1
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI KABUPATEN KARO (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
RONALD.A.SITEPU 030334028 SEP/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAAN FAKULTAS PERTANIAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
2
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI KABUPATEN KARO (Studi Kasus : Desa Gurukinayan ,Kecamatan Payung,Kabupaten Karo) SKRIPSI RONALD.A.SITEPU 030334028 SEP/AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Menyelesaikan Studi pada FakultasPertanian, Universitas Sumatera Utara Medan Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
( Ir.Lily Fauzia,M.Si )
( Ir.Hasudungan Butar-Butar,M.Si )
Ketua
Anggota Diketahui oleh :
(Ir.Luhut Sihombing,MP) Ketua Jurusan
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
3
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi ini berjudul “ PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI KABUPATEN KARO” ( Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara) dan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih sebesarbesarnya kepada : − Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. − Bapak Ir.Hasudungan Butar-Butar,M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. − Bapak Ir. Luhut Sihombing,MP selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan. − Seluruh staff pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian USU, Medan yang turut berperan dalam studi penulis. − Kepada Kepala Desa Gurukinayan, Bapak Arifin Sembiring yang membantu penulis dalam melakukan penelitian di daerahnya.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
4
− Kepada para peternak sebagai sampel yang bersedia memberikan informasi
selama penulis dalam penelitian, khususnya mama Sekarang
Sembiring − Kepada rekan-rekan mahasiswa (yang tidak dapat disebut satu per satu) yang memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Kemudian ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga, ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan pengorbanan yang tidak terhingga hingga penulis dapat menyelesaikan studinya. Juga adik saya, Lysa Sitepu yang turut memberikan dorongan dan doa kepada penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini berguna bagi peternak kambing dan pihak-pihak lain yang memerlukannya.
Medan, Oktober 2008
Penulis
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
5
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR……………………………………………………………i DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii DAFTAR TABEL………………………………………………………………vi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………......vii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..viii I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………………………………………………………….. 1 1.2. Identifikasi Masalah…………………………………………………….. 7 1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………..…... 7 1.4. Kegunaan Penelitian…………………………………………………..... 8
II.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1.Tinjauan Pustaka………………………………………………………... 9 2.2.Landasan Teori…………………………………………………………..14 2.3.Kerangka Pemikiran……………………………………………………..18 2.4.Hipotesis Penelitian………………………………………………….…..20
III.
METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metode Penentuan Daerah………………………………………………21 3.2.Metode Penentuan Sampel………………………………………………21 3.3.Metode Pengumpulan Data……………………………………………...21 3.4.Metode Analisis Data………………………………………………….. .22 3.5.Definisi dan Batasan Operasional…………………………………....... ..25
IV.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK KAMBING 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Kondisi desa…………………………………………........26 b. Tata guna tanah……………………………………………………...26 c. Keadaan Penduduk……………………………………………….....27 4.2. Karakteristik Peternak Kambing………………………………………..28
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Faktor Produksi a. Bibit………………………………………………………………… 30 Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
6
b. Kandang……………………………………………………………. 30 c. Pakan Hijauan……………………………………………………… 31 d. Modal………………………………………………………………. 32 e. Tenaga Kerja………………………………………………………..32 f. Peralatan…………………………………………………………… 33 5.2. Teknologi a. Bibit…………………………………………………………………. 34 b. Pakan………………………………………………………………... 34 c. Obat-obatan…………………………………………………………. 34 d. Pengolahan Hasil……………………………………………………. 35 e. Peralatan…………………………………………………………….. 35 5.3. Faktor Sosial / Ekonomi a. Kesempatan Kerja…………………………………………………..35 b. Hasil Produksi……………………………………………………... 36 5.4. Analisa Kelayakan a. Nilai R / C Ratio…………………………………………………….39 b. Return of Investment (ROI)…………………………………………40 5.5. Analisa SWOT a. Faktor internal……………………………………………………...41 b. Faktor eksternal…………………………………………………….43 c. Strategi……………………………………………………………...44 VI.
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan…………………………………………………………….45 6.2. Saran a. Bagi Peternak………………………………………………………46 b. Bagi Peneliti Selanjutnya…………………………………………..46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
7
DAFTAR TABEL
NO
JUDUL
Hal
1.1 PERKEMBANGAN POPULASI KAMBING PER KABUPATEN SUMATERA UTARA…………………………………………………………..4 1.2 PERSENTASE PERKEMBANGAN POPULASI KAMBING DI KABUPATEN KARO…………………………………………………………..5 1.3 PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK KAMBING PER KECAMATAN DI KABUPATEN KARO……………………………………………………....5 1.4. POPULASI TERNAK KAMBING PER DESA DI KECAMATAN PAYUNG……………………………………………………………………......6
4.1 TATA GUNA TANAH DESA, TAHUN 2006…………………………….......27 4.2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DI DESA GURUKINYAN, TAHUN 2006……………………………………………......27 4.3 KARAKTERISTIK PETERNAK KAMBING……………………………….....28 5.1 JUMLAH MODAL USAHA TERNAK KAMBING………………………......32 5.2 KEBUTUHAN TENAGA KERJA……………………………………………...33 5.3 KEBUTUHAN TENAGA KERJA UNTUK SATU TAHUN………………….36 5.4 TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TERNAK KAMBING……………………………………………………………………...37 5.5 RATA-RATA PENERIMA PETERNAK PER TAHUN……………………...38 5.6 PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING………………………….......39 5.7 NILAI R/C USAHA TERNAK KAMBING……………………………….......39 5.8 NILAI ROI USAHA TERNAK KAMBING…………………………………..40
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Karakter Peternak Kambing
Lampiran 2.
Jumlah Dan Nilai Ternak
Lampiran 3.
Jumlah Curahan Tenaga Kerja Dan Biaya Tenaga Kerja Pertahun
Lampiran 4.
Jumlah dan Nilai Peralatan Ternak Kambing
Lampiran 5.
Penyusutan Peralatan dan Kandang
Lampiran 6.
Total Biaya Produksi Per Tahun
Lampiran 7.
Penerimaan Peternak
Lampiran 8.
Nilai Investasi Usaha Ternak Kambing
Lampiran 9.
Rata-rata Pendapatan Peternak
Lampiran 10. Nilai R/ C Lampiran 11. Nilai ROI Usaha Ternak Kambing
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
9
DAFTAR GAMBAR
NO
JUDUL
Hal
1. DIAGRAM MATRIKS SWOT………………………………………………..17 2. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN………………………………………….19
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
10
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebahagian besar adalah disektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi semua angkatan kerja yang ada. Dengan menyempitnya lahan pertanian yang digarap petani mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah kegiatan usaha ternak yang secara umum memiliki beberapa kelebihan seperti: sebagai tambahan sumber pendapatan, untuk memanfaatkan limbah pertanian, sebagai penghasil daging dan susu, kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di pedesaan, ternak kambing cukup popular sebagai usaha sampingan. Bahkan kambing dianggap sebagai tabungan keluarga, karena dapat dijual setiap saat, khususnya ditengah kebutuhan ekonomi yang mendesak (Kanisius, 1993 : 23). Usaha ternak kambing sudah saatnya dijadikan usaha pokok, karena kambing relatif cepat berkembang biak dan merupakan salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem usaha tani di pedesaan. Hampir setiap rumah tangga memelihara kambing. Sebagian dari mereka menjadikannya sebagai salah satu sumber penghasilan keluarga. Saat ini pemeliharaan kambing bukan hanya di pedesaan, tetapi sudah menyebar ke berbagai tempat karena semakin banyaknya peternak
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
11
kambing yang muncul disebabkan oleh permintaan daging dan susu kambing yang terus mengalami peningkatan (Sarwono, 2007 : 13 ). Beternak kambing memang tidak selalu memerlukan uang kontan yang besar
jumlahnya.
Petani-ternak
skala
kecil
masih
mampu
membiayai
pemeliharaan ternak kambing. Di daerah pedesaan, ternak kambing biasanya dipelihara secara tradisional dengan sistem pemeliharaan: 1. ternak kambing dikandangkan terus-menerus 2. ternak kambing dikandangkan,juga digembalakan pada jam tertentu 3. ternak kambing dilepas di padang pengembalaan sepanjang hari Cara pemeliharaan kambing yang banyak dilakukan petani-ternak di pedesaan umumnya dikandangkan. Penggembalaan biasanya dilakukan secara berpindahpindah. Kambing yang dipelihara dengan cara dikandangkan, dan pada waktu tertentu digembalakan atau digembalakan terus-menerus sepanjang hari, hasilnya lebih baik. Sebab dengan sistem pengelolaan seperti ini, ternak kambing memperoleh faktor pendukung yang lebih kuat. Ditinjau dari aspek
tingkah
lakunya ternak kambing memang hewan gembalaan, dan jika ditinjau dari aspek tersedianya hijauan pakan ternak kambing yang dilepas di padang penggembalaan akan bebas dan dapat memilih hijauan pakan sesuai dengan yang disenanginya. Berbeda halnya bila dikandangkan, hijauan pakan serba terbatas dan tergantung dari pengelolanya. Dengan demikian penggembalaan sendiri akan memberi pengaruh yang positif terhadap kondisi serta fungsi fisiologis tubuh ternak kambing untuk memiliki kesanggupan meningkatkan daya tahan tubuh dan fungsi organ-organ reproduksinya (Kanisius, 1993 : 19).
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
12
Nilai ekonomi, sosial, budaya yang diperankan kambing sangat nyata. Ternak kambing dapat menyumbangkan 14-25% dari total pendapatan keluarga petani. Potensi ternak kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang. Peternak banyak kurang atau belum memperhatikan peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih didasarkan atas kebutuhan uang tunai, sehingga pengelolaan kambing ternak yang dilakukan tidak menjamin kontinuitas pendapatan dan sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai barang dagangan. Nilai positif ternak kambing bagi kepentingan petani di pedesaan, antara lain: 1. Ternak kambing dapat dipotong sewaktu-waktu untuk keperluaan sendiri, pesta adat, atau menjamu tamu yang datang. 2. Kambing merupakan sumber penghasilan dan tabungan. 3. Kambing mudah dirawat, karena hampir semua jenis tanaman dapat digunakan sebagai sumber pakan. 4. Kambing dapat berkembang biak dengan cepat. 5. Kotoran kambing yang terkumpul dapat digunakan untuk pupuk sehingga dapat menyuburkan tanaman dan memperbaiki mutu tanah pertanian. 6. Modal yang diperlukan untuk memulai beternak kambing tidak besar. (Mulyono dan Sarwono, 2007 : 14-15). Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah yang potensial untuk usaha ternak kambing di Sumatera Utara. Populasi ternak kambing disetiap Kabupaten / Kotamadya dapat dilihat pada tabel berikut:
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
13
Tabel 1.1Perkembangan Populasi Kambing Perkabupaten Sumatera Utara
No.
