1
PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE
Dalam rangka pemerataan Pengembangan di Indonesia, pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 120 tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) yang kemudian disempurnakan beberapa kali hingga terakhir menjadi Keputusan Presiden Nomor 173 Tahun 1998. Sebagai tindak lanjut dari keluarnya Keppres tersebut, dipandang perlu untuk mengam bil langkah-langkah dan kebijakan konkrit untuk dapat memacu pertumbuhan KTI melalui penanganan sebuah kawasan andalan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 89 Tahun 1996 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden nomor 9 Tahun 1998 tentang pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Dengan berkembanganya nuansa otonomi daerah, Keputusan Presiden tersebut disempurnakan lagi dengan Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 2000. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) telah menyusun konsep percepatan pengembangan Kawasan Merauke Trans Papua (MIFEE). Dalam rangka percepatan pengembangan kawasan tersebut, perlu disusun rencana pengembangan (development plan) kawasan inkubasi yang mengutamakan ketahanan pangan meliputi rencana jalan akses antar pusat kawasan, penyiapan infrastruktur pendukung kawasan, serta penyiapan rencana pengembangan pusat-pusat pertumbuhan.
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menyusun konsep percepatan pengembangan kawasan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan kegiatan untuk menindaklanjutinya dengan penyusunan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke. Kegiatan rencana pembangunan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke tersebut diharapkan dapat memberi arahan pembangunan dan perwujudan struktur ruang di kawasan tersebut yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta potensi ekonomi kawasan tersebut. Selain itu Kegiatan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendukung percepatan pengembangan Kawasan tersebuttersebut secara terpadu antara infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sektor lain, dan program pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan daya saing kawasan.
“Kawasan Food Estate Merauke sebagai salah satu upaya untuk mendukung percepatan pencapaian ketahanan pangan nasional melalui pengembangan infrastruktur kawasan secara terpadu”
KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Kabupaten Merauke terus meningkat dari ditiap tahunnya. Pada tahun 2013, penduduk Kabupaten Merauke berjumlah 209.980 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar ke seluruh Kabupaten Merauke. Sebaran penduduk tidak merata di Kabupaten Merauke, dengan jumlah penduduk tertinggi berada pada Distrik Merauke (93.999 jiwa) sedangkan yang terrendah pada Distrik Kaptel (1.825 jiwa). Selain itu, kepadatan peduduk tertinggi terjadi pada Distrik Merauke dengan 65,02 jiwa/km2 diikuti oleh Distrik Semangga dan Distrik Malind dengan masing-masing kepadatannya adalah 41,81 jiwa/km2 dan 19,11 jiwa/km2.
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
1
Sedangkan kepadatan penduduk terrendah terjadi pada Distrik Ngguti dengan kepadatan 0.55 jiwa/km2.
Sektor Bangunan yang kontribusinya mengalami laju pertumbuhan yang signifikan dari tahun sebelumnya ternyata masih belum memberikan pengaruh yang dominan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke. Peranan Sektor Pertanian dalam laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke tetap menjadi yang paling dominan, yaitu mencapai angka 3,11%. Peranan Sektor terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Lapangn Usaha
Pertanian
EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke paling rendah terjadi pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2013 merupakan puncak pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke pada tahun 2013 sebesar 10,24%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke pada tahun 2013 tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor bangunan dengan peningkatan pertumbuhan yang signifikan, yaitu mencapai 22,73%. Kondisi PDRB ADHK Sejak tahun 2012 hingga tahun 2013sektor pertanian tetap konsisten memberikan kontribusi yang paling besar terhadap pembentukan PDRB ADHK Kabupaten Merauke. Pada tahun 2013 sektor pertanian menjadi sektor yang cukup dominan, dimana kontribusinya mencapai 41%.
