 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa PKT-KRB berhasil meraih pengunjung dengan usia 15 hingga 23 tahun sehingga ini sesuai dengan target pasar yang ditentukan.
Untuk itu, PKT-KRB dapat meningkatkan pelayanannya dengan
memberikan promosi kepada kisaran usia tersebut melalui pemeriksaan pada kartu identitas diri pengunjung seperti kartu tanda pelajar, kartu tanda mahasiswa, KTP atau SIM. Promosi yang paling berpengaruh terhadap usia muda 15 hingga 23 tahun ini adalah potongan harga tiket masuk atau bonus tiket untuk sepuluh kali tiket masuk yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa PKT-KRB adalah tempat yang memiliki panorama alami dengan lahan wisata yang luas dan memberikan ketertarikan dan keingintahuan yang besar bagi kaum muda untuk menjelajahinya.
6.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tingkat
pendidikan
merupakan
salah
satu
indikator
kemapanan
pengunjung. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh responden dan bukan tingkat pendidikan yang sedang dijalani saat ini.
Tabel 8 menampilkan distribusi karakteristik pendidikan terakhir
pengunjung PKT-KRB. Tabel 8. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Terakhir Perguruan Tinggi Sekolah (SMA dan SMP) Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 43 57 100
43 57 100
Berdasarkan Tabel 8, dapat dijelaskan bahwa pengunjung PKT-KRB umumnya memiliki tingkat pendidikan terakhir sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil identifikasi target PKT-KRB yang menyatakan bahwa pelajar merupakan pengunjung
yang
diharapkan
berkunjung
meningkatkan pendidikan lingkungan.
ke
PKT-KRB
dalam rangka
Informasi tingkat pendidikan terakhir
57
dapat memberi masukan kepada PKT-KRB tentang kebijakan wisata yang lebih efektif dalam rangka memberi pelayanan yang lebih baik pada pengunjung dengan pendidikan terakhir sekolah. Salah satunya adalah bagian jasa dan informasi yang melakukan sosialisasi tentang wisata alam dan konservasi PKT-KRB di perguruan tinggi dan sekolah yang ada di Kota Bogor.
6.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Menurut Engel Blackwell dan Miniard (1994), pekerjaan yang dilakukan oleh pengunjung sangat mempengaruhi gaya hidup pengunjung dan merupakan satu-satunya basis terpenting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek. Tabel 9, menunjukkan keragaman jenis pekerjaan pengunjung PKT-KRB. Tabel 9. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Wirausaha Pelajar Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 19 24 22 10 18 7 100
19 24 22 10 18 7 100
Berdasarkan Tabel 9, dapat dijelaskan bahwa dari 100 orang pegunjung PKT-KRB yang dijadikan responden, sebagian besar berprofesi bukan wirausaha yang diwakilkan oleh pelajar yaitu sebesar 24 persen. Hal ini sesuai dengan target pasar yang dituju oleh PKT-KRB yaitu lebih memfokuskan kepada pengunjung dengan profesi pelajar. Sebaran pekerjaan pengunjung ini dapat dijadikan sebagai sasaran pemasaran, khususnya promosi lebih lanjut bagi manajemen PKT-KRB sehingga diharapkan stratergi pemasaran yang diterapkan dapat lebih tepat sasaran sesuai dengan segmen yang telah ditentukan.
6.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan
sangat
dipengaruhi
oleh
pendidikan
dan
pekerjaan.
Pendapatan yang dimaksud adalah penghasilan rata-rata per bulan yang diterima oleh pengunjung. Untuk ibu rumah tangga, yang dimaksud dengan pendapatan pada penelitian ini adalah besarnya penghasilan yang diterima dari suami per
58
bulan, sedangkan untuk pelajar dan mahasiswa adalah besarnya uang saku yang diterima tiap bulannya. Sumarwan (2003) menyatakan bahwa jumlah pendapatan yang diperoleh akan menggambarkan daya beli dari pengunjung. Semakin besar pendapatan yang diterima seseorang, maka semakin besar pula daya beli seseorang terhadap barang atau jasa yang ditawarkan. Tingkat pendapatan juga mempengaruhi seseorang dalam memilih bentuk wisata yang sesuai untuk diri dan keluarga.
Tabel 10, menunjukkan informasi mengenai besarnya pendapatan
pengunjung PKT-KRB. Tabel 10. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan Rata-rata Per bulan < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 Rp 3.000.000 - Rp 4.000.000 > Rp 4.000.000 Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 34 27 25 14 100
34 27 25 14 100
Berdasarkan Tabel 10, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan rata-rata per bulan di bawah Rp 1.000.000.
Hal ini
mengindikasikan bahwa PKT-KRB lebih banyak dikunjungi oleh pelajar. Informasi mengenai besarnya pendapatan pengunjung dapat berguna untuk membuat kebijakan wisata khusus untuk pelajar.
6.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Tempuh Waktu tempuh yang dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk mencapai lokasi PKT-KRB. Waktu tempuh menggambarkan aksesibilitas dan kemudahan transportasi dalam mencapai lokasi.
Aksesibilitas yang baik
dapat ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasarana yang menunjang, termasuk ketersediaan penunjuk arah. Tabel 11, menunjukkan sebaran waktu tempuh responden. Tabel 11. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Waktu Tempuh Waktu Tempuh (Jam) < 1 Jam 1-3 Jam > 3 Jam Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 29 52 19 100
29 52 19 100
59
Berdasarkan Tabel 11, Waktu tempuh dari 100 orang pengunjung yang dijadikan responden bervariasi yaitu kurang dari 1 jam hingga lebih dari 3 jam, dengan waktu tempuh terbanyak yaitu 1 sampai 3 jam. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar pengunjung PKT-KRB merupakan pengunjung dengan domisili yang tidak jauh dari Kota Bogor yaitu daerah sekitar Jabodetabek, khususnya dari Jakarta. Informasi mengenai waktu tempuh pengunjung menunjukkan bahwa PKT-KRB merupakan kawasan wisata alam yang diminati karena lokasi yang strategis dan dekat dengan pusat kota.
6.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal Daerah asal diukur berdasarkan lokasi tempat tinggal responden. Daerah asal akan memperlihatkan dari daerah mana saja dan berapa banyak pengunjung yang menjadi responden penelitian berasal. Untuk jumlah responden terbesar berasal dari Jakarta dengan jumlah 35 orang. Sebaran Responden Berdasarkan kota asal ditunjukkan oleh Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Daerah Asal Kota Asal Bogor Jakarta Depok Tangerang Bekasi Sukabumi Tasikmalaya Serang Semarang Lampung Jambi Riau Padang Medan Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 26 35 8 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 100
26 35 8 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 100
Pada Tabel 12, diperoleh informasi bahwa pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB berasal dari berbagai kota di Indonesia, namun sebagian besar berasal dari Jabodetabek, kecenderungan ini dapat terjadi karena lokasi PKT-KRB yang terletak di pusat Kota Bogor sehingga pengunjung yang berasal dari Bogor
60
khususnya lebih mudah mencapai PKT-KRB. Persentase terbesar berasal dari Kota Jakarta. Besarnya tingkat kunjungan yang berasal dari Jakarta dipengaruhi oleh jarak yang relatif dekat yang ditempuh dalam waktu lebih singkat dan aksesibilitas yang baik karena telah adanya fasilitas jalan tol jagorawi, selain itu karena penduduk Jakarta memiliki kebutuhan untuk mencari tempat yang beriklim sejuk dan tingkat pencemaran yang minimal. Hasil analisis terhadap karakteristik pengunjung
berdasarkan
daerah
asal
dapat
digunakan
sebagai
dasar
pengelompokkan pengunjung, selanjutnya dapat digunakan oleh perusahaan untuk melihat ada tidaknya perbedaan kebutuhan atau keinginan tingkat kepuasan pengunjung.
6.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Pengunjung mengetahui keberadaan PKT-KRB dari berbagai sumber informasi. Dalam tahap ini, sumber informasi mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pengunjung untuk membeli suatu produk ataupun jasa tertentu. Tabel 13, menunjukkan sebaran responden berdasarkan sumber informasi. Tabel 13.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Sumber Informasi Media Teman Keluarga Diri sendiri Sekolah Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 24 33 28 7 8 100
24 33 28 7 8 100
Berdasarkan data pada Tabel 13, diketahui bahwa pengunjung mengetahui tentang PKT-KRB dari berbagai informasi, namun sebagian besar pengunjung memperoleh informasi mengenai PKT-KRB dari teman.
Berdasarkan hasil
observasi lapang, beberapa pengunjung merupakan kelompok yang datang bersama teman, hal ini mengindikasikan bahwa promosi melalui teman mengenai PKT-KRB lebih efektif, sehingga membuat informasi yang diperoleh mengenai PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dan wisata alam lebih banyak berasal dari teman.
61
6.10
Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Frekuensi
kunjungan
yang
dimaksud
adalah
jumlah
kunjungan
pengunjung PKT-KRB ketika penelitian dilakukan (wawancara).
Frekuensi
kunjungan merupakan salah satu cara untuk melihat konsumen loyal atau tidak dengan apa yang telah diberikan oleh produsen. Informasi mengenai sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi kunjungan disajikan pada Tabel 14. Tabel 14.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan
Frekuensi Kunjungan Pertama kali Dua kali Tiga kali Lebih dari tiga kali Total
Jumlah (orang)
Persentase (%) 32 23 5 40 100
32 23 5 40 100
Mengacu pada Informasi yang terdapat pada Tabel 14, diketahui bahwa sebagian besar pengunjung telah melakukan kunjungan sebelumnya ke PKTKRB. Bahkan sebanyak 40 pengunjung telah mengunjungi PKT-KRB lebih dari tiga kali.
Hal ini disebabkan PKT-KRB merupakan satu-satunya kawasan
konservasi dan wisata alam dengan tata lanskap dan panorama bernuansa alami yang berada di pusat Kota Bogor sehingga mudah dicapai.
6.11
Karakteristik Responden Berdasarkan Tujuan Kunjungan Pengunjung yang melakukan kunjungan ke PKT-KRB memiliki tujuan
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
Berdasarkan studi
lapang, ada pengunjung dengan tujuan liburan, study tour, penelitian, syuting film, pernikahan, perpisahan, arisan dan reuni.
Namun, kebanyakan pengunjung
tersebut memiliki tujuan akhir untuk wisata/berekreasi di PKT-KRB Tabel 15, menunjukkan sebaran responden berdasarkan tujuan melakukan kunjungan.
