PENGARUH PDB, INVESTASI, DAN JUMLAH UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA PERIODE 2000-2011 SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh : Andre Widdyantoro Nim: 109084000032
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
PENGARUH PDB, INVESTASI, DAN JUMLAH UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA PERIODE 2000-2011 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: ANDRE WIDDYANTORO NIM : 109084000032
Dibawah Bimbingan : Pembimbing I
Pembimbing II
Pheni Chalid, Ph.D NIP. 19560505 200012 1 001
Utami Baroroh, S.Pi, M.Si
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Rabu 10 Juli 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa : 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: Andre Widdyantoro : 109084000032 : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan : Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 198503 1 002
(
2. Lukman, Dr, M.Si NIP. 19640607 200302 1 001
(
3. Fitri Amalia, S.Pd, M.Si NIP. 19820710 200912 2 002
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini, Selasa 27 Agustus 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: Andre Widdyantoro : 109084000032 : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan : Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 27 Agustus 2013 1. Abdul Hamid, Prof., Dr., MS NIP. 19570617 198503 1 002
( _____________________ ) Ketua
2. Fitri Amalia M.Si NIP. 19820710 200912 2 002
( _____________________ ) Sekretaris
3. Lukman, Dr, M.Si NIP. 19810731 200604 2 003
( _____________________ ) Penguji Ahli
4. Pheni Chalid, Ph.D NIP. 19560505 200012 1 001
( _____________________ ) Pembimbing I
5. Utami Baroroh, S.Pi, M.Si
( _____________________ ) Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama
: Andre Widdyantoro
NIM
: 109084000032
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengani ni menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung iawaban atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan temyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 3 Agustus 2013
Andre Widdyantoro 109084000032
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama Lengkap
: Andre Widdyantoro
2.
Tempat/ Tanggal Lahir : Tangerang, 16 November 1991
3.
Alamat
: Komp. Puri Serpong I Blok A1 No.20 RT/RW 01/001 Serpong-Tangerang Selatan 15314
4.
Telepon
: 085693008967
5.
E-mail
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN Formal 1. SDN Pelita Dua
Tahun 1995-2003
2. SMPN 1 Serpong
Tahun 2003-2006
3. SMA N 1 Cisauk
Tahun 2006-2009
4. S1 Universitas Islam Negeri Syarif
Tahun 2009-2013
Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Program Pendidikan Komputer Yayasan Lembaga Pendidikan-Bimbingan Belajar LP3I, 2008-2009 2. Lembaga
Bahasa
&
Pendidikan
Profesional
LIA,
English
Adults:Elementary Levels- Intermediate Levels, 2005-2007
IV. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Tim Olimpiade Ekonomi SMA N 1 Cisauk, periode 2008-2009. 2. BEM J IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2010-2011 3. IMEPI Jabagbar, periode 2010-2011
V. Pengalaman Kerja 1. Koperasi Pegawai POS Indonesia, Jakarta Selatan, 2011 (Magang KKSBT)
i
for
2. Marketing Research Indonesia (MRI), Tebet Raya –Jakarta, 2012 (Mysterious Shopper Bank)
V. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Seminar
Nasional
“Peran
Asuransi
Dalam
Era
Globalisasi”,
diselenggarakan oleh UIN Jakarta, ACA Asuransi, dan CAR Life Insurance, 20 Mei 2010. 2. Visit Mueseum 2010 UIN Syarif Hidyatullah Jakarta (Bank Indonesia dan Bank Mandiri), diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES), 9 Desember 2010. 3. “Pelatihan Alat Analisis Perencanaan Pembangunan”, diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 5 Oktober 2011.
VI. KEPANITIAAN 1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, 27 Februari 2011.
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Sarmun
2. Tempat Tanggal Lahir
: Purworejo, 27 September 1965
3. Ibu
: Hartuti
4. Tempat Tanggal Lahir
: Semarang, 11 Juni 1968
5. Alamat
: Komp. Puri Serpong I Blok A1 No.20 RT/RW 01/001 Serpong-Tangerang Selatan 15314
6. Telepon
: 081295058540
7. Anak Ke dari
: 1 dari 2 bersaudara
ii
ABSTRACT A few this years the role of small and medium enterprises (SMEs) in employment absorption is very high, it can be seen from the average SMEs are able to absorb the workforce of around 90% of the total workforce in Indonesia. This research aims to test the influence GDP of SMEs, investment of SMEs, and number of business units SMEs to workforce absorption small and medium enterprises in Indonesia. Research samples retrieved from the book of SMEs statistic Ministry of Cooperatives and SMEs in 2000-2011. This research uses regression method data panels with Fixed Effects Model, and using 9 sectors of the economy as a cross-section. The results of analysis showed that the GDP of SMEs and number of business units of SMEs influence significanly to workforce absorption. Meanwhile, investment of SMEs has no significant influence to workforce absorption small and medium enterprises. Keywords: Workforce absorption of SMEs, GDP of SMEs, investment of SMEs and the number of business units SMEs.
iii
ABSTRAK Peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam penyerapan tenaga kerja beberapa tahun ini sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rata-rata UKM mampu menyerap tenaga kerja sekitar 90% dari total tenaga kerja di Indonesia. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan menengah di Indonesia. Sampel penelitian diperoleh dari buku statistik usaha kecil dan menengah Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2000-2011. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dengan Fixed Effect Model, dan menggunakan 9 sektor ekonomi sebagai data cross-section. Hasil analisis menunjukan bahwa PDB UKM dan jumlah unit usaha UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan menengah. Sedangkan, investasi UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan menengah. Kata Kunci:
Penyerapan tenaga kerja UKM, PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM.
iv
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah senantiasa memberikan segala rahmat, karunia, dan hidayah -Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011” dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta, Sarmun dan Hartuti. Ananda mengucapkan terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan serta doadoa yang selalu dipanjatkan kepadaNYA. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomidan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan, terima kasih atas semua saran yang Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 5. Ibu Utami Baroroh, SP., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi II, yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima
v
kasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 6. Ibu Fitri Amalia, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih atas bimbingan dan arahnya, serta waktu yang diluangkan untuk berdiskusi dalam perkuliahan sejak awal kuliah hingga akhir. 7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 8. Dwi Rahmawati Putri yang setiap hari bawel, walaupun begitu terima kasih atas semua dukungan, bantuan dan semangatnya, serta karena dirimu lulus dan wisuda duluan sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat seperjuanganku, Dimas Aditya susanto, Anisa Aulia, Wulan Fauzyni, Dimas prabowo, AristyaSani, terimakasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis. 10. Seluruh Kawan-kawan IESP pembangunan dan syariah 2009, Wildan (kiwil), Diki (jhon), Syahrul (prast), Rendy (onta), Kokoh (panda), Salviana, Awak Nanda, Adam, duo cengkareng Mawan Candra dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 11. Seluruh kawan-kawan pencinta alam, dan teman sependakian, terima kasih atas semangat, dan selalu mengingatkan agar penulis tidak terlalu fokus dengan hobi mendaki gunung tetapi juga segera menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, 3 Agustus 2013
Andre Widdyantoro
vi
DAFTAR ISI
Cover Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................
i
Abstract ...........................................................................................................
iii
Abstrak ...........................................................................................................
iv
Kata Pengantar .............................................................................................
v
Daftar Isi ........................................................................................................
viii
Daftar Tabel ...................................................................................................
xi
Daftar Gambar ..............................................................................................
xii
Daftar Lampiran ...........................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..........................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
9
D. Manfaat Penelitian .............................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
11
A. Kerangka Teori .................................................................................
11
1. Pengertian dan Peran UKM ...........................................................
11
a. Pengertian UKM ........................................................................
11
b. Klasifikasi UKM .......................................................................
13
c. Peran UKM ................................................................................
14
2. Tenaga Kerja ..................................................................................
16
a. Pengertian Tenaga Kerja ...........................................................
16
b. Permintaan Tenaga Kerja ..........................................................
17
c. Penyerapan Tenaga Kerja ..........................................................
20
vii
3. Produk Domestik Bruto (PDB) ......................................................
21
a. Pengertian PDB .........................................................................
21
b. Konsep Fungsi Cobb Douglas ...................................................
23
c. Hubungan PDB dengan Penyerapan Tenaga Kerja ...................
23
4. Investasi .........................................................................................
24
a. Pengertian Investasi ...................................................................
24
b.Hubungan Investasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja .............
25
5. Konsep Jumlah Unit Usaha ............................................................
26
B. Penelitian Terdahulu ..........................................................................
27
C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................
41
D. Hipotesis ............................................................................................
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
47
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
47
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................
47
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................
47
1. Sumber Data...................................................................................
47
a. Library Research .......................................................................
48
2. Jenis Data .......................................................................................
48
D. Metode Analisis .................................................................................
48
1. Metode Analisis Data Panel ........................................................... a. Pooled Least Square (PLS) .......................................................
49
b. Fixed Effect Model (FEM) ........................................................
49
c. Random Effect Model (REM) ....................................................
49
d. Chow Test ..................................................................................
51
e. Hausman Test ............................................................................
52
f. The Breusch-Pagan LM Test .....................................................
52
2. Pengujian Hipotesis ..........................................................................
53
a. Uji F-statistik .............................................................................
54
b. Uji t-Statistik .............................................................................
54
c. Koefisien Determinasi ...............................................................
55
d. Uji Asumsi Klasik .....................................................................
55
viii
1) Uji Normalitas....................................................................
55
2) Uji Autokorelasi .................................................................
56
3) Uji Heterokedisitas ............................................................
57
4) Uji Multikolinearitas ..........................................................
58
E. Operasional Variabel ..........................................................................
58
1. Penyerapan Tenaga Kerja UKM ...................................................
59
2. Produk Domestik Bruto UKM .......................................................
59
3. Investasi UKM ...............................................................................
60
4. Jumlah Unit Usaha UKM...............................................................
60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................
62
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................
62
1. Sejarah Singkat UKM ....................................................................
62
2. Perkembangan UKM .....................................................................
63
B. Analisis dan Pembahasan ...................................................................
65
1. Analisis Deskriptif .........................................................................
65
a. Analisa Tenaga Kerja UKM Menurut Sektor Ekonomi ............
65
b. Analisa PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi ..........................
68
c. Analisa Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi ...................
70
d. Analisa Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi ...
71
2. Estimasi Model Data Panel ............................................................
72
a. Pendekatan Pooled Least Square ..............................................
72
b. Pendekatan Fixed Effect Model .................................................
73
c. Chow Test .................................................................................
73
d. Pendekatan Random Effect Model.............................................
74
e. Hausman Test ............................................................................
75
3. Uji Asumsi Klasik ..........................................................................
76
a. Uji Normalitas ...........................................................................
76
b. Uji Autokorelasi ........................................................................
76
c. Uji Heterokedisitas ....................................................................
77
d. Uji Multikolinearitas .................................................................
78
4. Pengujian Hipotesis .......................................................................
79
ix
a. Analisis Pengaruh Secara Parsial ..............................................
80
b. Analisis Pengaruh Secara Simultan...........................................
82
c. Uji Koefisien Determinasi .........................................................
83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
91
A. Kesimpulan...............................................................................
91
B. Saran .........................................................................................
91
Daftar Pustaka ................................................................................................
93
Lampiran-lampiran ......................................................................................
96
x
DAFTAR TABEL
Nomor 1.1
Keterangan Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Mencari pekerjaan, Bekerja, Tenaga Kerja UKM
1.2
Jumlah Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja
1.3
Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Sektor Ekonomi
Halaman 2 4 6
2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
35
3.1
Operasional Variabel
61
4.1
Perkembangan UKM Tahun 2010-2011
63
4.2
Regresi Data Panel: Pooled Least Square
73
4.3
Regresi Data Panel: Fixed Effect Model
73
4.4
Chow Test
74
4.5
Regresi Data Panel: Random Effect Model
74
4.6
Hausman Test
75
4.7
Normalitas
76
4.8
Heterokedisitas
78
4.9
Hasil Estimasi
79
4.9.1
Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model
83
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
43
4.1
Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UKM Menurut Sektor
66
Ekonomi Tahun 2000-2011 4.2
PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
69
Atas dasar Harga Konstan 2000 4.3
Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-
70
2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000 4.4
Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
xii
71
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Keterangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menegah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
Halaman 96
PDB Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor 2.
Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan
97
2000 Investasi Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor 3.
Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan
98
2000 4.
Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011
99
5.
Pendekatan Pooled Least Square
100
6.
Pendekatan Fixed Effect Model
101
7.
Redundant Fixed Effect Model (Uji Chow)
102
8.
Pendekatan Random Effect Model
103
9.
Hausman Test
104
10.
Normalitas Test
104
11.
Multikolinearitas Test
104
12.
