TUGAS AKHIR-RD 141558 PERANCANGAN ANIMASI EPISODE INFEKSI KULIT DALAM SERIAL EDUKASI SISTEM IMUNITAS TUBUH
UNTUK ANAK USIA 7-10 TAHUN
Oleh: Rizky Vindi Nuryahya NRP. 3412100094
Dosen Pembimbing: Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds. NIP. 19801012 200604 1002
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL JURUSAN DESAIN PRODUK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
FINAL PROJECT -RD 141558 DESIGNING ANIMATION SKIN INFECTIONS EPISODE IN EDUCATIONAL SERIES OF IMMUNE SYSTEM FOR CHILDREN AGES 7-10 YEARS OLD
By: Rizky Vindi Nuryahya NRP. 3412100094
Supervisor: Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds. NIP. 19801012 200604 1002
STUDY PROGRAM OF VISUAL COMMUNICATION DESIGN
INDUSTRIAL PRODUCT DESIGN DEPARTMENT FACULTY OF CIVIL AND PLANNING ENGINEERING INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul PERANCANGAN ANIMASI EPISODE INFEKSI KULIT DALAM SERIAL EDUKASI SISTEM IMUNITAS TUBUH UNTUK ANAK USIA 7-10 TAHUN, sebagai persyaratan kelengkapan mata kuliah Bidang Studi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain Produk Industri. Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan penting pada perancangan tugas akhir ini, yaitu: 1. Allah SWT atas rahmat, hidayah, nikmat, kekuatan, dan kesempatan dalam menuntut ilmu. Rasulullah SAW atas pribadinya yang menjadi teladan dalam bersikap. 2. Mama dan kakak, serta keluarga di Jombang atas dukungan dan doa yang senantiasa dipanjatkan. 3. Para dosen yang selama ini membimbing saya dalam menyusun laporan ini, terutama Pak Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds. selaku dosen pembimbing. 4. Pak Baroto, Pak Didit, dan Bu Tika atas kritik dan sarannya dalam masa sidang. 5. Pak Rahmatsyam Lakoro, S.Sn., M.T. selaku koordinator matakuliah Tugas Akhir. Serta jajaran dosen dan karyawan Jurusan Desain Produk Industri ITS. 6. Hilman Hawali yang telah memberi dukungan semangat serta banyak membantu memberikan ide dan masukkan atas penulisan cerita dalam perancangan ini. Anjani, Fawwazy, Fauzan, Sudiro, Bintang, Akux, dan Cakra yang telah membantu dalam pembuatan animasi. Hayyu, Samuel, dan Dewi yang telah membantu dalam pembuatan storyboard. Gina, Rofiqi, Imad, Fakih, Luna, dan Ade yang telah membantu dalam pengisian suara. Fera yang telah membantu dalam hal penulisan. 7. Ibu/Bapak guru dan adek-adek SDN Blimbing I dan SDN Blimbing II Jombang, SD Al-Hikmah Surabaya, dan SD Yamasto Surabaya atas bantuannya sebagai narasumber penelitian perancangan ini. 8. Teman-teman Despro 2012 atas bantuan dan kebersamaannya. Serta teman-teman lainnya yang turut membantu saya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu. Demikian laporan Tugas Akhir ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan laporan ini. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Surabaya, Januari 2017
Penulis
PERANCANGAN ANIMASI EPISODE INFEKSI KULIT DALAM SERIAL EDUKASI SISTEM IMUNITAS TUBUH UNTUK ANAK USIA 7-10 TAHUN Nama Mahasiswa : Rizky Vindi Nuryahya NRP : 3412100094 Prodi : Desain Komunikasi Visual Jurusan : Desain Produk Industri FTSP – ITS Dosen Pembimbing : Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds ABSTRAK Anak-anak adalah generasi masa depan dari sebuah bangsa. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia yang berada di rentang usia sekolah dan balita adalah jumlah tertinggi penderita berbagai jenis penyakit menular. Rendahnya kualitas kesehatan tersebut dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dalam belajar dan meraih masa depan gemilang. Selain itu wawasan masyarakat khususnya anak-anak tentang kesehatan dinilai masih kurang. Banyaknya konten-konten negatif yang tersebar secara bebas di internet maupun di media televisi turut menjadi pengaruh kurangnya keinginan masyarakat khususnya anak untuk belajar akan materi kesehatan. Maka dari itu, perlu dilakukan pembentukan karakter peduli kesehatan dengan menggunakan media yang tepat sejak dini. Media yang dirasa tepat untuk masalah ini adalah media animasi serial edukasi dengan isi konten materi tentang kesehatan untuk anak usia 7-10 tahun. Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama, wawancara mendalam terhadap IDAI untuk studi konten edukasi pada animasi, terhadap anak-anak sebagai studi pemahaman anak terhadap sistem imunitas tubuh untuk mengidentifikasi permasalahan, dan memperkuat latar belakang perancangan. Tahap kedua, mengumpulkan data secara kualitatif berupa focus group discussion yang dilakukan di dua sekolah dasar dan experimental research dalam bentuk pembuatan alternatif alur cerita dan desain ilustrasi untuk memenuhi formulasi kebutuhan yang sesuai terhadap permasalahan yang teridentifikasi sebelumnya. Tahap ketiga, pembuatan prototipe yang diujicobakan pada target audiens usia 7-10 tahun sebagai evaluasi dari hasil perancangan. Hasil dari perancangan ini adalah suatu animasi edukasi sistem imunitas tubuh episode : infeksi kulit dengan konsep fun learning sesuai dengan kebutuhan anak-anak usia 7-10 tahun. Fun learning, konten berupa cerita petualangan mengenai materi tentang sistem imunitas tubuh yang disajikan dalam bentuk ilustrasi yang bergerak serta diiringi dengan audionarasi dan efek suara dimana pada akhir animasi terdapat tips trivia sehingga anak dapat lebih memahami tentang materi dalam animasi dengan menyenangkan.
Kata kunci : Sistem Imun, Video Animasi, Edukasi Anak, Fun Learning
DESIGNING ANIMATION SKIN INFECTIONS EPISODE IN EDUCATIONAL SERIES OF IMMUNE SYSTEM FOR CHILDREN AGES 7-10 YEARS OLD Name NRP Subject Department Supervisor
: Rizky Vindi Nuryahya : 3412100094 : Visual Communication Design : Industrial Product Design FTSP - ITS : Denny Indrayana Setyadi, ST, M.Ds ABSTRACT
Children are the future generation of the nation. However, based on the results Riskesdas in 2013 showed that Indonesian children who are in school and toddler age range is the highest number of people with various types of infectious diseases. This could hamper the growth process of children in learning and achieve a bright future. Moreover, society insight especially children of primary school age about health is considered insufficient. The number of negative content that is distributed freely on the Internet or on television media have contributed to the effect of the lack of willingness of society, especially children to learn for material health. Therefore, there should be the establishment of a health care character by using the right media early on. An appropriate medium for this problem is the animated educational series for children age 7-10 years old with the content material on the health.
The study was conducted through three stages: the first stage, in-depth interviews IDAI to study the educational content on the animation, to children as a study of children's understanding of the immune system to identify problems and strengthen the background design. The second phase, to collect qualitative data in the form of focus group discussions conducted in two primary schools and experimental research in the form of creating alternative storyline and illustration design to meet the needs of an appropriate formulation of the problems identified earlier. The third stage, the manufacture of the prototype tested on the target audience aged 7-10 years as an evaluation of the results of the design. The results of this design is an educational animated episodes of the immune system: a skin infection with the concept of fun learning according to the needs of children aged 7-10 years. Fun learning, content in the form of an adventure story about the material on the immune system which is presented in the form of illustrations that move and accompanied by audionarasi and sound effects which at the end of the animation are tips trivia so that children can understand more about the material in the animation with fun. Keywords : Immune System, Animated Series, Educational for Children, Fun Learning
DAFTAR ISI ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
xi
BAB I – PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1
1.2. Identifikasi Masalah
5
1.3. Batasan Masalah
6
1.4. Rumusan Masalah
7
1.5. Tujuan Perancangan
7
1.6. Manfaat Perancangan
7
1.6.1
Manfaat Teoritis
7
1.6.2
Manfaat Praktis
7
1.7. Ruang Lingkup
7
1.7.1
Ruang Lingkup Studi
8
1.7.2
Ruang Lingkup Output
8
BAB II – STUDI ACUAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sistem Imunitas Tubuh
11 11
2.1.1.1 Fungsi Sistem Imun
13
2.1.1.2 Pembagian Sistem Imun
13
2.1.2. Penyakit yang Bisa Disembuhkan Sendiri oleh Tubuh
18
2.1.3. Karakteristik Anak
24
2.1.4. Storytelling Untuk Anak
26
2.1.5. Animasi Edukasi
28
2.2. Studi Eksisting 2.2.1. Profil IDAI
28 28
2.2.2. Animasi Eksisting
30
2.2.3. Referensi Desain
46
2.2.3.1. Karakter
46
2.2.3.2. Environment
49
BAB III – METODOLOGI RISET 3.1. Diagram Riset
53
3.2. Teknik Sampling
54
3.2.1. Populasi
54
3.2.2. Sample
54
3.3. Metode Riset
55
3.3.1.
Wawancara
55
3.3.2.
Observasi
61
3.3.2.1. Tujuan Observasi
62
3.3.1.2. Analisa Hasil Observasi
62
3.3.3.
Studi Literatur
63
3.3.3.1. Tujuan Studi Literatur
63
3.3.3.2. Analisa Hasil Studi Literatur
63
3.3.4. Focus Group Discussion
64
3.2.3.1. Tujuan FGD
68
3.2.3.2. Analisa Hasil FGD
68
3.3.5. Eksperimen
69
3.3.5.1. Tujuan Eksperimen
69
3.3.5.2. Analisa Hasil Eksperimen
69
3.4. Logika Berpikir
74
BAB IV – KONSEP DESAIN 4.1. Luaran Perancangan
75
4.2. Konsep Desain
75
4.2.1. Produk
75
4.2.2. Segmentasi
76
4.2.3. Positioning
76
4.2.4. Consumer Needs
77
4.2.5. USP (Unique Selling Points)
77
4.2.6. Strategi Media
77
4.2.7. Sinematografi
78
4.2.8. Suara
79
4.2.8.1.Dialog
79
4.2.8.2.Musik Latar
80
4.3. Kriteria Desain
83
4.3.1. Strategi Konten
83
4.3.2. Strategi Visual
84
4.3.2.1.Gaya Gambar
84
4.3.2.2.Setting Lingkungan
85
4.3.2.3.Pewarnaan
85
4.3.2.4.Penokohan dan Karakter
87
4.3.2.5.Analisa Karakter
87
4.3.3. Strategi Komunikasi 4.3.3.1.Sinopsis dan Alur Cerita 4.4. Proses Desain
97 98 111
4.4.1. Desain Judul
111
4.4.2. Desain Karakter
112
4.4.3. Desain Environment
120
4.4.4. Scene
121
4.5. Konsep Perilisan
122
4.6. Konsep Pengembangan
126
BAB V – IMPLEMENTASI DESAIN 5.1. Karakter
127
5.2. Environment
132
5.3. Proses Produksi
133
5.3.1. Storyboard
133
5.3.2. Scene Preview
140
5.3.3. Teknik Animasi
141
5.3.3.1. Prinsip Animasi Yang Digunakan
141
5.3.3.2. Pengisi Suara
144
5.3.3.3. Sound Effect
148
5.3.3.4. Proses Animasi
150
BAB VI – KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
153
6.2. Saran
155
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Hasil survey The Asian Parent
1
Gambar 1.2
Alasan orang tua mengijinkan memakai gadget
2
Gambar 1.3
Bagan perbandingan media
4
Gambar 2.1
Sistem imunitas tubuh manusia
11
Gambar 2.2
Gambar logo IDAI
28
Gambar 2.3
Tampilan opening animasi How the body works yang menampilkan judul dan tokoh dalam animasi yaitu Chloe dan Nurb 30
Gambar 2.4
Tampilan animasi “The immune system explained” pada scene penyerangan makrofaga dan neutrofil terhadap bakteri
Gambar 2.5
Tampilan animasi “How a wound heals itself” pada scene penjelasan lapisan kulit 43
Gambar 2.6
Referensi sel-sel imun........................................................................47
Gambar 2.7
Bakteri
47
Gambar 2.8
Artis cilik Keisha Alvaro
48
Gambar 2.9
Referensi gambar bumi
50
Gambar 2.10 Referensi gambar peta dan tampak atas
51
Gambar 3.1
Diagram riset perancangan
53
Gambar 3.2
Guru kelas 3A SD Al-Hikmah, Ibu Irul
58
Gambar 3.3
Siswa SDN Blimbing 2, Carissa, Yuyun, & Irzam
59
Gambar 3.4
Peserta FGD : Edwar Julian Nograha (1), Unding Billa Darmanto (2), Muhammat Irzam A.W. (3), Sherin Dwi Nurmala (4), Yuyun Meila Saroh (5), Carissa Dwi Ariyanti (6) 66
Gambar 3.5
Suasana FGD ruang perpustakaan di SDN Blimbing 2
66
Gambar 3.6
Suasana FGD di SDN Blimbing 1
67
Gambar 3.7
Protokol cerita awal
70
Gambar 3.8
Perbaikan protokol cerita
70
Gambar 3.9
Protokol cerita final
71
Gambar 3.10 Eksperimen desain karakter Gambar 3.11 Eksperimen environment taman belakang rumah (1),
37
72
lapisan kulit (2), latar saat terinfeksi (3), latar sebelum terinfeksi (4)73 Gambar 3.11 Bagan logika berpikir
74
Gambar 4.1
Contoh ilustrasi untuk karakter imun (1), dan ilustrasi environment (2)
84
Gambar 4.2
Contoh gambar environment permukaan dan lapisan kulit
85
Gambar 4.3
Contoh scene setelah color grading & tone color grading
86
Gambar 4.4
Palet warna colourfull
86
Gambar 4.5
Gambar Dendritic Cell
88
Gambar 4.6
Referensi karakter Dendi
89
Gambar 4.7
Makrofaga
90
Gambar 4.8
Referensi karakter Mako
91
Gambar 4.9
Helper T-Cell
92
Gambar 4.10 Referensi karakter Helfi
93
Gambar 4.11 B Cell
94
Gambar 4.12 Referensi karakter Beti
95
Gambar 4.13 Memory Cell
96
Gambar 4.14 Referensi karakter Momo
97
Gambar 4.15 Sketsa desain judul
111
Gambar 4.16 Alternatif desain judul
111
Gambar 4.17 Desain judul terpilih
112
Gambar 4.18 Gambar dendritic cell
112
Gambar 4.19 Gambar sketsa alternatif karakter Dendi
112
Gambar 4.20 Gambar sketsa final karakter Dendi
113
Gambar 4.21 Gambar desain final karakter Dendi
113
Gambar 4.22 Gambar Macrophage
113
Gambar 4.23 Gambar sketsa alternatif karakter Mako
113
Gambar 4.24 Gambar sketsa final karakter Mako
114
Gambar 4.25 Gambar desain final karakter Mako
114
Gambar 4.26 Gambar Helper T-cell
115
Gambar 4.27 Gambar sketsa alternatif karakter Helfi
115
Gambar 4.28 Gambar sketsa karakter Helfi
115
Gambar 4.29 Gambar desain final karakter Helfi
115
Gambar 4.30 Gambar B-cell
116
Gambar 4.31 Gambar sketsa alternatif karakter Beti
116
Gambar 4.32 Gambar sketsa karakter Beti
116
Gambar 4.33 Gambar desain final karakter Beti
116
Gambar 4.34 Gambar Memory cell
117
Gambar 4.35 Gambar sketsa alternatif karakter Momo
117
Gambar 4.36 Gambar sketsa karakter Momo
117
Gambar 4.37 Gambar desain final karakter Momo
117
Gambar 4.38 Gambar Bakteri
118
Gambar 4.39 Gambar sketsa karakter Bakto
118
Gambar 4.40 Gambar desain final karakter Bakto
118
Gambar 4.41 Gambar Keisha Alvaro
119
Gambar 4.42 Gambar sketsa karakter Ardian
119
Gambar 4.43 Gambar desain final karakter Ardian
119
Gambar 4.44 Gambar environment halaman
120
Gambar 4.45 Gambar environment permukaan kulit
120
Gambar 4.46 Gambar environment lapisan kulit
120
Gambar 4.47 Gambar environment markas tim Imuno
121
Gambar 4.48 Gambar sketsa scene prolog
121
Gambar 4.49 Gambar sketsa scene Tips Trivia
122
Gambar 5.1
Karakter utama Momo, Helfi, Dendi, Beti, dan Mako
127
Gambar 5.2
Karakter pendukung Bakto, Ardian, dan Antibodi
127
Gambar 5.3
Tampilan karakter Dendi dalam berbagai perspektif
128
Gambar 5.4
Tampilan karakter Mako dalam berbagai perspektif
128
Gambar 5.5
Tampilan karakter Helfi dalam berbagai perspektif
129
Gambar 5.6
Tampilan karakter Beti dalam berbagai perspektif
129
Gambar 5.7
Tampilan karakter Momo dalam berbagai perspektif
130
Gambar 5.8
Tampilan karakter Bakto dalam berbagai perpektif
130
Gambar 5.9
Tampilan karakter Ardian dalam berbagai perspektif
131
Gambar 5.10 Tampilan karakter Antibodi
131
Gambar 5.11 Ilustrasi halaman
132
Gambar 5.12 Ilustrasi lapisan kulit.
132
Gambar 5.13 Scene preview prolog
140
Gambar 5.14 Scene preview pra perang
140
Gambar 5.15 Scene preview Tips Trivia
140
Gambar 5.16 Pose to pose Momo terbang
141
Gambar 5.17 Scene perang dengan timing slow motion
141
Gambar 5.18 Scene Ardian terjatuh
142
Gambar 5.19 Scene Ardian berjalan
142
Gambar 5.20 Scene Helfi berbicara pada Momo
143
Gambar 5.21 Scene Mako marah
143
Gambar 5.22 Ilustrasi karakter Dendi
144
Gambar 5.23 Rofiqi pengisi suara Dendi
145
Gambar 5.24 Fakih pengisi suara Mako
145
Gambar 5.25 Gina pengisi suara Helfi
146
Gambar 5.26 Luna pengisi suara Beti & Momo
146
Gambar 5.27 Imad pengisi Bakto
147
Gambar 5.28 Ade pengisi suara Ardian
147
Gambar 5.29 Proses pembuatan rigging karakter
151
Gambar 5.30 Proses animasi scene Ardian
151
Gambar 5.31 Proses penambahan musik latar
152
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Rangkuman animasi How the body works
30
Tabel 2.2
Rangkuman animasi The immune system explained 1
37
Tabel 2.3
Rangkuman Animasi How a wound heals itself
43
Tabel 4.1
Daftar musik latar
80
Tabel 4.2
Pola alur cerita setiap episode
110
Tabel 4.3
Rincian biaya perancangan
124
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan sumber daya alam serta budayanya yang beraneka ragam. Seiring berjalannya waktu bangsa ini akan membutuhkan generasi-generasi penerus untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan, melanjutkan pembangunan, serta menjaga dan melestarikan sumber daya alam dan juga budaya. Generasi penerus tersebut adalah anak-anak yang sedang berkembang saat ini. Agar masa depan bangsa menjadi lebih baik, generasi penerus harus dibentuk menjadi pribadi unggulan yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, bahagia, bermoral tinggi dan terpuji. Karena di masa depan mereka merupakan aset yang akan menentukan kualitas peradaban bangsa Indonesia. Perkembangan teknologi yang semakin pesat adalah salah satu faktor yang membuat anak-anak pada era ini lebih suka untuk memainkan alat-alat teknologi daripada bermain diluar bersama teman-temannya. Mereka memilih menghabiskan waktu libur atau waktu luangnya untuk bermain game atau sekedar menonton televisi. Berdasarkan hasil survey The Asian Parent, membuktikan bahwa 98% anak-anak di Asia Tenggara sudah menggunakan gadget.
Gambar 1.1. Hasil survey The Asian Parent Sumber : The Asian Parent, 2014
1
2
Alasan para orang tua mengijinkan anak-anaknya untuk menggunakan gadget adalah 80% untuk pendidikan. Namun ada beberapa hal lain yang menjadi kekhawatiran orang tua untuk mengijinkan anaknya menggunakan gadget, seperti alasan kesehatan, ketergantungan dan adanya konten-konten negatif yang bisa mempengaruhi perkembangan psikis anak.
Gambar 1.2. Alasan orang tua mengijinkan memakai gadget Sumber : The Asian Parent, 2014
Banyaknya konten-konten negatif di internet dan televisi saat ini sudah sangat transparan, sehingga anak-anak leluasa untuk melihat dan mengaksesnya. Selain itu program-program yang khusus dirancang untuk anak-anak pun masih dinilai kurang sesuai atau masih mengandung konten yang tidak seharusnya diberikan untuk anak. Berdasarkan hasil survey Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada periode MaretApril 2015 menunjukkan untuk program anak-anak, responden menilai kualitas program acara anak-anak masih kurang kualitasnya, dengan nilai 3,03 dari skala 15 dan minimal angka 4 untuk standar kualitas kelayakan. Selain itu juga hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati menyebutkan sejak 2008 hingga 2010, sebanyak 67% dari 2.818 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sekitar 24%
3
mengaku melihat pornografi melalui media komik, 22% melihat dari situs internet, 17% dari games , 12% melalui televisi, dan 6% lewat telepon genggam.1 Upaya peningkatan sumber daya manusia khususnya untuk generasi penerus bangsa harus dilakukan sejak dini, sistematis, dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Namun pada kenyataannya anak-anak sangat rentan terserang penyakit. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) tahun 2013 mengenai penyakit menular, mayoritas penderita adalah anak-anak dari usia 1 hingga 14 tahun dan yang bertempat tinggal di pedesaan memiliki presentase lebih tinggi daripada di perkotaan. Penyakit-penyakit menular tersebut dapat ditularkan melalui berbagai media yaitu dari udara seperti ISPA dan pneumonia, melalui makanan dan air seperti diare dan hepatitis, serta melalui vektor seperti malaria. Selain itu indikator status gizi anak-anak sekolah usia 5-12 tahun yang diukur berdasarkan BB (berat badan) dan TB (tinggi badan) termasuk kurang. Yaitu sebesar 30,7% terbilang pendek dan 11,2% terbilang kurus berdasarkan baku antropometri WHO 2007. Selain itu, fakta membuktikan nasib anak bangsa Indonesia masih sangat buruk dan mengenaskan. Gambaran ini dapat terlihat dari fakta dimana 5,4 juta anak Indonesia masih dalam kondisi terlantar, menurut data kementrian sosial.2 Selain berdasarkan data diatas, penulis juga melakukan penelitian melalui penyebaran kuesioner terhadap 240 anak SD di Surabaya. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa anak-anak masih melakukan hal-hal yang beresiko mengancam kesehatan tubuhnya, seperti tidak cuci tangan sebelum makan. Selain itu pola makan dan menu makan mereka masih kurang dari empat sehat lima sempurna, yaitu kurangnya konsumsi sayur dan susu. Mereka juga kerap jajan sembarangan yang tidak bergizi dan beresiko mengandung zat-zat yang berbahaya terhadap kesehatan tubuh. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner,
1
Vivanews.com 3 Oktober 2011 Antaranews.com 5 Juli 2011
2
4
sebanyak 122 responden menjawab selalu jajan di sekolah, 114 menjawab kadangkadang, dan hanya 4 responden yang menjawab tidak pernah. Untuk menjauhkan anak-anak dari konten-konten yang negatif, para pelaku pemerhati kesehatan sedang melakukan penelitian mengenai media pembelajaran yang sesuai dengan anak-anak untuk sekolah dasar, salah satunya adalah media animasi. Dalam wawancara oleh Tri Wahono, dosen Poltekkes Kemenkes Surabaya sekaligus seorang peneliti lapangan menyatakan bahwa anak usia emas merupakan usia yang diharuskan untuk diberi pembelajaran berupa mengajak keterlibatan mereka dalam mempelajari sesuatu, dalam pembelajaran hal yang harus dilibatkan adalah emosi anak kecil agar timbul kesadaran secara tak sadar.
Gambar 1.3. Bagan perbandingan media Sumber : Nuryahya 2015
Animasi serial online sebagai media hiburan yang bersifat masal dan viral, cepat sekali menyebar dan cepat menjadi populer. Melalui media animasi, mudah mengembangkan media-media lain sebagai pendukung media utama. Sehingga dengan konten yang bersifat animasi edukasi ini diharapkan bisa menjadi tayangan dengan nilai jual yang tinggi untuk diputar di media online seperti YouTube.
