PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI
PARDI AZINUDDIN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas dan Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014 Pardi Azinuddin NIM E14090002
ABSTRAK PARDI AZINUDDIN. Produktivitas dan Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Dibimbing oleh UJANG SUWARNA. Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan pemindahan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan kayu. Indikator keberhasilan pemanenan hutan adalah produksi kayu yang optimal dengan biaya yang ekonomis dan tingkat kerusakan lingkungan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan membandingkan produktivitas dan biaya kegiatan penyaradan dengan menggunakan alat skidder dan bulldozer. Hasil penelitian menunjukan rata-rata produktivitas penyaradan menggunakan skidder sebesar 42.51 m3/jam lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produktivitas menggunakan bulldozer yaitu sebesar 35.50 m3/jam. Berdasarkan perhitungan analisis biaya diperoleh biaya usaha penyaradan dengan menggunakan skidder adalah Rp 476 644/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 11 213/m3, sedangkan dengan menggunakan bulldozer menghasilkan biaya usaha sebesar Rp 526 932/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 14 834/m3. Penyaradan menggunakan skidder menghasilkan produktivitas yang lebih besar dan ekonomis jika dibandingkan bulldozer. Kata kunci: pemanenan kayu, penyaradan, produktivitas, biaya.
ABSTRACT PARDI AZINUDDIN. Productivity and cost of skidding activity use skidder and bulldozer in Industrial Plantation Forest in PT Wirakarya Sakti. Supervised by UJANG SUWARNA. Timber harvesting is a series of timber removal activity from forest to the places where the wood is used or processed. The success indicators of timber harvesting are optimal production at an economical cost and lowest environmental damage. The objectives of this study are to calculate and compare the productivity and cost of skidding use skidder and bulldozer. The study showed that an average productivity using skidder is 42.51 m3/hr, greater than bulldozer that is equal of skidding to 35.50 m3/hr. Base on this study, operating costs and skidding cost, are Rp 476 644/hr and Rp 11 213/m3 respectively for skidder, and are Rp 526 932/hr and Rp 14 834/m3 for bulldozer. Skidding productivity using skidder is more economical better than bulldozer. Keywords: timber harvesting, skidding, productivity, cost.
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA KEGIATAN PENYARADAN MENGGUNAKAN SKIDDER DAN BULLDOZER PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI
PARDI AZINUDDIN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Produktivitas dan Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi Nama : Pardi Azinuddin NIM : E14090002
Disetujui oleh
Dr Ujang Suwarna, S.Hut, MSc.F Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc. F.Trop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Produktivitas dan Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Abdul Salam, ibunda Rusnah, kakak, adik serta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang serta dorongan moral dan material kepada penulis. Kepada Bapak Dr Ujang Suwarna, S.Hut, MSc.F selaku pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, arahan dan nasehat berharga kepada penulis. Segenap pimpinan serta staf PT. Wirakarya Sakti, khususnya pada Bapak Hud Huda, Bapak Suyuti, Bang Arif Rahman Putra dan Bapak Rachimi yang telah membantu proses pengumpulan data selama penelitian. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada teman dan sahabat tim PKL di PT. Wirakarya Sakti Jambi serta seluruh teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB khususnya MNH angkatan 46 atas bantuan dan dukungannya kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan lestari.
Bogor, April 2014 Pardi Azinuddin
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Bahan
2
Alat
2
Jenis Data
2
Metode Pengumpulan Data di Lapang
2
Prosedur Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Alat Sarad
6
Kegiatan Penyaradan
7
Waktu Kerja Penyaradan
9
Produktivitas Kerja Penyaradan
11
Biaya Penyaradan
12
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Spesifikasi skidder caterpilar 525B Spesifikasi bulldozer caterpilar D6G Waktu kerja penyaradan dengan skidder Waktu kerja penyaradan dengan bulldozer Produktivitas kerja penyaradan Biaya penyaradan
6 7 9 10 12 13
DAFTAR GAMBAR 1 Skidder caterpilar 525B 2 Bulldozer caterpilar D6G 3 Denah kegiatan Penyaradan
6 7 8
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data biaya skidder caterpilar 525B 2 Data biaya bulldozer caterpilar D6G 3 Hari kerja distrik 3 tahun 2012
16 17 18
PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan pemindahan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan kayu untuk dimanfaatkan secara optimal, dengan pertimbangan biaya yang ekonomis dan kerusakan lingkungan yang rendah. Kegiatan pemanenan kayu terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi tahapan penebangan, penyaradan, pembagian batang, muat bongkar, dan pengangkutan. Salah satu kegiatan pemanenan kayu berupa penyaradan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena kegiatan penyaradan menghasilkan biaya pengeluaran yang cukup besar. Penyaradan merupakan kegiatan memindahkan kayu dari tempat pohon ditebang ke tempat pengumpulan sementara melalui jalan sarad yang telah disiapkan secara maksimal (Dulsalam dan Sukadaryati 2002). Sistem penyaradan mekanis yang banyak digunakan di hutan tanaman adalah penyaradan menggunakan traktor. Penyaradan dengan taktor mempunyai kapasitas yang lebih besar dibandingkan penyaradan sistem manual (tenaga manusia). Penerapan sistem penyaradan mekanis di hutan tanaman memungkinkan tercapainya target produksi yang lebih tinggi dan dapat mempertahankan kontinyuitas hasil. Banyak jenis traktor yang digunakan dalam kegiatan penyaradan dan beberapa jenis traktor tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing baik ditinjau dari aspek teknis maupun biaya. Masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan dalam kegiatan penyaradan adalah penentuan teknik dan jenis traktor yang akan digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan alternatif alat penyaradan yang tepat dalam menjalankan kegiatan usaha sehingga mendapatkan hasil produksi yang optimal dengan biaya yang minimal.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung dan membandingkan produktivitas dan biaya kegiatan penyaradan dengan menggunakan alat skidder dan bulldozer.
Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan kepada pihak perusahaan guna mengetahui produktivitas dan biaya kegiatan penyaradan yang dilakukan dengan alat mekanis.
2
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Sub-Distrik RKJ Distrik 3 pada petak SKS 0014100 dan DKP 0009600 IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan april 2013.
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu yang disarad dan data rincian biaya produksi unit penyaradan berupa: harga alat, pemakaian bahan bakar, pelumas, dan spare part.
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, tally sheet, stopwatch, meteran, patok kayu, kalkulator, kamera, laptop, skidder caterpilar 525B, dan bulldozer caterpilar D6G. Perangkat lunak pengolahan data dilakukan dengan software microsoft office 2010 (microsoft excel dan microsoft word).
Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari pengukuran langsung di lapang yaitu jarak sarad, volume kayu yang disarad, waktu kerja efektif, dan tidak efektif dari alat penyaradan di lapangan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi kondisi umum lokasi penelitian, harga alat sarad yang digunakan, biaya pemeliharaan dan perawatan alat, kebutuhan bahan bakar alat dan pelumas, nilai suku bunga bank, upah operator dan upah pembantu operator.
Metode Pengumpulan Data di Lapang Jarak sarad Jarak sarad diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran ini dilakukan dari lokasi tunggak hingga tempat pengumpulan kayu sementara (TPn) yang berada di tepi jalan angkutan. Volume sarad Volume sarad diukur dengan menghitung jumlah batang kayu yang disarad per tripnya, sehingga dapat dihitung dengan rumus (Vadenicum kehutanan 1976):
3 Keterangan: V = volume (m3) = konstanta (3.14) L = panjang batang rata-rata (m) D = diameter rata-rata (cm) f = angka bentuk akasia (0.7) Pengukuran Waktu Kerja Metode yang digunakan dalam pengamatan waktu kerja tersebut adalah metode berhenti dan kembali ke nol. Dalam metode ini, waktu kerja yang sesungguhnya dari setiap unsur kerja dibaca pada saat alat pengukur waktu yang setiap permulaan selalu dikembalikan ke nol untuk setiap unsur kerja. Pengukuran waktu kerja dimulai dari titik awal, dimana kegiatan dimulai bergerak sampai dengan selesai. a. Waktu efektif Waktu kerja dilakukan secara berturut-turut menggunakan stopwatch dengan mencatat setiap unsur kerja. Waktu kerja penyaradan merupakan jumlah waktu dalam menit yang dipergunakan untuk melakukan unsur-unsur kerja sebagai berikut: 1. Penyaradan kosong: waktu dihitung dari titik nol ketika alat sarad berjalan kosong di jalan sarad yang telah ada. 2. Pengikatan muatan: waktu ketika memasang pengait untuk mengikat kayu yang disarad. 3. Penyaradan muatan: waktu memindahkan kayu dari lokasi tunggak ke tempat pengumpulan kayu sementara (TPn). 4. Pembongkaran: melepaskan muatan dari ikatan. 5. Penyusunan: merapikan dan menyusun kayu yang akan dimuat. b. Waktu tidak efektif Waktu tidak efektif dapat terjadi karena antara lain adanya waktu mengobrol, merokok, melepas lelah, mesin rusak atau kejadian tidak terduga lainnya.
Prosedur Analisis Data Penelitian produktivitas dan biaya kegiatan penyaradan dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data melalui pengamatan langsung, diskusi, dan wawancara dengan pelaksana kegiatan penyaradan. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: Hari Kerja Efektif Hari kerja efektif berdasarkan data curah hujan tahun 2012 dihitung dengan: H = JH – F Keterangan: H = hari kerja efektif (hari) JH= jumlah hari dalam 1 bulan (hari) F = frekuensi hari hujan (hari)
4 Produktivitas penyaradan Produktivitas penyaradan dihitung dengan mencatat waktu sarad, jarak sarad dan volume kayu yang disarad, sehingga produktivitas penyaradan dapat dihitung (ILO 1975): P= Keterangan: P = produktivitas penyaradan (m3/jam) V = volume kayu yang disarad (m3) W= waktu Kerja (jam) Analisis Biaya Pengumpulan data biaya produksi penyaradan dilakukan dengan mencatat dan menghitung semua variabel yang terkait dengan pengeluaran biaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Indikator perhitungan yang digunakan untuk mengetahui biaya usaha alat penyaradan adalah sebagai berikut (FAO 1992): 1. Depresiasi (Penyusutan) 2.