Pendekatan Fixed Effect Model (SUR)
105
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi bertujuan menciptakan tingkat gross national product (GNP) yang setinggi-tingginya, akan tetapi diikuti dengan pemberantasan
kemiskinan,
penanggulangan
ketimpangan
pendapatan,
penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan penyegaran kehidupan budaya (Amalia, 2007: 1). Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara berkembang bertujuan memeratakan pembangunan
ekonomi
dan
hasilnya
kepada
seluruh
masyarakat,
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sadono Sukirno, 2005: 445). Sedangkan menurut Heatubun (2008: 25), secara umum salah satu ciri kondisi negara berkembang adalah jumlah populasi cukup tinggi dengan konsekuensi angkatan kerja yang besar dan potensi pengangguran. Tidak jauh berbeda dengan negara berkembang lainya, Indonesia juga memiliki kondisi sesuai ciri negara berkembang tersebut. Masalah pengangguran ini memang selalu menjadi suatu persoalan yang perlu dipecahkan dalam perekonomian negara Indonesia. Jumlah penduduk
1
1
yang bertambah semakin besar setiap tahun membawa akibat bertambahnya jumlah angkatan kerja dan tentunya akan memberikan makna bahwa jumlah orang yang mencari pekerjaan akan meningkat, seiring dengan itu tenaga kerja juga akan bertambah (Kurniawan, 2013: 4). Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2012), jumlah pengangguran pada tahun 2011 mencapai 7,7 juta jiwa atau 6,56 persen dari total angkatan kerja secara umum tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung menurun setiap tahunnya, dilihat pada tahun 2008 TPT sebesar 9.393.515 jiwa turun pada tahun 2009 menjadi 8.962.617 jiwa atau sebesar 4,58 %, dan TPT 2010 turun menjadi 8.319.779 jiwa atau sebesar 7,17 %. Jika dibandingkan keadaan tahun 2011, jumlah TPT sebesar 7.700.086 atau turun sebesar 7,44 %. Dapat disimpulkan berdasarkan penjelasan diatas jumlah pengangguran mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Tabel.1.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Mencari Pekerjaan, Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja, dan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Dalam Jiwa)
Kategori Penduduk yang Mencari
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
2011
4.196.691
8.285.934
6.959.653
5.922.952
6.426.566
4.572.473
95.456.935
99.930.217
102.552.750
104.870.663
108.207.767
109.670.399
89.547.762
91.752.318
94.024.278
96.211.332
99.401.775
101.722.458
Pekerjaan Penduduk yang Bekerja Tenaga Kerja UKM
Sumber: Statistik Indonesia 2012 dan Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah
2
Berdasarkan data tabel diatas jumlah pencari kerja di Indonesia mengalami fluktuatif. Pada tahun 2009 jumlah pencari kerja mengalami penurunan sebesar 14,89 % atau sebesar 5.922.952 jiwa, jika dibandingkan pada tahun 2010, jumlah pencari kerja mengalami peningkatan seperti pada tahun 2007. Peningkatan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 6.426.566 jiwa atau naik sebesar 8.50 % dan pada tahun 2011 jumlah pencari kerja mengalami penurunan kembali sebesar 28,85 % atau sebesar 4.572.473 jiwa. Sedangkan
penduduk
yang
bekerja
secara
keseluruhan
mengalami
peningkatan penyerapan. Pada tahun 2009 penduduk yang bekerja meningkat 2,26% atau sebesar 104.870.663 jiwa. Sedangkan pada tahun 2010 penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 3.337.104 jiwa atau terjajadi peningkatan penduduk yang bekerja sebesar 3,10%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah penduduk yang bekerja meningkat 1,35% dari tahun sebelumnya atau sebesar 109.670.399 jiwa. Jika membandingkan jumlah penduduk yang bekerja dengan tenaga kerja pada UKM, terlihat pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 99.401.775 jiwa atau 97,22 persen dari total penduduk yang bekerja, kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi sebanyak 101.722.458 jiwa. UKM menyerap 97,24 persen dari total penduduk yang bekerja di Indonesia. Data tersebut menggambarkan bahwa kenaikan pencari kerja dapat digunakan sebagai cerminan peningkatan pengangguran, hal tersebut dikarenakan di Indonesia kenaikan jumlah tenaga kerja diikuti juga dengan kenaikan pencari kerja yang mengakibatkan pengurangan pengangguran yang
3
tidak terlalu besar, namun permasalahan pengangguran ini dapat diatasi, dilihat dari kontribusi UKM yang mampu menyerap tenaga kerja rata-rata lebih dari 90 persen setiap tahunnya dari total penduduk yang bekerja, apabila terus dikembangkan UKM mampu menjadi wadah penyerapan tenaga kerja sebagai salah satu pengurangan pengangguran di Indonesia. Tabel.1.2 Jumlah Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja (Dalam Jiwa)
No.
1
2 3 4 5 6
7
8
9
10
Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Jasa Kemasyarakatan
Tahun 2008 2009
2010
2011
2006
2007
-1.174.534
1.071.232
125.232
280.134
-116.899
-2.166.026
18.903
71.517
75.926
84.693
99.268
210.875
-62.815
478.559
180.647
290.424
984.451
717.830
33.376
-53.134
26.230
21.940
11.016
5.566
131.900
555.227
186.384
47.852
106.080
746.914
1.306.513
1.338.990
667.094
726.079
544.353
904.361
11.115
294.855
220.692
-61.518
-498.963
-540.200
204.192
53.446
60.495
26.611
252.890
893.876
1.028.404
664.084
1.079.833
901.698
1.954.908
689.436
3.337.104
1.462.632
1.498.548 4.473.282 2.622.533 2.317.913 Jumlah Sumber: Statistik Indonesia 2005-2011, diolah
Berdasarkan tabel perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja diatas, secara keseluruhan penyerapan tenaga kerja pada masing-masing sektor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan total
4
penduduk yang mencari kerja pada tabel 1.1, pada tahun 2009 tenaga kerja yang diserap hanya 39,13 persen dari total pencari kerja kemudian naik menjadi 51,92 persen pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 tenaga kerja yang diserap sebesar 31,98 persen dari total pencari kerja. Sedangkan bila dilihat perkembangannya menurut sektor atau lapangan pekerjaan terjadi fluktuasi. Pada sektor pertanian kehutanan, perburuan dan perikanan terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 sebesar 116.899 jiwa, dan pada tahun 2011 sebesar 2.166.206 jiwa. Pada sektor listrik, gas dan air terjadi penurunan pada tahun 2007 sebesar 53.134 jiwa, dan pada tahun 2009-2011 terjadi penurunan penyerapan pada sektor angkutan pergudangan dan komunikasi sebesar 61.518 jiwa kemudian 498.963 jiwa, dan tahun 2011 menjadi 540.200 jiwa. Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit (Heatubun, 2008: 26). Sedangkan menurut Purwanto (2013), saat ini Usaha Kecil Menengah selanjutnya disebut dengan UKM merupakan salah satu usaha yang strategis untuk mempercepat pertumbuhan struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak dan sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen. Dimana UKM ini memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja.
5
Tabel.1.3 Nilai Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Sektor Ekonomi (Dalam Jiwa)
No. 1
2
3 4 5 6
7
8
9
Skala Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan Jasa-Jasa
2006
2007
Tahun 2008 2009
2010
2011
3.452.684
285.379
-349.139
337.514
212.840
307.892
-5.107
46.532
365.484
75.144
63.291
233.779
1.110.175
423.367
351.463
268.589
419.252
420.882
93.956
-1.878
39.772
-3.081
-771
29.946
-21.962
39.130
3.828.014
-114.477
173.805
758.498
852.744
933.189
-2.593.073
1.148.443
1.047.026
-673.182
32.316
81.188
2.406.481
-72.069
258.138
941.928
1.813.000
59.237
-1.266.011
45.871
140.475
357.919
-911.507
338.412
-577.781
501.191
876.387
-56.916
3.190.443
2.320.683
Jumlah 6.416.308 2.204.556 2.271.960 2.187.054 Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM, diolah
Tabel diatas menjelaskan perkembangan penyerapan tenaga kerja yang terjadi pada UKM berdasarkan sektor ekonomi. Jika dibandingkan dengan pencari kerja pada tabel 1.1, pada tahun 2009 kontribusi UKM dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 37 persen atau sebesar 2.187.054 jiwa sedangkan pada tahun 2010 UKM mampu meningkatkan tenaga kerja sebesar 3.190.443 jiwa atau berkontribusi sebesar 49,64 persen dari total pencari kerja. Sedangkan pada tahun 2011 UKM mampu menyerap 2.320.683 jiwa dari total jumlah pencari kerja atau sebesar 50, 75 persen.
6
Menurut Tejasari (2008), pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap tahunnya. Perkembangan jumlah UKM periode 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari 53.823.732 unit pada tahun 2010, menjadi 55.206.44 unit pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha nasional tahun 2011. Disisi lain, pada tahun 2010 nilai PDB atas harga konstan 2000, peran UKM tercatat sebesar Rp. 1.282,6 triliun atau 57,83 persen dari total PDB nasional. Pada tahun 2011 kontribusi UKM pada nilai PDB atas harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.369,3 triliun atau 57,60 persen, meningkat sebesar Rp. 86,8 triliun atau 6,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pada tahun 2010 peran UKM dalam pembentukan investasi nasional menurut harga konstan 2000 tercatat Rp. 247,1 triliun atau sebesar 48,34 persen dari total investasi nasional yang sebesar Rp. 511,2 triliun, sedangkan pada tahun 2011 peran UKM mengalami peningkatan sebesar Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen menjadi Rp. 260,9 triliun atau 49,11 persen dari total investasi nasional sebesar Rp. 531,3 triliun (Kementerian Koperasi dan UKM, 2011). Berdasarkan
dengan
beberapa
penjelasan
mengenai
tingkat
pengangguran yang menurun setiap tahunnya tetapi diiringi pula dengan fluktuasi atau naik turunnya para pencari kerja menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja yang tidak terlalu besar dan pengangguran tetap
7
menjadi masalah pembangunan ekonomi Indonesia. Mengingat kontribusi UKM yang besar dalam pembentukan nilai PDB, Investasi, dan jumlah unit usaha dari proposi total yang ada di Indonesia, secara garis besar kondisi UKM dapat menjadi sektor yang potensial untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebagai realisasi pengurangan permasalahan pengangguran Indonesia. Jadi permasalahan yang akan diteliti adalah apakah PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM dapat berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap penyerapan tenaga kerja UKM Indonesia periode 2000-2011. Maka Judul Penelitian ini adalah “Pengaruh PDB, Investasi, Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, pengangguran merupakan salah satu permasalahan pada negara berkembang termasuk di Indonesia. Pada tabel 1.1 menggambarkan bahwa setiap tahunnya Indonesia mengalami penurunan pengangguran yang diikuti fluktuasi atau naik turunnya pencari kerja, hal ini menyebabkan pengangguran masih menjadi permasalahan di Indonesia. Guna mengurangi permasalahan pengangguran tersebut, maka penyerapan tenaga kerja yang perlu ditingkatkan. Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit. Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 1.3, perkembangan penyerapan tenaga kerja
8
pada UKM beberapa tahun belakang ini terus bertambah bahkan mampu menyerap sebesar 49 persen sampai 50 persen dari total pencari kerja, sedangkan tabel 1.1 menjelaskan bahwa pada tahun 2010 total tenaga kerja UKM mencapai 97,22 persen dari total penduduk yang bekerja dan bertambah menjadi 97,24 persen pada tahun 2011. Selain itu, dilihat dari kontribusi UKM dalam perekonomian Indonesia yang terus meningkatkan PDB, investasi, dan jumlah unit usaha, UKM mampu menjadi salah satu sektor yang dapat memperdayakan masyarakat dalam kata lain meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mampu meminimalisir masalah pengangguran. Maka permasalahan yang akan mempengaruhi UKM dalam penyerapan tenaga kerja, dapat dirumuskan sebagai berikut; 1. Seberapa besar pengaruh variabel PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM Indonesia secara simultan. 2. Seberapa besar pengaruh variabel PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM Indonesia secara parsial. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian data yang diperoleh dan dikaji, maka tujuan penelitian ini adalah; 1. Untuk mendapatkan besaran pengaruh variabel PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UMK terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM Indonesia secara simultan.
9
2. Untuk mendapatkan besaran pengaruh variabel PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UMK terhadap variabel penyerapan tenaga kerja UKM Indonesia secara parsial.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang penyerapan tenaga kerja UKM dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi seperti PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit UKM, berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM dalam negeri. 2. Bagi Pemerintah daerah membantu dalam mengambil kebijakan dalam membantu memajukan pembangunan ekonomi melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai realisasi penguranagn permasalahan pengangguran di Indonesia. 3. Sebagai acuan bagi mahasiswa dan koleksi perpustakaan yang dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang penyerapan tenaga kerja, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian dan Peran UKM a. Pengertian UKM Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS). Keputusan 28 Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. 1) Menurut Kementerian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000. sampai Rp. 2.500.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 500.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. 2) Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
memberikan
definisi
UKM
berdasarkan kunatitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas
11
11
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. 3) Berdasarkan
Keputuasan
316/KMK.016/1994
tanggal
Menteri
Keuangan
27
1994,
Juni
usaha
Nomor kecil
didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggitingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : 1). bidang usaha perseroan firma (Fa), persekutuan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), dan koperasi. 2). perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa). 4) Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus 12
juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa definisi Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih dari Rp. 50 juta sampai paling banyak Rp. 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 miliar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp. 50 miliar. b. Klasifikasi UKM Suatu komite untuk pengembangan ekonomi mengajukan konsep tentang usaha kecil dan menengah dengan lebih menekankan pada kualitas atau mutu daripada kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaan usaha kecil, menengah dan besar. Ada empat aspek yang dipergunakan
dalam
konsep
UKM
tersebut,
yaitu
pertama, 13
kepemilikan; kedua, operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan pemodal; ketiga, wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya; keempat, ukuran dari perusahaan lainnya dalam bidang usaha yang sama. Ukuran yang dimaksud bisa jumlah pekerja atau karyawan atau satuan lainnya yang signifikan (Partomo dan Soejodono, 2004). Menurut Rahmana (2009), UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu: 1) Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafka, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima. 2) Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan. 3) Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4) Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (UB). c. Peran UKM Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terstruktur dengan arah produktivitas dan daya saing adalah tujuan dan peran UKM dalam menumbuhkan wirausahawan yang tangguh. Secara umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran: 14
1) Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi 2) Penyedia lapangan kerja terbatas 3) Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat 4) Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta kontrbusinya terhadap neraca pembayaran. (Departemen Koperasi, 2008). Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah unit UKM sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari total unit usaha yang ada di Indonesia dan pada tahun 2006 jumlah UKM meningkat menjadi sebanyak 48,9 juta unit. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha UKM, maka turut meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diserap. Pada tahun 2005, jumlah tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 83,2 juta jiwa kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi sebanyak 85,4 juta jiwa dan UKM menyerap 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007). Posisi tersebut menunjukan bahwa UKM berpotensi menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian (Tejasari, 2008).
