Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
MEMBANGUN GENERASI PEMBELAJAR UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) NURUL CHALIM
STKIP PGRI Jombang
[email protected] ABSTRAK Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengatakan kemerdekaan tidak akan terwujud tanpa ilmu, sebuah kutipan yang masih relevan hingga hari ini. Ilmu adalah jalan terang untuk menjawab kehadiran perjalanan hidup manusia. Bagi manusia pembelajar, ilmu menjadi hal yang dibutuhkan setiap saat, sepanjang hayat dan menjadi pembelajaran dalam menghadapi tantangan hidup. Ilmu didapat bukan dengan hanya sekedar membaca, menulis, tetapi dengan berfikir kritis dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. Pengetahuan dan Teknologi dapat membantu meningkatkan sumber daya manusia yang kompetitif dan mampu bersaing dalam perekonomian global. Selain itu, juga dapat menjadi tantangan bagi generasi pembelajar di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Manusia pembelajar memiliki ciri utama yaitu (1) adanya usaha keras untuk “mencari jati diri” ke arah positif; (2) adanya kesadaran diri untuk “berubah” (changed) menjadi lebih baik; (3) adanya kemauan dan kemampuan yang kuat untuk “mengaplikasikan” potensi-potensi yang ada pada dirinya. Banyak generasi muda disuguhi oleh hal-hal yang instan, sehingga mereka melupakan “proses”, khususnya berproses dalam belajar. Dengan adanya pendidikan sebagai fasilitas untuk terus belajar bagi generasi pembelajar yang juga merupakan manusia pembelajar, ke depan diharapkan dapat membudayakan masyarakat indonesia untuk terus belajar sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan Negara Indonesia, baik perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Terutama untuk menghadapi persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kata Kunci : Generasi pembelajar, Tantangan MEA A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dari yang tidak bisa menjadi bisa , maupun perubahan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya (Sagala, 2005). Dalam setiap interaksi pasti ada yang memberi dan menerima. Sukses tidaknya belajar itu dapat diketahui dari ada tidaknya perubahan tingkahlaku seseorang menuju kesempurnaan. Kebutuhan seseorang untuk belajar tidak akan pernah berhenti. Oleh karena itu konsep belajar sepanjang hayat memang benar! Didalam lingkungan, seseorang harus belajar secara mandiri. Pembelajaran formal selalu ada saat akhirnya. Sedangkan pembelajaran mandiri hanya akan berakhir saat seseorang hidupnya berakhir. Jika kesadaran akan pembelajaran sepanjang hayat sudah dimiliki oleh mayoritas warga negara maka generasi mendatang dapat disebut sebagai generasi pembelajar (Sudarsono, 2012). Generasi pembelajar adalah generasi yang dapat membawa Negara kedepan lebih baik, karena generasi pembelajar selalu memiliki pemikiran yang visioner dan berkelanjutan. Jadi kalau mereka gagal dalam suatu hal maka ia akan mencoba terus dan terus tidak berhenti hanya dengan satu hal saja. Generasi pembelajar tidak akan
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
puas dengan satu hasil saja, ia senantiasa akan berinovasi dan mengembangkan hasil tersebut. Konsep generasi pembelajar memang cocok untuk mengantisipasi tantangantantangan pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hanya saja di Indonesia tidak banyak masyarakat yang memprioritaskan belajar sebagai kebutuhan utama. Hal ini yang menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia dikala Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah datang. Masyarakat Indonesia harusnya membudayakan belajar untuk memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2.
Rumusan Masalah Bagaiaman generasi pembelajar dapat mengatasi tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?
3.
