ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MALANG
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Novarina Belly Sadhana NIM: 0910213109
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul : ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MALANG
Yang disusun oleh : Nama
:
Novarina Belly Sadhana
NIM
:
0910213109
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 31 Juli 2013
Malang, 31 Juli 2013 Dosen Pembimbing,
Dr. Rer. Pol. Wildan Syafitri, SE, MEc NIP. 132 176 88819691210 199703 1 003
ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MALANG
Novarina Belly Sadhana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email:
[email protected]
ABSTRAK UKM memainkan peran dinamis yang potensial dalam meningkatkan pasokan baru serta persaingan, menyesuaikan dan mengembangkan teknologi, menciptakan ragam pasar baru, dan meningkatkan kesempatan kerja dan hasil penjualan. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu di gambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di kota Malang. Dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perdagangan kota Malang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda. Dari model ekonometrika yakni Analisis Regresi Berganda keempat variabel modal (x1), volume penjualan (x2), jenis usaha (x3), dan lama usaha (x4) yang berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Malang adalah variabel modal usaha dan volume penjualan.
Kata kunci: UKM, Penyerapan Tenaga Kerja
A. PENDAHULUAN Sejak krisis ekonomi yang terjadi di Negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah terbukti lebih tangguh dalam menghadapi masalah krisis tersebut. Peran Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia sangat besar dan telah terbukti dapat menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat dilanda krisis ekonomi tahun 1997, UKM lah yang justru dapat tetap bertahan sedangkan perusahaan – perusahaan besar yang begitu luar biasanya mendapat dukungan dari pemerintah masa lalu ternyata tidak mampu menghadapi krisis bahkan banyak yang collapse dan berguguran. Melonjaknya pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan disegala bidang sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan
dinamis. Adanya sektor formal tidak mampu memenuhi dan menyerap angkatan kerja yang terus meningkat secara maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara pertumbuhan angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat dengan lapangan kerja yang tersedia. Karena itu sektor informal menjadi suatu bagian yang penting dalam mengatasi permasalahan ini, salah satunya adalah pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu di gambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Namun usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan kemajuan yang di capai usaha besar.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Usaha Kecil dan Menengah UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi criteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang- undang. Pengertian kecil didalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada batasannya yang dapat menimbulkan defenisi usaha kecil dari beberapa segi.
Teori-teori Ketenagakerjaan Teori Klasik Adam Smith Adam smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain,alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
Teori Malthus Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan penjualan hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan penjualan makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan turunnya penjualan perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut adalah melakukan kontrol atau pengawasan pertumbuhan penduduk. Beberapa jalan keluar yang ditawarkan oleh malthus adalah dengan menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak. Jika hal ini tidak dilakukan maka
pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antara lain akan timbul perang, epidemi, kekurangan pangan dan sebagainya.
Teori Keynes John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga. Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.
Teori Harrod-domar Teori Harod-domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas penjualan. Kapasitas penjualan yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar penjualan tidak menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah penjualan.
Teori penjualan Cobb-Douglas Berdasarkan fungsi penjualan diperlihatkan dalam persamaan berikut:
Cobb-Douglas,
permintaan
tenaga
kerja
(1) Dimana : Ld
= labour demand
W
= tingkat upah riil
P
= tingkat upah umum
Menurut Cappelin (1987), permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh output/permintaan akhir/konsumsi sektor tersebut, dan dapat diperlihatkan dalam persamaan yang merupakan turunan dari model structural sebagai berikut:
Di = f (CR)
(2)
Xi = g (Xl, Di)
(3)
Ei = h (Xi, Wi)
(4)
Dimana: Di
= permintaan akhir dari sektor 1
CR
= konsumsi regional
Xi
= nilai tambah sektor 1
Xl
= sekator lain
Ei
= tenaga kerja sektor 1
Wi
= tingkat upah pada sektor 1
Sedangkan permintaan tenaga kerja oleh setiap sektor ekonomi selain dipengaruhi oleh output juga dipengaruhi oleh tenaga kerja sektor yang bersangkutan, dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: Ei = f (Qi, Ei, {1}) Dimana : Ei
= tenaga kerja di sketor i
Qi
= output dari sektor i
Yang mana permintaan tenaga kerja di sektor I dipengaruhi oleh output dari sektor yang bersangkutan oleh tenaga kerja di sektor tersebut, pada periode sebelumnya.