Kabupaten / Kota
1
Nias Mandailing 2 Natal Tapanuli 3 Selatan Tapanuli 4 Tengah Tapanuli 5 Utara Toba 6 Samosir Labuhan 7 Batu 8 Asahan 9 Simalungun 10 Dairi 11 Karo Deli 12 Serdang 13 Langkat Tanjung 14 Balai Pematang 15 Siantar 16 Medan 17 Binjai 18 Humbang Pakpak 19 Barat 20 Samosir Tebing 21 Tinggi Serdang 22 Bedagai JUMLAH
Jumlah 12321 19802 37463 2596 49805 163048 9178 14338 46252 2132 409 11659 6548 1393 2816 5624 5417 390801
2004 Persen(%) 3,15 5,07 9,58 0,66 12,74
Tahun 2005 Persen(%) Jumlah 11192 19974 41316 2093 2615 52313
41,72 2,35 3,67 -
164544 9260 18883
11,84 0,55
86124
0,10
22334
2226 444
2,98 1,68 0,36 0,72
12838 6928 1426
1,44 1,39
5412
100,00
1954
5687 467563
2,39 4,27 8,85 0,45 0,56 11,19
2006 Persen(% Jumlah ) 3,63 20235 32181 13924 2099 2664 53300
35,19 1,98 4,04 4,79
166883
18,42 0,48
103394
0,09
9530 19327 22800
3003 7017
2,75 1,48 0,31 0,42
12082 6533 1447
1,12 1,22
6215
100,00
2104
5756 67362 557856
5,77 2,49 0,37 0,48 9,55 29,92 1,71 3,46 4,09 18,53 0,54 1,26 2,17 1,17 0,26 0,38 1,11 1,03 12,08 100,00
Sumber : Dinas Perternakan Tingkat II, 2007
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kabupaten Karo menunjukkan peningkatan dalam pengembangan ternak kambing dan setiap kecamatan terlihat adanya peningkatan pemeliharaan ternak kambing dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
14
Tabel 1.2 Persentase Perkembangan Populasi Kambing di Kab. Karo Tahun
Perkembangan Populasi Kambing
Persen(%)
2004
14338
3,67
2005
18883
4,04
2006
19327
3,46
Sumber : Dinas Peternakan Tingkat II, 2007 Dari tabel 1.2 diketahui bahwa persentase perkembangan populasi kambing di Kab. Karo terbesar pada tahun 2004 sekitar 3,67 % dan tahun 2005 sekitar 4,04 % serta pada tahun 2006 sekitar 3,46 %. Walaupun peningkatan secara persentase berfluktuasi tetapi jumlah absolutnya setiap tahun bertambah yaitu tahun 2004 sekitar 14338 ekor dan tahun 2005 sekitar 18883 ekor serta tahun 2006 sekitar 19327 ekor. Peningkatan dalam pengembangan ternak kambing dari setiap kecamatan terlihat adanya peningkatan pemeliharaan ternak kambing dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.3 Perkembangan Populasi Ternak Kambing Perkecamatan di Kabupaten Karo No.
Kecamatan
Ternak Kambing 2006 1672 988 1801 167 328 2996 2905 2765
2007 1711 1011 1843 171 336 3066 2830
1 2 3 4 5 6 7 8
Mardingding Laubaleng Tigabinanga Juhar Munte Kutabuluh Payung Simpang Empat
2005 1270 751 1368 127 249 2276 2201 2100
9 10 11
Kabanjahe Berastagi Tigapanah
1281 901 697
1686 1186 918
1726 1214 940
12 13
Merek Barus Jahe
987 130
1300 171
1331 175
14338
18833
19327
JUMLAH
Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan tahun 2008 Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
15
Dari tabel diatas terlihat Kecamatan Payung termasuk daerah nomor 2 yang paling banyak populasi ternak kambing yaitu tahun 2005 sekitar 2201 ekor dan tahun 2006 sekitar 2905 ekor serta tahun 2007 sekitar 3066 ekor. Kecamatan Payung yang terdiri dari 8 desa ternyata 4 desa diantaranya panduduknya memelihara kambing. Untuk lebih jelasnya populasi kambing di setiap desa di kecamatan Payung dapat dilhat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.4. Populasi Ternak Kambing Perdesa di Kecamatan Payung NO.
DESA
TERNAK KAMBING (EKOR)
1
Batu Karang
-
2
Rimo Kayu
-
3
Cimbang
-
4
Ujung Payung
28
5
Payung
38
6
Suka Meriah
45
7
Guru Kinayan
109
8
Selandi JUMLAH
220
Sumber: Kepala Desa Kecamatan Payung tahun 2007 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa populasi kambing terbesar terdapat di desa Guru Kinayan, walaupun diduga bahwa pelaporan data untuk setiap daerah belum lengkap dengan jumlah ternak kambing di daerah Guru Kinayan hanya sekitar 109 ekor. Tetapi perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana prospek usaha pengelolaan ternak kambing didaerah tersebut . Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
16
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana ketersediaan input (lahan pengembalaan, kandang, pakan, tenaga kerja) untuk usaha ternak kambing di daerah penelitian? 2. Bagaimana penerapan teknologi usaha ternak kambing di daerah penelitian? 3. Apakah usaha ternak kambing mampu memberi kesempatan kerja bagi penduduk ? 4. Seberapa besar sumbangan pendapatan dari usaha ternak terhadap total pendapatan keluarga? 5. Apakah usaha ternak kambing layak dikembangkan secara ekonomi di daerah penelitian? 6. Bagaimana strategi pengembangan ternak kambing di masa depan?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ketersediaan input untuk usaha ternak kambing di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui penerapan teknologi pada usaha ternak kambing. 3. Untuk mengetahui usaha ternak ternak kambing mampu memberikan kesempatan kerja bagi penduduk. 4. Untuk mngetahui seberapa besar kontribusi pendapatan dari usaha ternak kambing terhadap pendapatan keluarga.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
17
5. Untuk mengetahui usaha ternak kambing layak dikembangkan di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui strategi pengembangan ternak kambing di masa depan.
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang mengembangkan ternak kambing di Kecamatan Payung untuk mengembangkan usahanya. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap usaha ternak kambing.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka Kambing lokal (Capra aegagrus hicrus) adalah sub spesies dari kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Adapun klasifikasi kambing adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Familia
: Bovidae
Sub familia
: Caprinae
Genus
: Capra
Spesies
: C.aegagrus
Sub spesies
: C.a.hircus
(Linnaeus, 1758 : 32 ) Kambing merupakan suatu jenis binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Umumnya kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak keatas, dan kebanyakan berbulu halus dan kasar. Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu. Dalam pengembaraannya mencari makanan, kelompok kambing dipimpin oleh kambing Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
19
betina yang paling tua. Kambing jantan berfungsi sebagai penjaga keamanan rombongan. Waktu aktif mencari makanannya siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah rumput-rumputan dan dedaunan. Kambing berbeda dengan domba (Linnaeus, 1758 : 32). Kambing berkembang biak dengan melahirkan dua hingga tiga ekor anak, setelah bunting selama 150 hingga 154 hari dan dewasa kelaminnya dicapai pada usia empat bulan. Dalam setahun kambing dapat beranak sampai dua kali. Menurut jenisnya kambing dapat dibagi empat jenis antara lain: a. Kambing Kacang Kambing kacang adalah kambing yang pertama kali ada di Indonesia. Badannya kecil, tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu halus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek. b. Kambing Etawa Kambing ini datangnya dari India. Badannya besar, tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai kebawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hinga tiga liter/hari.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
20
c. Kambing Jawarandu/Peranakan Etawa Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan antara kambing etawa dengan kambing kacang. Kambing ini memiliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter/hari. d. Kambing Saenen Kambing ini berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung, telinga dan ambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu. (Mulyono dan Sarwono, 2007 : 33-34). Pemilihan bibit kambing atau bakalan yang akan di pelihara tergantung dari selera petani-ternak dan kemampuaan modal yang dimiliki. Namun secara umum yang menjadi pilihan petani-ternak adalah kambing yang umumnya paling mudah di pasarkan. Pemilihan bibit kambing secara praktis yang di pergunakan dalam penilaian individual adalah mengamati bentuk luar tubuh, yakni yang menyangkut bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh, normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin. Syarat yang paling penting untuk seleksi calon bibit kambing adalah kambing harus sehat, usia masih muda dan tidak pernah terkena penyakit berbahaya/menular. Secara garis besar syarat-syarat untuk pemilihan bibit kambing adalah sebagai berikut:
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
21
a. Calon induk 1. tidak memiliki kecacatan fisik 2. bentuk perut normal 3. telinga kecil hingga sedang 4. berbulu halus dan bersih 5. roman muka baik 6. ekor tumbuh normal 7. usia tidak lebih dari satu tahun 8. berat tubuh sekitar 20-45 kg
b. Calon pejantan/pemacak 1. tidak memiliki kecacatan fisik 2. bentuk tubuh baik dan normal 3. kaki kokoh dan otot-otot kuat 4. telinga kecil hingga sedang 5. berbulu halus dan bersih 6. memiliki scrontum yang lebih besar dan tumbuh normal 7. usia tidak lebih dari satu tahun 8. berat tubuh sekitar 20-25 kg (Kanisius, 1993:36). Sebelum beternak kambing, pertama kali yang perlu disiapkan adalah membangun kandang. Kandang merupakan tempat istirahat dan berteduh bagi kambing. Kandang yang baik berfungsi memudahkan dalam pemeliharaan ternak sehari-hari seperti pemberian pakan dan minuman, pengendalian penyakit, serta Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
22
vaksinasi. Lokasi kandang sebaiknya dipilih di tempat yang teduh, tetapi cukup mendapatkan sinar matahari di waktu pagi. Kondisi kandang adalah bentuk atau model kandang yang bisa membantu ternak terhindar dari gangguan alam secara langsung seperti hembusan angin, terpaan hujan, dan sengatan terik matahari. Untuk mendapatkan kandang yang optimal di perlukan perencanaan konstruksi yang baik. Model kandang untuk kambing umumnya berbentuk panggung yang di bangun di atas permukaan tanah sehingga terdapat kolong di bawah kandang. Tinggi kolong dari permukaan tanah sekitar 0,5m (Sarwono, 2007 : 22). Konstruksi kandang yang
baik adalah kokoh, kuat, dan tahan lama.
