PROFIL DARAH, PERFORMA DAN KUALITAS DAGING AYAM PERSILANGAN KAMPUNG BROILER (KB) PADA KEPADATAN KANDANG BERBEDA
ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Profil Darah, Performa dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
Agustus 2016
Andi Tenri Bau Astuti Mahmud NIM D151140321
RINGKASAN ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD. Profil Darah, Performa dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang Berbeda. Dibimbing oleh RUDI AFNAN, DAMIANA RITA EKASTUTI dan IRMA ISNAFIA ARIEF.
Produksi daging ayam kampung di Indonesia masih tergolong rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Penyebab rendahnya tingkat produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan ayam kampung yang sangat lambat. Perbaikan mutu genetik ayam kampung dapat ditingkatkan melalui persilangan ayam kampung dengan ayam broiler parent stock yang diharapkan dapat meningkatkan produksi daging dan tekstur daging yang empuk dengan sistem ketahanan terhadap lingkungan suhu yang tinggi. Selain faktor genetik dan pakan, manajemen perkandangan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan performa ayam dan keuntungan. Salah satu hal penting dalam pengelolaan kandang adalah menentukan tingkat kepadatan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepadatan terhadap THI (temperatur humidity index), profil darah, performa dan kualitas daging pada ayam persilangan kampung broiler (KB). Sebanyak 90 DOC (day old chick) ayam hasil persilangan kampung broiler dipelihara di dalam petak kandang yang berukuran 1 x 1 m2. Tiap petak diisi 8, 10 dan 12 ekor ayam yang dipelihara selama 12 minggu. Ayam diberikan pakan ayam pedaging komersial. Pengambilan data performa dimulai pada umur DOC sampai 12 minggu. Sebanyak 30% ayam diambil secara acak pada minggu ke-10 dari setiap petak kandang untuk pengujian profil darah. Sebanyak 30% ayam diambil secara acak pada minggu ke-12 untuk dilakukan pemotongan kemudian dilakukan pengujian kualitas daging. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat kepadatan kandang ayam KB tidak berpengaruh nyata terhadap THI, profil darah (eritrosit, leukosit, hemoglobin, hematokrit, diferensiasi leukosit, Rasio H-L dan glukosa), performa (konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan, konversi pakan dan mortalitas) dan kualitas daging (kimia, fisik dan organoleptik). Kesimpulan penelitian ini yaitu pertumbuhan ayam KB yang optimal dicapai pada umur 9 minggu dan kadar kolesterol ayam KB lebih rendah dibandingkan ayam broiler dan ayam kampung. Kata kunci : Ayam KB, profil darah, kepadatan, kualitas daging, performa.
SUMMARY ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD. Blood Profile, Performance and Meat Quality of Crossed Kampung Broiler Chicken in Different Stocking Density. Dibimbing oleh RUDI AFNAN, DAMIANA RITA EKASTUTI dan IRMA ISNAFIA ARIEF.
Kampung chicken production in Indonesia is low so that it could not meet the national market demand. It caused by the slow growth of Kampung chicken. Genetic quality of Kampung chicken can be developed by crossing the Kampung chicken with Broiler chicken and it might increase the productivity, meat quality and adaptability to extreme environment. Caged system is other factor besides genetics and feed that can give big effect on Kampung chicken productivity and also determine the profit. One important factor in caged management is stocking density. Research objective is to analyze the effect of stocking density on THI, blood profile, productivity and meat quality in crossbred of Kampung Broiler chicken (KB). Ninety DOC’s of crossed Kampung Broiler chicken were maintained in 3 caged that has same size of 1x1 m2. Each cage had 8, 10, and 12 chickens respectively and it was maintained for 12 week and feeding used commercial feed. Productivity parameter was recorded since DOC to 12 week. As much as 30% chicken was taken randomly and used as samples to analyze the blood profile in 10 weeks old and 30% chicken also was taken randomly and used as samples to analyze the meat quality in 12 weeks old. Result showed that the stocking density did not affect THI, blood profile (erythrocyte, leukocyte, hemoglobin, hematocrit, leukocyte differentiation, ratio H-L and glucose), productivity (feed consumption, water consumption, body weight, feed coversion and mortality) and meat quality (chemical, physical and sensory) of KB chicken. In conclusion, the optimal growth of KB chicken was in 9 weeks old and cholesterol level of KB chicken was lower than both parents. Key words : Density, hematology, KB chicken, meat quality, performance.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PROFIL DARAH, PERFORMA DAN KUALITAS DAGING AYAM PERSILANGAN KAMPUNG BROILER (KB) PADA KEPADATAN KANDANG BERBEDA
ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Niken Ulupi, MS
Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang Berbeda
NIM
Pembimbing
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini ialah kepadatan kandang, dengan judul Profil Darah, Performa dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang yang Berbeda. Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rudi Afnan, SPtMScAgr, Ibu Dr drh Damiana Rita E, MS dan Ibu Dr Irma Isnafia Arief, SPtMSi selaku pembimbing yang telah membimbing, memberikan pengarahan dan dorongan semangat yang sangat berarti mulai dari penyusunan proposal sampai penulisan tesis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Niken Ulupi, MS selaku penguji ujian tesis atas saran dan masukannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr Ir Salundik, MSi selaku Ketua Program Studi ITP beserta jajarannya Ibu Ade Sulastri dan Ibu Okta atas pelayanan prima selama studi. Terima kasih kepada kedua orang tua (ayah H Ir Andi Mahmud T, MMA dan ibu Hj Dra Jumiaty S), adik (Andi Fitri Rahmadhany S.STP dan Andi Masyta Putri), sahabat dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dorongan, motivasi dan pengertiannya selama ini. Kepada teman-teman mahasiswa pascasarjana ITP 2014 angkatan 51 terima kasih atas segenap bantuan dan kerjasamanya selama kuliah dan seluruh pihak yang telah memberikan doa dan dukungannya, penulis ucapkan terima kasih. Semoga karya ilmiah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah keilmuan.