62
Tabel 15.
Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tujuan Melakukan Kunjungan
Tujuan Melakukan Kunjungan Berwisata/Berlibur Olahraga Tambahan pengetahuan Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
78 7 15 100
78 7 15 100
Dari 100 orang responden, sebagian besar pengunjung berkunjung ke PKT-KRB dengan tujuan berwisata yaitu sebesar 78 persen. Hal ini disebabkan karena PKT-KRB merupakan kawasan wisata alam yang memiliki panorama alami yang dapat menghilangkan kejenuhan dan memberikan suatu ketenangan bagi pengunjung yang berkunjung. Selain itu, sebanyak 15 orang melakukan kunjungan dengan tujuan tambahan pengetahuan, hal ini karena PKT-KRB merupakan kawasan konservasi yang mengandung sejarah dan ilmu pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan tropis, selain itu juga terdapat Museum Zoology dan Rumah Anggrek sehingga pengetahuan pengunjung menjadi bertambah. Sedangkan 7 orang lainnya melakukan kunjungan ke PKT-KRB dengan tujuan untuk berolahraga, hal ini disebabkan karena PKT-KRB juga merupakan kawasan yang alami dan luas sehingga cocok sebagai tempat berolahraga seperti jogging. Untuk itu PKT-KRB tetap mempertahankan program reintroduksi (perbanyakan jumlah tanaman) dan pemulihan tumbuhan yang berguna untuk perbanyakan tanaman dan pemulihan tumbuhan yang terancam punah, sehingga semakin banyak tumbuhan langka yang dapat diselamatkan dari kepunahan dan panorama alam PKT-KRB tetap terjaga dan panorama alami PKT-KRB dapat terpelihara.
6.12
Karakteristik Responden Berdasarkan Minat Kunjungan Ulang Sebagian besar pengunjung PKT-KRB menyatakan keinginannya untuk
berkunjung kembali.
Minat terbesar dimiliki oleh pengunjung pelajar yang
umumnya adalah peminat wisata alam dengan daerah domisili sekitar Jabodetabek. Bagi pengunjung yang berasal dari luar Jabodetabek, kunjungan ke PKT-KRB cenderung merupakan jalan-jalan yang sekedar ingin mengetahui saja, sehingga sebanyak 19 persen pengunjung tidak ingin kembali ke PKT-KRB. Tabel 16, menunjukkan sebaran pengunjung berdasarkan minat untuk melakukan kunjungan ulang.
63
Tabel 16. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Minat Kunjungan Ulang Kunjungan Ulang
Jumlah (orang)
Ya Tidak Total
Persentase (%) 81 19 100
81 19 100
Pada Tabel 16, diperoleh informasi sebesar 81 persen atau sebanyak 81 orang pengunjung menyatakan keinginannya untuk kembali berkunjung ke PKTKRB. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa hanya 19 orang pengunjung yang tidak ingin melakukan kunjungan ulang, namun pihak PKT-KRB harus tetap melakukan evaluasi agar visi PKT-KRB dapat benar-benar berjalan. Hasil analisis terhadap karakteristik pengunjung PKT-KRB menunjukkan bahwa pengunjung PKT-KRB memiliki keragaman yang menandakan adanya suatu perbedaan yang dilihat dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan rata-rata per bulan, status pernikahan, kota asal pengunjung, frekuensi kunjungan, sumber informasi, tujuan melakukan kunjungan dan minat untuk melakukan kunjungan ulang.
Berdasarkan hasil identifikasi
terhadap karakteristik responden, diketahui bahwa umumnya responden berjenis kelamin perempuan, memiliki rentang usia 15 hingga 23 tahun, pendidikan terakhir sekolah, berprofesi sebagai pelajar, memiliki pendapatan rata-rata di bawah Rp.1.000.000,00 per bulan, belum menikah, berasal dari Jakarta, membutuhkan waktu tempuh selama 1 jam sampai 3 jam, telah mengunjungi PKT-KRB lebih dari tiga kali, tujuan melakukan kunjungan untuk berwisata, memperoleh informasi mengenai PKT-KRB dari teman dan memiliki keinginan untuk mengunjungi PKT-KRB kembali.
Dengan melihat usia, profesi dan
besarnya pendapatan serta ciri lainnya, dapat disimpulkan bahwa pengunjung PKT-KRB umumnya adalah pelajar. Hal ini sesuai dengan target pasar PKTKRB yang mengharapkan pelajar lebih banyak berkunjung, mengingat positioning PKT-KRB yaitu sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan dalam rangka peningkatan pendidikan lingkungan. Hasil identifikasi terhadap karakteristik responden ini sesuai dengan informasi yang diperoleh dari pihak manajemen PKT-KRB yang menyatakan bahwa segmen pasar yang dituju oleh PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dan
64
wisata alam adalah masyarakat semua golongan, namun lebih ditekankan kepada pelajar. Segmen tersebut dipilih karena karakteristik PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dengan menitik beratkan terhadap ilmu pengetahuan memiliki kesesuaian dengan karakteristik segmen tersebut dengan mempertimbangkan bahwa rekreasi merupakan kebutuhan tersier. PKT-KRB memilih segmen pasar berdasarkan tujuan awal dari PKT-KRB yaitu sebagai kawasan konservasi.
65
VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN KE PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik atau model logit untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB (Lampiran 1). Variabel-variabel independent yang diduga mempengaruhi kunjungan ulang ke PKT-KRB adalah jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan rata-rata perbulan, waktu tempuh dari rumah, harga tiket masuk, ketersediaan fasilitas, pelayanan karyawan, kenyamanan kawasan, koleksi tumbuhan, kealamiahan dan nilai edukatif. Variabel dependent yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan yaitu apakah pengunjung ingin berkunjung kembali (Y=1) atau tidak ingin berkunjung kembali (Y=0). Nilai untuk masing-masing koefisien dalam model dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Ulang Pengunjung PKT-KRB Variabel
Koefisien (ß)
Standar Deviasi (S.E)
Jenis Kelamin
Wald
p-value (Sig)
Odds Ratio (Exp(B))
1.356
0.823
2.711
0.100
3.879
Usia
-0.096
0.084
1.321
0.250
0.908
Pendidikan
-0.143
0.709
0.041
0.840
0.867
Pekerjaan
0.398
0.973
0.167
0.683
1.489
Pendapatan
0.000
0.000
0.726
0.394
1.000
-0.011
0.007
2.932
0.087
0.989
Harga Tiket Masuk
0.052
0.720
0.005
0.942
1.053
Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Karyawan
1.490
0.676
4.865
0.027*
4.438
0.431
0.783
0.303
0.582
1.538
Kenyamanan
Waktu Tempuh
1.476
0.746
3.911
0.048*
4.376
Koleksi Tumbuhan
-1.024
0.893
1.316
0.251
0.359
Kealamiahan
-0.032
1.090
0.001
0.976
0.968
Nilai Edukatif
-1.676
1.515
1.224
0.269
0.187
Statistik-G = 97,953
Ket:*Menunjukkan signifikansi secara statistik pada tingkat peluang 5 %
66
Tabel 17, memperlihatkan nilai koefisien masing-masing variabel penjelas yang membangun model regresi logistik penelitian. Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen atau dengan taraf nyata (α) sebesar 5 persen. Analisis logistik menghasilkan nilai Statistik G sebesar 97,953 (-2loglikelihood). Hasil ini menunjukkan bahwa minimal ada satu slope model yang tidak sama dengan nol. Dengan kata lain minimal ada salah satu variabel dari beberapa variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Pengujian Goodness of fit (uji akurasi model) dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari metode uji Pearson, Deviance dan Hosmes&Lemeshow. Nilai ‘p’ pada uji tersebut menunjukkan angka yang lebih besar dibandingkan nilai α (0,05) sehingga mengindikasikan bahwa model sudah cukup baik dalam mempresentasikan data yang ada dan cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. Selanjutnya dalam analisis regresi logistik, dilakukan pengujian satu persatu pada masing-masing variabel independent. Analisis ini ditunjukkan untuk mengetahui apakah suatu variabel berpengaruh positif atau negatif terhadap keinginan berkunjung kembali dan apakah variabel tersebut signifikan atau tidak.
7.1 Uji Signifikansi Model dan Variabel Bebas Pada tabel hasil estimasi regresi logistik dapat dilihat bahwa secara satu persatu, tidak semua variabel independent mempengaruhi secara signifikan peluang kunjungan ulang pada taraf nyata lima persen. Variabel independent yang pengaruhnya tidak signifikan pada taraf nyata lima persen adalah variabel jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan rata-rata perbulan, waktu tempuh, persepsi terhadap harga tiket, persepsi terhadap pelayanan karyawan, persepsi terhadap koleksi tumbuhan, persepsi terhadap kealamiahan kawasan dan persepsi terhadap nilai edukatif.
Variabel-variabel tersebut
dikatakan tidak signifikan pada taraf nyata lima persen. Masing-masing variabel independent memberikan peluang yang berbeda terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB. Besarnya peluang dapat diketahui dengan menginterpretasikan nilai odds ratio pada masing-masing variabel independent.
67
Pada tabel hasil estimasi, juga diketahui bahwa terdapat tujuh variabel independent memiliki nilai koefisien positif yaitu variabel jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan rata-rata perbulan, persepsi terhadap harga tiket masuk, persepsi terhadap ketersediaan fasilitas, persepsi terhadap pelayanan karyawan, persepsi terhadap kenyamanan kawasan. Nilai koefisien positif pada variabel tersebut menandakan bahwa variabel tersebut berpengaruh positif terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Enam variabel lainnya yaitu variabel usia,
pendidikan terakhir, waktu tempuh, persepsi terhadap koleksi tumbuhan dan persepsi terhadap nilai edukatif mempunyai koefisien negatif. Hal ini berarti keenam variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB.
7.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kunjungan Ulang Ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Hasil analisis logit menunjukkan dua variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf lima persen yaitu variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas dan persepsi terhadap kenyamanan kawasan. Sebelas variabel lainnya tidak signifikan dalam mempengaruhi pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB sebagai kawasan wisata alam.
