Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
USULAN PERBAIKAN TERHADAP AKTIVITAS PENURUNAN PASIR DI DEPO PASIR MAKMUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN POSTUR KERJA DAN ASSESSMENT TERHADAP FISIOLOGI KERJA (Studi Kasus: Depo Pasir Makmur, Surakarta). Taufiq Rochman *1), Rahmaniyah Dwi Astuti *1), Miftahudin *2) 1)
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126, Indonesia E-mail :
[email protected] 2) Alumni Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
ABSTRAK Pada aktivitas pengangkatan dan penurunan barang yang dilakukan operator dapat menyebabkan penyakit ataupun cedera tulang belakang terlebih jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan benar. Penelitian dilakukan di Depo Makmur dalam aktivitas Manual Material Handling (MMH) pada aktivitas penurunan pasir. Penurunan pasir diawali dengan cara menyerok dan mengangkat, kemudian pasir tersebut dilempar kebawah secara terus menerus dengan kapasitas beban ± 2 kg. Postur kerja selama proses penurunan pasir merupakan postur kerja yang berpotensi menyebabkan munculnya keluhan otot di beberapa bagian tubuh operator. Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map operator, diketahui keluhan tersebut terjadi di bagian leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian punggung dan pinggul kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan tangan kanan dan pinggang kebelakang sebesar 50 %. Penelitian diawali dengan identifikasi keluhan dan harapan operator melalui wawancara yang kemudian diinterpretasikan menjadi kebutuhan operator. Setelah itu, dilakukan pengambilan gambar postur kerja operator, pengukuran dan perhitungan sudut operator berdasar metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Tahapan berikutnya yaitu pengukuran denyut nadi operator sebelum dan sesudah melakukan aktivitas penurunan pasir. Hasil penelitian ini adalah menghasilkan postur kerja yang memiliki level resiko kerja lebih rendah berdasarkan REBA, tingkat konsumsi energi lebih rendah dari kondisi awal berdasarkan metode energi expenditure dan energi cost dan rekomendasi waktu istirahat operator (work rest cycle). Rancangan usulan perbaikan ini dapat memperbaiki postur kerja operator sekaligus meningkatkan produktivitas kerja operator. Kata kunci: usulan perbaikan aktivitas penurunan pasir, REBA, work rest cycle
PENDAHULUAN Istilah “ergonomi“ berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Anthropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh (Wignjosoebroto, 2003). Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Pada aktivitas pengangkatan dan penurunan barang yang dilakukan pekerja dapat menyebabkan penyakit ataupun cedera tulang belakang terlebih jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan benar. Menurut Tarwaka (2004), jika resiko tuntutan tugas lebih besar dari kemampuan seseorang, akan terjadi ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit atau tidak produktif. Kecenderungan resiko tugas lebih besar dari kemampuan seseorang, terjadi pada operator pasir di Depo Makmur dalam aktivitas Manual Material Handling (MMH) pada aktivitas penurunan pasir. Aktivitas ini menggunakan sekop yang tangkainya pendek sehingga postur kerja operator terlalu membungkuk dan kedua kaki menekuk. Penurunan pasir diawali dengan cara menyerok dan mengangkat, kemudian pasir tersebut dilempar kebawah secara terus menerus dengan kapasitas beban ± 2 kg. Apabila aktivitas tersebut dilakukan secara berulangulang, resiko kerja terjadi pada bagian punggung. Pada saat membungkuk, tulang belakang A-176
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