Tujuan Penulisan Untuk mengetahui generasi pembelajar dapat mengatasi tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
B. PEMBAHASAN 1. Kajian tentang Generasi Pembelajar Generasi Muda adalah kata yang mempunyai banyak pengertian, namun pengertian generasi muda mengerah pada sekumpulan orang yang masih mempunyai jiwa, semangat, dan ide yang masih segar dan dapat menjadikan Negara ini lebih baik, orang-orang yang mempunyai pemikiran yang visioner. Generasi muda banyak menjadi bahan perbincangan semua kalangan masyarakat, karena generasi muda adalah generasi penerus bangsa yang juga sebagai pemegang nasib bangsa. Generasi muda menentukan kearah mana Negara ini akan dibawa, apakah kearah yang positif atau malah sebaliknya. Langkah awal yang dapat dimulai oleh generasi muda untuk membawa Negara Indonesia ini menjadi lebih baik adalah dengan cara belajar. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya (Sagala, 2005). Belajar tidak hanya didapatkan dilingkungan sekolah saja, tetapi juga bisa didapatkan dalam lingkungan pergaulan teman sebaya ataupun lingkungan keluarga. Setiap generasi muda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Potensi tersebut harus diarahkan sedemikian rupa agar para generasi muda layak untuk menjadi pemimpin bangsa Indonesia nanti kedepannya. Untuk itu generasi muda harus menjadi manusia pembelajar. Menurut Asmodiwati (2011) Manusia pembelajar adalah manusia yang memahami akan arti dari hakikat hidupnya. Manusia pembelajar senantiasa berusaha untuk mencapai apa yang ia cita-citakan. Sedangkan menurut Ismail (2015) Manusia pembelajar adalah orang yang terus belajar, mempertinggi kemampuan (kompetensi) agar bisa memberi kontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa dan kemanusiaan. Pada dasarnya setiap manusia yang diciptakan Tuhan berbeda-beda. Baik bentuk, karakter, kegemaran, bahkan pemikirannya pun berbeda. Manusia pembelajar umumnya memiliki karakter atau sifat dan sikap yang tidak cepat berputus asa atau pantang menyerah. Hal tu terjadi karena keinginan untuk belajar yang tumbuh dalam hati tipe manusia ini sangat kuat dan tidak mudah digoyahkaan. Selain itu, manusia pembelajar selalu berusaha untuk mencapai tujuannya walaupun ada rintangan yang menghalanginya. Menurut Harefa dalam Rahmatullah (2016: 2) ciri-ciri utama dari “Manusia Pembelajar” ini yakni; (1) adanya usaha keras untuk “mencari jati diri” ke arah
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
positive-act , sehingga nantinya akan membawa diri sendiri pada posisi “unggulan.”; (2) adanya kesadaran diri untuk “berubah” (changed) menjadi lebih baik, lebih baik dan lebih baik, tidak ada unsur paksaan yang mengikat yang justru menjadikan “beban” dan “ketidakbebasan” untuk berbuat (action) dan mencari (searching); (3) adanya kemauan dan kemampuan yang kuat untuk “mengaplikasikan” potensipotensi (fitrah) yang ada pada dirinya dalam wujud “reality” (wujud nyata) tidak hanya dalam batasan ekspektasi dan resolusi saja tetapi benar-benar nyata (real). Manusia pembelajar selalu menyempatkan diri untuk belajar secara mandiri, pembelajaran mandiri hanya akan berakhir saat seseorang hidupnya berakhir, atau biasa disebut pembelajaran sepanjang hayat. Pembelajaran sepanjang hayat dilakukan supaya seseorang menjadi cerdas, sehingga dapat mencapai tujuan kemerdekaan seperti tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Kecerdasan Kehidupan Bangsa. Jika kesadaran akan pembelajaran sepanjang hayat sudah dimiliki oleh mayoritas warga negara maka generasi mendatang dapat disebut sebagai generasi pembelajar dan kita menjadi bangsa pembelajar (Sudarsono, 2012). 2.
Kajian tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang biasa disingkat menjadi MEA dapat diartikan sebagai bentuk integrasi dibidang ekonomi yang berada di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) yang artinya negara-negara yang berada dikawasan Asia Tenggara (ASEAN) menerapkan sistem perdagangan bebas. Jadi untuk barangbarang dari luar negeri bebas masuk ke dalam Negara tanpa adanya pungutan pajak. MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia akan bersaing dengan 9 negara lainnya yang berada di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang bergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Laos, Myanmar, dan Kamboja (Rahardjo, 2015). Bagi masing-masing Negara, penyatuan ini dapat menjadi peluang atau malah sebaliknya dapat menjadi ancaman. Produsen dari masing-masing Negara saling berkompetisi memasarkan produk-produknya. Bagi Indonesia peluang tersebut adalah untuk meningkatkan ekspor produk-produk asli Indonesia. Yang menjadi tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, perkebunan, meubel, tekstil, barang elektronik dan lain-lain. Oleh karenanya produk asli Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi kualitasnya bukan hanya mengejar kuantitas produksi semata. Kuantitas boleh saja ditingkatkan tetapi harus diimbangi dengan kualitas produksi. Untuk mendapat kualitas produksi yang baik maka masyarakat Indonesia perlu untuk terus belajar, terutama belajar mengembangkan produk-produknya agar dapat bersaing dan diterima oleh pasar. Dengan demikian secara tidak langsung masyarakat Indonesia sudah menjadi manusia pembelajar yang pengalaman dan ilmunya dapat dibagikan kepada generasigenerasi muda yang juga merupakan generasi pembelajar. Menurut Rahardjo (2015), dalam menghadapi persaingan dikawasan ASEAN tantangan yang perlu diantisipasi oleh masyarakat Indonesia yaitu: a. Implementasi MEA berpotensi menjadikan Indonesia sekedar pemasok energi dan bahan baku bagi industrialisasi di kawasan ASEAN, sehingga manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam mininal. b. Melebarnya defisit perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang. c. Implementasi MEA juga akan membebaskan aliran tenaga kerja sehingga harus mengantisipasi dengan menyiapkan strategi karena potensi membanjirnya Tenaga
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Kerja Asing (TKA) akan berdampak pada naiknya remitansi TKA yang saat ini pertumbuhannya lebih tinggi daripada remitansi TKI. Akibatnya, ada beban tambahan yaitu dalam menjaga neraca transaksi berjalan dan mengatasi masalah pengangguran. d. Implementasi MEA akan mendorong masuknya investasi ke Indonesia dari dalam dan luar ASEAN. 3.