5
1.2
Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, ditemukan beberapa identifikasi masalah yang mendasari penulis untuk mengangkat judul ini sebagai riset desain, yaitu : 1. Hasil riset menunjukkan bahwa hanya 51% responden atau 122 anak yang tahu tentang imunisasi dan manfaatnya bagi tubuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak-anak akan topik kesehatan khususnya imunitas tubuh masih kurang. 2. Anak-anak masih kurang dalam berperilaku menjaga dan merawat kesehatan tubuhnya sendiri. Hal ini ditunjukkan pada hasil kuesioner bahwa hanya 54% dari total responden atau 130 anak yang selalu mencuci tangan sebelum makan dan selalu mengkonsumsi sayur dan vitamin. 3. Topik tentang kesehatan kurang diminati oleh anak-anak dikarenakan halhal berikut : -
Kebanyakan materi kesehatan disajikan dalam bentuk media cetak.
-
Anak-anak tidak suka atau malas membaca terlalu banyak tulisan.
-
Bahasa yang digunakan terlalu baku dan deskriptif.
-
Materi yang disampaikan terlalu kompleks dan berat.
4. Para orang tua saat ini masih cenderung memilihkan bacaan komik umum atau memilihkan video hiburan dan game, dibandingkan dengan buku pengetahuan dan video edukasi. 5. Anak-anak cenderung menghabiskan waktu luangnya dengan bermain dengan gadget seperti smartphone, laptop maupun tablet milik orang tua ataupun miliknya sendiri untuk bermain game dan menonton video. 6. Banyak video hiburan dan game yang mengandung konten negatif dan tidak sesuai untuk anak. 7. Perlu adanya sebuah media edukasi yang mampu mengajarkan kepada anak–anak usia sekolah dasar tentang topik kesehatan, dimana media tersebut bisa digunakan oleh anak untuk belajar secara mandiri.
6
1.3
Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan adanya batasan masalah yang akan dikerjakan, yaitu : 1. Perancangan ini membahas dan mengerjakan animasi sebagai media utama edukasi untuk siswa tingkat pendidikan dasar atau anak usia 710 tahun. 2. Konten edukasi yang disajikan adalah : -
Pentingnya menjaga kesehatan
-
Pengenalan sel-sel imun
-
Fungsi dan tugas masing-masing sel imun
-
Proses sel imun dalam melawan infektan
-
Jenis-jenis infektan yang bisa menyerang tubuh
-
Organ-organ tubuh manusia
-
Faktor-faktor yang bisa menyebabkan tubuh terjangkit penyakit
-
Kiat-kiat menjaga kesehatan tubuh
3. Perancangan ini membahas tentang desain visual pada animasi yang dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang sistem kerja imunitas tubuh. 4. Perancangan fokus pada desain ilustrasi karakter sel imun yang terpilih dan setting tempat di dalam tubuh manusia. 5. Menggunakan 3 perangkat lunak yaitu Adobe Photoshop dan Adobe Illustrator untuk membuat ilustrasi yang digunakan sebagai aset animasi, serta Adobe After Effect untuk pemrograman animasi. 6. Animasi akan menggunakan bahasa Indonesia. 7. Contoh kasus yang akan dibahas dalam perancangan ini, untuk animasi serial episode 1 membahas tentang sistem kerja imunitas tubuh dalam menangani infeksi yang terjadi pada kulit. 8. Perancangan tidak mencakup studi proses dan sistem distribusi.
7
1.4
Rumusan Masalah Dari permasalahan yang telah disebutkan maka dapat dirumuskan masalah yang akan diangkat adalah “Bagaimana merancang animasi serial sebagai media edukasi sistem imunitas tubuh yang mudah dipahami dan menyenangkan untuk anak usia 7-10 tahun?”
1.5
Tujuan Perancangan Tujuan yang diharapkan dari perancangan animasi serial sebagai media edukasi sistem imun ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan anak Indonesia mengenai sistem kerja imunitas tubuh. Anak akan paham bagaimana proses pertahanan tubuhnya terhadap penyakit dan mendorong anak untuk lebih peka terhadap kesehatan tubuhnya sendiri.
1.6
Manfaat Perancangan Berdasarkan tujuan perancangan yang telah disebutkan, adapula manfaat yang diperoleh setelahnya, yaitu : 1.6.1 Manfaat Teoritis -
Hasil perancangan diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi bagi perkembangan ilmu desain komunikasi visual.
1.6.2
Manfaat Praktis -
Hasil penelitian dari perancangan animasi serial edukasi tentang sistem imunitas tubuh dapat menjadi acuan bagi anak-anak Indonesia untuk lebih mengetahui sistem imunitas tubuh.
1.7
Ruang Lingkup Untuk memperjelas rana kerja, maka dibuat batasan-batasan masalah dalam pelaksanaan tugas akhir ini, yaitu :
8
1.7.1
Ruang Lingkup Studi Dalam perancangan desain ini studi yang harus dilakukan adalah mengenai proses perancangan animasi yang layak serta orisinil melalui : 1. Studi Literatur -
Studi tentang komunikasi dan psikologi perkembangan anak
-
Studi tentang animasi dan prosesnya
-
Studi mengenai ilmu imunologi
2. Studi Eksisting -
Mencakup studi tentang video animasi dengan konten serupa yang sudah ada
3. Studi Animasi -
Mempelajari hal-hal penting dalam pembuatan animasi terutama animasi dua dimensi. Diawali dengan studi ilustrasi yang sesuai dengan target audiens kemudian dilanjutkan dengan studi animasi yang meliputi storyboard, efek suara, efek transisi dan lain sebagainya.
1.7.2
Ruang Lingkup Output 1. Bentuk desain yang akan dihasilkan dari perancangan ini adalah video animasi serial sistem imunitas tubuh untuk anak tingkat pendidikan sekolah dasar yang berduasi 7 sampai 10 menit tiap episodenya. Video animasi yang dihasilkan berupa animasi serial yang menyampaikan tentang sistem kerja imunitas tubuh menggunakan ilustrasi digital dua dimensi serta penambahan narasi komunikasi ajakan yang interaktif dan lebih diminati audiens. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia komunikasi sehari–hari dan sedikit penjelasan istilah ilmiah agar mudah untuk dipahami anak–anak.
9
2. Penulis memfokuskan pada informasi-informasi mengenai kinerja sistem imun dalam mempertahankan kesehatan tubuh dari pengaruh luar, tidak termasuk karena faktor keturunan atau genetik. 3. Media sosial pendukung seperti official account pada Facebook, Instagram, Pinterest dan YouTube yang berisikan promosi baik dalam bentuk video teaser, poster dan lainnya.
10
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB II STUDI ACUAN
2.1 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan landasan-landasan teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Landasan teori ini akan digunakan sebagai bahan acuan dalam merancang media pembelajaran. Adapun dasar-dasar teori yang digunakan adalah sebagai berikut. 2.1.1
Sistem Imunitas Tubuh
Gambar 2.1. Sistem imunitas tubuh manusia Sumber : google.images.com
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
11
12
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat diperlukan bagi tubuh kita. Sistem imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas : a.
Pertahanan lini pertama tubuh, merupakan bagian yang dapat dilihat oleh tubuh dan berada pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air liur, bulu hidung, keringat, cairan mukosa, rambut.
b.
Pertahanan lini kedua tubuh, merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti timus, limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/ leukosit, antibodi, dan hormon.1 Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan
masuknya virus, bakteri, jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit, hidung, mulut, atau bagian tubuh lain. Sistem imun kita tersebar di seluruh tubuh dan tidak berada di bawah perintah otak, tetapi bekerja melalui rangkaian informasi pada tiap bagian dari sistem imun. Jumlah sel-sel imun lebih banyak 10 kali lipat dari sistem saraf dan mengeluarkan empat puluh agen imun yang berbeda-beda untuk melindungi tubuh dari penyakit. Sistem pertahanan tubuh pada manusia
1
Academia.edu. Definisi Sistem Imun. http://www.academia.edu/7294780/Definisi_Sistem_Imun. Diakses pada 29 Oktober 2015, jam 14.15.
13
atau lebih kita kenal sebagai sistem imun sering diartikan sebagai suatu efektor dalam menghalau ‘musuh’ yang terdiri atas zat asing yang akan memasuki tubuh. Istilah “Imun” berasal dari suatu istilah pada era Romawi yang berarti suatu keadaan “bebas hutang”. Dengan demikian, sistem imun lebih tepat diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin terjalinnya komunikasi antara manusia dan lingkungan yaitu media hidupnya secara setara dan tidak saling merugikan.
2.1.1.1 Fungsi Sistem Imun Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai berikut :
Penangkal “benda asing” yang masuk ke dalam tubuh.
Untuk
keseimbangan
fungsi
tubuh
terutama
menjaga
keseimbangan komponen tubuh yang telah tua.
Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi atau ganas, serta menghancurkannya.
Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus serta sel tumor) yang masuk ke dalam tubuh.
Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
2.1.1.2 Pembagian Sistem Imun
Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap Pertama Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga disebut kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau
14
penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi penghalang bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh glandula sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzim yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.
Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap Kedua Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil, acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia (kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit, sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut. Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis.
15
Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodia-nya dan membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru (alveolar macrophage), hati (sel-sel Kupffer), ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel–sel microgial), jaringan penghubung (histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/ Eosinofil berperan dalam menghadapi parasitparasit besar. Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh selsel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
Pertahanan Spesifik : Imunitas Diperantarai Antibodi Untuk respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder. Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel
16
limfosit B. Semua Limfosit B segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer. Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit B bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.
Pertahanan Spesifik : Imunitas diperantarai Sel Untuk respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang berperan penting adalah limfosit T. Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan oleh suatu sel yang tidak bersalah (biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna
17
dan materialnya ditempel pada permukaan sel yang tidak bersalah tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun akan dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T yang sedang berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit T terangsang untuk mencocokkan antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit T memiliki antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu mengetahui bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk menghancurkan sel tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu akan lepas dari sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin 2, yang berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik. Kemudian, Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel yang terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga isinya keluar dan mati.
Jenis-Jenis Antibodi Antibodi
adalah
protein
berbentuk
Y
dan
disebut
Immunoglobulin (Ig), hanya dibuat oleh limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir lengan huruf Y. Bentuk lengan ini akan menentukkan beberapa macam Ig yang ada, yaitu IgM, IgG, IgA, IgE, dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah antibodi yang pertama kali muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari kemudian. Limfosit B akan membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan untuk mengaktifkan limfosit T saat antigen menyerang.
18
Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak dengan cara mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel yang ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh Makrofag. Antibodi mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya menjadi lebih mudah menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi. IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein yang mempunyai kemampuan untuk memecah membran sel. IgM dan IgG bekerja paling maksimal dalam sistem sirkulasi, IgA dapat keluar dari peredaran darah dan memasuki cairan tubuh lainnya. IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada permukaan mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak penyakit. IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh bayi. IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon imun. IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan besar merespon infeksi dari protozoa dan parasit. Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses penghancutan oleh mekanisme opsonisasi, aglutinasi, presipitasi atau fiksasi komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses fagositosis dari komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu proses lisis dari protein komplemen pada bakteri atau virus. 2.1.2
Penyakit yang Bisa Disembuhkan Sendiri oleh Tubuh Tidak semua penyakit butuh obat, sebab tubuh punya mekanisme alami untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Agar tidak terjebak
19
dalam konsumsi obat yang berlebihan dan tidak rasional, kenali penyakitpenyakit yang bisa sembuh sendiri. Hampir semua jenis penyakit yang sifatnya akut (berlangsung singkat, tidak menahun) merupakan self limiting disease artau penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Beberapa di antaranya dipicu oleh gangguan pada mekanisme alami tubuh manusia, namun sebagain besar disebabkan oleh virus. Berbeda dengan infeksi bakteri, infeksi virus tidak bisa diobati dengan antibiotik. Dikutip dari chestofbooks, Senin (7/1/2011), infeksi virus akan sembuh dengan sendirinya karena sistem kekebalan tubuh akan membentuk perlawanan untuk membunuh dan menyingkirkan virus-virus tersebut.2 Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang termasuk self limiting disease dan tidak membutuhkan obat khusus selain untuk mengatasi gejala yang menyertainya. 1. Cacar air Penyakit yang lebih sering menyerang anak kecil ini dipicu oleh infeksi virus varicella-zoster. Gejala cacar air atau chickenpox antara lain gatal-gatal, bentol kemerahan di sekujur tubuh dan disertai demam tinggi. Meski pada anak sehat bisa sembuh dengan sendirinya, cacar air bisa juga menyebabkan komplikasi yang mematikan. Meskipun tetap diberi antivirus, pengobatan untuk penyakit ini lebih banyak ditujukan untuk mengatasi gejala dan mencegah infeksi penyerta. Misalnya penurun panas untuk mengatasi demam, kalamin untuk mengurangi gatal dan antiseptik untuk mandi atau membersihkan tubuh.
2
detikHealth.com
20
2. Flu dan pilek Common cold atau pilek ditularkan oleh virus influenza, bukan oleh bakteri seperti yang diduga oleh sebagian orang. Oleh karena itu, antibiotik tidak perlu diberikan apabila tidak disertai radang maupun demam yang mengindikasikan adanya infeksi penyerta oleh bakteri. Pemberian antibiotik sering tidak ada gunanya, karena pengobatan yang lebih dibutuhkan pada flu dan pilek adalah obatobat simptomatik atau pengurang gejala. Misalnya dekongestan untuk melegakan tenggorokan, antialergi untuk bersin-bersin dan pereda batuk jika diperlukan. Suplemen multivitamin juga penting untuk diberikan dalam kondisi seperti ini, karena bisa meningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh. Secara alami, sistem imun yang sehat dengan sendirinya akan membentuk perlawanan terhadap virus flu. 3. Batuk yang tidak disertai radang Batuk merupakan mekanisme alami dalam tubuh untuk menyingkirkan benda asing dari saluran pernapasan. Tanpa harus diobati, umumnya batuk akan berhenti ketika rangsangan benda asing itu sudah hilang. Batuk baru butuh antitusif atau pereda batuk jika sangat mengganggu aktivitas dan memicu radang karena tidak sembuhsembuh. Jenis batuk produktif yang disertai dahak bahkan tidak boleh dihentikan, namun perlu diberi ekspektoran atau pengencer dahak agar pengeluaran lendir-lendir tersebut bisa berlangsung lebih lancar.
21
4. Diare nonspesifik Diare dibagi menjadi 2 jenis yakni diare spesifik dan diare nonspesifik. Diare spesifik disebabkan oleh infeksi bakteri, sementara diare nonspesifik merupakan mekanisme alami untuk mengeluarkan benda asing yang dianggap berbahaya oleh saluran pencernaan. Diare spesifik ditandai dengan demam dan didiagnosis berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Obat yang perlu diberikan untuk jenis diare yang satu ini adalah antibiotik, dengan jenis dan kekuatan yang disesuaikan dengan jenis bakteri dalam hasil pemeriksaan. Sementara diare nonspesifik yang terjadi antara lain setelah makan cabai terlalu banyak, tidak perlu diobati karena akan sembuh dengan sendirinya. Selama dirasa belum terlalu mengganggu aktivitas, kondisi ini cukup diatasi dengan oralit untuk mengantisipasi dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh. 5. Alergi gatal-gatal Meski beberapa jenis obat antihistamin atau antialergi bisa dibeli dengan bebas, bukan berarti obat ini harus digunakan setiap kali mengalami gatal-gatal karena alergi. Reaksi alergi hanya terjadi jika ada faktor pemicu, sehingga langkah paling tepat adalah menghindari hal-hal yang memicunya. Obat antihistamin sebaiknya hanya dikonsumsi jika faktor pemicu alergi memang tidak terhindarkan, misalnya cuaca dingin. Jenis-jenis makanan tertentu jika masih bisa dihindari maka lebih baik dihindari saja daripada harus minum obat.
22
6. Jerawat bintik putih Banyak yang menawarkan obat-obatan untuk menghilangkan jerawat atau Acne vulgaris di wajah. Padahal selama tidak disertai infeksi, jerawat biasa yang sering memiliki bintik putih di dalamnya akan hilang jika kebersihan dan kadar minyak di permukaan kulit selalu terkendali. Sebagian besar jerawat bisa disebabkan oleh penyumbatan kelenjar minyak oleh kotoran maupun bekas make-up yang tidak dibersihkan. Fungsi minyak sendiri adalah menjaga kelembaban kulit agar tidak kering dan pecah-pecah. 7. Molluscum Contagiosum Penyakit kulit yang dicirikan dengan benjolan-benjolan (papulla) bening dan berair ini disebabkan oleh infeksi virus dan lebih banyak menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa. Karena ditemukan juga di sekitar alat kelamin dan bisa menular lewat kontak langsung, penyakit ini sering dikira penyakit menular seksual. Meski tidak berbahaya, benjolan-benjolan itu bisa pecah bila tergores atau digaruk sehingga membuka pintu untuk terjadinya infeksi pada bekas luka. Namun bagi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, penyakit kulit ini bisa sembuh sendiri dalam waktu 6-12 bulan. 8. Chikungunya Penyakit ini disebabkan oleh jenis virus bernama Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya antara lain demam tinggi sampai menggigil yang disertai rasa ngilu yang menusuk hingga ke otot dan tulang sehingga disebut juga flu tulang.
23
Meski gejalanya sangat parah, virus yang menyebabkan penyakit ini tidak dibasmi sehingga obat yang diberikan hanya untuk mengatasi gejala seperti diberi penurun panas untuk mengatasi demamnya. Untungnya, gejala ini hanya berlangsung antara 5-10 hari dan akan sembuh dengan sendirinya. 9. Hand, foot and mouth disease (HFMD) Penyakit tangan, kaki dan mulut disebabkan oleh infeksi berbagai jenis virus dari keluarga Picornaviridae terutama Enterovirus 71 (EV-71). Virus ini lebih banyak menyerang bayi dan anak-anak terutama pada musim panas. Gejala yang menyertai penyakit ini adalah demam dan ruam seperti herpes di sekitar tangan, kaki dan mulut. Umumnya gejalagejala tersebut akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari dan tidak meninggalkan bekas apapun. 10. Kikuchi-Fujimoto disease Sesuai namanya, penyakit yang disebabkan oleh virus EpsteinBarr (EBV) ini ditemukan oleh Dr Masahiro Kikuchi dan Y Fujimoto pada tahun 1972. Gejalanya adalah demam yang disertai pembengkakan di leher akibat adanya pelebaran pada pembuluh limpa. Penyakit langka yang lebih banyak ditemukan di wilayah Asia ini sering menyerang kaum muda khususnya wanita pada rentang usia 20-30 tahun. Obat yang diberikan hanya bertujuan untuk mengatasi demam sementara untuk infeksinya belum ada obatnya, namun akan sembuh dengan sendirinya.
24
2.1.3
Karakteristik Anak Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memiliki kemampuan memahami konsep konservasi (concept of conservacy), yaitu meskipun suatu benda berubah bentuknya, namun masa, jumlah atau volumenya adalah tetap. Anak juga sudah mampu melakukan observasi, menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentris sebelumnya. Anak lebih tertarik pada buku yang isinya mempunyai gambar dibandingkan dengan buku yang penuh dengan tulisan, dalam hal ini gambar (visual) lebih menarik daripada kata-kata (verbal). Beberapa tokoh kartun dalam bentuk cerita akan menumbuhkan minat dan ketertarikan sang anak disebabkan tokoh-tokoh yang ia kenal. Biasanya anak akan cenderung meniru tokoh yang diidolakannya. Penggunaan tokoh-tokoh tersebut dapat mengubah perilaku dan perhatiannya pada pelajaran yang sedang diberikan. Tokoh pendidikan prasekolah, Frobel, menyatakan bahwa imajinasi merupakan dunia anak. Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai dengan imajinasi anak. Misalnya, penggaris yang dipegangnya dianggap sebagai pesawat terbang. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa akan lebih mudah untuk menyampaikan suatu informasi kepada anak dengan cara memberikan gambaran yang sesuai atau serupa dengan imajinasi yang ada di pikiran mereka tentang hal tersebut. Robert Epstein, Ph.D., seorang psikolog anak menambahkan bahwa sebetulnya setiap manusia memiliki kemampuan kreatifitas. Semakin sering kita mengikuti pelatihan yang mengasah kreatifitas semakin baik potensi kreatifitas yang dimiliki.3 Karakteristik anak pada perancangan animasi ini disebut sebagai digital native. Ini kelompok-kelompok yang berusia dibawah 12 tahun dan lahir di saat internet sudah ada. Di sekolah, mereka sudah menggunakan
3
Sigmetris.com. Tahap Kreatifitas: bermain-main dengan Aljabar. http://sigmetris.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=20. Diakses pada 30 Okt 2015
25
internet. Mereka sudah berhubungan erat dengan internet dan mobile. Pengaruhnya adalah pembentukan karakter anak. Anak-anak sekarang telah mengenal facebook, game online dan sebagainya. Anak-anak yang seperti itu, terutama yang berusia 10-12 tahun, punya kebebasan mengekspresikan diri dalam belajar. Berikut adalah karakteristik anak yang lainnya: 1. Suka mengoleksi sesuatu. Anak-anak adalah kelompok pasar yang senang mengoleksi sesuatu. Mereka mengoleksi mulai dari gambar sampai mainan. 2. Suka klub/komunitas. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun menyukai komunitas. Mereka senang berada dikelompok-kelompok dimana mereka bisa bermain bersama (klub). 3. Menurut pada guru Guru adalah sosok yang terhormat di mata anak-anak. Mereka lebih takut kepada guru dibandingkan kepada orangtua. 2. Mudah terpengaruh teman Sekolah bisa menyita anak sampai sekitar sembilan jam perhari, jadi pengaruh teman-teman berdampak luar biasa. Anak-anak cenderung ingin berkelompok dan meniru. 3. Mengikuti gaya orang dewasa Anak-anak dalam proses pencarian jati diri. Itulah sebabnya mereka mencari role model lewat orang dewasa. Mereka berkeinginan mendapatkan barang-barang yang dimiliki orang dewasa. Mereka menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. Di usia ini anak masuk dalam fase praoperasional atau stadium pralogika yang ditandai dengan cara berpikir egosentris dan didominasi khayalan-khayalan. Anak berpikir dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mau diintervensi oleh orang lain. Pemikirannya kerap terkesan ajaib,
26
terutama saat melihat banyak hal yang aneh seperti nonton film Superman yang bisa terbang, mengangkat pesawat terbang dan mengeluarkan cahaya dari matanya. Kemudian lewat imajinasinya anak akan mengekspresikan khayalan-khayalannya, semisal dengan bermain peran menjadi pendekar, Putri Salju, peri baik hati, dan sebagainya. Perlu stimulasi terus agar kreativitasnya lewat khayalan-khayalan bisa tersalurkan dengan baik. 2.1.4 Storytelling Untuk Anak Storytelling atau mendongeng dapat digunakan untuk mendidik anak. Dongeng dapat mengembangkan imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam, memuaskan kebutuhan ekspresi diri, menanamkan pendidikan tanpa harus menggurui, menumbuhkan rasa humor yang sehat, mempersiapkan apresiasi sastra dan memperluas cakrawala khayalan anak. Manfaat mendongeng atau bercerita : 1. Membangun kedekatan sosial emosional antara pendidik dengan anak 2. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif 3. Mengembangkan pola berpikir kritis dan imajinasi 4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi personal yang baik 5. Membantu proses motorik halus peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita 6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin 7. Sarana hiburan dan penarik perhatian 8. Sarana membangun watak mulia Hadirnya tokoh-tokoh di dalam cerita yang disajikan mampu membangkitkan daya
imajinasi anak, selanjutnya dengan daya
imajinasinya anak akan memproses cerita dan kemudian mengidentifikasi tokoh dalam diri anak. Misalnya si Kelinci yang cerdik, si Singa yang
27
jahat, dan lain-lain. Semua diharapkan dapat merangsang pembentukan pribadi yang positif khususnya agi anak. Menurut Agus DS salah satu master of storytelling Indonesia, ada beberapa cara mendongeng untuk anak, antara lain : 1. Pilihlah cerita yang baik dan sesuai untuk anak. Usahakan mengangkat cerita yang mengandung pesan moral. Hindari cerita yang mengandung SARA. 2. Suara dan pengucapan harus jelas, jangan bergumam. 3. Gunakan kosakata atau kalimat yang sederhana, mudah dimengerti dan dipahami. 4. Jangan sampai menyinggung perasaan audiens dari hal yang paling kecil sekalipun. 5. Ciptakan/kembangkan perasaan senang/gembira, karena pada dasarnya mendongeng adalah menghibur. 6. Mulailah mendongeng dengan diawali percakapan ringan, misalnya seputar kabar, keadaan atau hal-hal yang baru saja dialami. Bisa juga tentang cita-cita, bahkan mungkin hal yang paling dekat dengan tempat tinggal audiens. 7. Alangkah baiknya bila seorang pendongeng tidak mengulang kata-kata seperti ”Mengerti kalian?” atau ”Ngerti Nggak?” sehinga audiens tidak merasa mendengarkan dongeng tapi mendengar ceramah atau bimbingan. Sebelum mendongeng atau bercerita, sebaiknya pahami dulu cerita apa yang hendak disampaikan, sesuaikan dengan karakter anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat harus mempertimbangkan materi ceritanya. Menurut pakar pendidikan Prof Dr. Arief Rahman, MPd anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya menari-nari. Berikut cara memilih cerita :
28
1. Sampai usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti : Si wortel, Tomat yang hebat, Anak ayam yang manja, Kambing gunung dan kambing gibas, Anak nakal tersesat di hutan rimba, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya. 2. Usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti : Perjalanan ke planet biru, Robot pintar, Anak yang rakus, dan sebagainya. 3. Usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti : Persahabatan si pintar dan si pikun, Karni juara menyanyi dan sebagainya. 2.1.5 Animasi Edukasi Animasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah acara televisi yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yang digerakkan secara mekanik elektronis sehingga tampak di layar menjadi bergerak. Sedangkan edukasi menurut KBBI adalah (perihal) pendidikan; proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Jadi, animasi edukasi adalah penyampaian pendidikan atau pengajaran yang melalui media animasi. 2.2 Studi Eksisting 2.2.1
Profil Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Gambar 2.2. Gambar logo IDAI Sumber : idai.or.id
29
Alamat : Jl. Salemba I no. 5, Jakarta Pusat, 10430 Indonesia
Pimpinan
Visi
: DR.Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K)
: -
Terbentuk
komunitas dokter spesialis
anak
yang
profesional, berkualitas tinggi dengan standar global, selalu memperhatikan etik profesi kedokteran, dan mengabdikan
dirinya
untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia.
