ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF (Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat)
Oleh ELEAZAR DODO S H24103017
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF (Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat)
Skripsi Sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Oleh ELEAZAR DODO S H24103017
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF (Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor Jawa Barat)
Skripsi Sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Oleh ELEAZAR DODO S H24103017
Menyetujui, Bogor, September 2007
Ir. Mimin Aminah, MM Dosen Pembimbing
Mengetahui
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal ujian: 31 Agustus 2007
Tanggal lulus :
ABSTRAK
ELEAZAR DODO S. H24103017. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing Melalui Penelitian Aksi Partisipatif (Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Jawa Barat). Di bawah bimbingan MIMIN AMINAH. Peluang usaha ternak kambing di kota Bogor, khususnya usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar, sangat terbuka lebar. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan akan kambing di kota Bogor mencapai 12.635 ekor pada tahun 2006, sedangkan produksi kambing yang tercatat pada tahun 2006 hanya mencapai 1.356 ekor (Dinas Agribisnis, 2007). Dengan banyaknya peternak kambing yang mencapai 76 kelompok, menunjukkan bahwa persaingan dalam industri peternakan kambing ini sangat ketat (Dinas Agribisnis, 2007). Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pengembangan usaha pada kelompok agar dapat memunculkan keunggulan kompetitif dalam bersaing dengan para kompetitor. Sebelum pengembangan usaha diimplementasikan, terlebih dahulu perlu diadakan penelitian tentang apakah usaha yang akan dirintis tersebut layak diimplementasikan atau tidak, yaitu melalui penelitian aksi partisipatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan aspek non finansial perluasan kandang, menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing tanpa menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat, menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat, serta menganalisis tingkat kepekaan kelayakan finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara individu ataupun secara berkelompok dengan menggunakan teknik Focus Group Discusion (FGD). Data sekunder diperoleh dari studi literatur, seperti buku-buku, internet, dan bahan-bahan pelatihan Hasil analisis non-finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,000 (< 0,005). Sedangkan pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,147 (> 0,005). Hasil analisis finansial pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan, yaitu nilai NPV Rp 18.817.579,-, nilai PI 2.23, nilai IRR 41,6% dan nilai PBP 2,4 tahun. Pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan, usaha tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai NPV (Rp 17.897.667,-) nilai PI (0,12), nilai IRR (51,7%) dan nilai PBP 28 tahun. Demikian pula pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan, usaha ini tidak layak dijalankan, yaitu nilai NPV (Rp 13.917.391), nilai PI 0,13, nilai IRR (31,7%) dan nilai PBP 14 tahun. Hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual ternak menunjukkan bahwa usaha ini dapat layak dijalankan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih dari atau sama dengan 8%.
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan atas semua berkat yang diberikanNya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing Melalui Penelitian Aksi Partisipatif (Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Jawa Barat) yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Ir. Mimin Aminah, MM selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Nesti dan Pak Eko selaku tim dosen PAR yang banyak memberikan masukan dan kritikan selama penyusunan skripsi ini. 3. Erlin Yuliarti, STP, Msi dan Prof Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEa yang telah menjadi Dosen Penguji pada Ujian Sidang penulis. 4. Ir. Jono M Munandar, selaku Ketua Departemen Manajemen atas bantuan yang diberikan kepada penulis dan Erlin Yuliarti, STP, MSi selaku sekretaris Departemen Manajemen. 5. Pak Agus, Mas Yayan, dan Mas Anto selaku pihak CIFOR yang banyak memberikan pengarahan selama di lapangan dan sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini. 6. Buat keluargaku yang ada di Lampung Bapak, Mama, dan adikku Elis yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta doa dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Buat Sri Rezeki Sianturi, kekasihku yang selalu setia menemani dan memberikan semangat serta doa dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-teman pelayananku di komisi kesenian PMK Renata, David H, David S, Mia, Agus, Greth, Robin (Santa Band) dan semuanya yang mungkin belum disebutkan atas semua dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
iv
9. Teman-teman seperjuanganku di Manajemen 40 Dedi, Soni, Gala, Eko, Made, Hilman, Adit, Gema, Mia, Uci, Nela dan yang lainnya atas semua dukungannya dalam penyusunan skripsi ini. 10. Teman-teman kostku Jujung dan Sintesa yang selalu membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor,
September 2007
Penulis
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 06 Juni 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bharada S. dan Anny Magdalena Pada tahun 1990 penulis memulai studinya di TK. Baptis Elim Jakarta Barat dan lulus tahun 1991. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Baptis Elim Jakarta Barat dan lulus tahun 1997, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Immanuel Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 2 Bandar Lampung dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Semasa kuliah penulis aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan di Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai ketua Persekutuan Fakultas Ekonomi dan Manajemen selama satu tahun.
iii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP.................................................................................
iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….……
ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
x
I.
PENDAHULUAN………………………………………………… 1.1. Latar Belakang………………………………………………… 1.2. Perumusan Masalah………………………………………..….. 1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………… 1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………..
1 1 3 4 4
II.
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..… 2.1. Analisis Kelayakan Usaha…………………………………...... 2.1.1. Aspek Pemasaran……………………………………….. 2.1.2. Aspek Teknis dan Teknologi…………………….…....… 2.1.3. Aspek Manajemen…………………………………….… 2.1.4. Aspek Finansial……………………………………….… 2.2. Usaha Kecil dan Menengah …………………………………... 2.3. Usaha Ternak Kambing…………………………………….…. 2.3.1. Pakan Ternak………………………………………….. 2.4. Penelitian Aksi Partisipatif…………………………………..… 2.4.1. Enam Belas Prinsip Penelitian Aksi Partisipatif……..... 2.4.2. Metode PAR…………………………………………… 2.5. Penelitian Terdahulu……………………………………………
5 5 5 5 6 7 8 8 9 9 9 12 12
III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………. 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian………………………………... 3.2. Tahapan Penelitian Aksi Partisipatif…………………………... 3.3. Lokasi dan Waktu Peneltian…………………………………… 3.4. Jenis dan Sumber Data………………………………………… 3.5. Pengolahan dan Analisis Data…………………………………. 3.5.1. Analisis Pendapatan Usaha……………………………. 3.5.2. Analisis Kriteria Investasi……………………………… 3.5.3. Analisis Sensitivitas……………………………………. 3.6. Asumsi-Asumsi Penelitian………………………………………
vi
15 15 16 19 19 19 21 21 24 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 4.1. Proses Penelitian Aksi Partisipatif………….…………………. 4.2. Gambaran Umum Usaha.....................................……………..... 4.2.1. Lokasi Usaha.....................…………………………….… 4.2.2. Sejarah Usaha...........................................................……. 4.2.3. Karakteristik Responden................................................... 4.3. Analisis Kelayakan Usaha...................……………………….… 4.7.1. Aspek Pemasaran................................................................ 4.7.2. Aspek Teknis....................................................................... 4.7.3. Aspek Manajemen................................................................ 4.7.4. Aspek Finansial....................................................................
26 26 29 29 30 31 31 31 34 42 45
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 62 1. Kesimpulan.......................................................................................... 62 2. Saran.................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
64
LAMPIRAN................................................................................................... 67
vii
DAFTAR LAMPIRAN No 1. Proses PAR usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar………………………………….............................
Halaman 67
2. Tingkat suku bunga deposito berjangka RP/US$ pada 31 juli 2007 (% per tahun).…………………………………………
70
3. Analisis regresi terhadap dua perlakuan pakan yang berbeda......
71
4. Rencana kebutuhan dana usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (tanpa konsentrat) ………………………………....
72
5. Rencana kebutuhan dana usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 1x penjualan)………………....
73
6. Rencana kebutuhan dana usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 2x penjualan)………………...
74
7. Permodalan dan rencana penerimaan usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (tanpa konsentrat)…………….......
75
8. Permodalan dan rencana penerimaan usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 1x penjualan)..
76
9. Permodalan dan rencana penerimaan usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 1x penjualan)..
77
10. Rekapitulasi cash flow biaya operasional usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (tanpa konsentrat)……
78
11. Rekapitulasi cash flow biaya operasional usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 1x penjualan)......................................................
79
12. Rekapitulasi cash flow biaya operasional usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 2x penjualan)......................................................
80
13. Perhitungan biaya penyusutan asset……………………………......
81
14. Analisis cashflow usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar...................................................................................
82
15. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 6%.................................
83
16. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 7%.................................
83
17. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 8%.................................
83
18. Perhitungan profit margin (tanpa konsentrat, komersial)...............
84
x
19. Perhitungan profit margin (tanpa konsentrat, semi-komersial)......
84
20. Perhitungan profit margin (dengan konsentrat, 1x penjualan, komersial)..........................................................................................
85
21. Perhitungan profit margin (dengan konsentrat, 1x penjualan, semi-komersial)................................................................................
85
22. Perhitungan profit margin (dengan konsentrat, 2x penjualan, komersial).........................................................................................
86
23. Perhitungan profit margin (dengan konsentrat, 2x penjualan, semi-komersial)...............................................................................
86
xi
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian…………………………………........
15
2. Proses berulang-ulang penelitian aksi partisipatif…………………..
16
3. Tahapan penelitian aksi partisipatif…………………………………..
20
4. Saluran pemasaran usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar…………………………………………………………………..
33
5. Tahap-tahap proses produksi…………………………………………
35
6. Layout kandang ternak sebelum diperluas………………………….
35
7. Layout kandang ternak setelah diperluas………………………......
36
8. Bagan organisasi usaha ternak kambing……………………………
43
ix
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Struktur dan bagan organisasi……………………………………….
7
2. Profil responden……………………………………………………….
32
3. Proyeksi kebutuhan alat dan bahan baku usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar…………………………………………
41
4. Proyeksi kebutuhan dana usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar…………………………………………………………
47
5. Rincian biaya tetap usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar…………………………………………………………………...
49
6. Rincian biaya variabel usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar…………………………………………………………
50
7. Nilai kriteria investasi usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar.......................................................................................
55
8. Hasil analisis sensitivitas penurunan harga jual usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar ……………………………
60
viii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi berkepanjangan yang diikuti dengan bangkrutnya sebagian besar usaha skala besar telah menggugah kesadaran para pengambil kebijakan, politisi, peneliti, akademisi, pengamat, dan berbagai kalangan masyarakat lainnya terhadap arti penting perekonomian rakyat atau usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian nasional. Menurut Partomo dan Soedjono (2004), pada masa krisis yang berkepanjangan, UKM dapat bertahan dan mempunyai potensi untuk berkembang. Dalam Kajian Stabilitas Keuangan 1 (2004) juga disebutkan bahwa UKM terbukti lebih tahan dalam menghadapi krisis dibandingkan dengan usaha besar. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan UKM di berbagai bidang. Salah satu sektor UKM yang berkembang di Indonesia adalah berasal dari sektor pertanian. Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian memainkan peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian dan perekonomian Indonesia. Peranan sub sektor peternakan dalam bidang pertanian cukup besar dan menempati
posisi
kedua
terbesar
setelah
tanaman
bahan
makanan.
(http://www.bapedajabar.go.id). Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem usaha tani di pedesaan. Hal ini dikarenakan, ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak per kelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antarkelahiran pendek, dan pertumbuhannya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling buruk, kambing masih dapat bertahan hidup (Sarwono, 2002). Pada tahun 2001 populasi kambing di Indonesia adalah sebesar 12,5 juta ekor. Populasi ini terus-menerus mengalami peningkatan hingga mencapai 13,2 juta ekor pada tahun 2005 (http://www.bps.go.id). Tingkat konsumsi akan kambing secara nasional terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah kambing yang dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) dan di Luar Rumah Potong Hewan (LRPH)
2 yang dilaporkan pada tahun 2001 – 2005 adalah berturut-turut sebesar 548.451 ekor, 562.845 ekor, 574.258 ekor, 590.827 ekor, dan 606.384 ekor (http://www.bps.go.id). Perkembangan populasi kambing Jawa Barat tahun 2001 sampai dengan 2006 berturut-turut sebanyak 922.633 ekor, 878.043 ekor, 930.066 ekor, 1.144.102 ekor, 999.267 ekor, dan 1.148.547 ekor. Bila dikaitkan dengan kapasitas tampung yang dimiliki Jawa Barat untuk pengembangan domba dan kambing masih dapat menampung sebanyak 8.718.685 ekor sehingga sangat besar peluangnya untuk terus dikembangkan (http://www.disnak.jabar.go.id). Peluang usaha ternak kambing di kota Bogor, khususnya usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar, sangat terbuka lebar. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan akan kambing di kota Bogor mencapai 12.635 ekor pada tahun 2006, sedangkan produksi kambing yang tercatat pada tahun 2006 hanya mencapai 1.356 ekor (Dinas Agribisnis, 2007). Dengan banyaknya peternak kambing yang mencapai 76 kelompok, menunjukkan bahwa persaingan dalam industri peternakan kambing ini sangat ketat (Dinas Agribisnis, 2007). Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pengembangan usaha pada kelompok agar dapat memunculkan keunggulan kompetitif dalam bersaing dengan para kompetitor. Sebelum pengembangan usaha diimplementasikan, terlebih dahulu perlu diadakan penelitian tentang apakah usaha yang akan dirintis tersebut layak diimplementasikan atau tidak. Untuk itulah penulis bersama-sama kelompok menyusun suatu analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha ini dilakukan terhadap aspek finansial dan aspek non finansial, meliputi aspek pasar, teknis, dan manajemen yang saling terkait satu sama lainnya dalam menentukan keberhasilan usaha yang akan dijalankan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Aksi Partisipatif atau Participatory Action Research (PAR). Dalam Penelitian Aksi Partisipatif Kelompok Tani Harapan Mekar tidak dijadikan sebagai obyek penelitian tetapi sebagai pelaku utama bersama-sama dengan peneliti dalam melakukan proses penyusunan analisis kelayakan usaha. Melalui penelitian ini maka diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi dari setiap masalah
3 yang ada dan mencari solusi untuk meyelesaikan masalah tersebut. Dengan begitu, maka usaha ternak kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar ini diharapkan dapat lebih berkembang. 1.2. Perumusan Masalah Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Formulasi Strategi Usaha Ternak Kambing Melalui Pendekatan Participatory Action Research (PAR) di Kelompok tani Harapan Mekar, Desa Situgede, Bogor oleh Laksana Bayu Utama. Dari hasil penelitian Formulasi Strategi Usaha Ternak Kambing Melalui Pendekatan Participatory Action Research (PAR) tersebut didapat bahwa strategi terbaik untuk pengembangan usaha Kelompok Tani Harapan Mekar adalah strategi perluasan kandang. Oleh karena itu untuk mengukur tingkat kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun non-finansial, diperlukan suatu analisis kelayakan usaha terhadap strategi perluasan kandang tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perumusan masalah yang diteliti, adalah: 1. Apakah kelayakan aspek non finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dapat diimplementasikan? 2. Apakah kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar tanpa menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat dapat diimplementasikan? 3. Apakah kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat dapat diimplementasikan? 4. Apakah tingkat kepekaan kelayakan finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dapat diimplementasikan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan aspek non finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar
4 2. Menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar tanpa menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat 3. Menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat 4. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar 1.4. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi usaha dan menjadi pedoman dalam merencanakan usaha yang akan dilakukan diwaktu mendatang 2. Sebagai bahan informasi baik bagi masyarakat sekitar dan juga bagi pihak-pihak yang ingin menekuni usaha ternak kambing 3. Bagi penulis, sebagai bentuk aplikasi ilmu yang didapatkan selama di bangku kuliah dan sebagai media pengembangan kemampuan dalam mengamati, mengumpulkan data, menganalisis dan melaporkan ke dalam suatu bentuk ilmiah tentang keadaan usaha suatu usaha peternakan yang dilakukan secara bersamasama dengan masyarakat (partisipatif).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Kelayakan Usaha Suatu
bisnis
atau
usaha
merupakan
seluruh
kegiatan
yang
diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan dalam rangka memperbaiki standar dan kualitas hidupnya (Umar, 1997). Menurut Umar dalam Nasir (2002), secara umum studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha, yang biasanya merupakan usaha investasi untuk dilaksanakan. Maksud layak (atau tidaknya) disini adalah prakiraan bahwa usaha akan dapat (atau tidak dapat) menghasilkan keuntungan yang layak bila sudah dioperasionalkan. Husnan dan Suwarsono dalam Solehan (2002) mengemukakan bahwa studi kelayakan proyek atau usaha adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek atau usaha dilaksanakan dengan berhasil. Menurut Umar (1997), secara umum terdapat beberapa aspek persiapan
perencanaan
suatu
usaha
yang
harus
diperhatikan
dan
dipertimbangkan antara lain: (1) Aspek pemasaran, (2) Aspek teknis dan teknologi, (3) Aspek sumber daya manusia, (4) Aspek Manajemen, dan (5) Aspek Finansial. 2.1.1. Aspek Pemasaran Menurut Umar (1997), pemasaran adalah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menjual barang/jasa yang diproduksi ke pasar. Analisis kelayakan aspek ini yang utama adalah: a. Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya. b. Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta keputusan mereka atas produk. c. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan dilaksanakan. 2.1.2. Aspek Teknis dan Teknologi Studi aspek teknis dan teknologi akan mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan (Umar, 1997). Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan
6
dalam aspek teknis adalah lokasi proyek, skala operasi, kriteria pemilihan mesin dan perlengkapan, proses produksi dan layout pabrik, dan ketepatan jenis teknologi (Husnan dan Suwarsono dalam Solehan, 2002). Menurut Ibrahim dalam Solehan (2002), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis dan teknologi adalah lokasi usaha yang direncanakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, serta jenis dan jumlah investasi yang diperlukan disamping membuat rencana produksi selama umur ekonomis proyek. 2.1.3. Aspek Manajemen Menurut Rangkuti (2005), keterangan yang jelas dan terperinci mengenai kondisi manajemen sangat penting di dalam rencana bisnis. Untuk itu kita perlu menjelaskan struktur organisasi serta siapa saja yang terlibat dalam bisnis tersebut, berikut kualifikasi mereka. Penjelasan secara mendetail dalam aspek manajemen ini setidaknya meliputi strutur organisasi, penjelasan mengenai keahlian dan jumlah pekerjaan yang dipekerjakan, penjelasan mengenai sistem penggajian dan bonus serta tunjangan lain untuk kesejahteraan karyawan, dan alokasi pekerjaan. Menurut Husnan dan Suwarsono
dalam Solehan (2002), hal-hal
yang dipelajari dalam menyusun rencana tentang pengelolaan operasi proyek/usaha ini, yaitu bentuk badan usaha, jenis pekerjaan yang diperlukan, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan, struktur organisasi, dan pencarian tenaga kerja. a. Struktur Organisasi Menurut Hasibuan (2003), Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal dari dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Secara singkat struktur dan bagan organisasi dikemukakan pada Tabel 1.
