1 FUNGSI BANYAK VAIABEL DAN PENEAPANNYA2 KATA PENGANTA Segala puji sukur peulis pajatka haa utuk Allah SWT ag telah memberika rahmat da hidaaha, sehig...
KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga atas izin Allah, Alhamdulillah buku yang cukup sederhana ini dapat diterbitkan. Buku Kalkulus Lanjut atau Matematika Teknik Lanjut ini pada dasarnya merupakan lanjutan dari Buku Kalkulus Fungsa Satu Variabel yang telah diterbitkan terdahulu. Pada awalnya buku ini merupakan bahan-bahan dari diktat kuliah untuk Mata Kuliah Matematika yang penulis susun dan digunakan secara terbatas oleh mahasiswa jurusan Teknik Mesin dan Teknik Elektro Fakultas Teknik Univeristas Muhammadiyah Jakarta, dan Sekolah Tinggi Teknik PLN (STT-PLN). Pertama kali bahan ini dipublikasikan sebagai bahan ajaran sekitar awal tahun 1997. Setelah mengalami berbagai revisi setelah mendapatkan masukan dari mahasiswa, asisten dan beberapa dosen rekan sejawat, akhirnya terbentuk suatu buku yang sederhana dan cukup lengkap.
Buku ini lebih ditujukan untuk membantu mahasiswa pada tahun kedua yang mengambil mata kuliah Matematika Teknik atau Kalkulus Lanjut khususnya yang mempelajari masalah analisis fungsi dengan banyak variabel dan penerapannya. Oleh karenanya buku ini disusun dalam rangka menjawab masalah tersebut. Buku ini disusun terdiri atas enam bab, yang meliputi Fungsi n variabel, Turunan Parsial dan Aplikasinya, Integral Lipat Dua dan Lipat Tiga, Kalkulus Medan Vektor, Deret Tak Hingga, Fungsi Gamma dan Fungsi Beta. Sasaran buku ini ditujukan untuk mahasiswa pada tahun kedua di fakultas teknik, sains dan atau teknologi lainnya yang sedang mengambil mata kuliah Kalkulus Lanjut atau Matematika Teknik. Oleh karena itu, sebagaimana buku-buku yang pernah penulis susun, pembahasan pada buku ini lebih menekankan pada penggunaan teori, definisi dan teorema, sehingga teorema-teorema yang ada tidak dibuktikan kebenarannya. Hal ini sejalan dengan tujuan diterbitkannya buku ini untuk membantu mahasiswa memahami masalah analisis turunan parsial dan penerapannya, integral berulang lipat dua dan lipat tiga, analisis kalkulus medan vektor, deret tak hingga, dan terakhir dibahas fungsi gamma dan fungsi beta. Harapan dengan digunakannya buku ini sebagai salah satu referensi adalah agar mata kuliah Matematika Teknik atau Kalkulus Lanjut tidak dijadikan sebagai mata kuliah yang “ditakuti” mahasiswa.
Letak keunggulan dari buku ini adalah bahwa buku ini lebih menekankan pada bagaimana menyelesaikan masalah, namun demikian tidak meninggalkan kaidah-kaidah secara teori. Oleh karenanya pendekatan yang digunakan pada pembahasan buku ini adalah pada setiap awal sub bab diupayakan adanya pengantar teori, dan selanjutnya diteruskan dengan teori yang terdiri atas definisi dan teorema, selanjutnya diteruskan dengan contoh-contoh soal. Sehingga teorema-terorema dalam buku ini sengaja tidak dibuktikan, dan bagi pembaca yang mengharapkan adanya bukti dari teorema dan atau rumus disarankan untuk membaca lebih lanjut pada buku referensi yang ditunjuk. Pendekatan ini dicoba ditempuh, agar supaya mahasiswa dan atau pembaca pada umumnya tidak terjebak pada masalah pembuktian teorema, tetapi lebih menekankan pada penggunaan teorema.
Pada setiap pembahasan contoh soal, diupayakan tahapan dan langkah-langkah yang digunakan dapat diikuti dengan mudah oleh mahasiswa. Sehingga mahasiswa dan atau pembaca pada umumnya lebih mudah memahami analisis fungsi n variabel, turunan parsial dan penerapannya, integral lipat dua dan lipat tiga, analisis kalkulus medan vektor, deret tak hingga, dan terakhir dibahas fungsi Gamma dan fungsi Beta. Sasaran buku ini ditujukan untuk mahasiswa pada tahun kedua di fakultas teknik, sains dan atau teknologi lainnya yang sedang mengambil mata kuliah Kalkulus Lanjut atau Matematika Teknik. Selanjutnya pada akhir sub bab diberikan soal-soal latihan, dengan harapan soal-soal tersebut dapat menambah pendalaman materi. Oleh karenanya soal-soal yang disajikan dapat dikerjakan oleh mahasiswa, dengan tingkat kesulitan yang sepadan dengan mahasiswa baru tahun kedua.