bergerak ke sisi depan tubuh sehingga otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan. (Bridger, 1995). Aktivitas penurunan pasir mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Hasil penyebaran kuesioner dengan menunjukkan Nordic Body Map kepada sepuluh operator pasir di Depo Makmur Surakarta, diperoleh hasil tingkat keluhan terjadi pada organ tubuh leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian punggung dan pinggul kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan tangan kanan dan pinggang kebelakang sebesar 50 %. Selain beban pekerjaan yang cukup besar, postur tubuh saat bekerja sangat berpengaruh dengan konsumsi energi. Dengan demikian hasil pengukuran ini dapat memperkuat dugaan bahwa terjadi resiko tugas yang besar pada aktivitas penurunan pasir sekaligus, dapat dijadikan dasar perlunya perbaikan postur kerja operator pasir di Depo Makmur Surakarta. Berdasar permasalahan yang ada di atas, perlu adanya perbaikan pada aktivitas penurunan pasir baik dari segi postur kerja maupun metode kerja operator dengan menggunakan metode REBA, perhitungan energi expenditure, dan energi cost dengan pendekatan fisiologi kerja. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh operator pasir selama proses penurunan pasir dan mengurangi tingkat konsumsi energi sesuai dengan harapan mereka. METODE
Penentuan Data Postur Kerja dan Nordic Body Map, langkah ini berupa pengambilan data yang berkaitan dengan sikap kerja operator pasir dalam melakukan aktivitas kerja. Data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh operator pasir Depo Makmur yang terjadi pada aktivitas penyerokan pasir, dan aktivitas menurunkan pasir. Pencatatan data postur kerja tesebut berupa dokumentasi foto-foto postur kerja , dan video saat melakukan aktivitas kerja. Sedangkan data Nordic Body Map diperoleh dengan memberikan kuisioner yang berisi keluhan-keluhan otot yang diisi oleh operator pasir 1. Penilaian Berdasarkan Metode Rapid Entrie Body Assessment (REBA) Langkah ini melakukan pengukuran sikap kerja operator pasir dengan menggunakan metoda REBA. Proses penilaian dengan metode REBA adalah menterjemahkan sikap kerja dari hasil rekaman sesuai dengan sikap kerja menjadi dua grup yaitu: pertama grup A terdiri atas postur tubuh atas dan bawah batang tubuh (trunk), Leher (neck), dan kaki (legs). Kedua grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).
2. Perhitungan Enegy Expenditure Langkah ini merupakan pengukuran besarnya energy yang dikeluarkan operator dalam melakukan kerja. Penghitungan energy expenditure dilakukan dengan menggunakan data denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja. Menurut Kamalakannan et al, (2007) bahwa bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini: E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana : E – Cost = Energy Cost operator pasir (watt) HR = Working Heart Rate operator pasir (bpm) HT = Height operator pasir (inch) A = Age operator pasir (yrs) RHR = Resting Heart Rate operator pasir (bpm) G = Gender operator pasir (m = 0 ; f = 1) 1 watt 0.0143 kcal / min
A-177
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
3. Penentuan Work Rest Cycle Langkah ini mengukur hubungan antara waktu kerja dan waktu istirahat untuk mencapai keseimbangan beban kerja. Murrel (1965) membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari kerja fisik: R
Dimana : R : T : W : S :
4.
T W S W 1,5
Istirahat yang dibutuhkan dalam menit Total waktu kerja dalam menit Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit (biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
Usulan Perbaikan Postur Kerja dan Metode Kerja
Langkah ini melakukan perbaikan metoda kerja operator pasir berdasar data-data yang masuk. Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh postur kerja manual material handling operator pasir yang tidak tepat diperbaiki dengan merancang usulan perbaikan postur kerja menggunakan sekop panjang berdasar penilaian metode REBA dan melakukan penjadwalan waktu kerja operator pasir. Setelah itu dilakukan evaluasi pengukuran dan penilaian postur kerja operator pasir dengan sekop panjang kepada 10 orang operator pasir Lokasi Depo Makmur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan terhadap postur kerja dan fisiologi (beban kerja) operator. PEMBAHASAN
a.
