i
© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*
Katalog dalam Terbitan
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009. xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm ISBN 978-979-799-447-1 1. Konservasi 2. Flora Indonesia
2. Keanekaragaman Hayati 4. Pemanasan Global
333.95
Penelaah
Setting dan Layout Desain Sampul Penerbit
: Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa : I Putu Agus Hendra Wibawa : Gede Wawan Setiadi : LIPI Press, anggota Ikapi
*UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051 E-mail: kebunrayabali.yahoo.com www.kebunrayabali.com
ii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global” Bali, 14 Juli 2009 ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah : Bayu Adjie Dedy Darnaedi Sutrisno Joko R. Witono Pande Ketut Sutara Enik Kriswiyanti Teguh Triyono Ida Bagus Ketut Arinasa
Penyunting : Agung Kurniawan Ni Kadek Erosi Undaharta I Putu Agus Hendra Wibawa I Gede Tirta Wawan Sujarwo
Penyelenggara : UPT BKT Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali - LIPI
bekerja sama dengan PTTI, FMIPA Universitas Udayana dan BLH Prov. Bali
iii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global” Bali, 14 Juli 2009 Tidak dibenarkan mengutip ataupun memperbanyak seluruh maupun sebagian isi buku ini kemudian mendistribusikannya, tanpa ijin tertulis dari penerbit. Diterbitkan oleh : UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 website : www.kebunrayabali.com e-mail :
[email protected] cetakan 2009© ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah : Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa Penyunting : Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo
Setting & Layout : I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul : Gede Wawan Setiadi
iv
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global telah diselenggarakan pada tanggal 14 Juli 2009 di Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI. Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Seminar ini terlaksana atas kerjasama antara UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” - LIPI dengan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia (PTTI) dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Seminar ini diikuti oleh 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia pelaksana dan seluruh pihak yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu terselenggaranya seminar ini. Besar harapan kami bahwa prosiding ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global yang terus berlangsung.
Ir. I Nyoman Lugrayasa Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI
v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ REKOMENDASI ................................................................................................... SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA BALI” LIPI ...................................................... SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI – LIPI ..................
iv xv xvi xix
MAKALAH KUNCI Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global Endang Sukara .........................................................................................................
1
MAKALAH UTAMA Pembangunan Kebun Raya Daerah dan Peran Strategisnya dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Global Mustaid Siregar, Hendrian dan Sutrisno ..................................................................
7
Kedalaman Informasi dan Kelembagaan Taksonomi Menghadapi Perubahan Iklim Global Dedy Darnaedi ..........................................................................................................
14
Pemanasan Global Sebagai Akibat Ulah Manusia Diplanet Bumi I Wayan Kasa ............................................................................................................
15
Bali dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Ketut Suryadarmadi ..................................................................................................
22
MAKALAH ORAL Impact of Climate Change on Distribution of Elatostema (Urticaceae) In Indonesia Barry J. Conn dan Julisasi T. Hadiah ......................................................................
31
Menyusun Prioritas Koleksi Bagi Kebun Raya Baru di Indonesia Irawati .....................................................................................................................
40
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global di Indonesia; Dampaknya terhadap Kondisi Biogeofisik Rachmat Fajar Lubis dan Robert Delinom ..............................................................
45
Peran Hutan Masyarakat Adat dalam Menjaga Stabilitas Iklim Satu Kajian Perspektif Deep Ecology (Kasus Masyarakat Desa Adat Tenganan, Bali) I.G.P.Suryadarma .....................................................................................................
50
New cpDNA Sequences Of The Tree Fern Dicksonia From Indonesia Bayu Adjie .................................................................................................................
58
vi
MAKALAH PENUNJANG Inventarisasi dan Eksplorasi Anggrek di Wamena-Papua I Gede Tirta dan I Nyoman Peneng ..........................................................................
61
Keanekaragaman Anggrek di Kawasan Sungai Busang, Kalimantan Tengah Dwi Murti Puspitaningtyas .......................................................................................
66
Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan Komara oleh Kebun Raya Purwodadi Esti Endah Ariyanti ..................................................................................................
75
Konservasi Tumbuhan Secara Ex Situ Langkah Awal Domestikasi Subekti Purwantoro ..................................................................................................
81
Beberapa Jenis Pohon yang Menjadi Inang Anggrek Pteroceras javanicum (J.J.Sm.) Bakh.F. di Twa Lejja Kab. Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan Suhartono .................................................................................................................
85
Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack) di Hutan Lindung Sungai Wain Kabupaten Balikpapan Propinsi Kalimantan Timur Suhartono .................................................................................................................
88
Peranan Konservasi Tumbuhan Warna Alam di Kab. Gianyar dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global Pande Ketut Sutara ...................................................................................................
91
Konservasi Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Alternatif Desa Banjarasem dalam Kaitannya dengan Penekanan Pemanasan Global I Gusti Ngurah Puger ................................................................................................
99
Eksplorasi Begonia di Cagar Alam Pulau Batanta Barat, Propinsi Papua Barat I Made Ardaka, I Wayan Mudarsa dan I Nyoman Sudiatna ....................................
110
Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Pohon pada Perbedaan Status Kepemilikan Lahan Garapan di Lampung Barat Indriani Ekasari ........................................................................................................
119
Anggrek Epifit di Twa Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat Pa’i Dan Esti Endah Ariyanti ...................................................................................
128
Digitalisasi Data Konservasi dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ...........................................................
133
Identifikasi Dendrobium Spp Daun Pipih dari Seksi Aporum (Orchidaceae) di Kebun Raya Purwodadi Nina Dwi Yulia .........................................................................................................
139
vii
Eksplorasi dan Penelitian Tanaman Upacara Agama Hindu di Kecamatan Kintamani, Bangli – Bali I Made Sudi ...............................................................................................................
145
Eksplorasi Flora di Bukit Silangjana Singaraja-Bali I Made Sudi, I Gusti Putu Wendra dan Ketut Sandi .................................................
149
Taman Begonia Kebun Raya “Eka Karya” Bali : dalam Tinjauan Analisis I Made Ardaka dan I Dewa Putu Darma .................................................................
154
Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Percobaan Kultur Invitro Rafflesia patma dan R. meijerii . Sofi Mursidawati dan Elizabeth Handini .................................................................
158
Studi Pertumbuhan Anthurium x. ferriense dan Philodendron wendlandii Schott di Dalam Ruangan pada Intensitas Cahaya yang Berbeda Siti Fatimah Hanum .................................................................................................
162
Manipulasi Warna Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla) dengan Pengaturan pH Tanah Made Ria Defiani dan Ni Luh Suriani .......................................................................
170
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Jenis Media Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Epidendrum (Epidendrum radicans Pav.)” Gede Lemes ..............................................................................................................
175
Studi Penyimpanan Biji Anggrek Cymbidium finlaysonianum Elizabeth Handini dan Dwi Murti Puspitaningtyas ..................................................
183
Pelestarian Majegau (Dysoxylum caulostachyum) Flora Identitas Propinsi Bali Yunita Hardini dan Hartutiningsih M. Siregar ........................................................