1) Jenis Kelamin Jenis kelamin sangat berhubungan dengan selera dan kebiasaan, sehingga diduga jenis kelamin perempuan cenderung konsumtif dibanding laki-laki, oleh sebab itu peluang perempuan untuk berkunjung kembali diduga lebih besar dibandingkan laki-laki. Berdasarkan hasil regresi logistik, diketahui bahwa koefisien variabel jenis kelamin bernilai positif.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu
pengunjung perempuan memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan pengunjung laki-laki dalam keinginan melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Akan tetapi, p-value variabel jenis kelamin lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,100. Hal tersebut menunjukkan bahwa ternyata variabel jenis kelamin
68
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB, Tabel 18 menyajikan informasi yang mendukung hal tersebut. Tabel 18. Sebaran Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin dan Minat Kunjungan Ulang Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total (%)
35 46 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 3 16 19
Total (%) 38 62 100
Tabel 18 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali ataupun tidak ingin berkunjung kembali didominasi oleh pengunjung dengan jenis kelamin perempuan.
Dengan kata lain jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan keduanya memiliki keinginan untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Adanya sebaran seperti ini menjadikan variabel jenis
kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Berdasarkan observasi lapang, dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin tidak menjadi halangan untuk berkunjung ke PKT-KRB, karena PKT-KRB merupakan kawasan konservasi dan wisata alam yang ditujukan bagi perempuan dan laki-laki serta untuk semua segmen pasar, selain itu daya tarik wisata yang ditawarkan juga disukai oleh seluruh kalangan, sehingga pengunjung perempuan maupun laki-laki dapat mengunjungi PKT-KRB. Data pada tabel tersebut juga memberikan informasi bahwa masih terdapat 16 orang pengunjung perempuan dan 3 orang pengunjung laki-laki yang tidak berminat untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Hal ini menjadi
dorongan bagi pihak PKT-KRB untuk kembali menarik pengunjung perempuan dan laki-laki tersebut agar mau berkunjung kembali ke PKT-KRB. Upaya yang dapat dilakukan oleh PKT-KRB untuk menarik pengunjung perempuan adalah dengan membuat beberapa daya tarik baru yang identik dengan kegemaran perempuan, tetapi tetap mengandung unsur konservasi misalnya memperbanyak spesies bunga yang ditanam berbentuk pola yang unik. Sedangkan untuk laki-laki adalah membuat program outbond.
Selain itu,
sebaiknya pihak PKT-KRB lebih memperhatikan kebersihan kawasan serta memperbanyak toilet, rekomendasi ini dibuat sesuai dengan banyaknya keluhan
69
perempuan mengenai kebersihan. Besarnya minat pengunjung, baik perempuan maupun laki-laki yang ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB menjadi dorongan bagi pihak PKT-KRB untuk mempertahankan pengunjung tersebut. Pihak PKT-KRB juga perlu mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas pelayanan dan jasa yang ditawarkan agar minat pengunjung untuk berkunjung kembali menjadi suatu kebiasaan dan berlanjut hingga tercipta loyalitas dari pengunjung tersebut.
2) Usia Pengunjung yang berbeda usia diduga akan berbeda dalam mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu produk atau jasa.
Pengunjung yang lebih muda
cenderung lebih konsumtif dibanding usia tua, oleh karena itu diduga usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali. Dari hasil regresi logistik, koefisien variabel usia pengunjung adalah negatif, artinya semakin bertambahnya usia maka semakin kecil peluang untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Hasil ini tidak sesuai dengan
hipotesis penelitian, dimana peningkatan usia diduga akan memperbesar peluang melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Variabel usia juga tidak signifikan, karena p-value variabel ini lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,250. Hal tersebut menunjukkan bahwa ternyata variabel usia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB, sehingga usia bukanlah pemicu atau penghambat bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usia pengunjung menyebar dengan persentase terbesar adalah usia muda yaitu 15 hingga 23 tahun. Sehingga semakin muda pengunjung, maka semakin ingin berkunjung kembali, namun karena usia muda tidak ingin berkunjung ulang maka variabel ini tidak signifikan. Tabel 19, menyajikan data yang mendukung tidak signifikannya variabel usia.
70
Tabel 19. Sebaran Persentase Responden Menurut Usia dan Minat Kunjungan Ulang ke Kebun Raya Bogor Usia 15-23 24-30 > 30 Total (%)
42 25 14 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 13 2 4 19
Total (%) 55 27 18 100
Tabel 19 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin melakukan kunjungan ulang atau tidak ingin berkunjung ulang didominasi oleh pengunjung dengan usia muda yaitu 15 hingga 23 tahun. Dengan kata lain, pengunjung pada klasifikasi masing-masing usia memiliki keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Hal ini menjadi penjelas tidak signifikannya pengaruh usia terhadap keputusan pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang.
Berdasarkan hasil
observasi lapang, pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB adalah pengunjung dengan beragam usia (remaja hingga lanjut usia) yang ingin menikmati panorama alam dan merasakan ketenangan berada di dalam PKT-KRB, namun umumnya pengunjung berusia muda. Hal ini juga sesuai dengan segmen pasar yang dituju oleh PKT-KRB yaitu seluruh kalangan dan semua tingkatan usia namun lebih ditekankan pada usia muda. Mengacu pada hasil studi lapang yang telah dilakukan, pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB biasanya adalah pelajar yang datang untuk kegiatan wisata sambil belajar dalam rangka study tour. Selain itu, banyak usia muda yang berkunjung dengan tujuan untuk kencan, perayaan ulang tahun atau sekedar mengambil gambar yang umumnya keinginan tersebut identik dengan usia muda. Berbeda dengan pengunjung usia muda, motivasi pengunjung usia lanjut berkunjung ke PKT-KRB biasanya hanya sekedar refreshing dalam rangka melepas penat, berolahraga serta beberapa dipengaruhi oleh pengunjung usia muda yang merupakan anak atau keluarganya. Berdasarkan tabulasi antara variabel usia dengan keinginan untuk berkunjung kembali, proporsi pengunjung terbesar yang tidak ingin berkunjung kembali berada pada rentang usia 15 hingga 23 tahun. Hal ini menjadi masukan bagi pihak PKT-KRB agar dapat menarik lebih banyak lagi pengunjung rentang
71
usia tersebut. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak PKT-KRB dalam rangka menarik pengunjung usia tersebut adalah dengan cara membuat paket-paket wisata yang menarik tetapi masih mengandung unsur konservasi, misalnya paket wisata fotoflora, paket wisata jejak petualang atau save our plants (paket wisata yang ingin menyelamatkan tumbuhan). Rekomendasi ini dibuat sesuai dengan keluhan pengunjung usia muda terhadap daya tarik wisata yang ditawarkan PKTKRB dirasa monoton. Selain paket wisata, pihak PKT-KRB juga sebaiknya melakukan pemasaran dan promosi secara intensif untuk memperkenalkan kembali PKTKRB. Promosi yang dilakukan lebih ditekankan pada untuk memberitahukan pengunjung maupun calon pengunjung terkait dengan fungsi dan manfaat yang disediakan di PKT-KRB, bahwa yang terdapat di PKT-KRB tidak hanya berupa pemandangan tumbuhan dan pohon saja, tetapi juga terdapat informasi tentang sejarah dan ilmu pengetahuan flora lainnya. Sebaran data juga menunjukkan bahwa terdapat 12 orang pengunjung dengan usia lebih dari 30 tahun, hal ini tidak memberikan dampak serius bagi PKT-KRB karena target utama PKT-KRB adalah usia muda, khususnya pelajar. Namun demikian, jika pihak PKT-KRB tetap menginginkan pengunjung dengan usia tersebut melakukan kunjungan ulang, maka pihak PKT-KRB juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan pengunjung usia tersebut.
PKT-KRB dapat
melakukan riset terlebih dahulu untuk mengetahui fasilitas yang diinginkan pengunjung.
3) Pendidikan terakhir Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan maka akan semakin besar pula daya beli seseorang terhadap barang atau jasa yang ditawarkan. Begitu juga dengan kunjungan ulang ke kawasan wisata, semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung maka diduga semakin besar juga keinginan untuk melakukan kunjungan ulang ke kawasan wisata. Pendidikan terakhir diduga berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
keinginan
untuk
berkunjung
kembali.
Variabel pendidikan terakhir dari hasil regresi logistik memiliki koefisien yang negatif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung maka
72
semakin kecil peluang untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan pengunjung maka akan semakin ingin melakukan kunjungan ulang. Berdasarkan hasil observasi lapang, pengunjung dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi yang tidak ingin berkunjung kembali karena lebih memilih untuk mencoba tempat wisata lain dengan daya tarik dan fasilitas yang lebih menarik. Hubungan tersebut ternyata tidak signifikan karena p-value variabel pendidikan terakhir lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,840 sehingga pendidikan terakhir bukanlah pemicu atau penghambat bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang. Hasil regresi tersebut sesuai dengan data pada Tabel 20 berikut. Tabel 20. Sebaran Persentase Responden Menurut Pendidikan Terakhir dan Minat Kunjungan Ulang Pendidikan Terakhir Perguruan Tinggi Sekolah Total (%)
31 50 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 6 13 19
Total (%) 37 63 100
Tabel 20 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin melakukan kunjungan ulang ataupun tidak ingin berkunjung ulang didominasi oleh pengunjung dengan pendidikan terakhir sekolah. Dengan kata lain pengunjung dengan pendidikan terakhir sekolah ataupun perguruan tinggi, keduanya ingin melakukan kunjungan ulang.
Hal ini menjadi pendukung tidak signfikannya
pengaruh pendidikan terakhir terhadap keputusan pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang. Berdasarkan tabulasi antara variabel pendidikan terakhir dengan keinginan untuk berkunjung kembali, proporsi pengunjung terbesar yang tidak berminat untuk berkunjung kembali berada pada pendidikan terakhir sekolah.
Hal ini
menjadi masukan bagi pihak PKT-KRB agar dapat menarik lebih banyak lagi pengunjung dengan latar belakang pendidikan terakhir sekolah. Karena dari hasil observasi lapang, ditemui bahwa pengunjung yang ditargetkan PKT-KRB berasal dari semua kalangan khususnya pelajar. Hal yang dapat dilakukan oleh pihak PKT-KRB adalah meningkatkan pelayanannya dalam rangka menarik pengunjung
73
dengan pendidikan terakhir sekolah yaitu dengan membuat paket-paket wisata menarik dengan tetap mengandung unsur konservasi, selain itu memberikan potongan harga tiket masuk atau bonus tiket untuk sepuluh kali tiket masuk yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu, rekomendasi ini sesuai dengan keluhan pengunjung dengan pendidikan terakhir sekolah yang mengatakan bahwa harga tiket masuk PKT-KRB mahal.