Bogor,
Agustus 2016
Andi Tenri Bau Astuti Mahmud
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 2 2 2 2
2 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Peralatan Prosedur Penelitian Peubah yang Diamati Prosedur Pengambilan Data Rancangan Percobaan
4 4 4 5 6 6 11
3 HASIL DAN PEMBAHASAN THI (temperature humidity index) Profil Darah Diferensiasi Leukosit Performa Ayam KB Kualitas Kimia Daging Kualitas Fisik Daging Organoleptik Mutu Hedonik dan Hedonik
12 12 12 13 14 17 18 19
4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
20 20 20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
DAFTAR TABEL 1 Nilai THI (temperature humidity index) ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. 2 Nilai rata-rata profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. 3 Nilai rata-rata diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. 4 Nilai rata-rata performa ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 5 Nilai rata-rata kualitas kimia daging ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. 6 Nilai rata-rata kualitas fisik daging ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. 7 Nilai rata-rata organoleptik mutu hedonik dan hedonik ayam KB pada kepadatan kandang
12 12 13 14 17 18 19
DAFTAR GAMBAR 1 Gambaran umum penelitian 2 Gambar ayam kampung, broiler dan hasil silangan 3 Pertambahan bobot badan (PBB) ayam jantan dan betina pada kepadatan kandang berbeda 4 Bobot badan (BB) ayam jantan dan betina pada kepadatan kandang berbeda 5 Konversi Pakan (FCR) ayam KB pada kepadatan kandang berbeda
3 5 15 16 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil analisis sidik ragam profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 2 Hasil analisis sidik ragam diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 3 Hasil analisis sidik ragam performa ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 4 Hasil analisis sidik ragam kualitas kimia daging ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 5 Hasil analisis sidik ragam kualitas fisik daging ayam KB pada kepadatan kandang berbeda
24 25 26 27 28
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang umum dipelihara masyarakat karena waktu pemeliharaan yang singkat. Salah satu produk utama unggas berupa daging. Permintaan daging unggas selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan daging pada tahun 2012-2013 dari 2 658 123 ton menjadi 2 880 340 ton atau meningkat sebesar 8.36% (BPS 2014). Sebanyak 67.03% permintaan daging Indonesia pada tahun 2013 dipenuhi dari daging unggas yang terdiri atas ayam ras pedaging 52%, ayam lokal 11.10%, ayam ras petelur 2.68% dan itik 1.26% (BPS 2014). Berdasarkan data tersebut, daging unggas memberikan kontribusi yang besar dalam memenuhi kebutuhan daging nasional. Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia berasal dari ayam hutan merah (Gallus-gallus) yang telah didomestikasi dan memiliki keunggulan cita rasa daging yang khas, dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam broiler. Menurut Aman (2011), konsumsi ayam kampung di Indonesia meningkat pada tahun 2001-2005 sebesar 4.5% (1.49 juta ton) dan tahun 2005-2009 meningkat menjadi 1.52 juta ton. Produksi daging ayam kampung di Indonesia masih tergolong rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Penyebab rendahnya tingkat produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan ayam kampung yang sangat lambat. Keunggulan ayam broiler yaitu tumbuh dengan cepat dan dipanen dalam waktu yang singkat. Keunggulan genetik yang dimiliki ayam broiler dan pemberian ransum yang baik mampu menampilkan performa produksi yang maksimal dibandingkan dengan ayam kampung. Perbaikan mutu genetik ayam kampung dapat ditingkatkan melalui persilangan ayam kampung dengan ayam broiler parent stock yang diharapkan dapat meningkatkan produksi daging dan tekstur daging yang empuk dengan sistem ketahanan terhadap lingkungan suhu yang tinggi. Persilangan yang dilakukan Daryono et al. (2010) antara ayam pelung dengan ayam broiler parent stock menghasilkan anakan yang memiliki pertumbuhan yang cukup baik. Hasil persilangan memiliki rata-rata bobot badan pada umur 7 minggu sebesar 1200 gram. Daging ayam persilangan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan ayam broiler (Daryono et al. 2012). Selain faktor genetik dan pakan, manajemen perkandangan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan performa ayam dan keuntungan. Salah satu hal penting dalam pengelolaan kandang adalah menentukan tingkat kepadatan yang tepat. Bell dan Weaver (2002) menyatakan meningkatnya kepadatan kandang akan menyebabkan berkurangnya konsumsi pakan, menurunkan pertumbuhan bobot badan, meningkatkan mortalitas, meningkatkan amoniak, menurunkan ketersediaan oksigen dan dapat mengalami stres. Namun demikian, belum terdapat informasi mengenai tingkat kepadatan yang optimum untuk pemeliharaan ayam kampung broiler (KB).
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepadatan terhadap THI, profil darah, performa dan kualitas daging pada ayam persilangan kampung broiler (KB).
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tingkat kepadatan paling optimal berdasarkan THI, profil darah, performa dan kualitas daging, sehingga digunakan sebagai dasar dalam perbaikan aspek manajemen pemeliharaan.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tahap awal adalah menyilangkan ayam kampung dan ayam broiler parent stock dengan ratio 1:6 (jantan:betina). Pengumpulan telur dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Telur disimpan pada ruangan tertutup dengan suhu 20 oC-25 oC selama ±5 hari. Proses penetasan telur ayam kampung broiler (KB) dilakukan dalam 2 tahap dengan menggunakan mesin tetas semi otomatis selama ±21 hari. Pengelompokan ayam KB berdasarkan kepadatan kandang yang terbagi atas kepadatan rendah (8 ekor pen-1), kepadatan sedang (10 ekor pen-1) dan kepadatan tinggi (12 ekor pen-1). Pemeliharaan ayam KB dilakukan di dalam kandang selama 12 minggu. Kandang terdiri dari 9 petak berukuran 1x1 m2 masing-masing petak berisi satuan percobaan dengan kepadatan 8, 10 dan 12 ekor m-2. Pemberian pakan dan air minum dilakukan secara ad libitum setiap hari. Pengukuran THI (temperature humidity index) dan performa ayam KB (konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas) selama 12 minggu pemeliharaan. Tahap akhir melakukan analisis profil darah meliputi jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, diferensiasi leukosit, rasio heterofil-limfosit dan kadar glukosa. Kualitas kimia daging meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat dan kualitas fisik daging ayam yang diamati meliputi derajat keasaman (pH), daya ikat air (DIA), keempukan (tenderness), susut masak (cooking loss), water activity (aw) serta uji kolesterol daging dan uji organoleptik. Gambaran umum penelitan dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Persilangan Kampung x Broiler
Pengumpulan Telur ayam KB ±180 butir
Penetasan Telur KB ±21 hari
Populasi dalam kandang (ukuran 1x1 m2 pen-1) 8
10
12
8
10
12
8
10
12
Mikroklimat THI (Temperature Humidity Index)
Profil darah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kualitas Daging
Performa Produksi
Jumlah Eritrosit Jumlah Leukosit Kadar Hemoglobin Nilai Hematokrit Diferensiasi Leukosit Rasio H-L Kadar Glukosa
a. b. c. d.
Konsumsi Pakan Konsumsi Air Minum Bobot Badan (BB) Pertambahan Bobot Badan (PBB) e. Konversi Pakan f. Mortalitas
1. 2. 3. 4.
Gambar 1. Gambaran umum penelitian
Kualitas Kimia Kualitas Fisik Kolesterol Uji Organoleptik
4
2 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai Desember 2015 melalui pengamatan lapangan dan laboratorium. Lokasi penelitian adalah Laboratorium Lapang Unit Unggas Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Uji profil darah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Uji glukosa darah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Nutrisi dan Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan IPB. Uji kualitas kimia daging dilaksanakan di Laboratorium LPPM (Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat) Pusat Antar Universitas IPB. Uji Kolesterol daging dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Balai Besar Industri Agro (BBIA). Uji kualitas fisik daging dilaksanakan di Laboratorium Ruminansia Besar Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB dan uji organoleptik dilaksanakan di Laboratorium Organoleptik IPTP Fakultas Peternakan IPB.
Bahan dan Peralatan Bahan Bahan yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan yaitu ayam kampung broiler (ayam KB), formalin, KMnO4, pakan komersial BR 11, air minum, sekam padi, vitamin, antibiotik, vaksin, desinfektan, bambu dan koran. Bahan yang digunakan untuk analisis yaitu darah dan daging ayam kampung broiler (KB), kapas, disposable syringe, alkohol 70%, spoit, tissu, aquadest, larutan giemsa, larutan pengencer (BCB 0.3%), larutan H3Bo3, metanol, NaOH, selenium, H2SO4, HCL 0.1 N dan kertas saring.
Alat Alat yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan yaitu mesin tetas, termometer basah kering, exhaust fan, timbangan digital, tabung vacutainer, tempat pakan, tempat minum, kandang pemeliharaan, chick guard, feedtray dan lampu pijar. Alat yang digunakan untuk analisis yaitu mikroskop, pH meter, aw meter, spektrofotometer, inkubator, timbangan neraca, oven, microcapillary hematokrit reader, eksikator, labu erlenmeyer, labu Kjeldahl, labu Soxhlet, cawan porselain, warner-blatzer shear force, gas chromatography dan tanur.
5 Prosedur Penelitian Ayam Persilangan Ayam KB merupakan ayam hasil persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging parent stock betina. Persilangan menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan ayam kampung dan ayam ras pedaging (broiler).
a
b
c
Gambar 2 Ayam kampung (a), ayam ras pedaging/broiler (b) ayam kampung broiler (KB) yang digunakan pada penelitian (c) Sebanyak 90 DOC ayam silangan kampung broiler secara unsexed dimasukkan ke dalam kandang tertutup. Kandang yang digunakan sebanyak 3 unit dengan kepadatan kandang yang berbeda-beda. Tiap kandang terdapat 3 petak (pen) yang berukuran 1 X 1 m2. Tiap petak masing-masing diisi 8, 10 dan 12 ekor ayam hasil persilangan kampung broiler. Ayam diberikan pakan ayam pedaging komersial. Pengambilan data THI dimulai pada minggu ke-3 dan performa dimulai pada umur DOC sampai 12 minggu. Masing-masing sebanyak 30% ayam diambil secara acak pada minggu ke-10 dari setiap petak kandang kemudian dilakukan pengujian profil darah. Darah diambil melalui vena brachialis di bagian sayap ayam dengan menggunakan disposable syringe. Sampel darah kemudian dipindahkan ke dalam tabung vakum berantikoagulan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) untuk dianalisis. Parameter yang diukur pada profil darah yaitu jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, diferensiasi leukosit, rasio heterofillimfosit dan kadar glukosa. Sebanyak 30% ayam diambil pada minggu ke-12 dari setiap petak kandang untuk pemotongan. Sampel daging diambil dari bagian paha untuk pengujian kualitas kimia daging (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar kolesterol daging), kualitas fisik daging (pH, daya ikat air (DIA), keempukan, susut masak dan water activity), dan uji organoleptik mutu hedonik dan hedonik : penampilan umum, warna, tekstur, aroma dan rasa.