Materi buku ini dapat diajarkan dalam satu semester dengan bobot 4 (empat) sks, atau dengan bobot 3 (tiga) sks. Pada Bab I Pendahuluan dibahas tentang ruang dimensi tiga, vektor dalam ruang, garis dan bidang, permukaan benda pejal dalam ruang, dan terakhir dibahas koordinat silinder dan koordinat bola. Pada Bab II dibahas tentang fungsi n variabel, turunan parsial, diferensial total, maksimum minimum dan metode langrange. Bab III dibahas tenatng pengertian intengral lipat dua, transformasi integral lipat dua, integral lipat tiga, integral lipat tiga dalam koordinat silinder dan koordinat bola, penerapan integral lipat dua dan lipat tiga. Bab IV dibahas analisis Kalkulus Medan Vektor yang meliputi medan vektor dan medan skalar, medan vektor konservatif, integral garis, kebebasan lintasan integral garis, teorema Grenn, integral permukaan dan fluks medan vektor, teorema divergensi Gauss dan teorema stokes. Pada Bab V Deret Tak Hingga dibahas deret tak hingga, deret berganti tanda, deret
pangkat, operasi deret pangkat, deret taylor dan uji konvergensi deret tak hingga. Pada bah terakhir dibahas khusus tentang fungsi gamma dan fungsi beta serat penerapannya.
Pada akhirnya penulis berterima kasih kepada istri tercinta Lidya Suryani Widyawati, SH, M.Hum, anak tercinta Abimanyu Putera Yudha atas dorongan dan kasih sayangnya dan waktu yang diluangkan. Tak lupa penulis ucapkan teriama kasih kepada asisten mata kuliah Kalkulus dan Matematika Teknik Hendri ST, MT, dan rekan-rekan sejawat yang telah memberi masukan dan bantuan sehingga buku ini dapat diselesaikan. Penulis juga berterima kasih pada pihak penerbit Graha Ilmu dengan segala resiko yang akan ditanggung telah bersedia menerbitkan buku ini.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Ruang Dimensi Tiga Soal-soal Latihan 1.1 1.2. Vektor Dalam Ruang Dimensi Dua dan Tiga Soal-soal Latihan 1.2
9 24
1.3. Permukaan Benda Dalam Ruamh Dimensi Tiga Soal-soal Latihan 1.3
26 37
1.4. Koordinat Silinder dan Koordinat Bola Soal-soal Latihan 1.4
38 43
TURUNAN PARSIAL 2.1. Fungsi n Variabel
44
Soal-soal Latihan 2.1 2.2. Turunan Parsial Soal-soal Latihan 2.2
49 50 60
2.3. Aturan Rantai Soal-soal Latihan 2.3
62 69
2.4. Diferensial Total dan Hampiran Soal-soal Latihan 2.4 2.5. Gradien dan Turunan Berarah
72 82 84
Soal-soal Latihan 2.5 2.6. Bidang Singgung dan Normal Bidang Permukaan
89 91
Soal-soal Latihan 2.6 2.7. Maksimum dan Minimum
96 98
Soal-soal Latihan 2.7 2.8. Metode Langrange Soal-soal Latihan 2.8 BAB III
1 7
106 108 115
INTEGRAL LIPAT DUA DAN TIGA 3.1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Empat Persegi Panjang Soal-soal Latihan 3.1 3.2. Integral Lipat Dua Atas Daerah Umum R Soal-soal Latihan 3.2
117 124 126 137
3.3. Transformasi Koordinat Integral Lipat Dua, Koordinat Kutub Soal-soal Latihan 3.3
139 145
3.4. Penerapan Integral Lipat Dua Soal-soal Latihan 3.4
147 153
3.5. Integral Lipat Tiga Soal-soal Latihan 3.5 3.6. Koordinat Silinder dan Koordinat Bola
156 168 171
Soal-soal Latihan 3.6 BAB IV
BAB V
185
KALKULUS MEDAN VEKTOR 4.1. Medan Skalar dan Madan Vektor Soal-soal Latihan 4.1 4.2. Medan Vektor Konservatif
188 198 200
Soal-soal Latihan 4.2 4.3. Integral Garis
208 211
Soal-soal Latihan 4.3 4.4. Kebebasan Lintasan Integral Garis
220 223
Soal-soal Latihan 4.4 4.5. Teorema Grenn Soal-soal Latihan 4.5
230 232 245
4.6. Integral Permukaan dan Fluks Medan Vektor Soal-soal Latihan 4.6
248 267
4.7. Teorema Divergensi Gauss dan Teorema Stokes Soal-soal Latihan 4.7
270 293
DERET TAK HINGGA 5.1. Barisan Tak Hingga Soal-soal Latihan 5.1
301 309
