BAB I
PENDAHULUAN
A.
Dasar
Pemikiran
Proses pembangunan maksimal
dari
membutuhkan
berbagai
aspek,
daya
karena
dukung
pada
keberhasilan pembangunan merupakan resultante
yang
dasarnya dari
suatu
proses yang melibatkan banyak variabel terkait, baik fisik maupun psikhis, material maupun nasional.
faktor
Dalam
dasar
kacamata
yang
budaya
lokal
setidaknya
merupakan
pembangunan, yaitu anthropos, (Poespowardojo,
spiritual,
modal
oikos,
maupun
ada
empat
dalam
teknos,
proses
dan
ethos
1993:13).
Anthropos yang berarti manusia determinan dalam proses pembangunan.
merupakan Hal
ini
variabel disebabkan
kekhasan dan keistimewaan manusia itu sendiri dari makhluk
ciptaan Tuhan
lainnya,
yaitu
kreatif dalam mengolah dan
manusiawi. Memang manusia dengan
sendirinya
mempunyai
memanfaatkan
hadir
menjadi
di
kemampuan
dunianya
dunia
makhluk
ini
yang
secara
tidaklah paripurna,
melainkan merupakan sosok yang sedang menjadi dengan melakukan
kemanusiaan
aktualisasi
pada
diri
alam
dan
memberikan
lingkungannya
yang
cara nilai
melalui
karya-karyanya. Itulah sebabnya dalam konteks pembangunan,
manusia tidak
saja
bertindak
sebagai
faktor
pendukung
melainkan lebih jauh sebagai pencipta dan sekaligus tujuan dari pembangunan itu sendiri.
Selanjutnya adalah oikos yang Lingkungan di sini tidak
sekedar
manusia melakoni kelangsungan
berarti
berarti
hidupnya,
Melalui
untuk
hidup
lingkungan
pembudayaan
dasar
dalamnya
dan
lebih
manusia
aktifitasnya.
manusia
melakukan
proses
pada
akhirnya
menjadikan
dirinya
yang berbudaya.
hubungan
lingkungannya
karya
dimana
inilah
sehingga
sebagai makhluk
melalui
tempat melainkan
merupakan lebenswelt atau medan yang di
berjuang
lingkungan.
yang itulah,
Oleh
intira maka
karena
antara
manusia
memelihara
lingkungan alam demi keselamatan dan
itu,
atas
dengan
dan
menjaga
kesejahteraan
hidup
masyarakat, merupakan tuntutan moral yang berumberkan pada suara hati nurani.
Faktor ketiga adalah teknos yang berarti alat. Alat
ini merupakan perpanjangan tangan manusia alam. Dengan kata lain
alat
ini
fisik manusia dalam membudayakan
dalam
mengatasi
alam
untuk
mengolah
keterbatasan
kepentingan
dan kesejahteraan hidupnya. Tingkat perkembangan tekne ini mencerminkan perkembangan kebudayaan manusia itu
Bahkan Franklin menyebut manusia animal.,
manusia
akan
sebagai
menunjukkan
a
tool
martabatnya
sendiri.
making sebagai
manusia
sepanjang
dia
mampu
menciptakan
alat
yang
digunakan untuk mengkaryakan dunianya.
Faktor
keempat
komunitas, yaitu proses
ethnos
adalah
dan
hasil
yang
interaksi
berarti
dari
para
individu anggota masyarakat. Faktor ethnos ini pun penting mengingat bahwa kebermaknaan karya setiap orang akan terwujud
dan
manakala
kreatifitas
dari
dikomunikasikan
dan
diartikulasikan dalam jalinan dinamika komunitas, dan yang pada gilirannya
Itulah
sebabnya
melalui
proses
akan
dijadikan
sebagai
milik
keberhasilan-keberhasilan pembangunan
harus
bersama.
yang
dapat
dicapai
dirasakan
dan
dilestarikan dalam tatanan kehidupan masyarakat. Dari keempat
faktor
dasar
pembangunan
yang paling menentukan dari semuanya adalah yang
dikenal
merupakan
sebagai
perencana,
sumber
daya
pelaksana,
dan
terkait
kemanusiaan
yaitu
kodrati,
manusia
manusia.
pembangunan itu sendiri. Hal ini secara
tersebut, atau
Manusia
tujuan
dari
dengan
potensi
mampu
merasa,
berkehendak, berpikir, berimajinasi, berkreasi,
berkarya;
tentang kehidupan pada taraf yang
paling
kompleks
serta
dalam jangkauan ruang dan waktu yang panjang.
Referensi yang paling otentik tentang hal
adalah agama, misalnya Agama peluk).
Di
dalam
Al
Quran
Islam
(agama
dikatakan
manusia ke muka bumi ini dibekali
dengan
tersebut
yang
bahwa
penulis kehadiran
berbagai
macam
potensi kemanusiaan,
yang
selanjutnya
dikembangkan
dimanfaatkan untuk mengelola alam, serta menjadi di
muka
bumi
menggambarkan
ini
(QS,
keunggulan
2:30).
manusia
Morteza
dalam
dan
khalifah Mutahhari
empat
dimensi
memiliki
manusia
itu
manusia
dipengaruhi
lingkungan,
keinginan-keinginan
sendiri,
ketiga,
oleh
yang
adanya
kedua,
menguasai
tingkat
dimana
keinginan-keinginan
tersebut,
serta keempat, manusia memiliki kemampuan untuk
melakukan
pilihan. Keunggulan-keunggulan
itulah
yang
mengantarkan
manusia pada posisi khalifah di muka bumi.