6 Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah : 1. THI (temperature humidity index) 2. Profil darah meliputi jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, diferensiasi leukosit, rasio heterofil-limfosit dan kadar glukosa. 3. Performa ayam pedaging meliputi konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas. 4. Kualitas daging terdiri dari kualitas kimia daging meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar kolesterol. Kualitas fisik daging meliputi uji derajat keasaman (pH), daya ikat air (DIA), keempukan (tenderness), susut masak (cooking loss) dan water activity (aw). Uji organoleptik meliputi penampilan umum, warna, tekstur, aroma dan rasa.
Prosedur Pengambilan Data THI (Temperature Humidity Index) Suhu basah dan suhu kering (THI) diukur menggunakan termometer basah kering. Pemasangan termometer basah kering berada 50 cm dari lantai kandang. Data diambil 3 kali dalam sehari yaitu pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 17.00 WIB. Rumus menghitung THI (temperature humidity index) (Tao and Xin 2003) adalah sebagai berikut: THI = 0.85 Tdb + 0.15 Twb Keterangan : THI = temperature humidity index (oC) Tdb = dry-buld termperature (oC) Twb = wet-buld temperature (oC)
Performa Produksi a. Konsumsi pakan (g) dilakukan melalui penimbangan jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang sisa pada hari tersebut. b. Konsumsi air minum dilakukan melalui pengukuran jumlah air minum yang diberikan dikurangi jumlah air minum yang tersisa pada hari tersebut. c. Pertambahan bobot badan (PBB) dilakukan melalui penimbangan setiap minggu dan dihitung menggunakan rumus : PBB = BBt – BBo Keterangan : PBB BBt BBo
= Pertambahan bobot badan (g) = Bobot badan akhir (g) = Bobot badan awal (g)
7 d. Konversi pakan diukur dari jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian dibagi dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama penelitian. e. Mortalitas dihitung berdasarkan jumlah ayam yang mati selama penelitian.
Profil Darah a.
b.
c.
d.
e.
f. g.
Jumlah Eritrosit (Sikar et al. 1984). Darah dicampur dengan larutan pengencer (BCB 0.3%). Penghitungan banyaknya butir darah mm-3 menggunakan hemocytometer Neubauer (kamar hitung) di bawah mikroskop. Jumlah Leukosit (Sikar et al. 1984). Darah dicampur dengan larutan pengencer (BCB 0.3%). Penghitungan banyaknya butir darah mm-3 menggunakan hemocytometer Neubauer (kamar hitung) di bawah mikroskop. Kadar Hemoglobin (Sastradipradja et al. 1989). Kadar hemoglobin dihitung menggunakan metode Sahli. Perhitungan kadar hemoglobin dilakukan dengan membaca tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli dengan melihat skala g % yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram 100 ml-1 darah. Nilai Hematokrit (Sastradipradja et al. 1989). Nilai hematokrit ditentukan dengan metode mikrohematokrit. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematokrit reader). Diferensiasi Leukosit. Preparat ulas dibuat, dikeringkan, kemudian difiksasi dengan metanol selama 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa selama 30 menit. Penghitungan dilakukan dalam seratus sel leukosit menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x meliputi sel heterofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam persentase masing-masing jenis leukosit. Rasio Heterofil-Limfosit didapat dari perbandingan persentase heterofil dengan limfosit. Kadar Glukosa (Barham dan Trinder 1972) dilakukan menggunakan metode GOD-PAP yang diukur dengan spektrofotometer. Kadar glukosa darah diperoleh dengan membandingkan nilai absorbansi sampel dengan absorbansi standar kemudian dikalikan 100 mg dL-1 : As x 100 mg dL-1
Kg = Ast Keterangan :
Kg = kadar glukosa darah/cairan amnion (mg dL-1) As = absorbansi sampel Ast = absorbansi standar
8 Kualitas Daging 1. Kualitas Kimia Daging Kadar air (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dalam cawan. Sampel dimasukkan ke oven suhu 105 °C selama 8 jam kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Kadar air dihitung dalam rumus ( ) Kadar abu (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dalam cawan porselen. Sampel dibakar atau diabukan dalam tanur suhu 600 °C selama 2 jam atau sampai tidak berasap. Sampel kemudian ditimbang setelah didinginkan dalam eksikator. Kadar abu dihitung dalam rumus ( )
s
Kadar protein (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 0.25 g dan dimasukkan dalam labu Kjeldahl 100 mL. Sampel ditambahkan 0.25 g selenium dan 3 mL H2SO4 kemudian dilakukan destruksi selama 1 jam sampai larutan jernih. Setelah dingin, larutan ditambahkan 50 mL air destilat dan 20 mL NaOH 40% kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang berisi campuran 10 mL larutan H3Bo3 dan dua tetes Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna merah muda. Setelah volume destilat menjadi 10 mL dan berwarna kebiruan, destilasi dihentikan. Destilat kemudian dititrasi dengan HCl 0.1 N sampai berubah warna menjadi merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan pada blanko. Kadar protein dihitung dengan rumus Kadar protein = 6.25 × % nitrogen, dengan persentase nitrogen dapat dihitung dengan rumus (
)
Keterangan: S W B N
: Volume titran sampel (mL) : Bobot sampel kering (g) : Volume titran blanko (mL) : Normalitas
Kadar lemak (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 2 g dan disebar di atas kapas yang beralaskan kertas saring. Kertas saring digulung hingga membentuk thimble dan dimasukkan ke dalam labu Soxhlet. Sampel diekstraksi selama enam jam dengan pelarut heksan 150 mL. Lemak yang terekstrak dikeringkan dalam oven suhu 100 °C selama satu jam. Kadar lemak dihitung dengan rumus
9 s
( )
s
Kadar karbohidrat (AOAC 2005). Kadar karbohidrat dihitung dengan pengurangan hasil analisis proksimat lainnya yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. 2. Uji Kolesterol Daging Kadar kolesterol daging diukur dengan metode AOAC (2005) dengan disaponifikasi pada suhu yang tinggi. Fraksi kolesterol yang tidak tersaponifikasi diekstraksi dengan toluene. Setelah itu, dilakukan derivatisasi ke dalam trimethylsilyl (TMS) kemudian dihitung dengan gas chromatography. Analisis gas chromatography ditempatkan dengan cara memasukkan 1 mL volume derivatisasi ke dalam gas chromatography. Penentuan arah kolesterol tertinggi menggunakan pengukuran tinggi lebar atau digital integrator. Pengukuran dilakukan selama 16-18 menit. Area kolesterol teringgi dibagi dengan standar area kolesterol tertinggi internal untuk mendapatkan rasio respon standar. Respon standar diplotkan dengan 4 standar tertinggi (0.01-0.20 mg mL-1) terhadap konsentrasi kolesterol. Hasil derivatisasi diukur dengan rumus : g sampel mL-1 derivatisasi = (W1/V1) x (V2/V3) Keterangan : W1 = Berat sampel (g) V1 = Volume toluene (100 mL) yang digunakan dalam ekstraksi V2 = Aliquot dan ekstrak (25 mL) V3 = Volume DMF yang digunakan untuk melarutkan residu Setelah didapatkan banyaknya g sampel mL-1 derivatisasi, kadar kolesterol dihitung dengan rumus : s
(
s s
s s
s
) s s s
3. Kualitas Fisik Daging Daging ayam KB yang digunakan pada penelitian ini dilakukan penyimpanan dalam freezer selama 7 hari sebelum dilakukan pengujian. Nilai pH (AOAC 2005). Nilai pH diukur dengan pH meter (Hanna Instruments USA) yang dikalibrasi pada pH 7 dan 4. Setelah kalibrasi selesai, dibilas dengan aquadest dan dikeringkan dengan tissu. Pisau pH meter ditusukkan ke dalam sampel hingga ujung tertutupi sampel dan nilai pH terbaca setelah simbol pada layar hilang.
