PUTUSAN Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PENGADILAN TINGGI AGAMA SAMARINDA Dalam tingkat banding yang memeriksa, mengadili perkara tertentu telah menjatuhkan putusan dalam perkara gugat cerai yang diajukan oleh : Pembanding, umur 45 tahun, agama Islam, Pendidikan S 1 Kehutanan, pekerjaan PNS Xxxx, tempat tinggal di Jalan Xxxx, semula sebagai Tergugat, sekarang sebagai Pembanding;
melawan Terbanding, umur 43 tahun, agama Islam,pendidikan S 1 Ekonomi, pekerjaan Karyawati Bank XXXX, tempat tinggal di Jalan Xxxx Kota Samarinda, semula sebagai Penggugat, sekarang sebagai Terbanding;
Pengadilan Tinggi Agama tersebut; Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara dan semua surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini; DUDUK PERKARA Bahwa dengan mengutip segala uraian yang dimuat dalam Putusan Pengadilan Agama Samarinda nomor 2016/Pdt.G/2015/ PA Smd tanggal 11 Mei 2016 Masehi, bertepatan dengan tanggal 4 Syakban 1437 Hijriah, yang amarnya berbunyi sebagai berikut : MENGADILI 1. Mengabulkan gugatan Penggugat;
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
1
2.
Menjatuhkan talak satu bain sughra Tergugat (Pembanding), terhadap Penggugat (Terbanding) ;
3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Samarinda untuk mengirimkan salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda dan kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda , dan kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda, untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu; 4. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat sejumlah Rp.251.000,(Dua ratus lima puluh satu ribu rupiah);
Bahwa putusan tersebut telah dibacakan Majelis Hakim Pengadilan Agama Samarinda dalam sidang yang terbuka untuk umum pada tanggal 11 Mei 2016 dengan dihadiri oleh pihak Penggugat dan Tergugat; Bahwa terhadap putusan Pengadilan Agama Samarinda tersebut Tergugat/Pembanding
merasa
tidak
puas,
selanjutnya
mengajukan
permohonan banding ke Pengadilan Tinggi Agama Samarinda sesuai Akta Permohonan Banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Samarinda Nomor 2016/Pdt.G/2015/PA.Smd tanggal 11 Mei 2016; Bahwa permohonan banding tersebut telah diberitahukan
kepada
Penggugat /Terbanding pada Tanggal 19 Mei 2016; Bahwa berdasarkan surat Panitera Pengadilan Agama Samarinda Nomor
2016/Pdt.G/2015/PA.Smd
tanggal
30
Mei
2016,
bahwa
Tergugat/Pembanding tidak mengajukan memori banding; Bahwa berdasarkan relaas pemberitahuan untuk memeriksa berkas perkara (inzage) masing-masing nomor 2016/Pdt.G/2015/PA.Smd tertanggal 25 Mei 2016 dan tanggal 26 Mei 2016, bahwa Tergugat/Pembanding dan Penggugat/Terbanding telah diberitahukan untuk memeriksa berkas perkara;
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
2
Bahwa berdasarkan surat Keterangan Panitera Pengadilan Agama Samarinda masing-masing nomor 2016/Pdt.G/2015/PA.Smd tanggal 9 Juni 2016
dan
tanggal
10
Juni
2016
Tergugat/Pembanding
dan
Penggugat/Terbanding tidak datang memeriksa berkas perkara (inzage); Bahwa
berdasarkan
surat Panitera Pengadilan Tinggi
Agama
Samarinda Nomor W17-A/914/HK.05/VI/2016 tanggal 22 Juni 2016 perkara ini telah diterima pada tanggal 22 Juni 2016 dan telah didaftarakan di Kepaniteraan Pengadilan Tinggi Agama Samarinda dalam Register Perkara Banding dengan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd; PERTIMBANGAN HUKUM Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding dalam perkara pada tingkat pertama adalah sebagai pihak Tergugat, oleh karena itu berdasarkan Pasal 199 ayat (1) R.Bg dan pasal 61 Undang-Undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009,
maka
Tergugat
mempunyai
legal
standing
untuk
mengajukan
permohonan banding dalam perkara ini; Menimbang, bahwa Pembanding mengajukan banding pada tanggal 11 Mei 2016, dan pada persidangan pembacaan putusan ditingkat pertama pada tanggal 11 Mei 2016 Tergugat/Pembanding hadir sendiri. Dengan demikian permohonan banding tersebut diajukan dalam tenggang masa banding sebagaimana diatur dalam pasal 199 ayat (1) R.Bg.