5.2. Deret Tak Hingga Soal-soal Latihan 5.2 5.3. Uji Konvergensi Deret Suku-suku Positif
311 320 321
Soal-soal Latihan 5.3 5.4. Deret Berganti Tanda, dan Konvergensi Mutlak
332 333
Soal-soal Latihan 5.4 5.5. Deret Pangkat
342 344
Soal-soal Latihan 5.5 5.6. Diferensial dan Integrasi Deret Pangkat Soal-soal Latihan 5.6
352 353 362
5.7. Deret Taylor dan MacLaurin Soal-soal Latihan 5.7 BAB VI
364 374
FUNGSI GAMMA DAN FUNGSI BETA 6.1. Fungsi Gamma Soal-soal Latihan 6.1 6.2. Fungsi Beta
376 382 394
Soal-soal Latihan 6.2
405
BAB I PENDAHULUAN 1.1. RUANG DIMENSI TIGA 3
Ruang dimensi tiga adalah himpunan semua bilangan tripel real, dan dinyatakan dengan R . Setiap titik dalam ruang dimensi tiga dinyatakan dengan tiga pasangan bilangan berurut. Untuk menyatakan ruang dimensi tiga, biasanya digunakan sistem koordinat kartesius. Untuk itu, ambillah tiga buah garis koordinat yang saling tegak lurus, dan saling berpotongan. Ketiga garis koordinat tersebut selanjutnya masing-masing disebut dengan sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Ketiga sumbu-sumbu koordinat tersebut berpotong pada titik O(0,0,0), yang selanjutnya disebut dengan titik sumbu koordinat. Setiap titik dalam ruang dimensi tiga dalam sistem koordinat kartesius dinyatakan dengan (x,y,z), seperti terlihat pada gambar 1.1.1.
z
P(x,y,z)
O O
y
x Gambar 1.1.1. Ketiga sumbu koordinat dalam ruang dimensi tiga, selanjutnya menentukan bidang-bidang xy, xz, dan yz, dimana membagi ruang menjadi delapan bagian yang disebut dengan oktan, seperti terlihat pada gambar 1.1.2.. Pembagian oktan dalam sistem koordinat kartesius tergantung pada nilai sumbu koordinat, lihat tabel berikut ini : Oktan I II III IV
x (+) (-) (-) (+)
y (+) (+) (-) (-)
z (+) (+) (+) (+)
1
Oktan V VI VII VIII
x (+) (-) (-) (+)
y (+) (+) (-) (-)
z (-) (-) (-) (-)
z
oktan ketiga
oktan kedua
oktan keempat oktan pertama O
y
x Gambar 1.1.2. Misalkan P(x,y,z) adalah sebuah titik dalam ruang dimensi tiga, maka titik P(x,y,z) disebut dengan koordinat yang mengukur jarak dari titik tersebut terhadap ketiga bidang. Koordinat x menyatakan jarak P terhadap bidang yz, koordinat y menyatakan jarak P terhadap bidang xz, dan koordinat z menyatakan jarak P terhadap bidang xy. Sebagai ilustrasi, misalkan diberikan sebuah titik P(3,4,4), lihat gambar 1.1.3. z
4 P(3,4,4)
OO
4
y
3
x Gambar 1.1.3. Dari gambar 1.3., titik P berjarak 3 satuan jarak terhadap bidang yz, berjarak 4 satuan jarak terhadap bidang xz, dan berjarak 4 satuan jarak terhadap bidang xy.
2
Jarak Dua Titik Misalkan diberikan dua buah titik P(x0,y0,z0) dan Q(x1,y1,z1) dalam ruang dimensi tiga. Lihat gambar 1.1.4. Andaikan pula bahwa d(P,Q) menyatakan jarak antara titik P dan titik Q. z
z1 Q z0 P O
y0
4 y1
y
x0 x1 x Gambar 1.1.4. Menurut rumus pythagoras, jarak d(P,Q) diberikan oleh : d(P,Q) = PQ =
( x1 − x 0 ) 2 + ( y1 − y 0 ) 2 + ( z1 − z 0 ) 2
Contoh 1.1. Misalkan diberikan tiga buah titik dalam ruang dimensi tiga, P(1,3,3), Q(5,1,7), dan R(11,9,9). Hitunglah jarak d(P,Q), d(P,R), dan d(Q,R) Penyelesaian : Dengan mengunakan rumus jarak diatas, diperoleh : d(P,Q) =
Grafik Persamaan Dalam Ruang Dimensi Tiga Grafik suatu persamaan didalam ruang dimensi tiga adalah himpunan semua titik-titik (x,y,z) yang koordinatnya berupa bialangan yang memenuhi persamaan tersebut. Grafik persamaan di dalam ruang dimensi tiga disebut dengan permukaan. Grafik di dalam ruang dimensi tiga yang yang cukup mudah dibuat sektsanya adalah grafik persamaan derajad satu, dan grafik persamaan derajad dua. Grafik persamaan derajad satu yang paling sederhana adalah bidang, sedangkan untuk grafik persamaan derajad dua adalah bola.
