Penelitian
HARLEY DAVIDSON DALAM SUATU KEBUDAYAAN
Disusun Oleh : Ali Ramadhan
PROGRAM STUDI DESAIN PRODUK FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA 2010
Abstrak
Harley Davidson merupakan salah satu brand atau merk yang sudah terkenal tidak hanya di indonesia bahkan dunia. Harley-Davidson produk otomotif asal Amerika memiliki nilai magis tersendiri bagi pecintanya, yang dapat membuat penggila atau pecinta Harley-Davidson termimpi-mimpi. Harley Davidson memiliki komunitas yang tersebar di seluruh dunia. Komunitas Harley-Davidson merupakan salah satu contoh komunitas yang paling sukses. Dengan memiliki 800 cabang klub di seluruh dunia, anggota komunitasnya tumbuh menjadi anggota yang sangat fanatik. Mereka mengadakan pertemuan rutin juga kegiatan sosial. Harley-Davidson yang menjadi sponsor utama kegiatan-kegiatan klub ini juga mengeluarkan berbagai merchandise Harley-Davidson yang menjadi priceless alias berapa pun harganya akan dibeli oleh anggota komunitasnya disebabkan loyalitas dan fanatisme mereka terhadap Harley-Davidson. Kata Kunci : Harley Davidson, Komunitas, Nilai,Kebudayaan.
Abstract
Harley Davidson is one of the brand or brands that are well known not only in Indonesia and even the world. Harley-Davidson American automotive products has its own magical value for the lover, who can make the enthusiast or lover about Harley-Davidson dream. Harley Davidson has a community scattered around the world. Harley-Davidson community is one of the most successful examples of community. With the club has 800 branches around the world, members of the community grew into a very fanatical members. They hold regular meetings as well social activities. Harley-Davidson is a major sponsor of the club activities also released various merchandise Harley-Davidson is a priceless or at any price will be purchased by members of the community due to their loyalty and fanaticism against Harley-Davidson. Keywords: Harley Davidson, Community, Values, Culture. Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
1
B.
Identifikasi Masalah
2
C.
Batasan Masalah
3
D.
Kerangka Berfikir.
3
E.
Metode Penelitian
3
F.
Metode Pengumpulan Data
4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Harley Davidson
5
B.
Harley Davidson Dalam Suatu Budaya
7
C.
Harley Davidson Sebagai Media
9
D.
Harley Davidson Dalam Pencitraan
10
E.
Wacana Dalam Harley Davidson
13
F.
Harley Davidson Dalam Suatu Budaya Visual
14
G.
Harley Davidson sebagai suatu Ideologi
16
H.
Fetisisme dalam Harley Davidson
17
I
Harley Davidson dalam sebuah Estetika Modernisme Dan Posmodernisme
18
BAB III KESIMPULAN 3.1
Kesimpulan
20
3.2
Saran
20
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Banyak perusahaan telah menyadari pentingnya komunitas. Program-
program keanggotaan klub adalah contoh komunitas yang dibentuk produsen untuk meningkatkan hubungan perusahaan dengan pelanggan. Komunitas pelanggan saat ini menjadi sedemikian kuat bagi para pemasar. Hal ini disebabkan karena, pertama, loyalitas pelanggan. Pelanggan yang membentuk sebuah komunitas di sekeliling merek, produk, pelayanan, ataupun organisasi biasanya adalah sangat loyal. Komunitas tidak hanya menciptakan relationship dan loyal customer, tetapi juga dapat membangun advocator customer. Pelanggan jenis ini akan membela merek dan produk perusahaan. Kekuatan kedua terletak pada murahnya penarikan pelanggan baru (customer acquisition) yaitu dengan adanya pelanggan yang fanatik yang akan merekomendasikan merek dan produk perusahaan. Masukan dari pelanggan yang sangat fokus juga dapat menjadi salah satu kekuatan komunitas. Pelanggan di dalam komunitas bisa terlibat dalam berbagai survey yang diadakan perusahaan mulai dari riset