Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SEKOLAH DASAR PADA TEMA PEDULI TERHADAP MAHKLUK HIDUP DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Ari Wariyanti Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Abstrak Hasil penelitian awal tentang permasalahan pembelajaran IPS yang di dilakukan di kelas IV SDN Tandes Kidul II/112 Surabaya, menunjukkan bahwa para siswa kurang termotivasi dengan pelajaran IPS. Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan konstruktivistik dengan model inkuiri dalam tema peduli terhadap mahkluk hidup. Desain penelitian pengembangan (Development research) ini menggunakan model pengembangan four-D model Thiagrajan, yang terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu define, design, develop, dan disseminate. Namun peneliti hanya membatasi sampai dengan tahap develope. Hasil pengembangan kemudian diuji efektifitasnya dengan menggunakan rancangan penelitian One Group Pretest-Postest Design. Berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran diketahui bahwa perangkat yang dikembangkan dengan model inkuiri dinyatakan baik dan layak untuk digunakan. Hasil pre-test untuk melihat efektifitas penggunaan perangkat pembelajaran didapatkan hasil siswa yang tidak tuntas belajar atau mencapai nilai <70 mencapai 85,72%. Ketidaktuntasan nilai siswa tersebut disinyalir karena beberapa faktor-faktor seperti terbatasnya media pembelajaran yang digunakan dan kurangnya perhatian guru. Sedangkan hasil Post test dapat diketahui terdapat kenaikan angka hasil belajar yang signifikan. Siswa yang tidak tuntas belajar yang semula mencapai 85,71% atau 36 sisiwa, pada saat post test hanya tinggal 16,67% atau hanya tinggal 7 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai efektif untuk digunakan. Keywords: Model Pembelajaran Inkuri, Perangkat Pembelajaran, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN Suksesnya penerapan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari perangkat pembelajaran yang digunakan. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan oleh guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas. Faktor- faktor yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar meliputi guru, murid, buku-buku penunjang, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), silabus dan standar komptetensi dasar. Proses pembelajaran juga tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya belajar mengajar dengan baik (Aqib, 2002). Dalam proses pembelajaran IPS pendidik lebih sering menyampaikan ilmu sebagai fakta bukan sebagai peristiwa atau gejala yang harus diamati, diukur dan didiskusikan
63
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
sehingga proses pembelajaran di dalam kelas hanya di arahkan pada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi. Peserta dipaksa untuk mengingat informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu apalagi menghubungkan informasi yang diperoleh dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini juga terjadi pada pembelajaran IPS di sekolah dasar, dimana proses pembelajaran yang dilakukan selama ini tidak dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran didalam kelas (Sanjaya, 2008) Hasil pengamatan peneliti di lapangan yaitu pada permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN Tandes Kidul II/112 Surabaya, menunjukkan bahwa para siswa kurang termotivasi dengan pelajaran. Hal ini dikarenakan pelajaran IPS dianggap sebagai pelajaran hapalan yang menjemukkan, kemampuan dalam menguasai pelajaran sangat lemah, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, kurangnya kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran sangat pasif, serta siswa masih beranggapan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tampak pada saat pembelajaran siswa hanya menerima saja materi yang diberikan guru. Berdasarkan kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar pada Kurikulum 2013, sebaran kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik kelas IV Sekolah Dasar, berdasarkan ranah KI 2, KI 3 dan KI 4 adalah, pada KD 2.3. peserta didik diharapkan mampu menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya, pada KD 3.5, peserta didik diharapkan mampu memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi dan pada KD 4.5, peserta didik diharapkan mampu untuk menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Kompetensi yang diharapkan tersebut menuntut peserta didik untuk mampu memahami hubungan antara dirinya dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial di sekitarnya secara lebih kontekstual dan bermakna. Oleh karena itu peneliti menilai sangat penting menerapkan pendekatan inkuiri untuk menghasilkan perangkat pembelajaran pada tema Peduli Terhadap Mahkluk Hidup. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dikembangkan perangkat pembelajaran, dan diarahkan pada penyusunan perangkat pembelajaran, dan dirahkan pada penyusunan perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang menunjang keterampilan berpikir kritis siswa, yaitu melalui model inkuiri. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai KI dan KD yang telah ditetapkan dalam kerangka dasar kurikulum 2013. RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Pada kurikulum 2013, istilah standar kompetensi tidak dikenal lagi. Namun muncul istilah standar Kompetensi Inti (KI). Kompetensi inti merupakan gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotorik) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi inti adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran.