191
Masa Berbunga Beberapa Jenis Rhododendron spp. (Sub Sect. Vireya) Koleksi Kebun Raya ’Eka Karya’ Bali Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ..............................................................................
196
Kultur Daun Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f. Asal Kalimantan Barat Elizabeth Handini dan Yupi Isnaini .........................................................................
206
Isolasi Bakteri Dari Bunga Bangkai (Amorphophalus titanium Becc.) di Kebun Raya Bogor Sri Hartin Rahaju, Novik Nurhidayat dan Yuzammi ................................................
211
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kelompok Pseudomonas “Fluoresens” dari Bunga Bangkai Amorphophalus paeoniifolius Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat .................................................................
215
viii
Keanekaragaman Isolat Bakteri dari Bunga Bangkai Amorphophalus titanum Becc. di Kebun Raya Cibodas Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat .................................................................
220
Perbanyakan Baccaurea dulcis dengan Cara Cangkok dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Reni Lestari ...............................................................................................................
227
Aplikasi Bahan Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman dan Populasi Cacing Tanah di Sumberjaya Lampung Barat Agus Karyanto, Sri Murwani, Rusdi Evizal dan Sugiatno .......................................
232
Perkecambahan Biji Beberapa Jenis Tumbuhan Berpotensi Tri Handayani dan Melani Kurnia Riswati ..............................................................
240
Daya Hidup Biji Majegau (Dysoxylum caulostachyum Miq) dan Rijasa (Elaeocarpus grandiflorus JE.Smith). Dewi Lestari .............................................................................................................
244
Kajian Tumbuhan Endemik Kalimantan: Osmoxylon borneense Seem. Hary Wawangningrum dan Dwi Murti Puspitaningtyas ..........................................
249
Manfaat Aren, Arenga pinnata Wurmb. Merr. dan Potensinya Sebagai Tanaman Reintroduksi di Daerah Aliran Sungai (DAS) I Made R. Pendit, Ni Putu Sriasih, dan I Made Sumerta .........................................
254
Pemanfaatan Gatep (Inocarpus fagiferus (Parkinson) Fosb.) Sebagai Penghijauan Lahan Marginal I Made Sumerta, I Made R. Pendit dan I Made Suja ................................................
258
Averrhoa spp. di Kebun Raya Bogor dan Upaya Konservasinya Inggit Puji Astuti dan Rugayah .................................................................................
261
Keanekaragaman Flora di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar Danau Bawah - Jamrud, Riau. Esti Munawaroh ........................................................................................................
265
Studi Populasi Jenis-Jenis Bambu Alam di Kawasan Hutan Palungan Batu, Kabupaten Jembrana-Bali. Ida Bagus Ketut Arinasa ...........................................................................................
271
Reintroduksi Palem Nyabah (Pinanga arinasae J.R. Witono) Jenis Endemik di Bali Ida Bagus Ketut Arinasa ...........................................................................................
276
Inventarisasi Tumbuhan di Taman Nasional Kepulauan Togean Sri Hartini dan Hary Wawangningrum ....................................................................
280
ix
Analisa Kromosom dan DNA Serta Diversifikasi Morfologi; Studi Kasus pada Salvia spp. (Lamiaceae) Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ..........................................................................
295
Kumis Kucing (Orthosiphon spp.; Lamiaceae) di Indonesia dan Indikasi Jenis Baru dari Pulau Waigeo, Papua Barat Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ..........................................................................
303
Studi Pendahuluan Deteksi Keragaman Populasi Jati (Tectona grandis L.) dengan Marka RAPD Made Pharmawati ....................................................................................................
307
Taman Panca Yadnya Kebun Raya ”Eka Karya” Bali Suatu Konsep Konservasi dan Budaya Dalam Harmoni I Dewa Putu Darma...................................................................................................
312
50 Tahun Peran Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Konservasi Tumbuhan Siti Fatimah Hanum dan Wenni Setyo Lestari ..........................................................
316
Inventarisasi Jenis Tanaman Pekarangan yang Berpotensi Obat di Desa Sukajadi Kabupaten Bogor Siti Fatimah Hanum .................................................................................................
328
Potensi Ficus benjamina L. sebagai Tanaman Konservasi di Bali I Nyoman Peneng .....................................................................................................
337
Peranan Ecopark dalam Pengembangan dan Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berpotensi di Indonesia Tri Handayani, Sugiarti dan Ika Sartika ..................................................................
344
Keanekaragaman Jenis Araliaceae di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatera Barat Hary Wawangningrum .............................................................................................
353
Kekayaan Sumber Daya Alam di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara Rismita Sari ...............................................................................................................
359
Keanekaragaman Spesies Burung dan Habitatnya di Kebun Raya Eka Karya Bali Sudaryanto ................................................................................................................
365
Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Buah di Kalimantan Tengah dan Habitat Tumbuhnya Reni Lestari, Rismita Sari, Didit Okta Pribadi dan Andy Bhermana .......................
370
Potensi dan Konservasi Genitri (Elaeocarpus sphaericus Schum) di Bali Dewi Lestari .............................................................................................................
382
x
Eksplorasi Tumbuhan di Kawasan Cagar Alam Gunung Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara Agung Kurniawan dan I Made Raharja Pendit ........................................................
386
Pematahan Dormansi Biji Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) dengan Larutan H2SO4 Sri Wahyuni dan Syamsul Hidayat ...........................................................................
396
Perkecambahan Palem Endemik Sulawesi Pigafetta elata (Giseke) Becc. Kebun Raya Purwodadi Rony Irawanto ..........................................................................................................
404
Biji dan Perkecambahan Typhonodorum lindleyanum Schott Kebun Raya Purwodadi Rony Irawanto dan Abban Putri Fiqa ......................................................................
410
Studi Perilaku Perkecambahan Biji Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) Abban Putri Fiqa dan Dewi Ayu Lestari ..................................................................
416
Teknik Perbanyakan Konvensional dengan Spliting Batang pada Beberapa Media Tanam Anggrek Dendrobium macrophyllum A. RICH. I Gede Tirta ..............................................................................................................
420
Efektivitas Media Tanam dan Perlakuan Pratanam pada Perkecambahan Biji Tanjung (Mimusops elengi L.) dan Trengguli (Cassia fistula L.) sebagai Tumbuhan Penyerap Karbondioksida Winda Utami Putri ...................................................................................................
424
Analisis Kandungan Klorofil Caulerpa lentillifera J. Agardh Ditinjau dari Aspek Fisiologis dan Ekologis Ni Wayan Sri Ika Yadnyasari dan Ni Putu Adriani Astiti ........................................
430
Palem Marquesas (Pelagodoxa henryana Becc.;Arecaceae), Salah Satu Koleksi Kritis di Kebun Raya Bogor dan Perbanyakannya Sumanto ....................................................................................................................
433
Induksi Pembentukan Kantong Tanaman Nepenthes rafflesiana Jack pada Berbagai Konsentrasi Media dan Ukuran Wadah Kultur Eka Martha Della Rahayu dan Yupi Isnaini ............................................................
436
Perbanyakan Syzygium cumini dan Syzygium polyanthum di Kebun Raya Purwodadi Deden Mudiana ........................................................................................................
442
Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Kebun Raya Purwodadi Deden Mudiana dan Suhadinoto ..............................................................................
