J. Agrisains 15 (2) : 110 - 117, Agustus 2014
ISSN : 1412-3657
CURAHAN WAKTU KERJA PADA USAHA TERNAK KAMBING Sayekti Handayani1), Tri Suci2) 1)
Staf Pengajar Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako, Palu Email :
[email protected] 2) Alumni Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
ABSTRACT The objective of this study was to determine the amount of family working time of goat farming as well as the influencing factors. It was conducted in the District of East Palu. Sampling locations and respondents were determined by purposive sampling based on the highest number of goat. A total of 40 respondents were selected from two villages. The collected data were analyzed using Ordinary Least Square (OLS). The results showed that the amount of working time on goat farming were 193.39; 102.32; 58.93 of working days equivalent to man per year for husband, wife, and child respectively could be substituted each other. The goat farming became the main occupation from farmers working time point of view compared to other work that as a source of family income. Factors that have affected the husband working time were working time and income outside of goat farming as well as children working time and the number of goats. Meanwhile, the influencing factors of wife working time were age and working time outside the goat farming. Keywords : Family working time, goat farming, ols. ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui besarnya curahan waktu kerja keluarga pada usaha ternak kambing dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan di Kecamatan Palu Timur. Sampel lokasi dan responden ditentukan secara purposive sampling berdasarkan jumlah ternak terbanyak. Sebanyak 40 responden telah dipilih dari 2 kelurahan. Data dianalisis menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya curahan waktu kerja pada pemeliharaan ternak kambing adalah 193,39, 102,32 dan 58,93 hari Kerja Setara Pria (HKSP)/tahun, masing-masing untuk curahan waktu kerja suami, istri dan anak yang dapat saling mensubstitusi. Beternak kambing menjadi pekerjaan utama jika dilihat dari waktu kerja peternak dibandingkan dengan usaha lain yang juga menjadi sumber pendapatan keluarga. Curahan waktu kerja dan pendapatan di luar usaha ternak, serta curahan waktu kerja anak dan jumlah ternak kambing menjadi faktor yang menentukan besar kecilnya curahan waktu kerja suami. Sedangkan waktu kerja istri dipengaruhi oleh umur dan waktu kerja di luar usaha ternak kambing. Kata kunci : Curahan Waktu Kerja Keluarga, Usaha Ternak Kambing, Ols.
PENDAHULUAN Penduduk kota cenderung bertambah dengan laju pertumbuhan yang lebihtinggi dibanding pertumbuhan penduduk di daerah pedesaan. Kondisi ini disebabkan selain oleh
tingkat kelahiran yang cenderung bertambah setiap tahun, juga terjadinya urbanisasi dari desa ke kota. Kondisi sosial ekonomi di perkotaan yang selalu dianggap lebih baik menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk desa untuk pindah ke kota. Jumlah penduduk yang tinggi di perkotaan
110
ini merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk pertanian, termasuk produk yang berasal dari usaha ternak. Lokasi peternakan yang dekat dengan pasar memiliki keuntungan tersendiri. Selain mengurangi biaya transportasi, juga kemudahan dalam memperoleh sarana produksi terutama vaksin dan obat-obatan ternak. Kota Palu memiliki jumlah penduduk 347.856 orang dengan laju pertumbuhan penduduk 1,8% (BPS, 2013). Usaha budidaya ternak kambing sudah cukup lama dilaksanakan secara turun temurun oleh sebagian masyarakat yang tinggal di kotadan dipinggiran kota Palu. Kegiatan memelihara ternak menjadi kegiatan sampingan di luar mata pencaharian utama seperti Pegawai Negeri, pedagang, tukang ojek, buruh bangunan dan sebagainya, serta menjadi salah satu alternatif saving. Jumlah populasi ternak kambing meningkat setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan dari sisi permintaan. Populasi ternak kambing di kota Palu meningkat dari tahun 2008 sebanyak 51.087 ekor menjadi 202.693 ekor di tahun 2012, dengan rata-rata peningkatan sebesar 23,9% (BPS Kota Palu, 2013). Usaha ternak kambing di kota Palu masih dimungkinkan dengan ketersediaan lahan yang masih cukup luas sebagai sumber perolehan pakan, terdiri dari lahan sawah dan palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) 2.069 hektar, padang penggembalaan 20 hektar dan lahan hijauan makanan ternak seluas 30 hektar (Disnakeswan Sulteng, 2011). Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa alih fungsi lahan menjadi hunian di daerah perkotaan juga cukup tinggi. Kemampuan adaptasi ternak kambing yang tinggi terhadap cuaca panas dan kondisi pakan yang buruk menjadi faktor pendukung terus berlangsungnya usaha pemeliharaan ternak ini di wilayah kota Palu. Diperkirakan hingga tahun 2030 pemeliharaan ternak ruminansia masih akanterus bertahan, ditinjau dari tersedianya kawasan peternakan yang disediakan oleh pemerintah daerah seluas 923 hektar tersebar di kecamatan Palu Utara, Palu Timur dan Palu Barat (berdasarkan Perda kota Palu No.16 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu 2010-2030). Keputusan untuk mengusahakan ternak di tengah kesempatan dan peluang kerja
di non usaha ternak yang terbuka luas di wilayah perkotaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain faktor internal, juga ada faktor penarik dari luar yaitu tingkat upah atau penghasilan dari usaha non ternak serta akses terhadap peluang kerjaitu sendiri. Secara teori, tiap anggota rumah tangga akan menyediakan jasanya untuk bekerja jika upah yang akan diterima cukup menarik baginya. Namun untuk kebutuhan yang mendesak terutama pada rumahtangga miskin tidak jarang mereka menerima berapapun upah yang ada dari pada menganggur dan tidak ada penghasilan sama sekali. Proses pengambilan keputusan dalam suatu rumahtangga akan menentukan apakah seseorang akan bekerja mencari nafkah atau memilih pekerjaan rumahtangga atau waktu luang.Menurut Sitorus(1994), seluruh kasus rumahtangga miskin menerapkan strategi nafkah ganda, yaitu tidak mengharapkan hanya dari satu pekerjaan melainkan dari beberapa macam pekerjaan tergantung musim dan kesempatan. Keterlibatan anggota keluarga lain dalam mencurahkan waktunya di usaha ternak menjadi salah satu faktor penentu keberlanjutan usaha ini. Mengetahui berapa besar curahan waktu kerja yang di keluarkan oleh peternak beserta alokasi diantara anggota keluarga dalam pemeliharaan ternak kambing menjadi perlu untuk dilakukan sebagai dasar mengetahui perilaku pengambilan keputusan peternak dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga peternak. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui besarnya curahan waktu kerja keluarga pada usaha ternak kambing (2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja keluarga pada usaha tersebut. Dengan mengetahui besarnya waktu yang dibutuhkan peternak beserta anggota keluarga dalam pemeliharaan ternak kambing beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya akan memberikan gambaran serta petunjuk terutama bagi kepala keluarga untuk membagi waktu kerjanya di dalam dan di luar usaha ternak serta bagaimana mengalokasikan waktu kerja diantara masing-masing anggota keluarga agar usaha ternak ini dapat terus berlangsung dan dapat ditingkatkan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Palu Timur pada bulan Desember
111
