PROFIL ANAK 2011 ISSN
: 2089-3523
Ukuran Buku
: 17x24 cm
Naskah
: Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar Kulit
: Badan Pusat Statistik (BPS)
Dterbitkan oleh
: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA)
Dicetak oleh
: CV. Miftahur Rizky
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.
Profil Anak Indonesia 2011
MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai generasi penerus, anak harus mendapatkan bimbingan agar dapat melaksanakan kewajibankewajibannya dan mendapatkan perlindungan untuk mendapatkan kebutuhan dan hak-haknya. Bimbingan dan perlindungan terhadap anak menjadi tanggungjawab orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara. Perhatian pemerintah terhadap anak telah ditunjukkan dengan ditetapkannya berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan terkait anak, antara lain ditetapkannya Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, kebijakan Kota Layak Anak dan ditetapkannya Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli. Meskipun demikian, sampai saat ini data yang menggambarkan tentang posisi dan kondisi anak Indonesia masih sangat terbatas. Padahal untuk mengetahui berbagai permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan dan hak-hak anak, sangat dibutuhkan ketersediaan data tentang posisi dan kondisi anak di berbagai bidang. Publikasi ini menyajikan data anak di berbagai bidang untuk dapat menggambarkan pemenuhan kebutuhan dan hak sipil anak, pemenuhan hak pengasuhan anak, pendidikan dan kesehatan anak, serta perlindungan khusus bagi anak. Data yang disajikan dalam publikasi ini sangat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam penyusunan berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang ramah anak. Melalui publikasi ini diharapkan juga akan meningkatkan pemahaman tentang permasalahan dan kebutuhan anak, sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang tepat dalam penanganannya.
iii
Profil Anak Indonesia 2011 Publikasi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerjasama dan partisipasi berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada semua pihak, terutama kepada Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) beserta jajarannya, atas kerjasamanya, sehingga terwujudnya publikasi ini. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus ditingkatkan, terutama dalam upaya peningkatan ketersediaan data anak.
Jakarta, Oktober 2011 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Linda Amalia Sari Gumelar
iv
Profil Anak Indonesia 2011
KATA PENGANTAR
Anak merupakan aset penting bagi sebuah keluarga. Dalam lingkup yang lebih luas yaitu bangsa, anak diharapkan mempunyai andil besar demi kemajuan dan kemakmuran bangsa pada masa yang akan datang. Untuk itu baik keluarga maupun negara diharapkan menjadi pendukung utama bagi terwujudnya anak Indonesia yang sehat dan berkualitas agar kemajuan dan kemakmuran bangsa di masa mendatang dapat tercapai. Sensus Penduduk 2010 mencatat, jumlah anak berumur 0-17 tahun di Indonesia adalah sekitar 81 juta atau lebih dari sepertiga jumlah penduduk Indonesia. Ini merupakan suatu pekerjaan besar bagi pemerintah dan bangsa Indonesia agar dapat mewujudkan kehidupan anak yang sejahtera, maju dan dapat bersaing secara global. Publikasi ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Dengan terbitnya publikasi ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi anak Indonesia dilihat dari berbagai sudut pandang seperti pendidikan, kesehatan, kehidupan sosial, pekerjaan, dan perlindungan hukum. Kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian publikasi ini, disampaikan penghargaan dan terima kasih. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang.
Jakarta, November 2011 Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Rusman Heriawan
v
Profil Anak Indonesia 2011
ORGANISASI PENYUSUN BUKU Penanggung Jawab
: Dr. Wendy Hartanto S. Happy Hardjo, M.Ec Ir. Lies Rosdianty, M.Si
Editor
: Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami, S.Si, M.Si Gantjang Amanullah, MA Krismawati, MA Ir. Meity Trisnowati Teguh Pramono, MA Ir. FB. Didiek Santoso
Penulis
: Al Huda Yusuf, M.Si Budi Santoso, M.Si Eva Yugiana, S.ST Ir. Hilmiah Mariet Tetty Nuryetty, MA Nenny Rianarizkiwati, SH, LL.M Poetrijanti, S.Si Rida Agustina, S.ST Theresia Parwati, S.ST Tono Iriantono Wirananggapattie, S.Si
Pengolah Data
: Al Huda Yusuf, M.Si Eva Yugiana, S.ST Fera Hermawati, S.ST Ferandya Yoedhiandito, SE Rida Agustina, S.ST Sapta Hastho Ponco, S.ST
Setting
: Al Huda Yusuf, M.Si
Kulit Muka
: Al Huda Yusuf, M.Si Fera Hermawati, S. ST
vi
Profil Anak Indonesia 2011
AKRONIM ABH AKA AKABA AKB APK APM APS ASEAN ASI BA Bappenas BBLR BCG BKB BKG BPS DI Dikdas DKI DPT EFA GNPPBA HAM HDI Inpres IUGR KB KF KLA Kemendiknas Kemendagri Kemenkeu Kemenag KPP dan PA
Angka Buta Huruf Angka Kematian Anak Angka Kematian Balita Angka Kematian Bayi Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Sekolah Association of South East Asian Nations Air Susu Ibu Bustanul Athfal Badan Perencana Pembangunan Nasional Berat Badan Lahir Rendah Basillus Calmatto Guenin Bina Keluarga Balita Balita Kurang Gizi Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Pendidikan Dasar Daerah Khusus Ibukota Difteri Pertusis Tetanus Education for All Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Buta Aksara Hak Asasi Manusia Human Development Index Instruksi Presiden Intra Uterine Growth Retardation Kelompok Bermain Keaksaraan Fungsional Kota Layak Anak Kementerian Pendidikan Nasional Kementerian Dalam Negeri Kementerian Keuangan Kementerian Agama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
vii
Profil Anak Indonesia 2011 MDGs MI MTs MA Menkokesra NTB PAUD PUS PMS PNBAI Posyandu PPI PT Puskesmas Pustu RA Riskesdas RPJM Sakernas SD SDKI SDLB SDM SMP SMPLB SMA SMK Sisdiknas Susenas Sukma TBM TK TPA UU UUD Wajar WHO
Millenium Development Goals Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Tsanawiyah Madrasah Aliyah Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nusa Tenggara Barat Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Untuk Semua Penyakit Menular Seksual Program Nasional Bagi Anak Indonesia Pos Pelayanan Terpadu Program Pengembangan Imunisasi Perguruan Tinggi Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas Pembantu Raudatul Athfal Riset Kesehatan Dasar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Survei Angkatan Kerja Nasional Sekolah Dasar Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia Sekolah Dasar Luar Biasa Sumber Daya Manusia Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Sistem Pendidikan Nasional Survei Sosial Ekonomi Nasional Surat Keterangan Buta Aksara Taman Bacaan Masyarakat Taman Kanak-kanak Taman Penitipan Anak Undang Undang Undang Undang Dasar Wajib Belajar World Health Organization
viii
Profil Anak Indonesia 2011
DAFTAR ISI Halaman iii v vi vii ix xii xv
SAMBUTAN KATA PENGANTAR ORGANISASI PENYUSUN BUKU AKRONIM DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Sumber Data 1.4 Sistematika Penyajian
1 1 3 3 4
BAB II
HAK SIPIL DAN KEBEBASAN 2.1 Jumlah dan Komposisi Anak 2.2 Tren Penduduk 0-17 Tahun 2.3 Rasio Jenis Kelamin (RJK) 2.4 Kepemilikan Akte Kelahiran
7 10 12 14 15
BAB III LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGASUHAN ALTERNATIF 3.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 3.2 Anak dan Keluarga yang Tinggal Bersama 3.2.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja 3.2.2 Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja 3.2.3 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung 3.2.4 Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain 3.3 Perkawinan Usia Dini
19 19 23 23 25 26 28 29
BAB IV KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN 4.1 Pelayanan Antenatal 4.2 Penolong Persalinan 4.3 Angka Kematian Bayi
35 35 37 38
ix
Profil Anak Indonesia 2011 4.3.1 Angka Kematian Anak 4.3.2 Angka Kematian Balita Status Gizi 4.4.1 Status Gizi Balita 4.4.2 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 4.4.3 Pemberian Vitamin A Pada Balita ASI Imunisasi Keluhan Kesehatan Akses ke Pelayanan Kesehatan
39 41 43 43 44 44 45 47 49 51
PENDIDIKAN, PEMANFAATAN WAKTU LUANG DAN KEGIATAN SENI BUDAYA 5.1 Status Sekolah 5.2 APS, APM dan APK 5.2.1 Putus Sekolah 5.3 Alasan Tidak Sekolah 5.4 Angka Buta Huruf 5.5 Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Seni Budaya
55 56 59 64 67 69 71
4.4
4.5 4.6 4.7 4.8 BAB V
BAB VI PERLINDUNGAN KHUSUS 6.1 Perlindungan Anak 6.2 Anak Bermasalah Hukum 6.3 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja 6.3.1 Umur Anak yang Bekerja 6.3.2 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi 6.3.3 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan 6.3.4 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 6.3.5 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama 6.3.6 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Lapangan Pekerjaan Utama 6.3.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja di Kegiatan Informal 6.3.8 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama 6.3.9 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendapatan/ Upah/Gaji
x
77 77 78 84 85 86 89 90 91 92 93 95 97
Profil Anak Indonesia 2011 6.4 Anak Cacat 6.4.1 Distribusi Anak Cacat 6.4.2 Jenis dan Penyebab Kecacatan 6.4.3 Pendidikan Anak Cacat 6.4.4 Interaksi Anak Cacat dalam Keluarga LAMPIRAN
99 99 100 102 103 107
xi
Profil Anak Indonesia 2011
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8
Jumlah Anak (000) menurut Umur, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 Persentase Penduduk Berumur kurang dari 18 Tahun menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000 dan 2010 Rasio Jenis Kelamin menurut Umur Tunggal dan Tipe Daerah, 2000 dan 2010 Persentase Anak menurut Tipe Daerah dan Status Kepemilikan Akte Kelahiran, 2010 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2010 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2010 Persentase Balita menurut Kelompok Umur dan Kategori Berat Badan Lahir, 2010 Persentase Anak yang Berobat Jalan ke Fasilitas Kesehatan menurut Tipe Daerah, 2010 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Persentase Penduduk Berumur 5-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2010 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur (tahun), 2010 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 Angka Putus Sekolah Usia 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010 Angka Putus Sekolah menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Sekolah, 2010 Angka Putus Sekolah Penduduk 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010
xii
11 13 14 16 21 22 44 51 58 59 60 62 63 65 66 67
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 5.9
Tabel 5.10 Tabel 5.11
Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5 Tabel 6.6 Tabel 6.7 Tabel 6.8
Tabel 6.9
Tabel 6.10
Tabel 6.11
Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun yang Tidak/ Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi menurut Alasan Tidak Melanjutkan Sekolah, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 Angka Buta Huruf Anak Usia 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah, 2010 Persentase Anak Usia 5-17 Tahun menurut Kegiatan Sosial Budaya yaitu Membaca, Menonton TV, Mendengarkan Radio, Menonton/Melakukan Kesenian, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana menurut Jenis Kelamin, 2007-2009 Jumlah Pelaku Tindak Pidana menurut Kepolisian Daerah dan Kelompok Umur, 2007-2009 Jumlah dan Persentase Remaja Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal menurut Jenis Tindak Pidana/Kriminalitas yang Dilakukan, 2010 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal menurut Jenis Tindak Pidana/ Kriminalitas yang Dilakukan dan Umur Anak, 2010 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010 Jumlah, Persentase, Rasio Jenis Kelamin dan Proporsi Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2010 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, Status Pekerjaan Utama dan Sektor, 2010 Rata-Rata Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu pada Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan Jenis Kelamin, 2010 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan Status Sekolah, 2010 Rata-Rata Pendapatan/Upah/Gaji (000 rupiah) pada Pekerjaan Utama Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan Jenis Kelamin, 2010 Persentase Anak 0-17 tahun menurut Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009
xiii
68 70
74 79 80
82
83 85 88 92
95
96
98 99
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.12 Tabel 6.13 Tabel 6.14 Tabel 6.15 Tabel 6.16 Tabel 6.17
Persentase Penduduk 0-17 Tahun Penyandang Cacat menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Jenis Kecacatan dan Jenis Kelamin, 2009 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Jenis Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Penyebab Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009 Persentase Anak (7-17 tahun) Cacat menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2009 Proporsi Penyandang Cacat 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah dan Aktivitas Bersama Orangtua/Wali, 2009
xiv
100 100 101 102 102 104
Profil Anak Indonesia 2011
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 Gambar 3.2 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 Gambar 3.3 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja menurut Provinsi, 2009 Gambar 3.4 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 Gambar 3.5 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja menurut Provinsi, 2009 Gambar 3.6 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung menurut Jenis kelamin dan Tipe Daerah, 2009 Gambar 3.7 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung menurut Provinsi, 2009 Gambar 3.8 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 Gambar 3.9 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain menurut Provinsi, 2009 Gambar 3.10 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Provinsi, 2010 Gambar 3.11 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Status Perkawinan, 2010 Gambar 3.12 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Umur Kawin Pertama, 2010 Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 menurut Tipe Daerah, 2010 Gambar 4.2 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran dan Tipe Daerah, 2010 Gambar 4.3 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup, 1997-2007 Gambar 4.4 Angka Kematian Bayi menurut Provinsi, 2007 Gambar 4.5 Angka Kematian Anak, 1997-2007 Gambar 4.6 Angka Kematian Anak menurut Provinsi, 2007 Gambar 4.7 Angka Kematian Balita, 1997-2007 Gambar 4.8 Angka Kematian Balita menurut Provinsi, 2007 Gambar 4.9 Persentase Balita menurut Status Gizi dan Jenis Kelamin, 2010
xv
22 24 24 25 26 27 27 28 29 30 31 32 36 37 38 39 40 40 41 42 43
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 4.10 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A Selama Enam Bulan Terakhir menurut Kelompok Umur, 2010 Gambar 4.11 Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 Gambar 4.12 Rata-rata Lama Pemberian ASI Bagi Balita menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 4.13 Rata-rata Lama Pemberian ASI tanpa Makanan Tambahan dan ASI dengan Makanan Tambahan Bagi Balita menurut Tipe Daerah, 2010 Gambar 4.14 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 Gambar 4.15 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Jenis Imunisasi dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 4.16 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktivitas Sehari-hari menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 4.17 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 6.1 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Sekolah dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 6.2 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Ijazah Tertinggi dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 6.3 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 6.4 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kegiatan Formal/Informal dan Jenis Kelamin, 2010 Gambar 6.6 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan Jenis Kelamin, 2010
xvi
45 46 46
47 48 49
49
50 89 90 90 91 94
96
Profil Anak Indonesia 2011
BAB
1
PENDAHULUAN
xvii
Profil Anak Indonesia 2011
1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 dan dirati ikasi Indonesia pada tahun 1990, Bab 1 Pasal 1 yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 juga menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan dari 237.641.326 orang di Indonesia, sekitar 34,26 persen adalah anak-anak usia 0-17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa berinvestasi untuk anak adalah berinvestasi untuk sepertiga lebih penduduk Indonesia. Gambaran kondisi anak saat ini menjadi dasar yang penting bagi pengambilan kebijakan yang tepat bagi anak. Anak-anak merupakan kelompok penduduk usia muda yang mempunyai potensi untuk dikembangkan agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan di masa mendatang. Mereka adalah kelompok yang perlu disiapkan untuk kelangsungan bangsa dan negara di masa depan. Perwujudan anak-anak sebagai generasi muda yang berkualitas, berimplikasi pada perlunya pemberian perlindungan khusus terhadap anak-anak dan hak-hak yang dimilikinya sehingga anak-anak bebas berinteraksi dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Sesuai dengan isi Pasal 4 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang tersebut merupakan bentuk dari hasil rati ikasi Convention on the Rights of the Child (CRC). Konvensi ini merupakan instrumen internasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. CRC terdiri dari 54 pasal yang hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi di bidang Hak Asasi Manusia khususnya bagi anak-anak yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi,
1
Profil Anak Indonesia 2011 sosial dan budaya. Berbagai kebijakan untuk anak juga telah dibuat oleh pemerintah diantaranya adalah Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang didalamnya mencakup empat program besar yaitu bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan anak dan penanggulangan HIV/AIDS. Salah satu aspek penting untuk melihat kualitas anak adalah dari sisi pendidikan. Hasil Susenas 2010 menunjukkan bahwa anak usia 5-17 tahun yang berstatus sekolah sebesar 82,58 persen dan masih terdapat 8,12 persen yang tidak bersekolah lagi dan yang belum pernah sekolah sebesar 9,30 persen. Meskipun persentase anak usia sekolah yang masih bersekolah cukup tinggi, namun kualitas dari anak tersebut juga harus ditingkatkan demi terciptanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas bagi bangsa dan negara di masa depan. Hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan terbatasnya akses pendidikan berkualitas bagi anak, terutama bagi anak keluarga miskin dan di masyarakat terpencil. Dampaknya dapat terlihat dari semakin meningkatnya kasus-kasus kekerasan, jumlah anak yang bermasalah dengan hukum, eksploitasi (termasuk trafϔicking) dan diskriminasi terhadap anak. Dilihat dari sisi kesehatan, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 (2004) sebesar 34 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut jauh dari target MDGs (23 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup) yang ingin dicapai pada tahun 2015. Sementara pada tahun yang sama, Angka Kematian Balita adalah sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 32 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Indikator lainnya adalah status gizi anak, dimana berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi Balita Kurang Gizi (BKG) pada tahun 2010 adalah sebesar 17,9 persen yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. Secara sosial, masalah anak diantaranya adalah diskriminasi, kekerasan, eksploitasi dan penelantaran anak. Hasil survei Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (2006) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) menunjukkan sebesar 3 persen anakanak mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak dan memberikan perlindungan bagi anak justru menjadi tempat anak mendapatkan tindak kekerasan. Maraknya kasus kekerasan terhadap anak, baik di lingkungan keluarga atau lingkungan umum menunjukkan masih minimnya perlindungan terhadap anak. Hal ini menunjukkan pula masih jauhnya lingkungan yang ramah dan aman bagi anak. Di samping itu, perlindungan anak dari berbagai tindak kekerasan, perdagangan anak, eksploitasi dan diskriminasi masih belum optimal. Hal ini terlihat dari
2
Profil Anak Indonesia 2011 jumlah anak bekerja yang masih relatif tinggi. Hasil Survei Pekerja Anak (SPA) yang merupakan kerjasama antara BPS dan ILO (International Labour Organization) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 4,1 juta anak usia 5-17 tahun yang bekerja. Sedangkan berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2010, terdapat 3,2 juta anak berumur 10-17 tahun pada 33 provinsi di Indonesia yang bekerja. Disisi lain, belum terpenuhinya hak sipil anak yaitu kepemilikan akte kelahiran hanya sekitar 54,79 persen (Susenas 2010), namun 14,57 persen di antaranya tidak dapat menunjukkan akte kelahirannya. Hal ini mencerminkan masih lemahnya sistem pendataan atau registrasi kelahiran serta menunjukkan belum terpenuhinya hak anak terhadap identitasnya. Tidak dimilikinya akte kelahiran menyebabkan ketidak jelasan identitas anak, yang akan membawa sejumlah implikasi seperti diskriminasi, tidak memiliki akses terhadap pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan, rawan menjadi korban perdagangan manusia, mudah dijadikan pekerja anak, rawan menjadi korban kejahatan seksual dan lain-lain. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya data pro il anak sebagai gambaran keadaan anak-anak di Indonesia secara menyeluruh diberbagai bidang. Oleh karena itu KPP&PA bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik melakukan suatu kajian analisis deskriptif mengenai situasi dan kondisi anak-anak di Indonesia. Penyusunan pro il dalam jangka pendek menjadi sangat penting untuk disusun dan dikembangkan sebagai basis data dan masukan dalam upaya pemenuhan hak-hak anak.
1.2 TUJUAN Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi anak-anak Indonesia yang diamati dari aspek lingkungan keluarga, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan anak baik terhadap masalah sosial, hukum, kekerasan, anak bekerja dan anak cacat.
1.3 SUMBER DATA Publikasi ini menggunakan berbagai macam sumber data, dari hasil survei dan sensus sebagai berikut: a. Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 b. Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 c. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010 d. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 e. Sensus Penduduk 2010
3
Profil Anak Indonesia 2011 1.4 Sistematika Penyajian Publikasi ini disajikan dalam enam bab. Pemilihan bab dalam penyusunan Pro il Anak disesuaikan dengan lima kluster hak anak pada Konvensi Hak Anak (KHA) yakni: hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya, dan perlindungan khusus. Pengelompokan tentang isi KHA ke dalam lima kluster oleh Komisi Hak Anak PBB dilakukan dengan pertimbangan mempermudah pemahaman publik serta mempermudah dalam penyusunan laporan implementasinya kepada PBB. Dalam setiap kluster telah ditentukan indikator rinci, meskipun demikian karena keterbatasan data, tidak semua indikator tersebut disajikan dalam publikasi ini. Bab pertama menyajikan pendahuluan yang berisi latar belakang penyusunan publikasi, tujuan, sumber data serta sistematika penyajian. Bab kedua menyajikan tentang Hak Sipil dan Kebebasan. Bab ketiga tentang Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif, bab keempat Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, Bab kelima Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Seni budaya, sedangkan bab keenam Perlindungan Khusus yang berisi tentang perlindungan anak, anak bermasalah hukum, anak yang bekerja dan anak cacat.
4
Profil Anak Indonesia 2011
BAB
2
HAK SIPIL DAN KEBEBASAN
5
Profil Anak Indonesia 2011
2 HAK SIPIL DAN KEBEBASAN Salah satu kluster dalam Konvensi Hak Anak adalah Kluster Hak Sipil dan Kebebasan bagi Anak. Berbagai permasalahan anak di Indonesia terjadi karena masih rendahnya penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan hak sipil dan kebebasan terhadap anak. Hak sipil dan kebebasan anak terdiri dari beberapa hak yang diatur dalam pasal-pasal terpisah, yakni: 1. Nama dan kewarganegaraan 2. Mempertahankan identitas 3. Kebebasan berpendapat 4. Kebebasan berpikir, berkesadaran (berhati nurani) dan beragama 5. Kebebasan berserikat dan berkumpul secara damai 6. Perlindungan terhadap kehidupan pribadi (privasi) 7. Akses kepada informasi yang layak 8. Perlindungan dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat. Hak pertama adalah hak atas nama dan kewarganegaraan. Makna penting dari hak atas nama dan kewarganegaraan merupakan hak mendasar dan pertama yang dimiliki oleh seorang anak. Nama dan kewarganegaraan menunjukkan identitas yang dimiliki setiap orang dan statusnya sebagai warga dari suatu negara yang akan menjamin pemenuhan hak-haknya. Dari sisi negara, hak tersebut merupakan kewajiban bagi negara untuk memenuhinya dan menjadi bukti pengakuan hukum dari negara terhadap warganya. Hak kedua adalah hak mempertahankan identitas. Seorang anak berhak untuk mempertahankan identitasnya dan negara menghormati hak warganya dalam mempertahankan identitasnya tersebut, termasuk kaitannya dengan hubungan keluarga. Apabila ada pihak-pihak yang hendak melakukan perampasan atau pemalsuan identitas seorang anak, maka negara akan memberi bantuan dan perlindungan yang layak dengan tujuan menetapkan kembali dengan cepat jati dirinya.
7
Profil Anak Indonesia 2011 Hal ini sebagai langkah awal bagi anak dalam mengembangkan jati dirinya untuk tumbuh kembang secara wajar. Implementasi dari kedua hak tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian akte kelahiran dan pencatatan yang harus dilakukan untuk diregistrasi oleh negara dalam catatan sipil kependudukan seorang anak sebagai salah satu warga negaranya. Hak ketiga adalah hak anak untuk menyatakan pendapat. Arti penting dari hak tersebut bagi negara dan pemerintah adalah sebagai elemen penting bagi terwujudnya negara dan pemerintahan yang demokratis, dimana setiap warga negara termasuk anak memiliki hak yang sama untuk menyatakan pendapatnya. Pemerintah juga bisa memperoleh gambaran permasalahan, kebutuhan dan aspirasi yang murni dari kelompok anak itu sendiri, yang sebelumnya lebih sering disuarakan oleh orang dewasa. Bagi anak sendiri, arti penting dari hak untuk menyatakan pendapat tersebut adalah sebagai berikut: merupakan perwujudan dari hak anak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka meningkatkan harga diri dan percaya diri anak mengembangkan bakat dan keterampilan memperbesar akses pada berbagai peluang Hak keempat adalah kebebasan berpikir, berkesadaran berhati nurani, dan beragama. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah memudahkan terwujudnya sebuah negara atau pemerintahan yang maju yang menghargai pluralitas warganya dan tidak diskriminatif. Bagi anak, arti penting dari hak tersebut adalah agar anak dapat mengembangkan kecerdasan jamak (logika matematika, linguistik verbal, body kinestetik, visual spasial, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kecerdasan musikal dan kecerdasan spiritual). Bagi masyarakat, arti penting dari hak tersebut bisa menciptakan masyarakat yang kreatif, toleran dan saling menghargai terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki warganya, serta tidak ada dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya. Hak kelima adalah kebebasan berorganisasi atau berserikat dan berkumpul secara damai. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah serta masyarakat adalah terbukanya proses sosial yang demokratis sejak dini bagi reproduksi kepemimpinan bangsa dan masyarakat, karena kebebasan berorganisasi tersebut bisa melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang mempunyai basis pengalaman berorganisasi yang baik dan bukan berdasarkan pada basis keturunan. Bagi anak arti penting dari hak kelima ini adalah untuk mengenal, memahami dan melatih bagaimana cara berorganisasi sejak dini, melatih kepemimpinan anak dan melatih anak dalam bermasyarakat.
8
Profil Anak Indonesia 2011 Hak keenam adalah perlindungan terhadap kehidupan pribadi (privasi). Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah negara atau pemerintah akan dipandang mampu melindungi warganya, khususnya kelompok anak dari campur tangan pihak-pihak lain yang bisa merugikan kepentingan anak. Arti penting bagi anak adalah terjaganya kehidupan pribadi atau privasinya sehingga bisa terhindar dari segala bentuk pemaksaan dan diskriminasi yang dalam jangka panjang bisa menumbuhkan kepercayaan diri anak. Sedangkan bagi masyarakat, arti pentingnya adalah adanya instrumen sosial dan hukum yang membuat warganya merasa lebih tenteram dan bebas dari ancaman terhadap kehidupan pribadinya. Hak ketujuh adalah akses kepada informasi yang layak. Bagi negara atau pemerintah, selain menjadi dasar bagi perlunya disusun instrumen peraturan atau kelembagaan yang bisa menjamin akses informasi kepada warga negara juga memberikan perlindungan khususnya kepada kelompok anak dari informasiinformasi yang berdampak negatif pada anak. Arti penting bagi anak adalah menambah pengetahuan umum, memperluas wawasan dan juga terhindar dari dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari keterbukaan informasi. Sedangkan bagi masyarakat, keterbukaan akses tersebut selain di satu sisi akan mempercepat kemajuan suatu masyarakat tapi disisi lain juga menumbuhkan kekawatiran akan dampak negatif, sehingga mendorong ditumbuhkan dan diperkuatnya kembali norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dapat membendung dampak negatif keterbukaan informasi. Hak kedelapan atau terakhir dari rumpun hak sipil dan kebebasan anak adalah perlindungan dari penyiksaan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah bisa mendorong peningkatan perhatian dan kepekaan pemerintah terhadap hak anak-anak yang berhadapan dengan hukum sejak awal proses penangkapan anak sebagai tersangka pelaku tindak pidana hingga selama anak menjalani proses hukuman. Hal tersebut perlu ditegaskan karena selama ini terdapat pemahaman yang terbatas dari para aparat penegak hukum tentang hak anak serta keterbatasan penyediaan fasilitas rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan membuka peluang terjadinya pelanggaran terhadap hak anak pelaku tindak kriminal. Bagi anak arti pentingnya adalah supaya anak tidak terhambat proses tumbuh kembangnya serta supaya hak-hak dasar lainnya tetap terjamin meskipun anak dalam proses hukum. Bagi masyarakat sendiri, pola-pola penghukuman terhadap anak yang melakukan kesalahan yang terjadi di masyarakat, seperti yang terdapat dalam keluarga atau sekolah bisa diarahkan pada hukuman-hukuman yang sifatnya mendidik dan bukan menyiksa anak.
9
Profil Anak Indonesia 2011 2.1 JUMLAH DAN KOMPOSISI ANAK Anak merupakan salah satu modal sumber daya manusia yang jika dipenuhi semua kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kebutuhan sosial ekonomi lainnya akan tumbuh menjadi manusia yang berkualitas. Sebaliknya jika kebutuhan anak tidak terpenuhi, dikhawatirkan akan menurunkan kualitas hidup anak atau sebagian dari mereka akan menjadi beban baik bagi keluarga, masyarakat maupun negara. Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010), seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,641 juta jiwa, yang terdiri dari 119,631 juta laki-laki dan 118,010 juta perempuan. Dari jumlah tersebut, sekitar 81,4 juta orang atau sekitar 34,26 persen diantaranya anak berumur dibawah 18 tahun. Berdasarkan tipe daerah, sekitar 39 juta atau 48 persen anak berumur 0-17 tahun berada di perkotaan dan 42 juta atau 52 persen lainnya tinggal di perdesaan. Persebaran jumlah anak hampir seimbang antara daerah perkotaan dan perdesaan. Dari kondisi tersebut, diharapkan tidak ada perbedaan akses pendidikan dan kesehatan, antara anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan.
10
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 2.1 Jumlah Anak (000) menurut Umur, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010
Ǧ
ǦΪ
ǦΪ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
Ͳ
ͳǤͳͳͺ
ͳ
Ǧ
ȋȌ
Ϊ
ȋȌ
Ǧ
ǦΪ
ȋͺȌ
ȋͻȌ
ȋͳͲȌ
ȋͶȌ
ȋͷȌ
ͳǤͲͷͶ
ʹǤͳʹ
ͳǤͳͶʹ
ͳǤͲͺͶ
ʹǤʹʹ
ʹǤʹͲ
ʹǤͳ͵ͺ
ͶǤ͵ͻͺ
ͳǤͳ͵Ͷ
ͳǤͲͺ
ʹǤʹͲͳ
ͳǤͳͷͷ
ͳǤͲͻͻ
ʹǤʹͷͶ
ʹǤʹͺͻ
ʹǤͳ
ͶǤͶͷͷ
ʹ
ͳǤͳͶͲ
ͳǤͲ͵
ʹǤʹͳʹ
ͳǤʹͲͷ
ͳǤͳͶͷ
ʹǤ͵ͷͲ
ʹǤ͵Ͷͷ
ʹǤʹͳ
ͶǤͷʹ
͵
ͳǤͳͷͻ
ͳǤͲͻͳ
ʹǤʹͷͲ
ͳǤʹ͵Ͳ
ͳǤͳͶ
ʹǤ͵ͻͶ
ʹǤ͵ͺͻ
ʹǤʹͷͷ
ͶǤͶͶ
Ͷ
ͳǤͳʹͻ
ͳǤͲͲ
ʹǤͳͺͻ
ͳǤʹͷͳ
ͳǤͳͻ
ʹǤͶ͵Ͳ
ʹǤ͵ͺͲ
ʹǤʹ͵ͻ
ͶǤͳͻ
ͷ
ͳǤͳͳͳ
ͳǤͲͶ͵
ʹǤͳͷͶ
ͳǤʹͲ
ͳǤͳ͵
ʹǤ͵ͶͶ
ʹǤ͵ͳ
ʹǤͳͺͲ
ͶǤͶͻͺ
ͳǤͳ͵Ͷ
ͳǤͲͻ
ʹǤʹͲ͵
ͳǤʹͶ
ͳǤͳͻ
ʹǤͶʹ
ʹǤ͵ͺͳ
ʹǤʹͶͺ
ͶǤʹͻ
Ǧͳʹ
Ǥͻ
Ǥʹͺ ͳʹǤͻͷͷ
ǤͲ
Ǥͳͺͻ
ͳͶǤͺͷͲ
ͳͶǤ͵ʹͻ
ͳ͵ǤͶ ʹǤͺͲͷ
ͳ͵Ǧͳͷ
͵ǤʹͶͶ
͵Ǥͳͷ͵
Ǥ͵ͻ
͵Ǥʹͺ
͵Ǥ͵ͺͶ
ǤͲͳͳ
Ǥͺʹ
Ǥͷ͵ ͳ͵ǤͶͲͻ
ͳǦͳ
ʹǤͳͳ
ʹǤͳ͵ͺ
ͶǤʹͷ
ʹǤͳͷͶ
ͳǤͻͶ
ͶǤͳʹͺ
ͶǤʹʹ
ͶǤͳͳʹ
Jumlah Anak
19.954
19.036 38.990
21.878
20.534
42.412
41.833
39.569 81.402
Total 59.560 Penduduk
58.761 18.320
60.071
59.250
19.321
19.631
118.010 37.641
ͺǤ͵ͺ͵
Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS
Dari sudut pandang pendidikan, menurut kelompok umur sekolah ada 27,8 juta anak berumur 7-12 tahun, 12,9 juta diantaranya tinggal di perkotaan dan 14,9 juta sisanya tinggal di perdesaan. Ada 13,4 juta anak berumur 13-15 tahun terdiri atas 6,4 juta yang tinggal di perkotaan dan 7 juta di perdesaan. Sedangkan 8,4 juta anak berumur 16-17 tahun yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan masingmasing 4,3 juta dan 4,1 juta orang. Dari sudut pandang kesehatan, ada sekurang-kurangnya 4,4 juta bayi di Indonesia yang membutuhkan layanan kesehatan yang baik, sehingga mereka bisa melewati tahun-tahun kritis diawal kehidupannya. Bayi sangat rentan terhadap berbagai jenis penyakit. Usaha pemerintah meningkatkan kesehatan anak melalui layanan imunisasi berperan penting dalam menurunkan kematian bayi, terutama di daerah-daerah terpencil.
11
Profil Anak Indonesia 2011 Berdasarkan jenis kelamin, penduduk berumur 0-17 tahun yang berjenis kelamin laki-laki tercatat sebesar 51 persen, sedangkan sisanya penduduk perempuan. Dari sudut pandang kesetaraan gender, baik anak laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang setara untuk memperoleh pendidikan yang baik dan layanan kesehatan yang baik pula. Selisih antara jumlah anak laki-laki dan perempuan berumur 0-17 tahun baik di perkotaan dan perdesaan tidak terlalu berbeda seperti terdapat pada Tabel 2.1.
2.2 TREN PENDUDUK 0-17 TAHUN Dengan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa berdasarkan hasil SP 2010, Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada Tabel 2.2 proporsi penduduk berusia 0-17 tahun telah mengalami penurunan. Komposisinya terhadap total penduduk mengalami perubahan sekitar 2,5 persen lebih rendah dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Perubahan tersebut adalah dari 36,76 persen pada tahun 2000 menjadi 34,25 persen pada 2010. Sekitar satu diantara tiga penduduk Indonesia adalah anak berusia 0-17 tahun. Ini terlihat dari proporsinya terhadap total penduduk Indonesia yaitu sekitar 34 persen. Yang menarik untuk diamati adalah adanya peningkatan proporsi penduduk berumur 0 tahun dari 4,72 persen pada tahun 2000 menjadi 5,4 persen pada tahun 2010. Meningkatnya proporsi bayi merupakan suatu kondisi yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Komposisi penduduk berumur 0-2 tahun (batita) seperti terlihat pada Tabel 2.2, menunjukkan bahwa proporsi batita terhadap total anak berumur 0-17 tahun pada tahun 2010 lebih besar daripada proporsi batita pada tahun 2000. Pada tahun 2010 proporsinya adalah 16,48 persen atau naik sekitar 1,05 persen dari tahun 2000 (15,43 persen)
12
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berumur kurang dari 18 Tahun menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000 dan 2010 ʹͲͲͲ
ʹͲͳͲ
Ǧ
ǦΪ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
Ͳ ͳ ʹ ͵ Ͷ ͷ Ǧͳʹ ͳ͵Ǧͳͷ ͳǦͳ
Ͷǡͺ ͷǡͳͶ ͷǡͶͺ ͷǡͺ ǡʹ ͷǡͷ ͷǡ͵ͻ ͵͵ǡ͵ ͳǡͷͻ ͳͳǡʹͻ
Ͷǡ ͷǡʹ͵ ͷǡͷͺ ͷǡ ǡ͵ͳ ͷǡͶ ͷǡ͵ͻ ͵͵ǡ͵ʹ ͳǡͷͷ ͳͳǡͶ
Ͷǡʹ ͷǡͳͺ ͷǡͷ͵ ͷǡʹ ǡʹͻ ͷǡͷ ͷǡ͵ͻ ͵͵ǡͶͺ ͳǡͷ ͳͳǡ͵
Jumlah
100,00
100,00
37,30 37.651
ȋͳȌ
Proporsi 0-17 Tahun terhadap Total Penduduk Total Anak (000)
Ǧ
ǦΪ
ȋͷȌ
ȋȌ
ȋȌ
ͷǡͶͲ ͷǡͶ ͷǡͲ ͷǡͳ ͷǡͻ ͷǡͷͶ ͷǡͻ ͵Ͷǡʹͷ ͳǡͶ͵ ͳͲǡʹͳ
ͷǡͶͲ ͷǡͶ ͷǡͲ ͷǡͲ ͷǡ ͷǡͷͳ ͷǡͺ ͵ͶǡͲ ͳǡͷͶ ͳͲǡ͵ͻ
ͷǡͶͲ ͷǡͶ ͷǡͲ ͷǡͲ ͷǡ ͷǡͷʹ ͷǡͻ ͵Ͷǡͳ ͳǡͶͺ ͳͲǡ͵Ͳ
100,00
100,00
100,00
100,00
36,22
36,76
34,96
33,53
34,25
36.335
73.986
41.821
39.569
81.390
Sumber : Sensus Penduduk 2000 & 2010, BPS
Jika diamati menurut jenis kelamin, pada tahun 2000 proporsi penduduk laki-laki berumur 0-17 tahun terhadap total penduduk laki-laki adalah 37,3 persen sedangkan proporsi penduduk perempuan berumur 0-17 tahun terhadap total penduduk perempuan adalah 36,22 persen. Pada tahun 2010, untuk kelompok umur yang sama, sekitar 34,96 persen merupakan penduduk laki-laki dan 33,53 persen merupakan penduduk perempuan. Tabel 2.2 juga memperlihatkan bahwa pada tahun 2010, tidak ada perbedaan berarti antara proporsi penduduk berumur 0-2 tahun menurut jenis kelamin terhadap total penduduk berusia 0-17 tahun. Proporsi penduduk laki-laki berumur 0-17 tahun terhadap penduduk laki-laki tercatat lebih rendah daripada proporsi penduduk perempuan pada kelompok umur yang sama masing-masing yaitu 33,53 dan 34,96 persen.
13
Profil Anak Indonesia 2011 2.3 RASIO JENIS KELAMIN (RJK) Dari Tabel 2.3, secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk berumur 0-17 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Pada tahun 2010, pada setiap umur, penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan, RJK berkisar antara 103,9 dan 106,7. Jika diamati menurut tipe daerah, ada kondisi yang menarik. Pada tahun 2010, RJK pada umur 16-17 tahun di perkotaan menunjukan laki-laki lebih sedikit yaitu 98,9 dan 99,2, sedangkan di perdesaan RJK-nya adalah 109,3 dan 109,1. Disini seolaholah ada substitusi dari kelompok umur sebelumnya (0-15 tahun). Dimana pada kelompok umur 0-15 tahun RJK menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Diduga ini karena adanya migrasi perempuan pada kelompok umur 1617 yang umumnya lulusan SMP ke daerah perkotaan untuk mencari kerja. Perempuan di daerah perkotaan lebih dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja, yaitu sebagai pekerja domestik dalam rumah tangga.
Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin menurut Umur Tunggal dan Tipe Daerah, 2000 dan 2010 ʹͲͲͲ
ʹͲͳͲ
Ϊ
ȋͳȌ Ͳ ͳ ʹ ͵ Ͷ ͷ ͺ ͻ ͳͲ ͳͳ ͳʹ ͳ͵ ͳͶ ͳͷ ͳ ͳ
ȋʹȌ ͳͲǡͻ ͳͲʹǡ ͳͲʹǡͷ ͳͲʹǡͳ ͳͲʹǡͷ ͳͲʹǡͺ ͳͲʹǡͺ ͳͲʹǡͺ ͳͲʹǡͺ ͳͲʹǡ͵ ͳͲͶǡͲ ͳͲ͵ǡ ͳͲʹǡͺ ͳͲͳǡͳ ͻͻǡʹ ͻͺǡͷ ͻͷǡ ͻͷǡͺ
ȋ͵Ȍ ͳͲͷǡͺ ͳͲͳǡͷ ͳͲͳǡʹ ͳͲͳǡͻ ͳͲ͵ǡʹ ͳͲͶǡͷ ͳͲͶǡʹ ͳͲͶǡ͵ ͳͲͶǡ ͳͲͶǡʹ ͳͲǡͻ ͳͲǡ͵ ͳͲǡͻ ͳͲͷǡͺ ͳͲͷǡ ͳͲͻǡʹ ͳͲǡͲ ͳͲͺǡͳ
ȋͶȌ
Jumlah
ͳͲͳǡͷ
ͳͲͷǡͲ
Ϊ ȋȌ
ͳͲǡ͵ ͳͲͳǡͻ ͳͲͳǡ ͳͲʹǡͲ ͳͲ͵ǡͲ ͳͲ͵ǡͺ ͳͲ͵ǡ ͳͲ͵ǡ ͳͲ͵ǡͻ ͳͲ͵ǡͷ ͳͲͷǡͺ ͳͲͷǡ͵ ͳͲͷǡͶ ͳͲ͵ǡͻ ͳͲʹǡͻ ͳͲͶǡ ͳͲͳǡͺ ͳͲʹǡ͵
ȋͷȌ ͳͲǡͳ ͳͲǡʹ ͳͲǡ͵ ͳͲǡ͵ ͳͲǡͷ ͳͲǡͷ ͳͲǡͳ ͳͲǡͷ ͳͲǡʹ ͳͲǡͲ ͳͲǡʹ ͳͲǡʹ ͳͲͷǡʹ ͳͲͶǡͲ ͳͲ͵ǡͲ ͳͲͳǡͷ ͻͺǡͻ ͻͻǡʹ
ȋȌ ͳͲͷǡ͵ ͳͲͷǡͳ ͳͲͷǡ͵ ͳͲͷǡ ͳͲǡͳ ͳͲǡͳ ͳͲͷǡ ͳͲǡ͵ ͳͲǡͲ ͳͲǡʹ ͳͲǡͺ ͳͲǡͲ ͳͲǡͺ ͳͲǡʹ ͳͲǡͶ ͳͲͺǡ ͳͲͻǡ͵ ͳͲͻǡͳ
ͳͲ͵ǡ
ͳͲͶǤͺ
ͳͲǤͷ
Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS
14
ͳͲͷǡ ͳͲͷǡ ͳͲͷǡ ͳͲǡͲ ͳͲǡ͵ ͳͲǡ͵ ͳͲͷǡͻ ͳͲǡͶ ͳͲǡͳ ͳͲǡͳ ͳͲǡͷ ͳͲǡ ͳͲǡͲ ͳͲͷǡʹ ͳͲͶǡ ͳͲͷǡͳ ͳͲ͵ǡͻ ͳͲ͵ǡͻ ͳͲͷǡ
Profil Anak Indonesia 2011
Tabel 2.3 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2000, RJK berubah drastis dari anak berumur 0 tahun ke anak berumur 1 tahun. Pada tahun 2000, RJK penduduk 0 tahun adalah 106,3 dan RJK penduduk berumur satu tahun adalah 101,9. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan pada tahun yang sama. Diduga ini berkaitan dengan angka harapan hidup waktu lahir. Jumlah bayi laki- laki yang dilahirkan memang lebih banyak, namun kematian bayi laki-laki diduga lebih tinggi daripada bayi perempuan. Hal ini sudah diteliti oleh banyak ilmuwan. Berbeda pada tahun 2000, sepuluh tahun berikutnya, yaitu tahun 2010, RJK untuk anak berumur 0 dan 1 tahun sama, sekitar 105,7. Bahkan seperti pada Tabel 2.3 jika dilihat menurut tipe daerah, baik di perdesaan maupun perkotaan RJK anak 0 dan 1 tahun tidak terlalu berbeda. Di perkotaan, RJK anak 0 tahun dan 1 tahun adalah 106,1. Sedangkan di perdesaan masing-masing adalah 105,3 dan 105,1.
2.4 KEPEMILIKAN AKTE KELAHIRAN Kepemilikan akte kelahiran juga merupakan salah satu bukti telah terpenuhinya hak memiliki identitas sebagai anak. Jumlah anak yang memiliki akte kelahiran sekitar 54,79 persen, dari jumlah tersebut ternyata 14,57 persen diantaranya tidak dapat menunjukkan akte kelahirannya. Persentase jumlah anak yang tidak memiliki akte kelahiran terlihat masih cukup banyak yaitu sekitar 44,09 persen. Secara persentase anak yang tidak memiliki akte kelahiran di daerah perkotaan lebih banyak dibandingkan daerah perdesaan. Persentase anak yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki akte kelahiran cukup banyak yaitu sekitar 48,50 persen. Hal ini dikarenakan setiap anak di perkotaan yang akan masuk sekolah diharuskan melampirkan akte kelahiran sebagai data murid.
15
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 2.4 Persentase Anak menurut Tipe Daerah dan Status Kepemilikan Akte Kelahiran, 2010
ǡ
ǡ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ȋͷȌ
ȋȌ
ͶͺǡͷͲ
ͳͺǡͶͲ
͵ʹǡ͵ͳ
ͲǡͺͲ
ͳͲͲǡͲͲ
͵ʹǡͲ
ͳͲǡͺ
ͷͷǡʹ
ͳǡͶͶ
ͳͲͲǡͲͲ
Ϊ
ͶͲǡʹʹ
ͳͶǡǡͷ
ͶͶǡͲͻ
ͳǡͳʹ
ͳͲͲǡͲͲ
Sumber : Susenas 2010, BPS
16
Profil Anak Indonesia 2011
BAB
3
LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGASUHAN ALTERNATIF
17
Profil Anak Indonesia 2011
3 LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGASUHAN ALTERNATIF Anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak juga memiliki peran strategis dan mempunyai ciri serta sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik isik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia. Proses tumbuh dan berkembang anak memerlukan perhatian khusus, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Proses tersebut tidak terlepas dari pembelajaran yang diperoleh anak dari lingkungannya. Adapun lingkungan terdekat yang paling memberikan pengaruh pada tumbuh kembang anak adalah lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatifnya.
3.1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) Usia dini terutama balita merupakan masa emas perkembangan anak (golden age). Pada masa ini, perkembangan isik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat. Oleh karenanya pada usia emas tersebut, selayaknya anak mendapat pendidikan yang berkualitas untuk membentuk kepribadian sedini mungkin. PAUD merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan. PAUD ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. PAUD di Indonesia mulai diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah sejak tahun 2002. Kemudian dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
19
Profil Anak Indonesia 2011 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 28 ayat (1) dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada pasal 28 ayat (2) dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan seperti Bina Keluarga Balita (BKB). Tujuan utama PAUD adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Sedangkan tujuan tambahannya adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. Didalam RPJM Nasional 2010-2014 disebutkan bahwa sasaran pembangunan pendidikan adalah meningkatnya mutu pendidikan termasuk PAUD yang antara lain ditandai dengan meningkatnya proporsi anak yang terlayani PAUD. Untuk keperluan menganalisis partisipasi anak dalam PAUD digunakan data Susenas tahun 2010. Pada tahun 2010, Susenas mengumpulkan data partisipasi PAUD di seluruh Indonesia. Tabel 3.1 menyajikan persentase anak usia 0-6 tahun yang sedang mengikuti PAUD menurut tipe daerah, jenis kelamin dan kelompok umur. Persentase yang sedang mengikuti PAUD dihitung terhadap masing-masing kelompok umur. Dari semua kelompok umur, partisipasi tertinggi dalam kegiatan PAUD adalah anak usia 5-6 tahun yaitu sebanyak 27,18 persen, artinya dari semua anak usia 5-6 tahun 27,18 persen di antaranya sedang mengikuti PAUD. Kemudian pada urutan kedua adalah kelompok umur 3-6 tahun dengan angka pastisipasi 23,22 persen.
20
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2010 Tipe Daerah
ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki
ͲǦʹ
͵ǦͶ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋȌ ͷǦ ͵Ǧ ȋͶȌ
ȋͷȌ
ͲǦ ȋȌ
ͳǡͳͷ
ʹʹǡʹ
͵ͳǡͺ
ʹǡͺͲ
Perempuan
ͳǡʹͲ
ʹͶǡͻͻ
͵ʹǡͻ
ʹͺǡ
ͳͷǡͺͳ ͳǡͻʹ
Laki-Laki+Perempuan
ͳǡͳ
ʹ͵ǡͷͺ
͵ʹǡʹͺ
ʹǡ
ͳǡ͵ͷ ͳͳǡʹͷ
Perdesaan : Laki-laki
Ͳǡʹ
ͳͶǡʹ
ʹ͵ǡͲ͵
ͳͺǡͷ
Perempuan
Ͳǡͺͷ
ͳǡͷʹ
ʹʹǡͲ
ͳͻǡʹ
ͳͳǡͲ
Laki-Laki+Perempuan
Ͳǡͺ
ͳͷǡ͵ͷ
ʹʹǡͷ
ͳͺǡͻͷ
ͳͳǡͶͳ ͳ͵ǡͶ
Perkotaan+Perdesaan Laki-laki
Ͳǡͻ͵
ͳͺǡʹͲ
ʹǡͳ͵
ʹʹǡͷ
Perempuan
ͳǡͲ͵
ʹͲǡͳ
ʹǡʹͶ
ʹ͵ǡͻʹ
ͳͶǡʹ͵
Laki-Laki+Perempuan
Ͳǡͻͺ
ͳͻǡͶͳ
ʹǡͳͺ
ʹ͵ǡʹʹ
ͳ͵ǡͺͶ
Sumber : Susenas 2010, BPS
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa partisipasi anak usia dini dalam kegiatan PAUD di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah perdesaan. Disamping itu juga tampak bahwa partisipasi PAUD anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Secara nasional, angka partisipasi PAUD untuk anak perempuan sebesar 14,23 persen sedangkan anak laki-laki sebesar 13,47 persen. Di daerah perkotaan, partisipasi PAUD untuk anak perempuan sebesar 16,92 persen, lebih tinggi daripada angka partisipasi PAUD anak laki-laki yang sebesar 15,81 persen. Sedangkan di daerah perdesaan, partisipasi PAUD anak perempuan dan anak laki-laki hampir sama yaitu 11,60 persen berbanding 11,25 persen. Tiga provinsi tertinggi angka partisipasi PAUD adalah D.I Yogyakarta sebesar 36,09 persen, Jawa Timur sebesar 22,77 persen dan Gorontalo sebesar 19,51 persen. Sedangkan dua provinsi dengan angka partisipasi PAUD terkecil adalah Kalimantan Barat yaitu sebesar 6,31 persen dan Papua sebesar 5,07 persen seperti terlihat pada Lampiran 1.
21
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 15,81 16,92 11,25 11,60
Perkotaan
Perdesaan Laki-laki
13,47 14,23
Perkotaan+Perdesaan
Perempuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
Ada beberapa macam jenis PAUD diantaranya TK/RA/BA, kelompok bermain, taman penitipan anak, pos PAUD, PAUD terintegrasi BKB, Posyandu, dan satuan PAUD sejenis lainnya, seperti PAUD-TAAM, PAUD-PAK, PAUD-BIA, TKQ dan PAUD lembaga lainnya. Dari berbagai jenis pendidikan tersebut, yang paling banyak diikuti oleh anak usia 0-6 tahun adalah TK/RA/BA yaitu sebanyak 71,16 persen. Kemudian Pos PAUD/ PAUD terintegrasi BKB/Posyandu diikuti sebanyak 15,51 persen. Taman penitipan anak merupakan jenis PAUD yang paling sedikit diikuti, hanya 1,47 persen.
Tabel 3.2 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2010
Tipe daerah
Ȁ Ȁ ȋͷȌ
ȋȌ
ͳǡͺͳ ͳǡ͵ ͳǡʹ
ͳ͵ǡʹͻ ͳͷǡ͵ ͳͶǡ͵͵
ǡʹ ǡͳ ǡͳ
ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ
ʹǡͺͷ ͵ǡ͵ ͵ǡͳͲ
Ͳǡͻͳ ͳǡ͵ ͳǡͳ͵
ͳǡͲͲ ͳͺǡ͵ ͳǡͳͷ
ǡͳ͵ ǡͺ ǡͶͷ
ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ
Ͷǡͷͻ Ͷǡͷͷ Ͷǡͷ
ͳǡͶʹ ͳǡͷʹ ͳǡͶ
ͳͶǡͶͷ ͳǡͲ ͳͷǡͷͳ
ǡͻͲ ǡͺ ǡʹͻ
ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ
ȀȀ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ʹǡʹͻ ͲǡͲʹ ͳǡͳͷ
ͷǡͻͲ ͷǡ͵ͺ ͷǡͶ
͵ǡͳͳ ͻǡͳͶ ͳǡͳͺ ʹǡͶ ͻǡ ͳǡͳ
ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perkotaan+Perdesaan: Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
22
ȋͺȌ
Profil Anak Indonesia 2011 3.2 ANAK DAN KELUARGA YANG TINGGAL BERSAMA Lingkungan yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga harus memberikan pendidikan yang baik untuk tumbuh kembang anak. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. Peran keluarga memberikan andil sangat besar dalam tumbuh kembang anak terutama peran orang tua. Sebelum menempuh jalur pendidikan sekolah maupun pra sekolah, anak pastinya mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Oleh karena itu, keberadaan kedua orang tua dalam hal ini bapak dan ibu kandung sangatlah penting. Sub bab ini akan mengulas mengenai anak yang tinggal dengan bapak kandung saja, anak yang tinggal dengan ibu kandung saja, anak yang tinggal dengan bapak/ibu kandung dan anak yang tinggal dengan keluarga lain.
3.2.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja Peran bapak dan ibu kandung sangatlah penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi tidak semua anak dapat tumbuh dan berkembang dalam asuhan kedua orang tuanya. Seringkali seorang anak hanya tinggal dengan bapak kandung saja atau dengan ibu kandung saja. Secara nasional, anak yang tinggal dengan bapak kandung saja sebanyak 2,17 persen. Menurut jenis kelamin, persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja hampir sama antara anak laki-laki dan anak perempuan baik di perkotaan maupun perdesaan. Secara nasional, persentase anak laki-laki yang tinggal dengan bapak kandung saja sebesar 2,24 persen sedangkan untuk anak perempuan sebesar 2,09 persen.
23
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 3.2 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 2,11
2,36
1,93
Perkotaan
2,24
2,23
Perdesaan Laki-laki
2,09
Perkotaan+Perdesaan
Perempuan
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
Provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 3,93 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja terendah adalah Provinsi Riau yaitu sebesar 0,88 persen.
Gambar 3.3 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja menurut Provinsi, 2009 Nusa Tenggara Barat Jawa Barat Papua Barat Jawa Tengah Papua Kep. Riau Banten Jawa Timur Sulawesi Tengah Aceh Maluku Maluku Utara Sulawesi Utara Lampung Nusa Tenggara Timur Kalimant Kali mantan an Selat Selatan an Bengkulu Sulawesi Tenggara Kep. Bangka Belitung Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Kalimantan Tengah Bali Sumattera Sel S latan t DKI Jakarta Sumatera Utara DI Yogyakarta Kalimantan Timur Sumatera Barat Jambii Jamb Kalimantan Barat Riau
2,84 2,81 2,67 2,40 2,32 2,31 2,27 2,16 2,10 2,08 2,05 1,98 1,97 1,96 1 95 1,95 1,93 1,84 1,84 1,77 1,74 1,74 1,65 1,60 1 60 1,60 1,58 1,49 1,48 1,42 1,22 1 11 1,11 1,11 0,88
3,93
2,17 ,
INDONESIA
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
24
Profil Anak Indonesia 2011 3.2.2 Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja Jika sebelumnya telah diulas mengenai anak yang tinggal dengan bapak kandung saja, dalam sub bab ini akan diulas mengenai anak yang tinggal dengan ibu kandung saja. Secara nasional, persentase anak yang tinggal dengan ibu kandung saja sebesar 5,61 persen. Angka ini dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja. Fenomena ini tentunya berkaitan dengan peran bapak dan ibu dalam rumah tangga. Peran bapak sebagai kepala rumah tangga mewajibkannya untuk mencari na kah untuk keluarga. Seringkali seorang bapak harus mencari na kah di tempat lain sehingga anak hanya tinggal dengan ibu kandungnya saja. Jika diamati menurut jenis kelamin, persentase anak yang tinggal dengan ibu kandung saja antara laki-laki dan perempuan hampir sama. Secara nasional, persentase anak laki-laki dan anak perempuan yang tinggal dengan ibu kandung saja masing-masing sebesar 5,63 persen dan 5,58 persen. Sementara itu, persentase di daerah perdesaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan banyak orang tua, dalam hal ini bapak-bapak di perdesaan yang bekerja di perkotaan. Sehingga anak-anak di daerah perdesaan lebih banyak yang tinggal dengan ibu kandung saja jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan.
Gambar 3.4 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 5,83
5,81 5,63
5,39
5,58
5,33
Peerkot o aan
Perde desaan
Laki-laki
Peerkot o aan+Peerddesaan
Perempuan
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
Sama halnya dengan anak yang tinggal dengan bapak kandung saja, provinsi dengan persentase terbesar anak yang tinggal dengan ibu kandung saja juga terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 13,48 persen. Sedangkan persentase terkecil terdapat di Provinsi Bali yaitu sebesar 2,81 persen.
25
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 3.5 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja menurut Provinsi, 2009 Nusa Tenggara Barat Sulawesi S l iT Tenggara Kalimantan K li t S Selatan l t Nusa Tenggara Timur DI Y Yogyakarta k t Acehh A Sulawesi Selatan Jawa Timur Jawa Tengah Sumatera t B Baratt Sulawesi Barat Maluku Kep. Riau Kep. Bangka Belitung B li DKI JJakarta D k t Sumatera Utara Jambi Maluku Utara Gorontalo Jawa Barat Sulawesi Tengah Banten B Sulawesi Utara Papua Sumatera S Selatan l Bengkulu Papua B Baratt Riau Ri Kalimantan Barat Kalimantan Tengah LLampung Kalimantan Ti Timur Bali
7,15 7,02 6,82 6,59 6,51 6,39 6,37 6,30 6,29 6,28 5,98 5,63 5,62 5,23 5,17 5,16 5,13 4,90 4,86 4,83 4,71 4,31 4,30 4,27 4,18 3,61 3,51 3,38 3,37 3,11 2,81
INDONESIA
13,48
8,93
5,61 , 0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
3.2.3 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung Yang dimaksud dengan anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung adalah anak yang tinggal dengan kedua orang tua kandungnya, baik bapak maupun ibu. Anak yang tinggal dengan kedua orang tuanya tentunya akan mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang lengkap. Secara nasional, persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung sebesar 87,15 persen. Hal ini berarti sebagian besar anak di Indonesia masih mendapatkan pengasuhan dari kedua orang tuanya. Sementara itu jika dilihat dari tipe daerahnya, anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya lebih banyak di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan seperti terlihat pada Gambar 3.6. Banyaknya orang tua di daerah perdesaan merantau ke kota untuk bekerja, membuat banyak anak di perdesaan yang hanya tinggal dengan bapak atau ibu kandung saja atau bahkan dengan keluarga lain.
26
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 3.6 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 88,29
87,70
87,54
86,89 85,90
Perkotaan
Perdesaan Laki-laki
86,74
Perkotaan+Perdesaan
Perempuan
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
Jika dilihat dari sebaran provinsinya, provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung tertinggi terdapat di Provinsi Bali yaitu 92,36 persen. Persentase terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 73,46 persen. Secara garis besar, persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung di semua provinsi sudah cukup tinggi. Gambar 3.7 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung menurut Provinsi, 2009 Bali Riau Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan K li t Ti Timur Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung L Sumatera Ut Utara Papua Kep. Bangka Belitung lit Banten B t Aceh Kep. R Riau iau Sumatera t Barat B t DKI Jakarta Papua Barat Sulawesi l i Utara Ut Jawa Barat Sulawesi Tengah DI Y Yogyakarta k t Kalimantan t S Selatan l t Gorontalo Jawa Tengah Maluku M l k Ut Utara t Sulawesi Barat Jawa Timur Maluku Sulawesi Selatan Sulawe Sul awesi si Ten Tengga ggara ra Nusa Tenggara T Timur Ti Nusa Tenggara N T Barat B t
73,46
INDONESIA
92,36 92,34 91 99 91,99 91,93 91 93 91,83 90,42 90 42 90,26 90 26 90,17 90 1 89,77 89,74 89 4 89,39 89 39 88,99 88,87 88 8 88,87 88 8 88,63 88 63 88,61 88 61 88,49 88 49 87,73 87,57 8 87,40 8 40 87,35 8 3 87,16 86,53 86 3 86,,14 86 86,10 86,07 86 0 85,02 8 02 84,46 83,91 83 91 83,86 83 86 83,39 83 39 81,66 87,15 ,
0,00
10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 0 70,00 80,00 90,00 100,00
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
27
Profil Anak Indonesia 2011 3.2.4 Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain Yang dimaksud dengan anak yang tinggal dengan keluarga lain adalah anak yang tidak tinggal dengan kedua orang tua baik bapak maupun ibu kandungnya, baik orang tuanya masih hidup maupun meninggal dunia. Hal ini perlu diperhatikan, karena anak yang tidak tinggal dengan orang tua kandungnya akan mendapatkan pendidikan dari keluarga lain bukan dari orang tua kandungnya, dimana keluarga akan sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Jika diamati menurut jenis kelamin, persentase anak laki-laki yang tinggal dengan keluarga lain lebih rendah daripada anak perempuan. Secara nasional, persentase anak laki-laki yang tinggal dengan keluarga lain sebesar 10,07 persen, lebih rendah dari persentase anak perempuan yang sebesar 10,45 persen. Jika dilihat dari tipe daerahnya, persentase anak yang tinggal dengan keluarga lain di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan.
Gambar 3.8 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009
9,48
Perkotaan
Perdesaan
Laki-laki
Perkotaaan + Perdesaan
Perempuan
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
Dari Gambar 3.9 dapat dilihat bahwa persentase anak yang tinggal dengan keluarga lain di Indonesia sebesar 10,25 persen. Selaras dengan anak yang tinggal dengan bapak atau ibu kandung saja, provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan keluarga lain terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 22,13 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah Provinsi Bali yaitu sebesar 5,78 persen.
28
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 3.9 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain menurut Provinsi, 2009 Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tenggara Maluku Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Jawa Timur Gorontalo Maluku Utara DI Yogyakarta Jawa Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sumatera Barat Sulawesi Tengah DKI Jakarta Jawa Barat Kep. Riau Papua Barat Aceh Sumatera Utara Kep. Bangka Belitung Banten Jambi Lampung Sumatera Selatan Bengkulu Papua Riau Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Bali
14,19 13,76 13,73 12,82 12,50 11,53 11,50 11,01 10,93 10,87 10,08 10,02 10,02 9,72 9,34 8,97 8,89 8,80 8,66 8,58 8,47 7,99 7,83 7,61 7,56 7,55 6,57 6,38 6,32 5,78 5,78
22,13
16,19
10,25 ,
INDONESIA
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS
3.3 PERKAWINAN USIA DINI Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Sangat jelas tertulis dalam Undang-Undang perkawinan tersebut bahwa umur menjadi salah satu syarat mutlak untuk melaksanakan perkawinan. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak perkawinan yang dilakukan sebelum mencapai batas umur yang ditentukan tersebut atau yang lebih sering dikenal dengan istilah perkawinan usia dini. Perkawinan usia dini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, baik isik maupun psikologi. Ibu yang menikah di usia muda, organ reproduksinya belum berfungsi secara optimal. Selain itu, secara psikologi ibu yang menikah di usia muda pada umumnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti kemampuan mengasuh anak serta dalam pengendalian emosi dan tindakannya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa dan mental anaknya. Sehingga dengan perkawinan usia
29
Profil Anak Indonesia 2011 dini, akan sulit memperoleh keturunan yang berkualitas. Pada pro il anak ini, yang dimaksud dengan perkawinan usia dini adalah jika anak wanita berumur 10-17 tahun yang berstatus kawin dan pernah kawin dengan umur kawin pertamanya 15 tahun ke bawah. Dari Gambar 3.10 dapat dilihat bahwa secara nasional, sebesar 1,59 persen anak perempuan berumur 10-17 tahun di Indonesia berstatus kawin dan pernah kawin. Persentase terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar 3,32 persen dan persentase terkecil ada pada Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 0,33 persen.