Bunga modal
3.
Pajak
4.
Biaya tetap
5.
Biaya variabel
6.
Biaya mesin
7.
Biaya usaha Keterangan: D = penyusutan (Rp/jam) M = harga alat (Rp) R = nilai sisa alat pada akhir umur ekonomis (Rp) N = umur ekonomis alat (tahun) B = bunga modal (Rp/jam) 0,0p = tingkat bunga yang ditetapkan (%) i = pajak (Rp/jam) n = nilai pajak (%) BT = biaya tetap (Rp/jam) BV = biaya variabel (Rp/jam) Bo = biaya oli (Rp/jam) BB = biaya bahan bakar (Rp/jam) Bpp = biaya pemeliharaan dan perawatan (Rp/jam) BM = biaya mesin (Rp/jam)
5 BU Up
= biaya usaha (Rp/jam) = upah tenaga kerja (Rp)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis PT. Wirakarya Sakti merupakan salah satu perusahaan yang mendapatkan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas 293 812 ha (berdasarkan SK Menhut No 346/Menhut-II/2004). Secara geografis PT. Wirakarya Sakti terletak antara 0o45’00’’-01o36’00”LS dan 102o46’00”-103o 49’00”BT. Areal PT. WKS berada pada 8 distrik yang tersebar di 5 Kabupaten di Provinsi Jambi, yakni Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Batanghari, Muaro Jambi dan Tebo. Jenis Tanah dan Topografi Kondisi tanah di PT. Wirakarya Sakti terdiri dari dua jenis tanah yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah organik mempunyai ordo histosol sedangkan untuk jenis tanah mineral mempunyai ordo ultisol, incepsol, dan spodosol. PT. Wirakarya Sakti memiliki kondisi topografi datar 70.55%, landai 17.09%, bergelombang 11.55%, serta agak curam 0.81%. Daerah datar, datar agak cekung melandai ke arah pantai, dan sungai memiliki kelerengan 0-5% dengan ketinggian 0-15 meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah bergelombang hingga berbukit memiliki kemiringan 5-25% dengan ketinggian dibawah 50 mdpl. Iklim Menurut Klasifikasi Schmidt dan Ferguson, areal PT. Wirakarya Sakti awalnya termasuk bertipe iklim A (sangat basah), namun sekarang berubah menjadi tipe B (basah) bahkan ada yang bertipe C (kering). Hal ini dikarenakan adanya pembangunan HTI dan pembukaan hutan primer menjadi areal-areal lain seperti pemukiman, perkebunan sawit, dan perladangan penduduk. Tipe hutannya termasuk hutan tropika basah dengan kondisi tempat kering sampai basah. Curah hujan di areal hutan PT. WKS termasuk kategori tinggi karena antara musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan yang terlihat jelas. Banyaknya curah hujan sepanjang tahun menyebabkan daerah tersebut dapat dikatakan daerah basah meskipun terkadang suhu sangat panas. Hal ini disebabkan karena arealnya didominasi oleh areal rawa dan sedikit dataran tinggi. Kondisi Hutan P T. Wirakarya Sakti memiliki tiga jenis tanaman pokok yaitu Acacia mangium, Acacia crassicarpa, dan Eucaliptus pellita. Luasan untuk tanaman pokok tersebut ±70% dari total luas wilayah. Selain itu pada total luasan tersebut juga ditanami tanaman unggulan seperti Meranti, Sungkai, Pulai, Jabon, Bulian/ulin, Jelatung, dan kacang-kacangan seluas ±10% dari total areal. Tanaman kehidupan seperti Nangka, Pinang, Kemiri, Durian, dan Sukun seluas ±5% dari
6 total luas wilayah. Selebihnya digunakan sebagai kawasan lindung ±10% dan sarana dan prasarana ±5%.
Alat Sarad Alat sarad yang digunakan pada penelitian ini yaitu skidder caterpilar 525B (ban karet) yang dibeli pada tahun 2006 dan bulldozer caterpilar D6G (ban baja) yang dibeli pada tahun 2009. Alat sarad ini merupakan milik kontraktor Rimba Karya Jaya (RKJ) yang bekerja sama dengan PT. WKS untuk melakukan kegiatan pemanenan di areal distrik 3. Tabel 1 dan Tabel 2 menyajikan spesifikasi dari kedua alat sarad yang digunakan. Tabel 1 Spesifikasi skidder caterpilar 525B Uraian Merk Tipe Jenis Tenaga Model engine Kecepatan mesin Jumlah silinder Berat total Panjang Lebar Tinggi Jarak roda Bahan bakar Kapasitas tangki bahan bakar
Spesifikasi Caterpilar 525B wheel skidder (ban karet) 180 horse power cat 3126 DITA diesel 2200 revolution per minute 6 buah 16 238 kg 6.19 meter 3.38 meter 3.23 meter 3533 mm solar 315 liter
Sumber: Caterpillar Peformance Handbook 2006
Gambar 1 Skidder caterpilar 525B
7 Tabel 2 Spesifikasi bulldozer caterpilar D6G Uraian Merk Tipe Jenis Tenaga Model engine Kecepatan mesin Jumlah silinder Berat total Panjang Lebar Tinggi Lebar ban baja Bahan bakar Kapasitas tangki bahan bakar
Spesifikasi Caterpilar D6G crawler tractor dozer (ban baja) 155 horse power 3306 T 1900 revolution per minute 6 buah 15 430 kg 5 meter 2.39 meter 3.10 meter 508 mm solar 300 liter
Sumber: Caterpillar Peformance Handbook 2006
Gambar 2 Bulldozer caterpilar D6G Kegiatan Penyaradan Sistem penyaradan yang digunakan di lokasi penelitian adalah tree length system, dimana ukuran kayu yang disarad berupa sortimen-sortimen panjang sekitar 10-12 meter. Pemotongan cabang dan tajuk dilakukan di tempat tebangan, sedangkan pembagian batang dilakukan di TPn dengan panjang sortimen 2-2.6 meter. Areal kerja penyaradan memiliki lebar jalan sarad 3-3.5 meter dan jarak antar jalan sarad ±30 meter. Kayu yang akan disarad telah ditumpuk oleh excavator disisi jalan sarad yang mengarah ke TPn.