Teori Permodalan Sumber Modal 1. Sumber Internal Sumber penawaran modal ditinjau dari asalnya pada dasarnya dapat dibedakan dalam sumber intern (internal sources) dan sumber ekstern (external sources). Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan adalah keuntungan yang ditahan (retained net profit) dan akumulasi penyusutan (accumulated depreciations). Sebenarnya ditinjau dari penggunaannya atau bekerjanya kedua dana tersebut di dalam perusahaan tidak ada bedanya. Berikut ini akan dijelaskan ke dua jenis modal yang berasal dari sumber intern perusahaan yaitu :
a. Keuntungan/Laba ditahan Keuntungan/laba yang ditahan adalah besarnya laba yang dimasukkan dalam cadangan atau ditahan, selain tergantung kepada besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada kebijakan deviden (dividend policy) dan kebijakan penanaman kembali (plowing back policy) yang dijalankan oleh perusahaan yang bersangkutan. Meskipun laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersebut dibagikan sebagai dividen maka bagian laba yang dijadikan cadangan adalah kecil. Hal ini berarti sumber intern yang berasal dari cadangan adalah kecil jumlahnya. Secara umum pelaksanaan plow backpolicy dalam perusahaan berpedoman pada : 1. Hendaknya dijalankan selama dapat diinvestasikan dengan rate of return yang lebih tinggi daripada cost of capital –nya. 2. Hendaknya dapat menstabilkan deviden 3. Hendaknya merupakan persiapan untuk menghadapi keadaan darurat atau untuk ekspansi. b. Depresiasi Sumber intern selain berasal dari laba/cadangan juga berasal dari kumulasi penyusutan /depresiasi. Besarnya akumulasi depresiasi yang terbentuk dari depresiasi setiap tahunnya adalah tergantung kepada metode depresiasi yang digunakan oleh perusahaan bersangkutan. Sementara sebelum akumulasi depresiasi itu digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat penggantiantersebut. Selama waktu itu akumulasi depresiasi merupakan sumber penawaran modal di dalam perusahaan sendiri. Makin besar jumlah akumulasi depresiasi berarti makin besar “sumber intern” dari dana yang dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan. 2. Sumber Eksternal Sumber ekstern adalah sumber modal yang berasal dari luar perusahaan Dana yang yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari kreditur dan pemilik, peserta atau penanam saham di dalam perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur adalah utang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal yang berasal dari kreditur tersebut adalah apa yang disebut sebagai modal asing. Metode pembelanjaan perusahaan dengan menggunakan modal asing dinamakan debt-financing. Dana yang berasal dari pemilik, peserta atau penanam saham di dalam perusahaan adalah merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan yang bersangkutan, dan dana ini dalam perusahaan tersebut akan menjadi “modal sendiri”. Dengan demikian pada dasarnya dana yang berasal dari sumber eksternal adalah terdiri dari modal asing dan modal sendiri.