Dsitribusi PDRB ADHK 2012
Laju Pertumbuhan PDRB ADHK
Share to Economic Growth
42,33
7,35
3,11
Pertambangan dan Penggalian
1,75
8,59
0,15
Industri Pengolahan
3,15
5,46
0,17
Listrik dan Air Bersih
0,46
10,04
0,05
Bangunan
8,75
22,73
1,99
Perdagangan, Hotel dan Restoran
10,83
10,55
1,14
Pengangkutan dan Komunikasi
11,57
10,85
1,26
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
4,21
13,54
0,57
16,96
10,67
1,81
Jasa-jasa
PENGGUNAAN LAHAN Penggunaan lahan di Kabupaten Merauke masih didominasi oleh semak belukar rawa dengan luas sebesar 1.296.643 Ha, hutan lahan kering
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
2
sekunder seluas 702.759 Ha, dan hutan lahan kering primer seluas 597.768 Ha. Adapun penggunaan lahan terbangun berupa permukiman hanya seluas 3.929 Ha. Keadaan ini memberikan potensi yang besar dalam pengembangan Kabupaten Merauke untuk ke depannya melalui pengembangan pertanian maupun pengembangan lahan terbangun dalam mendukung sector pertanian tersebut. Penggunaan Lahan Tahun 2012 Dominasi penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten merauke adalah semak belukar / rawa dengan luas sebesar 1.296.643 Ha, kemudian terdapat hutan lahan kering sekunder dengan luas 702.759 Ha, dan hutan lahan kering primer sebesar 597.768 Ha. Sedangkan Penggunaan lahan terbangun berupa permukiman hanya seluas 3.929 Ha. Secara luasan lahan Potensial untuk pengembangan pertanian maupun pengembangan infrastruktur guna mendukung sektor pertanian dan industri pengolahannya. Kabupaten Merauke memiliki daya dukung lingkungan yang cukup tinggi untuk kawasan budidaya yaitu sebesar 45% dengan Luas 2.093.316,44 Ha. Sedangkan untuk kawasan lindung sendiri sebsar 55% dengan luas 2.558.027,40 Ha. Luasan daya dukung lingkungan untuk kawasan budidaya yang tinggi ini dapat menjadi potensi pengembangan kawsan sentra produksi pangan nasional dan pengembangan infrastruktur pendukungnya.
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
3
DAYA TAMPUNG PENDUDUK Daya tampung penduduk kabupaten Merauke sebesar 523329.110 jiwa, sedangkan sampai dengan tahun 2025 proyeksi penduduk kabupaten merauke mencapai sebesar 278217 jiwa. Hal ini menunjukan bahwa Jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun 2025 tidak melampaui angka daya tampung lahan Kabupaten Merauke, dan hal ini dapat mendukung program pengembangan dan pembangunan untuk kawasan sentra produksi pangan nasional. PENDUDUK TAHUN PROYEKSI PENDUDUK DAYA TAMPUNG 2013 (jiwa) TAHUN 2025 (jiwa) LAHAN (jiwa)
WILAYAH SUNGAI Wilayah Kabupaten Merauke memiliki potensi sumber air baku berupa air permukaan yang terdiri dari: DAS (Daerah Aliran sungai) Kumbe, Maro, Bian, Digul, dan Buraka. Sungai-sungai tersebut tergolong sungai tadah hujan dataran rendah (lowland rainfed rivers) yang artinya bersumber dari air hujan atau rawa di daer ah sekitarnya yang mermuara ke laut Arafura. Selain itu terdapat pula cekungan-cekungan rawa yang cukup luas tersebar dengan bentuk menjari. Sebagian rawa tersebut pada musim kemarau surut airnya, kecuali rawa besar seperti rawa biru yang terdapat di sebelah timur kota Merauke selalu berair sepanjang tahun.
INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR Daerah irigasi Kabupaten Merauke merupakan bagian dari daerah irigasi Provinsi Papua yang diatur dalam Kepmen PU 390/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi, yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. Adapun luas total areal rencana persawahan dan realisasi pelayanan irigasi di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Luas Areal Yang Sudah Ada Jaringan Irigasi (Utama)
2
6
Luas Rencana (Ha)
523.329.110
Jumlah DI
278.217
Jumlah Distrik
209.980
1.920
Luas Areal Yang Belum Ada Jaringan Irigasi (Utama)
Sudah Sawah Sudah
Belum
Alih Fungsi
Berfungsi (Ha)
Optimal (Ha)
( Ha )
1.386
306
-
Belum Sawah
Sudah
Belum
( Ha )
Sawah (Ha)
Sawah (Ha)
228
-
-
Selain adanya potensi pengembangan daerah irigasi, pada Kabupaten Merauke juga memiliki potensi rawa yang dapat dikembangkan untuk Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
4
dapat dimanfaatkan khususnya bagi pengembangan pertanian tanaman pangan. Kondisi rawa yang banyak terdapat di Kabupaten Merauke merupakan rawa pasang No Nama Jembatan Panjang (m) surut dan rawa lebak. 1 2 3 4 5 6
Jemb. Tanah Miring Jemb. Tanah Miring Jemb. Tanah Miring Jemb. Tanah Miring Jemb. Tanah Miring Jemb. Tanah Miring
IV - I IV - II IV - III VII - I VII - II VII - III
6,50 6,00 7,00 7,00 8,00 7,00
Potensi pengembangan rawa pasang surut di Distrik Okaba dimana memiliki luas wilayah rawa pasang surut terbesar seluas 736.621 Ha yang mana baru dimanfaatkan sebesar 296 Ha. Beberapa distrik lain seperti Kurik, Tanah Miring, dan Semangga juga memiliki potensi pengembangan rawa pasang surut yang merupakan bagian dari kawasan food estate Merauke.
kualitas baik terdapat beberapa ruas jaringan jalan yang belum beraspal dan masih ada beberapa ruas yang belum terhubung menjadi satu kesatuan jaringan yang utuh. Selain itu, terdapat jaringan jalan lokal yang menghubungkan antar kelurahan/kampung di dalam distrik di Kabupaten Merauke. Jembatan merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan langsung dengan sistem jaringan jalan sebagai penghubung wilayah/kawasan. Terdapat banyak sungai di Kabupaten Merauke sehingga terdapat jembatan yang menghubungkan jaringan jalan. Adapun jembatan yang terbangun di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada tabel.
Dalam pengembangan kawasan food estate Merauke, maka terdapat potensi pengembangan rawa lebak yang berada di Kimaan, Salor, Jagebob, Muing, dan Semayam. Dari beberapa lokasi tersebut, rawa lebak yang baru dikembangkan berada di Kimaan untuk tanaman pangan seluas 443 Ha.
INFRASTRUKTUR BINA MARGA Jaringan jalan Kabupaten Merauke terdiri atas jaringan jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten. Jalan nasional di Kabupaten Merauke berstatus jalan kolektor primer yang juga disebut sebagai Jalan Trans Papua yang menghubungkan Merauke Kota hingga ke perbatasan Kabupaten Merauke dengan Kabupaten Boven Digoel. Selanjutnya jalan provinsi yang berupa jaringan kolektor sekunder yang menghubungkan antar distrik di Kabupaten Merauke. Namun, dari belum seluruh jaringan jalan terbangun dengan Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
5
Pemanfaatan Dermaga di sungai-sungai besar di Kabupaten Merauke menjadi hal yang harus diperhatikan. Adapun dermaga yang akan dikembangkan di Kabupate Merauke adalah sebagai berikut. 1. Dermaga Kumbe I di Distrik Malind 2. Dermaga Kumbe II di Distrik Semangga 3. Dermaga Bian I di Distrik Malind 4. Dermaga Bian II di Distrik Okaba 5. Dermaga Sungai Buraka di Distrik Tubang
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA DAN PERUMAHAN Infrastruktur Cipta Karya dan Perumahan terdiri dari air bersih, air baku, drainase, persampahan dan perumahan. Air Bersih Air di Kabupaten Merauke berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum untuk Kabupaten Merauke meliputi 5 (lima) sistem dan melayani 9 distrik dan 1 kawasan pusat KTM, yang terdiri dari Sistem Salor, Sistem Muting, Sistem Merauke, Sistem Jagebob dan Sistem Kimaam, serta 1 (satu) sistem khusus Kawasan Pusat KTM. Total kebutuhan air minum rata-rata pada tahun 2011 adalah sebesar 52 l/det, kemudian pada tahun 2015 kebutuhan air minum meningkat menjadi 294 l/det, pada tahun 2020 kebutuhan air minum mengalami peningkatan menjadi 372 l.det, dan pada tahun 2025 total kebutuhan air minum menjadi 460 l/det.