Sedangkan untuk menarik pengunjung
dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi adalah memperbaiki dan memperbanyak fasilitas yang ada di PKT-KRB.
4) Pekerjaan Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang mempengaruhi gaya hidup dan merupakan basis penting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek. Diduga pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB. Pengunjung yang bekerja baik sebagai pegawai maupun swasta memiliki kecenderungan waktu luang yang sama dan berpola, yaitu setiap akhir pekan. Sedangkan pengunjung yang berprofesi sebagai wirausaha tidak memiliki waktu luang yang ditetapkan, seperti halnya seorang pegawai.
Wirausaha yang
dimaksud adalah pengunjung yang memiliki usaha sendiri. Sehingga pengunjung yang berprofesi sebagai wirausaha diduga mempunyai waktu luang yang lebih banyak dibandingkan pengunjung bukan wirausaha. Dengan demikian, profesi wirausaha diduga berpengaruh nyata dengan keputusan pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang.
Dengan kata lain, diduga seorang wirausaha
mempunyai peluang yang lebih besar untuk berkunjung kembali dibandingkan bukan wirausaha. Berdasarkah hasil regresi logistik, variabel pekerjaan memiliki koefisien positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa profesi wirausaha mempunyai peluang yang lebih besar untuk berkunjung kembali dibandingkan bukan wirausaha. Walaupun memiliki hubungan positif p-value variabel ini lebih besar pada taraf nyata lima persen yaitu 0,683. Hal tersebut menunjukkan bahwa ternyata variabel pekerjaan pengunjung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB.
Hasil analisis
74
regresi ini sesuai dengan data sebaran responden menurut pekerjaan dan keinginan untuk berkunjung kembali, Tabel 21. Tabel 21. Sebaran Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Minat Kunjungan Ulang Pekerjaan Wirausaha Bukan Wirausaha Total (%)
17 64 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 2 17 19
Total (%) 19 81 100
Berdasarkan hasil observasi lapang sebagian besar responden yang berkunjung ke PKT-KRB merupakan pengunjung yang pekerjaannya bukan sebagai wirausaha. Mengacu pada Tabel 21, dapat dijelaskan bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin berkunjung kembali didominasi oleh pengunjung yang berprofesi bukan sebagai wirausaha. Dengan kata lain pengunjung yang pekerjaannya wirausaha dan bukan wirausaha, keduanya ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Sebaran seperti ini mendukung
variabel pekerjaan tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen karena pengunjung PKT-KRB yang berprofesi baik sebagai wirausaha maupun bukan wirausaha, cenderung memiliki keinginan untuk melakukan kunjungan ulang. Dari hasil wawancara, pengunjung bukan wirausaha umumnya adalah pelajar, hal ini sesuai dengan analisis deskriptif sebelumnya yang menyatakan bahwa pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB didominasi oleh pelajar. Dapat dijelaskan bahwa pekerjaan tidak menjadi halangan untuk berkunjung ke PKT-KRB karena waktu buka PKT- KRB telah ditentukan, yaitu setiap hari senin sampai jumat pukul 7 pagi hingga pukul 5 sore, sedangkan hari sabtu dan minggu pukul 6 pagi hingga pukul 5 sore, sehingga pengunjung dengan berbagai profesi dapat berkunjung ke PKT-KRB tanpa dipengaruhi oleh hari. Pengunjung yang berprofesi bukan sebagai wirausaha dapat mengunjungi PKT-KRB pada akhir pekan atau sabtu dan minggu, sedangkan pengunjung yang berprofesi sebagai wirausaha dapat mengunjungi PKT-KRB kapan saja. Data pada tabel juga memperlihatkan masih terdapat pengunjung dengan pekerjaan bukan wirausaha yang tidak ingin melakukan kunjungan ulang, hal ini disebabkan pengunjung dengan pekerjaan bukan wirausaha tersebut yang
75
umumnya adalah pelajar menilai bahwa PKT-KRB sebagai kawasan wisata mempunyai daya tarik yang monoton, sehingga sebanyak 17 orang pengunjung tidak ingin melakukan kunjungan ulang. Besarmya minat pengunjung yang bukan wirausaha untuk melakukan kunjungan ulang menjadi dorongan bagi perusahaan untuk mempertahankan pengunjung tersebut.
Perusahaan juga perlu untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan kualitas jasa yang ditawarkan agar minat pengunjung untuk berkunjung kembali menjadi suatu kebiasaan dan berlanjut hingga tercipta loyalitas dari pengunjung.
5) Pendapatan Pendapatan berkaitan erat dengan sumberdaya yang dimiliki pengunjung. Jika sumberdaya yang dimiliki pengunjung meningkat, maka pengunjung tersebut juga akan meningkatkan konsumsinya terhadap suatu jasa atau produk. Dengan demikian pendapatan diduga berhubungan positif dan signifikan dengan keinginan berkunjung kembali. Berdasarkan analisis regresi logistik, variabel pendapatan memiliki koefisien positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Akan tetapi variabel ini memiliki p-value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,394 sehingga pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kunjungan ulang.
Tabel 22 menunjukkan data yang
mendukung tidak signifikannya variabel pendapatan terhadap keinginan berkunjung ulang, sebaran responden berdasarkan pendapatan per bulan dan keinginan untuk berkunjung kembali. Tabel 22. Sebaran Persentase Responden Menurut Pendapatan rata-rata Per bulan dan Minat Kunjungan Ulang Pendapatan Perbulan < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000-Rp 4.000.000 > Rp 4.000.000 Total (%)
27 44 10 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 7 8 4 19
Total (%) 34 52 14 100
76
Tabel 22 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin berkunjung kembali umumnya didominasi oleh pengunjung dengan pendapatan Rp 1.000.000 hingga Rp 4.000.000. Dengan kata lain, pengunjung pada masing-masing klasifikasi pendapatan ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Hal ini menjadi penjelas tidak signifikannya pengaruh pendapatan terhadap keputusan pengunjung untuk berkunjung kembali. Berdasarkan tabulasi antara variabel pendapatan dengan keinginan untuk berkunjung kembali, proporsi pengunjung terbesar yang tidak berminat untuk melakukan kunjungan ulang berada pada rentang pendapatan rata-rata per bulan kurang dari Rp.1.000.000 hingga Rp.4.000.000. Mengacu pada hasil wawancara, hal ini disebabkan karena pengunjung dengan pendapatan tersebut, umumnya dimiliki oleh pengunjung dengan profesi pelajar dan bukan wirausaha (pegawai atau karyawan) yang menganggap bahwa daya tarik wisata di PKT-KRB dirasa monoton. Selain itu, jika dibandingkan dengan kawasan wisata alam lain yang ada di sekitar Kota Bogor fasilitas yang ditawarkan PKT-KRB masih dirasa kurang baik (toilet kotor, tempat duduk banyak coretan, jalan gicok yang hancur). Hal tersebut menjadi masukan bagi pihak pengelola PKT-KRB agar dapat lebih banyak lagi menarik pengunjung dengan pendapatan tersebut. Karena dari hasil observasi lapang, diketahui bahwa pengunjung yang ditargetkan PKT-KRB adalah dari pengunjung dengan semua kalangan, baik kalangan dengan pendapatan kurang dari Rp 1.000.000 maupun kalangan dengan pendapatan di atas Rp 4.000.000 per bulan (kalangan bawah hingga kalangan atas). Dapat dijelaskan juga bahwa harga yang ditawarkan oleh PKT-KRB jika dibandingkan dengan objek wisata alam lain di sekitar Kota Bogor seperti Taman Wisata Mekarsari dan Taman Safari, harga tiket masuk ke PKT-KRB jauh lebih murah, selain itu lokasi PKT-KRB yang berada di tengah kota, sehingga membuat adanya keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB menjadi lebih besar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menarik pengunjung dengan pendapatan kurang dari Rp.1.000.000 hingga Rp 4.000.000 yaitu menambah fasilitas yang dirasa masih kurang serta melakukan perbaikan dan perawatan terhadap fasilitas yang ada. Selain itu, bagi pengunjung yang mempunyai 5 tiket masuk dalam 6 bulan, mendapatkan 1 tiket gratis masuk ke PKT-KRB.
77
Sedangkan untuk menarik pengunjung dengan pendapatan lebih dari Rp. 4.000.000, meningkatkan sarana dan prasarana yang ada dan menambah frekuensi pengadaan pameran tumbuhan dengan spesies unik dan langka (hal ini terkait dengan prestise yang diperoleh).
6) Waktu Tempuh Waktu tempuh berkaitan erat dengan aksesibilitas, dimana waktu yang relatif singkat yang dibutuhkan dalam menempuh jarak jauh menunjukkan aksesibilitas yang baik, misalnya tidak terjadi kemacetan, sarana yang rusak dan ketidaksempurnaan penunjuk arah. Hal tersebut membuat waktu tempuh diduga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keinginan untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel waktu tempuh memberikan nilai koefisien yang negatif.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis
penelitian, yaitu semakin besar waktu tempuh pengunjung mencapai PKT-KRB, maka akan semakin kecil peluang pengunjung tersebut untuk melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Walaupun koefisien variabel ini berkorelasi
negatif sesuai dengan hipotesis, namun p-value waktu tempuh lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,087 sehingga waktu tempuh tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB. Dengan demikian, waktu tempuh tidak menjadi bahan pertimbangan bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang. Dapat dijelaskan berdasarkan hasil observasi lapang menunjukkan bahwa bagi sebagian pengunjung, waktu tempuh tidak menjadi bahan pertimbangan untuk mengunjungi suatu objek wisata. Artinya, pengunjung bersedia menempuh jarak jauh dengan waktu yang relatif lama sekalipun jika memiliki keinginan untuk rekreasi untuk mendapatkan hiburan. Begitupun halnya jika harus melalui kemacetan dalam mencapai lokasi, pengunjung akan tetap pergi ke tempat yang dianggap mampu memberikan kesenangan, yaitu suatu objek dimana kebutuhan pengunjung dapat terpenuhi. Keinginan untuk berkunjung ke objek wisata akan menjadi semakin kuat apabila objek yang dikunjungi dapat memberikan keunggulan dan kesenangan tersendiri bagi pengunjung. Tabel 23 menyajikan
78
informasi yang mendukung tidak signifikannya waktu tempuh terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB. Tabel 23. Sebaran Persentase Responden Menurut Waktu Tempuh dan Minat Kunjungan Ulang Waktu Tempuh <1 ≥ 1 Jam Total (%)
22 59 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 7 12 19
Total (%) 29 71 100
Tabel 23, menyajikan informasi mengenai kaitan antara waktu tempuh dengan keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali.