3
Bidang di R
3
Grafik bidang dalam ruang dimensi tiga adalah grafik dari suatu persamaan linier yang berbentuk, Ax +By + Cz = D, 2 2 2 dimana, A + B + C ≠ 0. Bilamana A ≠ 0, B ≠ 0, dan C ≠ 0, bidang yang diberikan akan memotong ketiga sumbu koordinat. Sedangkan untuk membuat sketsa grafiknya, langkah pertama dicari titik-titik potong bidang dengan ketiga sumbu koordinat. Langkah berikutnya adalah membuat gambar berkas-berkas garis perpotongan bidang dengan bidang xy, xz, dan yz. Contoh 1.2. Gambarkanah sektsa grafik suatu bidang dengan persamaan,2x + 4y + 3z = 12. Penyelesaian : Langkah pertama. Untuk membuat sketsa bidang diatas, langkah pertama carilah titik-titik perpotongan bidang dengan ketiga sumbu koordinat. Untuk menentukan titik potong dengan sumbu x, tetapkanlah y = 0, dan z = 0, sehingga dihasilkan 2x = 12, atau x = 6. Jadi titik potong bidang dengan sumbu x adalah (6,0,0). Dengan cara sama dihasilkan titik potong dengan sumbu y dan sumbu z masing-masing adalah (0,3,0), dan (0,0,4). Langkah Kedua. Menggambarkan berkas-berkas garis perpotongan bidang dengan bidang xy, xz, dan yz. Berkas garis pada bidang xy, diperoleh dengan cara menetapkan z = 0. Untuk z = 0, dihasilkan 2x + 4y = 12. Dengan cara yang sama berkas garis pada bidang xz dengan y = 0, adalah 2x + 3z = 12, sedangkan berkas garis pada bidang yz dengan x = 0, adalah 4y + 3z = 12. Langkah Ketiga, Sketsa Permukaan. Dengan menggunakan hasil-hasil dari langkah pertama dan kedua, sketsa permukaan bidang 2x + 4y + 3z = 12, diperlihatkan pada gambar berikut ini. z (0,0,4)
(6,0,0) x Gambar 1.1.5. Contoh 1.3. Buatlah sketsa grafik permukaan bidang, 4y + 3z = 12
4
Penyelesaian : Karena persamaan bidang tidak memuat variabel x, maka sketsa bidang ini tidak memotong sumbu x, sehingga grafiknya sejajar dengan sumbu x. Selanjutnya dengan cara yang sama seperti sebelumnya, bidangnya memotong sumbu y di titik (0,3,0), dan sumbu z di titik (0,0,4). Dengan membuat sektsa berkas garis yang sejajar dengan garis 4y + 3z = 12 pada bidang yz, sketsa bidang adalah sebagai berikut. z (0,0,4) 4y + 3z = 12
(0,3,0) y
x Gambar 1.1.6. Contoh 1.4. Buatlah sketsa grafik permukaan bidang, 2x + 3z = 12 Penyelesaian : Karena persamaan bidang tidak memuat variabel y, maka sketsa bidang ini tidak memotong sumbu y, sehingga grafiknya sejajar dengan sumbu y. Selanjutnya dengan cara yang sama seperti sebelumnya bidangnya memotong sumbu x dan sumbu z masing-masing di titik (6,0,0) dan di titik (0,0,4). Sedangkan sketsa permukaan bidang di oktan pertama dibuat dengan cara membuat berkas-berkas garis yang sejajar dengan garis 4y + 3z = 12 pada bidang yz, sketsa bidang adalah sebagai berikut. z (0,0,4)
2x + 3z = 12
y
(6,0,0) x Gambar 1.1.7.
