i
© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*
Katalog dalam Terbitan
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009. xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm ISBN 978-979-799-447-1 1. Konservasi 2. Flora Indonesia
2. Keanekaragaman Hayati 4. Pemanasan Global
333.95
Penelaah
Setting dan Layout Desain Sampul Penerbit
: Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa : I Putu Agus Hendra Wibawa : Gede Wawan Setiadi : LIPI Press, anggota Ikapi
*UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051 E-mail: kebunrayabali.yahoo.com www.kebunrayabali.com
ii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global” Bali, 14 Juli 2009 ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah : Bayu Adjie Dedy Darnaedi Sutrisno Joko R. Witono Pande Ketut Sutara Enik Kriswiyanti Teguh Triyono Ida Bagus Ketut Arinasa
Penyunting : Agung Kurniawan Ni Kadek Erosi Undaharta I Putu Agus Hendra Wibawa I Gede Tirta Wawan Sujarwo
Penyelenggara : UPT BKT Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali - LIPI
bekerja sama dengan PTTI, FMIPA Universitas Udayana dan BLH Prov. Bali
iii
PROSIDING
Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global” Bali, 14 Juli 2009 Tidak dibenarkan mengutip ataupun memperbanyak seluruh maupun sebagian isi buku ini kemudian mendistribusikannya, tanpa ijin tertulis dari penerbit. Diterbitkan oleh : UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 website : www.kebunrayabali.com e-mail :
[email protected] cetakan 2009© ISBN : 978-979-799-447-1
Penelaah : Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa Penyunting : Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo
Setting & Layout : I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul : Gede Wawan Setiadi
iv
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global telah diselenggarakan pada tanggal 14 Juli 2009 di Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI. Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Seminar ini terlaksana atas kerjasama antara UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” - LIPI dengan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia (PTTI) dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Seminar ini diikuti oleh 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia pelaksana dan seluruh pihak yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu terselenggaranya seminar ini. Besar harapan kami bahwa prosiding ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global yang terus berlangsung.
Ir. I Nyoman Lugrayasa Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI
v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ REKOMENDASI ................................................................................................... SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA BALI” LIPI ...................................................... SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI – LIPI ..................
iv xv xvi xix
MAKALAH KUNCI Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global Endang Sukara .........................................................................................................
1
MAKALAH UTAMA Pembangunan Kebun Raya Daerah dan Peran Strategisnya dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Global Mustaid Siregar, Hendrian dan Sutrisno ..................................................................
7
Kedalaman Informasi dan Kelembagaan Taksonomi Menghadapi Perubahan Iklim Global Dedy Darnaedi ..........................................................................................................
14
Pemanasan Global Sebagai Akibat Ulah Manusia Diplanet Bumi I Wayan Kasa ............................................................................................................
15
Bali dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Ketut Suryadarmadi ..................................................................................................
22
MAKALAH ORAL Impact of Climate Change on Distribution of Elatostema (Urticaceae) In Indonesia Barry J. Conn dan Julisasi T. Hadiah ......................................................................
31
Menyusun Prioritas Koleksi Bagi Kebun Raya Baru di Indonesia Irawati .....................................................................................................................
40
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global di Indonesia; Dampaknya terhadap Kondisi Biogeofisik Rachmat Fajar Lubis dan Robert Delinom ..............................................................
45
Peran Hutan Masyarakat Adat dalam Menjaga Stabilitas Iklim Satu Kajian Perspektif Deep Ecology (Kasus Masyarakat Desa Adat Tenganan, Bali) I.G.P.Suryadarma .....................................................................................................
50
New cpDNA Sequences Of The Tree Fern Dicksonia From Indonesia Bayu Adjie .................................................................................................................
58
vi
MAKALAH PENUNJANG Inventarisasi dan Eksplorasi Anggrek di Wamena-Papua I Gede Tirta dan I Nyoman Peneng ..........................................................................
61
Keanekaragaman Anggrek di Kawasan Sungai Busang, Kalimantan Tengah Dwi Murti Puspitaningtyas .......................................................................................
66
Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan Komara oleh Kebun Raya Purwodadi Esti Endah Ariyanti ..................................................................................................
75
Konservasi Tumbuhan Secara Ex Situ Langkah Awal Domestikasi Subekti Purwantoro ..................................................................................................
81
Beberapa Jenis Pohon yang Menjadi Inang Anggrek Pteroceras javanicum (J.J.Sm.) Bakh.F. di Twa Lejja Kab. Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan Suhartono .................................................................................................................
85
Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack) di Hutan Lindung Sungai Wain Kabupaten Balikpapan Propinsi Kalimantan Timur Suhartono .................................................................................................................
88
Peranan Konservasi Tumbuhan Warna Alam di Kab. Gianyar dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global Pande Ketut Sutara ...................................................................................................
91
Konservasi Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Alternatif Desa Banjarasem dalam Kaitannya dengan Penekanan Pemanasan Global I Gusti Ngurah Puger ................................................................................................
99
Eksplorasi Begonia di Cagar Alam Pulau Batanta Barat, Propinsi Papua Barat I Made Ardaka, I Wayan Mudarsa dan I Nyoman Sudiatna ....................................
110
Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Pohon pada Perbedaan Status Kepemilikan Lahan Garapan di Lampung Barat Indriani Ekasari ........................................................................................................
119
Anggrek Epifit di Twa Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat Pa’i Dan Esti Endah Ariyanti ...................................................................................
128
Digitalisasi Data Konservasi dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ...........................................................
133
Identifikasi Dendrobium Spp Daun Pipih dari Seksi Aporum (Orchidaceae) di Kebun Raya Purwodadi Nina Dwi Yulia .........................................................................................................
139
vii
Eksplorasi dan Penelitian Tanaman Upacara Agama Hindu di Kecamatan Kintamani, Bangli – Bali I Made Sudi ...............................................................................................................
145
Eksplorasi Flora di Bukit Silangjana Singaraja-Bali I Made Sudi, I Gusti Putu Wendra dan Ketut Sandi .................................................
149
Taman Begonia Kebun Raya “Eka Karya” Bali : dalam Tinjauan Analisis I Made Ardaka dan I Dewa Putu Darma .................................................................
154
Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Percobaan Kultur Invitro Rafflesia patma dan R. meijerii . Sofi Mursidawati dan Elizabeth Handini .................................................................
158
Studi Pertumbuhan Anthurium x. ferriense dan Philodendron wendlandii Schott di Dalam Ruangan pada Intensitas Cahaya yang Berbeda Siti Fatimah Hanum .................................................................................................
162
Manipulasi Warna Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla) dengan Pengaturan pH Tanah Made Ria Defiani dan Ni Luh Suriani .......................................................................
170
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Jenis Media Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Epidendrum (Epidendrum radicans Pav.)” Gede Lemes ..............................................................................................................
175
Studi Penyimpanan Biji Anggrek Cymbidium finlaysonianum Elizabeth Handini dan Dwi Murti Puspitaningtyas ..................................................
183
Pelestarian Majegau (Dysoxylum caulostachyum) Flora Identitas Propinsi Bali Yunita Hardini dan Hartutiningsih M. Siregar ........................................................
191
Masa Berbunga Beberapa Jenis Rhododendron spp. (Sub Sect. Vireya) Koleksi Kebun Raya ’Eka Karya’ Bali Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ..............................................................................