oleh karena itu,
permohonan banding Pembanding secara formal dapat diterima ; Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Samarinda membaca berkas perkara Putusan Pengadilan Agama Samarinda nomor.2016/Pdt.G/2015/PA.Smd tertanggal 11 Mei 2016 Masehi, bertepatan dengan tanggal 4 Syakban 1437 Hijriah dan Berita Acara Sidangnya, selanjutnya Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Samarinda berpendapat bahwa Putusan Pengadilan Agama Samarinda atas dasar apa yang telah dipertimbangkan dengan mengabulkan gugatan Penggugat adalah sudah tepat
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
3
dan benar, oleh karena itu pertimbangannya diambil alih dan menjadi pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Samarinda dengan tambahan pertimbangan sendiri sebagaimana dikemukakan dibawah ini : Menimbang,
bahwa
keberatan
Pembanding
terhadap
Putusan
Pengadilan Agama Samarinda tersebut adalah karena Pengadilan Agama Samarinda
mengabulkan
gugatan
Penggugat/Terbanding,
sementara
Tergugat/Pembanding dalam jawabannya selaku Tergugat di persidangan memohon kepada Majelis Hakim untuk tidak menceraikannya dengan Penggugat, karena masih berkeinginan membina rumah tangga bersama Penggugat/Terbanding
dan
dikuatkan
juga
dengan
surat
pernyataan
Tergugat/Pembanding yang dibuat pada tanggal 4 Januari 2016; Menimbang,
bahwa
walaupun
maksudnya
demikian,
tetapi
Tergugat/Pembanding dalam mengajukan permohonan banding pada awalnya tidak dilampiri memori banding, sehinggga Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Samarinda tidak dapat mengetahui apa sebenarnya yang diinginkan Tergugat/Pembanding dalam mengajukan bandingnya; namun menjelang Putusan ini diucapkan, Tergugat/Pembanding mengajukan memori bandingnya tertanggal 18 Juli 2016 yang baru diterimakan Pengadilan Tinggi Agama Samarinda tanggal 27 juli 2016 yang isinya pada pokoknya sebagai berikut : 1. Bahwa Majelis hakim dalam perkara a quo memutuskan perkara dengan mendasarkan pada bukti-bukti yang tidak cukup kuat, hanya berdasar pada keterangan saksi mendengar dan atau saksi yang mendengar dari pengakuan Penggugat/Pembanding; 2. Bahwa
Tergugat/Pembanding
memastikan,
saksi
yang
diperlukan
Penggugat/Terbanding tidak akan pernah ada, karena selama perkawinan tidak pernah terjadi pertengkaran hebat yang dapat dinilai sebagai tidak adanya keharmonisan rumah tangga; 3. Bahwa
komunikasi
antara
Tergugat/Pembanding
dengan
Penggugat/Terbanding sebagaimana layaknya suami istri lebih banyak
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
4
sebagai bentuk diskusi dan komunikasi untuk pengelolaan rumah tangga dan pendidikan anak-anak; 4. Bahwa
dalam
persidangan
Pengadilan
Agama
Samarinda,
Tergugat/Pembanding mengakui tidak pernah berhubungan suami istri dengan Penggugat/Terbanding selama beberapa bulan terakhir, hal tersebut dikarenakan Penggugat/Terbanding telah mempunyai hubungan khusus dengan seorang laki-laki lain dan Tergugat/Pembanding telah melihat sendiri dan telah pula menemukan Bill (bukti pembayaran) Hotel Aston Samarinda atas nama Penggugat/Terbanding; 5. Bahwa
latar
belakang
Tergugat/Pembanding Tergugat/Pembanding
masalah
yang
ungkapkan masih
mencintai
sebenarnya di
tersebut
persidangan
tidak karena
Penggugat/Terbanding,
juga
dengan mempertimbangkan masa depan dan perkembangan mental anakanak ; 6. Bahwa