8 Satu regu sarad terdiri dari 1 orang operator dan 2 orang pembantu operator. Operator bertugas untuk mengoperasikan alat sarad, menjaga dan merawat alat sarad, dan apabila ada kerusakan melaporkannya pada mekanik lapangan. Tugas pembantu operator adalah membantu operatornya, memasang dan melepas kabel pada kayu yang disarad, serta memberikan aba-aba atau tanda ketika alat melakukan manuver-manuver. Regu sarad bekerja setelah regu penebang menyelesaikan tebangan dalam petak tersebut. Sebelum alat sarad bekerja, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mesin dan bagian lainnya seperti pengisian bahan bakar, penambahan pelumas dan gemuk. Kegiatan persiapan tersebut memerlukan waktu ±30 menit. Apabila terjadi kerusakan pada alat, operator akan melaporkan kepada mekanik lapangan. Untuk 2 unit alat sarad ditangani oleh satu orang mekanik lapangan.
Gambar 3 Denah kegiatan Penyaradan (Sumber: Trilaksono 2013) Tahap awal kegiatan penyaradan yaitu alat sarad berjalan tanpa muatan menuju tumpukan kayu yang telah disusun oleh excavator. Alat melakukan manuver sehingga posisi winch berada di depan tumpukan kayu yang akan disarad. Operator membuka kunci kabel dan salah satu pembantu operator menarik dan memasang kabel yang telah dilengkapi kait (chocker) pada ujung tumpukan kayu yang akan disarad. Setelah kayu terikat, operator menggulung kabel sehingga posisi kayu dekat dengan winch dan alat sarad berjalan menuju TPn. Setelah alat sarad sampai di TPn, kunci kabel dibuka dan pembantu operator melepaskan kait yang terikat pada kabel. Operator menggulung kembali kabel yang telah dilepas dari kayu. Selanjutnya alat menyusun dan mengatur posisi kayu yang telah disarad agar memudahkan untuk dikeluarkan dari TPn. Alat sarad kembali lagi mulai dari kegiatan awal untuk menyarad kayu di tumpukan berikutnya, sehingga ini merupakan suatu siklus kerja penyaradan.
9 Waktu Kerja Penyaradan Waktu kerja penyaradan merupakan waktu yang diperlukan seseorang operator alat sarad untuk menyelesaikan pekerjaan penyaradan. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau sehingga pada saat melakukan pengambilan data kondisi lapangan dalam keadaan kering. Berdasarkan data curah hujan tahun 2012 diperoleh rata-rata waktu kerja penyaradan di distrik 3 PT. WKS adalah 8 jam/hari. Tabel 3 Waktu kerja penyaradan dengan skidder No
Unsur kerja
1
Unsur kerja efektif - Berjalan tanpa muatan - Berjalan dengan muatan - Ikat sling - Lepas sling - Susun log Total unsur kerja efektif Unsur kerja tidak efektif - Meratakan jalan - Membersihkan jalan - Minum dan menerima telepon - Roda selip - Ikatan lepas - Kabel sling menyangkut di kayu Total unsur kerja tidak efektif Jumlah Total
2
Waktu rata-rata (menit)
Persentase (%)
1.47 2.76 0.95 0.44 0.84 6.46
21.42 40.14 13.79 6.36 12.26 93.97
0.04 0.04 0.07 0.09 0.07 0.10 0.41 6.87
0.64 0.57 1.03 1.32 1.03 1.44 6.03 100.00
Tabel 3 menunjukan waktu kerja efektif dan tidak efektif kegiatan penyaradan menggunakan skidder. Diperoleh waktu efektif sebesar 6.46 menit/trip atau 93.97% dari total waktu seluruh unsur kerja. Waktu tidak efektif yang diperoleh sebesar 0.41 menit/trip atau 6.03% dari total waktu seluruh unsur kerja. Waktu tidak efektif yang terjadi antara lain karena adanya waktu hilang untuk meratakan jalan, membersihkan jalan, minum dan menerima telepon, roda selip, ikatan lepas, dan kabel sling menyangkut di kayu. Waktu kerja kegiatan penyaradan menggunakan skidder pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Sulistiyanto (2001) di HPHTI PT. Tanjung Redeb Hutani, Berau Kalimantan Timur. Waktu kerja efektif yang diperoleh sebesar 11.58 menit/trip dan waktu tidak efektif sebesar 0.68 menit/trip. Hal ini disebabkan pada penelitian Sulistiyanto (2001), alat skidder membutuhkan waktu yang lebih lama dalam melakukan proses pengumpulan dan penjepitan kayu di tempat tebangan yaitu sebesar 7.08 menit/trip sehingga waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan penyaradan menjadi lebih lama.