Misi
: -
Menjadi mitra yang handal dan konsisten dalam menunjang upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia.
-
Menjadi
pelopor
dalam
pengembangan
pelayanan
kesehatan anak. -
Meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan anak di seluruh wilayah Indonesia.
-
Menyempurnakan sistim pendidikan dokter spesialis anak Indonesia.
-
Mewujudkan terlaksananya pendidikan pengembangan profesi anggota secara berkesinambungan.
-
Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian ilmu dasar, klinis dan lapangan yang berkaitan dengan kesehatan anak.
-
Membina profesionalisme, memberikan perlindungan hukum, dan meningkatkan kesejahteraan anggota.
30
2.2.2
Animasi Eksisting
1. How The Body Works
Gambar 2.3. Tampilan opening animasi How the body works yang menampilkan judul dan tokoh dalam animasi yaitu Chloe dan Nurb. Sumber : kidshealth.org Tabel 2.1. Rangkuman animasi How the body works
Produksi
: KidsHealth
Format
: Animasi serial, 7 menit 25 detik, teknik 2 dimensi
Aspek Naratif Tema
: How your immune system works
Karakter tokoh
: 1. Chloe Seorang anak perempuan berambut biru yang khas dan selalu memakai kaos berwarna jingga serta kacamata dengan warna senada. Tingkah lakunya periang dan suka mencari tahu. 2. Nurb Sebuah karakter imajinasi berjenis kelamin laki-laki yang memiliki kulit berwarna ungu dan selalu memakai baju warna biru. Tingkah lakunya kocak, usil, periang, dan memiliki pengetahuan yang luas tentang kesehatan.
31
Kebanyakan karakter ini menjadi sosok narator dari cerita animasi. Sinopsis cerita
: (Babak Permulaan) Nurb yang sedang santai mengirup bunga di taman Bodylandia. Lalu datanglah Chloe dengan penampilan yang mengerikan sehingga membuat Nurb kaget karena mengiranya sebagai zombie. Menyadari bahwa itu bukan zombie melainkan Chloe yang sedang sakit, Nurb berniat untuk mengobati Chloe. Nampak Chloe terbaring di tempat tidur, lalu muncul Nurb yang berperan sebagai dokter yang akan mengobati Chloe. Nurb memberikan analisa penyakit dan himbauan untuk memakan sup ayam yang telah disiapkan dan beristirahat yang banyak. Untuk membantu Chloe agar lekas tidur, Nurb membacakan cerita dongeng tentang pertarungan sistem imun. (Babak Pertengahan) Di dalam dongeng diceritakan Chloe adalah seorang ratu/putri dari sebuah kerajaan yang memiliki kastil berbentuk seperti badan Chloe. Kemudian
datanglah
sekawanan
musuh
menyerang yang terdiri macam-macam dari Virus, Bakteri, Jamur, dan Parasit yang ingin mengambil alih kastil tersebut. Chloe mengumpulkan anggota konsulat kerajaan untuk menyusun rencana pertahanan.
32
Anggota konsulat tersebut terdiri dari alat suntik vaksin yang memberi nasehat untuk melakukan vaksin atau imunisasi, telapak tangan yang memberi nasehat untuk sering mencuci tangan, apel yang memberi saran untuk makan-makanan yang bernutrisi, sepasang kaki yang menyarankan untuk
rutin
berolahraga,
snoozer
yang
menyarankan untuk beristirahat cukup setiap hari, dan stetoskop yang memberi nasehat untuk melakukan cek kesehatan. Tiba-tiba datang karakter liver masuk ke dalam ruang konsul dan memberitahukan bahwa kastil telah diserang oleh musuh. Mendengar hal itu Chloe memohon untuk datangnya seorang pahlawan.
Seketika
datanglah
Nurb
yang
memakai maju zirah dan membawa pedang kecil berperan sebagai pahlawan yang dinantikan oleh Chloe. Nurb memanggil pasukan imun yang terdiri dari sel darah putih dan fagosit. Setelah memerintahkan pasukan imun untuk menyerang, Nurb
menjelaskan
letak
lokasi
terjadinya
pertarungan sel imun dan sel infektor melalui sebuah gambar ilustrasi tubuh Chloe. Untuk membantu penyerangan tim imun menang, Nurb meminta bantuan pada karakter kakek penyihir Nurb yang memberi obat antibiotik ke tubuh kastil.
33
(Babak Penutup) Pada kehidupan nyata Chloe mulai merasa lelah dan mengantuk, Nurb menjelaskan bahwa itu adalah efek dari pertarungan sistem imun yang membuat tubuh menjadi kelelahan. Dan langkah yang terbaik adalah dengan istirahat yang cukup melalui tidur. Seketika itu Chloe langsung tertidur pulas. Nurb pun menyelesaikan dongengnya yang berakhir
pada
kemenangan
pasukan
imun
mempertahankan kastil dari serangan. Plot cerita
:
Nurb yang membantu Chloe agar sembuh dari penyakitnya dengan membacakan cerita dongeng, dimana di dalam dongeng tersebut mereka juga menjadi salah satu karakternya. Dongeng itu menceritakan tentang pertarungan sistem imun tubuh manusia yang diibaratkan sebagai sebuah kastil kerajaan yang diserang oleh musuh, dan sel-sel imun merupakan pasukan yang melindungi kerajaan tersebut. Plot cerita menggunakan pola linier-maju.
Nilai edukasi
: Sistem imun melindungi tubuh dari ancaman penyakit.
Mise-en-Scene Setting
: Taman, kamar, kastil kerajaan, ruang di dalam kastil
Kostum
: 1. Pada babak permulaan Chloe menggunakan baju khas mereka yaitu kaos dan kacamata berwarna jingga yang dipakai sebagai bando,
34
serta rok berwarna biru dongker. Sedangkan Nurb memakai baju terusan berwarna biru. 2. Pada scene kedua Nurb memakai jas seragam dokter
berwarna
putih
lengkap
dengan
stetoskop. 3. Pada babak pertengahan yaitu di dalam dongeng, Chloe memakai baju rok terusan berwarna biru dan mahkota emas. Sedangkan Nurb tetap memakai baju khas terusan berwarna biru dengan tambahan atribut helm besi khas baju zirah dan membawa pedang. Visual
: Menggunakan kualitas 2D yang standar, tetapi gerakan dan suasana yang ditampilkan sudah cukup bagus dan luwes. Visual digambarkan dengan warna-warna cerah yang mayoritas adalah warna ungu, coklat, dan hijau.
Pencahayaan/Tone : Pada episode ini hanya menggunakan satu jenis pencahayaan yaitu cahaya pada siang hari. Akting pemain
: 1. Chloe terkulai lemah dan patuh akan instruksi dari Nurb yang berperan sebagai dokter. Sedangkan pada dongeng, Chloe menjadi ratu yang bijaksana dan pemberani. 2. Nurb terlihat peduli pada keadaan Chloe yang sedang sakit. Sedangkan pada dongeng dia menjadi sosok komandan perang yang berani namun sedikit iseng dan kocak.
Sinematografi Aspek kamera / : Format yang digunakan adalah HDTV (23 fps film
dengan resolusi 1280x720 pixel).
35
Framing
: 1. Pengambilan
angle
kamera
banyak
menggunakan sudut pandang normal. 2. Pergerakan kamera menggunakan still. 3. Komposisi gambar menggunakan komposisi simetris, dimana obyek terletak di tengah frame, dan juga proporsi ruang kanan dan kiri frame seimbang Editing
: Transisi antar scene hanya menggunakan cut-to
Suara Dialog
: Dialog menggunakan bahasa Inggris.
Musik
: 1. Suara latar digunakan ketika Nurb mencium bau bunga dan saat scene perang di kastil kerjaan. 2. Suara efek yang digunakan adalah suara sehari-hari seperti suara suara membuka buku, suara menguap, suara hentakan kaki, dan lainlain.
Kelebihan dan Kekurangan Keunikan
: Setting
latar dan karakter imajinasi
yang
merupakan ilustrasi atau penggambaran kreatif dari sesuatu yang ada di kehidupan nyata. Kelebihan
: Cerita yang ditampilkan animasi ini mudah dicerna oleh anak karena materi imun disajikan dalam bentuk cerita dongeng dengan berbagai kiasan. Misalnya kastil kerajaan yang dikiaskan sebagai tubuh dan musuh yang menyerang adalah patogen yang dapat menginfeksi.
36
Kekurangan
: Materi akan sistem masih kurang mendalam, yang disajikan pada animasi ini hanyalah sebagian kecil dari sistem kerja imunitas tubuh yang sebenarnya.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi acuan dari animasi “How The Body Works” pada perancangan ini :
Animasi diawali dengan tampilan judul nama animasi serta judul episode yang ditampilkan
Animasi pembuka diiringi dengan musik backsound
Terdapat animasi prolog yang menjelaskan sebab terjadinya sebuah penyakit atau prolog mengapa diperlukan sebuah penjelasan tentang materi konten animasi
Menggunakan karakter manusia dan karakter imajinatif
Ilustrasi pada animasi menggunakan gaya gambar kartun 2 dimensi
Setting animasi di tempat dengan ilustrasi imajinatif yang mengacu pada tubuh manusia yang sesungguhnya
Penyampaian materi menggunakan alur cerita petualangan
Penggambaran sel-sel tubuh dan infektor mengacu pada bentuk aslinya yang kemudian diilustrasikan menjadi karakter yang humanoid atau menyerupai manusia
Terdapat tips-tips untuk menjaga kesehatan
Animasi diakhiri dengan after credit yang menampilkan logo studio animasi dan logo stakeholder yang memproduksi animasi ini
37
2. The Immune System Explained I – Bacteria Infection
Gambar 2.4. Tampilan animasi “The immune system explained” pada scene penyerangan makrofaga dan neutrofil terhadap bakteri Sumber : kurzgesagt Tabel 2.2. Rangkuman animasi The immune system explained 1
Produksi
: Kurzgesagt
Format
: Animasi serial, 6 menit 48 detik, teknik 2 dimensi
Aspek Naratif Tema
: Bacteria infection
Karakter tokoh
: Pada animasi ini tidak terdapat karakter, karena merupakan sebuah animasi naratif.
Sinopsis cerita
: (Babak Permulaan) Di awal animasi dijelaskan bahwa setiap saat tubuh kita diserang oleh berbagai kuman yang mengancam kesehatan tubuh kita. Beruntung kita memiliki sistem imun yang mampu mencegah hal itu. Selanjutnya
dijelaskan
12
kemampuan
utama dari sel imun dan 21 jenis sel-sel imun yang memiliki beberapa kemampuan yang berbeda-
38
beda. Untuk mempermudah memahami, setiap kemampuan diberi warna yang berbeda, lalu tiap sel digambarkan menjadi sebuah bentuk lingkaran dengan beberapa warna sesuai kemampuannya. (Babak Pertengahan) Suatu hari kulit kita yang berperan sebagai pertahanan terluar tubuh terluka oleh sebuah paku berkarat yang menyebabkan masuknya bakteri ke dalam lapisan kulit. Seketika bakteri tersebut berkembang biak dengan membelah diri dan mulai menginfeksi sel-sel tubuh yang berada di sekitarnya. Menyadari adanya infeksi, makrofaga maju menyerang bakteri dengan cara menelan lalu membunuh bakteri tersebut. Makrofaga dapat menimbulkan pendarahan untuk mempermudah penyerangan dan meminta bantuan pada sel lain. Neutrofil yang sedang berjada di aliran darah menerima pesan meminta bantuan dari Makrofaga pun segera menuju ke tempat penyerangan. Kemampuan
Neutrofil
adalah
dengan
mengeluarkan racun yang dapat membunuh bakteri, namun racun itu juga dapat menyebabkan sel tubuh di sekitarnya mati. Jika Makrofaga dan Neutrofil tidak mampu mengalahkan musuh, sel Dendritik akan datang membantu. Dendritik akan mulai mengumpulkan sample dari bakteri yang kemudian akan dibawa
39
ke kelenjar getah bening terdekat. Sample bakteri yang
dibawa
Dendritik
digunakan
untuk
mengaktifkan T-cell untuk menjadi Helper T-cell yang
sesuai
dengan
karakteristik
bakteri
penyerang. Helper T-cell mulai menggandakan diri, sebagian dari mereka pergi ke medan perang, sebagian tetap berada di kelenjar getah bening dan menjadi Memori cell, dan sebagian lagi pergi ke pusat kelenjar getah bening untuk mengaktifkan B-cell. B cell yang telah aktif akan segera menggandakan diri dan mulai memproduksi senjata yang ampuh untuk melawan infeksi yaitu Antibodi.
Antibodi
yang
dihasilkan
akan
menyebar menuju ke medan perang dan mulai menyerang bakteri. Helper T-cell juga berfungsi untuk memberi kekuatan pada sel-sel imun lain yang kelelahan dalam medan perang agar tidak mati dahulu sebelum perang berakhir dan bakteri dapat dikalahkan. (Babak Penutup) Setelah bakteri berhasil dikalahkan, sel-sel imun yang telah bekerja keras dalam pertempuran akan mulai bunuh diri agar tidak membuangbuang sumber tenaga.
40
Beberapa sel imun akan tetap hidup seperti Memori helper T-cell dan Memori B-cell yang berjaga-jaga apabila musuh tersebut datang kembali maka mereka sudah tahu cara untuk mengalahkannya. Plot cerita
: Kulit yang tertusuk sebuah paku berkarat yang menyebabkan terjadinya infeksi oleh bakteri. Untuk
melindungi
tubuh,
sel-sel
imun
bekerjasama membunuh bakteri tersebut dengan kemampuannya masing-masing. Plot cerita menggunakan pola linier-maju. Nilai edukasi
: Macam sel imun beserta fungsi dan kemampuan yang saling bekerjasama mengalahkan bakteri infektor.
Mise-en-Scene Setting
: Lapisan kulit, aliran darah, dan kelenjar getah bening.
Kostum
: -
Visual
: Meskipun hanya menggunakan teknik ilustrasi 2 dimensi dengan gaya vektor yang sangat sederhana, namun mampu menyajikan animasi yang menarik dan mampu menjelaskan materi dengan baik. Visual yang digunakan digambarkan sederhana dengan bentuk-bentuk standar dan warna-warna cerah.
Pencahayaan/Tone : Pencahayaan ada dua macam yaitu saat setting luar tubuh dan setting latar di dalam tubuh. Akting pemain Sinematografi
: -
41
Aspek kamera / : Format yang digunakan adalah HDTV (25 fps film Framing
dengan resolusi 1280x720 pixel). : 1. Pengambilan
angle
kamera
kebanyakan
menggunakan angle sebagai sel imun. 2. Pergerakan kamera menggunakan still, dan tracking 3. Komposisi gambar menggunakan komposisi simetris, dimana obyek terletak di tengah frame. Editing
: Transisi antar scene menggunakan cut-to
Suara Dialog
: Aspek komunikasi menggunakan gaya narasi yang berbahasa Inggris dengan aksen Amerika.
Musik
: 1. Animasi berlangsung selalu diiringi dengan musik. 2. Suara efek yang digunakan adalah suara seperti saat paku berhasil melukai kulit, saat sel-sel menggandakan diri, dan lain-lain.
Kelebihan dan Kekurangan Keunikan
: Meskipun adanya karakter tertentu dan hanya menggunakan ilustrasi yang sangat sederhana namun dapat menyampaikan materi dengan sangat baik.
Kelebihan
: Materi yang ditampilkan dapat disampaikan dengan
baik
meskipun
hanya
dengan
menggunakan animasi yang sangat sederhana. Selain itu penggambaran sel-sel imun sesuai warna fungsi sangat bermanfaat untuk memahami kemampuan tiap sel.
42
Kekurangan
: Teknik naratif yang digunakan cukup detail sehingga animasi ini hanya sesuai untuk kalangan usia remaja hingga dewasa saja, namun untuk kalangan usia anak-anak animasi ini dirasa kurang sesuai karena materi yang dibawakan terlalu banyak dan berat.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi acuan dari animasi “The Immune System Explained I – Bacteria Infection” pada perancangan ini :
Terdapat animasi prolog yang menjelaskan sebab terjadinya sebuah penyakit, pada animasi ini adalah karena kulit tertusuk paku.
Animasi menceritakan proses kerja sistem imunitas tubuh secara detail ketika masuknya sebuah patogen, yaitu menjelaskan peran, kemampuan dan fungsi tiap sel-sel imun serta proses bagaimana tiap sel imun tersebut dapat bekerjasama satu dengan yang lain.
Menggunakan ilustrasi dengan gaya vektor yang minimalis.
Pemberian warna yang berbeda tiap sel imun yang berdasarkan fungsinya masing-masing yang mempermudah audiens untuk mengenali sel tersebut.
Terdapat musik latar yang selalu mengiringi animasi, dan juga beberapa musik efek pada scene tertentu yang mendukung pembawaan pada keadaan tertentu.
43
3. How a wound heals itself - Sarthak Sinha
Gambar 2.5. Tampilan animasi “How a wound heals itself” pada scene penjelasan lapisanlapisan kulit beserta pembuluh dasar yang ada di dalamnya. Sumber : TED-Ed Tabel 2.3. Rangkuman Animasi How a wound heals itself
Produksi
: TED-Ed
Format
: Animasi 2 dimensi, durasi 4 menit
Aspek Naratif Tema
: How a wound heals itself
Karakter tokoh
: Tokoh dalam cerita ini tidak berperan langsung, melainkan menggunakan narasi.
Sinopsis cerita
:
(Babak Permulaan) Awal cerita menjelaskan bahwa organ terluas dalam tubuh bukanlah hati maupun otak, melainkan kulit. Setiap area dalam kulit memiliki fungsi memiliki
yang
berbeda,
fungsi
yang
namun sama
kebanyakan yaitu
untuk
berkeringat, merasakan panas, merasakan dingin dan menumbuhkan rambut. Tetapi ketika kulit terbuka karena terluka, maka penampilan area
44
yang terluka akan berbeda dengan area kulit sekitar yang sehat, sekaligus area tersebut kehilangan fungsi kulit yang seharusnya untuk sementara. (Babak Pertengahan) Bagian ini menjelaskan struktur kulit. Bagian paling atas disebut epidermis dan memberikan perlindungan. Lapisan ini dapat dengan mudah memperbaiki diri jika terkelupas. Plot cerita
: Proses penyembuhan luka di kulit.
Nilai edukasi
: Menjelaskan proses penyembuhan kulit yang terluka.
Mise-en-Scene Setting
: Didalam lapisan dermis kulit.
Kostum
: -
Visual
: Menggunakan ilustrasi 2 dimensi dengan teknik freehand menggunakan dry brushed.
Pencahayaan/Tone : Tonalitas warna yang digunakan lebih ke warna dingin, walaupun ada warna merah, namun warna merah
tersebut
diturunkan
kontrasnya
menyesuaikan warna ungu dan biru yang menjadi titik perhatian (karakter). Akting pemain
: -
Sinematografi Aspek kamera / : Format yang digunakan adalah standar TED-Ed film
23 fps dan resolusi 640x360 pixel
45
Framing
: 1. Pengambilan cenderung sebagai camera obyektif (mata penonton). 2. Pergerakan kamera cenderung statis dan beberapa scene menggunakan teknik zooming. 3. Kebanyakan komposisi gambar menggunakan komposisi simetris, dimana obyek terletak di tengah frame.
Editing
: Cut to cut mendominasi untuk permainan transisi.
Suara Dialog
: Tidak ada dialog, hanya berupa narasi.
Musik
: Musik background tanpa SFX.
Kelebihan dan Kekurangan Keunikan
: Lebih cenderung ke infografis yang menggunakan animasi 2D. Video ini merupakan video naratif dan rinci.
Kelebihan
: Fokus pada satu topik yaitu penyembuhan luka.
Kekurangan
: Visual yang ditampilkan dalam video ini porsinya sangat sedikit, sehingga banyak ruang kosong yang terbuang.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi acuan dari animasi “How a wound heals itself” pada perancangan ini :
Terdapat animasi prolog yang menjelaskan lapisan-lapisan kulit tempat terjadinya infeksi
Gaya ilustrasi lapisan-lapisan kulit
Materi tentang proses penyembuhan sel-sel kulit setelah terjadinya infeksi, yaitu proses menutupnya luka di lapisan kulit
46
Materi tentang peran serta sistem imun pada penyembuhan luka di kulit, seperti peran sel makrofaga yang melawan bakteri dan mencegah agar tidak menginfeksi sel-sel tubuh lebih jauh
2.2.3. Referensi Desain 2.2.3.1.Karakter Desain untuk karakter pada animasi ini mengambil acuan dari bentuk aslinya serta dari referensi beberapa foto karakter dari film maupun animasi yang populer dan diminati oleh anak-anak. 2.2.3.1.1. Sel Imun Pada animasi episode pertama ini terdapat lima karakter utama sel imun yang terdiri dari Dendi, Mako, Helfi, Beti, dan Momo. Karena di kasus nyata, kelima sel inilah yang paling berperan dalam menjaga tubuh dari serangan infektor. Kedepannya pada perancangan animasi ini akan ditambahkan sel-sel imun lainnya yang juga berperan sesuai penyakit yang diangkat dalam tiap episode animasi. Keseluruhan sel imun memiliki kemampuan masingmasing, ada beberapa kemampuan yang sama namun setiap sel pasti memiliki satu kemampuan khas yang tidak dimiliki sel lain. Hal inilah yang menjadi dasar penulis untuk mengambil acuan karakter-karakter superhero sebagai referensi pembuatan konsep desain karakter pada perancangan animasi ini. Karakter superhero yang digunakan sebagai acuan adalah karakter superhero yang bekerja secara kelompok sesuai dengan sistem kerja dari sel imun sendiri.
47
Gambar 2.6. Referensi sel-sel imun Sumber : google.images.com
2.2.3.1.2. Bakteri
Gambar 2.7. Bakteri Sumber : google.images.com
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan studi literatur untuk bakteri, berikut adalah ciri khas fisik dan kemampuan harus terdapat pada karakter antagonis pada animasi :
48
Berwarna hijau kebiruan.
Bentuk fisik silinder dengan sulur pendek.
Ukuran cukup besar.
Masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluransaluran maupun luka di permukaan kulit.
Sebuah parasit yang menginfeksi sel-sel tubuh dan lingkungan sekitarnya, kemudian jika tidak dikalahkan
oleh
sel
imun
maka
mampu
menyebabkan tubuh manusia terjangkit berbagai macam penyakit menular seperti flu dan batuk. Berdasarkan kemampuan dan sifat dari Bakteri, maka penulis menyimpulkan bahwa Bakteri merupakan sosok karakter antagonis yang terlihat menyeramkan dan memiliki sifat yang jahat. Maka penulis menjadikan karakter-karakter monster musuh dari superhero untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter Bakto. 2.2.3.1.3. Ardian
Gambar 2.8. Artis cilik Keisha Alvaro Sumber : gstatic.com
49
Penulis menggunakan role model untuk perancangan karakter anak, yaitu artis cilik bernama Keisha Alvaro yang berumur 12 tahun dan sesuai dengan usia target audiens. berikut adalah ciri khas fisik harus terdapat pada karakter Ardian :
Rambut berjambul.
Tinggi badan kurang lebih 130cm, berat badan ideal.
Warna kulit kuning langsat.