Tergugat/Pembanding
berkeyakinan
rumah
tangga
antara
Tergugat/Pembanding dengan Penggugat/Terbanding masih bisa diperbaiki dan menjadi harmonis kembali; Menimbang, bahwa atas keinginan Tergugat/Pembanding untuk kembali membina rumah tangga dengan Penggugat/Terbanding, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Samarinda sangat menghargai dan menghormati keinginan luhur dan mulia tersebut, mengingat rumah tangga yang dibangun dan dicita-citakan dalam Islam itu memang bukan untuk kurun waktu tertentu, namun sampai pada waktu yang tidak terbatas. Dan hanya dalam keadaan dan alasan-alasan tertentu, dapat dibenarkan dalam agama untuk bercerai. Namun faktanya dalam kehidupan rumah tangga Tergugat/Pembanding dengan Penggugat/Terbanding untuk mencapai harapan yang luhur tersebut sulit untuk dicapai, karena sejak bulan Januari 2015 sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan karena tempat tinggal yang berjauhan dan hanya bertemu seminggu sekali sehingga komunikasi antara keduanya tidak berjalan dengan baik, hal ini sangat dirasakan oleh Penggugat/Terbanding
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
5
karena disamping mengurus dirinya sendiri juga harus mengurus kedua anaknya yang masih kecil-kecil yang sangat membutuhkan kasih sayang keduanya dan ternyata itu hanya didapat seminggu sekali, dan bahkan pada saat
diajukan
gugatan
ini
ke
Pengadilan
Agama
Samarinda
antara
Penggugat/Terbanding dan Tergugat/Pembanding sudah berpisah kurang lebih 6 bulan dan tidak lagi berkumpul layaknya suami istri; Menimbang, bahwa seandainya Tergugat/Pembanding masih ada rasa sayang dan cinta kepada Penggugat/Terbanding dan anak-anaknya, tentu ada usaha yang sungguh-sungguh untuk mempertahankan rumah tangganya, akan tetapi
fakta
membuktikan
hal
tersebut
tidak
pernah
dilakukan
Tergugat/Pembanding dan akhirnya Penggugat/Terbanding tetap tidak bersedia untuk kembali membina rumah tangga dengan Tergugat/Pembanding bahkan dalam kenyataannya hingga sekarang antara Tergugat/Pembanding dengan Penggugat/Terbanding masih berpisah tempat tinggal, sehingga dengan fakta tersebut menunjukan antara keduanya sama-sama tidak mau berkumpul sebagai layaknya suami istri yang tinggal dalam satu rumah bersama, lagi pula apabila ada rasa emosi atau sebab lain suami (Tergugat/Pembanding) pernah mengucapkan kata-kata yang dianggap menyakitkan hati seorang istri (Penggugat/Terbanding), maka jika dilihat dari fakta ini sulit bagi kedua belah pihak
untuk
dapat
Tergugat/Pembanding
dirukunkan,
dikuatkan
pula
dalam
memori
sebagaimana
dengan
pernyataan
bandingnya
yang
menyatakan bahwa masalah yang sebenarnya dalam rumah tangga antara Tergugat/Pembanding
dengan
Tergugat/Pembanding
tidak
Penggugat/Terbanding pernah
berhubungan
Penggugat/Terbanding
karena
adanya
Penggugat/Terbanding
dengan
laki-laki
Tergugat/Pembanding
tersebut
justru
adalah suami
istri
perselingkuhan lain,
memperkuat
pengakuan
hal dalil
dengan antara
pengakuan gugatan
Penggugat/Terbanding atas adanya ketidak harmonisan rumah tangga antara keduanya; Menimbang, bahwa dari gugatan, jawaban, replik dan duplik antara Penggugat/Terbanding dengan Tergugat/Pembanding terbukti telah terjadi
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
6