5
Bola Bola adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tetap. Titik tetap ini selanjutnya disebut dengan titik pusat bola, dan ukuran jarak yang sama disebut dengan jari-jari bola. Persamaan umum bola dengan pusat (a,b,c) dengan jari-jari r diberikan oleh, 2 2 2 2 (x – a) + (y – b) + (z – c) = r Bilamana suku-suku pada persamaan bola diatas dijabarkan, dan dikelompokkan akan dihasilkan persamaan derajad dua yang berbentuk, 2 2 2 x + y + z + Ax + By + Cz + D = 0. 2 2 2 2 dimana, A = –2a, B = –2b, C = –2a, dan D = a + b + c – r Dari persamaan umum diatas, pusat bolanya diberikan oleh, 1 1 1 a = − A, b = − B, c = − C, 2 2 2 dan jari-jarinya diberikan oleh : 1 r= A 2 + B 2 + C 2 − 4D 2 Sebagai ilustrasi, suatu bola dengan pusat (0,0,0) dan jari-jarinya adalah r = a, grafiknya adalah sebagai berikut. z
(0,0,a) 2
2
2
2
x +y +z =a
0 O
(0,a,0) y
x
Gambar 1.8. Contoh 1.5. Carilah pusat dan jari-jari bola dengan persaman, 2 2 2 x + y + z – 8x – 12y + 10z + 52 = 0. Penyelesaian : Cara Pertama. Dari persamaan umum bola diperoleh : A = –8, B = –12, C = 10, dan D = 52 Dengan menggunakan rumus diatas, pusat dan jari-jari bola diberikan oleh : 1 1 1 a = − (–8) = 4, b = − (–12), c = − (10), 2 2 2
6
dan jari-jarinya adalah, 1 r= (−8) 2 + (−12) 2 + (10) 2 − 4(52) = 5 2 Cara Kedua, Tulislah persamaan umum bola diats menjadi, 2 2 2 (x – 8x + ... ) + (y – 12y + ... ) + (z + 10z + ... ) = –52 2 2 2 (x – 8x + 16) + (y – 12y + 36) + (z + 10z + 25) = –52 + 16 + 36 + 25 2 2 2 (x – 4) + (y – 6) + (z + 5) = 25 Dari persamaan terakhir ini, maka pusat bolanya (4,6,–5) dan jari-jarinya adalah r = 5. Contoh 1.6. Carilah persamaan bola dengan titik-titik ujung dari salah satu diameternya adalah A(9,8,4) dan B(1,0,8). Penyelesaian : Pusat bola adalah titik tengah segmen garis dari salah satu diameter bola. Misalkan P(x0,y0,z0) adalah titik tengah segmen garis tersebut, maka pusat bolanya adalah : 9 +1 8+0 4+8 x0 = = 4, dan z0 = =6 = 5, y0 = 2 2 2 Jadi titik pusat bolanya adalah (5,4,6). Sehingga jari-jari bolanya adalah : r = (9 − 5) 2 + (8 − 4) 2 + (4 − 6) 2 = 36 = 6 Dengan demikian persamaan bolanya diberikan oleh : 2 2 2 (x – 5) + (y – 4) + (z – 6) = 36
Soal-soal Latihan 1.1. Dalam soal-soal nomor 1 s/d 10 berikut ini, buatlah sketsa grafik dalam ruang dimensi tiga dari persamaan bidang yang diberikan : 1. 2x + 6y + 4z = 12 3. x + 3y – 2z = 6 5. x + 3y = 12 7. y + 2z = 8 9. 3y + 2z = 12
Dalam soal-soal nomor 11 s/d 16 berikut ini, tulislah persamaan bolanya bilamana diberikan pusat dan jari-jarinya : 11. P(3,2,1) dan r = 4 13. P(–1,2,3) dan r = 6 15. P(–2,1,5) dan r = 5
12. P(2,1,–3) dan r = 5 14. P(3,–1 ,–4) dan r = 2 16. P(–2,–3,–5) dan r = 4
Dalam soal nomor 17 s/d 21, dengan proses pelengkap kuadrat tentukanlah pusat dan jari-jari dari persamaan bola berikut ini,
7
2
2
2
17. x + y + z – 12x + 6y – 8z + 4 = 0 2 2 2 18. x + y + z + 6x – 8y – 10z + 25 = 0 2 2 2 19. x + y + z – 8x – 4y + 22z + 77 = 0 2 2 2 20. 4x + 4y + 4z + 8x – 8y – 16z – 12 = 0 2 2 2 21. 4x + 4y + 4z – 16x + 24y – 32z – 28 = 0 Dalam soal nomor 22 s/d 24, carilah persamaan bola yang mempunyai ruas garis atau diameter yang dihubungkan oleh dua buah titik berikut ini : 22. A(2,4,8) dan B(6,10,16) 23. A(–1,3,–4) dan B(10,5,8) 24. A(5,–3 ,2) dan B(7,–5,4) 25. Carilah dua persamaan bola yang bersinggungan, dimana pusat-pusatnya adalah (–3,2,1) dan (5,6,–3) dengan jari-jarinya sama.