10 Daya ikat air (Soeparno 2005). Sebanyak 0.3 gram sampel ditekan dengan beban 35 kg. Setelah lima menit, daerah yang tertutup sampel daging dan luas daerah basah di sekitarnya ditandai dan diukur. Daerah basah merupakan luas lingkaran luar dikurangi luas lingkaran dalam diukur dengan planimeter dan diperoleh nilai mgH2O. Daya ikat air dihitung berdasarkan persentase antara area basah dari area total. s Nilai aw (Salejda et al. 2014). Nilai aw (water activity) diukur menggunakan aw meter (Novasiana, Switzerland). Sampel dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian. Prosedur pengukuran nilai aw dilakukan sesuai dengan prosedur. Susut masak (Soeparno 2005). Sampel seberat 10 gram dibersihkan dari jaringan ikat dan lemak kemudian direbus pada suhu 80 oC selama 60 menit kemudian didinginkan pada suhu ruang selama 30 menit. Sampel daging dilap dengan tissu untuk menyerap air pada permukaan daging dan selanjutnya sampel ditimbang. Keempukan/tenderness (Bowker et al. 2014). Sampel daging paha dibentuk persegi empat dan arah serabut otot yang jelas. Daging dimasukkan ke dalam air mendidih hingga termometer menunjukkan angka 80 oC. Sampel dibentuk dengan correr mengikuti arah serat daging. Potongan daging diukur dengan alat Warner-Blatzer Shear Force untuk menentukan nilai daya putusnya yang dinyatakan dengan satuan kg cm-3. 4. Uji Organoleptik Uji Organoleptik dilakukan dengan mutu hedonik dan hedonik menurut Arief et al. (2014) dengan jumlah panelis mahasiswa Fakultas Peternakan S1 yang sudah mendapatkan mata kuliah uji organoleptik dan mahasiswa S2 sebanyak 30 orang. Masing-masing panelis mendapat sampel daging dari semua perlakuan dan satu lembar kuesioner. Peubah yang diamati adalah penampilan umum, warna, tekstur, aroma dan rasa. Penilaian organoleptik untuk uji hedonik adalah (1) tidak suka, (2) agak suka, (3) suka, (4) sangat suka dan (5) amat sangat suka. Penilaian organoleptik untuk uji mutu hedonik terdiri dari parameter penampakan umum, warna, tekstur, aroma dan rasa. Penilaian penampilan umum adalah (1) tidak utuh dan sangat tidak menarik, (2) utuh dan tidak menarik, (3) utuh dan sedikit menarik, (4) utuh dan menarik serta (5) utuh dan sangat menarik. Penilaian warna adalah (1) sangat pucat, (2) agak pucat, (3) pucat, (4) agak cerah dan (5) cerah khas daging. Penampilan tekstur adalah (1) sangat kasar dan tidak empuk, (2) kasar, (3) agak kasar, (4) lembut dan empuk serta (5) sangat lembut dan empuk. Penilaian aroma adalah (1) sangat amis dan busuk, (2) amis dan agak busuk, (3) agak amis, (4) kurang amis dan (5) khas daging dan tidak amis. Penilaian rasa adalah (1) tidak gurih, (2) kurang gurih, (3) agak gurih, (4) gurih dan (5) sangat gurih.
11 Rancangan Percobaan Analisis Data Penelitian untuk performa produksi dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada perlakuan kepadatan kandang ayam persilangan KB dengan 3 kelompok dan tiap kelompok masing-masing berisi 8, 10, dan 12 ekor ayam KB. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam berdasarkan RAK dengan model matematika yang digunakan yaitu :
Keterangan : Yijk : Nilai pengamatan performa ayam persilangan pada perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i (8,10,12) dalam kelompok pemeliharaan taraf ke-j (1,2,3). µ : Nilai tengah umum (rata-rata umum pengamatan). i : Pengaruh performa ayam persilangan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i bj : Pengaruh performa ayam persilangan dari kelompok pemeliharaan taraf ke-j : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i pada kelompok taraf ke-j. Penelitian untuk profil darah dan kualitas daging disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada perlakuan kepadatan kandang ayam persilangan KB dengan 3 kali ulangan dan tiap ulangan masing-masing berisi 8, 10, dan 12 ekor ayam. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam berdasarkan RAL dengan model matamatika yang digunakan yaitu :
Keterangan : Yijk : Nilai pengamatan profil darah dan kualitas daging ayam persilangan pada perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i (8,10,12) dalam ulangan pemeliharaan taraf ke-j (1,2,3). µ : Nilai tengah umum (rata-rata umum pengamatan). i : Pengaruh profil darah dan kualitas daging ayam persilangan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i pada ulangan taraf ke-j. Penelitian untuk parameter THI disusun secara deskriptif. Penelitian untuk uji organoleptik mutu hedonik dan hedonik disusun berdasarkan rancangan statistik non parametrik dengan metode Kruskal wallis (Walpole 1990). Data diolah menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika analisis menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati, maka dilanjutkan uji perbandingan berganda menggunakan uji Tukey (Steel dan Torrie 1995).
12
3 HASIL DAN PEMBAHASAN THI (Temperature Humidity Index) Suhu basah dan suhu kering (THI) merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi fisiologi ternak. Rata-rata THI (temperature humidity index) pada ayam KB berdasarkan kepadatan kandang relatif sama sekitar 28.92-29.39 oC (Tabel 1). Hal ini menunjukkan kepadatan 8, 10 dan 12 ekor m-2 tidak berpengaruh terhadap THI. Nilai THI yang relatif sama dari kepadatan kandang memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan sampai pada kepadatan 12 ekor m-2. Penelitian Joseph et al. (2012) menyebutkan nilai THI yang melebihi 20.8 oC pada ayam broiler akan menurunkan performa ayam. Tabel 1 Nilai THI ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. Nilai THI (oC)
Kepadatan Kandang K1 (8 ekor m-2) K2 (10 ekor m-2) K3 (12 ekor m-2)
28.92±0.42 29.39±0.08 29.29±0.18
Profil Darah Profil darah pada ayam akan mengalami perubahan seiring perubahan fisiologisnya. Perubahan profil darah tersebut dapat dilihat dari jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin (Hb), hematokrit dan rasio heterofil-limfosit serta kadar glukosa darah. Kepadatan kandang ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap parameter profil darah. Hal ini karena kepadatan kandang yang berbeda memiliki nilai THI yang relatif sama sehingga status cekaman relatif sama (Tabel 1). Jumlah eritrosit dan leukosit yang diperoleh dalam penelitian ini pada semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Jumlah eritrosit pada ayam berkisar antara 2.5-3.2 x 106 mm-3 (Swenson 1993) sedangkan jumlah normal leukosit sekitar 7 000-32 000 µl-1 (Coles 2006). Nurfaizin et al. (2014) melaporkan jumlah leukosit ayam broiler umur 5 minggu berdasarkan kepadatan kandang 8 ekor m-2 sebesar 7 766.67 µl-1. Kadar hemoglobin memiliki nilai yang relatif sama. Hal ini menunjukkan kemampuan ayam dalam mengikat oksigen dalam darah masih berfungsi dengan baik. Profil darah yang normal diharapkan dapat menghasilkan performa dan kualitas daging yang baik. Dharmawan (2002) melaporkan kadar hemoglobin normal pada ayam di daerah tropis berkisar antara 7.0-13.0 g dL-1. Nilai hematokrit yang diperoleh dalam penelitian ini pada semua perlakuan relatif sama. Menurut Powell (2000), nilai hematokrit pada ayam berkisar 26%-30%.