pesaing, tes, produk, serta memberikan feedback. Kekuatan keempat yaitu adanya peer to peer customer, yaitu layanan pelanggan yang secara otonomi dijalankan antar pelanggan sendiri. Bila dalam komunitas ada mailing list misalnya, maka para anggotanya dapat menanyakan persoalan-persoalan yang terkait produk kepada anggota komunitas lain. Beberapa contoh komunitas di Indonesia sendiri antara lain komunitas B2W (Bike to Work), Jakarta Mio Club, dan Harley-Davidson, dan lain-lain. Komunitas Harley-Davidson merupakan salah satu contoh komunitas yang paling sukses. Dengan memiliki 800 cabang klub di seluruh dunia, anggota komunitasnya tumbuh menjadi anggota yang sangat fanatik. Mereka bertukar informasi seputar motor besar, mulai dari suku cadang, perawatan, sampai cara mengendarai Harley. Mereka mengadakan pertemuan rutin juga kegiatan sosial. Harley-Davidson yang menjadi sponsor utama kegiatan-kegiatan klub ini juga
mengeluarkan berbagai merchandise Harley-Davidson yang menjadi priceless alias berapa pun harganya akan dibeli oleh anggota komunitasnya disebabkan loyalitas dan fanatisme mereka terhadap Harley-Davidson. Harley-Davidson produk otomotif asal Amerika memiliki nilai magis tersendiri bagi pecintanya, yang dapat membuat penggila atau pecinta HarleyDavidson termimpi-mimpi. Berkendara Harley-Davidson tidak sekadar membuat gaduh dengan suara mesinnya, menaiki sepeda motor ke pasar, ke rumah mertua, atau kemana pun suatu tujuan. Mengendarai Harley-Davidson bagi pemiliknya adalah suatu kebanggaan. Berputar-putar keliling kota atau konvoi dari kota ke kota dengan menunggang motor yang mempunyai struktur yang bersifat gagah, macho, dan mewah, membawa kepuasan tersendiri bagi pemiliknya. HarleyDavidson ini sifatnya agak berbeda dibandingkan motor besar lain, seperti Honda, Yamaha, Kawasaki ataupun BMW. Para pemakai motor HarleyDavidson akan tetap bangga walaupun motor yang dipakainya merupakan buatan tahun 1930, bagi mereka ini soal nama yang ada di motor tersebut. Kesan kemewahan dan glamoritas memang lengket erat menyertai eksistensi HarleyDavidson. Jika sepeda motor Jepang berorientasi pada manfaat fungsional, Harley Davidson lebih mengunggulkan manfaat emosional dan ekpresi diri. Itulah karakter sosial yang dialami oleh para pemilik motor Harley-Davidson, sehingga para pemakainya dapat menunjukkan pribadi mereka hanya dengan menggunakan motor tersebut.
B.
Identifikasi Masalah Para pengguna produk otomotif Harley-Davidson mengakui mempunyai
loyalitas terhadap merek otomotif Harley-Davidson.
Maka disimpulkan,
identifikasi permasalahan penelitian ini adalah hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan meningkatnya loyalitas dari para pengguna Harley-Davidson.
C.
Batasan Masalah Batasan di dalam permasalahan yang akan dibahas yaitu objek
permasalahan yang berkaitan dengan pengaruh motor Harley Davidson terhadap pengguna dari produk otomotif Harley-Davidson dalam suatu konteks budaya.
D.
Kerangka Berfikir. - MEMBENTUK BUDAYA
- MENGHADIRKAN WACANA - BUDAYA VISUAL
- SEBUAH MEDIA - PENCITRAAN
HARLEY DAVIDSON
- MEMBENTUK IDEOLOGI
- FETISISME HARLEY DAVIDSON - ESTETIKA MODERN DAN POS MODERN E.
Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
karena “berdasarkan kualitas dari pencarian informasi” yang berkaitan dengan objek dari penelitian yaitu Harley Davidson.
Metode penelitian kualitatif
digunakan karena membantu membentuk tema penelitian. Karena dalam penelitian ini diperlukan “kemampuan untuk menggali secara mendalam atas persoalan yang sedang dikaji.”1 Khususnya dalam budaya yang terdapat pada Harley Davidson.
1
Sarwono Jonathan Dan Lubis Hary, Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual,
Penerbit ANDI, Yogyakarta, 200. Hal 95
F.
Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode: 1. Studi pustaka Studi
pustaka
digunakan
untuk
“membantu
peneliti
dalam
mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan bahan-bahan tulisan karena dengan adanya metode pengumpulan data studi pustaka peneliti dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh objek yang diteliti.”2 Studi pustaka yang dilakukan adalah mencari ke perpustakaan yang berkaitan dengan Harley Davidson sebagai objek dari penelitian dan juga kebudayaan yang dihasilkan dari keberadaan Harley Davidson. 2. Studi internet Studi internet digunakan sebagai “salah satu cara untuk mencari data dan informasi dikarenakan saat ini dimungkinkan para peneliti melakukan pencarian data atau informasi dengan internet yang merupakan media pengumpulan data yang cepat dan mudah dilakukan.”3 Studi internet yang dilakukan berupa pencarian informasi, gambar, data mengenai pengaruh kebudayaan yang dihasilkan oleh Harley Davidson, melalui artikel. Pencarian informasi menggunakan internet bertujuan untuk melengkapi dan mendalami informasi. Pencarian gambar adalah untuk melihat bermacammacam pengaruh dan bahan pembanding yang digunakan dalam penelitian.
2
Sarwono Jonathan Dan Lubis Hary, Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual,
Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2007.Hal 102 3
Sarwono Jonathan Dan Lubis Hary, Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual,
Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2007.Hal 104
BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Harley Davidson Sejarah Harley Davidson4 berawal dari niat William Harley dan Arthur Davidson dalam meneruskan ide para pendahulunya, Sylvester Howard Roper sampai Gottlieb Daimler. ''Tujuannya pun sangat sederhana yaitu agar dapat melahap tanjakan yang ada di daerah Milwaukee, Wisconsin,'' kata William dan Arthur. Sejarah Harley Davidson dimulai pada 1901. Dua sahabat William 'Bill' Harley dan Arthur Davidson yang bersahabat sedari bocah hingga sama-sama bekerja di sebuah pabrik sepeda di Milwaukee, Wisconsin. Di pabrik sepeda ini Harley menjadi juru gambar, sementara Davidson menjadi perancang pola. Keduanya menggagas: bagaimana seandainya sepeda bertenaga angin -- itu sebabnya disebut sebagai kereta angin -- itu bisa digantikan tenaganya oleh mesin.
Gambar 2.1 Logo Harley Davidson
Harley dan Davidson memulai perjalanan panjang ini pada 1903, ketika usia mereka masih di awal 20-an. Hasil perdana utak-atik dua anak muda ini adalah mesin satu silinder dengan kapasitas 60 cc. Bisa jalan dan berhasil melahap tanjakan dengan gampang. Belakangan, karena sukses ini, dua saudara Arthur, Walter dan William Davidson, ikut bergabung. 4
www.gatra .com
Gambar 2.2 William Harley dan Arthur Davidson
Berbeda dengan keinginan pendahulunya Roper dan Daimler. Roper mengembangkan motor pertama kali pada 1868. Motor ini menggunakan mesin uap. Walau ciptaan Roper tak mendapat sambutan luas, sejumlah idenya, seperti pedal gas di tangan, banyak diadopsi motor masa depan. Selain mesin bertenaga uap, Roper juga menciptakan mesin dua silinder bertenaga arang. Sementara Gottlieb Daimler dianggap sebagai orang pertama yang benarbenar menciptakan motor pada 1885. Namun, belakangan, Daimler lebih intens berkutat di kendaraan roda empat. Ia dikenal karena persekutuannya dengan Karl Benz membentuk Daimler-Benz Corporation, produsen mobil Mercedes-Benz. Ketika Harley dan Davidson memulai usahanya, sejumlah terobosan penting lain juga sedang berlangsung. Henry Ford sedang bereksperimen menciptakan mobil pertama. Keluarga Wright juga sedang asyik dengan konsep pesawat terbang. Seperti yang diketahui, Ford dan Wright akhirnya sukses. Ford dengan mobil model T-nya, dan Wright dengan rintisan awal pengembangan pesawat udara. Di sisi lain, Harley dan Davidson berhasil menciptakan ikon penting dalam sejarah kendaraan roda dua. Terobosan paling pentingnya adalah mesin berkonfigurasi V, yang kemudian juga dikenal dengan Knucklehead, Panhead, Shovelhead, Evolution, sampai Twin Cam. Mesin ini belakangan menjadi acuan bagi perusahaan lain, khususnya dari Jepang, dalam membuat motor besar.