8
1.2. VEKTOR DALAM RUANG DIMENSI DUA DAN TIGA Vektor adalah segmen garis yang berarah. Titik awal disebut dengan pangkal vektor, dan titik akhirnya disebut dengan ujung vektor, sedangkan panjangnya disebut dengan panjang vektor. Lihat gambar 1.2.1. Notasi vektor biasanya digunakan huruf kecil seperti u, v, w, z
u Gambar 1.2.1. Titik awal vektor disebut pangkal vektor dan titik akhir vektor disebut dengan ujung vektor. Dalam ruang dimensi dua, suatu vektor mempunyai dua komponen, dan ditulis dengan : u = = u1i + u2 j dimana i = <1,0> dan j = <0,1> adalah vektor-vektor satuan baku yang searah dengan sumbusumbu koordinat x dan y. Seperti terlihat pada gambar 1.2.2. berikut ini y j = <0,1> x i = <1.0> Gambar 1.2.2 Sedangkan sebuah vektor u dalam ruang dimensi tiga mempunyai tiga buah komponen, dan ditulis dengan : u = = u1i + u2 j + u3k dimana i = <1, 0, 0>, j = <0, 1, 0>, dan k = <0, 0, 1> adalah vektor-vektor satuan baku yang searah dengan sumbu-sumbu koordinat x, y dan z. Lihat gambar 1.2.3. z u3 k u u2 j y u1i x Gambar 1.2.3.
9
Selanjutnya bilamana u menyatakan vektor yang menghubungkan dua buah titik P(x0, y0, z0) dan Q(x1, y1, z1), maka komponen-komponen vektornya diberikan oleh : u = <x1 – x0, y1 – y0, z1 – z0> = (x1 – x0)i + (y1 – y0)j + (z1 – x0)k Selanjutnya dimana P(x,y,z) adalah sembarang titik dalam ruang dimensi tiga, vektor posisi r diberikan oleh, r = OP = <x, y, z> = xi + yj + z k Sebagai ilustrasi, misalkan P(4,3,2) suatu titik dalam ruang dimensi tiga, maka vektor posisinya diberikan oleh, r0 = 4i + 3j + 2k Panjang Vektor Andaikan u = , sembarang vektor dalam ruang dimensi tiga, panjang vektor u, ditulis dengan | u | didefinisikan oleh, |u|=
u12 + u 22 + u 32
Selanjutnya, misalkan u adalah suatu vektor yang menghubungkan dua buah titik P(x0, y0, z0) dan Q(x1, y1, z1), maka jarak vektornya diberikan oleh : |u|=
( x1 − x 0 ) 2 + ( y1 − y 0 ) 2 + ( z1 − z 0 ) 2
Rumus diatas berlaku juga untuk vektor u dalam ruang dimensi dua. Misalkan u = , sembarang vektor dalam ruang dimensi dua, yang menghubungkan dua buah titik P(x0, y0) dan Q(x1, y1), maka jarak vektornya diberikan oleh : |u|=
u12 + u 22 =
( x1 − x 0 ) 2 + ( y1 − y 0 ) 2
Contoh 1.2.1. Misalkan diberikan P(2,1,4), Q(4,5,3), dan R(6,3,7). Tentukanlah komponen dan panjang vektorvektor u, v, dan w, bilamana u = PQ , v = QR , dan w = PR . Pnyelesaian : u = <4 – 2, 5 – 1, 3 – 4> = <2, 4, –1> = 2i + 4j – k v = <6 – 4, 3 – 5, 7 – 3> = <2, –2 , 3> = 2i – 2j + 3k w = <6 – 2, 3 – 1, 7 – 4> = <4, 2, 3> = 4i + 2j + 3k
10
Sedangkan panjang vektornya diberikan oleh : |u|=
(2) 2 + (4) 2 + (−1) 2 =
21
|v|=
(2) 2 + (−2) 2 + (3) 2 =
24
|w|=
(4) 2 + (2) 2 + (3) 2 =
29
Operasi Aljabar Vektor Andaikan, u = dan v = , adalah vektor-vektor tak nol. Bilamana k adalah konstanta tak nol, maka berlaku : 1). Perkalian dengan skalar, didefinisikan : k u = k = 2). Perjumlahan dua vektor didefinisikan, u + v = + = Operasi diatas berlaku pula untuk vektor dalam ruang dimensi dua. Contoh 1.2.2. Misalkan diberikan u = <4,5, –2,> = 4i + 5j – 2k , dan v = <3,–5,7> = 3i – 5j + 7k . Hitunglah (a). 3u + 4v (b). 4u – 3v, (c). 4v – 3u Penyelesaian : (a). 3u + 4v = 3(4i + 5j – 2k ) + 4(3i – 5j + 7k) = (12i + 15j – 6k) + (12i – 20j + 28k) = 24 i – 5j + 22k . (b). 4u – 3v = 4(4i + 5j – 2k ) – 3(3i – 5j + 7k) = (16i + 20j – 8k) + (–9i + 15j – 21k) = 7i + 35j – 29k (c). 4v – 2u = 4(3i – 5j + 7k ) – 2(4i + 5j – 2k ) = (12i – 20j + 28k) + (–8i – 10j + 4k) = 4i – 30j + 32k .