13 Tabel 2 Nilai rata-rata profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. Parameter
K1(8 ekor m-2)
K2(10 ekor m-2)
K3(12 ekor m-2)
Eritrosit (juta mm-3) Leukosit (ribu mm-3) Hemoglobin (g dL-1) Hematokrit (%) Rasio Heterofil-Limfosit Kadar Glukosa (mg dL-1)
3.05±0.52 7.03±3.04 11.03±2.56 25.69±1.57 0.73±0.21 219.29±19.20
2.99±0.54 8.58±4.71 12.03±1.12 26.83±2.00 0.80±0.50 220.99±20.26
3.10±0.33 9.25±6.16 10.95±2.05 26.79±4.49 0.84±0.26 225.42±27.97
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepadatan pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap rasio H-L dan kadar glukosa. Rasio H-L dan kadar glukosa relatif sama. Hal ini menunjukkan pemeliharaan ayam KB sampai kepadatan 12 ekor m-2 tidak mengalami cekaman berbeda dibandingkan kepadatan 8 ekor m-2 dan 10 ekor m-2. Nilai H-L ayam KB sekitar 0.73-0.84 (Tabel 2) lebih tinggi dari H-L ayam broiler yaitu 0.55 (Setiadi dan Sudarman 2005). Hal ini diduga karena ayam KB memiliki perbedaan genetik dengan ayam broiler dan ayam kampung. Kadar glukosa pada setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan nilai berkisar antara 219.29-225.97 mg dL-1. Nilai ini lebih rendah dari kadar glukosa broiler yaitu 230-370 mg dL-1 (Sulistyoningsih et al. 2014). Suchy et al. (2004) melakukan penelitian ayam petelur strain Moravia BSL berumur 25-50 minggu memperoleh nilai kadar glukosa pada kisaran 234-252 mg dL-1. Hal ini disebabkan lingkungan pemeliharaan yakni THI dan pakan yang diberikan relatif sama.
Diferensiasi Leukosit Ayam KB pada penelitian ini memiliki diferensiasi leukosit yang relatif sama dan nilai dalam kisaran normal. Hal ini disebabkan nilai leukosit yang relatif sama pada setiap kepadatan (Tabel 3). Nurfaizin et al. (2014) melaporkan nilai diferensiasi leukosit pada ayam broiler umur 5 minggu berdasarkan kepadatan kandang yaitu heterofil (27.57%), eosinofil (2.44%), limfosit (56.44%), monosit (13.56%) dan basofil (0%). Menurut Coles (2006), komposisi leukosit untuk heterofil 20%-75%, limfosit 20%-65%, monosit 2%-5%, basofil 0%-0.6% dan eosinofil 1%-4%. Heterofil, eosinofil, basofil dan limfosit yang normal mengindikasikan proses pembentukan dari masing-masing jenis leukosit berjalan dengan normal dan ayam dalam kondisi sehat.
14 Tabel 3 Nilai rata-rata diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. Diferensiasi Leukosit (%) Limfosit Heterofil Monosit Eosinofil Basofil
K1(8 ekor m-2)
K2(10 ekor m-2)
K3(12 ekor m-2)
55.67±15.60 39.00±13.02 3.00±0.89 2.33±2.34 0±0
57.00±16.29 38.56±15.37 2.56±1.01 1.89±1.96 0±0
51.50±7.14 44.92±6.29 2.00±1.21 1.58±2.11 0±0
Performa Ayam KB Unggas merupakan hewan homeothermik sehingga harus mempertahankan suhu tubuhnya. Dalam mempertahankan suhu tubuh, unggas mengatur kecepatan metabolisme dan secara tidak langsung mengatur nafsu makan dan minum. Nilai performa ayam KB dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai rata-rata performa selama 12 minggu pemeliharaan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. Parameter Konsumsi Pakan (g ekor-1) Konsumsi Minum (ml ekor-1) Bobot Badan (g ekor-1) Pertambahan Bobot Badan (g ekor-1) Konversi Pakan Mortalitas (ekor)
K1(8 ekor m-2)
K2(10 ekor m-2)
K3(12 ekor m-2)
5428.13±602.00
5463.68±668.94
5440.58±471.19
21414.58±1179.67
21009.98±4551.83
19723.69±3319.6 3
2463.13±291.08
2565.75±259.75
2375.27±277.51
2426.81±293.64
2528.20±258.67
2338.37±276.04
2.24±0.20 5
2.18±0.11 5
2.34±0.08 3
Hasil sidik ragam menunjukkan tingkat kepadatan kandang ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap jumlah konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas (Tabel 4). Hal ini disebabkan karena kondisi THI pada kepadatan kandang memiliki nilai relatif sama, demikian juga nilai profil darahnya. Konsumsi pakan dari ketiga perlakuan kepadatan kandang relatif sama sekitar 5428.13-5463.68 g ekor-1 untuk menghasilkan bobot badan sebanyak 2375.27-2565.75 g ekor-1 dengan konversi pakan sekitar 2.18-2.34. Penelitian Aryanti et al. (2013) melaporkan konsumsi pakan ayam kampung yaitu 3864 g ekor-1 untuk menghasilkan bobot badan 900 g ekor-1 dan konversi pakan 4.3 selama 10 minggu pemeliharaan. Hal ini menunjukkan performa ayam KB lebih baik daripada ayam kampung. Konversi pakan ayam KB tidak jauh berbeda dengan ayam broiler umur 6 minggu sebesar 2.2 (Sinurat et al. 2000). Mortalitas selama penelitian tercatat sebanyak 13 ekor dari 90 ekor ayam. Tingkat kematian pada penelitian ini terjadi pada minggu 3-4. Hal ini diduga karena ayam pada umur tersebut diduga terserang penyakit. Hasil analisis berdasarkan bedah bangkai saat penelitian diduga menunjukkan penyakit chronic
15 respiratory disease (CRD). Penyakit CRD biasanya menyerang ayam ras pedaging pada umur 3-4 minggu.
450 400 350 g/ekor
300 250 200 150 100 50 0 M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9
M10 M11 M12
Umur (minggu) Jantan 8 ekor
Betina 8 ekor
Jantan 10 ekor
Betina 10 ekor
Jantan 12 ekor
Betina 12 ekor
Gambar 3 Nilai rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) ayam KB jantan dan betina pada kepadatan kandang berbeda. Pertambahan bobot badan yang optimal dicapai pada minggu ke-9 dan mengalami penurunan mulai minggu ke-10 (Gambar 3). Hal ini menunjukkan ayam KB sebaiknya dipelihara sampai umur 9 minggu dengan konversi pakan yakni 2.31 (Gambar 5) untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan yang optimal. Pertambahan bobot badan lebih tinggi pada jantan dibandingkan betina walaupun secara statistik tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan. Menurut Soeparno (2005), pertumbuhan jantan yang lebih cepat dipengaruhi oleh hormon androgen yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen berfungsi sebagai pengatur stimulan pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial. Sekresi testosteron yang tinggi pada jantan menyebabkan ukuran tubuh ayam jantan lebih besar dibandingkan ayam betina. Hormon yang tinggi pada betina adalah hormon estrogen. Herren (2000) menyatakan hormon testosteron dengan kadar rendah meningkatkan pelebaran epifisis tulang dan membantu hormon pertumbuhan, sedangkan hormon estrogen menghambat pertumbuhan tulang. Pertumbuhan ternak jantan lebih cepat dibandingkan ternak betina terutama setelah pemunculan sifat-sifat kelamin sekunder akibat sekresi androgen tinggi.