Teori Volume Penjualan Menurut Basu Swastha DH (2004 : 403) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan dapat diartikan juga sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang bagi mereka yang memerlukan dengan imbalan uang menurut harga yang telah ditentukan atas persetujuan bersama.
b. Tujuan Penjualan Kemampuan perusahaan dalam menjual produknya menentukan keberhasilan dalam mencari keuntungan, apabila perusahaan tidak mampu menjual maka perusahaan akan mengalami kerugian. Menurut Basu Swastha DH (2004 : 404) tujuan umum penjualan dalam perusahaan yaitu: 1) Mencapai volume penjualan 2) Mendapatkan laba tertentu 3) Menunjang pertumbuhan perusahaan c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor yang dapat meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu Swastha (2005) sebagai berikut : 1) Kondisi dan Kemampuan Penjual Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah: a)Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan b)Harga produk atau jasa c)Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman 2) Kondisi Pasar Pasar mempengaruhi kegiatan dalam transaksi penjualan baik sebagai kelompok pembeli atau penjual. Kondisi pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni : jenis pasar, kelompok pembeli, daya beli, frekuensi pembelian serta keinginan dan kebutuhannya. 3) Modal Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagangan ditempatkan atau untuk membesar usahanya. Modal perusahaan dalam penjelasan ini adalah modal kerja perusahaan yang digunakan untuk mencapai target penjualan yang dianggarkan, misalnya dalam menyelenggarakan stok produkdan dalam melaksanaan kegiatan penjualan memerlukan usaha seperti alat transportasi, tempat untuk menjual, usaha promosi dan sebagainya. 4) Kondisi Organisasi Perusahaan Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang yang ahli dibidang penjualan.
5) Faktor-faktor lain Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama. Menurut Efendi Pakpahan (2009) faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi volume penjualan adalah saluran distribusi yang bertujuan untuk melihat peluang pasar apakah dapat memberikan laba yang maksimun. Secara umum mata rantai saluran distribusi yang semakin luas akan menimbulkan biaya yang lebih besar, tetapi semakin luasnya saluran distribusi maka produk perusahaan akan semakin dikenal oleh mayarakat luas dan mendorong naiknya angka penjualan yang akhirnya berdampak pada peningkatan volume penjualan.
Pengertian Volume Penjualan Volume penjualan merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Volume penjualan tidak memisahkan secara tunai maupun kredit tetapi dihitung secara keseluruhan dari total yang dicapai. Seandainya volume penjualan meningkat dan biaya distribusi menurun maka tingkat pencapaian laba perusahaan meningkat tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun maka pencapaian laba perusahaan juga menurun. Menurut Kotler (2000) volume penjualan adalah barang yang terjual dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu dan didalamnya mempunyai strategi pelayanan yang baik. Ada beberapa usaha untuk meningkatkan volume penjualan, diantaranya adalah :
1) Menjajakan produk dengan sedemikian rupa sehingga konsumen melihatnya. 2) Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk tersebut akan menarik perhatian konsumen. 3) Mengadakan analisa pasar. 4) Menentukan calon pembeli atau konsumen yang potensial. 5) Mengadakan pameran.
C. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik, kemudian dilengkapi dengan penjelasan secara deskriptif mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan serta mengungkapkan penemuan-penemuan di lapangan (Sugiyono:2009)
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua usaha usaha kecil menengah yang ada di Kota Malang. Usaha yang dijadikan sampel adalah usaha yang memiliki tenaga kerja lebih dari sepuluh orang. Selanjutnya , teknik pengambilan sampel yang juga digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja. Maksudnya,peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. (Sugiyono,2009). Jumlah UKM di Kota Malang yakni sejumlah 880 unit usaha (disperindag:2012). Jumlah sampel ditentukan yaitu dengan karakteristik tenaga kerja lebih dari 10 orang sebanyak 226 unit usaha. Metode Pengumpulan Data Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Studi pustaka dari berbagai literature, majalah, Koran, jurnal dan lain-lain. 2. Mengumpulkan data dari instansi terkait BPS Malang, Dinas Perijinan dan Perdagangan Kota Malang, dan Dinas UKM Kota Malang. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Analisis regresi ini kita gunakan untuk menguji model penyerapan tenaga kerja. Bermula dari spesifikasi model yang dibentuk berdasar teori yang ada atas suatu permasalahan sebagai mana dalam landasan teori, berupa penjabaran model. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka perumusan model fungsi penyerapan tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y = f (X1, X2, X3, X4) Y = β0+ X1β1.+X2β2+X3β3+X4β4 + eε ........................................................... (1) Y = jumlah tenaga kerja yang bekerja (orang) X1 = modal kerja ( Rp dalam sebulan) X2 = volume penjualan X3 = jenis usaha X4 = lamanya usaha βo = intersep β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi parsial μ = distubance error/ error term 1. Keuntungan dengan menggunakan logaritma natural adalah (Gujarati,1997) memperkecil bagi variabel-variabel yang diukur karena penggunaan logaritmadapat memperkecil salah satu penyimpangan dalam asumsi OLS (Ordinary LeastSquare) yaitu heterokedastisitas kerena logaritma natural ( yaitu logaritma dengan bilangan dasar e, di mana e = 2,718). 2. Manfaat yang lain adalah bahwa masing-masing koefisien regresi partial mengukur elastisitas dari dependen variabel terhadap explanatori variabel.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyerapan Tenaga Kerja Pada UKM di Kota Malang Selain memiliki manfaat dapat menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat, peran UKM juga diharapkan mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup besar sehingga dapat membantu masalah pengangguran yang terjadi utamanya di perkotaan. UKM di Kota Malang banyak yang masih menggunakan sistem padat karya, dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut maka setiap unit usaha kecil dan menengah cenderung menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan produksi masing-masing UKM.
Tabel 1: Rentang Jumlah Pekerja Pada UKM di Kota Malang
Jumlah Pekerja Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
Frequency
Percent
10 - 15 orang
67
29.6
29.6
29.6
16 - 21 orang
47
20.8
20.8
50.4
22 - 45 orang
59
26.1
26.1
76.5
> 45 orang
53
23.5
23.5
100.0
226
100.0
100.0
Total
Dari tabel 1 diperoleh jumlah pekerja pada masing-masing rentang berdasarkan kuartil, di mana kuartil pertama (Q1) sebesar 15 orang, kuartil kedua (Q2) sebesar 21 orang, dan kuartil ketiga (Q3) sebesar 45 orang. Pada tabel tersebut, diperoleh jumlah perusahaan dengan jumlah pekerja berkisar pada 10 - 15 orang sebanyak 29,6% (67 perusahaan), 16 - 21 orang sebanyak 20,8% (47 perusahaan), 22 - 45 orang sebanyak 26,1% (59 perusahaan), dan lebih dari 45 orang sebanyak 23,5% (53 perusahaan). Dimana jumlah tenaga kerja paling sedikit terdapat di UD. Hana Jaya, Astra Motor, dan Usaha Jasa percetakan Titi Mas sebanyak 10-11 orang, sedangkan tenaga kerja paling banyak terdapat di Usaha Jasa perbengkelan Sumber Urip yang memperkerjakan sebanyak 340 orang. Jumlah tenaga kerja juga dapat mencerminkan skala usaha masingmasing UKM, semakin besar kebutuhan untuk memproduksi suatu barang akibat meningkatnya permintaan, maka kebutuhan UKM untuk penambahan jumlah tenaga kerja juga akan meningkat. Peningkatan jumlah pekerja untuk mengimbangi skala usaha yang semakin besar sangat dibutuhkan agar usaha dapat berjalan efektif dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Tabel 2: Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B
Model 1
(Constant)
26,796
,0000000777 Nilai Investasi ,0000000017 Volume Penjualani 1,271 Jenis Usaha -1,014 Lama Usaha a. Dependent Variable: Jumlah karyawan
Std. Error 18,191
Standardized Coefficients Beta
t
,142
,000 ,000
,713 ,121
13,940 2,367
,000 ,019
3,739 ,740
,014 -,057
,340 -1,371
,734 ,172
Independent Variable: Nilai Investasi, Volume Penjualan, Jenis usaha, dan Lama usaha
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai konstanta yang dihasilkan adalah 12,811, koefisien regresi untuk variabel Nilai Investasi (X1) sebesar 0,000000079, koefisien regresi untuk variabel Volume Penjualan (X2) sebesar 0,000000001, koefisien regresi untuk Jenis Usaha (X3) sebesar -8,932 , koefisien regresi untuk variabel Lama Usaha (X4) sebesar 0,181. Merujuk kembali persamaan regresi diatas serta hasil pengujian kebermaknaan koefisien regresi maka diperoleh persamaan regresi yang baru dimana tidak melibatkan Jenis Usaha (X3), Lama Usaha (X4) adalah sebagai berikut: Y
Sig.