Kehilangan air diproyeksikan sebesar 30%, dan faktor harian maksimum sebesar 10%. Berdasarkan Kondisi Alami yang dimiliki Kabupaten Merauke maka dapat dikatakan: • Rawa Biru, bisa melayanai Distrik Merauke dan Distrik Naukenjerai • Sungai Maro, bisa melayanai Distrik Jagebob, Distrik Sota, Distrik Elikobel, Distrik Naukenjerai, Distrik Merauke dan Distrik Tanah Miring • Sungai Kombe, bisa melayanai Distrik Tanah Miring, Distrik Malind dan Distrik Semangga • Sungai Bian, bisa melayanai Distrik Muting, Distrik Ulilin dan Distrik Kaptel • Sungai Digul, hanya bisa melayani sebagian kecil Distrik Engguti • Rawa Tabakar, bisa melayani Distrik Kimaam • Untuk Distrik Okaba, Distrik Tubang, “Potensi sumber air Distrik Ngguti, Distrik Waan, Distrik permukaan Kabupaten Ilwayab dan Distrik Tabonji akan Merauke, yaitu DAS dilayani sistem penangkap air hujan, sumur-sumur dangkal dan Kumbe, Maro, Bian, pembuatan tendon-tondon Digul dan Buraka penampung air.
Rawa biru”
Sanitasi Pada kondisi eksisting, pelayanan sanitasi di kabupaten Merauke belum berlangsung secara optimal. Dalam sektor persampahan, hingga tahun 2013 layanan sampah yang terangkut ke TPA baru terlayani 30-40% wilayah perkotaan. Sedangkan dalam sektor air limbah domestik sampai dengan tahun 2013 persentase kepemilikan jamban pribadi di Kabupaten Merauke sebesar 54%, kepemilikan tangki septick 52% untuk wilayah perkotaan dan pedesaan, sedangkan kepemilikan tangki septick yang aman di Kabupaten Merauke sebesar 90.6% namun belum memenuhi standar SNI ( sumber EHRA Kabupaten Merauke 2013).
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
6
Persampahan Karakteristik persampahan di Kabupaten Merauke sebagian besar terdiri dari sampah yang dapat dibakar dengan menggunakan incenerator dengan komposisi sampah organik sebesar 75,73%, kertas 10,13%, plastik 8,14%, kayu 0,83%, kain 0,57%, karet 0,36% dan lain-lain 2,11%. Sementara sampah yang tidak dapat dibakar terdiri dari logam dan kaca sebesar 2,3%. Permukiman Perkotaan Wilayah permukiman perkotaan dapat dilihat seperti di Kota Merauke, atau di Ibukota Distrik seperti Okaba, Harapan Makmur (Kurik) Kumaaf (Ulilin). Sedangkan permukiman transmigrasi dapat ditemui di wilayahwilayah bekas transmigrasi lama, yang sekarang sudah dipermanenkan menjadi desa. Permukiman penduduk asli kadang tersebar diantara permukiman penduduk transmigrasi (contohnya di Tanah Miring dan Kurik), atau terdapat di perkampungan-perkampungan penduduk asli sendiri (contohnya Kweel, Erambu, Torai dll).
Pengembangan Kawasan Food Tahap Dsitrik Luas (Ha) Estate Merauke dikembangan 1 Jagebob 559.652,11 dalam tiga tahapan. Tahap 1 Tanah Miring meliputi 10 distrik, tahap 2 Kurik meliputi 2 distrik dan tahap 3 Sota meliputi 3 distrik. Penentuan lokasi Malind pada tahap 1 berdasarkan Semangga Ulilin keberadaan Kawasan Ekonomi Elikobel Khusus di Salor. Di sebelah Muting tenggara rencana lahan sawah Animha tahap 1 ini juga terdapat 2 Ngguti 200.042,39 pelabuhan Kumbe sebagai pusat Tubang kegiatan distribusi hasil pangan 3 Okaba 450.092,51 yang dibawa dari pusat industri Ngguti pengolahan pangan KEK Salor. Kaptel Penetapan lokasi rencana lahan Jumlah Jagebob 1.209.787,01 sawah tahap 2 ditentukan dengan pertimbangan adanya rencana pembangunan Pelabuhan Wanam yang terletak disebelah barat rencana lahan sawah danberfungsi sebagai titik kegiatan distribusi hasil produksi pangan. Penetapan lokasi rencana lahan sawah tahap 3 ditentukan dengan pertimbangan adanya dua pelabuhan yang terletak di area rencana lahan sawah tahap 3, yaitu Pelabuhan Kimaam di sebelah barat yang dilalui oleh alur pelayaran provinsi dan Pelabuhan Bian di sebelah timur yang dilalui oleh alur pelayaran kabupaten untuk mendukung berlangsungnya kegiatan distribusi hasil produksi pangan di Kabupaten Merauke.