16 3000 2500
g/ekor
2000 1500 1000 500 0 DOC M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9 M10 M11 M12
Umur (Minggu) Jantan 8 ekor
Betina 8 ekor
Jantan 10 ekor
Betina 10 ekor
Jantan 12 ekor
Betina 12 ekor
Gambar 4 Nilai rata-rata bobot badan (BB) ayam KB jantan dan betina pada kepadatan kandang berbeda. 4.50 4.00 3.50 g/ekor
3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9
M10 M11 M12
Umur (Minggu) 8 ekor
10 ekor
12 ekor
Gambar 5 Nilai rata-rata konversi pakan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. Nilai bobot badan ayam KB pada minggu ke-12 untuk jantan sekitar 2568-2836 g ekor-1 sedangkan betina sekitar 2097-2336 g ekor-1 (Gambar 4). Bobot badan ayam jantan lebih tinggi dibandingkan dengan betina, tetapi secara statistik tidak berpengaruh nyata. Konversi pakan ayam KB pada umur 7 minggu yakni 2.15 (Gambar 5), dengan bobot badan sekitar 1000-1200 g ekor-1 dimana telah mencapai bobot potong. Broiler dipasarkan pada bobot hidup antara 1.2-1.6 kg per ekor dan dipanen pada umur 5-6 minggu (Rasyaf 2003).
17 Kualitas Daging Kualitas Kimia Daging Komposisi kimia daging merupakan faktor yang sangat menentukan nilai nutrisi dan kualitas daging. Komponen kimia daging yang terbesar adalah air sekitar 65%-80%, protein sekitar 16%-23%, lemak sekitar 1%-4%, substansi non protein nitrogen sekitar 1.5% dan karbohidrat berkisar antara 0.5%-1.5% (Lawrie 2003). Nilai kualitas kimia daging paha ayam KB dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai rata-rata kualitas kimia daging paha ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. Parameter Air (% bb) Abu (% bb) Protein (% bb) Karbohidrat (% bb) Lemak (% bb) Kolesterol (mg 100 g-1)
K1(8 ekor m-2) 76.28±0.16 1.08±0.06 19.93±0.46 1.59±0.48 1.11±0.04 18.30±4.98
K2(10 ekor m-2) 76.41±0.08 1.12±0.04 19.81±0.73 1.54±0.66 1.12±0.03 20.97±1.40
K3(12 ekor m-2) 76.42±0.06 1.15±0.04 19.35±1.46 1.94±1.46 1.14±0.03 19.63±2.58
bb : bobot basah Hasil sidik ragam menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kualitas kimia daging (kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat) pada bagian paha (Tabel 5). Hal ini disebabkan karena kandungan nutrisi pakan yang sama. Komposisi kimia daging ayam broiler yang dilaporkan Bianchi et al. (2007) yaitu air 75.24%, protein 22.92%, lemak 1.15% dan abu 1.45%. Bakrie et al. (2003) melaporkan komposisi kimia daging paha ayam buras umur 12 minggu yaitu kadar air (75.5%), protein (20.2%), abu (1.05%) dan lemak (1.70%). Penelitian ini menunjukkan nilai kualitas kimia daging yang tidak jauh berbeda dengan ayam buras. Kandungan lemak daging ayam KB lebih rendah dibandingkan ayam buras. Hasil statistik menunjukkan kepadatan kandang tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar kolesterol daging pada bagian paha (Tabel 5). Kadar kolesterol daging paha ayam KB sebesar 18-20 mg 100 g-1. Nilai ini lebih rendah dari kadar kolesterol ayam broiler yaitu 194.2 mg 100 g-1 (Salma et al. 2007) maupun ayam kampung yaitu 187.95 mg 100 g-1 (Ismoyowati dan Widiyastuti 2003). Data tersebut menunjukkan kolesterol daging pada ayam KB lebih rendah dibandingkan pada ayam kampung dan broiler. Nilai kolesterol yang lebih rendah pada pada ayam KB diduga karena terjadinya heterosis. Heterosis dapat terjadi karena adanya persilangan silang luar (crossbreeding) yang berpengaruh dalam peningkatan proporsi gen yang heterozigot.
18 Kualitas Fisik Daging Hasil sidik ragam menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap nilai pH, daya ikat air, keempukan, susut masak dan aw (Tabel 6). Nilai yang relatif sama disebabkan kondisi ayam pada semua perlakuan relatif sama baik sebelum dan setelah pemotongan. Soeparno (2005) menyatakan kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan antara lain genetik, bangsa, jenis kelamin, pakan, umur dan stres sedangkan faktor sesudah pemotongan antara lain cara pemotongan, lama penyimpanan, suhu penyimpanan dan metode pengolahan. Tabel 6 Nilai rata-rata kualitas fisik daging paha ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. Parameter pH Daya Ikat Air (%) Keempukan (kg cm-3) Susut Masak (%) aw (water activity)
K1(8 ekor m-2)
K2(10 ekor m-2)
K3(12 ekor m-2)
6.01±0.09 33.85±5.02 1.58±0.66 34.46±5.73 0.86±0.01
5.90±0.14 33.65±5.60 1.19±0.31 34.60±6.69 0.87±0.01
5.93±0.18 34.28±4.53 1.17±0.40 36.19±5.80 0.87±0.01
Nilai pH daging paha ayam KB sekitar 5.9-6.0 (Tabel 6). Van Laack et al. (2000) melaporkan nilai pH daging ayam broiler berkisar antara 5.96-6.07. Daging ayam kampung memiliki nilai pH sekitar 5.91-5.93 (Dewi 2013). Hal ini menunjukkan pH ayam KB memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dengan ayam kampung dan broiler. Nilai pH daging berpengaruh terhadap daya ikat air, apabila pH tinggi maka daya ikat air juga tinggi begitupun sebaliknya. Nilai daya ikat air (DIA) pada penelitian ini sekitar 33.65%-34.28%. Buckle et al. (2009) menyatakan rendahnya nilai pH daging mengakibatkan struktur daging terbuka sehingga menurunkan daya ikat air dan tingginya nilai pH daging mengakibatkan struktur daging tertutup sehingga daya ikat air tinggi. Daya ikat air menurun dari pH tinggi sekitar 7-10 sampai pada pH titik isoelektrik proteinprotein daging antara 5.0-5.1 (Soeparno 2005). Susut masak merupakan faktor fisik daging yang banyak dipengaruhi oleh kadar air dan juga berhubungan dengan keempukan daging. Nilai susut masak pada penelitian ini yaitu 34%-36% lebih tinggi dari ayam broiler umur 6 minggu yaitu 32.48% (Suradi 2006). Hal ini diduga karena adanya penyimpanan pada suhu dingin sehingga dapat mengurangi kandungan nutrisi daging. Lama penyimpanan daging ayam dalam refrigerator dapat meningkatkan persentase susut masak (Jaelani dkk, 2014). Semakin kecil nilai persentase susut masak, semakin baik kualitasnya karena jumlah nutrien yang keluar lebih sedikit. Nilai susut masak bervariasi antara 1.5%-54.5% (Soeparno 2005). Nilai keempukan daging paha ayam KB berkisar 1.17 kg cm-3-1.58 kg cm-3 (Tabel 6). Lyon et al. (2004) melaporkan keempukan daging paha ayam broiler berkisar antara 1.82 kg cm-3-2.19 kg cm-3. Bakrie et al. (2003) melaporkan keempukan daging paha ayam buras umur 12 minggu yaitu 31.3 kg cm-3. Hal ini menunjukkan nilai keempukan dari seluruh perlakuan kepadatan kandang tergolong ke dalam kategori empuk dibandingkan ayam kampung. Keempukan juga dipengaruhi oleh pemasakan, dimana protein myofibril mengalami denaturasi
19 dan koagulasi. Secara fisik protein myofibril bereaksi akibat pemanasan sehingga terjadi pengerasan yang akan mempengaruhi keempukan daging. Nilai aw yang diperoleh pada penelitian ini relatif sama dari tiga kepadatan yang berbeda (Tabel 6). Tingginya aktivitas air, maka jumlah air bebas meningkat dan dapat digunakan untuk aktivitas mikroorganisme (Kusnandar 2010).