Diketahui bahwa
pengunjung yang ingin melakukan kunjungan ulang atau tidak ingin berkunjung ulang, didominasi oleh pengunjung dengan waktu tempuh lebih dari satu jam. Dengan kata lain, pengunjung yang memiliki waktu tempuh kurang dari 1 jam untuk mencapai lokasi PKT-KRB maupun pengunjung dengan waktu tempuh lebih dari satu jam keduanya ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Adanya sebaran ini mendukung variabel waktu tempuh tidak signifikan dalam memberikan pengaruh terhadap keputusan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Data pada tabel juga memperlihatkan bahwa proporsi terbesar yang tidak memiliki keinginan untuk berkunjung kembali adalah pengunjung yang membutuhkan waktu tempuh lebih dari satu jam 1 dalam mencapai lokasi PKTKRB. Mengacu pada hasil observasi lapang, pengunjung dengan waktu kurang daru satu jam umumnya berasal dari dalam Kota Bogor, sedangkan pengunjung dengan waktu lebih dari satu jam berasal dari Jabodetabek, sebagian pengunjung ada yang berasal dari luar Jawa. Pengunjung yang berasal dari luar Kota Bogor menyatakan bahwa tidak ingin berkunjung kembali disebabkan aksesibilitas yang kurang baik (macet), karena aksesibilitas merujuk pada kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan, salah satu unsurnya adalah penunjuk arah. Dengan demikian, hasil ini memberikan implikasi bagi pihak PKT-KRB, dimana perusahaan sebaiknya meningkatkan jumlah petunjuk jalan sebagai pemberi arah bagi pengunjung untuk menuju PKT-KRB, selain itu membuat peta lokasi dengan
79
jalur khusus atau jalur cepat menuju PKT-KRB yang disebar melalui promosi pada website kebun raya.
7) Persepsi Terhadap Harga Tiket Masuk Persepsi terhadap tiket masuk adalah penilaian pengunjung mengenai harga tiket masuk di PKT-KRB. Apabila pengunjung menganggap harga tiket masuk PKT-KRB relatif lebih tinggi dari objek wisata alam sejenis atau harga yang berlaku tidak sesuai dengan kualitas yang ditawarkan, maka pengunjung memberikan penilaian “mahal” dan sebaliknya.
Diduga harga berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap keinginan pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang. Semakin mahal harga tiket masuk ke suatu kawasan wisata, maka keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali semakin kecil. Berdasarkan hasil regresi logistik, diketahui bahwa koefisien variabel persepsi terhadap harga tiket masuk bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu semakin mahal harga tiket masuk maka semakin kecil keinginan berkunjung kembali. Akan tetapi, variabel ini memiliki p-value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,942 sehingga persepsi terhadap harga tiket masuk tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Dapat dijelaskan bahwa harga tiket tidak menjadi halangan untuk berkunjung ke PKT-KRB karena jika dibandingkan dengan kawasan wisata sejenis lainnya PKT-KRB lebih murah. Tabel 24, menunjukkan informasi yang mendukung hal tidak signifikannya variabel persepsi terhadap harga tiket masuk. Tabel 24. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Harga Tiket Masuk dan Minat Kunjungan Ulang Harga Tiket Masuk Mahal Murah Total (%)
25 56 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 5 14 19
Total (%) 30 70 100
Tabel 24 memperlihatkan kecenderungan pengunjung untuk berkunjung kembali atau tidak berkunjung kembali berdasarkan persepsi terhadap harga tiket masuk ke PKT-KRB.
Data pada tabel menunjukkan bahwa pengunjung yang
80
ingin berkunjung kembali atau tidak ingin berkunjung kembali, didominasi oleh pengunjung dengan persepsi murah terhadap harga tiket masuk ke PKT-KRB. Dengan kata lain, baik pengunjung yang menilai harga tiket murah maupun pengunjung yang berpresepsi bahwa harga tiket masuk ke PKT-KRB mahal samasama memiliki keinginan untuk berkunjung kembali. Adanya sebaran seperti ini mendukung hasil logit yang menyatakan variabel persepsi terhadap harga tiket masuk di PKT-KRB tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kunjungan ulang ke PKT-KRB. Data pada tabel juga memperlihatkan terdapat 14 orang pengunjung yang menganggap harga tiket masuk ke PKT-KRB murah tetapi tidak berminat untuk berkunjung kembali.
Mengacu pada hasil wawancara mendalam dengan
responden yang memiliki persepsi murah mengenai harga tiket masuk ke PKTKRB, diperoleh informasi bahwa sebenarnya pengunjung tersebut mengakui harga tiket masuk PKT-KRB lebih murah dibandingkan dengan objek wisata sejenis lainnya, namun kualitas sarana prasarana yang ditawarkan masih lebih rendah dibandingkan dengan objek wisata sejenis. Kualitas sarana prasarana tersebut seperti toilet, musholah dan rumah makan. Selain itu daya tarik wisata di PKTKRB kurang menarik, sehingga memutuskan untuk tidak berkunjung kembali. Dengan demikian perusahaan perlu melakukan evaluasi kembali terkait penetapan harga yang berlaku. Jika perusahaan tetap melakukan harga kini, maka sebaiknya perusahaan juga mengkaji ulang mengenai kualitas sarana prasarana yang ditawarkan. Peningkatan kualitas sarana prasarana dapat dilakukan dengan perawatan, perbaikan dan perbanyakan.
8) Persepsi Terhadap Ketersediaan Fasilitas Persepsi terhadap ketersediaan fasilitas adalah penilaian pengunjung mengenai ketersediaan fasilitas di PKT-KRB. Apabila pengunjung menganggap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB tidak memenuhi kebutuhan pengunjung, maka penilain “tidak lengkap” diberikan dan sebaliknya. Fasilitas yang terdapat di PKT-KRB antara lain musholah, toilet, saung, tempat sampah, tempat berteduh, tempat duduk, kereta wisata dan restoran (kafe dedaunan). . Pengunjung yang datang ke suatu kawasan wisata akan merasa puas apabila kebutuhan secara
81
umum dapat terpenuhi dengan baik. Diduga ketersediaan fasilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali. Semakin lengkap fasilitas, maka akan semakin besar keinginan untuk berkunjung kembali. Kegiatan yang dilakukan oleh PKT-KRB baik dalam konservasi maupun pariwisata harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. PKT-KRB sebagai kawasan wisata alam harus mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk terlaksananya kegiatan konservasi dan pariwisata. Dalam hal ini PKT-KRB sudah menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan konservasi dan wisata bagi para wisatawan. Akan tetapi beberapa sarana di PKT-KRB kurang baik, ini terlihat dari jalan gicok (jalan berbatu) yang rusak dan tidak rata, untuk toilet ada yang tidak terpakai dan tidak terawat, untuk Laboratorium Treub kondisinya usang dan tidak terawat serta tempat duduknya masih sedikit dan ada beberapa tempat duduk yang kotor dengan coretan-coretan. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, Odds ratio untuk variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas adalah 4,438. Hal ini berarti pengunjung yang mempunyai persepsi lengkap terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB memiliki peluang untuk kembali lagi sebesar 4,438 kali lipat dibandingkan dengan pengunjung yang mempunyai persesi tidak lengkap terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB, cateris paribus.
Dengan kata lain, pengunjung yang
menganggap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB lengkap mempunyai peluang lebih besar untuk melakukan kunjungan ulang dibandingkan pengunjung yang menganggap fasilitas di PKT-KRB tidak lengkap. Koefisien variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin lengkap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB maka semakin besar peluang untuk melakukan kunjungan ulang.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel ini mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali ke PKT-KRB. Hal tersebut dibuktikan dari nilai p-value yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen yaitu 0,027. Signifikansi variabel ini didukung oleh adanya sebaran data seperti diperlihatkan pada Tabel 25.
82
Tabel 25. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Ketersediaan Fasilitas dan Minat Kunjungan Ulang Ketersediaan Fasilitas Lengkap Tidak Lengkap Total (%)
53 28 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 6 13 19
Terhadap
Total (%) 59 41 100
Berdasarkan Tabel 25, dapat dijelaskan bahwa pengunjung dengan persepsi lengkap terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB cenderung memiliki keinginan untuk berkunjung kembali dibandingkan pengunjung yang mempunyai persepsi tidak lengkap terhadap ketersediaan fasilitas yang ada di PKT-KRB. Dimana sebanyak 13 orang pengunjung menganggap bahwa fasilitas di PKT-KRB tidak lengkap sehingga tidak ingin berkunjung kembali. Adanya sebaran data seperti ini mendukung hasil logit yang menyatakan variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB signifikan, sehingga mempengaruhi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB . Mengacu pada hasil wawancara mendalam dengan responden yang memiliki persepsi tidak lengkap terhadap ketersediaan fasilitas di PKT-KRB, diperoleh informasi sebagian pengunjung yang mengeluh mengenai kurangnya fasilitas seperti toilet, tempat berteduh, tempat duduk, rumah makan serta mushola (terkadang membuat pengunjung harus membawa bekal dan kursi duduk sendiri), membuat pengunjung tidak ingin melakukan kunjungan ulang.
Selain itu,
kawasan PKT-KRB yang luasnya mencapai 87 hektar hanya memiliki dua kereta wisata, sedikit papan petunjuk arah yang itupun tidak lengkap, peta lokasi dan tidak terlalu jelas dan tidak lebih dari 10 buah sehingga banyak pengunjung yang ketika melakukan kunjungan ke PKT-KRB tidak mengetahui arah mana yang harus dilalui terlebih dahulu. Pengunjung juga tidak mengetahui secara pasti lokasi daya tarik wisata unggulan di PKT-KRB misalnya lokasi Bunga Bangkai, Teratai Raksasa, Jembatan Merah dan lainnya, sehingga kebanyakan pengunjung berjalan sesuai dengan arah jalan yang ditemui saja. Hasil analisis tersebut menjadi informasi penting bagi pihak PKT-KRB terkait cukup besarnya proporsi pengunjung yang menilai ketersediaan fasilitas di PKT-KRB tidak lengkap. Hal ini dapat berakibat fatal jika perusahaan tidak mengakomodasi keluhan tersebut. Keluhan yang tidak ditanggapi dapat membuat
83
pengunjung beralih ke objek wisata alam lain yang berimplikasi pada berkurangnya penerimaan yang akan diperoleh perusahaan.