Kandang yang baik adalah kandang yang memiliki ventilasi lancar, dindingnya kuat dan baik, atap tidak bocor, serta lantainya tidak mudah lembab. Atap kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari panas matahari, hujan dan angin. Bahan atap dapat dibuat dari genting, asbes, ijuk, atau rumbia. Lantai kandang di buat dari bilah-bilah bambu, papan, atau lapisan semen. Agar tidak menimbulkan kecelakaan bagi ternak, sebaiknya lantai dibuat rata, datar, tidak licin, tidak terlalu keras dan tajam, serta tidak tembus air. Lantai kandang dibuat sejajar dengan papan lantai dengan lebar celahnya antara 1-1,5 cm sehingga kotoran dan air kencing
dapat jatuh ke bawah. Selain itu, lantai bercelah juga memudahkan
pengumpulan kotoran dan pembersihan kandang. Keadaan lantai harus selalu bersih, kering, tidak becek atau lembab, dan mudah di bersihkan. Kambing jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah. Begitu juga anak-anak kambing setelah lepas sapih, yaitu berumur 2-4 bulan. Kandang untuk pejantan dibuat khusus dengan ukuran 125 cm x 150 cm/ekor atau minimal 150 cm2 luas kandang. Kandang untuk betina yang belum beranak dibuat dengan ukuran 100 Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
23
cm x 125 cm/ekor. Untuk induk betina yang sedang bunting
tua atau siap
melahirkan anak, sebaiknya ditempatkan di kandang yang khusus yang berukuran 125 cm x 150 cm x175 cm/ekor. Anak kambing lepas sapih yang berusia 2-4 bulan harus dibuat kandang tersendiri berukuran 100 cm x 125 cm x 175 cm/ekor atau dibuat seperti kandang kambing betina yang pelihara secara kelompok, yaitu tanpa dinding penyekat sehingga anak-anak kambing lebih bebas bergerak. (Sarwono, 2007:22).
2.2. Landasan Teori Sektor pertanian sejak awal masa pembangunan merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja paling besar. Mungkin hal tersebut disebabkan oleh besarnya penduduk yang tinggal di pedesaan dan berprofesi sebagai petani. ( Silitonga C , 1995 : 9 ) Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting dan sangat dan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Suatu barang mempunyai harga karena dua sebab yaitu barang itu berguna dan jumlahnya terbatas. Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu ekonomi dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas ( Mubyarto, 1996 : 16 ). Untuk dapat merencanakan dan merencanakan proyek yang efektif harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan berbagai keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
24
Seluruh aspek-aspek ini saling berhubungan. Suatu putusan mengenai suatu aspek akan mempengaruhi putusan-putusan terhadap aspek- aspek lainnya (Mubyarto, 1996:18). Return on Investment (ROI ) merupakan analisa untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. Laba Bersih ROI =
x 100% Investasi
Semakin besar keuntungan yang diterima makan semakin besar tingkat pengembalian modal, dan sebaliknya. Kelayakan usaha diketahui dengan membandingkan
ROI
dengan tingkat suku bunga pinjaman. Suatu usaha
dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman dan tidak layak apabila ROI lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman (Downey dan Erickson, 1992 : 46). Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap,yaitu: 1. Tahap pengumpulan data, 2. Tahap analisis, 3. Tahap pengambilan keputusan. (Rangkuti, 2003 : 23) Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan pada tahap ini yaitu:
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
25
-
Matrik faktor strategi eksternal
-
Matrik faktor strategi internal
(Rangkuti, 200 : 23). Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Model ini digunakan adalah matrik SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treaths) (Rangkuti, 2003: 24). Matrik ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam perusahaaan dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat sel alternative strategis, yaitu : a. Strategi SO ( Strength-Opportunity) Strategi berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST ( Strength-Treaths) Strategi dalam
menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman. c. Strategi WO ( Weakness-Opportunity) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT ( Weakness-Treaths) Strategi ini didasrakan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
26
Gambar 1: Diagram Matrik SWOT IFAS
Strength (S)
Weakness (W)
Strategi (S)
Strategi WO
EFAS Opportunity (O)
Ciptakan
strategi
menggunakan untuk
yang Ciptakan
yang
kekuatan meminimalkan kelemahan
memanfaatkan untuk
peluang Treaths (T)
strategi
memanfaatkan
peluang. Strategi ST
Ciptakan
strategi
menggunakan
Strategi WT yang Ciptakan
strategi
yang
kekuatan meminimalkan kelemahan
untuk mengatasi ancaman.
dan menghindari ancaman.
Keterangan : Opportunities (O)
: Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Treaths (T)
: Tentukan 5-10 faktor ancaman internal
Strength (S)
: Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Weakness (W)
: Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
(Rangkuti, 2003:25-26). Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusan didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dengan penggunaan model tercanggih maupun tradisional. Keputusan yang berbobot hanya dapat dibuktikan oleh waktu artinya, keputusan yang akan diambil akan benar-benar terbukti setelah periode waktu tertentu ( Rangkuti, 2003 : 26). Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
27
Beberapa hal yang ikut membantu kemungkinan perbaikan periode prospek suatu produk antara lain adalah : kemampuan produsen untuk memenuhi permintaan pasar, jenis komoditi yang sesuai dengan keinginan konsumen, kemampuan memenuhi mutu sesuai keinginan pasar, menyediakan komoditi yang sesuai dengan permintaan, ketetapan dalam pengiriman dan tingkat harga yang sesuai (Nazarudin, 1993 : 25).
2.3. Kerangka Pemikiran Berhasilnya usaha ternak sangat dipengaruhi oleh ketersedian input misalnya: bibit, lahan/kandang, pakan, modal, tenaga kerja dan peralatan. Demikian juga seberapa besar pengaruh usaha terhadap faktor sosial peternak dapat dilihat dari kemampuan usaha tersebut untuk dapat member kesempatan kerja dan seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak tersebut. Pendapatan peternak akan meningkat apabila usaha tersebut memberikan keuntungan dan sebaliknya pendapatan akan turun apabila usaha ternak tersebut mengalami kerugian. Selain pruduktivitas ternak, pendapatan peternak juga sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi yaitu permintaan dan harga. Apabila permintaan suatu komoditi meningkat maka harga akan naik dan apabila harga naik maka permintaan akan turun. Adanya masalah-masalah yang dihadapi bukan berarti usaha tersebut tidak layak, karena setiap usaha tidal luput dari berbagai masalah/hambatan, yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana hal-hal yang menguntungkan mampu menutupi setiap hambatan dan masalah. Semua faktor dalam kegiatan ini, mulai dari penyediaan input, faktor social dan faktor ekonomi dianalisis dengan analisis Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
28
SWOT. Apabila semua factor tersebut mendukung pengembangan usaha ternak kambing maka usaha tersebut layak. Apabila salah satu saja tidak mempengaruhi maka bukan berarti tidak layak, akan tetapi usaha tersebut tidak mendapatkan hasil yang optimal. Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Peternak kambing Faktor Produksi • • • • • •
Bibit Lahan /kandang Pakan Modal Tenaga kerja Peralatan
Usaha ternak kambing Di desa Gurukinyan
Produksi Harga Jual Penerimaan
Biaya Produksi
Pendapatan
Analisa Kelayakan ROI/SWOT
Strategi Pengembangan Keterangan :
= Mempengaruhi Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
29
2.4. Hipotesis Penelitian Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesa dirumuskan sebagai berikut: 1. Input (lahan pengembalaan, kandang, pakan, tenaga kerja, modal, tenaga kerja) untuk usaha ternak kambing tersedia di daerah penelitian. 2. Penerapan teknologi usaha ternak kambing di daerah penelitian masih sederhana. 3. Usaha ternak kambing mampu member kesempatan kerja bagi penduduk. 4. Usaha ternak kambing memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga. 5. Usaha ternak kambing layak dikembangkan secara ekonomi di daerah penelitian. 6. Strategi pengembangan ternak kambing antara lain dengan memperbaiki ketersediaan input, teknologi dan mengaktifkan lembaga-lembaga yang terkait dalam pengembangan usaha ternak kambing.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Guru Kinayan Kecamatan
Payung
Kabupaten Karo yang ditentukan secara purposive . Penentuan desa ini karena di Kecamatan Payung tersebut yang paling banyak populasi ternak kambing.
3.2
Metode Penentuan Sampel Populasi dari penelitian adalah petani sekaligus beternak kambing dengan
melakukan sensus sesuai dengan petunjuk kepala desa setempat dengan jumlah sekitar 30 responden. Penentuan jumlah sampel tersebut dilakukan secara acak sederhana ( simple random ) dimana ukuran sampel telah memberikan ragam sampel yang stabil atau homogen ( Sugiarto,2003 :10 ).
3.3
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para peternak
kambing
dengan
menyediakan
daftar
pertanyaan
yang
telah
dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang ada hubungannya dengan penelitian.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
31
3.4
Metode Analisa Data Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan
mengamati sejauh mana ketersediaan input (lahan pengembalaan, kandang, pakan, tenaga kerja, modal, peralatan) di daerah penelitian. Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana penerapan teknologi pada usaha ternak kambing di daerah penelitian. Hipotesis 3 diuji dengan analisa deskriptif, yaitu dengan mengamati seberapa besar tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha ternak kambing. Hipotesis 4 diuji dengan perhitungan pendapatan dengan rumus sebagai berikut: Pd = TR -
TC
Keterangan : Pd
= Pendapatan usaha ternak(Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 1994 :32). Dengan kriteria: -
Jika pendapatan Usaha ternak ≥ 50 % dari
pendapatan keluarga, maka
kontribusi besar -
Jika pendapatan Usaha ternak < 50% dari total pendapatan, maka kontribusi kecil.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
32
Hipotesis 5 diuji dengan menggunakan metode analisis R/C Ratio dan ROI (Return of Invesment). R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut: a
= R/C
R
= Py.y
C
= FC + VC
a = ( Py . Y ) / ( FC + VC ) R
= penerimaan (Rp)
C
= biaya (Rp)
Py
= harga output(Rp)
Y
= output (Rp)
FC
= biaya tetap(fixed cost) (Rp)
VC = biaya tidak tetap ( variable cost) (Rp) Ketentuan: Jika R/C ≥ 1 , maka layak untuk dikembangkan. Jika R/C < 1, maka tidak layak untuk dikembangkan(Soekartawi, 1994 : 32-33). Return Of Investment (ROI) merupakan suatu ukuran ratio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini adalah pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
33
Rumus yang digunakan: Pendapatan Bersih(Net Income) ROI =
x 100% Total Aset (modal)
Keterangan: Jika ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku , maka usaha ini efisien untuk dilaksanakan. Jika ROI < tingkat suku bunga bank yang berlaku, , maka usaha ini tidak efisien untuk dilaksanakan (Sunarjono, 2000 : 34). Hipotesis 6 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan Matrik SWOT. Matrik ini akan menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi peternak kambing di daerah penelitian dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana prospek pengembangan usaha ternak kambing di daerah penelitian.