Organoleptik Mutu Hedonik dan Hedonik Organoleptik merupakan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat indera. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu dalam industri pangan. Penilaian organoleptik ini meliputi parameter warna, rasa, tekstur, penampilan umum dan aroma. Penilaian organoleptik secara mutu hedonik lebih kepada kesan baik atau buruknya produk tersebut sedangkan secara hedonik lebih pada tingkat kesukaan konsumen. Tabel 7 Nilai rata-rata organoleptik daging paha ayam KB pada kepadatan kandang berbeda. Organoleptik Mutu Hedonik Penampilan Umum Warna Tekstur Aroma Rasa Hedonik Penampilan Umum Warna Tekstur Aroma Rasa
K1(8 ekor m-2)
K2(10 ekor m-2)
K3(12 ekor m-2)
3.44±1.03 3.68±0.79 3.93±0.69 3.85±0.85 2.93±1.23
3.41±0.84 3.83±0.80 3.76±0.77 3.80±0.95 2.85±1.20
3.54±0.98 3.76±0.99 3.78±0.96 3.68±1.01 2.80±1.27
3.24±1.09 2.93±0.93 3.10±0.77 2.98±0.94 3.00±1.00
3.34±1.02 3.17±1.05 3.15±0.79 2.83±1.05 2.85±1.06
3.24±0.97 3.10±1.14 3.20±1.17 2.68±1.01 2.80±1.08
Uji Kruskal-Wallis pengujian mutu hedonik menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap penampilan umum, tekstur, warna, aroma dan rasa pada daging paha (Tabel 7). Penilaian panelis pada penelitian ini terhadap penampilan umum daging berada pada skor 3 (utuh, sedikit menarik), warna pada skor 4 (agak cerah), tekstur pada skor 4 (lembut, empuk), aroma pada skor 4 (kurang amis) dan rasa pada skor 3 (agak gurih). Hal ini menunjukkan panelis memberikan penilaian yang baik pada daging paha ayam KB. Menurut Soeparno (2005), penentu utama warna daging adalah konsentrasi myoglobin dan hemoglobin, dimana myoglobin berbeda di antara otot (merah dan putih), umur, spesies, bangsa dan lokasi otot. Hadiwiyoto (1992) mengatakan daging unggas mengandung lebih sedikit myoglobin. Oleh karena itu, daging unggas tidak semerah daging yang lain. Daging ayam mempunyai tekstur yang lebih halus karena daging ayam tersebut mempunyai serabut otot yang lebih kecil, sehingga mempunyai struktur myofibril yang lebih kecil. Tekstur daging dipengaruhi oleh jaringan ikat daging terutama kandungan kolagen yang memiliki peran dalam menentukan kekerasan atau kealotan pada otot (Abustam 2012).
20 Uji Kruskal-Wallis pengujian hedonik menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap penampilan umum, tekstur, warna, aroma dan rasa (Tabel 7). Hasil penilaian panelis terhadap uji hedonik dari ketiga perlakuan kepadatan kandang berada pada skor 3 (suka). Hal ini menunjukkan sebagian besar panelis menyukai daging bagian paha pada ayam KB. Aroma, warna dan rasa merupakan salah satu pertimbangan panelis dalam menilai suatu bahan pangan. Aroma daging berkembang pada saat pemasakan dan juga memberikan cita rasa daging yang khas yang disebabkan kandungan lemak yang terdapat pada daging. Menurut Woelfel et al. (2002), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aroma, rasa, tekstur dan warna pada daging unggas yaitu umur, jenis kelamin, bangsa, lingkungan kandang, kondisi pemotongan, kandungan air daging dan lemak intramuskular.
4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perbedaan tingkat kepadatan kandang (8 ekor m-2, 10 ekor m-2 dan 12 ekor m ) tidak mempengaruhi THI, profil darah, performa dan kualitas daging ayam KB sehingga dapat dipelihara sampai pada kepadatan 12 ekor m-2. Pertumbuhan ayam KB yang optimal sampai pada umur 9 minggu. Kadar kolesterol ayam KB secara deskriptif lebih rendah dibandingkan ayam broiler dan ayam kampung. -2
Saran Pemeliharaan ayam KB lebih baik dilakukan sampai umur 9 minggu. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk kepadatan kandang di atas 12 ekor m-2.
21
DAFTAR PUSTAKA Abustam E. 2012. Ilmu Daging Aspek Produksi, Kimia, Biokimia, dan Kualitas. Cetakan 1. Masagena Press. Makassar. [AOAC] Association Official Analitycal Chemistry. 2005. Official Method of Analysis. 18th Ed. Maryland (US) : AOAC International, Washington D.C. Aman Y. 2011. Ayam Kampung Unggul. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Arief II, Suryati T, Afiyah DN, Wardhani DP. 2014. Physicochemical and organoleptic of beef sausages with teak leaf extract (Tectona grandis) addition as preservative and natural dye. International Food Research Journal 21(5) : 2024-2033. Aryanti F, Aji MB, Budiono N. 2013. Pengaruh pemberian air gula merah terhadap performans ayam kampung pedaging. Jurnal Sains Veteriner. ISSN : 31 (2) : 0126-0421. Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Statistik Indonesia. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik Indonesia. Bakrie B, Andayani D, Yanis M, Zainuddin D. 2003. Pengaruh penambahan jamu ke dalam air minum terhadap preferensi konsumen dan mutu karkas ayam buras. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Barham D, Trinder P. 1972. Enzymatic colorimetric test for determination of glucose in serum without deproteinisation. Analyst 97. Rajawali Nusindo. Bell DD, Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5 th Ed. Springer Science+Business Media, Inc. Spring Street. New York (US). Bianchi M, Petracci M, Sirri F, Folegatti E, Franchini, Meluzzi A. 2007. The influence of the season and market class of broiler chickens on breast meat quality traits. Poultry Science. 86 (5) : 959-963. Bowker BC, Zhuang H, Buhr RJ. 2014. Impact of carcass scalding and chilling on muscle proteins and meat quality of broiler breast filleds. LWT-Food Science and Tecnology 59(1) : 156-162. Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton M. 2009. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta. Coles BH. 2006. Essential of Avian Medicine and Surgery. Blackwell Publishing, Iowa. Dharmawan NS. 2002. Pengantar Patologi. Klinik Veteriner (Profil darah Klinik). Cetakan III. Pelawa Sari. Denpasar. Daryono BS, Roosdianto I, Saragih HTSSG. 2010. Pewarisan karakter fenotip ayam (F1) hasil persiangan ayam pelung (Gallus gallus domesticus) dengan ayam cemani (Gallus gallus domesticus). Jurnal Veteriner. 11 (4) : 257-263. Daryono BS, Satriya R, Rohmah Z, Erwanto Y. 2012. Penguatan industri bibit unggas nasional melalui produksi indukan gama ayam lokal unggul. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tepat Guna. 1 (2) : 2089-2721. Dewi SHC. 2013. Kualitas kimia daging ayam kampung dengan ransum berbasis konsentrat broiler. Jurnal Agri Sains. ISSN 2086-7719.Vol. 4 (6) : 1-8. Hadiwiyoto S. 1992. Buku Monograf. Kimia dan Teknologi Daging Unggas. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
22 Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture. Ed ke-2. USA (US) : Delmar Publisher. Ismoyowati, Widiyastuti T. 2003. Kandungan lemak dan kolesterol daging bagian dada dan paha berbagai unggas local. Animal Production. Vol. 5(2) : 79-82. Jaelani A, Dharmawati S, Wanda. 2014. Berbagai lama penyimpanan daging ayam broiler segar dalam kemasan plastik pada lemari es (suhu 4oc) dan pengaruhnya terhadap sifat fisik dan organoleptik. Ziraa’ah. ISSN 23553545. Vol 39(3) : 119-128. Joseph LP, Dozier AW, Olanrewaju AH, Davis JD, Xin H, Gates RS. 2012. Effect of Temperature-Humidity Index on Live Performance in Broiler Chickens Grown From 49 To 63 Days of Age. USA. An ASABE Conference Presentation. Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Dian Rakyat, Jakarta. Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Penerjemah Aminuddin. UI-Press, Jakarta. Lyon, BG, Smith DP, Lyon CE, Savage EM. 2004. Effects of diet and feed with drawal on the sensory descriptive and instrumental profiles of broiler breast fillets. Poultry Science. 83 (2) : 275-281. Nurfaizin, Mahfudz LD, Atmomarsono U. 2014. Profil profil darah ayam broiler akibat pemeliharaan dengan kepadatan kandang dan penambahan jintan hitam (Nigella sativa l.) yang berbeda. Agromedia. Vol 32 (1) : 1-8. Powell FL. 2000. Respiration. In Sturkie’s Avian Physiology. 5th Ed. GC Whittow Editor. San Diego. Academic Press. Rasyaf M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Salejda AM, Tril U, Krasnowska G. 2014. The effect of sea buckthorn (Hippophae rhamnoides L.) berries on some quality characteristics of cooked pork sausages. International Scholarly and Scientific Research & Innovation 8(6) : 596-599. Salma U, Miah AG, Maki T, Nishimura M, Tsujii H. 2007. Effect of dietary rhodobacter capsulatus on cholesterol concentration and fatty acid composition in broiler meat. Poultry Science. 86 (9) : 1920-1926. Setiadi D, Sudarman A. 2005. Ekstrak daun beluntas (Pluchea indica less) sebagai obat antistres pada ayam broiler. Media Peternakan. ISSN 0126-0472 : Vol 28 (2) : 46-51. Sastradipradja D, Sikar SHS, Wijayakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H, Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Fisiologi Veteriner. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sikar SHS, Suriawinata R, Ungerer T, Sastradipradja D. 1984. Larutan pengencer darah unggas untuk menghitung jumlah leukosit secara langsung. Jurusan fisiologi dan farmakologi. Fakultas Kedoteran Hewan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sinurat AP, Purwadaria T, Ketaren P, Zainuddin D, Kompiang IP. 2000. Pemanfaatan lumpur sawit untuk ransum unggas : lumpur sawit kering dan produk fermentasinya sebagai bahan pakan ayam broiler. JITV. 5(2) : 107112. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Ke-4. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press. Steel RGD, Torrie GH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B. Sumantri. Jakarta (ID) : PT Gramedia Utama.