Karakter yang aktif dan suka bermain.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari Keisha Alvaro,
maka
penulis
menyimpulkan
bahwa
dia
merupakan sosok karakter anak-anak yang aktif dan suka bermain. Maka penulis menjadikan karakter anak laki-laki yang suka bermain diluar ruangan lebih tepatnya bermain sepakbola lengkap dengan kostum kesebelasan timnas Indonesia sebagai pendukung dan petunjuk bahwa karakter ini adalah berada di Indonesia. Kriteria tersebut akan digunakan untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter Ardian. 2.2.3.2.Environment Kisah animasi Petualangan Imuno ini menggunakan dua jenis latar lokasi, yaitu di dunia nyata tempat karakter anak Ardian dan di dunia imajinatif di dalam tubuh Ardian tempat karakter sel-sel imun hidup dan bertempur melawan infektor yang masuk ke dalam tubuh Ardian.
50
2.2.3.2.1. Dunia Nyata Pada dunia nyata yaitu tempat karakter anak Ardian berada, menggunakan dua latar yaitu tampilan bumi tampak dari luar angkasa yang kemudian di zoom-in pada bagian pembuka, serta halaman belakang rumah Ardian tempat karakter Ardian bermain sepakbola yang kemudian menjadi prolog dari animasi ini.
Gambar 2.9. Referensi gambar bumi Sumber : pixabay.com & pinimg.com
Berdasarkan referensi untuk ilustrasi bumi, hal-hal yang harus terdapat pada ilustrasi adalah : 1. Ilustrasi globe lengkap dengan peta yang bentuknya telah disederhanakan. 2. Terdapat benda-benda luar angkasa yang berada di sekeliling bumi, yaitu planet-planet lain, bintangbintang, satelit, meteor dan awan. 3. Benda-benda angkasa seperti meteor, satelit, dan awan yang bergerak nantinya akan dimanfaatkan sebagai objek yang menyambungkan pergantian tampilan tiap peta.
51
Gambar 2.10. Referensi gambar peta dan tampak atas Sumber : google.images.com
Berdasarkan referensi untuk ilustrasi peta dan halaman yang tampak dari atas, hal-hal yang harus terdapat pada ilustrasi adalah : 1. Ilustrasi peta lengkap dengan nama daerah-daerah yang terdapat pada peta lokasi. 2. Ilustrasi halaman tampak atas menggunakan sudut pandang bird’s eye. 2.2.3.2.2. Dunia Sel Pada dunia sel yaitu tempat karakter-karakter sel imun dan infektor berada, menggunakan lima latar tempat yaitu : 1. Permukaan kulit Setting permukaan kulit digunakan pada saat karakter Bakto mulai mendatangi tempat kulit yang terluka dan merupakan jalan masuknya Bakto ke dalam tubuh. 2. Lapisan-lapisan kulit Setting lapisan kulit digunakan pada saat Bakto mulai masuk ke dalam tubuh melalui lapisan-lapisan kulit.
52
3. Dasar lapisan kulit Setting ini digunakan selama adegan pra perang hingga pasca perang yaitu pemulihan sel-sel yang sebelumnya terinfeksi oleh Bakto. 4. Markas tim Imuno Setting lokasi ini digunakan pada saat Tim Imuno mendeteksi adanya infeksi pertama kali. Tempat ini adalah markas Tim Imuno, yang berarti tempat berkumpulnya Tim Imuno ketika tidak sedang bertugas. 5. Di dalam pesawat tim Imuno Setting di dalam pesawat Tim Imuno digunakan pada scene setelah berangkat dari markas Tim Imuno lalu menuju ke tempat terjadinya infeksi mengendarai pesawat tersebut.
BAB III METODOLOGI RISET
Pada Perancangan Animasi Serial Edukasi Sistem Imunitas Tubuh untuk Anak Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar ini, penulis melakukan pendekatan secara kualitatif dan action research. Pendekatan tersebut terbagi menjadi dua tahap penelitian, yaitu tahap kualitatif yang terdiri dari observasi, studi literatur, dan focus group discussion. Kemudian tahap kedua adalah experimental research atau action research dengan metode brainstorming, morphological matrix, dll. 3.1 Diagram Riset Animasi Serial Edukasi Sistem Imunitas Tubuh Status kesehatan anak-anak Indonesia masih buruk, dan rendahnya minat untuk mempelajari materi tentang kesehatan
WAWANCARA
OBSERVASI
IDAI
Animasi Edukasi Kesehatan
GURU
ANAK
Banyaknya konten negatif yang dilihat oleh anakanak dibawah umur
STUDI LITERATUR
Teori dan literatur tentang animasi
How Your Immune System Works The Immune System Explained
Buku tentang imunitas tubuh manusia
FGD
SDN Blimbing 1
SDN Blimbing 2
Sumber data yang berasal dari internet
How a wound heals itself
What causes antibiotic resistance
How do vaccines work
Gambar 3.1 Diagram riset perancangan
53
Meningkatkan keinginan anak Indonesia untuk memahami hidup lebih sehat
EKSPERIMEN
Art
Story
Teknis
Karakter
Protokol
Photoshop
Setting tempat
Storyboard
Illustrator
After Effect
54
3.2 Teknik Sampling 3.2.1
Populasi Perancangan animasi edukasi sistem imunitas tubuh ini memilih anakanak dengan tingkat pendidikan sekolah dasar sebagai target audiens umumnya kisaran usia 7-12 tahun. a. Segmentasi Geografis Target audiens perancangan animasi ini adalah seluruh anak usia 7-12 tahun secara nasional baik yang tinggal di perkotaan dan pedesaan. Dengan asumsi mereka telah mendapatkan pendidikan formal di sekolah dan daerah mereka telah mendapat coverage sinyal internet. b. Segmentasi Demografis Anak usia 7-12 tahun yang termasuk dalam usia pendidikan dasar dan memiliki ketertarikan dengan animasi. Dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Usia tersebut dipilih karena usia 7 tahun anak sudah bisa diberikan pemahaman mengenai logika, nilai, dan hukum sebab akibat. c. Segmentasi Psikografis Anak yang aktif, selalu ingin tahu, peduli atau perhatian dengan kesehatan tubuh, menyukai dan penikmat media hiburan seperti game, animasi, televisi, internet dan sejenisnya.
3.2.2
Sample a. Jumlah sampel responden : 14 orang Jenis kelamin
: Laki – laki dan perempuan
Usia
: 7 - 12 tahun
Pendidikan
: SD kelas 1 – kelas 6
55
Sekolah
: - SDN Blimbing 1, Kesamben, Jombang - SDN Blimbing 2, Kesamben, Jombang
b. Teknik Sampling Teknik sampling dilakukan dengan melakukan wawancara observasi terhadap 14 responden yang terdiri dari siswa SD kelas 1 sampai kelas 6, dengan mengambil sample 6 responden dari SDN Blimbing 2, dan 8 responden dari SDN Blimbing 1 Kabupaten Jombang. Dimana terdiri dari 2 atau 3 responden pada masing – masing tingkatan kelas. 3.3 Metode Riset 3.3.1
Wawancara a. Wawancara Dengan Stakeholder Wawancara dengan lembaga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menjadi stakeholder utama dari perancangan ini. Wawancara dilakukan melalui media surat digital yang dikirimkan ke badan komite IDAI yang berada di kantor pusat yaitu di Gedung IDAI, Jl. Salemba I no. 5 Jakarta Pusat. Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi tentang program-program kerja IDAI serta kriteria animasi yang diingankan oleh pihak stakeholder, baik dari segi konten kesehatan serta dari segi desain. Berikut adalah protokol wawancara yang dilakukan kepada pihak komite IDAI pada tanggal 16 November 2016 melalui surat digital/email : 1. Apakah IDAI memiliki program-program kerja khusus yang melibatkan adanya media-media komunikasi seperti buku, film, video, dan sebagainya? (Jika iya, mohon penjelasan singkat dari program-program kerja tersebut)
56
2. Untuk menunjang program-program IDAI, apakah pihak IDAI sudah pernah mengeluarkan beberapa jenis media sosialisasi atau sejenisnya? (mohon sertakan link media tersebut, untuk kemudian digunakan sebagai data eksisting) *jika distribusi media tidak online, mohon penjelasan jenis media tersebut dan cara distribusinya. 3. Apakah ada perencanaan jangka panjang tentang sosialiasi kesehatan anak? (mohon penjelasan singkat) 4.
Apakah ada kriteria khusus
yang berkaitan dengan
menciptakan/mempertahankan citra/image IDAI terhadap khalayak dalam pembuatan setiap media komunikasi? (contoh kasus: penggunaan warna, cara bekomunikasi, label, bentukan grafis, dll) 5. Apakah pihak IDAI bersedia menyediakan narasumber jika kedepannya film animasi ini perlu dilanjutkan diluar tugas kuliah
dan
membutuhkan
seorang
narasumber
untuk
penggalian data lebih dalam mengenai konten cerita? 6. Apakah ada permintaan khusus dari IDAI dalam kaitannya penyelesaian projek film animasi ini? Berikut adalah hasil wawancara dengan pihak komite IDAI melalui media surat digital : 1. IDAI memiliki Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) dengan visi yaitu anak Indonesia yang sehat, tumbuh dan berkembang, cerdas ceria berakhlak mulia, terlindungi, dan aktif berpartisipasi. Dimana untuk melaksanakan program tersebut IDAI membutuhkan media sebagai alat bantu edukasi untuk masyarakat khususnya anak-anak. 2. IDAI telah memiliki media online yaitu website dan channel YouTube. Di website resmi IDAI terdapat artikel-artikel
57
mengenai kesehatan anak, seperti tips untuk orang tua dalam menangani penyakit tertentu yang diderita oleh anaknya, dan lainnya. Sedangkan dalam channel YouTube milik IDAI terdapat video-video pengenalan dan penjelasan dari beberapa dokter narasumber dari IDAI. Namun belum ada satu media yang ditujukan khusus untuk target audiens anak. 3. Pihak IDAI tidak memiliki kriteria khusus untuk desain animasi, hanya saja perlu ditambahkan logo IDAI serta dalam komunikasi tidak menggunakan bahasa yang kasar dan mengandung unsur SARA. Selain itu konten dalam animasi harus sudah dikonfirmasi atas kebenarannya dahulu oleh pihak IDAI sehingga tidak akan terjadi penyebaran informasi yang salah. 4. IDAI berharap agar animasi ini dapat menjadi acuan animasi edukasi kesehatan untuk anak Indonesia. Selain itu diharapkan animasi ini mampu menjadi media hiburan untuk anak yang mendidik namun tetap bersifat menghibur dan tanpa adanya konten negatif di dalamnya. b. Wawancara Dengan Guru Wawancara dengan salah seorang guru kelas dari sekolah yang telah menggunakan teknologi media digital sebagai alat bantu dalam pembelajaran di kelas. Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi tentang metode apa saja yang telah dilakukan oleh beliau dalam menyampaikan materi. Serta harapan akan pengadaan media pembelajaran yang dapat membantu memudahkan anak-anak untuk memahami materi.
58
Gambar 3.2. Guru kelas 3A SD Al-Hikmah, Ibu Irul
Tanggal
: 10 November 2015
Waktu
: 14.30-15.00 WIB
Tempat
: SD Al-Hikmah, Surabaya
Interviewer
: Rizky Vindi Nuryahya
Interviewee
: Bu Irul (Guru Kelas 3A)
Alat Pendukung
: Alat perekam dan buku catatan
Berikut adalah hasil wawancara dengan guru kelas 3A SD AlHikmah yang dilakukan pada tanggal 10 November 2015 pada pukul 14.30 sampai 15.00 WIB :
Di setiap jeda antar pelajaran anak-anak ditayangkan video atau musik relaksasi agar mereka bisa fresh kembali.
Video yang diputar merupakan video edukasi yang berhubungan dengan materi yang telah mereka pelajari maupun video hiburan seperti film kartun.
Video tersebut diputar di layar proyektor yang ada di setiap kelas. Durasi video yang diputar rata-rata 10 menit.
Setiap kelas telah dilengkapi fasilitas audio visual, yaitu layar proyektor dan sound system.
Murid-murid paling suka jika diputarkan kartun.
59
Murid dapat memilih video apa yang akan diputarkan oleh guru, selain itu mereka juga diperbolehkan untuk memberikan rekomendasi video yang ingin ditayangkan.
Sangat sulit untuk membuat anak memahami apa yang guru ajarkan jika guru hanya menggunakan media suara saja, harus dengan disertai media gambar atau video penunjang.
Anak-anak suka dengan buku pelajaran yang memiliki gambar berwarna.
Guru harus menyiapkan beberapa gambar atau video sebagai antisipasi jika murid sulit memahami suatu pelajaran.
c. Wawancara Dengan Siswa Wawancara dilakukan dengan beberapa siswa masing-masing perwakilan tingkatan kelas, yaitu kelas 1 sampai kelas 3 SD. Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi tentang kebiasaan mereka diwaktu luang, kriteria film kartun atau animasi seperti apa yang menjadi favorit, serta gaya desain seperti apa yang diminati oleh responden.
Gambar 3.3. Siswa SDN Blimbing 2, Carissa, Yuyun, & Irzam
60
Tanggal
: 25 Januari 2016
Waktu
: 10.05-10.20 WIB
Tempat
: SDN Blimbing 2, Kabupaten Jombang
Interviewer
: Rizky Vindi Nuryahya
Interviewee
: Carissa Dwi A, umur 7 tahun, kelas 1 Yuyun Meila Saroh, umur 7 tahun, kelas 2 Muhammat Irzam A.W, umur 8 tahun, kelas 3
Alat Pendukung
: Alat perekam dan buku catatan
Berikut adalah hasil wawancara dengan beberapa siswa SDN Blimbing 2 Kesamben Jombang yang dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016 pada pukul 10.05 sampai 10.20 WIB :
Narasumber menghabiskan waktu luang dengan bermain bersama teman sebaya, baik di rumahnya sendiri maupun di rumah teman tersebut.
Permainan yang mereka lakukan adalah permainan anak kecil seperti bermain boneka, petak umpet, masak-memasak, dan lainnya.
Selain bermain dengan teman, kegiatan yang narasumber lakukan adalah bermain gadget dan menonton televisi.
Acara televisi yang mereka tonton adalah film kartun dan kerap pula ikut menonton sinetron dan FTV ketika orang tua mereka menontonnya di televisi.
Pada saat menggunakan gadget, narasumber biasanya bermain game mobile. Selain bermain game, mereka bermain dengan fitur-fitur yang terdapat dalam gadget tersebut, misalnya
61
aplikasi kamera selfie dan edit foto yang terdapat dalam gadget tersebut.
Film kartun yang mereka minati mayoritas adalah film dengan animasi 2 dimensi. Mereka lebih memilih cerita yang lucu daripada gambar yang menggunakan teknologi canggih seperti 3 dimensi.
Narasumber menyukai suatu karakter berdasarkan sifat dan tampilan fisik dari karakter tersebut. Tampilan fisik terutama warna dari karakter juga menentukan apakah karakter tersebut diminati oleh narasumber. Misalnya narasumber Carissa yang menyukai warna ungu, hal ini mempengaruhi Carissa untuk lebih menyukai karakter Dora yang memiliki warna ungu daripada karakter lain.
Karakter-karakter imajinatif seperti Spongebob lebih diminati dan berkesan bagi narasumber. Karena bentuk fisiknya yang unik serta warna yang cerah dan menarik yang membuat karakter tersebut mudah untuk diingat dan dikenali oleh narasumber.
3.3.2
Observasi Observasi dilakukan dengan memperhatikan film animasi edukasi yang sudah ada dan mengambil tema edukasi kesehatan untuk anak, dimana animasi-animasi tersebut memiliki gaya animasi yang berbeda. Kemudian memahami reaksi audiens terhadap tiap animasi untuk mengetahui jenis animasi mana yang paling menarik dan mudah dipahami audiens.
62
3.3.2.1 Tujuan Observasi Tujuan dilakukannya observasi ini adalah : 1. Mengetahui gaya animasi yang disukai anak-anak 2. Mengetahui alur cerita yang sesuai untuk anak 3. Sebagai acuan pembuatan karakter animasi 4. Mengetahui gaya desain yang digemari anak-anak yang meliputi komposisi warna, gaya gambar, dll 5. Mengetahui gaya bahasa yang sesuai untuk anak 6. Mengetahui standar durasi animasi 3.3.2.2 Analisa Hasil Observasi 1. Semua animasi edukasi menggunakan gaya gambar dua dimensi dan menggunakan teknik pembuatan vektor. 2. Gaya gambar yang digunakan adalah gaya kartun dan minimalis. 3. Hampir semua animasi menggunakan teknik penceritaan dengan menggunakan moderator. 4. Sudut pandang penceritaan kebanyakan menggunakan sudut pandang ketiga, yaitu adanya seorang ahli yang menjadi moderator. Namun sebenarnya anak kurang suka akan teknik penceritaan seperti ini. 5. Alur penceritaan yang paling disukai anak-anak adalah alur petualangan dengan adanya adegan perang dengan monster atau pihak lawan yang jahat. 6. Animasi rata-rata berdurasi 3 – 8 menit. 7. Karakter animasi yang lebih disukai anak adalah karakter imajinasi yang memiliki kekuatan super. 8. Komposisi warna yang digunakan dalam animasi adalah warnawarna cerah. 9. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa sehari-hari yang santai, selain itu adanya beberapa penjelasan nama-nama ilmiah.
63
3.3.3 Studi Literatur Studi literatur merupakan riset data sekunder dari berbagai tinjauan pustaka yang diperoleh baik dari internet maupun dari literatur cetak seperti buku atau majalah. Merupakan rujukan untuk menentukan konsepkonsep perancangan, dari konsep desain, konsep media, hingga konsep visual atau kriteria desain yang akan digunakan. Berbagai literatur tersebut yaitu : 1. Teori dan literatur tentang animasi dan edukasi. 2. Buku tentang imunitas tubuh yang berjudul “Imunologi Dasar” edisi ke-10 oleh Kanen Garna Baratawidjaja dan Iris Rengganis tahun 2013. Teori dalam buku ini dipakai sebagai landasan dalam penentuan isi konten serta strategi penentuan media. 3. Sumber data yang berasal dari internet, pencarian informasi yang terkait pengembangan animasi edukasi dan pencarian beberapa referensi visual dan referensi istilah. 3.3.3.1 Tujuan Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk memperoleh landasan teori-teori yang akan digunakan sebagai bahan acuan dalam merancang media pembelajaran yang berupa animasi serial edukasi ini. 3.3.3.2 Analisa Hasil Studi Literatur a. Sumber Internet
Hasil data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa angka jumlah pasien penyakit menular maupun tidak menular menunjukkan mayoritas adalah anak usia sekolah dan balita.
Hasil survey PJAS menunjukan bahwa mayoritas orang tua masih kurang peduli dengan apa yang dikonsumsi oleh anak
64
dengan mengijinkan mereka jajan di sekolah dan tidak membawa bekal makanan.
UNICEF menyatakan bahwa status gizi anak di Indonesia masih sangat rendah bakhan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Anak-anak di jaman sekarang sudah mahir mengoperasikan alat-alat teknologi seperti telepon seluler. Hal ini dikarenakan 98% orang tua mengijinkan anaknya untuk bermain gadget.
Anak sudah jarang untuk bermain di luar rumah, mayoritas mereka hanya bermain game di gadget atau menonton televisi di waktu luang.
Hasil survey KPI pada tahun 2015 menyatakan bahwa tayangan televisi untuk anak yang tayang saat ini tidak memenuhi syarat kualitas yang ditentukan.
b. Sumber Literatur
Sistem imunitas tubuh memiliki 21 jenis sel dan 2 jenis protein.
Sel imun memiliki 12 fungsi yang berbeda.
Untuk membuat sebuah animasi untuk anak, perlu dipikirkan tentang
konten
dan
bahasa
yang
digunakan,
harus
menggunakan bahasa yang halus dan tidak terdapat kegiatan kekerasan atau pelecehan seksual.
Untuk membuat sebuah animasi perlu dibuat storyboard terlebih dahulu
3.3.4 Focus Group Discussion FGD dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di SDN Blimbing 1 dan SDN Blimbing 2 Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Peserta dari FGD merupakan siswa dan siswi dari sekolah tersebut yang dipilih
65
berdasarkan siswa terpandai, siswa teraktif, siswa yang menyukai animasi, serta dibagi berdasarkan tiap tingkatan kelas masing-masing 2 atau 3 anak. 3.3.4.1.SDN Blimbing 2 FGD dilaksanakan pada pukul 09.40 hingga pukul 10.00 pada tanggal 25 Januari 2016, di perpustakaan SDN Blimbing 2 Kesamben Jombang. Bertindak sebagai moderator yaitu Bapak Amirul Rizki selaku guru kelas 3. Peserta FGD terdiri dari 6 orang siswa sekolah dasar, yang masing-masing 2 orang mewakili tingkatan kelas, antara lain : 1. Unding Billa Darmanto, umur 7 tahun, kelas 1 2. Carissa Dwi Ariyanti, umur 7 tahun, kelas 1 3. Edwar Julian Nograha, umur 8 tahun, kelas 2 4. Yuyun Meila Saroh, umur 7 tahun, kelas 2 5. Muhammat Irzam Abdillah Widodo, umur 8 tahun, kelas 3 6. Sherin Dwi Nurmala Anggraini, umur 9 tahun, kelas 3 FGD diawali dengan cara menanyakan kebiasaan mereka di waktu luang dan kartun animasi apakah yang mereka sukai. Kemudian dilanjutkan dengan pemutaran beberapa video animasi yang populer dan tayang di televisi Indonesia dengan beragam gaya visual untuk dibanding-bandingkan dan diamati oleh peserta FGD. Setelah itu sesi FGD diakhiri dengan sesi wawancara kepada seorang perwakilan tiap kelas, dimana tujuan wawancara tersebut adalah untuk memperoleh informasi tentang animasi manakah yang paling disukai, alasan menyukainya, dan karakter di animasi mana yang paling digemari.
66
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Gambar 3.4. Peserta FGD : Edwar Julian Nograha (1), Unding Billa Darmanto (2), Muhammat Irzam A.W. (3), Sherin Dwi Nurmala (4), Yuyun Meila Saroh (5), Carissa Dwi Ariyanti (6)
Gambar 3.5. Suasana FGD ruang perpustakaan di SDN Blimbing 2
3.3.4.2.SDN Blimbing 1 FGD dilaksanakan pada tanggal 25 September 2016 pada pukul 09.35-10.15 WIB bertempat di SDN Blimbing 1 Kesamben, Jombang. Ika Mulyanti, yaitu guru kelas 4 SDN Blimbing 1 yang bertindak sebagai moderator. Peserta FGD terdiri dari 8 orang anak sekolah dasar, yang mewakili tingkatan kelas dan umur, antara lain : 1. Betty Miftachul Jannah, 9 tahun, kelas 3, SDN Blimbing 1 2. Safira Khoirul Oktavianti, 10 tahun, kelas 4, SDN Blimbing 2
67
3. Feno Maulana Pratama, 8 tahun, kelas 2, SDN Blimbing 1 4. Taufik Nur, 7 tahun, kelas 1, SDN Blimbing 1 5. Iqbal Tauhid, 7 tahun, kelas 1, SDN Blimbing 2 6. Niken Cahyani Banowati, 8 tahun, kelas 2, SDN Blimbing 2 7. Ratu Malika Sabila, 11 tahun, kelas 5, SDN Blimbing 1 8. Melani Rahmawati, 12 tahun, kelas 6, SDN Blimbing 2 FGD diawali dengan cara menanyakan kebiasaan mereka di waktu luang dan kartun animasi apakah yang mereka sukai. Kemudian dilanjutkan dengan pemutaran beberapa video animasi edukasi yang bertema kesehatan dengan beragam gaya visual untuk dibandingbandingkan dan diamati oleh peserta FGD. Setelah itu sesi FGD diakhiri dengan pembagian form singkat yang berisi pertanyaan tentang animasi manakah yang paling disukai, alasan menyukainya, dan karakter di animasi mana yang paling digemari. Penulis juga menambahkan pilihan alternatif gaya gambar dan alternatif judul animasi yang dapat dipilih oleh peserta FGD, dimana hal itu akan menjadi pertimbangan penulis untuk perancangan selanjutnya. Sehingga akan didapatkan kesimpulan tentang kriteria desain yang benar-benar mereka sukai dan cocok untuk usia ataupun tingkatan kelasnya masing-masing secara kualitatif.
Gambar 3.6 Suasana FGD di SDN Blimbing 1
68
3.3.4.1 Tujuan FGD FGD dilakukan untuk menggali informasi serta observasi terhadap ketertarikan pada target audiens terhadap bagaimana visual yang menarik dan sesuai dengan karakteristik mereka. FGD dilakukan dengan cara memutarkan berbagai film animasi dengan beragam gaya visual yang berbeda untuk dibanding-bandingkan dan diamati oleh sample responden FGD. Sehingga akan didapatkan kesimpulan tentang kriteria desain yang bagaimana yang benar-benar mereka sukai dan cocok untuk usia ataupun tingkatan kelasnya masing-masing secara kualitatif. Hasil analisa data FGD mengacu pada konsep strategi visual atau kriteria desain, hasil lengkap analisis dimasukkan dalam bab analisis data kriteria desain. 3.3.4.2 Analisa Hasil FGD Hasil Focus Group Discussion yang dilakukan kepada sample responden yang masing-masing mewakili tingkatan umur dan kelas menghasilkan kesimpulan tentang kriteris desain sebagai berikut : a. Responden mengisi waktu luangnya dengan menonton televisi, bermain dengan teman, dan bermain game di smartphone. b. Acara yang ditonton di televisi adalah film kartun, dan alasan mereka menyukainya adalah karena ceritanya lucu. c. Responden lebih menyukai animasi dengan ilustrasi 2 dimensi daripada animasi 3 dimensi. d. Karakter yang mereka gemari pada film kartun adalah karakter yang memiliki bentuk fisik dan sikap yang lucu, serta warna yang menarik/cerah.. e. Responden bisa menganalisa watak dan kemampuan karakter dengan melihat ilustrasi karakter tersebut.