64
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
2. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalahbuku yang dirancang khusus dan berisi tugas dan dikerjakan oleh siswa. LKS memuat beberapa unsur yang meliputi judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang dilakukan, dan laporan yang dikerjakan. Lembar kerja siswa secara umum berisi petunjuk serta langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang diperintahkan dalam LKS tersebut tercantum jelas KD yang akan dicapainya (Depdiknas, 2008). Untuk tema Peduli Terhadap Mahkluk Hidup pada kelas IV SD KD yang berhubungan adalah KD 2.3, KD 3.5 dan KD 4.5. 3. Pembelajaran Inkuiri Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah 1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, 2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, 3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. 4. Dukungan Teoritis Pembelajaran IPS dengan Model Inkuiri Teori Belajar Konstruktivisme Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan stretegi mereka sendiri untuk belajar. Pada dasarnya pandangan konstruktivisme berpendapat bahwa dalam belajar sangat mungkin siswa memanfaatkan pengetahuan yang sebelumnya telah dipelajarinya, meskipun sebelumnya hal itu belum pernah terungkapkan, dalam mengkonstruksi skema-skema mereka (Brooks & Brooks, 1993; Jonassen dkk. 1996 dalam Pranata 2004). Pengetahuan yang dikonstruksi tersebut tergantung atas informasi yang diketahui, jenis pengalaman belajar yang dilalui, serta bagaimana informasi dan pengalaman itu diorganisasikan ke dalam struktur pengetahuan. Implikasinya, penilaian dan pembelajaran merupakan dua aktivitas yang tidak dapat dipisahkan. Teori Belajar Bermakna David Ausubel Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 1983). Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui oleh siswa.
65
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
Dengan demikian agar terjadi bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.
Teori Penemuan Jerome Bruner salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (Discovery learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1998). 5. Keberadaan Perangkat Pembelajaran IPS Keberadaan perangkat pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah menguji kualitas perangkat pembelajaran yang sudah ada di tempat penelitian seperti RPP, dan LKS, sehingga dapat memutuskan apakah perangkat pembelajaran tersebut akan diadopsi, diadaptasi atau ditolak. Diadopsi apabila semua bagian perangkat pembelajaran yang dibuat benar-benar sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran (kebutuhan siswa), maka perangkat pembelajaran tersebut akan diadopsi, diadaptasi apabila hanya sebagian komponen perangkat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, maka yang sesuai tersebut akan diadaptasi, ditolak apabila tidak ada satupun tujuan pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa, maka akan mngembangkan yang baru yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
DESAIN PENELITIAN Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan menggunakan desain penelitian pengembangan (Development research). Sedangkan model acuan yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan penelitian ialah berasal dari model pengembangan four-D model dari hasil pengembangan Thiagrajan. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu define (pedefenisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Meskipun demikian di dalam kegiatan ini hanya akan dilakukan sampai pada tahap ketiga saja yaitu hanya sampai tahap develop (pengembangan) sedangkan tahap keempat disseminate (penyebaran) tidak akan dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas IV SDN Tandes Kidul II/112 Surabaya yang jumlahnya 42 siswa. Prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap penyusunan perangkat pembelajaran IPS yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS dan Tes Hasil Belajar (THB). Tahap kedua yaitu uji coba produk yaitu aplikasi perangkat pembelajaran yang telah disusun dan dikembangkan. Pelaksanaan uji coba ini menggunakan rancangan penelitian One Group Pretest-Postest Design. Pengumpulan data di peroleh melalui observasi, angket dan tes. Adapun alasan dipilihnya model 4-D yang dikemukakan oleh Thiagrajan, Semmel dan Semmel yang dimodifikasi sebagai model pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1) model ini cocok digunakan karena lebih rinci dan
66
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