Gambar 3.10 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Provinsi, 2010 Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Jawa Timur Gorontalo Bengkulu Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Bangka Belitung Sulawesi Selatan Kalimantan Timur Jambi Jawa Barat Kalimantan Barat Papua Barat Sulawesi Utara Bali Jawa Tengah Papua Banten Lampung Sumatera Selatan DI Yogyakarta Riau Maluku Utara Maluku Nusa Tenggara Timur DKI Jaka J k rta t Sumatera Utara Aceh Kepulauan Riau Sumatera Barat
0,83 0,83 0,71 0,71 0 66 0,66 0,52 0,50 0,36 0,33
1,52 1,52 1,38 1,27 1,21 1,15 1,13 1,01 0,99
2,45 2,42 2,41 2,36 2,23 2,15 2,12 2,07 2,02 1,96 1,86 1,83
2,72
3,09
3,32
1,59 ,
INDONESIA
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
Sumber : Susenas 2010, BPS
Sementara itu jika dilihat dari tipe daerahnya, persentase anak perempuan berumur 10-17 tahun yang kawin dan pernah kawin di daerah perdesaan lebih banyak daripada di daerah perkotaan. Di daerah perdesaan, persentase anak perempuan 10-
30
Profil Anak Indonesia 2011 17 tahun yang kawin dan pernah kawin sebesar 2,17 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 0,98 persen. Kecenderungan anak perdesaan yang menikah di usia muda ini dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Di perdesaan, banyak orang tua menikahkan anaknya karena alasan ekonomi dalam hal ini anak diharapkan dapat membantu perekonomian keluarganya setelah menikah. Selain itu, budaya di perdesaan yang mana anak perempuan akan dianggap sebagai perawan tua jika tidak segera menikah mengakibatkan persentase anak perempuan berumur 10-17 tahun yang berstatus kawin dan pernah kawin di perdesaan lebih besar daripada di perkotaan. Rincian persentase anak perempuan berumur 10-17 tahun yang kawin dan pernah kawin menurut provinsi dan tipe daerah dapat dilihat di Lampiran 3. Dari 1,59 persen anak perempuan di Indonesia berumur 10-17 tahun yang kawin dan pernah kawin tersebut, 96,28 persen diantaranya berstatus kawin, 3,49 persen berstatus cerai hidup dan 0,22 persen berstatus cerai mati seperti terlihat pada Gambar 3.11. Untuk daerah perkotaan, dari 0,89 persen anak perempuan berumur 10-17 tahun yang kawin dan pernah kawin tersebut, 95,57 persen diantaranya berstatus kawin dan sisanya 4,43 persen berstatus cerai hidup. Sementara untuk daerah perdesaan, dari 2,18 persen anak perempuan berumur 10-17 tahun yang kawin dan pernah kawin tersebut, 96,59 persen diantaranya berstatus kawin, 3,09 persen berstatus cerai hidup dan sisanya 0,32 persen berstatus cerai mati.
Gambar 3.11 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Status Perkawinan, 2010 3,49
0,222
Kaw win Cerai hidup Cerai mati
Sumber : Susenas 2010, BPS
Jika dilihat lebih khusus dari umur kawin pertamanya, anak perempuan berumur 10-17 tahun yang berstatus kawin dan pernah kawin dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu yang umur kawin pertamanya 15 tahun ke bawah, 16 tahun dan 17-18
31
Profil Anak Indonesia 2011 tahun. Untuk anak perempuan berumur 10-17 tahun yang umur kawin pertamanya 15 tahun ke bawah sebesar 35,78 persen. Sedangkan yang umur kawin pertamanya 16 tahun sebesar 37,03 persen dan yang umur kawin pertamanya 17-18 tahun sebesar 27,19 persen seperti yang terlihat pada Gambar 3.12. Dari ketiga kategori tersebut, ternyata sebagian besar anak yang berstatus kawin dan pernah kawin adalah yang umur kawin pertamanya 16 tahun (37,03 persen). Dan dapat disimpulkan pula bahwa 35,78 persen dari anak perempuan berumur 10-17 tahun yang berstatus kawin dan pernah kawin melakukan perkawinan usia dini.
Gambar 3.12 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Umur Kawin Pertama, 2010
<= 15 tahun 16 tahun 17-18 tahun
Sumber : Susenas 2010, BPS
Sementara itu jika dilihat berdasarkan sebaran provinsi, provinsi dengan persentase perkawinan usia dini terbesar adalah Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 66,27 persen dan Provinsi Banten dengan persentase sebesar 64,39 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase perkawinan usia dini terkecil adalah Provinsi Papua Barat dengan persentase sebesar 12,67 persen seperti terlihat pada Lampiran 5. Perkawinan usia dini terjadi di usia sekolah. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya putus sekolah pada anak. Oleh karena itu, masih banyaknya perkawinan usia dini yang terjadi di Indonesia sudah seharusnya menjadi perhatian banyak pihak, tidak hanya dari pemerintah saja. Hal ini guna terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas, untuk membentuk negara Indonesia yang semakin baik dan dapat bersaing dengan negara lainnya.
32
Profil Anak Indonesia 2011
BAB
4
KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN
33
Profil Anak Indonesia 2011
4 KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan pemerintah melalui program kesehatannya, diantaranya seperti memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dan menyediakan fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat. Dengan melihat kondisi kesehatan masyarakat secara umum dan kondisi kesehatan anak secara khusus, diharapkan program-program kesehatan tersebut dapat diaplikasikan semaksimal mungkin sehingga seluruh lapisan masyarakat khususnya anak-anak di Indonesia mendapatkan manfaatnya secara merata dan tepat sasaran.
4.1 PELAYANAN ANTENATAL Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus, pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT), serta pemberian tablet tambah darah (tablet Fe) selama kehamilan. Pelayanan ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi (Balitbangkes, 2010). Indikator pelayanan antenatal diantaranya adalah K1 dan K4. Indikator K1 (kontak pertama pada trimester pertama) adalah akses ibu hamil untuk mendapat pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan indikator K4 adalah akses/
35
Profil Anak Indonesia 2011 kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan dengan syarat minimal satu kali kontak pada triwulan I (usia kehamilan 0-3 bulan), minimal satu kali kontak pada triwulan II (usia kehamilan 4-6 bulan), dan minimal dua kali kontak pada triwulan III (usia kehamilan 7-9 bulan). Data hasil Riskesdas 2010 (Gambar 4.1), menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 72,30 persen dan K4 sebesar 61,40 persen. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, baik cakupan K1 maupun K4 persentase tertinggi berada di perkotaan dimana persentase K1 sebesar 82,10 persen dan K4 sebesar 76,90 persen. Sedangkan di daerah perdesaan, cakupan K1 hanya sebesar 61,90 persen dan K4 sebesar 55,70 persen.
Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 menurut Tipe Daerah, 2010 Cakupan K1 dan K4 (%)
90,00
82 10 82,10
80,00
72,30
76,90
70,00
0
60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00
Perkotaan
Perdesaaan
Perkootaan+Perdesaan
Sumber: Riskesdas 2010, Kemenkes
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan serta tingkat kematian ibu dan bayi. Tingkat kematian (mortalitas) bayi dan ibu selain dipengaruhi oleh faktor kondisi isik ibu hamil dan bayi, juga dipengaruhi oleh penolong pada saat proses persalinan.
36
Profil Anak Indonesia 2011 4.2 PENOLONG PERSALINAN Proses persalinan akan lebih aman jika yang melakukan adalah tenaga kesehatan (dokter atau bidan atau tenaga paramedis lainnya) atau tenaga nonkesehatan yang sudah terlatih dibandingkan dengan tenaga non kesehatan yang sifatnya masih tradisional seperti dukun (BPS, 2007).
59,711 61,93 9
Gambar 4.2 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran dan Tipe Daerah, 2010 70,00
50,00 40,00
2 27,66
Persentase B Balita
60,00
30,00
10,00
2,388 1,32
0,26
20,00
0,00 Dokter
Bidan
Perkottaan
Tenaga Paramediss Lainnya Pedesaaan
Dukun
Famili/ Keluarga
Lainnya
Perkotaann+Pedesaan
Sumber: Susenas 2010, BPS
Berdasarkan data Susenas 2010 seperti yang disajikan pada Gambar 4.2, sebagian besar kelahiran di Indonesia masih ditolong oleh bidan yaitu sebesar 61,93 persen, sedangkan kelahiran yang ditolong oleh dokter hanya mencapai 17,03 persen. Baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan, penolong kelahiran terbanyak adalah bidan yaitu sekitar 64,18 persen di daerah perkotaan dan 59,71 persen di daerah perdesaan. Selain oleh bidan, di perkotaan sebagian besar kelahiran ditolong dokter (25,10 persen), sedangkan di daerah perdesaan ditolong oleh dukun (27,66 persen).
37
Profil Anak Indonesia 2011 4.3 ANGKA KEMATIAN BAYI Kematian bayi adalah kematian yang terjadi sebelum saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. AKB sangat peka terhadap perubahan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB. Oleh karena itu AKB biasa digunakan sebagai salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat (BPS, 2011). Berdasarkan data hasil SDKI tahun 2007 (Gambar 4.3), pada tahun 1997, AKB di Indonesia adalah sebesar 46 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup dan turun menjadi 35 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2002-2003. Angka tersebut mengalami penurunan kembali pada tahun 2007 yaitu menjadi 34 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Menurunnya AKB mencerminkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
AKB per 1.000 KKelahiran Hidup
Gambar 4.3 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup, 1997-2007 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1997
2002-20003
2007
Sumber : Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
Estimasi AKB menurut provinsi dapat dilihat berdasarkan hasil SDKI 2007 (Gambar 4.4). Dari gambar tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2007 AKB tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 74 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan estimasi AKB nasional (34 kematian per 1.000 kelahiran hidup), sedangkan AKB terendah berada di Provinsi DI Yogyakarta yaitu hanya sebesar 19 kematian per 1000 kelahiran hidup. AKB nasional
38
Profil Anak Indonesia 2011 masih harus diturunkan kembali agar pada tahun 2015 dapat memenuhi target dari MDGs 2015 yaitu sebesar 23 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 4.4 Angka Kematian Bayi menurut Provinsi, 2007 Sulawesi Barat Nusa N Tenggara Barat Sulawesi Tengah Maluku Kalimantan Selatan Nusa N Tenggara Timur Gorontalo Maluku Utara Sumatera Barat Kalimantan Barat Banten Bengkulu Sumatera Utara Kepulauan Riau Lampung Sumatera Selatan Papua Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Jawa Barat Bangka Belitung Jambi Riau Papua Sulawesi Utara Jawa Timur Bali Kalimantan Tengah DKI Jakarta Kalimantan Timur Jawa Tengah Aceh DI Yogyakarta
74 72 7 59 58 57 47
39 3 39 39 37
26 26
34
INDONESIA
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sumber : Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
4.3.1 Angka Kematian Anak Yang dimaksud dengan anak disini adalah penduduk yang berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun. Angka Kematian Anak (AKA) adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Jadi AKA tidak termasuk kematian bayi (BPS, 2011). AKA mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan dimana anak tersebut bertempat tinggal. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
39
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 4.5 Angka Kematian Anak, 1997-2007 AKA per 1.000 Kelahiran Hidup
g
,
14 12
13
10
11
8
10
6 4 2 0 7 1997
2007
2002-2003
Sumber : Survei Demog grafi dan Kesehatan Indonesia 1997, 2002-2003, 2007; BPS
Sumber : Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia 1997, 2002-2003, 2007; BPS
Hasil SDKI tahun 2007 (Gambar 4.5) menunjukkan bahwa AKA di Indonesia pada tahun 2002-2003 adalah sebesar 11 kematian anak per 1.000 kelahiran hidup lebih kecil dibandingkan tahun 1997 yang besarnya mencapai 13 kematian anak per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2007, AKA di Indonesia diestimasikan sebesar 10 kematian anak per 1.000 kelahiran hidup. AKA yang semakin menurun mencerminkan bahwa tingkat kesehatan anak di Indonesia semakin membaik. Gambar 4.6 Angka Kematian Anak menurut Provinsi, 2007 Maaluku Paapua Papua Barat B Sulawesi Barat B Maluku Utara U Nusa Tenggara Timu T Sumatera Utara U Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Barat B A Aceh Benggkulu Kalimantan Sellatan Goronntalo Kepulauan Riau Sumatera Barat B Kalimantan B Barat Baanten Lamppung Sulawesi Sellatan Kalimantan Timu T Sumatera Sellatan Riau Sulawesi Sula wesi Te Tenngah Jawa Timu T Jawa Barat B Sulawesi Utara U DKI Jakkarta Jaambi Bangka Beliitung Jawa Tenngah Kalimantan Tenngah Bali DI Yogyakkarta
37
22 221 21 21 20
9 9 9
10
10
INDON INDO NESI
-
5
10
15
20
25
30
35
Sumber : Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
40
40
Profil Anak Indonesia 2011 AKA menurut provinsi dapat dilihat berdasarkan hasil SDKI 2007 (Gambar 4.6). Dari gambar tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2007 AKA tertinggi berada di Provinsi Maluku yaitu sebesar 37 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan estimasi AKA nasional (10 kematian per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKA terendah berada di Provinsi DI Yogyakarta yaitu hanya sebesar 3 kematian per 1000 kelahiran hidup.
4.3.2 Angka Kematian Balita Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai tepat 5 tahun (BPS, 2011). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu (termasuk kematian bayi). Angka Kematian Balita terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan mere leksikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan tempat tinggal anakanak termasuk pemeliharaannya. AKABA biasa digunakan untuk mengidenti ikasi kesulitan ekonomi penduduk (BPS, 2008). AKABA dihitung berdasarkan estimasi tidak langsung dari berbagai survei yang salah satunya adalah SDKI.
Gambar 4.7 Angka Kematian Balita, 1997-2007
AKABA B per 1.0000 Kelahirian Hiddup
70 60 50 40 30 20 10 0 997 19
2002-2003
2007
Sumber : Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
41
Profil Anak Indonesia 2011 Berdasarkan data SDKI (Gambar 4.7), terlihat bahwa AKABA di Indonesia selama tahun 1997 sampai dengan 2007 mengalami penurunan yang cukup signi ikan. Pada tahun 1997, AKABA di Indonesia adalah sebesar 58 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup dan turun menjadi 46 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup di tahun 20022003. Angka tersebut mengalami penurunan kembali pada tahun 2007 yaitu menjadi 44 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Dengan adanya penurunan tersebut maka diharapkan AKABA di Indonesia akan mencapai target MDGs pada tahun 2015 yaitu menjadi sebesar 32 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Gambar 4.8 menunjukkan AKABA menurut provinsi pada tahun 2007 berdasarkan hasil SDKI. Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, provinsi dengan AKABA tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 96 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKABA terendah berada di Provinsi DI Yogyakarta (22 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup). AKABA dari seluruh provinsi di Indonesia sangat bervariasi, namun baru 2 provinsi (Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah) yang memiliki AKABA sudah mencapai target MDGs 2015 (32 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup). Gambar 4.8 Angka Kematian Balita menurut Provinsi, 2007 Sulawessi Barat Maluku Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggaraa Timur Kalimantan Selatan S Malukuu Utara Goorontalo Sulawesi Tengah T Sumateraa Utara Beengkulu Papua Barat Papua Sulawesi Teenggara Sumatera Barat Kalimantan Barat Banten Bant en Kepulauaan Riau Laampung Sulawesi Selatan S Sumatera Selatan S Jawa Barat Jambi Riau Bangka Belitung B Jawaa Timur Aceh Sulawessi Utara Kalimantann Timur Bali DKI JJakarta Kalimantan Tengah T Jawa Tengah T DI Yogyyakarta
96 933 92 75
65 64 62 62 62 59 58 58
4 45 433
32 44
INDO ONESIA
-
20
32
40
60
80
100
Sumber : Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia 2007, BPS
42
120
Profil Anak Indonesia 2011 4.4 STATUS GIZI Status gizi balita yang akan dibahas adalah yang berkaitan dengan masalah gizi makro khususnya kurang energi dan protein serta gizi mikro khususnya kurang vitamin A.
4.4.1
Status Gizi Balita
Pemenuhan gizi balita salah satunya dipengaruhi oleh asupan energi dan protein yang dapat mempengaruhi perkembangan berat badan dan tinggi badan balita. Gizi kurang pada balita dapat diukur berdasarkan berat badan dan umur, tinggi badan dan umur, dan juga berat badan dan tinggi badan. Namun indikator yang lebih sering digunakan adalah indikator berat badan dan umur. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan (Balitbangkes, 2010). Secara nasional, berdasarkan data hasil Riskesdas 2010 (Gambar 4.9) prevalensi BKG (Balita Kurang Gizi) pada tahun 2010 adalah 17,9 persen yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. Mengingat target MDG’s tahun 2015 yaitu 15,5 persen (gizi buruk 3,6 persen dan gizi kurang 11,9 persen) maka prevalensi BKG secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4 persen dalam periode 2011 sampai 2015. Membandingkan status gizi antara balita laki-laki dan perempuan terlihat bahwa prevalensi BKG yang paling tinggi terlihat pada balita laki-laki yaitu sebesar 19,1 persen yang terdiri dari 5,2 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang.
Gambar 4.9 Persentase Balita menurut Status Gizi dan Jenis Kelamin, 2010 75,00 75
80,0
13,99 12,1 1 13
Gizi Buruk Laki-Laki
Gizi Kurang Gizi Baik Perrempuan
Sumber : Riskesdas 2010, Kemenkes
43
Gizi Lebih Jumlah
Profil Anak Indonesia 2011 Dari 33 provinsi di Indonesia (Tabel 10 pada Lampiran), provinsi yang memiliki prevalensi gizi kurang yang paling tinggi adalah Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 30,5 persen dengan persentase gizi buruk sebesar 10,6 persen dan gizi kurang 19,9 persen. Sedangkan provinsi yang memiliki prevalensi gizi baik yang paling tinggi adalah Sulawesi Utara yaitu sebesar 89,4 persen dengan persentase gizi baik sebesar 84,3 persen dan gizi lebih sebesar 5,1 persen.
4.4.2
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram dan merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan.
Tabel 4.1 Persentase Balita menurut Kelompok Umur dan Kategori Berat Badan Lahir, 2010
δʹͷͲͲ
ʹͷͲͲǦ͵ͻͻͻ
ηͶͲͲͲ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ȋȌ
ȋȌ ͲǦͳͳ
ͳͲǡ͵
ͺʹǡ
ǡͲ
ͳͲͲǡͲ
ͳʹǦʹ͵
ͳͲǡͷ
ͺʹǡͺ
ǡ
ͳͲͲǡͲ
ʹͶǦ͵ͷ
ͳͳǡͷ
ͺͳǡͺ
ǡ
ͳͲͲǡͲ
͵ǦͶ
ͳͳǡͺ
ͺʹǡͷ
ͷǡͺ
ͳͲͲǡͲ
ͶͺǦͷͻ
ͳͳǡʹ
ͺʹǡͻ
ͷǡͻ
ͳͲͲǡͲ
Sumber: Riskesdas 2010, Kemenkes
4.4.3 Pemberian Vitamin A Pada Balita Kapsul Vitamin A akan diberikan kepada balita sejak umur 6 bulan sebanyak dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Bayi umur 6-11 bulan akan diberikan kapsul merah (dosis 100.000 IU), sedangkan anak umur 12-59 bulan akan diberikan kapsul biru (dosis 200.000 IU). Dengan diberikannya asupan Vitamin A, diharapkan balita di Indonesia akan terpenuhi gizinya.
44
Profil Anak Indonesia 2011 Berdasarkan data Riskesdas 2010, dari seluruh balita umur 6-59 bulan di Indonesia ada sekitar 69,8 persen yang menerima asupan Vitamin A (Gambar 4.10). Jika diamati berdasarkan kelompok umurnya, maka kelompok umur yang mendapatkan asupan Vitamin A terbanyak adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sekitar 74,8 persen. Kelompok umur yang yang mendapatkan asupan Vitamin A terkecil adalah kelompok umur 6-11 bulan yaitu hanya sekitar 61,4 persennya saja.
Gambar 4.10 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A Selama Enam Bulan Terakhir Menurut Kelompok Umur, 2010 p
80
74 8 74,8
71 7 71,7
70,2
12-23 Buulan
24-35 Bulan
36-47 Bulan
70
Persentasse Balita
,
60 50 40 30 20 10 6-11 Bulan B
48-59 Bulan
Sumber: Riskesdas 2010, Kemenkes
4.5 ASI Kesehatan anak berumur dibawah lima tahun (balita) merupakan salah satu indikator yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Balita yang sehat merupakan aset yang besar dalam kelangsungan masa depan bangsa. Tingkat kecerdasan anak dipengaruhi oleh kualitas makanan yang diberikan pada saat anak berusia balita dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI bagi balita di Indonesia sudah sangat baik, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya persentase balita yang pernah diberi ASI yaitu sebesar 94,53 persen dari seluruh balita di Indonesia dimana persentase balita perempuan sebanyak 95,01 persen dan laki-laki sebanyak 94,08 persen. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggalnya, balita di daerah perdesaan lebih banyak menerima ASI dibandingkan balita yang ada di daerah perkotaan dengan perbedaan yang cukup signi ikan dimana persentase balita di daerah perdesaan yang pernah diberi ASI ada sekitar 95,95 persen (Gambar 4.11).
45
Profil Anak Indonesia 2011
Perseentase
Gambar 4.11 Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 96,20 95,95
97,0 00 96,0 00 95,0 00 94,0 00 93,0 00 92,0 00 91,0 00 90,0 00
95,01
94 4,53
94,08 93,09
Perkota aan Laki-laki
P Perdesaan Perempuan
P Perkotaan + Perdesaaan LLaki-laki + Perempuan
Sumber: Susenas 2010, BPS
Pola dan lama pemberian ASI memberikan pengaruh yang sangat positif pada kondisi kesehatan dan proses tumbuh kembang anak balita secara optimal. Enzim dalam ASI membantu pertumbuhan otak, pembentukan tulang serta mencegah penyakit dan infeksi pada bayi. ASI eksklusif dianjurkan oleh para ahli kesehatan karena dipercaya mempunyai manfaat yang sangat besar baik bagi ibu sebagai suatu bentuk perwujudan kasih sayang maupun bagi bayi untuk kesehatan bayinya kelak.
Gambar 4.12 Rata-rata Lama Pemberian ASI Bagi Balita menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 16,70 16,71
17,00
Bulan
16,03 , 15,19
15,32
Perkotaaan L ki-llaki Laki ki
Perdesaan Perempuan
Sumber: Susenas 2010, BPS
46
Perkotaan + Perdeesaan L ki-llaki+P Laki ki+Perempuaan
Profil Anak Indonesia 2011 Berdasarkan hasil Susenas tahun 2010, terlihat bahwa di Indonesia rata-rata lama pemberian ASI adalah sekitar 16 bulan (Gambar 4.12). Untuk daerah perkotaan rata-rata lama pemberian ASI adalah 15 bulan sedikit lebih rendah dibandingkan di daerah perdesaan yaitu sekitar 16 bulan. Menurut jenis kelamin tidak terlihat perbedaan dalam hal lamanya pemberian ASI, bayi laki-laki menerima ASI sekitar 15,99 bulan dan bayi perempuan 16,09 bulan. Lama pemberian ASI yang lebih dari setahun tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran ibu-ibu akan pentingnya manfaat ASI masih cukup tinggi di Indonesia. Namun pola pemberian ASI tanpa makanan tambahan masih belum memenuhi target 6 bulan karena secara rata-rata pemberian ASI tanpa makanan tambahan di Indonesia hanya sampai 4 bulan saja, baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan (Gambar 4.13).
Gambar 4.13 Rata-rata Lama Pemberian ASI tanpa Makanan Tambahan dan ASI dengan Makanan Tambahan Bagi Balita menurut Tipe Daerah, 2010 14,00
11,20
12,00
11,87
Bulan
10,00 8,00 6,00
4,16
4,00 2,00 ASI tanpa Makan n Tambahan Perkkotaan
Perdesaan
SI dengan Makaanan Tambahan Perkotaan + P Perdesaan
Sumber: Susenas 2010, BPS
4.6 IMUNISASI Program Pengembangan Imunisasi (PPI) menganjurkan agar semua anak mendapatkan imunisasi terhadap enam penyakit utama anak yang dapat dicegah dengan imunisasi tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus dan campak. Sesuai dengan pedoman WHO, anak dinyatakan telah di imunisasi lengkap bila telah mendapatkan satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT, tiga kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak (BPS, 2007).
47
Profil Anak Indonesia 2011 Berdasarkan hasil Susenas 2010, balita yang pernah diberi imunisasi pada tahun 2010 ada sekitar 94,76 persen; dengan pemberian imunisasi yang hampir sama antara balita laki-laki (94,84 persen) dan balita perempuan (94,68 persen). Jika diamati berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase balita di daerah perkotaan yang pernah diberi imunisasi lebih banyak dibandingkan dengan balita di daerah perdesaan. Di daerah perkotaan ada sebanyak 96,81 persen balita yang pernah diberi imunisasi lebih tinggi dibandingkan dengan balita di daerah perdesaan yaitu 92,75 persen (Gambar 4.14).
Gambar 4.14 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010
Persentaase
6,79 96,81 977,00 966,00 955,00 944,00 933,00 922,00 911,00 900,00
94,68 94 76 92,59 92,75
Laki-laki
Perkootaan
P Perdesaan Perempuann
P Perkotaan+Perdesaan Lakki-laki + Perempuan
Sumber: Susenas 2010, BPS
Persentase balita yang pernah diberikan imunisasi BCG pada tahun 2010 ada sekitar 92,73 persen; balita laki-laki 92,76 persen dan balita perempuan 92,71 persen. Untuk imunisasi DPT, sebesar 89,79 persen balita yang pernah mendapat imunisasi tersebut; 89,81 persen balita perempuan dan balita laki-laki 89,77 persen. Sedangkan persentase balita yang pernah diberi imunisasi polio ada sekitar 90,56 persen dan yang diberi imunisasi campak persentasenya paling kecil yaitu hanya sekitar 77,67 persen. Pemberian imunisasi polio dan campak untuk balita laki-laki dan perempuan relatif sama (Gambar 4.15).
48
Profil Anak Indonesia 2011
90,58
90 56 90,56
90,55
89,81
89 79 89,79
95
89,77
92,73
Gambar 4.15 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Jenis Imunisasi dan Jenis Kelamin, 2010
77,55
85 80
77,67 ,
90
75 70 65 Laki-laki
Perempuann
Laki-laki + Perempuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
4.7 KELUHAN KESEHATAN Status kesehatan anak yang baik akan berpengaruh terhadap akti itas hariannya yang pada gilirannya akan berdampak terhadap prestasi seorang anak. Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk khususnya anak-anak adalah Angka Kesakitan yang bisa dilihat dari besarnya penduduk dibawah 18 tahun yang mengalami gangguan kesehatan dan terganggu akti itasnya sehari-hari.
17,54
17,88
17,81
16,76 7
40
17,94
Gambar 4.16 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Terganggu Akti itas Sehari-hari menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010
Perdesaan Laki-laki L
Perempuan
Perkotaan+Perd
Laki-laki+Pere empuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
49
Profil Anak Indonesia 2011 Berdasarkan hasil pengolahan data Susenas 2010 (Gambar 4.16), anak yang mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu akti itasnya sehari-hari ada sekitar 17,34 persen dengan persentase laki-laki sekitar 17,54 persen dan perempuan 17,13 persen. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase di daerah perdesaan (17,88 persen) lebih tinggi dibandingkan perkotaan (16,76 persen). Pada Susenas 2010, dari berbagai macam keluhan yang ditanyakan, Tabel 22 lampiran menampilkan 3 jenis keluhan terbanyak, yaitu batuk, pilek, dan panas. Dari tabel tersebut tampak bahwa keluhan yang biasa dialami oleh anak-anak adalah pilek 60,45 persen, batuk 57,66 persen, dan panas 54,44 persen (Tabel 19 pada Lampiran). Persentase anak laki-laki dan anak perempuan mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu akti itasnya untuk ketiga macam keluhan tersebut hampir sama. Persentase keluhan batuk untuk laki-laki dan perempuan masing-masing 57,99 persen dan 57,31 persen. Persentase keluhan pilek baik untuk laki-laki dan perempuan dikisaran 60,0 persen. Sekitar 55,18 persen anak laki-laki mengeluh panas dibandingkan perempuan 53,65 persen.
Gambar 4.17 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010
Persentase
666,36 67,00 66,00 65,00 64,00 63,00 62,00 61,00 60,0 , 0 59,00
62,51
aan Laki-laki
Perempuan
Perk Laki-laki + Perempuan
Sumber : Susenas 2010, BPS
Persentase anak yang mengobati sendiri saat mengalami keluhan kesehatan ada sekitar 63,92 persen. Yang dimaksud dengan berobat sendiri atau mengobati sendiri adalah upaya oleh art/keluarga dengan melakukan pengobatan tanpa datang ke fasilitas kesehatan atau memanggil dokter/petugas kesehatan ke rumahnya
50
Profil Anak Indonesia 2011 (misal minum obat modern, jamu, kerokan, kompres, kop, pijat) agar sembuh atau menjadi lebih ringan keluhan kesehatannya. Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase anak di perdesaan (65,72 persen) lebih besar dibandingkan anak di perkotaan (61,99 persen). Ini menunjukkan bahwa saat mengalami keluhan kesehatan anak-anak di perdesaan yang mengobati sendiri lebih tinggi dibandingkan persentase anak-anak di perkotaan.
4.8 AKSES KE PELAYANAN KESEHATAN Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan bagi masyarakat diharapkan akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat disekitarnya. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang lengkap dan memadai, maka masyarakat akan mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cepat.
Tabel 4.2 Persentase Anak yang Berobat Jalan ke Fasilitas Kesehatan menurut Tipe Daerah, 2010 Tempat Fasilitas Kesehatan
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
(1)
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
Rumah Sakit Pemerintah
Ͷǡͷͳ
͵ǡͲ
͵ǡͺͳ
Rumah Sakit Swasta
Ͷǡͺ
ͳǡʹͺ
͵ǡͳͶ
Praktek Doker/Poliklinik
͵ǡͺͲ
ͳǡͳͳ
ʹǡͺ͵
Puskesmas/Pustu
͵ǡͻ
Ͷ͵ǡͶͲ
ͶͲǡͶͷ
Praktek Nakes
ͳǡ
͵ǡͳͶ
ʹǡͳͳ
Praktek Batra
Ͳǡͺ
ͳǡͷʹ
ͳǡͳͺ
Dukun Bersalin
Ͳǡͳ
Ͳǡʹͳ
Ͳǡͳͻ
Lainnya
ͳǡ
ʹǡͲ
ͳǡͻͳ
Sumber : Susenas 2010, BPS
Tabel 4.2 menggambarkan persentase anak yang berobat jalan ke fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil Susenas 2010, persentase fasilitas kesehatan yang dikunjungi oleh anak-anak berturut-turut sebagai berikut: puskesmas/pustu (40,45 persen), praktek dokter/poliklinik (27,83 persen), dan praktek tenaga kesehatan (27,11 persen). Jika dilihat berdasarkan tipe daerah, persentase anak yang tinggal di perdesaan paling banyak berobat jalan ke puskesmas (43,40 persen), kemudian ke
51
Profil Anak Indonesia 2011 praktek tenaga kesehatan (37,14 persen), dan ke praktek dokter/poliklinik (17,11 persen). Sedangkan anak yang tinggal di perkotaan paling banyak berobat jalan ke praktek dokter/poliklinik (37,80 persen), kemudian ke puskesmas/ pustu (37,69 persen), dan ke praktek tenaga kesehatan (17,77 persen).
52
Profil Anak Indonesia 2011
BAB
5
PENDIDIKAN, PEMANFAATAN WAKTU LUANG DAN KEGIATAN SENI BUDAYA
53
Profil Anak Indonesia 2011
5 PENDIDIKAN, PEMANFAATAN WAKTU LUANG DAN KEGIATAN SENI BUDAYA Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan masyarakat cerdas. Oleh sebab itu pemerintah secara terus menerus berupaya meningkatkan mutu pendidikan dimulai dengan pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengenyam pendidikan terutama pada tingkat dasar hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana maupun prasarana pendidikan. Indonesia telah menandatangani Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on The Rights of the Child) pada tahun 1990. Dalam Konvensi Hak-Hak Anak tersebut dinyatakan bahwa setiap negara di dunia melindungi dan melaksanakan hak-hak anak tentang pendidikan dengan mewujudkan wajib belajar pendidikan dasar bagi semua secara bebas (Artikel 28) dan konvensi mengenai HAM yang menyatakan "Setiap orang berhak atas pendidikan”. UUD 1945 juga mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, karenanya setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pendidikan harus bebas biaya, terutama bagi peserta didik yang orang tuanya tidak mampu setidaknya pada pendidikan dasar. Pendidikan dasar harus bersifat wajib, untuk itu pemerintah telah mencanangkan gerakan wajib belajar dari 6 tahun (1984) menjadi 9 tahun (1994). Hal ini sejalan dengan pencapaian sasaran pembangunan yang disepakati dalam Kerangka Aksi Dakar Pendidikan Untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA). Dalam sasaran Konvensi Hak-Hak Anak dan PUS, pemerintah telah menetapkan kebijakan dasar dan Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) tahun 2015, yaitu mewujudkan anak yang cerdas/ceria dan berakhlak mulia melalui upaya perluasan aksesibilitas, peningkatan kualitas dan e isiensi pendidikan, serta partisipasi masyarakat. Karena itu, kebijakan pendidikan perlu mengakomodasikan
55
Profil Anak Indonesia 2011 hak-hak anak dan kebutuhan anak termasuk juga mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Gelar peta jalan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yang diprakarsai oleh Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) di akhir tahun 2010 ke seluruh Indonesia juga dilakukan. Salah satu tujuan MDGs yaitu tujuan 2: mewujudkan pendidikan dasar, target 3: memastikan pada tahun 2015 semua anak dimanapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Indikator monitoring yang digunakan antara lain APM di sekolah dasar (SD) dan APM di sekolah lanjutan pertama dengan target pencapaian 95 persen pada tahun 2015. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 berkaitan dengan pendidikan dinyatakan bahwa hingga tahun 2014 diharapkan meningkatnya Angka Partisipasi Murni (APM) SD/SDLB/MI/Paket A sebesar 96,0 persen, APM SMP/ SMPLB/MTs/Paket B meningkat hingga 76,0 persen, APK SMA/SMK/MA/Paket C meningkat hingga 85,0 persen dan Angka Partisipasi Kasar (APK) PT usia 19-23 tahun meningkat hingga 30,0 persen. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mencerdaskan bangsa tidak hanya diperoleh di bangku sekolah tetapi juga melalui media massa (cetak maupun elektronik) terkait dengan pemberitaan/informasi. Salah satu pemanfaatan waktu luang bersifat positif dengan mengakses media massa. Partisipasi anak dalam kegiatan seni budaya dapat meningkatkan semangat pembangunan sekaligus menunjukkan kepedulian seni budaya. Karenanya anak sejak dini perlu dikenalkan dengan seni budaya. Berikut akan diuraikan gambaran pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya anak berdasarkan hasil Susenas 2009-2010. Indikator pendidikan menyajikan status sekolah, partisipasi pendidikan, putus sekolah, alasan tidak bersekolah, angka melek huruf, dan indikator pemanfaatan waktu luang dan seni budaya yang dicermati antara lain kegiatan menonton televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar/majalah dan lain-lain serta partisipasi terhadap seni budaya.
5.1. STATUS SEKOLAH Salah satu faktor keberhasilan pembangunan adalah tersedianya sumber daya manusia berkualitas. Sumber daya manusia berkualitas salah satunya dilakukan dengan peningkatan pendidikan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa wajib belajar adalah
56
Profil Anak Indonesia 2011 program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh semua warga negara Indonesia, pemerintah pusat dan daerah bertanggung jawab terhadap program tersebut; Pasal 6 ayat (1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Pada Pasal 34 ayat (1) Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar. Ayat (2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pernyataan ini sekaligus menunjukkan bahwa adanya upaya melakukan program sekolah gratis minimal pada tingkat dasar di seluruh wilayah di Indonesia sehingga tidak ada hambatan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bidang pendidikan. Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa anak usia 5-17 tahun yang berstatus sekolah sebesar 82,58 persen. Pada kelompok usia ini terdapat anak yang berstatus tidak sekolah lagi sebesar 8,12 persen dan yang belum pernah mengecap pendidikan sebesar 9,30 persen. Dilihat menurut jenis kelamin, anak perempuan usia 7-15 tahun yang bersekolah (83,26 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki usia 5-17 tahun (81,94 persen). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Dilihat menurut tipe daerah, persentase anak usia 5-17 tahun yang masih bersekolah di daerah perkotaan (84,81 persen) lebih besar dibandingkan perdesaan yang hanya sebesar 80,56 persen. Hal ini salah satunya karena akses pendidikan penduduk perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan penduduk di perdesaan, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di perkotaan yang lebih lengkap dan lebih memadai dibandingkan dengan di perdesaan.
57
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 5.1 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
Tdk/ Blm Sekolah
Masih Sekolah
Tdk Sekolah lagi
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ȋͷȌ
Laki-laki
ͺǡͺͶ
ͺͶǡͷʹ
ǡͶ
ͳͲͲǡͲͲ
Perempuan
ͺǡ͵ͺ
ͺͷǡͳʹ
ǡͷͳ
ͳͲͲǡͲͲ
Laki-Laki+Perempuan
ͺǡͳ
ͺͶǡͺͳ
ǡͷͺ
ͳͲͲǡͲͲ
ȋͳȌ
Total
Perkotaan :
Perdesaan :
Laki-laki
ͳͲǡ͵Ͷ
ͻǡͺ
ͻǡͻͻ
Perempuan
ͻǡͶ
ͺͳǡͷ͵
ͻǡͲͳ
ͳͲͲǡͲͲ
Laki-Laki+Perempuan
ͻǡͻʹ
ͺͲǡͷ
ͻǡͷʹ
ͳͲͲǡͲͲ
Laki-laki
ͻǡ͵
ͺͳǡͻͶ
ͺǡͶʹ
Perempuan
ͺǡͻͶ
ͺ͵ǡʹ
ǡͺͲ
ͳͲͲǡͲͲ
Laki-Laki+Perempuan
ͻǡ͵Ͳ
ͺʹǡͷͺ
ͺǡͳʹ
ͳͲͲǡͲͲ
K erkotaan+Perdesaan
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Pada Tabel 5.2 terlihat bahwa anak usia 5-6 tahun (meskipun di usia ini bukan merupakan usia wajib sekolah) yang saat ini bersekolah sudah mencapai 43,01 persen. Persentase anak yang tidak/belum sekolah umur 7-12 tahun sebesar 1,18 persen, kelompok umur 13–15 tahun sebesar 0,86 persen dan kelompok umur 16–17 tahun sebesar 0,90 persen. Adapun anak yang tidak sekolah lagi pada kelompok umur 7-12 tahun sebesar 0,80 persen, 13-15 tahun sebesar 12,89 persen dan kelompok umur 16-17 tahun mencapai sepertiganya (33,93 persen). Kondisi ini memprihatinkan dan perlu menjadi perhatian khusus.
58
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 5.2 Persentase Penduduk Berumur 5-17 Tahun menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2010 Kelompok Umur
Tdk/ Blm Sekolah
Masih Sekolah
Tdk Sekolah lagi
Total
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ȋͷȌ
5–6
ͷǡͺͺ
Ͷ͵ǡͲͳ
Ͳǡͳͳ
ͳͲͲǡͲͲ
7 – 12
ͳǡͳͺ
ͻͺǡͲʹ
ͲǡͺͲ
ͳͲͲǡͲͲ
13 – 15
Ͳǡͺ
ͺǡʹͶ
ͳʹǡͺͻ
ͳͲͲǡͲͲ
16 – 17
ͲǡͻͲ
ͷǡͳ
͵͵ǡͻ͵
ͳͲͲǡͲͲ
5 – 17
9,30
82,58
8,12
100,00
7 – 17
1,05
89,44
9,51
100,00
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Dilihat sebaran menurut provinsi (Lampiran Tabel 21-38), persentase terbesar penduduk 7-17 tahun yang tidak bersekolah terdapat di Provinsi Papua (27,37 persen), kemudian Sulawesi Barat (15,12 persen), Bangka Belitung (14,51 persen) dan Gorontalo (14,48 persen).
5.2 APS, APM DAN APK Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah dan sebagai indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Kegiatan bersekolah tidak saja bersekolah dijalur formal akan tetapi juga termasuk bersekolah dijalur nonformal seperti paket A setara SD/MI, paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SM/MA. Dari Tabel 5.3 terlihat bahwa semakin tinggi kelompok usia sekolah semakin rendah persentase anak yang bersekolah. Hal ini antara lain disebabkan biaya pendidikan yang semakin mahal dan jumlah sekolah yang semakin sedikit yang berdampak pada jarak ke sekolah yang relatif jauh. APS adalah gambaran penduduk yang bersekolah menurut kelompok umur. APS 7-12 tahun sebesar 98,02 persen (artinya dari 100 anak usia 7-12 tahun sebanyak 98 anak bersekolah dan sisanya 2 anak berstatus tidak sekolah (tidak pernah sekolah dan tidak sekolah lagi), APS 13-15 tahun sebesar 86,24 persen sedang pada usia pendidikan menengah yaitu APS 16-17 tahun sebesar 65,17 persen. APS perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan APS laki-laki. Kondisi ini terjadi pada kelompok umur 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-17 tahun.
59
Profil Anak Indonesia 2011 APS di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaannya (gap). Pola tersebut memberikan gambaran bahwa penduduk di daerah perkotaan memiliki kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan. Hal ini terkait dengan jumlah sekolah yang lebih banyak dan akses ke sekolah yang lebih mudah di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan.
Tabel 5.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur (Tahun), 2010 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
7 – 12
13-15
16 –17
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
7 –17 ȋͷȌ
ͻͺǡͷ͵ ͻͺǡͻͻ ͻͺǡͷ ͻǡͲͷ ͻǡ͵ ͻǡ͵ ͻǡͶ ͻͺǡ͵ʹ ͻͺǡͲʹ
ͺͻǡͷͺ ͻͲǡͻͲ ͻͲǡʹͶ ͺͳǡͶ͵ ͺͶǡͳ ͺʹǡʹ ͺͷǡͳͷ ͺǡͶͳ ͺǡʹͶ
ʹǡͻ ʹǡͲͲ ʹǡͶͻ ͷǡͲ ͷǡͺ ͷǡͶͲ ͷǡͲͻ ͷǡʹͷ ͷǡͳ
ͻͳǡ ͻͳǡͻͶ ͻͳǡͺͲ ͺǡ ͺͺǡͲͳ ͺǡ͵Ͳ ͺͻǡͲͲ ͺͻǡͻͳ ͺͻǡͶͶ
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Tabel Lampiran 39-41 menunjukkan bahwa APS penduduk usia 7-12 tahun tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau (99,35 persen), Aceh (99,19 persen) dan DKI Jakarta (99,16 persen) dan terendah terdapat di Provinsi Papua (76.22 persen), Papua Barat (94,04 persen) dan Sulawesi Barat (95.93 persen). APS 13-15 tahun tertinggi berada di Provinsi DI Yogyakarta (94,02 persen), Maluku (92,85 persen) dan Kalimantan Timur (92,49 persen), sebaliknya APS 13-15 tahun terendah terdapat di Provinsi Papua (74,35 persen), Sulawesi Barat (77,92 persen) dan Kalimantan Selatan sebesar 80,59 persen). Adapun APS anak usia 17-18 tahun tertinggi terdapat di Provinsi Aceh (82,17 persen), Maluku (80,91 persen) dan DI Yogyakarta (80,70 persen), sementara APS 16-17 tahun terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Barat (50,56 persen), Papua (53,69 persen) dan Gorontalo (54,56 persen).
60
Profil Anak Indonesia 2011 Selain APS indikator lain terkait partisipasi sekolah adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Meskipun konsep anak dalam publikasi ini sampai dengan umur 17 tahun, khusus untuk APK SM/MA/Paket C dan APM SM/MA/Paket C mengacu pada konsep Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) yaitu menggunakan kelompok usia 16-18 tahun. Hal ini dilakukan agar interpretasi yang digunakan dalam publilkasi ini sama dengan yang dikeluarkan oleh Kemendiknas.
Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar mengindikasikan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan menurut jenjang pendidikan tanpa melihat umur. APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK SD/MI/Paket A merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang sekolah di SD/MI/Paket A terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Nilai APK bisa lebih dari 100 persen apabila jumlah murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan (misal anak bersekolah di SD/MI/paket A berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun). Semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin rendah APK. Dari Tabel 5.4 APK SD/MI/Paket A sebesar 111,68 persen, SMP/MTs/Paket B sebesar 80,59 persen dan SM/MA/Paket C sebesar 62,85 persen. Penurunan APK pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi sejalan dengan kecenderungan penurunan APS pada usia yang semakin tinggi. APK SD/MI/Paket A sebesar 111,68 persen (lebih dari 100 persen), artinya ada 11,68 persen anak yang bersekolah di SD/MI/paket A berusia kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun atau dengan kata lain kondisi ini menunjukkan bahwa murid SD/MI/Paket A selain mencakup anak yang berusia 7 – 12 tahun, juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa banyak anak yang terlambat masuk SD/MI atau sebaliknya sangat dini untuk bersekolah SD/MI. Dilihat menurut jenis kelamin, APK perempuan dan APK laki-laki relatif tidak berbeda. Dilihat menurut daerah tempat tinggal, APK di daerah perkotaan lebih tinggi dari daerah perdesaan, kecuali untuk APK SD/MI/Paket A relatif sama. Di daerah perkotaan APK SMP/MTs/Paket B sebesar 82,48 persen dan SM/MA/Paket C sebesar
61
Profil Anak Indonesia 2011 72,67 persen dan untuk daerah perdesaan APK SMP/MTs/paket B sebesar 78,92 persen dan SM/MA/paket C sebesar 52,33 persen.
Tabel 5.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD/MI/Paket A
SMP/MTs/Paket B
SM/MA/Paket C
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ͳͳʹǡͳ ͳͳͳǡͳͺ ͳͳͳǡͺ ͳͳͳǡ͵ͻ ͳͳʹǡͲͲ ͳͳͳǡͺ ͳͳͳǡͷ ͳͳͳǡͳ ͳͳͳǡͺ
ͺͳǡ͵ͺ ͺ͵ǡͲ ͺʹǡͶͺ ͺǡͶ ͻǡͶͶ ͺǡͻʹ ͻǡͺͲ ͺͳǡͶͷ ͺͲǡͷͻ
ͶǡͲͻ ͳǡʹ͵ ʹǡ ͷͳǡͳ ͷ͵ǡͲʹ ͷʹǡ͵͵ ͵ǡͲ͵ ʹǡ ʹǡͺͷ
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Jika dilihat sebarannya menurut provinsi, seperti yang disajikan pada Tabel Lampiran 42-44, terlihat bahwa APK SD/MI/Paket A umumnya lebih dari 100 persen kecuali Provinsi Papua yang hanya 93,27 persen. Dari tabel lampiran tersebut juga terlihat, bahwa APK SMP/MTs/Paket B berada di atas 70 persen kecuali Provinsi Papua (60,05 persen), Sulawesi Barat (65,09 persen), Papua Barat (66,68 persen), Nusa Tenggara Timur (68,52 persen), Bangka Belitung (68,75 persen) dan Kalimantan Barat (69,65 persen). APK SM/MA/paket C tertinggi terdapat di Provinsi Maluku (86,92 persen), Bali (82,36 persen) dan Aceh (80,96 persen).
Angka Partisipasi Murni Angka partisipasi murni digunakan untuk melihat penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. APM merupakan proporsi jumlah anak kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai gambaran misalnya APM SD/MI/Paket A adalah proporsi
62
Profil Anak Indonesia 2011 jumlah murid SD/MI/Paket A yang berusia 7 – 12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7 – 12 tahun. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai 100 persen. Tabel 5.5 menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin rendah APM. APM SD/MI/Paket A sebesar 94,76 persen, APM SMP/MTs/ Paket B sebesar 67,73 persen dan APM SM/MA/Paket C sebesar 45,59 persen. Kecenderungan penurunan APM pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sejalan dengan kecenderungan pada APS dan APK. APM daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan untuk setiap jenjang pendidikan. Dari Tabel 5.5 terlihat bahwa kesenjangan APM antara penduduk perkotaan dan perdesaan semakin tinggi sejalan dengan semakin meningkatnya jenjang pendidikan. Komposisi APM menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa APM antara laki-laki dan perempuan di tingkat SD/MI/Paket A relatif sama, pada jenjang SMP/MTs/Paket B, APM perempuan lebih tinggi daripada APM laki-laki. Berbeda dengan APM di tingkat SMP, APM laki-laki lebih tinggi daripada APM perempuan pada jenjang SM/MA/Paket C.
Tabel 5.5 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD/MI/Paket A
SMP/MTs/Paket B
SM/MAPaket C
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ͻͷǡ ͻͶǡ͵͵ ͻͷǡͲʹ ͻͶǡͳͲ ͻͷǡͲʹ ͻͶǡͷͶ ͻͶǡͺʹ ͻͶǡͻ ͻͶǡ
ͻǡͻͺ ͻǡ͵ͻ ͻǡͻ Ͷǡ͵ ǡͷͶ ǡͲͲ ǡͲͺ ͺǡͶ͵ ǡ͵
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
63
ͷͶǡͲ ͷͲǡʹͺ ͷʹǡͷͲ ͵ͺǡͲͺ ͵ͺǡ͵ͳ ͵ͺǡͳͻ ͶǡͶͺ ͶͶǡͷ Ͷͷǡͷͻ
Profil Anak Indonesia 2011 Dilihat menurut sebaran per provinsi seperti yang terlihat pada Lampiran Tabel 45-47, bahwa APM SD/MI/Paket A lebih dari 90 persen kecuali Provinsi Papua yang hanya 76,22 persen. APM SMP/MTs/Paket B umumnya berada di atas 50 persen kecuali Provinsi Papua (49,62 persen) dan Papua Barat (49,65 persen) kemudian untuk APM SM/MA/Paket C tertinggi terdapat di Provinsi Aceh (62,42 persen), Maluku (59,80) dan DI Yogyakarta (59,35 persen).
5.2.1 Putus Sekolah Manusia dapat memperoleh pendidikan di berbagai wahana pendidikan seperti keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan pendidikan nonformal/ informal (pendidikan luar sekolah). Pendidikan formal memiliki keunggulan untuk mengembangkan individu dibanding lainnya karena di sekolah mampu diciptakan suasana yang merangsang aspek kognitif, afektif dan motorik individu. Melalui pendidikan di sekolah, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan kepribadian (Curtis dan Boultwood dalam Guritnaningsih, 1993). Untuk itu, idealnya setiap individu pada usia sekolah mengikuti pendidikan di sekolah, sehingga mereka menjadi lebih matang secara kognitif, afektif maupun motorik. Namun kenyataannya tidak semua individu pada usia sekolah mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Di tingkat pendidikan dasar, putus sekolah masih merupakan persoalan tersendiri dalam upaya penuntasan wajib belajar sembilan tahun. Putus sekolah dide inisikan sebagai seseorang yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan atau berhenti bersekolah dalam suatu jenjang pendidikan sehingga belum memiliki ijazah pada jenjang pendidikan tersebut.
64
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 5.6 Angka Putus Sekolah Usia 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Masih Sekolah ȋʹȌ ͻʹǡͳ ͻʹǡ͵ ͻʹǡʹ ͺͺǡͳͲ ͺͻǡ͵ͳ ͺͺǡ ͻͲǡͲʹ ͻͲǡͻ ͻͲǡ͵ͻ
Status Putus Sekolah ȋ͵Ȍ ʹǡͷ ͳǡʹ ʹǡͳͲ Ͷǡʹͺ ʹǡͻͶ ͵ǡͶ ͵ǡͶ ʹǡ͵Ͳ ʹǡͻͳ
Tamat Sekolah ȋͶȌ ͷǡʹ ǡͲʹ ͷǡͶ ǡʹ ǡͷ ǡͺ ǡͷʹ ǡͻͳ ǡͳ
Total ȋͷȌ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ ͳͲͲǡͲͲ
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Tabel 5.6 memperlihatkan angka putus sekolah anak berumur 7-17 tahun di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia sebesar 2,91 persen, artinya setiap 1000 orang penduduk berumur 7-17 tahun ada sebanyak 29 orang yang putus sekolah. Menurut tipe daerah, anak yang mengalami putus sekolah di perdesaan lebih banyak (3,64 persen) dibandingkan perkotaan (2,10 persen). Jika diamati menurut jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak yang mengalami putus sekolah dibanding anak perempuan yaitu 3,47 persen banding 2,30 persen. Provinsi Gorontalo merupakan wilayah yang memiliki persentase anak putus sekolah tertinggi yaitu sebanyak 9,13 persen, kemudian Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 7,66 persen serta Provinsi Bangka Belitung sebesar 7,25 persen. Sementara itu Provinsi DI Yogyakarta memiliki persentase anak putus sekolah paling sedikit sebesar 1,23 persen disusul DKI Jakarta sebesar 1,37 persen (Lampiran Tabel 50-52). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA) mengembangkan indikator Kota Layak Anak (KLA) melalui 5 kluster. Dalam kluster 5 tersebut disebutkan bahwa semua anak berhak untuk memperoleh akses pendidikan dengan indikator rinci yaitu tidak ada anak yang mengalami drop out atau putus sekolah pada semua jenjang pendidikan. Mengingat masih ditemuinya anak yang mengalami putus sekolah, peran aktif dari berbagai kepentingan (stakeholder) sangat diperlukan agar tidak ditemukan lagi adanya anak yang mengalami putus sekolah di semua jenjang pendidikan.
65
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa anak putus sekolah cenderung meningkat seiring bertambahnya kelompok umur. Pada kelompok umur 7-12 tahun terdapat anak yang putus sekolah sebesar 0,60 persen, kemudian anak berumur 13-15 tahun yang putus sekolah sebesar 2,48 persen dan terdapat sebesar 3,92 persen anak pada kelompok umur 16-17 yang putus sekolah. Menurut tipe daerah, anak putus sekolah banyak ditemukan di daerah perdesaan untuk semua kelompok umur yang berbeda dibandingkan anak yang berada di daerah perkotaan. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki lebih banyak yang putus sekolah pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun, sedangkan pada kelompok 16-17 tahun banyak ditemukan anak putus sekolah pada kelompok perempuan.
Tabel 5.7 Angka Putus Sekolah menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Sekolah, 2010 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
Kelompok Umur 13-15 ȋ͵Ȍ ʹǡͳͲ ͳǡʹͺ ͳǡͻ
7-12 ȋʹȌ ͲǡͶ ͲǡͶʹ Ͳǡͷ͵ ͲǡͺͶ ͲǡͶͺ Ͳǡ Ͳǡͷ ͲǡͶͷ ͲǡͲ
͵ǡͶ ʹǡʹ ͵ǡʹͲ ʹǡͻʹ ʹǡͲ͵ ʹǡͶͺ
16-17 ȋͶȌ ʹǡʹͳ ʹǡͶ ʹǡ͵Ͷ ǡͳͲ ǡ͵Ͳ ǡʹͲ ͵ǡͺͲ ͶǡͲͶ ͵ǡͻʹ
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa jumlah anak putus sekolah menurut jenjang pendidikan masih didominasi pada jenjang pendidikan SD/sederajat yaitu sebesar 1,51 persen, disusul jenjang SMP sebesar 0,93 persen dan SM sebesar 0,46 persen. Menurut tipe daerah, anak putus sekolah yang berada di daerah perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan perkotaan untuk semua jenjang pendidikan. Dilihat menurut jenis kelamin, anak laki-laki memiliki kecenderungan putus sekolah lebih besar dibandingkan perempuan. Angka putus sekolah laki-laki pada jenjang SD/ sederajat sebesar 1,93 persen lebih tinggi dibanding perempuan sebesar 1,07 persen. Pada jenjang SMP/sederajat, anak laki-laki yang putus sekolah sebesar 1,11 persen
66
Profil Anak Indonesia 2011 lebih tinggi dibanding anak perempuan sebesar 0,73 persen. Kondisi berbeda terjadi pada jenjang pendidikan SM/sederajat. Anak perempuan yang putus sekolah sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki yaitu 0,49 persen banding 0,46 persen.
Tabel 5.8 Angka Putus Sekolah Penduduk 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 Jenjang Pendidikan
Tipe Daerah/ Jenis Kelamin ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
SD ȋʹȌ
SMP ȋ͵Ȍ
ͳǡ͵ Ͳǡͺ ͳǡͲͺ ʹǡͶͶ ͳǡ͵Ͷ ͳǡͻͳ ͳǡͻ͵ ͳǡͲ ͳǡͷͳ
SM ȋͶȌ
Ͳǡͺͺ ͲǡͶͺ Ͳǡͺ ͳǡ͵ͳ Ͳǡͻ ͳǡͳͷ ͳǡͳͳ Ͳǡ͵ Ͳǡͻ͵
Ͳǡ͵ʹ Ͳǡ͵ͷ Ͳǡ͵͵ Ͳǡͷ͵ Ͳǡʹ Ͳǡͷ ͲǡͶ͵ ͲǡͶͻ ͲǡͶ
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
5.3 ALASAN TIDAK SEKOLAH Banyak alasan yang melatarbelakangi seseorang untuk tidak/belum pernah sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Beberapa alasan tidak/belum pernah sekolah atau tidak bersekolah lagi diantaranya adalah karena biaya, menikah/mengurus rumah tangga, sekolah jauh, tidak suka/malu, tidak diterima, cacat dsb. Alasan karena biaya biasanya berkaitan erat dengan kemiskinan (kesulitan ekonomi). Alasan sekolah jauh berkaitan dengan ketersediaan jumlah sekolah yang minim ataupun kondisi geogra is suatu daerah menyebabkan akses sulit. Alasan tidak suka/malu diantaranya berkaitan erat dengan tidak naik kelas dan kurangnya peran orang tua memotivasi anak. Pada Tabel 5.9, berdasarkan hasil Susenas tahun 2010, diketahui bahwa sebagian besar anak berumur 7-17 tahun belum bersekolah atau tidak sekolah lagi dikarenakan tidak ada biaya yaitu sebesar 56,18 persen. Anak yang tidak bersekolah karena bekerja/mencari na kah sebesar 7,97 persen, merasa pendidikan cukup
67
Profil Anak Indonesia 2011 sebesar 3,94 persen, alasan sekolah jauh sebesar 3,72 persen, alasan cacat sebesar 3,41 persen, alasan menikah sebesar 2,20 persen, malu alasan ekonomi sebesar 1,54 persen, menunggu pengumuman sebesar 1,01 persen dan tidak diterima sebesar 0,47 persen. Masih tingginya anak berumur 7-17 tahun yang tidak bersekolah dengan alasan biaya mencerminkan bahwa program pendidikan yang murah dan terjangkau masih belum dinikmati oleh masyarakat luas. Kondisi ini tidak sesuai dengan program pemerintah dalam penyediaan akses pendidikan bagi seluruh penduduk. Selain itu, masih ditemukannya alasan sekolah jauh mengindikasikan belum meratanya fasilitas sekolah yang dapat diakses oleh penduduk sehingga menyebabkan anak tidak dapat bersekolah.
Tabel 5.9 Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi menurut Alasan Tidak Melanjutkan Sekolah, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010
Alasan tidak/belum pernah sekolah/tidak bersekolah lagi
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ȋͷȌ
ȋȌ
ȋȌ
ȋͺȌ
ȋͻȌ
ȋͳͲȌ
Tidak ada biaya
ͷ͵ǡͶʹ
ͳǡͳʹ
ͷǡͳ͵
ͷ͵ǡͶʹ ͷͺǡ͵ʹ
ͷͷǡ͵
ͷ͵ǡͶʹ
ͷͻǡͶͲ
ͷǡͳͺ
Bekerja/ Mencari nafkah
ͳͲǡͻͷ
ͳͳǡͶ
ͳͳǡʹͲ
ǡ
Ͷǡͳͷ
ǡͲͺ
ͺǡͺ͵
ǡͻ
ǡͻ
Menikah/ Mengurus RT
ͲǡͲ
ʹǡʹ
ͳǡ͵ͷ
Ͳǡͳʹ
ͷǡͺͶ
ʹǡͲ
ͲǡͳͲ
ͶǡͶ
ʹǡʹͲ
Merasa pendidikan cukup
Ͷǡ͵ͻ
͵ǡ͵
ͶǡͲʹ
͵ǡͳ
Ͷǡͳʹ
͵ǡͻͲ
͵ǡͻͷ
͵ǡͻ͵
͵ǡͻͶ ͳǡͷͶ
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Malu karena Ekonomi
ͳǡͺͶ
ͳǡͲͻ
ͳǡͶͺ
ͳǡ͵
ͳǡͶͲ
ͳǡͷͺ
ͳǡ
ͳǡʹͺ
Sekolah Jauh
Ͳǡͷ
Ͳǡͳ
Ͳǡͷͺ
ͷǡͶͲ
ͷǡ͵
ͷǡͷͷ
͵ǡͺ
͵ǡ
͵ǡʹ
Cacat
Ͷǡʹͻ
͵ǡͲͻ
͵ǡͳ
͵ǡ͵Ͷ
͵ǡͳͳ
͵ǡʹ͵
͵ǡͺ
͵ǡͳͲ
͵ǡͶͳ
ͲǡͶͻ
Ͳǡ͵ͳ
ͲǡͶͳ
Ͳǡͷ
Ͳǡ͵Ͷ
ͲǡͶ
ʹ͵ǡͷ ͳǡͶͲ
ʹͲǡͶͶ
ʹ͵ǡʹʹ
ͳͷǡʹͻ
ͳͻǡͷ
Tidak diterima Lainnya Jumlah
Ͳǡʹ
ͲǡͶͲ
Ͳǡͷ
ʹʹǡʹͷ
ͳ͵ǡͷʹ
ͳͺǡͲͶ
100,00 100,00 100,00
100,00100,00 100,00
100,00 100,00 100,00
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
Tabel 5.9 juga memperlihatkan bahwa secara umum persentase tidak sekolah lagi antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Proporsi perempuan yang tidak bersekolah dengan alasan menikah lebih tinggi sebesar empat kali dibanding anak laki-laki. Selain alasan menikah, anak perempuan yang tidak bersekolah karena alasan tidak ada biaya, sekolah jauh dan alasan menunggu pengumuman memiliki
68
Profil Anak Indonesia 2011 persentase lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Sedangkan anak laki-laki yang tidak bersekolah dengan alasan bekerja, merasa pendidikan cukup, malu karena alasan ekonomi, cacat, tidak diterima dan lainnya memiliki persentase yang lebih besar dibanding anak perempuan. Jika dilihat menurut tipe daerah, anak yang tidak bersekolah di perkotaan karena alasan tidak ada biaya, bekerja, merasa pendidikan cukup, cacat dan alasan tidak diterima memiliki persentase lebih tinggi dibanding perdesaan. Anak yang tidak bersekolah dengan alasan menikah, malu alasan ekonomi, sekolah jauh dan lainnya banyak dijumpai pada anak yang berada di perdesaan.