447
xi
Variasi Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan Planlet Dendrobium conanthum Secara In Vitro Destario Metusala dan Fajar Nurrachman ..............................................................
451
Efektifitas Beberapa Tanaman Penyerap Timbal (Pb) pada Kawasan Pabrik dan Padat Lalu Lintas di Kawasan Singosari, Kabupaten Malang Agung Sri Darmayanti dan Siti Sofiah .....................................................................
456
Kondisi Fisiologis Daun Puring (Codiaeum variegatum) pada Tingkat Cemaran Timbal (Pb) yang Berbeda Agung Sri Darmayanti ..............................................................................................
461
Perkecambahan Biji Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack.) pada Berbagai Media In Vitro dan di Rumah Kaca Yupi Isnaini ...............................................................................................................
465
Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Inokulasi Biji Rafflesia patma Secara In-Vivo Sofi Mursidawati dan Melani Kurnia Riswati ..........................................................
472
Pemekaran Bunga Hibiscus Di Kebun Raya Cibodas Sumanto .....................................................................................................................
476
Sempupu Island Nature Reserve : A Contribution To Small Island’s Plant Diversity And Karst Ecosystem Conservation As A Potential Investment In Climate Change Mitigation And Adaptation Activity Rosniati A. Risna and Dwi Narko ............................................................................
481
Keberadaan Pulai (Alstonia spp.) di Taman Nasional Ujung Kulon dan Upaya Perbanyakannya untuk Bahan Baku Kerajinan Maupun Obat Tradisional Syamsul Hidayat dan Sutrisno ..................................................................................
491
Kebun Raya “Eka Karya” Bali dan Begonia Sewindu Perjalanan Konservasi, Penelitian dan Pengembangan Begonia Hartutiningsih - M. Siregar, I.M. Ardaka, G. W. Setiadi, I.N. Lugrayasa dan Mustaid Siregar .......................................................................................................
497
Konservasi Tanaman Upacara Agama Hindu Bali dari Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali Agung Kurniawan, I Gusti Putu Wendra dan I Ketut Sandi ....................................
505
Pembuatan Arang Aktif dari Limbah Kulit Suren (Toona sureni Merr.) dalam Upaya Konservasi Bahan Wawan Sujarwo ........................................................................................................
513
xii
Karbon Aktif Serbuk Gergaji Kayu Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam Memperbaiki Kualitas Air Wawan Sujarwo ........................................................................................................
517
Potensi Obat Tumbuhan Benalu di Taman Wisata Alam (TWA) Cani Sirenreng Dusun Maningo Desa Tellu Boccoe Kecamatan Ponre Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Sri Wuryanti dan Deden Mudiana ...........................................................................
521
Inventarisasi Tumbuhan Obat di Beberapa Daerah di Kabupaten Banyuwangi Sri Wuryanti dan Esti Endah Ariyanti ......................................................................
527
Potensi Baccaurea spp. : Studi Kasus di Kebun Raya Bogor Popi Aprilianti, Reni Lestari dan Winda Utami Putri ..............................................
534
Pemanfaatan Bahan Tumbuhan dalam Tradisi Nginang Sirih pada Perayaan Sekaten di Keraton Kasultanan Jogjakarta Destario Metusala ....................................................................................................
545
Studi Potensi Beberapa Jenis Bulbophyllum (Orchidaceae) di Kebun Raya Purwodadi sebagai Tumbuhan Epifit Penyerap CO2 Destario Metusala ....................................................................................................
550
Pendugaan Nilai Keindahan Tanaman Palem Koleksi Kebun Raya Purwodadi Dendik Subekti dan Rony Irawanto ..........................................................................
554
Etnobotani Sirih ( Piper betle.L.) sebagai Pelengkap Canang untuk Sarana Upacara Yadnya Cornelius Sri Murdo dan Pande Kadek Ayu Suarsini ..............................................
557
Skrining Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan Untuk Meminimalisir Penyebab Pemanasan Global I Putu Agus Hendra Wibawa ....................................................................................
562
Pemanfaatan Gleditsia assamica Bor. Sebagai Tanaman Reboisasi I Nyoman Peneng dan Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri .........................................
569
Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu Alternatif untuk Mengurangi Pemanasan Global Joko Ridho Witono dan Yuzammi .............................................................................
573
Fenologi Empat Jenis Tumbuhan Akumulator Merkuri Syamsul Hidayat, Titi Juhaeti dan Nuril Hidayati ...................................................
579
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Evaluasi Pemilihan Lahan Tanam Rachmawan Adi Laksono dan Diah Harnoni Apriyanti S.T. ...................................
587
xiii
Murraya sp. dari Cyclops : Karakteristik Morfologi dan Persebarannya I Nyoman Lugrayasa, Inggit Puji Astuti dan Sutrisno .............................................
590
Beberapa Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi Dewi Ayu Lestari dan Siti Sofiah ..............................................................................
595
Kadar Karbon Pohon Manii (Maesopsis eminii Engl.) di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY Wawan Sujarwo ........................................................................................................
600
Studi Habitat Dan Populasi Ascocentrum Miniatum (Lindl.) Schltr di Kabupaten Malang Pa’i, Siti Nurfadilah dan Nina Dwi Yulia ................................................................
603
Ki Calung (Diospyros macrophylla Blume) di Taman Nasional Ujung Kulon Banten Dodo .....................................................................................................................
608
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan untuk Menciptakan Kenyamanan Klimatik di Jakarta Pusat Imawan Wahyu Hidayat ...........................................................................................
612
Estimasi Stok Karbon Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi Siti Sofiah dan Dewi Ayu Lestari ..............................................................................
621
Peran Masyarakat dalam Penurunan Efek Global Warming: Studi Kasus Pada 5 Desa di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali Ni Luh Watiniasih, N. L. P. Eswaryanti K., I. A. Astarini, Retno Kawuri dan Ni Made Suartini ...........................................................................................................
626
Analisis Pemanfaatan Digital Library: Hubungannya dengan Konservasi Tumbuhan dan Isu GlobalWarming Diah Harnoni Apriyanti, Patmiati ............................................................................
630
Digitalisasi Data Keragaman dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ...........................................................
634
Keragaman Vegetasi di Plot Permanen Cibogo, Kawasan Hutan Kebun Raya Cibodas: Studi Awal Dinamika Populasi Anggun R. Gumilang ................................................................................................
640
Potensi Hutan Pinus Sebagai Penyimpan Karbon di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang Titut Yulistyarini, Rossyda Priyadarshini dan Eny Dyah Yuniwati ........................
644
xiv
Estimasi Sumbangan Karbon, Serasah, dan Hubungannya dengan Keberadaan Cacing Tanah pada Sistem Agroforestri Amir Hamzah dan Rossyda Priyadarshini ...............................................................
650
Persebaran dan Pemanfaatan Ketak [Lygodium circinnatum (Burm.f.) Sw.] di Gunung Pusuk, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. I Dewa Putu Darma dan Ida Bbagus Ketut Arinasa ................................................
658
Peranan Pertanian Organik dalam Mencegah Pemanasan Global Solikin .....................................................................................................................