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
7
7. Jalan Nakias-Wanam di Distrik Ilwayab
RENCANA STRUKTUR RUANG Jaringan Jalan Jalan Kolektor Primer : menghubungkan kawasan utara, tengah dan selatan kabupaten Merauke bagian timur 1. Jalan Trans Papua (Sota – Ulilin) 2. Jalan Merauke – Sota Jalan Kolektor Sekunder 1. Jalan Meruke-Kuprik diwilayah Distrik Semangga 2. Jalan Tanah Miring-Simpang Salor diwilayah Distrik Kurik 3. Jalan Wapeko-senergi-Kilali diwilayah Distrik Kurik 4. Jalan Kaliaki-Jembatan Bian diwilayah Distrik Kurik 5. Jalan Jembetan Bian-Kwemsid diwilayah Distrik Kaptel 6. Jalan Kwemsid-Ngguti-Nekias diwilayah Distrik Ngguti
Listrik Pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel di Distrik Merauke, Kimaam, Kurik, Malind, Okaba, Ulilin, Elikobel, Jagebob, Muting dan Sota Jembatan 1. Rencana pembangunan jembatan Bian panjang 480 meter di Distrik Kaptel 2. Rencana pembangunan jembatan Netto panjang 120 meter di Distrik Kurik Persampahan Sistem jaringan persampahan kabupaten Merauke menggunakan system sanitary landfill di Bokem distrik Merauke
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
8
RENCANA POLA RUANG Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya Pertanian 1. holtokultura dan perkebunan Animha dan Ngguti 2. Kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura Ilwayab, Kimaam, Kurik, Malind dan Okaba 3. Kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan Jagebob, Ulilin, Kaptel dan Muting 4. Kawasan pertanian tanaman holtikultura Elikobel, Semangga, dan Waan.
4. Kawasan industri pengolahan hasil peternakan di Distrik Ngguti dan Kurik 5. Kawasan industri pengolahan hasil perkebunan di Distrik Merauke, Ngguti, Ilwayab dan Muting; Kawasan Lindung 1. Kawasan hutan lindung Ilwayab, Kimaam, Tabonji, Kurik, Tubang, Okaba dan Kaptel 2. kawasan resapan air Animha, Elikobel, Jagebob, Kaptel, Kurik, Muting, Ngguti, Okaba, Sota, Tanah Miring, Tubang dan Ulili 3. kawasan rawan banjir Sota, Semangga, Kimaam, dan Muting, serta adanya kawasan abrasi pantai di sepanjang pesisir pantai Kab. Merauke
KEPENDUDUKAN
Kawasan Budidaya Industri 1. Kawasan Industri penunjang di Dsitrik Merauke 2. Kawasan industri hasil pertanian di Distrik Kurik, Muting dan Tanah Miring; 3. Kawasan industri hasil perikanan di Distrik Ilwayab
Berdasarkan proyeksi penduduk, pada tahun 2025 jumlah penduduk Kabupaten Merauke mencapai 278.217 jiwa. Pertumbuhan penduduk yang sama setiap tahun mengakibatkan tidak terjadi perubahan yang
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
9
signifikan pada masing-masing distrik. Jumlah penduduk paling tinggi tetap berada di Kecamatan Merauke yang diproyeksikan mencapai 124.546 jiwa atau sebesar 44,76% dari seluruh penduduk Kabupaten Merauke pada tahun 2025. Dari proyeksi jumlah penduduk diketahui kepadatan penduduk paling tinggi terjadi di Kecamatan Merauke (87 jiwa per Km2), kemudian Kecamatan Semangga (56 jiwa per Km2) dan Kecamatan Malind (26 jiwa per Km2).