5.4 ANGKA BUTA HURUF Upaya pemberantasan buta huruf sudah dilakukan semenjak awal kemerdekaan tahun 1945. Namun, masih banyak penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis terutama membaca dan menulis huruf latin. Peran kemelekan huruf dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sangatlah penting. Dalam kehidupan bermasyarakat, melek huruf merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting, sedangkan dalam kehidupan bernegara, kemampuan membaca dan menulis merupakan salah satu penyumbang dalam Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI). Faktor melek huruf ini merupakan salah satu faktor penilai ketertinggalan pencapaian pembangunan manusia di Indonesia dibandingkan dengan negara lain khususnya di ASEAN seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dalam Laporan Pembangunan Manusia tahun 2009, Indonesia berada pada tingkat menengah Pembangunan Manusia Global (Medium Human Development), dengan peringkat ke-108 dari 169 negara. Presiden telah mengeluarkan Inpres No. 5/2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Pemberantasan Buta Aksara (GN-PPBA) yang isinya antara lain meminta pemerintah provinsi untuk mengalokasikan anggaran bagi pemerintah kabupaten/ kota. Keseriusan pemerintah dalam memberantas buta huruf diimplementasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dengan menargetkan penduduk yang buta huruf paling banyak hanya 5 persen atau sekitar 7,7 juta orang pada tahun 2009. Berbagai program pemberantasan buta huruf telah dilakukan oleh pemerintah seperti program Keaksaraan Fungsional (KF) dan program penyediaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Pemerintah telah menyusun program KF sejak tahun 2007. Dalam program ini masyarakat yang sudah memenuhi kriteria dapat membaca dan
69
Profil Anak Indonesia 2011 menulis akan diberikan serti ikat SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara) yang dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk mengikuti program Paket A setara SD/ MI. Sementara itu, program TBM merupakan sarana yang cukup efektif dalam upaya pemberantasan buta huruf. Sebagai bagian dari perpustakaan, TBM secara umum memberikan pelayanan kebutuhan membaca di kalangan masyarakat. Pendirian TBM selain diharapkan dapat mempercepat pemberantasan buta huruf, juga dapat menciptakan masyarakat yang gemar membaca. Tabel 5.10 memperlihatkan angka buta huruf (ABH) anak usia 5-17 tahun sebesar 7,96 persen atau sekitar 4,73 juta orang di tahun 2010. Relatif tingginya ABH anak ini disebabkan sumbangan ABH yang cukup tinggi di kelompok usia 5-6 tahun yang sebesar 48,51 persen atau sekitar 4,26 juta orang. Hal ini dapat dipahami karena pada kelompok umur tersebut pada umumnya belum duduk di bangku sekolah. ABH semakin menurun dengan meningkatnya usia sekolah. Hal ini mengindikasikan program pelaksanaan wajib belajar berjalan dengan baik, yang salah satu hasilnya adalah pemberantasan buta huruf. Namun terlihat adanya perbedaan ABH yang cukup signi ikan antara daerah perkotaan dan perdesaan. ABH anak usia 7-17 tahun di perkotaan sebesar 0,42 persen atau sekitar 101 ribu orang, sementara ABH di perdesaan sebesar 1,39 persen atau sekitar 369 ribu orang, lebih dari 3 kali persentase buta huruf di perkotaan.
Tabel 5.10 Angka Buta Huruf Anak Usia 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah, 2010 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Perkotaan+Perdesaan: Laki-laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan
5-6
7-12
13-15
16-17
5-17
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ȋͷȌ
ȋȌ
ͶͶǡͺͳ ͶʹǡͶͶ Ͷ͵ǡͷ ͷͷǡ͵ʹ ͷͲǡʹ ͷʹǡͻͳ
Ͳǡͳ Ͳǡ͵ Ͳǡͷͷ ͳǡͻͲ ͳǡͷ͵ ͳǡʹ
Ͳǡ͵Ͷ Ͳǡ͵͵ Ͳǡ͵͵ ͳǡͲ ͳǡͲͺ ͳǡͲ
Ͳǡͳͷ Ͳǡͳͷ Ͳǡͳͷ Ͳǡͺ ͲǡͲ Ͳǡͻ
ǡͲ ǡͷͶ ǡͺͳ ͻǡͶͶ ͺǡͷͳ ͻǡͲͲ
ͷͲǡͶͲ ͶǡͶͻ Ͷͺǡͷͳ
ͳǡ͵ͷ Ͳǡͻͺ ͳǡͳ
Ͳǡ͵ Ͳǡʹ Ͳǡ͵
ͲǡͶͳ ͲǡͶͳ ͲǡͶͳ
ͺǡ͵͵ ǡͷ ǡͻ
Sumber: Susenas kor 2010, BPS
70
Profil Anak Indonesia 2011 Menurut jenis kelamin, ABH anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan ABH anak perempuan terutama pada kelompok usia 7-12 tahun dimana ABH anak laki-laki sebesar 1,35 persen dan ABH anak perempuan sebesar 0,98 persen. Pada kelompok usia yang lebih tinggi, 13-15 dan 16-17 tahun, ABH anak laki-laki dan perempuan relatif sama. Pola ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Di daerah perkotaan, ABH anak laki-laki terlihat lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, ABH anak laki-laki sebesar 0,52 persen sedangkan anak perempuan sebesar 0,32 persen. Perbedaan tertinggi terjadi pada kelompok usia 7-12 tahun yaitu ABH anak laki-laki sebesar 0,71 persen sedangkan anak perempuan sebesar 0,37 persen. Pada kelompok usia 13-15 dan 16-17 tahun relatif tidak ada perbedaan antara ABH anak laki-laki dan perempuan. Di daerah perdesaan, ABH anak laki-laki usia 7-12 tahun (1,90 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan (1,53 persen). Pada kelompok usia di atasnya yaitu 13-15 tahun dan 16-17 tahun, ABH anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.
5.5
Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Seni Budaya
Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia berinteraksi dengan manusia lain di dalam kehidupan bermasyarakat, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi, manusia berhadapan dengan kaidah atau aturan dalam masyarakat yang harus diikuti sebagai bagian dari sosial budaya. Hidup bermasyarakat perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya bahkan sejak masa kanak-kanak agar individu dalam masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupannya. Sosial mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu dengan masyarakat yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan sosial budaya ini memberi dampak negatif maupun positif. Dampak positif terjadi bila masyarakat mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dan tidak berpengaruh terhadap keberadaan atau pelaksanaan norma. Sebaliknya bila masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan maka dampak negatif yang akan terjadi. Dalam kehidupan, kepentingan individu yang satu tidak sama dengan kepentingan individu yang lain. Para individu memiliki kepentingan dan tujuan hidup masing-masing, serta memiliki cara dan jalan hidup sendiri-sendiri. Sehingga diperlukan kehati-hatian agar tidak bertabrakan satu dengan lainnya. Demikian juga masyarakat akan mengalami perkembangan atau perubahan sebagai dampak hubungan antar individu, masyarakat, dan lingkungan. Dengan demikian, individu
71
Profil Anak Indonesia 2011 yang memiliki kematangan dalam nilai-nilai sosial akan memiliki juga dasar yang kuat dalam membentuk dirinya menjadi manusia cerdas. Semua ini dipercepat dengan kemajuan sains dan tekhnologi yang turut mempengaruhi perubahan individu dan masyarakat. Proses sosial dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor imitasi yang dapat bersifat positif ataupun negatif. Bila anak meniru orang tua, guru, atau masyarakat yang lingkungan pergaulannya berpakaian sopan, dan bertutur kata yang terpuji, maka anak sudah mensosialisasikan dirinya secara positif. Tetapi bila anak meniru perilaku jelek dan negatif yang dilakukan orang tua, guru, atau masyarakat, maka anak berada pada lingkungan sosial yang negatif yang akan membentuk pribadinya di masa datang. Faktor berikutnya adalah sugesti. Sugesti terjadi bila anak menerima atau tertarik pada apa yang dilihatnya terhadap mayoritas sikap orang yang bernilai positif. Sehingga sugesti akan membuat anak untuk bersosialisasi dengan keadaan tersebut. Selanjutnya adalah identi ikasi dimana anak dapat bersosialisasi melalui identi ikasi, yaitu anak berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, secara sadar maupun di bawah sadar. Faktor terakhir adalah faktor simpati yang akan terjadi saat seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Dalam simpati faktor perasaan sangat berperan penting, karenanya hubungan yang akrab antara anak dengan guru, orang tua, dan lingkungan sosial perlu dikembangkan. Hal ini agar simpati dapat dengan mudah muncul, sosialisasi dapat mudah terjadi, dan anak tertib mematuhi segala peraturan yang ada di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor lainnya dalam hidup manusia adalah budaya atau kebudayaan, yang dide inisikan sebagai cara hidup yang dikembangkan oleh anggota masyarakat. Kebudayaan juga dide inisikan sebagai hasil karya manusia yang dikembangkan sebagai bagian dari peradaban manusia sepanjang masa dan sebagai pedoman berperilaku dan bertindak. Kebudayaan dapat bertahan lama bila memiliki nilai yang tetap berlaku dan universal, seperti norma, kebiasaan, adat, tradisi, gagasan, ideologi, teknologi, kesenian, dan benda-benda hasil ciptaan manusia. Namun kebudayaan akan tetap mengalami penyempurnaan dan perubahan sesuai perkembangan zaman dan kemajuan yang dicapai manusia. Dalam kehidupan, kebudayaan perlu ditanamkan sejak masa anak-anak agar nilai kebudayaan dapat dicontoh dan menjadi bagian kehidupan anak. Semua warisan budaya perlu disampaikan kepada generasi berikutnya melalui media pendidikan dan kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan ini berlangsung terus menerus dan sepanjang kehidupan manusia. Oleh karena itu, upaya mendidik dan kegiatan belajarmengajar pada anak harus kondisional dan kultural. Budaya merupakan bahan masukan atau pertimbangan bagi manusia untuk mengembangkan dirinya. Kadang
72
Profil Anak Indonesia 2011 kala, budaya akan dipakai terus-menerus, terkadang diperbaiki, dan terkadang juga diganti dengan yang baru. Salah satu aspek penting kebudayaan adalah kesenian. Kesenian merupakan sarana yang menjadi ciri identitas suatu budaya. Sehingga ekspresi kesenian merupakan gambaran dari masyarakat. Fungsi sosial seni adalah sebagai potret budaya yang bukan hanya merupakan sekedar tontonan, dan seremonial belaka tetapi juga merupakan ekspresi keindahan, etika dan keberadaan suatu masyarakat dimana kesenian itu terus hidup dan berkembang. Bahkan kesenian dapat menjadi sarana untuk memberikan kritik terhadap kenyataan dalam masyarakat sehingga kesenian dapat berfungsi sebagai sarana transformasi sosial dan budaya. Tabel 5.11 menyajikan kegiatan sosial budaya anak usia 5 sampai 17 tahun yang diperoleh dari Susenas tahun 2009 Modul Sosial Budaya dan Pendidikan. Kegiatan sosial budaya yang dikumpulkan dalam Susenas 2009 ini meliputi kegiatan membaca, menonton TV, mendengarkan radio, dan menonton/melakukan kesenian. Dari keempat kegiatan sosial budaya tersebut, penduduk Indonesia lebih menyukai menonton TV (93,77 persen) dibandingkan kegiatan lainnya seperti membaca (78,91 persen), mendengarkan radio (16,58 persen), dan menoton/melakukan kesenian (9,95 persen). Pola ini terjadi baik terhadap anak laki-laki maupun perempuan. Bila dibandingkan masing-masing kegiatan sosial budaya, proporsi anak perempuan yang membaca lebih besar dibandingkan anak laki-laki (80,13 persen berbanding 70,77 persen). Untuk kegiatan menonton TV dan mendengarkan radio, proporsi anak perempuan dan laki-laki relatif sama. Sedangkan kegiatan menonton/melakukan kesenian, proporsi anak laki-laki lebih besar dibanding anak perempuan (10,29 persen berbanding 9,58 persen).
73
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 5.11 Persentase Anak Usia 5-17 Tahun menurut Kegiatan Sosial Budaya yaitu Membaca, Menonton TV, Mendengarkan Radio, Menonton/Melakukan Kesenian, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Tipe Daerah/ Jenis Kelamin ȋͳȌ Perkotaan : Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan Perkotaan+Perdesaan : Laki-laki Perempuan Laki-Laki+ Perempuan
Membaca
Menonton TV
Mendengarkan Radio
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
Menonton/ Melakukan Kesenian ȋͷȌ
ͺʹǡͷͷ ͺͶǡʹͷ ͺ͵ǡ͵ͺ ͵ǡͻ ǡͷͻ ͷǡͳ͵ ǡ ͺͲǡͳ͵ ͺǡͻͳ
ͻͺǡͲͳ ͻͺǡͲͳ ͻͺǡͲͳ ͻͲǡͳͷ ͻͲǡʹͲ ͻͲǡͳ ͻ͵ǡʹ ͻ͵ǡͺͳ ͻ͵ǡ
ͺǡͳ ͺǡͺ ͳǡͷͺ ͺǡͲ ǡͺ ͳͷǡͶ ͺǡ͵ ͺǡʹʹ ͳǡͷͺ
ͺǡͲͶ ǡ ǡͺͷ ͳʹǡͳ ͳͳǡʹ͵ ͳͳǡʹ ͳͲǡʹͻ ͻǡͷͺ ͻǡͻͷ
Sumber: Survei Sosial Ekonomi 2009 Modul Sosial Budaya dan Pendidikan, BPS
Di daerah perkotaan, proporsi anak laki-laki dan perempuan yang menonton televisi dan mendengarkan radio relatif sama. Sedangkan kegiatan membaca, proporsi anak perempuan yang membaca lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Demikian juga kegiatan menonton/melakukan kesenian, proporsi anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan, 8,04 persen berbanding 7,66 persen. Di daerah perdesaan, persentase anak laki-laki yang menonton TV relatif sama dengan anak perempuan. Sedangkan pada kegiatan membaca, persentase anak perempuan lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, 76,59 persen berbanding 73,79 persen. Kegiatan mendengarkan radio dan menonton/melakukan kesenian, persentase anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan. Provinsi yang memiliki persentase tertinggi anak baik laki-laki maupun perempuan usia 5-17 tahun yang membaca ada di DI Yogyakarta, Aceh dan Kepulauan Riau. Sedangkan pada kegiatan menonton TV ada di DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada kegiatan mendengarkan radio adalah Bali, DI Yogyakarta, Gorontalo. Pada kegiatan menonton pertunjukan kesenian adalah NTB, Bengkulu, DI Yogyakarta. Sedangkan pada kegiatan melakukan pertunjukan kesenian adalah Bali, Papua, DI Yogyakarta. Lihat Tabel lampiran 61.
74
Profil Anak Indonesia 2011
BAB
6
PERLINDUNGAN KHUSUS
75
Profil Anak Indonesia 2011
6 PERLINDUNGAN KHUSUS 6.1 PERLINDUNGAN ANAK Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak secara eksplisit menyebutkan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Selain untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak terutama dalam aspek keagamaan, kesehatan, pendidikan dan sosial, penyelenggaraan perlindungan anak juga mencakup perlindungan khusus yang diberikan bagi anak yang mengalami situasi dan kondisi tertentu. Perlindungan tersebut antara lain diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang bermasalah hukum, anak yang dieksploitasi secara ekonomi atau seksual, anak korban tindak pidana, anak penyandang cacat dan anak terlantar. Seperti yang diuraikan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Bab IX, penyelenggaraan perlindungan anak dilakukan melalui berbagai mekanisme dan kegiatan, antara lain berupa penyediaan fasilitas umum; perlakuan khusus bagi anak (pengadilan anak dan lembaga pemasyarakatan anak); bantuan pendampingan bagi anak yang bermasalah hukum dan pelayanan cuma-cuma bagi anak dari keluarga kurang mampu. Perlindungan anak dalam aspek keagamaan antara lain berupa jaminan bagi anak untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya (Pasal 42 ayat 1). Bentuk perlindungan lainnya adalah berupa pembinaan, bimbingan dan pengamalan ajaran agama bagi anak sesuai dengan agama yang dipeluknya (Pasal 43 ayat 2). Perlindungan anak dalam aspek kesehatan selain berupa penyediaan fasilitas, penyelenggaraan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak (Pasal 44 ayat 1), juga berupa pelayanan cuma-cuma bagi anak yang berasal dari keluarga kurang mampu (Pasal 44 ayat 4). Perlindungan anak dalam aspek pendidikan mencakup kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua
77
Profil Anak Indonesia 2011 anak (Pasal 48). Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan dan atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil (Pasal 53 ayat 1). Sementara itu, perlindungan anak dalam aspek sosial antara lain berupa kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga. Ulasan pada bagian ini difokuskan untuk melihat gambaran secara rinci mengenai kondisi dan perkembangan anak-anak yang mengalami situasi dan kondisi tertentu atau anak yang bermasalah selama periode tiga tahun terakhir. Pada bagian ini juga akan dibahas mengenai jenis dan efekti itas perlindungan khusus yang diberikan pada mereka. Cakupan anak bermasalah dalam kajian ini dibatasi pada anak bermasalah hukum, anak bermasalah sosial, anak yang mengalami tindak kekerasan, anak bekerja dan anak penyandang cacat.
6.2 ANAK BERMASALAH HUKUM Anak bermasalah hukum yang dimaksudkan dalam kajian ini merujuk pada konsep “anak yang berhadapan dengan hukum” yang digunakan dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002. Pada Pasal 64 ayat (1) disebutkan bahwa anak yang berhadapan dengan hukum meliputi anak yang berkon lik dengan hukum dan anak korban tindak pidana. Sesuai dengan delik hukum, kon lik hukum yang dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa, pada umumnya merupakan konsekuensi dari tindakan atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukannya. Atas perbuatan tersebut, pelakunya dapat diancam dengan sanksi atau hukuman sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Dalam konteks hukum pidana, tindakan atau perbuatan melanggar hukum tersebut dikategorikan sebagai tindak pidana, sedangkan sanksi hukumannya disebut sebagai pidana. Seorang anak yang melakukan tindak pidana atau perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak disebut sebagai anak nakal. Sedangkan yang dikategorikan sebagai anak adalah mereka yang telah mencapai umur delapan tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Klasi ikasi serupa juga digunakan oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk menentukan kategori anak pelaku tindak pidana dan digunakan oleh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) untuk menentukan kategori anak pidana (narapidana anak). Pada sub bab anak bermasalah hukum data yang digunakan berasal dari hasil registrasi Mabes Polri dan Lapas.
78
Profil Anak Indonesia 2011 Jumlah anak nakal atau anak pelaku tindak pidana selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Seperti yang disajikan pada Tabel 6.1, jumlah anak pelaku tindak pidana dari sebanyak 3.145 anak pada tahun 2007, meningkat sekitar 4,3 persen menjadi sebanyak 3.280 anak pada tahun 2008. Jumlah tersebut pada tahun 2009 meningkat tajam sekitar 28,4 persen menjadi sebanyak 4.213 anak. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa anak laki-laki pelaku tindak pidana jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan.
Tabel 6.1 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana menurut Jenis Kelamin, 2007-2009
Ǧ
Ψ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ʹͲͲ
ʹǤͺͷ
͵Ͳ
͵ǤͳͶͷ
Ǧ
ʹͲͲͺ
ʹǤͻ
Ͷͺ͵
͵ǤʹͺͲ
Ͷǡ͵
ʹͲͲͻ
͵ǤʹͲͲ
ͳǤͲͳ͵
ͶǤʹͳ͵
ʹͺǡͶ
Sumber: Mabes Polri, 2009
Seperti yang disajikan pada Tabel 6.2, jumlah dan sebaran anak nakal atau anak pelaku pidana pada masing-masing provinsi nampak cukup bervariasi. Lima provinsi yang memiliki angka kenakalan anak atau jumlah anak pelaku tindak pidana yang paling tinggi selama tahun 2009 berturut-turut adalah provinsi Jawa Tengah (884 anak), Sumatera Utara (841 anak), DKI Jakarta (670 anak), Lampung (453 anak) dan Kalimantan Tengah (338 anak). Sementara itu Provinsi Bengkulu, Maluku dan Papua memiliki angka kenakalan anak yang paling rendah masing-masing dengan jumlah anak pelaku tindak pidana sebanyak dua anak. Tabel 6.2 juga menunjukkan bahwa selama periode tahun 2009 terjadi tindak kriminalitas atau kenakalan anak di sebanyak 22 provinsi (66,7 persen) dari sebanyak 33 provinsi yang ada di Indonesia.
79
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.2 Jumlah Pelaku Tindak Pidana menurut Kepolisian Daerah dan Kelompok Umur, 2007-2009
ͳȌ
ʹȌ
ʹȌ
ʹͲͲ ȋʹȌ ȋ͵Ȍ ͵Ǥͳʹͷ Ǧ ʹͷǤͺͷ ͳǤͷ͵͵ ͷǤͷʹ͵ Ǧ ͳͻǤͻͺͳ Ǧ ʹǤʹͳͶ Ǧ ͳͲǤͻͷ ͳǤͻʹ Ǧ ͳǤͲͺʹ ͵ʹ ͳǤͳͳͳ Ǧ ͵Ǥ͵͵ʹ ͺǤͷͻͳ ʹ͵ ͳͲǤʹͶͲ ʹͳ ͳͳǤͺͻ ͻʹ ʹǤͲʹ ͻͶ ͵ͲǤͲͻͺ ͻͶ ͳͷͺ ͳ Ǥ͵͵ Ǧ ͷǤͻͶͲ ͺͷ Ǥͺ͵ͺ ʹ ͷǤͺͻ Ǧ ͵ͳ Ǧ ʹǤʹʹͶ ͳͷͻ Ǧ Ǧ Ǥͺ ʹǤͲʹͺ Ǧ Ǥͺ͵ ͳ ͵ǤͻͶ Ǧ ʹǤͷͻͻ ͻ ͶǤͶͻʹ Ǧ ʹͶ ͵ʹ ʹͻǤͺʹʹ ͻ
ʹʹʹǤ͵ʹͲ ͵ǤͳͶͷ ʹʹͷǤͶͷ ͳͻͶǤͳͶ͵ ͵ǤʹͺͲ ͳͻǤͶʹ͵ ʹͶǤ͵ʹͶ ͶǤʹͳ͵ ʹͺǤͷ͵
ȋͳȌ
ʹͲͲͺ ȋͶȌ ȋͷȌ ȋȌ ͵Ǥͳʹͷ ʹǤͳʹ Ǧ ʹǤ͵ͳͺ ʹͶǤͲͳͷ ͳǤͲͳͺ ͷǤͷʹ͵ ǤͳͻͶ Ǧ ͳͻǤͻͺͳ ʹǤͲ͵ͳ ͳ ʹǤʹͳͶ ͳǤ͵ ʹ ͳͳǤͲ͵Ͷ ͵Ǥͳ Ǧ ͳǤͻʹ ͳ͵ǤͺͷͶ ͻͷ ͳǤͳͳͶ ͶǤʹͲͺ Ͷͻ ͳǤͳͳͳ ͷǤͻʹ ʹ͵ ͵Ǥ͵͵ͺ ͳʹǤ͵ͻ ͳͷͷ ͺǤͳͶ Ǥͺͻ ͺͺ ͳͲǤʹͳ ͳǤͺʹͷ ͳͳ ͳʹǤͷͺͳ ͵ͲǤͲͺͳ ʹʹͳ ʹǤͳʹͳ Ǥͳͺ͵ Ǧ ͵ͲǤͳͻʹ ǤͲʹ͵ ʹʹ ͳͶ Ǥͺʹ ͳͷ Ǥ͵͵ Ǥ͵ͻʹ Ǧ ǤͲʹͷ ʹͷʹ Ǧ ǤͺͶ ͳǤͷͲ ͵Ͷͳ ͷǤͺͻ Ǧ Ǧ ͵ͳ ǤͶ͵ Ǧ ʹǤ͵ͺ͵ ͶǤʹͻ ͻ Ǧ ͳǤͻͲ͵ Ǧ Ǥͺʹ ͷǤʹͲͳ ͳ͵͵ ʹǤͲʹͺ ͵Ǥͺ͵ ǤͺͶ ͳǤͷͶͻ ͵ ͵ǤͻͶ ͳǤͳͲ͵ Ǧ ʹǤͺ ʹǤͷʹͶ ͳ ͶǤͶͻʹ ʹǤ͵͵Ͳ ʹͳͳ ͷ ͷͲͶ ͷ͵ ʹͻǤͺ͵ͳ ͵ǤʹͲ ͳ
ʹͲͲͻ ȋȌ ȋͺȌ ȋͻȌ ʹǤͳʹ ͺǤ͵Ͳͺ Ǧ ʹͷǤͲ͵͵ ʹͷǤͻʹͶ ͺͶͳ ǤͳͻͶ ǤͶͷ ʹ ʹǤͲ͵ʹ ǤͶʹͷ Ǧ ͳǤ͵ͻ ͵Ǥͺͻͺ Ǧ ͵Ǥͳ ͳǤͻͺ ͳ͵ͻ ͳ͵ǤͻͶͻ ͳǤͳͻ ʹ ͶǤʹͷ ͳͳǤ͵ͻͶ Ͷͷ͵ ͷǤͳͷ ͳǤʹͲ Ǧ ͳʹǤͻͶ ͵Ǥͷ Ǧ ͺǤͺͷ ͺǤͷͷ͵ Ͳ ͳǤͻͶʹ ͳͷǤͶʹͺ ͳ ͵ͲǤ͵Ͳʹ ͵ͶǤͶͳͳ ͺͺͶ Ǥͳͺ͵ ʹǤͲͶͻ ͳͷ͵ ǤͲͶͷ ͵͵ǤͶͶͳ ͳͻͷ ǤͺͶͳ ǤʹͺͶ Ͷ Ǥ͵ͻʹ Ǥͻͻ ʹ ʹͷʹ ͶǤͲ͵ ʹǤͲͻͳ ͺǤʹͲ ͵Ͷ Ǧ Ǥͷ͵ͺ Ǧ ǤͶ͵ ʹǤͳͶͷ ͵͵ͺ ͶǤ͵ͺ Ͷʹͻ Ǧ ͳǤͻͲ͵ ͺͲ͵ Ǧ ͷǤ͵͵Ͷ ͳͲǤͳʹͷ ͻͲ ͵ǤͺͶͶ ͷǤͷʹ Ǧ ͳǤͷͷʹ ͻǤͻͷ Ǧ ͳǤͳͲ͵ ͷǤͲʹͻ Ǧ ʹǤͷͶͲ ͵Ǥͷ͵ ͵ ʹǤͷͶͳ ǤͲͷͷ ʹ ͷͷ ͺͲͺ ͵ͺ ͵Ǥʹͳ ͳǤͳ͵Ͳ ʹ
ȋͳͲȌ ͺǤ͵Ͳͺ ʹǤͷ ǤͶͻͳ ǤͶʹͷ ͵Ǥͺͻͺ ͳǤͳʹ ͳǤʹͳ ͳͳǤͺͶ ͳǤʹͲ ͵Ǥͷ ͻǤʹʹ͵ ͳͷǤͲͶ ͵ͷǤʹͻͷ ʹǤʹͲʹ ͵͵Ǥ͵ Ǥ͵Ͷͺ ǤͲʹ͵ ͶǤͲͶ͵ ͺǤͷͶ Ǥͷ͵ͺ ʹǤͶͺ͵ Ͷʹͻ ͺͲ͵ ͳͲǤʹͳͷ ͷǤͷʹ ͻǤͻͷ ͷǤͲʹͻ ͵Ǥͺʹ ǤͲͷ ͺͶ ͳǤͳ͵ʹ
Sumber : Evaluasi Situasi Kamtibmas, Mabes Polri; Tahun 2007, 2008 & 2009 Catatan :
1
2
Polda Metro Jaya meliputi Polres Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Kepulauan Seribu, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Depok, Bandara Soekarno-Hatta, dan KP3 Meliputi wilayah sebelum pemekaran provinsi. Polda Sulselbar meliputi wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Polda Papua meliputi wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat.
80
Profil Anak Indonesia 2011 Sejalan dengan meningkatnya jumlah anak pelaku tindak pidana, jenis kenakalan atau tindak pidana yang dilakukan anak juga semakin meningkat kualitasnya. Kenakalan di kalangan anak-anak atau remaja yang pada awalnya hanya berupa tawuran pelajar antar sekolah atau perkelahian di dalam sekolah, saat ini semakin mengarah pada tindakan yang tergolong sebagai tindak kejahatan atau kriminalitas, seperti pencurian, pemerkosaan dan pemakaian narkoba. Tren tindak kenakalan dan kriminalitas di kalangan anak dan remaja yang terus meningkat ini secara faktual antara lain terlihat dari berbagai tayangan berita kriminal di televisi dan mass media lainnya. Hampir setiap hari selalu disajikan berita mengenai tindak kriminalitas yang dilakukan anak-anak dan remaja. Harian Republika (2007)1 dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa di wilayah DKI Jakarta tidak ada hari tanpa tindak kekerasan dan kriminalitas yang dilakukan remaja. Sementara harian Kompas (2007)2 menyebutkan bahwa tindak kriminalitas di kalangan remaja sudah tidak terkendali dan dalam beberapa aspek sudah terorganisir. Kondisi ini semakin diperburuk dengan ketidakmampuan institusi sekolah dan kepolisian untuk mengurangi angka kriminalitas di kalangan remaja tersebut. Data hasil penelitian BPS (2010)3 yang disajikan pada Tabel 6.3 menunjukkan bahwa tindak pidana pencurian adalah jenis kenakalan atau tindak pidana yang paling sering dilakukan oleh anak-anak. Dari sebanyak 200 anak pidana (narapidana anak) yang diteliti, sebanyak 120 anak atau sekitar 60,0 persen adalah pelaku tindak pidana pencurian. Tabel 6.3 juga menunjukkan bahwa jenis tindak pidana menonjol lainnya berturut-turut adalah penyalahgunaan narkoba (9,5 persen), perkosaan/pencabulan (6,0 persen), kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian orang lain (5,0 persen), pengeroyokan (4,0 persen) dan penganiayaan (4,0 persen). Dari Tabel 6.3 juga nampak bahwa sebanyak 4 anak (2,0 persen) harus menjalani masa tahanan karena melakukan pembunuhan, sebanyak 5 anak (2,5 persen) melakukan tindak pidana penggelapan dan 5 anak lainnya (2,5 persen) menjadi penadah hasil kejahatan. Keterlibatan para anak nakal ini dalam tindak pidana pembunuhan merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Selain diancam dengan sanksi hukuman yang berat, tindak pembunuhan merupakan kejahatan yang hanya mampu dilakukan oleh orang yang tidak berperikemanusiaan.
1 2 3
Republika, 2007. “Jakarta Kota Kriminal” dalam harian Republika, Jakarta, 18 April 2007. Kompas, 2007. “Guru dan Orang Tua Tak Berdaya” dalam http:// 64.203.71.11/ver1/metropolitan /0711/13/050603.htm. BPS, 2010 “Pro il Kriminalitas Remaja, Badan Pusat Statistik, Jakarta 2010.
81
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.3 Jumlah dan Persentase Remaja Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal menurut Jenis Tindak Pidana/Kriminalitas yang Dilakukan, 2010
Ȁ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
Ȁ
ȗȌ
Ͷ ͳͻ ͳʹ ͺ Ͷ ͺ ͳͲ ͳʹͲ ʹ ͷ ͷ ͵ ʹͲͲ
ʹǡͲ ͻǡͷ ǡͲ ͶǡͲ ʹǡͲ ͶǡͲ ͷǡͲ ͲǡͲ ͳǡͲ ʹǡͷ ʹǡͷ ͳǡͷ ͳͲͲǡͲ
Sumber : Pro il Kriminalitas Remaja 2010, BPS *) Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian orang lain
Pola kenakalan dan kriminalitas di kalangan anak-anak ini nampak berbeda untuk setiap umur anak. Seperti yang disajikan pada Tabel 6.4 nampak bahwa sejalan dengan semakin meningkatnya usia anak, jumlah anak pelaku tindak pidana serta jenis tindak pidana yang dilakukan juga semakin meningkat. Dari Tabel 6.4 nampak bahwa cakupan jenis tindak pidana yang dilakukan oleh sebanyak 16 anak nakal berusia 13 tahun hanya sebanyak 5 jenis tindak pidana yang secara umum masih tergolong tindak pidana ringan, antara lain pencurian, penganiayaan dan narkoba. Sedangkan cakupan jenis tindak pidana yang dilakukan oleh sebanyak 76 anak nakal berusia 17 tahun mencapai lebih dari dua kali lipat yaitu sebanyak 12 jenis tindak pidana. Dari Tabel 6.4 nampak bahwa sebagian dari jenis tindak pidana yang dilakukan oleh anak usia 17 tahun ini sudah tergolong sebagai tindak pidana berat, antara lain adalah tindak pidana pembunuhan, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian orang lain dan pemilikan senjata tajam. Tabel 6.4 juga menunjukkan indikasi bahwa semakin tinggi usia remaja nakal kecenderungan untuk melakukan kenakalan/tindak pidana juga semakin meningkat termasuk di antaranya adalah tindak pidana pembunuhan. Dari tabel tersebut nampak bahwa beberapa jenis tindak pidana seperti tindak pidana pencurian, penganiayaan, pengeroyokan, perkosaan/pencabulan dan narkoba merupakan tindak pidana yang secara umum dilakukan oleh anak pada semua usia. Sedangkan tindak
82
Profil Anak Indonesia 2011 pidana kepemilikan senjata tajam, pembunuhan, kecelakaan lalu lintas fatal dan penggelapan hanya dilakukan oleh anak yang telah berusia lebih dari 15 tahun. Tabel 6.4 menunjukkan bahwa dari sebanyak empat kasus tindak pidana pembunuhan, sebanyak 1 kasus dilakukan oleh anak usia 16 tahun, sedangkan 3 kasus lainnya dilakukan oleh anak usia 17 tahun.
Tabel 6.4 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal menurut Jenis Tindak Pidana/Kriminalitas yang Dilakukan dan Umur Anak, 2010 ȋȌ
Ȁ
ͳ͵
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ͳͶ
ͳͷ
ȋ͵Ȍ
ͳ
ȋͶȌ
ͳ
ȋͷȌ
ȋȌ
ͳ
ͳ
ʹ
ͳ
ʹ
ͳͳ
ͷ
Ȁ
ʹ
ͳ
͵
ͳ
ʹ
ͳ
ʹ
ʹ
ͳ
͵
͵
ͳ
ʹ
ʹ
ʹ
ͳ
ͻ
ͳʹ
ʹ͵
͵ͳ
Ͷͷ
ͳ
ͳ
ȗȌ
Ͷ
ͳ
ʹ
͵
ͳ
ʹ
ͳ
ͳ
͵ʹ
ͷͻ
Sumber : Pro il Kriminalitas Remaja 2010, BPS *) Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian orang lain
83
Profil Anak Indonesia 2011 6.3 ANAK 10ǧ17 TAHUN YANG BEKERJA Meskipun ada aturan internasional dan hukum yang mengatur pekerja anak seperti Konvensi ILO No. 182 tentang Pelarangan dan Tindakan Cepat untuk Penghapusan Segala Bentuk Pekerjaan Terburuk Bagi Anak dan Konvensi No. 138 tentang Umur Minimum bagi Pekerja Anak, Namun sepertiga pekerja anak di seluruh dunia hidup di negara-negara yang belum merati ikasi konvensi tersebut. Jadi hanya dua pertiga anak di seluruh dunia yang secara hukum internasional terlindungi oleh konvensi tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengatur tentang pekerja anak. Seperti yang tercantum pada UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 68, bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan anak-anak. Namun pada anak yang berusia 13-15 tahun dapat melakukan pekerjaan ringan asalkan tidak mengganggu perkembangan isik, mental dan sosial anak-anak. Pengusaha yang mempekerjakan anak-anak untuk pekerjaan ringan harus mampu memenuhi kriteria sebagai berikut : a. pengusaha harus mempunyai izin tertulis dari orang tua atau wali dari anak tersebut; b. harus ada perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. jumlah jam kerja maksimum adalah 3 jam sehari yang dilakukan pada siang hari tanpa mengganggu jam sekolah; d. jaminan keselamatan dan kesehatan; e. hubungan pekerjaan yang jelas; f. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya pada Pasal 74 disebutkan mengenai beberapa jenis pekerjaan yang dilarang dilakukan oleh anak-anak: (1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaanpekerjaan yang terburuk. (2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya; b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornogra i, pertunjukan porno, atau perjudian; c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.
84
Profil Anak Indonesia 2011 (3) Jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Pada sub bab ini yang dibahas adalah anak yang bekerja, yaitu mereka yang memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan dalam bentuk uang maupun barang, minimal satu jam berturut-turut dalam suatu referensi waktu tertentu.
6.3.1 Umur Anak yang Bekerja Pada Tabel 6.5, proporsi anak berumur 10-17 tahun yang bekerja di Indonesia jika dilihat menurut kelompok umur 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-17 tahun memiliki pola yang sama, yaitu terus terjadi peningkatan proporsi anak yang bekerja terhadap total anak yang bekerja berumur 10-17 tahun seiring dengan bertambahnya usia anak. Jika dilihat menurut kelompok umur 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-17 tahun, persentase anak berumur 16-17 tahun adalah yang paling banyak aktif bekerja. Masih adanya anak berusia 10-12 tahun yang bekerja (8,73 persen) merupakan fenomena ketenagakerjaan tersendiri di Indonesia.
Tabel 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010 ȋͳȌ
Ǧ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ǦΪ ȋͶȌ
ͳͲǦͳʹ
ǡͻͺ
ͻǡͺͷ
ͺǡ͵
ͳ͵Ǧͳͷ
͵ͷǡͲʹ
͵͵ǡͶ
͵Ͷǡ͵ͻ
ͳǦͳ
ͷǡͲͲ
ͷǡͻ
ͷǡͺ
ͳͲǦͳ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳǤͻͶǤͻͻͷ
ͳǤ͵ͳ͵ǤͲ
͵ǤʹͲǤͲͳ
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
85
Profil Anak Indonesia 2011 Dari Tabel 6.5 juga dapat dilihat proporsi anak perempuan yang bekerja lebih tinggi daripada anak laki-laki yang bekerja pada kelompok umur 10-12 tahun. Hal ini diduga sebagai akibat dari masih adanya preferensi pada anak berjenis kelamin laki-laki. Pada beberapa penelitian, jika dalam satu rumah tangga ada anak dengan jenis kelamin yang berbeda, maka anak laki-laki lebih diutamakan untuk bersekolah dibanding anak perempuan. Sehingga bagi anak perempuan, bekerja merupakan pilihan yang sangat mungkin dilakukan sebagai pengganti dari kegiatan bersekolah. Pilihan pekerjaannya bisa sangat beragam, salah satunya membantu perekonomian rumah tangga sebagai pekerja tak dibayar. Keputusan anak-anak masuk ke dalam dunia kerja dipengaruhi oleh banyak hal, faktor orang tua merupakan salah satu faktor yang diduga menyebabkan anak masuk ke dalam dunia kerja (Chang, 2006). Berdasarkan penelitiannya pada data Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 1997 dan 2000, Chang menyebutkan bahwa pendidikan ayah dan ibu berpengaruh terhadap prevalensi anak bekerja di dalam rumah tangga.
6.3.2 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi Tabel 6.6 menunjukkan proporsi anak berumur 10-17 tahun yang bekerja terhadap total anak berumur 10-17 tahun. Provinsi Papua memiliki proporsi anak bekerja paling tinggi, yaitu 35,18 persen. Artinya satu diantara tiga anak-anak berusia 10-17 tahun di Provinsi Papua masuk dalam kategori anak bekerja. Provinsi lain dengan proporsi anak bekerja tertinggi berikutnya adalah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat dengan proporsi anak bekerja masing-masing adalah 19,00 dan 17,17 persen. Adapun tiga provinsi dengan proporsi anak bekerja terkecil adalah Kepulauan Riau (3,15 persen), Aceh (4,47 persen) dan Jawa Barat (5,09 persen). Di Pulau Jawa, banyaknya anak bekerja adalah sebagai dampak dari besarnya populasi pulau yang didiami oleh 57,5 persen total populasi Indonesia. Di DKI Jakarta, proporsi anak 10-17 tahun yang bekerja adalah 8,31 persen. Jawa tengah dan Jawa Timur masing-masing proporsi anak bekerjanya adalah 7,89 dan 7,94 persen. Di Papua misalnya, dengan kondisi geogra is yang cenderung sulit, sekolah bisa jadi bukan hal yang prioritas. Jarak sekolah yang masih jauh, dan dengan sarana transportasi yang kurang memadai menyebabkan anak-anak lebih memilih bekerja. Selain itu keluarga, dalam hal ini orang tua cukup berperan dalam penentuan anak masuk pasar kerja. Provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan daerah yang lebih berkembang lainnya, akses ke sekolah mungkin lebih mudah. Namun, kesulitan ekonomi diduga menjadi penyebab masih tingginya jumlah anak bekerja di provinsi-provinsi tersebut.
86
Profil Anak Indonesia 2011 Untuk mengetahui perbandingan anak laki-laki bekerja dengan anak perempuan bekerja di suatu provinsi digunakan angka rasio jenis kelamin anak bekerja. Secara umum dapat dikatakan bahwa anak bekerja di Indonesia masih didominasi oleh anak laki-laki. Ini terlihat dari rasio jenis kelamin anak bekerja yang mayoritas diatas 100 (Tabel 6.6). Secara nasional, rasio jenis kelamin anak bekerja adalah 148. Artinya perbandingan anak laki-laki bekerja terhadap anak perempuan bekerja adalah 148 dibanding 100. Pada Tabel 6.6, rasio jenis kelamin anak bekerja 10-17 tahun tertinggi adalah di Provinsi Lampung, dengan rasionya adalah 311. Artinya di Provinsi Lampung, perbandingan anak laki-laki bekerja terhadap perempuan adalah 311 anak lakilaki bekerja dibanding 100 anak perempuan bekerja. Provinsi lain yang rasio jenis kelamin anak bekerjanya relatif tinggi adalah Provinsi Kepulauan Riau, Gorontalo dan Sulawesi Tengah yaitu masing-masing 266, 258 dan 255. Hanya ada empat provinsi yang rasio jenis kelamin anak bekerjanya lebih rendah dari 100, ini berarti anak laki-laki bekerja lebih sedikit daripada anak perempuan bekerja. Provinsi provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta (99), Bali (96), Banten (89) dan DKI Jakarta (51).
87
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.6. Jumlah, Persentase, Rasio Jenis Kelamin dan Proporsi Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2010 Provinsi ȋͳȌ
Ǧ
Indonesia
Anak Bekerja (000) L ȋʹȌ ʹʹǡͳ ͳ͵ǡͲ Ͷͺǡ͵ ͵ͷǡͳ ʹͶǡͶ Ͳǡʹ ͳͶǡͻ ͻǡ ͳ͵ǡͷ Ͷǡ ͵ͳǡͺ ͳͺͻǡͳ ʹʹʹǡʹ ͳͺǡͶ ʹͶͺǡ͵ ͶͶǡͲ Ͷʹǡ ͲǡͶ ͷǡͷ ͶͶǡͻ ʹͳǡͻ ͵ͺǡͳ ʹͲǡʹ ͳͷǡͷ ͵ͺǡ ͳ͵͵ǡ͵ Ͷͺǡʹ ͳ͵ǡͻ ʹ͵ǡʹ ͳʹǡͷ ͻǡ ǡͲ ͳͲʹǡ 1.947,0
P ȋ͵Ȍ ͳͳǡͻ ͳͳͺǡͳ ʹͳǡ ͳǡͻ ͳͲǡͻ ͵Ͷǡͳ ǡ ͵ͳǡͶ ǡͷ ͳǡͺ ͳǡͺ ͳͷǡʹ ͳͲǡ ͳͺǡ ͳͷǡͺ ͶͻǡͶ ͶͶǡͶ ͶʹǡͲ ͵ͷǡ ͵ʹǡ ͳʹǡͳ ʹͻǡͲ ͳͳǡͶ ǡͶ ͳǡʹ ͷǡ ʹǡʹ ͷǡͶ ͳͳǡͻ ǡͷ Ͷǡͻ ͷǡ͵ ͺͺǡͶ 1.313,7
L+P ȋͶȌ ͵ͶǡͲ ʹͻͳǡͳ ͲǡͲ ͷ͵ǡͲ ͵ͷǡ͵ ͳͲͶǡʹ ʹʹǡͷ ͳʹͻǡͳ ʹͳǡͳ ǡͶ ͻ͵ǡ ͵ͷͶǡ͵ ͵ͺʹǡͺ ͵ǡʹ ͶͲǡͳ ͻ͵ǡͶ ͺǡͳ ͳͲʹǡͶ ͻ͵ǡʹ ǡͷ ͵ͶǡͲ ǡͳ ͵ͳǡ ʹͳǡͻ ͷ͵ǡͻ ͳͻͳǡͲ ͷǡͶ ͳͻǡ͵ ͵ͷǡͳ ʹͲǡͲ ͳͶǡ ͳͳǡ͵ ͳͻͳǡͲ 3.260,7
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
88
Persentase Anak Bekerja L P ȋͷȌ ȋȌ Ͷǡͺͷ ͵ͷǡͳͷ ͷͻǡͶͶ ͶͲǡͷ ͺǡͻ ͵ͳǡͲͶ ǡʹ ͵͵ǡͶ ͻǡͳ͵ ͵Ͳǡͺ ǡ͵ʹ ͵ʹǡͺ ǡʹͷ ͵͵ǡͷ ͷǡͷ ʹͶǡ͵ͷ Ͷǡʹͺ ͵ͷǡʹ ʹǡ ʹǡ͵Ͷ ͵͵ǡͻ ǡͲ͵ ͷ͵ǡ͵ Ͷǡ͵ ͷͺǡͲͶ Ͷͳǡͻ Ͷͻǡͷ ͷͲǡʹͷ ͳǡͳͶ ͵ͺǡͺ ͶǡͲͻ ͷʹǡͻͳ Ͷͺǡͻͻ ͷͳǡͲͳ ͷͺǡͻͶ ͶͳǡͲ ͳǡʹ ͵ͺǡʹͺ ͷǡͻ͵ ͶʹǡͲ Ͷǡ͵ͷ ͵ͷǡͷ ͷǡͶ Ͷ͵ǡʹ ͵ǡͻ͵ ͵ǡͲ Ͳǡʹ ʹͻǡʹͺ ͳǡͺʹ ʹͺǡͳͺ ͻǡͺͳ ͵Ͳǡͳͻ ͵ǡͻʹ ͵ǡͲͺ ʹǡͲͺ ʹǡͻʹ ͷǡͻͻ ͵ͶǡͲͳ ʹǡͶ ͵ǡͷ͵ ǡ͵͵ ͵͵ǡ ͷ͵ǡͳͻ Ͷǡͺͳ ͷ͵ǡʹ Ͷǡʹͺ 59,71 40,29
RJK ȋȌ ͳͺͷ ͳͶ ʹʹʹ ͳͻ ʹʹͶ ʹͲ ͳͻ ͵ͳͳ ͳͺͲ ʹ ͷͳ ͳͳͶ ͳ͵ͺ ͻͻ ͳͷ ͺͻ ͻ ͳͶͶ ͳͳ ͳ͵ͺ ͳͺͲ ͳ͵ͳ ͳ ʹͶʹ ʹͷͷ ʹ͵ͳ ͳ ʹͷͺ ͳͻͶ ͳ ͳͻ ͳͳͶ ͳͳ 148
Proporsi Anak Bekerja ȋͺȌ ͶǡͶ ͳ͵ǡͺͺ ͺǡͶʹ ͷǡ ͺǡͲͲ ͺǡͷͲ ͺǡͳͳ ͳͳǡͷʹ ͳʹǡͶͳ ͵ǡͳͷ ͺǡ͵ͳ ͷǡͲͻ ǡͺͻ ͺǡͶͲ ǡͻͶ ͷǡͷ ͳǡͷ ͳͶǡͻͲ ͳͳǡʹ ͳͲǡͳ ͻǡͷͷ ͳʹǡͳͷ ͷǡͻͷ ǡͶͻ ͳʹǡͺʹ ͳͶǡ͵ͷ ͳͻǡͲͲ ͳͲǡͻͶ ͳǡͳ ǡ͵Ͳ ͺǡͲʹ ͺǡ ͵ͷǡͳͺ 8,96
Profil Anak Indonesia 2011 6.3.3 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan Dari Gambar 6.1, dapat diketahui bahwa lebih dari sepertiga anak bekerja di Indonesia (38,25 persen) diantaranya adalah berstatus sebagai pelajar, 57,87 persen adalah anak bekerja yang sudah tidak sekolah lagi dan hanya 3,88 persen yang tidak/ belum pernah sekolah. Jika diamati menurut jenis kelamin, anak laki-laki bekerja maupun perempuan mempunyai pola yang sama pada proporsi anak bekerja menurut status sekolahnya. Proporsi tertinggi baik pada anak laki-laki bekerja maupun perempuan adalah mereka yang tidak sekolah lagi, masing-masing 59,55 dan 55,38 persen. Lalu persentase kedua terbesar adalah anak bekerja yang berstatus pelajar, dan terakhir adalah anak bekerja berstatus pendidikan tidak/belum pernah sekolah.
Gambar 6.1. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Sekolah dan Jenis Kelamin, 2010
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
4.45
3.49
36.96 59.55
Tidak/belum pernah sekolah
3.88
38.25
40.16 55.38
57.87
Masih Bersekolah
Tidak Bersekolah Lagi
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Selanjutnya pada Gambar 6.2 diperlihatkan bahwa proporsi terbesar anak bekerja adalah lulusan SD (41,74 persen), lalu 37,65 persen tamat SMP keatas, dan 20,65 persen tidak punya ijazah termasuk yang tidak/belum pernah memiliki ijazah. Jika diamati menurut jenis kelamin, proporsi anak perempuan bekerja berpendidikan lebih baik dari anak laki-laki bekerja. Anak perempuan bekerja yang tamat SMP keatas sekitar 42,76 persen, sementara laki-laki 34,21 persen. Anak bekerja yang tidak mempunyai ijazah, masing-masing 17,32 persen anak perempuan dan 22,83 persen anak laki-laki.
89
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 6.2. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Ijazah Tertinggi dan Jenis Kelamin, 2010
34,21
37,65
42,76
SMP+
42,96
41,74
39,92
SD Tidak Punya Ijazah
22,83
17,32
20,61
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
6.3.4 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Pada Gambar 6.3 dapat diamati bahwa setengah dari (50,6 persen) anak bekerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Mengingat bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja maka tidaklah mengherankan mengejutkan jika mayoritas anak juga bekerja di sektor tersebut. Hampir sepertiga anak bekerja di Indonesia bekerja di sektor jasa, dan sebanyak 17,53 persen yang lainnya bekerja di sektor industri. Gambar 6.3 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2010 60,57 50,60 45,17 35,,82 22,90 16,53
Laki-Laki
31,88
Pertrtan Pe ania iann Industri
19,01
17,53
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
90
Jasa
Profil Anak Indonesia 2011 Berbeda dengan anak laki-laki bekerja, anak perempuan bekerja terkonsentrasi pada sektor jasa yaitu sebesar 45,17 persen sementara anak laki-laki hanya sekitar separonya (22,90 persen). Anak laki-laki paling banyak bekerja di sektor pertanian yaitu 60,57 persen. Tingginya persentase tersebut dibandingkan anak perempuan bekerja, diduga karena pekerjaan di sektor ini cenderung membutuhkan daya tahan isik yang kuat. Membajak sawah, menggembalakan ternak, merawat tanaman pertanian adalah beberapa jenis akti itas yang dilakukan anak-anak yang bekerja di sektor pertanian. Di sektor industri, tidak terdapat perbedaan yang terlalu mencolok dalam hal proporsi anak yang bekerja di sektor tersebut. Sekitar 19,01 persen anak perempuan bekerja di sektor industri, sedangkan pada anak laki-laki persentasenya adalah 16,53 persen. 6.3.5 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Mayoritas anak bekerja adalah pekerja yang tidak mendapatkan bayaran dari kerja yang sudah dilakukannya (Gambar 6.4). Sekitar 60,78 persen anak bekerja merupakan pekerja keluarga/pekerja yang tidak dibayar. Proporsi kedua tertinggi adalah berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai (22,66 persen). Proporsi anak bekerja yang paling rendah menurut status pekerjaan utama adalah yang berusaha baik berusaha sendiri maupun dengan dibantu orang lain. Proporsi anak laki-laki yang berstatus pekerja tak dibayar jauh lebih tinggi dibanding anak perempuan yaitu 62,76 persen dibanding 57,85 persen. Anak perempuan berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai lebih tinggi proporsinya dibanding anak laki-laki bekerja, dimana hampir sepertiga (30,48 persen) anak perempuan bekerja adalah pekerja yang mendapatkan upah/gaji dan pada anak laki-laki proporsinya tidak mencapai seperlima (17,38 persen). Gambar 6.4 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010
62,76
57,85
60,78
Pekerja keluarga/tak dibayar Pekerja bebas
11,55
4 84 4,84
8 84 8,84
30,48
22,66
8,311 8,3
6,83 6,83
7,71 7,7 , 1
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
17,38
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
91
Buruh/karyawan/pegawai Berusaha
Profil Anak Indonesia 2011 6.3.6 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Lapangan Pekerjaan Utama
Tabel 6.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jenis Kelamin, Status Pekerjaan Utama dan Sektor, 2010
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ȋͷȌ
ȋȌ
Ǧ
Ͷǡ͵ʹ
ͳͲǡͺ
ͳǡͲͲ
ͺǡ͵ͳ
ȀȀ
ǡͳ
Ͷͳǡͺ͵
ʹͻǡ͵ͻ
ͳǡ͵ͺ
ͻǡͶͻ
ʹ͵ǡͻͷ
ͺǡͲʹ
ͳͳǡͷͷ
Ȁ
ͺͲǡͲͳ
ʹ͵ǡ͵
Ͷͷǡͷͻ
ʹǡ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳǡͶ
ͳ͵ǡʹͺ
ͺǡ͵ͺ
ǡͺ͵
ȀȀ
Ͷǡͳ
ͶǡͲ
ͶͶǡʹͳ
͵ͲǡͶͺ
ͷǡͻͺ
ͻǡͶͷ
ͳǡͻͻ
ͶǡͺͶ
Ȁ
ǦΪ
ͺǡͻͷ
͵Ͳǡ
ͶͷǡͶʹ
ͷǡͺͷ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
͵ǡͷͳ
ͳͳǡͻʹ
ͳʹǡͲͺ
ǡͳ
ȀȀ
ͷǡ͵
Ͷ͵ǡͻͳ
͵ǡͺͷ
ʹʹǡ
Ȁ
ͺǡͶͻ
ͳǡʹ
Ͷǡͷͺ
ͺǡͺͶ
ͺʹǡʹͺ
ʹǡͷͷ
ͶͷǡͶͻ
Ͳǡͺ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Tingginya persentase anak bekerja tak dibayar jika dilihat menurut sektor menjadi lebih menarik. Pada tiga kelompok lapangan usaha yaitu pertanian, industri dan jasa terjadi pola yang berbeda. Pada sektor pertanian, 82,28 persen anak yang bekerja di sektor ini adalah pekerja tidak dibayar. Ini artinya hanya sekitar 17,72 persen anak yang bekerja di sektor pertanian yang mendapatkan penghasilan, yaitu mereka yang bekerja dengan status sebagai buruh dibayar (pekerja bebas dan buruh/ karyawan/pegawai) maupun sebagai pengusaha.
92
Profil Anak Indonesia 2011 Pada kelompok sektor industri, hampir separuh anak bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai (43,91 persen). Informasi berikutnya adalah bahwa satu atau lebih diantara empat anak bekerja di sektor industri adalah pekerja tidak dibayar (26,55 persen). Pada kelompok sektor jasa, anak bekerja berstatus buruh adalah lebih dari sepertiga yaitu 37,85 persen. Yang mengejutkan adalah hampir separuh anak yang bekerja di sektor jasa adalah pekerja yang tidak mendapatkan manfaat ekonomi secara langsung dari apa yang dilakukannya. Selain itu masih ada 4,58 persen anak bekerja di sektor jasa yang mempunyai majikan lebih dari satu orang atau bekerja pada beberapa orang dalam satu bulan (pekerja bebas). Pada penelitian yang dilakukan oleh Chang pada tahun 2006, disimpulkan bahwa pekerja anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung bekerja sebagai buruh, sedangkan pekerja anak yang berasal dari keluarga yang lebih kaya cenderung bekerja sebagai pekerja keluarga. Hasil seperti yang dibahas sebelumnya, anak bekerja mayoritas sebagai pekerja tak dibayar. Akan tetapi, data hasil Sakernas, tidak menyajikan informasi mengenai rumah tangga miskin sehingga anak bekerja yang berstatus pekerja keluarga tidak serta merta dapat dikatakan berasal dari keluarga kaya. Diperlukan sumber data lainnya untuk mengetahui hubungan antara keadaan ekonomi rumah tangga dengan status anak bekerja.
6.3.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja di Kegiatan Informal Anak-anak mempunyai pilihan yang sangat terbatas terhadap bidang pekerjaan yang ingin mereka geluti karena umur yang belum cukup dewasa. Pasar kerja pun hanya memberikan ruang yang sempit bagi anak-anak untuk bekerja di kegiatan formal. Belum lagi adanya undang-undang yang mengatur batasan umur bagi anakanak untuk memasuki pasar kerja. Pemerintah memang membatasi anak-anak untuk bekerja, sehingga pada usia sekolah, pemerintah melalui berbagai macam program, salah satunya BOS, berusaha untuk mencegah anak supaya tidak masuk ke pasar kerja. Bahkan ada beberapa negara maju yang melarang impor barang yang diproduksi oleh pekerja anak dibawah umur (ILO, 2010).
93
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Kegiatan Formal/Informal dan Jenis Kelamin, 2010
Laki-Laki
Perempuan
LakiLaki+Perempuan
81,69
18,31
68,11
31,89
Formal Informal
76,22
23,78
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Pada Gambar 6.5 terlihat bahwa lebih dari tiga perempat anak bekerja (76,22 persen) di Indonesia pada tahun 2010 bekerja pada kegiatan informal, sedangkan sisanya bekerja pada kegiatan formal. Kegiatan formal dan informal ditentukan dari kombinasi antara status pekerjaan dan jabatan dalam pekerjaan utama. Tingginya persentase anak bekerja di kegiatan informal ini diduga karena undang-undang melarang perusahaan mempekerjakan anak-anak pada kegiatan formal. Sehingga bisa dikatakan, kegiatan formal yang mempekerjakan anak-anak adalah ilegal jika tidak menerapkan ketentuan seperti yang tercantum pada UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Gambar 6.5 juga menunjukkan bahwa anak laki-laki yang bekerja di kegiatan informal lebih banyak dibanding yang ada di kegiatan formal masing-masing adalah 81,69 dan 18,31 persen. Pada anak perempuan, proporsi anak bekerja di kegiatan formal adalah lebih besar dibanding laki-laki yaitu sebesar 31,89 persen. Secara keseluruhan, ada 76,22 persen anak bekerja di kegiatan informal. Berdasarkan sifatnya, kegiatan informal adalah kegiatan yang mudah dimasuki oleh pekerja, tidak hanya pekerja dewasa, namun juga anak-anak.
94
Profil Anak Indonesia 2011 6.3.8 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama Dengan asumsi jumlah hari kerja adalah lima hari, maka hasil Sakernas Agustus 2010 seperti yang disajikan dalam Tabel 6.8 menunjukkan bahwa rata-rata anak di Indonesia bekerja selama 6 jam dalam sehari. Rata-rata jam kerja per minggu meningkat seiring dengan bertambahnya umur anak yang bekerja. Pada anak berumur 16-17 tahun, rata-rata jumlah jam kerja dalam seminggu adalah yang paling tinggi diantara anak pada kelompok umur yang lain yaitu selama 36 jam dalam seminggu atau rata-rata tujuh jam sehari dengan asumsi pekerja tersebut mempunyai jumlah hari kerja sebanyak 5 hari. Anak perempuan mempunyai rata-rata jam kerja lebih tinggi daripada anak laki-laki pada semua kelompok umur. Hasil riset Chang (2006) atas data IFLS juga menemukan pekerja anak laki-laki bekerja dengan rata-rata jam kerja yang lebih pendek daripada pekerja anak perempuan. Temuan ini sama dengan pola jam kerja anak bekerja hasil Sakernas Agustus 2010 seperti yang terdapat pada Tabel 6.8.
Tabel 6.8 Rata-Rata Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu pada Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan Jenis Kelamin, 2010
Ǧ
ǦΪ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ͳͲǦͳʹ
ͳ
ͳͺ
ͳͺ
ͳ͵Ǧͳͷ
ʹ
ʹͺ
ʹ
ͳǦͳ
͵Ͷ
ͶͲ
͵
͵Ͳ
͵Ͷ
͵ͳ
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Tabel tersebut menunjukkan bahwa anak perempuan mempunyai rata-rata jam kerja lebih lama daripada laki-laki, masing-masing 34 jam dan 30 jam. Pada umur 10 hingga 15 tahun, selisih jam kerja antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh yaitu dari 1 hingga 2 jam dalam seminggu. Namun pada umur 16-17 tahun, anak perempuan mempunyai rata-rata jam kerja lebih lama 6 jam daripada laki-laki yaitu masing-masing 40 jam dan 34 jam.
95
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.9 Persentase Anak 10-17 yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan Status Sekolah, 2010
Ȁ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ȋͷȌ
ͳǦͻ ͳͲǦͳͶ ͳͷǦʹͶ ʹͷǦ͵Ͷ ͵ͷǦͶͶ ͶͷǦͷͻ ͲΪ
ͷǡ͵ ǡʹͶ ʹͶǡͷͻ ͵ʹǡͺͶ ʹͷǡͷͳ ͵ǡͺͺ ͳǡ͵Ͳ
ʹͷǡͷ ʹǡͲ͵ ʹͺǡͳͺ ͻǡͶʹ ͷǡͳͺ Ͷǡͳͺ ͳǡͶͶ
͵ǡʹ͵ ǡͲͲ ͳͷǡͶͺ ͳͷǡͲʹ ͳǡͶͶ ʹǡͺ͵ ͳͷǡͻͻ
ͳͳǡͺͻ ͳ͵ǡͻ ʹͲǡͲ ͳ͵ǡͷ ͳʹǡͶͺ ͳǡͺ͵ ͻǡͺͶ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
ͳͲͲǡͲͲ
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Tabel 6.9 menyajikan persentase anak bekerja menurut jam kerja dan status sekolah. Pada anak yang masih sekolah masih dapat ditemui anak-anak yang bekerja dengan jam kerja diatas 35 jam dalam seminggu. Sekitar 80 persen anak yang masih sekolah bekerja selama 1-24 jam dalam seminggu. Sedangkan 20 persen sisanya bekerja lebih dari 25 jam dalam seminggu.
Gambar 6.6 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan Jenis Kelamin, 2010
38,53
44,22
40,82
11,68
13,58
21,18
19,35
20,44
25,43
24,75
25,16
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
14,86
35 + 25 - 34 15 - 24 1 - 14
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
96
Profil Anak Indonesia 2011 Gambar 6.6 menunjukkan bahwa lebih dari dua per lima anak bekerja di Indonesia mempunyai jumlah jam kerja 35 jam atau lebih dalam seminggu. Diduga kelompok ini adalah mereka yang tidak bersekolah lagi. Dengan asumsi lima hari kerja dalam seminggu mereka bekerja selama 7 jam, artinya tidak cukup tersedia waktu yang bisa digunakan untuk kegiatan belajar, sedangkan jam sekolah rata-rata antara 5 sampai 6 jam dalam sehari. Lalu anak-anak dengan jam kerja 1-14 jam dalam seminggu atau rata-rata satu hingga dua jam dalam sehari sebesar 24,99 persen atau dengan kata lain satu diantara anak bekerja di Indonesia mempunyai jam kerja harian yang relatif pendek, sesuai dengan apa yang tercantum dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 71 ayat (2) poin b bahwa pekerja anak tidak diperbolehkan bekerja lebih dari dua jam dalam sehari dalam kondisi tertentu. Dengan demikian anak masih bisa sekolah dan melakukan akti itas bekerja secara beriringan. Tanpa mengganggu akti itas belajar, bekerja dapat dilakukan diluar jam sekolah, dan dalam batasan yang tidak memberatkan secara isik bagi anak, sehingga menimbulkan kelelahan. Gambar 6.6 juga menjelaskan bahwa proporsi anak perempuan yang bekerja dengan jam kerja 35 jam atau lebih dalam seminggu adalah yang terbesar yaitu 44,22 persen. Sama seperti diuraikan sebelumnya, bahwa tingginya partisipasi kerja anak di sektor jasa merupakan penyebab tingginya persentase anak perempuan yang bekerja dengan jam kerja 35 jam atau lebih dalam seminggu. Pola persebaran proporsi pekerja menurut jam kerja pada anak laki-laki dan perempuan adalah hampir mirip, dimana paling tinggi adalah pada yang bekerja dengan jam kerja 35 jam atau lebih, lalu 1-14 jam, 15-24 jam dan 0 jam, dimana 0 jam disini adalah anak yang sementara tidak bekerja.