10 Tabel 4 Waktu kerja penyaradan dengan bulldozer No 1
2
Unsur kerja Unsur kerja efektif - Berjalan tanpa muatan - Berjalan dengan muatan - Ikat sling - Lepas sling - Susun log Total unsur kerja efektif Unsur kerja tidak efektif - Meratakan jalan - Membersihkan jalan - Minum dan menerima telepon - Ikatan lepas - Kabel sling menyangkut di kayu Total unsur kerja tidak efektif Jumlah Total
Waktu rata-rata (menit)
Persentase (%)
1.74 2.79 0.86 0.41 1.62 7.43
22.35 35.92 11.06 5.28 20.90 95.51
0.05 0.03 0.09 0.05 0.13 0.35 7.77
0.67 0.38 1.16 0.66 1.62 4.49 100.00
Tabel 4 menunjukan waktu kerja efektif dan tidak efektif kegiatan penyaradan menggunakan bulldozer. Diperoleh waktu efektif sebesar 7.43 menit/trip atau 95.51% dari total waktu seluruh unsur kerja. Waktu tidak efektif yang diperoleh sebesar 0.35 menit/trip atau 4.49% dari total waktu seluruh unsur kerja. Waktu tidak efektif yang terjadi antara lain karena adanya waktu hilang untuk meratakan jalan, membersihkan jalan, minum dan menerima telepon, ikatan lepas dan kabel sling menyangkut di kayu. Penelitian yang dilakukan oleh Fajri (2000) di IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti menunjukan waktu kerja efektif kegiatan penyaradan menggunakan bulldozer D6D sebesar 11.53 menit/trip dan waktu tidak efektif sebesar 0.50 menit/trip. Hasil ini lebih besar dibandingkan waktu kerja kegiatan penyaradan menggunakan bulldozer D6G. Hal tersebut disebabkan oleh tenaga mesin bulldozer D6D yang sebesar 140 horse power lebih kecil dibandingkan dengan tenaga mesin bulldozer D6G yaitu sebesar 155 horse power. Selain itu jarak sarad rata-rata yang ditempuh pada penelitian Fajri (2000) lebih jauh yaitu 269.31 meter sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam melakukan kegiatan penyaradan. Waktu total kegiatan penyaradan menggunakan skidder lebih kecil dibandingkan bulldozer. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan kecepatan dari kedua alat. Skidder memiliki kecepatan mesin 2200 revolution per minute (rpm) dengan tenaga 180 horse power (hp) lebih besar dibandingkan bulldozer yang memiliki kecepatan mesin 1900 rpm dengan tenaga 155 hp, sehingga skidder dapat lebih cepat dan lincah dalam melakukan kegiatan penyaradan. Kondisi tanah yang kering pada lokasi penyaradan juga sangat mempengaruhi. Alat skidder yang berjenis ban karet dapat lebih lincah dibandingkan bulldozer yang berjenis ban baja walaupun kondisi topografi pada alat skidder lebih curam. Conway (1976) menyatakan bahwa traktor beroda karet sangat cocok untuk menyarad di hutan berkerapatan rendah, dengan ukuran kayu tidak terlalu besar dan bisa menyarad
11 kayu tertentu dengan kecepatan dua kali traktor berban rantai/baja. Hal ini memungkinkan operator mampu menyarad dengan jarak yang lebih jauh dan mampu pula mengumpulkan log lebih banyak.