Selain itu,
pengunjung tersebut juga dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif kepada calon pengunjung sehingga calon pengunjung memutuskan untuk tidak memilih PKT-KRB sebagai tempat dalam memanfaatkan waktu luang. Untuk mencegah hal tersebut, PKT-KRB sebaiknya menambah fasilitas yang dirasa kurang (rumah makan dengan segmentasi kalangan menengah ke bawah khususnya pelajar, toilet, musholah, tempat berteduh, papan petunjuk arah, peta lokasi dan kereta wisata), melakukan perbaikan serta perawatan terhadap fasilitas yang telah ada. Selain itu, sebaiknya pengunjung pada saat membeli tiket diberikan brosur peta lokasi sekaligus diberitahu mengenai lokasi daya tarik wisata unggulan di PKT-KRB.
Rekomendasi ini sesuai dengan keluhan
pengunjung.
9) Persepsi Terhadap Pelayanan Karyawan Persepsi terhadap pelayanan karyawan adalah penilaian pengunjung terhadap pelayanan karyawan di PKT-KRB. Pelayanan yang dimaksud adalah cara karyawan memberikan service bagi pengunjung jika dilihat dari kecepatan, ketanggapan, kesopanan dan keramahan karyawan seperti pelayanan pada karyawan penjualan tiket, pemanduan, perpustakaan, dekorasi dan penjualan tanaman. Persepsi baik diberikan pengunjung jika pelayanan pengunjung sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengunjung dan sebaliknya. Maksud dari persepsi baik disini adalah pengunjung menganggap bahwa pelayanan karyawan di PKTKRB telah sesuai dengan kebutuhan pengunjung, seperti kecepatan dan ketanggapan karyawan.
Pelayanan terhadap pengunjung mempunyai dampak
pada keberhasilan jangka panjang dari suatu usaha. Semakin baik pelayanan karyawan maka akan semakin tinggi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali. Diduga pelayanan berpengaruh positif dan signifikan dengan keinginan berkunjung kembali. Berdasarkan hasil regresi logistik, koefisien variabel persepsi terhadap ketersediaan fasilitas bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu semakin baik pelayanan karyawan, maka peluang untuk melakukan
84
kunjungan ulang ke PKT-KRB semakin besar. Akan tetapi variabel ini tidak signifikan karena memiliki p-value yang lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu 0,582. Besarnya jumlah pengunjung yang tidak ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB tidak berpengaruh signifikan terhadap kujungan yang dilakukan pengunjung. Hal tersebut didukung sebaran data berikut, Tabel 26. Tabel 26. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Pelayanan Karyawan dan Minat Kunjungan Ulang Pelayanan Karyawan Baik Tidak Baik Total (%)
69 12 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 14 5 19
Total (%) 83 17 100
Tabel 26 memberikan informasi bahwa pengunjung yang ingin berkunjung ulang ataupun tidak ingin berkunjung kembali, didominasi oleh pengunjung yang menganggap bahwa pelayanan karyawan di PKT-KRB baik. Dengan kata lain, pengunjung yang berpersepsi baik terhadap pelayanan karyawan di PKT-KRB maupun pengunjung yang berpersepsi tidak baik terhadap pelayanan karyawan, keduanya menyatakan ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB. Hal ini menjadi pendukung tidak signifikannya pengaruh terhadap keputusan pengunjung untuk berkunjung kembali. Walaupun
variabel
persepsi
terhadap
pelayanan
karyawan
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pengunjung untuk berkunjung kembali, masih terdapat 14 orang pengunjung yang menilai pelayanan karyawan di PKT-KRB baik namun tidak ingin berkunjung kembali.
Dapat dijelaskan
bahwa hubungan yang terjadi antara pengunjung dengan karyawan memiliki frekuensi yang relatif kecil. Artinya, pengunjung tidak secara intensif dalam berhubungan dengan karyawan.
Hubungan hanya terjadi jika pengunjung
memesan dan membeli tiket, pengunjung PKT-KRB pada saat masuk tidak diberikan informasi mengenai objek wisata yang ada di PKT-KRB, brosur objek wisata dan peta PKT-KRB serta tidak ditawarkannya pemandu wisata. Hal ini menyebabkan pengunjung yang ingin mengetahui objek wisata yang akan dituju lebih banyak bertanya kepada petugas kebersihan, satuan pengaman dan pengunjung lain yang berada di dekat pengunjung. Pengunjung tidak mengetahui
85
bahwa dengan satu tiket dapat menikmati seluruh objek wisata di PKT-KRB salah satunya Museum Zoology dan Rumah Anggrek. Berdasarkan paparan di atas, perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan terhadap pelayanan karyawan dalam rangka mempertahankan pengunjung yang telah ada. Implementasi perbaikan terhadap pelayanan karyawan dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama pendidikan dengan institusi atau penyelenggara formal bidang kepariwisataan.
Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia dalam hal kepariwisataan, sehingga pelayanan terhadap pengunjung menjadi optimal dan pengunjung merasa puas dalam menggunakan jasa di PKT-KRB.
Selain itu, PKT-KRB mengundang Dinas
Pariwisata atau Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata untuk mengadakan lokakarya dan pelatihan mengenai pembagian tugas yang jelas dalam bidang wisata dan lain-lain, sehingga
dapat
meningkatkan
kualitas
karyawan
PKT-KRB
dalam
kepariwisataan.
10) Persepsi Terhadap Kenyamanan Kawasan Persepsi terhadap kenyamanan kawasan adalah penilaian pengunjung mengenai kenyamanan kawasan di PKT-KRB.
Kenyamanan kawasan yang
dimaksud adalah persepsi pengunjung mengenai keadaan lingkungan meliputi penilaian terhadap kebersihan, ketersediaan dan kelayakan fasilitas penunjang, serta seluruh atribut berwisata ke PKT-KRB yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung, baik kenyamanan dalam wisata maupun kenyamanan berada di kawasan, seperti
suasana dan ketenangan yang diciptakan di PKT-KRB.
Kenyamanan akan membawa pengunjung merasa tenang dan aman berada di suatu kawasan. Diduga kenyamanan kawasan berpengaruh positif dan signifikan dengan keinginan untuk berkunjung kembali. Semakin nyaman pengunjung maka keinginan untuk kembali berkunjung semakin tinggi. Berdasarkan hasil regresi logistik, Odds ratio untuk variabel persepsi terhadap kenyamanan kawasan adalah 4,376. Hal ini berarti pengunjung yang memiliki persepsi nyaman terhadap kawasan PKT-KRB memiliki peluang untuk kembali lagi sebesar 4,376 kali lipat dibanding pengunjung yang berpresepsi tidak nyaman terhadap kawasan di PKT-KRB. Dengan kata lain, pengunjung yang
86
menganggap kawasan di PKT-KRB nyaman mempunyai peluang lebih besar untuk melakukan kunjungan ulang dibandingkan pengunjung yang menganggap kawasan di PKT-KRB tidak nyaman. Koefisien variabel persepsi terhadap kenyamanan kawasan bernilai positif. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu semakin nyaman, pengunjung akan semakin ingin untuk berkunjung kembali. P-value sebesar 0,048 menjadikan variabel ini berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk berkunjung kembali. Dengan demikian persepsi terhadap kenyamanan kawasan memiliki pengaruh secara langsung terhadap keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB.
Hal tersebut didukung dengan adanya sebaran data seperti
ditunjukkan pada Tabel 27. Tabel 27. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Kenyamanan Kawasan dan Minat Kunjungan Ulang Kenyamanan Lokasi Nyaman Tidak Nyaman Total (%)
64 17 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 10 9 19
Terhadap
Total (%) 74 26 100
Dapat dijelaskan bahwa signifikansi variabel persepsi terhadap kenyaman kawasan juga didukung oleh adanya sebaran data seperti diperlihatkan pada Tabel 27. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pengunjung dengan persepsi nyaman terhadap kawasan akan cenderung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Dari tabel juga diperoleh informasi bahwa terdapat 9 orang pengunjung yang memiliki persepsi tidak nyaman terhadap kawasan sehingga tidak ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB.
Mengacu pada hasil wawancara terhadap
pengunjung dengan persepsi tersebut, salah satu atribut kenyamanan kawasan yang dianggap kurang adalah kebersihan.
Sebagian pengunjung merasakan
ketidaknyamanan berkunjung di PKT-KRB karena banyaknya sampah yang berserakan berupa plastik, botol minuman dan bungkus makanan. Selain itu, beberapa pengunjung yang berkunjung bersama keluarga merasa terganggu dengan pengunjung lain yang sedang berpacaran. Berdasarkan paparan di atas, pihak PKT-KRB sebaiknya melakukan perbaikan terhadap kenyamanan kawasan dalam rangka mempertahankan
87
pengunjung yang telah ada. Implementasi perbaikan kenyamanan kawasan dalam hal ini terkait dengan kebersihan, dapat dilakukan dengan mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu menambah penghasilan pemulung, sehingga PKT-KRB dapat terlihat bersih setiap harinya. Dalam hal ini PKT-KRB mengijinkan pemulung untuk masuk ke PKT-KRB pada hari-hari tertentu.
Selain itu, sebaiknya petugas keamanan juga ditambah jumlahnya,
mengingat luas PKT-KRB mencapai 87 hektar dengan jumlah pohon yang mencapai 14000, sehingga beberapa pengunjung merasa takut tersesat apabila berkeliling kawasan.
Penambahan papan informasi yang berisi larangan
mengganggu pengunjung lain, seperti “dilarang berbuat mesum” juga penting, mengingat banyak keluhan pengunjung yang terganggu dengan aktivitas pengunjung yang sedang berpacaran.
11) Persepsi Terhadap Koleksi Tumbuhan Persepsi terhadap koleksi tumbuhan adalah penilaian pengunjung mengenai koleksi tumbuhan di PKT-KRB. Koleksi tumbuhan menjadi penting mengingat pengunjung PKT-KRB adalah sebagian besar pelajar atau mahasiswa dan biasanya merupakan pengunjung rombongan dengan tujuan study tour. Beragamnya koleksi tumbuhan akan menambah keinginan pengunjung untuk mengetahui berbagai jenis tumbuhan, khususnya tanaman tropis sehingga penilaian “lengkap” terhadap koleksi tumbuhan diberikan ketika pengunjung dapat melihat dan mengenal beragam tumbuhan tropis. Semakin lengkap koleksi tumbuhan, semakin besar keinginan untuk berkunjung kembali. Maksud dari koleksi tumbuhan lengkap adalah tumbuhan yang ada di PKT-KRB dapat mewakili seluruh tanaman tropis dan jenis flora di Indonesia maupun mancanegara.