Karakteristik sumber daya manusia oleh
proses
pembangunan
nasional
yang
dibutuhkan
sudah
tentu
adalah
manusia yang berkualitas. Kualitas di sini
tidak
sekedar
menunjuk kepada karakteristik penguasaan ilmu
pengetahuan
dan
pula
teknologi
saja,
melainkan
menunjuk
karakteristik mentalitas. Mentalitas ini berkenaan sifat dan sikap dasar
yang
etos kerja yang tinggi, rela
positif,
seperti
berkorban,
raenghargai
disyaratkan
karena
hal-hal
baru.
fenomena
menghadapkan masyarakat pada cara
Hal
kejujuran,
kemajuan. terakhir
industrialisasi kerja
dengan
pengabdian,
sebagainya, juga kondisi yang peka terhadap mampu
pada
dan
cara
dan dan ini
yang hidup
baru dengan perlengkapan kebutuhan serta keterampilan yang
mengandalkan
dasar
pemahaman
dan
dengan demikiaii masyarakat tidak dan
berpartisipasi
melainkan lebih
dalam
jauh
visi
baru.
Sehingga
sekedar
dapat
terlibat
proses
dari
itu
pembangunan
dapat
nasional
menjadi
promoter
pembangunan.
Pembangunan nasional
Indonesia
yang
dilaksanakan
secara bertahap. terencana, berkesinambungan, sejak Pelita
I sampai dengan Pelita V sekarang ini,
telah
hasil yang nyata
masyarakat.
dan
terasakan
oleh
menampakkan Tidak
hanya terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat secara luas, tetapi juga tersedianya sarana dan prasarana bidang
kehidupan
masyarakat.
Hal
ini
di
berbagai
menjadi
sebab
terbukanya mobilitas usaha baik bagi sektor swasta
maupun
sektor pemerintah. Keseroua ini mengarah
pada
kekuatan struktur perekonomian nasional,
indikatornya seperti kenaikan dan
perdagangan,
GNP,
serta
dengan
sejumlah
berkembangnya
tumbuh-kembangnya
meluasnya kesempatan kerja,
tercapainya
sektor
ekspor
industri.
terciptanya
pertanian
yang maju.
Keberhasilan-keberhasilan
pembangunan
telah pula mampu menimbulkan
dinamisasi
kreatifitas
Masyarakat
memanfaatkan
masyarakat. peluang-peluang
yang
ada
dan
seperti
penanpilan
yang
peningkatan
telah
mampu
dalam
proses
pembangunan dan mampu membawa diri dalam spirit modern.
nasional
rasional.
kehidupan menghargai
waktu, bekerja secara efisien, membuat perencanaan yangg mapan, serta melihat jangkauan kehidupan ke
depan
secara
pasti. Mereka menjadi lincah dalam usaha dan perilaku, serta memiliki kemampuan dan
kaya
akan
inisiatif
dalam
kehidupannya. Jadi memang ada hubungan timbal balik antara keberhasilan
pembangunan dengan
peningkatan
kualitas
sumber daya manusia.
Namun masalahnya sekarang adalah apakah perubahan sikap, perilaku, dan mentalitas sebagai dampak
keberhasilan pembangunan terjadi pada masyarakat. Dengan kata
pembangunan nasional
lain,
lain dari
semua
lapisan
apakah proses dan
hasil
telah menyentuh kehidupan seluruh
masyarakat Indonesia.
Secara empirik tidak dapat dipungkiri, tampak bahwa sentuhan keberhasilan pembangunan nasional
lebih
mengena pada kalangan tertentu,
kalangan
seperti
kalangan
terpelajar,
khususnya
lapisan
atas.
dan
efektif elit
kaum
profesional. Kalangan elit ini dalam waktu singkat dengan memanfaatkan peluang dan modal yang ada dapat dengan mudah melipatgandakan aset kekayaan mereka, sehingga dengan aset kekayaan yang melimpah ini mereka mampu menyerap informasi
.sebanyak mungkin yang sangat menguntungkan bagi pemeliha-
raan dan pengembangan aset kekayaannya.
Melanglang ke
seluruh dunia atau menyekolahkan anak di luar negeri bukan merupakan hal yang susah. karena semuanya dapat dicukupi
dengan harta kekayaannya.
Berbeda
kondisinya
dengan
yang
terjadi
pada
kalangan masyarakat bawah.Pada kalangan lapisan masyarakat bawah
ini
sentuhan-sentuhan
secara efektif,
bahkan
tersebut
mungkin
belum
pula
terasakan
banyak
di
antara
mereka dari lapisan ini belum merasa tersentuh sama sekali
oleh keberhasilan pembangunan meskipun dinamika berjalan
dan
nasional.
pembangunan
Itulah
nasional
sebabnya
Indonesia
keberhasilan-keberhasilan
tetap
pembangunan
pun
makin tampak, namun banyak pula masalah-masalah yang cukup mendasar, yang belum dapat
terpecahkan,
seperti
masalah
kemiskinan, kesenjangan sosial, masalah pengangguran,
dan
sebagainya.
Memang disadari bersama bahwa pembangunan merupakan proses yang panjang, yang penuh
mencapai
sosial
cita-cita.
seperti
Oleh
karena
kemiskinan,
itu
nasional
dinamika
dalam
fenomena-fenomena
pengangguran,
kesenjangan
sosial, dan semacamnya tidak dapat ditatap sebagai kondisi yang berstatus
quo
dalam
alam
pembangunan
selesai. Fenomena sosial tersebut merupakan
yang
sudah
bidang
garap
pembangunan pula yang sedang menuju ke arah cita-cita yang ideal yaitu masyarakat adil dan makmur
yang
merata
baik
material maupun spiritual. Hal ini tampak dalam pola dasar pembangunan
nasional.
dimana
pembangunan nasional adalah
ditegaskan
membangun
bahwa
manusia
hakekat
Indonesia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia MPR RI,
seluruhnya
(Ketetapan
tahun 1993).