Penentuan Data Postur Kerja Awal
Pola aktivitas Manual Material Handling yang dilakukan oleh operator pasir pada aktivitas penurunan pasir dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa terdapat tiga aktivitas Manual Material Handling yang dilakukan oleh operator pasir yaitu kegiatan awal persiapan menyerok pasir, kegiatan menyerok pasir, aktivitas menurunkan pasir. Aktivitas Manual Material Handling yang dilakukan oleh operator pasir masih menggunakan tenaga manusia (manual), sehingga dapat menyebabkan cedera musculoskeletal. Tabel 1. Aktivitas Manual Material Handling Operator Pasir No
1
Dokumentasi
Aktivitas
Keterangan
Resiko
Posisi awal sebelum menyerok pasir dari truk
Sikap kerja: kedua tangan memegang serok pasir kearah bawah, kepala condong kedepan, posisi lutut pada kaki menekuk dan punggung membungkuk.
Cidera pada bagian lengan, bahu, kaki dan punggung.
A-178
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Aktivitas menyerok pasir dari truk
Sikap kerja: bertumpu pada bagian kaki , telapak tangan memegang serok pasir, bagian leher sejajar dengan punggung dan kepala mendongak.
Cidera pada bagian lutut, punggung , dan leher.
Aktivitas pada saat menurunkan pasir dari truk
Sikap kerja: bagian punggung membungkuk, kaki membuka, lutut menekuk, tangan membuang pasir ke belakang dan bagian leher sejajar dengan punggung dan kepala mendongak.
Cidera pada bagian punggung lutut dan leher.
2
3
Pada kondisi aktual, bongkar pasir menerima beban dengan kapasitas ± 2 kg pada bagian pergelangan tangan. Apabila aktivitas tersebut dilakukan secara berulang-ulang menyebabkan penyakit ataupun cedera pada bagian tubuh tertentu. Maka peneliti memperbaiki postur kerja untuk mengurangi terjadi cedera pada operator pasir. Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan keluhan rasa sakit pada bagian tubuh mulai muncul antara 10 s/d 15 menit menjelang berakhirnya aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat diketahui keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan yang dialami operator pasir pada aktivitas penurunan pasir. Persentase keluhan yang dialami oleh sepuluh operator pasir dapat dilihat pada grafik Nordic body map (NBM) berikut ini.
Prosentase
Grafik kuisioner Nordic Body Map (NBM) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Bagian tubuh
Gambar 1. Grafik Persentase Keluhan Tubuh Operator Pasir Berdasarkan gambar diatas menunjukkan persentase keluhan pada tiap anggota tubuh dapat diketahui bahwa seluruh operator mengalami keluhan yang berbeda di setiap bagian tubuhnya. Tingkat keluhan terbesar terjadi pada organ tubuh leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian punggung dan pinggul kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan tangan kanan dan pinggang kebelakang sebesar 50 %.. b.
Penilaian Postur Kerja Awal Menggunakan REBA
Pada tahap ini dilakukan penilaian postur kerja dari tiap-tiap gerakan pada saat bekerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment). Berikut ini contoh pengkodean dengan A-179
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
metode REBA pada fase gerakan pertama yaitu menurunkan pasir dengan sekop pendek dan dengan sekop panjang sebagaimana terlihat dalam gambar berikut ini.
Gambar 2. Fase Gerakan Pertama dengan Sekop Pendek
Rekapitulasi hasil penilaian total dengan metoda REBA dapat dilihat pada gambar digram berikut ini: Batang tubuh 4 Leher 2
Tabel A 6
Beban 0
+
Skor A 6
=
Kaki 2 Skor C 8
+
Skor aktivitas 1
=
Final Skor 9
Lengan atas 3
Lengan bawah 1
Tabel B 4
+
Kopling 1
=
Skor B 5
Pergelangan tangan 2
Gambar 3. Bagan Rekapitulasi Penilaian Total Berdasarkan perhitungan skor REBA tersebut dapat diketahui level tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal tinggi yaitu segera dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko kerja. Total hasil penilaian Metoda REBA kondisi awal operator pasir dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2 . Total Hasil Penilaian REBA Kondisi Awal (Menggunakan Sekop Pendek) Level Level Gerakan Tindakan Tindakan Resiko Sebelum menyerok pasir 3 tinggi Segera dilakukan posisi membungkuk perbaikan Menyerok pasir posisi 3 tinggi Segera dilakukan punggung membungkuk lutut perbaikan menekuk Penurunan pasir posisi punggung membungkuk, lutut menekuk
2
sedang
A-180
perlu perbaikan
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
c.