Produktivitas Kerja Penyaradan Menurut Dulsalam dan Sukadaryati (2002), produktivitas penyaradan kayu adalah prestasi kerja atau hasil pemuatan kayu yang dihasilkan dalam kegiatan penyaradan kayu dengan menggunakan alat penyaradan. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu petak SKS 0014100 dengan luas 32.01 ha menggunakan alat skidder dan petak DKP 0009600 dengan luas 39.99 ha menggunakan alat bulldozer. Penyaradan kayu menggunakan alat skidder menghasilkan rata-rata produktivitas sebesar 42.51 m3/jam dengan rata-rata volume sarad sebesar 4.32 m3/trip. Produktivitas penyaradan tertinggi sebesar 75.69 m3/jam pada ulangan pengukuran ke-3, sedangkan produktivitas penyaradan terendah sebesar 28.50 m3/jam pada ulangan pengukuran ke-39. Jarak sarad terjauh dalam penelitian ini adalah 220 meter dan jarak sarad terpendek adalah 50 meter. Produktivitas penyaradan pada penelitian ini berbeda jauh dengan hasil penelitian Sulistiyanto (2001) di HPHTI PT. Tanjung Redeb Hutani yang menunjukan rata-rata produktivitas penyaradan kayu menggunakan alat skidder sebesar 6.75 m3/jam. Perbedaan ini disebabkan oleh kecilnya volume kayu yang disarad pada penelitian Sulistiyanto (2001) yaitu hanya sebesar 1.38 m3/trip. Penyaradan kayu menggunakan alat bulldozer menghasilkan rata-rata produktivitas sebesar 35.50 m3/jam dengan rata-rata volume sarad sebesar 4.20 m3/trip. Produktivitas penyaradan tertinggi sebesar 59.13 m3/jam pada ulangan pengukuran ke-6, sedangkan produktivitas penyaradan terendah sebesar 25.85 m3/jam pada ulangan pengukuran ke-10. Jarak sarad terjauh dalam penelitian ini adalah 239 meter dan jarak sarad terpendek adalah 25 meter. Produktivitas penyaradan pada penelitian ini lebih besar dibandingkan produktivitas penyaradan di HPH PT. Andalas Merapi Timber yang dilakukan oleh Muhdi et al. (2006) menggunakan traktor komatsu D70 LE berban baja yang menunjukan hasil sebesar 19.92 m3/jam. Hal ini disebabkan oleh jarak sarad rata-rata di HPH PT. Andalas Merapi Timber lebih jauh yaitu 368.01 meter sehingga waktu kerja penyaradan menjadi lebih lama dan produktivitasnya menjadi lebih kecil. Namun hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Liyasmini (2012) di HPH PT. Inhutani I Unit Manajemen Sambarata menggunakan bulldozer komatsu D85E-SS-2 yang menghasilkan produktivitas penyaradan sebesar 35.69 m3/jam walaupun dengan jarak sarad rata-rata lebih jauh yaitu 170.03 meter tetapi ratarata volume kayu yang disarad lebih besar yaitu sebesar 6.26 m3/trip.
12 Tabel 5 Produktivitas kerja penyaradan Alat
Jarak sarad rata-rata (m)
Produktivitas tertinggi (m3/jam)
Skidder
136.08
75.69
Bulldozer
145.38
59.13
Produktivitas terendah (m3/jam)
Produktivitas rata-rata (m3/jam)
(m3/jam.hm)
28.50
42.51
31.24
25.85
35.50
24.42
Tabel 5 menunjukan bahwa produktivitas penyaradan menggunakan alat skidder lebih besar dibandingkan dengan alat bulldozer. Hal ini dapat terjadi karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain waktu kerja penyaradan skidder lebih kecil dibandingkan bulldozer. Waktu kerja sangat mempengaruhi besar kecilnya produktivitas penyaradan karena produktivitas penyaradan (m3/jam) diperoleh dari hasil bagi volume kayu (m3) dengan waktu kerja (jam). Hal ini menunjukan produktivitas dan waktu kerja memiliki hubungan yang erat, semakin tinggi produktivitas maka waktu kerja akan semakin cepat dan sebaliknya semakin rendah produktivitas maka waktu kerja akan semakin lama (Siswanto 2010). Jarak sarad juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas. Menurut Muhdi et al. (2004) semakin jauh jarak yang ditempuh oleh penyarad maka produktivitas penyaradan akan semakin rendah dan sebaliknya semakin pendek akan memperbesar produktivitas penyaradan. Rata-rata produktivitas penyaradan skidder berdasarkan jarak sarad pada penelitian ini diperoleh sebesar 31.24 m3/jam.hm lebih besar dibandingkan bulldozer yaitu sebesar 24.42 m3/jam.hm.