6.3.9 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendapatan/Upah/Gaji Tabel 6.10 menunjukkan rata-rata tingkat pendapatan/upah/gaji yang diperoleh anak yang bekerja dalam sebulan. Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai rata-rata jam kerja anak. Hal ini sangat berkaitan dengan pendapatan. Jumlah jam kerja sangat erat kaitannya dengan produktivitas, dan dari produktivitas yang dihasilkan itulah anak bekerja memperoleh pendapatan ataupun upah/gaji. Pada Tabel 6.10, rata-rata pendapatan/upah/gaji anak bekerja per bulan sangat rendah, yaitu hanya berkisar 207 ribu rupiah saja. Pola rata-rata pendapatan/upah/ gaji anak bekerja adalah sama, dimana rata-rata pendapatan dan upah/gaji bertambah searah dengan semakin bertambahnya umur anak bekerja. Rata-rata pendapatan/ upah/gaji tertinggi adalah pada anak berumur 16-17 tahun yaitu sebesar 281 ribu rupiah per bulan. Dan terendah adalah pekerja berumur 10-12 tahun hanya 43 ribu
97
Profil Anak Indonesia 2011 rupiah per bulan. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa jam kerja diduga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya upah/gaji dan pendapatan pekerja. Pada anak berumur 10-12 dan 16-17 tahun, rata-rata jam kerjanya dalam seminggu masing-masing adalah 16 dan 36 jam. Dengan jam kerja yang berbeda lebih dua kali lipat, pendapatan/upah/gaji yang diperoleh adalah berbeda hampir tujuh kali lipat. Hal ini terjadi karena anak berumur 10-12 tahun yang bekerja pada umumnya tidak punya banyak pilihan, mereka dipaksa bekerja tanpa memikirkan berapa besar uang yang akan mereka peroleh. Dan mereka tidak punya daya dan upaya sehingga mereka mampu menuntut pendapatan/upah/gaji yang lebih baik. Berbeda dengan anak berumur 16-17 tahun yang umumnya sudah memiliki kemampuan lebih baik. Dalam banyak hal, mereka sudah mulai mengerti situasi dunia kerja.
Tabel 6.10 Rata-Rata Pendapatan/Upah/Gaji (000 rupiah) pada Pekerjaan Utama Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan Jenis Kelamin, 2010
Ǧ
ǦΪ
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
ͳͲǦͳʹ
ͶͶ
Ͷ͵
Ͷ͵
ͳ͵Ǧͳͷ
ͳʹͺ
ͳʹͺ
ͳʹͺ
ͳǦͳ
ʹͶ
ʹͻͲ
ʹͺͳ
ʹͲͶ
ʹͳʹ
ʹͲ
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
Lalu jika diamati lagi menurut jenis kelamin, yang menarik adalah bahwa rata-rata pendapatan/upah/gaji anak perempuan justru lebih tinggi daripada anak laki-laki. Masing-masing adalah 212 ribu rupiah dan 204 ribu rupiah dalam sebulan. Salah satu sebabnya adalah dari perbedaan jumlah jam kerja sebelumnya. Ini juga berarti bahwa secara umum, sektor jasa memberikan upah/gaji dan pendapatan lebih baik kepada pekerja perempuan, dimana perempuan memang mayoritas bekerja di sektor tersebut. Anak laki-laki mendapatkan rata-rata pendapatan/upah/gaji yang hanya berbeda sedikit saja dengan dari anak perempuan bekerja pada anak umur 1617 tahun. Selisih pendapatan/upah/gaji mereka hanya sekitar 16 ribu rupiah saja.
98
Profil Anak Indonesia 2011 6.4 ANAK CACAT Penyandang cacat menurut Glosarium Kesos, Kementerian Sosial RI dikategorikan sebagai orang yang mempunyai kelainan isik dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan untuk melakukan kegiatan secara layak. Pada sub bab ini de inisi penyandang cacat yang digunakan adalah berdasarkan kriteria Kementerian Sosial (Pendekatan Konvensional). Keberadaan penyandang cacat masih terabaikan dan mengalami isolasi, penolakan, diskriminasi dan berbagai hambatan psikologis serta kultural. Padahal sebagai warga negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban, dan peran penyandang cacat adalah sama dengan warga negara lainnya, seperti tercantum pada Penjelasan Umum UU RI No.4 Tahun 1997. 6.4.1 Distribusi Anak Cacat Berdasarkan hasil Susenas 2009, sekitar 0,55 persen anak berusia 0-17 tahun adalah penyandang cacat. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan (Tabel 6.11).
Tabel 6.11 Persentase Anak 0-17 Tahun menurut Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009
ȋͳȌ
ȋʹȌ
ȋ͵Ȍ
ȋͶȌ
Ͳǡͷ͵
ͻͻǡͶ
ͳͲͲǡͲͲ
Ͳǡͷ
ͻͻǡͶ͵
ͳͲͲǡͲͲ
Perkotaan+ Perdesaan
0,55
99,45
100,00
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
Dilihat antar provinsi, persentase terbesar anak penyandang cacat terdapat di Provinsi Gorontalo (0,96 persen), Sulawesi Barat (0,90 persen) dan DI Yogyakarta (0,86 persen) seperti yang terdapat pada Lampiran Tabel 81. Secara keseluruhan, total penyandang cacat sekitar 2 juta jiwa atau 0,92 persen dari total penduduk (sebanyak 213,7 juta jiwa). Seperlima (20,64 persen) dari total penyandang cacat adalah penduduk berusia 0-17 tahun atau merupakan anak cacat (Tabel 6.12). Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena anak merupakan investasi sumber daya manusia masa depan.
99
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.12. Persentase Penduduk 0-17 Tahun Penyandang Cacat menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 Tipe Daerah
0-4
5-17
(1)
(2)
(3)
Perkotaan
2,21
18,97
Perdesaan
2,70
17,53
Perkotaan + Perdesaan
2,48
18,16
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
6.4.2. Jenis dan Penyebab Kecacatan Anak yang menyandang cacat menurut jenis kecacatan dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 6.13. Terlihat bahwa dari 439 ribu anak cacat, sepertiganya (31,71 persen) menyandang cacat tubuh, kemudian cacat mental (tuna grahita) sebesar 22,07 persen dan cacat wicara/bisu sebesar 13,73 persen. Dilihat menurut jenis kelamin, pola tersebut di atas terjadi baik pada anak laki-laki maupun perempuan.
Tabel 6.13 Persentase Anak Cacat 0-17 Tahun menurut Jenis Kecacatan dan Jenis Kelamin, 2009
Jenis Cacat
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+ Perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
Ȁ
ǡ
Ȁ
ͺǡͺ
ͺǡʹͷ
Ͷǡͷ
ͷǡͺͲ
ͷǡͳͷ
ͳ͵ǡ͵͵
ͳͶǡʹͷ
ͳ͵ǡ͵
ͷǡͻʹ
ǡ͵ͳ
ǡͲͻ
͵͵ǡ
ʹͻǡͲͻ
͵ͳǡͳ
Ȁ
ʹͳǡͻ
ʹʹǡͷͶ
ʹʹǡͲ
Ȁ
ͳͲǡ͵
ͳͲǡͺͳ
ͳͲǡͳ
ʹǡʹ
ʹǡ͵͵
ʹǡʹͻ
100,00
100,00
100,00
Ȁ
Jumlah
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
100
Profil Anak Indonesia 2011 Dilihat menurut tipe daerah seperti yang disajikan pada Tabel 6.14, jenis cacat yang disandang oleh anak penyandang cacat terbesar adalah cacat tubuh kemudian cacat mental/tuna grahita dan cacat wicara/bisu. Dari seluruh anak cacat di daerah perdesaan, persentase anak penyandang cacat tubuh sebesar 34,46 persen, kemudian cacat mental/tuna grahita sebesar 17,71 persen dan cacat wicara/bisu sebesar 13,47 persen. Dari seluruh anak cacat di daerah perkotaan, persentase anak penyandang cacat tubuh sebesar 28,32 persen, cacat mental (tuna grahita) sebesar 27,44 persen dan cacat wicara/bisu sebesar 14,06 persen. Jika dibandingkan antara perkotaan dan perdesaan, persentase anak yang cacat tubuh lebih tinggi di daerah perdesaan dibanding perkotaan, sebaliknya persentase anak yang menyandang cacat mental/ tuna grahita dan cacat wicara/bisu lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding perdesaan.
Tabel 6.14 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Jenis Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009 Jenis Cacat
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+ Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
Ȁ
Ȁ
Ȁ
ͺǡͺ
ǡͺͻ
ͺǡʹͷ
ͶǡͲͷ
ǡͲͷ
ͷǡͳͷ
ͳͶǡͲ
ͳ͵ǡͶ
ͳ͵ǡ͵
ǡͲ
ǡͳ͵
ǡͲͻ
ʹͺǡ͵ʹ
͵ͶǡͶ
͵ͳǡͳ
Ȁ
ʹǡͶͶ
ͳǡͳ
ʹʹǡͲ
Ȁ
ͻǡͳ
ͳͳǡͷʹ
ͳͲǡͳ
ͳǡͺ
ʹǡͺ
ʹǡʹͻ
100,00
100,00
100,00
Jumlah
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
Sebagian besar (70,21 persen) anak cacat disebabkan oleh bawaan lahir, kemudian karena penyakit (15,70 persen) dan kecelakaan/bencana alam sebesar 10,88 persen. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan (Tabel 6.15.).
101
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.15 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Penyebab Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009 Perkotaan+ Perdesaan (4)
Penyebab Kecacatan
Perkotaan
Perdesaan
(1)
(2)
(3)
ͲǡͶͲ
ͲǡͲͷ
Ͳǡʹͳ
Ȁ
ͳͲǡͶ
ͳͳǡͲ
ͳͲǡͺͺ
ͳǡͻͲ
ͳǡͶ͵
ͳǡͶ
Ȁ
Ͳǡͻͷ
ʹǡͲͺ
ͳǡͷ
ͳǡͳͳ
ͳͷǡ͵
ͳͷǡͲ
100,00
100,00
100,00
Jumlah
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
6.4.3 Pendidikan Anak Cacat Undang-undang No. 4 Tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama. Pada pasal 6 dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh: (1) pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; (2) pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya; (3) perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya; (4) aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya; (5) rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan (6) hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tabel 6.16 Persentase Anak (7-17 tahun) Cacat menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2009 Jenis Kelamin (1)
Tidak/belum. pernah sekolah (2)
Masih sekolah (3)
Tidak sekolah lagi (4)
Jumlah (5)
Ǧ
Ͷʹǡͻ
͵ǡͻͶ
ͳͻǡ͵
ͳͲͲǡͲͲ
Ͷͷǡ͵
͵͵ǡʹͷ
ʹͳǡ͵ͺ
ͳͲͲǡͲͲ
Laki-Laki+ perempuan
43,87
35,87
20,26
100,00
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
102
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.16 menunjukkan hampir separuh (43,87 persen) anak cacat usia sekolah (7-17 tahun) belum pernah mengecap pendidikan, sepertiganya (35,87 persen) sedang sekolah dan sekitar 20,26 persen berstatus tidak sekolah lagi. Kondisi ini menggambarkan perlunya perhatian khusus terutama penyandang cacat yang seharusnya bersekolah seyogyanya dapat bersekolah selayaknya anak seusianya.
6.1.4 Interaksi Anak Cacat dalam Keluarga Beberapa hasil penelitian menunjukkan, persoalan yang dihadapi penyandang cacat bukan hanya disebabkan oleh faktor kesehatan, tapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Hambatan sosial merupakan salah satu penghalang bagi penyandang cacat berinteraksi dengan lingkungan termasuk dalam memperoleh fasilitas publik yang layak. Tidak adanya pandangan sosial yang obyektif berdampak telah meminggirkan penyandang cacat dari lingkaran interaksi sosial yang sehat. Anak perlu bimbingan, pendidikan, dan kasih sayang orang tua yang mempengaruhi perkembangan mental dan sosial anak. Anak yang dibesarkan, diasuh dan mendapat perlindungan dari orang tuanya dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Anak cacat dengan keterbatasan isik dan atau fungsi sosial tentunya memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan anak yang normal. Perhatian orang tua/wali dimulai dari kegiatan yang dilakukan sehari-hari hingga akses ke media massa termasuk pemanfaatan internet. Susenas 2009 memotret kegiatan ini untuk melihat indikator dini perbaikan perilaku dalam keluarga terhadap anak khususnya anak yang menyandang cacat. Tabel 6.17 menunjukkan bahwa persentase anak cacat yang masih didampingi dalam kegiatannya sehari-hari oleh orang tua/wali relatif cukup tinggi, khususnya pada saat makan (76,73 persen), menonton TV (68,68 persen), bermain (28,86 persen), kegiatan keagamaan (26,98 persen) dan belajar (26,78 persen). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Umumnya kegiatan bersama orang tua/wali seperti makan bersama dan menonton TV mempunyai persentase di atas 60 persen.
103
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6.17 Proporsi Penyandang Cacat 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah dan Aktivitas Bersama Orang tua/Wali, 2009 Aktivitas Bersama Orang tua/Wali Tipe Daerah (1)
Menonton Akses TV Internet
Makan
(2)
(3)
(4)
ͷǡͶʹ
Ͳǡͷͻ
͵ǡͲʹ
Perkotaan+ Perdesaan
68,68
Bermain Belajar
Kegiatan Keagamaan
Diskusi
Bekerja
(7)
(8)
(9)
(5)
(6)
ǡʹʹ
͵͵ǡ͵Ͷ
͵ʹǡ͵͵
ʹͺǡͶͺ
ͳͶǡͺ͵
ʹǡͷ͵
ͲǡͲͲ
ǡ͵ʹ
ʹͷǡͳͲ
ʹʹǡͳʹ
ʹͷǡ͵
ͳͲǡͻͳ
Ͷǡͺͳ
0,27
76,73
28,86
26,78
26,98
12,70
3,77
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
Persentase anak cacat dengan kebersamaan orang tua/wali di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding daerah perdesaan untuk kegiatan seperti menonton televisi, akses internet, makan, bermain, belajar, kegiatan keagamaan dan diskusi. Satu hal yang menarik persentase anak cacat yang bekerja dilakukan bersama orang tua/wali di daerah perdesaan (4,81 persen) lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan (2,53 persen).
104
LAMPIRAN
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 1. Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2010 Provinsi (1)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Aceh
(2) 12,52
(3) 7,85
(4) 9,18
Sumatera Utara
10,37
6,49
8,25
Sumatera Barat
11,91
9,29
10,27
Riau
13,35
8,52
10,43
Jambi
14,67
8,91
10,64
Sumatera Selatan
11,11
5,17
7,21
Bengkulu
13,23
8,41
9,88
Lampung
16,59
10,42
12,01
Bangka Belitung
15,79
9,89
12,55
Kepulauan Riau
13,43
11,96
13,21
DKI Jakarta
18,75
-
18,75
Jawa Barat
13,90
10,94
12,91
Jawa Tengah
18,96
14,71
16,66
DI Yogyakarta
37,05
33,95
36,09
Jawa Timur
24,76
20,85
22,77
Banten
14,50
4,62
11,20
Bali
19,16
8,53
15,14
Nusa Tenggara Barat
12,22
11,05
11,51
Nusa Tenggara Timur
14,30
8,96
9,84
Kalimantan Barat
13,32
3,37
6,31
Kalimantan Tengah
13,80
9,58
10,98
Kalimantan Selatan
16,33
15,94
16,10
Kalimantan Timur
14,10
10,92
12,92
Sulawesi Utara
10,78
13,39
12,19
Sulawesi Tengah
12,70
11,55
11,81
Sulawesi Selatan
12,13
10,54
11,11
Sulawesi Tenggara
11,67
9,07
9,76
Gorontalo
18,17
20,15
19,51
Sulawesi Barat
16,84
14,54
15,04
Maluku
7,36
5,85
6,34
Maluku Utara
9,30
8,89
8,99
9,75
5,18
7,10
Papua
Papua Barat
10,21
3,35
5,07
Indonesia
16,35
11,41
13,84
Sumber : Susenas 2010, BPS
107
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 2. Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kadung Saja, Ibu Kandung Saja, Bapak dan Ibu Kandung, dan Famili Lain menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009 Provinsi (1)
Bapak Kandung saja K
D
Ibu Kandung Saja
Bapak dan Ibu Kandung
K+D
K
D
K+D
K
Famili Lain
D
K+D
K
D
K+D
(10)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(11)
(12)
(13)
Aceh
2,38
2,00
2,10
5,27
7,06
6,59
7,65
9,06
8,69
5,27
7,06
6,59
Sumatera Utara
1,27
1,65
1,49
5,58
4,96
5,23
6,86
6,61
6,71
5,58
4,96
5,23
Sumatera Barat
1,81
0,94
1,22
6,75
6,09
6,30
8,56
7,03
7,52
6,75
6,09
6,30
Riau
0,74
1,02
0,88
3,04
4,18
3,61
3,78
5,20
4,49
3,04
4,18
3,61
Jambi
1,65
0,87
1,11
5,74
4,91
5,17
7,39
5,77
6,29
5,74
4,91
5,17
Sumatera Selatan
1,41
1,71
1,60
4,56
4,14
4,30
5,97
5,85
5,89
4,56
4,14
4,30
Bengkulu
1,99
1,89
1,93
4,74
4,01
4,27
6,73
5,90
6,20
4,74
4,01
4,27
Lampung
1,99
1,97
1,97
3,95
3,16
3,37
5,93
5,13
5,34
3,95
3,16
3,37
Bangka Belitung
2,10
1,60
1,84
5,47
5,77
5,63
7,58
7,37
7,47
5,47
5,77
5,63
8,80
Kepulauan Riau
1,46
3,23
2,32
3,31
8,80
5,98
4,78
12,03
8,31
3,31
DKI Jakarta
1,58
-
1,58
5,62
-
5,62
7,20
-
7,20
5,62
5,98
Jawa Barat
2,65
3,10
2,84
4,73
5,13
4,90
7,38
8,24
7,74
4,73
5,13
4,90
Jawa Tengah
2,35
2,96
2,67
6,38
6,36
6,37
8,73
9,31
9,04
6,38
6,36
6,37
5,62
DI Yogyakarta
1,23
1,95
1,48
6,81
6,84
6,82
8,04
8,80
8,30
6,81
6,84
6,82
Jawa Timur
2,10
2,42
2,27
5,73
7,03
6,39
7,84
9,45
8,66
5,73
7,03
6,39
Banten
1,88
2,86
2,31
4,23
5,61
4,83
6,11
8,48
7,13
4,23
5,61
4,83
Bali
1,59
1,60
1,60
3,00
2,57
2,81
4,59
4,17
4,41
3,00
2,57
2,81
Nusa Tenggara Barat
3,05
4,51
3,93
12,28
14,27
13,48
15,33
18,78
17,41
12,28
14,27
13,48
Nusa Tenggara Timur
1,86
1,98
1,96
3,92
7,58
7,02
5,78
9,56
8,98
3,92
7,58
7,02
Kalimantan Barat
0,84
1,21
1,11
3,32
3,58
3,51
4,17
4,79
4,62
3,32
3,58
3,51
Kalimantan Tengah
0,88
2,03
1,65
3,14
3,50
3,38
4,02
5,53
5,03
3,14
3,50
3,38
Kalimantan Selatan
1,53
2,24
1,95
7,24
7,08
7,15
8,77
9,31
9,09
7,24
7,08
7,15
Kalimantan Timur
1,22
1,74
1,42
3,28
2,85
3,11
4,51
4,59
4,54
3,28
2,85
3,11
Sulawesi Utara
1,83
2,10
1,98
5,35
4,22
4,71
7,18
6,32
6,69
5,35
4,22
4,71
Sulawesi Tengah
1,65
2,27
2,16
6,62
4,46
4,86
8,27
6,73
7,02
6,62
4,46
4,86
Sulawesi Selatan
1,82
1,70
1,74
6,26
6,62
6,51
8,09
8,32
8,25
6,26
6,62
6,51
Sulawesi Tenggara
2,33
1,71
1,84
6,51
9,56
8,93
8,84
11,27
10,77
6,51
9,56
8,93
Gorontalo
2,18
1,60
1,77
5,24
5,08
5,13
7,41
6,68
6,89
5,24
5,08
5,13
Sulawesi Barat
2,42
1,44
1,74
7,73
5,65
6,29
10,15
7,09
8,03
7,73
5,65
6,29
Maluku
1,70
2,20
2,08
7,20
6,00
6,28
8,90
8,20
8,37
7,20
6,00
6,28
Maluku Utara
2,26
1,98
2,05
6,78
4,59
5,16
9,04
6,58
7,22
6,78
4,59
5,16
Papua Barat
2,95
2,76
2,81
5,65
3,60
4,18
8,60
6,36
6,99
5,65
3,60
4,18
Papua
1,26
2,69
2,40
5,98
3,89
4,31
7,24
6,57
6,71
5,98
3,89
4,31
Indonesia
2,02
2,30
2,17
5,36
5,82
5,61
7,38
8,12
7,78
5,36
5,82
5,61
Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009,BPS Catatan : K = Perkotaan D = Perdesaan
108
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 3. Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2010 Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
(1) Aceh
(2) 0,21
(3) 0,60
(4) 0,50
Sumatera Utara
0,44
0,59
0,52
Sumatera Barat
0,05
0,51
0,33
Riau
0,44
1,08
0,83
Jambi
0,74
2,51
1,96
Sumatera Selatan
0,71
1,18
1,01
Bengkulu
0,64
3,25
2,42
Lampung
0,29
1,43
1,13
Bangka Belitung
0,88
3,14
2,12
Kepulauan Riau
0,14
1,29
0,36
2,88
1,86
DKI Jakarta
0,66
Jawa Barat
1,33
0,66
Jawa Tengah
0,24
2,09
1,27
DI Yogyakarta
0,86
1,26
0,99
Jawa Timur
1,52
3,83
2,72
Banten
0,71
1,87
1,15
Bali
1,28
1,53
1,38
Nusa Tenggara Barat
1,72
2,90
2,41
Nusa Tenggara Timur
0,43
0,78
0,71
Kalimantan Barat
1,02
2,19
1,83
Kalimantan Tengah
2,57
3,74
3,32
Kalimantan Selatan
2,26
3,64
3,09
Kalimantan Timur
1,44
2,97
2,02
Sulawesi Utara
0,97
1,95
1,52
Sulawesi Tengah
0,82
2,90
2,36
Sulawesi Selatan
1,30
2,53
2,07
Sulawesi Tenggara
1,99
2,30
2,23
Gorontalo
1,36
3,03
2,45
Sulawesi Barat
2,01
2,19
2,15
Maluku
0,88
0,63
0,71
Maluku Utara
0,99
0,77
0,83
Papua Barat
0,00
2,13
1,52
Papua
0,81
1,33
1,21
Indonesia
0,98
2,17
1,59
Sumber : Susenas 2010, BPS
109
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 4. Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Provinsi dan Status Perkawinan, 2010 Provinsi (1)
Kawin (2) 98,69
Sumatera Utara
100,00
Sumatera Barat
95,04
Aceh
Riau
100,00
Jambi
94,16
Sumatera Selatan
Status Perkawinan Cerai Hidup Cerai Mati (3) (4) 1,31
100,00 4,96
100,00
5,84
100,00
2,36
100,00
100,00
100,00
Bengkulu
97,64
Total (5) 100,00
100,00
Lampung
100,00
100,00
Bangka Belitung
100,00
100,00
Kepulauan Riau
100,00
100,00
DKI Jakarta
90,33
9,67
100,00
Jawa Barat
97,83
2,17
100,00
Jawa Tengah
98,65
1,35
DI Yogyakarta
100,00
100,00 100,00
Jawa Timur
94,52
4,78
Banten
88,12
11,88
100,00
Bali
0,70
100,00
100,00 100,00
Nusa Tenggara Barat
93,99
6,01
100,00
Nusa Tenggara Timur
96,21
3,79
100,00
Kalimantan Barat
98,15
1,85
100,00
Kalimantan Tengah
97,11
2,89
100,00
Kalimantan Selatan
95,59
4,41
100,00
Kalimantan Timur
95,39
4,61
100,00
Sulawesi Utara
94,97
5,03
100,00
Sulawesi Tengah
94,48
5,52
100,00
Sulawesi Selatan
96,37
3,63
100,00
Sulawesi Tenggara
93,86
6,14
100,00
Gorontalo
97,25
Sulawesi Barat
90,02
2,75 9,98
100,00 100,00
Maluku
90,81
9,19
100,00
Maluku Utara
89,97
10,03
100,00
Papua Barat
100,00
Papua
95,80
Indonesia
96,28
100,00 3,49
Sumber : Susenas 2010, BPS
110
4,20
100,00
0,22
100,00
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 5. Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan Pernah Kawin menurut Provinsi dan Umur Kawin Pertama, 2010
Provinsi (1) Aceh
(2) 25,15
16 (3) 49,71
Umur Kawin Pertama 17-18 (4) 25,13
Total (5) 100,00
Sumatera Utara
19,58
60,46
19,96
100,00
Sumatera Barat
45,88
36,54
17,58
100,00
Riau
27,36
35,60
37,04
100,00
Jambi
33,66
34,16
32,18
100,00
Sumatera Selatan
36,58
47,94
15,49
100,00 100,00
Bengkulu
45,07
36,49
18,43
Lampung
33,12
36,49
30,39
100,00
Bangka Belitung
48,43
36,08
15,50
100,00
Kepulauan Riau
35,57
37,28
27,15
100,00
DKI Jakarta
34,04
21,16
44,80
100,00
Jawa Barat
29,34
38,12
32,54
100,00
Jawa Tengah
24,50
54,46
21,04
100,00 100,00
DI Yogyakarta
34,73
15,94
49,33
Jawa Timur
36,57
31,05
32,37
100,00
Banten
64,39
10,66
24,94
100,00
Bali
27,13
34,04
38,83
100,00
Nusa Tenggara Barat
38,09
42,04
19,87
100,00
Nusa Tenggara Timur
32,91
45,08
22,02
100,00
Kalimantan Barat
36,56
46,95
16,49
100,00
Kalimantan Tengah
47,53
39,22
13,24
100,00
Kalimantan Selatan
47,54
33,25
19,21
100,00
Kalimantan Timur
39,81
45,65
14,53
100,00
Sulawesi Utara
59,60
27,51
12,88
100,00
Sulawesi Tengah
39,94
28,38
31,68
100,00
Sulawesi Selatan
48,60
26,76
24,64
100,00
Sulawesi Tenggara
40,82
36,51
22,67
100,00
Gorontalo
41,88
35,73
22,40
100,00
Sulawesi Barat
43,66
27,18
29,17
100,00
8,62
Maluku
48,89
42,49
Maluku Utara
66,27
33,73
100,00 100,00
Papua Barat
12,67
87,33
Papua
37,11
45,81
17,09
100,00
Indonesia
35,79
37,01
27,20
100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS
111
100,00
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 6. Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir, 2010 Perkotaan Penolong Kelahiran Provinsi (1) Aceh
Dokter (2) 21,25
Bidan (3) 76,17
Tenaga Paramedis Lainnya (4) 0,29
Dukun (5) 2,17
Famili/ Keluarga
Lainnya
(6) 0,12
(7) 0,00
TT (8) 0,00
Total (9) 100,00
Sumatera Utara
19,78
77,14
0,49
2,06
0,47
0,04
0,00
100,00
Sumatera Barat
24,77
71,66
0,91
2,37
0,06
0,23
0,00
100,00
Riau
25,08
69,54
1,30
3,91
0,13
0,05
0,00
100,00
Jambi
23,20
67,03
0,93
8,54
0,30
0,00
0,00
100,00
Sumatera Selatan
25,80
67,64
0,66
5,55
0,35
0,00
0,00
100,00
Bengkulu
26,40
69,97
1,79
1,67
0,17
0,00
0,00
100,00
Lampung
15,48
74,96
2,32
7,24
0,00
0,00
0,00
100,00
Bangka Belitung
25,04
68,15
1,73
4,73
0,34
0,00
0,00
100,00
Kepulauan Riau
40,08
55,64
1,03
2,39
0,32
0,54
0,00
100,00
DKI Jakarta
38,87
58,88
0,28
1,91
0,00
0,06
0,00
100,00
Jawa Barat
19,00
60,49
0,60
19,74
0,04
0,13
0,00
100,00
Jawa Tengah
24,71
67,76
0,56
6,78
0,13
0,06
0,00
100,00
DI Yogyakarta
44,87
50,61
2,91
1,61
0,00
0,00
0,00
100,00
Jawa Timur
26,73
68,00
0,61
4,33
0,33
0,00
0,00
100,00
Banten
24,58
62,75
0,35
12,24
0,08
0,00
0,00
100,00
Bali
49,27
49,08
0,26
1,28
0,11
0,00
0,00
100,00
Nusa Tenggara Barat
17,37
67,82
1,25
13,05
0,49
0,02
0,00
100,00
Nusa Tenggara Timur
25,11
54,41
1,23
16,02
2,54
0,69
0,00
100,00
Kalimantan Barat
15,12
71,79
1,37
11,62
0,02
0,07
0,00
100,00
Kalimantan Tengah
13,22
67,64
6,18
12,62
0,17
0,17
0,00
100,00
Kalimantan Selatan
21,41
64,31
1,60
12,57
0,03
0,08
0,00
100,00
Kalimantan Timur
28,70
64,22
1,44
5,26
0,34
0,04
0,00
100,00
Sulawesi Utara
44,11
43,46
1,93
9,28
1,22
0,00
0,00
100,00
Sulawesi Tengah
27,91
51,66
1,87
16,93
1,59
0,03
0,00
100,00
Sulawesi Selatan
25,51
64,33
0,61
8,77
0,53
0,24
0,00
100,00
Sulawesi Tenggara
16,54
61,19
1,28
20,27
0,68
0,04
0,00
100,00
Gorontalo
27,34
51,43
1,01
20,22
0,00
0,00
0,00
100,00
Sulawesi Barat
13,10
52,98
1,11
31,38
1,43
0,00
0,00
100,00
Maluku
17,30
62,60
1,32
18,37
0,41
0,00
0,00
100,00
Maluku Utara
26,14
51,31
0,04
20,21
2,29
0,00
0,00
100,00
Papua Barat
26,80
57,04
2,16
10,62
3,14
0,25
0,00
100,00
Papua
29,20
56,68
2,98
5,09
4,51
1,55
0,00
100,00
Indonesia
25,10
64,16
0,80
9,59
0,26
0,09
0,00
100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS
112
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 7. Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir, 2010 Perdesaan Penolong Kelahiran Provinsi (1) Aceh
Dokter
Bidan
(2) 7,38
(3) 74,74
Tenaga Paramedis Lainnya (4) 0,67
Famili/ Keluarga
Dukun (5) 16,88
(6) 0,26
Total
Lainnya
TT
(7) 0,07
(8) 0,00
(9) 100,00
Sumatera Utara
7,73
73,19
0,97
14,35
3,44
0,31
0,00
100,00
Sumatera Barat
12,80
70,29
1,01
14,89
0,81
0,20
0,00
100,00
Riau
9,46
62,02
1,82
26,08
0,25
0,36
0,00
100,00
Jambi
7,77
57,22
1,28
33,39
0,22
0,13
0,00
100,00
Sumatera Selatan
6,23
67,55
0,49
25,41
0,26
0,06
0,00
100,00
Bengkulu
7,21
69,87
0,35
20,97
1,14
0,46
0,00
100,00
Lampung
6,74
67,56
1,50
23,79
0,40
0,00
0,00
100,00
Bangka Belitung
9,54
67,46
1,25
21,68
0,07
0,00
0,00
100,00
Kepulauan Riau
100,00
12,42
66,82
1,62
19,00
0,14
0,00
0,00
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
Jawa Barat
7,25
48,98
0,54
42,89
0,30
0,04
0,00
100,00
Jawa Tengah
12,93
71,04
0,46
15,20
0,25
0,09
0,03
100,00
DI Yogyakarta
27,78
69,51
0,00
2,48
0,22
0,00
0,00
100,00
Jawa Timur
13,97
67,82
0,50
17,15
0,37
0,18
0,00
100,00
Banten
3,20
36,26
0,28
60,25
0,01
0,00
0,00
100,00
25,27
68,11
0,84
3,82
1,32
0,64
0,00
100,00
Nusa Tenggara Barat
4,50
61,72
1,26
30,93
1,27
0,17
0,15
100,00
Nusa Tenggara Timur
6,34
40,83
1,75
41,86
8,78
0,38
0,06
100,00
Kalimantan Barat
3,75
46,10
1,60
47,07
1,30
0,18
0,00
100,00
Kalimantan Tengah
2,87
51,24
1,86
43,24
0,78
0,00
0,00
100,00
Bali
Kalimantan Selatan
7,10
61,67
0,64
30,38
0,15
0,06
0,00
100,00
Kalimantan Timur
10,16
63,64
1,37
23,88
0,68
0,22
0,05
100,00
Sulawesi Utara
20,88
52,99
2,89
22,52
0,36
0,36
0,00
100,00
7,04
49,27
1,91
38,44
3,20
0,14
0,00
100,00
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan
7,88
55,60
0,66
31,10
4,43
0,30
0,03
100,00
Sulawesi Tenggara
3,59
39,99
0,47
55,12
0,62
0,21
0,00
100,00
Gorontalo
6,69
51,26
2,83
38,63
0,41
0,09
0,09
100,00
Sulawesi Barat
4,34
30,95
0,69
55,10
8,40
0,52
0,00
100,00
Maluku
2,51
33,18
0,65
60,94
2,69
0,03
0,00
100,00
Maluku Utara
3,78
39,32
0,90
50,99
4,72
0,29
0,00
100,00
Papua Barat
10,77
50,80
2,88
25,19
10,17
0,18
0,00
100,00
Papua
3,22
26,20
2,57
15,64
49,29
3,08
0,00
100,00
Indonesia
9,06
59,72
0,92
27,69
2,38
0,22
0,01
100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS
113
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 8. Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir, 2010 Perkotaan+Perdesaan
Provinsi (1) Aceh
Dokter (2) 11,45
Bidan (3) 75,16
Penolong Kelahiran Tenaga Famili/ Paramedis Dukun Keluarga Lainnya (4) (5) (6) 0,56 12,56 0,22
Lainnya (7) 0,05
TT (8) 0,00
Total (9) 100,00
Sumatera Utara
13,27
75,01
0,75
8,70
2,08
0,19
0,00
100,00
Sumatera Barat
17,35
70,81
0,98
10,13
0,52
0,21
0,00
100,00
Riau
15,61
64,98
1,62
17,35
0,20
0,24
0,00
100,00
Jambi
12,52
60,24
1,17
25,74
0,24
0,09
0,00
100,00
Sumatera Selatan
13,14
67,58
0,55
18,40
0,29
0,04
0,00
100,00
Bengkulu
13,35
69,90
0,81
14,80
0,83
0,32
0,00
100,00
Lampung
8,93
69,42
1,71
19,64
0,30
0,00
0,00
100,00
16,76
67,78
1,47
13,79
0,20
0,00
0,00
100,00
Bangka Belitung Kepulauan Riau
36,05
57,27
1,12
4,81
0,29
0,46
0,00
100,00
DKI Jakarta
38,87
58,88
0,28
1,91
0,00
0,06
0,00
100,00
Jawa Barat
15,24
56,81
0,58
27,15
0,12
0,10
0,00
100,00
Jawa Tengah
18,35
69,53
0,51
11,33
0,20
0,08
0,01
100,00
DI Yogyakarta
39,34
56,73
1,97
1,89
0,07
0,00
0,00
100,00
Jawa Timur
20,31
67,91
0,56
10,78
0,35
0,09
0,00
100,00
Banten
17,47
53,94
0,32
28,21
0,06
0,00
0,00
100,00
Bali
40,30
56,19
0,48
2,23
0,56
0,24
0,00
100,00
Nusa Tenggara Barat
9,72
64,19
1,26
23,68
0,95
0,11
0,09
100,00
Nusa Tenggara Timur
9,37
43,02
1,66
37,69
7,78
0,43
0,05
100,00
Kalimantan Barat
7,11
53,69
1,54
36,59
0,92
0,15
0,00
100,00
Kalimantan Tengah
6,47
56,93
3,36
32,62
0,57
0,06
0,00
100,00
Kalimantan Selatan
13,13
62,78
1,05
22,87
0,10
0,07
0,00
100,00
Kalimantan Timur
21,93
64,01
1,41
12,06
0,47
0,11
0,02
100,00
Sulawesi Utara
31,68
48,56
2,44
16,36
0,76
0,19
0,00
100,00
Sulawesi Tengah
11,91
49,83
1,90
33,42
2,82
0,12
0,00
100,00
Sulawesi Selatan
14,13
58,69
0,64
23,18
3,05
0,28
0,02
100,00
6,96
45,51
0,68
46,04
0,64
0,17
0,00
100,00
Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat
13,34
51,32
2,25
32,70
0,28
0,06
0,06
100,00
6,26
35,77
0,78
49,91
6,87
0,41
0,00
100,00
Maluku
7,42
42,93
0,87
46,82
1,93
0,02
0,00
100,00
Maluku Utara
9,53
42,41
0,68
43,07
4,10
0,22
0,00
100,00
Papua Barat
17,92
53,58
2,56
18,69
7,04
0,21
0,00
100,00
Papua
10,34
34,56
2,68
12,75
37,01
2,66
0,00
100,00
Indonesia
17,03
61,93
0,86
18,70
1,33
0,16
0,01
100,00
Sumber : Susenas 2010, BPS
114
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 9. Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Anak dan Angka Kematian Balita menurut Provinsi, 2007 (2004) Provinsi (1) Aceh
Angka Kematian Bayi (2)
Angka Kematian Anak (3)
Angka Kematian Balita (4)
25
21
45
Sumatera Utara
46
22
67
Sumatera Barat
47
16
62
Riau
37
11
47
Jambi
39
9
47
Sumatera Selatan
42
11
52 65
Bengkulu
46
20
Lampung
43
13
55
Bangka Belitung
39
8
46
Kepulauan Riau
43
16
58
DKI Jakarta
28
9
36
Jawa Barat
39
10
49
Jawa Tengah
26
6
32
DI Yogyakarta
19
3
22
Jawa Timur
35
10
45
Banten
46
13
58
Bali
34
4
38
Nusa Tenggara Barat
72
21
92 80
Nusa Tenggara Timur
57
24
Kalimantan Barat
46
14
59
Kalimantan Tengah
30
4
34
Kalimantan Selatan
58
19
75
Kalimantan Timur
26
12
38
Sulawesi Utara
35
9
43
Sulawesi Tengah
60
10
69
Sulawesi Selatan
41
12
53
Sulawesi Tenggara
41
21
62
Gorontalo
52
18
69 96
Sulawesi Barat
74
25
Maluku
59
37
93
Maluku Utara
51
24
74
Papua Barat
41
25
64
Papua
36
26
62
Indonesia
34
10
44
Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan 2007, BPS
115
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 10. Persentase Balita menurut Provinsi dan Status Gizi Balita, 2010 Status Gizi Balita (%) Provinsi (1) Aceh
Gizi Buruk (2) 7,1
Gizi Lebih
Jumlah
Gizi Kurang
Gizi Baik
(3)
(4)
(5)
(6)
16,6
72,1
4,2
100,0
Sumatera Utara
7,8
13,5
71,1
7,5
100,0
Sumatera Barat
2,8
14,4
81,3
1,6
100,0
Riau
4,8
11,4
75,2
8,6
100,0
Jambi
5,4
14,3
76,3
4,1
100,0
Sumatera Selatan
5,5
14,4
74,5
5,6
100,0
Bengkulu
4,3
11,0
73,7
10,9
100,0
Lampung
3,5
10,0
79,8
6,8
100,0
Bangka Belitung
3,2
11,7
80,6
4,5
100,0
Kepulauan Riau
4,3
9,8
81,3
4,6
100,0
DKI Jakarta
2,6
8,7
77,7
11,1
100,0
Jawa Barat
3,1
9,9
81,6
5,4
100,0
Jawa Tengah
3,3
12,4
78,1
6,2
100,0
DI Yogyakarta
1,4
9,9
81,5
7,3
100,0
Jawa Timur
4,8
12,3
75,3
7,6
100,0
Banten
4,8
13,7
77,5
4,0
100,0
Bali
1,7
9,2
81,0
8,0
100,0
Nusa Tenggara Barat
10,6
19,9
66,9
2,6
100,0
Nusa Tenggara Timur
9,0
20,4
67,5
3,1
100,0
Kalimantan Barat
9,5
19,7
67,0
3,9
100,0
Kalimantan Tengah
5,3
22,3
69,4
2,9
100,0
Kalimantan Selatan
6,0
16,8
73,1
4,0
100,0
Kalimantan Timur
4,4
12,7
75,9
7,0
100,0
Sulawesi Utara
3,8
6,8
84,3
5,1
100,0
Sulawesi Tengah
7,9
18,6
69,1
4,4
100,0
Sulawesi Selatan
6,4
18,6
72,2
2,8
100,0
Sulawesi Tenggara
6,5
16,3
66,9
10,2
100,0
11,2
15,3
69,4
4,1
100,0
Sulawesi Barat
7,6
12,9
74,9
4,7
100,0
Maluku
8,4
17,8
70,5
3,4
100,0
Maluku Utara
5,7
17,9
73,2
3,2
100,0
Papua Barat
9,1
17,4
67,3
6,2
100,0
Papua
6,3
10,0
78,4
5,3
100,0
Indonesia
4,9
13,0
76,2
5,8
100,0
Gorontalo
Sumber: Riskesdas 2010, Litbangkes
116
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 11. Persentase Berat Badan Bayi Baru Lahir Anak Balita menurut Provinsi dan Kategori Berat Badan Lahir, 2010
Provinsi (1) Aceh
Kategori Berat Badan Lahir < 2500 2500 4000 gr gr 3999 gr (2) (3) (4)
Jumlah (5)
11,0
79,0
9,9
100,0
Sumatera Utara
8,2
80,4
11,3
100,0
Sumatera Barat
6,0
86,7
7,2
100,0
Riau
9,3
81,0
9,7
100,0
Jambi
12,4
78,3
9,2
100,0
Sumatera Selatan
11,4
81,9
6,7
100,0
8,7
81,9
9,4
100,0
Bengkulu
9,0
85,5
5,6
100,0
Bangka Belitung
Lampung
10,4
85,9
3,7
100,0
Kepulauan Riau
14,1
83,0
2,9
100,0
DKI Jakarta
9,1
86,4
4,5
100,0
Jawa Barat
10,9
83,2
5,9
100,0 100,0
Jawa Tengah
9,9
84,7
5,3
DI Yogyakarta
9,3
89,0
1,7
100,0
10,1
84,5
5,4
100,0
Jawa Timur Banten
10,3
82,9
6,8
100,0
Bali
12,1
81,5
6,4
100,0
Nusa Tenggara Barat
15,1
77,3
7,6
100,0
Nusa Tenggara Timur
19,2
84,9
5,9
100,0
Kalimantan Barat
13,9
83,7
2,4
100,0
Kalimantan Tengah
18,5
76,8
4,6
100,0
Kalimantan Selatan
16,6
76,9
6,5
100,0 100,0
Kalimantan Timur
9,3
83,7
7,0
Sulawesi Utara
13,8
80,8
5,4
100,0
Sulawesi Tengah
17,6
68,5
13,9
100,0
Sulawesi Selatan
16,2
77,4
6,3
100,0
Sulawesi Tenggara
10,4
77,4
12,2
100,0
Gorontalo
16,7
70,0
13,3
100,0
Sulawesi Barat
14,9
80,6
4,5
100,0
9,6
82,2
8,2
100,0
Maluku Maluku Utara
17,0
72,3
10,6
100,0
Papua Barat
13,5
73,1
13,5
100,0
Papua
17,9
77,5
4,6
100,0
Indonesia
11,1
82,5
6,4
100,0
Sumber: Riskesdas 2010, Litbangkes
117
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 12. Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A Selama Enam Bulan Terakhir menurut Provinsi, 2010 Provinsi
Menerima Kapsul Vitamin A
(1)
(2)
Aceh
66,2
Sumatera Utara
53,7
Sumatera Barat
71,6
Riau
58,9
Jambi
63,7
Sumatera Selatan
55,7
Bengkulu
65,4
Lampung
65,5
Bangka Belitung
81,4
Kepulauan Riau
67,3
DKI Jakarta
72,9
Jawa Barat
75,7
Jawa Tengah
78,6
DI Yogyakarta
91,1
Jawa Timur
78,7
Banten
69,3
Bali
58,5
Nusa Tenggara Barat
70,7
Nusa Tenggara Timur
62,3
Kalimantan Barat
50,9
Kalimantan Tengah
59,7
Kalimantan Selatan
70,1
Kalimantan Timur
72,7
Sulawesi Utara
74,3
Sulawesi Tengah
53,5
Sulawesi Selatan
69,9
Sulawesi Tenggara
61,3
Gorontalo
68,9
Sulawesi Barat
53,5
Maluku
50,4
Maluku Utara
49,6
Papua Barat
49,3
Papua
55,0
Indonesia
69,8
Sumber: Riskesdas 2010, Litbangkes
118
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 13. Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 Provinsi (1) Aceh
Perkotaan L (2) 94,88
P (3) 93,30
Perdesaan L+P (4) 94,06
L (5) 96,52
P (6) 97,37
Perkotaan+Perdesaan L+P (7) 96,92
L (8) 96,09
P (9) 96,16
L+P (10) 96,12
Sumatera Utara
91,00
90,53
90,77
94,94
96,64
95,77
93,11
93,84
93,46
Sumatera Barat
98,20
96,21
97,23
97,25
98,53
97,87
97,62
97,64
97,63
Riau
92,56
93,57
93,01
94,57
96,48
95,47
93,76
95,39
94,51
Jambi
92,77
93,23
92,99
96,88
95,78
96,35
95,64
95,02
95,34
Sumatera Selatan
92,38
92,41
92,40
96,63
97,54
97,04
95,18
95,61
95,38
Bengkulu
94,96
96,95
95,96
98,87
96,96
97,95
97,67
96,96
97,32
Lampung
94,28
95,31
94,75
94,50
96,65
95,54
94,44
96,31
95,33
Bangka Belitung
87,86
85,69
86,76
90,88
92,42
91,61
89,59
89,30
89,45
Kepulauan Riau
84,46
85,20
84,79
78,16
82,89
80,50
83,64
84,84
84,18
DKI Jakarta
91,90
91,76
91,83
-
-
-
91,90
91,76
91,83
Jawa Barat
93,74
95,56
94,63
96,22
96,23
96,22
94,55
95,77
95,14
Jawa Tengah
94,63
96,64
95,62
97,07
96,93
97,00
95,96
96,80
96,37
DI Yogyakarta
97,01
98,29
97,67
99,28
96,26
97,90
97,75
97,73
97,74
Jawa Timur
89,08
92,53
90,81
93,05
93,96
93,48
91,12
93,22
92,14
Banten
87,09
91,76
89,37
95,97
96,38
96,16
90,19
93,25
91,65
Bali
94,93
95,00
94,96
95,44
97,07
96,22
95,12
95,79
95,44
Nusa Tenggara Barat
97,47
97,35
97,41
98,18
98,14
98,16
97,90
97,80
97,86
Nusa Tenggara Timur
95,66
95,84
95,74
98,51
98,37
98,44
98,07
97,97
98,02
Kalimantan Barat
85,07
83,73
84,47
93,97
96,04
94,92
91,36
92,52
91,89
Kalimantan Tengah
88,14
88,57
88,34
94,09
93,78
93,94
91,97
92,06
92,02
Kalimantan Selatan
92,35
94,13
93,18
95,69
95,68
95,68
94,24
95,03
94,62
Kalimantan Timur
93,62
93,64
93,63
92,93
93,81
93,36
93,36
93,70
93,53
Sulawesi Utara
90,84
89,77
90,32
89,62
93,26
91,43
90,19
91,68
90,92
Sulawesi Tengah
89,95
91,01
90,47
93,86
93,83
93,85
92,95
93,18
93,06
Sulawesi Selatan
92,98
91,30
92,15
96,60
97,27
96,93
95,34
95,22
95,28
Sulawesi Tenggara
93,,50
94,75
94,10
97,29
98,77
98,03
96,25
97,72
96,97 92,38
Gorontalo
94,03
90,61
92,52
90,61
94,25
92,31
91,70
93,16
Sulawesi Barat
95,31
99,51
97,17
97,80
95,72
96,72
97,20
96,44
96,82
Maluku
87,35
95,05
90,88
96,08
96,99
96,51
93,15
96,36
94,65
Maluku Utara
94,51
94,17
94,36
95,16
95,35
95,25
94,99
95,08
95,03
Papua Barat
87,18
89,53
88,11
91,79
96,37
93,94
89,63
93,66
91,39
Papua
90,98
92,02
91,47
93,85
92,09
93,04
93,16
92,07
92,65
Indonesia
92,19
93,68
92,92
95,53
96,15
95,82
93,89
94,92
94,39
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
119
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 14. Rata-Rata Lama Pemberian ASI (Bulan) menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Aceh
L (2) 15,33
P (3) 15,63
L+P (4) 15,48
L (5) 16,67
P (6) 16,38
L+P (7) 16,53
L (8) 16,29
P (9) 16,16
L+P (10) 16,23
Sumatera Utara
13,47
13,58
13,52
14,60
14,70
14,65
14,09
14,20
14,14
Sumatera Barat
15,67
16,06
15,86
16,10
16,30
16,20
15,94
16,21
16,07
Riau
15,67
15,15
15,43
16,43
16,30
16,37
16,13
15,86
16,00
Jambi
15,21
14,41
14,81
16,20
16,72
16,44
15,92
15,99
15,95
(1)
Sumatera Selatan
14,87
15,17
15,02
17,31
16,77
17,05
16,50
16,20
16,36
Bengkulu
15,21
16,31
15,78
16,38
16,74
16,54
16,04
16,59
16,30
Lampung
15,10
15,15
15,13
15,48
16,04
15,75
15,39
15,82
15,59
Bangka Belitung
14,05
14,35
14,20
15,70
15,65
15,68
14,98
15,05
15,01
Kepulauan Riau
13,77
12,97
13,40
15,36
16,98
16,14
13,99
13,55
13,78
DKI Jakarta
14,21
14,67
14,44
-
-
-
14,21
14,67
14,44 16,54
Jawa Barat
16,06
16,25
16,15
17,54
17,13
17,34
16,55
16,53
Jawa Tengah
15,86
16,52
16,18
17,37
17,63
17,50
16,69
17,12
16,90
DI Yogyakarta
14,93
16,48
15,69
17,60
17,58
17,59
15,82
16,82
16,30
Jawa Timur
14,39
15,07
14,72
17,40
16,77
17,10
15,94
15,92
15,93
Banten
14,58
14,53
14,56
16,51
16,07
16,31
15,29
15,04
15,17
Bali
15,13
14,96
15,05
15,96
16,20
16,08
15,44
15,45
15,44
Nusa Tenggara Barat
16,37
16,55
16,46
16,79
16,86
16,82
16,62
16,73
16,68
Nusa Tenggara Timur
14,86
14,71
14,79
16,21
16,40
16,30
16,00
16,13
16,06
Kalimantan Barat
15,52
14,91
15,24
19,37
20,00
19,66
18,32
18,61
18,46
Kalimantan Tengah
16,77
16,69
16,73
17,53
17,71
17,62
17,27
17,38
17,32
Kalimantan Selatan
15,39
15,58
15,48
17,40
17,36
17,38
16,56
16,61
16,59
Kalimantan Timur
15,29
15,07
15,18
16,58
18,00
17,28
15,75
16,16
15,95
Sulawesi Utara
15,56
15,33
15,45
15,15
15,36
15,26
15,35
15,35
15,35
Sulawesi Tengah
13,94
14,81
14,39
17,60
16,48
17,04
16,79
16,10
16,44
Sulawesi Selatan
15,30
15,20
15,25
15,58
16,14
15,85
15,48
15,82
15,65
Sulawesi Tenggara
15,11
15,32
15,21
15,94
15,97
15,95
15,73
15,80
15,77
Gorontalo
14,41
15,61
14,94
16,72
17,51
17,08
15,98
16,91
16,39
Sulawesi Barat
16,62
15,41
16,08
16,91
17,90
17,40
16,85
17,40
17,11
Maluku
14,66
13,90
14,30
13,91
14,19
14,05
14,16
14,10
14,13
Maluku Utara
14,81
14,20
14,49
14,74
14,58
14,66
14,76
14,48
14,62
Papua Barat
16,76
15,21
16,06
15,46
16,,15
15,78
16,03
15,75
15,90
Papua
15,23
14,80
15,02
17,49
17,00
17,26
16,90
16,38
16,65
Indonesia
15,19
15,45
15,32
16,73
16,70
16,72
15,99
16,09
16,03
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
120
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 15. Rata-Rata Lama Pemberian ASI tanpa Makanan Tambahan dan ASI dengan Makanan Tambahan menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2010
Provinsi (1)
ASI tanpa Makanan Tambahan Perkotaan+ Perkotaan Perdesaan Perdesaan (2) (3) (4)
ASI dengan Makanan Tambahan Perkotaan+ Perkotaan Perdesaan Perdesaan (7) (5) (6)
Aceh
3,95
3,40
3,56
11,53
13,13
12,67
Sumatera Utara
3,81
4,22
4,04
9,71
10,42
10,10
Sumatera Barat
4,71
4,68
4,69
11,15
11,52
11,38
Riau
4,50
4,95
4,78
10,93
11,42
11,23
Jambi
4,73
4,83
4,80
10,08
11,61
11,15
Sumatera Selatan
4,27
5,11
4,82
10,74
11,94
11,53
Bengkulu
4,73
4,60
4,64
11,06
11,94
11,66
Lampung
5,08
4,60
4,72
10,05
11,15
10,88
Bangka Belitung
4,71
4,50
4,59
9,49
11,18
10,42
Kepulauan Riau
4,28
4,39
4,29
9,12
11,75
9,49
DKI Jakarta
4,22
-
4,22
10,22
-
10,22
Jawa Barat
4,30
3,87
4,16
11,86
13,47
12,38
Jawa Tengah
3,21
3,48
3,36
12,97
14,02
13,54
DI Yogyakarta
4,09
4,22
4,13
11,59
13,37
12,17
Jawa Timur
3,78
3,53
3,65
10,95
13,56
12,28
Banten
4,26
3,15
3,87
10,30
13,15
11,29
Bali
3,40
3,47
3,43
11,65
12,61
12,02
Nusa Tenggara Barat
5,08
4,84
4,94
11,39
11,98
11,74
Nusa Tenggara Timur
4,78
4,90
4,88
10,01
11,40
11,18
Kalimantan Barat
3,88
4,47
4,31
11,36
15,19
14,14
Kalimantan Tengah
4,88
5,20
5,09
11,86
12,42
12,23
Kalimantan Selatan
4,06
4,09
4,08
11,42
13,29
12,51
Kalimantan Timur
4,44
5,17
4,71
10,74
12,12
11,24
Sulawesi Utara
5,34
4,82
5,06
10,11
10,44
10,29
Sulawesi Tengah
4,19
4,09
4,12
10,19
12,94
12,32
Sulawesi Selatan
4,92
4,91
4,91
10,33
10,95
10,73
Sulawesi Tenggara
4,36
4,10
4,16
10,86
11,86
11,60
Gorontalo
4,15
3,65
3,81
10,80
13,43
12,58
Sulawesi Barat
4,84
5,14
5,08
11,24
12,26
12,04
Maluku
4,68
4,87
4,81
9,62
9,18
9,32
Maluku Utara
4,92
4,31
4,46
9,57
10,35
10,15
Papua Barat
4,40
4,56
4,49
11,66
11,22
11,41
Papua
4,88
5,92
5,64
10,14
11,34
11,02
Indonesia
4,13
4,19
4,16
11,19
12,53
11,87
Sumber : Susenas 2010, BPS
121
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 16. Persentase Balita yang Pernah Diimunisasi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 Provinsi (1) Aceh
Perkotaan L (2) 93,3
P (3) 93,4
Perdesaan L+P (4) 93,3
L (5) 90,4
P (6) 90,9
Perkotaan+Perdesaan L+P (7) 90,6
L (8) 91,2
P (9) 91,6
L+P (10) 91,4
Sumatera Utara
93,5
92,6
93,0
87,5
87,2
87,4
90,3
89,7
90,0
Sumatera Barat
94,8
94,3
94,5
92,4
91,0
91,7
93,3
92,2
92,8
Riau
95,3
97,2
96,1
90,2
89,9
90,1
92,3
92,7
92,5
Jambi
94,5
95,5
95,0
93,0
93,2
93,1
93,4
93,9
93,7
Sumatera Selatan
96,7
96,0
96,4
93,5
95,0
94,2
94,6
95,3
95,0
Bengkulu
97,4
96,3
96,9
94,1
94,2
94,1
95,1
94,9
95,0
Lampung
98,5
96,4
97,5
96,5
95,0
95,8
97,0
95,4
96,2
Bangka Belitung
96,4
96,0
96,2
89,8
90,9
90,3
92,8
93,3
93,0
Kepulauan Riau
97,9
95,4
96,7
94,7
94,4
94,6
97,4
95,2
96,4
DKI Jakarta
98,0
98,5
98,3
-
-
-
98,0
98,5
98,3
Jawa Barat
97,0
96,9
96,9
96,0
95,6
95,8
96,6
96,5
96,6
Jawa Tengah
98,8
98,8
98,8
98,1
98,3
98,2
98,4
98,6
98,5
DI Yogyakarta
97,2
97,9
97,6
99,6
100,0
99,8
98,0
98,5
98,3
Jawa Timur
98,5
98,3
98,4
94,6
93,2
93,9
96,5
95,7
96,1
Banten
95,4
93,9
94,7
91,1
89,6
90,4
93,9
92,6
93,3 99,4
Bali
99,2
99,8
99,5
99,2
99,0
99,1
99,2
99,5
Nusa Tenggara Barat
98,3
99,0
98,7
96,4
97,4
96,9
97,1
98,1
97,6
Nusa Tenggara Timur
97,2
97,3
97,3
93,5
93,6
93,5
94,1
94,2
94,1
Kalimantan Barat
92,1
92,3
92,2
90,9
90,1
90,5
91,3
90,7
91,0
Kalimantan Tengah
90,8
94,2
92,4
87,9
89,7
88,8
89,0
91,3
90,1
Kalimantan Selatan
90,8
93,6
92,1
91,3
90,8
91,0
91,1
92,0
91,5
Kalimantan Timur
97,5
98,9
98,1
97,3
95,5
96,4
97,4
97,6
97,5
Sulawesi Utara
97,3
98,2
97,8
98,2
98,1
98,1
97,8
98,1
98,0
Sulawesi Tengah
95,1
95,3
95,2
91,2
88,1
89,6
92,1
89,8
90,9
