ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)
SKRIPSI EKO PUJIANTO
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN EKO PUJIANTO. D34104042. 2008. Analisis Penyerapan dan Curahan Tenaga Kerja pada Usaha Peternakan Domba (studi kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setyono. MS Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD. Msi Ternak domba merupakan salah satu jenis ternak yang telah lama dikenal oleh masyarakat Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor (Hadiyanto, et, al.., 2006). Desa Cibunian dan Desa Cigudeg merupakan salah satu wilayah yang dipilih oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor sebagai wilayah pengembangan usaha ternak domba melalui Program Guliran Ternak Domba (PGTD) kepada masyarakat. Kedua desa ini dinilai memiliki potensi untuk pengembangan ternak domba. Kondisi saat ini PGTD telah memasuki tahun kedua, namun informasi mengenai penyerapan dan curahan tenaga kerja yang terpakai belum terindentifikasi padahal tenaga kerja merupakan penunjang utama peningkatan produksi Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya penyerapan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di Desa Cibunian dan di Desa Cigudeg, menghitung besarnya curahan tenaga kerja kerja untuk kegiatan dalam pemeliharaan ternak domba di kedua desa tersebut dan mengetahui hubungan antara curahan tenaga kerja dengan umur peternak, kepemilikan ternak, dan lama beternak peternak domba di kedua desa tersebut. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor selama empat minggu yaitu pada bulan Juli-Agustus 2007. Penelitian ini didesain sebagai studi kasus dengan unit kasus adalah Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diteliti. Analisis dan pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif, perhitungan penyerapan tenaga kerja dan curahan tenaga kerja serta analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Daya serap Rumah Tangga Peternak Domba (RTPD) dan daya serap tenaga kerja keluarga usaha peternakan domba di desa Cibunian masing-masing sebesar 8.21 persen dan 56.21 persen sedangkan di Desa Cigudeg masing-masing sebesar 8.26 persen dan 81.02 persen. Rata-rata curahan tenaga kerja keluarga usaha peternakan domba di Desa Cibunian sebesar 351.51 HKP/ST/tahun dengan rata-rata curahan tenaga kerja suami sebesar 242.49 HKP/ST/tahun, istri 104.56 HKP/ST/tahun dan anak 4.46 HKP/ST/tahun. sedangkan rata-rata curahan tenaga kerja usaha peternakan domba di Desa Cigudeg sebesar 262.14 HKP/ST/tahun, dengan rata-rata curahan tenaga kerja suami sebesar 168.58 HKP/ST/tahun, istri 66.90 HKP/ST/tahun dan anak 26.66 HKP/ST/tahun. Curahan tenaga kerja keluarga tidak berhubungan nyata dengan kepemilikan ternak. kata kunci : Penyerapan tenaga kerja, Curahan tenaga kerja, Usaha peternakan domba
ABSTRACT
Analysis of Family Labour Efussing and Absorption on Sheep Farm Pujianto, E., Setyono, D. J., L. Cyrilla Cibunian and Cigudeg villages are were choosen by Dinas Perikanan dan Peternakan Pemda Kabupaten Bogor as the area for to sheep farm development by sheep revolving program (PGTD) for society. The aims of this research were to calculate the labour absorption in Cibunian and Cigudeg village, to calculate the labour effusing, and to know correlation beetwen labour effusing with farm scale in both village. The result of this research showed that household absorption and family labour in Cibunian village was 7.60% and 56.21% each, meanwhile in Cigudeg village was 8.26% and 81.02% each. Average of family labour effusing in Cibunian village was 351.51 mandays/IU/year, average husband labour effusing was 242.49 mandays/IU/year, wife 104.56 mandays/IU/year, child 4.46 mandays/IU/year, meanwhile average labour effusing in Cigudeg village was 262.14 mandays/IU/year, with average of husband labour effusing 168.58 mandays/IU/year, wife 66,90 mandays/IU/year and child 26.66 Mandays/IU/year. Family labour effusing is not significantly correlated with farm scale. Keyword : labour absorption, labour effusing, sheep farm
ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)
EKO PUJIANTO D34104042
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS PENYERAPAN DAN CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA (Studi Kasus di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)
Oleh EKO PUJIANTO D34104042
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 18 Januari 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Dwi Joko Setyono, MS NIP 131 849 391
Ir. Lucia Cyrilla, Msi NIP 131 760 916
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah MSc. Agr NIP 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis di lahirkan pada tanggal 23 Desember 1986 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Supardi dan Ibu Neneng Suryani. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Muslimat I, Bekasi pada tahun 1991 kemudian dilanjutkan di SDN Tegal Gede, Cikarang pada tahun 1992, pendidikan lanjutan menengah pertama di SLTPN 4 Cikarang Utara pada tahun 1998 dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 2 Cikarang Utara tahun 2001. Penulis diterima sebagai mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif di beberapa organisasi. Penulis pernah aktif sebagai staff Departemen Hubungan Masyarakat,
Himpunan
Mahasiswa
Sosial
Ekonomi
Industri
Peternakan
(HIMASEIP) periode 2004-2005, selain itu penulis juga aktif sebagai Kepala Biro Pengabdian Mahasiswa, Departemen Sosial Pengabdian Mahasiswa dan Masyarakat, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan IPB periode 2005-2006 dan staff Departemen Pertanian, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 2006-2007. Beasiswa yang pernah diperoleh penulis yaitu Beasiswa Bank Rakyat Indonesia (BRI) periode 2006-2007.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Penyerapan dan Curahan Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba (studi kasus Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) sebagai tugas akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada program studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tenaga kerja merupakan faktor produksi utama dalam hal teknis yang sangat mempengaruhi produktivitas dan efisiensi. Produktivitas dan efisiensi dapat dinilai dari alokasi waktu yang dikorbankan peternak untuk beraktivitas dengan efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya penyerapan dan curahan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba serta untuk mengetahui hubungan antara curahan tenaga kerja keluarga dengan kepemilikan ternak. Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi aparat desa atau wilayah mengenai jumlah angkatan kerja yang mampu diserap oleh peternakan domba dalam rangka mengurangi pengangguran, sebagai masukan bagi pihak pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor untuk mengevaluasi kebijakan pengembangan usaha peternakan domba dan sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN.............................................................................................
i
ABSTRACT................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL.......................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
viii
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................
1
Perumusan Masalah...........................................................................
2
Tujuan Penelitian...............................................................................
3
Kegunaan Penelitian..........................................................................
3
KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
6
Usaha Peternakan Domba .................................................................
6
Kondisi Peternakan Domba Nasional ................................................
7
Tenaga Kerja dan Curahan Tenaga Kerja .........................................
8
Kesempatan Kerja .............................................................................
9
Pengangguran ....................................................................................
10
Petani Kecil dan Kemiskinan ............................................................
10
METODE PENELITIAN ............................................................................
12
Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................
12
Desain Penelitian................................................................................
12
Data dan Instrumentasi ......................................................................
12
Analisis Data .....................................................................................
13
Analisis Deskriptif ....................................................................
13
Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja.....................................
13
Perhitungan Curahan Tenaga Kerja ..........................................
13
Analisis Korelasi.......................................................................
14
Batasan Istilah....................................................................................
15
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................................
17
Keadaan Umum Desa Cibunian .........................................................
17
Keadaan Umum Desa Cigudeg ..........................................................
20
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
23
Karakteristik Peternak ........................................................................
23
Karakteristik Usaha Ternak................................................................
26
Keadaan Umum Usaha Peternakan Domba di Desa Cibunian dan Desa Cigudeg ......................................................................................
30
Penyerapan tenaga Kerja ...................................................................
33
Curahan tenaga Kerja .........................................................................
35
Hubungan Curahan Tenaga Kerja dengan Umur, Kepemilikan Ternak dan Lama Beternak ............................................................................ 41 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
42
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
45
LAMPIRAN.................................................................................................
47
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1
Data Penggunaan Lahan Desa Cibunian....................................... 17
2
Penduduk Desa Cibunian Menurut Jenis mata Pencaharian......... 18
3
Populasi Ternak di Desa Cibunian Tahun 2007 ........................... 19
4
Data Penggunaan Lahan Desa Cigudeg........................................ 20
5
Penduduk Desa Cigudeg Menurut Jenis Mata Pencaharian ......... 21
6
Populasi Ternak di Desa Cigudeg Tahun 2007............................. 22
7
Jumlah Responden berdasarkan Lokasi Penelitian (orang) .......... 23
8
Rataan Umur Peternak (tahun)..................................................... 23
9
Distribusi Peternak berdasarkan Pendidikan ................................ 24
10
Rata-rata Kepemilikan Ternak Domba Peternak .......................... 26
11
Pemilikan Lahan Peternak (m2) .................................................... 26
12
Rata-rata Harga Jual Ternak Domba di Lokasi Penelitian tahun 2007..................................................................................... 29
13
Penyerapan Rumah Tangga Peternak Domba Tahun 2007 .......... 33
14
Daya serap Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba di Lokasi Penelitian.......................................................... 34
15
Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba........................................................................ 35
16
Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Keluarga pada Aktivitas Usaha Peternakan Domba (HKP/Thn).......................................... 40
17
Koefisien Korelasi Hasil Pengukuran Curahan Tenaga Kerja dengan Umur, Kepemilikan Ternak dan Lama Beternak ............. 41
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Peta Lokasi Penelitian................................................................... 48
2
Hasil Perhitungan Penyerapan dan Curahan Tenaga Kerja Keluarga........................................................................................ 50
3
Hasil uji korelasi antara curahan tenaga kerja keluarga dengan umur peternak, kepemilikan ternak dan lama beternak..... 52
PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak domba (ovis aries) merupakan salah satu jenis ternak yang telah lama dikenal oleh masyarakat Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bogor (Hadiyanto, et, al.., 2006). Populasi ternak domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2005 sebesar 220.467 ekor dari jumlah 3.737.803 ekor populasi domba di Jawa Barat (Disnak Jabar, 2007). Usaha ternak domba dinilai perlu untuk dikembangkan karena mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan daging, yang keberadaan dan keunggulannya telah dikenal luas. Upaya meningkatkan populasi dan produktivitas ternak domba dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor melalui Program Guliran Ternak Domba (PGTD) pada tahun 2005. Program Guliran Ternak Domba merupakan suatu program penyebaran ternak domba yang dilakukan oleh pemerintah dimana ternak yang digulirkan wajib dikembalikan kepada pemerintah dalam kurun waktu tertentu untuk selanjutnya digulirkan kepada peternak lain (Disnak Kabupaten Bogor, 2006). Program ini bertujuan untuk mempercepat perkembangan dan pemerataan pemilikan ternak, meningkatkan kesejahteraan peternak, serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Desa Cibunian dan Desa Cigudeg merupakan salah satu wilayah yang dipilih oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor sebagai wilayah pengembangan usaha ternak domba melalui PGTD kepada masyarakat dalam rangka pengembangan ternak domba di Kabupaten Bogor khususnya wilayah bagian barat. Kedua desa ini dinilai memiliki potensi untuk pengembangan ternak domba. Adanya kebijakan tersebut diharapkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan khususnya bagi setiap keluarga sehingga setiap keluarga dapat meningkatkan pendapatan dan terciptanya kesejahteraan keluarga, dengan adanya lapangan pekerjaan baru berarti telah menciptakan kesempatan kerja (Depnakertrans, 2007). Kemudian akan terjadi penyerapan tenaga kerja terutama tenaga kerja sebagai peternak domba di wilayah tersebut. Kondisi saat ini PGTD telah memasuki tahun kedua, namun informasi mengenai penyerapan dan curahan tenaga kerja yang terpakai belum terindentifikasi padahal tenaga kerja merupakan penunjang utama peningkatan produksi. Hal ini
akan menghambat perencanaan pembangunan peternakan khususnya peternakan domba. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, perlu suatu pengkajian yang mendalam mengenai besarnya penyerapan tenaga kerja serta curahan waktu yang dikorbankan oleh peternak dalam beraktivitas usaha ternak domba yang pada akhirnya diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan evaluasi bagi peternak, Dinas Peternakan dan instansi yang terkait. Perumusan Masalah Adanya kebijakan pengembangan usaha ternak domba di Desa Cibunian dan Desa Cigudeg dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor melalui Program Guliran Ternak Domba seharusnya secara tidak langsung telah menciptakan lapangan pekerjaan dan dapat menyerap tenaga kerja di wilayah itu. Kondisi ini merupakan indikator yang baik bagi wilayah tersebut untuk dijadikan wilayah yang berpotensi sebagai pengembangan ternak domba, pengentasan kemiskinan dan pengangguran.