EKONOMI Pengembangan Kawasan Food Estate dengan komoditas unggulan padi. Komoditas potensial meliputi komoditas tanaman pangan sedangkan komoditas tanaman pertanian pendukung terdiri dari tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan.
Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan terhadap infrastruktur wilayah. Oleh karena itu, dalam Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan infrastruktur pertanian, melainkan kebutuhan infrastruktur dalam permukiman penduduk sebagai satu sistem yang dapat mendukung Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke. Proyeksi Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Dalam pengembangan Kawasan Food Estate Merauke, Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dibutuhkan guna mendukung kegiatan pertanian, maupun kegiatan lainnya yang bersifat mendukung kegiatan pertanian. Skill menjadi indikator penting dalam keberhasilan kegiatan pertanian. Pada umumnya kemampuan bercocok tanam dimiliki secara turun temurun dan dibentuk oleh kebiasan masyarakat. Oleh karena itu, proyeksi tenaga kerja disektor pertanian dibutuhkan guna melihat ketersediaan SDM dalam pengembangan Kawasan Food Estate Merauke.
Food Estate Merauke menitik beratkan pada pengembangan tanaman padi sebagai produk Unggulan. Potensi lahan pertanian di Kabupaten Merauke memungkinkan untuk dikembangkan jenis tanaman lain, baik tanaman perkebunan maupun holtikultura.
PERTANIAN Simpul produksi pertanian dan perkebunan ditentukan berdasarkan luas lahan yang potensial untuk pengembangan komoditas. Tahap 1, meliputi Distrik Jagebob, Tanah Miring, Kurik, Sota, Malind, Semangga, Ulilin, Elikobel, Muting dan Animha. Simpul produksi pada tahap satu berlokasi di Distrik Kurik dengan titik lokasi di ibukota Distrik Kurik. Komoditas tanamanan pangan berupa Padi sebagai komoditas utama, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang Tanah. Komoditas pendukung berupa tanaman perkebunan adalah tebu, sawit, karet dan sagu. Sedangkan holtikultura adalah mangga, rambutan dan durian.
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
10
Tahap 2, meliputi Distrik Ngguti dan Animha. Simpul produksi pada tahap dua berlokasi di Distrik Ngguti. Komoditas tanaman pangan berupa padi sebagai komoditas utama. kacang tanah, jagung, kedele, dan ubi kayu sebagai komoditas tanaman pangan pendukung. Tanaman holtikultura pendukung berupa manga dan rambutan, sedangkan tanaman perkebunan pendukung berupa tebu, sawit dan sagu. Tahap 3, meliputi Distrik Okaba, Ngguti dan Kaptel dan Tubang. Simpul produksi pada tahap tiga berlokasi di Okaba dan Tubang. Komoditas tanaman pangan Padi sebagai komoditas utama. jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah sebagai komoditas tanaman pangan pendukung padi. Tanaman holtikultura pendukung berupa rambutan dan mangga, serta tanaman perkebunan pendukung adalah sawit, sagu dan tebu.
PERMUKIMAN Persebaran lokasi permukiman megikuti lokasi pembukaan lahan sawah baru dan pusat distrik. Luas lahan sawah yang dibuka mempengaruhi penentuan lokasi permukiman. Lahan sawah yang lebih luas memiliki peluang lebih besar menjadi pusat permukiman. Pembukaan lahan sawah baru merupakan tarikan pergerakan yang menimbulkan adanya kegiatan baru, sehingga ditetapkan rencana permukiman secara terpusat. Selain permukiman di area pembukaan lahan sawah baru, pusat permukiman juga diarahkan ditempat yang berpotensi menimbulkan aktivitas tinggi, yaitu ibu kota distrik. Pusat distrik tentunya menjadi tarikan yang berasal dari kegiatan perdagangan, pemerintahan dan kegiatan lainnya.
