PERFORMA AYAM BROILER DALAM KONDISI KANDANG DENGAN SUHU YANG BERBEDA
SKRIPSI KRISNA PRADITYA JOHAN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN Krisna Praditya Johan. D14061865. 2010. Performa Ayam Broiler dalam Kondisi Kandang dengan Suhu yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS Pembimbing Anggota : Ir. Niken Ulupi, MS Suhu lingkungan yang bervariasi dapat menimbulkan cekaman pada ayam. Apabila suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu nyaman, ayam akan mengalami cekaman panas sehingga akan menurunkan performa dari ayam broiler. Suhu lingkungan lebih rendah dari suhu nyaman, akan menyebabkan ayam mengalami cekaman dingin, sehingga daya tahan tubuh menjadi rendah dan menurunkan performa ayam. Kondisi lingkungan yang nyaman bagi ayam broiler, dapat diciptakan dengan cara memanipulasi suhu lingkungan dalam kandang. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan membandingkan performa ayam broiler dalam kandang dengan suhu yang berbeda. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang manajemen lingkungan yang baik dalam pemeliharaan ayam broiler di daerah tropis. Penelitian ini menggunakan 120 ekor ayam broiler berumur satu hari atau Day Old Chick (DOC) strain ross dari P.T Cibadak Indah Sari Farm, dengan merek dagang Jumbo 747. Perlakuan pada penelitian ini dimulai sejak minggu ketiga pemeliharaan, perlakuan terdiri dari P1 (suhu kandang 23 °C), P2 (suhu kandang harian Dramaga 28 °C), dan P3 (suhu kandang 30 °C). Peubah yang diamati adalah performa ayam broiler selama pemeliharaan, seperti konsumsi pakan, konsumsi air minum, pertambahan bobot badan, konversi pakan, mortalitas, bobot badan, dan indeks performa ayam broiler. Data diolah secara statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan disajikan secara deskriptif. Hasil Penelitian menunjukan adanya perbedaan nyata pada konsumsi air minum, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan mortalitas, sedangkan untuk konsumsi pakan tidak mengalami perbedaan. Konsumsi air minum selama penelitian terbanyak terdapat pada P2 dengan jumlah konsumsi mencapai 8904 ml/ekor, kemudian P3 8206 ml/ekor dan P1 6954 ml/ekor. Suhu yang tinggi akan menyebabkan ayam lebih banyak mengkonsumsi air minum. Konsumsi pakan selama lima minggu penelitian menunjukan kecenderungan yang sama. Pertambahan bobot badan paling baik terlihat selama lima minggu penelitian terdapat pada P1 (1924,8 g/ekor), dibandingkan P2 (1750 g/ekor), dan P3 (1757,6 g/ekor). Konversi pakan terbaik terdapat pada P1 (1,58) dibandingkan P2 (1,72) dan P3 (1,66), artinya pada P1 ayam lebih efisien dalam mengkonsumsi pakan dan merubahnya dengan bobot badan yang tinggi. Mortalitas pada P1 sebesar 7,5%, pada P2 sebesar 2,5%, dan pada P3 sebesar 5%. Kematian ayam disebabkan oleh collibacillosis dan coccidiosis selain dari faktor suhu lingkungan yang menyebabkan ayam lemah dalam daya tahan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit. Konsumsi pakan pada akhir penelitian menunjukkan angka tertinggi pada P1 (3041 g/ekor), P2 (3013 g/ekor), dan P3 (2927 g /ekor). Konsumsi pakan yang tinggi akan menyebabkan bobot badan akhir yang tinggi juga. Bobot badan akhir penelitian
pada P1 (1963,3 g/ekor) menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan P2 (1791 g/ekor) dan P3 (1797,3 g/ekor). Indeks performa ayam broiler pada P1 memiliki nilai 327, sedangkan pada P2 dan P3 sebesar 289 dan 292, nilai indeks performa menunjukkan bahwa prestasi pemeliharaan dalam suhu yang berbeda bernilai prestasi baik dan cukup pada setiap perlakuan. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagai peternak di daerah tropis, khususnya Dramaga, Bogor. Kata-kata kunci : suhu, performa, ayam broiler
ABSTRACT Performance of Broiler in Cages with Different Temperatures at Dramaga, Bogor. Johan, K. P., HS Iman Rahayu, and N. Ulupi Temperature is one of the environment factors that has highly impacts on the growth of broilers. The aim of this research is to evaluate the broiler performance in different environment temperatures. Design of this research was Completely Randomized Design (CRD) with three treatments, namely : P1 (23 0C, used AC), P2 (28 0C, natural environment) and P3 (30 0C, used heater). The collected data were analyzed by Anova (Analysis of Variance). The research was started when the birds were 3 to 5 weeks of age. Feed consumption, water consumption, body weight gain, feed conversion, mortality, body weight, and indeks performance were parameters collected to evaluate performances of broiler. Results showed that broilers at P1 had the best growth performance compare with others. Water consumption shows that in the last fifth week at P1 is significantly different (p<0.05). Until fifth week of research, the body weight gain at P1 was significantly different (p<0.05). Body weight at P1 highest than P2 and P3. The differences (p<0.05) on feed convertion at fifth week between treatment of P1 are lower than P2 and P3, and the best feed convertion during this research at P1 treatment. Mortality show that broiler care at P1 is significantly different (p<0.05). Mortality at P1 shows 7.5%, at P2 is 2.5% and at P3 5 %. There were no significantly differences on feed consumption (P>0.05), and indeks performance at P1 is 327, at P28 is 289 and at P3 is 292. Keywords : temperature, performance, broiler
PERFORMA AYAM BROILER DALAM KONDISI KANDANG DENGAN SUHU YANG BERBEDA
KRISNA PRADITYA JOHAN D14061865
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul : Performa Ayam Broiler dalam Kondisi Kandang Dengan Suhu yang Berbeda Nama : Krisna Praditya Johan NIM : D14061865
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu HS, MS)
(Ir. Niken Ulupi, MS)
NIP. 19590421 198403 2 002
NIP. 1957 0129 198303 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP: 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 3 November 2010
Tanggal Lulus : 3 Desember 2010
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Krisna Praditya Johan, lahir di Jakarta, tepatnya pada tanggal 01 Juli 1988. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak Johan Mahmud dan Ibu Herawati Moeis. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) tahun 2000 di SD Negeri Serua VI Ciputat, pendidikan lanjutan menengah pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 1 Pamulang, dan pendidikan lanjutan menengah atas (SMA) diselesaikan tahun 2006 di SMA Negeri 2 Ciputat. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor tahun 2007. Selama mengikuti jenjang pendidikan, penulis aktif diberbagai organisasi dan kegiatan kemahasiswaan, Keanggotaan OSIS SMP periode 2001-2002, Keanggotaan OSIS SMA periode 2003-2004, Ketua II Teater Kandang Fapet IPB periode 2007– 2009, Keanggotaan Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) departemen kewirausahaan Fakultas Peternakan IPB periode 2007-2008. Koordinator Badan Pengawas Harian (BPH) Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) Fakultas Peternakan IPB periode 2008-2009, Ketua Malam Keakraban Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) KERABANG 44. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan diantaranya Kordinator Danus Dekan Cup 2007-2008, Staff D’Farm Festival 2008-2009, dan Kordinator Logstran Meet Cowboy 44 periode 2008. Penulis juga aktif dalam mengikuti pelatihan dan seminar diantaranya Pelatihan Pengolahan Hasil Peternakan pada tahun 2007, Stadium General MK Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis pada tahun 2008, Seminar Nasional Peternakan 2009 serta Studium General “Peningkatan Softskill” tahun 2009. Penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Produksi Ternak Unggas, selain itu penulis berhasil mendapatkan dana hibah kewirausahaan Career Development and Alumni Affair (CDA) IPB periode 2010.
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah tiada kata yang pantas penulis tuliskan di lembar ini kecuali puji syukur pada Illahi Rabbi, Tuhan yang merajai langit dan Bumi Allah SWT. Atas kehendak dan petunjuk-Nya penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi dengan judul Performa Ayam Broiler dalam Kondisi Kandang dengan Suhu yang Berbeda. Sebuah karya ilmiah yang bagi penulis bukan sekedar sebagai persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Peternakan, namun lebih sebagai anugerah dari Allah SWT yang mengajarkan umat manusia melalui utusan Nya Khair Al Anam Muhammad SAW diberbagai bidang ilmu sehingga mereka terangkat derajatnya. Skripsi ini merupakan hasil penelitian ayam broiler pada suhu lingkungan yang berbeda di daerah tropis untuk melihat produktivitas dari ayam broiler, sehingga diharapkan adanya tulisan ini dapat memberikan informasi dan memperoleh manfaat dengan adanya penelitian tersebut. Selesainya penulisan dan penyusunan skripsi ini bukan berarti penulis telah menyempurnakan tugas akhirnya. Penulis menyadari bahwa apa yang telah kami tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Karenanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi mencapai kebenaran. Semoga semua yang tertuang dalam tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ........................................................................................
i
ABSTRACT ..........................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................
v
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...........................................................................
vii
DAFTAR ISI .........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ..
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xii
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
Latar Belakang ........................................................................... Tujuan ........................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
3
Ayam Broiler .............................................................................. Suhu............................................................. ................................. Performa ..................................................................................... Konsumsi Pakan ................................................................ Konsumsi Air Minum ..................................................... Bobot Badan ................................................................... Pertambahan Bobot Badan .............................................. Konversi Pakan................................................................ Mortalitas ........................................................................ Indeks Performa Ayam Broiler.........................................
3 4 5 5 6 7 8 9 10 11
METODE PENELITIAN .........................................................................
12
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... Materi ......................................................................................... Ternak ……………………………………………………… Kandang dan Peralatan ....................................................... Pakan ………………………………………………………. Vitamin dan Vaksin ………………………………………… Rancangan .................................................................................. Peubah Yang Diamati …………………………………… ... Analisis Data …………………………………………... ..... Prosedur .....................................................................................
12 12 12 12 12 13 13 14 14 14
Masa Kosong Kandang ................................................... Persiapan Sebelum dan Sesudah DOC Tiba …………….. Pemeliharaan …………………………………………….. Prosedur Penghitungan Peubah ………………………….