sistematis. Hal ini terlihat jelas pada masing-masing tahap tentang apa yag harus dilakukan oleh peneliti, 2) model ini dapat membantu memudahkan untuk melakukan proses pengembangan perangkat pembelajaran sistematis. 1. Tahap 1: Define (pendefinisian) a. Analisis awal-akhir (front-end analysis) Analisis awal akhir bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran. Melalui analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah. Metode yang digunakan untuk menemukan masalah ialah dengan melakukan observasi terhadap keberadaan perangkat pembelajaran IPS di sekolah. Kajian yang dilakukan meliputi keberadaan dan kualitas perangkat pembelajaran. b. Analisis siswa Analisis siswa merupakan kajian tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis siswa ini dilakukan dengan tujuan mandapatkan gambaran karakteristik siswa, antara lain, 1) tingkat kemampuan dan perkembangan intelektualnya, 2) keterampilanketerampilan individu atau sosial yang sudah dimiliki dan dapat mungkin dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. c. Analisis konsep (consep analysis) Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep-konsep pokok yang diajarkan, lalu menyusunnya dalam susunan hierarki, dan merinci berbagai komponen ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan. d. Analisis tugas (task analysis) Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya ke dalam himpunan keterampilan tambahan. e. Penetapan tujuan pembelajaran (specifying intructional objectives) Penetapan tujuan pembelajaran untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian. Metode yang digunakan dalam perumusan tujuan pembelajaran ialah dengan analisis tujuan berdasarkan KI dan KD untuk kemudian divalidasi kualitasnya. Anlisis tujuan pembelajaran meliputi tujuan proses yang berdasarkan revisi Taksonomi Bloom dan tujuan pengetahuan. 2. Tahap II: Design (perancangan) a. Penyusunan krtieria acuan tes Kriteria acuan tes disusun berdasarkan penetapan tujuan pembelajaran dan anaisis siswa, selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. b. Pemilihan media Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang sesuai dengan isi pembelajaran yang disajikan. Proses pemilihan media disesuaikan dengan analisis tugas, analisis materi atau isi pembelajaran, karakteristik siswa, dan fasilitas yang tersedia di sekolah. c. Pemilihan format Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang
67
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran. Metode yang digunakan ialah melalui studi literasi sumber. 3.
Tahap III: Validasi dan Revisi a. Validasi ahli b. Validitas isi c. Validitas konstruk d. Validasi butir soal tes e. Reliabilitas
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu suatu analisis dalam penelitian yang paling dasar yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan fenomena - fenomena yang ada, baik bersifat alamiah atau rekayasa manusia yang disajikan dalam bentuk angka - angka (Sukmadinata, 2006). Analisis data ini meliputi : 1. Analisis Kualitas Perangkat Pembelajaran Analisis kualitas perangkat pembelajaran meliputi validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS. Validasi dilakukan oleh dua orang ahli untuk menguji tingkat kevalidan dan kelayakan materi ajar. Analisis ini mengacu pada analisis validitas RPP dan LKS yang dikeluarkan oleh BSNP dan PERMENDIKNAS untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Untuk penyususnan RPP lembar validasi yang disusun mengacu pada panduan potofolio sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2012. 2. Analisis Respon Siswa Respon siswa diukur menggunakan angket tentang tanggapan siswa terhadap materi ajar yang sudah dikembangkan dan pembelajaran langsung. Jawaban dari pernyataan responden dalam penelitian ini merujuk pada Skala Lickert. Skala lickert ini merupakan suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks (Singarimbun, 1989). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala I, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel (Sugiyono,2008) Analisis ini dilakukan dengan menggunakan persentase (%) menggunakan rumus: P=
K
X 100%
N
Keterangan : P : Presentase respon ketertarikan siswa K : Jumlah respon tertarik N : Jumlah semua respon yang diberikan 3. Analisis Tes Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh dari proposisi jawaban benar siswa setelah mengerjakan pre-tes dan post-tes yang dihitung dengan persamaan berikut ini:
68
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
Proposisi jawaban benar siswa (p) =
Jumlah skor yang diperoleh Jumlah skor maksimal