196
Kultur Daun Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f. Asal Kalimantan Barat Elizabeth Handini dan Yupi Isnaini .........................................................................
206
Isolasi Bakteri Dari Bunga Bangkai (Amorphophalus titanium Becc.) di Kebun Raya Bogor Sri Hartin Rahaju, Novik Nurhidayat dan Yuzammi ................................................
211
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kelompok Pseudomonas “Fluoresens” dari Bunga Bangkai Amorphophalus paeoniifolius Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat .................................................................
215
viii
Keanekaragaman Isolat Bakteri dari Bunga Bangkai Amorphophalus titanum Becc. di Kebun Raya Cibodas Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat .................................................................
220
Perbanyakan Baccaurea dulcis dengan Cara Cangkok dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Reni Lestari ...............................................................................................................
227
Aplikasi Bahan Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman dan Populasi Cacing Tanah di Sumberjaya Lampung Barat Agus Karyanto, Sri Murwani, Rusdi Evizal dan Sugiatno .......................................
232
Perkecambahan Biji Beberapa Jenis Tumbuhan Berpotensi Tri Handayani dan Melani Kurnia Riswati ..............................................................
240
Daya Hidup Biji Majegau (Dysoxylum caulostachyum Miq) dan Rijasa (Elaeocarpus grandiflorus JE.Smith). Dewi Lestari .............................................................................................................
244
Kajian Tumbuhan Endemik Kalimantan: Osmoxylon borneense Seem. Hary Wawangningrum dan Dwi Murti Puspitaningtyas ..........................................
249
Manfaat Aren, Arenga pinnata Wurmb. Merr. dan Potensinya Sebagai Tanaman Reintroduksi di Daerah Aliran Sungai (DAS) I Made R. Pendit, Ni Putu Sriasih, dan I Made Sumerta .........................................
254
Pemanfaatan Gatep (Inocarpus fagiferus (Parkinson) Fosb.) Sebagai Penghijauan Lahan Marginal I Made Sumerta, I Made R. Pendit dan I Made Suja ................................................
258
Averrhoa spp. di Kebun Raya Bogor dan Upaya Konservasinya Inggit Puji Astuti dan Rugayah .................................................................................
261
Keanekaragaman Flora di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar Danau Bawah - Jamrud, Riau. Esti Munawaroh ........................................................................................................
265
Studi Populasi Jenis-Jenis Bambu Alam di Kawasan Hutan Palungan Batu, Kabupaten Jembrana-Bali. Ida Bagus Ketut Arinasa ...........................................................................................
271
Reintroduksi Palem Nyabah (Pinanga arinasae J.R. Witono) Jenis Endemik di Bali Ida Bagus Ketut Arinasa ...........................................................................................
276
Inventarisasi Tumbuhan di Taman Nasional Kepulauan Togean Sri Hartini dan Hary Wawangningrum ....................................................................
280
ix
Analisa Kromosom dan DNA Serta Diversifikasi Morfologi; Studi Kasus pada Salvia spp. (Lamiaceae) Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ..........................................................................
295
Kumis Kucing (Orthosiphon spp.; Lamiaceae) di Indonesia dan Indikasi Jenis Baru dari Pulau Waigeo, Papua Barat Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ..........................................................................
303
Studi Pendahuluan Deteksi Keragaman Populasi Jati (Tectona grandis L.) dengan Marka RAPD Made Pharmawati ....................................................................................................
307
Taman Panca Yadnya Kebun Raya ”Eka Karya” Bali Suatu Konsep Konservasi dan Budaya Dalam Harmoni I Dewa Putu Darma...................................................................................................
312
50 Tahun Peran Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Konservasi Tumbuhan Siti Fatimah Hanum dan Wenni Setyo Lestari ..........................................................
316
Inventarisasi Jenis Tanaman Pekarangan yang Berpotensi Obat di Desa Sukajadi Kabupaten Bogor Siti Fatimah Hanum .................................................................................................
328
Potensi Ficus benjamina L. sebagai Tanaman Konservasi di Bali I Nyoman Peneng .....................................................................................................
337
Peranan Ecopark dalam Pengembangan dan Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berpotensi di Indonesia Tri Handayani, Sugiarti dan Ika Sartika ..................................................................
344
Keanekaragaman Jenis Araliaceae di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatera Barat Hary Wawangningrum .............................................................................................
353
Kekayaan Sumber Daya Alam di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara Rismita Sari ...............................................................................................................
359
Keanekaragaman Spesies Burung dan Habitatnya di Kebun Raya Eka Karya Bali Sudaryanto ................................................................................................................
365
Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Buah di Kalimantan Tengah dan Habitat Tumbuhnya Reni Lestari, Rismita Sari, Didit Okta Pribadi dan Andy Bhermana .......................
370
Potensi dan Konservasi Genitri (Elaeocarpus sphaericus Schum) di Bali Dewi Lestari .............................................................................................................
382
x
Eksplorasi Tumbuhan di Kawasan Cagar Alam Gunung Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara Agung Kurniawan dan I Made Raharja Pendit ........................................................
386
Pematahan Dormansi Biji Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) dengan Larutan H2SO4 Sri Wahyuni dan Syamsul Hidayat ...........................................................................
396
Perkecambahan Palem Endemik Sulawesi Pigafetta elata (Giseke) Becc. Kebun Raya Purwodadi Rony Irawanto ..........................................................................................................
404
Biji dan Perkecambahan Typhonodorum lindleyanum Schott Kebun Raya Purwodadi Rony Irawanto dan Abban Putri Fiqa ......................................................................
410
Studi Perilaku Perkecambahan Biji Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) Abban Putri Fiqa dan Dewi Ayu Lestari ..................................................................
416
Teknik Perbanyakan Konvensional dengan Spliting Batang pada Beberapa Media Tanam Anggrek Dendrobium macrophyllum A. RICH. I Gede Tirta ..............................................................................................................
420
Efektivitas Media Tanam dan Perlakuan Pratanam pada Perkecambahan Biji Tanjung (Mimusops elengi L.) dan Trengguli (Cassia fistula L.) sebagai Tumbuhan Penyerap Karbondioksida Winda Utami Putri ...................................................................................................
424
Analisis Kandungan Klorofil Caulerpa lentillifera J. Agardh Ditinjau dari Aspek Fisiologis dan Ekologis Ni Wayan Sri Ika Yadnyasari dan Ni Putu Adriani Astiti ........................................
430
Palem Marquesas (Pelagodoxa henryana Becc.;Arecaceae), Salah Satu Koleksi Kritis di Kebun Raya Bogor dan Perbanyakannya Sumanto ....................................................................................................................
433
Induksi Pembentukan Kantong Tanaman Nepenthes rafflesiana Jack pada Berbagai Konsentrasi Media dan Ukuran Wadah Kultur Eka Martha Della Rahayu dan Yupi Isnaini ............................................................
436
Perbanyakan Syzygium cumini dan Syzygium polyanthum di Kebun Raya Purwodadi Deden Mudiana ........................................................................................................
442
Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Kebun Raya Purwodadi Deden Mudiana dan Suhadinoto ..............................................................................