14 15 15 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
18
Kondisi Lingkungan Mikro Kandang .......................................... Performa ..................................................................................... Konsumsi Pakan .............................................................. Konsumsi Air Minum ...................................................... Pertambahan Bobot Badan ………………………………. Konversi Pakan ............................................................... Mortalitas ........................................................................ Bobot Badan dan Indeks Performa ...................................
18 19 20 22 24 25 26 27
KESIMPULAN ....................................................................................
29
Kesimpulan ................................................................................ Saran ..........................................................................................
29 29
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
32
LAMPIRAN ..........................................................................................
36
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Konsumsi Pakan Ayam Broiler Strain Ross (Cibadak Indah Sari Farm) .........................................................
6
2. Konsumsi Air Minum Ayam Broiler (NRC) ………………….. ..
7
3. Bobot Badan, Pertambahan Bobot Badan, Ayam Broiler Strain Ross (Cibadak Indah Sari Farm)........................................
8
4. Konversi Pakan Ayam Broiler Strain Ross Selama Enamminggu Strain Ross (Cibadak Indah Sari Farm) ...........................
9
5. Kriteria Indeks Performa Ayam Broiler ......................................
11
6. Komposisi Zat Makanan BR 1 PC 100 dan BR1 CP BR 11 ........
12
7. Selang Suhu Kandang .................................................................
19
8. Rataan Bobot Badan Ayam Broiler Dua Minggu Penelitian …….
19
9. Rataan Performa Ayam Broiler Selama Penelitian ………………
20
10. Rataan Bobot Badan dan Indeks Performa Ayam Broiler Selama Penelitian …………………………………………………………
20
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kondisi Lingkungan Mikro Kandang ……………………………
18
2. Rataan Konsumsi Pakan Ayam Broiler Selama Penelitian (g/ekor) …………………………………………………………...
21
3. Rataan Konsumsi Air Minum Ayam Broiler Selama Penelitian (g/ekor) …………………………………………………………...
23
4. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Selama Penelitian (g/ekor) ………………………………………………………
25
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Standar Broiler Jumbo 747 ..........................................................
36
2. Bobot Awal DOC … ...................................................................
37
3. Bobot Ayam Broiler Umur 3-5 Minggu ......................................
37
4. Sidik Ragam Konsumsi Pakan …………………………………...
37
5. Sidik Ragam Konsumsi Air Minum ……………………………..
37
6. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan (PBB) ………………...
37
7. Sidik Ragam Konversi Pakan .....................................................
37
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani di masyarakat. Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, akan menyebabkan meningkatnya permintaan akan pangan hewani. Salah satu usaha untuk memenuhi ketersediaan akan pangan asal hewani adalah usaha peternakan ayam broiler. Ayam broiler mengalami perkembangan yang pesat setiap tahunnya, dari tahun 2007 adalah 891.659.345 ekor menjadi 1.075.884.785 ekor di tahun 2008 (Direktorat Jendral Peternakan, 2008). Ayam broiler memiliki siklus produksi lebih singkat dibandingkan dengan ternak unggas lain, karena mempunyai sifat genetik semakin baik khususnya untuk sifat pertumbuhan, sehingga diperlukan berbagai macam usaha untuk meningkatkan produktivitas dari ayam broiler karena keberhasilan peternakan ayam broiler sangat bergantung kepada mutu genetik ternak, keadaan lingkungan, dan interaksi antara genetik dengan lingkungan. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi performa ayam broiler. Indonesia sebagai negara tropis, memiliki suhu lingkungan yang lebih tinggi atau berada di atas zona nyaman bagi pertumbuhan ayam broiler. Rataan suhu harian daerah tropis di Indonesia berkisar antara 30,54 ± 1,22ºC (maksimum) dan 21,04 ± 1,48ºC (minimum) (BPS, 2007). Pertumbuhan optimum ayam broiler tercapai apabila berada pada suhu lingkungan yang nyaman, yaitu 1823ºC (Bell dan Weaver, 2002). Suhu lingkungan penelitian yang lebih tinggi dari suhu nyaman ayam broiler dapat mempengaruhi performa ayam untuk tumbuh maksimal. Suhu lingkungan yang bervariasi dapat menimbulkan cekaman pada ayam. Apabila suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu nyaman, ayam akan mengalami cekaman panas sehingga akan menurunkan performa. Suhu lingkungan lebih rendah dari suhu nyaman, akan menyebabkan ayam mengalami cekaman dingin, sehingga daya tahan tubuh menjadi rendah dan menurunkan performa. Kondisi lingkungan yang nyaman bagi ayam broiler dapat diciptakan dengan cara memanipulasi suhu lingkungan dalam kandang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan membandingkan performa ayam broiler dalam kandang dengan suhu yang berbeda. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang manajemen lingkungan yang baik dalam pemeliharaan ayam broiler di daerah tropis. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertambahan bobot badan dan performa ayam broiler yang dipelihara dalam kondisi kandang yang suhunya berbeda (sekitar 23ºC, 28ºC dan 30ºC).
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hibrida modern yang memiliki strain tertentu dari perusahaan pembibitan (Gordon dan Charles, 2002). Ayam broiler adalah ayam dengan umur potong cepat dengan kualitas daging yang baik, berserat lunak dan memiliki protein tinggi (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000). Ayam broiler adalah ayam yang dipelihara relatif singkat, sehingga pada umur 5-6 minggu sudah bisa dipanen, dan memiliki konversi pakan yang rendah (Prihatman, 2002). Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menambahkan bahwa kualitas DOC mempengaruhi hasil akhir pemeliharaan ayam pedaging, karena performa yang kurang baik bukan saja dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan tetapi juga oleh kualitas DOC pada saat diterima. Persyaratan mutu bibit ayam broiler atau day old chick (DOC) menurut Badan Standardisasi Nasional (2005) yaitu berat DOC per ekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat dan kaki normal, dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ditemukan kelainan bentuk dan cacat fisik sekitar pusar dan dubur kering. Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur dan kondisi bulu kering dan berkembang serta jaminan kematian DOC selama perjalanan maksimal 2%. Ayam broiler yang berada di Indonesia seluruhnya berasal dari luar negeri. Jenis strain ayam pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah Super 77, Tegel 70, ISA, Kim Cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor Arcres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-broiler, Ross, Marshall ‘’in’’, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo dan Cp 707 (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2000). Perbedaan strain tersebut umumnya terletak pada pertumbuhan ayam, konsumsi pakan, dan konversi pakan (Bell dan Weaver, 2002). Untuk mewujudkan kemampuan genetik ayam broiler diperlukan pemeliharaan, pencegahan penyakit dan pemberian ransum yang baik maka National Research Council (1994) membuat standar kebutuhan nutrisi bagi ayam broiler. Kebutuhan protein untuk umur 0-3 minggu, 3-6 minggu dan 6-8 minggu masing-masing 23%, 20% dan 18% pada tingkat Energi Metabolis (EM) 3200 kkal/kg.
Suhu Ayam broiler dapat hidup dengan nyaman pada suhu lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya, hal ini karena pada kisaran suhu lingkungan tersebut ayam tidak banyak memproduksi panas tubuh. Ayam broiler memiliki suhu tubuh yang tinggi, batasan tinggi suhu tubuh 41,5ºC dan batasan terendah 40,5ºC. Peningkatan suhu lingkungan akan menyebabkan suhu tubuh dari ayam broiler ikut meningkat. Keadaan lingkungan yang panas akan menyebabkan, suhu tubuh ayam akan meningkat 1 – 2ºC sebagai panas tubuh, dan terus meningkat hingga tubuh ayam dapat kembali beradaptasi hingga batas yang dapat dilaluinya (Oleyumi dan Robert, 1980). Suhu lingkungan yang tinggi dapat mengganggu proses homeostasis dan metabolisme, sehingga akan menyebabkan kesehatan ternak terganggu (Lesson dan Summers, 2001) Ayam merupakan hewan homeotermi, artinya ayam memilki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya tetap stabil walaupun suhu lingkungan berubah-ubah. Panting merupakan salah satu respon tingkah laku ayam broiler akibat stres dari suhu lingkungan yang panas, dan juga mekanisme evaporasi melalui saluran pernafasan. Appelby et al. (2004) menyatakan, suhu lingkungan yang baik dalam pemeliharaan ayam broiler adalah 19-23ºC, Bell and Weaver (2000) menyatakan bahwa suhu nyaman untuk mencapai pertumbuhan optimum ayam broiler berkisar antara 18-23ºC, apabila suhu lingkungan terus meningkat akan mengakibatkan ayam mengalami stres dan melakukan proses homeostasis dengan cara panting, sehingga akan mempengaruhi ayam untuk mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang sedikit dan menyebabkan penurunan produktivitas. Ayam akan panting pada suhu lingkungan 28ºC atau ketika suhu tubuh ayam mencapai 42ºC. Suhu lingkungan yang panas disertai dengan kelembaban yang tinggi dapat menurunkan konsumsi pakan dan mengganggu proses metabolisme sehingga berakibat defisiensi zat-zat makanan untuk pertumbuhan dan produksi (Syamsuhaidi, 1997). Ayam broiler pada umur 1-2 minggu memerlukan suhu 32-35ºC, sedangkan umur 3-6 minggu ayam broiler akan tumbuh dengan optimal pada suhu 20-26ºC (Kuczynski, 2002).