15
Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA, The Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan The Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi. 2. Tenaga Kerja a. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja menurut Mulyadi.s (2003) dalam Karib, (2012: 56) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan (Statistik UKM 2012: 2) Berdasarkan BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang biasanya berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun administasi. Sedangkan menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
16
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Menurut P. Simanjuntak, (1985) dalam Wicaksono (2010), di Indonesia dipilih batas umur minimal 10 tahun tanpa batas maksimum. Pemilihan batas umur 10 tahun berdasarkan kenyataan bahwa pada umur tersebut sudah banyak penduduk yang bekerja karena sulitnya ekonomi keluarga mereka. Indonesia tidak menganut batas umur maksimal karena Indonesia belum memiliki jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang memiliki tunjangan di hari tua yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta. Untuk golongan ini pun, pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Oleh sebab itu mereka yang telah mencapai usaha pensiun biasanya tetap masih harus bekerja sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja. b. Permintaan Tenaga Kerja Menurut Aris Ananta (1993: 39) dalam Zamrowi (2007), bahwa permintaan tenaga kerja merupakan sebuah daftar berbagai altenatif kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia yang berhubungan dengan tingkat gaji. Sedangkan menurut Arfida BR, (2003) dalam Pratama (2012), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi. 17
Sudarsono (1988: 35) dalam Putra (2012), menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta adalah lebih ditujukan pada kuantitas dan banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu. Menurut pandangan mazhab klasik, perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, menurut ahli-ahli ekonomi klasik pengangguran tenaga kerja merupakan keadaan yang berlaku secara sementara saja. Pandangan ini didasarkan kepada dua keyakinan yaitu; (i) fleksibilitas suku bunga dan tingkat harga akan menyebabkan keseimbangan di antara penawaran dan permintaan agregat sehingga penggunaan tenaga kerja penuh, (ii) fleksibilitas tingkat upah mewujudkan keadaan di mana permintaan dan penawaran tenaga kerja mencapai keseimbangan pada penggunaan tenaga kerja penuh (Sadono Sukirno, 2004: 70). Pandangan teori klasik tersebut dibantahkan oleh Keynes, Keynes berpendapat bahwa penggunaan tenaga kerja penuh adalah keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan
18
permintaan agregat yang menjadi wujud perekonomian. Pandangan ini mengacu kepada dua hal berikut; (i) faktor-faktor yang menentukan tingkat
tabungan,
tingkat
investasi
dan
suku
bunga
dalam
perekonomian. (ii) sifat-sifat perkaitan di antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha (Sadono Sukirno, 2004: 80). Teori lain tentang permintaan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) kedalam output atau keluaran. Mankiw (2003: 49) mengasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah :
𝑄𝑡 = f ( 𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 ) Sedangkan
(1) persamaan
keuntungan
yang diperoleh
suatu
perusahaan menurut Model Neoklasik adalah sebagai berikut :
t = TR − TC Dimana : TR = 𝑃𝑡 . 𝑄𝑡 Dalam menganalisa penentuan penyerapan
(2) (3) tenaga kerja,
diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital (K) dan Tenaga kerja (L). Bellante (1990) mengasumsikan tenaga kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja (W) sedangkan untuk kapital diukur dengan tingkat suku bunga (R).
TC = 𝑅𝑡 𝐾𝑡 + 𝑊𝑡 𝐿𝑡
(4)
19
Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh :
t = 𝑃𝑡 . 𝑄𝑡 − 𝑅𝑡 𝐾𝑡 − 𝑊𝑡 𝐿𝑡
(5)
Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan pertama fungsi keuntungan diatas harus sama dengan nol (π’=0), sehingga didapatkan :
𝑊𝑡 𝐿𝑡 = 𝑃𝑡 . f(𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 ) - 𝑅1 𝐾𝑡
(6)
𝐿𝑡 = 𝑃𝑡 . f(𝐿𝑡 , 𝐾𝑡 )- 𝑅1 𝐾𝑡 /𝑊𝑡
(7)
Dimana : 𝐿𝑡 = Permintaan Tenaga Kerja 𝑊𝑡 = Upah Tenaga Kerja 𝑃𝑡 = Harga Jual Barang per unit 𝐾𝑡 = Kapital (Investasi) 𝑅𝑡 = Tingkat Suku Bunga 𝑄𝑡 = Output (PDB) Berdasarkan
persamaan
diatas,
dapat
diketahui
bahwa
permintaan tenaga kerja (𝐿𝑡 ) merupakan fungsi dari kapital (Investasi), Output (pendapatan), tingkat suku bunga (R) dan tingkat upah (W). c. Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Todaro (2003: 307) dalam Karib (2012), penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh pencari kerja.
20
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja (BPS, 2003). Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor formal dan informal. Sektor formal mencakup perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya berskala besar. Sebaliknya sektor informal merupakan sektor dengan kegiatan usaha umumnya sederhana, skala usha relative kecil, umumnya sektor informal tidak berbadan hukum, usaha sektor informal sangat beragam. Dalam hal ini UKM merupakan salah satu indikasi dari sektor informal (Raselawati, 2011: 44). 3. Produk Domestic Bruto (PDB) a. Pengertian PDB Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam satuan nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu (Mankiw, 2007 : 17). Menurut Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi
21
dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1 tahun). Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004: 34), Produk Domestik Brotu (PDB) adalah barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain dalam kata lain produksi nasional diciptakan olek faktorfaktor produksi yang berasal dari luar negeri. Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988: 42 dalam Subekti, 2007). Menurut Simanjuntak (1985: 51), dalam Akmal (2010), yang menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi. 22
b. Konsep Fungsi Cobb Douglas Menurut Sukirno (1994:190) dalam Karib (2012), teori produksi merupakan suatu aktifitas yang memberikan nilai guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebuah fungsi produksi dapat berbentuk tabel atau matematis yang menunjukkan jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan berdasarkan suatu kelompok input yang dispesifikasikan, dengan mengingat teknologi yang ada. Hubungan di antara faktor-faktor produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
Q = f (Κ, L,R,T )
(1)
Dimana: Q = Jumlah Produksi K = Jumlah stok modal L = Jumlah Tenaga Kerja / keahlian keusahawan R = Kekayaan Alam T = Tingkat Teknologi c. Hubungan PDB dengan Penyerapan Tenaga Kerja Tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus bisnis. Pergerakan ini diidentifikasi pertama kali oleh Arthur Okun, dan sekarang dikenal dengan nama Hukum Okun. Salah satu konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil harus tumbuh secepat PDB potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat.
23
PDB harus tetap melaju untuk menjaga tingkat pengangguran stabil. Jika pengangguran ingin diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh lebih cepat dari PDB potensial (Mankiw, 2007: 249). Dengan kata lain, dengan meningkatnya PDB maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Oleh karena itu hubungan antara jumlah output dengan penyerapan tenaga kerja adalah apabila terjadi kenaikan permintaan output yang dihasilkan suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut cenderung akan meningkatkan jumlah tenaga kerjanya untuk memenuhi kebutuhan tersebut atau dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada (Wicaksono, 2010). 4. Investasi a. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara professional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung (Raselawati, 2010: 28). Sedangkan menurut Sukirno (2004: 121), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa depan.
24
Investasi adalah suatau kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa-masa yang akan datang (Kementerian Koperasi dan UKM 2011). b. Hubungan Investasi dengan Penyerapan Tenaga Kerja Investasi
bertujuan
untuk
meningkatkan
produksi
dan
produktifitas yang lebih tinggi yang akan mengakibatkan surplus yang lebih besar, sehingga mempengaruhi proses investasi pada sektor yang satu atau yang lainnya. Dengan begitu kesempatan kerja semakin meningkat sehingga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja (Karib 2012: 60). Sedangkan menurut Akmal (2010), investasi yang dilakukan dalam rangka penyediaan barang-barang modal seperti mesin dan perlengkapan produksi untuk meningkat hasil output akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena barang-barang modal tersebut membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya. Semakin besar investasi yang dilakukan akan semakin banyak tenaga kerja yang diminta, terutama investasi yang bersifat padat karya. Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tenaga kerja. Teori Harrod Domar menjelaskan bahwa dalam jangka panjang investasi mempunyai pengaruh ganda, di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain investasi juga mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok
25
modal yang tersedia. Pada konsep ICOR, investasi adalah total dari pembentukan modal tetap dan stok barang yang terdiri atas gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan sebagainya. Nilai dalam investasi terdiri dari : 1) Pembelian barang modal baru. 2) perbaikan besar barang yang sifatnya menambah umur atau meningkatkan kemampuan. 3) Penjualan barang modal bekas. 4) Perubahan stok. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan mempunyai efek ganda yang akan meningkatkan permintaan tenaga kerja, maka investasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional, khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional atau PDB, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak
pada
memperhitungkan
pertumbuhan efek
pendapatan
pengganda,
maka
nasional. besarnya
Dengan persentase
pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari besarnya persentase pertumbuhan investasi (Mankiw, 2003: 453). 5. Konsep Jumlah Unit Usaha Menurut Matz (2003) dalam Wicaksono (2010), dengan adanya peningkatan investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan oleh dengan adanya peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah perusahaan yang
26
ada pada industri tersebut. Peningkatan jumlah perusahaan maka akan meningkatkan jumlah output yang akan dihasilkan sehingga lapangan pekerjaan meningkat dan akan mengurangi pengangguran atau dengan kata lain akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan menurut Karib (2012: 61) jumlah unit usaha erat dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri, dilihat dari terus meningkatnya jumlah usaha.
B. Penelitan Terdahulu 1. Abdul Karib (2012) “Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat”, model yang telah di rumuskan akan di regres untuk mengestimasi persamaan tersebut dengan menggunakan metode Ordinairy Least Square (OLS), dengan menggunakan data sekunder dalam menganalisis yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas perindustrian dan perdagangan Sumatera Barat (Sektor Industri dalam angka 1997- 2008). Hasil analisis data menunjukan sebagai berikut: a. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat dipengaruhi oleh variabel nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha. b. Nilai produksi, nilai investasi, dan jumlah unit usaha merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat tahun 1997 – 2008. 27
c. Variabel produksi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat. Variabel produksi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga kerja. d. Variabel investasi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat. Variabel investasi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga kerja. e. Variabel jumlah unit usaha merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat. 2. Rizky Eka Putra (2012) “Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”, variabel penelitian adalah nilai investasi, nilai upah, nilai produksi sebagai variabel bebas dan penyerapan tenaga kerja sebagai variabel terikat. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan terdapat pengaruh signifikan atara nilai investasi, nilai upah dan nilai produksi dan terhadap penyerapan tenaga kerja industri mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif nilai investasi, nilai upah dan nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di
28
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. 3. Nenik Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011) “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah Di Kabupaten Semarang”. Model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis regresi berganda. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa : a. Variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kabupaten berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja di
Kabupaten
Semarang. b. Variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang. c. Variabel nilai investasi pada Industri Kecil dan Menengah berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang. d. Variabel Upah Minimum Kabupaten berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang. e. Secara simultan atau bersama-sama variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kabupaten mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang.
29
4. Achma Hendra Setiawan (2010) “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang”, Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analsis regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk data runtut waktu (time series) selama periode 1993 - 2007. Data mengenai jumlah tenaga kerja dan UMK diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Semarang, sedangkan data mengenai jumlah unit usaha, nilai investasi dan nilai output berasal dari Dinas Perindustrian Kota Semarang. Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output dan upah minimum secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Jumlah unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kota secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap jumlah tenaga kerja, sedangkan nilai output tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Variabel yang paling berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Kota Semarang adalah jumlah unit usaha, sedangkan variabel nilai output memiliki pengaruh yang paling kecil di antara variabel yang lain. 5. The Institute for Manufacturing (IFM) University Of Cambridge (2010) “Stimulating Growth and Employment in the UK Economy”. Penelitian ini diprioritaskan pada bisnis langsung untuk UKM manufaktur,
30
yang bertujuan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi Inggris. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan industri Inggris dipengaruhi oleh pengembangan UKM manufaktur yang ada. UKM juga mampu mendorong Pertumbuhan nilai financial (PDB) dan nilai strategis (pertumbuhan lapangan kerja, pengembangan modal intelektual, dan pengembangan kemampuan karyawan). 6. Ariyanto (2010) “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja Propinsi Jawa Tengah Tahun 1985 - 2007”. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan data deret waktu (time series) antara tahun 1985-2007. Pencarian data terutama pada berbagai sumber atau instansi yang terkait dengan penelitian ini. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan ECM (Error Correction Model). Berdasarkan hasil analisis ECM (Error Correction model), dapat disimpulkan bahwa: pertama, pertumbuhan PDRB ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Kedua, pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah dalam jangka pendek dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Ketiga, nilai ekspor mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah dalam jangka pendek dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. 31
7. Maharani Tejasari (2008) “Peran Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa PDB UKM, Investasi UKM, Ekspor UKM, Tenaga Kerja UKM, Jumlah UKM, Pendapatan per kapita, Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi pada Usaha kecil (KUK) dari tahun 1996-2006. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha (0.904148), Kredit Modal Kerja (0.035586) dan PDB UKM (0.062321) secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan jumlah usaha, Kredit Modal Kerja dan pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan kesempatan kerja. Sedangkan, Kredit Investasi Usaha Kecil (-0.074278) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan kredit ini lebih banyak digunakan untuk investasi yang padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Pendapatan per kapita (-0.378047) memberikan pengaruh yang signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja karena semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM. Tenaga kerja (2.813870) dan investasi (0.85055) secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena peningkatan produktivitas tenaga kerja dan investasi akan
32
mendorong kenaikan output UKM. Akan tetapi, nilai ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi karena sumbangan dan kontribusinya yang masih rendah. Disamping itu, hal tersebut juga dikarenakan kondisi ekspor Indonesia dimana sebagian besar input ekspor masih bergantung pada impor. Sehingga mengakibatkan ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB. 8. Reyes Aterido dan Mary Hallward-Driemeier (2007) “Investment Climate and Employment Growth: The Impact of Access to Finance, Corruption and Regulations Across Firms”. Penelitian ini dilakukan oleh world bank dan inter-American Development bank. Penelitian ini telah memberikan bukti baru tentang peran iklim investasi pada pertumbuhan lapangan kerja. Hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan di kategori ukuran perusahaan baik dari segi perbedaan kondisi obyektif yang dihadapi oleh perusahaan dan dalam hal non-linearities dalam dampak dari kondisi tersebut. Rendahnya akses terhadap pembiayaan, korupsi, peraturan bisnis kurang berkembang dan kemacetan infrastruktur pergeseran ke bawah distribusi ukuran kerja. Rendahnya akses terhadap pendanaan dan peraturan bisnis yang efektif mengurangi pertumbuhan semua perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan mikro dan kecil. Korupsi dan infrastruktur yang buruk membuat kemacetan pertumbuhan untuk perusahaan menengah dan besar. Hasil ini juga memperkuat pentingnya membedakan dampak di kelas ukuran perusahaan yang memungkinkan untuk perusahaan mikro (kurang dari 10 karyawan) menjadi berbeda dari "kecil" perusahaan.
33
Hasil penelitian ini menegaskan tentang pentingnya akses terhadap pendanaan bagi perusahaan-perusahaan mikro dan kecil. Ini memberikan kontribusi pada pengetahuan yang ada di bidang keuangan di berbagai bidang. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pada pertumbuhan lapangan kerja dari unit tambahan pembiayaan eksternal tertinggi untuk perusahaanperusahaan ini. Hal ini juga membandingkan efek dari berbagai bentuk pembiayaan terhadap pertumbuhan lapangan kerja dan menemukan bahwa akses ke modal kerja memiliki efek tertinggi dari semua. Perusahaan mungkin lebih cenderung untuk mengambil pekerja tambahan jika mereka mampu membayar upah secara teratur bahkan dalam menghadapi arus kas pasti.
34
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Lanjutan No Nama Peneliti 1.