Sulawesi Selatan
95,9
96,3
96,1
91,5
90,4
91,0
93,1
92,5
92,8
Sulawesi Tenggara
95,5
95,8
95,6
90,4
89,9
90,1
91,7
91,4
91,6
Gorontalo
97,1
96,9
97,0
93,5
93,8
93,7
94,7
94,8
94,7
Sulawesi Barat
92,9
91,6
92,3
78,2
76,7
77,4
81,6
79,7
80,7
Maluku
92,5
89,1
91,0
80,4
81,7
81,0
84,5
84,1
84,3
Maluku Utara
96,9
97,8
97,4
90,9
92,8
91,9
92,5
94,1
93,3
Papua Barat
91,5
93,6
92,4
95,7
95,2
95,5
93,8
94,5
94,1
Papua
96,3
96,3
96,3
61,1
64,4
62,7
70,7
73,3
71,9
Indonesia
96,8
96,8
96,8
92,9
92,6
92,8
94,8
94,7
94,8
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
122
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 17. Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenis Imunisasi, 2010 Provinsi (1) Aceh
Laki-Laki BCG (2) 86,46
DPT (3) 84,52
Perempuan
Polio Campak (4) (5) 88,28 74,14
BCG (6) 87,83
DPT (7) 84,91
Laki-Laki+Perempuan
Polio Campak (8) (9) 87,00 74,34
BCG (10) 87,12
DPT (11) 84,70
Polio Campak (12) (13) 87,66 74,24
Sumatera Utara
86,78
83,57
85,52
72,46
85,93
83,50
85,59
72,73
86,37
83,54
85,56
72,59
Sumatera Barat
90,72
87,03
88,17
72,29
89,47
85,39
87,08
72,58
90,11
86,24
87,64
72,43
Riau
88,92
86,49
88,43
77,36
88,64
85,72
87,95
77,73
88,79
86,13
88,20
77,53
Jambi
90,57
87,42
87,88
77,28
91,74
88,54
88,90
76,21
91,13
87,95
88,37
76,77
Sumatera Selatan
91,58
89,35
89,15
77,48
92,91
88,15
89,18
77,98
92,21
88,78
89,17
77,72
Bengkulu
93,09
89,90
89,72
78,55
93,18
89,98
90,42
80,80
93,13
89,94
90,05
79,62
Lampung
95,81
92,94
92,89
79,54
94,70
93,06
92,73
80,59
95,28
93,00
92,82
80,04
Bangka Belitung
88,74
84,58
87,68
75,48
90,36
87,88
88,62
76,44
89,53
86,19
88,14
75,95
Kepulauan Riau
95,89
91,82
93,80
82,26
93,38
89,03
92,76
78,80
94,73
90,53
93,32
80,66
DKI Jakarta
97,05
94,86
93,86
81,29
97,73
96,13
94,65
79,64
97,38
95,49
94,25
80,47
Jawa Barat
94,89
92,39
92,43
79,55
95,07
92,23
92,19
78,06
94,98
92,31
92,31
78,82
Jawa Tengah
97,62
94,02
94,93
80,78
97,54
94,32
94,76
80,91
97,58
94,16
94,85
80,84
DI Yogyakarta
97,10
92,51
93,52
80,92
98,18
94,45
94,39
83,90
97,62
93,45
93,94
82,36
Jawa Timur
94,81
91,31
91,59
78,83
93,87
90,93
91,83
78,57
94,36
91,13
91,70
78,70
Banten
90,47
87,58
89,44
74,27
88,48
85,59
87,94
73,49
89,51
86,62
88,72
73,90 82,50
Bali
98,80
94,87
95,33
81,68
99,09
96,18
97,15
83,41
98,94
95,49
96,19
Nusa Tenggara Barat
94,88
91,56
92,42
80,29
97,01
92,72
94,86
80,78
95,94
92,14
93,64
80,54
Nusa Tenggara Timur
92,44
90,09
90,89
78,91
91,96
90,26
90,66
79,54
92,21
90,17
90,78
79,21
Kalimantan Barat
88,78
86,27
87,17
75,05
87,79
86,29
86,74
73,66
88,32
86,28
86,97
74,41
Kalimantan Tengah
85,17
82,12
84,33
74,29
87,95
85,94
86,82
75,93
86,51
83,96
85,53
75,08
Kalimantan Selatan
89,04
86,30
87,87
74,09
89,36
85,49
86,10
71,15
89,20
85,91
87,02
72,67
Kalimantan Timur
95,85
93,99
93,87
82,71
96,39
93,72
93,98
84,09
96,11
93,86
93,92
83,37
Sulawesi Utara
96,62
92,45
93,04
83,14
97,69
95,28
94,91
83,87
97,14
93,82
93,95
83,50
Sulawesi Tengah
89,03
85,99
87,79
76,63
86,87
84,40
85,83
72,96
87,94
85,19
86,80
74,78
Sulawesi Selatan
91,38
88,11
88,25
76,28
90,97
87,94
88,44
77,04
91,18
88,03
88,34
76,65
Sulawesi Tenggara
90,03
86,90
88,38
77,46
89,69
87,00
87,34
76,26
89,86
86,95
87,86
76,87
Gorontalo
93,19
88,75
90,68
76,85
93,47
90,34
91,55
80,59
93,31
89,46
91,07
78,51
Sulawesi Barat
76,18
73,06
76,51
65,62
76,87
75,71
76,79
69,42
76,51
74,33
76,65
67,45
Maluku
79,48
76,18
78,06
69,21
79,27
77,43
78,97
68,49
79,38
76,77
78,49
68,87
Maluku Utara
88,15
86,36
87,89
78,31
90,16
86,43
88,96
77,15
89,19
86,39
88,44
77,71
Papua Barat
92,27
90,15
90,44
78,45
92,16
88,64
89,36
76,42
92,22
89,47
89,96
77,54
Papua
66,27
64,54
67,26
58,88
70,36
66,58
69,22
59,59
68,21
65,51
68,19
59,22
Indonesia
92,76
89,77
90,55
77,78
92,71
89,81
90,58
77,55
92,73
89,79
90,56
77,67
Sumber : Susenas 2010, BPS
123
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 18. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktivitas Sehari-hari menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 Perkotaan Provinsi (1) Aceh
L (2) 19,02
Perdesaan
P
L+P
L
P
(3) 19,04
(4) 19,03
(5) 20,97
(6) 21,62
Perkotaan+Perdesaan L+P (7) 21,28
L
P
L+P
(8) 20,46
(9) 20,92
(10) 20,68
Sumatera Utara
14,42
13,59
14,01
16,08
15,43
15,77
15,33
14,57
14,96
Sumatera Barat
13,08
13,77
13,42
16,11
15,35
15,74
14,97
14,75
14,87
Riau
16,06
15,56
15,82
14,95
17,41
16,13
15,38
16,70
16,01
Jambi
17,13
15,35
16,25
15,83
14,80
15,35
16,21
14,97
15,61
Sumatera Selatan
10,89
10,59
10,74
13,14
13,38
13,25
12,39
12,40
12,40
Bengkulu
15,30
17,17
16,23
20,73
19,47
20,12
19,09
18,74
18,92
Lampung
19,24
17,32
18,30
18,07
17,02
17,57
18,37
17,10
17,76
Bangka Belitung
16,76
18,55
17,63
13,34
14,26
13,79
14,89
16,22
15,54
Kepulauan Riau
21,89
18,39
20,19
23,64
23,37
23,51
22,21
19,24
20,77
DKI Jakarta
18,75
16,84
17,79
-
-
-
18,75
16,84
17,79
Jawa Barat
17,47
17,21
17,35
15,78
15,45
15,62
16,88
16,61
16,75
Jawa Tengah
16,78
15,79
16,30
15,89
15,98
15,93
16,28
15,89
16,10
DI Yogyakarta
15,81
17,00
16,40
23,67
22,76
23,24
18,50
18,86
18,68
Jawa Timur
16,23
15,31
15,79
17,31
17,09
17,21
16,80
16,23
16,52
Banten
14,76
13,93
14,36
15,04
14,87
14,96
14,86
14,27
14,57
Bali
26,11
23,48
24,82
28,43
30,80
29,53
27,07
26,31
26,71
Nusa Tenggara Barat
21,81
21,79
21,80
17,73
17,66
17,70
19,37
19,35
19,36
Nusa Tenggara Timur
18,22
17,96
18,09
28,51
29,54
29,00
26,78
27,41
27,08
Kalimantan Barat
14,34
14,01
14,18
22,42
20,13
21,33
20,12
18,31
19,26
Kalimantan Tengah
16,80
15,35
16,08
19,56
20,01
19,77
18,68
18,42
18,55
Kalimantan Selatan
15,96
15,10
15,54
16,67
16,66
16,66
16,38
16,02
16,21
Kalimantan Timur
16,56
17,15
16,84
17,93
17,20
17,58
17,09
17,17
17,13
Sulawesi Utara
19,86
20,40
20,12
23,99
25,34
24,63
22,12
23,10
22,59
Sulawesi Tengah
31,79
29,81
30,80
28,04
28,90
28,45
28,87
29,11
28,99
Sulawesi Selatan
17,39
17,08
17,24
15,78
15,94
15,86
16,34
16,35
16,35
Sulawesi Tenggara
20,62
20,62
20,62
22,49
20,79
21,66
22,01
20,75
21,39
Gorontalo
22,72
20,50
21,64
34,24
32,10
33,23
30,49
28,15
29,38
Sulawesi Barat
19,20
21,70
20,43
21,57
20,51
21,06
21,06
20,77
20,92
Maluku
18,49
17,75
18,15
20,35
21,79
21,04
19,72
20,49
20,09
Maluku Utara
28,51
25,01
26,79
22,62
21,78
22,21
24,04
22,57
23,33
Papua Barat
20,85
21,77
21,26
17,81
18,42
18,09
18,66
19,33
18,97
Papua
16,78
15,92
16,36
17,72
17,72
17,72
17,51
17,28
17,40
Indonesia
17,10
16,40
16,76
17,94
17,81
17,88
17,54
17,13
17,34
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
124
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 19. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Jenis Keluhan Terbesar menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2010 Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
Perempuan
Batuk
Pilek
Panas
Lain nya
(2) 58,95
(3) 58,16
(4) 66,41
(5) 13,27
Batuk
Pilek
Panas
(6) 57,26
(7) 57,15
(8) 66,13
Laki-Laki+Perempuan Lain nya (9) 13,59
Batuk
Pilek
Panas
(10) 58,12
(11) (12) 57,66 66,27
Lain nya (13) 13,42
Sumatera Utara
59,86
57,48
62,56
13,85
59,02
58,82
61,62
12,56
59,45
58,13 62,10
13,23
Sumatera Barat
50,05
52,96
57,92
17,33
49,97
51,80
55,76
17,95
50,01
52,40 56,87
17,63
Riau
59,23
63,19
57,09
8,59
58,24
64,09
57,19
9,18
58,74
63,64 57,14
8,88
Jambi
56,17
56,68
50,37
17,69
55,51
59,23
47,40
14,70
55,86
57,87 48,98
16,30
Sumatera Selatan
58,73
59,74
48,60
15,43
56,60
62,05
48,99
15,69
57,73
60,83 48,78
15,56
Bengkulu
59,00
60,74
48,91
19,82
56,23
59,98
44,49
18,65
57,65
60,37 46,76
19,25
Lampung
66,08
68,88
50,89
14,55
66,06
68,55
50,18
13,71
66,07
68,72 50,55
14,15
Bangka Belitung
58,08
63,22
49,73
18,02
57,43
62,23
47,10
16,35
57,76
62,73 48,42
17,19
Kepulauan Riau
66,54
63,77
60,26
14,31
65,65
70,61
51,20
13,59
66,12
66,98 56,00
13,97
DKI Jakarta
67,82
66,66
48,81
13,34
66,69
67,00
45,99
15,78
67,27
66,82 47,45
14,52
Jawa Barat
57,15
60,32
56,69
16,35
55,59
60,18
55,63
15,78
56,38
60,25 56,17
16,07
Jawa Tengah
61,48
65,49
50,71
17,90
62,82
68,92
50,56
16,80
62,14
67,19 50,63
17,35
DI Yogyakarta
61,06
60,22
44,65
18,08
64,71
65,06
46,19
19,61
62,89
62,65 45,42
18,85
Jawa Timur
59,15
60,18
53,77
18,62
57,91
59,68
51,02
18,21
58,56
59,94 52,45
18,42
Banten
53,78
61,92
52,44
18,30
53,59
61,54
47,06
17,34
53,69
61,73 49,81
17,83
Bali
61,79
63,50
69,32
17,52
57,36
61,01
64,46
17,12
59,69
62,32 67,02
17,33
Nusa Tenggara Barat
50,30
51,70
57,71
25,71
51,28
55,41
64,19
22,25
50,77
53,47 60,81
24,05
Nusa Tenggara Timur
69,10
68,85
58,91
16,78
68,57
68,31
57,50
16,30
68,85
68,59 58,24
16,55
Kalimantan Barat
54,35
57,84
54,42
16,67
54,47
60,46
51,90
16,44
54,41
59,04 53,26
16,56
Kalimantan Tengah
53,52
58,23
49,59
12,37
55,30
60,24
49,66
11,17
54,38
59,21 49,62
11,79
Kalimantan Selatan
55,58
58,47
55,04
16,42
54,32
57,63
49,89
16,21
54,95
58,05 52,47
16,31
Kalimantan Timur
61,22
65,88
53,21
14,88
59,52
66,84
49,96
14,84
60,39
66,35 51,63
14,86
Sulawesi Utara
57,56
52,15
61,19
13,63
54,91
52,99
58,70
14,11
56,24
52,57 59,94
13,87
Sulawesi Tengah
49,15
47,83
64,25
17,53
49,87
50,19
65,13
15,58
49,50
48,98 64,68
16,58
Sulawesi Selatan
42,96
47,20
55,85
20,55
42,49
48,88
54,27
19,06
42,73
48,03 55,07
19,81
Sulawesi Tenggara
46,00
43,47
60,90
16,70
41,74
43,77
54,09
18,85
43,96
43,62 57,64
17,73
Gorontalo
54,43
40,07
81,46
14,67
54,48
47,18
78,18
16,36
54,45
43,38 79,93
15,46
Sulawesi Barat
35,61
42,90
52,57
19,40
34,86
46,18
51,36
23,88
35,26
44,46 52,00
21,53
Maluku
56,08
53,43
62,16
13,82
54,09
52,97
61,17
15,19
55,13
53,21 61,69
14,48
Maluku Utara
49,31
40,97
64,62
16,24
51,27
40,96
63,06
15,63
50,24
40,96 63,88
15,95
Papua Barat
56,28
54,45
55,98
23,11
56,85
54,49
55,35
21,42
56,55
54,46 55,68
22,30
Papua
50,02
59,45
42,43
19,02
48,86
60,54
43,40
18,79
49,49
59,94 42,87
18,91
Indonesia
57,99
60,02
55,18
16,76
57,31
60,90
53,65
16,30
57,66
60,45 54,44
16,53
Sumber : Susenas 2010, BPS
125
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 20. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2010 Provinsi (1) Aceh
Perkotaan L (2) 70,82
P (3) 67,35
Perdesaan L+P (4) 69,06
L (5) 67,94
P (6) 68,58
Perkotaan+Perdesaan L+P (7) 68,25
L (8) 68,65
P (9) 68,25
L+P (10) 68,46
Sumatera Utara
65,33
64,15
64,75
69,36
72,03
70,64
67,64
68,53
68,07
Sumatera Barat
56,93
53,23
55,09
62,48
61,43
61,98
60,52
58,42
59,50
Riau
62,23
64,80
63,49
76,24
72,85
74,54
70,44
69,63
70,03
Jambi
68,07
72,17
70,05
75,03
73,67
74,41
72,92
73,18
73,04
Sumatera Selatan
75,98
78,02
76,97
72,68
74,90
73,72
73,85
76,05
74,89
Bengkulu
65,99
68,59
67,34
74,82
73,21
74,06
72,31
71,71
72,02
Lampung
70,95
63,71
67,41
66,00
67,84
66,87
67,24
66,75
67,01 68,49
Bangka Belitung
66,53
64,76
65,64
68,64
74,45
71,49
67,57
69,43
Kepulauan Riau
80,82
78,24
79,60
68,34
69,78
69,00
78,45
76,71
77,63
DKI Jakarta
53,17
52,38
52,79
-
-
-
53,17
52,38
52,79
Jawa Barat
63,49
66,86
65,17
70,34
73,43
71,82
65,84
68,99
67,39
Jawa Tengah
54,45
53,61
54,03
55,14
58,14
56,62
54,83
56,08
55,45 47,39
DI Yogyakarta
51,01
52,29
51,68
36,13
42,39
38,98
45,50
49,26
Jawa Timur
53,06
55,42
54,19
53,77
52,74
53,28
53,42
54,05
53,72
Banten
69,72
71,13
70,42
77,08
80,30
78,60
72,40
74,29
73,32
Bali
49,91
55,54
52,58
53,14
59,63
56,21
51,31
57,31
54,15
Nusa Tenggara Barat
55,79
55,66
55,73
57,49
61,23
59,29
56,68
58,62
57,61 61,20
Nusa Tenggara Timur
67,38
62,53
64,96
60,68
60,33
60,52
61,67
60,68
Kalimantan Barat
66,82
71,07
68,87
73,44
73,37
73,41
71,72
72,71
72,18
Kalimantan Tengah
77,07
78,75
77,90
80,88
80,43
80,66
79,68
79,89
79,78
Kalimantan Selatan
78,50
80,23
79,35
80,00
80,78
80,40
79,36
80,55
79,96
Kalimantan Timur
67,94
69,83
68,87
62,59
68,91
65,59
66,03
69,52
67,72
Sulawesi Utara
57,07
60,98
59,04
68,68
64,25
66,48
63,83
62,86
63,35
Sulawesi Tengah
76,05
73,40
74,75
80,57
82,19
81,36
79,46
80,02
79,73
Sulawesi Selatan
68,06
66,18
67,10
65,75
64,72
65,25
66,57
65,28
65,93
Sulawesi Tenggara
68,49
69,47
68,98
76,11
75,12
75,64
74,05
73,45
73,76
Gorontalo
74,32
76,00
75,11
83,01
83,30
83,15
80,69
81,34
80,99
Sulawesi Barat
68,24
70,18
69,25
70,20
67,62
69,01
69,77
68,29
69,07
Maluku
62,14
59,93
61,15
80,59
78,12
79,37
74,46
72,79
73,66 76,36
Maluku Utara
70,46
70,28
70,38
77,16
79,73
78,39
75,41
77,41
Papua Barat
67,05
61,46
64,40
60,64
61,94
61,26
62,67
61,79
62,25
Papua
59,57
56,25
57,94
48,08
51,15
49,43
50,48
52,39
51,34
Indonesia
61,48
62,51
61,99
65,13
66,36
65,72
63,39
64,47
63,92
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : L= Laki-Laki, P= Perempuan
126
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 21. Persentase Anak umur 5-6 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 48,7
(3) 51,3
Perempuan
3 (4) 0,0
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 44,9
(7) 55,0
(8) 0,1
(9) 100
(10) 46,8
(11) 53,1
(12) 0,1
(13) 100
Sumatera Utara
46,4
53,6
0,0
100
48,0
51,9
0,1
100
47,2
52,7
0,0
100
Sumatera Barat
62,5
37,5
0,0
100
62,8
37,2
0,0
100
62,6
37,4
0,0
100
Riau
59,3
40,7
0,0
100
63,1
36,9
0,0
100
61,2
38,8
0,0
100
Jambi
39,9
60,1
0,0
100
37,3
61,1
1,6
100
38,6
60,6
0,8
100
Sumatera Selatan
41,3
58,7
0,0
100
36,3
63,7
0,0
100
39,0
61,0
0,0
100
Bengkulu
60,2
39,8
0,0
100
47,7
52,3
0,0
100
53,5
46,5
0,0
100
Lampung
52,5
47,5
0,0
100
53,9
46,1
0,0
100
53,2
46,8
0,0
100
Bangka Belitung
47,1
52,9
0,0
100
38,7
61,3
0,0
100
43,2
56,8
0,0
100
Kepulauan Riau
69,1
30,9
0,0
100
70,2
29,8
0,0
100
69,7
30,3
0,0
100
DKI Jakarta
64,3
35,7
0,0
100
63,0
37,0
0,0
100
63,7
36,3
0,0
100
Jawa Barat
59,6
40,4
0,0
100
55,0
44,8
0,1
100
57,3
42,6
0,1
100
Jawa Tengah
49,3
50,7
0,0
100
48,9
51,0
0,1
100
49,1
50,9
0,0
100
DI Yogyakarta
65,2
34,8
0,0
100
64,9
35,1
0,0
100
65,1
34,9
0,0
100
Jawa Timur
66,8
33,2
0,0
100
63,4
36,1
0,5
100
65,1
34,6
0,3
100
Banten
54,1
45,9
0,0
100
52,8
47,2
0,0
100
53,4
46,6
0,0
100
Bali
57,8
42,2
0,0
100
56,6
43,4
0,0
100
57,2
42,8
0,0
100
Nusa Tenggara Barat
65,1
34,9
0,0
100
55,0
45,0
0,0
100
60,3
39,7
0,0
100
Nusa Tenggara Timur
46,5
53,4
0,1
100
40,8
58,9
0,3
100
43,4
56,3
0,2
100
Kalimantan Barat
51,6
48,4
0,0
100
46,7
53,3
0,0
100
49,3
50,7
0,0
100
Kalimantan Tengah
51,0
48,7
0,3
100
49,3
50,7
0,0
100
50,1
49,8
0,1
100
Kalimantan Selatan
55,1
44,5
0,4
100
50,8
49,2
0,0
100
53,1
46,6
0,2
100
Kalimantan Timur
49,3
50,7
0,0
100
53,1
46,2
0,7
100
51,0
48,6
0,3
100
Sulawesi Utara
30,8
66,6
2,5
100
26,5
73,5
0,0
100
28,5
70,3
1,2
100
Sulawesi Tengah
43,3
56,7
0,0
100
46,0
54,0
0,0
100
44,4
55,6
0,0
100
Sulawesi Selatan
55,3
44,7
0,0
100
48,3
51,7
0,0
100
52,1
47,9
0,0
100
Sulawesi Tenggara
45,5
54,5
0,0
100
36,4
63,6
0,0
100
41,1
58,9
0,0
100
Gorontalo
51,4
47,6
1,0
100
52,4
47,6
0,0
100
51,8
47,6
0,6
100
Sulawesi Barat
52,3
47,7
0,0
100
43,6
56,4
0,0
100
48,3
51,7
0,0
100
Maluku
27,7
72,3
0,0
100
26,9
73,1
0,0
100
27,4
72,6
0,0
100
Maluku Utara
40,9
59,1
0,0
100
42,7
57,3
0,0
100
41,8
58,2
0,0
100
Papua Barat
49,8
50,2
0,0
100
59,9
40,1
0,0
100
54,7
45,3
0,0
100
Papua
51,0
49,0
0,0
100
49,5
50,5
0,0
100
50,3
49,7
0,0
100
Indonesia
56,6
43,4
0,0
100
54,1
45,7
0,2
100
55,4
44,5
0,1
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
127
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 22. Persentase Anak umur 5-6 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 51,8
(3) 48,2
Perempuan
3 (4) 0,0
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 57,5
(7) 42,5
(8) 0,0
(9) 100
(10) 54,3
(11) 45,7
(12) 0,0
(13) 100
Sumatera Utara
53,9
46,1
0,0
100
54,1
45,7
0,2
100
54,0
45,9
0,1
100
Sumatera Barat
71,5
28,2
0,3
100
68,3
31,7
0,0
100
69,9
30,0
0,2
100
Riau
68,6
31,4
0,0
100
64,4
35,6
0,0
100
66,6
33,4
0,0
100
Jambi
52,6
47,4
0,0
100
50,3
49,5
0,3
100
51,5
48,4
0,1
100
Sumatera Selatan
55,2
44,8
0,0
100
50,4
49,6
0,0
100
53,0
47,0
0,0
100
Bengkulu
59,1
40,9
0,0
100
48,2
51,8
0,0
100
53,2
46,8
0,0
100
Lampung
57,1
42,9
0,0
100
55,3
44,7
0,0
100
56,2
43,8
0,0
100
Bangka Belitung
47,5
52,2
0,3
100
44,6
55,4
0,0
100
46,1
53,7
0,2
100
Kepulauan Riau
59,3
40,7
0,0
100
40,7
59,3
0,0
100
51,4
48,6
0,0
100
DKI Jakarta
-
-
-
100
-
-
-
100
-
-
-
100
Jawa Barat
71,6
28,4
0,0
100
62,9
36,5
0,6
100
67,6
32,1
0,3
100
Jawa Tengah
52,3
47,5
0,3
100
44,9
54,7
0,4
100
48,9
50,8
0,3
100
DI Yogyakarta
58,9
41,1
0,0
100
52,1
47,9
0,0
100
55,2
44,8
0,0
100
Jawa Timur
63,3
36,6
0,1
100
57,7
42,3
0,0
100
60,6
39,3
0,1
100
Banten
66,1
33,9
0,0
100
59,2
40,8
0,0
100
62,7
37,3
0,0
100
Bali
58,8
41,2
0,0
100
47,0
53,0
0,0
100
53,5
46,5
0,0
100
Nusa Tenggara Barat
63,7
36,3
0,0
100
47,0
53,0
0,0
100
56,1
43,9
0,0
100
Nusa Tenggara Timur
61,4
38,5
0,1
100
57,3
42,7
0,0
100
59,4
40,5
0,1
100
Kalimantan Barat
64,5
35,5
0,0
100
60,6
39,4
0,0
100
62,7
37,3
0,0
100
Kalimantan Tengah
56,3
43,4
0,3
100
52,7
47,3
0,0
100
54,4
45,4
0,2
100
Kalimantan Selatan
59,2
40,8
0,0
100
56,2
43,5
0,3
100
57,8
42,1
0,1
100
Kalimantan Timur
68,0
32,0
0,0
100
65,6
34,4
0,0
100
66,8
33,2
0,0
100
Sulawesi Utara
36,0
64,0
0,0
100
32,5
67,0
0,5
100
34,4
65,4
0,2
100
Sulawesi Tengah
54,6
45,0
0,4
100
59,3
40,7
0,0
100
56,8
43,0
0,2
100
Sulawesi Selatan
53,5
46,5
0,0
100
49,0
51,0
0,0
100
51,3
48,7
0,0
100
Sulawesi Tenggara
46,9
53,1
0,0
100
48,1
51,9
0,0
100
47,5
52,5
0,0
100
Gorontalo
58,4
41,6
0,0
100
59,4
40,6
0,0
100
58,9
41,1
0,0
100
Sulawesi Barat
69,0
31,0
0,0
100
64,2
35,8
0,0
100
66,8
33,2
0,0
100
Maluku
48,1
51,9
0,0
100
44,7
54,9
0,3
100
46,5
53,3
0,2
100
Maluku Utara
52,1
47,9
0,0
100
44,8
55,2
0,0
100
48,7
51,3
0,0
100
Papua Barat
70,4
29,6
0,0
100
60,6
39,4
0,0
100
65,5
34,5
0,0
100
Papua
81,0
18,8
0,2
100
77,8
22,0
0,2
100
79,5
20,4
0,2
100
Indonesia
60,5
39,4
0,1
100
55,7
44,1
0,2
100
58,2
41,6
0,1
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
128
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 23. Persentase Anak umur 5-6 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 51,0
(3) 49,0
Perempuan
3 (4) 0,0
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 53,9
(7) 46,1
(8) 0,0
(9) 100
(10) 52,3
(11) 47,7
(12) 0,0
(13) 100
Sumatera Utara
50,7
49,3
0,0
100
51,3
48,5
0,2
100
51,0
48,9
0,1
100
Sumatera Barat
68,0
31,8
0,2
100
66,4
33,6
0,0
100
67,3
32,6
0,1
100
Riau
65,0
35,0
0,0
100
63,8
36,2
0,0
100
64,4
35,6
0,0
100
Jambi
49,1
50,9
0,0
100
46,6
52,7
0,7
100
47,9
51,8
0,3
100
Sumatera Selatan
50,7
49,3
0,0
100
46,0
54,0
0,0
100
48,5
51,5
0,0
100
Bengkulu
59,4
40,6
0,0
100
48,1
51,9
0,0
100
53,3
46,7
0,0
100
Lampung
55,9
44,1
0,0
100
54,9
45,1
0,0
100
55,4
44,6
0,0
100
Bangka Belitung
47,3
52,5
0,2
100
42,2
57,8
0,0
100
44,9
55,0
0,1
100
Kepulauan Riau
67,2
32,8
0,0
100
66,2
33,8
0,0
100
66,7
33,3
0,0
100
DKI Jakarta
64,3
35,7
0,0
100
63,0
37,0
0,0
100
63,7
36,3
0,0
100
Jawa Barat
64,2
35,8
0,0
100
57,8
41,9
0,3
100
61,1
38,8
0,2
100
Jawa Tengah
51,0
48,9
0,1
100
46,8
52,9
0,3
100
49,0
50,8
0,2
100
DI Yogyakarta
63,7
36,3
0,0
100
61,0
39,0
0,0
100
62,4
37,6
0,0
100
Jawa Timur
64,9
35,0
0,1
100
60,4
39,3
0,3
100
62,8
37,1
0,2
100
Banten
58,1
41,9
0,0
100
54,9
45,1
0,0
100
56,6
43,4
0,0
100
Bali
58,2
41,8
0,0
100
53,2
46,8
0,0
100
55,7
44,3
0,0
100
Nusa Tenggara Barat
64,2
35,8
0,0
100
50,0
50,0
0,0
100
57,6
42,4
0,0
100
Nusa Tenggara Timur
59,1
40,8
0,1
100
54,3
45,7
0,1
100
56,7
43,2
0,1
100
Kalimantan Barat
60,6
39,4
0,0
100
56,6
43,4
0,0
100
58,7
41,3
0,0
100
Kalimantan Tengah
54,8
44,9
0,3
100
51,6
48,4
0,0
100
53,1
46,7
0,2
100
Kalimantan Selatan
57,5
42,3
0,2
100
54,0
45,8
0,2
100
55,9
43,9
0,2
100
Kalimantan Timur
56,1
43,9
0,0
100
58,2
41,4
0,4
100
57,1
42,7
0,2
100
Sulawesi Utara
33,9
65,1
1,1
100
29,6
70,1
0,3
100
31,8
67,5
0,7
100
Sulawesi Tengah
52,2
47,5
0,3
100
56,9
43,1
0,0
100
54,4
45,5
0,2
100
Sulawesi Selatan
54,2
45,8
0,0
100
48,8
51,2
0,0
100
51,6
48,4
0,0
100
Sulawesi Tenggara
46,5
53,5
0,0
100
45,0
55,0
0,0
100
45,8
54,2
0,0
100
Gorontalo
56,1
43,6
0,3
100
57,3
42,7
0,0
100
56,6
43,2
0,2
100
Sulawesi Barat
65,4
34,6
0,0
100
59,8
40,2
0,0
100
62,8
37,2
0,0
100
Maluku
41,6
58,4
0,0
100
39,5
60,3
0,2
100
40,6
59,3
0,1
100
Maluku Utara
49,6
50,4
0,0
100
44,2
55,8
0,0
100
47,0
53,0
0,0
100
Papua Barat
62,8
37,2
0,0
100
60,4
39,6
0,0
100
61,6
38,4
0,0
100
Papua
74,9
25,0
0,1
100
72,1
27,8
0,1
100
73,5
26,4
0,1
100
Indonesia
58,7
41,3
0,1
100
54,9
44,9
0,2
100
56,9
43,0
0,1
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
129
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 24. Persentase Anak umur 7-12 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,8
(3) 98,8
Perempuan
3 (4) 0,3
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,3
(7) 99,7
(8) 0,0
(9) 100
(10) 0,6
(11) 99,3
(12) 0,2
(13) 100
Sumatera Utara
0,3
99,5
0,3
100
0,3
99,4
0,2
100
0,3
99,4
0,3
100
Sumatera Barat
0,6
98,6
0,8
100
0,4
99,0
0,6
100
0,5
98,8
0,7
100
Riau
1,4
98,3
0,4
100
0,2
99,8
0,0
100
0,8
99,0
0,2
100
Jambi
0,4
99,2
0,4
100
0,4
99,4
0,2
100
0,4
99,3
0,3
100
Sumatera Selatan
0,5
98,9
0,5
100
0,3
99,5
0,1
100
0,4
99,2
0,3
100
Bengkulu
0,5
98,7
0,8
100
0,0
99,9
0,1
100
0,3
99,2
0,5
100
Lampung
1,0
98,6
0,4
100
0,0
99,2
0,8
100
0,5
98,9
0,6
100
Bangka Belitung
0,6
97,5
1,9
100
0,3
99,7
0,0
100
0,5
98,6
1,0
100
Kepulauan Riau
0,3
99,6
0,1
100
0,3
99,6
0,1
100
0,3
99,6
0,1
100
DKI Jakarta
0,4
98,8
0,8
100
0,1
99,5
0,3
100
0,3
99,2
0,6
100
Jawa Barat
0,4
98,3
1,3
100
0,4
98,4
1,2
100
0,4
98,4
1,3
100
Jawa Tengah
0,8
98,7
0,4
100
0,5
99,3
0,2
100
0,7
99,0
0,3
100
DI Yogyakarta
0,1
99,9
0,0
100
0,0
100
0,0
100
0,1
99,9
0,0
100
Jawa Timur
0,9
98,7
0,4
100
0,6
99,3
0,1
100
0,7
99,0
0,3
100
Banten
1,4
97,8
0,7
100
0,4
98,8
0,8
100
1,0
98,3
0,7
100
Bali
0,5
99,3
0,2
100
0,3
99,3
0,4
100
0,4
99,3
0,3
100
Nusa Tenggara Barat
0,4
98,6
1,0
100
0,6
99,3
0,1
100
0,5
98,9
0,6
100
Nusa Tenggara Timur
0,5
98,4
1,1
100
0,6
98,5
0,9
100
0,6
98,5
1,0
100
Kalimantan Barat
1,2
98,5
0,4
100
0,1
99,5
0,4
100
0,7
99,0
0,4
100
Kalimantan Tengah
0,4
99,6
0,1
100
0,6
99,1
0,3
100
0,5
99,3
0,2
100
Kalimantan Selatan
1,6
97,4
1,0
100
1,3
98,2
0,5
100
1,4
97,8
0,8
100
Kalimantan Timur
0,9
98,8
0,3
100
0,6
99,3
0,2
100
0,7
99,1
0,2
100
Sulawesi Utara
0,5
97,7
1,8
100
0,1
99,5
0,5
100
0,3
98,5
1,2
100
Sulawesi Tengah
0,3
98,3
1,4
100
0,4
99,0
0,6
100
0,3
98,7
1,0
100
Sulawesi Selatan
1,7
96,2
2,2
100
1,1
98,1
0,8
100
1,4
97,2
1,5
100
Sulawesi Tenggara
1,0
98,4
0,6
100
0,2
98,3
1,5
100
0,6
98,4
1,0
100
Gorontalo
0,9
96,3
2,9
100
0,5
98,3
1,2
100
0,7
97,3
2,0
100
Sulawesi Barat
1,5
96,7
1,7
100
1,5
96,9
1,6
100
1,5
96,8
1,6
100
Maluku
0,2
99,3
0,4
100
0,9
98,3
0,8
100
0,5
98,8
0,6
100
Maluku Utara
1,1
97,7
1,2
100
1,1
98,3
0,7
100
1,1
97,9
1,0
100
Papua Barat
1,4
98,4
0,2
100
0,6
99,4
0,0
100
1,1
98,8
0,1
100
Papua
1,8
97,7
0,5
100
2,6
96,2
1,2
100
2,2
97,0
0,8
100
Indonesia
0,7
98,5
0,8
100
0,5
99,0
0,6
100
0,6
98,8
0,7
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
130
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 25. Persentase Anak umur 7-12 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,2
(3) 99,0
Perempuan
3 (4) 0,7
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,4
(7) 99,3
(8) 0,4
(9) 100
(10) 0,3
(11) 99,2
(12) 0,5
(13) 100
Sumatera Utara
1,2
98,2
0,6
100
0,9
98,7
0,4
100
1,1
98,4
0,5
100
Sumatera Barat
1,2
97,5
1,3
100
0,9
98,4
0,7
100
1,1
97,9
1,0
100
Riau
1,5
98,4
0,2
100
1,1
98,9
0,1
100
1,3
98,6
0,1
100
Jambi
1,2
97,1
1,8
100
0,5
98,8
0,7
100
0,9
97,9
1,2
100
Sumatera Selatan
1,4
96,8
1,9
100
1,1
98,1
0,8
100
1,2
97,4
1,4
100
Bengkulu
0,8
97,9
1,4
100
0,6
99,1
0,3
100
0,7
98,4
0,9
100
Lampung
0,7
98,6
0,6
100
0,8
98,7
0,6
100
0,7
98,7
0,6
100
Bangka Belitung
2,2
96,0
1,8
100
1,7
95,8
2,5
100
2,0
95,9
2,1
100
Kepulauan Riau
100
1,4
98,2
0,4
100
1,1
98,3
0,6
100
-
-
-
-
-
-
0,6
98,2
1,2
100 100
0,8
98,5
0,7
DKI Jakarta
-
-
-
Jawa Barat
0,9
97,7
1,4
100
0,3
98,7
1,0
100
-
-
-
Jawa Tengah
0,6
98,6
0,7
100
0,5
99,2
0,3
100
0,6
98,9
0,5
DI Yogyakarta
0,3
99,2
0,5
100
0,6
99,4
0,0
100
0,5
99,3
0,3
100
Jawa Timur
0,9
98,2
0,9
100
1,1
98,8
0,1
100
0,9
98,5
0,5
100
Banten
1,6
97,6
0,8
100
0,9
97,6
1,5
100
1,3
97,6
1,1
100
Bali
0,6
98,0
1,3
100
1,1
97,7
1,3
100
0,8
97,9
1,3
100
Nusa Tenggara Barat
1,3
97,6
1,1
100
0,7
98,1
1,2
100
1,0
97,8
1,1
100
Nusa Tenggara Timur
2,4
95,7
1,9
100
1,9
96,6
1,5
100
2,2
96,1
1,7
100
Kalimantan Barat
2,2
96,5
1,2
100
2,8
96,1
1,2
100
2,5
96,3
1,2
100
Kalimantan Tengah
1,0
98,6
0,3
100
1,0
98,1
0,9
100
1,0
98,4
0,6
100
Kalimantan Selatan
0,8
97,8
1,5
100
1,2
98,2
0,7
100
1,0
98,0
1,1
100
Kalimantan Timur
2,1
97,7
0,2
100
1,3
98,5
0,3
100
1,7
98,1
0,2
100
Sulawesi Utara
0,9
97,5
1,6
100
0,7
98,8
0,5
100
0,8
98,1
1,1
100
Sulawesi Tengah
1,6
97,0
1,5
100
1,1
97,5
1,4
100
1,4
97,2
1,4
100
Sulawesi Selatan
1,7
96,2
2,1
100
1,1
97,7
1,2
100
1,4
96,9
1,7
100
Sulawesi Tenggara
1,4
97,1
1,5
100
1,0
98,2
0,8
100
1,2
97,6
1,2
100
Gorontalo
1,3
95,9
2,8
100
0,9
97,5
1,7
100
1,1
96,6
2,3
100
Sulawesi Barat
3,4
95,1
1,5
100
2,5
96,3
1,2
100
3,0
95,7
1,3
100
Maluku
1,5
98,0
0,5
100
1,0
98,0
1,0
100
1,2
98,0
0,8
100
Maluku Utara
2,1
97,2
0,8
100
1,1
96,9
2,0
100
1,6
97,0
1,3
100
Papua Barat Papua Indonesia
3,2
92,6
4,1
100
4,5
87,8
7,6
100
3,8
90,5
5,7
100
28,3
71,5
0,2
100
28,6
70,2
1,2
100
28,4
70,9
0,6
100
1,9
97,1
1,1
100
1,5
97,7
0,7
100
1,7
97,4
0,9
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
131
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 26. Persentase Anak umur 7-12 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,4
(3) 99,0
Perempuan
3 (4) 0,6
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,3
(7) 99,4
(8) 0,3
(9) 100
(10) 0,4
(11) 99,2
(12) 0,4
(13) 100
Sumatera Utara
0,8
98,8
0,5
100
0,6
99,0
0,3
100
0,7
98,9
0,4
100
Sumatera Barat
1,0
97,9
1,1
100
0,7
98,6
0,7
100
0,9
98,2
0,9
100
Riau
1,4
98,3
0,2
100
0,7
99,2
0,0
100
1,1
98,8
0,1
100
Jambi
1,0
97,6
1,4
100
0,5
98,9
0,6
100
0,8
98,3
1,0
100
Sumatera Selatan
1,1
97,4
1,4
100
0,8
98,6
0,6
100
1,0
98,0
1,0
100
Bengkulu
0,7
98,1
1,2
100
0,5
99,3
0,3
100
0,6
98,7
0,8
100
Lampung
0,8
98,6
0,6
100
0,6
98,8
0,6
100
0,7
98,7
0,6
100
Bangka Belitung
1,5
96,7
1,8
100
1,1
97,5
1,4
100
1,3
97,1
1,6
100
Kepulauan Riau
0,4
99,4
0,2
100
0,5
99,4
0,1
100
0,5
99,4
0,2
100
DKI Jakarta
0,4
98,8
0,8
100
0,1
99,5
0,3
100
0,3
99,2
0,6
100
Jawa Barat
0,6
98,1
1,3
100
0,4
98,5
1,1
100
0,5
98,3
1,2
100
Jawa Tengah
0,7
98,7
0,6
100
0,5
99,2
0,3
100
0,6
98,9
0,4
100
DI Yogyakarta
0,2
99,6
0,2
100
0,2
99,8
0,0
100
0,2
99,7
0,1
100
Jawa Timur
0,9
98,5
0,7
100
0,8
99,0
0,1
100
0,9
98,7
0,4
100
Banten
1,5
97,7
0,7
100
0,6
98,3
1,1
100
1,1
98,0
0,9
100
Bali
0,6
98,7
0,7
100
0,6
98,6
0,7
100
0,6
98,7
0,7
100
Nusa Tenggara Barat
1,0
98,0
1,0
100
0,7
98,6
0,8
100
0,8
98,3
0,9
100
Nusa Tenggara Timur
2,1
96,1
1,7
100
1,7
96,9
1,4
100
1,9
96,5
1,6
100
Kalimantan Barat
1,9
97,1
1,0
100
2,0
97,0
1,0
100
2,0
97,0
1,0
100
Kalimantan Tengah
0,8
98,9
0,2
100
0,9
98,4
0,7
100
0,9
98,7
0,5
100
Kalimantan Selatan
1,1
97,6
1,3
100
1,2
98,2
0,6
100
1,1
97,9
1,0
100
Kalimantan Timur
1,4
98,4
0,2
100
0,8
99,0
0,2
100
1,1
98,7
0,2
100
Sulawesi Utara
0,7
97,6
1,7
100
0,4
99,1
0,5
100
0,5
98,3
1,1
100
Sulawesi Tengah
1,3
97,2
1,4
100
1,0
97,8
1,2
100
1,1
97,5
1,3
100
Sulawesi Selatan
1,7
96,2
2,1
100
1,1
97,8
1,1
100
1,4
97,0
1,6
100
Sulawesi Tenggara
1,3
97,4
1,3
100
0,8
98,2
1,0
100
1,0
97,8
1,1
100
Gorontalo
1,2
96,0
2,8
100
0,7
97,8
1,5
100
0,9
96,9
2,2
100
Sulawesi Barat
3,1
95,4
1,5
100
2,3
96,5
1,3
100
2,7
95,9
1,4
100
Maluku
1,1
98,4
0,5
100
0,9
98,1
1,0
100
1,0
98,3
0,7
100
Maluku Utara
1,8
97,3
0,9
100
1,1
97,2
1,7
100
1,5
97,2
1,3
100
Papua Barat Papua Indonesia
2,5
95,0
2,5
100
2,8
92,9
4,3
100
2,6
94,0
3,3
100
23,3
76,4
0,3
100
22,8
76,0
1,2
100
23,1
76,2
0,7
100
1,3
97,7
0,9
100
1,0
98,3
0,7
100
1,2
98,0
0,8
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
132
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 27. Persentase Anak umur 13-15 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,4
(3) 96,9
Perempuan
3 (4) 2,7
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,4
(7) 97,6
(8) 2,1
(9) 100
(10) 0,4
(11) 97,2
(12) 2,4
(13) 100
Sumatera Utara
0,2
93,1
6,7
100
0,5
95,8
3,8
100
0,3
94,4
5,3
100
Sumatera Barat
0,1
90,0
9,9
100
0,6
94,3
5,1
100
0,4
92,3
7,3
100
Riau
0,0
94,7
5,3
100
0,3
97,5
2,3
100
0,1
96,1
3,8
100
Jambi
0,0
92,9
7,1
100
0,3
92,6
7,1
100
0,2
92,7
7,1
100
Sumatera Selatan
1,6
90,5
7,9
100
0,7
94,7
4,6
100
1,1
92,7
6,2
100
Bengkulu
0,0
92,1
7,9
100
0,3
94,1
5,6
100
0,1
93,1
6,8
100
Lampung
0,1
89,3
10,6
100
0,6
92,9
6,5
100
0,4
91,0
8,6
100
Bangka Belitung
1,2
85,8
13,0
100
0,0
91,3
8,7
100
0,6
88,6
10,8
100
Kepulauan Riau
1,8
94,6
3,7
100
0,1
93,3
6,6
100
0,9
93,9
5,1
100
DKI Jakarta
0,0
92,6
7,4
100
0,5
90,4
9,1
100
0,2
91,5
8,3
100
Jawa Barat
0,4
86,3
13,4
100
0,4
86,4
13,2
100
0,4
86,3
13,3
100
Jawa Tengah
0,2
89,0
10,7
100
0,8
90,7
8,5
100
0,5
89,8
9,7
100
DI Yogyakarta
0,0
95,1
4,9
100
0,0
96,9
3,1
100
0,0
95,9
4,1
100
Jawa Timur
0,6
92,3
7,0
100
0,4
93,6
6,0
100
0,5
92,9
6,5
100
Banten
0,3
88,5
11,2
100
0,5
86,8
12,7
100
0,4
87,6
12,0
100
Bali
0,5
94,4
5,1
100
0,4
92,1
7,5
100
0,5
93,3
6,3
100
Nusa Tenggara Barat
0,3
87,3
12,4
100
1,0
88,2
10,8
100
0,6
87,7
11,7
100
Nusa Tenggara Timur
2,0
86,7
11,2
100
0,4
95,5
4,1
100
1,2
91,2
7,6
100
Kalimantan Barat
0,3
91,8
7,9
100
0,8
92,0
7,2
100
0,6
91,9
7,5
100
Kalimantan Tengah
2,5
88,8
8,7
100
0,4
94,5
5,0
100
1,4
91,8
6,8
100
Kalimantan Selatan
0,9
85,9
13,3
100
0,7
87,9
11,4
100
0,8
86,8
12,4
100
Kalimantan Timur
0,0
92,4
7,6
100
0,2
94,9
4,9
100
0,1
93,6
6,3
100
Sulawesi Utara
0,8
83,0
16,2
100
0,0
94,8
5,2
100
0,4
88,6
10,9
100
Sulawesi Tengah
1,0
86,9
12,1
100
0,5
94,7
4,8
100
0,7
90,9
8,4
100
Sulawesi Selatan
0,3
85,2
14,5
100
0,1
93,1
6,7
100
0,2
89,3
10,4
100
Sulawesi Tenggara
0,9
93,7
5,4
100
0,6
94,2
5,2
100
0,7
94,0
5,3
100
Gorontalo
0,0
80,0
20,0
100
0,0
92,1
7,9
100
0,0
85,9
14,1
100
Sulawesi Barat
1,1
79,8
19,1
100
0,0
82,7
17,3
100
0,6
81,2
18,2
100
Maluku
2,0
92,2
5,8
100
0,2
96,4
3,4
100
1,0
94,4
4,6
100
Maluku Utara
0,5
94,9
4,7
100
1,3
94,2
4,5
100
0,9
94,5
4,6
100
Papua Barat
1,2
94,6
4,2
100
0,0
100
0,0
100
0,7
96,7
2,5
100
Papua
0,7
95,8
3,4
100
2,9
92,1
5,0
100
1,9
93,9
4,2
100
Indonesia
0,4
89,6
10,0
100
0,5
90,9
8,6
100
0,5
90,2
9,3
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
133
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 28. Persentase Anak umur 13-15 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,4
(3) 92,9
Perempuan
3 (4) 6,7
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,5
(7) 95,8
(8) 3,7
(9) 100
(10) 0,5
(11) 94,3
(12) 5,3
(13) 100
Sumatera Utara
1,1
89,8
9,2
100
1,0
91,4
7,7
100
1,0
90,5
8,5
100
Sumatera Barat
0,7
84,9
14,4
100
1,3
90,8
7,9
100
0,9
87,8
11,2
100
Riau
0,9
90,0
9,1
100
1,4
89,4
9,1
100
1,1
89,7
9,1
100
Jambi
0,0
80,7
19,3
100
0,2
84,6
15,1
100
0,1
82,5
17,4
100
Sumatera Selatan
0,3
78,3
21,5
100
0,5
85,2
14,2
100
0,4
81,6
18,0
100
Bengkulu
0,8
85,1
14,1
100
0,3
87,1
12,6
100
0,5
86,0
13,4
100
Lampung
0,3
82,6
17,1
100
0,5
87,9
11,5
100
0,4
85,2
14,4
100
Bangka Belitung
3,0
68,9
28,0
100
1,2
77,4
21,4
100
2,1
73,1
24,8
100
Kepulauan Riau
100
0,0
92,2
7,8
100
0,1
84,8
15,0
100
-
-
-
-
-
-
100
0,6
78,9
20,5
100
0,4
76,5
23,1
100 100
0,2
78,5
21,3
DKI Jakarta
-
-
-
Jawa Barat
0,3
74,3
25,4
-
-
-
Jawa Tengah
0,6
79,8
19,6
100
0,2
84,1
15,7
100
0,4
81,8
17,8
DI Yogyakarta
0,0
86,0
14,0
100
0,0
94,3
5,7
100
0,0
90,0
10,0
100
Jawa Timur
0,1
84,6
15,3
100
1,1
86,2
12,7
100
0,6
85,3
14,1
100
Banten
2,6
72,9
24,4
100
2,2
72,3
25,5
100
2,4
72,6
25,0
100
Bali
0,9
87,5
11,6
100
2,5
79,5
18,1
100
1,6
83,8
14,6
100
Nusa Tenggara Barat
1,3
85,2
13,4
100
0,2
86,3
13,5
100
0,8
85,7
13,5
100
Nusa Tenggara Timur
1,8
78,5
19,7
100
1,4
79,1
19,5
100
1,6
78,7
19,6
100
Kalimantan Barat
1,1
82,2
16,8
100
0,9
80,7
18,4
100
1,0
81,5
17,6
100
Kalimantan Tengah
0,5
82,7
16,8
100
0,8
85,9
13,3
100
0,7
84,2
15,1
100
Kalimantan Selatan
0,6
76,0
23,4
100
0,3
76,7
23,0
100
0,5
76,3
23,2
100
Kalimantan Timur
0,9
90,1
9,0
100
1,6
92,0
6,3
100
1,2
90,9
7,9
100
Sulawesi Utara
0,6
87,2
12,2
100
0,3
92,0
7,7
100
0,5
89,4
10,1
100
Sulawesi Tengah
0,4
79,7
19,9
100
1,0
84,8
14,2
100
0,7
82,1
17,2
100
Sulawesi Selatan
1,0
78,5
20,5
100
1,1
79,2
19,7
100
1,1
78,8
20,1
100
Sulawesi Tenggara
0,8
82,2
17,0
100
0,7
90,4
8,9
100
0,7
86,3
13,0
100
Gorontalo
3,4
77,6
19,0
100
2,0
81,8
16,2
100
2,7
79,6
17,7
100
Sulawesi Barat
4,2
77,4
18,4
100
2,0
76,6
21,5
100
3,1
77,0
19,9
100
Maluku Utara
0,6
89,4
10,0
100
0,6
89,6
9,7
100
0,6
89,5
9,9
100
Papua Barat
1,1
87,2
11,7
100
3,1
82,5
14,4
100
2,0
85,1
12,9
100
22,7
70,2
7,1
100
23,0
66,0
11,0
100
22,8
68,3
8,8
100
1,2
81,4
100
1,3
84,2
14,6
100
1,2
82,7
Maluku
Papua Indonesia
17,4
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
134
16,1
100
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 29. Persentase Anak umur 13-15 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,4
(3) 93,8
Perempuan
3 (4) 5,8
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,5
(7) 96,2
(8) 3,3
(9) 100
(10) 0,4
(11) 95,0
(12) 4,6
(13) 100
Sumatera Utara
0,7
91,2
8,1
100
0,7
93,3
5,9
100
0,7
92,3
7,0
100
Sumatera Barat
0,5
86,7
12,8
100
1,0
92,2
6,8
100
0,7
89,5
9,8
100
Riau
0,6
91,7
7,8
100
1,0
92,6
6,4
100
0,8
92,1
7,1
100
Jambi
0,0
84,0
16,0
100
0,3
87,3
12,5
100
0,1
85,6
14,3
100
Sumatera Selatan
0,7
82,2
17,1
100
0,6
88,7
10,8
100
0,6
85,4
14,0
100
Bengkulu
0,6
87,2
12,2
100
0,3
89,4
10,3
100
0,4
88,3
11,3
100
Lampung
0,3
84,2
15,5
100
0,6
89,1
10,3
100
0,4
86,6
13,0
100
Bangka Belitung
2,1
77,0
20,9
100
0,6
84,2
15,2
100
1,4
80,6
18,0
100
Kepulauan Riau
1,4
91,2
7,3
100
0,1
93,1
6,8
100
0,8
92,2
7,1
100
DKI Jakarta
0,0
92,6
7,4
100
0,5
90,4
9,1
100
0,2
91,5
8,3
100
Jawa Barat
0,3
81,8
17,9
100
0,5
83,7
15,8
100
0,4
82,7
16,9
100
Jawa Tengah
0,4
83,8
15,7
100
0,5
87,0
12,5
100
0,5
85,3
14,2
100
DI Yogyakarta
0,0
92,3
7,7
100
0,0
96,0
4,0
100
0,0
94,0
6,0
100
Jawa Timur
0,4
88,0
11,6
100
0,8
89,7
9,5
100
0,6
88,8
10,6
100
Banten
1,3
82,0
16,7
100
1,1
81,4
17,5
100
1,2
81,7
17,1
100
Bali
0,7
91,4
7,9
100
1,2
86,9
11,9
100
1,0
89,3
9,8
100
Nusa Tenggara Barat
0,9
86,1
13,0
100
0,5
87,1
12,4
100
0,8
86,5
12,7
100
Nusa Tenggara Timur
1,9
80,0
18,1
100
1,2
82,6
16,1
100
1,6
81,2
17,2
100
Kalimantan Barat
0,8
84,7
14,4
100
0,8
84,2
14,9
100
0,8
84,5
14,7
100
Kalimantan Tengah
1,2
84,7
14,1
100
0,7
89,0
10,3
100
0,9
86,8
12,2
100
Kalimantan Selatan
0,7
80,1
19,2
100
0,5
81,2
18,3
100
0,6
80,6
18,8
100
Kalimantan Timur
0,4
91,4
8,2
100
0,7
93,8
5,5
100
0,5
92,5
7,0
100
Sulawesi Utara
0,7
85,4
13,9
100
0,2
93,3
6,6
100
0,5
89,1
10,5
100
Sulawesi Tengah
0,5
81,3
18,2
100
0,9
87,3
11,9
100
0,7
84,2
15,1
100
Sulawesi Selatan
0,8
80,8
18,4
100
0,8
84,5
14,8
100
0,8
82,6
16,6
100
Sulawesi Tenggara
0,8
85,1
14,1
100
0,7
91,3
8,0
100
0,7
88,2
11,1
100
Gorontalo
2,3
78,4
19,3
100
1,3
85,4
13,3
100
1,8
81,8
16,4
100
Sulawesi Barat
3,6
77,9
18,6
100
1,5
78,0
20,5
100
2,6
77,9
19,5
100
Maluku
1,1
91,6
7,3
100
1,0
94,1
5,0
100
1,1
92,9
6,1
100
Maluku Utara
0,6
90,7
8,7
100
0,8
90,8
8,4
100
0,7
90,8
8,5
100
Papua Barat Papua Indonesia
1,1
90,5
8,3
100
1,9
89,2
8,9
100
1,5
89,9
8,6
100
18,1
75,6
6,3
100
17,7
72,9
9,4
100
17,9
74,3
7,8
100
0,8
85,2
14,0
100
0,9
87,4
11,7
100
0,9
86,2
12,9
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
135
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 30. Persentase Anak umur 16-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,2
(3) 87,1
Perempuan
3 (4) 12,7
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,1
(7) 91,4
(8) 8,5
(9) 100
(10) 0,1
(11) 89,3
(12) 10,6
(13) 100
Sumatera Utara
0,1
77,9
22,0
100
0,2
82,8
17,0
100
0,2
80,4
19,4
100
Sumatera Barat
0,6
77,1
22,3
100
0,3
84,9
14,8
100
0,5
81,1
18,4
100
Riau
0,3
86,1
13,6
100
0,0
82,0
18,0
100
0,2
84,0
15,9
100
Jambi
0,5
76,9
22,6
100
1,1
73,9
25,0
100
0,8
75,4
23,8
100
Sumatera Selatan
0,9
80,4
18,7
100
0,5
76,5
23,1
100
0,7
78,5
20,8
100
Bengkulu
0,0
84,6
15,4
100
0,0
85,6
14,4
100
0,0
85,2
14,8
100
Lampung
0,5
75,0
24,4
100
0,4
74,0
25,6
100
0,5
74,5
25,0
100
Bangka Belitung
0,5
59,1
40,3
100
1,1
66,3
32,6
100
0,8
62,3
36,9
100
Kepulauan Riau
0,5
64,5
35,0
100
0,0
92,3
7,7
100
0,3
77,7
22,0
100
DKI Jakarta
0,0
76,5
23,5
100
0,8
66,9
32,3
100
0,4
71,3
28,3
100
Jawa Barat
0,1
62,4
37,5
100
0,1
61,2
38,8
100
0,1
61,8
38,2
100
Jawa Tengah
0,0
70,7
29,2
100
0,6
73,1
26,3
100
0,3
71,9
27,8
100
DI Yogyakarta
0,0
94,8
5,2
100
0,0
77,5
22,5
100
0,0
85,9
14,1
100
Jawa Timur
0,3
78,8
21,0
100
0,1
78,5
21,4
100
0,2
78,7
21,2
100
Banten
0,0
74,4
25,6
100
1,0
61,7
37,3
100
0,5
68,1
31,4
100
Bali
0,0
85,0
15,0
100
0,0
79,0
21,0
100
0,0
81,9
18,1
100
Nusa Tenggara Barat
2,2
71,6
26,2
100
1,1
77,9
21,0
100
1,6
74,7
23,7
100
Nusa Tenggara Timur
0,0
81,9
18,1
100
0,1
81,6
18,3
100
0,0
81,7
18,2
100
Kalimantan Barat
1,6
72,9
25,6
100
0,2
76,8
23,0
100
0,8
75,0
24,2
100
Kalimantan Tengah
0,9
76,6
22,5
100
0,1
86,0
13,9
100
0,5
81,4
18,1
100
Kalimantan Selatan
1,2
69,7
29,1
100
1,3
65,4
33,4
100
1,2
67,3
31,5
100
Kalimantan Timur
0,7
77,0
22,3
100
0,7
82,4
16,9
100
0,7
79,5
19,8
100
Sulawesi Utara
0,6
67,8
31,6
100
0,4
72,5
27,2
100
0,5
69,9
29,6
100
Sulawesi Tengah
0,0
78,0
22,0
100
0,0
71,9
28,1
100
0,0
74,8
25,2
100
Sulawesi Selatan
0,4
71,8
27,8
100
1,1
77,8
21,1
100
0,8
74,8
24,4
100
Sulawesi Tenggara
0,0
80,9
19,1
100
0,6
78,8
20,6
100
0,3
79,8
19,9
100
Gorontalo
0,4
67,7
32,0
100
0,0
72,9
27,1
100
0,2
70,5
29,3
100
Sulawesi Barat
0,0
70,7
29,3
100
0,0
73,6
26,4
100
0,0
72,3
27,7
100
Maluku
0,0
81,4
18,6
100
1,1
92,2
6,6
100
0,5
86,0
13,6
100
Maluku Utara
0,0
85,2
14,8
100
0,4
73,1
26,6
100
0,2
78,5
21,3
100
Papua Barat
0,0
79,8
20,2
100
0,0
71,8
28,2
100
0,0
75,7
24,3
100
Papua
2,5
80,8
16,7
100
0,9
78,1
21,1
100
1,8
79,6
18,7
100
Indonesia
0,3
73,0
26,8
100
0,4
72,0
27,6
100
0,3
72,5
27,2
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
136
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 31. Persentase Anak umur 16-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,2
(3) 77,7
Perempuan
3 (4) 22,0
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 1,1
(7) 81,2
(8) 17,7
(9) 100
(10) 0,7
(11) 79,4
(12) 19,9
(13) 100
Sumatera Utara
1,2
71,8
27,1
100
1,6
74,4
24,0
100
1,4
73,2
25,4
100
Sumatera Barat
0,8
67,5
31,6
100
0,2
76,8
23,0
100
0,5
72,3
27,2
100
Riau
1,1
63,9
34,9
100
0,3
72,2
27,5
100
0,7
67,7
31,5
100
Jambi
0,6
63,6
35,8
100
1,2
66,5
32,3
100
0,9
65,0
34,1
100
Sumatera Selatan
1,0
51,6
47,3
100
1,0
62,1
36,9
100
1,0
56,4
42,5
100
Bengkulu
0,2
61,2
38,5
100
0,5
60,3
39,3
100
0,3
60,7
38,9
100
Lampung
1,0
58,5
40,5
100
0,5
55,9
43,6
100
0,8
57,3
42,0
100
Bangka Belitung
5,2
40,9
53,9
100
1,2
57,1
41,7
100
3,1
49,2
47,6
100
Kepulauan Riau
100
0,0
78,8
21,2
100
0,2
66,1
33,7
100
-
-
-
-
-
-
100
1,0
41,2
57,8
100
0,8
43,2
56,0
100 100
0,4
53,1
46,5
DKI Jakarta
-
-
-
Jawa Barat
0,6
44,9
54,5
-
-
-
Jawa Tengah
0,7
55,3
44,0
100
0,4
56,7
42,9
100
0,5
55,9
43,5
DI Yogyakarta
0,0
66,5
33,5
100
0,0
75,8
24,2
100
0,0
70,8
29,2
100
Jawa Timur
0,9
60,2
38,9
100
0,9
54,8
44,3
100
0,9
57,7
41,4
100
Banten
2,7
49,8
47,5
100
0,9
46,3
52,7
100
1,9
48,1
50,0
100
Bali
2,5
72,9
24,6
100
0,0
54,1
45,9
100
1,5
65,1
33,4
100
Nusa Tenggara Barat
1,3
70,6
28,1
100
2,0
65,8
32,2
100
1,7
68,3
30,0
100
Nusa Tenggara Timur
2,8
42,7
54,5
100
3,6
50,0
46,4
100
3,2
46,2
50,6
100
Kalimantan Barat
1,7
53,7
44,7
100
0,8
52,8
46,4
100
1,2
53,3
45,5
100
Kalimantan Tengah
0,8
53,4
45,8
100
1,8
51,4
46,7
100
1,2
52,5
46,2
100
Kalimantan Selatan
0,0
49,2
50,8
100
0,3
54,0
45,8
100
0,1
51,5
48,4
100
Kalimantan Timur
1,9
57,9
40,2
100
0,0
62,4
37,6
100
1,1
59,9
39,0
100
Sulawesi Utara
0,3
58,2
41,5
100
0,5
68,6
30,9
100
0,4
63,3
36,3
100
Sulawesi Tengah
0,0
45,8
54,2
100
0,6
54,1
45,3
100
0,3
49,8
49,9
100
Sulawesi Selatan
2,1
55,4
42,5
100
1,8
54,1
44,1
100
2,0
54,8
43,3
100
Sulawesi Tenggara
1,7
65,1
33,3
100
1,2
63,5
35,3
100
1,4
64,3
34,3
100
Gorontalo
2,7
46,3
51,0
100
0,4
45,9
53,7
100
1,5
46,1
52,4
100
Sulawesi Barat
2,8
38,7
58,5
100
2,0
44,8
53,2
100
2,4
41,6
56,0
100
Maluku
0,9
74,4
24,6
100
0,8
81,4
17,8
100
0,9
77,6
21,5
100
Maluku Utara
2,1
69,5
28,5
100
1,5
67,0
31,5
100
1,8
68,4
29,8
100
Papua Barat Papua Indonesia
0,7
66,1
33,3
100
1,1
53,2
45,6
100
0,9
60,2
38,9
100
24,3
48,0
27,7
100
27,4
39,5
33,1
100
25,8
44,0
30,2
100
1,5
57,1
41,4
100
1,5
57,8
40,7
100
1,5
57,4
41,1
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
137
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 32. Persentase Anak umur 16-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,2
(3) 80,3
3 (4) 19,5
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,8
(7) 84,1
(8) 15,1
(9) 100
(10) 0,5
(11) 82,2
(12) 17,3
(13) 100
Sumatera Utara
0,7
74,8
24,6
100
0,9
78,4
20,7
100
0,8
76,7
22,5
100
Sumatera Barat
0,7
71,4
27,9
100
0,2
80,0
19,8
100
0,5
75,8
23,7
100
Riau
0,8
72,3
26,9
100
0,2
76,4
23,4
100
0,5
74,3
25,2
100
Jambi
0,6
67,8
31,6
100
1,2
69,0
29,8
100
0,9
68,4
30,7
100
Sumatera Selatan
1,0
62,0
37,0
100
0,8
67,7
31,5
100
0,9
64,7
34,4
100
Bengkulu
0,2
68,6
31,2
100
0,3
69,8
29,9
100
0,2
69,2
30,5
100
Lampung
0,9
63,0
36,1
100
0,5
61,5
38,1
100
0,7
62,3