7
Tabel 1. Struktur dan Bagan Organisasi Struktur Organisasi 1. Organisasi Lini
Bagan Organisasi Berbentuk segitiga vertikal atau horizontal
2. Organisasi Lini dan Staf
Berbentuk kerucut vertikal atau horizontal
3. Organisasi Fungsional
Berbentuk setengah lingkaran atau lingkaran
4. Organisasi Lini, Staf, dan Fungsional
Berbentuk oval atau lonjong telur
5. Organisasi Komite Sumber:Hasibuan, 2003 b. Deskripsi Pekerjaan Menurut Hasibuan (2003), deskripsi atau uraian pekerjaan adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi. 2.1.4. Aspek Finansial Dari sisi finansial atau keuangan, suatu usaha dikatakan sehat, apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya (Umar, 1997). Kegiatan pada aspek keuangan (finansial) ini, antara lain perhitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta tetap proyek/usaha. Juga, dipelajari mengenai struktur pembiayaan yang menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dari modal sendiri. Pembuatan hasil analisis keuangan akan digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan rencana keuangan dengan pihak yang berkepentingan. Kegiatan aspek keuangan ini dilakukan setelah aspek lain selesai dilaksanakan.
8
2.2. Usaha Kecil dan Menengah Menurut Partomo dan Soejoedono (2004), pengertian tentang usaha kecil menengah (UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan negara tersebut. Mengenai pengertian atau definisi usaha kecil ternyata sangat bervariasi, di satu negara berlainan dengan negara lainnya. Dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokkan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan/kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employees) misalnya usaha kecil di United Kingdom adalah suatu usaha bila jumlah karyawannya antara 1-200 orang; di Jepang antara 1-300 orang; di USA antara 1-500 orang. Dengan berkembangnya perekonomian nasional, maka pada tahun 1991 Departemen Perindustrian RI melakukan penyesuaian rumusan pengelompokkan industri, yaitu industri kecil dan kerajinan didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah aset kurang dari Rp. 600 juta di luar nilai tanah dan bangunan yang digunakannya. Sedangkan Bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari investasi, di luar tanah dan bangunan sebesar Rp. 600 juta bagi pengertian industri kecil. Sedangkan INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih Rp. 200 juta sampai maksimal Rp. 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) (Partomo dan Soejoedono, 2004). 2.3. Usaha Ternak Kambing Menurut Sarwono (2003), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25% dari total pendapatan keluarga. Bagi petani kecil atau buruh yang memiliki tanah garapan, ternak kambing menempati fungsi yang cukup penting terutama sebagai tabungan yang dapat dijual sewaktuwaktu bila membutuhkan uang. Dengan demikian, ternak ini cocok dikembangkan di daerah pedesaan dengan pemilikan lahan yang relatif sempit. Di Indonesia, manfaat ekonomi kambing terutama daging dan kulitnya, sedangkan bulunya relatif masih terbatas. Daging kambing ini lebih empuk
9
daripada daging kerbau ataupun daging sapid an seratnya lebih halus sehingga relatif lebih disukai masyarakat. Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat, karena memiliki berbagai keunggulan, antara lain (Sosroamidjojo dalam Kusumawardhani, 2004) : a. Sebagai tabungan, sewaktu-waktu mudah dijual jika perlu, b. lekas berkembang biak, karena beranak lebih dari satu ekor dalam satu kalimelahirkan dan dalam setahun dapat dua kali beranak, c. modal yang diperlukan relatif kecil d. kandang dan pemeliharaannya relatif sederhana, serta relatif tidak membutuhkan tempat dan tenaga yang besar. 2.3.1. Pakan Ternak Menurut Sarwono (2002), jumlah pakan hijauan yang diberikan pada kambing dewasa adalah 10% dari bobot badannya. Sedangkan jumlah konsentrat yang diberikan adalah sebanyak 3% bobot badan. (Sitorus dkk., 1998). 2.4. Penelitian Aksi Partisipatif Penelitian aksi partisipatif (Participatory Action Research atau PAR) lebih merupakan pendekatan para aktivist, yang bekerja untuk memperkuat komunitas lokal, atau yang diwakilinya, untuk memanipulasi struktur kekuasaan yang lebih tinggi (Bahan Pelatihan “Leadership Program for IPB Student”, Vila Parenca, Bogor, 13-16 Februari 2007). 2.4.1. Enam Belas Prinsip Penelitian Aksi Partisipatif Enam belas prinsip Penelitian Aksi Partisipatif ini disusun untuk 3er Encuentro Mundial Investigation Participatva (Pertemuan Negara Dunia Ketiga mengenai Penelitian Partisipatif), Managua, Nicaragua, 3-9 September 1989. Prinsip-prinsip tersebut merepresentasikan sebuah refleksi dan penyempurnaan penting dari praxis penelitian aksi partisipatif, oleh seorang praktisi terkemuka, selama tahun 80-an (Robin McTaggart dalam bahan Pelatihan dan Lokakarya “Penelitian Aksi Partisipatif dalam Proses Kebijakan Pengelolaan dan Pengaturan Hutan”, Citeko, Bogor, 29 Juni – 2 Juli 2004 ).
10
Enam Belas Prinsip Penelitian Aksi Partisipatif: 1. Penelitian aksi partisipatif adalah sebuah pendekatan untuk memperbaiki praktek sosial dengan jalan merubahnya dan belajar dari konsekuensi perubahan tersebut. 2. Penelitian aksi partisipatif bergantung kepada partisipasi nyata yang dilakukan melalui sebuah tahapan berkesinambungan dari perencanaan, aksi (implementasi rencana), pengamatan (secara sistematis), refleksi dan kemudian menyusun rencana kembali dan seterusnya memutari lingkaran siklus kembali. 3. Penelitian aksi partisipatif adalah suatu bentuk kerjasama (kolaborasi). 4. Penelitian aksi partisipatif membangun komunitas yang memiliki sikap kritis-diri dari orang-orang yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam proses penelitian yang meliputi perencanaan, aksi pengamatan dan refleksi. 5. Penelitian aksi partisipatif adalah sebuah proses belajar yang sistematis, dimana orang-orang bertindak secara terarah dengan tetap terbuka terhadap datangnya kejutan dan tanggap terhadap berbagai kesempatan. 6. Penelitian aksi partisipatif melibatkan orang-orang dalam membangun teori mengenai kebiasaan sendiri. Proses ini mendorong untuk memiliki sifat ingin tahu dan memahami hubungan antara situasi, aksi dan konsekuensi dalam kehidupan mereka sendiri. 7. Penelitian aksi partisipatif mengharuskan orang-orang menempatkan praktek, ide-ide dan asumsi mengenai institusi untuk diuji dengan mengumpulkan bukti yang meyakinkan sebagai bahan pembenaran. 8. Penelitian aksi partisipatif tidak hanya meliputi kegiatan membuat catatan yang mendeskripsikan apa yang terjadi se-akurat mungkin, tetapi juga mengumpulkan dan menganalisis sejumlah keputusan/penilaian, reaksi dan sikap terhadap apa yang terjadi. 9. Penelitian aksi partisipatif melibatkan partisipan dalam memahami pengalaman mereka sendiri secara obyektif. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah jurnal pribadi dimana partisipan mencatat kemajuan dan refleksinya terhadap dua rangkaian (sejajar) proses
11
belajar: (a) mengenai praktek itu sendiri (bagaimana praktek individu dan kolektif dibangun) dan (b) mengenai peoses mempelajari suatu praktek (bagaimana kegiatan penelitian aksi berjalan). 10. Penelitian aksi partisipatif adalah sebuah proses politik, karena melibatkan orang-orang dalam membuat perubahan yang akan mempengaruhi pihak
lain. Karena alasan itu, terkadang muncul
resistensi (penolakan) terhadap perubahan, baik itu oleh partisipan maupun pihak lain. 11. Penelitian aksi partisipatif menyangkut analisis kritis atau situasi yang terstruktur (proyek, program, sistem). 12. Penelitian aksi partisipatif dimulai dengan hal kecil dengan melakukan perubahan-perubahan skala kecil yang dapat dikelola dan dikendalikan oleh individu, dan kemudian mengarah pada pola-pola yang lebih luas. 13. Penelitian aksi partisipatif dimulai dengan siklus kecil perencanaan, aksi, pengamatan dan refleksi yang dapat membantu menjelaskan isu-isu, ideide dan asumsi dengan lebih jelas sehingga terlibat untuk mengajukan pertanyaan yang lebih memiliki kekuatan seiring dengan berjalannya kegiatan. 14. Penelitian aksi partisipatif dimulai dengan kelompok kecil pihak-pihak yang berkolaborasi tetapi dengan memperluas komunitas peneliti aksi partisipatif, sehingga secara bertahap mengikutsertakan lebih banyak pihak yang terlibat dan yang mendapat dampak dari kegiatan yang dilakukan. 15. Penelitian
aksi
partisipatif
memperbolahkan
dan
mengharuskan
partisipan membuat catatan dari perubahan yang dicapai mengenai perubahan aktivitas dan praktek, bahasa dan wacana, hubungan sosial dan bentuk organisasi. 16. Penelitian
aksi
partisipatif
memperbolehkan
dan
mengharuskan
partisipan memberikan sebuah alasan yang memberikan justifikasi kerja sosial (pendidikan) mereka kepada yang lain.
12
2.4.2. Metode PAR Metode PAR yang digunakan dalam penelitian adalah teknikteknik Participatory Rural Appraisal (PRA). Menurut Djohani (1996), teknik-teknik PRA adalah alat-alat untuk melakukan kajian (keadaan) desa. Teknik-teknik PRA yang digunakan adalah : 1. Teknik Penelusuran Sejarah Desa, adalah suatu teknik yang mengkaji suatu keadaan dari waktu ke waktu (waktu tidak dibatasi). Jenis informasi yang dibutuhkan adalah informasi umum, asal-usul desa, perkembangan masyarakat termasuk pertanian. 2. Teknik Jadwal Sehari, adalah teknik yang mengkaji suatu keadaan dari waktu ke waktu dalam satu hari. Jenis informasi yang dibutuhkan adalah pola kegiatan keluarga terutama keluarga petani. 3. Teknik Pembuatan Bagan Alur, adalah teknik untuk mengkaji suatu sistem tertentu. Jenis informasinya adalah alur produksi pertanian dan pemasaran hasil atau sistem pengelolaan air di desa. 4. Teknik Kajian Mata Pencaharian, adalah teknik untuk mengkaji mata pencaharian desa yang diurutkan berdasar yang paling utama/banyak dilakukan masyarakat. Jenis informasinya adalah mata pencaharian utama masyarakat, dan potensi pengembangan usaha. 5. Teknik Pembuatan Bagan Urutan, adalah teknik serba guna untuk mengurutkan berbagai hal yang akan diprioritaskan. Jenis informasinya adalah pilihan teknologi dan tanaman baru, pilihan prioritas masalah atau prioritas kegiatan. 6. Teknik Wawancara Keluarga Petani. Teknik ini biasanya tidak dilakukan untuk wawancara dalam kelompok. Jenis informasinya meliputi pendapatan, sumber daya yang dimiliki, dan sebagainya. 2.5. Penelitian Terdahulu Sukmawati (1991) melakukan penelitian tentang pendugaan produksi dan analisis kelayakan finansial usaha penggemukan kambing kacang dengan menggunakan ransum percobaan. Penelitian bertujuan untuk: (1) menduga fungsi produksi penggemukan kambing ; (2) mengetahui biaya dan pendapatan yang akan dicapai; (3) mempelajari kelayakan finansial suatu
13
model usaha penggemukan kambing. Hasil pendugaan fungsi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa proses produksi usaha penggemukan kambing kacang dengan menggunakan ransum percobaan perlakuan R1 berada pada tahap kenaikan hasil dengan laju yang berkurang (decreasing return to scale). Hasil analisis kelayakan finansial pada model I mempunyai NPV Rp 81.553,10,dengan IRR 39%, sedangkan penggemukan model II mempunyai NPV Rp 2.558.407,- dengan IRR tak hingga. Pengujian model I dan model II tersebut menunjukkan kedua model layak secara finansial. Hasil analisis kepekaan menunjukkan bahwa model I sangat peka terhadap perubahan harga jual kambing dan kenaikan harga konsentrat dibanding model II. Sedang model II peka terhadap penurunan harga jual kambing, namun tetap layak dilaksanakan. Ratnawati (2002) melakukan penelitian tentang kajian kelayakan finansial pengembangan usaha peternakan sapi dan kambing perah di pesantren Darul Fallah, Ciampea, Bogor. Hasil analisis pada keragaan usaha Peternakan Darul Falah menunjukkan dua hal penting dalam teknis produksi. Pertama, pengelolaan sapi perah dijadikan satu dengan kambing perah sehingga tidak ada perincian biaya yang timbul dari masing-masing usaha. Kedua, produktifitas ternak masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata jumlah produksi per hari sapi perah 7-9 liter dan kambing perah 0,75-1,5 liter. Hasil analisis pada pasar menunjukkan bahwa susu sapi dan kambing memiliki prospek pasar yang bagus. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial, rencana perluasan skala usaha sapi perah layak diusahakan pada tingkat diskonto 13% dan usaha menjadi tidak layak ketika tingkat diskontonya 18%. Sedangkan pada usaha ternak kambing perah layak diusahakan pada baik pada tingkat diskonto 13% maupun 18%. Hasil analisis sensitifitas pada kenaikan harga pakan 30%, kenaikan harga ternak sebesar 20%, dan penurunan harga jual susu sebesar 15% membuat usaha ternak sapi perah tidak layak. Sedangkan pada pengembangan usaha kambing perah tidak layak untuk dilakukan hanya ketika terjadi penurunan harga susu sebesar 15% pada tingkat diskonto 18%. Ahmad (2002) melakukan penelitian tentang analisa usaha ternak kambing perah dan pemasaran susu kambing di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Citra Rasa, Bogor. Tujuan dari penelitian
14
menganalisis tingkat pendapatan dan aliran kas usaha ternak kambing perah dengan dua metode penanganan anak kambing yang berbeda, yaitu memelihara semua anak yang lahir selama pengusahaan ternak, dan menjual semua anak kambing yang lahir selama pemeliharaan ternak kambing perah. Nilai NPV dari pengusahaan ternak yang memelihara semua anak yang dihasilkan pada tingkat diskonto 16 % adalah Rp 560.151.929,-. Sedangkan NPV pada tingkat diskonto 20 % adalah Rp 414.872.987,-. Nilai IRR pada pengusahaan adalah sebesar 39 %. Net B/C yang dihasilkan pada tingkat bunga 16% dan 20 % adalah 1,59 dan 1,45. Lalu, nilai NPV pada pengusahaan dengan menjual semua anak adalah Rp 277.500.080,- pada tingkat diskonto 16 % dan Rp 204.620.206,- pada tingkat diskonto 20 %. Nilai IRR adalah 37 %, dan nilai nett B/C pada tingkat bunga 16 dan 20 % adalah 1,35 dan 1,27. Perbedaan
mendasar dari penelitian yang dilakukan secara
partisipatif pada ketiga penelitian tersebut adalah pada proses penelitian. Proses penelitian partisipatif dilakukan secara bottom up. Hal ini berarti fokus penelitian bukan hanya berdasarkan pada hasil akhir yang akan dicapai, tetapi juga memperhatikan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, penelitian ini dapat memperkuat, mengembangkan, dan memperbaiki hal-hal yang tidak terdeteksi pada penelitian sebelumnya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Melalui pembelajaran secara partisipatif ditemukan suatu masalah dimana untuk beberapa tahun ke depan maka kapasitas kandang yang ada sekarang pada kelompok tidak mencukupi untuk menampung jumlah kambing pada beberapa tahun ke depan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pembelajaran mengenai penyusunan suatu analisis kelayakan usaha. Tujuan dari analisis kelayakan usaha ini adalah untuk mengetahui apakah perluasan kandang ini layak dijalankan atau tidak. Apabila layak maka perluasan kandang dilanjutkan dan apabila tidak maka dibutuhkan kembali proses identifikasi masalah utama untuk menemukan masalah apa yang paling utama untuk dibuat suatu analisis kelayakan usaha (Gambar 1). Usaha Ternak Kambing
• Gambaran Usaha • Visi, Misi dan Tujuan • Perumusan Masalah
Perluasan Kandang
Pengumpulan Data
Analisis Kelayakan Usaha
Layak
Tidak Layak
Perluasan Kandang dilanjutkan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
16
3.2. Tahapan Penelitian Aksi Partisipatif Secara umum proses Penelitian Aksi Partisipatif merupakan proses yang terjadi berulang-ulang yang didalamnya terjadi proses-proses seperti perencanaan, aksi dan refleksi (Gambar 2). Proses ini dimulai dengan pengamatan untuk mengidentifikasikan dari masalah-masalah yang ada. Hasil pengamatan kemudian diangkat sebagai faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan, diikuti dengan tindakan/aksi nyata untuk mencapai tujuan, lalu dilakukan refleksi/evaluasi kembali untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam perencanaan dan aksi selanjutnya sampai terjadinya suatu perubahan di masa mendatang. Proses tersebut terjadi secara
perencanaan
aksi
perencanaan
aksi
berulang-ulang.