447
xi
Variasi Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan Planlet Dendrobium conanthum Secara In Vitro Destario Metusala dan Fajar Nurrachman ..............................................................
451
Efektifitas Beberapa Tanaman Penyerap Timbal (Pb) pada Kawasan Pabrik dan Padat Lalu Lintas di Kawasan Singosari, Kabupaten Malang Agung Sri Darmayanti dan Siti Sofiah .....................................................................
456
Kondisi Fisiologis Daun Puring (Codiaeum variegatum) pada Tingkat Cemaran Timbal (Pb) yang Berbeda Agung Sri Darmayanti ..............................................................................................
461
Perkecambahan Biji Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack.) pada Berbagai Media In Vitro dan di Rumah Kaca Yupi Isnaini ...............................................................................................................
465
Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Inokulasi Biji Rafflesia patma Secara In-Vivo Sofi Mursidawati dan Melani Kurnia Riswati ..........................................................
472
Pemekaran Bunga Hibiscus Di Kebun Raya Cibodas Sumanto .....................................................................................................................
476
Sempupu Island Nature Reserve : A Contribution To Small Island’s Plant Diversity And Karst Ecosystem Conservation As A Potential Investment In Climate Change Mitigation And Adaptation Activity Rosniati A. Risna and Dwi Narko ............................................................................
481
Keberadaan Pulai (Alstonia spp.) di Taman Nasional Ujung Kulon dan Upaya Perbanyakannya untuk Bahan Baku Kerajinan Maupun Obat Tradisional Syamsul Hidayat dan Sutrisno ..................................................................................
491
Kebun Raya “Eka Karya” Bali dan Begonia Sewindu Perjalanan Konservasi, Penelitian dan Pengembangan Begonia Hartutiningsih - M. Siregar, I.M. Ardaka, G. W. Setiadi, I.N. Lugrayasa dan Mustaid Siregar .......................................................................................................
497
Konservasi Tanaman Upacara Agama Hindu Bali dari Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali Agung Kurniawan, I Gusti Putu Wendra dan I Ketut Sandi ....................................
505
Pembuatan Arang Aktif dari Limbah Kulit Suren (Toona sureni Merr.) dalam Upaya Konservasi Bahan Wawan Sujarwo ........................................................................................................
513
xii
Karbon Aktif Serbuk Gergaji Kayu Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam Memperbaiki Kualitas Air Wawan Sujarwo ........................................................................................................
517
Potensi Obat Tumbuhan Benalu di Taman Wisata Alam (TWA) Cani Sirenreng Dusun Maningo Desa Tellu Boccoe Kecamatan Ponre Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Sri Wuryanti dan Deden Mudiana ...........................................................................
521
Inventarisasi Tumbuhan Obat di Beberapa Daerah di Kabupaten Banyuwangi Sri Wuryanti dan Esti Endah Ariyanti ......................................................................
527
Potensi Baccaurea spp. : Studi Kasus di Kebun Raya Bogor Popi Aprilianti, Reni Lestari dan Winda Utami Putri ..............................................
534
Pemanfaatan Bahan Tumbuhan dalam Tradisi Nginang Sirih pada Perayaan Sekaten di Keraton Kasultanan Jogjakarta Destario Metusala ....................................................................................................
545
Studi Potensi Beberapa Jenis Bulbophyllum (Orchidaceae) di Kebun Raya Purwodadi sebagai Tumbuhan Epifit Penyerap CO2 Destario Metusala ....................................................................................................
550
Pendugaan Nilai Keindahan Tanaman Palem Koleksi Kebun Raya Purwodadi Dendik Subekti dan Rony Irawanto ..........................................................................
554
Etnobotani Sirih ( Piper betle.L.) sebagai Pelengkap Canang untuk Sarana Upacara Yadnya Cornelius Sri Murdo dan Pande Kadek Ayu Suarsini ..............................................
557
Skrining Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan Untuk Meminimalisir Penyebab Pemanasan Global I Putu Agus Hendra Wibawa ....................................................................................
562
Pemanfaatan Gleditsia assamica Bor. Sebagai Tanaman Reboisasi I Nyoman Peneng dan Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri .........................................
569
Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu Alternatif untuk Mengurangi Pemanasan Global Joko Ridho Witono dan Yuzammi .............................................................................
573
Fenologi Empat Jenis Tumbuhan Akumulator Merkuri Syamsul Hidayat, Titi Juhaeti dan Nuril Hidayati ...................................................
579
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Evaluasi Pemilihan Lahan Tanam Rachmawan Adi Laksono dan Diah Harnoni Apriyanti S.T. ...................................
587
xiii
Murraya sp. dari Cyclops : Karakteristik Morfologi dan Persebarannya I Nyoman Lugrayasa, Inggit Puji Astuti dan Sutrisno .............................................
590
Beberapa Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi Dewi Ayu Lestari dan Siti Sofiah ..............................................................................
595
Kadar Karbon Pohon Manii (Maesopsis eminii Engl.) di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY Wawan Sujarwo ........................................................................................................
600
Studi Habitat Dan Populasi Ascocentrum Miniatum (Lindl.) Schltr di Kabupaten Malang Pa’i, Siti Nurfadilah dan Nina Dwi Yulia ................................................................
603
Ki Calung (Diospyros macrophylla Blume) di Taman Nasional Ujung Kulon Banten Dodo .....................................................................................................................
608
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan untuk Menciptakan Kenyamanan Klimatik di Jakarta Pusat Imawan Wahyu Hidayat ...........................................................................................
612
Estimasi Stok Karbon Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi Siti Sofiah dan Dewi Ayu Lestari ..............................................................................
621
Peran Masyarakat dalam Penurunan Efek Global Warming: Studi Kasus Pada 5 Desa di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali Ni Luh Watiniasih, N. L. P. Eswaryanti K., I. A. Astarini, Retno Kawuri dan Ni Made Suartini ...........................................................................................................
626
Analisis Pemanfaatan Digital Library: Hubungannya dengan Konservasi Tumbuhan dan Isu GlobalWarming Diah Harnoni Apriyanti, Patmiati ............................................................................
630
Digitalisasi Data Keragaman dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ...........................................................
634
Keragaman Vegetasi di Plot Permanen Cibogo, Kawasan Hutan Kebun Raya Cibodas: Studi Awal Dinamika Populasi Anggun R. Gumilang ................................................................................................
640
Potensi Hutan Pinus Sebagai Penyimpan Karbon di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang Titut Yulistyarini, Rossyda Priyadarshini dan Eny Dyah Yuniwati ........................
644
xiv
Estimasi Sumbangan Karbon, Serasah, dan Hubungannya dengan Keberadaan Cacing Tanah pada Sistem Agroforestri Amir Hamzah dan Rossyda Priyadarshini ...............................................................
650
Persebaran dan Pemanfaatan Ketak [Lygodium circinnatum (Burm.f.) Sw.] di Gunung Pusuk, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. I Dewa Putu Darma dan Ida Bbagus Ketut Arinasa ................................................
658
Peranan Pertanian Organik dalam Mencegah Pemanasan Global Solikin .....................................................................................................................
664
Sistem Bertanam untuk Meningkatkan Penyerapan CO2 dan Cadangan Karbon : Kajian Pada Pekarangan Solikin .....................................................................................................................