Performa Menurut Bell dan Weaver (2002) dalam pengelolaan ayam broiler, performa produksi yang harus diamati meliputi bobot badan hidup, pertambahan bobot badan, akumulasi konsumsi ransum, konsumsi pakan setiap minggu, akumulasi konversi pakan, dan konversi pakan setiap minggu. Menurut Ensminger et al. (1992) untuk menghasilkan efisiensi pakan dengan pertumbuhan yang baik, temperatur ruang yang disarankan adalah 22,78°C. Konsumsi Pakan Konsumsi pakan tiap ekor ternak berbeda-beda. Bell dan Weaver (2002), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah bobot badan, galur, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktivitas ternak, mortalitas, kandungan energi dalam pakan, dan suhu lingkungan. Konsumsi pakan dipengaruhi pula oleh bentuk pakan, kandungan energi pakan, kesehatan ternak, zat makanan dalam pakan, kecepatan pertumbuhan, stres, dan suhu lingkungan (Lesson dan Summers, 2001). Pakan merupakan salah satu sumber penghasil panas dalam tubuh ayam broiler. Kemampuan ayam broiler dalam mengkonsumsi pakan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Respon fisiologis terhadap temperatur dingin adalah dengan meningkatkan konsumsi pakan, sedangkan ayam broiler yang berada pada suhu lingkungan yang panas akan menurunkan konsumsi pakan, hal ini dilakukan untuk menurunkan produksi panas di dalam tubuh ayam broiler. Saat cuaca panas ayam berusaha mendinginkan tubuhnya dengan cara bernafas secara cepat (panting). Tingkah laku ini dapat menyebabkan peredaran darah banyak menuju ke organ pernafasan, sedangkan peredaran darah pada organ pencernaan mengalami penurunan sehingga bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme. Pakan yang dikonsumsi tidak bisa dicerna dengan baik dan nutrien dalam pakan banyak yang dibuang dalam bentuk feses (Bell dan Weaver, 2002). Penelitian Bonnet et al. (1997) menunjukan bahwa, konsumsi pakan ayam broiler umur 4-6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32ºC sebesar 1470 g/ekor, sementara pada suhu 22ºC konsumsi pakan sebesar 2226 g/ekor. Konsumsi pakan ayam broiler strain ross yang dipelihara pada suhu nyaman pada umur lima minggu adalah 2877 g/ekor dengan bobot badan 2022 g/ekor (Cibadak Indah Sari Farm, 2005). Konsumsi pakan
ayam broiler strain ross (jumbo) selama periode 1-5 minggu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Konsumsi Pakan Ayam Broiler Strain Ross Minggu
Konsumsi Pakan (g/ekor)
Minggu 1
139
Minggu 2
462
Minggu 3
1024
Minggu 4
1849
Minggu 5
2877
Sumber : Cibadak Indah Sari Farm (2005)
Penurunan konsumsi pakan diperkirakan dapat mencapai 17% setiap kenaikan suhu lingkungan sebesar 10°C pada suhu lingkungan di atas 22°C (Austic, 1985). Menurunnya konsumsi pakan pada suhu lingkungan tinggi, merupakan usaha ayam dalam mengurangi penimbunan panas dalam tubuh, dan sebagai konsekuensinya diikuti dengan berkurangnya laju pertumbuhan. Konsumsi Air Minum Air merupakan salah satu komponen mendasar dalam kehidupan. Air juga berhubungan erat dengan mekanisme termoregulasi dan kemampuan untuk bertahan hidup pada temperatur lingkungan yang tinggi. Air merupakan senyawa yang penting dalam tubuh makhluk hidup. Fungsi air diantaranya untuk mengatur suhu tubuh karena air bersifat mudah menguap, mentransformasikan zat makanan dan metabolit tubuh dari semua sel tubuh, membantu mempertahankan homeostasis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotik, dan konsentrasi elektrolit (Bailey, 1990). Faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi air minum bagi ayam broiler, yaitu temperatur lingkungan, konsumsi pakan, komposisi pakan, bentuk pakan, genetik, umur, jenis kelamin, kandungan mineral air, temperatur air, dan jenis tempat minum (Lesson dan Summers, 2001). Kehilangan air tubuh 10% dapat menyebabkan kerusakan yang hebat dan kehilangan air tubuh 20% akan menyebabkan kematian (Wahju, 2004). Konsumsi air minum ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan menurut National Research Council (1994) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Kebutuhan Air Minum Ayam Broiler Umur 1-5 Minggu Minggu
Konsumsi Air Minum (ml/ekor)
1
225
2
480
3
725
4
1000
5
1250
Sumber : NRC (1994)
Semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin banyak ayam mengkonsumsi air minum. Konsumsi air minum akan membantu ternak untuk menurunkan suhu tubuhnya yang akan meningkat akibat suhu lingkungan yang tinggi. Konsumsi air minum pada ayam broiler, erat kaitannya dengan bobot badan dan konsumsi pakan. Menurut Ensminger (1992), umumnya ayam broiler akan mengkonsumsi air minum dua kali lebih banyak daripada pakan yang dikonsumsi. Konsumsi air minum juga akan meningkat pada saat ayam berada pada temperatur lingkungan yang tinggi (Lesson dan Summers, 2001). Bobot Badan Menurut Gordon dan Charles (2002), target bobot badan akhir tidaklah cukup hanya berdasarkan kriteria kecukupan kebutuhan pertumbuhan fisiologis selama masa pembesaran dalam rangka menopang produksi. Setiap organ tubuh dan otot mengikuti kurva pertumbuhannya masing-masing. Bidang reproduksi telah diobservasi
untuk
memperlihatkan
peningkatan
pertumbuhan
dalam
masa
perkembangan. Menurut Bell dan Weaver (2002), perubahan bobot badan ayam berbentuk kurva sigmoid, yaitu meningkat perlahan-lahan kemudian cepat dan perlahan lagi atau akan berhenti. Pertumbuhan maksimum dalam gram bobot badan per hari terjadi ketika ayam mencapai setengah dari bobot badan dewasa. Hasil penelitian May dan Lott (2000) menunjukan bahwa ayam broiler jantan pada umur 5 minggu dengan suhu 18ºC menghasilkan bobot badan lebih tinggi, yaitu 2207 gram dibandingkan pada suhu 30ºC yakni 1714 gram.
Pertambahan Bobot Badan Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa peningkatan bobot badan mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam broiler mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal, setelah itu mengalami penurunan. Menurut Anggorodi (1985) pada periode pertumbuhan diperlukan pakan dengan zat makanan yang seimbang. Gordon dan Charles (2002) menyatakan, terdapat perbedaan bobot badan antara ternak yang diberikan pakan ad libitum dan ternak yang pakannya dibatasi serta perbedaan antara ternak yang mendapatkan rasio pakan yang optimal dan ternak yang mendapatkan pakan yang tidak optimal. Kandungan makanan yang menentukan performa pada ayam broiler adalah kandungan gizi yang seimbang antara protein dan energi, selain itu kebutuhan vitamin dan mineral juga harus terpenuhi. Penelitian Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler umur enam minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32ºC sebesar 1515 g/ekor sedangkan pada suhu 22ºC pertambahan bobot badan ayam broiler sebesar 1984 g/ekor. Pertambahan bobot badan ayam broiler pada minggu-minggu terakhir sebanyak 50 sampai 70 gram per hari, sehingga pertumbuhan yang cepat tersebut harus diimbangi dengan ketersediaan pakan yang cukup (Amrullah, 2004). Kuczynski (2002) melaporkan bahwa pemeliharaan ayam broiler sampai umur 35 hari pada suhu di atas 31ºC menyebabkan penurunan bobot badan mencapai 25%, jika dibandingkan dengan pemeliharaan pada suhu 21,1 sampai 22,2ºC. Bobot hidup dan pertambahan bobor badan harian ayam broiler strain ross (jumbo) pada suhu nyaman ayam broiler selama periode 1-5 minggu disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Bobot Badan, Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Strain Ross Minggu Minggu 0
Bobot Badan (g/ekor) 42
Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) -
Minggu 1
167
125
Minggu 2
429
262
Minggu 3
820
391
Minggu 4
1316
496
Minggu 5
1822
566
Sumber : Cibadak Indah Sari Farm (2005)
Konversi Pakan Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dasar genetik, tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan, manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan (James, 2004). Menurut Bell dan Weaver (2002) bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan adalah stress penyakit, kadar amoniak, cara dan waktu pemberian pakan, air, suhu, cahaya, kebisingan, bentuk fisik, dan faktor dari anti nutrisi. Lacy dan Veast (2000) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi, kualitas pakan, jenis pakan, penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit, pengobatan, dan manajemen pemeliharaan (faktor penerangan, pemberian pakan dan faktor sosial). Lacy dan Veast (2000) menyatakan bahwa konversi pakan berguna untuk mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama kurun waktu tertentu. Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa pada ayam broiler jantan lebih efisien dalam mengubah pakan menjadi daging karenanya mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan betina. Konversi pakan ayam broiler strain ross selama lima minggu disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Konversi Pakan Ayam Broiler Strain Ross Selama Lima Minggu Minggu
Konversi Pakan
Minggu 1
0,88
Minggu 2
1,10
Minggu 3