1,473
= 12,811 + 0,000000079X1(Nilai Investasi)+ 0,000000001X2 (Volume Penjualan)
Adapun interpretasi dari masing-masing nilai koefisien regresi dari persamaan regresi II di atas adalah sebagai berikut: α = 12,811; merupakan nilai konstanta (α) yang menunjukkan jika tanpa dipengaruhi oleh variabel nilai invstasi (X1) dan Volume Penjualan (X2), maka penyerapan tenaga kerja karyawan sebesar 12,811. Β1 = 0,000000079; Merupakan nilai koefisien regresi variabel nilai investasi (X2) yang menunjukkan jika nilai investasi sebagai modal kerja meningkat sebesar 1 satuan maka Penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan sebesar 0,000000079. β2 = 0,000000001; Merupakan nilai koefisien regresi variabel Volume Penjualan (X2) yang menunjukkan jika volume penjualan meningkat sebesar satuan maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan sebesar 0,000000001.
Pengujian Secara Serentak Dengan Uji F (F-Test) Pengujian secara serentak ini menggunakan pendekatan analisia of varance (ANOVA), yang telah jadi satu paket dengan software SPSS ver 13. Adapun pengujian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel Nilai Investasi (X1), Volume Penjualan (X2), Jenis Usaha (X3), Lama Usaha (X4), terhadap Penyerapan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kota Malang. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi probabilitasnya (p), jika nilai probabilitas (p) < 0,05 maka secara simultan Nilai Investasi (X1), Volume Penjualan (X2), Jenis Usaha (X3), dan Lama Usaha (X4) berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Selengkapnya mengenai hasil pengujian dengan uji F ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 3: Hasil Uji F ANOVAb
Model 1
Regression
Sum of Squares 2241868
Residual Total
df
1331129 3572997
4 221 225
Mean Square 560467,110
F 93,051
Sig. ,000 a
6023,206
a. Predictors: (Constant), Lama Usaha, Nilai Investasi, Jenis Usaha, Volume Penjualan b. Dependent Variable: Jumlah karyawan
Sumber: Data diolah 2013
Dari tabel diatas tersebut menunjukkan bahwa besarnya nilai Fhitung adalah 83,334 dan pada tingkat signifikan 5 % (0,05) diperoleh nilai ρ = 0,000 yang berarti bahwa variabel Nilai Investasi (X1), Volume Penjualan (X2), Jenis Usaha (X3), Lama Usaha (X4), secara simultan atau secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kota Malang.