Hasil Kali Titik Andaikan, u = = u1 i+ u2 j + u3 k, dan v = = v1i + v2 j + v3 k adalah vektor-vektor tak nol. Hasil kali titik u dan v dinyatakan (u • v)didefinisikan oleh : u • v = u1v1 + u2v2 + u3v3, Bilamana θ merupakan sudut antara u dan v, hasil kali titik u dan v didefinisikan pula oleh, u • v = | u | | v | cosθ
11
Selanjutnya dengan menggunakan rumus diatas, besarnya sudut θ diberikan oleh, u•v cos θ = | u || v | dimana berlaku : 0 < θ < π/2, bilamana u • v > 0, θ = π/2, bilamana u • v = 0, π/2 < θ < π, bilamana u • v < 0 Dari definisi diatas terlihat bahwa jika u dan v adalah vektor-vektor tak nol, hasil kali titik dua vektor ortogonal adalah 0. Demikian pula, dengan menggunakan definisi diatas, untuk vektor satuan baku i, j, dan k berlaku : i•i = 1, j•j = 1, k • k = 1, i•j = j • i = 0, i• k = k •i = 0, j•k = k•j = 0,
Contoh 1.2.2. Carilah sudut PQR, jika P(7,1,3), Q(5,3,2), dan R(6,5,4). Penyelesaian : Perhatikanlah sketsa berikut ini. R Ambil, u = QP , dan v = QR . Dari sketsa disamping, terlihat bahwa sudut u terlihat bahwa sudut PQR adalah sudut θ antara u dan v. Q v P Gambar 1.2.3. Selanjutnya, mengingat : u = QP = <7 – 5, 1 – 3, 3 – 2> = <2, –2, 1> v = QR = <8 – 5, 5 – 3, 8 – 2> = <3, 2, 6> dengan demikian dihasilkan : (2)(3) + (−2)(2) + (1)(6) u•v = cosθ = | u || v | (2) 2 + (−2) 2 + (1) 2 (3) 2 + (2) 2 + (6) 2 6−4+6 8 = = = 0,38095 21 9 49 o dan, θ = 67,61
Contoh 1.2.3. Nyatakanlah, u = <9,6,3> sebagai jumlahan suatu vektor m yang sejajar dengan v = <2,–1,2> dan suatu vektor n yang tegak lurus v.
12
Penyelesaian : Perhatikanlah sketsa pada gambar berikut ini.
n
Dari sketsa disamping, vektor yang dicari adalah vektor m dan n, dimana u = m + n
u
θ
v m
Gambar 1.2.4. Langkah pertama, mengitung m. Andaikan θ sudut antara u dan v, dan m sejajar dengan v, dan m proyeksi u pada v. Dengan demikian, v v m=|m| = | u| cos θ |v| |v| u•v v = |u| | u || v | | v | (u • v)v = | u |2 Sehingga dengan rumus proyeksi diatas dihasilkan, m =
(9)(2) + (6)(−1) + (3)(2)
<2,–1,2> (2) 2 + (−1) 2 + (2) 2 18 = <2,–1,2> 9 = <4,–2,4> Jadi suatu vektor m yang sejajar dengan v adalah <4,–2,4> Langkah kedua, mengitung n. Dari sketsa pada gambar 1.2.4, terlihat bahwa u = m + n, dengan demikian : n =u–m = <9, 6, 3> – <4, –2, 4> = <5, 8, –1> Jadi vektor n yang tegak lurus v adalah <5, 8, –1>
Sudut dan Kosinus Arah Misalkan diberikan vektor tak nol u dalam ruang dimensi tiga. Sudut-sudut antara vektor tak nol u, dengan vektor-vektor satuan baku i, j, dan k disebut dengan sudut-sudut arah vektor u. Sudutsudut ini ditunjukkan oleh α, β, dan γ. Lihat gambar.
13
z u = u1i + u2 j + u3 k,
γ β
0
u
y
α
x Gambar 1.2.5.