664
Sistem Bertanam untuk Meningkatkan Penyerapan CO2 dan Cadangan Karbon : Kajian Pada Pekarangan Solikin .....................................................................................................................
670
Evaluasi Kualitas Visual Arsitektur Pohon untuk Desain Lansekap Dwi Setyanti dan Aris Munandar .............................................................................
675
Peranan Kawasan Hutan Mangrove Perapat Benoa sebagai Kawasan Konservasi Flora di Daerah Kota Denpasar A. A. Ketut Darmadi .................................................................................................
684
Penurunan Keragaman Pohon dan Nematoda Akibat Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian Memacu Munculnya Masalah Nematoda I G. Swibawa, R. Evizal, F.K. Aini, F.X. Susilo, K. Hairiah dan D. Suprayogo .......
688
Could The Antagonistic Plants In Rubber Plantation Save The Natural Carbon Dioxide Sequestration? Joko Prasetyo and F.X. Susilo ..................................................................................
698
Jenis-jenis Lygodium dari Cagar Alam Bukit Bungkuk, Riau dan Pertumbuhannya di Kebun Raya Bogor Sri Hartini .................................................................................................................
702
Huperzia squarrosa (G. Forster) Trevisan: Potensi Pemanfaatan, Keberadaan di Alam dan Konservasinya di Kebun Raya Bogor Sri Hartini .................................................................................................................
707
Konservasi dan Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering I Gede Tirta ...............................................................................................................
711
Cadangan Karbon pada Sistem Penggunaan Lahan Kopi : Apakah Umur Tegakan Mempengaruhi Besarnya Karbon Tersimpan? Rossyda Priyadarshini, Titut Yulistyarini dan Enny Dyah Yuniwati .......................
716
Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna Melalui Kearifan Lokal Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali Nyoman Wijana ........................................................................................................
724
DAFTAR PESERTA ................................................................................................
732
xv
REKOMENDASI Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Peserta seminar lebih lanjut menyampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Konservasi ex situ flora dalam bentuk kebun raya mempunyai peluang untuk dijadikan model mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global. 2. Konservasi harus diimbangi dengan kegiatan riset mendasar baik untuk menggali nilai ekonomi tumbuhan maupun untuk mempelajari sifat tumbuhan dalam kaitannya dengan adaptasi dan mitigasi terhadap pemanasan global 3. Penerapan hasil riset diharapkan dapat menekan laju kepunahan jenis akibat dampak pemanasan global sekaligus meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis sumber daya keanekaragaman hayati. 4. Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan, menanam dan memelihara tumbuhan untuk mengatasi pemanasan global tanpa mengabaikan kearifan lokal. 5. Pendirian kebun raya daerah membuka kesempatan pemanfaatan tumbuhan lokal untuk kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, pembangunan ekonomi serta perbaikan lingkungan hidup.
Tim Perumus Ketua : Ir. Mustaid Siregar, M.Si (Kebun Raya Bogor - LIPI) Sekretaris : Wawan Sujarwo, M.P (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) Anggota : Ir. I Nyoman Lugrayasa (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) : Dr. Irawati (Kebun Raya Bogor - LIPI) : Prof. Dr. I Wayan Kasa (FMIPA - Universitas Udayana) : Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si (FMIPA - Universitas Udayana) : Ida Bagus Ketut Arinasa, M.Si (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI)
xvi
SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA” BALI - LIPI
Ir. I Nyoman Lugrayasa
Om Swastiastu Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua Yth. Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI Yth. Bapak Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI Yth. Para Pemakalah Utama dan seluruh peserta seminar Serta para undangan yang Saya hormati Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan anugerah - Nya sehingga di pagi ini kita dapat bersama-sama kembali di Gedung Serba Guna “Nayaka Loka” ini untuk mengikuti Seminar Nasional “Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.” Para hadirin yang saya hormati, Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Sebelumnya, tiga seminar dan simposium yang pernah diselenggarakan oleh Kebun Raya “Eka Karya” Bali : yaitu yang pertama di tahun 2004, bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Mahasaraswati, menyelenggarakan seminar khusus tentang “Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu”. Yang ke dua, di tahun 2005, bekerjasama dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Bali, untuk menyelenggarakan Simposium “Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Air di Kawasan Tri-danau Beratan, Buyan dan Tamblingan.” Dan yang ke tiga, di tahun 2007 melalui kerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Hindu Indonesia - Denpasar menyelenggarakan seminar tentang tumbuhan usada dengan tema “Konservasi Tumbuhan Usada Bali dan Peranannya dalam Mendukung Ekowisata”. Pada tahun 2009 ini Kebun Raya “Eka Karya” Bali menggandeng kembali Universitas Udayana, beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali untuk menyelenggarakan seminar dengan tema “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.” Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan
xvii
terhadap perubahan iklim. Naiknya permukaan air laut sebagai salah satu dampak perubahan iklim menyebabkan terancamnya jutaan penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai. Selain itu para petani dan nelayan yang mata pencahariannya sangat bergantung pada cuaca dan musim juga rentan terhadap perubahan iklim. Dampak dari pemanasan global terhadap flora yang ada di dalam kawasan hutan, beberapa juga akan diperkirakan punah karena tidak mampu beradaptasi, sebaliknya spesies yang mampu bertahan akan berkembang tak terkendali. Kebakaran hutan juga punya andil besar terhadap hilangnya berbagai keanekaragaman hayati terutama yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan diperkirakan setiap tahunnya telah terjadi kebakaran hutan di Indonesia seluas 5 juta Ha. Para hadirin yang saya hormati, Kita menyadari bahwa mengkonservasi tumbuhan bukanlah pekerjaan mudah, tidak cukup dikerjakan oleh satu instansi dan sekelompok orang. Di sinilah dibutuhkan kesadaran dan kerja sama semua instansi dan lapisan masyarakat harus terlibat aktif berperan. Hal ini tidak mudah kita lakukan apalagi harus mengubah suatu kebiasaan. Ini tantangan untuk kita bersama ke depannya, bagaimana tumbuhan di muka bumi tidak mudah habis akibat penggunaan yang berlebihan dan akibat degradasi habitat. Sebuah sumber yang saya kutip dari hasil Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado yang diselenggarakan pada tanggal 11 - 15 Mei 2009, yang mengkaji secara ilmiah tentang potensi laut dalam menyerap dan melepas karbon, turunnya produksi pangan serta meningkatnya banjir dan badai karena perubahan iklim. Iklim sudah mengalami perubahan ekstrim dan jika dibiarkan akan membuat bumi hancur atau bumi tetap ada tetapi manusia tidak ada/punah. Sebuah peringatan bagi perusak lingkungan, usia bumi diramalkan tinggal 100 th lagi terhitung sejak terjadinya pemanasan bumi akibat ulah manusia pada kurun 1990 - 2000 (Sek. Menteri Lingkungan Hidup, Ir. Arief Yuono, M.A, 16/5, dalam seminar Nasional bertajuk “Strategi Adaptasi dan Mitigasi terhadap Perubahan Iklim” yang disampaikan di Universitas Kristen Surabaya). Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI yang saya hormati, Pada kesempatan ini dapat kami laporkan bahwa target peserta seminar ini adalah 150 orang. Kini jumlah peserta yang terdaftar di sekretariat adalah 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster. Kami selaku penyelenggara berharap, semoga seminar ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai ajang diskusi dan tukar menukar informasi, mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanasan global, khususnya mengenai peran serta konservasi flora dalam mengatasi dampaknya. Dalam kesempatan ini pula, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI atas kehadirannya, dan nantinya kami mohonkan pula untuk dapat memberi sambutan sekaligus membuka secara resmi acara seminar ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana, Ketua Penggalang Taksonomi Tumbuhan dan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali atas kerjasamanya. Semoga kerja sama ini dapat terus kita jalin.