2010 hingga bulan Februari 2011. Dua desa yang dipilih sebagai lokasi sampel adalah Kelurahan Poboya dan Kelurahan Tondo. Penentuan sampel lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling berdasarkan jumlah ternak dan jumlah rumahtangga pemelihara ternak kambing terbanyak. Penentuan sampel responden juga dilakukan secara purposive berdasarkan kepemilikan ternak kambing. Jumlah responden yang terpilih sebanyak 40 responden, terdiri dari 14 reponden di Kelurahan Poboya dan 26 responden di Kelurahan Tondo. Data yang dikumpulkan adalahdata primer dan data sekunder, yang kemudian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Untuk mengetahui gambaran umum usaha ternak di lokasi penelitian dan besarnya curahan tenaga kerja keluarga dilakukan dengan analisis deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan waktu kerja keluarga pada usaha ternak kambing dilakukan dengan metode OLS (Ordinary Least Square) menggunakan software SAS 9.1. Curahan waktu kerja yang dianalisis adalah pada suami dan istri, dengan mengikuti persamaan: Curahan waktu kerja suami pada usaha ternak kambing : CST = a0 + a1 PS + a2 US + a3CSN +a4 PDT + a5 PDN + a6 JT + a7AK + a8CIT +a9CAT + e1 tanda parameter dugaan yang diharapkan : a1, a2, a3, a5, a8, a9,< 0 dan a4, a6, a7> 0 Curahan waktu kerja istri : CIT =b0 + b1UI + b2PI + b3CIN + b4AK+ b5JT + b6JB + e2 tanda parameter dugaan yang diharapkan : b1, b2, b3, b6< 0 dan b4, b5 > 0
AK =jumlah anggota keluarga (orang) CIT = curahan waktu kerja istri di usaha ternak kambing (HKSP/tahun) CAT = curahan waktu kerja anak di usaha ternak kambing (HKSP/tahun) CIN = curahan kerja istri di luar usaha ternak kambing (HKSP/tahun) JB = jumlah anak balita (orang) PI = pendidikan istri (tahun) UI = umur istri (tahun) Definisi Operasional 1. Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang melibatkan anggota keluargadalam memelihara ternak ataupun usaha tani lainnya, yang terdiri dari suami, istri dan anak. 2. Pendapatan usaha ternak adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran usaha ternak. Penerimaan selain bersumber dari penjualan ternak kambing juga diperoleh dari nilai tambah ternak. 3. Pendapatan di luar usaha ternak adalah penghasilan yang dapat menambah nilai pendapatan rumahtangga yang diperoleh dari berusaha di luar usaha ternak. 4. Curahan waktu kerja merupakan jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh setiap anggota rumahtangga untuk kegiatan mendapatkan penghasilan dari kegiatan usaha ternak maupun kegiatan non usaha ternak. Satuan curahan waktu kerja adalah HKSP (Hari Kerja Setara Pria)/tahun dimana 1 HKSP adalah setara dengan bekerja selama 7-8 jam/hari untuk pria. Sedangkan untuk wanita (istri) adalah 0,8 kali HKSP dan untuk anak 0,5 kali. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan : CST = curahan waktu kerja suami pada usaha ternak kambing (HKSP/tahun) CSN = curahan waktu kerja suami di luar usaha ternak kambing (HKSP/tahun) JT = jumlah ternak (ekor) PS = pendidikan suami (tahun) US = umur suami (tahun) PDT = pendapatan usaha ternak kambing (Rp. 000/tahun) PDN = pendapatan di luar usaha ternak kambing (Rp. 000/tahun)
Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan ternak kambing sebagai salah satu cabang usahanya, selain mengusahakan lahan pertanian maupun jenis pekerjaan lainnya seperti menambang, buruh, pedagang dan pekerjaan lainnya. Umur responden berada pada kisaran 29 sampai 78 tahun dengan rata-rata 47,8 tahun. Sebanyak 45% peternak berumur antara 45-54 tahun. Secara keseluruhan peternak masih berada pada usia produktif, yaitu usia
112
antara 15 sampai dengan 64 tahun. Umur istri responden bahkan seluruhnya masih berada pada usia produktif, dengan kisaran umur antara 12 sampai dengan 63 tahun dengan rata-rata 42,4 tahun. Usia produktif sangat menentukan kemampuan peternak dalam melakukan aktivitas mencari nafkah baik dari usaha sendiri, usaha untuk mendapat upah, ataupun berbagai aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Tingkat pendidikan responden dan istrinya sebagian besar yaitu 60-62% berada pada tingkat Sekolah Dasar (Tabel 2).Hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi petani di sebagian besar wilayah Indonesia. Tingkat pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan dalam mengadopsi informasi dan teknologi, yang secara tidak langsung juga berkaitan dengan kemampuan rumahtangga dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya melalui berbagai kegiatan produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota rumahtangga berkisar antara 2 sampai 6 orang, dengan rata-rata 4,18 orang per rumahtangga. Hal ini sesuai data statistik kota Palu bahwa rata-rata jumlah penduduk per rumahtangga adalah empat orang (BPS, 2013). Jumlah anggota keluarga memberikan sumbangan berarti pada ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Terlebih pada aktivitas usahatani yang hampir seluruh aktivitasnya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Rumahtangga petani selain sebagai konsumen dan produsen atas hasil usahataninya, juga bertindak sebagai produsen tenaga kerja. Jenis kambing yang banyak dipelihara peternak adalah jenis kambing Peranakan Etawah serta kambing lokal atau biasa dikenal dengan kambing kacang. Jumlah ternak yang dimiliki oleh setiap rumahtangga peternak di lokasi penelitian bervariasi antara 4 sampai42 ekor, dengan rata-rata pemilikan 24 ekor. Jumlah kelahiran per tahun antara 2 sampai 30 ekor dengan rata-rata kelahiran 12 ekor per tahun, dan rata-rata kematian ternak sebanyak 2 ekor per tahun. Seluruh responden menerapkan sistem pemberian pakan dengan cara digembalakan pada siang hingga sore hari. Ternak dikandangkan pada malam hari tanpa diberikan pakan tambahan. Hanya sebagian kecil peternak yang sewaktu-waktu juga mengambil lamtoro ataupun daun gamal
untuk diberikan pada ternak sebagai persediaan pakan untuk malam ataupun pagi hari sebelum ternak digembalakan pada siang harinya. Waktu penggembalaan biasanya siang hari antara jam 12.00 atau 13.00 sampai dengan jam 17.00 atau 18.00. Sebagian besar kandang terbuat dari kayu dan diberi atap rumbia yang hanya berfungsi sebagai naungan, tanpa menggunakan alas kandang. Hanya sebagian kecil peternak yang sudah menggunakan kandang dengan alas kandang berbentuk panggung, serta menggunakan atap seng. Pendapatan peternak bersumber dari pendapatan usaha ternak dan pendapatan di luar usaha ternak. Pendapatan usaha ternak diperoleh dari selisih antara penerimaan dalam hal ini hasil penjualan ternak dan nilai tambah ternak dengan pengeluaran yang terdiri dari biaya obat-obatan dan biaya perbaikan kandang, yang terjadi selama pemeliharaan ternak dalam setahun. Rata-rata penjualan ternak dalam setahun adalah 4 ekor, dengan nilai penjualan sebesar Rp. 3.362.162 (Tabel 3). Nilai tambah ternak diperoleh dari jumlah ternak pada akhir tahun yang dimiliki dikurangi dengan jumlah ternak di awal tahun atau dengan kata lain adalah jumlah kelahiran dan pembelian dikurangi jumlah kematian dan penjualan per tahun. Rata-rata kelahiran ternak dalam setahun sebanyak 12 ekor dengan kematian rata-rata 2 ekor. Nilai tambah ternak dalam setahun sebesar Rp. 5,162 juta. Pendapatan di luar usaha ternak diperoleh dari penghasilan peternak yang juga berprofesi sebagai buruh sebanyak 10%, pedagang makanan (penjual sayur, ikan dll) 22,5%, dagang barang campuran 7,5%, penambang emas 25% (untuk peternak yang bertempat tinggal di Kelurahan Poboya), wiraswasta 7,5%, berkebun dan bertani 7,5% dan hanya beternak kambing sebanyak 20% dari jumlah responden. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak kambing terhadap total pendapatan rumahtangga sebesar 45,5% dan dari luar usaha ternak sebesar 55,5%. Jika tanpa memperhitungkan nilai tambah ternak yang berupa penerimaannon tunai, maka kontribusi pendapatan dari usaha ternak kambing hanya sebesar 22,4%. Kondisi ini mencerminkan bahwa usaha ternak dijadikan usaha sampingan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga pada saat-saat tertentu, sementara untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari diperoleh dari usaha di luar peternakan.
113
Kontribusi pendapatan usaha ternak kambing hasil penelitian Hartono, dkk (2006) dilaporkan sebesar 43,86% dari total pendapatan usahatani. Sementara hasil penelitian Rusdiana,
dkk., (2011) pada pemeliharaan semi intensif memberikan pendapatan sebesar Rp. 2.154.007 dan pada pemeliharaan intensif memberikan pendapatan sebesar Rp. 2.691.486/tahun.