670
Evaluasi Kualitas Visual Arsitektur Pohon untuk Desain Lansekap Dwi Setyanti dan Aris Munandar .............................................................................
675
Peranan Kawasan Hutan Mangrove Perapat Benoa sebagai Kawasan Konservasi Flora di Daerah Kota Denpasar A. A. Ketut Darmadi .................................................................................................
684
Penurunan Keragaman Pohon dan Nematoda Akibat Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian Memacu Munculnya Masalah Nematoda I G. Swibawa, R. Evizal, F.K. Aini, F.X. Susilo, K. Hairiah dan D. Suprayogo .......
688
Could The Antagonistic Plants In Rubber Plantation Save The Natural Carbon Dioxide Sequestration? Joko Prasetyo and F.X. Susilo ..................................................................................
698
Jenis-jenis Lygodium dari Cagar Alam Bukit Bungkuk, Riau dan Pertumbuhannya di Kebun Raya Bogor Sri Hartini .................................................................................................................
702
Huperzia squarrosa (G. Forster) Trevisan: Potensi Pemanfaatan, Keberadaan di Alam dan Konservasinya di Kebun Raya Bogor Sri Hartini .................................................................................................................
707
Konservasi dan Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering I Gede Tirta ...............................................................................................................
711
Cadangan Karbon pada Sistem Penggunaan Lahan Kopi : Apakah Umur Tegakan Mempengaruhi Besarnya Karbon Tersimpan? Rossyda Priyadarshini, Titut Yulistyarini dan Enny Dyah Yuniwati .......................
716
Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna Melalui Kearifan Lokal Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali Nyoman Wijana ........................................................................................................
724
DAFTAR PESERTA ................................................................................................
732
xv
REKOMENDASI Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
Peserta seminar lebih lanjut menyampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Konservasi ex situ flora dalam bentuk kebun raya mempunyai peluang untuk dijadikan model mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global. 2. Konservasi harus diimbangi dengan kegiatan riset mendasar baik untuk menggali nilai ekonomi tumbuhan maupun untuk mempelajari sifat tumbuhan dalam kaitannya dengan adaptasi dan mitigasi terhadap pemanasan global 3. Penerapan hasil riset diharapkan dapat menekan laju kepunahan jenis akibat dampak pemanasan global sekaligus meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis sumber daya keanekaragaman hayati. 4. Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan, menanam dan memelihara tumbuhan untuk mengatasi pemanasan global tanpa mengabaikan kearifan lokal. 5. Pendirian kebun raya daerah membuka kesempatan pemanfaatan tumbuhan lokal untuk kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, pembangunan ekonomi serta perbaikan lingkungan hidup.
Tim Perumus Ketua : Ir. Mustaid Siregar, M.Si (Kebun Raya Bogor - LIPI) Sekretaris : Wawan Sujarwo, M.P (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) Anggota : Ir. I Nyoman Lugrayasa (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) : Dr. Irawati (Kebun Raya Bogor - LIPI) : Prof. Dr. I Wayan Kasa (FMIPA - Universitas Udayana) : Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si (FMIPA - Universitas Udayana) : Ida Bagus Ketut Arinasa, M.Si (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI)
xvi
SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA” BALI - LIPI
Ir. I Nyoman Lugrayasa
Om Swastiastu Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua Yth. Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI Yth. Bapak Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI Yth. Para Pemakalah Utama dan seluruh peserta seminar Serta para undangan yang Saya hormati Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan anugerah - Nya sehingga di pagi ini kita dapat bersama-sama kembali di Gedung Serba Guna “Nayaka Loka” ini untuk mengikuti Seminar Nasional “Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.” Para hadirin yang saya hormati, Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Sebelumnya, tiga seminar dan simposium yang pernah diselenggarakan oleh Kebun Raya “Eka Karya” Bali : yaitu yang pertama di tahun 2004, bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Mahasaraswati, menyelenggarakan seminar khusus tentang “Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu”. Yang ke dua, di tahun 2005, bekerjasama dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Bali, untuk menyelenggarakan Simposium “Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Air di Kawasan Tri-danau Beratan, Buyan dan Tamblingan.” Dan yang ke tiga, di tahun 2007 melalui kerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Hindu Indonesia - Denpasar menyelenggarakan seminar tentang tumbuhan usada dengan tema “Konservasi Tumbuhan Usada Bali dan Peranannya dalam Mendukung Ekowisata”. Pada tahun 2009 ini Kebun Raya “Eka Karya” Bali menggandeng kembali Universitas Udayana, beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali untuk menyelenggarakan seminar dengan tema “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.” Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan
xvii
terhadap perubahan iklim. Naiknya permukaan air laut sebagai salah satu dampak perubahan iklim menyebabkan terancamnya jutaan penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai. Selain itu para petani dan nelayan yang mata pencahariannya sangat bergantung pada cuaca dan musim juga rentan terhadap perubahan iklim. Dampak dari pemanasan global terhadap flora yang ada di dalam kawasan hutan, beberapa juga akan diperkirakan punah karena tidak mampu beradaptasi, sebaliknya spesies yang mampu bertahan akan berkembang tak terkendali. Kebakaran hutan juga punya andil besar terhadap hilangnya berbagai keanekaragaman hayati terutama yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan diperkirakan setiap tahunnya telah terjadi kebakaran hutan di Indonesia seluas 5 juta Ha. Para hadirin yang saya hormati, Kita menyadari bahwa mengkonservasi tumbuhan bukanlah pekerjaan mudah, tidak cukup dikerjakan oleh satu instansi dan sekelompok orang. Di sinilah dibutuhkan kesadaran dan kerja sama semua instansi dan lapisan masyarakat harus terlibat aktif berperan. Hal ini tidak mudah kita lakukan apalagi harus mengubah suatu kebiasaan. Ini tantangan untuk kita bersama ke depannya, bagaimana tumbuhan di muka bumi tidak mudah habis akibat penggunaan yang berlebihan dan akibat degradasi habitat. Sebuah sumber yang saya kutip dari hasil Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado yang diselenggarakan pada tanggal 11 - 15 Mei 2009, yang mengkaji secara ilmiah tentang potensi laut dalam menyerap dan melepas karbon, turunnya produksi pangan serta meningkatnya banjir dan badai karena perubahan iklim. Iklim sudah mengalami perubahan ekstrim dan jika dibiarkan akan membuat bumi hancur atau bumi tetap ada tetapi manusia tidak ada/punah. Sebuah peringatan bagi perusak lingkungan, usia bumi diramalkan tinggal 100 th lagi terhitung sejak terjadinya pemanasan bumi akibat ulah manusia pada kurun 1990 - 2000 (Sek. Menteri Lingkungan Hidup, Ir. Arief Yuono, M.A, 16/5, dalam seminar Nasional bertajuk “Strategi Adaptasi dan Mitigasi terhadap Perubahan Iklim” yang disampaikan di Universitas Kristen Surabaya). Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI yang saya hormati, Pada kesempatan ini dapat kami laporkan bahwa target peserta seminar ini adalah 150 orang. Kini jumlah peserta yang terdaftar di sekretariat adalah 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster. Kami selaku penyelenggara berharap, semoga seminar ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai ajang diskusi dan tukar menukar informasi, mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanasan global, khususnya mengenai peran serta konservasi flora dalam mengatasi dampaknya. Dalam kesempatan ini pula, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI atas kehadirannya, dan nantinya kami mohonkan pula untuk dapat memberi sambutan sekaligus membuka secara resmi acara seminar ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana, Ketua Penggalang Taksonomi Tumbuhan dan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali atas kerjasamanya. Semoga kerja sama ini dapat terus kita jalin.
xviii
Akhirnya, adalah karena keuletan dan kegigihan dari seluruh panitia, seminar ini dapat terlaksana. Tiada kata yang lebih tepat dalam menggambarkan dedikasi dan jerih payah Saudara. Dari hati yang paling dalam Saya ucapkan terima kasih atas kebersamaannya. Akhirnya, kepada seluruh peserta seminar saya ucapkan selamat datang dan selamat berdiskusi.
