PROSIDING Seminar Nasional
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH) Tema: “Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”
Ponorogo, 15 April 2017 Main Hall Gedung Terpadu Universitas Darussalam Gontor
Diselenggarakan Oleh : Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor Jl. Raya Siman Km 5, Siman, Ponorogo 63471 Website : www.k3.unidagontor.ac.id E-mail :
[email protected]
PROSIDING Seminar Nasional
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH) “Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas” ISBN : 978-602-60033-9-3 SUSUNAN DEWAN REDAKSI Pelindung : Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor Penanggung jawab : Ketua Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Ketua Pelaksana : Sisca Mayang Phuspa, S.KM.,M.Sc Koordinator : Dian Afif Arifah, S.ST.,M.Kes Tim Reviewer : 1. Eka Rosanti, S.ST.,M.Si 2. Yulia Dwi Andarini, S.Si., M.PH., Apt. 3. Deni Abdul Rahman, S.KM., M.KM Editor Bahasa: Edwina Rudyarti, S.Si.,M.Sc Penyunting: Ragil Retnaningsih, S.ST Diselenggarakan Oleh : Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor Jl. Raya Siman Km 5, Siman, Ponorogo 63471 Website : www.k3.unidagontor.ac.id E-mail :
[email protected]
PENINGKATAN PENGETAHUAN BAHAYA DEBU TIMBAL BAGI KESEHATAN MELALUI PENYULUHAN DI POLSEK JEBRES SURAKARTA Yeremia Rante Ada’1*, Sumardiyono2 Program Studi DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No. 36 A Surakarta * E-mail:
[email protected] ABSTRAK Latar Belakang. Timbal (Pb) atau timahhitammerupakanpencemarudara. Timbal sebagai salah satu unsur logam berat tersebar luas dibandingkan kebanyakan logam toksik lainnya. Sumber pencemaran timbal di udara terutama dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu/partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat ini di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Timbal merupakan racun yang dapat berpengaruh pada kesehatan manusia. 6,7% anggota polisi lalu lintas di Semarang Jawa Tengah mempunyai kadar timbal dalam darah melebihi nilai normal (>25 µg/dL). Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan penyuluhan bahaya debu timbal pada anggota polisi sebagai langkah awal untuk melakukan upaya preventif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji efektivitas penyuluhan bahaya debu timbal bagi kesehatan pada anggota polsek Jebres. Metode Penelitian. Jenis penelitian menggunakan eksperimen kuasi, dengan pendekatan one group pre and post test design. Perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut dianggap sebagai efek perlakuan. Populasi berjumlah 37 orang, diambil sebagai sampel sejumlah 24 orang secara sampling aksidental. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil Penelitian. Terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah penyuluhan Nilai Z = -3,276 menunjukkan bahwa nilai pretes lebih rendah dari nilai post test atau nilai post tes meningkat dibandingkan dengan nilai pretest, dengan nilai p = 0,001; oleh karena nilai p < 0,05, hasil uji dinyatakan signifikan. Kesimpulan. Penyuluhan tentang bahaya debu timbal bagi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan anggota Polsek Jebres, oleh karena itu perlu peningkatan penyuluhan secara rutin pada anggota Polsek Jebres. Kata kunci: Peningkatan Pengetahuan, Bahaya Debu Timbal.
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
95
“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”
PENDAHULUAN Timbal (Pb) merupakan racun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan bersifat akumulatif. Hasil penelitian pada 90 polisi lalu lintas di Semarang Jawa Tengah menunjukkan bahwa 6,7% responden mempunyai kadar timbal melebihi nilai normal (>25 µg/dL) (Sri, 2007). Timbal (Pb) ditambahkan ke bahan bakar minyak (bensin) karena timbal (Pb) adalah cara yang paling murah untuk meningkatkan sifat bensin antiknock (anti ketuk) untuk mengurangi hentakan oleh kerja mesin sehingga dapat menurunkan kebisingan suara ketika terjadi pembakaran pada mesin-mesin kendaraan bermotor. Di Mesir, seperti umumnya negara berkembang, bensin bertimbal masih banyak digunakan, dapat menyebabkan efek berbahaya (Mortada, W. I., et al, 2001). Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan timbal (Pb) dari knalpot mobil dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan. Efek berbahaya tersebut berupa penurunan kadar hemoglobin (Potula V, Hu H, 1996), induksi kerusakan kromosom (Anwar WA, Kamal AA, 1988), dan peningkatan tekanan darah sistolik (Weiss ST, Munoz A, Stein A, Sparrow D, Speizer FE, 1988). Efek racun dari timbal (Pb) juga dapat mempengaruhi ginjal, saraf, hematopoietik, dan sistem pencernaan (Goyer RA, 1996). Mortada, W. I., et al (2001) berpendapat bahwa polisi lalu lintas adalah penduduk yang paling banyak terpapar timbal (Pb) dari knalpot mobil. Telah terjadi peningkatan tentang kemungkinan efek berbahaya timbal (Pb) dari knalpot mobil pada kesehatan polisi lalu lintas. Mortada, W.I., et al (2001) mencoba melakukan penelitian untuk mempelajari paparan timbal (Pb) dari knalpot mobil dan dampaknya terhadap integritas ginjal antara polisi lalu lintas. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa kelompok yang terpapar timbal (Pb) memiliki tingkat Timbal (Pb) lebih tinggi dalam darah, urin, rambut dan kuku daripada kelompok kontrol dan dalam kondisi paparan tersebut, kerusakan ginjal dapat terjadi. Polisi Lalu lintas yang sehari-harinya bekerja ditempat yang banyak terdapat polusi udara, tetapi jarang diantara mereka yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat bekerja. Padahal APD khususnya masker berguna untuk melindungi saluran pernafasan terhadap gas, uap atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja. Ayu Budi dan MG Catur Yuantari (2010) berpendapat bahwa terdapat sejumlah polisi yang memiliki kadar darah telah tercemar timbal (Pb) atau timah hitam melebihi ambang batas yang ditentukan dan jika dibiarkan terus, kondisi kesehatan mereka akan terganggu. Untuk itu diperlukan motivasi yang berfungsi sebagai salah satu aspek penggerak atau pendorong seseorang untuk berperilaku. Cecilia Oktaria dan Susanti Munandar (2009) melalui penelitian yang dilakukan menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian 96
Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
gingival lead line, yang artinya masa kerja berpengaruh terhadap kejadian gingival lead line. Hal ini menunjukkan dengan masa kerja yang lama, paparan terhadap timbal pun menjadi lebih lama, sehingga dapat menimbulkan gingival lead line yang merupakan tanda bahwa timbunan timbal didalam darah melebihi batas normal, sehingga perlu perlu dilakukan rolling tugas secara teratur dan diadakan penyuluhan tentang efek negatif dari paparan timbal yang berkepanjangan bagi polisi lalu lintas serta pengadaan alat pelindung diri (masker anti polusi) yang menutupi hidung dan mulut, dapat menghalangi partikel hingga 0,08 mikron demi mengurangi risiko timbulnya keracunan timbal. Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa salah satu strategi untuk memperoleh perubahanperilakuadalahdenganpemberianinformasiuntukmeningkatkanpengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan anggota Polsek Jebres tentang bahaya timbal (Pb) terhadap kesehatan adalah melalui penyuluhan. Penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah adalah metode yang relatif lebih praktis dan mudah penggunaannya dan lebih cocok untuk sasaran yang cukup banyak.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian menggunakan eksperimen kuasi dengan pendekatan one group pre and post test design, yaitu rancangan penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subyek (Ahmad Watik Pratiknya, 2008). Populasi penelitian ini adalah anggota Polisi Sektor (Polsek) Jebres berjumlah 37 orang. Pengambilan sampel secara aksidental yang merupakan penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan ditemui peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 24 orang. Analisis statistik menggunakan Uji Wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat pengetahuan bahaya debu timbal bagi kesehatan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Data dikumpulkan berdasarkan isian kuesioner yang berisi daftar pertanyaan mengenai pengetahuan bahaya debu timbal bagi kesehatan, terdapat 2 pilihan jawaban: Ya (Benar) dinilai 1 dan Tidak (Salah) dinilai 0. Semua sampel penelitian diminta untuk mengisi semua item pernyataan sebanyak 10 butir.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan penyuluhan, anggota Polsek Jebres yang menjadi sampel penelitian diminta untuk mengisi kuesioner. Hasil jawaban sampel selanjutnya dinilai dengan skala 0-10.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
“Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas”
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Debu Timbal Bagi Kesehatan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Statistik Tingkat Pengetahuan bahaya Debu Timbal Bagi Kesehatan
Nilai
Mean (Rata-rata)
Sebelum 8,04
Sesudah 8,62
Median (Nilai Tengah) Modus
8,00 7
8,50 8
Standar Deviasi Range (Jarak Nilai)
1,398 4
1,013 3
Minimum Maximum
6 10
7 10
Sumber: Data Primer 2017
Pada tabel 1 terlihat tingkat pengetahuan tentang bahaya debu timbal bagi kesehatan pada anggota Polsek Jebres sebelum penyuluhan terendah 6 dan tertinggi 10 dengan nilai rata-rata (mean) 8,04. Nilai paling banyak adalah 7. Setelah dilakukan penyuluhan, sampel penelitian diminta lagi untuk mengisi kuesioner dengan pertanyaan yang sama. Hasil jawaban sampel selanjutnya diilai kembali dengan skala penilaian 0-10. Pada tabel 1, terlihat nilai tingkat pengetahuan tentang bahaya debu timbal bagi kesehatan pada anggota Polsek Jebres sesudah dilakukan penyuluhan terendah 7, tertinggi 10 dengan nilai rata-rata 8,62 Nilai paling banyak adalah 8. Tabel 2. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang bahaya Debu Timbal Bagi Kesehatan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan No 1. 2.