saat ini
masa mendatang pengamatan
refleksi
refleksi
Gambar 2. Proses Berulang-ulang Penelitian Aksi Partisipatif Berikut merupakan tahapan penelitian aksi partisipatif di lapangan yang didalamnya terdapat proses-proses yang disebutkan di atas. Tahapantahapan tersebut (Gambar 3), yaitu: 3.2.1. Sosialisasi dan Identifikasi Potensi a. Sosialisasi Tujuan dari kegiatan sosialisasi ini adalah untuk memberitahukan maksud kedatangan mahasiswa datang ke desa. Selain itu tujuan dari kegiatan ini adalah membangun hubungan yang baik antara mahasiswa dan masyarakat, sehingga adanya suatu kepercayaan dari masyarakat kepada mahasiswa. Dengan begitu proses penelitian aksi partisipatif ini dapat berjalan dengan baik. Metode atau teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD).
17
b. Identifikasi Potensi Tujuan dari proses identifikasi potensi ini adalah untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang terdapat di desa dan usaha apa yang paling memiliki potensi untuk nantinya dikembangkan. Metode yang digunakan adalah
teknik
wawancara
baik
secara
individu
maupun
secara
berkelompok. 3.2.2. Pemilihan Kelompok Tani Tujuan dari proses ini adalah untuk memilih salah satu usaha yang dianggap paling berpotensi untuk dikembangkan nantinya. Dalam proses ini maka didapati bahwa usaha yang dipilih adalah usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar. Proses pemilihan ini dilakukan melalui diskusi dengan tim fasilitator dan juga dengan adanya arahan dari para dosen pembimbing di lapangan. 3.2.3. Kesepakatan dengan Kelompok Tani Tujuan dari proses ini adalah unutk membuat kesepakatan antara mahasiswa dan Kelompok Tani Harapan Mekar bahwa usahanya terpilih untuk proses PAR ini. Selain itu, proses ini bertujuan untuk menyamakan jadwal untuk pertemuan berikutnya dalam proses pendampingan atau fasilitasi. Teknik yang digunakan adalah teknik FGD. 3.2.4. Identifikasi Masalah a. Visi, Misi, dan Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah agar dapat diketahui akan ke arah mana usaha ini tersebut dibawa atau dikembangkan. Oleh karena itu sangat perlu dibangun suatu harapan secara bersama-sama tentang usaha tersebut. Karena tidak dapat dilakukan apa-apa kalau tidak ada harapan yang akan dicapai. Metode atau teknik-teknik yang digunakan dalam kegiatan ini adalah teknik future scenario atau teknik untuk membuat skenario kegiatan di masa depan.
18
b. Gambaran Kegiatan Usaha Dari kegiatan ini dapat dilihat bagaimana usaha ternak kambing ini selama ini dijalankan. Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar mahasiswa dan masyarakat/petani dapat belajar secara bersama-sama apakah usahanya selama ini sudah baik atau masih memiliki kekurangan. Metode atau teknik-teknik yang digunakan adalah teknik sejarah usaha dan teknik analisis waktu pola aktivitas harian. Teknik sejarah usaha digunakan untuk dapat mengetahui kapan usaha itu berdiri, bagaimana perkembangan keuangan perusahaan selama ini dan apa saja kendala-kendala usaha selama ini. Sedangkan teknik analisis waktu pola aktivitas harian digunakan untuk mengetahui berapa waktu yang digunakan oleh petani untuk dia bertani dan beternak kambing. c. Perumusan masalah Tujuan dari kegiatan ini adalah agar para masyarakat/petani dapat mengetahui secara pasti satu persatu masalah yang ada dalam usahanya, dan juga sebagai bahan untuk menyusun suatu rencana usaha ke depan. Metode atau teknik yang digunakan untuk merumuskan masalah ini adalah teknik pohon masalah dimana dengan teknik ini dapat bersamasama belajar mengurutkan masalah dari yang paling kelihatan sampai akar-akar permasalahan yang tidak kelihatan. Teknik ini digunakan untuk memprioritaskan masalah dari yang paling besar sampai paling kecil. 3.2.5. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan guna keperluan analisis kelayakan usaha. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara baik secara individu maupun secara berkelompok dengan teknik FGD. 3.2.6. Analisis Kelayakan Usaha Proses terakhir dalam penelitian ini adalah secara bersama-sama dengan masyarakat menyusun suatu analisis kelayakan usaha untuk dapat mengukur kelayakan atau tidak layaknya usaha yang didampingi untuk
19
proses pengembangan lebih lanjut. Selain itu, hal ini berguna untuk menarik investor mau mendanai usaha ternak kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar tersebut. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik wawancara secara individu maupun kelompok. 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Harapan Mekar. Kelompok Tani Harapan Mekar terletak di Kelurahan Situgede, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat. Waktu penelitian lapangan adalah Maret – Juni 2007. 3.4. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara individu ataupun secara berkelompok dengan menggunakan teknik FGD dengan ketua kelompok tani dan beberapa anggota kelompok tani, dan data sekunder diperoleh dari studi literatur, seperti buku-buku, internet, bahan-bahan pelatihan, dan lain-lain. 3.5. Pengolahan dan Analisis Data Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif (deskriptif) digunakan untuk mengetahui aspek pemasaran, teknis, dan manajemen. Aspek pemasaran meliputi target pasar, peluang pasar, dan bauran pemasaran. Sedangkan aspek teknis meliputi tahapan proses produksi, fasilitas produksi dan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi tersebut. Aspek manajemen meliputi perijinan, status kepemilikan, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan sistem kompensasi. Analisis kualitatif ini dilakukan secara partisipatif dengan masyarakat/petani. Sedangkan aspek finansial
dianalisis
secara
kuantitatif
dengan
menggunakan
analisis
pendapatan usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis ini dilakukan secara individu oleh peneliti dengan komputer program Excel.
20
Sosialisasi dan Identifikasi Potensi Desa
Pemilihan Kelompok
Kesepakatan dengan Kelompok
Identifikasi Masalah Usaha
Visi, Misi dan Tujuan
Gambaran Kondisi Usaha
Perumusan Masalah
Perluasan Kandang
Pengumpulan Data
Analisis Kelayakan
Aspek Pemasaran
Aspek Teknis
Layak
Aspek
Aspek Finansial
Tidak Layak
Perluasan Kandang dilanjutkan
Gambar 3. Tahapan Penelitian Aksi Partisipatif
21
3.5.1. Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha dalam kurun waktu satu tahun. a. Analisis Pendapatan (Keuntungan Satu Tahun) Analisis Pendapatan bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Hernanto dalam Efayanti, 2006). Rumus : Penerimaan = TR – TC TR = Total Revenue atau penerimaan total TC = Total Cost atau biaya total Kriteria : Bila nilai TR > TC : usaha menguntungkan Bila nilai TR < TC : usaha rugi b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Analisis ini digunakan untuk menguji sejauhmana hasil yang diperoleh dari usaha tertentu selama satu tahun (Hernanto dalam Efayanti, 2006). Rumus : TR R/C = TC Kriteria : Bila nilai R/C > 1 : usaha menguntungkan Bila nilai R/C < 1 : usaha rugi. 3.5.2. Analisis kriteria Investasi a. Net Present Value Net Present Value adalah selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan (Umar, 1997).
22
Rumus : n
NPV = ∑ t =1
Bt − Ct (1 + i) t
dimana : NPV
=
Nilai bersih sekarang
Bt
=
Manfaat pada tahun ke-t
Ct
=
Biaya pada tahun ke-t
i
=
Tingkat diskonto (%)
n
=
Umur usaha (tahun)
Kriteria : 1. NPV > 0, maka usaha layak dan dapat dilaksanakan 2. NPV = 0, maka usaha tidak untung dan tidak rugi, terserah kepada penilaian subjektif pengambil keputusan. 3. NPV < 0, maka usaha tidak layak, karena manfaat lebih kecil dari biaya dan lebih baik tidak dilaksanakan.
b. Profitability Index Pemakaian metode profitability index (PI) ini adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan dating dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Jadi, PI dapat dihitung dengan membansingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar (Umar, 1997). Rumus:
PV Kas Masuk PI = PV Kas Keluar Kriteria: 1. jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan 2. jika PI < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan
23
c. Internal Rate of Return Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 1997). Rumus :
IRR = i1 +
NPV1 (i1 − i2 ) NPV1 − NPV2
dimana : IRR
= Tingkat internal hasil (%)
NPV1
= Nilai bersih sekarang yang bernilai positif
NPV2
= Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif
i1
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif
i2
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
Kriteria : Investasi layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan dan sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang berlaku maka investasi tidak layak. d. Payback Period Payback Period adalah suatu periode yang dilakukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (cash flow), dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 1997). Rumus :
Nilai Investasi PBP =
x 1 tahun Kas Masuk Bersih
Kriteria : Jika PBP lebih pendek waktunya dari maximum PBP, maka usulan investasi dapat diterima.
24
3.5.3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kembali suatu analisis agar dapat dilihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger dan Asler dalam Solehan, 2002). Analisis sensitivitas mencoba melihat kembali realitas analisis suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi atau rencana suatu proyek sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur ketidakpastian mengenai apa yang terjadi. Di bidang pertanian, ada 4 macam analisis sensitivitas yang perlu diperhatikan, yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, biaya yang terlalu besar, dan hasil. 3.6. Asumsi-Asumsi Penelitian Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Umur dari usaha adalah 5 tahun didasarkan pada umur teknis dari kandang ternak b. Tingkat inflasi yang digunakan adalah 6% per tahun, yaitu berdasarkan ramalan
tingkat
inflasi
Bank
Indonesia
(http://www.keuangan-
pribadi.com). Besarnya penerimaan dan seluruh biaya akan meningkat setiap tahunnya sebesar tingkat inflasi. c. Harga bakalan adalah Rp 19.000,-/kg (http:\www.pikiran-rakyat.com). d. Harga jual kambing untuk perluasan kandang dengan satu kali penjualan adalah Rp 25.000,-/kg, yaitu perkiraan harga pada tahun mendatang berdasarkan pada peningkatan harga pada tahun terakhir. Harga jual kambing pada dua tahun terakhir adalah Rp 20.000,- dan Rp 22.500,- per kg. e. Bakalan yang digunakan adalah bakalan dengan usia antara 4-6 bulan dengan bobot rata-rata 12 kg. f. Perkiraan bobot jual kambing tanpa menggunakan konsentrat adalah 23,04 kg, dengan pertambahan bobot badan 0,046 kg per harinya (Yusuf dkk., 2001). Sedangkan perkiraan bobot jual kambing dengan menggunakan konsentrat adalah 26,16 kg, dengan pertambahan bobot badan 0,059 kg per harinya (Sitorus dkk., 1997).