Pengujian Secara Parsial dengan Uji t (t-Test) Pengujian ini dimasudkan untuk menguji kebermaknaan masing-masing variabel yang terdiri dari Nilai Investasi (X1), Volume Penjualan (X2), Jenis Usaha (X3), Lama Usaha (X4), terhadap Penyerapan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kota Malang. Pengujian ini dilakukan dengan uji t yaitu dengan melihat nilai signifikansi probabilitasnya (ρ) yang menguji hipotesis nol (H 0), jika nilai proobabilitas (ρ) masing masing variabel bebas lebih kecil (<) 0,05 maka secara partial koefisien regresi masingmasing variabel Nilai Investasi (X1), Volume Penjualan (X2), Jenis Usaha (X3), Lama Usaha (X4), berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kota Malang. Hasil pengujian secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.5 di atas. Sebagaimana pada Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk semua variabel bebas kecuali variabel jenis usaha (X3) dan variabel lama usaha (X4) pada tingkat signifikan 5 % dan diperoleh nilai signifikansi indikator (p) koefisien regresi untuk b 1,b2(p<0,05) sehingga H0 ditolak dan yang berarti variabel bebas yang terdiri Nilai Investasi (X1) dan Volume Penjualan (X2), secara partial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan
tenaga kerja. Adapun variabel jenis usaha (X3) dan variabel lama usaha (X4) diketahui nilai b3 b4 > 0,05 dengan demikian keputusan Ho diterima untuk variabel jenis usaha (X3) dan variabel lama usaha (X4), yang berarti bahwa variabel jenis usaha (X3) dan variabel lama usaha (X4) secara partial tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Malang.
Pengaruh variabel modal terhadap penyerapan tenaga kerja Dari hasil analisis regresi diatas modal ditemukan berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja, apabila variabel lainnya dianggap konstan, maka dengan semakin meningkatnya modal sebesar 1 satuan maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan sebesar 0,0000000079. Hal ini dapat dijelaskan bahwa modal merupakan komponen yang sangat berperan penting dalam mendirikan suatu usaha dan mendukung suatu kegiatan operasional produksi suatu perusahaan. Semakin modal yang ditanamkan itu tinggi, maka usaha yang didirikan merupakan usaha skala besar yang membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang akan diserap untuk memenuhi kebutuhan produksi perusahaan yang skalanya besar. Demikian pula sebaliknya, apabila kemampuan modal yang kecil maka akan cenderung memulai usaha dengan skala kecil yang masih membutuhkan tenaga kerja yang relatif lebih sedikit.
Pengaruh variabel volume penjualan terhadap penyerapan tenaga kerja Volume penjualan ditemukan berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dimana apabila variabel lainnya dianggap konstan, maka jika volume penjualan meningkat sebesar satuan maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan sebesar 0,000000001. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi volume penjualan yang dihasilkan maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga mengalami peningkatan. Hal ini sangat wajar karena jumlah unit usaha merupakan salah satu penentu peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor industri. Dapat dikatakan pula bahwa jumlah unit usaha pada sektor industri mempengaruhi pihak pengusaha untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaksanakan proses produksinya. Volume penjualan yang tinggi menunjukan bahwa produk yang ditawarkan oleh perusahaan dapat diterima konsumen dengan baik, sehingga untuk memenuhi kebutuhan produksi yang terus meningkat yang ditunjukan dengan volume penjualan yang terus meningkat maka perlu adanya penyerapan tenaga kerja baru untuk mengimbangi penambahan produksi. Pengaruh variabel jenis usaha terhadap penyerapan tenaga kerja Variabel Jenis Usaha ditemukan tidak signifikan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, artinya jenis usaha tertentu tidak terlalu berpengaruh terhadap banyaknya jumlah penyerapan tenaga kerja. Jenis usaha yang dimaksud adalah jenis makanan atau non makanan. Hal ini dapat disebabkan karena pada dasarnya industri kecil di jenis usaha manapun merupakan kegiatan produksi yang hampir semuanya padat karya, sehinggga tidak bisa menunjukkan jenis usaha mana yang lebih banyak akan menyerap tenaga kerja dan membuat variabel ini dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap banyaknya jumlah penyerapan tenaga kerja
Pengaruh Variabel Lama Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Malang Variabel lama usaha ditemukan tidak signifikan berpengaruh terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja pada industri kecil. Hal ini disebabkan karena lamanya usaha yang didirikan belum tentu usaha itu secara maksimal dapat menghasilkan volume penjualan yang tinggi dan membutuhkan modal yang besar untuk mendirikannya. Ini dapat terlihat dari hasil probabilitas analisis regresi berganda tabel diatas. Selain itu, lama usaha juga belum menjamin sebuah industri mampu berkembang sehingga apabila industri masih belum berkembang dalam memenuhi kebutuhan produk yang dibutuhkan masyarakat, maka belum entu ada penyerapan tenaga kerja oleh pihak industri sendiri.