1,30
Minggu 4
1,46
Minggu 5
1,60
Sumber : Cibadak Indah Sari Farm (2005)
Semakin dewasa ayam maka nilai konversi pakan akan semakin besar. Sebab ayam yang semakin besar akan makan lebih banyak untuk menjaga ukuran berat badan, sehingga penggunaan protein sebesar 80% untuk menjaga berat badannya yang besar dan 20% untuk pertumbuhan, sehingga efisiensi pakan menjadi kurang baik (Lesson, 2000). Menurut Munt et al. (1995), bentuk pakan untuk menghasilkan
konversi pakan yang baik untuk unggas adalah pakan berbentuk crumble dan pellet dibandingkan dengan mash. Pakan berbentuk crumble dan pellet cenderung mengurangi jumlah pakan yang hilang di dalam litter dibandingkan dengan pakan bentuk mash. Pakan bentuk pellet memiliki konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan bentuk mash. Mortalitas Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Tingkat kematian ayam broiler sering terjadi pada periode awal atau starter dan semakin rendah pada periode akhir atau finisher. Persentase kematian selama periode pemeliharaan tidak boleh lebih dari 4%. Angka kematian pada minggu pertama selama periode pemeliharan tidak boleh lebih dari 1%, kematian selanjutnya harus relatif lebih rendah sampai hari terakhir minggu tersebut dan terus dalam keadaan konstan sampai berakhirnya periode pemeliharaan (Bell dan Weaver, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase kematian salah satunya adalah suhu. Fairchild dan Lacy (2006) menyatakan bahwa pada cuaca yang dingin selama periode brooding, fungsi dari sistem ventilasi pada pemeliharaan ayam broiler adalah untuk mengurangi jumlah amoniak, yang dapat mengganggu produksi. Faktor penyakit sangat dominan sebagai penyebab kematian utama ayam broiler. Salah satu penyakit yang sering menyerang adalah Cronic Respiratory Desease (CRD). Retno (1998) melaporkan bahwa penyakit CRD ini dapat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Escheria coli, Infectius Bronchitis (IB), dan Newcastle Desease (ND). Ayam yang terserang ND gejala klinis adalah kelainan pada saluran pernafasan (batuk, ngorok, susah bernafas, keluar lender dari hidung), nafsu makan menurun, tinja berwarna hijau dan disertai gumpalan putih, serta gemetar pada seluruh tubuh. Asites adalah suatu penyakit yang menyebabkan terjadinya penimbunan cairan dalam rongga perut. Penyebab terjadinya penyakit ini adalah suhu lingkungan yang tinggi, sehingga saat mengkonsumsi pakan dengan energi tinggi dengan suhu lingkungan yang tinggi memaksa kerja jantung untuk memompakan darah. Sehingga cairan banyak tertampung dalam rongga perut. Selain itu banyak penyakit pernafasan sering terjadi pada umur dua sampai tiga minggu akibat timbunan amoniak pada
kandang saat lingkungan mencapai suhu tinggi. Kematian pada suhu yang tinggi dapat mencapai 30% dari total populasi (Tarmudji, 2004). Indeks Performa Ayam Broiler Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan dalam pemeliharaan adalah dengan menghitung indeks performa. Indeks Performa (IP) adalah suatu formula yang paling umum dipakai untuk mengetahui performa ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin bagus prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan dan biaya (Fadilah et al., 2007). Nilai indeks performa dihitung berdasarkan rataan bobot badan siap potong, konversi pakan, umur panen, dan jumlah persentase ayam yang hidup selama pemeliharaan (Kamara, 2009). Untuk mengetahui nilai yang diperoleh terhadap standar, dapat dibandingkan dengan kriteria produksi. Nilai indeks performa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut Indeks Performa = (100-ayam yang mati (%) ) x Rataan berat ayam (kg) x 100 Umur panen (hari) x konversi pakan Berikut disajikan kriteria nilai indeks performa ayam broiler pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria Indeks Performa Ayam Broiler Nilai Indeks Performa (IP)
Kriteria
< 300
Kurang
301 – 325
Cukup
326 – 350
Baik
351 – 400
Sangat Baik
>400
Istimewa
Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kandang blok B bagian Ilmu Produksi dan Ternak Unggas (IPTU) Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yang beralamat di Desa Babakan RT 05 RW 10 Dramaga, Bogor. Penelitian berlangsung sejak Juli sampai September 2009. Materi Ternak Ternak yang digunakan adalah ayam broiler sebanyak 120 ekor berumur satu hari atau Day Old Chick (DOC) strain Ross dari perusahaan PT. Cibadak Indah Sari Farm yang tidak dibedakan jenis kelaminnya. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan dibedakan menjadi tiga dan dijadikan sebagai perlakuan, yaitu kandang dengan suhu sekitar 23ºC, 30ºC, dan suhu lingkungan (sekitar 28ºC). Setiap kandang dibagi empat sekat yang masing-masing sekat berisi 10 ekor ayam broiler. Alas atau litter yang digunakan adalah sekam. Peralatan yang digunakan adalah satu buah lampu pijar Philips dengan kekuatan 60 Watt pada setiap sekat dalam setiap kandang hingga dua minggu pertama sebagai penerangan dan pemanasan, dan mulai minggu ketiga menggunakan satu buah lampu untuk setiap kandang sebagai penerangan. Pengaturan suhu mulai diberlakukan pada minggu ketiga dengan menggunakan satu buah Air Conditioner (AC) pada kandang dengan suhu 23ºC, satu buah pemanas atau heater pada kandang dengan suhu 30ºC dan menggunakan tirai pada kandang dengan suhu lingkungan (28ºC). Peralatan lain yang digunakan adalah tempat pakan dan air minum, timbangan yang memiliki kapasitas 5 kg, timbangan digital, kertas label, bambu (sekat), termometer, dan peralatan tulis. Pakan Pakan yang diberikan berbeda sesuai dengan umur ayam broiler. Pakan yang digunakan adalah pakan PC 100 untuk ayam broiler periode starter, dan BR 11
periode finisher yang diproduksi oleh P.T Charoen Phokphand. Berikut kandungan nutrisi dari pakan ayam broiler pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Zat Makanan Zat Makanan
Komposisi BR 1 PC 100
Komposisi BR 1 CP BR 11
Kadar air (%)
Max 13,0
Max 13,0
Protein (%)
21,5 – 23,5
21 – 23
Lemak (%)
Min 5,0
Min 5,0
Serat (%)
Max 5,0
Max 5,0
Abu (%)
Max 7,0
Max 7,0
Calcium (%)
Min 0,9
Min 0,9
Phosphor (%)
Min 0,6
Min 0,6
Metabolisme Energi (kkal/kg) 3020 – 3120
3000 – 3100
Sumber : P.T. Charoen Phokphand (2007)
Vitamin dan Vaksin Vitamin yang digunakan selama penelitian adalah Vita Chicks dan Vita Stress. Vaksin yang digunakan yaitu vaksin ND dan Gumboro B. Vaksin diproduksi oleh P.T Medion. Rancangan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai perlakuan adalah kondisi suhu lingkungan kandang, terdiri dari 3 taraf, yaitu : P1 : kandang dengan suhu sekitar 23ºC (semi closed house) P2 : kandang dengan suhu lingkungan (sekitar 28ºC) (Open house) P3 : kandang dengan suhu sekitar 30ºC (semi closed house) Setiap taraf perlakuan dibagi 4 petak sebagai ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam broiler. Model matematis yang digunakan sebagai berikut (Steel and Torrie, 1991). Yij = µ + Pi + €ij Keterangan : Yij
:
peubah yang diamati pada percobaan ke-j.
µ
: nilai tengah umum
Pi
: pengaruh kondisi kandang ke-i
€ij
: pengaruh galat percobaan pada suhu kandang ke-
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati selama penelitian meliputi konsumsi pakan, konsumsi air minum, konversi pakan, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, mortalitas, dan indeks performa ayam broiler. Pengambilan data hasil penelitian dilakukan sejak minggu ketiga hingga minggu kelima pemeliharaan. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis Of Variance (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika pada analisis ragam didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel and Torrie, 1991) untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati yaitu performa ayam broiler. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, pertambahan bobot badan, dan mortalitas. Analisis data dilakukan setelah perlakuan diberikan yaitu pada minggu ketiga hingga kelima penelitian. Prosedur Masa Kosong Kandang Masa kosong kandang dilakukan dua minggu sebelum DOC datang. Pembersihan dilakukan dengan menyapu seluruh lantai kandang. Kemudian lantai yang telah disapu, dicuci dengan air dan dibiarkan kering. Berikutnya kandang yang telah dicuci dengan air, dibersihkan kembali dengan larutan air dan lysol hingga bersih. Langkah selanjutnya adalah pengapuran seluruh bagian kandang dengan larutan kapur dan air hingga bersih. Tujuan dilakukannya pengapuran untuk mematikan siklus mikroorganisme di dalam kandang. Lantai kandang yang telah mengering dan dibersihkan, kemudian dialasi sekam secara merata ke setiap sekat dalam kandang dengan ketinggian sekitar 5-7 cm. Kandang yang telah merata oleh sekam disemprotkan larutan desinfektan, terdiri dari campuran air dan formalin hingga kering. Tempat pakan dan minum sebelumnya telah dicuci dan dibilas dengan air deterjen hingga bersih, setelah itu tempat pakan