Naroun
meropercepat
dinamika
pembangunan
mencapai cita-citanya yang ideal itu merupakan
Bahkan hal negara
ini
merupakan
Indonesia,
dengan
kewajiban cara
bagi
nasional keharusan.
setiap
mewujudkannya
warga melalui
karya-karya yang bermanfaat dalam profesinya masing-masing dengan dilandasi oleh semangat pengabdian.
Kemiskinan merupakan masalah sosial
dan belum terpecahkan di negeri miskin
yang
jangkauan
serba
kurang
komunikasi
yang
,
ini.
Kondisi
pendidikan
sangat
manifestasi atas yang
ketidakmampuannya
melatarbelakangi
negatif proses
terhadap
nasional.
mentalitas
yang
statis,
kemajuan
serta
adanya
sikap
sebagai
nilai-nilai reaksi
dicapai
oleh
menggiring
pada
yaitu
pengenalan kognitif yang tepat mengenai
cenderung
serta
telah ini
rendah,
memudahkan
eksklusif
menyerap
yang Hal
yang
Mereka
industrialisasi,
hasil-hasil
pembangunan
terciptanya
serta
mendasar
masyarakat
terbatas,
terjadinya involusi budaya yang kental. berpersepsi dan bersikap sempit
yang
tiadanya
perkembangan
tertutup
dalam
dan
memandang
kebermaknaan nilai industrialisasi bagi kehidupan manusia. Padahal dua hal terakhir itu merupakan
unsur
fundamental
dalam membentuk sikap dan mentalitas masyarakat baru dinamis.
yang
Dalam kondisi miskin tidak pembangunan
dapat dan
demikian, berperan
tidak
mendinamisaikan
sudah aktif
pula
kehidupannya,
terpisah
dari
Mereka hanya bergaul
baik itu
siklus
antar
dalam
budayanya yang mencerminkan
peluang
dalam tidak
kehidupan
sesama
orang-orang proses-proses
mendapatkan
maupun non materi. Oleh karena
seperti
tentu
kemiskinan.
arti
materi
jarang
mereka
pada
orang
untuk
umumnya.
miskin Jika
dengan
keberadaan
mereka relatif abadi dalam kemiskinan, maka jelas hal
ini
merupakan beban
itu
sejak
pembangunan
pemerintahan
Orde
nasional.
Baru
Oleh
melalui
karena
program-program
pembangunannya pemerintah telah memberikan perhatian
yang
serius dalam upaya menangani masalah kemiskinan.
Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang kompleks. Kompleksitasnya ekonomi,
tidak
melainkan
sekedar
pula
terkait
terkait
dengan
dengan
aspek
Artinya orang-orang miskin senantiasa hidup dengan kemiskinannya. mengentalnya
intern
dan
Bahkan fenomena
ekstern,
tampak
kemiskinan
dimana
hubungan yang sangat berarti. ketidakmerataan
perekonomian
kekayaan
dan
ada
benang adalah
antara
aspek budaya. budaya
merah
bahwa
karena
faktor
keduanya
terdapat
Faktor ekstern berupa gejala
dan
kebijaksanaan
kemakmuran
yang
akibat
ada
sistem
(perspektif
ekonomi), sedangkan faktor intern merupakan faktor budaya, yaitu
mentalitas
masyarakat
miskin
yang
semakin
10
mengentalkan
kemiskinan
itu
sendiri,
yang
terbentuk
sebagai akibat negatif faktor ekstern. Oleh karena itu maka
melihat
kemiskinan
roemadai apabila dipandang dalam perspektif
Kemiskinan
merupakan
fenomena
dimensional, sehingga upaya merupakan usaha
pelaksanaannya
yang
dilakukan
ekonomi
sosial
dimensional
secara
saja.
yang
pengentasannya
multi
tidaklah
multi
pun
haruslah
pula,
terpadu,
di
mana
terarah,
dan
berkesinambungan.
Mengentaskan kemiskinan melalui berarti membina sikap mental dan
perspektif
moralitas
budaya
mereka
untuk
tidak miskin. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
budaya
kemiskinan merupakan
mental
pengejawantahan
kemiskinan itu sendiri,
seperti
rendah,
yang
ketergantungan
sejenisnya. Asumsi ini
dari
sikap
fatalistik,
tinggi,
dilandaskan
rendah
pada
etos
kerja
diri.
dan
kebudayaan
itu
sendiri yang timbul sebagai hasil hubungan dialogis antara manusia
dengan
(Poepowardojo,
berlangsung
dunia
1993:52).
secara
sebagai
Budaya
kurang
memenuhi kebutuhan hidupnya yang
dengan mudah melepaskan
mereka
tidak
menemukan
sangat
lebih
titik
ini
akan
jika
menjadikan
manusiawi.
norma-norma
menjadi
huniannya
kemiskinan
berlarut-larut
masyarakat miskin menjadi
kondisi semacam ini
wahana
Demi
mendesak
untuk
mereka
kemanusiaannya. parah
harapan
lagi
bagi
Dan
manakala
perbaikan
11
nasibnya di masa-masa mendatang.