37,1
100
Bangka Belitung
3,0
49,5
47,5
100
1,1
60,8
38,0
100
2,1
54,9
43,0
100
Kepulauan Riau
0,5
62,3
37,3
100
0,0
89,3
10,7
100
0,2
75,3
24,4
100
DKI Jakarta
0,0
76,5
23,5
100
0,8
66,9
32,3
100
0,4
71,3
28,3
100
Jawa Barat
0,3
56,5
43,2
100
0,3
55,0
44,6
100
0,3
55,8
43,9
100
Jawa Tengah
0,4
62,8
36,8
100
0,5
64,8
34,7
100
0,4
63,7
35,8
100
DI Yogyakarta
0,0
84,4
15,6
100
0,0
76,9
23,1
100
0,0
80,7
19,3
100
Jawa Timur
0,6
69,7
29,7
100
0,5
66,8
32,7
100
0,5
68,4
31,1
100
Banten
0,9
65,9
33,2
100
1,0
56,5
42,5
100
1,0
61,3
37,7
100
Bali
1,1
79,7
19,2
100
0,0
70,8
29,2
100
0,6
75,5
24,0
100
Nusa Tenggara Barat
1,7
71,0
27,2
100
1,6
71,6
26,8
100
1,7
71,3
27,0
100
Nusa Tenggara Timur
2,0
53,3
44,6
100
2,6
59,2
38,2
100
2,3
56,2
41,5
100
Kalimantan Barat
1,6
59,4
38,9
100
0,6
61,3
38,1
100
1,1
60,4
38,5
100
Kalimantan Tengah
0,8
60,5
38,7
100
1,2
64,6
34,2
100
1,0
62,4
36,6
100
Kalimantan Selatan
0,4
56,4
43,2
100
0,7
58,9
40,4
100
0,6
57,7
41,8
100
Kalimantan Timur
1,2
69,5
29,2
100
0,5
75,1
24,5
100
0,9
72,1
27,0
100
Sulawesi Utara
0,4
62,7
36,9
100
0,4
70,2
29,3
100
0,4
66,2
33,3
100
Sulawesi Tengah
0,0
54,5
45,5
100
0,4
59,6
39,9
100
0,2
57,0
42,7
100
Sulawesi Selatan
1,4
61,9
36,7
100
1,5
63,8
34,7
100
1,5
62,8
35,7
100
Sulawesi Tenggara
1,2
69,8
29,1
100
1,0
68,3
30,7
100
1,1
69,0
29,9
100
Gorontalo
1,9
53,4
44,7
100
0,3
55,5
44,2
100
1,0
54,6
44,4
100
Sulawesi Barat
2,1
47,2
50,7
100
1,4
54,1
44,6
100
1,7
50,6
47,7
100
Maluku
0,5
77,3
22,2
100
1,0
85,5
13,5
100
0,7
80,9
18,4
100
Maluku Utara
1,6
73,2
25,3
100
1,2
68,9
29,9
100
1,4
71,2
27,5
100
Papua Barat Papua Indonesia
0,4
72,2
27,5
100
0,6
62,5
36,9
100
0,5
67,5
32,0
100
18,3
57,1
24,6
100
20,3
49,8
29,9
100
19,2
53,7
27,1
100
0,9
65,1
34,0
100
0,9
65,3
33,8
100
0,9
65,2
33,9
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
138
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 33. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 7,5
(3) 89,7
Perempuan
3 (4) 2,8
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 6,8
(7) 91,4
(8) 1,9
(9) 100
(10) 7,1
(11) 90,5
(12) 2,3
(13) 100
Sumatera Utara
6,6
88,4
5,0
100
7,4
89,0
3,6
100
7,0
88,7
4,3
100
Sumatera Barat
9,7
84,6
5,8
100
8,0
88,1
3,9
100
8,9
86,3
4,9
100
Riau
11,1
86,0
2,9
100
12,2
84,8
3,0
100
11,6
85,4
3,0
100
Jambi
5,8
89,0
5,2
100
5,5
88,3
6,2
100
5,6
88,7
5,7
100
Sumatera Selatan
7,2
87,7
5,1
100
5,1
90,0
5,0
100
6,2
88,8
5,0
100
Bengkulu
7,0
88,7
4,3
100
6,6
89,4
4,0
100
6,8
89,0
4,2
100
Lampung
7,6
86,0
6,4
100
8,5
85,4
6,1
100
8,0
85,7
6,3
100
Bangka Belitung
7,3
82,8
10,0
100
5,4
88,1
6,5
100
6,4
85,3
8,3
100
Kepulauan Riau
14,0
80,8
5,2
100
14,9
82,9
2,3
100
14,4
81,8
3,7
100
DKI Jakarta
10,6
84,0
5,4
100
9,0
83,1
7,9
100
9,8
83,5
6,7
100
Jawa Barat
9,0
81,8
9,2
100
8,5
82,2
9,4
100
8,7
82,0
9,3
100
Jawa Tengah
7,1
85,5
7,3
100
7,8
86,2
6,0
100
7,4
85,9
6,7
100
DI Yogyakarta
11,1
86,9
2,0
100
9,0
86,7
4,3
100
10,0
86,8
3,2
100
Jawa Timur
10,0
85,1
4,9
100
9,5
85,9
4,6
100
9,8
85,5
4,7
100
Banten
9,0
84,3
6,7
100
8,7
81,7
9,5
100
8,9
83,0
8,1
100
Bali
9,5
87,2
3,3
100
9,9
85,3
4,8
100
9,7
86,3
4,0
100
Nusa Tenggara Barat
8,2
84,1
7,7
100
7,5
86,1
6,4
100
7,9
85,0
7,1
100
Nusa Tenggara Timur
7,7
85,7
6,5
100
7,2
88,0
4,8
100
7,5
86,9
5,6
100
Kalimantan Barat
9,3
85,4
5,3
100
6,9
87,6
5,5
100
8,1
86,5
5,4
100
Kalimantan Tengah
7,5
87,0
5,4
100
7,7
88,9
3,4
100
7,6
88,0
4,4
100
Kalimantan Selatan
10,2
82,6
7,2
100
8,2
83,9
7,9
100
9,2
83,2
7,5
100
9,6
85,5
4,9
100
8,9
87,6
3,5
100
9,3
86,5
4,2
100
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
4,6
85,8
9,6
100
4,3
90,6
5,1
100
4,5
88,1
7,4
100
Sulawesi Tengah
7,7
85,6
6,7
100
5,7
87,9
6,4
100
6,7
86,8
6,5
100
Sulawesi Selatan
9,4
81,6
9,0
100
7,0
87,4
5,6
100
8,2
84,5
7,3
100
Sulawesi Tenggara
8,1
87,4
4,5
100
6,2
88,4
5,4
100
7,2
87,9
4,9
100
Gorontalo
9,2
80,4
10,4
100
6,8
86,3
6,9
100
8,0
83,3
8,6
100
Sulawesi Barat
9,8
80,6
9,6
100
6,7
84,4
8,9
100
8,2
82,5
9,2
100
Maluku
4,8
90,6
4,6
100
4,6
93,3
2,2
100
4,7
91,8
3,5
100
Maluku Utara
7,0
89,3
3,7
100
8,3
85,3
6,4
100
7,6
87,4
5,0
100
Papua Barat
8,1
88,0
3,9
100
9,6
85,5
4,9
100
8,8
86,8
4,3
100
Papua
9,6
86,9
3,5
100
9,7
85,7
4,6
100
9,7
86,3
4,0
100
Indonesia
8,8
84,5
6,6
100
8,4
85,1
6,5
100
8,6
84,8
6,6
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
139
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 34. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 7,9
(3) 87,1
Perempuan
3 (4) 5,0
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 7,8
(7) 88,5
(8) 3,7
(9) 100
(10) 7,8
(11) 87,8
(12) 4,4
(13) 100
Sumatera Utara
9,3
84,9
5,8
100
9,4
84,9
5,7
100
9,3
84,9
5,8
100
Sumatera Barat
11,0
80,9
8,1
100
10,7
83,8
5,6
100
10,8
82,3
6,9
100
Riau
12,7
80,9
6,4
100
12,0
82,9
5,1
100
12,3
81,9
5,8
100
Jambi
8,2
81,9
10,0
100
7,8
84,4
7,8
100
8,0
83,0
8,9
100
Sumatera Selatan
9,5
78,1
12,5
100
8,3
83,0
8,6
100
8,9
80,4
10,6
100
Bengkulu
8,6
82,6
8,8
100
8,4
83,5
8,1
100
8,5
83,0
8,5
100
Lampung
7,9
82,2
10,0
100
7,9
83,2
9,0
100
7,9
82,6
9,5
100
Bangka Belitung
10,3
75,2
14,5
100
8,1
79,6
12,3
100
9,2
77,3
13,5
100
Kepulauan Riau
100
6,8
88,3
4,9
100
9,1
82,9
7,9
100
-
-
-
-
-
-
10,8
76,0
13,2
100 100
11,2
78,2
10,7
DKI Jakarta
-
-
-
Jawa Barat
11,9
74,3
13,8
100
9,6
77,9
12,5
100
-
-
-
Jawa Tengah
7,8
81,3
10,9
100
6,3
84,4
9,3
100
7,1
82,8
10,1
DI Yogyakarta
5,9
85,2
8,8
100
6,9
88,1
5,0
100
6,4
86,6
7,0
100
Jawa Timur
9,5
81,1
9,4
100
9,2
82,1
8,7
100
9,3
81,6
9,0
100
10,3
76,9
12,8
100
9,0
76,7
14,3
100
9,7
76,8
13,5
100
9,8
83,6
6,6
100
8,1
81,9
9,9
100
9,0
82,9
8,1
100
Nusa Tenggara Barat
10,4
82,2
7,4
100
7,3
84,9
7,9
100
8,9
83,4
7,6
100
Nusa Tenggara Timur
12,3
76,8
10,9
100
11,7
78,7
9,6
100
12,0
77,7
10,3
100
Kalimantan Barat
11,2
78,8
10,0
100
10,6
79,0
10,3
100
10,9
78,9
10,2
100
8,9
80,6
10,6
100
10,1
80,6
9,3
100
9,4
80,6
10,0
100
9,6
77,2
13,2
100
8,9
79,5
11,6
100
9,2
78,3
12,4
100
12,2
80,0
7,8
100
12,5
81,4
6,1
100
12,3
80,7
7,0
100
Banten Bali
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah
6,1
84,5
9,5
100
5,2
88,0
6,7
100
5,7
86,2
8,2
100
10,0
78,8
11,2
100
10,8
80,1
9,0
100
10,4
79,4
10,2
100
Sulawesi Selatan
8,5
79,9
11,6
100
8,0
80,7
11,3
100
8,3
80,3
11,5
100
Sulawesi Tenggara
8,1
83,2
8,7
100
7,8
85,3
6,9
100
7,9
84,2
7,8
100
Gorontalo
11,2
76,4
12,3
100
9,9
77,2
12,9
100
10,6
76,8
12,6
100
Sulawesi Barat
14,1
74,7
11,1
100
11,5
77,6
10,9
100
12,9
76,1
11,0
100
Maluku
9,1
85,8
5,0
100
8,3
87,8
3,9
100
8,7
86,8
4,5
100
Maluku Utara
10,0
83,6
6,5
100
8,1
84,8
7,1
100
9,1
84,2
6,8
100
Papua Barat
14,2
77,2
8,6
100
15,7
72,2
12,1
100
14,9
74,9
10,2
100
Papua
35,2
60,3
4,4
100
36,4
57,1
6,5
100
35,8
58,9
5,4
100
Indonesia
10,3
79,7
10,0
100
9,5
81,5
9,0
100
9,9
80,6
9,5
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
140
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 35. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 7,8
(3) 87,8
Perempuan
3 (4) 4,4
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 7,5
(7) 89,3
(8) 3,2
(9) 100
(10) 7,7
(11) 88,5
(12) 3,9
(13) 100
Sumatera Utara
8,1
86,5
5,5
100
8,5
86,8
4,7
100
8,3
86,6
5,1
100
Sumatera Barat
10,5
82,3
7,2
100
9,7
85,4
4,9
100
10,1
83,8
6,1
100
Riau
12,1
82,8
5,1
100
12,1
83,7
4,3
100
12,1
83,2
4,7
100
Jambi
7,5
83,9
8,6
100
7,1
85,5
7,3
100
7,3
84,7
8,0
100
Sumatera Selatan
8,8
81,2
10,0
100
7,2
85,4
7,4
100
8,0
83,2
8,7
100
Bengkulu
8,1
84,5
7,4
100
7,9
85,3
6,9
100
8,0
84,9
7,2
100
Lampung
7,8
83,1
9,1
100
8,0
83,8
8,2
100
7,9
83,4
8,7
100
Bangka Belitung
8,9
78,6
12,5
100
6,9
83,4
9,7
100
7,9
80,9
11,1
100
Kepulauan Riau
13,4
80,3
6,3
100
13,4
83,9
2,7
100
13,4
82,1
4,5
100
DKI Jakarta
10,6
84,0
5,4
100
9,0
83,1
7,9
100
9,8
83,5
6,7
100
Jawa Barat
10,0
79,1
10,9
100
8,9
80,7
10,5
100
9,5
79,9
10,7
100
Jawa Tengah
7,5
83,2
9,3
100
7,0
85,2
7,8
100
7,3
84,1
8,6
100
DI Yogyakarta
9,3
86,3
4,4
100
8,3
87,2
4,5
100
8,8
86,7
4,5
100
Jawa Timur
9,7
83,0
7,2
100
9,4
83,9
6,7
100
9,6
83,5
7,0
100 100
Banten
9,5
81,5
9,0
100
8,8
79,9
11,3
100
9,2
80,7
10,1
Bali
9,6
85,7
4,7
100
9,2
84,0
6,8
100
9,4
84,9
5,7
100
Nusa Tenggara Barat
9,5
83,0
7,5
100
7,4
85,4
7,3
100
8,5
84,1
7,4
100
Nusa Tenggara Timur
11,5
78,3
10,2
100
10,9
80,5
8,7
100
11,2
79,4
9,4
100
Kalimantan Barat
10,6
80,6
8,7
100
9,5
81,6
8,9
100
10,1
81,1
8,8
100
Kalimantan Tengah
8,5
82,5
9,0
100
9,2
83,4
7,3
100
8,8
83,0
8,2
100
Kalimantan Selatan
9,8
79,3
10,8
100
8,6
81,3
10,1
100
9,2
80,3
10,5
100
10,6
83,3
6,1
100
10,3
85,2
4,5
100
10,5
84,2
5,3
100
Sulawesi Utara
5,4
85,1
9,5
100
4,8
89,2
6,0
100
5,1
87,0
7,8
100
Sulawesi Tengah
9,5
80,3
10,2
100
9,6
82,0
8,4
100
9,6
81,1
9,4
100
Sulawesi Selatan
8,8
80,5
10,7
100
7,7
83,1
9,2
100
8,2
81,8
10,0
100
Sulawesi Tenggara
8,1
84,3
7,7
100
7,4
86,1
6,5
100
7,8
85,1
7,1
100
Gorontalo
10,6
77,7
11,7
100
8,8
80,3
10,8
100
9,7
79,0
11,3
100
Sulawesi Barat
Kalimantan Timur
13,2
75,9
10,8
100
10,4
79,2
10,5
100
11,9
77,5
10,6
100
Maluku
7,7
87,4
4,9
100
7,1
89,6
3,3
100
7,4
88,5
4,1
100
Maluku Utara
9,3
84,9
5,8
100
8,1
84,9
6,9
100
8,7
84,9
6,4
100
Papua Barat
11,7
81,7
6,6
100
13,1
77,8
9,1
100
12,3
79,9
7,7
100
Papua
29,9
65,8
4,3
100
30,2
63,8
6,1
100
30,1
64,8
5,1
100
9,6
81,9
8,4
100
8,9
83,3
7,8
100
9,3
82,6
8,1
100
Indonesia
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
141
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 36. Persentase Anak umur 7-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,6
(3) 96,2
Perempuan
3 (4) 3,3
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,3
(7) 97,6
(8) 2,2
(9) 100
(10) 0,4
(11) 96,8
(12) 2,7
(13) 100
Sumatera Utara
0,2
94,0
5,8
100
0,3
95,4
4,3
100
0,3
94,7
5,0
100
Sumatera Barat
0,5
92,8
6,8
100
0,4
95,1
4,5
100
0,4
93,9
5,6
100
Riau
0,9
95,6
3,6
100
0,2
96,1
3,7
100
0,5
95,8
3,6
100
Jambi
0,3
93,6
6,0
100
0,5
92,6
6,9
100
0,4
93,1
6,5
100
Sumatera Selatan
0,9
93,1
6,0
100
0,4
93,9
5,7
100
0,7
93,5
5,9
100
Bengkulu
0,3
94,9
4,8
100
0,1
95,2
4,7
100
0,2
95,1
4,8
100
Lampung
0,7
91,9
7,4
100
0,2
92,6
7,2
100
0,5
92,2
7,3
100
Bangka Belitung
0,7
87,7
11,6
100
0,4
92,2
7,5
100
0,5
89,9
9,6
100
Kepulauan Riau
0,7
92,8
6,5
100
0,2
96,9
2,9
100
0,5
94,9
4,7
100
DKI Jakarta
0,2
93,4
6,4
100
0,3
90,5
9,2
100
0,3
91,9
7,8
100
Jawa Barat
0,3
88,9
10,8
100
0,4
88,7
11,0
100
0,3
88,8
10,9
100
Jawa Tengah
0,5
91,0
8,5
100
0,6
92,3
7,1
100
0,6
91,6
7,8
100
DI Yogyakarta
0,1
97,5
2,5
100
0,0
95,0
5,0
100
0,0
96,2
3,7
100
Jawa Timur
0,7
93,6
5,7
100
0,5
94,3
5,2
100
0,6
93,9
5,5
100
Banten
0,9
91,2
7,9
100
0,6
88,1
11,3
100
0,7
89,7
9,6
100
Bali
0,4
95,7
3,9
100
0,3
93,9
5,8
100
0,3
94,8
4,8
100
Nusa Tenggara Barat
0,7
90,5
8,8
100
0,8
91,9
7,3
100
0,8
91,2
8,1
100
Nusa Tenggara Timur
0,8
91,5
7,7
100
0,5
93,9
5,7
100
0,6
92,7
6,7
100
Kalimantan Barat
1,0
92,6
6,4
100
0,3
93,2
6,5
100
0,7
92,9
6,4
100
Kalimantan Tengah
1,0
92,8
6,2
100
0,5
95,5
4,0
100
0,8
94,1
5,1
100
Kalimantan Selatan
1,3
90,2
8,5
100
1,2
89,7
9,2
100
1,2
89,9
8,9
100
Kalimantan Timur
0,6
93,3
6,1
100
0,5
95,5
4,0
100
0,6
94,4
5,0
100
Sulawesi Utara
0,6
88,7
10,7
100
0,1
93,9
6,0
100
0,3
91,1
8,5
100
Sulawesi Tengah
0,4
91,5
8,0
100
0,3
92,5
7,2
100
0,4
92,0
7,6
100
Sulawesi Selatan
1,0
88,3
10,6
100
0,9
92,8
6,4
100
0,9
90,6
8,5
100
Sulawesi Tenggara
0,8
93,9
5,4
100
0,4
93,2
6,4
100
0,6
93,6
5,9
100
Gorontalo
0,5
87,1
12,4
100
0,3
91,8
7,9
100
0,4
89,5
10,0
100
Sulawesi Barat
1,1
87,3
11,6
100
0,9
88,8
10,3
100
1,0
88,1
10,9
100
Maluku
0,6
94,0
5,4
100
0,7
96,7
2,5
100
0,6
95,3
4,1
100
Maluku Utara
0,8
94,9
4,4
100
1,0
91,3
7,8
100
0,9
93,1
6,0
100
Papua Barat
1,1
94,4
4,5
100
0,4
93,8
5,8
100
0,8
94,1
5,1
100
Papua
1,7
94,1
4,2
100
2,4
92,2
5,4
100
2,0
93,2
4,8
100
Indonesia
0,6
91,7
7,8
100
0,5
91,9
7,6
100
0,5
91,8
7,7
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
142
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 37. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,3
(3) 93,8
Perempuan
3 (4) 5,9
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 0,5
(7) 95,2
(8) 4,2
(9) 100
(10) 0,4
(11) 94,5
(12) 5,1
(13) 100
Sumatera Utara
1,2
92,0
6,9
100
1,0
92,3
6,7
100
1,1
92,1
6,8
100
Sumatera Barat
1,0
89,6
9,4
100
0,9
92,6
6,5
100
0,9
91,1
8,0
100
Riau
1,3
91,0
7,7
100
1,1
92,8
6,2
100
1,2
91,9
7,0
100
Jambi
0,8
87,6
11,6
100
0,6
90,3
9,1
100
0,7
88,9
10,4
100
Sumatera Selatan
1,0
84,2
14,8
100
0,9
88,9
10,2
100
1,0
86,5
12,6
100
Bengkulu
0,7
89,1
10,2
100
0,5
89,8
9,7
100
0,6
89,4
10,0
100
Lampung
0,7
87,9
11,4
100
0,7
89,0
10,3
100
0,7
88,4
10,9
100
Bangka Belitung
2,9
79,7
17,3
100
1,5
84,0
14,6
100
2,2
81,8
16,0
100
Kepulauan Riau
100
0,8
93,4
5,7
100
0,7
89,8
9,5
100
-
-
-
-
-
-
0,6
83,9
15,5
100 100
0,6
86,4
13,0
DKI Jakarta
-
-
-
Jawa Barat
0,7
82,9
16,4
100
0,5
85,0
14,5
100
-
-
-
Jawa Tengah
0,6
86,8
12,6
100
0,4
88,9
10,7
100
0,5
87,8
11,7
DI Yogyakarta
0,2
90,0
9,8
100
0,3
93,9
5,8
100
0,3
91,8
7,9
100
Jawa Timur
0,7
88,5
10,9
100
1,0
88,8
10,1
100
0,8
88,6
10,5
100
Banten
2,1
83,3
14,7
100
1,3
82,2
16,5
100
1,7
82,8
15,6
100
Bali
1,0
91,2
7,8
100
1,3
87,0
11,7
100
1,1
89,3
9,6
100
Nusa Tenggara Barat
1,3
90,0
8,6
100
0,8
90,0
9,1
100
1,1
90,0
8,9
100
Nusa Tenggara Timur
2,3
84,6
13,1
100
2,0
86,3
11,6
100
2,2
85,4
12,4
100
Kalimantan Barat
1,8
86,4
11,8
100
2,0
85,9
12,1
100
1,9
86,1
12,0
100
Kalimantan Tengah
0,9
86,8
12,3
100
1,1
87,6
11,3
100
1,0
87,2
11,9
100
Kalimantan Selatan
0,6
83,8
15,6
100
0,8
85,6
13,5
100
0,7
84,7
14,6
100
Kalimantan Timur
1,7
89,1
9,2
100
1,2
91,4
7,4
100
1,5
90,1
8,4
100
Sulawesi Utara
0,7
88,1
11,1
100
0,6
91,7
7,8
100
0,6
89,8
9,6
100
Sulawesi Tengah
1,1
85,6
13,4
100
1,0
88,1
10,9
100
1,0
86,8
12,2
100
Sulawesi Selatan
1,6
85,0
13,4
100
1,2
85,6
13,2
100
1,4
85,3
13,3
100
Sulawesi Tenggara
1,3
88,5
10,3
100
0,9
91,0
8,1
100
1,1
89,7
9,2
100
Gorontalo
2,1
83,2
14,7
100
1,0
83,7
15,2
100
1,6
83,5
15,0
100
Sulawesi Barat
3,6
83,2
13,3
100
2,3
84,9
12,8
100
3,0
84,0
13,1
100
Maluku
1,2
92,7
6,1
100
1,1
94,4
4,6
100
1,1
93,5
5,3
100
Maluku Utara
1,7
90,5
7,7
100
1,1
90,5
8,5
100
1,4
90,5
8,1
100
Papua Barat Papua Indonesia
2,3
87,3
10,4
100
3,7
81,0
15,3
100
2,9
84,5
12,6
100
26,5
68,3
5,3
100
27,0
65,0
7,9
100
26,7
66,8
6,5
100
1,6
86,7
11,7
100
1,5
88,0
10,5
100
1,5
87,3
11,2
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
143
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 38. Persentase Anak umur 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 0,4
(3) 94,4
Perempuan
3 (4) 5,2
Jumlah
1
2
3
(5) 100
(6) 0,5
(7) 95,8
(8) 3,7
Laki-Laki+Perempuan Jumlah (9) 100
1
2
3
Jumlah
(10) 0,4
(11) 95,1
(12) 4,5
(13) 100
Sumatera Utara
0,7
92,9
6,4
100
0,7
93,7
5,6
100
0,7
93,3
6,0
100
Sumatera Barat
0,8
90,8
8,4
100
0,7
93,6
5,7
100
0,8
92,1
7,1
100
Riau
1,1
92,7
6,2
100
0,7
94,1
5,2
100
0,9
93,4
5,7
100
Jambi
0,7
89,3
10,0
100
0,6
91,0
8,4
100
0,6
90,1
9,3
100
Sumatera Selatan
1,0
87,1
11,9
100
0,7
90,7
8,6
100
0,9
88,8
10,3
100
Bengkulu
0,6
90,9
8,5
100
0,4
91,5
8,2
100
0,5
91,2
8,3
100
Lampung
0,7
88,9
10,4
100
0,6
89,9
9,5
100
0,6
89,4
10,0
100
Bangka Belitung
0,7
91,5
7,8
100
0,3
96,3
3,4
100
0,5
93,9
5,6
100
Kepulauan Riau
1,9
83,4
14,7
100
1,0
87,7
11,3
100
1,5
85,5
13,1
100
DKI Jakarta
0,2
93,4
6,4
100
0,3
90,5
9,2
100
0,3
91,9
7,8
100
Jawa Barat
0,5
86,7
12,8
100
0,4
87,4
12,2
100
0,4
87,0
12,5
100
Jawa Tengah
0,6
88,6
10,8
100
0,5
90,4
9,1
100
0,5
89,5
10,0
100
DI Yogyakarta
0,1
94,8
5,1
100
0,1
94,6
5,2
100
0,1
94,7
5,2
100
Jawa Timur
0,7
90,9
8,4
100
0,8
91,5
7,8
100
0,7
91,2
8,1
100
Banten
1,4
88,2
10,5
100
0,8
85,9
13,3
100
1,1
87,1
11,8
100
Bali
0,7
93,8
5,6
100
0,7
91,2
8,1
100
0,7
92,5
6,8
100
Nusa Tenggara Barat
1,1
90,2
8,7
100
0,8
90,8
8,4
100
1,0
90,5
8,5
100
Nusa Tenggara Timur
2,1
85,8
12,1
100
1,7
87,8
10,5
100
1,9
86,7
11,4
100
Kalimantan Barat
1,6
88,1
10,3
100
1,5
88,1
10,4
100
1,5
88,1
10,4
100
Kalimantan Tengah
0,9
88,7
10,4
100
0,9
90,4
8,8
100
0,9
89,5
9,6
100
Kalimantan Selatan
0,9
86,3
12,8
100
0,9
87,3
11,8
100
0,9
86,8
12,3
100
Kalimantan Timur
1,1
91,6
7,4
100
0,7
94,0
5,3
100
0,9
92,7
6,4
100
Sulawesi Utara
0,6
88,4
10,9
100
0,4
92,6
7,0
100
0,5
90,4
9,1
100
Sulawesi Tengah
0,9
86,8
12,2
100
0,9
89,2
10,0
100
0,9
88,0
11,1
100
Sulawesi Selatan
1,4
86,1
12,5
100
1,1
88,2
10,7
100
1,2
87,2
11,6
100
Sulawesi Tenggara
1,1
89,8
9,0
100
0,8
91,5
7,7
100
1,0
90,7
8,4
100
Gorontalo
1,6
84,5
13,9
100
0,8
86,6
12,6
100
1,2
85,5
13,3
100
Sulawesi Barat
3,1
84,0
12,9
100
2,0
85,8
12,2
100
2,5
84,9
12,6
100
Maluku
1,0
93,2
5,9
100
0,9
95,2
3,9
100
1,0
94,1
4,9
100
Maluku Utara
1,5
91,6
6,9
100
1,0
90,7
8,3
100
1,3
91,1
7,6
100
Papua Barat Papua Indonesia
1,8
90,3
7,9
100
2,2
86,6
11,2
100
2,0
88,6
9,4
100
21,4
73,6
5,0
100
21,2
71,5
7,3
100
21,3
72,6
6,1
100
1,1
89,0
9,9
100
1,0
89,9
9,1
100
1,0
89,4
9,5
100
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak/belum Pernah Sekolah 2. Masih Bersekolah 3. Tidak Sekolah Lagi
144
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 39. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak 7-17 tahun menurut Provinsi, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010 Perkotaan Provinsi (1) Aceh
7-12 L (2) 0,4
P (3) 94,4
13-15 L+P (4) 5,2
L (6) 0,5
P (7) 95,8
16-17 L+P (8) 3,7
L (10) 0,4
P (11) 95,1
L+P (12) 4,5
Sumatera Utara
0,7
92,9
6,4
0,7
93,7
5,6
0,7
93,3
6,0
Sumatera Barat
0,8
90,8
8,4
0,7
93,6
5,7
0,8
92,1
7,1
Riau
1,1
92,7
6,2
0,7
94,1
5,2
0,9
93,4
5,7
Jambi
0,7
89,3
10,0
0,6
91,0
8,4
0,6
90,1
9,3
Sumatera Selatan
1,0
87,1
11,9
0,7
90,7
8,6
0,9
88,8
10,3
Bengkulu
0,6
90,9
8,5
0,4
91,5
8,2
0,5
91,2
8,3
Lampung
0,7
88,9
10,4
0,6
89,9
9,5
0,6
89,4
10,0
Bangka Belitung
0,7
91,5
7,8
0,3
96,3
3,4
0,5
93,9
5,6
Kepulauan Riau
1,9
83,4
14,7
1,0
87,7
11,3
1,5
85,5
13,1
DKI Jakarta
0,2
93,4
6,4
0,3
90,5
9,2
0,3
91,9
7,8
Jawa Barat
0,5
86,7
12,8
0,4
87,4
12,2
0,4
87,0
12,5
Jawa Tengah
0,6
88,6
10,8
0,5
90,4
9,1
0,5
89,5
10,0
DI Yogyakarta
0,1
94,8
5,1
0,1
94,6
5,2
0,1
94,7
5,2
Jawa Timur
0,7
90,9
8,4
0,8
91,5
7,8
0,7
91,2
8,1
Banten
1,4
88,2
10,5
0,8
85,9
13,3
1,1
87,1
11,8
Bali
0,7
93,8
5,6
0,7
91,2
8,1
0,7
92,5
6,8
Nusa Tenggara Barat
1,1
90,2
8,7
0,8
90,8
8,4
1,0
90,5
8,5
Nusa Tenggara Timur
2,1
85,8
12,1
1,7
87,8
10,5
1,9
86,7
11,4
Kalimantan Barat
1,6
88,1
10,3
1,5
88,1
10,4
1,5
88,1
10,4
Kalimantan Tengah
0,9
88,7
10,4
0,9
90,4
8,8
0,9
89,5
9,6
Kalimantan Selatan
0,9
86,3
12,8
0,9
87,3
11,8
0,9
86,8
12,3
Kalimantan Timur
1,1
91,6
7,4
0,7
94,0
5,3
0,9
92,7
6,4
Sulawesi Utara
0,6
88,4
10,9
0,4
92,6
7,0
0,5
90,4
9,1
Sulawesi Tengah
0,9
86,8
12,2
0,9
89,2
10,0
0,9
88,0
11,1
Sulawesi Selatan
1,4
86,1
12,5
1,1
88,2
10,7
1,2
87,2
11,6
Sulawesi Tenggara
1,1
89,8
9,0
0,8
91,5
7,7
1,0
90,7
8,4
Gorontalo
1,6
84,5
13,9
0,8
86,6
12,6
1,2
85,5
13,3
Sulawesi Barat
3,1
84,0
12,9
2,0
85,8
12,2
2,5
84,9
12,6
Maluku
1,0
93,2
5,9
0,9
95,2
3,9
1,0
94,1
4,9
Maluku Utara
1,5
91,6
6,9
1,0
90,7
8,3
1,3
91,1
7,6
Papua Barat Papua Indonesia
1,8
90,3
7,9
2,2
86,6
11,2
2,0
88,6
9,4
21,4
73,6
5,0
21,2
71,5
7,3
21,3
72,6
6,1
1,1
89,0
9,9
1,0
89,9
9,1
1,0
89,4
9,5
Sumber : Susenas 2010, BPS
145
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 40. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak 7-17 tahun menurut Provinsi, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010 Perdesaan Provinsi
7-12
13-15
16-17
Aceh
L (2) 99,0
P (3) 99,3
L+P (4) 99,2
L (6) 92,9
P (7) 95,8
L+P (8) 94,3
L (10) 77,7
P (11) 81,2
L+P (12) 79,4
Sumatera Utara
98,2
98,7
98,4
89,8
91,4
90,5
71,8
74,4
73,2
Sumatera Barat
97,5
98,4
97,9
84,9
90,8
87,8
67,5
76,8
72,3
Riau
98,4
98,9
98,6
90,0
89,4
89,7
63,9
72,2
67,7
Jambi
97,1
98,8
97,9
80,7
84,6
82,5
63,6
66,5
65,0
(1)
Sumatera Selatan
96,8
98,1
97,4
78,3
85,2
81,6
51,6
62,1
56,4
Bengkulu
97,9
99,1
98,4
85,1
87,1
86,0
61,2
60,3
60,7
Lampung
98,6
98,7
98,7
82,6
87,9
85,2
58,5
55,9
57,3
Bangka Belitung
96,0
95,8
95,9
68,9
77,4
73,1
40,9
57,1
49,2
Kepulauan Riau
98,5
98,2
98,3
78,5
92,2
84,8
53,1
78,8
66,1
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jawa Barat
97,7
98,7
98,2
74,3
78,9
76,5
44,9
41,2
43,2
Jawa Tengah
98,6
99,2
98,9
79,8
84,1
81,8
55,3
56,7
55,9
DI Yogyakarta
99,2
99,4
99,3
86,0
94,3
90,0
66,5
75,8
70,8
Jawa Timur
98,2
98,8
98,5
84,6
86,2
85,3
60,2
54,8
57,7
Banten
97,6
97,6
97,6
72,9
72,3
72,6
49,8
46,3
48,1
Bali
98,0
97,7
97,9
87,5
79,5
83,8
72,9
54,1
65,1
Nusa Tenggara Barat
97,6
98,1
97,8
85,2
86,3
85,7
70,6
65,8
68,3
Nusa Tenggara Timur
95,7
96,6
96,1
78,5
79,1
78,7
42,7
50,0
46,2
Kalimantan Barat
96,5
96,1
96,3
82,2
80,7
81,5
53,7
52,8
53,3
Kalimantan Tengah
98,6
98,1
98,4
82,7
85,9
84,2
53,4
51,4
52,5
Kalimantan Selatan
97,8
98,2
98,0
76,0
76,7
76,3
49,2
54,0
51,5
Kalimantan Timur
97,7
98,5
98,1
90,1
92,0
90,9
57,9
62,4
59,9
Sulawesi Utara
97,5
98,8
98,1
87,2
92,0
89,4
58,2
68,6
63,3
Sulawesi Tengah
97,0
97,5
97,2
79,7
84,8
82,1
45,8
54,1
49,8
Sulawesi Selatan
96,2
97,7
96,9
78,5
79,2
78,8
55,4
54,1
54,8
Sulawesi Tenggara
97,1
98,2
97,6
82,2
90,4
86,3
65,1
63,5
64,3
Gorontalo
95,9
97,5
96,6
77,6
81,8
79,6
46,3
45,9
46,1
Sulawesi Barat
95,1
96,3
95,7
77,4
76,6
77,0
38,7
44,8
41,6
Maluku
98,0
98,0
98,0
91,3
92,9
92,1
74,4
81,4
77,6
Maluku Utara
97,2
96,9
97,0
89,4
89,6
89,5
69,5
67,0
68,4
Papua Barat
92,6
87,8
90,5
87,2
82,5
85,1
66,1
53,2
60,2
Papua
71,5
70,2
70,9
70,2
66,0
68,3
48,0
39,5
44,0
Indonesia
97,1
97,7
97,4
81,4
84,2
82,7
57,1
57,8
57,4
Sumber : Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. L= Laki-Laki 2. P= Perempuan
146
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 41. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak 7-17 tahun menurut Provinsi, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010 Perkotaan+Perdesaan Provinsi (1) Aceh
7-12 L (2) 99,0
P (3) 99,4
13-15 L+P (4) 99,2
L (6) 93,8
P (7) 96,2
16-17 L+P (8) 95,0
L (10) 80,3
P (11) 84,1
L+P (12) 82,2
Sumatera Utara
98,8
99,0
98,9
91,2
93,3
92,3
74,8
78,4
76,7
Sumatera Barat
97,9
98,6
98,2
86,7
92,2
89,5
71,4
80,0
75,8
Riau
98,3
99,2
98,8
91,7
92,6
92,1
72,3
76,4
74,3
Jambi
97,6
98,9
98,3
84,0
87,3
85,6
67,8
69,0
68,4
Sumatera Selatan
97,4
98,6
98,0
82,2
88,7
85,4
62,0
67,7
64,7
Bengkulu
98,1
99,3
98,7
87,2
89,4
88,3
68,6
69,8
69,2
Lampung
98,6
98,8
98,7
84,2
89,1
86,6
63,0
61,5
62,3 54,9
Bangka Belitung
96,7
97,5
97,1
77,0
84,2
80,6
49,5
60,8
Kepulauan Riau
99,4
99,4
99,4
91,2
93,1
92,2
62,3
89,3
75,3
DKI Jakarta
98,8
99,5
99,2
92,6
90,4
91,5
76,5
66,9
71,3
Jawa Barat
98,1
98,5
98,3
81,8
83,7
82,7
56,5
55,0
55,8
Jawa Tengah
98,7
99,2
98,9
83,8
87,0
85,3
62,8
64,8
63,7 80,7
DI Yogyakarta
99,6
99,8
99,7
92,3
96,0
94,0
84,4
76,9
Jawa Timur
98,5
99,0
98,7
88,0
89,7
88,8
69,7
66,8
68,4
Banten
97,7
98,3
98,0
82,0
81,4
81,7
65,9
56,5
61,3
Bali
98,7
98,6
98,7
91,4
86,9
89,3
79,7
70,8
75,5
Nusa Tenggara Barat
98,0
98,6
98,3
86,1
87,1
86,5
71,0
71,6
71,3
Nusa Tenggara Timur
96,1
96,9
96,5
80,0
82,6
81,2
53,3
59,2
56,2
Kalimantan Barat
97,1
97,0
97,0
84,7
84,2
84,5
59,4
61,3
60,4
Kalimantan Tengah
98,9
98,4
98,7
84,7
89,0
86,8
60,5
64,6
62,4
Kalimantan Selatan
97,6
98,2
97,9
80,1
81,2
80,6
56,4
58,9
57,7
Kalimantan Timur
98,4
99,0
98,7
91,4
93,8
92,5
69,5
75,1
72,1
Sulawesi Utara
97,6
99,1
98,3
85,4
93,3
89,1
62,7
70,2
66,2
Sulawesi Tengah
97,2
97,8
97,5
81,3
87,3
84,2
54,5
59,6
57,0
Sulawesi Selatan
96,2
97,8
97,0
80,8
84,5
82,6
61,9
63,8
62,8
Sulawesi Tenggara
97,4
98,2
97,8
85,1
91,3
88,2
69,8
68,3
69,0
Gorontalo
96,0
97,8
96,9
78,4
85,4
81,8
53,4
55,5
54,6
Sulawesi Barat
95,4
96,5
95,9
77,9
78,0
77,9
47,2
54,1
50,6
Maluku
98,4
98,1
98,3
91,6
94,1
92,9
77,3
85,5
80,9
Maluku Utara
97,3
97,2
97,2
90,7
90,8
90,8
73,2
68,9
71,2
Papua Barat
95,0
92,9
94,0
90,5
89,2
89,9
72,2
62,5
67,5
Papua
76,4
76,0
76,2
75,6
72,9
74,3
57,1
49,8
53,7
Indonesia
97,7
98,3
98,0
85,2
87,4
86,2
65,1
65,3
65,2
Sumber : Susenas 2010, BPS
147
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 42. Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010 Perkotaan Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Provinsi
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(1)
(2) 114,3
(3) 86,3
(4) 85,8
(6) 116,1
(7) 80,8
(8) 95,1
Aceh
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(10) 115,2
(11) 83,6
(12) 90,4
Sumatera Utara
113,5
85,6
82,0
113,6
89,9
79,8
113,5
87,7
80,9
Sumatera Barat
113,6
79,4
79,9
106,9
86,5
85,9
110,4
83,2
82,9
Riau
114,5
84,5
84,8
114,7
81,3
89,6
114,6
82,9
87,3
Jambi
116,8
77,1
69,7
118,4
81,4
73,1
117,5
79,3
71,3
Sumatera Selatan
119,9
82,4
76,3
109,3
88,6
90,2
114,6
85,7
83,0
Bengkulu
106,1
86,0
94,7
113,5
90,9
83,4
109,4
88,4
88,2
Lampung
112,7
88,0
71,7
108,6
85,1
79,4
110,7
86,6
75,5
Bangka Belitung
112,6
69,8
75,8
114,4
68,2
91,9
113,5
69,0
82,9
Kepulauan Riau
108,6
96,2
73,8
112,6
84,9
93,9
110,6
90,6
83,9
DKI Jakarta
110,8
93,4
69,5
110,0
89,7
58,0
110,5
91,4
63,1
Jawa Barat
111,7
77,2
62,6
110,5
83,0
55,4
111,1
80,0
59,0
Jawa Tengah
114,8
81,2
71,1
113,4
84,1
67,8
114,1
82,6
69,5
DI Yogyakarta
108,3
96,0
90,4
106,8
93,1
75,6
107,5
94,7
83,0
Jawa Timur
108,7
86,1
81,0
108,8
85,4
79,0
108,8
85,8
80,0
Banten
110,9
75,5
71,3
112,6
73,4
66,1
111,6
74,4
68,8
Bali
111,1
79,2
90,1
111,8
77,2
89,4
111,5
78,2
89,7
Nusa Tenggara Barat
107,2
80,1
72,6
108,8
87,6
62,7
108,0
83,4
67,7
Nusa Tenggara Timur
113,8
68,3
108,5
112,8
83,7
101,4
113,3
76,1
105,0
Kalimantan Barat
116,9
70,9
87,2
113,1
73,0
88,6
115,1
72,0
88,0
Kalimantan Tengah
114,0
70,1
80,5
115,4
78,6
98,9
114,7
74,5
89,3
Kalimantan Selatan
115,8
73,4
74,9
111,3
75,7
70,6
113,5
74,4
72,8
Kalimantan Timur
116,9
94,9
75,6
110,4
99,0
83,1
113,6
96,9
79,2
Sulawesi Utara
113,6
78,1
70,3
116,0
93,9
81,0
114,7
85,7
75,1
Sulawesi Tengah
112,6
84,2
75,6
109,4
89,8
74,9
111,0
87,0
75,2
Sulawesi Selatan
110,0
70,6
78,5
108,2
74,5
85,9
109,1
72,6
82,3
Sulawesi Tenggara
118,6
70,6
95,0
117,6
73,6
88,8
118,1
72,0
91,8
Gorontalo
111,0
69,9
73,2
103,5
78,6
91,0
107,1
74,2
82,5
Sulawesi Barat
119,3
67,9
65,4
118,7
55,9
81,3
119,0
61,9
73,7 113,0
Maluku
115,0
96,4
97,7
119,0
83,0
134,2
116,9
89,3
Maluku Utara
112,9
86,2
103,9
120,8
76,2
83,9
116,3
81,1
93,1
Papua Barat
116,4
65,1
100,7
109,2
94,6
73,5
113,1
76,7
87,1
Papua
117,2
80,3
80,6
116,2
68,7
91,9
116,7
74,2
85,6
Indonesia
112,2
81,4
74,1
111,2
83,6
71,2
111,7
82,5
72,7
Sumber: Susenas 2010, BPS
148
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 43. Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010 Perdesaan Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Provinsi
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(1) Aceh
(2) 117,1
(3) 89,2
(4) 73,9
(6) 112,7
(7) 89,5
(8) 81,0
(10) 115,0
(11) 89,4
(12) 77,4
Sumatera Utara
114,3
91,4
63,3
115,2
91,6
66,4
114,7
91,5
64,9
Sumatera Barat
110,1
79,7
54,9
Riau
113,7
88,2
51,9
111,5
77,5
77,9
110,8
78,6
66,3
115,9
85,5
58,4
114,8
86,9
55,0
Jambi
111,3
78,7
Sumatera Selatan
111,6
79,1
55,2
111,3
79,9
64,3
111,3
79,3
59,5
44,7
115,3
81,5
50,4
113,3
80,3
47,4
Bengkulu
111,8
76,0
56,7
116,9
80,5
60,3
114,3
78,1
58,4
Lampung
111,6
80,7
48,1
111,0
80,5
53,7
111,3
80,6
50,7
Bangka Belitung
119,2
63,6
37,6
117,6
73,6
48,5
118,4
68,6
43,1
Kepulauan Riau
113,6
82,9
51,3
118,0
89,7
75,9
115,7
86,1
63,2
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jawa Barat
107,4
79,2
36,3
110,4
76,6
34,3
108,9
78,0
35,3
Jawa Tengah
112,9
75,6
54,8
112,1
83,0
53,2
112,5
79,0
54,0
DI Yogyakarta
108,7
89,4
63,9
110,0
92,5
80,8
109,3
90,9
71,2
Jawa Timur
111,9
80,4
58,1
111,1
81,4
48,7
111,5
80,9
53,7 37,8
Banten
109,2
79,3
34,3
112,4
68,2
42,1
110,7
73,9
Bali
111,1
75,9
77,7
112,4
73,1
57,9
111,7
74,6
69,4
Nusa Tenggara Barat
108,9
83,8
65,5
112,2
89,3
52,4
110,5
86,2
59,0
Nusa Tenggara Timur
116,2
65,6
34,0
115,8
67,8
49,4
116,0
66,6
41,3
Kalimantan Barat
117,6
70,2
40,9
114,0
67,0
44,6
115,8
68,7
42,6
Kalimantan Tengah
117,8
74,3
43,9
120,7
75,0
39,2
119,1
74,6
41,8
Kalimantan Selatan
115,5
71,3
41,7
109,0
82,1
46,3
112,3
76,4
43,9
Kalimantan Timur
114,1
79,7
69,1
114,3
85,5
52,2
114,2
82,1
61,2
Sulawesi Utara
115,5
80,4
60,9
117,2
81,0
76,3
116,3
80,7
68,1
Sulawesi Tengah
112,7
67,8
52,3
112,0
73,7
55,5
112,4
70,6
53,8
Sulawesi Selatan
107,0
75,8
56,6
109,8
77,0
58,4
108,3
76,4
57,4
Sulawesi Tenggara
113,5
78,2
60,2
114,1
79,7
68,8
113,8
79,0
64,4
Gorontalo
111,4
67,9
53,0
108,8
78,9
49,7
110,2
73,1
51,3
Sulawesi Barat
110,7
61,0
41,7
106,9
71,3
46,0
108,9
66,0
43,8 69,7
Maluku
118,2
85,1
66,8
119,3
86,0
73,6
118,7
85,5
Maluku Utara
116,1
83,3
65,6
117,6
77,3
69,7
116,9
80,3
67,5
Papua Barat
115,3
63,1
65,8
117,9
55,0
49,9
116,4
59,4
58,3
86,7
60,9
36,9
88,1
49,3
30,6
87,3
55,7
34,0
111,4
78,5
51,7
112,0
79,4
53,0
111,7
78,9
52,3
Papua Indonesia Sumber: Susenas 2010, BPS
149
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 44. Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010 Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Provinsi
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(1)
(2) 116,4
(3) 88,5
(4) 77,2
(6) 113,6
(7) 87,4
(8) 84,8
Aceh
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(10) 115,1
(11) 88,0
(12) 81,0
Sumatera Utara
114,0
88,8
72,6
114,4
90,9
72,8
114,2
89,8
72,7
Sumatera Barat
111,4
79,6
64,6
109,8
81,1
81,1
110,6
80,3
72,8
Riau
114,0
86,9
64,2
115,5
83,8
71,8
114,7
85,4
67,9
Jambi
112,9
78,3
59,7
113,2
80,4
67,2
113,0
79,3
63,2
Sumatera Selatan
114,2
80,2
56,5
113,3
84,1
65,7
113,7
82,1
60,9
Bengkulu
110,1
79,1
68,4
115,9
83,9
69,3
112,8
81,3
68,8 57,8
Lampung
111,9
82,5
54,6
110,4
81,6
61,3
111,2
82,0
Bangka Belitung
116,2
66,5
55,4
116,2
71,0
66,2
116,2
68,8
60,6
Kepulauan Riau
109,6
93,5
69,1
113,7
85,8
90,3
111,6
89,7
79,6
DKI Jakarta
110,8
93,4
69,5
110,0
89,7
58,0
110,5
91,4
63,1
Jawa Barat
110,1
77,9
53,7
110,5
80,7
48,9
110,3
79,3
51,4
Jawa Tengah
113,7
78,1
62,7
112,6
83,5
60,4
113,2
80,6
61,6
DI Yogyakarta
108,5
94,0
81,3
107,8
92,9
77,1
108,2
93,5
79,3
Jawa Timur
110,4
82,9
69,6
110,0
83,3
64,2
110,2
83,1
67,1 58,3
Banten
110,2
77,1
58,5
112,5
71,4
58,2
111,3
74,2
Bali
111,1
77,8
85,0
112,0
75,5
79,6
111,6
76,7
82,4
Nusa Tenggara Barat
108,2
82,3
68,7
110,9
88,6
57,0
109,5
85,1
62,9
Nusa Tenggara Timur
115,8
66,1
54,0
115,3
71,3
64,4
115,6
68,5
58,9
Kalimantan Barat
117,4
70,4
54,6
113,7
68,9
60,6
115,6
69,7
57,6
Kalimantan Tengah
116,6
72,9
55,5
118,9
76,3
60,2
117,7
74,6
57,6
Kalimantan Selatan
115,6
72,2
54,8
109,9
79,5
56,8
112,8
75,6
55,8
Kalimantan Timur
115,8
88,3
73,1
111,9
93,9
71,6
113,9
90,9
72,4
Sulawesi Utara
114,6
79,4
65,4
116,7
86,9
78,4
115,6
82,9
71,3
Sulawesi Tengah
112,7
71,4
59,2
111,4
77,7
61,6
112,1
74,5
60,3
Sulawesi Selatan
107,9
74,1
65,3
109,2
76,0
70,2
108,6
75,0
67,7
Sulawesi Tenggara
114,7
76,3
70,7
114,9
78,2
75,4
114,8
77,3
73,0
Gorontalo
111,3
68,6
59,7
106,9
78,8
64,1
109,2
73,5
61,9
Sulawesi Barat
112,3
62,5
48,0
109,4
67,8
56,5
110,9
65,1
52,2
Maluku
117,2
88,6
79,2
119,2
84,9
97,4
118,1
86,8
86,9
Maluku Utara
115,4
84,0
75,5
118,3
77,0
74,4
116,7
80,5
75,0
Papua Barat
115,8
64,0
82,0
114,1
70,2
61,5
115,0
66,7
72,1
92,4
65,0
49,4
94,3
54,4
46,8
93,3
60,0
48,2
111,7
79,8
63,0
111,6
81,4
62,7
111,7
80,6
62,9
Papua Indonesia Sumber: Susenas 2010, BPS
150
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 45. Angka Partisipasi Murni (APM) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010 Perkotaan Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Provinsi
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(1) Aceh
(2) 97,2
(3) 76,9
(4) 64,1
(6) 97,9
(7) 74,9
(8) 71,1
(10) 97,6
(11) 75,9
(12) 67,6
Sumatera Utara
95,9
72,4
60,2
94,9
73,3
58,8
95,4
72,9
59,5
Sumatera Barat
96,7
65,5
59,0
Riau
97,2
74,2
61,0
94,9
75,1
61,1
95,9
70,6
60,1
95,5
67,4
64,4
96,4
70,8
Jambi
96,8
66,2
49,4
62,8
97,7
73,1
53,8
97,2
69,8
51,5
Sumatera Selatan
96,3
69,0
55,9
89,6
65,8
58,1
92,9
67,3
57,0
Bengkulu
96,4
77,8
66,7
94,8
76,7
63,4
95,7
77,3
64,8
Lampung
93,8
72,3
53,2
90,2
63,1
53,5
92,1
67,8
53,4
Bangka Belitung
92,7
53,7
46,9
95,5
55,3
46,7
94,1
54,5
46,8
Kepulauan Riau
93,2
77,3
49,1
96,3
72,0
66,2
94,7
74,7
57,7
DKI Jakarta
95,0
73,7
57,2
94,2
70,4
45,1
94,6
72,0
50,6
Jawa Barat
96,5
70,1
48,3
93,9
70,5
40,8
95,2
70,3
44,5
Jawa Tengah
97,0
72,6
52,2
95,5
72,3
51,0
96,3
72,5
51,6 60,2
DI Yogyakarta
91,3
69,5
65,2
95,3
78,8
55,2
93,4
73,7
Jawa Timur
95,9
74,9
62,9
95,8
71,3
55,5
95,8
73,1
59,3
Banten
94,7
61,7
50,0
94,4
61,7
42,0
94,5
61,7
46,2
Bali
95,5
66,9
60,2
94,3
64,6
61,4
94,9
65,8
60,8
Nusa Tenggara Barat
95,3
68,2
55,8
94,7
71,9
52,1
95,1
69,8
53,9
Nusa Tenggara Timur
91,6
47,5
66,2
87,2
58,0
60,2
89,4
52,8
63,2
Kalimantan Barat
95,2
59,2
59,3
93,9
58,4
50,3
94,6
58,8
54,5
Kalimantan Tengah
97,0
57,4
51,3
93,9
60,1
59,3
95,5
58,8
55,1
Kalimantan Selatan
94,6
63,0
46,3
95,1
63,4
42,8
94,8
63,2
44,5
Kalimantan Timur
93,6
74,2
55,0
91,9
73,9
64,9
92,7
74,0
59,8
Sulawesi Utara
92,9
65,4
52,9
90,7
71,4
53,4
91,9
68,3
53,1
Sulawesi Tengah
89,1
57,9
48,5
93,6
73,6
49,0
91,4
66,0
48,8
Sulawesi Selatan
93,4
63,2
50,4
91,7
61,5
50,4
92,6
62,3
50,4
Sulawesi Tenggara
96,7
62,5
53,3
93,2
61,9
51,3
95,0
62,2
52,3
Gorontalo
89,2
49,8
44,8
89,6
55,1
55,6
89,4
52,4
50,5
Sulawesi Barat
95,6
60,4
49,0
96,2
50,7
59,5
95,9
55,6
54,4
Maluku
90,7
64,4
63,8
94,0
66,4
66,4
92,2
65,4
64,9
Maluku Utara
90,7
63,6
66,2
93,3
63,7
57,0
91,8
63,7
61,2
Papua Barat
95,3
55,6
67,1
93,6
60,5
44,4
94,5
57,5
55,8
Papua
97,7
75,1
65,7
96,2
66,1
64,7
97,0
70,4
65,2
Indonesia
95,7
70,0
54,7
94,3
69,4
50,3
95,0
69,7
52,5
Sumber: Susenas 2010, BPS
151
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 46. Angka Partisipasi Murni (APM) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010 Perdesaan Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Provinsi
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(1)
(2) 97,3
(3) 80,2
(4) 60,2
(6) 97,2
(7) 78,6
(8) 60,8
Aceh
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(10) 97,2
(11) 79,4
(12) 60,50
Sumatera Utara
94,4
74,8
50,5
96,3
77,8
53,7
95,3
76,3
52,17
Sumatera Barat
94,8
66,2
45,3
95,8
67,3
58,4
95,3
66,8
51,81
Riau
95,0
71,5
42,8
97,4
71,8
47,9
96,2
71,7
45,17
Jambi
94,7
64,7
40,6
95,3
66,8
44,5
95,0
65,7
42,44
Sumatera Selatan
92,9
60,8
32,0
96,9
71,0
39,0
94,8
65,8
35,29
Bengkulu
95,1
64,7
40,8
95,8
70,1
43,4
95,5
67,2
42,04
Lampung
96,2
69,7
38,8
96,2
70,6
35,9
96,2
70,2
37,42
Bangka Belitung
92,5
48,9
27,8
91,3
56,5
36,8
91,9
52,7
32,34
Kepulauan Riau
43,39
93,1
58,1
31,8
94,6
74,7
55,9
93,8
65,7
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jawa Barat
93,0
63,8
28,1
96,5
66,6
25,6
94,7
65,1
26,90
Jawa Tengah
95,4
64,5
38,9
96,0
71,8
38,3
95,7
67,9
38,64
DI Yogyakarta
97,0
74,3
53,2
97,1
84,8
63,4
97,1
79,4
57,56
Jawa Timur
95,6
66,5
40,0
95,3
69,0
34,7
95,4
67,7
37,53
Banten
95,0
59,6
24,7
95,0
56,8
29,1
95,0
58,2
26,67
Bali
97,2
72,9
58,4
95,5
67,9
40,0
96,4
70,6
50,63
Nusa Tenggara Barat
95,2
72,8
52,0
95,3
73,4
39,2
95,2
73,0
45,63
Nusa Tenggara Timur
93,0
48,7
19,7
94,4
52,8
29,0
93,7
50,6
24,06
Kalimantan Barat
95,2
54,3
26,8
94,4
55,7
29,8
94,8
55,0
28,16
Kalimantan Tengah
97,4
61,2
34,7
96,9
64,2
28,4
97,2
62,6
31,88
Kalimantan Selatan
96,0
57,4
29,4
94,2
61,4
31,6
95,1
59,3
30,47
Kalimantan Timur
95,3
67,6
45,2
97,3
74,4
41,8
96,3
70,4
43,65
Sulawesi Utara
91,6
65,9
45,4
93,6
66,3
52,4
92,6
66,1
48,63
Sulawesi Tengah
94,6
59,0
35,7
93,5
59,5
37,4
94,1
59,3
36,49
Sulawesi Selatan
92,7
62,2
38,6
93,4
62,5
35,9
93,0
62,3
37,32
Sulawesi Tenggara
94,8
67,3
46,3
95,4
70,2
47,3
95,1
68,7
46,80
Gorontalo
91,4
50,3
33,9
91,6
59,4
32,7
91,5
54,6
33,29
Sulawesi Barat
94,0
51,0
23,5
92,9
56,9
28,8
93,5
53,9
26,06
Maluku
96,2
73,2
54,5
96,4
76,8
59,1
96,3
75,0
56,43
Maluku Utara
95,7
69,6
49,7
93,4
63,9
48,5
94,6
66,8
49,16
Papua Barat
92,1
45,6
38,1
87,4
42,0
27,5
90,0
44,0
33,10
Papua
71,5
45,8
27,1
70,2
40,0
22,5
70,9
43,2
24,93
Indonesia
94,1
64,6
38,1
95,0
67,5
38,3
94,5
66,0
38,19
Sumber: Susenas 2010, BPS
152
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 47. Angka Partisipasi Murni (APM) Anak usia 7-18 tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Jenjang, 2010 Perkotaan + Perdesaan Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Provinsi
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(1)
(2) 97,3
(3) 79,4
(4) 61,3
(6) 97,4
(7) 77,7
(8) 63,6
Aceh
SD/ MI/ Paket A
SMP/ MTs/ Paket B
SM/ MA/ Paket C
(10) 97,3
(11) 78,6
(12) 62,4
Sumatera Utara
95,0
73,8
55,3
95,6
75,8
56,1
95,3
74,8
55,7
Sumatera Barat
95,5
66,0
50,7
95,5
70,4
59,5
95,5
68,2
55,1
Riau
95,8
72,5
49,6
96,7
70,1
55,0
96,2
71,4
52,2
Jambi
95,3
65,1
43,3
96,0
68,9
47,5
95,6
66,9
45,3
Sumatera Selatan
93,9
63,4
40,9
94,4
69,1
46,3
94,2
66,3
43,5
Bengkulu
95,5
68,7
48,8
95,5
72,3
51,1
95,5
70,4
50,0
Lampung
95,6
70,4
42,8
94,7
68,8
41,0
95,2
69,6
42,0 38,7
Bangka Belitung
92,6
51,2
36,7
93,2
55,9
40,9
92,9
53,6
Kepulauan Riau
93,1
73,3
45,4
96,0
72,5
64,2
94,6
72,9
54,7
DKI Jakarta
95,0
73,7
57,2
94,2
70,4
45,1
94,6
72,0
50,6
Jawa Barat
95,2
67,8
41,5
94,8
69,1
36,1
95,0
68,4
38,8
Jawa Tengah
96,1
68,1
45,4
95,8
72,0
44,6
95,9
69,9
45,0
DI Yogyakarta
93,6
71,0
61,1
95,9
80,8
57,5
94,8
75,6
59,4 48,6
Jawa Timur
95,7
70,2
51,5
95,5
70,1
45,4
95,6
70,2
Banten
94,8
60,8
41,2
94,6
59,8
37,7
94,7
60,3
39,6
Bali
96,2
69,5
59,5
94,8
65,9
54,7
95,5
67,8
57,1
Nusa Tenggara Barat
95,2
70,9
53,7
95,1
72,7
44,9
95,2
71,7
49,4
Nusa Tenggara Timur
92,8
48,5
32,2
93,3
53,9
37,9
93,0
51,0
34,9
Kalimantan Barat
95,2
55,6
36,4
94,3
56,5
37,3
94,8
56,1
36,8
Kalimantan Tengah
97,3
60,0
40,0
95,9
62,7
39,2
96,6
61,3
39,6
Kalimantan Selatan
95,5
59,8
36,1
94,5
62,2
36,4
95,0
60,9
36,2
Kalimantan Timur
94,3
71,3
51,2
94,0
74,0
56,3
94,1
72,6
53,7
Sulawesi Utara
92,2
65,7
48,9
92,3
68,6
52,8
92,2
67,1
50,7
Sulawesi Tengah
93,5
58,8
39,5
93,5
63,1
41,1
93,5
60,8
40,2
Sulawesi Selatan
92,9
62,5
43,3
92,8
62,1
42,2
92,9
62,3
42,7
Sulawesi Tenggara
95,3
66,1
48,4
94,9
68,2
48,7
95,1
67,1
48,5
Gorontalo
90,7
50,1
37,5
90,9
57,9
40,7
90,8
53,8
39,1
Sulawesi Barat
94,3
53,0
30,3
93,6
55,5
37,9
93,9
54,2
34,0
Maluku
94,4
70,5
58,2
95,7
73,3
61,9
95,0
71,9
59,8
Maluku Utara
94,5
68,1
54,0
93,4
63,9
51,3
94,0
66,0
52,7
Papua Barat
93,4
50,1
51,6
90,2
49,1
35,8
91,9
49,6
43,9
Papua
76,4
52,0
38,1
76,0
46,9
33,7
76,2
49,6
36,1
Indonesia
94,8
67,1
46,5
94,7
68,4
44,6
94,8
67,7
45,6
Sumber: Susenas 2010, BPS
153
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 48. Status Sekolah Anak Usia 7-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010 Perkotaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
Perempuan
1
2
3
(2) 96,7
(3) 1,2
(4) 2,1
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 97,8
(7) 0,2
(8) 2,0
(9) 100
(10) 97,3
(11) 0,7
(12) 2,0
(13) 100
Sumatera Utara
94,2
2,1
3,7
100
95,7
1,4
2,9
100
94,9
1,8
3,3
100
Sumatera Barat
93,2
4,7
2,1
100
95,5
1,8
2,7
100
94,4
3,3
2,4
100
Riau
96,4
1,6
2,0
100
96,3
0,4
3,3
100
96,3
1,0
2,6
100
Jambi
93,9
1,8
4,3
100
93,1
2,3
4,6
100
93,5
2,0
4,4
100
Sumatera Selatan
93,9
3,4
2,7
100
94,3
1,1
4,6
100
94,1
2,2
3,7
100
Bengkulu
95,1
1,7
3,2
100
95,3
1,5
3,1
100
95,2
1,6
3,2
100
Lampung
92,5
1,9
5,6
100
92,8
2,3
4,9
100
92,7
2,1
5,3
100
Bangka Belitung
88,3
6,8
4,9
100
92,5
3,2
4,3
100
90,3
5,0
4,6
100
Kepulauan Riau
93,5
4,6
1,9
100
97,1
0,9
2,0
100
95,3
2,8
1,9
100
DKI Jakarta
93,6
1,4
5,1
100
90,8
1,4
7,8
100
92,1
1,4
6,5
100
Jawa Barat
89,2
2,9
8,0
100
89,0
2,0
9,0
100
89,1
2,4
8,5
100
Jawa Tengah
91,5
2,1
6,4
100
92,9
0,7
6,4
100
92,1
1,5
6,4
100
DI Yogyakarta
97,5
0,6
1,9
100
95,0
0,6
4,4
100
96,2
0,6
3,2
100
Jawa Timur
94,3
2,1
3,7
100
94,7
1,1
4,2
100
94,5
1,6
3,9
100
Banten
92,0
2,4
5,5
100
88,6
2,5
8,9
100
90,4
2,5
7,2
100
Bali
96,1
1,4
2,4
100
94,2
2,1
3,8
100
95,1
1,8
3,1
100
Nusa Tenggara Barat
91,2
3,0
5,8
100
92,7
1,7
5,6
100
91,9
2,4
5,7
100
Nusa Tenggara Timur
92,3
4,7
3,0
100
94,3
3,0
2,7
100
93,3
3,9
2,9
100
Kalimantan Barat
93,5
2,6
3,8
100
93,5
2,4
4,1
100
93,5
2,5
3,9
100
Kalimantan Tengah
93,7
2,2
4,1
100
95,9
1,2
2,8
100
94,9
1,7
3,4
100
Kalimantan Selatan
91,3
4,0
4,7
100
90,7
2,8
6,5
100
91,0
3,4
5,6
100
Kalimantan Timur
93,9
1,6
4,5
100
96,0
1,1
2,9
100
94,9
1,4
3,7
100
Sulawesi Utara
89,2
6,8
3,9
100
94,0
2,2
3,8
100
91,5
4,6
3,9
100
Sulawesi Tengah
91,9
3,1
4,9
100
92,8
4,2
3,0
100
92,4
3,7
3,9
100
Sulawesi Selatan
89,3
5,1
5,7
100
93,5
2,2
4,2
100
91,4
3,6
4,9
100
Sulawesi Tenggara
94,6
2,3
3,1
100
93,6
2,8
3,7
100
94,1
2,5
3,4
100
Gorontalo
87,6
8,1
4,3
100
92,1
4,3
3,6
100
89,9
6,1
4,0
100
Sulawesi Barat
88,3
6,6
5,1
100
89,6
5,6
4,8
100
89,0
6,1
4,9
100
Maluku
94,5
2,5
3,0
100
97,4
0,8
1,8
100
95,9
1,7
2,4
100
Maluku Utara
95,6
2,9
1,5
100
92,2
2,7
5,1
100
94,0
2,8
3,2
100
Papua Barat
95,4
2,9
1,6
100
94,2
4,9
0,9
100
94,9
3,8
1,3
100
Papua
95,7
1,8
2,5
100
94,5
2,4
3,1
100
95,1
2,1
2,8
100
Indonesia
96,7
1,2
2,1
100
97,8
0,2
2,0
100
97,3
0,7
2,0
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Masih Sekolah 2. Putus Sekolah 3. Tamat Sekolah
154
100
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 49. Status Sekolah Anak Usia 7-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010 Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