dan minum dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering tempat pakan dan minum dibersihkan dan dicuci dengan campuran air dan byocid, hingga kering. Semua peralatan, termasuk tempat pakan dan tempat minum diletakkan ke dalam kandang dan dibiarkan hingga DOC masuk. Pembersihan lingkungan kandang juga dilakukan untuk meminimalisir sumber kontaminan dan penyakit yang dapat mengganggu kesehatan ayam broiler. Persiapan Sebelum dan Sesudah DOC Tiba Persiapan yang dilakukan sebelum DOC tiba adalah dua hari sebelumnya 6-8 jam sebelum DOC tiba brooder atau pemanas dinyalakan dan jumlah disesuaikan dengan jumlah DOC yang tiba yaitu satu buah dalam satu sekat. Pemanas yang digunakan adalah lampu pijar 60 watt yang sekaligus digunakan sebagai penerangan di dalam kandang. Kandang dan peralatannya harus sudah disiapkan dan diatur tata letaknya. Koran diletakkan di atas sekam dengan tujuan agar kaki-kaki DOC tidak luka akibat tertusuk oleh tekstur sekam yang tajam. Saat DOC tiba, dilakukan penimbangan bobot awal, selanjutnya DOC diberikan larutan air gula 5% (pengganti energi yang hilang selama pengangkutan dan perjalanan) sebanyak satu gallon. Seluruh DOC dipastikan meminum air gula ini, dan dibiarkan selama 6 jam. Setelah 6 jam larutan air gula diganti dengan air biasa. Pemberian pakan diberikan dengan cara disebarkan di atas baki secara ad libitum untuk memudahkan DOC makan. Pemeliharaan Total anak ayam broiler (DOC) yang digunakan sebanyak 120 ekor. Sebanyak 40 ekor ditempatkan masing-masing pada kandang semi closed house dengan suhu 23ºC dan 30ºC, dan 40 ekor pada kandang lingkungan (28ºC). Jenis pakan yang diberikan disesuaikan dengan umur produksi ayam broiler. Pakan starter diberikan saat ayam broiler berumur 0-3 minggu, sedangkan pakan finisher diberikan saat ayam broiler berumur 4-5 minggu. Brooder atau indukan digunakan selama dua minggu pada semua kandang. Tirai pada kandang lingkungan diturunkan setengah bagian atas pada siang hari saat ayam berumur tiga minggu dan kemudian pada malam hari tirai kembali dinaikan untuk melindungi ayam broiler dari suhu malam maupun predator. Namun apabila kondisi sekitar kandang hujan, tirai pada kandang lingkungan tidak diturunkan, agar ayam terlindung dari air hujan. Pada minggu
keempat dan kelima tirai diturunkan seluruhnya pada siang hari untuk mencegah suhu dalam kandang panas. Selain itu, pada minggu tersebut kadar amoniak sudah tinggi dan dikhawatirkan ayam mengalami kematian akibat sesak nafas dikarenakan kadar debu, amoniak dan suhu yang tinggi. Pelebaran chick guard atau lingkar pembatas kandang disesuaikan dengan bertambahnya umur ayam broiler. Pelebaran dilakukan sedikit demi sedikit. Pada minggu ketiga lingkar pembatas atau chick guard tidak digunakan lagi. Perlakuan suhu kandang dimulai pada minggu ke tiga pada setiap kandang. Untuk kandang 23ºC menggunakan air conditioner (AC), dan untuk kandang suhu 30ºC menggunakan pemanas (heater) dan untuk kandang lingkungan mengikuti suhu lingkungan di Dramaga Bogor. Pencegahan penyakit bagi ayam broiler, dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu dua kali vaksin ND dan satu kali vaksin Gumboro. Vaksinasi ND pertama dilakukan saat ayam berumur tiga hari melalui tetes mata. Saat ayam berumur sepuluh hari, dilakukan vaksinasi Gumboro B pada sore hari atau saat cuaca tidak panas dengan menggunakan air minum, sebelumnya ayam terlebih dahulu dipuasakan dari makan dan minum selama 3 jam. Pada hari ke- 21 dilakukan vaksinasi ND-2 melalui penyuntikan intramuscular pada bagian dada ayam. Penggantian tempat pakan baki menjadi tempat pakan gantung dilakukan pada minggu ketiga, ketika tubuh ayam mulai besar dan mampu menjangkau pakan yang berada di dalamnya. Penggunaan tempat pakan gantung ditujukan agar pakan jauh lebih bersih tidak tercampur oleh kotoran ataupun sekam. Penggunaan lampu penerangan dilakukan selama 24 jam setiap harinya pada seluruh kandang. Tetapi pada minggu keempat hingga kelima penelitian pada kandang lingkungan penggunaan lampu hanya dinyalakan pada waktu malam hari (day light period). Ketinggian lampu penerangan adalah 60 cm dari alas atau litter dan terus meningkat seiring pertumbuhan ayam. Penambahan sekam atau litter dilakukan pada minggu kedua atau saat litter terlihat basah, sedangkan penggantian sekam atau litter dilakukan pada minggu ketiga, keempat dan kelima. Penimbangan bobot badan ayam broiler, penghitungan sisa pakan, konsumsi pakan, konsumsi air minum, konversi pakan, mortalitas, dan persentase keseragaman bobot ayam broiler dihitung setiap
minggu dari setiap kandang untuk mengetahui performa dan indeks performa ayam broiler pada akhir pemeliharaan. Prosedur Penghitungan Peubah 1. Konsumsi pakan (g/ekor) diperoleh dengan cara menghitung selisih antara jumlah sisa pakan dengan jumlah total pakan yang diberikan. 2. Konsumsi air minum (ml/ekor) diperoleh dengan cara menghitung selisih antara jumlah sisa air minum dengan jumlah total air minum yang diberikan. 3. Pertambahan bobot badan (g/ekor) diperoleh dengan cara menghitung selisih antara bobot badan ayam mingguan dengan bobot badan minggu sebelumnya. 4. Konversi pakan dihitung dengan cara membagi konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan. 5. Mortalitas (%) diperoleh dengan cara menghitung jumlah ternak ayam broiler yang mati selama penelitian. 6. Bobot badan akhir (g/ekor) diperoleh dengan menimbang bobot badan akhir ayam broiler pada penelitian. 7. Indeks performa diperoleh dengan cara menghitung nilai performa dari pemeliharaan. Indeks Performa = (100-ayam yang mati (%) ) x Rataan berat ayam (kg) x 100 Umur panen (umur) x konversi pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang penelitian terbagi menjadi tiga bagian disesuaikan dengan perlakuan yang diberikan. Pengaturan suhu perlakuan dimulai sejak minggu ketiga, selepas periode brooding, hingga minggu kelima atau hingga penelitian berakhir. Perlakuan suhu kandang diberikan selama 24 jam. Kandang P1 adalah kandang yang suhunya diatur sekitar 23ºC, pengaturan suhu dilakukan dengan menggunakan AC (Air Conditioner), kandang P2 adalah kandang dengan suhu sekitar 28ºC, pengaturan suhu kandang P2 mengikuti suhu lingkungan sekitar kandang, sedangkan kandang P3 adalah kandang dengan suhu yang diatur sekitar 30ºC, pengaturan suhu dilakukan dengan menggunakan heater (pemanas). Kandang P1 dan P3 adalah kandang semi closed house, artinya aliran udara keluar dari dalam kandang hanya berasal dari kipas exhaust fan. Kandang P2 merupakan kandang open house, sehingga memudahkan aliran udara dapat keluar ataupun masuk ke dalam kandang. Berikut disajikan kondisi lingkungan mikro kandang perlakuan P1, P2 dan P3 secara berurutan pada Gambar 1.
Kandang P1
Kandang P2
Kandang P3
Gambar 1. Kondisi Lingkungan Mikro Kandang P1, P2 dan P3
Pengukuran suhu kandang pada minggu tiga, empat dan lima disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Selang Suhu Kandang (°C) selama Penelitian Perlakuan
Minggu ke-3
Minggu ke-4
Minggu ke-5
P1
23,4-23,8
23,2-23,7
23,4-23,7
P2
28,6-28,7
28,6-28,8
28,8-28,9
P3
30,3-30,5
30,6-30,7
30,6-30,8
Keterangan :
P1 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 23°C P2 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 28°C P3 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 30°C
Performa Pemberian perlakuan dalam penelitian ini dimulai sejak minggu ketiga pemeliharaan, hal ini disebabkan pada dua minggu awal adalah masa pra penelitian. Pra penelitian ini merupakan masa brooding bagi ayam broiler. Masa brooding merupakan bagian dari fase starter, masa permulaan bagi perkembangan dan pertumbuhan ayam, pada masa ini ayam akan mengalami pertumbuhan dengan sangat pesat dan mencakup semua organ yang berperan bagi kehidupan pokok dan produktivitas ayam. Sel-sel yang menyusun organ vital dalam tubuh ayam sebagian besar akan tumbuh secara hyperplasia. Apabila pertumbuhan pada fase ini terganggu maka dapat dipastikan sel-sel yang akan dihasilkan pun berkurang. Hal ini akan berpengaruh pada pertumbuhan selanjutnya, yang berupa pertumbuhan hypertropia, dimana sel akan memperbesar ukurannya atau pendewasaan sel. Rataan bobot badan ayam broiler pada dua minggu masa brooding dapat dilihat pada Tabel 8, dengan tingkat keragaman 14 %, artinya dalam dua minggu masa brooding bobot badan ayam broiler memiliki keseragaman 86%. Tabel 8. Rataan Bobot Badan Ayam Broiler Dua Minggu Penelitian (g/ekor) Perlakuan
Bobot badan
P1
416
P2
415
P3
416
Performa adalah hasil kinerja yang diperoleh atau ditunjukan pada akhir periode pemeliharaan. Performa atau produktifitas merupakan salah satu indikator dalam keberhasilan pemeliharaan ayam broiler. Performa yang baik akan menunjukan hasil akhir yang baik. Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam menentukan performa akhir. Suhu yang nyaman dapat membuat ayam broiler tumbuh dengan baik. Penelitian ini menggunakan pengaruh suhu kandang terhadap performa ayam broiler. Hasil yang didapatkan dari pengamatan selama lima minggu penelitian, terhadap performa ayam broiler ditunjukan pada Tabel 9. Tabel.9 Rataan Performa Ayam Broiler selama Lima Minggu Penelitian Peubah