Akan tetapi perkembangan usaha peternakan domba di wilayah
tersebut pada kenyataannya belum menggembirakan. Kenyataan di lapang memperlihatkan bahwa sistem pengelolaannya masih tradisional, sehingga kurang produktif dan kurang efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi terutama tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor produksi utama dalam hal teknis yang sangat mempengaruhi produktivitas dan efisiensi.
Unsur tenaga kerja dalam pertanian
mempunyai kedudukan penting disamping unsur alam. Selain dapat menentukan keberhasilan usaha ternak, tenaga kerja juga diperlukan untuk menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang berasal dari ternak. Berdasarkan kenyataan diatas terlihat begitu besarnya fungsi dan peranan tenaga kerja dalam usaha peternakan domba, oleh karena itu perlu dikaji secara mendalam beberapa permasalahan usaha peternakan domba yang terkait dengan ketenagakerjaan yaitu : 1. Berapa besar penyerapan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di kedua desa tersebut?
2. Berapa besar curahan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di kedua desa tersebut ? 3. Bagaimana hubungan antara curahan tenaga kerja dengan umur peternak, kepemilikan ternak, dan lama beternak peternak domba di kedua desa tersebut? Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menghitung besarnya penyerapan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di kedua desa tersebut 2. Menghitung besarnya curahan tenaga kerja kerja untuk kegiatan dalam pemeliharaan ternak domba di kedua desa tersebut 3. Mengetahui hubungan antara curahan tenaga kerja dengan umur peternak, kepemilikan ternak, dan lama beternak peternak domba di kedua desa tersebut Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna : 1. Sebagai informasi bagi aparat desa atau wilayah mengenai jumlah angkatan kerja yang mampu diserap oleh peternakan domba dalam rangka mengurangi pengangguran. 2. Sebagai masukan bagi pihak pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor untuk mengevaluasi kebijakan pengembangan usaha peternakan domba di wilayah ini terutama untuk memperbaiki pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Mengacu pada visi yang dibawanya yaitu :”Terwujudnya Pembangunan Peternakan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan” Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor melaksanakan Program Guliran Ternak Domba (PGTD) di Desa Cibunian dan Desa Cigudeg dalam rangka meningkatkan perekonomian
masyarakat,
mengentaskan
kemiskinan
dan
pengangguran.
Berdasarkan perjanjian yang berisi setiap masyarakat menerima bantuan empat ekor domba betina dan satu ekor domba jantan, dan wajib mengembalikan dalam bentuk satu ekor induk dan dua ekor anak domba dalam waktu yang telah ditentukan untuk digulirkan lebih lanjut kepada peternak lain. Adanya Kebijakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor melalui Program Guliran Ternak Domba (PGTD) tersebut berarti telah menciptakan lapangan pekerjaan dan mampu menyerap tenaga kerja khususnya tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba bagi masyarakat terutama yang memiliki pendidikan rendah dan tidak memiliki ketrampilan lain sehingga belum dapat bekerja, dan harapannya tujuan dari program tersebut terutama meningkatnya perekonomian masyarakat melalui pengusahaan ternak domba tercapai. Oleh karena itu untuk mendukung tujuan tersebut dalam penelitian ini akan dikaji mengenai aspek tenaga kerja dengan pendekatan penyerapan dan curahan tenaga kerja serta hubungan antara curahan tenaga kerja dengan kepemilikan ternak. Dengan demikian hasil ini akan menjadi sumber informasi dan evaluasi perencanaan pengembangan usaha peternakan domba bagi instansi yang terkait. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Tujuan : - Meningkatkan perekonomian masayarakat - Mengentaskan kemiskinan - Mengentaskan Pengangguran
Program Guliran Ternak Domba
Penyediaan Lapangan Kerja
Visi : Terwujudnya Pembangunan Peternakan yang Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan
Desa Cibunian dan Desa Cigudeg
Usaha Peternakan Domba
Penyerapan Tenaga Kerja
Curahan Tenaga Kerja
Hubungan dengan 9 Umur Peternak 9 Kepemilikan ternak 9 Lama Beternak
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Domba Menurut Sugeng (2000), ternak domba memiliki segi ekonomis yang berperan sebagai tabungan, hasil sampingannya (by-product) berupa kotoran membantu usaha pertanian dan daging domba merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani. Peternakan domba di Indonesia umumnya berbentuk peternakan rakyat (small holders) dimana usaha ternak hanya merupakan usaha sambilan disamping usaha pokok pertanian. ternak domba merupakan salah satu ternak yang potensial untuk dikembangkan karena relatif tidak memerlukan banyak lahan maupun modal serta mudah ditangani. Menurut Suradisastra (1993), ternak domba di Indonesia mempunyai peranan yang kompleks didalam sistem pertanian. selain menghasilkan bahan-bahan hewani, domba juga menghasilkan pupuk untuk menyuburkan tanah, sebagai sumber pendapatan peternak, memenuhi kebutuhan material, adat dan hiburan petani. Adapun keuntungan memelihara kambing dan domba menurut Davendra (1993) antara lain sebagai pendapatan tambahan, menyediakan protein hewani (susu dan daging), sebagai tabungan sehingga menciptakan rasa aman dan tenang, dan menciptakan lapangan kerja termasuk pemanfatan yang efektif dari tenaga kerja keluarga. Menurut Mulyono (1998), ternak domba memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain : 1. Domba mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga tingkat produksi dan reproduksinya lebih tinggi 2. Modal usaha cepat berputar karena pemasarannya mudah 3. Ternak domba tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan 4. Ternak domba suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja sistem pengembalaan lebih efisien 5. Proses pengembangbiakan domba dapat diatur karena betina/induk dapat dilakukan penjadwalan birahi/estrus Usaha peternakan domba sebagai usaha sambilan memberikan tambahan pendapatan yang cukup membantu dalam menopang penghasilan utama rumah
tangga. Kontribusi yang diberikannya bervariasi tergantung waktu, lokasi dan skala usaha. Dalam hasil penelitian Rustam (2001) yang mengadakan penelitian di daerah Dramaga Bogor melaporkan bahwa kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan keluarga petani peternak hanya 1,56 persen. Sedangkan hasil penelitian Kusumawardhani (2004) yang mengadakan penelitian di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi menjelaskan bahwa kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan keluarga sebesar 27,35 persen. Kondisi Peternakan Domba Nasional Pada saat ini, industri peternakan domba nasional menghadapi beberapa isu penting yang perlu segera ditanggapi oleh pemerintah. Isu-isu tertsebut meliputi skala usaha, erosi genetis dan daya saing. Skala usaha Sudrajat dalam Wiradara (2005) melaporkan bahwa 90 persen pelaku industri peternakan kambing dan domba nasional adalah peternak kambing dan domba skala rumat tangga. Data menunjukan bahwa rataan skala usaha peternakan kambing dan domba adalah sekitar 2 hingga 31 ekor per peternak. Tujuan beternak kambing dan domba skala rumah tangga pada umumnya untuk mendapat penghasilan tambahan atau sebagai tabungan yang menjadi sumber emergency cash pada saat diperlukan. Pada umumnya para peternak hanya menjual ternaknya bilamana perlu, yaitu pada awal masa sekolah (sekitar bulan Juni-Juli) atau pada awal masa bercocok tanam, sehingga berakibat pada beragamnya kondisi ternak yang dijual dan tidak stabilnya pasokan ternak kambing dan domba di pasar. Erosi Genetis Di lapangan terlihat bahwa para peternak cenderung mendahulukan ternak unggul untuk dijual karena lebih mudah terjual dan harganya tinggi. Akibatnya ternak yang tertinggal di kandang mutu genetiknya lebih rendah, dan ironisnya ternak inilah yang menjadi bibit generasi ternak masa mendatang. Lebih jauh, terjadi penurunan performa dan makin terkurasnya populasi kambing dan domba unggul di Indonesia. Daya saing Indonesia masih memerlukan peningkatkan konsumsi protein hewani yang akan meningkatkan permintaan daging di pasar nasional, dan akan meningkat seiring
dengan meningkatnya pertambahan populasi pendudsuk Indonesia. Indonesia dikelilingi oleh negara-negara yang memiliki populasi domba tinggi seperti New Zealand dan Australia yang memiliki sekitar 164 juta domba serta negara lainnya di Asia (memiliki 340 juta domba) (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2004). New Zealand dan Australia telah mengelola ternak dombanya pada skala usaha yang besar dan telah mengaplikasikan teknologi produksi peternakan mutakhir sehingga mampu mencapai performa usaha yang prima dan mampu bersaing di pasar Global. Negara-negara ini sudah tentu tertarik untuk berkiprah dan siap bersaing dengan pengusaha ternak Indonesia, baik di pasar kambing dan domba nasional, regional, maupun di pasar internasional. Tenaga Kerja dan Curahan Tenaga Kerja Tenaga kerja atau man power menurut Simanjuntak (1998) adalah kelompok penduduk dalam usia kerja (working age population). Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. Undangundang No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun sehingga tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik, tenaga kerja berbeda dengan faktor produksi lainnya seperti modal. Perbedaan yang utama adalah sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itu sendiri. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1998) Menurut Soekartawi (1993) setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisis ketenagakerjaan bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Biasanya usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kereja dalam keluarga dan tidak perlu tenbaga kerja ahli (skilled). Tenaga kerja dalam usaha tani sebagian besar berasal dari keluarga petani yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak. Tenaga kerja dari luar
keluarga dapat berupa tenaga kerja harian atau borongan tergantung pada keperluan. Peranan petani dalam usaha tani tidak hanya terbatas menyediakan tenaga, juga menjadi pemimpin usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan. Menurut Soekartawi et al. (1986), umumnya pemakaian ukuran jam kerja dianggap dapat memenuhi keperluan, tanpa memperhatikan kebiasaan kerja yaitu delapan jam kerja dalam satu hari kerja. Kelemahan pada ukuran ini antara lain, pekerja yang mempunyai keahlian, kekuatan, dan pengalaman kerja yang berbeda dinilai sama padahal pekerjaan dalam usahatani relatif beragam. Oleh karena itu, dalam prakteknya digunakan ukuran setara ham kerja pria dengan menggunakan faktor konversi sebagai berikut : 1. 8 jam kerja tenaga kerja pria dewasa
=1
HKP
2. 8 jam kerja tenaga kerja wanita dewasa = 0,8 HKP 3. 8 jam kerja anak-anak
= 0,5 HKP
Curahan jam kerja suami dalam usaha peternakan kambing domba umumnya lebih tinggi dibandingkan jam kerja istri dan anak. Hal ini disebabkan karena istri lebih sibuk untuk mengurus rumah tangga dan mengasuh anak, sedangkan anak-anak harus bersekolah. Hasil penelitian Kusumawardhani (2004) dalam penelitiannya pada usaha peternakan kambing-domba di Kecamatan Cicantayan Sukabumi melaporkan bahwa curahan jam kerja suami sebesar 182,81 HKP/tahun (76,88%), curahan tenaga kerja istri 47,94 HKP/tahun (20,08%) dan curahan tenaga anak sebesar 7,98 HKP/tahun (3,34%). Kesempatan Kerja Tenaga kerja mempunyai pengertian sebagai orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik itu didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya dan masyarakat. Ruang lingkup tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja ataupun sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Menurut Departemen Ketenagakerjaan kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan yang tersedia untuk pekerja melalui suatu kegiatan ekonomi produksi. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk diisi melalui suatu kegiatan
ekonomi (produksi). Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lowongan pekerjaan yang belum diisi. Lowongan pekerjaan mengandung arti adanya kesempatan kerja untuk diisi dan hal ini lazim disebut dengan kebutuhan tenaga kerja. Pengangguran Sukirno
(2000)
menerangkan
ada
tiga
faktor
yang
menyebabkan
pengangguran dinegara-negara berkembang. Faktor pertama adalah ketidak seimbangan diantara sumber-sumber ekonomi yang dimiliki kebanyakan negaranegara berkembang. Disatu pihak negara-negara tersebut mempunyai jumlah penduduk yang sangat berlebihan dilain pihak negara-negara itu menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja dan pengusaha yang mampu mengembangkan usaha yang dapat menyediakan kesempatan kerja yang cukup untuk penduduk yang ada. Faktor kedua yaitu corak kegiatan ekonomi yang masih bertumpu kepada sektor-sektor tradisional baik dibidang pertanian maupun dalam bidang industri dan jasa-jasa. Kegiatan-kegiatan seperti itu mempunyai produktivitas yang relatif rendah dan menyebabkan pendapatan dan tabungan yang rendah. Faktor ketiga yaitu perkembangan dan struktur demografi di negara-negara berkembang menimbulkan tendensi dimana keadaan pengangguran menjadi semakin serius dari tahun ketahun. Ada tiga jenis pengangguran yang banyak terjadi di negara berkembang, tetapi tidak terdapat di negara maju, yaitu: 1. Pengangguran tersembunyi (diguised unemployment), merupakan keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan. 2. Pengangguran
bermusim
(seasonal
unemployment),
yaitu
keadaan
pengangguran pada masa-masa tertentu dalam satu tahun. 3. Setengah pengangguran (under employment), yaitu keadaan pengangguran dimana seorang pekerja melakukan pekerjaan jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal (Sukirno, 2000).