3.5
Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan hasil penelitian ini
,maka dibuat beberapa definisi dengan batasan operasional sebagai berikut : 1. Sampel adalah petani yang mengusahakan ternak kambing. 2. Produksi adalah output baik berupa susu dan daging kambing untuk dijual maupun dikomsumsi sendiri.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
34
3. Tujuan utama usaha peternakan adalah penjualan daging sedangkan susu dijual pada saat tertentu (permintaan ada) 4. Penerimaan adalah harga jual dikali produksi ternak kambing. 5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha peternakan kambing 6. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi 7. Prospek pengembangan ternak kambing adalah peluang peningkatan atau keberhasilan atas usaha ternak kambing. Batasan operasional 1. Daerah penelitian adalah desa Guru Kinayan Kec. Payung Kab. Karo 2. Waktu penelitian adalah tahun 2008
.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
35
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK KAMBING
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Kondisi Desa Desa Gurukinayan berada di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo Sumatera Utara. Desa ini mempunyai luas wilayah desa 1130 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut: -
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka Meriah
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Payung
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Selandi
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Desa ini berjarak 7 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Payung dan
berjarak 24 km dari ibukota Kabupaten Karo dan berjarak 104 km dari ibukota Propinsi Sumatra Utara yaitu Medan. Desa ini berada diatas permukaan laut 850 s/d 1200 meter. b. Tata Guna Tanah Berdasarkan penggunaan tanah Desa Gurukinayan dapat dilihat pada tabel berikut:
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
36
Tabel 4.1 Tata Guna Tanah Desa, Tahun 2006 No
Jenis Penggunaan Tanah
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
Tanah Sawah
75
6,64
2
Tanah Kering
548
48,50
3
Bangunan / Pekarangan
8
0,70
4
Lainnya
499
44,16
11130
100,00
Jumlah
Sumber : Kecamatan Payung Dalam Angka 2007 Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan produktif terbesar untuk pertanian (tanah sawah, tanah kering) sekitar 55,14 % , hal ini disebabkan desa penelitian merupakan daerah pertanian dengan mata pencaharian sebagai petani. c. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Gurukinayan adalah 2207 jiwa dengan jumlah Kepala keluarga ( kk ) sebanyak 643 kk. Jumlah penduduk menurut kelompok umur kelompok umur dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Gurukinayan, Tahun 2006 Kelompok Umur
Jumlah ( Jiwa )
Persentase (%)
0–4
225
10,19
5–9
226
10,24
10 – 14
241
10,92
15 – 64
1.363
61,76
65 +
152
6,89
Jumlah
2207
100,00
Sumber: Kantor Kepala Desa tahun 2007
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
37
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia wajib sekolah relatif besar sekitar 21,16 % dan lansia sekitar 6,89 % serta usia produktif didaerah penelitian relative besar sekitar 72,68 % ( usia 10 s/d 64 tahun ) yang merupakan modal dasar yang dimiliki desa untuk mengadakan pembangunan dengan menggali potensi desa yang ada.
4.2 Karakteristik Peternak Kambing Adapun karakteristik peternak yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi jumlah ternak, umur, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman beternak dan skala usaha yang dikelola, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel: 4.3 Karakteristik Peternak Kambing
Uraian
Strata I ( 1 – 20 ) ekor Rata-rata
Rentang
Strata II ( >20 ) ekor Rata-rata
Rentang
Jumlah ternak (ekor)
12,33
2 – 20
30,22
21 – 50
Umur (thn)
42,48
28 – 60
43,67
28 – 70
Pendidikan (thn)
8,24
0 – 12
8,33
0 – 12
Jumlah (jiwa)
4,52
2–6
3,67
1–6
1–8
5,56
3 – 10
Tanggungan
3,71 Pengalaman Beternak (thn) Pendadatan Keluarga 13.357.100 (Rupiah/ KK/Tahun)
8.520.00017.700.000
16.315.500 13.440.00023.100.000
Sumber: Data primer, 2008 ( Diolah dari Lampiran 1 )
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
38
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah ternak strata I adalah 12 ekor per peternak dengan umur rata-rata 42 tahun dan strata II adalah 30 ekor per peternak dengan umur rata-rata 43 tahun. Dari umur peternak tersebut dapat dikategorikan masih umur produktif sehingga dapat diasumsikan bahwa peternak kambing masih sangat potensial dalam mengelola usaha ternak. Pendidikan formal yang pernah diikuti peternak kambing rata-rata 8 tahun (tidak tamat SMP ) baik strata I dan strata II. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan peternak masih relatif rendah. Demikian juga jumlah tanggungan ratarata strata I adalah 4,52 jiwa dan strata II adalah 3,67 jiwa. Sedangkan pengalaman beternak strata I adalah 3,37 tahun dan strata II adalah 5.56 tahun. Dengan demikian, pengalaman peternak strata II lebih memadai dari peternak strata I atau sudah cukup berpengalaman. Dan pendapatan keluarga untuk strata I sekitar Rp 13.357.000,- /tahun dan strata II sekitar Rp 16.315.000,- , dimana kontribusi usaha ternak kambing untuk pendapatan keluarga strata I sekitar 41,18 % dan strata II sekitar 50,15 %.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor Produksi / Input a. Bibit Peternak kambing didaerah penelitian memperoleh bibit dari peternak di desa itu sendiri atau desa tetangga yaitu campuran dari kambing kacang dan etawa, dimana kambing etawa sebagai jantan dan kambing kacang sebagai induk. Harga bibit bervariasi antara Rp 300.000,- s/d Rp 350.000,- per ekor . Cara perkawinan yang dilakukan peternak adalah kawin secara alamiah dimana kambing jantan diperoleh secara pinjam dengan bayaran memberi anakan ( bibit ) dengan harga yang lebih murah sesuai dengan jumlah anak kambing tersebut. Demikian juga kebutuhan bibit hingga saat penelitian masih dapat dipenuhi di daerah penelitian dan seluruh peternak yang ada di daerah penelitian memiliki jenis bibit kambing campuran. b. Kandang Di daerah penelitian kandang dibangun dengan arah Utara- Selatan, agar sinar matahari pada waktu pagi hari tetap masuk kandang dan tidak begitu panas. Sinar matahari pada pagi hari mengandung sinar ultraviolet sangat penting untuk membasmi dan membantu pembentukan vitamin pada ternak kambing. Didalam usaha ternak kambing kebutuhan kandang sangat penting sekali sebagai pelindung panas, hujan, dingin dan tiupan angin yang sangat kencang. Di daerah penelitian kandang kambing terbuat dari atap rumbia/ nipah karena harga lebih murah dan sesuai dengan keadaan perekonomian peternak tersebut dan rumbia/ nipah tidak Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
40
begitu menyerap panas matahari sehingga kondisi kandang tidak terlalu panas pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari. Dinding terbuat dari papan dan kayu ataupun bambu, dengan melakukan pembatas kandang antara satu dengan lainnya serta lantai terbuat dari bambu juga. Perkandangan kambing sebahagian besar di belakang rumah penduduk dan ada juga di ladang. Di daerah penelitian ukuran kandang 2,5 x 5 m dengan kapasitas 20 ekor dan kandang dibagi 3 ( tiga ) bagian untuk pemisahan kambing sesuai dengan kondisi kambing ( anak dan induk dipisahkan ). Dengan demikian, rata-rata kepadatan kambing 1,6 ekor/m2 sedangkan ukuran kepadatan yang baik adalah 1,5 m2 per ekor ( induk ) dan anak 0,04 m2 per ekor ( Mulyono, 2007 : 27 ) Di daerah penelitian kebersihan kandang cukup baik, dimana kebersihan kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari pada saat pemberian makanan ( pakan hijauan ). Kebersihan kandang sangat perlu untuk kesehatan ternak kambing untuk menjaga kelembaban kandang. c. Pakan Hijauan Pakan hijauan merupakan makanan pokok bagi ternak kambing. Ternak kambing memperoleh pakan di kandangnya sendiri, karena peternak yang mengambil ke lokasi perladangan yaitu pagar-pagar ladang dan ada juga khusus tanaman hijauan di tempat tertentu ( ladang ). Pemberian makanan ada yang melakukan 2 x sehari yaitu pagi ( 1000 – 1100 ) dan sore hari ( 1500- 1600 ), tetapi sebahagian besar peternak memberi makan di sore hari hanya peternak populasi sedikit yang memberi makan 2 kali sehari. Penyediaan pakan hijauan tergantung pada peternak, ada yang menyabitnya 1 x dua hari dan ada juga dilakukan setiap hari. Di daerah penelitian Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
41
air minum untuk ternak kambing pada saat musim kemarau selalu diberikan setiap hari tetapi musim penghujan hal ini tidak dilakukan karena air sudah cukup dari pakan hijauannya. d. Modal Adapun modal untuk usaha ternak kambing adalah modal investasi ( tanah, kandang dan peralatan) dan modal operasional ( pakan hijauan, air ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.1 Jumlah Modal Usaha Ternak Kambing ( Ribuan Rupiah) Jumlah Modal ( Rupiah ) Strata
Total ( Rupiah)
Kandang
Peralatan
( Rupiah)
( Rupiah )
I
1.200.000
231.100
1.431.100
II
2.666.670
288.000
2.954.670
Sumber : Data primer ,2008. ( Diolah dari Lampiran 8) Dari tabel dapat dilihat bahwa modal usaha ternak kambing untuk strata I sekitar Rp 1.431.100,- per tahun dan strata II sekitar Rp 2.9554.670,- per tahun. Modal peternak tersebut merupakan modal sendiri atau pinjaman dari keluarga mereka. Pada awalnya mereka beternak dalam skala kecil, setelah modal kembali mereka memperbanyak ternaknya. Modal investasi awal yang paling besar adalah kandang dan tanah. Pada umumnya mereka menempatkan kandang kambing di belakang rumah untuk menghindari pencurian kambing pada malam hari. Dengan demikian modal untuk peternakan kambing di daerah penelitian tersedia. e. Tenaga Kerja Jumlah penduduk Desa Gurukinayan adalah 2207 jiwa dengan jumlah usia produktif ( 10- 64 ) tahun sekitar 1604 jiwa atau 72,68 % dari jumlah penduduk. Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
42
Di daerah penelitian pada umumnya tenaga kerja untuk ternak kambing adalah pria ( kepala rumah tangga ) dan untuk lebih jelasnya kebutuhan tenaga kerja untuk ternak kambing dapat dilihat sbb: Tabel 5.2 Kebutuhan Tenaga Kerja ( HKP/Tahun) Kebutuhan TK ( HKP/Tahun ) No
Jenis Pekerjaan
1
Pengambilan Pakan
2
Pemberian Pakan +
STRATA I
STRATA II
Peternak Per 12 ekor
Peternak Per 30 ekor
38,76 49,61
59,57 75,20
88,37
134,77
Permbersihan Kandang Total
Sumber: Data primer, 2008 ( Diolah dari Lampiran 3)
Dari tabel dapat dilihat bahwa kebutuhan tenaga kerja ( TK ) untuk strata I adalah 88,37 HKP/tahun per 12 ekor dan strata II adalah 134,77 HKP/tahun per 30 ekor . Tetapi kebutuhan tenaga kerja tersebut dilakukan oleh pemilik ternak kambing sehingga biaya tenaga kerja tidak pernah diterima secara langsung oleh pemilik ternak. f. Peralatan Peralatan yang digunakan untuk usaha ternak kambing cukup sederhana seperti ember, sabit, cangkul, beko, sapu lidi, dan tali. Ember digunakan untuk mengangkat air dan tempat minuman ternak; sabit untuk memotong pakan hijauan; cangkul untuk mengambil kotoran ternak dari bawah kandang; beko untuk mengangkat pakan hijauan dan kotoran ternak; sapu lidi untuk membersihkan kandang dan tali untuk mengikat pakan hijauan dari tempat
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
43
penyabitan ke sekitar kandang. Peralatan-peralatan tersebut dapat diperoleh di pekan terdekat di daerah penelitian dengan harga yang terjangkau. Dengan penjelesan atau keterangan di atas peneliti menyimpulkan bahwa faktor produksi/ input untuk ternak kambing tersedia didaerah penelitian. Dengan demikian hipotesisis 1 yang mengatakan bahwa “ Input untuk usaha ternak kambing tesedia di daerah penelitian diterima”. 5.2 Teknologi a. Bibit Peternak mempunyai jenis bibit ternak kambing campuran ( kambing etawa dan kambing kacang ). Cara perkawinan yang dilakukan peternak adalah kawin secara alamiah yaitu proses pemasukan sperma pada alat kelamin betina yang dilakukan pejantan itu sendiri/ kontak langsung. Perkawinan antara induk dan pejantan terjadi di kandang itu sendiri ( tanpa pengawasan ). b. Pakan Seluruh pakan yang diberikan berasal dari tanaman hijauan yang diambil dari lokasi perladangan peternak. Jenis pakan hijauan yang diberikan adalah jenis gajah, kalendra, rambatan dsb dan ternak kambing dapat memperoleh pakan di kandangnya sendiri. Banyaknya pakan hijauan yang diberikan tergantung pada populasi ternak kambing. c. Obat-obatan Peternak kambing di daerah penelitian umumnya memberikan obat-obatan bila ternak kambing sudah menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit, dimana penyakit yang sering timbul adalah penyakit kulit ( kurap ) pada mulut dan badan, masuk angin. Pemberian obat-obatan dilakukan peternak kambing dengan mencampur oli kotor dan belerang untuk penyakit kulit pada mulut dan badan Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
44
sedangkan masuk angin peternak mengoleskan afitson ke perut kambing atau menyayat sedikit kuping kambing hingga mengeluarkan sedikit darah. d. Pengolahan Hasil Hasil utama peternak kambing di daerah penelitian adalah daging dan anakan untuk bibit. Pengolahan daging , susu dan kulit kambing di daerah penelitian belum ada. e. Peralatan Di daerah penelitian peternak kambing mempergunakan peralatan yang cukup sederhana seperti ember, sabit, cangkul, beko, sapu lidi dan tali. Peralatanperalatan tersebut dapat diperoleh di pecan-pekan terdekat di daerah penelitian dan Kabanjahe dengan harga yang terjangkau. Ada juga peralatan yang diperoleh diladang peternak sendiri misalnya bambu untuk kandang ternak. Dari keterangan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi di daerah penelitian tidak ada, mulai dari penyediaan bibit, penyediaan pakan, pemakaian obat-obatan, pengolahan hasil dan penggunaan alat-alat. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa “ Penerapan teknologi di daerah penelitian masih sederhana " diterima.