Abdul Karib (2012)
Judul Penelitian “Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat”,
Variabel Penelitian 1). Produksi 2). Investasi 3). Unit Usaha 4). Penyerapan Tenaga Kerja
Metode Analisis
Hasil Penelitian
Model yang telah di rumuskan akan di regres untuk mengestimasi persamaan tersebut dengan menggunakan metode Ordinairy Least Square (OLS), dengan menggunakan data sekunder dalam menganalisis yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas perindustrian dan perdagangan Sumatera Barat (Sektor Industri dalam angka 1997- 2008).
Hasil analisis data menunjukan sebagai berikut: a. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Sumatera Barat dipengaruhi oleh variabel nilai produksi, nilai investasi dan jumlah unit usaha. b. Nilai produksi, nilai investasi, dan jumlah unit usaha merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat tahun 1997 – 2008. c. Variabel produksi, dan Investasi merupakan faktor yang cukup menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera
35 35
Tabel 2.1 Lanjutan No Nama Peneliti
2.
3.
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Rizky Eka Putra “Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, (2012) dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”
1). Investasi
Nenik Woyanti “Pengaruh Jumlah dan Ayu Wafi Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Lestari (2011) Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan
1). Permintaan Tenaga Kerja
2). Upah 3). Nilai Produksi
Metode Analisis
Hasil Penelitian Barat. Variabel produksi memiliki hubungan yang positif dengan tenaga kerja. d. Variabel jumlah unit usaha merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri Sumatera Barat.
Metode analisis data adalah analisis regresi linier berganda dengan dianalisis dengan menggunakan Program SPSS 16 for windows
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan terdapat pengaruh signifikan atara nilai investasi, nilai upah dan nilai produksi dan terhadap penyerapan tenaga kerja industri mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis regresi berganda.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa Secara simultan atau bersama-sama variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kabupaten mempunyai pengaruh yang
4). Penyerapan Tenaga Kerja
2). Unit usaha 3). Nilai investasi
36 36
Tabel 2.1 Lanjutan No Nama Peneliti
4.
Achma Hendra Setiawan (2010)
Judul Penelitian Menengah Di Kabupaten Semarang”.
“Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang”
Variabel Penelitian
University OF
“Stimulating Growth
Hasil Penelitian signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang. Secara parsial upah minimum kabupaten berpengaruh negative dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja.
Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analsis regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output dan upah minimum secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Jumlah unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kota secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap jumlah tenaga kerja, sedangkan nilai output tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja.
4). Upah minimum Kabupaten
1). Jumlah unit usaha 2). Investasi 3). Nilai output 4). Upah MInimum
5.
Metode Analisis
1). Pertumbuhan
Metode yang digunakan Hasil penelitian menunjukan
37 37
Tabel 2.1 Lanjutan No Nama Peneliti Cambridge (2010)
Judul Penelitian and Employment in the UK Economy”
Variabel Penelitian ekonomi dan lapangan kerja 2). Industri manufaktur UKM
Metode Analisis pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil Penelitian bahwa pertumbuhan industri Inggris dipengaruhi oleh pengembangan UKM manufaktur yang ada. UKM juga mampu mendorong Pertumbuhan nilai financial (PDB) dan nilai strategis (pertumbuhan lapangan kerja, pengembangan modal intelektual, dan pengembangan kemampuan karyawan).
Metode atau teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik kepustakaan, data sekunder, dengan menggunakan data deret waktu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan ECM (Error Correction Model).
Berdasarkan hasil analisis ECM (Error Correction model), dapat disimpulkan bahwa: pertama, pertumbuhan PDRB ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah dalam jangka pendek dan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka
3). Produktivitas 4). Teknik bisnis
6.
Ariyanto (2010)
“Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Propinsi Jawa Tengah Tahun 19852007”
1). Penyerapan tenaga kerja 2). PDRB 3). Pengeluaran Pemerintah 4). Ekspor
38 38
Tabel 2.1 Lanjutan No Nama Peneliti
7.
Maharani Tejasari (2008)
Judul Penelitian
“Peran Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga KErja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”
Variabel Penelitian
1) PDB UKM 2) Ivestasi UKM 3) Ekspor UKM 4) Tenaga Kerja UKM 5) Jumlah UKM 6) Pendapatan per kapita 7)Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi pada Usaha
Metode Analisis
Metode analisis linier berganda adalah menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Data yang digunakan adalah adata sekunder dari tahun 19962006
Hasil Penelitian panjang. Nilai mempunyai pengaruh terhadap penyerapan kerja Jawa Tengah jangka pendek dan mempunyai pengaruh signifikan dalam panjang.
ekspor negatif tenaga dalam tidak yang jangka
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha, Kredit Modal Kerja dan PDB UKM secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedangkan, Kredit Investasi secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Pendapatan per kapita memberikan pengaruh yang signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.
39 39
Tabel 2.1 Lanjutan No Nama Peneliti
8.
Reyes Aterido dan Mary HallwardDriemeier (2007)
Judul Penelitian “Investment Climate and Employment Growth: The Impact of Access to Finance, Corruption and Regulations Across Firms”
Variabel Penelitian kecil (KUK) 1). Pertumbuhan lapangan kerja 2). Investasi 3). Tingkat korupsi 4). Tingkat Infastruktur
Metode Analisis
Hasil Penelitian
Metode yang digunakan dalam peneletian ini adalah analisi deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa iklim investasi sangat berpengaruh pada pertumbuhan lapangan kerja. Iklim investasi ini dihambat oleh tingkat korupsi dan keadaan infastruktur yang buruk
40 40
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintensis dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2009: 26). Kondisi UKM di Indonesia menurut data BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM, mulai menunjukan adanya pertumbuhan baik dari segi jumlah usaha, investasi, maupun kontribusinya terhadap PDB. Keterpurukan perekonomian Indonesia pada masa krisis lalu menunjukan sektor UKM mempunyai ketahanan yang tinggi. Berdasarkan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja yang begitu besar membuktikan bahwa UKM adalah sektor yang potensial apabila dikembangkan. Hubungan keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan oleh teori-teori dan penelitian terdahulu: Berdasarkan teori klasik, permintaan tenaga kerja di sebabkan oleh fleksibilitas suku bunga, harga output, dan upah. Sedangkan menurut Keynes, permintaan tenaga kerja di sebabkan oleh investasi, tabungan, suku bunga, dan tingkat upah yang berbeda. Teori lain mengatakan bahwa permintaan tenaga kerja turunan dari fungsi produksi, dimana investasi, output, suku bunga, dan upah menjadi faktor permintaan tenaga kerja. Tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus bisnis. Pergerakan ini diidentifikasi berdasarkan Hukum Okun. Salah satu
41
konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil harus tumbuh secepat PDB potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat. PDB harus tetap melaju untuk menjaga tingkat pengangguran stabil. Jika pengangguran ingin diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh lebih cepat dari PDB potensial (Mankiw, 2007: 429). Dengan kata lain, dengan meningkatnya PDB maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Sedangkan menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008), dan Abdul Karib (2010), yang menyebutkan bahwa variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut konsisten dengan hasil penelitian Nenik Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011) yang menyatakan bahwa variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel permintaan tenaga kerja. Landasan penelitian terdahulu diatas menjelaskan bahwa variabelvariabel independen yang digunakan oleh peneliti mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen penulis, maka untuk mengetahui pengaruhnya diperlukan sebuah analisa mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabele dependen secara parsial maupun simultan, dalam penelitian ini analisa yang digunakan menggunakan metode Pooled Least Square (PLS), yang digambarkan sebagai berikut:
42
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh PDB UKM, Investasi, Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia Pengangguran sebagai permasalahan pembangunan ekonomi pada negara sedang berkembang Penyerapan tenaga kerja melalui sektor UKM sebagai salah satu sektor potensial pemberdayaan masyarakat guna mengurangi pengangguran.
PDB UKM ( x1 )
Investasi ( x2 )
Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil Menengah (UKM)
Jumlah Unit Usaha ( x3 )
(Y)
Analisis Regresi Berganda Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran
43
D. Hipotesis Hipotesis sementara ini mengacu pada penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan atau keterkaitan antara variabel independen yang digunakan peneliti dengan variabel dependen, berikut beberapa penelitian terdahulu yang memperkuat diantaranya: Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008) yang menjelaskan bahwa variabel Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh positif secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil ini konsisten dengan penelitian Abdul Karib (2012), Rizky Eka Puta (2012) yang menggunakan variabel nilai produksi atau nilai output produksi untuk melihat keterkaitannya dengan variabel penyerapan tenaga kerja. Namun terdapat penelitian lain yang mengatakan tidak adanya pengaruh PDB atau Output produksi terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian Achmad Hendra Setiawan (2010) menyebutkan bahwa secara parsial nilai output tidak terdapat pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, hal ini sejalan dengan penelitian Ariyanto yang menjelaskan bahwa PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdul Karib (2012), Rizky Eka Putra (2012), Nenik Woyanti (2011), dan Reyes Aterido (2007) yang menyatakan bahwa variabel investasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Maharani Tejasari (2008) yang menyebutkan
44
variabel investasi tidak berpengaruh terhadap variabel permintaan tenaga kerja namun berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008), Abdul Karib (2010), yang menyebutkan bahwa variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut konsisten dengan hasil penelitian Nenik Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011) yang menyatakan bahwa variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel permintaan tenaga kerja. Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu diatas dan perumusan masalah pada bab sebelumnya, maka peneliti akan mejelaskan hubungan sementara antara variabel-variabel terkait untuk dilakukan pengujian ada atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah: 1. Ha : Diduga
terdapat
pengaruh
secara
simultan
antara
variabel
independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y). Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y). 2. Ha : Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah Unit Usaha
45
UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y). Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen nilai PDB UKM (X1), Investasi UKM (X2), Jumlah Unit Usaha UKM (X3), terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja UKM Indonesia (Y).
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam uraian Penelitian berikut ini akan di bahas tentang pengaruh nilai PDB UKM pada penyerapan tenaga kerja UKM, tingkat investasi UKM yang berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja UKM, dan jumlah unit usaha UKM pada penyerapan tenaga kerja UKM, yang pada akhirnya melihat kontribusi variabel dependen terhadap variabele independen secara parsial dan simultan. Periode penelitian dilakukan selama 12 tahun sejak tahun 2000 sampai 2011 dengan cakupan wilayah Indonesia. B. Metode Penentuan Sampel Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini di jelaskan berdasarkan empat macam data yang diperoleh dari buku statistik usaha kecil dan menengah (UKM) dari tahun 2000 sampai 2011. Empat macam data yang digunakan tersebut sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan diambil berdasarkan sembilan sektor ekonomi, variable tersebut diantaranya: Penyerapan Tenaga Kerja UKM, PDB UKM, investasi UKM, jumlah unit usaha UKM. C. Metode Pengumpulan Data 1. Sumber Data Data yang dikumpulan untuk penelitian ini adalah data sekunder bersifat makro yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Nasional,
47
47
Kementrian Koperasi dan UKM. a. Library Research Penulis memerlukan landasan-landasan teori yang kuat untuk mendukung argumentasi dalam pemecahan masalah, sehingga penulis melakukan penelitian keperpustakaan dengan menggunakan bukubuku, artikel ilmiah, jurnal, skripsi, data internet dan data-data dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 2. Jenis data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat makro, antara lain: PDB UKM, investasi, jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja UKM yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Nasional, dan Kementrian Koperasi dan UKM. D. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan data panel atau pooled data merupakan kombinasi dari data yang disusun berdasarkan urutan waktu dan diambil dari beberapa sektor. Menurut Wibisono (2005), dengan mengakomodasi informasi baik yang terkait dengan variabel-variabel dari runtun waktu dan beberapa daerah, perusahaan, perorangan atau sektor, data panel secara subtansial mampu menurunkan masalah omitted-variabel, model yang mengabaikan variabel yang relevan. Untuk mengatasi interkolerasi di antara variabelvariabel bebas yang pada akhirnya dapat mengakibatkan tidak tepatnya penaksiran regresi, metode data panel lebih tepat untuk digunakan (Griffiths,2001; Eviews , 2011: 51).
48
1. Metode Analisis Data Panel Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk bekerja dengan data panel, sebagai berikut: a. Pooled Least square (PLS) Mengestimasi data panel dengan metode OLS, pendekatan PLS secara sederhana menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross-section. Model data panel untuk teknik regresi adalah sebagai berikut; 𝑌𝑖𝑡 = 𝛽1 + 𝛽2 + 𝛽3 𝑋3𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛 𝑋𝑛𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡 b. Fixed Effect Model (FEM) Menambahkan model dummy pada data panel, pendekatan FEM memperhitungkan kemungkinan bahwa penelitian menghadapi masalah omitted-variabel, yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau cross-section. Model ini menambahkan variabel dummy untuk mengizinkan adanya perubahan intercept. Model data panel untuk teknik regresi adalah sebagai berikut; 𝑌𝑖𝑡 = 𝑎1 + 𝑎2 𝐷2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝐷𝑛 + 𝛽2 𝑋2𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛 𝑋𝑛𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡 c. Random Effect Model (REM) Memperhitungkan error dari data panel dengan metode least square, pendekatan REM memperbaiki efisiensi proses least square dengan memperhitungkan error dan cross-section dan time series. Model RE adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS). Model data panel untuk teknik regresi adalah sebagai berikut;
49
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽1 + 𝛽2 𝑋2𝑖𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑛 𝑋𝑛𝑖𝑡 + 𝛼𝑖𝑡 + µ𝑖𝑡 Dasar pemilihan antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model menurut Gujarati (2003: 637-643) adalah sebagai berikut: 1) Jika T (jumlah data time series) besar dan N (jumlah data dari cross section) kecil, maka akan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai parameter yang diestimasi oleh Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Pemilihan model terbaik dilakukan berdasarkan kemudahan penghitungan sehingga Fixed Effect Model lebih baik. 2) Ketika N besar dan T kecil, estimasi yang diperoleh dari kedua metode akan memiliki perbedaan yang signifikan. Jadi, apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil secara acak maka Random Effect Model harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak maka kita harus menggunakan Fixed Effect Model. 3) Jika
komponen
error
individual
berkorelasi
dengan
variabel
independen X maka parameter yang diperoleh dengan Random Effect Model akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan Fixed Effect Model tidak bias. 4) Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari random effect dapat terpenuhi, maka Random Effect Model akan lebih efisien dari Fixed Effect Model.