perselisihan yang terus menerus karena kesalahpahaman dalam membina rumah tangga, sehingga apabila salah satu pihak merasa tidak bisa melanjutkan rumah tangga nya, hal ini terbukti dari keterangan saksi-saksi dari pihak Penggugat/Terbanding yang sekalipun merupakan bukti permulaan karena
hanya
dari
Penggugat/Terbanding,
mendengar akan
keterangan
tetapi
atau
dengan
aduan
adanya
dari
pengakuan
pihak dari
Tergugat/Pembanding yang menyatakan perselisihan memang diakui adanya, tetapi sebatas perselisihan biasa yang terjadi dalam rumah tangga, juga Tergugat/Pembanding mengakui dalam bulan-bulan terakhir telah tidak ada hubungan suami istri bahkan kini telah berpisah tempat tinggal; hal pengakuan tersebut merupakan bukti yang sempurna sebagaimana tercantum dalam pasal 311 R.Bg yang berbunyi :”Pengakuan yang dilakukan di depan Hakim merupakan bukti lengkap, baik terhadap yang mengemukakannya secara pribadi, maupun lewat seorang kuasa khusus”; diperkuat lagi dengan apa yang disampaikan Tergugat/Pembanding dalam memori bandingnya sebagaimana telah dipertimbangkan diatas, dipertegas pula dengan hasil dari usaha-usaha perdamaian yang dilakukan pihak keluarga yang kesemuanya dinyatakan gagal dan Penggugat/Terbanding tetap pada keinginannya untuk bercerai dengan pihak Tergugat/Pembanding; Menimbang, bahwa
untuk memenuhi ketentuan pasal 82 ayat (1)
Undang-undang nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah
dengan Undang-
undang nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang nomor 50 tahun 2009 dan pasal 143 Kompilasi Hukum Islam, dalam pemeriksaan
a
quo,
Majelis
Hakim
telah
berusaha
maksimal
untuk
mendamaikan kedua belah pihak dan bahkan telah melalui proses mediasi dengan mediator Drs.Ahmad Ziadi sesuai peraturan Mahkamah Agung RI nomor 1 tahun 2008, namun tidak berhasil, oleh karena itu berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI nomor 379.K/AG/1995 tanggal 26 Maret 1997 yang menyatakan bahwa “Suami istri yang tidak berdiam serumah lagi dan tidak ada harapan hidup rukun lagi, maka rumah tangga tersebut telah terbukti retak dan pecah, sehingga telah memenuhi alasan perceraian pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975;
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
7
Menimbang, bahwa terhadap kondisi rumah tangga yang dialami oleh Tergugat/Pembanding dan Penggugat/Terbanding tersebut, Pengadilan tidak perlu lagi mencari siapa yang benar dan siapa yang salah yang menjadi penyebab
adanya
perselisihan
dan
pertengkaran
yang
berdampak
ketidakharmonisan rumah tangga, akan tetapi yang menjadi penilaian Pengadilan adalah apakah rumah tangga antara Tergugat/Pembanding dengan Penggugat/Terbanding tersebut masih dimungkinkan untuk rukun kembali atau tidak; Menimbang, bahwa oleh karena itu Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama
Samarinda
sependapat
dengan
Putusan
Pengadilan
Agama
Samarinda, karena mempertahankan rumah tangga yang demikian adalah merupakan suatu hal yang sia-sia dan bahkan menambah kemadharatan bagi kedua belah pihak; Menimbang, bahwa seorang pakar hukum Islam DR.Mustofa Assiba’i dalam Kitabnya Al Mar’atu bainal fiqhi wal Qaanun halaman 100, yang selanjutnya diambil alih dan menjadi pendapat Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Samarinda sebagai berikut :
وﻻﺧﻴﺮﻓﻰ إﺟﺘﻤﺎع ﺑﻴﻦ ﻣﺘﺒﺎﻏﻀﻴﻦ وﻣﻬﻤﺎ ﻳﻜﻦ اﺳﺒﺎب ﻫﺬا اﻟﺘﺮاع ﺧﻄﻴﺮا