Om Shanti Shanti Shanti Om Wassalamualikum Wr. Wb.
xix
SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI - LIPI
Prof. Dr. Endang Sukara
Ass. wr. wb. Selamat pagi Salam sejahtera Om swastiastu Yth. Bapak Prof. Dr. Suparka Yth. Bapak Dr. Deddy Darnaedi Yth. Ibu Dr. Irawati Yth. Saudara Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Yth. Saudara Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Ekakarya Bali, Para tamu undangan dan sdr peserta seminar yang berbahagia Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang atas ridhoNYA, kita dapat hadir dalam keadaan sehat walafiat. Saudara sekalian, kebun raya sebagai mana kita maklumi, memiliki posisi strategis. Kebun raya adalah tempat untuk konservasi tumbuh-tumbuhan. Di Kebu Raya pula, tumbuhan diteliti secara mendasar agar potesi tumbuhan cepat terungkap. Melalui Kebun Raya ini pula pengetahuan tentang tumbuhan ini dapat dikomuniksikan kepada masyarakat. Kebun Raya mempunyai peran sebagai sarana pendidikan. Karena keindahannya, kesejukannya, dan kenyamanannya, kebun raya merupakan tempat rekreasi. Saudara sekalian yang berbahagia, Dalam kaitan tema dari seminar ini, peran konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global, maka yang menjadi isu penting saat ini meningkatnya kesadaran publik tentang arti pentingnya tumbuhan untuk menjaga keutuhan bumi shg dapat dihuni manusia lebih lama lagi. Saya sangat menghargai usaha yang dilakukan Kebun Raya Bali menggalang kemitraan menyelenggarakan berbagai kegiatan produktif termasuk menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar melalui kerjasama strategis dengan berbagai pihak seperti Universitas, pemerintah daerah dan Departemen Sektor. Aksi nyata untuk merespon isu strategis dapat segera dilakukan dengan penghijauan untuk menekan laju pendangkalan danau, dengan melaksanakan pelestarian adat dan tradisi kedekatan masyarakat dg tumbuhan, pembangunan ekonomi berbasis kekayaan hayati Bali mulai ecotourism industry (keindahan landskap ekosistem dan budaya) sampai ke industri pharmaceutical berbasis usada. Saya yakin, melalui usaha positif kita untuk melindungi tumbuhan dan memanfaatkan tumbuhan akan memberikan sumbangan terhadap penurunan laju pemanasan global.
xx
Dalam kesempatan, perkenankanlah, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada panitia yang telah bekerja keras dan tekun sehingga acara ini berlangsung dengan baik. Saudara sekalian, demikian sambutan saya, Dengan mengucapkan bimillahirrokhmanirrohim, Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Dibuka dengan resmi. Selamat berseminar Ass. wr. wb. Om Santi Santi Santi Om
573 ISBN 978-979-799-447-1
DIVERSIFIKASI PANGAN SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI PEMANASAN GLOBAL Joko Ridho Witono dan Yuzammi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor -LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13 Bogor, email :
[email protected]
ABSTRACT - Food crisis which occurred in developing countries including in Indonesia, are influenced by several factors, such as fuel price raised, world population increased, climate changed and food trade speculation. A new problem will emerge if production of rice is enhanced to control food stability by increasing extensive or intensive land. Deforestation caused decreasing of forest area and losing of biodiversity as well as increasing the amount of CO2 in atmosphere. Moreover, enlarge paddies field produced more methane gas (CH4). These both gases are the biggest contributor of glasshouse effect that can lead to global warming. Food diversification is reasonable alternative to create national food security and to reduce the effect of global warming. To reach this aim, therefore the government should do food diversification campaign intensively and continuously by creating cultivation various food plants in marginal land and wild food plant species in nature such as sago palm and tuber yam. On the other hand, society support is needed to substitute the consuming pattern. Hence, rice as staple food can be reduced and food security will achieve in Indonesia. Key Words: food diversification, glasshouse effect, food security, global warming
PENDAHULUAN Persoalan persaingan antara pertumbuhan penduduk dan produksi pangan telah menjadi perhatian pemimpin dunia sejak dua abad lalu karena pangan sangat menentukan keberlangsungan hidup umat manusia. Pada tahun 1798, Thomas Robert Malthus telah mempredikasi bahwa dunia akan menghadapi ancaman karena ketidakmampuan menyediakan pangan yang memadai bagi penduduknya. Peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung dan pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sehingga manusia pada masa depan akan mengalami ancaman kekurangan pangan. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditegaskan dalam UU nomor 7 tentang pangan dan PP nomor 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan. Masalah pangan tetap menjadi agenda yang krusial dalam pembangunan nasional karena termasuk salah satu agenda nasional dalam RPJM 2005-2009. Dalam Rangka HUT RI ke-63 sekaligus pengajuan Rancangan APBN tahun 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar stabilitias pangan dapat dilakukan dengan menaikkan produksi beras. Pada sisi yang lain, Indonesia diperhadapkan pada situasi perubahan iklim yang ditandai dengan
terjadinya pemanasan global, terutama dalam beberapa dekade terakhir. Dahulu, semua perubahan iklim berjalan secara alami. Adanya revolusi industri, manusia mulai mengubah iklim dan lingkungan tempatnya hidup melalui tindakan-tindakan agrikultural dan industri. Revolusi yang dimulai sekitar 200 tahun lalu telah mengubah gaya hidup manusia dari yang sebelumnya hanya melepas sedikit gas ke atmosfir. Saat ini, dengan bantuan pertumbuhan penduduk, pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan, manusia mempengaruhi perubahan komposisi gas di atmosfir. Beberapa masukan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui upaya diversifikasi bahan pangan dan peranannya dalam mengurangi pemanasan global akan disampaikan dalam makalah ini. SITUASI PANGAN DI INDONESIA Keberhasilan Indonesia dalam usahanya mencukupi kebutuhan pangan utama, yaitu beras mengundang kekaguman dunia. Sejak tahun 1970, pemerintah secara sungguh-sungguh mencurahkan segala sumber daya untuk meningkatkan produksi beras. Hasilnya baru dirasakan pada tahun 1984, ketika untuk pertama kalinya produksi beras