69
f. Responden lebih mudah mengerti animasi yang menggunakan bahasa Indonesia daripada yang berbahasa Inggris, meskipun mereka cukup memahami beberapa kata dasar dalam bahasa Inggris. g. Animasi dari Peekaboo dan Kidshealth lebih dipahami daripada animasi lainnya. h. Responden tidak terlalu menyukai cerita yang deskriptif, mereka lebih menyukai cerita yang memiliki alur seperti petualangan. 3.3.5
Eksperimen Eksperimen merupakan proses brainstorming konsep, yang terdiri dari eksperimen alur penceritaan yang di dalamnya terdapat protokol cerita dan storyboard. Selain itu terdapat eksperimen desain karakter serta desain environment atau latar tempat yang digunakan dalam perancangan animasi.
3.3.5.1 Tujuan Eksperimen Bertujuan untuk menentukan alur cerita dan gaya gambar yang sesuai untuk animasi edukasi imunitas tubuh. 3.3.5.2 Analisa Hasil Eksperimen 1. Alur cerita Eksperimen diawali dengan membuat beberapa protokol alur cerita proses perlawanan sistem imun tubuh ketika terjadinya infeksi.
70
Penjelasan macam imun
Penjelasan bakteri
Kemampuan tiap sel
Kulit terluka
Makrofaga menyerang
Bakteri menginfeksi
Bakteri berlipat ganda
Bakteri masuk kulit
Makrofaga memakan bakteri
Makrofaga meminta bantuan neutrofil
Neutrofil mengeluarkan racun
Dendritik membantu
Helper T-Cell mengaktifkan B-Cell
Meminta bantuan pada Helper T-Cell
Pergi ke markas imuno
Dendritik menentukan strategi
B-Cell memproduksi antibodi
Antibodi berlipat ganda
Antibodi menyerang bakteri
Bakteri kalah
Memori Cell menyimpan data bakteri
Sel-sel yang tersisa bunuh diri
Gambar 3.7. Protokol cerita awal.
Infeksi terdeteksi
Helfi memberi signal
Tim imun berkumpul
Imun pergi ke tempat infeksi
Mako melawan bakteri
Dendi membuat strategi
Helfi mengidentifikasi bakteri
Di kulit yang terinfeksi
Kewalahan butuh bantuan
Dendi meminta bantuan Beti
Beti memproduksi antibodi
Antibodi menyerang bakteri
Momo menyimpan data bakteri
Bakteri mati
Tim imun menyerang bakteri
Gambar 3.8. Perbaikan protokol cerita.
71
Kulit terluka
Bakteri masuk ke dalam lapisan kulit
Bakteri menjangkit sel-sel tubuh
Infeksi terdeteksi
Bakteri baru!
Dendi mengidentifikasi bakteri
Tim imun menuju titik infeksi
Helfi memberi signal bahaya
Dendi membuat strategi penyerangan
Mako menyerang bakteri
Mako mengeluarkan tameng andalan
Bakteri menggandakan diri
Beti mengeluarkan antibodi
Beti membantu
Dendi membantu
Mako kewalahan
Antibodi menyerang bakteri
Bakteri bersatu menjadi raksasa
Dendi mengeluarkan senjata pamungkas
Imun menyerang bersama
Tim imun kembali ke markas
Imun memperbaiki sel-sel rusak
Momo menyimpan data bakteri
Bakteri kalah
Gambar 3.9. Protokol cerita final.
72
2. Desain karakter Eksperimen dilakukan dengan membuat sketsa beberapa karakter sel-sel untuk animasi sistem imun tubuh yang didasarkan pada data riset bentuk sel dan referensi karakter yang telah dijabarkan sebelumnya.
Gambar 3.10. Sketsa desain karakter.
73
3. Environtment (1)
(2)
(3)
(4)
Gambar 3.11. Eksperimen environment taman belakang rumah (1), lapisan kulit (2), latar saat terinfeksi (3), latar sebelum terinfeksi (4)
74
3.4. Logika Berpikir
Gambar 3.12. Bagan logika berpikir
BAB IV KONSEP DESAIN
4.1. Luaran Perancangan Luaran perancangan dari riset ini adalah sebuah animasi serial edukasi bertema sistem imunitas tubuh dengan gaya visual 2 dimensi yang mengadaptasi dari proses kerja sistem imunitas tubuh ketika terserang penyakit. Animasi ini akan dibuat dalam format serial dengan 10 episode tiap season. Perancangan ini meliputi konsep desain animasi, mulai dari storyteling, environment, dan karakter. 4.2. Konsep Desain 4.2.1. Produk Produk yang dihasilkan nantinya adalah animasi pendek serial yang ditayangkan di website dan channel YouTube resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai media edukasi kesehatan. Animasi serial ini mengangkat tema sistem imunitas tubuh, karena sistem imun adalah yang selalu berperan dalam menjaga kesehatan tubuh manusia dan menangani setiap infektor atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Penulis mengerjakan serial pertama yaitu tentang infeksi bakteri di kulit. Episode berikutnya membahas tentang infeksi virus, jamur, dan kasus penyakitpenyakit ringan yang kerap diderita oleh anak-anak. Animasi Petualangan Imuno ini merupakan animasi serial yang membahas topik tentang sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit khususnya penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa perlu bantuan pengobatan. Alasan mengapa mengangkat penyakit ringan adalah karena pesan yang ingin disampaikan pada animasi ini yaitu untuk mengedukasi anak-anak akan peran penting sistem imunitas tubuh dalam menjaga kesehatan, sehingga perlu adanya batasan mengenai informasi
75
76
yang dijabarkan. Yaitu hanya mengenai pengenalan tentang sistem imun tidak mencakup tentang penanganan pada penyakit tertentu. Beberapa seri yang akan ditayangkan tidak terbatas untuk tema penyakit saja, namun nantinya akan dibagi menjadi beberapa season untuk temanya. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut : Season 1 – tema penyakit ringan (10 episode) : 1. Tentang penyakit infeksi kulit 2. Tentang penyakit flu & pilek 3. Tentang penyakit alergi gatal-gatal 4. Tentang penyakit diare nonspesifik 5. Tentang penyakit cacar air 6. Tentang penyakit batuk tanpa radang 7. Tentang penyakit jerawat bintik putih 8. Tentang penyakit chikungunya 9. Tentang penyakit HFMD 10. Tentang penyakit molluscum contagiosum 4.2.2. Segmentasi
Anak-anak usia 7-12 tahun
Tingkat pendidikan sekolah dasar
Senang melihat animasi/film kartun
Aktif dan senang bermain
Memiliki akses internet atau gadget pemutar video
4.2.3. Positioning Animasi ini memposisikan diri sebagai media edukasi anak sekaligus animasi sebagai media hiburan yang menyenangkan untuk meningkatkan pengetahuan anak terhadap tubuhnya yang rawan terjangkit penyakit.
77
4.2.4. Consumer needs Anak-anak kelas 1-6 SD sebagai target audiens utama animasi ini membutuhkan cerita/narasi dengan alur yang mudah dipahami dan tidak terlalu banyak penyampaian materi secara kontekstual. 4.2.5. USP (Unique Selling Points) Fun learning – Anak-anak tingkat pendidikan sekolah dasar sebagai target utama audiens animasi ini membutuhkan cerita/narasi dengan alur yang mudah dipahami dan tidak terlalu banyak penyampaian materi secara kontekstual. Jadi animasi ini mengemas materi kesehatan secara menyenangkan dengan petualangan sel-sel imun yang seru. Jika diperlukan penjelasan mengenai terjadinya suatu infeksi, akan dijelaskan secara mudah disisipkan diantara petualangan Tim Imuno. Imajinatif – Sel-sel imun yang diilustrasikan menjadi karakterkarakter kartun imajinatif yang disukai anak diharapkan akan menambah minat anak untuk menyaksikan animasi ini serta ilustrasi yang ringan akan lebih mudah dipahami oleh anak. Tips trivia – Adanya tips-tips menjaga kesehatan seperti cara mengobati kulit yang terluka agar tidak terjadi infeksi. Tips berada pada bagian akhir animasi setiap episodenya. Tips tersebut akan disajikan oleh karakter imun itu sendiri yang bertindak sebagai narator. 4.2.6. Strategi Media Berdasarkan riset yang telah dilakukan, perancangan ini menggunakan media animasi serial edukasi bertema sistem imunitas tubuh dengan gaya visual dua dimensi yang mengadaptasi dari proses kerja sistem imunitas tubuh ketika terserang penyakit. Animasi ini akan dibuat dalam format serial dengan 10 episode tiap season. Teknis perancangan animasi ini membahas aspek sebagai berikut :
78
1.
Durasi Animasi yang berdurasi kurang lebih 7-10 menit ini akan diunggah pada Youtube channel IDAI setiap satu minggu sekali tepatnya pada hari minggu pukul 09.00 WIB dimana pada waktu ini anak-anak sedang luang dan orang tua tidak sedang bekerja, sehingga bisa optimal menemani anak menonton animasi ini. Durasi untuk satu season adalah selama 10 minggu, yaitu sesuai dengan jumlah episode dalam season tersebut. Selain itu akan diputar pada hari kesehatan anak nasional dan acara IDAI lainnya yang dilaksanakan sesuai jadwal dari IDAI.
2.
Episode Jumlah total episode animasi ini adalah 10 episode dalam tiap season. Topik tentang sistem kerja imunitas tubuh pada bagian-bagian tubuh yang akan dibahas selanjutnya adalah pada bagian mulut, hidung, mata, dan seterusnya. Menyesuaikan dengan keperluan materi yang ada, setiap bagian tubuh dan jenis infektor akan dibagi dalam beberapa episode.
3.
Implementasi media Animasi ‘Petualangan Imuno’ ini akan dibuat dalam berbagai jenis kualitas video resolusi untuk menyesuaikan dengan media yang digunakan untuk menyaksikan animasi tersebut.
4.2.7. Sinematografi 1. Aspek kamera / film Aspek kamera dan film yang digunakan adalah HDTV, 1080x1920 pixel, 25 fps, DVD / TV serial.
79
2. Framing -
Pengambilan shot kamera menggunakan closeup dan long shot untuk menggambarkan suasana. Selain itu penggunaan variasi angle lain juga diperlukan agar anak tidak merasa bosan, tidak hanya menggunakan normal, high, low angle saja namun juga menggunakan frog angle.
-
Pergerakan kamera banyak menggunakan still (diam), dan tracking (mengikuti objek).
-
Komposisi gambar menggunakan komposisi simetris (objek berada di tengah-tengah frame) sehingga gambar mudah dipahami oleh penonton.
3. Editing Transisi menggunakan cut-to dan dissolve untuk perpindahan antar scene. Lalu transisi zoom in & zoom out untuk penunjukan luasan lokasi. Pada perancangan animasi ini tidak dilakukan proses editing color grading, animasi menggunakan warnaasli dari ilustrasi berdasarkan palet warna yang telah ditentukan pada kriteria desain yang diperoleh dari hasil riset yang telah dilakukan oleh penulis. 4.2.8. Suara 4.2.8.1.Dialog Dialog tiap karakter diisi dengan hasil rekaman suara dubbing oleh pengisi suara. Susunan bahasa yang digunakan dalam animasi ini tidak baku. Dialog menggunakan gaya bahasa Indonesia sehari-hari yang ringan dan tidak menggunakan gaya bahasa EYD, hal ini bertujuan agar dialog pada animasi lebih mudah dipahami oleh audiens, yaitu anak-anak usia 7-12 tahun. Pemilihan penggunaan bahasa yang tidak EYD berdasarkan hasil riset observasi terhadap target audiens dan riset studi eksisting, dimana anak-anak lebih suka dengan penggunaan
80
bahasa ringan seperti yang mereka gunakan untuk berkomunikasi sehari-hari, selain itu materi edukasi dalam animasi tetap dapat disampaikan dengan baik meskipun menggunakan bahasa yang sederhana. Dengan menggunakan bahasa yang ringan sesuai dari hasil studi literatur tentang bercerita untuk anak, dimaksudkan agar anakanak sebagai audien bisa mudah memahami materi yang diberikan. Pada beberapa scene dalam animasi menggunakan ilustrasi tanda baca seperti tanda seru (!) dan tanda tanya (?) yang diadaptasi dari strategi komunikasi pada media komik/media cetak. Penggunaan tanda baca tersebut berfungsi untuk menambah efek dramatis dan memudahkan audiens memahami emosi yang dialami oleh karakter selain dari ekspresi karakter tersebut. 4.2.8.2.Musik latar Musik latar yang digunakan dalam animasi ini adalah aransemen musik yang diproduksi oleh Jason Shaw yang diunggah secara gratis tanpa lisensi di website audionautix.com, dimana mayoritas lagu yang digunakan tersebut ber-genre pop dan tanpa lirik. Musik ini digunakan untuk menambah kesan-kesan yang terdapat di tiap scene. Disertai dengan beberapa sound effect agar lebih menghidupkan adeganadegan yang terdapat dalam film animasi. Berikut adalah daftar musik latar yang digunakan dalam animasi ini : Tabel 4.1. Daftar musik latar.
No 1
Nama scene
Judul lagu
Opening
Happy Ukulele Loop
00.00 – 00.20
Lagu latar dengan suasana bright, happy, uplifting serta tempo cepat ini digunakan
pada
scene
animasi
81
pembuka yaitu pada saat munculnya judul dan animasi bumi. 2
Prolog
Happy Ukulele
00.21 – 00. 45
Lagu latar yang tidak berbeda jauh dengan lagu pada scene opening, namun dengan tempo yang lebih lambat ini digunakan pada scene prolog yaitu saat karakter Ardian bermain sepakbola untuk menambah kesan ceria pada animasi.
3
Munculnya Bakto
Harsh Alien Machine
00.46 – 01.15
Lagu latar dengan suasana misterius dan tempo yang lambat ini digunakan pada scene munculnya karakter Bakto lalu masuk ke dalam lapisan kulit untuk menambah kesan menakutkan pada adegan.
4
Tim Imuno bersiap
Fight Scene
02.46 – 03.05
Lagu latar dengan suasana driving, aggressive, dark dan tempo yang cepat ini digunakan pada scene adegan Tim Imuno bersiap-siap untuk segera pergi melawan
bakteri
infektor
untuk
menambah kesan seru dan naiknya adrenalin pada adegan. 5
Tim Imuno mengintai
Destination Unknown
03.21 – 03.35
Latar lagu dengan tempo medium ini digunakan pada scene saat Tim Imuno sedang
menginvestigasi
tempat
82
terjadinya infeksi untuk menambah kesan misterius dan berbahaya pada adegan. 6
Bakto
menggandakan Enemy Ships
diri
Latar lagu dengan tempo lambat ini
04.55 – 05.10
digunakan pada scene adegan Bakto menggandakan diri, untuk menambah kesan dramatis pada adegan tersebut.
7
Perang
Sports Action
05.21 – 05.55
Latar lagu dengan tempo cepat dan uplifting ini digunakan pada scene perang antara Tim Imuno dan Bakto untuk menambah kesan menegangkan dan menaikkan adrenalin.
8
Bakto menjadi raksasa
High Tension
05.56 – 06.10
Latar lagu dengan tempo medium ini digunakan pada scene Bakto yang menjadi raksasa untuk menambah ketegangan dan kesan menakutkan pada adegan.
9
Bantuan datang
Intro Action
06.21 – 06.40
Latar lagu bertempo cepat dan bouncy ini digunakan pada scene saat bantuan robot
Antiseptik
datang,
untuk
menambah kesan menegangkan pada adegan. 10
Tips Trivia
I Saw Three Ships
07.30 – 09.00
Latar lagu dengan tempo medium dan kesan menyenangkan ini digunakan
83
pada
scene
menambah
Tips kesan
Trivia,
untuk
ringan
dan
menyenangkan babak tersebut.
4.3. Kriteria Desain Sebelum merancang sebuah desain, terlebih dulu perlu dilakukan riset literatur dan studi eksisting. Terdapat saran-saran dari narasumber ahli dari bidang kesehatan dan animasi. Menurut Gatot Prakoso selaku ketua ANIMA (Asosiasi Film Animasi Indonesia), kriteria animasi yang baik adalah sebagai berikut :
Animasi harus mudah dicerna anak-anak dan kalau ada unsur humornya, jangan terlalu ditonjolkan secara kasar. Buat anak-anak Indonesia, humornya harus lebih soft.
Animasi harus ada unsur edukasi, tidak hanya menghibur.
Tidak menampilkan kekerasan verbal dan fisik, seks, mistik, dan kontroversi nilai moral.
Animasi perlu dimasuki muatan lokal.
Dari kriteria animasi yang baik diatas, penulis menyusun kriteria untuk animasi edukasi sistem imun ini. Kriteria-kriteria tersebut baik dari segi konten, visual, dan juga komunikasi. Selain dari kriteria tersebut, penulis juga melakukan studi observasi untuk mendapatkan data sebagai pertimbangan pembuatan kriteria desain. Berikut adalah kriteria tersebut : 4.3.1. Strategi Konten
Setelah melakukan analisa terhadap hasil observasi dan media animasi eksisting, didapatkan kesimpulan bahwa target segmen membutuhkan penjelasan yang informatif dan menghibur, yaitu media yang mampu menyampaikan materi tentang imunitas yang disampaikan dengan cerita dan gambar ilustrasi yang menarik
84
Konten tentang sistem imunitas tubuh yang dimasukkan dilengkapi dengan penjelasan singkat akan bagian tubuh yang menjadi tempat infeksi
Konten tentang penyakit akan menjelaskan tentang gejala yang diderita serta penanganan terhadap penyakit tersebut
Pada bagian akhir animasi disertakan tips-tips untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang telah dikalahkan
4.3.2. Strategi Visual Setelah menemukan problematika, menganalisa, serta mengidentifikasi karakteristik target audiens, diperoleh konsep visual dalam perancangan animasi serial ini yakni edukatif dan fun. Edukatif disini berarti mengandung nilai-nilai yang akan disampaikan berdasarkan konten yang dibahas. Sedangkan yang dimaksud dengan fun adalah desain visual yang mengandung unsur-unsur menyenangkan, sehingga terpilihlah gaya gambar kartun yang menggunakan teknik vektor, karakter desain yang humanoid dan penggunaan warna-warna yang playfull. 4.3.2.1.Gaya Gambar Gaya gambar yang akan digunakan berdasarkan dari hasil analisa observasi dan studi eksisting adalah gaya gambar kartun dengan teknik vektor. Bentuk yang digunakan merupakan bentukan sederhana yang didapat dari bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, persegi, dan elips serta tidak menggunakan sudut-sudut yang tajam, namun masih memiliki bentuk ciri khas dari objek aslinya. (1)
(2)
Gambar 4.1 Contoh ilustrasi karakter imun (1), dan ilustrasi environment (2)
85
4.3.2.2.Setting Lingkungan Untuk animasi episode pertama yang mengangkat tentang sistem imunitas tubuh dalam menangani infeksi kulit oleh bakteri, setting lokasi yang dipilih adalah di lapisan kulit. Menggunakan daya imajinasi untuk menggambarkan seperti di negeri imajinasi dengan tidak melupakan unsur-unsur yang menandakan bahwa tempat itu adalah di kulit, seperti adanya sungai aliran keringat dan pohon rambut. Selain tampilan lebih menarik, dengan ilustrasi tersebut juga dapat merangsang anak untuk berimajinasi tentang apa yang ada di dalam kulit mereka. Sebagai perbandingan environment untuk episode selanjutnya, penulis ingin menunjukan ancaman penyakit yang berbeda di bagian tubuh yang berbeda sesuai dengan jenis penyakitnya. Misalnya ancaman penyakit diare, maka sebagian besar setting tempat akan berada di usus.
Gambar 4.2. Contoh gambar environment permukaan dan lapisan kulit
4.3.2.3.Pewarnaan Warna yang dipilih adalah warna-warna yang cerah dan terang yaitu seperti warna kuning, merah muda, biru muda, dan lain sebagainya sesuai dengan hasil studi literatur dan studi eksisting. Warna yang cerah dan ceria ini bisa menciptakan mood yang menyenangkan bagi anak. Anak-anak usia 7-10 tahun tidak mau disamakan dengan bayi dan murid
86
taman kanak-kanak. Mereka mulai menyukai palet warna yang lebih luas daripada warna-warna primer.1 4.3.2.3.1. Pewarnaan Grading Video Animasi Perbedaan tone warna pada tiap perangkat elektronik yang berbeda merk dan kualitas menjadi dasar perlu adanya strategi untuk menjaga kualitas tampilan video animasi. Berikut adalah standar color grading yang telah ditentukan :
Gambar 4.3. Contoh scene setelah color grading & tone color grading
Target audien yang disasar adalah laki-laki dan perempuan, palet warna yang digunakan tidak cenderung mengarah pada salah satu gender.
Gambar 4.4. Palet warna colourfull. Sumber : colourlovers.com 1
Effective Use of Color and Graphics in Application for Children, Part II : Kids 7 to 14 Years of Age :: Uxmatters
87
4.3.2.4.Penokohan dan Karakter Karakter yang digunakan adalah karakter yang bergaya kartun dan humanoid. Gaya gambar kartun paling disukai oleh anak-anak dan terkesan lebih menyenangkan. Sedangkan humanoid dipilih karena kemiripan dari struktur tubuh dan ekspresi yang menyerupai manusia yag bertujuan
agar
anak
merasa
lebih
familiar
dan
mudah
mengimajinasikannya sebagai makhluk hidup seperti mereka yang memiliki dua tangan, dua kaki dan dapat berekspresi sedih maupun gembira. Karakter utama dalam animasi ini adalah lima sel imun yang terdiri dari Dendi, Mago, Helfi, Beti, dan Momo. Karena di kehidupan nyata, kelima sel inilah yang paling berperan dalam menjaga tubuh akan serangan infektor yang dapat membuat mereka jatuh sakit. 4.3.2.5.Analisa Karakter Setelah
menemukan
problematika,
menganalisa,
serta
mengidentifikasi karakteristik target audiens, maka penulis dapat menentukan konsep desain. Desain visual karakter animasi ini diperoleh dari studi visual setiap karakternya. Mulai dari bentuknya, ciri-ciri khusus dan kostum yang mepresentasikan setiap karakternya. Segmentasi animasi ini ditujukan untuk anak-anak usia 7-12 tahun maka desain visualnya dipilih yang sederhana dengan gaya gambar kartun. Sehingga desain visual karakternya pun mengalami peyederhanaan bentuk namun tidak menghilangkan ciri khusus dari karakter tersebut. Desain visual karakter sel imun mengalami perubahan dan penyederhanaan dari bentuk aslinya. Selain itu, desain visual karakter pada animasi ini mengacu pada gaya gambar Super Deformed Character. Maka dari itu, penyederhanaan bentuk tersebut dibagi menjadi 2 bentuk
88
dasar yaitu kepala dan badan dengan rasio 1:2 atau 1:3 rasio. Bentukan dasar inilah yang nantinya akan didesain sesuai dengan karakter aslinya. 4.3.2.5.1. Dendi (Dendritic Cell)
Gambar 4.5. Gambar Dendritic Cell Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan studi literatur untuk dendritic cell, berikut adalah ciri khas fisik dan kemampuan harus terdapat pada karakter Dendi :
Berwarna ungu.
Memiliki tepian bersulur-sulur.
Ukuran sedang, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil jika dibandingkan dengan sel imun lain.
Merupakan sel pengatur strategi dan pengambil keputusan dalam pertarungan dengan infektor.
Sel yang merespon macrophage ketika kewalahan pada penyerangan pertama dengan infektor.
Yang memberikan perintah atau aba-aba pada sel imun lain untuk menyerang.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari dendritic cell, maka penulis menyimpulkan bahwa dendritic cell merupakan sosok pemimpin dalam tim sel imun. Maka penulis menjadikan
89
karakter-karakter superhero pemimpin untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter Dendi.
Gambar 4.6. Referensi karakter Dendi
Jenis sel
: Dendritik sel
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kepribadian
: Pengatur strategi, pemimpin, pemberani
Yang disukai
: berpetualang, main teka-teki
Yang tak disukai
: diganggu saat tidur, rencananya gagal, temannya sedih
Ciri fisik
: berwarna ungu, bersulur-sulur
Fungsi
: pemimpin, mengaktifkan sel lain, pengatur strategi, pengambil keputusan
90
4.3.2.5.2. Mako (Macrophage)
Gambar 4.7. Makrofaga Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan studi literatur untuk macrophage, berikut adalah ciri khas fisik dan kemampuan harus terdapat pada karakter Mako :
Berwarna kuning kombinasi jingga.