25
g. Tingkat kematian kambing setiap tahunnya adalah 1,67%. Nilai ini didapat dari perbandingan antara jumlah kambing yang mati (1 ekor) dan jumlah ternak kambing (60 ekor) pada kelompok selama 2 tahun usaha berjalan. h. Konsentrat yang diberikan untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat adalah 0,525 kg per harinya, yaitu 3% dari bobot ratarata kambing selama penggemukan (Sitorus dkk., 1997). Lama penggemukan adalah 8 bulan. Harga hijauan dan konsentrat adalah Rp Rp 350,-, dan Rp 1250,-/kg, yaitu berdasarkan harga yang terdapat pada laboratorium industri makanan ternak, Fakultas Peternakan, IPB. i. Investasi awal dilakukan pada tahun ke-0 sebelum usaha berproduksi, berupa lahan, kandang ternak dan perlengkapan-perlengkapan usaha seperti cangkul, garpu, sabit, keranjang, lampu. j. Pinjaman dilakukan pada tahun ke-0 dengan pembayaran mulai tahun ke-1 selama 5 tahun pembayaran, dengan perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman adalah 35% untuk modal sendiri dan 65% untuk pinjaman k. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 6,25%, yaitu suku bunga deposito berjangka Bank BRI pada bulan Juli 2007 (http:\web.bisnis.com).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Penelitian Aksi Partisipatif Hal pertama yang perlu dilakukan ketika kita telah turun di lokasi penelitian (desa) adalah mensosialisasikan maksud dan tujuan kita datang ke desa secara jelas kepada para aparat dan masyarakat dari desa yang bersangkutan, contohnya kepada kepala desa dan aparat-aparat lain yang berkepentingan di desa. Tujuan dari proses sosialisasi ini adalah agar kedatangan kita dapat diterima dengan baik oleh masyarakat desa sehingga proses penelitian/pendampingan pun dapat dilakukan (Gambar 4). Kendalakendala yang ditemui dalam proses ini adalah terkadang sulit untuk membangun sebuah trust dalam diri masyarakat kepada peneliti. Pembelajaran yang dapat diperoleh adalah ternyata tidak mudah untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan juga perlu adanya lebih kekreatifan dalam hal berkomunikasi terutama untuk membangun trust yang baik dalam diri masyarakat. Strategi yang dilakukan adalah perlu lebih banyak lagi melatih cara berkomunikasi kita terutama untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Setelah kita membangun suatu hubungan yang baik dalam masyarakat barulah kita dapat memulai mengidentifikasi potensi-potensi apakah yang terdapat di dalam desa Situgede meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia dan usaha-usaha yang sedang berkembang. Proses ini dilakukan dengan wawancara dengan para pihak-pihak yang terkait seperti ketua kelompok tani atau aparat-aparat desa yang ada. Kendala yang dihadapi dalam proses ini adalah sulitnya mendapatkan fakta-fakta atau data-data yang akurat dikarenakan data yang diperoleh dari pendapat masyarakat lebih bersifat subjektif dan perkiraan. Pembelajaran yang diperoleh adalah mahasiswa perlu kembali belajar untuk mengggali informasi umum tentang potensi ekonomi desa Proses selanjutnya setelah proses sosialisasi dan identifikasi potensi adalah memilih salah satu UKM ataupun kelompok yang dianggap paling berpotensi untuk didampingi. Hal ini tentunya tidak lepas dari arahan dosendosen pembimbing yang ada. Kendala yang dihadapi adalah sedikitnya waktu
27
yang ada untuk menentukan pilihan dan juga alternatif pilihan yang ada relatif sedikit untuk dipilih. Pembelajaran yang diperoleh adalah mahasiswa harus cermat dalam memilih kelompok mana yang nantinya akan didampingi atau diberdayakan. Tentunya hal ini sangat diperlukan pendapat dari tim fasilitator dan juga bimbingan dari dosen pembimbing selama di lapangan atau di desa. Setelah mengidentifikasi potensi yang ada dan memilih salah satu Kelompok Tani yang ada barulah kita membuat suatu kesepakatan dengan ketua dan para anggota kelompok bahwa usaha dari kelompok tersebut akan didampingi. Setelah adanya kesepakatan dari kelompok untuk didampinginya usaha dari kelompok tersebut, maka selanjutnya dapat dibuat suatu jadwal kegiatan atau pertemuan secara bersama-sama selama dua atau tiga bulan guna adanya pendampingan tersebut. Kendala yang dihadapi dalam proses ini adalah sulitnya untuk mengumpulkan beberapa anggota kelompok yang cenderung pasif atau kurang menanggapi program ini dengan baik dan juga sulitnya menyamakan jadwal antara mahasiswa dan anggota kelompok yang ada. Hal ini dirasakan juga pada awalnya dalam Kelompok Tani Harapan Mekar. Hal tersebut oleh karena kelompok cenderung berpendapat bahwa sesuatu kegiatan tidak berguna jika tidak ada sesuatu materi yang didapat. Pembelajaran yang diperoleh adalah mahasiswa belajar untuk membangun komunikasi yang baik dengan petani, sehingga didapatinya kesepakatan untuk proses pendampingan lebih lanjut terhadap usaha tersebut dan mengatur jadwal pertemuan berikutnya. Setelah menentukan jadwal pertemuan hal selanjutnya yang perlu dilakukan menanyakan apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan dari usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut atau apa yang menjadi harapan ke depan dari usaha yang dilakukannya selama ini. Kendala yang didapati dalam membangun suatu harapan ini terutama dalam usaha ternak kambing dalam Kelompok Tani Harapan Mekar adalah usaha ini dianggap sebagai usaha sampingan dari usaha utama, yaitu bertani, sehingga apa yang diperoleh saat ini dari usaha ternak kambing tersebut sudah dianggap cukup. Strategi yang dilakukan untuk menghadapi sikap tersebut adalah mencoba membawa beberapa anggota kelompok untuk melakukan suatu studi banding
28
(Benchmarking) kepada usaha peternakan yang sudah besar dan mapan, yaitu pada Ternak Domba Sehat Dompet Duafa Republika, Cinagara, Sukabumi. Hal ini dilakukan untuk dapat membangun suatu keinginan agar usahanya dapat menjadi lebih besar dan menyadarkan bahwa ternyata usaha ternak kambing tersebut memiliki prospek yang baik ke depannya. Proses selanjutnya mencari informasi mengenai gambaran kegiatan usaha dari Kelompok Tani Harapan Mekar. Dari kegiatan ini kita dapat melihat bagaimana usaha ternak kambing ini selama ini dijalankan. Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar peneliti dan masyarakat/petani dapat belajar secara bersama-sama, apakah usahanya selama ini sudah baik atau masih memiliki kekurangan. Kendala yang dihadapi sama dengan proses sebelumnya dimana para anggota cenderung pasif selama proses fasilitasi. Pembelajaran yang diperoleh adalah mahasiswa belajar tentang teknis budidaya kambing dan memperoleh sharing teori dengan pengalaman anggota kelompok yang sangat berharga. Setelah mengetahui apa yang diharapkan oleh masyarakat/petani dan mengetahui bagaimana gambaran usahanya selama ini, maka yang selanjutnya dilakukan adalah secara bersama-sama merumuskan masalah tersebut. Kendala yang dihadapi adalah sama dengan proses kegiatan sebelumnya, yaitu usaha ini dianggap sebagai usaha sampingan sehingga merasa nyaman dengan usahanya selama ini dan merasa tidak memiliki kekurangan atau masalah dalam menjalankan usahanya. Strategi yang dilakukan juga sama yaitu dengan melakukan studi banding terhadap peternakan yang lebih besar sehingga disadari masih memiliki kekurangan dan masalah-masalah dalam usahanya selama ini. Pembelajaran yang diperoleh adalah mahasiswa belajar memfasilitasi dan merumuskan masalah utama yang harus diselesaikan bersama-sama dengan kelompok. Sebelum menganalisis kelayakan usaha tentunya dibutuhkan beberapa data-data yang relevan mengenai usaha. Untuk itu diperlukan proses pengumpulan data. Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara baik secara individu maupun secara berkelompok dengan teknik FGD. Dalam Proses ini kendala yang dihadapi
29
adalah sulitnya menyamakan waktu antara ketua kelompok dan juga kepada anggota-anggota kelompok yang ada akibat kesibukannya di sawah untuk bertani. Oleh karena itu untuk mengatasinya selama di lapangan lebih banyak proses
wawancara
dilakukan
secara
individu
dibandingkan
secara
berkelompok. Pembelajaran yang diperoleh dalam proses ini adalah mahasiswa belajar untuk melakukan wawancara ataupun FGD untuk memperoleh data guna keperluan analisis kelayakan. Proses terakhir dalam penelitian ini adalah secara bersama-sama dengan masyarakat menyusun suatu analisis kelayakan usaha untuk dapat mengukur kelayakan atau tidak layaknya usaha yang didampingi untuk proses pengembangan lebih lanjut. Selain itu, hal ini berguna untuk menarik investor mau mendanai usaha ternak kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar tersebut. Akan tetapi ada beberapa analisis yang dilakukan individu oleh peneliti seperti analisis kelayakan finansial. Walaupun demikian hasil dari pengolahan yang ada akan diberitahukan kepada petani, sehingga dapat juga menjadi bahan perbaikan untuk menjalankan usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar. Secara lebih jelas proses dari penelitian aksi pertisipatif ini dapat dilihat dalam Lampiran 1. 4.2. Gambaran Umum Usaha 4.2.1. Lokasi Usaha Usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini didirikan di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Lokasi ini dipilih kerena kondisi sumber daya alam di wilayah Situgede mendukung kelompok untuk melakukan usaha ternak kambing. a. Letak dan Batas-batas Kelurahan Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini terletak pada Batas wilayah Kelurahan Situgede di sebelah utara adalah Kecamatan Kemang, sebelah selatan adalah Desa Balumbang Jaya, sebelah barat adalah Desa Cikarawang, dan sebelah timur adalah Kelurahan Bubulak.
30
Jarak dari Kelurahan ke Ibukota Kecamatan adalah 4 km yang dapat ditempuh dalam waktu 15 menit, sedangkan jarak dari Kelurahan ke Ibukota Kota Bogor adalah 8 km yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit, dan jarak dari Kelurahan ke ibukota Propinsi adalah 250 km. Kondisi jalan yang menghubungkan Kelurahan dengan Kecamatan lain maupun dengan Ibukota Kota Bogor cukup baik. Alat transportasi yang dapat digunakan berupa kendaraan roda empat baik berupa mobil, mini bus maupun truk, dan kendaraan roda dua. Kendaraan umum roda empat yang melintas di Kelurahan Situgede setiap hari dan menghubungkan Kelurahan dengan pusat Kota Bogor adalah Angkutan Perkotaan (angkot) dengan biaya Rp. 2.000,00. Dengan melihat jarak, kondisi jalan, alat dan biaya transportasi, akses untuk ke luar dari Kelurahan menuju pusat Kota Bogor dan akses informasi termasuk mudah dijangkau. b. Keadaan Geografis Topografi Kelurahan Situgede didominasi oleh dataran yaitu seluas 232,47 ha. Letak ketinggian Kelurahan dari permukaan laut adalah 250 m dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak ada erosi pada lahan. Curah hujan rata-rata 3219-4671 mm/tahun dan suhu rata-rata 24,925,8ºC. Luas Kelurahan Situgede adalah 232,47 ha. Berdasarkan pengalokasiannya, lahan tersebut digunakan untuk bermacam kepentingan yang sebagian besar atau bahkan hampir setengahnya (45,31 %) digunakan untuk persawahan (Monografi Desa Situgede tahun 2004 dalam Herdiansyah, 2005).
4.2.2. Sejarah Usaha Penelusuran sejarah usaha dalam penelitian aksi partisipatif ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui latar belakang pembentukan usaha ternak kambing, perubahan-perubahan yang terjadi selama usaha berjalan, kegiatan apa yang telah dan belum dilakukan kelompok dalam menjalankan usaha ternak dan permasalahan yang terjadi selama kegiatan usaha ini berlangsung.
31
Dari hasil teknik penelusuran sejarah usaha dalam diskusi anggota kelompok diperoleh bahwa berdirinya usaha ternak kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar ini diawali oleh adanya pemberian hibah oleh pemerintah kepada kelompok berupa empat ekor sapi seharga Rp 12.800.000,- juta pada tahun 2003. Karena ketidakjelasan dalam proses pengelolaan yang ada di lapangan, maka bukan keuntungan yang didapat melainkan kerugian Rp 9.600.000,-. Jumlah sapi yang ada tinggal dua ekor. Berdasarkan
pengalaman
tersebut
maka
ketua
kelompok
mengambil keputusan untuk menggunakan dana yang tersisa tersebut Rp 9.600.000,- untuk dijadikan sebuah usaha ternak kambing pada tahun 2005. Dari dana yang ada tersebut, dana Rp 2.600.000,- dialokasikan untuk pembuatan kandang dan sisanya dialokasikan untuk pembelian bakalan sebanyak 20 ekor dan perawatan kandang selama usaha berjalan. 4.2.3. Karakteristik Responden Jumlah anggota yang dijadikan responden adalah tiga orang. Orang-orang tersebut mengerti secara rinci sejarah usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dan memiliki pengetahuan yang baik tentang beternak kambing yang diperoleh melalui pengalaman selama beternak (Tabel 2). Tabel 2. Profil Responden Nama
No.
Umur
Pendidikan
Keterangan
1
Iwan setiawan
61
Sarjana
Ketua Kelompok
2
Adi
55
SD
Pengelola
3
Jai
48
SD
Pengelola
Sumber : Data Primer, 2007 4.3. Analisis Kelayakan Usaha 4.3.1. Aspek Pemasaran a. Lokasi dan Sasaran Konsumen Karena sifat usaha selama ini yang hanya sebagai usaha sampingan maka yang menjadi lokasi dan target pemasaran dari usaha ini
32
masih terbatas pada sekitar pada lingkungan kelurahan Situgede dan sekitar daerah di Kota Bogor. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kelompok yaitu Pak Encep, selama ini kegiatan pemasaran hanya dilakukan pada saat hari raya Idul adha. Kegiatan pemasaran yang dilakukan adalah menjual kambing langsung ditempat usaha. Konsumen yang ingin membeli kambing dapat langsung datang ke tempat usaha, dikarenakan tempat usaha yang strategis dan mudah dijangkau. b. Peluang Pasar Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok didapati bahwa selama dua tahun usaha ini berjalan jumlah permintaan terhadap kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar pada tahun pertama mencapai kurang lebih 30 ekor. Pada tahun tersebut jumlah ternak yang ada adalah 20 ekor. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa peluang pasar pada usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar cukup tinggi dan masih terbuka lebar. Akan tetapi, tingginya peluang pasar selama ini belum dapat didukung dengan pengadaan ternak pada saat proses penjualan. Oleh karena, itu perluasan kandang ini dapat dijadikan salah satu solusi untuk menghadapi masalah tersebut. c. Bauran Pemasaran Produk Jumlah kambing yang ada pada kelompok sekarang adalah 40 ekor dan pada tahun berikutnya akan diperbanyak menjadi 90 ekor. Dalam masalah bobot, kambing yang dimiliki oleh Kelompok Tani ini sudah tergolong baik dan layak untuk dijual. Akan tetapi dalam perawatannya, kambing-kambing yang ada kurang diberikan perawatan secara intensif. Perawatan-perawatan tersebut seperti memandikan kambing secara teratur, yaitu dalam satu bulan minimal dua kali. Perawatan yang lain, antara lain menjaga kebersihan kandang ternak itu sendiri dan
33
memberikan vitamin ataupun obat-obatan kepada ternak. Perawatan terhadap kambing ini mempengaruhi penampilan dari kambing saat dijual. Dari pengamatan selama di lapangan, didapati bahwa perawatanperawatan tersebut kurang diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kandang yang jarang dibersihkan dan juga kambing hanya dimandikan sebulan sekali. Jadi, walaupun secara bobot kondisi kambing sudah dapat dikatakan baik, akan lebih lagi jika kebersihan dari kambing dan kandang diperhatikan. Harga Harga jual kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar terakhir tahun 2006 berkisar Rp 550.000,- hingga Rp 700.000,- tergantung dari kondisi dan bobot kambing. Harga pasar yang berlaku di Bogor berdasarkan Bursa Hewan Kurban PUSLITBANGNAK Tahun 2006/1426 H dalam adalah berkisar Rp 600.000,- ribu hingga Rp 1.300.000,-. Berdasarkan Informasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga jual kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar masih tergolong rendah. Harga jual ini sangat dipengaruhi oleh bobot kambing dan penampilan kambing saat dijual. Bobot kambing dan penampilan kambing ini sangat dipengaruhi oleh perawatan terhadap kambing itu sendiri. Distribusi Saluran pemasaran yang terjadi dalam kegiatan pemasaran usaha ternak kambing ini adalah proses penjualan langsung kepada konsumen akhir. Dalam saluran ini, penjualan dilakukan tanpa melalui tengkulak ataupun saluran pemasaran yang lain. Hal ini dikarenakan pada saat Idul Adha banyak sekali konsumen yang ingin membeli kambing (Gambar 4). Kelompok Tani Gambar 4.
Konsumen
Saluran Pemasaran Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar.
Keunggulan dari proses penjualan langsung ini adalah kelompok dapat menekan biaya-biaya penjualan seperti untuk transportasi dan pengangkutan. Hal ini dikarenakan dalam proses penjualan, konsumen
34
langsung datang kepada kelompok tani untuk membeli sekaligus mengangkut kambing yang ada. Selain itu dengan tidak adanya perantara, maka harga jual kambing relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan penjualan melalui tengkulak ataupun perantara. Namun
proses
pemasaran
dengan
menggunakan
saluran
penjualan langsung ke konsumen ini juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan itu, antara lain kelompok kurang mengetahui tentang bagaimana informasi-informasi pasar seperti informasi mengenai harga penjualan. Dengan saluran pemasaran seperti, ini harga jual yang relatif sama dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, dengan saluran pemasaran seperti ini kelompok kurang dapat memperluas pasar kambing yang ada. Promosi Dalam hal promosi selama ini hanya dilakukan dari mulut ke mulut, sehingga dalam kegiatan promosi ini kelompok tidak mengeluarkan biaya sama sekali. 4.3.2. Aspek Teknis Aspek ini berhubungan dengan input dan output atau tahap-tahap produksi yang digunakan dalam usaha ternak kambing pada kelompok, fasilitas, bahan baku, dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. a. Tahap Produksi Tahap-tahap proses produksi usaha ternak kambing yang dilakukan oleh Kelompok Tani Harapan Mekar adalah pembuatan kandang ternak, pembelian bakalan, penggemukan dan pemanenan atau penjualan (Gambar 5).
35
Tahap Pembuatan Kandang Ternak
Tahap Pembelian Bakalan
Tahap Penggemukan
Tahap Pemanenan
Gambar 5. Tahap-Tahap Proses Produksi (i) Tahap Pembuatan Kandang Ternak Luas kandang pada tahun pertama dan kedua adalah seluas 2
52,5 m dengan ukuran panjang 17,5 m, lebar 3 m dan tinggi kandang dari permukaan tanah 0,8 m. Kandang ini dibangun di atas lahan seluas 200 m2. Kapasitas dari kandang ini sendiri mampu menampung 40 ekor kambing, dengan rincian 1,5 m x 0,8 m untuk setiap ekor kambingnya dan di tengah-tengah kandang sendiri terdapat jalan dengan lebar 0,5 m yang digunakan untuk jalan bagi ternak sendiri dan bagi para peternak. Selain itu di sekeliling kandang terdapat tempat pakan dengan ukuran dasar selebar 25 cm, tinggi 50 cm, lebar bagian atas 50 cm dan panjang yang disesuaikan dengan panjang dan lebar kandang. Untuk lebih jelas mengenai kandang yang ada sebelum dilakukan perluasan, yaitu pada tahun pertama dan kedua tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.
1m
0,8 m
0,5 m 1m
3m
5m
17,5 m
40 m Gambar 6. Layout Kandang Ternak Sebelum Diperluas.