50
Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain: d. Chow Test adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled Least Square Model atau Fixed Effect Model. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: Ho: Pooled Least Square Model Ha: Fixed Effect Model Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow: Chow =
𝑅𝑆𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆 / (𝑁−1) 𝑈𝑅𝑆𝑆 /(𝑁𝑇−𝑁−𝐾)
~ 𝐹α (N−1,NT −N− K)
Dimana: RRSS = Restricted Residual Sum Square (Sum Square Residual PLS) URSS = Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual Fixed) N
= Jumlah data cross section
T
= Jumlah data time series
K
= Jumlah variabel independen
Dimana pengujian ini mengikuti distribusi F yaitu F K).
K (N – 1, NT – N –
Jika nilai chow statistics (F statistic) hasil pengujian lebih besar dari
F tabel, maka cukup bukti bagi kita untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang kita gunakan adalah Fixed Effect Model, begitu juga sebaliknya.
51
e. Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: Ho: Random Effects Model Ha: Fixed Effects Model Sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan dengan: H = (𝛽𝑅𝐸𝑀 − 𝛽𝐹𝐸𝑀 )′ 𝑀𝐹𝐸𝑀 − 𝑀𝑅𝐸𝑀
−1
(𝛽𝑅𝐸𝑀 − 𝛽𝐹𝐸𝑀 ) ~ X 2 (k)
Dimana M adalah matriks kovarians untuk parameter β dan k adalah derajat bebas yang merupakan jumlah variabel independen. Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari X 2 (k), maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah Fixed Effect Model, begitu juga sebaliknya. f. Untuk memilih antara Random Effect Model dan Pooled Least Square Model digunakan The Breusch-Pagan LM Test dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut: Ho: Pooled Least Square Model Ha: Random Effect Model Nilai Breusch-Pagan LM statistik dapat dihitung berdasarkan formula sebagai berikut: 𝑁𝑇
LM = 2 (𝑇−1)
𝑖(
𝑡 𝑤 𝑖𝑡 )²−1
𝛴𝑖
𝑡 𝑤 𝑖𝑡 ²−1
~ X2
52
Dimana N adalah jumlah individu, T adalah jumlah periode waktu, dan Wit adalah residual Pooled Least Square Model. The BreuschPagan LM Test ini didasarkan pada distribusi Chi square dengan derajat bebas sebesar satu. Jika hasil Breusch-Pagan LM statistik lebih besar dari nilai X 2 (1), maka Ho ditolak yang berarti Random Effect Model lebih baik daripada Pooled Least Square Model. Penelitian ini menggunakan analisis pendekatan secara sederhana menggabungkan seluruh data time series dan cross-section dengan mengestimasi data panel. Model data panel untuk teknik regresi di formulasikan sebagai berikut; Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ℮i Dimana : Y
: Penyerapan Tenaga Kerja UKM
X1
: Nilai PDB UKM
X2
: Nilai Investasi UKM
X3
: Jumlah Unit Usaha UKM
β1, β2, β3
: Koefisien masing-masing variabel
α
: Konstanta
℮i
: Error term
2. Pengujian Hipotesis Uji statistik terhadap regresi berganda. Untuk membuktikan hipotesis ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan atau kuat maka dilakukan dengan uji t dan uji F.
53
a. Pengujian arti keseluruhan regresi (Uji F) Untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen perlu dilakukan pengujian koefisien regresi secara serempak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi nilai F. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Eviews 7.0. Ho = Kedua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Ha = Kedua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Dasar pengambilan keputusan menurut Gujarati (2003: 112) : 1) Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka Ho diterima. 2) Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima Ha.
b. Pengujian koefisien regresi parsial (Uji t) Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau individu terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi variabel yang lain konstan. Pengujian ini dilakukan dengan melihat derajat signifikansi masing-masing variabel bebas menggunakan Eviews 7.0. Ho = Kedua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Ha = Kedua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
54
Dasar pengambilan keputusan menurut Gujarati (2003: 168) : 1) Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 maka Ho diterima. 2) Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima Ha.
c. Koefisien Determinasi Besarnya koefisien determinasi (𝑅 2 ) adalah 0 sampai 1. Semakin mendekati 1 besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap veriabel dependen (semakin besar kemampuan model yang dihasilkan dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen). Sebaliknya semakin mendekati nol besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi semakin kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap nilai veriabel dependen (semakin kecil kemampuan model yang dihasilkan dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen) Besarnya pengaruh variabel bebas secara parsial dilihat dari besarnya determinasi parsial (𝑅 2 ) (Winarno, 2007: 58).
d. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Salah satu asumsi dalam penerapan data panel adalah distribusi probabilitas dari ganggunan uji-t memiliki rata-rata yang diharapkan sama dengan nol, tidak berkorelasi dan memiliki varian yang konstan.
55
Untuk menguji apakah distribusi data normal dilakukan dengan uji Jarque-Bera atau JB test. Hipotesis: Ho: Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Jika nilai JB hitung > Chi Square tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual uji-t terdistribusi normal ditolak yang artinya terdapat distribusi data tidak normal, dan begitu pula sebaliknya. 2) Uji Autokorelasi Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007). Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Syarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: Hipotesis: Ho: tidak ada autokorelasi Ha: terdapat autokorelasi
56
a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. b) Jika dU < DW < 4-dU maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. 3) Uji Heterokedisitas Salah satu asumsi yang penting dalam regresi linier berganda yang harus dipenuhi agar model bersifat best linear unbiased estimator (BLUE) adalah semua residual atau error mempunyai varian yang sama
(homoskedastisitas).
Adapun
yang
disebut
dengan
heteroskedastisitas adalah sebaliknya, yaitu semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Pada umumnya heteroskedastisitas terjadi pada data cross section. Menurut Gujarati (2003), jika pada model terjadi masalah heteroskedastisitas maka model akan menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Dan jika regresi tetap dilakukan, hasil regresi yang diperoleh menjadi “misleading”. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam data panel dcigunakan metode General Least Square (Cross Section Weights). Jika sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari sum square resid pada unweighted statistics dapat dikatakan bahwa dalam model panel tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas.
57
Cara
yang
dilakukan
untuk
menghilangkan
masalah
heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white heteroskedasticity. 4) Uji Multikolinearitas Hubungan yang menyatakan bahwa linear sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas dan sebaliknya.
E. Operasional Variabel Penelitian Sesuai dengan judul penelitian “Pengaruh PDB UKM, Investasi, Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia Periode 2000-2011”, maka terdapat variabel dependen dan independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja UKM, dan variabel independen dalam penelitian ini adalah PDB UKM, investasi, jumlah unit usaha. Untuk mengukur variabel-variabel diatas, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan dan menentukan indikator yang terkait pada variabel tersebut.
58
1. Penyerapan Tenaga Kerja UKM Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja (BPS, 2003). Satuan yang digunakan pada variabel ini adalah jiwa. 2. Produk Domestik Bruto UKM Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam satuan nilai uang tertentu selama
periode
waktu
tertentu
(Mankiw,
2007:
429).
Menurut
Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu Negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1 tahun). Satuan yang digunakan pada variabel ini adalah milyar rupiah.
59
3. Investasi UKM Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
biasanya
berjangka
panjang
dengan
harapan
mendapat
keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara professional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung (Raselawati, 2010). Investasi adalah suatau kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (gain/benefit) dimasa-masa yang akan datang (Kementerian Koperasi dan UKM 2011). Satuan yang digunakan pada variabel ini adalah milyar rupiah. 4. Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Matz (2003) dalam penelitian Wicaksono (2010), dengan adanya peningkatan investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan oleh dengan adanya peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah perusahaan yang ada pada industri tersebut. Peningkatan jumlah perusahaan maka akan meningkatkan jumlah output yang akan dihasilkan sehingga lapangan pekerjaan meningkat dan akan mengurangi pengangguran atau dengan kata lain akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan menurut Karib (2012: 60) jumlah unit usaha erat dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri, dilihat dari terus meningkatnya jumlah usaha. Satuan yang digunakan pada variabel ini adalah unit.
60
Tabel 3.1 Operasional Variabel Jenis Variabel Dependen
Indikator
Definisi Variabel
Penyerapan Tenaga Penyerapan tenaga kerja dalam penelitian Kerja
ini menggunakan perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja UKM menurut sektor ekonomi tahun 2000-2011. Satuan jiwa.
Independen
PDB UKM
PDB yang digunakan pada penelitian ini adalah PDB UKM menurut sektor atas dasar harga konstan 2009. Satuan milyar rupiah.
Independen
Investasi UKM
Investasi
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah perkembang jumlah investasi UKM menurut sektor ekonomi berdasarkan harga konstan 2000. Satuan juta rupiah. Independen
Jumlah Unit Usaha Jumlah unit usaha UKM yang digunakan UKM
dalam
penelitian
Perkembangan
jumlah
ini usaha
adalah, UKM
menurut sektor ekonomi tahun 20002011. Satuan unit.
61
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berdasarkan UUD 1945 yang telah di amandemenkan, khususnya Pasal 33 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Pemberdayaan terhadap UKM di Indonesia merupakan implementasi tentang demokrasi ekonomi. Pada ayat 4 dipertegas bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, kemandirian, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sejarah menunjukan bahwa gagasan dan pemikiran membangun ekonomi nasional berlandaskan demokrasi ekonomi dan berpihak kepada kelompok uasah kesil dan menengah (UKM) telah lama menjadi agenda pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut diperkuat oleh UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008. Pada Pasal 5 dijelaskan bahwa salah satu tujuan pemberdayaan UKM adalah mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan. Pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan
62
62
sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. (Kementerian Koperasi dan UKM, 2010: 1). Pada Pasal 5, UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 menjelaskan juga bahwa salah satu tujuan pemberdayaan UKM adalah meningkatkan peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. 2. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kajian Departement Koperasi dan UKM tahun 2006 mengatakan bahwa, dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peran penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan di sektor tradisional dan moderen, baik dalam usaha kecil maupun usaha menengah. Peranan usaha tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UKM. Tabel 4.1 Perkambangan UKM Tahun 2010-2011 2010
2011
Pdb
1282.6 T
1369.3 T
Investasi
247.1 T
260.9 T
Unit usaha
53.823.732
55.206.444
Penyerapan tenaga kerja
99.401.775
101.722.458
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah
63
Perkembangan jumlah UKM periode 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari 53.823.732 unit pada tahun 2010, menjadi 55.206.44 unit pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha nasional tahun 2011. Disisi lain, pada tahun 2010 nilai PDB atas harga konstan 2000, peran UKM tercatat sebesar Rp. 1.282,6 triliun atau 57,83 persen dari total PDB nasional. Pada tahun 2011 kontribusi UKM pada nilai PDB atas harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.369,3 triliun atau 57,60 persen, meningkat sebesar Rp. 86,8 triliun atau 6,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pada tahun 2010 peran UKM dalam pembentukan investasi nasional menurut harga konstan 2000 tercatat Rp. 247,1 triliun atau sebesar 48,34 persen dari total investasi nasional yang sebesar Rp. 511,2 triliun, sedangkan pada tahun 2011 peran UKM mengalami peningkatan sebesar Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen menjadi Rp. 260,9 triliun atau 49,11 persen dari total investasi nasional sebesar Rp. 531,3 triliun, sedangkan penyerapan tenaga kerja pada UKM setiap tahunya mengalami peningkatan, terlihat pada tahun 2010 jumlah tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 99.401.775 jiwa atau 97,22 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, kemudian meningkat pada tahun 2011 menjadi sebanyak 101.722.458 jiwa. UKM menyerap 97,24 persen dari total penyerapan tenaga kerja di Indonesia (Kementerian Koperasi dan UKM, 2011: 7-20).
64
B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisa Deskriptif a. Analisa Deskriptif Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia. Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan (Statistik UKM, 2012: 2). Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Permintaan tenaga kerja dapat diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) kedalam output atau keluaran, dimana asumsi dalam proses produksi tersebut hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L), dan modal (K) (Mankiw, 2003: 49). Penyerapan
tenaga
kerja
merupakan
modal
dasar
bagi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, dimana tenaga kerja mempunyai kemampuan dalam menciptakan nilai tambah berbeda antar kelompok usaha satu dengan yang lainnya. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan unit usaha UKM, pertumbuhan UKM
65
dalam pembentukan PDB, meningkatnya jumlah investasi pada UKM, dapat mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor dan tahunnya. Gambar 4.1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 Sektor Ekonomi PPKP Sektor Ekonomi PPG Sektor Ekonomi IP Sektor Ekonomi LGA Sektor Ekonomi B Sektor Ekonomi PHR Sektor Ekonomi Pkom Sektor Ekonomi KPJ
50000000 45000000 40000000 35000000
Jiwa
30000000 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah Pada gambar 4.1 terlihat
bahwa secara keseluruhan rata-rata
penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai 2011, terdapat tiga sektor penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja UKM, masing-masing sektonya adalah : (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (3) Industri Pengolahan. Penyumbang terbesar pertama penyerapan tenaga kerja adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, pada tahun 2011 sumbangan sektor tersebut 43.081.018 jiwa, hal tersebut menggambarkan bahwa Indonesia adalah 66
Negara agraris yang masih menggantungkan perekonomian pada sumber daya alam yang ada atau dengan kata lain sebagian besar wilayah Indonesia strategis untuk mengembangkan sektor pertanian perikanan peternakan dan kehutanan. Keadaan ini menjelaskan juga bahwa pasar tenaga kerja informal lebih dominan dibanding pasar tenaga kerja formal. Selanjutnya penyumbang terbesar kedua dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pada tahun 2011 sumbangan sektor ini adalah 22.108.306 jiwa, namun pada tahun 2008 sektor ini mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja dari 23.112.280 jiwa menjadi 20.586.019 jiwa. Salah satu alasan penurunan terjadi pada sektor ini bisa disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi global yang melanda perekonomian negara-negara tujuan ekspor perdagangan Indonesia, yang menyebabkan tingkat permintaan menurun dan produktifitas cenderung menurun. Penyumbang penyerapan tenaga kerja ketiga adalah sektor Industri Pengolahan, pada tahun 2011 sektor Industri Pengolahan mampu menyerap 11.877.631 jiwa. Hal ini menggambarkan bahwa negara Indonesia belum berorientasi sepenuhnya kepada perekonomian berbasis industri dikarenakan sektor pertanian perikanan atau sektor agribisnis masih sangat dominan pada perekonomian negara sedang berkembang.
67
Penyerapan tenaga kerja yang begitu besar yang mampu diserap UKM didukung pula oleh kesempatan kerja yang mampu diciptakan oleh UKM itu sendiri, salah satu alasannya adalah karena UKM merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap PDB. Kemampuan UKM dalam menciptakan nilai tambah atau dalam pembentukan nilai output setiap tahunnya ini sangat berpengaruh positif dalam menciptakan peluang atau kesempatan kerja bagi masyarakat.
b. Analisa Deskriptif Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya satu tahun). Berdasarkan hukum Okun tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus bisnis, artinya pembentukan kenaikan PDB akan mempengaruhi jumlah kenaikan penyerapan tenaga kerja.