Gambar 2.3 Jenis Mesin Ciptaan Harley Davidson
Dua tahun kemudian, mereka sepakat melembagakan usahanya itu ke dalam Harley Davidson Motorcycles Co. Ketika berdiri, perusahaan itu baru memproduksi tiga unit motor. Ketiga motor itu dihasilkan dari pabrik di halaman rumah milik keluarga Davidson. Yang disebut pabrik itu adalah gubuk kecil di belakang rumah keluarga Davidson.
Gambar 2.4 Motor Pertama Harley Davidson
B. Harley Davidson Dalam Suatu Budaya Dalam kemunculannya, suatu budaya tidak dapat dilepaskan dari suatu komunitas masyarakat yang hadir pada saat itu. Hal ini dikarenakan munculnya suatu kebudayaan5 merupakan hasil dari perilaku masyarakat yang sudah ada. Dan seiringnya waktu semakin berkembang menjadi suatu kepercayaan yang hadir dalam komunitas masyarakat tertentu. Dan dalam konteks sebuah motor 5
Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 8a
Harley Davidson dapat dilihat bahwa kemunculannya dapat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat khususnya masyarakat pemilik Motor Harleh Davidson. Hal ini diawali pada tahun 1950-1960 juga ditandai dengan hadirnya komunitas bikers, yang memperkenalkan budaya pengendara motor. Mereka gampang dikenali karena menggunakan jaket kulit, penuh tato, dan berambut panjang.
Gambar 2.5 Komunitas Harley Davidson
Dalam konteks budaya atau dapat disebut juga peradaban dalam sebuah zaman maka budaya yang dihasilkan oleh sebuah image motor Harley Davidson terdapat unsur dari kebudayaan unsur klasik6 yang masuk ke dalam abad ke 17. Hal ini dapat dilihat dari kebudayaan masyarakat pemilik motor Harley Davidson yang memiliki kekhasan perilaku terhadap kelompok mereka sendiri dapat hal tersebut dapat dicontohkan dari seringnya mereka berkumpul antar pemilik motor Harley Davidson. Dan juga memiliki unsur kebudayaan yang dapat disebut fluralistik evaluatif yaitu menghormati keberagaman akan tetapi dengan tetap mempertahankan simbolisasi dari kelompok mereka yaitu pemilik motor Harley Davidson. Dalam perkembangannya, maka kendaraan motor Harley Davidson telah menjadi suatu media awal dalam membentuk suatu karakter pengendaranya. C. Harley Davidson Sebagai Media Dalam pengartiannya sebuah media berawal dari kata medium yang berarti adalah di tengah atau di antara. Maka dapat diposisikan bahwa Harley 6
Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 hal 83
Davidson hadir di tengah – tengah masyarakat sekarang ini dikarenakan adanya sebuah proses industrialisasi yang membentuk pikiran masyarakat ( massa ). Sehingga motor Harley Davidson tersebut menjadi sebuah gagasan yang diekspresikan melalui hal – hal yang bersifat idealisme bagi suatu kelompok khususnya pemilik motor Harley Davidson. Pada awalnya Harley Davidson hadir ke tengah – tengah masyarakat dalam bentuk suatu alat transportasi yaitu motor. Hal ini berawal dari hadirnya motor tersebut dalam bentuk kendaraan perang yang diproduksi untuk pasukan Amerika. Akan tetapi dalam perkembangannya setelah perang usai, motor produksi Harley davidson tersebut banyak peminatnya yaitu dari para veteran perang. Yang memang mengagumi kekuatan yang dihasilkan dari sebuah motor. Lalu berlanjut kepada diproduksinya motor Harley Davidson tersebut ke dalam bentuk produksi massal yang bersifat untuk kepentingan komersil. Seiring perkembangannya fungsi Harley Davidson menjadi bertambah setelah munculnya suatu komunitas veteran tersebut yang mengembangkan faktor kebersamaan antar sesama veteran yang berubah menjadi suatu perkumpulan akan tetapi dalam konteks yang lebih luas yaitu pengendara Harley Davidson. Fungsi media pada komunitas Motor Harley Davidson memunculkan sebuah representasi yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya kesan – kesan yang dimunculkan oleh kehadiran suatu komunitas motor Harley Davidson. Kesan – kesan tersebut membentuk pemikiran masyarakat yang menjadikan komunitas tersebut memiliki sisi positif dan sisi negatif.