36
Pada tahun ketiga jumlah ternak akan melebihi kapasitas dari kandang yang ada. Oleh karena itu, pada tahun ketiga kandang yang ada akan diperluas, sehingga kapasitasnya menjadi 90 ekor kambing. Ukuran kandang yang sebelumnya seluas 52,5 m2 akan diperluas menjadi seluas 108 m2 dengan ukuran panjang 36 m, lebar 3 m dan tinggi 1,5 m. Luas dari perluasan kandang itu sendiri adalah 80 m2. Ukuran kandang tiap ekornya tetap sama, yaitu 1,5 m x 0,8 m. Ukuran dari tempat pakan juga sama dengan panjang yang menyesuaikan dengan panjang kandang. Layout dari perluasan kandang itu sendiri dapat dilihat pada Gambar 10.
1m
0,8 m
0,5m
3m
5m
1m
36 m
40 m Gambar 7. Layout Kandang Ternak Setelah Diperluas. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan kandang ternak ini antara lain paku, bambu, kayu, atap kirai, semen, batu dan pasir. Uraian untuk bahan-bahan pembuatan kandang adalah: a. Paku
: 5 kg
b. Bambu
: 80 buah
c. Kayu
: 40 buah kayu ukuran 6”x12” dan 15 buah kayu ukuran 5”x10”
d. Atap kirai
: 400 buah
e. Semen
: 2 sak
f. Batu
: 0,5 m3
g. Pasir
: 0,5 m3
37
(ii) Tahap Pengadaan Bakalan Untuk melakukan usaha penggemukan kambing ini diperlukan bakalan
kambing
itu
sendiri.
Hasil
FGD
dan
benchmarking
menunjukkan bahwa pemilihan bakalan merupakan salah satu faktor keberhasilan usaha penggemukan, bibit yang baik untuk usaha penggemukan adalah berumur 4-6 bulan. Hal itu berdasarkan pada waktu penggemukan itu sendiri yang dilakukan selama satu tahun. Dengan begitu ketika kambing dipanen umurnya tidak terlalu muda ataupun terlalu tua. Bakalan kambing ini langsung dibeli dari pasar kambing yang ada di daerah Ciampea, Bogor. Bakalan yang dipilih adalah kambingkambing dengan usia 4-6 bulan, memiliki penampakan yang bersih dan yang pasti tidak memiliki penyakit ataupun cacat secara fisik. Proses pembelian dilakukan dengan langsung datang ke pasar kambing yang ada dan mengangkutnya dengan kendaraan pribadi milik ketua kelompok. Jumlah bakalan yang dibutuhkan untuk perluasan kandang ini adalah 90 ekor kambing. (iii) Tahap Penggemukan Tahap memberikan
penggemukan pakan
dan
ini
meliputi
obat-obatan,
proses-proses memandikan
seperti kambing,
membersihkan dan merawat kandang. Proses dari penggemukan ini dilakukan selama 8 bulan. Pakan yang diberikan selama ini adalah hanya hijau-hijauan. Akan tetapi dalam aspek finansial perluasan kandang ini, peneliti ingin melihat bagaimana kelayakan usaha ternak kambing ini jika pakan yang diberikan menggunakan tambahan berupa konsentrat. Untuk perhitungan tersebut, dalam aspek teknis akan dihitung berapa besar dari koefisien teknis dari penggemukan dan bagaimana perbedaan koefisien terhadap kedua perlakuan pakan tersebut. Berdasarkan hasil studi lapang, pemberian pakan yang baik dilakukan sekitar puklul 07.00, pukul 13.00, dan pukul 17.00 dengan porsi terbanyak. Jumlah hijau-hijauan yang diberikan adalah 10% dari
38
bobot kambing setiap harinya. Hijau-hijauan ini sendiri didapat dari lingkungan sekitar dimana mayoritas lahan yang ada di Situgede adalah persawahan dan memiliki tanah yang subur, sehingga akan sangat mudah untuk mendapatkan hijau-hijauan. Untuk konsentrat, jumlah yang diberikan adalah 3% dari bobot kambing rata-rata. Selain itu kambing juga perlu diberikan obat-obatan yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Obat yang biasa diberikan adalah obat cacing dan vitamin B. Proses pemberian pakan dan obatobatan ini merupakan proses yang sangat mempengaruhi keberhasilan dari penggemukan kambing. Selain diberikan pakan dan obat-obatan, kambing juga perlu dibersihkan atau dimandikan minimal dua kali dalam sebulan. Dengan terjaganya kebersihan kambing, maka kambing akan lebih cenderung terbebas dari berbagai macam penyakit. Pembersihan dan perawatan kandang pun juga diperlukan untuk menghindarkan kambing dari berbagai macam penyakit. (iv) Tahap Pemanenan/Penjualan Ternak Setelah melalui tahap penggemukan maka kambing sudah memiliki usia yang layak (1 tahun) dan siap dijual kepada konsumen pada saat Idul Adha. Proses penjualan dilakukan langsung kepada konsumen yang datang ke lokasi usaha yaitu di desa Situgede. Harga jual pun bervariasi tergantung dari besar, bobot dan penampakan dari kambing itu sendiri. b. Fasilitas Produksi Selain daripada tahapan-tahapan produksi yang telah disebutkan di atas, hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam aspek teknis adalah fasilitas yang digunakan selama proses produksi tersebut. Fasilitas produksi dikelompokkan menjadi dua, yaitu sarana dan prasarana. Sarana produksi yang digunakan adalah cangkul, garpu, sabit, keranjang, dan lampu. Prasarana yang digunakan yaitu lahan, dan listrik. Uraian sarana yang dibutuhkan selama produksi berlangsung adalah:
39
Cangkul Cangkul digunakan untuk mencangkul tanah yang ada di sekitar kandang, sehingga posisi kandang selalu dalam keadaan baik. Cangkul juga untuk proses penanaman tanaman pakan bagi ternak. Cangkul yang digunakan adalah 2 unit dengan umur teknis 3 tahun. Garpu Garpu digunakan untuk memberikan pakan dan merapikan rumput yang terdapat pada tempat pakan. Jumlah garpu yang digunakan adalah 1 unit. Umur teknis dari garpu adalah 3 tahun. Sabit Sabit digunakan untuk membersihkan tanaman liar di sekitar kandang, dan juga untuk mengambil rumput untuk pakan bagi ternak. Jumlah sabit yang digunakan adalah 1 unit. Umur teknis dari sabit adalah 3 tahun. Keranjang Keranjang digunakan sebagai tempat untuk mengangkut pakan yang diambil dari lahan untuk proses pemberian pakan. Jumlah keranjang yang digunakan adalah 4 unit. Umur teknis dari keranjang adalah 3 tahun. Lampu Lampu digunakan sebagai sarana penerangan bagi kandang. Jumlah lampu yang digunakan adalah 2 unit. Umur teknis dari lampu adalah 2 tahun. Uraian prasarana yang dibutuhkan selama produksi berlangsung adalah : Listrik Listrik digunakan agar lampu pada kandang dapat digunakan guna penerangan pada kandang. c. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan selama proses produksi, yaitu bakalan kambing. Kambing ini merupakan bahan baku utama dalam
40
proses produksi. Selama proses perluasan kandang jumlah bakalan yang dibutuhkan adalah 90 ekor. Untuk lebih jelas mengenai alat dan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses perluasan kandang selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Alat dan Bahan Baku Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar Tahun No
Uraian
0
1
2
3
4
5
Unit 1
Cangkul
2
-
-
2
-
-
2
Garpu
2
-
-
2
-
-
3
Sabit
2
-
-
2
-
-
4
Keranjang
2
-
-
2
-
-
5
Lampu
2
-
2
-
2
-
6
Bakalan
-
90
90
90
90
90
Sumber : Data Primer, 2007 Berdasarkan Tabel 3 di atas, maka dapat dilihat bahwa fasilitas berupa sarana produksi seperti cangkul, garpu, sabit, keranjang, dan lampu dibutuhkan mulai tahun ke-0, yaitu sebelum proses produksi dijalankan. Sedangkan untuk bahan baku berupa bakalan dibutuhkan adalah 90 ekor setiap tahunnya. d. Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam usaha ternak Kelompok Tani Harapan Mekar berjumlah 4 orang. Berdasarkan hasil FGD pemilihan tenaga kerja ini dilakukan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan, yaitu ditekankan pada faktor tanggung jawab dan kedisiplinan. Usaha ini dikelola dengan sistem manajemen yang sangat sederhana, sehingga lebih mudah dalam pengawasan kegiatan operasional.
41
Rata-rata pengelola memiliki tingkat pendidikan rendah (lulus SD) dan pengetahuan beternak didapatkan langsung dari pengalaman selama ini merawat hewan ternak, sehingga proses perawatan yang dibutuhkan tidak dilakukan. Akan tetapi, pengelola yang berjumlah empat orang ini memiliki tanggung jawab yang tinggi dan memiliki keinginan maju. Hal tersebut dapat dilihat dari keinginannya untuk belajar tentang bagaimana cara beternak kambing yang baik, yaitu melakukan studi banding dengan peternakan yang sudah baik dan maju di daerah Cinagara. Kekurangan yang ada pada aspek tenaga kerja ini adalah intensitas waktu yang lebih banyak dihabiskan untuk bertani dibandingkan dengan mengelola ternak yang ada. Hal ini dapat dilihat dari hasil teknik jadwal sehari. Dari teknik ini didapat jumlah waktu yang dihabiskan pengelola untuk beternak adalah 1,5 jam, sedangkan jumlah waktu untuk bertani adalah 10,5 jam. e. Koefisien Teknis Perhitungan
koefisien
teknis
ini
dilakukan
dengan
menggunakan analisis regresi. Analisis ini dilakukan untuk melihat variabel input apa yang paling berpengaruh terhadap hasil (output), dan mengukur besar koefisien teknis dari variabel input tersebut. Dalam hal ini, variabel input yang paling berpengaruh adalah pakan, sedangkan variabel output adalah bobot badan kambing. Pemberian pakan akan dibandingkan dengan dua perlakuan, yaitu perlakuan pemberian pakan tanpa tambahan konsentrat dan dengan tambahan konsentrat. Pemberian pakan dilakukan selama 8 bulan. Pada perlakuan pertama penambahan bobot badan diasumsikan 0,046 kg per hari atau 1,38 kg per bulan (Yusuf dkk., 2001). Sedangkan pada perlakuan kedua diasumsikan penambahan bobot badan adalah 0,059 kg per hari atau 1,77 kg per bulan (Sitorus dkk., 1998). Hasil dari analisis regresi perlakuan tanpa menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa pemberian pakan hijauan akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penambahan
42
bobot badan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien pakan hijauan 10 dan nilai p value 0,000. Karena nilai p value yang kurang dari 0,05 maka pakan hijauan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan bobot badan (Lampiran 3). Hasil dari analisis regresi perlakuan dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa pemberian pakan konsentrat tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan jika dibandingkan dengan pakan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien pakan konsentrat 4,56 dan nilai p value 0,147. Karena nilai p value yang lebih besar dari 0,05, maka pakan konsentrat tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan bobot badan. Sedangkan nilai koefisien pakan hijauan, yaitu 8,52 dengan p value 0,000 (Lampiran 3). Data tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan pertama, setiap penambahan pakan hijauan sebanyak 1 kg akan menyebabkan peningkatan bobot badan
10 kg. Sedangkan pada perlakuan 2
menunjukkan penambahan pakan hijauan dan konsentrat sebanyak 1 kg akan menyebabkan peningkatan bobot badan 8,52 dan 4,56 kg. 4.3.3. Aspek Manajemen Dalam aspek manajemen ini hal-hal yang dianalisis antara lain tentang masalah perijinan/aspek legalitas, kepemilikan, struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan a. Perijinan Usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini adalah usaha yang berbentuk kelompok. Tujuan utama dari usaha ini sendiri bukan pada profitabilitas perseorangan melainkan lebih kepada pemberdayaan masyarakat ataupun anggota kelompok tani. Usaha ini sangat membantu masyarakat, terutama sebagai penghasilan tambahan setiap tahunnya. Oleh karena sifatnya yang bersifat pemberdayaan bagi masyarakat atau anggota kelompok tani yang ada, usaha ini belum memiliki perijinan bersifat legal, seperti Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), namun secara keseluruhan
43
kelompok tidak memiliki kendala dalam melaksanakan kegiatan usaha ternak kambing tersebut. b. Kepemilikan Usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini merupakan sebuah usaha yang dimiliki oleh kelompok dengan modal hasil hibah pemerintah berupa 4 ekor sapi pada tahun 2003. Keuntungan dari penjualan kambing itu sendiri setengahnya diperuntukkan pengelola dan setengahnya untuk menambah bakalan kambing yang ada. Oleh karena itu usaha ternak Kelompok Tani Harapan Mekar ini merupakan usaha yang dimiliki oleh kelompok sepenuhnya dan diperuntukkan kembali untuk kelompok. c. Struktur Organisasi Berdasarkan hasil wawancara secara individu dan kelompok didapati bahwa struktur organisasi yang terdapat usaha ternak kambing ini berbentuk organisasi lini. Hal tersebut dapat dilihat dari sistem kepemimpinan tunggal oleh Pek Encep sebagai pimpinan dari usaha ternak kambing ini Secara jelas bagan struktur organisasi ini dapat dilihat pada Gambar 8.
Pimpinan Bpk. Iwan S. (Pak Encep)
Operasional Teknis Produksi Bpk. Jai Bpk. Adi Sdr. Wawan Sdr. Tata
Gambar 8. Bagan Organisasi Usaha Ternak Kambing Pada struktur organisasi berbentuk lini tersebut di atas, pimpinan atau ketua kelompok langsung berhubungan dengan tenaga operasional yang
juga
merupakan
anggota
kelompoknya.
Ketua
kelompok
44
mengkoordinasikan semua aktivitas usaha yang dijalankan. Jumlah anggota yang mengelola usaha ternak kambing pada kelompok tani Harapan Mekar ini dari tahun pertama sampai kelima adalah sebanyak empat orang. d. Deskripsi Pekerjaan Pada struktur organisasi berbentuk lini seperti yang ada pada usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar, proses pemberian koordinasi antara ketua kepada anggota akan lebih mudah dan sederhana, sehingga penyampaian pesan atau perintah pun dapat berlangsung secara cepat. Berikut merupakan deskripsi pekerjaan dari sumber daya manusia dalam usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar : Pimpinan (Ketua Kelompok) Pimpinan atau ketua kelompok dari usaha ternak Kelompok Tani Harapan Mekar merupakan orang yang berada pada posisi teratas dalam struktur. Secara umum tanggungjawab pimpinan merupakan seorang ketua di kelompoknya mengkordinasikan semua kegiatan pada Kelompok Tani Harapan Mekar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Encep, pimpinan dalam usaha ternak kambing ini memiliki tugas-tugas seperti memimpin kelompok pada acara-acara atau pertemuan tertentu, memberikan pengarahan kepada anggota terhadap pelaksanaan teknis produksi di lapangan, serta mengontrol atau mengawasi dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh anggota secara keseluruhan. Operasional Teknis Produksi Secara umum yang menjadi tanggungjawab tenaga operasional ini ataupun anggota kelompok ini adalah melaksanakan operasional teknis produksi sesuai dengan skema proses produksi yang telah diarahkan oleh pimpinan atau ketua kelompok. Selain itu, tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh anggota kelompok ini adalah mengawasi proses pemeliharaan selama proses produksi, melaporkan proses ataupun hasil yang terjadi selama proses produksi, melakukan proses penjualan atau
45
pemanenan sesuai dengan ketentuan yang disepakati sebelumnya dengan pimpinan. 4.3.4. Aspek Finansial Dalam pembahasan Aspek Finansial akan diuraikan mengenai gambaran
keadaan
keuangan
usaha
sebagai
pertimbangan
untuk
merealisasikan pembangunan proyek perluasan kandang ini. Dikemukakan pula anggaran biaya investasi dan pengeluarannya, sumber dana, proyeksi pendapatan dan pengeluaran, proyeksi aliran dana dan penerapan beberapa metode evaluasi finansial. Dalam aspek finansial, perluasan kandang usaha ternak kambing Kelompok tani Harapan Mekar ini akan dibandingkan bagaimana kelayakan usaha ternak ini jika dilakukan secara alami (tanpa menggunakan konsentrat) dan bagaimana jika dilakukan dengan menggunakan pakan konsentrat bagi ternak dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan. a. Kebutuhan Dana dan Sumbernya Kebutuhan Dana Dana yang dibutuhkan pada permulaan tahun untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 43.798.000,-. Sedangkan untuk perluasan kandang menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 45.570.000,- (Tabel 4).