Diduga koleksi tumbuhan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keinginan berkunjung kembali ke PKT-KRB. Berdasarkan hasil logit, variabel persepsi terhadap koleksi tumbuhan mempunyai koefisien yang negatif, hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang dibangun. Dapat dijelaskan bahwa kelengkapan koleksi tumbuhan tidak menjadi halangan bagi pengunjung untuk berkunjung ke PKT-KRB karena pengunjung yang datang ke PKT-KRB sebagian besar memiliki tujuan untuk
88
melakukan rekreasi sekaligus sebagai tambahan pengetahuan tentang tumbuhan. Tabel 28 menyajikan informasi yang mendukung hal tersebut. Tabel 28. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Koleksi Tumbuhan dan Minat Kunjungan Ulang Koleksi Tumbuhan Lengkap Tidak Lengkap Total (%)
57 24 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 16 3 19
Total (%) 73 27 100
Berdasarkan wawancara dengan responden, sebagian besar responden menilai bahwa koleksi tumbuhan di PKT-KRB lengkap dan telah mewakili ragam tumbuhan tropis di Indonesia. Mengacu pada Tabel 28, pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB, didominasi oleh pengunjung yang menganggap bahwa koleksi tumbuhan di PKTKRB lengkap.
Dengan kata lain, baik pengunjung yang memiliki persepsi
lengkap terhadap koleksi tumbuhan maupun pengunjung dengan persepsi tidak lengkap terhadap koleksi tumbuhan, keduanya mempunyai keinginan untuk berkunjung kembali. Sebaran seperti ini mendukung variabel koleksi tumbuhan tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Data pada tabel juga memperlihatkan bahwa sebanyak 16 orang pengunjung yang memiliki persepsi lengkap terhadap koleksi tumbuhan, tidak ingin berkunjung kembali ke PKT-KRB.
Dari hasil wawancara mendalam,
pengunjung (sebagian besar adalah pelajar) mengatakan bahwa sebaiknya koleksi tumbuhan yang ada di PKT-KRB ditanam dengan pola yang lebih menarik atau unik, serta tambahan koleksi bunga seperti bunga mawar, bunga melati dan lainnya yang menurut pengunjung masih belum beragam. Saat ini PKT-KRB memiliki keanekaragaman tumbuhan koleksi yang tertanam dengan jumlahnya terakhir tercatat sekitar 14.000 jenis. Selain anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap dan menonjol adalah polong-polongan, pinang-pinangan, talas-talasan dan getah-getahan. Berdasarkan paparan di atas, perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan terhadap koleksi tumbuhan di PKT-KRB dalam rangka mempertahankan pengunjung yang telah ada. Implementasi perbaikan terhadap koleksi tumbuhan
89
dapat dilakukan dengan cara menata tanaman-tanaman bunga dengan pola atau bentuk yang unik, misalnya bunga anggrek ditanam dengan berbentuk pola love, pohon-pohon tua lebih dirawat lagi dan memberikan brosur yang isinya tentang lokasi serta jenis tumbuhan-tumbuhan unik yang ada di PKT-KRB ketika pengunjung akan memasuki kawasan PKT-KRB.
12) Persepsi Terhadap Kealamiahan Kawasan Persepsi terhadap kealamiahan kawasan adalah penilaian pengunjung mengenai kealamiahan kawasan PKT-KRB. Maksud dari persepsi baik terhadap kealamiahan kawasan disini adalah penilaian pengunjung terhadap nuansa kealamiahan yang ditimbulkan oleh kawasan, seperti kicauan burung dan kesegaran berada di dalam kawasan, mengingat PKT-KRB yang terletak di pusat kota yaitu dekat dengan keramaian dan kebisingan. Diduga persepsi terhadap kealamiahan kawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali ke PKT-KRB.
Semakin alami kawasan, semakin besar
keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali. Berdasarkan analisis logit, diperoleh nilai koefisien bertanda negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang dibangun. P-value sebesar 0,976 menjadikan variabel persepsi terhadap kealamiahan tidak signifikan dalam memberikan pengaruh kepada pengunjung untuk berkunjung kembali karena lebih besar dari taraf nyata lima persen, artinya kealamiahan kawasan PKT-KRB bukan menjadi halangan untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Dapat dijelaskan bahwa kealamiahan PKT-KRB tidak menjadi hambatan bagi pengunjung untuk berkunjung. Tabel 29 menyajikan data yang mendukung hal tersebut. Tabel 29. Sebaran Persentase Responden Menurut Kealamiahan dan Minat Kunjungan Ulang Kealamiahan Kawasan Alami Tidak Alami Total (%)
64 17 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 17 2 19
Persepsi
Terhadap
Total (%) 81 19 100
Mengacu pada Tabel 29, diketahui bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB,
90
didominasi oleh pengunjung yang menganggap bahwa kealamiahan kawasan di PKT-KRB baik. Dengan kata lain, baik pengunjung yang memiliki persepsi baik terhadap kealamiahan kawasan PKT-KRB maupun pengunjung dengan persepsi tidak baik terhadap kealamiahan kawasan, keduanya mempunyai keinginan untuk berkunjung kembali. Sebaran seperti ini mendukung variabel persepsi terhadap kealamiahan kawasan tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Perbaikan terhadap faktor kealamiahan juga perlu untuk dilakukan karena terdapat 17 orang pengunjung memberikan persepsi baik terhadap kealamiahan KRB namun tidak ingin melakukan kunjungan ulang.
Perbaikan dapat
diimplementasikan dengan melengkapi fasilitas penunjang seperti kendaraan bebas polusi (kereta kuda wisata ) untuk mengangkut para pengunjung yang ingin berkunjung mengelilingi PKT-KRB dan berhenti di lokasi-lokasi favorit dan menarik di PKT-KRB.
Rekomendasi ini sesuai dengan keluhan pengunjung
terhadap kendaraan roda empat yang diperbolehkan masuk kawasan sehingga mengeluarkan asap dan mengakibatkan polusi udara, hal ini membuat pengunjung merasa terganggu dan menganggap bahwa PKT-KRB tidak alami. Sebagai informasi pendukung, pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB sebagian besar merupakan pengunjung yang berasal dari Jabodetabek, oleh sebab itu letak PKT-KRB yang berada di pusat kota Bogor menjadi pilihan untuk dijadikan sebagai target kawasan wisata alam oleh pengunjung karena pengunjung dapat menikmati langsung kealamiahan dan keindahan PKT-KRB sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa kealamiahan dinilai penting dalam mempengaruhi keputusan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKT-KRB. Data pada Tabel 29 juga memperlihatkan sebesar 79 persen pengunjung yang dijadikan responden merasakan kealamiahan saat berada di PKT-KRB. Banyaknya pengunjung yang memiliki persepsi alami mengenai kealamiahan kawasan PKT-KRB menjadi signal bagi perusahaan untuk menjaga dan meningkatkan kealamiahan di PKT-KRB sebagai satu-satunya objek wisata alam terbesar di pusat kota Bogor.
91
13) Persepsi Terhadap Nilai Edukatif Persepsi terhadap nilai edukatif adalah penilaian pengunjung mengenai unsur pendidikan yang ada di PKT-KRB. Maksud dari penilaian baik terhadap nilai edukatif adalah pengunjung menilai bahwa dengan berkunjung ke PKT-KRB akan menambah pengetahuan dan di dalam kawasan mengandung unsur pendidikan seperti adanya papan interpretasi pada setiap tumbuhan.
Diduga
persepsi terhadap nilai edukatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan berkunjung kembali ke kawasan wisata. Pengunjung yang berkunjung ke PKT-KRB akan memperoleh pengetahuan dengan adanya nilai edukatif di kawasan wisata, sehingga semakin tinggi atau baik nilai edukatif yang terdapat di PKT-KRB maka semakin besar keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali. Berdasarkan hasil regresi logistik, koefisen variabel ini bernilai negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang dibangun. P-value sebesar 0,269 membuat variabel persepsi terhadap nilai edukatif tidak berpengaruh secara signifikan dalam mempengaruhi pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang. Tidak signifikannya variabel ini dalam mempengaruhi kunjungan ulang didukung oleh adanya sebaran data seperti disajikan sebagai berikut, Tabel 30. Tabel 30. Sebaran Persentase Responden Menurut Persepsi Terhadap Edukatif dan Minat Kunjungan Ulang Nilai Edukatif Baik Tidak Baik Total (%)
78 3 81
Kunjungan Ulang Ya Tidak 18 1 19
Nilai
Total (%) 96 4 100
Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa pengunjung yang ingin berkunjung kembali atau tidak ingin melakukan kunjungan ulang ke PKT-KRB, didominasi oleh pengunjung yang menganggap bahwa nilai edukatif kawasan di PKT-KRB baik. Dengan kata lain, baik pengunjung yang memiliki persepsi baik terhadap nilai edukatif kawasan PKT-KRB maupun pengunjung dengan persepsi tidak baik terhadap nilai edukatif kawasan, keduanya mempunyai keinginan untuk berkunjung kembali. Sebaran seperti ini mendukung variabel persepsi terhadap nilai edukatif tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 persen.
92
Banyaknya pengunjung yang memiliki persepsi baik mengenai nilai edukatif bagi PKT-KRB menjadi dorongan bagi pihak PKT-KRB untuk tetap mempertahankan bahkan meningkatkan unsur pendidikan khususnya pendidikan lingkungan yang ada di PKT-KRB dan telah terbentuk selain sebagai kawasan konservasi juga sebagai kawasan wisata alam. Pihak PKT-KRB sebaiknya tetap melakukan evaluasi karena terdapat 18 orang pengunjung yang memberikan persepsi baik tapi tidak ingin berkunjung kembali ke PKT-KRB. Pihak pengelola dapat mengembangkan kekhasan produk wisata alam di PKT-KRB. Dalam hal ini, pengelola dapat menyusun paket wisata baru seperti paket wisata petualang bagi pelajar, paket wisata pendidikan dan paket-paket wisata yang didalamnya mengandung nilai edukatif, sehingga salah satu misi PKT-KRB sebagai pusat konservasi tumbuhan yaitu mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan dapat terpenuhi. Selain itu, membuat papan interpretasi yang lebih menarik dan unik untuk diletakkan di sekitar tumbuhan-tumbuhan langka juga akan membuat pengunjung lebih tertarik untuk mengenal tumbuhan.