P1
Konsumsi Pakan (g/ekor)
P2
P3
3041 ± 64,1
3013 ± 58,6
a
b
Konsumsi Air Minum (ml/ekor)
6954 ± 350
Pertambahan Bobot Badan (g/ekor)
1924 ± 59,4
Konversi Pakan
1,58 ± 0.03
Mortalitas (%)
7,5 ± 0,04
a
a
a
8904 ± 577
1750 ± 46,2 1,72 ± 0,07 2,5 ± 0,02
b
b b
2927 ± 33,3 8206 ± 222
b
1757 ± 43,7 1,66 ± 0,03 5 ± 0,01
b b
a
Keterangan : Tanda superscript yang berbeda pada baris yang sama menandakan perbedaan nyata (p<0.05). P1 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 23°C P2 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 28°C P3 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 30°C
Tabel 10. Rataan Bobot Badan dan Indeks Performa Ayam Broiler Selama Penelitian Peubah Bobot Badan (g/ekor) Indeks Performa Keterangan :
P1
P2
P3
1963
1791
1797
327
289
292
P1 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 23°C P2 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 28°C P3 = Kandang dengan perlakuan suhu sekitar 30°C
Konsumsi Pakan Dari Tabel 9 terlihat bahwa rataan konsumsi pakan selama penelitian (5 minggu) pada P1, P2 dan P3 masing-masing sebesar 3041 g/ekor, 3013 g/ekor, dan 2927 g/ekor. Perusahaan breeder Cibadak Indah Sari Farm (2005) menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam broiler yang dipelihara selama lima minggu sebesar
2877 g/ekor. Penelitian Wiryawan et al (2005) menunjukkan bahwa ayam broiler pada suhu 28°C yang diberikan pakan komersial selama 5 minggu pemeliharaan menghabiskan pakan sebesar 2849,95 g/ekor, dan tidak jauh berbeda dari hasil penelitian. Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa rataan konsumsi pakan tidak nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena energi pakan yang diberikan tidak berbeda, hal ini didukung oleh pernyataan Bell dan Weaver (2002) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan ayam broiler dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bobot badan, tingkat cekaman, mortalitas, kandungan energi dalam pakan. Dalam penelitian ini ternyata perlakuan (suhu kandang) yang berbeda, tidak menghasilkan perbedaan konsumsi pakan, penurunan konsumsi pakan sebesar 3% pada suhu 28°C hal tersebut sesuai dengan pernyataan Austic (1985) bahwa penurunan konsumsi ransum diperkirakan dapat mencapai 17% setiap kenaikan suhu lingkungan sebesar 10°C pada suhu lingkungan di atas 22°C. Berikut disajikan grafik konsumsi pakan ayam broiler selama minggu ketiga hingga
Konsumsi Pakan (g/ekor)
kelima penelitian. 1200 1000 800 600
P1 (suhu sekitar 23)
400
P2 (suhu sekitar 28) P3 (suhu sekitar 30)
200 0 3
4
5
Umur (Minggu) Gambar 2. Rataan Konsumsi Pakan Ayam Broiler selama Penelitian Gambar 2. menunjukkan bahwa konsumsi pakan penelitian selalu meningkat setiap minggunya dan pada kandang P1 lebih tinggi jika dibandingkan dengan P2 dan P3 setiap minggunya, hal ini sesuai dengan Lesson dan Summers (2001) bahwa
semakin besar umur ayam, maka semakin banyak pakan yang dikonsumsi dan digunakan untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Suhu lingkungan yang nyaman akan membuat ayam mengkonsumsi lebih banyak pakan jika dibandingkan dengan suhu lingkungan yang panas. Selain itu, kandungan energi yang sama dalam komposisi pakan, menyebabkan nutrisi dalam pakan yang diserap atau diterima oleh ayam sama sehingga tidak mempengaruhi terhadap jumlah konsumsi pakan, walaupun terdapat perbedaan suhu lingkungan. Konsumsi Air Minum Konsumsi air minum ayam broiler selama penelitian berdasarkan (Tabel 9), pada perlakuan P1 sebesar 6954 ml/ekor, sedangkan pada P2 dan P3 masing-masing sebesar 8904 ml/ekor dan 8206 ml/ekor. Standar konsumsi air minum yang dikeluarkan oleh National Research Council (1994) selama lima minggu pemeliharaan sebesar 3680 ml/ekor. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Elfawati (2008) menyatakan bahwa konsumsi air minum ayam broiler selama 5 minggu pemeliharaan sebesar 4830 ml/ekor. Perlakuan suhu lingkungan kandang nyata mempengaruhi rataan konsumsi air minum. Berdasarkan analisis statistik, P1 nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan P2 dan P3, namun pada P2 dan P3 tidak saling berbeda, hal ini diduga akibat suhu lingkungan kandang yang tinggi, hal ini didukung oleh pernyataan Lesson dan Summers (2001) yang menyatakan bahwa temperatur lingkungan merupakan faktor penyebab perbedaan konsumsi air minum, selain dari faktor konsumsi pakan, komposisi pakan, bentuk pakan, genetik, umur, jenis kelamin, kandungan mineral air, dan temperatur air. Selama penelitian didapatkan bahwa suhu lingkungan yang tinggi akan mempengaruhi ayam untuk panting yaitu saat kondisi suhu lingkungan yang panas, ayam akan berusaha untuk mengeluarkan produksi panas yang belebihan dari dalam tubuh sehingga tubuh akan meresponnya dengan panting. Ayam merupakan ternak yang tidak mempunyai kelenjar keringat ditubuhnya, dan panting merupakan salah satu usaha ayam untuk mendinginkan kondisi tubuh dengan cara mengeluarkan uap air. Semakin banyak ayam yang mengalami panting maka akan semakin banyak ayam akan mengkonsumsi air minum. Perlakuan suhu kandang P2 dan P3 memperlihatkan tingkah laku panting dua kali lebih banyak jika dibandingkan P1,
Ko n s u m s i Ai r M i nu m (m l /ek o r )
sehingga konsumsi air minum pada P2 dan P3 lebih banyak jika dibandingkan dengan P1. 4000 3500 3000 2500 2000
P1 (suhu sekitar 23)
1500
P2 (suhu sekitar 28)
1000
P3 (suhu sekitar 30)
500 0 3
4 Umur (Minggu)
5
Gambar 3. Rataan Konsumsi Air Minum Ayam Broiler selama Penelitian Gambar 3 memperlihatkan konsumsi air minum ayam broiler tertinggi terdapat pada P2 dan P3 jika dibandingkan dengan P1 sejak minggu ketiga hingga kelima perlakuan, hal ini dikarenakan pada suhu tinggi di atas 25°C ayam broiler lebih banyak memproduksi panas dari dalam tubuhnya, sehingga konsumsi air minum ditujukan untuk menurunkan produksi panas yang tinggi di dalam tubuh ketika suhu lingkungan tinggi. Konsumsi air minum pun ditujukan agar ayam dapat mengganti energi serta mineral tubuh yang hilang akibat kondisi yang panas. Air minum yang dikonsumsi oleh ayam banyak mengandung elektrolit-elektrolit yang dapat menggantikan energi yang terbuang saat ayam berusaha untuk mendinginkan tubuhnya, sehingga pada kondisi yang panas konsumsi air minum akan meningkat jika dibandingkan pada kondisi suhu nyaman. Konsumsi air minum pada ayam broiler juga erat kaitannya dengan konsumsi pakan. Konsumsi pakan yang tinggi selama penelitian, akan mempengaruhi air minum yang dikonsumsi, hal ini sesuai dengan Ensminger (1992) yang menyatakan bahwa umumnya ayam broiler akan mengkonsumsi air minum dua kali lebih banyak daripada pakan yang dikonsumsi.
Pertambahan Bobot Badan Berdasarkan Tabel 9, didapatkan bahwa pertambahan bobot badan selama lima minggu penelitian sebesar 1924,8 g/ekor, 1750 g/ekor dan 1757 g/ekor masingmasing pada P1, P2 dan P3, hal ini sesuai dengan penelitian Gatot (2004) menyatakan bahwa ayam broiler yang dipelihara selama 35 hari pada suhu lingkungan 20-24°C menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 2520 g/ekor sedangkan pada suhu lingkungan 28-32°C menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 1645 g/ekor. Berdasarkan perusahaan breeder Cibadak Indah Sari Farm (2005), pertambahan bobot badan selama lima minggu pemeliharaan untuk strain Ross sebesar 1780 g/ekor. Penelitian Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler umur 4 s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32ºC sebesar 1515 g/ekor sedangkan pada suhu 22ºC PBB ayam pedaging sebesar 1984 g/ekor. Berdasarkan hasil analisis statistik, pengaruh perlakuan suhu lingkungan kandang pada penelitian ini nyata mempengaruhi pertambahan bobot badan ayam broiler. P1 nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan P2 dan P3, namun pada P2 dan P3 tidak saling berbeda, hal ini kemungkinan disebabkan suhu lingkungan yang tinggi telah menimbulkan cekaman panas sehingga mempengaruhi terhadap pertambahan bobot badan, hal ini didukung oleh pernyataan Bell dan Weaver (2002) yang menyatakan bahwa peningkatan bobot badan tidak terjadi secara seragam dan ayam yang mengalami cekaman panas akibat suhu tinggi, akan mengalami pertambahan bobot badan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan ayam broiler pada suhu kandang yang nyaman (18-23°C). Cekaman panas pada P2 dan P3 menyebabkan konsumsi pakan menjadi lebih rendah dibandingkan P1 (Tabel 9), akibatnya pertambahan bobot badan menjadi lebih rendah. Rendahnya pertambahan bobot badan umur 35 hari pada P2 dan P3 sebesar 17% jika dibandingkan pada P1. Kuczynski (2002) menyatakan bahwa pemeliharaan ayam broiler sampai umur 35 hari pada suhu di atas 31ºC menyebabkan bobot badan yang rendah mencapai 25% jika dibandingkan dengan pemeliharaan pada suhu 21,1 sampai 22,2ºC.