Petani Kecil dan Kemiskinan Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi permasalahan nasional dan bahkan global yang tetap mengkhawatirkan dalam era globalisasi ini, karena
kemiskinan dapat memicu berbagai bentuk kerawanan sosial lainnya. Kondisi di Indonesia tidak berbeda dengan di negara-negara berkembang lainnya. Menurut Laporan FAO tahun 1997, seperti dikutip Lukefahr dan Preston (1999) terdapat 80 juta atau lebih petani yang memiliki lahan dari kurang dari satu hektar, dan diperkirakan satu milyar penduduk dunia bergantung pada pertanian skala kecil. Sementara itu menurut IFAD, pada tahun 2001 penduduk miskin dunia mencapai 1,2 milyar yang 75 persen diantaranya bekerja dan tinggal di pedesaan, serta dua pertiga berada di negara-negara berkembang di Asia. Sebagian besar mereka sangat bergantung pada pertanian tanaman pangan dan peternakan. Lebih spesifik lagi, 84 persen bergantung pada sistem pertanian campuran antara tanaman pangan dan ternak (Upton dalam Hadiyanto et al. 2006). Salah satu mengapa penanggulangan kemiskinan sering kurang efektif disebabkan oleh cara pandang perencana program/proyek yang kurang menyeluruh terhadap fenomena kemiskinan itu sendiri, sehingga sering menyalahkan masyarakat miskin itu sendiri, misalnya mereka miskin karena tidak berpendidikan, tidak memiliki etos kerja, terlalu menggantungkan nasib pada orang lain, dan sebagainya. Thomas dalam Hadiyanto et al. (2006) menegaskan bahwa, kemiskinan bukan hanya masalah keterbatasan sumberdaya, namun juga keterbatasan akses dan masalah hak asasi manusia.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Kedua lokasi ini merupakan lokasi pengembangan ternak domba melalui proyek perguliran ternak domba dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama empat minggu pada bulan Juli-Agustus 2007. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai studi kasus dengan unit kasus adalah Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan dan Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif (Faisal, 2001). Dengan demikian hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diteliti. Dusun/kampung
terpilih
yang
mewakili
Desa
Cibunian
adalah
Dusun/Kampung Muara dan Dusun/Kampung Pajagan. Pada dua wilayah ini telah dibentuk kelompok peternak yaitu Kelompok Subur Tani dan Adil Tani. Sementara di Desa Cigudeg, dusun/kampung yang terpilih adalah Dusun/Kampung Pasir Nangka dan Dusun/Kampung Palawijo.
Kelompok peternak yang ada di dua
dusun/kampung ini adalah Kelompok Sugih Mukti dan Kelompok Tani Rahayu.
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, pencatatan, dan wawancara dengan peternak (responden) dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data primer yang diperlukan seperti keadaan umum lokasi penelitian, karakteristik peternak, identitas peternak, lama jam kerja peternak, aktivitas-aktivitas peternak dan data lain yang terdapat dalam kuisioner. Data sekunder diperoleh dari kantor desa, literatur yang relevan dengan penelitian, dan informasi dari instansi terkait seperti Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.
Analisis Data Data yang terkumpul diolah dan ditabulasikan kemudian dianalisis. Analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi umum lokasi penelitian, karakteristik responden, karakteristik usaha ternak domba, keadaan umum usaha peternakan domba di lokasi penelitian. Selanjutnya untuk menggambarkan penyerapan dan curahan tenaga kerja pada usaha peternakan domba di lokasi penelitian. 2. Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja Perhitungan penyerapan tenaga kerja digunakan untuk mengukur banyaknya penduduk di wilayah tersebut yang terserap sebagai peternak domba biasanya dinyatakan dalam persen. Perhitungan penyerapan tenaga kerja pada penelitian ini meliputi : •
Penyerapan Rumah Tangga Peternak Domba adalah perbandingan Jumlah Rumah Tangga Peternak Domba (RTPD) dengan Jumlah Rumah Tangga (RT/KK) di Lokasi Penelitian. Jumlah Rumah Tangga Peternak Domba di lokasi penelitian (RTPD) X 100 % Jumlah Rumah Tangga di lokasi penelitian (RT/KK)
•
Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga Usaha Peternakan Domba Perbandingan Jumlah tenaga kerja keluarga yang beraktivitas ternak domba dan jumlah seluruh responden usia kerja yang dikonversikan dalam TKSP (Tenaga Kerja Setara Pria). Jumlah tenaga kerja keluarga yang beraktivitas ternak domba (TKSP) X 100 % Jumlah seluruh responden usia kerja (TKSP)
3. Perhitungan Curahan Tenaga Kerja
Besarnya alokasi waktu kerja dalam usaha ternak domba ditentukan berdasarkan curahan waktu kerja yang digunakan rumah tangga peternak untuk kegiatan usaha ternak domba. Curahan waktu kerja rumah tangga untuk kegiatan dalam usaha ternak domba
Wkt = Σ Wk cp + Σ Wk bp + Σ Wk ba + Σ Wk bk+ Σ Wk mt + Σ Wk mk + Σ Wk kd+ Σ Wk bkd
Keterangan : Wkt : Curahan waktu kerja usaha ternak domba (HKP/tahun) Wkcp : Curahan waktu kerja untuk mencari pakan dan konsentrat (HKP/tahun) Wkbp : Curahan waktu kerja untuk memberi pakan dan konsentrat (HKP/tahun) Wkba : Curahan waktu kerja untuk memberi air minum (HKP/tahun) Wkbk : Curahan waktu kerja untuk membersihkan kandang (HKP/tahun) Wkmt : Curahan waktu kerja untuk memandikan ternak (HKP/tahun) Wkmk : Curahan waktu kerja untuk memotong kuku ternak (HKP/tahun) Wkkd : Curahan waktu kerja untuk mengawinkan domba (HKP/tahun) Wkbkd : Curahan waktu kerja untuk membersihkan kotoran domba (HKP/tahun) 3. Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara curahan tenaga kerja dengan umur peternak, kepemilikan ternak, dan lama beternak peternak di lokasi penelitian. Keeratan hubungan antar peubah dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Product-Moment (r Pearson), penentuan keeratan hubungan atau korelasi antar peubah tersebut berdasarkan patokan sebagai berikut (Budi, 2006): 1. 0,001 – 0,200 Korelasi sangat lemah 2. 0,201 – 0,400 Korelasi lemah 3. 0,401 – 0,600 Korelasi cukup kuat 4. 0,601 – 0,800 Korelasi kuat 5. 0,801 – 1,000 Korelasi sangat kuat rumus perhitungan r product moment sebagai berikut : NΣXY - ΣXΣY
rxy =
√ [NΣX2 – (ΣX)2] [n ΣY2 – (ΣY2)]
dimana: rxy = Koefisien Korelasi r X = Skor dalam distribusi variabel X Y = Skor dalam distribusi variabel Y N = Banyaknya pasangan skor X dan skor Y (banyaknya subjek) Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 for Windows.
Batasan Istilah 1. Tenaga kerja usaha peternakan domba adalah orang laki-laki atau perempuan, dari dalam keluarga maupun luar keluarga peternak yang bekerja pada usaha peternakan domba. 2. Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga yang terdiri dari kepala keluarga (suami), istri dan anak-anak. 3. Tenaga kerja dewasa adalah tenaga kerja yang berumur diatas 15 tahun atau sudah menikah baik laki-laki maupun perempuan kecuali yang telah menikah. 4. Tenaga kerja anak-anak adalah tenaga kerja yang berada dibawah umur 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan. 5. Penyerapan Rumah Tangga Peternak Domba adalah perbandingan Jumlah Rumah Tangga Peternak Domba (RTPD) dengan Jumlah Rumah Tangga (RT/KK) di Lokasi Penelitian. 6. Penyerapan tenaga kerja keluarga usaha peternakan domba adalah Perbandingan Jumlah tenaga kerja keluarga yang beraktivitas ternak domba dan jumlah seluruh responden usia kerja yang dikonversikan dalam TKSP (Tenaga Kerja Setara Pria). 7. Curahan jam kerja adalah jumlah waktu yang dipakai seorang anggota keluarga dalam melakukan kegiatan tertentu dengan ukuran waktu jam perhari 8. Hari Kerja Pria (HKP) adalah satuan yang mengukur alokasi waktu kerja, yaitu 8 jam kerja tenaga kerja pria dewasa setara dengan 1 HKP, untuk tenaga kerja wanita setara dengan 0,8 HKP dan untuk anak-anak setara dengan 0,5 HKP
9. Tenaga Kerja Setara Pria (TKSP) adalah jika satu hari tersedia delapan jam kerja dengan konversi 0,8 untuk wanita dewasa dan 0,5 untuk anak-anak 10. Satuan Ternak (ST) adalah perkalian antara jumlah rataan ternak yang dipelihara dengan faktor konversi 0,14 untuk ternak domba dewasa 0,07 untuk ternak domba muda dan 0,035 untuk ternak domba anak. 11. Domba dewasa adalah ternak domba (jantan dan betina) yang berumur diatas satu tahun 12. Domba muda adalah ternak domba (jantan dan betina) yang berumur diatas 5 bulan 13. Domba anak adalah ternak domba (jantan dan betina) yang berumur 5 bulan atau kurang.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Desa Cibunian Kondisi Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Cibunian terletak membujur dari utara ke selatan yang berada pada ketinggian 400-700 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 29ºC dan curah hujan 3 000 mmt. Wilayah ini berbatasan dengan empat desa, masing-masing Desa Purasari (Kecamatan Leuwiliang) di sebelah barat dan utara, Desa Cibitung Kulon dan Ciasmara di sebelah timur, dan Desa Purwabakti di sebelah selatan. Istilah Desa Cibunian menurut penuturan warga setempat berasal dari kata ”buni” yang bermakna ”tersembunyi” karena memang letaknya di ujung selatan Kecamatan Pamijahan yang tersembunyi diantara lembah dan perbukitan. Luas keseluruhan wilayah Desa Cibunian mencapai 1 248 hektar dengan sebagian besar wilayahnya berbukit sampai bergunung (70%) dan berombak sampai berbukit (30%). Luas wilayah berdasarkan status penggunaannya terbagi kedalam delapan kelompok, yaitu penggunaan lahan untuk sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana, sawah tadah hujan, pekarangan/bangunan, tegalan/kebun, ladang/ tanah huma, balong/empang, dan perkebunan negara. Data penggunaan lahan di wilayah Desa Cibunian ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Penggunaan Lahan Desa Cibunian No.