46
Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Dana Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar Kebutuhan Dana
Tanpa Konsentrat (Rp)
Dengan Konsentrat 1 x penjualan (Rp)
Dengan Konsentrat 2 x penjualan (Rp)
16.000.000
16.000.000
16.000.000
5.369.000
5.369.000
5.369.000
21.369.000
21.369.000
21.369.000
70.000
70.000
70.000
b. Garpu
35.000
35.000
35.000
c. Sabit
50.000
50.000
50.000
d. Keranjang
60.000
60.000
60.000
40.000 255.000
40.000 255.000
40.000 255.000
20.520.000
20.520.000
20.520.000
1.654.000
1.654.000
1.654.000
1.772.000
1.772.000
1. Bangunan a. Lahan b. Kandang Total 2. Alat dan Perlengkapan a. Cangkul
e. Lampu Total 3. Modal Kerja a. Pembelian
Bakalan
b.Pembelian pakan 1 bulan - hijauan - konsentrat Total
22.174.000
23.946.000
23.946.000
Kebutuhan Dana
43.798.000
45.570.000
45.570.000
Sumber : Data Primer, 2007 Uraian biaya untuk pembuatan kandang sendiri berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok adalah: Bahan baku : a. Paku
: 5 kg x Rp 8000,-/kg
= Rp
40.000,-
b.Bambu
: 80 buah x Rp 4000,-/buah
= Rp
320.000,-
c. Kayu . ukuran 6”x12” : 40 buah x Rp 60.000,-/buah
= Rp 2.400.000,-
. ukuran 5”x10” : 15 buah x Rp 40.000,-/buah d. Atap kirai
= Rp
600.000,-
: 400 buah x Rp 1500,-/buah = Rp
600.000,-
47
e. Semen
: 2 sak x Rp 35.000,-/buah
= Rp
70.000,-
f. Batu
: 0,5 m3
= Rp
50.000,-
g. Pasir
: 0,5 m3
= Rp
50.000,-
Total biaya bahan baku
= Rp 4.130.000,-
Upah tenaga kerja 0,3 x biaya bahan baku
= Rp 1.239.000,-
Total biaya kandang
= Rp 5.369.000,-
Sumber Dana Sumber dana ini berasal dari modal sendiri dan juga pinjaman. Untuk pinjaman akan dibandingkan bagaimana jika pinjaman dilakukan secara komersial (kredit bank) dan jika dilakukan secara semi-komersial (dana bergulir). Perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman adalah 35% untuk modal sendiri dan 65% untuk pinjaman. Untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat, dana yang berasal dari modal sendiri adalah Rp 15.329.000,-. Sedangkan dana yang diperoleh dari pinjaman adalah Rp 28.469.000,Untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan berupa konsentrat, dana yang berasal dari modal sendiri adalah Rp 15.950.000,-. Sedangkan dana yang diperoleh dari pinjaman adalah Rp 29.621.000,b. Identifikasi Biaya Operasional Biaya operasional pada perluasan kandang ini terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap terdiri dari biaya upah tenaga kerja, penyusutan, kas kelompok dan biaya listrik. Total dari biaya tetap untuk perluasan kandang dengan tidak menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 1.458.000,- per periodenya. Total dari biaya tetap untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan adalah
Rp 1.458.000,-.
Sedangkan total dari biaya tetap untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam dua kali penjualan adalah
Rp
1.458.000,-.Untuk perincian keseluruhan biaya variabel di atas dapat dilihat pada Tabel 5.
48
Tabel 5. Rincian Biaya Tetap Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar No
Komponen Tetap
Tanpa Konsentrat (Rp)
1 Penyusutan 2 Perawatan Kandang 3 Biaya Listrik Total Biaya Tetap
Dengan Konsentrat 1x Penjualan (Rp) 1.058.000 300.000 100.000 1.458.000
1.058.000 300.000 100.000 1.458.000
Dengan Konsentrat 2x Penjualan (Rp) 1.058.000 300.000 100.000 1.458.000
Sumber : Data Primer, 2007 Penyusutan Jumlah penyusutan dari aktiva tetap dalam perluasan kandang ini baik untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat maupun dengan menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 1.058.000,dengan nilai sisa Rp 537.000,- . Untuk perhitungan dari biaya penyusutan sendiri dapat dilihat pada Lampiran 13. Perawatan Kandang Biaya untuk perawatan kandang ini adalah biaya untuk memperbaiki biaya atap. Jumlah biaya yang dibutuhkan adah setengah dari jumlah biaya untuk pembuatan atap, yaitu Rp 300.000,-. Listrik Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk listrik baik untuk perluasan kandang
tanpa
menggunakan
pakan
konsentrat
maupun
dengan
menggunakan pakan konsentrat tiap tahunnya adalah Rp 100.000,-. Biaya variabel terdiri dari biaya untuk pembelian bakalan, pakan, biaya pengangkutan dan biaya obat-obatan ternak. Total biaya variabel untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 37.277.000,- setiap periodenya. Sedangkan jika dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan turut adalah Rp 51.799.000,-, dan Rp 94.856.000,-. Untuk perincian keseluruhan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 6.
49
Tabel 6. Rincian Biaya Variabel Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar No
1 2 3 4 5
6
Komponen Tetap
Upah Tenaga Kerja Bakalan Biaya Pengangkutan Obat-obatan Biaya Pakan a. hijauan b. konsentrat Kas kelompok Total
Tanpa Konsentrat (Rp) 600.000 20.520.000 830.000 810.000
Dengan Konsentrat 1x Penjualan (Rp) 600.000 20.520.000 830.000 1.080.000
Dengan Konsentrat 2x Penjualan (Rp) 900.000 47.880.000 1.660.000 1.080.000
13.230.000 0 1.537.000
13.230.000 14.175.000 1.884.000
19.845.000 21.263.000 2.728.000
37.277.000
51.799.000
94.856.000
Sumber : Data Primer dan Sekunder Diolah, 2007 Upah Tenaga Kerja Besarnya upah tenaga kerja dihitung dengan cara mengalikan jumlah jam kerja yang digunakan untuk beternak dari bertani dengan upah harian. Perhitungan upah tenaga kerja adalah : 1,5 jam / 12 jam x Rp 20.000,- = Rp 2.500,- per hari, atau Rp 600.000,- per 8 bulan dan Rp 900.000,- per tahun. Bakalan Jumlah bakalan yang dibutuhkan kelompok baik menggunakan konsentrat ataupun tidak, tiap tahunnya adalah 90 ekor dengan bobot ratarata 12 kg/ekor. Biaya untuk pembelian bakalan ini adalah : Rp 19.000,/kg x 12 kg/ekor x 90 ekor = Rp 20.520.000,- per periode. Namun untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam dua kali penjualan biaya bakalan adalah Rp 47.880.000,Biaya Pengangkutan Jumlah biaya pengangkutan yang dikeluarkan kelompok tiap tahunnya baik untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat ataupun tidak pada tahun pertama adalah Rp 830.000,-, yaitu berdasarkan biaya untuk menyewa 5 mobil bak terbuka dan upah 4 orang tenaga kerja((5 x Rp 150.000,-) + (4 x Rp 20.000,-)).
50
Obat-obatan Rincian jumlah biaya untuk obat-obatan yang dikeluarkan oleh kelompok tahun pertama baik dengan menggunakan konsentrat ataupun tidak menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan adalah Rp 810.000,- (90 ekor x Rp 3000,-/ekor/3 bulan x 8 bulan). Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan adalah Rp 1.080.000,- ((90 ekor x Rp 3000,-/ekor/3 bulan x 4 bulan)+ (90 ekor x Rp 3000,-/ekor/3 bulan x 8 bulan)). Biaya Pakan Harga pakan hijauan dan konsentrat menurut laboratorium industri makanan ternak, Fakultas Peternakan, IPB adalah Rp 350,- dan Rp 1.250,- per kg. Jumlah pakan konsentrat yang diberikan untuk perluasan kandang dengan konsentrat adalah 0,525 kg per hari (10% bobot rata-rata kambing), sedangkan jumlah hijauan yang diberikan adalah 1,75 kg per hari (3% bobot rata-rata kambing). Biaya pakan untuk perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat adalah Rp 13.230.000,- (1,75 kg/hari x Rp 350,-/kg x 240 hari). Besar biaya pakan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan adalah Rp 27.405.000,- ((1,75 kg/hari x Rp 350,-/kg x 240 hari)+ (0,525 kg/hari x Rp 1250,-/kg x 240 hari)). Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan adalah Rp 41.108.000,- per tahun. Kas Kelompok Besar kas kelompok adalah 5 % dari selisih penjualan kambing dengan pembelian bakalan. Berdasarkan perhitungan tersebut maka didapat nilai kas kelompok pada tahun pertama untuk perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, dengan konsentrat dalam satu kali penjualan dan dalam dua kali penjualan Rp 1.537.000,-, Rp 1.884.000,-, dan Rp 2.728.000,- .
51
Identifikasi Penerimaan Arus Penerimaan yang diterima oleh kelompok berdasarkan analisis cash flow adalah berasal dari penjualan ternak kambing dan juga penerimaan yang berasal dari nilai sisa. Jumlah yang diterima pada tahun atau periode pertama dari penjualan kambing ini jika dilakukan tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 51.264.000,-. Sedangkan besar penerimaan
dari
penjualan
kambing
ini
jika
dilakukan
dengan
menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali dan dua kali penjualan adalah Rp 58.206.000,- dan Rp 102.443.000,d. Analisis Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usaha yang digunakan dalam rencana perluasan kandang ini adalah analisa pendapatan (keuntungan satu tahun) dan analisa imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisa
pendapatan
ini digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha dalam kurun waktu satu tahun. Analisa Pendapatan (Keuntungan 1 Tahun) Analisis Pendapatan bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan selama satu tahun. Besarnya pendapatan atau keuntungan selama satu tahun ini diperoleh dengan mengurangi total penerimaan yang diterima selama satu tahun (TC) dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun. Total penerimaan diperoleh dari hasil penjualan 89 ekor kambing (setelah dikurangi dengan tingkat kematian kambing per tahun) pada tahun pertama. Total penerimaan yang diperoleh untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat selama satu tahun, yaitu Rp 51.264.000,-. Sedangkan total penerimaan yang diperoleh jika menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan adalah Rp 58.206.000,- dan Rp 102.443.000,Total biaya diperoleh dengan menjumlahkan total biaya tetap dengan total biaya variabel. Total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun jika perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 38.985.000,-. Sedangkan total biaya perluasan kandang jika dilakukan
52
dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan adalah Rp 53.507.000,-, dan Rp 96.814.000,Dari hasil total penerimaan (TR) dan total biaya (TC) tersebut maka penerimaan (TR-TC) usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini jika dilakukan tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 12.279.000,- per tahunnya. Sedangkan jika perluasan kandang ini dilakukan dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan maka jumlah penerimaan Kelompok Tani Harapan Mekar hanya Rp 4.699.000,-, dan Rp 5.629.000,- per periodenya. Dari hasil analisis pendapatan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa akan lebih menguntungkan bagi usaha ternak Kelompok Tani Harapan Mekar dalam proses perluasan kandangnya tidak menggunakan pakan tambahan
berupa
konsentrat
dibandingkan
dengan
menggunakan
konsentrat. Analisis Imbangan Penerimaan Dan Biaya (R/C) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) diperoleh dari perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. Pada usaha ternak kambing Harapan Mekar, nilai R/C yang diperoleh dalam kurun waktu satu
tahun
jika
proses
perluasan
kandangnya
dilakukan
tanpa
menggunakan pakan konsentrat adalah 1,31. Artinya adalah setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan Rp 1,31. Sedangkan nilai R/C yang diperoleh pada proses perluasan kandang jika menggunakan pakan tambahan beruapa konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan adalah 1,09 dan 1,06. Dari hasil analisis pendapatan dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) dapat disimpulkan bahwa jika perluasan kandang ini dilakukan dengan tidak menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat. Profit Margin Profit
margin
digunakan
untuk
mengetahui
besarnya
penambahan keuntungan kelompok setiap tahun. Selain itu, perhitungan
53
Profit Margin juga dipakai dalam penelitian ini untuk melihat tingkat pertambahan keuntungan kelompok jika pinjaman dilakukan secara komersial (kredit bank), yaitu dengan jumlah bunga tertentu, dan secara semi-komersial (bantuan dana bergulir), yaitu tanpa adanya bunga pinjaman Rumus: Harga jual rata-rata – Biaya pokok produksi rata-rata Profit Margin = Harga jual rata-rata
Dari perhitungan tersebut maka didapat nilai Profit Margin untuk perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat melauli pinjaman komersial (kredit bank BRI dengan tingkat suku bunga 12%) adalah 19,86% per tahun. Lalu, jika pinjaman dilakukan secara semi komersial, yaitu tanpa adanya bunga pinjaman, maka nilai Profit Margin yang didapat adalah 24,11% per tahun (Lampiran 18 dan 19). Nilai
Profit
Margin
untuk
perluasan
kandang
dengan
menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan melalui pinjaman komersial (kredit bank BRI dengan tingkat suku bunga 12%) adalah 4,6% per tahun. Lalu jika pinjaman dilakukan secara semi komersial, yaitu tanpa adanya bunga pinjaman maka nilai Profit Margin yang didapat adalah 8,16% per tahun (Lampiran 20 dan 21). Nilai
Profit
Margin
untuk
perluasan
kandang
dengan
menggunakan konsentrat dalam dua kali kali penjualan melalui pinjaman komersial (kredit bank BRI dengan tingkat suku bunga 12%) adalah 14,89% per tahun, lalu jika pinjaman dilakukan secara semi komersial, yaitu tanpa adanya bunga pinjaman maka nilai Profit Margin yang didapat adalah 16,67% per tahun (Lampiran 22 dan 23). Dari hasil perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat lebih menguntungkan, jika dibandingkan dengan perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat. Selain itu, berdasarkan nilai Profit Margin, maka dapat disimpulkan bahwa akan lebih menguntungkan bagi kelompok untuk melakukan pinjaman secara semi-komersial daripada secara komersial.