Dengan demikian upaya mengentaskan kemiskinan tidak
cukup jika hanya dilaksanakan dari
seperti
memberikan
bantuan
sektor
kebutuhan
modal, dan sejenisnya, melainkan
menjadi
manusia
yang
hidup,
harus
pembinaan sikap, mental, dan moral, teguh
ekonomi
saja,
pinjaman
dibarengi
agar
dengan
mereka
memegang
kembali
sendi-sendi
kemanusiaannya.
Dalam hal membina sikap mental dan moral masyarakat
miskin,
Pendidikan
Pendidikan
Umum
dimaksudkan
Umum
sangat
merupakan
untuk
peduli,
program
karena
memang
pendidikan
menumbuhkembangkan
yang
potensi-potensi
kemanusiaan secara menyeluruh dan seimbang, sehingga dapat benar-benar menjadi manusia yang utuh dalam
arti
manusia
yang dapat mengenali jati dirinya serta mengenali martabat kemanusiaannya. Manusia yang demikian sudah
manusia
yang
kebodohan,
dapat
membebaskan
keterbelakangan,
dan
diri
development
of
Umum
human
mempunyai
power,
dari
kemiskinan.
selaras dengan apa yang ditegaskan oleh bahwa Pendidikan
tentu
belenggu Hal
Wolfgang
tujuan
(2)
adalah
untuk
the
ini
Klafki, (1)
the
comprehensive
education of man, the education of head, heart, and
hand.
(3) general education for all (Nursid Suraaatraadja, 1992). Hal
ini
berarti
diberikan pembinaan moral
bahwa
dan
melalui
sikap
Pendidikan
mental
yang
Umum
mampu
12
menyentuh
afeksi
mereka,
tergugah untuk dapat
sehingga
menatap
hati
kehidupan
Pembinaan moral dan sikap mental bagi sangat
penting,
karena
hal
ini
nurani
secara
mereka
positif.
orang-orang
merupakan
pembinaan sumber daya manusia.
Mentalitas
yang khas orang miskin seperti
inferioritas,
dasar
dan
bagi
moralitas
fatalistis,
tidak percaya diri, dan sejenisnya dibina
melalui
Pendidikan Umum, sehigga menjadi
yang
manusia
miskin
proses
mempunyai
moralitas dan mentalitas yang positif, yang selaras dengan alam pembangunan.
Selain itu mereka pun perlu dilatih dengan sejumlah keterampilan
tertentu
yang
dapat
mereka
lakukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dengan
dimilikinya sejumlah keterampilan pada
miskin
dimana hal ini dapat digunakan
secara
fisik
untuk
meningkatkan taraf hidupnya, mereka
masyarakat
mempertahankan akan
lebih
memiliki
harapan akan kehidupan di masa mendatang yang lebih Mereka memiliki rasa percaya diri untuk
dan
baik.
menyongsong
hari
esok yang lebih cerah.
Dalam perspektif
Pendidikan
Umum,
pembinaan
dan
pelatihan yang diberikan kepada masyarakat miskin tersebut
tidaklah sekedar berhenti pada penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu saja, melainkan lebih jauh
itu adalah terbinanya kualitas moral yang pemilikan etos kerja yang tinggi,
semangat
tinggi kerja
dari
seperti keras.
13
mandiri,
perencanaan
hidup
secara
sistematis.
dan
sebagainya sehingga masyarakat dapat terlepas dari
budaya
kemiskinan. Paulo Freire (1985:32) menegaskan mengenai hal ini sebagai berikut:
"Dari para pendidik, andil khusus yang diperlukan untuk masyarakat yang baru lahir ini adalah pendidik an kritis yang akan membantu terbentuknya sikap-sikap yang kritis, mengangkat kesadaran naif rakyat yang telah menenggelamkannya dalam proses sejarah dan membuatnya mudah termakan irasionalitas. Hanya pendidikan
yang
memperlancar
pergeseran
kesadaran
transitif-naif ke kesadaran transitif-kritis yang akan mengembangkan kemampuan manusia untuk melihat tantangan-tantangan dari zamannya, yang akan dapat menyiapkan rakyat untuk melawan kecenderungan emosional dari masa transisi"
Bagi pengembangan program Pendidikan Umum di perguruan tinggi, penyajian fenomena kemiskinan yang penting, agar mahasiswa
memiliki
untuk berpartisipasi dalam mengentaskan
merupakan
kepedulian
ngan profesinya kelak.
sosial
kemiskinan,
dalam posisi dirinya sebagai mahasiswa maupun
hal
baik
sesuai
de
Ada kesan empirik, bahwa perkuliah
an PU selama ini, khususnya melalui perkuliahan IBD kurang menyajikan fenomena kemiskinan ini secara memadai.
Kemis
kinan lebih banyak disajikan secara teoritis belaka.
B. Latar Belakang Masalah
Masyarakat miskin merupakan komunitas manusia
hidup terbelakang. perkembangan
Mereka
kehidupan
tidak
pada
dapat
umumnya,
yang
bersaing
dengan
sebagai
akibat
14
ketiadaan fasilitas baik fisik mereka
selalu
tertinggal
maupun
dan
psikhis,
tidak
sehingga
dapat
menikmati
hasil-hasil perkembangan kehidupan secara nyata.
Secara
ekonomis,
masyarakat
miskin
mendapatkan
penghasilan yang rendah, sekedar memenuhi kebutuhan
sehari-hari bahkan sering tidak terbatas serta
kekurangan.
peluang
Jam
kerjanya
kerja
tenaga
kerja
labour)(Suparlan, Effendi,
yang
1984:14,
tidak
terampil
Me.Gee
mereka
bersifat
(tidak permanen). Mereka pada umumnya tergolong
kelompok
dalam
makan
musiman
ke
dalam
(unskilled
Manning
dan
1985:85).