ISSN: 1979-911X
Perhitungan Enegy Expenditure Kondisi Awal
Hasil penghitungan energy cost dengan menggunakan metode Kamalakanan dan penggolongan beban kerja seluruh operator dengan menggunakan sekop pendek dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini. Tabel 3. Penghitungan Energy Cost dan Penggolongan Beban Kerja Heart Rate ( bpm ) Age Height Gender Energy Cost Energy Cost NO Name Resting Heart Working ( years ) ( inchi ) (m=0 ;f=1) ( watt ) ( kcal/min ) Rate Heart Rate 1 SUKIRNO 37 62.99 male 80 155 512.90 7.33 2 WANTO 64.96 male 550.52 7.87 27 79 158 3 CAPLIN 62.99 male 480.83 6.88 22 81 160 4 ROHMAN 25 69.29 male 75 152 628.62 8.99 5 SUPARDI 66.54 male 568.48 8.13 31 82 156 6 HARTOYO 28 65.35 male 86 162 546.93 7.82 7 KHAERUDIN 30 64.96 male 90 144 361.73 5.17 8 RAHUDI 67.32 male 574.80 8.22 29 78 152 9 MARZUKI 28 66.54 male 83 164 616.15 8.81 10 SUPRAPTO 35 64.96 male 77 153 558.56 7.99
Grade of Work Heavy Work Very Heavy Work Heavy Work Very Heavy Work Very Heavy Work Very Heavy Work Heavy Work Very Heavy Work Very Heavy Work Very Heavy Work
Berdasarkan ttbel diatas, besarnya energy cost yang dikeluarkan maka aktivitas MMH ini termasuk kategori kerja sangat berat (very heavy work) untuk Wanto, Rohman, Supardi, Hartoyo, Rahudi, Marzuki, dan Suprapto. Sedangkan untuk bapak Sukirno, Caplin, dan Suprapto jenis aktivitas tersebut tergolong kerja berat (heavy work).
d.
Perhitungan Work Rest Cycle Kondisi Awal
Setelah dilakukan perhitungan konsumsi energy untuk tiap-tiap operator kemudian dilakukan Perhitungan Siklus Kerja Operator Pasir (Work Rest Cycle). Hasil penghitungan waktu istirahat yang dibutuhkan seluruh operator dengan menggunakan sekop pendek dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa rata-rata waktu istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 15.04 menit. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis yang berupa umur, sikap kerja pada saat melakukan aktivitas penurunan pasir dan pengalaman kerja operator. Tabel 4. Perhitungan Waktu Istirahat Operator Pasir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
e.