xviii
Akhirnya, adalah karena keuletan dan kegigihan dari seluruh panitia, seminar ini dapat terlaksana. Tiada kata yang lebih tepat dalam menggambarkan dedikasi dan jerih payah Saudara. Dari hati yang paling dalam Saya ucapkan terima kasih atas kebersamaannya. Akhirnya, kepada seluruh peserta seminar saya ucapkan selamat datang dan selamat berdiskusi.
Om Shanti Shanti Shanti Om Wassalamualikum Wr. Wb.
xix
SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI - LIPI
Prof. Dr. Endang Sukara
Ass. wr. wb. Selamat pagi Salam sejahtera Om swastiastu Yth. Bapak Prof. Dr. Suparka Yth. Bapak Dr. Deddy Darnaedi Yth. Ibu Dr. Irawati Yth. Saudara Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Yth. Saudara Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Ekakarya Bali, Para tamu undangan dan sdr peserta seminar yang berbahagia Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang atas ridhoNYA, kita dapat hadir dalam keadaan sehat walafiat. Saudara sekalian, kebun raya sebagai mana kita maklumi, memiliki posisi strategis. Kebun raya adalah tempat untuk konservasi tumbuh-tumbuhan. Di Kebu Raya pula, tumbuhan diteliti secara mendasar agar potesi tumbuhan cepat terungkap. Melalui Kebun Raya ini pula pengetahuan tentang tumbuhan ini dapat dikomuniksikan kepada masyarakat. Kebun Raya mempunyai peran sebagai sarana pendidikan. Karena keindahannya, kesejukannya, dan kenyamanannya, kebun raya merupakan tempat rekreasi. Saudara sekalian yang berbahagia, Dalam kaitan tema dari seminar ini, peran konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global, maka yang menjadi isu penting saat ini meningkatnya kesadaran publik tentang arti pentingnya tumbuhan untuk menjaga keutuhan bumi shg dapat dihuni manusia lebih lama lagi. Saya sangat menghargai usaha yang dilakukan Kebun Raya Bali menggalang kemitraan menyelenggarakan berbagai kegiatan produktif termasuk menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar melalui kerjasama strategis dengan berbagai pihak seperti Universitas, pemerintah daerah dan Departemen Sektor. Aksi nyata untuk merespon isu strategis dapat segera dilakukan dengan penghijauan untuk menekan laju pendangkalan danau, dengan melaksanakan pelestarian adat dan tradisi kedekatan masyarakat dg tumbuhan, pembangunan ekonomi berbasis kekayaan hayati Bali mulai ecotourism industry (keindahan landskap ekosistem dan budaya) sampai ke industri pharmaceutical berbasis usada. Saya yakin, melalui usaha positif kita untuk melindungi tumbuhan dan memanfaatkan tumbuhan akan memberikan sumbangan terhadap penurunan laju pemanasan global.
xx
Dalam kesempatan, perkenankanlah, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada panitia yang telah bekerja keras dan tekun sehingga acara ini berlangsung dengan baik. Saudara sekalian, demikian sambutan saya, Dengan mengucapkan bimillahirrokhmanirrohim, Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Dibuka dengan resmi. Selamat berseminar Ass. wr. wb. Om Santi Santi Santi Om
465 ISBN 978-979-799-447-1
PERKECAMBAHAN BIJI KANTONG SEMAR (Nepenthes ampullaria Jack.) PADA BERBAGAI MEDIA IN VITRO DAN DI RUMAH KACA Yupi Isnaini Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor -LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13 Bogor, email:
[email protected]
ABSTRACT - Mature seeds of a pitcher plant (Nepenthes ampullaria Jack.) were cultured in half strength MS medium supplemented with BAP (0, 2, and 4 mg/L) and NAA (0, 0.5, and 1 mg/L), HYPONeX + potato extract, and sterile water. The culture were incubated under light conditions in vitro. On the other hand, seed from different fruit were cultured in greenhouse with coco dust (coco peat), husk charcoal, coco peat : husk charcoal (1:1), and fern stem as germination media. Seed germination and seedling growth were observed weekly. The result indicated that the seed started to germinate in five week after incubation in sterile water and ten weeks after incubation in half strength MS medium supplemented with 0,2 and 2 mg/l BAP. However, the seed started to germinate in all of the media in greenhouse condition were faster than in vitro condition. Coco peat is the best media for seed germination of N. ampullaria in greenhouse condition. Key words : Nepenthes ampullaria Jack. seed germination, in vitro, greenhouse condition
PENDAHULUAN Nepenthes ampullaria Jack. (Nepenthaceae) merupakan jenis kantong semar yang paling mudah dikenali dari bentuk kantong bawahnya yang bergerombol, membulat dengan mulut lebar dan tutup kantong kecil memanjang mengarah keluar, sehingga air hujan dapat masuk ke dalam kantong. Warna kantong N. ampullaria sangat beragam mulai dari polos putih, hijau, kuning, merah hingga merah tua, dan ada yang memiliki bercak cokelat, kuning, hijau, dan ungu. Demikian juga dengan warna bibir kantong, ada yang kuning, hijau, sampai merah (Suska, 2006). Batangnya sendiri merambat dengan tinggi mencapai 15 m dan diameter mencapai 0,8 cm (Clarke, 2001). Penyebaran Nepenthes ampullaria tergolong cukup luas mulai dari Brunei Darussalam, Indonesia (Borneo, Irian Jaya, Sumatera), Malaysia (Borneo, Semenanjung), Papua New Guinea, Singapore, dan Thailand (Arx, et al 2001; Clarke, 2001, Rice, 2006). Habitat jenis ini di alam juga cukup beragam seperti hutan yang rindang, padang, belukar, hutan kerangas, rawa gambut, dan rawa berpasir, dengan ketinggian 0-1100 m dpl (Clarke, 2001). Selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena bentuknya yang indah, batang N. ampullaria yang kuat dan lentur juga digunakan untuk bahan tali, dan air rebusan akarnya dimanfaatkan oleh penduduk Sumatera sebagai obat sakit perut. Selain itu, cairan dari kantong