54
e. Analisis Kriteria Investasi Berdasarkan
kesepakatan
dengan
kelompok,
dan
hasil
perhitungan profit margin, maka untuk perluasan kandang ini kelompok lebih dipromosikan untuk melakukan pinjaman secara semi-komersial, yaitu pinjaman tanpa dikenakan bunga. Oleh karena itu untuk perhitungan kriteria investasi dengan pinjaman komersial (kredit Bank BRI) tidak dilakukan oleh peneliti. Analisis kriteria investasi pada usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, PI, IRR, dan PBP Nilai masing-masing dari kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Kriteria Investasi Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar Kriteria Investasi
Net Present Value (NPV) Profitability Index (PI) Internal Rate of Return (IRR) Payback Period (PBP)
18.817.579
Dengan Konsentrat 1 x Penjualan (17.897.667)
Dengan Konsentrat 2 x Penjualan (13.917.391)
2,23
(0,12)
0,13
41,6 %
(51,7 %)
(31,7%)
2,4 Tahun
28 Tahun
14 Periode
Tanpa Konsentrat
Sumber : Data Primer dan Sekunder Diolah, 2007 Net Present Value Net Present Value adalah selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV untuk perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat adalah Rp 18.817.579,. Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan nilai NPV adalah (Rp 17.897.667,-), dan (Rp 13.917.391,-). Nilai tersebut merupakan penerimaan kas bersih yang diterima usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar selama lima tahun pengembangan. Dari data tersebut didapatkan nilai positif pada NPV untuk
55
perluasan
kandang
tanpa
menggunakan
konsentrat.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk lebih besar daripada nilai arus kas keluar, sehingga perluasan kandang pada usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dengan tanpa menggunakan konsentrat ini layak untuk dilanjutkan. Untuk perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan didapatkan nilai NPV yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk lebih kecil daripada nilai arus kas keluar, sehingga perluasan kandang pada usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan ini tidak layak untuk dilanjutkan. Untuk perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan didapatkan NPV yang positif, sehingga perluasan kandang ini layak untuk dilanjutkan. Profitability Index Pemakaian metode profitability index (PI) ini adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan. Jadi, profitability index (PI) dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar (Umar, 1997). Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai PI atau Nett B/C untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat 2,23. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan mekar akan mendapatkan tambahan penerimaan Rp 2,23 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Dan karena besar PI atau Nett B/C ini lebih besar daripada 1 (PI>1), maka perluasan kandang pada usaha ternak kambing tanpa menggunakan pakan tambahan berupa
56
konsentrat pada Kelompok Tani Harapan Mekar ini layak untuk dilanjutkan. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan didapatkan nilai PI (0,12). Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih kecil daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan mekar akan mendapatkan pengurangan penerimaan Rp 0,12 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Dan karena besar PI atau Nett B/C ini lebih kecil daripada 1 (PI<1), maka perluasan kandang pada usaha ternak kambing dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat dalam satu kali penjualan pada Kelompok Tani Harapan Mekar ini tidak layak untuk dilanjutkan. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan didapatkan nilai PI atau Nett B/C untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat 0,13. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan mekar akan mendapatkan tambahan penerimaan Rp 0,13 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Dan karena besar PI atau Nett B/C ini lebih kecil daripada 1 (PI<1), maka perluasan kandang pada usaha ternak kambing dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat dalam dua kali penjualan pada Kelompok Tani Harapan Mekar ini tidak layak untuk dilanjutkan. Internal Rate of Return Menurut Rangkuti (2005), IRR adalah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh netcash flow setelah dikalikan discount factor. Nilai IRR melalui hasil perhitungan untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah 41,6%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, investor lebih
57
baik menginvestasikan modalnya para rencana usaha ini daripada di bank. Oleh karena nilai IRR ini lebih dari tingkat suku bunga deposito (6,25%), maka investasi yang ditanamkan pada usaha ternak kambing tanpa menggunakan pakan konsentrat ini layak dan menguntungkan. Untuk perhitungannya sendiri dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan didapat nilai IRR (51,7 %). Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini lebih kecil nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada bank daripada pada usaha ini. Dan oleh karena nilai IRR ini lebih rendah dari tingkat suku bunga deposito (6,25%), maka investasi yang ditanamkan pada usaha ternak kambing dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan ini tidak layak untuk dilanjutkan. Untuk perhitungannya sendiri dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan didapat nilai IRR (31,7%). Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini lebih kecil nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, investor lebih baik menginvestasikan modalnya di bank daripada pada rencana usaha ini. Dan oleh karena nilai IRR ini lebih dari tingkat suku bunga deposito, yaitu 6,25% maka investasi yang ditanamkan pada usaha ternak kambing dengan menggunakan pakan konsentrat dalam dua kali penjualan ini tidak layak untuk dijalankan Payback Period Definisi payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali (Rangkuti, 2005). Dari hasil perhitungan maka untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat didapat nilai PBP 2,4 tahun. Hal ini berarti usaha sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur
58
usaha berakhir, maka usaha perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat ini layak untuk dijalankan dan menguntungkan. Untuk perhitungannya sendiri dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan didapat nilai PBP 28 tahun, Hal ini berarti usaha tidak dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir sehingga usaha perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan ini tidak layak untuk dijalankan. Untuk perhitungannya sendiri dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat dalam dua kali penjualan didapat nilai PBP 14 tahun. Hal ini berarti usaha tidak dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir sehingga usaha perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam dua kali penjualan ini juga tidak layak untuk dijalankan. Analisis Sensitivitas Selain menggunakan alat-alat analisis kriteria investasi di atas, peneliti juga menggunakan analisis sensitivitas untuk melihat kelayakan usaha. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha ternak kambing jika terjadi perubahan-perubahan yang mempengaruhi kondisi finansial usaha tersebut. Analisis sensitivitas ini digunakan bila menganalisis perkiraan arus kas di masa datang kita berhadapan dengan ketidakpastian yang mengakibatkan hasil perhitungan di atas kertas dapat menyimpang jauh dari kenyataannya (Umar 1997). Analisis sensitivitas yang dihitung hanya pada usaha perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat. Hal tersebut dikarenakan dari hasil analisis pendapatan usaha dan kriteria investasi pada usaha perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dinilai tidak layak untuk dijalankan. Oleh karena itu perhitungan analisis sensitivitas pada perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat tidak dilakukan.
59
Analisis sesnsitivitas yang digunakan adalah :
Harga jual ternak per kg diturunkan secara bertahap dari harga awalnya, yaitu Rp 25.000,-/kg pada tahun pertama yang kemudian terus meningkat seiring dengan pertambahan inflasi. Penurunan dimulai dari 6%, 7%, dan 8%. Penurunan ini didasarkan pada metode switching value, dimana harga jual ternak tersebut coba diturunkan secara bertahap sampai pada usaha ini dapat dikatakan tidak layak. Hasil analisis sensitivitas perencanaan perluasan kandang dengan
penurunan harga jual dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar Kriteria Penilaian Investasi Usaha Layak/ Harga jual Tidak %∆ IRR (%) PI PBP NPV Layak (Tahun) (Rp) -6 -7 -8
4,410.931 2,009.823 (391.285)
1,29 1,13 0,97
15,4 10,5 5,4
4,2 4,8 5,1
Layak Layak Tidak Layak
Sumber : Data Primer dan Sekunder Diolah, 2007 Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa rencana usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar masih dianggap layak untuk diimplementasikan ketika harga jual ternak kambing diturunkan 6 % dan 7 %. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang positif (NPV>0), nilai PI yang lebih besar dari satu (PI>1), nilai IRR yang lebih besar dari suku bunga diskonto, dan periode pengembalian PBP yang lebih cepat dari umur usaha yang ada. Sementara itu, hasil analisis sentivitas dengan penurunan harga jual ternak kambing 8% menjadikan usaha ini tidak layak untuk diimplementasikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang negatif (NPV<0), nilai PI yang lebih kecil daripada satu (PI<1), nilai IRR yang lebih rendah dari tingkat suku bunga diskonto bank, dan nilai pengembalian PBP usaha yang lebih lama dari umur usaha perluasan kandang ternak.
60
Dari hasil analisis pendapatan usaha dan kriteria investasi dapat disimpulkan bahwa usaha perluasan kandang ini akan layak dijalankan, jika tanpa menggunakan tambahan pakan berupa konsentrat. Hal tersebut dikarenakan tambahan biaya pakan belum dapat tertutupi dengan penerimaan dari hasil penjualan dan nilai sisa. Sedangkan dari nilai Profit Margin dapat disimpulkan bahwa usaha ini akan lebih menguntungkan jika pinjaman dilakukan secara semi-komersial, yaitu tanpa adanya bunga pinjaman. Dari hasil analisis regresi pada koefisien teknis, dapat dilihat bahwa penambahan pakan berupa konsentrat tidak berpengaruh signifikan terhadap penambahan bobot badan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p value 0,147 yang lebih besar dari 0,05. Sedangkan dari hasil analisis sensitivitas diperoleh kesimpulan bahwa usaha perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat ini akan layak dijalankan selama penurunan harga jual tidak lebih atau sama dengan 8 %. f. Tahapan-Tahapan Pasca Kelayakan Melalui hasil analisis pendapatan dan kriteria investasi didapat bahwa usaha perluasan kandang ini layak untuk djalankan selama tidak ada penambahan biaya pakan berupa konsentrat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan usaha yang layak untuk dijalankan bagi kelompok adalah usaha perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat. Setelah melakukan suatu analisis kelayakan, maka langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh kelompok: (i) Tahap Perencanaan Berdasarkan pada hasil analisis kelayakan usaha, hal-hal yang perlu dilakukan oleh kelompok pada tahap ini adalah memperbaiki teknis perawatan kandang, belajar lebih mendalam tentang pengelolaan ternak yang baik dan benar (mengikuti pelatihan-pelatihan beternak kambing), mengurus surat izin usaha, lebih banyak lagi melakukan survei pasar, bagi pengelola melakukan perbaikan manajemen waktu pengelolaan ternak, membuat jadwal pelaksanaan usaha dan anggaran biaya usaha, menentukan siapa yang akan menjadi investor untuk
61
usaha perluasan kandang, dan mengajukan proposal kebutuhan dana kepada investor. (ii) Tahap Implementasi Setelah tahap sebelumnya dilakukan dan dana dari investor telah turun, maka tahap selanjutnya adalah membeli peralatan-peralatan atau material yang diperlukan guna perluasan kandang, membangun kandang ternak, membeli bakalan dan fasilitas produksi yang dibutuhkan, dan menguji setiap aspek-aspek usaha yang ada, apakah sudah benar-benar layak atau tidak (iii) Tahap Pemantauan Tahap terakhir yang perlu dilakukan adalah memantau setiap pelaksanaan atau implementasi dari usaha. Tahap ini diperlukan agar tidak ada kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan usaha yang dapat mengakibatkan kerugian bagi usaha kelompok.
62
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian, maka diperoleh kesimpulan : a. Hasil analisis non-finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,000 (< 0,005). Sedangkan pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,147 (> 0,005). b. Hasil analisis finansial pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan, yaitu nilai NPV Rp 18.817.579,-, nilai PI 2,23, nilai IRR 41,6 %, dan nilai PBP 2,4 tahun. Selain itu, usaha ini lebih menguntungkan jika diarahkan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga), yaitu nilai Profit Margin 24,11% (lebih besar dari nilai Profit Margin pada pinjaman komersial, yaitu 19,86%). Oleh karena itu, dalam perhitungan analisis kriteria investasi hanya dilakukan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga). c. Hasil analisis finansial pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan menunjukkan bahwa usaha tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai NPV (Rp 17.897.667,-), nilai PI (0,12), nilai IRR (51,7 %), serta nilai PBP 28 tahun. Demikian pula pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan, usaha ini tidak layak dijalankan, yaitu nilai NPV (Rp 13.917.391,-), nilai PI 0,13, nilai IRR (31,7%), dan nilai PBP 14 tahun. d. Hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual ternak pada usaha perluasan
kandang
tanpa
menggunakan
pakan
konsentrat
dengan
menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa usaha ini dapat layak dijalankan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih dari atau sama dengan 8 %
63
2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dihasilkan beberapa saran: a. Dalam proses penggemukan kambing, akan lebih baik bagi kelompok untuk tidak memberikan pakan tambahan berupa konsentrat, karena pakan konsentrat
tidak
memberikan
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
penambahan bobot kambing. b. Berdasarkan kesimpulan pada hasil analisis finansial, usaha yang layak untuk dijalankan oleh kelompok adalah perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat. Oleh karena itu, kelompok sebaiknya segera melakukan tahapan-tahapan selanjutnya seperti pembelajaran lebih lanjut dalam beternak kambing, pencarian investor, penyediaan fasilitas usaha, dan pemantauan secara rutin kegiatan usaha. c. Kelompok harus lebih berhati-hati dan menjaga agar harga jual kambing tidak turun lebih dari atau sama dengan 8%. Usaha yang dapat dilakukan oleh kelompok untuk mencegah turunnya harga jual kambing adalah dengan memberikan pakan secara teratur, dan menjaga kebersihan kambing serta kandangnya. Dengan bobot dan penampilan yang baik, maka harga jual kambing akan tinggi.
a
Sosialisasi dan Identifikasi potensi desa
Metode/Aksi -
Melakukan FGD dengan aparat dan masyarakat desa
-
-
b
Pemilihan Kelompok Tani
-
Melakukan diskusi dengan tim fasilitator yang ada
Pembelajaran bagi Mahasiswa
Permasalahan
-
Sulit untuk membangun sebuah trust dalam diri masyarakat kepada kita Sulit mendapatkan fakta-fakta atau datadata yang akurat dikarenakan data yang diperoleh dari pendapat masyarakat lebih bersifat subjektif dan perkiraan.
-
Sedikitnya waktu unuk menentukan pilihan Sedikitnya alternatif pilihan yang ada
-
-
Mahasiswa belajar untuk berkomunikasi dan bersosialisasi secara baik dan jelas dengan masyarakat desa. Mahasiswa belajar mengggali informasi umum tentang potensi ekonomi desa
Pembelajaran bagi Masyarakat -
-
-
-
Mahasiswa bersama tim fasilitator belajar menentukan lokasi penelitian sekaligus program pemberdayaan yang tepat dengan waktu yang terbatas Belajar menerima dan merespon sikap yang ditunjukkan kelompok tani.
-
Masyarakat belajar memahami maksud dan tujuan kedatangan mahasiswa serta pelaksanaan program Masyarakat belajar mempercayai mahasiswa dengan bersedia memberikan informasi tentang potensi desanya. Masyarakat belajar berbagi informasi mengenai potensi desa dengan mahasiswa dan sesama warga Masyarakat anggota dari kelompok yang terpilih belajar untuk mau bekerjasama dengan mahasiswa untuk proses pemberdayaan atau pendampingan secara partisipatif.
Output/Refleksi -
-
-
Adanya hubungan baik dan kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa Diperoleh data potensi ekonomi kelurahan Diperoleh data unit usaha kecil yang ada, salah satunya adalah kelompok tani harapan mekar
Terpilihnya Kelompok Tani Harapan Mekar sebagai lokasi penelitian dan program pemberdayaan partisipatif
Lampiran 1. Proses PAR Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan
Perencanaan
c
Kesepakatan dengan kelompok tani
Metode/Aksi -
-
d
Identifikasi Masalah (Visi Misi, Gambaran Usaha, dan perumusan masalah)
-
-
-
Wawancara dengan ketua kelompok (bp. Encep) Wawancara dengan beberapa anggota kelompok
Mahasiswa mengumpulkan informasi terkait dengan usaha ternak kambing dari berbagai sumber dan kemudian menyampaikan/sharing informasi tersebut dengan petani Menyusun rencana skenario masa depan Benchmarking pada best practices (Studi lapang dengan kunjungan ke TDS DD Republika di Cinagara) Mahasiswa bersamasama dengan kelompok pada akhirnya merumuskan suatu masalah utama yang harus diselesaikan pada kelompok
Permasalahan -
Beberapa anggota kelompok yang cenderung pasif atau kurang menanggapi program ini dengan baik.
-
Sulitnya menyamakan waktu dalam proses kesepakatan untuk pertemuan berikutnya.
-
Pada awalnya, kurang antusias karena menganggap usaha ini merupakan sebuah usaha sampingan, namun dalam proses fasilitasi, ketua kelompok mulai bersikap terbuka dan tertarik dengan success story usaha sejenis di tempat lain Rencana untuk melibatkan lebih banyak anggota gagal dilakukan karena kesibukan pekerjaan anggota kelompok Kesadaran kelompok dalam merumuskan masalah pun masih perlu adanya dorongan dari mahasiswa
-
-
Pembelajaran bagi Mahasiswa
Pembelajaran bagi Masyarakat
Output/Refleksi
-
Mahasiswa belajar untuk membangun komunikasi yang baik dengan petani sehingga didapatinya kesepakatan untuk proses pendampingan lebih lanjut terhadap usaha tersebut dan mengatur jadwal pertemuan berikutnya
-
Kelompok tani belajar bekerjasama berdasarkan kesepakatan dengan mahasiswa dan tim dalam pelaksanaan program pemberdayaan ataupun pendampingan sekaligus penelitian partisipatif.
-
Adanya kesepakatan dari kelompok tani tersebut untuk didampingi usahanya. Adanya kesepakatankesepakatan untuk waktu pertemuan berikutnya.
-
Mahasiswa belajar tentang teknis budidaya kambing Memperoleh sharing teori dengan pengalaman anggota kelompok yang sangat berharga Fasilitasi proses partisipatif bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan Mahasiswa belajar memfasilitasi bencmarking yang sarat unsur edukasi dengan tetap mengapresiasi pengalaman kelompok dalam menjalankan usaha selama ini Mahasiswa belajar memfasilitasi dan merumuskan masalah utama
-
Anggota kelompok memperoleh sharing teori teknis budidaya kambing yang cukup berharga Ketua kelompok mulai bersikap terbuka dan mau belajar dari kesuksesan usaha sejenis di tempat lain Anggota kelompok termotivasi melihat best practices usaha Diperoleh pengetahuan praktis penggemukan kambing Kelompok tani akhirnya secara tidak langsung tahu yang menjadi masalah paling utama untuk diselesaikan adalah perluasan kandang kambing
-
Diperoleh komitmen dari ketua kelompok untuk memberi kesempatan kepada tiga orang anggota kelompok melakukan studi lapang benchmarking ke TDS DD Republika di Cinagara Diperoleh info tentang kendala-kendala yang dihadapi Refleksi tentang pengelolaan usaha selama ini yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan best practices. Artinya terdapat peluang yang besar untuk mengembangkan usaha ini setara dengan best practices Diperoleh info jaringan pasar Diperoleh komitmen untuk memperbaiki pengelolaan usaha sesuai hasil benchmarking Diperoleh suatu masalah utama yang harus dianalisis kelayakannya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Lanjutan Lampiran 1
Perencanaan
e
Pengumpulan Data
Metode/Aksi -
Wawancara secara individu maupun kelompok dengan FGD
Permasalahan -
-
-
f
Analisis kelayakan usaha (pasar, teknis, manajemen dan finansial)
-
-
-
-
Menyiapkan daftar kebutuhan untuk usaha penggemukan kambing Membuat alur produksi secara bersama-sama Analisis SWOT pada keempat aspek analisis secara bersama-sama Menyusun suatu perencanaan usaha secara terperinci setiap biayanya dengan ketua kelompok Menganalisis kelayakan finansial usaha tersebut dan melaporkannya kepada ketua kelompok
-
-
Kurang Terlibatnya anggota kelompok dalam proses ini karena kesibukan mereka Data yang diperoleh tidak sepenuhnya diperoleh secara partisipatif seperti data yang diperoleh dari buku. Banyak data-data yang tidak pasti tetapi hanya berdasarkan perkiraan dari pengalaman usahanya selama ini. Terdapat kesultian untuk mengajak anggota kelompok melakukan analisa sehingga beberapa proses analisa hanya dilakukan bersama ketua kelompok. Adanya kecenderungan dalam beberapa hal dimana mereka menganggap kita lebih tahu untuk melakukan analisa tersebut dibanding mereka sendiri sehingga banyak timbulnya sifat pasif selama proses analisis ini.