Gambar 2.6
Kesan Yang Ditampilkan Media Terhadap Gaya Hidup Komunitas Harley Davidson
Hal ini tercermin dari adanya kesan negatif yaitu brutal yang hadir dari image yang dihadirkan oleh cara berkendara dari komunitas tersebut. Akan tetapi kebrutalan tersebut memiliki kesan positif yang terdapat pada kesan kekompakan yang hadir dikarenakan oleh pencitraan komunitas tersebut yang sering berkendara secara berkelompok.
D. Harley Davidson Dalam Pencitraan Dalam konteks sebuah pencitaraan, dapat dikatakan bahwa realitas7 yang hadir dalam suatu image motor Harley Davidson memberikan kesan – kesan yang berupa motor yang memiliki kekhususan ( spesial ) terhadap pemiliknya. Hal ini dapat dilihat bahwa citra dari pemilik motor Harley Davidson adalah orang yang memiliki sifat macho ( jantan ) dan dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Padahal
awal mulanya, motor Harley Davidson adalah
produk yang terjangkau dan mudah dipakai serta dimodifikasi sehingga menjadikanya Harley Davidson produk mahal dan onderdilnya sulit dicari. Dalam pencitraan sebuah motor Harley Davidson tidak dapat lepas dari media – media8 yang mendukungnya untuk memberikan kesan terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari hadirnya motor Harley Davidson dalam kehidupan selebritis holywood. Sehingga berpengaruh terhadap kesan yang ditangkap oleh masyarakat.
7
Davis, Howard dan Paul, Walton. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta, Jalasutra 2010
8
Davis, Howard dan Paul, Walton. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta, Jalasutra 2010
hal 165 hal 147
Gambar 2.7 Elvis Presley Dengan Harley Davidson
Dalam perjalanannya, pencitraan sebuah Harley Davidson banyak dipengaruhi oleh selebritis – selebritis holywood yang memang memakai motor Harley Davidson dalam penampilan mereka ataupun dalam kehidupan sehari – hari. Hal ini diawali dengan hadirnya aktor Elvis Pressley dengan motor Harley Davidson menjadi sampul majalah Enthusiast pada tahun 1956. Lalu dilanjutkan pada pertengahan 1990-an oleh Arnold Schwarzeneger dan Lorenzo Lamas tampil dengan Harley-Davidson di film Terminator dan Renegade.
Gambar 2.8 Pencitraan Harley Davidson Dalam Sebuah Film
Lalu terakhir adalah hadirnya motor Harley Davidson dalam dua format yang berbeda yaitu hadir dalam versi original dan modifikasi dalam film Ghost Rider dengan aktor Nicolas Cage. Hal ini mengakibatkan semakin naiknya pencitraan motor Harley Davidson dalam kehidupan bermasyarakat yang hadir dalam konteks citranya sebagai motor untuk kalangan menengah keatas. Pengaruh dari pencitraan tersebut tidak akan dapat dihilangakan dari unsur keberadaan film yang hadir dalam konteksnya sebagai bahan tontonan entah itu dilakukan dalam konteks layar lebar atau layar televisi9. Sehingga menjadi suatu pembelokan tanda yang awalnya merupakan produk terjangkau menjadi produk mahal dan sulit untuk didapatkan.
9
Davis, Howard dan Paul, Walton. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta, Jalasutra 2010 hal 3
Dalam kaitannya dengan suatu komunitas maka pencitraan yang didapatkan dari motor Harley Davidson adalah menghadirkan kesan mahal dari suatu motor lalu berubah kepada menghadirkan kesan kaya raya kepada pemiliknya dan berakhir kepada suatu kebrutalan dari penampilan yang dihasilkan dari pengendaranya.
MEMBENTUK BUDAYA
Proses Industrialsasi
SEBUAH MEDIA
Kendaraan Perang
Berkumpulnya para veteran perang
PENCITRAAN
Kendaraan Khusus perang
Motor Tenaga Besar Berharga Murah
Berkumpulnya Pecinta Motor Harley Davidson
Proses komersialisasi
Berkumpulnya Pecinta Motor Harley Davidson
Motor Mahal
Berkumpulnya para pecinta motor Harley Davidson
Motor untuk kalangan menengah keatas
Skema Harley Davidson Pembentukan Budaya, Sebagai Media dan Pencitraan
E. Wacana Dalam Harley Davidson Dalam kehadirannya dalam masyarakat sosok motor Harley Davidson hadir dalam sebuah wacana yang berkembang menjadi sebuah kehidupan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari adanya pengembangan dari sebuah permainan tanda yang dihasilkan dari sebuah tanda dari motor besar sehingga meluas menjadi sebuah teks yang menghadirkan kesan Harley Davidson lalu menjadikannya perbincangan yang dapat menyatukan pemikiran masyarakat tentang keberadaan motor besar yang sudah di identikkan dengan Harley Davidson.
MOTOR BESAR
Gambar 2.9 Skema Wacana Harley Davidson
Akan tetapi dalam sebuah wacana yang berkembang, sosok Harley Davidson dapat menjadi wacana berupa gaya hidup dari pemiliknya. Hal ini disebabkan bahwa sosok yang dihadirkan dari motor Harley Davidson tidak dapat dilepaskan dari para pemiliknya yang juga memiliki sebuah karakter yang kuat dalam pengaruhnya pada gaya hidup bermasyarakat. Harley Davidson
Gambar 2.10 Skema Wacana Pengendara Harley Davidson
Dalam penerapannya wacana yang hadir pada motor Harley Davidson beserta pemiliknya lebih banyak dihadirkan oleh media, yang mana akhirnya
berpengaruh terhadap pemikiran massa yang hadir sehingga menghadirkan kesan yang dapat ditampilkan melalui pencitraan dari sosok motor Harley Davidson.
F. Harley Davidson Dalam Suatu Budaya Visual Dalam kehadirannya di tengah – tengah masyarakat nama Harley Davidson telah menjadi simbol bagi raja jalanan dan macho atau kejantanan. Hal ini dapat disebabkan oleh hadirnya kesan yang ditampilkan oleh pemikiran masyarakat luas berdasarkan fakta – fakta yang telah dibentuk sehingga menghasilkan sebuah realitas yang dibuat. Realitas yang dibuat pada motor Harley Davidson dikarenakan adanya bentuk pemikiran yang bersifat strukturalisme yang mana dari struktur itu sendiri selalu melihat dari hubungan relasi dan menghasilkan suatu makna dikarenakan hadirnya makna yang lain. Hal ini dapat dilihat dari adanya kesan yang ditampilkan dari sebuah kesan motor besar sebagai sebuah struktur bukan kepada sejarah. Akan tetapi seiring berkembangnya pemikiran masyarakat maka kesan motor besar tersebut dapat diakhiri menjadi banyak makna. Hal ini dapat dilihat dari banyak hadirnya modifikator motor yang dapat menyaingi motor Harley Davidson sendiri. Akan tetapi posstruktural tersebut sudah dikalahkan oleh sebuah kesan bahwa setiap motor besar pasti dikatakan Harley Davidson. Kebudayaan yang dihadirkan oleh sosok motor Harley Davidson sendiri sudah menjadi akar bagi setiap pemilik motor besar walaupun motor tersebut bukan diproduksi oleh pabrik Harley Davidson.
Gambar 2.11 Budaya Pemilik Harley Davidson
Dalam perkembangannya munculnya modifikator khusus motor besar ikut mempengaruhi jalannya perubahan pemikiran masyarakat tentang sebuah motor besar yang selalu di identikkan dengan Harley Davidson. Dan hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangannya kepada komunitas motor terebut.