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
574 ISBN 978-979-799-447-1
dalam negeri sudah mencukupi (swasembada beras). Prestasi ini tercapai melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian (Sastrapradja dan Rifai, 1989). Perhatian yang demikian besar pada beras sebagai bahan pangan utama telah mengabaikan beberapa bahan pangan lokal yang sebenarnya telah dikonsumsi sebagai makanan pokok sebagian masyarakat Indonesia, seperti pati sagu di Maluku dan Papua, jagung di NTT dan talas di Papua. Makin menyempitnya lahan pertanian produktif, terutama sawah di Jawa untuk daerah pemukiman, industri, dan jalan telah mempengaruhi produksi beras secara signifikan, sehingga pada tahun 2000-an, Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras dan mengalami krisis pangan. Meskipun sejak tahun 2008, swasembada beras kembali dicapai namun hasil tersebut masih perlu dibuktikan dalam beberapa tahun ke depan. Krisis pangan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Naiknya harga BBM dunia Kenaikan harga minyak dunia menyebabkan peningkatan biaya produksi dan distribusi, sehingga harga beras akan meningkat. Tingginya harga beras akan menjadi tidak terjangkau bagi masyarakat miskin, sehingga memicu terjadinya kerawanan sosial. Harga beras dapat ditekan jika subsidi pemerintah ditingkatkan. Langkah ini akan sulit dilakukan karena harus mengorbankan sektor pembangunan yang lain. 2. Bertambahnya jumlah penduduk Pada tahun 1900, jumlah penduduk Indonesia masih sekitar 40 juta. Peningkatan penduduk berdasar periode yaitu 120 juta (1970), 147 juta (1980), 179 juta (1990), 206 juta (2000) dan 225 juta (2007) (BPS, 2009). Meskipun Indonesia dipandang cukup sukses dalam implementasi program keluarga berencana (KB), dimana secara nasional tingkat pertumbuhan penduduk dapat ditekan dari 2,31% pada tahun 1970-an menjadi 1,49% tahun 2000-an, namun angka pertumbuhan penduduk yang telah dicapai tersebut dipandang masih belum cukup jika dikaitkan dengan total penduduk nasional (Subejo, 2009b). Besarnya jumlah penduduk berhubungan langsung dengan penyediaan pangan, terutama beras sebagai bahan pangan utama. Sejak tahun 1970-1990 konsumsi beras per
kapita per tahun meningkat nyata yaitu 109 kg (1970), 122 kg (1980) dan 149 kg (1990). Meskipun setelah tahun 1990, komsumsi beras sedikit menurun namun dipandang masih cukup besar yaitu 114 kg pada tahun 2000. Rerata konsumsi beras per kapita ini merupakan yang terbesar di dunia. Ketidakmampuan menyediakan pangan pokok yang ditandai dengan besarnya impor beras, menjadi pertanda yang serius pada persoalan kependudukan dan penyediaan pangan (Subejo, 2009a). 3. Pengaruh iklim Produksi beras nasional akan mengalami goncangan jika terjadi ketidakpastian musim tanam. Hal ini sangat dirasakan dalam beberapa dekade terakhir akibat pemanasan global yang ditandai dengan kekeringan yang berkepanjangan, kurangnya debit air dan datangnya musim hujan yang makin sulit diprediksi. 4. Spekulasi perdagangan Faktor spekulasi perdagangan beras banyak terjadi dalam beberapa tahun terakhir karena adanya sebagian anggota masyarakat yang berusaha mencapai keuntungan sebesarbesarnya. Cara ini dilakukan dengan menyimpan beras sebanyak-banyaknya pada musim panen dan menjual ke pasar pada saat terjadi produksi beras nasional turun. Untuk mengatasi masalah ini, peran pemerintah melalui Bulog perlu ditingkatkan untuk menjaga kestabilan harga beras nasional. Persoalan krisis pangan dunia yang ditandai kelangkaan pangan dan melonjaknya harga pangan di pasar internasional terjadi tahun 2008. Hal ini disebabkan karena meningkatnya permintaan pangan oleh kekuatan ekonomi baru China dan India dengan penduduk masing-masing lebih dari 1 miliar jiwa. Menurut International Food Policy Research Institute (IFPRI), harga pangan dunia diprediksi akan terus meningkat akibat krisis global, dimana investasi di bidang pertanian menjadi semakin kecil yang menyebabkan pertumbuhan produksi menjadi lebih kecil. Hal ini menyebabkan harga naik. Dengan demikian, kemananan pangan dan nutrisi (food and nutrition security) merupakan hal yang sangat serius untuk segera dipecahkan. Dalam konteks Indonesia, produksi pangan yang mampu menjamin kebutuhan penduduk merupakan persoalan yang serius. Meskipun selama dua tahun terakhir dilaporkan swasembada
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
575 ISBN 978-979-799-447-1
beras dapat dicapai kembali. Namun, untuk jangka panjang masih menjadi pertanyaan besar. Salah satu solusi dalam peningkatan produksi pangan, terutama beras adalah peningkatan areal dan produktivitas. Meskipun hal tersebut telah dilakukan dengan berbagai strategi, namun hasil yang akan dicapai masih belum mencukupi. Selama 5 tahun terakhir (20042008), areal panen padi hanya meningkat 0,47 juta ha dengan komposisi 11,92 juta ha tahun 2004 menjadi 12,39 juta ha tahun 2008. Dari segi produktivitas mengalami peningkatan 0,32 ton/ ha dengan komposisi 4,54 ton/ha tahun 2004 dan 4,86 ton/ha tahun 2008. Saat ini, peningkatan kapasitas produksi pada luasan tertentu juga semakin sulit meskipun berbagai asupan teknologi telah dilakukan. Sejarah produksi beras dunia mencatat bahwa negara yang memiliki sejarah dan
tradisi produksi beras paling panjang dan teknologi paling hebat, seperti Jepang, Taiwan, Korea, dan China hanya mampu memproduksi beras di lahan petani secara stabil dalam skala lapangan paling tinggi 7 ton/ ha. Berdasarkan realitas tersebut, diversifikasi (penganekaragaman) pangan merupakan solusi terbaik untuk mengatasi krisis pangan. Diversifikasi pangan bukan saja dimaksudkan untuk mengarungi ketergantungan masyarakat terhadap beras, tetapi juga untuk peningkatan mutu gizi makanan rakyat dalam rangka meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia. Mutu gizi makanan ditentukan oleh jumlah dan macam zat gizi yang dikonsumsi (Saragih, 2009). Beberapa jenis pangan non beras ternyata memiliki zat gizi yang tidak terlalu berbeda dengan beras (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil analisis zat gizi beberapa jenis bahan pangan (tiap 100 gr) Sampel Air Lemak Protein KH Ca P Fe Vit. A Vit. B1 (gr) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (mg) SI (mg) 1 13.6 0.20 0.70 85.20 8 22 1.5 0 0.09 2 12.0 0.50 7.00 80.00 5 140 0.8 0 0.12 3 12.0 3.90 9.20 73.70 10 256 2.4 510 0.38 4 