Nama SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
Waktu dalam 1 x penurunan pasir (menit) 35 40 30 60 45 40 40 35 60 60 Rata-rata
Usulan Perbaikan Postur Kerja dan Metode Kerja 1) Perbaikan Postur Kerja Operator A-181
work rest cycle (menit) 10.96 14.65 11.49 17.85 14.20 15.22 12.90 9.66 25.48 18.04 15.04
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Sikap kerja yang diterapkan saat ini pada aktivitas MMH termasuk beresiko terhadap sistem musculoskeletal dilihat dari hasil penilaian menggunakan metode REBA. Berdasarkan penilaian operator pasir menggunakan sekop panjang dengan metode REBA didapat masukan untuk perbaikan postur kerja dan beban kerja. Aktivitas penurunan pasir dengan sekop panjang yang diaplikasikan, selanjutnya dibandingkan dengan sikap kerja operator pasir menggunakan sekop pendek bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi postur kerja sebelum dan setelah menggunakan sekop panjang yang diilustrasikan melalui gambar masih berpotensi menimbulkan cidera musculoskeletal. Setelah pembuatan model, maka dilakukan penilaian terhadap gambar tersebut dengan menggunakan metode REBA. Hasil penilaian postur kerja dengan kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 5. Hasil REBA Sebelum dan Setelah Menggunakan Sekop Panjang Kondisi Awal
Kondisi Setelah Menggunakan Sekop Panjang
Level Tindakan
Level Resik o
Sebelum menyerok pasir posisi membungkuk
2
sedang
perlu perbaikan
Segera dilakukan perbaikan
Menyerok pasir posisi punggung membungkuk lutut menekuk
2
sedang
perlu perbaikan
perlu perbaikan
Penurunan pasir(unloading), posisi punggung membungkuk, lutut menekuk
2
sedang
Perlu perbaikan
Level Tindakan
Level Resiko
Sebelum menyerok pasir posisi membungkuk
3
tinggi
Segera dilakukan perbaikan
Menyerok pasir posisi punggung membungkuk lutut menekuk
3
tinggi
Penurunan pasir posisi punggung membungkuk, lutut menekuk
2
sedang
Gerakan
Tindakan
Gerakan
Tindakan
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil penilaian dengan metode REBA sesudah menggunakan sekop panjang terjadi penurunan level resiko. Untuk posisi ke-1 (sebelum menyerok pasir dengan posisi membungkuk), sebelum menggunakan sekop panjang memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi dan sesudah menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko sedang. Pada posisi ke-2 (menyerok pasir dengan posisi membungkuk dan lutut menekuk), sebelum menggunakan sekop panjang memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi dan sesudah menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko sedang. Untuk posisi ke-3 (menurunkan pasir dengan posisi punggung membungkuk dan lutut menekuk) sebelum menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko sedang dan sesudah menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko sedang. Dari keseluruhan penilaian setelah menggunakan sekop panjang dapat diperoleh hasil bahwa postur kerja pekerja buruh pasir memiliki level resiko yang kecil terhadap cidera musculoskeletal dengan rekomendasi perbaikan beberapa waktu ke depan. Terjadinya penurunan level resiko ini karena adanya perubahan postur kerja yang disebabkan oleh penggunaan sekop panjang dengan desain yang lebih ergonomis sehingga memungkinkan pekerja buruh pasir untuk memperbaiki postur kerja yang rawan cidera dan dapat digunakan sebagai alat bantu kerja saat melakukan aktivitas penurunan pasir.
2)
Perbaikan Work Rest Cycle
Analisis perhitungan siklus kerja operator pasir pada proses penurunan pasir yang akan dibahas adalah waktu siklus kerja proses penurunan pasir sebelum dan setelah memakai sekop panjang. Secara garis besar, waktu siklus kerja proses penurunan pasir sebelum memakai sekop panjang A-182
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
dapat diketahui rata-rata waktu istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 15.04 menit. Setelah memakai sekop panjang terjadi penurunan waktu siklus kerja yang cukup signifikan yaitu rata-rata waktu istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 7.75 menit, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis pekerja yang berupa umur, sikap kerja pada saat melakukan aktivitas penurunan pasir, energi yang dikeluarkan operator saat beraktivitas dan pengalaman kerja operator. Berikut ini ditunjukkan hasil perbandingan siklus kerja operator antara kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah menggunakan sekop panjang adalah sebagai berikut: Tabel 6. Perbandingan Work rest Cycle Sebelum dan Sesudah Perbaikan No
Nama
work rest cycle (menit) Sebelum perbaikan
work rest cycle (menit) Sesudah perbaikan 6.73
1
SUKIRNO
10.96
2
WANTO
14.65
0.36
3
CAPLIN
11.49
12.68
4
ROHMAN
17.85
5.50
5
SUPARDI
14.20
9.12
6
HARTOYO
15.22
3.29
7
KHAERUDIN
12.90
14.69
8
RAHUDI
9.66
5.11
9
MARZUKI
25.48
2.06
10
SUPRAPTO
18.04
17.91
Rata-rata
15.04
7.75
Berdasarkan hasil perbandingan perhitungan siklus kerja pada tabel diatas, dapat diketahui waktu istirahat rata-rata operator sebelum perbaikan lebih besar dibanding sesudah perbaikan, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penurunan pasir sebelum perbaikan tergolong pekerjaan sangat berat (Very Heavy Work) sehingga membutuhkan waktu istirahatcukup lama dibanding waktu istirahat sesudah perbaikan tergolong pekerjaan sedang (Moderate Work).