E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, terkait dengan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor Industi berskala kecil dan menengah di Kota Malang dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah UKM yang umumnya merupakan kegiatan ekonomi dengan sistem padat karya memiliki potensi sebagai sektor yang mampu menciptakan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja di Kota Malang Jenis Usaha pada industri kecil dan menengah di Kota Malang didominasi oleh jenis Industri Makanan,minuman dan Rokok dengan rata-rata lama usaha kegiatan UKM yang tergolong cukup baru yakni 2-11 tahun namun mampu menunjukan volume penjualan yang cukup besar sehingga mampu memberikan laba bagi kegiatan UKM yang dijalankan. Sejumlah variabel yang digunakan dalam penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh signfikan terhadap variabel terikatnya. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil pengujian variabel Nilai Investasi, Volume Penjualan, Jenis Usaha, Lama Usaha, berpengaruh signfikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor Industi berskala kecil dan Menengah di Kota Malang. Pengujian secara partial dengan uji t menunjukkan bahwa variabel jenis usaha dan variabel lama usaha tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Nilai Investasi dan Volume Penjualan secara partial berpengaruh signifikan terhadap terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Malang.
F. KETERBATASAN PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurangan,antara lain adalah: 1. Hasil penelitian ini hanya dapat menguji beberapa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Kota Malang, tidak seluruh variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap variabel depedennya. 2. Penggunaan metode OLS ( ordinary least square) masih belum dapat mempertajam hasil penelitian. 3. Penggunaan variabel dummy dalam penelitian ini memiliki kelemahan, karena tidak semua variabel cocok didekati dengan metode dummy oleh karena itu variabel yang ditemukan tidak signifikan dapat disebabkan karena penggunaan variabel dummy yang kurang tepat.
G. SARAN
Berdasarkan temuan penelitian mengenai UKM di Kota Malang, saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagi berikut: 1. Mengamati perkembangan Industri Kecil dan Menengah di Malang yang semakin pesat tentunya dapat menggambarkan kontribusi tersendiri bagi pembangunan ekonomi daerah, khususnya di Kota Malang. Oleh karena itu, perkembangan jenis kegiatan ekonomi UKM sangat perlu diperhatikan, terkait dengan pentingnya modal kerja bagi kegiatan produksi UKM, maka pemerintah Kota Malang dapat memberikan perhatian khusus berupa kemudahan bagi Industri Kecil dan Menengah untuk memperoleh kredit lunak, demi peningkatan usahanya. Pemberian kredit untuk peningkatan usaha tersebut diharapkan dapat memperluas pangsa pasar, yang pada akhirnya akan meningkatkan kebutuhan tenaga kerja yang dengan sendirinya akan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dan diharapkan para pengusaha UKM di Kota Malang mereka dapat mengembangkan volume penjualannya dapat menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak. 2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dan perbandingan untuk melengkapi penelitian yang serupa di masa mendatang khususnya tentang ekonomi sumberdaya manusia terkait dengan upaya penciptaan lapangan kerja serta penyerapan tenaga kerja.
H. DAFTAR PUSTAKA
Bappenas.2009. Peran Sektor Informal Sebagai Katup Pengaman Masalah Ketenagakerjaan. www.bappenas.go.id diakses tanggal 17 Januari 2013
Gujarati,Damodar.2012.Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta:Salemba Empat Indrawati, Surachmi.2009. Perempuan di sektor informal (Studi kasus Pedagang sayur sekitar pasar Terong Makasar).Maksassar: Universitas Saweri Gading Makassar Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Jakarta: Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Simanjuntak,Payaman J.1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FEUI Sugiyono.2009.Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Pustaka Setia