Pembelajaran bagi Mahasiswa
Pembelajaran bagi Masyarakat
Output/Refleksi
-
Mahasiswa belajar untuk melakukan wawancara ataupun FGD untuk memperoleh data-data guna keperluan analisis kelayakan.
-
Masyarakat belajar mengenai data-data apa yang penting dan terkait untuk menyusun suatu kelayakan usaha.
-
Diperoleh data-data yang dibutuhkan untuk dianalisis kelayakannya seperti data-data keuangan, tenaga kerja, pasar maupun data teknis pelaksanaan produksi usaha.
-
Memahami persuasi dalam proses partisipatif yang cenderung ”dipaksakan” karena batas waktu yang ketat akan mengalami kegagalan Belajar secara praktis melakukan survey kebutuhan usaha dan menerapkan analisis kelayakan usaha
-
Anggota kelompok tidak memperoleh pelajaran yang terlalu berarti karena kurang terlibat dalam proses Pengurus kelompok belajar menyusun analisis kelayakan usaha usaha bersama mahasiswa
-
Diperoleh daftar harga atau biaya seluruh kebutuhan usaha Diperoleh hasil analisis kelayakan finansial Diperoleh pelajaran berharga bahwa penyusunan rencana usaha partisipatif membutuhkan waktu yang panjang
-
-
-
Lanjutan Lampiran 1
Perencanaan
Lampiran 2. Tingkat suku bunga deposito berjangka Rp/US$ pada 31 Juli 2007 (% per tahun).
Nama Bank Bank Artha Graha Bank Bintang Manunggal Bank BNI Tbk Bank UOB Buana Bank Bukopin Bank Bumi Arta Bank Central Asia Tbk Bank Century Bank Chinatrust Indonesia Bank Danamon Tbk Bank DKI Bank Ekonomi Raharja Bank IFI Bank Index Selindo Bank Int'l Indonesia Tbk Bank Jabar Bank Kesawan Bank Lippo Tbk Bank Mandiri Bank Maspion Bank Mayapada Tbk Bank Multiarta Sentosa Bank Niaga Tbk Bank NISP Tbk Bank Panin Tbk Bank Permata Bank Persyarikatan Indonesia Bank Rakyat Indonesia Bank Saudara Bank Swadesi Tbk Bank Tabungan Negara Bank UOB Indonesia Bank Yudha Bhakti Bank Bumiputera
1 Bulan 6,25/3,00 8,00 6,25/3,50 5,75/4,00 6,80/2,50 8,00/2,00 5,75/3,50 7,75/4,50 7,25/3,75 5,50/2,25 7,00/3,75 7,75/4,50 7,50/4,25 7,75 5,25/2,75 6,75/3,75 8,00/3,75 6,00/2,75 6,25/3,50 8,00/5,00 7,00/2,00 7,75 6,00/2,50 6,75/3,50 6,50/2,50 6,00/2,50 7,25 6,25/3,00 8,00 7,50/4,50 6,50 6,62 7,50 6,50/2,50
3 Bulan 6,25/3,00 8,00 6,25/3,50 5,50/4,00 6,80/2,50 7,50/2,00 6,25/3,50 7,75/4,50 7,25/4,00 5,25/2,50 7,00/3,75 7,75/4,50 8,00/4,25 7,50 5,00/2,75 6,75/3,75 7,75/3,75 5,50/2,75 6,25/3,50 8,00/5,00 7,00/2,00 7,75 6,00/3,00 6,75/3,50 6,50/2,50 6,00/2,50 7,25 6,25/3,00 8,00 7,50/4,50 6,50 6,62 7,75 6,50/2,50
6 Bulan 12 Bulan Berlaku 6,25/3,00 6,25/3,00 15/07/07 7,75 7,75 16/07/07 6,25/3,50 6,25/3,50 16/05/07 5,50/4,00 5,50/4,00 07/03/07 7,00/2,50 7,25/2,50 10/07/07 7,25/2,00 7,00/2,00 06/07/07 6,25/3,50 6,75/3,50 01/08/07 7,75/4,50 7,75/4,50 15/07/07 7,50/4,00 7,50/4,00 22/03/07 5,25/2,50 4,50/2,50 14/06/07 7,00/3,75 7,00/3,75 26/06/07 7,75/4,50 7,75/4,50 14/05/07 8,00/4,25 8,00/4,25 15/07/07 7,00 7,00 16/07/07 5,00/2,75 5,00/2,75 16/07/07 6,75/3,75 6,75/3,75 22/06/07 8,00/3,75 8,00/3,75 09/07/07 5,25/2,75 5,25/2,75 11/06/07 6,25/3,50 6,25/3,50 04/07/07 8,00/5,00 8,00/5,00 19/07/07 7,00/2,00 7,00/2,00 20/06/07 7,75 7,75 16/07/07 6,25/3,50 6,50/3,75 16/07/07 6,75/3,50 6,75/3,50 16/03/07 6,50/2,50 6,50/2,50 15/02/07 6,00/2,50 6,00/2,50 13/07/07 7,25 7,25 10/07/07 6,25/3,25 6,25/3,25 01/07/07 8,25 8,25 15/07/07 7,50/4,50 7,50/4,50 16/07/07 6,50 6,50 13/06/07 7,00 7,00 08/06/07 7,75 8,00 15/07/07 6,50/2,50 6,50/2,50 15/07/07
Sumber : web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/tabel_deposito
Lampiran 3. Analisis Regresi Terhadap Dua Perlakuan Pakan Yang Berbeda Regression Analysis: Bobot versus Pakan 1 The regression equation is Bobot = - 0.0223 + 10.0 Pakan 1
Predictor Constant Pakan 1
Coef -0.02227 10.0114
S = 0.0325275
SE Coef 0.05447 0.0305
T -0.41 328.62
R-Sq = 100.0%
P 0.695 0.000
R-Sq(adj) = 100.0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 7 8
SS 114.26 0.01 114.26
MS 114.26 0.00
F 107988.79
P 0.000
Regression Analysis: Bobot versus Pakan 1, Pakan 2 The regression equation is Bobot = 0.0114 + 8.62 Pakan 1 + 4.56 Pakan 2
Predictor Constant Pakan 1 Pakan 2
Coef 0.01143 8.6209 4.565
S = 0.0265840
SE Coef 0.03922 0.8172 2.742
T 0.29 10.55 1.66
R-Sq = 100.0%
P 0.780 0.000 0.147
R-Sq(adj) = 100.0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source Pakan 1 Pakan 2
DF 1 1
DF 2 6 8
SS 187.970 0.004 187.974
MS 93.985 0.001
F 132989.50
P 0.000
Seq SS 187.968 0.002
Unusual Observations Obs 6
Pakan 1 2.09
Bobot 20.8500
Fit 20.9051
SE Fit 0.0142
Residual -0.0551
St Resid -2.45R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Lampiran 13. Perhitungan Biaya Penyusutan Asset PERHITUNGAN BIAYA PENYUSUTAN ASSET ASSET YANG TERKENA BIAYA PENYUSUTAN 1 2 3 4 5 6
Kandang Cangkul Garpu Sabit Keranjang Lampu TOTAL DIBULATKAN
NILAI AWAL NILAI SISA UMUR ASSET (10%x NAA) EKONOMI (1000RP) (1000RP) (PERIODE) 5.369 537 5 70 0 3 35 0 3 50 0 3 60 0 3 40 0 2 5.624 537 537
BIAYA PENYUSUTAN (1000RP/PRD)
PENJELASAN PERHITUNGAN BIAYA PENYUSUTAN BIAYA PENYUSUTAN (RP./THN.)
=
[ NILAI AWAL - NILAI SISA ]
1
Rumus :
2
Biaya Penyusutan = Biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap akibat adanya penyusutan nilai buku dari asset sampai akhir tahun umur ekonomisasset . Secara kumulatif beban ini merupakan dana yang dapat digunakan kembali untuk membeli yang baru. (Rp/Periode) Harga beli asset dalam kondisi baru, (RP) Nilai Awal = Nilai Buku asset pada akhir periode Umur Ekonomi. Nilai ini disebut nilai rongsokan Nilai Sisa = suatu asset dimana tidak ekonomis lagi untuk digunakan terus karena umur ekonoekonomisnya sudah habis. Biasanya : Nilai Sisa = 10 % Nilai Awal (%) Keterangan : Untuk cangkul, sabit, parang, ember, jeligen timbang dan angkut nilai akhirnya nol karena setelah umur ekonomisnya berakhir asset tersebut diasumsikan rusak sehingga tidak memiliki nilai untuk dijual Umur Ekonomi = Periode waktu dimana asset tersebut masih dianggap layak secara ekonomis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin/alat biasanya ditetapkan oleh pabrik berdasarkan hasil uji coba (satuan dalam : jam pemakaian). Untuk bangunan umumnya umur ini berkisar antara 20 - 35 thn (tergantung kondisi). Umur Pelayanan = Periode waktu dimana asset masih dianggap layak secara teknis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin/alat biasanya panjang umur ditentukan oleh perawatan & pemeliharaan yang besarnya semakin meningkat. Asset = Barang bergerak dan tidak bergerak yang dimiliki perusahan berupa : bangunan, mesin, kelengkapan dan perlengkapan produksi, kendaraan, dll.
3 4
5
6
7
[ UMUR EKONOMI ASSET ]
966 23 12 17 20 20 1.058 1.058
(Dalam : 000 Rp) ITEM
A Penerimaan 1. Penjualan Kambing 2. Nilai Sisa Asset Total Penerimaan B Pengeluaran 1. Investasi Awal 2. Biaya Operasional + Reinvestasi 3. Kredit Bank a. Pengembalian Pinjaman Pokok Total Biaya Keuntungan Bersih DF (i=6,25%) PV Nett Benefit NPV IRR PI atau Nett B/C PBP
0
Periode (Tanpa Konsentrat) 1 2 3 4
5
51.264
54.340
57.600
61.056
51.264
54.340
57.600
61.056
64.719 537 65.256
38.985
41.277
43.839
46.730
48.834
5.694 44.679 6.585 0,9412 6.198
5.694 46.971 7.369 0,8858 6.527
5.694 49.533 8.067 0,8337 6.725
5.694 52.424 8.632 0,7847 6.774
5.694 54.528 10.728 0,7385 7.923
15.329
15.329 -15.329 1,0000 -15.329 18.817,579 41,6% 2,23 2.4 Tahun
0
Periode (Dengan Konsentrat, 1x Penjualan) 1 2 3 4
5
58.206
61.698
65.400
69.324
58.206
61.698
65.400
69.324
73.483 537 74.020
53.507
56.565
60.044
63.908
67.043
5.924 59.431 -1.225 0,9412 -1.153
5.924 62.489 -791 0,8858 -701
5.924 65.968 -568 0,8337 -474
5.924 69.832 -508 0,7847 -399
5.924 72.967 1.053 0,7385 778
15.329
15.329 -15.329 1,0000 -15.329 -17.897,667 -51,70% -0,12 28 Tahun
0
Periode (Dengan Konsentrat, 2x Penjualan) 1 2 3 4
5
102.443
108.590
115.105
122.011
102.443
108.590
115.105
122.011
129.332 537 129.869
96.814
102.577
108.817
115.608
121.844
5.924 102.738 -295 0,9412 -278
5.924 108.501 89 0,8858 79
5.924 114.741 364 0,8337 303
5.924 121.532 479 0,7847 376
5.924 127.768 2.101 0,7385 1.552
15.329
15.329 -15.329 1,0000 -15.329 -13.917,391 -31,70% 0,13 14 Tahun
Lampiran 14. Analisis Cashflow Usaha
No
Lampiran 15. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual 6% No
Periode
ITEM 0
Penerimaan 1. Penjualan Kambing 2. Nilai Sisa Asset Total Penerimaan B Pengeluaran 1. Investasi Awal 15.329 2. Biaya Operasional + Reinvestasi 3. Kredit Bank a. Pengembalian Pinjaman Pokok Total Biaya 15.329 Keuntungan Bersih -15.329 DF (i=6,25%) 1,0000 PV Nett Benefit -15.329 NPV 4.410,931 IRR 15,4% PI atau Nett B/C 1,29 PBP 4,2 Tahun
1
2
3
4
5
48.188
51.080
54.144
57.393
48.188
51.080
54.144
57.393
60.836 537 61.373
38.985
41.277
43.839
46.730
48.834
5.694 44.679 3.509 0,9412 3.303
5.694 46.971 4.109 0,8858 3.639
5.694 49.533 4.611 0,8337 3.844
5.694 52.424 4.969 0,7847 3.899
5.694 54.528 6.845 0,7385 5.055
A
Lampiran 16. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual 7% No
Periode
ITEM 0
Penerimaan 1. Penjualan Kambing 2. Nilai Sisa Asset Total Penerimaan B Pengeluaran 1. Investasi Awal 15.329 2. Biaya Operasional + Reinvestasi 3. Kredit Bank a. Pengembalian Pinjaman Pokok Total Biaya 15.329 Keuntungan Bersih -15.329 DF (i=6,25%) 1,0000 PV Nett Benefit -15.329 NPV 2.009,823 IRR 10,5% PI atau Nett B/C 1,13 PBP 4,8 Tahun
1
2
3
4
5
47.676
50.536
53.568
56.782
47.676
50.536
53.568
56.782
60.189 537 60.726
38.985
41.277
43.839
46.730
48.834
5.694 44.679 2.997 0,9412 2.820
5.694 46.971 3.565 0,8858 3.158
5.694 49.533 4.035 0,8337 3.364
5.694 52.424 4.358 0,7847 3.420
5.694 54.528 6.198 0,7385 4.577
A
Lampiran 17. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual 8% No
Periode
ITEM 0
Penerimaan 1. Penjualan Kambing 2. Nilai Sisa Asset Total Penerimaan B Pengeluaran 1. Investasi Awal 15.329 2. Biaya Operasional + Reinvestasi 3. Kredit Bank a. Pengembalian Pinjaman Pokok Total Biaya 15.329 Keuntungan Bersih -15.329 DF (i=6,25%) 1,0000 PV Nett Benefit -15.329 NPV -391,285 IRR 5,4% PI atau Nett B/C 0,97 PBP 5.1 Tahun
1
2
3
4
5
47.163
49.993
52.992
56.172
47.163
49.993
52.992
56.172
59.541 537 60.078
38.985
41.277
43.839
46.730
48.834
5.694 44.679 2.484 0,9412 2.338
5.694 46.971 3.022 0,8858 2.677
5.694 49.533 3.459 0,8337 2.884
5.694 52.424 3.748 0,7847 2.941
5.694 54.528 5.550 0,7385 4.099
A
Lampiran 22. Perhitungan Profit Margin (Dengan Konsentrat, 2x Penjualan, Komersial) PERHITUNGAN Profit Margin (Rp/Kg) PERIODE PROYEK 1 2 3 4 5 A TOTAL BT 1.458 1.458 1.458 1.458 1.458 B TOTAL BTT 95.356,0 101.079,0 107.144,0 113.573,0 120.386,0 C SUKU BUNGA 3.554 2.995 2.368 1.666 880 D TOTAL (RP/TH) 100.368,5 105.532,0 110.970,3 116.697,5 122.724,4 E KAP. PROD MAKS 4.708 4.708 4.708 4.708 4.708 F KAP. PROD REAL 4.629 4.629 4.629 4.629 4.629 G BPP 22 23 24 25 27 24.000 H BPP RATA-RATA 28.200 I HARGA JUAL RATA-RATA 14,89% J PROFIT MARGIN Lampiran 23. Perhitungan Profit Margin (Dengan Konsentrat, 2x Penjualan, Komersial) PERHITUNGAN Profit Margin (Rp/Kg) PERIODE PROYEK 1 2 3 4 5 A TOTAL BT 1.458 1.458 1.458 1.458 1.458 B TOTAL BTT 95.356,0 101.079,0 107.144,0 113.573,0 120.386,0 C TOTAL (RP/TH) 96.814,0 102.537,0 108.602,0 115.031,0 121.844,0 D KAP. PROD MAKS 4.708 4.708 4.708 4.708 4.708 E KAP. PROD REAL 4.629 4.629 4.629 4.629 4.629 F BPP 21 22 23 25 26 22.600 G BPP RATA-RATA 23.500 H HARGA JUAL RATA-RATA 16,67% I PROFIT MARGIN