Gambar 4. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler selama Penelitian Gambar 4. menunjukan bahwa selama lima minggu penelitian pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada P1. Suhu lingkungan pada P1 merupakan suhu nyaman bagi ayam untuk dapat tumbuh maksimal jika dibandingkan dengan P2 dan P3. Pada suhu lingkungan P2 dan P3 ayam mengalami panting lebih banyak jika dibandingkan P1. Satu gram uap air yang dikeluarkan saat ayam panting membutuhkan 600 kalori (Lesson dan Summers, 2001) sehingga pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian pada P2 dan P3 lebih rendah jika dibandingkan dengan P1. Konversi Pakan Dari Tabel 9, terlihat bahwa konversi pakan pada P1, P2 dan P3 secara berturut-turut sebesar 1,58, 1,72 dan 1,66, hal ini sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh perusahaan breeder untuk strain ayam yang sama, konversi pakan selama lima minggu pemeliharaan sebesar 1,6 (Cibadak Indah Sari farm, 2005). Penelitian Ahmad dan Elfawati (2008) menunjukkan bahwa konversi pakan ayam broiler berkisar antara 1,59 – 1,84, dengan rata-rata konversi pakan 1,75. Berdasarkan hasil analisis statistik, perlakuan taraf suhu lingkungan terhadap konversi pakan ayam broiler menunjukkan perbedaan nyata antara P1 dan P2,
sedangkan pada P1 dan P3 tidak terdapat perbedaan dan begitupun pada P2 dan P3, hal ini kemungkinan disebabkan stres yang ditimbulkan akibat suhu lingkungan yang tinggi, hal ini didukung oleh pernyataan Bell dan Weaver (2002) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan adalah stress, penyakit, kadar amoniak, cara dan waktu pemberian pakan, air, cahaya, kebisingan, bentuk fisik pakan, faktor dari anti nutrisi, dan suhu. Ayam broiler yang dipelihara pada P1 lebih baik dalam mengkonversi pakan, terlihat bahwa konsumsi pakan yang banyak dapat menghasilkan bobot badan akhir yang tinggi (Tabel 10) yaitu 1963 g/ekor, dengan pertambahan bobot badan yang tinggi (1924,8 g/ekor). Perlakuan P1 membuat ayam lebih banyak mengkonsumsi pakan dan tidak mengalami cekaman panas akibat suhu lingkungan, sehingga proses metabolisme di dalam tubuh berlangsung dengan baik, nutrisi yang terdapat di dalam pakan dapat dikonversi dengan baik dan diubah menjadi daging. Berbeda dengan P2 dan P3 ayam telah mengalami cekaman panas, sehingga pakan yang dikonsumsi, nutrisinya digunakan untuk mengganti energi yang keluar karena metabolisme yang kurang baik akibat cekaman panas, sehingga kurang baik dalam mengkonversi pakan menjadi daging. Mortalitas Mortalitas yang terjadi selama penelitian pada Tabel 9 menunjukkan pada perlakuan P1 sebesar 7,5%, berbeda dengan P2 dan P3 masing-masing sebesar 2,5% dan 5%. Berdasarkan hasil analisis statistik, pengaruh perlakuan suhu lingkungan kandang nyata mempengaruhi mortalitas ayam broiler antara P1 dan P2, sedangkan pada P1 dan P3 tidak terdapat perbedaan dan begitupun pada P2 dan P3, hal ini kemungkinan disebabkan suhu kandang yang begitu tinggi sehingga keadaan udara dalam kandang menjadi kotor. Hal ini didukung oleh pernyataan Bell dan Weaver (2002) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas salah satunya adalah suhu. Kandang semi closed house pada P1 dan P3 yang tertutup rapat dan hanya mengandalkan exhaust fan sebagai aliran udara ke luar kandang menyebabkan kandang menjadi lembab, sehingga memudahkan dalam penyebaran penyakit akibat banyaknya amoniak dalam kandang yang tidak dapat keluar dengan sempurna. Berbeda dengan kandang P2 yang menggunakan sistem open house dimana aliran
udara keluar dan masuk kandang jauh lebih baik, sehingga amoniak dalam kandang dapat keluar dengan baik dan ayam terbebas dari kandungan amoniak yang berlebihan. Sebagian besar kematian ayam broiler selama penelitian disebabkan oleh Coccidiosis, selain colibacillosis (Patologi FKH, 2009). Coccidiosis berasal dari udara dalam kandang yang lembab, sedangkan penyebab terjadinya Colibacillosis adalah air minum, kadar air, dan suhu (Bell dan Weaver, 2002). Kenaikan suhu lingkungan menyebabkan ayam mengkonsumsi air minum lebih banyak sehingga memungkinkan terkena Colibacillosis. Kandang dengan perlakuan suhu P1 mengandung udara lebih lembab jika dibandingkan dengan P2 dan P3, sebab suhu lingkungan begitu rendah. Saat ayam mengkonsumsi pakan yang telah basah akibat air minum yang tumpah ataupun udara yang lembab dan banyak mengandung uap air, memudahkan dalam penyebaran Coccidiosis, sehingga fungsi dari sistem ventilasi pada pemeliharaan unggas adalah untuk mengurangi jumlah amoniak yang dapat menyebabkan kematian. Ayam berumur 35 hari pada suhu tinggi 30°C (cekaman panas) akan menyebabkan kemampuan homeostasis dalam tubuh ayam menjadi tidak sempurna dan menyebabkan ayam broiler tidak mampu mempertahankan suhu tubuhnya dimana suhu lingkungan yang bervariasi. Daya tahan tubuh unggas menjadi lemah disertai udara yang kotor dalam kandang serta suhu kandang yang tinggi pada P3 menyebabkan pernafasan ayam terganggu dan mudah terserang colibacillosis (Bell dan Weaver, 2002). Bobot Badan dan Indeks Performa Hasil yang didapatkan selama lima minggu penelitian terhadap bobot badan dan indeks performa ayam broiler pada perlakuan kondisi kandang dengan suhu yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10. Bobot badan akhir ayam broiler selama penelitian pada perlakuan P1, P2 dan P3 (Tabel 10) masing-masing sebesar 1963 g/ekor, 1791 g/ekor dan 1797 g/ekor, hal ini sesuai dengan penelitian May dan Lott (2000) menunjukkan bahwa ayam broiler pada umur 5 minggu dengan suhu 18ºC menghasilkan bobot badan lebih tinggi, yaitu 2207 gram dibandingkan pada suhu 30ºC yakni 1714 gram.
Ayam pada P1 berada pada kondisi yang nyaman untuk pertumbuhan, yaitu pada suhu 23°C, sehingga terdapat perbedaan dalam bobot badan, menurut Bell dan Weaver (2002) suhu lingkungan 18-23°C merupakan suhu nyaman bagi ayam broiler dan menghasilkan pertumbuhan terbaik. Suhu lingkungan tinggi pada P2 dan P3, akan membuat ayam berusaha untuk mengurangi produksi panas di dalam tubuh dengan cara meningkatkan konsumsi air minum dan meningkatkan frekuensi pernafasan (panting). Berdasarkan pengamatan selama penelitian, ayam yang dipelihara pada P2 dan P3 melakukan 35 x panting per menit, sedangkan pada P1 ayam melakukan 12 x panting per menit. Dengan peningkatan frekuensi panting, ayam akan membutuhkan kalori yang banyak untuk melepaskan panas tubuh, sehingga bobot badan ayam broiler pada P2 dan P3 lebih rendah jika dibandingkan dengan P1, hal ini didukung oleh Lesson dan Summers (2001) yang menyatakan bahwa satu gram uap air yang dikeluarkan saat ayam panting membutuhkan 600 kalori, sedangkan menurut Lin et al (2004), kenaikan suhu akan menyebabkan sensitivitas dalam rendahnya bobot badan. Indeks performa (IP) adalah suatu formula yang paling umum dipakai untuk mengetahui performa ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin bagus prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan dan biaya (Fadilah et al., 2007). Indeks performa pada perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukan nilai 327, 289 dan 292, hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan ayam broiler pada perlakuan suhu P1 memiliki kriteria performa yang baik, berbeda dengan P2 dan P3 yang memiliki kriteria performa yang kurang. Faktor yang mempengaruhi tingginya nilai kriteria IP pada P1 adalah dengan konsumsi pakan yang tinggi sebesar 3041 g/ekor dengan bobot badan yang dihasilkan sebesar 1963 g/ekor, artinya ayam broiler lebih baik mengkonversi pakan menjadi daging, akibatnya konversi pakan yang dihasilkan rendah yaitu 1,58 dengan umur pemeliharaan 35 hari, hal ini sesuai dengan Kamara (2009), yang menyatakan banyak faktor yang mempengaruhi nilai IP dari pemeliharaan antara lain, konsumsi pakan yang tinggi dengan bobot badan yang kurang, nilai konversi pakan yang tinggi (banyak pakan yang terbuang dan ayam tidak mampu mengubahnya menjadi daging dalam tubuh), manajemen kandang yang buruk, mortalitas yang tinggi, serta umur produksi yang lama.
KESIMPULAN Perlakuan suhu kandang terbaik adalah P1 (sekitar 23°C) dengan tampilan performa berupa bobot badan, pertambahan bobot badan dan indeks performa yang tinggi serta konversi pakan yang rendah. SARAN Peternakan ayam broiler sangat bergantung dari keadaan lingkungan terutama suhu lingkungan sekitar kandang pemeliharaan. Diharapkan pada daerah-daerah tropis yang memiliki keadaan suhu yang bervariasi, dapat memanipulasi suhu untuk mendapatkan performa terbaik. Selain itu diperlukan penelitian lanjutan dalam jumlah yang besar pada suhu optimum sekitar 23°C untuk mengarah ke industri.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas semua limpahan kasih sayang dan anugrah yang telah tercurahkan dalam setiap desiran nafas yang dihembuskan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap selalu dijunjungkan kepada manusia yang telah berpengaruh besar dalam peradaban dunia ini, Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima kasih tidak terkira kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto MS, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melaksanakan penelitian. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto MS, sebagai pembimbing utama dan Ir. Niken Ulupi MS sebagai pembimbing anggota. Terima kasih atas perhatian, bimbingan, nasehat, dan kesabarannya yang diberikan selama penyusunan proposal, penelitian, seminar, hingga penyusunan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Rudi Afnan, S.Pt, M.Sc.,Agr selaku penguji seminar dan sidang atas saran, kritikan serta pertanyaan selama membahas, sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini. Terima kasih juga kepada rekan-rekan penelitian unggas (Wahid, Ridho, Alif, dan Listi) atas kerjasama dan semangatnya, terima kasih kepada teman-teman penulis di IPTP 43 atas rasa kekeluargaan yang tiada tara selama penulis berada di Fakultas peternakan, terima kasih kepada adik kelas 44 dan 45 atas dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih kepada kakak kelas atas masukannya dalam pembuatan skripsi. Terima kasih kepada sahabat penulis direksi Ikhtiar Farm (Wahid, Ridho, Alif, Ibnu, dan Dimas) untuk kritikan yang membangun, pemberi saran dan solusi, pemberi ide-ide jenius, serta pemberi pelajaran hidup. Terima kasih kepada pelita hati penulis, Lusia Nindya Gutami, atas perhatian yang diberikan, pengertian dan kesabarannya, untuk cinta dan sayangnya yang tulus, terima kasih untuk waktu luang yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk pesannya sebagai perisai keberhasilan hidup penulis ”semoga sukses dalam hidup, karena Allah SWT akan memberikan benteng keyakinan untuk hambanya yang ingin berjuang” Amin.
Terima kasih yang tidak terkira penulis ucapkan kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta. Penulis persembahkan skripsi ini kepada ibunda dan ayahanda sebagai budi bakti, hormat, kebanggaan, sayang dan cinta saya kepada mereka yang tidak terkira, terima kasih atas keikhlasan hati dan jiwa raga yang selalu diberikan untuk penulis. Sungguh tak ada yang pantas dimohonkan seorang anak kepada Allah bagi keduanya, melainkan semoga keduanya diberkahi Allah dengan kehidupan penuh kedamaian, keberkahan dan keridhoan selamanya dunia dan akhirat, amin.