Biaya Penyaradan Biaya merupakan jumlah uang yang dibayarkan untuk penggunaan faktorfaktor produksi atau jasa dan merupakan komponen dalam menjalankan usaha untuk suatu perusahaan (Elias 1987). Biaya penyaradan diperoleh dari perhitungan biaya usaha dan prestasi kerja penyaradan. Biaya usaha penyaradan diperoleh berdasarkan perhitungan biaya mesin ditambahkan dengan upah operator dan pembantu operator. Alat yang diamati dalam penelitian ini adalah skidder caterpilar 525B seharga Rp 1 000 000 000 dengan masa pakai alat 8 tahun dan bulldozer caterpilar D6G seharga Rp 1 500 000 000 dengan masa pakai alat 5 tahun. Dari hasil perhitungan diperoleh biaya depresiasi skidder sebesar Rp 57 377/jam, sedangkan bulldozer sebesar Rp 112 705/jam. Bunga modal untuk skidder sebesar Rp 16 475/jam, sedangkan bulldozer sebesar Rp 32 582/jam. Biaya pajak dan asuransi diambil 10% dari harga masing-masing alat yaitu skidder sebesar Rp 51 230/jam dan bulldozer sebesar Rp 76 844/jam. Dari penjumlahan biaya depresiasi, bunga modal, pajak dan asuransi diperoleh biaya tetap penyaradan skidder sebesar Rp 125 082/jam dan bulldozer sebesar Rp 222 131/jam. Biaya variabel kegiatan penyaradan diperoleh dari total biaya pemeliharaan alat, biaya ban, biaya bahan bakar dan pelumas sehingga diperoleh biaya variabel
13 skidder sebesar Rp 306 919/jam dan bulldozer sebesar Rp 260 158/jam. Biaya mesin alat skidder sebesar Rp 432 001/jam dan bulldozer sebesar Rp 482 290/jam. Upah operator skidder maupun bulldozer sama yaitu sebesar Rp 44 643/jam. Biaya usaha kegiatan penyaradan skidder adalah sebesar Rp 476 644/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 11 213/m3, sedangkan bulldozer sebesar Rp 526 932/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 14 843/m3. Hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian Sulistiyanto (2001) di HPHTI PT. Tanjung Redeb Hutani yang memperoleh biaya usaha kegiatan penyaradan menggunakan skidder sebesar Rp 266 125/jam. Namun bila dilihat dari biaya penyaradannya, pada penelitian Sulistiyanto (2001) menghasilkan biaya yang lebih besar yaitu sebesar Rp 39 380/m3. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara biaya usaha alat yang dikeluarkan dengan produktivitas yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan oleh Fajri (2000) menunjukan bahwa biaya usaha kegiatan penyaradan menggunakan bulldozer D6D di IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti adalah sebesar Rp 140 931/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 7872/m3, lebih kecil dibandingkan dengan biaya penyaradan menggunakan bulldozer D6G. Namun bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sagala (2010) di HPH PT. Gajah Abadi menggunakan bulldozer D7G memperoleh biaya usaha yang lebih besar yaitu sebesar Rp 629 419/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 47 136/m3. Perbedaan biaya usaha yang diperoleh pada beberapa penelitian tersebut dengan biaya usaha yang diperoleh pada penelitian ini disebabkan karena adanya perbedaan pada biaya tetap dan biaya variabel alat. Tabel 6 Biaya penyaradan Komponen biaya Biaya depresiasi (Rp/jam) Bunga modal (Rp/jam) Pajak dan asuransi (Rp/jam) Biaya tetap (Rp/jam) Biaya variabel (Rp/jam) Upah operator (Rp/jam) Biaya usaha (Rp/jam) Biaya penyaradan (Rp/m3)
Skidder 57 377 16 475 51 230 125 082 306 919 44 643 476 644 11 213
Bulldozer 112 705 32 582 76 844 222 131 260 158 44 643 526 932 14 843
Tabel 6 menunjukan bahwa kegiatan penyaradan menggunakan alat bulldozer membutuhkan biaya yang lebih besar dari pada alat skidder. Hal tersebut terjadi karena biaya tetap pada bulldozer lebih besar dibandingkan skidder yang disebabkan harga alat bulldozer lebih mahal. Harga bulldozer lebih mahal karena dibeli pada tahun 2009, sedangkan alat skidder dibeli pada tahun 2006. Faktor lain yang menyebabkan besarnya biaya penyaradan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya produktivitas yang dihasilkan (m3/jam). Hal ini karena biaya penyaradan per m3 diperoleh dengan membagi biaya usaha (Rp/jam) dengan produktivitas penyaradan kayu yang dihasilkan (m3/jam).
14
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rata-rata produktivitas penyaradan menggunakan skidder pada jarak sarad rata-rata 136.08 meter adalah sebesar 42.51 m3/jam lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produktivitas penyaradan menggunakan bulldozer sebesar 35.50 m3/jam pada jarak sarad rata-rata 145.38 meter. Biaya usaha yang harus dikeluarkan untuk kegiatan penyaradan menggunakan skidder adalah sebesar Rp 476 644/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 11 213/m3 lebih kecil dibandingkan dengan biaya usaha bulldozer sebesar Rp 526 932/jam dengan biaya penyaradan sebesar Rp 14 843/m3.
Saran 1. 2.
Perlu adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara regu penebang dan regu penyarad agar dapat memaksimalkan volume kayu yang dikeluarkan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penyaradan mekanis terhadap aspek ekologis dan silvikultur pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI).