Misalkan u = u1i + u2 j + u3 k,, menurut hasil kali titik besarnya sudut-sudutnya diberikan oleh, u u•i cos α = = 1 | u || i | | u | u u• j cos β = = 2 | u || j | | u | u u•k cos γ = = 3 | u || k | |u| Rumus diatas dikenal dengan rumus sudut dan cosinus arah vektor dalam ruang dimensi tiga. 2 2 2 Dengan menggunakan hasil diatas, maka diperoleh pula hubungan, cos α + cos β + cos γ = 1 Contoh 1.2.4. Carilah besarnya sudut-sudut arah vektor dari, u = 8i – 6 j + 10 k, Penyelesaian : Karena, |u| = 64 + 36 + 100 = 200 = 10 2 , dan u1 = 8, u2 = –6, u3 = 10, maka dengan rumus diatas diperoleh : 2 2 8 o dan α = 55,55 = cos α = 5 10 2 cos β = cos γ =
−6
10 2 10 10 2
=– =
3 2 o dan β = 115,10 10 2 o dan γ = 45 2
Contoh 1.2.5. o o Sebuah vektor u, panjangnya 6 satuan yang mempunyai α = 60 dan β = 135 , carilah u. Penyelesaian : Langkah pertama, menentukan γ. 2 2 2 Dengan menggunakan kesamaan, cos α + cos β + cos γ = 1, maka dihasilkan :
14
2
2
2
2
o
2
o
cos γ = 1 – cos α – cos β = 1 – cos 60 – cos 135 2
2 ⎛ 2⎞ 1 1 1 ⎛1⎞ ⎟ = 1– – = = 1 – ⎜ ⎟ – ⎜⎜ ⎟ 4 2 4 ⎝2⎠ ⎝ 2 ⎠ o o Jadi, cos γ = ± 0,5 dan γ = 60 atau γ = 120 . o
Langkah kedua menentukan u. Karena vektor u, panjangnya 6 satuan, dan diketahui α = 60 , dan o o β = 135 , serta untuk γ = 60 , maka udiberikan oleh : o
o
o
o
o
u = 6 = 6 1 2 1 , > = <3, –3 2 , 3> = 6< , – 2 2 2 o o o Demikian pula untuk α = 60 , β = 135 , dan γ = 120 dihasilkan vektor : o
u = 6 = 6 1 2 1 ,– > = <3, –3 2 , –3> = 6< , – 2 2 2 o o Jadi vektor yang panjangnya 6 satuan yang mempunyai α = 60 dan β = 135 , adalah vektor : u = <3, –3 2 , 3> atau u = <3, –3 2 , –3>
Hasil Kali Silang Dua Vektor
Hasil kali silang vektor u = dan v = dinyatakan (u × v) didefinisikan oleh : i
j
k
u × v = u1 u 2 v1 v2
u3 v3
=
u2 v2
u3 u u3 u u2 i– 1 j+ 1 k v3 v1 v3 v1 v 2
= (u2 v3 – u3 v3)i – (u1 v3 – u3 v1)j + (u1 v2 – u2 v1)k Dari definisi diatas, jelas terlihat bahwa hasil kali silang vektor adalah vektor, sedangkan hasil kali titik adalah sklar. Selanjutnya dengan menerapkan rumus diatas, untuk vektor-vektor satuan baku i, j dan k dihasilkan : i×i=0 i×j=k i × k = –j
j×j=0 j × k= i j × i = -k
k×k = 0 k×i =j k × j = -i
15
Tafsiran Geometri (u × v) Secara geometri, tafsiran dari (u × v) sangat bermafaat dalam praktek. Untuk itu perhatikanlah sketsa berikut ini. (u × v)
θ u
v
Gambar 1.2.6. Misalkan u dan v adalah vektor-vektor tak nol dalam ruang dimensi tiga, dan θ adalah sudut antara u dan v. Dari sketsa diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1). u • (u × v) = 0, artinya adalah (u × v) tegak lurus terhadap vektor u; 2). v • (u × v) = 0, artinya adalah (u × v) tegak lurus terhadap vektor v; dan 3). | u × v| = | u| |v| sin θ Contoh 1.2.6. Misalkan u = <1, 3, –2>, dan v = <–2, 1, 3>. Hitunglah : (u × v) ; (v × u); u • (u × v), dan v • (u × v). Penyelesaian : i j k 3 −2 1 −2 1 3 u × v = 1 3 −2 = i– j+ k 2 3 −2 3 −2 1 −2 1 3 = 11i + j + 7 k = <11, 1, 7> i
Contoh 1.2.7. Hitunglah luas segitiga dengan titik-titik sudut P(2, 3, 1), Q(4, 2, 3) dan R(6, 7, 8) Penyelesaian : Perhatikanlah sketsa pada gambar berikut ini.
R v
θ
Dari sketsa disamping, ambil u = PQ , v = PR dengan θ sudut antara u dan v. Ambil pula t sebagai tinggi segitiga, dimana :
t
t = | v | sin θ P
u Q Gambar 1.2.7.
Mengingat luas segitiga adalah, 1 1 1 A(R) = | u | t = | u || v | sin θ = | u × v| 2 2 2 Selanjutnya, karena : u = PQ = <4 – 2, 2 – 3, 3 – 1> = <2, –1, 2>
Jadi luas segitiganya adalah: 1 1 A(R) = | u × v| = 2 2
445
445
Bidang Dalam Ruang Ruang Dalam awal pembahasan secara tidak langsung telah dibicarakan masalah bidang dalam dimensi tiga. Cara yang paling mudah untuk menjelaskan masalah bidang adalah dengan pendekatan vektoris. Salah satu manfaat dari hasil kali titik dan hasil kali silang vektor adalah untuk menentukan persamaan bidang dalam ruang dimensi tiga. Untuk itu perhatikanlah sketsa pada gambar 1.2.8. berikut ini.