68
Gambar 4.2 PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 20002011 Atas Dasar Harga Konstan 2000 450000 400000
Rp. Miliar
350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sektor Ekonomi PPKP Sektor Ekonomi PPG Sektor Ekonomi IP Sektor Ekonomi LGA Sektor Ekonomi B Sektor Ekonomi PHR Sektor Ekonomi Pkom Sektor Ekonomi KPJ
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah Pada gambar 4.2 terlihat bahwa terdapat tiga sektor yang menjadi penyumbang
besar
untuk
pembentukan
PDB
Indonesia,
(1)
Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (2) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (3) Industri Pengolahan. Secara keseluruhan dari tahun 2000 sampai 2011, rata-rata setiap sektor mengalami kenaikan pembentukan PDB, pada tahun 2011 sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran adalah sektor terbesar pertama penyumbang pembentukan PDB sebesar Rp.361.705,8 milyar.
Kemudahan
masyarakat untuk masuk ke dalam pasar dan memperoleh pembiayaan dari bank adalah salah satu faktor yang menyebabkan sektor ini mampu berkontribusi besar pada PDB. Penyumbang terbesar kedua PDB pada tahun 2011 adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar Rp.301.886,7 milyar, dan penyumbang terbesar PDB 69
ketiga pada tahun 2011 adalah sektor Industri Pengolahan sebesar Rp. 191.551,9 milyar, pada Industri Pengolahan sebagian besar berorientasi kepada bahan setengah jadi yang akan di ekspor, oleh karena itu pertumbuhan PDB sektor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global.
c. Analisa Deskriptif Investasi Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia. Gambar 4.3 Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000 80000000 70000000
Rp. Juta
60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sektor Ekonomi PPKP Sektor Ekonomi PPG Sektor Ekonomi IP Sektor Ekonomi LGA Sektor Ekonomi B Sektor Ekonomi PHR Sektor Ekonomi Pkom Sektor Ekonomi KPJ
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah
Investasi nasional dibutuhkan untuk membuka iklim dunia usaha lebih luas dalam upaya penyerapan angka tenaga kerja. Pada tahun 2011 UKM mampu menyerap Rp. 260.934.760 juta dari total investasi nasional Rp. 531. 342.647 juta, 49,11% UKM mampu menyerap
70
investasi dan 50,89% investasi diserap oleh usaha besar artinya pembentukan investasi di dominasi oleh usaha besar. Pada gambar 4.4 diatas sektor pengangkutan dan komunikasi mendominasi penyerapan investasi dari tahun 2000-2011, hal ini disebabkan sektor ini merupakan sektor padat modal dan pada sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki daya saing rendah dibanding sektor yang berorientasi pada perdagangan, meskipun sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mampu menyerap investasi terbesar kedua setiap tahunnya dari tahun 2000-2011. d. Analisa Deskriptif Jumlah Unit Usaha Usaha Kecil dan Menegah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 di Indonesia. Gambar 4.4 Jumlah Unit Usaha UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 30000000
Sektor Ekonomi PPKP
25000000
Sektor Ekonomi PPG Sektor Ekonomi IP
Unit
20000000
Sektor Ekonomi LGA 15000000
Sektor Ekonomi B Sektor Ekonomi PHR
10000000
Sektor Ekonomi Pkom
5000000
Sektor Ekonomi KPJ 0
Sektor Ekonomi Jswas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM 2012, diolah Sektor UKM mempunyai nilai proposi unit usaha yang besar terhadap total usaha nasional. Kemampuan UKM dalam meningkatkan 71
unit usaha mampu menunjang usaha pemerintah dalam pengentasan pengangguran. Pada gambar 4.4 diatas secara keseluruhan jumlah unit usaha didominasi oleh tiga sektor yaitu; (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel, dan Restoran; (3) Industri Pengolahan. Pada tahun 2011 sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan mampu membentuk unit usaha sebesar 26.967.963 unit. Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran mampu
membentuk unit usaha sebesar 15.918.251 unit, dan sektor Industri Pengolahan mampu membentuk unit usaha sebesar 3.538.070 unit, hal ini sejalan dengan data pada gambar 4.2, tenaga kerja terbesar diserap oleh tiga sektor tersebut.
2. Estimasi Model Data Panel Analisis model data panel menggunakan tiga macam pendekatan estimasi yaitu, (a) pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS); (b) pendekatan efek tetap Fixed Effect Model (FEM); (c) pendekatan efek acak Random Effect Model (REM). a.
Pooled Least square (PLS) Pendekatan PLS secara sederhana menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross-section. Model ini mengestimasi data panel dengan metode OLS (Ordinary Least Square) sebagai salah satu syarat melakukan uji F-Restricted. Pengolahan estimasi model ini
72
menggunakan program E-Views 7.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut; Tabel 4.2 R-squared
0.967906
Adjusted R-squared
0.967295
Sumber: Lampiran 5 b.
Fixed Effect Model (FEM) Model ini mengestimasi data panel dengan metode OLS (Ordinary Least Square) sebagai pembanding pada uji F-Restricted. Pengolahan estimasi model ini menggunakan program E-Views 7.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut; Tabel 4.3 R-squared
0.999347
Adjusted R-squared
0.999272
Sumber: Lampiran 12 c.
Chow Test Pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled Least Square Model atau Fixed Effect Model, maka digunakan uji FRestricted dengan membandingkan F-statistik dan F-tabel. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: Ho: Pooled Least Square Model (Restricted) Ha: Fixed Effect Model (Unrestricted)
73
Tabel 4.4 Chow Test Redundant Fixed Effects Tests Pool: FEM Test cross-section and period fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square Period F Period Chi-square Cross-Section/Period F Cross-Section/Period Chi-square
42.026697 172.852787 3.029921 35.728424 18.011276 174.380513
d.f.
Prob.
(8,85) 8 (11,85) 11 (19,85) 19
0.0000 0.0000 0.0019 0.0002 0.0000 0.0000
Sumber: Lampiran 7 Pada tabel 4.3 diperoleh nilai F-statistik adalah 42.026697, dengan nilai F-tabel pada df(8,85) α = 5% adalah 2.03, sehingga nilai F-statistik > F-tabel, maka Ho ditolak sehingga model data panel yang dapat digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). d. Random Effect Model (REM) Pendekatan REM memperbaiki efisiensi proses least square dengan memperhitungkan error dan cross-section dan time series. Model REM adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS) untuk menguji F-Restricted. Pengolahan estimasi model ini menggunakan program E-Views 7.0 dan didapatkan hasil sebagai berikut; Tabel 4.5 R-squared
0.721494
Adjusted R-squared
0.713460
Sumber: Lampiran 8
74
e. Hausman Test Pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random Effect Model, sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan membandingkannya dengan Chi-square. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: Ho: Random Effects Model (Restricted) Ha: Fixed Effects Model (Unrestricted) Tabel 4.6 Hausman Test Hausman test for fixed versus random effects chi-sqr(3) =
34.099289
p-value =
1.888E-07
Sumber: Lampiran 9 Pada tabel 4.6 diperoleh nilai chi-square (statistic) adalah 34.099289, dengan nilai Chi-square (tabel) pada df(3) α = 5% adalah 7.81, sehingga nilai Chi-square (statistic) > Chi-square (tabel), maka Ho ditolak sehingga model data panel yang dapat digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).
75
3. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Salah satu asumsi dalam penerapan data panel adalah distribusi probabilitas dari ganggunan uji-t memiliki rata-rata yang diharapkan sama dengan nol, tidak berkorelasi dan memiliki varian yang konstan. Untuk menguji apakah distribusi data normal dilakukan dengan membandingkan nilai JB hitung dengan Chi Square tabel, dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut: Ho: Data berdistribusi normal Ha: Data tidak berdistribusi normal Tabel 4.7 Jarque-Bera
0.78
Chi Square
7.81
Sumber: Lampiran 10 Pada table 4.7 diperoleh nilai JB hitung sebesar 0.78, dan nilai Chi Square tabel df(3), α = 5% adalah 7.81. Sehingga nilai Chi-square (tabel) > JB hitung, maka Ho diterima sehingga data dalam penelitian ini berdistribusi normal. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007). Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
76
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Pada lampiran 6 uji Fixed Effect Model, diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 0.705279, sedangkan nilai dL= 1.64878 dan nilai dU= 1.72413. Hal tersebut menjelaskan bahwa nilai dL > dw dan nilai dU > dw, yang artinya terdapat indikasi autokorelasi. Sehingga dilakukan corss-section SUR pada Fixed Effect Model agar terbebas dari indikasi autokolerasi, dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut: Ho: tidak ada autokorelasi Ha: terdapat autokorelasi Pada hasil regresi lampiran 12 didapatkan bahwa DW statistik bernilai 1.911791, sedangkan nilai dL= 1.64878 dan nilai dU= 1.72413. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai DW lebih besar dari dU atau lebih kecil dari (4-dU) maka hopotesis nol diterima, yang berarti tidak terdapat autokorelasi. c. Uji Heterokedisitas Mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam data panel dcigunakan metode General Least Square (Cross Section Weights). Jika Sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari Sum square resid pada Unweighted Statistics dapat dikatakan bahwa dalam model panel tersebut terjadi masalah heteroskedastisitas. Cara
yang
dilakukan
untuk
menghilangkan
masalah
heteroskedastisitas ini adalah dengan mengestimasi GLS dengan white heteroskedasticity.
77
Tabel 4.8 Sum squared (Weighted)
107.6264
Sum squared (Unweighted)
1.31E+14
Sumber: Lampiran 12 Pada tabel 4.8 diperoleh hasil regresi Sum squared pada Weighted sebesar 107.6264, sedangkan Sum squared pada Unweighted sebesar 1.31E+14. Nilai Sum squared pada Weighted lebih besar dibandingkan dengan nilai Sum squared pada Unweighted. Maka dari itu data regresi penelitian ini terbebas dari masalah heterokedisitas. d. Uji Multikoliniearitas Multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas dan sebaliknya. Hasil coefficient Covarian Matrix pada lampiran 11 menjelaskan bahwa nilai koefisien masing-masing variabel bebas tidak melebihi 0.8, maka dapat dikatakan bahwa data penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas.
78
4. Pengujian Hipotesis Tabel 4.9 Hasil Estimasi Variable
Coefficient
t-Statistic
Prob.
C PDB? INVEST? UNIT?
4417704. 10.33884 0.001272 0.763684
47.05674 7.679656 0.860864 30.40287
0.0000 0.0000 0.3915 0.0000
Fixed Effects (Cross) PPKP-- C PPG-- C IP— C LGA— C B— C PHR-- C Pkom-- C KPJ-- C Jswas-- C
13501108 -4097600. 1390088. -4320381. -3269353. 3469603. -3063451. -4665094. 1055080.
R-squared Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic)
0.999347 0.999272 13356.83 0.000000
Sumber: Lampiran 12 Model data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model dapat di jelaskan melalui persamaan sebagai berikut; PTK = 4417704 + 10.33884 PDB + 0.001272 Invest + 0.763684 Unit + ℮ Dimana: Y
: PTK (Penyerapan Tenaga Kerja UKM)
X1 : PDB (Produk Domestik Bruto UKM) X2 : Invest (Investasi UKM) X3 : Unit (Jumlah Unit Usaha UKM) ℮
: error term
79
a. Analisis Pengaruh PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit Usaha UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia (secara parsial). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit Usaha UKM) berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat (Penyerapan Tenaga Kerja UKM) dan
seberapa
besar
pengaruhnya
secara
parsial,
yaitu
dengan
membandingkan nilai t-statistik masing masing variabel dengan nilai ttabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 5%, df= 104, maka diperoleh t-tabel 1.65. Berdasarkan hasil regresi tabel 4.8, maka kita dapat menentukan hipotesis sebagai berikut : 1. Variabel PDB UKM, t-statistik > t-tabel yang berarti Ho ditolak. 2. Variabel Investasi UKM, t-statistik < t-tabel yang berarti Ho diterima. 3. Variabel Jumlah Unit Usaha UKM, t-statistik > t-tabel yang berarti Ho ditolak. Hasil estimasi diatas menjelaskan bahwa variabel PDB UKM berpengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di
Indonesia. Hal ini dikatahui dari nilai t-statistik (7.679656) > t-tabel (1.65) dengan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5%). Menurut Karib (2012), penciptaan PDB atau nilai output produksi berhubungan dengan memaksimumkan laba pengusaha yang menjadi bahan pertimbangan suatu perusahaan untuk memperkirakan hasil output dari penambahan pekerja, dengan kata lain meningkatnya output akan meningkatkan juga tenaga
80
kerja yang diminta oleh suatu perusahaan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian Tejasari (2008), pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan kesempatan kerja, karena dengan adanya pertumbuhan maka diperlukan adanya tambahan input. Input tersebut adalah tenaga kerja yang merupakan fungsi produksi dari PDB. Pada variabel investasi UKM memiliki hasil
yang tidak
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Indonesia. Hal ini dijelaskan berdasarkan hasil estimasi dari nilai t-statistik (0.860864) < ttabel (1.65) dengan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5%). Menurut Ariyanto (2010), pemerintah lebih mengutamakan investasi padat modal dibanding investasi padat karya. Hal tersebut di perkuat pernyataan Tejasari (2008), menyatakan investasi tidak berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja UKM yang disebabkan investasi lebih banyak digunakan untuk investasi padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Hasil
estimasi
pada
variabel
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
jumlah
unit
usaha
UKM
yang signifikan dan positif
terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Indonesia. Hal ini diketahui dari nilai t-statistik (30.40287) > t-tabel (1.65) dengan tingkat keyakinan sebesar 95% (α = 5%). Hal tersebut menjelaskan bahwa jika jumlah unit usaha UKM meningkat maka penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM juga meningkat. Pada tabel 4.8 koefisien regeresi variabel Jumlah unit usaha UKM sebesar 0.763684, berarti setiap peningkatan unit usaha UKM
81
sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan kenaikan penyerapan tenaga kerja UKM sebesar 0.763684 persen, cateris paribus. Hal ini diperkuat oleh penelitian Tejasari (2008), yang mengatakan bahwa peningkatan jumlah usaha sama
artinya dengan menambah jumlah lapangan usaha sehingga kesempatan kerja akan terbuka. Kondisi tersebut akan menyerap tenaga kerja yang tersedia pada jumlah unit usaha baru yang membutuhkan sumber daya manusia untuk pengelolaannya.
b. Analisis Pengaruh PDB UKM, Investasi UKM, dan Jumlah Unit Usaha UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Indonesia (secara simultan). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabell bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat dan seberapa besar pengaruhnya
secara
simultan,
maka
digunakan
uji
F
dengan
membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 5%, 𝑑𝑓1 = 3, 𝑑𝑓2 = 104, dan nilai F-statistik 13356.83. Berdasarkan hasil estimasi
nilai F-statistik (13356.83) > F-tabel
(2.68), maka Ho ditolak yang artinya variabel bebas (PDB UKM, Investasi
UKM, dan Jumlah Unit Usaha UKM) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel terikat (Penyerapan Tenaga Kerja UKM) pada tingkat kepercayaan 95 persen.