Penggunaan
1.
Sawah irigasi teknis
2.
Luas (Ha)
Persentase
248.00
28.00
Sawah irigasi sederhana
52.00
5.86
3.
Sawah tadah hujan
45.00
5.08
4.
Pekarangan/Bangunan
25.00
2.82
5.
Tegalan/Kebun
475.00
53.61
6.
Ladang/Tanah huma
10.00
1.12
7.
Balong/Empang
1.00
0.12
8.
Perkebunan Negara
30.00
3.39
886.00
100.00
Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Cibunian (2007)
Penggunaan lahan yang paling dominan adalah berupa tegalan/kebun (53.61%) dan sawah irigasi teknis (28.00%). Balong/empang merupakan lahan yang paling tidak dominan di Desa Cibunian, penggunaan lahan untuk empang hanya 1 Ha. Jarak Desa Cibunian dengan ibu kota kecamatan 16 km, jarak ke ibu kota Kabupaten sekitar 78 km, jarak ke ibu kota propinsi 128 km dan 90 km dari ibu kota Negara Republik Indonesia. Desa ini dapat ditempuh dengan segala moda transportasi dengan kondisi jalan sebagian sudah beraspal dan sebagian berupa jalan yang diperkeras dan berbatu. Akan tetapi jalannya berliku dan banyak ditemui tanjakan maupun turunan. Wilayah permukiman penduduk tersebar di beberapa dusun (perkampungan) yang secara administratif dibagi menjadi 17 RW. Wilayah peternakan domba tersebar di; (1) Dusun Muara II, (2) Dusun Cipatat I, (3) Dusun Cisalak II, (4) Dusun Limus Badak, (5) Dusun Pajagan, (6) Dusun Cibunian dan (7) Dusun Banarajaya II. Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Desa Cibunian tahun 2007 adalah 10 646 jiwa yang terdiri dari 5 433 orang laki-laki dan 5 213 orang perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 77 jiwa/km2. Penyebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Penduduk Desa Cibunian Menurut Jenis Mata Pencaharian No.
Mata pencaharian
Orang
Persentase
1 324
72.66
1.
Petani
2.
Pengusaha
17
0.93
3.
Pengrajin
59
3.24
4.
Industri kecil
12
0.66
5.
Buruh Industri
41
2.25
6.
Pertukangan
68
3.73
7.
Pedagang
246
13.50
8.
Pengemudi/jasa
37
2.03
9.
Pensiunan
18
1.00
1 822
100.00
Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Cibunian (2007)
18
Sebagian besar penduduk Desa Cibunian bermata pencaharian di bidang pertanian (72.66%) baik di lahan milik sendiri ataupun di lahan milik orang lain (petani penggarap), sebagian lainnya bekerja sebagai pedagang(13.50%), buruh/jasa 11.91% (pertukangan, pengrajin, buruh industri, industri kecil, pengemudi) dan pensiunan (1.00%). Usaha Peternakan di Desa Cibunian Desa Cibunian merupakan salah satu daerah yang cukup potensial sebagai daerah peternakan khususnya di wilayah Bogor bagian barat. Hal ini disebabkan karena Desa Cibunian memiliki kondisi lingkungan yang mendukung seperti kondisi tanah yang subur, iklim mendukung, dan ketersediaan pakan hijauan. Jenis ternak yang terdapat di Desa Cibunian adalah kerbau, domba, kambing, ayam pedaging, itik, bebek dan angsa. Populasi ternak Desa Cibunian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi Ternak di Desa Cibunian Tahun 2007 No.
Jenis Ternak
Populasi Ekor
Satuan Ternak (ST)
1.
Kerbau
35
35.00
2.
Domba
2 800
392.00
3.
Kambing
90
12.60
4.
Ayam Pedaging
120 000
1200.00
5.
Itik
5 000
50.00
6.
Bebek
5 000
50.00
7.
Angsa
50
0.50
132 975
1739.10
Jumlah
Sumber : Data Monografi Desa Cibunian (2007)
Tabel 3 menunjukan bahwa ternak ayam pedaging merupakan ternak yang memiliki populasi terbanyak (1200 ST) dibandingkan ternak-ternak lain. Ternak domba diurutan kedua dengan 392 ST sedangkan ternak itik dan bebek memiliki populasi terbesar ketiga setelah domba dengan jumlah masing-masing 50 ST Meskipun tenak domba berada diurutan kedua berdasarkan populasi namun usaha ternak domba merupakan usaha peternakan yang paling lama telah diusahakan oleh penduduk Desa Cibunian dibandingkan hewan ternak yang lain.
19
Keadaan Umum Desa Cigudeg Kondisi Geografis Secara geografis Desa Cigudeg terletak membujur di sebelah Utara dan selatan jalan raya Bogor-Jasinga dengan ketinggian sekitar 400 m dpl, curah hujan rata-rata 374 mm/tahun dan suhu rata-rata 30ºC. Adapun batas-batas wilayah ini adalah di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Warga Jaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukaraksa, sebelah Timur dengan Desa Kalong dan sebelah Barat dengan desa Bunar. Luas total wilayah Desa Cigudeg 1 166 Ha sedangkan luas wilayah berdasarkan status pemanfaatan dan penggunaan lahan terbagi kedalam sembilan kelompok, yaitu penggunaan
lahan
untuk
perumahan/pemukiman
dan
pekarangan,
sawah,
ladang/tanah huma, jalan, pemakaman/kuburan, perkantoran, lapangan olahraga, tanah/bangunan pendidikan, dan tanah/bangunan peribadatan. Data penggunaan lahan di wilayah Desa Cibunian disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data Penggunaan Lahan Desa Cigudeg No.
Penggunaan
Luas (Ha)
Persentase
1.
Perumahan/Pemukiman
185.00
19.89
2.
Sawah
105.00
11.29
3.
Ladang/tanah huma
614.00
66.02
4.
Jalan
12.00
1.29
5.
Pemakaman/kuburan
3.00
0.32
6.
Perkantoran
5.20
0.56
7.
Lapangan olahraga
2.00
0.21
8.
Tanah/bangunan Pendidikan
1.30
0.14
9.
Tanah/bangunan Peribadatan
2.50
0.27
930.00
100.00
Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Cigudeg (2007)
Lahan di Desa Cigudeg didominasi oleh ladang/tanah huma dan perumahan/pemukiman penduduk dengan luas masing-masing 614 Ha dan 185 Ha. Jarak Desa Cigudeg dengan ibu kota kecamatan 600 m, jarak ke Ibu Kota Kabupaten sekitar 56 km, dan jarak ke ibu kota propinsi 156 km. dan 96 km dari ibu kota Negara Republik Indonesia. Kondisi jalan wilayah ini sangat baik, karena merupakan
20
jalan utama yang menghubungkan Propinsi Jawa Barat (Bogor) dengan Propinsi Banten (Rangkas Bitung) sehingga sangat mudah dijangkau alat transportasi jenis apapun, seperti sepeda motor, angkutan kota (mini bus) dan bus. Secara administratif wilayah pemukiman penduduk terbagi dalam 9 dusun, 21 Rukun Warga (RW) dan 63 Rukun Tetangga (RT). Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Desa Cigudeg tahun 2007 adalah 13 175 jiwa yang terdiri dari 6 802 orang laki-laki dan 6 373 orang perempuan dengan Jumlah kepala keluarga (KK) adalah 3 040 KK. Penyebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penduduk Desa Cigudeg Menurut Jenis Mata Pencaharian No.
Mata pencaharian
Jumlah penduduk
Persentase
1.
Petani
1 406
28.78
2.
Pedagang
2 479
50.75
3.
Pegawai Negeri
105
2.15
4.
TNI/Polri
165
3.38
5.
Swasta
75
1.53
6.
Buruh Pabrik
115
2.35
7.
Pengrajin
37
0.76
8.
Pertukangan
168
3.44
9.
Pengemudi/Jasa
335
6.86
4 885
100.00
Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Cigudeg (2007)
Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah sebagai pedagang (50.75%) dan Petani (28.78%). Sebagian lainnya mata pencaharian penduduk di desa Cigudeg beragam seperti Pegawai Negeri (2.15%), TNI (3.38%), Buruh pabrik (2.35%), pertukangan (3.44%), pengemudi/jasa (6.86%) dan swasta (1.53%). Usaha Peternakan di Desa Cigudeg Usaha peternakan telah lama diusahakan oleh masyarakat di Desa Cigudeg. Jenis ternak yang terdapat di Desa Cigudeg antara lain ayam kampung, domba,
21
kambing, kerbau dan sapi potong. Populasi ternak di Desa Cigudeg ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Populasi Ternak di Desa Cigudeg Tahun 2007 No.
Jenis Ternak
Jumlah Ekor
Satuan Ternak (ST)
1.
Ayam Kampung
5000
50.00
2.
Domba
1717
240.38
3.
Kambing
70
9.80
4.
Kerbau
25
25.00
5.
Sapi Potong
5
5.00
Jumlah
6817
330.18
Sumber : Monografi Desa Cigudeg (2007)
Populasi ternak tertinggi di desa Cigudeg adalah ternak domba (240.38 ST) kemudian populasi ayam kampung (50.00 ST). Ternak sapi memiliki populasi paling sedikit yaitu hanya 5 ST.
22
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Peternak domba yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah peternak yang masih aktif dalam menjalankan usaha ternaknya dan masih tercatat dalam keanggotaan kelompok ternak Adil Tani dan Subur Tani di Desa Cibunian; Sugih Mukti dan Tani Rahayu di Desa Cigudeg. Jumlah responden seluruhnya 38 orang dengan perincian disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Responden berdasarkan Lokasi Penelitian (orang) No
Kelompok
Anggota (orang)
1
Adil Tani
7
2
Subur Tani
9
3
Sugih Mukti
14
4
Tani Rahayu
8
Jumlah
38
Karakteristik peternak yang dibahas pada penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan/mata pencaharian, pengalaman beternak dan jumlah tanggungan keluarga. Umur Berdasarkan data yang terkumpul dari lokasi penelitian umur peternak berada pada usia
21-74 tahun dengan rata-rata 47.25 tahun (Tabel 8). Usia tersebut
termasuk ke dalam golongan umur produktif sehingga masih memungkinkan untuk beraktivitas ternak domba. Tabel 8. Rataan Umur Peternak (tahun) No. 1. 2. 3. 4.