Memiliki tepian yang bergelombang.
Merupakan sel imun dengan ukuran terbesar.
Sebagai sel penyerang pertama dalam tiap pertempuran melawan infektor.
Memiliki kemampuan memakan infektor lalu kemudian membunuhnya dengan enzim.
Sel yang meminta bantuan pada dendritic cell ketika kewalahan pada penyerangan dengan infektor.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari macrophage, maka penulis menyimpulkan bahwa macrophage merupakan sosok dengan fisik terkuat dalam tim sel imun. Maka penulis menjadikan karakter-karakter superhero dengan ciri fisik terkuat atau terbesar untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter Mako.
91
Gambar 4.8. Referensi karakter Mako.
Jenis sel
: Makrofaga
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kepribadian
: Pemberani, kuat, mudah marah, percaya diri tinggi
Yang disukai
: olahraga, pamer kekuatan, jail
Yang tak disukai
: olahraganya diganggu, perisainya rusak
Ciri fisik
:
berwarna
kuning,
bergelombang,
kombinasi warna kuning dan jingga Fungsi
: anggota terkuat, menyerang pertama, komunikasi,
membunuh
virus
dengan
memakannya, menyebabkan pendarahan, mengaktifkan sel lain
92
4.3.2.5.3. Helfi (Helper T-Cell)
Gambar 4.9. Helper T-Cell Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan studi literatur untuk Helper T-cell, berikut adalah ciri khas fisik dan kemampuan harus terdapat pada karakter Helfi : Berwarna hijau. Memiliki bentuk dasar bulat, permukaan tepian halus. Ukuran sedang seperti dendritic cell. Merupakan sel yang bertugas menghubungkan antar sel imun atau bisa disebut sel pembawa informasi. Sel yang juga memiliki kemampuan untuk mengaktifkan dan menyembuhkan sel lain yg kelelahan atau terkena infeksi. Merupakan karakter tangan kanan dendritic cell dalam hal penyampaian komando kepada sel imun lain. Berdasarkan kemampuan dan sifat dari Helper T-cell, maka penulis menyimpulkan bahwa Helper T-cell merupakan sosok karakter yang tidak terlalu menonjol dalam hal fisik namun memiliki kelebihan di bidang intelektual dan sebagai pusat pembawa informasi. Maka penulis menjadikan karakter-karakter superhero yang memiliki kekuatan di bidang intelektual peka
93
membantu sesama untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter Helfi.
Gambar 4.10. Referensi karakter Helfi.
Jenis sel
: Helper T Cell
Jenis kelamin
: Perempuan
Kepribadian
: bergerak cepat, suka menolong, baik, sensitif
Yang disukai
: pemandangan yang indah, sayur
Yang tak disukai
: sesuatu yang kotor
Ciri fisik
: berwarna hijau, bulat
Fungsi
: mengaktifkan sel lain, komunikasi dengan sel imun lain, sebagai pengidentifikasi musuh, mengawasi layar pendeteksi musuh di markas imuno, memanggil bantuan dari luar tubuh, mengaktifkan pesawat imuno, memulihkan sel-sel tubuh yang terinfeksi musuh, memandu tim ke lokasi terjadinya infeksi.
94
4.3.2.5.4. Beti (B-Cell)
Gambar 4.11. B Cell Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan studi literatur untuk B-cell, berikut adalah ciri khas fisik dan kemampuan harus terdapat pada karakter Beti :
Berwarna merah.
Memiliki bentuk dasar bulat, permukaan tepian halus.
Ukuran lebih besar dari dendritic cell namun tidak lebih besar dari macrophage.
Merupakan sel yang memproduksi antibodi sebagai senjata melawan infektor.
Selain memproduksi antibodi, kemampuan lainnya adalah mampu mengaktifkan sel imun lain.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari B-cell, maka penulis menyimpulkan bahwa B-cell merupakan sosok karakter yang tidak terlalu menonjol dan bertindak paling akhir dalam penyerangan namun sebenarnya memiliki senjata ampuh untuk melawan musuh. Maka penulis menjadikan karakter-karakter superhero yang memiliki kekuatan di bidang supranatural yang
95
mampu memproduksi senjata dengan kekuatan sendiri untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter B-cell.
Gambar 4.12. Referensi karakter Beti.
Jenis sel
: B Cell
Jenis kelamin
: Perempuan
Kepribadian
: suka kawatir, peduli, seniman
Yang disukai
: makan, melukis
Yang tak disukai
: dianggap gendut
Ciri fisik
: berwarna merah, bulat
Fungsi
:
menghasilkan
antibodi,
dengan sel imun lain,
komunikasi
96
4.3.2.5.5. Momo (Memory Cell)
Gambar 4.13. Memory Cell Sumber : people.eku.edu
Hasil kesimpulan dari penelusuran referensi gambar dan studi literatur untuk Memory Cell, berikut adalah ciri khas fisik dan kemampuan harus terdapat pada karakter Momo :
Berwarna biru.
Bentuk fisik bulat dengan permukaan halus.
Merupakan sel imun dengan ukuran terkecil.
Tidak memiliki kemampuan untuk menyerang musuh.
Merupakan sel yang berfungsi sebagai penyimpan informasi musuh yang telah dikalahkan, yang kemudian informasi tersebut digunakan untuk menghadapi musuh tersebut jika dikemudian hari menyerang lagi.
Selain menyimpan informasi musuh, memory cell juga memiliki kemampuan sebagai penyampai informasi dan mengaktifkan sel lain.
Berdasarkan kemampuan dan sifat dari Memory cell, maka penulis menyimpulkan bahwa Memory cell merupakan sosok karakter yang terlihat lemah dan tampak tidak memiliki kemampuan bertarung. Maka penulis menjadikan karakter
97
peliharaan atau pendukung superhero untuk menjadi referensi desain ilustrasi untuk karakter Momo.
Gambar 4.14. Referensi karakter Momo.
Jenis sel
: Memori Cell
Jenis kelamin
: Perempuan
Kepribadian
: pasif, teliti
Yang disukai
: ketenangan, membaca buku
Yang tak disukai
: keramaian
Ciri fisik
: berwarna biru, mungil
Fungsi
: menyimpan data bakteri yang telah dikalahkan, komunikasi dengan sel imun lain,
mengaktifkan
memulihkan sel-sel
tanda tubuh
bahaya,
yang telah
terinfeksi 4.3.3. Strategi Komunikasi Pesan utama yang akan disajikan dalam animasi Petualangan Imuno ini adalah pengenalan kepada anak-anak tentang adanya sistem imunitas atau sistem kekebalan dalam tubuh manusia. Dengan harapan setelah menyaksikan animasi ini maka anak-anak akan dapat menyebutkan nama-
98
nama dan fungsi tiap sistem imun serta mampu menceritakan kembali proses pertahanan tubuh yang dilakukan oleh sistem imun ketika terjadi infeksi. Poin terpenting dalam animasi ini adalah untuk mengedukasi anakanak saja dan tidak sampai ke tahap peningkatan awareness serta langkahlangkah penanganan pada penyakit tertentu terutama penyakit yang membutuhkan penanganan dokter. Audien dari animasi edukasi sistem imunitas tubuh ini adalah siswasiswi SD kelas 1-6, oleh karena itu gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dengan gaya yang sederhana dan biasa digunakan seharihari oleh mereka. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak sebagai audien bisa mudah memahami materi yang diberikan. Selain itu animasi ini tidak mengandung hal-hal yang menggambarkan unsur kekerasan dan pelecehan seksual. Sebagai contoh, untuk adegan Mako memakan Bakto akan diilustrasikan menjadi Mako yang mengurung Bakto ke dalam perisai miliknya. Hal ini perlu dilakukan agar anak-anak yang menyaksikan animasi ini tidak meniru kemudian mencontoh hal-hal negatif seperti kekerasan, baik fisik maupun verbal. Namun lebih mengajak anak untuk bermain sambil belajar dengan cara yang menyenangkan. Dengan begitu diharapkan dengan menonton animasi ini maka bisa memberikan dampak yang positif bagi anak yaitu menambah wawasan akan sistem imun. Animasi serial ini terdiri dari 10 episode dalam satu season. Diawali dengan animasi infeksi kulit sebagai episode pertama, karena infeksi kulit adalah penyakit yang paling umum dan paling sering dialami anak yang disebabkan oleh pergerakannya yang sangat aktif. Dilanjutkan dengan penyakit-penyakit menular ringan yang sering dialami oleh anak, seperti flu, diare, batuk, dan lainnya. 4.3.3.1.Sinopsis dan Alur Cerita
Pembagian Babak Animasi ini dibagi menjadi 5 babak, yaitu :
99
1. Opening Setiap episode diawali dengan scene adegan karakter anak yang melakukan kegiatan sehari-hari yang kemudian menyebabkan terjadinya infeksi atau penyakit. Misalnya pada episode pertama, karakter anak sedang bermain bola kemudian terjatuh yang mengakibatkan lututnya terluka dan menjadi jalan masuknya bakteri ke dalam tubuh. 2. Pra perang Setelah bakteri berhasil masuk dan menginvasi tubuh, tim Imuno akan segera mendeteksi adanya infeksi. Mereka akan segera menuju ke tempat terjadinya infeksi dan mengidentifikasi bakteri tersebut. 3. Fase perang Tim Imuno bekerjasama untuk melawan bakteri sesuai dengan kemampuan dan fungsi masing-masing. Mereka melakukannya dibawah aba-aba sang pemimpin yaitu Dendi. 4. Pasca perang Menceritakan proses pemulihan sel-sel tubuh setelah terjadinya perang. Sel-sel imun membantu sel-sel yang terjangkit agar pulih kembali. Selain itu Momo menyimpan sample dari infektor untuk disimpan dan mempersiapkan apabila bakteri tersebut menyerang tubuh lagi. 5. Ending Di bagian terakhir ini disisipkan pesan dan tips untuk menjaga kesehatan dan mencegah atau mengatasi infeksi yang terjadi. Informasi tersebut ditujukan kepada anak-anak agar dapat mempraktekkan secara langsung apabila mereka mengalami hal serupa. Selain itu agar anak-anak mencari tahu lebih jauh tentang sistem kekebalan tubuh dan aktif bertanya pada orang tua atau bapak ibu guru.
100
Narasi Cerita Pada hari minggu yang cerah Ardian bersiap untuk bermain bola di halaman belakang rumahnya. Ia sudah memakai seragam kesebelasan sepakbola Indonesia kebanggaan dan dipadukan dengan sepatu barunya. Sesampainya di halaman belakang rumah, sambil memegang bola di tangan kiri ia menghirup napas panjang menikmati udara yang segar dan suasana yang tenang. Ardian melemparkan bolanya keatas, menyundulnya beberapa kali, mengontrol bola dengan dada, lalu mengontrol bola dengan paha sebagai pemanasan. Setelah itu ia mulai berlari menggiring bola menuju ke gawang kecil di sudut halaman itu. Namun disaat dia menggiring bola Ardian tersandung sebuah batu, ia terjatuh dan terbanting ke tanah. Dia mengerang kesakitan sambil memeluk kakinya. Lutut kirinya mengalami luka gores yang cukup lebar dan sedikit pendarahan. Tanpa sepengetahuan Ardian, di permukaan kulitnya ada bahaya yang mengancam. Bakteri jahat sedang mengincar luka itu untuk digunakan sebagai jalan masuk ke dalam tubuh Ardian. Ia mulai masuk melewati lapisan-lapisan kulit hingga mencapai lapisan kulit terdalam. Sesampainya di lapisan terdalam, bakteri jahat itu mulai menginfeksi sel-sel di sekelilingnya. Sel-sel tubuh yang sehat itupun terinfeksi, menyebabkan tidak dapat berfungsi dengan baik. Sementara itu di markas tim Imuno, tanda bahaya berbunyi yang menandakan bahwa tubuh sedang terinfeksi oleh virus/bakteri. Helfi yang berada di meja kendali melihat pesan peringatan yang muncul di layar monitor. Dia mencari tahu dimana letak infeksi tersebut terjadi.
101
Helfi : “Ah ada infeksi di lapisan kulit.” Momo : “Mooo!” (panik ketakutan) Helfi : “Momo, cepat bunyikan alarm dan beritahukan yang lain bahwa kita sedang diserang.” Alarm pun berbunyi nyaring di setiap penjuru markas Imuno. Beti yang sedang makan pun terkaget dan menjatuhkan makanannya. Mako yang sedang berlatih di ruang olahraga pun menghentikan latihannya. Dendi yang sedang membaca di ruangannya seketika berhenti membaca. Dendi : “Hmm... Ada apa ini.” Helfi : “Bahaya! Bahaya! Kita sedang diserang! Seluruh Imuno segera bersiap-siap dan berkumpul di ruang utama secepatnya.” Tanpa pikir panjang Beti, Mako, dan Dendi pun bersiap-siap mengenakan seragamnya dan bergegas menuju ke ruang kendali utama untuk mencari tahu apa yang terjadi. Mereka keluar dari ruangan masing-masing dan menuju ke tempat itu. Pintu lift ruang kendali terbuka, Dendi, Mako, dan Beti keluar dari dalam lift dan berjalan mendekat ke Helfi yang duduk di kursi monitor. Mako : “Ada apa ini, siapa yang mengganggu latihanku?!” Dendi : “Helfi apa yang terjadi?” Helfi : “Tubuh sedang diserang, ada musuh yang masuk melalui luka di kulit dan menginfeksi sel-sel di sekitarnya.” Beti
: “APA?! Ini buruk! Kita harus melakukan sesuatu!”
102
Dendi : “Tenang semuanya, kita pasti bisa mengalahkannya jika kita bekerjasama.” “Mako, simpan kekuatanmu untuk menghajar musuh itu.” “Beti, siapkan serangan terbaikmu.” “Momo, siapkan memori penyimpan datamu.” “Helfi nyalakan pesawat dan bawa kita ke tempat infeksi.” “Semuanya, bersiap di kursi masing-masing.” Semuanya bersiap-siap duduk di kursinya masing-masing, menyalakan tombol monitor di depan kursi dan memasang sabuk pengaman. Helfi memberi aba-aba pada Dendi bahwa pesawat sudah siap. Dendi menarik tuas kendali pesawat. Mesin pesawat menyala dan pesawat mulai terbang meninggalkan permukaan landasan. Dendi : “GO GO IMUNO!!!” Pesawat pun mulai melesat secepat kilat meninggalkan area markas dan menuju ke lapisan kulit tempat terjadinya infeksi. Sesampainya di tempat infeksi sesuai yang terdapat di radar, pesawat mulai berhenti dan mendarat. Pintu pesawat terbuka, tim Imuno mulai keluar dari dalam pesawat satu persatu. Helfi memantau mesin penunjuk lokasi musuh di tangannya dan memandu tim untuk bergerak mendekat. Mereka berhenti saat mulai bisa melihat musuh yang dimaksud, mengintai di balik semak-semak untuk bersiap-siap menyerang. Helfi : “Itu adalah sebuah bakteri. Momo apa kamu mengenali musuh itu?” Momo : “Moomo...” (menggelengkan kepala)
103
Dendi : “Oke ini musuh yang belum pernah kita hadapi. Kita butuh strategi baru untuk mengalahkannya.” “Mako, kamu menyerang pertama. Beti, Helfi, tunggu abaaba dariku. Momo, simpan memori bakteri itu sebanyakbanyaknya.” Mako, Beti, Helfi : “Siap!” Dendi : “Baiklah ayo kita kalahkan bakteri itu!” Dendi dan kawan-kawan pun segera menghampiri bakteri itu yang sedang sibuk menjangkit sel-sel tubuh yang ada di sekitarnya hingga tak menyadari kedatangan mereka. Dendi : “Hei bakteri jahat, hentikan!” “Jangan ganggu mereka dan segera pergi dari sini!” Bakto : “Apa? Ha ha ha ha ha ha...” “Tidak mau! Aku akan merusak sel-sel ini dan membuat tubuh ini sakit.” “Memangnya
kalian
siapa?
Berani-beraninya
menggangguku.” Dendi : “Kami adalah tim Imuno, dan kami tidak akan membiarkanmu membuat tubuh ini sakit.” “Mako, serang bakteri itu.” Mako : “Yeah saatnya beraksi. He he he...” Mako pun segera maju untuk menghadapi bakteri itu. Dia mengeluarkan tameng andalannya dan menyegel bakteri itu di dalamnya. Bakteri yang telah masuk dan terkepung di dalam tameng Mako, mulai panik karena tameng itu semakin lama semakin
104
mengecil. Tubuh bakteri itu mulai merasakan terdesak oleh tameng Mako, jika ia tak melakukan sesuatu maka tamatlah riwayatnya. Bakto : “AAARRGGHHH...” Mako : “Rasakan! Sudah kapok hah?!” Dalam kondisi terdesak, bakteri mengeluarkan kekuatannya untuk menggandakan diri agar bisa keluar dari tameng itu. Dua, tiga, empat... jumlah bakteri semakin lama semakin banyak hingga tameng
Mako
tak
mampu
lagi
bertahan
dan
meledak.
DUAARRR...!!! Bakteri-bakteri itupun keluar berhamburan dan menyerang tim Imuno. Mako : “TIDAK??!! Perisaiku hancur.” Bakto : “Ha ha ha ha... Segitu aja kekuatan kalian?” Dendi : “Gawat! Bakteri itu banyak sekali.” “Beti, serang mereka dengan senjata andalanmu!” “Mako, Helfi, ikuti aku!” Mako, Helfi
: “Oke!”
Dendi, Mako, dan Helfi pun mengeluarkan senjata laser mereka dan mulai menembaki bakteri-bakteri jahat itu. Sementara Beti bersiap untuk mengeluarkan kekuatan andalannya. Ia memencet tombol di dadanya, seketika tiga benda di helm nya hidup. Ketiga benda itu adalah Antibodi. Beti
: “Anak-anakku bangunlah!” “Habisi bakteri-bakteri itu!”
Antibodi : “Mraaa...”
105
Antibodi-antibodi itupun segera menggandakan diri dengan cepat. Kini jumlah mereka telah lebih banyak dari bakteri-bakteri itu. Setelah
selesai
menggandakan
diri,
mereka
bersama-sama
menyerang musuh. Kini tim Imuno dan pasukan bakteri mengalami pertempuran yang sengit. Satu persatu bakteri pun mati dan menghilang. Melihat keadaan dirinya akan kalah, bakteri pun mengeluarkan jurus terakhirnya untuk bersatu. Bakteri-bakteri itu berkumpul menjadi satu menjadi bentuk bakteri dengan ukuran raksasa. Bakto : “Ha ha ha ha... Dengan begini kalian tidak akan bisa mengalahkanku. Ha ha ha ha ha...” Melihat bakteri yang telah berubah menjadi ukuran raksasa membuat tim Imuno panik. Mereka mencoba menyerangnya bersama-sama, antibodi kembali menggandakan dirinya dan menyerang secara serempak., namun semua usaha mereka sia-sia, bakteri itu seakan-akan tidak mempan dengan semua serangan mereka. Helfi : “Dendi apa yang harus kita lakukan?” Dendi : “Kita lawan dengan senjata pamungkas.” “Helfi, saatnya kau keluarkan senjata turbo antiseptik!” Helfi : “Oke!” Mendengar perintah Dendi, Helfi mengutak atik alatnya untuk mengeluarkan senjata itu. Sesaat kemudian keluarlah sebuah senjata pistol yang besar dari dalam pesawat dan mendarat di tengah-tengah mereka. Dendi : “Teman-teman, ayo bersiap di posisi kalian.”
106
Tim Imuno pun bersiap di posisinya masing-masing dan memegang kendali senjata itu. Mereka tinggal menunggu aba-aba dari Dendi untuk menembakkan senjata. Dendi : “GO GO IMUNO!!!” Senjata itupun menembakkan amunisinya tepat ke arah bakteri raksasa. Bakteri itupun mengerang kesakitan. Bakto : “AAARRRGGGHHH... TIDAAAAKKK...” Bakteri lama kelamaan mengecil hingga menjadi sebuah pin kecil. Tim Imuno pun bersuka cita akan kemenangan mereka. Momo mendekati pin bakteri itu dan menyimpan datanya di dalam memori miliknya. Imuno : “BERHASIL!!!” Momo : “Mooomooo...” Setelah pertarungan yang sengit itu berakhir, tim Imuno pun mulai membersihkan area itu. Mako dan Dendi mengembalikan barang-barang yang berceceran kembali ke tempatnya. Helfi dan Momo membantu memulihkan sel-sel yang terinfeksi. Para antibodi pun mulai menghilang satu persatu hingga hanya tinggal tiga orang dan merekapun kembali ke helm Beti. Beti
: “Tidurlah anak-anakku...”
Mako : “Hei lihat itu!” Mako menunjuk ke arah atas, ke luka yang menganga. Luka itupun mulai menutup sedikit demi sedikit hingga menutup seutuhnya. Dendi : “Baguslah, dengan begini bakteri tidak akan masuk lagi.”
107
“Kerja bagus teman-teman.” “Mari kita kembali ke markas.” Tim Imuno telah bersiap di kursinya masing-masing di dalam pesawat bersiap untuk kembali ke markas mereka. Imuno : “GO GO IMUNO!!!” Pesawat pun melesat dengan cepat meninggalkan tempat itu dan menuju ke markas tim Imuno.
Tips Trivia Nampak di dalam sebuah ruangan Helfi sedang berdiri menghadap ke kamera dan mulai menyapa penonton. Helfi : “Hai semuanya...” “Kali ini Helfi mau ngasih tips nih gimana mengobati kulit yang terluka.” Helfi mulai menyalakan layar monitor yang besar menggunakan alat kontrolnya dan mulai menjelaskan langkah-langkah mengobati luka. Pada layar monitor nampak video seorang anak yaitu Ardian yang sedang kesakitan dengan luka yang ada di lututnya. Helfi : “Pertama-tama bersihkan luka dari kotoran yang menempel pada luka dengan menggunakan air bersih atau kain bersih yang telah disterilkan dengan cairan alkohol sebelumnya.” “Ingat! Jangan sampai tangan kita yang kotor menyentuh permukaan luka. Karena jika tangan kotor kita menyentuh luka, bisa menyebabkan infeksi lho.”
108
“Setelah membersihkan luka, obati luka dengan obat atau salep antiseptik agar luka cepat sembuh dan mengering.” “Dan langkah yang terakhir adalah tutup luka dengan kasa atau plester agar terlindung dari bakteri dan benturan.” Tiba-tiba antibodi-antibodi masuk ruangan dan melewati Helfi, hal itu membuat konsentrasi Helfi teralih. Di belakang antibodi larilah Beti yang mengejar mereka sambil membawa piring makanan. Beti
: “Hei anak-anak tunggu! Habiskan dulu makananmu...”
Setelah antibodi dan Beti berlalu, kini Dendi yang masuk mencari kacamatanya. Dendi : “Helfi, apa kamu melihat dimana kacamataku?” Helfi : “Ng... Tidak Dendi, aku tidak melihatnya.” Dendi : “Waduh dimana ya...?” Dendi pun berlalu. Ketika Helfi hendak melanjutkan tips nya, tiba-tiba kini Mako yang masuk ke dalam ruangan dan ikutan menyapa penonton. Mako : “Oh. Hai kawan!” “Helfi, kenapa kamu gak bilang kalo ada mereka.” Helfi : “Ng... Hehehe...” Mako pun mulai unjuk gigi memamerkan otot-otonya sambil bergaya. Para antibodi dan Momo masuk lagi sambil membawa kacamata Dendi. Di belakang mereka Beti dan Dendi pun mengejar. Melihat kondisi yang makin tidak kondusif, Helfi pun mulai menutup sesi tips dan berpamitan.
109
Helfi : “Aduh... Ramai sekali...” “Baiklah teman-teman, sampai disini tips hari ini. Sampai jumpa di episode selanjutnya ya. Dadah...” Dendi, Beti, Momo, dan antibodi pun masuk satu persatu ke dalam ruangan lagi dan ikut berpamitan ke penonton. Imuno : “Dadah... Sampai jumpa episode selanjutnya...”