3)
Perbaikan Energy Cost Operator
Hasil perhitungan energy cost seluruh operator setelah menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.Hasil penghitungan energy cost diatas, kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy cost, sehingga diketahui kriteria kerja untuk tiap operator setelah menggunakan sekop panjang. perhitungan energy cost dan penentuan beban kerja dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 7. Kriteria Grad of Work (Beban Kerja) Menurut Hasil Perhitungan Energy Cost Setelah Menggunakan Sekop Panjang NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Name SUKIRNO WANTO CAPLIN ROHMAN SUPARDI HARTOYO KHAERUDIN RAHUDI MARZUKI SUPRAPTO
Age ( years ) 37 27 22 25 31 28 30 29 28 35
Height ( inchi ) 62.99 64.96 62.99 69.29 66.54 65.35 64.96 67.32 66.54 64.96
A-183
Energy Cost ( kcal/min ) 3.61 2.85 5.44 4.61 4.92 4.75 6.24 6.15 3.90 6.39
Grade of Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Moderate Work Moderate Work Moderate Work Heavy Work Heavy Work Moderate Work Heavy Work
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Berdasarkan tabel diatas, besarnya hasil penilaian grade of work (beban kerja) menurut perhitungan energy cost yang dihasilkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk kategori kerja sedang (moderate work) untuk bapak Sukirno, Wanto, Rohman, Supardi, Hartoyo, dan Marzuki. Sedangkan untuk bapak Caplin, Khaerudin, Rahudi dan Suprapto tergolong kedalam jenis kerja berat (heavy work ).
(kcal/me nit )
E nergy cost
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Energy cost setelah menggunakan sekop panjang Energy cost sebelum menggunakan sekop panjang
1
3 5 7 9 Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Gambar 4. Perbandingan Energy Cost awal (Menggunakan sekop Pendek) dan Menggunakan Sekop Panjang Berdasarkan perhitungan energy cost buruh pasir setelah menggunakan sekop panjang, dapat diketahui bahwa energy cost yang paling besar dialami oleh Pak Suprapto dengan usia 35 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy cost setelah menggunakan sekop panjang sebesar 6,39 kcal/menit. Hasil tersebut akan dibandingkan dengan pengukuran energy cost sebelum menggunakan sekop panjang sebesar 7,99 kcal/menit. DAFTAR PUSTAKA Bernard, B.P. and Fine, L.J. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper extremity, and Low Back. NIOSH US Department of Health and Human Services, Taylor & Francis, New York. Corlett, E.N. 1992. Evaluation of Human Work A Practical Ergonomics Methodology, Taylor & Francis, New York. Kamalakannan, B. Groves, W. and Freivalds A. 2007. Predictive Models for Estimating Metabolic on Heart Rate and Physical Characteristics. [Online]. 25 paragraphs. Tersedia di http://www.heart-rate.com/pdf/ journals.pdf [2010, January 14]. McAtamney, L. and Hignett, S. 2000. REBA: Rapid Entire Body Assessment. Applied Ergonomics, 31: 201-205. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 2. Guna Widya : Surabaya. Sanders, Marks S., & Cornic, Erness J. 1993. Physical Works end Human Factor Engineering. McGraw – Hill Inc, USA. Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya, Surabaya. A-184