Kelompok Adil Tani Subur Tani Sugih Mukti Tani Rahayu Jumlah
Anggota (orang) 7 9 14 8 38
Umur Rata-rata 43.57 48.22 49.07 48.13 47.25
23
Rataan umur peternak di Desa Cibunian lebih muda dibandingkan dengan umur peternak di Desa Cigudeg (45.90 tahun dibanding 48.60 tahun), sehingga dari segi umur peternak di Desa Cibunian seharusnya lebih produktif dibandingkan peternak di Desa Cigudeg. Pendidikan Tingkat pendidikan peternak diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh peternak sampai pada saat penelitian dilakukan. Sebagian besar peternak (63.16%) tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan peternak masih rendah. Distribusi tingkat pendidikan peternak disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi Peternak berdasarkan Pendidikan No.
Pendidikan
Cibunian Jumlah
Cigudeg
Persentase
Jumlah
Persentase
Pendidikan Formal 1.
Tidak sekolah
2
2.
Tidak Tamat SD
1
4.50
12
54.50
3.
SD
2
12.50
6
27.27
4.
SLTP
0
0
2
9.09
5.
SLTA
0
0
1
4.54
12
12.50 75
Pendidikan Non Formal 1.
Pernah kursus
1
6.25
4
18.18
2.
Tidak pernah kursus
15
93.75
18
81.82
Peternak di Desa Cibunian sebagian besar tidak tamat SD (75%), demikian juga halnya peternak di Desa Cigudeg yang sebagian besar juga tidak tamat SD (54,50%).
Rendahnya pendidikan formal peternak bukan berarti pengetahuan
mereka tentang usaha ternak domba juga rendah. Beberapa diantara mereka pernah mengikuti pelatihan atau kursus beternak domba ataupun penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh
Penyuluh (PPL) dari Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor.
24
Pekerjaan/Mata Pencaharian Pekerjaan utama peternak di lokasi penelitian umumnya (92.11%) bukan sebagai peternak domba. Pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani (42.10%) dan buruh tani (28.95%). Bahkan sebagian kecil bekerja di bidang non-pertanian, seperti berdagang (5.26%), tukang bangunan (2.63%), dan buruh lainnya (21.06%). Kebanyakan peternak (86.84%) menyatakan bahwa beternak domba merupakan pekerjaan sambilan. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak adalah lamanya peternak telah mengelola usahaternak domba. Tingkat pengalaman beternak domba dapat dijadikan indikator untuk melihat berapa besar kemampuan dan peluang keberhasilan peternak mengelola usahaternak domba.
Rata-rata pengalaman peternak di Desa Cibunian adalah 13.31 tahun.
Sedangkan rata-rata pengalaman peternak di Desa Cigudeg 24.05 tahun. Dengan demikian dapat diduga peternak di Desa Cigudeg akan lebih berhasil dibandingkan peternak di Desa Cibunian. Pengalaman beternak terendah dan tertinggi peternak memiliki rentang yang cukup besar. Hal ini logis bila dikaitkan dengan umur peternak di kedua desa penelitian yang memiliki perbedaan usia termuda dan terendah yang cukup besar Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan indikator untuk melihat banyaknya anggota keluarga yang terdapat dalam lingkungan keluarga yang menjadi tanggungan peternak. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata jumlah tanggungan keluarga peternak di Desa Cibunian adalah 5 orang, sementara di Desa Cigudeg 4 orang, Jumlah tanggungan keluarga juga dapat dijadikan indikator untuk menghitung tenaga kerja kelurga yang potensial bekerja di usahaternak domba. Semakin banyak anggota keluarga yang sudah memasuki usia kerja diharapkan dapat membantu peternak dalam melakukan aktivitas-aktivitas di usahaternak, sehingga akan mengurangi biaya tenaga kerja upahan (luar keluarga).
25
Karakteristik Usaha Ternak Kepemilikan Ternak Kepemilikan ternak merupakan indikator untuk melihat banyaknya ternak domba yang diusahakan oleh peternak sehingga dapat menentukan skala usaha yang mereka lakukan. Ternak domba yang dimiliki oleh peternak
terdiri dari enam
kategori yaitu domba jantan dewasa (JD), domba betina dewasa (BD), domba jantan muda (JM), domba betina muda (BM), domba jantan anak (JA), dan domba betina anak (BA). Dalam penelitian ini semua ternak domba disetarakan kedalam satuan ternak (ST). Rata-rata kepemilikan ternak dapat dilihat pada Tabel 10 Tabel 10. Rata-rata Kepemilikan Ternak Domba Peternak Desa
Anak
Muda
Dewasa
Jumlah
Ekor
ST
Ekor
ST
Ekor
ST
Ekor
ST
Cibunian
2.00
0.07
0.43
0.03
3.71
0.52
6.14
0.61
Cigudeg
2.50
0.09
1.00
0.07
3.93
0.55
7.43
0.71
Ket: 7 ekor domba dewasa = 1 ST 1 ekor domba anak = 0.035 ST 1 ekor domba muda = 0.07 ST 1 ekor domba dewasa = 0.14 ST
Kepemilikan ternak domba peternak di Desa Cigudeg lebih banyak dibandingkan dengan kepemilikkan ternak domba peternak di Desa Cigudeg. Peternak di kedua desa memiliki ternak dewasa dengan jumlah lebih banyak daripada ternak anak dan muda. Pemilikan dan Penguasaan lahan Jenis lahan yang dikuasai peternak berupa sawah, kebun rumput, dan pekarangan. Status lahan terdiri dari lahan milik sendiri, sewa, garap dan bagi hasil. Pemilikan lahan peternak disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Pemilikan Lahan Peternak (m2) Jenis Lahan Sawah Kebun Rumput Pekarangan
Cibunian Total Rata-rata
Total
Cigudeg Rata-rata
24 950
1559.38
64 970
2 953.18
468
29.25
1 160
52.73
1 582
98.88
5 553
252.41
26
Kepemilikan lahan yang paling dominan dimiliki oleh peternak di kedua lokasi penelitian adalah lahan sawah yaitu 24 950 m2 dan 64 970 m2. Hal ini sesuai dengan mata pencaharian utama mereka yaitu sebagai petani. Bagi usahaternak domba, adanya lahan sawah dapat membantu dalam menyediakan pakan bagi ternak, seperti jerami padi atau limbah tanaman lainnya. Sistem Pemeliharaan Sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak di Desa Cibunian dan di Desa Cigudeg adalah sistem intensif yaitu sistem pemeliharaan yang selalu dikandangkan tanpa digembalakan. Ternak domba dikeluarkan hanya pada saat dimandikan. Sistem intensif ini merupakan sistem pemeliharaan yang sangat baik jika dibandingkan dengan sistem pemeliharaan semi intensif (dikandangkan dan digembalakan) ataupun sistem pemeliharaan ekstensif (digembalakan tanpa dikandangkan). Pemeliharaan ternak yang selalu dikandangkan akan lebih teratur dalam pemberian pakan dan aktivitas lainnya namun diperlukan keuletan dari peternak. Reproduksi Ternak Perkawinan ternak domba dilakukan peternak secara alami, yaitu dengan cara mencampurkan domba betina dan jantan dalam satu kandang.
Pejantan yang
digunakan oleh peternak berasal dari milik peternak sendiri, atau pejantan milik peternak lain. Sebagian besar peternak (78.94%) kurang memiliki pengetahuan mengenai cara perkawinan yang baik sehingga reproduksi ternak kurang terkontrol. Waktu perkawinan ternak yang dilakukan peternak adalah ketika ternak domba betina telah berumur 9 bulan sedangkan ternak domba jantan telah berumur 12 bulan. Waktu untuk ternak betina dikawinkan kembali adalah 3 atau 4 bulan setelah melahirkan. Perkandangan Seluruh peternak memiliki tipe dan bahan kandang yang sama. Tipe kandang yang digunakan oleh seluruh peternak adalah tipe panggung. Alasan peternak memakai tipe panggung agar bagian bawah atau kolong kandang dapat dimanfaatkan sebagai tempat penampungan kotoran. Luas kandang responden di desa Cibunian rata-rata 11 m2 dan di Desa Cigudeg rata-rata 10 m2. Bahan kandang yang digunakan adalah bambu untuk lantai dan dinding serta rumbia untuk atapnya. Jarak dari
27
kandang ke rumah peternak rata-rata 10 meter. Peternak jarang membuat kandang terlalu jauh dari rumah karena alasan keamanan ternak dari pencurian maupun serangan binatang lain. Perlengkapan dan Peralatan Peternak dalam melakukan aktivitasnya membutuhkan perlengkapan dan peralatan beternak. Perlengkapan dan peralatan yang digunakan peternak masih tergolong sederhana. Perlengkapan yang dipakai
peternak
yaitu pikulan untuk
membawa hijauan, karung untuk menyimpan pakan hijauan dan feses, ember untuk membawa air dan tempat air minum serta sapu lidi untuk membersihkan kandang, sedangkan peralatan yang digunakan diantaranya cangkul, sekop, garukan, sabit, dan tambang. Pemberian Pakan Ternak Jenis pakan yang diberikan oleh peternak di desa Cibunian dan Desa Cigudeg berupa pakan hijauan. Pakan hijauan yang diberikan biasanya terdiri dari rumputrumputan seperti rumput gajah, rumput raja dan rumput ladang; hijauan pohon seperti daun nangka, daun singkong, daun pisang, dan daun ubi; serta leguminosa seperti daun lamtoro dan daun kaliandra. Pakan hijauan diperoleh dari kebun/ladang, pinggir jalan, dan di wilayah kehutanan hasil mencari sendiri oleh
peternak.
Pemberian pakan masih mengandalkan rumput lapang hanya 5.26 % peternak yang menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat. Rata-rata Pemberian pakan ternak sehari sebanyak 20 kg hijauan. Pengobatan Penyakit Jenis penyakit yang pernah menyerang ternak domba di Desa Cibunian dan Desa Cigudeg adalah kembung (timpani), sakit mata, cacingan, diare/mencret, dan lumpuh. Jenis penyakit yang sering menyerang ternak domba di desa Cibunian adalah diare/mencret, sementara di Desa Cigudeg adalah sakit mata. Cara penanganan penyakit yang dilakukan peternak di kedua Desa hampir sebagian besar menggunakan pengobatan tradisional. Obat-obat tradisional yang biasa digunakan adalah biji leunca dan daun randu untuk mengobati sakit mata, daun jambu biji untuk diare. Selain itu peternak juga menggunakan obat farmasi seperti Verm-O dan Askamex untuk mengobati cacingan.