5.3.Faktor Sosial/ Ekonomi a. Kesempatan Kerja Sesuai dengan penelitian, usaha ternak kambing yang ada di daerah penelitian tidak mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang besar.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
45
Adapun kebutuhan tenaga kerja untuk satu tahun adalah sebagai berikut : Tabel 5.3 Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Satu Tahun No
JENIS PEKERJAAN
KEBUTUHAN TK (HKP/TAHUN) STRATA I
STRATA II
1.
Pengambilan Pakan
38,76
59,57
2.
Pemberian Pakan +
49,61
75,20
88,37
134,77
Pembersihan kandang TOTAL
Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 2) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan Tenaga Kerja (TK) per tahun pada Strata I adalah 88,37 HKP/tahun per 12 ekor dan kebutuhan TK per tahun pada Strata II adalah 134,77 HKP/tahun per 30 ekor. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa usaha peternak kambing di daerah penelitian dapat memberikan kesempatan kerja bagi penduduk , walaupun tidak memberikan peluang dengan cukup besar. Dengan demikian hipotesis 3 yang mengatakan bahwa “ Usaha ternak kambing mampu memberi kesempatan kerja “ diterima. b. Hasil Produksi Hasil utama peternakan kambing di daerah penelitian adalah daging (kambing dewasa) dan anakan, dimana umur dewasa yang layak dijual 1 tahun (25-30)kg dan anakan berumur 4 bulan. Selain itu kotoran kambing dapat digunakan untuk pupuk tanaman dengan perkiraan 30 ekor kambing dewasa dapat menghasilkan 10 kaleng kotoran setiap minggu dengan harga 1 kaleng Rp5000,-. Dan usia kambing yang dianggap tidak produktif lagi antara 5-6 tahun. Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
46
1. Biaya Produksi Biaya produksi dalam pengelolahan usaha ternak kambing meliputi biaya pembelian bibit, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan. Biaya penysutan terdiri dari biaya kandang dan alat-alat, biaya pemeliharaan terdiri dari pengadaan pakan hijauan atau biaya pengambilan pakan hijauan dengan menggunakan sepeda motor atau kendaraan roda empat (BBM). Untuk lebih jelasnya biaya produksi usaha ternak kambing dapat dilihat sbb: Tabel 5.4 Total Biaya Produksi Usaha Ternak Kambing (Rupiah) No
Jenis Biaya
Jumlah Biaya (Rupiah) Strata I
Strata II
509.000
1.037.890
1.
Penyusutan alat dan kandang
2.
Pengambilan Pakan / BBM
1.095.000
2.555.000
3.
Tenaga Kerja
3.534.250
5.390.580
5.138.250
8.983.470
Total
Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 6)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya rata-rata per tahun setiap peternak pada strata I sebesar Rp 5.138.250,- dan strata II sebesar Rp 8.983.470,-, dengan pengertian bahwa biaya tenaga kerja secara langsung tidak pernah diberikan karena pemilik ternak yang melakukan pekerjaan tersebut, sehingga merupakan penambahan pendapatan. Selain itu
dapat juga disimpulkan dari
keterangan tersebut diatas semakin banyak ternak yang dipelihara semakin sedikit biaya yang dikeluarkan.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
47
2. Penerimaan Penerimaan adalah besarnya hasil yang diperoleh peternak dari usaha ternak (pertambahan nilai ternak, penjualan anakan/ kambing dewasa dan kotoran ternak). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5 No
Rata-rata Penerimaan Peternak ( Rupiah Per Tahun) Jenis Penerimaan
Jumlah Penerimaan(Rp) Strata I
Strata II
1
Pertambahan Nilai Ternak
1.475.000
3.827.780
2
Penjualan Ternak
4.800.000
6.733.330
3
Kotoran
702.860
1.560.000
6.977.860
12.121.110
Total
Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 2 dan 7) Dari tabel dapat dilihat bahwa penerimaan pada strata I sebesar Rp 6.977.860,- dan Strata II sebesar Rp 12.121.110,-. Dengan demikian, semakin banyak jumlah ternak semakin banyak penerimaan. 3. Pendapatan Peternak Pendapatan utama peternak berasal dari penjualan kambing dewasa dan anakan serta kotoran ternak. Adapun pendapatan yang diperoleh peternak adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi. Tabel dibawah ini menunjukkan besarnya pendapatan usaha ternak kambing per tahun sbb:
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
48
Tabel 5.6 Pendapatan Usaha Ternak Kambing (Rupiah Per Tahun) No
Strata I
Jumlah Pendapatan Peternak(Rp)
1
I
1.865.760
2
II
3.137.650
Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 9) Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pendapatan peternak kambing per tahun untuk strata I adalah Rp 1.865.760,- sekitar 41,18 % kontribusinya terhadap pendapatan keluarga atau < 50 % yang berarti kontribusinya kecil dan strata II Rp 3.137.650,- sekitar 50,15 % kontribusinya terhadap pendapatan keluarga atau > 50 % yang berarti kontribusinya besar. Dengan demikian hipotesis 4 yang mengatakan bahwa “usaha ternak kambing dapat memberi kontribusi terhadap pendapatan peternak “diterima.
5.4 Analisis Kelayakan 1. Nilai R/C Ratio Untuk melihat aspek kelayakan untuk dikembangkan atau tidak, digunakan analisis R/C Ratio atau dikenal sebagai perbandingan ( nisbah ) antara penerimaan dan biaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.7 Nilai R/C Usaha Ternak Kambing No
1
STRATA
I
PENERIMAAN
BIAYA
( Rupiah)
( Rp 000,-)
6.977.860
5.137.820
R/C
1,36
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
49
2
II
12.121.110
8.983.460
1,35
Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 10) Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai R/C 1 maka usaha ternak kambing di daerah penelitian layak dikembangkan atau dapat memberikan keuntungan pada peternak. 2. Return on Investment ( ROI ) Return on Investment ( ROI ) digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian modal. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat modal dan keuntungan bersih yang diperoleh. Adapun nilai ROI dari usaha ternak kambing di daerah penelitian adalah sbb : Tabel 5.8 Nilai ROI Usaha Ternak Kambing No
STRATA
NILAI ROI (%)
1
I
130,31
2
II
106.95
Sumber : Data primer, 2008 (diolah dari Lampiran 8 dan 11) Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai ROI pada strata I sebesar 130,31 % dan srata II sekitar 106,95 %. Nilai ROI tersebut diatas suku bunga bunga bank ( 13,5 % ) menunjukkan bahwa usaha ternak kambing di Desa Gurukinayan layak untuk dikembangkan. Dengan demikian hipotesis 5 yang menyatakan”usaha ternak kambing di daerah penelitian layak untuk dikembangkan “diterima.