12.0 3.90 9.20 73.70 10 256 2.4 0 0.38 5 13.0 0.10 0.30 85.60 20 30 0.5 0 0.04 6 9.1 0.50 1.10 88.20 84 125 1.0 0 0.04 7 14.0 0.20 0.70 84.70 11 13 1.5 0 0.01 8 12.0 1.30 8.90 77.30 16 106 1.2 0 0.12 9 75-79 0,4-2 1-5 18 50 20 0,6 434 Keterangan: (1) tepung garut (Maranta arundinacea); (2) tepung beras (Oryza sativa); (3) tepung jagung kuning (Zea mays); (4) tepung jagung putih (Zea mays); (5) tepung kentang (Solanum tuberosum); (6) tepung gaplek (Manihot utilisima); (7) tepung sagu (Metroxylon sagu); (8) tepung terigu (Triticum aestivum) (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1981) (9) suweg (Amorphophallus paeoniifolius) (Jansen et al., 1996). Tabel 2. Hasil analisis zat gizi tepung gewang Sampel Air Abu Lemak Protein KH (%) (%) (%) (%) (%) 1 13.842 0.425 0.159 0.160 85.414 2 16.336 0.441 0.137 0.150 82.936 3 12.634 2.386 0.256 1.375 83.349 4 12.007 2.361 0.217 1.495 83.920 5 13.580 2.389 0.255 1.110 82.666 6 14.036 2.372 0.470 1.090 82.032 7 15.464 2.273 0.547 1.140 80.576 rata-rata 13.986 1.807 0.292 0.931 82.985 Keterangan : (1-4) tepung gewang dari Ds. Manulea, Kec. Sasitamean, Kab. Usapisonba’i, Kec. Nekamese, Kab. Kupang, NTT (Sumber: Witono et al., belum dipublikasikan)
Ca (mg%) 59.90 87.80 210.75 246.40 425.15 335.10 168.95 219.15
P (mg%) 24.75 19.75 83.70 82.70 71.35 81.90 95.35 65.634
Fe (mg%) 1.95 2.90 2.95 3.95 15.20 14.35 15.35 8.093
Vit. B1 (mg%) 0.205 0.180 0.105 0.003 0.105 0.120 0.140 0.123
Belu, NTT dan (5-7) tepung gewang dari Ds.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
576 ISBN 978-979-799-447-1
Selain jenis-jenis tersebut, gewang (Corypha utan) yang merupakan salah satu jenis palem yang beradaptasi dengan baik di savana NTT juga memiliki zat gizi yang memadai untuk dikonsumsi (Tabel 2). Tepung gewang telah dikonsumsi oleh masyarakat di NTT, terutama pada musim paceklik (Naiola et al., 2007). Di beberapa daerah di Indonesia, ubi-ubian telah menjadi bahan pangan alternatif terutama di daerah-daerah dimana sumber alamnya terbatas, sehingga budidaya padi tidak mungkin dilakukan dan secara ekonomi tidak terjangkau. Salah satunya daerah di Indonesia yang paling banyak memanfaatkan ubi-ubian sebagai bahan pangan adalah di Jawa. Hingga saat ini masih banyak masyarakat perdesaan yang masih memanfaatkan ubi-ubian liar sebagai bahan pangan alternatif atau bahan pangan utama pada saat musim paceklik, seperti pati garut di DI Yogyakarta (Haryatmo, 2003). Diversifikasi pangan sebenarnya telah dicanangkan sejak 40 tahun yang lalu, tetapi adanya ketergantungan terhadap konsumsi beras yang tinggi membuat ketahanan pangan masyarakat sensitif terhadap kenaikan harga beras. Pada tingkatan konsumsi, diversifikasi pangan mencapai keberhasilan pada produk mie dan produk gandum lainnya. Pada tahun 2008, gandum menguasai 12% dari porsi konsumsi masyarakat atau meningkat dari 15 tahun yang lalu yang hanya 2%. Namun, sayangnya gandum merupakan komoditi impor. Kisah ini diharapkan diulang oleh kesuksesan bahan pangan lokal, terutama ubi-bian untuk dijadikan tepung dan tumbuhan liar, seperti sagu dan gewang. DIVERSIFIKASI PANGAN DAN PEMANASAN GLOBAL Efek rumah kaca disebabkan oleh bertambahnya jumlah gas-gas rumah kaca di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan dan menyebabkan temperatur permukaan bumi menjadi lebih panas. Karena fungsinya sebagai penjaga hangatnya bumi, gas-gas ini kemudian disebut sebagai gas rumah kaca. Efek rumah kaca memegang peran penting dalam kelangsungan hidup manusia di Bumi. Tanpa adanya efek tersebut, Bumi akan terlalu dingin untuk ditempati. Namun sebaliknya, apabila efek tersebut terlalu kuat, Bumi akan menjadi lebih hangat dari semestinya dan akan timbul masalah
baru bagi kehidupan manusia, tumbuhan, dan binatang. Pemanasan global merupakan suatu istilah yang menunjukkan terjadinya kenaikan rata-rata temperatur bumi, yang kemudian menyebabkan perubahan dalam iklim. Pemanasan global terjadi karena energi dari matahari dalam bentuk panas dan cahaya, memanaskan bumi sehingga suhu meningkat. Sebagian dari panas ini dikembalikan ke angkasa. Tetapi, sebagian besar terperangkap oleh molekul-molekul gas rumah kaca. Tanpa gas rumah kaca, bumi akan sangat dingin dan tidak dapat dihuni. Masalahnya adalah terjadi peningkatan gas rumah kaca secara besar-besaran. Sejak revolusi industri, kebutuhan bahan bakar fosil terus meningkat, demikian pula penebangan hutan untuk lahan pertanian juga meningkat, sehingga mempengaruhi perubahan komposisi gas rumah kaca di atmosfir. Sejak akhir 1800-an, rata-rata temperatur permukaan bumi meningkat 0,740 C. Diperkirakan temperatur bumi akan terus meningkat antara 1,8° C hingga 4° C pada tahun 2100. Selama 30 tahun terakhir, rata-rata temperatur bumi meningkat sebesar 0,55° C. Jika situasi diperkirakan tetap seperti saat ini, maka pada tahun 2020 temperatur akan meningkat lagi sebesar 0,55° C. Tahun 2006 tercatat sebagai tahun terpanas sejak 1850 (urutan selanjutnya 1998, 2005, 2003, 2002 dan 2004). Gas rumah kaca menyelimuti bumi, dan menahan panas matahari di atmosfir. Akumulasi panas yang berlebihan di atmosfir bumi akan menyebabkan iklim berubah. Enam gas rumah kaca yang memberikan kontribusi utama dalam pemanasan global adalah Karbon dioksida (CO2), Methana (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), Hydrofluorocarbons (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs), dan Sulphur hexafluoride (SF6) (Anonimous, 2009). Pada saat temperatur permukaan bumi terus meningkat, berbagai bencana akan terjadi, diantaranya adalah : a. Air bersih makin sulit diperoleh (hanya 1 dari 5 penduduk dunia yang dapat memperoleh air bersih). Diperkirakan kondisi ini semakin buruk pada tahun 2080, dimana sekitar 3 milyar orang kekurangan air bersih, b. Sekitar 20-30 % jenis makhluk hidup menghadapi kepunahan. c. Mencairnya hamparan es di Greenland mengakibatkan peningkatan tinggi permukaan air laut sekitar 6 meter,
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
577 ISBN 978-979-799-447-1