28
Pemasaran Ternak Domba Produk utama usaha peternakan domba adalah daging domba, namun peternak umumnya tidak menjual dalam bentuk daging melainkan domba hidup. Hampir semua peternak (89.47%) di kedua Desa menjual ternak dombanya kepada tengkulak dan sisanya menjual ke konsumen langsung. Tengkulak biasanya mendatangi
peternak yang ingin menjual ternaknya. Hal ini menurut peternak
menguntungkan mereka karena mereka tidak harus pergi ke pasar untuk menjual ternaknya meskipun harga di tengkulak lebih rendah daripada harga jual di pasar. Harga jual ternak domba bervariasi, ditentukan oleh jenis/kategori dan performans dari ternak yang dijual. Rata-rata harga jual ternak domba di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 12 Tabel 12. Rata-rata Harga Jual Ternak Domba di Lokasi Penelitian tahun 2007 Harga (Rp/Ekor) Kategori Ternak Domba
Cibunian
Cigudeg
Domba Jantan Anak
188 000
150 000
Domba Betina Anak
143 300
120 000
Domba Jantan Muda
216 700
200 000
Domba Betina Muda
229 600
200 000
Domba Jantan Dewasa
450 000
457 142
Domba Betina Dewasa
300 000
300 000
Harga jual ternak domba di kedua desa sangat bervariasi mulai dari harga Rp120 000 - Rp 450 000. Harga jual ternak domba termurah yaitu domba betina anak sedangkan ternak domba termahal yaitu domba jantan dewasa. Penetapan harga umumnya didasarkan atas performans ternak (tampilan eksterior dan bobot badan). Secara umum, harga jual ternak domba di Desa Cibunian lebih mahal dibandingkan di Desa Cigudeg. Hal ini disebabkan karena performans domba di Desa Cibunian lebih bagus sehingga penaksiran harga tengkulak atau konsumen lebih tinggi, selain itu lokasi wilayah Desa Cibunian yang jauh dengan pasar dan akses lainya sehingga
29
peternak menghitung biaya transpor dan biaya lainnya jika peternak menjualnya ke pasar. Keadaan Umum Usaha Peternakan Domba di Desa Cibunian Desa Cibunian merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi untuk mengembangkan usaha peternakan domba. Peternakan domba telah lama diusahakan oleh penduduk di Desa Cibunian, namun usaha tersebut masih dilakukan sebagai usaha sambilan dengan tata laksana pemeliharaan yang sangat sederhana dan bersifat tradisional. Perkembangan usaha peternakan domba di Desa Cibunian dimulai sejak tahun 1999 melalui program Guliran Ternak Domba (PGTD) dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor melihat Desa Cibunian memiliki potensi untuk pengembangan ternak domba. Akan tetapi program tersebut hanya berjalan satu siklus, adanya kecemburuan warga karena hasil pengembalian hewan guliran ke desa lain merupakan faktor tidak berjalannya program tersebut. Selanjutnya, pada tahun 2005 dalam rangka Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) dilakukan kembali perguliran ternak (revolving). Ternak domba disebarkan kepada penduduk dengan harapan dapat mengurangi pengangguran sehingga kesejahteraan penduduk semakin meningkat. Esensi dari program tersebut adalah sebagai titik awal bagi pemberdayaan masyaraakat (khususnya peternak) sehingga dapat mengembangkan usaha ternaknya secara mandiri. Saat ini usaha peternakan domba di Desa Cibunian sudah mulai berkembang. Berdasarkan data dari dinas UPTD peternakan, populasi domba di Desa Cibunian tahun 2007 berjumlah 2 800 ekor di 175 Rumah Tangga Peternak (RTP) domba. Sebagian besar penerima bantuan telah dikembalikan dengan lunas. Secara teknis, peternak sebenarnya sudah mengenal tentang unsur-unsur pokok teknologi budidaya ternak domba yang dikenal dengan istilah Sapta Usaha Peternakan (SUP) dan sudah menerapkannya, namun pengetahuan dan penerapan SUP tersebut umumnya masih pada tingkat sederhana, sebagaimana yang dilakukan oleh warga masyarakat secara turun temurun. Misalnya, dalam hal pemberian pakan, masih banyak yang hanya mengandalkan rumput lapang hanya 5.26 persen peternak yang menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat. Pengembangan usaha
30
peternakan domba di wilayah tersebut pada masa selanjutnya tentu saja tidak dapat hanya mengandalkan manajemen atau pengelolaan yang selama ini dilakukan oleh para peternak. Secara ekologis, daya dukung wilayah untuk pengembangan ternak domba sangat potensial untuk terus dilakukan pada masa yang akan datang. Hasil penelitian tedahulu antara lain menunjukan secara teknis geo-klimatologis wilayah desa Cibunian sesuai untuk pengembangan usaha peternakan domba. Secara ekonomis, peternak juga percaya bahwa usaha ternak domba cukup menguntungkan. Persepsi peternak, memelihara domba bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Hasil penjualan ternak domba biasanya digunakan untuk membiayai sekolah anak, memperbaiki rumah dan keperluan mendesak lainnya. Kadang penjualan juga menjadi kendala yang dihadapi peternak. Berdasarkan hasil wawancara, menurut peternak selama ini penjualan hanya bergantung pada tengkulak, dengan dijual ke tengkulak posisi tawar peternak rendah sehingga harga yang diterima rendah. Secara kelembagaan, pemberdayaan peternak melalui pendekatan kelompok diakui paling ideal bagi peternak rakyat. Pembentukan kelompok bertujuan agar dapat saling membantu sehingga lebih memudahkan untuk beraktivitas ternak domba. Kelompok ternak di Desa Cibunian ada 4 kelompok yaitu Subur Tani, Adil tani, sejahtera tani, dan Bangunjaya Tani yang rata-rata berangotakan 18 orang peternak, namun saat ini keberadaan kelompok peternak hanya nama dan administrasi saja, tidak ditunjukan dengan aktivitas dilapang. Secara umun kondisi usaha peternakan di Desa Cibunian sudah cukup berkembang namun untuk pengembangan selanjutnya perlu optimalisasi inovasi dan teknologi yang baru sehingga kebiasaan sikap mereka dapat berubah dari tradisional menjadi profesional. Keadaan Umum Usaha Peternakan Domba di Desa Cigudeg Usaha peternakan domba di Desa Cigudeg sudah lama diusahakan oleh penduduk. Wilayah ini juga memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan domba di wilayah Bogor bagian barat. Sistem pemeliharaan yang umumnya dianut oleh peternak adalah domba tidak dikandangkan terus-menerus sepanjang hari. Pengembangan ternak domba dimulai pada tahun 1992 yaitu melalui
Proyek
31
Banpres dan Inpres. Peternak membentuk kelompok ternak masing-masing terdiri dari 30 orang peternak. Sejak saat itu peternakan domba Desa Cigudeg berkembang pesat bahkan pernah mengikuti kejuaraan/kontes ternak se-Jawa Barat. Selanjutnya melihat perkembangan usaha peternakan domba yang cukup berkembang pada tahun 2000
salah
satu
kelompok
ternak
memperoleh kembali bantuan domba
Banpres/Inpres dan pada tahun 2001 salah satu kelompok lain juga menerima bantuan program Guliran Ternak Domba (PGTD). Secara teknis peternak sebenarnya sudah mengenal dan mengetahui unsurunsur pokok teknologi budidaya ternak domba, namun penerapannya masih pada tingkat sederhana sama seperti peternak di Desa Cibunian. Berdasarkan hasil wawancara, menurut peternak agar pengembangan usaha ternak dapat berkembang dan berhasil tidak cukup hanya dibekali denga pengertahuan teknis, tetapi peternak tersebut harus benar-benar memiliki bakat sebagai peternak. Hal ini penting karena dalam mengelola usahaternak apa pun peternak harus sabar, tekun dan sangat mencintai ternaknya. Secara ekologis daya dukung wilayah juga sangat potensial untuk terus mengembangkan ternak domba. Hambatannya jika pada musim kemarau panjang yaitu ketersediaan hijauan (rumput lapang) sangat sedikit sehingga sulit mendapat pakan. Secara ekonomis peternak merasa diuntungkan dengan usaha peternakan domba karena selain dapat memenuhi kebutuhan juga sebagai tabungan keluarga jika suatu saat ada keperluan mendesak. Secara kelembagaan, kelompok ternak di Desa Cigudeg masih aktif namun pertemuan anggota kelompok sangat jarang dilakukan. Pertemuan dilakukan jika ada permintaan dari aparat atau Dinas Peternakan setempat. Sementara untuk bertukar informasi sesama anggota menurut peternak cukup dilakukan secara informal. Saat ini kelompok ternak yang masih aktif adalah kelompok Sugih Mukti dan Tani Rahayu. Secara umum usaha peternakan domba di desa Cigudeg sudah cukup berkembang, namun untuk pengembangan selanjutnya masih perlu dilakukan pembinaan intensif oleh instansi dan aparat terkait.
32
Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja merupakan pengukuran besarnya daya serap orangorang yang melakukan aktivitas beternak domba. Pengukuran penyerapan tenaga kerja usaha peternakan domba pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu penyerapan rumah tangga peternak domba dan penyerapan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba. Penyerapan Rumah Tangga Peternak Domba adalah pembagian antara jumlah Rumah Tangga Peternak Domba (RTPD) dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada di lokasi penelitian. Hasilnya akan memperlihatkan daya serap rumah tangga di lokasi penelitian sebagai rumah tangga peternak domba. Berdasarkan data monografi desa di Desa Cibunian terdapat 175 RTPD dan 2310 KK dengan demikian daya serap rumah tangga Peternak Domba adalah 8.21 persen. Sementara itu di Desa Cigudeg terdapat 251 RTPD dan 3040 KK dengan demikian daya serap rumah tangga peternak domba adalah 8.26 persen. Penyerapan rumah tangga peternak domba disajikan pada Tabel 13 Tabel 13. Penyerapan Rumah Tangga Peternak Domba Tahun 2007 Penyerapan Rumah Tangga Jumlah RTPD Jumlah KK Daya serap RTPD (%)
Desa Cibunian
Cigudeg
175
251
2130
3040
8.21
8.26
Daya serap rumah tangga peternak domba di kedua desa sangat kecil. Hal ini menunjukan bahwa daya serap penduduk di kedua desa sebagai peternak domba masih sedikit jumlahnya, artinya jika dikaitkan dengan Program Guliran ternak Domba (PGTD) yang telah dilakukan hingga tahun kedua saat ini, PGTD belum berjalan dengan baik karena proses perguliran belum merata kesemua penduduk. Seharusnya dengan adanya PGTD daya serap penduduk sebagai RTPD akan semakin banyak dibandingkan dengan sebelum program perguliran ternak . Penyerapan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba adalah pembagian antara jumlah responden yang termasuk angkatan kerja yang beraktivitas ternak domba dengan jumlah responden yang termasuk angkatan kerja. Jumlah
33
angkatan kerja responden di Desa Cibunian adalah 30.60 TKSP dan jumlah angkatan kerja yang melakukan aktivitas beternak domba adalah 17.20 TKSP sehingga daya serap tenaga kerja keluarga usaha peternakan domba di Desa Cibunian adalah 56.21 persen. Jumlah angkatan kerja responden di Desa Cigudeg adalah 70.60 TKSP dan jumlah angkatan kerja yang melakukan aktivitas beternak domba adalah 57.20 TKSP sehingga daya serap tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba di Desa Cigudeg adalah 81.02 persen. Daya serap tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 14. Tabel 14. Daya serap Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba di Lokasi Penelitian. Angkatan Kerja
Desa Cibunian
Cigudeg
Angkatan Kerja Keluarga (TKSP)