yang masih tertutup juga dapat diminum untuk obat sakit perut, diusapkan ke kulit yang terkena luka bakar, atau diteteskan ke mata untuk mengobati sakit mata. Sedangkan kantong N. ampullaria yang sudah kering juga dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia untuk pembungkus ketupat (Suska, 2006). Status kelangkaan dan resiko kepunahan Nepenthes ampullaria dalam IUCN Red list saat ini masih dalam kategori lower risk dan kriteria lest concern (LR/lc) (Clarke et al. dalam IUCN, 2009), artinya jenis ini belum termasuk kritis, genting, ataupun rawan, sehingga dinilai mempunyai resiko kepunahan yang masih rendah dan mendapat perhatian paling rendah. Hasil skoring oleh para pakar Nepenthes dalam workshop penentuan spesies prioritas untuk konservasi di Bogor 2-3 Juni 2009 menempatkan jenis N. ampullaria dalam kategori B, yang berarti aksi konservasinya masih bisa ditunda. Namun jika pengambilan dari alam dan perdagangannya tidak dikendalikan, jenis ini mungkin akan menjadi terancam kepunahan. Apalagi jika terjadi konversi lahan atau kerusakan ekologi di habitatnya akibat perubahan iklim yang sangat drastis, serta perhatian masyarakat terhadap tanaman hias unik ini semakin meningkat. Oleh karena itu, CITES sudah memasukkan spesies ini dalam daftar Apendix II (Clarke et al. dalam IUCN, 2009). Untuk mengantisipasi keterancaman tumbuhan ini dari kepunahan, diperlukan upaya perbanyakan dan budidaya.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
466 ISBN 978-979-799-447-1 Menurut Rajah (2007), N. ampullaria termasuk salah satu jenis yang bijinya mudah berkecambah, tetapi cepat kehilangan viabilitasnya. Namun tidak disebutkan secara pasti berapa persen keberhasilan perkecambahannya dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk biji mulai berkecambah. Selain itu, perkecambahan biji Nepenthes pada umumnya dan pertumbuhan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sehingga perlu dipelajari faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perkecambahan biji tersebut. Di sisi lain, meskipun dianggap jenis yang paling mudah ditanam, namun informasi mengenai cara perbanyakan N. ampullaria secara detail belum banyak dilaporkan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menjelaskan berbagai aspek terkait dengan perbanyakan jenis ini. Kultur in vitro dan percobaan di rumah kaca merupakan salah satu alternatif metode perbanyakan yang kandungan nutrisi dan kondisi lingkungannya bisa dikontrol dan dikendalikan. Penelitian ini merupakan tahap awal dari upaya perbanyakan N. ampullaria untuk menunjang kegiatan konservasi dan domestikasi selanjutnya. Penelitian awal ini dilakukan untuk mendapatkan media dan cara perkecambahan N. ampullaria yang lebih efektif untuk dijadikan bahan perbanyakan selanjutnya. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan rumah kaca, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2007 September 2008. Bahan tanaman yang digunakan adalah biji Nepenthes ampullaria asal Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar/Danau bawah, Riau yang dikoleksi pada bulan Desember 2007. Perkecambahan in vitro Buah yang terlihat cukup tua dan berwarna coklat dipisahkan dari tangkai buahnya dan dicuci dengan air sabun sambil digosok-gosok dengan tangan, lalu dibilas dengan air mengalir sampai bersih. Selanjutnya, buah direndam dalam larutan
fungisida Benlate 2 g/l dan bakterisida Agrept 2 g/l selama 1-2 jam. Setelah itu, buah dibilas dengan akuades steril sampai tidak ada sisa fungisida dan bakterisida. Sebelum dibuka, buah dicelupkan dalam alkohol 96% lalu dibakar sampai alkoholnya kering. Selanjutnya biji dikeluarkan dan dimasukkan langsung ke dalam botol berisi media dasar Murashige & Skoog (MS) setengah konsentrasi (1/2MS) dengan penambahan BAP (0, 2, and 4 mg/L) and NAA (0, 0.5, and 1 mg/l). Setiap buah dibagi menjadi 9 bagian dan setiap bagian disemai ke dalam botol yang telah berisi satu jenis media perlakuan (1 buah dibagi ke dalam 9 media perlakuan). Setiap perlakuan diulang 4 kali (4 botol). Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan menghitung jumlah biji yang berkecambah dan mencatat profil atau penampakan visual kecambah yang tumbuh. Selain itu, semai biji juga dilakukan pada media HYPONeX + ekstrak kentang, serta air steril sebagai kontrol. Sebelum disemai di media air steril, jumlah biji dari setiap buah yang digunakan dihitung terlebih dahulu. Selanjutnya pengamatan biji juga dilakukan secara mikroskopis sebelum dan sesudah berkecambah untuk melihat ada tidaknya embrio di dalam biji yang sangat halus dan fase awal perkecambahan yang belum terlihat jelas secara kasat mata. Perkecambahan di rumah kaca Buah N ampullaria yang telah disimpan di dalam lemari pendingin selama 40 hari disemai di media arang sekam, campuran cocopit : arang sekam (1:1), cocopit, dan batang pakis lempeng. Setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari semua biji yang berasal dari satu buah (Tabel 1). Semaian biji ini selanjutnya diinkubasi di rumah kaca. Pengamatan dilakukan setiap minggu untuk mengetahui waktu munculnya kecambah, dilanjutkan dengan pengamatan mingguan untuk mengetahui pertambahan jumlah biji yang berkecambah, lalu dijarangkan waktu pengamatannya sampai berakhirnya pengamatan pada minggu ke 26. Selain itu, pada bulan pertama penelitian juga diamati kondisi lingkungan mikro habitatnya seperti suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya pada pagi dan siang hari.