5.5
Analisa SWOT
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
50
Analisa SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (0pportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Matrix Analisa SWOT Internal Faktor
Kekuatan (S) • Pemasaran baik • Lahan cukup tersedia • Kotoran ternak untuk pupuk tanaman • Modal tersedia • Peternak sudah pengalaman • Tenaga Kerja sedikit • Peralatan sederhana
Eksternal Faktor Peluang (O) • Susu/kulit kambing dapat dipasarkan • Penyediaan bibit • Lahan tersedia
SO Strategi • Menggunakan lahan sebaik-baiknya • Menginformasikan faedah susu • Memperluas usaha ternakurang pro
Ancaman(T) • Adanya persaingan ternak lembu • Pencuri ternak
ST Strategi • Meningkatkan pemeliharaan dan perawatan ternak keambing • Aktifkan siskamling
Kelemahan (W) • Pengambilan Pakan agak sulit • Mudah terserang penyakit perut kembung
• • • •
WO Strategi Menanam pakan dilahan kurang produktif Memberikan pakan secara teratur Membuka diri untuk masyarakat luas WT Strategi Adanya kerjasama antar sesama peternak
a. Faktor Internal Kekuatan (S)
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
51
Adapun faktor internal yang menjadi kekuatan dari usaha peternakan kambing di daerah penelitian adalah pemasaran baik, dimana pembeli datang ke daerah tersebut. Sehingga tidak kesulitan dalam hal pemasaran dan sangat membantu para petani. Modal utama dari usaha ternak kambing ini adalah lahan untuk pembuatan kandang ukuran 2,5 x 5 m dengan kapasitas 20 ekor. Dengan demikian pemenuhan lahan sebagai modal utama peternakan tersebut cukup mudah, karena peternak memiliki tanah sendiri dengan luas yang relatif sempit/ sedikit. Kotoran ternak kambing sangat membantu petani dalam hal pertanian karena kotoran tersebut dicampur dengan pupuk organik sehingga memberikan hasil yang maksimal untuk pertanian. Pengalaman peternak cukup memadai dalam hal pengetahuan untuk merawat ternak kambing khusus masalah penyakit. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha ternak kambing sangat kecil, contoh: kebutuhan tenaga kerja Strata II per tahun 145,25 HKP dengan demikian rata-rata per hari 0,40 HKP. Untuk peternak kambing 20 ekor keatas hanya dibutuhkan TK yang bekerja 2,8 jam per hari. Peralatan-peralatan yang dibutuhkan peternak kambing cukup sederhana dan mudah didapatkan di daerah penelitian. Adapun peralatan tersebut yaitu ember,beko, sabit, cangkul, tali, sapu lidi dan semuanya dapat diperoleh di daerah penelitian atau ada juga yang membeli langsung ke Kabanjahe dan harganya terjangkau oleh peternak sendiri. Kelemahan (W)
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
52
Faktor kelemahan dari faktor internal usaha ternak kambing di daerah penelitian adalh pengambilan pakan. Pakan dengan jumlah relatif besar tidak mencukupi dari pagar tanaman, sehingga harus mengumpulkan/ menyabitnya ke daerah-daerah yang kurang produktif sehingga menambah ongkos pengabilan (BBM). Dan jika pengambilan pakan hijauan sembarangan akan menimbulkan perselisihan antar sesama peternak. Kelemahan lainnya adalah pengetahuan tentang penyakit tentang perut kembung. Maka satu-satunya usaha yang dilakukan peternak adalah memberikan pakan tepat waktu sehingga tidak terjadi keterlambatan untuk makan (pagi dan sore) dan membersihkan kandang setiap hari atau kandang harus bersih dan kering. Dengan demikian, hipotesis 6 yang menyatakan bahwa “ penyediaan input ( pakan ) merupakan masalah ” diterima
b. Faktor Eksternal Peluang (O) Faktor eksternal yang merupakan peluang bagi peternak dalam pengembangan usahanya adalah pemasaran kulit kambing dan susu kambing. Hal ini dapat dilakukan peternak jika pengetahuan peternak cukup tentang manfaat susu kambing dan kulit kambing. Dengan adanya kawin campur antara kambing kacang ( betina ) dan kambing etawa ( jantan ) di daerah penelitian maka bibit yang tersedia cukup baik, sehingga perlu dilakukan suatu usaha dalam penyediaan khusus bibit untuk desadesa sekitarnya yang dapat menambah pendapatan peternak. Dan lahan di daerah penelitian cukup memadai dan memungkinkan pengembangan usaha dan pengadaan bahan untuk kandang mudah diperoleh di daerah penelitian. Ancaman(T) Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
53
Faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi peternak adalah adanya persaingan dalam hal pakan oleh peternak lembu dan selain itu pencuri ternak pada malam hari. Dalam hal ini belum terlihat adanya kerja sama antar sesama peternak dalam hal keamanan.
c. Strategi SO strategi Dengan
melihat
kekuatan
(S)
dan
peluang
(O)
maka
untuk
mengembangkan ternak kambing di daerah penelitian adalah dengan cara memaksimalkan lahan yang
tersedia/ada. Dan perlu
informasi tentang
pengetahuan manfaat susu kambing untuk kesehatan yang dapat menambah pendapatan peternak. WO Strategi Dengan melihat kelemahan(W) dan peluang (O) yang ada maka strategi yang perlu dilakukan adalah menanami lahan-lahan yang kurang produktif dengan tanaman-tanaman yang dapat dikomsumsi ternak kambing. Selain itu perlu adanya kedisplinan bagi peternak dalam hal pemberian pakan (pagi dan sore) pada waktu yang sudah ditentukan dan pembersihan kandang yang benar dan perlu tukar informasi antar sesama peternak kambing dalam hal perawatan dan pemasaran. ST Strategi Dengan melihat kekuatan (S) dan ancaman (T) yang ada dalam usaha ternak kambing di daerah penelitian maka strategi yang perlu dilakukan adanya kerja sama yang baik antara sesama peternak baik dalam pengadaan pakan hijauan di lahan yang kurang produktif dan keamanan ternak untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Faktor produksi tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah di daerah penelitian yaitu lahan, bahan kandang, modal, peralatan, tenaga kerja dan bibit. 2. Tidak ada penggunaan teknologi dalam pakan dan obat-obatan yang digunakan untuk usaha ternak 3. Usaha ternak kambing memberi kesempatan kerja bagi keluarga khususnya bagi kepala rumah tangga ( bapak atau pria dewasa ). 4. Usaha ternak kambing untuk setiap strata dapat memberi kontribusi terhadap pendapatan keluarga dimana pendapatan peternak per tahun strata I sebesar Rp 1.865.760. dan strata II sebesar Rp.3.137.650,- . 5. Dilihat dari nilai R/C ratio maka usaha ternak kambing layak untuk dikembangkan, dimana untuk strata I nilai R/C ratio adalah 1,36 dan strata II nilai R/C ratio adalah 1,35 . 5. Masalah yang dihadapi dalam usaha ternak kambing dalam skala besar adalah pakan hijauan yang relatif sedikit jumlahnya.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
55
6. Strategi pengembangan sesuai dengan analisa SWOT adalah memperluas usaha ternak dengan menanam pakan di lahan kurang produktif. 7. Usaha ternak kambing di desa Gurukinayan mempunyai prospek dan layak untuk dikembangkan.
6.2 Saran a. Bagi Peternak 1. Agar peternak lebih teliti dalam penyediaan kambing jantan untuk memperoleh bibit yang lebih baik lagi untuk penyediaan bibit bagi peternak didesa-desa sekitarnya. 2. Dinilai dari R/C dan ROI yang meningkat maka peternak disarankan untuk meningkatkan skala usahanya dengan penanaman pakan hijauan di lahan kurang produktif. 3. Agar peternak lebih terbuka untuk memberi informasi kepada pihak lain sehingga pihak lain tersebut mampu mengusahakan ternak kambing. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya agar diteliti nilai tambah dari kulit dan susu kambing untuk peningkatan pendapatan keluarga peternak.
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
56
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik 2007. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik 2007. Kecamatan Payung dalam Angka. Downey W.D.dan Erickson S.P., 1992.Manajemen Agribisnis. Diterjemahkan oleh Rochi dayat G.S dan Alfonsus S. Erlangga, Jakarta. Linnaeus,1758.Teknik Beternak Kambing.Wikipedia Indonesia. Mubyarto,1996. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S,Jakarta. Mulyono dan Sarwono,2007.Beternak Kambing.Penebar Swadaya, Jakarta. Murtidjo,A.B,1993. Kambing Sebagai Ternak Potong Dan Perah. Kanisius, Yogyakarta. Rangkuti,F., 2006. Analisis SWOT . Gramedia, Jakarta. Sarwono,B., 2007. BeternakKambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Sarwono B. dan Mulyono S., 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Silitonga C. dkk,1995. Perkembangan Ekonomi Pertanian Nasional. Perhepi,Jakarta. Singarimbun M.,1995. Metode Penelitian Survey. LP3S, Jakarta. Sugiarto.dkk,2003. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