Ketertinggalan dalam bidang ekonomi ini menempatkan mereka pada status sosial yang rendah.
relatif
rendah
sekali,
karena
atau
bahkan
ketiadaan
tidak
dana
Pendidikan
berpendidikan
dan
mendapatkannya. Pemukiman yang mereka
berupa pemukiman kumuh, tidak memperhatikan mengabaikan
segi
dengan
segi
pada
untuk umumnya
lingkungan
bahkan
Bahkan
yang
yang
sering
terkadang
menempati bangunan sementara pada lahan
sama
peluang
huni
kondisi
kesehatan
keamanan.
mereka
pula
mereka
kosong
dan
berstatus sebagai penghuni liar.
Kemiskinan merupakan rendah.
Pertama,
dapat
kekurangan materi yang
pemilikan
tanah,
standar dipandang
antara
rumah.
tingkat
uang,
lain
hidup
sebagai terlihat
emas,
yang
tingkat dalam
peralatan
hal
rumah
15
tangga, dan harta benda
lainnya.
dapat dipandang sebagai
tingkat
Kedua,
kemiskinan
kekurangan
non
yaitu meliputi berbagai macam kekurangan untuk informasi,
berpartisipasi
dalam
pun
materi,
memperoleh
organisasi,
serta
melakukan hubungan-hubungan sosial.
Kondisi-kondisi yang menyertai
mereka
sebagaimana
diuraikan di atas menjadikan tiadanya kesempatan pada diri mereka untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial,
yang berkenaan dengan aspek ekonomi sandang-pangan),
aspek
(pemenuhan
politik
menciptakan
pekerjaan
keterampilan yang memadai,
kebutuhan
(keikutsertaan
organisasi sosial politik), maupun dapat
baik
jaringan
yang
dalam
sosial
layak,
yang
pembinaan
serta perolehan informasi
yang
berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka.
Kemiskinan
di
daerah
perkotaan
kompleks lagi permasalahannya. kedudukan kota jaringan yang
pemerintahan kesejahteraan
itu
sendiri
Hal yang
bertingkat-tingkat
dan
ini
warga
lebih
disebabkan
pada
tersusun serta
pendominasian
kehidupan
menjadi
dalam
suatu
merupakan
pusat
bagi
masyarakat
pengaturan secara
luas.
Mekanisme ini tidak sekedar melibatkan aspek-aspek politik dan
administrasi
aspek-aspek
transportasi. manusia
saja,
ekonomi,
sosial,
Kenyataan
terdorong
melainkan
untuk
inilah pergi
budaya,
yang dan
menyertakan komunikasi
menjadikan tinggal
di
pula dan
banyak daerah
16
perkotaan daripada tinggal di daerah pedesaan. Maka
diduga bahwa penduduk kota jauh lebih banyak
dapat
dibandingkan
dengan penduduk yang berada di daerah pedesaan. Daerah perkotaan memang tampak dinamis dan memiliki
potensi yang besar untuk menampung berbagai
macam
tenaga
kerja, dari yang kasar sampai yang halus, dari yang bersih sampai yang kotor, dan dari yang yang tidak bermoral (Suparlan,
bermoral 1984:18).
sampai Namun
kepada demikian
tidak berarti bahwa mereka yang hidup di daerah
perkotaan
semuanya
menikmati
dapat
memperoleh
kamajuan
kesejahteraan. Di antara mereka banyak
bersaing sehingga kota.
Mereka
terpelanting
ini
berkarakteristik
adalah miskin.
dari
dan
yang
dinamika
masyarakat Nuansa
kalah
dalam
kehidupan
marginal
yang
individualistik
dari
kehidupan masyarakat kota lebih menjadikan
antar
anggota
masyarakat yang satu dengan lainnya tidak perduli. Hal ini
memperkokoh
jurang
pemisah
antara
si
kaya
dengan
si
miskin, baik dalam konteks sosial, politik, maupun budaya.
Mereka
terbelah
dan
merasa
lainnya. Tidak jarang juga
asing
diantara
antara kedua
satu
dengan
kelompok
ini
terdapat rasa saling mencurigai.
Komunitas
miskin
perkotaan
dengan
kehidupannya melahirkan kebudayaan tersendiri.
warna
Kebudayaan
mereka ini muncul sebagai perwujudan dari adaptasi
mereka
terhadap lingkungan dan
mereka
situasi
kemiskinan
yang
17
hadapi. Dalam kondisi memperoleh yang
serba
kurang
kebutuhan-kebutuhan
primer
sekalipun.
mereka
kehidupan
Itulah
penghuni.
secara
sebabnya,
umumnya hidup di daerah kumuh dengan
sesak dengan
tidak
mampu layak,
mereka
pada
yang
penuh
kondisi
Kebutuhan-kebutuhan
yang
selalu
mendesak untuk dipenuhi, memaksa perilaku-perilaku negatif dilakukan oleh mereka. Peristiwa pencurian yang
mereka
menjajakan
anggap
dirinya
biasa.
secara
Beberapa
murah
merupakan
wanita
sekedar
hal
pun
rela
mendapatkan
sedikit uang, tidak terkecuali mereka yang bersuami. Dalam
kehidupan mereka pun banyak dijumpai adanya praktek bersama tanpa
nikah,
ketidakmampuan
sebagai
mereka
akibat
mengikuti
merupakan
hal
yang
biasa,
ketidaktahuan
norma-norma
masyarakat pada umumnya. Hidup secara
hidup
keras
kehidupan bagi
sehingga
dan
mereka
perkelahian,
pencopetan, curiga-mencurigai, bukan merupakan hal aneh.