82
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared) Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.8, nilai adjusted Rsquared adalah sebesar 0.9992. Hal ini menunjukan bahwa 99,92 persen penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Indonesia dapat dijelaskan oleh PDB UKM, Investasi UKM, dan unit usaha UKM. Sedangkan 0,08 persen variabel penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Tabel 4.9.1 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model Variabel
Coefficient
C
4417704.
Indv Effect
Fixed Effects (Cross) PPKP-PPG-IP— LGA— B— PHR-Pkom-KPJ-Jswas--
C C C C C C C C C
13501108 -4097600. 1390088. -4320381. -3269353. 3469603. -3063451. -4665094. 1055080.
17918812 320104 5807792 97323 1148351 7887307 1354253 -247390 5472784
Sumber : Lampiran 12, diolah 1). Analisis Persektor Usaha Kecil Menengah terhadap Penyerapan tenaga kerja Indonesia. a) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan akan mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 17.918.812 jiwa.
83
b) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor pertambangan dan penggalian akan mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 320.104 jiwa. c) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor industri pengolahan akan mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 5.807.792 jiwa. d) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor listrik, gas dan air bersih akan mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 97.323 jiwa. e) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor bangunan akan mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 1.148.351. f) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor perdagangan, hotel dan restoran akan mempunyai pengaruh individu
terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 7.887.307
jiwa. g) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka
84
sektor pengangkutan dan komunikasi akan mempunyai pengaruh individu
terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 1.354.253
jiwa. h) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan akan mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 247.390 jiwa. i) Bila terdapat perubahan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM baik antar sektor maupun antar waktu, maka sektor jasa-jasa swasta akan mempunyai pengaruh individu terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar: 5.472.784 jiwa. Berdasarkan kajian INFOKOP Nomor 25 Tahun 2004, strategi untuk meningkatkan penyedian lapangan kerja yang sesuai dengan karakteristik Indonesia adalah melalui perbaikan produktifitas perusahaan. Prioritas penanganan perbaikan produktifitas perusahaan pada usaha kecil dan menengah dapat diarahkan dengan tiga fokus utama yaitu: a) Sektor industri pengolahan b) Sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan c) Sektor pertanian terutama sub sektor peternakan, perkebunan budidaya laut dan sub sektor hortikultura.
85
Jika mengacu dengan hasil estimasi dan kajian INFOKOP, berdasarkan hasil sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (KPJ), tidak memberikan pengaruh individu besar dalam penyerapan tenaga kerja, hal ini karena pada keadaan nyata UKM sendiri tidak bergerak pada sektor tersebut, dimana sektor KPJ itu sendiri bergerak pada kegiatan perantara keuangan, asuransi, dan pensiun. Pada hasil diatas sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan memang menjadi sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja, hal ini sesuai dengan karakteristik Indonesia yang memang negara agraris dan maritim, analisis lainnya mengacu kepada grafik 4.1 penyerapan tenaga kerja yang menggambarkan bahwa hasil analisis individu dengan data grafik berbanding lurus, yang artinya pada keadaan riil penyerapan tenaga kerja masih cenderung dominan pada sektor pertanian. Sektor lain yang mampu menyediakan dan mempunyai kemampuan
penyerapan
tenaga
kerja
lainnya
adalah
sektor
perdagangan, hotel dan restoran, Industri pengolahan, dan jasa swasta. Hasil ini sesuai dengan grafik jumlah unit usaha 4.3 yang lebih dominan pada beberapa sektor yang disebutkan tersebut setelah sektor pertanian. Sedangkan dari hasil estimasi individu diatas diketahui terdapat tiga sektor pula yang mempunyai pengaruh individu terkecil pada penyerapan tenaga kerja. Sektor pertama adalah keuangan, persewaan dan jasa perusahan, seperti yang telah dijelaskan diatas UKM tidak banyak bergerak pada sektor ini. Sektor kedua adalah sektor listrik,
86
gas dan air (LGA), kemudian yang ketiga adalah sektor penggalian dan pertambangan (PPG), UKM tidak banyak bergerak pada kedua sektor tersebut. Hal ini dikarenakan pada sektor LGA dan PPG lebih didominasi oleh usaha besar yang menggunakan modal besar dan menggunakan banyak teknologi dan peralatan produksi yang tidak banyak mempergunakan sumber daya manusia. 2). Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan teori ekonomi atau penelitian terdahulu: a) Produk Domestik Bruto (PDB) UKM Hasil estimasi variabel PDB UKM tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia, dengan nilai t-statistik (7.679656) > t-tabel (1.65) dan nilai probabilitas 0.0000 lebih kecil dari derajat signifikansi 5%. Hasil tersebut sesuai dengan teori Okun yang mengatakan tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus bisnis. Salah satu konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil harus tumbuh secepat PDB potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat. PDB harus tetap melaju untuk menjaga tingkat pengangguran stabil. Jika pengangguran ingin diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh lebih cepat dari PDB potensial (Mankiw, 2007: 249). Hal ini sesuai dengan penelitian Karib (2012) dan Tejasari (2008), yang menyebutkan bahwa nilai output atau PDB
87
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut Karib, penciptaan PDB atau nilai output produksi berhubungan dengan memaksimumkan laba pengusaha yang menjadi
bahan
pertimbangan
suatu
perusahaan
untuk
memperkirakan hasil output dari penambahan pekerja, dengan kata lain meningkatnya output akan meningkatkan juga tenaga kerja yang diminta oleh suatu perusahaan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian Tejasari, pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan kesempatan kerja, karena dengan adanya pertumbuhan maka diperlukan adanya tambahan input. Input tersebut adalah tenaga kerja yang merupakan fungsi produksi dari PDB. Hasil estimasi ini menggambarkan bahwa pada keadaan rill. UKM tetap mampu menjadi penyumbang PDB nasional terbesar walaupun sudah berlakunya perjanjian CAFTA yang berdampak pada banyak barang impor murah yang membanjiri Indonesia. Artinya bahwa UKM mempunyai ketahanan dalam menghadapi keadaan krisis serta gempuran barang impor, sehingga pada sektor UKM sangat potensial sekali untuk dikembangkan guna meningkatkan penyerapan tenaga kerja Indonesia.
88
b) Investasi UKM Hasil estimasi variabel investasi UKM tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia, dengan nilai t-statistik (0.860864) < t-tabel (1.65) dan nilai probabilitas 0.3915 lebih besar dari derajat signifikansi 5%. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Maharani Tejasari (2008), menyatakan kredit investasi tidak berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja UKM yang disebabkan investasi lebih banyak digunakan untuk investasi padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Hasil tersebut di perkuat penyataan teori Harrod Domar dalam konsep ICOR yang menyatakan bahwa tujuan penanaman modal adalah untuk menggantikan alat-alat modal yang tidak dapat digunakan lagi dan untuk memperpanjang nilai kegunaan alat-alat modal. (Amalia, 2007: 14). Hal tersebut menjelaskan bahwa meskipun terjadi penggantian barang modal, nilai tenaga kerja yang digunakan untuk oprasional barang modal tersebut tetap konstan. Selain itu pada keadaan nyatanya investasi yang dilakukan pemerintah ini menjelaskan bahwa investasi hanya menjadi backup yang artinya pemerintah biasanya hanya memperbaiki atau meningkatkan infrastruktur guna meningkatkan minat insvestor untuk membuka usahanya pada wilayah tertentu, dengan kata lain investasi tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja sesuai dengan hasil regresi diatas.
89
c) Jumlah Unit Usaha UKM Hasil estimasi variabel Jumlah Unit Usaha UKM berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia, dengan nilai t-statistik (30.40287) > t-tabel (1.65) dan nilai probabilitas 0.0000 lebih kecil dari derajat signifikansi 5%. Hasil tersebut sejalan juga dengan hasil penelitian Nenik Woyanti dan Ayu Wafi Lestari (2011) yang menyatakan Variabel jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak unit usaha pada Industri Kecil dan Menengah, permintaan akan tenaga kerja juga akan semakin meningkat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Maharani Tejasari (2008), jumlah unit usaha mempunyai hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja sehingga peningkatan jumlah usaha sama artinya dengan menambah jumlah lapangan usaha sehingga kesempatan kerja akan terbuka. Kondisi tersebut akan menyerap tenaga kerja yang tersedia pada jumlah unit usaha baru yang membutuhkan sumber daya manusia untuk pengelolaannya. Hasil estimasi ini menjelaskan dan memperkuat bahwa pada keadaan rill, aktifitas kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia cenderung pada kegiatan berskala kecil dan sedang atau menegah, dimana tingkat jumlah unit usaha UKM menggambarkan bahwa banyaknya pelaku ekonomi pada UKM sendiri sehingga dapat menjadi sektor potensial dalam penyerapan tenaga kerja Indonesia. 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect Model (FEM) dijelaskan bahwa secara simultan PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2011 pada tingkat kepercayaan 95 persen. 2. Secara parsial hasil estimasi
data panel dengan Fixed Effect Model
(FEM) menjelaskan bahwa investasi UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2011. Sedangkan PDB UKM dan jumlah unit usaha berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2011.
B. Saran Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Kontribusi UKM dalam penciptaan PDB nasional begitu tinggi, pemerintah harus menjadi regulator untuk melindungi dan mengawasi hasil output pelaku UKM agar tetap bisa bersaing dengan produk luar
89
91
yang banyak beredar di dalam negeri agar tingkat output UKM dapat memenuhi permintaan masyarakat dan tidak menyebabkan over produksi yang diakibatkan tidak diminatinya produk dalam negeri oleh masyarakat dalam negeri yang akhir-akhir ini cenderung banyak mengkonsumsi produk luar negeri, karena over produksi akan menyebabkan laba yang tidak maksimum dan cenderung mengarah pada pemangkasan pekerja. 2. Jumlah unit usaha UKM yang lebih dominan dibanding usaha besar, menjadi unggulan UKM dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini memaksa pemerintah agar meningkatkan investasi pada sektor padat karya agar keunggulan jumlah unit usaha UKM yang dominan dapat berimplikasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang berorientasi memaksimalkan sumber daya manusia yang ada. 3. Dukungan pemerintah dalam investasi hanya bersifat sebagai backup atau penataan infrastruktur, pemerintah harus meningkatkan lagi hal-hal kecil yang mendukung perkembangan UKM dalam negeri, seperti dalam hal kemudahan pembiayaan kredit langsung baik secara birokrasi dan tingkat bunga yang diberikan, agar investasi pemerintah yang cenderung lebih kepada padat modal dapat diserap oleh UKM dengan baik guna meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia itu sendiri.
92
DAFTAR PUSTAKA
Ajija. Shochrul R. Dyah W. Sari. Rahmad H. Setianto. dan Martha R. Primati. 2011. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”. Salemba Empat. Jakarta. Akmal, Roni. 2010. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Amalia. Lia. 2007. “Ekonomi Pembangunan”. Graha Ilmu. Jakarta. Arianto. 2010. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja propinsi jawa tengah tahun 1985-2007”. Universitas Sebelas Maret. Badan Pusat Statistik. 2006-2011. Keadaan Angkatan Tenaga Kerja Indonesia. BPS. Jakarta. Bellante, Don; Jacson Mark. 1990. “Ekonomi Ketenaga Kerjaan” (terjemah). Jakarta. Lembaga Penerbit FE-UI. Gujarati, Damodar. 2003. “Ekonometri Dasar” (terjemah). Jakarta. Erlangga Hallword-Deremeier, Mary dan Reyes Aterido. 2007. “Investment Climate a.nd Employment Growth: The Impact of Acces to Finance, Corruption and Regulations Acrocs Firm. Inter-American Development Bank. Hamid, Abdul. 2009. “Pedoman Penulisan Skripsi FEB”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Heatubun, Adolf Bastian. 2008. “Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor”. Institut Pertanian Bogor. Iqbal, Mohamad. 2012. “Analisis Permintaan Tenaga Kerja Di Kota Medan”. Universitas Negeri Medan. (Tesis Publikasi) Karib, Abdul. 2012. “Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha, Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Utara”. Universitas Andalas, Padang. Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Tahun 2010-2011. Kementerian Negara KUKM, Jakarta. Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Kementerian Negara KUKM R.I., Jakarta.
93
Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2004. Kamus Istilah Pemberdayaan Koperasi dan UKM. Kementerian Negara KUKM, Jakarta. Kurniawan, Robi Cahyadi. 2013. “Analisis Pengaruh PDRB, UKM, dan Inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 19802011”. Universiatas Brawijaya-Malang. Lubis, Mitra Mustika. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertania di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. (Tesis) Mankiw, Gregory. N. 2007. “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi kelima. Salemba Empat. Jakarta. Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi: Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta. Partomo, T. dan A. Soejodomo. 2004. “Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia. Jakarta. Pratama, Nelsen Diyan. 2012. “Analisis Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Kab. Jepara”. Universitas Dipenogoro, Semarang. Prihartanti, Eva dwi. 2007. “Analisis Faktor Yang Memperngaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota bogor. Institut Pertanian Bogor. Purwanto, Muhammad Arif Hari. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada UKM Batik Tulis Khas Tuban”. Universitas Brawijaya, Malang. Putra, Rizky Eka. 2012. “Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan NIlai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Podurungan Kota Semarang”. Universitas Negeri Semarang. Putri, Aurora Indra. 2010. “Employment Absorption In m=Manufacturing”. Economic Journal of Emerging Market. Rahmana, Arief. 2010. “Kajian Tentang Aspek Proses dalam Implementasi Menajemen Kualitas di Lingkungan Usaha Kecil Menengah Sektor Manufaktur (Studi Kasus di CV.WMT). Universitas WidyatmaBandung. Raselawati, Ade. 2011. “Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKm di Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saudin Sijabat. 2009. Sinerji Penerapan UU Nomor 20 Tahun 2008 Terhadap Perbaikan Iklim Usaha dan Pemberdayaan UMKM. Infokop Volume 17 Juli. 94
Setiawan, Achma Hendra. 2010. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang. Universitas Dipenogoro, Semarang. Soetrisno, Noer. 2004. “Posisi dan Peran Pembangunan UKM 2004-2009”. Infokop Nomor 25 Tahun XX. Subekti, M. Agus. 2007. “Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjar Negara”. Universitas Negeri Semarang. Sukirno, Sadono. 2004. “Makro Ekonomi; Teori Pengantar”, Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tambunan, Tulus. 2002. “ Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu Penting”. Jakarta: Salemba Empat. Tejasari, Maharani. 2008. “Peran Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Institut Pertanian Bogor. University Of Cambridge. 2010. “Stimulating Growth and Employment In The UK Economy”. IFM (Education and Consultancy Services). Wibisono, Y. 2005. “Modul Pelatihan Ekonometrika Dasar”. Depok: Lab.Ilmu Ekonomi FE-UI. Wicaksono, Rezal. 2010. “Analisis Pengaruh PDB Sektor Indusitri, Upah Rill, Suku Bunga Rill, dan Jumalah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990-2008”. Universitas Dipenogoro, Semarang. Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Woyanti, Nenik dan Ayu Wafi Lestari. 2011. “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Semarang”. Universitas Dipenogoro. Semarang. Yusuf, Edy dan Ostinasia tindaon. 2011. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Jawa Tengah (pendekatan demometrik). Universitas Dipenogoro. Semarang. Zamrowi, M.Taufik. 2007. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil”. Universitas Dipenogoro, Semarang.