57
Sujana,2003. Metoda Statistika. Bandung. Sukartawi,1994. PembangunanPertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukartawi,1995. Analisis Usaha Tani. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lampiran 1 : Karakteristik Peternak Kambing Umur peternak (thn)
Jumlah ternak (ekor)
Pendidikan (thn)
Jlh tanggungan
Pengalaman berternak (thn)
1
50
2
12
4
2
37
4
12
6
3
46
5
9
2
No
Pendapatan/Tahun ( Rp. 000,- )
1
Utama 7200
Ternak 1320
Total 8520
1
8400
2040
10440
8
8400
3900
12300
3900
9900
4
42
5
9
5
2
6000
5
42
5
7
4
3
7200
3900
11100
6
40
8
8
6
2
7200
4080
11280
4680
12480
7
38
8
11
5
3
7800
8
60
10
6
4
7
7800
6600
14400
9
30
10
9
5
2
7200
4260
11460
4260
11460
10
30
10
9
6
2
7200
11
48
12
7
6
4
7200
4920
12120
12
47
12
6
4
5
8400
5520
13920
6840
15240
13
28
15
11
5
2
8400
14
32
15
8
4
2
8400
6840
15240
15
46
18
6
5
8
9600
8100
17700
8100
16500
16
37
20
9
5
4
8400
17
48
20
6
5
4
7800
7080
14880
18
44
20
9
5
3
9000
8280
17280
6480
15480
7200
14400
19
48
20
7
4
6
9000
20
52
20
6
2
5
7200
21
47
20
6
3
4
7200
7200 115500
14400
Total
892
259
173
95
78
165000
280500
Rataan
42,48
12,33
8,24
4,52
3,71
7857,14
5500
13357,14
22
42
25
7
3
3
9000
6240
15240
7440
13440
23
62
25
6
2
5
6000
24
42
25
6
4
4
7200
7500
14700
25
28
25
12
4
4
7200
7440
14680
7700
14900
26
30
30
10
5
7
7200
27
29
30
9
4
6
8400
8700
17100
8700
15900
8820
28
35
30
9
4
5
7200
29
55
32
4
6
10
9000
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
17820
58
30
70
50
12
1
6
12000
11000
73200
73640
8133,33
8182,22
Total
393
272
75
33
50
Rataan
43,67
30,22
8,33
3,67
5,56
23100 146840 16315,56
Lampiran 2 : Jumlah Dan Nilai Ternak
Keadaan Pada Awal Tahun
No
4-8 bulan Jumlah (ekor)
1 2 3 4
Keadaan Akhir Tahun Nilai (Rp 000,-)
Dew asa (1 thn) Juml ah ekor
Nilai ternak (Rp 000,-)
Total (ekor)
Total nilai (Rp 000,-)
0 0
0 0
2 4
2500 4200
2 4
2500
900
1200
1200
3900
0
0
5
5350
5
5350
1450
1700
0
0
5
4400
5
4400
2700
5
2975
0
0
5
4750
5
4750
1775
8
4100
3
975
5
5350
8
6325
2225
5350
8
6325
2
650
6
6750
8
7400
1075
5750
10
7525
4
1400
6
6750
10
8150
625
4500
10
7500
3
1050
7
7400
10
8450
950
Pertam bahan nilai ternak (Rp 000,-)
Nilai (Rp 000,-)
Dewasa (1 thn) Jumlah ekor
Nilai ternak (Rp 000,-)
Total (ekor)
Total nilai (Rp 000,-)
0
0
2
1600
2
1600
0
0
4
3000
4
2
600
3
3300
5
1700
0
0
5
3
975
2
6
5
1700
7
3
8
5
9
6
3000
10
6
2300
4
5000
10
7300
3
1200
7
8000
10
9200
1900
11
5
2000
7
8000
12
10000
4
1200
8
10000
12
11200
1200
12
5
2200
7
8000
12
10200
5
1625
7
8750
12
10375
175
13
5
1500
10
11000
15
12500
6
3100
9
10500
15
13600
1100
14
5
2000
10
10000
15
12000
5
1750
10
11500
15
13250
1250
15
6
1800
10
11000
18
12800
7
2450
11
13000
18
15450
2650
16
7
2100
13
12150
20
14250
9
3150
11
13750
20
16900
2650
17
5
2000
15
16250
20
18250
6
1950
14
17500
20
19450
1200
18
8
2400
12
13000
20
15400
7
2100
13
14500
20
16600
1200
19
6
2400
14
15000
20
17400
6
1800
14
17500
20
19300
1900
20
5
1500
15
15000
20
16500
8
2800
12
15000
20
17800
1300
21
6
2400
14
14000
20
16400
7
2450
13
15500
20
17950
1550
22
10
5000
15
15000
25
20000
9
3150
16
20000
25
23150
3150
23
7
3300
18
18750
25
22050
10
4475
15
18750
25
23225
1175
24
10
4000
15
16250
25
20250
6
2100
19
21500
25
23600
3350
25
12
6000
13
13000
25
1900
10
3400
15
18750
25
22150
3150 3250
4-8 bulan Jumlah (ekor)
3000
5 5
2000
3
2400
975
5
1775
5 4
26
10
5000
20
20000
30
25000
10
3250
20
25000
3
28250
27
10
4400
20
20500
30
24900
12
5800
18
22500
30
28300
3400
28
15
8000
15
15000
30
23000
8
2600
22
23750
30
26350
3350
29
20
9000 10 12500 32 21500 15 4875 17 21250 32 26125 Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
4625
59
30
30
11000
20
25000
50
36000
20
10000
30
35000
50
45000
9000
Lampiran 3 : Jumlah Curahan Tenaga Kerja Dan BiayaTenaga Kerja Pertahun Lama Pekerjaan (jam) No
Jumlah Ternak (Ekor)
1 2
Jumlah HKP
Peng. pakan
Pemb. Pakan + Pembersih Kdg
Peng. pakan
2
91,25
182,5
11,41
Pemb. Pakan + Pembersih Kdg 22,81
4
121,67
182,5
15,21
22,81
3
5
182,15
273,75
22,81
34,22
4
5
243,33
182,5
30,42
22,81
5
5
182,5
273,75
22,81
34,22
6
8
273,75
365
34,22
45,63
7
8
243,33
456,25
30,42
57,03
8
10
304,17
365
38,02
45,63
9
10
273,5
456,25
34,22
57,03
10
10
304,17
365
38,22
45,63
11
12
365
547,5
45,63
68,44
12
12
273,5
365
34,22
45,63
13
15
365
547,5
45,63
68,44
14
15
456,25
365
57,03
45,63
15
18
365
547,5
45,63
68,44
16
20
456,25
365
57,03
45,63
17
20
365
547,5
45,63
68,44
18
20
456,25
456,25
57,03
57,03
19
20
365
8334,17
45,63
60,83
20
20
456,25
396,87
57,03
68,44
21
20
365
456,25
45,63
57,03
Total
259
6508,32
16031,04
813,88
1041,80
Rataan
12,33
309,92
763,38
38,76
49,61
22
25
456,25
547,5
57,03
68,44
23
25
365
456,67
45,63
57,03
24
25
456,25
486,67
57,03
60,83
25
25
365
547,5
45,63
68,44
26
30
456,25
547,5
57,03
68,44
27
30
547,5
638,75
68,44
79,84
28
30
365
547,5
45,63
68,44
Total HKP
34,22 38,02 57,03 53,23 57,03 79,85 87,45 83,65 91,25 83,65 114,07 79,85 114,07 102,66 114,07 102,66 114,07 114,06 106,46 125,47 102,66 1855,48 88,37 125,47 102,66 117,86 114,07 125,47 148,28 114,07
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
Biaya tenaga Kerja (Rp. 000,-) 1368,8 1520,8 2281,2 2129,2 2281,2 3194,0 3498,0 3346,0 3650,0 3346,0 4562,8 3194,0 4562,8 4106,4 4562,8 4106,4 4562,8 4562,4 4258,4 5018,8 4106,4 74219,2 3534,2 5018,8 4106,4 4714,4 4562,8 5018,8 5931,2 4562,8
60
29
32
547,5
730
68,44
91,25
30
50
730
912,5
91,25
114,06
Total
272
4288,75
5414,59
536,11
676,77
Rataan
30,22
476,53
601,62
59,57
75,20
Keterangan :
Upah 1 (satu) HKP = Rp. 40.000,-
159,69 205,31 1212,88 134,77
6387,6 8212,4 48515,2 5390,6
1 HKP = 8Jam
Lampiran 4 : Jumlah dan Nilai Peralatan Ternak Kambing Jumlah Ternak (ekor)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total (Rp 000,)
1
2
1
1
0
1
2
1
6
45
0
10
6
6
73
2
4
1
1
0
1
2
1
6
45
0
10
6
6
73
3
5
1
1
1
1
2
1
6
45
175
10
6
6
246
4
5
1
1
0
1
2
1
6
45
0
10
6
6
73
No
Jumlah Peralatan (buah)
Nilai Peralatan (Rp 000,-)
5
5
1
1
1
1
2
1
6
45
175
10
6
6
246
6
8
1
1
0
1
3
1
6
45
0
10
9
6
76
7
8
1
1
1
1
3
1
6
45
175
10
9
12
257
8
10
2
1
1
1
3
2
12
45
175
10
9
12
263
9
10
2
1
1
1
3
2
12
45
175
10
9
12
263
10
10
2
1
1
1
3
2
12
45
175
10
9
12
263
11
12
2
1
1
1
3
2
12
45
175
10
9
12
263
12
12
2
1
1
1
3
2
12
45
175
10
9
12
263
13
15
2
1
1
1
3
2
12
45
175
10
9
12
263
14
15
2
1
1
1
3
2
12
45
175
10
9
12
263
15
18
2
1
1
2
4
2
12
45
175
10
12
12
266
16
20
3
1
1
2
4
2
18
45
175
20
12
12
282
17
20
3
1
1
2
4
2
18
45
175
20
12
12
282
18
20
3
1
1
2
4
2
18
45
175
20
12
12
282
19
20
3
1
1
2
4
2
18
45
175
20
12
12
282
20
20
3
1
1
2
4
2
18
45
175
20
12
12
282
21
20
3
1
1
2
4
2
18
45
175
20
12
12
282
22
25
3
1
1
2
6
2
18
45
175
20
18
12
288
23
25
3
1
1
2
6
2
18
45
175
20
18
12
288
24
25
3
1
1
2
6
2
18
45
175
20
18
12
288
25
25
3
1
1
2
6
2
18
45
175
20
18
12
288
26
30
3
1
1
2
6
2
18
45
175
20
18
12
288
27
30
3
1
1
2
6
2
18
45
175
20
18
12
288
28
30
3
1
1
2
6
2
18
45
175
20
18
12
288
29
32
3
1
1
2
6
2
18
45
175
20
18
12
288
30 50 5 1 1 2 6 2 30 45 175 20 18 12 Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
288
61
Keterangan : 1. Ember (harga 1 ember Rp 6.000)
4. Sabit (harga 1 sabit Rp10.000)
2.
Cangkul (harga 1 cangkul Rp 45.000)
5. Sapu Lidi (harga 1 sapu lidi Rp 3000)
3.
Beko (harga 1 beko Rp 175.000)
6. Tali (harga seutas tali Rp 6.000)
Lampiran 5 : Penyusutan Peralatan dan Kandang
No
Jumlah Ternak
Nilai Pembuatan / Pembelian (Rp
Total
000,-)
Umur Pemakaian (Thn)
Nilai Penyusutan (Rp 000,-)
(Rp
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
000,-)
1
2
1200
45
10
6
6
3
0
3
5
1
2
0,5
1/2
3
400
9
10
3
12
6
0
440
2
4
1200
45
10
6
6
3
0
3
5
1
2
0,5
1/2
3
400
9
10
3
12
6
0
440
3
5
1200
45
10
6
6
3
175
3
5
1
2
0,5
1/2
3
400
9
10
3
12
6
58,33
4
5
1200
45
10
6
6
3
0
3
5
1
2
0,5
1/2
3
400
9
10
3
12
6
0
5
5
1200
45
10
6
6
3
175
3
5
1
2
0,5
1/2
3
400
9
10
3
12
6
58,33
498,33
6
8
1200
45
10
6
6
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
3
12
9
58,33
501,33
498,33 440
7
8
1200
45
10
6
6
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
3
12
9
58,33
501,33
8
10
1200
45
10
12
12
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
6
24
9
58,33
516,33
9
10
1200
45
10
12
12
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
6
24
9
58,33
516,33 516,33
10
10
1200
45
10
12
12
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
6
24
9
58,33
11
12
1200
45
10
12
12
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
6
24
9
58,33
516,33
12
12
1200
45
10
12
12
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