Perempuan
1
2
3
(2) 94,8
(3) 1,8
(4) 3,4
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
Jumlah
(5) 100
(6) 96,3
(7) 1,1
(8) 2,6
(9) 100
(10) 95,5
(11) 1,5
(12) 3,0
(13) 100
Sumatera Utara
93,6
2,5
3,9
100
94,4
1,7
3,9
100
94,0
2,1
3,9
100
Sumatera Barat
91,5
5,5
3,0
100
94,2
2,5
3,2
100
92,8
4,1
3,1
100
Riau
93,8
2,2
4,0
100
94,7
0,9
4,4
100
94,2
1,6
4,2
100
Jambi
89,9
4,5
5,6
100
91,5
3,4
5,0
100
90,7
4,0
5,3
100
Sumatera Selatan
88,0
5,2
6,9
100
91,3
2,0
6,7
100
89,6
3,6
6,8
100
Bengkulu
91,4
3,4
5,1
100
91,8
3,5
4,7
100
91,6
3,4
4,9
100
Lampung
89,5
3,2
7,4
100
90,4
2,9
6,7
100
89,9
3,0
7,0
100
Bangka Belitung
85,0
9,2
5,7
100
88,5
5,2
6,3
100
86,7
7,2
6,0
100
Kepulauan Riau
92,2
5,4
2,4
100
96,6
1,2
2,2
100
94,3
3,4
2,3
100
DKI Jakarta
93,6
1,4
5,1
100
90,8
1,4
7,8
100
92,1
1,4
6,5
100
Jawa Barat
87,1
3,3
9,6
100
87,7
1,9
10,3
100
87,4
2,6
10,0
100
Jawa Tengah
89,2
2,4
8,5
100
90,9
1,1
8,0
100
90,0
1,8
8,3
100
DI Yogyakarta
94,9
1,8
3,3
100
94,7
0,6
4,6
100
94,8
1,2
4,0
100
Jawa Timur
91,5
2,5
5,9
100
92,2
1,2
6,7
100
91,8
1,9
6,3
100
Banten
89,4
2,9
7,8
100
86,6
2,9
10,5
100
88,0
2,9
9,1
100
Bali
94,4
2,5
3,1
100
91,8
3,4
4,7
100
93,2
3,0
3,9
100
Nusa Tenggara Barat
91,2
4,0
4,8
100
91,5
2,9
5,6
100
91,4
3,5
5,2
100
Nusa Tenggara Timur
87,6
8,9
3,5
100
89,3
6,3
4,3
100
88,4
7,7
3,9
100
Kalimantan Barat
89,5
4,9
5,6
100
89,4
4,4
6,2
100
89,5
4,6
5,9
100
Kalimantan Tengah
89,5
3,8
6,7
100
91,2
2,8
6,0
100
90,3
3,4
6,4
100
Kalimantan Selatan
87,1
5,4
7,5
100
88,1
4,1
7,8
100
87,6
4,8
7,7
100
Kalimantan Timur
92,6
2,3
5,2
100
94,7
1,5
3,8
100
93,6
1,9
4,5
100
Sulawesi Utara
89,0
6,7
4,3
100
93,0
3,2
3,8
100
90,9
5,0
4,1
100
Sulawesi Tengah
87,7
6,0
6,4
100
89,9
3,6
6,4
100
88,8
4,9
6,4
100
Sulawesi Selatan
87,4
6,0
6,6
100
89,2
5,3
5,5
100
88,3
5,7
6,0
100
Sulawesi Tenggara
90,9
5,3
3,9
100
92,3
3,9
3,9
100
91,5
4,6
3,9
100
Gorontalo
85,8
10,2
4,0
100
87,3
8,0
4,7
100
86,5
9,1
4,3
100
Sulawesi Barat
86,7
8,4
4,9
100
87,5
5,6
6,9
100
87,1
7,0
5,9
100
Maluku
94,1
2,7
3,3
100
96,1
1,6
2,3
100
95,0
2,2
2,8
100
Maluku Utara
93,0
3,9
3,2
100
91,6
5,5
2,9
100
92,3
4,6
3,0
100
Papua Barat
92,0
5,2
2,8
100
88,6
9,4
2,0
100
90,4
7,1
2,5
100
Papua
93,6
2,4
4,0
100
90,7
4,4
4,9
100
92,3
3,3
4,4
100
Indonesia
90,0
3,5
6,5
100
90,8
2,3
6,9
100
90,4
2,9
6,7
100
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Masih Sekolah 2. Putus Sekolah 3. Tamat Sekolah
155
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 50. Status Sekolah Anak Usia 7-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010 Perkotaan+Perdesaan Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
Perempuan
1
2
3
(2) 94,1
(3) 2,0
(4) 3,8
Laki-Laki+Perempuan
Jumlah
1
2
3
Jumlah
1
2
3
(5) 100
(6) 95,7
(7) 1,4
(8) 2,9
(9) 100
(10) 94,9
(11) 1,7
(12) 3,4
Jumlah (13) 100
Sumatera Utara
93,0
2,9
4,1
100
93,2
2,0
4,8
100
93,1
2,5
4,4
100
Sumatera Barat
90,5
6,0
3,5
100
93,4
3,0
3,6
100
91,9
4,5
3,5
100
Riau
92,2
2,6
5,3
100
93,8
1,3
5,0
100
92,9
1,9
5,1
100
Jambi
88,3
5,6
6,2
100
90,9
3,9
5,2
100
89,5
4,8
5,7
100
Sumatera Selatan
85,1
6,0
8,9
100
89,7
2,5
7,8
100
87,3
4,3
8,4
100
Bengkulu
89,7
4,2
6,0
100
90,2
4,3
5,4
100
90,0
4,3
5,7
100
Lampung
88,5
3,6
7,9
100
89,6
3,1
7,3
100
89,0
3,4
7,6
100
Bangka Belitung
82,1
11,4
6,5
100
85,2
6,9
7,9
100
83,7
9,2
7,2
100
Kepulauan Riau
86,9
8,6
4,5
100
94,2
2,9
2,9
100
90,4
5,9
3,7
100
DKI Jakarta
83,5
4,0
12,5
100
85,4
1,9
12,7
100
84,4
3,0
12,6
100
Jawa Barat
87,4
2,5
10,1
100
89,3
1,4
9,3
100
88,3
2,0
9,7
100
Jawa Tengah
90,2
4,0
5,8
100
94,2
0,7
5,1
100
92,1
2,4
5,5
100
DI Yogyakarta
89,0
3,0
8,0
100
89,8
1,3
9,0
100
89,4
2,2
8,5
100
Jawa Timur
85,0
3,6
11,4
100
83,2
3,7
13,0
100
84,2
3,7
12,2
100
Banten
92,2
3,9
3,9
100
88,2
5,6
6,3
100
90,3
4,7
5,0
100
Bali
91,2
4,7
4,1
100
90,8
3,6
5,6
100
91,0
4,2
4,8
100
Nusa Tenggara Barat
86,6
9,8
3,6
100
88,1
7,1
4,7
100
87,3
8,5
4,2
100
Nusa Tenggara Timur
88,0
5,8
6,2
100
87,6
5,2
7,1
100
87,8
5,5
6,7
100
Kalimantan Barat
87,6
4,6
7,8
100
88,6
3,7
7,8
100
88,0
4,2
7,8
100
Kalimantan Tengah
84,3
6,3
9,3
100
86,3
4,9
8,8
100
85,3
5,6
9,0
100
Kalimantan Selatan
90,6
3,2
6,2
100
92,5
2,2
5,3
100
91,5
2,8
5,8
100
Kalimantan Timur
88,8
6,6
4,7
100
92,2
4,0
3,8
100
90,4
5,4
4,3
100
Sulawesi Utara
86,5
6,8
6,8
100
89,0
3,5
7,5
100
87,7
5,2
7,1
100
Sulawesi Tengah
86,4
6,5
7,1
100
86,7
7,1
6,2
100
86,5
6,8
6,6
100
Sulawesi Selatan
89,6
6,3
4,1
100
91,8
4,2
3,9
100
90,7
5,3
4,0
100
Sulawesi Tenggara
85,0
11,3
3,8
100
84,6
10,1
5,3
100
84,8
10,7
4,5
100
Gorontalo
86,2
8,9
4,9
100
86,9
5,6
7,5
100
86,5
7,3
6,2
100
Sulawesi Barat
93,9
2,7
3,4
100
95,4
2,1
2,5
100
94,6
2,4
3,0
100
Maluku
92,1
4,2
3,7
100
91,4
6,3
2,2
100
91,8
5,2
3,0
100
Maluku Utara
89,4
6,9
3,7
100
84,1
13,0
2,9
100
87,0
9,6
3,4
100
Papua Barat
92,8
2,7
4,5
100
89,1
5,2
5,7
100
91,2
3,8
5,0
100
Papua
88,1
4,3
7,6
100
89,3
2,9
7,8
100
88,7
3,6
7,7
100
Indonesia
94,1
2,0
3,8
100
95,7
1,4
2,9
100
94,9
1,7
3,4
100
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Masih Sekolah 2. Putus Sekolah 3. Tamat Sekolah
156
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 51. Persentase Anak Usia 7-17 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah atau Tidak Bersekolah Lagi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Sekolah, 2010 Perkotaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Laki Laki 1 (2) 48,3 48,9 34,7 40,5 46,7 33,8 55,8 57,9 34,4 79,9 54,5 62,7 54,5 67,7 47,1 57,7 36,5 45,7 49,1 39,0 38,0 20,6 33,8 36,6 45,0 45,5 27,4 43,3 57,5 38,5 75,0 61,9 40,9 53,4
2 (3) 3,3 10,5 4,5 18,7 11,0 14,7 9,6 12,5 6,5 4,1 20,8 9,2 7,6 10,4 9,1 12,6 10,7 10,9 8,4 8,0 19,9 22,3 25,6 17,2 14,6 16,5 26,8 8,5 10,6 13,7 1,7 7,1 1,8 10,9
3 (4) 0,1
0,1
0,1
2,6
1,8
0,1
4 (5) 4,0 8,2 3,5 4,1 5,5 3,5 7,5 6,6 1,5 0,9 1,0 4,2 6,0
5 (6) 1,6 1,9 3,3 1,7 4,9 3,4 0,4
6,6 2,0 1,7 1,9 1,0 7,4 13,0 2,9 5,5 6,5 2,2 0,9 3,4 2,3 1,1 10,4 0,6
0,6 3,9 4,6 1,3 0,4 2,3 3,0 2,8 0,5 2,3 3,0 1,3
0,4 3,3
3,1
4,7 4,4
1,8
0,6
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
157
1,5 0,2 0,7 2,1 1,7
6 (7) 0,4 0,5 1,2 5,5 5,2
7 (8) 6,5 3,6 7,5 7,2 4,9 5,5
2,1 1,0 1,1
3,3 6,4 7,2
0,3 0,3
2,3 5,1 2,8 7,7 5,7 11,6 5,4 3,4 8,0 3,1 7,6 1,5 2,3 3,4 6,2 8,5 4,2 2,4 2,1 2,3 10,6 13,2 4,3
0,3
2,4 1,9 1,2 0,3 0,1 0,6 1,1 3,8 8,1
8 (9) 2,4 0,5 3,4 2,1 5,0 5,2 6,5 0,8 2,0 0,7 1,8 0,9 1,2
9 (10) 1,5 0,1 0,9 6,8 4,7 3,3
1,5 1,5 3,8 1,1 2,1 4,2 0,3 0,8 3,7 1,1 0,5 4,3 1,6
0,4
1,9 3,2
2,0
0,6 3,4 2,9 2,2 0,6 2,4
0,4 4,1
0,9
7,3 1,5
0,7
10 (11) 32,4 25,7 41,7 17,7 11,9 25,2 20,2 14,8 43,5 6,0 21,2 18,2 21,5 19,2 26,6 16,6 31,0 30,7 32,0 26,2 17,8 41,1 26,6 32,0 31,3 24,2 27,1 37,9 20,2 34,0 14,0 20,3 32,1 22,3
Total (12) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 51. (Lanjutan) Perkotaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Perempuan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
(13) 42,4 48,7 42,6 47,8 44,6 50,3 60,5 68,2 36,6 40,2 56,7 69,2 63,4 75,8 52,2 67,2 67,1 62,0 45,1 54,5 36,9 44,4 39,0 42,3 52,1 55,8 47,9 57,5 44,6 29,7 43,3 80,8 41,3 61,1
(14) 6,1 12,0 3,6 10,7 12,3 4,8 8,4 2,2 6,9 8,0 22,3 11,4 10,7 16,8 11,0 12,6 17,3 2,3 5,0 11,5 6,2 10,9 13,9 14,4 0,5 8,2 11,0 1,5
(15) 3,9 1,0 0,8 1,2 4,8 8,0 0,6 2,3 2,2 2,1 0,7 1,5 0,3 6,0 7,1 0,9 6,3 8,0 2,9 1,5 18,1 9,0 6,6 6,5 2,6 6,9 11,0 3,2 5,0 4,7 4,3 5,7 7,3 2,7
(16) 5,0 4,1 3,7 8,0 8,2 9,6 6,2 3,9 4,8 5,0 1,7 2,8 3,8
(17)
(18)
(20) 18,0 5,9 5,1 13,0 2,8 12,5 3,2 4,1
(21)
(22) 11,8 20,5 27,7 13,2 13,3 7,8 11,7 10,7 40,1 27,7 10,9 10,6 13,0 1,4 15,4 12,8 8,6 14,8 28,3 16,8 16,7 24,8 20,8 25,2 13,7 15,7 22,3 18,1 34,7 36,3 22,6 11,3 39,8 13,5
(23) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
2,0 1,8 11,5
1,0 7,5 2,8 5,5 1,8 5,5 2,6 1,3 1,6 1,3 0,8 0,6
1,6 1,4 0,3 0,5
(19) 12,8 6,1 5,6 3,3 5,5 4,3 4,0 3,9 7,0 5,3 3,3 1,5 6,1
5,8 3,0 0,7 5,2 2,1 5,5 6,9 3,4 9,2 7,4 10,8 3,0
0,8 0,7
0,4 1,3
4,0 1,2
2,4 0,2
0,2 0,5
7,0 7,2 1,8 4,2 1,3 4,1 0,5 4,9 3,0 2,4
0,5 2,5 4,1 17,8 1,6
3,4
0,5 2,7 7,4 0,7 0,4 4,9 3,6 5,3 6,1 4,8 5,8 2,5 1,0 1,8
3,6
1,1
6,0 1,1 0,8 4,6 0,5 6,7 0,8
0,4
0,9 0,7
5,1 0,8 3,4 0,6 0,6 7,5 7,6 1,8
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
158
1,5 0,6
2,5 24,2 6,1 0,6 5,6 3,1
4,8 1,8 1,5 1,5
2,8 2,4
0,2 3,4 3,1
1,4 1,3 3,7 0,4 0,1 1,0
0,3 4,4 1,2
2,3 0,5 0,4
0,4
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 51. (Lanjutan) Perkotaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Laki-Laki + Perempuan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
(24) 46,1 48,8 37,9 43,7 45,6 41,7 58,0 62,7 35,2 68,1 55,8 66,0 58,4 73,1 49,4 63,0 54,3 52,6 47,4 46,5 37,5 32,8 35,9 38,5 48,5 49,6 37,9 49,1 51,2 35,6 55,8 71,1 41,1 57,1
(25) 4,4 11,2 4,1 15,1 11,7 9,9 9,0 7,7 6,6 5,2 21,7 10,3 9,0 14,7 10,0 12,6 14,6 7,3 7,0 9,6 14,6 16,5 21,0 16,3 7,8 13,2 18,7 5,7 5,4 9,2 1,9 3,7 1,8 11,2
(26) 1,5 0,5 0,3 0,5 2,5 3,8 0,3 1,1 0,8 0,6 0,4 0,8 0,1 4,1 3,2 0,5 3,7 3,4 1,2 0,7 8,6 4,6 2,6 3,3 1,3 2,7 5,6 1,3 2,5 1,5 2,6 2,7 4,1 1,3
(27) 4,4 6,4 3,6 5,9 6,9 6,4 6,9 5,4 2,7 2,1 1,4 3,5 5,0
(28) 1,0 1,5 5,0 2,2 5,2 2,6 2,8 1,2 1,4 0,6 1,0 1,5 1,2
(29)
(31) 8,2 2,8 4,1 7,0 3,8 8,7 5,0 2,4 1,3 1,9 1,8 1,2 1,3
(32) 0,9 0,2 1,9 3,8 3,8 1,7
6,2 2,6 1,1 3,3 1,5 6,5 10,6 3,2 7,0 6,8 6,4 1,7 1,7 1,6 1,8 8,4 11,0 0,8 2,0 4,0
0,7 2,1 1,9 0,8 2,8 1,7 2,1 3,7 0,5 1,6 4,8 1,1
(30) 8,9 4,7 6,8 5,5 5,2 4,9 1,8 3,6 6,6 6,6 1,9 1,9 5,5 0,9 6,0 3,2 4,9 6,0 5,0 5,0 3,5 4,4 2,6 1,7 4,1 5,0 5,4 2,5 2,5 9,3 4,6 5,8 8,9 3,7
1,9 0,8 1,6 0,8 2,4 5,8 0,5 0,6 4,2 1,9 2,8 5,0 3,2 2,3 1,2 1,0 1,1
0,7
(33) 24,7 23,5 36,1 15,7 12,6 16,9 16,2 12,9 42,2 12,5 15,1 14,4 17,8 7,2 21,6 14,5 17,9 24,0 30,4 21,7 17,4 32,7 24,3 29,8 22,8 20,8 24,7 29,9 27,3 34,7 19,2 16,0 36,4 18,0
(34) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
1,4
0,4 0,3 0,7 2,6 3,2 1,5 0,6 1,3 0,8 0,3 0,4 0,3 0,7 1,5 0,2 1,0 2,0 0,6 0,5 0,1 1,7 0,6 0,8 5,3 7,9
0,3 1,3
2,3
1,5
0,9 0,6
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
159
4,7 1,9
1,7 2,5 1,1 0,2 1,2
0,4 2,1 1,5 3,1 0,9 1,4
0,3 2,0 0,9 0,2 0,2
0,6
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 52. Persentase Anak Usia 7-17 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah atau tidak Bersekolah Lagi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Sekolah, 2010 Perdesaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Laki Laki 1 (2) 61,4 48,3 50,1 54,3 50,5 49,3 51,2 53,9 45,2 71,4 69,9 59,6 54,7 52,9 60,1 63,5 56,9 53,3 41,7 47,0 38,2 37,7 36,5 54,0 43,1 43,8 36,3 45,3 41,8 44,0 54,4 27,9 53,4 61,4
2 (3) 8,9 7,3 2,5 9,8 8,1 9,6 6,6 6,4 8,8 2,4 4,8 5,3 11,7 8,2 5,5 5,5 3,1 5,8 12,6 25,2 15,4 21,8 12,9 10,9 13,3 9,5 11,0 14,0 5,6 5,7 12,0 4,5 7,7 8,9
3 (4)
0,2
0,2
0,2 1,0 1,6 0,3 0,5
0,5 0,1 0,1
4 (5) 2,7 4,2 2,8 2,3 5,0 4,7 2,4 5,3 1,1 6,1 2,1 5,4 6,1 6,1 0,8
5 (6) 3,1 1,6 2,4 2,0 0,4 2,3 1,7 1,1 1,8
1,1 2,9 3,9 3,0 7,3 4,3 9,8 2,0 3,5 0,9 2,1 3,5 9,4 4,2 2,5 1,1 3,7 2,7
1,4 1,7 2,1 2,8 2,6 2,8 2,7 2,6 2,1 0,4 3,0 0,3 1,1 3,5
2,1 1,2 1,5 3,1
0,2 1,7 3,1
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
160
6 (7) 4,6 5,4 2,0 4,7 1,4 7,4 3,6 4,3 5,4 1,2 2,2 0,7 1,8 2,8 3,6 4,2 1,2 2,8 11,5 7,3 7,4 7,5 2,3 3,6 6,2 8,6 5,7 14,0 1,2 2,0 3,4 33,0 5,4 4,6
7 (8) 1,8 5,0 4,6 3,3 3,5 3,0 3,4 3,5 6,3 1,7 1,8 4,0 3,1 4,1 1,7 2,6 7,1 5,6 4,3 2,8 1,9 5,5 3,3 2,0 4,0 4,4 3,8 2,4 4,3 9,0 1,2 0,3 3,3 1,8
8 (9) 0,2 0,3 1,1 1,4 0,6 3,0 0,7
9 (10) 0,3 0,4 1,2 1,5 0,8 1,0 0,3 1,0 0,7
1,2 0,7
0,9
0,3
0,7 1,8
0,2 0,6 0,2 0,5 0,2 0,8 0,5 0,1 1,1
0,4 0,2
0,6 0,4 0,3 0,3 0,2 0,6 0,2
0,3 0,5 0,3
10 (11) 17,0 27,3 33,4 22,1 28,8 22,1 27,7 23,7 30,7 16,0 16,9 22,2 22,7 23,1 25,3 22,4 29,2 27,1 23,0 10,7 26,6 18,6 31,2 24,7 26,1 32,1 37,0 20,5 36,0 31,7 26,5 32,6 23,7 17,0
Total (12) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 52. (Lanjutan) Perdesaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Perempuan 1 (13) 67,3 56,7 53,7 51,9 57,2 54,9 56,0 60,1 38,6 60,7 66,7 68,0 64,8 57,6 68,0 71,1 54,9 58,0 51,6 52,3 42,0 40,2 40,4 55,9 59,4 52,9 59,5 48,3 52,3 64,1 68,3 31,2 58,3 67,3
2 (14) 2,1 5,7 2,3 1,9 2,1 5,0 1,3 2,5 3,3 2,6 3,5 4,6 4,8 6,6 7,1 1,3 3,6 6,2 7,7 5,0 6,1 2,9 2,6 2,9 2,4 0,6 4,6 4,5 1,0 2,0 5,2 4,1 2,1
3 (15) 5,1 2,8 2,3 2,9 9,5 3,8 8,4 2,6 4,7 10,2 7,9 4,0 14,7 12,2 3,2 10,9 2,1 4,4 12,0 6,4 13,1 9,9 6,0 4,9 10,2 3,7 5,5 1,6 2,5 3,2 0,4 5,8 5,1
4 (16) 0,6 5,5 3,4 5,3 5,1 5,6 3,3 5,0 4,2 6,0 2,8 6,1 5,7 6,9 1,8 1,1 3,1 3,0 3,4 5,4 4,7 4,1 12,9 5,5 3,7 1,4 0,9 0,4 4,2 2,2 0,1 0,3 4,1 0,6
5 (17) 0,5 1,5 2,2 2,8 2,2 2,0 0,9 0,6 2,6 2,4 1,1 0,4 1,1 2,8 2,2 1,5 1,9 3,3 1,4 2,4 0,5 1,9 0,5 0,5
3,5 0,9 0,4 1,4 0,5
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
161
6 (18) 3,1 5,3 4,1 8,2 3,7 7,8 2,3 3,4 7,9 1,0 2,8 0,8 1,8 3,0 6,5 1,5 5,3 13,0 7,9 11,0 9,4 4,2 6,6 4,4 6,3 8,8 18,1 5,5 3,5 7,1 29,2 5,7 3,1
7 (19) 7,1 2,8 6,0 3,0 5,2 3,5 2,1 6,2 3,2 2,2 2,9 5,7 3,8 1,3 3,2 4,6 2,5 4,1 2,7 2,5 2,9 3,9 3,3 5,3 1,5 3,7 9,1 3,1 0,8 0,6 3,1 7,1
8 (20) 0,6 2,0 6,3 1,2 0,2 1,6 0,6 0,5
9 (21) 0,6 0,3
0,6 1,1
0,4
0,3 0,2
0,4
0,2
2,5 1,4 0,3 0,1
1,4 0,7 0,2 0,7
1,0 0,2 1,7 0,3 2,6 0,4
0,6 0,7
0,4
0,7 0,6 0,6
0,2 0,3 0,6
10 (22) 13,0 17,2 19,8 22,7 14,8 16,0 24,5 17,9 38,1 17,0 11,5 12,0 9,2 11,9 15,0 11,6 19,4 20,3 17,2 8,7 24,1 22,2 24,5 18,3 17,1 20,8 21,8 18,7 22,9 20,0 17,0 32,5 16,4 13,0
Total (23) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 52. (Lanjutan) Perdesaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Laki Laki + perempuan 1 (24) 63,9 52,3 51,5 53,3 53,3 51,5 53,4 56,7 42,3 68,1 68,5 63,2 58,2 55,1 64,0 67,7 56,0 55,3 46,5 49,3 39,9 38,7 38,0 54,8 50,8 47,7 47,4 46,7 46,2 53,6 62,1 29,5 55,6 63,9
2 (25) 6,0 6,6 2,4 6,5 5,6 7,8 4,1 4,6 6,4 2,5 4,2 5,0 7,6 6,6 6,1 6,4 2,3 4,8 9,5 17,4 10,6 15,4 9,0 7,4 8,4 6,5 6,1 9,7 5,1 3,5 6,5 4,9 6,1 6,0
3 (26) 2,2 1,3 0,9 1,2 3,9 1,5 3,9 1,2 2,0 3,1 3,7 1,7 5,1 5,8 1,6 5,1 1,0 2,1 5,9 2,9 6,2 4,0 2,5 2,6 4,3 1,8 2,5 1,0 1,2 1,8 0,2 2,7 2,2
4 (27) 1,8 4,8 3,0 3,5 5,0 5,0 2,8 5,2 2,5 6,1 2,4 5,7 6,0 6,5 1,3 0,6 2,0 2,9 3,6 4,1 6,1 4,2 11,0 3,5 3,6 1,1 1,6 2,1 7,2 3,2 1,2 0,7 3,9 1,8
5 (28) 2,0 1,6 2,3 2,3 1,2 2,2 1,3 0,9 1,0 0,8 2,2 1,2 1,0 2,1 2,0 1,9 1,8 2,4 2,9 2,2 2,6 1,7 2,0 0,5 1,8 0,2 0,7 3,5 0,5 0,3 1,6 2,0
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
162
6 (29) 4,0 5,4 2,9 6,2 2,3 7,6 3,0 3,9 6,5 1,1 2,4 0,8 1,2 2,3 3,3 5,5 1,4 3,9 12,3 7,5 9,0 8,3 3,0 4,9 5,3 7,6 7,2 15,8 3,0 2,7 5,4 31,2 5,5 4,0
7 (30) 4,0 4,0 5,1 3,2 4,2 3,2 2,8 4,8 4,9 1,2 2,0 3,6 4,0 4,0 1,5 1,2 5,3 5,1 3,4 3,4 2,2 4,3 3,1 2,8 3,7 4,8 2,7 3,0 6,3 6,2 1,0 0,4 3,2 4,0
8 (31) 0,4 1,1 3,2 0,5 0,9 1,0 1,9 0,6
9 (32) 0,4 0,4 0,7 0,9 0,5 0,6 0,5 1,1 0,4
0,8 0,6
0,1 0,6
0,4
0,5
1,4 0,7 0,2 0,3 0,1 0,3 0,5 0,5 0,1 1,1 0,2 1,8 0,2
0,8 0,7 0,6 0,3 0,5 0,2 0,4 0,6 0,1 0,2
0,4 0,5 0,4
0,2 0,4 0,4
10 (33) 15,3 22,6 27,9 22,4 23,0 19,7 26,2 21,1 33,9 16,3 14,5 17,8 17,9 17,9 20,2 16,4 24,6 24,1 20,2 9,8 25,4 20,1 28,6 22,0 21,9 27,3 29,7 19,7 30,5 26,1 21,2 32,5 20,4 15,3
Total (34) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 53. Persentase Anak Usia 7-17 Tahun yang Tidak/Belum Pernah Bersekolah atau tidak Bersekolah Lagi menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Sekolah, 2010 Perkotaan+Perdesaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Laki Laki 1 (2) 59,1 48,5 45,6 51,2 49,9 46,6 52,0 54,6 41,5 77,1 54,5 66,1 57,8 58,7 51,0 59,0 53,0 52,4 52,8 41,3 45,2 33,2 35,9 36,5 52,7 43,8 41,3 38,2 47,3 40,8 48,5 56,3 28,5 53,4
2 (3) 8,0 8,5 3,1 11,8 8,6 10,5 7,1 7,5 8,0 3,5 20,8 7,1 6,1 11,3 8,5 8,8 7,5 6,2 6,0 11,8 24,1 17,3 23,6 14,8 11,4 14,2 12,1 10,4 13,4 8,0 5,1 10,8 4,4 8,8
3 (4) 0,0
0,1
0,1
0,2 1,4 0,8 0,9 0,4
0,4 0,1 0,1
4 (5) 2,9 5,7 3,0 2,7 5,1 4,5 3,3 5,6 1,3 2,6 1,0 3,2 5,6 4,2 6,3 1,4 0,7 1,4 2,7 4,5 5,0 6,1 4,9 8,3 2,0 2,8 1,3 2,2 3,1 9,7 3,7 1,9 1,2 4,0
5 (6) 2,8 1,8 2,7 1,9 1,2 2,5 1,4 0,9 1,7 0,1 0,7 2,1 1,4 1,2 3,5 1,8 1,3 1,6 2,1 2,9 2,7 1,7 2,5 2,7 1,9 0,3 2,2 0,3 0,9 3,5 0,2 1,8
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
163
6 (7) 3,8 3,5 1,6 3,9 2,1 7,0 3,0 3,9 3,9 1,1
7 (8) 2,6 4,5 5,4 4,2 3,8 3,4 2,8 3,5 6,3 5,4
1,2 0,6 1,3 2,0 1,9 2,5 1,7 2,5 9,9 5,8 5,6 4,1 1,4 3,1 4,6 7,4 5,2 13,0 0,9 2,1 2,6 31,5 3,7
2,1 4,4 3,0 5,3 3,5 6,1 6,4 5,3 4,9 2,8 3,5 3,7 2,9 2,2 4,7 5,0 3,9 2,4 3,6 8,0 3,5 0,9 3,7
8 (9) 0,6 0,4 1,8 0,5 2,0 1,4 3,6 0,8 0,7 0,8 1,8 0,5 0,9
9 (10) 0,5 0,3 1,1 2,7 1,5 1,4 0,3 1,2 1,6
0,7 0,7 1,5 0,5 0,4 1,2 0,3 0,6 1,9 0,9 0,1 1,6 0,3 0,8
0,6
1,3
1,1 0,2 0,9 0,8 0,4 0,4 1,1 0,2 0,2 0,5 0,8
0,3
0,3 0,8
0,3 0,6
10 (11) 19,7 26,7 35,8 21,1 25,9 22,7 26,4 22,0 35,1 9,3 21,2 17,6 21,9 21,6 24,3 21,3 25,8 29,8 27,6 23,6 12,1 30,7 22,4 31,6 25,6 25,6 31,4 37,2 20,4 35,4 29,1 24,9 32,6 23,2
Total (12) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 53. (Lanjutan) Perkotaan +Perdesaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Perempuan 1 (13) 63,6 54,0 50,4 50,9 54,1 53,8 56,7 61,7 38,0 47,1 56,7 68,1 66,3 71,7 55,9 67,6 69,4 57,5 56,7 52,1 49,7 42,8 39,7 41,1 55,3 58,6 51,9 59,1 47,6 47,3 59,5 70,9 31,9 59,4
2 (14) 2,7 7,9 2,6 4,1 4,6 4,9 2,5 2,4 4,3 6,2 22,3 8,1 6,8 10,5 6,8 9,8 11,4 1,7 3,8 7,1 7,4 6,9 9,7 7,2 2,3 4,1 4,1 0,8 3,8 3,5 1,3 1,6 5,0 7,0
3 (15) 4,9 2,2 1,9 2,5 8,3 4,8 7,1 2,6 4,0 4,8 0,7 4,2 2,7 9,3 10,6 2,0 2,6 9,9 2,2 3,9 13,0 7,3 10,1 8,6 5,4 5,4 10,3 3,6 5,4 2,3 2,9 3,7 0,9 4,6
4 (16) 1,2 5,0 3,5 5,9 5,9 6,6 3,8 4,8 4,4 5,3 1,7 2,8 5,3 2,1 6,5 2,4 0,9 3,9 2,9 3,7 5,7 4,3 6,5 10,9 6,4 3,5 1,1 0,8 0,8 4,1 5,7 0,4 0,3 3,9
5 (17) 0,4 1,3 3,7 2,8 3,0 1,9 1,7 1,0 0,4 1,9 1,3 1,5 0,9
6 (18) 2,6 3,6 2,9 6,2 2,8 6,2 1,9 2,9 5,6 1,4 1,4 1,3 0,7
0,5 0,9
1,3 2,1 3,8 1,1 4,8 10,8 7,4 7,4 5,4 2,6 6,0 3,5 5,2 8,5 16,2 4,3 3,1 5,6 27,3 3,8
1,8 2,5 1,4 1,8 3,7 1,0 1,5 1,5 1,6 0,4 1,1
2,7 0,7 0,4 1,3
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
164
7 (19) 7,9 3,9 5,9 3,1 5,3 3,7 2,4 5,8 4,3 3,5 3,3 1,8 4,1 2,1 3,9 1,3 4,6 4,8 2,4 4,1 2,3 3,2 2,0 4,1 3,2 4,7 1,2 3,5 12,4 3,8 0,8 0,9 3,1
8 (20) 3,2 3,4 5,9 4,1 0,8 4,1 1,0 1,2 3,2 1,8 0,9 0,8 1,0 0,1 1,5 1,1 0,5 1,3 0,1 0,1 2,8 1,4 1,1 2,7 1,2 3,3 0,8 0,2 0,4 0,5 0,2 1,3
9 (21) 0,5 0,3 1,0 0,8 0,5 1,2 0,4 2,5 0,3 0,1 0,5
0,9 0,6 0,2 0,7 0,9
0,5 0,5 0,5 0,4 0,1 0,2 0,3
10 (22) 12,8 18,4 22,1 20,3 14,4 14,1 22,3 16,6 38,6 24,1 10,9 10,9 12,3 4,3 13,1 13,8 10,3 17,7 21,0 17,1 10,0 24,3 21,6 24,8 17,5 16,8 21,1 21,0 21,6 25,9 20,6 15,8 32,9 15,3
Total (23) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 53. (Lanjutan) Perkotaan +Perdesaan Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Laki-Laki + Perempuan 1 (24) 61,0 51,0 47,5 51,1 51,7 49,6 54,2 57,8 40,0 68,1 55,8 67,1 61,5 65,2 53,2 63,5 62,3 54,7 54,5 46,5 47,2 37,8 37,4 38,2 53,8 50,5 46,0 47,8 47,5 43,3 54,0 64,1 30,1 56,2
2 (25) 5,8 8,2 2,9 8,5 6,9 8,2 5,0 5,2 6,5 4,3 21,7 7,6 6,4 10,9 7,7 9,3 9,7 4,2 5,0 9,5 16,9 12,4 18,0 12,0 7,5 9,7 8,6 6,0 9,0 6,2 3,2 5,9 4,7 8,0
3 (26) 2,0 1,0 0,8 1,1 3,6 1,9 3,3 1,2 1,7 1,5 0,4 2,1 1,2 4,6 4,9 1,0 1,5 4,4 1,0 1,9 6,4 3,5 4,6 3,7 2,3 2,6 4,6 1,7 2,5 1,1 1,5 2,0 0,4 2,2
4 (27) 2,2 5,4 3,2 4,1 5,4 5,3 3,5 5,2 2,6 3,4 1,4 3,0 5,5 3,2 6,4 1,9 0,8 2,5 2,8 4,1 5,3 5,2 5,5 9,2 3,9 3,1 1,2 1,6 2,0 7,5 4,7 1,1 0,8 3,9
5 (28) 1,8 1,6 3,1 2,3 2,0 2,3 1,6 0,9 1,1 0,7 1,0 1,8 1,2 0,9 2,1 0,8 1,5 2,0 1,8 2,4 3,2 1,4 2,2 2,2 1,8 0,4 1,7 0,1 0,6 3,1 0,4 0,3 1,5
Sumber: Susenas 2010, BPS Catatan : *) 1. Tidak ada biaya 2. Bekerja/mencari nafkah 3. Menikah/mengurus rt 4. Merasa pendidikan cukup 5. Malu karena ekonomi 6. Sekolah jauh 7. Cacat 8. Menunggu pengumuman 9. Tidak diterima 10. Lainnya
165
6 (29) 3,3 3,6 2,1 4,9 2,4 6,7 2,5 3,5 4,6 1,2 0,8 1,2 0,6 0,6 1,7 2,0 3,2 1,4 3,5 10,3 6,5 6,5 4,6 1,8 4,4 4,1 6,4 6,7 14,5 2,2 2,6 4,2 29,5 3,7
7 (30) 4,8 4,2 5,6 3,7 4,4 3,5 2,7 4,5 5,5 4,9 1,9 2,0 4,3 2,5 4,7 2,3 2,7 5,6 5,1 3,7 3,4 2,9 3,5 2,6 3,0 4,0 4,9 2,7 2,9 7,1 5,9 2,1 0,9 3,4
8 (31) 1,7 1,8 3,5 2,0 1,5 2,5 2,4 1,0 0,4 1,5 1,8 0,7 0,8
9 (32) 0,5 0,3 1,1 1,5 1,2 0,8 0,4 1,2 1,1 0,7
0,9 0,4 1,5 0,7 0,4 1,3 0,2 0,4 2,2 1,1 0,5 2,1 0,7 1,9 0,4 0,3 0,2 0,3 0,3 1,0
0,5
0,2 0,8
0,5 0,6 0,8 0,5 0,6 0,6 0,7 0,1 0,3 0,5 0,4 0,2 0,2 0,0 0,2 0,5
10 (33) 16,9 22,9 30,3 20,8 20,9 19,2 24,5 19,5 36,6 13,7 15,1 14,4 17,8 12,9 19,1 17,4 17,0 24,4 24,7 20,4 11,2 27,6 22,1 29,1 22,1 21,6 26,8 29,8 21,0 31,7 24,8 20,1 32,8 19,6
Total (34) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 54. Angka Buta Huruf Usia 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010 Laki-laki Kelompok Umur Provinsi
5-6
7-12
13-15
16-17
5-17
7-17
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh
48,87
0,48
0,27
Sumatera Utara
47,29
0,77
0,57
0,06 0,12
(1)
Jumlah Penduduk 5-17 Tahun (8)
Jumlah Penduduk 7-17 Tahun (9)
7,47
0,34
636.078
542.655
7,46
0,60
1.887.443
1.610.183
Sumatera Barat
62,23
1,24
0,47
Riau
53,88
1,21
0,48
9,69
0,86
688.448
589.430
9,95
0,84
785.496
650.713
Jambi
45,91
1,00
0,41
7,07
0,69
406.528
349.188
Sumatera Selatan
46,71
0,82
0,39
7,77
0,56
1.005.500
848.384
Bengkulu
54,43
0,93
0,30
7,52
0,63
231.050
201.444 864.027
Lampung
50,04
0,60
0,18
6,79
0,39
992.037
Bangka-Belitung
39,07
1,50
0,85
6,92
1,07
151.677
128.329
Kepulauan Riau
35,65
0,32
0,37
7,06
0,30
207.610
167.876
DKI Jakarta
42,23
0,17
Jawa Barat
53,81
0,72
0,22
Jawa Tengah
45,06
0,65
0,46
DIY
42,55
0,21
Jawa Timur
51,39
0,87
0,36
Banten
47,24
1,36
0,13
Bali
50,12
0,83
0,82
0,59
0,08
0,13 0,26
6,96
0,10
948.847
794.535
8,47
0,47
5.655.195
4.806.548
6,63
0,51
3.900.680
3.365.338
6,24
0,11
336.673
288.007
7,78
0,63
4.220.708
3.626.027
7,48
0,81
1.455.060
1.246.044
8,46
0,79
446.654
377.147
Nusa Tenggara Barat
62,33
1,46
0,51
1,22
9,33
1,16
650.132
563.301
Nusa Tenggara Timur
55,65
2,35
2,45
1,34
11,08
2,23
757.086
631.673
1,25
10,23
1,73
628.106
531.868
7,28
0,32
313.270
269.425
8,85
0,75
463.762
390.391
8,79
0,70
474.256
391.965
0,26
4,82
0,51
289.842
248.304
Kalimantan Barat
57,23
1,99
1,42
Kalimantan Tengah
50,05
0,42
0,34
Kalimantan Selatan
51,94
1,04
0,53
Kalimantan Timur
47,36
1,21
0,08
0,12
Sulawesi Utara
30,59
0,62
0,43
Sulawesi Tengah
46,79
1,58
0,63
8,76
1,11
384.891
320.460
Sulawesi Selatan
51,97
2,11
1,27
1,01
8,75
1,69
1.111.343
955.479
Sulawesi Tenggara
43,61
1,56
1,19
0,05
7,71
1,23
336.974
285.429 122.111
Gorontalo
53,43
1,27
1,71
1,46
10,01
1,41
146.290
Sulawesi Barat
63,22
3,20
2,94
1,79
12,78
2,93
185.687
155.370
Maluku
37,49
0,97
0,38
6,73
0,66
244.375
204.150
Maluku Utara
45,55
1,93
0,39
8,38
1,23
163.986
137.515
Papua Barat
58,89
2,99
1,35
0,41
11,36
2,19
117.580
98.564
Papua
71,53
23,13
17,49
15,95
28,92
20,78
487.752
409.484
Indonesia
50,40
1,35
0,73
0,41
8,33
1,03
30.711.016
26.171.363
Sumber: Susenas 2010, BPS
166
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 55. Angka Buta Huruf Usia 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010 Perempuan Kelompok Umur Provinsi (1)
5-6
7-12
13-15
16-17
5-17
7-17
Jumlah Penduduk 5-17 Tahun (8)
Jumlah Penduduk 7-17 Tahun (9)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh
51,38
0,39
0,40
0,08
7,07
0,34
591.221
513.196
Sumatera Utara
47,65
0,59
0,48
0,02
7,69
0,46
1.824.604
1.545.166
Sumatera Barat
59,13
0,55
0,84
8,53
0,54
658.045
568.298
Riau
53,83
0,71
0,36
10,09
0,51
725.672
595.293
Jambi
43,46
0,58
0,12
6,53
0,37
372.358
319.114 809.653
Sumatera Selatan
43,22
0,81
0,18
6,60
0,50
944.530
Bengkulu
43,74
0,55
0,36
7,19
0,40
220.892
186.267
Lampung
47,45
0,57
0,81
7,00
0,55
931.273
803.125
0,30
Bangka-Belitung
36,12
1,26
Kepulauan Riau
45,17
0,22
0,22
5,88
0,82
142.718
122.256
9,08
0,13
203.557
163.105
DKI Jakarta
40,67
0,13
0,45
5,79
0,18
960.296
827.285
Jawa Barat
46,95
0,38
0,30
7,18
0,30
5.382.265
4.587.970
6,05
0,39
3.562.581
3.064.305
5,06
0,23
324.696
281.157
7,04
0,58
3.851.227
3.296.879
6,92
0,42
1.354.981
1.154.809
Jawa Tengah
40,86
0,45
0,35
DIY
36,27
0,20
0,45
Jawa Timur
45,49
0,67
0,57
Banten
44,46
0,48
0,58
0,20 0,27
Bali
45,94
0,60
1,24
0,11
8,02
0,68
415.399
348.078
Nusa Tenggara Barat
47,50
0,86
0,62
0,53
6,97
0,74
560.979
486.197
Nusa Tenggara Timur
51,00
1,97
1,24
1,70
10,31
1,74
693.690
573.104
Kalimantan Barat
53,75
2,09
0,53
0,30
9,00
1,40
587.998
502.569
Kalimantan Tengah
46,28
0,76
7,99
0,43
290.569
242.624
Kalimantan Selatan
46,75
0,80
0,72
7,30
0,64
441.635
377.861
Kalimantan Timur
47,55
0,73
0,24
8,32
0,50
440.780
367.491
Sulawesi Utara
26,93
0,25
0,18
4,29
0,21
261.985
222.044
Sulawesi Tengah
53,49
1,08
0,23
8,98
0,70
352.400
297.170
Sulawesi Selatan
46,59
1,14
0,95
2,02
7,51
1,24
1.066.804
919.472
Sulawesi Tenggara
42,77
0,88
0,66
0,72
7,08
0,79
320.208
272.217
Gorontalo
54,42
0,87
1,09
0,26
8,45
0,80
140.191
120.200
Sulawesi Barat
58,57
2,41
1,93
2,00
10,43
2,23
174.582
149.165
Maluku
37,25
0,51
0,20
6,24
0,35
222.441
186.921 124.413
0,15
Maluku Utara
38,54
1,26
0,73
0,12
7,08
0,92
148.784
Papua Barat
57,45
3,11
2,55
0,97
12,86
2,60
100.824
81.969
Papua
70,18
22,44
16,54
16,18
28,96
20,06
421.174
346.411
Indonesia
46,49
0,98
0,72
0,41
7,56
0,82
28.691.357
24.455.784
Sumber: Susenas 2010, BPS
167
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 56. Angka Buta Huruf Usia 5-17 Tahun menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010 Laki-Laki+Perempuan Kelompok Umur Provinsi (1)
5-6
7-12
13-15
16-17
5-17
7-17
Jumlah Penduduk 5-17 Tahun (8)
Jumlah Penduduk 7-17 Tahun (9)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh
50,01
0,43
0,33
0,04
7,28
0,34
1.227.299
1.055.851
Sumatera Utara
47,47
0,69
0,53
0,04
7,57
0,53
3.712.047
3.155.349
Sumatera Barat
60,76
0,91
0,66
0,06
9,12
0,70
1.346.492
1.157.728 1.246.006
Riau
53,86
0,97
0,42
10,02
0,69
1.511.168
Jambi
44,73
0,80
0,27
6,81
0,54
778.886
668.301
Sumatera Selatan
45,10
0,81
0,28
7,21
0,53
1.950.029
1.658.037
Bengkulu
48,67
0,75
0,33
7,36
0,52
451.942
387.711
Lampung
48,75
0,59
0,49
6,89
0,46
1.923.309
1.667.152
Bangka-Belitung
37,69
1,39
0,57
0,11
6,42
0,95
294.396
250.585
Kepulauan Riau
40,46
0,27
0,19
0,04
DKI Jakarta
41,51
0,15
0,24
Jawa Barat
50,49
0,55
0,26
Jawa Tengah
43,04
0,55
0,41
DIY
39,58
0,20
0,21
Jawa Timur
48,54
0,77
0,46
Banten
45,88
0,95
0,36
0,16 0,26
8,06
0,22
411.167
330.980
6,37
0,14
1.909.144
1.621.821
7,84
0,38
11.037.460
9.394.518
6,35
0,45
7.463.262
6.429.643
5,66
0,17
661.369
569.163
7,43
0,61
8.071.935
6.922.906
7,21
0,62
2.810.041
2.400.854
Bali
48,06
0,72
1,01
0,36
8,25
0,74
862.052
725.225
Nusa Tenggara Barat
55,47
1,18
0,56
0,89
8,24
0,97
1.211.111
1.049.499
Nusa Tenggara Timur
53,37
2,17
1,88
1,51
10,71
2,00
1.450.776
1.204.777
Kalimantan Barat
55,60
2,04
0,99
0,78
9,64
1,57
1.216.103
1.034.437
Kalimantan Tengah
48,08
0,58
0,17
7,63
0,37
603.839
512.050
Kalimantan Selatan
49,53
0,92
0,62
0,06
8,10
0,70
905.398
768.252
8,57
0,60
915.035
759.456
0,21
4,57
0,37
551.827
470.348
8,86
0,91
737.291
617.629 1.874.951
Kalimantan Timur
47,45
0,97
0,16
Sulawesi Utara
28,80
0,45
0,31
Sulawesi Tengah
49,88
1,34
0,44
Sulawesi Selatan
49,35
1,64
1,11
1,51
8,14
1,47
2.178.147
Sulawesi Tenggara
43,20
1,23
0,93
0,38
7,40
1,01
657.181
557.646
Gorontalo
53,88
1,07
1,41
0,82
9,25
1,11
286.481
242.312
Sulawesi Barat
61,10
2,81
2,45
1,89
11,64
2,59
360.269
304.536
Maluku
37,38
0,75
0,29
6,50
0,51
466.815
391.070
Maluku Utara
42,19
1,62
0,56
0,06
7,76
1,08
312.770
261.928
Papua Barat
58,17
3,04
1,87
0,68
12,05
2,37
218.405
180.533
Papua
70,87
22,81
17,05
16,06
28,94
20,45
908.926
755.895
Indonesia
48,51
1,17
0,73
0,41
7,96
0,93
59.402.373
50.627.148
Sumber: Susenas 2010, BPS
168
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 57. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kegiatan Membaca, 2010
Provinsi
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh
84,83
15,17
85,97
14,03
85,37
14,63
Sumatera Utara
80,54
19,46
81,67
18,33
81,08
18,92
Sumatera Barat
76,62
23,38
82,34
17,66
79,48
20,52
Riau
78,82
21,18
80,23
19,77
79,49
20,51
Jambi
73,22
26,78
77,40
22,60
75,30
24,70 23,47
(1)
Sumatera Selatan
73,80
26,20
79,43
20,57
76,53
Bengkulu
79,28
20,72
81,89
18,11
80,53
19,47
Lampung
75,05
24,95
79,89
20,11
77,39
22,61
Bangka-Belitung
78,92
21,08
81,47
18,53
80,14
19,86
Kepulauan Riau
85,16
14,84
86,27
13,73
85,70
14,30
DKI Jakarta
83,69
16,31
83,05
16,95
83,37
16,63
Jawa Barat
78,51
21,49
80,89
19,11
79,66
20,34
Jawa Tengah
80,48
19,52
82,69
17,31
81,54
18,46 12,70
DIY
86,36
13,64
88,31
11,69
87,30
Jawa Timur
80,92
19,08
82,30
17,70
81,59
18,41
Banten
74,43
25,57
76,17
23,83
75,26
24,74
Bali
82,22
17,78
82,30
17,70
82,26
17,74
Nusa Tenggara Barat
69,35
30,65
71,49
28,51
70,38
29,62
Nusa Tenggara Timur
65,04
34,96
69,19
30,81
67,02
32,98
Kalimantan Barat
64,11
35,89
68,10
31,90
66,08
33,92
Kalimantan Tengah
76,65
23,35
79,09
20,91
77,85
22,15 20,99
Kalimantan Selatan
76,75
23,25
81,41
18,59
79,01
Kalimantan Timur
82,33
17,67
85,32
14,68
83,79
16,21
Sulawesi Utara
80,93
19,07
86,13
13,87
83,42
16,58
Sulawesi Tengah
76,49
23,51
79,95
20,05
78,18
21,82
Sulawesi Selatan
73,08
26,92
75,35
24,65
74,19
25,81
Sulawesi Tenggara
77,19
22,81
80,39
19,61
78,72
21,28
Gorontalo
69,79
30,21
77,83
22,17
73,78
26,22
Sulawesi Barat
69,88
30,12
73,42
26,58
71,57
28,43 19,27
Maluku
79,16
20,84
82,45
17,55
80,73
Maluku Utara
76,64
23,36
77,42
22,58
77,02
22,98
Papua Barat
80,57
19,43
78,50
21,50
79,55
20,45
Papua
55,85
44,15
54,85
45,15
55,39
44,61
Indonesia
77,77
22,23
80,13
19,87
78,91
21,09
Sumber: Susenas 2010, BPS
169
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 58. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kegiatan Menonton TV, 2010
Provinsi (1)
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Tidak (7)
Aceh
92,65
7,35
92,96
7,04
92,80
7,20
Sumatera Utara
91,81
8,19
91,19
8,81
91,51
8,49
Sumatera Barat
92,57
7,43
92,06
7,94
92,31
7,69
Riau
94,55
5,45
94,29
5,71
94,42
5,58
Jambi
93,84
6,16
94,14
5,86
93,99
6,01
Sumatera Selatan
91,55
8,45
92,25
7,75
91,89
8,11
Bengkulu
94,15
5,85
93,94
6,06
94,05
5,95
Lampung
95,35
4,65
95,15
4,85
95,26
4,74
Bangka-Belitung
97,18
2,82
97,39
2,61
97,28
2,72
Kepulauan Riau
94,60
5,40
95,69
4,31
95,13
4,87
DKI Jakarta
99,24
0,76
99,07
0,93
99,16
0,84
Jawa Barat
97,13
2,87
97,47
2,53
97,29
2,71
Jawa Tengah
97,67
2,33
97,64
2,36
97,66
2,34 2,74
DIY
97,21
2,79
97,32
2,68
97,26
Jawa Timur
97,20
2,80
97,52
2,48
97,35
2,65
Banten
97,33
2,67
97,31
2,69
97,32
2,68 3,98
Bali
95,66
4,34
96,44
3,56
96,02
Nusa Tenggara Barat
93,57
6,43
93,61
6,39
93,59
6,41
Nusa Tenggara Timur
55,87
44,13
54,32
45,68
55,13
44,87
Kalimantan Barat
90,31
9,69
89,29
10,71
89,81
10,19
Kalimantan Tengah
88,05
11,95
86,99
13,01
87,52
12,48 4,54
Kalimantan Selatan
95,40
4,60
95,52
4,48
95,46
Kalimantan Timur
94,80
5,20
95,19
4,81
94,99
5,01
Sulawesi Utara
95,82
4,18
95,95
4,05
95,88
4,12
Sulawesi Tengah
92,68
7,32
90,66
9,34
91,69
8,31
Sulawesi Selatan
91,08
8,92
91,02
8,98
91,05
8,95
Sulawesi Tenggara
91,33
8,67
92,73
7,27
92,00
8,00
Gorontalo
92,95
7,05
92,84
7,16
92,90
7,10
Sulawesi Barat
89,74
10,26
89,90
10,10
89,81
10,19 16,03
Maluku
84,29
15,71
83,63
16,37
83,97
Maluku Utara
90,10
9,90
89,50
10,50
89,81
10,19
Papua Barat
71,58
28,42
70,07
29,93
70,84
29,16
Papua
37,26
62,74
39,69
60,31
38,38
61,62
Indonesia
93,72
6,28
93,81
6,19
93,77
6,23
Sumber: Susenas 2010, BPS
170
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 59. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kegiatan Mendengarkan Radio, 2010
Provinsi
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh
12,40
87,60
13,55
86,45
12,95
87,05
Sumatera Utara
15,83
84,17
17,42
82,58
16,60
83,40
Sumatera Barat
14,29
85,71
16,09
83,91
15,19
84,81
Riau
19,36
80,64
21,21
78,79
20,24
79,76
Jambi
8,11
91,89
7,88
92,12
8,00
92,00 84,47
(1)
Tidak
Sumatera Selatan
14,60
85,40
16,53
83,47
15,53
Bengkulu
14,98
85,02
15,51
84,49
15,23
84,77
Lampung
12,60
87,40
14,33
85,67
13,44
86,56
Bangka-Belitung
18,39
81,61
19,47
80,53
18,91
81,09
Kepulauan Riau
23,15
76,85
25,47
74,53
24,27
75,73
DKI Jakarta
13,55
86,45
12,20
87,80
12,88
87,12
Jawa Barat
15,96
84,04
16,04
83,96
15,99
84,01
Jawa Tengah
19,08
80,92
20,70
79,30
19,86
80,14
DIY
31,99
68,01
33,82
66,18
32,86
67,14
Jawa Timur
19,17
80,83
20,21
79,79
19,68
80,32
Banten
14,02
85,98
13,56
86,44
13,80
86,20
Bali
33,45
66,55
36,25
63,75
34,77
65,23
Nusa Tenggara Barat
7,77
92,23
9,42
90,58
8,57
91,43
Nusa Tenggara Timur
16,13
83,87
17,11
82,89
16,60
83,40
Kalimantan Barat
10,65
89,35
10,49
89,51
10,57
89,43
Kalimantan Tengah
14,45
85,55
15,75
84,25
15,09
84,91
Kalimantan Selatan
13,23
86,77
14,50
85,50
13,85
86,15
Kalimantan Timur
11,40
88,60
12,91
87,09
12,13
87,87
Sulawesi Utara
17,26
82,74
18,67
81,33
17,94
82,06
Sulawesi Tengah
13,33
86,67
12,16
87,84
12,76
87,24
Sulawesi Selatan
15,93
84,07
16,45
83,55
16,18
83,82
Sulawesi Tenggara
11,39
88,61
11,78
88,22
11,57
88,43
Gorontalo
28,30
71,70
31,62
68,38
29,95
70,05
Sulawesi Barat
9,60
90,40
7,69
92,31
8,69
91,31
Maluku
7,71
92,29
8,59
91,41
8,13
91,87
Maluku Utara
7,42
92,58
8,04
91,96
7,72
92,28
Papua Barat
12,01
87,99
12,40
87,60
12,20
87,80
9,50
90,50
9,83
90,17
9,65
90,35
16,18
83,82
17,02
82,98
16,58
83,42
Papua Indonesia Sumber: Susenas 2010, BPS
171
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 60. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kegiatan Menonton Pertunjukan Kesenian, 2010
Provinsi (1) Aceh
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Tidak (7)
9,07
90,93
9,73
90,27
9,39
90,61
Sumatera Utara
14,57
85,43
14,92
85,08
14,74
85,26
Sumatera Barat
8,18
91,82
7,79
92,21
7,98
92,02
Riau
9,04
90,96
10,05
89,95
9,52
90,48
Jambi
7,17
92,83
8,96
91,04
8,06
91,94
Sumatera Selatan
10,15
89,85
9,63
90,37
9,90
90,10
Bengkulu
19,38
80,62
18,92
81,08
19,16
80,84
Lampung
14,88
85,12
11,97
88,03
13,47
86,53
Bangka-Belitung
16,48
83,52
15,85
84,15
16,18
83,82
Kepulauan Riau
9,42
90,58
8,28
91,72
8,87
91,13
DKI Jakarta
1,36
98,64
1,63
98,37
1,50
98,50
Jawa Barat
10,99
89,01
10,06
89,94
10,54
89,46
Jawa Tengah
11,73
88,27
10,38
89,62
11,08
88,92
DIY
83,35
17,01
82,99
16,26
83,74
16,65
Jawa Timur
9,45
90,55
8,31
91,69
8,90
91,10
Banten
5,57
94,43
4,61
95,39
5,11
94,89
Bali
15,81
84,19
14,63
85,37
15,26
84,74
Nusa Tenggara Barat
25,01
74,99
27,09
72,91
26,01
73,99
Nusa Tenggara Timur
4,41
95,59
4,65
95,35
4,53
95,47
Kalimantan Barat
5,56
94,44
5,58
94,42
5,57
94,43
Kalimantan Tengah
8,24
91,76
6,98
93,02
7,62
92,38
Kalimantan Selatan
9,98
90,02
8,78
91,22
9,40
90,60
Kalimantan Timur
5,51
94,49
6,31
93,69
5,90
94,10 97,53
Sulawesi Utara
2,30
97,70
2,66
97,34
2,47
Sulawesi Tengah
10,99
89,01
10,69
89,31
10,84
89,16
Sulawesi Selatan
10,73
89,27
8,50
91,50
9,64
90,36
8,60
91,40
7,28
92,72
7,97
92,03
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
10,33
89,67
11,67
88,33
10,99
89,01
Sulawesi Barat
11,90
88,10
9,81
90,19
10,91
89,09
Maluku
4,42
95,58
3,94
96,06
4,19
95,81
Maluku Utara
7,09
92,91
7,51
92,49
7,29
92,71
Papua Barat
0,35
99,65
0,65
99,35
0,50
99,50
Papua
3,80
96,20
3,98
96,02
3,88
96,12
10,29
89,71
9,95
90,05
Indonesia
9,58
Sumber: Susenas 2010, BPS
172
90,42
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 61. Persentase Anak 5-17 Tahun menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kegiatan Melakukan Pertunjukan Kesenian, 2010
Provinsi (1)
Laki-Laki Ya (2)
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
Tidak
Ya
Tidak
Ya
(3)
(4)
(5)
(6)
Tidak (7)
Aceh
0,45
99,55
0,82
99,18
0,63
99,37
Sumatera Utara
1,47
98,53
1,59
98,41
1,53
98,47
Sumatera Barat
0,69
99,31
1,68
98,32
1,19
98,81
Riau
0,36
99,64
1,41
98,59
0,86
99,14
Jambi
0,37
99,63
1,13
98,87
0,75
99,25
Sumatera Selatan
0,67
99,33
1,22
98,78
0,94
99,06
Bengkulu
1,86
98,14
1,87
98,13
1,86
98,14
Lampung
0,66
99,34
1,17
98,83
0,90
99,10
Bangka-Belitung
0,79
99,21
1,36
98,64
1,07
98,93
Kepulauan Riau
1,08
98,92
1,99
98,01
1,52
98,48 99,00
DKI Jakarta
0,63
99,37
1,37
98,63
1,00
Jawa Barat
1,44
98,56
1,72
98,28
1,57
98,43
Jawa Tengah
1,22
98,78
1,30
98,70
1,26
98,74 97,88
DIY
2,05
97,95
2,19
97,81
2,12
Jawa Timur
0,83
99,17
1,57
98,43
1,19
98,81
Banten
0,68
99,32
1,27
98,73
0,96
99,04
Bali
2,95
97,05
3,38
96,62
3,15
96,85
Nusa Tenggara Barat
0,45
99,55
0,59
99,41
0,51
99,49
Nusa Tenggara Timur
1,22
98,78
1,71
98,29
1,45
98,55
Kalimantan Barat
0,30
99,70
0,54
99,46
0,42
99,58
Kalimantan Tengah
0,55
99,45
0,73
99,27
0,64
99,36
Kalimantan Selatan
0,72
99,28
0,59
99,41
0,66
99,34
Kalimantan Timur
0,71
99,29
0,79
99,21
0,75
99,25
Sulawesi Utara
0,52
99,48
0,54
99,46
0,53
99,47
Sulawesi Tengah
0,32
99,68
0,37
99,63
0,34
99,66
Sulawesi Selatan
0,25
99,75
0,55
99,45
0,40
99,60
Sulawesi Tenggara
1,87
98,13
1,86
98,14
1,87
98,13
Gorontalo
0,71
99,29
1,19
98,81
0,95
99,05
Sulawesi Barat
0,34
99,66
0,25
99,75
0,29
99,71
Maluku
0,71
99,29
0,71
99,29
0,71
99,29
Maluku Utara
1,00
99,00
0,83
99,17
0,92
99,08
Papua Barat
0,71
99,29
0,62
99,38
0,67
99,33
Papua
1,94
98,06
2,42
97,58
2,16
97,84
Indonesia
1,01
98,99
1,38
98,62
1,19
98,81
Sumber: Susenas 2010, BPS
173
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 62. Jumlah (000), Persentase, Rasio Jenis Kelamin, dan Proporsi Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2010 Persentase Anak Bekerja
Anak Bekerja Provinsi L
(1)
P
(3)
L
P
12,0
(4) 34,0
Sumatera Utara
173,0
118,1
291,1
59,44
40,56
147
13,88
Sumatera Barat
48,3
21,7
70,0
68,96
31,04
222
8,42
Aceh
(2) 22,1
L+P
Rasio Proporsi Jenis Anak Kelamin Bekerja
(5) 64,85
(6) 35,15
(7) 185
(8) 4,47
Riau
35,1
17,9
52,9
66,26
33,74
196
5,76
Jambi
24,4
10,9
35,4
69,13
30,87
224
8,00
Sumatera Selatan
70,2
34,1
104,2
67,32
32,68
206
8,50
Bengkulu
14,9
7,6
22,5
66,25
33,75
196
8,11
Lampung
97,7
31,4
129,1
75,65
24,35
311
11,52
Bangka-Belitung
13,5
7,5
21,1
64,28
35,72
180
12,41
Kepulauan Riau
4,7
1,8
6,4
72,66
27,34
266
3,15
DKI Jakarta
31,8
61,8
93,6
33,97
66,03
51
8,31
Jawa Barat
189,1
165,2
354,2
53,37
46,63
114
5,09
Jawa Tengah
222,2
160,6
382,8
58,04
41,96
138
7,89
18,5
18,6
37,1
49,75
50,25
99
8,40
248,3
157,8
406,1
61,14
38,86
157
7,94
Banten
44,0
49,4
93,4
47,09
52,91
89
5,75
Bali
42,7
44,4
87,1
48,99
51,01
96
16,56
Nusa Tenggara Barat
60,4
42,1
102,4
58,94
41,06
144
14,90
DIY Jawa Timur
Nusa Tenggara Timur
57,5
35,7
93,2
61,72
38,28
161
11,26
Kalimantan Barat
44,9
32,6
77,5
57,93
42,07
138
10,71
Kalimantan Tengah
21,9
12,1
34,1
64,35
35,65
180
9,55
Kalimantan Selatan
38,1
29,0
67,1
56,74
43,26
131
12,15
Kalimantan Timur
20,2
11,4
31,6
63,93
36,07
177
5,95
Sulawesi Utara
15,5
6,4
21,9
70,72
29,28
242
6,49
Sulawesi Tengah
38,7
15,2
53,8
71,82
28,18
255
12,82
Sulawesi Selatan
133,3
57,7
191,0
69,81
30,19
231
14,35
Sulawesi Tenggara
48,2
27,2
75,4
63,92
36,08
177
19,00
Gorontalo
13,9
5,4
19,3
72,08
27,92
258
10,94
Sulawesi Barat
23,2
12,0
35,2
65,99
34,01
194
17,17
Maluku
7,30
12,5
7,5
20,1
62,47
37,53
166
Maluku Utara
9,7
4,9
14,6
66,33
33,67
197
8,02
Papua Barat
6,0
5,3
11,3
53,19
46,81
114
8,67
Papua Indonesia
102,6
88,4
191,0
53,72
46,28
116
35,18
1.947,0
1.313,7
3.260,7
59,71
40,29
148
8,96
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
174
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 63. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010 Laki-laki Provinsi
Kelompok Umur 12 13-15 (4) (5)
Jumlah
(7)
(8)
11 (3)
Aceh
0,39
1,65
1,41
28,63
67,93
100
22.067
Sumatera Utara
2,51
4,15
4,71
36,43
52,20
100
173.023
(1)
16-17 (6)
Total
10 (2)
Sumatera Barat
2,79
2,83
5,33
37,91
51,15
100
48.283
Riau
2,05
0,70
4,57
32,83
59,85
100
35.071
Jambi
0,36
0,52
1,60
22,25
75,27
100
24.438
Sumatera Selatan
0,89
3,05
3,17
35,95
56,94
100
70.160
Bengkulu
0,69
2,51
4,46
34,77
57,58
100
14.914
Lampung
0,82
1,34
1,59
35,86
60,38
100
97.695
Bangka-Belitung
0,44
0,41
0,75
35,94
62,46
100
13.538
Kepulauan Riau
-
1,48
-
16,93
81,59
100
4.660
DKI Jakarta
-
1,08
-
22,41
76,51
100
31.782
Jawa Barat
0,76
0,86
1,90
33,32
63,16
100
189.069
Jawa Tengah
0,51
1,22
1,58
29,89
66,81
100
222.204
DIY
2,75
1,46
2,11
43,57
50,10
100
18.452
Jawa Timur
0,35
1,37
3,38
31,85
63,05
100
248.297
Banten
0,35
0,25
2,13
23,57
73,70
100
43.992
Bali
1,62
3,71
5,72
39,28
49,66
100
42.693
Nusa Tenggara Barat
1,32
3,16
3,15
37,66
54,71
100
60.368
Nusa Tenggara Timur
1,85
2,28
5,46
41,14
49,25
100
57.538
Kalimantan Barat
2,42
0,27
2,14
36,33
58,83
100
44.919
Kalimantan Tengah
0,68
0,24
0,75
34,01
64,32
100
21.921
Kalimantan Selatan
2,27
0,73
2,65
30,38
63,97
100
38.086
Kalimantan Timur
1,38
1,16
0,31
33,82
63,33
100
20.208
Sulawesi Utara
3,22
1,83
7,20
29,69
58,06
100
15.506
Sulawesi Tengah
2,06
2,98
6,12
42,53
46,31
100
38.661 133.338
Sulawesi Selatan
2,37
3,31
7,68
40,09
46,55
100
Sulawesi Tenggara
3,64
4,38
6,92
40,60
44,46
100
48.197
Gorontalo
1,21
2,66
4,98
44,02
47,13
100
13.888
Sulawesi Barat
3,19
7,46
5,71
45,53
38,12
100
23.197
Maluku
3,72
5,89
8,53
33,56
48,30
100
12.531
Maluku Utara
3,63
1,57
6,56
36,19
52,06
100
9.680
Papua Barat
3,15
0,82
7,83
50,79
37,41
100
5.999
Papua
6,04
9,57
10,20
44,14
30,04
100
102.620
Indonesia
1,62
2,47
3,89
35,02
57,00
100
1.946.995
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
175