Tingkat Pengetahuan bahaya Debu Timbal Bagi Kesehatan Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Terendah
Tertinggi
Standar Deviasi
6 7
10 10
1,398 1,013
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan pada tabel 2, terlihat bahwa terjadi peningkatan tingkat pengetahuan tentang bahaya debu timbal bagi kesehatan dari nilai terendah (minimum). Nilai terendah naik 1 skor, sedangkan nilai tertinggi nilai skor tetap. Hasil uji statistik untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan tentang bahaya debu timbal (Pb) bagi kesehatan sebelum dan sesudah mengikuti penyuluhan dilakukan dengan uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon yang dideskripsikan melalui tabel yang tersaji pada tabel 3.
98
Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
Tabel 3. Tabel Hasil Uji Statistik perbedaan tingkat pengetahuan tentang bahaya debu timbal (Pb) bagi kesehatan sebelum dan sesudah mengikuti penyuluhan Tingkat Pengetahuan bahaya Debu Timbal Bagi Kesehatan
n
Z
P
Sesudah Penyuluhan -Sebelum Penyuluhan
24
-3,276
0,001
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan pada tabel 3, hasil uji menunjukkan terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah penyuluhan dengan nilai Z = -3,276. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pretes lebih rendah dari nilai post test atau nilai post tes meningkat dibandingkan dengan nilai pretest, dengan nilai p = 0,001; oleh karena nilai p < 0,05, hasil uji dinyatakan signifikan, dengan demikian penyuluhan yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahaya debu timbal (Pb) bagi kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya dilakukan penyuluhan pada Polisi untuk meningkatkan pengetahuan polisi tentang bahaya timbal (Pb) bagi kesehatannya dan sesuai dengan pendapat Cecilia Oktaria dan Susanti Munandar (2009), bahwa perlu diadakan penyuluhan tentang efek negatif dari paparan timbal yang berkepanjangan bagi polisi lalu lintas serta pengadaan alat pelindung diri (masker anti polusi) yang menutupi hidung dan mulut yang dapat menghalangi partikel hingga 0,08 mikron demi mengurangi risiko timbulnya keracunan timbal. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Green (1980) dalam Purnawati, dkk (2012), bahwa pendekatan edukasional dapat merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan secara individu, anggota keluarga dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah adalah metode yang relatif lebih praktis dan mudah penggunaannya dan lebih cocok untuk sasaran yang cukup banyak (Hotber, 2005).
SIMPULAN DAN SARAN Terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah penyuluhan dengan nilai Z = -3,276. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pretes lebih rendah dari nilai post test atau nilai post tes meningkat dibandingkan dengan nilai pretest, dengan nilai p = 0,001; oleh karena nilai p < 0,05, hasil uji dinyatakan signifikan. Dengan demikian penyuluhan tentang bahaya debu timbal bagi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan anggota Polsek Jebres, Berdasarkan hasil tersebut perlu peningkatan penyuluhan secara rutin pada anggota Polsek Jebres.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Watik Pratiknya. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Anwar WA, Kamal AA. 1988. Cytogenetic effects in a group of traffic policemen in Cairo. Mutat Res p;208:225-231. Ayu Budi dan MG Catur Yuantari. 2010. Hubungan Antara Motivasi Keselamatan Diri dengan Perilaku Penggunaan APD Masker pada Polisi Lalu lintas di Semarang Barat. Jurnal Visikes - Vol. 9 / No. 1 / April 2010 Cecilia Oktaria, Susanti Munandar. 2009. Pengaruh Masa Kerja Terhadap Kejadian Gingival Lead Line Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Semarang. Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah. UNDIP. Goyer RA: Toxic effects of metals; in Klaassen CD, Amdur MO, Doull J (eds): Casarett and Doull’s Toxicology: The Basic Science of Poisons, ed 5. New York, McGraw Hill, 1996, pp 691-736 Hotber ER Pasaribu. 2005. Perbandingan Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah Tanya Jawab Dengan Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Buku Kecacingan Dalam Mencegah Reinfeksi Ascaris lumbricoides Pada Anak Sekolah Dasar. Tesis. UNDIP. Mortada, W.I., Sobh, M. A., El-Defrawy, M.,& Farahat, S. E. 2001. Studyofleadexposurefrom automobile exhaust as a risk for nephrotoxicity among traffic policemen. American Journal of Nephrology, 21(4),274-9.Retrieved from https://search.proquest.com/ docview/236944257?accountid=44945. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta. Purnawati Nainggolan, Jumirah., Albiner Siagian. 2012. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perilaku Pedagang Gorengan Tentang Bahaya Penggunaan Kertas Koran Bekas Sebagai Kemasan Gorengan Di Daerah Asrama Haji Medan. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi, USU Vol 1, No 2 Potula V, Hu H. 1996. Relationship of hemoglobin to occupational exposure to motor vehicle exhaust. Toxicol Ind Health, p: 12:629-637. Sri Suciani. 2007. Kadar Timbal Dalam Darah Polisi Lalu Lintas dan Hubungannya dengan Kadar Hemoglobin (Studi pada Polisi Lalu Lintas yang Bertugas di Jalan Raya Kota Semarang). Tesis. UNDIP. Weiss ST, Munoz A, Stein A, Sparrow D, Speizer FE. 1988. The relationship of blood lead to systolic blood pressure in a longitudinal study of policemen. Environ Health Perspect. p; 78:53-56. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor