UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN DESAIN INTERIOR
Sri Setiawati ( 41707010-026 ) Tinjauan Gaya Modern Eklektik pada Kafe di Indonesia Studi Kasus Beyond Café Jl. Iskandarsyah Raya No. 66C Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. ABSTRAKSI Dewasa ini banyak dijumpai fenomena baru, bahwa semakin banyak kafe yang menerapkan berbagai macam gaya desain pada interiornya. Penerapan desain dengan memadu memadukan berbagai unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri di sebut gaya eklektik. Salah satu yang menerapkan gaya modern eklektik adalah Beyond cafe. Pada kafe ini terdapat penerapan unsur desain modern dan klasik serta perpaduan unsur barat dan timur. Hal ini menarik untuk diteliti karena kondisi kafe ini dalam keadaan yang baik. Penelitian mengenai tinjauan gaya modern eklektik pada kafe di Indonesia studi kasus Beyond Cafe adalah dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif. Sedangkan metode yang digunakan dalam analisa data atau pengolahan data merupa metode dekriptif kualitatif dengan cara data yang terkumpul dianalisa dengan membandingkan dari hasil wawancara mendalam tentang tinjauan gaya eklektik pada Beyond cafe dan menggaruh gaya modern eklektik yang diterapkan pada Beyond cafe. Hasil penelitian yang didapat adalah penerapan gaya eklektik pada interior Beyond cafe dilakukan secara bebas. Sehingga suasana tersebut menciptakan image elegan dan glamour klasik modern dengan fasilitas lounge, club dan bar. Sedangkan peranan gaya modern eklektik pada kafe di Indonesia dapat memberikan citra dan idetintas kafe tersebut.
ii
SKRIPSI SARJANA STRATA 1 (S1) DESAIN INTERIOR
TINJAUAN PENGARUH GAYA MODERN EKLETIK PADA KAFE DI INDONESIA STUDI KASUS BEYOND CAFÉ
Yang dipersiapkan dan disusun oleh Nama : Sri Setiawati Nim
: 41707010-026
Telah dipertanggung jawabkan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 20 Mei 2009 Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Pembimbing
Penguji
1. Niken Savitri, S.Sn., M. Ds
1. Drs. Agustiono, M. Hum 2. Zulfiska Nadaa,S. Sn.,M.Ds
Ketua Program Studi
Ir. Joni Hardi, MT.
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini
:
Nama
: Sri Setiawati
Nim
: 41707010-026
Jurusan
: S1 Desain Interior
Fakultas
: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Dengan sejujur-jujurnya saya menyatakan bahwa karya tulis Skripsi Sarjana Strata 1 (S1) Desain Interior Fakultas Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana ini dibuat oleh saya sendiri dan dengan menjunjung tinggi Kode Etik Akademik di lingkungan Ilmu dan Almamater.
Jakarta, Mei 2009
Sri Setiawati
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat, izin dan karuniaNYa juga penulis bisa menyelesaikan skripsi di Jurusan Desain Interior Universitas Mercu Buana yang berjudul Tinjauan Gaya Modern Eklektik pada Kafe di Indonesia Studi Kasus Beyond Cafe. Dalam penyelesaian tugas akhir ini tidak sedikit kesulitan yang ditemukan oleh penulis, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, Alhamdulillah, halangan tersebut dapat terantasi. Oleh sebab itu, dengan segenap kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Dosen Pembimbing dan Penguji I, Niken Savitri, S.Sn., M.Ds. Dosen Penguji II Drs. Agustiono, M..Hum dan Penguji III Zulfiska Nadaa, S Sn., M Ds, terima kasih telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi hingga dapat terselesaikan dengan baik. 2. Ir. Joni Hardi, MT. selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana. 3. Para dosen jurusan Desain Interior Universitas Mercu Buana, terima kasih telah mengajar dan memberikan pengalaman yang bermanfaat selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana Jakarta.l
v
4. Pihak kafe Beyond Jakarta yang telah memberi kesempatan penulis untuk mengambil data Skripsi, khususnya kepada Bapak Reza selaku manejer kafe Beyond. 5. Para staf TU FTSP dan karyawan yang turut serta membantu terselesaikannya skripsi ini. 6. Kedua orang tua tercinta dan kakak-kakak ku tersayang, terima kasih atas segala dukungan dan doa yang telah diberikan . 7. Keluarga besar Penulis, terima kasih atas doa dan dukungannya kepada Penulis. 8. Temen-temen seperjuangan, Ningsi, Agung, Dwi Yanto dan Dwi Setiawan. Seluruh Keluarga besar desain Interior. 9. Sahabat-sahabat lama, Lidya, Nelly, Wildy, Isna, Ely, Qiqi dan Nova adalah sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis 10. Terima kasih juga disampakan kepada seluruh Crew Radio 108.8 FM terutama Iyang, Indy, Irma, Nana, Putri, Vini, Malik, Topik, Yudi , Ka Diah, Ka Tuty, dan semua pihak yang tiadak tersebut namanya satu persatu. 11. Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, yang telah berperan besar dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Jakarta, Mei 2009
Sri Setiawati
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………... i ABSTRAKSI …………………………………………………………………….. ii LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………… iii LEMBAR PENYATAAN ………………………………………………………. iv KATA PENGANTAR…………………………………………………………… v DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. Vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………... 1 1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………….. 3 1.3 Batasan Masalah……………………………………………………… 3 1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………… 4 1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………………. 4 1.6 Metodologi Penelitian ………………………………………………… 5 1.6.1 Sifat Penelitian ……………………………………………… 5 1.6.2 Metode Penelitian ………………………………………….. 6 1.6.3 Populasi……….……………………………………………. 7 1.6.4 Sampel ……………………………………………………… 7 1.6.5 Metode Pengumpulan Data ………………………………… 8 1.6.6 Metode Analisa Data …………………………………………9 1.6.7 Sistem Penulisan………………………………………....... 9
vii
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Gaya ……………………………………………………….. 11 2.1.1 Pengertian Gaya ..................................................................... 11 2.2. Tinjauan Teori Estetika ........................................................................ 13 2.3 Tinjauan Tentang Kafe ……………………………………………….. 29 2.3.1 Pengertian Kafe...................................................................
29
2.3.2 Perkembangan Kafe di Indonesia ........................................
30
2.3.3 Faktor-faktor Perkembangan Kafe di Indonesia…………… 35 2.3.4 Jenis Pelayanan .................................................................
37
2.3.5 Peranan Suasana dalam membentuk Citra pada kafe ……
39
2.3.6 Peranan Gaya dalam Membentuk Citra pada Kafe ...........
41
2.3.7 Syarat-syarat Perancangan Desain pada Kafe, Clubs dan Bar. 48
BAB III TINJAUAN GAYA MODERN EKLEKTIK 3.1 Tinjauan Eklektik…… ………………………………………………
62
3.1.1 Pengertian Eklektik ………………………………………..
62
3.1.2 Eklektik abad XIX (Pra Modern) ……………………....
59
3.1.3 Perkembangan Gaya pada Era Modern ….………..……..
64
3.1.4 Perkembangan Era Posmodern ……………….…………..
79
3.1.5 Penerapan Gaya Modern Eklektik di Indonesia ………….
86
3.2 Ciri-ciri Gaya Modern Eklektik …………………………………….
BAB IV
103
TINJAUAN PENERAPAN GAYA MODERN EKLEKTIK PADA
BEYOND CAFE 4.1 Gamabaran Umum Beyond Cafe ………………………………….
viii
105
4.1.1 Nama Kafe ……………………………………………….
106
4.1.2 Logo ………………………………………………………
106
4.1.3 Lokasi Beyond …………………………………………...
107
4.1.4 Operasional ……………………………………………….
109
4.1.5 Struktur Organisasi ………………………………………..
109
4.1.6 Sistem Pelayanan ………………………………………….. 112 4.1.7 Menu ………………………………………………………. 112 4.1.8 Fasilitas ……………………………………………………. 114 4.2 Aspek Manusia……………………………………………………….
114
4.2.1 Analisa Perilaku Kegiatan ………………………………… 114 4.2.2 Analisa Skema Kegiatan Pemakaian Ruang …….………. 117 4.2.3 Analisa Jenis Kegiatan dan Kebutuhan Fasilitas ………….. 117 4.2.4 Analisa Besaran Ruang …………………………………….. 118 4.3 Konsep Perancangan Desain …………………………………………. 119 4.4 Suasana Beyond Café………………………………………………….. 129 4.4.1 Pencahayaan ………………………………………………… 130 4.4.2 Faktor Suara ………………………………………………… 133 4.4.3 Faktor Penghawaan …………………………………………. 133 4.4.4 Studi komposisi Warna Interior ……………………………. 134 4.4 Kesesuaian Konsep PEmilik dengan Desain Kafe .…………….......... 140 4.4.1 Konsep Pemilik ……………………………………………. 140 4.4.2 Elemen Estetika pada Beyond cafe ………………………..
140
4.5 Studi Banding……………………………………………………….
145
4.5.1 Nine Mesus Club Café ………………..…………………..
146
4.5.2 Kafe Friline ……………………………………………… .
156
ix
4.5.3 Hasil studi Banding ……………………………………..
161
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
166
5.2 Saran ………………………………………………………………… 170 Daftar Pustaka Lampiran
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Beberapa contoh titik ………………………………………….
14
Gambar 2.2
Beberapa contoh garis sebagai illusi ………………………….
15
Gambar 2.3
Bidang alas dan bidang atas/ obyek, langit-langit dan obyek ….
16
Gambar 2.4
Bidang alas dan biadang atas/ objek, langit-langit dan obyek …
16
Gambar 2.5
Lantai dan kolom, Lantai dan objek/ mebel …………………….
17
Gambar 2.6
Pembentukan warna …………………………………………….
18
Gambar 2.7
Contoh material alami Marmer dan Paket kayu ………………... 20
Gambar 2.8
Contoh material buatan Karpet dan wallpaper ………..…………
20
Gambar 2.9
Contoh furnitur bentuk lingkaran ………………………………..
22
Gambar 2.10 Contoh furnitur bentuk oval ……………………………………..
23
Gambar 2.11 Contoh furnitur bentuk segitiga …………………………………. 23 Gambar 2.12 Contoh furnitur bentuk bujur sangkar…………………………… 24 Gambar 2.13 Contoh furnitur bentuk persegi panjang …………………………. 24 Gambar 2.14 Contoh susunan linear …………………………………………… 25 Gambar 2.15 Contoh susunan terpusat/ centralized ……………………………
26
Gambar 2.16 Contoh susunan Grid ……………………………………………
26
Gambar 2.17 Contoh ruang perskala dgn pemilihan furnitur yang sesuain dgn besaran ruang ……………………………………………………. 27 Gambar 2.18
Contoh ruang anak yang memperhatikan propoisi ……………..
27
Gambar 2.19 Contoh ruang yang memperhatikan keseimbangan ……………..
28
Gambar 2.20 Fasilitas pada Kafe Area internet pada kafe Java Net ……………. 31 Gambar 2.21 Fasilitas pada Kafe Area game online pada kafe Java Net……….. 32 Gambar 2.22 Fasilitas pada Kafe Area panggung dan nonton kafe sky ……….. 32
xi
Gambar 2.23 Fasilitas pada Kafe Area baca di kafe Addict …………………… 33 Gambar 2.24 Fasilitas pada Kafe Area bar dan club di kafe Blowfish ………… 34 Gambar 2.25 Fasilitas pada Kafe Area Toko kafe Blood ……………………… 34 Gambar 2.26 Contoh pemilihan konsep desain Budha ………………………… 43 Gambar 2.27 Contoh pemilihan warna merah dan hitam yang menawan …….
44
Gambar 2.28 Contoh pemilihan gaya desain interior klasik modern ..………… 46 Gambar 2.29 Contoh kafe dgn orintasi menu produk-produk organik ……...…
47
Gambar 3.1
White House dan Bali kota ……………………………………… 64
Gambar 3.2
Bangunan Museum Nasional Jakarta ……………………………
64
Gambar 3.3
Lampu gaya art and craft ………………………………………..
67
Gambar 3.4
Casa Mila karya Alton Gaudi …………………………………… 69
Gambar 3.5
Casa Calvet karya Altoni Gaudi ………………………………… 69
Gambar 3.6
Red/ Blue Chair ………………………………………………….
Gambar 3.7
Arsitektur dan Interior Schroder House ………………………….. 71
Gambar 3.8
Klee’s House dan Ruang kerja Gropiur …………………………. 73
Gambar 3.9
Genung sekolah Bauhous ………………………………………..
71
73
Gambar 3.10 Maison La Roche dan Rancangan Le Corbusier dan Jeannert ….. 76 Gambar 3.11 Cite international university, rancangan Pavillo Suisse …………. 76 Gambar 3.12 Gugganheim Museum di Bilbau …………………………………. 79 Gambar 3.13 Piazza d’italia rancangan Charies Moore ……………………….. 83 Gambar 3.14 Gedung Leiceste University Engineering ……………………….. 83 Gambar 3.15 Teater Carlo Felico ………………………………………………. 83 Gambar 3.16 Contoh gaya eklektik kedai Tiga Nyonya …..…………………… 84 Gambar 3.17 Contoh gaya eklektik rumah tropis................................................. 84 Gambar 3.18 Contoh gaya eklektik rumah tropis dgn nuasa entik Jawa,
xii
Bali dan modern ……..................................................................... 84 Gambar 3.19 Pencampuran gaya colonial dan modern klasik …………………. 87 Gambar 3.20 Butik dgn gaya Victorian eklektik …............................................. 89 Gambar 3.21 Pencampuran gaya victorian, rococo, gothic dan renaissance ....... 89 Gambar 3.22 Pencampuran Gaya Barat dan gaya timur ...................................... 91 Gambar 3.23 Kafe Atmosphere resort café di Bandung ……………................... 92 Gambar 3.24 Area makan dan area bar, kafe Maximo Bandung ………………. 93 Gambar 3.25 Pencampuran gaya art nouveau dan modern oriental….………… 94 Gambar 3.26 Kafe resto di Jakarta ……………………………………………..
95
Gambar 3.27 Area kafe dan area bar, kafe Piacere Jakarta ……………………. 95 Gambar 3.28 Area makan, kafe Lemoda Jakarta ………………………………
97
Gambar 3.29 Area bar dengan desain minimalis, Kafe sky Jakarta …………… 98 Gambar 3.30 Area kafe di Anahata villa & spa resort, Bali ……………………. 99 Gambar 3.31 Area kafe Solas …………………………………………………… 100 Gambar 3.32 Area kafe dan area outdoor di kafe Neo Calista , Bandung ……..
101
Gambar 3.33 Area kafe Neo Calista, Bandung ………………………………..
102
Gambar 3.34 Area kafe The Soeryo Young, Jakarta ………………………….
103
Gambar 3.35 Percampuran gaya art nouveau dan modern orintal ………….…
103
Gambar 3.36 Percampuran gaya kolonial dan modern klasik ………………..
104
Gambar 3.37 Percampuran gaya barat dan gaya timur ……. ………………..
105
Gambar 3.38 Percampuran gaya Victorian, rococo, gohtik dan gaya renaissance ……. ………………………………………….
106
Gambar 4.1
Peta lokasi Beyond café.................................................................
108
Gambar 4.2
Denah lokasi Beyond café ………………………………………
108
Gambar 4.3
Diagram Struktur Organisasi ……………………………………
109
xiii
Gambar 4.4
Contoh menu dan tambilan makanan di Beyond Café...................
113
Gambar 4.5
Diagram pengunjung Beyond Cafe .............................................
115
Gambar 4.4
Pintu utama Beyond Café……………………………………….
121
Gambar 4.7
Panel dinding sbg aksen pada foyer ……………………………
122
Gambar 4.8
Foyer dan patung dewi Sri ……………………………………..
123
Gambar 4.9
Area VIP Beyond café .................................................................
124
Gambar 4.10 Kesamaan desain modern minimalis pd salah satu dinding area VIP. 124 Gambar 4.11 Table area ……………………………………………………...
125
Gambar 4.12 Area bar ……………………………………………………….
126
Gambar 4.13 Area buffest ……………………………………………………
127
Gambar 4.14 Kursi karya Le Corbusier ………………………………………
127
Gambar 4.15 Area penyimpanan wine ……………………………………….
128
Gambar 4.16 Toilet gaya modern ……………………………………………
129
Gambar 4.17 Pencayahaan pada area makan …………………………………
131
Gambar 4.18 Lampu Gantung dgn desain klasik ……………………………..
131
Gambar 4.19 Suasana siang dan malam menggunakan permainan ligting ……
132
Gambar 4.20 Pencahayaan pada table dan meja bar ………………………….
133
Gambar 4.21 Studi kompisisi warna interior pada Beyond Café ……………..
134
Gambar 4.22 Lantai parket pada Beyond café ...................................................
135
Gambar 4.23 Lantai teraso pada Beyond café.....................................................
136
Gambar 4.24 Lantai kaca pada Beyond café ......................................................
136
Gambar 4.25 Panel dinding pada Beyond café ………………………………..
137
Gambar 4.26 Pelapis dinding…………………………………………………..
138
Gambar 4.27 Kesan modern pada dinding beyond café ....................................
138
Gambar 4.28 Langit-langit ekspo area foyer …………………………………… 139
xiv
Gambar 4.29 Langit-langit ekspo area table ……………………………………. 139 Gambar 4.30 Patung dewi Sri sbg estetika Beyond café ……………………….
141
Gambar 4.31 Cermin sbg estetika Beyond café.................................................... 141 Gambar 4.32 Manik-manik kristal sbg estetika Beyond café…………………… 142 Gambar 4.33 Lampu gantung sbg estetika Beyond café ....................................... 142 Gambar 4.34 Lay out ruang Beyond café bentuk asimetri ……………………..
143
Gambar 4.35 Bentuk furniture lingkaran pada Beyond café……………………
144
Gambar 4.36 Bentuk furniture persegi panjang pada Beyond café ……………
144
Gambar 4.37 Jenis Susunan furnitur pada Beyond café ....................................... 145 Gambar 4.38 Peta lokasi Nine Muses Club Café.................................................. 146 Gambar 4.29 Main entrance Nine Muses Club Café ………………………….
148
Gambar 4.30 rorong perhubung foyer dan main restoran …………………….
148
Gambar 4.31 Main restoran ……………………………………………………
149
Gambar 4.32 Main restoran ……………………………………………………
149
Gambar 4.33 Area VIP ………………………………………………………..
150
Gambar 4.34 Area VIP ………………………………………………………… 150 Gambar 4.35 Bar yang terletak lantai 1 ………………………………………..
151
Gambar 4.36 Area bar utama …………………………………………………..
151
Gambar 4.37 Area bar out door ………………………………………………..
152
Gambar 4.38 Mini bar di area VIP …………………………………………….. 152 Gambar 4.39 Area Outdoor Nine Muses Club Café……………………………. 153 Gambar 4.40 Lantai pada area main resto Nine Muses Club Café…………….
153
Gambar 4.41 Lantai pada area VIP Nine Muses Club Café……………………. 154 Gambar 4.42 Dinding pada area main restoran Nine Muses Club Café………. 154 Gambar 4.42 Dinding pada area VIP Nine Muses Club Café…………………. 155
xv
Gambar 4.43 Plafond pada area VIP Nine Muses Club Café…………………. 155 Gambar 4.44 Peta lokasi kafe friline …………………………………………..
156
Gambar 4.45 Main entrance kafe friline ……………………………………….
157
Gambar 4.46 Area makan kafe friline …………………………………………
157
Gambar 4.47 Area kasir kafe friline …………………………………………… 158 Gambar 4.48 Lukisan dan telepon klasik ………………………………………
158
Gambar 4.49 Mesin kopi dan jan dinding klasik ……………………………….. 159 Gambar 4.51 Area toilet kafe friline …………………………………………… 159 Gambar 4.52 Lantai area makan kafe friline …………………………………… 160 Gambar 4.53 Lantai area bar kafe friline ………………………………………. 160 Gambar 4.54 Dinding area bar kafe friline …………………………………….. 161 Gambar 4.55 Plafond dgn lampu klasik kafe friline ……………………………. 161
xvi
DAFTAR TABLE Table 2.1
Table 3.1
Peragaman tema dan gaya dalam perbagai karya desain dan kesenirupaan di Indonesia………………………………….
12
Kerangkan globar sejarah perkembangab arsitektur modern ……
85
xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan sosial budaya di ibu kota dan kota-kota besar yang pesat, hal ini berkait juga dengan tuntutan kebutuhan hiburan masyarakat yang juga semakin meningkat salah satunya kafe guna menjawab kebutuhan warga kota yang memerlukan tempat hiburan dan bersantai serta bersosialisasi. Warga kota singgah di kafe sudah menjadi kelaziman kebiasaan untuk sekedar bersantai atau mencari dengan
hiburan ditengah rutinitas yang padat, duduk sebentar dan minum secangkir
kopi
menjadi
kenikmatan
tersendiri.
Bahkan
dalam
perkembangan kafe sekarang banyak fasilitas dan konsep yang berkembang, hal ini di pengaruhi oleh semakin kompleksnya aktivitas dan kebutuhan manusia.
Desain yang bervariasi memberikan aspek desain pada kafe sehingga dapat membentuk citra dan menarik konsumen di samping aspek hidangan yang di tawarkan pada kafe tersebut. Aspek desain dapat di bilang penting karena mampu memberikan kenyamanan, keamanan dan suasana yang terjalin baik dengan lingkungan sekitarnya untuk berada di ruangan tersebut. Sedangkan unsur-unsur yang paling penting dalam desain adalah gaya, bentuk, warna, pencayaan, skala, pola dan tekstur. 1
1 Eddy Supriyatna Marizar,. Upaya membangun citra.( Jakarta : Djambatan, 1996 ). 75-76.
1
Seperti di paparkan di atas salah satu aspek desain yang paling penting adalah gaya. Gaya yang diterapkan pada kafe dapat
menciptakan identitas
sehingga dapat membentuk citra dari kafe itu sendiri. Sehingga memberikan daya jual yang lebih pada kafe tersebut.
Dalam hal ini dijumpai fenomena baru, bahwa semakin banyak kafe yang menerapkan berbagai macam gaya desain pada interiornya. Hal ini karena ada kecenderungan desain saat ini yang tidak mau dibatasi oleh gaya atau unsur tertentu. Gaya desain kafe saat ini kecederunga mengadopsi gaya tertentu kemudian dipadukan dengan unsur gaya tertentu.
Penerapan desain dengan memadu memadukan berbagai unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri di sebut gaya eklektik.2 Eklektik sendiri berarti memelih yang terbaik dari yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan Gaya modern eklektik merupakaan variasi dari arsitektur eklektik yang memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk baru dan dikemas secara modern.
Salah satu yang menerapkan gaya modern eklektik adalah Beyond cafe. Beyond cafe memperlihatkan penerapan perpaduan berbagai macam unsur gaya pada desain interiornya. Pada kafe ini terdapat penerapan unsur desain modern dan klasik serta perpaduan unsur barat dan timur. Hal ini menarik untuk diteliti karena kondisi kafe ini dalam keadaan yang baik. Dengan pernyataan manegernya bahwa kafe ini menggunakan gaya modern dan klasik membuat penelitian ini
2 htt/www.eklektikisme.com. 15-12-2008
2
semakin menarik untuk membuktikan bahwa penerapan desain Beyond cafe merupakaan penerapan gaya eklektik.
Selain telah disebutkan diatas munculnya membali gaya modern eklektik di sebabkan pemintaan owner atau pemilik kafe untuk memberikan suasana yang beda pada kafenya. Selain itu kini kafe telah mengalami pergeseran fungsi tidak hanya untuk tempat makanan dan minum saja, kafe sekarang mejadi tempat memenuhi kebutuhan masyarakat yang kompleks dengan penambahan fasilitasfasilitas yang menunjang kebutuhan masyarakat dan perkembangan jaman. Sehingga gaya eklekti modern berkembagan dan banyak diterapkan pada kafe hal ini bertujuan untuk memberikan suasana nyaman pada menggunjung dan tentunya membentuk citra pada kafe .
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
Bagaimana penerapan gaya modern eklektik pada Beyond cafe ?
Bagaimana pengaruh suasana ruang yang tercipta Beyond cafe ?
1.3. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan disesuaikan dengan tujuan dan manfaat yang telah ditetapkan maka perlu adaanya pembatasan didalam ruang lingkup penelitian ini. Dan peneliti telah memilih Beyond cafe sebagai obyek penelitian
3
karena kafe tersebut mengambil tema pencampuran suasana zaman lampu dan sekarang, Timur dan Barat, serta desain modern dan klasik dengan gaya eklektik. Dari objek penelitian Beyond cafe dibatasi pada : 1. Menentukan Penerapan gaya modern eklektik pada Beyond cafe dan pengaruhnya terhadap citra kafe. 2. Penerapan gaya modern dan klasik serta perpaduan unsur barat dan timur pada elemen-elemen interior yang terdapat pada Beyond cafe. 3. Bagaimana gaya modern eklektik yang diterapkan pada kafe khususnya Beyond cafe.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tinjauan gaya modern eklektik pada kafe di Indonesia studi kasus Beyond Cafe adalah :
Untuk mengetahui penerapan
desain gaya modern eklektik yang
diterapkan pada Beyond cafe.
Mengetahaui sejauh menerapan gaya modern eklektik pada Beyond cafe.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan khususnya di bidang desain interior dan masyarakat pada umumnya, diantaranya :
4
1. Memberikan bagaimana gambaran tentang gaya modern eklektik bila diterapkan pada interior Beyond cafe. 2. Sebagai sarana pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan khususnya di bidang desain interior. 3. Memberi masukkan pada desainer interior & pemilik kafe tentang gaya modern eklektik yang diterapkan pada kafe.
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Sifat Penelitian Penelitian mengenai tinjauan gaya modern eklektik pada kafe di Indonesia studi kasus Beyond Cafe adalah dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. 3 Penelitian deskriptif ditujukan untuk :4 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi yang berlaku. 3. Membuat perbandingan.
3 4
Husein Umar . Metode Penelitian. (Jakarta : Rajawali Pers, 1998), 22. Jalaliddin Rakhmad,. Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998), 22.
5
Dari definisi diatas, maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan penerapan gaya modern eklektik pada Beyond cafe .
1.6.2 Metode Penelitian Penelitian mengenai tinjauan gaya modern eklektik pada kafe di Indonesia studi kasus Beyond Cafe adalah menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus adalah inkuri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak tegas dan dimana multisumber bukti di manfaatkan,5 Studi kasus merupakan strategi yang lebih sesuai apabila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan ''bagaimana dan mengapa'' (how and why), yaitu saat peneliti sedikit memiliki peluang mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena masa kini (kontemporer),
berdasarkan
sifat
penelitian
yang
deskriptif
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.6 Alasan pemilihan motede penelitian deskriptif kualitatif ini adalah untuk melakukan analisa tinjauan gaya modern eklektik pada kafe di Indonesia studi kasus Beyond Cafe. Hasil penelitian ini akan membuat sebuah kesimpulan penerapan gaya modern eklektik pada Beyond cafe.
5 Robert .K. Yin,. Studi Kasus :Desain dan Metode.(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006) 18. 6 Lury, hal 1
6
1.6.3 Populasi Jenis polulasi yang akan digunakan dalam penelitian terhadap Beyond cafe adalah populasi hetorogen. Dalam hal ini, jenis-jenis ruang baik dalam area publik seperti foyer, table area, area VIP, area bar, area buffet dll maupun area privat seperti penyimpanan wine, kitchen, meeting room yang ada merupakan populasi. Populasi tersebut merupakan sumber data yang unsurnya memeliki sifat atau keadaan yang bervariasi sehingga perlu diterapkan batas-batasnya. Maka kesimpulannya bahwa populasi pada Beyond cafe dibatasi hanya pada area publik dan area privat yang menampilkan penerapan gaya desain secara jelas.
1.6.4 Sampel Penelitian terhadap Beyond cafe menggunakan Purposive Sampling atau sampel bertujuan, artinya teknik samping dilakukan dengan cara mengambil subyek penelitian bukan berdasarkan strata, rantom ataupun yang lainnya tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu, yang dianggap ada hubungan erat dengan ciri populasi. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan teknik ini adalah : 1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri pokok populasi yaitu sampel yang gaya eklektik.
7
2. Subyek yang diambil sebagai sampel harus benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi yaitu gaya eklektik. Dalam hal ini sampel yang digunakan adalah foyer, table area, area VIP. Hal ini didasarkan karena sampel tersebut merupakan ruangan desain interiornya menggunakan gaya eklektik secara jelas.
1.6.5 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a) Data Lapangan Merupakan data yang dikumpulkan penulis langsung dari perusahaan atau kafe dengan cara penelitian lapangan ( field researct ) yang terbagi dalam : a) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data langsung di lapangan dimana mengadakan penelitian ke obyek untuk memperoleh data yang berhubungan. b) Wawancara, penulis melakukan wawancara mendalam yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung denganpihakpihak yang berkepentingan seperti desainer atau manejer kafe untuk membahas masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh data yang diperlukan.
8
b) Data Kepustakaan Merupakan data yang diperoleh penulis dengan melakukan penelitian kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian yang dipilih.
1.6.6 Metode Analisa Data Metode yang digunakan dalam analisa data atau pengolahan data merupa metode dekriptif kualitatif dengan cara data yang terkumpul dianalisa dengan membandingkan dari hasil wawancara mendalam tentang tinjauan gaya eklektik pada Beyond cafe dan menggaruh gaya modern eklektik yang diterapkan pada Beyond cafe.
1.6.7 Sistematika Penulisan Penulisan ini akan dibuat berdasarkan suatu tahapan kajian sebagai berikut. Bab I berjudul ‘Pendahuluan’, Berisi penjelasan tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, batasan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian dan metodologo penelitian. Bab II berjudul ‘ Tinjauan Teori ’. Berisi penjelasan tentang tinjauan gaya, tinjauan estetika, tinjauan kafe, serta penerapan suasana dan gaya dalam membentuk citra kafe, syarat-syarat perancangan desain pada kafe, bar dan club.
9
Bab III berjudul ‘ Tinjaun Gaya Modern Eklektik’. Berisi penjelasan tentang sejarah perkembangan gaya eklektik, ciri-ciri gaya modern eklektik dan penerapan gaya modern eklektik pada arsitektur dan interior. Bab IV berjudul ‘ Tinjauan Penerapan Gaya Modern Eklektik pada Beyond Café’. Berisi penjelasan
tentang berkembangan kafe di Indonesia
dan penerapan gaya modern di Indonesia serta gambaran umum objek riset, analisis data, hasil penelitian dan interpretasi. Bab V berjudul ‘Kesimpulan dan Saran’ . Berisi penjelasan tentang pokok-pokok bahasan penting dari seluruh isi kandungan dalam skripsi ini. Kesimpulan ini memberikan jawaban dari rumusan masalah sebelumnya. Serta disertakan pula saran-saran untuk kajian lebih lanjut.
10
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Gaya 2.1.1 Pengertian Gaya Gaya adalah aksi, keindahan gerak.7. Sedangkan gaya atau style di keilmuan desain interior adalah suatu perubahan pola pikir, pola perilaku, terhadap daya kreatif sekelompok orang atau individu pada zamannya yang menganggap itulah yang terbaik .8 Gaya dalam seni adalah suatu keutuhan sistem imajinatif, sarana dan metode-metode ungkapan artistik yang terbentuk secara historis. Gaya ini mencerminkan kondisi-kondisi sosio-ekonomis dari masyarakat maupun kekhasan-kekhasan dari tradisi-tradisi dari bangsa yang bersangkutan.9 Sedangkan beberapa karya yang dirancang dalam proses dan alur pemikiran yang kurang lebih serupa bisa menjadi pemicu kehadiran “gaya” tertentu. Di samping keragaman gaya estetik terdapat pula keragaman tematis nilai-nilai estetik yang menyertai karya-karya pembangunan fisik dan juga dalam berekspresi. Tema tersebut amat beragaman, mulai dari tema teknologi, estetis, ekonomi, lingkungan, kebangsaan, heroik hingga kerakyatan. Tema merupakan pengelompokkan gagasan berdasar wacana
7 Badudu. J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996 ) 8 htt/www. Forumhdii.com. 15-12-2008 9 Save Dadun. M, Kamus besar ilmu pengetahuan (Jakarta:Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 1997)
11
utama kebudayaan serta menjadi ciri utama keteragaan fisikal dalam setiap kurun waktu. 10 Table 2.1 Peragaman tema dan gaya dalam perbagai karya desain dan kesenirupaan di Indonesia. Periode 1900-1945
Peragaman Gaya
Peragaman Tema
Mooi Indie
Pemandangan Alam
Neo Klasik
Rasionalisme
Art Deco
Turistis
Konstruksifisme
Gaya hidup modern
Rasionalis
Nasionalisme
Multri Kulturisme Modernisme 1945-1966
1966-1998
Heroik
Revolisi
Realisme Sosial
Berdikari
Gaya Internasional
Nekolim
Gaya Jengki
Kerakyatan
Formalisme
Kebersamaan
Abstrak
Anti Barat
Seni Kontemporer
Anti komudis
Senirupa baru
Pembangunan
Nafas Islam
Budaya Timur
Etnosentrisme
Jatidiri Bangsa
Pop-Modern
Budaya Massa
Psidelik
Industrialisasi
Hi-tech
Teknologi Canggih
Arsitektur tropis
Ekspor Non-Mingas
10 Agus Sachari. Estetika makna, simbol dan daya.(Bandung: ITB. 2002).
12
1998-2000
Spanyolan
Persaingan Ekonomi
Neo-Vernakular
Gaya hidup
Estetik Alternatif
Isu lingkungan
Postmodern
Kebangkitan Asia
Multri media
Dunia Infomasi
Realisme Baru
Reformasi
Pluralisme
Rejionalistis
Global lokal
Multri Kultur Etnisitas Melinia
2.2 Tinjauan Teori Estetika Gaya pada hakikatnya adalah suatu bentuk visual yang dapat ditangkap maknanya karena memberikan bentuk sendiri. Dalam teori estetika mempelajati berbagai macam elemen yang terkandung dalam seni bentuk sehingga dapat menciptakan bentuk visual seperti :11 1 Titik Bentuk yang paling sederhana adalah titik. Titik sendiri tidak mempunyai ukuran dan dimensi. Titik sendiri tidak mempunyai arti tertentu, kumpulan dari beberapa titik yang ditempatkan di area tertentu akan mempunyai arti. Disamping itu, titik bisa menggunakan unsur-unsur penunjang yang bisa membantu untuk membentuk wujud yang lain. Penunjang-penunjang itu misalnya : gerak, sinar dan warna.
11 A.A.M Djelantik,. Esterika . (Bandung : MSPI .1998), 18-25.
13
Contoh bentuk titik dalam menciptakan bentuk visual :
Gambar2.1: Beberapa contoh titik. Sumber: A.A.M Djelantik.”Estetika sebuah pengantar .Bandung:MSPI.1998.
2 Garis Garis sebagai bentuk mengandung arti lebih dari pada titik karena dengan bentuknya sendiri garis menimpulkan kesan tertentu pada pengamat. Kesan yang diciptakan pada garis tergantung dari ukuran, tebal-tipisnya dan dari letaknya terhadap garis-garis yang lain, sedang warnanya selaku penunjang, menambahkan kualitas tersendiri. Kumpulan garis-garis dapat disusun (diberi struktur) sedemikian rupa sehingga mewujudkan unsurunsur struktural seperti misalnya ritme, simetri, keseimbangan, kontras, penonjolan dan lain-lain. Garis-garis dapat disusun secara geometris (dengan ukuran, proporsi, siku-siku tertentu yang teratur) sehingga mewujudkan gambar yang memberi kepuasan dan rasa indah karena keserasian dan keimbangan bentuknya. Susunan garis-garis yang
14
geometris, baik yang polos atau yang rumit pada umumnya tepat untuk digunakan sebagai penghias (ornamen). Contoh garis dalam menciptakan bentuk visual :
Gambar2.2: Beberapa contoh garis sebagi illusi. Sumber: A.A.M Djelantik.”Estetika sebuah pengantar” .Bandung:MSPI.1998.
3 Bidang Bila sebuah garis diteruskan melalui belokan atau paling sedikit dua buah siku sampai kembali lagi padak titik tolaknya sehingga wilayah mempunyai dua ukuran, lebar dan panjang yang disebut dua dimensi. Wujud bidang masing-masing bisa memberi kesan estetik yang berbedabeda. Misalnya kolom renang persegi dengan pinggiran yang kencang memberi kesan statis seperti dibuat-buat, sedangkan pada kolom yang melengkung memberikan kesan alami, luwes dan dinamis. Sedangkan perwujudan bidang yang beraneka ragam dan bervariasi dengan garis-garis geometrik banyak diterapkan dalam seni hias ornamentik.
15
a) Bidang alas dan bidang atas / obyek
Gambar 2.3: Bidang alas dan bidang atas/ obyek (kiri), langit-langit dan obyek. (kanan) Sumber: Prabu Wardono. Prinsip Desain Interior.( Bandung;Penerbit ITB)hal 31.
b) Bidang alas dan elemen estetik.
Gambar2.4: Bidang alas dan bidang atas/ obyek (kiri), langit-langit dan obyek. (kanan) Sumber: Prabu Wardono. Prinsip Desain Interior.( Bandung;Penerbit ITB)hal 31.
4 Ruang Kumpulan beberapa bidang akan memberikan ruang. Ruang mempunyai tiga dimensi : panjang, lebar, dan tinggi. Ruang pada aslinya adalah sesuatu yang kosong tidak berisi. Ruang yang seluruhnya terisi dengan benda disebut massa. Dalam seni arsitektur tata ruang merupakan suatu unsur yang sangat amat penting. Bukan hanya mencapai keindahan tetapi juga memperhatikan efisiensi kegunaannya. Sedangkan ruang dalam pengertian desain adalah baik yang terbentuk secara fisik oleh batas-batas dari elemen ruang yaitu bidang alas, bidang
16
vertikal, dan bidang atas, serta mebel dan elemen-elemen estetik maupun secara psikis oleh batas-batas semu dari elemen desain seperti garis, tekstur, warna dan cahaya serta asesoris sehingga tercipta dimensi, karakter dan bentuk ruang tersebut. Contoh :
Ruang dengan batas-batas fisik :
c)
Bidang alas dan bidang vertical (kolom/ dan dinding/partisi, mebel-loose maupun built-in).
Gambar2.5:Lantai dan kolom(kiri), Lantai dan obyek/ mebel (kanan) Sumber: Prabu Wardono. Prinsip Desain Interior.( Bandung;Penerbit ITB)hal 30.
Sedangakan bentuk ruang dapat memiliki dua bentuk yaitu :
Bentuk geometric
Bentuk
organik,
yang
penggunaannya
tergantung
dari
kebutuhan. Misalnya pada jaman Renaissance, Romawi, Yunani bentuk geometik lebih seriang digunakan seperti : segi empet, persegii panjang, lingkaran atau bentuk L.
17
5 Warna Penerapan warna dari sebuah ruang dapat menciptakan suasana dan citra yang dibutuhkan dalam ruanga. Berikut ini penjelasan singkat tentang warna :
12
a) Jenis sifat warna : warna primer, sekunder dan tertier. b) Sifat-sifat warna : dingin/ sejuk atau hangat. c) Makna simbolik atau kesan yang dapat ditimpulkan oleh warna. d) Kombinasi
warna
:
triad,
complement,
split-complement,
analogous/ adjacent, monochrom.
Gamba 2.6 :Pembentukan warna Sumber: Materi kuliah teori warna.
Disamping itu warna juga berperan di dalam desain interior berikut ini peran warna di dalam desain interior adalah sebagai berikut :13 Menciptakan sifat / suasana tertentu sebuah ruang. Meningkatkan kwalitas dari elemen interior.
12 Prabu Wardono. Desain Interior III.( Bandung : ITB ), 53. Lury, 85
13
18
Di dalam mendukung sisitem pencahayaan, mententukan intensitas cahaya di dalam ruang. Berperan memberi arah/orientasi di dalam konsep sirkulasi manusia di dalam kerangak organisasi ruangnya. Menciptakan kesatuan di dalam pembentukan ruang. Mempengaruhi suasan psikis seseorang. Memberi kesan tertentu di dalam kaitannya dengan dimensi suasana ruang (kesan sempit/lias, memenjang dll) Dalam penerapan warna pada suatu elemen interior perlu di pertimbangan beberapa faktor sebagai berikut : Fungsi elemen interior Jenis material dari elemen interior Dimensi dari bidang permukaan elemen interior Fungsi dan sifat ruang Sistem pencahayaan. Temperatur ruang. 6 Material Seperti juga warna, material juga dapat menciptakan suasana dan citra yang dibutuhkan dalam ruang. Berikut ini penjelasan singkat tentang material :14
14 Lury, 54.
19
a) Jenis material : 1) Material alam berupa : granit, marmer, kayu, teracota, batu alam, terazo, yang tersedia dalam ukuran modular atau bebas sesuai permintaan. Material di atas memiliki warna yang beraneka ragam, ada yang berwarna tunggal dan ada yang merupakan kombinasi beberapa warna yang biasanya tidak beraturan
Gambar2.7. Marmer (kiri) dan Paket kayu (kanan) Foto : Koleksi Peribadi, Sri Setiawati.
2) Material buatan misalnya, wallpaper, laminate,
cat,
upholstery
dan
karpet, plastic lain
sebaginya.
Memperlihatkan warna dengan pilihan yang sanat beragam jenisnya.
Gambar2.8: Karpet (kiri) dan wallpaper (kanan) Foto : Koleksi Peribadi, Sri Setiawati.
b) Spesifikasi teknis : kwalitas bahan, bahan dasar, tahan terhadap zat-zat tertentu. c) Tekstur dan warna
20
d) Ukuraran bahan yang tersedia di pasar. e) Teknis pemasangannya.
Pemilihan material dilakukan dengan cara mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu : a) Kriteria Fungsional 1) Primer : Kecocokan dengan sifat aktivitas yang ada. 2) Sekunder :
Ketahanan
material,
kemudahan
perawatan,
ketahan terhadap gangguan fisik/ vandalism, keamanan, persyaratan akustik. b) Kriteria Estetik 1) Keberadaan warna natural atau artifisial yang diinginkan. 2) Tekstur 3) Kemungkinan disusun secara berpola 4) Kecocokan visual sesuia dengan konsep desain. c) Kriteria Ekonomi a) Biaya atau harga b) Biaya
dikaitkan
dengan
ketahanan,
perawatan,
pembersihan, perbaikan dan penggantian.
21
7
Bentuk 15 Bentuk adalah wujud yang terlihat oleh mata. Bentuk-bentuk dasar yang beraturan biasanya lebih mudah dikenali daripada bentuk abstrak yang tiadak beraturan. Berikut ini beberapa jenis bentuk adalah sebagai berikut : a)
Lingkaran Lingkaran atau bundaran terbentuk dari garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat. Betuk ini bersifat stabil. Sesuatu yang berada di tengah lingkaran akan menjadi pusat perhatian dan memiliki kekuatan visual paling tinggi.
Gambar2.9: Contoh Furnitur bentuk lingkaran Sumber: www. pizaria café. Com.
b) Oval Oval merupakan bentuk perpanjangan dari lingkaran. Oval tetap memiliki sentral sebagai pusat perhatian, namun tidak sekuat bentuk lingkaran.
15 Imelda Akmal. Menata rumah dengan estetika. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), 22-53 .
22
Gambar2.10: Contoh Furnitur bentuk Oval. Sumber: Imelda Akmal.” Menata rumah dengan estetika.” (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 34.
c) Segitiga Dalam struktur arsitektur, segitiga merupakan bentuk yang paling stabil. Contohnnya adalah struktur kuda-kuda bangunan rumah. Namun untuk ruang, bentuk ini tidak menguntungkan karena akan terjadi sudut-sudut yang menyempit. Sedangkan untuk interior, bentuk segitiga yang unik ini biasanya berfungsi sebagai bentuk dekoratif saja.
Gambar2.11: Contoh Furnitur bentuk segitiga. Sumber: Imelda Akmal.” Menata rumah dengan estetika.” (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 44.
23
d)
Bujur sangkar Bentuk ini menunjukkan suatu yang murni, asli dan rasional. Bentuk ini juga memiliki karakter yang statis, netral dan tidak memihak arah tertentu.
Gambar2.12: Contoh Furnitur bentuk burjur sangkar. Sumber: Imelda Akmal.” Menata rumah dengan estetika.” (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal.47.
e) Persegi Panjang Bentuk persegi panjang adalah gubahan atau bentuk perpanjangan dari bujursangkar. Bentuk-bentuk segiempat lainnya dianggap sebagai variasi dari bentuk bujursangkar yang berubah dengan penambahan dimensi pada tinggi atau lebarnya.
Gambar2.13: Contoh Furnitur bentuk persegi panjang. Sumber: Imelda Akmal.” Menata rumah dengan estetika.” (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal.53.
24
8 Susunan16 Salah satu faktor yang membuat tampilan interior ruang bisa menarik adalah susunan benda-benda di dalamnya. Susunan benda ini akan sangat bergantung pada fungsi benda di dalam ruang tersebut. Ada beberapa tipe susunan yang masung-masing memiliki karakter khas adalah sebagai berikut : a) Susunan Linear Susunan linear adalah susunan benda yang diatur secara berulang dalam satu deret atau satu garis. Susunan linear akan terasa teratur apabila antara satu benda dengan benda lainnya memiliki jarak yang sama. Susunan ini biasanya berfungsi untuk menunjukkan arah serta pergerakan ke arah tertentu. Susunan linear ini memiliki karakter modern yang praktis dan kontemporer.
Gambar2.14. Contoh susunan linear Sumber: Drs. Prabu Wardono, MDes.“Desain Interior III” Bandung:ITB. Hal. 37. 16 Lury, 54-60
25
b) Susunan terpusat/ Centralized. Pada susunan ini, benda yang berada di titik pusat menjadi elemen primer dan benda yang mengitarinya menjadi elemen sekunder. Susunan terpusat banyak dijumpai pada komposisi berbentuk lingkaran atau bujursangkar.
Gambar2.15: Contoh susunan terpusat/ centralized. Sumber: Drs. Prabu Wardono, MDes.“Desain Interior III” Bandung:ITB. Hal. 37.
c) Susunan Grid Dalam susunan grid, benda-benda yang ada dalam tatanan diatur dalam jarak yang sama secara horizontal dan vertikal. Susunan ini menciptakan pola geometris yang berkesan teratur. Dalam penggunaan susunan ini mampu menciptakan susunan yang harmonis dan seimbang pada dinding dan interior.
Gambar2.16: Contoh susunan Grid Sumber: Drs. Prabu Wardono, MDes.“Desain Interior III” Bandung:ITB. Hal.38.
26
9 Skala17 Skala adalah perbandingan relatif antara objek yang satu dan objek lainnya. Untuk menciptakan suasana yang baik, dimensi ruang yang sempit sebaiknya tidak menggunakan furnitur dengan skala yang terlalu besar begitu juga sebaliknya
Gambar2.17: Contoh ruang perskala dgn pemilihan furnitur yang sesuai dgn besar ruang. Sumber: Buku Apartemen.
10 Proporsi18 Proporsi dalam interior adalah perbandingan antara sebuah objek berdasarkan tatanan ruang secara keseluruan. Proporsi ini juga erat kaitannya dengan ukuran tubuh manusia dan dalam penataan arsitektur dan interior kebutuhan proporsi ruang harus disesuikan dengan fungsi ruang.
Gambar2.18: Contoh ruang anak yang memperhatikan propoisi.. Sumber: Imelda Akmal.” Menata rumah dengan estetika.” Hal 98. 17 Lury, 62 18 Lury, 64
27
11 Keseimbangan 19 Unsur keseimbangan diperlukan dalam penataan interior karena dapat langsung
memberikan
efek
terhadap
kualitas
rancangan
secara
keseluruhan. Keseimbangan terbagi dalam dua bagian besar, yaitu keseimbangan simentris dan asimetris. Keseimbangan simetrik biasanya terdiri atas perpaduan dalam bentuk dan ukuran yang sama sedangkan keseimbangan asimetris merupakan perpaduan dalam bentuk dan ukuran yang berbeda atau bertolak belakang.
Gambar2.19: Contoh ruang yang memperhatikan keseimbangan . Sumber: Imelda Akmal.” Menata rumah dengan estetika.” (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal.67.
Bentuk-bentuk visual tersebut dirancang sehingga menjadi ruang tertata atau terorganisir sesuai dengan tuntutan aktivitas penggunanya, Tujuan perancangan ruang agar dapat tercitanya aspek berikut :20 a
Aspek operasional dan fungsional untuk menunjang aktivitas yang akan diakomodasi di dalam setiap ruang.
19 Lury, 66 20 Lury,51
28
b
Aspek Orientasi. Setiap ruang perlu ditetapkan arah pandang pengguna dikaitkan dengan posisi dan konfigurasi mebel.
c
Aspek kwalitatif yaitu meningkatkan mutu dan kwalitas ruang sehingga tercipta suasana yang diharapkan oleh pengguna yaitu pengelola ruang komersial dan pengunjung/ konsumen/ pelanggan.
d
Aspek citra yaitu dapat membangun citra yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan.
2.3 Tinjauan Kafe 2.3.1 Pengertian Kafe Pengertian Kafe :
Kafe : Tempat makan tidak resmi dimana makanan ringan dan minuman disajikan bersama hiburan.21
Kafe : Tempat dimana orang melakukan bertemuan menjalin bersahatan dan bertukar pikiran sambil menikmati minuman dan makanan kecil. 22
Kafe : Tempat Penyajian makanan resmi yang tidak mahal. 23 Kesimpulannya Kafe adalah suatu tempat untuk makan dan minum yang
mempunyai sifat yang tidak resmi, santai disertai hiburan biasanya berupa musik.
21 Fred Lawson, 1987 22 Encyclopedia Americana, 1983 23 kamus bahasa Inggris – Indonesia, 1980
29
2.3.2 Perkembangan Kafe di Indonesia Pada abad ke-17, Caffee House menjadi tempat meeting untuk para gentleman Inggris, digunakan untuk tempat berbincang-bincang serta untuk transansi bisnis. “ Lyyod’s Coffee House” merupakan kafé yang pertama yang berdiri dikot London pada tahun 1652. Sejak itu kafé berkembang pesat sehingga mulilah bermunculan kafe dengan berbagai bentuk dan tempat seperti coffee shop di hotel-hotel dan coffee lounge di publik room. Sedangkan munculnya kafe di Indonesia ketika Belanda mendirikan kota Batavia yang sekarang dikenal sebagai Jakarta pada masa pemerintahan VOC (1619). Kafé pada saat itu ditujukan untuk orang-orang Belanda dan para bangsawan berkumpul sambil minum kopi. Sesuai dengan perkembangan jaman dalam peradaban manusia, maka munculah berbagai jenis kafe, seiring dengan semakin kompleksnya aktivitas dan kebutuhan manusia. Sekarang kafe telah mengalami pergeseran fungsi dan konsep pada kafe itu sendiri, yang dulunya hanya berfungsi sebagi tempat meeting untuk para gentleman Inggris dan para bangasawan berkumpul sambil minum kopi. Kini kafe menjadi fenomena yang menarik seiring perkembagan jaman dan kebutuhan
masyarakat.
Untuk
memenuhi
kebutuhan
masyarakat dan
pembentukan citra sehingga pada masing-masing kafe memiliki ciri khas tersendiri, maka kini ditemukan fasilitas dan konsep pada kafe dikembangkan dan bertambah, Diantara lainnya kini terdapat fasilitas dan konsep kafe sebagai berikut :
30
a) Fasilitas internet dan hotspot Perkembangan
dunia
internet
dan
semakin
banyaknya
masyarakat membutuhkan internet, hal ini ditangkap oleh pengelola kafe sebagia nilai jual dan fasilitas tambahan dari kafe tersebut. Dan kini banyak sekali ditemukan dikota besar seperti Jakarta, Bandung , Yogjakarta dan kota besar lainnya di Indonesia kafe dengan fasilitas internet, pengelola kafe sendiri menyediakan seperangkat komputer dengan jaringan internet atau pun dengan meyediakan hotspot di area kafe tersebut sehingga pengunjung hanya membawa notebook saja. 24
Foto 2.20 Area internet pada Java Net Cafe Sumber : www.javanetcafe.com
b) Fasilitas Game Online Menjamurnya rental game online di Indonesia sebagai tempat hiburan bagi para penggemar game. Dan kini banyak juga kafe menggabungkan games online dan kafe karena melihat semakin bertambahnya penggemar game artinya peluang bisnisnya semakin besar. 25
24 www.javanetcafe.com 25 www.javanetcafe.com
31
Foto 2.21 Area geme online pada Java Net Cafe Sumber : www. Javanetcafe.com
c) Fasilitas Menonton Bersama Bagi para penggila bola (olah raga), kafe dapat merupakan tempat untuk menyalurkan dan berbagi hobi. Lewat kesukaannya terhadap klub olah raga tertentu. Kafe dijadikan tempat untuk berkumpul untuk sekadar membahas agenda acara dan menonton bareng pertandingan. 26
Foto 2.22 Area panggung dan nonton kafe sky Sumber : Sinar harapan 2003
d) Fasilitas Toko Buku atau Area baca Di kota Jakarta yang super sibuk ini banyak aktivitas dilakukan bersama. Bagi mencinta buku terdapatnya kafe yang menjual buku sebagai fasilitas tambahan dan pendukung dengan suasana yang 26 Koran sinar harapan 2003
32
nyaman untuk membaca, membuat kafe tersebut menjadi daya tarik tersendiri. 27
Foto : 2.23 Area baca di kafe Addict. Sumber : Majalah Asri, Edisi Februari 2008
e) Fasilitas Ruang Meeting Bagi sebagian orang meeting di kafe berkesan tidak terlalu formal dan cukup representatif sehingga suasana keakraban akan lebih terasa jika dibanding dengan meeting dikantor. Berbincang dengan relasi terasa lebih rileks dan hangat. Peluang ini ditangkap oleh beberapa kafe yang menyediakan ruang meeting sebagai fasilitas kafe itu sendiri. f) Fasilitas Bar dan club Perkembangan kafe kini semakin pesat dan kebutuhan masyarakat modern akan tempat hiburan malam juga meningkat atas latar belakang tersebut kini banyak dijumpai kafe yang memberikan fasilatas bar dan club pada satu area. 28
27 Majalah asri, edisi febuari 2008 28 Majalah laras, edisi desember 2006
33
Foto : 2..24 Area bar dan club di kafe Blowfish Sumber : Majalah Laras, Edisi Desember 2006
g) Fasilitas Mini Market atau Toko Kesadaran masyarakat dalam menjalankan pola hidup sehat sekarang tercemin dalam mengkonsumsi makanan yang sehat pula. Hal tersebut mempengaruhi perkembangan kafe dalam menyediakan makanan yang sehat. Contohnya sekarang banyak berkembang kafe dengan menyediakan hidangan yang dibuat dengan bahan-bahan organik dan
hidangan vegetarian. Bahkan kafe-kafe tersebut
menyediakan fasilitas toko atau mini market yang hanya menjual bahan-bahan dan makanan organik.
Foto : 2.25 Area Toko cafe Blood Sumber : Majalah Asri, Edisi April 2007
34
2.3.3 Faktor-faktor Perkembangan Kafe di Indonesia Pemerintah Indonesia khususnya Dinas Pariwisata menerima kehadiran kafe yang semakin marak untuk melengkapi fungsi kota-kota besar sebagai ibu jasa, selain itu sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah daerah yang juga merupakan daerah tujuan wisata . Perkembangan munculnya kafe-kafe di Indonesia semakin terus bertambah, karena adanya beberapa faktor di antaranya : 1. Faktor Sosial Bagi sebagian masyarakat, kafe merupakan sarana untuk membangun kehidupan sosialnya. Kafe juga merupakan sarana meneguhkan identitas dan kebanggaan. Contohnya bagi para penggila bola (olah raga), kafe dapat merupakan tempat untuk menyalurkan dan berbagi informasi serta hobi. Lewat kesukaannya terhadap klub olah raga tertentu atau komunitas blogger misalnya, komunitas ini tidak jarang berkumpul di kafe untuk sekadar membahas agenda acara, nonton bareng pertandingan, perkenalan anggota baru atau sekadar ngobrol “ngalor ngidul”. Akibatnya, kehadiran kafe saat ini kian menjawab kebutuhan mereka, yakni tetap ingin bernuansa akrab dan berjarak sosial dekat, tetapi bersemangat urban dan popular. 2) Faktor Bisnis Kini banyak orang kantoran yang memilih mengadakan meeting dengan relasi bisnis ditempat ini. Karena tidak terlalu formal dan
35
cukup representatif sehingga suasana keakraban akan lebih terasa jika dibanding dengan meeting dikantor. Berbincang dengan relasi terasa lebih rileks dan hangat. 3) Faktor Gaya Hidup Bagi masyarakat modern, singgah di kafe sudah menjadi gaya hidup atau life style. Aktifitas dan suasana yang rutin membuat masyarakat modern merasa jenuh dan berupaya mencari suasana yang berbeda sehingga kegiatan ini menjadi sebuah gaya hidup berkunjung di kafe untuk sekedar bersantai atau mencari variasi hiburan ditengah rutinitas yang padat, duduk sebentar dan minum secangkir kopi menjadi kenikmatan tersendiri. 4) Faktor Ekonomi Kafe telah menjadi fenomena menarik di sejumlah kota besar seperti Indonesia. Keberadaannya langsung menunjuk pada sejenis gaya hidup eksklusif yang kemudian mewabah ke berbagai sudut kota, bahkan hingga ke kota-kota kecil. Dalam perkembangannya, fenomena ini disambut sebagai peluang usaha baru dan dapat meningkatkan pendapatan daerah serta meningkatkan pula roda perekonomian daerah tersebut. 5)
Faktor Kemacetan Kemacetan lalu lintas di kota-kota besar di Indonesia pada saat pulang kerja
membuat
sebagian
masyarakat
meluangkan
waktunya
perkunjung ke kafe di sekitar kantor. Hal ini dilakukan untuk sekedar
36
melepas penat aktifitas kerja atau pun menunggu lancarnya kepadatan lalu lintas kota-kota besar di Indonesia.
2.3.4 Jenis Pelayanan Jenis Pelayanan atau service secara dasar adalah sistem atau cara mempresentasikan makanan kepada tamu. Sesungguhnya dalam service hanya ada 2 sistem yaitu waiter / waitress service dan self service. Jenis-jenis pelayanan setiap rumah makan berbeda-beda tergantung dari kebijakannya masing-masing. Jenis-jenis pelayanan menurut Charles Levinson (1989:217218) yaitu :29 a. Pelayanan ala Amerika (American Service) Pelayanan ala Amerika adalah pelayanan yang umum digunakan di Amerika. Pelayanan ini mempunyai banyak variasi, yang mempunyai langkah-langkah seperti:
Pelayan menulis pesanan sesudah tamu duduk.
Pesanan dibawa ke dapur, dimana makanan sudah di sediakan dan ditata diatas piring.
Piring dibawa ke meja makan oleh pelayan dan disajikan untuk tamu.
29 Endar Sugiarto dan Sri Sulartiningrum. Pengantar Akomodasi dan Restoran. (Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama. 2001), 96-100.
37
b. Pelayanan Keluarga (Family Service) Pelayanan keluarga adalah pelayanan yang diberikan untuk orang yang banyak, seperti pelayanan dirumah. Biasanya makanan ditempatkan didalam mangkok atau piring dalam porsi besar yang diletakan ditengahtengah meja makan. Makanan dibawa ke meja makan oleh pelayan untuk disajikan kepada tamu. Kemudian tamu mengambil makanan sendiri sesuai keinginan mereka. c. Pelayanan ala Prancis (French Service) Pelayanan ala perancis biasanya digunakan di ruang makan yang mempunyai suasana yang mewah (elegant) beserta ahli pencicip masakan. Karakteristik dari pelayanan ala perancis yaitu sebagian atau semua macam makanan di masak disebelah meja tamu. Makanan diletakan di kereta dengan alat pemanas makanan. Seperti steak diane, flaming dessert dan minuman, dan caesar salad adalah beberapa menu terkenal yang disajikan pada tata pelayanan ini (manner). Pelayanan ala Perancis ini menggunakan pelayan yang berpengalaman. d. Russian Dalam pelayanan ala Rusia, makanan ditata dengan menarik didalam piring besar oleh koki. Pelayan membawa piring tersebut kepada tamu untuk
diperlihatkan,
sesudah
diperlihatkan kepada
tamu,
pelayan
membagikan makanan ke piring masing-masing tamu. Pelayanan ala Rusia bisa semewah pelayanan ala Perancis, juga jauh lebih praktis.
38
e. Pelayanan diri sendiri (SelfService) Dalam Self service makanan yang telah disediakan oleh koki diambil sendiri oleh tamu untuk dibawa ke meja makan. Cara pelayanan seperti ini biasanya digunakan pada buffets, Kafetaria dan fast-food. f. Table Senvice yaitu jenis pelayanan dimana pengunjung dapat langsung memilih tempat duduk (meja) dengan diantar oleh walter(s) kemudian memilik menu, walter (s) menghidangkan makanan yang dipesan dan setelah acara makanan selesai walter (s) mengantarkan bill (nota) pembayaran dari dan ke kasis.
g. Bar Counter Service, yaitu jenis pelayanan dimana tamu dapat langsung duduk di bar. Meesan minuman pada bartender dab melakukan pembayaran langsung di bar counter tersebut.
2.3.5 Peranan Suasana dalam membentuk Citra pada Kafe. Kerap kali pengunjung kafe pada hakekatnya mencari suasana dan memamerkan status sosial dari pada sekedar memenuhi fungsi makan minum. Penciptaan suasana romantis, ekslusif, aman dengan udara nyaman sampai pada dimensi ke empat yaitu suara bisa diperoleh dengan cara pendekatan pada konsumen dan pemakai ruang lainnya dalam aspek tingkah laku (human behavior) dari masyarakat yang dituju sehingga masing-masing fihak merasa
39
mendapatkan kepuasan lahir maupun batin.30 Sedangkan peranan suasana dalam membentuk citra kafe di harapkan dapat menciptakan atmosfer ruang yang dapat membangkitkan selera dan menyentuh emosi konsumennya. Membentuk suasana ruang dapat dibentuk dengan : • Penataan Pencayaan Pencahayaan merupakan salah satu aspek desain yang sangat penting karena dengan pengaturan/penataan pencahayaan dapat menonjolkan keunikan sebuah kafe sehingga dapat memberikan citra spesifik. Penataan cahaya pada sebuah kafe sangat dipengaruhi oleh jenis hidangan, gaya makan, cara pelayana hingga pilihan furnitur dan hiasan ruang. • Penetapan skema warna dan material Skema warna dan material dari sebuah ruang dapat menciptakan suasana dan citra yang dibutuhkan dari kafe. Pemilihan warna disesuaikan dengan citra ruang yang ingin dicapai. Warna pada ruang pun dapat diambil dari image kafe tersebut jika memang kafe tersebut telah memiliki identitas yang jelas.31 • Penataan Furniture Setiap kafe mempunyai suasana yang berbeda tergantung dengan gaya, tema, fungsi ruang, program ruang, peralatan dan sebagainya. Semua aspek tersebut perlu diperhatikan dalam pemilihan bentuk furniture dan
30 Suptandar. Pamuji. Pengantar mata kuliah Desain Interior untuk arsitek dan desain. Jakarta : Universitas Trisakti. 1994. hal 143 31 Prabu Wardono. Desain Interior III. (Bandung : ITB), 53-54.
40
suasana ruang yang akan dicapai, misalnya : suasana santai, suasana ruang yang riang gembira, elegan, formal, informal, exotic dll. • Dimensi Ruang32 Penataan ruang pada kafe disesuaikan dengan kebutuhan dan fasilitas pada kafe tersebut, misalnya ruang memiliki bidang horizontal lebih besar daripada bidang vertikalnya akan menciptakan ruang yang berkesan lebar. Biasanya bentuk ruang seperti ini digunakan untuk area makan, dapur dll. Sedangkan ruang yang memiliki bidang vertikal lebih besar daripada bidang horizontalnya akan menciptakan ruang yang sempit, panjang dan tinggi. Ruang seperti ini biasanya digunakan untuk sirkulasi, koridor serta foyer.
2.3.6 Peranan Gaya dalam membentuk Citra pada Kafe Citra sebetulnnya hanya menunjuk suatu “gambaran” (imege), suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang.33 Sedangkan citra atau image adalah sesuatu yang seolah-olah menampakkan diri atau tertangkap oleh indera dan pikiran , tetapi secara substansial fenomena itu tidak memiliki esksistensi fisikal.34 Citra kafe adalah ciri-ciri dan gugus asosiasi yang tertanam pada alam perasaan konsumen tentang kafe tersebut, sedangkan identitas kafe adalah
32 Imelda Akmal. Menata rumah dengan estetika. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), 15 . 33 Y.B Mangunwijaya., Wastu citra . (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.1995), 31 34 Save Dadun. M, Kamus besar ilmu pengetahuan,( Jakarta:Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 1997), 34.
41
ciri-ciri yang dibuat oleh pemiliknya. Jadi identitas kafe berorientasi pada apa yang khususnya konsumen persepsikan (pandangan, penilaian dan kesankesan). Kafe tanpa identitas adalah sekedar kafe-kafean ( the so called cafe) dan kafe tanpa citra positif adalah kafe yang sakit ( the sick cafe )
35
Identitas kafe meliputi semua aspek fisik sebuah kafe di antaranya :36 1) Nama dan Logo 2) Desian interior kafe (pemilihan gaya, tema, konsep, warna, mebel dll) 3) Suasana yang di tawarkan pada kafe 4) Orientasi pemilihan menu 5) Cara pelayanan 6) Penyajian dan kualitas makanan 7) Tingkat harga ( berkaitan dengan sasaran pengunjung ) Namun dari semua pembentukan identitas kafe yang terpenting adalah dari sebuah kafe adalah citra kafe itu sendiri. Citra tidak dapat dibuat seperti barang dalam suatu pabrik, akan tetapi citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Citra dapat terbentuk dengan mendukung identitas kafe dengan pemberian, penyakinan dan penonjolannya agar identitas itu berbobot untuk diakui dan dirasakan para konsumen.37 Dalam membentuk citra pada ruang yang ada pada kafe terbentuk karena penerapan gaya, tema atau konsep perencanaan desain interior. 35 M. Torsina. Usaha Restoran yang Sukses. (Jakarta:Cakrawala Cinta. 1995), 24. 36 Lury, 24. 37 Lury, 28.
42
Sehingga desain pada kafe semakin dituntut untuk dapat memberikan keunikan dan identitas bagi konsumen serta mengangkat citra kafe tersebut. Selain menawarkan hidangan yang unik dan enak, para pengelola kafe kini percaya bahwa desain yang baik akan menghasilkan bisnis yang prospektif. Itulah sebabnya banyak kafe didesain oleh desainer interior atau arsitek yang dapat menerapkan konsep yang unik dan berkarakter. Desain yang unik pada kafe menjadi daya tarik untuk mendatangkan para pelanggan, juga dapat berpotensi untuk membawa bisnis yang lebih luas . Berikut ini contoh pembentukan identitas kafe sehingga dapat memberikan citra yang dapat terlihar dari interior kafe tersebut adalah sebagai berikut : a) Pemilihan Konsep Konsep sebagai dasar pemecahan ruang dapat ditetapkan atas dasar visi, misi dan tujuan perancangan interior, dimana citra yang terbentuk akibat aspirasi. Dan citra sebuah ruang atau dalam hal ini kafe terbentuk karena efek ruang yang sebabkan bentuk dan sifat ruang yang diterapkan.38
Foto 2.26 Area lounge dan area restora dengan desain Buddha Sumber : www.buddhakafe.com
38 Prabu Wardono,. Prinsip Desain Interior. (Bandung : Penerbit ITB, 2005), 39.
43
Contoh konsep inovasi baru dari buah kafe dengan tema Buddha. Konsep tema ini dipopulerkan pertama kali di Paris dan sekarang berkembang di Indonesia. Berbagai motif, tekstur, simbol, dan ornamen, serta furnitur dekoratif tampil dengan sentuan lukisan atau patung buddha di bagian interiornya sehingga memberikan kesan meriah dan menghidupkan suasana. Penerapan pencayaan sangat penting menggakat suatu konsep contohnya dengan penerangan lampu dekoratif, dan lilin sehingga suasana semakin “dramatis”. Sehingga citra yang terbentuk dari interior kafe tersebut adalah suasana interior buddha.
b) Pemilihan Warna
Warna dapat menampilkan identitas tertentu di dalam ruang sehingga menentukan bentuk suasana, apresiasi seseorang.
39
meningkatkan minat dan
Sehingga dapat menciptakan citra pada suatu
kafe.
Foto 2.27 Area makan didominasi oleh warna merah dan hitam yang menawan Sumber : Majalah Asri, edisi Mei 2007
39 Lury, 82-85.
44
Citra suatu kafe atau resto dapat dibentuk dalam pemilihan warna pada ruanga karena warna memiliki kesan dan pengaruh psikologi pada ruang secara tidak langsung perdampak terhadap pengunjung. Contohnya warna merah dan hitam yang di pilih pada kafe di atas mempunyai inovasi dalam desain interiornya sebagai upaya memberikan pengalaman yang unik bagi konsumen. Sebuah ruangan bernuansa kontemporer dengan panel akrilik berwarna merah dan bingkai aluminium di restoran/kafe ini menjadi ciri khusus. Warna merah diimbangi dengan warna gelap berupa aplikasi material alami seperti batu andesit dan lantai keramik gelap untuk menonjolkan warna merah tadi. Dengan konsep interior bernuansa merah dan hitam ini tidak hanya mengangkat aspek desainnya tetapi juga menjadi pengalaman unik konsumen.
c) Pemilihan Gaya
Gaya adalah suatu bentuk pemecahan desain sebagai ekspresi kepribadian seseorang atau kelompak masyarakat tertentu yang dapat berkembang menjadi bagian dari identitas budaya material secara umum pada suatu masa tertentu.
40
Gaya dalam desain kafe dapat
menunjukkan karakter dan idetitas sebuah kafe sehingga dapat membentuk citra.
40 Lury, 58.
45
Foto 2.28 Kafe dengan desain interior klasik modern Sumber : www.forumdesign.com
Contohnya
kesan modern sekaligus chic, kafe bergaya klasik
namun setelah di perhatikan lebih lama nuansa modern terasa sangat kental. Menggunakan furniture dengan gaya classic kolonial, serta desain lampu dan pola (pattern)
pada dining yang bergaya abad
pertengahan. Merupakan citra yang ingin di bentuk oleh kafe dengan memilih gaya modern klasik.
d) Pemilihan Menu
Menu sesungguhnya adalah barang yang sangat penting diantara peralatan kafe lainnya yang penting. Menu dapat berfungsi sebagai salesman yang efektif dan penggoda yang menggiurkan terhadap sajian-sajian yang ditawarkan. 41
41 M. Torsina. Usaha Restoran yang Sukses. (Jakarta:Cakrawala Cinta. 1995), 66-67.
46
Foto 2.29 Contoh kafe dgn orintasi menu produk-produk organik. Sumber : Majalah Asri, edisi April 2007
Menu makanan dan minuman yang di hidangkan pada suatu kafe dapat membentuk citra dari tempat tersebut karena hidangan yang disajikan merupakan daya jual utama dan daya tarik dari sebuah kafe sehingga penggunjung dapat balik lagi ke tempat tersebut. Atas dasar itulah banyak kafe bermunculan dengan menawarkan hidangan yang berbeda. Contohnya kafe dengan menawarkan hidangan organik yang disajikan berdasarkan golongan darah yang Anda miliki. Dengan mengacu kepada beragam sifat dari tipe golongan darah, resto ini menyajikan aneka hidangan yang dapat menyeimbangkan jasmani dan rohani penikmatnya. Oleh karena itu citra dapat terbantuk pada kafe di atas dengan memilihan makanan sesuai dengan golongan darah.
47
2.3.7 Syarat-syarat Perancangan Desain pada Kafe, Clubs dan Bar
A. Aspek lingkungan
Dalam mendesain sebuah Interior restoran faktor lingkungan sangat berpengaruh, dimana faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1)
Geografi Dengan memperhatikan letak geografi dari kafe tersebut pada garis lintang meupun garis bujur yang akan berpengaruh pada iklim dan suhu di daerah tempat kafe tersebut.
2)
Topografi
Posisi
bangunan
kafe
disesuaikan
dengan
ketinggian
permukaaan laut, apakah berada pada daratan yang tingga atau daratan yang rendah.
3)
Demografi
Berhubungan dengan jumbah penduduk yang bermukim di daerah kafe yanga akan dibangun, maka perlu mengadakan survey lapangan terlebih dahulu.
48
4)
Wilayah
Posisi wilayah juga perlu diperhatikan apakah berada pada wilayah perkantoran, perbelanjaan, wisata dan lain sebagainya.
5)
Lokasi
Lokasi kafe berada di tempat yang tepat dan strategis akan sangat menguntukan bagi usaha kafe tersebut. Sebaiknya kafe hendaknya jauh dari pencemaran yang diakibatkan oleh gangguan luar yang berasal dari suara bising, asap, debu dan lainnya. Sebagian kafe berada pada lokasi yang mudah dicapai kendaraan umum atau pribadi. Secara garis besar lokasi kafe dibagi sebagai berikut :
a) Kafe yang menjadi bagian dari suatu hotel. Disini kafe merupakan salah satu fasilitas hotel, sehingga kelas kafe itupun disesuaikan dengan bintang hotel tersebut. b) Kafe yang menjadi bagian dari suatu bangunan (contohnya: Mall, Shoping Center) c) Pemilik kafe dapat menentukan sendiri manajemen dari luas ruangan yang dipakai. d) Kafe yang dipakai sepenuhnya berdiri sendiri.
49
e) Pemilik sepenuhnya dapat menentukan sendiri konsep, manajemen, tema kafe. Interior kafe ini lebih bebas.
6)
Tapak
Kafe berada pada lokasi yang mudah dalam pencapaiannya dan mudah dicari orang.
B. Aspek Ruang 1) Tata Letak Dalam tata letak area makan (table arrangement) memiliki beberapa variasi, dengan pertimbangan :
a) Sifat kunjungan /rata-rata lama kunjungan. b) Acara tertentu (Special event). c) Jenis pelayanan (Self service, waitress, counter service). d) Karakter, bentuk ruang dan peletakan jendela. Kondisi bagunan harus memenuhi syarat perizinan, sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, antara lain42 : a) Peraturan ruang ditata sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan dan arus barang. 42 Soekerso, Manajemen Food & Beverage “Servis Hotel”. ( Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.2000), 75.
50
b) Keadaan gudang terawat dengan baik dan besih. c) Tema dan suasana yang ingin dicapai dapat tercermin.
Sedangakan pada tata letak ruangan makan, harus diperhatikan jalur/akses langsung/ mudah ditempuh melalui :
a) Jalur masuk/entrance. b) Penerimakan tamu (reception), baik berupa lounge. c) Self service area buffet.
Pada ruanga makan furnitur yang akan dipakai, misalnya meja bundar, persegi, belah ketupat dan lain-lain yang akan dipadukan dengan kursi berjumlah 2,4,5,6,8,9, dan lain sebaginya. Sedangkan pengaturan meja dan tempat duduk tergantung dari43 :
a) Profil dari konsemen. b) Keadaan berupa : waktu yang tersedia untuk makan, makanan basic, dan lain-lain. c) Pelayanan konsumen berupa : self service, waited service, counter service, dan lain-lain. d) Pengelompok / grouping berupa : Pembagian meja, fleksibelitas dalam pengaturan dan lain sebagainya.
43
Lawson, Fred; Restourant, club & bar. 1973.
51
2) Kebutuhan Ruang
Umumnya berbentuk “U” dengan 12 bangku diperhitungkan 600mm/orang, sehingga panjang meja pelayanan = 7200mm. Untuk makanan yang dihidangkan, bila perlu dilayani 2 pelayan.
Per-bangku diperkirakan (1480-2150) cm. Perbandingan luar ruang pelayanan dengan luar keseluruhan bar = 25-50% luas (bersih), ruang dapur saja = 15-25%.
Dapur Perkiraan kebutuhan ruang untuk dapur, termasuk gudang makanan, ruang pendingin, tempat cuci dan kantor koordinasi juru masak adalah : a) Ruang dapur kafe utama : 40m2 x jumlah orang yang dilayani. b) Dapur perjamuan dan tempat pelayanan : 0,20m2 x jumlah orang yang dilayani. c) Dapur untuk warung kopi : 0,30 m2 x jumlah orang yang dilayani. d) Dapur untuk warung kopi terpisah : 0,45m2 x jumlah orang yang dilayani.
52
Area makan Yang terutama harus ada yaitu area makan, yang mempunyai jumlah duduk yang sebanding dengan luas ruangannya, dengan ketentuan minimal 1,5m2 untuk setiap tempat duduk. Tinggi ruangan sebaiknya tidak lebih rendah dari 2.60m.
Bar Kafe biasanya mempunyai bar yang menyediakan minuman, dengan jumlah tempat duduk yang sebanding dengan luas bar, dengan ketentuan 1,1m2 untuk setiap tempat duduk. Sedang lebar ruang kerja untuk bartender minimal 1m .
Area Telepon Kafe menyediakan telepon pada sisi luar ruangan, minimal 1 buah untuk hubungan keluar dan 1 buah untuk hubungan kedalam, dilengkapi dengan buku petunjuk telepon pada masing-masing telepon. Toilet Kafe menyediakan toilet di dalan area kafe yang terpisah untuk pria dan wanita dengan fasilitas minimal : a) Toilet untuk pria
53
Urinior 2 buah , WC 2 buah, tempat cuci tangan berikut kaca rias dan alat pengering tangan. b) Toilet untuk wanita. WC 2 buah , ruang rias dengan kaca rias, tempat cuci tangan dan alat pengering tangan. Kantor pengelola kafe Area kantor pengelola kafe meliputi ruang General Manager, Operasional Manager, Accont Manager Ruang Loker Dilengkapi dengan loker, tempat menyimpan pakaian / barang karyawan.
C. Aspek Elemen Interior 1) Persyaratan Teknis Selain persyaratan kondisi bangunan, hal lain yang harus dipenuhi adalah persyaratan teknis, yaitu44 : b)
Transportasi mekanik (lift) pada bangunan berjalan dengan baik (kalau ada )
c)
Tersedianya air, listrik, tata udara, ruang mekanik dan dapur.
44 Lury,78
54
d)
Sarana komunikasi, telepon, yang digunakan untuk sambungan lokal, interlokal, saluran vidio, TV, radio dan lainnya.
e)
Pencegahan bahaya kebakaran , dimana tersedia pintu darurat.
f)
Pembuangan limbah yang baik . Sedangkan kelancaran operasional suatu kafe , dijadikan oleh 2
bagian besar, yaitu :
Sektor Depan : merupakan bagian yang dilihat dan didatangi oleh
pemakai jasa kafe.
Sektor Belakang : merupakan ruang pendukung kelangsungan masak-memasak untuk keperluan makan dan minum pemakai jasa.
2) Entrance
Pintu masuk atau entrance harus bebas pandangan, jika mungkin dapat memperhatikan interior ruang restoran / kafe, membangkitan keingintahuan, membangun ketertarikan dan respon dari konsumen, menunjukkan karakter dan standar restoran/ kafe. Sedangkan yang harus diperhatikan adalah ukuran standar pintu masuk, bukaan pintu, konstruksi, keamanan bahan, desain pintu mulai dari handle sampai logo kafe, informasi dan menu display. 45
45
Lury. 48
55
3) Internal door
Internal door adalah pinti atau panel pemisah antara ruang makan, dapur, service area, dan lain-lain dengan memperhatikan : fungsi, nilai akustik, ukuran, konstruksi dan desain yang diusahakan senada dengan desain entrance. 46
4) Dinding
Dinding dapat bersifat permanen (dinding beton), permanen partisi,moveable partisi. Partisi dengan kemungkinan untuk pindah biasanya dipergunakan pada ruang makan private dan hall multi fungsi untuk memungkinkan perubahan besaran dan fungsi ruang.
Sedangkan
pemilihan
bahan
untuk
dinding
sebaiknya
memperhatikan faktor :
1) Tahan minyak, air, dan bahan kimia. 2) Tahan panas. 3) Tidak beracun. Untuk permukaan dinding dapat mengguanakan finishing ;
a) Konstuksi yang diekpos. b) Mengguanakn material khusus berupa kayu, marmer, ker amik, kaca, glassblock, dll. 46
Lawson, Fred, 1994 : hal 120
56
c) Dicat (paintwork) atau wall covering. d) Menggunakan elemen dekoratif/ hiasan tertentu. 5) Ceiling/ Plafon
Jika ruangan mempunyai langit-langit yang tinggi, biasanya plafond adalah bagian yang paling tidak mencolok pada ruangan itu, karena penggunjung biasanya jarang untuk mendongakkan kepalanya lebih dari 100-150.
Fungsi dari plafond adalah : a) Menyembunyikan peralatan dan mesin. b) Sebagai penutup bagian atas ruangan. c) Untuk mengendalikan efek-efek suara. d) Untuk mengendalikan peredaran udara didalam ruangan. e) Untuk mengendalikan sinar/cahaya.
Type kontruksi dari plafond tergantung dari : a) Besarnya saluran dan desain dari ducting dan kabel. b) Peletakan diffuser, grill, recessed dan fitting. c) Keperluan akustik (sound absorption dan insulation) d) Ketahanan terhadap api dan penyebaran api. e) Dekorasi dan perawatan (pembersihan), pengontrolan dan perbandingan biaya.
57
Sedangkan jenis plafond terbagi dua, yaitu : a) Yang menempel langsung pada komponen structural gedung (langsung dari lantai diatasnya atau atap). b) Plafond tambahan yang menggantung pada struktur atap atau lantai diatasnya / suspended ceiling. Untuk konstruksi plafond biasanya menggunakan rangka kayu berukuran 4/6, 5/7, 6/10, 6/12, 8/12 atau rangka plafond yang menggunakan alumunium profil dan bahan-bahan lainnya kemudian dilapisi kaca, akustik, kayu lapis, kayu solid, eternity, aluminium plat, fiber glass, plastik, acrylic, gypsum board dan lain sebagainya.
6) Lantai Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan pemilihan bahan lantai adalah 47: a) Ketahanan akan tumpuhan makanan dan minuman, traffic, goresan dan cat. b) Mudah dibersihkan dan mudah dalam perawatannya. c) Berhubungan dengan kelembutan dari permukaan lantai dan dekorasi ruangan. d) Anti licim penting dalam ruang sirkulasi, tangga dan entrance, terutama disaat basah.
47
Lury,
58
e) Ketahanan terhadap kerusakan dan pemakaian dan cukup lama. D. Faktor Estetika
Desain dari sebuah restoran / kafe harus mewakili secara keseluruhan unsur-unsur yang terdapat didalamnya, baik dari segi gaya, harga, pelayanan, dan menu khususnya bagi speciality restaurant dan fast food restaurant dimana gaya/ style dan pelayanan merupakan satu kesatuan yang utuh dari desain.
Gaya/ style mempengaruhi karakter dari sebuah restoran, dari segi desain hal tersebut dapat membuat konsumen mengetahui jenis dari kafe yang mereka kunjung. Adapun gaya dapat diterapkan melalui :
1) Penyampaian informasi tentang produk, harga, maupun jenis operasional kafe tersebut.
2) Dapat pula diterapkan melalui penciptaan tema yang berhubungan dengan produk maupun perlengkapan tertentu/ khusus ( peralatan makan, taplak).
3) Memiliki karakter daerah tertentu ( Cina, Spanyol, Meksiko, Indonesia, Brasil dan lain-lain) yang secara bertahap diadaptasi sesuai dengan perubahan gaya hidup, apresiasi budaya dan nilai komersial.
59
Tema utama atau gaya dari sebuah kafe dapat diekspresikan melalui beberapa bentuk, antara lain berdasarkan48 :
a) Suasana yang ingin ditampilkan:realism,novelty, romantic. Periode/ waktu : latar belakang sejarah, kontemporer, futuristic. b) Etnik : Cina, Meksiko, Brasil,Italia, Indonesia, Spanyol. c) Intensitas : Semarak, lembut. Dalam faktor estetika ini yang harus dipertimbangkan adalah :
a) Dapat menyenangkan mata. b) Mengungkapkan sifat (feminim, maskulin dan laian-lain). c) Menunjukkan tingkat sosial konsumen. d) Mengunjukkan tingkat sosial konsumen. e) Mengungkapkan suasana (religius, formal dan laian-lain). E. Faktor Ergonomi
Pemilihan furniture baik dari segi jumlah maupun desainnya, dibuat sesuai dengan kebutuhan. Penentuannya harus disesuaikan dengan pertimbangan ukuran dan dimensi yang memperhatikan faktor :
48
Lawson, Fred , 1194: hal 96-97.
60
a. Data anthropometric berdasarkan jenis kelamin, umur, karakter, rasial/budaya ( ukuran standar internasional/ 75% dari pengguna rata-rata).
b. Dimensi ruang (area, bentuk dan batas ruang).
c. Kebutuhan konsumen (pengguna ruang, kelompok konsumen).
d. Kebutuhan operasional (desain ruang, area untuk pelayanan, perubahan desain layout)
61
BAB III TINJAUAN GAYA MODERN EKLEKTIK
3.1 Tinjauan Eklektik 3.1.1 Pengertian Eklektik
-
Eklektik adalah gaya yang menggunakan berbagai macam furnitur atau elemen interior yang berasal dari gaya atau periode yang berbeda. 49
-
Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya. Arsitektur Eklektik adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri. Pemilik bangunan atau keduanya bersama memilih secara bebas, gaya-gaya atau bentuk-bentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosio-ekonomi mereka. 50
- Eklektik merupakan ekspresi dari perpaduan beberapa gaya dalam dalam suatu desain dengan memilih yang terbaik dari yang ada sebelumnya kemudiaan ditambah dengan gaya baru. 51 3.1.2 Eklektik abad XIX ( Pra Modern) 52
Eklektik sebenarnya sudah ada sebelum era modern Perkembangan Modern itu sendiri dimulai dengan Eklektik, selain karena kejenuhan pola
49 Majalah Laras edisi maret 2005. 50 htt://www.eklektikisme.com. 15-12-2008 51 www. universitaskristenpretra.com 15-12-2008 52 Yulianto Sumalyo. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2. (Makassar:Gadjah Mada University Press ), 51-64.
62
klasik lama juga karena semakin banyak pilihan untuk digabungkan atau diulang tetapi dalam pola, konsep, bentuk baru. Pada abad XIX bentuk, langgam, konstruksi dan bahan-bahan bangunan dalam arsitektur semakin berkembang bervariasi sehingga pilihan pun semakin banyak.
Dalam sejarah perkembangan arsitektur, istilah Eklektik dipakai untuk menandai gejala pemilihan atau pencampuran gaya-gaya pada abad XIX masa berakhirnya Klasikisme, masa awal Modernisme dan bukan pencampuran mau pun perkembangan pada masa sebelumnya.
Eklektik menandai perkembangan arsitektur abad XIX, dengan ketidakpastian langgam. Pencampuran bentuk menghasilkan langgam tersendiri, memperlihatkan adanya pola pikir akademis, tetapi dalam bentuk yang masih konservatif. Fungsi bangunan disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan yang lebih banyak dibandingkan dengan masa sebelumnya, seperti misalnya balai kota; opera; pavilliun; museum; dan lain-lainnya.
Gaya Eklektik pada awal abad XIX mengandung rasa sentimen dan nostalgia pada keindahan langgam masa lampau. Mengulang keindahan unasur-unsur
kla-sik
dan
dipadukan
atau
diterapkan
secara
utuh.
Pengulangan kembali secara utuh kadang-kadang disebut Neo-Klasik.
63
Contoh-contoh Eklektik era Klasik
Gambar 3.1 . White House, Washington (kiri) dan Balai kota, Medan(kanan) Sumber : www.media-cdn.tripadvisor.com
Gambar 3.2 Bangunan Museum Nasional ,Jakarta Sumber : www. wikipedia.com
3.1.3 Perkembangan Gaya pada Era Modern Modern berasal dari kata latin yaitu Mono yang berarti Baru. Istilah ini dipopulerkan oleh Sugar ketika merekonstruksi basilika St. Denis di Paris tahun 1127, karya ia sebut opus modernum, suatu yang tampak baru 53 dapat diartikan juga terbaru, mutahir, lawan kuno yang paling modern. Modern juga dapat diartikan juga sifat dan cara pemikiran serta cara bertindak sesuai dengan perkembangan zaman . 54
53 Agus Sachari,dan Suranti Trisnawati, Kamus Desain.(Bandung : Penerbit ITB, 1998),120. 54 Kamus Umum bahasa Indonesia , Jakarta 2001:905
64
Sedangkan gaya modern adalah gaya yang simpel, bersih, fungsional, stylish, trendy, up-to-date yang berkaitan dengan gaya hidup modern yang sedang berkembang pesat. Gaya hidup modern ditopang oleh kemajuan teknologi, dimana banyak hal sebelumnya tidak bisa dibuat dan didapatkan menjadi tersedia bagi banyak orang. Dalam Interior, gaya hidup modern berimbas kepada keinginan untuk memiliki desain ruangan yang simpel, bersih dan fungsioanal, sebagai simbol dari semangat modern. Namun, gaya hidup semacam ini hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat saja, terutama yang berada di kota besar, dimana kehidupan menuntut gaya hidup yang lebih cepat, fungsioanal dan efisien. 1. Modern Awal XIX55 Dalam kurun waktu 1880-1890 terjadi semacam revolusi industri kedua dalam bentuk rasionalisasi dan penggunaan mesin secara besar-besaran. Timbulnya sistem pabrikasi dimana sebagian besar unsur bangunan di buat di pabrik, penggunaan mesin-mesin, teknologi baja tuang dan sebagainya, memungkinkan pembangunan hanya dalam waktu relatif singkat. Terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua keahlian: arsitek dalam hal bentuk, ruang dan fungsi di satu pihak dan keahlian konstruksi dan struktur dalam hal perhitungan dan pelaksanaan bangunan di lain pihak. Dalam masa modernisasi awal teori-teori keindahan khususnya dalam arsitektur oleh Pugin, Ruskin, Moris, dan lain-lain berkembang secara lebih
55 Yulianto Sumalyo. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2. (Makassar:Gadjah Mada University Press),66-127.
65
radikal menentang Classicissm, sebaliknya menekankan pada fungsionalisme dan purisme atau kemurnian.
Ciri Umum dari gaya arsitektur yang melanda dunia pada akhir abad XIX dan awal abad XX ini adalah asimetris, kubis, atau semua sisi (depan samping dan belakang) dalam komposisi dan kesatuan bentuk, elemen bangunan jendela, dinding, atap, dan lain-lain menyatu dalam komposisi bangunan.
Selain itu hanya terdapat sedikit atau tanpa ornamen pada bangunan. Hal ini memper-lihatkan dengan jelas sebagai “perlawanan” arah dari arsitektur klasik dan juga sangat berbeda dengan Modern-Eklektik, di mana ornamen, elemen-elemen bangunan (pondasi, kolom, atap, jendela, dinding, dan lain-lain) yang terlihat jelas sebagai unsur tersendiri satu dengan lain lepas, tidak dalam kesatuan.
Pada masa ini muncul berbagai macam pergerakan yaitu antara lain: Art and Craft, Art Nouveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School,dan yang lainnya. a) Art and Craft Gerakan seni dan kriya atau lebih dikenal dalam bahasa Inggris sebagai art and craft movement adalah suatu gerakan pada akhir masa revolusi industri
yang
mementingkan
komitmen
kerja
dan
keindahan.
Penganutnya menolak estetika yang dihasilkan oleh produksi secara massal, yang dianggap sebab utama hilangnya keindahan individual. Art
66
and craft memberikan kesan kembali ke periode gothic, roccoco, dan renaisans. Salah satu ciri utamanya adalah karya seni dibuat secara individu oleh seniman dengan sentuhan artistik yang khas. Setiap karya digarap dengan serius dan teliti. Tokok-tokok Art and Craft :
Art and Craft movement (Inggris), tokohnya ialah John Ruskin dan william Morris yang menentang akan industrialisasi.
Chicago school (amerika), tokohnya yang ternama ialah Luis Sullivan dan Frank Lyod wright. Pada gerakan ini terutama Luis sullivan dengan slogannya ‘Form follow Function’, disini Ia membahas mengenai tampilan wajah bangunan mempengaruhi kegunaan bangunan tersebut. Sedangkan Frank mengemukakan akan bangunan adalah suatu ‘Organic architecture’, karena sesuai dengan keadaan Amerika pada saat itu. Contoh karya art and craft movement:
Gambar 3.3. lampu gaya art and craft Sumber : www.diynetwork.com/diy/cr_history/article/
67
b)
Art Nouveau Art Nouveau berasal dari bahasa Perancis yang artinya seni baru (new art). Art Nouveau merupakan suatu style seni internasional yang mengalami peralihan menuju modernisme, arsitektur dan desain yang mencapai puncak popularitasnya pada awal abad 20 (1880-1914) dan memiliki ciri khas pada highly style, bergelombang-gelombang, desain yang melengkung-lengkung sering dipadukan dengan gambar flora ataupun motif-motif tumbuhan lainnya. Aliran ini muncul di Eropa dan Amerika mulai tahun 1819 hingga menjelang perang dunia pertama pada tahun 1914. Namun pendapat lain mengatakan Art Nouveau berakhir pada tahun 1920 oleh klasisisme pasca perang. Pada dasarnya aliran ini muncul sebagai sebuah reaksi terhadap industrialisasi dan gaya mesin yang dianggap menghilangkan sifat manusiawi dalam seni dan pembuatan barang-barang kebutuhan manusia. Oleh karena itu ukiran dan ulir flora yang dibuat juga cenderung tampil ‘berlebihan’ untuk menekankan ketrampilan yang sifatnya sangat emosional. Gaya ini diaplikasikan dalam seni, arsitektur, furniture serta perabot logam dan ilustrasi buku serta berbagai barang cetakan.Nama Art Nouveau diambil dari nama toko di Paris, Maison de l’Art Nouveau yang dibuka pada tahun1895 oleh Siegfried Bing. Di Eropa aliran ini menggunakan beberapa nama:
Di Jerman: Jugendstil (gaya muda) dari nama majalah Die Jugend
68
Di Austria: Vienna Secession
Di Italia: Stile Liberty
Di Spanyol: Modernista
Di Inggris: Glassgow school
Tokoh-tokohnya adalah Charles Rennie Mackintosh (Inggris), Henry Van de Velde (Austria), seorang arsitek Antoni Gaudi (spanyol). Gaya Art Nouveau pada awalnya dimaksud sebagai seni yang dapat dinikmati oleh orang kebanyakan (popular art) namun pada kenyataannya lebih banyak diterapkan dalam seni dan barang-barang untuk konsumsi orang-orang kaya.56 Contoh karya gaya Art Nouveau :
Gambar 3.4. Casa Mila karya Altoni Gaudi Sumber : www.e-architech.co.uk/barcelond/casa_mila
Gambar 3.5. Casa Calvet karya Altoni Gaudi Sumber : www.e-architech.co.uk/barcelond/casa_calvet. 56 Arif Adityawan, Tinjauan Desain dari Revolusi Industri hingga Posmodern, (Jakarta:UPT Penerbitan, 1999), 15.
69
c)
De Stijl Gaya yang berasal dari Belanda, de Stijl adalah suatu seni dan pergerakan desain yang dikembangkan sebuah majalah seni di Belanda yang terbit tahun 1917-1931 ditemukan oleh Theo Van Doesburg. Tokoh utama de Stijl adalah Piet Mondrian. De Stijl menggunakan bentuk-bentuk geometris, menggunakan warna-warna dasar dan menggunakan komposisi asimetris. De Stijl atau dalam Bahasa Inggris the style adalah gerakan seni di sekitar tahun 1920an. Konsep ini berkembang seiring terjadinya perang dunia pertama. De Stijl merupakan pengenbangan dari Cubism- nya Picasso.
Konsep de Stijl adalah abstraksi secara ideal komposisi warna dalam bentuk dua dimensi, walaupun kemudian juga menghasilkan kesan ruang. Pemanfaatannya sangat banyak di dalam interior dan Arsitektur. namun seperti yang ditulis oleh Piet Mondrian bahwa de Stijl tetaplah sebuah konsep ideal dalam dua dimensi. Meskipun Theo van Doesburg berusaha keras memperjuangkan pengaplikasiannya dalam dunia arsitektur, de Stijl tetaplah hanya menjadi bahan pertimbangan dalam pengolahan bidang-bidang warna, bukan arsitekturnya sendiri.
de Stijl meredup seiring perpecahan di antara Theo van Doesburg yang aplikatif dan Piet Mondrian yang teoritis. Hingga akhirnya majalah de Stijl terakhir kali terbit untuk mengenang kematian Theo van Doesburg.
70
Seniman yang terlibat dalam gerakan de Stijl :
Piet Mondrian (1872 – 1944)
Theo van Doesburg (1883 – 1931)
Ilya Bolotowsky (1907 – 1981)
Marlow Moss (1890 – 1958)
Amédée Ozenfant (1886 – 1966)
Max Bill (1908 – 1994)
Jean Gorin (1899 – 1981)
Burgoyne Diller (1906 – 1965)
Georges Vantongerloo (1886 – 1965)
Gerrit Rietveld (1888 – 1964)
Bart van der Leck (1876 – 1958)
Contoh karya Gaya De Stijl :
Gambar 3.6. Red / Blue Chair Karya Gerrit Rietveld pada tahun 1918 – 1923. Dibuat seakan2 adalah sebuah benda 2D yang menyatu dengan ruang disekitarnya.
Sumber :www.de stijl .com
Gambar 3.7. Arsitektur dan interior Schröder House Sumber :www.de stijl .com.
71
d) Sekolah Bauhaus Sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi. Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi. Prinsip dasar pendidikannya adalah memadukan semua ilmu pendukung desain seni, keterampilan dan teknik dengan tujuan menghasilkan desainer yang dapat menjawab kenyataan sosial dan budaya industri modern. Tenaga pengajarnya umumnya, adalah seniman “pembaruan” beraliran Kubisme dan Konstrutivisme seperti Wassily Kandinsky, Josef Albers dan Paul Klee. Bauhaus, banyak memberi makna dan nilai pembaruan terhadap perkembangan desain dan arsitektur pada dua dekade awal abad ke -20 . Gaya-gaya Bauhaus yang berpengaruh di antaranya adalah Simbolisme, Geometrika
dan
Fungsionalisme,
Ekspresionisme
Modern
dan
Rasionalisme. Tetapi secara umum Bauhaus lebih dikenal dengan
72
penggayaan Geometrikal Rasionalis sebagai perwujudan dari nafas Modernisme Awal. 57 Contoh karya dari desainer Bauhaus :
Gambar 3.8. Klee's house (kiri) dan Ruang kerja Gropius (kanan) Sumber : Yulianto Sumalyo,. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2.Makassar:Gadjah Mada University Press.
Gambar 3.9. Genung sekolah Bauhaus Sumber : Yulianto Sumalyo,. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2.Makassar:Gadjah Mada University Press.
2. Modern Sensationalism Rasionalisme dan Kubusme (1900-1940)58 Pada tahun 1908 terbit tulisan bersengketa”Ornament and Crime” buat tangan Adolf Loos. Tulisan ini merupakan penghujatan terhadap penggunaan ornamen pada bangunan dan aneka benda. Bagi Loos , penggunaan orname menunjukkan kerendahan selera dan penggunanya dapat dianggap sebagai 57 Yan Yan Sunarya,. Sejarah Seni Rupa & Desain Modern. (Bandung :Penerbit ITB), 45-49. 58 Yulianto Sumalyo. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2. (Makassar:Gadjah Mada University Press), 175.
73
kejahatan kriminal. Pendapat Loos , amat berpengaruh pada karya rancangan modern awal, sehingga pada masa ini, banyak karya desain meninggalkan aspek ornamen. Karya-karya arsitek terutama cenderuang geometris murni dan menyajikan bentuk-bentuk “polos dan jujurbahan”. Banyak karya desain pada Modern Awal, menampakkan seolah-olah hasil mesin “tanpa perasaan “ dan “ tanpa sentuhan kemanusiaan”. Pengaruh modernisme awal juga merebak ke berbagai negara. Di Amerika serikat, pengaruh itu terasa ketika Louis Sullivan berkata “ Form ever follows function. That is the law! Ungkapan Sullivan ini, kemudian menjadi kaum Modernisme di kemudian hari yang dianut secara fanatik. Secara sosiologis, sulit menyimak kapan sebenarnya Modernisme dalam dunia desain dimulai. Tetapi para ahli sejarah kerapkalia mematok, bahwa awal Modernisme dalam dunia adalah berdirinya Bauhaus yang dipimpin oleh Walter Gropius di Weimer-Jerman pada tahun 1919. Lembaga ini dianggap sebagai simpul dinamika pemikiran para seniman, insiyur dan desainer modern yang berpengaruh luas pada masa itu. Karena gejolak politik di Jerman, lembanga ini kemudian pindah ke Dessau pada tahun 1925. Salah satu misi utama Bauhaus adalah mendidik para seniman dan desainer modern.
Perkembangan Arsitektur Modern Fungsionalisme diwarnai dengan anti pada pengulangan bentuk-bentuk lama dengan teknologi baru (beton bertulang, baja). Dan pada awal abad XX terjadi perubahan besar, radikal, cepat, dan revolusioner dalam pola pikir.
74
Dalam pandangan arsitektur modern (1910-1940-an), terjadi perubahan dalam pola dan konsep keindahan arsitektur, di mana keindahan timbul semata-mata oleh adanya fungsi dari elemen-elemen bangunan. Oleh karena itu aliran ini disebut sebagai Arsitektur Fungsionalisme atau Rasionalisme (berdasarkan rasio/pemikiran yang logis). Bangunan terbentuk oleh bagianbagiannya apakah dinding, jendela, pintu, atap, dll tersusun dalam komposisi dari unsur-unsur yg semuanya mempunyai fungsi.
Teori, bentuk, dan konsep lama tentang keindahan seni termasuk arsitektur telah lalu ditinggalkan. Hubungan dengan masa lampau berusaha diputus oleh para arsitek modern menjadi bentuk baru yang “murni” tanpa dekor selain bagian bangunan yang masing-masing berfungsi, disebut aliran arsitektur murni atau Purism.
Dalam penerapan konsep Fungsionalisme, Purisme atau rasionalisme mewujudkan bangunan “bersih”,”murni” tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang, kotak, balok, dan kubus. Memandang bahwa seluruhnya merupakan kesatuan bentuk, sehingga disebut arsitektur Cubism. Aliran ini menekankan pada dimensi waktu dalam bangunan, diwujudkan dengan menyatunya ruang luar-dalam oleh jendela-jendela lebar, jarak antar kolom yang relatif lebar, saling berhubungan secara berkesinambungan.
75
Contoh karya arsitektur pada modern Sensationalism Rasionalisme dan Kubusme :
Gambar 3.10. Maison La Roche, Paris (1923)Rancangan Le Corbusier dan Jeannert Sumber : www.flickr.com
Gambar 3.11. Cite internationale university , rancangan Pavillon Suisse Sumber : www.flickr.com
3. Kelahiran Gaya Modern Internasional59
Teori-teori fungsionalisme dalam arsitektur terus berkembang, sejalan dengan perkembangan budaya modern dan industri. Terjadi berbagai perubahan dan perbedaan pendapat satu dengan yang lain, tetapi semua cenderung menekankan pada fungsi dan teknologi.
Antara tahun 1890 hingga tahun 1910, gerakan yang menentang peniruan dan pengulangan bentuk kaidah dan teori lama semakin meluas keseluruh 59 Ibid, hal 68
76
dunia. Sejalan dengan hal itu berlangsung permasyarakatan fungsionalisme, meninggalkan hiasan atau ornament bentuk lama, dilain pihak menonjolkan kenyataan kemajuan teknologi, kontruksi dan struktur bangunan.
Tokoh-tokoh modern internasional style di beberapa negara :
1. H. P Derlage di Belanda. 2. Peter Behrens di Jerman. 3. Otto Wagner di Australia. 4. Adolf Loos dan Josef Hoffmann, di Inggris Mackintosh. 5. Perret bersaudara, Horta dan Hankar di Bruxelle Belgia. 6. Jenney, Sullivan dan Wright di Chicago Amerika Serikat. 7. Julien Guadet di Perancis Arsitek modern sebelum masa itu hanyalah merupakan karya individu yang terbatas lingkup, kemudian terjadi semacam gerakan serentak diikuti oleh para arsitek di negara-negara industri : seni tidak lagi dipandang sebagai sebagai suatu untuk kesenangan dan kepuasan, tetapi suatu seni terapan dalam estetika industri. Dalam sepuluh tahun terakhir abad XIX dan sepuluh tahun awal abad XX perkembangan arsitektur, menjadi berkaitan satu dengan lain dalam keseragaman gagasan . Meluas dan kesamaan pandangan terhadap arsitektur sampai keseluruh dunia membuat gaya arsitektur waktu itu disebut International Modern dan sebutan lain untuk bentuk arsitektur ini adalah International Style.
77
Ciri umum dari gaya arsitektur yang melanda dunia pada akhir abad XIX dan awal abad XX ini adalah asimetris, kubis atau semua sisi dalam komposisi dan kesatuan bentuk, elemen bangunan jendela, dinding, atap dan lain-lain menyatu dalam komposisi bangunan. Selain itu dalam arsitektur Internasional Style hanya terdapat sedikit atau tanpa ornamen. Ciri-ciri tersebut saling terlihat sebagai perlawanan arah dari arsitektur klasik dan juga sangat berbeda dengan modern dan juga sangat berbeda dengan Modern-Eklektik, dimana ornamen, elemen-elemen bangunan (pondasi, kolom, atap, jendela, dinding dll) yang terlihat jelas sebagai unsur tersendiri satu dengan lain lepas, tidak dalam kesatuan. 4. Moderen akhir (1950 – 1960)60 Pada masa moderen akhir yaitu pada pertengahan 1960 teori tentang arsitektur baru yang akan menggantikan arsitektur moderen sebenarnya sudah ada. Teori tersebut antara lain dari Robert Venturi dengan bukunya “Complexcity and Contradiction in Architecture” dan dari Aldo Rossi dengan bukunya “ the Architecture of the City”. Oleh karena arsitektur moderen sudah selesai, munculah arsitektur baru yang dinamakan arsitektur postmoderen. Munculnya arsitektur post-moderen diharapkan dapat menjawab kritikan-kritikan terhadap arsitektur moderen. Dalam karya arsitektur postmoderen antara seni dan ilmu menjadi satu lagi. Arsitektur post-moderen adalah proses komunikasi atau bahasa ,mempunyai makna yang dapat “ menyentuh” kembali sisi manusiawi sebab manusia bukan mesin. 60 Lury, 520.
78
Contoh karya arsitektur pada modern akhir :
Gambar 3.12. Guggenheim Museum di Bilbau. Sumber : Yulianto Sumalyo,. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2.Makassar:Gadjah Mada University Press.
3.1.4 Perkembangan Era Posmodern Posmodern bermula dari kejenuhan masyarakat terhadap arsitektur modern, maka timbulah gerakan pembenahan dari para arsitek Posmodern ini muncul dalam tiga versi atau sub langgam yaitu: purna modern, pasca modern, dan dekonstruksi (banyaknya pengertian maupun versi tentang Posmodern ini memang telah membuat sejumlah pihak mengalami kebingungan khususnya untuk menentukan siapa dan mana yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan sebagai yang benar). Arsitektur purna modern dan neo modern merupakan hasil pemikiran arsitektur untuk mengkoreksi degradasi yang terjadi. Pertanda pertama berakhirnya modern adalah dengan meninggalnya keempat bapak modern. Selain itu juga karena adanya protes keras dari masyarakat awam Eropa, mereka beranggapan bahwa suatu pembangunan yang didahului dengan pembongkaran atau penghancuran tak perlu melibatkan campur tangan arsitek, sembarang orang juga dapat melakukannya. Arsitek ditantang untuk
79
membangun tanpa merusak sehingga munculah arsitektur purna modern yang mendamaikan antara yang baru dan lama. 61 Tokok-tokok Post – Modern adalah : a) Michael Graves b) Venture, Scott Brown & Associates c) Ettore Sottsass d) Craft Rediscovered e) John Outram f) Arata Isozaki Suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur Posmodern, ideological adalah konsep yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur Posmodern bisa lebih terarah dan sistematis adalah sebagai berikut : a. Double coding of Style Bangunan Posmodern adalah suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu :
Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.
b. Popular and pluralist Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik dari pada tunggal. c. Semiotic form Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud.
61 Lury, 159.
80
d. Tradition and choice Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang. e. Artist or client Mengandung dua hal pokok yaitu: - Bersifat seni (intern) - Bersifat umum (extern) Yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami secara umum. f. Elitist and participative Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern. g. Piecemal Penerapan unsur–unsur dasar, secara sub–sub saja atau tidak menyeluruh. Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan lain–lain. h. Architect, as representative and activist Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara aktif berperan serta dalam perancangan. Dari pendekatan ini mulai muncul konsep-konsep yang mencoba dari mana sumber kesepakatan pemahaman masyarakat terhadap suatu dan mudah terbentuk. Misalnya konsep historisisme, revivalisme, klasikisme dan Eklektik
81
adalah contoh gagasan yang sering diajukan dan dianut oleh para penganjur Postmodern, guna mencari bentuk yang sudah dikenal sejarah, bentuk klasil atau pencampuran dari gaya yang perna ada . Sebagai antitesis terhadap Puritanisme bentuk-bentuk desain Modernism, maka prinsip desain Posmidernime yang berusaha komunikatif memberikan kebebasan pada penggunaan elemen-elemen ornamen atau dekorasi, warna, motif, ataupun susunan yang lebih bebas dengan tujuan dapat menampilkan ironi membuat orang bertanya-tanya dan tidak selesai dengan satu jawaban serta membuat pengamat memiliki kebebasan berasosiasi, imajinasi atau fantasi. Posmodern menampilkan dirinya dalam bentuk keragaman isi sosial, sekaligus keragaman kelompok sosial yang membawa isu-isu tertentu, serta pilihan-pilihan politis bagi prakteknya. Singkatnya bisa dikatakan, bahwa postmodernisme adalah fenomena pluralisme gagasan, pluralisme kelompok kepentingan serta pluralisme praktek-praktek politik. Dalam kemunculan Pluralisme tahun 1980-an, maka postmodern merupakan fenomena budaya yang terdiri atas keragaman penggayaan pada area seni, desain dan arsitektur. Eklektik merupakan penggayaan alami yang menyokong Pluralisme tersebut. Konsep tersebut juga dapat dinilai sebagai reaksi terhadap kekangan pendekatan desain-desain standar modernisme yang rasional, fungsioanal dan terukur , serta dianut sebagai satu-satunya nilai kebenaran. 62
62 Yan Yan Sunarya. Sejarah Seni Rupa & Desain Modern. (Bandung Penerbit ITB), 108-112.
82
Contoh karya arsitektur dan interior era postmodern di dunia:
Gambar 3.13. Piazza d'italia rancangan Charles Moore Sumber : Yulianto Sumalyo,. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2.Makassar:Gadjah Mada University Press.
Gambar 3.14. Gedung Leiceste University Engineering Sumber : Yulianto Sumalyo,. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2.Makassar:Gadjah Mada University Press.
Gambar 3.15. Teater Carlo Felico Sumber : Yulianto Sumalyo,. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2.Makassar:Gadjah Mada University Press.
83
Contoh karya arsitektur dan interior gaya ekletik era postmodern :
Gambar 3.16 Kedai Tiiga Nyanya merupakan restoran penerapan gaya eklektik perananakan cina.tempo dulu.Jakarta Sumber : HDII, Desain Interior karya desainer interior Indonesia, PT. Printido Utama: Jakarta, 2007. hal 64.
Gambar 3.17 Rumah tropis gaya eklektik memedukan modern dan klasiks, Singapura. Sumber : HDII, Desain Interior karya desainer interior Indonesia, PT. Printido Utama: Jakarta, 2007. hal 20
Gambar 3.18 Gaya eklektik memedukan nuasa tropis dengan entik Jawa, Bali dan modern.. Sumber : HDII, Desain Interior karya desainer interior Indonesia, PT. Printido Utama: Jakarta, 2007. hal 36
84
Tabel 3.1 Berikut ini kerangka global sejarah perkembangan arsitektur modern .
85
3.15 Penerapan Gaya Modern Eklektik di Indonesia
Bila arsitektur eklektik akhir abad XIX dan awal abad XX dikemukakan di depan mengambil bentuk-bentuk klasik, maka arsitektur Posmodern sering menampilkan percampuran gaya yang menghadirkan masa lampu tidak saja dari era klasik tetapi juga modern awal termasuk Cubism, Art Deco, Art Nouveau dan lain-lain.63 Gaya eklektik pun kini sering memcampurkan gayagaya modern sehingga menghasilkan konsep-konsep modern yang selaras dengan era kemajuan teknologi yang berhubungan dengan permakaian bahan material simpel dengan teknik mesin. Sedangkan dengan perkembangan saat ini, keberadaan gaya modern semakin beragam, semakin banyak istilah-istilah baru muncul dari pendapat desainer profesional dan juga dari majalah desain yang berhubungan dengan tampilan modern tersebut. Sehingga memberikan bermacam-macam eklektisasi gaya modern, diantaranya : 64 a)
Modern Klasik (Vintage) Modern klasik merupakaan paduan antara gaya modern dan gaya klasik. Perimbangan penggunaan antara gaya klasik dan gaya modern sangat fleksibel, yaitu antara 20-50:70-80, bergantung pada persepsi
keinginan
dan
kebutuhan.
Bahkan
kini
ditemukan
percampuran beberapa priode tahun dalam satu desain sehingga dalam hal ini dapat dikatakan sebagai gaya eklektik.
63 Yulianto Sumalyo,. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2. (Makassar:Gadjah Mada University Press), 598. 64 Zulfiska Nadaa, S.Sn, M.Des. Bahan mata kuliah estetika macam-macam gaya modern.
86
Gaya modern identik dengan desain elemen ruang (lantai, dinding dan plafon) yang geometris . konsep ruang yang serba terbuka, bentuk desain yang mengikuti fungsi (form follows function-Louis Sulliva) serta pemilihan warna dan bentuk yang dinamis dan berkesan modern. Kehadiran garis desain klasik yang penuh detail dan ornamen telah disederhanakan bentuk dan fungsinya serta terjadi eksperimen – eksperimen dalam desain dan pemakaian material. Gaya vintage banyak mengadopsi gaya yang sudah lampau sekitar gaya tahun 1920an. Dalam penerapannya banyak dipilih dari beberapa periode baroque atau renaissance (pramodern-klasik). Namun untuk elemen pembentuk ruangannya lebih mengarah pada gaya modern vintage, yaitu gaya klasik yang disesuaikan dengan gaya terkini. Biasanya furniture vintage memiliki ciri khas kaki bubutannya difinishing duko hitam, putih dan beberapa warna lain. Contoh penerangan gaya modern klasik pada arsitektur, interior dan kafe :
Pencampuran Gaya Kolonial dan Modern Klasik 65
Gambar 3.19 Ruang keluarga (kiri) dan ruang makan (kanan) Sumber : Griya asri, 10 oktober 2007 65 Griya asri. Anggunnya Gaya Modern Klasik Kolonial. Edisi 10 oktober 2007
87
Konsep bangunan modern kolonial dengan interior klasik ternyata masih tetap menjadi alternatif desain yang tak lekang dimakan waktu. Ciri gaya kolonial terlihat pada finishing dinding berupa garisgaris horizontal, dan jendela kotak-kotak dengan lis yang sengaja dibuat menonjol keluar dari dinding sehingga tampil lebih modern. Dalam menata interior rumah, menerapkan ornamen dekoratif khas gaya klasik kolonial seperti terlihat pada profil plafon yang dirancang lebih simpel modern dan progresif. Furnitur dan aksesori pada ruangan keluraga menerapkan gaya modern klasik Amerika dengan ciri khas berupa bentuk melengkung yang dimodifikasi menjadi lebih simpel dan proporsional agar ruangan tidak berkesan sempit. Hal ini terlihat pada detail kaki kursi berlengan dan ornamen berupa deep buttoned pada sofa dan juga pada kap lampu meja. Pemakaian soft furnishing seperti pelapis kursi, pelapis sofa, gorden dan vitrage jendela berperan penting untuk menciptakan suasana yang nyaman di rumah. Ruangan makan yang didominasi oleh warna peach dan merah terakota dihias dengan painting wallpaper bercorak floral dan burung.
Pencampuran gaya victorian, rococo, gothic dan renaissance . 66 Adapun gaya victorian, rococo, gothic dan renaissance mengingatkan kita pada kehidupan para bangsawan di Eropa pada
66 Griya asri. Gaya Victorian Elektik . Edisi 10 oktober 2006
88
abad ke 17 yang menonjolkan aspek feminin, elegan dan mewah. Citra inilah yang kembali menjadi tren baik dalam bidang fashion maupun dalam bidang interior dan dikombinasikan dengan aspek praktis serta fungsional sesuai dengan gaya hidup masa kini. Ciri gaya ini adalah bentuk elemen yang masih simpel tetapi tidak lagi didominasi oleh kotak-kotak geometris, yaitu diberi sentuhan ornamen dekoratif khas victorian baik dalam hal warna, tekstur maupun motif. Contohnya, banyak digunakan bahan yang berkarakter mengkilap dan lembut. Unsur gothic terlihat dari bentuk menyerupai kubah pada bagian atas lemari display.
Gambar 3.20. Butik dengan gaya victorian elketik. Sumber : Griya asri, 10 oktober 2006
Pencampuran gaya victorian, rococo, gothic dan renaissance67
Foto : 3.21. Area VIP(kiri) dan area makan(kanan), kafe Nine Muses Jakarta. Sumber : Majalah Griya Asri 67 Griya asri.kafe Nine Muses. Edisi 265/069
89
Pada kafe di atas menggunakan gaya modern klasik ini dapat kita lihat dari pemilihan furniture yang banyak mengadopsi gaya yang sudah lampau sekitar gaya tahun 1920-an. Namun elemen pembentuk ruangnya menggunakan gaya modern ini dapat di lihat dari pemilihan warna dinding yaitu warna abu-abu. Citra yang ingin di tampilkan pada kafe ini adalah nuansa glamor dan mewah terlihat dari pemilihan furniturenya dan dipadukan dengan kesan modern yang simpel. b) Modern Tradisional Modern Tradisional adalah aliran yang dimana bangunan tradisional dapat terlihat tetap seperti bangunan tradisional, padahal sebenarnya bangunan itu merupakan bagian dari suatu desain, teknologi, memiliki identitas yang estetik dan momen sejarah serta budaya, sehingga gaya ini bisa diartikan juga sebagai gaya eklektik karena mencampurkan unsur tradisional dan modern. Modern Traditional menggunakan material-material tradisional seperti kayu, bambu, batu alam namun penyelesaian detailnya mengikuti aliran modern (tidak ada ornamen-ornamen). Berikut ini contoh gaya modern tradisional pada arsitektur , interior dan kafe :
90
Pencampuran Gaya Barat dan Gaya Timur68
Gambar 3.22 Bagunan luar (kiri) dan ruang tamu (kanan) Sumber : Griya asri, 06 juli 2008
Langgam arsitektur dan interior eklektik juga dapat dilihat dengan mengolaborasi unsur Timur dan Barat (east meet west). Unsur Timur biasanya identik dengan segala sesuatu yang berbau etnik dan bernuasa tropis. Sementara, unsur Barat terwakili oleh desain yang cenderung simpel dan modern. Desain bangunan berupa permainan kubus yang disusun maju mundur secara dinamis sehingga membentuk sayap-sayap bangunan. Dimana setiap bagian menaungi ruangan yang berbeda-beda dan ornamen dekoratif berupa ukiran bermotif daun alang-alang. Ukiran ini ada yang dikerjakan pada papan kayu dan dipasang menghias jendela dan ada pula di plesteran dinding di selasar bahkan ada pada tembaga di ruangan makan. Pada hunian ini banyak juga dipakai material alami seperti batu alam untuk pelapis dinding dan lantai serta anyaman rotan untuk kursi. Bilah kayu juga banyak dipakai dan diekspos baik sebagai kusen dan daun pintu. Desain furnitur mengadopsi bentuk kotak geometris yang menjadi ciri gaya modern dipadu dengan detail melengkung khas gaya 68 Griya asri. Perpaduan Barat dan Timur . Edisi 06 Juli 2008
91
klasik Amerika seperti terlihat pada sofa dan kursi berlengan di ruangan tamu yang menghadirkan kesan elegan dan welcoming. Warna yang dipilih adalah warna yang hangat seperti putih, krem, kuning keemasan, merah marun, cokelat tanah, cokelat tua sampai hitam yang mengisi setiap bidang lantai, dinding dan plafon ruang. Padu padan motif dan tekstur juga hadir melalui wall covering, gorden dan pelapis lantai.
Foto : 3.23 Area bar (kiri) dan area kafe di lantai 2(kanan), atmosphere resort cafe di Bandung. Sumber : Majalah Asri, edisi khusus resto dan kafe 2002.
Pada kafe ini memiliki gaya semi modern yang di kombinasikan dengan unsur khas Parahiyangan. Unsur-unsur tradisional terlihat dari pemakaian batu alam, bambu dan kayu. Di dalam bangunan utama terdapat bar dengan gaya simpel yang elegan dan masih terlihat unsur tradisional dengan penggunaan bambu sebagai hiasan. Di lantai 2 memiliki konsep alami sekaligus modern dengan rancangan meja yang disekat-sekat oleh bilah-bilah kayu vertikal. Unsur tradisional terlihat lagi dengan terdapatnya saung di halaman belakang dengan pencahayaan lilin dan obor pada malam hari dan terdapatnya kolom
92
tropis. Pemilihan gaya modern tradisional pada kafe ini ingin mengangkat citra Parahiyangan yang di kemas dengan modern.
Foto : 3.24Area makan (kiri) dan area bar (kanan), kafe Maximo Bandung. Sumber : Majalah Asri, edisi khusus resto dan kafe 2002.
Sedangkan kafe kedua ini mengandung unsur tradisional yang meriah tetapi tampil dengan sederhana. Ini dapat dilihat pada area makan terdapat di atas, menyerupai sebuah panggung. Suasana tampak semarak dengan dominasi penggunaan bambu dan kayu dengan cara menggunakan warna dan bahan
natural yang diekspos. Unsur
tradisional terlihat dari memasang jajaran pintu serata jendela lipat dari kayu dan lampu gantung dari bambu yang menyerupai bambu, alat perangkat ikan, kursi-kursi makan dan kursi bar juga menggunakan bambu. Citra yang ingin di bentuk pada kafe ini dengan memilih gaya modern tradisional adalah kafe dengan suasana santai ala Bali yang menonjolkan unsur tradisional dan alam. c)
Modern Oriental Modern oriental merupakan perpaduan gaya modern dengan nilai budaya oriental yang kental. Salah satu ciri khas gaya modern oriental dalam penggunaan warna merah yang menjadi dominan di
93
setiap desain dan unsur-unsur budaya cina yang telah di kemas lebih modern.69 Contoh penerapan gaya modern klasik pada interior rumah dan kafe : Pencampuran Gaya Art Nouveau dan Modern Orintal70
Gambar 3.25. Ruang keluarga (kiri) dan ruang duduk (kanan) Sumber : Griya asri, 24 mei 2007
Penerapan gaya modern eklektik dapat memperikan nuasa baru pada penataan interior. Dengan memilih pernak-pernik yang sesuai dengan seleranya dan pertimbangan peletakannya sudah ditentukan menurut bentuk, warna dan ukuran benda tersebut yang harus disesuaikan dengan benda-benda di sekitarnya dalam ruang. Seperti contoh diatas menggunakan pencampuran gaya oriental dan entik. Serta gaya art nouveau dan berwarna ceria dan aksesori modern menghilangkan kesan kuno.
69 Yuni Jie. Modern interior design.( Jakarta : PT Gramedia Purtaka Utama, 2006) 30. 70 Griya asri. Modern Eklektik Masih Diminati. Edisi 24 mei 2007
94
Foto : 3.26 Area pintu utama (kiri) dan area resto (kanan), rice resto, Jakarta. Sumber : PT. Prapanca.
d)
Modern Pop Art Gaya pop modern merupakan adaptasi dari aliran pop art yang pernah populer pada tahun 1950-an dan 1960-an. Salah satu karakter yang dominan pada paham ini adalah pemakaian material sintetis disertai kombinasi warna-warna ceria dengan bentuk geometris yang mengacu ke arah retro.71 Berikut ini adalah contoh gaya modern pop art pada kafe :
Foto : 3.27 Area kafe (kiri) dan area bar (kanan), Piacere Cafe Jakarta. Sumber : Majalah Griya Asri, Edisi Agustus 2003.
Interior kafe ini menggunakan modern pop art, Pada kafe ini gaya pop art di pilih untuk memberikan citra kafe remaja. Penggunaan 71 Lury, 51.
95
warna pink dan hijau muda yang terang cendrung menampilkan sisi feminim, girly, tapi tetap
tidak berlebihan. Panel dinding putih
yanga apik oleh warna-warna terang dan penerapan pencahayan yang secara tidak langsung menambah keunikan dari kafe
ini sehingga
tempat yang relatif kecil ini tampak indah. Modern pop art merupakan pencampuran antara gaya tahun 1950an dan 1960an yang dikemas dengan unsur modern, jadi bisa dikatakan gaya modern pop art merupakan salah satu gaya eklektik. e)
Modern Retro Gaya interior yang terinspirasi dari gaya interior era 60-an dimana pada tahun itu gaya pop-art memberi konstribusi yang besar dalam perkembangan desain furniture dan interior. Motif yang menjadi tren di tahun ini adalah motif-motif grafis yang simpel tertata seperti pengulangan garis-garis tebal tipis, pengulangan bentuk bundaran (polkadot) di dalam bentuk persegi, pengulangan bentuk persegi besar kecil berujung tumpul secara komposisi tumpang tindih, serta motif mozaik serupa keramik dinding persegi atau bundar kecil-kecil yang tersusun rapi dan teratur di bidang lebar. Warna-warna elektrik (shocking colour) seperti lila, ungu, merah muda, merah, hijau muda, biru muda dan putih. Motif saling berkombinasi multiwarna seperti oranye, merah, lila, shocking pink, biru dan biru muda lalu ungu tua dan ungu muda, hitam, putih, hijau dan hijau muda, kuning dan kuning tua, serta abu-abu .
96
Contoh penerapan gaya modern retro pada kafe :
Foto : 3.28. Area makan, kafe Lemoda Jakarta. Sumber : Majalah Griya Asri, Edisi Agustus 2003.
Kafe ini menggunakan gaya modern retro. Hal ini dapat kita lihat dari furniture dan aksesori kafe yang didominasi dengan bentuk kotak-kotak geometris tetapi diberi aksen bentuk melengkung yang menjadi ciri khas gaya tahun 60-an. Warna yang digunakan pada kafe ini cenderung gelap, sebagai penyeimbang warna yang cenderung gelap maka tekstur lembut dipilih pada meja dan kursi stool dari aluminium yang mengkilap serta permainan lampu jenis spotlight dengan cahaya warna-warni seperti ungu, biru dan merah yang merupakan ciri khas dari warna-warna retro. f)
Modern Minimalis Minimalis adalah aliran modern yang sangat fungsional dan tidak memberi ruang buat bentuk ornamentasi atau hiasa (minimal). selanjutnya bentuk simpel dan bersih dan penataan denahnya minimalis, semuanya sederhana. Minimalis ini sebenarnya telah
97
dirintis sejak akhir abad ke-19, antara lain terlihat pada gerakan estetik De Stijl di Belanda dan sekolah Bauhaus, Jerman, pada tahun 1920-an. Istilah minimalis dipakai untuk menggambarkan gerakan modern yang ditandai dengan penolakan terhadap ornamen dalam desain sehingga memunculkan bentuk dan struktur yang sepenuhnya elemental. Perabot hanya dibuat sesuai dengan bentuk dan strukturnya, tanpa tambahan ukiran yang tak memiliki aspek keindahan. Material (alam) yang dipakai sebagai bahan baku mebel memiliki kualitas estetika sendiri, tanpa perlu diberi ukiran yang malah menghilangkan ”jati diri” materialnya. Contoh gaya minimalis pada kafe:
Foto : 3.29. Area bar dengan desain minimalis di kafe sky, Jakarta. Sumber : Sinar harapan 2003.
Penerapan gaya minimalis pada kafe yang pertama sangat terlihat sekali ini dapat kita lihat dari desain ruang yang sangat fungsional dan tidak adanya bentuk ornamentasi atau hiasan pada furniture dan elemen ruang. Bentuk furniture yang simpel dan menggunakan
98
material yang di olah dengan teknik yang baik sehingga hanya memenuhi segi kegunaan semata.
Foto : 3.30 Area kafe di Anahata villa & spa resort, Bali Sumber : Majalah Griya Asri, Edisi April 2007
Sedangkan penerapan gaya modern minimalis pada area kafe kedua yang berada di Bali ini mengekspos kombinasi material kayu, kaca, batu alam dan aluminium. Material kayu pada furniture desain dengan simpel dan sederhana tanpa ukiran namun tidak kehilangan estetikanya. Gaya modern minimalis pada kafe ini juga dipadukan dengan unsur orintal pada ornamennya dan unsur bali sebagai identitas dari kafe ini. Jadi bisa dikatakan kafe ini menggunakan gaya modern eklektik . g)
Modern Meditarania Nuansa bergaya meditarania tampil pada bentuk tampilan dan paduan warna-warna netral, warna coklat monokromatis, sehinga memberi kesan elegan dan hangat pada interior. Bentuk cirinya adalah bentuk jendela yang lebar, tiang-tiang dan ruang terbuka atau taman di dalam bangunan. Berlangit-langit datar yang tinggi dengan balok
99
plafon yang diekspos. Warna-warna yang dipilih biasanya berwarna biru laut, peach, atau krem.
Foto : 3.31.. Area kafe Solas. Sumber : PT. Prapanca., Jakarta
h) Modern Kontemporer Aliran pengembangan gaya modern yang lain adalah modern kontemporer. Gaya ini merupakan gaya modern yang paling digemari saat ini. Gaya ini lebih menekankan pada garis-garis komposisi yang sederhana , permainan bidang geometris, horizontal atau vertikal , gubahan-gubahan massa dan permainan warna atau bentuk yang sedikit eksterem. Penataan interiornya menonjolkan pola simetrik yang menyesuaikan pola linear bangunannya. Material dan finishing merupakan kombinasi material yang kontras dan eksterm seperti batu alam, beton semen, baja , kaca , stainless steel dan aksen warna yang dinamis . hal ini memberikan tampilan desain yang extraordinary. Kesan yang sangat terasa pada gaya ini ada pada kesan panataan secara keseluruan yaitu sangat maskulin, sangat minimal, sangat pop atau pemakaian kontras bahan serta warna yang berani. Konsep serta
100
terbuka dengan desain clean line
dan penataan simetrik atau
asimetrik menjadi kunci utama gaya ini Ciri khas, yaitu menerapkan desain kekinian yang berpedoman pada perkembangan tren. Desain furnitur bergaya modern kontemporer lebih comfortable. Mulai bentuk, warna, hingga corak yang lebih bervariasi dan memiliki elemen penunjang interior yang beragam, membuat desain kontemporer ini tidak mengalami pergantian periode. Meski hitam sering digunakan sebagai warna dasar, desain kontemporer juga banyak menggunakan campuran warna netral, hitam dan putih, dari warna ringan sampai warna gelap. Hasil karya furnitur dengan gaya ini selalu inovatif dan eksperimentatif karena biasanya banyak menggabungkan material, dari kain dan kulit untuk upholsterynya hingga pemilihan material stainless steel dan kayu untuk rangkanya. Contoh penerapan gaya modern kontemporer pada kafe di Indonesia :
Foto : 3.32. Area kafe (kiri) dan Area outdoor (kanan) di kafe Neo Calista, Bandung Sumber : Majalah Asri, Edisi november 2006
101
Kafe diatas yang berlokasi di kota Bandung menerapkan gaya modern kontemporer ini dapat terlihat dari desain furniture yang perpedoman pada perkembangan trend. Penggunaan warna yang beragam pada kafe ini merupakan ciri dari gaya kontemporer dan merupakan citra kafe tersebut yang ingin menampilkan tempat hiburan dengan suasana yang ceria, bersemangat dan dinamis. Karya ini juga merupakan arsitektur kontemporer yang respontif terhapat iklim lingkungan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang bersifat universal.
Foto : 3.33. Area kafe di kafe Neo Calista, Bandung Sumber : Majalah Asri, Edisi november 2006
Bentuk bangunan kafe sebagian besar masih mempertahankan bangunan
lama
yang
bergaya
art
deco
namun
interiornya
menggunakan gaya kontemporer. Sehingga kafe ini bisa dikatakan menggunakan gaya eklektik dengan percampuran gaya art deco dan gaya kontemporer.
102
Foto : 3.34. Area kafe , kafe The Soeryo Young di Jakarta. Sumber : Majalah Griya Asri, Edisi khusu resro dan kafe 2002 .
Citra desain kafe masa kini dengan penampilan ceria, dinamis dan modern juga terlihat pada kafe kedua dengan menggunakan gaya kontemporer, ini terlihat pada bentuk-bentuk geometris sebagai aksen kursi dan aksesorinya. Warna putih yang dominan ini menghadirkan suasana yang modern sedangkan warna merah dan kuning pada kursi digunakan sebagai aksen dan berfungsi memberikan suasana ceria dan dinamis. Teknik percahayaan pada kafe mengikuti konsep keseluruhan ruangan dengan armatur lampu gantung warna putih dibuat bentuk kotak panjang dan pencahayaan lain dalam bentuk indirect lighting yang terdapat di pinggir ruang dengan warna kebiru-biruan membangkitkan suasana nyama pada pengunjung.
3.2 Ciri-ciri Gaya Modern Eklektik Ciri gaya modern ekletik adalah sebagai berikut: 72 1. Gaya Ekletik ini disertai dari pertemuan dan pencampuran dalam berbagai gaya-gaya . 72 Zulfiska Nadaa, S.Sn, M.Des. Bahan mata kuliah estetika macam-macam gaya modern.
103
2. Gaya yang menggunakan berbagai macam furnitur atau elemen interior yang berasal dari gaya atau periode yang berbeda. 3. Dalam pemakaian komposisi warna dalam ruanga tidak berlebihan karena akan mengganggu estetika visual yang ada. Pilihlan warna senada dan berilah sentuhan aksen warna atau material yang kontras.73 4. Kesan modern eklektrik dapat ditampilkan hanya dengan memasukkan satu atau dua gaya atau kultur lain sebagai point of interest dalam sebuah penataan gaya modern.
73 Susilowati, Modern Chic .( Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama .2005), 51-55.
104
BAB IV TINJAUAN PENERAPAN GAYA MODERN EKLEKTIK PADA BEYOND CAFE
4.1. Gambaran Umum Beyond Cafe
Beyond cafe berdiri pada bulan Juni 2004 dengan arsitek/desain Interior Medianto Bakrie dan kafe ini merupakan cabang dari PT. MQ Boga. Sebelumnya seperti kafe lainnya Beyond cafe hanya menjual makanan dan minuman serta sajian musik saja, namun pada November tahun 2006 Beyond cafe hadir dengan konsep perpaduan antara club/lounge dan kafe, pengunjug dapat menikmati malam yang ditemani oleh koktail (wine) yang diinginkannya. Konsep seperti ini baru saja di gemari lagi Indonesia dan terbukti banyak digemari oleh pecinta kuliner.
Beyond cafe ini sendiri terletak di Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Iskandarsyah Raya No. 66C Kebayoran Baru berada di gedung Graha Iskandarsyah ground floor. Sedangkan konsep interior Beyond cafe ini sendiri mengambil tema pencampuran suasanaa zaman Lampu dan sekarang, Timur dan Barat, serta desain modern dan klasik dengan gaya eklektik. Gaya Eklektik ini sendiri adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri. Pemilik kafe dan desainer bersama memilih secara bebas, gaya-gaya atau bentuk-bentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosio-ekonomi mereka.
106
Sehingga tercipta desain Beyond cafe dengan suasanaa klasik yang di desain secara modern. Dalam desain interior Beyond cafe juga memperhatikan pembagian layout ruangan, pengolah material dan pencahayaan sehingga menciptkan suasanaa pengunjung merasa nyaman ketika berada di Beyond cafe.
4.1.1 Nama Kafe
Beyond di ambil dari kata yunani yang berarti pemikiran kedepan. Cafe adalah suatu tempat untuk makan dan minum yang mempunyai sifat yang tidak resmi, santai disertai hiburan biasanya berupa musik. Club merupakan perkumpukan orang-orang dalam suatu kelompok yang mempunyai latar belakang, tujuan dan keinginan yang sama. Lounge adalah ruang bersatai dengan terdapat fasilitas sofa. Dari analisa tersebut disimpukan bahwa Beyond cafe merupakan kafe dengan permukiran kedepan dengan menyediakan suatu tempat untuk makan dan minum yang mempunyai sifat yang tidak resmi, santai disertai hiburan biasanya berupa musik. Dan merupakan berkumpulnya orang-orang dalam suatu kelompok yang mempunyai latar belakang, tujuan dan keinginan yang sama.
4.1.2 Logo
107
Pengertian logo beyond di atas adalah sebagai berikut :
Arti logo di samping adalah merupakan desain penyederhanaan dari lambang yin dan yang dalam ilmu feng shui yang artinya adalah keseimbangan.
Sedangkan arti tiga titik dalam logo beyond merupakan pemikiran kedepan dari dua pemilik Beyond cafe ini.
Nama beyond ini sendiri yang diambil dalam bahasa yunani yang artinya adalah pemikiran kedepan.
Club dan lounge artinya adalah kafe ini memiliki fasilitas club dan lounge.
Jadi dari makna logo yang telah diterangkan di atas kesimpulannya beyond
merupakan kafe
yang memiliki pemikiran kedepan dengan
memberikan fasilitas club dan lounge yang dikelola oleh dua orang pemiliknya.
4.1.3 Lokasi Beyond cafe
Beyond cafe terletak di Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Iskandarsyah Raya No. 66C Kebayoran Baru berada di gedung Graha Iskandarsyah lobby lever. Daerah ini merupakan dataran menengah dengan kondisi geografik Jakarta Barat termasuk beriklim tropis dengan variasi cuaca hujan dan
108
berawan. Lokasi Beyond cafe berdekatan dengan pusat perbelanjaan, wilayah perkantoran dan transpotasi di Jakarta Selatan yaitu Blok M serta perkantoran.
Kafe Beyond di Graha Iskandasyah Apartemen
Jln. Trtayasa
Jln. Aditiawarman
Gambar 4.1 Peta dan denah Lokasi Beyond cafe Sumber : Peta DKI Jakarta 2008 Gambar 4.2 Peta dan denah Lokasi Beyond cafe
Jln. Iskandarsyah Raya
Mega Pasaraya Blok M
Terminal Blok M
Jln. Melawai
Jln. S. Hasanuddin
Sumber : Beyond cafe , Graha Iskandarsyah Jakarta Selatan.
Karena tempatnya strategis Beyond cafe dapat dicapai dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, dari segala arah misalnya dari jalan Prapanca maupun jalan Patimura sehingga Beyond cafe banyak dikunjungi pada jam pulang kantor untuk menghindari kemacetan sampai larut malam.
Bila ditinjau dari lokasi pemilihan gaya modern eklektik dipilih karena letak lokasi yang berada di center Jakarta Selatan yang memiliki beragam
109
pengunjung yang berasal baik masyarakat Indonesia maupun asing yang bertempat tinggal disekitar kafe atau pun sengaja datang ke Beyond cafe .
4.1.4 Operasional
Beyond cafe buka setiap senin sampai sabtu mulai beroperasi pukul 11.00 – 03.00 WIB terdiri dari dua shif yaitu :
•
Shif pertama : 11.00 – 22.00 WIB
•
Shif kedua : 22.00 – 03.00 WIB
•
Khusus hari Sabtu : 11.00 – 04.00 WIB
4.1.5 Struktur Organisasi
Gambar 4.3 Diagram Strukur Organisasi Sumber :Hasil wawancara di Beyond cafe , Graha Iskandarsyah Jakarta Selatan
Job Desciption
110
Owner
:Pemilik
kafe
melihat,
meninjau
dan
memonitor
perkembanga kafe, menyempatkan bersosilisasi dengan para pengunjung.
General Manajer
:Memiliki tanggung jawab langsung kepada owner, mengecek pemasukan dan pengeluaran , memperhatika kinerja karyawan, mengatur operasionar kafe.
Oper manajer
:Mengatur, Mengontrol, dan mengawasi segala kegiatan kafe, bertanggung jawab atas seluruh berlangsungnya operasional, serta menjaga mutu pelayanan kafe.
Marketing
:Mengontol dan mengatur semua kegiatan yang berhubunga dengan promosi, hiburan serta segala bentuk aktifitas dalam kafe.
Administration
:Mengawasi dan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan pembukuan, seperti laporan pengeluran dan pemasukan.
Supervisor Floor
:Bertanggung jawab pada semua tigakatan pelayanan secara menyeluruh, serta memonitor bawahannya seperti waiter /waiterss, kasir dan bar.
Captain
:Memimpin dan pertanggung jawab pada supervisor floor atas pelayanan waiter/waiterss, kasir dan bar .
111
Waiter/ss
:Bertugas menunggu dan melayani para tamu, membuat pelayanan kepada tamu, merasa mendapat sambutan dengan baik dan nyaman , menganbil dan menyanjikan pesanan makanan dan minuman.
Kepala Koki
:Bertanggung jawab langsung kepada oper manajer akan pengolahan dan penyedian segala bentuk makanan dan minuman.
Koki utama
:Bertanggung jawab kepada kepala koki akan penyedian segala bentuk makanan dan minuman.
Koki makanan
:Membantu koki utama dalam penyedian segala bentuk makanan yang dipesan oleh pengunjung.
Koki minuman
:Membantu koki utama dalam penyedian segala bentuk minuman yang dipesan oleh pengunjung.
Bar tender
: Meracik dan menyediakan minuman
DJ ( disc jockey )
:Bertugas pemutar dan manyatukan musik hingga dapat memeriahkan suasanaa dengan iringan musik tersebut.
Teknisi Sound Sistem :Menyediakan peralatan sountd sistem yang dibutuhkan dan membantu DJ (disc jockey).
4.1.6 Sistem Pelayanan
112
Sistem pelayanan yang terdapat pada Beyond cafe antara lain sebagai berikut :
1. Table Senvice, yaitu jenis pelayanan dimana pengunjung dapat langsung memilih tempat duduk (meja) dengan diantar oleh walter(s) kemudian memilik menu, walter (s) menghidangkan makanan yang dipesan dan setelah acara makanan selesai walter (s) mengantarkan bill (nota) pembayaran dari dan ke kasis. 2. Bar Counter Service, yaitu jenis pelayanan dimana tamu dapat langsung duduk di bar. Memesan minuman pada bartender dan melakukan pembayaran langsung di bar counter tersebut. 3. Self service atau buffets, yaitu makanan yang telah disediakan oleh koki diambil sendiri oleh tamu untuk dibawa ke meja makan. Biasanya buffe dilakukan bila ada acara tertentu saja.
4.1.7 Menu
Ditinjau dari jenis makanan, menu-menu yang tersedia pada Beyond cafe adalah makanan yang beragam yaitu tidak lepas dari konsep ruangannya yang memiliki perpaduan dari berbagai unsur, pada Beyond cafe menyediakan menu makanan
tradisional dipadukan dengan makanan jaman sekarang, yang
merupakan perampuran
makanan dan minuman dari daratan Asia sampai
benua Eropa (Khususnya Indonesia, Meksiko dan Italia). Dan semua makanan serta minuman yang disajikan dengan
resep pencampuran,
meskipun
113
demikian menyajikan dengan suatu artistik dan penampilan yang menarik dan rasa yang cocok untuk orang Asia
Berikut ini contoh menu yang terdapat pada Beyond cafe adalah sebagai berikut goreng cilicon carne, blue margarita, fruit punch dengan kombinasi buah-buah dari dalam negeri dan masih banyak lagi menu yang tersedian di Beyond cafe lainnya. Selain itu pengunjug dapat menikmati makanan malam yang ditemani oleh koktail (wine) yang diinginkannya. Konsep seperti ini baru saja di gemari
lagi Indonesia dan terbukti banyak digemari oleh pecinta
kuliner.
Harga makanan dan minuman pada Beyond cafe sekitar Rp20.000-Rp 85.000 belum ditambah servis 8,5% dan PPN 10%, sedangkan harga untuk perpaket Rp 100.000-Rp 150.000/org.
(Harga tersebut merupakan hasil
wawancara oleh manajer Beyond cafe pada bulan Februari 2009)
Gambar 4.4 Contoh menu dan tambilan makanan yang disajikan di Beyond cafe. Sumber : www. cafebeyond.com
4.1.8 Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Beyond cafe antara lain :
114
•
Music Club, yaitu klub musik yang secara khusus menyelenggarakan kegiatan hiburan pentas musik-musik tertantu kepada anggotanya yang berasal dari kalangan eksekutif. Dan pada Beyond cafe terdapat Live musik setiap hari (kecuali hari minggu kafe libur) dengan jenis musik yang ditawarkan adalah jazz klasik 80an-90an, Hip Hap, dan Electic.
•
Hot spot internet merupakan fasiltas internet yang disediakan oleh Beyond cafe dan dapat diakses pada area kafe dengan menggunakan notebook yang dibawah oleh pengunjung.
•
Wine Shop merupakan area penyimpanan wine yang terdapat pada Beyond cafe.
•
Kapasitas pengunjung pada Beyond cafe sekitar 110 orang dengan pengaturan makan malam dan sekitar 700 orang dengan pengaturan kedudukan & berdiri biasa digunakan pada saat pesta.
4.2 Aspek Manusia
4.2.1 Analisa Perilaku Kegiatan
Perilaku kegiatan dalam perancangan interior dalam sebuah Beyond cafe sangat pentiang. Perilaku kegiatan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Pengunjung
115
Beyond cafe mempunyai target market A, B+ dan B yaitu pengunjung dengan status sosial menengah keatas, yang ingin menikmati makanan dengan suasanaa yang berkelas dan pencinta seni. Pengunjung Beyond cafe biasanya antara lain : (Data diperoleh dari hasil wawancara oleh manajer Beyond cafe)
•
Orang Dewasa ( Dalam hal ini berumum sekitar 25 – 45 tahun )
•
Eksekutif Muda
•
Turis asing
•
Menengah Keatas
Klasifikasi kedatangan pengunjung ke Beyond cafe berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan pengunjung yang datang pada umumnya sebagai berikut :
P eng unjung K afe B eyond 1-2 0rang= 5% 3-4 O rang= 25% 4-6 O rang= 40%
L ebih dari 6 O rang
Gambar 4.5 Diagram pengunjung Beyond cafe. Sumber : Data wawancara manajer Beyond cafe
2. Pengelola Pengelola pada Beyond cafe dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
116
• Pengelola
frontal
Merupakan pengelola yang paling sering berhubungan dengan pengunjung. Oleh karena itu penampilan dari pengelolah frontal harus selalu terkontrol. Pengelola frontal dituntut memiliki wawasan yang luas serta mempu bersosialisasi dengan baik karena perilaku pengelola frontal akan mencerminkan image kafe. Pada Beyond cafe yang termaksut pengelola frontal adalah hear waiter, waiterss, kasir dan bartender.
•
Pengelola Servis
Pengelola servis merupakan orang yang berdiri di belakang namun mempunyai tanggung jawab besar terhadap kualitas pelayanan kafe dan kemajuan Beyond cafe. Pengelola servis dituntut untuk memiliki konsentrasi tinggi dan stamina yang kuat. Pengelola servis pada Beyond cafe adalah sebagai berikut general manajer, koki, marketing, accounting dan administration.
•
Pengelola Eksekutif
Pengelola eksekutif merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengambilan langkah-langkah serta keputusan besar yang menyangkut masa depan perusahaan. Yang merupakan pengelola eksekutif dalam Beyond cafe adalah direktur dan owner.
4.2.2 Analisa Skema Kegiatan Pemakai Ruang
117
1. Pengunjung Kafe
2. Pengelola
4.2.3 Analisa Jenis Kegiatan dan Kebutuhan Fasilitas N O.
1.
2.
3.
4.
PELAKU
JENIS KEGITAN
KEBUTUHAN FASILITAS • MEJA RECEPTIONIS, KURSI KERJA, TELEPON
• BERTANYA • MELAYANIN, PENGUNJUNG& MENERIMA TELEPON, RECEPTIONIS MEMBERIKAN INFORMASI • MEMBAYAR • MEJA COUTER, KURSI KERJA, • MELAKUKAN PENGUNJUNG & KOMPUTER TRANSASAI KASIR KEUANGAN, MEMBERIKAN DATA YANG DIPESAN • MAKAN, MINUM, • KURSI DAN BERCENGKRAMA, MEJA MAKAN PENGUNJUNG& MENENGARKAN MUSIK • SOFA DAN SITE PELAYAN TABLE • MELAYANI PEMESANAN MAKANAN DAN MINUMAN • MEJA DAN KURSI BAR • MEMESAN MINUMAN PENGUNJUNG, • MELAYANI • RUANG
118
PELAYAN & PELAYAN BAR
PEMESANAN MINUMAN
5.
PENGUNJUNG& DJ ( Disc Jockey )
6.
PELAYAN& KOKI
• MENDENGARKANDAN MENIKMATI MUSIK • MEMUTARKAN MUSIK • MENGAMBIL MAKANAN DAN MINUMAN YANG TELAH DIPESAN PENGUNJUNG • MENCUCI, MENGGIRIS BAHAN MAKANAN DAN MEMASAK • CUCI TANGAN, BUANG AIR KECIL/ BESAR • MEMBERSIKAN TOILET
7.
PENGUNJUNG& CLENING SERVIS
8.
PEGAWAI
• MENULIS, MEMBACA, MENGGUNAKAN KOMPUTER
PENYIMPAN MINUMAN/WIN E, RAK DISPALAYDAN LEMARI PENYIMPANAN, • SEPERANGKAT ALAT DJ, MEJA, SOUND SISTEM • PERALATAN MASAK, PERALATAN CUCI
• WARTAPEL, CERMIN, PENGERING TANGAN, SABUN • KLOSET • MEJA KERJA
4.2.4 Analisa Besaran Ruang NO. SIFAT RUANG
JENIS RUANG
1.
Publik
Receptionis / Foyer
BESARAN RUANG 10 m2
2.
Publik
Kasir
3 m2
3.
Publik
Table Area
49 m2
4.
Publik
VIP Area
49 m2
5.
Publik
Bar Area
33 m2
6.
Semi Publik
Shop Wine / Penyimpanan Wine
24 m2
119
7.
Private
Main Kitchen Area
21 m2
8.
Private
Office
25 m2
9.
Service
Toilet
39 m2
4.3 Konsep Perancangan Desain
Dalam dekade 1980-an dan sekarang, manusia lebih mencari segala sesuatu yang menyenangkan, meriah, glamor, dst di sela-sela kehidupan yang dijalanin, mereka cenderung untuk mencari suatu yang lain terpesona, terhibur oleh citra, nuasa, pandangan dan penciuman, mereka ingin berkelana dalam waktu, ruang dan dalam semua bagian di dunia yang menarik. Untuk itulah Beyond cafe diciptakan dengan gaya eklektik yang mencampurkan gaya modern dan klasik serta juga diterapkannya desain Barat dan Timur, dalam hal ini desain barat diwakilin prinsip modern dari negara barat, dan penerapan elemen interior khas dari timur dalam hal ini mengakat budaya Indonesia.
Sedangkan desain gaya eklektik diterapakan pada Beyond cafe bertujuan agar dapat menampung selera pengunjung yang berbeda-beda, dari mulai selera orang Barat sampai selera tradisioanal. Sehingga arsitek (Medianto Bakrie) mengkombinasikan gaya modern dan gaya klasik dengan dengan yang mencampurkan gaya modern, klasik dengan diterapkannya desain Barat dan Timur. Desain gaya eklektik dapat kita lihat dari penjelasan elemen-elemen ruanga yang terdapat pada Beyond cafe sebagai berikut ini :
120
121
1. Main Entrance
Gambar 4.4 Pintu Utama Beyond cafe Foto: Koleksi pribadi
Pada Main Entrance atau pintu masuk pada Beyond cafe hanya menggunakan gaya modern dengan full kaca dan di bingkai dengan marmer hitam memberikan kesan mewah dan modern. Pemilihan kaca pada area main entrance dimaksudkan untuk menciptakan area transparan agar
pengunjung
dapat
melihat
aktifitas
pada
kafe
sehingga
membangkitkan keinginan dan membangun ketertarikan pengunjung agar tidak ragu-ragu memasuki pintu utama atau main entrance. Karena berfungsi sebagai area sirkulasi pengunjung sehingga kekuatan dan keamanan sangat diperhatikan oleh desainer kafe ini, sehingga pemilihan jenis kaca yang digunakan pada pintu merupakan kaca jenis tempered agar saat kaca pecah tetap menempel dan tidak jatuh berserakan sedangkan ketebalannya dipilih 10mm dengan ukuran 90cm x 200cm / satu daun pintu.
Sedangkan pada dinding menggunakan kaca jenis tempered-
lamininated agar memiliki daya tahan terhadap benturan ringan sehingga tidak membahayakan keselamatan pengunjung. Agar suara bising
122
kendaraan tidak terdengar maka menggunakan ketebalan kaca 12mm yang terdiri dari 2 lembar kaca dan dilengkapi semacam rongga udara.
2. Foyer
Foyer berfungsi sebagai ruang penerima dalam sebuah kafe. Pada Beyond cafe foyer memeliki ruang sendiri yang terpisah dari ruang lainnya yang terdapat setelah pintu masuk utama. Di Beyond cafe desain foyer sangat diperhatikan karena merupakan ruang yang pertama kali dimasuki oleh pengunjung, dengan demikian penataannya harus diperhatikan dengan baik karena foyer akan memberi kesan pertama yang mewakili citra kafe. Pada foyer juga terdapat meja receptionis sehingga setiap pengunjung yang datang langsung dapat dilayani oleh receptionis.
Gambar 4.7 Panel dinding sbg aksen pada foyer diambil dari logo Beyond. Foto: Koleksi pribadi.
Pada foyer terlihat sekali gaya eklektik yaitu pencampuran antara gaya modern dan unsur tradisional. Gaya modern terlihat dari desain partel berlogokan atau simbul dari Beyond cafe dan permainan plafond
123
kayu yang simpel dan modern. Sedangkan pada langit-langitnya dibuat tergantung agar menarik perhatian dari pengunjung.
Unsur tradisional terlihat pada di pintu masuk menuju kafe terdapat patung dewi Sri merupakan patung kepercayaan masyarakat Indonesia sebagai lambang rezeki sehingga dapat diharapkan dapat mendatangkan rezeki untuk Beyond cafe.
Gambar 4.8 Foyer (kiri) dan patung dewi Sri pada pintu masuk (kanan) Foto: Koleksi pribadi
3. Area VIP
Pada Beyond cafe terdapat 4 ruangan VIP yang didesain gaya eklektik dengan bentuk Modern yang terlihat dari desain furniture yang simpel dan rak botol wine memberikan kesan modern sedangkan warna merah marun dan Lampu bergayakan klasik Eropa memberikan suasanaa area ini lebih hangat dan memberi kesan klasik.
124
4.9. Area VIF Beyond cafe. Foto: Koleksi pribadi
Sedangkan lantainya menggunakan lantai kayu yang akan memberikan kesan hangat, tampak alami dan menyatu dengan daya tarik kenyaman, kelenturan dan durabilitasnya. Kesan alami juga dapat terlihat dari dinding batu alam yang biasa digunakan pada desain modern minimalis.
4.10 Kesamaan desain modern minimalis (kanan) san salah satu dinding di VIP menggunakan batu alam (kiri) Foto: Koleksi pribadi`.
4. Table area
125
Di tengah ruangan terdapat table area yang di tata rapi . Lantai table area menggunakan material teraso yang digabungkan dengan meja yang terbuat dari batu marmer berbentuk seperti potongan huruf C ide ini diambil dari penggabungkan nama-nama pemilik kafe ini, sedangkan bila digambungkan seperti lingkaran yang terpisah dan lihat dari atas akan membentuk seperti logo Beyond cafe. Dan secara estetika furnitur yang berbentuk lingkaran akan memiliki daya pusat serta fokus yang jelas. Terdapat pula aksesori manik-manik yang tergantung pada plafond diatasnya, menambah suasanaa lebih berkesan glamour. Sedangkan pada dimilih kursi bergaya modern dengan kain pelapis hitam putih merupakan ciri khas warna interior dari Italia. Gambar 4.11 Table area dengan percayaan pada manik-manik.
Foto: Koleksi pribadi.
5) Area bar
Pada area bar yang merupakan center point di gaya eklektik dengan pencampuran unsur modern dan klasik sehingga tercipta suasanaa hangat
126
pada meja bar yang panjang menggunakan marmer dan panel penutup meja bar dengan logo Beyond cafe agar suasanaa lebih hidup diberikan Lampu di belakang meja panel tersebut. Gaya klasik masih terlihat dari pemilihan Lampu gantung dengan desain klasik Eropa.
Sedangkan sebagai center point area bar pada area ini terdapat rak panjang dengan ketinggian sampai plafond dengan asen warna cerah hal ini dimaksudkan agar pengunjung langsung melihat ke arah bar, selain itu juga terdapat layar untuk menonton acara TV atau pun vidio untuk acara tertentu.
Gambar 4.12 Area bar menggunakan gaya modern klasik. Foto: Koleksi pribadi
6. Area makan atau buffest
Pada Beyond cafe menggunakan sistem buffest tamu dapat menggambil sendiri makanan yang telah disediakan oleh koki dan membawanya ke meja, namun sistem buffest di lakukan bila ada acara tertentu saja bila tidak ada acara pelayanannya menggunakan sistem ala amerika dan area buffest nya di gunakan untuk area makan. Sedangkan gaya eklektik yang lebih menonjol di area ini adalah kesan modern dapat terlihat dari meja buffest menggunakan bahan marmer dan kayu dengan
127
desain simpel. Pada lantainya menggunakan kaca dengan ukuran 30x30 cm dengan ketebalan 19mm dan dibingkai dengan struktur alumunium sehingga memberikan kesan modern selain itu lantai diberi Lampu yang dapat berubah warna. Gambar 4.13 Area buffest
Foto: Koleksi pribadi
Desain yang digunakan pada area makan dengan menambahkan sofa dengan desain karya Le Corbusier yang simpel dan indetik dengan gaya modern.
Gambar 4.14 Kursi karya Le Corbusier Foto: Koleksi pribadi
6. Area penyimpanan wine
Pada Beyond cafe memberikan fasilitas shop wine di mana kafe ini
128
menjual wine yang berasal dari berbagai negara dan tahun. Area penyimpanan wine di buat tertutup dengan suhu lebih sejuk di bandingkan dengan ruangan lainnya. Pada ruangan ini menggunakan pintu dan partisi kaca sehingga menggunjung dapat melihat wine yang akan dibelinya. Eklertik dengan Kesan modern terlihat dari dinding yang menggunakan cermin agar terlihat lebih luas dan juga panel dengan logo Beyond yang didesain simpel. Sedangkan kesan klasik terlihat dari Lampu-Lampu gantung .
Gambar 4.15 Area penyimpanan wine Foto: Koleksi pribadi
7. Toilet
Beyond cafe memberikan fasiltas toilet di area kafe. Pada toilet gaya modern minimalis terasa sekali dengan pemilihan bahan batu alam yang diterapkan di dinding dan wastefel. Agar ruangan tidak terlihat sempit di beri cermin full pada wastafel dan di kamar kecil.
Pada toilet ini sedah memenuhi standar perancangan toilet dengan terdapatnya toilet pria dan wanita yang terpisa. Dan pada toilet pria terdapat 2 uriniar, 3 wc , tempat cuci tangan, kaca rias serta pengering
129
tangan. Sedangakan pada toilet wanita terdapat 3 wc, tempat cuci tangan, kaca hias dan pengering tangan. Gambar 4.16 Toilet gaya modern Foto: Koleksi pribadi
4.4 Suasanaa Beyond cafe
Desain interior pengaruhnya cukup besar terhadap pencitraan, image sebuah kafe secara fisik (estetik) ditampilkan melalui desain interiornya, efektifitas kerja pengelolaan kafe juga dipengaruhi oleh layout interior yang baik, kenyamanan pengunjung turut ditentukan oleh desain atau pemilihan fasilitas dan furniture yang ergonomis dan tepat guna, semua yang dihasilkan diatas akan membentuk citra kafe dimata konsumen karena yang dihasilkan oleh desain interior langsung dirasakan oleh konsumen atau pengunjung. Sedangkan suasanaa yang dibentuk pada Beyond cafe menciptakan citra kafe yang elegan dengan menggunakan gaya eklektik dengan percampuran unsur klasik dan modern dengan target pasar penggunjung kalangan menengah keatas. Pembentukan sebuah suasanaa yang nyaman, elegan dan glamor tercipta pada Beyond cafe dengan penataan interior sehingga tercapai citra yang melekat pada pengunjung yaitu kafe dengan suasanaa glamor dengan perpaduan unsur klasik dan modern.
Suasanaa yang terbentuk pada Beyond cafe terbentuk dari penataan pencahayan, penetapan skema warna dan material, pentaan furnitur serta dimensi ruang, berikut ini pembahasanya :
130
4.4.1 Pencahayaan Dalam interior
Beyond cafe menggunakan pencahayaan matahari dan
banyak menggunakan pencahayaan buatan pada malam harinya karena pencahayaan buatan dapat menciptakan suasanaa dan karakter ruang yang diinginkan. Efek cahaya juga bisa menimbulkan kesan ruang lebih luas atau memberi kesan tertentu yang berpengaruh pada jiwa pengunjung. Detail dan elemen interior serta ruang yang spesifik bisa ditonjolkan dengan jenis pencahayaan tersebut sehingga objek tersebut menjadi dominan dan lebih indah. Sistem pencahayaan yang digunakan pada Beyond cafe adalah sebagai berikut :
Untuk general light menggunakan aplikasi strip di sekeliling dinding atas plafond dan untuk memberikan kesan modern terdapat lantainya dilapisin kaca yang didalamnya diberi Lampu dengan jenis Lampu TL atau fluorescent . Tipe cahaya yang digunakan warna kuning/lighat yang akan menciptakan suasanaa hangat pada ruang.
131
Gambar 4.17 Pencayahaan pada area makan Foto: Koleksi pribadi
a. Aplikasi Lampu gantung dengan desain klasik Barat dengan menggunakan material modern namun tetap memberikan kesan klasik pada ruang tersebut. Lampu gantung ini digunakan pada area bar, table, VIP dan penyimpan wine dengan tujuan agar tercipta suasanaa klasik.
Gambar 4.18 Lampu Gantung dengan desain klasik Foto: Koleksi pribadi
b. Aplikasi Lampu bola kristal desain modern pada kafe ini untuk
132
mendukung suasanaa club pada malam hari, terkesan glamour karena terdapat
manik-manik
menjuntai
panjang
kebawah
sehingga
membentuk logo beyond dan apabila terkena cahaya Lampu manikmanik ini akan memantulkan cahaya tersebut sehingga tercipta sausana glamour .
Gambar 4.19 Suasanaa siang(kanan)dan Suasanaan malam banyak menggunakan permainan ligting(kiri). Foto: Koleksi pribadi
c. Lampu downlight yang terdapat di Beyond cafe ini hanya digunakan pada area privat seperti kitchen, office dan toilet dengan jenis halogen. Lampu halogen digunakan karena dapat lebih terang dari Lampu pijar dan dapat memunculkan warna asli dari obyek yang dikenai cahaya sehingga tepat diterapkan pada area-area tersebut diatas.
133
d. Aplikasi pencahayaan yang terdapat pada furnitur yaitu meja bar , table dan partisi yang terdapat pada foyer berlogokan lambang Beyond cafe, menimbulkan kesan visual yang menarik. Pada table terdapat pencahayaan
furnitur marmer sehingga tercipta kesan visual yang
menarik dari motif garis pada marmer itu sendiri sehingga menciptakan suasanaa elegan atau mewah. Sedangakan pencahayaan pada meja bar dan partisi memberikan benang merah pada desain kafe ini dengan menonjolkan logo Beyond cafe.
Gambar 4.20 Pencahayaan pada table area (kiri) dan meja bar (kanan) Foto: Koleksi pribadi
4.4.2 Faktor Suara Pada Beyond cafe untuk mangatasi suara yang terdengan berasal dari kendaraan, suara hujan dan orang yang berbincang-bincang maka kafe ini
134
menggunakan penyedap suara yang terdapat dinding. Selain itu pada sebagian dindingnya menggunakan kaca yang dapat berfungsi sebagai kedap suara karena kacanya berukuran 12mm yang terdiri dari 2 lembar yang dilengkapi semacam rongga udara.
4.4.3 Faktor Penghawaan Alami
: melalui jendela, vertilasi dan pintu
Buatan : AC dan penyedot udara Pada Beyond cafe menggunakan sistem penghawan berupa Ac pada seleruh ruangan dan di area tertentu terdapat juga penyedot udara untuk membuang udara yang tidak diberlukan, seperti kithen area , area table dan toilet. 4.4.4 Studi Komposisi Warna Interior Studi komposisi warna yang terdapat pada Beyond cafe dengan menggunakan gaya eklektik banyak diadomsi olah pencampuran antara modern dan klasik. Diantaranya warna hitam, putih berserta gradasinya yang mewakili modern pada kafe ini, warna ini dipilih karena merupakan klafikasi dari warna-warna tegas hal ini cocok sekali dengan gaya modern yaitu yang memiliki karater desain yang tegas dan simpel. Warna lain yang digunakan adalah warna merah, coklat, emas yang merupakaan warna-warna yang sering digunakan oleh para bangsawan pada zaman romawi dahulu sehingga sekarang sering digunakan pada desain klasik untuk menciptakan kesam mewah dan elegan. Selain itu warna merah dan coklat merupakan klasifikasi dari warna-
135
warna hangat. Jadi warna-warna ini dipilih oleh arsitek Beyond cafe untuk menciptakan kafe gaya eklektik dengan pencampuran warna modern dan klasik sekaligus menciptakan suasanaa hangat, mewah dan elegan.
Gambar 4.21 Studi kompisisi warna interior pada kafe Berond. Foto: Koleksi pribadi
a. Lantai Lantai merupakan bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang rata oleh karena itu bahan lantai Beyond cafe berdasarkan pertimbangan baik fungsi maupun estetikan adalah sebagai berikut : •
Lantai kayu di pilih karena berkesan hangat, tampak alami, dan menyatu dengan daya tarik kenyaman, kelenturan dan durabilitasnya. Selain itu lantai kayu juga mudah perawatannya dan jika rusak dapat diperbaiki kembali atau diganti. Lantai kayu digunakan di area VIP selain itu sebagai membatas area.
Gambar 4.22. Lantai parket pada kafe Berond. Foto: Koleksi pribadi
•
Lantai teraso dengan motif marmer karena tidak licin sehingga memberikan keamanan bagi penggunjung, berkesan mewah dan
136
klasik. Lantai teraso dengan motif marmer digunakan pada foyer, area table, area bar dan penyimpanan wine. Pada lantai teraso pada Beyond cafe tingkat pantulkannya rendah hal ini bertujuan agar cahaya yang terdapat diruanga tersebut tidak dapat dipantulkan kembali.
Gambar 4.23. Lantai teraso pada kafe Berond. Foto: Koleksi pribadi
•
Lantai kaca di pilih karena berkesan modern. Lantai kaca pada Beyond cafe juga memiliki nilai estetika karena terdapat Lampu didalamnya sehingga menciptakan keindahan bila dilihat. Lantai kaca di gunakan dengan ukuran 30x30cm ketebalan 19mm memiliki tinggi 15cm sebagai pembatas area dan menggunakan kontruksi alumunium sehingga kuat
hal ini bertujuan agar
keamanan tetap terjaga pada area table.
137
Gambar 4.24. Lantai kaca pada kafe Berond. Foto: Koleksi pribadi
b. Dinding Dinding adalah elemen arsitektur/ interior yang penting untuk menimpa bangunan. Dinding berfungsi sebagai struktur pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit dan atap, serta memberi proteksi dan privasi pada ruang interior yang di bentuk. Dengan menggunakan pelapis dinding pada kafe ini dapat memperkuat kesan dan gaya eklektik klasik modern yang diingikan. Penerapan dinding pada Beyond cafe adalah sebagai berikut : •
Pada Beyond cafe banyak ditemukan panel dinding yang berhiasan minimalis maupun logo dari Beyond cafe itu sendiri. Selain sebagai pelapis dinding panel ini juga berfungsi sebagai elemen estetika sehingga mendambah daya tarik dari kafe ini.
Gambar 4.25. panel dinding pada kafe Berond. Foto: Koleksi pribadi
138
•
Selain sebagai kafe, beyond juga merupakan club dan bar sehingga
untuk
kenyaman
pengunjung dan
mengurangi
kebisingan kafe menggunakan peredam suara, salah satunya diapilasikan pada sebagian dinding pada kafe ini dan dapat kita lihat pada gambar dibawah ini. Sedangkan pemilihan warna
merah pada dinding memberikan kesan klasik
selain itu
menciptakan suasana hangat dan meningkatkan enerjik pada pengunjung.
Gambar 4.26. Pelapis dinding berfungsi sebagai penyerap suara Foto: Koleksi pribadi
•
Kesan Modern terlihat pada penggunaan batu alam pada dinding sehingga juga memberikan kesan alami. Selain ini terdapat rak-rak wine yang disusun rapi dengan menggunakan aluminium yang memberikan kesan modern dan menjadi ciri khas dari kafe ini.
139
Gambar 4.27. Kesan modern pada didnidng kafe Berond. Foto: Koleksi pribadi
c. Plafond Plafond atau langit-langit adalah elemen yang menjadi raungan dalam desain interior, dan meyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk semua yang ada di bawahnya. Material langit-langit atau plafond dapat langsung dipasang pada struktur rangka atau digantukan pada rangka tersenbut. Material langit-langit atau plafond yang digunakan pada Beyond cafe adalah sebagai berikut : •
Langit-langit
ekspos
menggunakan
kayu
bergayakan
minimalis. Langit-langit ini terdapat pada foyer hal ini bertujuan untuk memberi kesan modern Beyond cafe ini.
Gambar 4.28. langit-langit ekspo pada area foyer kafe Berond. Foto: Koleksi pribadi
•
Langit-langit ekspos dengan permainan percahayaan dan manik-manik untuk menambah suasana berkesan glamor. Langit-langit ini terdapat pada area table karena tempatnya berada di tenggah-tenggah area.
Gambar 4.29. langit-langit ekspo pada area table kafe Berond.
140
Foto: Koleksi pribadi.
4.4 Kesesuain Konsep Pemilik dengan Desain Kafe 4.4.1 Konsep Pemilik Konsep pemilik Beyond cafe yang terdiri dari dua orang sadar bahwa selera dari setiap pengunjung memiliki selera yang berbeda-beda mulai dari selera orang modern, selera orang barat sampai selera tradisional. Itu sebabnya pemilik meminta Medianto Bakrie arsitek hendaknya menampung semua selera pengunjung terdapat dalam bangunan. Hal
ini diaplikasikan oleh
Arsitek
Medianto
Bakrie
dengan
mengombinasikan gaya klasik dan gaya modern pada Beyond cafe sehingga tercipta tempat yang nyaman bagi para pengunjung. Dan salah satu keistimewaan Beyond cafe adalah dengan menyatukan kafe dengan lounge dan bar. Hal ini diinginkan oleh pemilik agar baik pada siang maupun malam Beyond cafe menjadi perhatian pengunjung. 4.4.2 Elemen Estetika pada Beyond cafe Elemen Estetika disini untuk memberikan citra kafe pada konsumunen. Unsur estetika yang diambil dan terdapat pada Beyond cafe adalah sebagai berikut : a.
Patung Dewi Sri merupakan patung lambang rezeki bagi sebagian kepercayaan masyarakat Indonesia . Patung ini terdapat pada foyer tepatnya di atas pintu masuk menujuh kafe dan pemilik percaya akan mendatangkan rezeki pada setiap tamu yang datang. Selain menjadi
141
elemen estetika patung ini juga mewakilin serera tradisional Indonesia, walaupun kenyataannya hanya sebagai elemen panjang saja namun bila patung ini tidak ada maka unsur tradisional pada Beyond cafe ini juga ikut hilang.
Gambar 4.30 Patung dwi Sri sebagai estetika Beyond cafe. Foto: Koleksi pribadi
b.
Selain memberikan kesan luas pada ruangan Cermin pada Beyond cafe juga berfungsi sebagai elemen esterika. Dengan desain modern yang simpel dan warna coklat tua memberikan kesan hangat serta ukurannya besar sangat cocok sekali ditepatkan di dinding yang kosong, tentunya memantulkan energi positif pada Beyond cafe.
Gambar 4.31. cermin sebagai estetika Beyond cafe. Foto: Koleksi pribadi
142
c.
Manik-manik kristal menjuntang panjang sehingga membentuk logo beyond dan apabila terkena cahaya lampu manik-manik ini akan memantulkan cahaya tersebut sehingga tercipta sausana yang glamor, dan menambah nilai estetika pada Beyond cafe.
Gambar 4.32. manik-manik kristal Lampu sebagai estetika Beyond cafe. Foto: Koleksi pribadi
d.
Selain berfungsi sebagai percahayaan lampu gantung juga dapat berfungsi sebagai elemen estetika karena memiliki desain klasik yang indah, selain itu lampu gantung klasik ini mencirikan desain barat.
Gambar 4.33. Lamu gantung sebagai estetika Beyond cafe. Foto: Koleksi pribadi
143
Perancangan pada Beyond cafe pada dasarnya tergantung pada aktivitas yang ada pada kafe itu sendiri. Aktivitas pada Beyond cafe melahirkan kebutuhan akan elemen interior yang harus ada di dalam kafe. Furnitur, elemen interior dan aksesori yang terdapat pada Beyond cafe dipilih yang mewakili gaya eklektik modern klasik dan ditata dengan estetika sehingga dapat menciptakan ruang yang elegan dan nyaman serta dapat membentuk citra dan identitas Beyond cafe tersebut. Unsur-unsur estetika yang terdapat pada Beyond cafe adalah sebagai berikut : a. Bentuk Beyond cafe mempunyai ruangan dengan bentuk yang tidak simetri sehingga layout dan membagian area ruangannya sangat di perhatikan. Pembagian layout dapat terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.34. Lay out ruang Beyond cafe bentuk Asimetri Sumber : Beyond cafe , Graha Iskandarsyah Jakarta Selatan
144
Dari hasil tinjauan perarapan bentuk dalam furnitur banyak mengguanakan bentuk-bentuk lingakaran atau setenggah lingkaran pada meja dan kursi area VIP serta beberapa meja table karena bentuk lingkaran memiliki daya pusat serta fokus yang jelas. Contohnya meja table berbentuk lingkaran akan memperkuat fokus dan perhatian terhadap makanan di tengah-tengahnya dan akan membuat orang-orang yang duduk di sisi-sisi luar lingkaran merasa lebih santai.
Gambar 4.35. Bentuk furnitur lingkaran pada Beyond cafe. Foto: Koleksi pribadi
Sedangkan bentuk persegi panjang juga digunakan pada furnitur meja bar, rak-rak wine di area penyimpanan dan cermin yang terdapat pada dinding. Pemilihan bentuk persegi panjang diterapkan karena bentuk tersebut mudah ditata dari pada bentuk lainnan.
Gambar 4.36. Bentuk furnitur lingkaran pada Beyond cafe. Foto: Koleksi pribadi
b. Susunan
145
Beyond cafe memiliki susunan terpusat yaitu bentuk organisasi /susunan ruang atau furnitur diletakkan di pusat terhadap furnitur furnitur lain yang ada disekelilingnya.
Gambar 4.37. Jenis susunan furnitur pada Beyond cafe. Foto: Koleksi pribadi
4.5 Studi Banding Selain Beyond cafe peneliti melakukan studi banding kafe lain yang menggunakan gaya modern eklekti sebagai perbanding desain yang digunakan pada Beyond cafe apakah sudah sesuai dengan penerapan kaidahkaidah gaya eklektik yang sebenarnya. Berikut hasil studi banding yang dilakuakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
4.5.1 Nime Muses Club Cafe
146
Nama kafe : Nine Muses Club Cafe Lokasi
: Jalan Wijaya 1 no.25 Kebayoran Baru
Gambar 4.38. Peta lokasi Nine Muses Club Cafe. Jakarta Selatan Sumber : Peta DKI Jakarta 2008.
Gaya Desain
:Gaya
eklektik
yang
mencampurkan
gaya
maksimalis dan minimalis yang diterapakan dengan desain klasik barok, cina beranakan dan modern minimalis. Sistem pelayanan
: Table service
Sasaran pengunjun
: Menengah keatas
Fasilitas
: Bar dan Club
Hiburan
: Musik klasik
Lay Out
147
Lantai 1
Office
Panggung
Main Kitchen
Kolom
Area Outdoor
Bar
Lantai dasar
Voit
Rorong
Berikut
pembahasan
Gudang
penerapan
gaya
eklektik
yang
mencampurkan gaya maksimalis dan minimalis yang diterapakan dengan desain klasik barok, cina beranakan dan modern minimalis terdapat pada Nine Muses Club Cafe adalah sebagai berikut ini :
Main Entrance
148
Gaya eklektik terlihat sekali pada bangunan luar kafe ini. Dan juga pintu utama atau main entrance masih menggunakan gaya modern minimalis dan gaya klasik dapat di lihat dengan mengunakan pintu kaca yang dikompinasi dengan kayu sebagai bingkai dan handel pintu.
Gambar 4.29 Main Entrance Nine Muses Club Cafe Foto: Koleksi pribadi
Foyer
Setelah pintu masuk sebagai penghubung ruang luar dan dalam terdapat foyer yang berdesain klasik pada Lampu gantung dan ukuran cina pada panel serta cermin dengan dinding unfinishing yang memberikan kesan psiko-kinetik.
Gambar 4.30 rorong perhubung foyer dan main restoran. Foto: Koleksi pribadi
149
Sebagai penghubung antara foyer dengan runga main restoran dalam terdapat rorong yang sebelumnya ditutupin oleh gordeng berwarna merah marun. Sehingga tamu yang masuk akan selalu mendapatkan
kejutan-kejutan
suasana
memalui
desain
yang
diterapakan.
Area main restoran
Area main restoran menggunakan pencampuran gaya klasik barok dengan peranakan cina dengan pemilihan furnitur yang terdapat diarea ini memberikan nuasan percampuran desain yang sesuai.
Gambar 4.31 Main restoran. Foto: Koleksi pribadi
Sedangkan desain peranakan cina terlihat dari penerapan wallpaper pada dinding dan lemari yang terdapat pada area ini.
Gambar 4.32 Main restoran. Foto: Koleksi pribadi
Area VIP
150
Area VIP merapakan desain maksimalisme yaitu desain yang membangkitkan aspek kemewahan yang berlimpah dan berlebihan namun sangat memperhatikan estetikanya pada setiap detail desainnya sehingga penggunjung akan tetap merasakan kenyaman dan keindahan desain pada kafe ini.
Gambar 4.33 Area VIP. Foto: Koleksi pribadi
Gaya klasik barok dan cina juga terlihat pada motif wallpaper dan desain furnitur,Lampu meja dan asesori yang diterapkan area ini sehingga menambah kemewahan.
Gambar 4.34 Area VIP. Foto: Koleksi pribadi.
Area Bar
151
Pada Nine Muses terdapat 3 bar dan 1 mini bar yang tersebar di berbagai area. Bar pertama terdapat di lantai 1 dengan desain minimalis dan terdapat patung naga dengan berbadan singa sebagai lambang rezeki.
Gambar 4.35. Bar yang terletak di lantai 1. Foto: Koleksi pribadi
Sedangkan bar kedua yang merupakan bar utaman terdapat di area bawah dekat dengan area main restoran menggunakan gaya modern dengan percampuran kursi bar dengan desain klasik.
Gambar 4.36 Area bar utama. . Foto: Koleksi pribadi
152
Bar ketiga terdapat area garden yang hanya digunakan pada acara tertentu saja. Dengan desain minimalis dan permainan Lampu pada meja bar.
Gambar 4.37 Area bar Out door. Foto: Koleksi pribadi
Sedangkan mini bar terdapat pada area VIP dan hanya sebagai salah satu fasilitas area VIP tersebut, dengan desain mengesuiakan area VIP dan permaian ligting.
Gambar 4.38 Mini bar di area VIP. Foto: Koleksi pribadi.
Area Outdoor
153
Nine Muses Club Cafe terdapat area ourdoor suasanaa romatis dengan permainan ligting dan pernata taman serta masih menggunakan gaya modern klasik. Pada area ourdoor ini juga terdapat fasilitas panggung dan bar yang dapat digunakan pada acara tertentu.
Gambar 4.39 Area Outdoor Nine Muses Club Cafe.
Foto: Koleksi pribadi
Lantai Elemen Lantai pada area foyer, main restoran, dan bar menggunakan lantai semen yang tingkat glousinnya/ kilat rendah agar cahaya yang ada tidak dibantulkan dan diserap oleh lantai ini.
Gambar 4.40. Lantai pada area main resto Nine Muses Club Cafe. Foto: Koleksi pribadi
154
Dan pada area VIP menggunakan parket kayu sehingga memberikan kenyaman dan kesan hangat pada area ini.
Gambar 4.41. Lantai pada area area VIP Nine Muses Club Cafe. Foto: Koleksi pribadi.
Dinding Pada
Elemen Dinding banyak menggunakan dinding yang
unfinishing agar perhatian tamu hanya tertuju pada patung, lukisan, foto dan asesoris lainnya yang terdapat pada dinding tersebut.
Gambar 4.42. Dinding pada area main makan Nine Muses Club Cafe. Foto: Koleksi pribadi
155
Sedangkan pada area VIP banyak menggunakan wallpaper dengan motif klasik dan pada area main restoran salah satu dinding menggunakan wallpaper motif cina hal ini digunakan untuk memperkuat suasanaa dan gaya yang ingin dimunculkan .
Gambar 4.42 . Dinding pada area area VIP Nine Muses Club Cafe. Foto: Koleksi pribadi
Plafond Pada plafond tidak terdapat desain yang perhati hanya di dasain plat / datar dan terdapat lampu spot untuk menerangi ruang.
Gambar 4.43 Plafond pada area VIP Nine Muses Club Cafe. Foto: Koleksi pribadi.
4.5.2 Kafe Friline
156
Nama kafe : Kafe Friline
Lokasi
: Jalan Fatmawati no. 66 Cilandak Selatan. Jakarta selatan
Gambar 4.44 . Peta lokasi kafe friline. Sumber: Peta DKI Jakarta Tahun 2008.
Gaya Desain
: Desain eklektik kafe Fraline mencampurkan gaya modern dan klasik.
Sistem pelayanan : Table service Sasaran pengunjun: Menengah keatas Fasilitas
: Bar
Hiburan
: Musik klasik
Lay Out
Main Entrance Pada
main
entrancenya
157
terlihat gaya klasik dengan ornamen lukisan italia, pintu dan partisi kayu khas italia.
Gambar 4.45 Main Entrance kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi
Area makan
Pada area makan terasa sekali suasanaa dan khas italia dengan lantai hitam putih serta menggunakan kursi bangket berwarna merah yang modern dan dipadukan dengan kursi klasik sehingga suasanaa lebih santai. Di sisi lain terlihat susana makan lebih formil dengan menggunaan kursi dan meja klasik.
Gambar 4.46 Area makan kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi
Area Kasir
Area kasir menjadi satu dengan area bar dan masih menggunakan gaya klasik dengan mengkombinasikan bahan kayu dan kaca.
158
Gambar 4.47 Area kasir kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi
Area Bar Mini
Pada kafe fraline unsur estetikanya sangat diperhatikan sekali ini terlihat dalam penataannya termaksud pada area mini bar terdapat lukisan, jam, telepon, serta mesin kopi yang semuanya berdesain klasik.
Gambar 4.48. Lukisan (kiri) dan telepon klasik (kanan) Area Mini Bar kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi Gambar 4.49. Mesin kopi klasik(kiri) dan jam dinding(kanan)
Area mini bar di kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi
Toilet
159
Pada kafe fraline sangat memperhatikan estetika dan keindahannya termasut pada area toilet sangat diperhatikan estetikanya sehingga penggunjung merasa nyaman di area tersebut dengan melihat foto-foto klasik yang terdapat dinding toilet ini.
Gambar 4.51 area toilet kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi.
Lantai
Elemen lantai pada kafe fraline banyak menggunakan warna hitam putih yang merupakan khas dari interior italia.
Gambar 4.52. Lantai area makan kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi
160
Sedangkan pada area bar dan kasir menggunakan keramik yang permukaannya lebih kasar agar tidak licin.
Gambar 4.53. Lantai area bar kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi
Dinding Elemen dinding pada kafe fraline hanya dengan finishing cat berwarna coklat muda dengan terdapat banyak foto dan lukisan yang menambah nilai estetika pada kafe ini. Di dinding lain terdapat kaca yang memberikan kesan luas pada kafe ini.
Gambar 4.54. Dinding area bar kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi
Plafond Karena pada elemen dinding dan lantai sudah terdapat banyak
161
ornamen sehingga pada elemen plafond menggunakan plafond plat dengan terdapat beberapa Lampu klasik saja.
Gambar 4.55. Plafond dengan Lampu klasik kafe Friline. Foto: Koleksi pribadi
4.5.3 Hasil Perbandingan Dari hasil studi banding Nine Muses Club Cafe dan Fraline di atas terdapat kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada Beyond cafe antara lain sebagai berikut : A. Kelebihan Dari aspek lingkungan/ lokasi Beyond cafe memiliki lokasi yang strategis dekat dengan perkantoran, pembelanjaan, mudah dalam percapaiannya dan mudah dicari pengunjung karena lokasi dekat dengan Blok M yang merupakan terminal dalam kota terbesar di Jakarta. Dari analisa tersebut Aspek lingkungan/ lokasi Beyond cafe sudah sesuai dengan syarat-syarat desain kafe. Desain Main Entrance terbuat dari kaca yang trasparan dan foyer yang didesain mengunakan gaya eklektik serta permainan
pencahayaan
dapat membangkitkan dan respon, menunjukkan karakter dan standar Beyond cafe sebagai kafe, club dan lounge. Selain dalam desain kesan modern dan klasik diperlihatkan pada Beyond cafe dalam pemilihan material yang merupakan percampuran
162
antara klasik dan modern seperti material kayu, mamer, teraso, alumunium dan kaca sehingga memperikan suasanaa dan citra elegan dan glamour klasik modern pada Beyond cafe ini. Dari hasil analisa penelitian tinjauan gaya modern eklektik pada Beyond cafe disimpulkan bahwa suatu gaya eklektik dari pencamuran desain modern dan klasik serta perpaduan barat dan timur diciptakan dengan suasanaa yang di bentuk melalui penataan pencahayaan, penetapan skema warna dan material, penataan furniture. Sehingga suasanaa tersebut membentuk citra yang elegan dan glamour dengan fasilitas lounge, club dan bar. B. Kekurangan Beyond cafe memeliki desain gaya modern eklektik dengan memadukan gaya klasik dan modern namun dari analisa peneliti tidak terdapat periode jaman klasik yang jelas digunakan pada Beyond cafe ini terbukti dari desain furnitur atau elemen interior lainnya sudah dipadukan unsur lain, sehingga hasil desainnya lebih sederhana dan simpel. Sedangkan pada Nine Muses Club Cafe dan Fraline mempunyai periode yang jelas yaitu klasik barok pada Nine Muses Club Cafe sedangakan klasik italia pada Fraline. Walupun demian Beyond cafe tetep merupakan gaya eklektik karena gaya eklektik tidak hanya memadukan gaya pada periode tertentu tetapi juga dapat memedukan bentuk-bentuk yang paling cocok dan pantas menurut selara dan status sosial-ekonomi.
163
Percampuran gaya pada Beyond cafe selain gaya eklektik modern, klasik Beyond cafe juga mencampurkan berpaduan unsur barat dan timur. Namun dari hasil analisa penulis Beyond cafe lebih banyak menerapankan unsur barat sedangkan unsur timur dalam hal ini budaya Indonesia dan cina hanya diterapkan sebagai elemen estetika dan logo saja. Berbeda dengan Nine Muses Club Cafe , kafe ini juga menerapkan unsur barat dan timur yang diterapkan pada arsitekturnya, interior, dan elemen esterika yang terdapat pada kafe tersebut sehingga menciptakan keharmonisan dan keindahan pada hasil percampuran ke dua unsur tersebut. Elemen estetika yang diterapkan pada Beyond cafe terutama pada dinding hanya terdapat cermin dan patung dwi sri saja. Berbeda dengan elemen estetika yang diterapkan pada kafe Fraline dan Nine Muses Club Cafe, pada kedua kafe ini banyak terdapat foto-foto dan lukisan suasanaa klasik sehingga penggunjung kafe dapat merasakan suasanaa berada pada zaman tersebut.
164
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada bab IV, dapat diketahui penerapan gaya eklektik pada interior Beyond cafe dilakukan secara bebas, desainer tidak mementingkan nilai filosofis atau makna dari gaya desain namun penekanan lebih kepada harmodisasi dan keselarasan. Hal ini sesuai dengan prinsip aplikasi gaya desain eklektik yang memiliki kebebasan, gaya-gaya dan bentuk-bentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosia-ekomoni desainer dan pemilik. Di sini juga tampak usaha desainer untuk mengkombinasi dua unsur barat dan timur dengan aliran modern dan klasik. Aliran modern yang digunakan desainer hanya pada penggunaan unsur modern yaitu penekanan pada segi fungsi dan menghasilkan bentuk.
Pemilihan gaya modern eklektik sendiri karena dilantar belakang atas ke inginan pemilik Beyond cafe untuk mengatukan suasana zaman lampau dan sekarang, desain modern, desain barat dan timur sehingga terciptalah sebuah tempat yang nyaman bagi para pengunjung sehingga hal tersebut menjadi identitas dari Beyond cafe. Namun dari hasil analisa yang dilakukan, desain timur yang diterapkan pada Beyond cafe kurang nampak dan hanya terlihat pada elemin dinding dan logo beyond saja.
166
Meskipun terdapat berbagai macam unsur gaya desain pada Beyond cafe, desainer tetap memperhitungkan komposisi yang harmonis sehingga semua unsur dapat bersinergi dengan baik. Usaha desain memadukan berbagai macam gaya desain pada Beyond cafe dapat dilihat pada kesatuan dalam material, seperti penggunaan kayu, batu alam, kaca dan stanlistil serta kesatuan warna seperti penggunaan warna coklat, merah, hitam dan putih.
Kencenderungan aplikasi eklektik disebabkan kurangnya pemahaman mengenai gaya desain yang ditampilkan, kerancuan dalam pemahaman sebuah gaya dan tren, keinginan untuk menghasilkan sebuah karya desain yang unik dan faktor lainnya yang berhubungan dengan keinginan pemilik maupun biaya yang tersedia.
Gaya merupakan suatu perubahan pola pikir, pola perilaku terhadap daya kreatif sekelompok orang atau individu pada zamannya yang menganggap itulah yang terbaik. Dan kejenuhan masyarakat terhadap gaya modern membuat gaya modern eklektik semakin berkembang sekarang ini. Memadukan dan mencari bentuk yang sudah dikenal sejarah, bentuk klasik atau pun pencampuran dari gaya yang perna ada membuat gaya modern semakin beragam dan berkembang istilah-istilah baru muncul dari pendapat desainer profesional dan juga dari majalah desain di antaranya modern klasik, modern tradisional, modern orintal, modern pop art, modern restro, modern minimalis,modern meditarania dan modern kontemporer. Gaya-gaya tersebut merupakan eklektisasi gaya modern dan
167
sekarang juga banyak ditemukan pada kafe-kafe di Indonesia sehingga dijadikan identitas dan citra kafe.
Perkembangan penerapan gaya modern eklektik tidak terdapat pada kafe saja pada arsitektur dan interior rumah, butik dan fasilitas publik lainnya memberukan suasanan dan percamburan gaya yang beragam pula diantaranya pencampuran gaya art nouveau dan modern orintal, gaya kolonial dan modern klasik, gaya barat dan timur, gaya victorian, rococo, gothic dan renaissance. Pencampuran ini sesuai dengan prinsip aplikasi gaya desain eklektik yang memiliki kebebasan, gaya-gaya dan bentukbentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosia-ekomoni desainer dan pemilik. Seperti yang diterapkan pada Beyond cafe.
Dari hasil analisa penelitian tinjauan gaya modern eklektik pada Beyond cafe disimpulkan bahwa suatu gaya eklektik dari pencamuran desain modern dan klasik serta perpaduan barat dan timur diciptakan dengan suasana yang di bentuk melalui penataan pencahayaan, penetapan skema warna dan material, penataan furniture. Sehingga suasana tersebut menciptakan image elegan dan glamour klasik modern dengan fasilitas lounge, club dan bar.
Sedangkan arti citra sendiri merupakan suatu gambaran, image, suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang. Citra dapat terbantuk dari identintas kafe. Dari tinjauan yang dilakukan pada Beyond cafe membentuk identitas kafe yang dapat dilihat dari pada nama beyond
168
yang diambil dari kata yunani artinya pemberuan, logo yang diambil dari yin dan yang artinya keseimbangan, gaya eklektik dari pencamuran desain modern dan klasik serta perpaduan barat dan timur, suasana elegan dan glamour, dan pemilihan menu menyediakan menu makanan tradisional dipadukan dengan makanan zaman sekarang, yang merupakan mencampur makanan dan minuman dari daratan Asia sampai benua Eropa (Khususnya Indonesia, Meksiko dan Italia). Serta pelayanan kafe yang selalu menutamakan kenyamana pengunjungnya dan standar makanan bintang 5. Dari analisa tersebut citra yang ingin di bentuk pada adalah kafe dengan suasana elegan, glamour dalam desain modern klasik.
5.2 Saran
Sebaikanya pada Beyond cafe yang menerapkan gaya eklektik dengan memadukan gaya klasik dan modern memiliki periode zaman klasik yang jelas
dalam
penarapan
desain
interior
kafe
tersebut.
Sehingga
penggunjung dapat merasakan suasana / atmosphere pada era zaman klasik tersebut. Seperti yang telah diterapkan pada desain kafe Nine Muses dan Friline sebagai studi banding penulisan ini.
Dalam mewujudkan sebuah desain dengan penerapan berbagai macam gaya desain, desainer dapat memilik secara bebas, gaya-gaya atau bentukbentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosia-ekonomi desainer dan pemilik. Namun, hal penting yang harus diingat di sini,
169
bahwa dalam penerapannya seorang desainer harus tetap memperhatikan kompisisi desain ruang dan kesatuannya memperhitungkan yang harmonis sehingga semua unsur dapat bersinergi dengan baik..
Diharapkan penelitian pada perancangan dengan perwujudan gaya eklektik, sehinggan dapat mengetahui lebih lanjut kencerderungan, efek dan hasil yang disebabkan dari penerapan gaya desain eklektik yang dapat dipakai menjadi pertimbangan bagi desainer dan ilmuwan desainer.
170
DAFTAR PUSTAKA Adityawan, Arif, Tinjauan Desain dari Revolusi Industri hingga Posmodern, Jakarta, UPT Penerbitan, 1999. Departemen P&K. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua.Jakarta :Balai Pustaka, 1995 Djelantik, A.A.M . Esterika . Bandung : MSPI .1998 . Eddy Supriyatna Marizar,. Upaya membangun citra.( Jakarta : Djambatan, 1996 ). Griya asri. Modern Eklektik Masih Diminati. Edisi 24 mei 2007 Griya asri. Anggunnya Gaya Modern Klasik Kolonial. Edisi 10 oktober 2007 Griya asri. Perpaduan Barat dan Timur . Edisi 06 Juli 2008 Griya asri. Perpaduan Barat dan Timur . Edisi 06 Juli 2008 HDII, Desain Interior karya desainer interior Indonesia, PT. Printido Utama: Jakarta, 2007. hal 20. Hidebrand, Ernest. The Encyclopedia Amerika Internasional Edition. htt//www.klasifikasirestoran.com.18-12-2008 htt/www.eklektikisme.com. 15-12-2008 htt/www. Forumhdii.com. 15-12-2008 htt/www. javanetcafe.com. 15-12-2008 Imelda Akmal. Menata rumah dengan estetika. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), Jie. Yuni. Modern interior design. Jakarta : PT Gramedia Purtaka Utama, 2006. J.S.Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996 K. Yin, Robert. Studi Kasus :Desain dan Metode. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Kamus Umum bahasa Indonesia , Jakarta 2001:905
Umar, Husein. Metode Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers, 1998. Rakhmad, jalaliddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998. Lawson, Fred. Restourant, Clubs and Bars. London:Butterwornt Architecture. 1994. Prabu Wardono. Desain Interior III. (Bandung : ITB) Mangunwijaya.Y.B, Wastu citra , PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta .1995 M. Save Dadun, Kamus besar ilmu pengetahuan, Jakarta:Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. 1997 M. Torsina. Usaha Restoran yang Sukses. (Jakarta:Cakrawala Cinta. 1995), Makassar:Gadjah Mada University Press . Nadaa, Zulfiska, M.Des. Bahan mata kuliah estetika macam-macam gaya modern Torsina. M . Usaha Restoran yang Sukses. Jakarta:Cakrawala Cinta. 1995. Sachari, Agus. Estetika makna, simbol dan daya. Bandung: ITB. 2002 Sachari, Agus dan Suranti Trisnawati, Kamus Desain. Bandung : Penerbit ITB, 1998. Soekerso, Manajemen Food & Beverage “Servis Hotel” PT. Gramedia Pustaka Utama ;Jakarta Sugiarto, Endar dan Sri Sulartiningrum. Pengantar Akomodasi dan Restoran. Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama. 2001 Sumalyo, Yulianto. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, edisi ke2. Makassar:Gadjah Mada University Press . Sunarya,Yan Yan . Sejarah Seni Rupa & Desain Modern. Penerbit ITB: Bandung. DS-413 Susilowati, Modern Chic . PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta 2005. Wardono, Prabu. Desain Interior III. Bandung : ITB. Wardono, Prabu. Prinsip Desain Interior. Bandung : Penerbit ITB, 2005.