Tabel 1. Desain percobaan semai N. ampullaria pada berbagai media di rumah kaca Media Kode buah untuk setiap ulangan Ulangan1 Ulangan2 Ulangan3 Ulangan4 Arang sekam B1 B2 B3 B4 Arang sekam : cocopit (1:1) B5 B6 B7 B8 Cocopit B9 B10 B11 B12 Batang pakis lempeng B13 B14 B15 B16
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
467 ISBN 978-979-799-447-1 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan in vitro Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perkecambahan biji Nepenthes ampullaria secara in vitro membutuhkan waktu setidaknya 5 minggu setelah semai pada media air steril. Kecambah muncul dari bagian tengah biji yang sebelumnya terlihat jelas di bawah mikroskop seperti embrio (Gambar 1). Jumlah biji yang berkecambah pada 5 minggu setelah semai di media air berkisar antara 1,8 sampai 46,3% dari jumlah biji yang disemai (Tabel 2). Jumlah ini cukup bervariasi antar buah yang disemai secara terpisah, padahal semua buah berasal dari 1 tangkai dalam 1 pohon yang diambil secara acak. Pada akhir pengamatan minggu ke-11 setelah semai, jumlah biji yang berkecambah paling banyak mencapai 53% pada biji yang berasal dari buah 2, dan paling sedikit 5,4% pada biji yang berasal dari buah 4. Selanjutnya pengamatan dihentikan, karena sebagian kecambah akhirnya mengalami kematian. Sedangkan pada media kultur, biji baru mulai berkecambah pada 10 minggu setelah semai, dan jumlah biji yang berkecambah sangat terbatas, yaitu hanya 3 kecambah di media ½MS + 2 mg/L BAP dan 1 kecambah di media ½MS + 0,2 mg/L BAP. Sedangkan di media perlakuan lainnya, tidak ada biji yang berkecambah sampai akhir pengamatan. Waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan N. ampullaria pada penelitian ini lebih lambat dari perkecambahan N. hookeriana yang mulai berkecambah pada 37 hari setelah semai atau sekitar 5 minggu pada media ½MS + 5 ppm GA3 + 3,1 ppm vitamin (Tawakal, 2008). Hasil penelitian Sayekti (2007) pada Nepenthes mirabilis menunjukkan bahwa persentase biji berkecambah paling tinggi terdapat pada media KC dengan konsentrasi ¼, tetapi waktu berkecambah paling cepat (37,61 hari setelah semai) dijumpai pada media ½MS. Sedangkan Khompat, et al., (2007) melaporkan bahwa perkecambahan N. mirabilis tertinggi (26%) dijumpai pada media MS padat + 3 mg/l BA. Hasil penelitian ini sama dengan hasil perkecambahan in vitro pada Nepenthes gracilis yang dilaporkan oleh Isnaini dan Handini (2007) dalam waktu inisiasi kecambah, tetapi
media terbaik untuk perkecambahannya berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa biji N. gracilis mulai berkecambah pada minggu ke 10 setelah semai dan perkecambahan tertinggi dijumpai pada media HYPONeX + ekstrak kentang, diikuti perkecambahan pada media dasar 0,25 KC + vitamin MS, dan paling sedikit pada media dasar 0,5 MS + 2 mg/l BAP + 0.5 mg/l NAA. Selain itu, jumlah biji yang berkecambah pada semua media yang dilaporkan Isnaini & Handini (2007) jauh lebih banyak daripada jumlah biji N. ampullaria yang berkecambah pada percobaan ini. Biji N. khasiana Hook.f. juga bisa berkecambah jauh lebih banyak dari hasil penelitian ini, yaitu sampai 70% pada media ¼MS (Nongrum, et al. 2009). Kurangnya jumlah biji yang berkecambah pada penelitian ini diduga karena biji yang disemai ke media kultur mungkin kurang viable atau media perkecambahannya kurang sesuai. Kecambah yang tumbuh selanjutnya disubkultur ke media ½MS tanpa hormon untuk pembesaran dan perkembangan lebih lanjut. Hasil pengamatan selanjutnya mengindikasikan bahwa pertumbuhan kecambah hasil semai N. ampullaria ini relatif lambat. Hal ini terlihat dari jumlah daun yang terbentuk 9 bulan setelah semai baru mencapai 5-7 daun saja dan belum ada tunas baru yang muncul meskipun sebelumnya telah ditambahkan hormon BAP pada media untuk merangsang pembentukan tunasnya (Gambar 2). Padahal Khompat et al. (2007) melaporkan bahwa nutrisi yang dianggap cukup untuk memproduksi tunas yang normal dengan daun yang lengkap pada kultur Nepenthes mirabilis adalah pada media ½MS, karena jika komposisi nutrisinya dikurangi menjadi 1/4MS, maka produksi tunas akan lebih banyak tetapi tunasnya kecil dan daun yang terbentuk tidak normal. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa media ½MS dengan penambahan minimal 5 x 10-6 M 6-BAP dapat menginduksi tunas dari kecambah Nepenthes macfarlanei (Chua & Henshaw, 1999). Selain itu, Latha & Seeni (1994) melaporkan bahwa produksi tunas dari eksplan Nepenthes khasiana pada media dasar MS lebih tinggi (60%) daripada di media KC (40%).
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
468 ISBN 978-979-799-447-1
Gambar 1. Penampakan mikroskopis biji Nepenthes ampullaria (kiri) dan biji yang telah berkecambah 5 mingu setelah semai (kanan) Tabel 2. Persentase jumlah biji yang berkecambah di media air pada 5, 7, 9, dan 11 minggu setelah semai Kode buah Buah 1 Buah 2 Buah 3 Buah 4 Buah 5 Rata-rata
Jumlah biji yang disemai 173 200 190 167 79 161.8
Jumlah biji berkecambah pada minggu ke- (%) 5 0.0 33.0 46.3 1.8 11.4 18.5
7 12.1 46.0 47.9 2.4 26.6 27.0
9 24.9 51.0 49.5 4.8 35.4 33.1
11 24.9 53.0 49.5 5.4 35.4 33.6
Gambar 2. Kultur N. ampullaria umur 9 bulan setelah semai pada media ½MS+ 2 mg/L BAP (kiri & tengah) dan ½MS +0,2 mg/L BAP (kanan) Perkecambahan di rumah kaca Hasil pengamatan menunjukkan biji N. ampullaria mulai berkecambah pada minggu ke-4 setelah semai di berbagai media yang diinkubasi di rumah kaca. Kondisi iklim mikro di rumah kaca yang berhasil diamati sejak awal persemaian sampai munculnya kecambah terdiri dari suhu yang berkisar antara 20-26oC pada pagi hari dan 27-31oC pada siang hari, kelembahan udara berkisar antara 65-98% pada pagi hari dan 68-81% pada siang hari, serta intensitas cahaya berkisar antara 220-1140 (x2000) lux pada pagi hari dan 80-6230 (x2000) lux pada siang hari. Kondisi tersebut dianggap cukup sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan N. ampullaria, karena menurut Suska (2006), N. ampullaria menghendaki suhu panas, kelembabab tinggi, dan cahaya matahari tidak langsung, sehingga harus ternaungi 5090%, dan kelembaban udara yang dibutuhkan minimal 65%. Jika kelembabannya kurang,
maka kantong tidak akan terbentuk, daun akan menggulung dan mengering. Nepenthes burbidgeae dilaporkan tumbuh baik pada suhu 20-29oC (siang) dan 12-16oC (malam), dan kelembaban 68-95% (Sacilotto, 2004). Selain itu, menurut Farin (2008), perkecambahan Nepenthes paling baik jika suhu lingkungan mikronya konstan sekitar 70-80oF. Sedangkan Rice (2006) melaporkan bahwa untuk pertumbuhan Nepenthes dibutuhkan suhu 2234oC, kelembaban tinggi, dan cahaya sedang sampai terang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah biji yang berkecambah antar perlakuan pada setiap buah sangat berbeda, sehingga data yang ada tidak ditampilkan dalam bentuk nilai rata-rata jumlah biji yang berkecambah pada setiap media perlakuan, melainkan data semua biji yang berkecambah dari setiap buah asal biji yang disemai (Gambar 3).
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
469 ISBN 978-979-799-447-1
Gambar 3. Jumlah biji dari setiap buah yang berkecambah pada setiap pengamatan (B1-B16 = kode buah yang disemai pada media arang sekam (B1-B4), campuran arang sekam:cocopit (B5-B8), cocopit (B9-B12), dan batang pakis lempeng (B13-B16)).