-- SELESAI –
110
Berikut adalah tabel yang berisi bembagian pola alur cerita pada tiap episode animasi Petualangan Imuno : Tabel 4.2 Pola alur cerita setiap episode
Opening
3 menit
5 menit
2 menit
Ending
(15 detik)
Pra infeksi
Saat perang
Pasca perang
(2 menit)
Dendi memperingatkan patogen untuk menyerah, namun patogen tidak mau Tim Imuno mencoba menghentikan patogen dengan menyerang berurutan sesuai dengan aba-aba Dendi. Patogen mengeluarkan kemampuan rahasianya Tim Imuno mengeluarkan senjata pamungkas Patogen berhasil dikalahkan
Patogen berhasil dikalahkan, lalu berubah menjadi sebuah pin yang akan disimpan Momo dalam memorinya Tim Imuno memulihkan sel-sel yang terinfeksi Luka/jalan masuk patogen mulai menutup Tim Imuno kembali ke markas semula
Adanya Tips Trivia yang berisi anjurananjuran pengobatan jika kasus penyakit seperti dalam animasi terjadi. Animasi dibawakan karakter oleh karakter Imuno yaitu Helfi Credit scene
Judul Karakter animasi Ardian yang diiringi sedang lagu melakukan pembuka aktifitas sehari-hari, Animasi kemudian bumi terinfeksi oleh berputar patogen sebagai animasi Patogen pembuka masuk ke dalam tubuh Ardian dan menginfeksi sel-sel tubuh Tim Imuno dikejutkan dengan adanya peringatan bahaya infeksi Tim Imuno menuju ke titik adanya infeksi mengendarai pesawat
111
4.4. Proses Desain 4.4.1. Desain Judul Berikut adalah proses desain judul animasi Petualangan Imuno yang diawali dengan sketsa kasar, pembuatan alternatif-alternatif desain, hingga desain terpilih.
Gambar 4.15. Sketsa desain judul.
Gambar 4.16. Alternatif pewarnaan desain judul
112
Gambar 4.17. Desain judul terpilih
4.4.2. Desain Karakter 1. Dendi Berikut adalah karakter Dendi yang terpilih, data singkat, dan step by step dari bentukan asli, sketsa, hingga pewarnaannya.
Gambar 4.18. Gambar dendritic cell
Gambar 4.19. Gambar sketsa alternatif karakter Dendi
113
Gambar 4.20. Gambar sketsa final karakter Dendi
Gambar 4.21. Gambar desain final karakter Dendi
2. Mako
Gambar 4.22. Gambar Macrophage
Gambar 4.23. Gambar sketsa alternatif karakter Mako
114
Gambar 4.24. Gambar sketsa final karakter Mako
Gambar 4.25. Gambar desain final karakter Mako
115
3. Helfi
Gambar 4.26. Gambar Helper T-cell
Gambar 4.27. Gambar sketsa alternatif karakter Helfi
Gambar 4.28. Gambar sketsa karakter Helfi
Gambar 4.29. Gambar desain final karakter Helfi
116
4. Beti
Gambar 4.30. Gambar B-cell
Gambar 4.31. Gambar sketsa alternatif karakter Beti
Gambar 4.32. Gambar sketsa final karakter Beti
Gambar 4.33. Gambar desain final karakter Beti
117
5. Momo
Gambar 4.34. Gambar Memory cell
Gambar 4.35. Gambar sketsa alternatif karakter Momo
Gambar 4.36. Gambar sketsa final karakter Momo
Gambar 4.37. Gambar desain final karakter Momo
118
6. Bakto
Gambar 4.38. Gambar Bakteri
Gambar 4.39. Gambar sketsa karakter Bakto
Gambar 4.40. Gambar desain final karakter Bakto
119
7. Ardian
Gambar 4.41. Gambar Keisha Alvaro
Gambar 4.42. Gambar sketsa karakter Ardian
Gambar 4.43. Gambar desain final karakter Ardian
120
4.4.3. Desain Environment Environment dan setting tempat dari animasi Petualangan Imuno ini menggunakan dua jenis latar lokasi, yaitu di dunia nyata tempat karakter anak Ardian dan di dunia imajinatif di dalam tubuh Ardian tempat karakter sel-sel imun hidup dan bertempur melawan infektor yang masuk ke dalam tubuh Ardian.
Gambar 4.44. Gambar environment halaman
Gambar 4.45. Gambar environment permukaan kulit
Gambar 4.46. Gambar environment lapisan kulit
121
Gambar 4.47. Gambar environment markas tim Imuno
4.4.4. Scene Proses desain scene dan sinematografi dalam animasi ini dimulai dengan pembuatan storyboard dari cerita yang ada. Pada storyboard telah ditentukan camera set-up, gerak kamera, serta pengambilan sudut gambar.
Gambar 4.48. Gambar sketsa scene prolog
122
Ada pula scene “Tips Trivia” pada bagian akhir animasi setelah scene perang selesai. Pada scene ini anak diberi edukasi tentang bagaimana cara merawat atau mengobati diri mereka sendiri saat terjangkit suatu penyakit sesuai dengan materi pada episode tersebut.
Gambar 4.49. Gambar sketsa scene Tips Trivia
4.5. Konsep Perilisan Animasi ini akan dirilis dan di website resmi IDAI yaitu https://idai.or.id/ dan di channel IDAI di website sharing video yang sering dikunjungi yaitu https://youtube.com/. Keputusan ini diambil karena animasi pertama yang penulis buat ini adalah hasil kerjasama dengan pihak IDAI. Petualangan Imuno menjadi salah satu langkah pertama dari penulis untuk mencari kolega dan eksistensi dalam lingkungan animator. Karena animasi ini akan dipasarkan, maka membutuhkan rating system yang menyesuaikan konten dengan umur target sasaran. Animasi ini memiliki unsur fantasi dan tidak adanya unsur kekerasan. Jika membutuhkan sebuah sistem rating, maka animasi Petualangan Imuno akan tepat memiliki rating
123
sesuai yang berlaku pada Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia, yaitu SU (Semua Umur) dan A (Anak-anak 3-12 tahun)2. Rating tersebut telah disesuaikan dengan target audiens yaitu anak-anak usia 7-12 tahun. Setelah masuk ke pasaran, animasi Petualangan Imuno memiliki serangkaian konsep perilisan pula. Konsep perilisan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Aspek dari animasi Pembaruan dilakukan untuk menanggapi permintaan dari konsumen animasi dan menambah serta memperbaiki konten yang ada di dalam animasi. Penambahan konten dalam animasi bisa berupa penambahan karakter dan penambahan setting tempat. 2. Promosi
Website resmi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) menjadi portal perilisan animasi ini, pengenalan anggota studio animasi Petualangan Imuno, visi dan misi tim bersama IDAI, serta bagaimana menghubungi pihak studio animasi Petualangan Imuno untuk keperluan bisnis dan komersil.
Video dapat berupa teaser atau trailer dari animasi Petualangan Imuno.
Blog dapat berisi mengenai proses pembuatan animasi Petualangan Imuno, misalnya ide atau inspirasi yang mengawali munculnya konsep animasi, artwork yang sedang dikerjakan, sketsa konsep, live-stream mengenai perkembangan pengerjaan animasi, dan lainnya. Selain proses, dapat pula diisi dengan tutorial, review dan rekomendasi animasi lain atau software yang berkaitan dengan pembuatan animasi.
2
Kode Rating Film dan Artinya. Diakses pada http://sinemapedia.com/kode-rating-film-dan-artinya-1521; pada tanggal 5 Desember 2016.
124
Screenshots & GIF merupakan cuplikan berupa gambar dari animasi atau proses pembuatan animasi Petualangan Imuno.
Press kit merupakan seperangkat media yang berisi item-item yang siap pakai untuk keperluan publikasi, disediakan untuk penulis atau jurnalis yang hendak mengulas animasi Petualangan Imuno dalam artikel atau advertorial.
Media sosial merupakan salah satu media yang sangat efektif untuk menginformasikan dan mempromosikan animasi. Media sosial yang digunakan berupa laman Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram. Karena media sosial tersebut paling sering digunakan target audiens maupun orang tua audiens dari animasi Petualangan Imuno.
Cross promotion dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pengembang animasi lain, misalnya rekomendasi dan kurasi animasi lain pada website dan blog, serta menjadikan karakter animasi sebagai cameo atas seizin pengembang tersebut.
3. Pricing Harga didapatkan dari biaya pembuatan dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4.3. Rincian biaya perancangan.
No.
Kebutuhan
Jumlah
1
Pembayaran 2
Harga
Harga
Frekuensi
Harga
satuan
total
pengeluaran
akhir
1.500.000 3.000.000 6
18.000.000
2.500.000 5.000.000 6
30.000.000
artist 2
Pembayaran 2 animator
125
3
Pembayaran 1 listrik
1.000.000 1.000.000 6
6.000.000
2.500.000 2.500.000 1
2.500.000
dan
air 4
Biaya lain- 1 lain
Jumlah total :
56.500.000
4. Distribusi Distribusi utama menggunakan media online yaitu YouTube dan website. Pada YouTube, menggunakan channel milik IDAI kemudian untuk website menggunakan resmi milik IDAI dan website resmi milik lembaga cabang IDAI dan lembaga-lembaga kesehatan yang lain. Cara yang kedua adalah dengan melalui sekolah-sekolah. Dimana pihak sekolah dapat menggunakan sebagai media bantu pembelajaran dan juga sebagai media relaksasi siswa yang mengedukasi setelah selesainya materi pelajaran. 5. Kerjasama dengan investor Kerjasama ini dapat dalam bentuk peletakan iklan di dalam animasi dapat dilakukan oleh investor yang tertarik. Proses peletakan iklan akan dibedakan menjadi dua model yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek jika logo atau ilustrasi produk muncul pada satu episode saja, yaitu pada bagian babak Tips Trivia. Sedangkan investasi jangka panjang yaitu investor mendapat satu scene iklan sendiri selama 10 detik setelah Tips Trivia, dimana pada scene tersebut juga menggunakan karakter Tim Imuno sebagai pengiklan.
126
4.6. Konsep Pengembangan Perancangan ini akan dikembangkan ke dalam beberapa media, hal ini bertujuan untuk kepentingan promosi agar animasi yang telah dibuat lebih dikenal banyak orang, serta bertujuan untuk kepentingan bisnis untuk meraup keuntungan. Berikut adalah konsep pengembangan yang akan dilakukan : 1. Media lain Animasi ini akan dikembangkan dalam berbagai barang yang digemari oleh anak-anak SD, yaitu buku cerita bergambar, boardgame, boneka, gantungan kunci, kaos, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan dikembangkan ke dalam bentuk aplikasi mobile game. 2. Target audience lain Perancangan ini akan dikembangkan untuk target segmen yang berbeda namun dengan tema atau topik yang sama yaitu animasi edukasi tentang sistem imunitas tubuh. Berikut adalah target segmen :
Untuk siswa SMP
Untuk SMA & dewasa
3. Tema yang berbeda Dimasa depan film animasi ini akan dikembangkan ke berbagai macam tema, hal ini bertujuan agar konten yang disuguhkan tidak monoton hanya tentang penyakit saja. Berikut adalah beberapa tema yang akan dikembangkan :
Tema tentang alergi
Tema fungsi organ tubuh
Tema tentang pembentukan sel imun
BAB V IMPLEMENTASI DESAIN
5.1. Karakter Pengembangan dari sketsa dan desain karakter terpilih sebelumnya, yaitu karakter utama Tim Imuno serta karakter pendukung yaitu Ardian, Bakto, dan Antibodi. Eksekusi karakter animasi ini menggunakan teknik vektor tanpa garis tepi dengan shading sederhana untuk memudahkan pergerakan karakter dan animasi dengan bone.
Gambar 5.1. Karakter utama Momo, Helfi, Dendi, Beti, dan Mako
Gambar 5.2. Karakter pendukung Bakto, Ardian, dan Antibodi
127
128
Karakter pendukung seperti Bakto akan berbeda di setiap episode disesuaikan dengan karakter infektor yang sesuai dengan jenis kasus penyakit yang diangkat dalam animasi. Sedangkan karakter Ardian dan Antibodi akan selalu ada di tiap episode. Berikut adalah implementasi desain karakter :
Gambar 5.3. Tampilan karakter Dendi dalam berbagai perspektif
Gambar 5.4. Tampilan karakter Mako dalam berbagai perspektif
129
Gambar 5.5. Tampilan karakter Helfi dalam berbagai perspektif
Gambar 5.6. Tampilan karakter Beti dalam berbagai perspektif
130
Gambar 5.7. Tampilan karakter Momo dalam berbagai perspektif
Gambar 5.8. Tampilan karakter Bakto dalam berbagai perpektif
131
Gambar 5.9. Tampilan karakter Ardian dalam berbagai perspektif
Gambar 5.10. Tampilan karakter Antibodi
132
5.2. Environment Konsep environment/lingkungan yang digunakan dalam animasi ini berdasarkan setting di halaman rumah Ardian dan dalam lapisan kulit. Sebagian besar cerita bersetting di dalam tubuh Ardian tepatnya di dalam lapisan kulit, sehingga palet warna yang digunakan adalah warna yang cerah yang dekat dengan warna lapisan kulit yaitu merah dan coklat muda. Teknik eksekusi ilustrasi yang digunakan untuk background adalah teknik vektor yang dikombinasikan dengan teknik digital imaging.
Gambar 5.11. Ilustrasi halaman
Gambar 5.12. Ilustrasi lapisan kulit.
133
5.3. Proses Produksi 5.3.1. Storyboard Narasi cerita dikembangkan menjadi sebuah storyboard yang berisi floor-plan yang mengatur mulai dari camera set-up, gerak kamera, pengambilan sudut gambar hingga dialog, efek suara, dan perkiraan waktu setiap scene.
134
135
136
137
138
139
140
5.3.2. Scene Preview Alur cerita pada animasi ini dibagi menjadi tiga yaitu situasi pra perang, ketika terjadi perang, dan pasca perang. Sesuai dengan konsep utama animasi ini yaitu petualangan Tim Imuno dalam menangani berbagai macam ancaman penyakit dan infeksi, maka di setiap episode berisi panduan atau tips bagi anak-anak untuk bertindak jika mereka mengalami penyakit yang serupa.
Gambar 5.13. Scene preview prolog
Gambar 5.14. Scene preview pra perang
Gambar 5.15. Scene preview Tips Trivia
141
5.3.3. Teknik Animasi Animasi ini menggunakan software Adobe After Effect, dan pergerakan tiap karakter digerakkan dengan menggunakan teknik rigging. Efek suara, lagu pengiring, dan dialog ditambahkan di tahap editing. 5.3.3.1.Prinsip Animasi Yang Digunakan 1. Pose dan Gerakan Antara (Pose To Pose)
Gambar 5.16. Pose to pose Momo terbang
Pose adalah gerakan paling gerakan paling awal dan akhir dari tiap gerakan yang ada. Inbetween adalah gerakan antara suatu pose ke pose lainnya seperti pada ada gambar Momo terbang diatas. 2. Pengaturan Waktu (Timing)
Gambar 5.17. Scene perang dengan timing slow motion
Dengan mengatur durasi gerakan, suatu karakter bisa terlihat berbeda dengan karakter lainnya. Walaupun posenya sama, tetapi
142
dengan durasi gerak yang berbeda maka ekspresi gerakan yang dihasilkan juga berbeda. Misalnya gerak lambat (jarak antar key pose cukup jauh), bergerak biasa, atau bergerak cepat (jarak antar key pose lebih dekat) seperti pada scene pertarungan Dendi, Mako, dan Helfi melawan Bakto diatas. 3. Akselerasi Gerak (Ease In and Out)
Gambar 5.18. Scene Ardian terjatuh
Setiap benda diam cenderung tetap diam dan setiap benda bergerak akan tetap bergerak kecuali mengalami percepatan atau akselerasi (hukum kelembaman Newton). Dari suatu pose yang diam ke sebuah gerakan akan terjasi percepatan dan dari gerakan sebuah pose akan terjadi perlambatan. Misalnya pada scene karakter Ardian terjatuh karena tersandung sebuah batu. 4. Gerakan Melengkung (Arcs)
Gambar 5.19. Scene Ardian berjalan
143
Adalah gerakan yang sifatnya alami, misal gerakan sendi tangan yang terbatas. Gerakan di sini disesuaikan dengan keadaan asli dari suatu tokoh kartun yang diadaptasi dari keadaan nyata. Misalnya pada scene karakter Ardian berjalan membawa bola pada adegan prolog. 5. Penempatan di Bidang Gambar (Staging)
Gambar 5.20. Scene Helfi berbicara pada Momo
Adalah gerak keseluruhan dalam sebuah adegan yang harus tampak jelas dan detail untuk mendukung suasana atau mood yang ingin dicapai dalam sebagian atau keseluruhan scene. Dalam hal ini sebuah kartun akan digambarkan menjadi sebuah shot yang mencakup angel, framing, dan scane leght. Seperti pada scene 6. Daya Tarik Karakter (Appeal)
Gambar 5.21. Scene Mako marah
144
Appeal adalah prinsip bahwa suatu karakter memiliki nilai personality tersendiri. Misalnya karakter Mako yang selalu percaya diri dan temperamental dengan karakter Beti yang mudah gelisah. 7. Solid Drawing
Gambar 5.22. Ilustrasi karakter Dendi
Solid drawing adalah gerakan animasi dengan memandang animasi sekalipun dua dimensi memiliki unsur tiga dimensi. Seperti yang nampak pada gambar diatas, ilustrasi karakter Dendi dengan berbagai sudut pengambilan gambar. 5.3.3.2. Pengisi Suara Pengisianan suara untuk dialog pada animasi Petualangan Imuno menggunakan teknik dubbing dengan pengisi suara yang sesuai dengan kriteria. Yaitu yang memiliki karakter suara sesuai dengan kepribadian setiap karakter yang dibawakan. Berikut adalah daftar pengisi suara tiap karakter dalam animasi :
145
1. Karakter Dendi
Gambar 5.23. Rofiqi pengisi suara Dendi
Nama
: Muhammad Rofiqi (21 tahun)
Pengisi suara
: Dendi
Karakter suara : cukup berat, berwibawa 2. Karakter Mako
Gambar 5.24. Fakih pengisi suara Mako
Nama
: Fakih Wasi (20 tahun)
Pengisi suara
: Mako
Karakter suara : suara bass, percaya diri
146
3. Karakter Helfi
Gambar 5.25. Gina pengisi suara Helfi
Nama
: Gina Rahmi Maulida Marzuki (22 tahun)
Pengisi suara
: Helfi
Karakter suara : suara yang ringan, lembut
4. Karakter Beti & Momo
Gambar 5.26. Luna pengisi suara Beti & Momo
Nama
: Aisyah Luna Maydinar Sutisna (21 tahun)
Pengisi suara
: Beti & Momo
Karakter suara : suara yang imut dan lembut untuk karakter Momo, dan suara tinggi serta keibuan untuk karakter Beti
147
5. Karakter Bakto
Gambar 5.27. Imad pengisi Bakto
Nama
: Imad Aqil (21 tahun)
Pengisi suara
: Bakto
Karakter suara : suara sangat berat yang berasal dari modifikasi manual oleh talent
6. Karakter Ardian
Gambar 5.28. Ade pengisi suara Ardian
Nama
: Ade Nobi Miranto (21 tahun)
Pengisi suara
: Ardian
Karakter suara : suara seperti anak-anak yang ringan dan ceria
148
5.3.3.3. Sound Effect Perancangan animasi Petualangan Imuno menambahkan musik latar dan suara efek pada suasana tiap adegan pada animasi. Hal ini dilakukan karena penyampaian dengan menggunakan ilustrasi dan dialog saja kurang cukup untuk dapat menyampaikan emosi dan suasana adegan sesuai dengan narasi cerita. Tabel 5.1. Daftar musik latar.
No 1
Nama scene
Judul lagu
Opening
Happy Ukulele Loop
00.00 – 00.20
Lagu latar dengan suasana bright, happy, uplifting serta tempo cepat ini digunakan
pada
scene
animasi
pembuka yaitu pada saat munculnya judul dan animasi bumi. 2
Prolog
Happy Ukulele
00.21 – 00. 45
Lagu latar yang tidak berbeda jauh dengan lagu pada scene opening, namun dengan tempo yang lebih lambat ini digunakan pada scene prolog yaitu saat karakter Ardian bermain sepakbola untuk menambah kesan ceria pada animasi.
3
Munculnya Bakto
Harsh Alien Machine
00.46 – 01.15
Lagu latar dengan suasana misterius dan tempo yang lambat ini digunakan pada scene munculnya karakter Bakto lalu masuk ke dalam lapisan kulit
149
untuk menambah kesan menakutkan pada adegan. 4
Tim Imuno bersiap
Fight Scene
02.46 – 03.05
Lagu latar dengan suasana driving, aggressive, dark dan tempo yang cepat ini digunakan pada scene adegan Tim Imuno bersiap-siap untuk segera pergi melawan
bakteri
infektor
untuk
menambah kesan seru dan naiknya adrenalin pada adegan. 5
Tim Imuno mengintai
Destination Unknown
03.21 – 03.35
Latar lagu dengan tempo medium ini digunakan pada scene saat Tim Imuno sedang
menginvestigasi
tempat
terjadinya infeksi untuk menambah kesan misterius dan berbahaya pada adegan. 6
Bakto
menggandakan Enemy Ships
diri
Latar lagu dengan tempo lambat ini
04.55 – 05.10
digunakan pada scene adegan Bakto menggandakan diri, untuk menambah kesan dramatis pada adegan tersebut.
7
Perang
Sports Action
05.21 – 05.55
Latar lagu dengan tempo cepat dan uplifting ini digunakan pada scene perang antara Tim Imuno dan Bakto untuk menambah kesan menegangkan dan menaikkan adrenalin.
8
Bakto menjadi raksasa
High Tension
150
05.56 – 06.10
Latar lagu dengan tempo medium ini digunakan pada scene Bakto yang menjadi raksasa untuk menambah ketegangan dan kesan menakutkan pada adegan.
9
Bantuan datang
Intro Action
06.21 – 06.40
Latar lagu bertempo cepat dan bouncy ini digunakan pada scene saat bantuan robot
Antiseptik
datang,
untuk
menambah kesan menegangkan pada adegan. 10
Tips Trivia
I Saw Three Ships
07.30 – 09.00
Latar lagu dengan tempo medium dan kesan menyenangkan ini digunakan pada
scene
menambah
Tips kesan
Trivia, ringan
untuk dan
menyenangkan babak tersebut. Musik latar diperoleh penulis melalui sebuah website penyedia musik latar bebas lisensi yaitu Audionautix. Musik yang diunduh tersebut kemudian ditambahkan ke dalam animasi menggunakan software Adobe After Effect, dengan sedikit manipulasi yaitu pada durasi dan tempo musik. 5.3.3.4.Proses Animasi Proses pembuatan animasi dilakukan pada software Adobe After Effect CC 2015. Berikut adalah beberapa tampilan pembuatan proses animasi :
151
Gambar 5.29. Proses pembuatan rigging karakter
Gambar 5.30. Proses animasi scene Ardian
152
Gambar 5.31. Proses penambahan musik latar
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari laporan perancangan animasi episode “infeksi kulit” dalam serial edukasi sistem imunitas tubuh untuk anak usia 7-10 tahun adalah pengetahuan anak-anak mengenai sistem imunitas tubuh masih perlu ditingkatkan, khususnya pada anak usia 7-10 tahun. Pada usia tersebut, anak-anak seharusnya sudah dikenalkan dengan reality testing, yaitu pengenalan yang dilakukan dengan pembahasan yang lebih realistis, seperti fungsi utama sistem imun bagi kesehatan tubuh, bagaimana sistem imun dapat melindungi tubuh dari berbagai serangan infeksi, bagaimana mereka harus tanggap terhadap keadaan kesehatan yang mereka alami, mulai dari mendeteksi adanya penyakit hingga langkah-langkah pertolongan pertama yang bisa mereka lakukan saat mengalami suatu penyakit. Orang tua memiliki peranan penting dalam memberikan pengetahuan dasar tentang materi kesehatan kepada anak-anaknya, tetapi orang tua belum menyadari bahwa pengetahuan anak akan kesehatan seharusnya diberikan sejak dini agar mereka dapat lebih tanggap dan peka terhadap keadaan kesehatan mereka. Orang tua juga dapat memanfaatkan media alternatif untuk membantunya dalam mengenalkan materi kesehatan, baik itu cetak maupun elektronik. Akan tetapi, beberapa media alternatif yang mengenalkan materi kesehatan hanya mengenalkan secara umum, yaitu terbatas pada informasi mengenai jenis penyakit, gejala-gejalanya, dan belum sampai pada pengenalan sistem imunitas tubuh yang dapat membantu anak berimajinasi mengenai peran sistem imun dalam kesehatan tubuhnya. Selain itu, keterjangkauan anak dalam media juga menjadi masalah penting dalam perancangan ini sehingga dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak sebagai target audiens. Animasi edukasi, ‘Petualangan Imuno’ dapat dijadikan salah satu media alternatif untuk mengenalkan sistem kerja imunitas tubuh yang dikemas dalam bentuk cerita petualangan yang mengandung motivasi untuk sehat, dan fungsi sel-sel imun sehingga anak-anak dapat berimajinasi mengenai kemampuan tubuh mereka yang dapat melindungi dan menyembuhkan diri dari berbagai jenis penyakit.