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
11
3
Tanah Miring, Kurik, Sota, Malind, Semangga, Ulilin, Elikobel, Muting dan Animha. Tahap 2 terdiri dari Distrik Ngguti dan Tubang. Tahap 3 terdiri dari Okaba, Ngguti dan Kaptel.
STARTEGI PENGEMBANGAN
VISI DAN MISI
VISI Mewujudkan Kawasan Food Estate sebagai Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional yang berkelanjutan dengan dukungan infrastruktur yang terpadu
MISI 1. Mengembangkan lahan sawah tekno sebagai simpul produksi berbasis komoditas unggulan 2. Mengembangkan infrastruktur yang terpadu antar simpul-simpul produksi dan Kawasan Sentra Produksi Pangan dengan wilayah sekitarnya 3. Mengembangkan sistem mekanisasi pertanian dengan pendekatan partisipatif dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat lokal 4. Membuka pintu investasi guna meningkatkan nilai perekonomian kawasan 5. Mengembangkan kawasan prioritas sebagai pusat utama produksi pangan
SKENARIO PENGEMBANGAN Skenario pengembangan Kawasan Food Estate Merauke dibagi menjadi 3 tahap. Pertama adalah kawasana prioritas terdiri dari Distrik Jagebob,
2016 - 2019
2020 - 2022
2022 - 2025
JANGKA PENDEK
JANGKA MENENGAH
JANGKA PANJANG
PERSIAPAN
PENGEMBANGAN
PEMANTAPAN
Persiapan lahan sawah maupun penyediaan dan peningkatan
Tersedianya lahan pertanian dan berkembangnya sentra produksi pertanian di kawasan pengembangan
Kawasan Food Estate Merauke menjadi Kawasan Sentra Pangan Nasional didukung dengan konektivitas antar Skenario Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Skenario Pengembangan Kawasan Investasi Industri dan Kawasan
Kawasan Perkotaan 1. Mengembangkan kawasan permukiman perkotaan melalui dukungan infrastruktur yang terpadu 2. Meningkatkan fungsi dan peran kawasan perkotaan terhadap wilayah yang lebih luas 3. Meningkatkan konektivitas dan jaringan transportasi antar kawasan serta dengan kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan lainnya 4. Mengembangkan kawasan perkotaan dengan konsep agropolitan
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
12
Kawasan Pedesaaan 1. Mengembangkan kawasan pedesaan sebagai pusat produksi pangan 2. Mengembangkan kawasan permukiman pedesaan yang layak dan sehat melalui dukungan infrastruktur yang terpadu 3. Meningkatkan fungsi dan peran kawasan pedesaan terhadap wilayah yang lebih luas 4. Meningkatkan konektivitas dan jaringan transportasi antar kawasan pedesaan 5. Mengembangkan kawasan perdesaan sebagai sentra produksi komoditas unggulan guna mendukung kawasan perkotaan Skenario Pengembangan Kawasan Invetasi Industri dan Kawasan Strategis Lainnya 1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada KTM Salor 2. Menetapkan kawasan-kawasan potensial (kawasan sentra produksi pertanian) sebagai kawasan investasi industry pertanian 3. Meningkatkan konektivitas dan pengembangan jaringan transportasi antar kawasan 4. Mengembangkan agroindustry yang ramah lingkungan
3. 4. 5. 6.
Urgensi Potensi dan Masalah Kelayakan Fisik (Daya Dukung dan Daya Tampung) Kelayakan Ekonomi Kesepakatan Pemda, Masyarakat, dan Swasta Penilaian Kawasan Prioritas
No.
Kriteria Kawasan Prioritas
Kawasan Tahap 1
Kawasan Tahap 2
Kawasan Tahap 3
1.
Signifikansi perwujudan tata ruang
3
1
1
2.
Signifikansi perwujudan Grand Design MIFEE tahun 2010 dan usulan masterplan Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional Merauke tahun 2015) Urgensi dan Masalah Kelayakan fisik Kelayakan ekonomi Intensitas kebutuhan pengembangan infrastruktur Kesepakatan pemerintah, swasta, dan masyarakat TOTAL
3
1
1
2 3 3 2 3 19
2 1 1 2 1 9
1 1 1 2 1 8
3. 4. 5. 6. 7.
PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS Kawasan Prioritas merupakan Kawasan yang didahulukan pengembagannya sesuai dengan Rencana Pengembangan Tahap I KSPPN Pengembangan Kawasan Prioritas akan mengintegrasikan kawasan inkubasi, KEK (masih dalam rencana), dan kawasan cetak sawah baru 10.000 ha Kriteria Penentuan Kawasan Prioritas 1. Signifikansi Perwujudan Tata Ruang 2. Signifikansi Perwujudan Grand Design MIFEE tahun 2010 dan Masterplan KSPPN Merauke
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
13
KAWASAN INKUBASI Kawasan Inkubasi ditetapkan sebagai kawasan yang akan utamakan dalam pengembangan. Kawasan ini Termasuk dalam bagian Kawasan Prioritas pengembangan FE Merauke (termasuk dalam wil. Tahap I KSPPN). Kawasan Inkubasi disiapkan menjadi kawasan utama sentra produksi pangan atau disebut sebagai pengungkit pertumbuhan kawasan yang terintegrasi dengan Plaza Agro Cerdas dan KEK (masih dalam penyusunan).
Kawasan Inkubasi memiliki fungsi untuk, meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat; mengurangi kemiskinan, membuka daerah terisolasi mengurangi kesenjangan pertumbuhan antardaerah, antarsektor serta antarkota dan desa, atau antarlingkungan/ kawasan; menjadi motor pertumbuhan wilayah dan katalisator antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir. menciptakan pertambahan nilai (value creation) melalui skenario pemanfaatan ruang yang efektif PLAZA AGRO CERDAS Berdasarkan kajian kawasan pengembangan inkubasi food estate Marauke, kawasan Plaza Agro Cerdas dirancang dengan konsep perencanaan di Kawasan Ekonomi Khusus Kawasan Pengembangan Inkubasi Food Estate Marauke adalah:
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
14
1. Mengembangkan lokasi Plaza Agro Cerdas sebagai pusat etalase produk pangan dari seluruh KSPPN yang terintegrasi dengan kawasan sekitarnya 2. Menciptakan ruang sebagai pusat pembibitan dan penyemaian tanaman pangan 3. Menciptakan ruang sebagai pusat pendidikan dan pelatihan pekerja 4. Menciptakan ruang sebagai pusat penelitian dan pengembangan KSPPN 5. Mengembangkan agrowisata
Bird Eye View Plaza Agro Cerdas
Konsep tata letak pada rancangan lebih ditekankan pada bentuk yang mengekspresikan desain Plaza Agro Cerdas sebagai sarana produk pangan, penelitian, dan agrowisata dalam pola tata ruangnya, memiliki peran sentral dalam mengembangkan aktivitas masyarakat sekitar baik dalam kegiatan pertanian (produk pangan), sosial, pendidikan, dan perekonomian. Kehadiran zona kawasan Plaza Agro Cerdas yang di desain sebagai pusat etalase produk pangan, pusat pembibitan/persemaian tanaman, pusat pendidikan dan penelitian, juga berfungsi sebagai “ruang publik” bagi masyarakat Kabupaten Marauke dan sekitarnya kemudian menumbuhkan spontanitas hadirnya fasilitas komersial dan fasilitas lainnya dalam kawasan Plaza Agro Cerdas Marauke. Site Plan Plaza Agro Cerdas
Program ruang Plaza Agro Cerdas terdiri dari gerbang, parkir kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, kantor pengelola, galeri, pusat pendidikan (training center), pusat penelitian, taman, pembibitan, menara pandang, sirkulasi dan pedestrian serta infrastruktur hijau. Adapun luas masing-masing fasilitas tersebut sebagai berikut. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fasilitas Gerbang Parkir Kendaraan Kantor Pengelola dan Galeri Training Center Pusat penelitian Taman Pembibitan Menara Pandang Sirkulasi dan Pedestrian Infrastruktur Hijau Total
Luas (M2) 120,00 4.725,00 432,00 449,44 449,44 200,00 5.400,00 24,00 2.380,00 6.548,05 20.728,53
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
15
PLAZA
PUSAT PELATIHAN
PUSAT PEMBIBITAN & PERSEMAIAN
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
16
Executive Summary | Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke
17