Tabel 1. Umur Responden dan Istri Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur 24 – 25 – 34 35 – 44 45 – 54 55 – 64 65 + Jumlah
Peternak (orang) 0 1 14 18 3 4 40
Persentase (%) 0 2,5 35,0 45,0 7,5 10,0 100,0
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Peternak dan Istri Tingkat Pendidikan Peternak Persentase (orang) (%) Tidak Tamat SD 1 2,5 SD 24 60,0 SMP 7 17,5 SMA 7 17,5 Sarjana 1 2,5 Jumlah 40 100,0 Tabel 3. Pendapatan Rumahtangga Peternak
Istri(orang) 1 7 16 12 4 0 40
Persentase(%) 2,5 17,5 40,0 30,0 10,0 0 100,0
Istri (orang) 3 25 6 6 0 40
Persentase (%) 7,5 62,5 15,0 15,0 0 100,0
(Rp/tahun)
Penerimaan Penjualan ternak Nilai tambah ternak Total Pengeluaran Obat-obatan Perbaikan kandang Total Pendapatan usaha ternak Pendapatan di luar usaha ternak
3.362.162 5.162.500 8.524.662 151.167 463.156 614.323 7.910.399 9.490.000
Curahan Waktu Kerja Keluarga Pada Usaha Ternak Kambing. Besarnya curahan waktu kerja masing-masing anggota keluarga pada usaha ternak dan di luar usaha ternak (Tabel 4) menunjukkan bahwa suami dan istri lebih banyak memanfaatkan waktunya untuk memelihara ternak kambing. Waktu terbanyak dalam pemeliharaan kambing adalah pada kegiatan menggembalakan ternak. Rata-rata jam kerja per hari adalah 3,06 jam untuk suami, 1,54 jam istri dan 1,09 jam anak. Hasil penelitian Hendayana dan Togatorop (2006), jumlah jam kerja dalam pemeliharaan ternak berkisar 0,5 - 4 jam bagi pria, 0,1 – 3,3 jam bagi wanita, dan bagi anak-anak antara 0,1 – 4 jam per hari. Curahan waktu kerja anggota
keluarga per tahun pada pemeliharaan ternak kambing disajikan pada Tabel 3. Waktu kerja suami lebih banyak dicurahkan pada usaha ternak kambing dari pada di luar usaha ternak. Walaupun sebagian besar peternak menyatakan bahwa tujuan beternak kambing hanya sebagai usaha sampingan, namun dari curahan waktu ini menunjukkan bahwa sebenarnya beternak merupakan pekerjaan utama mereka. Selain karena jumlah kepemilikan ternak kambing yang banyak, tingginya waktu kerja pada usaha ini disebabkan pola pemeliharaan yang sepenuhnya digembalakan untuk memperoleh pakan. Ditinjau dari keterlibatan istri dan anak pada pemeliharaan ternak kambing menunjukkan
114
bahwa beternak merupakan salah satu alternatif bagi anggota keluarga untuk mengurangi waktu senggangnya. Jumlah jam kerja isteri lebih kecil dari suami disebabkan oleh pekerjaan rumahtangga dan pekerjaan mengasuh anak. Menurut Becker (1965), tingkat partisipasi anggota rumahtangga dipengaruhi oleh perbedaan kelamin. Kaum wanita berperan ganda yaitu peran domestic dan peran publik. Secara biologis kaum wanita melakukan peran domestik, yaitu mengurus rumahtangga dan melakukan fungsi reproduksi. Disamping itu wanita juga berperan dalam fungsi produksi yaitu bekerja di sektor pasar tenaga kerja. Dengan investasi yang sama pada human capital,wanita memiliki keunggulan komparatif lebih besar dari laki-laki dalam pekerjaan rumahtangga, maka wanita akan mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumahtangga, sedangkan laki-laki untuk pekerjaan mencari nafkah. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Kerja pada Usaha Ternak Kambing. Curahan Waktu Kerja Suami. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara bersamasama, faktor pendidikan, umur, pendapatan usaha ternak, pendapatan di luar usaha ternak, curahan waktu kerja di luar usaha ternak, jumlah anggota rumahtangga, jumlah ternak kambing dan curahan kerja istri di usaha ternak kambing memberikan pengaruh pada curahan waktu kerja suami diusaha ternak kambing, yang ditunjukkan dengan nilai F yang signifikan pada taraf nyata 1%, dengan nilai determinasi (R2) yang cukup tinggi 72,73%. Model persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik perilaku peternak dalam mencurahkanwaktu kerjanya pada usaha ternak kambing. Namun secara parsial, faktor yang memberikan pengaruhnyata pada curahan waktu kerja suami adalah pendapatan di luar usaha ternak, curahan waktu kerja di luar usaha ternak,jumlah ternak dan curahan waktu kerja anak. Jumlah ternak berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1% pada curahan kerja sebagaimana hasil penelitian Alam (2013) dan Hartono (2005). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ternak sangat menentukan besar kecilnya curahan waktu kerja peternak. Semakin
banyak jumlah ternak, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan, terlebih dengan sistem penggembalaan dimana ternak dibiarkan mencari sendiri makanannya dan peternak mengikuti ternaknya.Lokasi padang penggembalaan yang jauh dari kandang dan tempat tinggal peternak menyebabkan waktu penggembalaan menjadi lama. Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 ekor jumlah ternak kambing yangdipelihara akan menambah curahan kerja sebesar3,06 HKSP. Curahan waktu kerja di luar usaha ternak berhubungan negatif dan berpangaruh nyata pada taraf 1% terhadap curahan waktu pada usaha ternak kambing.Peternak yang hampir seluruhnya memiliki pekerjaan selain beternak memperlihatkan bahwa bekerja pada usaha ternak maupun di luar usaha ternak merupakan trade off. Bila peternak memilih untuk lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya di luar usaha ternak, maka waktu yang dicurahkan untuk usaha ternaknya menjadi berkurang.Kondisi ini sejalan dengan hasil analisis yang menunjukkan bahwa pendapatan di luar usaha ternak juga berpengaruh nyata dan berhubungan negatif dengan curahan kerja usaha ternak kambing. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dari usaha non ternak, akan mengurangi waktu kerja suami di usaha ternak. Sebagai pelaku ekonomi, peternak akan bertindak secara rasional yaitu memaksimalkan utilitasnya dalam hal ini memilih tingkat upah ataupun pendapatan yang lebih tinggi. Setiap penambahan Rp.100 ribu pendapatan usaha di luar beternak kambing akan mengurangi curahan waktu kerja sebesar 82,9 HKSP. Curahan kerja anak berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap curahan kerja suami, dimana penambahan 1 HKSP curahan kerja anak di usaha ternak akan mengurangi curahan kerja suami sebesar 0,15 HKSP. Posisi anak dalam keluarga sebagai salah satu sumber tenaga kerja, mampu mensubstitusi waktu kerja kepala keluarga (suami). Demikian pula dengan curahan kerja istri yang berhubungan negatif dengan curahan kerja suami, menunjukkan substitusi diantara anggota keluarga pada pemeliharaan ternak kambing,walaupun secara statistik curahan kerja istri tidak memberikan pengaruh yang nyata.
115
Faktor pendidikan, umur, pendapatan usaha ternak, jumlah anggota rumahtangga dan curahan waktu kerja istri secara individu jika faktor lain dianggap tetap, memberikan pengaruh yang tidak nyata pada curahan kerja suami di usaha ternak. Pendapatan dalam melakukan usaha ternak memberikan pengaruh yang tidak nyata pada besar kecilnya curahan kerja di usaha ternak kambing. Sebagaimana pemeliharaan ternak ruminansia lainnya, pemeliharaan ternak kambing
lebih diutamakan sebagai simpanan atau cadangan jika sewaktu-waktu rumahtangga membutuhkan dana dalam jumlah yang besar. Hasil penelitian Hendayana dan Togatorop (2006), secara statistik tidak ada korelasi nyata antara pendapatan usaha ternak dengan curahan kerja di usaha ternak. Untuk meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga, diperlukan pembinaan yang lebih intensif dan teratur dalam pemeliharaan ternak.