Pola-pola kelakuan dan sikap-sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang miskin perkotaan sebagaimana diuraikan di
atas memang merupakan suatu cara yang
tepat
tetap melangsungkan kehidupan
yang
itu.
Cara
hidup
inilah
terbentuknya
kebudayaan
oleh
(1984:37),
Lewis
mereka
yang
merupakan
kemiskinan. bahwa
usaha
penuh
landasan
Seperti
kebudayaan
sebenarnya merupakan suatu bentuk adaptasi
dan cukup pandai dalam
untuk
mengatasi
dapat derita
bagi
ditegaskan kemiskinan
yang
rasional
kemiskinan
yang
10
mereka hadapi.
Kebudayaan
kemiskinan
sendiri mengejawantahkan sub yang
berbeda
dengan
karakteristiknya
moralitas
karakteristiknya
dengan
tersendiri
pula,
moralitas
pada
masyarakat umum.
Moralitas
merupakan
kualitas
manusia yang dengan itu dapat tersebut benar atau salah, nilai-nilai kemanusiaan.
yang merupakan H.Libert
ukuran
menegaskan,
dikatakan
perbuatan
bahwa
baik atau buruk,
perbuatan
dalam
ukuran
Oleh karena itu moralitas
inilah
manusia
sebagai
morality
interpersonal, duty, propriety, Djahiri,
dalam
manusia.
always and
Robert
concerned
expediency
with
(Kosasih
1992:6).
Terdapat indikasi bahwa
sub
miskin ini cenderung leastari,
moralitas
karena
masyarakat
selalu
diwariskan
dari generasi orang tua kepada generasi anak-anaknya.
ini terjadi melalui proses sosialisasi baik dalam lingkungan kehidupan
keluarga,
yang
maupun
Hal
terjadi
sosialisasi
yang terjadi dalam komunitas mereka.
C.
Masalah Utama Penelitian
Orang miskin budaya
tersendiri
tengah-tengah keduanya
kota yang
masyarakat
terjadi
hubungan
hidup
dengan
cenderung pada
umumnya.
saling
tata
nilai
eksklusif Bahkan
menguatkan.
dan di
antara Kondisi
19
kemiskinan semakin
mengentalkan
tata
nilai
mereka. sementara sebaliknya tata nilai banyak berpengaruh
terhadap
pola
dan
mereka
pikir
dan
budaya
pun
akan
pola
laku
mereka untuk tetap bertahan pada kondisi miskin.
Namun demikian, meskipun
kehadiran
mereka
tampak
eksklusif baik dari segi fisik dan penampilan maupun
nilai
di
tengah
masyarakat
pada
miskin kota adalah tetap merupakan masyarakat
kota
secara
umumnya, bagian
keseluruhan.
tata
orang-orang
dari
kesatuan
Apalagi
secara
politis, pemerintah telah dan akan terus mengupayakan agar kesenjangan antara si miskin dan
menyolok,
sebagai
upaya
si
kaya
dalam
tidak
rangka
terlalu
menciptakan
masyarakat adil dan makmur. Oleh pemerintah setempat
juga
diupayakan agar antara
yang
orang
miskin
tidak miskin sering bertemu dan
dengan
terlibat
orang
dalam
sosial secara bersama-sama, seperti melalui
kegiatan
kerja
bakti,
kenduri, pengajian, dan semacamnya. Sebagai makhluk sos'ial, memang mau tidak mau mereka m
elakukan interaksi dan komunikasi dengan
pihak
luar komunitas mereka. Hal ini mereka lakukan rangka
memenuhi kebutuhan
ekonomi
mereka
lain
di
baik
dalam
maupun
dalam
mengupayakan rasa aman terhadap diri dan keluarganya.
Namun derita yang panjang dan tiada yang
mereka
alami
akibat
ketidakmenentuan akan aharapan di
henti-hentinya
kemiskinan,
hari
esok,
serta
menjadikan
20
mereka tetap mencerminkan dirinya
sebagai
orang
miskin,
dengan tata nilai dan moral serta budaya yang khas sebagai orang miskin.
Salah satu hal yang menarik
bagi
mengetahui moralitas mereka. Hal ini
penting
dicarikan alternatif model pengentasan
memadai,
tidak hanya
berperspektif
berperspektif Pendidikan Umum, kemiskinan dimaksud
mengejawantahkan moralitas
di
manusia
sebagai
kehidupan manusia,
manusia,
manusia
bidang
dilihat
kualitas
pada
moral
dari
secara
juga
fenomena
tertentu.
dikatakan
Suseno (1991:19) moral selalu mengacu
dapat
tetapi
bahwa
nilai
adalah
Seperti
agar
ekonomi
tata
adalah
kemiskinan
mengingat
sini
manusia sebagai manusia.
peneliti
Yang
perbuatan
oleh
Magnis
baik-buruknya
adalah
kebaikannya
bidang
sebagai
bukan sebagai pelaku peran tertentu.
Mengungkap moralitas merupakan pekerjaan yang tidak mudah. sendiri
Hal ini terkait dengan karakteristik moralitas yang
tidak
sekedar
terartikulasikan
perilaku-perilaku individu yang teramati, berkenaan dengan individu yang
aspek-aspek
melatarbekalangi
yang
perilaku
karena itu upaya mengungkap moralitas
dalam
melainkan
terdapat
itu
pula
dalam. diri
tersebut.
seseorang
Oleh
haruslah
dilakukan secara komprehensif, jeli, dan mendaiam terhadap kehidupan seseorang itu.