sehingga banjir akan menggenangi kawasan dataran rendah yang merupakan kawasan lahan subur untuk pertanian seperti Bangladesh, Maldives, dan lokasi kota-kota di pinggir pantai seperti Jakarta. d. Semakin tingginya frekuensi dan intensitas hujan badai dan angin topan e. Terjadi migrasi besar-besaran karena banyak wilayah tidak dapat menopang kehidupan f. Ancaman terhadap kesehatan manusia. Ledakan berbagai penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. Pada tahun 2003, 20.000-30.000 masyarakat di Eropa meninggal dunia karena gelombang panas. g. Proses penggurunan karena kekeringan yang berkepanjangan. h. Gagal panen akibat kekeringan sehingga terjadi kelaparan besar-besaran. i. Terjadi pengungsian besar-besan akibat hilangnya mata pencaharian. j. Nelayan sulit mendapatkan ikan karena kerusakan terumbu karang di seluruh dunia akibat suhu air laut meningkat. k. Kebakaran hutan semakin sering terjadi. l. Kenaikan suhu ekstrim di beberapa wilayah, seperti temperatur di Kalimantan yang biasanya sekitar 35° C, naik menjadi 39° C, di Sumatra, dari temperatur rata-rata 33-34° C menjadi 37° C, di Jakarta dari 32-34°C berubah menjadi 36°C (Anonimous, 2009). Berbagai pengaruh tersebut diantaranya meningkatnya fluktuasi air pada beberapa tanaman seperti kedelai, kacang dan kentang, meningkatnya jumlah karbon yang hilang dari tanaman karena meningkatnya respirasi pada malam hari, perubahan ketersediaan air karena intensifikasi daur air pada temperatur yang tinggi serta hilangnya kadar karbon pada tanah gambut dan bahan-bahan organik karena menurunnya kapasitas penyimpanan kelembaban tanah dan keanekaragaman hayati. Inovasi teknologi baru dalam budidaya telah dan sedang diciptakan, namun produktivitas tanaman pangan akan ada batasnya. Berbagai upaya harus dilakukan secara terus menerus dalam menyediakan pangan yang melampaui pertumbuhan penduduk. Adaptasi strategi dari permasalahan tersebut adalah menjaga stabilitas produksi pangan, diversifikasi pangan, bioenergi
dan keamanan pangan, pemberdayaan serta pendampingan pemerintah lokal. Dalam menghadapi terjadinya pemanasan global, beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan adalah: 1. Penciptaan lahan baru perlu didorong terutama untuk daerah yang layak dan potensial. Program ini memerlukan alokasi sumber daya yang besar dari Pemerintah. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering. World Bank (2003) dalam Subejo (2009a) mencatat lahan kering di Indonesia sebesar sekitar 24 juta ha. Lahan tersebut sangat potensial untuk program diversifikasi pangan dan diversifikasi produksi pertanian dengan tanaman kehutanan, peternakan, dan perkebunan. 3. Pertanian organik untuk mengurangi bahan-bahan emisi gas rumah kaca, terutama CO2, CH4 dan N2O. Dalam konsep pertanian organik, ditekankan pentingnya pemanfaatan pupuk organik dalam sistem pertanian terpadu dengan pemanfaatan kotoran sapi sebagai biogas dan kompos, budidaya tanaman obat dan hortikultura serta peternakan bebek dan bekicot. Terkait pembudidayaan berbagai produk pertanian dalam model pertanian tersebut, interdisciplinary approach harus dilakukan. 4. Diversifikasi pangan yang beradaptasi dengan baik pada lahan marginal. Bahan pangan non-padi yang dapat diproduksi dari lahan kering non-sawah sangat potensial untuk dikembangkan dan dikampanyekan terus menerus kepada publik. Penelitian, pengkajian, dan penyebarluasan melalui penyuluhan akan teknologi produksi baru seperti benih yang memiliki produktivitas tinggi, tahan terhadap kekurangan air, dan goncangan cuaca ekstrim mutlak diupayakan. Program pengendalian alih fungsi lahan pertanian utamanya sawah sangat mendesak dilakukan. Beberapa laporan mengindikasikan bahwa selama 20 tahun terakhir, di Jawa telah kehilangan 1 juta ha sawah subur karena alih fungsi lahan. 5. Diversifikasi pangan tumbuhan liar. Jenis bahan pangan dari tumbuhan liar yang memiliki potensi untuk dikembangkan
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
578 ISBN 978-979-799-447-1
adalah sagu yang beradaptasi dengan baik pada hutan rawa dan gewang pada savana. Budidaya kedua jenis tersebut tidak akan merusak habitat karena keduanya tumbuh di hutan dan tidak perlu dipupuk. Selain itu, budidaya kedua jenis tersebut tidak menghasilkan gas Methana yang merupakan salah satu gas rumah kaca. Kandungan vitamin dan mineral dari jenis-jenis tumbuhan liar dapat ditambahkan melalui metode transgenik. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan terkait dengan diversifikasi pangan dan pemanasan global adalah sebagai berikut: 1. Jenis-jenis pangan seperti garut (Maranta arundinacea); jagung kuning (Zea mays); jagung putih (Zea mays); (kentang (Solanum tuberosum); gaplek (Manihot utilisima); sagu (Metroxylon sagu); gewang (Corypha utan) dan (suweg) Amorphophallus paeoniifolius memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan beras, sehingga memiliki potensi untuk menjadi tanaman pangan alternatif. 2 Diversifikasi pangan merupakan alternatif untuk mengurangi pemanasan global melalui pemanfaatan tanaman pangan pada lahan-lahan marginal dan budidaya jenis-jenis tanaman pangan liar di hutan alam. 6. Diversifikasi pangan merupakan program prioritas yang harus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2009. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Jansen, P.C.M., C. van der Wilk, W.L.A. Hetterscheid. 1996. Amorphopallus Blume ex Decaisne. In: Flach, M. and F. Rumawas (Editors): Plant Resources of Southeast Asia No. 9. Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Bogor: Prosea Foundation. Anonimous. 2009. Pemanasan Global. http://aapemanasanglobal.blogspot.com/. Diakses 30 Mei 2009. Haryatmo, A. 2003. Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pengelolaan Keanekaragaman Hayati. Prosiding Workshop Peranan Keanekaragaman Hayati dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Kementerian Lingkungan Hidup RI, Jakarta. Naiola, B.P., J.P. Mogea dan Subyakto. 2007. Gewang: Biologi, Manfaat, Permasalahan dan Peluang Domestikasi. Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong. Saragih, S.A. 2009. Mengapa Diversifikasi Pangan menjadi Penting? http://www.kabar indonesia.com. Diakses 30 Mei 2009. Sastrapradja, S.D. dan M.A. Rifai. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Plasma Nutfahnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI, Bogor. Subejo. 2009a. Ledakan Penduduk dan Penyediaan Pangan. http://www.golkar. or.id/contents/isu/?p=1142. Diakses 30 Mei 2009. Subejo. 2009b. Pertumbuhan Penduduk dan Penyediaan Pangan. http://www.harianglobal.com/index.php?option=com_content& view=article&id=8473:pertumbuhanpenduduk-dan-penyediaan-pangan&catid=57:gagasan&Itemid=65. Diakses 30 Mei 2009.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global