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 64. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010 Perempuan Provinsi
Kelompok Umur 12 13-15 (4) (5)
Jumlah
(7)
(8)
100
11.960
11 (3)
Aceh
2,59
0,63
3,97
34,72
58,09
118.072
(1)
16-17 (6)
Total
10 (2)
Sumatera Utara
2,00
3,37
5,80
40,90
47,94
100
Sumatera Barat
4,45
2,62
5,89
40,30
46,73
100
21.734
Riau
4,74
1,22
7,39
27,53
59,12
100
17.856
Jambi
1,12
1,11
2,42
33,86
61,49
100
10.912
Sumatera Selatan
1,74
1,57
7,26
23,81
65,61
100
34.063
Bengkulu
1,76
4,19
11,87
30,11
52,07
100
7.598
Lampung
1,12
2,33
7,97
32,28
56,30
100
31.444
Bangka-Belitung
1,01
1,61
1,78
29,70
65,90
100
7.524
Kepulauan Riau
-
-
2,22
23,73
74,04
100
1.753
DKI Jakarta
-
0,40
0,67
15,78
83,16
100
61.789
Jawa Barat
1,17
1,65
2,57
25,20
69,41
100
165.180
Jawa Tengah
0,93
0,70
3,52
31,98
62,87
100
160.638
DIY
2,01
6,37
4,26
39,50
47,86
100
18.636
Jawa Timur
1,68
1,19
3,13
32,24
61,76
100
157.815
Banten
0,88
0,79
-
28,66
69,66
100
49.424
Bali
4,76
5,24
8,67
41,43
39,90
100
44.445 42.052
Nusa Tenggara Barat
2,70
4,73
5,47
38,62
48,48
100
Nusa Tenggara Timur
0,89
2,82
6,56
36,76
52,97
100
35.687
Kalimantan Barat
1,49
1,60
2,69
36,33
57,89
100
32.617
Kalimantan Tengah
1,54
2,40
1,21
25,24
69,60
100
12.145
Kalimantan Selatan
1,09
1,86
5,40
31,75
59,90
100
29.034
Kalimantan Timur
1,50
1,18
3,32
31,72
62,28
100
11.400
Sulawesi Utara
5,06
2,60
8,99
19,36
63,99
100
6.420
Sulawesi Tengah
6,11
3,45
8,39
40,23
41,82
100
15.166
Sulawesi Selatan
2,58
5,42
8,31
40,61
43,07
100
57.661 27.209
Sulawesi Tenggara
6,10
5,34
9,08
46,09
33,39
100
Gorontalo
8,70
5,15
7,62
32,99
45,54
100
5.380
Sulawesi Barat
2,03
5,85
3,41
45,35
43,35
100
11.957
Maluku
4,95
4,93
9,86
36,59
43,67
100
7.529
Maluku Utara
1,30
3,01
4,80
41,22
49,66
100
4.913
Papua Barat
7,08
3,01
8,85
34,70
46,35
100
5.279
Papua
6,74
9,58
9,77
43,80
30,12
100
88.414
Indonesia
2,23
2,77
4,85
33,46
56,69
100
1.313.706
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
176
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 65. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Kelompok Umur, 2010 Laki-Laki + Perempuan Provinsi
Kelompok Umur 12 13-15 (4) (5)
Jumlah
(7)
(8)
11 (3)
Aceh
1,16
1,29
2,31
30,77
64,47
100
34.027
Sumatera Utara
2,30
3,83
5,15
38,24
50,47
100
291.095
Sumatera Barat
3,30
2,76
5,51
38,65
49,78
100
70.017
(1)
16-17 (6)
Total
10 (2)
Riau
2,96
0,87
5,52
31,04
59,60
100
52.927
Jambi
0,59
0,70
1,86
25,83
71,02
100
35.350
Sumatera Selatan
1,17
2,57
4,50
31,98
59,78
100
104.223
Bengkulu
1,05
3,07
6,96
33,20
55,72
100
22.512
Lampung
0,90
1,58
3,15
34,99
59,39
100
129.139
Bangka-Belitung
0,65
0,84
1,12
33,71
63,69
100
21.062
Kepulauan Riau
-
1,08
0,61
18,79
79,53
100
6.413
DKI Jakarta
-
0,63
0,44
18,03
80,90
100
93.571
Jawa Barat
0,95
1,23
2,21
29,53
66,07
100
354.249
Jawa Tengah
0,69
1,00
2,39
30,76
65,15
100
382.842
DIY
2,38
3,93
3,19
41,53
48,98
100
37.088
Jawa Timur
0,87
1,30
3,29
32,00
62,55
100
406.112 93.416
Banten
0,63
0,54
1,00
26,26
71,56
100
Bali
3,22
4,49
7,23
40,38
44,69
100
87.138
Nusa Tenggara Barat
1,89
3,80
4,10
38,05
52,15
100
102.420
Nusa Tenggara Timur
1,48
2,49
5,88
39,47
50,68
100
93.225
Kalimantan Barat
2,03
0,83
2,37
36,33
58,44
100
77.536
Kalimantan Tengah
0,98
1,01
0,92
30,89
66,20
100
34.066 67.120
Kalimantan Selatan
1,76
1,22
3,84
30,97
62,21
100
Kalimantan Timur
1,42
1,17
1,40
33,06
62,95
100
31.608
Sulawesi Utara
3,76
2,06
7,73
26,66
59,80
100
21.926
Sulawesi Tengah
3,20
3,12
6,76
41,88
45,05
100
53.827
Sulawesi Selatan
2,43
3,95
7,87
40,25
45,50
100
190.999
Sulawesi Tenggara
4,53
4,73
7,70
42,58
40,47
100
75.406 19.268
Gorontalo
3,30
3,35
5,72
40,94
46,69
100
Sulawesi Barat
2,79
6,92
4,93
45,47
39,90
100
35.154
Maluku
4,18
5,53
9,03
34,70
46,56
100
20.060
Maluku Utara
2,84
2,06
5,97
37,88
51,25
100
14.593
G berumur Papua Barat
4,99
1,84
8,31
43,26
41,59
100
11.278
Papua
6,37
9,57
10,00
43,98
30,08
100
191.034
Indonesia
1,86
2,59
4,28
34,39
56,87
100
3.260.701
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
177
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 66. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2010 Provinsi (1) Aceh
Laki-Laki 10-12
13-15
16-17
(2) 3,44
(3) 28,63
(4) 67,93
Jumlah (5) 100
Perempuan 10-12
13-15
16-17
(6) 7,19
(7) 34,72
(8) 58,09
Jumlah (9) 100
Laki-Laki+Perempuan 10-12
13-15
16-17
(10) 4,76
(11) 30,77
(12) 64,47
Jumlah (13) 100
Sumatera Utara
11,37
36,43
52,20
100
11,17
40,90
47,94
100
11,28
38,24
50,47
100
Sumatera Barat
10,95
37,91
51,15
100
12,97
40,30
46,73
100
11,57
38,65
49,78
100
Riau
7,32
32,83
59,85
100
13,36
27,53
59,12
100
9,36
31,04
59,60
100
Jambi
2,48
22,25
75,27
100
4,65
33,86
61,49
100
3,15
25,83
71,02
100
Sumatera Selatan
7,11
35,95
56,94
100
10,57
23,81
65,61
100
8,24
31,98
59,78
100
Bengkulu
7,66
34,77
57,58
100
17,82
30,11
52,07
100
11,09
33,20
55,72
100
Lampung
3,76
35,86
60,38
100
11,42
32,28
56,30
100
5,63
34,99
59,39
100
Bangka Belitung
1,60
35,94
62,46
100
4,40
29,70
65,90
100
2,60
33,71
63,69
100
Kepulauan Riau
1,48
16,93
81,59
100
2,22
23,73
74,04
100
1,68
18,79
79,53
100
DKI Jakarta
1,08
22,41
76,51
100
1,06
15,78
83,16
100
1,07
18,03
80,90
100
Jawa Barat
3,52
33,32
63,16
100
5,39
25,20
69,41
100
4,39
29,53
66,07
100
Jawa Tengah
3,31
29,89
66,81
100
5,15
31,98
62,87
100
4,08
30,76
65,15
100
DI Yogyakarta
6,32
43,57
50,10
100
12,64
39,50
47,86
100
9,50
41,53
48,98
100
Jawa Timur
5,10
31,85
63,05
100
6,01
32,24
61,76
100
5,45
32,00
62,55
100
Banten
2,73
23,57
73,70
100
1,68
28,66
69,66
100
2,17
26,26
71,56
100
11,06
39,28
49,66
100
18,67
41,43
39,90
100
14,94
40,38
44,69
100
Nusa Tenggara Barat
7,63
37,66
54,71
100
12,90
38,62
48,48
100
9,79
38,05
52,15
100
Nusa Tenggara Timur
9,60
41,14
49,25
100
10,26
36,76
52,97
100
9,85
39,47
50,68
100
Bali
Kalimantan Barat
4,84
36,33
58,83
100
5,78
36,33
57,89
100
5,23
36,33
58,44
100
Kalimantan Tengah
1,67
34,01
64,32
100
5,15
25,24
69,60
100
2,91
30,89
66,20
100
Kalimantan Selatan
5,65
30,38
63,97
100
8,35
31,75
59,90
100
6,82
30,97
62,21
100
Kalimantan Timur
2,85
33,82
63,33
100
6,00
31,72
62,28
100
3,99
33,06
62,95
100
Sulawesi Utara
12,25
29,69
58,06
100
16,65
19,36
63,99
100
13,54
26,66
59,80
100
Sulawesi Tengah
11,16
42,53
46,31
100
17,95
40,23
41,82
100
13,08
41,88
45,05
100
Sulawesi Selatan
13,36
40,09
46,55
100
16,31
40,61
43,07
100
14,25
40,25
45,50
100
Sulawesi Tenggara
14,94
40,60
44,46
100
20,52
46,09
33,39
100
16,95
42,58
40,47
100
Gorontalo Sulawesi Barat
8,85
44,02
47,13
100
21,47
32,99
45,54
100
12,37
40,94
46,69
100
16,36
45,53
38,12
100
11,30
45,35
43,35
100
14,64
45,47
39,90
100
Maluku
18,14
33,56
48,30
100
19,74
36,59
43,67
100
18,74
34,70
46,56
100
Maluku Utara
11,76
36,19
52,06
100
9,12
41,22
49,66
100
10,87
37,88
51,25
100
Papua Barat
11,80
50,79
37,41
100
18,94
34,70
46,35
100
15,14
43,26
41,59
100
Papua
25,82
44,14
30,04
100
26,09
43,80
30,12
100
25,94
43,98
30,08
100
7,98
35,02
57,00
100
9,85
33,46
56,69
100
8,73
34,39
56,87
100
Indonesia
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
178
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 67. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja, 2010 Laki-laki Provinsi
Jumlah Jam Kerja
Total
1-7 (2)
8 - 14 (3)
15 - 24 (4)
25 - 34 (5)
0 dan 35 + (6)
9,53
15,51
30,53
15,07
29,36
100
Sumatera Utara
8,32
24,73
27,94
12,51
26,50
100
Sumatera Barat
13,68
21,68
20,96
14,59
29,09
100
Riau
2,61
9,68
25,69
22,13
39,89
100
Jambi
9,47
8,42
22,98
22,69
36,44
100
Sumatera Selatan
5,79
14,33
20,62
12,92
46,34
100
Bengkulu
9,29
14,73
19,31
17,96
38,70
100
Lampung
5,20
21,65
22,97
16,22
33,97
100
Bangka-Belitung
2,71
5,98
19,31
14,79
57,21
100
Kepulauan Riau
1,22
2,25
1,91
8,63
85,99
100
-
2,85
8,29
5,29
83,57
100 100
(1) Aceh
DKI Jakarta
(7)
Jawa Barat
3,23
10,15
10,66
12,56
63,40
Jawa Tengah
7,21
15,51
17,82
13,13
46,34
100
DIY
18,25
25,14
19,85
19,98
16,79
100
Jawa Timur
11,25
20,26
23,16
14,15
31,18
100
Banten
2,07
10,18
13,42
13,57
60,75
100
Bali
11,32
22,63
20,40
9,36
36,29
100
Nusa Tenggara Barat
10,57
21,25
26,89
16,55
24,74
100
Nusa Tenggara Timur
11,63
16,54
26,16
14,59
31,09
100
Kalimantan Barat
7,94
18,63
21,66
12,15
39,62
100
Kalimantan Tengah
1,30
7,80
20,76
13,51
56,64
100
Kalimantan Selatan
6,91
14,69
23,62
17,97
36,82
100
Kalimantan Timur
3,56
15,52
19,85
8,92
52,15
100
Sulawesi Utara
3,79
12,49
16,10
14,45
53,17
100
Sulawesi Tengah
8,32
16,83
22,72
13,94
38,18
100
Sulawesi Selatan
8,04
17,04
21,35
14,31
39,26
100
Sulawesi Tenggara
10,80
25,10
24,70
14,27
25,14
100
Gorontalo
4,06
15,29
17,54
12,62
50,49
100
Sulawesi Barat
15,90
29,17
17,99
14,66
22,28
100
Maluku
10,72
30,61
25,66
15,47
17,55
100
Maluku Utara
11,32
28,07
18,40
16,04
26,17
100
Papua Barat
10,67
10,89
32,62
8,43
37,39
100
Papua
2,65
23,59
24,26
29,52
19,99
100
Indonesia
7,53
17,71
21,01
14,75
39,00
100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
179
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 68. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja, 2010 Perempuan Provinsi (1)
Jumlah Jam Kerja 1-7 (2)
8 - 14 (3)
15 - 24 (4)
25 - 34 (5)
0 dan 35 + (6)
Total (7)
Aceh
14,61
19,81
29,07
17,73
18,79
100
Sumatera Utara
6,85
26,79
29,88
10,58
25,90
100
Sumatera Barat
11,30
20,14
28,93
13,21
26,42
100
Riau
4,96
15,69
7,08
12,04
60,23
100
Jambi
8,44
10,00
27,57
12,31
41,69
100
Sumatera Selatan
6,06
14,59
23,51
17,58
38,26
100
Bengkulu
11,21
21,93
27,26
11,94
27,67
100
Lampung
8,04
15,47
23,73
9,85
42,92
100
Bangka-Belitung
4,21
11,95
24,08
12,53
47,22
100
Kepulauan Riau
7,64
14,55
11,64
12,09
54,08
100
DKI Jakarta
1,61
3,91
4,25
10,84
79,39
100
Jawa Barat
5,24
7,30
8,34
5,48
73,63
100
Jawa Tengah
8,52
13,04
14,41
9,12
54,91
100
DIY
8,66
17,17
25,40
7,39
41,39
100
Jawa Timur
14,62
15,90
19,70
9,78
40,01
100
Banten
1,16
11,59
8,26
2,95
76,04
100
Bali
10,68
19,34
23,31
13,47
33,20
100
Nusa Tenggara Barat
14,42
28,07
20,85
11,08
25,58
100
Nusa Tenggara Timur
11,84
23,72
27,58
12,45
24,42
100
Kalimantan Barat
3,79
11,58
27,13
23,38
34,12
100
Kalimantan Tengah
2,12
13,45
15,73
21,48
47,21
100
Kalimantan Selatan
6,60
20,41
21,81
17,52
33,65
100
Kalimantan Timur
3,10
20,25
19,31
8,31
49,04
100
Sulawesi Utara
7,74
18,21
23,10
10,17
40,78
100
Sulawesi Tengah
17,41
24,03
25,60
8,62
24,34
100
Sulawesi Selatan
11,01
16,51
20,03
12,93
39,52
100
Sulawesi Tenggara
15,49
28,52
25,52
12,86
17,61
100
Gorontalo
5,63
15,99
31,71
15,07
31,60
100
Sulawesi Barat
16,04
29,27
17,78
13,92
22,98
100
Maluku
14,24
28,29
37,03
12,02
8,42
100
Maluku Utara
13,07
30,80
19,76
18,16
18,22
100
Papua Barat
9,13
4,34
23,09
18,79
44,65
100
Papua
2,51
21,07
26,71
25,33
24,38
100
Indonesia
8,20
16,43
19,25
11,62
44,50
100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
180
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 69. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja, 2010 Laki-laki+Perempuan Provinsi
Jumlah Jam Kerja 15 - 24 25 - 34 (4) (5)
8 - 14 (3)
11,32
17,02
30,01
16,00
25,64
100
Sumatera Utara
7,72
25,57
28,72
11,72
26,26
100
Sumatera Barat
12,94
21,20
23,44
14,16
28,26
100
Riau
3,40
11,71
19,41
18,73
46,75
100
(1) Aceh
0 dan 35 + (6)
Total
1-7 (2)
(7)
Jambi
9,15
8,91
24,40
19,48
38,06
100
Sumatera Selatan
5,88
14,42
21,57
14,44
43,70
100
Bengkulu
9,94
17,16
21,99
15,93
34,98
100
Lampung
5,89
20,14
23,15
14,67
36,15
100
Bangka-Belitung
3,25
8,11
21,01
13,98
53,64
100
Kepulauan Riau
2,98
5,61
4,57
9,57
77,26
100
DKI Jakarta
1,06
3,55
5,62
8,95
80,81
100
Jawa Barat
4,17
8,82
9,58
9,26
68,17
100
Jawa Tengah
7,76
14,47
16,39
11,45
49,94
100
DIY
13,43
21,13
22,64
13,65
29,15
100
Jawa Timur
12,56
18,57
21,81
12,45
34,61
100
Banten
1,59
10,93
10,69
7,95
68,84
100
Bali
10,99
20,95
21,89
11,46
34,72
100
Nusa Tenggara Barat
12,15
24,05
24,41
14,30
25,09
100
Nusa Tenggara Timur
11,71
19,28
26,71
13,77
28,53
100
Kalimantan Barat
6,19
15,66
23,96
16,87
37,31
100
Kalimantan Tengah
1,59
9,81
18,97
16,35
53,28
100
Kalimantan Selatan
6,78
17,16
22,84
17,78
35,45
100
Kalimantan Timur
3,39
17,23
19,65
8,70
51,03
100
Sulawesi Utara
4,94
14,17
18,15
13,20
49,54
100
Sulawesi Tengah
10,88
18,86
23,53
12,44
34,28
100
Sulawesi Selatan
8,94
16,88
20,95
13,90
39,34
100
Sulawesi Tenggara
12,49
26,33
25,00
13,76
22,42
100
Gorontalo
4,50
15,48
21,50
13,31
45,21
100
Sulawesi Barat
15,95
29,21
17,92
14,41
22,52
100
Maluku
12,04
29,74
29,93
14,17
14,12
100
Maluku Utara
11,91
28,99
18,86
16,75
23,49
100
Papua Barat
9,95
7,82
28,16
13,28
40,79
100
Papua
2,58
22,42
25,39
27,58
22,02
100
Indonesia
7,80
17,19
20,30
13,49
41,22
100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
181
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 70. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Sektor, 2010 Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
Perempuan
1
2
3
(2) 67,22
(3) 7,21
(4) 25,56
Jumlah (5) 100
Laki-Laki+Perempuan
1
2
3
(6) 53,43
(7) 4,99
(8) 41,58
Jumlah (9) 100
1
(10) 62,37
2
3
(11) 6,43
(12) 31,19
Jumlah (13) 100
Sumatera Utara
71,43
8,43
20,14
100
65,05
7,64
27,31
100
68,84
8,11
23,05
100
Sumatera Barat
60,71
12,49
26,80
100
29,12
19,05
51,83
100
50,91
14,53
34,57
100
Riau
61,48
12,02
26,51
100
28,93
8,26
62,81
100
50,50
10,75
38,75
100
Jambi
72,23
8,85
18,92
100
39,83
10,65
49,52
100
62,23
9,41
28,36
100
Sumatera Selatan
68,61
10,38
21,01
100
47,01
13,47
39,52
100
61,55
11,39
27,06
100
Bengkulu
63,08
6,90
30,02
100
36,50
6,66
56,84
100
54,11
6,82
39,07
100
Lampung
75,33
11,46
13,21
100
20,72
17,96
61,32
100
62,03
13,04
24,92
100
Bangka Belitung
34,44
47,92
17,63
100
25,24
6,17
68,59
100
31,16
33,01
35,84
100
Kepulauan Riau
35,62
22,21
42,17
100
10,72
14,38
74,90
100
28,82
20,07
51,11
100
0,23
33,83
65,94
100
-
14,40
85,60
100
0,08
21,00
78,92
100
DKI Jakarta Jawa Barat
26,39
30,31
43,30
100
4,29
39,18
56,53
100
16,09
34,44
49,47
100
Jawa Tengah
49,10
27,71
23,19
100
18,66
31,73
49,61
100
36,33
29,40
34,27
100
DI Yogyakarta
34,13
19,08
46,79
100
10,12
11,84
78,04
100
22,06
15,44
62,49
100
Jawa Timur
67,79
14,71
17,50
100
32,11
20,97
46,92
100
53,92
17,14
28,93
100
Banten
16,54
31,03
52,43
100
3,94
31,67
64,40
100
9,87
31,37
58,76
100
Bali
52,32
23,96
23,72
100
37,38
19,98
42,64
100
44,70
21,93
33,37
100
Nusa Tenggara Barat
66,91
18,59
14,51
100
39,09
24,77
36,14
100
55,48
21,13
23,39
100
Nusa Tenggara Timur
77,60
10,82
11,59
100
71,55
11,09
17,36
100
75,28
10,92
13,80
100
Kalimantan Barat
63,82
14,94
21,24
100
52,67
5,90
41,43
100
59,13
11,14
29,73
100
Kalimantan Tengah
67,67
18,21
14,12
100
53,80
4,59
41,61
100
62,73
13,35
23,92
100
Kalimantan Selatan
56,03
20,21
23,75
100
30,94
20,19
48,87
100
45,18
20,20
34,62
100
Kalimantan Timur
51,38
10,17
38,45
100
25,96
6,23
67,82
100
42,21
8,75
49,04
100
Sulawesi Utara
60,62
12,80
26,58
100
20,06
9,81
70,12
100
48,75
11,92
39,33
100
Sulawesi Tengah
75,04
10,18
14,79
100
50,37
6,21
43,42
100
68,09
9,06
22,85
100
Sulawesi Selatan
68,83
12,36
18,82
100
51,93
9,66
38,41
100
63,73
11,54
24,73
100
Sulawesi Tenggara
70,22
9,56
20,21
100
47,74
11,22
41,04
100
62,11
10,16
27,73
100
Gorontalo
54,35
20,13
25,52
100
41,69
8,66
49,65
100
50,81
16,93
32,26
100
Sulawesi Barat
74,66
9,94
15,41
100
51,04
20,41
28,54
100
66,62
13,50
19,88
100
Maluku
78,09
5,24
16,68
100
69,96
5,43
24,61
100
75,03
5,31
19,66
100
Maluku Utara
78,90
4,16
16,93
100
54,00
8,35
37,66
100
70,52
5,57
23,91
100
Papua Barat
78,98
3,93
17,09
100
71,09
-
28,91
100
75,29
2,09
22,62
100
Papua
97,64
1,35
1,01
100
97,76
0,09
2,15
100
97,70
0,77
1,54
100
Indonesia
60,57
16,53
22,90
100
35,82
19,01
45,17
100
50,60
17,53
31,88
100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS Catatan: 1. Pertanian 2. Industri 3. Jasa
182
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 71. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010 Laki-Laki Provinsi
(1) Aceh
Tidak/ belum pernah sekolah
(2) 0,74
Perempuan
Tidak Masih Sekolah Sekolah lagi
(3) 50,31
(4) 48,95
Jumlah
(5) 100
Tidak/ belum pernah sekolah
Laki-Laki+Perempuan
Tidak Masih Sekolah Sekolah lagi
(6) -
(7) 68,07
(8) 31,93
Jumlah
(9) 100
Tidak/ belum pernah sekolah
(10) 0,48
Tidak Masih Sekolah Sekolah lagi
(11) 56,55
(12) 42,97
Jumlah
(13) 100
Sumatera Utara
0,98
63,98
35,04
100
0,95
66,41
32,63
100
0,97
64,97
34,06
100
Sumatera Barat
1,10
50,29
48,61
100
0,12
70,02
29,86
100
0,80
56,41
42,79
100
Riau
0,85
25,60
73,55
100
2,10
42,91
54,99
100
1,27
31,44
67,29
100
Jambi
1,43
22,89
75,69
100
-
32,41
67,59
100
0,99
25,83
73,19
100
Sumatera Selatan
0,19
31,94
67,87
100
-
29,34
70,66
100
0,13
31,09
68,78
100
Bengkulu
0,81
37,97
61,22
100
-
51,29
48,71
100
0,54
42,47
57,00
100
-
32,96
67,04
100
-
47,39
52,61
100
-
36,47
63,53
100
Bangka Belitung
Lampung
0,40
16,06
83,54
100
1,32
29,27
69,42
100
0,73
20,78
78,50
100
Kepulauan Riau
2,53
5,36
92,10
100
-
38,51
61,49
100
1,84
14,42
83,74
100
-
23,49
76,51
100
-
17,51
82,49
100
-
19,55
80,45
100
DKI Jakarta Jawa Barat
0,33
17,35
82,32
100
0,25
20,79
78,96
100
0,29
18,96
80,75
100
Jawa Tengah
0,15
23,58
76,28
100
-
29,44
70,56
100
0,08
26,04
73,88
100 100
DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali
-
74,28
25,72
100
-
58,56
41,44
100
-
66,38
33,62
0,70
37,03
62,27
100
0,41
40,15
59,44
100
0,59
38,24
61,17
100
-
10,83
89,17
100
-
23,57
76,43
100
-
17,57
82,43
100 100
-
59,82
40,18
100
2,30
60,49
37,21
100
1,17
60,16
38,67
Nusa Tenggara Barat
0,34
56,74
42,93
100
0,14
63,92
35,94
100
0,25
59,69
40,06
100
Nusa Tenggara Timur
3,81
37,93
58,26
100
2,33
37,71
59,95
100
3,24
37,84
58,91
100
Kalimantan Barat
1,38
26,70
71,92
100
1,17
26,23
72,60
100
1,29
26,50
72,21
100
Kalimantan Tengah
0,19
23,08
76,73
100
-
36,50
63,50
100
0,12
27,86
72,02
100
Kalimantan Selatan
1,24
31,00
67,75
100
0,89
37,59
61,53
100
1,09
33,85
65,06
100
Kalimantan Timur
0,16
31,10
68,75
100
0,64
45,18
54,18
100
0,33
36,17
63,49
100
Sulawesi Utara
0,38
37,97
61,65
100
0,72
49,05
50,23
100
0,48
41,21
58,31
100
Sulawesi Tengah
2,47
38,90
58,63
100
1,03
59,25
39,72
100
2,06
44,63
53,30
100
Sulawesi Selatan
2,63
42,30
55,07
100
2,87
50,76
46,37
100
2,70
44,85
52,45
100
Sulawesi Tenggara
1,00
63,65
35,35
100
1,55
76,69
21,76
100
1,20
68,36
30,45
100
Gorontalo
1,84
24,24
73,92
100
3,16
39,55
57,29
100
2,21
28,51
69,28
100
Sulawesi Barat
2,59
46,06
51,35
100
3,57
55,34
41,09
100
2,92
49,21
47,86
100
Maluku
3,85
62,13
34,02
100
2,30
66,42
31,28
100
3,27
63,74
32,99
100
Maluku Utara
3,37
66,10
30,54
100
1,24
69,84
28,92
100
2,65
67,35
29,99
100
Papua Barat
17,15
37,37
45,47
100
18,39
30,63
50,98
100
17,73
34,22
48,05
100
Papua
49,16
36,96
13,87
100
55,57
30,82
13,61
100
52,13
34,12
13,75
100
3,49
36,96
59,55
100
4,45
40,16
55,38
100
3,88
38,25
57,87
100
Indonesia
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
183
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 72. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Ijazah Tertinggi, 2010 Laki-Laki Provinsi
(1) Aceh
Tidak/ belum punya ijazah
(2) 15.62
Perempuan Jumlah
SD
SMP+
(3) 39.7
(4) 44.68
(5) 100
Laki-Laki+Perempuan
Tidak/ belum punya ijazah
SD
SMP+
(6) 10.69
(7) 38.09
(8) 51.21
Jumlah
(9) 100
Tidak/ belum punya ijazah
(10) 13.89
SD
(11) 39.14
SMP+
(12) 46.98
Jumlah
(13) 100
Sumatera Utara
20.09
37.51
42.39
100
14.55
41.08
44.38
100
17.84
38.96
43.19
100
Sumatera Barat
36.27
37.42
26.32
100
23.49
35.06
41.46
100
32.30
36.69
31.01
100
Riau
22.59
42.05
35.36
100
21.25
39.42
39.32
100
22.14
41.16
36.70
100
Jambi
18.34
45.03
36.63
100
18.01
38.83
43.17
100
18.23
43.12
38.65
100
Sumatera Selatan
23.01
42.69
34.30
100
13.80
48.08
38.12
100
20.00
44.45
35.55
100
Bengkulu
22.13
41.99
35.88
100
24.22
37.52
38.26
100
22.83
40.49
36.69
100
Lampung
14.45
47.44
38.11
100
7.43
39.03
53.53
100
12.74
45.40
41.86
100
Bangka Belitung
32.53
50.25
17.21
100
17.96
38.25
43.79
100
27.32
45.96
26.72
100
Kepulauan Riau
22.55
42.92
-
100
10.44
49.23
40.33
100
19.24
44.64
36.11
100
DKI Jakarta
18.37
27.65
53.98
100
8.78
35.71
55.50
100
12.04
32.98
54.98
100
Jawa Barat
12.55
53.00
34.45
100
7.21
40.65
52.14
100
10.06
47.24
42.70
100
Jawa Tengah
12.17
45.35
42.48
100
5.62
38.16
56.22
100
9.42
42.33
48.25
100
8.86
42.49
48.65
100
11.83
41.43
46.75
100
10.35
41.96
47.69
100
Jawa Timur
DI Yogyakarta
11.82
46.19
41.99
100
8.52
41.63
49.85
100
10.54
44.42
45.04
100
Banten
15.76
37.06
47.18
100
8.12
42.73
49.15
100
11.72
40.06
48.23
100
Bali
18.93
41.75
39.32
100
19.74
42.51
37.74
100
19.34
42.14
38.51
100
Nusa Tenggara Barat
17.27
44.94
37.79
100
16.37
41.12
42.51
100
16.90
43.37
39.74
100
Nusa Tenggara Timur
43.52
44.85
11.63
100
32.26
50.17
17.57
100
39.21
46.89
13.91
100
Kalimantan Barat
32.57
46.81
20.61
100
25.26
42.85
31.88
100
29.50
45.15
25.35
100
Kalimantan Tengah
21.25
49.10
29.65
100
16.27
46.94
36.79
100
19.47
48.33
32.19
100
Kalimantan Selatan
31.27
44.58
24.15
100
17.49
44.12
38.40
100
25.31
44.38
30.31
100
Kalimantan Timur
20.22
46.41
33.37
100
18.27
34.14
47.58
100
19.52
41.98
38.49
100
Sulawesi Utara
26.29
41.87
31.85
100
24.03
29.36
46.60
100
25.63
38.21
36.17
100
Sulawesi Tengah
26.61
45.50
27.89
100
21.91
47.65
30.44
100
25.29
46.11
28.61
100
Sulawesi Selatan
28.97
44.26
26.76
100
23.21
46.17
30.62
100
27.23
44.84
27.93
100
Sulawesi Tenggara
23.33
43.31
33.36
100
20.25
42.46
37.29
100
22.22
43.01
34.78
100
Gorontalo
64.03
26.08
9.90
100
39.93
45.17
14.90
100
57.30
31.41
11.29
100
Sulawesi Barat
39.67
39.72
20.60
100
24.49
49.01
26.50
100
34.51
42.88
22.61
100
Maluku
27.15
41.11
31.74
100
22.03
45.21
32.76
100
25.23
42.65
32.12
100
Maluku Utara
21.10
42.36
36.55
100
24.20
33.26
42.54
100
22.14
39.29
38.57
100
Papua Barat
46.77
33.52
19.70
100
52.40
28.76
18.85
100
49.41
31.29
19.30
100
Papua
71.50
21.43
7.06
100
71.05
22.16
6.79
100
71.29
21.77
6.94
100
Indonesia
22.83
42.96
34.21
100
17.32
39.92
42.75
100
20.61
41.74
37.65
100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
184
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 73. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Status dalam Pekerjaan Utama, 2010 Laki-Laki Provinsi
Status dalam Pekerjaan Utama 3 4 5 (4) (5) (6) 20,74 5,08
Aceh
1 (2) 5,70
2 (3) 1,32
Sumatera Utara
5,14
0,84
-
11,66
Sumatera Barat
9,98
-
-
15,73
(1)
Total
6 (7) 2,00
7 (8) 65,16
3,66
3,92
74,79
100
6,69
5,85
61,76
100 100
(9) 100
Riau
7,73
0,50
-
27,81
5,63
5,89
52,45
Jambi
4,19
1,91
-
33,28
6,45
1,20
52,97
100
Sumatera Selatan
8,32
1,04
-
21,04
6,56
2,72
60,31
100
Bengkulu
9,72
2,27
-
11,95
5,26
5,99
64,82
100
Lampung
3,27
-
-
13,37
8,52
4,04
70,79
100
Bangka-Belitung
22,78
1,43
-
25,18
1,36
13,95
35,29
100
Kepulauan Riau
10,97
11,12
-
45,73
8,09
8,56
15,54
100
DKI Jakarta
8,16
-
-
62,65
-
2,29
26,89
100
Jawa Barat
20,06
1,44
-
30,19
8,35
9,12
30,83
100
Jawa Tengah
4,91
1,00
-
17,96
5,76
11,11
59,26
100
DIY
2,94
-
-
13,26
0,89
4,89
78,02
100
Jawa Timur
6,24
0,68
-
13,43
6,64
4,42
68,59
100
Banten
11,97
2,30
-
42,08
3,26
12,21
28,18
100
Bali
4,56
2,09
-
22,25
5,06
3,11
62,93
100
Nusa Tenggara Barat
3,47
0,07
-
3,02
12,83
14,83
65,79
100
Nusa Tenggara Timur
5,93
0,51
-
7,92
1,14
2,62
81,88
100
Kalimantan Barat
11,59
0,87
-
21,26
1,70
2,45
62,14
100
Kalimantan Tengah
10,15
0,41
-
21,66
3,81
6,14
57,83
100
Kalimantan Selatan
6,61
1,16
-
18,39
5,28
7,46
61,10
100
Kalimantan Timur
9,68
1,97
-
33,76
-
1,11
53,48
100
Sulawesi Utara
11,69
0,93
-
17,28
24,15
7,08
38,87
100
Sulawesi Tengah
7,41
0,36
-
7,21
9,94
5,75
69,33
100
Sulawesi Selatan
5,78
0,22
-
15,70
8,16
5,57
64,57
100
Sulawesi Tenggara
6,44
0,22
-
7,17
1,86
2,11
82,20
100
Gorontalo
9,64
0,50
-
13,33
15,26
9,14
52,13
100
Sulawesi Barat
7,82
0,94
-
8,48
1,44
2,59
78,73
100
Maluku
6,84
-
-
5,35
3,33
1,64
82,85
100
Maluku Utara
6,52
-
-
9,01
0,85
1,38
82,24
100
Papua Barat
1,45
-
-
13,97
-
0,90
83,68
100
Papua
1,24
-
-
1,78
0,29
0,14
96,54
100
Indonesia
7,52
0,79
-
17,38
5,75
5,80
62,76
100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS Catatan : *) 1. Berusaha Sendiri 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar 3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4. Buruh/karyawan/ pegawai 5. Pekerja bebas di pertanian 6. Pekerja bebas di non-pertanian 7. Pekerja keluarga/pekerja tak dibayar
185
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 74. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Status dalam Pekerjaan Utama, 2010 Perempuan Provinsi
Status dalam Pekerjaan Utama 3 4 5 (4) (5) (6) 10,33 1,26
Aceh
1 (2) 0,89
2 (3) -
Sumatera Utara
3,73
0,98
-
11,00
Sumatera Barat
5,34
0,15
-
13,52
(1)
Total
6 (7) -
7 (8) 87,51
1,01
2,33
80,94
100
2,15
5,02
73,82
100 100
(9) 100
Riau
0,60
-
-
52,59
-
1,04
45,77
Jambi
4,70
1,04
-
40,41
8,12
1,32
44,41
100
Sumatera Selatan
6,87
1,78
-
22,19
1,44
0,75
66,97
100
Bengkulu
-
-
-
19,15
1,97
0,51
78,36
100
Lampung
8,37
0,50
-
31,33
3,48
5,97
50,36
100
Bangka-Belitung
7,32
1,82
-
41,08
2,82
4,08
42,88
100
Kepulauan Riau
9,70
-
-
58,36
-
5,76
26,18
100
DKI Jakarta
4,05
3,37
-
75,82
-
0,81
15,96
100
Jawa Barat
6,81
3,37
-
58,12
0,92
4,56
26,21
100
Jawa Tengah
8,20
1,72
-
39,36
3,15
2,92
44,65
100
DIY
2,79
-
-
39,75
-
-
57,46
100
Jawa Timur
7,19
0,50
-
28,96
1,29
2,63
59,44
100
Banten
9,45
3,07
-
61,27
-
3,07
23,14
100
Bali
3,69
1,03
-
21,12
3,93
2,22
68,01
100
Nusa Tenggara Barat
5,83
-
-
9,18
7,35
9,01
68,64
100
Nusa Tenggara Timur
3,94
0,09
-
6,69
1,17
0,92
87,18
100
Kalimantan Barat
2,99
0,16
-
26,74
0,94
0,16
69,01
100
Kalimantan Tengah
5,88
1,76
-
28,16
0,56
0,91
62,73
100
Kalimantan Selatan
7,77
0,32
-
19,82
0,53
8,31
63,24
100
Kalimantan Timur
9,56
-
-
37,45
-
2,08
50,91
100
Sulawesi Utara
4,11
1,48
-
36,45
0,83
6,78
50,36
100
Sulawesi Tengah
1,13
0,30
-
15,56
3,75
0,32
78,93
100
Sulawesi Selatan
5,96
1,01
-
14,60
10,56
2,00
65,87
100
Sulawesi Tenggara
5,70
-
-
6,23
0,53
1,15
86,39
100
Gorontalo
2,90
-
-
16,82
11,28
5,58
63,42
100
Sulawesi Barat
2,89
-
-
9,78
6,52
1,12
79,70
100
Maluku
4,20
-
-
4,44
4,49
-
86,88
100
Maluku Utara
3,89
-
-
10,91
1,02
-
84,18
100
Papua Barat
0,89
-
-
14,15
0,89
-
84,07
100
Papua Indonesia
0,91 5,58
1,26
-
0,79 30,48
0,48 2,14
2,70
97,83 57,85
100 100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS Catatan : *) 1. Berusaha Sendiri 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar 3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4. Buruh/karyawan/ pegawai 5. Pekerja bebas di pertanian 6. Pekerja bebas di non-pertanian 7. Pekerja keluarga/pekerja tak dibayar
186
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 75. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Status dalam Pekerjaan Utama, 2010 Laki-Laki + Perempuan Provinsi
Status dalam Pekerjaan Utama 3 4 5 (4) (5) (6) 17,08 3,74
Aceh
1 (2) 4,01
2 (3) 0,86
Sumatera Utara
4,57
0,90
-
11,39
Sumatera Barat
8,54
0,05
-
15,04
(1)
Total
6 (7) 1,30
7 (8) 73,02
2,58
3,28
77,28
100
5,28
5,59
65,51
100 100
(9) 100
Riau
5,32
0,33
-
36,17
3,73
4,25
50,19
Jambi
4,35
1,64
-
35,49
6,97
1,24
50,33
100
Sumatera Selatan
7,85
1,28
-
21,41
4,89
2,08
62,49
100
Bengkulu
6,44
1,50
-
14,38
4,15
4,14
69,39
100
Lampung
4,51
0,12
-
17,75
7,29
4,51
65,82
100
Bangka-Belitung
17,26
1,57
-
30,86
1,88
10,43
38,00
100
Kepulauan Riau
10,62
8,08
-
49,18
5,88
7,80
18,45
100
DKI Jakarta
5,45
2,22
-
71,34
-
1,31
19,67
100
Jawa Barat
13,88
2,34
-
43,22
4,89
7,00
28,68
100
Jawa Tengah
6,29
1,30
-
26,94
4,66
7,67
53,13
100
DIY
2,87
-
-
26,57
0,44
2,43
67,69
100
Jawa Timur
6,61
0,61
-
19,47
4,56
3,72
65,03
100 100
Banten
10,64
2,70
-
52,23
1,53
7,38
25,51
Bali
4,12
1,55
-
21,67
4,48
2,66
65,52
100
Nusa Tenggara Barat
4,44
0,04
-
5,55
10,58
12,44
66,96
100
Nusa Tenggara Timur
5,17
0,35
-
7,45
1,15
1,97
83,91
100
Kalimantan Barat
7,97
0,57
-
23,57
1,38
1,48
65,03
100
Kalimantan Tengah
8,63
0,89
-
23,98
2,65
4,27
59,58
100
Kalimantan Selatan
7,11
0,80
-
19,01
3,23
7,83
62,03
100
Kalimantan Timur
9,64
1,26
-
35,09
-
1,46
52,56
100
Sulawesi Utara
9,47
1,09
-
22,90
17,32
6,99
42,23
100
Sulawesi Tengah
5,64
0,34
-
9,56
8,20
4,22
72,04
100
Sulawesi Selatan
5,83
0,46
-
15,37
8,88
4,50
64,96
100
Sulawesi Tenggara
6,17
0,14
-
6,83
1,38
1,77
83,71
100
Gorontalo
7,76
0,36
-
14,30
14,15
8,15
55,28
100
Sulawesi Barat
6,14
0,62
-
8,92
3,17
2,09
79,06
100
Maluku
5,85
-
-
5,00
3,76
1,02
84,36
100
Maluku Utara
5,63
-
-
9,65
0,90
0,92
82,90
100
Papua Barat
1,19
-
-
14,05
0,42
0,48
83,86
100
Papua
1,09
-
-
1,32
0,38
0,08
97,14
100
Indonesia
6,74
0,98
-
22,66
4,30
4,55
60,78
100
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS Catatan : *) 1. Berusaha Sendiri 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar 3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4. Buruh/karyawan/ pegawai 5. Pekerja bebas di pertanian 6. Pekerja bebas di non-pertanian 7. Pekerja keluarga/pekerja tak dibayar
187
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 76. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Pekerjaan Utama, 2010
Laki-Laki Provinsi (1) Aceh
1
2
(2) 7,02
(3) 20,74
3 (4) 7,08
Perempuan 4 (5) 65,16
Laki-Laki+Perempuan
1
2
3
4
1
2
3
4
(6) 0,89
(7) 10,33
(8) 1,26
(9) 87,51
(10) 4,87
(11) 17,08
(12) 5,03
(13) 73,02 77,28
Sumatera Utara
5,98
11,66
7,58
74,79
4,71
11,00
3,34
80,94
5,47
11,39
5,86
Sumatera Barat
9,98
15,73
12,53
61,76
5,49
13,52
7,17
73,82
8,58
15,04
10,87
65,51
Riau
8,23
27,81
11,51
52,45
0,60
52,59
1,04
45,77
5,66
36,17
7,98
50,19
Jambi
6,10
33,28
7,65
52,97
5,74
40,41
9,44
44,41
5,99
35,49
8,20
50,33
Sumatera Selatan
9,36
21,04
9,28
60,31
8,65
22,19
2,20
66,97
9,13
21,41
6,97
62,49
Bengkulu
11,98
11,95
11,25
64,82
-
19,15
2,49
78,36
7,94
14,38
8,29
69,39
Lampung
3,27
13,37
12,56
70,79
8,87
31,33
9,44
50,36
4,64
17,75
11,80
65,82
Bangka Belitung
24,21
25,18
15,31
35,29
9,14
41,08
6,90
42,88
18,83
30,86
12,31
38,00
Kepulauan Riau
22,08
45,73
16,65
15,54
9,70
58,36
5,76
26,18
18,70
49,18
13,68
18,45
DKI Jakarta
8,16
62,65
2,29
26,89
7,42
75,82
0,81
15,96
7,67
71,34
1,31
19,67
Jawa Barat
21,51
30,19
17,48
30,83
10,18
58,12
5,48
26,21
16,23
43,22
11,88
28,68
Jawa Tengah
5,91
17,96
16,87
59,26
9,92
39,36
6,06
44,65
7,60
26,94
12,34
53,13
DI Yogyakarta
2,94
13,26
5,78
78,02
2,79
39,75
-
57,46
2,87
26,57
2,87
67,69
Jawa Timur
6,93
13,43
11,06
68,59
7,68
28,96
3,91
59,44
7,22
19,47
8,28
65,03
14,27
42,08
15,47
28,18
12,52
61,27
3,07
23,14
13,34
52,23
8,91
25,51
Bali
6,65
22,25
8,17
62,93
4,72
21,12
6,15
68,01
5,67
21,67
7,14
65,52
Nusa Tenggara Barat
3,53
3,02
27,65
65,79
5,83
9,18
16,35
68,64
4,48
5,55
23,01
66,96
Nusa Tenggara Timur
6,44
7,92
3,76
81,88
4,03
6,69
2,09
87,18
5,52
7,45
3,12
83,91
Banten
Kalimantan Barat
12,45
21,26
4,15
62,14
3,15
26,74
1,09
69,01
8,54
23,57
2,86
65,03
Kalimantan Tengah
10,57
21,66
9,94
57,83
7,64
28,16
1,47
62,73
9,52
23,98
6,92
59,58
7,77
18,39
12,74
61,10
8,10
19,82
8,84
63,24
7,91
19,01
11,05
62,03
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
11,65
33,76
1,11
53,48
9,56
37,45
2,08
50,91
10,90
35,09
1,46
52,56
Sulawesi Utara
42,23
12,61
17,28
31,23
38,87
5,59
36,45
7,60
50,36
10,56
22,90
24,31
Sulawesi Tengah
7,77
7,21
15,69
69,33
1,44
15,56
4,07
78,93
5,98
9,56
12,42
72,04
Sulawesi Selatan
6,00
15,70
13,73
64,57
6,96
14,60
12,56
65,87
6,29
15,37
13,38
64,96 83,71
Sulawesi Tenggara
6,66
7,17
3,97
82,20
5,70
6,23
1,68
86,39
6,31
6,83
3,14
10,14
13,33
24,40
52,13
2,90
16,82
16,86
63,42
8,12
14,30
22,30
55,28
Sulawesi Barat
8,76
8,48
4,03
78,73
2,89
9,78
7,64
79,70
6,76
8,92
5,25
79,06 84,36
Gorontalo Maluku
6,84
5,35
4,96
82,85
4,20
4,44
4,49
86,88
5,85
5,00
4,79
Maluku Utara
6,52
9,01
2,23
82,24
3,89
10,91
1,02
84,18
5,63
9,65
1,82
82,90
Papua Barat
1,45
13,97
0,90
83,68
0,89
14,15
0,89
84,07
1,19
14,05
0,90
83,86
Papua
1,24
1,78
0,43
96,54
0,91
0,79
0,48
97,83
1,09
1,32
0,45
97,14
Indonesia
8,31
17,38
11,55
62,76
6,83
30,48
4,84
57,85
7,71
22,66
8,84
60,78
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS Catatan : *) 1. Berusaha Sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tak dibayar, dan berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 2. Buruh/karyawan/ pegawai 3. Pekerja bebas di pertanian, dan Pekerja bebas di non-pertanian 4. Pekerja keluarga/pekerja tak dibayar
188
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 77. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2010 Belum Kawin
Kawin/ Pernah Kawin
Provinsi L (1)
P
L+P (4)
L
P
L+P
(5)
(6)
(7)
(2)
(3)
Aceh
99,81
99,17
99,58
0,19
0,83
0,42
Sumatera Utara
98,75
99,34
98,99
1,25
0,66
1,01
Sumatera Barat
99,25
99,76
99,41
0,75
0,24
0,59
Riau
98,96
97,63
98,51
1,04
2,37
1,49
Jambi
94,34
93,36
94,04
5,66
6,64
5,96
Sumatera Selatan
98,57
88,53
95,29
1,43
11,47
4,71
Bengkulu
98,55
91,56
96,19
1,45
8,44
3,81
Lampung
98,83
91,83
97,13
1,17
8,17
2,87
Bangka-Belitung
95,58
93,00
94,65
4,42
7,00
5,35
Kepulauan Riau
100,00
91,33
97,63
-
8,67
2,37 3,89
DKI Jakarta
97,92
95,17
96,11
2,08
4,83
Jawa Barat
97,16
95,45
96,36
2,84
4,55
3,64
Jawa Tengah
98,64
95,07
97,14
1,36
4,93
2,86
DIY
100,00
98,36
99,18
-
1,64
0,82
Jawa Timur
98,25
88,47
94,45
1,75
11,53
5,55
Banten
98,71
97,24
97,94
1,29
2,76
2,06
Bali
99,60
95,73
97,62
0,40
4,27
2,38
Nusa Tenggara Barat
98,74
96,65
97,89
1,26
3,35
2,11
Nusa Tenggara Timur
99,80
97,77
99,02
0,20
2,23
0,98
Kalimantan Barat
98,74
95,29
97,29
1,26
4,71
2,71
Kalimantan Tengah
99,14
87,86
95,12
0,86
12,14
4,88
Kalimantan Selatan
96,67
92,35
94,80
3,33
7,65
5,20
Kalimantan Timur
97,48
89,34
94,55
2,52
10,66
5,45
Sulawesi Utara
98,76
95,37
97,77
1,24
4,63
2,23
Sulawesi Tengah
97,93
89,39
95,53
2,07
10,61
4,47
Sulawesi Selatan
98,27
92,37
96,49
1,73
7,63
3,51
Sulawesi Tenggara
99,34
97,17
98,56
0,66
2,83
1,44
Gorontalo
99,26
91,52
97,10
0,74
8,48
2,90
Sulawesi Barat
98,07
95,52
97,20
1,93
4,48
2,80
Maluku
98,17
94,61
96,83
1,83
5,39
3,17
Maluku Utara
97,74
92,81
96,08
2,26
7,19
3,92
Papua Barat
99,10
75,39
88,00
0,90
24,61
12,00
Papua
97,78
96,67
97,26
2,22
3,33
2,74
Indonesia
98,37
94,54
96,82
1,63
5,46
3,18
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS
189
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 78. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2010 Laki-Laki
(1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka-Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
1 (2) 67,22 71,43 60,71 61,48 72,23 68,61 63,08 75,33 34,44 35,62 0,23 26,39 49,10 34,13 67,79 16,54 52,32 66,91 77,60 63,82 67,67 56,03 51,38 60,62 75,04 68,83 70,22 54,35 74,66 78,09 78,90 78,98 97,64
2 (3) 2,94 3,56 6,78 6,52 1,85 7,76 3,31 9,14 1,30 12,55 28,07 25,18 18,50 16,19 10,86 19,83 19,94 9,12 4,02 4,38 4,35 8,88 4,98 5,53 2,35 3,95 5,97 9,07 6,36 3,62 2,60 0,46
Lapangan Pekerjaan Utama 3 4 5 6 (4) (5) (6) (7) 4,28 22,46 1,52 4,74 14,19 1,65 0,43 3,50 17,91 4,12 0,08 4,18 13,23 5,80 4,98 13,16 1,40 2,09 12,75 4,24 0,74 1,29 19,24 1,21 1,07 1,92 6,97 3,29 0,47 5,99 12,79 2,56 6,46 36,37 1,85 5,76 42,27 5,58 1,35 5,09 26,12 7,26 0,74 7,42 16,66 3,85 0,89 30,71 2,06 3,21 12,28 2,07 8,34 32,13 5,93 3,58 18,12 0,39 6,86 6,94 5,32 0,38 3,45 5,23 5,56 4,12 15,18 2,46 0,11 4,73 9,08 2,45 4,56 17,58 3,55 2,79 27,02 2,98 0,52 2,90 16,76 7,06 4,40 11,13 2,16 0,20 7,85 12,13 3,11 0,33 1,83 15,39 2,56 9,39 13,91 8,80 2,98 9,80 2,77 0,23 15,02 1,27 8,65 7,12 3,52 6,58 5,48 0,64 0,73 0,28 -
Indonesia
60,57
10,39
4,48
Provinsi
15,03
3,46
0,24
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS Catatan : *) 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2. Industri 3. Konstruksi 4. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi 5. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 6. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan jasa Perusahaan 7. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 8. Listrik, Gas dan Air Minum; Pertambangan dan Penggalian
190
8 (9)
Total
7 (8) 1,58 3,87 4,70 7,48 4,36 3,29 8,50 2,47 2,29 3,95 16,75 9,18 2,68 14,01 3,15 14,37 5,21 1,87 0,79 3,49 2,59 2,63 7,92 2,77 1,29 3,25 2,27 2,81 2,84 0,39 1,17 5,02 -
0,14 2,21 1,32 2,03 0,53 2,29 0,40 40,63 3,20 0,04 1,79 2,00 0,64 2,86 0,43 2,61 3,35 6,45 9,13 6,77 2,40 4,37 3,42 0,56 1,76 1,67 0,59 1,38 1,56 0,42 0,24
(10) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
4,17
1,67
100
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 79. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2010 Perempuan
(1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka-Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
1 (2) 53,77 65,12 29,16 28,93 39,83 47,01 36,50 20,72 25,79 11,14 4,29 18,66 10,12 32,11 3,94 37,46 39,69 74,07 52,94 54,06 31,07 26,20 20,06 50,69 52,31 48,64 42,11 51,19 69,96 54,63 71,09 97,85
2 (3) 4,38 7,51 18,95 8,26 10,65 13,01 6,66 15,62 4,10 6,82 14,40 38,82 31,73 11,84 20,97 31,18 18,93 23,61 7,20 5,43 4,13 19,84 5,33 8,85 5,61 8,67 9,54 7,74 20,18 5,43 7,27 -
3 (4)
Lapangan Pekerjaan Utama 4 5 6 (5) (6) (7) 33,84 0,03 21,31 0,06 0,10 43,75 0,26 32,96 0,94 34,12 0,47 28,88 0,28 1,07 44,05 2,03 2,34 39,05 61,51 1,25 4,21 65,86 32,33 1,48 0,38 0,36 30,74 1,48 35,47 1,25 0,17 61,47 34,34 0,55 0,59 0,49 32,28 2,07 0,88 29,24 1,47 0,42 30,99 1,71 0,75 12,03 0,76 29,62 31,14 0,98 2,46 39,97 0,66 0,45 53,50 0,97 55,40 3,13 34,86 0,35 0,34 31,96 2,35 36,34 0,47 31,47 1,05 23,01 0,29 22,35 33,18 1,44 18,91 3,39 1,99 -
7 (8) 8,00 5,88 7,88 28,91 15,41 9,29 10,77 22,27 7,35 11,97 51,40 24,31 12,71 16,56 11,45 30,04 11,60 4,01 5,19 12,02 7,24 8,01 14,97 11,59 8,49 4,37 5,01 17,63 5,33 2,26 3,48 6,61 0,16
8 (9) 0,64 0,11 0,12 2,20 3,91 0,21 1,54 3,53 0,50 0,49 0,45 0,96 0,64 0,72 1,89 1,01 0,29 1,17 0,09
Indonesia
35,93
18,54
0,21
13,91
0,31
Provinsi
30,31
0,88
0,22
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS Catatan : *) 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2. Industri 3. Konstruksi 4. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi 5. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 6. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan jasa Perusahaan 7. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 8. Listrik, Gas dan Air Minum; Pertambangan dan Penggalian
191
Total (10) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 80. Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2010 Laki-Laki + Perempuan
(1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka-Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
1 (2) 62,37 68,84 50,91 50,50 62,23 61,55 54,11 62,03 31,16 28,82 0,08 16,09 36,33 22,06 53,92 9,87 44,70 55,48 75,28 59,13 62,73 45,18 42,21 48,75 68,09 63,73 62,11 50,81 66,62 75,03 70,52 75,29 97,70
2 (3) 3,44 5,16 10,55 7,11 4,56 9,47 4,44 10,72 2,27 10,92 19,04 31,54 24,05 14,01 14,79 25,83 19,41 14,92 5,15 4,81 4,26 13,58 5,09 6,50 3,26 5,36 7,20 8,68 11,04 4,30 4,15 0,25
Lapangan Pekerjaan Utama 3 4 5 6 (4) (5) (6) (7) 2,77 26,38 0,99 2,83 17,07 1,00 0,29 2,41 25,91 2,92 0,05 2,77 19,88 3,84 0,32 3,44 19,63 0,96 1,56 18,02 2,94 0,85 0,86 27,62 1,48 0,71 2,02 14,78 2,49 0,36 3,85 29,72 2,08 5,80 43,75 1,34 1,96 35,71 2,87 0,71 2,88 28,27 4,56 0,40 4,31 24,56 2,76 0,07 0,44 46,17 1,03 1,96 20,85 1,48 0,23 4,19 32,21 3,89 2,20 23,76 0,94 0,22 4,04 16,62 3,83 0,22 2,41 7,68 3,71 2,38 21,19 1,43 0,06 3,04 16,89 1,93 0,87 2,58 27,19 2,30 0,19 1,78 36,39 1,91 0,33 2,33 28,08 5,91 3,16 17,76 1,65 0,14 5,58 18,05 2,88 0,23 1,17 22,70 1,80 6,77 18,73 6,63 1,97 14,27 1,93 0,14 17,77 0,79 16,78 4,72 0,48 1,87 12,35 2,92 1,59 0,34 1,31 0,15 -
Indonesia
50,60
13,65
2,76
Provinsi
21,15
2,42
Sumber: Sakernas Agustus 2010, BPS Catatan : *) 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2. Industri 3. Konstruksi 4. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi 5. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 6. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan jasa Perusahaan 7. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 8. Listrik, Gas dan Air Minum; Pertambangan dan Penggalian
192
0,23
7 (8) 3,82 4,68 5,68 14,71 7,77 5,25 9,26 7,29 4,04 6,02 39,63 16,24 6,89 15,30 6,37 22,66 8,45 2,72 2,40 7,05 4,24 4,94 10,41 5,35 3,30 3,58 3,22 6,90 3,68 1,09 1,93 5,76 0,08
8 (9) 0,22 0,13 1,56 0,87 1,40 0,36 1,52 0,31 26,89 3,35 0,02 1,04 0,99 0,39 1,35 0,32 2,16 3,37 3,94 6,05 4,04 1,88 3,09 2,63 0,60 1,79 1,48 0,49 0,86 1,43 0,22 0,17
8,08
1,12
Total (10) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Profil Anak Indonesia 2011 Tabel 81. Persentase Penyandang Cacat 0-17 Tahun menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009 Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+ Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
0.52 0.62 0.75 0.54 0.31 0.57 0.45 0.82 0.73 0.34 0.36 0.52 0.64 0.56 0.55 0.49 0.78 0.72 0.73 0.51 0.65 0.82 0.32 0.31 0.95 0.66 0.40 1.02 0.88 0.32 0.19 0.53 0.27
0.46 0.51 0.59 0.56 0.35 0.63 0.44 0.67 0.50 0.43 0.51 0.55 0.58 1.43 0.53 0.85 0.59 0.86 0.48 0.34 0.81 0.40 0.64 0.97 0.67 0.73 0.85 0.62 0.72 0.43 0.28 0.17
0.48 0.56 0.64 0.55 0.33 0.61 0.45 0.74 0.58 0.41 0.36 0.52 0.60 0.57 0.86 0.51 0.81 0.64 0.84 0.49 0.44 0.82 0.35 0.50 0.96 0.67 0.63 0.90 0.68 0.62 0.37 0.33 0.20
Indonesia
0.53
0.57
0.55
Sumber : Susenas Modul 2009, BPS
193
Profil Anak Indonesia 2011
194