15
DAFTAR PUSTAKA Caterpillar. 2006. Caterpillar Peformance Handbook. Caterpillar USA. Illinois. Conway S. 1976. Logging Practices. Principle of Timber Harvesting System. Miller freema Publication. Inc. Washington. Dulsalam, Sukadaryati. 2002. Produktivitas dan biaya penyaradan kayu dengan traktor type ford 5660 di Hutanan Tanaman Seramas Pulau Laut. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Volume 20 (1). Bogor (ID). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Elias. 1987. Analisis Biaya Eksploitasi Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Fajri J. 2000. Analisis biaya penyaradan dengan traktor caterpillar D6D di Hutan Rawa Gambut (studi kasus di HPHTI PT. Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. FAO. 1992. Cost Control In Forest Harvesting and Road Construction. FAO Forestry Paper No. 99. FAO of the UN. Rome. [ILO]. International Labour Office. 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Wetik JL, penerjemah Sadiman J, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Introduction to work study. Liyasmini. 2012. Produktivitas penebangan, penyaradan dan pengangkutan kayu di PT. Inhutani I Unit Manajemen Sambarata-Berau, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muhdi, Elias, dan Bramasto N. 2004. Analisis biaya dan produktivitas kerja penyaradan kayu dengan menggunakan sistem kuda-kuda di Hutan Rawa Gambut. Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 39 (2). Program Ilmu Kehutanan. Fakultas Pertanian. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Muhdi, Sucipto T, dan Widyanti M. 2006. Studi produktivitas penyaradan kayu dengan menggunakan traktor komatsu D70 LE di Hutan Alam. Jurnal Komunikasi Penelitian. Vol. 18 (3). Program Ilmu Kehutanan. Fakultas Pertanian. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Sagala J. 2010. Analisis masukan (input) dan keluaran (output) kegiatan penyaradan di petak tebangan RKT 2008 di areal kerja PT. Gunung Gajah Abadi Kalimantan Timur [skripsi]. Samarinda (ID): Universitas Mulawarman. Siregar GN. 2008. Penyusunan tabel tegakan hutan tanaman akasia (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) Studi Kasus Areal Rawa Gambut Hutan Tanaman PT. Wirakarya Sakti [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siswanto H. 2010. Kajian input dan output penyaradan pada pengusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal eksis. Vol. 6 (2). Laboratorium Perencanaan Hutan. Fakultas Kehutanan. Samarinda (ID): Universitas Mulawarman. Sulistiyanto B. 2001. Prestasi kerja dan biaya pemanenan pada Hutan Tanaman Industri (studi kasus di HPHTI PT. Tanjung Redeb Hutani, Berau Kalimantan Timur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. United Tractors. 1984. Teknik dasar manajemen alat-alat berat. Jakarta (ID): United Tractors.
16 Lampiran 1 Data biaya skidder caterpilar 525B Harga alat (M)
: Rp 1 000 000 000
Nilai sisa alat (R)
: Rp 200 000 000
Umur pakai ekonomis alat (n)
: 5 tahun
Harga ban per set
: Rp 240 000 000
Biaya pelumas/oli Oli mesin (250 jam) (10 kali ganti/tahun)
: Rp 3 000 000
Oli 10 T Hidrolik (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)
: Rp 2 250 000
Oli transmisi (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)
: Rp 2 250 000
Oli gardan (1000 jam) (2.5 ganti/tahun)
: Rp 3 000 000
Pajak dan asuransi (10% dari harga alat)
: Rp 100 000 000
Jumlah jam kerja Per hari
: 8 jam
Per bulan
: 168 jam
Per tahun
: 1952 jam
Tahun pembelian alat
: 2006
Tempat pembelian alat
: PT. Hexindo
17 Lampiran 2 Data biaya bulldozer caterpilar D6G Harga alat (M)
: Rp 1 500 000 000
Nilai sisa alat (R)
: Rp 400 000 000
Umur pakai ekonomis alat (n)
: 5 tahun
Biaya pelumas/oli Oli mesin (250 jam) (10 kali ganti/tahun)
: Rp 7 600 000
Oli 10 T Hidrolik (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)
: Rp 3 750 000
Oli transmisi (500 jam) (5 kali ganti/tahun)
: Rp 6 000 000
Oli final trip (500 jam) (5 ganti/tahun)
: Rp 4 000 000
Under curiage (Rp 21 250/jam)
: Rp 53 125 000
Saw (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)
: Rp 76 000 000
Oli winch (1000 jam) (2.5 kali ganti/tahun)
: Rp 3 000 000
Pajak dan asuransi (10% dari harga alat)
: Rp 150 000 000
Jumlah jam kerja Per hari
: 8 jam
Per bulan
: 168 jam
Per tahun
: 1952 jam
Tahun pembelian alat
: 2009
Tempat pembelian alat
: PT. Trakindo
.18 Lampiran 3 Hari kerja distrik 3 tahun 2012 Bulan
Curah hujan (mm/ hari) 1.50 4.89 4.55 12.26 6.25 2.33 4.02 1.70 1.17 4.60 8.62 3.45
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total (hari) Rata-rata (hari/bulan)
Frekuensi curah Hari hujan (hari) kerja(hari) 2 29 12 16 13 18 15 15 10 21 3 27 12 19 3 14 1 29 12 19 13 17 11 20 244 20.33
19
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bima pada tanggal 3 Juni 1991 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Abdul Salam dan Ibu Rusnah. Pada tahun 2009 Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Bima dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi S-1 di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah Forum Keakraban Mahasiswa Bima Bogor (FKMBB), organisasi kemahasiswaan sebagai staf dan anggota Forest Management Student Club (FMSC), Panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) tahun 2011, Panitia Temu Manajer (TM) departemen Manajemen Hutan tahun 2011, panitia Ecologycal Social Mapping (ESM) tahun 2011 serta mengikuti kepanitiaan lain dalam berbagai acara di Fakultas Kehutanan dan IPB. Selama pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat-Kamojang pada tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) pada tahun 2012, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti, Provinsi Jambi pada tahun 2013. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Insitut Pertanian Bogor penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Produktivitas dan Biaya Kegiatan Penyaradan Menggunakan Skidder dan Bulldozer pada Hutan Tanaman Industri di PT. Wirakarya Sakti, Jambi” dibawah bimbingan Dr Ujang Suwarna S.Hut, MSc.F.