ﻛﺎن اوﺗﺎﻓﻬﺎ ﻓﺎن ﻣﻦ اﻟﺨﻴﺮ أن ﺗﻨﺘﻬﻲ اﻟﻌﻼﻗﺔ اﻟﺰوﺟﻴﺔ ﺑﻴﻦ ﻫﺬﻳﻦ اﻟﺰوﺟﻴﻦ Artinya : “Dan tidak baik mengumpulkan dua orang suami istri yang
keduanya selalu bertengkar, apapun sebabnya baik kecil maupun besar, sebaiknya ikatan perkawinan kedua suami istri tersebut diceraikan saja”: Menimbang, bahwa apabila telah yakin dimana perkawinan antara Penggugat/Terbanding dengan Tergugat/Pembanding tersebut sudah tidak ada harapan lagi untuk rukun kembali membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, maka terpenuhilah alasan perceraian sebagaimana yang dimaksud oleh pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam dan Yurisprudensi
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
8
Mahkamah agung RI nomor 38 K/AG/1996 tanggal 5 Oktober 1992 dan nomor 28 PK/AG/1995 tanggal 16 Oktober 1996; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,
maka
Putusan
Pengadilan
Agama
Samarinda
nomor
2016/Pdt.G/2015/PA.Smd tertanggal 11 Mei 2016 Masehi bertepatan dengan tanggal 4 Syakban 1437 Hijriah tersebut dapat dikuatkan; Menimbang,
bahwa
perkara
ini
mengenai
sengketa
di
bidang
perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 Undang-undang nomor.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang sudah diubah dengan Undang-undang nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang nomor 50 tahun 2009
biaya
perkara
dalam
tingkat
banding
dibebankan
kepada
Tergugat/Pembanding; Memperhatikan
pasal-pasal
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku dan hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini; MENGADILI 1.
Menyatakan permohonan banding Pembanding dapat diterima;
2.
Menguatkan Putusan Pengadilan Agama Samarinda Nomor 2016/Pdt.G/ 2015/PA.Smd tanggal 11 Mei 2016 Masehi bertepatan dengan tanggal 4 Syakban 1437 Hijriah.
3.
Membebankan kepada Tergugat/Pembanding untuk membayar biaya perkara di tingkat banding sejumlah Rp 150.000,-(seratus lima puluh ribu rupiah); Demikian diputuskan dalam permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Tinggi Agama Samarinda pada hari Kamis, tanggal 28 Juli 2016 Masehi, bertepatan dengan tanggal 23 Syawal 1437 Hijriah, oleh kami Drs. H.Daruni, S.H., M.Ag. sebagai Ketua Majelis serta Drs.Sutardi dan Drs.H.Muhammad Darin, S.H., M.S.I. masing-masing sebagai Hakim Anggota yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi Agama Samarinda dengan Penetapan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd tanggal 23 Juni 2016 untuk memeriksa dan mengadili perkara ini pada tingkat banding, Putusan mana diucapkan pada hari itu juga
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
9
dalam sidang yang terbuka untuk umum dengan dibantu oleh Drs.H.Ibrahim sebagai Panitera Pengganti tanpa dihadiri pihak-pihak yang berperkara; Ketua Majelis, Ttd. Drs. H.DARUNI, S.H., M.Ag. Hakim Anggota: Ttd. Drs. S U T A R D I Ttd. Drs.H.MUHAMMAD DARIN, S.H., M.S.I Panitera Pengganti, Ttd. Drs.H. I B R A H I M Perincian Biaya Perkara : -
Biaya proses
Rp 139.000,-
-
Redaksi
Rp
-
Meterai Rp 6.000,------------------------------------------------------------------------------Jumlah Rp.150.000,-
5.000,-
(seratus lima puluh ribu rupiah) Samarinda, 29 Juli 2016 Dalin sesuai aslinya Panitera,
Drs. H. Pahri Hamidi,S.H.
Putusan Nomor 25/Pdt.G/2016/PTA.Smd.
...............................................................
10