Hubungan Generasi pembelajar dengan MEA Generasi pembelajar senantiasa memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan aktivitas belajar, hal tersebut karena keinginannya untuk belajar timbul langsung dari dalam dirinya sendiri tanpa menunggu ataupun ada paksaan dari siapapun. Oleh karena itu generasi pembelajar yang juga merupakan manusia pembelajar cepat dalam memahami dan merespon setiap permasalahan yang datang. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN pun banyak permasalahan maupun tantangan yang perlu diselesaikan. Masyarakat Indonesia tidak bisa lari ataupun menghidar dari permasalahan. Masyarakat Indonesia harus tetap maju menyelesaikan permasalahan dan tantangan yang ada. Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Rahardjo, 2015), tantangan di Era MEA yang berpotensi mengganggu kestabilan perekonomian di Indonesia adalah Indonesia hanya sekedar menjadi pemasok energi dan bahan baku mentah bagi industrialisasi di kawasan ASEAN; Indonesia menjadi defisit perdagangan jasa karena peran jasa digantikan oleh perdagangan barang; Tenaga Kerja Indonesia juga pun tak luput dari kekhawatiran karena takut kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri. Tenaga Kerja asal Indonesia di luar negeri memang terkenal menjadi tenaga kerja kasar; diberlakukannya MEA maka akan membuka peluang bagi investor-investor baik dari kawasan ASEAN maupun luar ASEA akan berdatangan masuk ke Indonesia, mengingat sumber daya alam dan sumberdaya manusia Indonesia sangat tinggi, juga masyarakat Indonesia masih menjadi masyarakat yang konsumtif sehingga menjadi target bagi para Investor luar negeri. Tantangan-tantangan yang ada dapat dihadapi oleh generasi pembelajar dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada pada diri generasi pembelajar tersebut. Dengan memprioritaskan budaya belajar pada generasi muda pembelajar, maka Indonesia akan dapat bersaing dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Tentunya belajar tidak secara formal terus menerus karena para pelajar yang juga sebagai generasi pembelajar pasti akan bosan dengan pola belajar yang vertikal. Di lingkungan formal, pendidik yang juga manusia pembelajar harusnya tidak hanya menitikberatkan pada bidang akademik saja. Tetapi juga harus memperhatikan kemampuan dan bakat non akademik dari siswa. Sedangkan dilingkungan keluarga, orang tua bisa mengajari anaknya untuk membuat karya-karya serta produk-produk yang menarik, dan yang memiliki nilai jual. Semisal membuat kerajinan tangan, membuat olahan makanan, dan lainnya. Kegiatan semacam ini akan memberi bekal kepada anak yang juga sebagai generasi pembelajar untuk aktif melakukan kegiatan secara mandiri. Dengan kegiatan tersebut dilakukan secara rutin maka akan menumbuhkan jiwa entrepreneur dari anak tersebut. Bila hal tersebut sudah rutin dilakuakan, anak juga diajari untuk mengembangkan produk tersebut. C. PENUTUP 1. Kesimpulan Kesadaran untuk terus belajar generasi pembelajar sangat penting, konsep belajar sepanjang hayat harus ditanamkan pada diri setiap generasi pembelajar sejak dini. Hal tersebut untuk mengantisipasi setiap permasalahan, hambatan, maupun
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
tantangan yang datang. Terutama untuk mengatasi tantangan nasional seperti halnya Masyarakat Ekonomi ASEAN. 2. Saran Hendaknya budaya belajar sejak dini diprioritaskan, agar setiap hambatan, permasalahan, dan tantangan juga dapat diantisipasi sejak awal. D. DAFTAR PUSTAKA Asmodiwati, Niky. 2011. Manusia Pembelajar. (Online). http://nikyasmo.blogspot.co.id/ 2011/12/manusia-pembelajar.html. Diakses pada 12 Mei 2016 Ismail, Ilyas. 2015. Menjadi Manusia Pembelajar. (Online) http://www.republika.co.id/b erita/koran/opini-koran/15/06/22/nqc0oi-menjadi-manusia-pembelajar Diakses pada 13 Mei 2016. Rahardjo, Bambang. 2015. Sekilas tentang Asean Economic Community (MEA)/ Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). (Online). http://sukasosial.blogspot .com/2015/08/masyarakat-ekonomi-asean.html Diakses pada 13 Mei 2016. Rahmatullah, Azam Syukur. 2016. Membangun Komunitas “Manusia Pembelajar” di Sekolah Melalui Prinsip-prinsip Kaizen. (Online). http://s3ppi.umy.ac.id/wpcontent/uploads/2016/01/Membangun-Komunitas-Manusia-Pembelajar-diSekolah-melalui-prinsip-prinsip-Kaizen-.pdf Diakses pada 12 Mei 2016 Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta Sudarsono, Blasius. 2012. Generasi Pembelajar Mandiri dan Pendidikan Abad 21. (Online) http://www.pdii.lipi.go.id/jurnal/index.php/baca/article/viewFile/104/1 01 Diakses pada 12 Mei 2016