Wacana Harley Davidson
Harley Davidson Dalam Suatu Budaya Visual
Motor Bertenaga Besar Berharga mahal
Komunitas motor Harley Davidson
Macho, Raja Jalanan
Munculnya Modifikator Khusus Harley Davidson
Komunitas motor Bertenaga besar
Skema Harley Davidson yang hadir dalam sebuah wacana dan budaya visual
G. Harley Davidson sebagai suatu Ideologi Dalam pengertiannya ideologi10 merupakan suatu sistem kepercayaan yang dianut karakteristik kelas atau kelompok masyarakat tertentu dalam hal ini kelompok masyarakat pemilik motor Harley Davidson telah berkembang menjadi suatu keyakinan yang bersifat palsu. Hal ini dapat dilihat dari adanya keyakinan bahwa pemilik motor Harley Davidson sudah dapat dipastikan jantan atau dapat disebut juga dengan macho sehingga menimbulkan dominasi kekuasaan melalui pemikiran bahwa selain pemilik motor Harley Davidson tidaklah macho.
10
Tony, Thywaites, Lloyd, Davis, Warwick, Mules. Tools For Cultural Studies An Introduction. Australia, Australian Printed Group, Mayborough 1994 hal 155
Gambar 2.9 Ideologi Pemilik Motor Harley Davidson Hal ini dapat mengakibatkan munculnya kepentingan – kepentingan11 yang hadir dikarenakan untuk suatu kelompok pemilik motor Harley Davidson. Dalam hal ini dapat dicontohkan dalam penggunaan jalan raya oleh pemilik motor Harley Davidson.
Dalam penerapannya sebuah motor Harley Davidson sudah menjadi sebuah perangkat ideologi yang menyerang sistem kekuasaan melalui sebuah kekuatan12 massa. Hal ini dikarenakan oleh hadirnya suatu komunitas massa dalam bentuk perkumpulan pemilik motor Harley Davidson. Yang dalam kehidupan bermotornya selalu bersama – sama (berkumpul). Hal ini dapat menjadi sebuah titik lemah dari sebuah perkumpulan motor Harley Davidson itu sendiri karena dalam penerapan sebuah kelompok bermotor yang lain dapat dengan mudah memfitnah kelompok tersebut dengan aksi – aksi yang merugikan masyarakat. Sehingga dalam mempertahankan sebuah ideologi seluruh elemen dari kelompok bermotor Harley Davidson haruslah terus memproduksi sebuah kebaikan sehingga tidak menghasilkan celah untuk dapat diserang oleh kelompok tertentu.
H. Fetisisme dalam Harley Davidson Dalam pengartiannya secara luas fetisisme adalah memiliki daya pesona tertentu yang terkandung di dalam suatu obyek maka dalam konteks motor Harley Davidson didapatkan bahwa motor Harley Davidson memiliki suatu daya pesona dalam kaitannya kepada gaya hidup masyarakat yang berkembang. Sehingga memunculkan suatu kegilaan – kegilaan dalam mengidolakan keyakinannya terhadap motor Harley Davidson sendiri sebagai benda komoditi
11
Tony, Thywaites, Lloyd, Davis, Warwick, Mules. Tools For Cultural Studies An Introduction. Australia, Australian Printed Group, Mayborough 1994 hal 157 12
Tony, Thywaites, Lloyd, Davis, Warwick, Mules. Tools For Cultural Studies An Introduction. Australia, Australian Printed Group, Mayborough 1994 hal 156
yang pantas untuk dipuja. Hal ini disebabkan oleh sifat produksi komoditi dalam sistem kapitalis yang mana menghadirkan suatu benda komoditi tidak semata dianggap sebagai benda guna akan tetapi sebagai obyek yang mengandung daya pesona tertentu yang berpengaruh terhadap harga diri orang yang memakainya.
Gambar 2. 10 Pesona Motor Harley Davidson Fetisisme dalam konteks motor Harley Davidson hadir melalui aktivitas – aktivitas yang dihadirkan oleh kelompok – kelompok pemilik motor Harley Davidson. Akan tetapi hal ini ditakutkan akan menghasilkan suatu kesan yang mengidolakan motor Harley Davidson itu sendiri sehingga dapat menjatuhkan citra dari keberadaan motor dengan merk dan bentuk lain. Sehingga dapat menghadirkan jurang pemisah antara pemilik motor. Karena para komunitas pemilik motor Harley Davidson yang mengidentikkan dirinya dalam suatu kegilaan akan pesona yang ditampilkan oleh motor Harley Davidson sendiri.