30.60
17.20
Angkatan Kerja Pemelihara (TKSP)
70.60
57.20
Daya Serap Tenaga Kerja Usaha Peternaka Domba (%)
56.21
81.02
Daya serap tenaga kerja keluarga di kedua lokasi penelitian cukup tinggi hal ini berarti kontribusi anggota keluarga dalam usaha peternakan domba cukup tinggi. Akan tetapi jika dibandingkan, daya serap tenaga kerja keluarga di Desa Cigudeg lebih tinggi dari pada di Desa Cibunian. Hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar aktivitas beternak peternak di Desa Cigudeg dikerjakan oleh anggota keluarga, dengan kata lain setiap anggota keluarga ikut berpartisipasi aktif dalam aktivitas beternak domba, sedangkan anggota keluarga peternak di Desa Cibunian kurang berperan aktif dalam aktivitas beternak domba meskipun diantara anggota keluarga peternak ada yang termasuk angkatan kerja. Rendahnya daya serap tenaga kerja keluarga di Desa Cibunian bukan disebabkan karena peternak menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Aktivitas di usahaternak mereka hanya menggunakan tenaga kerja keluarga, namun anggota keluarga kurang aktif hampir seluruh aktivitas hanya dilakukan oleh orang tua/peternak. Berdasarkan hasil wawancara, anggota keluarga khususnya anaknya
34
kurang tertarik untuk ikut dalam beternak domba, mereka lebih memilih pergi merantau ke daerah lain dan bekerja menjadi buruh. Berdasarkan hasil diatas dari segi daya serap, baik daya serap rumah tangga peternak maupun tenaga kerja keluarga usaha peternakan domba di Desa Cigudeg seharusnya lebih unggul daripada di Desa Cibunian. Kenyataan ini sangat penting dijadikan bahan informasi dan evaluasi bagi pihak pemerintah, aparat desa, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Curahan Tenaga Kerja Beternak domba merupakan mata pencaharian sampingan bagi penduduk di Desa Cibunian dan di Desa Cigudeg. Penduduk di Desa Cibunian sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sedangkan di Desa Cigudeg sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang. Meskipun demikian, aktivitas beternak domba memerlukan curahan waktu khusus dari setiap rumah tangga peternak domba. Curahan tenaga kerja berbeda-beda pada setiap peternak. Curahan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba di Desa Cibunian rata-rata 351.51
HKP/ST/tahun,
dengan
curahan
tenaga
kerja
suami
sebesar
242.49 HKP/ST/tahun, curahan tenaga kerja isteri sebesar 104.56 HKP/ST/tahun dan curahan tenaga kerja anak 4.46 HKP/ST/tahun. Rata-rata curahan tenaga kerja keluarga di Desa Cigudeg sebesar 262.14 HKP/ST/tahun, dengan curahan tenaga kerja suami sebesar 168.58 HKP/ST/tahun, curahan tenaga kerja isteri sebesar 66.90 HKP/ST/tahun dan curahan tenaga kerja anak sebesar 26.66 HKP/ST/tahun. Rata-rata curahan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba di lokasi penelitian terdapat pada Tabel 15. Tabel 15. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba Anggota keluarga
Curahan Tenaga Kerja (HKP/ST/tahun) Cibunian Cigudeg
Suami
242.49
168.58
Isteri
104.56
66.90
Anak
4.46
26.66
Total
351.51
262.14
35
Curahan tenaga kerja suami paling dominan dibandingkan tenaga kerja yang lain, karena suami merupakan tenaga kerja utama dalam beternak domba. Isteri merupakan tenaga kerja dengan curahan tenaga kerja dominan kedua setelah suami, karena isteri berperan membantu suami jika diperlukan dan bukan pelaku utama. Aktivitas utama isteri adalah mengurus rumah tangga dan anak. Curahan tenaga kerja anak di kedua lokasi penelitian sangat rendah. Kenyataan tersebut sesuai dengan rendahnya daya serap tenaga kerja anak di Desa Cibunian dan lebih menguatkan dugaan bahwa adanya rasa enggan dan tidak ada motivasi anak untuk beternak. Curahan tenaga kerja dalam usaha peternakan domba meliputi kegiatan mencari pakan, memberi hijauan, memberi konsentrat, memberi air minum, membersihkan kandang, memandikan domba, memotong kuku, mencukur bulu dan membersihkan kotoran domba. Curahan tenaga kerja untuk mengobati ternak sakit dan mengawinkan domba tidak diperhitungkan karena kegiatan tersebut tidak termasuk kegiatan rutin. Rata-rata curahan tenaga kerja usaha peternakan domba untuk semua aktivitas disajikan pada Tabel 16. Mencari pakan hijauan merupakan aktivitas yang paling banyak mencurahkan waktu responden di kedua desa dibandingkan aktivitas yang lainnya. Curahan waktu peternak dalam kegiatan beternak domba di Desa Cibunian dan di Desa Cigudeg masing-masing 272.48 HKP/ST/tahun dan 151.01 HKP/ST/tahun.
Aktivitas
memberi pakan merupakan aktivitas yang mencurahkan waktu tertinggi kedua setelah mencari pakan bagi responden di Desa Cibunian, rata-rata curahan waktunya adalah 35.56 HKP/ST/tahun, sedangkan curahan waktu terendah adalah aktivitas memberi konsentrat, rata-rata curahan waktu yang dikorbankan hanya 0.03 HKP/ST/tahun. Aktivitas ini jarang dilakukan oleh responden karena pakan yang diberikan hanya hijauan, pemberian konsentrat hanya sesekali saja. Berbeda dengan Desa Cibunian, responden di Desa Cigudeg mencurahkan waktu tertinggi kedua untuk aktivitas membersihkan kotoran domba, rata-rata curahan waktunya adalah 34.42 HKP/ST/tahun, sedangkan curahan waktu terendah adalah aktivitas memotong kuku. Aktivitas ini bagi responden merupakan aktivitas yang tidak terlalu penting, memotong kuku dilakukan sesekali saja apabila kuku ternak sudah saatnya harus dipotong.
36
Secara keseluruhan curahan waktu untuk beraktivitas beternak domba di Desa Cigudeg lebih efisien dibandingkan dengan Desa Cibunian. Jika diukur berdasarkan standar curahan tenaga kerja pada usaha peternakan domba rakyat menurut Direktorat Jenderal Peternakan yaitu 163.98 HKP/ST/tahun, curahan tenaga kerja di Desa Cibunian (351.51 HKP/ST/tahun) sangat jauh melebihi dari nilai tersebut. sehingga dapat dikatakan responden di Desa Cibunian kurang efisien dalam mengalokasikan waktu untuk beternak domba. Berdasarkan hasil diatas, dari segi curahan tenaga kerja peternak domba di Desa Cibunian lebih banyak menyita waktu untuk beraktivitas ternak domba padahal daya serap tenaga kerja keluarga mereka lebih rendah. Hal ini menggambarkan bukan saja terjadi ketidakefisienan waktu tetapi juga tenaga peternak. Peternak domba di Desa Cibunian lebih dominan menghabiskan waktunya untuk beternak domba meskipun sedikit anggota keluarga yang ikut membantu pada usaha peternakan domba yang mereka tekuni. Peternak domba di Desa Cibunian perlu mengefisienkan waktu dan tenaganya dalam beraktivitas ternak domba. Masih banyak waktu yang terbuang yang dapat digunakan untuk aktivitas lain yang dapat dijadikan untuk menghasilkan pendapatan. Peternak di Desa Cigudeg juga perlu lebih mengoptimalkan lagi waktu dalam menjalankan aktivitas beternak domba sehingga usaha peternakan domba yang mereka lakukan lebih menguntungkan. Mencari Hijauan Mencari hijauan merupakan aktivitas yang paling banyak mencurahkan waku peternak. Waktu yang dibutuhkan peternak untuk mencari hijauan adalah tiga jam per hari. Aktivitas ini banyak menyita waktu, salah satu faktornya adalah lokasi pengambilan hijauan yang jauh dari lokasi usaha peternakan. Setiap hari biasanya peternak mencari hijauan dua kali yaitu pagi (pukul 10.00 WIB) dan siang (pukul 13.00 WIB). Aktivitas ini umumnya dilakukan oleh para suami. Hasil yang diperoleh setiap hari rata-rata 15 kg hijauan, tergantung dari ketersediaan hijauan dan banyaknya ternak yang dimiliki.
37
Memberi Hijauan Memberi hijauan merupakan aktivitas rutin yang wajib dilakukan oleh peternak. Aktivitas ini sangat mudah dilakukan, biasanya aktivitas ini dilakukan oleh isteri. Waktu yang dibutuhkan untuk pemberian hijauan kepada ternak adalah 10 menit. Pemberian hijauan oleh peternak umumnya beragam ada yang memberi tiga kali perhari tetapi ada pula yang memberi empat kali perhari. Banyaknya pemberian sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Memberi konsentrat Peternak di lokasi penelitian jarang dan hampir tidak pernah melakukan aktivitas memberi konsentrat. Hal ini disebabkan karena peternak kurang memahami bahwa konsentrat merupakan hijauan sumber protein sebagai pakan tambahan selain pakan hijauan, meskipun ada pemberian hanya dilakukan sewaktu-waktu saja. Hanya 13.16 persen peternak saja yang melakukan aktivitas ini. Memberi Air Minum Pemberian air minum merupakan aktivitas yang diangap penting dan tidak penting oleh peternak, akan tetapi masih sangat jarang dilakukan peternak. Alasan peternak pakan hijauan telah banyak mengandung air sehingga ternak tidak perlu diberi air minum lagi. Meskipun demikian ada pula yang melakukan aktivitas ini secara rutin misalnya 3 hari sekali ternak diberi air minum dengan menggunakan wadah. Membersihkan Kandang Membersihkan kandang merupakan aktivitas yang penting bagi peternak Aktivitas ini dilakukan rutin oleh peternak. Umumnya peternak membersihkan kandang seminggu sekali bahkan ada yang melakukan 3 hari sekali tergantung keadaan kandang ternak. Waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas ini adalah 30 menit. Memandikan Domba Memandikan domba merupakan aktivitas yang tidak terlalu sering dilakukan oleh peternak. Biasanya ternak domba dimandikan jika tubuh domba benar-benar kotor dan apabila ternak akan dijual dengan maksud agar penampilan ternak cukup menarik pembeli. Waktu yang dibutuhkan untuk memandikan domba adalah 15 menit/ekor.
38
Memotong Kuku Memotong kuku merupakan aktivitas yang jarang dilakukan oleh peternak. Aktivitas ini hanya dilakukan sesekali saja, jika kuku ternak dianggap telah saatnya untuk dipotong. Mencukur Bulu Mencukur bulu merupakan aktivitas yang jarang dilakukan oleh peternak. Hal ini dikarenakan peternak kurang pengetahuan mengenai fungsi dari mencukur bulu ini. Berdasarkan hasil wawancara, peternak enggan mencukur bulu karena khawatir dombanya akan sakit dan terlihat menjadi kurus setelah dicukur. Membersihkan Kotoran Domba Membersihkan kotoran merupakan aktivitas yang sering dilakukan oleh peternak. Aktivitas ini menurut peternak memiliki dua keuntungan yang pertama adalah kandang ternak menjadi bersih dan mereka bisa mengambil pupuk untuk tanaman di kebun mereka. Aktivitas ini dilakukan rutin setiap satu bulan sekali.
39
Tabel 16. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Keluarga pada Aktivitas Usaha Peternakan Domba di Lokasi Penelitian (HKP/ST/tahun) No
Aktivitas
Cibunian Suami
Istri
Cigudeg
Anak
Total
Suami
Istri
Anak
Total
1.
Mencari Pakan/Hijauan
185.03
82.98
4.46
272.48
93.99
39.51
17.49
151.01
2.
Memberi Pakan/Hijauan
26.34
9.21
0.00
35.56
18.92
11.58
2.86
33.35
3.
Memberi Konsentrat
0.03
0.00
0.00
0.03
2.39
1.92
0.96
5.27
4.
Memberi Air Minum
0.38
0.00
0.00
0.38
3.46
2.00
0.45
5.92
5.
Membersihkan Kandang
11.03
5.34
0.00
16.38
14.52
5.87
3.61
24.00
6.
Memandikan Domba
10.36
2.92
0.00
13.28
5.45
0.20
0.10
5.75
7.
Memotong Kuku
0.11
0.00
0.00
0.11
0.04
0.00
0.00
0.04
8.
Mencukur Bulu
0.61
0.10
0.00
0.70
2.37
0.04
0.00
2.41
9.
Membersihkan Kotoran Domba
8.59
4.00
0.00
12.59
27.44
5.79
1.20
34.42
242.49
104.56
4.46
351.51
168.58
66.90
26.66
262.14
Total
40
Hubungan Curahan Tenaga Kerja dengan Kepemilikan Ternak Pengukuran
tingkat
hubungan
kepemilikan
ternak
seberapa
besar
mempengaruhi curahan tenaga kerja dilakukan dengan uji korelasi product moment (r-pearson) Tabel 17. Koefisien Korelasi Hasil Pengukuran Curahan Tenaga Kerja dengan Kepemilikan Ternak Desa
Nilai Koefisien Korelasi
Cibunian
0.336
Cigudeg
0.101
Berdasarkan hasil pengujian korelasi (Tabel 17) menunjukan bahwa curahan tenaga kerja keluarga di kedua desa tidak berhubungan nyata dengan kepemilikan ternak. Artinya bahwa berapapun jumlah ternak yang dimiliki peternak tidak ada hubungannya dengan curahan waktu kerja peternak. Hal ini menggambarkan bahwa peternak dengan kepemilikan ternak banyak atau sedikit curahan kerjanya sama. Hal ini diduga karena skala usaha di kedua desa masih tergolong skala kecil dan curahan waktu peternak kurang efisien sehingga peternak masih sanggup untuk meningkatkan skala kepemilikan ternak tanpa harus mengurangi atau menambah waktu dalam beternak.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Rumah tangga peternak domba di Desa Cibunian sebanyak 175 Rumah Tangga (RT) dengan daya serap sebesar
8.21 persen. Sedangkan rumah tangga
peternak domba di Desa Cigudeg sebanyak 251 Rumah Tangga (RT) dengan daya serap sebesar 8.26 persen.
Penyerapan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba di Desa Cibunian sebesar 17.20 TKSP dengan daya serap sebesar 56.21 persen dari total angkatan kerja keluarga yang ada, sedangkan penyerapan tenaga kerja keluarga di Desa Cigudeg sebesar 57.20 TKSP dengan daya serap sebesar 81.02 persen.
Rata-rata curahan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba di Desa Cibunian sebesar 351.51 HKP/ST/tahun dengan rata-rata curahan tenaga kerja suami sebesar 242.49 HKP/ST/tahun, istri 104.56 HKP/ST tahun dan anak 4.46 HKP/ST/tahun. Sedangkan rata-rata curahan tenaga kerja keluarga pada usaha peternakan domba di Desa Cigudeg sebesar 262.14 HKP/ST/tahun dengan rata-rata curahan tenaga kerja suami sebesar 168.58 HKP/ST/tahun, istri 66.90 HKP/tahun dan anak 26.66 HKP/ST/tahun.
Skala kepemilikan tidak berpengaruh terhadap total curahan tenaga kerja keluarga dan curahan tenaga kerja keluarga per satuan ternak baik di Desa Cibunian maupun di Desa Cigudeg
Saran Peternak di kedua lokasi penelitian perlu menanam hijauan dilahannya sendiri agar dapat mengefisienkan curahan waktu terutama untuk aktivitas pengambilan hijauan.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia-Nya yang telah menuntun penulis menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada program studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Banyak pihak yang sangat berjasa dalam penyelesaian skripsi ini dan banyak dukungan yang penulis terima, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka semua. 1. Ayah dan Ibu, yang telah memberikan kasih sayang, senyuman, dorongan semangat dan segala sesuatu yang tak akan pernah dapat penulis balas. 2. Ir. Dwi Joko Setyono. MS, selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih atas bimbingan dan tuntunannya sehingga penulis dapat melewati proses penyusunan skripsi ini. 3. Ir. Lucia Cyrilla. Msi, selaku dosen pembimbing anggota. Terimakasih atas bimbingan, masukan, tuntunan dan bantuan-bantuan baik moril maupun materiil. 4. Ir. Hadiyanto. MS, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam tim. 5. Dr. Ir. Sri Mulatsih. M Agr. Selaku dosen penguji sidang. Terimakasih atas saran-saran yang diberikan. 6. Ir. Sri Rahayu. Msi, selaku dosen penguji sidang. Terimakasih atas saran-saran yang diberikan. 7. Uak Atin dan uak Yoyoh, yang telah menjadi orang tua penulis di Bogor. Terima kasih atas bimbingan dan kasih sayang yang diberikan. 8. Keluarga sengked (Bapak, Ibu, Teteh, Ela tersayang dan semuanya) terima kasih kalian telah menerima penulis sebagai bagian dari keluarga, semoga kelak jalinan keluarga ini akan selamanya. Amin. 9. Keluarga Pondok Benzin (Anas, Asep, Jemi, Bang Dinand, Bang Haikal, Bang Emil dan Bang Fais). Terima kasih atas bantuan dan kekeluargaannya selama ini. 10. Tim Penelitian (Tony, Didik dan Ita), terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam penelitian.
11. Sahabat-sahabat penulis ( Sandi, Fian, Adit, Anasya, Mira, Khoerunisa, Risza) yang sudah membantu penulis dari penelitian sampai sidang. 12. Teman-teman SEIP 41, teman-teman seperjuangan semuanya. Semangat dan Sukses selalu. 13. dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
DAFTAR PUSTAKA Budi, T.P. 2006. SPSS 13.0 Terapan : Riset Statistik Parametrik. Andi. Yogyakarta Davendra, C. 1993. Kambing. Dalam : Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Williamson, G., and Payne W.J.A. (Eds). Terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2007. Kamus Ketenagakerjaan. http://www.depnakertrans.go.id [30 Juni 2007] Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2007. “Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat tahun 2005” http://www.disnak jabar.go.id [13 Desember 2007] Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. 2006. “Pengelolaan dana Revolving Pengembangan Ternak dan Ikan”. Makalah Rapat Kerja Disnakan Kabupaten Bogor. Bogor Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2004. Buku Statistik Peternakan Tahun 2003. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Faisal, S. 2001. Fornat-Format Penelitian Sosial. Cetakan kelima. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Hadiyanto, S. Riyanto, dan L. Cyrilla. 2006. Pemberdayaan petani-peternak kecil melalui “Participatory Development Communication”. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing XIV/ Tahun 2006 s/d 2008. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kusumawardhani. D. 2004. Analisis curahan tenaga kerja dan kontribusi usaha ternak kambing terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lukefahr, S.D. & T.R. Preston. 1999. Human Development through Livestock Project: Alternative Global Approach for the Next Millenium. World Animal Review. http://www.fao.org/docrep/x3770t04.htm (30 Juni 2007) Mulyono, S. 1999. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta Simanjuntak, P.J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Edisi Kedua. Lembaga Penelitian. Jakarta Soekartawi, A., Suharja, J.L., Dillon dan Hardaker. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Cetakan Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugeng, Y. B. 2000. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. Sukirno, S. 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suradisastra, K. 1993. Aspek-aspek sosial dari produksi kambing dan domba. Sebelas Maret University Press. Semarang. Undang-Undang Ketenagakerjaan No.25 Tahun 1997. Departemen Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Wiradara, T.R. 2005. Sistem 3 strata sebagai strategi pemuliaan dan peningkatan mutu genetis kambing dan domba Indonesia. Jurnal Peternakan. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Domba di Desa Cibunian dan Desa Cigudeg 2.1. Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga Peternak Domba di Desa Cibunian Diketahui : - Jumlah angkatan kerja keluarga : •
Angkatan kerja Pria
•
Angkatan kerja wanita = 17 orang (13,6 TKSP) Total
-
= 17 orang (17,0 TKSP) 34 orang (30,6 TKSP)
Jumlah ankatan kerja pemelihara : • Angkatan kerja Pria
= 10 orang (10,0 TKSP)
• Angkatan kerja wanita = 9 orang ( 7,2 TKSP) Total
= 19 orang (17,2 TKSP)
Penyerapan tenaga kerja keluarga : Jumlah tenaga kerja keluargayang beraktivitas ternak domba (TKSP) =
X100 % Jumlah seluruh responden usia kerja (TKSP) 17,2 TKSP
=
X 100 % 30,6 TKSP
=
56,21%
2.2.
Perhitungan Penyerapan Tenaga Kerja Keluarga Peternak Domba di Desa Cigudeg
Diketahui : - Jumlah angkatan kerja keluarga : •
Angkatan kerja Pria
•
Angkatan kerja wanita = 32 orang (25,6 TKSP) Total
-
= 45 orang (45,0 TKSP) 77 orang (70,6 TKSP)
Jumlah ankatan kerja pemelihara : • Angkatan kerja Pria
= 38 orang (38,0 TKSP)
• Angkatan kerja wanita = 24 orang (19,2 TKSP) Total
= 62 orang (57,2 TKSP)
Penyerapan tenaga kerja keluarga : Jumlah tenaga kerja keluargayang beraktivitas ternak domba (TKSP) =
X100 % Jumlah seluruh responden usia kerja (TKSP) 57,2 TKSP
=
X 100 % 70,6 TKSP
=
81,02 %
Lampiran 3 Hasil Uji Korelasi antara Curahan Tenaga Kerja Keluarga dengan Umur Peternak, Kepemilikan Ternak dan Lama Beternak 3.1 Korelasi antara Curahan Tenaga Kerja Keluarga dengan Umur Peternak, Kepemilikan Ternak dan Lama Beternak di Desa Cibunian 1. Correlations Curahan TK Vs Umur Peternak Correlations X X
Pearson Correlation
Y 1
-.158
Sig. (2-tailed)
.558
N Y
Pearson Correlation
16
16
-.158
1
Sig. (2-tailed)
.558
N
16
16
R Hit = - 0.158 R Table = 0.497 (Ã 0.05) ; 0.26 (Ã 0.10)
2. Correlations Curahan TK Vs Kepemilikan Ternak Correlations X X
Pearson Correlation
Y 1
-.336
Sig. (2-tailed)
.203
N Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
16
16
-.336
1
.203
N
16
16
R Hit = -0.336
3. Correlations Curahan TK Vs Jumlah Keluarga Correlations X X
Pearson Correlation
Y 1
.173
Sig. (2-tailed)
.522
N Y
16
16
Pearson Correlation
.173
1
Sig. (2-tailed)
.522
N
16
16
R Hit = 0.173
4. Correlations Curahan TK Vs Lama Beternak Correlations X X
Pearson Correlation
Y 1
Sig. (2-tailed) N Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
R Hit = -0.122
-.122 .651
16
16
-.122
1
.651 16
16
3.2 Korelasi antara Curahan Tenaga Kerja Keluarga dengan Umur Peternak, Kepemilikan Ternak dan Lama Beternak di Desa Cigudeg 1. Correlations Curahan TK Vs Umur Peternak Correlations X
X 1
Pearson Correlation Sig (2-tailed)
Y
Y .325 .141
N
22
Pearson Correlation
.325
Sig (2-tailed)
.141
N
22
22 1
22
R Hit = 0,325 R table = 0,423 (Ã 0.05) ; 0.360(Ã 0.10)
2. Correlations Curahan TK Vs Kepemilikan Ternak Correlations X
X 1
Pearson Correlation Sig (2-tailed)
Y
Y -.101 .656
N
22
Pearson Correlation
.101
Sig (2-tailed)
.656
N
22
22 1
22
R Hit= -0.101
3. Correlations Curahan TK Vs Jumlah Keluarga Correlations X
X 1
Pearson Correlation Sig (2-tailed)
Y
Y .094 .676
N
22
Pearson Correlation
.094
Sig (2-tailed)
.676
N
22
22 1
22
R Hit = 0.094
4. Correlations Curahan TK Vs Lama Beternak Correlations X
Pearson Correlation
X 1
Sig (2-tailed)
Y
.350
N
22
Pearson Correlation
.209
Sig (2-tailed)
.350
N
22
R Hit = 0.209
Y .209
22 1
22