Tabel 4.Curahan waktu kerja anggota keluarga pada usaha ternak dan di luar usaha ternak kambing Anggota keluarga Suami Istri Anak
Curahan Waktu Kerja (HKSP/Tahun) Usaha Ternak Kambing Di Luar Usaha Ternak Kambing 193,39 133,05 102,32 97,07 58,93 120,00
Tabel 5. Pendugaan Parameter Persamaan Curahan waktu Kerja Suami di Usaha Ternak Kambing Variabel
Notasi
Parameter Estimasi 174,51166 2,91990 -0,55305 -0,25997 0,83472 -0,82916 2,96378 4,23375 -0,01582 -0,14941
Probabilitas
Intersep <.0001 Pendidikan suami PS 0,0832 Umur Suami US 0,2240 Curahan kerja suami non usaha ternak CSN 0,0003 Pendapatan usaha ternak PDT 0,4602 Pendapatan di luar usaha ternak PDN 0,0085 Jumlah ternak kambing JT <,0001 Jumlah anggota rumahtangga AK 0,3753 Curahan kerja anak di usaha ternak CAT 0,0036 Curahan kerja istri di usaha ternak CIT 0,7250 2 R =5.0,7273 Tabel Pendugaan Parameter Persamaan Curahan waktu Kerja Istri pada Usaha Ternak Kambing F hit = 8,73 < 0,0001 Parameter Variabel Label Probabilitas Estimasi Intersep 35.57833 0.5078 Umur Istri UI 2.71493 0.0480 Pendidikan Istri PI -7.50706 0.1239 Curahan kerja istri di luar usaha ternak CIN -0.32709 0.0025 Jumlah anggota rumahtangga AK 13.78664 0.3725 Jumlah Ternak JT 1.49254 0.3601 Jumlah anak balita JB -24.98041 0.2814 R2 = 0,4876 F hit = 5,23 0,0007
Curahan Waktu Kerja Istri. Waktu kerja istri pada usaha ternak kambing dipengaruhi oleh umur (pada taraf nyata 5%) dan curahan kerjanya di luar usaha ternak (pada taraf nyata 1%) seperti pada Tabel 5. Semakin tinggi umur istri, akan menambah waktu kerja di usaha ternak. Hal ini berbeda dengan harapan yang ditetapkan
pada awal penelitian. Kondisi ini dimungkinkan karena 60% istri berumur di bawah 44 tahun, usia yang masih sangat produktif untuk melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar rumah tangga, sehingga dengan meningkatnya umur sampai pada batas usia produktif, masih mampu meningkatkan waktu kerjanya.
116
Pekerjaan istri di luar beternak selain mengurus urusan rumahtangga, juga melakukan aktivitas usaha yang mampu menambah penghasilan keluarga seperti berdagang barang campuran (kios) yang lokasinya bersamaan dengan tempat tinggal. Kegiataninimempengaruhi pencurahan waktu istri pada usahah ternak kambing. KESIMPULAN Usaha ternak kambing merupakan pekerjaan utama dari peternak dilihat dari
curahan waktu kerjanya yang lebih tinggi dari usaha di luar beternak. Alokasi waktu kerja diantara suami, istri dan anak dalam pemeliharaan ternak dapat saling mensubstitusi. Waktu kerja dan pendapatan di luar usaha ternak menjadi faktor penarik dari luar yang dapat mempengaruhi besar kecilnya curahan waktu peternak di usaha ternak kambing, sementara jumlah ternak dan keterlibatan anak pada pemeliharaan ternak juga menjadi penentu keberlanjutan usaha ini.
DAFTAR PUSTAKA Alam, A.2013.Curahan Waktu Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Kambing di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Agrinimal 3(2): 47-83. Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Palu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Palu. Becker, G.S. 1965. The Economic Approach to Human Behavior. The University of Chicago Press. Chicago. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Tengah. 2011. Statistik Peternakan 2010. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah. Hartono, B. 2005. Curahan Tenaga Kerja Keluarga di Usaha Ternak Sapi Perah Kasus Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Buletin Peternakan 29(3): 131-138. Hartono, B., M.B. Hariyono dan F. Rochman. 2006. Usaha Ternak Kambing Sebagai Alternatif Sumber Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga : Studi di Desa Tamansari Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang Jawa Timur. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31(2): 99-104. Hendayana, R dan MH. Togatorop. 2006. Pengalokasian Waktu Kerja Keluarga dalam Usaha Ternak dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Rumahtangga. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006. http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/pdf/all-pdf/ peternakan/fullteks/semnas/pro06-158.pdf Rusdiana, S., B.Wibowo dan R. Elizabeth. 2011.Analisis Finansial Rugi-Laba Pada Usaha Ternak Kambing dengan Sistem Pemeliharaan Intensif dan Semi Intensif di Pedesaan. Makalah. Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011. http://lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ ind/fulltext/kambing/prork11-17.pdf?secure=1 Rosmawati, H. 2014. Analisis Curahan Waktu Tenaga Kerja Wanita Pada Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Mendayun Kecamatan Madang Suku I Kabupaten Oku Timur.Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi Maret 2014 : 17-26. Sitorus, M.T.F. 1994. Peranan Ekonomi dalam Rumahtangga Nelayan di Pedesaan Indonesia.Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 21(8): 11-17.
117