Di dalam penelitian ini. moralitas didekati melalui
dua aspek yaitu perilaku moral dan pertimbangan moral. Hal
ini seperti ditegaskan
oleh Kurtines
(1992:88)
sebagai
berikut
"... banyak ahli filsafat moral maupun mereka yang menganalisis bahasa moral, kompetensi
pertumbuhan moral merupakan suatu keharusan bagi lahirnya tindakan moral. Sebelum suatu tindakan dapat dipandang sebagai suatu tindakan moral, alasan atau motivasi si pelaku melakukan" tindakan tersebut
harus
terlebih dahulu diuji".
Antara pertimbangan
moral
tidak dapat
dipisahkan
sama
pengungkapan
moral
secara
dengan
sekali
perilaku
untuk menuju
sebenarnya.
moral
pada
Kedudukan
pertimbangan moral terhadap perilaku moral merupakan kunci
awal bagi perbuatan tersebut, apakah
dapat
dikategorikan
sebagai perilaku moral ataukah tidak. Sedangkan
kedudukan
perilaku moral
moral
merupakan
yang
dipikirkan,
terhadap
manifestasi berupa
pertimbangan
evidensi
dirasakan, dan dipahami
akan
oleh
apa
seseorang
terhaddap
suatu
keharusan.
Secara operasional,
segala
hal
yang
dijadikan
pertimbangan
sebagai
moral
alasan.
dorongan,
tujuan, sehingga seseorang berbuat sesuatu. Dan moral
merupakan
aktifitas-aktifitas
yang
segala aspek kehidupan. yang bermanfaat bagi
merupakan
perbuatan
tampak
dalam
kemaslahatan
umum dan didasari oleh tanggung jawab untuk melakukannya. Keberadaan moralitas dalam diri seseorang
tidaklah
terwujud
dengan
sendirinya,
melainkan
terbina melalui jaringan interaksi sesama
manusia
dan
dan
lingkungan
jaringan-jaringan tersebut individu
terbentuk komunikasi
sosialnya.
melakukan
dan antar
Melalui
apresiasi,
peniruan, penolakan, pemantapan, dan sebagainya, khususnya terhadap orang-orang
tertentu
yang
oleh
individu
yang
bersangkutan dianggap sebagai figur. Proses-proses psikhis tersebut
pada
moralitas, yang
dasarnya jika
merupakan
disertai
kesengajaan, sadar tujuan,
proses
dengan
sosialisasi
sentuhan-sentuhan
perencanaan,
pengawasan,
dan
semacamnya akan menjadi proses pendidikan moral.
Bagi individu yang masih
dimana pada
dirinya
sedang
dalam
terjadi
taraf
kanak-kanak
proses
sosialisasi
moral, maka "figur yang dijadikan rujukan orang-orang yang terdekat dengannya,
yang berada dalam lingkungan ibu, kakek, nenek,
kakak,
utamanya
yaitu
keluarganya, dan
adalah
orang
dewasa
seperti
ayah,
sebagainya.
Begitu
jaringan lingkungan sosial bagi dirinya adalah
juga
lingkungan
keluarganya. Haj. ini sejalan dengan kemampuan dirinya yang masih kanak-kanak sehingga kemampuan untuk terlibat
jaringan interaksi
dan
komunikasi
sosial
yang
dalam
efektif
hanya sebatas lingkungan keluarga.
Bagi pihak orang tua sendiri sesuai
kemanusiaannya, tumbuh suatu kewajiban untuk membentuk, dan membina anak-anaknya menjadi
dengan
naluri
mengarahkan. manusia
yang
baik. Oleh karena itu
dilakukan
tujuan dan
dengan
terencana
sayang dari orang
tua
upaya-upaya
didasari
kepada
anak-anaknya
memiliki moralitas yang baik, sebagai
dalam
menjalani
kehidupan
Manifestasinya dapat berupa maupun
yang
bersifat
di
oleh
dasar
masa yang
upaya
perbuatan
yang
yang
sadar
rasa
kasih
agar
mereka
bagi
mereka
akan datang.
bersifat
verbal
(keteladanan).
sebabnya dalam keluarga jenis apa pun; kaya
Itulah
atau
miskin,
terjadi proses pendidikan moral.
Dalam kehidupan keluarga miskin sudah
pendidikan
moralnya
akan
banyak
diwarnai
tentu
oleh
iklim
budaya
kemiskinan itu sendiri. Di sinilah sisi lain yang menarik, yang hendak diungkap melalui penelitian ini.
Ada tiga pertanyaan
penelitian
yang
diajukan
di
sini.
l.Bagaimanakah
kualitas
perilaku
moral
orang
miskin
perkotaan ?.
2.Bagaimanakah motivasi, tujuan, dan alasa yang
mendasari
perilaku moral orang miskin perkotaan ?
3.Bagairoanakah proses pendidikan moral yang terjadi
dalam
keluarga orang miskin perkotaan ?.
D.
Fokus
Penelitian
Sebagaimana
telah
ditegaskan
moralitas berkenaan dengan baik-buruknya
terdahulu
manusia
bahwa
sebagai
24
manusia. bukan berkenaan dengan baik-buruk sebagai peran tertentu dan terbatas. Oleh karena berkenaan dengan bidang
kehidupan
itu
manusia
peiaku
bidang
dilihat
ini dari
segi kebaikannya sebagai manusia dalam kehidupannya. Dengan
demikian
pengungkapan
raengalami kesulitan manakala
informasi verbal
belaka.
sekedar
Memang
moralitas ditelusuri
informasi
penggaliannya dilakukan secara cermat dan
dapat mengungkapkan pertimbangan
moral
hal ini baru merupakan bagian
dari
mengejawantah
aspek
dalam
seluruh
akan melalui
verbal
jika
hati-hati
akan
seseorang.