6
24
9
58,33
516,33
13
15
1200
45
10
12
12
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
6
24
9
58,33
516,33 516,33
14
15
1200
45
10
12
12
3
175
3
5
1
2
0,5
1/3
3
400
9
10
6
24
9
58,33
15
18
1200
45
10
18
12
3
175
3
5
1
1
0,5
1/3
3
400
9
10
9
24
9
58,33
516,33
16
20
1200
45
10
18
12
3
175
3
5
1/2
1
0,5
1/6
3
400
9
20
9
24
18
58,33
538,33
17
20
1200
45
10
18
12
3
175
3
5
1/2
1
0,5
1/6
3
400
9
20
9
24
18
58,33
538,33
18
20
1200
45
10
18
12
3
175
1/2
5
1/2
1
0,5
1/6
3
400
9
20
9
24
18
58,33
538,33
19
20
1200
45
10
18
12
3
175
1/2
5
1/2
1
0,5
1/6
3
400
9
20
9
24
18
58,33
538,33
20
20
1200
45
10
18
12
3
175
1/2
5
1/2
1
0,5
1/6
3
400
9
20
9
24
18
58,33
538S.33
21
20
1200
45
10
18
12
3
175
1/2
5
1/2
1
0,5
1/6
3
400
9
20
9
24
18
58,33
538,33
22
25
2400
45
10
18
12
3
175
1/2
5
1/2
1
0,5
1/6
3
800
9
20
9
24
18
58,33
938,33
23
25
2400
45
10
18
12
3
175
1/2
5
1/2
1
0,5
1/6
3
800
9
20
9
24
18
58,33
938,33
24
25
2400
45
10
18
12
3
175
1/2
5
1/2
1
0,5
1/6
3
800
9
20
9
24
18
58,33
938,33
25
25
2400
45
10
18
12
3
175
1/2
5
1/2
1
0,5
1/6
3
800
9
20
9
24
18
58,33
938,33
26
30
2400
45
10
18
12
3
175
1/3
5
1/3
1
0,5
1/12
3
800
9
20
9
24
36
58,33
956,33
27
30
2400
45
10
18
12
3
175
1/3
5
1/3
1
0,5
1/12
3
800
9
20
9
24
36
58,33
956,33
28
30
2400
45
10
18
12
3
175
1/3
5
1/3
1
0,5
1/12
3
800
9
20
9
24
36
58,33
956,33
29
32
2400
45
10
18
12
3
175
1/3
5
1/3
1
0,5
1/12
3
800
9
20
9
24
36
58,33
956,33
30
50
4800
45
10
30
12
3
175
1/3
5
1/3
1
0,5
1/12
3
1600
9
20
15
24
36
58,33
1762,33
Keterangan : 1. Pembuatan Kandang (2,5 x 5 m ) RP. 1.200.000 Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
62
2. Cangkul (harga 1 cangkul Rp 45.000) 3. Sabit (harga 1 sabit Rp 10.000) 4. Ember (harga 1 ember Rp 6.000) 5. Tali (harga seutas tali Rp 6.000) 6. Sapu Lidi (harga 1 sapu lidi Rp 6000) 7. Beko (harga beko Rp. 175.000)
Lampiran 6 : Total Biaya Produksi Pertahun Biaya Produksi (Ribuan Rp) Penyusutan Alat + Pengambilan kandang Pakan (BBM)
No
Jumlah Ternak (Ekor)
1
2
2
4
440
0
3
5
498,33
1277,5
4
5
440
1277,5
5
5
498,33
1277,5
6
8
501,33
0
7
8
501,33
0
8
10
516,33
2555
9
10
516,33
0
10
10
516,33
0
11
12
516,33
1277,5
12
12
516,33
0
13
15
516,33
2555
14
15
516,33
1277,5
15
18
516,33
2555
16
20
538,33
2555
17
20
538,33
1277,5
18
20
538,33
1277,5
19
20
538,33
1277,5
20
20
538,33
1277,5
21 Total
20 259
538,33 10679,94
1277,5 22995
Rataan
12,33
509
1095
22
25
938,33
1277,5
23
25
938,33
1277,5
24
25
938,33
2555
25
25
938,33
2555
26
30
956,33
2555
27
30
956,33
2555
28
30
956,33
2555
29
32
956,33
2555
30
50
Total
272
1762,33 9340,97
5110 22995
Tenaga Kerja 1368,8 1520,8 2281,2 2129,2 2281,2 3194 3498 3346 3650 3346 4562,8 3194 4562,8 4106,4 4562,8 4106,4 4562,8 4562,4 4258,4 5018,8 4106,4 74219,20 3534,25 5018,8 4106,4 4714,4 4562,8 5018,8 5931,2 4562,8 6387,6 8212,4 48515,2
Rataan
30,22
1037,89
2555
5390,58
440
0
Total (Ribuan Rp) 1808,80 1960,80 4057,03 3846,70 4057,03 3695,33 3999,33 6417,33 4166,33 3862,33 6356,63 3710,33 7634,13 5900,23 7634,13 7199,73 6378,63 6378,23 6074,23 6834,63 5922,23 107894,14 5138,25 7234,63 6322,23 8207,73 8056,13 8530,13 9442,53 8074,13 9898,93 15084,73
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
80851,17 8983,47
63
Lampiran 7 : Penerimaan Peternak/Tahun No
Pertambahan Nilai Ternak (Rp 000,-)
Penjualan Ternak (Rp. 000)
Kotoran ( Rp.000)
Penerimaan (Rp. 000)
1
900
1200
120
2220
2
1200
1800
240
3240
3
1450
3600
300
5350
4
2700
3600
300
6600
5
1775
3600
300
5675
6
2225
3600
480
6305
7
1075
4200
480
5755
8
625
6000
600
7225
9
950
3600
660
5210
10
1900
3600
660
6160
11
1200
4200
720
6120
12
175
4800
720
5695
13
1100
6000
840
7940
14
1250
6000
840
8090
15
2650
7200
900
10750
16
2650
7200
900
10750
17
1200
6000
1080
8280
18
1200
7200
1080
9480
19
1900
5400
1080
8380
20
1300
6000
1200
8500
21
1550
6000
1200
8750
Total
30975
100800
14760
147075
Rataan
1475
4800
702,86
6977,86
22
3150
4800
1440
9390
23
1175
6000
1440
8615
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
64
24
3350
6000
1500
10850
25
3150
6000
1440
10590
26
3250
7200
1500
11950
27
3400
7200
1500
12100
28
3350
7200
1500
12050
29
4625
7200
1620
13445
30
9000
9000
2100
20100
Total
34450
60600
14040
109090
Rataan
3827,78
6733,33
1560,00
12121,11
Lampiran 8 : Nilai Investasi Usaha Ternak Kambing Nilai Investasi (Rp 000,-)
Jumlah Ternak (Ekor)
Kandang
Peralatan
1
2
1200
73
1273
2
4
1200
73
1273
3
5
1200
246
1446
4
5
1200
73
1273
5
5
1200
246
1446
6
8
1200
76
1276
7
8
1200
257
1457
8
10
1200
263
1463
9
10
1200
263
1463
10
10
1200
263
1463
11
12
1200
263
1463
12
12
1200
263
1463
13
15
1200
263
1463
14
15
1200
263
1463
15
18
1200
276
1476
16
20
1200
282
1482
17
20
1200
282
1482
18
20
1200
282
1482
19
20
1200
282
1482
20
20
1200
282
1482
21
20
1200
282
1482
Total
259
25200
4853,00
30053,00
Rataan
12,33
1200
231,10
1431,10
22
25
2400
288
2688
23
25
2400
288
2688
No
Total (Rp 000,-)
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
65
24
25
2400
288
2688
25
25
2400
288
2688
26
30
2400
288
2688
27
30
2400
288
2688
28
30
2400
288
2688
29
32
2400
288
2688
30
50
4800
288
5088
Total
272
24000
2592
26592
Rataan
30,22
2666,67
288,00
2954,67
Lampiran 9 : Rata-rata Pendatan Peternak No
Jumlah Ternak (Ekor)
Per tahun (Ribuan)
Pendapatan
TR
TC
( TR - TC )
1
2
2220
1808,8
411,2
2
4
3240
1960,8
1279,2
3
5
5350
4057,03
1292,97
4
5
6600
3846,7
2753,3
5
5
5675
4057,03
1617,97
6
8
6305
3695,33
2609,67
7
8
5755
3999,33
1755,67
8
10
7225
6417,33
807,67
9
10
5210
4166,33
1043,67
10
10
6160
3862,33
2297,67
11
12
6720
6356,63
363,37
12
12
5695
3710,33
1984,67
13
15
7940
7634,13
305,87
14
15
8090
5900,23
2189,77
15
18
10750
7634,13
3115,87
16
20
10750
7199,73
3550,27
17
20
8280
6378,63
1901,37
18
20
9480
6378,23
3101,77
19
20
8380
6074,23
2305,77
20
20
8500
6834,63
1665,37
21
20
8750
5922,23
2827,77
Total
259
147075
107894,14
39180,86
Rataan
12,33
6977,86
5137,82
1865,76
22
25
9390
7234,63
2155,37
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
66
23
25
8615
6322,23
2292,77
24
25
10850
8207,73
2642,27
25
25
10590
8056,13
2533,87
26
30
11950
8530,13
3419,87
27
30
12100
9442,53
2657,47
28
30
12050
8074,13
3975,87
29
32
13445
9898,93
3546,07
30
50
20100
15084,73
5015,27
Total
272
109090
80851,17
28238,83
Rataan
30,22
12121,11
8983,46
3137,65
Lampiran 10 : Nilai R/C Jumlah Ternak (Ekor)
Penerimaan (Rp Y)
Biaya (Fc + Vc)
R/C =
( Rp. 000 )
( Rp. 000 )
(Rp.Y)/(Fc+Vc)
1
2
2220
1808,8
1,23
2
4
3240
1960,8
1,65
3
5
5350
4057,03
1,32
4
5
6600
3846,7
1,72
5
5
5675
4057,03
1,40
6
8
6305
3695,33
1,71
7
8
5755
3999,33
1,44
8
10
7225
6417,33
1,13
9
10
5210
4166,33
1,25
10
10
6160
3862,33
1,59
11
12
6720
6356,63
1,06
12
12
5695
3710,33
1,53
13
15
7940
7634,13
1,04
14
15
8090
5900,23
1,37
15
18
10750
7634,13
1,41
16
20
10750
7199,73
1,49
17
20
8280
6378,63
1,30
18
20
9480
6378,23
1,49
19
20
8380
6074,23
1,38
20
20
8500
6834,63
1,24
21
20
8750
5922,23
1,48
Total
259
147075
107894,14
29,22
Rataan
12,33
6977,86
5137,82
1,36
22
25
9490
7234,63
1,31
23
25
8615
6322,23
1,36
No
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
67
24
25
10850
8207,73
1,32
25
25
10590
8056,13
1,31
26
30
11950
8530,13
1,40
27
30
12100
9442,53
1,28
28
30
12050
8074,13
1,49
29
32
13445
9898,93
1,36
30
50
20100
15084,73
1,33
Total
272
109090
80851,17
12,17
Rataan
30,22
12121,11
8983,46
1,35
Lampiran 11 : Nilai ROI Usaha Ternak Kambing No
Jumlah Ternak
Laba Bersih
Investasi
ROI (%)=
(Rp. 000) 1273
(Laba Bersih/Investasi) 32,30
1
2
(Rp. 000) 411,2
2
4
1279,2
1273
100,49
3
5
1292,97
1446
89,42
4
5
2753,3
1273
216,28
5
5
1617,97
1446
111,89
6
8
2609,67
1276
204,52
7
8
1755,67
1463
120,00
8
10
807,67
1463
55,21
9
10
1043,67
1463
71,34
10
10
2297,67
1463
157,05
11
12
363,37
1463
24,84
12
12
1984,67
1463
135,66
13
15
305,87
1463
20,91
14
15
2189,77
1463
149,68
15
18
3115,87
1476
211,10
16
20
3550,27
1482
239,56
17
20
1901,37
1482
128,30
18
20
3101,77
1482
209,30
19
20
2305,77
1482
155,59
20
20
1665,37
1482
112,37
21
20
2827,77
1482
190,81
Total
259
39180,86
30053,00
2736,6
Rataan
12,33
1865,76
1431,10
130,31
22
25
2155,37
2688
80,18
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009
68
23
25
2292,77
2688
85,30
24
25
2642,27
2688
98,30
25
25
2533,87
2688
94,27
26
30
3419,87
2688
127,23
27
30
2657,47
2688
98,86
28
30
3975,87
2688
147,91
29
32
3546,07
2688
131,92
30
50
5015,27
5088
98,57
Total
272
28238,83
26592
962,54
Rataan
30,22
3137,65
2955
106,95
Ronald A. Sitepu : Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo), 2008. USU Repository © 2009