23 Suchy P, Strakova E, Jarka B, Thiemel J, Vecerak V. 2004. Different between metabolic profiles of egg-type and meat-type hybrid hens. Czech Jurnal Animal Science.49 (8) : 323-328. Sulistyoningsih M, Dzakiy MA, Nurwahyunani A. 2014. Optimization of feed additive on body weight, abdominal fat and blood glucose levels broiler chicken. Bioma. Vol. 3(2) : 5-13. Suradi K. 2006. Perubahan sifat fisik daging ayam broiler post mortem selama penyimpanan temperatur ruang. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. (6) : 23-27. Swenson MJ. 1993. Physiological Properties and Cellular and Chemical Constituents of Blood. In Dukes Physiology of Domestic Animals. 11th Ed. London. Cornell University Press. Tao X, Xin H. 2003. Acute synergistic effects of air temperature, humidity and velocity on hemeostatis of market-size broiler. Transactions of the ASAE 46(2) : 491-497. Van Laack RLJM, Liu CH, Smith MO, Loveday HD. 2000. Characteristics of pale, soft, exudative broiler breast meat. Poultry Science. 79 (7) : 1057-1061 Walpole RE. 1990. Pengantar Statistika. Jakarta (ID) : PT. Gramedia Pustaka Utama. Woelfel RL, Owens CM, Hirschler EM, Martinez DR, Sams AR. 2002. The characterization and incidence of pale, soft, and exudative broiler meat in a commercial processing plant. Poultry Science. 81(4) : 579-584.
24
LAMPIRAN
25 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda Peubah Eritrosit
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Rasio H/L
Glukosa
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
db
JK
KT
F
P
2 24 26 2 24 26 2 24 26 2 24 26 2 24 26 2 24 26
0.0667 4.8959 4.9626 19.68 641.68 661.36 6.701 89.082 95.782 5.82 266.29 272.11 0.0501 2.9172 2.9673 185.0 13732.9 13917.9
0.0334 0.2040
0.16
0.850
9.84 26.74
0.37
0.696
3.350 3.712
0.90
0.419
2.91 11.10
0.26
0.772
0.0251 0.1215
0.21
0.815
92.5 572.2
0.16
0.852
26 Lampiran 2 Hasil analisis sidik ragam diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang berbeda Peubah Limfosit
Heterofil
Monosit
Eosinofil
Basofil
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
db
JK
KT
F
P
2 24 26 2 24 26 2 24 26 2 24 26 2 24 26
376.4 6540.3 6916.7 936.9 3467.1 4404.0 2.444 28.222 30.667 2.269 107.139 109.407 0 0 0
188.2 272.5
0.69
0.511
468.4 144.5
3.24
0.057
1.222 1.176
1.04
0.369
1.134 4.464
0.25
0.778
0 0
0
0
27 Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam performa ayam KB pada kepadatan kandang berbeda Peubah Konsumsi Pakan
Konsumsi Minum Pertambahan Bobot Badan (PBB) Bobot Badan (BB)
Konversi Pakan
Mortalitas
Sumber Keragaman Perlakuan Kelompok Galat Total Perlakuan Kelompok Galat Total Perlakuan Kelompok Galat Total Perlakuan Kelompok Galat Total Perlakuan Kelompok Galat Total Perlakuan Kelompok Galat Total
db
JK
KT
F
P
2 2 4 8 2 2 4 8 2 2 4 8 2 2 4 8 2 2 4 8
1953 122325 840557 206576 467736 731143 589500 709388 54136 170695 287969 512800 54529 171028 287377 512935 0.03930 0.03361 0.08680 0.15971
976 611626 210139
0.00 2.91
0.995 0.166
233868 365571 147375
0.16 0.25
0.858 0.791
27068 85348 71992
0.38 1.19
0.709 0.394
27265 85514 71844
0.38 1.19
0.706 0.393
0.01965 0.01680 0.02170
0.91 0.77
0.474 0.520
2 2 4 8
0.889 4.222 7.111 12.222
0.444 2.111 1.778
0.25 1.19
0.790 0.394
28 Lampiran 4 Hasil analisis sidik ragam kualitas kimia daging ayam KB pada kepadatan kandang berbeda Peubah Air
Abu
Protein
Karbohidrat
Lemak
Kolesterol
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
db
JK
KT
F
P
2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8
0.03582 0.07333 0.10916 0.00702 0.01228 0.01930 0.5694 5.7413 6.3107 0.2786 5.6055 5.8841 0.00169 0.00573 0.00742 10.67 66.75 77.42
0.01791 0.01222
1.47
0.303
0.00351 0.00205
1.71
0.258
0.2847 0.9569
0.30
0.753
0.1393 0.9342
0.15
0.865
0.00084 0.00096
0.88
0.461
5.33 11.13
0.48
0.641
29 Lampiran 5 Hasil analisis sidik ragam kualitas fisik daging ayam KB pada kepadatan kandang berbeda Peubah pH Daya Ikat Air (DIA) Keempukan
Susut Masak aw (water activity)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
db
JK
KT
F
P
2 24 26 2 24 26 2 24 26 2 24 26 2 24 26
0.04654 0.56186 0.60840 2.19 602.79 604.98 1.0419 6.4447 7.4867 18.03 891.40 909.43 0.00033 0.00174 0.00207
0.02327 0.02341
0.99
0.385
1.09 25.12
0.04
0.957
0.5210 0.2685
1,94
0,166
9.02 37.14
0.24
0.786
0.0001651 0.0000723
2.28
0.124
30
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 14 Desember 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Ir. Andi Mahmud T, MMA dan ibu Hj. Dra. Jumiaty S. Pendidikan sarjana pada tahun 2010 penulis peroleh dari Program Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui jalur JPPB dan dinyatakan lulus pada bulan Juni 2014. Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program pascasarjana pada mayor Ilmu dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Intitut Pertanian Bogor. Artikel yang berjudul Performa, Profil Darah dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang Berbeda telah diajukan pada Jurnal Veteriner Udayana. Karya tersebut merupakan bagian dari program S2 penulis.