Gambar 4. Jumlah biji dari setiap buah yang berkecambah pada berbagai media 4 minggu setelah semai
Gambar 5. Jumlah biji dari setiap buah yang berkecambah pada berbagai media 26 minggu setelah semai
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
470 ISBN 978-979-799-447-1
Gambar 6. Penampilan kecambah N. ampullaria umur 8 bulan setelah semai pada media arang sekam (kiri), campuran arang sekam : cocopit (1:1) (tengah), dan cocopit (kanan) Meskipun demikian bisa dijelaskan bahwa pada awal perkecambahan, jumlah biji yang berkecambah paling banyak dijumpai pada media campuran arang sekam : cocopit (1:1) yang mencapai 9 biji untuk biji yang berasal dari buah B7 dan hasil ini lebih tinggi dibandingkan semua media dan ulangan yang ada (Gambar 4). Namun pada perkembangan selanjutnya sampai minggu ke 26, perkecambahan biji terbanyak dijumpai pada biji yang berasal dari buah B12 yang disemai di media cocopit, diikuti oleh biji dari buah B5 yang disemai di media campuran arang sekam : cocopit (Gambar 5). Sedangkan pada media arang sekam saja, jumlah biji yang berkecambah sangat terbatas, dan tidak ada kecambah yang bertahan hidup sampai akhir pengamatan di media lempengan batang pakis. Dalam perkembangan selanjutnya, bibit N. ampullaria hasil perkecambahan yang berhasil tumbuh, langsung membentuk bakal kantong pada ujung-ujung daunnya (Gambar 6), tetapi bentuk kantong dan tutupnya belum seperti kantong tanaman N. ampullaria dewasa yang sangat khas dan paling mudah dikenali. Kantong-kantong yang terbentuk belum meroset seperti kantong tanaman N. ampullaria dewasa di lapangan (Clarke, 2001). Di lain pihak, semua kecambah yang sebelumnya muncul pada media batang pakis lempeng, berangsur mengering dan akhirnya mati. Hal ini mungkin terjadi karena kurang cocoknya media atau lingkungan tumbuhnya. Menurut Rajah (2007), kunci utama
keberhasilan perkecambahan Nepenthes adalah pemilihan lingkungan yang tepat, termasuk kelembaban, temperatur dan cahaya. Biji Nepenthes secara umum membutuhkan kelembaban tinggi, temperatur hangat, dan cukup cahaya untuk berkecambah. Selain itu, untuk perkecambahan dan perkembangan Nepenthes juga dibutuhkan media yang mampu menyimpan air lebih lama, seperti pada sphagnum moss, cocopit dan vermiculite. Biji yang masih segar umumnya akan berkecambah pada minggu ke-4 setelah semai, tetapi ada juga yang membutuhkan waktu 6 bulan untuk berkecambah, dan sebagian besar jenis Nepenthes akan berkecambah pada suhu sekitar 25-30oC (Rajah, 2007). Namun, sebagian seedling Nepenthes akan segera menghilang setelah berkecambah, sehingga untuk mendapatkan tanaman Nepenthes dengan pertumbuhan yang baik, seedling harus segera dipindah pada minggu yang sama dengan waktu perkecambahan, pada saat kotiledon masih ada. Salah satu faktor yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga suhu dan kelembaban dengan cara menyungkup tempat pembibitannya. KESIMPULAN Biji Nepenthes ampullaria yang disemai secara in vitro mulai berkecambah pada 5 minggu setelah semai di media air, dan 10 minggu setelah semai di media kultur ½MS + 0,2 dan 2 mg/l BAP. Jumlah biji yang berkecambah di media air jauh lebih banyak
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
471 ISBN 978-979-799-447-1 daripada di media kultur, namun pada perkembangan selanjutnya kecambah di media air mengalami kematian. Sedangkan pada kondisi di rumah kaca, biji N. ampullaria mulai berkecambah 4 minggu setelah semai pada berbagai media. Jumlah biji berkecambah paling banyak pada media cocopit, diikuti oleh media campuran arang sekam : cocopit (1:1). UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ibu Sutini atas bantuannya dalam kegiatan semai in vitro, Irma Handayani atas bantuannya mulai dari persiapan media semai sampai pengamatan di rumah kaca, dan Ibu Sofi Mursidawati atas koreksi abstraknya. DAFTAR PUSTAKA Arx B.V, J. Schlauer, and M. Groves 2001. CITES Carnivouros Plant Checklist. For genera: Dionaea, Nepenthes, Sarracenia. The Trustee of the Royal Botanic Gardens, Kew. http://www.kew.org/conservation/CITES_C hecklists/ CITESCarnivorousPlantChecklist.pdf. Diakses tanggal akses Mei 2009. Chua, L.S.L., and G. Henshaw. 1999. In vitro propagation of Nepenthes macfarlanei. Journal of Tropical Forest Science 11(3):631-638. Clarke, C., R. Cantley, J. Nerz, H. Rischer, & A. Witsuba. 2000. Nepenthes ampullaria. In: IUCN 2009. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2009.1. http://www.iucnredlist. org/. Diakses 21 Juni 2009. Clarke, C. 2001. Nepenthes of Sumatra and Peninsular Malaysia. Natural History publications. Kota Kinabalu. Isnaini Y. dan E. Handini. 2007. Perkecambahan biji kantong semar (Nepenthes gracilis Korth.) secara in vitro. Buletin Kebun Raya Indonesia 10 (2): 4046 IUCN 2009. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2009.1. www.iucnredlist.org. Diakses 21 Juni 2009.
Farin J. 2008. Carnivorous Plants - Lowland Nepenthes germination. http://en.allexperts.com/q/ CarnivorousPlants-711/2008/5/Lowland-Nepenthesgermination-1.htm. Diakses 21 Juni 2009 Khompat, K., W. Tokhao and A. Jantasilp. 2007. Factors affecting in vitro seed germination and shoot multiplication of a pitcher plant (Nepenthes mirabilis (Lour.) Druce). Songklanakarin J. Sci. Technol. 29(2):253-260. Latha, P.G., & S. Seeni. 1994. Multiplication of the endangered Indian pitcher plant (Nepenthes khasiana) through enhanced axillary branching in vitro. Plant Cell Tissue and organ culture 38:69-71. Nongrum, I., S. Kumaria, and P. Tandon. 2009. Multiplication through in vitro seed germination and pitcher development in Nepenthes khasiana Hook. f., a unique insectivorous plant of India. The journal of Horticultural Science & Biotechnology. 84 (3). http://www.jhortscib. org/vol84/84_3/15.htm. Diakses 21 Juni 2009 Rajah. 2007. Petpitcher carnivorous plant, Topic: My Nepenthes Seed Germination Guide (Read 81 times). http://petpitcher.proboards61.com/index.cgi ?action= display &board= archive &thread=1178710613&page=1. Diakses 12 Juni 2007. Rice B.A. 2006. Growing Carnivorous Plants. Timber Press. Oregon Sacilotto, R. 2004. Experiments with Higland Nepenthes Seedling. A Summary of Measured Tolerances. ICPD Newsletter, Maret 2004. Sayekti, U. 2007. Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Kecambah Kantong Semar (Nepenthes mirabilis) secara In vitro. Skripsi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suska, M.A. 2006. Nepenthes ampullaria, Vegetarian dari Keluarga karnivora. Trubus 18 Agustus 2006. Tawakal, M.I. 2008. Pengujian Berbagai Media Aklimatisasi untuk Menumbuhkan Planlet Kantong Semar (Nepenthes spp.) Skripsi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global