Namun
moralitas.
Moralitas
kehidupan
manusia,
secara wajar dan alami.
Pengungkapan
moralitas
penelitian ini adalah melibat masyarakat
miskin,
menelusuri
sepak
mereka.
hidup terjang
Penelusurannya
penelitian berikut
yang
secara di
yang
dilakukan
langsung
dalam
kehidupan
tengah-tengah menggambarkan
didasarkan
pada
mereka, moralitas
titik
fokus
:
1. Perilaku sebagai makhluk individu, yaitu terkait dengan tanggung jawab akan perilaku
terhadap
keluarganya,
dirinya,
tanggung
tanggung
jawab
jawab
terhadap
pekerjaan . •o
Perilaku
hubungan
antar
kebersamaan (solidaritas
sesama sosial),
manusia, kepedulian
meliputi sosial,
tanggung jawab sosial, serta partisipasi dalam kegiatan
2S
kemasyarakatan.
3. Perilaku sebagai warga negara. yaitu kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
4. Perilaku pelaksanaan ajaran agama, yang dalam dikhususkan pada
ajaran
yang
bersifat
hal
ritual
ini
serta
partisipasi dalam organisasi keagamaan.
5. Perilaku hubungan dengan alam sekitar,
yaitu
pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatan
meliputi lingkungan
sekitar untuk kesejahteraan kehidupan bersama.
Selanjutnya
untuk
mengungkap
proses
pendidikan
moral yang terjadi di kalangan keluarga masyarakat
miskin
perkotaan, yang dijadikan titik
adalah
perilaku dan peran anggota
fokus
keluarga
penelitian yang
telah
dewasa,
yaitu;
1. peran sang ayah, sebagai kepala keluarga,
2. peran sang ibu, sebagai ibu rumah tangga,
3. peran anak di atas usia
17
tahun
(jika
4.
peran kakek dan atau nenek (jika ada).
E.
Tujuan Penelitian
Secara
mendapatkan
umum
gambaran
penelitian
tentang
ini
ada),
bertujuah
moralitas
orang
untuk
miskin
perkotaan yang terjadi di Kelurahan Utan Panjang Kecamatan
Kemayoran Jakarta
Pusat,
sehingga
nantinya
dicarikan alternatif model pengentasan
akan
kemiskinan
dapat secara
memadai. dalam perspektif
Pendidikan
Umum.
Selain
penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan
itu.
alternatif
bagi pengembangan perkuliahan Pendidikan Umum di perguruan tinggi yang
dapat
menumbuhkerobangkan
kepedulian
sosial
yang tinggi dari mahasiswa terhadap fenomena kemiskinan.
Sedangkan secara khusus, penelitian untuk
ini
bertujuan
:
1. Mendapatkan deskripsi mengenai kualitas perilaku
moral
orang miskin perkotaan di Kelurahan Utan Panjang
Keca
matan Kemayoran Jakarta Pusat.
2. Mendapatkan deskripsi mengenai alasan
yang
mendasari
motivasi,
perilaku
moral
tujuan, orang
dan
miskin
perkotaan di Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.
3. Mendapatkan deskripsi mengenai proses pendidikan
dari generasi orang tua kepada anak-anaknya
moral
yang
ter
jadi di kalangan keluarga miskin perkotaan di Kelurah an Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
membantu
pihak-pihak
setempat) khususnya dalam
mengenali
masyarakat miskin
pengambil
dan
secara
kebijakan
pihak-pihak cermat
perkotaan
lain
(pemerintah
pada
karakteristik
beserta
proses
adalah
umumnya moralitas
sosialisasi
moralnya, sehingga dalam merumuskan
kebijaksanaan
bagi
mereka sebagai upaya pengentasannya dapat dilakukan secara
komunikatif dan integratif,
tanpa mengabaikan segi-segi
normatifnya (signifikansi praktis).
Penelitian ini pun diharapkan pula dapat memberikan
pemahaman yang mendaiam bagi
moral
mahasiswa
tentang perilaku
beserta pertimbangan-pertimbangannya di
masyarakat
miskin
perkotaan,
dengan
kalangan
memperhitungkan
faktor-faktor kontekstual secara mendaiam dan
sistematis
(signifikansi teoritis).
Bagi
program Pendidikan
merupakan upaya pengembangan
aspek
kajian
Pendidikan
Umum,
dan
Umum
penelitian
pendalaman
yaitu
salah
moralitas,
realitas kehidupan masyarakat, yang dalam hal
realitas
masyarakat
miskin.
Dengan
ini
pengenalan
ini satu
dalam adalah
secara
mendaiam akan realita moralitas masyarakat miskin , dapat disusun strategi mengentaskan
pembinaannya
kemiskinan
secara
dalam
rangka
ikut
komunikatif.
Hal
serta ini
selaras dengan substansi Pendidikan Umum sebagai pendidik an bagi semua orang dalam rangka membebaskan
mereka
dari
belenggu kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Konsekuensi dari substansi Pendidikan
terciptanya kepedulian yang
tinggi
dari
Umum
para
adalah
mahasiswa
terhadap masyarakat miskin, yang kemudian mereka diharap kan lebih jauh berpartisipasi aktif dalam upaya pengentas-
an
kemiskinan
miskin. Dengan
Umum
di
melalui demikian
perguruan
pembinaan
perkuliahan
tinggi
strategi bagi upaya ini.
moralitas
perlu
orang-orang
program
Pendidikan
memikirkan
alternatif