95
Lampiran 1 : Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 (Dalam Jiwa) Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PPKP 34.525.866 37.122.242 38.116.561 39.302.805 37.650.304 38.833.911 42.286.595 42.571.974 42.222.835 42.560.349 42.773.189 43.081.018
PPG 334.354 436.079 430.458 481.344 528.242 564.365 559.258 605.790 971.274 1.046.418 1.109.709 1.343.488
IP 8.565.920 8.147.718 8.284.726 8.200.177 8.350.199 8.883.965 9.994.140 10.417.507 10.768.907 11.037.496 11.456.749 11.877.631
Sektor Ekonomi LGA B 132.081 573.170 113.434 560.007 110.209 576.040 114.019 692.940 114.921 689.850 113.710 716.978 105.336 695.016 103.458 734.146 143.230 4.562.160 140.149 4.447.683 139.378 4.621.488 169.324 5.379.986
PHR 18.060.624 17.747.382 18.793.805 19.599.434 20.433.303 21.326.347 22.179.091 23.112.280 20.586.019 21.734.462 22.781.488 22.108.306
Pkom 2.481.639 2.412.340 2.585.561 3.306.279 3.375.473 3.419.816 3.452.132 3.533.320 5.939.801 5.867.732 6.125.870 7.067.798
KPJ 646.066 664.682 688.720 737.194 744.072 762.778 2.575.778 2.635.015 1.369.004 1.414.875 1.555.350 1.913.270
Jswas 7.384.696 7.483.544 8.221.817 9.508.161 8.560.236 8.611.923 7.700.416 8.038.828 7.461.047 7.962.167 8.838.554 8.781.638
Sumber : KementeriFan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012 Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan PPG : Pertambangan dan Penggalian IP : Industri Pengolahan LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih B : Bangunan PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jswas : Jasa-jasa Swasta
96
Lampiran 2: PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Dalam Rp. Miliar) Sektor Ekonomi Tahun PPKP PPG IP LGA B PHR Pkom KPJ Jswas 2000 207.054,1 13.813,2 99.687 796 50.809,7 215.962 3.9048,1 75.229,6 17.689,7 2001 213.587,9 14.267,5 103.547,7 865,2 53.413,6 224.392,2 41.452,3 79.051,8 61.019 2002 221.017,1 14.975,6 107.297,6 1.019,4 56.197,7 234.076,1 44.421,7 85.307,1 65.304,5 2003 229.575,7 15.727,9 113.460,7 1.027,4 60.288,5 246.554,9 48.797,8 90.079,7 70.610,6 2004 236.192,4 16.468,7 118.994,7 1.054,8 64.428,5 260.575,6 52.685,6 97.065,1 77.017,9 2005 242.883,8 17.624,2 123.799,1 1.106 68.892,7 282.285,4 56.470,9 103.219 83.220,2 2006 251.277,3 18.905,9 129.200,9 1.144,1 74.544,6 300.532,8 61.309,6 108.841,1 89.856 2007 260.381,7 20.385,9 133.725,4 1.182,5 81.446,7 326.067,8 64.661,3 117.103,8 96.683 2008 272.882,2 21.704,5 172.187 1.230,9 49.734,6 349.255,8 68.435 126.525,7 103.779,4 2009 284.352,7 23.155,6 180.755,4 1.272,3 53.346,8 353.733,9 73.823,7 132.654,3 111.629,6 2010 292.111,6 24.570,8 186.449,2 1.351,2 54.551,6 384.575,1 79.395,8 139.982,1 119.584,5 2011 310.886,7 30.498,2 191.551,9 2.691,6 62.666,3 361.705,8 99.676,8 161.436,5 148.212,2 Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012 Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan PPG : Pertambangan dan Penggalian IP : Industri Pengolahan LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih B : Bangunan PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jswas : Jasa-jasa Swasta
97
Lampiran 3: Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 (Dalam Rp. Juta) Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PPKP 10.440.139 10.703.452 10.698.489 10.596.996 12.339.057 13.399.433 13.422.890 14.650.800 11.773.616 10.766.798 11.446.348 11.905.286
PPG 753.699 845.922 1.027.878 1.037.831 1.196.830 1.417.414 1.452.509 1.591.027 848.158 873.737 956.878 961.299
IP 15.474.958 14.133.871 15.630.368 15.515.359 16.845.341 18.209.336 18.102.550 19.777.589 28.827.050 27.768.052 28.821.463 29.179.681
Sektor Ekonomi LGA B PHR 1.022.206 1.073.179 18.495.253 1.042.427 1.129.776 19.536.821 1.308.003 1.167.233 19.643.295 1.193.824 1.350.505 19.584.294 1.313.547 1.805.781 22.663.353 1.295.671 2.121.537 28.053.458 1.295.619 2.213.633 28.690.437 1.402.439 2.472.266 32.114.221 1.461.714 3.353.699 45.155.193 1.669.365 3.638.311 48.548.904 1.857.003 4.156.984 54.407.871 1.885.327 3.311.545 55.178.274
Pkom 26.854.525 31.222.377 29.341.221 31.556.746 39.867.406 48.031.785 49.399.952 52.261.289 59.438.278 58.592.562 63.830.448 74.108.878
KPJ 25.749.677 26.268.178 24.550.567 26.670.066 32.497.295 35.429.806 35.575.609 40.106.151 31.462.630 34.515.537 39.302.940 40.693.444
Jswas 13.211.712 20.942.310 25.217.173 21.951.823 25.853.150 30.311.088 31.013.771 30.672.978 43.291.609 46.580.763 42.359.520 43.711.026
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012 Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan PPG : Pertambangan dan Penggalian IP : Industri Pengolahan LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih B : Bangunan PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jswas : Jasa-jasa Swasta
98
Lampiran 4: Jumlah Unit Usaha Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2011 (Dalam Unit) Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PPKP 23.518.616 24.014.278 24.947.009 25.345.988 25.799.906 26.259.895 26.209.268 26.156.679 26.227.297 26.369.299 26.685.710 26.967.963
PPG 151.007 200.060 178.990 203.692 210.322 224.654 246.414 263.255 261.341 271.929 276.861 294.448
IP 2.618.973 2.557.549 2.747.533 2.659.824 2.740.070 2.795.237 3.163.050 3.232.841 3.238.111 3.268.496 3.423.078 3.538.070
Sektor Ekonomi LGA B PHR 14.169 127.629 9.718.683 14.724 114.984 9.520.023 13.731 108.154 10.006.084 14.192 154.961 10.094.090 14.497 162.259 10.949.568 12.362 159.081 12.172.227 11.431 163.344 13.285.021 11.626 172.810 14.017.478 11.622 500.006 14.789.950 11.720 553.698 15.533.964 12.852 570.640 15.910.964 13.903 869.080 15.918.251
Pkom 1.870.250 1.781.217 1.943.942 2.488.015 2.573.307 2.602.552 2.684.821 2.760.144 3.205.025 3.408.343 3.487.691 3.799.460
KPJ 58.851 59.585 60.365 63.894 69.290 754.150 868.800 930.599 997.511 1.060.386 1.115.742 1.308.035
Jswas 1.705.858 1.699.293 1.938.686 2.435.586 2.258.168 1.920.671 2.147.012 2.295.087 2.173.749 2.286.768 2.340.194 2.497.235
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012 Keterangan : PPKP : Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan PPG : Pertambangan dan Penggalian IP : Industri Pengolahan LGA : Listrik, Gas dan Air Bersih B : Bangunan PHR : Perdagangan, Hotel dan Restoran Pkom : Pengangkutan dan Komunikasi KPJ : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jswas : Jasa-jasa Swasta
99
Lampiran 5 Pendekatan Pooled Least Square Dependent Variabel: PTK? Method: Pooled Least Squares Date: 07/13/13 Time: 13:18 Sample: 2000 2011 Included observations: 12 Cross-sections included: 9 Total pool (balanced) observations: 108 Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PDB?
15.31639
3.859511
3.968480
0.0001
INVEST?
0.006527
0.013158
0.496051
0.6209
UNIT?
1.391161
0.045345
30.67955
0.0000
R-squared
0.967906
Mean dependent var
9624258.
Adjusted R-squared
0.967295
S.D. dependent var
12503894
S.E. of regression
2261285.
Akaike info criterion
32.12815
Sum squared resid
5.37E+14
Schwarz criterion
32.20265
Log likelihood
-1731.920
Hannan-Quinn criter.
32.15836
Durbin-Watson stat
0.213404
100
Lampiran 6 Pendekatan Fixed Effect Model Dependent Variable: PTK? Method: Pooled Least Squares Date: 08/06/13 Time: 02:02 Sample: 2000 2011 Included observations: 12 Cross-sections included: 9 Total pool (balanced) observations: 108 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
4468478.
703320.3
6.353404
0.0000
PDB?
10.35052
5.341695
1.937685
0.0556
INVEST?
0.001266
0.020380
0.062112
0.9506
UNIT?
0.753815
0.212349
3.549890
0.0006
Fixed Effects (Cross) PPKP-- C
13701339
PPG--
C
-4146304.
IP—
C
1367416.
LGA— C
-4371032.
B—
C
-3317816.
PHR--
C
3540518.
Pkom-- C
-3087831.
KPJ--
C
-4710905.
Jswas-- C
1024616. Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared
0.992152
Mean dependent var
9624258.
Adjusted R-squared
0.991253
S.D. dependent var
12503894
S.E. of regression
1169442.
Akaike info criterion
30.88639
Sum squared resid
1.31E+14
Schwarz criterion
31.18440
Log likelihood
-1655.865
Hannan-Quinn criter.
31.00722
Durbin-Watson stat
0.744017
F-statistic
1103.324
Prob(F-statistic)
0.000000
101
Lampiran 7 Redundant Fixed Effect Test Redundant Fixed Effects Tests Pool: FEM Test cross-section and period fixed effects
Effects Test
d.f.
Prob.
42.026697
(8,85)
0.0000
172.852787
8
0.0000
3.029921
(11,85)
0.0019
Period Chi-square
35.728424
11
0.0002
Cross-Section/Period F
18.011276
(19,85)
0.0000
174.380513
19
0.0000
Cross-section F Cross-section Chi-square Period F
Cross-Section/Period Chi-square
Statistic
102
Lampiran 8 Pendekatan Random Effect Model (REM) Dependent Variable: PTK? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 08/09/13 Time: 12:15 Sample: 2000 2011 Included observations: 12 Cross-sections included: 9 Total pool (balanced) observations: 108 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PDB? INVEST? UNIT? Random Effects (Cross) PPKP-- C PPG-- C IP— C LGA— C B— C PHR-- C Pkom-- C KPJ-- C Jswas-- C
2662941. 4.781907 -0.026743 1.322395
856829.3 4.710808 0.017084 0.099828
3.107901 1.015093 -1.565380 13.24668
0.0024 0.3124 0.1205 0.0000
2486319. -2282549. 2755265. -2470585. -1253143. 689987.2 -1144588. -1687170. 2906465. Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
2234135. 1169442.
Rho 0.7849 0.2151
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.749570 0.742346 1212822. 103.7621 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
1437949. 2389347. 1.53E+14 0.545994
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.961701 6.41E+14
Mean dependent var Durbin-Watson stat
9624258. 0.130361
103
Lampiran 9 Hausman Test Hausman test for fixed versus random effects
chi-sqr(3) =
34.099289
p-value =
1.888E-07
Lampiran 10 Normalitas Test 4
Series: Residuals Sample 2000 2011 Observations 12 3
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.77e-10 -2.74e-09 3.18e-08 -2.39e-08 1.75e-08 0.367368 1.986760
Jarque-Bera Probability
0.783246 0.675959
1
0 -2.0e-08
1.0e-13
2.0e-08
4.0e-08
Lampiran 11 Multikolinearitas Test
C PDB Investasi Unit
Coefficient Covarian Matrix C PDB Investasi 8.81E+09 -60045.50 -79.18256 -60045.50 1.812426 0.000368 -79.18256 0.000368 2.18E-06 -99.27112 -0.028528 -1.20E-06
Untit -99.27112 -0.028528 -1.20E-06 0.000631
104
Lampiran 12 Pendekatan Fixed Effect Model (SUR) Dependent Variable: PTK? Method: Pooled EGLS (Cross-section SUR) Date: 08/06/13 Time: 02:02 Sample: 2000 2011 Included observations: 12 Cross-sections included: 9 Total pool (balanced) observations: 108 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PDB? INVEST? UNIT? Fixed Effects (Cross) PPKP-- C PPG-- C IP— C LGA— C B— C PHR-- C Pkom-- C KPJ-- C Jswas-- C
4417704. 10.33884 0.001272 0.763684
93880.37 1.346264 0.001478 0.025119
47.05674 7.679656 0.860864 30.40287
0.0000 0.0000 0.3915 0.0000
13501108 -4097600. 1390088. -4320381. -3269353. 3469603. -3063451. -4665094. 1055080. Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.999347 0.999272 1.058824 13356.83 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
-0.795160 48.55048 107.6264 1.911791
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.992152 1.31E+14
Mean dependent var Durbin-Watson stat
9624258. 0.743328
105