153
154
Animasi edukasi, ‘Petualangan Imuno’ dirancang berdasarkan kebutuhan anak usia 7-10 tahun dengan melakukan uji coba pengguna dengan menggunakan media laptop ASUS dengan layar 14 inch dan RAM 4 GB. Adapun hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah:
Visual -
Berhasil menampilkan ilustrasi karakter yang menurut anak-anak sudah bagus dengan pewarnaan yang menarik dan menggemaskan
-
Perlu adanya perbaikan untuk beberapa ilustrasi latar pada animasi
-
Berdasarkan mayoritas pilihan anak-anak, Mako si makrofaga menjadi karakter terfavorit di dalam animasi
-
Tingkat keterbacaan anak terhadap huruf pada animasi sudah baik
-
Berhasil menampilkan karakter sel imun menjadi ilustrasi karakter kartun yang diminati anak
Konten -
Setelah menyaksikan animasi tersebut, anak-anak mengaku bahwa mereka merasa terhibur dan bertambah pengetahuannya mengenai sistem imunitas tubuh
-
Anak-anak mulai menghafal para karakter satu persatu setelah dua kali menonton animasi
-
Dari awal menonton animasi, anak-anak sudah dapat membedakan mana karakter protagonis dan karakter antagonis
-
Rata-rata anak mulai memahami tugas masing-masing anggota tim Imuno setelah menonton animasi 2-3 kali
-
Anak-anak memahami inti dari cerita animasi serta fungsi utama dari sistem imun
-
Mereka menyarankan untuk menambah judul atau seri baru tentang penyakit lainnya agar mereka bisa mengetahui lebih banyak tentang sistem imunitas tubuh
-
Berhasil menyampaikan materi tentang sistem imunitas tubuh kepada target segmen perancangan yaitu anak-anak
-
Berhasil merancang sebuah media edukasi dengan sistem fun learning
155
6.2. Saran Perancangan animasi episode “infeksi kulit” dalam serial edukasi sistem imunitas tubuh untuk anak usia 7-10 tahun ini masih banyak yang perlu diperbaiki, baik itu dari segi konten dan desain dalam animasi. Adapun saran dari segi konten adalah perancangan ini diharapkan dapat menambah seri materi tentang kesehatan lainnya sehingga animasi ini dapat terus diperbarui dan secara berkesinambungan dapat memberikan pengetahuan dan menumbuhkan imajinasi anak dalam mengenal sistem kerja imunitas tubuh secara menarik. Sedangkan saran dari segi desain adalah penulis mengharapkan adanya desain animasi yang lebih menarik agar anak lebih antusias dalam menyaksikannya. Selain itu, penulis merencanakan adanya kolaborasi dengan programmer untuk membuat suatu desain media yang dapat membuat media ini memiliki keterkaitan atau hubungan dengan media lainnya, seperti halnya kaos tipografi, kartu permainan, atau buku cetak mengenai sistem imunitas tubuh yang dapat di-scan dengan menggunakan metode augmented reality sehingga terhubung dengan animasi ‘Petualangan Imuno’ atau sebuah minigame yang mengenalkan anak tentang sistem imunitas tubuh.
156
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
DAFTAR PUSTAKA Literatur Baratawidjaja, Karnen Garna. 2010. Imunologi Dasar, Edisi ke-10. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Suryabrata, Sumadi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Dhimas, Andreas. 2013. Cara Mudah Merancang Storyboard untuk Animasi Keren. Yogyakarta: TAKA Publisher. Internet Kementrian Kesehatan RI. (2013). Hasil Riskesdas 2013. Diperoleh 18 September, 2016, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20 2013.pdf Setiyo, Hardi. Definisi Sistem Imun. Diperoleh 28 Oktober 2016, dari https://www.academia.edu/7294780/Definisi_Sistem_Imun Lab Imunologi. (2012, 5 Desember). Sejarah Imunologi. Diperoleh 30 Agustus 2016 dari http://labimunologi.blogspot.co.id/2012/12/normal-0-false-falsefalse-en-us-x-none.html Sabila, Nadia. (2016, 29 Maret). Kode Rating Film dan Artinya. Diperoleh 30 Agustus 2016 dari http://sinemapedia.com/kode-rating-film-dan-artinya-152-1 Muktiarti, Dina dan Zakiudin Munasir. Alergi Anak. Diperoleh 2 September 2016 dari http://www.alergianak.com/ Pramudiarja, AN Uyung. (2011, 7 Februari). Penyakit yang Bisa Disembuhkan Sendiri oleh Tubuh. Diperoleh 2 September 2016 dari http://health.detik.com/read/2011/02/07/141759/1561656/763/penyakit-yangbisa-disembuhkan-sendiri-oleh-tubuh Puskesmas “Idola” Mejayan. (2013, 16 September). Macam-Macam Luka dan Penanganannya. Diperoleh 3 September 2016 dari http://mejayanpuskesmas.blogspot.co.id/2013/09/macam-macam-luka-danpenanganannya.html
157
158
Sykes, Yohan Rush. (2012, 2 Januari). Jenis-Jenis Luka. Diperoleh 3 September 2016 dari http://blogkputih.blogspot.co.id/2012/01/jenis-jenis-luka-lukarusaknya-jaringan.html Niesrina, Kamaratih. (2016, 7 Juni). Cara Mengobati Luka Lecet Akibat Jatuh. Diperoleh 3 September 2016 dari https://www.alodokter.com/komunitas/topic/cara-mengobati-luka-lecet-akibatjatuh Nafarin, Michael. (2014, 25 Maret). Penyembuhan Luka. Diperoleh 5 September 2016 dari http://rumahsakitumumonline.blogspot.co.id/2014/03/penyembuhanluka.html
193
NARASI ALERGI
Pada suatu hari libur Ardian ingin berkunjung ke rumah Bima temannya sebangku di kelas. Mereka berencana untuk menonton film kartun dan bermain game di televisi baru milik Bima. Ardian pergi ke rumah Bima berjalan kaki karena jarak rumah mereka tidaklah jauh, hanya berjarak dua gang saja. Tak lupa ia membawakan kue buatan ibunya sebagai oleh-oleh untuk Bima dan keluarganya. Sesampainya di depan rumah Bima, Ardian menekan tombol bel yang ditempel di pagar. Tak lama kemudian muncullah Bima dari dalam rumahnya dan membukakan pintu untuk Ardian. Bima
: “Yey! Akhirnya kamu datang juga.”
Ardian : “Cepet bukain pintunya. Aku bawakan oleh-oleh nih.” Bima
: “Asiiik...”
Mereka pun masuk ke dalam rumah, di dalam rumah ibu dan ayah Bima menyambut kedatangan Ardian dengan hangat. Tak hanya ibu dan ayahnya saja, Puci kucing milik Bima pun ikut menyambut Ardian dengan mengeong dan menggeliat manja di kaki Ardian. Melihat tingkah lucu Puci, Ardian pun menggendong dan mengelusnya dengan manja. Ardian yang tidak punya hewan peliharaan di rumahnya itupun cepat akrab dengan Puci. Saat Ardian mengelus Puci, bakteri yang berada ada di bulu-bulu Puci pun beterbangan dan menyebar di udara. Beberapa bakteri itu masuk ke dalam lubang hidung Ardian dan menyusuri saluran pernapasan hingga ke paru-paru. Sementara itu di markas Imuno, Helfi yang sedang tidak enak badan namun tetap memaksa untuk bekerja. Meskipun kondisinya sedang tidak fit, Helfi tidak mau meninggalkan tugasnya sebagai pemantau keadaan tubuh dari serangan infektor. Helfi
: “Hatchiiiing...”
Beti
: “Helfi kamu kenapa? Sepertinya kamu sakit.”
194
“Istirahatlah, biar aku yang menggantikan tugasmu.” Helfi
: “Gapapa Beti, aku baik-baik saja, masih bisa bertugas.” “Kamu kembalilah ke ruanganmu dan beristirahat.”
Beti
: “Hhhmmm... Baiklah kalau begitu.” “Momo, jaga Helfi baik-baik ya.” “Kalau ada apa-apa panggil saja aku.”
Momo : “Mo!” Beti pun kembali ke ruangannya sementara Helfi dan Momo tetap bertugas di ruang kontrol markas Imuno. Masuknya bakteri ke dalam tubuh Ardian membuat mesin pendekteksi di markas Imuno bereaksi. Helfi pun dengan segera memeriksa pemberitahuan akan masuknya benda asing ke dalam tubuh Ardian tersebut. Pandangan Helfi sedikit kabur melihat layar monitor mesin pendeteksi itu. Helfi
: “Momo, ada infeksi.” “Cepat nyalakan alarm dan beritahukan yang lain bahwa kita sedang diserang.”
Momo : “Mo!” Momo pun membunyikan alarm bahaya dan dengan segera tim Imuno berkumpul di ruang utama. Dendi
: “Ada apa Helfi?” “Sepertinya kamu sakit.” “Jangan paksakan dirimu, istirahatlah dulu.”
Beti
: “Benar Helfi, istirahatlah...”
195
Helfi
: “Aku baik-baik saja teman-teman. Tenang saja.” “Saat ini tubuh sedang diserang, kita harus melawan infektor ini sebelum berhasil membuat tubuh ini sakit.”
Dendi
: “Apa yang menyerang tubuh, Helfi?”
Helfi
: “Sebuah bakteri, ia masuk melalui lubang hidung dan masuk ke dalam paru-paru.”
Dendi
: “Baiklah, ayo kita kalahkan bakteri itu.” “Semuanya, bersiap di kursi masing-masing!”
Mako
: “Yeah... Saatnya beraksi. He he he...”
Tim Imuno segera bersiap di kursi di pesawat mereka masing-masing. Setelah mesin pesawat dinyalakan dan Helfi memberi aba-aba untuk Dendi bahwa pesawat telah siap, pesawat pun melaju ke arah terjadinya infeksi. Dendi
: “Go Go Imuno!!!”
Sesampainya di tempat tujuan, Helfi pun memandu tim ke lokasi bakteri itu berada. Mereka selalu memantau bakteri itu dari kejauhan dahulu untuk membuat rencana dan berdiskusi sebelum melakukan penyerangan. Mako
: “Helfi, apa kamu yakin?” “Kelihatannya ia tak berbahaya. Ia tak menginfeksi sel-sel di sekitarnya.”
Helfi
: “Aku yakin bakteri itu berbahaya. Hattchiiiih...”
Dendi
: “Hhhmmm... Kalau begitu mari kita serang bakteri itu.” “Mako, kamu menyerang pertama, kemudian Beti.” “Momo, siapkan memorimu.” “Dan Helfi, setelah ini selesai kamu harus istirahat di markas.”
196
H M B : “Siap!” Tim Imuno menghampiri bakteri itu dan berusaha menghentikannya. Dendi
: “Hei bakteri, hentikan!”
Namun bakteri itu tak mengatakan apa-apa, ia hanya melihat tim Imuno dengan wajahnya yang terlihat bingung. Dendi
: “Hhhmmm...? Mako serang bakteri itu!”
Mako
: “Serahkan padaku.”
Mako pun mulai menyerang bakteri itu sesuai dengan instruksi dari Dendi. Ia mengeluarkan perisai andalannya dan mengarahkannya ke bakteri itu. Namun perisai itu meleset, pergerakan bakteri itu terlalu cepat. Merasa bahwa dirinya dalam bahaya, bakteri itupun mengeluarkan kemampuan bertahannya. Tim Imuno berusaha menyerangnya bersama-sama dengan senjata mereka, namun serangan mereka selalu meleset karena pergerakan bakteri yang terlalu cepat. Sehingga serangan-serangan mereka pun mengenai sel-sel tubuh yang ada di sekitar tempat itu. Sementara itu, serangan-serangan tim Imuno itu berdampak bagi tubuh Ardian. Ia mulai bersin-bersin dan gatal-gatal terus-menerus. Bima
: “Ardian, kamu sakit?”
Ardian : “Entahlah Bima, aku tadi baik-baik saja kok. Uhuk uhuk...” Ibu Bima : “Hhhmmm... Sepertinya kamu terkena alergi Ardian.” “Mungkin kamu alergi dengan Puci.” Ardian : “Apaa???” Di dalam Ardian, pertempuran itu belum selesai. Situasi tersebut membuat Dendi meminta bantuan dari luar. Dendi menyalakan kacamatanya dan mulai memanggil
197
bantuan. Tak lama kemudian datanglah bantuan dari luar, sebuah obat alergi datang menolong tim Imuno. Robot itu menganalisa bakteri sesaat, lalu menghampirinya. Namun yang terjadi adalah robot tersebut tidak menyerang bakteri itu, melainkan berusaha untuk menenangkan bakteri itu. Robot
: “Tenanglah kawan, kamu aman bersamaku.”
Bakteri itu pun menjadi tenang dan kembali ke bentuk asalnya. Ia terlihat ketakutan saat melihat tim Imuno, sambil bersembunyi di belakang robot itu. Dendi
: “Apa yang kamu lakukan?”
Robot
: “Tidak apa-apa teman-teman, ia tidak berbahaya.” “Ia adalah bakteri dari kucing, dan tidak berbahaya bagi tubuh.”
Beti
: “Apaaa??? Kok bisa?”
Robot
: “Iya, sepertinya kalian salah mengidentifikasinya sebagai musuh.”
Dendi
: “Helfi, benarkah itu?”
Helfi
:
“Maafkan
aku
teman-teman,
sepertinya
aku
memang
salah
mengidentifikasinya.” “Ini karena penglihatanku sedikit kabur, jadi tidak melihat dengan jelas” “Kalian benar, harusnya aku istirahat dan tidak bertugas hari ini.” Dendi
: “Tidak apa-apa Helfi, yang penting masalah ini sudah selesai.”
Beti
: “Benar, yang penting kita semua baik-baik saja, bakteri itu pun tak terluka.”
Mako
: “Yeah. Kita juga mendapat teman baru sekarang. Hehehe...”
198
Tim Imuno pun meminta maaf kepada bakteri itu, dan mereka menjadi teman. Momo menghampiri bakteri itu, berkenalan dan scanning bakteri itu. Agar apabila bakteri itu masuk ke tubuh lagi, mereka tidak akan salah menganggapnya sebagai musuh. Setelah itu, tim Imuno bergegas ke pesawatnya untuk segera kembali ke markas meninggalkan bakteri dan robot itu. Di markas, Beti dan Momo menggantikan tugas Helfi sementara ia beristirahat. Mereka memantau di ruang utama hingga keadaan Helfi sehat dan siap untuk bertugas kembali.
---------- END ----------
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
NARASI FLU & PILEK
Siang itu Ardian pulang dari sekolahnya dengan berjalan kaki menyusuri trotoar. Cuacanya sangat cerah namun agak sedikit terik, membuat Ardian mempercepat langkahnya agar segera sampai ke rumahnya. Di tengah perjalanan pulang Ardian bertemu dengan Tiwi, teman sekelasnya yang pada hari itu tidak masuk sekolah. Tiwi berjalan bergandengan dengan ibunya. Keadaan Tiwi tidak seperti biasanya, dia terlihat lemas dan pucat dengan memakai sweater yang tebal. Ardian : “Hai Tiwi! Apa kabar? Kenapa kamu tidak masuk sekolah?” Tiwi
: “Uhuk... uhuk... Aku sakit Ardian, jadi tidak masuk sekolah hari ini.”
Ardian : “Astaga... Memangnya kamu sakit apa?” Tiwi
: “Aku sakit flu dan pilek, barusan aku dari berobat ke dokter.”
Kemudian tiba-tiba Tiwi bersin sambil terbatuk-batuk. Saat itu Tiwi tidak menutup mulutnya sehingga virus influenza yang telah menyerang tubuh Tiwi tersebar di udara. Virus itu melayang-layang hingga terhirup dan masuk ke dalam hidung Ardian. Tiwi terus menerus batuk hingga akhirnya ibunya mengajak untuk segera pulang. Ibu Tiwi : “Maaf Ardian, sepertinya Tiwi harus segera istirahat sebelum sakitnya semakin parah.” Ardian : “Oh iya, tidak apa-apa Tante.” “Semoga kamu cepat sembuh ya Tiwi.” Tiwi
: “Iya, terima kasih ya... Dah...”
Ardian pun melanjutkan perjalanan menuju rumahnya. Sore harinya, Ardian bersiap untuk bermain sepakbola dengan teman-temannya. Sementara itu virus influenza yang telah masuk ke dalam lubang hidungnya, terus masuk
melalui saluran pernapasan hingga ke dalam paru-paru Ardian. Sesampainya di paruparu, virus itu mulai menggandakan dirinya dan menginfeksi sel-sel yang ada disana. Sel-sel tubuh Ardian pun mulai terjangkit, hal ini membuat Ardian merasa tidak sehat. Ia merasa pusing dan meriang di sekujur tubuhnya. Sesekali Ardian juga bersin dan merasa hidungnya mampet. Melihat keadaan Ardian yang kurang sehat, ibu Ardian pun merasa khawatir. Ibunya melarang untuk pergi bermain dan menyuruhnya untuk segera istirahat dan membuatkan sup sambil mengompres kepala Ardian agar demamnya segera turun. Ardian : “Bu apakah aku harus ke dokter?” Ibu Ardian : “Kamu makan sup ini dan istirahat dulu ya.” “Semoga setelah kamu istirahat, kamu sudah sembuh.” “Kalau besok pagi belum sembuh, ibu antar kamu ke dokter.” Sementara itu tanda bahaya pun berbunyi di markas Imuno. Helfi yang mengetahui hal itu segera memerintahkan Momo untuk segera menyalakan alarm untuk memperingatkan dan memberitahu tim Imuno untuk segera berkumpul. Helfi
: “Perhatian seluruh tim Imuno. Segera berkumpul di ruang utama. Kita sedang diserang!”
Beberapa saat kemudian seluruh tim Imuno pun telah berkumpul di ruang utama. Dendi
: “Helfi, apa yang terjadi?”
Helfi
: “Tubuh sedang diserang. Dan sepertinya keadaan sudah gawat.”
Beti
: “Apa maksudmu Helfi?”
Helfi
: “Tubuh Ardian sudah sakit. Virus yang menyerang ini sangat kuat dan agresif menyerang sel-sel tubuh.”
Mako
: “Wah tantangan baru nih. He he he...”
Dendi
: “Kalau begitu kita harus segera pergi ke tempat infeksi. Mencegah agar virus itu tidak menginfeksi lebih parah lagi.” “Semuanya, ayo kita bersiap di kursi kita masing-masing!”
Tim Imuno pun bersiap di kursi masing-masing. Helfi menyiapkan mesin pesawat, lalu memberi aba-aba untuk Dendi saat pesawat sudah siap. Dendi mulai untuk memberangkatkan pesawat. Dendi
: “GO GO IMUNO!!!”
Pesawat pun melesat dengan cepat ke tempat terjadinya infeksi. Sesampainya di tempat itu, tim Imuno turun satu persatu dan mulai mencari lokasi virus itu. Helfi melacak lokasi menggunakan alat pendeteksinya. Selang beberapa waktu akhirnya tim Imuno menemukan lokasi virus-virus itu. Tim Imuno sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Virus-virus itu berjumlah banyak sekali dan menginfeksi sel-sel tubuh dan lingkungannya yang luas. Melihat keadaan sudah parah, Dendi pun membuat suatu strategi baru. Dendi
: “Kita butuh strategi baru. Jumlah mereka terlalu banyak untuk kita kalahkan.” “Sepertinya kali ini kita harus menggunakan strategi X”
Momo : “Moomooo...???” Helfi
: “Oh apa kamu belum tahu apa itu strategi X Momo?”
Momo : “Mo.” (mengangguk) Helfi
: “Strategi X adalah strategi yang kita gunakan saat tubuh sudah terlanjur sakit karena infeksi dari musuh.” “Kita akan menggandakan diri menjadi banyak sampai jumlah kita seimbang dengan musuh agar kita bisa menang dari mereka.”
Beti
: “Tapi strategi itu ada efek sampingnya kan?”
Helfi
: “Benar Beti. Untuk melakukan strategi ini, tubuh akan membutuhkan energi yang sangat banyak.” “Ardian haruslah banyak istirahat hingga kita berhasil mengalahkan virus itu dan mengembalikan tubuh Ardian menjadi sehat kembali.”
Momo : “Mooo...” (mengangguk paham) Mako
: “Ah tak apa. Inilah kesempatan kita menunjukkan kekuatan kita tanpa bantuan dari luar. Benar kan Dendi?”
Dendi
: “Benar Mako. Ini kesempatan kita.” “Momo, kamu berlindunglah di tempat yang aman hingga pertempuran selesai.”
Momo : “Mo!” Dendi
: “Kita pasti bisa menyelamatkan Ardian dengan kemampuan kita sendiri.” “Ayo kita kalahkan virus itu!”
H B M : “Siap!” Tim Imuno pun menghadap ke pasukan virus yang sedang menginfeksi sel-sel tubuh Ardian. Dendi
: “Heh virus! Hentikan!” “Hadapi kami dan jauhi sel-sel itu!”
Virus
: “Ha...???” “Siapa kalian? Beraninya menantang kami.” “Kalian cuma berlima, dan kami berjumlah ratusan! Ha ha ha...!!!”
Mako
: “Jangan sombong. Kau akan menyesal telah meremehkan kami!”
Virus
: “Huahahahahaha...”
Dendi
: “Helfi, lakukan strategi X sekarang.”
Helfi
: “Baik!”
Setelah diberi aba-aba oleh Dendi, Helfi pun segera mengaktifkan strategi X menggunakan remote nya. Seketika tubuh Ardian menjadi lemas dan mengantuk. Ardian pun tertidur pulas setelah memakan sup hangat buatan ibunya. Tubuh Ardian yang sedang tidur memberikan tim Imuno untuk mengeluarkan kekuatan mereka untuk menggandakan diri. Dendi, Helfi, Mako, dan Beti segera menggandakan diri menjadi banyak sekali, sebanyak virus yang akan mereka hadapi. Sementara Momo berlindung di tempat yang aman sesuai perintah dari Dendi. Terjadilah pertempuran yang sangat sengit antara tim Imuno dan pasukan virus itu. Dendi bersama pasukannya mengeluarkan pistol laser dan menembaki virus-virus. Helfi dan pasukannya pun melakukan demikian dengan pistol laser miliknya. Sedangkan Mako dan pasukannya mengurung virus-virus di dalam perisainya dan membunuhnya. Dan beti beserta pasukan mengaktifkan senjata antibodi mereka dan menyerang virus-virus yang mereka hadapi. Pertempuran yang sengit itupun selesai. Tim Imuno sekali lagi berhasil melindungi tubuh Ardian. Virus terakhir pun akhirnya berhasil dikalahkan dan berubah menjadi pin kristal. Momo pun keluar dari persembunyiannya dan menyimpan pin kristal itu sebagai data apabila virus itu menyerang tubuh lagi di masa yang akan datang. Dendi
: “Kerja yang bagus teman-teman.” “Mari kita pulihkan sel-sel tubuh ini dan segera kembali ke markas.”
Tim Imuno pun memulihkan sel-sel tubuh yang telah terinfeksi. Setelah semua selsel telah pulih, sel-sel imun pun mulai menghilangkan diri hingga tinggal Tim Imuno saja yang tersisa agar energi Ardian terisi kembali. Setelah keadaan sudah membaik, Ardian pun bangun dari tidurnya dan mendapati bahwa hari sudah pagi. Ia telah tertidur sangat pulas sekali. Namun tubuhnya kini sudah
membaik, pusing dan meriangnya sudah hilang. Ia pun melompat kegirangan dan bersiapsiap mandi untuk berangkat ke sekolah. Dendi
: “Ardian sudah sehat kembali.” “Saatnya kita kembali ke markas.”
Tim Imuno pun bersiap di kursi masing-masing di pesawat. Mesin pesawat dinyalakan dan siap untuk berangkat Tim Imuno : “GO GO IMUNO!!!”
---------- END ----------
BIOGRAFI PENULIS
Rizky Vindi Nuryahya atau lebih akrab dipanggil Vindi, lahir di Jombang pada tanggal 14 Maret 1993. Anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Mokhamad Yasin S.Pd, MM dan Sulinah S.Pd. Penulis telah menempuh pendidikan formalnya di TK PGRI Blimbing, SDN Wuluh 1 Kesamben, SMP Negeri 2 Kota Mojokerto, dan SMK Telkom Sandhy Putra Malang. Pada tahun 2012 penulis telah diterima di Jurusan Desain Produk Industri FTSP ITS melalui jalur SNMPTN tulis dengan NRP 3412 100 094. Semasa perkuliahannya, penulis menemukan bidang minat pada dunia branding. Penulis telah berhasil merancang berbagai jenis desain branding baik sebagai tugas perkuliahan maupun project pribadi. Perancangan Animasi Episode Infeksi Kulit Dalam Serial Edukasi Sistem Imunitas Tubuh Untuk Anak Usia 7-10 Tahun adalah judul tugas akhir yang diambil oleh penulis karena menurut penulis anak-anak perlu mendapatkan edukasi tentang sistem imunitas tubuh agar mereka lebih peka dan peduli terhadap tubuhnya yang rawan terjangkit berbagai penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah penyakit infeksi kulit. Untuk kemudahan dalam mengirimkan kritik dan saran mengenai judul perancangan yang diambil oleh penulis, maka penulis dapat dihubungi melalui alamat di bawah ini :
Email
:
[email protected]
Instagram : vindiyahya Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.