Bogor, Desember 2010
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Ahmad & Elfawati. 2008. Performans Ayam Broiler Yang Diberi Sari Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia). J. Peternakan. 05: 10 – 13. Anggorodi. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Appelby, M. C., J. A. Mench & B. O. Hughes. 2004. Poultry Behaviour and Welfare. CABI. Publishing. Wallingford. Oxfordshire. London. Austic, R.E. 1985. Feeding Poultry in Hot and Cold Climates, in Stress Physiology in Livestock, vol. III, edited by M.K.Yousef. CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida: 124 – 136. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2000. Proyek pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan. http:// www. digilib. brawijaya. ac.id/ virtual_library/mlg_warintek/ ristek-pdii-lipi/ Data/ bididaya%20 peter (Desember. 2006). Bailey, M. 1990. The Water Reqirements of Pultry. In. Haresign, W . and D. J. A. Cole (Ed.). Recent Advances in Animal Nutrition. Butterworths, London. Bell, D. D., & W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th edition. Springer Science and Business Media Inc. New York. BPS. 2007. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 2005. [SNI 01-4868.1-2005] Bibit Niaga (Final Stock) Ayam Ras Tipe Pedaging Umur Sehari (kuri/doc). Bonnet, S., P.A. Geraert, M. Lessire, M.B. Cerre & S. Guillaumin. 1997. Effect of high ambient temperature on feed digestibility in broilers. Poultry Sci. 76:857-863. Cibadak Indah Sari farm. 2005. Standar .http://www.cibadak.com/main.php?q=prd1 (24 Mei 2005).
Broiler
Jumbo.
Direktorat Jendral Peternakan. 2008. Populasi ayam pedaging menurut provinsi di Indonesia. http://ditjenak.go.id [20 juni 2009]. Ensminger. M. E. , J. E. Oldfield & W. W. Heinemann. 1992. Feeds and Nutrition. 2nd Edition. Ensminger Publishing Company, California, USA. Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science. 3rd Edition. Interstate Publishers Inc. Danville, Illinois. Fadillah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Fadilah, R., Polana, A., Alam, S., & E. Purwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Cetakan Pertama. P. T. Agromedia Pustaka, Jakarta. Fairchild, B. & M. Lacy. 2006. How to control growth to improve economic results. http://www.cobb-vantress.com. [6 Januari 2006] Gatot, A. 2005. Penampilan dan laju pertumbuhan relatif karkas dan komponen karkas dua strain ayam broiler fase finisher (21-42 hari) dalam berbagai suhu pemeliharaan. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Ternak. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponogero, Semarang. Gordon, S.H. & D.R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Product : Their Technology and Scientific Principles. Nothingham University Press, Definitions : III – X, UK. Hardjosworo, P. S. & Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya. Depok.
James, R. G. 2004. Modern Livestock and Poultry Production. 7th Edition. Thomson Delmar Learning Inc., FFA Activities. Kamara. T. 2009. Menghitung indeks performa ayam broiler. http://tonikomara.blogspot.com/2009/10/menghitung-index-performance-ip-ayam.html [01 Juni 2010] Kuczynski, T. 2002. The application of poultry behaviour responses on heat stress to improve heating and ventilation systems efficiency. J. Pol. Agric. Univ. 5:1-11. Lacy, M. & L. R. Veast. 2000. Improving Feed Conversion in Broiler : A Guide for Growers. Springer Science and Business Media Inc. New York. Lesson, S. 2000. Feed efficiency still a useful measure of broilers performance. Department Animal and Poultry Science. University of Guelph, Ontario. http:/www.gov.on.ca/OMAFORA/English/Livestock/Poultry/Facts/Efficiency.htm. [26 Februari 2007]. Lessons, S. & J. D. Summers. 2001. Nutrition of the Chickens. 4th Edition. University Books, Guleph, Ontarion, Canada. Lin, H., R. D. Malheiros, V. M. B Moraes, C. Careghi, E. Decuypere, & J. Buyse. 2004. Aclimation of broiler chickens to chronic high environmental temperature. Arch. Geflugelkd. 68:39 – 46. May, J.D. & B.D. Lott. 2000. The effect of environmental temperature on growth and feed convertion of broilers to 21 days of age. Poult. Sci. 79: 669 – 671. Munt, R. H. C., J. G. Dingle & M. G. Sumpa. 1995. Influence of feed form broiler performance.http://www.poultry.org/file://net/mash%20dan%20pellet%20perbanding an.htm. [26 Februari 2007].
National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Revised Edition. National Academy Press, Washington, D.C. Oleyumi, J. A. & F. A. Robert. 1980. Poultry Production in Warm Wet Climates. The Macmillan Press. Ltd. London and Basingtoke. Prihatman. K. 2002. Budidaya Ayam Broiler. Jurnal. intek. Go. Id. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Pedesaan. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Retno, F. D. 1998. Penyakit-Penyakit Penting Pada Ayam. Edisi 4. Bandung. Santoso, H & T. Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya, Jakarta. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika ; Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: M. Syah. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan duckweed (famili Lemnaceae ) sebagai pakan serat sumber protein dalam ransum ayam pedaging. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tarmudji, 2004. Bila Busung Perut Menyerang Ayam. Balitvet, Bogor. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Keempat. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Wiryawan, K. G., M. Sriasih, & I. D. P. Winata. 2005. Penampilan Ayam Pedaging Yang Diberi Probiotik (EM-4) Sebagai Pengganti Antibiotik. Fakultas Peternakan. Universitas Mataram.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Standar Broiler Jumbo 747 Hari Berat Badan (gr) Jantan Betina Rata2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Konsumsi Pakan Per Ekor (gr) Jantan Betina Rata2 Harian Kum. Harian Kum. Harian Kum.
42 42 42 51 51 51 62 62 62 78 76 77 96 94 95 118 114 116 142 138 140 170 164 167 141 138 200 192 196 35 176 32 170 33 233 223 228 36 212 36 206 36 269 256 263 42 254 39 245 41 308 292 300 47 301 45 290 45 350 330 340 52 353 49 339 51 395 371 383 58 411 54 393 56 443 414 429 63 474 59 452 61 494 460 477 68 542 64 516 66 548 508 528 73 615 68 584 70 605 558 582 80 695 71 655 75 665 610 638 83 778 77 732 81 728 664 696 90 868 82 814 85 793 720 757 94 962 86 900 90 861 778 820 101 1063 91 991 95 932 838 885 106 1169 96 1087 102 1005 900 953 115 1284 103 1190 109 1080 963 1022 120 1404 108 1298 113 1157 1028 1093 126 1530 111 1409 119 1237 1094 1166 130 1660 116 1525 123 1318 1162 1240 136 1796 119 1644 127 1401 1231 1316 140 1936 123 1767 132 1486 1301 1394 145 2081 127 1894 136 1572 1372 1472 150 2231 130 2024 139 1660 1444 1552 154 2385 133 2157 144 1749 1517 1633 159 2544 136 2293 147 1839 1591 1715 162 2706 139 2432 150 1930 1666 1798 166 2872 141 2573 154 2022 1741 1882 171 3043 144 2717 158 2115 1816 1966 175 3218 147 2864 161 2208 1892 2050 179 3397 151 3015 164 2301 1968 2135 184 3581 152 3167 169 2395 2044 2220 187 3768 156 3323 171 2489 2120 2305 191 3959 157 3480 176 2583 2196 2390 195 4154 160 3640 177 2676 2272 2474 199 4353 162 3802 180 Sumber: PT. Cibadak Indah Sari Farm, Tbk (2005)
139 172 208 249 294 345 401 462 528 598 673 754 839 929 1024 1126 1235 1348 1467 1590 1717 1849 1985 2124 2268 2415 2565 2719 2877 3038 3202 3371 3542 3718 3895 4075
Konversi Pakan Jantan Betina Rata2
0.88 0.91 0.94 0.97 1.00 1.03 1.06 1.09 1.12 1.15 1.18 1.21 1.24 1.27 1.29 1.32 1.34 1.36 1.38 1.40 1.42 1.44 1.46 1.48 1.49 1.51 1.53 1.54 1.56 1.58 1.59 1.61 1.63 1.64 1.66 1.68
0.88 0.91 0.94 0.97 1.01 1.04 1.07 1.11 1.14 1.17 1.20 1.23 1.26 1.29 1.32 1.34 1.37 1.39 1.41 1.44 1.46 1.48 1.50 1.52 1.54 1.56 1.58 1.60 1.62 1.64 1.66 1.68 1.70 1.72 1.75 1.77
0.88 0.91 0.94 0.97 1.00 1.03 1.07 1.10 1.13 1.16 1.19 1.22 1.25 1.28 1.30 1.33 1.35 1.38 1.40 1.42 1.44 1.46 1.48 1.50 1.52 1.54 1.55 1.57 1.60 1.61 1.63 1.65 1.67 1.68 1.70 1.72
Lampiran 2. Bobot Awal DOC Rataan Berat awal Perlakuan
(g/ekor)
P1
38.45
P2
41
P3
39.75
Lampiran 3. Bobot Ayam Broiler Umur 3-5 minggu (g/ekor) Kandang
minggu 3
minggu 4
minggu 5
P1
940
1399
1963
P2
922
1329
1791
P3
864
1315
1797
Lampiran 4. Sidik Ragam Konsumsi Pakan Ayam Broiler selama Penelitian Sumber keragaman
db
JK
KT
F
P
Suhu
2
27948
27948
4,85
0,037*
Error
9
25921
25921
Total
11
53869
Keterangan : * berbeda nyata (p<0.05) Lampiran 5. Sidik Ragam Konsumsi Air Minum Ayam Broiler selama Penelitian Sumber keragaman
db
JK
KT
F
P
Suhu
2
7806424
7806424
23,20
0,001**
Error
9
1514357
1514357
Total
11
9320780
Keterangan : ** berbeda sangat nyata (p<0.01)
Lampiran 6. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler selama Penelitian Sumber keragaman
db
JK
KT
F
P
Suhu
2
78136
78136
15,49
0,001**
Error
9
22702
22702
Total
11
100837
Keterangan : ** berbeda sangat nyata (p<0.01) Lampiran 7. Sidik Ragam Konversi Pakan Ayam Broiler selama Penelitian Sumber keragaman
db
JK
KT
F
P
Suhu
2
0,041444
0,041444
8,25
0,009**
Error
9
0,022611
0,022611
Total
11
0,064055
Keterangan : ** berbeda sangat nyata (p<0.01)