Hasil belajar siswa dianalisis untuk menentukan pencapaian indikator yang telah dijabarkan. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat dilihat dari ketuntasan belajar secara individu maupun klasikal jika proporsi jawaban benar siswa sesuai kriteria ketuntasan individu untuk mata pelajaran IPS yaitu memperoleh angka 70>. Demikian pula dengan indikator pencapaian pembelajaran dikatakan tuntas apabila nilai mencapai 70>. Sedangkan kelas tersebut dikatakan tuntas belajar secara klasikal apabila terdapat 85% siswa telah tuntas belajar (Depdiknas:2003). Ketuntasan belajar siswa secara individual maupun klasikal dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: K= T
T'
X 100%
Keterangan : K : Persentase ketuntasan belajar T : Jumlah siswa yang tuntas belajar T’ : Jumlah seluruh siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil proses validasi dari dua validator terkait dengan kelayakan atas pengembangan materi ajar IPS tentang tema Peduli Terhadap Mahkluk Hidup, didapatkan skor nilai rata-rata yaitu untuk validator 1 sebesar 4,36 dan validator 2 sebesar 4,45. Berdasarkan kriteria kelayakan dan skala penilaian, maka pengembangan materi ajar tersebut tergolong ”baik” (dalam arti kualitas baik, mudah dipahami, sesuai dengan konteks penjelasan). Hasil pre-test menunjukan bahwa 85,71% siswa atau sebanyak 36 sisiwa dari 42 sisiwa kelas IV tidak tuntas belajar atau mencapai nilai <70. Ketidaktuntasan nilai siswa tersebut disinyalir karena beberapa faktor-faktor seperti terbatasnya media pembelajaran yang digunakan dan kurangnya perhatian guru ke murid. Sedangkan hasil Post test dapat diketahui bahwa adanya perubahan yang signifikan dari hasil nilai yang didapat siswa sebelumnya yang semula 85,71% siswa tidak tuntas belajar, kini menjadi 16,67% atau hanya tinggal 7 siswa yang tidak tuntas belajar. Hasil respon ketertarikan siswa pada penelitian yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa jumlah respon siswa yang tertarik atas pembelajaran IPS tema Peduli Terhadap Mahkluk Hidup dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, mencapai 83,33% siswa yang tertarik yang tertarik dengam pembelajaran pada tema ini. Berdasarkan hasil respon siswa pada penelitian yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa jumlah respon siswa yang tertarik atas pengembangan tema Peduli Terhadap Mahkluk Hidup, jika dirata-rata akan mencapai >80% siswa yang tertarik dan sisanya adalah siswa yang tidak tertarik dengan model pengembangan materi ajar tersebut. Ini membuktikan bahwa anggapan siswa terkait dengan pengembangan materi ajar yang
69
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
dikembangkan guru dapat memberikan nuansa ketertarikan meskipun ada beberapa siswa yang menganggap bahwa itu bukanlah hal yang menarik.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pengembangan tersebut maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan bahwa: Pertama, perangkat pembelajaran yang dikembangkan tergolong baik dan layak digunakan, didasarkan pada hasil proses validasi dari dua validator terkait dengan kelayakan atas pengembangan perangkat pembelajaran yakni didapatkan skor nilai rata-rata untuk validator 1 sebesar 4,36 dan validator 2 sebesar 4,45. Kedua, perangkat pembelajaran yang digunakan terbukti efektif meningkatkan hasil belajar sisiwa, yang awalnya 85,71% siswa atau sebanyak 36 sisiwa dari 42 sisiwa kelas IV tidak tuntas belajar atau mencapai nilai <70, setelah diimplementasikan perangkat pembelajaraan yang dikembangkan, hasil Post test menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Hasil nilai yang didapat siswa yang semula 85,71% siswa tidak tuntas belajar, kini menjadi 16,67% atau hanya tinggal 7 siswa yang tidak tuntas belajar. Ketiga, respon sisiwa terhadap perangkat pembelajaran yang diimplementasikan sangat baik. Terbukti sejumlah 83,33% siswa mengaku tertarik.
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. (2006). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia. Dahar. R. W. (1998). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, R.W. (1983). Teori-TeoriBelajar. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. (2003). Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: BSNP. Dekdiknas. (2008). Pedoman BSNP(Badan Standar Nasional Pendidikan). Gulo. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Permendikbud, No. 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Pranata, Moeljadi (2004). Portofolio: Model Penilaian Desain Berbasiskan Konstruktivistik. Jurnal Nirmala. Vol. 6, No. 1 tahun 2004 Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Singarimbun, Masri., Efendi, Sofian. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian. Bandung : Rosda karya. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Afabeta.
70