I. Harley Davidson dalam sebuah Estetika Modernisme Dan Posmodernisme Dalam perkembangannya dari sebuah benda komoditi menjadi sebuah benda yang memiliki nyawa ( pesona ) maka motor Harley Davidson dapat disebut juga sudah mengalami kemajuan sehingga memutuskan diri dari adanya spirit ketuhanan kepada pemiliknya. Dan dengan menampilkan keasliannya. Dengan mengharamkan hadirnya ornamen dalam bendanya
Gambar 2.11 Modernise Harley Davidson
Akan tetapi hal ini diyakini tidak akan ada gunanya karena kesan motor Harley Davidson dalam sebuah konteks estetika modernisme sudah mulai ditinggalkan dikarenakan konsep estetika posmodernisme yang memang lebih berpengaruh terhadap kemajuan dari kesan motor Harley Davidson. Hal ini hadir dari banyaknya modifikator – modifikator motor Harley Davidson yang hadir di tengah – tengah masyarakat. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri dari kesan yang ditampilkan oleh motor Harley Davidson.
Gambar 2.12 Posmodernisme Harley Davidson
Dengan hadirnya modifikator tersebut maka dapat dikatakan sebuah pencitraan sebagai motor Harley Davidson sebagai barang komoditi yang spesial yang dihasilkan maka menjadi lebih kuat dikarenakan dalam kehadirannya motor tersebut menghadirkan ornamen – ornamen yang dapat berpengaruh terhadap pencitraan dari pemiliknya sehingga menjadikannya hadir sebagai motor dengan kekhasannya sendiri.
BAB III KESIMPULAN 3.1
Kesimpulan Kesimpulan dari makalah disusun yaitu, memberikan penjelasan pada
Harley Davidson untuk menilai terhadap suatu pandangan budaya desain merupakan sebuah pemikiran untuk menciptakan pandangan akan citra Harley Davidson tersebut sebagai suatu komunitas yang memberikan loyalitas, dimana budaya dari image pada Harley Davidson tersebut didasarkan dari suatu perilaku dalam sebuah peradaban di dalam zaman kebudayaan klasik yang disebut sebagai fluralitif evaluatif. Dalam hal sebuah visualisasi terhadap kebudayaan memberikan pengaruh
pada Harley Davidson sebagai suatu motor yang
memiliki khas simbolik akan kendaraan yang Jantan, Sedangkan didalam sebuah pencitraan tersendiri Harley Davidson tidak terlepas dari beberapa media pendukung yang secara garis besar dipengaruhi oleh para Selebriti sehingga hal tersebut memberikan format yang berbeda (Original/ Modifikasi) yang menyebabkan suatu Ideologi yang tinggi sehingga pada fetisisme/ pesona yang diberikan pada Harley Davidson tersebut memiliki dampak harga diri yang diberikan terhadap orang/pengguna dan membuat citra Harley Davidson tersebut sebagai motor yang memiliki Estetika yang modernisme serta posmodernisme akan citra komoditi yang spesial. Bahkan Hingga di dalam aspek pencitraan media pun Harley Davidson juga di pandang negatif sebagai kendaraan yang dimiliki oleh komunikas brutal, namun hal tersebut juga memiliki sisi positif harley Davidson merupakan suatu kekompakan pada komunitas tersebut.
3.2
Saran Dalam Hal ini sebaiknya di dalam suatu pencitraan yang diberikan pada
kebudayaan terhadap Desain, khususnya pada Harley Davidson tidak harus dipandang sebagai suatu komunitas yang negatif, melainkan citra tersebut harus digambarkan sebagai suatu citra akan suatu motor yang memiliki gaya terhadap setiap karakter yang dimiliki oleh penggunanya.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, Howard dan Paul, Walton. Bahasa, Citra, Media. Yogyakarta, Jalasutra 2010. Sarwono Jonathan Dan Lubis Hary, Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2007 Susan, Vihma dan Seppo, Vakeva. Semiotika Visual dan Semantika Produk. Yogyakarta Dan Bandung, Jalasutra 2009 Tony, Thywaites, Lloyd, Davis, Warwick, Mules. Tools For Cultural Studies An Introduction. Australia, Australian Printed Group, Mayborough 1994 Widagdo. Desain Dan Kebudayaan, Bandung, Penerbit ITB 2005 www.gatra.com www.harley-davidson.com www.hells-angels.com