93
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengunjung PKT-KRB didominasi oleh perempuan, memiliki rentang usia 15 hingga 23 tahun, pendidikan terakhir sekolah, berprofesi sebagai pelajar, memiliki pendapatan rata-rata di bawah Rp 1.000.000 per bulan, belum menikah, berasal dari Jakarta, membutuhkan waktu tempuh selama 1 sampai 3 jam, telah mengunjungi PKT-KRB tiga kali, memperoleh informasi tentang PKT-KRB dari teman dan memiliki keinginan untuk berkunjung kembali. Besarnya jumlah pengunjung yang sebagian besar pelajar menjadikan PKTKRB sebagai kawasan konservasi dan wisata alam yang cocok untuk pelajar, jika dilihat segmentasi dan target pasar, pengunjung PKT-KRB adalah masyarakat dengan semua kalangan, namun lebih ditekankan bagi pelajar dalam rangka peningkatan pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan. 2. Terdapat dua faktor yang signifikan pada taraf nyata lima persen dalam mempengaruhi keinginan pengunjung untuk berkunjung kembali ke PKTKRB, yaitu persepsi terhadap ketersediaan fasilitas dan persepsi terhadap kenyamanan kawasan di PKT-KRB. Untuk sebelas faktor lainnya yang tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pengunjung berkunjung kembali ke PKT-KRB, yaitu jenis kelamin, usia, waktu tempuh, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, persepsi terhadap harga tiket, persepsi terhadap pelayanan karyawan, persepsi terhadap koleksi tumbuhan, persepsi terhadap kealamiahan kawasan dan persepsi terhadap nilai edukatif.
8.2 Saran Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, PKT-KRB memerlukan peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas, saran yang dapat diberikan yaitu:
94
1. Dalam mengelola pariwisata PKT-KRB disarankan untuk menambah divisi di bagian kepariwisataan sehingga fungsi PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dapat berjalan dengan baik dan pariwisata dapat berjalan secara optimal. 2. PKT-KRB sebaiknya menambah fasilitas rumah makan dengan segmentasi kalangan menengah ke bawah, khususnya bagi pelajar serta memperbanyak tempat sampah yang diletakkan di setiap samping tempat duduk. 3. Sebaiknya PKT-KRB menambah papan petunjuk arah dan peta lokasi PKTKRB dalam rangka mempermudah pengunjung menikmati daya tarik wisata yang ada. Selain itu, sebaiknya dibuat papan informasi yang isinya dilarang menggannggu kenyamanan pengunjung lain “dilarang berbuat mesum”. 4. PKT-KRB sebaiknya menyediakan fasilitas transportasi bebas polusi untuk mengelilingi kebun raya, seperti kereta kuda yang memuat lebih dari 10 orang. 5. Sebaiknya di setiap pintu keluar PKT-KRB di letakkan “Papan Saran” yang isinya mengenai kekurangan PKT-KRB. 6. Sebaiknya PKT-KRB mempertimbangkan alternatif kebijakan yang telah dirumuskan
berdasarkan
hasil
penelitian.
Jika
disetujui,
sebelum
mengimplementasikan alternatif kebijakan tersebut hendaknya PKT-KRB mengetahui kesiapan seluruh sumberdaya baik modal maupun manusia yang dibutuhkan dan dilibatkan dalam implementasi kebijakan. 7. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengkajian terkait persepsi pengunjung terhadap fungsi PKT-KRB sebagai kawasan konservasi dan wisata alam, mengingat banyak pengunjung yang tidak mengetahui fungsi utama dari PKTKRB yaitu sebagai kawasan konservasi bukan sekedar kawasan wisata.
95
DAFTAR PUSTAKA Albertus, B. 2010. Analisis proses keputusan berwisata dan kepuasan pengunjung di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Perrtanian Bogor Ardiyanti, NT. 2004. Nilai ekonomi ekoturisme Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor [BPS] Badan Pusat Statistik. 2005-2009. Jawa Barat dalam Angka. Bogor: BPS Kabupaten Bogor Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: Andi [Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor. 2009. Data Pariwisata Kota Bogor. Bogor: Disbudpar Kota Bogor Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Terjemahan. Jilid 1 dan 2. Edisi Ketujuh. Jakarta: Bina Rupa Aksara Ensiklopedia Nasional Indonesia. 2004. Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 9 KL-LYSIT Cetakan ke-4. Jakarta: PT Delta Pamungkas Fandeli, C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Fatasyah, Suryana SN. 2007. Analisis Kepuasan dan Respon Pengunjung Terhadap Atribut-Atribut Wisata Agro (Studi Kasus di Wisata Agro Inkarla Cibodas). Jurnal Ilmiah Pariwisata 12 (1) 65-78 Ferdiansyah, F. 2005. Peramalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke agrowisata Little Farmers Unit Usahatani Koperasi Karyawan PT Bio Farma Cisarua Lembang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Perrtanian Bogor Firdaus M, Farid MA. 2008. Aplikasi Metode Kuantitatif Terpilih untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor: IPB Press Hosmer, David W, Stanley L. 2000. Applied Logistic Regression. New York:John Wiley & Sons. Kasali, R. 2000. Membidik Pasar Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
96
Lestari, D. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan konsumen untuk berkunjung kembali ke Wisata Mancing Fishing Valley Bogor [skripi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Perrtanian Bogor [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2006. Manual Pembangunan Kebun Raya. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Marpaung, H. 2002. Pengatahuan Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Nugraha, D. 2006. Analisis segmentasi dan preferensi konsumen terhadap kawasan wisata Kebun Raya Bogor dan implikasinya bagi strategi pemasaran [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Pitana IG, Gayatri PG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit ANDI Rakhmat, J. 2002. Psikologi Manusia. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Rangkuti, F. 2003. Riset Pemasaran. Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sammeng, AM. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka Setiadi, NJ. 2003. Perilaku Konsumen; Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran Falsafah Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia Sunitomo, EH. 2004. Peramalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Umar, H. 2003. Metode Riset Bisnis. Cetakan ke-2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Utaya, SS. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu Yoeti, O. 2005. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramitha.
97
LAMPIRAN
98
Lampiran 1. Output Regresi Logistik
Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases
N
Included in Analysis
Percent 100
100.0
0
.0
100
100.0
0
.0
100
100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Tidak
0
Ya
1
Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
97.953
1.240
2
97.247
1.438
3
97.245
1.450
4
97.245
1.450
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 97.245 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
99
Classification Tablea,b Predicted Kunjungan Ulang Observed Step 0
Kunjungan Ulang
Percentage
Tidak
Ya
Correct
Tidak
0
19
.0
Ya
0
81
100.0
Overall Percentage
81.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
Step 0
Constant
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1.450
.255
32.358
1
.000
4.263
Variables not in the Equationa
Step 0
Variables
Score
df
Sig.
X1
4.911
1
.027
X2
3.261
1
.071
X3
.296
1
.587
X4
1.094
1
.295
X5
2.861
1
.091
X6
4.597
1
.032
X7
.152
1
.697
X8
6.722
1
.010
X9
1.443
1
.230
X10
7.819
1
.005
X11
1.735
1
.188
X12
.067
1
.796
X13
.097
1
.755
a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.
100
Variables not in the Equationa
Step 0
Variables
Score
df
Sig.
X1
4.911
1
.027
X2
3.261
1
.071
X3
.296
1
.587
X4
1.094
1
.295
X5
2.861
1
.091
X6
4.597
1
.032
X7
.152
1
.697
X8
6.722
1
.010
X9
1.443
1
.230
X10
7.819
1
.005
X11
1.735
1
.188
X12
.067
1
.796
X13
.097
1
.755
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
27.044
13
.012
Block
27.044
13
.012
Model
27.044
13
.012
Model Summary Cox & Snell R Step
-2 Log likelihood
Square
Nagelkerke R Square
1
70.201a
.237
.381
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
Sig.
1
3.537
8
.896
101
Classification Tablea Predicted Kunjungan Ulang Observed Step 1
Kunjungan Ulang
Percentage
Tidak
Ya
Correct
Tidak
7
12
36.8
Ya
2
79
97.5
Overall Percentage
86.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Step 1a X1
-1.356
.823
2.711
1
.100
.258
.051
1.295
X2
.096
.084
1.321
1
.250
1.101
.934
1.298
X3
-.143
.709
.041
1
.840
.867
.216
3.476
X4
.398
.973
.167
1
.683
1.489
.221
10.028
X5
.000
.000
.726
1
.394
1.000
1.000
1.000
X6
.011
.007
2.932
1
.087
1.012
.998
1.025
X7
.052
.720
.005
1
.942
1.053
.257
4.323
X8
1.490
.676
4.865
1
.027
4.438
1.181
16.681
X9
.431
.783
.303
1
.582
1.538
.332
7.131
X10
1.476
.746
3.911
1
.048
4.376
1.013
18.900
X11
-1.024
.893
1.316
1
.251
.359
.062
2.066
X12
-.032
1.090
.001
1
.976
.968
.114
8.198
X13
-1.676
1.515
1.224
1
.269
.187
.010
3.646
.227
2.360
.009
1
.924
1.254
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X10, X11, X12, X13.
102
Lampiran 2. Harga Tiket Masuk dan Fasilitas yang Tersedia di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
No
Harga (Rp)
1 Tiket masuk per orang
10.000
2 Tiket mobil
15500
3 Tiket Motor
3.000
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 14
Uraian
Fasilitas yang Tersedia Gerbang Utama Pusat Informasi Museum Zoology Gedung Konservasi Laboratorium Treub Penjualan Tanaman Pembibitan Pintu II Kantor Pengelola Masjid Gedung Herbarium Pintu III Kafe Dedaunan Rumah Anggrek Wisma Tamu
Fasilitas Sewaan Tenda Area penuh Tenda ukuran 6x6 Tenda flafon dan rumbai Panggung Kursi chitos Kursi futura Terpal Karpet Meja bulat Meja prasmanan Meja persegi Organ tunggal Sound system Panggung
Harga (Rp) 500000 5000000 150000 500000 600000 2500 8000 35000 10000 30000 25000 8000 1500000 750000 15000000
103